Upload
ngotruc
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014
Studi terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2011-2013
Karya Tulis IlmiahDiajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana KedokteranFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
OlehZaid Hizbullah Abdul Ghafar Zein
I1A011011
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERBANJARMASIN
Desember, 2014
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, meskipun malnutrisi masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama, terutama di kalangan masyarakat miskin, tetapi
prevalensi obesitas muncul sebagai masalah baru bagi kesehatan masyarakat. Data
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional pada tahun 2013
menunjukan bahwa kelebihan gizi ditemukan di semua kelompok usia. Prevalensi
anak balita kurang gizi sekitar 12,1 % dan 11,9 % yang kelebihan gizi. Pada anak
usia 6-12 tahun 11,2% kekurangan gizi, sedangkan kelebihan gizi sekitar 18,2%.
Pada anak usia 13-15 tahun, prevalensi kekurangan gizi 11,1% dan kelebihan gizi
hanya 10,8%. Pada usia dewasa prevalensi gizi kurang menjadi 8,7% dan
kelebihan gizi meningkat mencapai 28,9 % untuk kegemukan dan obesitas (1).
Status gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks massa
tubuh (IMT), dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari
tinggi badan dalam meter. Orang dewasa dengan IMT < 18,5 dianggap kurus,
IMT ≥ 18,5 - < 24,9 dianggap normal, IMT ≥ 25,0 - < 30,0 dianggap kelebihan
berat badan, dan IMT ≥ 30,0 dianggap sebagai obesitas (2).
Indeks massa tubuh merupakan variabel independen yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran spirometri. Peningkatan IMT perlu diperhatikan
untuk mengevaluasi efek pada fungsi paru. Pada beberapa penelitian
3
menyimpulkan bahwa peningkatan IMT memberikan efek yang signifikan
terhadap volume paru, khususnya pada volume cadangan ekspirasi (3,4).
Obesitas dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan peningkatan gejala
pernapasan bahkan pada individu tanpa obstruksi jalan napas. Efek fisiologis
utama dari obesitas adalah berkurangnya penyesuaian sistem pernapasan,
peningkatan kinerja dan jumlah oksigen pernapasan, serta peningkatan penutupan
saluran pernapasan bawah (5).
Orang yang memiliki berat badan kurang atau kurus sangat erat kaitannya
dengan malnutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pada massa otot
pernapasan, kekuatan, daya tahan, serta mekanisme pertahanan sistem imun paru
sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru (6).
Menurut Ristianingrum et al, IMT dengan kapasitas vital memberikan korelasi
positif dengan angka signifikansi p=0,015. Sedangkan menurut penelitian Jones et
al menyatakan hasil yang berbeda yaitu peningkatan satu unit IMT akan
menyebabkan penurunan 0,5% pada kapasitas vital. Hal senada juga diungkapkan
El-Baz. et al bahwa kapasitas vital memiliki korelasi negatif dengan IMT (7,8,9).
Penelitian yang berkaitan dengan fungsi paru sudah dilakukan beberapa kali
yang berhubungan dengan status gizi seperti halnya yang dilakukan oleh Watson
et al (10) dan Piper et al (11). Namun, penelitian yang secara langsung
berhubungan dengan IMT dirasa masih sedikit. Kesimpulan yang didapatkan
dalam beberapa penelitian juga masih terasa kurang dan adanya perbedaaan pada
beberapa hasil penelitian yang kemudian menimbulkan kerancuan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara IMT dengan
4
fungsi paru khususnya kapasitas vital paru di Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu, apakah terdapat korelasi antara IMT dengan kapasitas vital paru
pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara IMT
dengan kapasitas vital paru pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Menghitung IMT mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.
b. Mengukur kapasitas vital paru mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-
2013.
c. Menganalisa korelasi antara IMT dengan kapasitas vital paru pada
mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti,
mahasiswa, masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi penetili,
diharapkan dapat memberikan data tentang hubungan antara IMT dengan fungsi
paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
5
sehingga bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya. Bagi mahasiswa,
diharapkan dapat memotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
kebugaran sehingga mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagi
masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan tentang hubungan antara IMT
dengan fungsi paru sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah informasi
ilmiah tentang hubungan antara IMT dengan fungsi paru.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Pernafasan
Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari
beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-
paru. Organ-organ ini bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian
udara dari darah, dan mengeluarkan udara yang telah dimodifikasi (12).
Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya,yaitu
konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian
respiratorik yang terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam
pertukaran gas. Organ-organ respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu
upper respiratory tract yang dimulai dari hidung hingga laring dan lower
respiratory tract yang dimulai dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru
(12).
Gambar 2.1 Sistem Pernapasan (13)
7
B. Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2)
dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi
yang vital bagi kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk
menghasilkan energi bagi tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan
karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari
tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan penurunan pH
sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh
dan bahkan dapat menyebabkan kematian (14).
Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Ventilasi paru, yaitu pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus Paru
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel jaringan tubuh (12).
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya
perubahan tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume
paru (13).
Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu:
1. Inspirasi
Proses aktif kontraksi otot-otot pernafasan untuk menaikan volume
intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan
dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-
8
paru.
2. Ekspirasi
Proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali
ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang,
tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara
mengalir keluar dari paru-paru (15).
C. Parameter Fungsi Paru
1. Volume Paru
Ada empat jenis volume paru, yaitu:
a. Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan dalam satu
siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang
dewasa.
b. Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat
dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3.000 ml.
c. Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat
dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1.100 ml.
d. Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah
melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat. Volume
tersebut ± 1.200 ml (13).
2. Kapasitas Paru
Peristiwa dalam siklus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru.
Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
9
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup
oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan
paru sampai jumlah maksimal.
b. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru
pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2.300 ml).
c. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya (kira-kira 4.600 ml).
d. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan
paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml).
Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (13).
Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dibandingkan
dengan pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter sedangkan
wanita dewasa 3,1 liter. Pengukuran kapasitas vital paru seringkali digunakan
secara klinis sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut memberikan informasi
mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan
lainnya (15).
10
Gambar 2.2 Volume dan Kapasitas Paru (13)
D. Pengukuran Faal Paru
Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu dengan
menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis
dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan dapat
memberi sejumlah informasi yang handal. Dari berbagai pemeriksaan faal paru,
yang sering dilakukan adalah:
1. Kapasitas Vital (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan
setelah inspirasi maksimal. Ada dua macam kapasitas vital paru berdasarkan
cara pengukurannya, yaitu vital capacity (VC) dengan subjek tidak perlu
melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh dan forced vital
capacity (FVC), subjek melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan
maksimal.
2. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya volume
udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama
11
pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang
normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC (13).
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru
1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter
dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita
berbeda dimana kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.
2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur
dibandingkan posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume
paru di bagian basis paru lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks.
3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat
dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan.
Apabila nilai kapasitas normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat
mengakibatkan rasa nyeri, contohnya pada penderita asma.
4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan
kapasitas residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin
beratnya tubuh.
5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko
mortalitas dan morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru
statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2
paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang yang lanjut usia,
akibatnya kemampuan daya pembersih saluran napas juga berkurang
6. Daya pengembangan paru. Peningkatan volume dalam paru menghasilkan
tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan
12
tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan
perubahan satuan tekanan udara menggambarkan compliance jaringan paru
dan dinding dada.
7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada
lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi
paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.
8. Riwayat penyakit paru.
9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung,
fungsi paru, dan metabolisme saat istirahat.
10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan
fungsi paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat
menurunkan daya tahan tubuh (15).
F. Gangguan fungsi paru
Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke
dalam paru-paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru
yang utama adalah:
1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan
yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang
mengganggu saluran pernapasan.
2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh
penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi
paru.
3. Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses
13
patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang
juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu
indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu
restriktif (15).
G. IMT dan Hubungannya dengan Fungsi Paru
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak
bergantung pada umur maupun jenis kelamin (16).
