27
UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN BIDANG TRANSPORTASI TERHADAP KONSEP MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR MAKALAH ICES ( Introduction Civil Engineering System ) Diajukan sebagai tugas pelengkap UTS AMRI MUNAWAR 1406607035

kajian transportasi terhadap megapolitan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bidang teknik sipil transportasi, konsep megapolitan, jabodetabekjur

Citation preview

Page 1: kajian transportasi terhadap megapolitan

UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN BIDANG TRANSPORTASI TERHADAP KONSEP

MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR

MAKALAH ICES ( Introduction Civil Engineering System )

Diajukan sebagai tugas pelengkap UTS

AMRI MUNAWAR1406607035

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

DEPOK

OKTOBER 2015

Page 2: kajian transportasi terhadap megapolitan

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini diajukan oleh

Nama : Amri Munawar

NPM : 1406607035

Program Studi : Teknik Sipil

Judul makalah :KAJIAN BIDANG TRANSPORTASI TERHADAP

KONSEP MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR

Diajukan untuk memenuhi tugas pelengkap UTS mata kuliah ICES

( introduction civil engineering system ).

DOSEN PENGAMPU

1. Prof. Dr. Ir. Tommy Ilyas M.Eng (....................................................)

2.Erly Bahsan S.T., M.Kom (....................................................)

3.Toha Saleh S.T., M.Sc. (...................................................)

Ditetapkan di : ...................

Tanggal : ....................

Page 3: kajian transportasi terhadap megapolitan

AbstrakNama : Amri Munawar

Program Studi : Teknik Sipil

Judul : KAJIAN BIDANG TRANSPORTASI TERHADAP KONSEP

MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR

Makalah ini dilatarbelakangi oleh masalah transportasi jakarta meliputi kemacetan, kecelakaan lalu lintas, kesehatan lingkungan dan berbagai masalah lainnya yang masih belum terselesaikan. Penulis merasa perlu mengkaji ulang masalah tersebut dan menawarkan solusi dengan pendekatan konsep megapolitan. Tujuan makalah ini adalah : membahas permasalahan transportasi kota jakarta, mengidentifikasikan penyebab permasalahan transportasi kota jakarta, dan Mengkaji konsep megapolitan dalam menyelesaikan masalah transportasi di jakarta. Hasil dari makalah ini menjawab tujuan makalah ini, yaitu : masalah transportasi jakarta adala kemacetan, kekerasan dan kecelakaan lalu lintas, dan penyalahgunaan badan jalan, lemahnya penegakan hukum dan kondisi sosial budaya masyarakat jakarta yang kurang disiplin berlalu-lintas. Penyebab masalah tersebut adalah kebijakan tata ruang, kondisi moda transportasi, kondisi sosial masyarakat dan lain sebagainya. Konsep megapolitan pada bidang transportasi adalah penerapan ATCS, program 3 in 1, BRT, dan MRT. Kesimpulan dari makalah ini adalah pemerintah DKI jakarta perlu meninjau ulang berbagai program transportasi dari segi geografis jakarta seperti jenis tanah, hidrologi dan lain-lain juga dari segi kultur-sosiologi masyarakat.

Keyword :Megapolitan ; Transportasi ; MRT

Page 4: kajian transportasi terhadap megapolitan

BAB I

Pendahuluan1.1 Latar belakang

Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia dan merupakan kota terbesar di

Asia Tenggara. Jakarta terdiri dari bermacam-macam suku etnik, budaya, bahasa

dan agama. Meraka datang ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan di Jakarta.

Luas Jakarta banyak berkembang dari sekitar 180 km2 pada tahun 1960 dan

661,52 km2 pada tahun 2000. Sekarang Jakarta dengan kota lain sekitar Jakarta –

Tanggerang, Bekasi, depok dan Bogor menjadi kota megapolitan yang dikenal

Jabodetabek. Jabodetabek merupakan suatu region besar metropolitan yang

mempunyai jumlah penduduk 10.187.595 jiwa pada tahun 2011 (Disdukcapil DKI

Jakarta)

Transportasi termasuk bagian penting untuk menunjang berbagai kegiatan di

sebuah kota, termasuk kota Jakarta. Sebagaimana dalam kutipan “Transportasi

merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan

suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dimana di tempat lain ini objek

tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu” (Miro,

2005). “Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari

tempat asal ke tempat tujuan” (Nasution, 1996).

