11
154 Jurnal Kriya Seni Vol. 11 No. 2, Juli 2014 KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF LERENG, BUNGA DAN KUPU Sutriyanto Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Veronika Kristanti PL. Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 ABSTRAK Indonesia sebagai pusat batik dunia, dimana salah satunya adalah Pekalongan yang merupakan kota di pesisir pantai utara pulau Jawa yang terkenal dengan produk batik. Selain itu, terkenal dengan keterbukaannya untuk menerima pengaruh dari luar dan kepekaan dalam menangkap fenomena perubahan sosial yang diwujudkan dalam suatu karya seni berupa batik baik corak maupun motif tertentu, terutama pada masa penjajahan Jepang. Bangsa Jepang, merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi seni budaya dengan nuansa alam, dimana hal tersebut tampak jelas tertuang pada motif batik Hokokai yang berkembang di Pekalongan. Motif lereng, kembang, dan kupu merupakan cerminan dari alam di negara tersebut. Munculnya motif tersebut jelas memiliki alasan logis dan filosofis, keberadaannya mendominasi motif batik Hokokai. Selain memiliki tingkat kerumitan yang tinggi juga memiliki karekter pewarnaan yang sangat cerah, sehingga menjadi ciri khas tersendiri. Kini motif tersebut menjadi salah satu andalan kota Pekalongan sebagai batik kelas tinggi yang memiliki pangsa pasar tersendiri. Kata kunci: Batik, Motif, Pekalongan ABSTRACT Indonesia as the batik center of the world, where the one of them is Pekalongan city in the north coast of the java island that famed with batik product. Furthermore, Pekalongan is also famed with the openess of influence from outside and able to catch out the sesitiveness of social change which embodied in an batik artistic whether certain patterns and motifs, especially during the Japanese occupation. Japanese nation is a nation that known as a nation which uphold the arts and culture by nature, where it is visible in Hokokai batik motif that growing in Pekalongan. Lereng, Bunga, dan Kupu-kupu motifs are reflection from the nature of that country. The emergence of that motif is clearly has a logical and philosophical reasons that those existence dominate the Hokokai batik motif. Besides having a high level of complexity, the Hokokai batik motif also has the characteristic of very bright colouration which turn that motif unique. Nowadays, that motif become a mainstay of Pekalongan city as high class batik that has own certain market. Keywords: Batik, Motif, Pekalongan A. Pendahuluan Beragam peninggalan warisan nenek moyang yang hingga kini masih mengalami kejayaan dan terus berkembang, salah satunya adalah batik. Seni batik merupakan teknik yang dihasilkan melalui proses cìlup rintang (resist dye technique), teknik ini memiliki dua macam proses, yaitu: (1) tenun, perintangnya benang; dan (2) batik, perintangnya malam (wax) (Riyanto, 1997: 4). Batik merupakan teknik pemberian warna pada media kain dengan cara menutup bagian yang tidak dikehendaki untuk diwarna menggunakan lilin atau biasa disebut dengan malam. Dijelaskan oleh Suyanto, bahwa batik menjadi sangat popular dan menjadi nama kain yang dibuat dengan teknik celup rintang dengan media perintang berupa lilin. Istilah tersebut sudah ada sejak jaman kerajaan dan akhirnya menjadi kerajinan rakyat (Suyanto, 2002: 2-3). Batik merupakan salah satu cabang seni rupa dengan latar belakang sejarah dan akar budaya yang kuat dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Di Indonesia, ada dua pendapat tentang asal mula batik.

KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

154

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGANMOTIF LERENG, BUNGA DAN KUPU

SutriyantoJurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Veronika Kristanti PL.Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

ABSTRAK

Indonesia sebagai pusat batik dunia, dimana salah satunya adalah Pekalongan yang merupakan kota dipesisir pantai utara pulau Jawa yang terkenal dengan produk batik. Selain itu, terkenal dengan keterbukaannyauntuk menerima pengaruh dari luar dan kepekaan dalam menangkap fenomena perubahan sosial yangdiwujudkan dalam suatu karya seni berupa batik baik corak maupun motif tertentu, terutama pada masapenjajahan Jepang. Bangsa Jepang, merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjungtinggi seni budaya dengan nuansa alam, dimana hal tersebut tampak jelas tertuang pada motif batik Hokokaiyang berkembang di Pekalongan. Motif lereng, kembang, dan kupu merupakan cerminan dari alam di negaratersebut. Munculnya motif tersebut jelas memiliki alasan logis dan filosofis, keberadaannya mendominasimotif batik Hokokai. Selain memiliki tingkat kerumitan yang tinggi juga memiliki karekter pewarnaan yangsangat cerah, sehingga menjadi ciri khas tersendiri. Kini motif tersebut menjadi salah satu andalan kotaPekalongan sebagai batik kelas tinggi yang memiliki pangsa pasar tersendiri.

Kata kunci: Batik, Motif, Pekalongan

ABSTRACT

Indonesia as the batik center of the world, where the one of them is Pekalongan city in the north coast of thejava island that famed with batik product. Furthermore, Pekalongan is also famed with the openess of influencefrom outside and able to catch out the sesitiveness of social change which embodied in an batik artisticwhether certain patterns and motifs, especially during the Japanese occupation. Japanese nation is a nationthat known as a nation which uphold the arts and culture by nature, where it is visible in Hokokai batik motifthat growing in Pekalongan. Lereng, Bunga, dan Kupu-kupu motifs are reflection from the nature of thatcountry. The emergence of that motif is clearly has a logical and philosophical reasons that those existencedominate the Hokokai batik motif. Besides having a high level of complexity, the Hokokai batik motif alsohas the characteristic of very bright colouration which turn that motif unique. Nowadays, that motif become amainstay of Pekalongan city as high class batik that has own certain market.

Keywords: Batik, Motif, Pekalongan

A. Pendahuluan

Beragam peninggalan warisan nenek moyangyang hingga kini masih mengalami kejayaan dan terusberkembang, salah satunya adalah batik. Seni batikmerupakan teknik yang dihasilkan melalui prosescìlup rintang (resist dye technique), teknik ini memilikidua macam proses, yaitu: (1) tenun, perintangnyabenang; dan (2) batik, perintangnya malam (wax)(Riyanto, 1997: 4). Batik merupakan teknik pemberianwarna pada media kain dengan cara menutup bagian

yang tidak dikehendaki untuk diwarna menggunakanlilin atau biasa disebut dengan malam. Dijelaskan olehSuyanto, bahwa batik menjadi sangat popular danmenjadi nama kain yang dibuat dengan teknik celuprintang dengan media perintang berupa lilin. Istilahtersebut sudah ada sejak jaman kerajaan dan akhirnyamenjadi kerajinan rakyat (Suyanto, 2002: 2-3). Batikmerupakan salah satu cabang seni rupa dengan latarbelakang sejarah dan akar budaya yang kuat dalamperkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. DiIndonesia, ada dua pendapat tentang asal mula batik.

