Upload
dinhcong
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
NIM. 151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
NIM. 151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep.) pada Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
iii
iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, 1 Aguatus 1997 dari ayah yang bernama Gunarto
dan ibu yang bernama Suyati, penulis merupakan anak tunggal.
Tahun 2009 penulis lulus dari SDN Balerejo 01, tahun 2012 penulis lulus dari
MTsN Kedungjati, tahun 2015 penulis lulus dari SMAN 1 NGLAMES MADIUN.
Dan pada tahun 2015 lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang. Penulis memilih program studi Diploma III Keperawatan dari lima
pilihan program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, April 2018
ARDHIA INTAN PRAMESTY
151210002
viii
MOTTO
Jadikan kesulitan menjadi jembatan kemudahan dan buat bangga dirimu dan
orang disekitarmu.
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya
Sujud syukur kepadamu Tuhan Yang Maha agung, Yang Maha Adil lagi Maha
Penyayang, atas kasih sayang dan karunia-MU yang telah memberikanku
kekuatan dan ketabahan serta membekaliku dengan ilmu dan akal serta kesabaran
dalam menjalani kehidupan ini, atas rahmat-Mu akhirnya proposal Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada
junjungan kita Rasulullah Muhmmad SAW yang kita nanti – nantikan syafaatnya
di yaumul kiyamah kelak. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang -
orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Untuk kamu teman dekatku yang selalu sabar, mendoakan dan menemani saya
dari awal tugas ini saya buat hingga sekarang menuju gerbang ujian. Untuk
sahabat seperjuanganku terimakasih untuk semangat kalian dan doa kalian yang
juga telah memberikanku motivasi sehingga kita sama-sama berjuang
menyelesaikan tugas akhir ini.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA
sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan Klien Gagal
Jantung Dengan Masalah Keperawatan Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif” ini
dapat selesai tepat pada waktunya
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan proposal karya
tulis ilmiyah ini penulis banyak mendapat bimbinag dan arahan dari berbagai
pihak, untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada H. Imam Fatoni, SKM.,
MM selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang yang telah memberikan sarana prasarana. Nita Arisanti
Yulanda.,S.Kep.Ns.,M. Kep, selaku Kaprodi D III Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Nita Arisanti Yulanda
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi
pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan proposal ini. Inayatur
Rosyidah S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing anggota yang telah banyak
memberi motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini. Beserta seluruh civitas akadmik program studi D3 Keperawatan. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu memberi
do'a, dukungan dan semangat tiada henti dan selalu memberi dukungan baik moral
maupun material dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
x
Serta teman-teman D3 Keperawatan yang aku sayangi sudah menjadi teman yang
luar biasa selama tiga tahun ini yang selalu membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya, mudah - mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin
Jombang, April 2018
Penulis
xi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PERFUSI MIOKARD TIDAK
EFEKTIF DI RUANG HCU KEMUNING RSUD JOMBANG
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
Gagal jantung sudah menjadi salah satu penyebab kematian utama pada
orang dewasa dengan adanya kegagalan fungsi pompa yang sering terjadi akibat
tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan dan
mengakibatkan penurunan perfusi miokard. Tujuan umum penelitian ini adalah
melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif. Penelitian ini dilakukan di ruang HCU
Kemuning RSUD Jombang pada tanggal 25-28 April 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian yang
diambil dari RSUD Jombang sebanyak 2 klien dengan masalah resiko perfusi
miokard tidak efektif. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi,
dokumentasi.
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian
diketahui bahwa Tn. M.S mengeluhkan sesak, nafas menggos-menggos yang
didukung dengan data obyektif pernafasan cuping hidung, irama nafas tidak
teratur, denyut nadi takikardi, RR 28 x/menit sedangkan Tn. S mengatakan sesak,
nafas menggos-menggos dan nyeri dada kiri didukung dengan data obyektif
adanya suara nafas ronchi, pengunaan otot bantu nafas, denyut nadi takikardi, RR:
33 x/menit. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah resiko perfusi miokard
tidak efektif disusun berdasarkan kriteria NOC: perfusi jaringan kardiak dan NIC:
yang meliputi Monitor Tanda-Tanda Vital dan Terapi Oksigen. Implementasi
kepada klien Tn. M.S dan Tn. S dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang
dilakukan dalam 3 hari terakhir.
Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir
pada Tn. M.S dan Tn. S masalah teratasi sebagian. Jadi pada Tn. M.S dan Tn. S
masih memerlukan implementasi lanjutan karena masalahnya belum teratasi
seluruhnya.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Gagal jantung, Resiko Perfusi Miokard
Tidak Efektif
xii
ABSTRACT
NURSING CARE IN CLIENT HEART FAILURE WITH PROBLEMS OF
NURSING MIOCARD IS NOT EFFECTIVE RISK IN THE HCU
KEMUNING ROOM RSUD JOMBANG
By :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
Heart failure has been one of the leading causes of death in adults in the
absence of frequent pump failure due to inadequate oxygen circulation levels and
blood stagnation in the tissues and resulted in decreased myocardial perfusion.
The general purpose of this study is to implement Nursing Care At Heart Failure
Client With Risk Issues of Ineffective Miocard Perfusion. This research was
conducted in HCU Kemuning Hospital of Jombang on 25-28 April 2018.
The research design used is case study. Research taken from RSUD
Jombang as many as 2 clients with problem of myocardial perfusion risk is not
effective. Data collected from interviews, observation, documentation.
The results of this study are summarized as follows based on assessment
data known that Tn. M.S complained of shortness of breath, gossiping-breath
supported by objective data of nasal lobe breathing, irregular breathing rhythm,
pulse tachycardia, RR 28 x / min whereas Tn. S said shortness, breathless gossip
and left chest pain supported by objective data of ronchi breath sound, auxiliary
muscle use, pulse tachycardia, RR: 33 x / min. The prescribed nursing diagnosis
is the risk of inferior myocardial perfusion based on NOC criteria: cardiac tissue
perfusion and NIC: which includes Vital Signs Monitor and Oxygen Therapy.
Implementation to clients Recommend to your friends Company Contact Name:
M.S and Mr. S was developed from the results of the intervention study conducted
in the last 3 days.
After the implementation for 3 days then the final evaluation on the Tn.
M.S and Mr. S problem is partially resolved. So at Tn. M.S and Mr. S still
requires further implementation because the problem is not resolved entirely.
Keywords: Nursing Care, Heart Failure, Myocardial Perfusion Risk Ineffective
xiii
DAFT AR ISI
Halaman Judul Luar ..................................................................................... i
Halaman Judul Dalam .................................................................................... ii
Surat Pernyataan ............................................................................................ iii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iv
Lembar Pengesahan ........................................................................................ v
Riwayat Hidup ................................................................................................. vi
Motto Dan Persembahan ............................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... x
Daftar Isi ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ............................................................................................. xiv
Daftar Tabel .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi
Daftar Lambang Dan Singkatan ................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.4 Tujuan ........................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
1.5 Manfaat ......................................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gagal jantung ................................................................................... 5
2.1.1 Definsi Gagal Jantung ......................................................................... 5
2.1.2 Etiologi ................................................................................................ 5
2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung ................................................................... 7
2.1.4 Manifestasi Klinis ............................................................................... 8
2.1.5 Pathofisiologi ...................................................................................... 8
2.1.6 WOC ................................................................................................... 9
2.1.7 Komplikasi Gagal Jantung ................................................................ 10
2.1.8 Penatalaksanaan Gagal Jantung ........................................................ 10
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 12
2.2 Konsep Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung .................................. 13
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 14
2.3.1 Pengkajian ......................................................................................... 14
2.3.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 16
2.3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 21
2.3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................... 22
2.3.5 Implementasi Keperawatan ............................................................... 22
2.3.6 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 24
xiv
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 25
3.2 Batasan Batasan Istilah ............................................................................... 25
3.3 Partisipan ..................................................................................................... 26
3.4 Lokasi Penelitian Waktu Penelitian ............................................................ 26
3.5 Pengumpulan data ....................................................................................... 27
3.6 Uji Keabsahan data ..................................................................................... 29
3.7 Analisis Data ............................................................................................... 29
3.8 Etik Penelitian ............................................................................................. 31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................................................... 32
4.1.1Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data .................................. 33
4.1.2 Pengkajian ........................................................................................ 34
4.1.3 Terapi Obat ...................................................................................... 37
4.1.4 Analisa Data ..................................................................................... 38
4.1.5 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 39
4.1.6 Intervensi Keperawatan ................................................................... 39
4.1.7 Implementasi Asuhan Keperawatan ................................................. 41
4.1.8 Evaluasi Asuhan Keperawatan ......................................................... 45
