Kajian Kebijakan Pengadaan Tanah dalam Mendukung Pembangunan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dipersiapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010

Citation preview

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 i

    KAK KAJIAN KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH DALAM MENDUKUNG PEMBA -NGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM, Paket 12, tersurat bahwa isiLaporan Akhir adalah seluruh hasil pekerjaan termasuk kesimpulan dan rekomen -dasi.

    Esensi kajian kebijakan, seperti yang diuraikan dalam Bab I, yaitu: Pertama,kebijakan dalam arti produk hukum terkait pengadaan tanah, khususnya yangmenunjang pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum;Kedua, kebijakan dalam arti tindakan yang telah diambil oleh KementerianPekerjaan Umum selama ini dalam mencapai tujuan pengadaan tanah, khususnyapada pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umum yang tepat biaya, waktudan kualitas serta manfaat.

    Pembangunan infrastruktur bidang PU merupakan pembangunan fisik yangmembutuhkan tanah, sebagai lokasi bangunan maupun dukungan kemanfaatan.Pembangunan bersifat sektoral sehingga pengadaan tanah mengacu NSPM sektorybs. Pengalaman dan pembelajaran pengadaan tanah per sektor sebagai masukanrekomendasi kebijakan.

    Berbagai produk hukum mempengaruhi/menentukan kebijakan pengadaantanah. Sumber dana pinjaman/hibah luar negeri sampai kesiapan pemerintahkabupaten/kota mempengaruhi praktek pengadaan tanah di lokasi pembangunaninfrastruktur bidang PU.

    Jakarta, 2010PT KANTA KARYA UTAMA

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 ii

    DAFTAR ISIKata Pengantar iDaftar Isi iiDaftar Tabel . vDaftar Gambar . vi

    BAB I. PENDAHULUAN .. 1-11.1 Substansi dan Fokus KAK . 1-2

    1.1.1 Latar Belakang . 1-21.1.2 Maksud dan Tujuan . 1-31.1.3 Sasaran .. 1-31.1.4 Keluaran . 1-31.1.5 Lingkup, Lokasi Kegiatan, Data dan Fasilitas . 1-41.1.6 Pendekatan dan Metodologi 1-4

    1.2 Apresiasi Konsultan Atas KAK 1-51.2.1 Apresiasi Judul .. 1-61.2.2 Apresiasi Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Keluaran . 1-121.2.3 Apresiasi Pendekatan dan Metodologi ... 1-13

    1.3 Sistematika Pelaporan .. 1-14

    BAB II. RENCANA STRATGEIS SEBAGAI DASAR PERENCANAANPENGADAAN TANAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-12.1 Tugas, Fungsi, Mandat dan Kewenangan serta Peran Kemen-

    terian PU 2010-2014 .. 2-22.1.1 Tugas dan Fungsi Kementerian PU . 2-32.1.2 Mandat Kementerian PU 2-42.1.3 Kewenangan Kementerian PU . 2-112.1.4 Peran Infrastruktur PU dan Permukiman .. 2-13

    2.2 Program dan Kegiatan Kementerian PU ... 2-142.2.1 Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian PU .. 2-192.2.2 Kebijakan Pengadaan Tanah ... 2-21

    2.3 Kontribusi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum . 2-222.3.1 Capaian dan Target Pembangunan Infrastruktur Sumber

    Daya Air ................ 2-232.3.2 Capaian dan Target Pembangunan Infrastruktur Jalan

    dan Jembatan ... .. 2-262.3.3 Capaian dan Target Pembangunan Infrastruktur Cipta

    Karya . ........ 2-28

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 iii

    2.4 Kebijakan Pengembangan KPS (Kerja sama Pemerintah-Swasta) ....... 2-282.4.1 Arah Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Dengan Skema

    KPS ....... 2-29

    BAB III. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR BIDANG PU UNTUK KEPENTINGAN UMUM 3-13.1 Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan .. 3-2

    3.1.1 Pembangunan Untuk Kepentingan Umum .. 3-33.1.2 Pembangunan Sebagai Kegiatan Pekerjaan Konstruksi 3-43.1.3 Pembangunan Infrastruktur Bidang PU 3-8

    3.2 Kesesuaian Dengan RTRW atau Rencana PembangunanNasional dan Daerah .. 3-113.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah . 3-113.2.2 Musyawarah Rencana Pembangunan.. 3-113.2.3 Sinergi Pusat-Daerah dan Antar Daerah .. 3-11

    3.3 Letak Tanah ........ 3-113.3.1 Lokasi Program/Kegiatan Pembangunan Infrastruktur

    Bidang PU .. 3-123.3.2 Dukungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota ...... 3-133.4 Luas Tanah Yang Dibutuhkan 3-153.5 Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan Pengadaan Tanah .. 3-153.6 Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan Pembangunan . 3-153.7 Perkiraan Nilai Tanah . 3-15

    3.7.1 Nilai Ganti Rugi .... 3-163.7.2 Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) .. 3-163.7.3 Biaya Pengadaan Tanah .... 3-173.7.4 Biaya P2T ........ 3-17

    3.8 Rencana Penganggaran 3-18

    BAB IV. KERANGKA KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR BIDANG PU 4-14.1 Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Tahap Pra Konstruksi 4-2

    4.1.1 Data dan Informasi Kegiatan Pembangunan InfrastrukturBidang PU ...... 4-3

    4.1.2 Proposal Rencana Pembangunan ... 4-104.1.3 Alternatif Pengadaan/Penggantian Tanah .. 4-18

    4.2 Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Tahap Konstruksi . 4-274.2.1 Penetapan Lokasi Kegiatan ... 4-284.2.2 Penghormatan Terhadap Hak Atas Tanah .. 4-28

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 iv

    4.2.3 Jaminan Kehidupan Yang Lebih Baik .. 4-294.2.4 Pembangunan Yang Berkeadilan .... 4-304.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ..... 4-314.2.6 Masyarakat Sebagai Mitra . 4-31

    4.3 Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Tahap Pasca Konstruksi 4-314.3.1 Dukungan dan Kerja Sama Antar Daerah ... 4-314.3.2 Obyek Kerja Sama Daerah 4-314.3.3 Sinkronisasi Kegiatan Pusat-Daerah ... 4-314.3.4 Tanggung Jawab Kelembagaa ...... 4-314.3.5 Masyarakat Sebagai Pemanfaat/Pengelola Lahan

    Sekitar Lokasi ... 4-314.3.6 Pemantauan dan Evaluasi .. 4-35

    BAB V. ALTERNATIF DAN FOKUS KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH 5-15.1 Fokus Kebijakan Pengadaan Tanah.. 5-1

    5.1.2 Sinkronisasi Dengan BPN . 5-25.1.2 Program/Kegiatan Berbasis Daerah . 5-3

    5.2 Alternatif Pengadaan Tanah .... 5-45.2.1 Mekanisme Pengadaan Tanah 5-45.2.2 Konfirmasi Pengadaan Tanah .. 5-45.2.3 P2T Internal Satker . 5-55.2.4 Asas Musyawarah . 5-55.2.5 Penetapan Ganti Rugi 5-55.2.6 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 5-65.2.7 Pengurusan Serifikasi . 5-65.2.8 Tata Cara Pembayaran Tanah .. 5-6

    BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGADAANTANAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6-16.1 Kesimpulan .... 6-1

    6.1.1 Masyarakat Sebagai Pemegang Hak Atas Tanah 6-16.1.2 Pihak Terkait Pengadaan Tanah . 6-26.1.3 Karaktersitik Infrastruktur Bidang PU . 6-2

    6.2 Rekomendasi .... 6-26.2.1 Produk Hukum . 6-26.2.2 Tanggung jawab kelembagaan . 6-36.2.3 Masyarakat Sebagai Subyek . 6-3

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 v

    DAFTAR TABELTabel 1.1 Program dan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum . 1-10Tabel 1.2 Program dan Unit Organisasi Pelaksana Kementerian PU .. 1-11

    Tabel 2.1 Lokasi Program dan Kegiatan Kementerian PU .. 2-2Tabel 2.2 Jumlah Satuan Kerja per Satminkal . 2-3Tabel 2.3 Pencapaian 2005-2009 dan Target Pembangunan Irigasi 2010-2014 2-25Tabel 2.4 Rekapitulasi Pembangunan Waduk/Bendungan 2010-2014 . 2-25

    Tabel 3.1. Klasifikasi Fungsi dan Sub Fungsi ... 3-4Tabel 3.2 Rincian Menurut Program dan Kegiatan .... 3-5Tabel 3.3 Rencana Rinci Bidang Infrastruktur untuk Irigasi 3-6Tabel 3.4 Rencana Rinci Bidang Infrastruktur untuk Rehabilitasi/

    Pembangunan Jalan dan Jembatan .. 3-7Tabel 3.5 Rencana Rinci Bidang Infrastruktur untuk Air Baku 3-7Tabel 3.6 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang PU 3-9Tabel 3.7 Target Pembangunan Waduk 2010-2014 . 3-12Tabel 3.8 Matriks Sinkronisasi Pusat dan Daerah 3-12Tabel 3.3 Rencana Rinci Bidang Infrastruktur untuk Irigasi 3-12

    Tabel 4.1 Identifikasi Permasalahan Perumahan 4-27Tabel 4.2 Substansi Inti/Kegiatan Prioritas Tanah dan Tata Ruang . 4-33Tabel 4.3 Kondisi Perumahan . 4-36

  • LAPORAN DRAFT FINAL PAKET 12 TA 2010 vi

    DAFTAR GAMBARGambar 1.1 Diagram Alir Kajian Kebijakan Pengadaan Tanah ... 1-14

    Gambar 2.1 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana SDA SebagaiBagian Program 5 Tahun .... 2-17

    Gambar 2.2 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana JalanSebagai Bagian Program 5 Tahun (1) . 2-17

    Gambar 2.3 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana JalanSebagai Bagian Program 5 Tahun (2) ....... 2-18

    Gambar 2.4 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana JalanSebagai Bagian Program 5 Tahun (3) . 2-18

    Gambar 2.5 Target Program Strategis Sub Bidang Infrastruktur PermukimanSebagai Bagian Program 5 Tahun .. 2-19

    Gambar 2.6 Peran Pembangunan Infrastruktur Bidang PU . 2-23

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 1

    Peningkatan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum (khususnyainfrastruktur jalan, untuk distribusi lalu lintas barang dan manusia maupunpembentuk struktur ruang wilayah. Infrastuktur sumber daya air, untuk mendukungpenyimpanan dan pendistribusian air maupun prasarana dan sarana untukpengendalian daya rusak air. Infrastruktur cipta karya, termasuk infrastrukturlingkungan perumahan dan permukiman, sebagai pendukung kualitas kehidupandan penghidupan masyarakat yang mencakup pelayanan transportasi lokal,pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan termasuk penanganan persampahan,penyediaan drainase untuk mengatasi genangan dan pengendalian banjir, sertapenanganan air limbah domestik) memerlukan dukungan jaminan kepastian hukumdi bidang pertanahan. Tanah dibutuhkan dalam semua tahapan konstruksi, baikpada saat prakonstruksi maupun dalam tahap pascakonstruksi atau dalammenunjang asas manfaat. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan

    cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah ataudengan pencabutan hak atas tanah (Perpres 36/2005).

    Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengancara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah (Perpres65/2006).

    Kerangka Acuan Kerja (KAK) KAJIAN KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH DALAMMENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUMTA 2010 sebagai bagian tak terpisahkan dari dokumen kontrak, secara umummerupakan landasan kerja bagi Konsultan dalam menyelesaikan tugas. Di sisi lain,KAK berfungsi sebagai alat kendali, pemantauan dan evaluasi bagi pemberi tugas/pengguna jasa. Melalui pemahaman atas KAK, Konsultan akan mendapatkankejelasan atas proses atau tahapan pekerjaan dan substansi yang akan disajikan.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 2

    Mengantispasi berbagai perubahan yang akan mempengaruhi proses pekerjaanmaupun hasil yang diharapkan, baik dari hasil konsultasi dengan Tim Teknis,pembahasan laporan, masukan manajemen, kondisi di lapangan, perkembangankebijakan, percepatan kegiatan 2010 akan diakomodir dalam laporan pekerjaan.Tahapan proses sesuai dengan KAK, baik bersifat laporan maupun status kegiatan.

    1.1. SUBSTANSI DAN FOKUS KAKKAK sebagai landasan operasional (kandungan administratif maupun muatansubstantif) dalam melaksanakan pekerjaan jasa konsultasi. Bab ini menyajikansubstansi dan administratif dan fokus KAK, meliputi :

    1.1.1. LATAR BELAKANGPengadaan tanah masih merupakan persoalan utama pembangunan bidangPekerjaan Umum, terutama pada masa Reformasi ini. Kendala pengadaantanah akibat naiknya harga tanah secara ekstrim sesungguhnya bukanlah halbaru, namun sejauh ini, Pemerintah belum juga berhasil menemukan formulayang tepat dalam memecahkan masalah klasik ini.

    Sistem pertanahan di Indonesia mengadopsi sistem Eropa daratan, di manapengakuan atas hak-hak kepemilikan tanah (individu, kolektif, maupun adat)diakui secara penuh (sacred) dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa olehsiapapun (unviolated). Namun, atas nama keselamatan dan/atau kepentinganumum Pemerintah dapat menggunakan haknya untuk mengambil alih hakatas tanah tersebut melalui mekanisme kompensasi yang layak. HakPemerintah ini disebut dengan Empirium.

    Pemerintah menterjemahkan hak emporium tersebut, misalnya, melaluipenerbitan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang PERUBAHANATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANGPENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUKKEPENTINGAN UMUM atau UU No. 26/2007 tentang PENATAAN RUANG,khususnya pasal 33 ayat (3) yang berbunyi : Penatagunaan tanah padaruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana dan sarana bagikepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah danpemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah daripemegang hak atas tanah

    Khusus dalam hal pembebasan tanah, Perpres 65/2006 terdapat 3 (tiga)alternatif yang bisa ditempuh : pertama, masyarakat menerima uang gantirugi berdasarkan musyawarah; kedua, jika mereka memerlukan tanah lagi,maka Pemerintah bisa mencarikan tempat lain sebagai penggantinya dan jikajumlahnya banyak dan minta di-resttlement maka kemungkinan bisa saja di-

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 3

    resettlement; sedangkan alternatif ketiga, dana ganti rugi tanah dapatdikonversi menjadi saham proyek infrastruktur yang bersangkutan.

    Berkaitan dengan percepatan pembangunan proyek infrastruktur terutamaadanya ketidakpastian dalam hal pengadaan tanah, diperlukan suatumekanisme pengadaan tanah yang mendukung.

    Dari penjelasan di atas, Pemerintah dapat memahami bahwa masalahpengadaan tanah sangatlah kompleks. Pemerintah perlu meninjau kembaliaturan-aturan pengadaan tanah sehingga menjadi lebih sederhana namuntegas. Pada satu titik di mana negosiasi mengenai harga tanah mengalamikebuntuan, Pemerintah perlu mengefektifkan instrument / prosedur terakhiryang sifatnya final untuk mengkompensasi pengalihan hak atas tanah sesuaidengan pagu harga tertinggi sesuai dengan masukan tim auditor independen.Secara hukum, prosedur ekspropriasi ini dimungkinkan.

    Dengan pertimbangan uraian di atas, maka kegiatan ini dibuat untuk mengkajikebijakan mengenai pengadaan tanah dalam mendukung pembangunaninfrastruktur bidang pekerjaan umum.

    1.1.2. MAKSUD DAN TUJUANa. MAKSUD

    Mengkaji kompleksitas permasalahan pengadaan tanah agar dapatdilakukan dengan transparan dan tidak berlarut-larut.

    b. TUJUANTersusunnya kajian kebijakan mengenai pengadaan tanah dalammendukung pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum.

    1.1.3. SASARANSasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya mekanisme untuk pengadaantanah yang mudah prosesnya, bersifat jangka panjang dan mengoptimalkanprinsip investasi, serta alternatif-alternatif lain dalam pengadaan tanah.

    1.1.4. KELUARANKeluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah konseppengembangan kebijakan dan mekanisme pengadaan tanah dalammendukung pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 4

    1.1.5. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANGSERTA ALIH PENGETAHUAN.a. LINGKUP KEGIATAN

    Lingkup kegiatan ini, adalah :1). Studi kepustakaan mengenai peraturan perundangan dan literatur

    terkait dengan prosedur pengadaan tanah baik di Indonesia maupun diluar negeri (best-practice).

    2). Identifikasi dan analisis berbagai program-program pembangunanbeserta permasalahan pengadaan tanah dalam pembangunan bidangPU.

    3). Menyusun rekomendasi kebijakan pembiayaan pengadaan tanahdalam mendukung kerja sama pemerintah dengan swasta untukpenyelenggaraan pembangunan bidang PU.

    b. LOKASI KEGIATANKegiatan jasa konsultasi ini harus dilaksanakan di Wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

    c. DATA DAN FASILITAS PENUNJANGPejabat Pembuat Komitmen (PPK) akan mengangkat Tim Teknis yangbertindak sebagai pengawas atau pendamping/counterpart Tenaga Ahlidalam rangka pelaksanaan jasa konsultasi.

    d. ALIH PENGETAHUANApabila dipandang perlu oleh PPK, maka penyedia jasa harus meng -adakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengansubstansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepadastaf di lingkungan Pusat Kajian Strategis.

    1.1.6. PENDEKATAN DAN METODOLOGI.Sebagai bahan acuan untuk mengerjakan pekerjaan ini dapat menggunakanmetodologi sebagai berikut :

    a. PENGUMPULAN DATASebagai dasar analisis diperlukan pengumpulan data antara lain datasekunder yang dapat dikumpulkan dengan cara kaji ulang dokumen datasekunder yang merupakan dokumen resmi/hasil kajian yang menyatakaninformasi tentang keadaan, aturan, pedoman, standar dan sebagainyabaik yang diterbitkan oleh internal maupun eksternal Departemen PU.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 5

    Selanjutnya untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan carawawancara dengan berbagai sumber untuk meggali informasi dari internaldan eksternal Departemen PU.

    b. ANALISIS DATAUntuk melakukan kajian ini secara umum menggunakan metode analisiskualitatif yaitu untuk mengkaji tentang permasalahan yang hanya dapatdianalisis secara deskriptif dan bersifat tidak terukur.

    c. PERUMUSAN KONSEP REKOMENDASI KEBIJAKANSebagai bagian dari upaya memberikan masukan kepada kebijakanDepartemen, diperlukan pengembangan konsep kebijakan yang dilandasioleh hasil-hasil pengumpulan dan analisis data yang dilakukan danmampu direkomendasikan dengan muatan substansi yang lebih aplikatif.

    1.2. APRESIASI KONSULTAN ATAS KAKBerdasarkan Usulan Teknis waktu proses pengadaan barang / jasa,pemahaman dan tanggapan atas KAK, sebagai apresiasi Konsultan, namundengan mengantisipasi Jenis Laporan yang harus diserahkan kepada PPK,khususnya pada Laporan Akhir yang diharapkan berisikan :a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;b. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;c. Jadual kegiatan penyedia jasa;d. Pendekatan dan metodologi serta hasil observasi dan analisa awal.Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulansejak SPMK diterbitkan dan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

    Konsultan akan menguraikan baik yang tersurat maupun yang tersirat, mulaidari :i. judul [dari judul banyak hal yang perlu diklarifikasi, baik secara terminologi

    maupun acuan normatif serta kajian pustaka (bahan acuan dan kompilasidata/informasi) dan kajian lapangan, faktor pengaruh / penentu kegiatan];

    ii. analisis maksud, tujuan, sasaran dan keluaran (sebagai umpan balik);serta

    iii. pendekatan dan metodologi (ilustrasi dalam bentuk diagram alir).

    Kemungkinan terjadinya pengulangan atau duplikasi redaksi antar bab, untukmemperkuat alur pikir atau adanya benang merah. Mulai dari judul, prosesipelaksanaan pekerjaan sampai pemantapan hasil akhir tetap dalam koridornyaatau benang merahnya.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 6

    Kemungkinan studi ini akan terfokus bagaimana membuat mekanisme atauaturan yang umum guna dapat menyelenggarakan pengadaan tanah untukkebutuhan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum ke depan.Kerangka sistem penyelenggaraan pengadaan tanah untuk infrastruktur bidangpekerjaan umum yang akan disusun harus dapat diterapkan dalam semua jenispenyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum, mulai daripembangunan di bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Cipta Karya,dengan tetap memperhatikan aspek Penataan Ruang di dalamnya.

    Sebagai langkah awal harus ditetapkan aspek-aspek apa saja yang akandigunakan sebagai penyusun kerangka sistem penyelenggaraan pengadaantanah untuk infrastruktur bidang pekerjaan umum tersebut. Aspek-aspek inimerupakan faktor utama dalam penyusunan kebijakan. Ada 4 (empat) aspekyang akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kerangka sistempenyelenggaraan pengadaan tanah untuk infrastruktur bidang pekerjaanumum, antara lain: 1) hukum; 2) sosial; 3) ekonomi; dan 4) kelembagaan.

    Dari masing-masing aspek tersebut akan diuraikan parameter sebagai bahanuntuk melakukan kajian dan analisis, yang selanjutnya dengan memperhatikanfaktor internal dan eksternal dari penyelenggaraan infrastruktur bidangpekerjaan umum, sistem penyelenggaraan pengadaan tanah tersebut akandisusun.

