Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS KELURAHAN MENJADI DESA DI KABUPATEN BADUNG
KERJASAMA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENGAN
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
iii
KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS KELURAHAN
MENJADI DESA DI KABUPATEN BADUNG
TIM PENELITI
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH. MS
Dr. Ni Nyoman Sukerti, SH.MH
Ni Made Nurmawati, SH.MH
I Ketut Sudiarta, SH.MH
KERJASAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG
2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena atas berkat karuniaNya, Kajian Yuridis Tentang
Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa Di Kabupaten Badung berhasil
disusun berdasarkan data dari seluruh kelurahan yang ada di Kabupaten
Badung.
Kajian ini terkait adanya keinginan masyarakat di seluruh
kelurahan Kabupaten Badung untuk merubah status kelurahan menjadi
desa. Perubahan itu dimungkiankan dengan dengan terbitnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa.
Permendagri tersebut merupakan petunjuk teknis pelaksanaan ketentuan
Pasal 28 dan pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Perubahan status Kelurahan menjadi Desa bertujuan untuk
melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal, juga untuk
terwujudnya struktur pemerintahan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan serta pemberdayaan masyarakat.
Tim mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung atas bantuan serta fasilitas yang
diberikan sehingga laporan ini bisa diselesaikan.
Denpasar, 27 Mei 2017
Ketua Tim
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.MS
v
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
1. Tinjauan Umum .................................................................. 1
2. Tinjauan Khusus ................................................................ 3
B. Permasalahan ........................................................................... 5
C. Kerangka Acuan Konseptual ..................................................... 5
II IDENTIFIKASI MASING-MASING KELURAHAN TERKAIT
PERSYARATAN PERUBAHAN KELURAHAN MENJADI DESA. .......
7
A. Rujukan Persyaratan Yuridis. .................................................. 7
B. Identitas Kelurahan .................................................................. 9
1.Kelurahan Kapal ........................................................................ 9
2. Kelurahan Sempidi .................................................................... 12
3. Kelurahan Lukluk ...................................................................... 14
4.Kelurahan Sading ....................................................................... 16
5. Kelurahan Abianbase ................................................................. 19
6. Kelurahan Kedonganan.............................................................. 22
7. Kelurahan Tuban ....................................................................... 24
8.Kelurahan Kuta .......................................................................... 27
9. Kelurahan Seminyak ................................................................. 29
10. Kelurahan Legian...................................................................... 31
11. Kelurahan Tanjung Benoa ....................................................... 33
12. Kelurahan Jimbaran ................................................................ 35
13. Kelurahan Benoa ..................................................................... 37
14.Kelurahan Kerobokan Kaja ....................................................... 40
15.Kelurahan Kerobokan Kelod ...................................................... 44
16.Kelurahan Kerobokan ............................................................... 47
vi
III PENUTUP ...................................................................................... 51
A. Simpulan ................................................................................... 51
B. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 52
1
KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS KELURAHAN
MENJADI DESA DI KABUPATEN BADUNG
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tinjauan Umum
Negara adalah suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk
menyelenggarakan kepentingan bersama dari para anggotanya, atau...
associate and organized a unity of will for common end.(Mac Iver;198
0:6). Senada dengan itu, Logeman menyatakan bahwa negara adalah
suatu organisasi kekuasaan (gezag organisatie) yang bertujuan untuk
menyelenggarakan kepentingan masyarakat (M Solly Lubis;1975:9).
Dari pernyataan-pernyataan itu nampak bahwa didirikannya suatu
organisasi negara,adalah memilki tujuan tertentu yakni untuk
memenuhi kepentingan masyarakat pendiri negara itu. Apakah
sebenarnya yang merupakan kepentingan utama masyarakat yang
harus dipenuhi oleh negara? Atau, apakah sebenarnya yang
merupakan tujuan akhir suatu negara?. Tujuan akhir suatu negara
tiada lain untuk menciptakan kebahagiaan bagi seluruh rakyatnya
atau bonum publicum, common goods, comon will. (M
Budiardjo;1981:45). Dalam negara yang memiliki konstitusi modern
yang membagi kekuaasan negara atas kekuasaan legislatif,eksekutif
dan judicial ( C.F Strong;1952:1986, 212, 255), maka hak rakyat untuk
menikmati kebahagiaan atau kesejahteraan dijamin dan dilindungi
oleh konstitusi, atau...it has been recognized that welfare recipients are
protected by the usual constitutional guarantee. (O.M Reynolds
JR;1982:591).
Dalam konstitusi Indonesia, janji negara untuk
membahagiakan dan mensejahterakan warga negaranya tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 yang antar lain berbunyi: “melindungi
segenap bangsa Indonesia... dan memajukan kesejahteraan umum”
2
Dari segi hukum, janji negara ini kemudian diimplementasikan
dalam pembentukan asas dan norma hukum dibidang pemerintahan
terutama dalam kaitan dengan hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Asas hukum yang paling penting adalah asas
desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas pembantuan atau
medebewind. Norma hukum yang diterbitkan oleh pemerintah dan
parlemen adalah berbagai undang-undang tentang pemerintahan
daerah/didaerah dari sejak Indonesia merdeka hingga kini, yang pada
saat sekarang berlaku Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, jo Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan asas desentralisasi, pemerintah pusat
menyerahkan sebagaian urusan kepada pemerintah daerah untuk
diurus sendiri. (A Muslimin;1978:16), (Philipus M Hadjon;1993:111).
Luas sempitnya penyerahan urusan itu haruslah didasarkan pada
pertimbangan kemampuan daerah dalam pelaksanaan hak otonominya
(Joeniharto;1978:209).
Apakah yang menjadi tujuan penyerahan urusan itu kepada
daerah? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dilihat pada penjelasan
umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagai berikut:...”pemberian otonomi yang seluas-luasnya
kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat”...
Secara teknis, untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
maka dalam penyelenggaraan urusan yang telah menjadi urusan
daerah, daerah membagi penyelenggaraan itu dalam unit-unit kerja
(satuan kerja perangkat daerah) dan dalam wilayah-wilayah kerja
seperti provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan.
Desa/kelurahan merupakan wilayah kerja terbawah yang mendapat
pelimpahan urusan dari kabupaten/kota dan penugasan dari
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Eksistensi kelurahan
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005
3
(selanjutnya ditulis PP No 73 Thn 2005) tentang Kelurahan. Kendati
Peraturan Pemerintah ini berlandaskan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kini tidak berlaku,
namun berdasarkan Pasal 408 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, PP No 73 Thn 2005 tetap mempunyai
kekuatan berlaku.
2. Tinjauan Khusus
Sebagimana diketahui sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor sumber penghasilan masyarakat Bali yang sangat potensial.
Sektor ini sangat menjanjikan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat Bali pada umumnya dan Badung pada khsusunya.
Diwilayah Badung bagian selatan merupakan basis kegiatan pariwisata
yang secara kebetulan disitu terdapat hampir seluruh kelurahan yakni
16 kelurahan yang ada di Kabupaten Badung.
Adalah merupakan suatu kebutuhan, kelurahan-kelurahan itu
juga harus dapat menjaga identitas nilai-nilai budaya dan kearifan
lokal masyarakat adat setempat yang kesemuanya itu bersumber dari
Agama Hindu. Agama Hindulah yang sebenarnya melahirkan nilai-nilai
adat dan budaya Bali dan nilai adat dan budaya yang dilandasi Agama
Hindu itulah melahirkan komoditi pariwisata budaya yang kini
“dipasarkan” oleh komponen pariwisata di Bali, khususnya di Badung
Selatan.
Pertanyaan mendasar, apakah dengan menyandang status
kelurahan, pemerintah kelurahan mampu berperan aktif melestarikan
dan memajukan nilai pariwisata budaya di wilayahnya masing-masing?
Untuk menjawab pertanyaan itu, terlebih dahulu harus dicermati PP
No 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
PP No 73 Tahun 2005 yang terdiri dari 10 Bab dan 32 Pasal
itu, tidak ada satu pasalpun yang mengatur tugas lurah untuk
mengupayakan pelestarian dan memajukan nilai-nilai adat dan budaya
yang berlandaskan agama, baik Agama Hindu maupun Agama Non
Hindu yang ada di wilayah kerjanya. Satu-satunya pasal yang
4
mengatur tugas lurah adalah Pasal 5 yang intinya menyatakan bahwa
tugas lurah berkaitan dengan pelaksanaan pemerintahan,
pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum. Demikian juga ketentuan pasal
tentang Lembaga Kemasyarakatan dari Pasal 10 s/d Pasal 22 juga
tidak ada pasal yang menentukan bahwa salah satu fungsi lembaga
kemasyarakatan adalah untuk melestarikan nilai-nilai adat dan
budaya serta kearifan lokal (local genius) setempat.
Berdasarkan telaah itu, maka sulit bagi kelurahan untuk
melestarikan adat dan budaya serta kearifan lokal yang bersumber
dari Agama Hindu. Ini berarti pemerintah kelurahan tidak mampu
berperan optimal dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
pariwisata budaya yang ada diwilayahnya.
Agar mempunyai kemampuan itu, maka satu-satunya jalan
adalah dengan merubah status kelurahan yang ada di kabupaten
menjadi desa. Mengapa tidak diubah menjadi Desa Adat? Untuk
situasi di Bali Desa Adat berbeda strukturnya dengan Desa Adat yang
ada di luar Bali. Unsur utama untuk terbentuknya Desa Adat di Bali
adalah adanya satu unit kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh, Dalem)
dalam satu wilayah tertentu. Sementara, dalam satu wilayah
kelurahan belum tentu ada satu unit Kahyangan Tiga. Kecuali wilayah
kelurahan itu sama persisi dengan wilayah Desa Adat.
Jika status kelurahan telah berubah menjadi desa, maka
terdapat dasar hukum yang kuat bagi desa untuk melestarikan,
membina dan mengembangkan adat, budaya dan kearifan lokal
lainnya. Dasar hukum itu tercantum dalam Pasal 95 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yang menyatakan bahwa Desa
dapat membentuk Lembaga Adat Desa yang mempunyai fungsi untuk
menyelengarakan hal ikwal yang berkaitan dengan adat istiadat
dengan cara membantu Pemerintah Desa dalam memberdayakan,
melestarikan dan mengebangkan adat istiadat.
Dikaitkan dengan corak pariwisata Bali yakni pariwisata
budaya, sementara sumber pariwisata budaya itu adalah Agama
5
Hindu, dan bersamaan dengan itu ada kepentingan masyarakat
melestarikan nilai pariwisata budaya, maka mudah dapat dipahami
adanya gagasan untuk merubah kelurahan menjadi desa. Mudah pula
untuk dipahami mengapa dalam kajian ini Agama Hindu dijadikan
tolak ukur adanya homogenitas di masing-masing kelurahan.
Perubahan itu secara legal dimungkinkan dengan terbitnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 (selanjutnya ditulis
Permendagri No 1 Thn 2017) tentang Penataan Desa yang didalamnya
ada ketentuan tentang syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
agar kelurahan dapat berubah menjadi desa.
B. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di depan serta
dikaitkan dengan gagasan untuk merubah kelurahan menjadi desa di
Kabupaten Badung maka muncul permasalahan yang sangat urgen
yakni Apakah perubahan kelurahan menjadi desa di Kabupaten
Badung memenuhi syarat-syarat seperti apa yang tertera dalam
Permendagri No 1 Thn 2017 ?
Permasalahan tersebut akan dikaji dalam uraian berikutnya
dari segi yuridis, difokus kepada gambaran apakah perubahan itu
memenuhi syarat-syarat yuridis yang tercantum dalam Permendagri
No 1 Thn 2017.
C. Kerangka Acuan Konseptual
Dalam kajian ini digunakan beberapa peristilahan sebagai kata-
kata kunci untuk memahami alur pemikiran dari kajian ini. Kata-kata
kunci itu merupakan konsep hukum maupun konsep non hukum yang
perlu diberi penjelasan untuk menyamakan persepsi.