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 47
4.2.1 Pengkajian ........................................................................................ 47
4.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 48
4.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 49
4.2.4 Implementasi Keperawatan .............................................................. 50
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 52
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 52
5.2 Saran ........................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
Lampiran ........................................................................................................ 55
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1.WOC Gagal Jantung ................................................................. 13
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Intervensi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif ........................ 22
Tabel 4.1 Identitas Klien .............................................................................. 33
Tabel 4.2 Riwayat penyakit ......................................................................... 34
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan ........................................................... 34
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 35
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................... 36
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium .......................................................... 37
Tabel 4.7 Pemberian Terapi ......................................................................... 37
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 .................................................................... 38
Tabel 4.9 Analisa Data Klien 2 ................................................................... 38
Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan.............................................................. 39
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Klien 1 & 2 .................................... 43
Tabel 4.17 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 1 ............................. 45
Tabel 4.18 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 2 ............................ 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus ...................................... 55
Lampiran2 Permohonan Menjadi responden ............................................ 56
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Ikut Penelitian ................................. 57
Lampiran 4 Form Pengkajian Keperawatan ............................................. 59
Lampiran 5 Surat ijin penelitian ................................................................ 68
Lampiran 6 Lembar konsultasi pembimbing 1 ......................................... 69
Lampiran 7 Lembar konsultasi pembimbing 2 ......................................... 70
Lampiran 8 Surat balasan keterangan BAKORDIKLAT RSUD
JOMBANG ......................................................................................... 71
Lampiran 9 Surat Pernyataan bebas plagiasi ............................................ 72
xviii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
ASA = Asam Asetilsalisilat
BNP = B-type natriuretic peptide
CT-scan = Computerized Tomography Scanner
Depkes RI = Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes Kab = Dinas Kesehatan Kabupaten
EKG = Elektro Kardiogram
HCU = High Care Unit
ISDN = Isosorbid Dinitrat
MK = Masalah Keperawatan
NIC = Nursing Intervention Classification
NOC = Nursing Outcome Classification
NPA = Nasopharyngeal Airway
NYHA = New York Heart Association
OPA = Oropharyngeal
PJK = Penyakit Jantung Koroner
RAA = Renin Angiotensin Aldosteron
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI = Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
TTV = Tanda Tanda Vital
WHO = World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
WOC = Web Of Caution
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Kardiovaskuler sudah menjadi salah satu penyebab kematian
utama pada orang dewasa (Sargowo, 2003). Kegagalan fungsi pompa selalu
dihubungkan dengan gagal jantung, yang sering terjadi akibat tingkat sirkulasi
oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan dan mengakibatkan
penurunan perfusi miokard (Tambayong, 2000). Dengan demikian perlu adanya
intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung yaitu dengan memperbaiki
perfusi miokard tidak efektif (Smeltzer & Bare, 2002). Penurunan perfusi jaringan
pada pasien gagal jantung adalah sebagai akibat dari tingkat sirkulasi oksigen
yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan perifer. Dan juga akibat dari
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen jaringan akan mengakibatkan
penurunan perfusi miokard (Sani, A., 2007). Dengan melakukan latihan harian
ringan sesuai yang dapat ditoleransi pasien dapat memperbaiki perfusi miokard
(Myers, 2008)
Data Word Healt Organization (WHO) 2016 penyakit jantung terjadi
pada 17,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian di dunia disebabkan oleh
penyakit jantun. Di Indonesia, berdasarkan catatan Yayasan Jantung Indonesia,
prevalensi penyakit jantung mencapai 7-12 % per tahun (YJI, 2013). Data
RISKESDAS pada tahun 2013 menunjukkan Jawa Timur memiliki prevalensi
terbesar kedua setelah DI Yogyakarta sebesar 0,19%.
2
Estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung sebanyak (0,19%) 54.826
orang pada usia lebih dari 15 tahun dan akan meningkat setiap tahunnya.
Penyebab gagal jantung dikarenakan peningkatan volume intravaskuler.
Ventrikel kanan dan kiri mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel yang terjadi (Kasron,
2012). Gagal jantung juga diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi
miokard atau adanya abnormalitas dari otot jantung seperti pada kasus
kardiomiopati atau viral karditis (Kasper, 2004). Gagal jantung karena disfungsi
miokard mengakibatkan kegagalan sirkulasi untuk mensuplai kebutuhan
metabolisme jaringan. Hal ini biasanya diikuti kerusakan miokard bila mekanisme
kompensasi gagal. Penyebab kerusakan pada miokard antara lain infark miokard,
stress kardiovaskular (hipertensi, penyakit katub), toksin (konsumsi alkohol),
infeksi atau pada beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya (Crawford, 2002).
Penyebab lain adalah arteroskerosis pada koroner, congenital, kelainan katub,
hipertensi atau pada kondisi jantung normal dan terjadi peningkatan beban
melebihi kapasitas, seperti pada krisis hipertensi, ruptur katub aorta dan pada
endokarditis dengan masif emboli pada paru. Dapat pula terjadi dengan fungsi
sistolik yang normal, biasanya pada kondisi kronik, misal mitral stenosis tanpa
disertai kelainan miokard (Kasper, 2004).
Peran perawat sangat diperlukan dalam penanganan pasien gagal jantung
yaitu (caring Role) memelihara klien dan menciptakan lingkungan biologis,
psikologis, sosiokultural yang membantu penyembuhan, (coordinating Role)
3
mengatur keterpaduan tindakan keperawatan, diagnostic dan terapeutik sehingga
terjalin pelayanan yang efektif dan efisien, (therapeutic Role) sebagai pelaksana
pelimpahan tugas dari dokter untuk tindakan diagnostic dan therapeutik
(Akatsuki, 2011). Peran perawat yang pertama kali yang bisa dilakukan pada
pasien gagal jantung dengan masalah penurunan perfusi yaitu dengan
menganjurkan posisi tirah baring serta pembatasan aktivitas dapat mengurangi
beban kerja jantung sehingga dapat membantu jantung untuk tidak bekerja dengan
berat dan suplai oksigen dapat dihantarkan keseluruh sel, termasuk dalam sel
jantung itu sendiri (Muttaqin, 2012).
1.2 Batasan Masalah
Peneliti hanya membatasi kasus klien masalah Asuhan Keperawatan Pada
Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di
RSUD Jombang
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan
Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di RSUD Jombang?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung
Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di RSUD Jombang
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien gagal jantung di ruang
HCU Kemuning RSUD Jombang
4
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gagal jantung di ruang
HCU Kemuning RSUD Jombang
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gagal jantung di ruang
HCU kemuning RSUD Jombang
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gagal jantung di ruang
HCU Kemuning RSUD Jombang
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien gagal jantung di ruang
HCU Kemuning RSUD Jombang
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi referensi untuk peneliti lain
yang serupa pada klien gagal jantung dengan masalah resiko perfusi
miokard tidak efektif
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa dan
pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses
keperawatan pada kasus gagal jantung, juga dapat meningkatkan mutu
pelayanan pada kasus gagal jantung dan bisa memperhatikan kondisi serta
kebutuhan pasien gagal jantung dengan masalah resiko perfusi miokard
tidak efektif, dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
dengan masalah keperawatan yang sama dan tema yang berbeda, dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Gagal Jantung
2.1.1. Definsi Gagal Jantung
Gagal jantung kongesif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk megantarkan darah yang kaya
oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi,
2013). Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrient dan oksigen
jaringan. Mekanisme gagal jantung meliputi kerusakan sifat kontraktil dari
jantung yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal, aterosklerosis,
hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Beberapa
faktor sistemik yang dapat memperparah gagal jantung meliputi peningkatan laju
metabolik (misalnya demam, koma, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia yang
membutuhkan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
(Sani, A., 2007).
2.1.2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013), secara umum gagal jantung dapat disebabkan
oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi:
1. Disfungsi Myocard
a. Iskemia otot jantung: merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
aliran darah yang berlangsung progresif sehingga suplai darah yang ke
jaringan tidak adekuat.
6
b. Infark myocard: adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri
koroner yang menyebabkan kekurangan oksigen dan menyebabkan
kematian sel – sel otot jantung.
c. Myocarditis: adalah kondisi dimana otot jantung mengalami peradangan
atau inflamasi.
d. Kardiomiopati: merupakan penyakit jantung yang melemahkan dan
memperbesar otot jantung.
2. Beban tekanan berlebih pada sistolik (sistolik overload)
a. Stenosis aorta: kondisi dimana terjadi penyempitan pada katup aorta
b. Hipertensi: merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah pada dinding
arteri meningkat atau berada diatas rentang normal.
c. Koartasio aorta: adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi
pada aorta yang membelok ke bawah (decending aorta)
3. Beban volume berlebih pada diastolic (diastolik overload)
a. Insufisiensi katup mitral dan trikuspid: adalah kebocoran aliran balik
melalui katup mitral maupun tricuspid pada saat ventrikel berkontraksi
yang diakibatkan tidak menutupnya katup secara sempurna.
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
a. Anemia: adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin
didalam darah
5. Beri – beri
Beri – beri merupakan suatu penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin
B (tiamin)
7
6. Gangguan pengisian ventrikel
a. Primer (gagal distensi sistolik)
1) Perikarditis retriktif
Suatu bentuk kelainan jantung dimana dinding jantung mengalami
kekakuan, dan jantung mengalami restriksi untuk mengembang dan
melakukan pengisian darah dengan semestinya.
