Click here to load reader

Kasus 13 November PAJAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi Kasus Perpajakan

Citation preview

Studi Kasus Perpajakan Kelompok 4

1

No.DiketahuiPertanyaanUndang-Undang TerkaitPembahasan

1.PT. MARIE INDONESIA (PT.MI) , sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi BISCUIT kaleng dan minuman melakukan kontrak dengan beberapa WPLN sebagai berikut:

Kontrak dengan Royal Corporation-Amerika Serikat: Pemakaian Merek Dagang dengan fee sebesar 300 juta Penggunaan Formula dengan fee sebesar 250 jutaUntuk mengaplikasikan cara membuat biscuit kaleng tersebut, , PT.MI mengikat kontrak pemakaian jasa teknik Pemakaian jasa teknik yang dilakukan oleh Royal Corp melalui Audio Visual Teleconference dimana PT.MI dapat langsung melihatcara-cara pembuatan biscuit kaleng tersebut.dengan fee 120 juta Aspek-aspek Perpajakan Internasional atas penghasilan yang diterima/ diperoleh oleh Royal Corporation, AS Tax Treaty Indonesia-America Article 13 "Royalties" Paragraph 1 dan 2,3. PMK Nomor 243/ PMK.03/2014. UU Pajak Domestik,UU PPN Nomer 42 tahun 2009, Pasal 4 Ayat 1 huruf (d) tentang objek PPN atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-68/PJ/2008 tentang formulir surat keterangan domisili (Form 6166) Peraturan DJP Nomor PER-61/PJ/2009 JO PER 24/PJ/2010 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda

UU Pajak Domestik,UU PPN Nomer 42 tahun 2009, Pasal 3a ayat 3 tentang kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak NOMOR SE - 03/PJ.03/2008 tentang penentuan status beneficial owner sebagaimana dimaksud dalam persetujuan penghindaran pajak berganda anatara Indonesia dengan Negara Mitra. SE-147/PJ/2010 tentang penjelasan atas PMK.40/PMK.03/2010 UU Pajak Domestik UU PPh Nomer 36 tahun 2008 Pasal Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 3 UU PPh.mengenai Biaya yang boleh dikurangkan sebagai biaya 3M Pasal 1 PER-27/PJ/2011 PMK.40/PMK.03/2010

Aspek PPh/Pajak InternasionalDalam hal ini untuk menentukan bagaimana aspek Perpajakan Internasional atas kontrak anatra PT.Marie Indonesia dengan Royal Corporation America atas pemakaian merek dagang,formula,dan pemakaian jasa teknik pembuatan produk makanan dan pemberian jasa teknik(Pemberian Informasi). adalah mengacu pada aturan Tax Treaty Indonesia-America karena Indonesia dan America merupakan Negara Treaty Partner.

Prinsip-prinsip pemajakan atas royalti adalah sebagai berikut:a. Royalti yang berasal dari salah satu negara yang terikat perjanjian perpajakan (negara sumber), yang dibayarkan (paid) kepada penduduk negara mitranya (negara domisili) akan dikenakan pajak di negara domisili. b. Namun demikian, negara sumber, yaitu negara tempat dari mana royalti berasal, dapat juga mengenakan pajak atas royalti, tetapi tarifnya tidak boleh melebihi tarif yang telah disetujui di dalam perjanjian perpajakan. c. Dalam hal royalti yang dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan bentuk usaha tetap (permanent establishment), pengenaan pajak atas royalti tersebut tidak tunduk kepada ketentuan mengenai pengenaan pajak atas royalti, tetapi tunduk kepada ketentuan mengenai pengenaan pajak atas laba usaha (business profits). Dengan demikian, royalti tersebut akan dianggap sebagai bagian penghasilan dari bentuk usaha tetap.