Page 2: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

155

Sutriyanto: Kajian Visual Batik Hokokai Pekalongan Motif Lereng, Bunga dan Kupu

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Pendapat pertama mengatakan bahwa batik datangdi Indonesia bersamaan dengan masuknya agamaHindu dan Budha dari India. Pendapat keduamenyatakan bahwa batik adalah produk budaya aslidari Indonesia, dengan berdasarkan kenyataan bahwateknik pembuatan batik terdapat di beberapa daerahyang tidak mendapat pengaruh agama Hindu danBudha saja, akan tetapi ada di Toraja, Flores dan IrianJaya (Kusni Asa, 2006: 17).

Pekalongan merupakan salah satu kota yangberada di pesisir pantai utara Jawa yang mempunyaisejarah panjang dalam pembuatan batik. Keberadaanbatik Pekalongan hampir sama tuanya dengan sejarahperkembangan kota Pekalongan yang terusberkembang dari waktu ke waktu. Pada umumnyakota penghasil batik yang berada di pesisir utara pulauJawa Tengah dan Madura memiliki kesamaan baikdalam hal corak, warna maupun niaga batiknya.Keadaan ini lain halnya dengan batik Yogyakarta danSolo (Batik Pedalaman) yang mempunyai corak danwarna yang khas yang lebih santun, serta sangatsederhana. Akan tetapi dari kedua daerah yangmenghasilkan corak dan warna batik yang berbedatersebut berasal dari satu sumber yaitu pola batikMataram Kuno atau Mataram Kala Gedhe (Kusni Asa,2006: 17).

Pekalongan merupakan kota di pesisir pantaiutara pulau Jawa yang sejak dulu telah terkenaldengan produk batiknya. Salah satu yang menonjoladalah keterbukaan untuk menerima pengaruh dariluar dan kepekaan dalam menangkap fenomenaperubahan sosial yang diwujudkan dalam suatu karyaseni berupa batik dengan corak, serta motif tertentu.Keistimewaan dan keunikan daerah Pekalongandalam hal batik didukung oleh para pengusaha batikdan para pembatik yang sangat peka, serta selalumengikuti perubahan zaman. Adanya perubahandalam hal berpakaian sangat berpengaruh bagiperkembangan batik yang ada di Pekalongan.Persaingan antara pengusaha batik pribumi danTionghoa, di mana pengusaha Tionghoa yangmerangkap sebagai pemasok bahan batik ternyatalebih mengusai pasar. Konsumen yang pada saat itumasyarakat kalangan atas lebih menyukai motif batikdari pengusaha Tionghoa, karena MasyarakatTionghoa lebih memiliki seni yang tinggi dalammenciptakan suatu motif, sedangkan pengusahapribumi hanya membuat motif batik tanpa adanyaperubahan.

Motif batik tidak hanya memberi kesan suatuyang indah dipandang mata saja, melainkanmemberikan makna yang erat hubungannya dengan

budaya dan falsafah hidup mereka. Kebudayaanmengenal ruang dan tempat tumbuh kembangnyadengan mengalami perubahan, penambahan, danpengurangan. Semenjak industrial isasi danglobalisasi, batik jenis baru muncul dikenal denganistilah batik cap, sementara batik yang masihdikerjakan dengan tulis tangan menggunakan cantingdan malam disebut batik tulis. Membatik merupakantindakan yang terikat oleh nilai sosial budaya yangberlaku dalam masyarakat pendukung seni batik itusendiri, baik di antara pengguna dan pembuatnya.Membuat batik diperlukan pengetahuan tentang batik,mulai dari pengetahuan ragam hias berikut makna,ragam pakem, aturan pemakaian, hinggapengetahuan teknis tentang proses pembuatannya.Kain batik tidak sekedar memiliki nilai estetis yangluhur, namun di balik motif dan warna tersebutmengandung nilai-nilai simbolis, filosofis dan religiusyang berkaitan dengan tradisi dan kepercayaanmasyarakat pembuatnya. Menurut Sewan Susantodalam buku Kerajinan Batik Indonesia;

“Seni batik merupakan keahlian turun-temurunyang sejak mulai tumbuh merupakan salahsatu sumber kehidupan yang memberikanlapangan kerja yang cukup luas bagimasyarakat. Seni batik merupakan penyalurankreasi yang mempunyai arti tersendiri, yangkadang dihubungkan dengan tradisikepercayaan dan sumber-sumber kehidupanyang berkembang di masyarakat.” (SewanSusanto, 1980: 1).

Berdasar dari uraian di atas, dapat digunakansebagai dasar untuk mengamati lebih cermat lagimengenai batik Jawa Hokokai, khususnya tentangmotif (Lereng, Bunga, dan Kupu), bentuk, gaya danfungsi batik. Munculnya ornamen Lereng, Bunga, danKupu pada batik Jawa Hokokai dengan ukuran bentukdan warna yang sangat bervariasi, serta denganpengerjaan yang begitu rumit, sehingga menghasilkankarya yang begitu artistis dengan harga di pasaranyang begitu fantastik memunculkan ketertarikanpenulis untuk mengkaji lebih dalam keberadaannya.

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah dengan mencari bentuk, gaya dan fungsi, sertabentuk motif Lereng, Bunga, dan Kupu batik JawaHokokai. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalahuntuk mengetahui bentuk, gaya, dan fungsi batikJawa Hokokai, serta alasan munculnya motif Lereng,Bunga, dan Kupu pada batik Jawa Hokokai. Selainitu, manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambahwawasan mengenai keberadaan salah satu jenis batik

Page 3: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

156

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

yang terkenal di daerah lain (Pekalongan), menambahsumber acuan dalam pengembangan desain batik,dan untuk menambah referensi tentang batik.

Supaya penelitian bisa fokus dalam mencaridata, maka digunakan batasan masalah, yaitu batikJawa Hokokai yang ada di Pekalongan dengan motifLereng, Bunga, dan Kupu. Walaupun, dalamperkembangannya batik Jawa Hokokai menyebar kebeberapa wilayah berikut perkembangan motif-motifbaru, bahkan sampai keluar pulau Jawa.

Beberapa referensi yang digunakan sebagaipenunjang wawasan dan sumber penelitian untukmelihat celah permasalahan yang belum diteliti, sertauntuk menempatkan keaslian penelitian, makapenelitian ini menggunakan Batik Belanda 1840-1940,pengaruh Belanda pada batik dari Jawa, sejarah dankisah-kisah disekitarnya yang ditulis oleh Veldluisen,Harmen (1993). Buku ini menjelaskan tentangperkembangan batik yang mendapat pengaruhBelanda sejak tahun 1840-1940 di pulau Jawa danpenjelasan secara rinci tentang perdagangan tekstildi Jawa pada abad ke XVII, serta awal perkembanganteknik batik di Jawa. Bagian akhir buku ini diulassedikit tentang batik Jawa Hokokai, serta adanyaperusahaan batik Jepang Fuji di Yogyakarta.