Menurut WHO (2004) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan
berdasarkan IMT dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh WHO
Klasifikasi Nilai cut off IMT (kg/m2)Utama Tambahan
Berat badan kurang <18.50 <18.50
Kurus berat <16.00 <16.00Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
Normal 18.50 - 24.99 18.50 - 22.9923.00 - 24.99
Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00
Pre Obesitas 25.00 - 29.99 25.00 - 27.4927.50 - 29.99
Obesitas ≥30.00 ≥30.00
Obesitas kelas I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.4932.50 - 34.99
Obesitas kelas II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49
37.50 - 39.99Obesitas kelas III ≥40.00 ≥40.00
14
Kriteria di atas merupakan kriteria internasional yang bernilai sama untuk pria
dan wanita. Namun, berdasarkan meta-analisis terdapat perbedaan nilai cut off
IMT pada kelompok etnik yang berbeda karena banyak bukti yang berhubungan
antara IMT, persentase lemak tubuh, dan distribusi lemak yang berbeda pada
populasi yang berbeda. Pada etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih
tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT
bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6,
3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan
adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu (17).
Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadapat fungsi pernapasan dalam
bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan,
penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan
pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi
dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu
menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan
dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru (18,19).
15
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Status gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks massa
tubuh (IMT), dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari
tinggi badan dalam meter. Orang dewasa dengan IMT < 18,5 dianggap kurus,
orang dewasa dengan IMT ≥ 18,5 - < 24,9 dianggap normal, orang dewasa dengan
IMT ≥ 25,0 - < 30,0 dianggap kelebihan berat badan, dan orang dewasa dengan
IMT ≥ 30,0 dianggap sebagai obesitas (2).
Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadap fungsi pernapasan dalam
bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan,
penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan
pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi
dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu
menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan
dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru.
Pada obesitas, pernapasan mekanik mengalami perubahan yang signifikan saat
latihan. Dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal, penderita
obesitas bernapas dengan volume paru yang rendah, mengalami peningkatan
tekanan pernapasan, kerja pernapasan, dan sesak napas serta memiliki ketebatasan
aliran ekspirasi dan hiperflasi pada puncak latihan.
16
Orang yang memiliki berat badan kurang atau kurus sangat erat kaitannya
dengan malnutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pada massa otot
pernapasan, kekuatan, daya tahan, serta mekanisme pertahanan sistem imun paru
sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru.
Dalam beberapa penelitian, secara umum didapat bahwa status gizi memiliki
efek terhadap fungsi paru, baik pada kapasitas vital (KV), volume cadangan
inspirasi (VCI), kapasitas inspirasi (KI), kapasitas vital paksa (KVP) dan VEP1.
Kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.
17
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Nilai Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
B. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara indeks massa
tubuh (IMT) dengan nilai kapasitas vital paru pada mahasiswa FK UNLAM
tahun 2014.
Pelemahan dan penurunan massa otot pernapasan
Uji Fungsi Paru
IMT
ForceRelax
tidal volume (TV) inspiration reserve volume (IRV) expiratory reserve volume (ERV)
forced vital capacity (FVC) forced expiratory volume
: Tidak diteliti : Diteliti
Keterangan :
Normal18.50-24.99 kg/m2
Obese≥30.00 kg/m2
Overweight≥25.00 kg/m2
Underweight<18.50 kg/m2
Akumulasi jaringan adiposa pada rongga perut dan dinding
Tidak ada kelainan pada rongga dada dan otot pernafasan
vital capacity (VC) forced expiratory volume ratio (FEVR)
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan secara cross sectional.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi
Pendidikan Dokter yang masih aktif pada masa perkuliahan dan belum
memperoleh derajat Sarjana Kedokteran pada angkatan 2011-2013.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat dengan menggunakan purposive sampling dan kriteria
inklusi sebagai berikut:
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Usia 19 – 21 tahun
c. Tampak dalam keadaan sehat berdasarkan pemeriksaan tanda vital (tekanan
darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi napas)
d. Tidak sedang memiliki gangguan pernafasan seperti ISPA, batuk,
influenza, asma brokial, brokitis kronis, emfisema paru, dan tuberkulosis
paru.
19
e. Bukan perokok, yaitu tidak menghisap dua batang rokok atau lebih dalam
sehari secara rutin.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapas dan alkohol.
