89
KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI SURIMI IKAN LAYARAN (Istiophorus sp.) FREKUENSI PENCUCIAN DUA KALI DWI OKTAVIANI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

  • Upload
    trananh

  • View
    254

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI SURIMI IKAN LAYARAN (Istiophorus sp.)

FREKUENSI PENCUCIAN DUA KALI

DWI OKTAVIANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 2: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

RINGKASAN

DWI OKTAVIANI. C34080058. Karakteristik fisika kimia gel dan bakso dari surimi ikan layaran (Istiophorus sp.) frekuensi pencucian dua kali. Dibimbing oleh Djoko Poernomo dan Sugeng Heri Suseno. Ikan layaran (Istiophorus sp.) merupakan ikan bernilai ekonomis. Ikan layaran mengandung protein sebesar 23.4 g/100 g (Leung et al. 1972). Ikan dengan kadar protein tinggi baik untuk diolah menjadi produk berbasis gel seperti bakso ikan. Penggunaan surimi dengan frekuensi pencucian dua kali sebagai bahan baku produk berbasis gel memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan daging lumat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisika kimia gel dan bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali, serta membandingkan karakteristik fisika dan kimia bakso ikan hasil penelitian dengan bakso ikan yang ada di pasaran. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu penentuan kesegaran ikan layaran dengan uji organoleptik, preparasi ikan, pembuatan surimi dengan proses pencucian dua kali, pembuatan gel ikan, pembuatan bakso dan analisis karakteristik fisika (uji lipat, uji gigit, kekuatan gel, derajat putih dan Water Holding Capacity) serta kimia (uji proksimat, protein larut garam dan pH) gel dan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.).

Gel memiliki karakteristik sensori yaitu parameter warna, penampakan dan tekstur bernilai 6, rasa dan aroma bernilai 5. Karakteristik fisik yaitu uji lipat dan uji gigit yang bernilai 3 dan 8, derajat putih dan Water Holding Capacity sebesar 66.26% dan 75.20%, nilai kekuatan gel sebesar 2624.90 gram force (gf). Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein 14.74%, kadar lemak 0.59% dan kadar karbohidrat 9.81% serta protein larut garam sebesar 2.79%. Bakso hasil penelitian memiliki karakteristik sensori yaitu parameter warna, penampakan dan aroma bernilai 6, rasa dan tekstur bernilai 5. Karakteristik fisik yaitu uji lipat dan uji gigit yang bernilai 3 dan 6, derajat putih dan Water Holding Capacity sebesar 66.78% dan 67.42%, sedangkan nilai kekuatan gel sebesar 916.25 gram force (gf). Karakteristik kimia bakso hasil penelitian dapat diketahui melalui uji proksimat, kadar air sebesar 66.73%, kadar abu sebesar 1.19%, kadar protein sebesar 11.68%, kadar lemak sebesar 3.17% dan kadar karbohidrat sebesar 17.21%. Selain itu juga dilakukan uji protein larut garam dan pH yang bernilai 2.72% dan 6.57.

Hasil perbandingan karakteristik fisik dan kimia antara bakso hasil penelitian dengan bakso merk X dan merk Y menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik sensori untuk semua parameter bakso hasil penelitian bernilai lebih tinggi dari bakso merk X namun bernilai rendah daripada bakso merk Y. Karakteristik fisik yaitu secara umum bakso ikan hasil penelitian memiliki nilai karakteristik fisik lebih tinggi dari bakso ikan merk X dan Y (kecuali nilai kekuatan gel). Berdasarkan karakteristik kimianya, secara umum bakso ikan hasil penelitian berada diantara bakso komersial merk X dan merk Y (kecuali komposisi protein dan abu).

Page 3: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI SURIMI IKAN LAYARAN (Istiophorus sp.)

FREKUENSI PENCUCIAN DUA KALI

DWI OKTAVIANI

C34080058

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 4: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ir. Djoko Poernomo B, Sc) (Dr. Sugeng Heri Suseno S.Pi, M.Si)

NIP. 1958 0419 1983 03 1 001 NIP. 1973 0116 1999 03 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

(Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, M.Phil)

NIP. 1958 0511 1985 03 1 002

Tanggal Lulus : …………………….

Judul Skripsi : Karakteristik Fisika Kimia Gel dan Bakso dari Surimi Ikan Layaran (Istiophorus sp.) Frekuensi Pencucian Dua Kali

Nama : Dwi Oktaviani

NIM : C34080058

Program Sarjana : Teknologi Hasil Perairan

Page 5: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul

“Karakteristik Fisika Kimia Gel dan Bakso dari Surimi Ikan Layaran

(Istiophorus sp.) Frekuensi Pencucian Dua Kali” adalah karya saya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir Skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Dwi Oktaviani

C34080058

Page 6: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Karakteristik Fisika Kimia Gel dan Bakso dari Surimi Ikan

Layaran (Istiophorus sp.) Frekuensi Pencucian Dua Kali”. Doa dan harapan

semoga Allah selalu meridhoi upaya yang penulis lakukan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1 Ir. Djoko Poernomo B, Sc dan Dr. Sugeng Heri Suseno S.Pi, M.Si selaku

dosen pembimbing atas segala bimbingan, pengarahan serta masukan yang

diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2 Dr. Pipih Suptijah MBA selaku dosen penguji atas segala masukan,

pengarahan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

3 Dr. Ir. Ruddy Suwandi, Ms, Mphil, selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil

Perairan.

4 Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol selaku Ketua Program Studi

Teknologi Hasil Perairan.

5 Keluarga terutama Bapak, Mama, Kakak Esa, tante Yani, Eni, Ita dan Enung

yang telah memberikan cinta, kasih sayang, semangat, materil dan doanya

kepada penulis.

6 Dosen dan staf Tata Usaha Departemen Teknologi Hasil Perairan.

7 Teman seperjuanganku : Siska, Bayu dan Ikhsan terimakasih atas kerjasama

dan kebersamaan selama ini.

8 Fida, Henry, Icha, Ukon, Desy, Diah dan Ika terimakasih atas kebersamaan,

bantuan dan motivasi selama ini.

9 Teman-teman THP 45 terutama lista, intan, wulan, ningrum, helmy dan hardi,

THP 43, 44, 46 dan 47 yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah

banyak memberikan masukan, semangat, informasi kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 7: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

10 Ibu Rubiah, ibu Ema, mba Dini dan mas Zaky yang telah membantu selama di

Laboratorium.

11 Teman-teman wisma Edelwise (Euis, Pipit, Gita, Iin, Nia, Hastin, Nisa, Dewi,

Gigis, Syafa) yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

12 Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki

kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk perbaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2012

Dwi Oktaviani

C34080058

Page 8: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 15 Oktober 1990.

Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Edi Wusnaedi Iskandar dan Ibu Umpiah. Penulis

mengawali jenjang pendidikan di SDN 06 Jakarta pada

Tahun 1997 dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2002.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di

SMPN 208 Jakarta dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2005, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 64 Jakarta dan menyelesaikan

pendidikannya pada tahun 2008.

Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai

mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Selama menjalani pendidikan akademik di IPB penulis pernah aktif menjadi

Asisten Luar Biasa m.k Teknologi Produk Tradisional Hasil Perairan pada tahun

2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi Dewan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (DPM FPIK) divisi

Administrasi dan Keuangan pada tahun 2010 sebagai anggota, Himpunan Profesi

Teknologi Hasil Perikanan (HIMASILKAN) pada tahun 2011 sebagai Sekretaris.

Penulis pun aktif dalam Pekan Karya Tulis Mahasiswa pada tahun 2012.

Penulis telah melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, dengan judul “Karakteristik Fisika Kimia Gel dan Bakso dari

Surimi Ikan Layaran (Istiophorus sp.) Frekuensi Pencucian Dua Kali”

dibimbing oleh Ir. Djoko Poernomo B.Sc dan Dr. Sugeng Heri Suseno S.Pi, M.Si.

Page 9: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

ix  

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiv

1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

2.1 Deskripsi Ikan Layaran (Istiophorus sp.) ................................... 3

2.2 Protein Ikan .................................................................................. 4

2.2.1 Protein miofibril .............................................................. 5 2.2.2 Protein sarkoplasma ........................................................ 6

2.2.3 Protein jaringan ikat (Stroma) ......................................... 6

2.3 Surimi .......................................................................................... 7

2.4 Mekanisme Pembentukan Gel ................................................... 8

2.5 Bakso Ikan ................................................................................... 9

2.5.1 Pembuatan bakso ikan ................................................... 11 2.5.2 Bahan utama .................................................................. 12

2.5.3 Bahan pengisi ................................................................ 13 2.5.4 Bahan tambahan ............................................................ 14

3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 17

3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 17

3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 18

3.3.1 Uji organoleptik ikan layaran (Istiophorus sp.) ................ 18 3.3.2 Preparasi ikan layaran (Istiophorus sp.) ............................ 18 3.3.3 Pembuatan surimi ikan layaran (Istiophorus sp.) ............. 19 3.3.4 Pembuatan gel ikan layaran (Istiophorus sp.) .................. 20 3.3.5 Pembuatan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.) ............. 21

3.4 Prosedur Analisis ........................................................................ 22

3.4.1 Rendemen daging dan surimi ........................................... 23 3.4.2 Analisis organoleptik (Rahayu 2001) .............................. 23 3.4.3 Analisis fisik .................................................................... 24 1) Uji kekuatan gel (Granada 2011) ................................. 24

Page 10: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

x  

2) Uji derajat putih (Chaijan et al. 2004) ......................... 24 3) Uji lipat (folding test) (Suzuki 1981) ........................... 25 4) Uji gigit (teeth cutting test) (Suzuki 1981) .................. 25 5) Water Holding Capacity (WHC) (Granada 2011) ....... 25

3.4.4 Analisis kimia .................................................................. 26

1) Kadar air (AOAC 1995) .............................................. 26 2) Kadar abu (AOAC 1995) ............................................. 27 3) Kadar protein (AOAC 1995) ....................................... 27 4) Kadar lemak (AOAC 1995) ......................................... 28 5) Kadar karbohidrat (by difference) ................................ 29 6) Protein larut garam (Eryanto 2006) ............................. 29 7) Nilai pH (Suzuki 1981) ................................................ 29

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 30

4.1 Pembuatan Daging Lumat ........................................................ 30

4.2 Pembuatan Surimi ..................................................................... 32

4.3 Rendemen ................................................................................. 32

4.4 Pembuatan Gel Ikan Layaran (Istiophorus sp.) ........................ 33

4.4.1 Karakteristik sensori .. .................................................... 33 1) Warna .......................................................................... 33 2) Penampakan ................................................................ 34 3) Rasa ............................................................................. 34 4) Tekstur ........................................................................ 35 5) Aroma ......................................................................... 35 4.4.2 Karaketristik fisik ........................................................... 36 1) Uji lipat ....................................................................... 36 2) Uji gigit ....................................................................... 36 3) Derajat putih ............................................................... 37 4) Kekuatan gel ............................................................... 37 5) Water Holding Capacity (WHC) ................................ 37 4.4.3 Karakteristik kimia ......................................................... 38 1) Kadar air (AOAC 1995) ............................................. 38 2) Kadar abu (AOAC 1995) ............................................ 39 3) Kadar protein (AOAC 1995) ...................................... 39 4) Kadar lemak (AOAC 1995) ........................................ 39 5) Kadar karbohidrat (by difference) ............................... 39 6) Protein larut garam (Eryanto 2006) ............................ 40

4.5 Pembuatan Bakso Ikan Layaran (Istiophorus sp.). .................... 40

4.5.1 Karakteristik sensori .. .................................................... 40 1) Warna .......................................................................... 41 2) Rasa ............................................................................. 42 3) Aroma ......................................................................... 43 4) Tekstur ........................................................................ 44 5) Penampakan ................................................................ 45

Page 11: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

xi  

4.5.2 Karaketristik fisik ........................................................... 46 1) Uji lipat ....................................................................... 46 2) Uji gigit ....................................................................... 47 3) Derajat putih ............................................................... 47 4) Kekuatan gel ............................................................... 48 5) Water Holding Capacity (WHC) ................................ 48

4.5.3 Karakteristik kimia ........................................................ 49 1) Kadar air (AOAC 1995) .............................................. 50 2) Kadar abu (AOAC 1995) ............................................. 51 3) Kadar protein (AOAC 1995) ....................................... 51 4) Kadar lemak (AOAC 1995) ......................................... 52 5) Kadar karbohidrat (by difference) ................................ 52

6) Derajat keasaman (pH) (Suzuki 1981) ......................... 53 7) Protein larut garam (Eryanto 2006) ............................. 53

5 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 54

5.1 Simpulan ................................................................................... 54

5.2 Saran ......................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 55

LAMPIRAN .......................................................................................... 61

Page 12: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

xii  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Ikan layaran (Istiophorus sp.) ............................................................ 3

2 Mekanisme pembentukan gel ikan ..................................................... 9

3 Diagram alir uji organoleptik ikan layaran (Istiophorus sp.) ............ 18

4 Diagram alir penyiapan daging lumat ikan layaran (Istiophorus sp.) 19

5 Diagram alir pembuatan surimi ikan layaran (Istiophorus sp.) ......... 20

6 Diagram alir pembuatan gel ikan layaran (Istiophorus sp.) .............. 21

7 Diagram alir pembuatan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.) ......... 22

8 Rendemen bagian-bagian tubuh ikan layaran (Istiophorus sp.) ........ 30

Page 13: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

xiii  

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Komposisi kimia ikan layaran (Istiophorus sp.) .............................. 4

2 Syarat mutu bakso ikan (SNI 01-3819-1995) .................................. 10

3 Syarat mutu tepung tapioka (SNI 01-3451-1994) ........................... 14

4 Komposisi gizi daging lumat ikan layaran ...................................... 31

5 Nilai rata-rata uji hedonik gel ikan layaran (Istiophorus sp.) ......... 33

6 Hasil uji karakteristik fisik gel ikan layaran (Istiophorus sp.) ........ 36

7 Nilai kandungan gizi dan protein larut garam gel ikan ................... 38

8 Nilai rata-rata hasil uji hedonik bakso ikan ..................................... 41

9 Hasil uji karakteristik fisik bakso ikan ............................................ 46

10 Nilai kandungan gizi, PLG, pH bakso ikan ...................................... 49

Page 14: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lembar penilaian uji lipat .............................................................. 61

2 Lembar penilaian uji gigit .............................................................. 62

3 Lembar penilaian uji hedonik ........................................................ 63

4 Lembar penilaian organoleptik ikan segar ..................................... 64

5 Rekapituasi uji organoleptik ikan segar ......................................... 66

6 Rekapituasi uji sensori, uji lipat dan uji gigit gel dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali .......................... 67

7 Rekapituasi uji sensori, uji lipat dan uji gigit bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali .......................... 68

8 Rekapitulasi hasil analisis kekuatan gel .......................................... 69

9 Rekapitulasi hasil analisis derajat putih .......................................... 69

10 Rekapitulasi hasil analisis WHC ..................................................... 69

11 Rekapitulasi hasil analisis proksimat .............................................. 70

12 Rekapitulasi hasil analisis PLG ....................................................... 70

13 Rekapitulasi hasil analisis kadar air surimi ..................................... 70

14 Contoh perhitungan rendemen ........................................................ 71

15 Grafik kekuatan gel dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali ........................................................................................... 72

16 Grafik kekuatan gel bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali .......................................................................... 72

17 Grafik kekuatan gel bakso merk X ........................................... 73

18 Grafik kekuatan gel bakso merk Y ........................................... 73

19 Dokumentasi penelitian ................................................................... 74

Page 15: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan layaran (Istiophorus sp.) merupakan ikan bernilai ekonomis yang

biasa ikut tertangkap oleh nelayan ketika menangkap ikan menggunakan alat

tangkap long line, alat pancing tonda serta kapal-kapal besar yang biasa

menangkap ikan tuna. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan

(2010), volume produksi ikan layaran dari tahun 2004–2008 yaitu 2.075; 2.054;

2.661; 3.878 dan 3.957 ton dengan rata-rata kenaikan sebesar 19,07%. Ikan

layaran mengandung protein sebesar 23.4 g/100 g (Leung et al. 1972). Ikan dengan

kadar protein cukup tinggi, baik untuk diolah menjadi produk berbasis gel seperti

bakso ikan. Menurut Suzuki (1981), mutu suatu produk gel ikan dapat ditentukan

oleh kekenyalan atau elastisitas produk yang dihasilkan.

Salah satu upaya pemanfaatan daging ikan layaran yaitu dengan

mengolahnya menjadi produk bakso ikan. Bakso merupakan produk pangan yang

terbuat dari daging atau ikan yang dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk

bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasak dalam air panas hingga

bakso tersebut mengapung (Agustin dan Mewengkang 2008). Bakso ikan yang

berkualitas baik dipengaruhi oleh penampakan, tekstur dan cita rasa, serta nilai

gizinya. Tekstur bakso dipengaruhi oleh kekuatan gel yang dibentuk oleh surimi.

Kekuatan gel surimi dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, kematangan gonad,

tingkat kesegaran ikan, pH, kadar air, volume, konsentrasi dan jenis penambahan

antidenaturant (cryoprotectant), serta frekuensi pencucian (Suzuki 1981).

Penggunaan surimi dalam pembuatan bakso ikan dapat memberikan

keuntungan yaitu pembentukan gel yang lebih baik karena pada surimi sebagian

besar protein larut air yang menghambat pembentukan gel telah terbuang, warna

dan penampakan lebih baik, menghilangkan bau yang tidak dikehendaki, serta

rasa dapat diatur sesuai selera dengan menggunakan bumbu-bumbu dan bahan-

bahan pembentuk rasa (Irianto dan Giyatmi 2009). Surimi merupakan produk

olahan perikanan setengah jadi (intermediate product) berupa hancuran daging

ikan yang mengalami proses pencucian dengan larutan garam dingin,

Page 16: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

2

 

pengepresan, penambahan bahan tambahan (food additive), pengepakan dan

pembekuan (Djazuli et al. 2009).