Buku Gaya Ragam hias Batik, tinjauanmakna dan simbol karya Wahono bersama teman-temannya yang ditulis pada tahun 2004, yangmembahas tentang gaya ragam hias batik yang adapada batik Pesisiran dan Pedalaman, serta uraiantentang makna ragam hias serta simbol yang terkaitdengan nama motif dan kegunaannya. Kemudian,untuk lebih melengkapi tentang proses pembuatanbatik baik tulis, cap, maupun pemilihan bahan,digunakan buku seni Kerajinan Pribumi di HindiaBelanda milik Jasper, J.e. and Mas Pirngadie yangditulis pada tahun 1916. Selain itu, skripsi yangberjudul Batik Jawa Hokokai: Teknik, Motif, Warna,dan Fungsi yang membahas tentang batik Hokokaisecara visual dan teknik pembuatanya yang disusunoleh Suyani (2010), mahasiswa Institut Seni Indonesia(ISI) Yogyakarta, yang kini telah menyelesaikan StudiPasca Sarjananya di perguruan yang sama. Tesisberjudul Batik Jawa Hokokai sebuah kajian tentangBatik di Masa Pendudukan Jepang di Pekalongan.Di mana dalam tesis ini, membahas tentang faktorpendorong munculnya batik Jawa Hokokai dan sejarahtentang munculnya istilah batik Jawa Hokokai olehMuh. Arif Jati Purnomo (2008), guna memenuhi tugasPasca Sarjananya di Institut Seni Indonesia (ISI)Yogyakarta.

Referensi lain yang digunakan terkait dengansejarah pendudukan Jepang di Indonesia digunakanbuku berjudul Sejarah Nasional Indonesia, yang berisitentang perjalanan sejarah Indonesia dari masa purbasampai pasca kemerdekaan, ditulis oleh SartonoKartodirjo (1975). Selain itu, digunakan pula bukuSejarah Indonesia Modern, berisi tentang perjalanansejarah Indonesia yang penekanannya pada sejarahrakyat Indonesia dari berbagi sisi baik secara politik,sosial, ekonomi maupun budaya, oleh Ricklefs M.C.(2005). Kemudian, buku berjudul Nusa Jawa: SilangBudaya, mengulas tentang terjadinya persilanganantar berbagai budaya yang terjadi di pulau Jawa olehDanies Lombard (2005). Buku Kebudayaan danLingkungan Dalam Prespektif Antropologi yang ditulisoleh Hari Poerwanto (2008), menjelaskan tentangkondisi suatu kebudayaan suatu bangsa dan tingkatpembangunan yang berada pada hubungan salingmempengaruhi. Pemahaman tentang strategi adaptasibangsa dan golongan sosial tertentu tercermin padapeta kognitif dan dipelajari melalui sosialisasi akandapat diperoleh pemahaman, serta mampumemberikan penjelasan terhadap fenomena yangsedang terjadi.

Landasan teori yang digunakan dalampenelitian ini yaitu menggunakan teori estetikaEdmund Burker Felmand dalam buku Art as Imageand Idea dipinjam untuk membahas tentang struktur,fungsi, dan gaya seni dari obyek seni yang dikaji.Teori ini untuk membahas secara estetik batik JawaHokokai motif Lereng, Bunga, dan Kupu dan mencarihal yang melatarbelakangi terciptanya motif tersebut.Struktur seni difokuskan pada bentuk yang memilikimakna dan berfungsi secara struktural pada obyek-obyek seni. Bentuk tersebut dikaitkan dalam batikJawa Hokokai Motif Lereng, Bunga, dan Kupu yangmenyusun suatu karya seni secara keseluruhan.Gaya seni, karya seni dapat dianalisis dari berbagaiaspek antara lain gaya seni. Penelit ian ini,memfokuskan pada gaya ketepatan obyektif, karenamerupakan gaya yang paling familiar pada setiaporang, di mana ketepatan atau kesamaan antara karyaseni dengan obyek yang ditiru merupakan prinsipdalam menentukan kehebatan suatu karya seni.Pembuatan obyek batik Jawa Hokokai motif Lereng,Bunga, dan Kupu memiliki kepekaan maupunketajaman dalam pengamatan, serta menyeleksi faktavisual yang tampak pada model atau alam.

Metode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode kualitatif. Lexy J. Maleongmengatakan penelitian kualitatif sebagai penelitian

Page 4: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

157

Sutriyanto: Kajian Visual Batik Hokokai Pekalongan Motif Lereng, Bunga dan Kupu

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentangapa yang dialami oleh subyek penelitian, sepertiperilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lainsecara holistik dengan deskriptif dalam bentuk kata-kata, serta bahasa pada suatu konteks kasus yangdialami dengan memanfaatkan berbagai metodeilmiah (2006). Ada 2 metode yang digunakan diantaranya adalah populasi/ sampel, dan pengumpulandata.

Metode populasi ini dibagi atas subyek danobyek, namun tidak semua populasi batik JawaHokokai dijadikan sampel, tetapi hanya yangdipandang mewakili dan menjawab permasalah terkaitdengan permasalahan dengan obyek penelitian.Sampel merupakan bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasi (baiksebagian atau wakil populasi yang akan diteliti) danmempunyai ciri atau keadaan tertentu yang akanditeliti, sedangkan sampel penelitian adalah sebagiandari populasi yang diambil sebagai sumber data dandapat mewakili seluruh populasi. Oleh sebab itu, tidaksemua data dan informasi akan diproses serta tidaksemua benda akan diteliti, maka ditarik sampel yangmewakilinya.

Pengumpulan data, merupakan cara yangdigunakan untuk memperoleh data dalam suatupenelitian. Soedarsono, menjelaskan bahwa “Datakualitatif untuk penelitian seni rupa diperoleh darisumber data tertulis, sumber data lisan, artefak,peninggalan sejarah, serta sumber rekaman”(Soedarsono, 1999: 192). Menurut Lofland dalamMoleong sumber data dikategorikan dalam dua jenisyaitu sumber data utama dan data tambahan. Sumberdata utama ialah berupa kata-kata dan tindakan,sedangkan data tambahan ialah tertulis dan dokumen.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 4macam, yaitu wawancara, pustaka, observasi, dandokumentasi.

