96
PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL NEELSEN) DENGAN PENAMBAHAN BLEACH 1% PADA SPESIMEN SPUTUM Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH Bima Adi Wiryo NIM: 11151030000016 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1440 M

PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA

TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL NEELSEN) DENGAN

PENAMBAHAN BLEACH 1% PADA SPESIMEN SPUTUM

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH

Bima Adi Wiryo

NIM: 11151030000016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1440 M

Page 2: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA

TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL NEELSEN) DENGAN

PENAMBAHAN BLEACH 1% PADA SPESIMEN SPUTUM

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH

Bima Adi Wiryo

NIM: 11151030000016

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 3: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

UTN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber y?.ilg saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

rnenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tsima adirWiryo

Page 4: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA

TEKNTK KOIIVENSIONAL (ZTEIJL NEELSEI9 DENGAN

PENAMBAHAN BLEACH 1% PADA SPESIMEN SPUTUM

Laporan Penelitian

diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sadana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Bima Adi Wirvo

NIM: 11151030000016

Pembimbing I

dr. Erike Anggraini S,M.Pd Sp.MKNIP. 19810926 201101 2 007

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D.NIP. 1 9770 1022005012007

FAKULTAS KEDOKTERAN

T]NTVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIT HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M fi439 H

111

Page 5: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM(BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEIJL NEELSEI\T) DENGANPENAMBAHAN BLEACH 1% PADA SPESIMEN SPUTUM yang diajukan olehBima Adi Wiryo (NIM 11151030000016), telah diujikan dalam sidang di FakultasKedokteran pada Oktober 2018. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satusyarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.

Ciputat, 26 Oktober 201 8

DEWAN PENGUJIKetua Sidang

dr. Erike Anggraini S,M.Pd Sp.MKNrP. 19810926 20rt0r 2 007

Pembimbing I PembimbinstrI

dr. Erike Anggraini S,M.Pd Sp.M KNrP. 1981092620rt0r 2 007

Penguji I

NIP. 1 9690 9 | 520080 12022

PIMPINAN FAKULTASDekan Fakultas Kedokteran

Ph.D.,

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D.

NIP. 1 9770 1 02200 s0 12007

Penguji II

NrP. 1 9830 1242411 0 1 2009

PIMPTNAN PRODIKepala Prodi Fakultas Kedokteran

dr. Achmad Zaki,M. Epid, SpOT

NrP. 19780507 200501 I 005

Sp.PD-KEMD.1 003200312

w

Page 6: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya.

Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT selaku Kepala Prodi FK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd Sp.MK dan dr. Siti Nur Aisyah

Jauharoh, Ph.D. selaku pembimbing I dan pembimbing II saya yang

senantiasa memberi arahan, nasihat, dan bantuan dalam penyusunan

penelitian ini.

4. Ayahanda Budi Trikarso dan Ibunda Ade Laela Rizkya, kedua orang tua

saya yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasihnya, serta memberi

semangat dan doa untuk kebaikan saya dalam menjalani pendidikan dan

keseharian saya hingga saat ini. Adik kandung tersayang Nabilla Maharani

yang selalu menaburkan kebahagiaan dan keceriaan dalam keseharian saya.

Terima kasih atas kebaikan tanpa mengenal pamrih yang selalu diberikan

kepada saya sampai kapan pun.

5. dr. Flory Ratnasari, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPKD

2015, bu Yuliati, M. Biomed selaku PJ laboratorium Mikrobiologi.

6. Teman-teman kelompok riset saya, Sarwan, Rafi, dan Eneng yang berjuang

bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman 24/7 saya Raka Dhaneswara, Ahmad Zahid, Bintang Aditya dan

Aridanto yang senantiasa mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan

supporting system ketika semangat turun untuk mengerjakan penelitian ini.

Page 7: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

vi

8. Teman-teman angkatan saya Arrafie yang senantiasa memberi dukungan

dan motivasi.

9. Mbak Novi selaku laboran Mikrobiologi. Mas irul selaku OB laboratorium

Mikrobiologi yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan penelitian.

10. Teman yang berjasa dalam persidangan saya yaitu Rahman yang memberi

dukungan sebelum persidangan.

11. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi dalam

penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya

harapkan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak

manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, Agustus 2018

Penulis

Page 8: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

vii

ABSTRAK

Bima Adi Wiryo. Fakultas Kedokteran. Perbandingan Skor Basil Tahan Asam (BTA) Antara Teknik Konvensional (Ziehl Neelsen) Dengan Penambahan Bleach 1% Pada Spesimen Sputum. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia. Apusan mikroskopi langsung untuk basil tahan asam (BTA) tetap merupakan metode umum untuk diagnosis laboratorium tuberkulosis paru. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan skor basil tahan asam (BTA) antara tekhnik konvensional (Ziehl Neelsen) dengan penambahan bleach 1%. Metode. Menggunakan desain penelitian yang digunakan adalah uji komparatif kategorik secara kuantitatif yaitu Skor BTA. Sampel yang digunakan adalah 40 spesimen sputum pasien dengan diagnosis Tuberkulosis di Puskesmas Kali Baru, Bekasi yang diwarna dengan Teknik Konvensional (Ziehl Neelsen) dan Konvensional yang ditambahkan bleach 1%. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat (distribusi frekuensi), dan analisis bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil dan Kesimpulan. Dari hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Friedman terdapat 5% skor negatif, 15% scanty, 62,5% positif 1 (+1), dan 17,5% positif 2 (+2) dengan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional (p = 0,007). Ditemukan juga penggunaan bleach 1% dapat meningkatkan kualitas pewarnaan menjadi lebih akurat, efektif, bersih dan jernih, dan lebih aman bagi pemeriksa. Kata kunci : pewarnaan BTA konvensional, bleach, skor BTA

Page 9: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

viii

ABSTRACT

Bima Adi Wiryo. Medical School. Comparison of Acid Resistant Basil Scores (AFB score) Between Conventional Techniques (Ziehl Neelsen) With 1% Bleach Addition to Sputum Specimens..

Background. Tuberculosis (TB) is still a world health problem. Direct microscopy for acid fast bacilli (AFB) remains a common method for laboratory diagnosis of pulmonary tuberculosis. Aim. This study aims to compare the acid fast bacilli (AFB) scores between conventional techniques (Ziehl Neelsen) with the addition of 1% bleach. Method. Using the research design used is a quantitative categorical comparative test, namely BTA Score. The samples used were 40 sputum specimens of patients with a diagnosis of Tuberculosis at Kali Baru Health Center, colored Bekasi with conventional techniques (Ziehl Neelsen) and conventional added 1% bleach. Data analysis was performed by univariate analysis (frequency distribution), and bivariate analysis with Chi-Square test. Results and Conclusions. From the results of bivariate analysis using Friedman statistical test there are 5% negative scores, 15% scanty, 62.5% positive 1 (+1), and 17.5% positive 2 (+2) with 1% bleach compared to conventional (p = 0.007). Also found the use of 1% bleach can improve the quality of staining to be more accurate, effective, clean and clear, and safer for the examiner. Keyword : conventional smear coloring, bleach, smear scores

Page 10: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………. v

ABSTRAK…………………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xiii

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….... 3

1.3 Hipotesis..............………………………………………………………. 4

1.4 Tujuan Penelitian................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………... .. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..... 6

2.1 Landasan Teori.......................................……………....…………........ 6

2.1.1 Mycobacterium Tuberculosis…………………………………. 7

2.1.2 Sifat Pertumbuhan Mycobacterium Tuberculosis.……………. 8

2.1.3 Struktur Antigen......................................................................... 9

2.1.4 Epidemiologi..............................................................................10

2.1.5 Klasifikasi Tuberkulosis.............................................................11

2.1.6 Gejala Klinis Tuberkulosis.........................................................15

2.1.7 Diagnosis Tuberkulosis..............................................................16

2.1.8 Patogenesis Tuberkulosis dan Cara Penlunaran........................ 22

Page 11: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

x

2.1.9 Faktor-fkator yang berhubungan dengan kejadian TB..............23

2.1.10 Cara Penularan Tuberkulosis...................................................25

2.1.11 Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)…..................................25

2.1.12 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis……………………………...32

2.1.13 Sodium Hipoklorit (Bleach).....................................................35

2.2 Kerangka Teori.......………....................................................................41

2.3 Kerangka Konsep....................…………………………………………42

2.4 Definisi Operasional...............................................................................44

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………. 44

3.1 Desain Penelitian……………………………………………………… 44

3.2 Waktu dan Tempat Pewarnaan BTA………………………………….. 44

3.3 Populasi dan Sampel………………………………………………….. 44

3.3.1 Kriteria Sampel...........................................................................44

3.4 Identifikasi Variabel................................................................................46

3.4.1 variabel Terikat……….........………………………………….46

3..2 Variabel Bebas………………………………………………….46

3.5 Cara Kerja Penelitian………………………………………….............46

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel………………………………….46

3.5.2 Persiapan Alat dan Bahan……………………………………..48

3.5.3 Alat dan Bahan Pewarnaan BTA...............................................48

3.5.4 Pembuatan Larutan bleach......................…………..………… 51

3.5.5 Pembuatan Preparat Konvensional............................................. 52

3.5.6 Pembuatan Preparat bleach 1 %…………………….………… 54

3.5.7 Pewarnaan BTA Ziehl-Neelsen...................................................54

3.5.8 Pembacaan Sediaan Apus...........................................................55

3.6 Alur Penelitian………………………………………………………… 57

3.7 Manajemen Data………………………………………………………. 58

3.7.1 Pengumpulan Data......................................................................58

3.7.2 Pengolahan Data.........................................................................58

3.7.3 Analisis Data ..............................................................................58

Page 12: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….….60

4.1 Analisis Univariat............................................………………............... 60

4.2 Persentasi Hasil Skor BTA .....................…………………………....... 61

4.3 Analsis Bivariat..................……………………………………….........62

4.4 Pembahasan...........……………………………………………………. 64

4.4.1 Hasil Akurat dan Efektif.............................................................66

4.4.2 Keamanan ..................................................................................67

4.4.3 Kualitas Pewarnaan yang lebih bersih dan jernih.......................68

4.5 Keterbatasan Penelitian………………………………………………...69

4.6 Aspek Keislaman...........……………………………………………......69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….....72

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 72

5.2 Saran………………………………………………………………...... 72

BAB VI KERJASAMA PENELITIAN…………………………………….......73

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......74

LAMPIRAN 1……………………………………………………………….......79

LAMPIRAN 2………………………………………………………………….. 80

LAMPIRAN 3………………………………………………………………….. 81

Page 13: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah BTA, dan kemungkinan mendapatkan hasil positif ....................19

Tabel 2.2 Interpretasi hasil pemeriksaan TB paru...................................................20

Tabel 2.3 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis TB paru berdasarkan skala

IUATLD.................................................................................................................20

Tabel 2.4 Perbedaan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan Tan Thiam Hok (Kinyoun-

Gabet).....................................................................................................................27

Tabel 2.5 Spesimen dahak yang berkualitas baik....................................................30

Tabel 2.6 Ukuran sediaan dahak.............................................................................31

Tabel 2.7 Kerataan spesimen..................................................................................32

Tabel 2.8 Berbagai macam pemerikaan khusus TB………………………………34

Tabel 2.9 Penggunaan Hipoklorit di Puskesmas………………………………….39

Tabel 2.10 Definisi Operasional.............................................................................43

Tabel 3.1 Alat-alat pewarnaan BTA.......................................................................48

Tabel 3.2 Bahan Pewarnaan BTA...........................................................................49

Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel.............................................................62

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil skor BTA.......................................................61

Tabel 4.3 Hasil uji chi-square skor BTA konvensional dengan Bleach 1%..........63

Page 14: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan organ......................................13

Gambar 2.2 Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan tipe penderita.........................14

Gambar 2.3 Skema Alur Diagnosis TB Dewasa……………………..…………..22

Gambar 2.4 Jenis-jenis sputum..............................................................................27

Gambar 2.5 Skema skala laba-laba .......................................................................28

Gambar 2.6 Tuberkulosis bewarna merah dapat tersusun tunggal atau

berkelompok...........................................................................................................29

Gambar 2.7 Pewarnaan BTA yang terdapat endapan kristal dan sisa zat warna…29

Gambar 2.8. Kualitas background pewarnaan BTA...............................................30

Gambar 2.9 Pembentukan asam hipoklorus (HOCL) dalam larutan alkali

membentuk hipoklorit ............................................................................................36

Gambar 2.10 Rumus Molekul NaOCL (Sodium Hipoklorit)..................................36

Gambar 2.11 Reaksi Klorin dengan natrium hidroksida.........................................36

Gambar 2.12 Proses Manufaktur NaOCL (Sodium Hipoklorit)………………….37

Gambar 2.14 Alur Kerangka Teori……………………….....................................41

Gambar 2.15 Alur Kerangka Konsep......................................................................42

Gambar 3.1 Bentuk preparat...................................................................................52

Gambar 3.2 Proses Pengambilan Sputum..............................................................53

Gambar 3.3 Cara pembuatan preparat....................................................................53

Gambar 3.4 Alur Pembacaan Preparat....................................................................55

Gambar 3.5 Alur Penelitian....................................................................................57

Gambar 4.1 Hasil kualitas pewarnaan BTA bleach dan konvensional..................70

Page 15: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

xiv

DAFTAR SINGKATAN

IUALTD = International Union Against Tuberculosis and lung Tuberculosis

TB = Tuberkulosis

BTA = Bakteri Tahan Asam

WHO = World Helath Organization

MDR-TB = Multidrugs Resistance Tuberkulosis

LMI = leucocyte Migration Inhibition

NTM = Non Tuberculosis Mycobacterium

DOTS = Directly Observed Treatment, Short-Course

MDG'S = Millenium Development Goals’s

ICSB = International Commite on Systematic Bacterilogical

BCG = Bacille Calmette Guerin

LQAS = Lot Quality Assurance Sampling

MOTT = Mycobacterium Other Than Tuberculosis

PCR = Polymerase Chain Reaction

LED = Laju Endap Darah

IGRA = Interferon Gamma Release Assay

ELISA = Enzym linked immunosorbent assay

ICT =Immunochromatographic Tuberculosis

PAP = Uji peroksidase anti peroksidase

ADA = Uji Adenosine Deaminase

Page 16: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Penulis …………………………………………………. 79

Lampiran 2 Tabel Data Pasien………………………………………………… 80

Lampiran 3 Hasil Pengolahan SPSS....................…………………………… 81

Page 17: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada tahun 2015, Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sudah

membunuh 1,8 juta orang dari sekitar 10,4 juta orang penderita TB dan diperkirakan

480.000 orang Multidrug-resistant TB (MDR-TB). Penyakit TB merupakan

masalah yang besar bagi negara berkembang seperti Indonesia, India, China,

Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan yang termasuk dalam 6 negara dengan

penderita TB mencapai 60% dalam populasi. Tujuh puluh liman persen penderita

TB tersebut adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) yang kehilangan rata-

rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan

tahunan rumah tangga sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan

kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB

juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan

oleh masyarakat. Diperkirakan 49 juta orang telah sembuh dan selamat karena

keberhasilan diagnosis dan pengobatan TB dari tahun 2000-2015.1,2

Mycobacterium Tuberculosis (Mtb) adalah agen etiologi Tuberkulosis (TB).