Penggunaan surimi dengan frekuensi pencucian dua kali sebagai bahan

baku produk berbasis gel memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan

daging lumat. Menurut Shahidi dan Botta (1994), surimi dari ikan Mackerel

dengan frekuensi pencucian dua kali memiliki karakteristik fisik yang lebih baik

dibandingkan dengan penggunaan daging lumat ikan Mackerel tanpa pencucian.

Sedangkan menurut Kim dan Park (2004), semakin banyak proses pencucian

dalam pembuatan surimi maka akan mengurangi residu protein sarkoplasma

dalam daging lumat yang dapat menghambat pembentukan gel.

Menurut Toyoda et al. (1992), secara umum kekuatan gel akan meningkat

sampai dengan pencucian kedua karena fungsi dari konsentrasi protein miofibril

sudah tercapai pada level tertingginya. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan

protein sarkoplasma yang dapat menghambat pembentukan gel, menghilangkan

bau anyir, pigmen, lemak dan senyawa-senyawa organik yang mempunyai berat

molekul rendah. Pada penelitian ini dilakukan kajian mengenai karakteristik

fisika kimia gel dan bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengkarakterisasi fisika dan kimia gel dari surimi ikan layaran

frekuensi pencucian dua kali.

2) Mengkarakterisasi fisika dan kimia bakso dari surimi ikan layaran

frekuensi pencucian dua kali.

3) Membandingkan karakteristik fisika dan kimia bakso ikan hasil

penelitian dengan bakso ikan yang ada di pasaran.

Page 17: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Layaran (Istiophorus sp.)

Ikan layaran (Istiophorus sp.) termasuk kedalam sumberdaya ikan pelagis

besar yang termasuk jenis ikan pedang atau setuhuk dan sering muncul

kepermukaan dengan sirip punggung yang dikembangkan. Habitat ikan layaran

adalah di permukaan laut (pelagis dan epipelagis) di atas lapisan termoklin. Ikan

layaran banyak ditemukan di daerah perairan yang dekat dengan pesisir dan

pulau-pulau (Shaw 1972). Ikan pelagis besar tersebar dihampir semua wilayah

pengelolaan perikanan di mana tingkat pemanfaatan berbeda-beda antar perairan

(Mallawa 2006). Penangkapan ikan ini menggunakan alat tangkap tonda dan

long line. Klasifikasi ikan layaran (Istiophorus sp.) (Saanin 1984) adalah sebagai

berikut :

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Scombroidea

Famili : Istiophoridae

Genus : Istiophorus

Spesies : Istiophorus gladius

Istiophorus orientalis

Istiophorus platypterus

Gambar 1 Ikan Layaran (Istiophorus sp.)

Page 18: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

4

 

Daerah penyebaran ikan layaran di Indonesia meliputi : Pelabuhan Ratu,

Selat Bali, Laut Flores, Selat Makasar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Sawu,

dan perairan barat Sumatera (KKP 2006). Ikan layaran memiliki panjang yang

dapat mencapai 300 cm, memiliki badan memanjang berwarna putih perak dengan

punggung berwarna kehitaman. Kepala ikan layaran berbentuk kerucut dengan

paruh panjang dan merupakan ikan perenang cepat. Sirip punggung ikan layaran

memiliki 20 jari-jari keras yang membentuk seperti layar berwarna kebiruan.

Komposisi kimia ikan layaran (Istiophorus sp.) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia ikan layaran (Istiophorus sp.)

Komposisi Satuan Bagian yang dapat dimakan Kalori Kal 129 Air % 72,4 Protein g 23,4 Lemak g 3,2 Total karbohidrat g  - Serat g  - Abu g  1 Calsium mg 9 Phospor mg  190 Fe mg  0,8 Sodium mg  71 Potasium mg  - Retinol mg  5 B-caroten eqivalen mg  - Thiamin mg  0,10 Riboflavin mg  0,06 Niasin mg  4,5 Ascorbic acid mg  1 Sumber : Leung et al. (1972)

2.2 Protein Ikan

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan

darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier 2006).

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O

dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno 2008). Protein

mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu

Page 19: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

5

 

membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein merupakan

komponen ikan yang sangat penting ditinjau dari sudut gizi dan terkandung sekitar

15-25% dari berat total daging (Irianto dan Giyatmi 2009). Protein ikan

menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan

oleh manusia. Protein ikan terdiri dari asam-asam amino yang diperlukan oleh

tubuh manusia. Molekul protein terutama terdiri dari asam amino, yang

merupakan senyawa organik yang mengandung satu atau lebih gugus amino dan

satu atau lebih gugus karboksil (Irianto dan Giyatmi 2009).

Protein ikan kurang stabil bila dibandingkan dengan protein daging

mamalia, artinya mudah rusak oleh pengolahan, terkoagulasi dan terdenaturasi,

karena struktur alamiah miosin yang labil (Winarno 1993). Protein ikan mudah

dicerna dan diabsorpsi. Absorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan daging

sapi, ayam dan lainnya, karena daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih

pendek dari pada serat-serat daging sapi atau ayam (Ikayanti 2007). Protein ikan

dapat diklasifikasikan menjadi protein miofibril sebesar 65-75%, sarkoplasma

sebesar 20-30% dan stroma 1-3% (Junianto 2003). Asam amino dalam teknologi

pangan mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, misalnya D-triptofan

mempunyai rasa manis 35 kali kemanisan sukrosa, sebaliknya L-triptofan

mempunyai rasa yang sangat pahit. Asam glutamat sangat penying peranannya

dalam pengolahan makanan karena dapat menimbulkan rasa yang lezat, gugusan

glutamat akan bergabung dengan senyawa lain menghasilkan rasa enak tersebut

(Winarno 2008).

2.2.1 Protein miofibril

Protein miofibril atau protein larut garam adalah salah satu dari protein

yang terdapat pada daging ikan serta berjumlah paling besar diantara protein

sarkoplasma dan stroma. Protein ini terdiri atas aktin, miosin, serta protein

regulasi (tropomiosin, troponin dan aktinin). Protein miofibril memiliki peranan

penting dalam pembentukan gel makanan berbasis surimi. Kemampuan protein

miofibril dalam membentuk gel akan berkurang karena perlakuan selama

pengolahan dan penyimpanan (Uju 2006). Protein miofibril bertanggung jawab

terhadap daya ikat air daging ikan, tekstur produk serta sifat fungsional daging

lumat khususnya kemampuan membentuk gel (Irianto dan Giyatmi 2009). Pada

Page 20: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

6

 

umumnya protein yang larut dalam larutan garam lebih efisien sebagai

pengemulsi dibandingkan dengan protein yang larut dalam air (Junianto 2003).

Miosin merupakan protein esensial untuk peningkatan elastisitas gel protein.

Miosin merupakan fraksi miofibril yang paling berlimpah dalam otot ikan dan

memiliki kontribusi sekitar 50-60% dari berat total jumlah protein. Aktin

merupakan fraksi miofibril terbesar kedua setelah miosin, menyusun sekitar 20%

dari kandungan total jumlah protein. Tropomiosin dan troponin berjumlah 10%

dari kandungan total jumlah protein (Shahidi dan Botta 1994). Aktin dan miosin

bergabung membentuk aktomiosin. Protein miofibril akan mengalami denaturasi

dengan kisaran pH kurang dari 6,5 yang berdampak pada kemampuan

pembentukkan gel.

2.2.2 Protein sarkoplasma

Sarkoplasma (miogen) merupakan protein terbesar kedua pada daging ikan

yang mengandung bermacam-macam protein yang larut dalam air. Protein ini

terdiri dari albumin, mioalbumin dan mioprotein. Kandungan sarkoplasma dalam

daging ikan bervariasi, selain tergantung dari jenis ikan dan habitat ikan tersebut.

Pada umumnya, ikan pelagis mempunyai kandungan sarkoplasma lebih besar

daripada ikan demersal (Junianto 2003). Menurut Lee dan Lanier (1992),

sarkoplasma tidak menghasilkan gel walaupun dipanaskan dan jika tidak

dihilangkan akan menghambat pembentukan gel. Protein sarkoplasma sebagian

besar mengandung enzim-enzim, termasuk enzim proteolitik. Protein ini larut

dalam air dan larutan garam yang kekuatan ion rendah (konsentrasi garam 0,5%).

Pemanasan protein sarkoplasma selama 10 menit pada suhu 90 oC akan

menggumpal (mengkoagulasi) protein tersebut (Rahayu et al. 1992).

2.2.3 Protein jaringan ikat (Stroma)

Protein jaringan ikat (stroma) merupakan fraksi protein yang tidak larut,

terdiri atas protein kolagen, elastin, dan retikulin, terdapat di luar serabut daging.

Stroma tidak larut dalam air, asam, basa serta larutan garam 0,01-0,1 M

(Rahayu et al. 1992). Protein stroma ikan lebih kecil daripada hewan-hewan

mamalia. Daging merah pada ikan umumnya mengandung lebih banyak stroma,

sedikit mengandung sarkoplasma jika dibandingkan dengan daging putih ikan.

Page 21: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

7

 

Daging merah terdapat di sepanjang tubuh bagian samping di bawah kulit,

sedangkan daging putih terdapat di hampir seluruh bagian tubuh (Junianto 2003).

Protein stroma penting dalam proses pangan karena mempunyai beberapa

pengaruh merugikan terhadap sifat funsional daging. Kolagen mudah

terdenaturasi oleh panas yang akan mempengaruhi sifat fisik. Stroma memiliki

kelarutan yang rendah, mengandung muatan rendah dan proporsi asam-asam

amino esensial yang rendah, sehingga dapat menurunkan kapasitas emulsi daging,

dengan mengganggu kapasitas daya pengikatan air pada daging dan berpengaruh

terhadap nilai nutrisi daging (Nurfianti 2007).

2.3 Surimi

Surimi adalah daging lumat ikan yang mengalami proses pencucian

dengan larutan garam dingin untuk menghilangkan lemak, darah, enzim dan

protein sarkoplasma dengan penambahan cryoprotectants dan dibekukan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi mutu surimi adalah kesegaran bahan baku, namun

komposisi kimia ikan khususnya protein dan lemak juga berperan terhadap

pembentukan gel. Surimi merupakan konsentrat dari protein miofibrilar yang

mempunyai kemampuan pembentukan gel, pengikatan air, pengikat lemak dan

sifat-sifat fungsional yang baik yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk

produk bakso, sosis, otak-otak dan sebagainya yang spesifikasinya menuntut

kemampuan dalam pembentukan gel. Salah satu sifat surimi adalah membentuk

gel yang elastis dan kuat dengan perlakuan panas. Surimi yang bermutu tinggi

harus berasal dari bahan baku yang segar, dimana protein yang terkandung dalam

ikan tidak mengalami denaturasi (Djazuli et al. 2009).

Pada prinsipnya pengolahan surimi menerapkan teknologi yang sederhana

dan mudah dilakukan, sedangkan peralatan yang digunakan tergantung pada

tingkat kecanggihan dan skala produksi. Secara umum, tahapan pengolahan

surimi, meliputi penyiangan, pemisahan daging dan tulang, pembuangan air,

pencampuran dengan krioprotektan, serta pembekuan. Proses pencucian pada

pembuatan surimi dilakukan dengan mencuci daging lumat dengan air dingin

(10-15 oC) yang ditambahkan garam 0,2-0,3% sebanyak 2-3 kali pencucian.

Volume air yang digunakan adalah 4-5 kali berat daging lumat. Penambahan

Page 22: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

8

 

garam dalam proses pencucian daging lumat membantu pelepasan air dari daging

lumat (Irianto dan Giyatmi 2009).

Proses pencucian pada pembuatan surimi dapat memberikan beberapa

keuntungan antara lain :

a. Meningkatkan kemampuan daging lumat membentuk gel dengan membuang

sebagian besar protein larut air yang mengganggu pembentukan gel

b. Memperbaiki warna dan penampakan daging lumat

c. Menghilangkan bau yang tidak dikehendaki

d. Menghasilkan surimi beku yang memiliki rasa hambar sehingga rasa produk

olahan lanjut dapat diatur sesuai selera dengan menggunakan bumbu-bumbu

dan bahan-bahan pembentuk rasa

e. Memperpanjang umur penyimpanan beku dari daging yang telah dicuci

dengan penambahan gula dan poliposfat

Pengaruh pencucian yang tidak menguntungkan, yaitu hilangnya komponen rasa

alami yang ada didaging dan berkurangnya kandungan protein. Penghilangan

protein larut air (sarkoplasma) memberikan pengaruh yang baik terhadap surimi,

yaitu peningkatan kemampuan membentuk gel (Irianto dan Giyatmi 2009).

2.4 Mekanisme Pembentukan Gel

Gelasi protein daging ikan terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah

denaturasi protein (tidak menggulungnya rantai protein) dan tahap kedua adalah

terjadinya agregasi protein membentuk struktur tiga dimensi (Niwa 1992).

Menurut Hudson (1992), proses gelasi terbagi menjadi tiga bagian yang diawali

dengan proses denaturasi protein utuh dari bentuk terlipat menjadi tidak terlipat.

Tahap pertama adalah pembentukan turbiditas yang terjadi pada 3-10 menit

pemanasan pertama, pada tahap ini terjadi interaksi hidrofobik. Niwa (1992)

menyatakan bahwa ketika suhu naik, maka ikatan hidrogen menjadi tidak stabil

dan interaksi hidrofobik akan berlangsung lebih kuat. Tahap kedua adalah

oksidasi sulfihidril (Hudson 1992). Pada tahap ini, pasta surimi akan mengeras,

dimana ikatan intermolekuler sulfida (SS) terbentuk melalui oksidasi dari

dua residu sistein (Niwa 1992). Ikatan disulfida akan intensif terjadi pada suhu

pemanasan yang tinggi (di atas 80 0C). Tahap ketiga adalah tahap peningkatan

elastisitas gel yang terjadi ketika pendinginan. Tingkatan elastisitas ini terjadi

Page 23: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

9

 

karena pembentukan ikatan hidrogen kembali yang menyebabkan peningkatan

terhadap kekerasan gel (Hudson 1992).

Pasta surimi yang dibuat dengan mencampurkan daging dengan garam dan

dipanaskan akan menyebabkan pasta daging tersebut berubah menjadi gel swari.

Gel swari tidak hanya terbentuk oleh hidrasi molekul protein, tetapi juga oleh

pembentukan jaringan oleh ikatan hidrogen pada molekul miofibril. Gel swari

terbentuk dengan cara menahan air di dalam ikatan molekul yang terbentuk oleh

ikatan hidrofobik dan ikatan hidrogen. Pembentukan gel swari terjadi pada

pemanasan dengan suhu 50 0C (Suzuki 1981).

Pemanasan gel bila ditingkatkan hingga di atas suhu 50 0C, maka struktur

tersebut akan hancur, fenomena ini disebut modori. Modori akan terjadi apabila

pasta surimi dipanaskan pada suhu 50-60 0C selama 20 menit, pada rentang suhu

tersebut enzim alkali proteinase akan aktif. Enzim tersebut dapat menguraikan

kembali struktur jaringan tiga dimensi gel yang telah terbentuk sehingga gel

surimi akan menjadi rapuh dan hilang elastisitasnya. Berkaitan dengan fenomena

tersebut, maka dibuat sebuah metode untuk membuat gel surimi yang kuat dengan

melewatkan secara cepat pasta surimi tersebut pada zona rentang suhu dimana

modori dapat terjadi. Gel surimi yang elastis terbentuk ketika pasta daging

dipanaskan dengan melewati suhu modori , dengan cara pemanasan ini terbentuk

jaringan dengan dimensi lebih besar yang disebut gel ashi (Suzuki 1981).

Mekanisme pembentukan gel ikan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme pembentukan gel ikan (Suzuki 1981)

2.5 Bakso Ikan

Bakso ikan merupakan produk makanan berbentuk bulatan atau lain yang

diperoleh dari campuran daging ikan dan pati atau serealia dengan atau tanpa

penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan (BSN 1995). Bahan yang

diperlukan untuk pembuatan bakso yaitu: daging ikan, tepung tapioka dan bumbu-

bumbu. Bumbu bakso dapat berupa garam NaCl halus 2,5%, sedangkan bumbu

Page 24: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

10

 

penyedap dibuat dari campuran bawang putih 3%, bawang merah 2-2,5% dan

merica atau lada sebesar 0,5% dari berat daging (Waridi 2004).

Faktor penampakan, tekstur, dan cita rasa, serta nilai gizi merupakan

parameter yang penting dalam menentukan kualitas bakso ikan (Uju et al. 2004).

Berdasarkan karakteristiknya, bakso ikan tergolong bahan pangan yang mudah

rusak akibat aktivitas mikroba, karena memiliki pH yang relatif tinggi (>5,2) dan

aktivitas air yang tinggi (aw>0,91) (Chairita et al. 2009). Syarat mutu bakso ikan

berdasarkan SNI 01-3819-1995 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Syarat mutu bakso ikan (SNI 01-3819-1995)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 2 3 4 1

1.1 1.2 1.3

1.4 2 3 4 5 6 7 8

8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 9 10

10.1 10.2 10.3 10.4 10.5

Keadaan: Bau Rasa Warna Tekstur Air Abu Protein Lemak Boraks Bahan tambahan makanan Cemaran logam: Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Mg) Cemaran Arsen (As) Cemaran mikroba: Angka lempeng total Bakeri bentuk koli Salmonella Staphylococcus aureus Vibrio cholerae

- - - -

% b/b % b/b % b/b % b/b

- Sesuai SNI

dan revisinya

mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

koloni/g APM/g

- koloni/g

-

Normal, khas ikan Gurih Normal, putih tanpa warna asing lainnya Kenyal Maks. 80,0 Maks. 3,0 Min. 9,0 Maks. 1,0 Tidak boleh ada 01-0222-1987 Maks. 2,0 Maks. 20,0 Maks. 100,0 Maks. 40,0 Maks. 0,5 Maks. 1,0 Maks. 1x107

Maks. 4x102

Negatif Maks. 5x10 Negatif

Sumber : BSN (1995)

Page 25: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

11

 

2.5.1 Pembuatan bakso ikan

Pada prinsipnya pembuatan bakso terdiri atas empat tahap yaitu:

(1) penghancuran daging; (2) pembuatan adonan; (3) pencentakan bakso; dan

(4) pemasakan. Proses penggilingan daging harus memperhatikan kenaikan suhu

akibat panas yang timbul saat proses penggilingan, karena suhu yang diperlukan

untuk mempertahankan stabilitas emulsi adalah di bawah 20 oC. Pemasakan

bakso setelah dicetak dilakukan dengan cara perebusan dalam air mendidih atau

dapat juga dikukus (Bakar dan Usmiati 2007).