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer BTL-08,
timbangan badan, pengukur tinggi badan, alat pengukur tanda vital
(tensimeter, termometer, stetoskop, stop watch).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah indeks massa tubuh (IMT).
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kapasitas vital paru.
3. Variabel pengganggu
Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah kondisi isi lambung dan
jalannya proses pengukuran.
E. Definisi Operasional
1. Indeks massa tubuh (IMT) adalah kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).
2. Kapasitas vital (KV) adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
20
oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4.600
ml).
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terbagi atas 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengukuran
IMT dan tahap pemeriksaan uji spirometri.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, terlebih dahulu subyek penelitian diminta mengisi informed
consent dan kuisioner yang sudah disediakan.
2. Tahap Pengukuran IMT
Tahap pengukuran IMT ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Pengukuran Berat Badan (BB)
Subyek penelitian yang akan diteliti diminta untuk melepaskan alas kaki
kemudian berdiri di atas alat timbangan berat badan dengan berpakaian
minimal, pakaian yang berat (jaket), perhiasan dan faktor – faktor yang
mempengaruhi berat badan dilepaskan. Berat badan subyek penelitian
dicatat dalam satuan kilogram (kg).
b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Subyek penelitian yang akan diteliti diminta untuk melepas alas kaki.
Kemudian subyek penelitian diminta untuk berdiri tegak lurus dengan
calcaneus, glutea bagian dorsal dan occiput terletak dalam satu garis
vertikal yang sejajar dengan tembok tempat bersandar, maleous saling
bersentuhan, ekstremitas superior tergantung di sisi tubuh, bagian bawah
21
orbita dan meatus acusticus eksternus terletak dalam satu garis horizontal
yang sejajar dengan lantai. Diukur sebanyak dua kali untuk akurasi
kemudian data tinggi badan dicatat dalam satuan meter (m).
c. Perhitungan IMT
Setelah mendapatkan data berat badan (kg) dan tinggi badan (m),
kemudian IMT dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat badan (kg)
IMT = [Tinggi badan (m)]2
3. Tahap Pemeriksaan uji spirometri
Proses pemeriksaan faal paru dengan spirometri:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menjelaskan kepada subyek penelitian mengenai prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
c. Selanjutnya subjek penelitian diminta berdiri tegak sambil memegang
mouthpiece dengan tangan kanan lalu diletakan dimulutnya.
d. Kemudian subyek penelitian diminta untuk menarik napas secara
maksimal, setelah itu cuping hidung ditutup dengan tangan kiri selanjutnya
subyek penelitian menghembuskan nafas sampai habis tanpa berusaha
keras.
e. Mencatat hasil pemeriksaan.
f. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil hasil yang
reproduksibel
22
G. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan ditabulasi serta disajikan dalam
bentuk persentasi yang dimuat pada tabel.
H. Cara Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
statistik korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95% apabila didapat data
terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal maka uji alternatifnya
menggunakan korelasi Spearman.
I. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
2. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret - September 2014.
23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai korelasi indeks massa tubuh (IMT) dengan kapasitas
vital (KV) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2011-2013 telah
dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2014. Didapatkan sampel
penelitian sebanyak 88 responden dari 142 populasi yang berjenis kelamin laki-
laki pada mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013. Sebanyak 54 tidak
dapat dijadikan sampel penelitian karena termasuk kedalam kriteria eksklusi
penelitian, baik karena usia, riwayat penyakit pernapasan, riwayat penyakit
kardiovaskular dan dalam keadaan sakit. Hasil penelitian yang dilakukan,
didapatkan distribusi kategori IMT responden adalah sebagai berikut:
Status Gizi
Gambar 5.1 Distribusi Status Gizi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2011-2013 Tahun 2014
Kurang Normal Overweight Obesitas0
10
20
30
40
50
60
14
49
178
Jum
lah
Res
pond
en
24
Berdasarkan data pada Gambar 5.1 didapat jumlah responden dari hasil
pengukuran IMT menunjukkan paling banyak dengan status gizi normal yaitu 49
orang (56%) dan paling sedikit dengan status gizi obesitas sebanyak 8 orang (9%).
Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata IMT secara
keseluruhan sebesar 23,56 kg/m2 (lampiran 4), dan rata-rata IMT berdasarkan
status gizi pada mahasiswa PSPD FK UNLAM adalah sebagai berikut:
Status Gizi
Gambar 5.2 Rata-Rata IMT Mahasiswa PSPD FK UNLAM Angkatan 2011-2013 Berdasarkan Status Gizi Tahun 2014
Dari hasil penelitian 88 responden didapatkan nilai KV pada mahasiswa PSPD
FK UNLAM angkatan 2011-2013, rata-rata sebesar 5,09 L (lampiran 4).
Uji korelasi antara IMT dengan KV pada mahasiswa PSPD FK UNLAM
angkatan 2011-2013 dilakukan dengan uji Spearman. Sebelum dilakukan uji
spearman terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (n > 50)
dengan jumlah sampel 88 responden. Dari uji normalitas yang dilakukan
diperoleh hasil dengan nilai 0,000 baik uji normalitas untuk IMT maupun KV.
Kurang Normal Overweight Obesitas0
5
10
15
20
25
30
35
40
36.1 Kg/m226.88 Kg/m222.3 Kg/m216.76 Kg/m2R
ata-
Rat
a IM
T
25
Kedua uji normalitas ini menghasilkan nilai p < 0,05 dan ini menunjukkan bahwa
data tidak terdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan transformasi data terhadap data yang tidak terdistribusi
normal tersebut dengan menggunakan fungsi log. Data yang sudah ditransformasi
kemudian dilakukan uji normalitas kembali dan didapatkan hasil untuk masing-
masing variabel IMT dan KV secara berurutan yaitu 0,063 dan 0.001. Dari hasil
uji normalitas data tersebut dapat diartikan bahwa IMT memiliki data yang
terdistribusi normal (p>0,05) tetapi KV justru sebaliknya memiliki data yang tidak
terdistribusi normal (p<0,05). Karena ada data yang tidak terdistribusi normal
maka peneliti menggunakan uji alternatif, yaitu uji Spearman dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,01 (p < 0,05) dan
koefisien korelasi r = 0,248, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang
bermakna antara IMT dan KV pada mahasiswa PSPD FK UNLAM dengan yang
positif, di mana semakin tinggi nilai IMT maka semakin tinggi pula nilai KV.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ristianingrum et al, yang mengatakan bahwa IMT dengan KV memberikan
korelasi yang bermakna dengan arah yang positif dan kekuatan korelasi yang
lemah dengan nilai p = 0,015 dan r = 0,267. Ristianingrum meneliti 82 orang
tanpa membedakan jenis kelamin, sedangkan pada penelitian ini dikhususkan
pada responden yang berjenis kelamin laki-laki (7).
Hasil penelitian terhadap mahasiswa PSPD FK UNLAM ini tidak sesuai
dengan hipotesis awal, yang menduga bahwa IMT dan KV memiliki korelasi
26
dengan arah yang negatif atau berjalan terbalik, di mana semakin tinggi IMT
seseorang maka semakin rendah nilai KV. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones et al, yang mengatakan bahwa setiap
peningkatan satu untit IMT akan menyebabkan penurunan KV sebesar 0,5%. Hal
yang sama dikatakan oleh El-Baz. et al bahwa IMT memiliki korelasi yang
negatif dengan KV (8,9).
Perbedaan hasil dengan penelitian terdahulu dapat disebabkan berbagai faktor
antara lain desain penelitian, sumber data, distribusi dan kekuatan korelasi. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional sedangkan
penelitian El-Baz. et al menggunakan case control. Sumber data pada penelitian
ini menggunakan data primer sedangkan penelitian Jones et al menggunakan data
sekunder rekam medik (8,9).
Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya
mungkin juga diakibatkan keterbatasan dalam mengendalikan variabel
pengganggu dan proses pengambilan. Variabel pengganggu yang dapat
dikendalikan antara lain usia, jenis kelamin, merokok, penyakit pernapasan dan
kardiovaskular. Namun variabel pengganggu seperti genetik, aktifitas fisik, dan
asupan makanan tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini (20,21,22).
BAB VI
PENUTUP
27
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai IMT rata-rata mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun
2014 adalah 23,56 kg/m2.
