4
1. Dompu, 17/10 (ANTARA) - Sedikitnya 29 orang warga Desa Matua, Kecamatan Woja dan Desa Woko Kecamatan Pajo. Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat diduga keracunan makanan yang dibawa dari acara perkawinan kerabatnya di Desa Woko Minggu malam (16/10) pukul 16.56 WITA. Rani, salah seorang pasien korban keracunan makanan asal Desa Matua di RSUD Dompu, Senin mengatakan, sekitar pukul 16.56 WITA ia bersama keluarganya menyantap makanan yang dibawa ibunya dari rumah kerabatnya yang menggelar hajatan di Desa Woko, Kecamatan Pajo. Dari 29 korban keracunan makanan itu, 20 orang diantaranya warga Desa Woko, namun kondisinya tidak terlalu parah dan sembilan orang korban lainnya asal Desa Matua terpaksa dirawat di RSUD Dompu. Dugaan sementara para korban memakan mi bihun dan ayam yang dibawa salah seorang keluarganya dari rumah kerabatnya di Desa Woko Kecamatan Pajo yang sedang menggelar pesta pernikahan anaknya. "Setelah makan makanan yang dibawa dari pesta perkawinan itu seluruh anggota keluarga saya merasa mual dan muntah-muntah. Tidak hanya kami, tetapi keluarga sepupu saya juga mengalami hal yang sama," katanya. Di pihak keluarga Rani terdapat empat orang yang mengalami keracunan, sementara di keluarga sepupunya ada lima orang. Dari sembilan korban keracunan tersebut, Muhtar (54), orangtua Rani, yang terparah. Bahkan dia sempat tidak sadarkan diri. "Bapak saya yang paling parah, karena dia makan makanan tersebut cukup banyak," katanya. Hingga kini pihak RSUD Dompu belum bisa menyimpulkan penyebab keracunan yang dialami warga tersebut. Namun dari

KASUS KERACUNAN PANGAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keamanan pangan

Citation preview

1. Dompu, 17/10 (ANTARA) - Sedikitnya 29 orang warga Desa Matua, Kecamatan Woja dan Desa Woko Kecamatan Pajo. Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat diduga keracunan makanan yang dibawa dari acara perkawinan kerabatnya di Desa Woko Minggu malam (16/10) pukul 16.56 WITA.

Rani, salah seorang pasien korban keracunan makanan asal Desa Matua di RSUD Dompu, Senin mengatakan, sekitar pukul 16.56 WITA ia bersama keluarganya menyantap makanan yang dibawa ibunya dari rumah kerabatnya yang menggelar hajatan di Desa Woko, Kecamatan Pajo.

Dari 29 korban keracunan makanan itu, 20 orang diantaranya warga Desa Woko, namun kondisinya tidak terlalu parah dan sembilan orang korban lainnya asal Desa Matua terpaksa dirawat di RSUD Dompu.

Dugaan sementara para korban memakan mi bihun dan ayam yang dibawa salah seorang keluarganya dari rumah kerabatnya di Desa Woko Kecamatan Pajo yang sedang menggelar pesta pernikahan anaknya.

"Setelah makan makanan yang dibawa dari pesta perkawinan itu seluruh anggota keluarga saya merasa mual dan muntah-muntah. Tidak hanya kami, tetapi keluarga sepupu saya juga mengalami hal yang sama," katanya.

Di pihak keluarga Rani terdapat empat orang yang mengalami keracunan, sementara di keluarga sepupunya ada lima orang.

Dari sembilan korban keracunan tersebut, Muhtar (54), orangtua Rani, yang terparah. Bahkan dia sempat tidak sadarkan diri.

"Bapak saya yang paling parah, karena dia makan makanan tersebut cukup banyak," katanya.

Hingga kini pihak RSUD Dompu belum bisa menyimpulkan penyebab keracunan yang dialami warga tersebut. Namun dari hasil diagnosa, sembilan warga tersebut positif keracunan makanan.

Aparat kepolisian dari Polres Dompu telah mengambil sisa makanan seperti mi bihun ayam dan muntahan korban untuk diteliti lebih lanjut.

"Kami tidak bisa menyimpulkan apa penyebabnya karena itu menjadi kewenangan Dinas Kesehatan dan Kepolisian. Tugas kami hanya memberikan pertolongan pertama kepada para korban," kata dr Putri Maharani, dokter RSUD Dompu.

Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Dompu, AKBP Agus Nugroho melalui Kepala Unit Pidana Umum (Pidum), mengakui telah membawa sampel makanan untuk diteliti lebih lanjut. Belum ada yang ditahan terkait kasus keracunan tersebut.