(1) Penghancuran daging

Penghancuran daging bertujuan untuk memperluas permukaaan daging

sehingga protein yang larut dalam garam mudah terekstrak keluar kemudian

jaringan lunak akan berubah menjadi mikro partikel (Astuti 2009). Tahap ini

dilakukan penambahan es atau air dingin sebanyak 20% dari berat adonan agar

menghasilkan emulsi yang baik dan mencegah kenaikan suhu akibat gesekan

(Winarno dan Rahayu 1994).

(2) Pembuatan adonan

Surimi dicampur dengan garam dan bumbu secukupnya. Setelah tercampur

merata, ke dalam surimi tersebut ditambahakan tepung tapioka sedikit demi

sedikit sambil diaduk hingga diperoleh adonan yang homogen. Pada saat

pembentukan adonan bakso ikan ditambahakan es sekitar 15-20% atau 30% dari

berat daging ikan lumat (Wibowo 2006). Penggunaan es saat pengadonan dapat

mempertahankan suhu adonan tetap dingin yaitu sekitar 20 oC. Penambahan es

dapat berpengaruh terhadap tekstur bakso dan penggunaan suhu 20 oC dapat

mempertahankan stabilitas emulsi (Usmiati 2009).

(3) Pencetakan bakso

Adonan yang sudah homogen dicetak menjadi bola-bola bakso yang siap

direbus atau dikukus. Pembentukan adonan menjadi bola bakso dapat dilakukan

dengan menggunakan tangan, dengan cara adonan diambil dengan sendok makan

kemudian diputar-putar dengan menggunakan tangan sehingga terbentuk bola

bakso. Bagi yang sudah mahir untuk membuat bola bakso, cukup dengan

mengambil segenggam adonan lalu diremas-remas kearah ibu jari. Adonan yang

Page 26: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

12

 

keluar dari lubang ibu jari dan telunjuk membentuk bulatan kemudian bulatan

tersebut diambil dengan sendok (Wibowo 2006).

(4) Pemasakan

Pemasakan bakso umumnya dilakukan dengan air mendidih yang biasanya

dilakukan dengan dua kali perebusan. Lama waktu perebusan bakso ikan yaitu

selama 15 menit sehingga akan menghasilkan bakso ikan yang berkualitas.

Pemasakan bakso dalam dua tahap dimaksudkan agar permukaan bakso yang

dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat

(Desrosier 1988). Apabila bakso yang direbus sudah mengapung di permukaan

air berarti bakso sudah matang dan dapat diangkat. Kematangan bakso juga dapat

dilihat dengan melihat bagian dalam bakso, ketika diiris, bekas irisan bakso yang

sudah matang tampak mengkilap agak transparan, tidak keruh seperti adonan lagi.

Setelah cukup matang, bakso diangkat dan ditiriskan sambil didinginkan pada

suhu ruang (Wibowo 2006).

2.5.2 Bahan utama

Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan bakso ikan adalah daging

ikan dari satu jenis ikan atau campuran dari beberapa jenis ikan. Daging ikan yang

cocok untuk pembuatan bakso adalah daging putihnya saja. Jenis ikan berdaging

merah tidak bagus dijadikan bakso, kecuali jika ikan tersebut juga memiliki

daging putih dan mudah dipisahkan dengan daging merahnya, misalnya tuna,

cakalang, tongkol dan kembung (Wibowo 2006). Komponen daging yang

berperan dalam produk bakso adalah protein, khususnya protein yang bersifat

larut dalam garam, terutama aktin dan miosin. Fungsi protein dalam bakso adalah

sebagai bahan pengikat dan emulsifier (Winarno dan Rahayu 1994).

Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan bakso harus menggunakan

ikan segar, tidak cacat fisik dan berkualitas baik. Semakin segar daging ikan yang

digunakan maka semakin menghasilkan rasa enak sebagai flavor bakso yang

dihasilkan. Jenis ikan yang digunakan juga dapat mempengaruhi tekstur dan

rendemen bakso yang diperoleh (Waridi 2004). Daging ikan yang digunakan

sebagai bahan baku bakso lebih baik berupa surimi, karena menghasilkan tekstur

bakso yang lebih kenyal dan warna yang lebih putih. Kriteria mutu bakso sebagai

produk fish jelly adalah kelenturan dan kekenyalannya (Astuti 2009).

Page 27: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

13

 

2.5.3 Bahan pengisi

Bahan pengisi merupakan sumber pati. Bahan pengisi ditambahkan dalam

produk restrukturisasi untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi

sebagian daging sehingga biaya dapat ditekan. Fungsi lain dari bahan pengisi

adalah membantu meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997), pati

terdiri atas dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut disebut

amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa

berperan penting dalam stabilitas gel karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang

dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang elastis.

Pembuatan bakso biasanya menggunakan tepung tapioka dan merupakan granula

dari karbohidrat, berwarna putih, tidak mempunyai rasa manis dan tidak berbau.

Tapioka adalah pati (amilum) yang diperoleh dari umbi kayu segar setelah

melalui cara pengolahan tertentu, dibersihkan dan dikeringkan (BSN 1994).

Tepung tapioka banyak digunakan di berbagai industri karena kandungan patinya

yang tinggi dan sifat patinya yang mudah membengkak dalam air panas dan

membentuk kekentalan yang dikehendaki (Sumaatmaja 1984). Tepung tapioka

juga memiliki larutan yang jernih, daya gel yang baik, rasa yang netral, warna

yang terang dan daya lekatnya yang baik (Astuti 2009). Bahan makanan yang

mengandung pati umumnya mengalami penurunan kadar air. Penurunan kadar air

akibat mekanisme interaksi pati dan protein sehingga air tidak dapat diikat secara

sempurna karena ikatan hidrogen yang seharusnya mengikat air telah dipakai

untuk interaksi pati dan protein ikan (Manullang et al. 1995).

Produk bakso yang dapat menghasilkan rasa lezat, tekstur bagus dan

bermutu tinggi menggunakan jumlah tepung sekitar 10-15% dari daging ikan

(Wibowo 2006). Semakin banyak tapioka yang ditambahkan, kekenyalan bakso

makin menurun dan kandungan proteinnya makin rendah, karena komposisi

daging makin sedikit dan kandungan karbohidrat makin tinggi (BBPPP 2009).

Syarat mutu tepung tapioka menurut SNI 01-3451-1994 dapat dilihat pada

Tabel 3.

Page 28: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

14

 

Tabel 3 Syarat mutu tepung tapioka (SNI 01-3451-1994)

No Jenis uji Persyaratan Mutu I Mutu II Mutu III 1 Keadaan Sehat, tidak berbau apek atau masam, murni,

tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing 2 Kadar air maksimum (%) 15 15 15 3 Kadar abu maksimum (%) 0,60 0,60 0,60 4 Serat dan benda asing

maksimum (%) 0,60 0,60 0,60

5 Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%)

94,5 92 92

6 Kekentalan (Engler) 3-4 2,5-3 <2,5 7 Derajat asam maksimum

(ml N NaOH/100g) 3 3 3

8 Cemaran logam: - Timbal (Pb) (mg/kg) 1,0 1,0 1,0 - Tembaga (Cu) (mg/kg) 10,0 10,0 10,0 - Seng (Zn) (mg/kg) 40 40 40 - Raksa (Hg) (mg/kg) 0,05 0,05 0,05 - Arsen (As) (mg/kg) 0,5 0,5 0,5 9 Cemaran mikroba: - Angka lempeng total

maksimum (koloni/gram)

10 x 106 10 x 106 10 x 106

- E. coli maksimum (koloni/gram)

10 10 10

- Kapang maksimum (koloni/gram)

10x104 10x104 10x104

Sumber : BSN (1994)

2.5.4 Bahan tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang sengaja ditambahkan dengan maksud

tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi nilai gizi, citarasa, untuk

mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta memantapkan bentuk dan rupa

(Dewi 2005). Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan bakso ikan terdiri

dari garam, bawang merah, bawang putih, soda kue, gula, lada, telur dan air es

atau es. Dalam pembuatan bakso, sebaiknya tidak menggunakan penyedap

masakan MSG (Monosodium Glutamate) sebagai bumbu penyedap. Sebagai

bumbu penyedap dapat digunakan bumbu campuran bawang merah, bawang putih

dan jahe dengan perbandingan 15:3:1 (Wibowo 2006).

Page 29: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

15

 

Garam merupakan bumbu yang biasanya ditambahkan pada pembuatan

bakso. Pemakain garam biasanya lebih banyak diatur oleh rasa, kebiasaan dan

tradisi daripada keperluan. Garam mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan,

sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganism (Buckle et al. 1978).

Garam berfungsi sebagai pemberi rasa, pelarut protein dan pengawet. Garam yang

biasa ditambahkan dalam pembuatan bakso adalah sekitar 2,5 % (Wibowo 2006).

Bawang putih merupakan produk alami yang biasanya ditambahkan ke

dalam bahan makanan. Bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma dan

untuk meningkatkan citarasa produk yang dihasilkan. Bawang putih termasuk

salah satu familia Licliaceae yang popular di dunia dengan nama ilmiah Allium

sativum. Kandungan bawang putih antara lain air mencapai 60,9-67,8%, protein

3,5-7%, lemak 0,3%, karbohidrat 24,0-27,4% dan serat 0,7%, juga mengandung

mineral penting dan beberapa vitamin dalam jumlah tidak besar (Wibowo 1999).

Bawang merah mengandung cukup banyak vitamin B dan C dan biasanya bawang

merah digunakan sebagai bumbu dan obat-obatan tradisional. Bawang merah

sebagian besar terdiri dari air sekitar 80-85%, protein 1,5%, lemak 0,3% dan

karbohidrat 9,2%. Umbi bawang merah mengandung ikatan asam amino yang

tidak berbau, tidak berwarna dan dapat larut dalam air.

Lada biasanya ditambahkan pada bahan makanan sebagai penyedap

makanan. Lada sangat digemari karena memiliki sifat penting, yaitu rasanya yang

pedas dan aromanya yang khas. Kedua sifat tersebut disebabkan kandungan

bahan-bahan kimiawi organik yang terdapat pada lada (Dewi 2005). Lada yang

digunakan umumnya sekitar 1% dari berat daging (Wibowo 2006).

Minyak merupakan bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya

kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak

jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap di antara atom-atom

karbonnya sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. Minyak goreng berfungsi

sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan

pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu suhu pemanasan

minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan

rasa gatal pada tenggorokan (Winarno 2008).

Page 30: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

16

 

Es atau air es merupakan bahan penting lainnya yang digunakan dalam

pembuatan bakso. Bahan ini berfungsi membantu pembentukan adonan dan

membantu memperbaiki tekstur bakso. Penggunaan es berfungsi meningkatkan air

ke dalam adonan kering selama pembentukan adonan maupun selama perebusan.

Es dapat mempertahankan suhu agar tetap rendah sehingga protein daging tidak

terdenaturasi akibat gerakan mesin penggiling dan ekstraksi protein berjalan

dengan baik. Oleh karena itu, dalam adonan bakso dapat ditambahakan es

sebanyak 5-20% atau bahakan 30% dari berat daging (Wibowo 2006).

Page 31: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan

Maret 2012 dan bertempat di beberapa laboratorium. Analisis kekuatan gel,

derajat putih, protein larut garam dan Water Holding Capacity bertempat di

Laboratorium Teknologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian, analisis proksimat bertempat di Laboratorium

Biokimia Hasil Perairan, analisis derajat keasaman (pH) bertempat di

Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, pembuatan gel dan bakso bertempat di

Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan serta uji organoleptik

bertempat di Laboratorium Organoleptik Teknologi Hasil Perairan Departemen

Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk membuat bakso meliputi ikan layaran

(Istiophorus sp.) yang diperoleh dari TPI Pelabuhan ratu Sukabumi. Ikan dibawa

menggunakan cool box yang diberi es dengan perbandingan es 2 : 1. Bahan lain

yang digunakan adalah tepung tapioka, bawang merah goreng, bawang putih,

garam, merica, minyak goreng, air dan es batu serta bahan-bahan yang digunakan

untuk analisis fisik dan kimia antara lain akuades, HCl 0,2 N, H2SO4,

NaOH 40%, H3BO3 dan sebagainya.

Alat yang digunakan dalam pembuatan surimi, gel dan bakso ikan antara

lain pisau, talenan, baskom plastik, sendok, karet, tabung stainless, timbangan

digital, meat grinder, food processor, alat pengepres surimi, kain belacu, panci

perebusan dan kompor. Alat yang digunakan untuk analisis fisik dan kimia antara

lain oven, desikator, kompor, tanur, tabung Kjeldahl, erlenmeyer, soxhlet,

kondensor, labu lemak, waring blender, gelas kimia, termometer, pH meter dan

kertas saring, Chromameter, carverpress dan Texture analyzer (TA-XT21).

Page 32: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

18

 

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu penentuan kesegaran

ikan layaran dengan uji organoleptik, preparasi ikan, pembuatan surimi dengan

proses pencucian dua kali, pembuatan gel ikan, pembuatan bakso serta analisis

karakteristik fisik kimia gel dan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.).

3.3.1 Uji organoleptik ikan layaran (Istiophorus sp.)

Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel ikan layaran dari TPI

Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. Ikan layaran ditransportasikan

menuju bogor dengan menggunakan bus, ikan disimpan dalam cool box dan

steyrofoam yang diberikan tambahan es untuk tetap menjaga kesegaran ikan.

Setelah sampai di laboratorium, ikan disimpan dalam freezer, kemudian ikan

diuji organoleptik untuk mengetahui kesegaran ikan oleh 30 panelis semi terlatih.

Diagram alir uji organoleptik ikan layaran (Istiophorus sp.) dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alir uji organoleptik ikan layaran (Istiophorus sp.)

3.3.2 Preparasi ikan layaran (Istiophorus sp.)

Ikan layaran yang telah diuji organoleptik kemudian dipreparasi.

Ikan layaran dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang menempel,

kemudian di fillet untuk memisahkan daging dengan bagian lain (kepala, isi perut,

Pembelian ikan layaran di TPI

Penyimpanan ikan layaran dalam cool box yang diberi es (2:1)

Pentransportasian

Penyimpanan sementara dalam freezer

Uji organoleptik (mata, insang, lendir permukaan badan, daging, bau dan

tekstur)

Page 33: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

19

 

sirip dan tulang), dilakukan skinless untuk memisahkan daging ikan dengan kulit

serta dilakukan pemisahan antara serat daging dengan daging untuk memudahkan

ketika pelumatan daging ikan dengan meat grinder. Selanjutnya dilakukan

pencampuran seluruh bagian daging ikan yang sudah dilumatkan. Hal ini

dilakukan agar seluruh bagian daging ikan layaran dapat tercampur dengan rata.

Dilakukan uji proksimat pada daging lumat yang dihasilkan. Diagram alir

preparasi ikan layaran (Istiophorus sp.) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram alir penyiapan daging lumat ikan layaran (Istiophorus sp.)

3.3.3 Pembuatan surimi ikan layaran (Istiophorus sp.)

Daging ikan layaran yang sudah lumat ditimbang untuk mengetahui berat

awal daging lumat, kemudian dicuci sebanyak dua kali dengan perbandingan

air es dan daging lumat sebesar 3:1. Pada proses pencucian daging lumat dicuci

dengan air es (5-8 oC) dan diaduk selama 10 menit dengan penambahan

garam 0,3% (b/b) pada pencucian kedua. Setelah itu disaring menggunakan

kain blacu dan diperas menggunakan alat pemeras surimi untuk menghilangkan

Ikan layaran

Pencucian

Pelumatan dengan meat grinder 

Pemisahan serat daging dengan daging

Pelepasan kulit

Pem-fillet-an

Pencampuran seluruh daging lumat

Daging lumat Analisis : - Rendemen - Proksimat

Page 34: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

20

 

air dengan tingkat pemerasan yang sama, proses pencucian ini dilakukan sebanyak

dua kali sebagai perlakuan. Daging lumat yang sudah menjadi surimi ditimbang

untuk mengetahui berat akhirnya. Dilakukan pengujian kadar air surimi. Diagram

alir pembuatan surimi ikan layaran (Istiophorus sp.) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Diagram alir pembuatan surimi ikan layaran (Istiophorus sp.)

3.3.4 Pembuatan gel ikan layaran (Istiophorus sp.)

Surimi yang dihasilkan ditimbang dan dilakukan pencampuran dengan

garam 2,5% (b/b) menggunakan food processor hingga adonan homogen dan

dicetak dengan menggunakan tabung stainless. Dilakukan pemanasan dengan

suhu 45-50 oC selama 20 menit dan dilanjutkan dengan suhu 80-90 oC selama

30 menit. Gel ikan yang dihasilkan dilakukan analisis untuk mengetahui

Daging lumat

Pencucian I (air es : ikan = 3:1) 10 menit

Penyaringan

Surimi

Pemerasan

Penimbangan berat awal

Pencucian II (air es : daging lumat = 3:1) + garam 0,3% (b/b) 10 menit

Penyaringan

Pemerasan

Analisis: - Rendemen - Kadar air

Page 35: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

21

 

karakteristik fisik dan kimia yaitu terdiri dari uji sensori, uji lipat, uji gigit,

kekuatan gel, derajat putih, WHC, uji proksimat dan protein larut garam.

Diagram alir pembuatan gel ikan layaran (Istiophorus sp.) dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6 Diagram alir pembuatan gel ikan layaran (Istiophorus sp.)

