Upload
tuhuk-maarit
View
204
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Rangkuman Pengertian
Citation preview
1. Pendahuluan
Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa
Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan adanya fungsi tersebut penguasaan bahasa Indonesia sangat
menentukan dalam penyusunan media pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berupa karya ilmiah.
Berkaitan dengan itu setiap orang yang akan menulis karya ilmiah dituntut
untuk memahami bahasa Indonesia sebagai medianya. Menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang amat kompleks. Dalam menulis seseorang dituntut
untuk memiliki keterampilan kognitif yang meliputi kemampuan memahami,
mengetahui, dan mempersepsikan suatu fenomena untuk kemudian
dikomunikasikan melalui media bahasa. Selain itu, dalam mengkomunikasikan
idenya tersebut seorang penulis dituntut untuk menganalisis konteks pembaca
yang menjadi sasaran tulisannya..
Selanjutnya berkaitan dengan keterampilan menulis tersebut D. Angelo
dan Breor (1977) mengemukakan bahwa untuk dapat menulis seseorang perlu
memahami prinsip-prinsip penulisan dan juga berlatih menulis
sebanyakbanyakmya.
2. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf
Pengertian paragraf dapat dilihat dari segi isi dan dari segi struktur. Dilihat
dari segi isi, paragraf adalah suatu pernyataan tentang suatu pokok pikiran yang
dikemukakan secara lengkap dan merupakan satu kesatuan. Dilihat dari segi
struktur, paragraf adalah sekelompok pernyataan kalimat yang saling
berhubungan, dirangkaikan dalam urutan yang teratur dan jelas kaitan-kaitannya.
2.1 Kelengkapan sebagai Syarat Isi Paragraf
Ditinjau dari isinya, suatu paragraf mengemukakan isi yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan. Paragraf dikatakan lengkap apabila mengemukakan hal-
hal yang semestinya disampaikan agar pikiran utama yang dikemukakan dalam
paragraf itu menjadi jelas bagi pembaca. Hal-hal yang dikemukakan untuk
kelengkapan isi paragraf itu harus tetap relevan dengan pikiran utama, sehingga
keseluruhan isi paragraf tetap merupakan satu kesatuan.
Untuk membuat paragraf yang lengkap dapat ditempuh teknik
pengembangan. Contoh teknik pengembangan adalah sebagai berikut.
Ide Pokok: Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa dalam bidang
pengetahuan maupun pembangunan berbagai usaha telah dilakukan pemerintah.
Teknik Pengembangan: Contoh (illustrasi) Bentuk paragraf dengan ide pokok dan
teknik pengembangan seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam pembangunan
maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah, ABRI masuk desa (AMD) sudah lama kita kenal. Hasilnya pun
lumayan, misalnya perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung.
Contoh lain KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil positif telah
pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan
masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan
gizi, serta penyuluhan hukum.
2.2 Kesatuan sebagai Isi Paragraf
Pengembangan pikiran utama dalam suatu paragraf dengan menggunakan
berbagai macam cara tersebut di atas harus tetap berpusat pada pikiran pokok itu
sendiri. Informasi yang digunakan harus terseleksi sedemikian rupa sehingga
diperoleh informasi yang relevan dan tetap berpusat pada pikiran pokok. Jadi
sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila kalimat-kalimat dalam paragraf
itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Semua
kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal,
agar tidak terjadi pemasukan unsur-unsur yang sama sekali tidak memiliki
pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-penyimpangan dari maksud
tunggal tadi akan membingungkan atau mempersulit pembaca. Oleh karena itu,
setiap kalimat dalam paragraf tersebut harus membicarakan gagasan pokok
paragraf tersebut. Tidak boleh ada kalimat-kalimat sumbang atau kalimat-kalimat
yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pokok paragraf tersebut.
Untuk memperjelas kesatuan paragraf tersebut, perhatikan contoh berikut
ini.
Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri
dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi tidak setiap
wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai
potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang
bermukim di wilayah itu, sehingga harus mencukupinya dari tempat lain. Untuk
itu dibinalah hubungan internasional yang memungkinkan terbukanya peluang
bagi setiap Negara untuk mencukupi kebutuhannya dari negara lain melalui jalan
damai. Namun, untuk mencukupi kebutuhan itu tidak jarang pula ditempuh jalan
kekerasan.
Paragraf di atas membicarakan satu gagasan pokok yakni setiap negara
pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi dan
potensi wilayahnya. Gagasan pokok itu dirinci atau dijelaskan oleh beberapa
gagasan penunjang yang meliputi (1) tidak semua negara kondisinya
memungkinkan, (2) diperlukan hubungan dengan negara lain, dan (3) kadang
untuk memenuhi kebutuhannya ditempuh dengan kekerasan. Rincian tersebut
dirangkaikan sedemikian rupa, sehingga mampu membuahkan satu kesatuan
paragraf yang bulat.
