Upload
mas-mun
View
33
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KARYA TULIS
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan ini akan membahas tentang sejarah Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA,
kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara –
negara baru saja memperoleh kemerdekaan.
Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di kawasan
benua Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya
perang dunia II pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di
antara bangsa -- bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di
belahan bumi di beberapa pelosok dunia masih ada masalah dan muncul masalah
yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung.
Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia Afrika,
sedang di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata
nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa
negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok
masyarakat sebagai akibat masa penjajahan ( politik devide et impera ) dan perang
dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan
Bangsa – Bangsa ( PBB ) yang berfungsi menangani masalah – masalah dunia,
namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.
Sedangkan kenyataannya, akibat yang di timbulkan oleh masalah – masalah ini,
sebagian besar di derita oleh bangsa – bangsa di Asia Afrika.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia sebagaimana amanat
Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Karenanya, bangsa Indonesia selalu ingin
menciptakan perdamaian dunia. Usaha Indonesia ternyata mendapat dukungan dari
1
empat negara Asia, yaitu India, Pakistan, Burma (Myanmar) dan Srilanka yang
kemudian menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika antara 18 – 24 April 1955, di
Gedung Merdeka, Bandung yang di koordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia,
Sunario dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia –
Afrika dan melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet,
atau negara imperialis lainnya.
Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara yang baru merdeka untuk
menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia
dan memelihara perdamaian.
B. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya menyajikan pembatasan
masalah dalam hal :
1) Latar belakang Museum Konferensi Asia Afrika
2) Fungsi dan fasilitas Museum Konferensi Asia Afrika.
3) Tujuan pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika
4) Aktivitas Museum Konferensi Asia Afrika
5) Koleksi Museum Konferensi Asia Afrika
6) Sejarah singkat Museum Konferensi Asia Afrika
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?
2. Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?
3. Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi Indonesia dan Negara – Negara
Asia Afrika lainnya?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian di museum Konferensi Asia Afrika adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di Bandung
2) Untuk mengetahui sejarah Konferensi Asia Afrika
3) Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Sekolah.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika karya tulis ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Sejarah Dalam Arti Negatif, Sejarah Dalam Arti Positif, Penertian Sejarah Berdasarkan Bentuk dan Sifatnya, Fungsi Intrinsik Sejarah, Fungsi Ekstrinsik Sejarah, Kegunaan Sejarah.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian, metode pengimpulan data, sumber data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Letak, Makna Museum Konferensi Asia Afrika Untuk Bandung.
BAB V PEMBAHASAN
Meseum Konferensi Asia Afrika, Latar belakang, nama, status dan sifat, tujuan, fasilitas, sejarah, kondisi dunia Internasional sebelum Konferensi Asia Afrika, lahirnya ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, usaha-usaha persiapan Konferensi Asia Afrika, menjelang Konferensi Asia Afrika
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SEJARAH DALAM ARTI NEGATIF
1. Sejarah itu bukan mitos
Meskipun sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos.
Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya
tidak masuk akal di masa sekarang contohnya dari jawa ada mitos tentang Raja
Dewata Sangkar pemakan manusia yang dikalahkan oleh Ajisaka, sedangkan
dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritaka waktu dan tempat terjadinya.
2. Sejarah bukan filsafat
Sejarah mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan
spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.
3. Sejarah bukan ilmu alam
Sejarah menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam
menuliskan sesuatu yang umum.
4. Sejarah itu bukan sastra
Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran,
hasil keseluruhan, dan kesimpulan.
B. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF
1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia
Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan
cerita masa lalu manusia secara keseluruhan.
2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu
Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah
ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu
a. Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.
b. Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi
lembaga-lembaga lama.
c. Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau
terjadi lagi di masa sekarang.
d. Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan
perkembanganya besar dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh
pengaruh dari luar.
3. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja,
melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.
4. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Sejarah adalah sejarah tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan
waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah
harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.
1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Peneltian
Waktu : Kamis, 19 Desember 2013
Tempat : Museum Konferensi Asia Afrika
2. Metode Pengumpulan Data
Di tinjau dari jenisnya, data dapat di kategorikan menjadi dua bagian, yaitu
data kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penulis menentukan jenis data
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik
misalnya, baik, sedang, kurang baik dan tidak baik. Untuk memperoleh data
kualitatif penulis melakukan kegiatan Observasi ( Penelitian ).
