45
LEMBARAN PENGESAHAN Batam, ____/_____/2013 Disahkan oleh, ……………………………………. dr. Muhammad Edrial, Sp. M 1

kasus.ulkus kornea

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kasus.ulkus kornea

LEMBARAN PENGESAHAN

Batam, ____/_____/2013

Disahkan oleh,

…………………………………….

dr. Muhammad Edrial, Sp. M

1

Page 2: kasus.ulkus kornea

BAB I

PENDAHULUAN

Ulkus kornea merupakan keadaan patologik kornea, yaitu hilangnya sebagian permukaan

kornea akibat kematian jaringan kornea. Akibat kerusakan epitel menyebabkan mikroorganisme

masuk ke dalam kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh

adanya kolagenase yang dibentuk sel epitel baru dan sel radang. Kerusakan dapat terjadi di

kornea bagian tepi, tetapi ulkus selalu meluas ke tengah. Biasanya disertai dengan hipopion.

Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia.

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrate

supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel

sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk

mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,

endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan

kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 menyebutkan saat ini terdapat 285 juta orang

menderita gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan. Sembilan puluh

persen penderitanya berada di negara berkembang. Ekstrapolasi perkiraan India lanjut ke seluruh

Afrika dan Asia, jumlah ulkus kornea yang terjadi setiap tahunnya di negara berkembang dengan

cepat mendekati 1,5-2 juta, dan jumlah sebenarnya mungkin lebih besar.

Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri,

jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan

mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas yang akhirnya

mengarah pada kebutaan fungsional. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah,

namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.

2

Page 3: kasus.ulkus kornea

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama lengkap : Tn. B Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 40 tahun Suku bangsa : -

Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Bekerja di kebun kelapa sawit Pendidikan : SMA

Alamat : Batam No.RM : 331827

Tanggal masuk RS : 12 Juni 2013

Anamnesis

Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 12 Juni 2013 pukul 14.00 WIB di

Ruang Perawatan Teratai RS Otorita Batam.

Keluhan utama : Penglihatan mata sebelah kiri kabur sejak kurang lebih 2 hari SMRS yaitu pada

hari Senin tanggal 10 Juni 2013.

Keluhan tambahan: mata sebelah kiri terasa perih, berair dan kadang terasa gatal.

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang berobat ke Poli Mata RSOB dengan keluhan penglihatan mata kiri kabur sejak

kurang lebih 2 hari SMRS. Sebelumnya, pasien sempat mengaku mata kirinya terkena pupuk

tanaman dan tanah saat sedang bekerja yaitu pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2013. Saat terkena

pupuk, pasien merasakan panas di mata kirinya. Pasien kemudiannya langsung mencuci matanya

dengan air. Setelah itu, pasien mengaku membeli obat tetes mata di warung namun tidak

diketahui nama obatnya. Pada keesokan harinya yaitu pada hari Jum’at tanggal 7 Juni 2013,

pasien telah berobat ke klinik dan telah diberikan obat tetes mata namun mata pasien tidak ada

3

Page 4: kasus.ulkus kornea

perbaikan. Pada hari Senin tanggal 9 Juni 2013, pasien mengaku penglihatan matanya makin

kabur sehingga sulit untuk melihat. Pasien sekali lagi telah ke klinik dan seterusnya telah dirujuk

ke RSOB untuk tindakan lanjut.

Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, jantung, asma dan alergi

disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit mata dan operasi mata juga disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien.

Penyakit hipertensi, diabetes, alergi dan penyakit mata yang lain disangkal.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,8oC

Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20 x/menit Thorako-Abdominal

Kepala

Ukuran : Normosefali Simetri muka : Asimetris

Ekspresi wajah : Baik Rambut : hitam, tipis, uban (-)

Mata

Konjungtiva : Tidak anemis Sklera : Tidak ikterik

4

Page 5: kasus.ulkus kornea

Telinga

Ukuran : Normotia Serumen : (+)

Sekret : (-)

Mulut

Bibir : Tidak sianosis Tonsil : T1/T1 tenang

Langit-langit : Tidak hiperemis Lidah : Bersih

Faring : Tidak hiperemis. Arcus faring simetris.

