37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsentrasi feses menjadi lembek atau cair. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti seorang yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya diawali dengan nyeri perut atau mulas. Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini akan kehilangan berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak, terutama anak kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena kehilanggan cairan yang

Karya Tulis Jeruk Bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Tulis Jeruk Bali

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat

Indonesia sejak dulu. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan

(usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya

dan berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsentrasi feses

menjadi lembek atau cair. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai

macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti seorang

yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda

tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya diawali dengan

nyeri perut atau mulas. Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut

sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini akan kehilangan

berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure

to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak, terutama anak

kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena

kehilanggan cairan yang berlebihan. Dalam kotoran anak juga dapat ditemui

darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas

kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir di kotorannya. Diare tanpa adanya

darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang dihasilkan oleh

bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan suatu virus yang disebut

rotavirus akan menyebabkan diare yang encer. Sebagian besar kuman yang

menyebabkan diare juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti demam,

hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya berat

badan, dan terutama dehidrasi. Kuman penyebab diare dapat pula masuk dan

menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi di organ tubuh lain yang

jauh dari pencernaan seperti otak. Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada

Page 2: Karya Tulis Jeruk Bali

2

suatu daerah tertentu, yang bergantung pada tingkat kebersihan lingkungan dan

kebiasaan kesehatan warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan

lingkungannya buruk dan warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat sering

ditemui kejadian diare terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh

kuman.Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun pernah terinfeksi

oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami diare. Biasanya anak-anak ini

tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti kurang atau tidak mencuci

tangan. Mencuci tangan merupakan cara paling sederhana untuk menghindari

penyebaran kuman.

Salah satu bakteri penyebab infeksi diare adalah Escherichia coli (E.coli). Infeksi

oleh bakteri ini terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses

yang mengandung bakteri E.coli dari organisme pembawa (hosts). Setelah masuk

dalam saluran pencernaan maka bakteri ini akan menyerang dinding usus yang

menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi dapat menyebar ke seluruh

tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus ke organ-organ

lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat

menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita hamil, dan juga membran

yang menyelubungi otak. Substansi racun yang diproduksi dan dilepaskan oleh

bakteri ini dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Pada seseorang yang

terinfeksi oleh E.coli pada fesesnya terdapat kumpulan E.coli yang bisa bertahan

sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Pengobatan diare dapat dilakukan dengan pengobatan simtomatik dan pengobatan

kausatif. Untuk pengobatan kausatif kuman penyebab diare dimastikan dengan zat

antibakteri. Hasil survei kesehatan rumah tangga antara lain menunjukkan bahwa

penggunaan tumbuhan obat untuk mengobati diare pada anak Balita sebesar 4 %

(Anonim, 1992 dalam Winarno & Sundari, 1996). Tumbuhan obat tersebut

menurut Lozoya et al (1994) antara lain adalah daun jambu biji (Pasidium

guajava L). Penelitian tentang efek spasmolitik telah dilakukan oleh Morales et al

Page 3: Karya Tulis Jeruk Bali

3

(1994), tentang penghambatan ileum pada marmut oleh Lozoya et al (1994).

Penelitian ini menunjukkan bahwa daun jambu biji terbukti sebagai antidiare. Hal

ini karena pada daun jambu biji mengandung senyawa-senyawa antara lain :

tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic, karoten, yang dapat berfungsi

sebagai senyawa antibakteri (Supandiman, 1997; Sujatno, 1997). Tanaman jeruk

bali merupakan salah satu tanaman yang pada bagian kulitnya mengandung

senyawa-senyawa seperti tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic,

karoten, alkaloid yang cukup banyak. Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak kulit

buah jeruk bali memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai

antibakteri E.coli. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan alternatif antibakteri

E.coli dari bagian tanaman yang dianggap tidak memiliki nilai guna lagi dalam

hal ini kulit buah jeruk bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam

tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah potensi pemanfaatan ekstrak kulit buah jeruk bali (Citus

maxima) sebagai antibakteri Eschericia coli ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah potensi pemanfaatan ekstrak kulit buah

jeruk bali (Citrus maxima) sebagai antibakteri Eschericia coli.

2. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang antibakteri

alternatif bagi bakteri Eschericia coli.