    1.2.1. APRESIASI JUDULJudul KAJIAN KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH DALAM

    MENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAANUMUM, dapat diuraikan dengan beberapa persepsi antara lain :

    a. KAJIAN KEBIJAKAN PENGADAAN TANAHDiawali dengan penetapan makna yang akan memperjelas danmembatasi tahapan berikutnya, yaitu :Pertama, kebijakan dalam arti produk hukum terkait pengadaan tanah,khususnya yang menunjang pelaksanaan pembangunan infrastrukturbidang pekerjaan umum;Kedua, kebijakan dalam arti tindakan yang telah diambil oleh KementerianPekerjaan Umum selama ini dalam mencapai tujuan pengadaan tanah,khususnya pada pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umumyang tepat biaya, waktu dan kualitas serta manfaat.

    Jadi, kajian secara paralel atau yang merupakan gabungan pengalamandan pembelajaran dengan landasan yuridis dalam pengadaan tanah dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 7

    Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 603/PRT/M/2005tentang PEDOMAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMENPENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BIDANGPEKERJAAN UMUM, telah diputuskan Sistem Pengendalian Manajemen,disingkat dengan Sisdalmen, adalah Pedoman Umum SistemPengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasaranadan Sarana Bidang Pekerjaan Umum.

    Sisdalmen disusun menurut :1). Tahap Survei, Investigasi, dan Desain (SID)2). Tahap Pengadaan Lahan (Land Acquisition/LA)3). Tahap Pelaksanaan Konstruksi (Construction/C)4). Tahap Operasi dan Pemeliharaan/O&P (Operation & Maintenance

    /O&M).

    Sisdalmen ini menguraikan secara rinci, lengkap, dan jelas tentang tatacara pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan Kontrak Jasa PelaksanaanKonstruksi (Pemborongan), yang disusun sesuai kaidah penyelenggaraanpembangunan prasarana dan sarana dalam lingkungan DepartemenPekerjaan Umum, dengan urutan tahapan kegiatan SIDLACOM.

    Sisdalmen yang merupakan sarana baik pengawasan melekat maupunpengendalian penyelenggaraan pembangunan oleh setiap kepala satuankerja (pejabat yang ditugasi), minimal harus digunakan pada setiaptahapan pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan berkesinambungan.

    Sisdalmen ini berisi hal-hal sebagai berikut :1. Perencanaan Konstruksi (SID)

    a. Tahap Pra Kontrak1). Persiapan Pengadaan2). Pemilihan Penyedia Jasa

    b. Tahap Penandatanganan Kontrak1). Penyusunan Dokumen Kontrak2). Penandatanganan Kontrak

    c. Tahap Pasca Penandatanganan Kontrak1). Persiapan Pelaksanaan Kontrak2). Pelaksanaan Kontrak3). Serah Terima Pekerjaan4). Evaluasi Produk Konsultan / Desain5). Pemanfaatan Produk

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 8

    2. Pengadaan Lahan (Land Acquisition)a. Penetapan Lokasi Pembangunanb. Permohonan Pengadaan Tanahc. Pelaksanaan Pengadaan Tanahd. Keberatan atas Keputusan Panitiae. Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugif. Pelepasan, Penyerahan, dan Permohonan Hak atas Tanahg. Risalah Pengadaan Lahanh. Pengamanan Aset

    3. Pelaksanaan Konstruksi (Construction)a. Tahap Pra Kontrak

    1). Persiapan Pengadaan2). Pemilihan Penyedia Jasa

    b. Tahap Penandatanganan Kontrak1). Penyusunan Dokumen Kontrak2). Penandatanganan Kontrak

    c. Tahap Pasca Penandatanganan Kontrak1). Persiapan Pelaksanaan Kontrak2). Pelaksanaan Kontrak

    a) Mobilisasib) Pemeriksaan bersamac) Tinjauan desaind) Pembayaran uang mukae) Buku harian dan laporan harian, mingguan, dan bulananf) Pengendalian pelaksanaan pekerjaang) Pengukuran prestasi pekerjaanh) Pembayaran prestasi pekerjaani) Perubahan kegiatan pekerjaanj) Denda dan ganti rugik) Penyesuaian/eskalasi hargal) Keadaan kahar/force majeurem) Penghentian dan pemutusan kontrakn) Perpanjangan waktuo) Kerja sama dengan sub kontraktorp) Kompensasiq) Perselisihan/disputer) Serah terima pekerjaans) Laporan hasil penilaian pelaksanaan program mutu

    3). Serah Terima Pekerjaan4). Evaluasi Produk Konsultan / Desain5). Pemanfaatan Produk

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 9

    4. Operasi dan Pemeliharaan / O & P (Operation & Maintenance / O &M).a. Penyiapan perangkat O & Pb. Program O & Pc. Ketersediaan perangkat/sumber daya O & Pd. Perencanaan Perbaikane. Pelaksanaan Perbaikanf. Kegagalan Bangunang. Keluaran/outputh. Manfaat/outcomei. Penyerahan proyek selesai

    b. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM.Bidang Pekerjaan Umum mempunyai beberapa pengertian, antara lain :Bidang Pekerjaan Umum adalah kegiatan yang meliputi subbidangSumber Daya Air, Bina Marga, Perkotaan dan Perdesaan, Air Minum, AirLimbah, Persampahan, Drainase, Permukiman, Bangunan Gedung danLingkungan, serta Jasa Konstruksi.(sumber Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2008tentang PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEPARTEMEN PEKERJAANUMUM YANG MERUPAKAN KEWENANGAN PEMERINTAH DANDILAKSANAKAN MELALUI DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN).

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2007 tentangPERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR51/PRT/2005 TENTANG RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN PEKERJAANUMUM TAHUN 20052009 menyebutkan bahwa berdasarkan tugas danfungsi Departemen Pekerjaan Umum, infrastruktur dalam lingkup bidangpekerjaan umum tersebut meliputi: infrastruktur jalan, untuk distribusilalulintas barang dan manusia maupun pembentuk struktur ruang wilayah.Infrastuktur sumber daya air, untuk mendukung penyimpanan danpendistribusian air maupun prasarana dan sarana untuk pengendaliandaya rusak air. Infrastruktur cipta karya, termasuk infrastrukturlingkungan perumahan dan permukiman, sebagai pendukung kualitaskehidupan dan penghidupan masyarakat yang mencakup pelayanantransportasi lokal, pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan termasukpenanganan persampahan, penyediaan drainase untuk mengatasigenangan dan pengendalian banjir, serta penanganan air limbahdomestik.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 10

    Berdasarkan Peprpres 67/2005 jenis infrastruktur yang dapat dikerja -samakan dengan Badan Usaha mencakup:a. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;b. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;c. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku,

    jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;dan

    d. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah,jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahanyang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan.

    Jenis infrastruktur ini dikerjasamakan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku di sektor yang bersangkutan.

    Mengacu pada Perpres 65/2006, pembangunan untuk kepentingan umumyang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah, yang selanjutnyadimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,meliputi :a. jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas

    tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih,saluran pembuangan air dan sanitasi;

    b. waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairanlainnya;

    c. pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api ,dan terminal;d. fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya

    banjir, lahar, dan lain-lain bencana;e. tempat pembuangan sampah;f. cagar alam dan cagar budaya;g. pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

    Mulai tahun anggaran 2010, Kementerian Pekerjaan Umum menetapkanInfrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman. Program dan kegiatan,meliputi :

    Tabel 1.1. Program dan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum

    9 PROGRAM DAN 56 KEGIATANSDA 1 Program 9 kegiatanBina Marga 1 Program 8 kegiatanCipta Karya 1 Program 7 kegiatanPenataan Ruang 1 Program 6 kegiatanSetjen 1 Program 8 kegiatan

    1 Program 2 kegiatan

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 11

    Itjen 1 Program 6 kegiatanBalitbang 1 Program 5 kegiatanBPKSDM 1 Program 5 kegiatan

    Tabel 1.2. Program dan Unit Organisasi PelaksanaKementerian Pekerjaan Umum

    P R O G R A M UNIT ORGANISASIPELAKSANAN

    1. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT JENDERALSUMBER DAYA AIR.2. PENYELENGGARAAN JALAN DIREKTORAT JENDERALBINA MARGA.3. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUK -

    TUR PERMUKIMAN.DIREKTORAT JENDERALCIPTA KARYA.

    4. PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERALPENATAAN RUANG.5. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN

    TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIANPEKERJAAN UMUM. SEKRETARIAT JENDERAL

    6. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANAAPARATUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM.

    7. PENINGKATAN PENGAWASAN DANAKUNTABILITAS APARATUR NEGARA. INSPEKTORAT JENDERAL

    8. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIANPEKERJAAN UMUM.

    BADAN PENELITIAN DANPENGEMBANGAN.

    9. PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINAANKONSTRUKSI.

    Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman mempunyaimanfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitaslingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakanlapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil.Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi dapatdibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaaninfrastruktur. Infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang telahterbangun tersebut pada akhirnya juga akan dapat memperbaiki kualitaspermukiman.

    Perwujudan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukimantersebut terlihat melalui: (i) Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatanyang berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusiamaupun pembentuk struktur ruang wilayah; (ii) Infrastuktur sumber dayaair yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untukkeperluan domestik (rumah tangga), industri, dan pertanian guna

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 12

    mendukung ketahanan pangan, dan pelaksanaan konservasi sumber dayaair, serta pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusakair; dan (iii) Infrastruktur permukiman yang berperan dalam menyediakanpelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman diperkotaan dan perdesaan dan revitalisasi kawasan serta pengembangankawasan agropolitan. Seluruh penyediaan infrastruktur tersebutdiselenggarakan berbasiskan penataan ruang.

    1.2.2. APRESIASI MAKSUD, TUJUAN, SASARAN DAN KELUARAN.Maksud, tujuan dan sasaran serta keluaran jika ditarik mundur, bisa sebagaifaktor penentu/pengaruh, sebagai koridor yang mengarahkan ataumengerucutkan substansi pekerjaan.

    a. MAKSUDMengkaji kompleksitas permasalahan pengadaan tanah agar dapatdilakukan dengan transparan dan tidak berlarut-larut. Mengkaji diperlukan data/informasi yang lengkap, akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan serta metode kajian. Data/informasi tersebut diperoleh secara primer (ke instansi ybs,

    kuesioner,dll) maupun secara sekunder (laporan bulanan/tahunan,format sesuai PP 39/2006, memorandum program, bahan pidatokenegaraan, hasil monev internal, dsb khususnya pengalamanKementerian Pekerjaan Umum).

    Permasalahan pengadaan tanah, mulai dari penerapan produk hukumsampai hasil pelaksanaan di lapangan.

    Pengadaan tanah tidak bisa dilakukan sendiri oleh KementerianPekerjaan Umum.