Berdasrkan, Tax Treaty Indonesia-America Article 13 "Royalties" Paragraph 1 dan 2.Dalam hal ini atas fee sebesar Rp 300 juta yang diterima oleh Royal Corporation America Serikat atas kontrak pemkaian merek dagang dan fee sebesar 250 juta atas penggunaan formula. Baik PT.Marie Indonesia maupun Royal Corporation America mempunyai hak pemajakan atas penghasilan royalty yang diterima oleh Royal Corporation America ,namun hak pemajakannnya bagi Negara sumber(Indonesia) dalam hal ini dibatasi yaitu menggunakan tarif reduce rate, yang telah disetujui dalam perjanjian perpajakan dalam hal ini dikenakan tariff tidak lebih dari 10% atas Royalties yang diperoleh Royal Corporation America yang bersumber dari Indonesia atas pemakaian merek dagang dan penggunaan formula pembuatan produk makanan kaleng (Tax Treaty Indonesia-America Article 13 "Royalties" Paragraph 2)

Berdasarkan , TARIF PPh PASAL 26 UNTUK P3B YANG BERLAKU EFEKTIF.Untuk Penghasilan Royalty yang diterima Royal Corporation America akan dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif 10%.PPh Pasal 26 = 10% x Rp 300.00.000,- = 30.000.000,-(atas penggunaan merek dagang)

PPh Pasal 26 = 10% x Rp 250.00.000,- = 25.000.000,-(atas pemakaian formula)

Untuk mengaplikasikan cara membuat biscuit kaleng tersebut, , PT.MI mengikat kontrak pemakaian jasa teknik Pemakaian jasa teknik yang dilakukan oleh Royal Corp melalui Audio Visual Teleconference dengan fee 120 jutaBerdasrkan, Tax Treaty Indonesia-America Article 13 "Royalties" Paragraph 1 dan 2.Atas penghasillan jasa teknik yang diterima oleh Royal Corporation America,dianggap sebagai pemberian informasi yang diberikan oleh Royal Corporation America dalam rangka mengaplikasikan cara membuat biscuit kaleng tersebut, sehingga atas pemberian informasi ini termasuk dalam penghasilan royalty (royalty yang diberikan atas transfer know how (ilmu/informasi) dari seseorang kepada pihak lain tanpa pihak yang memiliki hak royalti tersebut harus ikut serta dalam penerapan suatu formula tersebut. ) sehingga Indonesia mempunyai hak pemajakan atas penghasilan royalty yang diterima oleh Royal Corp America tersebut. ,namun hak pemajakannnya dalam hal ini dibatasi yaitu menggunakan tarif reduce rate, yang telah disetujui dalam perjanjian perpajakan dalam hal ini dikenakan tarif tidak lebih dari 10% atas Royalties yang diperoleh Sweety Corp America yang bersumber dari Indonesia atas pemberian informasi (Jasa Teknik)(Tax Treaty Indonesia-America Article 13 "Royalties" Paragraph 2)Berdasarkan , TARIF PPh PASAL 26 UNTUK P3B YANG BERLAKU EFEKTIF.Untuk Penghasilan Royalty Pemberian Jasa Teknik (Pemberian Informasi) yang diterima Royal Corporation America akan dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif 10%.PPh Pasal 26 = 10% x Rp 120.000.000 = 12.000.000,-

Penyetoran dilakukan oleh PT. MI paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan SSP dengan mencantumkan Kode akun pajak 411124 dan Kode jenis setoran 103. Serta wajib melaporkan PPh Pasal 26 yang telah dipotong dengan mengisi SPT Masa PPh Pasal 26 paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PT MI terdaftar baik secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat atau cara lain yang ketentuannya diatur dalam PMK Nomor 243/ PMK.03/2014.Berdasarkan, UU Pajak Domestik UU PPh Nomer 36 tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a Angka 3 Atas Biaya Royalty yang dibayar oleh PT.MI kepada Royal Corporation dapat dijadikan sebagai biaya dalam SPT PPh Badan PT.MI sebagai pengurang Pengahasilan Kena Pajak ( Deductible Expense) sepanjang biaya royalty tersebut berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh PT.Kenanga.

