Upload
ariefmail
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 1/31
MAGISTER ILMU HUKUM SEMESTER GANJIL 2013/2014
MATA KULIAH PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN
Dosen : Prof. Dr. M. Daud Silalahi, S.H.
Dr. Netty SR Naiborhu, S.H., M.H., Sp.N.
TUGAS MAKALAH
KETERKAITAN TRIPS DAN TRIMS – WTO DALAM
PEMBANGUNAN HUKUM EKONOMI-PEMBANGUNAN
Disusun oleh:
ARIEF DARMAWAN NPM P.4301.12.009
PROGRAM PASCASARJANA (S2) - MAGISTER ILMU HUKUM
SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG (STHB)
JUNI 2013
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 2/31
i
KATA PENGANTAR
Makalah/ Paper ini mengenai penerapan/ implementasi ketentuan-ketentuan
perjanjian TRIPs (mengenai Hak Kekayaan Intelektual) dan TRIMs (mengenai
pembatasan investasi terkait perdagangan) yang merupakan bagian dari kesepakatan
General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebagai dasar pembentukan World
Trade Organization (WTO), yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia
melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia).
Makalah ini didasarkan pada penelitian kepustakaan guna memperoleh data
sekunder dalam bidang hukum perdagangan internasional dan hukum ekonomi
pembangunan, serta melengkapinya melalui pencarian referensi dari sumber Buku
dan Internet. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dianalisis secara
kualitatif. Metode ini diterapkan dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada
mengenai TRIPs dan TRIMs, dengan fokus pada upaya-upaya penerapan dan
harmonisasi hukum Nasional terhadap kedua perjanjian tersebut. Kemudian
dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian.
Penulis menyadari, masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi, masukkan dan saran lebih
lanjut, guna perbaikan dan penyempurnaannya.
Terimakasih,
Penulis
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 3/31
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 5 2.1 Landasan Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia ............................................ 6 2.2 Prinsip-Prinsip Perjanjian TRIPs ............................................................................ 8 2.3 Prinsip-Prinsip Perjanjian TRIMs ........................................................................ 12
3. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 18 3.1 Implementasi TRIPs dalam Kerangka Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI)18 3.2 Implementasi TRIMs dalam Kerangka Hukum Perdagangan dan Investasi ........ 21
4. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................ 24 4.1 Simpulan ............................................................................................................... 24 4.2 Saran ..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26 BIODATA PENULIS........................................................................................................ 28
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 4/31
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyadari akan arti penting keikutsertaan dalam percaturan politik dan ekonomi
global dalam kerangka GATT, Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk
mengambil peran aktif, dengan langkah awalnya adalah meratifikasi persetujuan
pembentukan WTO melalui Undang-undang No.7 tahun 1994 yang berarti bahwa
Indonesia memiliki keterikatan untuk untuk melaksanakan seluruh hasil kesepakatan
yang dihasilkan dalam perundingan Uruguay (Uruguay Round), yakni Kesepakatan
mengenai kebijakan pembatasan Investasi yang terkait dengan perdagangan atau
Trade Related Investment Measures (TRIMs), kesepakatan mengenai aspek-aspek
Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan Perdagangan atau Trade Related
Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPs) dan Kesepakatan Umum mengenai
Perdagangan Jasa atau General Agreement on Trade in Service (GATS).
Keanggotaan Indonesia dalam WTO memiliki nilai strategis, mengingat beberapa
tujuan penting pembentukan WTO, yaitu :
a. Pertama, mendorong arus perdagangan antar negara, dengan mengurangi dan
menghapus berbagai hambatan yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa.
b. Kedua, memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang
lebih permanen. Hal ini mengingat bahwa perundingan perdagangan
internasional di masa lalu prosesnya sangat kompleks dan memakan waktu;
c. Tujuan penting lainnya adalah untuk penyelesaian sengketa, mengingat
hubungan dagang sering menimbulkan konflik – konflik kepentingan. Meskipun
sudah ada persetujuan – persetujuan dalam WTO yang sudah disepakati
anggotanya, masih dimungkinkan terjadi perbedaan interpretasi dan pelanggaran
sehingga diperlukan prosedur legal penyelesaian sengketa yang netral dan telah
disepakati bersama.
Dengan adanya aturan – aturan WTO yang berlaku sama bagi semua anggota, maka
baik individu, perusahaan ataupun pemerintah akan mendapatkan kepastian yang
lebih besar mengenai kebijakan perdagangan suatu negara. Terikatnya suatu negara
dengan aturan – aturan WTO akan memperkecil kemungkinan terjadinya perubahan –
perubahan secara mendadak dalam kebijakan perdagangan suatu Negara.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 5/31
2
Persetujuan GATT, termasuk TRIPs, merupakan negosiasi dan tarik-menarik
kepentingan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Perjanjian
akhir yang telah dicapai diasumsikan telah merepresentasikan kepentingan negara-
negara maju dan negara-negara berkembang, misalnya, ketentuan yang tercermin
tujuan dan prinsip-prinsip TRIPs. Dalam Pasal 7 TRIPs tentang tujuan TRIPs,
ditentukan bahwa perlindungan dan pelaksanaan HKI harus memberikan kontribusi
pada pemajuan inovasi teknologi dan pengalihan serta penyebaran teknologi untuk
kemanfaatan timbal balik dari pihak yang menghasilkan pengetahuan teknologi dan
pengguna pengetahuan teknologi dengan cara yang mendukung untuk kesejahteraan
sosial dan ekonomi, dan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kewajiban. Demikian
pula pada Pasal 8 tentang Prinsip-prinsip TRIPs, ditentukan bahwa negara-negara
anggota dapat, dalam merumuskan atau mengamandemen ketentuan-ketentuan hukum
dan peraturan-peraturannya, mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
melindungi kesehatan dan nutrisi publik, dan untuk mengedepankan kepentingan
publik dalam bidang-bidang yang sangat penting untuk pengembangan sosio-ekonomi
dan teknologinya dengan syarat langkah-langkah tersebut sesuai dengan Perjanjian
TRIPs. Demikian pula ditentukan bahwa negara-negara anggota dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat, dengan syarat langkah-langkah tersebut sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian TRIPs, yang diperlukan untuk mencegah
penyalahgunaan HKI oleh para pemegangnya atau timbulnya praktik-praktik yang
secara tidak wajar menghalangi perdagangan atau secara bertentangan memengaruhi
alih teknologi internasional. Prinsip dan tujuan tersebut tercermin, misalnya, dalam
Pasal 30 mengenai Paten1 yang memberikan kemungkinan bagi negara-negara
anggota untuk memberikan pembatasan-pembatasan secara terbatas terhadap hak-hak
ekslusif yang diberikan kepada pemegang paten, sepanjang pengecualian-
pengecualian itu tidak bertentangan dengan pemanfaatan yang wajar dari paten.2
Sedangkan TRIMs merupakan perangkat perjanjian mengenai mekanisme
Penanaman Modal Asing (PMA), dengan mengingat dampak-dampak negatif PMA,
dewasa ini Negara negara berkembang umumnya berpendapat bahwa akivitas atau
1Pasal 30 TRIPs mengenai Patent.