2) Tamponade jantung
Merupakan tipe akut dari efusi perikard dimana cairan terakumulasi
di dalam pericardium.
b. Sekunder
Gangguan pengisian ventrikel sekunder antara lain adalah stenosis katup
jantung baik katup mitral maupun katup trikuspid, stenosis katup
merupakan penyempitan lubang katup yang menakibatkan peningkatan
tahanan aliran darah dari atrium ke ventrikel.
2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung
New York Heart Assosiation (NYHA) mengklasifikasikan gagal jantung
dalam Manik (2016) yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan gejala klien Kelas Gejala
I
Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik pada penderita. Aktivitas fisik
biasa tidak menimbulkan keluhan fatique/kelelahan,
dyspnea/kelelahan, dan palpitasi/ berdebar
II
Sedikit keterbatasan aktivitas fisik, merasa nyaman bila istirahat, tetapi
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan fatique, dyspnea, atau
palpitasi.
III
Keterbatasan yang nyata pada aktivitas fisik, merasa nyaman saat
istirahat namun gejala akan muncul saat melakukan aktivitas fisik yang
lebih ringan dari yang biasa.
IV
Rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas fisik apapun. Gejala sudah
muncul bahkan saat istirahat dan semakin parah ketika melakukan
aktivitas fisik.
8
2.1.4 Manifestasi klinis
1. Dispnea
Dispnea dikarakteristikkan sebagai pernapasan cepat, dangkal, dan
keadaan yang menunjukkan pasien sulit mendapatkan udara yang
cukup. Terkadang pasien mengeluh adanya insomnia, gelisah,
kelemahan yang disebabkan dispnea.
2. Ortopnea
Ortopnea merupakan ketidakmampuan berbaring datar karena dispnea.
Pasien hanya dapat berbaring dengan posisi kepala jauh lebih tinggi.
3. Dispnea nokturnal paroksimal (DNP)
Keluhan ini yaitu terbangun di tengah malam karena mengalami napas
pendek yang hebat.
4. Batuk
Gejala ini sering tidak menjadi perhatian pada dari kongesti vaskular
pulmonal, namun dapat menjadi gejala dominan. Batuk pada kongesti
vaskular pulmonal dapat produktif tetapi biasanya kering dan pendek.
2.1.5 Patofisiologi
Gagal jantung terjadi kerana interaksi kompleks antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas, afterload, preload atau fungsi relaksasi
jantung dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan
untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Pada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan
cardiac output.
9
Beberapa mekanisme kompensasi alamiah akan terjadi pada pasien gagal
jantung sebagai respon terhadap menurunnya curah jantung serta
membantu mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan
perfusi organ yang cukup (Diah Y, 2009).
2.1.6 WOC (Web of Caution) Gagal jantung
Gambar 2.1 WOC Gagal jantung (Muttaqin, 2009)
Gagal Jantung
Penurunan suplai
oksigen ke jaringan
Curah jantung
menurun
Resiko perfusi miokard
tidak efektif
Kardiomiopati kongesif Kardiomiopati hipertrofi Kardiomiopati restriktif
Gangguan ejeksi ventrikel kiri
Stasis darah dalam ventrikel
dan di atrium
Peningkatan preload dan
afterload
10
2.1.7 Komplikasi
Menurut Kasron (2012) Komplikasi pada pasien gagal jantung yaitu :
1. Syok kardiogenilk
2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena
stasis darah
3. Efusi dan tamponade pericardium
4. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
2.1.8 Menurut Sani (2007) Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung
adalah:
1. Farmakologi
a. Diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan
pembengkakan
b. Penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan
darah dan mengurangi beban kerja jantung.
c. Penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut
jantung da menurunkan tekanan darah agar beban jantung
berkurang
d. Digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung
e. Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan
vasodilatasi perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard
f. Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. saat curah
jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal
untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
11
g. Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik
dengan kerja beta 1 adrenergik.
h. Sedatif: Pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan
bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan tujuan :
a. Menurunkan kerja jantung
b. Meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
c. Menurunkan retensi garam dan air.
3. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah
4. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan
membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
5. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur,
atau mengurangi edema.
6. Revaskularisasi coroner
7. Transplantasi jantung
8. Kardiomioplasti
12
2.1.9 Menurut Sani (2007) Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang gagal jantung
yaitu:
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan
keteraturan denyut jantung.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui
ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan
fungsi katup jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya. Tes
darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
4. Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik,
perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan
kontraktilitas ventricular.
5. Scan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
6. Kateterisasi jantung: Tekanan bnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan
stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner.
13
2.2 Konsep Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Menurut SDKI (2016)
beresiko mengalami penurunan sirkulasi arteri coroner yang dapat
mengganggu metabolism miokard.
Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperglikemia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan
7. Pembedahan jantung
8. Penyalahgunaan zat
9. Spasme arteri coroner
10. Peningkatan protein C-reaktif
11. Tamponade jantung
12. Efek agen farmakologis
13. Riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga
14. Kurang terpapar informasi tentang faktor resiko yang dapat diubah (mis,
merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
2.2.1 Perfusi Miokard
Penurunan perfusi miokard yaitu keadaan dimana pompa darah oleh
jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan oksigen
(Wilkinson & Ahern, 2012)
14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Usia: Usia penderita gagal jantung terbagi menjadi 2 yakni 46-65
tahun dan ≥65 tahun dengan porsi masing-masing sebesar 50%. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada penderita gagal jantung yang
menderita penyakit gagal jantung pada usia dewasa, karena rentang
pada usia lansia hingga manula. Usia memang merupakan faktor
resiko dari penyakit gagal jantung. Akan tetapi, peranan faktor resiko
usia harus ditinjau dari faktor jenis kelamin.
b. Jenis kelamin: Jenis kelamin rentanan terhadap penyakit gagal
jantung dipengaruhi oleh peranan hormon perempuan yaitu estrogen
yang bersifat memproteksi perempuan dari berbagai penyakit
kardiovaskuler. Oleh karenanya laki-laki rentan terhadap penyakit
gagal jantung pada usia 50 tahun sedangkan perempuan pada usia 65
tahun atau setelah menopause (Soeharto, 2006).
c. Pekerjaan: Pekerjaan yang berat diketahui dapat menjadi beban dan
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, terutama pada sistem
kardiovaskuler. Data bahwa pria yang aktif bekerja 10 persen lebih
rendah terserang gagal jantung. Sedang bagi wanita 20 persen lebih
rendah diserang penyakit yang sama. (Lousiana, 2008). Aktivitas fisik
pada penderita gagal jantung harus disesuaikan dengan tingkat gejala.
15
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat
beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas.
b. Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST. Biasanya pasien
akan mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan,
dada terasa berat, dan berdebar – debar.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit
yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien gagal jantung
biasanya sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Dan
juga memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan
penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada keturunannya
(Muttaqin, 2012)
16
2.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada gagal jantung ringan atau sedang pasien bisa tampak tidak
memiliki keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datat
selama lebih dari beberapa menit. Pada pasien dengan gagal jantung
yang lebih berat, pasien bisa memiliki upaya bernafas yang berat da
bisa kesulitan untuk menyelesaikan kata-kata akibat sesak (Williams &
Wilkins, 2007).
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada umumnya
menurun. Tekanan nadi bisa berkurang, dikarenakan berkurangnya
stroke volume, dan tekanan diastolic arteri bisa meningkat sebagai
akibat vasokonstriksi siskemik (Williams & Wilkins, 2007).
3. Kesadaran
a. Kompos mentis: Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap
lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.
b.Apatis: Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan
terhadap lingkungannya.
c. Delirium: Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai
kekacauan motorik serta siklus tidur bangun yang terganggu.
d.Somnolen: Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika
dirangsang, tapi jika rangsangan itu berhenti pasien akan tidur
kembali.
e. Sopor (stupor): Keadaan pasien mengantuk yang dalam.
17
f. Semi-koma (koma ringan): keadaan pasien mengalami penurunan
kesadaran yang tidak memberikan respons rangsang terhadap
rangsang verbal, serta tidak mampu untuk di bangunkan sama sekali,
tapi respons terhadap nyeri tidak adekuat serta reflek (pupil &
kornea) masih baik.
g. Koma: keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat
dalam, tidak terdapat respons pada rangsang nyeri serta tidak ada
gerakan spontan (Gordon, 2015)
4. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal
maupun non verbal (Aziza, 2010)
5. Sistem penglihatan, pada klien gagal jantung mata mengalami
pandangan kabur (Gordon, 2015)
6. Sistem pendengaran, pada klien gagal jantung pada sistem
pendengaran telinga tidak mengalami gangguan (Gordon, 2015)
7. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati (Gordon,
2015)
8. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit
tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian
meliputi persentase fraksi oksigen, volume tidal, frekuensi pernapasan
dan modus yang digunakan untuk bernapas (Aziza, 2010)
18
9. Sistem kardiovaskuler
a. Inspeksi
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada
terdapat penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di
antara sternum dan apeks codis. Benjolan ini dapat dipastikan
dengan perabaan.
b. Palpasi
Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya terasa
sebagai denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2 cm. Telapak
tangan mula- mula digunakan untuk mengetahui ukuran dan
kualitasnya.
c. Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada
keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah
manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta.
Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta. Untuk
menentukan batas kiri jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke
medial.
d. Auskultasi
1) Bunyi Jantung
Untuk mendengar bunyi jantung, perhatikan lokalisasi dan asal
bunyi jantung.
19
2) Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan
frekuensi nadi. Normal irama jantung adalah teratur dan bila
tidak teratur disebut arrhythmia cordis. Frekuensi bunyi jantung
harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan dengan
frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-
masing lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi dan bila
frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.
10. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi
auskultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi) (Aziza,
2010).
11. Sistem muskuluskeletal, pada klien gagal jantung adanya kelemahan
dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan
aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan
(Aziza, 2010).
12. Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah
(Aziza, 2010).
13. Sistem Integumen, pada klien PJK (penyakit jantung coroner) akral
terasa hangat, turgor baik (Gordon, 2015).
14. Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah
untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan
yang keluar (Aziza, 2010)
20
15. Pola kebiasaan sehari – hari (Smeltzer & Bare, 2013)
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang
hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
2) Tanda: Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
b. Eliminasi
Gejala : Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
c. Makanan/ cairan
1) Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
2) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
d. Higiene
1) Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
2) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
e. Neurosensori
1) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
2) Tanda : Letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
f. Nyeri/Kenyamanan
21
1) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
2) Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit dan perilaku
melindungi diri.
g. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/ tonus
otot.
h. Interaksi social
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
2.3.3 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu,
klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman & Kamitsuru,
2015). Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi
aktual, potensial, risiko dan kemungkinan
1. Aktual: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik
yang harus di validasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh jalan
nafas tidak efektif karena adanya akumulasi sekret.
2. Potensial: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien
kearah yang lebih positif (kekuatan pasien). Contoh potensial
meningkatkan status kesehatan klien berhubungan dengan intake nutrisi
kurang adekuat.
22
3. Risiko: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis
individu lebih rentan mengalami masalah. Contoh risiko infeksi
berhubungan dengan efek pembedahan.
4. Kemungkinan: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis
individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang
lebih adekuat. Jadi yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada
pasien baik itu secara aktual, potensial, risiko atau kemungkinan.
Contoh diagnosa keperawatan gagal jantung yang muncul
a. Resiko perfusi miokard tidak efektif
2.3.4 Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
DIAGNOSA NOC NIC
Definisi Resiko
beresiko mengalami
penurunan sirkulasi
arteri koroner yang
dapat mengganggu
metabolism
miokard.
Faktor Resiko 1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperglikemia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan
7. Pembedahan
jantung
8. Penyalahgunaan
zat
9. Spasme arteri
coroner
10. Peningkatan
protein C-
reaktif
Perfusi jaringan: kardiak
Indikator
a. Denyut jantung apical
b. Denyut nadi radial
c. Tekanan darah sistolik
d. Tekanan drah diastolic
e. Nilai rata-rata tekanan
darah
f. Ejeksi fraksi
g. Tekanan baji pulmonal
h. Enzim jantung
i. Hasil angiogram koroner
j. Hasil tes latihan stress
k. Hasil pindaian thallium
l. Angina
m. Aritmia
n. Takikardia
o. Bradikardia
p. Banyak berkeringat
q. Mual muntah
1. Monitor tanda-tanda vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat.
b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat
jika memungkinkan
c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan
pernapasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat
d. Monitor irama dan tekanan
jantung
2. Terapi oksigen
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Monitor aliran oksigen
c. Monitor efektifitas terapi
oksigen (misalnya, tekanan
oksimetri, ABGs) dengan
tepat
d. Amati tanda-tanda
hipovontilasi induksi
oksigen
23
11. Tamponade
jantung
12. Efek agen
farmakologis
13. Riwayat
penyakit
kardiovaskuler
pada keluarga
14. Kurang
terpapar
informasi
tentang faktor
resiko yang
dapat diubah
(mis,
merokok, gaya
hidup kurang
gerak,
obesitas)
Skala:
1. Deviasi berat dari kisaran
normal
2. Deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
e. Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain mengenai
penggunaa oksigen
tambahan selama kegiatan
dan/atau tidur
3. Managemen pengobatan
a. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola
menurut resep dan atau
protocol
b. Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai.
c. Monitor pasien mengenai
efek terapeutik obat
d. Monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
e. Monitor efek samping obat
f. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
g. Tentukan dampak
penggunaan obat pada
gaya hidup pasien
h. Berikan alternatif
mengenai jangka waktu
dan cara pengobatan
mandiri untuk
meminimalkan efek gaya
hidup
i. Bantu pasien dan anggota
keluarga dalam membuat
penyesuaian gaya hidup
yang diperlukan terkait
dengan (pemakaian) obat-
obat tertentu dengan cara
yang tepat
24
2.3.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yabg diharapkan.
Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2008)
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang
telah disusun tercapai atau tidak. Evaluasi didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi - intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat
dan yang lainnya. Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam
perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut
harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.
(Friedman, 2016)
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang
menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi
masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Gagal Jantung
Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di RSUD Jombang.
3.2. Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
memahami judul penelitian, dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada
reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan perseorangan
terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial.
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Klien dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan
masalah keperawatan yang sama.
3. Menurut J. Charles Reeves et al dalam Wijaya & Putri (2013) gagal
jantung adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh tidak cukup
untuk memenuhi keperluan – keperluan tubuh
25
26
4. Perfusi miokard tidak efektif pada pasien gagal jantung adalah sebagai
akibat dari tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi
darah di jaringan perifer (Myers, 2008)
3.3. Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam
suatu kegiatan, keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah klien yang dikaji dan ditemui pada saat penelitian
sebanyak 2 klien dan dengan diagnose medis gagal jantung dengan masalah
resiko perfusi miokard tidak efektif di RSUD Jombang. Klien yang dipilih
adalah klien yang di rawat di Rumah Sakit yang telah melalui fase 3 hari.
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Kemuning RSUD Jombang yang
beralamat di JL.KH Wahid Hasyim No.52 Kec.Jombang,
Kab.Jombang.
1.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan
Januari 2018 sampai dengan Februari 2018.
27
1.5. Pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun
teknik tersebut adalah :
1. Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari
pengajuan surat pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan
kemudian diproses ke BAAK (Biro Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan), setelah surat permohonan ijin penelitian telah selesai
diproses, maka surat tersebut akan langsung disampaikan ke
BAKORDIK RSUD Jombang, dimana peneliti akan mendapatkan surat
balasan yang menyertakan data serta pembagian tempat atau ruangan
yang sesuai dengan responden yang akan dilakukan penelitian oleh
peneliti.
2. Persetujuan menjadi responden (informed consent), dimana subjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden.
3. Wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu, biasanya
antara dua orang yang saling bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab. Dalam studi kasus ini, peneliti menggunakan 2 jenis wawancara
yaitu autoanamnesa dan heteroanamnesa.
28
4. Observasi dan pemeriksaan Fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis
perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti
perilaku manusia dan mengevaluasi. Pemeriksaan fisik pada kasus ini
menggunakan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
pada sistem tubuh klien.
5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari
sumber berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi
adalah benda mati (Suryono, 2013).
Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa catatan
hasil data rekam medis, review literatur dan pemeriksaan diagnostic dan
data lain yang relevan.
29
3.6 Uji Keabsahan data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti
menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data
Menurut Tri (2015) analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa
data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam
yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:
30
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam
bentuk catatan.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi
2. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk studi laporan asuhan keperawatan. Data
obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian
dibandingkan nilai normal
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun
teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden.
4. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan
perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induksi.
31
3.8 Etik Penelitian
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara
lain :
1. Persetujuan menjadi responden (Informed Consent), dimana subjek
harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau
menolak menjadi responsden.
Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Tanpa nama (anonimity), dimana subjek mempunyai hak untuk
meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan
dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden atau tanpa nama (anonymity)
3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden
dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2014)
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data
RSUD Kabupaten Jombang merupakan Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah Jombang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan
Kesejahteraan Sosial No. 238/MenKes-Kesos/SK/2001 RSUD Jombang
menjadi RSUD Type B Non Pendidikan dan pada Tahun 2015 RSUD
Jombang telah terakreditasi versi 2012 dengan predikat Tingkat
PARIPURNA Tahun 2015-2018. Lokasi RSUD Jombang berada di jalan
KH. Wakhid Hasyim 52 Jombang. RSUD Jombang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan non spesialis. Rumah sakit ini mampu
menampung rujukan dari rumah sakit swasta dan puskesmas yang berada di
sekitar wilayah Jombang.
Kapasitas RSUD Jombang terdiri atas 486 tempat tidur rawat inap, 2
tempat tidur suite room, 52 tempat tidur di kelas VIP/VVIP, 50 tempat tidur
di kelas I, 65 tempat tidur di kelas II, 184 tempat tidur dikelas III, 28 tempat
tidur di ICU dan 105 tempat tidur di HCU. RSUD Jombang memiliki
pelayanan rawat jalan sebanyak 22 poliklinik yang terdiri dari 18 poli
spesialis dan 4 poli non spesialis serta 8 instalasi rawat inap yang saat ini
sudah berbentuk SMF.