Bakteri ini dapat menginfeksi banyak bagian tubuh manusia, terutama sistem

pernapasan. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) telah

mengadaptasi Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, dengan

membentuk program "The End TB Strategy" sejak 2015. Program ini harus

dilaksanakan oleh setiap negara di seluruh dunia, dan memiliki tujuan untuk

mengurangi hingga 90 % mortalitas dan kejadian TB hingga 80% dibandingkan

dengan tahun 2015.3 Bakteri Tuberkulosis merupakan bakteri tahan asam. Bakteri

tahan asam merupakan bakteri yang mempertahankan senyawa warna karbol

fuchsin (fuchsin yang dilarutkan dalam campuran alkohol/air) walaupun sudah

dicuci dengan asam alkohol dan untuk mendeteksi bakterinya diberi lagi pewarnaan

kontras (Methylen Blue), sehingga hanya bakteri TB yang bewarna merah

sedangkan bakteri lain akan ikut dalam warna kontras yang bewarna biru.8

Page 18: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

2

Untuk mengeliminasi TB tidak dapat dicapai hanya dengan memberikan

pengobatan yang tepat kepada pasien, tetapi juga dengan mengembangkan alat

diagnostik yang kuat.4 Untuk mendiagnosis penyakit TB ini diperlukan beberapa

tahapan pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik, laboratrium (darah, dahak sputum,

cairan otak), rontgen, uji tuberkulin dan masih banyak lagi. Pemeriksaan sputum

merupakan pemeriksaan yang sudah dilakukan sejak lama dan tetap menjadi

standar dari penegakan diagnosis TB di banyak negara berkembang, karena

tekniknya yang sederhana, cepat dan tidak diperlukan banyak biaya diantara teknik-

teknik lain-nya seperti kultur yang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang

tidak sedikit walaupun menjadi gold standard penyakit TB.5 Sehingga metode

pewarnaan BTA mampu menjadi metode pemeriksaan yang paling banyak dan

sesus\ai di negara berkembang karena lebih sederhana dan mudah dikerjakan di

pusat kesehatan perifer.

Sputum adalah spesimen klinis umum untuk pewarnaan basil tahan asam

(BTA). Dahak yang dilewatkan sepanjang tenggorokan mengandung banyak

puing-puing mikroskopis yang dapat mengurangi hasil kualitas pewarnaan BTA.

Kuman TB yang terdapat dalam sputum juga dapat mencemari pemeriksa. Metode

pengolahan dengan bleach sebagai dekontaminan yang tepat akan membantu

mengurangi masalah tersebut untuk mensterilkan lapang pandang mikroskopis dan

membunuh kuman TB. Bleach banyak digunakan sebagai disinfektan, mudah

diperoleh di pasaran, umumnya digunakan oleh masyarakat, dan tidak mahal.

Banyak metode pengolahan dekontaminasi sputum, seperti penambahan bleach

langsung (jangka pendek), sendimentasi dengan bleach, dan sentrifugasi dengan

menggunakan bleach.6 Proses dekontaminasi juga dapat membunuh

Mycobacterium tuberkulosis jika solusi yang digunakan terlalu tinggi atau

metodenya terlalu kompleks. Hingga 20-90% dari Mycobacterium pada spesimen

klinis dapat terbunuh dalam proses dekontaminasi. Sehingga diperlukan metode

dekontaminasi yang tepat untuk meminimalisir waktu pengerjaan dan langkah-

langkah pengolahan yang kompleks yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi

silang serta transmisi pekerjaan kepada pekerja laboratorium.7,9

Page 19: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

3

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bonnet M, dkk di Kenya, pewarnaan

BTA sebelumnya yang sudah dilakukan terhadap sputum positif TB antara

spesimen yang disendimentasikan 24 jam (overnight) dengan menggunakan

hipoklorit (NaOCL) atau biasa yang disebut dengan bleach dengan spesimen

pewarnaan BTA konvensional, penambahan bleach menunjukan hasil positif yang

meningkat sebanyak 23%.10 Diperlukan waktu satu hari untuk melihat hasil di

mikroskop dari NaOCL (bleach) yang menjadi kekurangan metode ini. Hal ini

meningkatan beban kerja laboratrium yang menjadi sebuah batasan bagi negara

yang mengalami krisis tenaga kesehatan dengan angka kejadian TB yang tinggi

(high burden countries).11

Dapat disimpulkan dalam studi ini bahwa penambahan bleach dapat

menjadi metode pengembangan dalam mendiagnosis TB. Penelitian ini bertujuan

untuk menilai kemampuan 1% bleach NaOCL dalam meningkatkan skor BTA

dibandingkan dengan teknik konvensional, karena angka kejadian Tuberkulosis

masih sangat tinggi di Indonesia dan metode dekontaminasi bleach masih belum

banyak diteliti. Hal tersebut menjadi tantangan bagi peneliti untuk mengetahui

apakah metode penambahan dengan bleach 1% ini lebih baik daripada metode

lainya. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil sebuah penelitian yang

berjudul “Perbandingan Skor Basil Tahan Asam (BTA) Antara Teknik

Konvensional (Ziehl Neelsen) Dengan Penambahan Bleach 1% Pada Spesimen

Sputum”. Hasilnya diharapkan dapat dipergunakan sebagai alternative

pemeriksaan baru yang lebih akurat, efektif dan meningkatkan keamanan serta

menghasilkan kualitas pewarnaan BTA yang lebih baik dari Teknik konvensional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah terdapat perbedaan skor BTA antara kelompok sputum yang

diwarnai dengan teknik konvensional (Ziehl Neelsen) dengan kelompok yang

ditambahkan bleach 1%?

Page 20: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

4

1.3 Hipotesis

Terdapat perbedaan skor BTA antara kelompok yang diwarnai

menggunakan teknik konvensional (Ziehl Neelsen) dengan penambahan bleach

1%.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Tujuan Umum

1 Mengetahui perbandingan skor BTA antara penambahan 1% bleach

dan BTA konvensional (Ziehl Neelsen).

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan skor BTA dengan teknik BTA konvensional (Ziehl

Neelsen).

2. Mendeskripsikan skor BTA dengan menggunakan teknik Ziehl Neelson

yang ditambahkan bleach 1%.

3. Mengetahui perbandingan skor BTA antara penambahan bleach 1% dan

BTA konvensional (Ziehl Neelsen) sehingga dapat diketahui metode

pewarnaan yang lebih baik.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan dalam melakukan

penelitian terutama di bidang mikrobiologi pewarnaan BTA.

2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Menambah wawasan dalam mengkaji program penanggulangan TB

paru beserta cara diagnosis TB di Indonesia yang masih menjadi

masalah.

4. Sarana belajar dalam meningkatkan kemampuan di bidang penelitian

dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Page 21: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

5

1.5.2 Bagi Institusi

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi

peneliti berikutnya.

2. Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

1.5.3 Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan kualitas teknik hasil laboratrium dalam menegakan

diagnosis TB di Indonesia.

2. Menghindari penularan TB secara “airborne” terhadap pemeriksa

laboratrium sehingga menignkatkan keamanan laboratrium.

Page 22: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Mycobacterium Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberkulosis, yang dapat menyerang berbagai organ di

tubuh manusia, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau

pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga

kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi,

namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi

dalam 2 abad terakhir.12

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit radang parenkim paru yang

menular karena infeksi kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian

besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 13

Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan

keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi

bakteri dalam paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh

pembentukan granuloma yang menimbulkan nekrosis yang khas pada jaringan,

nekrosisnya menghasilkan senyawa seperti keju yang dinamakan proses perkijuan

dan disebut sebagai nekrosis kaseosa. TB paru dapat menular melalui udara, waktu

seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Manusia adalah

satu-satunya tempat di mana kuman ini dapat berkembang biak. Keluarga kuman

ini bersifat tahan asam dan memerlukan pengecatan khusus, yaitu Ziehl Neelsen

agar tampak di mikroskop. Pada latar yang kontras kuman ini tercat merah muda.

Perlu sekitar 10.000 organisme per mililiter dahak untuk bisa memvisualisasikan

bakteri ini. 14

Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri berbentuk batang aerob yang

tidak membentuk spora. Meskipun bakteri ini tidak terwarnai dengan mudah, sekali

terwarnai, bakteri ini dapat menahan warnanya walaupun diberikan asam atau

6

Page 23: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

7

alkohol dan oleh sebab itu, disebut basil tahan asam (BTA). Mycobacterium

Tuberculosis menyebabkan Tuberkulosis dan mikobakterium atipikal lainnya yang

sering menginfeksi penderita AIDS, adalah patogen oportunistik pada pasien yang

imunokompromais lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien

dengan sistem imun normal. Terdapat lebih dari 50 spesies mikobakterium,

termasuk banyak yang bersifat saprofit.15

Ada beberapa mikobakterium pathogen, tetapi hanya strain bovin yang

patogenik terhadap manusia. Basil Tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm,

ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah.16 Kini dikenal 41 spesies yang

diakui oleh ICSB (International Commite on Systematic Bacterilogical), sebagian

besar adalah saprofit. Sifat tahan asam Mycobacterium adalah Karena sifat dinding

sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemakyang terdiri dari asam lemak

mikolat. 17

Sama dengan Rhodococcus dan Nocardia, Mycobacteria merupakan

mikroba tahan asam, Tingkat ketahanan Mycobacteria terhadap asam bervariasi.

Mycobacteria ada yang bersifat patogen dan ada juga yang tidak patogen.

Mycobacteria tidak patogen ditemukan di lingkungan manusia, khususnya dalam

air. Mycobacteria lingkungan ini merupakan kontaminasi yang harus diantisipasi

agar tak mengacaukan hasil pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.18

Mycobacterium tidak dapat diwarnai dengan cara Gram, tetapi kalau

berhasil maka hasilnya adalah positif Gram. Dibandingkan dengan kuman lainya,

golongan Mycobacterium, tahan terhadap asam dan alkali sehinggga apabila bahan

spesimen mengandung kuman lain mudah dapat dibunuh dengan asam alkohol

sehingga spesimen menjadi lebih murni. Tetapi harus diperhatikan kepekatan zat

asam dan alkali Karena terlalu pekat juga dapat membunuh Mycobacterium. 17

Jika sudah terwarnai dengan bahan dasar (karbol fuchsin), organisme ini

warnanya tidak akan larut dengan alkohol, tanpa menghiraukan penambahan iodin.

Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan "tahan asam" yaitu dengan senyawa 95%

etil alkohol yang mengandung 3% asam hidroklorat (asam-alkohol) dengan cepat

menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakterium. 15

Termasuk dalam Mycobacteria yang secara medis penting adalah :

Page 24: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

8

(1) Mycobacterium Tuberculosis, (2) M. bovis, (3) M. africanum, (4) M. microtii,

(5) M. ulcerans, (6) M. leprae, (7) M. kansasii, (8) M. marinum, (9) M. simiae, (10)

M. scrofulaceum, (11) M. szulgai, (12) M. xenopi, (13) M. gordonae, (14) M.

flavescens, (15) M. fortuitum-chelonae complex, (16) M. thermoresistible, (17) M.

avium-intracellulare complex, (18) M. terra-triviale complex. Nomor 1 sampai 4

digolongkan sebagai M. tuberculosis complex. 18

Secara mikroskopik pada jaringan tubuh kuman tuberkulosis berbentuk

batang halus berukuran juga terlihat seperti berbiji-biji. Pada perbenihan berbentuk

kokoid dan berfilamen. Tidak berspora dan tidak bersimpai. Pada pewarnaan cara

Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok kuman berwarna merah dengan latar belakang

berwarna biru. Pada pewarnaan fluorokrom kuman berfluoresensi dengan warna

kuning oranye.17

2.1.3 Sifat Pertumbuhan Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium adalah aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi

banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO, mendukung

pertumbuhan. Aktivitas biokimia tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat

daripada kebanyakan bakteri, waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam.

Bentuk saprofitik cenderung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan

baik pada suhu 22-23°C, untuk memproduksi pigmen.15

Energi didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. dapat

merangsang pertumbuhan. Pertumbuhan lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam.

Suhu pertumbuhan optimum 37°C. Pada perbenihan, pertumbuhan tampak setelah

2-3 minggu. Koloni cembung, kering, kuning gading.17

Daya tahan kuman tuberkulosis lebih besar apabila dibandingkan dengan

kuman lainnya karena sifat hidrofobik permukaan sel. Hijau malakhit dapat

membunuh kuman lain tetapi tidak membunuh Mycobacterium tuberculosis,

demikian juga asam dan alkali. Dengan fenol 5% diperlukan waktu 24 jam untuk

membunuh Mycobacterium tuberculosis. Pada sputum kering yang melekat pada

debu dapat bertahan hidup 8-10 hari. Pengaruh pemanasan daya tahanya sama

dengan kuman lainya. Jadi dengan pasteurisasi kuman TB ini dapat dibunuh.17

Page 25: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

9

2.1.4 Struktur Antigen

Sebagian besar antigen kuman teradapat pada dinding sel yang dapat

menimbulkan hipersensitifitas tipe lambat, kekebalan dan menjadi Freunds

adjuvants. Antigen protoplasma tidak banyak perananya tapi dapat menyebabkan

hipersensifitas. Susunan dinding tuberculosis terdiri dari beberapa lapisan yang

melindungi bakteri ini diantaranya:

1. Lemak (lipid)

Mycobacterium mengandung banyak lemak seperti lemak kompleks,

asam lemak dan lilin. Dalam sel, lemak tergabung pada protein dan

polisakarida. Komponen lemak ini dianggap yang bertangung jawab terhadap

reaksi sel jaringan terhadap kuman tuberkulosis. Fraksi fosfatida menyebabkan

reaksi tuberkel dengan kaseosa nekrosis pada jaringan. Lemak juga berperanan

pada sifat tahan asam. Apabila lemak kuman tuberkulosis dihilangkan dengan

eter, maka sifat tahan asam akan hilang. Lemak ini bersifat spesies spesifik

strain yang virulen dari kuman tuberkulosis membentuk serpentin cord yaitu

susunan parallel dari kuman. Pembentukan cord ini dihubungkan dengan

virulensi dari rumus cord factor adalah Trehalosa 6.6 dimycolate. Faktor ini

mencegah migrasi leukosit/ LMI (Leucocyte Migration Inhibition).19

2. Protein

Tiap tipe Mycobacterium mengandung beberapa protein yang

menimbulkan reaksi tuberkulin. Protein yang terikat pada fraksi lilin dapat

membangkitkan sensitivitas tuberculin, juga dapat merangsang pembentukan

bermacam-macam antibodi.

3. Polisakarida

Mycobacterium mengandung bermacam-macam polisakarida.

Peranannya dalam patogenisis belum jelas. Dapat merangsang timbulnya

hipersensitivitas cepat dan dapat mengganggu beberapa reaksi antigen-antibodi

in vitro.20

Mycobacterium cenderung lebih resistan terhadap bahan-bahan kimia

daripada bakteri lainnya karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan

Page 26: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

10

pertumbuhanya yang berkelompok. Bahan seperti malakit hijau atau zat antibakteri

(misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat

dimasukkan ke dalam medium tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkulosis.

Asam dan basa memungkinkan beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat hidup

dan digunakan unruk membantu mengeliminasi organisme pengkontaminasi dan

untuk "konsentrasi" spesimen klinis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat

hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan.15

2.1.5 Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah

mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,

dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu

orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah

terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara

yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah

pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih

besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk. 21

Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab

morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan

9 juta kasus TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB

di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia 25%.22

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013

sekitar 9 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal

dunia. Tahun 2013 diestimasikan 9 juta orang di dunia menderita Tuberkulosis, dan

lebih dari 56% tersebar di Asia Tenggara dan Pasifi k Barat. Pada tahun yang sama

Indonesia masuk dalam negara dengan beban tinggi Tuberkulosis dengan

menduduki peringkat ke-4 sebagai negara penyumbang penyakit tuberkulosis

setelah India, China, dan Afrika Selatan. 3

Page 27: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

11

Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka kesakitan dan kematian

akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan dengan data tahun

1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000

penduduk, pada tahun 2015 ditargetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk.

Berdasarkan hasil survey prevalensi TB tahun 2013, prevalensi TB paru smear

positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun keatas sebesar 257. 12

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan

negara pertama diantara High Burden Countries di wilayah Asia Tenggara yang

mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan

pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732

kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213

diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB

BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka

keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada

kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan

tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama. 23

2.1.6 Klasifikasi Tuberkulosis

Pasien Tuberkulosis dapat diklasifikasikan menurut : (1) Lokasi anatomi

dari penyakit, (2) Riwayat pengobatan sebelumnya, (3) Hasil pemeriksaan uji

kepekaan obat, dan (4) Status HIV.13

Tuberkulosis berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :

1. Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)

paru tetapi tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. TB

Milier dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.

Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura

tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan

sebagai TB ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga

menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru. Berdasar

hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :21

Page 28: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

12

Tuberkulosis Paru BTA (+)

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil

BTA positif

b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif

dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif

dan biakan positif.

Tuberkulosis Paru BTA (-)

a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,

gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis

aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas

b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan

biakan M.tuberculosis positif.

c. Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

2. Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

selaput otak (Meningitis), selaput jantung (pericardium), kelenjar Getah

Bening, tulang, pleura, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

kelamin, dan lain-lain.

Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan

bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan

berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru

Page 29: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

13

yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB

ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.2

Gambar 2.1 Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan organ25

(Sumber : Carlos, J., 2007)

Tuberkulosis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya (penderita). Ada beberapa tipe penderita yaitu :

1. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

2. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.24

3. Kasus lalai berobat

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2

minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita

tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

4. Kasus pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten

dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan

tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.

5. Kasus Gagal

Page 30: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

14

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau

penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi

BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

6. Kasus kronik

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

7. Kasus bekas TB

Apabila hasil pemeriksaan dahak BTA negatif dan gambaran radiologik

paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial

menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang

adekuat akan lebih mendukung. Dan apabila pada kasus dengan gambaran

radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan

OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.21

Klasifikasi tersebut dapat dilihat dalam skema dibawah :

Gambar 2.2 Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan tipe penderita.2

(Sumber : Werdhani, 2009)

Page 31: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

15

2.1.7 Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala umum tuberkulosis yaitu : (1) Rasa lemah, (2) sakit berat Kehilangan

berat badan, dan demam disertai keringat malam hari, sedangkan Gejala TB Paru

(gejala respiratorik)sangat khas yang meliputi : (1) Batuk berkepanjangan (>3

minggu), (2) batuk darah dan Nyeri dada.25 Gejala respiratorik ini sangat bervariasi,

dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum

terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.

Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan

untuk membuang dahak ke luar.21

Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus

yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu

khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa

secara klinik. Gejala sistemik/umum dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah) .

Berlangusng 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi pada

bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasikan sputum).

Keadaan yang lebih lanjut adanya dahak bercampur darah bahkan

sampai batuk darah (heaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang

pecah.

b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama (subfebris).

biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-

kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul,

tetapi suhunya mencapai 40-41⁰C. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh penderita dan berat ringanya infeksi kuman

tuberkulosis yang masuk.26

c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah, sakit kepala, meriang, keluar

keringat malam hari tanpa melakukan aktifitas.

Page 32: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

16

e. Nyeri dada

Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila filtrasi radang

sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

f. Sesak nafas

Sesak nafas akan timbul apabila penyakit sudah lanjut (kronis),

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

Sedangkan gejala khusus TB yang lebih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit

di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah

demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. 2

2.1.8 Diagnosis Tuberkulosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang

perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: Anamnesa baik terhadap

pasien maupun keluarganya, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium (darah,

dahak, cairan otak), Pemeriksaan patologi anatomi (PA), Rontgen dada (thorax

photo), dan Uji tuberkulin. 2

Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk

pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor

cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

Page 33: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

17

(bronchoalveolar lavage), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum

halus/BJH).21

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,

dan lain-lain. 2

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan

dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau

lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas,

spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum

dikirim ke laboratorium.21

1. Pemeriksaan dahak

Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dahak

berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan

menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam

dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu

(SPS):

• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang

berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien

membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari

kedua.

• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di

fasyankes.

• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi. 21

Page 34: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

18

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan

dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau

lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas,

spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum

dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil dapat dibuat sediaan apus kering

di gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan

NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium. 21

Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke

dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah

tertulis identitas penderita yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan

laboratorium. Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Apabila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh

dari klinik/tempat pelayanan penderita, spesimen dahak dapat dikirim dengan

kertas saring melalui jasa pos. 21

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih dahulu

dengan cara sebagai berikut :

1. Masukkan dahak sebanyak 2 – 4 ml ke dalam tabung sentrifugasi dan

tambahkan sama banyaknya larutan NaOH 4%

2. Kocoklah tabung tersebut selam 5 – 10 menit atau sampai dahak mencair

sempurna

3. Pusinglah tabung tersebut selama 15 – 30 menit pada 3000 rpm

4. Buanglah cairan atasnya dan tambahkan 1 tetes indicator fenol-merahpada

sediment yang ada dalam tabung tersebut, warnanya menjadi merah

5. Netralkan reaksi sedimen itu dengan berhati-hati

6. meneteskan larutan HCl ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah

jambu ke kuning-kuningan

7. Sedimen ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan (boleh

juga dipakai untuk biakan M.tuberculosis ) 21

Pemeriksaan dahak secara mikroskopis adalah metode pemeriksaan yang

paling sederhana, cepat, terpercaya dan paling murah untuk diagnosis pasien TB.

Sekitar 70 – 80 % TB Paru BTA positif dapat terdeteksi, bila penemuan tersangka

Page 35: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

19

TB dilaksanakan sesuai pedoman yang telah dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan. Pada negara yang kasus Non Tuberculosis Mycobacterium (NTM)

masih rendah, spesifisitas pemeriksaan berkisar 99%.18

Tabel 2.1 Jumlah BTA dalam sediaan apus, konsentrasi basil dalam dahak,

dan ke- mungkinan mendapatkan hasil positif. 18

(Sumber : Petunjuk Teknis Pemeriksaan, 2012)

Jumlah basil

ditemukan (ZN)

Perkiraan konsentrasi

basil/ml, dlm spesimen

Kemungkinan hasil

positif

0 dalam ³ 100 l.p

1-2/300 l.p

1-9/100 l.p

1-9/10 l.p

1-9/l.p

³10/l.p

Kurang dari 1.000

5.000 – 10.000

~30.000

~50.000

~100.000

500.000

Kurang dari 10%

50%

80%

90%

96,2%

99,5%

Cara pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu

pemeriksaan mikroskopis biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl

Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis fluoresens di mana ` pewarnaannya

dilakukan dengan auramin-rhodamin.15

Setelah melakukan pengambilan sputum SPS dilakkan pewarnaan BTA dan

diapatkan hasil dengan interpretasi berdasarkan tabel dibawah :

Tabel 2.2 Interpretasi hasil pemeriksaan TB paru19 (Sumber : Nazarudin M,

2016)

Pewarnaan BTA SPS Interpretasi hasil

3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali

negatif

BTA +

1 kali positif, 2 kali negatif Ulangi BTA 3 kali

Bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA +

Bila 3 kali negatif BTA -

Page 36: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

20

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(International Union Against Tuberculosis and lung Tuberculosis) yang merupakan

rekomendasi dari WHO. 27

Tabel 2.3 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis TB paru berdasarkan skala

IUATLD.19 (Sumber : Nazarudin M, 2016)

Perhitungan mikrokopis Interpretasi

Tidak ditemukan BTA dalam 100

lapang pandang

Negatif

Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang

pandang

Di tulis dalam jumlah kuman yang

ditemukan

Ditemukan 10-99 BTA dalam 100

lapang pandang

+ (+1)

Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang

pandang

++ (+2)

Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang

pandang

+++ (+3)

Pemeriksaan Biakan Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium

Tuberkulosis dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien

tertentu, misal: pasien TB ekstra paru, pasien TB anak, dan pasien TB dengan hasil

pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif. Pemeriksaan tersebut

dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya. Apabila dimungkinkan

pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan WHO. 21

Pada Program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

mikroskopis merupakkan penegakan diagnosis utama sementara secara cepat.

Pemeriksaan BTA ini dapat menemukan bakteri Mycobacterium Tuberculosis

secara spesifik dalam preparat mikroskop. Hal ini sesuai dengan strategi DOTS

yaitu strategi kesehatan yang paling cost effective. Satu studi cost benefit yang

dilakukan oleh WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar

Amerika yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan

menghemat sebesar 55 dolar Amerika selama 20 tahun. Terdapat pada point 4

Page 37: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

21

mengenai kebijakan DOTS di Indonesia yaitu “Diagnosis kasus terutama

didasarkan atas pemeriksaan mikroskopik BTA, kecuali untuk kasus pada anak.”18

Kultur merupakan Gold Standar penegakan diagnosis TB secara

laboratrium. Sedangkan Pemeriksaan lain seperti foto toraks, uji kepekaan

tuberkulin, pemeriksaan BACTEC, ELISA hanya sebagai pemeriksaan penunjang

diagnosis hanya diperlukan sesuai indikasi. Tidak dibenarkan apabila mendiagnosis

tuberkulosis hanya dari foto toraks saja, foto toraks tidak selalu memberikan

gambaran TB paru yang khas. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu

menunjukan aktifivitas penyakit, begitu juga dengan pemeriksaan penunjang lainya

yang memerlukan pemeriksaan penunjang lain untuk menegakan diagnosis pasti

dan menghindari overdiagnosis. Bila terdapat fasiliti radiologik dan gambaran

radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif, maka hasil pemeriksaan dahak 1 kali

positif, 2 kali negatif tidak perlu diulang.28

Untuk melihat lebih jelasnya alur prosedur diagnostik berikut terdapat

beberapa alternatif pemeriksaan tuberkulosis.

Skema 2.3 Skema Alur Diagnosis TB Dewasa (Sumber : PDPI, 2011)21

Page 38: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

22

2.1.9 Patogenesis Tuberkulosis dan Cara Penularan

Mycobacterium dalam droplet berdiameter 1-5 pm terhirup dan mencapai

alveoli. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus diinhalasi sebagai suatu

unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. 16 Penyakit disebabkan karena kehadiran

dan proliferasi organisme virulen dan interaksinya dengan penjamu. Basil avirulen

yang disuntikkan misalnya BCG, dapat hidup hanya selama beberapa bulan atau

tahun pada pejamu normal. Resistansi dan hipersensitivitas pejamu sangat

mempengaruhi perkembangan penyakit. 15

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Terdapat empat tahapan perjalanan

alamiah penyakit. Tahapan tersebut meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit

dan meninggal dunia. Infeksi akan terjadi apabila daya tahan tubuh beraksi, akan

terjadi setelah 6– 14 minggu setelah infeksi yaitu: Reaksi immunologi lokal berupa

Kuman Tb memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian

berlangsung reaksi antigen- antibodi. Reaksi immunologi umum berupa Delayed

hypersensitivity (ditandai dengan hasil Tuberkulin tes menjadi positif). Lesi

umumnya sembuh total tapi bisa saja kuman tetap hidup di dalam lesi tersebut

(dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali. Sedangkan penyebaran melalui aliran

darah atau getah bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi. 13

Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.16 Gumpalan basil yang lebih besar

cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak

menyebabkan penyakit. Infeksi terjadi biasanya melalui debu atau titik cairan

(droplet) yang mengandung kuman tuberkulosis dan masuk ke jalan napas.

Penyakit timbul setelah kuman menetap dan berkembangbiak dalam paru-paru atau

kelenjar getah bening regional. Perkembangan penyakit tergantung pada: dosis

kuman yang masuk, daya tahan dan hipersensitivitas hospes.17

Ada dua kelainan patologi yang terjadi:

Page 39: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

23

1. Tipe eksudatif, Terdiri dari inflamasi yang akut dengan edema, sel-sel

leukosit polimorfonuklear dan menyusul kemudian sel-sel monosit yang

mengelilingi basil tuberkulosis. Kelainan ini terlihat terutama pada jaringan

paru dan mirip pneumonia bakteri. Penyembuhan dapat terjadi secara

sempurna sehingga seluruh eksudat diabsorpsi atau dapat berkembang

menjadi nekrosis yang luas atau berubah menjadi tipe 2 (tipe produktif).

Dalam masa eksudatif ini tuberkulin adalah positif.

2. Tipe produktif, Apabila sudah matang prosesnya lesi ini berbentuk

granuloma yang kronik, terdiri dari tiga zona: zona sentral dengan sel

raksasa yang berinti banyak dan mengandung kuman tuberkulosis. Zona

tengah yang terdiri dari sel-sel epiteloid yang tersusun radial. Zona tengah

yang terdiri dari fibroblas, limfosit dan monosit. Lambat laun zona luar akan

berubah menjadi fibrotik dan zona sentral akan mengalami perkijuan.

Kelainan seperti ini disebut tuberkel. Tuberkel yang berkiju dapat pecah

kedalam bronkus dan menjadi kaverna. Kesembuhan dapat terjadi melalui

proses fibrosis atau perkapuran.26

Lesi primer paru disebut focus gohn da gabungan terserangnya kelenjar

getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks gohn. Respon lain yang

dapat terjadi pad aderah nekrosis adlaah pencairan, yaitu bahan cair lepas kedalam

bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Perjalanan kuman

tuberkulosis dapat langsung melalui aliran limfe, aliran darah, melalui bronkus dan

traktus digestivus. Pada mulanya, kuman menjalar melalui saluran limfe ke kelenjar

getah bening. 16

2.1.10 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB

Hiswani (2009) mengatakan bahwa keterpaparan penyakit TB pada seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

1. Faktor Sosial Ekonomi : Disini sangat erat dengan keadaan rumah,

kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat

kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TB. Pendapatan keluarga

Page 40: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

24

yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-

syarat kesehatan.

2. Status gizi : Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,

zat besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang

sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB.

3. Umur : Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia

produktif 15-50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi saat ini

menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia

lanjut lebih dari 55 tahun system imunolosis seseorang menurun, sehingga

sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB paru.

4. Jenis kelamin: Penderita Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO,

sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang

meninggal aikibat TB paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum

perempuan lebih banyak terjadi.29

Disamping faktor medis. Faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap dan

perilaku yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan sebagaimana

diuraikan di bawah ini: A . Faktor Sarana : (1) Tersedianya obat yang cukup dan

kontinu, (2) Dedikasi petugas kesehatan yang baik , (3) Pemberian regiment OAT

yang adekuat. B. Faktor penderita : (1) Pengetahuan penderita yang cukup

mengenai penyakit TB paru. Cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak

adekuat, (2) Cara menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi. cukup

istirahat, hidup teratur dan tidak minum alcohol atau merokok. (3) Cara menjaga

kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak membuang dahak sembarangan, bila

batuk menutup mulut dengan saputangan, jendela rumah cukup besar untuk

mendapat lebih banyak sinar matahari. (4) Sikap tidak perlu merasa rendah diri atau

hina karena TB paru adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila

berobat dengan benar. (5) Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh, B. Faktor

keluarga dan masyarakat lingkungan : (1) Dukungan keluarga sangat menunjang

keberhasilan pengobatan seseorang dengan cara selalu mengingatkan penderita

agar minum obat, pengertian yang dalam terhadap penderita.30

Page 41: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

25

2.1.11 Cara penularan Tuberkulosis

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif yang batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuklei).

Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.18

Umumnya penularan yang terjadi berada didalam ruangan dimana percikan

berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman, dalam keadaan gelap

dan lembab kuman dapat bertahan selama beberapa jam. Daya faktor yang

memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentari percikan

dan lamanya menghirup udara. 31

2.1.12 Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)

Dahak yang dilewatkan sepanjang tenggorokan mengandung banyak

puing-puing mikroskopis yang dapat mengurangi hasil kualitas pewarnaan BTA.

Kuman TB yang terdapat dalam sputum juga dapat mencemari pemeriksa. Metode

dekontaminasi yang tepat akan membantu mengurangi masalah tersebut.32

Mycobacteria, Nocardia dan Rodococcus merupakan kuman tahan asam.