"Kami sudah membawa sisa makanan tersebut ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBOM) Mataram untuk diteliti di laboratorium. Butuh waktu tiga hari untuk mengetahuinya," katanya. Sumber : media AntaraNews NTB

Dari data yang dikumpulkan Polisi, sedikitnya 29 warga menjadi korban keracunan. Sembilan di Dusun Samili Desa Matua Kecamatan Woja, dan 20 warga desa Woko Kecamatan Pajo.2. Kasus keracunan makanan kembali terjadi di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Jumat (15/7) sore kemarin, ratusan warga Desa Jago Praya terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan sejumlah puskesmas, lantaran diduga keracunan makanan. Setelah mengkonsumsi nasi bungkus dari acara dzikiran warga desa setempat, Kamis (14/7) malam sebelumnya.

Data yang diperoleh Suara NTB dari Dinas Kesehatan (Dikes) Loteng menyebutkan, jumlah korban dugaan keracunan mencapai sekitar 45 orang. Namun warga mengklaim jumlah korban keracunan mencapai ratusan orang. Pasalnya, banyak warga yang jadi korban yang belum sempat didata. Para korban sendiri kini dirawat di lokasi berbeda. Diantaranya di RSUD Praya, RSU Yatofa Bodak, Puskesmas Puyung, Puskesmas Praya serta di posko Desa Jago.

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Para korban yang lebih banyak dari kalangan anak-anak dan orang tua tersebut, hanya mengalami dehidrasi serta lemas serta gejala keracunan makanan lainnya. Saat ini para korban sudah kita tangani. Dan, kita berharap jangan sampai ada korban jiwa, aku Kadikes Loteng, dr. Nurhandini Eka Dewi, S.Pa., saat dikonfirmasi via ponselnya.

Diakuinya, pihaknya sejauh ini terus melakukan pemantauan, obervasi dan penanganan keracunan kepada para korban. Bagi para korban yang kondisi cukup parah, sudah dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit. Untuk mendapat penanganan lebih intensif. Sedangkan bagi korban yang bisa ditangani ditempat, langsung ditangani. Kita langsung buka posko di Desa Jago sebagai tempat penangan bagi korban yang masih bisa ditangani di tempat bagi kasus keracunan merebak, sebut Eka.

Sejauh ini pihaknya juga sudah mengamankan sampel nasi bungkus dari warga termasuk bekas muntahan warga. Untuk dikirim dan diteliti ke laboratorium guna memastikan penyebab keracunan yang dialami warga tersebut. Namun untuk sementara, dugaan keracunan dikarenakan nasi bungkus yang dikonsumsi para korban sudah basi.

Kasusnya keracunan itu bermula dari acara dzikiran di rumah Khairudin, warga Dusun Panti Desa Jago. Waktu itu, warga sekitar pukul 20.00 wita menggelar dzikiran. Usai dzikiran, warga yang hadir kemudian disuguhkan nasi bungkus sebagai penganan oleh tuan rumah. Tapi kebanyakan warga yang hadir justru membawa pulang nasi bungkus tersebut. Terutama anak-anak sekolah dan orang tua.

Oleh warga yang membawa pulang nasi bungkus tersebut, baru dikonsumsi pada pagi hari sebagai sarapan. Bahkan ada juga yang baru dikonsumsi siang harinya selepas Jumatan. Menjelang sore, satu demi satu warga mulai mengeluh sakit perut dan beberapa di antaranya kemudian muntah-muntah. Sampai sekitar pukul 16.30 wita, jumlah warga yang mengalami keracunan kian bertambah banyak.

Kejadiaan tersebut sontak membuat warga desa setempat geger. Oleh warga, para korban keracunan langsung diberi pertolongan pertama dan bagi yang tidak bisa ditangani langsung dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit terdekat. Yang jadi korban keracunan ini warga yang membawa pulang nasi bungkus dan memakannya keesokan harinya. Kalau warga yang langsung makan malam hari itu juga, tidak ikut keracunan. Sehingga besar kemungkinan keracunan disebabkan karena nasi yang dimakan sudah basi, tegas Eka. Sumber : Facebook 3. Liputan6.com, Mataram: Empat bayi warga Gubug Pande, Cakra Selatan, Mataram, Nusatenggara Barat, terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat keracunan susu. Nyawa seorang di antaranya bahkan tak tertolong lagi.

Menurut salah satu orang tua korban, anaknya keracunan setelah minum susu cair kemasan botol plastik yang dibeli di sebuah toko kelontong. Semua korban diketahui minum susu kemasan yang sama dengan rasa stroberi.

Kepala Kepolisian Resor Kota Mataram Ajun Komisaris Besar Polisi Beny Mokalu mengaku telah menyita puluhan botol susu yang masih terdapat di toko tersebut. Polisi juga telah memeriksa pemilik dan pengelola toko untuk mengetahui penyebab keracunan.

Kasus keracunan memang marak terjadi belakangan ini. Hingga Agustus silam, tercatat sebanyak 54 kasus keracunan makanan terjadi di sejumlah daerah. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen di antaranya berasal dari makanan rumah tangga, jasa boga, dan industri kecil rumah tangga. Menurut Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sampurno, keracunan pada umumnya disebabkan faktor sanitasi dan cara memasak makanan yang tidak higienis [baca: Produsen Makanan Penyebab Keracunan Harus Bertanggung Jawab].4.