Konsep-konsep yang dimaksud adalah konsep: “Agama Hindu”,
“Pariwisata Budaya”, homogen” dan “penduduk”. “Agama Hindu”
adalah agama yang berperan sebagai sumber dari nilai pariwisata
budaya di Bali. “Pariwisata Budaya” adalah pariwisata yang memiliki
corak tersendiri yang dihasilkan dari kreasi berbagai bidang seni, sikap
6
dan perilaku masyarakat yang beragama Hindu di Bali serta
dipergunakan dalam rangka pelaksanaan ritual agama Hindu. Konsep
“homogen” adalah konsep hukum tercantum dalam Pasal 49
Permendagri No 1 Thn 2017, yang dalam kajian ini dijadikan titik tolak
utama dalam menentukan syarat perubahan kelurahan menjadi desa.
Berhubung konsep “homogen” ini tidak dijelaskan apa yang dimaksud
dengan “homogen” dalam Pasal 49 itu, maka dalam tulisan ini akan
diberi tafsir tersendiri apa yang dimaksud dengan homogen. Dari
riwayat perkembangan makna kata, homogen pada awalnya berarti
suatu keadaan dimana terdapat identitas yang persis sama dari
seluruh jumlah anggota suatu kelompok. Dalam kontek globalisasi
dimana terdapat mobilitas penduduk yang sangat tinggi maka makna
“homogen” telah bergeser kearah kondisi dimana sebagian besar dari
anggota suatu kelompok memiliki kesamaan identitas.
Dengan demikian konsep “homogen” dalam kajian ini akan
diberi tafsir berupa keadaan dimana sebagian besar dari anggota
kelompok mempunyai kesamaan identitas. Hal ini mengandung
konsekwensi, jika dilakukan verifikasi terhadap homogenitas
penduduk yang beragama Hindu disatu kelurahan, maka cukup
apabila terdapat sebagian besar penduduk memeluk Agama Hindu
dapat disimpulkan adanya keadaan yang homogen.
Konsep “penduduk” juga dijadikan salah satu persyaratan
perubahan yang tertuang dalam Pasal 7 Permendagri No 1 Thn 2017.
Berhubung tidak ada penjelasan tentang apa yang dimaksud
“penduduk” oleh Pasal 7 itu maka dalam kajian ini juga akan diberikan
pengertian apa yang dimaksud dengan penduduk. Dalam pasal 26 Ayat
2 UUD 1945 disebutkan bahwa penduduk adalah warga negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Secara
doktrin keilmuan hukum maka yang dimaksud dengan penduduk
adalah sejumlah orang yang berdiam dalam satu wilayah tertentu baik
berupa warga negara maupun orang asing yang tidak sedang
melakukan kunjungan wisata.
7
II. IDENTIFIKASI MASING-MASING KELURAHAN TERKAIT PERSYARATAN
PERUBAHAN KELURAHAN MENJADI DESA
A. Rujukan Persyaratan Yuridis.
Dalam kajian ini alat uji yang dipakai untuk menguji apakah
perubahan kelurahan memenuhi syarat yuridis untuk diubah menjadi
Desa, akan merujuk pada Permendagri No 1 Thn 2017 tentang
Penataan Desa.
Terlebih dahulu perlu ditelaah apakah Permendagri itu
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Dalam ilmu hukum
dikenal “Teori Pertanggaan”, dimana keberadaan serta kekuatan
mengikat peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, demikian seterusnya sampai pada tingkatan hukum tertinggi
yaitu konstitusi,...the constitution represent the highest level of the
positive law. (H Kelsen;1992:64).
Telaah menunjukan bahwa Permendagri No 1 Thn 2017
bersumber pada PP No 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU No 6
Tahun 2014 Tentang Desa sebagaimana diubah dengan PP No 47
Tahun 2015, PP No 43 Tahun 2014 bersumber pada UU No 6 Tahun
2014 Tentang Desa, dan UU No 6 Tahun 2014 bersumber pada UUD
1945 (Konstitusi) terutama Pasal 18 dan Pasal 18B ayat (2). Dengan
demikian maka Permendagri No 1 Tahun 2017 adalah sah digunakan
sebagai rujukan persyaratan perubahan kelurahan menjadi desa.
Mengacu kepada Permendagri No 1 Thn 2017 Tentang Penataan
Desa, maka syarat utama yang harus dipenuhi jika kelurahan berubah
menjadi desa adalah (1) prakarsa dari bawah; (2)homogenitas; dan (3)
jumlah penduduk. Adapun ketentuan-ketentuan dalam Permendagri
No 1 Thn 2017 yang mencantumkan syarat utama itu adalah:
8
1. Prakarsa dari bawah.
Syarat ini tercantum dalam Pasal 50 ayat (1) sampai dengan ayat (4)
yang intinya menyatakan bahwa perubahan kelurahan menjadi desa
berdasarkan prakarsa dari bawah.
2. Homogenitas.
Sesuai dengan kerangka acuan konseptual yang telah disinggung di
depan, homogenitas yang dimaksud disini adalah keadaan dimana
sebagian besar penduduk kelurahan beragama Hindu. Persyaratan
homogen itu tercantum dalam ketentuan Pasal 49 ayat(1) dan (2) yang
pada pokoknya menentukan bahwa salah satu syarat perubahan
adalah adanya kondisi kelurahan masih bersifat perdesaan yang dapat
ditunjukkan dengan adanya homogenitas.
3. Jumlah penduduk.
Syarat jumlah penduduk tercantum dalam Pasal 50 ayat (6) jo Pasal 7
ayat (1) huruf b 2) yang pada pokoknya menentukan bahwa jika
kelurahan berubah menjadi desa, maka desa baru ini jumlah
penduduknya (untuk Bali) paling sedikit 5.000 jiwa atau 1000 kepala
keluarga. Dapat ditambahkan bahwa persyaratan batas usia desa
induk sesuai ketentuan Pasal 7 ayat(1) huruf a yang berlaku atas
dasar ketentuan Pasal 50 ayat (6) Permendagri No 1 Tahun 2017 dan
persyaratan lainnya dapat dikesampingkan dengan alasan : (1)
berdasarkan penafsiran gramatikal (arti kata) tidak ada desa induk
pada saat kelurahan akan diubah menjadi desa, justru kalau desa
diubah menjadi kelurahan barulah ada desa induk; (2) Dengan tidak
berlakunya Pasal 21 atas dasar ketentuan Pasal 50 ayat (7) maka
tidaklah perlu dilakukan kajian verifikasi teknis kelapangan untuk
menguji persyaratan lainnya seperti tercantum dalam pasal 7 ayat (1)
huruf c,d,e,f,g,h,i dan ayat(2).
Ketiga syarat utama diataslah dalam kajian ini akan dipakai
sebagai alat uji dengan cara mengidentifikasi masing-masing
kelurahan, apakah kelurahan-kelurahan yang ada di Kabupaten
9
Badung memenuhi atau tidak syarat yuridis untuk berubah menjadi
desa. Adapun kelurahan yang diidentifikasi adalah kelurahan yang
terdapat di :
1. Kecamatan Mengwi terdiri atas:
a. Kelurahan Kapal.
b. Kelurahan Sempidi.
c. Kelurahan Lukluk.
d. Kelurahan Sading, dan
e. Kelurahan Abianbase.
2. Kecamatan Kuta terdiri atas:
a. Kelurahan Kedonganan.
b. Kelurahan Tuban.
c. Kelurahan Kuta.
d. Kelurahan Seminyak,dan
e. Kelurahan Legian.
3. Kecamatan Kuta Selatan terdiri atas:
a. Kelurahan Tanjung Benoa.
b. Kelurahan Jimbaran, dan
c. Kelurahan Benoa.
4. Kecamatan Kuta Utara terdiri atas:
a. Kelurahan Kerobokan Kaja.
b. Kelurahan Kerobokan Kelod, dan
c. Kelurahan Kerobokan.
B. Identifikasi Kelurahan.
1. Kelurahan Kapal.
1) Prakarsa Dari Bawah.
Adanya prakarsa dari bawah dapat dilihat dalam Buku Laporan
tentang “Usulan Perubahan Status Pemerintah Kelurahan Kapal
Menjadi Desa Kapal” yang diterbitkan oleh Kelurahan Kapal Tahun
2016. Buku tersebut berisi 5 (lima) hal pokok yakni: 1) Berita Acara
Musyawarah Kelurahan Kapal; 2)Berita Acara Kesepakatan
10
Perubahan Status Pemerintah Kelurahan Kapal Menjadi Desa Kapal;
3)Notulen Rapat, Daftar Hadir, dan Lampiran-lampiran.
Berita Acara Musyawarah Kelurahan Kapal No 53 Tahun
2017 Tanggal 23 Maret 2017 ditandatangani dan dibubuhi cap
jabatan Lurah Kapal serta didukung atau diketahui oleh 16 kepala
lingkungan dan masing-masing kepala lingkungan membubuhkan
tanda tangan dan cap jabatan, serta didukung atau diketahui oleh
Kelihan Desa Adat Kapal dan 18 Kelihan Banjar Adat dengan masing-
masing membubuhkan tanda tangan dan cap jabatan.
Sementara Berita Acara “Kesepakatan Perubahan Status
Kelurahan Kapal Menjadi Desa Kapal ”Nomor 53 Tahun 2017
tertanggal 23 Maret 2017 ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
Tim Fasilitator, diketahui oleh Lurah Kapal dan Kelihan Desa Adat
Kapal masing-masing dengan tandatangan dan cap jabatan. Berita
Acara Kesepakatan ini juga didukung atau diketahui oleh sebanyak
16 kepala lingkungan dan 18 kelihan banjar adat dengan masing-
masing juga telah membubuhkan tandatangan dan cap jabatan.
Pada bagian lampiran dari buku laporan itu juga
dicantumkan Berita Acara Sosialisasi Usulan Perubahan Kelurahan
Menjadi Desa sebanyak 18 kali di lingkungan dan banjar.
Masing-masing Berita Acara (musyawarah kelurahan,
kesepakatan dan sosialisasi) dilengkapi dengan notulen rapat dan
daftar hadir.
Dengan adanya berita acara- berita acara tersebut,
persyaratan Prakarsa Dari Bawah telah terpenuhi secara sah dan
meyakinkan.
2) Homogenitas
Sekali lagi ditegaskan, bahwa persyaratan (kriteria)
homogenitas menggunakan variabel Agama Hiindu, karena Agama
Hindu adalah sumber pariwisata budaya yang “dijual” kepada
wisatawan mancanegara dan lokal di Bali. Pariwisata adalah salah
satu sumber penting penghasilan masyarakat Badung Selatan.
11
Homogen diartikan sebagain besar, karena Pulau Bali yang kecil, di
era globalisasi ini menjadi pusat pariwisata Indonesia bagian tengah
yang menjanjikan banyak lowongan pekerjaan. Akibatnya tidak
dapat dihindari penduduk pendatang (non Hindu) berdatangan
mencari pekerjaan sampai ke desa-desa, sehingga pengertian
homogen mengalami pergeseran tidak lagi satu desa atau kelurahan
100 (seratus) prosen penduduknya beragama Hindu.
Dengan demikian maka pertanyaannya apakah di Kelurahan
Kapal terdapat homogenitas, atau apakah di Kelurahan Kapal
sebagian terbesar penduduknya beragama Hindu?
Dalam profil Kelurahan Kapal Tahun 2016 terdapat data yang
menunjukan perimbangan jumlah penduduk dari segi pemeluk
agama sebagai berikut: Islam - orang; Kristen 1 orang; Katholik 2
orang; Hindu 11502 orang; Budha 47orang; Penganut Kepercayaan -
orang.
Dari data itu terlihat bahwa pemeluk agama Hindu
merupakan bagian terbesar dari pemeluk di Kelurahan Kapal.
Dengan demikian dari segi persyaratan homogenitas tampaknya
telah terpenuhi juga dengan perbedaan jumlah yang cukup
signifikan.