Page 4: Karya Tulis Jeruk Bali

4

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang potensi kulit

buah jeruk bali (Citrus maxima) sebagai antibakteri alternatif bagi bakteri

Eschericia coli sehingga dapat menjadi alternatif pengobatan diare secara

biologis.

2. Tulisan ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk

melakukan penelitian lanjutan tentang kandungan zat-zat aktif pada kulit

buah jeruk bali (Citrus maxima).

Page 5: Karya Tulis Jeruk Bali

5

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Jeruk Bali (Citrus maxima)

Sesuai dengan namanya, jeruk ini berasal dari Bali. Buahnya berbentuk bulat

dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar. Ukuran buahnya

tidak begitu besar dibanding jeruk besar lainnya. Kulit buah bagian luar berwarna

hijau saat muda dan setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan. Keadaari

kulitnya lebih tipis dibanding jeruk lainnya. Daging buahnya berwarna merah

muda dengan rasa manis, teksturnya halus, dan berair banyak. Daging buahnya

sangat rapat satu dengan lainnya. Jumlah bijinya sedikit, bahkan ada yang tidak

berbiji sama sekali. umumnya tinggi pohon antara 515 m. Tajuk pohon agak

rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Ujung percabangan

biasanya merunduk. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang agak tebal

dan berwarna cokelat kekuningan. Seperti spesies jeruk lainnya, cabang dan

ranting jeruk besar pun bersudut saat masih muda dan membulat saat tua. Keadaan

batangnya ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri

tersebut ada pada tanaman yang berasal biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-

duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini berwarna hijau kuning agak

suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih muda kebanyakan tidak

berbulu. Bentuknya bulat telur dengan ujung tumpul dan letaknya terpencar-

pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun

bersayap lebar berwarna hijau kekuningan. Bunga jeruk besar berupa bunga

majemuk atau bunga tunggal yang bertandan. Bentuknya agak besar dan berbau

harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 4-5.

Benangsarinya tegak dan berberkas 4-5, jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk

bulat kerucut dengan jumlah biasanya dua buah. Daging buah jeruk bali yang

segar serta banyak mengandung air dimakan langsung setelah dikupas dengan

Page 6: Karya Tulis Jeruk Bali

6

tangan atau dicampur dalam rujak; kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Bagian

dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang

bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam,

bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan

untuk gagang perkakas. Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih

tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat

batuk, demam, dan gangguan pencernaan.

Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan

hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat yang sesuai

untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut.

Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam.

Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30° C.

Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksinya optimum. Tanah yang

disukai tanaman jeruk ialah jenis tanah gembur, porous, dan subur. Kedalaman air

tanahnya tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak boleh kurang dari

0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar akan mudah

terserang penyakit. Tanah yang baik untuk tanaman jeruk harus ber-pH 5-6. Curah

hujannya yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan

kelembapan udara 50-85%. Adapun klasifikasi dari tanaman jeruk bali adalah

sebagai berikut :

Division : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Familia : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus maxima

Page 7: Karya Tulis Jeruk Bali

7

Gambar 1. Jeruk Bali (Citrus maxima)

Jeruk bali adalah buah yang menakjubkan karena punya banyak manfaat bagi

kesehatan. Antara lain karena kandungan pektinnya bisa menurunkan kolesterol

secara tajam, sehingga memperkecil risiko kanker, stroke, serta penyakit jantung

(Ahira,2008). Kandungan antioksidan dan vitaminnya baik untuk kesehatan kulit,

gusi, dan lambung. Selain ukurannya yang superjumbo bila dibandingkan dengan

jenis jeruk lainnya, jeruk bali memiliki rasa khas, yaitu kombinasi manis, asam,

dan sedikit pahit. Buah ini tidak hanyalengkap rasanya, tetapi juga lengkap

manfaat sehatnya. daging buahnya berwarna putih hingga merah dengan tekstur

halus, rapat satu sama lain, serta mengandung banyak air. Jumlah biji umumnya

sedikit, bahkan kadang tanpa biji. Daging buahnya banyak mengandung air,

sehingga dapat dimakan langsung setelah dikupas.

Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2 dan asam folat.

