Upload
gusti-bagus-oka-supartha
View
695
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat
Indonesia sejak dulu. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan
(usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya
dan berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsentrasi feses
menjadi lembek atau cair. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai
macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti seorang
yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda
tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya diawali dengan
nyeri perut atau mulas. Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut
sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini akan kehilangan
berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure
to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak, terutama anak
kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena
kehilanggan cairan yang berlebihan. Dalam kotoran anak juga dapat ditemui
darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas
kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir di kotorannya. Diare tanpa adanya
darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang dihasilkan oleh
bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan suatu virus yang disebut
rotavirus akan menyebabkan diare yang encer. Sebagian besar kuman yang
menyebabkan diare juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti demam,
hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya berat
badan, dan terutama dehidrasi. Kuman penyebab diare dapat pula masuk dan
menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi di organ tubuh lain yang
jauh dari pencernaan seperti otak. Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada
2
suatu daerah tertentu, yang bergantung pada tingkat kebersihan lingkungan dan
kebiasaan kesehatan warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan
lingkungannya buruk dan warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat sering
ditemui kejadian diare terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh
kuman.Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun pernah terinfeksi
oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami diare. Biasanya anak-anak ini
tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti kurang atau tidak mencuci
tangan. Mencuci tangan merupakan cara paling sederhana untuk menghindari
penyebaran kuman.
Salah satu bakteri penyebab infeksi diare adalah Escherichia coli (E.coli). Infeksi
oleh bakteri ini terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses
yang mengandung bakteri E.coli dari organisme pembawa (hosts). Setelah masuk
dalam saluran pencernaan maka bakteri ini akan menyerang dinding usus yang
menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi dapat menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus ke organ-organ
lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat
menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita hamil, dan juga membran
yang menyelubungi otak. Substansi racun yang diproduksi dan dilepaskan oleh
bakteri ini dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Pada seseorang yang
terinfeksi oleh E.coli pada fesesnya terdapat kumpulan E.coli yang bisa bertahan
sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Pengobatan diare dapat dilakukan dengan pengobatan simtomatik dan pengobatan
kausatif. Untuk pengobatan kausatif kuman penyebab diare dimastikan dengan zat
antibakteri. Hasil survei kesehatan rumah tangga antara lain menunjukkan bahwa
penggunaan tumbuhan obat untuk mengobati diare pada anak Balita sebesar 4 %
(Anonim, 1992 dalam Winarno & Sundari, 1996). Tumbuhan obat tersebut
menurut Lozoya et al (1994) antara lain adalah daun jambu biji (Pasidium
guajava L). Penelitian tentang efek spasmolitik telah dilakukan oleh Morales et al
3
(1994), tentang penghambatan ileum pada marmut oleh Lozoya et al (1994).
Penelitian ini menunjukkan bahwa daun jambu biji terbukti sebagai antidiare. Hal
ini karena pada daun jambu biji mengandung senyawa-senyawa antara lain :
tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic, karoten, yang dapat berfungsi
sebagai senyawa antibakteri (Supandiman, 1997; Sujatno, 1997). Tanaman jeruk
bali merupakan salah satu tanaman yang pada bagian kulitnya mengandung
senyawa-senyawa seperti tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic,
karoten, alkaloid yang cukup banyak. Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak kulit
buah jeruk bali memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai
antibakteri E.coli. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan alternatif antibakteri
E.coli dari bagian tanaman yang dianggap tidak memiliki nilai guna lagi dalam
hal ini kulit buah jeruk bali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah potensi pemanfaatan ekstrak kulit buah jeruk bali (Citus
maxima) sebagai antibakteri Eschericia coli ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah potensi pemanfaatan ekstrak kulit buah
jeruk bali (Citrus maxima) sebagai antibakteri Eschericia coli.
2. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang antibakteri
alternatif bagi bakteri Eschericia coli.
