Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVELDZIKIR-DZIKIR CINTA KARYA ANAM KHOIRUL ANAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanapada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
IRMAYANTI10533 7066 12
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
HALAMAN JUDUL
KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVELDZIKIR-DZIKIR CINTA KARYA ANAM KHOIRUL ANAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanapada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
IRMAYANTI10533 7066 12
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal
keberhasilan. Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air
matamu adalah pewarnanya. Doamu dan doa orang-orang
disekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalan
disetiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu,
bersabarlah! Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh
kesabaran dalam proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya
kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri
arti sebuah keberhasilan”
Kupersembahkan karya ini untuk. .
Ayahanda dan Ibunda Tercinta
yang tak pernah lelah mendoakan
dan menjadi pijar dalam kehidupanku,
Sebagai sumber inspirasiku, serta kepada
Saudara dan sanak keluarga yang selalu
Memberi semangat. . .
KATA PENGANTAR
Lewat anyaman Syukur, penulis meletakkan pilihan paling awal kata
sebagai ungkapan, bangga, gembira, serta suka cita kepada Allah Swt, yang telah
menganugerahkan penulis ruang dan waktu. Salam dan salawat cinta kasih kepada
Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat yang tetap istiqamah di
jalan Allah.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Dengan
demikian tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan
untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Oleh karen itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terimah kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral,
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abd. Rahman dan Ibunda
tercinta Halmiah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik
dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu.
KATA PENGANTAR
Lewat anyaman Syukur, penulis meletakkan pilihan paling awal kata
sebagai ungkapan, bangga, gembira, serta suka cita kepada Allah Swt, yang telah
menganugerahkan penulis ruang dan waktu. Salam dan salawat cinta kasih kepada
Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat yang tetap istiqamah di
jalan Allah.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Dengan
demikian tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan
untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Oleh karen itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terimah kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral,
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abd. Rahman dan Ibunda
tercinta Halmiah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik
dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu.
KATA PENGANTAR
Lewat anyaman Syukur, penulis meletakkan pilihan paling awal kata
sebagai ungkapan, bangga, gembira, serta suka cita kepada Allah Swt, yang telah
menganugerahkan penulis ruang dan waktu. Salam dan salawat cinta kasih kepada
Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat yang tetap istiqamah di
jalan Allah.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Dengan
demikian tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan
untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Oleh karen itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terimah kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral,
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abd. Rahman dan Ibunda
tercinta Halmiah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik
dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu.
Ucapan terimah kasih kepada Pembimbing I Drs. H. Tjoddin SB, M.Pd.
dan pembimbing II Dr. Sitti. Suwadah Rimang, M.Hum yang telah meluangkan
waktu untuk mencurahkan segenap perhatian, arahan, dorongan dan semangat
serta pandangan-pandangan dengan penuh rasa kesabaran sehingga dapat
membuka wawasan berpikir yang sangat berarti bagi penulis sejak penyusunan
proposal hingga skripsi ini selesai.
Ucapan terimah kasih kepada Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M.
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dr. Munirah., M.Pd., Ketua prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Syekh Adiwijaya Latief. S.Pd., M.Pd., Sekretaris prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Bapak dan ibu dosen Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali ilmu pengetahuan yang sangat bermafaat bagi
penulis.
Penulis menyadari bahwa sebagai hamba Allah swt, tidak akan terlepas
dari segala kekhilafan dan keterbatasan. Terima kasih atas segala kritikan
pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya penulis berharap
semoga segala aktivitas senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah swt.
Makassar, Agustus 2016
Penulis
ABSTRAK
IRMAYANTI, 2016. Kajian Strukturalisme Genetik dalam Novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam.Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar, dibimbing oleh H. Tjoddin SB dan Sitti SuwadahRimang.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strukturalisme genetikdalam Novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yaitu memaparkan danmenyampaikan data secara objektif. Mendeskripsikan Strukturalisme Genetikdalam Novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam sebagai objekpenelitian. Sumber data adalah Novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam KhoirulAnam. Diterbitkan oleh Diva Press tahun 2006 di Yogyakarta. Teknikpengumpulan data yang digunakan yaitu (1) Mengidentifikasi isi Novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam. (2) Mengklasifikasi data yang termasukdalam lingkupp Strukturalisme Genetik yang terdapat dalam novel Dzikir-DzikirCinta (3) Menganalisis data yang termasuk Strukturalisme genetik. Adapun fokuspenelitian yang akan dianalisis secara naratif adalah strukturalisme genetik darisegi intrinsik novel, pandangan dunia pengarang serta sosial Budaya dalam novelDzikir Dzikir Cinta.
Hasil penelitian ini adalah strukturalisme genetik yang terkandung dalamnovel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam. Pertama, ada enamklasifikasi unsur intrinsik yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, sudutpandang, dan amanat. Kedua, seorang pengaran adalah anggota kelas sosial, makalewat suatu kelaslah ia berhubungan dengan perubahan sosial. Ketiga, Sosialbudaya adalah segala sesuatu yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,hukum, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh manusia melaluiakal budinya sebagai makhluk sosial.
Kata kunci: Kajian Strukturalisme genetik dan novel Dzikir-Dzikir Cinta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 81. Penelitian yang Relevan........................................................................ 82. Pengertian Sastra................................................................................... 93. Pengertian Novel ................................................................................... 124. Unsur unsur yang Membangun Novel .................................................. 135. Pendekatan Strukturalisme Genetik ...................................................... 16
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian......................................................................................... 25B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 25C. Defenisi Istilah ............................................................................................ 26D. Data dan Sumber Data ................................................................................ 26
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................... 27F. Teknik Analisis Data................................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 29B. Pembahasan................................................................................................. 54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 59B. Saran............................................................................................................ 60
DAFTARPUSTAKA............................................................................................. 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENGARANG
SINOPSIS
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan yang
berdasarkan fakta sosial budaya, karya sastra pada dasarnya bukan hanya
sebagai hasil tiruan realitas kehidupan tetapi merupakan penafsiran-penafsiran
terhadap realitas yang terjadi di masyarakat (Aminuddin, 1987 : 8). Daiches
(1964) mengacu pada Aristoteles yang melihat sastra sebagai suatu karya yang
“ menyampaikan suatu jenis pengetahuan yang tidak bisa disampaikan dengan
cara yang lain”, yakni suatu cara yang memberikan kenikmatan yang unik dan
pengetahuan yang memperkaya wawasan pembacanya.
Sastra merupakan karya imajinatif yang menggambarkan kehidupan
bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh
kalangan masyarakat. Hasil dari imajinatif yang dilakukan oleh pengarang
tersebut dituangkan kedalam bentuk karya sastra. Bentuk karya sastra tersebut
misalnya drama, cerpen, puisi dan novel. Dalam penciptaan karya sastra
tersebut tidak hanya melalui imajinatif yang dilakukan oleh pengarang, tetapi
juga dari hasil pengalaman batin pengarang. Pengalaman batin pengarang
tersebut berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul
gagasan dan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Biasanya,
masalah yang diketengahkan adalah masalah-masalah yang sering terjadi.
1
2
Pradopo (1994: 26) memandang karya sastra sebagai penggambaran
dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya
sastra adalah “kebenaran” penggambaran atau apa yang ingin digambarkan
pengarang kedalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat
menangkap penggambaran seseorang pengarang mengenai dunia sekitarnya,
apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum.
Satu hal yang tidak terlepas dari penciptaan karya satra adalah latar
belakang pengarang itu. Beberapa hal yang dapat melatar belakangi pada saat
karya sastra itu diproses misalnya, kondisi kejiwaan si pengarang sendiri,
faktor religi, latar belakang sosial budaya atau masalah politik.
Sastra sebagai salah satu karya seni diciptakan oleh pengarang, dengan
maksud dapat dipahami, dinikmati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat
pembaca. Untuk itu, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa karya sastra itu
merupakan renungan terhadap segala masalah kehidupan manusia.
Keberadaannya lebih memperhatikan kondisi sosial dan mencoba
mengungkapkan masalah-masalah sosial pada suatu zaman tertentu, seperti
diungkapkan oleh (Wellek dan Austin, 1962 : 111) dalam kesusastraan.
Perlu diperhatikan bahwa fungsi sastra berubah dari zaman ke zaman,
sesuai kondisi dan kepentingan masyarakat pendukungnya. Sastra lisan
mempunyai fungsi sosial yang jelas dalam masyarakat tradisional sebagai
bagian dari ritual, seperti ritual berbalas pantun untuk mengantar pengantin di
berbagai kelompok adat di Indonesia, atau sebagai mantra penolak hujan dan
penolak bala (Budianta, 2008: 8).
3
Perkembangan novel di Indonesia sekarang ini cukup pesat, terbukti
dengan banyaknya novel-novel baru telah diterbitkan. Novel tersebut
mempunyai bermacam-macam tema dan isi yang lebih banyak
mengetengahkan kisah-kisah romantisme anak muda. Tema dalam karya satra
sejak dahulu hingga sekarang banyak mengetengahkan tentang masalah-
masalah sosial yang terjadi pada umumnya.
Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model
kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai
unsurnya. Semua unsur tersebut sengaja didegradasikan oleh pengarang dibuat
mirip, dimitasikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan
latarnya.
Goldman (dalam Faruk (1994: 18) mendefenisikan novel sebagai cerita
mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik itu hanya
dapat dilihat dari kecenderungan dunia-dunia problematika yang hero. Nilai-
nilai tersebut hanya ada dalam kesadaran pengarang dengan bentuk yang
konseptual dan abstrak.
Melalui karya , seorang pengarang menawarkan hal-hal tertentu yang
berkaitan dengan kehidupan, yang mengajak pembaca untuk melihat,
merasakan, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan tersebut
dengan cara memandang permasalahan itu sebagaiman ia memandangnya.
Setelah membaca novel, mungkin sekali pembaca akan merasakan sesutau
yang belum dirasakan sebelumnya, mungkin berupa keharuan ikut merasakan
penderitaan atau kebahagiaan seperti yang dialami tokoh atau berbagai sifat
4
emotif lain yang dapat menyebabkan pembaca mengalami perubahan dalam
menyikapi hidup dan kehidupan ini (Nurgiyantoro, 1995: 71)
Karya sastra yang tercipta pada kurun waktu tertentu dapat menjadi
penggerak keadaan dan situasi yang terjadi pada penciptaan karya satra itu,
baik sosial budaya , agama politik ekonomi, dan pendidikan. Selain itu, karya
sastra dapat digunakan sebagai dokumen sosial budaya yang menangkap
realitas dari masa tertentu.
Lewat novelnya yang berjudul Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam
Khoirul Anam, mengangkat masalah kehidupan sosial yang berkenaan dengan
masalah-masalah budaya yang timbul akibat adanya pergolakan hidup tentang
cinta, kepercayaan serta kedudukan wanita dan laki-laki yang terdapat
didalamnya.
Rusli adalah seorang santri dari Jawa Timur yang datang menimba
ilmu di pondok pesantren asuhan Kiai Mahfud, Jawa Tengah. Karena perangai
dan memiliki pribadi yang baik. Rusli mendapat kepercayaan dari Kiai
Mahfud dalam segala hal melebihi senior-seniornya yang ada di pesantern.
Salah satunya menjaga Fatimah putri sang Kiyai. Seperti pemuda pada
umumnya, meskipun berada di pondok, Seiring berjalannya waktu Rusli jatuh
cinta dan menjalinnya hubungannya dengan seorang gadis yang bernama
Sukma, teman Fatimah . Namun Cintanya harus kandas lantaran Kiai Mahfud
meminta Rusli untuk menikahi putrinya yang bernama Fatimah.
Banyak hal yang terjadi setelah Rusli menikahi Fatimah. Rusli tak
sepenuhnya menjadi milik Fatimah lantaran Rusli masih tidak bisa melupakan
5
orang dicintainya yaitu Sukma. Penderitaan yang teramat sangat yang
dirasakan oleh Rusli dan Sukma.
Novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam merupakan
sebuah karya sastra yang tidak hanya cukup dinikmati saja. Melainkan perlu
mendapat tanggapan ilmiah. Peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya
khususnya dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik.
Penelitian ini diangkat dengan judul “Kajian Strukturalisme Genetik dalam
Novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam Tinjauan
Strukturalisme Genetik”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Dzikir-Dzikir Cinta karya
Anam Khoirul Anam?
2. Bagaimanakah pandangan dunia pengarang dan latar belakang sosial
budaya dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Dzikir-Dzikir Cinta
karya Anam Khoirul Anam.
2. Mendeskripsikan tentang pandangan dunia pengarang dan latar belakang
sosial budaya dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul
Anam.
6
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mencapai tujuan
secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat
secara umum. Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan mendalam tentang Strukturalisme genetik
dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam. Penelitian ini
dapat dijadikan fererensi teoretis pada kajian penelitian tentang sastra
khususnya novel. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas
pengetahuan terutama jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di
samping itu, bermanfaat berupaya mengembangkan mutu dan hasil
pembelajaran.
2. Manfaat praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai sastra, serta untuk memeroleh pengalaman menganalisis
Strukturalisme genetik dalam novel Dzikir- Dzikir Cinta karya Anam
Khoirul Anam.
b. Bagi pembaca, Penelitian Strukturalisme genetik dalam novel Dzikir-
Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam ini dapat digunakan sebagai
7
bahan bacaan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah
ada sebelumnya dalam menganalisis strukturalisme genetik.
c. Bagi peneliti lanjut, penelitian ini sebagai langkah awal untuk memotivasi
pembaca maupun peneliti agar menghasilkan penelitian baru yang dapat
bermanfaat bagi orang lain, dan juga bagi peneliti.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang membahas tentang analisis strukturalisme genetik
dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam, sejauh
pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian
yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi.
Penelitian mengenai strukturalisme pernah dilakukan oleh Febry H.
Harianja (2014) yang berjudul Analisis Struktural Pada Novel 5 Cm Karya
Donny Dhirgantoro. Hasil penelitian disimpulkan bahwa novel 5 cm .
terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi alur, perwatakan, latar, sudut
pandang, tema, dan amanat. Pengaruh latar belakang pengarang terlihat
kesamaan dengan tokoh-tokoh yang dibangun pada novel 5 cm.
Penelitian mengenai strukturalisme genetik pernah dilakukan oleh
Muliati (2013) yang berjudul Analisis Struktural-Genetik Pada Novel “Saya
Nujood Usia 10 Dan Janda Karya Nujood Ali . Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa Nujood adalah seorang figur pejuang wanita yang berhasil
melepaskan diri dari jerat perkawinan paksa di bawah umur, latar yang
digunakan dalam novel berdasarkan realitas masyarakat melalui tokoh Nujood
hadir sebagai tokoh hero yang memperjuangkan hak kaum perempuan, latar
belakang pengarang menciptakan novel yakni tidak menginginkan adanya
8
9
penindasan terhadap kaum perempuan, hubungan pengarang dengan novel
yakni Nujood dikenal sebagai pejuang wanita setelah menulis kisah dan
pandangan dunianya tentang emansipasi wanita melalui novel.
Penelitian mengenai strukturalisme genetik pernah juga dilakukan oleh
Andi Dwi Handoko (2010) Novel Orang-Orang Proyek Kaitannya Dengan
Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan (1) menemubungan penciptaan unsur
intrinsik dalam novel Orang-Orang Proyek Kaitannya Dengan Trilogi Novel
Ronggeng Dukuh Paruk (2) pandangan sosial Ahman Tohari dalam novel
Orang-Orang Proyek Kaitannya Dengan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh
Paruk adalah humanisssme universal Yng terdiri dari pendapat keagamaan,
kesenian, sosial budaya, politik, nilai moral dan (3) struktur sosial dalam novel
Orang-Orang Proyek Kaitannya Dengan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh
Paruk dibagi menjadi dua yaitu lembaga pemerintah dan agama dengan ada
homologi antara struktur teks dan struktur sosial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dapat
disimpulkan bahwa, Peneliti pertama jelas terlihat hanya membahas ruang
lingkup unsur intrinsik saja, peneliti kedua membahas (latar belakang), dan
peneliti ketiga membahas unsur intrinsik, pandangan sosial dan struktur sosial
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis titik fokusnya terhadap
unsur intrinsik .Selain itu pandangan dunia pengarang dan latar belakang
sosial budaya yang terdalam karya sastra( novel)
10
2. Pengertian Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah
“karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri
keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan
ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai
kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan
yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan
caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan
teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.
Menurut Wellek dan Warren (1989) sastra adalah sebuah karya seni
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sebuah ciptaan, kreasi, bukan imitasi
2) Luapan emosi yang spontan
3) Bersifat otonom
4) Otonomi sastra bersifat koheren (ada keselarasan bentuk dan isi)
5) Menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan
6) Mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa sehari-
hari.
Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan
dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya
faktor yang menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan
bahasa sebagai medianya. Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu
bersinggungan dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada yang
11
bersifat estetik saja. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial,
moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan
dalam karya sastra.
Dibawah ini dipaparkan pengertian sastra menurut para ahli (dalam
Hasan, 2013 ) yaitu:
a. Menurut Mursal Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan
masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
b. Semi (1988: 8 ) Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni
kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan
bahasa sebagai mediumnya.
c. Panuti Sudjiman (1986: 68) Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan,
keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
d. Ahmad Badrun (1983: 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni yang
mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan
bersifat imajinatif.
e. Plato Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan
(mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam
semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai
sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
12
Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada
pembacanya. Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-
ketegangan (suspense). Dalam ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis
yang aktif. Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara total
dengan apa yang dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah kemungkinan besar
muncul kenikmatan estetis. Menurut Luxemburg dkk (1989) sastra juga
bermanfaat secara rohaniah. Dengan membaca sastra, kita memperoleh
wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual
dengan cara yang khusus.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sastra
adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan media bahasa tertulis
maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung
pesan yang bersifat relatif.
3. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti
“sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita
pendek dalam bentuk prosa‟. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2009: 9). Dalam
bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis
yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis
lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995: 164). Lebih jauh
Nurgiyantoro (2009: 10) menambahkan bahwa dewasa ini novel di
deskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang dan tidak
terlalu panjang namun tidak terlalu pendek.
13
Dari berbagai pendapat diatas, disimpulkan bahwa novel adalah karya
fiksi yang menceritakan peristiwa atau nilai dalam masyarakat yang
merupakan hasil pengamatan pengarang terhadap realita hidup.
Sebagaimana karya sastra yang lain, novel menawarkan berbagai
macam permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Novel, atau
seringkali disebut sebagai karya fiksi, merupakan bentuk penceritaan
kehidupan manusia dan kemanusiaan yang bersifat fragmentaris, teknik
pengungkapannya padat, dan pembentu strukturnya bersifat padu. Koherensi
dan kepaduan unsur cerita membentuk suatu totalitas merupakan faktor
penentu keindahan dan keberhasilan novel sebagai karya sastra fiksi.
(Nurgiyantoro, 1995: 4).
Novel mempunyai bentuk bersifat pembeberan, sesuai dengan
hakikatnya dalam menampilkan masalah yang kompleks. Berdasarkan cerita
yang dibeberkan atau dikembangkan itulah, pembaca berusaha menafsirkan
dasar utama cerita, berdasarkan detil-detil unsur yang ditemui dalam karya
sastra. Samin. 2016). (online).
4. Unsur-Unsur yang Membangun Novel
Pada dasarnya karya satra dibangun atas dua unsur yang berbeda
dalam penjabarannya. Unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
14
a. Unsur Itrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari
dalam. Unsur inilah yang menjadi ciri khas sebuah karya sama seperti
novel. Unsur intrinsik yang dimaksud adalah:
1) Tema
Tema adalah pokok pemikiran, ide atau gagasann serta yang akan
disampaikan oleh penulis dalam tulisannya. Tema dapat diarttikan sebagai
pengungkapan maksud tujuan, tujuan yang dirumuskan secara singkat dan
wujudnya berupa satu kalimat.
2) Alur
Alur adalah unsur strukur yang berwujud jalinan peristiwa dalam
karya sastra, yang memperlihatkan kepaduan (koherensi) tertentu yang
diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema atau,
ketiganya.
3) Penokohan atau Perwatakan
Tokoh cerita adalah pelaku sebuah cerita baik fiksi maupun non
fiksi yang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
4) Latar (Setting)
Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, mengarah
kepada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
15
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar adalah keterangan
mengenai ruang, waktu, dan suasana.
5) Sudut pandang
Sudut pandang atau posisi pengarang dalam cerita tersebut.
Apakah ia ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai
pengamat yang berdiri diluar cerita. Suroto (dalan Sariana Yanti, 2015
:21). Ini dapat dilihat dalam penggunaan kata ganti “aku” dan “dia” dalam
karangan.
6) Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Pada
dasarnya karya sastra adalah perwujudan pengarang ekspresi, tanggapan
terhadap suatu permasalahan yang menarik bagi karya itu. Pengarang
menuangkan ide, tanggapan, kesan, dan pesan bahkan melalui karya
sastra, sastrawan menggambarkan solusi dari sebuah permasalahan.
Dari pernyataan diatas bahwa jelas dalam karya sastra ada pesan
khusus penulis yangt ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan khusus
yang dimaksud adalah kesan yang dapat dijadikan pegangan agar lebih arif
dalam meniti hidup, seandainya, pembaca mengalami menemui, dan
menghadapi permasalahan yang sama dengan cerita dalam karya itu. pesan
khusus itulah yang disebut amanah
16
b. Unsur Ekstrinsik
Secara leksikal kata ekstrinsik berasal dari luar, tidak termasuk dalam
intinya. Akan tetapi, dalam karya sastra hal-hal yang berada di luar karya
sastra secara tidak langsung dapat memengaruhi bangunan atau organisme
karya sastra itu. Faktor ekstrinsik cukup berpengaruh/bahkan untuk karya
pengarang tertentu cukup menentukan totalitas karya sastra yang dihasilkan.
Unsur ekstrinsik merupakan sebuah cerita rekaan tetap dipandang sebagai
sesuatu yang penting.
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Yang termasuk dalam unsur ekstrinsik adalah psikologi, sosial, moral budaya,
filsafat, lingkungan dan agama.
Unsur ekstrinsik dalam penelitian ini di khususkan pada unsur nilai-
nilai moral yang terkandung dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam
Khoirul Anam karena penulis beranggapan bahwa setiap karya sastra tidak
terlepas dari nilai unsur ekstrinsik yang membangun dari luar karya sastra
tersebut. Membahas tentang nilai moral, kita tidak lepas dari nilai sosial
karena implementasi dari nilai moral di gunakan dalam kehidupan sosial.
Contoh nilai sosial yang erat kaitannya adalah kasih sayang, ketaatan,
kemanusiaan, atau mempunyai sifat yang baik, memiliki budi luhur atau
pekerti yang baik, serta kemauan keras dan tanggung jawab yang berupa;
perwujudan kesadaran dan kewajiban.
17
5. Pendekatan Strukturalisme Genetik
Goldman menyebutkan teorinya sebagai teori strukturalisme genetik.
Ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi,
struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari
proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi
yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan.