Wawancara, menurut Lexy Moleongmerupakan percakapan dengan maksud tertentu, dimana percakapan dilakukan oleh pihak pewawancarayang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancaraimemberikan jawaban (1995), dengan tujuan untukmendapatkan keterangan atau data secara akurat danluas sejauh yang diketahui oleh narasumber, sertarelevan dengan penelitian dan diyakini dapatmemberikan keterangan/ data yang dibutuhkan.Pustaka, digunakan untuk mendapatkan materi yangterkait dengan obyek penelitian yakni berupa buku,artikel, tesis, majalah, jurnal, dan katalog. Datakepustakaan ini sebagai data sekunder dandimanfaatkan sebagai pelengkap data primer yang

diperoleh melalui wawancara maupun observasi.Observasi merupakan pengamatan secara langsungproses penciptaan dan jenis produk batik yangdihasilkan, serta dilakukan untuk memperoleh datayang menerangkan mengenai latar belakangpenciptaan. Melalui langkah ini akan dapatdigambarkan hubungan variasi produk batik yangdihasilkan dengan latar belakang sosial masyarakatyang mengkondisikan kegiatan yang melingkupinyadan mengidentifikasi ciri-ciri dari karya yang ditunjuksebagai sampel. Dokumentasi, digunakan untukmengumpulkan data visual sebagai bahan analisisdalam menguraikan tentang fenomena yang diteliti.Data visual ini diperoleh dari foto dokumentasi batikyang lebih memfokuskan pada obyek penelitian (LexyMoleong, 2005: 157).

B. Tinjauan Historis Pekalongan

Berdasarkan Babat tanah Pekalongan, yangbermula dari kisah seorang pemuda yang bernamaJoko Bahu, seorang putra tunggal Ki Ageng Cemplukyang ingin mengabdikan diri di kerajaan Mataram.Joko Bahu berasal dari sebuah desa kecil, bernamaKesesi atau asal dari kata “kasisian” yang artinyapengasingan. Karena Ki Ageng Cempluk sendiriadalah punggawa Mataram dan pernah melakukankesalahan, maka diasingkan. Joko Bahu kemudianmembangun padepokan di desa tersebut dan letaknyadi sekitar hulu kali Comal. Ki Ageng Cempluk ini,kesaktiannya sudah terdengar lama dan menjadi buahbibir di keraton Mataram, maka tanpa banyakpertimbangan Sultan Agung menerima bakti JokoBahu sebagai punggawa di kerajaan tersebut. (http://marton.jw.lt/P%, 2 September 2014.).

Sudah menjadi syarat mutlak bahwa setiappunggawa/prajurit yang hendak mengabdi kepadanegara harus melalui tiga tahap uji kesetiaan padanegara, termasuk kemampuan mengatasi masalahdan olah keprajuritannya.

Oleh sebab itu, uji kesetiaan pada negaratahap pertamapun yang diberikan Sultan adalahmembendung kali Sambong. Hal ini disebabkankarena setiap musim kemarau semua sawah rakyatyang berada disepanjang aliran sungai itu selalumengalami kekeringan. Membendung kali Sambongdi kabupaten Batang ini diharapkan volume air dapatnaik dan mengairi semua sawah yang berlokasi disekitarnya, sehingga diharapkan bahwa hasilpanenpun akan meningkat.

Kali Sambong terkenal angker dan sudahbeberapa kali dilakukan pembendungan namun

Page 5: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

158

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

hasilnya selalu gagal. Selanjutnya, Joko Bahuberangkat dengan membawa beberapa orang prajurit.Pembendungan kali dimulai dengan sedikit demisedikit, kemudian di tengah berlangsungnya proyekpembendungan tersebut terjadi beberapa keanehan.Keanehan itu terjadi setiap pagi pada saat paraprajurit hendak melanjutkan pekerjaannya yang belumselesai, Joko Bahu selalu mendapati tanggul yangmereka kerjakan sebelumnya telah runtuh berserakankembali. Kejadian itu berlangsung secara berulang-ulang selama tiga hari. Tentu saja, hal itu membuatJoko Bahu menjadi bingung, kemudian Joko Bahumelakukan tapa brata/semedi dan bertemu dengansiluman penunggu kali tersebut, siluman itu berupawelut putih, dan terjadi perundingan antara kedua belahpihak namun tidak menemukan kata sepakat,sehingga terjadi perkelahian sengit yang dimenangkanoleh Joko Bahu. Keberhasilan Joko Bahu dalammenjalankan tugasnya ini disambut gembira olehSultan Agung.

Uji kesetiaan tahap kedua, yaitu membukalahan baru di tepi pantai Utara sebelah kabupatenBatang, yakni alas (hutan) Gambiran atau sekarangmenjadi Gambaran. Saat itu, alas Gambiranmerupakan alas yang sering dihindari oleh pararombongan pedagang karena keadaannya yangterbilang angker dan tak tersentuh. Hal ini disebabkankarena setiap orang yang memasuki hutan Gambirantersebut pasti hanya akan berputar-putar di dalamnyadan tidak pernah dapat kembali keluar denganselamat. Hal itupun dialami para prajurit Joko Bahu,di mana para prajurit yang memasuki hutan tersebuttidak kembali lagi dan hanya berputar-putar tak tentuarah. Hal ini membuat Joko Bahu kemudianmelakukan tapa brata kembali, yaitu tapa ngidangatau meniru prilaku seekor kidang/rusa. Namun, JokoBahu tetap tak mampu untuk mengalahkan rajasiluman penunggu hutan itu. Merasa dirinya gagal,Joko Bahu segera pulang ke padepokan Kesesi untukmengadukan hal tersebut pada Ki Ageng. Selanjutnyaatas saran Ki Ageng, Joko Bahu diharuskan untukmelakukan “tapa ngalong” tapa brata yang menirukanposisi kalong/kelelawar, yaitu tidur dengan kakimenggantung di pohon setiap siang selama 40 hari,tempat di mana Joko Bahu melakukan tapa ngalongtersebut kini disebut Pekalongan (Kata “pe” yangmenandakan sebuah tempat kalong adalah di manaJoko Bahu melakukan tapa kalong). Setelah empatpuluh hari berlalu, Joko Bahu telah menyelesaikantapa ngalongnya, sehingga dapat mengalahkan rajasiluman dan dapat melanjutkan menebang pohon dialas tersebut. Tentu saja, kabar baik ini membuat hati

Sultan Agung gembira. Selain itu, sekembalinya JokoBahu sowan ke Mataram, Sultan Agung langsungmenganugrahkan gelar adipati dengan julukan Ki BahuRekso, serta sekaligus menetapkan di daerah Kendaldan menjabat sebagai adipati Kendal (http://marton.jw.lt/P%, 2 September 2014.).

