Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI BASIL TAHAN ASAM PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS HELVETIA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA SUMATERA UTARA
AGNESIA PEBRIANI SIMATUPANG
P07534015097
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI BASIL TAHAN ASAM PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS HELVETIA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA SUMATERA UTARA
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Study
Diploma III
AGNESIA PEBRIANI SIMATUPANG
P07534015097
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2018
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN DEPARTMENT OF HEALTH ANALYSIS KTI, 1 JULY 2018 AGNESIA PEBRIANI SIMATUPANG PREVALENCE BASIL HEAT RESISTANCE IN TB PATIENTS IN PUSKESMAS HELVETIA DISTRICT MEDAN HELVETIA From Xi + 27 Pages, 2 image, 3 tables, 6 attachments
ABSTRACT
Tuberculosis (Pulmonary TB) Is An Infectious Disease Caused By Mycobacterium Tuberculosis Bacteria That Can Attack Lung Especially Lung Parenchyma And Also Can About Other Orgtans Like Meninges, Kidneys, Bones And Lymph Nodes. Typical Characteristics Of Mycobacterium Genus Are Hard To Be Colored When Carbol Fuchsin Has Absorbed, Then The Substance Is Sustained Even With Alcohol Acid. Therefore That Germ is Called As Acid Resistant Bacteria. Prevalence Is The Total Number Of TB Disease Cases That Occur On A TB Disease That Happens At A Certain Time In A Region
Research Objective Is To Know The Absence Of Prevalence Of Acid Resistant Basil In Pulmonary TB In Puskesmas Helvetia Medan Helvetia District. The Examination Method Which Is Performed By Ziehl Neelsen And The Reading Of Results By The IUALTD Scale (International Union Association Lung Tuberculosis Disiease). From the Results of Examination conducted on June 1 to June 9, 2018 With Population All Samples Sputum Pulmonary TB Patients At Puskesmas Helvetia District Helvetia. Of the 16 suspects there were 10 people with smear positive results. From Year 2016-2018 Happened Increase Of The Number Of Suspect And BTA + In Each Year.
Keywords : Pulmonary TB, Prevalence, BTA (Basil Tahanasam) Reading List : 18 (2002-2016)
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN KTI, 1 JULI 2018 AGNESIA PEBRIANI SIMATUPANG PREVALENSI BASIL TAHAN ASAM PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS HELVETIA KECAMATAN MEDAN HELVETIA Dari Xi + 27 Halaman, 2 gambar, 3 tabel, 6 lampiran
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) Paru Adalah Suatu Penyakit Menular Yang Disebabkan Oleh Basil Mycobacterium Tuberculosis Yang Dapat Menyerang Paru Terutama Parenkim Paru Dan Juga Dapat Mengenai Organ Lainnya Seperti Meninges, Ginjal, Tulang Dan Nodus Limfe. Ciri Khas Dari Genus Mycobacterium Ialah Sukar Diwarnai Apabila Carbol Fuchsin Sudah Menyerap, Maka Zat Warna Tetap Dipertahankan Walaupun Dengan Asam Alkohol . Oleh Karena Itu Kuman Ini Disebut Sebagai Bakteri Tahan Asam. Prevalensi Adalah Jumlah Keseluruhan Kasus Penyakit TB Yang Terjadi Pada Suatu Penyakit TB Yang Terjadi Pada Suatu Waktu Tertentu Disuatu Wilayah.
Tujuan Penelitian Adalah Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Prevalensi Basil Tahan Asam Pada Penderita TB Paru Di Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia . Metode Pemeriksaan Yang Dilakukan Adalah Pewarnaan Ziehl Neelsen Dan Pembacaan Hasil Dengan Skala IUALTD ( International Union Association Lung Tuberculosis Disiease).
Dari Hasil Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Tanggal 1 Juni s/d 9 Juni 2018 Dengan Populasi Semua Sampel Sputum Penderita TB Paru Di Puskesmas Helvetia Kecamatan Helvetia. Dari 16 suspek terdapat 10 orang dengan hasil BTA positip. Dari Tahun 2016-2018 Terjadi Kenaikan Dari Jumlah Suspek Dan BTA+ Di Setiap Tahunnya.
Kata Kunci : Tb Paru, Prevalensi, Bta (Basil Tahan Asam) Daftar Bacaan : 18 (2002-2016)
iii
KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Atas Kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa. Karena Atas Rahmat Dan Karunia-Nya Sehingga Penulis Dapat
Menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini Dengan Judul ― Prevalensi Basil Tahan
Asam Pada Penderita Tb Paru Di Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan
Helvetia”.
― Karya Tulis Ilmiah ― Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Jenjang Pendidikan Diploma III, Dengan Gelar Ahli Madya
Analis Kesehatan Di Politeknik kesehatan Kemenkes RI Jurusan Analis
Kesehatan Medan.