    Dimungkinkan untuk mengembangkan sistem informasi pengadaantanah.

    b. TUJUANTersusunnya kajian kebijakan mengenai pengadaan tanah dalammendukung pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum. Hasil kebijakan yang berbasis apakah pencapaian (keluaran/hasil/

    dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yangingin dipecahkan.

    Hasil kajian yang menyiratkan efisiensi (keluaran dan hasildibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadapsasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatuprogram.

    Hasil kajian ini juga mengidentifikasi atau menemukenali potensipengadaan tanah mendatang dengan mempertimbangkan berbagai

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 13

    faktor kunci pembentuk daya tarik investasi pembangunan infrastrukturbidang pekerjaan umum.

    c. SASARANSasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya mekanisme untukpengadaan tanah yang mudah prosesnya, bersifat jangka panjang danmengoptimalkan prinsip investasi, serta alternatif-alternatif lain dalampengadaan tanah. Analisa kebijakan dan pelaksanaan pengadaan tanah, mulai dari

    peraturan perundang-undangan, paket kebijakan pengadaan tanahdalam investasi, paket kebijakan percepatan pembangunaninfrastruktur, kelembagaan, SDM, dsb.

    Memberikan rekomendasi implementasi pembangunan infrastrukturbidang pekerjaan umum yang berisiko tinggi

    Memberikan rekomendasi berbagai alternatif dalam pengadaan tanah.

    d. KELUARANKeluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah konseppengembangan kebijakan dan mekanisme pengadaan tanah dalammendukung pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum. Rancangan kerangka kebijakan dan pedoman operasional pengadaan

    tanah. Rancangan bersifat umum untuk pengadaan tanah dalam

    pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum.

    1.2.3. APRESIASI PENDEKATAN DAN METODOLOGI.Gambar 1. menunjukkan pendekatan dan metodologi berdasarkan KAK,dengan batasan :a. Fokus Masalah

    Merupakan upaya pengumpulan data/informasi, baik sekunder maupunprimer, dengan melihat berbagai permasalahan dalam pengadaan tanah.Kajian bersifat pararel, antara produk hukum dengan operasionalisasi dilapangan.

    b. Pengalaman dan pembelajaranBerbagai permasalahan hanya dapat dianalisis secara deskriptif danbersifat tidak terukur, khususnya pengalaman dalam pengadaan tanahyang mewakili sumber daya air, bina marga dan cipta karya. Berbagaipengalaman, antar satminkal bisa berbeda atau tidak sama, namunmempunyai basis yang sama (untuk kepentingan umum atau bernilaistrategis).

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 14

    c. KesimpulanPengolahan data sekunder diimbangi konfirmasi dari pihak terkait, baikdari aspek yuridis maupun operasional, mungkin sudah dapat diambilberbagai kesimpulan. Melalui mekanisme diskusi, review, pembahasan,maka perumusan konsep rekomendasi kebijakan secara substansial dapatlebih aplikatif.

    Gambar 1.1. Diagram alir kajian kebijakan pengadaan tanah dalam mendukungpembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum.

    1.3. SISTEMATIKA PELAPORANJenis laporan yang harus diserahkan kepada PPK meliputi :a. LAPORAN PENDAHULUAN, berisi :

    1). Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;2). Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;3). Jadwal kegiatan penyedia jasa;4). Pendekatan dan metodologi serta hasil observasi dan analisa awal.Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMKditerbitkan dan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

    b. LAPORAN ANTARA/INTERIM, berisi :Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, diserahkan selambat-lambatnya 3(tiga) bulan sejak SPMK diterbitkan dan dibuat sebanyak 15 (lima belas)buku laporan.

    KESIMPULANPENGALAMAN DAN PEMBELAJARAN

    Kebutuhanakan

    infrastrukturbidang PU

    PengadaanTanah

    Produk HukumPertanahan

    Titik kritisPengadaan

    Tanah

    PelaksanaanPengadaan

    Tanah

    AlternatifPengadaan

    Tanah

    Pemilikan,Penguasaan,Penggunaan,

    danPemanfaatan

    Tanah1. Konsolidasi

    Tanah.2. Bank Tanah.

    RekomendasiKebijakanPengadaan

    Tanah

    FOKUS MASALAH

    Produk HukumSektoral

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 15

    c. LAPORAN DRAFT FINAL, berisi :Konsep pengembangan kebijakan pengadaan tanah dalam mendukungpembangunan infrastruktur PU.

    Diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak SPMK diterbitkandan dibuat sebanyak 15 (lima belas) buku laporan,

    d. LAPORAN AKHIR, berisi :Seluruh hasil pekerjaan termasuk kesimpulan dan rekomendasi, serta telahdisempurnakan berdasarkan hasil pembahasan dengan Tim Teknis.Laporan dilengkapi dengan eksekutif summary yang menyajikan secararingkas isi keseluruhan pekerjaan yang dilakukan.

    Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan sejak SPMKditerbitkan dan dibuat sebanyak 20 (dua puluh) buku laporan disertaipenyerahan 5 (lima) buah dalam bentuk Compact Disk (CD) yang berisiseluruh laporan dan 15 (lima belas) laporan eksekutif summary.

    Untuk Laporan Draft Final disajikan dalam bentuk bab-bab :

    BAB I. PENDAHULUANBersisikan antara lain substansi KAK, apresiasi konsultan atas KAKdan sistematika pelaporan. Juga mengakomodir masukan dari hasilpembahasan Laporan Antara.

    BAB II. RENCANA STRATEGIS SEBAGAI DASAR PERENCANAANPENGADAAN TANAH.Mengacu pada Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014,memang secara tak langsung tersirat adanya pembangunaninfrastruktur yang membutuhkan tanah.

    BAB III. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH INFRASTRUKTUR BIDANGPU UNTUK KEPENTINGAN UMUM.Sebagian pembangunan infrastruktur PU masuk pembangunan untukkepentingan umum. Berbagai produk hukum tentang tanah, jasakonstruksi, pengadaan barang/jasa, dsb mempengaruhi pengadaantanah untuk pembangunan infrastruktur bidang PU.

    Pengadaan tanah sebagai domain BPN, berarti setiap K/L yangmembutuhkan tanah harus berkoordinasi dengan BPN.

  • Laporan Akhir. Paket 12 . TA 2010 halaman 1- 16

    BAB IV. KERANGKA KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH INFRASTRUKTURBIDANG PU.Praktek pengadaan tanah di Kementerian PU sangat kompleks dandinamis. Sumber dana pinjaman/hibah luar negeri, pemberi pinjamanjuga mengatur pengadaan tanah.

    Pengadaan tanah disesuaikan dengan tahapan dalam pekerjaankonstruksi atau berdasarkan Sisdalmen. Sampai tahap operasi danpemeliharaan, Kementerian PU tetap peduli pada masyarakat terkenadampak pembangunan infrastruktur bidang PU.

    BAB V. ALTERNATIF DAN FOKUS PENGADAAN TANAHPemerintah kabupaten/kota sebagai penerima manfaat berdampakpada perencanaan, pemrograman dan penganggaran padapembangunan daerah.

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 1

    Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yang menjadi tanggungjawab dan wewenang Kementerian PU, didasarkan atas prioritas pembangunanyang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, RencanaStrategis dan Rencana Kerja Pemerintah.

    Rencana Strategis Kementerian PU yang selanjutnya disebut Renstra KementerianPU, adalah dokumen perencanaan Kementerian PU untuk periode 5 (lima) tahunterhitung sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Renstra Kementerian PUditetapkan dengan Peraturan Menteri PU Nomor: 02/PRT/M/2010 Tentang RENCANASTRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010-2014, pada tanggal 29Januari 2010. Renstra Kementerian PU disebut pula sebagai Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM) Kementerian/Lembaga.

    Renstra Kementerian PU meliputi uraian tentang Mandat, Tugas, Fungsi danKewenangan serta Peran Kementerian PU, Kondisi dan Tantangan serta IsuStrategis, Visi dan Misi Kementerian PU, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, Strategi,Program, Kegiatan dan Target Capaian yang dilengkapi dengan pendanaan,indikator output, outcome dan indikator kinerja utama (IKU).

    Renstra Kementerian PU merupakan acuan untuk menyusun Renja Kementerian PU(yang selanjutnya disebut Renja 2. Kementerian PU, adalah dokumen perencanaanKementerian Pekerjaan Umum untuk periode 1 (satu) tahun) yang dijabarkan lebihlanjut oleh setiap Satminkal di lingkungan Kementerian PU dalam penyusunanprogram 5 (lima) tahun tiap Satminkal. Dengan ditetapkannya Renstra KementerianPU ini maka selanjutnya Renstra harus menjadi acuan dalam penyusunan programmasing-masing satminkal di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sertaRencana Kerja dan Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum setiap tahun mulaitahun 2010, 2011, 2112, 2013, sampai dengan tahun 2014.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 2

    2.1. TUGAS, FUNGSI, MANDAT DAN KEWENANGAN SERTA PERAN KEMEN -TERIAN PU 2010-2014.Untuk mendapatkan kondisi nyata kebutuhan akan tanah, diperlukan pemahamanatas berbagai uraian yang tercantum dalam Renstra Kementerian PU. Narasidalam Renstra mengarah s.d. program dan kegiatan, yang terbagi dalamsistem satu satminkal 1 program (bisa lebih), seperti tergambar dalam Tabel2.1. Program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsiKementerian Pekerjaan Umum yang disusun dengan berpedoman padaRPJMN 2010 - 2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5Tahun 2010 pada tanggal 20 Januari 2010 dan bersifat indikatif..

    Mulai tahun anggaran 2010, Kementerian Pekerjaan Umum menetapkanInfrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman. Lokasi Program dan kegiatan,dijabarkan oleh setiap Satminkal :

    Tabel 2.1. Lokasi Program dan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum

    9 PROGRAM DAN 56 KEGIATAN LOKASISDA 1 Program 9 kegiatan Pusat, tersebar

    di kab/kota,lintas kab/kota,provinsi, lintasprovinsi, skalanasional

    Bina Marga 1 Program 8 kegiatanCipta Karya 1 Program 7 kegiatanPenataan Ruang 1 Program 6 kegiatanSetjen 1 Program 8 kegiatan

    1 Program 2 kegiatanItjen 1 Program 6 kegiatanBalitbang 1 Program 5 kegiatanBPKSDM 1 Program 5 kegiatan

    Berbagai upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran Kementerian PekerjaanUmum akan dilaksanakan melalui target-target berupa program dan kegiatan,baik yang bersifat reguler maupun berupa dukungan terhadap prioritas danfokus prioritas nasional, dengan mempertimbangkan kondisi keuangan negaradan perkembangan situasi ekonomi gobal.