Leher

Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran

Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran

JVP : 5 ± 2 cm H2O

Thorax

Paru-paru

Depan Belakang

InspeksiKiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi

KiriBenjolan (-), nyeri tekan (-)

Fremitus taktil simetris

Benjolan (-), nyeri tekan (-).

Fremitus taktil simetris

KananBenjolan (-), nyeri tekan (-)

Fremitus taktil simetris

Benjolan (-) , nyeri tekan (-).

Fremitus taktil simetris

Perkusi Kiri Sonor Sonor

Kanan Sonor Sonor

5

Page 6: kasus.ulkus kornea

Auskultasi

KiriVesikuler, Ronkhi (-),

Wheezing (-)Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)

KananVesikuler, Ronkhi (-),

Wheezing (-)Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi Tidak tampak pulsasi iktus kordis

Palpasi Pulsasi iktus kordis teraba pada linea midclavikula kiri, sela iga V 2 jari

lateral linea midsternal kiri, sebesar 2,5 cm

Perkusi Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi BJ I-II reguler murni, murmur (-), gallop (-)

Perut

InspeksiWarna kuning langsat, tidak ada jaringan parut dan

striae, tidak ada pelebaran vena

Palpasi

Dinding perut Supel, Buncit, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-)

Hati Tidak teraba pembesaran

Limpa Tidak teraba pembesaran

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Refleks dinding perut Dalam batas normal

6

Page 7: kasus.ulkus kornea

Status Oftalmologi

PEMERIKSAAN OCULAR DEXTRA OCULAR SINISTRA

Visus (Bedside) 6/60 1/300

Tekanan Intra Ocular Normal (palpasi) Normal (palpasi)

Gerak Bola Mata

Kedudukan Bola Mata Orthoforia Orthoforia

Palpebra Superior Edema (-), Hiperemis (-) Edema (-), Hiperemis (-)

Palpebra Inferior Edema (-), Hiperemis (-) Edema (-), Hiperemis (-)

Konjungtiva

Tarsalis Superior

Tarsalis Inferior

Bulbi

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Injeksi siliar (-)

Hiperemis (+)

Hiperemis (+)

Injeksi siliar (+)

Kornea Jernih, edema (-), infiltrat (-),

sekret (-)

Keruh, edema (-), infiltrat (+),

sekret (+)

Sklera Sikatriks (-) Sikatriks (-)

COA Dalam, jernih, hipopion (-) Dalam, jernih, hipopion (-)

Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)

Pupil Bulat, isokor, diameter 3 mm,

RC (+)

Bulat, isokor, diameter 3 mm,

RC (-)

Tes Fluoresein : Tidak dilakukan

7

Page 8: kasus.ulkus kornea

Tes Sensibilitas : Tidak didapatkan refleks kornea pada mata kiri.

Gambar mata kiri pasien

Resume

8

Page 9: kasus.ulkus kornea

Pasien laki-laki,usia 40 tahun datang dengan keluhan pandangan mata kiri kabur disertai

dengan mata merah,gatal, berair dan silau sejak kurang lebih 2 hari SMRS. Ada riwayat trauma

sebelum timbulnya keluhan, yaitu mata kirinya terkena pupuk dan tanah saat bekerja. Pasien

sudah pernah berobat ke dokter dan diberi obat tetes mata, namun tetap tidak ada perbaikan.

Pada pemeriksaan status oftalmolgi, didapatkan:

- Visus OD : 6/60

- Visus OS : 1/300

- Konjungtiva OS: hiperemis

- Kornea OS : keruh terutama di bagian tengah kornea

Diagnosis Kerja

Ulkus kornea sentral ec bakteri OS

Differential diagnosis

Keratitis

Glaukoma kaut

Uveitis anterior

Pemeriksaan Penunjang

9

Page 10: kasus.ulkus kornea

- Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Juni 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