Namun dalam pelaksanaannya di kota jakarta, transportasi tidak sepenuhnya

memberikan pelayanan dan keamanan pada penggunanya. Transportasi cenderung

menimbulkan permasalahan yang cukup serius seperti kemacetan panjang, angka

kecelakaan yang tinggi bahkan permasalahan lingkungan seperti polusi asap

kendaraan, polusi udara, sampah di ruas jalan dan lain-lain.

Pemerintah DKI telah menawarkan berbagai solusi untuk masalah tersebut,

salah satunya adalah konsep master plan Megapolitan Jabodetabekjur yang pernah

digagas oleh mantan gubernur Ali Sadikin (1966-1977) berdasarkan penetapan

Presiden RI no. 71 tahun 1966. Konsep Megapolitan merupakan master plan kota

jakarta yang berintegrasi dan bersinergi dengan kota pinggiran dalam satu

manajemen. Konsep tersebut meliputi perencanaan dan pengelolaan tata kota

jakarta sehingga dapat menyelesaikan berbagai permasalah kota jakarta termasuk

transportasi.

Page 5: kajian transportasi terhadap megapolitan

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengkaji ulang konsep

megapolitan dalam bidang transportasi dan menuangkan ide tersebut ke dalam

makalah yang berjudul “KAJIAN BIDANG TRANSPORTASI TERHADAP

KONSEP MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Apa saja yang menjadi masalah transportasi di kota Jakarta ?

2. Apa penyebab masalah transportasi di kota Jakarta ?

3. Bagaimana konsep megapolitan pada bidang transportasi di kota Jakarta ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Membahas masalah transportasi di Kota Jakarta.

2. Mengidentifikasikan penyebab masalah transportasi kota Jakarta.

3. Mengkaji konsep megapolitan dalam menyelesaikan masalah transportasi di

jakarta.

Page 6: kajian transportasi terhadap megapolitan

BAB II

Isi

2.1 Masalah Transportasi kota Jakarta

DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

memiliki fungsi dan peran penting sebagai tempat kedudukan lembaga pusat baik

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, tempat kedudukan perwakilan negara asing, dan

tempat kedudukan kantor perwakilan lembaga internasional. DKI Jakarta juga ditetapkan

sebagai daerah otonom yang memiliki tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab

tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tugas, wewenang, dan

tanggung jawab tersebut dalam bidang transportasi. Penyelenggaraan bidang transportasi

tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

jalan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan

diselenggarakan dengan tujuan:

1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,

lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian

nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3.Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Bercermin terhadap norma di atas, pada kenyataannya penyelenggaraan lalu lintas

dan angkutan jalan di DKI Jakarta belum mampu mewujudkan tujuan tersebut. Beragam

masalah transportasi di kota Jakarta, antara lain:

1. Kemacetan lalu lintas,

2. Pelayanan dan kondisi angkutan umum yang masih belum memenuhi harapan

masyarakat,

3. Masalah tarif angkutan umum yang seringkali kontradiktif,

4. Tingkat pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang relatif masih tinggi,

5. Perilaku sebagian besar pengguna jalan yang belum tertib/tidak disiplin,

Page 7: kajian transportasi terhadap megapolitan

6. Masalah parkir kendaraan yang belum memadai dan tidak tertib,

7. Penyalahgunaan badan jalan untuk parkir dan pedagang kaki lima,

8. Masalah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada sarana prasarana transportasi, dll.

Dari berbagai masalah transportasi tersebut, yang paling ekstrim kerugiannya

hingga saat ini adalah masalah kemacetan lalu lintas. Dengan terjadinya kemacetan setiap

hari, total kerugian materilnya dapat mencapai Rp. 12,8 triliun per tahun (sumber:

Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami). Perbaikan sistem transportasi

merupakan sebuah keharusan yang harus segera disikapi. Karena jika tidak, kemacetan

ini dapat terus berlangsung dan kerugiannya pun akaan semakin melambung tinggi.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemacetan Lalu Lintas di DKI Jakarta

Masalah transportasi kota Jakarta bersifat multidimensi dan lintas sektoral yang berarti

bahwa akar masalah kemacetan lalu lintas tidak hanya dipengaruhi faktor fisik namun

juga dipengaruhi faktor non fisik, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebijakan Tata Ruang DKI Jakarta

Ditinjau dari karakteristik fungsi kota, telah terjadi pergeseran (pembauran) fungsi

Kota Jakarta dari fungsi sebagai Ibukota Negara (Capital City) menjadi sebuah Kota

Jasa (Service City) dengan fungsi yang jamak (multi function city) berbaur antara

kegiatan (penggunaan lahan) politik, sosial, budaya, ekonomi (perdagangan dan jasa)

yang terus meningkat. Peluang kerja senantiasa terbuka sehingga pendatang terus

bertambah.Pengguna jalan semakin padat dan mobilitasnya semakin tinggi secara

ruang dan waktu. Di sisi lain kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana angkutan

umum belum memadai atau belum sesuai harapan masyarakat. Kondisi tersebut

menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

2. Kondisi Angkutan Umum DKI Jakarta

Ekspetasi masyarakat terhadap pelayanan dan kondisi angkutan umum sebagai bagian

dari pelayanan dasar (public service) tentu sangat maksimal, yaitu : aman (safety and

secure), nyaman (bersih, tidak pengap, dan tidak berdesakan), tarif terjangkau (tarif

yang pantas), tepat waktu (on schedule), bahkan door to door (sedikit mungkin

pergantian moda angkutan). Namun, secara faktual kondisi angkutan umum di Jakarta

masih belum memenuhi harapan masyarakat tersebut.

3. Karakter Sosial Budaya Masyarakat

Page 8: kajian transportasi terhadap megapolitan

Masalah transportasi tidak terlepas dari karakter masyarakat perkotaan yang heterogen

dan kompleks dimana demand masyarakat sangat beragam sedangkan sumberdaya di

perkotaan cenderung terbatas sehingga terjadi perebutan pemanfaatan. Kemacetan

lalulintas merupakan contoh nyata perebutan pemanfaatan infrastruktur transportasi

perkotaan dan berdampak buruk terhadap perilaku masyarakat kota. Dengan kondisi

sarana angkutan umum yang belum memadai, mendorong masyarakat lebih memilih

menggunakan kendaraan pribadi. Sementara dari sisi sosial budaya, keinginan

seseorang untuk memiliki kendaraan pribadi sedikit banyak dipengaruhi adanya

pandangan bahwa memiliki kendaraan bermotor mencerminkan status sosial di

masyarakat. Memiliki mobil pribadi menjadi tolok ukur kesuksesan dalam bekerja.

Akibatnya, ruas-ruas jalan lebih banyak dipenuhi oleh kendaraan pribadi yang hanya

mengangkut penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan daya angkut saranan

angkutan umum.

4. Kurangnya Penerapan Prinsip Insentif dan Disinsentif Lalu Lintas (Masalah

Penegakan Hukum)

Masalah penegakan hukum tata tertib lalu lintas sulit untuk diatasi, hal ini juga terkait

dengan pola prilaku masyarakat kota. Pemberian insentif bagi masyarakat pengguna

bus Trans Jakarta dengan adanya jalur khusus bus (bus way) tidak tepat sasaran yang

ditandai dengan terjadinya antrian penumpang yang panjang pada saat peak hours dan

bahkan tingkat pelanggaran terhadap jalur bus way relatif tinggi. Selain itu, disentif

berupa pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di ruas jalan tertentu

dalam praktiknya masih terjadi manipulasi dengan kehadiraan joki three in one.

5. Moda Tranportasi Massal yang ada di Jakarta

Untuk memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman dan murah pada masyarakat

yang mobilitasnya semakin meningkat, pemerintah menyediakan angkutan massal

sebagai sarana angkutan perkotaan. Keberadaan angkutan umum diharapkan dapat

membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan.