Setiap 100 g jeruk bali mengandung 53 kkal energi, protein 0,6 g, lemak 0.2 g,

karbohidrat 12.2 g, retinol 125 mcg, kalsium 23 mg dan 27 mg fosfor. Kandungan

lain seperti flavonoid, pektin dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya

akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Beragam manfaat bisa diperoleh

jika mengkonsumsi jus jeruk bali. Senyawa terkandung di dalam jeruk bali

mampu mencegah kanker, menurunkan risiko penyakit jantung, melancarkan

saluran pencernaan, menjaga kesehatan kulit, mencegah konstipasi, menurunkan

kolesterol dan mencegah anemia.

Page 8: Karya Tulis Jeruk Bali

8

2.2 Alkaloid

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi

bagianpenting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang dilakukan selama ini,

baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelususran

bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak yang

ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar

luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang

berasa sepat dan pahit biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain pada

daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting dan kulit

buah dan kayu. Berdasarkan literatur diketahui bahwa hampir semua alkaloid di

alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada

makhluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dahulu sampai

sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi

alkaloid dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli

pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan

dari serangan hama penyakit, pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk

mempertahankan keseimbangan ion.

Gambar 2. Struktur Alkaloid

Alkaloid secara umum mengandung palingsedikit satu buah atom nitrogen yang

bersifat basa dan merupakan bagian cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid

berbentuk padatan Kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai

kisarandekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini

telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi

struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling

sulit. Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam

Page 9: Karya Tulis Jeruk Bali

9

amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan

tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin dan triftipan yang menurunkan

alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah

reaksi manich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan skunder, dan

suatu senyawa fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif

fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam

biosintesis alkaloid.

2.3 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan dialam. Senyawa-senyawa tersebut merupakan zat warna merah, ungu

dan biru. Dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhan.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari15 atom karbon,

dimana dua cincin benzene (C6) terikat dalam suatu rantai propane (C3) sehingga

bentuk susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur

senyawa flavonoid yaitu:

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

Gambar 3. Struktur Flavonoida

Page 10: Karya Tulis Jeruk Bali

10

2. Isoflavonoid atau 1,2-diarilpropana

Gambar 4. Struktur isoflavonoid

3. Neoflavonoida atau1,1-diarilpropana

Gambar 5. Struktur Neoflavonoida

Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata

flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini

mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom

karbon yang terikat pada cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-

senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari

rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin

adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sering kali disebut sebagai

flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai

tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa

isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan,

terutama suku Leguminosae.

Page 11: Karya Tulis Jeruk Bali

11

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu.

Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6.

Cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau

dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.

Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa

sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam

senyawa trisiklik. Beberapa senyawa flavonoid adalah sebagai berikut:

Cincin A-COCH2CH2-Cincin B _________________ Hidrokalkon

Cincin A-COCH2CHOH-Cincin B _________________ Flavonon, kalkon

Cincin A-COCH2CO-Cincin B_________________ Flavon

Cincin A-CH2COCO-Cincin B_________________ Antosianin

Cincin A-COCOCH2-Cincin B_________________ Auron

2.4 Diare

Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kottoran yang

dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh

berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti

seorang anak yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang

berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya

diawali dengan nyeri perut atau mulas. Diare yang terjadi selama lebih dari 2

minggu disebut sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini

akan kehilangan berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal

tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak,

terutama anak kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang

terjadi karena kehilanggan cairan yang berlebihan. Sekilas penyakit diare terkesan

tidak berbahaya karena hampir setiap orang pernah mengalaminya. Padahal, diare

merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada balita, khususnya

di Indonesia.

Page 12: Karya Tulis Jeruk Bali

12

E Coli memang bukan penyebab utama penyakit diare. Namun, ditemukannya E

Coli merupakan indikasi awal bahwa suatu medium telah terkontaminasi bakteri-

bakteri strains E Coli yang bersifat patogen seperti Shigella, Salmonela, atau

Yersinia. Bakteri-bakteri tersebutlah yang menyebabkan diare (Iman Santoso,

2008). Dalam kotoran anak juga dapat ditemui darah, yang berarti ada kerusakan

pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula

dijumpai lendir di kotorannya. Umumnya diare seperti ini disebabkan oleh bakteri

seperti Shigella. Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit

atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang

disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang

encer. Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan

gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut,

mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama dehidrasi. Kuman penyebab

diare dapat pula masuk dan menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi

di organ tubuh lain yang jauh dari pencernaan seperti otak.

Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada suatu daerah tertentu, yang

bergantung pada tingkat kebersihan lingkungan dan kebiasaan kesehatan

warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan lingkungannya buruk dan

warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat sering ditemui kejadian diare

terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh kuman. Tingginya

tingkat penyakit diare berkaitan dengan pencemaran bakteri E Coli yang terdapat

di air minum di Indonesia, khususnya di kota-kota kecil. Minimnya pengetahuan

masyarakat awam tentang bahaya akan bakteri E Coli mengakibatkan kurangnya

kesadaran untuk mendeteksi dan mengambil langkah-langkah pencegahan

terhadap bakteri tersebut. Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5

tahun pernah terinfeksi oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami diare.

Biasanya anak-anak ini tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti

kurang atau tidak mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan cara paling

sederhana untuk menghindari penyebaran kuman. Infeksi virus lainnya yang dapat

menyebabkan diare adalah virus-virus golongan enterovirus. Sedangkan bakteri

Page 13: Karya Tulis Jeruk Bali

13

penyebab infeksi diare antara lain Salmonella, Shigella, dan E. coli. Shigella, yang

sering menyebar melaui orang ke orang, dapat merusak dinding saluran

pencernaan dan menyebabkan semacam luka yang berdarah. Sedikit saja jumlah

bakteri Shigella yang diperlukan agar terjadi infeksi. Paling tidak lima kelas

bakteri E. coli sering menyebabkan infeksi diare pada anak-anak. Bakteri E. coli

ini menyerang langsung dinding saluran pencernaan atau menghasilkan suatu

racun yang dapat mengiritasi saluran pencernaan. Akibatnya anak akan sakit.

Infeksi karena E. coli ini sering menyebar melalui air atau makanan yang

terkontaminasi kotoran manusia dan daging yang dimasak kurang matang. Infeksi

parasit walaupun jarang dijumpai juga dapat menyebabkan diare. Parasit

penyebab diare umumnya adalah Giardia karena parasit ini mampu hidup di

tempat-tempat dimana kuman lain tidak dapat hidup. Infeksi akibat Giardia dapat

menyebabkan diare yang kronik.

2.5 Penularan dan Pencegahan Diare

Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang

disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya.

Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa

inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya

memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalnya, memiliki

masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Lama sakit juga tergantung pada jenis

kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus umumnya berlangsung

selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan seperti

istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti

antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau

parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti

pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika untuk mencegah

penyebaran kuman ke seluruh tubuh. Infeksi diare sering menular dari satu anak

Page 14: Karya Tulis Jeruk Bali

14

ke anak lain dengan mudah baik melalui kontak langsung, maupun melalui

makanan atau minuman.

Cara pencegahan yang paling efektif adalah mencuci tangan. Tangan yang kotor

ditempeli oleh banyak kuman yang bila tangan tersebut disentuhkan ke mulut atau

digunakan untuk mengambil makanan dapat menyebabkan infeksi diare. Mencuci

tangan ini perlu dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tidak hanya oleh anak

sendiri. Mencuci tangan terutama perlu dilakukan setelah ke kamar mandi atau

sebelum makan. Selain itu kamar mandi atau jamban yang bersih juga dapat

membantu mencegah penyebaran kuman. Air dan makanan juga dapat

menyebarkan kuman, karena itu buah dan sayuran harus dibersihkan dengan benar

sebelum dimakan atau diolah. Alat-alat dapur juga harus segera dibersihkan

setelah selesai digunakan. Daging juga harus diolah dengan benar akan kuman-

kuman mati.

Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah,

atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera

dibawa ke dokter. Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi

anak tampak mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering,

kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan aktivitas (tampak

mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus

segera dibawa ke dokter. Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare

adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat

diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi

sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan berupa air

saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang

diperlukan. Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam

dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan

jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis

terapi yang akan diberikan oleh dokter.

Page 15: Karya Tulis Jeruk Bali

15

2.6 Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama

bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor

Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada

manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli banyak

digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor

untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli

dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. E.

coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer

dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 micrometer

kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C,

optimum pada 37 derajat.