3) Jumlah penduduk
Berkenaan dengan persyaratan jumlah penduduk
dimaksudkan oleh Permendagri No 1 Thn 2017 bahwa, apabila
nantinya ketika kelurahan telah berubah menjadi desa, maka desa
baru sebagai akibat perubahan itu harus memenuhi persyaratan
pembentukan desa baru pada umunya yakni untuk Provinsi Bali
paling sedikit jumlah penduduknya 5000 jiwa atau 1000 kepala
keluarga.
Perubahan kelurahan di Kabupaten Badung adalah
perubahan seluruh wilayah kelurahan menjadi desa dan bukan
berupa perubahan penggabungan dari bagian wilayah beberapa
kelurahan menjadi satu desa. Oleh karena itu, maka persyaratan
12
jumlah penduduk dalam kajian ini akan melihat jumlah penduduk
dari kelurahan itu sendiri, sehingga dengan sendirinya desa baru
akibat perubahan jumlah penduduknya dengan sendirinya akan
sama dengan penduduk kelurahan saat ini.
Berdasarkan data yang dimiliki Kabupaten Badung yang
berupa Monografi Kelurahan Kapal Tahun 2016 ternyata jumlah
penduduk Kelurahan Kapal pada tahun 2016 sebanyak 11.502 jiwa
atau 2354 kepala keluarga. Ini berarti jumlah penduduk telah
melampui persyaratan yang dituntut oleh pasal 7 ayat (1) huruf b
angka 2) Permendagri No.1 Tahun 2017 yakni minimal 5000 jiwa
atau 1000 kepala keluarga. Lebih jauh, ini berarti dari segi
persyaratan jumlah penduduk, perubahan Kelurahan Kapal menjadi
Desa Kapal telah terpenuhi secara signifikan.
2. Kelurahan Sempidi.
1) Prakarsa Dari Bawah
Keinginan anggota masyarakat Sempidi untuk merubah
Kelurahan Sempidi menjadi Desa Sempidi tertuang dalam Surat
Lurah Sempidi kepada Bupati Badung Cq Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Nomor 045.2/39/Sempidi,
tanggal 28 Februari 2017.
Dalam surat tersebut dapat dilihat dengan jelas keinginan
anggota masyarakat untuk mengubah status kelurahan menjadi
desa, dimana keinginan itu dapat dimaklumi sebagai prakarsa dari
bawah. Masyarakat dan komponen masyarakat dari masing-masing
lingkungan dan banjar adat yang ada di seluruh wilayah Kelurahan
Sempidi telah membubuhkan tandatangan sebagai bukti persetujuan
mereka untuk terjadinya perubahan. Tandatangan itu dapat dilihat
dalam Berita Acara Persetujuan Perubahan dan Notulen berturut-
turut sebagai berikut:
a. Berita Acara Perubahan dari rapat yang diadakan oleh
Lingkungan atau Banjar Adat Umegunung tertanggal 12 Februari
2017.
13
b. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan atau Banjar Adat
Tegeha, tangggal 5 Februari 2017.
c. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan atau Banjar Adat
Gede dan Sengguan, tanggal 5 Februari 2017.
d. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan atau Suka Duka
Kangin, Sempidi tanggal 14 Februari 2017.
e. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat Lingkungan atau Banjar
Adat Batuasem, tangggal 10 Februari 2017.
f. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat Lingkungan atau Banjar
Adat Ubung, tanggal 19 Februari 2017.
g. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat yang diadakan
Lingkungan atau Banjar adat pande tangal 5 Februari 2017.
h. Berita Acara Perubahan adari hasil rapat yang diadakan oleh
Lingkungan Kwanji atau Banjar Suka Duka Kwanji Kaja dan
Kwanji Kelod tanggal 15 Februari 2017.
i. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat Lingkungan atau Banjar
Adat tengah, tanggal 15 Februari 2017
j. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat yang diadakan oleh
Lingkungan Grokgak atau Banjar Suka Duka Grokgak dan
Banjar Suka Duka Sebita, tanggal 12 Februari 2017 dan 14
Februari 2017.
Dengan adanya Berita Acara Perubahan dari seluruh
Lingkungan Banjar Adat yang ada di Kelurahan Sempidi dan
masing-masing Berita Acara perubahan itu telah dilampiri tanda
tangan peserta rapat yang menginginkan perubahan, maka syarat
“prakarsa dari bawah” telah terpenuhi dengan sangat meyakinkan.
2) Homogenitas.
Syarat homogenitas ini sesuai dengan kerangka acuan
konseptual yang sudah disinggung di depan, dalam kajian ini akan
melihat pada kondisi apakah sebagian besar penduduk Kelurahan
Sempidi memeluk Agama Hindu.
14
Dalam Profil Kelurahan Sempidi Tahun 2015 tertera
perimbangan jumlah penduduk yang memeluk agama sebagai
berikut:
a. Agama Islam : 64 orang.
b. Agama Kristen: 17 orang
c. Agama Katholik: 5 orang
d. Agama Hindu : 2521orang
e. Agama Budha: 15 orang.
Dengan perimbangan seperti itu, jelas nampak bahwa bagian
terbesar dari penduduk Kelurahan Sempidi memeluk Agama Hindu.
Hal ini berarti syarat homogenitas telah terpenuhi.
3) Jumlah penduduk
Profil Kelurahan Sempidi juga memuat jumlah penduduk
yang ada di Kelurahan Sempidi, dengan komposisi sebagai berikut:
Penduduk laki-laki berjumlah 2754 orang, penduduk perempuan
berjumlah 2739 orang, sehingga keseluruhannya berjumlah 5493
orang, yang terserap dalam 1184 kepala keluarga. Jumlah ini telah
melampui persyaratan yang ditentukan Permendagri No 1 Tahun
2017 yakni paling sedikit 5.000 orang atau paling sedikit 1000
kepala keluarga untuk Provinsi Bali. Dengan demikian persyaratan
penduduk untuk perubahan Kelurahan Sempidi menjadi desa telah
terpenuhi.
3. Kelurahan Lukluk
1) Prakarsa Dari Bawah
Prakarsa dari bawah di Kelurahan Lukluk ditunjukan
dengan adanya keinginan dan kesepakatan dari anggota masyarakat
dari masing-masing lingkungan atau Banjar Adat yang ada di
Kelurahan Lukluk untuk mengubah kelurahan menjadi desa. Selain
kesepakatan dari anggota masing-masing lingkungan atau Banjar
Adat juga ada kesepakatan dari seluruh tokoh-tokoh masyarakat
yang bersifat menguatkan keinginan dan kesepakatan masing-
15
masing Lingkungan atau Banjar Adat. Keinginan dan kesepakatan
itu dituangkan dalam Berita Acara Perubahan lengkap dengan tanda
tangan para peserta rapat Lingkungan atau Banjar Adat dan rapat
tokoh-tokoh masyarakat dari seluruh Kelurahan Lukluk.
Adapun Berita Acara Perubahan sesuai data yang ada di
kantor Dinas Pemberdayaan masyarakat dan Desa Kabupaten
Badung sebagai berikut:
a. Berita Acara Perubahan dari rapat dinas yang diadakan di
Lingkungan atau Banjar Adat Gede tertanggal 11 Februari 2017.
b. Berita Acara Perubahan dari rapat yang diadakan di Lingkungan
ata Banjar Adat Jeroan, tanggal 10 Februari 2017.
c. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan/Banjar Adat
Perang pada tanggal 11 Februari 2017.
d. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan atau Banjar Adat
Tengah, tanggal 10 Februari 2017.
e. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan /Banjar Adat
Umahanyar, tanggal 10 Februari 2017.
f. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan/Banjar Adat
Kurubaya tanggal 11 Februari 2017.
g. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan /Banjar Adat
Perang Alas tanggal 10 Februari 2017.
h. Berita Acara Perubahan dari rapat Lingkungan/Banjar Adat
Badung tanggal 10 Februari 2017.
i. Berita Acara Perubahan dari rapat atau Kesepakatan dari tokoh-
tokoh masyarakat seluruh Kelurahan lukluk bertempat di Kantor
Lurah Lukluk, tanggal 14 Februari 2017.
Dengan adanya Berita Acara - Berita Acara tersebut dan
dikaitkan dengan persyaratan harus adanya prakarsa dari bawah
maka tampak dengan jelas persyaratan itu telah terpenuhi untuk
perubahan Kelurahan Lukluk menjadi Desa Lukluk.
16
2) Homogenitas
Pada data Profil Kelurahan Lukluk 2016 dapat dilihat
perimbangan jumlah penduduk dari segi agama yang dipeluknya.
Penduduk yang beragama Islam berjumlah 234 orang, Kristen 185
orang, Katholik 38 orang, Hindu 6683 orang dan Budha 9 orang. Dari
perimbangan itu nampak jelas bahwa bagian terbesar menganut
Agama Hindu. Dengan demikian peran Agama Hindu untuk
melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi sumber
pariwisata budaya dapat dioptimalkan jika kelurahan berubah
statusnya menjadi desa. Hal ini disebabkan pemerintahan desa lebih
otonum dalam arti, hak atas asal-usul adat dan budaya Bali (kearifan
lokal) yang berasal dari Agama Hindu diakui oleh Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa untuk dikembangkan dalam
pembangunan desa. Oleh karena itu, persyaratan homogenitas dalam
tafsir yang lebih luas telah dapat terpenuhi.
3) Jumlah Penduduk.
Profil Kelurahan Lukluk tahun 2016 juga telah
menggambarkan besaran jumlah penduduk yang berada di
Kelurahan Lukluk berikut jumlah kepala keluarga. Dalam halaman
17 dari Profil tersebut ditunjukkan bahwa penduduk laki-laki
berjumlah 3.552 orang dan penduduk perempuan berjumlah 3626.
orang, sehingga jumlah total menjadi 7.148 orang dari 1893 kepala
keluarga.
Jumlah tersebut melebihi dari persyaratan yang ditentukan
oleh Permendagri No 1 Tahun 2017 yakni paling sedikit 5000 orang
atau paling sedikit 1000 kepala keluarga. Dengan demikian
persyaratan jumlah penduduk telah terpenuhi secara meyakinkan.
4. Kelurahan Sading.
1) Prakarsa Dari Bawah
Seperti pada kelurahan lainnya, prakarsa dari bawah di
Kelurahan Sading dapat dilihat dari adanya Berita Acara Perubahan
17
dan Notulen rapat yang mencerminkan keinginan dan kesepakatan
seluruh masyarakat Kelurahan Sading agar Kelurahan Sading
diubah menjadi Desa Sading.
Secara lebih rinci Berita Acara Perubahan beserta notulen
rapat serta tandatangan peserta rapat musyawarah dan foto-foto
dokumentasi dapat disajikan sebagai berikut:
a. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah koordinasi
yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Lurah, Kepala
Lingkungan dan Kelihan Banjar Adat yang ada di Kelurahan
Sading, Staf kelurahan, Babinsa, Tim Fasilitasi dan lain-lain
pada tanggal 21 Februari 2017 bertempat di Kantor Lurah
Sading.
b. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah Banjar
Pekandelan Bedauhan/Lingkungan Delod Bingin, tanggal 5
Februari 2017 bertempat di Balai Banjar Pekandelan Bedauhan.
c. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah Banjar
Pekandelan Bedanginan/Lingkungan Pekandelan pada tanggal 4
Februari 2017 bertempat di Balai Banjar Pekandelan.
d. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah yang
diadakan oleh Banjar Adat Negara/Lingkungan Umah Anyar
Kaja, tanggal 5 Februari 2017 di Balai Banjar Negara.
e. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah Banjar
Madia Sari /Lingkungan Umah Anyar Kaja Tanggal 2 Februari
2017 di Balai Banjar Madia Sari.
f. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah Banjar
Jeroan /Lingkungan Dajan Bingin pada tanggal 11 Februari
2017 bertempat di Balai Banjar Jeroan.
g. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat yang diadakan Banjar
Pasekan/Lingkungan Dajan Bingin, tangal 11 Februari 2017 di
Balai Banjar Pasekan.
h. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat yang diadakan oleh
Banjar Negara Kaja/Lingkungan Negara, pada tanggal 11
Februari 2017 bertempat di Balai Banjar Negara Kaja.