Uji kesetiaan selanjutnya/ tahap ketiga,adalah guna menyempurnakan jabatannya sebagaiadipati, maka Bahu Rekso melamarkan seorang putricantik dari Kali Salak yang bernama Nyi Rantang Sari.Ironisnya Nyi Rantang merupakan seorang putri yanghendak dipersembahkan kepada Sultan Agung, danNyi Rantang justru jatuh cinta pada Bahu Rekso dantak ingin dibawa untuk dipersembahkan ke Mataram.Oleh sebab itu, timbulah keinginan Bahu Rekso untukmenggantikan posisi Nyi Rantang Sari denganseorang putri yang tidak kalah cantiknya yaitu EndangKalibeluk, seorang putri anak penjual srabi di desaKali Beluk, untuk disandingkan dengan Sultan Agung.Namun, karena Endang Kalibeluk tidak kuasa untukmenahan luapan kegembiraannya, akhirnya mengakukalau dirinya bukan Nyi Rantang Sari. Pengakuan itutentu saja membuat Sultan menjadi murka, karenaSultan merasa dirinya telah ditipu maka berniat untukmenjatuhkan hukuman mati kepada Bahu Rekso.Namun, niat tersebut dapat dicegah oleh patihSingaranu dan disarankan agar Bahu Rekso diberitugas lebih berat yaitu mengusir penjajah Belanda diJaya Karta (Jakarta). Setelah mendapat perintahtersebut, Bahu Rekso dengan pasukannya berangkatmelalui jalan laut untuk menghindari kali Cipamali(Brebes). Hal ini disebabkan karena dikabarkan bahwakali tersebut dapat menghilangkan kekuatan ataukesaktian dari setiap pusaka yang dibawa. BahuRekso mempersiapkan prajuritnya di sebuah desayang bernama Ketandan, nama desa itu kemudianlebih di kenal dengan Wiradesa “wira” artinya prajurit,sedangkan “desa” berarti kampung, maka Wiradesaadalah perkampungan prajurit dan dari situlah BahuRekso bertolak ke Jayakarta. Di Jayakartapasukannya dikumpulkan di sebuah daerah yangsekarang bernama Matraman yang artinya Mataram-man guna membendung sungai Ciliwung dan JendralRavles meninggal terserang malaria. Namun, Belandatak kehabisan akal dengan membakar lumbung-lumbung makanan tentara Mataram, sehingga tentaraMataram kehabisan perbekalan dan Bahu Reksomenderita kekalahan. Kekalahan itu membuat BahuRekso tak berani pulang ke Kadipaten Kendal, danmemilih mendirikan keraton Kekadipatenan yangletaknya di sebelah selatan Wiradesa tepatnya yangsekarang bernama desa Kadipaten (yang artinya di

Page 6: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

159

Sutriyanto: Kajian Visual Batik Hokokai Pekalongan Motif Lereng, Bunga dan Kupu

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

situ pernah akan dijadikan Kadipaten), namun kabartersebut terendus oleh raja Mataram, akhirnya SultanAgung mengutus seorang pendekar dari Chinabernama Tan Jin Kwen yang kemudian diangkat danditetapkan sebagai adipati Pekalongan yang pertamasetelah berhasil menyingkirkan BahuRekso. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satudari 35 Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Tengah yangberada di daerah Pantura bagian barat sepanjangpantai utara Laut Jawa memanjang ke selatan denganKota Kajen sebagai Ibu Kota pusat pemerintahan.Adapun secara geografis terletak diantara: 60 – 70 23’ Lintang Selatan dan antara 1090 – 1090 78’ BujurTimur yang berbatasan dengan sebelah Timur: KotaPekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Utara:Laut Jawa, Kota Pekalongan, sebelah Selatan:Kabupaten Banjarnegara, sebelah Barat: KabupatenPemalang (http://marton.jw.lt/P%, 2 September2014.).

C. Perkembangan Batik Jawa Hokokai

Batik Jawa Hokokai muncul sejak adanyapengaruh Jepang yang membawa dampak sangatbesar bagi perkembangan pendewasaan sosial,budaya, ekonomi, dan politik. Hal ini nampak padaperkembangan batik di pesisir utara pulau Jawa. Padamasa pendudukan Jepang dengan kondisi politik yangberubah-ubah, namun semangat masyarakatPekalongan untuk tetap membuat batik tetapbertahan, bahkan melalui organisasi ekonomi Hokokaiyang digerakan oleh Jepang telah dikembangkan batikdengan nama batik yang sesuai dengan namaorganisasi tersebut yaitu Jawa Hokokai. Adapun daripengalaman Hokokai tersebut setelah erakemerdekaan muncullah koperasi batik Pekalongan.Kemudian, dari koperasi inilah ide kreatif dari parapengrajin muncul untuk memenuhi tuntutan pasaryang ada. Ragam batik yang dihasilkan merupakanpengaruh lingkungan dan budaya. Batik di Pekalongansendiri mencerminkan gambaran zaman yangmelahirkan batik tersebut pada zamannya. Hal ini jikadibandingkan dengan batik yang berkembang didaerah Jawa Tengah seperti dari Surakarta danYogyakarta, batik Pekalongan memiliki pangsa pasartersendiri.

Pada umumnya masyarakat Pekalonganmemiliki sikap terbuka dalam menerima pengaruh dariluar dan jauh dari pengaruh liberalis, sehingga keadaanini berdampak pada motif batik Jawa Hokokai yangberkembang di Pekalongan. Batik Jawa Hokokaimemiliki warna yang lebih variatif dengan penerapan

pada obyek motif yang lebih kecil, sehingga jikadibandingkan dengan batik gaya Surakarta maupunYogyakarta, gaya batik Jawa Hokokai nampak lebihrumit. Oleh karena kerumitannya memiliki tingkatkesulitan yang lebih tinggi, maka tidak heran apabilabatik Jawa Hokokai oleh sebagian orang berpendapatbahwa batik Jawa Hokokai sebaiknya diproduksidengan menggunakan teknik printing, agar lebih cepatdalam proses produksinya. Di samping itu, tinggirendahnya harga satu potong kain batik dapat dinilaidari beberapa segi, diantaranya adalah dari teknikpembuatannya, bahan yang digunakan maupun darinilai historinya. Oleh karena teknik pembuatan batikJawa Hokokai tergolong rumit, maka jumlah warnayang digunakannyapun ikut mempengaruhi nilai danhaga jualnya. Adapun kini dengan beragamnya warnadan motif kain batik yang sangat variatif, sertaberagamnya fungsi kain batik tersebut namun batikJawa Hokokai tetap memiliki peran tersendiri padabeberapa event salah satunya seperti pada peragaanbusana.