Akhir Kata Penulis Berharap Semoga Karya Tulis Ilmiah ini Bermanfaat
Bagi Penulis Dan Pembaca Sebagai Ilmu Tambahan Khususnya Kepada
Mahasiswa-Mahasiswi Analis Kesehatan Dibidang Mikrobiologi. Selesainya
Karya Tulis Ilmiah Ini, Perkenankan Saya Mengucapkan Terima Kasih Yang
Sebesar-Besarnya Kepada
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
2. Ibu Hj. Nelma, S.Si, M.Kes selaku Plt. Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Medan.
3. Ibu Dewi Setiyawati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Bapak Selamat Riadi, S.Si, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan
masukan dan perbaikan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini
5. Ibu Rosmayani, S.Si, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan perbaikan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Ayahanda alm. P.simatupang dan ibunda N. Siahaan, kaka dan abang
saya yaitu Rotua Lenni Marlina Simatupang, Alexander Simatupang dan
Almer Juandi Simatupang yang telah memberi pengorbanan baik berupa
motivasi, material dan moral keberhasilan adinda.
iv
7. Ibu Bertua Pangaribuan selaku kepala bagian TB Dots dan Ibu Elvi
Maharani Pohan dan Ibu Juniati Tarigan selaku petugas laboratorium
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia
8. Ibu Ice Ratnalela Siregar, S.Si, M.Kes selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu membimbing saya dari semester I sampai
sekarang dan seluruh staf pengajar dan pegawai Analis Kesehatan..
9. Teman – teman mahasiswa/i jurusan analis kesehatan politeknik
kesehatan kemenkes medan angkatan 2015.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan dan penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Kirannya Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Medan , Juni 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2 1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3 BAB II Tinjauan Pustaka 4 2.1. Tuberkulosis Paru 4 2.1.1. Epidemiologi 4 2.1.2. Etiologi 4 2.1.3. Patogenesis 4 2.1.4. Penularan Tuberkulosis dan Perjalanan Alamiah TB 5 2.1.5. Gejala Klinik 6 2.1.6. Diagnosis 7 2.2. Sputum 7 2.2.1. Definisi Sputum 7 2.2.2. Fisiologi Normal Sputum 7 2.2.3. Proses Terbentuknya Sputum 7 2.2.4. Pengumpulan Spesimen Dahak 8 2.2.5. Cara Pengambilan Dahak 8 2.2.6. Kriteria Kondisi Sputum Yang Baik 8 2.3. Mycobacterium 9 2.3.1. Definisi Mycobaterium 9 2.3.2. Mycobaterium Tuberculosis 9 2.3.3. Morfologi Mycobaterium 9 2.3.4. Patogenesis 9 2.3.5. Biakan Untuk Mycobaterium 10 2.4. Kerangka Konsep 11 2.5. Definisi Operasional 11 BAB III Metodologi Penelitian 12 3.1. Jenis Penelitian ` 12 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 12 3.2.1. Lokasi Penelitian 12 3.2.2. Waktu Penelitian 12 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 12 3.3.1. Populasi Penelitian 12
vi
3.3.2. Sampel Penelitian 12 3.4. Jenis Data dan Metode Penelitian 12 3.4.1. Alat 13 3.4.2. Bahan 13 3.4.3. Cara Penelitian 13 A. Cara Pengambilan Sampel 13 B. Pembuaan Sediaan 13 C. Pewarnaan dengan Ziehl Neelsen 14 D. Pembacaan Hasil dengan Skala IUATLD 14 3.5. Analisa Data 15 BAB IV Hasil dan Pembahasan 16 4.1. Hasil 16 4.2. Pembahasan 17 BAB V Simpulan dan Saran 21 5.1. simpulan 21 5.2. Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 22
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Mycobacterium tuberculosis 11
Gambar 2.4. Kerangka Konsep 9
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Suspek TB Paru Yang Berkunjung Ke Puskesmas Helvetia 16
Tabel 4.2. Suspek TB Paru yang berkunjung Ke Puskesmas Helvetia 17
Dengan Hasil BTA Positip.
Tabel 4.3. Prevalensi penderita TB paru 18
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearance
Lampiran 2 Laporan TB Paru tahun 2016 Puskesmas Helvetia.
Lampiran 3 Laporan TB Paru tahun 2017 Puskesmas Helvetia
Lampiran 4 Laporan TB Paru tahun 2018 Puskesmas Helvetia
Lampiran 5. Komposisi reagensia
Lampiran 6. Gambar reagensia Ziehl Neelsen
Lampiran 7. Tabel hasil BTA TB Paru
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit batuk menular yang disebabkan oleh
bakteri dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis (Depkes
RI, 2014).
Basil penyebab ini ditemukan pertama kali oleh seorang ilmuan Jerman
bernama Robert Koch pada tahun 1882. Lebih dari seratus tahun yang lalu hasil
penemuannya ini dilaporkan olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24
Maret 1882 juga (Tjandra, 2011).