2
Ketentuan serupa juga terdapat dalam Pasal 13 TRIPs yang mengatur tentang pembatasan dan pengecualian dalam perlindungan Hak Cipta, Pasal 17 tentang pengecualian perlindungan terhadap
Merek.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 6/31
3
ruang lingkup usaha perusahaan-perusahaan besar ini perlu dibatasi. Mereka tidak
boleh dengan bebas menanamkan modalnya di segala sektor. Negara-negara ini
memandang bahwa PMA harus diawasi guna mencegah timbulnya dampak-dampak
negatif tersebut tadi.
Pada prinsipnya TRIMs ini merupakan unsur yang penting bagi kebijakan-kebijakan
negara tuan rumah, terutama negara sedang berkembang. Beberapa negara sedang
berkembang bahkan ada pula yang menganggap TRIMs sebagai sarana
pembangunannya.3 Negara berkembang lainnya menggunakan TRIMS ini untuk
meminimalkan dampak dari PMA. Negara-negara ini telah pula menjadikan upaya-
upaya tersebut sebagai bagian dari pembangunan ekonominya untuk mencapai
tingkat pertumbuhan pembangunan negaranya. Tujuan lainnya dari negara tuan
rumah di dalam menerapkan TRIMS ini adalah mencegah perusahaan PMA untuk
membuat putusan atau kebijakan yang sifatnya lintas batas. Putusan atau kebijakan
seperti ini biasanya dapat mempengaruhi kebijakan atau perekonomian negara
tuan rumahnya. Di samping itu, penerapan TRIMS dipandang sebagai suatu hak
atau kebijakan setiap negara untuk mengatur perekonomiannya, termasuk PMA di
dalamnya (guna mencegah dampak buruk dari PMA). Kebijakan seperti ini sudah
barang tentu suatu langkah yang lebih menguntungkan negara penerima (khususnya
negara sedang berkembang) daripada negara-negara maju (pengimpor modal dan
negara di mana perusahaan-perusahaan besar berdomisili).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah perjanjian TRIPs dan TRIMS diadopsi oleh Indonesia, dalam
bentuk peraturan-perundangan yang menjadi acuan pembangunan hukum
ekonomi pembangunan?
2. Apakah implementasi perjanjian TRIPs dan TRIMs dalam peraturan-
perundangan tersebut memberi manfaat seperti yang diharapkan bagi Indonesia?
3 Huala Adolf, Perjanjian P enanaman M odal dal am H uk um P er da g an g an I nt er na sional
( WTO ), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 9
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 7/31
4
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1.
Untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip perjanjian TRIPs dan TRIMs.
2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi prinsip-prinsip perjanjian TRIPs
dan TRIMs dalam kerangka Hukum Pembangunan Ekonomi Indonesia.
3. Untuk menganalisis dan menemukan permasalahan dalam penerapan/
implementasi perjanjian TRIPs dan TRIMs oleh Indonesia.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 8/31
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum perdagangan internasional
adalah Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariff and Trade atau GATT). Muatan di dalamnya tidak saja penting dalam mengatur kebijakan
perdagangan antar negara tetapi juga dalam taraf tertentu aturannya menyangkut pula
aturan perdagangan antara pengusaha. GATT dibentuk pada Oktober tahun 1947.
Lahirnya WTO pada tahun 1994 membawa dua perubahan yang cukup penting bagi
GATT. Pertama, WTO mengambil alih GATT dan menjadikannya salah satu lampiran
aturan WTO. Kedua, prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan bagi bidang-bidang
baru dalam perjanjian WTO, khususnya Perjanjian mengenai Jasa (GATS), Penanaman
Modal (TRIMs), dan juga dalam Perjanjian mengenai Perdagangan yang terkait dengan
Hak Atas Kekayaan Intelektual (TRIPs).4
Tujuan pembentukan GATT adalah untuk menciptkan suatu iklim perdagangan
internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang
sehat. Untuk mencapai tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang diupayakan
GATT adalah sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
di seluruh dunia.5
Meskipun Indonesia telah meratifikasi GATT, namun perlu di pertimbangkan adanya
pertentangan nilai yang dianut oleh negara-negara maju dan negara-negara berkembang
dalam perlindungan HKI dan Investasi dapat ditekan dengan melakukan harmonisasi
hukum. Harmonisasi hukum yang dimaksudkan di sini adalah upaya atau proses yang
hendak mengatasi batasan-batasan perbedaan, hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan
dalam hukum.6 Dasar dan orientasi upaya harmonisasi hukum adalah untuk tujuan
harmonisasi, nilai-nilai, asas-asas hukum dan tujuan hukum (terjadinya harmonisasi antara
keadilan dan kepastian hukum). Oleh karena itu, dalam upaya harmonisasi pengaturan
4Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998,
hlm. 365
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional: Prinsip-Prinsip dan Konsep Dasar , Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2009, Bab IV hlm. 16Kusnu Goesniadi, Harmonisasi Hukum Dalam Perspektif Perundang-undangan (Lex Spesialis suatu
Masalah), (Surabaya: JP Books, 2006), hlm.71
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 9/31
6
kepentingan umum dalam perlindungan HKI dan Investasi, Indonesia harus berani
mengedepankan nilai-nilai yang mendasari kebijakan perekonomian Indonesia, yaitu yang
terdapat dalam UUD 1945 sebagai konstitusi ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.
Hukum Ekonomi Pembangunan adalah suatu kaidah hukum yang mengedepankan prinsip-
prinsip ekonomi pembangunan yang terdapat dalam UUD 1945 dan berlandaskan
Pancasila. Terkait dengan implementasi TRIPs dan TRIMs dalam kerangka hukum
ekonomi pembangunan, maka harmonisasi hukum yang dilalukan haruslah sejalan dengan
konsep Hukum Ekonomi Pembangunan, yaitu meliputi pengaturan dan pemikiran hukum
mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia secara
Nasional dan berencana.7
2.1 Landasan Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia
Landasan hukum ekonomi pembangunan Indonesia, berupa peraturan perundang-
undangan yang ada, sudah mencoba mengakomodir perlindungan industri dalam negeri
terkait dengan membanjirnya produk-produk luar negeri di pasar Indonesia sebagai
dampak langsung dari pemberlakukan GATT/ WTO.
Instrumen peraturan perundang-undangan yang ada terkait harmonisasi hukum penerapan
GATT/ WTO, khususnya perjanjian TRIPs dan TRIMs, antara lain sebagai berikut:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 33 disebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan; cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi dan air dankekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesarnya kemakmuran rakyat; perekonomian nasional diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi,
berkeadilan, keberlanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan dan kesatuan ekonomi nasional.
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
7Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung: Binacipta, 1988, hlm. 49
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 10/31
7
Undang-undang ini merupakan peraturan perundang-undangan yang pokok mengatur
bidang peindustrian. Industri dipandang sebagai faktor yang memegang peranan dalam
mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Dalam struktur ekonomi ini diharapkan
terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju dan didukung oleh kekuatan dan
kemampuan pertanian yang tangguh, serta merupakan pangkal tolak bagi bangsa
Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kemampuannya sendiri.
c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Undang-undang ini mengatur hak dan kewajiban penanam modal dalam rangka
melaksanakan kegiatannya, serta peran negara sendiri dalam melaksanakan dan
mengatur penanaman modal. Kegiatan industri dilaksanakan baik melalui penanaman
modal yang dilakukan oleh negara, oleh penanam modal asing maupun penanam
modal dalam negeri. Pengaturan undang-undang ini memudahkan dam memberikan
jaminan kepada penanam modal untuk meningkatkan penanaman modal di Indonesia.
d. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang ini dalam pasal 18 ayat (2) mengatur bahwa pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sementara yang dimaksud dengan tugas pembantuan adalah
penugasan dari Pemrintah kepala daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada pemerintah kabupaten/kota serta dari pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
e. RUU tentang Peningkatan Produk Dalam Negeri.
