Upload
trinhdieu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
�
i
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA
PENINGKATAN PRODUKSI ASI DI BPS DIYAH
SUMARMO DESA TANJUNGSARI KECAMATAN
BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Dilploma III Kebidanan
Disusun oleh :
DENI FABONA
B09 012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
ii
�
iii
�
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur atas rahmat dan hidayah Allah SWT, yang selalu
tercurah pada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI di BPS Diyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali”. Karya Tullis Ilmiah ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan berbagai
macam bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Direktur STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Rahajeng Putiningrum, S.ST.M.Kes selaku pembimbing yang dengan
sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Diyah Sumarmo selaku Bidan Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali yang telah membantu dan memberi ijin kepada penulis
dalam melaksanakan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
�
v
5. Segenap Dosen STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah yang telah
memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.
6. Ibu-ibu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak
kekurangan baik tulisan maupun isi, maka dari itu saran dan masukan dari
pembaca sangat penulis harapkan agar penyusunan Karya Tulis Ilmiah nanti akan
lebih baik.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
�
vi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Deni Fabona
NIM : B09 012
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA
PENINGKATAN PRODUKSI ASI DI BPS DYAH SUMARMO DESA
TANJUNGSARI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN
BOYOLALI
xiii + 56 halaman + 8 tabel + 2 gambar + 17 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)
tahun 2007 gambaran pemberian ASI di Indonesia, yaitu 32,3%, masih jauh dari
rata-rata dunia yaitu 38%. Saat ini bayi kurang dari 6 bulan yang diberi susu
formula meningkat dari 16,7% tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007
(SDKI 2007). Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang
yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, maka perlu
perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Kunci utama untuk memulai
produksi ASI dengan sukses adalah membuat bayi menghisap payudara secara
sering dan teratur, berdasarkan kebutuhan dan dengan posisi yang benar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI yaitu rangsangan otot-otot
buah dada (perawatan payudara), keteraturan bayi menghisap, keadaan ibu,
makanan dan istirahat ibu (Sunarsiah, 2007). Hasil wawancara terhadap 10 ibu
nifas di BPS Dyah Sumarmo didapatkan ibu yang belum mengetahui cara
peningkatan produksi ASI sebanyak 80%.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012.
Populasi yang digunakan dalam penelitian 34 responden, dengan jumlah sampel
34 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh.
Instrument penelitian ini adalah kuesioner tertutup, variabel penelitian adalah
variabel tunggal.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI pada kategori baik sebanyak 5 responden (14,7%), kategori cukup
sebanyak 23 responden (67,6%) dan kategori kurang sebanyak 6
(67,6%).
Kata Kunci : Pengetahuan, ibu nifas, cara peningkatan produksi ASI
Kepustakaan : 20 literatur ( Tahun 2003 s/d 2012 ) responden (17,6).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi
ASI yang paling banyak pada kategori cukup sebanyak 23 responden
�
vii
MOTTO
� Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai denagn kemudahan
(QS. Al-Insyiroh : 6 )
� Jadikan ilmu itu sebagai lentera dalam menempuh hidupmu, karena dengan
ilmu itu manusia dapat menghargai dan dihargai orang lain, dan dengan ilmu
itu pula manusia itu laksana seorang raja
(Penulis)
� Awali semuanya denagn doa dan senyum
� Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali
(Kahlil Gibran)
� Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai
langkah Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.
�
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Deni Fabona
Tempat / Tanggal Lahir : Wonogiri, 18 Februari 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sidowayah RT 01/ RW 01, Ploso,
Purwantoro, Wonogiri
Riwayat pendidikan :
1. SD Negeri 1 Ploso LULUS TAHUN 2003
2. SMP Negeri 2 Purwantoro LULUS TAHUN 2006
3. SMA Negeri 1 Purwantoro LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Foto 3×4
�
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
F. Sistematika Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7
1. Pengetahuan ..................................................................... 7
2. Nifas ................................................................................. 10
�
x
3. Laktasi .............................................................................. 11
4. Peningkatan Produksi ASI ............................................... 22
B. Kerangka Teori....................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 34
D. Instrumen Penelitian .............................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40
F. Variabel Penelitian ................................................................. 40
G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 41
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 41
I. Etika Penelitian ...................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian…………………………………………..…. 46
B. Pembahasan ……………………………………………….. 49
C. Keterbatasan penelitian ……………………………………. 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… 55
B. Saran ………………………………………………………… 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
�
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Ibu Menyusui ...... 16
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI ..... 33
Tabel 3.3 Definisi Operasional Penelitian .................................................... 37
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur .................................. 46
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ........................ 47
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ............................ 47
Tabel. 4.4 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 48
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali ........... 48
�
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 31
�
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan Penelitian
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 8. Lembar Permohonan menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 10. Keusioner Penelitian
Lampiran 11. Data Validitas Pengetahuan tentang Cara Peningkatan Produksi
ASI
Lampiran 12. Tabel Nilai r Product Moment
Lampiran 13. Validitas Pengetahuan Cara Peningkatan Produksi ASI
Lampiran 14. Riliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Lampiran 15. Data kuesioner Pengetahuan tentang Cara Peningkatan Produksi
ASI
Lampiran 16. Mean dan Standar Deviasi
Lampiran 17. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
�
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok
masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu
hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara
terintegrasi dengan penanggulangan kemiskinan secara nasional. UPGK perlu
dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih berdaya
guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara nyata
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi, geografi,
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat (Depkes RI, 2009).