18
i. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarahBanjar
Negara Kelod/Lingkungan Negara, tanggal 6 Februari 2017 di
Banjar Negara Kelod.
j. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat yang diadakan oleh
Banjar Puseh / Lingkungan Puseh Pengalasan, tanggal 11
Februari 2017 di Balai Banjar Puseh.
k. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah yang
diadakan oleh Banjar Adat Pengalasan/Lingkungan Puseh
Pengalasan yang diselenggarakan tanggal 11 Februari 2017 di
Banjar Pengalasan
l. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah yang
diadakan oleh Banjar Karang Suwung Lingkungan Karang
Suwung, pada tanggal 11 Februari 2017 di Banjar Karang
Suwung.
m. Berita Acara Perubahan dari hasil rapat musyawarah yang
diadakan oleh Banjar Ujung Sari/Lingkungan Umah Anyar
Kelod, tanggal 13 Februari 2017 di Balai Banjar Ujung Sari
Dengan adanya Berita Acara-Berita Acara tersebut, lengkap
dengan notulen foto dokumentasi dan tandatangan, menunjukkan
bahwa syarat aspirasi dari bawah sebagaimana dikehendaki oleh
Permendagri No 1 tahun 2017 telah terpenuhi dengan sangat
meyakinkan.
2) Homogenitas
Sebagaimana telah disinggung didepan, homogenitas adalah
keadaan yang sama dari suatu kelompok yang dalam hal ini sebagai
indikator adalah Agama Hindu. Mengapa Agama Hindu? Di depan
sudah diuraikan dengan jelas mengapa Agama Hindu dipakai
sebagai indikator homogenitas, karena Agama Hindu merupakan
sumber nilai Pariwisata Budaya dalam kontek kekinian “homogen”
diberi tafsir tidak secara keseluruhan sama tetapi cukup sebagaian
besar sama.
19
Profil Kelurahan Sading Tahun 2016 memperlihatkan
perimbangan jumlah penduduk pemeluk Agama yang diakui di
Indonesia sebagai berikut:
a. Pemeluk agama Islam sebanyak 595 orang.
b. Pemeluk agama Kristen sebanyak 248 orang.
c. Pemeluk agama Katholik sebanyak 118 orang
d. Pemeluk agama Hindu sebanyak 6226 orang.
e. Pemeluk agama Budha sebanyak 55 orang.
Dari perimbangan tersebut dapat dilihat bahwa pemeluk
agama Hindu merupakan bagian terbesar dari penduduk Kelurahan
Sading. Hal ini berarti syarat homogenitas telah terpenuhi secara
signifikan.
3) Jumlah penduduk
Syarat jumlah penduduk desa baru hasil perubahan, dapat
dilihat dari jumlah penduduk Kelurahan Sading itu sendiri. Dalam
Profil Kelurahan Sading Tahun 2016 terlihat jumlah penduduk
Kelurahan Sading adalah 7338 orang dan terdiri dari 1649 kepala
keluarga. Itu berarti jumlah tersebut telah melebihi dari persyaratan
yang dikehendaki Permendagri Nomor 1 tahun 2017 yakni paling
sedikit 5000(lima ribu) orang atau paling sedikit 1000(seribu) kepala
keluarga.
Dengan demikian persyaratan jumlah penduduk untuk
perubahan Kelurahan Sading menjadi Desa Sading telah terpenuhi
dengan cukup meyakinkan.
5. Kelurahan Abianbase.
1) Prakarsa dari bawah
Masyarakat dikelurahan Abianbase menginginkan adanya
perubahan status kelurahan menjadi desa. Salah satu syarat yang
harus dipenuhi adalah adanya prakarsa dari masyarakat untuk
melakukan perubahan tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut
kepala kelurahan Abianbase I Dewa Gede Rai Wijaya,S.STP
20
menyelenggarakan sosialisasi perubahan status kelurahan menjadi
desa pada hari Minggu 12 Februari 2017 dengan mengundang
masyarakat dan tokoh-tokoh dilingkungan Kelurahan Abianbase
seperti Ketua LPM, Bendesa dan prajuru adat ketua Widya Sabha,
Ketua Karang Taruna, Kepala Lingkungan, Kelian Adat, Ketua tim
Penggerak PKK dan Kepala Satgas Linmas/Hansip, Banjar Gede,
Banjar Sengguan, Banjar Dangin Yeh, Banjar Cica, Banjar Gaduh
dan disepakati:
1. Mengajukan usulan perubahan status kelurahan Abianbase
menjadi desa Abianbase ;
2. Membentuk tim Fasilitasi perubahan status Kelurahan
Abianbase menjadi Desa Abianbase.
Sosialisasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara
sosialisasi perubahan kelurahan Abianbase menjadi desa Abianbase
Nomor:026/pem/2017. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut,
pada hari dan tanggal yang sama dibentuk tim fasilitasi perubahan
status Kelurahan Abianbase menjadi Desa Abianbase.
Menindaklanjuti hasil musyawarah tersebut, selanjutnya
dilaksanakan rapat pada tanggal 16 Februari 2017 dengan agenda
penyerahan SK Tim Fasilitasi dan penentuan jadwal sosialisasi di
Lingkungan/Banjar Sekelurahan Abianbase yang ditandatangani
oleh Lurah Abianbase I Dewa Gede Rai Wijaya,S.STP. Hasil rapat
dituangkan dalam Notulen Rapat hari Kamis Tanggal 16 Februari
2017 yang ditandangani oleh I Gusti AA Made Dewi Sriyaningsih.
Selanjutnya berdasarkan musyawarah Kelurahan Abianbase
tanggal 02 Maret 2017 yang diselenggarakan oleh Tim Fasilitasi
Perubahan status kelurahan Abianbase menjadi Desa Abianbase
disepakati perubahan status Kelurahan Abianbase menjadi Desa
Abianbase, berdasarkan hasil sosialisasi kemasing-masing Banjar.
Keputusan ini kemudian dikuatkan dalam musyawarah tim fasilitasi
Perubahan Status keluran menjadi desa Abianbase pada tanggal 16
Maret 2017 dalam surat No.55/Pemtram/III Abianbase/2017 yang
ditandatangani oleh ketua tim fasilitasi I Putu Raka.
21
Dengan adanya Berita Acara - Berita Acara, Notulensi Rapat
tersebut dan dikaitkan dengan persyaratan harus adanya prakarsa
dari bawah maka tampak dengan jelas persyaratan itu telah
terpenuhi untuk perubahan Kelurahan Abianbase menjadi Desa
Abianbase.
2) Homogenitas
Arti homogenitas sebagaimana telah diuraikan didepan
adalah keadaan yang sama dari suatu kelompok yang dalam hal ini
sebagai indikator adalah Agama Hindu. Agama Hindu dipakai
sebagai indikator homogenitas yang dalam kontek kekinian
“homogen” diberi tafsir tidak secara keseluruhan sama tetapi cukup
sebagaian besar sama.
Berdasarkan data pada Profil Kelurahan Abianbase Kecamatan
Mengwi Kabupaten Badung Tahun 2016, dilihat dari aspek agama
penduduk Kelurahan Abianbase maka mayoritas penduduknya
adalah beragama Hindu yakni berjumlah 4849 orang, sisanya
adalah penduduk yang beragama Islam 190 orang, Kristen 270
orang, Katolik 468 orang dan Budha 52 orang. Dengan demikian
maka mayoritas penduduk Kelurahan Abianbase adalah beragama
Hindu dan Kelurahan Abianbase telah memenuhi syarat
homogenitas sebagaimana disyaratkan.
3) Jumlah penduduk
Syarat jumlah penduduk Desa Abianbase baru hasil
perubahan status Kelurahan Abianbase, sebagaimana disyaratkan
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b.2 (untuk wilayah Bali) Permendagri
No.1 Tahun 2017 adalah 5.000 orang atau 1000 Kepala Keluarga.
Dalam Data Profil Kelurahan Abianbase Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung Tahun 2016 disebutkan bahwa Jumlah
penduduk di Kelurahan Abianbase secara keseluruhan berjumlah
5.978 orang terdiri dari 2.937 orang laki-laki dan 3.041 orang
perempuan. Atau berjumlah 1.413 kepala keluarga.
22
Jumlah tersebut melebihi dari persyaratan yang ditentukan oleh
Permendagri No 1 Tahun 2017 yakni paling sedikit 5000 orang
atau paling sedikit 1000 kepala keluarga. Dengan demikian
persyaratan jumlah penduduk telah terpenuhi secara
meyakinkan.
6. Kelurahan Kedonganan.
1) Prakarsa dari bawah
Syarat untuk merubah status Kelurahan Kedonganan
menjadi Desa Kedonganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
ayat (1) Permendagri No.1 Tahun 2017 adalah adanya prakarsa dari
masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut Kelurahan
Kedonganan membentuk tim sosialisasi untuk mensosialisasikan
dan menampung aspirasi mayarakat Kedonganan terkait rencana
perubahan status Kelurahan Kedonganan menjadi Desa
Kedonganan. Sosialisasi dilakukann ke lingkungan/banjar yang ada
di Kelurahan Kedonganan yakni pada hari:
1. Minggu 26 Februari ke Lingkungan Ketapang dan Lingkungan
Kerthayasa.
2. Senin 27 Februari 2017 ke Lingkungan Pengenderan dan
Lingkungan Kubu Alit dan
3. Selasa 28 Februari ke Lingkungan Pasek dan Lingkungan Anyar
Gede.
Hasil sosialisasi tersebut pada dasarnya menyetujui
perubahan status Kelurahan Kedonganan menjadi Desa
Kedonganan. Hasil sosialisasi tersebut dituangkan dalam Notulen
Rapat dan dilengkapi dengan foto serta daftar hadir peserta
sosialisasi.
Selanjutnya Kelurahan Kedonganan melalui Lurah
Kedonganan I Nyoman Sudarta,SE mengajukan usulan perubahan
status Kelurahan Kedonganan menjadi Desa Kedonganan kepada
Bupati Badung. Dimana usulan ini didasari atas hasil sosialisasi di
masing-masing banjar/lingkungan se kelurahan Kedonganan yang
23
dilakukan mulai tanggal 26-28 Februari 2017 dan dilanjutkan
dengan Musyawarah Kelurahan Kedonganan pada hari Rabu tanggal
8 Maret yang dihadiri oleh bendesa adat, Sekretaris lurah
kedonganan, Kelian Adat dan tokoh-tokoh masyarakat Kedonganan
yang menghasilkan kesepakatan menyetujui usulan perubahan
Kelurahan Kedonganan menjadi Desa Kedonganan, hal tersebut
tertuang dalam Berita acara Nomor:140/46/Pem.Tramtib,tanggal 8
Maret 2017.
Dengan adanya prakarsa masyarakat Kelurahan Kedonganan
ini maka salah satu syarat untuk merubah Kelurahan Kedonganan
menjadi Desa Kedonganan telah terpenuhi.
2) Homogenitas
Dari homogenitas penduduk sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, maka salah satu aspek yang dikaji adalah aspek
mayoritas agama yang dianut. Kelurahan Kedonganan berdasarkan
data pada Monografi Kelurahan Kedonganan, jumlah penduduk
Kelurahan Kedonganan dilihat dari agama yang dianut adalah
sebagai berikut:
1. Hindu, berjumlah 3.165 orang;
2. Islam, berjumlah 862 orang;
3.Kristen, berjumlah 55 orang;
4. Katolik, berjumlah 41 orang ; dan
5.Budha, berjumlah 27 orang
Berdasarkan data tersebut diatas maka mayoritas agama
yang dianut Kelurahan Kedonganan adalah bergama Hindu. Dengan
demikian syarat homogenitas sebagaimana yang disyaratkan telah
terpenuhi.