RBC 14,4 11,0-16,5 g/dL

HCT 41.2 35,0-50,0 %

WBC 7.94 4,0-11,0 ribu/uL

Eosinofil 1.5 0-4 %

Basofil 0.3 0-1 %

Neutrofil 68,1 46-75 %

Limfosit 23,2 17-48 %

Monosit 6.9 4-10 %

LED 14 < 10 mm/jam

SGOT 18 <38

SGPT 20 <41

Alkali Phosphatase 62 40-129

GDS 110 70-140 mg/dL

Penatalaksanaan

10

Page 11: kasus.ulkus kornea

Non medikamentosa

Tidak dibebat karena akan menaikkan suhu dan berfungsi sebagai

inkubator untuk kuman membiak

Hindari dari memegang mata dengan tangan kotor

Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari

Medikamentosa

IVFD RL + Cernevit /24 jam

Cendo Tropin 3xI OS

Cendo Lyters 6xI OS

Levofloxacin 3xI OS

Polygran 6xI OS

Cendo Vital 2xI tab

Herclav 3xI tab

Mosardal 1xI drip

1.7. Prognosis

OD Ad Vitam : ad bonam

Ad Visam : ad bonam

OS Ad Vitam : ad bonam

Ad Visam : dubia ad bonam

ANALISA KASUS

11

Page 12: kasus.ulkus kornea

Seorang laki-laki 40 tahun bekerja di Kebun kelapa sawit datang ke RSOB dengan

keluhan utama penglihatan mata kiri kabur disertai nyeri dan kemerahan sejak kurang lebih 2

hari SMRS.

Berdasarkan keluhan utama dari penderita yaitu adanya penurunan penglihatan disertai

dengan nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkus kornea,

keratitis, glaukoma akut, uveitis anterior, endoftalmitis, dan panoftalmitis.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat trauma pada mata kiri

penderita dan mata tersebut kemudiannya menjadi kabur, nyeri, merah dan berair. Penderita juga

sempat mengeluh matanya kelihatan memutih terutama di bagian tengah. Maka, diagnosa yang

paling memungkinkan pada pasien ini adalah ulkus kornea dan keratitis.

Kemungkinan diagnosa glaukoma akut dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak

terdapat penurunan penglihatan secara tiba-tiba dan tidak ada nyeri kepala yang hebat

menyertainya, ataupun adanya keluhan penglihatan pelangi atau halo semasa melihat lampu.

Kemungkinan uveitis anterior pada pasien ini dapat disingkirkan juga karena

padapenderita ini ditemukan infiltrat dan gambaran tukak di kornea yang menunjukkan bahwa

ini bukan suatu murni uveitis anterior. Kelainan seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi

dan infeksi pada kornea. Kemungkinan uveitis anterior sebagai komplikasi diagnosa utama dapat

dipertimbangkan karena infeksi pada kornea dapat menyebar ke uvea anterior. Tidak adanya

hipopion pada mata kiri penderita menunjukkan tidak terjadinya peradangan pada uvea anterior

yaitu pada badan silier dan iris.

Kemungkinan terjadinya endoftalmitis dapat dipertimbangkan karena terdapat faktor

penyebab yaitu tukak pada kornea, akan tetapi menjadikan endoftalmitis sebagai diagnosa utama

dan pasti tidak dapat dilakukan karena segmen posterior tidak dapat dinilai. Selain itu,

endoftalmitis biasanya disertai dengan demam.

Diagnosa yang paling memungkin pada pasien ini adalah ulkus kornea dan keratitis.

Diagnosa keratitis dapat disingkirkan karena pada penderita ini bukan hanya terdapat infiltrasi

sel radang pada kornea yang ditandai oleh kekeruhan pada kornea akan tetapi terdapat juga

gambaran tukak pada kornea.

12

Page 13: kasus.ulkus kornea

Diagnosis ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya penurunan visus

disertai mata yang merah, silau, berair, dan adanya sekret. Adanya riwayat trauma sebelumnya

semakin memperjelas kemungkinan suatu ulkus. Pada pemeriksaan oftalmologis ditemukan

adanya injeksi siliar dan ulkus sentral.

Untuk menentukan penyebab dari ulkus, maka dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan ulkus yang sentral dengan dasar

yang keruh, memberikan kemungkinan penyebab adalah proses infeksi oleh bakteri atau jamur.

Namun pada infeksi yang disebabkan oleh jamur, sering terlihat sel-sel satelit di sekitarnya. Pada

pasien ini tidak didapatkan sebarang sel-sel satelit. Ini memungkinkan penyebab utama ulkus

pada pasien ini adalah bakteri. Untuk mengetahui penyebabnya secara pasti, dapat dilakukan

pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kornea.