3.3.5 Pembuatan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.)

Bahan baku pembuatan bakso ikan menggunakan surimi dengan pencucian

dua kali. Surimi ditimbang kemudian dimasukan ke dalam food processor dan

ditambahkan garam 2,5%, tambahkan bumbu-bumbu yaitu bawang merah goreng

2,5%, bawang putih 4% dan lada 1% kemudian food processor dinyalakan

kembali, tambahkan tepung tapioka 10% lalu diaduk, tahap terakhir pengadonan

yaitu masukan minyak goreng 10% dan air es sedikit demi sedikit kemudian

diaduk. Total pengadukan adonan yaitu selama 5 menit.

Surimi

Penimbangan

Pencampuran dengan garam 2,5% (b/b)

Pengadonan hingga homogen

Pemanasan I suhu 45-50 OC (20 menit) dilanjutkan pemanasan II suhu 80-90 OC (30 menit)

Pencetakan dalam tabung stainless (diameter 3,25 cm; tinggi 3 cm)

Gel ikan Analisis : warna, penampakan, aroma, tekstur, rasa, kekuatan gel,

derajat putih, uji lipat,uji gigit, Water Holding Capacity, proksimat

dan protein larut garam

Page 36: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

22

 

Adonan yang dihasilkan dicetak menyerupai bola kecil menggunakan

tangan. Adonan yang telah dicetak kemudian direbus dengan 2 kali proses

pemanasan, yaitu pemanasan 1 dengan suhu 45-50 oC selama ± 5 menit dan

pemanasan 2 dengan suhu 80-90 oC selama ± 15 menit atau sampai bakso

mengapung. Bakso hasil penelitian, bakso komersial merk X (diperoleh dari

Palabuhan Ratu) dan bakso merk Y (diperoleh dari swalayan) dilakukan

uji sensori, analisis karakteristik fisik dan kimia yaitu terdiri dari uji lipat,

uji gigit, uji kekuatan gel, uji derajat putih, uji WHC, uji proksimat (uji kadar air,

lemak, abu dan protein), uji protein larut garam (PLG) dan uji pH. Diagram alir

pembuatan bakso ikan layaran dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram alir pembuatan bakso ikan layaran (Istiophorus sp.)

3.4 Prosedur Analisis

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji organoleptik,

analisis fisik dan kimia. Analisis organoleptik dilakukan dengan menggunakan

Ikan layaran

Bakso ikan layaran

Surimi

Pengadonan

Pemanasan I suhu 45-50 oC selama ± 5 menit Pemanasan II suhu 80-90 oC selama ± 15 menit

Pendinginan suhu ruang

Pencetakan bakso

Garam 2,5% Bawang merah goreng 2,5% Bawang putih 4% Lada 1% Tepung tapioka 10% Minyak goreng 10% Air es

Analisis : warna, penampakan, aroma, tekstur, rasa, kekuatan gel,

derajat putih, uji lipat,uji gigit, Water Holding Capacity, proksimat,

pH dan protein larut garam

Page 37: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

23

 

uji scoring (skor mutu). Analisis fisik yang dilakukan terdiri dari uji kekuatan gel,

uji derajat putih, uji lipat, uji gigit dan uji WHC. Analisis kimia yang dilakukan

meliputi analisis proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak), PLG dan

pengukuran nilai pH.

3.4.1 Rendemen daging dan surimi

Rendemen daging dihitung dengan membandingkan antara berat daging

dengan berat ikan utuh. Ikan layaran utuh ditimbang sebagai berat awal (a).

Kemudian dilakukan penyiangan dengan membuang kulit, tulang, isi perut, sirip

dan kepala lalu ditimbang sebagai berat akhir (b). Selanjutnya rendemen daging

dihitung dengan persamaan :

Rendemen surimi dihitung dengan membandingkan berat surimi dengan

berat daging lumat. Daging lumat ditimbang sebagai berat awal (a). Kemudian

dagingnya dilumatkan, dicuci dan diperas lalu ditimbang sebagai berat akhir (c).

Selanjutnya rendemen surimi dihitung dengan persamaan :

3.4.2 Analisis organoleptik (Rahayu 2001)

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan, panelis diminta

untuk memberikan tanggapan tentang tingkat kesukaan atau ketidaksukaan.

Tingkatan disebut skala hedonik dan dalam analisisnya ditransformasikan menjadi

skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaannya.

Penelitian ini menggunakan sembilan skala hedonik yang menunjukkan

tingkat kesukaan. Pelaksanaan uji dilakukan dengan cara menyajikan bakso yang

telah diberi kode (menggunakan bilangan acak) dan panelis diminta untuk

memberikan penilaian pada score sheet yang telah disediakan. Panelis yang

dibutuhkan sebanyak 30 panelis semi terlatih. Parameter uji meliputi rasa, warna,

aroma, tekstur dan penampakan, termasuk uji lipat dan uji gigit. Parameter rasa

Rendemen daging = b x 100 % a

Rendemen surimi = c x 100 % a

Page 38: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

24

 

dinilai pada saat memakan bakso ikan. Parameter warna dan aroma dinilai dengan

melihat dan mencium aroma bakso ikan yang disajikan. Parameter tekstur dinilai

dengan perabaan oleh lidah pada saat bakso dimakan dan parameter kekenyalan

dinilai berdasarkan kemudahan dalam melipat bakso ikan.

3.4.3 Analisis fisik

Analisis fisik yang dilakukan terhadap gel dan bakso ikan adalah

kekuatan gel, derajat putih, uji lipat, uji gigit dan Water Holding Capacity.

(1) Uji kekuatan gel (White dan Englar diacu dalam Granada 2011)

Pengukuran kekuatan gel dilakukan secara objektif dengan menggunakan

Texture analyzer (TA-XT21). Tingkat kekerasan bakso ikan dinyatakan dalam

gram force tiap cm2 (gf/cm2) yang berarti besarnya gaya tekan untuk memecah

deformasi produk. Sampel diletakkan dibawah probe berbentuk silinder pada

tempat penekanan, dengan sisi lebar ke atas, kemudian dilakukan penekanan

terhadap sampel dengan probe silinder tersebut. Kecepatan alat ketika menekan

sampel adalah 1 mm/s. Tekanan dilakukan sebanyak satu kali dan hasil

pengukuran akan tercetak pada kertas grafik dan dapat dilihat tinggi saat sampel

benar-benar pecah. Nilai tertinggi pada grafik menunjukkan nilai kekuatan gel

pada suatu bahan.

(2) Uji derajat putih (Park 1994 dalam Chaijan et al. 2004)

Derajat putih sampel dilakukan dengan Chromameter minolta, yaitu

analisis warna secara objektif yang mengukur warna yang dipantulkan oleh

permukaan sampel yang diukur. Skala warna yang digunakan untuk mengukur

tingkatan dari lightness L* adalah hitam (0) sampai cerah/terang (100), a* adalah

merah (60) sampai hijau (-60) dan b* adalah kuning (60) sampai biru (-60). Bila

ΔL* bernilai positif, contoh lebih putih dibandingkan standar, sedangkan bila

bernilai negatif artinya contoh lebih gelap dibandingkan standar. Bila Δa* positif,

contoh lebih merah dibandingkan dengan standar, sedangkan bila bernilai negatif

artinya contoh lebih hijau dibandingkan standar. Bila Δb* bernilai positif, contoh

lebih kuning dibandingkan standar dan bila Δb* bernilai negatif artinya contoh

Page 39: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

25

 

lebih biru dibandingkan standar. Nilai derajat putih atau whiteness dihitung

dengan rumus:

(3) Uji lipat (folding test) (Suzuki 1981)

Uji pelipatan merupakan salah satu pengujian mutu gel yang dilakukan

dengan cara memotong sampel dengan ketebalan 3 mm. Potongan sampel tersebut

diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk, kemudian dilipat untuk diamati ada

tidaknya keretakan pada produk. Tingkat kualitas uji lipat adalah sebagai berikut:

5 : Tidak retak bila dilipat dua kali

4 : Tidak retak bila dilipat satu kali

3 : Sedikit retak bila dilipat satu kali

2 : Retak bila dilipat satu kali

1 : Hancur bila ditekan jari

(4) Uji gigit (teeth cutting test) (Suzuki 1981)

Uji gigit ini merupakan taksiran secara obyektif dari seorang panelis

terhadap produk, panelis yang melakukan pengujian sebanyak 30 orang.

Pengujian dilakukan dengan cara menggigit sampel antara gigi seri atas dan

bawah. Sampel yang diuji memiliki ketebalan 5 mm. Tingkat kualitas uji gigit

adalah sebagai berikut :

10 : Amat sangat kuat 5 : Agak lunak

9 : Sangat kuat 4 : Lunak

8 : Kuat 3 : Sangat lunak

7 : Agak kuat 2 : Amat sangat lunak

6 : Normal 1 : Hancur

(5) Water Holding Capacity (WHC) (Hamm 1972 diacu dalam Granada 2011)

Daya ikat air dapat diukur dengan menggunakan alat carverpress. Sampel

sebanyak 0,3 gram diletakkan pada kertas saring kemudian dijepit dengan

carverpress, yaitu diantara dua plat jepitan berkekuatan 35 kg/cm2 selama

5 menit. Kertas saring yang digunakan yaitu Whatman no 40. Luas area basah

Derajat putih atau whiteness (%) = 100-[(100-L*)2 + a*2 + b*2]1/2

Page 40: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

26

 

yaitu luas air yang diserap kertas saring akibat penjepitan, dengan kata lain selisih

luas antara lingkaran luar dan dalam kertas saring. Bobot air bebas (jumlah air

dalam gel dan bakso yang terlepas) dapat dihitung sebagai berikut :

WHC dihitung dengan menggunakan rumus:

3.4.4 Analisis kimia

Analisis kimia yang dilakukan terhadap gel dan bakso ikan meliputi

analisis proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak) pH dan protein larut garam.

(1) Kadar air (AOAC 1995)

Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat contoh sebelum dan

sesudah dikeringkan. Mula-mula cawan kosong dikeringkan dalam oven selama

30 menit dengan suhu 105 0C, lalu didinginkan di dalam desikator selama

15 menit, kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan kedalam

cawan kemudian dikeringkan dalam oven 105 0C selama 6 jam. Cawan

didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang kembali.

Perhitungan kadar air dapat dilihat pada rumus sebagai berikut:

Keterangan : B = berat sampel (g)

B1 = berat cawan + sampel sebelum dikeringkan (g)

B2 = Berat cawan + sampel setelah dikeringkan (g)

Berat air (mg) =   

WHC (%) = 

Kadar air (%) = x 100% 

% air bebas = Berat air x 100 % 300 mg

Page 41: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

27

 

(2) Kadar abu (AOAC 1995)

Prinsip penetapan kadar abu adalah dengan menimbang sisa mineral hasil

pembakaran bahan organik pada suhu 600 oC. Cawan dibersihkan dan dikeringkan

dalam oven selama 30 menit pada suhu 105 0C, lalu didinginkan dalam desikator

selama 15 menit dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan

diletakkan dalam cawan. Sampel dipanaskan di atas kompor listrik sampai tidak

berasap atau uap air hilang. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pada suhu

600 0C selama 8 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit,

setelah dingin cawan ditimbang. Persentase dari kadar abu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

(3) Kadar protein (AOAC 1995)

Penentuan kadar protein yaitu dengan mengukur kandungan nitrogen yang

ada di dalam bahan makanan menggunakan metode Kjeldahl. Tiga tahapan yang

dilakukan meliputi tahap destruksi, destilasi dan titrasi.

1) Destruksi

Sampel ditimbang seberat 2 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung

kjeltec, lalu ditambahkan satu butir kjeltab dan 15 ml H2SO4 pekat ditambahkan

secara perlahan ke dalam tabung kemudian dimasukkan ke dalam alat pemanas

dengan suhu 410 0C selama kurang lebih 2 jam atau sampai cairan berwarna

hijau bening.

2) Destilasi

Tahap ini dimulai dari memindahkan sampel dari tabung kjeltec ke alat

destilasi kemudian mencuci tabung kjeltec dengan akuades lalu air tersebut

dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH pekat sampai

berwarna coklat kehitaman dan dilakukan destilasi. Hasil destilasi ditampung

dalam Erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 ml asam borat (H3BO3) 4% yang

mengandung indikator bromcherosol green 0,1% dan methyl red 1 % dengan

perbandingan 2:1.

Kadar abu (%) = x 100%

Page 42: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

28

 

3) Titrasi

Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,2 N sampai terjadi perubahan warna

merah muda yang pertama kalinya. Pembacaan volume titran kemudian

dilanjutkan dengan perhitungan kadar protein.

Perhitungan kadar protein dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(4) Kadar lemak (AOAC 1995)

Contoh diekstrak dengan pelarut heksana, kemudian pelarut yang

digunakan diuapkan sehingga tersisa lemak dari contoh. Lemak tersebut kemudian

ditimbang dan dihitung presentasenya. Penentuan kadar lemak dilakukan dengan

metode ekstraksi soxhlet. Sebanyak 5 gram contoh yang telah dihaluskan

ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring, selanjutnya dimasukkan ke dalam

alat ekstraksi soxhlet, lalu dialiri dengan air pendingin melalui kondensor. Pelarut

heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran

soxhlet yang digunakan dan dilakukan refluks selama minimal 16 jam sampai

pelarut turun kembali ke labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan

ditampung. Labu lemak berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam

oven dengan suhu 105 0C selama 5 jam. Labu lemak kemudian didinginkan dalam

desikator selama 20-30 menit dan ditimbang. Berat residu dalam labu lemak

dinyatakan sebagai berat lemak. Kadar lemak dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Kadar N (%) = (ml HCL – ml blanko) x N HCL x 14,007x fp x 100%

mg sampel

Kadar protein (%) = % nitrogen x faktor konversi (6,25)

Kadar lemak (%) = x 100%

Berat lemak = (berat labu + lemak) – berat labu

Page 43: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

29

 

(5) Kadar karbohidrat (by difference)

Pengukuran kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil

pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein, dan

kadar lemak sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan.

Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Kadar

karbohidrat dapat dihitung dengan mengunakan rumus:

(6) Protein larut garam (PLG) (Shuffle dan Galbraeth 1964 diacu dalam Eryanto 2006)

Sampel sebanyak 5 gram ditambahkan 50 ml larutan NaCl 5% kemudian

dihomogenkan dengan waring blender selama 2-3 menit, suhu dijaga agar tetap

rendah. Setelah itu disentrifus pada 3400 x G selama 30 menit pada suhu 10 oC.

Selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no.1. Filtrat

ditampung dalam Erlenmeyer, disimpan pada suhu 4 oC. Sebanyak 1 ml dianalisis

kandungan proteinnya dengan menggunakan metode semi-mikro Kjeldahl.

Perhitungan kadar protein larut garam adalah:

Keterangan : A = ml titrasi HCl sampel

B = ml titrasi HCl blangko

W = berat sampel (g)

FP = faktor pengenceran

(7) Nilai pH (Suzuki 1981)

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yang

dinyalakan terlebih dahulu selama 15-30 menit. Elektroda dibilas dengan akuades

dan dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya pH meter dikalibrasi dengan

mencelupkan batang probe pada buffer pH 4 lalu dicelupkan kembali pada buffer

pH 7 dibiarkan beberapa saat hingga stabil. Sampel sebanyak 5 g ditambahkan

akuades 45 ml, kemudian dihomogenkan dengan stirrer selama 2 menit.

Elektroda dicelupkan ke dalam sampel selama beberapa menit, nilai pH dibaca

setelah menunjukkan angka stabil.

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (%air + %abu +%protein + %lemak)

Kadar PLG (%) = x 100%

Page 44: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

  

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Daging Lumat

Ikan layaran yang akan diolah telah dilakukan uji organoleptik terlebih

dahulu untuk melihat tingkat kesegarannya. Uji organoleptik merupakan cara

pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai

mutu ikan hidup dan produk perikanan yang segar utuh. Ikan layaran yang

digunakan memiliki ciri-ciri bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-

abuan dan kornea agak keruh, insang mulai ada diskolorisasi, merah

kecoklatan, sedikit lendir dan tanpa lendir, lapisan lendir mulai agak keruh,

warna agak putih dan kurang transparan, sayatan daging sedikit kurang

cemerlang, spesifikasi jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang

dan dinding perut daging utuh, bau ikan netral, serta tekstur agak padat, agak

elastik bila ditekan dengan jari dan sulit menyobek daging dari tulang

belakang. Bau netral dan tekstur daging agak padat, agak elastik bila ditekan

dengan jari, sulit menyobek tulang daging dari belakang. Selanjutnya,

dilakukan preparasi, dipisahkan antara daging, tulang dan jeroan serta benda

asing lainnya. Daging dilumatkan dengan grender hingga menjadi daging

lumat. Satu ekor ikan layaran dengan berat 20 kg setelah dipreparasi terdiri

dari insang 2,36%, tulang 9,25%, sirip 5,09%, kepala 5,68%, kulit 8,23%,

jeroan 7,62%, daging samping 14,63% dan daging 44,49%. Rendemen

bagian-bagian tubuh dari ikan layaran disajikan dalam diagram lingkaran pada

Gambar 8.

  

44.49%

2.36%9.25%5.09%

5.68%8.23%

7.62%14.63%

2.65%DagingInsangTulangSiripKepalaKulitJeroanDaging sampingLain‐lain

Gambar 8 Rendemen bagian-bagian tubuh ikan layaran (Istiophorus sp.)