Sebagai sebuah teori, strukturalisme genetik merupakan sebuah pernyataan
yang dianggap sahih mengenai kenyataan. Pernyataan itu dikatakan sahih jika
di dalamnya terkandung gambaran mengenai tata kehidupan yang bersistem
dan terpadu, yang didasarkan pada sebuah landasan ontologi yang berupa
kodrat keberadaan kenyataan itu dan Pada landasan epistemologi yang berupa
seperangkat gagasan yang sistematik mengenai cara memahami atau
mengetahui kenyataan yang bersangkutan. Keseluruhan persyaratan di atas
tercakup dalam enam konsep dasar yang membangun teori termaksud adalah,
yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia,
pemaahaman dan penjelasan Goldman (dalam Faruk 2010: 56)
a. Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan merupakan landasan ortologis dari strukturalisme-
genetik. Adapun yang dimaksud dengan fakta tersebut adalah segala hasil
aktifitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik., yang
berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta itu dapat berwujud aktivitas
sosial tertentu seperti sumbangan bencana alam, aktifitas politik tertentu
18
seperti Pemilu, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik,
seni patung, dan seni sastra (Faruk 2010: 57)
Goldman menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu
struktur yang berarti. Yang dimaksudkannya adalah bahwa fakta-fakta itu
sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Oleh karen itu,
pemahaman mengenai fakta –fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan
struktur dan artinya. Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta
kemanusiaan itu sendiri tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif maupun
individual terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam diri dan sekitarnya,
pembangunan suatu percobaan dari subjek untuk mengubah situasi yang ada
agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjek itu Goldman (dalam Faruk 2010: 57-
58).
b. Subjek Kolektif
Fakta kemanusiaan, seperti telah disinggung di muka bukanlah sesuatu
yang muncul begitu saja, melainkan merupakam hasil aktivitas manusia
sebagai subjek kolektif. Perbedaan itu sesuai dengan jenis fakta kemanusiaan.
Subjek individual merupakan subjek fakta individual (libidinal), sedangkan
subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis) (Faruk 2010: 83 )
Subjek demikianlah yang juga menjadi subjek karya sastra yang besar
sebab karya sastra semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya
sekaligus alam semesta dan kelompok manusia. Karya sastra yang besar
berbicara tentang alam semesta dan hukum-hukumnya serta persoalan-
persoalan yang tumbuh darinya Goldman (dalam Faruk: 83)
19
c. Pandangan Dunia
Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi
menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai
manusia, hubungan antar manusia dan alam semesta secara keseluruhan.
Koherensi dan keterpaduan tersebut tentu saja menjadi niscaya karena
pandangan dunia tersebut dibangun dalam perspektif sebuah kelompok
masyarakat yang berada dalam posisi tertentu dalam struktur sosial secara
keseluruhan, merupakan respons kelompok masyarakat terhadap lingkungan
sosial yang juga tertentu. Pandangan dunia priyayi, sebagaimana yang
digambarkan di atas, dapat menjadi contoh yang jelas mengenai keterpaduan
itu. Seluruh alam semesta, yang natural maupun supernatural, seluruh aktivitas
manusia, dari aktivitas sosial, verbal, sampai dengn aktivitas fisikal, dibingkai
oleh dua oposisi antara dua konsep dasar, yaitu oposisi antara yang halus
dengan yang kasar. (Faruk 2010: 70)
d. Struktur Karya Sastra
Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek
kolektif seperti yang dikemukakan di atas. Oleh karena itu, karya sastra
mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Dalam konteks strukturalisme-
genetik, seperti yang terlihat dari konsep-konsep kategori di atas, konsep
struktur karya sastra berbeda dari konsep struktur yang umum dikenal (Faruk
2010: 71).
Di dalam esainya yang berjudul ”The Epistemology Of Sociology”
(1981: 55-74) Goldmann mengemukakanj dua pendapat mengenai karya sastra
20
merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam
usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan
semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner. Dengan
mengemukakan dua hal tersebut Goldmann dapat membedakan karya sastra
dari filsafat dan sosiologi.
Dari kedua pandangan itu jelas bahwa Goldmann mempunyai konsep
struktur yang bersifat tematik yang menjadi pusat perhatiaanya adalah relasi
antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada disekitarnya.
e. Dialektika Pemahaman-Penjelasan
Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai karya sastra dengan kodrat
keberadaan (ontologi) semacam itu Goldmann kemudian mengembangkan
sebuah metode yang disebutkannya sebagai metode dialektika. Menurut
Goldmann (1997: 8) metode itu merupakan metode yang khas yaang berbeda
dari metode positivistik, metode intuitif, dan metode biografis yang
psikologis.
Konsep “pemahaman penjelas“ dan “ keseluruhan-bagian“ terkait
dengan metode yang digunakan oleh teori strukturalisme genetik. Karya sastra
harus dipahami sebagai struktur yang menyeluruh. “Pemahaman“ sastra
sebagai struktur menyeluruh akan mengarahkan pada “ penjelasan“ hubungan
sastra dengan sosio-budaya sehingga karya sastra memiliki arti.
Strukturalisme genetik sebagai teori dengan demikian menawarkan
sebuah metode analisis data. Berkaitan dengan analisis data tersebut, konsep
“pemahaman-penjelas“ dan “bagian-keseluruhan“ memberikan prosedur
21
sebagi berikut. Pertama, data novel dianalisis bagian per bagian. Untuk
memeroleh pemaknaan, bagian-bagian harus dipandang dalam hubungannya
sebagai keseluruhan. Dalam analisis ini, perhatian utama peneliti adalah
hubungan antara tokoh dengan tokoh lain maupun hubungan tokoh dengan
lingkungannya.
Dengan demikian terlihat problem yang dihadapi masing-masing
tokoh. Kedua, agar hubungan bagian keseluruhan novel tersebut dapat
dipahami, maka peneliti harus memberikan penjelasan. Penjelasan dilakukan
dengan cara menghubungkan struktur novel dengan struktur sosial pengarang
yang meliputi kehidupan sosial pengarang dan sejarah yang secara sinkronis
dianggap mengongdisikan pengarang menulis novel. Khaerul. 2010.
Strukturalisme genetik. (online).
f. Sosial Budaya
Sosial budaya terdiri darai dua kata, pertama defenisi sosial, menurut
kamus besar bahasa indonesia segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan
umum. Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya adalah segala hal
yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang
mengandung cinta, rasa, dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan,
moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu. Maka defenisi sosial
budaya adalah segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan
budi nuraninya dalam kehidupan masyarakat. Atau lebih singkatnya manusia
22
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dalam studi budaya sebagai bidang akademis, “teori kebudayaan”
adalah sarana atau alat untuk menjelaskan sifat-sifat, ciri-ciri kebudayaan, dan
implikasinya pada kehidupan bermasyarakat. Secara garis besar ada tiga isu
utama dalam bidang ini. Pertama, masalah isi dimana teori merupakan alat
untuk memahami apa yang membentuk kebudayaan seperti nilai, aturan,
narasi, ideologi, patologi, wacana, akal sehat, dan banyak hal lain. Kedua,
implikasi sosial, dimana teori berusaha menunjukkan model-model pengaruh
kebudayaan terhadap struktur sosial dan kehidupan sosial. Ketiga, soal
hubungan antara kebudayaan dan individu: antara tindakan/ aksi, pelaku/agen,
dan diri (Soetrisno dan Putranto, 2005: 259).
Jadi, hubungan konteks sosial dan budaya sangat erat, sosial
mencondongkan perhatiannya pada masyarakat dan budaya sendiri hasil dari
gambaran sosial masyarakat secara kolektif dan menjadi sebuah rujukan
bersama.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan proses tentang alur pikir seseorang
dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan atau masalah-masalah
yang akan dihadapi, serta memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dalam perumusan masalah.
23
Penelitian ini menganalisis karya sastra berupa novel. Novel yang
dianalisis adalah novel berjudul Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul
Anam. Penganalisisan novel menggunakan pendekatan strukturalisme genetik.
Strukturalisme genetik merupakan pendekatan yang menganalisis unsur
intrinsik sutau karya sastra secara menyeluruh tanpa mengabaikan pandangan
dunia pengarang dan struktur sosial yang menjadi pondasi awal terciptanya
karya sastra.
Penerapan pendekatan strukturalisme genetik ditempuh dengan cara
menganalisis hubungan-hubungan yang terjalin antar unsur intrinsik atau
struktur teks dan memasukkan pandangan dunia pengarang. Analisis
pandangan dunia pengarang bertujuan memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kondisi sosiologis yang turut memengaruhi terciptanya cerita dalam
novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam.
Penganalisisan pada penelitian ini meliputi pengalisisan struktur novel
berupa unsur intrinsik maupun unsur yang berada diluar karya. Setelah
langkah tersebut selesai, peneliti menganalisis pandangan dunia pengarang
dan sosial budaya dalam novel tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat bagan
kerangka pikir berikut:
24
Bagan Kerangka Pikir
Novel Dzikir-DzikirCinta
Analisisstrukturalisme
Genetik
Unsur Intrinsik Pandangan Duniapengarang
Sosial Budaya
Analisis
Hasil
Karya sastra
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi atau cara yang disusun secara
sistematis dengan perencanaan yang matang untuk memecahkan suatu
masalah, dengan dukungan data yang difokuskan pada satu permasalahan saja
sebagai landasan dalam mengambil sutau kesimpulan. Penelitian ini tidak
hanya sekadar menerapkan proses yang sistematis akan tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah.
Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur
ruang atau teknis penelitian agar memeroleh data maupun kesimpulan hasil
penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yaitu, mengumpulkan,
mengolah, mereduksi, menganalisis dan menyajikann data secara objektif atau
sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan untuk memeroleh data.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian kajian strukturalisme genetik dalam novel
Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam maka fokus penelitian ini
adalah strukturalisme genetik yang terdapat dalam novel tersebut dimana
fokus penelitian yang di gunakan adalah fokus tunggal.
25
26
C. Definisi Istilah
Defenisi istilah digunakan untuk menghindari perbedaan terhadap
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga hal yang dalam
penelitian ini menjadi jelas. Dalam penelitian ini, masalah pokok adalah
menganalisis strukturalisme genetik pada novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya
Anam Khoirul Anam. Adapun istilah yang dimaksud sebagai berikut:
1. Kajian adalah Hasil mengkaji. Kata kajian adalah kata yang perlu ditelaah
lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua
orang.
2. Strukturalisme-Genetik pada prinsipnya adalah teori sastra yang
berkeyakinan bahwa karya sastra tidak semata-mata merupakan suatu
struktur yang statis dan lahir dengan sendirinnya, melainkan merupakan
hasil kajian strukturasi struktur kategoris pikiran subjek penciptanya atau
subjek kolektif tertentu yang terbangun kibat interaksi antara subjek itu
dengan situasi dan ekonomi tertentu.
3. Sosial budaya adalah segala sesuatu yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, hukum, moral, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh manusia melalui akal budinya sebagai mahluk sosial.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan yang
dijadikan objek kajian, yakni kata, kalimat/ungkapan yang mendukung
27
genetik. Data yang dimaksud adalah yang menyangkut dengan strukturalisme
genetik dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, yakni novel yang berjudul Dzikir-
Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memeroleh
data dan informasi mengenai strukturalisme genetik yaitu dengan melakukan
penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh
penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan mengumpulkan standar acuan yang dijadikan acuan dalam
penelitian penelitian secara sistematis dan struktur agar tidak menjadi
kesalahan akan subjek yang diteliti.
2. Membaca novel Dzikir-Dzikir Cinta secara keseluruhan.
3. Memahami isi novel yang telah di baca dan berkaitan erat dengan masalah
strukturalisme genetik.
4. Menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan
pengklasifikasian.
5. Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung strukturalisme
genetik.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian sastra selalu berkait dengan teori,
konsep, dan metode. Teori yang dipergunakan peneliti sesuai dengan prinsip-
28
prinsip teknik analisis data berdasarkan teori Strukturalisme Genetik. Sasaran
penelitian dengan teori strukturalisme genetik adalah memahami pandangan
pengarang tentang masyarakat dalam teks karya sastra.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis berdasarkan
pendekatan strukturalisme genetik dengan langkah-langkah sebagai berikut
ini:
a. Membaca berulang-ulang seluruh isi novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya
Anam Khoirul Anam.
b. Mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat pada novel Dzikir-Dzikir
Cinta karya Anam Khoiru Anam.
c. Identifikasi dan analisis data pandangan dunia pengarang novel Dzikir-
Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam.
d. Identifikasi dan analisis data yang berhubungan dengan sosial Budaya
yang terdapat dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul
Anam.
e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data berdasarkan aspek 1 yang
dianalisis sebagai hasil penelitian.
f. Apabila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut
dianggap sebagai hasil akhir.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan secara terperinci hasil penelitian terhadap
novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirl Anam, dengan menggunakan
pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini akan dikemukakan
beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian. Data akan
disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat aspek strukturalisme
genetik sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut. Berdasarkan
pendekatan yang digunakan oleh penulis dala menganalisis novel Dzikir-
Dzikir Cinta Karya Anam Khiorul Anam maka diharapkan dapat
mengungkapkan secara terperinci dan jelas.
Analisis data dilakukan dalam tiga bagian. Pertama, analisis data yang
berhubungan dengan struktur novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul
Anam yaitu unsur intrinsik yg meliputi tema, alur, penokohan/perwatakan,
latar/setting, sudut pandang dan amanat. Kedua, analisis data yang
berhubungan dengan kehidupan sosial pengarang Anam Khoirul Anam yang
berhubungan dengan novel Dzikir-Dzikir Cinta. Ketiga, analisis data yang
berhubungan dengan sosial budaya masyarakat yang terdapat dalam novel
Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khorul Anam.
29
30
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Seorang pengarang yang mengemukakan hasil karya tentu ada sesuatu
yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi gagasan
pokok yang menjadi pemikiran itulah yang disebut tema. Tema dalam sebuah
cerita tidak disampaikan secara langsung, namun secara emplisit melalui cerita
dengan kata lain tema tersembunyi dalam cerita.
Seperti halnya dengan novel “Dzikir-Dzikir Cinta” tema tidak
disampaikann secara langsung, akan tetapi harus membaca cerita kata demi
kata, agar bisa mengetahui makna yang terkandung di dalam cerita.
Penulis dalam menulis karya sastra ini, bukan hanya lahir sekadar
bercerita, melainkan juga ingin menyampaikan pesan tertentu kepada
pembaca. Novel Dzikir-Dzikir Cinta pada dasarnya mengemukakan tentang
masalah agama dan dikembangkan dengan menceritakan masalah percintaan
para tokohnya. Jadi tema yang mendasari novel ”Dzikir-Dzikir Cinta” yaitu
masalah agama dan cinta. Kutipan dapat dilihat sebgai berikut:
Konteks:
“Kenapa aku selalu merindukan suranya tiap malam-malamku?Sehabis aku bermunajat kepada-Mu? Apakah benih cinta bersemiseiring musim gugur? Benarkah rasa ini adalah rasa karena cinta?Apakah aku tegolong manusia yang sesat hanya karena terpesonapada sebuah keindahan ciptaan-Mu? Aku harap semua ini tidakmembuatku lalai akan keindahan sejati-Mu. Semoga menyadarikeindahan mahluk-Mu juga berarti aku mengingat keagungan-Mu?”(hal. 191 paragraf ke-2)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa cinta bukan hanya terpaut pada
pesona lahiriah, melainkan pada substansi cinta itu sendiri, yaitu kemampuan
31
untuk sebanyak mungkin mendistribusikan kasih sayang demi kebaikan
kemanusiaan. Cinta sesungguhnya dapat dijadikan medium bagi kecintaan kita
kepada Tuhan.
b. Alur ( Plot )
Plot yang digunakan dalam novel “ Dzikir-Dzikir Cinta” adalah plot
maju mundur atau alur sorot balik, yaitu urutan kronologis peristiwa-peristiwa
yang disajikan dalam cerita disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Sorot balik ini ditampilkan di dalam dialog, di dalam mimpi, atau sebagai
lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya atau teringat kembali
suatu jalan peristiwa yang masa lalu.
Adapun urutan-urutan penyajian peristiwa secara kronologis dalam
novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam, dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Eksposisi
Dalam bab pertama novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul
Anam diawali dengan paparan, yaitu pemaparan tentang sebuah desa yang
tenteram dan damai. Dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
Konteks:
“SENJA tampak sayu di balik lipatan kabut. SuasanaKampungkuning tampak remang dan lengang, meski maatahari belumsepenuhnya tenggelam. Ia masih membiaskan warna-warnamempesona, teduh memandikan jiwa yang sepi. ketakjuban memancardi antara lanskap yang kian tirus, berurai sendu. Ceracau burung yanghinggap di atas dahan nan landai meriuhkan suasana. Di senja kala itu,langit tampak mendung sembab. Burai, kabut hitam putih menyelimutiberbukitan yang membuhul diantara celah-celah ranting pepohonan.Gerimis turun berlarik-larik dari langit, seperti sekawanan anak panahyang dihujamkan ke perut bumi.”(hal 21 paragraf ke-1)
32
Paparan selanjutnya yaitu tentang tokoh Rusli yang datang dari Jawa
Timur untuk menimba ilmu di pondok pesantren Al-masnawiyyah dan
paparan tentang tokoh Sukma yang saleha dan taat beribadah seperti
dalam kutipan sebagai berikut:
Konteks: (1)
“Pemuda itu berjalan ke arah utara, tepat setelah ia turun dariangkutan kota. Di pundaknya terdapat ransel yang terlihat saratdengan muatan. Dengan mengenakan busana khas santri ia menyusurijalan setapak di hadapannya.”(hal. 35 paragraf ke-1)
Konteks: (2)
“Tepat di depan bola matanya sebuah sajadah tergelar. Lalu gadis itumengambil rukuhnya. Ia kenakan lalu, menghadap ke rah kiblat.Dengan tenag dan kusyu ia melakukan ritual suci, Tahajjud. Setelahmelakukan shalat beberapa rakaat. Gadis itu mengambil kitab suci Al-qur’an. Syahdu suaranya melafal.” (hal 88 paragraf ke-1)
b) Ransangan
Ransangan timbul ketika muncul tokoh yang menjadi penengah antara
hubungan Rusli dan Sukma. Ia adalah Fatimah putri kiyai Mahfud. Dalam
novel ” Dzikir-Dzikir Cinta” telah terjadi beberapa konfliks atau pertikaian,
yaitu konfliks yang terjadi pada tokoh tambahan dan yang terjadi pada tokoh
utama. Maka konfliks kecil yang terjadi terdapat pada kutipan sebagi berikut:
Konteks: (1)
“Tampak keringat dingin membanjir dari kedua jidat mereka, pucatpasi. Masya Allah! Astagfirullahal adzim! Nudzubillahi min dzalik!Astaga! Dimana Tuhan dan rasa mau ketika itu? bukankah Tuhantelah melarang percabulan semacam itu sebelum kau mengenal nama?Dan, Tuhan pun seakan memalingkan wajah pada seoerangPezina.”(hal.52 paragraf ke-1)
33
Kutipan data tersebut menjelaskan konfliks yang terjadi antara Hasim
dan Ki Ageng Panembahan. Konflik tersebut disebabkan karena Hasim
dipergoki ciuman dengan putri ki Ageng Panembahan.
Konteks: (2)
“Dengan mengendarai speda motor mereka bersikap angkuh padapartisipan pendukung Gus Mu’ali yang sedang konvoi. Tanpa alasanyang jelas tiba-tiba salah satu preman memukuli partisipan denganbalok. Tak ayal jika cucuran darah muncrat dari jidatnya. Ia terlukaparah.( hal. 257 paragraf ke-2)
Data di atas menunjukkan bahwa konflik yang terjadi disebabkan
beberapa preman yang dengan tiba-tiba menyerang tanpa sebab.
c) Konflik atau Tikaian
Adapun konfliks utama yang membangun novel “Dzikir-Dzikir
Cinta” adalah pertarungan antara wacana otoritas Kiyai yang kemudian
melahirkan konsep barokah dengan kenyataan rasa cinta yang harus
menampik otoritas itu. Adapun kutipannya sebagai berikut:
Konteks: (1)
”Sepanjang perjalanan pikirannya jadi kacau. Ia makin bimbang.Bingung. Jika ia menolak ajakan dari Kiyai Lathif, ia takut tidakmendapat barokah dari ilmunya. Ia juga merasa takut jika nanti iamenolak ajakan itu akan mendapat murka dari Abahnya. Tapi,bagaimana dengan harapan cintanya pada Rusli? Apakah begitu sajaia pupuskan hanya untuk menuruti sebuah keinginan seseorang yangtak pernah ia harap dan tak pernah ia cintai, dan tak pernah akan bisamasuk dalam wadag hatinya?”(hal. 318 paragraf ke-4)
Kutipan di atas menjelaskan Fatimah didera dilema yang amat akut
antara keharusan menerima kiyai walau hatinya tidak pernah ada cinta, dan
34
kejujuran untuk menolak meski penolakannya melahirkan rasa ketakutan
tidak mendapatkan barokah.
Konteks: (2)
“...dan aku dibuat semakin kaget dan tak berdaya saat kiyai Mahfudmengemukakan rencana untuk menjodohkan aku dengan putrinya,Fatimah. Bukankah ini membuatku tak berdaya, membuatku semakinjauh dari kesadaranku? Terlebih lagi ketika kiyai mengatakan bahwaselama ini Fatimah, putrinya, telah jatuh cinta kepadaku. Aku sendiriheran, sejak kapan?”(hal.337 paragraf ke-2)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa sebab ulah kejujuran Fatimah yang
mengakui bahwa ia mencintai Rusli, maka Kiyai Mahfud menjodohkan
Fatimah dengan Rusli dan Rusli pun tak bisa mengelak atas perjodohannya
itu. dengan demikian Rusli telah mengecewakan kekasihnya yaitu Sukma.
d) Leraian
Konteks:
”Di depan kiyai Mahfud dan juga Gus Mu’ali. Rusli dan Sukma salingberpeluk melepas kerinduan yang sekian tahun tak mampu merekasampaikan. Keduanya saling hanyut dalam haru biru. Ada siramanbahagia dalam pelukan itu. ada secercah bahagia menyelimutikeduanya. Pelukan mesra itu serasa menjadi pengganti dari apa yangbergemuruh dalam jiwa sekian waktu lamanya.”(hal. 369-370 paragraf ke-2)
Puncak klimaks tercapai ketika Rusli dan Sukma dipertemukan, yaitu
setelah meninggalnya Fatimah dalam keadaan melahirkan. Rusli kemudian
menikahi Sukma atas suruhan Kiyai Mahfud dan Gus Mu’ali.
e) Penyelesaian
Konteks :
“Rul, sekarang kami telah bersatu di alam kami. Kami hidup bahagia.Aku menemuimu karena aku ingin menyampaikan kebahagiaan inipadamu. Tolong jika kamu bertemu dengan abah sampaikan salamku
35
dan juga kabar ini, dan tak lupa sampaikan pula pada Gus Mu’ali.Mungkin jika tanpa bantuannya, aku takkan pernah bisa sepertisekarang ini, bisa memiliki dua isteri, meski semuanya hanya bisakurasakan di alam lain dari kehidupan dunia.”(hal. 376 paragraf ke-3)
Penyelesaian diakhiri dengan kematian (menyedihkan). Rusli
meninggal ketika pulang pengajian. Ia ditabrak truk. Begitu pun Sukma, ia
meninggal karena tak tahan melihat nasib suaminya. Ia meninggal dalam
keadaan mengandung.
c. Penokohan atau Perwatakan
Tokoh-tokoh dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta adalah manusia yang
berperan mengikuti alur di dalam ceritanya. Semua tokoh-tokoh saling
menjalin hubungan satu sama lainnya, meskipun hubungan yang terjalin itu
tidak selalu erat dan berdampingan. Tokoh utama Protagonis yaitu: Rusli dan
Sukma. Tokoh-tokoh lainnya (tambahan) yaitu: Fatimah, Kiyai Mahfud, Gus
Mu’ali, Kiyai Lathif, Kiyai Husen, Nikmah, Asrul, Pak Tabah, Nyi Tabah,
Pak Harto, Subhan, dan lain-lain.