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan pemberian obat Levofloxacin sebagai

antibakteri. Sulfas atropin 1% dimaksudkan untuk menekan peradangan dan untuk melepas dan

mencegah terjadinya sinekia anterior, karena sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang

menyebabkan pupil midriasis, sehingga mencegah perlengketan iris pada kornea. Selain itu,

diberikan IVFD RL dengan vitamin C untuk merangsang reepitilisasi kornea.

Prognosa pada pasien ini ad vitam bonam, karena tanda-tanda vital pada pasien ini dalam

batas normal sedangkan ad functionam dubia ad bonam karena walaupun dengan pengobatan

antibakteri Levofloxacin visus pasien semakin membaik tetapi respon terapi dalam beberapa

jangka waktu selanjutnya belum dapat dipastikan dan walaupun dengan terapi yang tepat dan

teratur ulkusnya dapat membaik namun dapat pula meninggalkan bekas berupa sikatriks yang

berpengaruh terhadap tajam penglihatan.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

13

Page 14: kasus.ulkus kornea

ANATOMI KORNEA

Kornea (Latin, cornum = seperti tanduk) membentuk bagian anterior bola mata merupakan

jaringan transparan dan avaskular mempunyai peranan dalam refraksi cahaya. Indeks refraksi

kornea adalah 1,377 dan kekuatan refraksi sebesar 43 D, merupakan 70% dari kekuatan refraksi

mata.

Gambar 1. Kornea Normal

14

Page 15: kasus.ulkus kornea

Gambar 2. Potongan melintang bola mata

Secara mikroskopik kornea dibagi menjadi 5 lapisan:

Epitel kornea

Merupakan lanjutan dari konjungtiva, disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk.

Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan dunia luar dan terdiri

dari 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang

terletak di permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang dibawahnya yang

bermigrasi dengan cepat.

Membran Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat sel kolagen tipe 1.

Stroma kornea

Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1 yang

berjalan secara parallel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas ini terletak di antara serat-

serat kolagen.

Membran Descemet

Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.

Endotel

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis gepeng atau

kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara

membrane Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai

pompa Natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli

anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma akan

diserap oleh endotel sehingga stroma dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu

faktor yang diperlulan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.

15

Page 16: kasus.ulkus kornea

Gambar 3. Histopatologi Kornea

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari percabangan pertama

(oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus). Seluruh permukaan epitel kornea dan

konjungtiva diliputi oleh lapisan tipis air mata, dengan ketebalan 7 – 10 mikrometer. Lapisan air

mata ini berkaitan erat dengan keutuhan permukaan epitel kornea dan konjungtiva.

FISIOLOGIS KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan media refraksi yang dilalui berkas cahaya

menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler, dan

deturgesens.  Deturgesens, atau keadaan dihidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh

’pompa’ bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.  Endotel lebih

penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik; pada cedera

endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel.  Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan

edema kornea dan hilangnya sifat transparan.  Sebaliknya, cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu

telah beregenerasi.  Penguapan air dari tear film prakornea berakibat tear film menjadi

hipertonik: proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma

kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi. 

16

Page 17: kasus.ulkus kornea

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.  Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh,

dan substansi larut-air dapat melalui stoma yang utuh.  Karenanya agar dapat melalui kornea,

obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.

DEFINISI

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,

yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea adalah

suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan

secara langsung.

EPIDEMIOLOGI ULKUS KORNEA

Ulkus kornea merupakan penyebab tersering kebutaan di negara-negara berkembang yang

disebabkan karena ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Afrika dan Asia, telah ditemukan bahwa ulkus kornea

merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak sebagai penyebab utama kebutaan di

banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Ulkus kornea juga merupakan

penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Pola epidemiologi dari ulkus kornea bervariasi dari pada tiap negara bahkan di tiap daerah.

Insidensi tahunan di Indonesia adalah 5,3 per 100.000 penduduk. Di Mandurai District, India

Selatan diperkirakan terdapat 11,3 kasus per 100.000 penduduk atau paling sedikit sepuluh kali

lebih banyak dibandingkan di USA. Antara September 1985 hingga Agustus 1987, ditemukan

penderita ulkus kornea sebanyak 405 kasus di Kathmandu, Nepal. Kemudian dari sepuluh besar

kasus yang ditemukan di poliklinik Mata RSU Dr. Saiful Anwar, ulkus kornea menempati urutan

ke-9 dengan 401 kasus dari 22.394 pasien yang berkunjung.    