    Pelaksanan program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Renstratersebut akan memerlukan koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antaraPemerintah dengan Pemerintah Daerah dan antara Pemerintah, PemerintahDaerah dengan Dunia Usaha agar keseluruhan sumber daya yang ada dapatdigunakan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalamrangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yanglebih merata.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 3

    Oleh karenanya penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum danpermukiman perlu dilandasi dengan kerangka peraturan perundang-undanganyang mantap dan supportif dan menjadi dasar bagi penyelenggaraanpembangunan infrastruktur ke depan yang lebih terpadu dan efektif yangmengedepankan proses partisipatif dan menghasilkan output dan outcomeyang optimal.

    Tabel 2.2. Jumlah Satuan Kerja per Satminkal

    SATMINKAL Pusat UPT /BalaiS N V T

    S K P DTotalT P Dekon

    Prov Kab/Kota ProvKab/Kota Prov

    1. Ditjen SDA 8 30 40 --- 27 132 --- 2372. Ditjen MB 10 14 144 --- 31 --- --- 1993. Ditjen CK 15 --- 162 355 --- --- --- 5324. Ditjen PR 6 1 --- --- --- --- 32 395. Sekjen 10 13 1 --- --- --- --- 246. Itjen 1 --- --- --- --- --- --- 17. Balitbang 5 13 --- --- --- --- --- 188. Bapekon 3 12 --- --- --- --- --- 159. B P J T 1 --- --- --- --- --- --- 110. BPPSPAM 1 --- --- --- --- --- --- 1T o t a l 60 83 347 355 58 132 32 1.067

    2.1.1 TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN PUTugas dan Fungsi Kementerian PU, sudah dipatok dalam Pasal 391 danPasal 392, Peraturan Presiden RI Nomor : 24 tahun 2010 Tentang KEDUDUKAN,TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA, tertanggal 14 April2010, tersurat sebagai berikut :

    Bagian KeempatbelasKementerian Pekerjaan Umum

    Pasal 390(1) Kementerian Pekerjaan Umum berada di bawah dan bertanggung

    jawab kepada Presiden.(2) Kementerian Pekerjaan Umum dipimpin oleh Menteri Pekerjaan

    Umum.Pasal 391

    Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai tugas menyelenggarakanurusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untukmembantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 4

    Pasal 392Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 391,Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi:a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang

    pekerjaan umum;b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

    tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum;c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

    Pekerjaan Umum;d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

    urusan Kementerian Pekerjaan Umum di daerah; dane. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

    Susunan organisasi Eselon I Kementerian PU, tugas Wakil Menteri PU, tugasStaf Ahli, dan tugas dan fungsi Satminkal diuraikan lebih lanjut dalam Pasal393 s.d. Pasal 411.

    2.1.2 MANDAT KEMENTERIAN PUTerkait dengan tugas dan fungsi tersebut, dalam PP RI 38/2007 tentangPEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHANDAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA, telahditetapkan secara lebih spesifik tentang mandat yang diberikan kepadaKementerian PU yang terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu urusanbidang Pekerjaan Umum dan urusan bidang Penataan Ruang yangselanjutnya dibagi lagi ke dalam sub-sub bidang. Setiap sub bidang terdiri darisub-sub bidang yang meliputi pengaturan, pembinaan dan pemberdayaan,pembangunan dan pengelolaan, serta pengawasan dan pengendalian.

    Berdasarkan Undang-Undang sektor ke-PU-an yang terdiri atas : Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PENATAAN RUANG, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang SUMBER DAYA AIR, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang PENGELOLAAN SAMPAH, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BANGUNAN GEDUNG, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang PERUMAHAN DAN

    PERMUKIMAN, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang JASA KONSTRUKSI,penyelenggaraan bidang PU dan permukiman telah dimandatkan secarategas oleh ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan peraturanpelaksanaannya yang menjadi turunan dari UU di atas.

    Sebagai dasar hukum pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, telahditerbitkan empat Peraturan Pemerintah (PP) dari sepuluh PP turunan UU No.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 5

    7 Tahun 2004 tentang SUMBER DAYA AIR, yaitu: (a) PP No.16 Tahun 2005tentang PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM; (b) PP No.20Tahun 2006 tentang Irigasi; (c) PP No. 42 Tahun 2008 tentang PengelolaanSumber Daya Air; dan (d) PP No.43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.Beberapa peraturan perundangan yang telah disahkan sebagai pedomanoperasional dalam pelaksanaan koordinasi/pengelolaan sumber daya air,yaitu: (a) Perpres No.12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya Air; (b)Keppres No. 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Dewan Sumber Daya Air;dan (c) Kepmen PU No.390/KPTS/M/2007 tentang Penentuan Status DaerahIrigasi serta 4 (empat) Permen PU lainnya.

    Sub bidang dalam bidang PU yang menjadi mandat Kementerian PU adalahsebagai berikut:

    a. SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR1). Pengaturan, meliputi 1) penetapan kebijakan nasional sumber daya air;

    2) penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungailintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungaistrategis nasional; 3) penetapan rencana pengelolaan sumber daya airpada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, danwilayah sungai strategis nasional; 4) penetapan dan pengelolaankawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional; 5)pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional, wadah koordinasisumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan wadah koordinasisumber daya air wilayah sungai strategis nasional; 6) penetapannorma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumberdaya air; 7) penetapan status daerah irigasi yang sudah dibangun yangmenjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, pemerintahprovinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; dan 8) pengesahanpembentukan komisi irigasi antar provinsi.

    2). Pembinaan, meliputi 1) penetapan dan pemberian izin ataspenyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber dayaair pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara,dan wilayah sungai strategis nasional; 2) penetapan dan pemberianrekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, danpengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dancekungan air tanah lintas negara; 3) menjaga efektivitas, efisiensi,kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya airpada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, danwilayah sungai strategis nasional; 4) pemberian bantuan teknis dalampengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota; 5)

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 6

    fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaansumber daya air; 6) pemberian izin pembangunan, pemanfaatan,pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluranirigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasilintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategisnasional; 7) pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaansumber daya air tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota; dan 8)pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat pusat, provinsidan kabupaten/kota.

    3). Pembangunan/Pengelolaan, meliputi 1) konservasi sumber daya airpada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, danwilayah sungai strategis nasional; 2) pendayagunaan sumber daya airpada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, danwilayah sungai strategis nasional; 3) pengendalian daya rusak air yangberdampak skala nasional; 4) penyelenggaraan sistem informasisumber daya air tingkat nasional; 5) pembangunan dan peningkatansistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi,daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional; 6)operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dansekunder pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha ataupada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dandaerah irigasi strategis nasional; dan 7) Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungailintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungaistrategis nasional.

    4). Pengawasan dan Pengendalian, meliputi pengawasan pengelolaansumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungailintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

    b. SUB BIDANG BINA MARGA1). Pengaturan, meliputi pengaturan jalan secara umum dan pengaturan

    jalan nasional serta pengaturan jalan tol.2). Pembinaan, meliputi pembinaan jalan secara umum dan jalan

    nasional; pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalankabupaten/kota; pembinaan jalan tol yaitu penyusunan pedoman danstandar teknis, pelayanan, pemberdayaan serta penelitian danpengembangan.

    3). Pembangunan dan Pengusahaan, meliputi pembangunan jalannasional dan pengusahaan jalan tol.

    4). Pengawasan, meliputi pengawasan jalan secara umum danpengawasan jalan nasional.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 7

    c. SUB BIDANG PERSAMPAHAN1). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan dan strategi nasional

    pengembangan prasarana dan sarana persampahan.2). Pembinaan, antara lain fasilitasi penyelesaian masalah dan

    permasalahan antarprovinsi.3). Pembangunan, antara lain fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan

    pembangunan prasarana dan sarana persampahan secara nasional(lintas provinsi).

    4). Pengawasan, antara lain pengawasan dan pengendalianpengembangan persampahan secara nasional.

    d. SUB BIDANG DRAINASE1). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan dan strategi nasional

    dalam penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan.2). Pembinaan, antara lain fasilitasi bantuan teknis pembangunan,

    pemeliharaan dan pengelolaan drainase.3). Pembangunan, antara lain fasilitasi penyelesaian masalah dan

    permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulanganbanjir lintas provinsi.

    4). Pengawasan, antara lain evaluasi kinerja penyelenggaraan sistemdrainase dan pengendali banjir secara nasional.

    e. SUB BIDANG AIR MINUM1). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan dan strategi nasional

    pengembangan pelayanan air minum.2). Pembinaan, antara lain fasilitasi penyelesaian masalah dan

    permasalahan antarprovinsi, yang bersifat khusus, strategis, baik yangbersifat nasional maupun internasional.

    3). Pembangunan, antara lain fasilitasi pemenuhan kebutuhan air bakuuntuk kebutuhan pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum(SPAM) secara nasional.

    4). Pengawasan, antara lain pengawasan terhadap seluruh tahapanpenyelenggaraan pengembangan SPAM secara nasional.

    f. SUB BIDANG AIR LIMBAH1). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan dan strategi nasional

    pengembangan prasarana dan sarana air limbah.2). Pembinaan, antara lain fasilitasi penyelesaian permasalahan antar

    provinsi yang bersifat khusus, strategis baik yang bersifat nasionalmaupun internasional.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 8

    3). Pembangunan, antara lain fasilitasi pengembangan PS air limbahskala kota untuk kota-kota metropolitan dan kota besar dalam rangkakepentingan strategis nasional.

    4). Pengawasan, antara lain pengendalian dan pengawasan ataspenyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah.

    g. SUB BIDANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN1). Pengaturan, antara lain penetapan peraturan perundang-undangan,

    norma, standar, prosedur dan kriteria/bangunan gedung dan lingkungan.2). Pembinaan, antara lain pemberdayaan kepada pemerintah daerah dan

    penyelenggara bangunan gedung dan lingkungannya.3). Pembangunan, antara lain fasilitasi bantuan teknis penyelenggaraan

    bangunan gedung dan lingkungan.4). Pengawasan, antara lain pengawasan secara nasional terhadap

    pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman, dan standarteknis bangunan gedung dan lingkungannya, serta gedung dan rumahnegara.

    h. SUB BIDANG PERMUKIMAN1). Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba)

    yang berdiri sendiri, terdiri dari:a). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan teknis Kasiba dan

    Lisiba nasional.b). Pembinaan, antara lain fasilitasi peningkatan kapasitas daerah

    dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba.c). Pembangunan, antara lain fasilitasi penyelenggaraan pembangunan

    Kasiba dan Lisiba strategis nasional.d). Pengawasan, antara lain pengawasan dan pengendalian kebijakan

    nasional penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba.

    2). Permukiman Kumuh/Nelayan, terdiri dari:a). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan nasional tentang

    penanggulangan permukiman kumuh perkotaan dan nelayan.b). Pembinaan, yaitu fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam

    pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh secaranasional (bantuan teknis).

    c). Pembangunan, antara lain fasilitasi program penangananpermukiman kumuh bagi lokasi yang strategis secara nasional.

    d). Pengawasan, antara lain melaksanakan pengawasan danpengendalian penanganan permukiman kumuh nasional.