Page 9: kajian transportasi terhadap megapolitan

1. Angkutan Kota (Angkot)

Gambar 1 Angkutan Kota

Angkutan kota adalah moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan

umum dengan rute yang sudah ditentukan. Moda ini tidak memiliki halte sebagai

tempat pemberhentian sehingga angkutan kota dapat berhenti dimana saja untuk

menaikkan atau menurunkan penumpang. Selain itu, tidak ada pula sistem yang

mengikat angkutan kota untuk berhenti di suatu tempat.

Pemberhentian angkutan kota yang sesuka hati sering menjadi salah satu penyebab

antrian panjang di jalan terutama jika moda ini berhenti di jalan yang tidak terlalu

lebar. Angkutan kota biasanya mulai beranjak pergi jika semua tempat duduk telah

terisi dengan penumpang, hal ini menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan

penumpang angkutan kota karena harus menunggu.

2. Bus Kota

Page 10: kajian transportasi terhadap megapolitan

Gambar 2 Bus Kota Kopaja

Bus kota adalah sarana transportasi massal yang mengangkut penumpang dari suatu

tempat ke tempat lain dalam wilayah perkotaan yang terikat dalam trayek angkutan

tetap dan teratur. Kondisi bus kota yang beredar saat ini sangat memprihatinkan dan

sebagian besar tidak mengutamakan kenyamanan penumpang. Oleh karena tarifnya

yang murah, peminat bus kota masih tinggi bahkan tidak sedikit penumpang yang rela

berdiri sepanjang perjalanan karena tidak ada tempat duduk yang tersisa. Bus kota ini

juga dapat berhenti dimana saja di sepanjang rutenya.

3. Kereta Api

Gambar 3 Kereta Api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik

berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun

sedang bergerak di rel. Oleh karena kereta api hanya dapat bergerak pada

Page 11: kajian transportasi terhadap megapolitan

lintasan/jaringan rel yang sesuai dengan peruntukanya, kereta api dijadikan alternatif

solusi pengurangan kemacetan di Jakarta karena dapat memuat penumpang maupun

barang dalam skala besar dan tidak terganggu dengan lalu lintas lainnya. Selain itu,

dengan menggunakan kereta, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat. Akan

tetapi dilain pihak, kereta api jaringannya terbatas sehingga tidak fleksibel dan

kurangnya maintenance dari badan pengawas yang kurang menjamin kenyamanan dan

keamanan penumpang. Meskipun kereta api dapat memuat jumlah penumpang yang

besar, masih terdapat penumpang yang duduk di atas kereta, berdesak-desakan di

dalam kereta dan berdiri di tepian pintu kereta. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan

kereta api sangat tinggi.

4. Trans Jakarta

Gambar 4 Busway Trans Jakarta

Transjakarta/Busway adalah sebuah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT)

pertama di Asia Tenggara dan Selatan yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta.

Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibukota

yang padat. Transjakarta dioperasikan oleh Unit Pengelola Transjakarta Busway

(UPTB) dibawah DInas Perhubungan DKI Jakarta yang bertanggungjawab penuh

kepada Gubernur DKI Jakarta.

2.3 Konsep Megapolitan bidang Transportasi

Megapolitan bukanlah gejala dan konsep yang baru, dan bukan satu-satunya

istilah yang digunakan dalam kajian geografi dan perencanaan. Oleh karenanya,

istilah-istilah tersebut dalam tulisan ini dapat dipertukarkan. Istilah megalopolitan

Page 12: kajian transportasi terhadap megapolitan

pertama kali dicetuskan oleh ahli geografi Jean Gottmann pada tahun 1961 yang

merujuk pada koridor Northeast dari New England sampai ke Northern Virginia di AS

(Lang & Dhavale, 2005). Konsep megapolitan dapat dipandang dari 2 sudut pandang

teoritik. Pandangan pertama adalah megapolitan sebagai konsep pengelolaan wilayah

perkotaan, dan pandangan kedua adalah megapolitan sebagai konsep statistik wilayah

perkotaan.