3) Jumlah penduduk
Data Monografi Kelurahan Kedonganan menunjukkan jumlah
penduduk menurut jenis kelamin yang ada di Kelurahan
Kedonganan. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa
24
Jumlah penduduk di Kelurahan Kedonganan secara keseluruhan
adalah 7.070 orang terdiri dari 3.699 laki-laki dan 3.371
perempuan, atau 1.657 kepala keluarga.
Atas dasar hal tersebut maka Kelurahan Kedonganan telah
memenuhi syarat untuk menjadi Desa Kedonganan sebagaimana
disyaratkan dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b.2 Permendagri No.1
Tahun 2017.
7. Kelurahan Tuban.
1) Prakarsa dari bawah
Syarat untuk merubah status Kelurahan Tuban menjadi
Desa Tuban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1)
Permendagri No.1 Tahun 2017 adalah adanya prakarsa dari
masyarakat. Kelurahan Tuban berkeinginan untuk merubah status
Kelurahan Tuban menjadi Desa Tuban dan Desa Kelan. Untuk
mewujudkan hal tersebut telah dilakukan sosialisasi yakni pada
tanggal 10 Maret Tahun 2017 dilakukan Paruman Agung Desa Adat
Tuban yang dihadiri tokoh masyarakat dan warga desa adat Tuban
dan menyetujui perubahan status kelurahan Tuban menjadi desa
dengan nama Desa Tuban. Kemudian tanggal 12 Maret 2017 pada
Paruman Agung Banjar Pesalakan Tuban yang dihadiri tokoh-tokoh
mayarakat dan warga banjar/lingkungan untuk membahas
perubahan status Kelurahan Tuban menjadi desa. Dalam rapat
disepakati perubahan status kelurahan Tuban menjadi Desa Tuban.
Selanjutnya tanggal 19 Maret 2017 dalam Paruman Agung Banjar
Kelan Abian yang dihadiri oleh warga banjar Kelan Abian dan tokoh-
tokoh masyarakat menyepakati perubahan status Kelurahan Tuban
menjadi Desa Kelan. Kemudian pada hari Selasa tanggal 21 Maret
Tahun 2017 dalam Paruman Agung Banjar Tuban Grya dengan
dihadiri warga banjar/lingkungan Tuban Grya dan tokoh-tokoh
masyarakat disepakati perubahan status Kelurahan Tuban menjadi
Desa Tuban.
25
Selanjutnya pada tanggal 24 Maret 2017 dilaksanakan Musyawarah
kelurahan yang dihadiri oleh tim fasilitasi disepakati bahwa:
1. Desa adat Tuban menyetujui perubahan status Kelurahan Tuban
menjadi Desa Tuban.
2. Desa Adat Kelan menyetujui perubahan status Kelurahan Tuban
menjadi Desa Kelan.
Atas prakarsa lurah Tuban I Ketut Murdika S.STP, musyawarah
tersebut kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 2 April 2017
yang dihadiri oleh tim fasilitasi dan tokoh masyarakat, hasilnya
disepakati menjadi desa sekaligus dimekarkan menjadi dua yaitu
menjadi Desa Tuban dan Desa Kelan.
Keputusan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Sosialisasi
/Notulensi hasil musyawarah serta daftar hadir peserta Perubahan
status Kelurahan Tuban menjadi Desa Tuban dan Desa Kelan yang
ditandatangani oleh Lurah Tuban I Ketut Murdika,S.STP, dan juga
Ketua LPM, Ketua Tim Fasilitasi,dan Kepala–kepala Lingkungan di
Kelurahan Tuban.
Khusus mengenai Kelurahan Tuban, dimana adanya
keinginan masyarakat untuk memekarkan kelurahan menjadi dua
desa, nampaknya tidak diatur dalam Permendagri No 1 Tahun 2017,
sehingga dalam kajian ini keinginan tersebut haruslah
dikesampingkan. Jika Kelurahan Tuban dimaksudkan untuk
berubah menjadi Desa Tuban, maka harus dipenuhi syarat-syarat
sebagaiman diatur dalam Permendagri No 1 Tahun 2017.
Dengan adanya usulan dan prakarsa masyarakat ini maka
perubahan status Kelurahan Tuban menjadi Desa Tuban dapat
dilakukan karena telah memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam
Pasal 50 Permendagri No.1 Tahun 2017.
2) Homogenitas
Berdasarkan konsep homogenitas sebagaimana telah
dijelaskan di depan, maka Profil Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta,
26
Kabupaten Badung Tahun 2016 dari aspek agamanya
menunjukkan:
1. Islam berjumlah 8.890 orang ;
2. Hindu berjumlah 4.997 orang;
3. Kristen berjumlah 686 orang;
4. Katolik berjumlah 410 orang ;dan
5. Budha berjumlah 392 orang.
Dari jumlah tersebut maka mayoritas penduduk Kelurahan Tuban
adalah beragama non Hindu. Namun demikian berdasarkan Surat
Keterangan Bendesa Adat/Pakraman Tuban Drs I Wayan Mendra,
M.Si Nomor 261/DPT-SK/V/2017, tanggal 24 Mei 2017 yang
menerangkan bahwa memang benar Pakilitan Krama Dinas dengan
Krama Adat Tuban terjalin hubungan yang harmonis, saling
mendukung, menjaga dan melestarikan adat, seni dan budaya di
Desa Adat/Pakraman Tuban.
Hal tersebut mengindikasikan adanya komitmen yang kuat baik
dari masyarakat Hindu maupun non Hindu untuk mendukung
adat,budaya dan kearifan lokal lainnya yang berumber pada Agama
Hindu.
Dengan demikian dapat dipersepsi bahwa persyaratan homogenitas
telah terpenuhi.
3) Jumlah penduduk
Syarat jumlah penduduk tercantum dalam Pasal 50 ayat (6)
jumto Pasal 7 ayat (1) huruf b.2 yang pada pokoknya menentukan
bahwa jika kelurahan berubah menjadi desa, maka desa baru ini
jumlah penduduknya (untuk Bali) paling sedikit 5.000 jiwa atau
1000 kepala keluarga.
Dilihat dari jumlah penduduk maka Data pada Profil
Kelurahan Tuban Tahun 2016, Kelurahan Tuban memiliki jumlah
penduduk secara keseluruhan adalah 15.120 orang terdiri dari
7.925 laki-laki dan 7.195 perempuan. Atau 3.923 kepala keluarga.
27
Atas dasar jumlah penduduk tersebut,maka telah terpenuhi syarat
perubahan status Kelurahan Tuban menjadi Desa Tuban.
8. Kelurahan Kuta.
1) Prakarsa dari bawah
Salah satu syarat untuk merubah status Kelurahan Kuta
menjadi Desa Kuta adalah adanya prakarsa masyarakat. Hal
tersebut ditegaskan dalam Pasal 50 ayat (1) Permendagri No.1
Tahun 2017. Untuk mewujudkan hal tersebut Kelurahan Kuta
membentuk tim sosialisasi dan melakukan sosialisasi ke
lingkungan/banjar yang ada di Kelurahan Kuta yang dihadiri
masyarakat setempat. Sosialisasi dilakukan ke beberapa
Lingkungan/Banjar yang ada yakni:
1. Pada tanggal 5 Maret 2017 di Lingkungan Abian Base dan
Lingkungan Pelasa (Berita Acara No.01 dan
02/PMKD/Kel.Kuta/2017), tanggal 9 Maret di Lingkungan Anyar
(Berita Acara No.03/PMKD/Kel.Kuta/2017),
2. Tanggal 10 Maret 2017 di Lingkungan Pande Mas,Lingkungan
Tegal, Lingkungan Pemamoran,dan Lingkungan Temacun (Berita
Acara No.04-07?PMKD/Kel.Kuta/2017).
3. Tanggal 13 Maret di Lingkungan Jabajero dan Segara (Berita
Acara 08 dan 09/PMKD/Kel.Kuta/2017).
4. Tanggal 14 Maret di Lingkungan Buni dan Tebe Sari (Berita
Acara No.09 dan 10/PMKD/Kel.Kuta/2017)
5. Terakhir tanggal 17 Maret 2017 di Lingkungan Pengabetan dan
Pering (Berita Acara No.12 dan 13/PMKD/Kel.Kuta/2017).
Pelaksanaan sosialisasi selain dituangkan dalam berita acara
juga dicatat dalam notulensi sosialisasi yang dilengkapi dengan
daftar hadir dan foto-foto sosialisasi yang telah dilakukan. Hasil
sosialisasi di masing-masing lingkungan tersebut menyetujui
dilakukannya perubahan status kelurahan menjadi desa.
Hasil sosialisasi di lingkungan tersebut selanjutnya dibawa kedalam
Musyawarah Kelurahan Kuta pada tanggal 23 Maret Tahun 2017
28
yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kelurahan Kuta yang menghasilkan kesepakatan:
1. Menyetujui perubahan status Kelurahan Kuta menjadi Desa
Kuta
2. Tim fasilitasi ditunjuk untuk mengambil langkah-langkah
yang diperlukan.
Hasil tersebut dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah
Kelurahan Kuta yang ditandatangani oleh Ketua LPM Kelurahan
Kuta I Gusti Agung Made Agung, Ketua Tim Fasilitasi I Gusti Anom
Gumanti,SH dan Lurah Kuta I Wayan Daryana,AP.M.AP serta
dtuangkan dalam notulensi hasil musyawarah dan dilengkapi
dengan foto dan daftar hadir.
Atas dasar hal tersebut diatas maka syarat prakarsa dari
bawah untuk merubah Kelurahan Kuta menjadi Desa Kuta sudah
terpenuhi.
2) Homogenitas
Dilihat dari aspek homogenitas penduduk yakni aspek agama
yang dianut, maka berdasarkan Profil Kelurahan Kuta maka
jumlah penduduk yang beragama :
a.Hindu berjumlah 12.385 orang;
b.Islam berjumlah 1.746 orang;
c.Kristen berjumlah 602 orang;
d.Katolik berjumlah 928 orang ,dan;
e.Budha berjumlah 1.166 orang.
Artinya bahwa mayoritas penduduk kelurahan Kuta (sekitar 72%)
adalah penganut Agama Hindu.
Berdasarkan data tersebut diatas maka dari aspek homogenitas
Kelurahan Kuta dapat berubah status menjadi Desa Kuta.
3) Jumlah penduduk
Dari aspek jumlah penduduk sebagaimana disyaratkan
dalam Pasal 7 ayat (1)huruf b2 Permendagri No.1 Tahun 2017 di
Kelurahan Kuta jumlah Penduduknya secara keseluruhan adalah
29
16.827 orang yang terdiri dari 8457 penduduk laki-laki dan 8.370
orang penduduk perempuan, atau 3.686 kepala keluarga.
Dengan demikian penduduk Kelurahan Kuta sudah
melampau jumlah 5.000 orang yang dipersyaratkan dalam pasal
tersebut.
9. Kelurahan Seminyak.
1) Prakarsa dari bawah
Terkait perubahan status dari kelurahan menjadi desa dapat
diketahui dari adanya prakarsa dari bawah artinya adanya
keinginan dari anggota masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui
dari adanya berita acara Musyawarah Kelurahan Seminyak menjadi
desa Pemerintahan Seminyak Nomor 46/IV/Kel. Seminyak Tahun
2017, tertanggal 21 Maret 2017 bertempat di Kantor Lurah
Seminyak. Pada musyawarah tersebut dihadiri oleh anggota
masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat dan dari musyawarah
tersebut disimpulkan bahwa masyarakat menginginkan atau
menyepakati tentang Perubahan Status Pemerintahan Kelurahan
Seminyak menjadi Desa dengan nama Desa Seminyak. Dalam
Musyawarah tersebut sebagai notulen I Gde Muliawan.