Gambar 1. Tampak pada gambar peragawan no 3, 5dan 6 dari kiri menggunakan kain batik Jawa Hokokai,

bahkan diduga peragawan no 1 dan 4 motif yangdigunakan juga terinspirasi dari Batik Jawa Hokokai,

acara ini guna memeriahkan fashion show FROMTRADITIONAL TO MODERN di Paragon Solo Mall,

pada tanggal 21-22 April 2014. (Foto: Sutriyanto, 2014)

Kain batik bermotif Hokokai ini dipasaranberkisar antara Rp 4.000.000-Rp. 7.500.000 lebih,tergantung dari motif dan pewarnaan yang digunakan.Harga tersebut terutama dipengaruhi oleh tingkatkerumitan motif, bahan, dan teknik pembuatan yangsangat rumit dan lama yang memakan waktu 1-3bulan bahkan sampai 1 tahun. Dengan demikian, bilasudah menjadi sebuah baju tentu harga tersebut akanlebih tinggi. Karena konsumen tentu akan memilihpenjahit yang terpercaya (Wawancara, M. Hisyam:2014).

Page 7: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

160

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Gambar 2. Salah satu ruangan diplay kain batik JawaHokokai di perajin sekaligus toko batik Griya Batik Mas

Pekalongan, salah satu toko terbesar di antarabeberapa toko yang ada di daerah Kauman. Kainkoleksinya dimasukan dalam lemari antik, bukandigelar di luar seperti pada umumnya mendisplay

koleksi dagangan. (Foto: Sutriyanto, 2014)

bagian yang berwarna cerah digunakan untuk sianghari, masing-masing bagian berisi sebuah komposisimotif dan warna batik. Ciri fisik lain yang terdapatdalam kain batik Jawa Hokokai adalah penampilangarapan detail motif, dan isen yang halus, lembut danrumit, serta tata warna ganda (Achmad Sjafi’i: 2007:206).

Batik Jawa Hokokai berasal dari Pekalonganyang merupakan daerah pesisir utara pulau Jawa,akan tetapi asal mula batik merupakan hasilkebudayaan daerah Pedalaman (Keraton). Hal initidak menutup kemungkinan bahwa budaya keratonlahyang mempengaruhi budaya daerah pesisir. Hal inidapat dilihat dari produk batik yang dihasilkankhususnya pada batik Jawa Hokokai.

Jika dilihat dari pola pola di atas maka dapatditarik suatu kesimpulkan bahwa pola latar batik JawaHokokai adalah pola ceplok, parang, dan lung-lungan.Pola-pola tersebut pada dasarnya berasal dari polaPedalaman/Keraton. Pola parang dan lereng adalahpola yang tersusun menurut garis miring atau garisdiagonal. Polanya terdiri dari satu atau lebih ragamhias yang tersusun membentuk garis sejajar dengansudut kemiringan 45 derajat. Pada pola parangumumnya terdapat hiasan berbentuk belah ketupatyang disebut mlinjon sedang pola parang yang tidakada hiasan mlinjon adalah pola lereng. Pola lereng initermasuk dalam pola geometris.

Hampir semua Batik Jawa Hokokai memakailatar belakang yang sangat detail seperti motif parang,ceplok, dan kawung. Sebagian Batik Jawa Hokokaiada yang menggunakan susumoyo yaitu motif yangdimulai dari salah satu pojok dan menyebar ke tepi-tepi kain tetapi tidak bersambung dengan motif serupadari pojok yang berlawanan. Batik Jawa Hokokaimenggunakan latar belakang yang penuh dan detailyang digabungkan dengan bunga-bungaan dalamwarna-warni yang cerah (Achmad Sjafi’I, 2007: 207).

Gambar 3. Salah satu motif batik Jawa Hokokaikoleksi H. Santoso Doellah

(Foto: Suyani, 2009).

D. Batik Jawa Hokokai

Istilah “Hokokai” merupakan nama sebuahorganisasi yang membantu berbagai kegiatan Jepangdan bekerjasama dengan orang-orang pribumi, sertamemiliki tujuan untuk menciptakan kemakmuran diAsia. Salah satu kegiatan organisasi Hokokai adalahmemberikan apresiasi terhadap orang-orang pribumidengan memberikan batik Hokokai, sebagai ucapanterima kasih atas jasa kepada Jepang pada saat itu.

Batik Jawa Hokokai ini merupakan produkbatik yang muncul pada masa pendudukan Jepangdi Pekalongan. Wujud visual dari batik Hokokai terlihatperpaduan yang harmonis dari bentuk-bentuk garisgeometris, yang disusun sedemikian rupa denganpenataan dua pola yang berbeda dalam selembarkain. Sistem penataan pola sedemikian rupa disebutdengan wastra (Anonim, 1996: 16) atau lebih dikenaldengan pola batik pagi-sore. Pola ini merupakan polapembuatan batik pada kain panjang yang dapatdifungsikan untuk dua kesempatan pemakaian padasatu kain. Adapun biasanya sisi kain yang berlatargelap biasa dikenakan untuk kesempatan pada malamhari, sedangkan satu sisi yang berlatar terangdigunakan pada pagi hari (Muh Arif Jati Purnomo, 2012:115). Pola ini tampilan visual yaitu dua komposisi motifdan tata warna yang berbeda, dimana masing-masingmenempati sebidang trapesium yang sisi miringnyaberhadapan terbalik dalam selembar kain. Pada keduabagian sisi dipertemukan di tengah-tengah bagianmendatar kain, membentuk potongan miring. Bagianyang berwarna gelap digunakan pada malam hari dan

Page 8: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

161

Sutriyanto: Kajian Visual Batik Hokokai Pekalongan Motif Lereng, Bunga dan Kupu

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Gaya adalah bentuk yang konstan atau tetapyang dimiliki oleh seseorang atau kelompok, baikdalam unsur-unsur, kualitas, maupun ekspresinya.Pada dasarnya gaya dapat diterapkan ataudipergunakan sebagai ciri pada semua bentukkegiatan seseorang atau masyarakat (Joko Soekiman,2000: 80). Bagi ahli sejarah seni rupa, gaya merupakanobjek yang bersifat pokok dalam penelitian ataupengamatan karya seni, dalam penelitianya gayadigunakan pula sebagai kriteria dalam pendataankarya seni yang asli, dan sebagai “arti” dalam melacakhubungan antara “arti” dan kaitannya di antaramazhab-mazhab dalam seni (Joko Soekiman, 2000:81-82).