Derajat ketahanannya tertinggi pada mycobacteria. Dengan demikian pewarnaan

BTA dengan cara Ziehl-Neelsen ataupun auramin juga akan mendeteksi spesies

mycobacteria lain. Namun karena prevalensi infeksi oleh mycobacteria yang bukan

Mycobacterium tuberculosis (NTM) saat ini sangat rendah, maka hasil positif lebih

mengarah pada Mycobacterium tuberculosis. 18

Ada beberapa cara pewarnaan bakteri tahan asam, yaitu :

Page 42: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

26

Tabel 2.4 Perbedaan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan Tan Thiam Hok

(Kinyoun-Gabet).35 (Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2012)

Ziehl-Neelsen Tan Thiam Hok (Kinyoun-Gabet)

1. Kumaan difiksasi pada gelas alas

2. Tuangkan fuksin karbol 3. Panaskan sampai keluar uap 5

menit 4. Cuci dengan air 5. Asam alkohol 3% 5 menit 6. Biru metilen 0,5% 1-2 menit 7. keringkan

1. Kuman difiksasi pada gelas alas

2. Kinyoun 3 menit

3. Cuci dengan air

4. Gabbett 1 menit

5. Cuci dengan air

6. Keringkan

Hasil negatif mikroskopik pada bahan dahak dapat diperbaiki dengan cara

homogenisasi dan sentrifugasi. Cara homogenisasi yang sering digunakan adalah

cara kubica yang dilakukan dengan mencampurkar NaOH 4%, Caranya ialah

sebagai berikut: Dahak 2ml + 2ml larutan NaOH 4% + 0,004% merah fenol

(indikator). Setelah dikocok dengan tangan sebentar, lalu dikocok dengan mesin

pengguncang selama 10 menit. Kemudian disentrifugasi selama 15 menit pada 3000

putaran per menit. Cairan supernatan dibuang dan endapannya diteteskan 1-2 tetes

HCl 2N sampai warna kuning, lalu dititrasi kembali dengan NaOH 4% tetes demi

tetes sehingga larutan berwarna merah muda seperti semula.17

Identifikasi bakteri (morfologi/bentuk) memerlukan suatu pewarnaan yang

menggunakan zat-zat warna yang telah ditentukan. Zat warna yang banyak

digunakan antara lain adalah fuschin karbol, methylen blue, dan asam alkohol. Agar

bakteri dapat diwarnai , sebelumnya harus dibuat sediaan di atas kaca objek

(pulasan), dimana pulasan nantinya dikeringkan pada suhu kamar dan bakteri

difiksasi dengan pemanasan di atas nyala api. Setelah dingin pulasan diwarnai

dengan zat warna tertentu sesuai dengan pemeriksaan apa yang diinginkan. 33

Ziehl Neelsen (ZN) adalah teknik pewarnaan untuk mengetahui adanya

Basil Tahan Asam (BTA). Disebut BTA karena pada beberapa jenis bakteri sukar

dilakukan pengecatan namun setelah mendapat pengecatan/pewarnaan, dinding

Page 43: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

27

bakteri tahan terhadap pencucian dengan asam tidak mudah untuk dilunturkan

dengan menggunakan zat peluntur (decolorizing agent) seperti asam alkohol.33

Pewarnaan BTA dapat dibagi menjadi beberapa tahap

1. Tahap Pra-Analitik

Tahap Pra Analitik yaitu prosedur tetap cara pengumpulan sputum,

persiapan pasien, memberikan bimbingan kepada pasien tentang cara pengumpulan

sputum, waktu pengumpulan dahak dan lokasi pengumpulan sputum.

Pengumpulan sputum dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar

matahari langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi

kemungkinan penularan akibat percikan sputum yang infeksius. Jangan mengambil

sputum di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misalnya: Kamar kecil /

toilet, ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium,

dsb), Ruang tunggu, dan ruang umum lainnya. Syarat pot sputum yang ideal adalah

pot yang sekali pakai, bahan kuat, tidak bocor dan tidak mudah pecah, tutup berulir,

dapat menutup rapat, plastik jernih/ tembus pandang, mulut lebar, diameter 6 cm,

dan dapat ditulisi dengan pena. Pot sputum yang tidak dianjurkan adalah pot yang

tidak tembus pandang, terlalu kecil dan tutupnya tidak berulir.8

Berikut adalah jenis-jenis sputum :

Gambar 2.4. Jenis-jenis sputum18

(Sumber : Petunjuk Teknis pemeriksaan Biakan, 2012)

Sputum yang diperiksa harus mukopurulen yaitu dahak yang mukoid

berwarna kuning kehijauan (seperi pada gambar A dan B diatas). Petugas harus

dapat memotivasi pasien agar dapat mengeluarkan dahak yang baik dan bila dahak

A B C D

Page 44: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

28

yang diperoleh tetap tidak memenuhi syarat, petugas lab tetap harus melakukan

pemeriksaan dengan memilih bagian yang paling kental, beri catatan apabila

spesimen tidak memenuhi syarat ataupun hanya air liur (gambar D). Kualitas dahak

dilakukan dengan cara melihat warna dan kekentalan dahak tanpa membuka tutup

pot dahak, karena itu pot dahak harus terbuat dari bahan yang transparan dan

bening.8

2. Tahap Analitik

Tahap analitik terdiri dari pembuatan sediaan preparat, fiksasi preparat,

pewarnaan, pembacaan mikroskopis, pencatatan dan pelaporan, dan pengolahan

limbah. Semua langkah tersebut harus menggunakan alat sesuai standar

kelengkapan alat dapat dibuat dalam bentuk. Pengecekan identitas juga harus sesuai

dengan standar dan dilakukan pengecekan ulang. 34

Berikut penilaian sediaan yang belum diwarnai, sebelum melakukan

pewarnaan sediaan dapat dinilai ketebalannya dengan meletakkan sediaan yang

kering 4-5 cm di atas koran. Sediaan yang baik apabila kita masih dapat melihat

tulisan secara samar. Sediaan yang terlalu tipis dapat ditambahi dengan dahak,

dengan catatan sediaan belum kering sehingga tidak menimbulkan aerosol. Sediaan

yang terelalu tebal harus dibuang dan diganti dengan membuat sediaan baru.

Penilaian sediaan yang telah diwarnai kemudian evaluasi kualitas sediaan dahak

dilakukan dengan penilaian terhadap 6 unsur dengan mempergunakan skala sarang

laba-laba. Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh.18

Gambar 2.6 Skema skala sarang laba-laba (Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan,

2012)18

Page 45: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

29

Bakteri tahan asam akan terlihat berwarna merah sedangkan bekteri tidak

tahan asam akan melarutkan Karbol fuchsin sehingga sel bakteri tidak berwarna

merah. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak

tahan asam akan berwarna biru.

Gambar 2.6 Tuberculosis bewarna merah dapat tersusun tunggal atau

berkelompok.8 (Sumber : Buku Panduan Pemeriksaan Sputum, 2015)

Pada pewarnaan yang jelek, apabila diperiksa di bawah mikroskop masih

tampak adanya sisa zat warna, endapan kristal sehingga kuman Mycobaterium

Tuberculosis tidak tampak dengan jelas. Penilaian kebersihan dilakukan secara

makroskopis dan mikroskopis. Sediaan yang baik terlihat bersih, tidak tampak sisa

zat warna, endapan kristal. sediaan yang kurang bersih akan mengganggu

pembacaan secara mikroskopis

Gambar 2.7 Pewarnaan BTA yang terdapat endapan kristal dan sisa zat

warna.8 (Sumber : Buku Panduan Pemeriksaan Sputum, 2015)

Pada sediaan yang baik tampak jelas kontras antara BTA dan warna latar,

bersih dan tidak tampak sisa zat warna. Pada waktu dilihat di bawah mikroskop

akan terlihat seperti di bawah ini:

Page 46: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

30

Gambar 2.8. Kualitas background pewarnaan BTA.8

(Sumber : Buku Panduan Pemeriksaan Sputum, 2015)

Sediaan dahak yang baik adalah sediaan yang memenuhi 6 syarat kualitas

sediaan yang baik yaitu kualitas contoh uji, ukuran, ketebalan, kerataan,

pewarnaan dan kebersihan.

Kualitas contoh uji (spesimen). Spesimen dahak berkualitas baik apabila

ditemukan:

Tabel 2.5 Spesimen dahak yang berkualitas baik.35 (Sumber : Kemenkes

RI, 2012)

Keterangan Kualitas Hasil Mikroskopis

Leukosit PMN ≥ 25 per LP pada

perbesaran 10 x 10

Makrofag pada perbesaran 10 x 100.

A. Sediaan yang baik

B. Dekolorisasi kurang

C. Latar belakang gelap, lama pemberian Methylen Blue

Page 47: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

31

Ukuran sediaan dahak, sediaan dahak yang baik berbentuk oval

berukuran panjang 3 cm dan lebar 2 cm.

Tabel 2.6 Ukuran sediaan dahak.35 (Sumber : Kemenkes RI, 2012)

Ketebalan, Penilaian ketebalan dapat dilakukan sebelum pewarnaan

dan pada saat pemeriksaan mikroskopis. Penilaian ketebalan sebelum

pewarnaan dilakukan dengan meletakkan sediaan sekitar 4 cm di atas kertas

bertulis. Penilaian ketebalan dapat juga dilakukan setelah sediaan dahak

diwarnai. Pada sediaan yang baik sel leukosit tidak tampak bertumpuk (one

layer cells)

Kerataan, penilaian kerataan dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis dengan tidak tampak adanya daerah yang kosong. Sediaan yang

baik pada setiap lapang pandang akan terlihat apusan dahak yang tersebar rata

secara mikroskopis.

Keterangan Ukuran Hasil Mikroskopis

Sediaan dahak yang baik

Sediaan yang terlalu kecil,

tidak rata

Sediaan yang terlalu besar,

tidak rata

Page 48: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

32

Tabel 2.7 Kerataan spesimen.35 (Sumber : Kemenkes RI, 2012)

Pemeriksaan mikroskopis TB dengan menggunakan pewarnaan Ziehl-

Neelsen telah disepakati secara global yang berguna untuk standarisasi mutu dan

pemantauan kualitas pemeriksaan mikroskopis TB sehingga hasil dari satu Negara

akan sama dan dapat dibandingkan dengan pemeriksaan di Negara lain.35

Hasil pembacaan mikroskopis digunakan untuk diagnosis dan mengetahui

derajat kesakitan pasien. BTA dinyatakan positif apabila pada lapang pandang

terlihat batang berwarna merah atau merah muda dengan latar belakang biru bila

diwarnai dengan pewarnaan tahan asam atau Ziehl-Neelsen. BTA biasanya

berbentuk batang, namun kadang-kadang bisa mirip kokus, filamentous, (seperti

benang), atau berkelompok. Untuk pelaporan dihitung jumlah BTA.36

2.1.13 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis

Diagnosa TB paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu

dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud

adalah pemeriksaan mikrobiologis langsung, biakan dan tes cepat. Apabila

pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB

Keterangan Kerataan Spesimen Hasil Mikroskopis

Sediaan yang baik adalah sediaan

yang rata dan tidak terlihat daerah

kosong

Sediaan terlalu tebal, dan ada ba-

gian yang terkelupas kemungkinan

karena difi ksasi sebelum kering

atau pencucian dilakukan langsung

di atas apusan

Sediaan tidak rata. Tidak dilakukan

perataan dengan membuat spiral-

spiral kecil

Page 49: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

33

dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang

(setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter

yang terlatih TB.8

1. Pemeriksaaan Bakteriologis

• Pemeriksaan Mikroskopis

Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Neelsen, Mikroskopik

fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin, khususnya untuk screening)

• Pemeriksaan Biakan

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis

pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga

Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi

MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya

pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun

pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang

timbul.55

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar adalah foto toraks Posterior-Anterior. Pemeriksaan

lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana

pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada

beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks curiga adanya

komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks). Pada foto radiologi akan terdapat

bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen

superior lobus bawah paru.55

3. Pemeriksaan Khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.

Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat

mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

Page 50: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

34

Tabel 2.8 Berbagai macam pemerikaan khusus TB.55

(Sumber : Kusmawati, 2017)

Pemeriksaan Khusus Keterangan

Pemeriksaan BACTEC Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC

ini adalah metode radiometrik. M.tuberculosis

memetabolisme asam lemak yang kemudian

menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth

indeks-nya oleh mesin ini.

Polymerase chain

reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang

dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA

M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam

pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan

kontaminasi

Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan

indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju

endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat

digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien.

Uji Tuberkulin Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan

yang paling bermamfaat untuk menunjukkan sedang/

pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan

sering digunakan dalam “Screening TBC”.

Efektifitas dalam menemukan infeksi TB dengan uji

tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Interferon Gamma

Release Assay (IGRA)

IFN-γ muncul sebagai reaksi imun terhadap bakteri

M.Tuberculosis di dalam tubuh.

Uji Serologis

Enzym linked

immunosorbent assay

(ELISA)

Uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral

berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.

Page 51: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

35

Immunochromatographic

Tuberculosis (ICT)

Uji serologi untuk mendeteksi antibodi

M.tuberculosis dalam serum.

Mycodot Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di

dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen

lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik.

Uji peroksidase anti

peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang

mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.

Uji serologi yang baru /

IgG TB Uji IgG

Pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk

Mycobacterium tuberculosis.

Uji Adenosine

Deaminase (ADA)

Konsentrasi ADA serum meningkat pada berbagai

penyakit dimana imunitas seluler distimulasi,

sehingga ADA merupakan indikator imunitas selular

yang aktif. Kondisi yang memicu sistem imun seperti

infeksi Mycobacterium tuberculosis dapat

meningkatkan jumlah produksi ADA di area infeksi

2.1.14 Sodium Hipoklorit (Bleach)

Klor (Cl2) adalah bahan disinfektan, germisida, algaecide terbaik secara

keseluruhan. Hipoklorit adalah agen klorinasi pertama yang digunakan, selama

akhir abad 19 dan awal 20, Klorinasi pada penyaringan air minum bertanggung

jawab atas hampir lima puluh persen pengurangan kematian karena penyakit di

kota-kota besar dan penghapusan demam tifoid dekat membuat bayi dan anak-anak

menjadi sehat. Klor juga mengoksidasi dan menghilangkan senyawa organik dan

mengubah beberapa pengotor logam terlarut menjadi padatan tak larut yang dapat

dihilangkan dengan penyaringan. 37

Bleach sering diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti digunakan

untuk desinfeksi, penghapusan ammonia, kontrol rasa dan bau, oksidasi oksida

hydrogen, besi dan oksidasi mangan, penghancuran bahan organik, reduksi warna,

Page 52: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

36

pengendalian lendir dan ganggang dan pemutihan laundry.37 Berikut beberapa

penjelasan tentang bleach :

1. Struktur kimia dan reaksi kimia Sodium Hipoklorit (Bleach)

Klor larut dalam air hingga sekitar 7000 ppm pada 68 ° F. Bereaksi dengan

air membentuk asam hipoklorus (HOCl). Dalam larutan alkali asam hipoklorus

berdisosiasi membentuk hipoklorit (OCl-).

Gambar 2.10 Pembentukan asam hipoklorus (HOCL) dalam larutan alkali membentuk hipoklorit.37 (Sumber : Oxychem, 2014)

Asam hipoklorus dan hipoklorit hidup bersama dalam kesetimbangan.

Asam hipoklorus sangat tidak stabil. Jauh lebih mudah untuk menangani hipoklorit

yang lebih stabil. Istilah hipoklorit mengacu pada garam asam hipoklorus. Salah

satu hipoklorit yang paling dikenal adalah natrium hipoklorit, bahan aktif dalam

pemutih. Rumus molekul natrium hipoklorit adalah NaOCl.