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya, upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi masih dirasa
kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya kesadaran akan
pentingnya ASI. Pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
peningkatan penggunaan ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu
bekerja (Roesli, 2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-
2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari
40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2003 dan 32% pada tahun
2007 (BPS, BKKBN, Depkes, 2003-2007), sedangkan berdasarkan SDKI
(Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007 gambaran pemberian
2��
�
ASI di Indonesia, yaitu 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%.
Saat ini bayi kurang dari 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari
16,7% tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Daerah
Jawa Tengah dalam pemberian ASI eksklusif adalah 34,53%. Pemberian ASI
eksklusif oleh ibu di Kota Solo masih sangat rendah, terbukti pada tahun 2010
hanya 30 persen dari total 3.970 bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI
(Depkes RI, 2009).
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu
tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini. Banyak alasan yang
dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa air susunya tidak cukup dan
tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, hal ini di sebabkan karena
kurang percaya diri bahwa air susunya cukup untuk bayi dan kurangnya
informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar. Didaerah
pedesaan pada umumnya ibu menyusui, namun hasil penelitian menunjukan
bahwa pengaruh kebiasaan kurang baik, yaitu memberikan makanan atau
minuman untuk mengganti air susu apabila belum keluar pada hari pertama
kelahiran. Kebiasaan ini dapat membahayakan kesehatan bayi dan kurangnya
kesempatan untuk merangsang produksi air susu ibu sedini mungkin melalui
isapan pada payudara ibu (Depkes RI, 2009).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian
agar dapat terlaksana dengan benar. Kunci utama untuk memulai produksi
ASI dengan sukses adalah membuat bayi menghisap payudara secara sering
3��
�
dan teratur, berdasarkan kebutuhan dan dengan posisi yang benar. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI yaitu rangsangan otot-otot buah
dada (perawatan payudara), keteraturan bayi menghisap, keadaan ibu,
makanan dan istirahat ibu (Sunarsiah, 2007).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada tanggal 16
Januari 2012, didapatkan data jumlah ibu nifas pada bulan Desember sampai
bulan Januari 2012 sebanyak 32 ibu nifas, dari data tersebut di dapat 28 ibu
menyusui dan 4 ibu tidak menyusui. Hasil wawancara terhadap 10 responden
didapatkan informasi 8 ibu menyatakan belum mengetahui cara
meningkatkan produksi ASI dan 2 ibu menyatakan sudah mengetahui cara
menigkatkan produksi ASI. Berdasarkan latar tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang “tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali?”.
4��
�
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori baik
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori cukup
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori kurang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi ilmu pengetahuan dalam usaha untuk mengurangi AKI (Angka
Kematian Ibu) post partum.
2. Bagi diri sendiri
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan pada ibu nifas dalam
situasi nyata.
5��
�
3. Bagi institusi
a. Bagi lahan penelitian
Untuk meningkatkan pemberian asuhan kebidanan pada ibu
menyusui.
b. Bagi institusi pendidikan
Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil
penelitian pada mata kuliah kebidanan khususnya cara peningkatan
produksi ASI pada ibu nifas.
E. Keaslian penelitian
Penelitian serupa yang sudah dilakukan antara lain:
1. Sunarsiah.tahun 2007: Poltekes Samarinda Jurusan Kebidanan. Penelitian
tentang “Hubungan pemberian ASI Dini Dengan kelancaran produksi ASI
pada hari ke III post partum Di RSU A.M . Parikesit Tenggarong” dengan
metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.
Hasil penelitian ada hubungan antara pemberian ASI dini dengan
kelancaran produksi ASI, dari 50 responden didapatkan 41 responden
(82%) mengalami kelancaran produksi ASI pada hari ketiga post partum,
sedangkan 9 responden (18%) tidak mengalami kelancaran produksi ASI
pada hari ketiga post partum.
6��
�
F. Sistematika penulisan
Sistematika dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan isi karya tulis secara singkat yang
meliputi latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian,
tujuan penelitian, keaslian penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori medis tentang nifas, laktasi, peningkatan
produksi ASI. Berisi pula tentang kerangka teori dan kerangka
konsep penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional variabel, metode pangolahan dan analisis data,
etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian,
hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi tentang simpulan dari penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
�
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan salah satunya pendidikan, makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa umur mempengaruhi
tingkat penerimaan informasi yakni semakin tua umur sesorang
ingatannya semakin berkurang, sehingga sulit menerima informasi
8��
�
yang diberikan, sebaliknya semakin muda umur akan mudah menerima
informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk mengetahui
sesuatu hal.
Menurut Wawan & Dewi (2011), pengetahuan dicakup dalam
domain kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent
behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh badan yang telah dipelajari atau yang
telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
Menurut Wawan dan Dewi (2010), yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk menentukan cita-citanya, menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaannya, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhinya,
antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya,
faktor umur adalah tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dan kekuatan seseorang akan lebih matang beraktivitas
dalam bekerja.