2) Homogenitas
Untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Bali umumnya
dan khususnya Kelurahan Seminyak berupa adat, budaya dan
pariwisata yang mempunyai nilai jual hendaknya didukung oleh
adanya desa karena di pemerintahan desa ada ruang untuk
melestarikan nilai kearifan lokal tersebut sementara di
pemerintahan kelurahan ruang tersebut tidak ada. Indikator yang
dapat mendukung pelestarian tersebut adalah masalah homogenitas
yang dapat dilihat dari unsur agama yang dipeluk oleh sejumlah
anggota masyarakat. Dalam kajian ini, pemeluk Agama Hindu
dijadikan indikator homogenitas karena seperti telah disebut dalam
rujukan persyaratan di depan, Agama Hindu merupakan sumber
30
pariwisata budaya di Bali, khususnya di Kabupaten Badung.
Berdasarkan Monografi Kelurahan Seminyak terdapat beberapa
agama yang dianut oleh beberapa warga masyarakat dan adapun
agama dimaksud sebagai berikut :
1. Islam sebanyak 245 orang,
2. Kristen sebanyak 57 orang,
3. Katholik sebanyak 14 orang,
4. Hindu sebanyak 3410 orang,
5. Budha sebanyak 31 orang .
Dari beberapa agama yang dianut atau dipeluk oleh sejumlah
anggota masyarakat Kelurahan Seminyak, agama yang paling
banyak dipeluk adalah Agama Hindu yaitu sebanyak 3410 orang
dibandingkan agama lainnya. Faktor jumlah pemeluk Agama Hindu
dapat dimaknai sebagai persyaratan homogenitas sehingga dari segi
homogenitas perubahan Kelurahan Seminyak menjadi Desa
Seminyak telah terpenuhi.
3) Jumlah penduduk
Dalam Permendagri No. 1 Tahun 2017 tentang Penataan
Desa ditentukan bahwa dalam pembentuk desa harus dipenuhi
syarat paling sedikit 5000 jiwa atau 1000 kepala keluarga sesuai
ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b angka 2 untuk wilayah Bali.
Terkait dengan hal tersebut berdasar data Monografi Kelurahan
Seminyak tahun 2017 jumlah penduduknya Kelurahan Seminyak
sebanyak 3757 orang terdiri dari 1007 kepala keluarga.
Berdasarkan data tersebut maka untuk perubahan status dari
Pemerintahan Kelurahan Seminyak menjadi Pemerintahan Desa
Seminyak sudah memenuhi persyaratan sebagai mana ketentuan
Permendagri.
31
10. Kelurahan Legian.
1) Prakarsa dari bawah
Prakarsa dari bawah merupakan syarat untuk dapat
dilakukan perubahan status dari pemerintahan kelurahan menjadi
pemerintahan desa dan hal tersebut dapat diketahui dari adanya
prakarsa dari bawah artinya adanya keinginan dari anggota
masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya berita acara
Musyawarah Kelurahan Legian menjadi Pemerintahan Desa Legian
Nomor 410/50/Kel. Legian Tahun 2017, tertanggal 10 April 2017
bertempat di Wantilan Kelurahan Legian. Pada musyawarah tersebut
dihadiri oleh Lurah Legian, Bendesa Adat Legian yang diwakili oleh
Sekretaris Bendesa Adat Legian, Ketua LPM Kelurahan Legian, para
Kepala Lingkungan se-Kelurahan Legian, Kelian Suka-Duka se Desa
Adat Legian, Keuta Tim Penggerak PKK Kelurahan Legian, Ketua
Karang Teruna Kelurahan Legian serta 15 orang tokoh masyarakat
perwakilan pada masing-masing banjar se-Kelurahan Legian. Dalam
musyawarah tersebut telah disepakati dan menyetujui membentuk
tim perubahan status Pemerintahan Kelurahan menjadi
Pemerintahan Desa.
Sebelumnya pada hari senin tanggal 9 April 2017 diadakan
sosialisasi Perubahan Status Kelurahan menjadi Desa di
Banjar/Lingkungan Legian Kaja. Pada sosialisasi tersebut semua
anggota yang hadir sepakat atau menginginkan Kelurahan Legian
menjadi Desa Legian. Pada hari dan tanggal yang sama juga
diadakan sosialisasi di Banjar Pekandelan/Lingkungan Legian
Tengah dimana pada acara tersebut seluruh warga yang hadir
sepakat dimana Kelurahan berubah menjadi Desa. Masih dalam
hari dan tanggal yang sama juga diadakan sosialisasi di
Banjar/Lingkungan Legian Kelod dan dimana warga di Banjar
Legian Kelod yang hadir menyatakan sepakat Kelurahan menjadi
Desa. Semua warga dari banjar banjar yang ada di Kelurahan Legian
menyepakati Kelurahan berubah menjadi Desa. Sosialisasi tersebut
dicatat oleh I Gede Pasek Putra Yasa, BA.,S.Ag selaku notulen.
32
2) Homogenitas
Adanya keinginan dari warga berubahnya status kelurahan
menjadi desa adalah untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
Bali umumnya dan khususnya Kelurahan Legian berupa adat,
budaya dan pariwisata yang mempunyai nilai jual hendaknya
didukung oleh adanya desa karena di pemerintahan desa ada ruang
untuk melestarikan nilai local geneus tersebut sementara di
pemerintahan kelurahan ruang tersebut tidak ada. Indikator yang
dapat mendukung pelestarian tersebut adalah masalah homogenitas
yang dapat dilihat dari unsur agama yang dipeluk oleh anggota
masyarakat di Kelurahan Legian.
Berdasarkan monografi Kelurahan Legian ada beberapa
agama yang dipeluk oleh beberapa anggota masyarakat. Adapun
agama-agama yang dipeluk oleh masyarakat sebagai berikut:
1. Islam sebanyak 611 orang,
2. Kristen sebanyak 445 orang,
3. Katholik sebanyak 91 orang,
4. Hindu sebanyak 3910 orang dan,
5. Budha sebanyak 101 orang.
Dari beberapa agama yang anut atau dipeluk oleh sejumlah
anggota masyarakat Kelurahan Legian, yang paling banyak dipeluk
adalah Agama Hindu yaitu sebanyak 3910 orang yang merupakan
bagian terbesar dibandingkan agama lainnya.
Dengan demikian dari segi homogenitas Kelurahan Legian
telah memenuhi syarat untuk dirubah menjadi Desa Legian.
3) Jumlah penduduk.
Dalam Permendagri No. 1 Thn 2017 tentang Penataan Desa
ditentukan bahwa dalam pembentuk Desa harus dipenuhi syarat
paling sedikit 5000 jiwa atau 1000 kepala keluarga (KK) sesuai
ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b angka 2 untuk wilayah Bali.
Terkait dengan hal tersebut maka beradasrkan data Profil
Pemerintahan Kelurahan Legian Tahun 2016 jumlah penduduk
33
Kelurahan Legian berjumlah 5.158 orang dan dilihat dari segi kepala
keluarga (KK) berjumlah 1.329 KK.
Berdasarkan jumlah penduduk, Kelurahan Legian memenuhi
persyaratan untuk perubahan status pemerintahan dari kelurahan
menjadi desa sebagai mana ditentukan dalam Permendargi No. 1
Thn. 2017 tersebut.
11. Kelurahan Tanjung Benoa.
1) Prakarsa dari bawah
Dalam perubahan status dari Pemerintahan Kelurahan
menjadi pemerintahan desa syaratnya harus ada prakarsa dari
bawah. Prakarsa dari bawah artinya adanya keinginan dari anggota
masyarakat. Dimana adanya keinginan dari warga masyarakat di
Kelurahan Tanjung Benoa tersebut dapat diketahui dari adanya
berita acara sosialisasi Perubahan Status Kelurahan menjadi Desa
di Banjar-banjar di lingkungan Kelurahan Tanjung Benoa. Diawali di
Banjar Purwa Santhi yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 17
Februari 2017 Desa Pakraman Tanjung Benoa, dimana warga yang
hadir menyepakati perubahan status Kelurahan Tanjung Benoa
menjadi Desa Tanjung Benoa. Hal sama juga diadakan di Banjar
Kertha Pascima pada hari Sabtu, 18 Februari 2017, dimana warga
yang hadir menyepakati perubahan status Kelurahan menjadi Desa.
Pada hari Minggu tanggal 19 Februari 2017, sosialisasi diadakan di
Banjar Tengah, dimana warga yang hadir secara bulat menyepakati
bahwa kelurahan berubah status menjadi desa. Sosialisasi juga
dilakukan di Banjar Anyar pada hari Kamis tanggal 23 Februari
2017, dimana warga yang hadir juga sepakat bahwa Kelurahan
berubah menjadi Desa. Pada hari Jumat 24 Februari 2017 hal sama
juga dilakukan di Banjar Panca Bhinneka, dimana semua warga
secara bulat menyepakati Kelurahan merubah menjadi Desa.
Sosialisasi perubahan status Kelurahan menjadi Desa juga
dilakukan di Banjar Tengkulung pada hari Minggu tanggal 26
Februari 2017.
34
Warga masyarakat yang hadir pada sosialisasi tersebut
menyatakan menyepakati perubahan status Kelurahan menjadi
Desa. Kesemua warga masyarakat yang hadir dari beberapa banjar
sebagaimana telah diuraikan di depan menyepakati perubahan
status dari Kelurahan Tanjung Benoa menjadi Desa Tanjung Benoa.
2) Homogenitas
Adanya keinginan dari warga untuk merubah kelurahan
menjadi desa adalah bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai
kearifan lokal Bali umumnya dan khususnya Kelurahan Tanjung
Benoa berupa adat istiadat, budaya dan pariwisata yang mempunyai
nilai jual, hendaknya didukung oleh adanya desa karena di
pemerintahan desa ada ruang untuk melestarikan nilai local genius
tersebut sementara di pemerintahan kelurahan ruang untuk
melestarikan hal tersebut tidak ada. Indikator yang dapat
mendukung pelestarian tersebut adalah masalah homogenitas yang
dapat dilihat dari unsur agama yang dipeluk oleh anggota
masyarakat. Ada beberapa agama yang dianut oleh beberapa warga
masyarakat di Kelurahan Tanjung Benoa. Adapun agama-agama
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Islam sebanyak 1.101 orang.
2. Kristen sebanyak 66 orang.
3. Katholik sebanyak 70 orang.
4. Hindu sebanyak 4.429 orang.
5. Budha sebanyak 32 orang.
Dari beberapa agama yang anut atau dipeluk oleh sejumlah
anggota masyarakat Kelurahan Tanjung Benoa yaitu Islam, Kristen,
Katholik, Hindu, dan Budha, dan agama yang paling banyak dipeluk
adalah Agama Hindu yaitu sebanyak 4.429 orang dibandingkan
agama lainnya. Faktor agama ini dapat dijadikan dasar penetapkan
perubahan status Kelurahan Tanjung Benoa menjadi Desa Tanjung
Benoa.
35
3) Jumlah penduduk
Dalam Permendagri No. 1 tahun 2017 tentang Penataan Desa
ditentukan bahwa dalam pembentuk Desa harus dipenuhi syarat
paling sedikit 5000 jiwa atau 1000 kepala keluarga sesuai ketentuan
Pasal 7 ayat (1) huruf b angka 2 untuk wilayah Bali. Terkait dengan
hal tersebut maka berdasarkan Monografi Pemerintahan Kelurahan
Tanjung Benoa Tahun 2016 dapat dilihat berdasarkan jumlah
penduduk sebanyak 5.698 orang, terdiri atas 1.303 KK
Perubahan status Kelurahan Tanjung Benoa menjadi Desa
Tanjung Benoa dari segi jumlah penduduk, sudah memenuhi
persyaratan sebagai mana ditentukan dalam Permendargi No. 1
Thn. 2017 .