a) Rusli
Rusli adalah gambaran seorang pemuda yang wataknya selalu baik. Ia
adalah pemuda jujur, tawaddu, dipercaya, ramah, tidak congkak, serta tidak
banyak tingkah. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Konteks: (1)
“Entah mengapa, di pondok tersebut Rusli seakan- akan sudahmenjadi tangan kanan Kiyai Mahfud. Padahal kemampuannya jauhbila dibandingkan dengan santri-santri yang lebih senior. Hanya sajaia memang lebih tawaddu’ dan tidak banyak polah. Selain itu pula iaselalu patuh jika mendapat perintah dari pak Kiyai. Selain itu, Ruslijuga mengandalkan kejujuran dan sikap ramahnya dalam bergaul pada
36
siapapun. Selalu andap ansor pada yang lebih tua dan sayang padamereka yang lebih muda. Tidak congkak atau angkuh. Bahkan iasempat dinasehati oleh teman-temannya sesama santri, “kamu itumbok ia sekali-kali marah, wong digojloki, dipojokkan, kok kamumalah senyum-senyum.” (hal. 119-120 paragraf ke-5)
Konteks:(2)
“Ah, kenapa tadi malam aku nyenyak sekali hingga aku kelewat batas,“ia masih tidak terima akan kelelaiannya itu. bukan karena inginmendengarkan suara Sukma namun ia menyesal juga karena tidak bisamelakukan shalat sunnat Tahajjud.”(hal.147 paragraf ke-4)
Data di atas menunjukkan bahwa Rusli adalah tokoh santri yang saleh,
taat beribadah, ia selalu berusaha menjalankan ibadah dengan ikhlas dan
istiqomah, baik ibadah yang wajib maupun yang sunnat.
b) Sukma
Ia adalah gadis yang cantik, penuh wibawa, cerdas, bersifat petualang,
berani menanggung resiko, berkomitmen tinggi, sabar, dan tabah dalam
mengarungi kehidupan. Selain itu juga ia adalah gadis yang salehah, taat
beribadah, dan bahkan sampai menjadi seorang sufiah.
Konteks: (1)
“Di pondok Gus Mu’ali barangkali hanya Sukma saja yang tampakberbeda. Meskipun wajahnya terbilang canti, ia tetap bersahaja didepan teman-temannya. Dan satu hal yang paling penting, dia cerdas,penuh wibawa. Sifat kedewasaan yang ada pada dirinya jugamenjadikannya selalu dijadikan tempat berbagi, kendati usianya relatifmuda. Bahkan ia seperti dianggap lebih dewasa dalam memberikansolusi atas permasalahan yang dihadapi teman-temannta. Seperti ‘ibu’di asrama puteri tersebut. Feminim dan keibuan. Ia sangat cakap biladiajak bicara. Nada bicaranya yang lemah lembut turut meneduhkansetiap gelembung jiwa.”(hal. 101 paragraf ke-2)
37
Konteks: (2)
“Di pondok kamu adalah permata bagi teman-teman. Di samping kaucantik, kau juga memiliki kemahiran dalam banyak hal. Dulu semasihSMU, kau menjadi juara satu lomba tarik suara. Pada akhirnya,kemhiran itu menjadikanmu qoriah terbaik. Kau adalah si suara emas,begitulah julukannmu, kau juga merpati jelita.”(hal. 344 paragraf ke-3)
Data (1) dan (2) menunjukkan bahwa Sukma adalah gadis yang cantik,
cerdas, cakap, penuh wibawa, pemimpin, dan keibuan.
Konteks: (3)
“Meski ia cantik dan banyak orang yang mengejarnya, namun bukantipe wanita yang suka mengumbar kecantikannya. Ia bukan wanitagampangan. Ia bukan wanita yang mudah berpindah hati pada lainorang. Dan, inilah wujud darib sebuah kesetiaan. Biarlah rendamanluka membusuk namun ia yakin bahwa luka itu tanpa disengaja. Iamenerima kenyataan itu dengan lapang dada.”(hal. 340 paragraf ke-2)
Pada data menggambarkan bahwa Sukma tipe perempuan yang setia
dalam bercinta. Meski kekasihnya telah dimiliki oleh orang lain, ia tetap
menggengam cintanya. Ia memutuskan untuk hanya mencintai satu orang
dalam hidupnya. Hal itu ia lakukan lebih kepada kesetiaannya terhadap
cinta. Ia selalu tabah dan lapang dada dalam ujian hidup termasuk ujian
dalam bercinta.
Konteks: (4)
“Dari kesendirian jiwa. Ia ingin melupakan urusan duniawi yangselalu membuatnya resah. Ia ingin menyepi bukan berarti membencikehidupan akan tetapi ia ingin membersihkan jiwanya, bersih darisemua hal yang akan menjadikannya nista. Ia telah terasuki oleh syairsufi Rabiah. Bahwa hidup milik sang Pencipta dan segala hal yang adapada dirin ya adalah milik sang Pencipta.”( hal. 342 paragraf ke-1)
38
c) Fatimah
Konteks:
“Akang masih mencintainya, kan? Akang masih mengharapkehadirannya di sisi Akang, kan? Jika memang akang maumenikahinya aku rela. Aku rela demi menebus kesalahanku pada cintakalian.”(hal. 349 paragraf ke-5)
Data di atas menggambarkan bahwa Fatimah adalah gadis belia yang
berparas cantik. Ia wanita yang berhati baik.
d) Kiyai Mahfud
Konteks:
“O, malah kebetulan sekali saya malah bersyukur bisa menampungorang yang ingin menuntut ilmu. Di samping mendapat pahala, kamijuga bisa menyampaikan ilmu yang kami kuasai,” spontan Kiyaimenjawab. Tanpa basa-basi. Tersungging senyum tipis di bibirnya.”( hal. 38 paragraf ke-4)
Data di atas menunjukkan bahwa Kiyai Mahfud adalah tokoh yang berhati
baik. Ia adalah seorang kiyai yang mengamalkan ilmunya kepada siapa
saja yang mau menuntut ilmu.
e) Gus Mu’ali
Konteks:
“Sebagai rasa syukur atas keberhasilan menjadi Kepala Daerah, makalangkah wal yang menjadi program kerja adalah mengurangi lajupertumbuhan anak jalanan.”(hal. 294 paragraf ke-3)
Dari data di atas terlihat jelas bahwa sosok Gus Mu’ali yang memiliki jiwa
sosial yang tinggi.
f) Asrul
“Asrul mencoba menerapkan pola pendidikan yang lebihmodern”(hal. 380 paragraf ke-2)
39
Berdasarkan data digambarkan bahwa Asrul sosok yang memiliki otak
yang cerdas karena selain mengajarkan kitab kuning. Di pondok juga di
gunakan sebagai sekolah umum. Asrul ingin membentuk lembaga pendidikan
yang sifatnya umum dan juga mengembangkan pondok modern atas gagasan
yang ia inginkan.
g) Nikmah
Konteks:
“Karena hanya Nikmah lah satu-satunya sahabat muslimnya. SahabatSukma yang bisa menerima dirinya. Semua teman-teman Sukmaadalah penganut Nasrani.”(hal. 223 paragraf ke-1)
Pada data di atas menunjukkan bahwa Nikmah adalah teman yang setia
karena disaat sukma dalam masalah yang berat hanya dia lah yang menjdi
tempat untuk berbagi.
h) Pak Tabah (ayah Rusli)
Konteks:
“Semula ayah Rusli tidak memerdulikan desas-desus perselingkuhanistrinya, perempuan yang melahirkan Rusli. Ia berkeyakinan bahwaistrin ya adalah istri yang baik, istri yang selalu mempertahankankehormatan rumah tangganya.” (hal.150 paragraf ke-1)
Terlihat jelas bahwa pak Tabah adalah seorang lelaki yang tak mudah
percaya dengan gosip yang beredar dan tak menghiraukan perkataan orang
lain.
i) Nyi Tabah (ibu Rusli)
“Dasar...! Bojo klijengan!”“Pak Tabah menyeret istrinya keluar rumah. Ia sama sekali tidakmemerdulikan lelaki yang telah merusak pagarayu orang lain itu.”( hal. 152 paragraf ke- 1)
40
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa ibu tabah adalah seorang
perempuan yang tidak setia dan berkhianat.
j) Kiyai Husen
Konteks:
“Kenapa mukamu memar begitu, Rus?” tanya Kiyai Husen ketikamengajarkan kita Jurumiyaah, ba’da shalat shubuh.“Tidak apa-apa, Kiyai. Hanya terjatuh saja.”“Tadi malam kamu belum apa-apa. Kok sekarang lebam wajahmu itu.kamu jatuh dari man?”“Dari sepeda waktu ngantar teman cari makan sahur tadi.”.( hal. 282 paragraf ke- 3)
Data di atas menunjukkan bahwa Kiyai Husen sosok yang penuh
perhatian terhadap santrinya. Ia berusaha mengetahui sebab mengapa wajah
Rusli yang lebam.
k) Pak Harto (ayah tiri Rusli)
Konteks:
“Masak, sudah diajari berulang-ulang kamu tidak bisa-bisa juga.Makanya belajar! Jangan banyak mainnya. Bapak nganti jenkelngarakne awakmu, Le”(hal.180 paragraf ke-4)
Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa pak Harto merupakan
sosok yang gampang marah (pemarah).
l) Subhan
“Kedigdayaan itu ternyata dislah artikan oleh Subhan. Ilmu itudigunakan untuk mencari sasaran pelampiasan hasrat nafsu birahi.Ketika jiwanya terlepas- dalam posisi kanuragan ngerogoh sukmo itu.jiwanya hinggap di kamar santriwati dan terjadilah ‘hal itu’.”( hal.81paragraf ke-2)
Data di atas dapat disimpulkan bahwa Subhan tidak bisa menjaga
amanah.
41
d. Latar atau setting
Latar dalam cerita adala situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya
sebuah cerita. Penggunaan latar dalam cerita, memberikan pijakan kongkret
dan jelas kepada pembaca. Hal ini memberikan kesan realistis kepada
pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh ada dan terjadi.
Dengan demikian, pembaca merasa dipermudah mengoperasikan daya
imajinasi di samping memungkinkan berperan kritis sehubungan dengan
pengetahuannya tentang latar. Pembaca dapat merasa dan menilai kebenaran
ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan.
Latar dalam novel Dzkir-Dzikir cinta terdiri dari latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Secara terperinci latar tersebut meliputi lokasi
geografis, pemandangan, pekerjaan, atau kesibukan sehari-hari para tokoh,
waktu berlakunya kejadian, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan
emosional para tokoh.
a) Latar Tempat
Latar tempat yangt digunakan novel Dzikir-Dzikir Cinta yaitu: kamar
tidur, kamar mandi, hutan, alun-alun, kantor, masjid, gudang, rumah, dan di
dalam bus. Hal itu dapat dilihat pada data berikut:
Konteks: (1)
“Seperti biasa ia akan meletakkan semua peralatan di gudangpenyimpanan peralatan” ( hal. 51)
Konteks :(2)
“Gadis itu melangkah menuju pancuran. Ia buka kran. Berkumur.membasuh mukanya. membasuh kedua tangannya. Ubun-ubunya.