Gambar 6. Escherichia coli

Escherichia Coli telah dikenal sebagai mikroba yang berkaitan dengan

keterbuangan atau keracunan makanan.  E. coli sendiri telah digunakan

sebelumnya dalam produksi hormon insulin dan pembuatan vaksin.  Prof Wood

dan timnya telah mentransformasi bakteri-bakteri ini menjadi pabrik hidrogen

mini, dengan menghapus enam gen spesifik dari DNA E. Coli.  Pabrik ini

membutuhkan pasokan energi dari gula.  Kecepatan mengkonversi gula yang

alamiah dari E Coli ditingkatkan berkali-kali lipat.  E. Coli memiliki 5000 gen

yang dapat bertahan bahkan dalam kingkungan yang kurang mendukung. 

Hidrogen dapat diproduksi melalui proses fermentasi, tapi menurut Prof Wood ini

Page 16: Karya Tulis Jeruk Bali

16

tidak membutuhkan mesin yang kompleks untuk pemanasan yang ekstensif atau

listrik yang banyak.  Reaktor yang beliau desain beratnya kurang dari 250 galon

bahan bakar yang dapat mensuplai hidrogen untuk rumah untuk penggunaan 24

jam. Adapun klasifikasi bakteri E.coli adalah sebagai berikut:

Superdomain: Phylogenetica

Filum: Proteobacteria

Kelas: Gamma Proteobacteria

Ordo: Enterobacteriales

Famili: Enterobacteriaceae

Genus: Escherichia

Spesies: E. coli

Nama binomial Escherichia coli

BAB III

Page 17: Karya Tulis Jeruk Bali

17

METODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini digunakan metode kajian pustaka, yaitu suatu metode

dimana data-data dikumpulkan dari berbagai kajian pustaka, seperti buku-buku,

dan juga artikel ilmiah pada majalah atau surat kabar yang berhubungan dengan

permasalahan di atas. Dilakukan analisis terhadap isi teks (pustaka) untuk menjadi

data pendukung dalam analisis dan sintesis serta pembahasan permasalahan.

Selain melakukan studi kepustakaan dari berbagai buku, majalah maupun surat

kabar juga dilakukan analisis dari sumber-sumber kepustakaan yang ada pada

situs-situs internet terkait.

3.2 Langkah-Langkah Penulisan

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tulisan ini dapat disajikan seperti

pada bagan alir 1. di bawah ini :

Page 18: Karya Tulis Jeruk Bali

18

Bagan 1. Bagan Alir Proses Penulisan

a. Identifikasi Masalah

Dilakukan identifikasi pada permasalahan klasik (yang sering ditemukan)

pada masyarakat di lingkungan sekitar. Diare merupakan masalah klasik yang

hampir selalu ada diberbagai lapisan masyarakat. Penderita diare mulai dari

anak kecil sampai dewasa. Adanya temuan berbagai jenis obat diare membuat

penulis ingin menemukan suatu obat alternatif sebagai anti bakteri penyebab

diare. Dan dengan memanfaatkan kulit buah jeruk bali yang selama ini hanya

dianggap limbah akan dapat meningkatkan daya guna jeruk bali. Beranjak

dari ulasan beberapa artikel dan hasil penelitian bahwa senyawa-senyawa

alkaloid, tannin dan flavonoid mampu mematikan E.coli, maka berbagai

tumbuhan ataupun bagian tumbuhan yang mengandung swenyawa-senyawa

tersebut berpotensi untuk antibakteri dari E.coli. salah satunya adalah kulit

buah jeruk bali yang mengandung senyawa seperti alkaloid, tannin dan

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data dan Studi Pustaka

Analisis Permasalahan

Hasil dan Pembahasan, Pemecahan Permasalahan

Simpulan dan Saran

Penyusunan Karya Tulis

Page 19: Karya Tulis Jeruk Bali

19

flavonoid. Sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan antibakteri E.coli dari

kulit buah jeruk bali.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari literatur-literatur yang mendukung isi

tulisan. Baik literatur berupa buku-buku, jurnal, koran maupun media

internet.

c. Analisis Permasalahan

Analisis permasalahn dilakukan dengan menganalisis kemampuan senyawa-

senyawa alkaloid, tannin dan flavonoid yang terkandung dalam kulit buah

jeruk bali untuk mematikan bakteri E.coli. analisis disini berupa analisis

secara konsep yang didukung teori-teori dalam literatur dan tidak dilakukan

suatu tindakan eksperimen (penelitian) langsung.

d. Hasil dan Pembahasan, Pemecahan masalah

Dari hasil tinjauan pustaka dan analisis permasalahan didapatkan hasil yang

kemudian digunakan untuk menjawab hipotesis awal secara teoritis, yang

kemudian digunakan sebagai pemecahan masalah.

e. Simpulan dan Saran

Dari hasil dan pembahasan kemudian dapat disimpulkan isi dari tulisan

yang isisnya mencakup secara keseluruhan isi tulisan serta saran dan

masukan yang diberikan oleh penulis.