9��
�
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tetapi orang tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar
tentang objek yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisa (Analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
10��
�
membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan terhadap objek tersebut.
5) Sintesis (sintesys)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk
melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
2. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas terdiri atas periode setelah kelahiran bayi dan
plasenta sampai sekitar 6 minggu post partum (Wiknjosastro, 2008).
b. Periode Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
11��
�
3) Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
(Ambarwati & Wulandari, 2008).
3. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun
secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara
alami (Ambarwati & Wulandari, 2008).
a. Komposisi Gizi dalam ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose
dan garam organik yang disekresi oleh ke dua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari
waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi
(Proverawati & Rahmawati, 2010).
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan
12��
�
cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan ASI matur, bentuknya agak
kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel,
yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk
kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir
yang belum mampu menerima makanan dalam volume
besar, jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan
sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang sangat tinggi, ada lebih dari 90 bahan
bioaktif dalam kolostrum, komponen utamanya dikelompokkan
menjadi dua yaitu faktor imun dan faktor pertumbuhan kolostrum
juga banyak mengandung berbagai jenis vitamin, mineral dan asam
amino yang seimbang, semua unsur ini bekerja secara sinergis
dalam memulihkan dan menjaga kesehatan tubuh.
2) ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah
kolostrum (8 – 20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin
larut air lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah, serta
mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum.
3) ASI matur
ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah
melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung
pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air
13��
�
yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi, sedangkan 10 %
kandungannya adalah karbohidrat, protein, lemak yang diperlukan
untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur
merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun
pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24
jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam.
Ada 2 tipe ASI matur
(a) Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan
mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.
(b) Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat
menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat
diperlukan untuk pertambahan berat bayi.
Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu
menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang
diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu
sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),
sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya, lebih sering bayi
menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya
berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand
(Proverawati & Rahmawati, 2010).
14��
�
b. Menurut Roesli (2008), manfaat menyusui dan keunggulan ASI antara
lain:
1) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal
2) Anak lebih sehat
3) Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
4) Membantu mengurangi kelaparan karena ASI mampu memenuhi
kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A45%, dan vitamin C
95%. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan.
Hal tersebut dapat mengurangi angka kejadian kurang gizi dan
pertumbuhan yang berhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
c. Keuntungan Menyusui bagi Ibu
Menurut Roesli (2008), Keuntungan Menyusui bagi ibu antara
lain:
1) Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma).
2) Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker
rahim (ca endometrium).
3) Mengurangi risiko keropos tulang (osteoporosis).
4) Mengurangi risiko rheumatoid arthritis.
5) Metode KB paling aman.
6) Mengurangi risiko diabetes maternal
7) Mengurangi stress dan gelisah.
8) Berat badan lebih cepat kembali normal.
15��
�
d. Fisiologi Laktasi
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama
mengenai besarnya, karena berkembangnya kelenjar payudara karena
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air
susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan
plasenta, yaitu: laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan
progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah
lancarnya peredaran darah pada payudara, setelah persalinan, kadar
estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi, sehingga kerja prolaktin yang tadinya
dihambat oleh estrogen dengan lepasnya plasenta maka air susu ibu
segera keluar. Setelah persalinan, segera susukan bayi karena akan
memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu
bertambah lancar (Huliana, 2003).
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam poses laktasi
adalah refleks prolaktin dan refleks aliran (let down refleks), yang
timbul akibat perangsangan putting susu oleh isapan bayi.
1) Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang, rangsangan tersebut dibawa ke
hipotalamus oleh serabut afferent, kemudian dilanjutkan ke bagian
depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon
16��
�
prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel
kelenjar memproduksi air susu.
2) Refleks aliran (let down refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar
sampai kebagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan
hormon oksitosin masuk kedalam darah. Oksitosin akan memacu
otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju
puting susu (Proverawati & Rahmawati, 2010).
e. Gizi Ibu Menyusui
Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat 25% dibandingkan
gizi wanita yang tidak menyusui. Peningkatan gizi ini diperlukan untuk
tetap mempertahankan produksi ASI, sehingga bayi dapat menikmati
ASI eksklusif sampai 4-6 bulan (Roesli, 2008).
Makanan yang sehat harus selalu seimbang, yaitu menu
lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menu makanan yang
seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga,
pembangun, pengatur dan pelindung.
1) Sumber tenaga (energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh,
pembentukan jaringan baru, serta penghematan protein.
17��
�
2) Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-
sel yang rusak atau mati.
3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh
dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di
dalam tubuh. Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh
dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar (Huliana, 2003).
Ibu menyusui juga dianjurkan minun dalam jumlah yang
cukup, paling sedikit usahakan sebanyak 8 gelas sehari. Selama
masa nifas juga dianjurkan untuk minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) dan minum tablet zat besi selama 40 hari post
partum (Yanti, 2011).