42
Telinganya. kedua kakinya. Lalu, setelah usai, wajahnya menengadahke atas diidringi kedua tangannya pula.” ( hal. 87)
Konteks :(3)“Di garis tepi perasaan cemas, takut, takut dan was-was. Tanpa sadarbola matanya tertumpu pada beberapa potong’ pakaian dalam’ yangmasih menggelantung di belakang pintu toilet. Pikirannya kemudianberputar pada sosok yang baru saja keluar dari kamar itu. tak biasanyasantriwati di pondok tersebut meninggalkan’bungkus sensitifnya’ dikamar mandi.” (hal. 134 paragraf ke-3)
Konteks :(4)
“Akan tetapi apalah daya, akhirnya Pak Tabah memilih untukmengasingkan diri di hutan. Ia berinisiatif demikian karena tidak inginmenambah masalah dalam hidup.”( hal. 154)
Konteks: (5)
“Kang, sekarang Akang ditunggu mbak Sukma di seberang jalan sana.Itu rumah yang berwarna biru!” ( hal. 208)
Konteks: (6)
“Arak-arakan masa memadati Alun-alun Selatan. Dengan lantangseorang penyeru menyuarakan yel-yel”. ( hal. 253)
Konteks :(7)
“ Tak ada yang berubah dalam udara kamar itu. tetap saja hening yangsenyap. lengang nan sunyi”
“Tapi, apakah aku salah mencintainya? Terlampau jauhkah akumemahami semua ini. Apakah aku terlalu berlebihan dan terlaluberharaf akan sesuatu yang tidak pasti? ( hal. 308)
Konteks: (8)
“ Seperti biasa jika sore hari anak-anak akan ngaji di surau seorangustadz. Seperti biasa pula mereka akan pulang ke rumah setelah sholatIsya’.” ( hal. 311)
43
Konteks :(9)
“Sepulang dari mengisi pengajian itu mendadak di perempatan jalan,sepeda motor yang ia kendarai ditabrak truk yang mengangkut berasdari Surabaya.” ( hal. 378)
Data di atas menggambar dengan jelas setting tempat yang terdapat
dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta.
b) Latar Waktu
Latar waktu dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta mencakup waktu
berlakunya kejadian, suasana dan keadaan bathin tokoh ketika berlangsungnya
kejadian yaitu: senja hari, malam hari, siang hari, dan pagi hari yang
berlangsung dalam minggu, bulan, dan tahun. Lebih jelsnya mengenai latar
waktu yang terdapat dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta dapat dilihat pada
kutipan-kutipan sebagai berikut:
Konteks: (1)
“Senja tampak sayu di balik lipatan kabut. Suasana kampung kuningtampak remang dan lengang, meski matahari belum sepenuhnyatenggelam. Ia masih membiaskan warna-warna mempesona, teduhmemandikan jiwa yang sepi.”(hal. 21 paragraf ke-1)
Konteks: (2)
“Dingin malam semakin senyapkan suasana lolongan jangkrikmendendangkan lagu sendu. Angin malam menghantarkan busur-busur mimpi. Jarum jam sudah menunjukkan angka duabelas malam.Akhirnya kedua mata Fatimah terlena juga Terantuk.”(hal 311 paragraf ke-2)
Konteks (3)
“Matahari telah menampakkan sinarnya di balik rerimbunan bukit.Suasana remang. Dingin pagi dai lereng-lerengg Kampungkuning.Menjadikan pagi itu sebuah nuansa yang menusuk-nusuk kulit.”(hal 359 paragraf ke-1)
44
Pada data (1), (2) dan (3) dapat dilihat bahwa pengarang novel Dzikir-
Dzikir Cinta menggambarkan dengan jelas setting waktu dalam novel ini
yang terlihat jelas pada bagian awal novel.
Konteks: (3)
“Gebyar orang-orang berkampanye semakin riuh. Tanpa sadar bahwasenja telah menutup sebagian wajah matahari dii balik lipatan bukit.Arak-arakan partisipan Gus Mu’ali meninggalkan lapangan. Namunbelum lima menit acara konvoi usai. Tiba-tiba seombongan premandatang dengan membawa benda-benda keras. Dengan mengendaraisepeda motor mereka bersikap angkuh pada partisipan pendukung GusMu’ali yang sedang konvoi.”( hal. 257 paragraf ke-2)
Data di atas menunjukkan suasana yang tedapat dalam novel Dzikir-Dzikir
Cinta yaitu suasana sepi, remang, lengang, ramai, gaduh, ribut, dan sunyi.
Konteks: (4)
“Kedahsyatan cinta yang ia rasakan telah mengguncang-guncangjiwanya. Di antara derai bahagia, ia tak mampu menahan keharuanjiwanya hingga menyebabkan tubuhnya lemah. Kekuatan cinta telahSmenguras energi jiwanya. Makin lama kekuatan itu makin sesakkandada. Semakin sesak hingga mengaburkan pandangannya. Gelap.Sukma terjatuh dan tak sadarkan diri.” (hal. 371 paragraf ke-2)
Data menunjukkan keadaan batin tokoh yang ikut mewarnai latar waktu
yaitu sedih, haru panik, bimbang, gagap, malu, risih, cemas, tegang,
bingung dan takut.
c) Latar sosial
Latar sosial dalm novel Dzikir-Dzikir Cinta mencakup gambaran
keadaan masyarakat, adat kebiasaan masyarakat, bahasa, dan lain-lain
yang melatari peristiwa. Adat kebiasaan Kampungkuning dapat dilihat
pada kutipan-kitipan sebagai berikut :
45
Konteks:(1)
“Seperti biasa, dan memang menjadi adat kebiasaan bagi pendudukyang tinggal di Kampungkuning, saar sore menjelang merekaberbondong-bondong tanpa dikomando menuju musholla-mushollaatau masjid-masjid, yang menurut hati kecil paling mereka sukai.Namun, entah mengapa, kebanyakan mereka memilih musholla ataulanggar daripada mesjid.”(hal.24 paragraf ke-2)
Konteks:(2)
“Sebuah kebiasaan lain penduduk Kampungkuning adalahmenyempatkan diri, paling tidak dua bulan sekali, untuk mengadakankumpulan warga guna meneropong perkembangan yang terjadi dikampung halaman mereka. Kegiatan itu hanya melibatkan aparaturdesa saja namun juga melibatkan tokoh agama setempat. Danbiasanya, kegiatan ini mereka lakukan di luar peringatan hari besaragama.”(hal.28 paragraf ke-3)
Data (1) dan (2) menggambarakam keadaan masyarakat di kampung
kuning, yaitu sebuah desa yang aman, tentram, dan damai. Penduduknya
beragama Islam. Hubungan antar aparatur desa yang sangat baik. Setiap
ada permasalahan di masyarakat selalu dipecahkan melalui musyawarah.
Konteks: (3)
“Aku nguji awakmu supoyo awakmu orak rugi sak mburiburine. Akungerti yen awakmu benar-benar tresno marang anakku. Mulane akunguji sepiro jeroneng tresnamu. Naming iku ra dadi pinurbo lan coba.Donyo iki ora sepiro di banding karo akhir. Iku alasanko nyapo ngujiawakmu, Sin. Urip iku ojo kalah karo urusan donyo thok, yen bisakudu imbang antarane donyo lan akherate. Pancen abot ngelakoni ikukabeh, nangena yen awakmu reko doyo pasti iso.”(hal. 58 paragraf ke-6)
Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa gambaran keadaan
masyarakat didukung oleh bahasa daerah yang dipergunakan tokoh
merupakan latar sosial dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta.
46
e. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara pengarang menampilkan para pelaku
dalam cerita yang dipaparkannya. Dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang
orang ketiga yakni pengarang menggunakan kata ganti ia, dia, mereka, dan –
nya. Lebih jelasnya disajikan dalam kutipan berikut ini;
Konteks:(1)
“PEMUDA itu berjalan ke arah utara, tepaat setelah ia turun dariangkutan kota. Di pundaknya terdapat ransel yang terlihat saratdengan muatan. Dengan menggunakan busana khas santri iamenyusuri jalan setapak di hadapannya.”(hal. 35 paragraf ke-1)
Konteks:(2)
“Para santri begitu takzim mendengarkan segala pitutur yangdisampaikan oleh Kiyai. Semua perhatian tertuju kepada lembaran-lambaran kitab kuning yang ada di hadapan mereka. Satu demi satupikiran mereka mencoba mengeja, memahami, menafsirkan, segalaapa yang disampaikan oleh pak Kiyai.”(hal. 67 paragraf ke-1)
Konteks: (3)
“Hari-hari yang ia habiskan bersama mereka, teman-temansependeritaan, serasa telah mengubur dalam-dalam semua masalalunya yang kelam. Masa lalu yang teramat pahit. Masa lalu yangmembawanya ke pesantren Gus Mu’ali.”( hal. 105 paragraf ke-2)
Konteks: (4)
“Ia terus berjalan menapaki sembilu-sembilu malam. Kelebatan sinarlampu memendar pada aura bumi.” ( hal.123 paragraf ke-1)
Konteks: (5)Bahkan ada dua rasa takut yang menyelinap dalam dirinya. Pertama,ia takut jika ia berterus terang telah jatuh cinta pada Rusli akanmengakibatkan murka pada Kiyai Latif dan ia akan mendapatkantakdzir darinya. Yang kedua, ia takut jika ia berterus terang akan
47
menyakiti Kiyainya yang menyebabkan hubungan baik antara KiyaiLatif dan Abahnya akan hancur, selain itu juga ia tidak inginmemperkeruh hubungan antara dirinya dengan Kiyainya.”
( hal.317 paragraf ke-3)
Dari data di atas terlihat jelas bahwa pengarang menggunakan kata ganti ia
dan mereka.
f. Amanat
Amanat dalam sebuah cerita berarti gagasan, ide, atau falsafah.
Amanat dapat berupa larangan, gagasan, anjuran, ataupun perintah. Amanat
ini terselubung dalam cerita. Amanat yang terkandung dalam novel Dzikir-
Dzikir Cinta dapat dilihat pada kutipan-kutipan antara lain sebagai berikut:
Konteks:(1)
“Keyakinan kami mengajarkan bahwa, dengan hidup sederhana, kamibisa merasakan betapa besar nikmat yang telah diberikan kepadakami. Dan dari semua itu, kami selalu diajarkan untuk selalubersyukur atas nikmat tersebut meski hanya sedikit.”(hal. 219. Paragraf ke-3)
Data di atas bermakna bahwa hiduplah secara sederhana dan selalu
bersyukur terhadap nikmat walau hanya sedikit.
Konteks: (2)
“Tuhan dan rasa malu ketika itu? Bukankah Tuhan telah melarangpencabulan semacam itu sebelum kau mengenal nama? Dan, Tuhanpun seakan memalingkan wajah pada seorang pezina. Ciuman atasdasar nafsu tergolong zina.(hal. 52 paragraf ke-1)”
Data di atas bermakna bahwa ciuman atas dasar nafsu tergolong zina.
Bahkan, Tuhan menganggap itu perbuatan keji dan menganiaya. Ingat!
Semanis apapun dosa yang kita perbuat, ia tetap bagian dari neraka dan
kita harus bertanggung jawab atasnya.
48
Konteks: (3)
“Ia menyakinkan diri untuk segera melakukan taubatan nasuha. Benarapa yang disampaikan Gus Mu’ali,” jika engkau ingin menjernihkanpikiran mak hilangkanlah pikiran-pikiran dan masalah keduniaanterlebih hawa nafsu. Dunia hanya menjadi belenggu kemurnianhatimu.”( hal.98 paragraf ke-2)
Pada data bermakna bahwa jika engkau ingin menjernihkan pikiran maka
hilangkanlah pikiran-pikiran dan masalah keduniaan terlebih hawa nafsu.
Dunia hanya menjadi belenggu kemurniaan hatimu.
Konteks: (4)
“Jika seseorang memberikan kebaikan hatinya, maka kebaikanpulalah yang akan diterima sebagai balasan. Namun sebaliknya, jikahati telah memberi dan menabur kebencian maka kebencian pulalahyang akan ia petik kelak.”( hal. 105 paragraf ke-1)
Kita harus berbuat baik terhadap sesama meskipun orang berbuat yang
tidak baik kepada kita. Dengan berbuat baik kelak kita akan mendapat
balasannya, begitupun sebaliknya.
