8
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA : LAPORAN SATU KASUS Ayuniza Harmayati 1 , Suswardana 2 1 Dokter Muda Fakultas Kedokteran Trisakti di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo 2 SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo Pendahuluan Candidiasis (atau kandidosis) mengacu pada berbagai kelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans atau kelompok lain dari genus Candida. Organisme ini biasanya menginfeksi kulit, kuku, selaput lendir, dan saluran pencernaan, tetapi mereka juga dapat menyebabkan penyakit sistemik. 1 Prevalensi kandidiasis pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi kandida dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ, penderita penyakit kronis, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan kemoterapi. Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan 1

KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit kulit

Citation preview

KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA : LAPORAN SATU KASUS

Ayuniza Harmayati1, Suswardana21Dokter Muda Fakultas Kedokteran Trisakti di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo2SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo

1

PendahuluanCandidiasis (atau kandidosis) mengacu pada berbagai kelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans atau kelompok lain dari genus Candida. Organisme ini biasanya menginfeksi kulit, kuku, selaput lendir, dan saluran pencernaan, tetapi mereka juga dapat menyebabkan penyakit sistemik.1Prevalensi kandidiasis pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi kandida dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ, penderita penyakit kronis, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan kemoterapi. Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan.1Jamur kandida mempunyai predileksi pada tempat-tempat yang lembab serta lipatan kulit yang mengalami maserasi. Lipatan kulit merupakan tempat yang paling sering mengalami kandidiasis terutama kulit yang tidak berambut. Lokasi intertrigo pada daerah genitokruris, aksila, gluteal, interdigital, dan daerah dibawah mamae dan diantara lipatan kulit dari dinding abdomen adalah predileksi yang paling sering. Keadaan predisposisi lain termasuk obesitas dan pakaian yang bersifat oklusif..1

Laporan KasusSeorang perempuan, 74 tahun, datang mengeluh gatal-gatal sejak 2 minggu sebelum datang ke Rumah Sakit. Gatal dirasakan dari daerah ketiak kiri lalu berpindah ke daerah ketiak kanan kemudian ke daerah bawah payudara dan terakhir dirasakan didaerah lipatan paha. Awalnya gatal hanya disertai bercak kemerahan, namun semakin lama timbul seperti bentol-bentol merah yang bisa pecah. Pasien juga merasa gatal terutama bila berkeringat. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah pasien 110/70 mmHg, suhu subfebris. Pasien terlihat gatal dan terdapat lesi kulit berupa makulopapular eritematosa multiple berbatas tegas, bersisik dan dikelilingi oleh lesi satelit berupa vesikopustula. Terdapat beberapa pustul yang sudah pecah dan meninggalkan dasar kemerahan.

Gambar 1

Gambar2

Gambar 3

Gambar 4Gambar 1,2,3,4 tampak bercak eritematososa berbatas tegas, dikelilingi oleh lesi satelit berupa vesikopustula pada daerah intertriginosa yaitu di sela paha, ketiak dan di bawah payudara.Diagnosis pada pasien ini kemungkinan adalah kandidiasis intertriginosa.Pasien ini diberikan pengobatan mikonazole krim 2 kali sehari (sore malam) selama 2 minggu, inerson (desoximetasone) krim pagi hari selama 1 minggu, flukonazole 150 mg 1 x 1 selama 2 minggu, dan cetirizine 5 mg 1 x 1 selama 2 minggu

DiskusiDiagnosis kandidiasis intertriginosa dapat ditegakkan pada kasus ini berdasarkan kepustakaan dimana gambaran klinis dari kandidiasis intertriginosa adalah adanya pruritus, eritema, maserasi pada daerah intertriginosa berbatas tegas dengan lesi satelit vesikopustula. Pustul ini pecah meninggalkan dasar eritema dengan koloret dari epidermis yang mengalami nekrosis yang mudah dilepaskan. Jamur kandida mempunyai predileksi pada tempat-tempat yang lembab serta lipatan kulit yang mengalami maserasi, misalnya : sela paha, ketiak, sela jari, infra mamae atau sekitar kuku. Lipatan kulit merupakan tempat yang paling sering mengalami kandidiasis. 1,3Diagnosis banding pada kasus ini adalah tinea kruris2, folikulitis, eritrasma dan dermatitis seboroik.3Tabel 1. Dikutip dari kepustakaan no 1