    3). Pembangunan Kawasan, terdiri dari:

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 9

    a). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan pembangunankawasan strategis nasional.

    b). Pembinaan, antara lain fasilitasi peningkatan kapasitas daerahdalam pembangunan kawasan strategis nasional.

    c). Pembangunan, yaitu fasilitasi penyelenggaraan pembangunankawasan strategis nasional.

    d). Pengawasan, antara lain pengawasan dan pengendalianpembangunan kawasan strategis nasional.

    i. SUB BIDANG PERKOTAAN DAN PERDESAAN1). Pengaturan, antara lain penetapan kebijakan dan strategi nasional

    pembangunan perkotaan dan perdesaan.2). Pembinaan, antara lain fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen

    pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) perkotaandan pedesaan tingkat nasional.

    3). Pembangunan, antara lain fasilitasi perencanaan programpembangunan PS perkotaan dan perdesaan jangka panjang danjangka menengah.

    4). Pengawasan, antara lain pengawasan dan pengendalian programpembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaansecara nasional.

    j. SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI1). Pengaturan, antara lain penetapan dan penerapan kebijakan nasional

    pengembangan usaha, termasuk upaya mendorong kemitraanfungsional sinergis.

    2). Pemberdayaan, antara lain pemberdayaan Lembaga PengembanganJasa Konstruksi (LPJK) Nasional serta asosiasi badan usaha danprofesi tingkat nasional.

    3). Pengawasan, antara lain pengawasan guna tertib usaha mengenaipersyaratan perizinan dan ketentuan ketenagakerjaan.

    Sub bidang dalam bidang Penataan Ruang, yang menjadi mandatKementerian PU terdiri dari:

    k. SUB BIDANG PENGATURAN, meliputi :1). Penetapan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.2). Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang

    penataan ruang.3). Penetapan penataan ruang perairan di luar 12 (dua belas) mil dari

    garis pantai.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 10

    4). Penetapan kriteria penentuan dan kriteria perubahan fungsi ruangsuatu kawasan yang berskala besar dan berdampak penting dalamrangka penyelenggaraan penataan ruang.

    5). Penetapan kawasan strategis nasional.6). Penetapan kawasan-kawasan andalan.7). Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan ruang.

    l. SUB BIDANG PEMBINAAN, meliputi :1). Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan

    wilayah.2). Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang.3). Sosialisasi SPM bidang penataan ruang.4). Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan

    penataan ruang terhadap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.5). Pendidikan dan pelatihan.6). Penelitian dan pengembangan.7). Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang

    nasional.8). Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat.9). Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.10). Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas provinsi.11). Pembinaan penataan ruang untuk lintas provinsi.

    m. SUB BIDANG PEMBANGUNAN, meliputi :1). Perencanaan Tata Ruang

    a). Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang WilayahNasional (RTRWN).

    b). Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang KawasanStrategis Nasional

    c). Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWN.

    2). Pemanfaatan Ruanga). Penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan

    ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar provinsi.b). Pemanfaatan kawasan strategis nasional.c). Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWNd). Pemanfaatan investasi di kawasan andalan dan kawasan strategis

    nasional serta kawasan lintas provinsi bekerjasama denganpemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha.

    e). Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 11

    f). Penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaansumber daya air, neraca penatagunaan udara, neraca penatagunaansumberdaya alam lainnya.

    g). Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN danRencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

    h). Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan strukturdan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasanstrategis nasional.

    i). Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruangwilayah nasional dan kawasan strategis nasional.

    3). Pengendalian Pemanfaatan Ruanga). Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk lintas

    provinsi.b). Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.c). Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian

    pemanfaatan ruang nasional.d). Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN.e). Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

    RTRWN.f). Pengambilalihan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal

    pemerintah provinsi tidak dapat memenuhi SPM di bidang penataanruang.

    g). Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahanpenataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkatprovinsi.

    h). Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataanantara provinsi dengan kabupaten/kota.

    n. SUB BIDANG PENGAWASAN, meliputi :1). Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah

    nasional.2). Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah

    provinsi.3). Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah

    kabupaten/kota.

    2.1.3 KEWENANGAN KEMENTERIAN PUDalam menyelenggarakan mandat, tugas dan fungsinya, Kementerian PUmempunyai kewenangan sebagai berikut:a. penetapan kebijakan di bidang PU dan permukiman untuk mendukung

    pembangunan secara makro;

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 12

    b. penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimumyang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang PU danpermukiman;

    c. penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan wilayah;

    d. penyusunan rencana nasional secara makro di bidang PU danpermukiman;

    e. penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasitenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang PU danpermukiman;

    f. pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerahyang meliputi kelembagaan, pemberian pedoman/bimbingan, pelatihan,arahan, dan supervisi di bidang PU dan permukiman;

    g. pengaturan penetapan perjanjian atau persetujuan internasional yangdisahkan atas nama negara di bidang PU dan permukiman; penetapanstandar pemberian izin oleh daerah di bidang PU dan permukiman;

    h. penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidang PU danpermukiman;

    i. penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang PU danpermukiman; pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidangPU dan permukiman;

    j. penyelesaian perselisihan antarprovinsi di bidang PU dan permukiman;penetapan persyaratan untuk penetapan status dan fungsi jalan;pengaturan dan penetapan status jalan nasional;

    k. penetapan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestariankawasan bangunan bersejarah serta pedoman teknis pengelolaan fisikgedung dan pengelolaan rumah negara;

    l. penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dansistem manajemen konstruksi;

    m. penetapan standar pengembangan konstruksi bangunan sipil danarsitektur; dan kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Kewenangan lain yang melekat tersebut adalah penetapan pedomanperencanaan, pengembangan, pengawasan, dan pengendalianpembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman;

    n. penetapan kriteria penataan perwilayahan ekosistem daerah/ kawasantangkapan air pada daerah aliran sungai dan pedoman pengelolaansumber daya air;

    o. penetapan standar prasarana dan sarana wilayah di bidang sumberdaya air dan jaringan jalan;

    p. perencanaan makro dan pedoman pengelolaan sumber daya air lintasprovinsi;

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 13

    q. penyelenggaraan dan pemberian izin pengelolaan sumber daya airlintas provinsi;

    r. penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan dan pedesaan;s. penetapan pedoman perizinan penyelenggaraan jalan bebas hambatan

    lintas provinsi;t. penetapan kebijakan dan pembinaan pengembangan bidang

    konstruksi nasional; danu. pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan nasional serta

    prasarana dan sarana sumber daya air lintas provinsi atau yang strategisnasional sesuai dengan kesepakatan Daerah.

    2.1.4 PERAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMANPembangunan infrastruktur PU dan permukiman mempunyai manfaatlangsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan,karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerjabagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara pada masalayanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatanpengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur PU danpermukiman yang telah terbangun tersebut pada akhirnya juga akan dapatmemperbaiki kualitas permukiman.

    Disamping itu, infrastruktur PU dan permukiman juga berperan sebagaipendukung kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya antara lainsektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan. Pembangunan infrastrukturPU dan permukiman karenanya berperan sebagai stimulan dalammendukung perkembangan ekonomi wilayah yang signifikan. Olehkarenanya, upaya pembangunan infrastruktur perlu direncanakan denganmatang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah,yang pada gilirannya akan menjadi modal penting dalam mewujudkanberbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional, termasuk kaitannyadengan pencapaian sasaran-sasaran Millennium Development Goals (MDGs)pada tahun 2015 mendatang.

    Dengan demikian, pembangunan infrastruktur PU dan permukiman padadasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals, yaitu: a)meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b) meningkatkan kesejahteraanmasyarakat; dan c) meningkatkan kualitas lingkungan.

    Perwujudan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman tersebut terlihatmelalui: (i) Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berperanuntuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusia maupun

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 14

    pembentuk struktur ruang wilayah; (ii) Infrastuktur sumber daya air yangberperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluandomestik (rumah tangga), industri, dan pertanian guna mendukung ketahananpangan, dan pelaksanaan konservasi sumber daya air, serta pendayagunaansumber daya air dan pengendalian daya rusak air; dan (iii) Infrastrukturpermukiman yang berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dansanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaandan revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan. Seluruhpenyediaan infrastruktur tersebut diselenggarakan berbasiskan penataanruang.

    Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur bukan hanya harus benar-benardirancang dan diimplementasikan secara sistematis, tetapi juga harusberkualitas supaya mampu menciptakan dan membuka peluang untukmendapatkan keuntungan ekonomi (economic gains), menghadirkankeuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (publicservices), serta meningkatan partisipasi politik (political participation) disegenap lapisan masyarakat. Pembangunan infrastruktur PU danpermukiman juga harus selaras dan bersinergi dengan sektor-sektor lainnyasehingga mampu mendukung pengembangan wilayah dan permukimandalam rangka perwujudan dan pemantapan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI).

    2.2. PROGRAM DAN KEGIATAN KEMENTERIAN PU 2010-2014 .Program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di dalamRenstra Kementerian PU harus dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran programper wilayah (provinsi, kabupaten/kota) sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah-nya.

    Perwujudan program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan didalam Renstra Kementerian PU ini akan dicapai melalui pembiayaan yangbersumber dari dana pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

    Program pada dokumen Renstra Kementerian PU 2010-2014 merupakanprogram yang disusun pada masa transisi menjelang ditetapkannya strukturprogram berbasis arsitektur program dan penerapan kerangka pengeluaranjangka menengah sebagai amanat UU 17/2003 tentang Keuangan Negara danUU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

    Target Program Strategis Kementerian PU dalam periode 2010-2014 secarakeseluruhan akan meliputi:

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 15

    1. Preservasi pada ruas jalan nasional baik lintas maupun non-lintas,sehingga 94% jaringan jalan nasional dalam kondisi mantap.

    2. Peningkatan kapasitas jalan sepanjang 19.370 Km, sehingga Lintas TimurSumatera dan Pantura Jawa memiliki lebar minimum 7 m, dengan PanturaJakarta-Surabaya memenuhi spesifikasi jalan raya; Lintas SelatanKalimantan dan Lintas Barat Sulawesi memiliki lebar minimum 6 m; terjadipenurunan panjang jalan sub standar sebesar 10% dan penambahan lajurkilometer sepanjang 13.000 Km; serta panjang jalan yang memenuhispesifikasi jalan raya bertambah 400 Km.

    3. Pengurangan jumlah lokasi rawan kecelakaan terkait kondisi jalan.4. Dukungan infrastruktur permukiman sebanyak 240 kawasan permukiman,

    MBR 26.700 unit hunian rusunawa dan infrastruktur pendukungnya.5. Penyelesaian Banjir Kanal Timur.6. Pelaksanaan pembangunan prasarana pengendalian banjir dan

    pengembangan terpadu aliran Sungai Bengawan Solo.7. Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk

    kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap danpengelolaan ruang terpadu.