2.3 Kepaduan sebagai Syarat Isi Paragraf
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea adalah koherensi atau
kepaduan. Yang dimaksud kepaduan adalah kekompakan hubungan antara sebuah
kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu. Kepaduan yang
baik terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang
membangun
paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Pembaca dengan mudah dapat
mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa mengalami hambatan, karena urutan pikiran
teratur baik tidak ada loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan menggunakan pengait
paragraf. Pengait paragraf ada tiga macam, yaitu pengulangan kata yang
dipentingkan atau pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan
transisi, dan paralelisme. Berikut ini diberikan contoh paragraf yang memiliki
kepaduan.
Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah
menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan yang sudah
ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi
yang
kita susun, tidak akan memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan
hasil
proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat
menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta
bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif..
Kepaduan pada paragraf di atas diperoleh dengan menggunakan pengulangan
kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Selain
menggunakan kata kunci, kepaduan paragraf itu dapat diperoleh dengan
menggunakan transisi baik berupa kata maupun kelompok kata. Perhatikan contoh
berikut ini.
Pengusaha Indonesia hendaknya bersiap-siap menyongsong peluang usaha
pasca Perang Teluk untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak selama perang.
Oleh karena itu, perlu dibentuk semacam task force untuk mengantisipasi hal itu.
5
Perkuliahan bahasa Indonesia seringkali sangat membosankan sehingga tidak
mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan, bahan kuliah
yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh
mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di
samping
itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di
bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa
Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa
Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan
diberikan
kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa
Indonesia.
3. Penyusunan Kalimat dalam paragraf
Ditinjau dari aspek strukturnya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam
karangan haruslah benar. Suatu kalimat dikatakan benar strukturnya apabila
kalimat
tersebut dibangkitkan dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang
bersangkutan baik kaidah struktur frasa maupun kaidah transformasi. Ini penting,
karena struktur kalimat akan berpengaruh terhadap maksud kalimat. Kesalahan
struktur kalimat akan berpengaruh terhadap maksud kalimat, dalam arti kalimat
tersebut tidak komunikatif.
3.1 Aspek Kebenaran dalam Penyusunan Kalimat
Kalimat memenuhi kriteria kebenaran jika kalimat tersebut disusun sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa aspek
kebenaran dapat dilihat baku tidaknya (gramatikal tidaknya) struktur suatu
kalimat.
Untuk memahami aspek kebenaran kalimat tersebut dapat dilihat pada
contohcontoh
sebagai berikut.
Tidak gramatikal Gramatikal
1. Dia tidak bicara tentang masa lalunya. Dia tidak berbicara tentang masa
lalunya.
2. Masalah itu belum semuanya disadari Masalah itu belum semuanya kita
oleh kita sadari.
3. Hari ini dia mau pergi Surabaya. Hari ini dia mau pergi ke Surabaya.
.
3.2 Aspek Kejelasan dalam Penyusunan Kalimat
Kalimat memenuhi aspek kejelasan jika kalimat tersebut memiliki ciri (1)
adanya penalaran (kalimat logis), (2) kalimat tidak goyah (tidak ambigu), (3)
kalimat
6
padu, dan (4) tidak ada penumpukan ide dalam satu kalimat. Ciri-ciri tersebut
dapat
diperjelas dengan contoh-contoh sebagai berikut.
3.2.1 Kalimat logis
Penyusunan kalimat hendaknya didukung oleh jalan pikiran yang logis. Hal ini
sangat menentukan sebab penyusunan kalimat merupakan penyusunan ide yang
berkaitan dalam penulisan karya ilmiah. Kalimat yang tidak logis tidak dapat
dengan
mudah dipahami oleh pembaca dan dapat menimbulkan kerancuan hubungan ide
yang satu dengan yang lain. Untuk memperjelas penyusunan kalimat logis dapat
dilihat contoh-contoh sebagai berikut.
Tidak Logis Logis
1. Saya belum jelas. Saya belum mengerti.
2. Naik sepeda diharap turun! Pengendara sepeda diharap turun!
3. Waktu kami persilakan. Bapak kepala sekolah kami persilakan.
3.2.2 Kalimat Tidak Goyah
Untuk mencapai aspek kejelasan kalimat penyusunan kalimat tidak boleh
menimbulkan ambiguitas. Kalimat yang memiliki ambiguitas (bermakna banyak)
akan menyebabkan berbagai kesalahpahaman. Dalam konteks penulisan karya
tulis
ilmiah kesalahpahaman tersebut harus dihindarkan. Penghindaran
kesalahpahaman
tersebut dapat ditempuh dengan cara menyusun kalimat yang tidak goyah (tidak
banyak makna). Untuk memperjelas penyusunan kalimat tidak goyah dapat dilihat
contoh-contoh sebagai berikut.
Goyah Tidak Goyah
1. Isteri Pak Lurah yang baru. Isteri baru Pak Lurah.
2. Uang itu sudah dikirimkan kakak kemarin. Uang itu sudah dikirimkan kepada
kakak kemarin.
Uang itu sudah dikirimkan oleh
kakak kemarin.