Berdasarkan ,Peraturan DJP Nomor PER-61/PJ/2009 JO PER 24/PJ/2010Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar Tax Treaty dapat diterapkan , salah satunya adalah Royal Corporation America harus melengkapinya dengan COD, jika COD tidak ada maka pajak menganggap tidak ada treaty , SKD yang disampaikan oleh WPLN kepada Pemotong/Pemungut Pajak .Dokumen SKD yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah formulir 6166.Wajib Pajak dalam negeri yang membayarkan penghasilan Royalty(PT. MI)wajib memotong pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) UU PPh. Untuk dapat memanfaatkan fasilitas P3B, Wajib Pajak dalam negeri harus meyakini hal-hal sebagai berikut :a. Wajib Pajak luar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan royalty adalah Subjek Pajak dalam negeri dari negara mitra P3B Indonesia yang dibuktikan dengan dokumen SKD, danb. Wajib Pajak luar negeri tersebut adalah pemilik yang sebenarnya dari penghasilan royalty yang berhak sepenuhnya untuk menikmati secara langsung manfaat dari penghasilan tersebut sebagaimana dimaksud dalam P3B.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-68/PJ/2008, Tentang SKD bagi wajib pajak Amerika Serikat adalah dengan menggunakan Formulir 6166,sebagaimana dimaksud dalam aturan ini .jika COD tidak ada maka pajak menganggap tidak ada tax treaty. Dan akan dipotong PPh Pasal 26 dengan tariff 20%

Berdasarkan ,Peraturan DJP Nomor PER-61/PJ/2009 Pasal 8Bukti pemotongan/pemungutan pajak wajib dibuat oleh Pemotong Pajak (PT.MI) sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang berlaku.Dalam hal terdapat penghasilan yang diterima atau diperoleh WPLN tetapi tidak terdapat pajak yang dipotong atau dipungut di Indonesia berdasarkan ketentuan yang diatur dalam P3B, Pemotong/Pemungut Pajak tetap diwajibkan untuk membuat bukti pemotongan/pemungutan pajak.

Berdasarkan ,Peraturan DJP Nomor PER-61/PJ/2009,Pasal 9Pemotong/Pemungut Pajak wajib menyampaikan fotokopi SKD yang diterima dari WPLN sebagai lampiran SPT Masa.

Aspek PPNBerdasarkan, UU Pajak Domestik,UU PPN Nomer 42 tahun 2009, Pasal 4 Ayat 1 huruf (d)Maka atas pemakaian merek dagang dan penggunaan Formula,serta pemberian Informasi PT.MI Dari Royal Corporation America sebuah perusahaan penduduk Amerika Serikat,termasuk kedalam objek PPN,atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean,maka atas transaksi tersebut terutang PPN.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) PMK 40/PMK.03/2010PPN atas pemanfaatan barang kena pajak dari luar daerah pabean dihitung dengan cara:PPN= 10% x jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/ JKP.PPN atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari Royal Corp America:PPN = 10% X 300.000.000 = Rp 30.000.000,- (atas Royalty Penggunaan Merek Dagang)

PPN = 10% X 250.000.000,- = 25.000.000,- (atas penggunaan Royalty Formula)

PPN = 10% X 120.000.000,- = 12.000.000,- (atas Royalty pemberian Informasi)

Dalam hal ini karena penerima Royalty adalah resident luar negeri maka atas PPN tersebut harus Dipungut,Disetor dan Dilaporkan sendiri oleh PT MI dengan menggunakan SSPWajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke kas Negara melalui kantor pos/bank persepsi. Paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak (Pasal 6 ayt 1 PK 40/PMK.03/2010)SSP untuk pembayaran PPN atas pemafaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak (Pasal 1 PER-27/PJ/2011)Cara pengisian SSP dapat dilihat pada lampiran II dan III SE-147/PJ/2010.Ketentuan pengisian SSP adalah : (Pasal 6 ayat 2 PMK 40/PMK.03/2010 dan angka 8 SE-147/PJ/2010. pada kolom "Nama WP" dan "Alamat WP" diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean.(dalam hal ini adalah Royal Corp alamat America) pada kolom "NPWP" diisi dengan angka 0 (nol), kecuali kode Kantor Pelayanan Pajak diisi dengan kode Kantor Pelayanan Pajak dari pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud. pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud Dalam hal ini ada PT.MI)Pembayaran dengan SSP dilaporkan sebagai pajak masukan didalam SPT masa pada bulan terutangnya pajak .(Pasal 7 ayat (1) PMK 40/PMK.03/2010). PPN yang terdapat dalam SSP,tersebut merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan sepanjang memenuhi syarat untuk menjadi pajak masukan sebagaimana diatur di Pasal 5 PER-67/PJ/2010.