12. Kelurahan Jimbaran.
1) Prakarsa dari bawah
Untuk dapat dilakukan perubahan status dari
pemerintahan kelurahan menjadi pemerintahan desa dapat
diketahui dari adanya prakarsa dari bawah artinya adanya
keinginan dari anggota masyarakat. Dimana adanya keinginan dari
warga masyarakat di Kelurahan Jimbaran tersebut dapat diketahui
dari berita acara Musyawarah Kelurahan tentang Perubahan
Kelurahan Menjadi Desa Nomor : 146.1/043/Pem Tahun 2017
tanggal 10 Maret 2017, bertempat di Ruang Rapat LPD Desa Adat
Jimbaran yang dihadiri oleh Perwakilan Masyarakat masing-masing
Lingkungan/Banjar, unsur Lembaga Kemasyarakatan, Tokoh-tokoh
Masyarakat dalam menyerap aspirasi masyarakat tentang
Perubahan Status Kelurahan menjadi Desa, dimana hasilnya
menyepakati Perubahan Kelurahan Jimbaran menjadi Desa
Jimbaran.
Hasil kesepakatan tersebut sebelumnya sudah didahului
dengan dilakukan sosialisasi ke lingkungan-lingkungan/banjar-
banjar di wilayah Kelurahan Jimbaran yang dimulai dari
Lingkungan/Banjar Karanganyar yang dilakukan pada hari jumat,
36
tanggal 24 Februari 2017 yang dihadiri oleh masyarakat di
Lingkungan/Banjar Karanganyar dimana masyarakat menyetujui
mengusulkan perubahan status Kelurahan Jimbaran menjadi Desa
Jimbaran. Demikian juga sosialisasi dilakukan pada hari minggu
tanggal 26 Pebruari 2017 di Lingkungan Taman Geriya yang dihadiri
oleh sejumlah warga masyarakat dari lingkungan tersebut, dimana
warga masyarakat dari kedua lingkungan tersebut menyetujui
mengusulkan perubahan kelurahan menjadi desa. Selanjutnya
sosialisasi dilakukan di Lingkungan/Banjar Bhuana Gubug yang
dilakukan pada hari minggu tanggal 5 Maret 2017 yang dihadiri oleh
sejumlah anggota masyarakat di Lingkungan/Banjar Bhuana Gubug
dimana warga masyarakat menyetujui Kelurahan Jimbaran dirubah
menjadi Desa Dinas Jimbaran. Hal sama juga dilakukan di
Lingkungan Menega pada hari jumat, tanggal 3 Maret 2017,
masyarakat disini juga menyetujui perubahan status Kelurahan
Jimbaran menjadi Desa. Sosialisasi juga dilakukan di Lingkungan
Teba, Lingkungan Ubung , Lingkungan Tegal pada hari dan dan
tanggal yang sama, dimana lingkungan-lingkungan tersebut
dihadiri oleh anggota masyarakat masing-masing lingkungan dan
kesemuanya sepakat mengusulkan perubahan status dari kelurahan
menjadi desa. Dari keseluruhan warga masyarakat di lingkungan
Kelurahan Jimbaran menyetujui perubahan status Kelurahan
Jimbaran menjadi Desa Jimbaran. Dengan demikian persyaratan
prakarsa dari bawah telah terpenuhi dalam perubahan Kelurahan
Jimbaran menjadi Desa Jimbaran.
2) Homogenitas
Berdasarkan data Monografi Kelurahan Jimbaran Tahun
2016 dapat dilihat dari unsur agama yang dipeluk oleh anggota
masyarakat. Ada beberapa agama yang dianut atau dipeluk oleh
sejumlah anggota masyarakat Kelurahan Jimbaran yaitu:
1. Islam sebanyak 11.145 orang,
2. Kristen sebanyak 3.476 orang,
37
3. Katholik sebanyak 2.087 orang,
4. Hindu sebanyak 26.597 orang dan,
5. Budha sebanyak 990 orang
Dari beberapa pemeluk agama-agama tersebut di atas agama yang
terbanyak dipeluk adalah Agama Hindu yaitu sebanyak 26.579
orang. Sesuai dengan kerangka acuan konseptual di depan tentang
homogenitas, maka persyaratan homogenitas telah terpenuhi karena
sebagian terbesar penduduk Kelurahan Jimbaran memeluk Agama
Hindu.
3) Jumlah penduduk
Dalam Permendagri No. 1 Tahun 2017 ditentukan bahwa
dalam pembentuk Desa harus dipenuhi syarat paling sedikit 5000
jiwa atau 1000 kepala keluarga sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1)
huruf b angka 2 untuk wilayah Bali. Terkait dengan hal tersebut
berdasarkan data Monografi Pemerintahan Kelurahan Jimbaran
2016, jumlah penduduk Kelurahan Jimbaran sebanyak 44.456
orang atau 11.374 kepala keluarga.
Dengan demikian atas dasar jumlah penduduk Kelurahan
Jimbaran, sudah memenuhi persyaratan sebagai mana ditentukan
dalam Permendargi No. 1 Thn 2017 tersebut.
13. Kelurahan Benoa.
1) Prakarsa dari bawah
Seperti pada kelurahan lainnya, prakarsa dari bawah di
Kelurahan Benoa dapat dilihat dari adanya Berita Acara Perubahan
dan Notulen rapat yang mencerminkan keinginan dan kesepakatan
seluruh masyarakat Kelurahan Benoa agar Kelurahan Benoa
diubah menjadi Desa Nusa Dua.
Secara lebih detail Kesepakatan Usulan Perubahan Status
Pemeritahan Kelurahan menjadi Pemerintahan Desa dapat ditelusuri
melalui dokumen-dokumen dalam bentuk Berita Acara Musyawarah
Kelurahan, Notulen Musyawarah Kelurahan, Daftar hadir, Foto
38
dokumentasi acara musyawarah Kelurahan. Dokumen-dokumen
tersebut seperti:
a. Berita Acara Musyawarah Kelurahan Tentang Perubahan
Kelurahan Menjadi Desa Nomor 146.1/044/Pemtramtib tanggal
4 Maret 2017, disepakati untuk mengajukan usulan perubahan
status Kelurahan Benoa menjadi Desa Nusa Dua kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.
b. Berita Acara No 03/II/TF/Benoa/2017 Tanggal 4 Maret 2017
bertempat di Wantilan Kantor Lurah Benoa telah dilaksanakan
kegiatan Sosialisasi.
c. Notulen tentang Musyawarah Kelurahan Persiapan Kelurahan
Benoa menjadi Desa Dinas Hari Sabtu Tanggal 4 Maret 2017
dihadiri oleh:
a) Kepala Lingkungan se-Kelurahan Benoa(dengan
menghadirkan 20 orang dari unsur Dinas, Kelihan Banjar
Adat, Tokoh Masyarakat, PKK, STT, Pealang, Seniman,
Sekaa Santi)
b) Bendesa Adat se Kelurahan Benoa.
c) Anggota Tim Fasilitasi Perubahan Status Kelurahan Benoa.
d) Anggota LPPM Kelurahan Benoa.
e) Para Ketua Kelompok dan Umat Perumahan di Wilayah
Kelurahan Benoa.
f) Babinkamtibmas Kelurahan Benoa.
g) Babinsa Kelurahan Benoa.
h) Ketua TP PKK.
i) Karang Teruna.
j) Para Tokoh Masyarakat se Kelurahan Benoa.
Dalam Notulen terungkap semua komponen menyatakan setuju
dan memberi dukungannya terhadap status perubahan Kelurahan
Benoa menjadi Desa. Dari Musyawarah Kelurahan juga disepakati
perubahan nama Kelurahan Benoa menjadi Desa Nusa Dua.
39
2) Homogenitas
Sebagaimana telah disinggung di depan, homogenitas
adalah keadaan yang sama dari suatu kelompok yang dalam hal
ini sebagai indikator adalah Agama Hindu. Didepan juga sudah
diuraikan dengan jelas mengapa Agama Hindu dipakai sebagai
indikator homogenitas yang dalam kontek kekinian “homogen”
diberi tafsir tidak secara keseluruhan sama tetapi cukup
sebagaian besar sama. Berdasarkan kerangka acuan kontekstual
tentang homogenitas tersebut, data secara empiris dari profil
Kelurahan Benoa menunjukan sebagai berikut :
a. Pemeluk agama Islam sebanyak 4437 orang.
b. Pemeluk agama Kristen sebanyak 1365 orang.
c. Pemeluk agama Katholik sebanyak 958 orang
d. Pemeluk agama Hindu sebanyak 18666 orang.
e. Pemeluk agama Budha sebanyak 256 orang.
Jika dihitung berdasarkan prosentase maka, 18666 orang atau
sekitar 72,68% penduduk Kelurahan Benoa sebagian besar
penduduknya memeluk agama Hindu. Ini berarti syarat
homogenitas telah terpenuhi secara signifikan.
3) Jumlah penduduk
Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Kelurahan
Benoa akhir Bulan Desember 2016 menunjukkan penduduk
Kelurahan Benoa, terdiri atas 7048 kepala keluarga, dengan jumlah
penduduk 25695 orang. Ini berarti jumlah ini telah melebihi dari
persyaratan yang dikehendaki Permendagri Nomor 1 Tahun 2017,
dimana syarat penduduk untuk Bali ditentukan paling sedikit 5000
orang atau paling sedikit 1000 kepala keluarga.
Dengan demikian persyaratan jumlah penduduk untuk
perubahan Kelurahan Benoa menjadi Desa Nusa Dua telah
terpenuhi.
40
14. Kelurahan Kerobokan Kaja.
1) Prakarsa dari bawah
Prakarsa dari bawah terhadap usulan perubahan status
kelurahan menjadi desa dapat ditelusuri dokumen-dokumen sebagai
berikut :
a. Berita Acara Perubahan Status Kelurahan menjadi Desa Hari
Kamis tanggal 23 Maret 2017 menghasilkan kesepakatan setuju
dengan perubahan status Kelurahan menjadi Desa.
b. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa yang dilaksanakan di Lingkungan Bumi Mekar Sari pada
hari Minggu tanggal 12 Maret 2017 seluruh warga yang hadir
setuju status perubahan Kelurahan Kerobokan menjadi Desa.
c. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Tegal Permai pada hari Minggu tanggal 5 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
d. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Bhuana Asri pada hari Minggu tanggal 5 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
e. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Blubuh Sari pada hari Minggu tanggal 26
Februai 2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang
hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
f. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Bhineka Asri pada hari Minggu tanggal 15 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
g. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Padang Lestari pada hari Senin tanggal 6
Maret 2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang
hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
41
h. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Bhuana Graha pada hari Minggu tanggal 5
Maret 2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang
hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
i. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Wira Bhuana pada hari Senin tanggal 27 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
j. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Bumi Kertha pada hari Minggu tanggal 5 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
k. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Petingan pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017
dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju
status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
l. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Muding Mekar pada hari Minggu tanggal 5
Maret 2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang
hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
m. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Muding Tengah pada hari Rabu tanggal 15
Februari 2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga
yang hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi
Desa.
n. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Muding Kaja pada hari Minggu tanggal 5 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
o. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Muding Kelod pada hari Senin tanggal 6 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
42
p. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Babakan pada hari Rabu tanggal 15 Februari
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
q. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Batubidak pada hari Senin tanggal 13 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
r. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Jambe pada hari tanggal 15 Maret 2017 dengan
telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
s. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Beluran pada hari Jumat tanggal 17 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
t. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Batuculung pada hari Rabu tanggal 17 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
u. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Gadon pada hari Jumat tanggal 10 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
v. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Tegalsari pada hari Minggu tanggal 19
Februari2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang
hadir setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
w. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan Menjadi
Desa Lingkungan Suryabhuana pada hari Minggu tanggal 5 Maret
2017 dengan telah disepakati bahwa seluruh warga yang hadir
setuju status Kelurahan Kerobokan diubah menjadi Desa.
43
Dalam Berita Acara dan Notulen yang telah disebutkan diatas
terungkap semua komponen menyatakan setuju dan memberi
dukungannya terhadap perubahan status Kelurahan Kerobokan
Kaja menjadi Desa. Jadi persyaratan prakarsa dari bawah telah
terpenuhi.
