6
KASKADO: PENYAKIT KULIT PADA TERNAK SAPI YANG DISEBABKAN OLEH NEMATODA GENUS STENOPHILARIA Marina Corselia (125130100111035) dan M. Hasbi Assidiqi (125130107111016) Kelas 2012-B PENDAHULUAN Penyakit pada hewan yang disebabkan oleh parasit nematoda cukup banyak macamnya, salah satunya yaitu penyakit yang disebabkan oleh genus Stephanofilaria yang menyebabkan penyakit stephanofilariasis. Di Indonesia, penyakit tersebut sering disebut penyakit kaskado yaitu ditemukannya cacing Stephanofilaria dalam luka atau lesi pada sapi. Distribusi penyakit ini di Indonesia yaitu mencakup daerah Sulawesi Utara (1933) dan Sumatera Barat (1979). Di Boyolali (1985) menyerang sapi perah dan di Surade, Jawa Barat (1989) menyerang sapi potong. Di daerah Blitar (1992), kaskado menyerang sapi PO dan FH yang berumur satu tahun atau lebih (Estuningsih, 2007). Infeksi cacing Stephanofilaria biasanya berpredileksi pada epitel, terutama pada lapisan malpigi kulit hewan. Setiap spesies cacing ini dapat menyebabkan dermatitis di berbagai lokasi. Kaskado memiliki hospes perantara yaitu beberapa jenis lalat sehingga mempermudah penyebaran infeksi luka. Kaskado menyebabkan lesi pada kulit hewan terinfeksi, lesi tersebut dapat menyebabkan hewan pincang, penurunan

Kaska Do

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit sapi

Citation preview

KASKADO: PENYAKIT KULIT PADA TERNAK SAPI YANG DISEBABKAN OLEH NEMATODA GENUS STENOPHILARIAMarina Corselia (125130100111035) dan M. Hasbi Assidiqi (125130107111016)Kelas 2012-B

PENDAHULUANPenyakit pada hewan yang disebabkan oleh parasit nematoda cukup banyak macamnya, salah satunya yaitu penyakit yang disebabkan oleh genus Stephanofilaria yang menyebabkan penyakit stephanofilariasis. Di Indonesia, penyakit tersebut sering disebut penyakit kaskado yaitu ditemukannya cacing Stephanofilaria dalam luka atau lesi pada sapi. Distribusi penyakit ini di Indonesia yaitu mencakup daerah Sulawesi Utara (1933) dan Sumatera Barat (1979). Di Boyolali (1985) menyerang sapi perah dan di Surade, Jawa Barat (1989) menyerang sapi potong. Di daerah Blitar (1992), kaskado menyerang sapi PO dan FH yang berumur satu tahun atau lebih (Estuningsih, 2007).Infeksi cacing Stephanofilaria biasanya berpredileksi pada epitel, terutama pada lapisan malpigi kulit hewan. Setiap spesies cacing ini dapat menyebabkan dermatitis di berbagai lokasi. Kaskado memiliki hospes perantara yaitu beberapa jenis lalat sehingga mempermudah penyebaran infeksi luka. Kaskado menyebabkan lesi pada kulit hewan terinfeksi, lesi tersebut dapat menyebabkan hewan pincang, penurunan kualitas ternak, kekurusan, kulit hewan menjadi rusak sehingga mempengaruhi aspek komersial (Estuningsih, 2007).Beberapa spesies Stephanofilaria di Indonesia yang menjadi penyebab penyakit kaskado yaitu Stephanofilaria dedoesi penyebab dermatitis pada leher, bahu, daerah sekitar mata, telinga, dan gelambir pada sapi. S. kaeli menyebabkan dermatitis di daerah kaki pada sapi dan Stephanofilaria sp. penyebab dermatitis di daerah muka, leher, dan telinga pada kerbau. Selain di Indonesia, terdapat banyak spesies Stephanofilaria di dunia seperti, S. stilesi di amerika Serikat dan Australia, S. okinawaensis di Jepang, dan di India terdapat 4 spesies lain yaitu S. assamensis, S. zaheeri, S. andamani, dan S. srivastavat (Estuningsih, 2007).

PENGENALAN PENYAKITKaskado dapat dikenali dengan adanya luka-luka pada kulit hewan yang tertutup keropeng dan terlihat adanya penebalan kulit. Pada awal infeksi hanya terlihat adanya sejumlah papula atu lepuh-lepuh kecil yang kemudian akan menyatu dan menjadi luka yang besar disertai penebalan kulit, bulu rontok, dan ulserasi. Sedangkan pada tahap lanjut telrihat adanya daerah peradangan yang berbatas jelas dengan kulit yang tidak berbulu karena mengalami kerontokan dan terlihat kasar beralur membentuk lipatan tebal berwarna kelabu (Estuningsih, 2007).Infeksi ringan kaskado hanya akan menyebabkan keropeng kering akibat luka yang terbentuk, umumnya terdapat pada bagian sudut mata, pundak, bahu, leher, dada, punggung, dan gelambir. Infeksi berat kaskado menyebabkan radang kulit yang biasanya berbentuk bulat, bagian tepi kulit berwarna kemerahan tertutup keropeng, tampak bergranulasi jika keropeng diangkat. Kadangkala di antara keropeng yang sudah terkelupas akan berdarah dan biasanya terdapat cacing. Adanya luka terbuka akan menyebabkan lalat berdatangan dan menyebarkan luka yang mengandung mikrofilaria cacing (Estuningsih, 2007).Ternak sapi yang rentan terinfeksi kaskado biasanya berumur satu tahun atau lebih. Kejadian kaskado akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur hewan. Hewan yang terkena penyakit ini pada umumnya tidak menunjukkan kesakitan yang hebat dan masih dapat melakukan aktivitas biasanya. Tempat pemeliharaan yang basah atau berair dan banyaknya feses lembek di tempat tersebut akan mempermudah perkembangbiakan lalat sehingga penyebaran penyakit lebih mudah. Spesies lalat yang berperan sebagai vektor penyakit ini di Indonesia yaitu Shipona exigua, Musca conducens, dan Sarcophaga sp. Ada juga beberapa spesies lalat yang mungkin mengandung larva cacing Stephanofilaria adalah lalat Stomoxys dan Hypobosca sp (Estuningsih, 2007).