7
3.2.3 Kalimat Padu
Untuk mencapai aspek kejelasan penyusunan kalimat harus memperhatikan
kepaduan kalimat. Kalimat dikatakan tidak padu karena hubungan subjek dan
predikat suatu kalimat terganggu oleh keterangan panjang yang disisipkan antara
subjek dan predikat. Selain itu, kalimat juga bisa terganggu kepaduannya karena
subjek menyisip dalam keterangan kalimat. Untuk memperjelas penyusunan
kalimat
padu tersebut dapat dilihat contoh-contoh sebagai berikut.
Tidak Padu Padu
1. Pembaca setelah selesai
melakukan kegiatannya dapat
menangkap isi suatu buku.
Pembaca dapat menangkap isi
buku setelah selesai melakukan
kegiatannya.
2. Selanjutnya saya akan jelaskan
pentingnya bahasa bagi manusia.
Selanjutnya akan saya jelaskan
pentingnya bahasa bagi manusia.
3. Dalam kita menghadapi berbagai
cobaan kita harus tetap tabah.
Kita harus tetap tabah dalam
menghadapi berbagai cobaan.
3.2.4 Penumpukan Ide dalam Sebuah Kalimat
Kalimat panjang dengan ide yang bertumpuk-tumpuk sering menyulitkan
pembaca. Untuk memahami isinya, pembaca perlu membaca berulang-ulang. Hal
ini
tentu saja tidak menguntungkan. Untuk itu, penulisan karya ilmiah kalimat harus
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dan cepat dipahami serta tidak
membosankan pembaca. Ide yang bertumpuk-tumpuk dalam suatu kalimat
hendaknya dihindarkan. Contoh sebagai berikut.
Karena dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia mendapat
tempat yang teratas berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi
yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu, maka pengajaran bahasa
Indonesia dianggap sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila.
8
Agar mudah dan cepat dipahami kalimat panjang di atas dipecah-pecah
sehingga tidak terjadi penumpukan ide. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini
yang
mencoba untuk memecah kalimat di atas menjadi beberapa kalimat.
Dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia mendapat tempat
teratas, yaitu 8 jam pelajaran seminggu. Berbeda dengan bidang studi bahasa
Indonesia, bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu.
Karena itu, pengajaran bahasa Indonesia dianggap penting dalam rangka
mencapai
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
3.3 Aspek Keefektifan dalam Penyusunan Kalimat
Aspek keefektifan kalimat dapat dilihat dari segi (1) kehematan, (2)
kevariasian, dan (3) kesejajaran. Untuk memperjelas ciri-ciri tersebut dapat dilihat
contoh berikut.
3.3.1 Kehematan dalam Kalimat
Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian, kehematan
frase atau bentuk lainnya. Kehematan itu menyangkut soal gramatika dan makna
kata. Termasuk ke dalam aspek kehematan ini adalah menghindarkan
pengulangan
subjek kalimat. Contoh:
1. Mahasiswa itu segera mengubah rencananya setelah dia menerima uang dari
bapaknya.
2. Anak muda itu berlari-lari setelah dia dinyatakan lulus ujiannya.
3.3.2 Kevariasian dalam kalimat
Variasi kalimat diperlukan untuk menghindarkan pembaca dari suasana
monoton dan kebosanan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan (1) variasi
pembukaan kalimat, (2) variasi pola kalimat, dan (3) variasi jenis kalimat.
3.3.3 Kesejajaran dalam Kalimat
Sebuah kalimat harus memperhatikan unsur kesejajaran, Yang dimaksud
dengan kesejajaran ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa dalam penulisan
dengan konstruksi yang sama dalam susunan serial. Kesejajaran dalam
bentukbentuk
itu memberi kejelasan dalam kalimat secara keseluruhan. Contoh:
9
Harga kertas meningkat, upah kerja naik, biaya cetak bertambah, terpaksa
harga buku itu dinaikkan juga.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang
dipergunakannya (meningkat-bertambah, naik-dinaikkan), sehingga perlu
diperbaiki
lagi sebagai berikut.
Harga kertas meningkat, upah kerja dinaikkan, biaya cetak meningkat,
terpaksa harga buku itu dinaikkan juga.
.
3.4 Aspek Keserasian dalam Penyusunan Kalimat
Keserasian di sini dikaitkan dengan pemilihan ragam bahasa yang sesuai
dengan tujuan penulisan. Dalam bahasa Indonesia kita kenal adanya ragam baku
dan ragam tidak baku. Ragam baku digunakan pada situasi-situasi resmi,
sedangkan ragam tidak baku digunakan pada situasi penulisan yang tidak resmi.
Dalam kaitannya dengan penulisan karya ilmiah jelas kita harus menggunakan
ragam baku, sebab karya ilmiah termasuk penggunaan bahasa resmi. Dialek-
dialek
ragam bahasa percakapan atau dialek daerah perlu dihindarkan dalam penyusunan
kalimat suatu karya ilmiah.
4. Penutup
Keterampilan menyusun paragraf dan menyusun kalimat merupakan
sebagian dari keterampilan yang diperlukan dalam menulis sebuah karya ilmiah.