Gambar 2.11 Rumus Molekul NaOCL (Sodium Hipoklorit)37

(Sumber : Oxychem, 2014)

Metode yang paling umum untuk memproduksi natrium hipoklorit adalah

dengan mereaksikan klorin dengan natrium hidroksida (NaOH). Hasil samping

reaksi adalah natrium klorida (garam, NaCl) dan air (H2O).38

Gambar 2.12 Reaksi Klorin dengan natrium hidroksida.37

(Sumber : Oxychem, 2014)

Page 53: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

37

Stabilitas dan umur simpan dari solusi sodium hipoklorit tergantung pada

lima faktor utama: Konsentrasi hipoklorit, PH larutan, suhu larutan, konsentrasi

kotoran tertentu yang mengkatalisis dekomposisi, dan paparan cahaya. Sodium

hipoklorit konsentrasi rendah terurai lebih lambat dari larutan hipoklorit konsentrasi

tinggi. Lima belas persen berat natrium hipoklorit akan terurai sekitar 10 kali lebih

cepat dari 5% berat natrium hipoklorit pada 25 ° C. PH memiliki efek yang

signifikan terhadap stabilitas larutan natrium hipoklorit. Di bawah pH 11

dekomposisi natrium hipoklorit adalah signifikan karena pergeseran keseimbangan

yang mendukung asam hipoklorit yang lebih reaktif. Alkalinitas yang sangat tinggi

akan merusak tekstil dan menghambat tindakan pemutihan dan desinfektan dari

hipoklorit. Suhu mempengaruhi stabilitas larutan hipoklorit. Perawatan harus

diambil untuk menjaga solusi dari panas, karena suhu yang lebih tinggi

meningkatkan laju dekomposisi. Lima belas persen natrium hipoklorit terurai lima

kali lebih cepat pada 45 ° C dibandingkan pada 25 ° C.39

2. Cara Pembuatan Sodium Hipoklorit (bleach)

Gambar 2.12 Proses Manufaktur NaOCL (Sodium Hipoklorit)37

(Sumber : Oxychem, 2014)

Ada sistem pembuatan bleach secara terus-menerus yang tersedia secara

komersial yang mampu menghasilkan 25 hingga 150 gpm (Grams per minute) dari

160 gpl (Grams per liter) tersedia klorin. Klor bereaksi dengan natrium hidroksida

untuk menghasilkan natrium hipoklorit pada gambar diatas, berdasarkan rasio berat

molekul, 1 pon klorin bereaksi dengan 1,13 pon natrium hidroksida untuk

menghasilkan 1,05 pon natrium hipoklorit. Rasio yang tepat dari klorin dan soda

kaustik tergantung pada kualitas air pengenceran (keras atau lunak) dan jumlah

Page 54: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

38

natrium hidroksida berlebih dalam produk akhir. Proses pembuatan untuk membuat

pemutih bisa dalam batch atau terus-menerus dan menggunakan klorin gas atau

cair. Biasanya mereka terus menerus dan menggunakan klorin cair. Proses

manufaktur dapat dipecah menjadi beberapa pengenceran, klorinasi, filtrasi dan

distribusi. Di atas adalah diagram alur proses yang sederhana.37

Selama proses caustic dilution panas dihasilkan. Secara instan 50% soda

kaustik dapat mencapai suhu setinggi 110 ° F dan setelah pengenceran 70° F air dan

20% suhu akhir adalah 130° F.

Selama proses chlorination panas juga dihasilkan. Jumlah panas yang

dihasilkan adalah 24.700 kalori dengan klorin berbentuk gas. Dengan menggunakan

klorin cair, panas yang dihasilkan dikurangi, dan juga menghilangkan kebutuhan

akan vaporizer klorin yang mahal dan semua yang menyertainya (pemeliharaan,

kontrol, uap, dll.).

Suhu tinggi meningkatkan pembentukan natrium klorat. Untuk alasan ini,

sebaiknya tidak melebihi 80 ° F selama klorinasi untuk larutan pemutih encer dan

70 ° F untuk larutan pemutih pekat. Ketika membuat larutan pemutih encer

dimungkinkan untuk mendinginkan soda kaustik encer yang cukup rendah sehingga

tidak diperlukan pendinginan tambahan selama klorinasi.37

3. Cara Penyimpanan

Larutan natrium hipoklorit harus disimpan dalam wadah berventilasi, atau

dalam wadah yang dilengkapi dengan perangkat bantuan yang memadai karena gas

O2 yang dihasilkan dari dekomposisi. Jika laju ventilasi terlampaui oleh tingkat

dekomposisi, pembengkakan atau kerusakan pada wadah dapat terjadi38

4. Keamanan

Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating.

Sodium hipoklorit dalam larutan membentuk asam hypoklorus (HOCl) dan

oxychloride (OCl).6 Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin

(Cl2), larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disinfectants)

karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora.

Page 55: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

39

Bahan tersebut bekerja cepat atau fast acting, sangat efektif melawan Hepatitis B

virus (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).40

5. Penggunaan di puskesmas

Dalam sistem puskesmas bleach banyak digunakan terutama sebagai

desinfektan. Terutama penggunaan bleach sebagai desinfektan dan pemutih

laundry rumah sakit yang menggunakan klorin aktif dalam suhu air 60°C untuk

melepaskan noda orgnaik yang tidak lepas pada linen putih.

Tabel 2.9 Pengunaan hipoklorit di puskesmas39 (Sumber : Rutala WA, 1997)

Kegunaan Hipoklorit Tujuan

Air Portabel Kontrol patogen waterborn

Hiperklorinisasi dari air portabel Kontrol Legionella spp. dalam situasi

wabah

Klorinasi air hemodialisis dan mesin Pengurangan pertumbuhan bakteri dan

pencegahan sepsis bakteri

Dekontaminasi air vas bunga Pengurangan potensi risiko bahwa

bunga segar akan berfungsi sebagai

reservoir patogen gram negatif

Peralatan gigi Disinfeksi peralatan gigi yang

terkontaminasi untuk mencegah

transmisi penyakit potensial kepada

pekerja layanan kesehatan dan

transmisi silang ke pasien lain

Tonometer Pencegahan transmisi silang

mikroorganisme, terutama adenovirus

dan herpesvirus

Tangki hidroterapi Pengurangan risiko transmisi silang

yang terkait dengan penumpahan

patogen ke dalam air mandi

Jarum suntik dan jarum yang

digunakan untuk pemberian obat

Pengurangan risiko penularan HIV

kepada pengguna narkoba yang tidak

mau atau tidak dapat menggunakan

Page 56: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

40

jarum dan alat suntik sekali pakai yang

steril

Dekontaminasi tumpahan darah Pencegahan akuisisi patogen yang

ditularkan melalui darah, terutama

HIV dan hepatitis B dan virus C, dalam

hal cedera benda tajam atau kontak

dengan kulit yang tidak sengaja

Permukaan lingkungan di kamar

Pengurangan risiko transmisi silang C.

difficile dalam situasi wabah melalui

tangan personel perawatan kesehatan.

Pengendalian limbah medis Pengurangan beban mikroba yang

terkait dengan limbah medis yang

diatur

Antisepsis Pengurangan risiko patogen transmisi

melalui tangan personel perawatan

kesehatan

Page 57: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

41

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.14 Alur Kerangka Teori

Page 58: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

42

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.15 Alur Kerangka Konsep

Page 59: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

43

2.4 Definisi Opersional

Tabel 2.10 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil

Ukur Skala

Skor BTA dengan pewarnaan konvensional (Ziehl Neelsen)

Banyak bakteri dengan pewarnaan konvensional

Sputum yang telah diwarnai dengan pewarnaan konvensional dihitung dengan menggunakan mikroskop pembesaran 100x dan dikategorkan berdasarkan skala IUATLD.

Mikroskop Tabel

skala

IUATL

D

berupa

Negatif

, Scanty

(Ragu),

+1, +2,

dan +3

Kategorik

Skor BTA dengan pewarnaan Ziehl Neelsen yang ditambahkan bleach 1%

Banyak bakteri dengan pewarnaan yang ditambahkan bleach 1%

Sputum yang telah diwarnai dengan pewarnaan yang ditambah bleach 1% dihitung dengan menggunakan mikroskop pembesaran 100x dan dikategorkan berdasarkan skala IUATLD.

Mikroskop Tabel

skala

IUATL

D

berupa

Negatif

, Scanty

(Ragu),

+1, +2,

dan +3

Kategorik

Page 60: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

44

BAB III METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan studi

Analitik menggunakan metode uji komparatif kategorik berpasangan yaitu

komparasi 2 kelompok dengan membandingkan antara pewarnaan Ziehl Neelsen

konvensional dan Ziehl Neelsen yang ditambahkan bleach 1%. Skala kategoriknya

adalah skor BTA yang dihitung dari sputum pasien TB positif dengan menggunakan

standar International Union Association Lung Tuberculosis Disease (IUALTD)

dengan teknik standar pemeriksaan pewarnaan BTA.

3.2 Waktu dan Tempat Pewarnaan BTA

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 hingga bulan Agustus

2018 di Laboratrium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Kota Bekasi terdiri dari beberapa kecamatan yang memliki puskesmas di

setiap kecamatan tersebut sehingga Puskesmas Kali Baru dapat merepresentasikan

keseluruhan kondisi daerah Bekasi. Karena prevalensi TB yang banyak di kota

Bekasi dan terjangkau untuk diteliti oleh peneliti, oleh karena itu peneliti tertarik

mengambil data di kota ini karena sudah mengenal dan beberapa kali melakukan

observasi awal riset.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh pasien Puskesmas Kali

Baru, kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi yang terdiagnosis dan dicurigai TB.

Pasien memiliki gejala klinis TB seperti batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas

dan nyeri dada.

3.3.1 Kriteria Sampel

Pada penelitian ini sampel yang diambil memiliki beberapa kriteria, yaitu :

1. Kriteria Inklusi

44

Page 61: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

45

a. Pasien yang diduga menderita penyakit TB paru dengan gejala klinis

utama berupa batuk ³ 2 minggu, dan gejala klinis tambahan seperti

penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan keringat pada

malam hari.

b. Pasien baru BTA yang belum pernah mendapatkan terapi OAT di

puskesmas Kali Baru kota Bekasi.

c. Bersedia diambil sputumnya dan menjadi subyek untuk penelitian ini.

d. Pasien dalam keadaan sadar penuh dan melakukan prosedur

pengambilan sputum dengan benar.

2. Kriteria Eklusi

a. Pasien yang saat pengambilan sputum sputumnya kering

b. Pasien immunocompromised (HIV)

Besar sampel minimal yang diperlukan pada kasus kontrol dihitung

menggunakan rumus besar sampel minimal analitik kategorik berpasangan dalam

buku statistik Sopiyudin, yaitu :

𝑛 =(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)*𝜋(𝑃1 − 𝑃2)*

Keterangan :

n = Besar sampel minimal masing-masing kelompok

α = Derajat kepercayaan, deviat baku alfa, probabilitas untuk membuat

kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah, sehingga Zα =

1,96

β = Deviat baku beta, probabilita untuk membuat kesalahan tipe II

ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84.

π = Besarnya diskordan (Ketidaksesuaian)

P1 = Proporsi pada kasus

P2 = Proporsi pada kontrol

Dari penelitian sebelumnya diambil variabel penambahan bleach

terhadap konvensional dimana diketahui nilai P2 = 0,92 dan P1 = 0,15

dengan nilai π = 0,7. maka diperoleh nilai n sebagai berikut 56 :

Page 62: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

46

𝑛1 =(1,96 + 0,84)*0,7(0,15 − 0,92)*

𝑛1 =5,40,59

𝑛1 = 15

𝑛1 = 𝑛2 = 15 15 × 2 = 30

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software sample size 2.0 dari

WHO, jumlah total sampel yang diperlukan adalah 30, namun dalam penelitan ini

peneliti mengumpulkan sampel sampai dengan 40 total sampel specimen sputum,

dimana terdapat 40 sampel sputum yang siap dibuat 40 preparat dengan pewarnaan

konvensional dan 40 preparat yang ditambahkan dengan bleach 1%, sehingga total

preparat yang diperiksa adalah 80 preparat.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Terikat (Dependen)

Pemeriksaan mikrobiologi sputum dengan menggunakan metode kuantitatif

yaitu perhitungan mikroskopis skor BTA dengan menggunakan skala standar

International Union Association Lung Tuberculosis Disease (IUALTD).

3.4.2 Variabel Bebas (Independen)

Semua sampel sputum dengan pewarnaan BTA yang diberi perlakuan

dengan bleach 1% dan semua sampel sputum tanpa perlakuan yang diberi

pewarnaan BTA secara konvensional (Ziehl Neelsen).

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel

Jenis data primer yang dikumpulkan adalah sputum pasien yang dicurigai

TB dan bersedia untuk diambil sputumnya dengan Teknik SPS. Dibutuhkan tiga

spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis. Spesimen

sputum paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagi-

pagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan sputum dilakukan:

Page 63: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

47

Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. Kumpulkan sputum

spesimen pertama pada saat pasien berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan

Kesehatan), beri pot sputum pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan

sputum pada pagi hari berikutnya. Pasien mengeluarkan sputum spesimen kedua

pada pagi hari kedua setelah bangun tidur, kumpulkan sputum spesimen ketiga di

laboratorium pada saat pasien kembali ke laboratorium. Jelaskan kepada pasien

untuk tidak makan, minum atau merokok sebelum sputum besok pagi (P)

dibatukkan.33

Sebelum berdahak pasien kumur-kumur dengan air bersih sebelum, bila

memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur. Pemeriksa memakai handscoen

dan masker, minta pasien untuk membatukkan sputum di ruang terbuka dan

mendapat sinar matahari langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik, dan

berada jauh dari orang sekitar untuk mencegah penularan kuman TB. Meminta

pasien menarik nafas dalam (2-3 kali), buka tutup pot, dekatkan ke mulut, berdahak

dengan kuat dan ludahkan ke dalam pot dahak, tutup pot yang berisi dahak dengan

rapat dan pasien harus mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik. Jika sputum

sulit dikeluarkan, pasien diberi petunjuk untuk melakukan olah raga ringan

kemudian menarik napas dalam beberapa kali. Apabila pasien merasa akan batuk,

napas ditahan selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk.33

Pengambilan sampel dilakukan di puskesmas wilayah kota Bekasi

ditampung dan ditransfer menggunakan coolbox, sehingga dapat disimpan dalam

lemari pendingin selama jangka waktu 5 hari . Sputum lalu diberikan pewarnaan

BTA di Laboratrium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.

Perbandingan sampel kontrol dengan sampel perlakuan adalah 1:1 dengan jumlah

total 40 sampel sputum.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sputum yang mukopurulen

(dahak mukoid bewarna kuning kehijauan) yang ideal. Sputum tersebut diperoleh

dari seluruh pasien TB yang diambil dengan Teknik sewaktu. Sputum yang

diperoleh dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian sebagai kontrol/ pembanding yang

diwarnai secara konvensional dan bagian lainnya ditambahkan bleach 1% dalam

jumlah sama banyak lalu langsung divortex sampai tercampur merata. Lalu sputum

Page 64: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

48

diinkubasi suhu ruang selama 10 menit, setelah 10 menit sputum dilakukan

pewarnaan BTA. Hasil pewarnaan dibaca di mikroskop, dan dicatat hasilnya

dengan membandingkan kelompok kontrol dan perlakuan bleach 1% perlakukan

Skor BTA sesuai yang ditentukan oleh IUALTD.

3.5.2 Persiapan alat dan bahan

Beberapa alat-alat yang digunakan terlebih dahulu dicuci bersih lalu

disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan sebesar 15

dyne/cm3(1.5 atm) dan suhu sebesar 121 ̊C, dikeringkan dan dibungkus dengan

kertas alumunium foil. Alat dan bahan dipersiapkan, BSC dinyalakan dan

disterilkan dengan menggunakan sinar UV dengan durasi sekitar 30 menit. Pastikan

operator sudah dalam keadaan steril dengan menggunakan standar APD pewarnaan

BTA terlebih dahulu seperti masker, jas laboratrium, dan handscoen. Peralatan

yang digunakan untuk membuat preparat dan yang kontak dengan sputum pasien

(infeksius) diletakan didalam BSC yang sudah disterilkan. Taruh rak pewarnaan

diatas bak pewarnaan, lalu susun diatas bak cucian dan pastikan air dapat mengalir.