Secara garis besar, konsep megapolitan ini diharapkan dapat memberikan

berbagai manfaat sebagai berikut:

• Memberi dunia usaha dan pemerintah sebuah perangkat/alat untuk menghadapi

berbagai masalah, mulai dari transportasi sampai penggunaan lahan, pada skala yang

lebih besar;

• Penataan ruang terpadu (guna lahan, lingkungan, transportasi), terutama perencanaan

infrastruktur skala besar;

• Pedoman bagi investasi infrastruktur baru;

• Menyelesaikan persoalan secara lebih makro.

Isu megapolitan Jabodetabekjur (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur) yang diluncurkan bersamaan dengan penyusunan revisi UU No. 34/1999 tentang Pemerintahan DKI Jakarta telah menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Namun, pemerintah DKI telah mencanangkan berbagai solusi transportasi untuk menyongsong mastrer plan “Megapolitan” ini terwujud dari berbagai pemerintahan di DKI Jakarta. Berikut ini adalah solusi yang diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta terhadap permasalahan transportasi di kota Jakarta.

1. Area Traffic Control System (ATCS)

Page 13: kajian transportasi terhadap megapolitan

Gambar 5 Skematik dari sistem ATCS

Merupakan sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan lalu lintas dengan

cara memberikan gelombang hijau (green wave) untuk setiap persimpangan.

Dengan metode ini apabila seorang penumpang mendapatkan lampu hijau di

satu persimpangan, maka ia pun akan mendapatkan lampu hijau untuk

persimpangan berikutnya selama kecepatan kendaraannya memenuhi.

Metode ini merupakan metode yang baik selama jumlah kendaraan masih

dalam batas wajar pada suatu jalan. namun menjadi gagal bila volume lalu

lintasnya tinggi, adanya hambatan pada samping ruas jalan dan persimpangan

(misal: penjual), dan kondisi teknis infrastruktur ATCS yang kurang memadai.

2. Aturan 3 in 1

Gambar 6 Area berpenumpang 3 atau lebih

Dengan mewajibkan semua kendaraan pribadi yang melewati jalan Sudirman

dan Thamrin harus berpenumpang minimal 3 orang termasuk pengemudi yang

diterapkan pada jam sibuk pagi dan sore, maka diharapkan dapat menekan

penggunaan kendaraan pribadi pada koridor utama tersebut.

Page 14: kajian transportasi terhadap megapolitan

Kelemahan dari metode ini adalah tidak ada manajemen dan aturan yang

melarang penggunan jalan-jalan lokal (gang, jalan tikus) mengakibatkan

pengguna jalan yang ada menghindari daerah 3 in 1 ini memindahkan

kemacetan ke daerah lain. Selain itu muncul juga penyedia jasa ilegal yang

dapat berperan sebagai penumpang (jockey) bila dibayar dengan sejumlah

uang, sehingga menjadikan mobil berpenumpang 3. Kelemahan lainnya adalah

terbatasnya aturan ini pada satu koridor dimana skema manajemen permintaan

lain serta sistem angkutan umum tidak mendukung dengan baik.

3. Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT)

Pengembangan BRT atau yang biasa disebut Busway telah dibuat di beberapa

lokasi penting di Jakarta. Diharapkan dengan adanya Busway ini, pengguna

kendaraan pribadi akan lebih tertarik dalam menggunakan sarana transportasi

umum ketimbang menggunakan kendaraan sendiri. Dengan begitu, kemacetan

bisa berkurang.

Adanya busway terbukti telah memberikan hasil yang lebih baik, meskipun

tidak optimal. Keberadaan busway memang telah memberikan kesadaran akan

transportasi umum bagi beberapa pengguna kendaraan pribadi, namun belum

cukup untuk menarik minat banyak orang. Hal ini terjadi karena opportunity

cost serta standar kebutuhan dan kenyamanan busway tidak memenuhi kriteria

yang diinginkan bagi pengguna kendaraan pribadi. Kelemahan lainnya adalah

area pelayanan busway di Jakarta masih terbatas, belum dapat menjangkau

area pinggiran Jakarta.