Tuberkulosis (TB) merupakan maslah kesehatan masyarakat yang penting
didunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan bahwa Tuberkulosis sebagai (Global Emergency) (Direktur
Jendral Kesehatan RI, 2014).
Indonesia berada pada posisi ke Dua setelah India dalam kasus
Tuberkulosis (TB). Di Indonesia pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus
Tuberkulosis sebanyak 324.539 kasus meningkat pada tahun 2015 sebanyak
330.910 dan meningkat pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus Tuberkulosis
sebanyak ± 1.020.000 kasus (Provil Kesehatan Indonesia, 2017).
Di Sumatera Utara pada tahun 2016 terdapat jumlah kasus Tuberkulosis
sebanyak 11.771 kasus. Di Medan pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus
Tuberkulosis sebanyak 5.333 dan kasus meningkat pada tahun 2014 sebanyak
5.773 dan meningkat pada tahun 2015 sebanyak 6.421 dan meningkat pada
tahun 2016 sebanyak 7431. (Provil Kesehatan Indonesia, 2017).
Mycobacterium adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran
panjang 1-4 mikron dan lebarnya 0,3-0,6 mikron. Basil Tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 37ºC yang memang kebetulan sesuai dengan
tubuh manusia. Kalau dilihat struktur kimia tubuhnya Mycobactyerium terdiri dari
lemak dan protein (Tjandra, 2011)
Puskesmas Helvetia merupakan Puskesmas rawat inap yang terletak
dijalan Kemuning Perumnas Helvetia Kel Helvetia Kec Medan Helvetia.
Puskesmas ini memiliki 2 Puskesmas pembantu PUSTU yaitu Puskesmas
2
Pembantu Tanjung Gusta yang terletak dijalan Gaperta dan Puskesmas
Pembantu Dwikora yang terletak dijalan Setia Luhur. Puskesmas Helvetia adalah
Puskesmas yang terdiri dari 7 Kelurahan (Depianti, 2015).
Jumlah pasien penderita TB Paru khususnya diwilayah kerja Puskemas
Helvetia tahunh 2013 adalah sejumlah 797 orang dan meningkat pada tahun
2014 sejumlah 870 orang. Puskesmas Helvetia berada pada posisi kedua
setelah Marelan dalam kasus Tuberkulosis (Depianti, 2015).
Berrdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian pemeriksaan
basil tahan asam pada penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kel Helvetia
Kec Medan Helvetia Sumatera Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat Prevalensi basil tahan asam pada penderita TB Paru di
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia?.
1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi basil tahan asam pada penderita TB Paru
yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan
Helvetia.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk menentukan prevalensi basil tahan asam pada penderita TB Paru
yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Helvetia Medan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Memberikan informasi ataupun acuan tambahan bagi peneliti selanjutnya
yang berhubungan dengan basil tahan asam pada penderita TB Paru
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sumber referensi dan bahan masukan untuk
perkembangan ilmu kesehatan, khususnya pada bidang mikrobiologi
3
3. Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan dapat membantu klinisi kesehatan dalam menegakkan
dioagnosa pemeriksaan basil tahan asam pada penderita TB Paru.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis Paru
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebakan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bawah (Alsagaff, 2005)
2.1.1.Epidemiologi
Sumber utama penularan penyakit ini adalah sputum. Batuk dan meludah
akan menyebabkan kuman tuberculosis menular pada orang lain lewat udara.
WHO melaporkan 10-20 juta penderita didunia mempunyai kemampuan
menularkan penyakit tuberkulosis. Angka kematian karena tuberkulosis paru
sekitar 3 juta penderita tiap tahun, keadaan ini sebagian besar atau hampir 75%
didapatkan dinegara yang sedang berkembang dengan sosio- ekonomi yang
rendah ( Alsagaff, 2006) .
2.1.2. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri basil tahan asam memiliki
lebar 0,3- 0,6 µm dan panjang 1-4 µm. bakteri tuberkulosis bersifat aerob
obligant dan tidak berkapsul, berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung
dan tidak berspora (Tjandra, 2011).
2.1.3. Patogenesis
Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari
penderita TB kepada orang lain. (Edward, 2012)
Tuberkulosis paru terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Tuberkulosis Paru Primer
Tuberkulosis paru primer adalah keradangan paru yang disebabkan oleh
basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempuyai kekebalan
yang spesifik terhadap basil tersebut.
5
b. Tuberkulosis Paru Post- Primer
Banyak istilah yang dipergunakan seperti post primary tuberkulosis,
progressive tuberculosis, adulty type tuberculosis, phthysis dan lain-lain.