    8. Konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas kementerian/lembagaterkait pemanfaatan tanah dan penataan ruang bagi kepentingan rakyatbanyak.

    9. Inventarisasi lahan dan pengendalian pemanfaatan ruang.10. Pembangunan/rehabilitasi/OP prasarana sumber daya air untuk melayani

    daerah sentra produksi pertanian.11. Fasilitasi pembangunan dan preservasi jalan nasional menuju kawasan

    perbatasan (yang terdepan dan terluar serta masih banyak yang tertinggal)di Aruk, Entikong, Nanga Badau, Simanggaris, dan Nunukan di PulauKalimantan dan Sota (Merauke) di Papua serta memfasilitasi pembangunanjalan daerah untuk memberi akses transportasi di daerah tertinggalterdepan, terluar dan pasca-konflik.

    12. Memberikan program-program terkait mitigasi bencana untuk 15 kawasan,8.803 desa di daerah tertinggal mendapatkan dukungan infrastrukturpermukiman, dan 102 kawasan perbatasan dan pulau kecil mendapatkandukungan infrastruktur permukiman

    13. Pembangunan dan preservasi jaringan jalan tol sepanjang 700 km yangdilaksanakan oleh Pemerintah sepanjang 44 km dan fasilitasi pembangunanjalan tol yang dilaksanakan oleh swasta sepanjang 656 km serta melakukanpembangunan akses tol pada koridor-koridor dengan intensitas pergerakanbarang dan jasa yang tinggi dan berorientasi ekspor seperti: PembangunanJalan Akses Tanjung Priok, Dry Port Cikarang dan Gedebage, BandaraJuanda dan Kualanamu, maupun jalan non-tol yang merupakan jalan-jalanakses dari Lintas Timur Sumatera menuju Pelabuhan Belawan dan

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 16

    Pelabuhan Dumai, serta pembangunan jalan-jalan akses dari PanturaPulau Jawa menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Cirebon,Pelabuhan Tanjung Mas, Pelabuhan Tanjung Perak, dan lain-lain.

    14. Program pembangunan infrastruktur perdesaan di 8.803 desa tertinggal,program penanggulangan kemiskinan perkotaan di 9.956 kelurahan/desa,program air minum (4.650 desa) dan sanitasi masyarakat (220 kawasan),dan program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di 185kawasan.

    15. Fasilitasi terhadap 107 PDAM untuk mendapatkan pinjaman bank dan 185PDAM mendapatkan pembinaan teknis.

    16. Peningkatan kapasitas produksi Sistem Penyediaan Air Minum di 32provinsi dengan total peningkatan 9.470 liter/detik.

    17. Revisi Perpres No. 67/2005 yang mencakup: (i) penyesuaian ketentuanpelelangan sesuai Peraturan Pemerintah tentang Jalan Tol (apabilapeserta pelelangan kurang dari 2, dapat dilakukan negosiasi setelahmendapat persetujuan Menteri); (ii) perubahan pemegang saham sebelumjalan tol beroperasi atas ijin Menteri; penataan ruang bagi kepentinganrakyat banyak, dan (iii) perubahan preferensi untuk prakarsa Badan Usahadari 10% menjadi 20%.

    18. Pembentukan unit Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan jalanbebas 18. hambatan yang secara finansial/komersial masih marginal danunit tersebut dapat langsung menggunakan pendapatan tol untukmembangun jalan bebas hambatan lainnya.

    19. Mengusulkan penyempurnaan Peraturan Kepala Badan PertanahanNasional 19. No.3 Tahun 2007 sehingga lebih operasional terutama terkaitdengan pengaturan dan konsinyasi.

    Sebaran target program strategis tiap sektor di Kementerian PU dapat dilihatpada Gambar 2.1 s.d. Gambar 2.5 di bawah ini:

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 17

    Gambar 2.1Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana SDA Sebagai Bagian Program 5 Tahun

    Gambar 2.2Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (1)

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 18

    Gambar 2.3Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (2)

    Gambar 2.4Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (3)

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 19

    Gambar 2.5Target Program Strategis Sub Bidang Infrastruktur Permukiman Sebagai Bagian Program 5

    Tahun

    2.2.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PUSementara Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pekerjaan Umumyang sekaligus juga mencerminkan indikator impact dari seluruh sasaranstrategis Kementerian PU yang merupakan gabungan, perampatan dansinergitas dari seluruh indikator kinerja utama (outcome) unit-unit Eselon Iadalah sebagai berikut:

    1. Jumlah K/L, Provinsi, Kabupaten, Kota yang RPJM dan programtahunannya sesuai dengan RTRWN dan RTRW.

    2. a. Kapasitas debit layanan air baku untuk air minum yang dibangun/ditingkatkan.

    b. Kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara.c. Luas areal yang dilayani jaringan irigasi.

    3. a. Luas kawasan yang terlindungi dari dampak banjir.b. Panjang garis pantai yang terlindungi dari abrasi pantai.

    4. Prosentase panjang jalan nasional dengan kondisi mantap.5. Jumlah kawasan permukiman yang tertangani infrastruktur permukiman,

    terlayani penataan bangunan gedung dan lingkungannya, mendapatakses prasarana dan sarana air limbah, tertangani pelayanandrainasenya, tertangani sistem persampahannya, dan mendapatpelayanan air minumnya.

    6. Indeks pembinaan jasa konstruksi nasional dan daerah.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 20

    Secara rinci yang menggambarkan hasil-hasil utama dari unit-unit kerjaEselon I di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum adalah:

    a. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air :1). Kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara.2). Luas cakupan layanan jaringan irigasi yang dibangun/ditingkatkan dan

    dijaga/dipelihara.3). Luas cakupan layanan jaringan irigasi air tanah yang dibangun/

    ditingkatkan dan dijaga/dipelihara.4). Luas cakupan layanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun/

    ditingkatkan dan dijaga/dipelihara.5). Kapasitas debit layanan air baku untuk air minum yang dibangun/

    ditingkatkan.6). Luas target kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir.7). Panjang garis pantai yang terlindungi dari abrasi pantai.

    b. Direktorat Jenderal Bina Marga :1). Prosentase jalan nasional dengan kondisi mantap.2). Tingkat penggunaan jalan pada ruas jalan nasional yang meningkat.3). Prosentase fasilitasi pembinaan pelaksanaan teknis dan NSPK

    penyelenggaraan jalan daerah yang meningkat.

    c. Direktorat Jenderal Cipta Karya :1). Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan

    mereplikasi bantek permukiman, bangunan gedung dan lingkungan,pengelolaan air limbah dan drainase, pengelolaan persampahan danair minum.

    2). Jumlah kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, datainformasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman.

    3). Jumlah kawasan yang tertangani infrastruktur permukimannya,terlayani penataan bangunan gedung dan lingkungannya, mendapatakses prasarana dan sarana air limbah, tertangani pelayanan drainasenya,tertangani sistem persampahannya, serta mendapatkan pelayanan airminumnya.

    4). Jumlah penyelenggara air minum yang mampu meningkatkan kinerjapelayanannya.

    d. Direktorat Jenderal Penataan Ruang :1). Prosentase K/L, provinsi, kabupaten, dan kota yang RPJM dan

    program tahunannya sesuai dengan RTRWN dan RTRW.2). Prosentase kesesuaian pembangunan infrastruktur dengan rencana

    struktur dan pola ruang wilayah nasional.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 21

    e. Sekretariat Jenderal :1). Prosentase hasil evaluasi kinerja kebijakan perencanaan dan yang

    dimanfaatkan.2). Prosentase tingkat dukungan pelayanan sumber daya yang prima.3). Prosentase dukungan manajemen melalui mutu kompetensi aparatur

    PU sesuai yang disyaratkan.4). Prosentase tingkat pelayanan pimpinan dan publik yang akurat.

    f. Inspektorat Jenderal :1). Prosentase peningkatan kualitas pembangunan infrastruktur dan

    penurunan kebocoran keuangan negara.

    g. Badan Pembinaan Konstruksi :1). Indeks pembinaan jasa konstruksi nasional dan daerah.

    h. Badan Penelitian dan Pengembangan :1). Prosentase rekomendasi IPTEK yang siap diterapkan oleh

    stakeholders (melalui instansi yang berwenang).2). Prosentase NSPK dan teknologi yang diberlakukan oleh stakeholders

    (melalui instansi yang berwenang).3). Prosentase rekomendasi IPTEK yang diterima oleh stakeholders

    (melalui instansi berwenang)4). Prosentase peningkatan kapasitas Litbang.

    2.2.2 KEBIJAKAN PENGADAAN TANAHHal lainnya adalah perlunya dukungan Pemerintah dalam pengadaantanah/lahan yang merupakan komponen penting dalam pembangunaninfrastruktur. Sejauh ini kebijakan yang diterapkan adalah biaya pengadaantanah yang dibutuhkan ditanggung oleh Pemerintah atau sekaligus oleh pihakSwasta yang akan diperhitungkan dalam masa konsesi. Kebijakan ke depanyang akan diterapkan terkait dengan lahan ini adalah pentingnyamengimplementasikan land capping dengan dukungan dana APBN. Untukmenjamin hal tersebut, maka diterapkannya payung hukum untuk mengurangiaksi spekulan tanah dan payung hukum yang lebih tinggi tentang penitipanganti rugi (konsinyasi) ke pengadilan dan pelaksanaan pembangunan padatanah yang ganti ruginya telah dititipkan tersebut mutlak diperlukan.

    Percepatan pemulihan infrastruktur jalan arteri dan jalan tol tangat tergantungpada tersedianya lahan yang bisa dibebaskan. Sampai dengan akhir tahunanggaran 2009, masih terdapat beberapa warga pemilik tanah darat/kering

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 22

    yang belum sepakat dengan besaran ganti rugi dan menuntut harga yangmelampaui penawaran tim appraisal.

    Strategi yang akan ditempuh dalam penyediaan infrastruktur melalui skemaKPS adalah sebagai (a) membentuk jejaring dan meningkatkan kapasitasuntuk mendorong perencanaan dan persiapan proyek KPS, melakukanpromosi KPS, peningkatan kapasitas dalam pengembangan, dan memantaupelaksanaan KPS; (b) membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorongpelaksanaan proyek KPS, seperti: fasilitasi dalam penyediaan tanah danpendanaan seperti Infrastructure funds dan guarantee funds; (c) mendorongterbentuknya regulator ekonomi sektoral yang adil dalam mewakilikepentingan pemerintah, badan usaha, dan konsumen; (d) memfasilitasipenyelesaian sengketa pelaksanaan proyek KPS secara efisien dan mengikat(e) mempersiapkan proyek KPS yang akan ditawarkan secara matang melaluiproses perencanaan yang transparan dan akuntabel; (f) memberi jaminanadanya sistem seleksi dan kompetisi yang adil, transparan, dan akuntabel; (g)meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana daerah melalui peningkatanpengeluaran pemerintah daerah yang didukung oleh kerangka insentif yanglebih baik.