Pelayanan juga dilengkapi dengan Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Instalasi Laboratorium Klinik, Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi,
Instalasi Radiologi, Instalasi ICU Sentral, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi
Sterilisasi Sentral, kefarmasian, pelayanan gizi dan rehabilitasi medic.
33
Pngkajian dilakukan Ruang HCU Kemuning, dengan kapasitas 1
ruangan dengan 6 tempat tidur dan 6 klien yang rawat inap disertai ventilasi
dan ruangan yang bersih
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko
Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD
Jombang, 2018 Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Tn. M.S Tn. S
Umur 60 Tahun 45Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan MI SLTP
Pekerjaan Buruh tani Karyawan swasta
Status Perkawinan Sudah menikah Duda
Alamat Diwek, jombang Bareng, Jombang
Suku/bangsa Jawa/WNI Jawa/WNI
Tanggal MRS
Jam Masuk
24 April 2018
17.44 WIB
24 April 2018
22.41 WIB
Tanggal Pengkajian 25 April 2018 25 April 2018
Jam pengkajian 08.00 WIB 10.00 WIB
No. RM 390XXX 401XXX
Diagnosa Masuk HF (Heart failure) dengan
Dyspnea + AF
HF (Heart failure)
Sumber : Data Primer (2018)
34
2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat penyakit klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang, 2018 Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan Utama Klien mengatakan sesak,
nafas menggos-menggos
Klien mengatakan sesak,
nafas menggos-menggos
nyeri dada sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan datang ke
RSUD Jombang dengan
keluhan sesak nafas, batuk,
menggos-menggos secara
tiba-tiba tanpa adanya
aktivitas. Kemudian klien
dibawa ke IGD RSUD
Jombang dan MRS pada jam
17.44 WIB diruang HCU
Kemuning
Keluarga klien mengatakan
klien dibawa ke RSUD
Jombang dengan keadaan
sesak nafas, menggos-
menggos dan kaki sebelah
kanan bengkak sudah 2
minggu, kemudian klien
dibawa ke IGD dan MRS
pada jam 22.41 WIB diruang
HCU Kemuning
Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat
hipertensi dan DM. Tetapi
klien mengatakan pernah
MRS di ruang Kemuning
RSUD Jombang pada bulan
Februari dengan penyakit
jantung koroner dan dirawat
selama 4 hari.
Keluarga klien mengatakan
tidak mempunyai riwayat
hipertensi dan DM. Keluarga
klien mengatan klien belum
pernah dirawat di rumah sakit
Riwayat Keluarga Klien mengatakan ada
keluarga yang mempunyai
riwayat sakit jantung yaitu
ayah klien
Keluarga klien mengatakan
tidak ada riwayat pemyakit
jantung pada keluarga
Riwayat Alergi Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi
Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi
Sumber : Data Primer (2018)
3. Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon)
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan Klien Dengan Gagal jantung Dengan
Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU
Kemuning RSUD Jombang, 2018
No Pola Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit
Klien 1 Klien 2 Klien 1 Klien 2
1
Nutrisi dan Cairan
Makan 2x/hari
(nasi, sayur,
lauk pauk
dengan porsi
sedikit,
minum ±700
cc perhari).
Makan 3-
4x/hari porsi
besar (nasi,
lauk pauk),
minum ± 500
cc perhari
Makan
3x/hari (diit
rendah
garam),
dengan porsi
besar minum
dibatasi 600
cc perhari
Makan
3x/hari (diit
rendah
garam),
makan sedikit
tapi sering,
minum
dibatasi 600
cc
35
2
3
4
5
Istirahat / tidur
Eliminasi
Personal Hygiene
Aktivitas
Tidur siang
tidak teratur
(±4 jam) dari
jam 10.00-
14.00 WIB.
Tidur malam
± 8 jam dari
jam 21.00-
05.00 WIB
BAB 1x/hari.
BAK sering
tapi sedikit (±
400 cc).
Mandi 2x/hari,
sikat gigi
2x/hari,
keramas
3x/minggu,
ganti pakaian
2x/hari.
Klien bekerja
sebagai buruh
tani
Susah tidur
pada siang
hari. Pada
malam hari
tidur ± 9 jam
dari jam
200.00-05.00
BAB 1x/hari.
BAK sering.
Mandi
2x/hari, sikat
gigi 1x/hari,
keramas
2x/minggu,
ganti pakaian
2x/hari.
Klien bekerja
sebagai
karyawan
swasta
Tidur pada
malam hari
pada jam
22.00-02.00.
Susah tidur
pada siang
hari
BAB (-)
BAK ± 1000
cc dalam 24
jam
Diseka pagi
hari dan sore
hari, ganti
pakaian
1x/hari.
Klien hanya
bedrest.
Susah tidur
pada siang
hari dan
malam hari
tidur sering
terbangun
BAB (-)
BAK ± 2000
dalam 24 jam
Diseka pagi
hari dan sore
hari, ganti
pakaian
1x/hari.
Klien hanya
bedrest.
Sumber : Data Primer (2018)
4. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang, 2018
Observasi Klien 1 Klien 2
Suhu
Nadi
Tekanan Darah
Respirasi Rate
Kesadaran
Keadaan umum
Pemeriksdaan Fisik
B1 Breathing
B2 Blood
36,70 C
94x/menit
100/70 mmHg
28x/menit
4-5-6
lemah
Inspeksi : klien tampak sesak,
bentuk dada simetris, irama
nafas cepat dan teratur,
terdapat pernafasan cuping
hidung, terpasang oksigen
nasal 4 lpm
Palpasi : vokal fremitus
bergetar.
Auskulasi : bunyi nafas
normal
Perkusi : bunyi redup.
Inspeksi : tidak ada distensi
vena jugularis, konjungtiva
tidak anemis, tidak ada tanda
36,60 C
109x/menit
170/120 mmHg
37x/menit
4-5-6
lemah
Inspeksi : klien tampak sesak, ,
bentuk dada simetris, irama
nafas cepat dan teratur, terdapat
pernafasan cuping hidung
Terpasang O2 nasal 4 lpm
Palpasi : vokal fremitus
bergetar.
Auskultasi : bunyi nafas
vesikular.
Perkusi : bunyi redup.
Inspeksi : bentuk dada asimetris,
tidak terjadi distensi vena
jugularis, konjungtiva tidak
36
B3 Brain
B4 Bladder
B5 Bowel
B6 Bone
sianosis. Bentuk dada
asimetris
Palpasi : CRT < 2 detik,
denyut nadi takikardi
Auskultasi: denyut jantung
apikal, tekanan darah systole
diastole dalam rentan rendah
Inspeksi : kesadaran
composmentis, GCS 4-5-6,
pupil isokor, reflek cahaya
+/+.
Inspeksi : terpasang folley
cateter dengan produksi urine
±1000 cc dalam 24 jam
Palpasi : tidak ada nyeri
tekan.
Inspeksi : tidak terpasang
NGT.
Palpasi : tidak ada nyeri
tekan.
Asukultasi : bising usus (+).
Inspeksi : pergerakan sendi
bebas, tidak terjadi fraktur,
tidak ada luka.
Palpasi : akral hangat, turgor
kulit < 2 detik. 5 5
Kekuatan otot
5 5
anemis, tidak ada tanda sianosis.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
pada dada kiri, CRT < 2 detik,
denyut nadi dalam rentan
normal
Auskultasi: denyut jantung
apikal, tekanan darah systole
diastole dalam rentan tinggi,
terdapat murmur pada ICS 2 3
Inspeksi : kesadaran
composmentis, GCS 4-5-6,
pupil isokor, reflek cahaya +/+.
Inspeksi : terpasang folley
cateter dengan produksi urine
±2000 cc dalam 24 jam
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi : tidak terpasang NGT.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : bising usus (+).
Inspeksi : pergerakan sendi
bebas, tidak terjadi fraktur, tidak
ada luka, terdapat odem pada
kedua kaki.