Dalam penyusunan paragraf harus diperhatikan syarat penyusunan paragraf yang
meliputi (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) kelengkapan. Selain itu, perlu juga
dikuasai berbagai teknik pengembangan paragraf sehingga membentuk suatu
paragraf yang utuh dan padu. Selanjutnya berkaitan dengan keterampilan
menyusun kalimat perlu diperhatikan aspek (1) kejelasan, (2) kebenaran, (3)
keefektifan, dan (4) keserasian.
Untuk menguasai keterampilan menulis perlu dilakukan latihan secara
terusmenerus.
Dengan latihan tersebut seorang penulis pemula akan menerapkan
berbagai teori tentang menulis dalam berbagai konteks penulisan. Akhirnya
dengan
latihan yang terus-menerus dapat terbentuk keterampilan menulis yang memadai.
10
Karena itu, keberanian untuk mencoba sangat diperlukan. Keberanian mencoba
dan
berlatih inilah yang harus ditumbuhkan pada diri kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Muhsin. 1991. Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Bahasa
Karangan.
Malang: YA3.
D, Angelo, Frank J. 1977. Process and Thought in Composition. Cambridge,
Massachusetts: Winthrop Publisher. Inc.
Legget, Glen et al. 1982. Handbook for Writing. Englewood Cliffs, New York:
Prentice-
Hall, Inc.
Parera, Daniel. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. FPBS IKIP Malang.
Syafi’ie, Imam. 1990a. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Proyek LPTK.
____________.1990b. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang.
Pusdiklat PSDM, Kementerian Keuangan. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta.
Penulis:
Abu Samman Lubis
Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang.
Sebelum kita membicarakan tentang unsur kalimat bahasa Indonesia,kita perlu
mengetahui arti dari kalimat itu sendiri,Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil
dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh .
Setiap kalimat yang dibentuk harus memiliki keharmonisan.Keharmonisan
kalimat artinya kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan
struktur bahasa. Agar kalimat Anda harmonis, setiap kalimat yang Anda buat
harus mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti terdiri dari
beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut
frasa . Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Secara sederhana, kesatuan gagasan diwakili oleh pola sebagai berikut :
Subyek + Predikat + Obyek + Pelengkap + Keterangan
(S) + (P) + (O) + (Pel) + (Ket)
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokokpembicaraan.
1.Ciri-Ciri Subjek
- Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
- Berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan
Contoh :
Eriza adalah salah satu fans dari Agnes Monica.
Siapa salah satu fans Agnes Monica? Jawabannya : Eriza
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri
atau jatidiri subjek. Fungsi predikat menyatakan pernyataan, perintah, atau
pertanyaan.
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan
verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga
disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti
ingin, hendak, dan mau.
Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada
jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-
sama.
Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat
demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat
pengganti predikat.
Predikat dapat berupa :
- kata benda / frase nominal,
- kata kerja / frase verbal,
- kata sifat / frase adjektival,
- kata bilangan / frase numeral,
- kata depan / frase preposisional.
1). Agnes Monica/ adalah seorang Penyanyi yang terkenal
Predikat
Obyek (O)
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan
me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur
objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului
predikat.
Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini
dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Vely mengirimi saya novel baru.
Pelengkap
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Polisi itu bersenjatakan Pistol.
Kata Pistol adalah pelengkap.
Pertanyaan : polisi itu bersenjatakan apa? Jawaban : Pistol.
Keterangan (Ket) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian yang lainnya.Ciri-ciri keterangan yaitu : berupa kata, frase dan klausa,
didahului kata depan,dan tidak terikat posisi.
Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh
berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka
bukan keterangan.
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan
dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-
subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan
yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
Macam-macam Kalimat
Kalimat Majemuk : kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau
lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru
mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Agnes menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca Majalah (kalimat tunggal II)
Agnes menulis surat dan Bapak membaca majalah
b. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa
sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping
pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal) Anak yang menyapu di
perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
Kalimat Tunggal : kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan
kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih
unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu
tidak membentuk pola kalimat baru.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara : kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola
kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata
tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya. Contoh: Nobita pemuda yang pintar
lagi pula tampan.
b. Kalimat majemuk setara memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik,
maupun.
Contoh: Eriza main bola atau Eriza pergi ke lapangan.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi,
melainkan.
Contoh: Saya sangat cantik tetapi saya malas.
2) Kalimat majemuk bertingkat : terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian
kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak
kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau
dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek. Contoh:
Diakuinya(P) hal itu(S). Diakuinya(P) bahwa Agnes memang hebat(anak kalimat
pengganti subjek).
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat. Contoh:
Katanya begitu. Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek. Contoh:
Mereka sudah mengetahui hal itu.
Mereka sudah mengetahui bahwa dia yang menjadi peran utama.
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Contoh: Rafli Bekerja pagi hari. Rafli bekerja ketika kami sekolah.
3) Kalimat majemuk campuran : kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil
gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola
kalimat.
Contoh: Ketika ia duduk minum-minum(pola atasan), datang seorang wanita
berpakaian bagus(pola bawahan), dan menggunakan kendaraan roda empat(pola
bawahan 2).