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis suatu kandidiasis adalah dengan melakukan pemeriksaan sediaan langsung yang ditetesi KOH untuk menemukan adanya pseudohifa dan blastospora. Jamur kandida akan menunjukkan penampakan sel bertunas berbentuk oval, sel-sel dengan filamen yang memanjang berhubungan seperti bentuk sosis atau seperti hifa bersepta (pseudohifa).2,4Suatu pemeriksaan kultur tidak banyak membantu oleh karena C. albicans dapat ditemukan sebagai flora normal pada kulit.1,3

Gambar 5. Candida pada preparat potasium hidroksida. Terlihat pseudohifa. (dikutip dari kepustakaan no. 1)Sebuah tes KOH digunakan untuk mendiagnosa infeksi jamur pada kulit atau kuku. Kulit atau kuku dikerik dengan pisau bedah atau kaca geser menyebabkan sel-sel kulit mati jatuh ke slide kaca. Beberapa tetes Kalium hidroksida (KOH) ditambahkan ke slide dan slide dipanaskan untuk waktu yang singkat. KOH melarutkan bahan yang mengikat sel-sel kulit bersama-sama melepaskan jamur. Slide kemudian dilihat di bawah mikroskop mencari elemen jamur.4Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit kering, dengan penambahan bedak atau krim nistatin, klotrimazol, mikonazol atau ketokonazol dua kali sehari, pada keadaan yang sangat inflamasi dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid potensi rendah atau sedang dalam waktu singkat 5-10 hari. Pasien dengan infeksi yang luas mungkin memerlukan penambahan flukonazol (100 mg oral selama 1-2 minggu) atau itrakonazol (100 mg oral selama 1-2 minggu).2Perkembangan terbaru pada perawatan kasus-kasus kandidiasis intertriginosa disesuaikan berdasarkan apakah terdapat peradangan akut (basah dan eritema), subakut (eritema dan maserasi), atau kronis (eritema yang kering). Untuk kasus akut, larutan Domeboro, cat Castellani, atau larutan cuka dan air dengan perbandingan 4:1 dapat diterapkan dua kali per hari selama 5-10 menit selama 3-5 hari sesuai kebutuhan. Daerah lesi dapat dikeringkan dengan pengering rambut. Dapat dioleskan lotion kocok dua kali per hari dengan campuran sederhana 40 g bedak, 40 g seng oksida, 10 g gliserin; tambahkan air suling sebanyak 100-120 mL. Beberapa pasien menunjukkan respon yang baik untuk pemberian krim triamsinolon-nistatin selama 7 hari.5,6

Kepustakaan 1. Janik MP, Heffernan MP.Yeast Infections: Candidiasis and Tinea (Pityriasis) Versicolor. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ eds. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine, 7th ed. New York: McGraw-Hill, 2008; P 1822-18282. Verma S, Heffeman MP. Superficial Fungal Infection: Dermatophytosis, Onychomycosis, Tine Nigra, Piedra. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th. New York: McGraw-Hill, 2008:1807-1822.3. Grekin RC, Neuhaus IM, Wei ML. Diseases Resulting from Fungi and Yeasts In: James WD, Berger TG, Elston DM. In: Andrews Desease of the Skin, Clinical Dermatology 10th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2006; 297-333. 4. Gupta AK, Tu LQ. Dermatophytes: diagnosis and treatment. J Am Acad Dermatol. Jun 2006;54(6):1050-5. 5. Sheppard D, Lampiris HW. Antifungal Agents. In: Katzung BG eds Basic and Clinical Pharmacology 9th ed. New York: Mc Graw Hill, 2004: 792-800. 6. Seebacher C, Abeck D, Brasch J, et al. Candidiasis of the skin. J Dtsch Dermatol Ges. Jul 2006;4(7):591-6.