Palpasi : akral hangat, turgor
kulit < 2 detik. . 5 5
Kekuatan otot
5 5
Sumber : Data Primer (2018)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang, 2018 Pemeriksaan Diagnostik pada Tn.M.S Pemeriksaan Diagnostik pada Tn. S
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25
April 2018
Kesimpulan: RBBB, VF
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 26
April 2018
Kesimpulan: AF, RBBB
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 27
April 2018
Kesimpulan: AF, RBBB
Foto thorax AP tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: cardiomegaly dengan lung edema,
tug fug baik
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal
25 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal, LH
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal
26 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal
27 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal, LH
Foto thorax AP tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: cardiomegaly dengan lung
edema, efusi pleura kiri, tug fug baik
37
6. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium Klien Dengan Gagal jantung Dengan
Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU
Kemuning RSUD Jombang, 2018 Pemeriksaan Klien 1
Tgl 25 April 2018
Klien 2
Tgl 25 April 2018
Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit
Hemoglobin (HGB)
Hematokrit (HCT)
Eritrosit
Trombosit
Hitung jenis
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu
Kreatinin serum
Urea
SGOT
SGPT
Natrium
Klorida
Kalium
9.500
16.2
47.4
5.680.000
234.000
-
-
-
75
15
10
189
1.07
46.8
272
220
-
-
-
7.300
11.9
34.1
3.960.000
207.000
-
-
-
72
18
10
132
2.88
103.8
191
157
131
101
3.39
L 3.800 – 10.600 / ul
L 13.2 – 17.3 g/dl
L 40 – 52 %
4.5 – 5.5 jt/ul
150000 – 350000/ cmm
1 – 3 %
3 – 5 %
50 – 65 %
25 – 35 %
4 – 10 %
< 200 mg/dl
< 1.5 mg/dl
10 – 50 mg/dl
< 38 u/l
< 40 u/l
136 – 144 meq/l
96 – 107 meq/l
3.80 – 5.50 meq/l
7. Terapi Obat
Tabel 4.7 Pemberian Terapi Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang, 2018. Klien 1
Tanggal 25 April 2018
Klien 2
Tanggal 25 April 2018
RL 500cc/24 jam
Injeksi :
Lasix 1x20 mg
Syringe Pump :
Dobutamin 5 mcg/(bb)kg/menit
Per Oral :
ISDN 3x5mg
Bisoprolol 1x½mg
ASA 0-0-80mg
Nasal Kanul 4 lpm
RL 500cc/24 jam
Drip kcl 25mEq/24 jam
Injeksi :
Lasix 1x20 mg
Per Oral :
ISDN 3x5mg
Spironolactone 1x25 mg
Aspilet 1X80 mg
KSR 2x600 mg
ASA 0-0-80mg
Nasal Kanul 4 lpm
Sumber : Data Primer (2018)
38
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang, 2018
Tabel 4.9 Analisa Data Klien 2 Dengan Gagal JantungDengan Masalah Resiko
Perfusi Miokard Tidak Efektif Di Ruang HCU Kemuning RSUD
Jombang.
Sumber : Data Primer (2018)
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Klien 1
Data Subyektif :Klien mengatakan
sesak, nafas menggos-menggos
Data Obyektif : Kesadaran:
composmentis
Keadaan umum: lemah
Suhu: 36,7°C
Nadi:94x/menit
Tekanan Darah: 100/70 mmHg
Respirasi Rate: 28x/menit
CRT < 2 detik, denyut jantung,
takikardi, denyut nadiapical
Pemeriksaan EKG 12 lead pada
tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: RBBB, VF
Resiko perfusi miokard
tidak efektif
Resiko perfusi miokard tidak
efektif
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Klien 2
Data Subyektif :Klien mengatakan
sesak, nafas menggos-menggos Data Obyektif : Kesadaran:
composmentis
Keadaan umum: lemah
Suhu: 36,7°C
Nadi:94x/menit
Tekanan Darah: 170/120 mmHg
Respirasi Rate: 28x/menit
CRT < 2 detik, denyut nadi
109x/menit
denyut jantung takikardi
Pemeriksaan EKG 12 lead pada
tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal, LH
Resiko perfusi miokard
tidak efektif
Resiko perfusi miokard tidak
efektif
39
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Klien 1: Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Berhubungan Dengan
Penurunan suplai darah ke otot jantung
Klien 2: Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Berhubungan Dengan
Penurunan suplai darah ke otot jantung
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.10 Intervensi KeperawatanKlienDengan Gagal JantungDengan Masalah
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di Ruang HCU Kemuning
RSUD Jombang. DIAGNOSA
Klien 1
NOC NIC
Definisi Resiko beresiko
mengalami penurunan sirkulasi
arteri koroner yang dapat
mengganggu metabolism
miokard.
Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperglikemia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan
7. Pembedahan jantung
8. Penyalahgunaan zat
9. Spasme arteri coroner
10. Peningkatan protein C-
reaktif
11. Tamponade jantung
12. Efek agen farmakologis
13. Riwayat penyakit
kardiovaskuler pada keluarga
14. Kurang terpapar informasi
tentang faktor resiko yang
dapat diubah (mis, merokok,
gaya hidup kurang gerak,
obesitas)
Perfusi jaringan: kardiak
Indikator :
a. Denyut jantung
apical
b. Denyut nadi radial
c. Tekanan darah
sistolik
d. Tekanan drah
diastolic
e. Nilai rata-rata
tekanan darah
f. Ejeksi fraksi
g. Tekanan baji
pulmonal
h. Enzim jantung
i. Hasil angiogram
koroner
j. Hasil tes latihan
stress
k. Hasil pindaian
thallium
l. Angina
m. Aritmia
n. Takikardia
o. Bradikardia
p. Banyak berkeringat
q. Mual muntah
Skala:
1. Deviasi berat dari
kisaran normal
2. Deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
Monitor tanda-tanda
vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat.
b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat
jika memungkinkan
c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan
pernapasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat
d. Monitor irama dan tekanan
jantung
Terapi oksigen
e. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
f. Monitor aliran oksigen
g. Amati tanda-tanda
hipovontilasi induksi
oksigen
h. Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain mengenai
penggunaa oksigen
tambahan selama kegiatan
dan/atau tidur
Managemen pengobatan
a. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola
menurut resep dan atau
protocol
b. Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai.
40
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
dari kisaran normal
c. Monitor pasien mengenai
efek terapeutik obat
d. Monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
e. Monitor efek samping obat
f. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Klien 2:
Definisi Resiko beresiko
mengalami penurunan
sirkulasi arteri koroner yang
dapat mengganggu
metabolism miokard.
Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperglikemia
4. Hipoksemia
5. Hipoksia
6. Kekurangan volume
cairan
7. Pembedahan jantung
8. Penyalahgunaan zat
9. Spasme arteri coroner
10. Peningkatan
protein C-reaktif
11. Tamponade jantung
12. Efek agen
farmakologis
13. Riwayat penyakit
kardiovaskuler pada
keluarga
14. Kurang terpapar
informasi tentang
faktor resiko yang
dapat diubah (mis,
merokok, gaya hidup
kurang gerak,
obesitas)
Perfusi jaringan: kardiak
Indikator
a. Denyut jantung
apical
b. Denyut nadi radial
c. Tekanan darah
sistolik
d. Tekanan drah
diastolic
e. Nilai rata-rata
tekanan darah
f. Ejeksi fraksi
g. Tekanan baji
pulmonal
h. Enzim jantung
i. Hasil angiogram
koroner
j.
k. Hasil tes latihan
stress
l. Hasil pindaian
thallium
m. Angina
n. Aritmia
o. Takikardia
p. Bradikardia
q. Banyak
berkeringat
r. Mual muntah
Skala:
1. Deviasi berat dari
kisaran normal
2. Deviasi yang
cukup besar dari
kisaran normal
3. Deviasi sedang
dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
Monitor tanda-tanda vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat.
b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat
jika memungkinkan
c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan
sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas dengan
tepat
d. Monitor irama dan tekanan
jantung
Terapi oksigen
a. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
b. Monitor aliran oksigen
c. Amati tanda-tanda
hipovontilasi induksi
oksigen
d. Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain mengenai
penggunaa oksigen
tambahan selama kegiatan
dan/atau tidur
Managemen pengobatan
a. Tentukan obat apa yang
diperlukan, dan kelola
menurut resep dan atau
protocol
Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang sesuai.
b. Monitor pasien mengenai
efek terapeutik obat
c. Monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
d. Monitor efek samping obat
41
Sumber : Bullechek (2013)
4.1.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan
Masalah Keperawatan Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di
Ruang Hcu Kemuning RSUD Jombang Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Rabu, 25
April 2018
KLIEN 1
13:00
13:05
13:15
13:20
13:30
13:35
13:45
13:55
14:05
14:15
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan
TD 100/70 mmHg, N 94x/ menit, S 36,7°C, RR
28x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan
auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien
dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan
sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat seperti obat bisoprolol bisa
mengakibatkan klien susah tidur.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang
diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang
tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral
ISDN 3x5 mg, bisoprolol 1x½, dan ASA 0-0-1
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam
24 jam.
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien
dengan tetap memberi batasan minum 600 cc
dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan
menghitung urine yang keluar dengan cairan
yang masuk.
Rabu, 25
April 2018
KLEN 2
15:00
15:05
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan
TD 170/120 mmHg, N 109x/ menit, S 37°C, RR
33x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan
auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
dari kisaran
normal
e. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
f. Tentukan dampak
penggunaan obat pada gaya
hidup pasien
42
15:15
15:20
15:30
15:35
15:45
15:05
15:15
15:30
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien
dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai
dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat seperti obat ISDN yang
mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang
menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang
diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang
tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral
ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x 25 mg dan ASA
0-0-1.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24
jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien
dengan tetap memberi batasan minum 600 cc
dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan
menghitung urine yang keluar dengan cairan
yang masuk.