Page 45: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

31  

Dilakukan uji proksimat terhadap daging lumat untuk melihat komposisi

kimia daging ikan layaran. Nilai komposisi kimia daging lumat ikan layaran

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi kimia daging lumat ikan layaran

Parameter (%) Daging lumat Kadar air 79,10±0,25 Kadar abu 1,09±0,15 Kadar protein 12,43±0,02 Kadar lemak 0,39±0,02 Kadar karbohidrat 6,98±0,39

Berdasarkan hasil uji proksimat daging lumat ikan layaran yaitu

kadar air sebesar 79,10%, kadar air ini tinggi. Kandungan air semua bahan

makanan berbeda-beda dan menentukan acceptability, kesegaran serta daya

tahan bahan itu. Banyaknya air dalam suatu bahan tidak dapat ditentukan dari

keadaan fisik bahan tersebut (Winarno 2008). Kadar abu sebesar 1,09%, kadar

abu ini rendah. Kadar abu berasal dari kandungan mineral yang terdapat pada

ikan tersebut. Kadar abu daging berhubungan erat dengan kadar air dan kadar

protein pada suatu jaringan bebas lemak. Kadar protein sebesar 12,43%, kadar

ini cukup tinggi, sedangkan kadar lemak sebesar 0,39%, kadar ini sangat

rendah. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang terbaik

(Almatsier 2006). Kandungan protein erat sekali kaitannya dengan kandungan

lemak dan airnya. Ikan yang mengandung lemak rendah rata-rata memiliki

protein dalam jumlah besar (Adawyah 2008). Apabila kandungan lemak pada

ikan kurang dari 2% maka ikan tersebut termasuk dalam golongan leng

(golongan ikan tidak berlemak) (Shahidi dan Botta 1994). Kadar karbohidrat

sebesar 6,98%, kadar ini rendah karena bahan makanan seperti ikan sedikit

mengandung karbohidrat (Almatsier 2006). Kadar karbohidrat diperoleh

dengan cara perhitungan kasar atau Carbohydrate by Difference yang berarti

kandungan karbohidrat termasuk serat kasar bukan melalui analisis tetapi

melalui perhitungan (Winarno 2008).

Page 46: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

32  

4.2 Pembuatan Surimi

Surimi yang digunakan untuk membuat gel dan bakso terbuat dari

daging lumat sebanyak 4 kg. Surimi diproses dengan frekuensi pencucian dua

kali. Proses pencucian kedua dilakukan dengan menambahkan garam

sebanyak 0,3% untuk melarutkan protein miofibril dan membentuk sol

aktomiosin (Astawan et al. 1996). Pencucian dilakukan menggunakan air

dengan perbandingan daging lumat dan air 1:3. Air yang digunakan yaitu

air mineral bermerk yang ada dipasaran. Kadar air adalah jumlah molekul air

tidak terikat yang terkandung dalam suatu produk. Total surimi yang

dihasilkan yaitu sebanyak 2,480 kg. Surimi yang dihasilkan kemudian

diuji kadar airnya. Kadar air surimi ikan layaran yaitu sebesar 76,24%. Kadar

air ini lebih rendah daripada kadar air ketika dalam bentuk daging lumat. Hal

ini dikarenakan pada proses pembuatan surimi dilakukan pengepresan untuk

menghilangkan air. Kadar air yang terdapat pada surimi akan mempengaruhi

kekuatan gel yang dihasilkan, pH, sejumlah garam yang ditambahkan, waktu

dan proses pemanasan (Utomo et al. 2004).

4.3 Rendemen

Rendemen dari suatu ikan merupakan rasio berat antara daging dengan

berat ikan utuh. Perhitungan rendemen digunakan untuk memperkirakan

berapa banyaknya bagian dari tubuh ikan yang dapat dimanfaatkan sebagai

bahan makanan (Hadiwiiyoto 1993). Rendemen yang dianalisis meliputi

rendemen daging dan rendemen surimi. Rendemen daging lumat yang

dihasilkan yaitu sebesar 8.898 kg dari berat ikan utuh sebesar 20 kg.

Bobot akhir surimi yang dihasilkan yaitu sebesar 2,480 kg dari 4 kg

daging lumat. Nilai rendemen surimi dengan frekuensi pencucian dua kali

yaitu sebesar 62%. Nilai rendemen surimi ikan layaran ini semakin menurun

dengan semakin banyaknya frekuensi pencucian yang dilakukan. Setelah

mengalami poses pencucian maka akan menyebabkan semakin berkurangnya

rendemen karena semakin banyak komponen yang akan terlarut bersama air,

antara lain protein larut air, pigmen, lemak dan darah (Venugopal et al. 1994).

Semakin besar rendemen maka semakin tinggi pula nilai ekonomis bahan

tersebut.

Page 47: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

33  

4.4 Pembuatan Gel Ikan Layaran (Istiophorus sp.)

Pembuatan gel ikan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik

dan kimia dari ikan layaran yang terbuat dari surimi dengan frekuensi

pencucian dua kali. Analisis yang dilakukan terhadap gel ikan yaitu analisis

karakteristik fisik yaitu analisis sensori, uji lipat, uji gigit, derajat putih,

kekuatan gel dan WHC (Water Holding Capacity) serta analisis karakteristik

kimia yaitu analisis proksimat (kadar air, lemak, protein, abu dan karbohidrat)

dan PLG (protein larut garam).

4.4.1 Karakteristik sensori

Analisis sensori dalam penelitian ini yaitu uji kesukaan (hedonik) yang

merupakan salah satu jenis uji penerimaan. Metode uji ini digunakan untuk

mengukur tingkat kesukaan terhadap produk menggunakan lembar penilaian.

Pada uji ini, panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya

mengenai kesukaan atau ketidaksukaan, serta mengemukakan tingkat

kesukaan atau ketidaksukaan (Rahayu 2001). Nilai rata-rata hasil uji hedonik

gel ikan layaran dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai rata-rata uji hedonik gel ikan layaran (Istiophorus sp.)

Parameter Gel ikan (rata-rata) Warna 6 Penampakan 6 Rasa 5 Tekstur 6 Aroma 5

Berdasarkan hasil uji hedonik gel ikan layaran dapat diketahui bahwa

nilai rata-rata untuk parameter warna, penampakan dan tekstur yaitu sebesar 6

yang berarti panelis agak suka, sedangkan parameter rasa dan aroma

sebesar 5, hal ini berarti gel ikan memiliki rasa dan aroma yang netral

menurut pendapat panelis.

4.4.1.1 Warna

Warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada

komoditas pangan dan hasil pertanian lainnya. Peranan itu sangat nyata pada

Page 48: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

34  

tiga hal yaitu daya tarik, tanda pengenal dan atribut mutu. Diantara sifat-sifat

produk pangan yang paling menarik perhatian pada konsumen dan paling

cepat pula memberi kesan disukai atau tidak adalah sifat warna

(Soekarto 1990). Rata-rata hasil uji hedonik gel ikan untuk parameter warna

yaitu sebesar 6 yang berarti panelis agak suka terhadap warna yang

dihasilkan. Warna yang dihasilkan oleh gel ikan diduga dipengaruhi oleh

surimi yang digunakan diproses dengan frekuensi pencucian dua kali sehingga

bahan-bahan larut air, lemak dan darah akan hilang. Menurut Suzuki (1981),

semakin banyak frekuensi pencucian yang dilakukan, zat-zat yang terlarut

tersebut semakin banyak dan mengakibatkan warna surimi akan semakin

bersih dan disukai panelis.

4.4.1.2 Penampakan

Penampakan produk memegang peranan penting dalam hal

penerimaan konsumen karena penilaian awal dari suatu produk adalah

penampakannya sebelum faktor lain dipertimbangkan. Meskipun penampakan

tidak menggunakan tingkat kesukaan konsumen secara mutlak tetapi

penampakan mempengaruhi penerimaan konsumen (Soekarto 1985).

Penampak gel ikan layaran dengan menggunakan surimi frekuensi pencucian

dua kali memiliki nilai rata-rata parameter penampakan sebesar 6, hal ini

berarti bahwa panelis agak suka terhadap penampakan gel ikan. Penampakan

ini diduga dipengaruhi oleh surimi yang digunakan. Frekuensi pencucian pada

pembuatan surimi dapat meningkatkan kemampuan daging untuk membentuk

gel dengan meningkatkan konsentrasi aktomiosin serta berkurangnya protein

sarkoplasma yang menghambat pembentukan gel (Lee 1984).

4.4.1.3 Rasa

Rasa merupakan faktor yang sangat menentukan suatu produk dapat

diterima atau tidak oleh konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan

komponen rasa lain (Winarno 2008). Nilai rata-rata rasa gel ikan yaitu sebesar

5, hal ini berarti panelis berpendapat bahwa rasa gel ikan tersebut netral. Rasa

yang dihasilkan dari gel ikan diduga dipengaruhi oleh penambahan garam

Page 49: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

35  

sebesar 2,5% (b/b) serta dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam

pembuatan surimi. Frekuensi pencucian ketika pembuatan surimi adalah

untuk menghilangkan bahan-bahan larut air, lemak dan darah sehingga

memperbaiki flavor (Toyoda et al. 1992).

4.4.1.4 Tekstur

Tekstur adalah penginderaan yang dihubungkan dengan rabaan atau

sentuhan. Tekstur merupakan karakteristik yang sangat penting bagi produk

gel ikan karena sifat elastisitas dan kekenyalannya. Tekstur meliputi keras,

halus, kasar, berminyak, dan lembab (Soekarto 1985). Nilai rata-rata tekstur

gel ikan yaitu sebesar 6, hal ini berarti bahwa panelis agak suka terhadap

tekstur gel ikan yang dihasilkan. Tekstur gel ikan yang dihasilkan diduga

dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam pembuatan surimi. Pencucian

dapat meningkatkan kekuatan gel. Frekuensi pencucian dua kali dapat

menghilangkan protein sarkoplasma yang dapat menghambat pembentukan

gel dan melarutkan protein miofibril sehingga membentuk sol aktomiosin

(Astawan et al. 1996).

4.4.1.5 Aroma

Aroma makanan dalam banyak hal menentukan enak atau

tidak enaknya makanan, bahkan aroma atau bau-bauan lebih kompleks dari

pada rasa dan kepekaan indera pembauan biasanya lebih tinggi dari indera

pencicipan, bahkan industri pangan menganggap sangat penting terhadap

uji bau karena dapat dengan cepat memberikan hasil penilaian apakah produk

disukai atau tidak (Soekarto 1985). Nilai rata-rata aroma gel ikan yaitu

sebesar 5, hal ini berarti bahwa aroma gel ikan yang dihasilkan menurut

panelis yaitu netral. Pada proses pembuatan gel ikan hanya ditambahkan

garam, sehingga diduga aroma yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses

pencucian surimi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhibuddin (2010),

bahwa pada proses pencucian surimi dapat meningkatkan kualitas aroma.

Page 50: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

36  

4.4.2 Karakteristik fisik

Gel ikan yang telah dihasilkan kemudian dilakukan analisis fisik yaitu

uji lipat (folding test), uji gigit (teeth cutting test), derajat putih, kekuatan gel

dan WHC (Water Holding Capacity). Hasil uji karakteristik fisik gel ikan

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji karakteristik fisik gel ikan layaran (Istiophorus sp.)

Parameter Gel ikan Uji lipat 3 Uji gigit 8 Derajat putih (%) 66,26±0,43 Kekuatan gel (gf) 2624,90±72,83 Water Holding Capacity (WHC) (%) 75,20±0,30

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui nilai uji karakteristik fisik gel

ikan layaran. Nilai rata-rata uji lipat gel ikan layaran yaitu 3, nilai rata-rata uji

gigit sebesar 8, derajat putih 66,26%, kekuatan gel sebesar 2624,90 gf dan

nilai WHC sebesar 75,20%.

4.4.2.1 Uji lipat

Uji lipat dilakukan terhadap produk untuk mengetahui kualitas gel

dengan menggunakan panelis melalui uji sensori. Uji lipat cocok untuk

membedakan gel yang bermutu tinggi dan bermutu rendah, tetapi tidak bisa

membedakan antara gel yang bermutu baik dan bermutu sangat baik

(Lanier 1992). Rata-rata nilai uji lipat gel ikan yaitu 3, hal ini berarti gel ikan

sedikit retak bila dilipat satu kali. Uji lipat gel ikan ini diduga dipengaruhi

oleh proses pencucian yang dapat meningkatkan kekuatan gel dengan semakin

pekatnya protein miofibril. Semakin baik hasil uji lipat (makin sukar retak),

maka mutu gel ikan yang dihasilkan pun semakin baik (Santoso et al. 1997).

4.4.2.2 Uji gigit

Uji gigit merupakan uji untuk mengukur tingkat elastisitas atau

kelentingan dari gel. Rata-rata nilai uji gigit dari gel ikan yaitu sebesar 8

dengan spesifikasi kuat. Hal ini diduga dipengaruhi oleh proses pencucian

yang dapat meningkatkan kekuatan gel sehingga berpengaruh terhadap nilai

Page 51: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

37  

uji gigit. Pembentukan gel atau gelasi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

lain konsentrasi, pH, adanya komponen lain serta perlakuan panas ketika

pemasakan (Yulianti 2003).

4.4.2.3 Derajat putih

Semakin besar nilai derajat putih yang diperoleh maka warna yang

dihasilkan semakin mendekati standar. Derajat putih gel ikan yang dihasilkan

yaitu sebesar 66,26%. Hal ini diduga dipengaruhi oleh frekuensi pencucian

dalam pembuatan surimi. Semakin banyak frekuensi pencucian maka semakin

banyak pula komponen yang akan terlarut bersama air antara lain protein

sarkoplasma, pigmen, lemak dan darah (Reynolds et al. 2002).

4.4.2.4 Kekuatan gel

Kekuatan gel merupakan daya tahan bahan untuk pecah akibat gaya

tekan yang diberikan. Umumnya dilakukan pada bahan pangan untuk

mengetahui tingkat gelasi produk tersebut. Nilai kekuatan gel ikan yaitu

sebesar 2624,90 gram force (gf). Hal ini diduga dipengaruhi oleh frekuensi

pencucian dua kali yang memberikan pengaruh terhadap kekuatan gel ikan.

Secara umum kekuatan gel akan meningkat sampai dengan pencucian ke dua

karena fungsi dari konsentrasi protein miofibril sudah tercapai pada level

tertingginya sehingga proses pencucian selanjutnya tidak diperlukan untuk

meningkatkan kekuatan gel surimi (Toyoda et al. 1992).

4.4.2.5 Water Holding Capacity (WHC)

Water Holding Capacity merupakan suatu nilai yang menunjukan

kemampuan protein daging untuk mengikat air atau cairan baik yang berasal

dari dirinya maupun yang berasal dari luar yang ditambahkan. Gel ikan

memiliki nilai WHC sebesar 75,20%. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

kandungan protein karena semakin meningkatnya kandungan protein maka

akan semakin banyak air yang terikat dan mengakibatkan nilai WHC pun

menigkat. WHC sangat dipengaruhi oleh kandungan air, protein dan

penggunaan garam (Kramlich 1971).

Page 52: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

38  

4.4.3 Karakteristik kimia

Tiap-tiap komoditas dibangun dari senyawa kimia. Zat-zat kimia yang

menyusun komoditas pangan dan hasil pertanian dapat digolongkan pada

komponen makro (penyusun utama) dan komponen mikro (penyusun atau

kandungan zat renik). Komponen makro merupakan zat-zat kimia struktural

yang terdiri dari zat-zat bermolekul besar yang menyusun bentuk sel atau

zat penyusun utama dari produk pangan. Komposisi kimia dari suatu

produk pangan segar maupun olahan yaitu komponen kimia alami serta

jumlahnya yang terkandung didalamnya. Gel ikan yang telah dihasilkan

kemudian dilakukan analisis karakteristik kimia yaitu analisis proksimat dan

protein larut garam (PLG). Nilai komposisi kimia dan protein larut garam

pada gel ikan layaran dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai komposisi kimia dan protein larut garam gel ikan

Parameter (%) Gel ikan Kadar air 72,25±0,20 Kadar abu 2,59±0,01 Kadar protein 14,74±0,00 Kadar lemak 0,59±0,01 Kadar karbohidrat 9,81±0,20 Protein larut garam 2,79±0,03

Berdasarkan analisis proksimat dapat diketahui bahwa gel ikan

memiliki kadar air sebesar 72,25%, kadar abu 2,59%, kadar protein 14,74%,

kadar lemak 0,59% dan kadar karbohidrat sebesar 9,81%. Selain itu juga

dilakukan analisis protein larut garam yang bernilai 2,79%.

4.4.3.1 Analisis proksimat

Analisis proksimat yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis

kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat.

1) Kadar air

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air

dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda,

baik itu bahan makanan hewani maupun nabati (Winarno 2008). Kadar air

Page 53: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

39  

dari gel ikan yaitu sebesar 72,25%. Kadar air ini mengalami penurunan

setelah diolah menjadi gel ikan. Kadar air pada gel ikan diduga dipengaruhi

oleh proses pemasakan dengan menggunakan suhu tinggi sehingga air dalam

bahan menguap.

2) Kadar abu

Abu merupakan zat anorganik yang tidak terbakar. Abu yang

terbentuk berwarna abu-abu, berpartikel halus dan mudah dilarutkan

(Winarno 2008). Kadar abu dari gel ikan yaitu sebesar 2,59%. Pada

pembuatan gel ikan tidak ditambahkan bahan-bahan lain, diduga kadar abu

gel berasal dari kandungan mineral makro atau zat organik pada ikan yang

digunakan (Winarno 2008). Kadar abu yang rendah dipengaruhi oleh

frekuensi pencucian karena menyebabkan bahan-bahan inorganik menghilang.

3) Kadar protein

Protein ikan merupakan komponen terbesar setelah air dan merupakan

bagian yang sama pentingnya untuk tubuh. Kadar protein dari gel ikan sebesar

14,74%. Protein gel ikan tinggi, hal ini diduga dipengaruhi oleh bahan baku

serta menurunnya kadar air yang menyebabkan kadar lainnya meningkat yaitu

protein. Kandungan protein erat sekali kaitannya dengan kandungan lemak

dan airnya (Adawyah 2008). Bahan makanan hewani kaya akan protein

bermutu tinggi (Almatsier 2006).

4) Kadar lemak

Kadar lemak dari gel ikan yaitu sebesar 0,59%, kandungan lemak ini

rendah. Kadar lemak pada gel diduga dipengaruhi oleh kadar lemak

bahan baku yang digunakan mengandung lemak rendah serta faktor pencucian

pada proses pembuatan surimi yang dapat menghilangkan bahan-bahan

larut air, lemak dan darah (Toyoda et al. 1992).

5) Kadar karbohidrat (by difference)

Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan

karbohidrat dalam bahan makanan secara kasar dan hasilnya ini biasanya

dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan (Winarno 2008).