4
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang potensi kulit
buah jeruk bali (Citrus maxima) sebagai antibakteri alternatif bagi bakteri
Eschericia coli sehingga dapat menjadi alternatif pengobatan diare secara
biologis.
2. Tulisan ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang kandungan zat-zat aktif pada kulit
buah jeruk bali (Citrus maxima).
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Jeruk Bali (Citrus maxima)
Sesuai dengan namanya, jeruk ini berasal dari Bali. Buahnya berbentuk bulat
dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar. Ukuran buahnya
tidak begitu besar dibanding jeruk besar lainnya. Kulit buah bagian luar berwarna
hijau saat muda dan setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan. Keadaari
kulitnya lebih tipis dibanding jeruk lainnya. Daging buahnya berwarna merah
muda dengan rasa manis, teksturnya halus, dan berair banyak. Daging buahnya
sangat rapat satu dengan lainnya. Jumlah bijinya sedikit, bahkan ada yang tidak
berbiji sama sekali. umumnya tinggi pohon antara 515 m. Tajuk pohon agak
rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Ujung percabangan
biasanya merunduk. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang agak tebal
dan berwarna cokelat kekuningan. Seperti spesies jeruk lainnya, cabang dan
ranting jeruk besar pun bersudut saat masih muda dan membulat saat tua. Keadaan
batangnya ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri
tersebut ada pada tanaman yang berasal biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-
duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini berwarna hijau kuning agak
suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih muda kebanyakan tidak
berbulu. Bentuknya bulat telur dengan ujung tumpul dan letaknya terpencar-
pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun
bersayap lebar berwarna hijau kekuningan. Bunga jeruk besar berupa bunga
majemuk atau bunga tunggal yang bertandan. Bentuknya agak besar dan berbau
harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 4-5.
Benangsarinya tegak dan berberkas 4-5, jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk
bulat kerucut dengan jumlah biasanya dua buah. Daging buah jeruk bali yang
segar serta banyak mengandung air dimakan langsung setelah dikupas dengan
6
tangan atau dicampur dalam rujak; kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Bagian
dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang
bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam,
bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan
untuk gagang perkakas. Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih
tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat
batuk, demam, dan gangguan pencernaan.
Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan
hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat yang sesuai
untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut.
Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam.
Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30° C.
Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksinya optimum. Tanah yang
disukai tanaman jeruk ialah jenis tanah gembur, porous, dan subur. Kedalaman air
tanahnya tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak boleh kurang dari
0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar akan mudah
terserang penyakit. Tanah yang baik untuk tanaman jeruk harus ber-pH 5-6. Curah
hujannya yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan
kelembapan udara 50-85%. Adapun klasifikasi dari tanaman jeruk bali adalah
sebagai berikut :
Division : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima
7
Gambar 1. Jeruk Bali (Citrus maxima)
Jeruk bali adalah buah yang menakjubkan karena punya banyak manfaat bagi
kesehatan. Antara lain karena kandungan pektinnya bisa menurunkan kolesterol
secara tajam, sehingga memperkecil risiko kanker, stroke, serta penyakit jantung
(Ahira,2008). Kandungan antioksidan dan vitaminnya baik untuk kesehatan kulit,
gusi, dan lambung. Selain ukurannya yang superjumbo bila dibandingkan dengan
jenis jeruk lainnya, jeruk bali memiliki rasa khas, yaitu kombinasi manis, asam,
dan sedikit pahit. Buah ini tidak hanyalengkap rasanya, tetapi juga lengkap
manfaat sehatnya. daging buahnya berwarna putih hingga merah dengan tekstur
halus, rapat satu sama lain, serta mengandung banyak air. Jumlah biji umumnya
sedikit, bahkan kadang tanpa biji. Daging buahnya banyak mengandung air,
sehingga dapat dimakan langsung setelah dikupas.
Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2 dan asam folat.