17

Page 18: kasus.ulkus kornea

Dari distribusinya berdasarkan jenis kelamin, kasus ulkus kornea juga bervariasi. Pada penelitian

yang dilakukan di RS Sardjito Yogyakarta didapatkan 66,7% kasus pada laki-laki dan 33,3%

kasus pada wanita. Di USA, dari 71% penderita mikrobial keratitis adalah laki-laki. Kemudian di

India Utara 61% adalah laki-laki. Predisposisi faktor populasi laki-laki lebih banyak daripada

wanita, tidak diketahui. Mungkin berhubungan dengan banyaknya kegiatan pada kaum laki-laki

sehari-hari meningkatkan risiko terjadinya trauma, termasuk trauma pada kornea. 

Trauma kornea merupakan penyebab terbanyak (68,4%) terjadinya ulkus kornea di Rumah Sakit

Sardjito Yogyakarta. Hal yang sama juga terjadi di Nepal. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan di Glasgow, kasus ulkus kornea terbanyak disebabkan oleh pemakaian lensa kontak,

sedangkan karena trauma hanya 8,8%. Dalam hal ini mungkin disebabkan pemakaian lensa

kontak di Indonesia masih jarang.

PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESA

Epitel merupakan sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea.

Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskkuler dan membran bowman’s mudah terkena

infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, amuba dan jamur.

Perjalanan ulkus kornea dibagi 4 stadium:

Stadium infiltrasi progresif

Stadium ulserasi aktif

Stadium regresif

Stadium penyembuhan/sikatrisasi

1. Stadium Infiltrasi Progresif

18

Page 19: kasus.ulkus kornea

Mikroorganisme mengalami kesulitan untuk melekat pada epitel, karena epitel mempunyai

permukaan yang licin, membran yang tidak dapat ditembus mikroorganisme, dan ditambah

dengan adanya reflaks mengedip dari kelopak mata. Tetapi dengan adanya penurunan alamiah

ini maka kuman dapat melekat pada permukaan epitel dan masuk ke dalam stroma melalui epitel

yang rusak dan melakukan replikasi. Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi

radang yang diawali pelepasan faktor kemotaktif yang merangsang migrasi sel

polimorphonuclear (PMN) ke stroma kornea yang berasal dari lapisan air mata dan pembuluh

darah limbus. Apabila tidak terjadi infeksi maka sel PMN akan menghilang dalam waktu 48 jam

dan epitel pulih dengan cepat.

Ciri khas stadium ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan limfosit ke dalam epitel

dan stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruha yang berwarna putih atau kekuning-

kuningan, edema dan akhirnya terjadi nekrosis. Keadaan tersebut tergantung pada virulensi

kuman, mekanisme pertahanan tubuh dan pengobatan antibiotika. Mikroorganisme akan

difagosit oleh sel PMN. Sel ini akan mengeluarkan enzim – enzim yang mencerna bakteri, dan

juga merusak jaringan sekitarnya.

2. Stadium Ulserasi Aktif

Pada epitel dan stroma terjadi nekrosis, pengelupasan, dan timbul suatu cekungan (defek).

Jaringan sekitarnya terdapat infiltrasi sel radang, dan edema. Pada pemeriksaan klinis terdapat

kornea berwarna putih keabuan dengan dasar ulkus yang nekrosis. Pada bilik mata depan timbul

reaksi radang ringan atau sampai terjai hipopion, dan blefarospasme pada kelopak mata.

Penderita mengeluh rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi, dan penurunan tajam penglihatan. Ulkus

meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih dalam sehingga menimbulkan descemetokel, atau

bahkan sampai perforasi.

3. Stadium Regresi

Pada stadium ini terjadi regresi dari perjalanan penyakit di atas, karena adanya mekanisme

pertahanan tubuh atau pengobatan. Ciri regresi tersebut antara lain, berkurangnya keluhan rasa

19

Page 20: kasus.ulkus kornea

nyeri, fotofobia, lakrimasi dan keluhan – keluhan lainnya. Secara klinis tampak infiltrat

mengecil, batas ulkus lebih tegas, daerah nekrotik mendangkal, tanda – tanda radang berkurang.