RUU ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber alam, dan/atau hasil budidaya dalam negeri;
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
industri; meningkatkan kemampuan, pengusaha dan mendorong terciptaknya teknologi
nasional sejak tahap rancang bangun dan perekayasa, pelaksanaan pabrikasi pemilihan
bahan baku dan bahan penolong, prosedur, proses produksi sampai dengan menjamin
mutu hasil produksi serta menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 11/31
8
usaha nasional; meningkatkan keikutsertaan masyarakat agar berperan aktif dalam
pembangunan industri nasional; meningkatkan penerimaan devisa melalui
peningkatkan ekspor hasil produksi dalam negeri yang bermutu,penghematan devisa
melalui pemakaian hasil produksi dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan pad
produk luar negeri dan menunjang, memperkuat dan memperkokoh ketahan nasional.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
g. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
h. Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri
Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor.
i. Peraturan Menteri Perindustrian nomor 41/M-IND/Per/6/2008 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Usaha industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.
j. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 84/MPP/Kep/2/2003 tentang Komiter
Pengamanan perdagangan Indonesia.
2.2 Prinsip-Prinsip Perjanjian TRIPs
Salah satu Perjanjian yang dicapai melalui Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia ( Agreement on Establishing the World Trade Organization, yang
selanjutnya disingkat dengan WTO) adalah Perjanjian tentang Aspek-Aspek Hak
Kekayaan Intelektual yang Terkait Perdagangan (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights untuk selanjutnya disingkat TRIPs). Melalui TRIPs
negara-negara maju menghendaki agar pengaturan perlindungan dan penegakan
aturan perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat
dengan HKI) dilakukan dalam kerangka sistem perdagangan dunia. Dengan
demikian pengaturan dan penegakan aturan di bidang HKI tunduk pada prinsip- prinsip GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang menjadi dasar
Persetujuan Pembentukan WTO, yaitu prinsip National Treatment ,8 Most Favoured
Nations9 dan Transparency.10 Prinsip National Treatment , menentukan bahwa
pemegang HKI dari negara lain akan mendapatkan perlindungan yang sama dengan
8Pasal 3 TRIPs
9
Pasal 4 TRIPs
10Pasal 41 TRIPs
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 12/31
9
pemegang HKI warga negara dari negara anggota WTO. Prinsip Most Favoured
Nations menentukan perlakuan yang sama terhadap pemegang HKI dari negara-
negara lain. Prinsip transperancy mengharuskan negara-negara anggota WTO lebih
terbuka dalam pengaturan dan pelaksanaan perundangan-undangan nasional dalam
bidang perlindungan HKI.
Secara umum Perjanjian dalam TRIPs meliputi: ketentuan mengenai jenis HKI,
standar minimum perlindungan atau rincian ketentuan mengenai ruang lingkup
perlindungan tersebut harus dilakukan oleh negara peserta, ketentuan mengenai
pelaksanaan kewajiban perlindungan HKI, ketentuan mengenai kelembagaan, dan
ketentuan mengenai penyelesaian sengketa. Dalam standar perlindungan minimum,
Perjanjian tersebut menetapkan norma-norma dan standar substantif minimum
terhadap HKI sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian-perjanjian atau
konvensi-konvensi yang sudah ada yang berada di bawah naungan World Intellectual
Property Organization (selanjutnya disingkat WIPO). Di samping itu Perjanjian
tersebut juga mewajibkan negara anggota untuk meratifikasi konvensi mengenai
perlindungan HKI yang terkait. Perjanjian ini juga menentukan bahwa negara
penandatangan konvensi di bidang HKI dapat memberlakukan perlindungan yang
melebihi dari yang diharuskan oleh Perjanjian dalam ketentuan nasionalnya dengan
syarat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam Perjanjian,
atau memberlakukan peraturan yang ekstra teritorial. Hal ini dapat digunakan
sebagai sumber penekanan untuk meningkatkan perlindungan umum terhadap HKI
melalui tindakan resiprositas.11
TRIPs yang merupakan instrumen hukum dalam WTO yang mengatur aspek
perdagangan yang terkait dengan HKI juga tidak dapat dilepaskan dari persoalan
keadilan. Persoalan keadilan di sini tidak saja berkaitan dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam perjanjian TRIPs, tetapi juga keadilan secara umum untuk
kemanusiaan.
Banyak teori keadilan yang dikemukakan oleh para ahli. Namun dalam kaitan
dengan HKI ini, setidaknya ada dua pendapat ahli yang penting untuk dikemukakan,
11H.OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual , Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hlm.35.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 13/31
10
yaitu teori keadilan oleh John Rawls dan Robert Nozick 12
, yang menunjukkan dua
kutub pemikiran yang berbeda, yang sama-sama bertitik tolak dari keadilan
distributif. John Rawls yang terkenal dengan teorinya justice as fairness, di mana di
dalamnya juga terdapat konsep keadilan distributif (distributive justice),
mengemukakan dua prinsip keadilan. Pertama prinsip greatest equal liberty, yaitu
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama terhadap kebebasan dasar yang
paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Kedua, ketidaksamaan
sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan memberikan
keuntungan bagi anggota masyarakat yang kurang beruntung (difference principle)
dan setiap posisi dan jabatan terbuka untuk semua pihak ( principle of ( fair ) equality
of opportunity).
Rawls juga mengemukakan prioritas terhadap prinsip-prinsip keadilannya.
Menurutnya, kebebasan individu yang sama ( greatest equal liberty) lebih
diutamakan dari pada tuntutan-tuntutan prinsip kedua yang berkaitan kesamaan
terhadap peluang bagi semua pihak dan kesamaan dalam distribusi sumber-sumber
bagi semua pihak. Dalam hal prinsip kedua, di mana ada dua tuntutan di dalamnya,
maka prinsip equality of opportunity lebih diprioritaskan dari pada prinsip difference
principle.
Teori keadilan distributif Rawls sering disamakan juga teori keadilan sosial ( social
justice). Dalam konteks HKI, berdasarkan teori keadilan sosial Rawls, perlu
keterlibatan negara yang lebih langsung untuk menata masyarakat yang lebih
egaliter. Di sisi lain Nozick berpendapat bahwa keadilan sosial menghendaki campur
tangan pemerintah yang sekecil mungkin terhadap pengaturan-pengaturan privat.
Nozick membedakan tiga masalah keadilan sosial dalam kepemilikan ke dalam tiga
isu:13 (a) Keadilan dalam perolehan awal, (b) Keadilan dalam pengalihan-pengalihan
berikutnya, dan (c) keadilan berkaitan dengan perbaikan-perbaikan (remedies) untuk
pelanggaran terhadap isu pertama dan isu kedua.