Infeksi dapat brasal dari :
1. Dari luar (eksogen ): infeksi ulang pada tubuh yang sudah menderita
tuberkulosis
2. Dari dalam (endogen ): infeksi berasal dari basil yang sudah berada
dalam tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya tenang
dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah :
1. Harus ada sumber infeksi
2. Jumlah basil sebagi penyebab infeksi harus cukup
3. Virulensi yang tinggi dari basil tuberkulosis
4. Daya tahan tubuh yang menurun ( Hood Alsagaff, 2005)
2.1.4. Penularan Tuberkulosis dan Perjalanan Alamiah Penyakit TB
Secara umum dapat dikatakan bahwa penularan penyakit tuberkulosis
tergantung dari beberapa factor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat
keganasan kuman itu, dan daya tahan tunuh yang tertulari.
Basil tuberkulosis dari dalam paru tidak hanya keluar ketika
penderitannya batuk saja. Basil ini juga dapat keluar bila penderitannya
bernyanyi, bersin atau bersiul . tidak semua orang yang menghisap basil
tuberkulosis akan menjadi sakit jika kiita punya daya tahan tubuh, walaupun kita
tidak sengaja menghisap basil tuberkulosis yang dibatukkan atau barang kali
disiulkan oleh penderitannya, kita belum tentu menjadi sakit. Kalau keadaan
kesehatan kita memang sedang buruk maka akibatnya daya tahan tubuh kita
juga buruk, sehingga kemungkinan terjadinya tentu lebih besar.
6
Gambar 2.1. perjalanan alamiah penyakit TB (Sumber Sulastri, 2011)
2.1.4. Gejala Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi 2 yaitu:
a) Gejala Respiratorik
Batuk lebih dari 3 minggu, batuk disertai dengan darah, dahak berwarna
kecoklatan terkadang tercampur dengan darah, sesak napas dan nyeri pada
dada. Gejala Respiratorik ini sangat bervariasi, dari mkulai tidak ada gejala cukup
berat tergntung dari luas lesi (Tjandra, 2002) .
b) Gejala Sistematik
Demam, menggigil, keringat malam, anoreksia, gangguan menstruasi dan
lemah badan. (Tjandra, 2002).
2.1.5. Diagnosis
Diagnosis Tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
(History taking) pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis akan di
tegakkan apabila pada pemeriksaan bakteriologik ditemukan mycobacterium
tuberculosis didalam sputum atau jaringan. Karena usaha untuk menemukan
bahwa terdapat basil TB didalam tubuh melalui pemeriksaan serologi (Alsagaff,
2005)
7
2.2. Sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus dan trakea dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata sputum yang
dipinjam langsung dari bahasa latin meludah disebut juga dahak (Kamus
Kesehatan, 2011).
2.2.1. Fisiologi Normal Sputum
Warna dari sputum sangat beragam jernih/ putih biasannya sangat sedikit
menunjukan sel peradangan. Kuning/hijau berhubungan dengan sel-sel nanah,
(sputum dapat purulen pada pneumonia virus, bronkitis virus). Hijau terang
berhubungan dengan pseudomonas. Sputum coklat, merah berhubungan
dengan darah, kerusakan dengan darah, kerusakan jaringan(Edward, 2012).
2.2.2. Proses Terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam
saluran napas setia[p hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme
pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan
abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi yang terjadi pada membran mukosa) menyebabkan proses pembersihan
tidak berjalan secara normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Sputum yang
dikeluarkan oleh pasien hendaknya dievaluasi warna,volume, dan konsistensinya
(PDPI, 2015).
2.2.3. Pengumpulan Spesimen Dahak
Sebelum mengeluarkan sputum, mintahlah pasien untuk berkumur
terlebih dahulu jika hanya sputum sewaktu saja yang dikehendaki, sputum
pagilah terbaiknya. Adakalanya diperlukan sampel kumpulan yaitu sampel 12 jam
atau 24 jam. Sputum sewaktu ditampung dalam wadah bermulut lebar seperti
cawan petri, botol bermulut lebar, harus dijaga agar jangan sampai wadah
tersebut dicemari bagian luarnya. Sputum harus tetap dianggap sebagai materi
yang infeksiusn (PDPI, 2015).
8
2.2.4. Cara Pengambilan Dahak
Cara pengambilan dahak 2 kali, setiap pagi 2 hari berturut-turut atau
dengan cara:
1. Sewaktu/spot (Dahak Sewaktu saat kunjungan)
2. Dahak Pagi (Keesokan harinya)
2.2.5. Kriteria Kondisi Sputum Yang Baik
Volume sputum 3-5ml, kondisi soutum untuk npemeriksaan laboratorium
yang baik mengandung beberapa partikel dan sedikit kental danberlendir.
Kadang-kadang bernanah dan berwarna hijau kekuningan (PDPI, 2015).
Kondisi sputum yang baik:
a. Purulen yaitu kondisi sputum yang dalam keadaan kental dan lengket
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna
kuning kehijauaan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptitis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah .
e. Saliva yaitu air liur (PDPI, 2008).