Setiap 100 g jeruk bali mengandung 53 kkal energi, protein 0,6 g, lemak 0.2 g,
karbohidrat 12.2 g, retinol 125 mcg, kalsium 23 mg dan 27 mg fosfor. Kandungan
lain seperti flavonoid, pektin dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya
akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Beragam manfaat bisa diperoleh
jika mengkonsumsi jus jeruk bali. Senyawa terkandung di dalam jeruk bali
mampu mencegah kanker, menurunkan risiko penyakit jantung, melancarkan
saluran pencernaan, menjaga kesehatan kulit, mencegah konstipasi, menurunkan
kolesterol dan mencegah anemia.
8
2.2 Alkaloid
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi
bagianpenting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang dilakukan selama ini,
baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelususran
bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak yang
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar
luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang
berasa sepat dan pahit biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain pada
daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting dan kulit
buah dan kayu. Berdasarkan literatur diketahui bahwa hampir semua alkaloid di
alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada
makhluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dahulu sampai
sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi
alkaloid dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli
pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan
dari serangan hama penyakit, pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ion.
Gambar 2. Struktur Alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung palingsedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid
berbentuk padatan Kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai
kisarandekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini
telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi
struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling
sulit. Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam
9
amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan
tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin dan triftipan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah
reaksi manich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan skunder, dan
suatu senyawa fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif
fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam
biosintesis alkaloid.
2.3 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan dialam. Senyawa-senyawa tersebut merupakan zat warna merah, ungu
dan biru. Dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat dalam suatu rantai propane (C3) sehingga
bentuk susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur
senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Gambar 3. Struktur Flavonoida
10
2. Isoflavonoid atau 1,2-diarilpropana
Gambar 4. Struktur isoflavonoid
3. Neoflavonoida atau1,1-diarilpropana
Gambar 5. Struktur Neoflavonoida
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata
flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini
mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom
karbon yang terikat pada cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-
senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari
rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin
adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sering kali disebut sebagai
flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai
tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa
isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan,
terutama suku Leguminosae.
11
Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu.
Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6.
Cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau
dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.
Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa
sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam
senyawa trisiklik. Beberapa senyawa flavonoid adalah sebagai berikut:
Cincin A-COCH2CH2-Cincin B _________________ Hidrokalkon
Cincin A-COCH2CHOH-Cincin B _________________ Flavonon, kalkon
Cincin A-COCH2CO-Cincin B_________________ Flavon
Cincin A-CH2COCO-Cincin B_________________ Antosianin
Cincin A-COCOCH2-Cincin B_________________ Auron
2.4 Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kottoran yang
dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh
berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti
seorang anak yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang
berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya
diawali dengan nyeri perut atau mulas. Diare yang terjadi selama lebih dari 2
minggu disebut sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini
akan kehilangan berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal
tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak,
terutama anak kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang
terjadi karena kehilanggan cairan yang berlebihan. Sekilas penyakit diare terkesan
tidak berbahaya karena hampir setiap orang pernah mengalaminya. Padahal, diare
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada balita, khususnya
di Indonesia.
12
E Coli memang bukan penyebab utama penyakit diare. Namun, ditemukannya E
Coli merupakan indikasi awal bahwa suatu medium telah terkontaminasi bakteri-
bakteri strains E Coli yang bersifat patogen seperti Shigella, Salmonela, atau
Yersinia. Bakteri-bakteri tersebutlah yang menyebabkan diare (Iman Santoso,
2008). Dalam kotoran anak juga dapat ditemui darah, yang berarti ada kerusakan
pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula
dijumpai lendir di kotorannya. Umumnya diare seperti ini disebabkan oleh bakteri
seperti Shigella. Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit
atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang
disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang
encer. Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan
gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut,
mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama dehidrasi. Kuman penyebab
diare dapat pula masuk dan menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi
di organ tubuh lain yang jauh dari pencernaan seperti otak.
Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada suatu daerah tertentu, yang
bergantung pada tingkat kebersihan lingkungan dan kebiasaan kesehatan
warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan lingkungannya buruk dan
warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat sering ditemui kejadian diare
terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh kuman. Tingginya
tingkat penyakit diare berkaitan dengan pencemaran bakteri E Coli yang terdapat
di air minum di Indonesia, khususnya di kota-kota kecil. Minimnya pengetahuan
masyarakat awam tentang bahaya akan bakteri E Coli mengakibatkan kurangnya
kesadaran untuk mendeteksi dan mengambil langkah-langkah pencegahan
terhadap bakteri tersebut. Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5
tahun pernah terinfeksi oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami diare.
Biasanya anak-anak ini tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti
kurang atau tidak mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan cara paling
sederhana untuk menghindari penyebaran kuman. Infeksi virus lainnya yang dapat
menyebabkan diare adalah virus-virus golongan enterovirus. Sedangkan bakteri
13
penyebab infeksi diare antara lain Salmonella, Shigella, dan E. coli. Shigella, yang
sering menyebar melaui orang ke orang, dapat merusak dinding saluran
pencernaan dan menyebabkan semacam luka yang berdarah. Sedikit saja jumlah
bakteri Shigella yang diperlukan agar terjadi infeksi. Paling tidak lima kelas
bakteri E. coli sering menyebabkan infeksi diare pada anak-anak. Bakteri E. coli
ini menyerang langsung dinding saluran pencernaan atau menghasilkan suatu
racun yang dapat mengiritasi saluran pencernaan. Akibatnya anak akan sakit.
Infeksi karena E. coli ini sering menyebar melalui air atau makanan yang
terkontaminasi kotoran manusia dan daging yang dimasak kurang matang. Infeksi
parasit walaupun jarang dijumpai juga dapat menyebabkan diare. Parasit
penyebab diare umumnya adalah Giardia karena parasit ini mampu hidup di
tempat-tempat dimana kuman lain tidak dapat hidup. Infeksi akibat Giardia dapat
menyebabkan diare yang kronik.
2.5 Penularan dan Pencegahan Diare
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang
disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya.
Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa
inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya
memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalnya, memiliki
masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Lama sakit juga tergantung pada jenis
kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus umumnya berlangsung
selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan seperti
istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti
antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau
parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti
pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika untuk mencegah
penyebaran kuman ke seluruh tubuh. Infeksi diare sering menular dari satu anak
14
ke anak lain dengan mudah baik melalui kontak langsung, maupun melalui
makanan atau minuman.
Cara pencegahan yang paling efektif adalah mencuci tangan. Tangan yang kotor
ditempeli oleh banyak kuman yang bila tangan tersebut disentuhkan ke mulut atau
digunakan untuk mengambil makanan dapat menyebabkan infeksi diare. Mencuci
tangan ini perlu dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tidak hanya oleh anak
sendiri. Mencuci tangan terutama perlu dilakukan setelah ke kamar mandi atau
sebelum makan. Selain itu kamar mandi atau jamban yang bersih juga dapat
membantu mencegah penyebaran kuman. Air dan makanan juga dapat
menyebarkan kuman, karena itu buah dan sayuran harus dibersihkan dengan benar
sebelum dimakan atau diolah. Alat-alat dapur juga harus segera dibersihkan
setelah selesai digunakan. Daging juga harus diolah dengan benar akan kuman-
kuman mati.
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah,
atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera
dibawa ke dokter. Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi
anak tampak mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering,
kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan aktivitas (tampak
mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus
segera dibawa ke dokter. Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare
adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat
diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi
sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan berupa air
saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang
diperlukan. Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam
dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan
jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis
terapi yang akan diberikan oleh dokter.
15
2.6 Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor
Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada
manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli banyak
digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli
dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. E.
coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer
dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 micrometer
kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C,
optimum pada 37 derajat.