2 Untuk pembuatan tempat kemasan biscuit kalengnya, PT.MI mengikat kontrak dengan Guilin Corporation- Kamboja. Untuk memberikan jasa pembuatan tempat kemasan kue-kue tersebut, Guilin Corporation- Kamboja mengirimkan karyawannya ke Indonesia selama 3 bulan .Atas pemakaian jasa tersebut PT.MI harus membayar fee sebesar Rp 200 juta.

Aspek-aspek Perpajakan Internasional atas penghasilan yang diterima/ diperoleh oleh Guilin Corporation Kamboja UU Pajak Domestik, UU PPh Pasal 2 Ayat 5 huruf (m) (BUT aktivitas jasa) PMK Nomor 243/ PMK.03/2014. UU Pajak Domestik,UU PPN Nomer 42 tahun 2009, Pasal 4 Ayat 1 huruf (e) tentang objek PPN atas Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean kedalam daerah pabean UU Pajak Domestik,UU PPN Nomer 42 tahun 2009, Pasal 3a ayat 3 tentang kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean SE-147/PJ/2010 tentang penjelasan atas PMK.40/PMK.03/2010 UU Pajak Domestik UU PPh Nomer 36 tahun 2008 Pasal 6 Ayat 1 huruf a angka (2) mengenai Biaya yang boleh dikurangkan sebagai biaya 3M atas biaya jasa teknik Pasal 1 PER-27/PJ/2011 PMK.40/PMK.03/2010

Dalam hal ini Indonesia dan Kamboja tidak terdapat perjanjian Treaty. Indonesia dan Kamboja bukan merupakan Negara Traety Partner maka untuk melihat hak pemajakan Indonesia atas penghasilan yang diterima oleh Guilin Corporation Kamboja atas kontrak pemakaian jasa mengacu pada UU Pajak Domestik UU PPh.

Berdasarkan UU Pajak Domestik, UU PPh Pasal 2 Ayat 5 huruf (m) "pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;"

Sesuai dengan ketentuan UU Domestik Pasal 2 ayat 5 huruf UU PPh tentang BUT aktivitas pemberian jasa,Karena pemberian jasa yang dilakukan oleh Guilin Corporation- Kamboja yang dilakuakan dengan mengirimkan karyawannya ke Indonesia selama 3 bulan(lebih dari 60 hari dalam jw 12 bulan melewati time test BUT) maka Guilin Corporation- Kamboja dianggap ada BUT di Indonesia atas aktivitas pemberian jasa,maka dari itu,Indonesia mempunyai hak pemajakan ALL Taxes atas penghasilan yang diterima oleh Guilin Corporation- Kamboja yang bersumber dari Indonesia.

Kewajiban BUT Guilin Corporation KambojaBerdasarkan Pasal 2 ayat 1(a) UU PPh,Karena dianggap ada BUT maka Guilin Corp Kamboja memiliki kewajiban perpajakan yang dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri Badan.

memiliki kewajiban perpajakan (All Taxes ) antara lain : PPh Badan & Branch Profit Tax PPh 21/26 PPh PotPut PPn(Sepanjang ada objeknya)

Berdasarkan Pasal 23 ayat 1 (c) UU PPh,Atas penghasilan yang diterima Guilin Corporation Kamboja , PT MI berkewajiban memotong PPh 23 atas jasa yaitu sebesar 2% dari penghasilan bruto dan dapat menjadi kredit pajak di SPT PPh Badan BUT Guilin Corporation Kamboja

PPh 23 = 2% x 200.000.000,- = 4.000.000,-Pembayaran kepada BUT merupakan objek PPh 23 bukan PPh 26.