18��
�
Tabel 2.1
Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Ibu Menyusui
Zat Gizi Wanita tidak
Hamil
Ibu menyusui bayi umur:
0 – 6 bulan 7 – 12 bulan
Energi (kalori) 2200 2900 2700
Protein (g) 48 62 60
Vitamin A (mg) 500 850 800
Vitamin E (mg) 7,5 15 15
Vitamin D (mg) 5 18 18
Vitamin K (mg) 55 55 55
Riboflavin (mg) 1,1 1,6 1,6
Niasin (mg) 14 17 17
Tiamin (mg) 1,1 1,5 1,5
Vitamin B12 (mg) 2,4 2,8 2,8
Asam folat (mg) 400 500 500
Vitamin C (mg) 60 85 85
Kalsium (mg) 600 600 600
Fosfor (mg) 600 600 600
Besi (mg) 29 44 44
Seng (mg) 7,4 14,1 14,1
Iodium (mg) 110 200 200
Selenium (mg) 26 41 41
Sumber: (Djoko, 2006).
Ibu menyusui umumnya makan 6 kali sehari sesuai dengan frekuensi
menyusui bayi, karena setiap habis menyusui merasa lapar, selain cukup
makan, dianjurkan pula banyak minum minuman berkhasiat yang dapat
mempengaruhi produksi ASI, misalnya minum air, susu dan jus buah
sebanyak mungkin, serta perhatian pola makan dengan baik supaya produksi
ASI lancar dalam masa laktasi (Yanti, 2011).
Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, antara lain kacang-
kacangan dan biji-bijian (terutama wijen), buah-buahan dan sayuran segar,
bayam, singkong, kacang mede, buncis dan jagung muda, teh herbal
peningkat persediaan ASI (yang dikenal dengan istilah galactagogues, daun
katuk diduga mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks
19��
�
prolaktin atau merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan
pengaliran ASI, fenugreek di indonesia bijinya sering disebut kelabat, kelabet
atau klabet yang antara lain digunakan sebagai bumbu dapur untuk
pembuatan gulai. Fenugreek sangat kaya akan fitoestrogen yang dapat
melancarkan produksi ASI (Yanti, 2011).
Contoh menu sehari untuk ibu menyusui
Pagi : susu 1 gelas (200 cc)
Jam 08.00 : nasi (100 gr), pecel sayuran (100 gram), semur daging
(30 gram), tempe goreng atau bacem (50 gram).
Jam 11.00: sup kacang merah segar (25 gram), ditambah ayam (15
gram), dan wortel (50 gram).
Jam 13.30 : nasi (200 gram), pepes ikan (75 gram), daun singkong
(25 gram), ayam panggang kalasan (50 gram), tahu bacem (50
gram), sayur bening daun katuk, oyong (150 gram) dan 100 gram
buah sesuai musimnya.
Jam 16.00 : slada buah (150 gram) atau rujak buah (150 gram),
minum air kacang ijo.
Jam 19.00 : Nasi (200 gram), sate ati ayam (50 gram), daging ayam
(25 gram), tempe bumbu mangut (50 gram), aneka sayuran (100
gram) dan buah sesuai musimnya.
Jam 22.00: susu 1 gelas (200 cc) (Yanti, 2011)
f. Cara Menyusui yang Benar
Langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
20��
�
1) Menyusui bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi
lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini.
2) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum
menyusui.
3) Perah atau keluarkan sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada
daerah puting dan sekitarnya.
4) Ibu duduk atau tiduran atau berbaring dengan santai.
5) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
Perut bayi menempel pada perut ibu, dagu bayi menempel pada
payudara, telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus,
mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting
susu.
6) Agar mulut bayi membuka adalah dengan menyentuhkan puting
susu pada bibir atau pipi bayi.
7) Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan
sebagian besar lingkaran atau daerah gelap sekitar puting susu ke
dalam mulut bayi.
8) Berikan ASI secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke
sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
9) Cara melepas puting susu dari mulut bayi dengan menekan dagu
bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut
bayi dan payudara ibu.
21��
�
10) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi
dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.
11) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara
yang terisap bisa keluar
12) Bila kedua payudara masih ada sisa ASI keluarkan dengan alat
pompa susu (Chumbley, 2003).
g. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan tehnik yang
benar, dapat dilihat:
1) Seluruh badan bayi menghadap ibu
2) Bayi menghisap lama dan dalam
3) Bayi santai dan bahagia
4) Puting susu ibu tidak terasa nyeri (Huliana, 2003).
h. Faktor yang Menyebabkan Seorang Ibu Tidak Menyusui Bayinya
Faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak menyusui
bayinya:
1) Pihak Bayi
a) Kelainan Anatomik: sumbing pada bibir atau palatum dan
kelainan gastrointestinal
b) Masalah organik: prematuritas, gangguan metabolik dan
kelainan susunan syaraf pusat
c) Faktor psikologis: bayi yang “stress” atau bayi yang “sulit”.
22��
�
2) Pihak Ibu
a) Kelainan anatomik: payudara yang telah diangkat dan puting
tenggelam atau datar.
b) Kelainan fisiologik: payudara jarang disusu, hambatan refleks
“let down”: stress, kelelahan, depresi, obat-obatan misal pil KB
yang mengandung estrogen, ibu perokok/peminum alkohol
yang berat, gizi ibu menyusui yang kurang baik, penurunan
berat badan ibu yang terlalu drastis.
c) Masalah organik: ibu sedang menderita sakit dan gangguan
hormonal.
d) Faktor psikologi: depresi, cemas, sedang ada masalah, kurang
mendapat dukungan dari suami atau keluarganya dalam
menyusui bayi, kurangnya pengetahuan tentang manfaat dan
keunggulan ASI dan takut kehilangan kecantikan jika
menyusui.