Gambar 6. Escherichia coli
Escherichia Coli telah dikenal sebagai mikroba yang berkaitan dengan
keterbuangan atau keracunan makanan. E. coli sendiri telah digunakan
sebelumnya dalam produksi hormon insulin dan pembuatan vaksin. Prof Wood
dan timnya telah mentransformasi bakteri-bakteri ini menjadi pabrik hidrogen
mini, dengan menghapus enam gen spesifik dari DNA E. Coli. Pabrik ini
membutuhkan pasokan energi dari gula. Kecepatan mengkonversi gula yang
alamiah dari E Coli ditingkatkan berkali-kali lipat. E. Coli memiliki 5000 gen
yang dapat bertahan bahkan dalam kingkungan yang kurang mendukung.
Hidrogen dapat diproduksi melalui proses fermentasi, tapi menurut Prof Wood ini
16
tidak membutuhkan mesin yang kompleks untuk pemanasan yang ekstensif atau
listrik yang banyak. Reaktor yang beliau desain beratnya kurang dari 250 galon
bahan bakar yang dapat mensuplai hidrogen untuk rumah untuk penggunaan 24
jam. Adapun klasifikasi bakteri E.coli adalah sebagai berikut:
Superdomain: Phylogenetica
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gamma Proteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Spesies: E. coli
Nama binomial Escherichia coli
BAB III
17
METODE PENULISAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini digunakan metode kajian pustaka, yaitu suatu metode
dimana data-data dikumpulkan dari berbagai kajian pustaka, seperti buku-buku,
dan juga artikel ilmiah pada majalah atau surat kabar yang berhubungan dengan
permasalahan di atas. Dilakukan analisis terhadap isi teks (pustaka) untuk menjadi
data pendukung dalam analisis dan sintesis serta pembahasan permasalahan.
Selain melakukan studi kepustakaan dari berbagai buku, majalah maupun surat
kabar juga dilakukan analisis dari sumber-sumber kepustakaan yang ada pada
situs-situs internet terkait.
3.2 Langkah-Langkah Penulisan
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tulisan ini dapat disajikan seperti
pada bagan alir 1. di bawah ini :
18
Bagan 1. Bagan Alir Proses Penulisan
a. Identifikasi Masalah
Dilakukan identifikasi pada permasalahan klasik (yang sering ditemukan)
pada masyarakat di lingkungan sekitar. Diare merupakan masalah klasik yang
hampir selalu ada diberbagai lapisan masyarakat. Penderita diare mulai dari
anak kecil sampai dewasa. Adanya temuan berbagai jenis obat diare membuat
penulis ingin menemukan suatu obat alternatif sebagai anti bakteri penyebab
diare. Dan dengan memanfaatkan kulit buah jeruk bali yang selama ini hanya
dianggap limbah akan dapat meningkatkan daya guna jeruk bali. Beranjak
dari ulasan beberapa artikel dan hasil penelitian bahwa senyawa-senyawa
alkaloid, tannin dan flavonoid mampu mematikan E.coli, maka berbagai
tumbuhan ataupun bagian tumbuhan yang mengandung swenyawa-senyawa
tersebut berpotensi untuk antibakteri dari E.coli. salah satunya adalah kulit
buah jeruk bali yang mengandung senyawa seperti alkaloid, tannin dan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data dan Studi Pustaka
Analisis Permasalahan
Hasil dan Pembahasan, Pemecahan Permasalahan
Simpulan dan Saran
Penyusunan Karya Tulis
19
flavonoid. Sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan antibakteri E.coli dari
kulit buah jeruk bali.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari literatur-literatur yang mendukung isi
tulisan. Baik literatur berupa buku-buku, jurnal, koran maupun media
internet.
c. Analisis Permasalahan
Analisis permasalahn dilakukan dengan menganalisis kemampuan senyawa-
senyawa alkaloid, tannin dan flavonoid yang terkandung dalam kulit buah
jeruk bali untuk mematikan bakteri E.coli. analisis disini berupa analisis
secara konsep yang didukung teori-teori dalam literatur dan tidak dilakukan
suatu tindakan eksperimen (penelitian) langsung.
d. Hasil dan Pembahasan, Pemecahan masalah
Dari hasil tinjauan pustaka dan analisis permasalahan didapatkan hasil yang
kemudian digunakan untuk menjawab hipotesis awal secara teoritis, yang
kemudian digunakan sebagai pemecahan masalah.
e. Simpulan dan Saran
Dari hasil dan pembahasan kemudian dapat disimpulkan isi dari tulisan
yang isisnya mencakup secara keseluruhan isi tulisan serta saran dan
masukan yang diberikan oleh penulis.