4. Penertiban Parkir dan Pedagang Kaki Lima

Gambar 7 penertiban pedagang kaki lima oleh pemerintah

Page 15: kajian transportasi terhadap megapolitan

Langkah yang diambil pemerintah dalam menertibkan parker dan pedagang

kaki lima adalah dengan melakukan pelarangan dan merazia pedagang kaki

lima, serta melakukan  penggembokan terhadap kendaraan-kendaraan yang

parkir pada ruas jalan yang tidak diperuntukkan sebagai wilayah parkir.

Dampak dari upaya ini tidak begitu efektif dan tidak terlalu terlihat hasilnya

terhadap perbaikan lalu lintas. Hal ini terjadi karena tidak adanya konsistensi

kebijakan, penegakan aturan, serta masih banyak area on-street parking yang

diijinkan.

5. Pembangunan Ruas Jalan Toll Dalam Kota

Gambar 8 Pembangunan salah satu ruas jalan tol

Salah satu cara dalam mengatasi kemacetan adalah dengan membangun

beberapa ruas tol baru di Jakarta sekaligus sebagai upaya dalam menambah

kapasitas jaringan jalan di Jakarta.

Ironisnya dengan menambah ruas jalan tol baru di Jakarta justru turut

menambah minat pengguna kendaraan pribadi untuk memakai kendaraannya

sendiri.

Page 16: kajian transportasi terhadap megapolitan

6. MRT (Mass Rapid Transit Jakarta atau Moda Raya Terpadu Jakarta)

Gambar 9 Proyek MRT Jakarta

MRT jakarta adalah moda transit cepat yang sedang dibangun di jakarta. Proyek MRT

ini masih dalam tahap pembangunan yang akan ditargetkan selesai pada beberapa tahun ke

depan. MRT Jakarta  (Mass Rapid Transit Jakarta) yang berbasis rel  rencananya akan

membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor

Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur –

Barat  sepanjang kurang lebih ±87 km. 

• Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan

dalam 2 tahap: 

1. Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan

Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah

tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada 2018. 

2. Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan

sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan

beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai. 

• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan

paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027

Page 17: kajian transportasi terhadap megapolitan

MRT jakarta menjadi harapan baru bagi penduduk jakarta dalam menyikapi berbagai

permasalahan transportasi di ibukota. Cara menanggulangi kemacetan dengan sistem MRT

jakarta seperti yang di kutip dari FAQ (Frequently asked questions) www.jakartamrt.com

“Dengan didampingi kontraktor, konsultan, expert specialist, perencana kota, ekonomis ,

traffic planner, traffic engineer, dll yang memiliki pengalaman membangun sistem MRT di

berbagai kota besar dunia lainnya, PT. MRT Jakarta bersama Dinas Perhubungan Pemprov

DKI Jakarta bertanggungjawab untuk mengendalikan dampak kemacetan yang mungkin

timbul akibat adanya pembangunan MRT di sejumlah ruas jalan.  Beberapa upaya yang

rencananya akan dilakukan antara lain adalah : pelebaran ruas jalan sepanjang rute MRT

Jakarta, pelebaran ruas jalan alternatif, mengurangi konflik lalu –lintas pada simpang,

penertiban hambatan samping, pengalihan arus melalui penutupan jalan dan penempatan

petugas”.

2.4 Revitalisasi Tranportasi Massal

Berbagai solusi yang telah dijalankan oleh pemerintah DKI, pada kenyataannya masih

banyak hal yang menjadi penghambat dari kesuksesanprogram tersebut. Oleh karena itu, perlu

adanya revitalisasi sistem transportasi jakarta.

1. Penegakkan Hukum

Minimnya penegakkan hukum memicu tidak disiplinnya para pengemudi angkutan umum.

Para pengemudi menjadi biasa dan bebas melakukan pelanggaran aturan lalu lintas.