4. Stadium Penyembuhan / Sikatrisasi

Ada penyembuhan timbul epitelisasi dari semua sisi ulkus, fibroblast membentuk stroma baru

dan dilanjutkan dengan pengeluaran debris. Stroma baru terbentuk dibawah epitel dan menebal,

sehingga epitel terdorong ke depan. Stroma tersebut mengisi seluruh defek, sehingga permukaan

kornea yang terinfeksi menjadi rata atau meninggalkan sedikit cekungan. Pada stadium ini

keluhan semakin berkurang, tajam penglihatan mulai membaik. Jaringan nekrotik mulai diganti

dengan jaringan fibrosa, pembuluh darah mulai timbul dan menutup ulkus dengan membawa

fibrosa. Bila penyembuhan sudah selesai, pembuluh darah mengalami regresi. Jaringan sikatrik

yang terjadi tidak transparan, tetapi lama kelamaan kepadatannya akan berkurang terutama pada

dewasa muda dan anak – anak. Derajat sikatrisasi setelah ulkus bermacam – macam mulai dari

nebula, makula, dan leukoma.

KLASIFIKASI ULKUS KORNEA

Dikenal dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus kornea sentral dan marginal(perifer).

Ulkus Kornea Sentral

Ulkus kornea sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan epitel. Lesi terletak

di sentral, jauh dari limbus vaskular. Hipopion biasanya menyertai ulkus. Etiologi ulkus

kornea sentral biasanya bakteri, virus, dan jamur. Biasanya dimulai dari trauma kecil dari

epitel kornea, seperti tergores oleh pensil atau terkena debu yang disusul infeksi sekunder.

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus :

20

Page 21: kasus.ulkus kornea

Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpiginous).

Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang

menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena

eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus :

Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat

berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan

terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun

terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Gambar : Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Pseudomonas :

Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat

menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyebaran ke dalam dapat mengakibatkan

perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu

dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini

seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

21

Page 22: kasus.ulkus kornea

Gambar : Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus :

Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat

menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang

disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna

kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang

menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan

hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa

lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

Gambar : Ulkus Kornea Bakterialis dengan hipopion

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu

sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi

lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik.

Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit

disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi

kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat

rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

22

Page 23: kasus.ulkus kornea

Gambar : Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster :

Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3

hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,

konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.

Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.

Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea

hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan

infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex :

Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala

klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai

terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau

bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh.

Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,

jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.

23

Page 24: kasus.ulkus kornea

Gambar : Ulkus Kornea Dendritik

Gambar : Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan

fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat

perineural.

24

Page 25: kasus.ulkus kornea

Gambar : Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus

superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksik atau

alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan

lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada

penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar : Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren

terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori

yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan

25

Page 26: kasus.ulkus kornea

autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh

permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

A

B

C

Gambar : Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B : Gambaran lanjut Ulkus Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah)

26

Page 27: kasus.ulkus kornea

c. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk

melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang

timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu

menyerupai ring ulcer. Perjalanan penyakitnya menahun.

Gambar : Ulcer Ring

ULKUS KORNEA E.C BAKTERI

Ulkus kornea yang biasanya terjadi pada orang dewasa terutama yang bekerja di bidang

konstruksi, industri, dan pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya ulkus

biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan

adanya defek kornea akan terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen

yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea

bakteri yang mirip satu sama lain dan bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku

untuk ulkus kornea yang disebabkan bakteri oportunistik (misalnya Streptococcus Beta-

haemolyticus, Staphylococcus aureus, Nocardia dan M fortuitumchelonei), yang menimbulkan

ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superfisial.

Ulkus sentral yang disebabkan Streotococcus beta-haemolyticus tidak memiliki gejala

khas. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat, sembab dan biasanya terdapat

27

Page 28: kasus.ulkus kornea

hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai.

Ulkusnya sering superfisial, dan dasar ulkus teraba pada saat melakukan kerokan. Kerokan

mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan atau dalam bentuk rantai. Keratopati

kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal

jangka panjang, penyebab umunya adalah Streptococcus beta-haemolyticus.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari

penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrirn oleh karena

paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi

kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra

(terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi

sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak

mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit kornea

adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms adalah fenomena

refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan

penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang

juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan fotopobia umunnya

menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.

Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang

nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti

miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon

berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan

pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan

terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan

konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus

konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas kornea

berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan

dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion.

28

Page 29: kasus.ulkus kornea

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

1. Slit lamp

Merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normal. Loupe

mempunyai kekuatan 4 – 6 D. Pemeriksaan akan lebih sempurna bila dilakukan bila dilakukan di

kamar yang digelapkan.

Gambar 4. Pemeriksaan slitlamp

2. Uji flueresense

Kertas flueresense yang telah terlebih dahulu dibasahi oleh garam fisiologi diletakkan di dalam

sakus konjungtiva anterior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa

saat kemudian kertas ini diangkat dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologis. Dilihat

permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea.

Defek kornea akan terlihat hijau karena pada bagian itu akan bersifat basa dan memberi warna

hijau. Pada keadaan ini disebut uji flueresense positif.

3. Uji festel

Disebut juga Seidel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea). Pada konjungtiva

inferior ditaruh kertas fluresense atau diteteskan flueresense. Kemudian dilihat adanya cairan

mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel kornea akan

terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel.

4. Papan placido

29

Page 30: kasus.ulkus kornea

Untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan placido dengan gambaran lingkaran konsentris

putih hitam yang menghadap sumber cahaya, sedang pasien sendiri membelakangi jendela.

Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea.

5. Pemeriksaan gram, giemsa dan KOH(untuk jamur)

Pemeriksaan kultur dengan agar darah, agar coklat dan agar sabouraud

6. Uji sensitivitas kornea

Pengobatan

Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan siklopegik, antibiotik yang sesuai topical dan

subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat

sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik. Secara umum tukak diobati:

Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai

incubator

Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari

Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder

Debridement sangat membantu penyembuhan

Diberi antibiotik yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali dalam keadaan

berat. 

Prinsip terapi ulkus kornea adalah sebagai berikut:

Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

Pemberian sikloplegika Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena

bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut:

Sedatif, menghilangkan rasa sakit

30

Page 31: kasus.ulkus kornea

Dekongestif, menurunkan tanda radang 

Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris

mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan

lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah

terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan

sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.

Bedah

Tindakan bedah meliputi

Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman

Keratektomi superficial hingga membrane Bowman atau stroma anterior

Tissue adhesive atau graft amnion multilayer

Flap konjungtiva

Patch graft dengan flap konjungtiva

Keratoplasti tembus

Fascia lata graft

Komplikasi Ulkus Kornea

Komplikasi pada ulkus kornea bervariasi, stroma kornea yang hilang dan hanya tinggal membran

descemet’s bisa menyebabkan penonjolan membran descemet’s, perforasi, endoftalmitis, bahkan

menimbulkan kebutaan apabila penanganan tidak tepat.

31

Page 32: kasus.ulkus kornea

Komplikasi ulkus kornea dapat bersifat menghancurkan.  Perforasi   kornea dapat terjadi,

walaupun jarang.  Dapat terjadi jaringan sikatrik pada kornea yang mengakibatkan hilangnya

visus parsial atau menyeluruh.  Dapat juga timbul synechiae anterior dan posterior, glaukoma,

endopthalmitis dan katarak

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, Vaughan Daniel G, Eva Paul Riordan.

Oftalmologi Umum. Edisi XIV. Jakarta : Widya Medika; 2000.p.380-87

2. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit

Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto,

Jakarta,2002

3. Murillo-Lopez FH. Corneal Ulcer. New York: The Medscape from WebMD Journal of

Medicine; [updated 2011, Nov 13; cited 2012, October 14]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1195680-overview

32

Page 33: kasus.ulkus kornea

4. Grigsby, W. S. 2004. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis.

(http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm). Diakses tanggal 27 Juni 2013.

5. Wijana. N.Ulkus Kornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989. Jakarta

6. Kanski JJ. Disorder of Cornea and Sclera. In: Clinical Opthalmology A Systematic

Approach. Edisi 6: 2007 page.100-149.

7. Perhimpunan Dokter Ahli Mata. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga University Press

8. Sidartha Ilyas, Prof. Dr, SpM. Ulkus Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata. BP FKUI, Edisi

kedua, Jakarta, 2002; hal. 164-172

33