Kamis, 26
April 2018
KLIEN 1
08:00
08:05
08:15
08:20
08:30
08:35
08:45
08:55
09:05
09:15
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD
90/p mmHg, N 130x/ menit, S 36,4°C, RR 28x/
menit
Melakukan observasi irama jantung dengan
auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan
tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai
dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat seperti obat bisoprolol bisa
mengakibatkan klien susah tidur dan spironolactone
yang mengakibatkan klien sesak.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan
sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral
ISDN 3x5 mg, bisoprolol 1x½, dan ASA 0-0-1,
spironolactone 1x25 mg dan digoxin 1x1.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24
jam.
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan
tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan
menghitung urine yang keluar dengan cairan yang
masuk.
43
Kamis, 26
April 2018
KLIEN 2
10:00
10:05
10:15
10:20
10:30
10:35
10:45
10:55
11:05
11:15
11.30
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD
160/100 mmHg, N 94x/ menit, S 37,3°C, RR 30x/
menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi
pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau
takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan
tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai
dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping
dari obat seperti obat ISDN yang mengakibatkan dada
berdebar dan ASA yang menyebabkan klien susah
bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan
sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg,
spironolactone 1x25 mg dan ASA 0-0-1
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam dan drip
KCL 25 mEq dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan
tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan menghitung
urine yang keluar dengan cairan yang masuk.
Jumat, 27
April 2018
KLIEN 1
08:00
08:05
08:15
08:20
08:30
08:35
08:45
08:55
09:05
09:15
09.30
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD
100/70 mmHg, N 88x/ menit, S 36,3°C, RR 24x/
menit
Melakukan observasi irama jantung dengan
auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan
tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai
dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat seperti obat ISDN yang
mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang
menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan
sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral
ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x25 mg, ASA 0-0-1,
digoxin 1x1 dan bisoprolol 1x ½.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan
tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan
menghitung urine yang keluar dengan cairan yang
masuk.
44
Jumat, 27
April 2018
KLIEN 2
11:05
11:15
11:20
11:30
11:35
11:45
11:55
12:05
12:15
12.30
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD
170/110 mmHg, N 100x/ menit, S 37°C, RR 30x/
menit
Melakukan observasi irama jantung dengan
auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan
tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai
dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat seperti obat ISDN yang
mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang
menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan
sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral
seperti ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x25 mg dan
ASA 0-0-1
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24
jam dan drip KCL 25 mEq dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien
dengan tetap memberi batasan minum 600 cc
dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan
menghitung urine yang keluar dengan cairan yang
masuk.
45
4.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.17 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 1 Gagal Jantung Dengan
Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 1
Resiko Perfusi
Miokard Tidak
Efektif
S : klien mengatakan
sesak, nafas menggos
menggos
O : k/u lemah,
kesadaran
composmentis.
TD : 100/70 mmHg
N : 130x/menit
S : 36,80 C
RR : 28x/menit
CRT < 2 detik, terdapat
pernapasan cuping
hidung, denyut nadi
takikardi
klien memakai oksigen nasal kanul 4 lpm.
A : masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-
tanda vital
2. Monitor
pernafasan
3. Beri oksigen
nasal 4 lpm
4. Monitor input
output
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
S: Klien mengatakan
masih merasa sesak
O : k/u cukup,
kesadaran
composmentis.
TD : 90/p mmHg
N : 130x/menit
S : 36,40 C
RR : 28x/menit
CRT < 2 detik
terdapat pernafasan
cuping hidung, denyut
nadi takikardi, denyut
jantung apikal
klien memakai oksigen nasal kanul 4 lpm.
A : masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
1. Monitor tanda-
tanda vital
2. Monitor
pernafasan
3. Beri oksigen
nasal 4 lpm
4. Monitor input
output
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat
S: Klien
mengatakan
sesaknya telah
bekurang
O : k/u cukup,
kesadaran
composmentis.
TD : 100/70
mmHg
N : 88x/menit
S : 36,30 C
RR : 24x/menit
CRT < 2 detik
denyut nadi
normal, denyut
jantung normal
klien memakai
oksigen nasal kanul
4 lpm.
A : masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dihentikan klien
pindah ke ruang
perawatan
kemuning
46
Tabel 4.18 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 2 Gagal Jantung Dengan
Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 2
Resiko Perfusi
Miokard
Tidak Efektif
S : klien mengatakan
ngongsrong dan sesak
O : k/u lemah, kesadaran
composmentis,
TD : 170/120 mmHg
N : 109x/menit
S : 370 C
RR : 33x/menit
CRT < 2 detik
Terdapat pernafasan
cuping hidung
Denyut jantung takikardia
Terdapat nyeri pada dada
kiri, terdapat murmur
pada ICS 2 3
Odema pada kedua kaki
Klien menggunakan
oksigen nasal 4 lpm.
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-
tanda vital
2. Monitor
pernafasan
3. Beri oksigen
nasal 4 lpm
4. Monitor input
output
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
S:klien mengatakan
masih ngongsrong dan
sesak
O : k/u lemah, kesadaran
composmentis,
TD : 160/100 mmHg
N : 94x/menit
S : 37,30 C
RR : 30x/menit
CRT < 2 detik
Pernafasan cuping
hidung
Denyut jantung
takikardia
Terdapat nyeri pada dada
kiri, terdapat murmur
pada ICS 2 3
Odema pada kedua kaki
Klien menggunakan
oksigen nasal 4 lpm.
A : masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-
tanda vital
2. Monitor
pernafasan
3. Beri oksigen
nasal 4 lpm
4. Monitor input
output
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat
S: klien mengatakan
masih ngongrong dan
sesak nafas
O : k/u lemah,
kesadaran
composmentis,
TD : 170/90 mmHg
N : 96x/menit
S : 360 C
RR : 28x/menit
CRT < 2 detik
Terdapat nyeri pada
dada kiri. Odema kaki
berkurang, denyut
jantung masih
takikardia
Klien menggunakan
O2 nasal 4 lpm.
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dihentikan klien
pindah ke ruang
perawatan kemuning
47
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Tn. M. Sdan
Tn. S di ruang HCU Kemuning RSUD Jombang pada kasus gagal jantung dengan
masalah resiko perfusi miokard tidak efektif didapatkan pengkajian pada :
4.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif/ Data Objektif
a. Klien 1
Klien mengatakan datang ke RSUD Jombang dengan keluhan sesak nafas,
batuk, menggos-menggos secara tiba-tiba tanpa adanya aktivitas.
Kemudian klien dibawa ke IGD RSUD Jombang dan MRS pada jam
17.44 WIB diruang HCU Kemuning.
b. Klien 2
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke RSUD Jombang dengan
keadaan sesak nafas, menggos-menggos dan kaki sebelah kanan bengkak
sudah 2 minggu, kemudian klien dibawa ke IGD dan MRS pada jam
22.41 WIB diruang HCU Kemuning.
Gagal jantung kongesif atau congestive heart failure (CHF)
merupakan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk
megantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk
memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi, 2013).
Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus gagal jantung klien
mengalami sesak karena adanya pembesaran jantung, yang menyebabkan
rongga diantara jantung dan paru-paru penuh sehingga paru-paru terdesak
oleh jantung. Sehingga menyebabkan paru-paru tidak mengembang
sempurna.
48
Hal inilah yang menyebabkan klien mengalami sesak nafas dan perlu
penanganan dengan menggunakan terapi oksigen untuk menurunkan sesak
pada klien.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pada kasus klien 1 dan 2 ini peneliti menegakkan diagnosis utama
yaitu resiko perfusi miokard tidak efektif yang berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke otot jantung didukung oleh data-data subjektif
pada klien 1 adalah klien sesak nafas dengan respirasi rate nya 28 kali
permenit dan terpasang O2nasal 4 lpm, pada klien 2 sesak nafas dengan
respirasi rate nya 31 kali permenit dan terpasang O2nasal 4 lpm.
Diagnosa keperawatan pada kedua klien dari hasil pengkajian,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik yang didapatkan,
menunjukkan masalah yang dialami adalah resiko perfusi miokard tidak
efektif berhubungan dengan penurunan suplai darah ke otot jantung.
Menurut SDKI (2017) resiko perfusi miokard tidakefektif beresiko
mengalami penurunan sirkulasi arteri koroner yang dapat mengganggu
metabolisme miokard.
Menurut peneliti resiko perfusi miokard tidak efektif denan
masalah masalah penurunan suplai darah ke otot jantung di sebabkan
karena aliran darah yang menuju jantung tidak terpenuhi sehingga suplai
oksigen dalam jantung berkurang dan menyebabkan sesak pada klien gagal
jantung.
49
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan kepada Klien 1 dan Klien 2 dengan
masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif. Intervensi yang diberikan
pada klien terutama cara mengurangi sesak yang di keluhkan oleh kedua
klien. Berdasarkan penelitian pada hari ke 3 klien terdapat perubahan yang
signifikan diksrenakan klien sangat komprehensif dalam proses
penyembuhan karena klien ingin segera melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi keperawatan yang diberikandengan masalah Resiko
Perfusi Miokard Tidak Efektifyaitu dengan melakukan monitor tanda-
tanda vital untuk mengetahui tekanan darah, nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat. Melakukan terapi oksigen dengan
mempertahankan kepatenan jalan nafas, monitor aliran oksigen, amati
tanda-tanda hipovontilasi induksi oksigen. Melakukan managemen
pengobatan dengan mentukan obat apa yang di perlukan. Menurut
(Bullechek, 2013).