Page 54: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

40  

Kadar karbohidrat diperoleh dengan menghitung selisih dari empat komponen

yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein. Kadar karbohidrat

gel ikan yaitu sebesar 9,81%, kadar karbohidrat ini termasuk rendah. Bahan

makanan seperti ikan sedikit mengandung karbohidrat (Almatsier 2006).

4.4.3.2 Protein larut garam (PLG)

Protein larut garam ini bertanggung jawab terhadap kualitas surimi

dalam membentuk struktur tiga dimensi gel. Kadar PLG gel ikan yaitu sebesar

2,79%, kandungan PLG gel ikan diduga dipengaruhi oleh surimi yang dengan

frekuensi pencucian dua kali yang digunakan. Semakin banyak frekuensi

pencucian akan menurunkan protein larut garam pada surimi tersebut

(Toyoda et al. 1992).

4.5 Pembuatan Bakso Ikan Layaran (Istiophorus sp.)

Bakso ikan yang dihasilkan terbuat dari surimi dengan frekuensi

pencucian dua kali, kemudian dilakukan analisis karakteristik sensori, fisik

dan kimia terhadap bakso hasil penelitian, bakso merk X dan merk Y.

Selanjutnya, dilakukan pembandingan terhadap bakso hasil penelitian,

bakso komersial merk X dan merk Y.

4.5.1 Karakteristik sensori

Pengujian sensori merupakan cara pengujian menggunakan indera

manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu produk perikanan yang sudah

mengalami proses pengolahan. Pengujian sensori yang dilakukan bertujuan

untuk menentukan kualitas produk atau bahan makanan yang telah tersedia.

Parameter yang diuji yaitu meliputi parameter warna, rasa, aroma, tekstur dan

penampakan. Mutu sensori pangan adalah sifat produk atau komoditas yang

hanya dikenali atau dapat diukur dengan proses penginderaan yaitu

penglihatan dengan mata, penciuman dengan hidung, pencicipan dengan

rongga mulut, perabaan dengan ujung jari tangan atau pendengaran dengan

telinga. Mutu organoleptik mempunyai peranan dan makna yang sangat besar

dalam penilaian mutu produk (Soekarto 1990). Nilai rata-rata hasil

uji hedonik bakso ikan hasil penelitian, bakso komersial merk X dan Y dapat

dilihat pada Tabel 8.

Page 55: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

41  

Tabel 8 Nilai rata-rata hasil uji hedonik bakso ikan

Parameter Bakso hasil penelitian

Bakso komersial merk

X

Bakso komersial merk

Y Warna 6 5 7 Penampakan 6 4 7 Rasa 5 4 7 Tekstur 5 4 7 Aroma 6 4 7

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui nilai rata-rata hasil uji hedonik

terhadap bakso ikan hasil penelitian, bakso ikan komersial merk X dan merk

Y. Bakso ikan hasil penelitian memiliki nilai rata-rata 6 untuk parameter

warna, penampakan dan aroma, sedangkan parameter rasa dan tekstur bernilai

5. Bakso ikan merk X memiliki nilai rata-rata 5 untuk parameter warna,

sedangkan parameter penampakan, rasa, aroma dan tekstur bernilai rata-rata

4. Bakso ikan merk Y memiliki nilai rata-rata uji hedonik 7 untuk semua

parameter.

4.5.1.1 Warna

Warna mempunyai banyak arti dan peranan pada produk pangan,

diantaranya sebagai perinci jenis, tanda-tanda pematangan buah, tanda-tanda

kerusakan, petunjuk tingkat mutu, pedoman proses pengolahan dan masih

banyak lagi peranannya (Soekarto 1990). Berdasarkan hasil uji hedonik dapat

diketahui bahwa rata-rata penilaian panelis terhadap warna bakso hasil

penelitian yaitu 6 yang berarti panelis agak suka terhadap warna bakso,

sedangkan nilai rata-rata terhadap warna bakso merk X sebesar 5 yang berarti

warna bakso netral menurut panelis dan bakso merk Y sebesar 7 yang berarti

panelis suka terhadap warna bakso.

Kriteria warna bakso ikan yaitu putih merata tanpa warna asing lain

(Wibowo 1995). Bakso hasil penelitian ini berwarna putih tanpa warna asing

lainnya, normal dan tidak menggunakan bahan pewarna alami maupun

sintetik, diduga warna bakso ikan yang dihasilkan dipengaruhi oleh frekuensi

pencucian pada surimi yang digunakan. Warna bakso hasil penelitian

telah sesuai dengan syarat mutu bakso ikan menurut SNI 01-3819-1995. Nilai

Page 56: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

42  

rata-rata uji hedonik warna bakso hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan

dengan bakso komersial merk X, namun lebih rendah dari bakso merk Y.

Bahan baku yang digunakan pada bakso merk X berupa daging lumat dengan

bahan pengisi tapioka, sedangkan merk Y menggunakan surimi dengan bahan

pengisi tapioka serta menggunakan zat aditif makanan yaitu sekuestran dan

diduga adanya penambahan STPP (Sodium Tripolyphosphate). Hal ini diduga

yang mengakibatkan nilai rata-rata parameter warna bakso merk Y lebih

tinggi dibandingkan bakso hasil penelitian dan bakso merk X. Sekuestran atau

zat pengikat logam merupakan bahan penstabil yang digunakan dalam

berbagai pengolahan bahan makanan, senyawa ini dapat membantu

menstabilkan warna, cita rasa dan tekstur (Winarno 2008). Menurut

Wulandari (2007), warna bakso dipengaruhi oleh bahan pengisi yang

ditambahkan. Semakin banyak frekuensi pencucian maka semakin banyak

komponen yang akan terlarut bersama air antara lain protein sarkoplasma,

pigmen, lemak dan darah (Reynolds et al. 2002). Sams (2001), berpendapat

bahwa STPP dapat memelihara warna.

4.5.1.2 Rasa

Rasa lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Penginderaan

cecapan dapat dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu asin, asam, manis

dan pahit. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup

cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian noda merah jingga pada lidah

(Winarno 2008). Berdasarkan hasil uji hedonik dapat diketahui bahwa

rata-rata penilaian terhadap rasa bakso ikan hasil penelitian yaitu 5 yang

berarti netral, sedangkan nilai rata-rata penilaian panelis terhadap rasa

bakso komersial merk X sebesar 4 yang berarti agak tidak suka dan

bakso komersial merk Y sebesar 7 yang berarti suka.

Kriteria rasa bakso ikan yaitu enak, lezat, rasa ikan dominan sesuai

jenis ikan dan rasa bumbu menonjol tetapi tidak berlebihan, tidak terdapat

rasa asing yang mengganggu dan tidak terlalu asin (Wibowo 1995). Nilai rata-

rata uji hedonik pada parameter rasa, bakso ikan hasil penelitian lebih tinggi

dari bakso merk X, namun lebih rendah dari bakso merk Y. Hal ini diduga

dipengaruhi oleh bumbu-bumbu yang ditambahkan pada bakso ikan. Bumbu-

Page 57: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

43  

bumbu yang digunakan pada adonan bakso ikan layaran yaitu garam 2,5%,

bawang merah goreng 2,5%, bawang putih 4% dan lada 1%. Pada adonan

bakso ikan merk X selain menggunakan bumbu-bumbu juga ditambahkan

telur dan MSG (Monosodium Glutamate), sedangkan pada adonan bakso

merk Y ditambahkan gula, penguat rasa (Mononatrium Glutamate) dan

sekuestran fosfat serta diduga adanya penambahan STPP yang dapat

meningkatkan flavor daging. Penambahan penguat rasa dan sekuestran fosfat

pada bakso merk Y diduga mengakibatkan nilai rata-rata parameter rasa bakso

merk Y lebih tinggi dibandingkan bakso hasil penelitian dan bakso merk X.

Sekuestran atau zat pengikat logam merupakan bahan penstabil yang

digunakan dalam berbagai pengolahan bahan makanan, senyawa ini dapat

menstabilkan warna, cita rasa dan tekstur (Winarno 2008). Menurut Tarwotjo

(1998), bumbu selain memberi rasa, bau atau aroma pada masakan, bumbu itu

sendiri mempunyai pengaruh sebagai bahan pengawet terhadap makanan.

Garam yang digunakan sebanyak 2-3% memiliki fungsi untuk memperbaiki

cita rasa (Widyaningsih dan Murtini 2006). Gula atau pemanis berfungsi

untuk meningkatkan cita rasa dan aroma makanan, memperbaiki sifat-sifat

fisik, sebagai pengawet serta memperbaiki sifat-sifat kimia (Winarno 2008).

4.5.1.3 Aroma

Aroma makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan

tersebut. Aroma atau bau dapat dikenali bila berbentuk uap, umumnya bau

yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan

atau campuran empat bahan utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus

(Winarno 2008). Berdasarkan hasil uji hedonik dapat diketahui bahwa nilai

rata-rata parameter aroma bakso ikan hasil penelitian yaitu 6 yang berarti

agak suka, sedangkan nilai rata-rata penilaian terhadap aroma bakso

komersial merk X sebesar 4 yang berarti agak tidak suka dan bakso komersial

merk Y sebesar 7 yang berarti suka.

Kriteria aroma bakso ikan yaitu bau khas ikan segar rebus dominan

sesuai jenis ikan dan bau bumbu tajam, tidak terdapat bau amis, tengik,

masam, basi atau busuk (Wibowo 1995). Aroma bakso ikan hasil penelitian

yaitu normal dan khas ikan, hal ini sesuai dengan SNI 01-3819-1995 tentang

Page 58: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

44  

syarat mutu bakso ikan. Nilai rata-rata parameter aroma bakso ikan

hasil penlitian lebih tinggi dari pada bakso merk X, namun lebih rendah dari

bakso merk Y. Aroma bakso ikan dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam

pembuatan surimi dan komposisi bumbu yang digunakan, serta adanya

penambahan gula pada adonan bakso merk Y. Tujuan dari proses pencucian

adalah untuk menghilangkan bahan-bahan larut air, lemak dan darah sehingga

memperbaiki warna dan flavor (Toyoda et al. 1992). Menurut Tarwotjo

(1998), bumbu memberi rasa, bau ataun aroma pada masakan. Gula atau

pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma makanan,

memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet serta memperbaiki sifat-sifat

kimia (Winarno 2008).

4.5.1.4 Tekstur

Tekstur adalah halus atau tidaknya suatu irisan pada saat disentuh

dengan jari atau indera pengecap oleh panelis. Tekstur makanan dapat

dievaluasi dengan uji mekanika atau dengan analisis secara penginderaan

menggunakan alat indera manusia sebagai alat analisis. Berdasarkan hasil uji

hedonik dapat diketahui bahwa rata-rata penilaian terhadap tekstur bakso ikan

hasil penelitian yaitu 5 yang berarti netral, sedangkan nilai rata-rata penilaian

terhadap tekstur bakso komersial merk X sebesar 4 yang berarti agak tidak

suka dan bakso komersial merk Y sebesar 7 yang berarti suka.

Kriteria tekstur bakso ikan yaitu kompak, tidak liat, elastis, tidak ada

serat daging, tanpa duri, dan tulang, tidak lembek, tidak basah dan berair serta

tidak rapuh (Wibowo 1995). Tekstur bakso ikan hasil penelitian yaitu kenyal

dan sesui dengan SNI 01-3819-1995 tentang syarat mutu bakso ikan.

Nilai rata-rata parameter tekstur bakso ikan hasil penelitian lebih tinggi

dibandingkan bakso merk X, namun lebih rendah dari bakso merk Y. Hal ini

diduga dipengaruhi oleh surimi yang diproses dengan frekuensi pencucian

dua kali, konsentrasi tapioka yang digunakan serta adanya penambahan

sekuestran fosfat pada bakso merk Y. Pembentukan tekstur yang kompak

dapat dipengaruhi oleh proses pencucian. Semakin banyak frekuensi

pencucian menyebabkan tekstur akan semakin baik karena dengan pencucian

dapat meningkatkan kekuatan gel, frekuensi pencucian dua kali dapat

Page 59: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

45  

menghilangkan protein sarkoplasma yang dapat menghambat pembentukan

gel dan melarutkan protein miofibril sehingga membentuk sol aktomiosin

(Astawan et al. 1996). Sekuestran fosfat atau zat pengikat logam merupakan

bahan penstabil yang digunakan dalam berbagai pengolahan bahan makanan,

dapat megikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat

mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam tersebut dalam bahan dengan

demikian senyawa ini dapat membantu menstabilkan warna, cita rasa dan

tekstur (Winarno 2008). Menurut Handershoot (1970), tepung tapioka

memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dan pati memegang peranan

penting dalam menentukan tekstur makanan.

4.5.1.5 Penampakan

Penampakan merupakan karakteristik utama yang dinilai oleh

konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Bila kesan penampakan baik

atau disukai, maka konsumen melihat karakteristik lainnya. Penampakan

mempengaruhi penerimaan konsumen meskipun tidak menggunakan

tingkat kesukaan konsumen secara mutlak (Soekarto 1985). Berdasarkan

hasil uji hedonik dapat diketahui bahwa nilai rata-rata penampakan bakso

hasil penelitian yaitu 6 yang berarti agak suka, sedangkan nilai rata-rata

terhadap penampakan bakso komersial merk X sebesar 4 yang berarti

agak tidak suka dan bakso komersial merk Y sebesar 7 yang berarti suka.

Kriteria penampakan bakso ikan menurut Wibowo (1995), yaitu

bentuk halus, berukuran seragam, bersih, cemerlang dan tidak kusam.

Penampakan bakso ikan hasil penelitian yaitu memiliki bentuk yang

agak kasar, bersih, tidak kusam serta berukuran seragam karena proses

pencetakan dilakukan oleh seorang karyawan yang sudah ahli dan telah lama

bekerja di pabrik bakso ikan. Nilai rata-rata parameter penampakan bakso

hasil penelitian lebih tinggi dari bakso merk X, namun lebih rendah dari bakso

merk Y. Hal ini diduga dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam

pembuatan surimi serta penambahan gula pada adonan bakso merk Y.

Menurut Lee (1984), proses pencucian dalam pembuatan surimi dapat

meningkatkan kemampuan daging untuk membentuk gel dengan

meningkatkan konsentrasi aktomiosin serta berkurangnya protein sarkoplasma

Page 60: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

46  

yang menghambat pembentukan gel. Gula atau pemanis berfungsi untuk

meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai

pengawet serta memperbaiki sifat-sifat kimia (Winarno 2008).

4.5.2 Karakteristik fisik

Sifat fisik merupakan sifat-sifat yang dapat diukur dengan alat-alat

tertentu.Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kualitas elastisitas produk

atau bahan makanan yang telah tersedia (Soekarto 1990). Pengujian dilakukan

terhadap bakso hasil penelitian, bakso merk X dan bakso merk Y yang berupa

uji karakteristik fisik yaitu uji lipat, uji gigit, derajat putih, kekuataan gel dan

WHC (Water Holding Capacity). Hasil uji karakteristik fisik bakso

hasil penelitian, bakso komersial merk X dan bakso komersial merk Y dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil uji karakteristik fisik bakso ikan

Parameter Bakso hasil penelitian

Bakso komersial merk

X

Bakso komersial merk

Y Uji lipat 3 2 4 Uji gigit 6 5 8 Derajat putih (%) 66,78±0,01 61,17±0,00 73,44±0,03 Kekuatan gel (gf) 916,25±31,61 2219,20±68,02 1171,85±24,11 WHC (%) 67,42±3,28 63,28±1,66 60,96±0,74

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui nilai rata-rata uji lipat bakso hasil

penelitian, bakso merk X dan merk Y berturut-turut yaitu 3, 2 dan 5. Nilai

rata-rata uji gigit berturut-turut yaitu 6,5 dan 7. Nilai derajat putih berturut-

turut 66,78%, 61,17% dan 73,44%. Nilai kekuatan gel berturut-turut yaitu

916,25 gf, 2219,20 gf dan 1171,85 gf. Nilai WHC berturut-turut sebesar

67,42%, 63,28% dan 60,96%.

4.5.2.1 Uji lipat

Uji lipat merupakan salah satu pengujian sensori awal yang bertujuan

untuk menentukan serta memastikan kekuatan gel dan elastisitas surimi oleh

para panelis (Shaviklo 2006). Berdasarakan hasil uji lipat dapat diketahui

bahwa bakso hasil penelitian memiliki nilai rata-rata uji lipat sebesar 3 yang

Page 61: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

47  

berarti sedikit retak bila dilipat satu kali, sedangkan bakso komersial merk X

sebesar 2 yang berarti retak bila dilipat satu kali dan bakso komersial merk Y

sebesar 4 yang berarti tidak retak bila dilipat satu kali.

Nilai rata-rata uji lipat bakso hasil penelitian lebih tinggi daripada

bakso merk X, namun lebih rendah dari bakso merk Y. Hal ini diduga

dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam pembuatan surimi dan sekuestran

fosfat atau zat aditif makanan serta penambahan gula pada adonan bakso

merk Y, sedangkan pada adonan bakso hasil penelitian tidak menggunakan

gula dan zat aditif makanan. Sekuestran merupakan bahan penstabil, dapat

mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam dalam bahan, sedangkan gula

dapat memperbaiki sifat-sifat fisik makanan (Winarno 2008). Semakin baik

hasil uji lipat (makin sukar retak), maka mutu gel ikan yang dihasilkan pun

semakin baik (Santoso et al. 1997). Uji lipat dapat dikaitkan dengan

kemampuan elastisitas produk.

4.5.2.2 Uji gigit

Uji gigit merupakan salah satu pengujian sensori awal yang bertujuan

untuk mengevaluasi resiliensi dan elastisitas surimi oleh para panelis

(Shaviklo 2006). Berdasarkan hasil uji gigit bakso hasil penelitian memiliki

nilai rata-rata sebesar 6 yang berarti normal, sedangkan bakso komersial

merk X sebesar 5 yang berarti agak lunak dan bakso komersial merk Y

sebesar 8 yang berarti kuat.