Konteks:(5)
“Entah mengapa, di pondok tersebut, Rusli seakan-akan sudahmenjadi tangan kanan Kiyai Mahfud. Padahal kemampuannya jauhbila dibandingkan dengan santri-santri yang lebih senior. Hanya sajaia memang lebih tawaddu’ dan tidak banyak polah. Selain itu pula iaselalu patuh jika mendapat perintah dari pak Kiyai, selain itu, Ruslijuga mengandalkan kejujuran dan sikap ramahnya dalam bergaul padasiapapun. Selalu andap ansor pada yang lebih tua dan sayang padamereka yang lebih muda.”( hal. 119-120) paragraf ke-5)
Kejujuran, ketawadduan, dan kesabaran adalah modal dalam bergaul.
Konteks: (6)
“Ingin bahagia banyak jalannya, namun bukan dengan tipu daya,karena segala yang ada di dunia hanya sementara dan fana. Terlalusia-sia di dunia jika harus menjadi budak dunia. Semua yang diterimadi dunia adalah amanah, bahkan hidup itu sendiri. Bahkan amanah
49
membutuhkan tanggungjawab. Kelak tanggungjawab itu diminta.”(hal. 237 paragraf ke-2)
Jika menjadi pemimpin seharusnya bertanggungjawab terhadap amanah
yang diberikan.
Konteks: (7)
“Kenapa kau selalu merindukan suaranya tiap malam-malamkusehabis aku bermunajat kepada-Mu? Apakah benih cinta telah bersemiseiring musim gugur? Benarkah rasa ini adalah rasa cinta? Apakahaku tergolong manusia yang sesat hany karena terpesona terpesonapada ssebuah keindahan ciptaan-Mu? Aku harap semua ini tidakmembuatku lalai akan keindahan sejati-Mu. Semoga menyadarikeindahan mahluk-Mu juga berarti aku mengingat keagungan-Mu.”(hal. 191 paragraf ke-2)
Jika mencintai seseorang jangan sampai lupa diri (lupa kepada Allah), kita
harus serahkan rasa cinta itu kepada Allah SWT.
Konteks: (8)
“Jika memang Fatimah suka dan kalau memang sudah jodoh, makasebagai orangtua, saya hanya bisa memberi restu, bahkan saya merasaberuntung jika mendapat menantu panjanengan. Akan tetapi, agamapun mengajarkar kalau seorang gadis berhak memutuskan dengansiapa ia akan menjalani rumah tangganya. Jadi, hal itu sudah menjadihaknya untuk memilih dan juga punya tanggungjawab penuh padapilihannya,”lanjut Kiyai Mahfud. “sebaiknya, biar Fatimah saja yangmemberikan keputusan terhadap lamaran panjanengan. Kulo anamungngestoni mawon.”( hal. 321 paragraf ke-3)
Kita tidak boleh memaksakan kehandak termasuk dalam hal mengawinkan
anak gadis dengan paksa. Sebab agama mengajarkan kalau seorang gadis
berhak memutuskan dengan siapa ia akan menjalani rumah tangganya.
Jadi, hal itu sudah menjadi haknya untuk memilih dan juga punya
tanggungjawab penuh dalam pilihannya.
50
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam begitu banyak pesan
yang ingin disampaikan oleh pengarang bahwa kita hidup di dunia hanya
sementara hendaknya kita selalu mengingat kepada Allah Swt, hendaknya kita
selalu bersyukur sebesar atau sekecil apapun rezeki yang kita dapatkan.
Perintah untuk berbuat baik kepada sesama manusia serta harus bertanggung
jawab atas amanah yang diberikan kepada kita. Selain itu pesan bahwa
kesabaran akan berbuah manis akhirnya.
2. Pandangan Dunia Pengarang
Berpijak pada teori, penulis novel memang berdomisili di lingkungan
pesantren, sebagiamana karya sastra yang tercipta, berlatar pesantren. Bahkan
secara terus terang penulis mengatakan bahwa karya yang ada di tangan
penelaah kini Dzikir-Dzikir Cinta merupakan sebagian dari kisah hidupnya.
Keberanian untuk mengungkap sisi lain pesantren. Tentunya tanpa menafikan
peran pesantren dalam pembentuk moral bangsa.
Selain itu sastra merupakan cerminan masyarakat, digunakan untuk
melihat refleksi masyarakat di dalamnya. Kisah yang ada pada novel ini juga
merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari santri dan merupakan kritik
tajam yang sekan-akan meletakkan posisi santri sebagai manusia biasa yang
tidak di dalam jiwanya terdapat gejolak darah muda, ingin mencintai dan
dicintai. Dititik ini tedapat permainan romantisme yang meliputi eksploitasi
51
rasa, luapan rasa cinta diiringi dengan kebahagiaan dan kesedihan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
Konteks: (1)
“Mereka tidak melakukan pertemuan cinta mereka yang terlarangsecara terang-terangan, tapi dengan sembunyi-sembunyi. Terkadangmereka melakukan pertemuan itu di dalam gudang yang letaknyasangatberjauhan dengan lokasi pondok.”(hal. 48)
Pada bagian cerita di atas menunjukan bahwa terdapat pula santri yang
nekat melakukan pelanggaran. Meski mereka telah mengetahui hukum dalam
menjalin hubungan dengan lawan jenis, tetapi tetap saja mereka lakukan.
Meski sebenarnya memiliki perasaan istimewa kepada lawan jenis tidak
pernah dilarang, tetapi perbuatan karena perasaan itulah yang dilarang.
Kontek: (2)
“Anu…saya…saya di…saya di-sodomi Kang Mamat…” kalimat ituterbata-bata diselingi isak tangis.”(ha.129)
Konteks: (3)
“Pada suatu malam, ketika ia tengah tertidur lelap, ia merasa ada yangmenggerayangi kakinya. Memang saat itu ia merasa lelah sekalikarena seharian tadi membuang energinya mencangkul di kebun,membuat lahan untuk ditanami pohon ketela. Merasa ada yang ganjildari ujung kakinya, sontak ia terbangun. Ia memang sangat sensitive,meski dalam keadaan tertidur. Ia tahu bahwa ia akan menjadi korban,hanya saja ia tak menampakkan mimic marah.”(hal.130)
Konteks: (4)
“Di antara kesdaranku pada lembaran-lembaran buku yang kubacamalam itu, lelaki yang Kata orang: dia saraf (gila!) itu, mendadakmenyingkapkan sarungnya yang tanpa sekat celana dalam. Tanparagu. Tanpapikir jauh. Mendadak tangannya menjulur menuju sesuatuyang terlalu vital di selangkangannya. Apa yang ia lakukan? Tiba-tibaia mendesah, meremas dan memegangi segenggam daging, yanglegam kecoklatan, lalumenarik-ulur, maju-mundur.”(hal. 131)
52
Para santri pada dasarnya juga manusia biasa yang memiliki
perasaan. Secara psikologis, manusia juga butuh perasaan untuk mencintai
dan dicintai. Bagi beberapa santri yang dapat menahan atau mengendalikan
perasaannya, maka hal seperti ini tidaklah menjadi masalah. Namun berbeda
halnya bagi santri yang tidak dapat menahan rasa itu, hingga akhirnya
melakukan hal-hal yang melanggar ajaran agama. Seperti yang terlihat pada
beberapa kutipan diatas
Konteks: (5)
“Dengan gerak reflek akhirnya kedua tubuh itu berpelukan erat.Berpeluk hingga rasa rindu itu terlepas seperti kepak merpati yangdilepaskan dari genggaman. Jauh memintal benang-benang biru dilangit-langit hingga terbentuklah garis-garis bintang meski sedikitredup biasnya, goresan-goresan yang berbingkai asmara menggulungsepi.”(hal. 214)
Namun Rusli tetaplah hanya seorang manusia yang terkadang tak
kuasa menahan rasa. Setelah berbicara dari hati ke hati dan ternyata mereka
memiliki perasaan yang sama, mereka berpelukan. Hanya itu.
Pandangan dunia pengarang dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta
berdasarkan analisis mengenai permasalahan kisah yang ada pada novel ini
merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari santri dan merupakan kritik
tajam yang sekan-akan meletakkan posisi santri sebagai manusia biasa yang
tidak di dalam jiwanya terdapat gejolak darah muda, ingin mencintai dan
dicintai.
53
3. Latar Belakang Sosial Budaya
Manifestasi dunia rekaan pengarang diangkat dari realitas sosial,
menggambarkan kondisi, perilaku dan sikap hidup masyarakat di wilayah
tertentu, dari kelompok etnis terntu, dan memiliki kebudayaan tertentu pula.
Novel Dzikir-Dzikir Cinta, dengan demikian juga merupakan cerminan
pengarang dan dunianya. Dengan kata lain Dzikir-Dzikir Cinta merupakan
manifestasi dunia rekaan Anam.
Anam Khoirul Anam adalah orang Jawa yang dilahirkan di Jawa dan
dibesarkan dalam masyarakat Jawa. Sebagai orang Jawa tentu saja ia
memahami siapa orang orang Jawa, apa yang dilakukan, apa yang dianut,
bagaimana sikap dan pandangan hidupnya, terutama masyarakat tempat ia
dilahirkan dan dibesarkan. Selain itu ia adalah penganut Islam (santri) yang
mampu menanfsirkan ajara Islam bukan hanya sebagai konsep abstrak,
melainkan juga sebagai pedoman sikap dan perilaku sehari-hari. Didukung
oleh sikap kritis dan sensitif serta pengalaman hidup yang cukup, Anam
berhasil menyusun konsep kepengarangan yang dapat dikatakan ‘khas’
dikatakan demikian karena Anam memiliki sikap semua kenyataan yang baik
maupun yang buruk yang mewujud di hadapan kita pada hakikatnya adalah
ayat Tuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
Konteks: (1)
“Seperti biasa, dan memang menjadi adat kebiasaan bagi pendudukyang tanggal di Kampungkuning, saat sore menjelang merekaberbondong-bondong tanpa dikomando menuju musholla-mushollaatau masjid-masjid, yang menurut hati kecil paling mereka sukai.Namun, entah mengapa, kebanyakan mereka memilih musholla ataulanggar dari pada masjid.”(hal. 24 paragraf ke- 2)
54
Konteks (2)
“Sebuah kebiasaan lain penduduk Kampungkuning adalahmenyempatkan diri, paling tidak dua bulan sekali, untuk mengadakan
kumpulan warga guna meneropong perkembangan yang terjadi di
kampung halaman mereka. Kegiatan itu tidak hanya melibatkan
aparatur desa saja namun juga melibatkan tokoh agama setempat. Dan
biasanya, kegiatan ini mereka lakukan di luar peringatan hari besar
agama.” (hal. 28 paragraf ke-3)
Konteks :(3)
“opo cukup iku thok? Opo keluargamu mbesok emong mbok wehenitresno karo kejujuan? Wong yen omah-omah ora cukup mung kanggo
tura-tura, ora mung kanggo ‘kumpul sesenengan’ thok! Wong yenomah-omah kudu piloro lan resok.”( hal. 56 paragraf ke-4)
Konteks:(4)
“Aku nguji awakmu supoyo awakmu ora rugi sak mburiburine. Aku ngerti
yen awakmu bener-bener tresno marang anakku. Mulane aku nguji sepiro
jeroneng tresnamu. Naming iku ra dadi pinurbo lan coba. Donyo iki
ora sepiro di banding karo hari akhir. Iku alasanku nyapo nguji
awakmu, Sin. Urip iku ojo kalah karo urusan donyo thok, yen bisa
kudu imbang antarane donyo lan akherate. Pancen abot ngelakoni iku
kabeh, nangena yen awakmu reko doyo pasti iso. (hal. 58 )
Data di atas terlihat jelas bahwa sosial budaya dalam novel Dzikir-
Dzikir Cinta terdapat kebiasaan masyarakat selaian itu cerminan budaya Jawa
juga sangat terlihat jelas pada novel salah satunya dengan penggunaan bahasa
Jawa yang sangat kental pada beberapa paragraf. Hal tersebut pula yang
menggambarkan bahwa dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta latar belakang sosial
budayanya sangat dipengaruhi oleh penulis yang merupakan orang Jawa.