20
f. Penyusunan Karya Tulis
Dilakukan penyusunan karya tulis setelah mendapatkan hasil kajian secara
teoritis yang membahas permasalahan yang diangkat.
g. Bimbingan
Dalam penyususnan karya tulis ini dilakukan bimbingan secara kontinyu
dengan dosen pembimbing agar dapat diberikan masukan dan arahan
dalam penyusunan karya tulis ini.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kulit buah jeruk bali mengandung senyawa-senyawa seperti tannin, flavanoid,
alkaloid yang cukup banyak pada kulit buahnya. Berdasarkan hal tersebut maka
kulit buah jeruk bali memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai
antibakteri E.coli. Alkaloid adalah senyawa organik pada tumbuh-tumbuhan yang
sering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Alkaloid adalah sebuah golongan
senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik. Hampir semua alkaloid
di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu
pada mahluk hidup. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum
diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid
diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,
pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan
keseimbangan ion. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau
cairan.
Kemampuan senyawa Alkaloid sebagai antibakteri E.coli sangat dipengaruhi oleh
keaktifan biologis senyawa tersebut. Keaktifan biologis dari senyawa Alkaloid ini
disebabkan oleh adanya gugus basa yang mengandung nitrogen. Adanya gugus
basa ini apabila mengalami kontak dengan bakteri E.coli akan bereaksi dengan
senyawa-senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan juga DNA
bakteri yang merupakan penyusun utama sel yang merupakan pusat pengaturan
segala kegiatan sel. Reaksi ini terjadi karena secara kimia suatu senyawa yang
bersifat basa akan bereaksi dengan senyawa asam dalam hal ini adalah asam
amino. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan
22
asam amino karena sebagian besar asam amino telah bereaksi dengan gugus basa
dari senyawa alkaloid. Perubahan susunan asam amino ini jelas akan merubah
susunan rantai DNA pada sel yang semula memiliki susunan asam dan basa yang
saling berpasangan. Perubahan susunan rantai asam amino pada DNA akan
menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada asam DNA sehingga DNA
bakteri E.coli akan mengalami kerusakan. Dengan adanya kerusakan pada DNA
tersebut sel bakteri E.coli akan mengalami kerusakan. Hal ini karena DNA
merupakan komponen utama penyusun sel. Kerusakan DNA pada sel bakteri ini
juga akan mendorong terjadinya lisis pada sel bakteri . Lisisnya sel bakteri E.coli
akan menyebabkan juga kerusakan pada bakteri E.coli karena sel merupakan pusat
kegiatan bakteri. Kerusakan sel pada bakteri ini lama kelamaan akan membuat
sel-sel bakteri E.coli tidak mampu melakukan metabolisme sehingga juga akan
mengalami lisis. Dengan demikian bakteri E.coli akan menjadi inaktif dan hancur
(lisis).