12Winner Sitorus, Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Kajian Terhadap
Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman), Makassar: Disertasi Universitas Hasannudin, 2008, hlm. 43
13 Ibid. hlm. 44
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 14/31
11
Mengenai perolehan awal, Nozick sebagian besar mengikuti John Locke, yang
memberikan hak-hak untuk memiliki terhadap apa yang dibuat seseorang dan untuk
mengambilalih apapun yang belum dimiliki, dengan syarat pengambilalihan tersebut
meninggalkan “cukup dan sama baiknya” bagi lainnya. Keadilan dalam pengalihan
kemudian sebagian besar tergantung pada pasar bebas; pemerintah harus menghindar
untuk campur tangan atau memaksa pengalihan (termasuk perpajakan, yang
disamakan oleh Nozick sebagai usaha yang dipaksakan). Keadilan dalam perbaikan
(remedy) adalah pemberian ganti kerugian pada pihak yang dirugikan yang
disebabkan oleh pihak-pihak lain. Dengan kata lain, Nozick lebih menekankan pada
nilai kebebasan (liberty), yang dipandangnya sebagai kebebasan dari negara.
Sementara Rawls mensyaratkan keterlibatan negara. Lembaga-lembaga politik harus
selalu berusaha untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang banyak dalam
masyarakat, dan keberhasilan atau kegagalan mereka bergantung pada seberapa baik
mereka mencapai tujuan ini. Inilah perbedaan utama Rawls terhadap Nozick, yang
menghendaki lembaga-lembaga politik melindungi kepemilikan privat dan kontrak
yang bebas, dengan redistribusi yang sekecil-kecilnya.14
Di samping perlu mempertimbangkan asas keadilan, perlindungan HKI juga
memperhatikan equity. Equity mempunyai peran yang unik dalam struktur hukum
karena terpisah dari norma-norma hukum tetapi merupakan bagian dari norma-
norma hukum. Keunikan lainnya adalah keberadaan equity yang tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan keadilan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
equity dan keadilan sangat erat kaitannya. Berdasarkan artinya equity mempunyai
beberapa makna. Walaupun dalam perkembangannya pengertian yang digunakan
sering mengacu pada pengertian ke empat, namun pada dasarnya substansi yang
diterapkan adalah pengertian equity yang kedua dan ketiga, yaitu bahwa equity
adalah sekumpulan prinsip yang menentukan apa yang patut dan benar atau
prinsip-prinsip keadilan untuk memperbaiki atau melengkapi hukum ketika
diterapkan pada keadaan-keadaan tertentu. Jika perlindungan HKI harus
memperhatikan asas keadilan, maka perlindungan itu juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip equity. Dengan demikian, dalam pelaksanaan perlindungan HKI juga
harus memperhatikan nilai-nilai kepatutan, nilai-nilai moral, nilai-nilai agama.
14 Ibid , hlm. 44
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 15/31
12
2.3 Prinsip-Prinsip Perjanjian TRIMs
Penanaman modal asing berperan penting baik di negara maju maupun negara
sedang berkembang. Di dalam suatu laporannya yang diterbitkan pada tahun 1996,
WTO menunjukkan bahwa telah terjadi suatu perkembangan yang cukup mendasar
di bidang penanaman modal, khususnya sejak tahun 1980-an. Aliran penanaman
modal secara global hanyalah sekitar 60 miliar dollar AS pada tahun 1985. Namun
angka ini mengalami peningkatan yang cepat dalam kurun waktu 10 tahun kemudian
(pada tahun 1995), yaitu sebesar 315 miliar dollar AS.15
Demikian pula aliran penanaman modal asing ke negara-negara sedang berkembang
mengalami perkembangan yang berarti dalam jangka waktu 15 tahun terakhir.
Meskipun adanya peningkatan, namun tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab-
sebab terjadinya peningkatan angka penanaman modal tersebut. Namun demikian
sebuah penelitian menunjukkan bahwa adanya liberalisasi hukum penanaman modal
asing baik di negara maju maupun negara berkembang menjadi faktor penyebab
utama meningkatnya angka penanaman modal asing tersebut.
Satu hal yang menjadi permasalahan cukup mendasar adalah bahwa hukum
internasional yang mengatur bidang ini ternyata berkembang agak lambat guna
mengimbangi perkembangan ini. Salah satu pendapat yang berkembang
mengungkapkan bahwa lambatnya perkembangan hukum internasional di dalam
mengatur masalah ini adalah karena kurangnya upaya koordinasi masyarakat
internasional untuk merumuskan aturan-aturan hukum di bidang ini. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa lemahnya aturan hukum internasional mengatur bidangini disebabkan karena tidak adanya keinginan yang sungguh dari masyarakat
internasional.
Michael Geist mengungkapkan bahwa tidak adanya niat yang serius dari berbagai
negara untuk mengatur bidang ini merupakan kendala bagi perkembangan hukum di
bidang investasi. Ada pula yang berpendirian bahwa alasan utama dari lambatnya
hukum internasional di dalam mengatur masalah ini adalah karena tidak adanya
15Huala Adolf, Op.Cit. Hlm. 2
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 16/31
13
lembaga khusus yang memformulasikan hukum internasional di bidang
penanaman modal asing.16
Pada prinsipnya terdapat 4 (empat) bidang utama dari hukum internasional yang
mengatur penanaman modal ini.
(1) Hukum internasional yang mengatur perlindungan terhadap investor dan harta
miliknya.
(2) Hukum internasional yang mengatur hubungan atau transaksi bilateral antara dua
negara (yang disebut juga sebagai BIT atau bilateral investment treaty).
Perjanjian seperti ini banyak dibuat baik negara maju maupun berkembang.
(3) Hukum internasional yang mengatur upaya-upaya penanaman modal di suatu
wilayah (region) tertentu. Upaya ini timbul sebagai reaksi ketidakpuasan
terhadap hukum internasional yang melindungi investor dan harta miliknya.
Termasuk dalam hal ini adalah prinsip pembayaran ganti rugi manakalah terjadi
nasionalisasi penanaman modal asing.
(4) Berkembangnya aturan hukum internasional baru yang mengatur upaya-upaya
penanaman modal yang terkait dengan perdagangan internasional (the trade-
related investment measures atau TRIMs dalam kerangka WTO).17
Keempat bidang pengaturan hukum penanaman modal ini timbul sebagai reaksi
terhadap semakin meningkatnya kekhawatiran para investor asing dan negara-negara
maju terhadap semakin banyaknya kebijakan-kebijakan penanaman modal
khususnya di negara sedang berkembang. Mereka menganggap upaya-upaya atau
kebijakan penanaman modal tersebut telah mempengaruhi atau berdampak terhadap
perdagangan internasional.
Sebagai salah satu kesepakatan dalam konvensi Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO). TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut
atau berkaitan dengan perdagangan. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan
kegiatan investasi antar negara. Tujuan utama TRIMs adalah untuk menyatukan
16Huala Adolf, Op.Cit. Hlm. 3
17Huala Adolf, Op.Cit. Hlm. 4
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 17/31
14
kebijakan dari negara-negara anggota dalam hubungannya dengan investasi asing
dan mencegah proteksi perdagangan sesuai dengan prinsip-prinsip GATT.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi dasar perundingan yang mengarahkan
negara-negara penerima modal mengatur investasi asing di negara tersebut. TRIMs
melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip GATT 1994, sebagai instrumen untuk membatasi penanaman modal
asing, namun ada pengecualian-pengecualian tertentu asalkan memenuhi syarat-
syarat tertentu juga Hal ini sangat penting diketahui para pengusaha di Indonesia
sehingga mereka dapat melihat sejak dini kebijakan-kebijakan internasional yang
sangat signifikan mempengaruhi pengembangan usaha di kemudian hari.
TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau
berkaitan dengan perdagangan. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan
kegiatan investasi. TRIMs merupakan isu baru dalam WTO.
Di satu sisi pemberlakuan/ penerapan perjanjian TRIMs ternyata tidak selalu
berdampak positif bagi iklim investasi, khususnya untuk bidang-bidang yang masih
membutuhkan proteksi dan subsidi dari Pemerintah. Seperti kasus Mobnas yang
pernah diadukan oleh Amerika Serikat dan beberapa Negara lainnya ke WTO, di
mana Indonesia dianggap melanggar ketentuan GATT, TRIPs dan TRIMs.18
Perundingan TRIMs sarat dengan kepentingan negara-negara maju dan
mendapatkan pertentangan dari negara berkembang, sehingga menjadi isu yang
sensitif. Sejak awal pembahasan agenda Putaran Uruguay, pihak Amerika Serikat
yang didukung oleh Jepang mendorong supaya TRIMs diikutsertakan dalam Putaran
Uruguay. Keinginan Amerika Serikat adalah larangan terhadap TRIMs yang paling
menyebabkan distorsi perdagangan dan adanya kerangka penerbitan untuk TRIMs
yang lain.
18Hata, Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT dan WTO: Aspek-Aspek Hukum dan Non-Hukum,
Bandung: Refika Aditama, 2006. Hlm. 220
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 18/31
15
Bagi negara maju TRIMs diarahkan untuk menghilangkan aturan dalam bidang
investasi yang dapat menimbulkan distorsi dalam perdagangan internasional.
Tuntutan pokok negara-negara maju yang belum dapat diterima negara berkembang
meliputi 2 hal. Pertama, negara berkembang tidak menerapkan kebijakan yang
menentukan investor asing untuk mengekspor sebagian produksinya sebagai syarat
izin investasi (export performance requirement). Kedua, menerapkan kebijakan
yang menentukan investor asing untuk menggunakan sebagian dari input
produksinya dari sumber dalam negeri (Domestic Content Requirements). 19
Preambul Perjanjian TRIMs memuat dan menegaskan putusan mandat Deklarasi
Punta Del Este bahwa beberapa upaya penanaman modal tertentu "can cause
trade-restrictive and distorting effects" (' dapat menyebabkan rintangan terhadap
perdagangan dan berakibat yang merugikan').
Pasal 1 Perjanjian menyatakan bahwa perjanjian hanya terkait dengan perdagangan
di bidang barang (yang terkait dengan penanaman modal). Pasal ini dengan jelas
menyatakan keinginan negara sedang berkembang yang menginginkan agar
pengaturan di bidang penanaman ini tidak memuat aturan baru atau tambahan. Pada pokoknya hasil dari perjanjian TRIMS ini merupakan penegasan kembali prinsip-
prinsip pokok, yaitu the National Treatment (Pasal III) (National Treatment on
Internal Taxation and Regulation) dan larangan penggunaan restriksi kuantitatif
(kuota) Pasal XI (General Elimination of Quantitative Restrictions).
Pasal 3 menyatakan bahwa semua pengecualian yang termuat dalam GATT
(GATT 1994) akan tetap berlaku terhadap ketentuan pasal-pasal Perjanjian
TRIMs, seperti misalnya moral masyarakat, perlindungan lingkungan, keamanan
nasional, dan lain-lain.
Pasal 4 secara khusus untuk negara sedang berkembang. Pasal ini membolehkan
negara-negara ini untuk menyimpangi untuk sementara waktu ketentuan pasal 2,
sepanjang dan sesuai dengan ketentuan pasal III dan XI GATT dapat disimpangi
19Siti Anisah, Implementasi TRIMs dalam Hukum Investasi di Indonesia, Hukum Bisnis, Vol. 22
(Desember 2005), hlm. 34.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 19/31
16
sesuai dengan Pasal XVIII GATT 1994, the Understanding on the Balance-of-
Payments of GATT 1994 dan Deklarasi mengenai Upaya-upaya Perdagangan yang
diambil guna tujuan penyeimbangan neraca perdagangan (Declaration on Trade
Measures taken for Balance-of- Payment Purposes of 28 November 1979).
Pasal 5 mensyaratkan negara anggota untuk menotifikasi kepada Dewan
Perdagangan Barang (the Trade in Goods Council) dalam jangka waktu 90 hari
setelah berlakunya Perjanjian WTO semua TRIMs yang tidak sesuai yang negara-
negara anggota terapkan (ayat 1). Pasal 5 ayat 2 juga mensyaratkan negara-negara
anggotanya untuk menghapuskan semua TRIMs dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
untuk negara maju, 5 (lima) tahun untuk negara sedang berkembang dan 7 (tujuh)
tahun untuk negara miskin (least developed countries).
Negara sedang berkembang dapat pula memohon perpanjangan waktu
transisi apabila mereka menghadapi masalah dalam mengimplementasikan perjanjian
TRIMs (ayat 3). Pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa:
“a Member shall not modify the terms of any TRIMs which it notified under
paragraph 1 from those prevailing at the date of entry into force of the WTO
Agreement so as to increase the degree of inconsistency with the provisions of
Article 2.”
Pasal ini memuat pula suatu ketentuan khusus yang membolehkan penerapan
TRIMs terhadap perusahaan-perusahaan (baru) selama jangka waktu transisi apabila
hal ini dipandang perlu agar tidak merugikan perusahaan yang telah ada yang tunduk
kepada ketentuan Perjanjian TRIMs (Ayat 5).
Pasal 6 memuat kewajiban transparansi di dalam menerapan perjanjian TRIMs. Pasal
ini mensyaraktan kewajiban notifikasi kepada Sekretariat WTO mengenai publikasi
adanya TRIMs, termasuk TRIMs yang diterapkan oleh pemerintah daerah dan atau
pejabat- pejabat yang memiliki kewengan di bidang kebijakan penanaman modal di
dalam wilayah kekuasaannya.
Pasal 7 memuat pembentukan badan baru, yaitu the Committee on Trade-Related
Investment Measures (the "Committee") (Ayat 1). The Committee bertugas
memonitor pelaksanaan komitmen-komitmen negara anggota berdasarkan Perjanjian
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 20/31
17
TRIMs ini dan melaporkannya setiap tahun kepada the Council for Trade in Goods
(Ayat 3).
Pasal 8 terkait dengan penyelesaian sengketa TRIMs. Pasal ini memberlakukan pasal
XXII-XXIII GATT 1994. Ketentuan penyelesaian sengketa ini kemudian mengacu
pula kepada Annex 2 mengenai the Dispute Settlement Understanding.
Pasal 9 menyatakan bahwa the Council for Trade in Goods akan meninjau Perjanjian
TRIMs dalam jangka waktu 5 tahun sejak berlakunya Perjanjian. Tujuan dari
tinjauan ini adalah untuk mengusulkan amandemen terhadap muatan atau isi daftar
ilustrasi dan mempertimbangkan ketentuan mengenai kebijakan investasi (the scope
of complimentary provisions on investment policy) dan kebijakan persaingan
(competition policy).