    Fasilitasi BLU yang tersalurkan untuk pengadaan tanah jalan tol dalampenyelenggaraan jalan tol.

    2.3. KONTRIBUSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUMPembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman padadasarnya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah,ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan dasar lingkungan permukiman.

    Tema PrioritasPembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan dayagerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan danmengutamakan kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian negarakepulauan Republik Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat.

    Substansi Inti Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan

    tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap danpengelolaan tata ruang secara terpadu

    Jalan: Penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papuasepanjang total 19.370 km pada 2014

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 23

    Perhubungan: Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan saranatransportasi antar-moda dan antar-pulau yang terintegrasi sesuai denganSistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda danpenurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecildari 50% keadaan saat ini

    Perumahan rakyat: Pembangunan 685.000 Rumah Sederhana SehatBersubsidi, 180 Rusunami dan 650 twin block berikut fasilitas pendukungkawasan permukiman yang dapat menampung 836.000 keluarga yang kurangmampu pada 2012

    Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalianbanjir, diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum 2012 dan penanganansecara terpadu Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sebelum 2013

    Telekomunikasi: Penuntasan pembangunan jaringan serat optik di Indonesiabagian timur sebelum 2013 dan maksimalisasi tersedianya akses komunikasidata dan suara bagi seluruh rakyat

    Transportasi perkotaan: Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kotabesar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan) sesuai dengan Cetak BiruTransportasi Perkotaan, termasuk penyelesaian pembangunan angkutankereta listrik (MRT dan Monorail) Jakarta selambat-lambatnya 2014

    Gambar 2.6. Peran Pembangunan Infrastruktur Bidang PU

    2.3.1 CAPAIAN DAN TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR (untuk mendukung ketahanan pangan).Kondisi infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman saat ini menunjukkantingkat yang beragam. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) belum optimaldalam mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum

    BERB

    ASISK

    AN PE

    NATA

    AN RU

    ANG INFRASTRUKTUR

    SUMBER DAYA AIR

    INFRASTRUKTURJALAN DANJEMBATAN

    INFRASTRUKTURCIPTA KARYA

    Penyimpanan dan pendistribusian air untukkeperluan domestik (rumah tangga), industri,pertanian guna mendukung KETAHANANPANGAN, dan pelaksanaan konservasi, sertapendayagunaan dan perlindungan terhadapdaya rusak air.

    Mendukung KELANCARAN ARUS ORANGDAN BARANG (dalam rangka DOMESTICCONNECTIVITY) dan mengurangi KesenjanganWilayah maupun pembentuk struktur ruangwilayah.

    Mendukung PELAYANAN DASARPERMUKIMAN seperti air minum, sanitasiperumahan dan persampahan baik diperkotaan dan perdesaan.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 24

    secara keseluruhan, seperti kinerja layanan jaringan irigasi yang ada dalammendukung pemenuhan produksi pangan. Seluas 7,2 juta ha jaringan sawahberirigasi yang sudah terbangun seluruhnya berfungsi. Namun demikian,masih ada kerusakan jaringan irigasi, tercatat mencapai lebih kurang 18%,yang banyak terjadi di daerah irigasi yang potensial menyumbangpemenuhan kebutuhan pangan nasional. Menurunnya fungsi jaringan irigasi(termasuk rawa) disebabkan oleh tingginya tingkat kerusakan karena umurkonstruksi, bencana alam dan kurang optimalnya kegiatan operasi danpemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani dan stakeholderslainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selain itu, kondisi debit sungaiyang airnya digunakan untuk kebutuhan irigasi sangat fluktuatif antara musimhujan dan musim kemarau.

    a. PERMASALAHAN BIDANG IRIGASIo Terbatasnya potensi perluasan tanah irigasi di pulau Jawa yang sangat

    subur, di lain pihak ancaman ancaman alih fungsi sangat tinggi.o Masih rendahnya efisiensi pemanfaatan air irigasi.o Tingginya kehilangan air irigasi akibat penyimpangan operasi dan

    pemanfaatan air.o Beralihnya lahan beririgasi ke lahan komoditas lain non-padi atau ke

    sektor lain.o Terjadinya degradasi sarana dan prasarana irigasi.o Terjadinya penurunan debit sungai.o Pembangunan bendung, saluran primer dan saluran sekunder belum

    diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi tersier dan pencetakansawah.

    o Bencana alam, baik banjir maupun kekeringan.o Kurangnya alokasi sumber daya (prasarana, SDM, pembiayaan) untuk

    pengelolaan irigasi.

    b. KEBIJAKAN BIDANG IRIGASIo Perbaikan pengelolaan irigasi di pulau Jawa dalam rangka

    mengoptimalkan daerah-daerah itigasi yang telah dibangun.o Meningkatkan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum

    berfungsi, merehabilitasi jaringan yang mengalami kerusakan danmeningkatkan kinerja opreasi dan pemeliharaan.

    o Penyusunan mekanisme pemberian insentif bagi para petani yangbersedia bercocok tanam padi.

    o Perlu ada jaminan dari pemerintah provinsi atau kabupaten/kota bahwaareal yang akan dikembangkan adalah lahan untuk tanaman panganperutama padi, yang dituangkan dalam perda rencana tata ruangwilayah kabupaten/kota.

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 25

    o Melakukan modernisasi (rekonstruksi dan perbaikan pengelolaan)irigasi dalam rangka mengoptimalkan daerah-daerah irigasi yang telahdibangun.

    o Membangun irigasi baru secara selektif di luar pulau Jawa padadaerah potensoal.

    o Mensosialisasikan pengembangan teknologi usaha tani hemat air,melaui System of Rice Intensification (SRI).

    o Perlunya upaya konservasi di bagian hulu Daerah Aliran Sungaidengan memperkuat Gerakan Nasional Kemitraan Penyelematan Air(GNKPA).

    o Membangun dan mempertahankan keberadaan waduk/embung/situuntuk menjamin ketersediaan air untuk irigasi.

    Tabel 2.3. PENCAPAIAN 2005-2009 DAN TARGET PEMBANGUNAN IRIGASI 2010-2014

    KEGIATAN 2005 - 2009 2010 - 2014Pembangunan/Peningkatan.

    504.294 Ha 500.000 Ha

    Rehabilitasi 1.455.839 Ha 1.340.000 Ha

    Operasi danPemeliharaan

    2.051.370 Ha 2.315.000 Ha

    W a d u k 11 Buah 19* Buah

    * terdiri atas 6 waduk selesai sebelum 2014 dan 13 pembangunan baruakan selesai tahun 2014.7 dari 19 waduk tersebut merupakan bagian dari Daerah Aliran SungaiBengawan Solo.

    Tabel 2.4. REKAPITULASI PEMBANGUNAN WADUK / BENDUNGAN 2010-2014No. Nama Waduk Provinsi Tampungan(juta m3) 2010 2011 2012 2013 2014 Ket

    1. R a j u i N A D 2,6 selesai2. K a r i a n Banten 2193. Sindanghuela Banten 84. Jatigede Jawa Barat 980 selesai5. Diponegoro Jawa Tengah 1,26. Jatibarang Jawa Tengah 20,4 selesai7. P i d e k s o Jawa Tengah*) 83,18. Gonggang Jawa Timur*) 2,2 selesai9. K r e s e k Jawa Timur*) 1210. Kedung Bendo Jawa Timur*) 1,711. Gondang Jawa Tengah*) 25,912. Bajulmati Jawa Timur 7,4 selesai

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 26

    13. B e n d o Jawa Timur*) 33,514. Kendang Jawa Timur*) 6,215. Marangkayu Kaltim 9,3 selesai16. T r i t i b Kaltim 2,517. T i t a b B a l i 12,7918. Pandanduri N T B 27,219. Raknamo N T T 14,09T o t a l 1.469,08*)DAS Bengawan Solo

    2.3.2 CAPAIAN DAN TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DANJEMBATAN.Untuk infrastruktur jalan, dari panjang jalan nasional yang sampai saat initelah mencapai 34.628 km, tercatat kondisi jalan mantap mencapai 83,23%(2008), rusak ringan 13,34%, dan rusak berat 3,43%. Sedangkan kinerjakondisi jalan nasional mantap pada tahun 2009 adalah sebesar 89%, rusakringan 11%, dan rusak berat 0%. Untuk jalan provinsi, total panjang jalanadalah 48.681 km, sedangkan total panjang jalan kabupaten adalah 288.185 km.

    Sampai akhir tahun 2009, jalan tol yang telah beroperasi baru mencapai697,12 km. Panjang jalan tol tidak mengalami pertumbuhan signifikan sejakdioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol Jagorawi sepanjang59 km). Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dantelah membangun jalan tol sepanjang 203,30 km. Sejumlah kendala investasijalan tol memang masih terus menghambat yaitu masalah pembebasantanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan PemerintahDaerah dalam pengembangan jaringan jalan tol.

    Pembangunan infrastruktur jalan tol tidaklah begitu mudah. Penyebabutamanya adalah masalah pembebasan lahan. Pertumbuhan jalan tol diIndonesia relatif rendah, yakni hanya 20 km/tahun.

    Saat ini dari rencana jaringan tol nasional sepanjang 3.087,88 km, baru 693km (22%) yang sudah beroperasi, sepanjang 1.432 km (46%) akan ditenderdalam 5 tahun ke depan, dan sisanya sebagian besar masih dalam tahappembebasan lahan. Saat ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau JSMRmenguasai 530 km atau 77% dari panjang tol yang sudah beroperasi diIndonesia. Kenaikan tarif tol sesuai tingkat inflasi tiap dua tahun sekalimerupakan hasil kontrak dengan pemerintah. Kenaikan tersebut dalamrangka pengembalian investasi yang sangat besar, biaya pemeliharaan, danjuga untuk membangun jalan tol baru. Pemerintah sendiri tidak mempunyai

  • Laporan Akhir . Paket 12 . TA 2010 halaman 2 - 27

    dana yang cukup untuk membangun dan memelihara jalan tol, oleh karena itupemerintah memerlukan investor. Untuk menarik investor maka diberikanlahhak konsensi dengan penyesuaian tarif secara berkala.

    Pada tahun 2010 JSMR menganggarkan investasi jalan tol baru sebesar Rp 3triliun atau naik 50% dibandingkan tahun 2009. Diharapkan dalam 3-4 tahunke depan dapat diselesaikan pembangunan jalan tol baru sepanjang 190 km,sehingga jalan tol yang dikuasai JSMR kelak menjadi 720 km.

    a. PERMASALAHAN UMUM1) Terbatasnya kemampuan