2.3. Mycobacterium
Mycobacterium adalah genus actinobacteria, diberikan keluarga sendiri,
mycobacteriaceae. Lebih dari 190 spesies diakui dalam genus ini. Genus ini
termasuk patogen yang diketahui menyebabkan penyakit serius pada mamalia,
termasuk tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) dan lepra (Mycobacterium
leprae) (Soedarto, 2015).
2.3.1. Mycobacterium Tuberkulosis
Kelas : Scizomycetes
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium Tuberculosis
9
Gambar 2.2. Mycobacterium Tuberculosis
(sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+mycobacterium+tuberculosis&client)
2.3.2. Morfologi Mycobacterium
Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri berbentuk batang lurus atau
agak melengkung dengan ujung membulat tidak bergerak tidak membentuk
kapsul dan tidak membentuk spora ukuran bakteri ini adalah 2-4µm panjang dan
0,2-0,5µm lebar (Soedarto, 2015)
2.3.3. Patogenesis
TerjadinyainfeksikumanMycobacterium tuberculosis melaluiinhalasi
droplet nuclei berdiameter ≤25µm ketikapasien yang terinfeksibatuk, bersin, atau
berbicara droplet akan menguap dan meninggalkan organisme yang cukup kecil
untuk terdeposit didalam alveoli, system imun pejamu akan merespon dengan
mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan makrofag
(Jawetz, 2014)
2.3.4. BiakanuntukMycobacterium
Media untuk membiakan mycobacterium adalah media non selektif dan
media selektif .Media selektif berisi antibiotic untuk mencegah pertumbuhan
kontaminan bakteri dan fungsi berlebih.
Ada formulasi umum yang dapat digunakan untuk media selektif dan non selektif
yaitu:
a. Media Agar Semi Sintetik ( Middlebrook 7H10 dan 7H11)
Media iniberisigaramtertentu, vitamin, kofaktor, asamoleat, albumin,
katalase, gliserol, glukosa, dan malachite green: medium 7H11
10
berisikaseinhidroksilt. Albumin menetralkan toksin dan menghambat
pengaruh asam lemak dalam specimen atau medium. Inokulen yang luas
membuat media ini lebih sensitive dari pada media lain untuk isolasi
primer dari Mycobacterium. Media agar semi sintetik digunakan untuk
mengamati morfologi koloni, test kerentanan dan dengan menambah
antibiotic berfungsi sebagai media selektif (Jawetz, 2014).
b. Media TelurInspirasi ( Lowenstein – Jensen)
Media ini berisi garam tertentu gliserol, dan substansi organic
kompleks ( yaitu telur segar atau kuning telur, tepung kentang dan
bahan-bahan lain dengan komposisi yang bervariasi). Malachite green
dimasukkan untuk menghambat bakteri lain. Ini kulan kecil dalam
specimen dari pasien akan tumbuh pada media ini selama 3-6 minggu.
Jika media ini ditambahkan dengan antibiotic dapat digunakan sebagai
media selktif (Jawetz, 2014).
c. Media Kaldu ( Niddlebrook 7H9 dan 7H12)
Media ini mendukung poliferasi inokulan kecil biasannya mikrobakteria
tumbuh dalam rumpun atau massa karena sifat hidrofolik dari permukaan
sel. Jika tween (Ester larut air dan massa lemak ) ditambah dalam media
cair. Pertumbuhan sering kali lebih cepat dari pada media kompleks
(Jawetz, 2014)
2.4. KerangkaKonsep
Variabel Dependent
Prevalensi Basil
TahanAsam
Variabel Independent
Penderita TB Paru
11
2.5. DefinisiOperasional
1. TuberkulosisParuadalahsuatupenyakitradangparenkimparu yang
disebabkanolehinfeksikumanMycobacterium tuberculosis.
2. Prevalensiyaitupeningkatanpopulasidalamsuatukejadianataupenyakitdala
mjangkawaktutertentu.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian bersifat Deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi
Basil Tahan Asam positif dari penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Helvetia Kecamatan
Medan Helvetia, Jalan Kemuning – Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Mei s/d Juli 2018 dimulai
dari penelusuran pustaka sampai penulisan laporan hasil penelitian.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien
penderita TB Paruyang datang ke Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan
Helvetia untuk melakukan pemeriksaan BTA.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel yang dianalisa dalam penelitian adalah semua populasi sampel
pasien penderita TB Paru yang menjalani pemeriksaan di Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia.
13
3.4. Jenis Data dan Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data Primer yang diperoleh dengan
melakukan penelitian pada penderita TB Paru.
3.4.1. Alat
Mikroskop, Lampu Spiritus, Pot Sputum, Objek Glass, Spidol, Rak
Pengecat, Rak Pengering, Tusuk Gigi.
3.4.2. Bahan
Sputum penderita TB Paru, Carbol fuchsin, HCl 3%, Alkohol 95%,
Methylen Blue dan Imersi Oil.