55
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dianalisis dan di deskripsikan sesuai dengan analisis data
dalam penelitian, diperoleh gambaran struktur yang membangun, pandangan
dunia pengarang dan latar belakang sosial budaya dalam novel Dzikir-Dzikir
Cinta Karya Anam Khoirul Anam. Oleh karena itu, hasil temuan akan
diuraikan sebagai berikut:
Strukturalisme genetik diartikan sebagai sebuah pendekatan yang
menyatukan analisis struktural dengan spiritualisme dan moralitas. Oleh
karena itu strukturalisme genetik menaruh perhatian pada teks sastra dan latar
belakang tempat sastra tersebut dilahirkan, serta subjek pengarang yang
menghasilkannya.
Kisah dalam novel ini pada intinya mengajarkan kita untuk memohon
kepada Allh swt. Tawakkal secara terus menerus denga niat yang ikhlas untuk
tetap sabar menjalani kehidupan ini. Dalam novel ini pula mengajarkan
tentang mengaji, shalat, zikir, menutup aurat, dan berdoa demi mencapai apa
yang disebut taubat. Kalau betul-betul menghayati novel Dzikir Dzikir Cinta,
ada rasa haru yang akan tersirat dihati para pembaca. amanah yang terdapat5t
di dalamnya dapat menggugah lubuk hati dan juga memberikan pelajaran
keagamaan yang sangat berharga, bahwa hanya berpegang teguh kepada Al-
qur’an dan sunnah Rasulullah, manusia akan selamat di dunia dan akhirat.
Berdasarkan penyajian tanggapan dari unsur intrinsik dalam novel
Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam Khoirul Anam. Dapat digambarkan
bagaimana dengan jelas pengarang mampu menghadirkan dan
56
menggambarkan kehidupan santri secara gamblang dan mampu memberi
interpretasi yang sama terhadap pembaca. pengarang mampu menghadirkan
suau fakta imajinatif yang mana hal itu sangat memengaruhi pembaca.
pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang dibayangkan oleh pengarang.
Anam Khoirul Anam sebagai pengarang memiliki kemampuan menangkap
gejala-gejala dalam masyarakat, dalam arti sebuah fakta realitas menjadi
berhasil diolah menjadii sebuah fakta yang imajinatif.
Keberadaan hidup manusia tidak lepas dari kehidupan sosial dan
kebudayaan, cerita novel Dzikir-Dzikr Cinta memberikan gambaran berupa
karya yang berkisar kehidupan pesantren ini lahir pada september 2006,
mengenai tahun lahirnya karya ini juga merupakan cermin dari sebuah zaman,
bahwa pada tahun tersebut globalisasi yang melanda negeri ini juga berimbas
pada kehidupan di pesantren, walau masih banyak nilai-nilai yang sama sekali
tidak bergeser pada tempatnya, tapi santri sebagai anak zaman tentu saja tidak
akan sama dalam hal pemikiran dengan santri generasi lalu, karena hidup di
zaman yang berbeda. Contoh kecilnya, dewasa ini banyak santri yang suka
mendengarkan musik masa kini, baik beraliran pop, jazz, dangdut, bahkan
rock. Bukan hanya mendendangkan gambus, shalawat nabi dan berbagai jenis
aliran musik islami lainnya. Dari sini dapat dilihat modernisasi juga menjalar
pada kehidupan pesantren meski tidak “sebulat” pada generasi muda non
pesantren yang kehidupannya riilnya sudah di warnai dengan beragam imbas
dari globalisasi seperti gaya hidup sangat pragmatis, cair, hedonis, dan
buntutnya adalah konsumtif.
57
Berbeda bila Dzikir-Dzikir Cinta lahir sebelum tahun 1980, hal yang
tidak mungkin terjadi. Kajian tentang pesantren berkisar sebelum tahun 1980-
an masih menjadi hal langka sehingga keberadaannya masih sedemikian asing
bagi perbincangan sehari-hari. Konsekuensi logisnya saat kajian tentang
pesantren menjadi hal langka yang berakibat kurang dikenalnya pesantren di
ranah masyarakat luas, bagaimana jadinya bila isu yang lahir langsung berupa
isu negatif. Kemungkinan terbesarnya, pesantren akan mendapat cibiran
masyarakat terutama di kalangan masyarakat yang belum mengenal “sisi
dalam” pesantren dan peran sertanya di kancah perjuangan mempertahankan
Negara kita tercinta.
Karya Dzikir-Dzikir Cinta mencerminkan kisah romantisme di
pesantren, sebagaimana sudah di singgung sebelumnya, dari mulai hubungan
emosional rasa antar santriwan dan santriwati yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, sebuah kontras memang. Di dalam pondok pesantren
memandang lawan jenis itu dilarang, apalagi mencintai. Haram adalah bahasa
orang pesantren. Zina dilarang mencintai santriwati, meski boleh menyayangi.
Hubungan cinta hanya dikenal dalam ikatan pernikahan. Begitulah slogan
yang di gembar gemborkan dalam dunia pesantren. Namun pada hakekatnya,
ada pergolakan batin disana. Ada usaha memunafiki kejujuran hati yang
hakiki di dalam pengkhianatan terhadap cinta.
Sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya bahwa dalam karya ini
mengungkap sisi lain pesantren berdasarkan keberanian dan kejujuran
penulisnya, kisah-kisah tersebut memang fenomena yang kerap terjadi
58
pesantren. Namun pada hakikatnya dunia sastra adalah dunia imajinatif, fakta
dalam karya sastra pada hakikatnya fiksionalitas. Ia merupakan hasil
pencampuran antara pengalaman, imajinasi, kecendekiaan dan wawasan
pengarang. Pengalaman yang diperoleh pengarangan/penulis karya sastra telah
mengalami beberapa proses, meliputi perenungan, penghayatan, lalu di
evaluasi. Lantas dengan kemampuan imajinasi dan keluasan wawasan
pengetahuannya, pengarang mengungkapkan kembali dengan bahasa sebagai
media. Jadi, sejauh manapun karya sastra sebagai cermin memantulkan bias,
cerita dalam karya tersebut hanya menjadi sebuah dunia rekaan.
Kesimpulannya meski terdapat sisi-sisi nyata dari novel Dzikir-Dzikir Cinta,
kisah nyata yang di alami lalu di ungkapkan kembali oleh pengarang, namun
hanya merupakan sebu0ah cerita yang sudah melalui beberapa proses yang
telah di sebutkan tadi, dan proses akhirnya melahirkan dunia rekaan
pengarang semata.
Adapun disebabkan ruang lingkup santri yang semuanya laki-laki
maupun sebaliknya. Banyak terjadi hal yang tidak diinginkan, hubungan antar
sesama yang seharusnya tidak pernah boleh terjadi. Kisah ini juga beriringan
dengan fakta di lingkungan pesantren. Banyak kasus serupa terjadi, hanya saja
bagi putri kiayi yang mencintai khadam/abdi ndalem ayahnya itu jarang sekali
terjadi di dunia nyata. Meski tidak menutup kemungkinan bila hal itu terjadi.
59
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telh
dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Unsur intrinsik yang merupakan unsur yang membangun karya sastra dari
dalam. Pada novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam
meliputi enam aspek yaitu; tema, alur/plot, penokohan, latar (setting),
sudut pandang dan amanat.
b. Pandangan Dunia pengarang dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta karya Anam
Khoirul Anam yaitu dengan jelas pengarang mampu menghadirkan dan
menggambarkan kehidupan santri secara gamblang dan mampu memberi
interpretasi yang sama terhadap pembaca. pengarang mampu
menghadirkan suau fakta imajinatif yang mana hal itu sangat
memengaruhi pembaca. pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang
dibayangkan oleh pengarang. Anam Khoirul Anam sebagai pengarang
memiliki kemampuan menangkap gejala-gejala dalam masyarakat, dalam
arti sebuah fakta realitas menjadi berhasil diolah menjadii sebuah fakta
yang imajinatif
c. Sosia Budaya jika dihubungkan dengan latar belakang pengarang yakni
setiap masalah yang di gambarkan dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta Karya
Anam Khoirul Anam memiliki hubungan yang erat. Hal ini diketahui
59
60
berdasarkan latar belakang pengarang novel Dzikir-Dzikir Cinta. Ia adalah
penganut Islam (santri) yang mampu menanfsirkan ajara Islam bukan
hanya sebagai konsep abstrak, melainkan juga sebagai pedoman sikap dan
perilaku sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang yang telah dicapai maka disarankan:
1. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
hendaknya melestarikan sastra dan mengembangkannya dengan melalui
pendekatan Strukturalisme maupun pendekatan lainnya.
2. Bagi penikmat sastra khususnya mahasiswa yang ingin memahami suatu
karya sastra diharapkan supaya aktif memelajari dan menganalisis karya-
karya sastra, utamanya novel agar kemampuan mengapresiasi yang
dimiliki dapat berkembang.
3. Sudah sepatutnya uraian dalam tulisan ini tidak hanya sekadar kritik
ilmiah bagi penulis dan pembaca, tetapi dapat memberikan hikmah ilmiah
dan dapat dijadikan pelajaran berharga menyukapi permasalahan dalam
kehidupan.
4. Kiranya dalam penelitian ini merupakan motivasi bagi pembaca untuk
mengkaji aspek-aspek lain dari novel berbobot lainnya sebagai suatu
motivasi. Jika perlu ada baiknya kalangan mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia memberdayakan pengkajian semacam ini sebagai
suatu bentuk kegiatan apresiasi
61
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.2015. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgensindo Bandung.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor. Ghalia indah.
Budianta, Melani., dkk. 2008. Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastrauntuk Perguruan Tinggi. Jogjakarta : Indonesiatera.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik SampaiPost- Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-----------2010. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik SampaiPost- Modernisme. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
----------2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajah Awal. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
Goldmann. 1981 . The Epistemology Of Sociology. England: Basil Blackwell.
Hasan. 2013. Pengertian sastra secara umum dan menurut para ahli (online).(http:jenggala.blogspot.com/2013/01/pengertian-sastra-secara-umum.html.08 Juni 2016).
Khaerul. 2010. Strukturalisme genetik. (online).
https://khaerulsobar.wordpress.com/pengetahuan-umum/strukturalisme-genetik/ 15 April 2016
Khoirul Anam, Anam. 2006. Dzikir-Dzikir Cinta. Yogyakarta. @Diva Press.
Luxemburg, dkk., 1989, Pengantar Ilmu Sastra . (Terjemahan Dick Hartoko).Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
61
62
----------------. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: GMUP.
Pradopo. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, Dan Penerapannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rimang, Siti Suwadah. 2012. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: AuraPustaka.
Samin.2016. Novel (Pengertian, Ciri, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik, Jenis).(online).http://artikelmateri.blogspot.co.id/2016/03/novel-adalah-pengertian-unsur-intrinsik-ekstrinsik.html 20 Mei 2016
Sutrisno, Mudji dan Hendar Purtanto. 2007. Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:Kanisius.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Irmayanti, Lahir pada tanggal 08 Mei 1992 di
Desa Laliko, Kecamatan Campalagian Kabupaten
Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat..
Merupakan buah kasih sayang dari Ayahanda
Abd.Rahman dan Ibunda Halmiah sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal SD 028 Laliko tahun 1999 hingga tahun 2005
kemudian masuk SMP Negeri 1 Campalagian 2005 tamat tahun 2008 , kemudian
melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Campalagian selesai tahun 2011, Namun
baru pada tahun 2012 penulis kembali melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Berkat rahmat Allah swt yang disertai iringan doa kedua orang tua dan
saudara. Perjuangan panjang penulis yang penuh suka dan duka di dalam
mengikuti pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Strukturalisme Genetik dalam Novel
Dzikir-Dzikir Cinta Karya Anam Khoirul Anam.”