3.5.3 Alat dan Bahan Pewarnaan BTA

Tabel 3.1 Alat-alat dan bahan pewarnaan BTA

Alat-alat Bahan

1. Bak cuci tangan, air mengalir

2. Bak cuci alat

3. Bak Pewarnaan, Rak Pewarnaan

4. Kaca Obyek (Object Glass)

5. Lampu Spirtus

6. Hand schoen

7. Masker

8. BSC (Bio Safety Cabinet )

9. Autoklaf, mikroskop

10. Pensil kaca, Lidi steriil, pipet

Reagen pewarnaan BTA

a. Larutan Carbol fuchsin

b. Larutan Methylen Blue

c. Larutan Asam Alkohol, counter

stain

Bahan pemeriksaan (Sputum

Pasien)

Page 65: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

49

3.5.4 Pembuatan Larutan Bleach

Didapatkann larutan Bleach yang terdapat di pasaran adalah 5,25%.

Konsentrasi ini didapat dengan mencampurkan bleach dan aquades melalui

perhitungan dengan rumus :

V1 = Volume awal larutan (bleach)

M1 = Konsentrasi awal larutan

V2 = Volume akhir larutan (bleach ditambah aquades)

M2 = Konsentrasi akhir larutan

Pada penelitian dibutuhkan larutan bleach dengan konsentrai 1% dengan

volume 100ml maka rumus pengenceran menjadi sebagai berikut:

Ditemukan volume awal larutan (bleach) 19 ml, maka volume aquades

yang dibutuhkan untuk melarutkan larutan bleach adalah dengan rumus: V2 – V1,

yaitu 100 ml – 19 ml = 81 ml.

Konsentrasi bleach 1% dapat dibuat dengan cara mencampurkan 19 ml

bleach ditambah dengan 81 ml Aquades dalam beaker glass lalu simpan dalam

suhu ruang dalam botol kaca gelap atau plastik tertutup dengan daya simpan 1-2

bulan.

3.5.5 Pembuatan Preparat Konvensional

Setelah sputum dikumpulkan dan termasuk dalam sputum yang memenuhi

persyaratan, alat dan bahan dapat dipersiapkan. Pastikan alat dan bahan sudah

lengkap dan tersusun rapi, pisahkan antara alat yang infeksius dan non-infeksius.

Buat wadah preparat di objek glass yang digambar persegi panjang atau oval dan

V1 x M1 = V2 x M2

M1 x V1 = M2 x V2

5,25% x V1 = 1% x 100ml

V1 = ;<<×;=,*=

V1 = 19 ml

Page 66: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

50

diberikan kode yang sesuai dengan kode pot sputum pasien dengan menggunakan

pensil kaca. Objek glass dapat digambar seperti format berikut:

Gambar 3.1 Bentuk preparat.

Satu Pot Sputum akan dibagi menjadi 2 pewarnaan, yaitu pewarnaan BTA

Konvensional (Ziehl Nielseen) dan pewarnaan BTA yang ditambahkan bleach 1%.

1. Pastikan operator sudah dalam keadaan steril dengan menggunakan standar

APD pewarnaan BTA terlebih dahulu seperti masker, jas laboratrium, dan

handscoen. Peralatan yang digunakan untuk membuat preparat sehingga

kontak dengan sputum pasien (infeksius) diletakan didalam BSC yang

sudah disterilkan.

2. Rak pewarnaan diletakan diatas bak pewarnaan, lalu susun diatas bak cucian

dan pastikan air dapat mengalir. Tulis nomor identitas pasien pada bagian

ujung kaca sediaan. Bila menggunakan kaca biasa, tulis dengan spidol

permanen atau pensil kaca.

3. Lakukan cuci tangan rutin dan gunakan handscoen. Siapkan sputum yang

akan difiksasi didalam BSC yang dilapisi dengan tissue, susun sesuai nomor

identitas pasien. Satu pot sputum akan dibagi menjadi 2 preparat. Buka pot

sputum dan ambil dan pilih bagian dari dahak yang purulent dengan

menggunakan lidi.

31 B

Batas Sputum

Kode Sputum

Page 67: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

51

Gambar 3.2 Proses Pengolahan Sputum

4. Letakan sputum yang terdapat pada lidi ke kaca sediaan dengan cara

memutar sentrifugal. Sediaan dibuat tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm, dan

tidak terlalu tipis untuk menghindari apusan menjadi kering sebelum

diratakan. Ratakan sediaan dengan membuat spiral-spiral kecil sewaktu

apusan setengah kering dengan menggunakan lidi lancip sehingga didapat

sebaran sputum lebih rata dan area baca lebih homogen. Jangan membuat

spiral-spiral kecil pada apusan yang sudah kering, karena dapat terkelupas

dan menjadi aerosol yang infeksius.

Gambar 3.3 Cara pembuatan preparat

5. Keringkan apusan di udara bebas, dan lakukan fiksasi apusan dengan

pemanasan, pastikan apusan menghadap ke atas lalu panaskan 3 kali melalui

api dari lampu spiritus. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang

kaca (pemanasan yang berlebihan akan merusak hasil) Keringkan apusan di

atas rak sediaan, hindari sinar matahari langsung. Lidi yang telah digunakan

langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan

3.5.6 Pembuatan Preparat Bleach 1%

Siapkan sisa Sputum yang berada dalam pot diukur dengan menggunakan

pipet, lalu ambil larutan bleach sama dengan dengan ukuran sputum yang telah

Page 68: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

52

diukur. Campurkan larutan bleach kedalam pot sputum dengan jumlah yang sama

banyak dan perbandingan 1:1. Misalkan sputum yang diukur didalam pot sebanyak

1 ml maka tambahkan larutan bleach sebanyak 1 ml. Campurkan / homogenisasikan

tabung yang berisi cairan sputum dan bleach 1 % diatas mesin pengguncang (vortex

shaker) dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 detik. Ambil dan pilih bagian dari

dahak yang purulen yang telah di bleach dengan menggunakan lidi dan lakukan

pembuatan preparat dan pewarnaan preparat sama dengan BTA konvensional (Ziehl

Neelsen). Buatlah preparat bleach 1% dalam objek glass yang baru yang diberi label

berbeda dengan preparat konvensional.

3.5.7 Pewarnaan BTA Ziehl Neelsen

Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang

ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan sediaan

lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari.

1. Teteskan dan genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin

0.3%. Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan

sampai keluar uap (sekitar 5 menit), didiamkan kemudian dipanasi lagi

sebanyak 3 kali. Usahakan jangan sampai api langsung mengenai sediaan.

Diamkan sediaan selama 5 menit.

2. Bilas sediaan dengan hati-hati (jangan sampai ada percikan ke sediaan lain).

Miringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air.

3. Teteskan dan genangi dengan asam alkohol sampai 10 detik atau sampai

tidak tampak warna merah carbol fuchsin. Bilas sediaan dengan hati-hati

(jangan sampai ada percikan ke sediaan lain).

4. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue 0.1% dan diamkan

selama 1 menit. Bilas sediaan dengan air mengalir sampai methylene blue

bersih. Tiriskan preparat dan keringkan dengan cara dimiringkan. Lepas

handscoen dan lakukan cuci tangan rutin. 44

Page 69: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

53

3.5.8 Pembacaan Sediaan Apus

Siapkan mikroskop dan letakkannya di meja dengan permukaan datar dan

tidak licin Atur tegangan lampu ke minimum 4. Nyalakan mikroskop dengan

menekan tombol “on”. Sesuaikan dengan pelan-pelan sampai intensitas cahaya

yang diinginkan tercapai.

1. Letakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas meja sediaan. Putar lensa

objektif ke objektif 10 x 8 Atur dengan tombol pengatur fokus kasar dan

pengatur fokus halus sampai sediaan terlihat jelas. Sesuaikan jarak antar

pupil sampai gambar kiri dan gambar kanan menyatu dengan cara

menggeser-geser kedua lensa okuler (karena setiap orang mempunyai

jarak antar pupil yang berbeda-beda).

2. Fokuskan gambar dengan mata kanan dengan cara melihat ke dalam

okuler kanan dan sesuaikan dengan tombol pengatur fokus halus.

Fokuskan gambar dengan mata kiri dengan cara melihat ke dalam okuler

kiri dan putar. Cincin penyesuai diopter sampai didapatkan gambar yang

paling jelas, baik untuk mata kiri maupun mata kanan. Buka diafragma

sampai 70 – 80%, hingga lapangan pandang terang dengan merata.

3. Teteskan satu tetes minyak emersi. Aplikator minyak emersi tidak boleh

menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh bebas ke permukaan sediaan

apus agar aplikator minyak emersi tidak terkontaminasi dengan

sediaan. Putar lensa objektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan apus.

Jangan sekali-kali lensa menyentuh kaca sediaan.

4. Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat dengan jelas,

lakukan pembacaan sediaan apus secara sistematis untuk memastikan

hasil yang dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan. Mulai

pembacaan dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan pada sediaan

yang sel-selnya terlihat, bila sediaan tampak kosong, geser pada lapang

pandang lainya.16

Page 70: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

54

Gambar 3.4 Alur Pembacaan Preparat

Lakukan interpretasi sediaan secara kuantitatif berdasarkan skala

International Union Association Lung Tuberculosis Disease (IUALTD). Setelah itu

dihitung skor BTA dari masing-masing preparat dan diuji menggunakan uji statistik

SPSS yaitu uji non-parametrik Friedman. Rumus menghitung nilai uji statistik

Friedman (yang dibuat berdasarkan distribusi Chi-square).

Page 71: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

55

3.6 Alur Penelitian

Gambar 3.5 Alur Penelitian

Page 72: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

56

3.7 Manajemen Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Data yang dicari adalah sputum dari pasien yang dicurigai dan memiliki

gejala klinis TB di Puskesmas Kali Baru kota Bekasi. Populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan pot sputum steril dan diberi

penjelasan mengenai tata cara mengeluarkan sputum. Proses pengumpulan data

dibantu oleh petugas program TB di setiap puskesmas Kali Baru selama 6 bulan.

Sputum akan di bleach da diwarnai dengan pewarnaan BTA lalu dihitung skor BTA

nya berdasarkan skala standar International Union Association Lung Tuberculosis

Disease (IUALTD).

3.7.2 Pengolahan Data

Bagian rangkaian penelitian setelah pengumpulan data kemudian diolah

sehingga menghasilkan informasi:

4. Editing Data, Meneliti setiap pertanyaan yang telah terisi: apakah lengkap,

jelas, relevan dan konsisten. Bil ada jawaban kosong, petugas pengumpul

data bertanggung jawab untuk melengkapinya.

5. Coding, Merubah data bentuk huruf menjadi angka atau bilangan, gunanya

untuk mempermudah saat analisis dan entry data

6. Processing, setelah selesai melakukan editing dan pengkodean, data

diproses dengan cara memasukan data dari kuisioner ke paket program

computer, program SPSS versi 22 untuk system operasi Mac.

7. Cleaning data, pembersihan data untuk mencegah kesalahan entry data yang

mungkin terjadi.

3.7.3 Analisis Data

Proses pengumpulan dan pengolahan data telah dilkukan, kemudian dilanjutkan

dengan analisis dengan tahapan sebagai berikut :

- Analisis Univariat

Page 73: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

57

Analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel

yang diteliti, bentuk tergantung jenis data, untuk data kategorik digunakan

distribusi frekuensi.

- Analisi Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahu hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Untuk mengetahui hal itu uji yang digunakan adalah uji kai

kuadrat (chi square) sehingga dapat diketahui ada dan tidak hubungan yang

bermaknsa secara statistik dengan derajat kemaknaan 0,05 atau 𝛼 = 5%.

Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Ho

ditolak atau Ho gagal ditolak. Dengan ketentuan apabila p value <a (0,05), Maka

Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna, jika p value > a, maka HO gagal

ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel.

Page 74: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Univariat

Dalam penelitian dapat didekripsikan bagaimana gambaran keseluruhan

sampel yang diambil peneliti di Puskesmas Kali Baru. Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing deskripsi yang diteliti meliputi

usia, lama batuk, skor BTA, keluhan pasien, dan jenis kelamin pasien yang di

deskripsikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel

Deskripsi Mean Frekuensi n = 40 (%) Usia < 40 tahun

40 - 60 tahun

>60 tahun

12

16

12

30

40

30

Lama Batuk >3 minggu

<3 minggu

22

18

55

45

Keluhan Sesak

Panas dingin

Batuk-batuk

Demam

Nafsu makan

menurun

Berat badan turun

18

11

22

5

4

8

2

45

27,5

55

12,5

10

20

5

Jenis Kelamin Laki- laki

Perempuan

24

16

60

40

Setelah deskripsi dari sampel diuraikan dari data diatas dapat dilihat

bagaimana distrisbusi frekuensi masing-masing deskripsi. Dapat dilihat dari tabel

diatas pasien yang terdiagnosis TB terbanyak adalah pasien dalam rentang usia 40-

60 tahun sejumlah 40% dibandingkan dengan pasien diluar usia tersebut. Sebanyak

55% pasien mengalami batuk kurang dari 3 minggu dan langsung datang ke

Puskesmas Kali Baru untuk memeriksakan diri mereka. Dapat disimpulkan bahwa

58

Page 75: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

59

pasien Puskesmas Kali Baru memiki kesadaran yang tinggi terhadap keluhan batuk

mereka sehingga mereka langusng datang ke Puskesmas dan bersedia untuk diambil

sampel sputum nya sebagai langkah awal untuk menegakan diagnosis tuberkosis

paru.

Sejumlah 55% pasien mengeluhkan batuk-batuk dan sejumlah 45% pasien

mengeluhkan sesak nafas. Banyak juga pasien yang mengeluhkan panas dingin. Hal

ini sesuai dengan gejala klinis TB paru dengan beberapa pasien yang mengeluhkan

penyerta seperti demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan cepat

lelah. Dari sampel yang didaptkan jumlah pasien laki-laki 1,5 kali lebih banyak

pasien laki-laki daripada perempuan.

Hasil analisis deskripsi karakteristik dengan total sampel 40 pasien

ditemukan gambaran deskripsi pasien yang beragam. Deskripsi yang diteliti

meliputi usia, lama batuk, keluhan pasien, dan jenis kelamin dari masing-masing

pewarnaan konvensional dan bleach 1%.

4.2 Presentasi Hasil Skor BTA

Setelah dilakukan pewarnaan, skor BTA akan dihitung dari masing-masing

preparat berdasarkan skala IUALTD lalu dikelompokan berdasarkan hasil skor

tersebut dan dihitung frekuensinya yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil skor BTA

Skor BTA

Frekuensi n (%) p

Konvensional Bleach 1% negatif 9 (22.5) 2 (5.0)

0,007

Scanty 7 (17.5) 6 (15.0) +1 18 (45.0) 25 (62.5) +2 5 (12.5) 7 (17.5) +3 1 (2.5) 0 (0.0) Total 40 (100) 40 (100)

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa total sampel yang digunakan adalah 40

sampel sputum yang diwarnai dengan menambahkan bleach 1% dan konvensional.

Page 76: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

60

Sehingga total preparat dengan masing-masing variabel memiliki distribusi total

sampel sebanyak 40 (100%).

Dapat dilihat dari tabel distribusi diatas bahwa terdapat tingkat kepositifan

yang lebih besar dengan menggunakan bleach 1% pada skor BTA positif 1 (+1)

dimana skor BTA yang didapatkan 62,5% persentase yang lebih banyak dengan

menggunakan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional yang hanya 45%

positif 1 (+1). Hal ini menunjukan bahwa penggunaan bleach 1% 1,3 kali

persentasenya lebih banyak dibandingkan dengan konvensional. Penambahan

bleach 1% juga didapatkan persentasenya lebih banyak (17,5%) dibandingkan

dengan konvensional yang hanya 12,5% pada skor BTA positif 2 (+2). Hal ini

menunjukan penggunaan bleach 1% 1,4 kali lebih persentasenya lebih banyak

dibandingkan dengan konvensional.