Menurut peneliti, berdasarkan penelitian NIC yang sesuai dengan
klien gagal jantung dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital, melakukan
terapi oksigen, dan menegemen pengobatan.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2
telah sesuai dengan yang ada di intervensi keperawatan yaitu:
Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan,
mengobservasi tekanan darah setelah klien minum obat, melakukan
observasi irama jantung, empertahankan kepatenan jalan nafas klien,
50
memonitor aliran oksigen klien, mengamati adanya tanda-tanda
hipovontilasi induksi oksigen, menentukan obat apa saja yang diperlukan
sesuai dengan resep dokter, memberi penjelasan kepada klien tentang efek
samping dari obat, memberi penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan
pemakaian obat yang tepat, elakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan kristaloid (misalnya, normal saline dan Ringer laktat),
mengobservasi adanya kelebihan cairan, mengobservasi input output klien
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan atau hasil yang ditentukan. Kegiatan
dalam implementasi berupa tindakan langsung kepada klien dan
mengobservasi respon klien setelah dilakukan tindakan (Nursalam, 2014).
Pada klien dengan resiko perfusi miokard tidak efektif,
implementasi sudah sesuai dengan intervensi, namun dalam pelaksanaan
tetap ada perbedaan tindakan yang disesuaikan dengan kondisi klien pada
saat penelitian dilakukan.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada kedua klien dilakukan selama tiga hari
berturut-turut. Data yang didapat pada hari pertama klien 1 sesak nafas
dengan rr : 28x/menit, klien 2 sesak nafas dengan rr : 31x/menit, pada hari
kedua klien 1 merasa masih sesak dengan rr : 28x/menit, begitu juga
dengan klien 2 dengan rr : 30x/menit, pada hari ketiga sesak kedua klien
51
sudah berkurang, pada klien 1 dengan rr : 22x/menit dan pada klien 2
dengan rr : 31x/menit.
Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
sistematik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menetukan
efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dengan
melihat dan mengukur perkembangan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 bisa terjadi perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi klien tersebut, selain itu perubahan kondisi pada
klien juga karena intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien.
52
BAB 5
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal
jantung dengan masalah resiko perfusi miokard tidak efektif di ruang HCU
Kemuning RSUD Jombang, penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang
dibuat berdasar pada laporan studi kasus, sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada taggal 25 April 2018
diperoleh data subjektif Tn M.S mengeluh sesak nafas, batuk, menggos-
menggos secara tiba-tiba tanpa adanya aktivitas. Data objektif timbul
dengan adanya pernapasan cuping hidung sedangkan Tn. S data subjektif
dengan mengeluh sesak nafas, menggos-menggos, dan nyeri dada pada
sebelah kiri. Data objektif timbul dengan adanya pernapasan cuping hidung.
2. Diagnosa utama pada klien Tn. M.S dan Tn.S yaitu resiko perfusi miokard
tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas didukung oleh data-data
subjektif pada Tn. M.S dan Tn.S yang mengeluh sesak nafas pada tanggal
25 April 2018.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien sesuai dengan NIC 2015
mengenai terapi oksigen.
4. Implementasi pada klien gagal jantung dengan masalah resiko perfusi
miokard tidak efektif dilakukan sesuai dengan intervensi dan dilakukan
secara menyeluruh.
53
5. Evaluasi pada kedua klien gagal jantung dengan masalah resiko perfusi
miokard tidak efektif menunjukkkan bahwa kedua klien masih harus
melanjutkan intervensi ke ruangan perawatan selanjutnya.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa
dan pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses
keperawatan pada kasus Gagal Jantung.
2. Bagi Perawat
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus Gagal Jantung dan
bisa memperhatikan kondisi serta kebutuhan pasien gagal jantung
dengan masalah resiko perfusi miokard tidak efektif. Bagi Peneliti
Selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya dengan masalah keperawatan yang sama dan tema yang
berbeda.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan mutu kesehatan pada
kasus Gagal Jantung dengan meningkatkan pengetahuan dan pelatihan
pelatihan tenaga kesehatan dalam asuhan keperawatan secara
menyeluruh terutama klien gagal jantung.
54
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi. (2015). NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogja : Medication Jogja
Andrianto, (2008). Nesiritide Intravena Suatu Peptida Natriuretik untuk Terapi
Gagal Jantung Akut. Unair. Surabaya. http://arekkardiounair.diakses
tanggal 19 Januari 2018
Butcher & Wagner. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia :
CV.Mocomedia
Herdman & Kamitsuru. 2015. DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Kasron. 2012. Kelainan & Penyakit Jantung Pencegahan danPengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kemenkes RI. (2013). Riskesdas 2013. Kementerian Kesehatan RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Myers, J et al, (2008). Pengaruh latihan terhadap pemulihan laju jantung pada
pasien gagal jantung kroik http://www.jantunghipertensi.com/ 10
Januari 2018
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS (2013). http://www.depkes.go.id/diakses
tanggal 9 Januari 2018
Santoso , Munawar M, dkk. (2007). Diagnosis dan tatalaksana praktis gagal
jantung akut. Vol. 8
Smeltzer dan Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan
suddart. EGC, Jakarta
Tambayong, Jan, (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. EGC, Jakarta
Tri, Maharani, dkk, (2016). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus Program Studi DIII Keperawatan. Jombang : STIKes ICME
Wijaya, A & Putri, Y. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Media
55
JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN KASUS
No Kegiatan-Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pendahuluan dan Studi Pustaka
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4
Pengurusan ijin dan Pengumpulan data
5 Pengumpulan data dan analisis data
6 Ujian/ sidang KTI
7 Revisi KTI
8 Pengumpulan dan penggandaan KTI
LAMPIRAN 1
56
LAMPIRAN 2
57
LAMPIRAN 3
58
59
LAMPIRAN 4
PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STIKES ICMe JOMBANG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengkajian tgl. : Jam :
MRS tanggal : No. RM :
Diagnosa Masuk :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya :
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular ya, jenis : ............ tidak
2. Riwayat Penyakit Alergi ya, jenis : ............ tidak
3. Riwayat Operasi ya, jenis : ............. tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya : ........................................ tidak
\jelaskan :
E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
POLA KEGIATAN DI RUMAH DI RUMAH
SAKIT
Makanan Frekuensi
.........................x/hr
Jenis..................................
Diit ..................................
Pantangan
............................
Alergi
60
.....................................
makanan yang disukai
Minum
Frekuensi............ x/hari
Jenis....................
Alergi .................
Eliminasi
BAB
Frekuensi .......x/hari
warna .............
konsistensi
BAK
Frekuensi .......X/Hari
Warna .......
Alat bantu
Kebersihan Diri
Mandi......................X/hari
Keramas .................x/hari
Sikat Gigi
................X/Hari
Memotong Kuku..........
Ganti Pakaian ............
Toileting
Istirahat/Tidur
Tidur
siang.........................jam
Tidur Malam
.....................jam
Kebiasaan Merokok/Jamu
F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S : ºC N : x/mnt TD : mmHg
RR : x/mnt
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Hidung:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain
b. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
c. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas
d. Irama napas teratur tidak teratur
e. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
61
Lain-lain:
3. Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik > 3 detik
d. Konjungtiva pucat ya tidak
e. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain :
4. Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS :
b. Keluhan pusing ya tidak
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri
lokasi :
Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine :................ ml/hari warna : ................. bau :..................
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral: ...................cc/hr
Lain-lain :
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. TB : cm BB : kg
b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus :..........x/mnt
e. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
f. Diet padat lunak cair
Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan
:
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
62
7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kelainan ekstremitas ya tidak
c. Kelainan tl. belakang ya tidak
d. Fraktur ya tidak
e. Traksi/spalk/gips ya tidak
f. Kompartemen sindrom ya tidak
g. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
h. Akral hangat panas dingin kering basah
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor
Lain-lain :
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
Lain-lain :
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain :
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah sering kadang-kadang tidak pernah
Lain-lain :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
Masalah
Keperawatan :
63
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
J. TERAPI
....................., .................................
Mahasiswa,
(.............................................)
64
ANALISA DATA
Nama :……………………….
No.RM: …………….
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data subyektif :
Data Obyektif :
SESUAI DENGAN
SDKI 2016
Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. ……………………………………………….
65
Intervensi Keperawatan
Hari/tanggal
No.
diagnosa
Tujuan & kriteria
hasil
Waktu
Rencana tindakan
Rasional
66
Implementasi Keperawatan
Nama :………….. No.RM :
………………………..
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Implementasi keperawatan
Paraf
67
Evaluasi Keperawatan
Nama :………….. No.RM :
………………………..
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Perkembangan
Paraf
S :
O :
A :
P :
68
Lampiran 5
69
Lampiran 6
70
71
72
73
Lampiran 8
74
April 2018