Perkembangan seni rupa Indonesia terutamapada bidang seni lukis juga mengalami masa-masaklasik dan romantik, tampak adanya pernyataan yangsama bahwasanya gaya klasik lebih bersifatsederhana tetapi tampak adanya unsur kekuatan yangtegas dan kokoh yang melambangkan keperkasaan.Adapun aliran romantik jelas sekali ditandai olehkomposisi warna-warna yang kontras dan tegas, kayadengan warna dan penuh variasi. Aliran romantiksenantiasa menjadikan kejadian-kejadian dahsyatsebagai tema, penuh khayalan dan perasaan,petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masakuna dan juga tentang negeri-negeri timur yang penuhfantastis (Djauhar Arifin, 1986: 122-125). Di eraromantik manusia ditempatkan sebagai unsur pokokdalam kesenian, karena pertumbuhan individualismedan idialisme. Hal ini karena dalam mencipta karyaseni manusia dituntut penuangan emosi (sesuatuyang bersifat pribadi) dalam karya seni untukmembangkitkan rasa jati diri pada para seniman.Muncul perasaan individualisme dan kecenderunganmencari dunia yang diidam-idamkan, yang ideal, yangberada dalam khayalan (idea) mereka, sehinggamenumbuhkan perasaan idealism (A.A.M. Djelantik,1999: 109). Jelaslah bahwa gaya romantisme lebihmenitik beratkan pada pencurahan perasaan, yangmenanggapi fenomena alam dengan emosional tidakmenerima kenyataan apa adanya. Sebagaimana yangterjadi pada batik Jawa Hokokai muncul variasi warnayang beragam yang mengantarkan pada suatukeputusan bahwa batik Jawa Hokokai memiliki gayaRomantik.

Fungsi seni, sejak suatu karya senidiciptakan, suatu karya mempunyai fungsi yaitu:1. Fungsi personal, suatu karya seni berhubungan

dengan media ekspresi pribadi dari seniman.Ekspresi pribadi dapat berupa emosi pribadi,

persahabatan dan pandangan-pandangan pribadiseniman terhadap suatu fenomena.

2. Fungsi sosial. Karya seni mempunyai fungsisosial berdasarkan prinsip bahwa karya tersebutcenderung mempengaruhi perilaku kolektifmanusia, karya tersebut diciptakan dan digunakandalam keadaan umum, dan karya seni bisamengekpresikan aspek-aspek tentang eksistensisosial.

3. Fungsi fisik berkaitan dengan penggunaan karyaseni yang efektif sesuai dengan kegunaan dariefisiensi. Suatu karya seni selain dipergunakanjuga dapat dilihat, jadi antara penampilan denganfungsi tidak dapat dipisahkan. Fungsi fisik yangbernilai guna terhadap produk seni menjadi ukurandominan dalam menciptakan karya seni(Edmund Burke Feldman, 1967: 134-135).Adapun dari ketiga fungsi tersebut dalam mengkajiseni batik Jawa Hokokai dilihat dari sejarah danperkembangannya hingga saat ini jelas memilikiketiga fungsi baik itu personal, sosial maupunfisik.

E. Motif Lereng, Bunga, dan Kupu-Kupu

Setiap karya yang dihasilkan tentu memilikitujuan yang hendak dicapai, bahkan jenis hiasan yangtertera dalamnya, tidak akan luput dari pengaruhlingkungan sekitarnya. Sebagaimana yang terjadipada batik Jawa Hokokai, keberadaan motif lereng,bunga, dan kupu merupakan elemen alam yang selalumendominasi setiap karya seni yang dihasilkan olehmasyarakat Jepang, tetapi motif lain seperti burungdan kawung sebagai latar juga terdapat pada batikJawa Hokokai. Semua elemen tersebut juga selaluberada di negara-negara lain, tetapi masyarakatJepang memiliki pandangan tersendiri terhadapelemen-elemen tersebut.

Motif batik tradisional memiliki arti simbolikyang mencerminkan alam pikiran masa lampau,sehingga akhirnya dijumpai suatu kenyataan bahwaberbagai makna simbolik pada kain batik dianggapdapat memberikan harapan bagi si pemakai(Condronegoro Mari S, 1995: 3). Hal tersebut jugaterdapat pada motif batik Jawa Hokokai seperti Kupu-kupu, bunga, burung, latar lereng, kawung, dan lain-lain. Motif-motif inipun memiliki arti simbolik yangterkandung di dalamnya.

Adapun ragam hias lain yang ikut dalam batikHokokai adalah lereng dan kawung. Kemudian Lereng,merupakan motif yang tersusun menurut garis miring/

Page 9: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

162

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

digonal dan tidak terdapat deretan segi empat yangdisebut dengan “mlinjon” (Sewan Susanto,1980: 227).Motif Kawung, memiliki motif yang tersusun daribentuk bundar-lonjong atau el l ips, susunanmemanjang menurut garis diagonal miring ke kiri danke kanan berselang seling (Sewan Susanto,1980:226). Motif bunga yang terdapat pada batik JawaHokokai paling sering muncul adalah bunga sakura(cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bungamawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrekdan teratai.

Motif kupu-kupu yang terdapat dalam motifbatik Hokokai, walaupun motif ini bukan berasal dariJepang namun mendapat pengaruh kebudayaan dariChina dan sangat diminati oleh orang Jepang.Meskipun kupu-kupu tidak memiliki arti khusus untukmasyarakat Jepang, tetapi orang Jepang sangatmenyukai kupu-kupu terutama yang berada diIndonesia, kupu-kupu merupakan lambang cinta abadidan kesempurnaan seperti dalam cerita SampekEngtay (Wahono dkk, 2004: 114).

Motif hias yang terkadang muncul adalahburung, dan selalu burung merak yang merupakanlambang keindahan dan keanggunan. Motif inidianggap berasal dari China yang kemudian masukke Jepang.

Gambar 4. Motif Lereng Bunga dan Bunga Sakura,Koleksi H. Santoso Doellah

Foto: Suyani, 2009.

perpaduan warna merah, hijau, violet, kuning ,serta biru.

3). Buket pada gambar di atas berupa rangkaiansulur-sulur bunga, daun, dan kupu dengan 6buket dengan warna violet, merah, biru , sertahijau.

4). Motif terang bulan di atas dibuat utuh dan yangsatunya di buat separo. Untuk motif terang bulanyang separo dibuat dengan rangkaian motif bunga-bunga kecil berwarna kuning dengan latarberwarna violet. Motif terang bulan yang satunyalagi dibuat utuh dengan rangkaian bunga dan daunberwarna merah, kuning, violet, dan hijau.

Pada gambar no. 4 di atas buket dalam motifpokok sangat menonjol dengan perpaduan warnaharmonis ditambah lagi dengan adanya kupu-kuputerbang, sehingga membuat tampak hidup. Warna danmotif latar sangat mendukung motif pokok.

F. Kesimpulan

Batik Jawa Hokokai adalah batik yang dibuatpada masa pendudukan Jepang di Pekalongan. BatikJawa Hokokai disebut juga dengan nama batik pagi-sore, karena pola ini merupakan pola pembuatan batikpada kain panjang yang dapat difungsikan untuk duakesempatan pemakaian pada satu kain. Biasanya sisikain yang berlatar gelap biasa dikenakan untukkesempatan pada malam hari, sedangkan satu sisiyang berlatar terang digunakan pada pagi hari. Cirifisik lain yang terdapat dalam kain batik Jawa Hokokaiadalah penampilan garapan detail motif, dan isenyang halus, lembut dan rumit, serta tata warna ganda.Selain itu, memakai latar belakang yang sangat detailseperti motif parang, ceplok, dan kawung, sertamenggunakan susumoyo1.

