Upload
franki-susanto
View
45
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ppt presentasi
Citation preview
Kasus 1: Gizi BurukKelompok 5
Nama Anggota Nabatul Khasan 03012180
Nadya Akbarina 03012184
Puji Lestari 03012211
Rahmat Safryansyah 03012219
Rahmawati Fina Putri 03012220
Resa Aditama 03012227
Ria Sandita Wulandari 03012228
Rizky Yhulianti Safitri 03012238
Roseline Octavianne JT 03012242
Saphira Evani 03012247
Shabrina Nur Afiati 03012254
Skenario Kasus 1: Gizi BurukSeorang anak berusia 3 tahun dibawa ke
Rumah sakit dengan keluhan diare yang telah berlangsung lebuh darib 1 minggu. Menurut ibu kehamilan cukup bulan, dan persalinan ditolong oleh bidan dengan berat 2200 gr dan panjang badan 46 cm. Anak tersebut merupakan anak kelima dari lima orang bersaudara. Air susu ibu hanya diberikan sampai bayi berusia 6 bulan dan diganti dengan susu formula. Belum pernah divaksinasi. Pada pemeriksaan anak cengeng, BB 6,8 kg dan panjang badan 65 cm. Tidak terdapat udem di kedua tungkai.
Terminologi Vaksinasi: pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut
Air Susu Ibu (ASI): emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik, disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO)
Edema: meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan serosa.
Masalah (mind map)
Anak, 3 tahun
Diare >1 minggu
akut
keluhan utama
BB: 2200 gPB: 46 cm
Riwayat
kelahiran
BBLR
ASI ekslusif susu formula
Belum vaksin
anamnesis
pemeriksaan
× oedema
cengeng
BB: 6.8 kgTB: 65 cm
Kurus dan pendek
ggn. gizi
non-
infeksiinfeksi Bakteri/
virus
Anatomi usus halus
Anatomi usus besar
Histologi usus halus
Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular: valvula koniventes (lipatan Kerckringi)
Vili: tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta, di sepanjang usus halus.
Mikrovili: tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 µ pada permukaan luar setiap vilus.
Histologi usus besar Terkumpul dalam tiga pita: taenia coli
Taenia bersatu pada sigmoid distal rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap
Panjang taenia lebih pendek daripada usus usus tertarik dan berkerut kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak, melekat di sepanjang taenia
Lapisan mukosa usus besar > tebal dari lapisan mukosa usus halus, tidak mengandung villi/rugae.
Kriptus lieberkūn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam, lebih banyak sel goblet dari usus halus.
Fisiologi usus Usus halus:
digesti absorbsi bahan – bahan (nutrisi, air,
elektrolit, mineral)
Usus besar: mengabsorpsi air dan elektrolit mengubah kimus dari cairan massa semi
padat (feses)
HipotesisDiare
Gizi Buruk
Diarepenyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair, bertambahnya frekuensi BAB (>3 kali sehari), dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (WHO)
Klasifikasi (WHO):diare akut: < 2 minggudiare persisten: 2 minggu-2 bulandiare kronis: berlangsung > 2 bulan
Gejala diare gelisah
cengeng
suhu tubuh biasanya meningkat
nafsu makan berkurang atau tidak
muntah dapat terjadi sebelum/sesudah diare
tinja cair dan biasanya disertai lendir ataupun darah
Gizi burukkondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.
Kwashiorkor Marasmus Marasmik-Kwashiorkor
Edema Sangat kurus seperti tulang terbungkus kulit
• campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus
• edema yang tidak mencolok
Wajah membulat & sembab
Wajah seperti orang tua
Pandangan mata sayu Cengeng & rewel
Rambut tipis, rambut jagung, mudah rontok
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
Perubahan status mental: apatis & rewel
Perut umumnya cekung
Sering disertai diare atau anemia
Sering disertai penyakit infeksi dan diare
Patofisologi diarea) Gangguan osmotikmakanan atau zat yang tidak dapat diserap tekanan osmotik meninggi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan merangsang usus untuk mengeluarkannya DIARE
b) Gangguan sekresirangsangan tertentu (ex: toksin) pada dinding usus peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus DIARE
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan DIARE
Peristaltik menurun bakteri tumbuh berlebihan DIARE
Patofisiologi gizi buruk
Patofisiologi kwashiorkor
Patofisiologi marasmus
Pemeriksaan penunjang
Diare Kwashiorkor Marasmus
• Pemeriksaan tinja: leukosit (inflamasi)• Limfositosis: infeksi• Leukositosis: bakteri
• Albumin serum • Ketonuria: stadium awal• Defisiensi K, Mg• Kolesterol serum
• Albumin serum • Pemeriksaan elektrolit • Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
Penatalaksanaan diareEdukasi tentang kebersihan
Rehidrasi: oralit (peroral)
Pemberian zinc (10 hari)usia <6 bulan: 10 mg/hariusia >6 bulan: 20 mg/hari
Antibiotik (untuk infeksi)
Penatalaksanaan gizi burukEdukasi (gizi, pengaturan & pemilihan makanan)
Diet TETP (Tinggi Energi, Tinggi Protein): 1-2 minggu Tahap penyesuaian: energi 50 kkal/kgBB/hari Tahap Penyembuhan: energi 150-200 kkal/kgBB/hari
Pemberian vit. A pada hari ke 1, 2, 14: Anak > 1 tahun: 200.000 6 – 12 bulan: 100.000 0 – 5 bulan: 50.000
Komplikasi Gizi buruk
• Gangguan imun sistemik
• Anemia defisiensi zat besi
• Xeroftalmia defisiensi vit.A
• Infeksi mortalitas
Diare• Dehidrasi
• Syok hipovolemik
• Hipoglikemi
• Intoleransi laktosa sekunder
• Malnutrisi
Derajat dehidrasi (WHO)
Keadaan umum
ABaik, Sadar
BGelisah, Rewel
CLesu
Mata Normal Cekung Tidak sadar, sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Sangat tidak ada
Mulut & Lidah
Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak haus
Haus ingin minum banyak
Malas minum / tidak bisa minum
Periksa kulit Turgor kembali cepat
Turgor kembali lambat
Turgor kembali sangat lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
PencegahanGizi buruk
Diet seimbang Imunisasi Pengukuran TB & BB rutin
DiarePrimer: higienitas individual dan lingkunganSekunder: cegah dehidrasi, cegah malnutrisiTersier: cegah komplikasi, pengobatan sesuai
gejala klinis
Terima Kasih