Page 20: Karya Tulis Jeruk Bali

20

f. Penyusunan Karya Tulis

Dilakukan penyusunan karya tulis setelah mendapatkan hasil kajian secara

teoritis yang membahas permasalahan yang diangkat.

g. Bimbingan

Dalam penyususnan karya tulis ini dilakukan bimbingan secara kontinyu

dengan dosen pembimbing agar dapat diberikan masukan dan arahan

dalam penyusunan karya tulis ini.

Page 21: Karya Tulis Jeruk Bali

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kulit buah jeruk bali mengandung senyawa-senyawa seperti tannin, flavanoid,

alkaloid yang cukup banyak pada kulit buahnya. Berdasarkan hal tersebut maka

kulit buah jeruk bali memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai

antibakteri E.coli. Alkaloid adalah senyawa organik pada tumbuh-tumbuhan yang

sering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Alkaloid adalah sebuah golongan

senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik. Hampir semua alkaloid

di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu

pada mahluk hidup. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum

diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid

diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,

pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan

keseimbangan ion. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah

atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.

Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau

mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau

cairan.

Kemampuan senyawa Alkaloid sebagai antibakteri E.coli sangat dipengaruhi oleh

keaktifan biologis senyawa tersebut. Keaktifan biologis dari senyawa Alkaloid ini

disebabkan oleh adanya gugus basa yang mengandung nitrogen. Adanya gugus

basa ini apabila mengalami kontak dengan bakteri E.coli akan bereaksi dengan

senyawa-senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan juga DNA

bakteri yang merupakan penyusun utama sel yang merupakan pusat pengaturan

segala kegiatan sel. Reaksi ini terjadi karena secara kimia suatu senyawa yang

bersifat basa akan bereaksi dengan senyawa asam dalam hal ini adalah asam

amino. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan

Page 22: Karya Tulis Jeruk Bali

22

asam amino karena sebagian besar asam amino telah bereaksi dengan gugus basa

dari senyawa alkaloid. Perubahan susunan asam amino ini jelas akan merubah

susunan rantai DNA pada sel yang semula memiliki susunan asam dan basa yang

saling berpasangan. Perubahan susunan rantai asam amino pada DNA akan

menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada asam DNA sehingga DNA

bakteri E.coli akan mengalami kerusakan. Dengan adanya kerusakan pada DNA

tersebut sel bakteri E.coli akan mengalami kerusakan. Hal ini karena DNA

merupakan komponen utama penyusun sel. Kerusakan DNA pada sel bakteri ini

juga akan mendorong terjadinya lisis pada sel bakteri . Lisisnya sel bakteri E.coli

akan menyebabkan juga kerusakan pada bakteri E.coli karena sel merupakan pusat

kegiatan bakteri. Kerusakan sel pada bakteri ini lama kelamaan akan membuat

sel-sel bakteri E.coli tidak mampu melakukan metabolisme sehingga juga akan

mengalami lisis. Dengan demikian bakteri E.coli akan menjadi inaktif dan hancur

(lisis).

Selain karena kandungan alkaloid kulit buah jeruk bali memiliki potensi sebagai

antibakteri E.coli karena mengandung senyawa Flavonoid. Flavonoid adalah suatu

kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini

bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna

kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan

turunan senyawa induk ”flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar

jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada

tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada

molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali

dijumpai berupa senyawa tunggal. Aktifitas biologis senyawa flavonoid terhadap

bakteri E.colidilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri E.coli yang

terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada

senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat

masuk ke dalam sel bakteri. Selanjutnya dengan sel bakteri juga senyawa ini akan

kontak dengan DNA penyusun sel bakteri E.coli dan melalui perbedaan kepolaran

antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan

Page 23: Karya Tulis Jeruk Bali

23

dapat terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA bakteri E.coli

sehingga sel bakteri juga akan lisis dan bakteri E.colijuga akan mengalami lisis

dan mati. Mekanisme aktivitas biologis oleh senyawa flavonoid ini berbeda

dengan yang dilakukan oleh senyawa alkaloid, dimana senyawa flavonoid dalam

merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel

bakteri dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid. Sedangkan pada senyawa

alkaloid memanfaatkan sifat reaktif gugus basa pada senyawa alkaloid untuk

bereaksi dengan gugus asam amino pada sel bakteri E.coli. Selain karena adanya

kandungan Alkaloid dan Flavanoid, kulit buah jeruk bali memiliki potensi sebagai

antibakteri E.coli karena juga mengandung persenyawaan tannin. Senyawa tannin

adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000. Tannin

disusun oleh senyawa polifenol alami yang merupakan metabolit sekunder

tanaman tertentu. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada

suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada

senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Karena tannin

merupakan persenyawaan polifenol yang mengandung gugus hidroksil maka

mekanisme yang sama dengan mekanisme oleh senyawa flavonoid yakni dalam

merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel

bakteri dengan gugus alkohol pada rantai polifenol dari senyawa tannin.

Walaupun struktur kimia dari flavonoid dan tannin tidaklah sama namun karena

keduanya sama-sama memiliki persenyawaan fenol yang memiliki gugus

hidroksil di dalamnya maka mekanisme dalam meninaktifkan bakteri E.coli juga

dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan polaritas antara lipid dengan gugus

hiodroksil. Apabila sel bakteri semakin banyak mengandung lipid maka akan

semakin banyak diperlukan senyawa tannin untuk membuat bakteri tersebut lisis.

Page 24: Karya Tulis Jeruk Bali

24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Kulit buah jeruk bali memiliki potensi untuk dijadikan antibakteri E.coli

karena kulit buah jeruk bali mengandung senyawa-senyawa Alkaloid,

Flavonoid, dan Tannin.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada para peneliti untuk dapat melakukan penelitian

selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam

terhadap daya anti bakteri kulit buah jeruk bali terhadap bakteri E.coli.

2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian-penelitian terhadap tumbuhan lain

untuk mendapatkan zat antibakteri dari bahan tumbuh-tumbuhan yang

lain.

Page 25: Karya Tulis Jeruk Bali

25

DAFTAR PUSTAKA

Anne Ahira. 2008. buah-buahan_pamelo. http://www.anneahira.com/buah-buahan/pamelo.htm. Diunduh tanggal 29 Maret 2010.

Anonim. 2008. Escherichia coli. http://wikimedia.org/wikipedia/commons/d/b4/

Escherichia coli NIAID.htm, diakses pada tanggal 3 Oktober 2008.

Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia jilid VI. 163. Depkes. JakartaAnonim, 2007, Tumbuhan dan Kegunaan dalamperubatan Zinatul Asyikin

Deraman, http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/zinatul.htm, diakses tanggal 4 Mei 2007Champbell. 2002 .Tanaman Jeruk. 197, Erlangga, Jakarta

Eisentein, T.K.Ph.D. 2000. Immunity to Salmonella typhimurium, Temple

University School of Medicine, Philadelphia.

Dep. Kes. RI, 1990. Pengendalian Penyakit Diare, Ditjen P3M dan PLP : Jakarta

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Amico : Bandung

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan, Armico : Bandung.

Lozoya X, Meckes M, Abou-Zaid M. 1994. Quercetin Glycosides in Pasidium

guajava L, Leave and Determination of A Spasmolytic Pronciple. Arc Med

Res 25 (1) : 17-21

Santoso, Iman. 2008. Awas akteri E.coli pada es batu. http:// maulanusatara. Wordpress. com/2008/07/08/awas-bakteri-e-coli-pada-es-batu/. Di unduh tanggal 29 maret 2010

Supandiman, 2007, Senyawa Anti Bakteri, http:// pkkmweb. Ukm. My~pandi tugasan S3_99 zinatul .html. diakses tanggal 23 Mei 2007

Sujatno, 2007. Kandungan Tumbuhan Anti Bakteri, http:// sujatno_web. Akhmad.

My~pandi tugasan.html. diakses tanggal 10 Mei 2007

Page 26: Karya Tulis Jeruk Bali

26