3.4.3. Cara Penelitian
A. Cara Pengambilan Sampel
1. Beri label pada dinding pot yang sudah diberi identitas, berikan pada
pasien
2. Minta pasien membatukkan dahaknya kedalam pot, bila susah anjurkan
pasien untuk berlari-lari kecil, kemudian tarik nafas dalam beberapa
kali, bila terasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu
dibatukkan
3. Pengambilan sputum dilakukan sebanyak 3 kali Sewaktu Pagi Sewaktu
(SPS)
4. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan saat pasien suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Dan pada saat pulang pasien suspek TB
diberi pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada hari kedua.
5. P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur dengan kumur-kumur terlebih dahulu. Pot
dibawa dan diserahkan langsung kepada petugas di Puskesmas.
14
B. Pembuatan Sediaan
1. Berikan label pada objek glass sama dengan pada pot dahak pasien
2. Ambil sedikit dahak yang purulent dengan menggunakan tangkai lidi
3. Oleskan dahak secara merata pada objek glass dengan gerakan spiral
kecil dari dalam keluar, dengan ukuran 2x3 cm
4. Keringkan sediaan diudara terbuka, fiksasi sebanyak 3 kali (Widyasari,
2006).
C. Pewarnaan dengan Metode Ziehl Neelsn
1. Sediaan yang telah difiksasi tetesi dengan larutan carbol fuchsin 3%
sampai menutupi seluruh permukaan sediaan dahak
2. Panaskan jangan sampai mendidih, biarkan selama 3-5 menit
3. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna merah
bebas terbuang
4. Lunturkan dengan HCl-alkohol 3%, biarkan selama 5 menit sampai
tidak tampak warna merah lagi di atas sediaan, lalu bilas dengan air
mengalir
5. Genangi sebuah permukaan sediaan dengan larutan methylen blue,
biarkan selama 1-2 menit, bilas dengan air mengalir pelan lalu
keringkan. 6. Tetesi dengan Imersil oil
7. Periksa di bawah mikroskop dengan objektif pembesaran 100 kali
(Lindawati, 2015).
D. Pembacaan Hasil dengan Menggunakan Skala International
Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATID)
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang disebut negatif
15
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan (scanty)
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut + atau
(1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut ++ atau 2
minimal dibaca 50 lapangan pandang
5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapangan pandang, disebut +++ atau
(3+), minimal dibaca 20 lapangan pandang (Widyasari, 2017).
Pemeriksaan sputum secara mikroskopis merupakan pemeriksaan yang
paling efisien, mudah dan murah, dibandingkan secara kultur, dimana BTA dapat
segera ditemukan bila memang ada dalam sediaan (Widyasari, 2107)
3.5. Analisa Data
Hasil dari penelitian ini akan dianalisa menggunakan analisa Deskriptif
untuk mengetahui pemeriksaan basil tahan asam pada suspek TB Paru.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.I. HASIL
Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia terhadap penderita TB Paru yang berkunjung ke
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia pada tanggal 1 Juni s/d 9 Juni
2018 sebagai berikut:
Dari 16 suspek TB Paru terdapat 10 sampel dengan hasil pemeriksaan
positip.
TABEL 4.1.Suspek TB Paru Yang Berkunjung Ke Puskesmas Helvetia
No. Umur (Tahun) Jenis Kelamin hasil sputum BTA
1 42 L +1 2 21 L +1 3 36 Pr +1 4 18 L +1 5 36 L +1 6 42 L +1 7 48 L +1 8 22 Pr +1 9 24 L +1 10 48 L +1 11 23 Pr - 12 43 Pr - 13 50 L - 14 30 Pr - 15 45 Pr - 16 54 Pr -
17
TABEL 4.2. Suspek TB Paru Yang Berkunjung Ke Puskesmas Helvetia Dengan Hasil BTA Positip
No. Umur (Tahun) Jenis Kelamin hasil sputum BTA
1 42 L +1 2 21 L +1 3 36 Pr +1 4 18 L +1 5 36 L +1 6 42 L +1 7 48 L +1 8 22 Pr +1 9 24 L +1 10 48 L +1
4.2. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitiani basil tahan asam pada penderita TB Paru di
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia yang dimulai sejak tanggal 1-9
Juni 2018. Dari 16 suspek terdapat 10 orang dengan hasil BTA positip. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menyikapi masalah
yang akan timbul ketika mereka lalai untuk segera melakukan pengobatan TB di
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Namun setelah keadaan
semakin parah barulah mereka memeriksakan kesehatannya seperti
pemeriksaan sputum yang dianjurkan oleh dokter pada petugas laboratorium
Puskesmas setempat. Tindakan ini merupakan masalah bagi orang itu sendiri,
karena penderita dapat menularkan penyakit ini kepada siapa saja yang kontak
dengannya ataupun terhadap lingkungan dimana penderita tinggal.