2) Homogenitas
Sebagaimana telah disinggung didepan, homogenitas adalah
keadaan yang sama dari suatu kelompok yang dalam hal ini sebagai
indikator adalah Agama Hindu. Profil Kelurahan Krobokan Kaja
Tahun 2016 menunjukkan data sebagai berikut:
a. Penduduk beragama Islam = 3249 orang
b. Penduduk beragama Kristen = 908 orang
c. Penduduk beragama Katholik = 494 orang
d. Penduduk beragama Hindu = 12.208 orang
e. Penduduk beragama Budha = 278 orang
Jika dihitung berdasarkan prosentase maka, 12208 orang (71%)
penduduk Kelurahan Kerobokan Kaja penduduknya memeluk
agama Hindu. Ini berarti syarat homogenitas telah terpenuhi secara
signifikan.
3) Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Kerobokan Kaja sampai akhir
bulan Desember 2016, terdiri dari 4135 kepala keluarga, dengan
jumlah penduduk 17137 orang.
Ini berarti jumlah ini telah melebihi dari persyaratan yang
dikehendaki Permendagri Nomor 1 Tahun 2017, dimana syarat
penduduk untuk Bali ditentukan paling sedikit 5000 orang atau
paling sedikit 1000 kepala keluarga. Dengan demikian persyaratan
jumlah penduduk untuk perubahan Kelurahan Kerobokan Kaja
menjadi Desa telah terpenuhi.
44
15. Kelurahan Kerobokan Kelod.
1) Prakarsa dari bawah
Seperti pada kelurahan lainnya, prakarsa dari bawah di
Kelurahan Kerobokan Kelod dapat dilihat dari adanya Berita Acara
Perubahan dan Notulen rapat yang mencerminkan keinginan dan
kesepakatan seluruh masyarakat Kelurahan Kerobokan Kelod
dengan perubahan status pemerintahan dari kelurahan menjadi
desa.
Kesepakatan Usulan Perubahan Status Pemeritahan
Kelurahan menjadi Pemerintahan Desa dapat ditelusuri melalui
dokumen-dokumen dalam bentuk Berita Acara Musyawarah
Kelurahan, sebagai berikut:
a. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Di Kelurahan Kerobokan Kelod, Hari Kamis
Tanggal 23 Maret 2017, disepakati /memutuskan bahwa
warga lingkungan Kelurahan Kerobokan Kelod setuju
dengan perubahan status kelurahan menjadi desa.
b. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Pengipian Hari Rabu Tanggal
8 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati bahwa
seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa.
c. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Taman Merthanadi Hari
Kamis Tanggal 9 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa
d. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Pengubengan Kangin Hari
Jumat Tanggal 10 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa.
45
e. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Kuwum Hari Selasa Tanggal
14 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati
bahwa seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa.
f. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Dukuh Sari Hari Rabu
Tanggal 15 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa
g. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Taman Hari Kamis Tanggal
16 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati
bahwa seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa
h. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Semer Hari Kamis Tanggal 16
Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati bahwa
seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa.
i. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Umalas Kauh Hari Jumat
Tanggal 17 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa.
j. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Umalas Kangin Hari Sabtu
Tanggal 18 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa.
k. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Umasari Hari Senin Tanggal
20 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati
46
bahwa seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa.
l. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Batubelig Kangin Hari Rabu
Tanggal 21 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa.
m. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Batubelig Hari Selasa Tanggal
21 Maret 2017. Hasil rapat memutuskan disepakati
bahwa seluruh warga yang hadir setuju status Kelurahan
Kerobokan Kelod menjadi Desa.
n. Berita Acara Hasil Rapat Perubahan Status Kelurahan
Menjadi Desa Lingkungan Pengubengan Kauh Hari Rabu
Tanggal 22 Maret 2017.Hasil rapat memutuskan
disepakati bahwa seluruh warga yang hadir setuju status
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa
Dengan adanya Berita Acara-Berita Acara tersebut lengkap dengan
notulen dan daftar hadir menunjukkan bahwa syarat aspirasi dari
bawah sebagaimana dikehendaki oleh Permendagri No 1 Tahun 2017
telah terpenuhi.
2) Homogenitas.
Sebagaimana telah disinggung didepan, homogenitas adalah
keadaan yang sama dari suatu kelompok yang dalam hal ini sebagai
indikator adalah Agama Hindu.
Berdasarkan Monografi Kelurahan Kerobokan Kelod Tahun
2016, jumlah penduduk menurut agama dapat diutarakan sebagai
berikut:
a. Penduduk beragama Islam =298 orang
b. Penduduk beragama Katolik = 205 orang
c. Penduduk beragama Protestan = 185 orang
47
d. Penduduk beragama Hindu = 9811 orang
e. Penduduk beragama Budha = 76 orang
Dari keseluruhan jumlah penduduknya, sebanyak 9811 jiwa atau
sekitar 92,77% menganut agama Hindu.
Berdasarkan syarat jumlah penduduk berdasarkan agama,
maka syarat homogenitas telah terpenuhi untuk perubahan
Kelurahan Kerobokan Kelod menjadi Desa Kerobokan Kelod.
3) Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Kerobokan Kelod sampai
akhir bulan Desember 2016, terdiri dari 2459 kepala keluarga (KK),
dengan jumlah penduduk 10575 orang.
Ini berarti jumlah ini telah melebihi dari persyaratan yang
dikehendaki Permendagri Nomor 1 Tahun 2017, dimana syarat
penduduk untuk Bali ditentukan paling sedikit 5000 orang atau
paling sedikit 1000 kepala keluarga. Dengan demikian persyaratan
jumlah penduduk untuk perubahan Kelurahan Kerobokan Kelod
menjadi Desa telah terpenuhi.
16. Kelurahan Kerobokan.
1) Prakarsa dari bawah
Lurah Kerobokan pada tanggal 27 Februari 2017
menerbitkan Surat Keputusan Kepala Lurah Kerobokan Nomor 74
Tahun 2017 tanggal 27 Februari 2017 tentang Pembentukan Tim
Perubahan status pemerintahan Kelurahan Menjadi desa di
Kerobokan.Tugas dan tanggungjawab tim yakni :
a. Mengadakan sosialisasi perubahan status Kelurahan
Kerobokan menjadi Desa Kerobokan dengan mengacu pada
Permendagri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa.
b. Mempersiapkan syarat-syarat administrasi maupun teknis yang
diperlukan dalam penyusunan laporan kelengkapan usulan
perubahan status kelurahan menjadi desa.
48
c. Bertanggung jawab dan melaporkan segala pelaksanaan
tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan dokumen usulan, dengan jelas nampak adanya
prakarsa dari bawah, hal ini ditunjukan dari dokumen-dokumen
sebagai berikut:
a. Notulen Rapat Hari Senin tanggal 20 Maret 2017, Tim
mengadakan rapat dengan agenda Sosialisasi dan usulan
perubahan kelurahan menjadi desa.Kesimpulan hasil rapat
usulan perubahan status Kelurahan menjadi Desa kepada
Bupati Badung.
b. Berita Acara Rapat Nomor 01/BPL/II/2017 dan Notulen Rapat
Hari Senin tanggal 13 Februari 2017, di Banjar Peliatan
Lingkungan Peliatan, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
c. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Jumat tanggal 17 Maret 2017, di Banjar Tegeh,
Lingkungan Tegeh menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
d. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Minggu tanggal 19 Maret 2017, di Banjar Anyar Kaja
Lingkungan Anyar Kaja, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
e. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Kamis tanggal 23 Maret 2017, di Banjar Anyar Kelod
Lingkungan Anyar Kelod, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa
f. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Jumat tanggal 17 Maret 2017, di Banjar Gede
Lingkungan Gede, menyepakati perubahan Kelurahan menjadi
Desa.
g. Berita Acara Rapat Nomor: 01/CMP/III/2017 dan Notulen
Rapat Hari Jumat tanggal 10 Maret 2017, di Banjar Campuan
Lingkungan Campuan, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
49
h. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Rabu tanggal 22 Maret 2017, di Banjar Silayukti
Lingkungan Silayukti, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
i. Berita Acara Rapat Nomor: 04/KC/III/2017 dan Notulen Rapat
Hari Jumat tanggal 17 Maret 2017, di Banjar Kancil
Lingkungan Kancil, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa
j. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Minggu tanggal 9 April 2017, di Banjar Padang
Lingkungan Padang, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
k. Berita Acara Rapat Nomor: - (tanpa nomor) dan Notulen Rapat
Hari Jumat tanggal 17 Maret 2017, di Banjar Kesambi
Lingkungan Kesambi, menyepakati perubahan Kelurahan
menjadi Desa.
Dengan adanya Berita Acara-Berita Acara tersebut lengkap dengan
notulen dan daftar hadir menunjukkan bahwa syarat aspirasi atau
prakarsa dari bawah telah terpenuhi sebagaimana dikehendaki oleh
Permendagri No 1 Tahun 2017 telah terpenuhi.
2) Homogenitas
Seperti telah dipaparkan pada kerangka acuan konseptual tentang
homogenitas, data emprik di Kelurahan Kerobokan yang
menunjukkan adanya homogenitas sebagai berikut:
a. Penduduk beragama Islam = 526 orang.
b. Penduduk beragama Kristen = 204 orang.
c. Penduduk beragama Katholik = 268 orang.
d. Penduduk beragama Hindu = 7629 orang.
e. Penduduk beragama Budha = 125 orang.
Jika dihitung berdasarkan prosentase, maka sebanyak 7629 orang
atau 88,07% penduduk di Kelurahan Kerobokan memeluk agama
50
Hindu. Ini berarti syarat homogenitas telah terpenuhi secara
signifikan.
3) Jumlah penduduk
Jika diihat dari jumlah penduduk, penduduk Kelurahan
Kerobokan sampai akhir bulan Desember 2016, dengan komposisi
jumlah kepala keluarga sebanyak 1924 Kepala Keluarga, dengan
jumlah penduduk sebanyak 8752 orang.
Ini berarti jumlah tersebut diatas telah melebihi dari
persyaratan yang dikehendaki Permendagri Nomor 1 Tahun 2017,
dimana syarat penduduk untuk Bali ditentukan paling sedikit 5000
orang atau paling sedikit 1000 kepala keluarga. Dengan demikian
persyaratan jumlah penduduk untuk perubahan Kelurahan
Kerobokan menjadi Desa telah terpenuhi.
51
III. PENUTUP
a. Simpulan
Dari kajian diatas dapat disimpulkan:
1. Terlihat adanya keinginan kuat dari masyarakat di seluruh
kelurahan yang ada di Kabupaten Badung untuk terjadinya
perubahan status kelurahan menjadi desa.
2. Kajian yuridis menunjukkan bahwa seluruh kelurahan yang
ada di Kabupaten Badung ( 16 kelurahan ) memenuhi syarat
untuk berubah status menjadi desa sesuai dengan ketentuan
Permendagri No 1 Tahun 2017.
b. Saran
1. Hendaknya keinginan masyarakat dari enam belas kelurahan
itu segera ditindak lanjuti sesuai proses yang diatur dalam
Permendagri No 1 Tahun 2017.
2. Sepanjang memungkinkan kiranya data/dokumen disekitar
perubahan status kelurahan menjadi desa yang ada pada
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, copynya dapat
dibagikan kepada Tim Pengkaji Fakultas Hukum Universitas
Udayana untuk keperluan pertanggungjawaban ilmiah
terhadap substansi kajian.
52
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
Budiardjo, Miriam;1981, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, PT Gramedia, Jakarta
Hajon, Philipus M, dkk;1993, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Joeniarto, R;1979, “Perkembangan Pemerintahan Lokal”,PT Alumni,
Bandung.
Kelsen, Hans;1996, ”Introduction to Legal Theory” Clarendon Press,
Oxford, London. Lubis, Solly;1975, “Ilmu Negara”, PT Alumni, Bandung.
Mac Iver, RM; 1980, “The Modern State”, Oxford University Press.
Muslimin,Amrah;1978, “Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah”, Penerbit Alumni, Bandung.
Reynolds,Osborne M;1982, “Local Government Law”,St Paul Minn, West
Publishing, Minnesota, USA.
Strong, CF;1952, “Modern Political Constitution”, Sidgwick and Jackson
Limitid, London.
B. Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Penataan
Desa.