2. Nilai KV rata-rata mahasiswa PSPD FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun
2014 adalah 5,09 L.
3. Terdapat korelasi yang bermakna antara IMT dan KV (p=0,01) dengan arah
yang positif pada mahasiswa FK UNLAM angkatan 2011-2013 tahun 2014.
F. Saran
1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan variabel
lainnya, seperti aktivitas fisik dan konsumsi makanan.
2. Untuk masyarakat mulai peduli dengan keadaan gizinya dengan cara merubah
gaya hidup seperti rutin berolahraga dan makan makanan dengan gizi
seimbang sehingga terhindar dari resiko penurunan fungsi paru yang akan
berakibat pada penurunan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. CV Kiat Nusa Jakarta Indonesia 2013.
2. Usfar AA, Lebenthal E, Atmarita, Achadi E, Soekirman & Hadi H. Obesity as a poverty-related emerging nutrition problems: the case of Indonesia. International Association for the Study of Obesity 2011, 11:924-928.
3. Watson RA, Pride NB, Thomas EL, Fitzpatrick J et al. Reduction of total lung capacity in obese men: comparison of total intrathoracic and gas volumes. J Appl Physiol 2010, 108: 1605–1612.
4. Salome CM, King GG & Berend N. Physiology of obesity and effects on lung function. J Appl Physiol 2010, 108: 206–211.
5. O’Donnell DE, Deesomchok A, Lam Y M et al. Effects of BMI on static lung volumes in patients with airway obstruction. Chestnet 2011, 140(2):461-468.
6. Lad UP, Jaltade VG, Shisode-Lad S, Satyanarayana P. Correlation between body mass index (BMI), body fat percentage and pulmonary functions in underweight, overweight and normal weight adolescents. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2012, 6(3):350-353.
7. Ristianingrum I, Rahmawati I & Rujito L. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan tes fungsi paru Mandala of Health 2010, 4(2):105-112.
8. Jones RL, Nzekwu MMU. The effects of body mass index on lung volumes. Chest Journal 2006, 130(3):827-833.
9. El-Baz FM, Eman AA, Amal AA, Terez BK, Fahmy A. Impact of obesity and body fat distribution on the pulmonary function in Egyptian children. EJB 2009, 3:49-58.
10. Watson RA, Pride NB, Thomas EL et al. Reduction of total lung capacity in obese men: comparison of total intrathoracic and gas volumes. J Appl Physiol 2010, 108: 1605–1612.
11. Piper AJ, Grunstein RR. Big breathing: the complex interaction of obesity, hypoventilation, weight loss, and respiratory function. J Appl Physiol 2010, 108: 199–205.
12. Seeley, et al. Anatomy & physiology. Sixt Edition. The McGraw-Hill Companies, 2004.
13. Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007.
29
14. Price & Wilson. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC, 2006.
15. Yulaekah, Siti. Paparan debu & gangguan fungsi paru pada pekerja industri batu kapur.2007; (online), (http://eprints.undip.ac.id / 18220 / 1 / SITI_YULAEKAH.pdf, diakses 25 Desember 2013)
16. World Health Organization. Global database on body mass index. 2006; (online), (http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html, diakses 25 Desember 2013)
17. Sugondo. Ilmu penyakit dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
18. Srinivas CH, Shekhar R & Madhavi LM. The impact of body mass index on the expiratory reserve volume. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2011, 5(3):523-525.
19. Balcom HM, Grant BJ & Muti P. Pulmonary function and abdominal adiposity in the general population. American College of Chest Physicians 2006, 129(4):853-862.
20. Simpson A, Custovic A, Tepper R et al. Genetic variation in vascular endothelial growth factor-A and lung function. American Journal of Respiratory and Critical Medicine 2012, 185:1197-1204.
21. Manezes A, Wehrmeister FC, Muniz LC et al. Physical activity and lung function in adolescents: the 1993 pelotas (Brazil) birth cohort study. Journal of Adolescent Health 2012, 51(6):27-31.
22. Hanson C, Rutten EP, Wouters EF, Rennard S. Diet and vitamin D as risk factors for lung impairment and COPD. Translational Research 2013, 162(4):219-36.