Sumber :
http://serlykeguruan.blogspot.com/2009/10/unsur-kalimat-bahasa-indonesia-
salam.html
http://jurnal-sastra.blogspot.com/2009/02/penelitian-variasi-pola-kalimat-
bahasa.html
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/kalimat_dalam_bahasa_in
donesia.pdf
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir. Sesuatu dapat
dikatakan sebagai kalimat jika sekurang-kurangya memiliki dua buah unsur
kalimat yaitu subyek dan predikat.
Unsur-unsur kalimat
1. Subyek
Suatu kata dapat dikatakn subyek jika,
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :
1.Rani adalah sahabat Ratih
Siapasahabat Ratih? Jawab :Rani. (maka Rani adalah Subyek)
Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas
antara subyek dan predikat)
Contoh : Paman itu adalah seorang wirausaha
2 Predikat
Suatu kata dapat dikatakan sebagai predikat jika,
Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada
jawabannya..
Kata Adalah atau Ialah, Predikat dapat berupa adalah atau ialah. Kalimat dengan
predikat seperti kata ialah dan adalah digunakan dalam kalimat majemuk
bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan
verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga
disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti
ingin, hendak, dan mau.
3 Objek
Suatu kata dapat dinyatakan sebagai objek jika,
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak
memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan
me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
Langsung di Belakang Predikat, maksudnya adalah letak objek dalam suatu
kalimat selalu tepat dibelakang objek.
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif, perubahan dari aktif ke pasif ditandai
dengan adanya perubahan bentuk verba predikatnya.
Didahului kata Bahwa, Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa
dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4 . Pelengkap
Suatu kata dapat dikatan sebagai pelengkap jika, terletak dibelakang predikat.
Yang membedakannya dengan objek adalah objek berada langsung dibelakang
predikat sedangkan pelengkap disisipi oleh unsur lain. Dan merupakan hasil
jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
5. Keterangan
Yang menjadi salah satu cirri dari unsure kalimat keterangan adalah unsure
tersebut dapat dipindahkan posisinya. Seperti contohnya,
Ratih sudah menulis 10 lembar dengan pulpen itu.
Macam-macam Kalimat:
I.Kalimat tunggal
Kalimat majemuk adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat.
II.Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga
jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat Majemuk Rapatan
III.Kalimat majemuk setara
Yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya
sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat
majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Kalimat Majemuk Setara Penggabungan: Menggunakan kata penghubung `dan`
Kalimat Majemuk Setara Penguatan: Menggunakan kata penghubung `bahkan`
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan: Menggunakan kata penghubung `atau`
Kalimat Majemuk Setara Berlawanan: Menggunakan kata penghubung `tetapi`,
`sedangkan`, `melainkan`
Kalimat Majemuk Setara Urutan Waktu: Menggunakan kata penghubung
`kemudian`, `lalu`, `lantas`.
IV.Kalimat majemuk bertingkat
Yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya
berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan
anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Contoh: Induk Kalimat: Kemarin ayah mencuci motor. Selanjutnya kata
`kemarin` yang menduduki pola keterangan, diperluas menjadi anak kalimat yang
berbunyi: Ketika matahari berada di ufuk timur. Maka penggabungan induk
kalimat dan anak kalimat berdasarkan kalimat di atas menjadi:
Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor, atau
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur.
V.Kalimat majemuk campuran
Yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh: Toni bermain dengan
Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
Kalimat Efektif
Untuk menyampaikan maksud pada pembaca kita sebagai penulis harus membuat
kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan gagasan-gagasan sesuai dengan pikiran penulis itu sendiri.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesepadanan struktur, adalah kesepadanan antara gagasan penulis dengan
bahasa yang digunakan. Seperti contohnya adalah memiliki subyek dan predikat
yang jelas, tidak terdapat subyek ganda dalam kalimat, tidak menggunakan
kalimat penghubung pada kalimat tunggal dan predikat ridak boleh didahului oleh
kata yang.
2. Keparalelan, Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
3. Ketegasan, yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan pada ide sebuah
kalimat yang harus ditonjolkan.
4. Kehematan, yang dimaksud dengan kehematan adalah hemat dalam
menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain. Seperti mengulangi pengulangan kata,
tidak menggunakan pemakain superordinat pada hiponim kata, menghindari
kesinoniman, tidak menjamakan kata-kata.
5. Kecermatan, yang dimaksud disini adalah tidak menggunakan kata-kata yang
dapat menimbulkan penafsiran ganda.
6. Kepaduan, yang dimaksud dengan kepaduan adalah pernyataan dalam kalimat
secara penuh sehingga tidak terpecahpecah.
Paragraf (alinea) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih
tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Tetapi kalimat yang bukan sekedar
berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam satu
rangkaian yang membentuk suatu kalimat.
Dengan paragraf kita dapat membedakan permulaan tema dan akhirnya.
Tanpa paragraf kita kesulitan dalam memahami sebuah bacaan, karena kita
terpaksa membaca terus bacaan tersebut tanpa tahu dimana kita harus berhenti.