Dari hasil pemeriksaan basil tahan asam pada penderita TB Paru di
Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia ditemukan jumlah penderita
laki-laki cenderung lebih besar dari pada perempuan, mencapai 62,5%. Dari hasil
18
jumlah penderita TB Paru yang ditemukan pada saat penelitian. Dan data yang
didapat dari hasil survei pada tabel 4.6. didapati kecenderungan laki-laki lebih
rentan terhadap faktor resiko TB.
Dan terjadi peningkatan prevalensi penderita TB Paru setiap tahunnya di
puskesmas Helvetia.
Tabel 4.3. Prevalensi penderita TB Paru setiap tahunnya
Tahun perempuan % Laki-laki %
2016 73 40% 111 60,32%
2017 82 37,44% 137 63%
2018 26 38,23% 42 62%
Menurut (Hudoyo, 2012) jumlah penderita laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang tampilan kelainan
radiologik. Pada orang dewasa yang menyatakan bahwa laki-laki mempunyai
kecenderungan lebih rentan terhadap faktor resiko TB Paru. Hal tersebut di
mungkinkan karena laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas sehingga lebih
sering terpapar oleh penyebab penyakit ini.
Berdasarkan laporan dari sub direktorat TB Depkes RI tahun 2009,
menyatakan bahwa infeksi TB sebagian besar diderita oleh masyarakat yang
berada dalam produktif (15-55 tahun). Data yang dikeluarkan oleh Depkes RI
2008 juga menunjukan bahwa 75% penderita TB Paru berada pada kelompok
usia produktif (15-50 tahun). Dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah kondisi
tersebut tentu saja akan sangat berdampak pada perekonomian keluarga,
masyarakat dan Negara. Selain merugikan secara ekonomis TB juga
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.
Menurut (Astuti, 2008) kaum lelaki lebih rentan terhadap penyakit ini Dari
data Departemen Kesehatan, tahun 2005 pria yang menderita TB paru berjumlah
93.114 orang—hampir 60 persen penderita TB paru di seluruh Indonesia. Laki-laki
penderita TB di kelompok usia produktif hampir 21.000 orang, sementara penderita
perempuan 16.000 orang. Hampir di seluruh kelompok usia yang terdata, laki-laki
19
mendominasi jumlah penderita TB, Jumlah penderita pria yang lebih banyak diduga
disebabkan Mobilitas dan aktivitasnya yang lebih tinggi dari pada perempuan
Menurut (Maharani, 2015) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama
mengatakan, salah satu hal yang bisa membangkitkan kuman TB adalah merokok.
"Sebanyak 20 persen TB berhubungan dengan rokok. Perokok dua sampai tiga kali
lebih sering sakit kalau sudah TB laten. Menurut penelitian, orang perokok TB jadi
lebih sering kambuh," kata Tjandra beberapa waktu lalu di Jakarta. Guru Besar Ilmu
Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan, perokok pun lebih
rentan tertular TB. Ia menjelaskan, racun-racun dalam asap rokok dapat merusak
paru-paru manusia dan menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, tubuh tak dapat
menangkal kuman TB dan mengaktifkan kuman TB laten. Pasien TB pun harus
berhenti merokok. Jika tidak, TB akan sulit disembuhkan atau menjadi penyakit yang
lebih parah.
20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 1s/d 9 Juni dengan
populasi semua sampel sputum penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia. Dari 16 suspek terdapat 10 orang dengan hasil BTA
positip..
5.2. SARAN
1. Kepada penderita TB Paru dengan hasil BTA positip di Puskesmas
Helvetia Kecamtan Medan Helvetia agar selalu melakukan pengobatan
secara teratur selama 6 bulan untuk kesembuhan dan mencegah lebih
banyaknya penularan TB Paru
2. Kepada pengelola program TB Paru di Puskesmas Helvetia Kecamtan
Medan Helvetia agar berkordinasi dengan para dokter untuk selalu
mengingatkan penderita TB Paru mengonsumsi obat secara rutin selama
enam bulan dan lebih meningkatkan penyuluhan agar penjaringan
penderita lebih di pantau dengan baik dan dapat ditangani dengan
segera.
3. Kepada Analis Kesehatan, khususnya yang bertugas dilaboratorium
Puskesmas Helvetia untuk lebih memperhatikan bentuk sampel sputum
yang di terima dari penderita TB Paru, lebih teliti dengan penggunaan
alat-alat pada saat melakukan pemeriksaan agar tidak terjadi kesalahan
pada saat pembacaan hasil.
21
DAFTAR PUSTAKA Aditama, TY. 2002. Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya. Ikatan
Dokter Indonesia (IDI): Jakarta. Aditama, TY. 2011. Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangannya.