BUT kan kena PPh Badan tapi dilain pihak dikenai PPh 23 yang dipotong PT.MI apakah terjadi dobel taxation?? Tidak karena PPh 23 yang dipotong oleh PT MI dapat dijadikan kredit pajak di PPh badan BUT Guilin Corp Kamboja.BUT disamping dikenakan PPh badan juga dikenakan BPT (UU PPh pasal 26 ayat 4)Rumus objek BPT:PKP (-) PPh Badan (sebelum dikurangi kredit pajak) Tariff BPT 20 % Penyetoran dilakukan oleh PT. MI paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan SSP dengan mencantumkan Kode akun pajak 411124 dan Kode jenis setoran 103. Serta wajib melaporkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong dengan mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PT MI terdaftar baik secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat atau cara lain yang ketentuannya diatur dalam PMK Nomor 243/ PMK.03/2014.Berdasarkan, UU Pajak Domestik UU PPh Nomer 36 tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a Angka 2 Atas Biaya Jasa Teknik yang dibayar oleh PT.MI kepada Guilin Corporation- Kamboja dapat dijadikan sebagai biaya dalam SPT PPh Badan PT.MI sebagai pengurang Pengahasilan Kena Pajak ( Deductible Expense) sepanjang biaya jasa teknik tersebut berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh PT.MI.Aspek PPNKewajiban PPN Guilin Corporation Kamboja,meskipun dia adalah SPLN ,karena dianggap ada BUT di Indonesia, melakukan penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean maka BUT tersebut diwajibkan melapor usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Memungut pajak yang terutang,menyetorkan PPN yang harus dibayar dalam hal Pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang dapat dikreditkan dan melaporkan dalam SPT Masa PPN. Hal ini diatur dalam pasal 3A ayat 1 UU PPN serta penjelasannya.

Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean oleh perusahaan luar negeri pemberi jasa yang atas kegiatannya menimbulkan BUT adalah merupakan penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean, tidak terdapat ketentuan perpajakan bahwa penyerahan di dalam daerah pabean tersebut berubah perlakuan PPN nya menjadi pemanfaatan jasa dari luar daerah pabean dalam hal BUT tersebut tidak atau belum memiliki NPWP dan tidak atau belum dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Sehingga pihak perusahaan penerima jasa kena pajak keliru apabila melakukan penyetoran sendiri PPN. Hal ini untuk mendukung kebijakan DJP untuk menjaring semua WPLN yang melakukan kegiatan pemberian jasa di Indonesia berdarkan P3B atau ketentuan UU PPh menimbulkan BUT di Indonesia.Agar mereka mendaftarkan diri ke kantor pajak untuk memperoleh NPWP dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak atau diberikan NPWP atau pengukuhan PKP secara Jabatan.

Penghitungan PPN DPP = Rp 200.000.000PPN = 10% x Rp 200.000.

3

Untuk aspek legal perusahaan PT.MI mengikat kontrak dengan Mr. Phillips Koh, seorang Lawyer penduduk Singapura. Kontrak pemakaian jasa legal selama 2 tahun ( tahun 2013 dan 2014), dimana setiap tahunnya Mr. Phillips Koh memberikan jasanya di Indonesia selama 2 bulan (setiap bulan Oktober dan November) dengan fee pertahun Rp 250 juta. Selama dikontrak oleh PT.MI, status Mr. Phillips Koh adalah guru/dosen yang dikontrak untuk mengajar mata kuliah Hukum di Fakultas Hukum Univesitas Atmajaya selama 3 tahun sejak awal tahun 2012 smp akhir Desember 2014.