Nilai rata-rata uji gigit bakso hasil penelitian lebih tinggi daripada

bakso merk X, namun lebih rendah dari bakso merk Y. Hal ini diduga

dipengaruhi oleh frekuensi pencucian dalam pembuatan surimi karena

meningkatnya kekuatan gel juga berpengaruh terhadap nilai uji gigit. Nilai

kekuatan gel yang tinggi berhubungan dengan meningkatknya komponen

protein, rendahnya komponen lemak serta konsentrasi penambahan air

(Huda et al. 2000).

4.5.2.3 Derajat putih

Mutu bakso yang baik juga ditentukan oleh derajat putihnya. Bakso

yang baik diharapkan memiliki warna putih merata dan bebas dari

Page 62: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

48  

pengotornya. Nilai derajat putih bakso hasil penelitian yaitu sebesar 66,78%,

sedangkan bakso komersial merk X sebesar 61,17% dan bakso komersial

merk Y sebesar 73,44%. Nilai derajat putih tertinggi yaitu pada bakso

merk Y, sedangkan yang terendah yaitu bakso merk X. Hal ini diduga derajat

putih bakso dipengaruhi daging ikan yang digunakan dan frekuensi pencucian

dalam pembuatan surimi. Tujuan dari pencucian adalah untuk menghilangkan

bahan-bahan larut air, lemak dan darah sehingga memperbaiki warna, flavor

serta meningkatkan kekuatan gel surimi (Toyoda et al. 1992). Menurut Suzuki

(1981), semakin banyak frekuensi pencucian yang dilakukan, zat-zat yang

terlarut tersebut semakin banyak dan mengakibatkan warna surimi akan

semakin bersih dan disukai panelis.

4.5.2.4 Kekuatan gel

Kekuatan gel diklasifikasikan berdasarkan pengukuran kekerasan dan

pengukuran daya tahan pecah gel. Nilai kekuatan gel dari bakso ikan hasil

penelitian yaitu sebesar 916,25 gf, bakso merk X sebesar 2219,20 gf dan

bakso merk Y sebesar 1171,85 gf. Nilai kekuatan gel tertinggi yaitu pada

bakso merk X, sedangkan nilai kekuatan gel terendah yaitu pada bakso hasil

penelitian. Hal ini diduga dipengaruhi oleh adanya penambahan STPP

(Sodium Tripolyphosphate) pada bakso komersil merk X dan Y. Menurunnya

kualitas gel akibat konsentrasi protein miofibril yang juga menurun. Semakin

banyak frekuensi pencucian maka konsentrasi protein larut garam pun akan

menurun, sehingga kemampuan untuk membentuk gel juga akan ikut

menurun (Reynolds et al. 2002). STPP dapat meningkatkan protein miosin

yang merupakan hasil dari resolusi aktomiosin dalam miosin dan aktin

(Cross dan Overby 1988).

4.5.2.5 Water Holding Capacity (WHC)

Water Holding Capacity (WHC) atau daya ikat air merupakan

kemampuan daging untuk mengikat air atau cairan baik yang berasal dari

dirinya maupun yang berasal dari luar (Foegeding et al. 1996). Faktor-faktor

yang mempengaruhi nilai WHC antara lain jenis bahan baku, bahan

tambahan, lama penyimpanan, penanganan dan pengolahan bahan baku

Page 63: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

49  

(Huda et al. 2000). Nilai WHC bakso hasil penelitian yaitu sebesar 67,42%,

sedangkan bakso merk X sebesar 63,28% dan bakso merk Y sebesar 60,96%.

Nilai WHC tertinggi yaitu bakso hasil penelitian. Hal ini diduga dipengaruhi

oleh komposisi protein ikan. Semakin tinggi kandungan protein maka akan

semakin banyak air yang terikat dan mengakibatkan nilai WHC meningkat.

WHC sangat dipengaruhi oleh kandungan air, protein, dan penggunaan

garam. Gugus polar pada protein akan berinteraksi dengan ion hidrogen dari

air yang bersifat polar pula (Kramlich 1971).

4.5.3 Karakteristik kimia

Bahan pangan dan hasil pertanian mengandung zat-zat kimia yang

dengan komposisi kimia dan susunan tertentu membangun bentuk produk dan

menjadikan produk tersebut mempunyai sifat-sifat khas. Komposisi kimia

dapat ditinjau dari berbagai aspek yang berkaitan dengan mutu gizi, bergizi

dan bersifat pengolahan, tak bergizi dan bersifat pengolahan, struktural, toxin

(beracun) (Soekarto 1990). Nilai komposisi kimia, protein larut garam dan pH

bakso hasil penelitian, bakso komersial merk X dan bakso komersial merk Y

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Nilai komposisi kimia, protein larut garam, pH bakso ikan

Parameter Bakso hasil penelitian

Bakso komersial merk X

Bakso komersial merk Y

Kadar air (%) 66,73±0,09 59,44±0,16 73,80±0,05 Kadar abu (%) 1,19±0,01 2,27±0,12 2,16±0,00 Kadar protein (%) 11,68±0,17 5,01±0,00 7,88±0,01 Kadar lemak (%) 3,17±0,02 4,02±0,13 0,85±0,02 Kadar karbohidat(%) 17,21±0,05 29,24±0,09 15,31±0,01 Protein larut garam (%) 2,72±0,00 3,89±0,02 0,37±0,00 pH 6,57±0,01 5,63±0,02 6,62±0,01

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui kandungan gizi dari bakso ikan

layaran hasil penelitian, bakso ikan komersial merk X dan merk Y berturut-

turut yaitu kadar air sebesar 66,73%, 59,44% dan 73,80%, kadar abu sebesar

1,19%, 2,27% dan 2,16%, kadar protein sebesar 11,68%, 5,01% dan 7,88%,

kadar lemak sebesar 3,17%, 4,02% dan 0,86%, serta kadar karbohidrat

Page 64: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

50  

sebesar 17,21%, 29,24% dan 15,31%. Selain itu, dilakukan uji PLG dan pH.

Nilai PLG bakso hasil penelitian sebesar 2,72%, bakso merk X sebesar 3,89%

dan bakso merk Y sebesar 0,37%. Nilai pH bakso hasil penelitian, bakso

merk X dan bakso merk Y berturut-turut sebesar 6,57, 5,63, dan 6,62.

4.5.3.1 Analisis proksimat

Kadar proksimat merupakan gambaran nilai gizi suatu produk

makanan, dimana semakin baik kadar gizi suatu bahan maka semakin baik

bagi konsumen. Kadar proksimat terdiri atas kadar air, abu, protein, lemak,

serta karbohidrat.

1) Kadar air

Kadar air merupakan komponen utama bahan makanan serta faktor

yang besar pengaruhnya terhadap acceptability, kesegaran dan daya tahan

bahan itu. Sebagian besar perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam

media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri

(Winarno 2008). Kadar air bakso ikan hasil penelitian sebesar 66,73%. Kadar

air bakso ikan hasil penelitian lebih tinggi dari pada kadar air bakso merk X,

namun lebih rendah dari kadar air bakso merk Y. Kadar air bakso hasil

penelitian lebih rendah dibandingkan kadar air ketika dalam bentuk daging

lumat dan surimi. Hal ini diduga karena proses pemanasan dan adanya

penambahan pati. Proses pemanasan akan mengakibatkan air dalam bahan

akan mengalami penguapan. Semakin tinggi komposisi pati yang digunakan

maka semakin rendah kadar air, hal ini dikarenakan tepung berfungsi sebagai

bahan pengikat yang dapat meningkatkan daya ikat air, dimana tepung akan

mengikat air yang berada dalam matriks daging sehingga kada air bakso

semakin menurun.

Kadar air bakso ikan hasil penelitian sesuai dengan syarat mutu bakso

ikan yaitu tidak melebihi batas maksimum sebesar 80% (BSN 1995).

Bahan makanan yang mengadung pati umumnya mengalami penurunan kadar

air, penurunan kadar air akibat mekanisme interaksi pati dan protein sehingga

air tidak dapat diikat sempurna karena ikatan hidrogen yang seharusnya

mengikat air terpakai untuk interaksi pati dan protein (Manullang et al. 1995).

Page 65: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

51  

2) Kadar abu

Bahan makanan sebagian besar terdiri dari bahan organik dan air.

Dalam proses pembakaran sampai suhu 600 0C bahan organik mudah

terbakar, sedangkan zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik yang tidak

terbakar disebut abu. Abu yang terbentuk berwarna abu-abu, berpartikel halus

dan mudah dilarutkan (Winarno 1997). Kadar abu bakso hasil penelitian yaitu

sebesar 1,19%. Kadar abu bakso hasil penelitian memiliki nilai lebih rendah

dibandingkan bakso merk X dan Y. Rendahnya kadar abu ini diduga

disebabkan oleh proses pencucian yang dilakukan karena pencucian

menyebabkan bahan-bahan inorganik menghilang. Kadar abu berhubungan

erat dengan kadar air dan kadar protein pada suatu jaringan bebas lemak.

Mineral yang tidak larut berasosiasi dengan protein karena mineral terutama

berasosiasi dengan bagian non lemak, daging tak berlemak biasanya memiliki

kandungan mineral atau abu yang tinggi (Granada 2011). Kadar abu bakso

ikan hasil penelitian sesuai dengan syarat mutu bakso ikan menurut

SNI 01-3819-1995 yaitu tidak melebihi batas maksimum 3% (BSN 1995).

3) Kadar protein

Protein merupakan komponen terpenting dalam produk bakso ikan.

Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan

makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah

kadar nitrogennya. Kadar protein bakso hasil penelitian sebesar 11,68%.

Kadar protein bakso ikan hasil penelitian memiliki nilai tertinggi

dibandingkan kadar protein bakso merk X dan Y. Hal ini diduga dipengaruhi

oleh jenis ikan yang digunakan karena daging ikan layaran yang digunakan

memiliki kadar protein yang tinggi serta adanya penambahan tepung tapioka.

Tingginya kadar potein juga dipengaruhi oleh bahan pengikat yang

ditambahkan pada bakso karena persentase daging surimi yang digunakan

lebih tinggi daripada persentase jumlah tepung. Kadar protein bakso hasil

penelitian sesuai dengan syarat mutu bakso ikan menurut SNI 01-3819-1995

yaitu kadar protein minimal 9% (BSN 1995).

Page 66: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

52  

4) Kadar lemak

Lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan

yang berbeda-beda (Winarno 2008). Kadar lemak bakso ikan hasil penelitian

sebesar 3,17%. Kadar lemak bakso ikan hasil penelitian lebih tinggi dari kadar

lemak bakso merk Y, namun memiliki nilai lebih rendah dari bakso merk X.

Kadar lemak mengalami peningkatan diduga dipengaruhi oleh adanya

penambahan minyak dalam adonan bakso hasil penelitian. Minyak goreng

berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai

kalori bahan pangan (Winarno 2008). Kadar lemak bakso hasil penelitian

tidak sesuai dengan syarat mutu bakso ikan menurut SNI 01-3819-1995 yaitu

maksimal 1% (BSN 1995).

5) Kadar karbohidrat (by difference)

Karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari,

terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penentuan

kadar karbohidrat dalam bahan makanan yaitu secara kasar melalui

perhitungan Carbohydrate by Difference dan hasilnya biasanya dicantumkan

dalam daftar komposisi bahan makanan (Winarno 2008). Kadar karbohidrat

diperoleh dengan menghitung selisih dari empat komponen yaitu kadar air,

kadar abu, kadar lemak dan kadar protein. Kadar karbohidrat bakso hasil

penelitian sebesar 17,21%. Kadar karbohidrat bakso hasil penelitian

lebih tinggi dari bakso merk Y, namun lebih rendah dari bakso merk X.

Diduga kadar karbohidrat dipengaruhi oleh tepung tapioka yang ditambahkan.

Nilai kadar air dan kadar protein pada bakso hasil penelitian mengalami

penurunan, sehingga kadar lemak dan kadar karbohidrat pada bakso akan

meningkat. Pati adalah bentuk simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa

yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik (Almatsier 2006). Menurut

Manullang et al. (1995), bahan makanan yang mengandung pati umumnya

mengalami penurunan kadar air. Penurunan kadar air akibat mekanisme

interaksi pati dan protein sehingga air tidak dapat diikat secara sempurna

karena ikatan hidrogen yang seharusnya mengikat air telah dipakai untuk

interaksi pati dan protein ikan.

Page 67: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

53  

4.5.3.2 Derajat keasaman (pH)

Perubahan nilai pH ikan tergantung spesiesnya sehingga nilai pH tidak

menjadi kriteria yang pasti untuk mendeteksi kesegaran dan kualitas daging

ikan dan olahannya. Derajat keasaman (pH) adalah salah satu faktor yang

berpengaruh dalam pembentukan dan kekuatan gel dari surimi

(Park dan Lin 2005). Nilai pH bakso hasil penelitian sebesar 6,57. Nilai ini

lebih rendah dari bakso merk Y dan memiliki nilai lebih tinggi dari bakso

merk X. Menurut Thawornchinsombut dan Park (2004), kekuatan gel tinggi

apabila pH daging berkisar antara 6-7, hal ini dikarenakan protein miosin

mudah larut pada pH tersebut. Nilai pH lebih dari 7 dapat melemahkan gel

karena hidrasi protein. Nilai pH kurang dari 6 menyebabkan ketidak stabilan

protein miofibril dalam daging dan mengindikasikan penurunan kemampuan

pembentukan gel (Park dan Lin 2005).

4.5.3.3 Protein larut garam (PLG)

Protein larut garam yaitu protein miofibril yang terdiri dari aktin,

miosin dan protein regulasi (tropomiosin, troponin dan aktinin). Pengukuran

kadar protein larut garam (myofibril) dilakukan untuk mengetahui kandungan

protein miofibril dalam surimi yang berperan dalam pembentukan gel yang

diakibatkan oleh terjadinya agregasi antara aktin dan miosin pada saat

diekstrak (Suzuki 1981). Nilai PLG bakso hasil penelitian sebesar 2,72%.

Nilai PLG bakso hasil penelitian lebih tinggi dari bakso merk Y, namun

memiliki nilai lebih rendah dari bakso merk X. Hal ini diduga dipengaruhi

oleh frekuensi pencucian. Pernyataan ini sesuai dengan Toyoda et al. (1992),

yaitu semakin banyak frekuensi pencucian dalam pembuatan surimi maka

akan menurunkan protein larut garam pada surimi tersebut.

Page 68: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan hasil penelitian gel dan bakso dari surimi ikan layaran

(Istiophrus sp.) frekuensi pencucian dua kali yaitu:

1) Gel memiliki karakteristik sensori yaitu parameter warna, penampakan dan

tekstur bernilai 6, parameter rasa dan aroma bernilai 5. Karakteristik fisik

yaitu uji lipat dan uji gigit yang bernilai 3 dan 8, derajat putih, WHC dan

kekuatan gel sebesar 66,26%, 75,20%, 2624,90 gf. Karakteristik kimia yaitu

kadar air, abu, protein, lemak dan protein larut garam sebesar 72,25%, 2,59%,

14,74%, 0,59% dan 2,79%.

2) Bakso memiliki karakteristik sensori yaitu parameter warna, penampakan dan

aroma bernilai 6, parameter rasa dan tekstur bernilai 5. Karakteristik fisik

yaitu uji lipat dan uji gigit yang bernilai 3 dan 6, derajat putih, WHC dan

kekuatan gel sebesar 66,78%, 6,42% dan 916,25 gf. Karakteristik kimia yaitu

kadar air, abu, protein, lemak, protein larut garam dan pH sebesar 66,73%,

1,19%, 11,68%, 3,17%, 2,72% dan 6,57.

3) Bakso hasil penelitian memiliki nilai karakteristik sensori lebih tinggi dari

bakso merk X namun lebih rendah dari bakso merk Y. Nilai karakteristik fisik

secara umum bakso hasil penelitian lebih tinggi dari bakso ikan merk X dan Y

(kecuali nilai kekuatan gel). Nilai karakteristik kimia secara umum bakso

hasil penelitian berada diantara bakso komersial merk X dan merk Y

(kecuali komposisi protein dan abu).

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah diperlukan formulasi bumbu untuk

menghasilkan bakso yang disukai konsumen berdasarkan nilai organoleptiknya

serta dapat bernilai gizi baik. Serta perlu dilakukan penelitian mengenai

perbedaan cara penyimpanan bakso terhadap karakteristik fisika dan kimianya.

Page 69: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Afriwanty MD. 2008. Mempelajari pengaruh penambahan tepung rumput laut (Kappaphycus alvarezii) terhadap karakteristik fisik surimi ikan nila (Oreochromis sp.) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Agustin AT dan Mewengkang HW. 2008. Keberadaan Staphylococcus sp. pada bakso ikan beku yang disimpan pada suhu beku dan suhu ruang. Pacific Journal 2 (2) : 91-93.

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official method of analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Virginia USA: Association of Official Analytical Chemists,Inc.

Astawan M, Mita W, Joko S dan Siti S. 1996. Pemanfaatan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dalam pembuatan gel ikan. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 7 (1): 1-7.

Astuti EF. 2009. Pengaruh jenis tepung dan cara pemasakan terhadap mutu bakso dari surimi ikan hasil tangkap sampingan (HTS) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bakar A dan Usmiati S. 2007. Teknologi Pengolahan Daging. Bogor; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

[BBPPP] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2009. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31 (6): 13-14.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1994. Tepung Tapioka. SNI 01-3451-1994. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. Bakso Ikan. SNI 01-3819-1995. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, Wooton M. 1978. A Course Manual. Dalam : Food Science, Penerjemah; H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Chaijan M, Benjakul S, Visessanguan, Fautsman C. 2004. Characteristics and gel properties of muscle from sardine (Sardinella gibbosa) and mackerel (Rastralliger kanarguta) caught in Thailand. Food Research International 37: 1021-1030.

Chairita, Hardjito L, Santoso J, Santoso. 2009. Karakteristik bakso ikan dari campuran surimi ikan layang (Decapterus sp.) dan ikan kakap merah (Lutjanus sp.) pada penyimpanan suhu dingin. Jurnal Pengolahan Hasil perikanan Indonesia 8 (1):46-58.