Jelaslah bahwa gaya romantisme lebih menitikberatkan pada pencurahan perasaan yang menanggapifenomena alam dengan emosional tidak menerimakenyataan apa adanya. Dengan demikian, sebagaimana yang terjadi pada batik Jawa Hokokaimemunculkan variasi warna yang beragam yangmengantarkan pada suatu keputusan bahwa batikJawa Hokokai memiliki gaya Romantik.

Adapun dari ketiga fungsi tersebut dalammengkaji seni batik Jawa Hokokai dilihat dari sejarahdan perkembangannya hingga saat ini jelas memilikiketiga fungsi baik itu personal, sosial maupun fisik.Walaupun ada perubahan pada penggunanya padawaktu dahulu dan sekarang.

4. Motif terang bulan

1. Kepala/ sorot 2.Motif pinggir/susomoyo 3. buket motif pokok

Penjelasan keterangan gambar adalahsebagai berikut.1). Kepala/sorot di atas hanya ditempatkan pada

salah satu ujung kain, berbentuk lereng denganperpaduan motif bunga dan daun, serta kupu-kupukecil. Warna dari motif tersebut adalah merah,violet, kuning , dan hijau.

2). Motif pinggir/susomoyo pada gambar di atasberupa susunan bunga dan daun dengan

Page 10: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

163

Sutriyanto: Kajian Visual Batik Hokokai Pekalongan Motif Lereng, Bunga dan Kupu

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Munculnya motif lereng, bunga, dan kupu padabatik Jawa Hokokai merupakan suatu kesengajaanyang muncul akibat pengaruh l ingkungan.Penggunakan pewarnaan dengan dibarengi tekniktinggi motif ini menjadi ciri tersendiri dibanding denganmotif yang berkembang di Pekalongan. Dimungkinkanbagi penjajah Jepang yang pada waktu menjajahIndonesia mengalami masa kerinduan akan kampunghalaman dan keluarga, juga ikut mendasari ataslahirnya motif yang ada. Hal ini berarti semua motifyang terdapat pada Jawa Hokokai juga memilikiharapan yang baik bagi yang memakainya ataskehidupan yang lebih membahagiakan. Begitu indahbatik Jawa Hokokai yang muncul dengan beragammotif flora dan fauna, disusun sedemikian rupa denganmaksud tertentu dengan teknik yang sangat tinggi,sehingga membutuhkan waktu yang relatif panjanguntuk menghasilkan sebuah karya yang memilki nilaieksotis yang tinggi. Bahkan darinya muncul beberapamotif baru yang memiliki karakter dan varian tersendiriyang tidak kalah dengan batik tradisi yang ada.Demikian keberadaannya sangat mengangkat kotaPekalongan sebagai kota batik dengan nuansatersendiri.

Catatan Akhir:

1 Motif yang dimulai dari salah satu pojok danmenyebar ke tepi-tepi kain tetapi tidak bersambungdengan motif serupa dari pojok yang berlawanan.

KEPUSTAKAAN

Achmad Sjafi ’i . 2007. Kekriyaan Nusantara,Surakarta: ISI Pres Surakarta.

A.N Suyanto. 2002. Sejarah Batik Yogyakarta.Yogyakarta: Rumah Merapi.

Anonim, 1996. Puspawarna Wastra 16. Wastra adalahsehelai kain yang dibuat secara tradisionaldan digunakan dalam kaitan adat, sepertijarit (kain panjang), dodot, sarung,selendang, ikat kepala dan berbagaimacam pengikat pinggang. Pengertian inimembedakannya dengan blacu, mori,tekstil atau cita yang dibuat oleh pabrik.Jakarta: Museum Purna Bhakti Pertiwi.

Feldman, Edmund Buker. 1967, Art as Image andIdea, terjemahan Sp.Gustami, Fakultas SeniRupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Jasper, J.E, and Mas Pirngadie.1916. Seni KerajianPribumi di Hindia Belanda, Mounton andCo, The Hague.

Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat,Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Kusni Asa. 2006. Batik Pekalongan Dalam LintasanSejarah, Paguyuban Pecinta BatikPekalongan.

Lombard, Danys. 1990. Nusa Jawa: Silang Budaya I,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mari S Condronegoro. 1995. Busana Adat 1877-1937Kraton Yogyakarta: Makna dan FungsiDalam Berbagai Upacara., Yogyakarta:Pustaka Nusatama.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi penelitianKualitat i f . Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Muh Arif Jati Purnomo. 2008. Batik Jawa Hokokai :Batik Pada Masa Pendudukan Jepang diPekalongan, Tesis S2 Program PascaSarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Ricklesfts. 2005. Sejarah Indonesia Modern, GajahMada University Pres, Yogyakarta.

Riyanto, Wisnu Pamungkas, dan Muhammad AminJa’fat. 1997. Katalog Batik Indonesia(Yogyakarta: Balai Besar Penelitian danPengembangan Industri Kerajinan danBatik, Proyek Pengembangan dan PelayananTeknologi Industri Kerajinan dan Batik).

R.M Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesiadan Pariwisata , Bandung: Masyarakat SeniPertunjukan Indonesia.

Sartono Kartodirjo, et.al.1975, Sejarah NasionalIndonesia, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta.

Sewan Susanto.1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia,Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Soekiman. 2002. Kebudayaan Indis dan Gaya HidupMasyarakat Pendukungnya di Jawa,Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Page 11: KAJIAN VISUAL BATIK HOKOKAI PEKALONGAN MOTIF …

164

Jurnal Kriya Seni

Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Veldhuisen, Harmen.C. 1993. Batik Belanda 1840-1940. Jakarta:Gaya Favorit Pres.

Wahono., et.al. 2004. Gaya Ragam HiasBat ik,Tinjauan Makna Dan Simbol,Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,DinasPendidikan dan Kebudayaan Museum JawaTengah Ronggowarsito, Semarang.

Website:

http://marton.jw.lt/P%, 2 September 2014.

Narasumber:

M. Hisyam Diputra. Pemilik Griya Batik MasPekalongan

Lampiran

Batik Jawa Hokokai salah satu koleksi dari Griya BatikMas Pekalongan dengan harga Rp. 7.000.000

Detail Motif bunga pada batik Jawa Hokokai yangbegitu detail dan rumit terutama bagian isen-isennya.

Jlamprang salah satu motif pengembangan dariHokokai yang diambil pada salah

satu motifnya

Pengembangan motif batik Hokokai dengan gayapewarnaan yang sama namun motifnya tampak lebih

besar-besar koleksi Griya Batik Mas

Pelabuhan di Pekalongan yang kini dikenal denganobyek Wisata Bahari PPN Pekalongan