Aspek-aspek Perpajakan Internasional atas penghasilan yang diterima/ diperoleh oleh Mr.Philips KohDalam menentukan ada atau tidaknya pemajakan Indonesia atas penghasilan yang diterima Mr.Philips Koh, hal pertama yang harus diperhatikan adalah apakah Indonesia dan Singapura merupakan negara Treaty Partner.

Karena Indonesia Singapura merupakan negara treaty partner maka digunakan Tax Treaty Indonesia- Singapura sebagai dasar acuan pemajakannya.

Atas penghasilan Mr. Phllips Koh tahun 2012.

Berdasarkan article 19 Teachers and Research Tax Treaty Indonesia SingapuraIndividu resident singapura(Mr.Philips Koh) yang datang ke Indonesia atas kontrak undangan dari universitas,sekolah,institusi yang tadi disebutkan maka akan dibebaskan pajak atas renumerasi tersebut. Pembebasan didapatkan 2 tahun sejak kedatangan.Sehingga dalam hal ini pada tahun 2012 merupakan kedatangan pertama Mr.Phillip Koh ke Indonesia untuk bekerja di Institusi pendidikan yaitu Universitas Atmajaya. Penghasilan yang diterima oleh Mr.Phillips Koh dari Universitas Atmajaya dibebaskan dari Pengenaan Pajak di Indonesia untuk masa 2 tahun kedepan apabila Mr.Phillips Koh di tahun 2013 Masih bekerja di 1 Institusi Pendidikan yaitu Universitas Atmajaya.

Penghasilan Mr.Phillips Koh di Tahun 2013 2014. Diasumsikan Mr.Phillips Koh mulai 1 Januari 2013 menandatangi Kontrak Kerja dengan PT.MI. maka ditahun tersebut atas penghasilan yang diterima baik dari Universitas Atmajaya maupun PT.MI akan dilakukan pemotongan PPh 21 atas penghasilan dari kedua institusi tersebut. Kenapa dipotong PPh 21? Karena dalam hal ini Mr.Philips Koh sudah menjadi subjek pajak dalam negeri Indonesia,karena telah berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan (Berdasarkan UU PPh Pasal 2 ayat 3 huruf (a).dimasukkan dalam objek pajak penghasilan Mr.Philips Koh di SPT Tahunan PPh OP dan dikenakan Tarif Pasal 17 UU PPh.

Berdasarkan PER 31/PJ/2012 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan,penyetoran dan pelaporan PPh 21 Membuat catatan atau kertas kerja penghitungan PPh 21 yang telah dipotong dari penghasilan Mr.Philips Koh . Untuk menjadi dasar pelaporan PPh 21 yang terutang . PT IM harus mengisi bukti potong PPh 21. PT IM wajib menyetorkan PPh 21 yang telah dipotong ke Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk menteri Keuangan, Paling lama 10 hari setelah masa pajak berakhir. PT IM wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh 21 yang dilakukan melalui penyampaian SPT Masa PPh 21

Kewajiban Mr.Phillip Koh setelah menjadi SPDN Indonesia. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke KPP terdekat. Menyetor PPh OP tahunan apabila terjadi kurang bayar pada tahun tersebut ke Kantor Pos / Bank Persepsi. Melaporkan SPT PPh OP paling lambat 31 Maret tahun berikutnya.

Berdasarkan PER-24/PJ/2010 atas perubahan PER-61/PJ/2009,Untuk dapat menerapkan ketentuan berdasarkan P3B,hal-hal yaang harus dilakukan adalah : Mr.Phillips Koh harus menyertakan SKD (form DGT 1/DGT 2) yang diisi lengkap,ditandatangani dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. Meskipun PPh yang terutang nihil atau tidak terdapat pemotongan/pemungutan pajak,apabila terdapat pembayaran penghasilan kepada WPLN,Pemotong/pemungut dalam hal PT.MI wajib membuat bukti potong PPh dengan mencantumkan besarnya penghasilan Bruto.

Jumat,13 Nov 2015 | Program Vokasi Universitas Indonesia1