Lain halnya kalau dalam bacaan tersebut sudah diberikan pembagian atas
paragraf-paragraf. Kita berhenti sebentar sesudah sebuah paragraf berakhir.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Paragraf Bahasa Indonesia
dan Penerapannya serta Pola Penalaran (deduktif dan induktif). Dalam makalah
ini kami menyertakan contoh-contoh untuk memudahkan pemahaman.
C. Tujuan
Tujuan adanya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
dan untuk menambah khazanah keilmuan para pembaca, maka dengan adanya
makalah ini kita bisa mengetahui tentang cara penulisan paragraf dan menerapkan
pola penalaran deduktif dan induktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paragraf
1. Pengertian Paragraf
Menurut Hasnah Faizah paragraf adalah suatu penuangan ide penulis
melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan
dan hanya memiliki suatu topik atau tema.
Paragraf tidak lain dari kesatuan pemikiran yang biasa terdapat pada
kalimat utama ditambah dengan kalimat penjelas. Ia merupakan himpunan dari
kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu
gagasan (Nursalim, 2005: 49).
Jadi, paragraf merupakan kumpulan kalimat yang saling berkaitan dan
hanya memiliki satu tema kemudian terdapat didalamnya kalimat utama dan
kalimat penjelas.
2. Tujuan
Nursalim mengemukakan bahwa dalam membentuk sebuah paragraf
sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema
dengan tema yang lain. bila terdapat dua tema, maka paragraf itu harus
dipecahkan menjadi dua paragraf.
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan kita berhenti lebih lama dari pada perhentian akhir kalimat.
Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema paragraf lebih
terarah.
3. Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan sifat dan tujuannya Nursalim mengemukakan bahwa paragraf
dapat dibedakan atas paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka adalah paragraf yang berada diawal bacaan. Paragraf ini
bertujuan untuk membuka atau mengantarkan suatu karangan atau pokok pikiran
dalam bagian karangan. Oleh karena itu, sifat-sifat paragraf semacam ini harus
mampu menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup menyiapkan pikiran
pembaca kepada yang akan diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih
baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan
pembaca. Untuk menarik minat pembaca ada beberapa cara yang dianjurkan
diantaranya:
1) Mulailah dengan sebuah kutipan, pribahasa, atau anekdot.
2) Menunjukkan mengapa subjek itu sangat penting.
3) Menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah sebuah paragraf yang terdapat antara paragraf
pembuka dan paragraf penutup. Dalam membentuk paragraf penghubung harus
diperhatikan agar hubungan antara paragraf tersebut teratur, serta disusun secara
logis. Sifat paragraf penghubung tergantung pada jenis karangannya. Dalam
karangan yang bersifat deskriptif, naratif, dan eksposisi paragraf-paragraf itu
harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
sebuah karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf penutup
mengandung kesimpulan-kesimpulan pendapat dari hal yang telah diuraikan
dalam paragraf-paragraf penghubung. Hal yang paling esensial adalah bahwa
paragraf penutup harus merupakan suatu simpulan yang bulat dan betul-betul
mengakhiri uraian, serta menimbulkan kesan yang mendalam kepada para
pembacanya.
Berdasarkan tema atau kalimat utamanya, paragraf dapat dibedakan atas:
1) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan pernyataan umum ke
pernyataan khusus. Kalimat utamanya terdapat pada awal paragraf. Contoh:
Brokoli termasuk sayuran dengan kandungan anti oksidan tinggi sehingga
cara memasaknya harus benar. Usahakan agar teksturnya matang tapi jangan
sampai mengurangi atau menghabiskan kandungan gizinya. Sayuran ini lebih
tepat dimasak jenis rebus setengah matang sebelum dikonsumsi. Segera tiriskan
dan siram dengan air dingin agar tetap warnanya tetap cantik, dan bentuknya tidak
hancur. Cara memotong brokoli harus benar yaitu mengikuti tangkainya. Selain
mempengaruhi kesegaran tangkai brokoli juga berfungsi hiasa untuk menambah
selera makan.
2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah yang dimulai dengan pernyataan khusus ke
pernyataan umum. Dan kalimat utamanya berada diakhir paragraf. Contoh:
Peremajaan pohon durian semula dilakukan dengan teknik satu pohon. Satu
cabang diujung batang disisakan untuk tempat tumbuh tunas baru. Ternyata hal ini
mempunyai banyak kekurangan. Selain mudah tumbang juga lama berbuah.
Setelah mencoba teknik tiga batang diperoleh hasil bahwa pohon lebih kokoh,
cepat berbuah, banyak tunas, dan buahnya banyak. Sehingga teknik peremajaan
tiga pohon atau menara kaki tiga menjadi pilihan terbaik saat ini.
3) Paragraf campuran
Paragraf campuran adalah gabungan antara paragraf deduktif dan paragraf
induktif. Kalimat utamanya berada diawal paragraf tetapi diulang kembali diakhir
paragraf. Contoh:
Bisnis tanaman hias tidak lepas dari faktor spekulatif. Dengan sedikit modal
kita dapat menghasilkan banyak keuntungan dalam waktu singkat. Namun, ada
kalanya modal besar akan hilang karena perubahan harga yang tidak terprediksi.