3. Sumber Data
Sumber data di kategorikan menjadi data primer dan data sekunder. Dalam
hal ini penulis menentukan sumber data sekunder yang di ambil dari berbagai
buku, internet dan Informasi dari pemandu wisata saat peelitian berlangsung
serta tulisan – tulisan yang relevan sesuai dengan judul penelitian.
4. Pengumpulan Data
Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam Laporan ini, penulis
menggunakan teknik – teknik penulisan yaitu sebagai berikut :
a. Obsevasi
Observasi adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak
langsung.Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang
diinginkan penulis tetang sejarah Museum Asia Afrika.
b. Studi Pustaka
Tekhnik penulis lakukan dengan melalui penelaahan atau mempelajari
buku-buku sumber yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang sedang
penulis teliti hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang akhirnya
dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian empiris
serta dapat mendukung terhadap pemikiran-pemikiran yang diajukan.
5. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Laporan2. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dari luar sekolah.
1
BAB IV
HASIL PENETILIAN
A. MAKNA MUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA
Ketika membayangkan museum, sepertinya suasana kaku dan membosankan
langsung menyergap. Lain halnya ketika ke tempat hiburan yang menawarkan aneka
permainan.
Mungkin tak selalu, apalagi jika museum kini lebih meningkatkan fasilitas
untuk menambah kenyamanan pengunjung. Misalnya dengan fasilitas multimedia
yang disediakan Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Jl Asia Afrika No 65.
Museum ini bergabung dengan Gedung Merdeka.
Sejak tahun 2005 lalu, bertepatan dengan penyelenggaraan Konperensi Asia
Afrika tahun emas yaitu ke-50 fasilitas multimedia service diluncurkan. Tiga unit
komputer di pasang untuk mempermudah pengunjung dalam mencari berbagai hal
tentang KAA.
Komputer pertama memuat informasi tentang sejarah Gedung Merdeka,
sejarah KAA dan sejarah museum KAA. Komputer kedua berisi informasi profil
negara-negara anggota KAA berikut profil delegasi setiap negara. Komputer ketiga
memuat dampak konferensi Asia Afrika terhadap perkembangan politik internasional
termasuk terbentuknya negara-negara non blok.
Layanan ini tentu saja akan mempermudah pengunjung khususnya para
pelajar untuk mencari tahu apa pun tentang sejarah KAA. Di komputer yang memuat
profil negara-negara KAA misalnya. Ketika mengklik bendera dan nama negara layar
akan langsung memperlihatkan peta dan ciri khas negara tersebut dengan pembuka
lagu kebangsaan masing-masing negara.
Ada beberapa kategori yang bisa dipilih seperti sejarah negara, pemerintahan,
letak geografis, kota dan penduduk, ekonomi serta agama dan kebudayaan. Setiap
kategori akan menjelaskan dengan jelas dan singkat mengenai profil negara tersebut.
1
BAB V
PEMBAHASAN
A. Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka merupakan
Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Asia
Afrika No. 65 Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata pameran
museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur
Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk
pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara berturut-turut pada tahun
1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam
bentuknya yang sekarang. Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek
berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT
SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung
inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau kerap bertatap
muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam
kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang Gedung Merdeka
dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan
keinginan mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka.
Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan
Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik
luar negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh
dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi
tempat diselenggarakannya.
Gagasan tersebut di aktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di
Gedung Merdeka Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan
25 tahun KAA tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.
Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
dilontarkanlah gagasan pendirian museum tersebut . Gagasan tersebut memperoleh
sambutan baik, terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah
satu aktivitas Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan
rencana tersebut.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai
Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler
Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda Provinsi Jawa
Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan
oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan oleh Presiden Soehato pada
tanggal 24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun KAA.
1. Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika
Latar belakang di bangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari para
pemimpin bangsa – bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung
Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini
membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesi, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide
tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi
Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.
Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan
peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
2. Nama, Status dan Sifat Museum Konferensi Asia Afrika
Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika. Nama tersebut di
gunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.
1
Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di
bawah wewenang Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara
pengelolalanya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah
tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.
Pada 18 Juni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar
Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar
Negeri. Pada tahun 2003 di lakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri
dan Museum Konferensi Asia Afrika di alihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi
Publik, dan Perjanjian Internasionnal. Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika
berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum
sejarah bagi perjuangan politik luar negeri Indonesia.
3. Tujuan Museum Konferensi Asia Afrika
Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin – poin kalimat sebagai
berikut :
a. Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi yang berkaitan dengan
KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, social
budaya, da peran bangsa – bangsa, Asia Afrika, khususnya bangsa
Indonesia dalam percaturan politik da kehidupan dunia
b. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku – buku, majalah, surat
kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang berisi uraian dan
informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa – bangsa Asia Afrika dan
Negara– Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan
dunia serta social budaya Negara – Negara tersebut
c. Melakukan penelitian tentang masalah – masalah Asia Afrika dan Negara–
Negara berkembang guna menunjang kegiatan peendidikan dan penelitian
ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta
bangsa– bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan member masukan bagi
kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri
d. Menunjang upaya – upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan
nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan
e. Menunjang upaya – upaya untuk menciptakan saling pengertian dan
kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerjasama di antara bangsa
– bangsa Asia Afrika dan bangsa – bangsa lainnya di dunia.
4. Fasilitas Museum Asia Afrika
Fasilitas yang ada di museum Konferensi Asia Afrika sebagai berikut :
a. Ruang pameran tetap
Museum Konferensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang
memamerkan sejumlah koleksi berupa benda – benda tiga dimensi dan foto – foto
dokumenter peristiwa pertemuan Tug, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan
Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Selain itu di pamerkan juga foto mengenai :
1) Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika
2) Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia Internasional
3) Gedung Merdeka dari masa ke masa
4) Profil Negara – Negara peserta konferensi Asia Afrika yang di muat dalam
multimedia
Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi
Gerakan Nonblok tahun 1992 di mana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi
tersebut dan menjadi Ketua Gerakan Nonblok, di buatlah diorama yang
menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Seperti
penataan kembali Ruang Pameran, dan sebagainya. Berikut ini uraiannya :
a. Penataan kembali Ruang Pameran Tetap “ Sejarah Konferensi Asia
Afrika 1955”
Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50
Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 pada 22 – 24 April 2005, tata pameran Museum
Konferensi Asia Afrika di renovasi atas prakarsa Menteri Lar Negeri Dr. N. Hasan
Wirajuda. Penataan kembali Museum tersebut di laksanakan atas kerja sama
1
Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan Wirajuda. Provinsi Jawa Barat.
Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika
Realty.
a) Rencana Pembuatan Ruang Pameran Tetap “Sejarah Perjuangan Asia
Afrika” dan Ruang Identitas Nasional Negara-negara Asia Afrika (2008).
Departemen Luar Negeri RI mempunyai rencana untuk mengembangkan
Museum Konperensi Asia Afrika sebagai simbol kerja sama dua kawasan dan
menjadikannya sebagai pusat kajian, pusat arsip, dan pusat dokumentasi. Salah satu
upayanya adalah dengan menambah beberapa ruang pameran tetap, yang
memamerkan sejumlah foto dan benda tiga dimensi mengenai Kemitraan Strategis
Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic Partnership/NAASP) serta berbagai
materi yang menggambarkan budaya dari masing-masing negara di kedua kawasan
tersebut.
Pengembangan museum ini direncanakan terwujud pada April 2008, bertepatan
dengan Peringatan tiga tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
b) Perpustakaan Museum Asia Afrika
Untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia Afrik, pada 1985 Abdullah
Kamil ( waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London
memprakarsai di buatnya sebuah perpustakaan.
Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan
budaya Negara – Negara di Asia Afrika, dan Negara – Negara lainnya. Dokumen
mengenai Konferensi Asia Afrika dan Konferensi – konferensi lainnya, serta surat
kabar yang bersumber dari sumbangan / hibah dan pembelian.
c) Audio Visual Museum Asia Afrika
Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, di siapkan pula ruang audio visual
pada tahun 1985. Ruang tersebut juga di prakaesai oleh Abdullah Kamil.
Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film – film documenter mengenai
kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika da Konferensi –
konferensi lanjutannya, serta film – film mengenai kebudayaan dari Negara – Negara
Asia Afrika.
d) Riset
Museum Konferensi Asia Afriak meningkatkan berbagai studi mengenai Asia
Afrika dan luar negeri serta memfasilitasi penelitian – penelitian dalam luar negeri
yang di lakukan oleh para penelitian dan mahasiswa.
5. Aktivitas
Museum Konferensi Asia Afrika Menyelenggarakan :
a) Pemandu : Pemandu dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resmi
tamu pemerintah maupun kunjungan kelompok / umum.
b) Pameran temporer : Museum konferensi Asia Afrika menyelenggarakan
pameran temporer dalam upaya mengedukasi publik berkaitan dengan
pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah diplomasi Indonesia. Pameran
temporer ini di lakukan juga di lokasi – lokasi di luar Museum Konferensi
Asia Afrika.
c) Komunitas : Di museum ini terdapat komunitas masyarakat yang di bentuk
dan di dukung oleh Museum Konferensi Asia Afrika. Tujuannya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah, politik Internasional, wawasan
kebangsaan mengingat tantangan yang di hadapi dalam politik luar negeri
Indonesia dimasa yang akan dating, dalam diplomasi public naupun diplomasi
antarwarga ( citizen diplomacy ). Beberapa kegiatan yang di selenggarakan
bekerjasama dengan komunitas diantaranya : Diskusi Buku, Diskusi Film,
berbagai Festival, Klab Budaya, Pameran, dan lain – lain.
6. Koleksi Museum
1
Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah 4.000 buah. Penataannya
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Koleksi benda-benda tiga dimensi :
Suasana Sidang Pembukaan Konferensi Asia Afrika di Gedung
Merdeka 18 April 195.
Kursi rotan yang diduduki para delegasi ketika melakukan pertemuan
untuk melobi dan mempererat persahabatan.
Kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai selama konferensi
berlangsung.
Terbitan prangko-prangko yang berhubungan dengan konferensi Asia
Afrika.
b. Gallery foto mengenai gedung asia afrika
Sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan suasana dunia
internasional sebelum pelaksanaan konferensi, konferensi-konferensi pendahuluan,
persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konferensi tersebut
terhadap perkembangan dunia internasional.
B. Sejarah Konferensi Asia Afrika
1) Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir
pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian
dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia
Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan
permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di
Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika
merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak
negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemedekaannya, seperti: Indonesia
(17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filiphina (4
Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari
1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949),
namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti
Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara
Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi
kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika
lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang
menghadapi masalah sisa penjajahan
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok
kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat
dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin
oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika
agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan
tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan
1
pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang
dingin".
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan
di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945,
pada umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam
aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara
merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa
mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di
Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah
merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan
seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-
negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi,
karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh
Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika,
sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata
nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa
negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok
masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik devide et impera) dan perang
dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun
nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan
kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar
diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi
lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
2) Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang
disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada
tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara
Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja
sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah
tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia
Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements).
Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-
pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai
dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab
itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama
di antara negara-negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John
Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal
Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan
maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut
diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan
yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April
sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang
menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang
diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we stand now, we the peoples
ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia
sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?")
1
Kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan : "We have now
indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is therefore that we
Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial
problems of the peoples we represent. There are the very problems which urge
Indonesia to propose that another conference be convened wider in scope, between
the African andAsian nations. Iam convinced that the problems are not only convened
to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the
African and other Asian countries". ("Kita sekarang berada di persimpangan jalan
sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia
bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang
dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong
Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas,
antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak
hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama
pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia lainnya").
Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh
Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta
konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi undangan
Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan
Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-
kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh
Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor)
pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo,
dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak
untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar
Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya
mengadakan konferensi semacam itu
3) Usaha – usaha Persiapan Konferensi
Di atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia
agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam
rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui
saluran diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui
sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi
Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu
ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat
itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia
sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi
menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya,
walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang
berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India,
melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan
situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam
menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut
dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25
September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam
itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdana
Menteri Indonesia
"The prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of
representatives of Asian and African countries and were agreed that a conference of
this kind was desirable and world be helpful in promoting the cause of peace and a
common approach to these problems. It should be held at an early date".