Kebebasan itu dapat diketahui pada saat angkutan kota/bus kota (metromini/kopaja)

menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat tanpa mempertimbangkan

kemanan penumpangnya. Begitu pula sulitnya mencari penumpang dan mengejar target

setoran harian, membuat para pengemudi angkutan umum berhenti dan menjadikan setiap

jalan sebagai terminal liar. Akibatnya adalah penumpukan kendaraan lain di belakang yang

menimbulkan kemacetan serius karena berkurangnya kapasitas jalan dikarenakan adanya

terminal liar.

2. Mengadakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi angkutan umum di Jakarta

Keberadaan SPM ini akan melindungi hak pengguna angkutan umum untuk mendapatkan

jaminan pelayanan yang baik, nyaman serta aman. Kerap kali kecelakaan lalu lintas

disebabkan oleh pengemudi angkutan umum yang ugal-ugalan dan membahayakan

penumpangnya, kondisi bus yang sudah sangat rusak tak terawat dan maraknya kriminalitas

serta pelecehan di angkutan umum. Dalam UU No. 22 tahun 2009 tertulis bahwa perusahaan

Page 18: kajian transportasi terhadap megapolitan

angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal, memenuhi bagi penggunanya

berupa: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan dan

mengakomodir kebutuhan penyandang cacat.

3. Evaluasi trayek angkutan umum eksisting

Evaluasi atau restrukturisasi trayek dengan berorientasi sebagai feeder untuk kereta api dan

Transjakarta perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan tidak sehat. Evaluasi

trayek (semacam re-routing) harus dilakukan secara menyeluruh terhadap operasional

angkutan umum existing di Jakarta mengingat kondisi nyata sekarang sudah banyak trayek

angkutan umum terutama bus besar yang mati. Tujuan evaluasi trayek adalah untuk

mengetahui kebutuhan armada dalam trayek, membatasi pemberian izin trayek baru secara

selektif, melakukan pengalihan kendaraan dari rute “kecil” ke rute “besar” dan memulai

system pemberian ijin trayek berdasarkan “Quality Licencing” atau Lelang.

4. Memperbaiki layanan kereta api komuter Jabodetabek

Angkutan kereta api menjadi sarana angkutan umum massal utama di Jakarta dan sekitarnya.

Revitalisasi ini merupakan wujud satu kesatuan dari revitalisasi angkutan umum berbasis

jalan raya serta berbasis rel yakni kereta api sehingga operasional kereta api tetap terkontrol.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Konsep megapolitan yang telah digagas oleh Ali Sadikin merupakan konsep

pengelolaan tata ruang jakarta untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di dalamnya.

Masalah yang dialami oleh jakarta merupakan masalh yang serius yang terkadang datang dari

luar daerah jakarta sendiri. Oleh karena itu, konsep megapolitan juga melibatkan berbagai

daerah pinggiran jakarta (BoDeTaBekJur).

Namun, konsep ini mendapatkan berbagai respon dari pemerintah dan masyarakat dan

menjadi perdebatan yang panjang hingga sekarang. Namun untuk mewujudkan konsep

tersebut, pemerintah DKI telah mencanangkan berbagai solusi hingga konsep tersebut bisa

sepenuhnya berjalan.

Page 19: kajian transportasi terhadap megapolitan

Program transportasi yang menjadi solusi dari berbagai masalah harusnya meninjau

ulang dari berbagai segi, seperti geografis jakarta hingga kultur masyarakat di dalamnya.

Berbagai program transportasi yang sekarang berjalan masih terdapat banyak kekurangan,

oleh karena itu perlu tinjauan ulang dan revitalisasi.

3.2 Saran

Makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan butuh perbaikan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini bisa bermanfaat

dan menjadi rujukan mengenai masalah yang terkait didalamnya demi menunjang ilmu

pengetahuan.

Bibliografi

1. Denny Zulkaidi.2006. ISU MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR DALAM

KONTEKS PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN REVISI UU No. 34/1999 . ITB

Press. Vol. 17.

2. Desvira Natasya. 2013. Revitalisasi Transportasi Massal untuk Mengurangi Kemacetan

Lalu Lintas Kota Jakarta . Departemen Teknik Sipil UI.

3. http://www.jakartamrt.com/informasi-mrt/tentang-mrt/ (diakses pada 27 oktober 2015)