Universitas Indonesia: Jakarta. Alsagaff, Hood., Mukty, HA.2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
Universitas Press: Surabaya. Departemen/ SMF Mikrobiologi Klinik. 2015. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada
Penyakit Infeksi. Agung Seto: Jakarta. Direktur Jendral Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Edward, MR. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. PT Indeks: Jakarta. Gillespie. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Erlangga: Jakarta.
Jawetz, Melnick., Adelberg’s. 2014. Mikrobiologi Kedeokteran. Buku Kedokteran
(EGC): Jakarta. Kumala, Widyasari. 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Universitas
Trisakti: Jakarta. PDPI. 2008. Gambaran Makroskopik Sputum: Jakarta. PDPI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan TB di Indonesia. Persatuan Dokter Paru
Indonesia: Jakarta. PDPI. Pedoman Daignosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia:
Jakarta. Profil Depkes RI 2014. Persatuan Dokter Paru Indonesia: Jakarta. Profil Kesehatan Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. 2015. Simarmata, Depianti. 2015. Hubungan Peran Perawat Terhadap Pencegahan
Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga di Puskesmas Helvetia Medan. Universitas Sari Mutiara. Hal 10.
Widyasari, Kumala. 2009. Mikologi Dasar Kedokteran. Universitas Trisakti: Jakarta.
Widyastuti, Sri. 2012. Modul Pelatihan Pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB.
Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
22
LAMPIRAN 1
Laporan TB Paru tahun 2016 Puskesmas Helvetia.
No. Bulan Jumlah Kasus TB MDR TB Anak
Suspek BTA + (0-14THN)
1 Januari 79 14 1 1
2 Pebruari 79 16 0 3
3 Maret 83 14 1 3
4 April 93 18 1 0
5 Mei 94 10 1 2
6 Juni 88 17 6 1
7 Juli 84 17 1 1
8 Agustus 123 14 0 0
9 September 139 15 1 0
10 Oktober 128 20 0 0
11 Nopember 101 14 3 1
12 Desember 115 15 0 0
Jumlah 1206 184 15 12
23
LAMPIRAN 2
Laporan Tahun 2017 Puskesmas Helvetia
No. Bulan Jumlah Kasus TB MDR TB Anak
Suspek BTA + (0-14THN)
1 Januari 114 36 3 4
2 Pebruari 146 17 2 0
3 Maret 118 11 1 0
4 April 108 15 2 1
5 Mei 97 14 0 0
6 Juni 72 16 1 1
7 Juli 145 16 4 0
8 Agustus 206 22 1 0
9 September 126 14 0 0
10 Oktober 278 29 0 2
11 Nopember 104 16 0 1
12 Desember 66 13 0 0
Jumlah 1580 219 14 9
24
LAMPIRAN 3
Laporan Tahun 2018 Puskesmas Helvetia
No. Bulan Jumlah Kasus TB MDR TB Anak
Suspek BTA + (0-14THN)
1 Januari 67 17 0 0
2 Pebruari 56 12 0 0
3 Maret 81 17 1 1
4 April 50 10 1 0
5 Mei 52 12 0 0
6 Juni - - - -
7 Juli - - - -
8 Agustus - - - -
9 September - - - -
10 Oktober - - - -
11 Nopember - - - -
12 Desember - - - -
Jumlah 306 68 2 1
25
LAMPIRAN 4
Komposisi Reagensia
1. Karbol Fuchsin 1 %
a) Basil Fuchsin 1 gram
b) Alkohol 95% sebanyak 10 ml
c) Aquades 85 ml
d) Fenol 5 ml
2. HCL Alkohol 3%
a) Alcohol 95% sebanyak 97 ml
b) HCL pekat 3 ml
3. Metilen Biru
a) Metilen biru 0.1 gram
b) Aquades 100 ml
26
LAMPIRAN 5
Gambar Reagensia Ziehl Neelsen
Gambaran Mikroskopik Bakteri Basil Tahan Asam
27
LAMPIRAN 6
Tabel Hasil Bta Tb Paru
No. Umur (Tahun) Jenis Kelamin Hasil
Sputum
BTA
1 42 L +1
2 21 L +1
3 36 Pr +1
4 18 L +1
5 36 L +1
6 42 L +1
7 48 L +1
8 22 Pr +1
9 24 L +1
10 48 L +1
11 23 Pr -
12 43 Pr -
13 50 L -
14 30 Pr -
15 45 Pr -
16 54 Pr -
1
1
2
3
JADWAL PENELITIAN
NO JADWAL
BULAN
M
A
R
E
T
A
P
R
I
L
M
E
I
J
U
N
I
J
U
L
I
A
G
U
S
T
U
S
1 PenelusuranPustaka
2 PengajuanJudul KTI
3 KonsultasiJudul
4 KonsultasidenganPembimbing
5 Penulisan Proposal
6 Ujian Proposal
7 PelaksanaanPenelitian
8 PenulisanLaporan KTI
9 Ujian KTI
10 Perbaikan KTI
11 Yudisium
12 Wisuda
4
5