PERJALANAN PENYAKITProses penyebaran penyakit kaskado dimulai dari vektor lalat yang tertarik dan hinggap pada luka yang terdapat pada hewan akibat infeksi cacing Stenophilaria. Kemudian lalat akan menghisap mikrofilaria bersama darah dan cairan dari luka tersebut. Dalam tubuh lalat, mikrofilaria akan berkembang menjadi larva stadium 3 yang infektif (L3) dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Lalat mengandung L3 tersebut menggigit dan menghisap darah hewan yang sehat, larva akan pindah melalui probosis ke kulit hewan yang digigitnya. Larva akan menjadi cacing dewasa dalam 6-8 minggu dan mulai memproduksi mikrofilaria dalam tubuh hewan dan saat itu dapat dikatakan hewan tersebut telah menderita kaskado. Lesi pada kulit hewan diakibatkan oleh infestasi cacing dan juga gigitan lalat sehingga menimbulkan iritasi (Estuningsih, 2007).

DIAGNOSISPemeriksaan terhadap penyakit kaskado bisa didasarkan oleh adanya gejala klinis yaitu lesi sekitar mata, bahu, punggung, kaki dan bagian tubuh lainnya; lesi tersebut disertai dengan pruritis, ulserasi, keropeng, cairan eksudat, dan perdarahan. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan mengerok bagian lesi pada kulit hewan sampai sedikit berdarah, hasil kerokan kulit direndam dalam larutan NaCl fisiologis kira-kira sampai 6 jam untuk memberi kesempatan pada cacing yang masih hidup keluar dari keropeng kulit. Kemudian, rendaman kerokan kulit ditambahkan formalin sampai mencapai kurang lebih 10% larutan formalin sebagai bahan pengawet. Sampel kerokan kulit diperiksa dengan mikroskop untuk menemukan adanya cacing dan kemudian diidentifikasi (Estuningsih, 2007).Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan terhadap potongan kulit yang ada lesinya, akan terlihat keratosis dan infiltrasi sel mononuklear dan sel eosinofil di daerah dermis. Mikrofilaria terdapat di dalam permukaan lapisan dermis, dan cacing dewasanya berada di dalam kista berdekatan dengan folikel rambut. Cacing Stephanofilaria dewasa dapat ditemukan paling sedikit satu ekor cacing setiap satu sentimeter persegi kulit yang dikerok (Estuningsih, 2007).

PENGOBATAN DAN PENCEGAHANPengobatan penyakit kaskado pada sapi masih merupakan masalah di lapangan terutama pada sapi perah. Terjangkitnya penyakit ini pada sapi perah memerlukan perhatian yang sangat besar, karena ketidak nyamanan sapi yang disebabkan oleh penyakit tersebut akan mempengaruhi produksi air susu yang dihasilkannya (Tjahjati dan Yuriadi, 2006). Pengobatan alternatif yang sering dilakukan di lapangan dengan salep Choumapos 2% sudah cukup efektif walaupun hasilnya masih kurang menggembirakan karena membutuhkan waktu penyembuhan yang agak lama. Pemberian Asuntol 2% dalam bentuk salep memberikan hasil yang sangat efektif dalam penyembuhan kaskado. Obat antiparasit yang mempunyai spektrum luas seperti Ivermectin dan Doramectin telah dilaporkan keberhasilannya (Tjahjati dan Yuriadi, 2006). Pemberian Ivermectin dengan dosis 200 mg/kg BB secara subkutan dan Doramectin 200 mg/kg BB bisa menyembuhkan penyakit kaskado pada sapi perah, rata-rata kesembuhannya membutuhkan waktu selama 10 hari. Lama penyembuhan tersebut lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan menggunakan salep Sulfanilamid secara topikal.Untuk pencegahan penyakit kaskado bisa juga dilakukan dengan pemberantasan lalat secara berkala dan teratur dengan menggunakan insektisisda antara lain: Choumapos 0,005-0,1% dan Diazinon 0,5% (Dirjen Peternakan, 1981). Penyemprotan langsung pada lesinya juga bisa membunuh cacing. Disamping itu, untuk menghindari terjadinya penularan penyakit perlu dilakukan pemisahan antara hewan yang sakit dan yang sehat supaya tidak berada dalam satu kandang.

REFERENSIEstuningsih, S.E. 2007. Stephanofilariasis (Kaskado) pada Sapi. WARTAZOA Vol 17 No. 4 Th. 2007Dirjen Peternakan. 1981. Kaskado. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. Pg. 83-85Tjahjati, I. dan Yuriadi. 2006. Pengobatan Filariasi pada Sapi Perah Menggunakan Ivermectin, Doramectin, dan Salep Sulfanilamid. J Sain Vet. 24(2):162-167