Selain karena kandungan alkaloid kulit buah jeruk bali memiliki potensi sebagai
antibakteri E.coli karena mengandung senyawa Flavonoid. Flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini
bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna
kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan
turunan senyawa induk ”flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar
jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada
tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada
molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali
dijumpai berupa senyawa tunggal. Aktifitas biologis senyawa flavonoid terhadap
bakteri E.colidilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri E.coli yang
terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada
senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat
masuk ke dalam sel bakteri. Selanjutnya dengan sel bakteri juga senyawa ini akan
kontak dengan DNA penyusun sel bakteri E.coli dan melalui perbedaan kepolaran
antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan
23
dapat terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA bakteri E.coli
sehingga sel bakteri juga akan lisis dan bakteri E.colijuga akan mengalami lisis
dan mati. Mekanisme aktivitas biologis oleh senyawa flavonoid ini berbeda
dengan yang dilakukan oleh senyawa alkaloid, dimana senyawa flavonoid dalam
merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel
bakteri dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid. Sedangkan pada senyawa
alkaloid memanfaatkan sifat reaktif gugus basa pada senyawa alkaloid untuk
bereaksi dengan gugus asam amino pada sel bakteri E.coli. Selain karena adanya
kandungan Alkaloid dan Flavanoid, kulit buah jeruk bali memiliki potensi sebagai
antibakteri E.coli karena juga mengandung persenyawaan tannin. Senyawa tannin
adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000. Tannin
disusun oleh senyawa polifenol alami yang merupakan metabolit sekunder
tanaman tertentu. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada
suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada
senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Karena tannin
merupakan persenyawaan polifenol yang mengandung gugus hidroksil maka
mekanisme yang sama dengan mekanisme oleh senyawa flavonoid yakni dalam
merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel
bakteri dengan gugus alkohol pada rantai polifenol dari senyawa tannin.
Walaupun struktur kimia dari flavonoid dan tannin tidaklah sama namun karena
keduanya sama-sama memiliki persenyawaan fenol yang memiliki gugus
hidroksil di dalamnya maka mekanisme dalam meninaktifkan bakteri E.coli juga
dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan polaritas antara lipid dengan gugus
hiodroksil. Apabila sel bakteri semakin banyak mengandung lipid maka akan
semakin banyak diperlukan senyawa tannin untuk membuat bakteri tersebut lisis.
24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Kulit buah jeruk bali memiliki potensi untuk dijadikan antibakteri E.coli
karena kulit buah jeruk bali mengandung senyawa-senyawa Alkaloid,
Flavonoid, dan Tannin.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada para peneliti untuk dapat melakukan penelitian
selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam
terhadap daya anti bakteri kulit buah jeruk bali terhadap bakteri E.coli.
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian-penelitian terhadap tumbuhan lain
untuk mendapatkan zat antibakteri dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anne Ahira. 2008. buah-buahan_pamelo. http://www.anneahira.com/buah-buahan/pamelo.htm. Diunduh tanggal 29 Maret 2010.
Anonim. 2008. Escherichia coli. http://wikimedia.org/wikipedia/commons/d/b4/
Escherichia coli NIAID.htm, diakses pada tanggal 3 Oktober 2008.
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia jilid VI. 163. Depkes. JakartaAnonim, 2007, Tumbuhan dan Kegunaan dalamperubatan Zinatul Asyikin
Deraman, http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/zinatul.htm, diakses tanggal 4 Mei 2007Champbell. 2002 .Tanaman Jeruk. 197, Erlangga, Jakarta
Eisentein, T.K.Ph.D. 2000. Immunity to Salmonella typhimurium, Temple
University School of Medicine, Philadelphia.
Dep. Kes. RI, 1990. Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen P3M dan PLP : Jakarta
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Amico : Bandung
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan, Armico : Bandung.
Lozoya X, Meckes M, Abou-Zaid M. 1994. Quercetin Glycosides in Pasidium
guajava L, Leave and Determination of A Spasmolytic Pronciple. Arc Med
Res 25 (1) : 17-21
Santoso, Iman. 2008. Awas akteri E.coli pada es batu. http:// maulanusatara. Wordpress. com/2008/07/08/awas-bakteri-e-coli-pada-es-batu/. Di unduh tanggal 29 maret 2010
Supandiman, 2007, Senyawa Anti Bakteri, http:// pkkmweb. Ukm. My~pandi tugasan S3_99 zinatul .html. diakses tanggal 23 Mei 2007
Sujatno, 2007. Kandungan Tumbuhan Anti Bakteri, http:// sujatno_web. Akhmad.
My~pandi tugasan.html. diakses tanggal 10 Mei 2007
26