1
("Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah
konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi
seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus
pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini
diadakan selekas mungkin"). Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri
Birma U Nu pada tanggal 28 September 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha
selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta
Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan
konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan
sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia
Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi
tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta
disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
4) Menjelang Konferensi Asia-Afrika
a) Persiapan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika
Sebelum Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan, telah terlebih
dahulu dilaksanakan pertemuan pendahuluan di Colombo (Srilanka) pada tanggal 28
April 1954 hingga 2 Mei 1954. Pertemuan inilah yang dikenal sebagai Konferensi
Colombo. Hasil dari Konferensi Colombo ini adalah kesepakatan untuk
menyelenggarakan konferensi lanjutan antara negara-negara Asia-Afrika.
Pertemuan selanjutnya diadakan di Bogor (Indonesia) pada tanggal 28-31
Desember 1954. Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai persiapan penyelenggaraan
KAA. Konferensi di Bogor ini dikenal sebagai Konferensi Panca Negara. Hasil dari
Konferensi Panca Negara antara lain:
a. Mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April 1955.
b. Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Panca Negara (Konferensi
Bogor) sebagai negara-negara sponsor.
c. Menetapkan jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang.
d. Menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.
e. Konferensi Panca Negara sendiri dihadiri oleh lima negara pelopor, yaitu:
Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamijoyo.
India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru.
Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
Srilanka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawa.
Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri U Nu.
b) Tujuan Konferensi Asia Afrika
Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika,
yaitu :
1) Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara
bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memajukan
kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang
bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta
perhubungan sebagai tetangga baik;
2) Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili;
3) Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus
bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai
1
kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan
kolonialisme;
4) Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya di
dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna
memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.
c) Peserta dan waktu konferensi
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan,
Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir,
Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon,
Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai),
Turki, Republik Demokrasi Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan
Yaman. Waktu konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.
Mengingat negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar
negeri serta sistem politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor
menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika
tidak berarti bahwa negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah
pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi
pula azas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali
tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya
negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-
masing.
d) Struktur organisasi panitia pelaksana
Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk
sekretariat konferensi yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
(Joint Secretariat) oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi
ketua badan itu, dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala
Perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M.
Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri
Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat Bersama itu terdapat 10 (sepuluh)
orang staf yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari
Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari
Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri
atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan. Selain
itu, ada pula panitia yang menangani bidang-bidang : keuangan, perlengkapan, dan
pers.
Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk
Panitia Interdepartemental (Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh
Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya
berasal dari berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu.
Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local
Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,
Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani soal-
soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan, komunikasi,
keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat
sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel
lainnya serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai
tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang. Keperluan transport dilayani
oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin
tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada
tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung
Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi
Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama
1
tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan
suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika
dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika.
Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu,
yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara
itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh
empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada
negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di
Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
e) Pelaksananaan Konferensi
Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan
di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul
07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger
sampai dengan kantor pos, penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan
menyaksikan para tamu dari berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang
terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga
keamanan dan ketertiban.Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara
berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka
secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di
antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan
wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet disepanjang Jalan Asia
Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi
dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama Langkah
Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk
ke dalam Gedung Merdeka.
Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat
dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka
kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri
negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia
Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul
"LET A NEW ASIA AND NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan
Afrika Baru) pada pukul 10.20 WIB.
Dalam kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita,
peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang
sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda.
Meskipun demikian, kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang
sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha
mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya
beliau mengatakan
"I hope that it will give evidence of the fact that we, Asian and African leaders,
understand that Asia and Africa can prosper only when they are united, and that even
the safety of the world at large can not be safeguarded without a united Asia-Africa. I
hope that it conference will give guidance to mankind, will point out to mankind the
way which it must take to attain safety and peace. I hope that it will give evidence
that Asia and Africa have been reborn, that a New Asia and New Africa have been
born !"
("Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita,
pemimpin pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat
menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa
persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan
memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat
manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian.
Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir
kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!")
1
Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan
mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang
didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan
terimakasih kepada Presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan
selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia,
sebagai pimpinan sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua
Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh
pimpinan delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta
karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana Menteri
Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama
Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.
Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya
dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para
pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16
dan 17 April 1955). Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang
bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang
perlu. Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi
ditempuh dengan sesederhana mungkin.
Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat
(sistem konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan
delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang
konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi
peserta konferensi. Di bentuk tiga tiga komite diantaranya. Komite Politik, Komite
Ekonomi, dan Komite Kebudayaan.
Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan
pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri
Indonesia
Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri
Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno, Menteri Perekonomian
Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin, Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga
sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite
Politik. Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi
antara negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap
yang agak panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa
toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat
dihindari dan pertemuan yang berlarut¬larut dapat diakhiri. Setelah melalui sidang-
sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, maka pada pukul
19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum
terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh
Sekretaris Jenderal Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil
konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang
dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua
Konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika ditutup.
f) Hasil Konferensi Asia Afrika
Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika telah meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia
1
dan Afrika dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini
dapat bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik.
Yang paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan
Dasa Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Kesepuluh prinsip itu ialah :
a. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas
yang termuat dalam piagam PBB.
b. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-
bangsa.
c. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua
bangsa-bangsa besar maupun kecil.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal¬ soal
dalam negeri negara lain.
e. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri
secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
f. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negara-
negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
g. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan
politik sesuatu negara.
h. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan
jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau
penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan
pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
i. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
j. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
f) Manfaat Konferensi Asia Afrika
Pada Konferensi Asia Afrika ini ternyata membawa manfaat bagi Bangsa
Indonesia dan Negara-negara Asia Afrika lainnya, diantaranya :
1. Manfaat Konferensi Asia Afrika bagi Indonesia
Bagi Indonesia, Konferensi ini memberikan keuntungan yang nyata, yaitu :
a) Di tanda tanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara
Indonesia dan RRC
b) Dukungan yang di peroleh dari negara – negara peserta berupa
keputusan Konferensi Asia Afrika mengenai perjuangan merebut
Irian Barat.
2. Manfaat konferensi Asia Afrika bagi Negara-negara Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika mempunayi pengaruh yang sangat kuat terhadap
keinginan negara-negara Asia dan Afrika yang masih etrjajah. Konferensi ini juga
telah mempunyai andil besar bagi terciptanya perdamaian dunia. Beberapa bukti
manfaat Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut :
Beberapa negar di Asia Afrika memproklamirkan
kemerdekaannya, seperti Sudan, Maroko, Ghana, Togo,
Kongo, Mali, Nigeria, dan Yaman Utara.
Bagi perdamaian dunia, Konferensi Asia Afrika memebri
manfaat terhadap :
Berkurangnya ketegangan dunia dab bahaya yang mengancam perdamaian
dunia dimana RRC bersedia berunding dengan Amerika Serikat mengenai
ketegangan dunia tentang Taiwan
Penentangan terhadap diskriminasi ras, seperti penghapusan politik apartheid
di Afrika Selatan dan politik white Australia Policy di Australia.
Timbulnya solidaritas di kalangan bangsa Asia Afrika.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa Museum
Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum sejarah Politik Luar Negeri
republic Indonesia yang berolaki di Gedung Merdeka Bandung. Museum yang
memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.
Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah adanya keinginan dari
para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung
Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini
membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide
tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi
Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.
Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan
peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu, Museum Konfrensi
Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan sejarah-sejarah
yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di kalangan pelajar.
B. Saran – saran
Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :
Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-museum bersejarah yang ada di
Indonesia, Khususnya Museum Konferensi Asia Afrika
Kita harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan
datang.
1
Harapan kami, jika nanti di adakan Study Wisata, waktu yang di berikan kepada
siswa untuk melakukan Observasi lebih banyak lagi dan harus sesuai jadwal yang
telah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/makna-dan-kegunaan-
sejarah.html
http://news.detik.com/read/2008/06/24/081549/1050427/666/2/mengintip-asia-
afrika-lewat-multimedia
www.wikipedia.com
LAMPIRAN
1