Pada skor BTA negatif dan scanty serta positif 3 (+3) penambahan bleach

1% tidak lebih banyak persentasenya dibandingkan konvensional karena distribusi

frekuensi skor BTA bleach 1% lebih banyak pada skor positif 1 (+1) dan positif 2

(+2). Kondisi ini dapat menyebabkan efek toksik dari pemutih menjadi lebih besar

pada basil, dan dapat membunuh lebih banyak basil dibandingkan dengan sputum

dengan (+1) atau (+2) BTA. Cara bagaimana pemutih dapat secara efektif

membunuh mikroorganisme kontaminan dalam pewarnaan TB dengan memulai

stres oksidatif menjadi protein bakteri. Reaksi stres oksidatif tersebut dapat

menstimulasi agregasi proteinnya dan mengakibatkan kematian.45

4.3 Analisis Bivariat

Analsis bivariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

antara variabel terikat yaitu skor BTA, dengan variabel bebas yaitu sampel sputum

dengan pengembangan pewarnaan BTA yang diberi perlakuan dengan bleach 1%

dan sampel sputum konvensional (Ziehl Neelsen). Hasil analisis bivariat disajikan

dalam tabel berikut :

Page 77: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

61

Tabel 4.3 Hasil uji Chi-square skor BTA konvensional dengan Bleach 1%.

Dapat dilihat dari tabel diatas terdapat 5% skor BTA negatif dengan bleach

1% dibandingkan dengan konvensional, 15% skor BTA scanty dengan bleach 1%

dibandingkan dengan konvensional. Sebanyak 62,5% skor BTA positif 1 (+1)

dibandingkan dengan konvensional, dan 17,5% skor BTA postif 2 dengan bleach

1% dibandingkan dengan konvensional dengan jumlah 40 total sampel pada

konvensional. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan bleach 1% meningkatkan

persentase skor dari pemeriksaan mikroskopis terutama pada skor BTA positif 1

dengan total 62,5% pada skor positif 1(+1).

Dapat dilihat juga bahwa pada pewarnaan dengan bleach 1% tidak ada yang

skor BTA nya sampai dengan positif 3 (+3) sedangkan pada konvensional terdapat

skor yang mencapai tingkat kepositifan positif 3 (+3), faktor-faktor yang

menyebabkan kondisi ini mungkin karena konsentrasi pemutih terlalu kuat dan

waktu kontak dengan basil TB terlalu panjang. Konsentrasi bahan kimia dari

dekontaminan dan waktu kontak ke basil merupakan faktor penting untuk

pemulihan Mycobacterium tuberkulosis. Semakin tinggi konsentrasi semakin

beracun bagi sel basil, apapun zat kimia yang digunakan untuk dekontaminasi, itu

masih memiliki kemungkinan untuk membunuh sejumlah basil TB.

Bleach 1% n (%)

P negatif scanty (+1) (+2)

Kon

vens

iona

l

negatif 2 (22.2) 3 (33.3) 4 (44.4) 0 (0)

0,007

scanty 0 (0) 1 (14.3) 5 (71.4) 1 (14.3)

(+1) 0 (0) 1 (5.6) 14 (77.8) 3 (16.7)

(+2) 0 (0) 0 (0) 2 (40) 3 (60)

(+3) 0 (0) 1 (100) 0 (0) 0 (0)

Total 2 (5) 6 (15) 25 (62.5) 7 (17.5) 40 (100)

Page 78: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

62

Setelah itu dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan

penambahan bleach 1% pada sputum dengan skor BTA konvensional. Uji statistik

dilakukan dengan uji non parametrik metode friedman.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,007 artinya p < alpha (0,05), sehingga

denga alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara

penambahan bleach 1% pada sampel sputum pasien TB dengan skor BTA

konvensional.

4.4 Pembahasan

Pemeriksaan sputum secara mikroskopis masih menjadi alat diagnostik

yang cepat dan sederhana dibandingkan pemeriksaan penunjang lain seperti kultur.

Diperlukan alat diagnostik (tools) yang terstandarisasi untuk manajemen TB, agar

menghindari diagnosis laboratorium negatif palsu yang akan meningkatkan jumlah

pasien TB yang tidak diobati.

Meskipun banyak metode baru telah dikembangkan baru-baru ini untuk

mendeteksi mikobakteri dari spesimen klinis, penelitian lebih lanjut diperlukan

untuk membuat alat laboratorium yang hemat biaya dan efektif. Untuk mencapai

itu, teknik laboratorium yang sudah ada saat ini harus diperbaiki. Salah satu Teknik

laboratrium yang sedang dikembangkan adalah penggunaan bleach untuk

pewarnaan BTA, yang dilihat memberikan banyak manfaat dari penelitian ini.

Banyak dari penelitian sebelumnya yang sudah menggunakan bleach sebagai

dekontaminan pewarnaan BTA, kegunaan bleach diantara zat-zat dekontaminan

lain menunjukan hasil yang lebih baik mulai dari skor BTA sampai hasil dari

pewarnaan yang diperiksa di mikroskop.46

Penggunaan konsentrasi bleach yang tepat juga mempengaruhi kualitas

hasil dari spesimen. Dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh

Suwarsono, dkk (2018) yang membandingkan zat dekontaminan lain seperti NaOH

4% atau NALC-NaOH menjelaskan mengenai konsentrasi bleach 1% merupakan

konsentrasi yang paling tepat dan aman dan menunjukan hasil yang akurat

dibandingkan dengan zat kontaminan lain. Maka dari itu peneliti memilih

menggunakan bleach dengan konsentrasi 1% sebagai zat dekontaminan yang dapat

Page 79: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

63

digunakan sebagai solusi dekontaminan alternatif untuk kultur TB dari spesimen

dahak, terutama untuk sputum yang sangat terkontaminasi. 9

Penelitian yang dilakukan Satapathy P, dkk (2014) mengemukakan bahwa

konsentrasi larutan dekontaminan sebagai zat kimia dan waktu inkubasi sangat

penting, karena konsentrasi dan kontak waktu yang tidak tepat dapat membunuh

M.Tuberculosis. Konsentrasi 1% pemutih dalam 10 menit inkubasi adalah kondisi

terbaik untuk pemulihan TB, dibandingkan dengan 0,5%, 1,25% dan 2%.47

Perbedaan yang sebenarnya ini dapat berdampak pada hasil laboratorium, sehingga

penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan konsentrasi dan waktu kontak

terbaik dari pemutih. Namun, berdasarkan nilai yang baik dari tingkat pencemaran

pemutih, pemutih 1% memiliki potensi untuk digunakan sebagai dekontaminan

alternatif untuk sputum yang sangat terkontaminasi, seperti dalam kasus waktu

yang lama dari transportasi sputum di mana akan ada pertumbuhan berlebih dari

bakteri kontaminan. Keadaan seperti ini biasanya terjadi di daerah terpencil.

Bleach 1% ini dapat memulihkan semua Mycobacterium tuberculosis dari

dahak, dan membuat tingkat positif 100%. Pemutihan pada konsentrasi 1%

memiliki tingkat positif yang optimal. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi

pemutih dan waktu kontak untuk inkubasi dilakukan dengan benar. Konsentrasi

bleach pada 1% dan 10 menit inkubasi adalah konsentrasi optimum untuk

dekontaminasi sputum sehingga kedua kondisi tidak hanya dapat mencegah

pertumbuhan kontaminan tetapi juga mendukung pemulihan basil TB.48

Pemilihan teknik pengolahan sampel dengan menggunakan bleach yang

tepat juga mempengaruhi bagaimana hasil dari kualitas pewarnaan. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Y.Merid, dkk (2009) yang membandingkan

berbagai teknik pengolahan sputum dengan bleach seperti penambahan bleach

langsung (jangka pendek), sendimentasi 24 jam (overnight) dengan bleach dan

sentrifugasi dengan menggunakan bleach. Hasil dari penelitan tersebut menunjukan

bahwa dengan menggunakan teknik sendimentasi 24 jam (overnight) dan

sentrifugasi meningkatkan tingkat kepositifan yang lebih sebanyak 12%

dibandingkan dengan penambahan bleach secara langsung (jangka pendek). Dalam

penelitia hanya menggunakan teknik penambahan bleach secara langusng (jangka

Page 80: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

64

pendek) karena tidak ada ketersediaan alat sentrifugasi di lab mikrobiologi, selain

itu proses sendimentasi yang memakan waktu yang lama membuat teknik tersebut

tidak memungkinkan untuk dilakukan. Dengan penelitian selanjutnya yang

mungkin bisa membandingkan teknik penambahan bleach tersebut.49

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Angeby, dkk (2000) dilaporkan

bahwa sensitivitas satu sampel yang diperlakukan NaOCl lebih tinggi daripada tiga

smear langsung berturut-turut. Hal ini penting, karena sering ada masalah dalam

menerima sampel sputum tambahan untuk preparasi smear. Hal ini sama dengan

hasil penelitian ini dimana penggunaan bleach dapat meningkatkan sensitivitas

sehingga hanya diambil satu kali pengambilan sputum.50

Dapat dilihat dari hasil analisis bivariat bahwa penggunaan bleach memiliki

banyak keuntungan dibandingkan dengan teknik BTA konvensional. Selanjutnya

akan dibahas keuntungan penggunaan bleach 1% dalam penjabaran berikut :

4.4.1 Hasil akurat, dan efektif.

Pemeriksaan mikroskopis menjadi lebih akurat dimana dengan

menggunakan bleach sampel penelitian menjadi lebih encer sehingga dapat

mengurangi kotoran mikroskopis ataupun puing-puing mikroskopis yang biasa

ditemukan pada pewarnaan BTA dengan teknik konvensional. Dengan menurunya

gambaran puing-puing mikroskopis tersebut membuat basil TB menjadi lebih

terlihat oleh pemeriksa. Warna basil TB yang terlihat lebih merah juga akan

meningkatkan keakuratan hasil pemeriksaan. Hal ini terjadi sesuai dengan

penelitian ini, dimana banyak skor BTA negatif dengan teknik konvensional yang

menjadi positif setelah basil TB lebih terlihat dan lebih mudah untuk dihitung

setelah ditambahkan bleach 1%.

Bahan dekontaminan bleach yang diperlukan juga mudah untuk dicari dan

dibeli sehingga pemeriksaan ini efektif dapat diterapkan dari fasilitas kesehatan

primer sampai dengan perifer. Dari perspektif ekonomi, bleach dengan konsentrasi

1% dapat dibuat dari mencampurkan bayclin dan air steril. Harga untuk bayclin

juga lebih murah dibandingkan dekontaminan lain seperti NaOH 4% atau NALC-

NaOH. Dalam penelitian ini menggunakan bleach dari bayclin yang tersedia secara

komersial di berbagai tempat perbelanjaan yang terjangkau. Peneliti bisa

Page 81: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

65

mendapatkan bayclin dengan harga Rp 25.000 (1,5 USD per 100 ml dalam 5,25%

NaOCl). Di sisi lain, NaOH dan NALC yang sulit untuk dibeli dan hanya untuk

kebutuhan laboratorium saja, sehingga tidak mudah untuk menemukannya di

fasilitas kesehatan perifer atau daerah terpencil.9

4.4.2 Keamanan

Mekanisme efek bleach secara efektif membunuh mikroorganisme

kontaminan dalam budaya TB adalah dengan memulai reaksi stress oksidatif ke

dalam protein bakteri. Reaksi stres oksidatif ini dapat menstimulasi agregasi protein

bakteri dan mengakibatkan kematiannya. Ketika bakteri diekspos dengan bleach,

mereka merespon dengan membangun mekanisme pertahanan yang menggunakan

pengatur regulasi Hsp33 yang dibuat dengan redoks yang membuat proses oksidasi

reversibel dari domain redoks switch C-terminal. Bleach adalah pengaktif potensial

Hsp33 yang berfungsi sebagai Hsp33, maka reaksinya akan menghasilkan protein

indefektif. Bleach bisa efektif dalam membunuh bakteri karena memiliki efek

mutagenik bagi mereka.52

Telah diketahui bahwa NaOCl dapat secara efektif membunuh

M.Tuberculosis, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Ängeby KAK, dkk

(2000) yang membandingkan metode dekontaminasi bleach dan metode Petroff,

yang digunakan untuk mendekontaminasi sampel sputum sebelum kultur, yang

justru menjadi sumber potensial infeksi, terutama setelah sentrifugasi. Tentunya hal

ini membuat spesimen aman untuk ditangani, resiko penularan TB lewat udara ke

pemeriksa menjadi berkurang yang tentunya meningkatkan keamanan (bio-safety)

dan menjamin kesehatan pemeriksa. Tentuna hal ini akan sangat menguntungkan

bagi fasilitas kesehatan perifer yang tidak memiliki bio-safety cabinet.

4.4.3 Kualitas pewarnaan yang lebih bersih dan jernih

Berdasarkan penelitian yang dilakukan James, Ameh, dkk (2013) yang

menjelaskan bahwa bleach dapat menghilangkan debris mikroskopis dan

meninggalkan bidang mikroskopis yang jernih untuk pemeriksaan yang lebih

mudah. Slide lebih mudah dan lebih cepat untuk dibaca. Hal ini sesuai dengan

Page 82: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

66

penelitian ini dimana dengan penggunaan bleach yang dapat membuang debris

mikroskopis yang dapat menganggu pemeriksaan, sehingga membuat lapang

pandang menjadi lebih jernih. Basil TB juga terlihat lebih jelas daripada pewarnaan

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari 2 gambar dibawah hasil salah satu preparat

yang membandingkan konvensional dengan bleach :

Konvensional Bleach 1%

Gambar 4.1 Hasil kualitas pewarnaan BTA bleach dan konvensional

Selain keuntungan yang didapatkan tentunya teknik penambahan bleach ini

dapat merugikan jika tidak dilakukan dengan benar, kemungkinan seperti kinerja

pengerjaan pewarnaan yang relatif rendah dalam penelitian ini sehingga membuat

beberapa preparat terlalu lama di vortex dengan menggunakan bleach dan

membunuh kuman M.Tuberculosis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bonnet,

M, dkk (2010) dimana terjadi peningkatan sensitivitas yang lebih rendah di pusat

kesehatan perifer mungkin disebabkan oleh karakteristik sputum yang berbeda dari

pasien TB di rumah sakit dan populasi pusat kesehatan. Sampel mungkin lebih kecil

dan kurang memadai karena kurang pengalaman dalam teknik pengumpulan dahak.

Selain itu, personel laboratorium di pusat kesehatan perifer memproses lebih sedikit

sputum spesimen per hari dan oleh karena itu memiliki sedikit kesempatan untuk

mempraktekkan teknik baru. Mereka juga umumnya tampak kurang termotivasi

dan lebih sulit untuk diawasi daripada teknisi yang berbasis di rumah sakit.

Meskipun demikian, kami menganggap teknik ini layak di pusat kesehatan perifer.5

Page 83: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

67

4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa keterbatasan

antara lain :

1. Tidak dilakukan kultur pada setiap sampel sebagai “gold standard”

penegakan diagnosis TB.

2. Jumlah sampel yang diambil hanya berasal dari satu Puskesmas Kali Baru

saja.

3. Tidak dilakukan percobaan dengan bahan dekontaminan lain sehingga hasil

hanya membandingkan bleach 1% saja.

4. Hanya dilakukan teknik penambahan bleach secara langsung (jangka

pendek) sehingga tidak membandingkan dengan teknik penambahan bleach

lain, seperti sendimentasi semalaman dan sentrifugasi.

5. Banyak pasien yang tidak mengerti cara mengeluarkan sputum sesuai

dengan prosedur sehingga yang dikeluarkan hanya berupa ludah, sehingga

sampel tersebut harus dieleminasi.

6. Banyak pasien yang lupa dan tidak sanggup melakukan pengambilan

sputum secara SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) sehingga sampel yang diambil

hanya sewaktu saja.

4.6 Aspek Keislaman

Setelah mengetahui bahwa penambahan bleach 1% dapat mempengaruhi

hasil skor BTA konvensional, tentunya hal ini dapat dikaitkan dengan ajaran agama

Islam yang menjelaskan mengenai cara pencegahan penularan TB. TB merupakan

penyakit yang sangat menular, hanya dengan lewat udara saja TB sudah bisa

menginfeksi seseorang. Dengan penggunaan bleach 1% sebagai dekontaminan ini

diharapkan resiko penularan TB yang didapatkan saat pewarnaan ke pemeriksa

dapat berkurang, sehingga kesehatan pemeriksa dapat lebih terjamin. Tentunya

banyak manfaat yang didapat dari penggunaan bleach 1% ini, syariat islam sangat

menganjurkan penanggulangan TB) ini, terutama penanggulangan yang berbasis

masyarakat berupa peran serta dalam pembangunan kesehatan di Indonesia dan

percapaian target Millenium Development Goals’s (MDGs) no 6 yakni penurunan

Page 84: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

68

angka penyakit penyakit menular penyebaran penyakit menular.54 Allah berfirman

:

Yang artinya adalah “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar”. (Q.S An Nisaa’:9)

Penularan TB sangat mudah yaitu melalui udara, sehingga kemungkinan

penderita TB menularkan penyakitnya kepada orang lain sangat besar. Dalam

pandangan islam juga dijelaskan bagaimana penderita TB sebagai manusia

mempunyai hak untuk bermasyarakat dan bergaul dengan semua orang, tidak

dijauhkan atau dikucilkan. Islam memandang manusia di hadapan Tuhannya adalah

sama, baik yang kaya, yang miskin, yang sehat dan yang sakit. Di mata Allah yang

paling utama adalah ketaqwaan sesorang, seperti ditegaskan dalam firman-Nya

berikut:54

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13)

Page 85: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

69

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam

keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”.

(QS. Ali Imran: 179)

Page 86: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uji statistik dalam penelitian ini dapat disimpulkan hasil dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Didapatkan skor BTA dengan persentase 22,5% negatif, 17,5% scanty

(ragu-ragu), 45% positif 1 (+1), 12,5% positif 2 (+2), dan 2,5% positif 3

(+3) dengan teknik pewarnaan konvensional tanpa penambahan bleach 1%.

2. Didapatkan skor BTA dengan presentase 5% negative, 15% scanty (ragu-

ragu), 62,5% positif 1 (+1), dan 17,5% positif 2 (+2) dengan Teknik

pewarnaan yang ditambahkan bleach 1%.

3. Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat 5% skor BTA negatif dengan

bleach 1% dibandingkan dengan konvensional, 15% skor BTA scanty

dengan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional. Sebanyak 62,5%

skor BTA positif 1 (+1) dibandingkan dengan konvensional, dan 17,5% skor

BTA postif 2 dengan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional.

Penggunaan bleach 1% tidak ada yang skor BTA nya sampai dengan positif

3 (+3).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan saran sebagai berikut :

1. Diajukan sebagai standar prosedur di Puskesmas untuk menambahkan

bleach 1% kedalam sampel sputum pasien, karena penggunaannya yang

meningkatkan nilai skor BTA.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi, lama waktu

pemberian dan teknik penambahan bleach dengan sendimentasi semalaman

ataupun sentrifugasi untuk membandingkan kualitas dan keefektifan dari

teknik penambahan bleach yang sudah ada.

70

Page 87: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

71

BAB VI KERJASAMA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan bentuk kerjasama penelitian mahasiswa dan dosen

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dr. Erike Anggraini

Suwarsono, M.Pd Sp.MK dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D., yaitu tentang

Perbandingan Skor BTA Antara Penambahan 1% Bleach Dan BTA Konvensional

(Ziehl Neelsen) diketuai oleh dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd Sp.MK.

Penelitian ini didanai oleh Lembaga Penelitian (LiPen) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

71

Page 88: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

72

DAFTAR PUSTAKA 1. Laban YY. Kesehatan Masyarakat TBC. Penyakit &amp; Cara Pencegahan

. Yogyakarta: Kanisius; 2012.

2. WERDHANI RA. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis. J

Biol Chem. 2009;1(1):795–801.

3. World Health Organization. Global Tuberculosis report 2016: Country

profiles. World Nucl Assoc [Internet]. 2016;137–69.

4. M. L. Joloba, J. L. Johnson and PJIF. Tuberculosis. 2014;311:94.

5. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Hartiah Haroen, editor. Jakarta: Salemba Medika; 2008. 7-11

p.

6. Chatterjee M, Bhattacharya S, Karak K DS. Effects of different methods of

decontamination for successful cultivation of Mycobacterium tuberculosis.

2013;

7. Chatterjee M, Bhattacharya S, Karak K, Dastidar SG. Effects of different

methods of decontamination for successful cultivation of Mycobacterium

tuberculosis. Indian J Med Res. 2013 Oct;138(4):541–8.

8. Mikrobiologi. Buku Panduan Pemeriksaan Sputum BTA. 2015;

9. Suwarsono EA, Sjahrurachman A, Karuniawati A, Burhan E. The Effect of

Several Different Decontaminant Solutions for Sputum in Inhibiting

Contamination of Mycobacterium Tuberculosis Culture. Adv Sci Lett.

2018;24(9):6930–3. doi:10.1166/asl.2018.12888.

10. Bonnet M, Ramsay A, Githui W, Gagnidze L, Varaine F, Guerin PJ. Bleach

Sedimentation: An Opportunity to Optimize Smear Microscopy for

Tuberculosis Diagnosis in Settings of High Prevalence of HIV. Clin Infect

Dis. 2008 Jun 1;46(11):1710–6.

11. Barrios-Payán JA, Castañón-Arreola M, Flores-Valdez MA, Hernández-

Pando R. Aspectos biologicos, clinicos y epidemiologicos de la tuberculosis

latente. Salud Publica Mex. 2010 Oct;52(1):70–8.

12. Dinas Kesehatan Jatim. InfoDatin: Tuberkulosis. Pusat Data dan Informasi

Page 89: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

73

Kementerian Kesehatan RI. 2015. p. 2–10.

13. Departemen Kesehatan R. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. J

Kesehat Masy. 2011;2011.

14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384.

15. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick

&amp; Adelberg’s Medical Microbiology. 26th ed. New York: McGraw-

Hill; 2013.

16. A, Sylvia., M L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. 6th

ed. Jakarta: EGC; 2015.

17. FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa

Aksara; 1994. 227-235 p.

18. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Identifikasi, dan Uji Kepekaan

Mycobacterium tuberculosis pada Media Padat. Jakarta; 2012. ISBN 978-

602-235-144-3

19. Nazarudin M, Jusak Nugraha A. Nilai Diagnostik Rapid Test TbAg dan

MPT64 Dengan Kultur Sebagai Gold Standar. J Progr Stud Imunol Sekol

Pasca Sarj Univ Airlangga. 2016;

20. Haryanto B. Manfaat Uji Imunokromatografi TB Ag MPT64 untuk

Diferensiasi Mycobacterium tuberculosis Kompleks dan Mycobacterium

Non Tuberculosis Kompleks. 2015;

21. PDPI. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Perhimpun Dr Paru

Indones. 2011;1–55.

22. Graham SM. Guidance for National Tuberculosis Programmes on the

management of tuberculosis in children - an update. Malawi Med J.

2007;19(2):82–6.

23. Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan RI. Terobosan Menuju Akses

Universal, Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Stop

TB. 2011;1–80.

24. Bahar A. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2nd ed.

Page 90: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

74

Soeparman, editor. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000.

25. Carlos, J., Anandi, M. and FP. MODS Assay for The Diagnosis of

Tuberculosis. N Engl J Med. 2007;356:188-189 e.

26. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M SS. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

27. Kurniati I. Angka Konversi Penderita Tuberkulosis Paru yang Diobati

dengan Obat Antituberkulosis ( OAT ) Paket Kategori Satu di BP4 Garut.

Mkb. 2008;42(1):32–6.

28. Purohit SD, Sisodia RS, Gupta PR, Sarkar SK ST. Fiberoptic bronchoscopy

in the diagnosis of sputum smear negative pulmonary TB. Lung india 1983.

1983;I:143–6.

29. Hiswani. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi

Masalah Kesehatan masyarakat. 2009;

30. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB paru dan strategi Dots. Bagian

Paru Fak Kedokt Univ Sumatera Utara. 2005;

31. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. 2nd ed. Jakarta: Erlangga; 2011.

32. G. E. Pyffer and F. Palicova. Manual of Clinical Microbiology. J. Jorgensen,

M. Pfaller, K. Carroll, G. Funke, M. Landry, S. Richter and DW, editor.

Washington, D.C: ASM PressVol; 2011. 472–524 p.

33. Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan Pemeriksaan

Dahak Mikroskopis TB. 2012.

34. Jaya A, Isworo JT, Prastiyanto ME. Analisa Pengendalian Mutu Internal

Pemeriksaan Mikroskopis TB Dengan Penilaian Kualitas Sediaan BTA Di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Semarang. 2016;

35. Dirjen P2&PL Kementerian Kesehatan RI. Standar Prosedur Operasional

Pemeriksaan Mikroskopis TB. 2012;1–38.

36. Chandra Kusuma H. Diagnosis Tuberkulosis Baru. Sari Pediatr.

2007;8(4):143–51.

37. OxyChem - Occidental Chemical Corporation. Sodium Hypochlorite

Handbook. 2014;1–25.

Page 91: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

75

38. Fernando B. Mainier* LPCMRJM. Bleach (sodium hypochlorite): a

laboratory experiment relating to \nthe daily teaching of chemistry. IOSR J

Appl Chem. 2014;7(1):19–23.

39. Rutala WA, Weber DJ. Uses of inorganic hypochlorite (bleach) in health-

care facilities. Clin Microbiol Rev. 1997;10(4):597–610.

40. Martindale: The Extra Pharmacopeia, 28th Ed. James E. F. Reynolds and

Anne B. Prasad., editor. London, Lamberth High Street: The Pharmaceopeial

Press; 1982. 2025 p.

41. Pratama W, Wulandari SP. Pemetaan Dan Pemodelan Jumlah Kasus

Penyakit Tuberculosis (Tbc) Di Provinsi Jawa Barat Dengan Pendekatan

Geographically Weighted Negative Binomial Regression (Gwnbr). J Sains

dan Seni ITS. 2015;4(1):D37–42.

42. Procedure R. Carbol fuchsin stain.

43. Miclescu A, Wiklund L. Methylene blue, an old drug with new indications?

Jurnalul Rom Anestezie Ter Intensiva/Romanian J Anaesth Intensive Care.

2010;17(1):35–41.

44. RI KK dan KK. Panduan Pengendalian Tuberkulosis di Tempat Kerja. 2015.

45. Winter J, Ilbert M, Graf PCF, Ozcelik D, Jakob U. Bleach activates a redox-

regulated chaperone by oxidative protein unfolding. Cell. 2008 Nov

14;135(4):691–701.

46. James A, Abba SU, Ibrahim A, Mbah H, Musuluma H, Ochei K, et al.

Improving the case detection of pulmonary tuberculosis by bleach

microscopy method in the North West of Nigeria. J Med Lab Diagnosis.

2013;4(3):34–7.

47. Satapathy P, Das D, Murmu BN, Kar SK. Decontamination of sputum for

longer time in sodium hydroxide for isolation of Mycobacterium

tuberculosis. Int J Mycobacteriology. 2014;3(4):290–2.

48. Suwarsono EA. The Evaluations of Bleach as Decontaminant Solution to

Promote The Positivity Rate of Mycobacterium Tuberculosis Culture for

Sputum Specimen. In: Advances in Health Science Research. Vol 10. ;

2017:23-26. 2017;10(ICHLaS):23–6.

Page 92: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

76

49. Merid Y, Yassin MA, Yamuah L, Kumar R, Engers H, Aseffa A. Validation

of bleach-treated smears for the diagnosis of pulmonary tuberculosis. Int J

Tuberc Lung Dis. 2009;13(1):136–41.

50. Ängeby KAK, Alvarado-Gálvez C, Pineda-García L, Hoffner SE. Improved

sputum microscopy for a more sensitive diagnosis of pulmonary

tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis. 2000;4(7):684–7.

51. Cattamanchi A, Davis JL, Pai M, Huang L, Hopewell PC, Steingart KR.

Does bleach processing increase the accuracy of sputum smear microscopy

for diagnosing pulmonary tuberculosis? J Clin Microbiol. 2010;48(7):2433–

9.

52. Chew R, Calderón C, Schumacher SG, Sherman JM, Caviedes L, Fuentes P,

et al. Evaluation of bleach-sedimentation for sterilising and concentrating

Mycobacterium tuberculosis in sputum specimens. BMC Infect Dis. 2011

Oct 11;11:269.

53. Bonnet M, Tajahmady A, Hepple P, Ramsay A, Githui W, Gagdnidze L, et

al. Added value of bleach sedimentation microscopy for diagnosis of

tuberculosis: A cost-effectiveness study. Int J Tuberc Lung Dis.

2010;14(5):571–7.

54. Pintar B. Penanggulangan Tuberculosis : Kupasan Para Kyai.

55. Kusumawati RL. Standar pelayanan laboratorium tuberkulosis. 2017.

Page 93: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

77

LAMPIRAN LAMPIRAN 1

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Bima Adi Wiryo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Maret 1997

Agama : Islam

Alamat : Jalan Maleo XIX JE 11 no 20, Sektor 9, Bintaro Jaya,

Tangerang Selatan, Banten

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2001 - 2003 : TK Pembangunan Jaya

2003 - 2009 : SD Pembangunan Jaya

2009 - 2012 : SMP Pembangunan Jaya

2012 - 2015 : SMA Pembangunan Jaya

2015 - sekarang : Pendidikan Fakultas KedokteranUIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Page 94: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

78

LAMPIRAN 2

Tabel data pasien

Page 95: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

79

LAMPIRAN 3

Hasil Pengolahan SPSS

konvensional * Bleach 1% Crosstabulation

Bleach 1%

Total negatif scanty +1 +2

konv

ensi

onal

negatif Count 2 3 4 0 9 % within konvensional 22.2% 33.3% 44.4% 0.0% 100.0%

% within Bleach 1% 100.0% 50.0% 16.0% 0.0% 22.5%

Scanty Count 0 1 5 1 7 % within konvensional 0.0% 14.3% 71.4% 14.3% 100.0%

% within Bleach 1% 0.0% 16.7% 20.0% 14.3% 17.5%

+1 Count 0 1 14 3 18 % within konvensional 0.0% 5.6% 77.8% 16.7% 100.0%

% within Bleach 1% 0.0% 16.7% 56.0% 42.9% 45.0%

+2 Count 0 0 2 3 5 % within konvensional 0.0% 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%

% within Bleach 1% 0.0% 0.0% 8.0% 42.9% 12.5%

+3 Count 0 1 0 0 1 % within konvensional 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

% within Bleach 1% 0.0% 16.7% 0.0% 0.0% 2.5%

Total Count 2 6 25 7 40 % within konvensional 5.0% 15.0% 62.5% 17.5% 100.0%

% within Bleach 1% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Page 96: PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PERBANDINGAN SKOR BASIL TAHAN ASAM (BTA) ANTARA TEKNIK KONVENSIONAL (ZIEHL

80

FRIEDMAN TEST Ranks

Mean Rank

konvensional 1.35 Bleach 1% 1.65 Test Statisticsa N 40 Chi-Square 7.2 df 1 Asymp. Sig. 0.007 a. Friedman Test