Lampiran Perjanjian memuat daftar ilustasi TRIMs yang tidak sesuai dengan Pasal
III (4) dan Pasal XI (1) GATT 1994. Lampiran ini sifatnya memaksa dan mengikat
baik berdasarkan hukum (substantif GATT) atau aturan-aturan administratif.20
TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip GATT 1994, sebagai instrumen untuk membatasi penanaman
modal asing, namun ada pengecualian-pengecualian tertentu asalkan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Perubahan-perubahan kebijakan pemerintah berkaitan dengan
investasi akan terus berkembang sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah
disetujui oleh Pemerintah Indonesia dalam berbagai Konvensi Internasional terkait
GATT.
20Huala Adolf, Op.Cit. Hlm. 6
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 21/31
18
3. PEMBAHASAN
Sebagaimana diketahui bahwa kesepakatan GATT sebagai hasil Uruguay Round
merupakan suatu negosiasi global yang mencakup kehendak dan kepentingan negara
berkembang maupun negara maju. Antara lain yakni perlindungan terhadap hak atas
kekayaan intellectual property rights ( TRIPs ) dan disiplin dalam menerapkan
kebijaksanaan di bidang investasi yang ada dampaknya terhadap perdagangan atau
Trade Related Investment Measures ( TRIMs ).
TRIPs dan TRIMs tersebut merupakan tuntutan negara maju sebagai imbalan untuk
memperoleh akses ke pasar adalah kesediaan negara-negara berkembang untuk
menerima kewajiban dalam kegiatan perdagangan. Juga kesediaan Indonesia dan
negara-negara berkembang lainya dituntut untuk memberikan konsesi lebih luas
dalam memfasilitasi kepentingan investasi/ penanaman modal asing dan kewajiban
untuk melakukan pengawasan terhadap pelanggaran hak-hak kekayaan intelektual
(HKI) serta membatasi kebebasan dalam menentukan kebijaksaan yang mengatur
pola investasi perusahaan sejauh berkaitan dengan perdagangan.
3.1 Implementasi TRIPs dalam Kerangka Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Persetujuan TRIPS ini memuat norma-norma dan standar perlindungan karya
intelelektual manusia dan menempatkan perjanjian internasional di bidang hak atas
kekayaan intelektual sebagai dasar. Selain itu, persetujuan tersebut mengatur pula
aturan pelaksanaan penegakan hukum di bidang hak atas kekayaan intelektual
secara ketat yang harus ditaati oleh seluruh Negara WTO.
Dalam Persetujuan TRIPS disebutkan prinsip-prinsip sesuai Pasal 8 bahwa:
1. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini, Anggota
dapat, dalam rangka pembentukan dan penyesuaian hukum dan peraturan
perundang-undangan nasionalnya, mengambil langkah- langkah yang diperlukan
dalam rangka perlindungan kesehatan dan gizi masyarakat, dan dalam rangka
menunjang kepentingan masyarakat pada sektor-sektor yang sangat penting bagi
pembangunan sosio- ekonomi dan teknologi.
2. Sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan dalam persetujuan ini, langkah-
langkah yang sesuai perlu disediakan untuk mencegah penyalahgunaan HKI
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 22/31
19
(Hak atas Kekayaan Intelektual) atau praktek-praktek yang secara tidak wajar
menghambat perdagangan atau proses alih teknologi secara internasional.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, untuk dapat mendukung kegiatan pem- bangunan
ekonomi nasional, terutama dengan memperhatikan berbagai per- kembangan dan
perubahan, Indonesia yang sejak tahun 1982 telah memiliki Undang-Undang Hak
Cipta nasional kemudian menyempunakannya dengan UU Nomor 7 Tahun 1987,
kemudian menyempurnakan lagi dengan UU No. 12 Tahun 1997. Perubahan
Undang-Undang Hak Cipta ini, selain menyempurnakan be- berapa ketentuan yang
dirasakan kurang memberi perlindungan hukum bagi pencipta, dimaksudkan juga
untuk me- nyesuaikannya dengan Persetujuan TRIPS. Tujuannya adalah untuk
meng- hilangkan berbagai hambatan terutama untuk memberikan fasilitas yang men-
dukung upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, baik nasional
maupun internasional.
Adapun perubahan sebelumnya, yaitu dari UU No.6 Tahun 1982 dengan UU No. 7
Tahun 1987, pada intinya juga merupakan penyempurnaan beberapa ke- tentuan
perlindungan hukum bagi pencipta. Sebagaimana dilihat dari bunyi Penjelasan UU
No. 7 Tahun 1987, antara lain disebutkan, “Perlindungan hukum yang diberikan
atas Hak Cipta bukan saja merupakan pengakuan negara terhadap karya cipta
seorang pencipta, tetapi juga diharapkan bahwa perlindungan tersebut akan dapat
membangkitkan semangat dan minat yang lebih besar untuk melahirkan ciptaan
baru”. Selanjutnya di dalam Penjelasan Undang-Undang No. 13 Tahun 1997 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 6 tahun 1989 tentang Paten, di- nyatakan selain
penyempurnaan terhadap berbagai ketentuan yang dirasakan kurang memberi
perlindungan hukum bagi penemu, dirasakan perlu pula melakukan penyempurnaan
dengan per- setujuan TRIPS. Tujuannya, untuk menghapuskan berbagai hambatan,
terutama untuk memberi fasilitas yang mendukung upaya peningkatan per-
tumbuhan ekonomi dan perdagangan, baik nasional maupun internasional.
Penyempurnaan Undang-Undang Hak Cipta nasional sebagai tindak lanjut hasil
kesepakatan perdagangan multi-lateral akan membawa konsekuensi terhadap
implementasi Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia. Makalah ini akan
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 23/31
20
menyampaikan sejauh mana aspek hukum HKI di Indonesia dan permasalahan
implementasi perjanjian TRIPs.
Persetujuan TRIPS menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan HKI adalah semua
kategori Kekayaan Intelektual yang terdiri dari:
a. Hak Cipta dan Hak-hak terkait lain
b. Merek Dagang
c. Indikasi Geografis
d. Desain Produk Industri e. Paten
f. Desain Lay-out (topografi) dari Rangkaian Elektronik Terpadu
g. Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan
Perjanjian TRIPs juga berimplikasi pada pengaturan hak kekayaan intelektual dalam
hukum nasional masing-masing negara yang ikut menandatangani persetujuan
TRIPs. Di Indonesia, ratifikasi dan perbaikan undang-undang juga dilakukan oleh
pemerintah karena merupakan salah satu konsekuensi dari bergabungnya Indonesia
dalam persetujuan TRIPs. Proses ini secara intensif mulai dilakukan sejak tahun
1997 sampai dengan sekarang. Lebih komprehensifnya perjanjian TRIPs oleh
banyak kalangan juga terkait dengan aturan main yang jelas dalam penyelesaian
sengketa. Seiring dengan banyaknya konflik mengenai hak kekayaan intelektual
yang ada saat ini, terutama di negara berkembang yang notabene adalah pengguna
output dari kekayaan intelektual yang dimiliki oleh negara maju, dapat diantisipasi
dengan lebih jelas melalui TRIPs.