Khususnya untuk beberapa jenis tanaman terlalu mempunyai harga stabil, tetapi
untuk jenis yang lain selalu naik turun mengikuti pasar. Kalau anda menyukai
bisnis jenis ini berarti anda siap dengan segala jenis spekulasinya.
d. Paragraf Merata
Paragraf Merata adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat dalam
keseluruhan paragraf tersebut. Paragraf ini tiap kalimat mempunyai kedudukan
dan kekuatan yang sama dalam mendukung gagasan utama. Contoh:
Pada pagi yang cerah itu Masirah melompat-lompat menyusuri pematang.
Dikanan kirinya terbentang luas tembakau yang sudah selutut tingginya. Daunnya
hijau lebar-lebar, tanda subur karena cukup pupuknya. Sekali-sekali ia berhenti
melayangkan pandangannya ke dangau di ujung ladang. Sudah sejak matahari
terbit suaminya menyiangi tembakau. Sekarang tentu sedang beristirahat, karena
tidak seorangpun tampak di ladang. Dibayangkannya betapa suaminya akan
terkejut gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula dalam bakul yang
dijinjingnya terdapat makanan kesenangan suaminya. Sayur asam, sambal terasi,
petai bakar, dan ikan tawes asin, ditambah dengan nasi putih yang masih panas,
yang berasnya baru ditumbuk kemarin. Masirah tersenyum bahagia.
Pikiran utama dalam paragraf diatas menjelaskan kegembiraan Masirah
melihat ladang dan bertemu suaminya di pagi hari.
Kalimat utama dan kalimat penjelas, masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda. Kalimat utama berfungsi sebagai tumpuan atau sandaran bagi kalimat-
kalimat penjelas. Sebaliknya kalimat penjelas berfungsi menjelaskan hal-hal yang
belum jelas pada kalimat utama.
4. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Paragraf yang baik dan efektif memenuhi syarat seperti kesatuan koherensi
dan perkembangan paragraf. Nursalim berpendapat bahwa yang termasuk syarat-
syarat pembentukan paragraf adalah:
a. Kesatuan
Kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang membina
paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu.
b. Koherensi
Koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan
kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
c. Pengembangan Paragraf
Bagaimana kita dapat menghubungkan antara gagasan utama dengan
gagasan penjelas.
B. Penalaran
1. Pengertian
Penalaran sering diidentikkan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran turut
menentukan baik atau tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya
dapat dipahami. Penalaran atau jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang
berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada
kesimpulan yang masuk akal, dengan demikian kalimat-kalimat yang diucapkan
harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau harus sesuai
dengan penalaran. (Hasna Faiza, 2009: 84)
2. Jenis-Jenis Penalaran
Pengambilan kesimpulan dalam penalaran dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu deduktif dan induktif. Perbedaan kedua nya adalah:
a. Penalaran deduktif
Pada dasarnya merupakan penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan
kedalam data-data khusus. Pola penalaran ini diterapkan dalam penulisan paragraf
deduktif, yaitu pada paragraf yang kesimpulannya ditulis pada awal. Contoh:
Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan
kesejahteraan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pemuliaan tanaman.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman
pangan. Usaha tersebut diterapkan pada hampir semua jenis tanaman, misalnya:
padi, palawija, buah, sayur dan tanaman hias. Padi yang ditemukan sekarang
mempunyai umur singkat, batang pendek, dan butir gabah banyak. Buah-buahan
yang dijual di pasar selalu berkualitas tinggi begitu juga dengan sayur dan
tanaman hias, semua menunjukkan kondisi baik.
b. Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah proses pengambilan kesimpulan secara umum
berdasarkan data-data empiris yang ditemukan. Penalaran induktif yang
digolongkan menjadi tiga, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat dapat
diterapkan dalam penulisan paragraf induktif.
1) Generalisasi
Pegawai negeri dilingkungan Pemerintahan Daerah Kota Semarang setiap
hari Kamis harus memakai pakaian batik dan lurik. Demikian juga pegawai negeri
dilingkungan Pendidikan Kota Semarang maupun Propinsi Jawa Tengah. Bahkan
pegawai negeri di instansi dimana saja di jawa Tengah memakai batik atau lurik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pegawai negeri di Jawa tengah
memakai batik atau lurik di hari kamis.
2) Analogi
Sebuah peribahasa mengatakan bahwa semakin tinggi pohon, semakin
kencang pula anginnya. Pernyataan ini sesuai dengan perjalan karir manusia.
Ketika seseorang telah menduduki jabatan, selalu ada orang yang tidak menyukai.
Ketidaksukaan ini dapat dilampiaskan dalam berbagai bentuk, misalnya: fitnah,
ancaman, kekerasan, atau pemerasan.
Dapat dikatakan bahwa jabatan seseorang dan ujian yang dihadapi sama
dengan ketinggian pohon dan angin yang menerpanya.