3) Kombinasi faktor bayi dan ibu
a) Masalah struktural: mulut bayi yang kecil, lidah yang pendek,
payudara yang besar, puting datar atau tenggelam dan
penggunaan empongan
b) Faktor psikologik: pemberian susu formula pada bayi baru lahir
dan pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang terlalu
cepat
23��
�
c) Faktor psikologis: bayi dirawat terpisah dengan ibunya, bayi
yang ditelantarkan atau yang mendapat perlakuan salah
dan penyebab lain misalnya ruangan yang terlalu bising,
menghentikan menyusui sebelum bayi selesai menyusui
(Anonim, 2009).
4. Peningkatan Produksi ASI
a. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang
oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut
merangsang kelenjar pictuitary anterior untuk memproduksi sejumlah
prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran air susu.
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflex,
dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior
untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut
otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat
mengalir secara lancar (Siregar, 2004).
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis
untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara
fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon
tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin
mengecil (Siregar, 2004).
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam
cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual
24��
�
payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili
tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu
memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke
dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang
secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus
lactiverus. Pusat dari areola (bagian yang berpigmen) adalah
putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap
(masuk kedalam) mulut bayi (Arini, 2012).
b. Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar
pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan,
pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml
sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar
400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah
tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan
pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air
susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi
dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan
(Winarno, 2004).
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/
25��
�
penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi
penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi
menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat
mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak
tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama
satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat
bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air
susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran
sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Siregar, 2004).
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya
dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml
dalam 6 bulan kedua dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan
bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan
dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan
untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan
digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber
energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa
peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang
kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti,
26��
�
dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di
daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali
ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan
yang hanya diberi ASI (Tulus, 2011).
c. Cara Peningkatan Produksi ASI
Menyusui (breastfeeding) adalah pilihan yang indah dan sehat
untuk bayi, tapi kadang-kadang ingin meningkatkan produksi ASI buat
bayinya stres, penyakit dan kelelahan bisa berdampak negatif terhadap
produksi ASI saat menyusui (Arini, 2011).
Cara untuk meningkatkan produksi ASI :
1) Menyusui bayi lebih sering, biarkan bayi mendapatkan ASI selama
bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah
menjadi tujuh atau delapan kali ketika membiarkan bayi menyusui
lebih sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan
lebih banyak susu.
2) Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui. Pastikan bayi
untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai
bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan
payudara kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar
dan harus di bagian areola payudara dan juga diluar puting
3) Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui. Ketika bayi
tidur atau baru saja selesai makan, gunakan pompa payudara 5-10
menit di setiap payudara untuk memberikan stimulasi ekstra dan
27��
�
meningkatkan produksi ASI. Jangan berkecil hati jika tidak
menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena tujuannya
adalah stimulasi
4) Melakukan diet yang benar untuk agar bisa terpenuhi. Seorang ibu
menyusui membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau 300-
500 kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin
kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui.
5) Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi
sekitar 3 liter air per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi
menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap
akan membantu meningkatkan produksi ASI.
6) Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling
baik untuk meningkatkan produksi ASI.
7) Jika ibu menyusui telah mencoba semua dan masih perlu untuk
meningkatkan suplai ASI, berbicara dengan dokter. Ada resep
tersedia memiliki efek untuk meningkatkan produksi ASI
(Tulus, 2011).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Menurut Siregar (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI sebagai berikut:
1) Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam
masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun
28��
�
jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan
berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi
yang terdapat dalam dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi
diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan
satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan
disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3
piring nasi dan satu butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui
bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa
kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui
anaknya mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas pengaruh jumlah
air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan,
bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin
kadar berbagai vitamin dalam ASI.
29��
�
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya
diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional,
mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2
macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah: Reflek Prolaktin, Let-down Refleks
(Refleks Milk Ejection).
3) Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang
baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang
melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik
beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu
dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah
pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan
pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini
memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu
beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan
semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang
gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
30��
�
4) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan
menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen,
karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan
dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena
itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena
AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu
hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
5) Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu
dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu
terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila
terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan
sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar
(Siregar, 2004).
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum
melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan
yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar saluran ASI. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
31��
�
a) Perawatan payudara secara teratur
b) Pemeliharaan kebersihan sehari-hari
c) Konsumsi gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI
d) Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
e) Ibu harus merasa nyaman dan santai
f) Hindari rasa cemas dan stres karena akan menghambat refleks
oksitosin (Siregar, 2004).
Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin, yaitu 1-2 hari setelah melahirkan dan dilakukan dua kali
sehari (Arini, 2012).
32��
�
B. Kerangka Teori
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo, 2010
C. Kerangka Konsep penelitian
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep �
Tingkat pengetahuan ibu
nifas
Cara peningkatan
produksi ASI
a. Umur
b. Pendidikan
c. Inteligensia
d. Sosial budaya
e. Lingkungan
Pengetahuan��
Nifas�Cara peningkatan
produksi ASI
a. Menyusui bayi lebih sering
b. Menyusui dengan kedua
payudara setiap menyusui
c. Gunakan pompa payudara di
antara waktu menyusui
d. Melakukan diet yang benar
e. Minum banyak air
f. Menggunakan suplemen
herbal
�
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif yaitu
penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan
di dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang telah direncanakan sampai
matang ketika persiapan penelitian disusun. Metode ini digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang (Arikunto, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei
sampai Juni 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2010)
34��
�
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Dyah
Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 34 ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua
ibu nifas yang bersalin di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni
2012, yaitu sebanyak 34 ibu nifas.
3. Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Sampel dalam
penelitian ini yaitu 34 responden.
D. Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang diisi langsung
oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dengan menyediakan
jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban (Arikunto, 2010).
35��
�
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu
nifas. Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “Benar” atau
“Salah”. Jenis pernyataan dalam kuesioner ini bisa pernyataan positif dan
negatif. Untuk pernyataan positif, apabila responden memilih pilihan jawaban
“benar” mendapat skor 1 dan apabila responden memilih pilihan jawaban
“salah” mendapat skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, apabila
responden memilih pilihan jawaban “salah” mendapat skor 1 dan apabila
responden memilih pilihan jawaban “benar” mendapat skor 0.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI
Variabel Indikator
No. Pertanyaan Jumlah
Favorable
Un
Favorabl
e
Tingkat
Pengetahuan
Ibu Nifas
tentang
Peningkatan
Produksi ASI
Pengertian ASI
Manfaat ASI
Gizi ibu menyusui
Cara menyusui yang
benar
Ketentraman jiwa
Perawatan payudara
1,2
3,4
6,7,8,9,10
15,16,18,19,2
1
23,24,26,27,2
8
29,30,31,33,3
5
5
11,12,13
14,17,20
22,25
32,34
2
3
8
8
7
7
Jumlah 35
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti
36��
�
sejenis di luar lokasi penelitian. Uji coba instrument dalam penelitian ini
dilakukan di BPS Sri Wahyuni Boyolali, dengan jumlah responden 30.
1. Uji Validitas
Sebelum instrument atau alat ukur digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari
kevalidan alat ukur tersebut (Riwidikdo, 2009). Uji validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument (Arikunto, 2010).
Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, dan
instrumen yang kurang valid maka dilakukan dengan menghitung korelasi
antara masing-masing pertanyaan dengan nilai total, dengan rumus product
moment (Arikunto, 2010). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
teknik product moment. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut
{ }{ }2222 )()(
).()(
yyNxxN
yxxyNr
�−��−�
��−�=
Keterangan:
r : koefisien korelasi
x : pernyataan
y : skor total
xy : skor pernyataan
N : Jumlah sampel
Instrument dinyatakan valid jika rhitung > rtabel, dengan taraf
signifikansi 5% (Arikunto, 2010).
37��
�
Berdasarkan uji coba validitas yang dilakukan di BPS Sri Wahyuni
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali dengan data sebanyak 30
responden dan 35 soal. Perhitungan dilakukan menggunakan program
SPSS for Windows didapat nomor 10, 15, 23, 29, 33 tidak valid karena
nilai rhitung < rtabel (0,361) untuk selanjutnya nomor yang tidak valid
dihilangkan. Perhitungan SPSS selengkapnya terdapat dalam lampiran.
Sehingga penelitian ini menggunakan 30 pernyataan.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI
Variabel Indikator
No. Pertanyaan Jumlah
Favorable Un
Favorable
Tingkat
Pengetahuan
Ibu Nifas
tentang
Peningkatan
Produksi ASI
Pengertian ASI
Manfaat ASI
Gizi ibu menyusui
Cara menyusui
yang benar
Ketentraman jiwa
Perawatan
payudara
1,2
3,4
6,7,8,9,10*
15*,16,18,19,
21
23*,24,26,27,
28
29*,30,31,33*,
35
5
11,12,13
14,17,20
22,25
32,34
2
3
8
8
7
7
Jumlah 35
Keterangan :
* : tidak valid
38��
�
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur yang digunakan saat ini pada waktu
dan tempat tertentu akan sama apabila digunakan pada waktu dan tempat
berbeda (Riwidikdo, 2009). Reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Apabila
datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun
diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Rumus untuk mengukur reliabel atau tidaknya instrument penelitian
menggunakan pendekatan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program
computer SPSS for Windows. Adapun rumusnya sebagai berikut:
���
�
�
���
�
��
−−
=2
2
11ki
r
tS
iSk
Keterangan:
r1 = Reliabilitas internal seluruh instrumen
k = Mean kuadrat antara subjek
�2i
S = Jumlah mean kuadrat kesalahan
2t
S = Varian total
Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Chronbach lebih dari
0,7 (Riwidikdo, 2009).
Dari uji coba reliabilitas dari 30 responden dan 35 soal yang
dilakukan di BPS Sri Wahyuni Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali
39��
�
didapatkan nilai rhitung lebih besar dari nilai alpha cronbach, 0,802 > ( 0,7 )
sehingga kuesioner dikatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk
mengumpulkan data (Hidayat, 2007).
1. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
peneliti. Data primer dari penelitian ini yaitu pengetahuan ibu nifas yang
diperoleh dari jawaban kuesioner tentang cara peningkatan produksi ASI.
2. Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung diberikan kepada
peneliti. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan
oleh pihak lain dari berbagai cara atau metode baik secara komersial
maupun non komersial. Data sekunder dari penelitian ini yaitu data ibu
nifas.
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu
pengetahuan tentang cara peningkatan produksi ASI.
40��
�
G. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007). Definisi pada penelitian
ini dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3. 2Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur
Skala
Ukur Hasil Ukur
1. Tingkat
Pengetahuan
ibu nifas
Segala sesuatu
yang
diketahui oleh
ibu nifas
tentang cara
peningkatan
produksi ASI
Kuesioner Ordinal a. Baik: apabila
X > mean + 1SD
b. Cukup: apabila
mean - 1SD � X �
mean + 1SD
c. Kurang : apabila skor
X < mean -1SD
(Riwidikdo, 2009).
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. PengolahanData
a. Editing
Menurut Hidayat (2007), editing adalah memeriksa daftar
pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data,
pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan
terhadap:
41��
�
1) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada
jawabannya, meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak
mau menjawab.
2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data atau berakibat pengolah data salah membaca.
3) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak
relevan maka editor harus menolaknya.
Pada penelitian ini peneliti melakukan editing pada saat
menerima kuesioner yang telah di isi oleh responden, di periksa
kebenaran dan kelengkapannya. Bila didapatkan seorang responden
yang belum lengkap maka peneliti meminta responden tersebut untuk
melengkapinya.
b. Coding
Coding adalah memberikan kode dalam hubungan dengan
pengolahan data jika akan menggunakan komputer. Dalam hal ini
pengolah data memberikan kode pada semua variabel, kemudian
mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet/ coding form
(Arikunto,2006). Coding pada penelitian ini peneliti memberikan kode
atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam
pengolahan dan analisis data serta berpedoman pada definisi
operasional.
42��
�
c. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan menyusun tabel mulai dari
penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang
berhasil dikumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai dengan tabel
khusus yang telah benar-benar ditentukan bentuk dan isinya sesuai
dengan tujuan penelitian. Yang termasuk dalam kegiatan tabulasi ini
antara lain: memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi scor,
memberi kode, mengubah jenis data, memberikan kode
(Arikunto, 2006).
2. Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
rentang nilai dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya hasil
untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas maka, ditunjukan dengan
rentang nilai dengan keterangan sebagai berikut :
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah x > mean + 1SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean - 1SD � X �
mean + 1SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah x < mean - 1SD
(Riwidikdo, 2009).
43��
�
I. Etika Penelitian
Melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
(Hidayat, 2007). Setiap penelitian yang menggunakan objek manusia tidak
boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi,
kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada
masalah etika penelitian. Untuk penelitian ini menekankan pada masalah etika
yang meliputi:
1. Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed consent ini berupa lembar persetuan untuk menjadi responden.
Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan
tersebut (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini semua responden akan di beri
lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan
44��
�
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data
(Hidayat, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2007).
Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah
dikumpulkan dari setiap subjek akan di jamin oleh peneliti.
�
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPS Dyah Sumarmo terletak di Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
BPS Dyah Sumarmo adalah salah satu Bidan Praktek Swasta
memiliki 1 Bidan. Sarana dan prasarana ruang di BPS Dyah Sumarmo
terdiri dari 1 Ruang bersalin , Ruang observasi nifas terdiri dari tempat
tidur, ruang Poli Kebidanan dan Ruang Tunggu. Pelayanan yang diberikan
BPS Dyah Sumarmo meliputi pemeriksaan ibu hamil (ANC) oleh bidan,
pelayanan ibu bersalin, Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana,
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.
2. Karakteristi Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
1
31
2
2,9
91,2
5,9
Total 34 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 di atas umur kurang dari 20 tahun terdapat
sebanyak 1 responden (2,9%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 31
46��
�
responden (91,2%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2
responden (5,9%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah
Persentase
(%)
1
2
3
SMP
SMA
PT (Perguruan Tinggi)
14
17
3
41,2
50,0
8,8
Total 34 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas pendidikan SMP sebanyak 14
responden (41,2%), pendidikan SMA sebanyak 17 responden (50,0%)
dan Perguruan tinggi terdapat sebanyak 3 responden (8,8%)
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah
Persentase
(%)
1
2
3
IRT
Swasta
PNS
21
10
3
61,8
29,4
8,8
Total 34 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan sebanyak 21 responden (61,8%) sebagai IRT, sebanyak 10
responden (29,4%) bekerja di swasta dan sebanyak 3 responden (8,8%)
sebagai PNS.
47��
�
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali
Setelah dilakukan penelitian didapatkan nilai mean dan standar
deviasi, yaitu:
Tabel. 4.4 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI
21,8 4,8
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean+1 SD
x > 21,8 + 1 x 4,8 = x > 26,6
Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden = > 26,6.
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD � x � mean + 1 SD
21,8 – 1 x 4,8 � x � 21,8 + 1 x 4,9 = x � 17 – � 26,6.
Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden x � 17 – � 26,6
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean–1 SD
( x ) < 21,8– 1 x 4,8 = x < 17.
Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 17.
48��
�
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali
No Pengetahuan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
5
23
6
14,7
67,6
17,7
Total 34 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara
Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 5
responden (14,7%) dengan pengetahuan baik tentang cara peningkatan
produksi ASI, pengetahuan cukup tentang cara peningkatan produksi ASI
sebanyak 23 responden (67,6%) dan pengetahuan kurang tentang cara
peningkatan produksi ASI sebanyak 6 responden (17,7%). Jadi tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah
Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali kebanyakan pada tingkat cukup yaitu sebanyak 23 responden
(67,6%).
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 5 responden (14,7%) dengan
49��
�
pengetahuan baik tentang cara peningkatan produksi ASI, pengetahuan cukup
tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 23 responden (67,6%) dan
pengetahuan kurang tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 6
responden (17,7%).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, raba dengan sendiri. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo 2010).
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berpendidikan
SMA sebanyak 17 responden (50,0%). Menurut Notoatmodjo (2005), faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya pendidikan, makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur kebanyakan
responden berumur umur 20 – 35 tahun sebanyak 31 responden (91,2%).
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa umur mempengaruhi tingkat penerimaan
informasi yakni semakin tua umur sesorang ingatannya semakin berkurang,
sehingga sulit menerima informasi yang diberikan, sebaliknya semakin muda
50��
�
umur akan mudah menerima informasi yang didapat dan akan lebih tertarik
untuk mengetahui sesuatu hal.
Menurut Wawan & Dewi (2011), pengetahuan dicakup dalam domain
kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Berdasarkan
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
badan yang telah dipelajari atau yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Menurut Wawan dan Dewi (2010), yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
pendidikan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menentukan cita-
citanya, menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaannya, adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya,
faktor umur adalah tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dan kekuatan seseorang akan lebih matang beraktivitas dalam bekerja.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI
(Ambarwati & Wulandari, 2008).
Menurut Roesli (2008), manfaat menyusui dan keunggulan ASI yaitu:
1) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal
51��
�
2) Anak lebih sehat
3) Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
4) Membantu mengurangi kelaparan karena ASI mampu memenuhi
kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A45%, dan vitamin C 95%.
Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan. Hal tersebut
dapat mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang
berhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
Menurut Arini (2012) cara untuk meningkatkan produksi ASI, yaitu
dengan cara menyusui bayi lebih sering, membiarkan bayi mendapatkan ASI
selama bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah
menjadi tujuh atau delapan kali, ketika membiarkan bayi menyusui lebih
sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan lebih banyak
susu. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui. Pastikan bayi
untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai bayi
memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara
kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di
bagian areola payudara dan juga diluar putting. Gunakan pompa payudara di
antara waktu menyusui. Ketika bayi tidur atau baru saja selesai makan,
gunakan pompa payudara 5-10 menit di setiap payudara untuk memberikan
stimulasi ekstra dan meningkatkan produksi ASI. Jangan berkecil hati jika
tidak menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena tujuannya
adalah stimulasi. Melakukan diet yang benar. Seorang ibu menyusui
membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau penambahan 300-500
52��
�
kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau
vitamin buat ibu menyusui. Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus
mengkonsumsi sekitar 3 liter air per hari. Mungkin terdengar seperti banyak,
tapi menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap akan
membantu meningkatkan produksi ASI. Menggunakan suplemen herbal
dapat menjadi cara yang paling baik untuk meningkatkan produksi ASI.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, didapatkan hasil
yang paling banyak adalah pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI dalam kategori cukup yaitu sebanyak 23 responden (67,6%).
Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden berumur 20 – 35 tahun
sebanyak 31 responden (91,2%) dan berdasarkan pendidikan kebanyakan
pendidikan SMA sebanyak 17 responden (50,0%) serta kebanyakan
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebanyak 21 responden
(61,8%) sebagai IRT.
Menurut Wawan dan Dewi (2010), adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya,
Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor umur adalah tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan kekuatan
seseorang akan lebih matang beraktivitas dalam bekerja, semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik, sehingga akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
53��
�
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala Penelitan
a. Tempat penelitian letaknya cukup jauh dari kampus ataupun tempat
tinggal peneliti, sehingga peneliti tidak bisa melakukan penelitian
secara langsung setiap hari
b. Dalam penelitian ini memerlukan waktu yang lama karena harus
mendatangi responden dari rumah ke rumah.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden
hanya bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban mereka belum bisa
mengukur pengetahuan secara mendalam
�
�
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang bersalin di BPS
Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali yang berjumlah 34 responden.
1. Tingkat pengetahuan baik tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS
Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali sebanyak 5 responden (14,7%)
2. Tingkat pengetahuan cukup tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali sebanyak 23 responden (67,6%)
3. Tingkat pengetahuan kurang tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali sebanyak 6 responden (17,7%).
B. Saran
1. Bagi BPS
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal pemberian pendidikan
kesehatan terutama mengenai cara peningkatan produksi ASI
55��
�
2. Bagi Responden
Diharapkan untuk lebih aktif untuk mengikuti penyuluhan dan lebih
banyak mencari informasi tentang cara peningkatan produksi ASI melalui
media massa maupun media elektronik.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain dan
variable-variabel yang berhubungan dengan peningkatan produksi ASI