Konvensi Paris dan Berne dinilai oleh sebagian kalangan selama ini kurang dapat
menjembatani sengketa yang terjadi antar stakeholder karena aturan main yang
masih longgar dan tidak terperinci. Sejauh ini, TRIPs dipandang sebagai tools paling
sempurna dalam menyelesaikan persoalan pengaturan hak kekayaan intelektual
dewasa ini. Keleluasaan negara anggota WTO, yang notabene anggota TRIPs juga
tidak dapat menghindar untuk tidak memberlakukan mekanisme TRIPs di ranah
domestik. Hal ini dikarenakan dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa negaranegara
yang menandatangani TRIPs (negara anggota WTO) wajib mengimplementasikan
TRIPs. Lebih lanjut, persetujuan TRIPs ini juga tidak memberikan ruang gerak yangluas kepada negara anggotanya karena mekanisme ini tidak menghendaki adanya
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 24/31
21
persyaratan tambahan terhadap ketentuan-ketentuan dalam perjanjian TRIPs.
Artinya, kewajiban ini dilaksanakan tanpa syarat apapun, termasuk ketika negara
anggotanya melakukan ratifikasi terhadap mekanisme TRIPs dalam hukum
nasionalnya.
3.2 Implementasi TRIMs dalam Kerangka Hukum Perdagangan dan Investasi
Agreement on Trade Related Investment (TRIMs), timbul dari pemikiran perusahaan
multinasional yang menilai banyaknya tindakan negara anggota World Trade
Organization (WTO), dalam proses penanaman modal yang mengakibatkan
berkurangnya keuntungan.
21
Tujuan di aturnya masalah penanaman modal di dalamWTO disebutkan dalam bagian konsideran dari TRIMs yang meliputi:
1) kebijakan penanaman modal yang diterapkan oleh negara anggota WTO yang
dapat menimbulkan distorsi dalam perdagangan;
2) Penyesuaian dengan pengaturan tentang pembatasan perdaganganyang terdapat
didalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994;
3) Meningkatkan kebijakan penanaman modal asing yang mendukung perdagangan
bebas, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari negara anggota.
Pasal 1 dari TRIMs yaitu:
“This Agreement applies to investment measures related to trade in goods only
(referred to in this Agreement as “TRIMs”.
Menurut Prof Erman Radjagukguk, Pasal 1 ini atas memiliki 2 (dua) alternatif,
pertama bahwa TRIMs berhubungan dengan perdagangan barang, dan kedua TRIMs
meliputi peraturan-peraturan yang mempunyai akibat penyimpangan dari prinsip
GATT dan merugikan perdagangan barang. Sementara pengertian kedua hal tersebut
adalah mengurangi atau menghapus segala kebijakan investasi yang menghambat
kegiatan perdagangan dan kebebasan kegiatan investasi dan menghapus aturan
21Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal - Studi Kesiapan Indonesia Dalam
Perjanjian Investasi Multilateral , Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005, Hlm. 57
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 25/31
22
investasi yang dapat mengganggu dan menghambat perdagangan barang dagangan
pada TRIMs yang diidentifikasi.22
Secara umum TRIMs, melarang kebijakan penanaman modal yang dilakukan tidak
sesuai dengan GATT 1994 khususnya yang di atur didalam Pasal III dan XI GATT
1994. Dalam lampiran TRIMs terdapat daftar yang memuat kebijakan penanaman
modal yang dilarang dilakukan yang antara lain mencakup yang memaksakan agar
penanam modal asing menggunakan barang lokal dalam persentase tertentu, atau
memaksakan untuk mengekspor sebagian barang tertentu dari barang produksinya.
Melalui Undang – Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
Penanaman Modal), Indonesia selaku anggota WTO, mengatur kebijakan penanaman
modal yang lebih terbuka yang didasarkan pada kewajiban Indonesia sebagai
anggota WTO untuk melaksanakan TRIMs. Di dalam Undang – Undang Nomor 25
tahun 2007, Pasal 3 ayat (1)d, salah satu asas penanaman modal Indonesia adalah
perlakuan yang sama terhadap penanam modal baik asing dan dalam negeri.
Kebijakan utama yang harus disesuaikan adalah tentang penerapan fasilitas
penanaman modal, yang wajib sesuai dengan aturan – aturan tentang Performance
Requirement yang disebutkan dalam lampiran TRIMs.
Berdasarkan atas hal tersebut maka akan dianalisa kesesuaian UU Penanaman Modal
dengan TRIMs. Analisa tentang kesesuaian dua peraturan tersebut dilakukan terbatas
pada pengaturan tentang fasilitas penanaman modal yang diatur didalam UU
Penanaman modal dan kesesuaiannnya dengan Performance Requirement yang
terdapat didalam TRIMs. Pengaturan tentang Performance Requirement atau
kewajiban pembatasan tindakan dalam penanaman modal berdasarkan TRIMs
merupakan pelaksanaan dari prinsip dasar WTO sebagaimana di atur di dalam Pasal
III dan Pasal XI GATT 1994 yang meliputi prinsip National Treatment dan Most
Favored Nation. UU Penanaman Modal disebutkan memiliki salah satu asas utama
yaitu prinsip kesamaan (National Treatment), hal mana mengartikan kewajiban
penghilangan diskriminasi perlakuan kepada penanam modal asing.
22
Erman Rajagukguk, Bahan Kuliah TRIMs dan Investasi, Medan: Fakultas Hukum USU, 2010, diaksestanggal 4 Juli 2013 dari http://www.ermanhukum.com/Kuliah/TRIMs%20&%20Hukum%20Investasi%20-
%20Pendahuluan.pdf
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 26/31
23
Berdasarkan atas hal tersebut maka selayaknya kesemuanya hak dan kewajiban
penanam modal asing berlaku juga bagi penanam modal dalam negeri, akan tetapi
bilamana menelaah Pasal 12 ayat (2), UU Penanaman Modal, secara khusus, di atur
bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing yaitu:
1) produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang;
2) bidang – bidang yang secara eksplisit di atur tertutup untuk penanaman modal
asing. Tertutupnya produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
berdasarkan Pasal XXI huruf b.(ii) GATT merupakan pengecualian untuk
melindungi keamanan negara, akan tetapi untuk pengaturan tentang produksi hal
lain sesuai peraturan perundangan, dapat dianggap suatu perlakuan diskriminasi
mengingat pengaturan tersebut di atur secara terbuka, dengan digantungkan pada
kebijakan yang belum ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Fasilitas penanaman modal merupakan hal yang biasa dilakukan untuk menarik
penanam modal. UU Penanaman Modal mengatur tentang fasilitas penanaman modal
dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 24. Fasilitas penanaman modal menjadi suatu
permasalahan dalam hal fasilitas tersebut dilakukan dikaitkan dengan
pemenuhan Performance Requirement yang dilarang di dalam TRIMs. Salah satu hal
yang menjadi perhatian di dalam UU Penanaman Modal adalah Pasal 18 ayat (3)
huruf j, yang menyebutkan persyaratan pemberian fasilitas penanaman modal salah
satunya adalah penggunaan komponen lokal. Bilamana ditelaah maka pengaturan
Pasal 18 ayat (3) huruf j, UU Penanaman Modal merupakan suatu perlakuan yang
tidak sama antara barang dalam negeri dan barang import. Pasal 18 ayat (3) huruf j,
UU Penanaman Modal secara eksplisit merupakan pelanggaran dari pengaturan
Performance Requirement yang di atur di dalam TRIMs. Larangan pengaturan
kebijakan diskriminasi terkait dengan penggunaan produksi lokal dalam TRIMs, di
atur sebagai suatu kegiatan yang diwajibkan, sedangkan didalam UU Penanaman
Modal, tindakan tersebut lebih kepada suatu pilihan yang tidak mempengaruhi pada
keberadaan dari penanam modal. Ketentuan tentang larangan penggunaan komponen
lokal dalam TRIMs juga mensyaratkan bahwa secara spesifik negara anggota
mengatur tentang jumlah, nilai dan presentase khusus, sedangkan didalam UU
Penanaman Modal hanya mengatur secara umum.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 27/31
24
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk mengambil peran aktif, dengan
langkah awalnya adalah meratifikasi persetujuan pembentukan WTO melalui
Undang-undang No.7 tahun 1994 yang berarti bahwa Indonesia memiliki
keterikatan untuk untuk melaksanakan seluruh hasil kesepakatan yang
dihasilkan dalam perundingan Uruguay (Uruguay Round), yakni Kesepakatan
mengenai kebijakan pembatasan Investasi yang terkait dengan perdagangan
atau Trade Related Investment Measures (TRIMs), kesepakatan mengenai
aspek-aspek Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan Perdagangan atau
Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPs)
2. .Secara umum Perjanjian dalam TRIPs meliputi: ketentuan mengenai jenis
HKI, standar minimum perlindungan atau rincian ketentuan mengenai ruang
lingkup perlindungan tersebut harus dilakukan oleh negara peserta, ketentuan
mengenai pelaksanaan kewajiban perlindungan HKI, ketentuan mengenai
kelembagaan, dan ketentuan mengenai penyelesaian sengketa. Dalam standar perlindungan minimum, Perjanjian tersebut menetapkan norma-norma dan
standar substantif minimum terhadap HKI sebagaimana yang telah ditentukan
dalam perjanjian-perjanjian atau konvensi-konvensi yang sudah ada yang
berada di bawah naungan World Intellectual Property Organization
(selanjutnya disingkat WIPO).
3. TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau
berkaitan dengan perdagangan. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan
kebebasan kegiatan investasi. TRIMs merupakan isu baru dalam WTO.
4. TRIPs dan TRIMs tersebut merupakan tuntutan negara maju sebagai imbalan
untuk memperoleh akses ke pasar adalah kesediaan negara-negara berkembang
untuk menerima kewajiban dalam kegiatan perdagangan. Juga kesediaan
Indonesia dan negara-negara berkembang lainya dituntut untuk memberikan
konsesi lebih luas dalam memfasilitasi kepentingan investasi/ penanaman
modal asing dan kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 28/31
25
pelanggaran hak-hak kekayaan intelektual (HKI) serta membatasi kebebasan
dalam menentukan kebijaksaan yang mengatur pola investasi perusahaan
sejauh berkaitan dengan perdagangan.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Terkait dengan implementasi TRIPs dan TRIMs dalam kerangka hukum
ekonomi pembangunan, maka harmonisasi hukum yang dilalukan haruslah
sejalan dengan konsep Hukum Ekonomi Pembangunan, yaitu meliputi
pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan
pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia secara Nasional dan berencana.
2. TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip GATT 1994, sebagai instrumen untuk membatasi
penanaman modal asing, namun ada pengecualian-pengecualian tertentu
asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. Perubahan-perubahan kebijakan
pemerintah berkaitan dengan investasi akan sebaiknya sesuai dengan
kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia dalam
berbagai Konvensi Internasional terkait GATT.
3. Melalui penerapan prinsip-prinsip perjanjian TRIPs, banyaknya konflik
mengenai hak kekayaan intelektual yang ada saat ini, terutama di negara
berkembang yang notabene adalah pengguna output dari kekayaan intelektual
yang dimiliki oleh negara maju.
4. Fasilitas penanaman modal merupakan hal yang biasa dilakukan untuk menarik
penanam modal. UU Penanaman Modal mengatur tentang fasilitas penanaman
modal dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 24. Fasilitas penanaman modalmenjadi suatu permasalahan dalam hal fasilitas tersebut dilakukan dikaitkan
dengan pemenuhan Performance Requirement yang dilarang di dalam TRIMs.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk merevisi UU Penananaman
Modal, guna menghindari gugatan-gugatan Negara Maju kepada Indonesia di
WTO atau forum Internasional lainnya.
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 29/31
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Hata, Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT dan WTO: Aspek-Aspek Hukum
dan Non-Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2006
Huala Adolf, Perjanjian P enanaman M od al d al am H uk um P er d agan gan
I nt er na sional ( WTO ), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011.
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional: Prinsip-Prinsip dan Konsep Dasar ,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009,
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional: Suatu Pengantar , Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998
Kusnu Goesniadi, Harmonisasi Hukum Dalam Perspektif Perundang-undangan (Lex
Spesialis suatu Masalah), (Surabaya: JP Books, 2006).
Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal - Studi Kesiapan
Indonesia Dalam Perjanjian Investasi Multilateral , Medan: Universitas Sumatera Utara,
2005
Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung: Binacipta, 1988
Siti Anisah, Implementasi TRIMs dalam Hukum Investasi di Indonesia, Hukum Bisnis,
Vol. 22 (Desember 2005)
Winner Sitorus, Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
(Kajian Terhadap Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman), Makassar: Disertasi
Universitas Hasannudin, 2008
Peraturan-Perundangan:
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
Undang-undang No.7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
Undang-Undang No. 12 tahun 1997 tentang Hak Cipta
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 30/31
27
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam
Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor.
Internet:
Erman Rajagukguk, Bahan Kuliah TRIMs dan Investasi, Medan: Fakultas Hukum USU,
2010, diakses tanggal 4 Juli 2013 dari
http://www.ermanhukum.com/Kuliah/TRIMs%20&%20Hukum%20Investasi%20-
%20Pendahuluan.pdf
Ekop P. Sudrajat, Analisis Kebijakan Penanaman Modal Indonesia dan KesesuaiannyaDengan Perjanjian World Trade Organization Dalam Bidang Penanaman Modal, 2008,
diakses tanggal 4 Juli 2013, dari http://priliantobylaw.blogspot.com/2008/06/analisis-
kebijakan-penanaman-modal.html
7/27/2019 Kajian TRIPs dan TRIMs Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Pembangunan
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-trips-dan-trims-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi-pembangunan 31/31
BIODATA PENULIS
Arief Darmawan dilahirkan di Bandung, pada tanggal 29 Mei 1976. Menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar sampai SMA di Bandung, mendapat gelar Sarjana Sains Fisika
dari Institut Teknologi Bandung (2000), dan saat ini tengah menyelesaikan Magister
Hukum di STHB dan Magister Manajemen di IKOPIN.
Penulis adalah seorang Konsultan di bidang Bisnis dan Manajemen sejak tahun 2000,
pernah bekerja di beberapa Perusahaan PMA dengan berbagai jabatan, pernah mengikuti
berbagai kursus dan pelatihan di dalam dan luar negeri, serta berpengalaman menangani
pekerjaan terkait Foreign Direct Investment (FDI) dan Business Development di bidang
infrastruktur, pertambangan, manufaktur, teknologi informasi dan telekomunikasi.
Untuk sumbang saran dan diskusi, penulis dapat dihubungi di [email protected]