Page 70: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

56

 

Cross HR dan Overby AJ. 1988. Meat Science, Milk Science and Technology. Elsevier Sci, Publ.B.V.Amsterdam.

Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI-Press.

Dewi YS. 2005. Karakteristik fisik burger daging lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan penambahan bahan pengikat [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Djazuli N, Wahyuni M, Monintja D, Purbayanto A. 2009. Modifikasi teknologi pengolahan surimi dalam pemanfaatan “by-catch” pukat udang di laut Arafura. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 7 (1): 17-30.

Eryanto I. 2006. Karakteristik surimi fillet ikan nila (Oreochromis niloticus) yang disimpan pada suhu dingin [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Foegeding EA, Lanier TC, Hultin HO. 1996. Characteristics of edible muscle tissues. Dalam Fennema OR (ed.). Food Chemistry. New York: Marcel Dekker Inc. 15 (3): 879-942.

Granada IP. 2011. Pemanfaatan surimi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dalam pembuatan sosis rasa sapi dengan penambahan isolat protein kedelai [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid I. Yokyakarta: Liberty.

Haryati S. 2001. Pengaruh lama penyimpanan beku surimi ikan jangilus (Istiophorus sp.) terhadap kemampuan pembentukan gel pada produk gel ikan [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Huda N, Aminah A, Babji AS. 2000. Effects of cryoprotectants on functional properties of dried lizardfish (Saurida tumbil) surimi. Malaysian Applied Biology 29 (1): 9-16.

Hudson BJF. 1992. Biochemistry of Food Proteins. London: Elsevier Applied Sci.

Ikayanti Y. 2007. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap jumlah koloni bakteri dan kandungan protein pada sosis ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) [Skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.

Irianto HE dan Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.

[KKPa] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Data produksi. www.buku02.pdf [10 Oktober 2011].

[KKPb] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Data produksi. www.buku02.pdf [10 Oktober 2011].

Page 71: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

57

 

Kim JS dan Park JW. 2004. Characterization of Acid-Soluble Collagen from Pacific Whiting Surimi Processing by Products. J Food Science 69: C637-642.

Kramlich WE. 1971. Sausage Product. Dalam: The Science of Meat and Meat Product 2nd Ed. WH Freeman and Co, San Fransisco.

Lanier TC. 1992. Measurements of surimi composition and functional properties. Dalam : Lanier TC, Lee CM (eds). Surimi Technology. New York: Marcel Dekker, Inc.

Lee CM. 1984. Surimi process technology. Journal Food Techonology 38 (11): 69-80.

Lee Cm dan Lanier TC. 1992. Surimi process technology. Journal Food Tech 38 (11): 69.

Leung WT, Ritva W, RB, Flora HC. 1972. Food Table For Use In East Asia. Part I & II, Roma.

Mallawa A. 2006. Pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Disajikan pada Lokakarya Agenda Penelitian Program COREMAP II Kabupaten Selayar, 9-10 September 2006. html: 1-31.

Manullang M, Theresia M, Irianto HE. 1995. Pengaruh konsentrasi tepung tapioka dan sodium tripolifosfat terhadap mutu dan daya awet kamaboko ikan pari kelapa (Trygon sephen). Buletin Teknologi dan Industri Pangan 6 (2): 21-26.

Muhibuddin F. 2010. Karakteristik fisika kimia surimi dari daging lumat ikan hasil tangkap sampingan (HTS) pukat udang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Niwa E. 1992. Chemistry of surimi gelation. Dalam: Lanier TC, Lee CM (eds.). Surimi Technology. New York: Marcell Dekker Inc.

Nurfianti D. 2007. Penggunaan kitosan sebagai pembentuk gel dan pengawet bakso ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) pada penyimpanan suhu chilling [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Park JW dan Lin TMJ. 2005. Surimi: Manufacturing and Evaluation. Dalam Park JW (ed.). Surimi and Surimi Seafood 2 nd edition. New York: CRC Press.

Rahayu WP, Ma’oen S, Suliantari, Fardiaz S. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Reynolds J, Park JW, Choi YJ. 2002. Physicochemical properties of pacific whiting surimi as affected by various freezing and storage conditions. Journal Food Science 67 (6): 2072-2078.

Page 72: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

58

 

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bandung: Bina Cipta.

Sams AR. 2001. Poultry Meat Processing. CRC Press, Boco Raton, London, New York, Washington DC.

Santoso J, Trilaksani W, Nurjanah, Nurhayati T. 1997. Perbaikan Mutu Gel Ikan Mas (Cyprinus carpio) melalui Modifikasi Proses. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Shahidi F dan Botta JR. 1994. Seafoods: Chemistry, Processing Technology and Quality. London: Blackie Academic and Professional and Imprint of Chapmant and hall.

Shaviklo GR. 2006. Quality assessment of fish protein isolates using surimi standard methods. Iran: Fisheries Training Programme. The United Nations University.

Shaw. 1792. Istiophorus platypterus. http://www.fishbase.org/ summary/ Istiophorus-platypterus.html. [14 Oktober 2011].

Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Indutri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Soekarto ST. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor: IPB Press.

Sukmana IY. 2012. Pemanfaatan surimi ikan nila merah (Oreochromis sp.) dalam pembuatan sosis dengan penambahan isolat protein kedelai [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sumaatmadja D. 1984. Tepung Sorghum (Sorghum vulagari) sebagai Pengganti Tepung Tapioka gandum dalam Pembuatan Mie dan Roti Tawar. Bogor: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan VI BBIHP.

Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein: Processing Technology. London: Amiled Science Publisher, Ltd.

Tarwotjo CS. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Thawornchinsombut S dan Park JW. 2004. Roles of pH in solubility and conformational changes of Pacific whiting muscle proteins. Journal of Food Biochemistry 28 (2): 135-154.

Toyoda KI, Kimura T, Fuijita SF, Noguchi, Lee CM. 1992. The surimi manufacturing process. Dalam: Lanier TC, Lee CM (eds). Surimi Technology. New York: marcel Dekker, Inc.

Uju, Nitibaskara R, Ibrahim B. 2004. Pengaruh frekuensi pencucian surimi terhadap mutu produk bakso ikan jangilus (Istiophorus sp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 8 (2): 1-10.

. 2006. Pengaruh penyimpanan beku surimi terhadap mutu bakso ikan jangilus(Istiophorus sp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan 9 (2): 46-56.

Page 73: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

59

 

Usmiati S. 2009. Bakso sehat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31 (6): 13-14.

Utomo AR, Ristiarini S, Reynaldo SR. 2004. Penentuan kombinasi terbaik penambahan maltodekstrin de-12 dan STTP pada pengolahan surimi ikan tongkol (Euthynnus affinis). Teknologi pangan 18: 146-151.

Venugopal V, Doke SN, Nair PM. 1994. Gelation of shark myofibrillar protein by week organic acids. Food Chemistry 50 (2): 185-190.

Waridi. 2004. Pengolahan Bakso Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo S. 1995. Bakso Ikan dan Bakso Daging. Jakarta: Penebar Swadaya.

.1999. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Daging. Jakarta: Penebar Swadaya.

Widyaningsih TD dan Murtini ES. 2006. Pengolahan Pangan Masa Kini. http://www.e-dukasi.net/trubus Agrisarana. [20 Februari 2012].

Winarno FG. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

dan Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wulandari NW. 2007. Optimasi formulasi sosis berbahan baku surimi ikan patin (Pangasius pangasius) dengan penambahan karagenan (Eucheuma sp.) dan susu skim untuk meningkatkan mutu sosis [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yulianti T. 2003. Mempelajari pengaruh karakteristik isolate soy protein terhadap mutu sosis [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 74: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

LAMPIRAN

Page 75: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

61

 

Lampiran 1 Lembar penilaian uji lipat

Nama panelis :

Tanggal pengujian :

Jenis produk :

Berikan tanda √ pada nilai yang disukai dari contoh yang disajikan

Spesifikasi Nilai Grade Kode

Tidak retak bila dilipat dua kali 5 AA

Tidak retak bila dilipat satu kali 4 A

Sedikit retak bila dilipat satu kali 3 B

Retak bila dilipat satu kali 2 C

Hancur bila ditekan jari 1 D

(SNI 2732.6:2009)

Page 76: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

62

 

Lampira 2 Lembar penilaian uji gigit

Nama panelis :

Tanggal pengujian :

Jenis produk :

Berikan tanda √ pada nilai yang disukai dari contoh yang disajikan

Spesifikasi Tekstur dan Elastisitas Nilai Kode

Amat sangat kuat 10

Sangat kuat 9

Kuat 8

Agak kuat 7

Normal 6

Agak lunak 5

Lunak 4

Sangat lunak 3

Amat sangat lunak 2

Hancur 1

(SNI 2732.6:2009)

Page 77: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

63

 

Lampiran 3 Lembar penilaian uji hedonik

Nama panelis :

Tanggal pengujian :

Jenis produk :

Berikan tanda √ pada nilai yang disukai dari contoh yang disajikan

Spesifikasi Nilai Penampakan Tekstur Warna Rasa Aroma

Kode Kode Kode Kode Kode

Amat sangat

suka

9

Sangat suka 8

Suka 7

Agak suka 6

Netral 5

Agak tidak

suka

4

Tidak suka 3

Sangat tidak

suka

2

Amat sangat

tidak suka

1

(SNI 2346:2011)

Page 78: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

64

 

Lampiran 4 Lembar penilaian organoleptik ikan segar

Page 79: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

65

 

Page 80: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

66

 

Lampiran 5 Rekapitulasi uji organoleptik ikan layaran

Panelis Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur 1 6 5 8 7 7 7 2 5 3 8 5 8 5 3 6 6 6 7 7 7 4 8 3 6 7 5 8 5 8 5 7 7 7 8 6 5 5 8 5 8 9 7 6 3 6 5 5 7 8 6 6 8 7 8 8 9 6 7 3 5 9 8 10 5 7 6 7 8 8 11 6 5 7 7 5 7 12 5 6 5 5 5 5 13 3 1 5 3 5 7 14 6 3 6 7 5 5 15 1 1 5 3 5 7 16 5 5 5 5 5 5 17 6 6 7 5 5 7 18 6 5 8 5 7 8 19 5 5 6 5 7 5 20 6 8 7 8 8 9 21 8 8 7 9 8 8 22 7 6 6 5 7 8 23 6 6 7 5 8 5 24 8 7 8 8 7 9 25 7 6 6 7 8 5 26 7 6 6 5 5 7 27 7 7 6 5 8 7 28 6 6 9 8 7 9 29 6 6 9 8 7 9 30 6 7 6 7 7 7

Rata-rata 5,9333 5,3333 6,5667 6,0667 6,7000 7,1333

Page 81: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

67

 

Lampiran 6 Rekapitulasi uji sensori, uji lipat dan uji gigit gel dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali

Panelis Penampakan Warna Rasa Aroma Tekstur Uji lipat

Uji gigit

1 5 5 3 4 4 5 9 2 4 7 6 6 6 5 5 3 7 7 6 7 7 3 8 4 6 7 4 5 5 3 7 5 6 6 6 6 7 4 5 6 6 6 4 4 4 3 8 7 7 7 5 6 7 5 9 8 7 6 7 4 8 4 8 9 7 7 3 5 4 5 7 10 4 4 4 6 4 2 8 11 8 7 7 8 7 2 8 12 7 5 5 6 7 4 8 13 6 7 6 6 6 3 7 14 4 8 6 7 3 2 8 15 3 6 3 3 5 2 6 16 8 6 6 5 8 5 9 17 7 6 7 7 7 5 8 18 6 6 5 6 6 2 4 19 7 6 6 6 6 2 10 20 6 5 5 5 7 5 8 21 4 5 7 5 2 5 10 22 7 5 2 3 2 2 10 23 6 6 5 5 5 4 8 24 6 6 5 6 5 2 6 25 5 5 5 5 6 3 6 26 6 6 6 5 6 3 9 27 7 7 8 8 8 3 9 28 7 7 6 7 6 4 8 29 8 6 6 6 4 2 7 30 6 5 3 4 7 3 5

Rata-rata 6,100 6,067 5,233 5,533 5,633 3,467 7,60

Page 82: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

68

 

Lampiran 7 Rekapitulasi uji sensori, uji lipat dan uji gigit bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali

Panelis Penampakan Warna Rasa Aroma Tekstur Uji lipat

Uji gigit

1 3 6 5 5 4 2 5 2 7 5 4 5 6 5 6 3 6 7 5 5 6 2 7 4 7 7 5 5 5 2 6 5 5 5 5 5 5 3 6 6 7 8 6 4 5 5 5 7 6 7 6 5 4 2 5 8 7 6 8 5 7 3 8 9 3 5 4 5 3 3 10 10 5 6 5 5 4 2 3 11 5 6 4 6 6 2 7 12 7 7 6 6 6 4 6 13 6 6 6 7 7 2 6 14 5 4 4 5 6 2 5 15 5 6 5 5 4 2 4 16 3 3 4 4 3 3 8 17 7 6 4 5 7 4 7 18 6 7 6 8 7 1 5 19 4 5 5 7 4 2 5 20 4 6 6 7 6 4 7 21 8 7 7 7 8 4 8 22 5 7 5 7 6 2 7 23 7 6 8 8 5 3 7 24 6 5 6 6 5 2 6 25 6 7 7 7 6 2 7 26 6 7 6 6 3 2 5 27 5 6 7 7 7 5 8 28 5 5 6 6 5 3 6 29 5 5 7 7 5 2 5 30 7 7 5 5 7 3 7

Rata-rata 5,6 6 5,567 5,833 5,4 2,77 6,23

Page 83: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

69

 

Lampiran 8 Rekapitulasi hasil analisis kekuatan gel

Lampiran 9 Rekapitulasi hasil analisis derajat putih

Lampiran 10 Rekapitulasi hasil analisis Water Holding Capacity (WHC)

Jenis produk Hasil (gf) Rata-rata (gf)

Gel surimi pencucian 2 kali 2676,4

2624,9 2573,4

Bakso surimi pencucian 2 kali

893,9 916,25

938,6

Bakso ikan merk X 2267,3

2219,20 2171,1

Bakso ikan merk Y 1154,8

1171,85 1188,9

Jenis produk Hasil (%) Rata-rata (%)

Gel surimi pencucian 2 kali 65,9588

66,2636 66,5684

Bakso surimi pencucian 2 kali

66,7813 66,7769

66,7725

Bakso ikan merk X 61,1733

61,17 61,1670

Bakso ikan merk Y 73,4180

73,44 73,4622

Jenis produk Hasil (%) Rata-rata (%)

Gel surimi pencucian 2 kali 75,41

75,20 74,99

Bakso surimi pencucian 2 kali

69,74 67,42

65,10

Bakso ikan merk X 62,11

64,28 64,46

Bakso ikan merk Y 60,43

60,96 61,48

Page 84: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

70

 

Lampiran 11 Rekapitulasi hasil analisis proksimat

Lampiran 12 Rekapitulasi hasil analisis protein larut garam (PLG)

Lampiran 13 Rekapitulasi hasil analisis kadar air surimi

Jenis produk Hasil (%) Rata-rata (%) Surimi ikan layaran 2 kali

pencucian 75,85

76,24 76,63

Jenis produk Air (%)

Abu (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Karbohidrat (%)

Gel surimi pencucian 2 kali

72,40 2,60 14,74 0,59 9,67 72,11 2,59 14,74 0,60 9,96

Rata-rata 72,255 2,595 14,74 0,595 9,815 Bakso surimi

pencucian 2 kali 66,67 1,19 11,80 3,16 17,18 66,80 1,20 11,56 3,19 17,25

Rata-rata 66,735 1,195 11,68 3,175 17,215

Bakso ikan merk X 59,33 2,36 5,01 4,12 29,18 59,56 2,19 5,01 3,93 29,31

Rata-rata 59,44 2,27 5,01 4,02 29,24

Bakso ikan merk Y 73,83 2,16 7,87 0,83 15,31 73,76 2,16 7,89 0,86 15,33

Rata-rata 73,80 2,16 7,88 0,84 15,31

Jenis produk Hasil (%) Rata-rata (%)

Gel surimi pencucian 2 kali 2,7687

2,7874 2,8062

Bakso surimi pencucian 2 kali

2,7168 2,7193

2,7218

Bakso ikan merk X 3,8757

3,8881 3,9005

Bakso ikan merk Y 0,3659

0,3663 0,3667

Page 85: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

71

 

Lampiran 14 Contoh perhitungan rendemen

Ikan layaran utuh = 20 Kg = 20000 gram

Daging lumat = 8898 gram

Daging lumat untuk surimi = 4000 gram

• Pencucian pertama

Air : Daging (3 : 1) = 4000 gram x 3 = 12000 ml = 12 L

Hasil = 2829 gram

• Pencucian kedua

Air : Daging (3 : 1) = 2829 gram x 3= 8487 ml

Garam = 2829 gram x 0,3% = 8,487 gram

Hasil = 2480 gram

Rendemen surimi dengan frekuensi pencucian dua kali yaitu 2480 gram

Page 86: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

72

 

Lampiran 15 Grafik kekuatan gel dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali

Lampiran 16 Grafik kekuatan gel bakso dari surimi ikan layaran frekuensi pencucian dua kali

Page 87: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

73

 

Lampiran 17 Grafik kekuatan gel bakso merk X

Lampiran 18 Grafik kekuatan gel bakso merk Y

Page 88: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

74

 

Lampiran 19 Dokumentasi penelitian

a) Pembuatan gel ikan

Preparasi ikan Pemisahan daging dan serat Pelumatan daging

Penimbangan surimi Pengepresan Penyaringan

Peencetakan gel ikan Pemanasan gel b) Pembuatan bakso ikan

Penimbangan surimi Persiapan bumbu Pengadonan Pencetakan

Page 89: KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA GEL DAN BAKSO DARI … · Karakteristik kimia yaitu kadar air 72.25%, kadar abu 2.59%, kadar protein ... Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

75

 

Pemanasan 1 Pemanasan 2

Proses uji organoleptik Bakso ikan hasil penelitian c) Alat analisis

Alat uji kekuatan gel Alat uji derajat putih