3) Sebab akibat
Bersamaan dengan naiknya tarif semua angkutan umum, harga sebagian
besar bahan pangan naik. Harga kebutuhan pokok pun merayap mengikuti. Semua
penjual dipasar melakukan tindakan pengamanan dengan menyesuaikan harga jual
terbarunya. Bahkan, label pada semua barang di toko mulai diubah. Demikianlah
dampak hebat pengurangan subsisi BBM yang sangat dirasakan oleh masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan naiknya tarif BBM mengakibatkan
turut naiknya harga kebutuhan pokok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa paragraf adalah
kumpulan kalimat yang saling berkaitan dan hanya memiliki satu tema kemudian
terdapat didalamnya kalimat utama dan kalimat penjelas.
Diantara tujuan penggunaan paragraf adalah memudahkan pengertian dan
pemahaman dengan menceraikan suatu tema dengan tema yang lain. tujuan
lainnya adalah memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal,
untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian kalimat
terakhir.
Ada banyak jenis-jenis paragraf yang dapat kita pelajari antara lain paragraf
pembuka, paragraf penghubung, paragraf penutup, dan paragraf merata.
Kemudian berdasarkan kalimat utamanya dapat dibedakan menjadi tiga, deduktif,
induktif dan campuran.
Penalaran adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan dari kalimat
yang dibaca. Dalam penalaran dibagi dua yaitu secara deduktif dan induktif.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih banyak terdapat
kekurangan, kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian yang sifatnya membangun, demi menuju
kesempurnaan makalah-makalah kami yang akan datang. Atas kritik dan saran
saudara kami ucapkan terimakasih.
KEPUSTAKAAN
Faizah, Hasnah. 2009. Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cendekia Insani.
Nursalim. 2005. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia Berbasis
Kompetensi. Pekanbaru: Infinite.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan
ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti
koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru
pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan
spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan
dengan jeda.
Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek, predikat,
objek, pelengkap dan keterangan.
Contoh :
1. Subyek (S)
Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat.
Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan.
Merupakan jawaban dari pertanyaan “Siapa” atau “Apa”.
Contoh :
Anggun adalah seorang aktris dan penyanyi.
Gigi adalah band favoritku.
Sepatu itu telah di beli Obi.
2. Predikat (P)
Unsur inti pada kalimat yang berfungsi menjelaskan subyek.
Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS).
Merupakan jawaban dari pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”.
Contoh :
Reni menyanyi dengan merdu.
Adam memasak nasi goreng.
Andi membaca majalah.
3. Objek (O)
Keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat.
Biasanya terletak di belakang predikat.
Dalam kalimat pasif, objek akan menempati posisi subyek.
4. Keterangan (K)
Hubungannya dengan predikat renggang.
Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
Terdiri dari beberapa jenis :
o Keterangan Tempat
LinkinPark akan konser di Jakarta.
o Keterangan Alat
Dalam drama itu, Dian memukul Rendi dengan panci.
o Keterangan Waktu
Noah akan berangkat ke Korea pukul 11 malam.
5. Pelengkap (Pel.)
Terletak di belakang predikat.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subyek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat
aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh :
o Fani memberikanku novel bagus.
o Hajar menghadiahkan orangtuanya restoran baru.
o Mahkota itu bertahtakan mutiara.
Adapun di dalam kalimat terdapat beberapa Pola Kalimat, antara lain:
1. S-P
Bagas tidur
2. S-P-O
Saya makan gorengan
3. S-P-Pel
Cincin itu bertahtakan berlian
4. S-P-K
Maroon 5 konser di Jakarta
5. S-P-O-Pel
Bekti menamai kucingnya Kimmy
6. S-P-O-Pel-K
Setiap pagi Ibu Ani membuatkan nasi goreng untuk keluarganya
7. S-P-O-K
Toto minum susu coklat setiap hari
8. S-P-Pel-K
Semua pelajar senang ketika Ibu Guru tidak masuk
Macam-macam kalimat, berdasarkan pola :
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari
lima macam, yakni:
1. Penggabungan : Dan
2. Penegasan : Bahkan
3. Pemilihan : Atau
4. Berlawanan : Sedangkan
5. Urutan waktu : Lalu, Kemudian
Contoh :
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis
Ferdi berangkat ke bengkel
Anna pergi ke pasar
Ferdi berangkat ke bengkel sedangkan Anna pergi ke pasar
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri
dari lima macam, yakni:
1. Syarat : Jika, Kalau, Andaikata
2. Tujuan : Agar, Supaya, Biar
3. Perlawanan : Walaupun, Kendati
4. Pengakibatan : Maka, Sehingga
5. Penyebaban : Sebab, Karena
Contoh :
Ibu kemarin siang memasak ikan
Ketika Aku masih berada di sekolah
Ibu kemarin memasak ikan ketika Aku masih berada di sekolah
Ibu akan memberi ku hadiah sepeda
Jika Aku lulus sekolah dengan nilai yang bagus
Ibu akan memberi ku hadiah sepeda jika aku lulus sekolah dengan nilai yang
bagus
Sumber :
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/12/unsur-dan-pola-kalimat-dasar-bahasa-
indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat