Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Assalâmualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ilâhi Rabbi, karena atas izin dan
perkenan-Nya pada kesempatan ini, sebuah buku sederhana yang berjudul : Panduan
Penyusunan dan Penulisan Skripsi bagi Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam
telah selesai dituliskan.
Membuat karya tulis ilmiah sebagai hasil penelitian dalam bentuk skripsi
sebagai salah syarat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk jenjang strata Satu (S-1)
bagi mahasiswa sejarah dan peradaban Islam sangat penting dilaksanakan bagi
mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam di lingkungan Universitas Islam
Negeri Bandung. Setiap mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam wajib menyusun
karya tulis ini sebagai salah satu karya tulis ilmiah terakhir yang merupakan hasil
penelitian yang telah dilakukannya.
Selanjutnya, oleh karena begitu pentingnya penyusunan dan penulisan skripsi
ini, maka dalam rangka untuk membantu dan mempermudah penyusunan dan penulisan
skripsi tersebut perlu kiranya disusun sebuah buku panduan yang di dalamnya akan
memberikan informasi secara lengkap tentang bagaimana seharusnya yang perlu
dilakukan di dalam penyusunan dan penulisan skripsi. Kehadiran buku panduan ini
merupakan upaya merespons keinginan dan masukan dari para civitas akademika,
terutama di kalangan para dosen dan mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam akan
perlunya sebuah buku yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pedoman bagi penyusunan
dan penulisan skripsi.
Akhirnya dengan terbitnya buku panduan ini, kami berharap kehadirannnya
bisa membekali dan dapat membantu para civitas akademika di dalam mendorong
mahasiswa menyelesaikan tugas akhirnya terutama yang berkaitan dengan informasi-
informasi tentang langkah-langkah yang seharusnya dilakukan di dalam menyusun dan
menulis skripsi.
Akhirul kalam, semoga bermanfaat!
Bandung, 1 April 2014
Tim Penyusun,
Dr. Ading Kusdiana, M. Ag.
Samsudin, M. Ag.
ii
DAFTAR ISI
Hlm.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I WILAYAH KAJIAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN
SKRIPSI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM .............. 1
A. Ruang Lingkup Penelitian Sejarah dan Peradaban Islam ......... 1
B. Kedudukan dan Fungsi Skripsi Sejarah dan Peradaban Islam .. 5
C. Beberapa Contoh Judul Penelitian Skripsi Sejarah dan
Peradaban Islam ....................................................................... 7
BAB II SISTEMATIKA PENYUSUNAN SKRIPSI SEJARAH DAN
PERADABAN ISLAM ................................................................. 11
A. Suplemen Awal /Bagian Muka ............................................. 11
1.Sampul/Cover ....................................................................... 13
2. Abstrak ................................................................................. 13
3. Halaman Judul ..................................................................... 13
4. Halaman Persetujuan ........................................................... 13
5. Halaman Pengesahan ........................................................... 18
6. Lembar Pernyataan .............................................................. 18
7. Riwayat Hidup ..................................................................... 18
8. Kata Pengantar ..................................................................... 18
9. Daftar Isi .............................................................................. 19
10. Daftar Tabel ...................................................................... 20
11. Daftar Lampiran ................................................................. 20
B. Suplemen Inti/Bagian Isi/Hasil Penelitian ............................... 29
1. Bab I Pendahuluan ........................................................... 34
2. Bab II dan Bab III Pembahasan ...................................... 35
3. Bab IV Simpulan............................................................... 35
C. Suplemen Akhir/Bagian Akhir ................................................ 36
1. Daftar Sumber .................................................................... 36
2. Lampiran-lampiran ............................................................ 45
BAB III TATA CARA PENULISAN SKRIPSI
A. Bahan dan Ukuran ................................................................... 46
B. Format Pengetikan ................................................................... 46
C. Penomoran ............................................................................... 48
iii
D. Kutipan, Rujukan, Catatan Langsung (In Note), dan Catatan
Kaki (Foot Note ....................................................................... 49
E. Bahasa ..................................................................................... 63
F. Transliterasi Hurup Arab dan Latin ......................................... 65
G. Tabel, Gambar dan Peta ........................................................... 66
H. Gelar dan Jabatan Akademik ................................................... 70
I. Penulisan Ayat Al-Quran ......................................................... 71
BAB IV KETENTUAN PROSEDUR KERJA DALAM PENULISAN
SKRIPSI
A. Prosedur Pengajuan Skripsi ..................................................... 72
B. Pelaksanaan Seminar Proposal ................................................ 73
C. Bimbingan Skripsi ................................................................... 74
D. Munaqasah/Ujian Skripsi ......................................................... 75
E. Perbaikan Skripsi ..................................................................... 76
DAFTAR SUMBER ........................................................................................... 77
1
BAB I
WILAYAH KAJIAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN SKRIPSI
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
A. Ruang Lingkup Penelitian Sejarah dan Peradaban Islam
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam adalah institusi akademik yang
mengembangkan misi kajiannya secara khusus dalam bidang pengembangan
ilmu sejarah dan peradaban Islam. Sebagai sebuah institusi yang
mengembangkan misi kajiannnya dalam bidang pengembangan ilmu sejarah dan
peradaban islam, maka ruang lingkup kajian penelitiannya memiliki ranah di
sekitar permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan informasi-
informasi sejarah dan peradaban Islam.
Ruang lingkup kajian penelitian sejarah dan Peradaban Islam memang
sangat luas. Namun demikian, secara komprehensif pembahasan di dalamnya
dapat difragmentasikan sebagai berikut:
1. Sejarah politik
Menurut Sartono Kartodirdjo (1993: 148-149) politik adalah sejarah masa
kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Ia menegaskan sejarah identik
dengan politik, sejauh keduanya menunjukan proses yang mencakup keterlibatan
para aktor dalam interaksinya serta peranannnya dalam usahanya memperoleh
apa, kapan, dan bagaimana. Dalam keadaan sekarang, sebenarnya sejarah politik
masih cukup menonjol, namun tidak terlalu dominan seperti di masa lalu.
Sangatlah menarik bahwa pengaruh ilmu politik dan ilmu sosial sungguh besar
dalam penelitian sejarah politik sebagai sejarah politik gaya baru.
2. Sejarah Penyebaran dan Perkembangan Agama Islam/Sejarah Dakwah Islam.
Informasi tentang sejarah masuk, menyebar dan berkembangnya agama
Islam ke berbagai di wilayah Indonesia secara umum, dan secara khusus di Jawa
Barat sampai saat ini belum banyak yang terungkap. Jurusan Sejarah dan
2
Peradaban Islam sangat mendorong kegiatan penelitian dan penulisan sejarah
yang terkait dengan informasi-informasi tentang Islam di Jawa Barat. Masih
banyak di antara kabupaten-kabupaten atau kota-kota di Jawa Barat yang belum
mengetahui tentang informasi berkaitan dengan jejek-jejak keberadaan agama
Islam di daerahnya.
3. Sejarah Sosial
Penelitian Sejarah sosial merupakan penelitian sejarah yang menjadikan
masyarakat sebagai bahan kajian. Sejarah sosial sudah merupakan trend baru
dalam penulisan sejarah sejak sebelum Perang Dunia II. Sejarah sosial memiliki
garapan yang sangat luas dan beraneka ragama. Tema-tema sejarah sebuah kelas
sosial, seperti sejarah kaum buruh, menjadi tema yang penting. Sejarah peranan
sebuah kelas, sepanjang ia tetap merupakan sejarah dari sebuah unit masyarakat
dengan ruang lingkup dan awaktu yang tertentu dapat digolongkan dalam
sejarah sosial. Sejarah social dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang
memanfaatkan teori dan konsep-konsep ilmu sosial. Dengan penggunaan ilmu-
ilmu sosial, sejarawan mempunyai kemampuan menerangkan yang lebih jelas,
sekalipun terkadang harus terikat pada modal teoritisnya (Kuntowijoyo, 1994:
33-34).
Sejarah sosial mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian. Tema
seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, kerusuhan dapat
menjadi sebuah sejarah. Demikian juga sebaliknya kelimpah-ruahan, kesalihan,
kekesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi, dan sebagainya. Tema
lain yang dapat digarap oleh sejarah sosial ialah tentang peristiwa-peristgiwa
sejarah, pemberontakan para petani seperti yang ditulis Sartono Kartodirdjo.
4. Sejarah Institusi /Lembaga
Penelitian sejarah institusi sebenarnya dapat dikatakan sebagai bagian
dari penelitian sejarah sosial. Kendati demikian, penelitian tentang sejarah
pesantren, sekolah, yayasan, masjid, keberadaan lembaga milik pemerintah dan
swasta seperti sejarah museum acapkali dijadikan sebagai subyek penelitian
3
oleh mahasiswa di jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. Penelitian sejarah
dengan model ini secara khusus dapat disebut sebagai sejarah institusi.
5. Sejarah Peradaban/Kebudayaan
Dalam historiografi Indonesia masih sangat jarang sejarawan. yang
tertarik untuk menulis sejarah peradaban/kebudayaan. Rupanya dimensi
budaya/peradaban dilupakan karena tekanan yang besar pada penulisan sejarah
politik. Di tengah arus globalisasi budaya dan universalisasi nilai-nilai, adalah
suatru keharusan bila sejarawan menyumbangkan ilmunya kepada bangsanya
dalam usaha mengenal diri sendiri agar supaya rekayasa masa depan tetap
berberpijak pada jati diri bangsa. Dalam kaitan inilah sejarah
peradaban/kebudayaan mempunyai peranan yang penting, karena hanya melihat
ke masa lalu kita akan dapat membangun masa depan dengan lebih baik.
Selebihnya, sejarawan juga menawarkan cara pandang yang kritis mengenai
masa lalu, sehingga kita tidak akan terjebak pada archainisme dan anakronisme,
sekalipun kita tidak akan terjebak pada jati diri yang terbentuk di masa lampau
sejarah kita (Kuntowijoyo, 1994: 111).
6. Sejarah Perjuangan/Pergerakan
Keberadaan penelitian sejarah dengan mengambil tema yang terkait
dengan Sejarah Perjuangan/pergerakan yang melibatkan keberadaan organisasi-
organisasi sosial politik religious telah banyak dilakukan oleh mahasiswa
sejarah dan peradaban Islam UIN Bandung. Seperti diketahui, sejak memasuki
abad ke-20 di Indonesia banyak bermunculan oganisasi sosial-politik-religious
yang berperan di dalam mengantarkan kemerdekaaan Indonesia. Begitu juga
setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, kehadiran partai-partai politik
telah memperkaya khazanah penelitian yang menarik keterlibatan mahasiswa
Sejarah dan Peradaban Islam untuk ikut berperan meneliti di dalamnya.
4
7. Sejarah Biografi
Peristiwa Sejarah tidak bisa dipisahkan dari kehadiran orang besar (The
great man). Begitulah yang terjadi hingga saat ini. Penelitian-penelitian sejarah
yang mengangkat tema tentang sejarah biografi masih tetap terbuka bagi
mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Bandung. Yang menjadi
pertimbangan utamanya tema sejarah biografi diteliti banyak di antara
informasi-informasi yang menyangkut biografi seseorang yang penting dan
menarik untuk diteliti ternyata belum banyak diketahui oleh masyarakat. Atas
pertimbangan itulah penelitian yang mengambil tema tentang sejarah biografi
masih bisa dilakukan oleh mahasiswanya, sepanjang bukan hasil duplikasi dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
8. Sejarah Pemikiran/Intelektual
Sejarah pemikiran/intelektual menarik untuk diteliti. Di Indonesia, dan
khususnya di Jawa Barat banyak tokoh-tohoh besar seperti para ulama, tokoh
bangsa ataupun para pelaku sejarah yang telah berperan dan memberikan
kontribusinya bagi kemjuan bangsa. Namun demikian, acapkali di kalangan
mereka keberadaannnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat terutama yang
berkaitan dengan pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikirannnya. Jurusan
Sejarah dan Peradaban Islam sangat memberikan perhatian terhadap upaya-
upaya di kalangan mahasiswa yang berupaya melakukan pnelitian dengan
mengangkat tema yang berhubungan dengan sejarah pemikiran/intelektual.
Aspek yang menarik bagi sejarah opemikiran/intelektual ialah biasanya
mengungkap proses dialektik yang terjadi antara ideologi dan penghayatan oleh
penganutnya. Selanjutnya menganalisis kekuatan-kekuatan social apa yang
menciptakan ketegengan antara ideologi dan praktiknya? Berkaitan dengan hal
tersebut, dalam sejarah pemikiran/intelektual sangat menrik untuk melacak
hubungan/korelasi yang ada antara ide atau alam pikiran dengan lokasi
pendukungnya. Seberapa jauh formasi ide atau ideology ditentukan atau
dipengaruhi oleh factor sossiologis pada actor atau pelaku yang memilikinya.
Biasanya penelitian sejarah yang mengambil sejarah pemikiran/intelektual
5
mencoba mengungkap latar belakang sosial-kultural para pemikir agar dapat
mengekstrapolasikan faktor-faktor sosial-kultural yang mempengaruhinya
(Kartodirdjo, 1992: 180).
B. Kedudukan, Fungsi, dan Tanggung Jawab Skripsi bagi Mahasiswa
Sejarah dan Peradaban Islam
Perlu dikemukakan bahwa salah satu aktivitas yang harus dilakukan
mahasiswa peserta pendidikan akademik di lingkungan perguruan tinggi adalah
melakukan penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian disusun dan ditulis
dalam suatu karya tulis ilmiah untuk dipertanggungjawabkan pada akhir program
pendidikannnya. Bagi mahasiswa peserta program sarjana atau strata satu karya
tulis ilmiah itu biasanya disebut skripsi.
Skripsi adalah salah satu jenis karya tulis ilmiah, yang merupakan
laporan hasil penelitian, sebagai tugas akhir untuk mememnuhi syarat gelar
akademik program strata satu (S1); yang prosedur dan teknik administrasinya
diatur oleh perguruan tinggi itu sendiri (Anonimus, 2010: 4). Secara lebih
khusus Eva Rufaidah mengemukakan skripsi merupakan sebuah naskah karya
tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitian oleh mahasiswa yang dibimbing dua
orang tenaga edukatif, dalam penyelesain tugas akhir program studi strata satu di
sebuah perguruan tinggi (Rufaidah,2007: 1). Skripsi bagi mahasiswa Sejarah dan
Peradaban Islam merupakan karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil
penelitian yang sumber-sumbernya diperoleh di perpustakaan, lembaga
kearsipan, museum ataupun di lapangan.
Sesuai dengan stratanya , penelitian dan penulidan skripsi memiliki
karakteristik berisi deskripsi data objektif dan mengarah pada pemecahan
masalah secara eksploratif berkaitan dengan wilayah kajian ilmu sesuai dengan
program studinya.
Berkenaaan dengan tugas tersebut, mahasiswa Sejarah dan Peradaban
Islam peserta program S1 dituntut untuk melakukan penelitian, kemudian
hasilnya ditulis dalam sebuah laporan yang disebut skripsi. Menurut Cik Hasan
Bisri (1997: 11- 12) skripsi tersebut merupakan kegiatan ilmiah yang diarahkan
6
untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah, dengan menggunakan berbagai
unsur informasi dan unsur metodologi dalam bidang ilmunpengetahuan yang
melingkupinya. Sebagai suatu kegiatan ilmiah, penelitian dan penulisan skripsi
merupakan proses belajar mengajar dalam memelihara dan mengembangkan
pengetahuan ilmiah.
Dalam kegiatan penelitian dan penulisan skripsi mahasiswa dituntut untuk
mengerahkan kemahiran berpikir, bersikap, dan bertindak dalam usaha menggali
dan mengembangkan pengetahuan ilmiah yang baru, untuk disumbangkan dalam
bidang keahliannnya. Ia juga dituntut untuk menerapkan kaidah dan etika ilmiah
yang berlaku dalam lingkungan masyarakat ilmiah (Bisri, 1997: 12).
Tugas pembuatan skripsi menjadi salah satu syarat bagi mahasiswa yang
akan mencapai gelar kesarjanaan di fakultas dalam bidang ilmu tertentu. Dalam
hal ini bagi para mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, skripsi berarti
karya ilmiah dalam disiplin sejarah dan peradaban Islam, salah satu disiplin
dalam ilmu adab dan humaniora. Kedudukan skripsi menjadi syarat mutlak bagi
pencapaian gelar “sarjana Huamniora (S.Hum)”.
Fungsi skripsi tersebut, sebagaimana karya ilmiah pada umumnya, ialah
sebagai media komunikasi ilmiah antara mahasiswa dengan masyarakat akademik
dalam rangka pengembangan ilmu. Di samping itu, skripsi merupakan khazanah
ilmu tertentu untuk melengkapi kepustakaan dan dokumentasi bidang ilmu
tertentu. Dalam jangkauan yang lebih luas, skripsi berfungsi sebagai media
komunikasi dalam lingkungan masyarakat ilmiah pada umumnya, bila memenuhi
syarat untuk dipublikasikan secara luas (Bisri, 1997; Rufaidah, 2007).
Kadar ilmiah skripsi dipertanggungjawabkan oleh mahasiswa penulis
skripsi itu dalam siding ujian munaqasyah. Sedangkan mutu skripsi yang telah
dipertanggungjhawabkan menjadi tanggung jawab mahasiswa yang
bersangkutan, para pembimbing, ketua program studi/jurusan, dekan, dan para
penguji. Oleh karena itu, unsur yang terlibat dalam kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan mutu
skripsi, dan secara makro mereka merupakan pilar yang berkewajiban
7
mengembangkan bidang ilmu dan keahlian yang telah menjadi pilihannnya
(Bisri, 1997: 13).
C. Beberapa Contoh Judul Penelitian Skripsi Sejarah dan Peradaban Islam
Kajian penelitian Sejarah dan peradaban Islam dalam bentuk penelitian
skripsi yang telah dilakukan mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
tidak bisa dilepaskan dari tiga mainstream pokok yaitu aspek kesejarahan,
kebudayaan/keperadabanan, dan keislaman. Cakupannya di dalamnya secara
komprehensif bisa meliputi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di berbagai
belahan dunia Islam, Indonesia, ataupun dengan mengangkat peristiwa dalam
konteks setting lokal. Sedangkan variasi pemilihan tema yang dikaji, ada yang
memfokuskan diri dengan mengambil kajian sejarah yang berifat material,
ataupun konseptual.
Sampai saat ini kajian sejarah material dan konseptual sudah banyak
dilakukan mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam. Pada umumnya penelitian
yang dilakukan mahasiswa sejarah dan peradaban UIN Bandung adalah sejarah
material. Kajian ini sangat banyak dan beragam, diantaranya membahas sejarah
material yang berhubungan dengan persoalan politik, ekonomi, social, budaya,
pemikiran, biografi beberapa tokoh, dan institusi. 1
Hasil penelitian sejarah material didominasi sejarah institusi keagamaan
terutama sejarah institusi pesantren, masjid, organisasi sosial kemasyarakatan atau
ormas dan organisasi sosial politik atau orsospol, lembaga pendidikan, yayasan,
lembaga pemerintah dan ekonomi.
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah beberapa contoh judul penelitian
skripsi Sejarah dan Peradaban Islam:
1Lihatt arsip SK Skripsi, data penguji dan pembimbing yang disusun jurusan SPI dari
tahun awal sampai tahun 2012, serta beberapa skripsi yang ada di Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora
8
1. Snouck Hurgronye: Peletak Dasar Kebijakan Politik Islam Hindia Belanda
(1889-1906)
2. Perlawanan Sultan Hasanudin Makasar terhadap V.O.C. (1653-1670)
3. Keterlibatan Pelajar Islam Indonesia dalam Penumpasan Gerakan 30
September 1965/PKI
4. Historiografi Lokal Islam Banten; Kajian Atas Naskah Sedjarah Banten
Salinan Ismail Muhammad.
5. Peranan K.H. Ishak Farid dalam Pengembangan Agama Islam di Daerah
Cintawana Singaparna Tasikmalaya (1958-1987)
6. Perubahan Sosial Masyarakat Kampung Dukuh-Garut (1963-2000)
7. Disintegrasi Kekuasaan Islam di Jawa Pada Abad ke-18 (Studi tentang
Terpecahnya Mataram Islam)
8. Peralihan Kekuasaan Islam dari Pesisir Utara ke Pedalaman Jawa (Telaah atas
Peralihan Kekuasaan dari Kerajaaan Demak ke Mataram)
9. Sejarah Masjid Agung Banten (Tinjauan Arkeo-Arsitektur Pada Bangunan
Masjid Agung Banten)
10. Militer Versus Umat Islam; Studi atas Peristiwa Tanjung Priuk Tahun 1984.
11. Fungsi Pelabuhan Cirebon dalam Penyebaran Agama Islam di Cirebon Abad
XV
12. Sumbangan Pemikiran Mohammmad Husni Tamrin dalam Pergerakan
Nasional pada awal
Abad XX
13. Dinamika Pergerakan Islam di Tengah-tengah Perubahan Zaman (Studi
Historis tentang Gerakan Darul Arqam Malaysia 1968-1994)
14. Pondok Pesantren Suryalaya pada Masa K.H. A. Shohibul Wafa tajul Arifin
(1950-1980)
9
15. Gerakan Pemuda Anshar dalam Bidang Politik dan Keagamaan Tahun 1945-
1966
15. Pasang Surut Hubungan Nahdlatul Ulama dengan Angkatan Darat ( 1965-
1971)
16. Serambi Mekah Berkobar (1873-1904)
17. Masuk dan Berkembangnya Islam di Priangan Timur Abad XVII-XIX
18. Pesantren al-Quran Cijantung Ciamis ; Studi Peranannya di dalam membina
Qori dan Qoriah (1930-2000)
19. Kepemimpinan R. Otto Iskandar Dinata dalam Pagoeyoeban Pasoendan
(1929-1942)
20. Muktamar NU Ke-29 di Cipasung 1995 (Studi tentang Konflik Internal NU
Pascamuktamar)
21. Peristiwa Kerusuhan PKL Cicadas Tahun 1998
22. Aktivitas keagamaan Di Kota Bandung Tahun 1998-2003
23. Fatwa Persis tentang Tasawuf Tahun 2000
24. Perkembangan Rumah Sakit Al-Islam Bandung (1970-1990)
25. Gerakan Pembaharuan Organisasi Keagamaan Muhammadiyah di Indonesia
(1912-2000)
26. Kebangkitan Islam di Majalengka (1911-1961); Studi tentang Usaha-usaha
K.H. Abdu Halim di dalam memelopori gerakan Pembaharuan Islam di
Majalengka
27. Peradaban Islam dalam pandangan Arnold J. Toynbee.
28. Kontribusi Dinasti Fatimiyah dalam Pengembangan Islam di Mesir (1258-
1517)
29. Kebijakan Khalifah Umar Bin Khattab dalam Proses Penyebaran Islam pada
Masa Pemerintahan Kekhilafahan Khulafaur Rasyidin (644-654 M)
10
30. Kehidupan Sosial-Politik pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (
31. Penyebaran Islam di Anak Benua India pada Masa Sultan Akbar (1605-1629)
32. Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ekonomi sebagai Faktor Penggerak Sejarah
33. Ashabiyah dan Proses Integrasi Sosial (Telaah terhadap Pemikiran Ibnu
Khaldun tentang Ashabiyah dan Disintegrasi Sosial dalam Sebuah
Masyarakat).
33. Sumbangan Pan-Islamisme terhadap Pergerakan pemuda Islam Jong
Islamieten Bond (1925-1940).
34. Potret Peradaban Islam pada Masa Pendudukan Bangsa Mongol (1205-1446)
35. Penyebaran Islam ke Wilayah Eropa Timur pada Masa Pemerintahan Sultan
Muhammad II (1405-1456)
36. Kegiatan Pengkajian Pemikiran Islam pada Masa Kerajaaan Safawiyah
(1501-1722)
37. Darul Islam Fillah di Garut (1994-2012)
38. Ahmadiyah; Sejarah dan perkembangannnya di Indonesia (Tinjauan Historis
atas Berdiri dan Berkembangnya di Bandung (1935-1989)
39. Wahabisme dalam Gerakan Kaum Paderi di Sumatera Barat pada Abad ke-19
40. Seni Reak Kuda Lumping di Desa Cinunuk Kacamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung (1990-2000)
41. Aktivitas Persatuan Umat Islam sebagai Organisasi Modern Islam di
Majalengka (Studi tentang Gerakan Pendidikan dan Sosio-Ekonomi 1911-
1962
11
11
BAB II
SISTEMATIKA PENYUSUNAN SKRIPSI
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
A. Suplemen Awal /Bagian Muka
Pada umumnya bagian muka skripsi, terdiri dari judul, kata pengantar, dan
daftar isi. Namun demikian secara lengkap bagian muka terdiri dari cover,
abstrak, halaman judul, lembar persetujuan, pengesahan, riwayat hidup, ucapan
terima kasih, persembahan, kata pengantar, dan daftar isi. Selain itu biasanya
dilengkapi dengan daftar tabel, daftar gambar, daftar singkatan, daftar peta, dan
daftar lampiran.
1.Sampul/Cover
Sampul atau cover dalam skripsi mencakup judul, kata SKRIPSI, nama
mahasiswa, nomor pokok, tempat dan tahun penulisan. Di antara kata SKRIPSI
dalam sebuah cover ditulis kalimat: Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung. Kata sambung untuk, dan, pada dalam rangkaian kalimat
ini ditulis dengan hurup kecil. Nama Penulis skripsi ditulis dengan hurup kapital.
Angka pada nomor pokok ditulis secara berderet sesuai dengan jumlah digit,
tanpa diselangi tanda titik atau koma sebagaimana nomor serinya. Untuk nama
tempat seluruhnya ditulis capital. Demikian jga singkatan tahun Masehi (M.) dan
tahun Hijriyah (H.) yang diikuti tanda titik
Tulisan dalam sampul/cover disusun satu halaman penuh, dengan batasan
garis tepi, sekitar empat setengah centimeter dari tepi kertas sebelah kiri, dan
masing-masing tiga centimeter dari tepi kertas sebelah atas, kanan, dan bawah.
12
Contoh:
DISINTEGRASI KERAJAAN ISLAM MATARAM DI JAWA
PADA ABAD KE-18
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
Oleh:
ABDUL KARIM
Nomor Pokok 1211501003
BANDUNG
2014 M./1434 H.
13
2. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan yang mencerminkan seluruh isi karya tulis
ilmiah. Abstrak untuk keperluan skripsi mencakup seluruh unsur utama di dalam
karya tulis ilmiah, yang di dalamnya memuat permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, dan hasil yang diperoleh dari penelitian.
Dengan cara demikian, pembaca akan dengan mudah untuk memperoleh
informasi tentang isi keseluruhan tulisan sebelum membacanya secara lengkap.
Abstrak terdiri dari tiga bagian. Pertama, kata Abstrak yang ditulis
dengan hurup kapital dan ditempatkan di tengah. Kedua, nama penulis dan judul
skripsi. Ketiga isi naskah abstrak yang terdiri permasalahan penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan simpulan / hasil penelitian
3. Halaman Judul
Halaman judul terdiri dari empat bagian.Bagian yang pertama adalah
judul. Bagian kedua adalah nama penulis skripsi dan nomor pokoknya. Bagian
ketiga adalah nama Fakultas Adab dan Humaniora dan perguruan tinggi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Bagian keempat ialah
tempat dan waktu penulisan skripsi. Untuk Judul, nama penulis skripsi, nama
fakultas dan universitas, tempat dan waktu penulisan ditulis dengan hurup
kapital. Untuk kata oleh dan nomor pokok ditulis tidak dengan hurup kapital
kecuali hurup pertama.
4. Halaman Persetujuan
Dalam halaman persetujuan memuat judul, nama penulis skripsi, nama
pembimbing, nama ketua jurusan dan dekan. Penulisan judul dan nama penulis
skripsi memakai hurup kapital. Di antara judul dan nama penulis skripsi ditulis
kata : Oleh. Penulisan nomor pokok, nama para pembimbing, ketua jurusan dan
dekan ditulis di bawah nama mereka. Setelah menulis nomor pokok ditulis kata:
Menyetujui, yang diakhiri dengan titik dua. Setelah selesai menulis nama para
pembimbing ditulis kata: Mengetahui, yang diakhiri dengan tanda titik dua.
Selanjutnya ditulis ketua jurusan dan dekan yang diikuti dengan nama dan
14
nomor induk kepegawaiannnya. Pencantuman gelar akademik yang melekat
nama para pembimbing, ketua jurusan dan dekan pada halaman persetujuan
ditulis dengan menggunakan singkatan.
1. Halaman Pengesahan
Lembar pengesahan berisi pernyataaan bahwa skripsi itu telah
dipertanggungjawabkan dalam sidang ujian munaqasyah. Lembar pengesahan di
dalamnya terdiri dari kata: PENGESAHAN, pernyataan pengesahan yang di
dalamnya meliputi judul skripsi dan tanggal sidang, dan nama-nama pimpinan
sidang dan para penguji munaqasyah. Dalam pernyataaan pengesahan
disebutkan pula kedudukan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar akademik, nama jurusan dan fakultas tempat belajar penulis skripsi. Tanggal
sidang dilengkapi dengan nama bulan dan tahun sidang ujian munaqashah. Skripsi
yang telah dipertanggungjawabkan ditandatangani oleh ketua sidang, sekretaris
sidang, dan para penguji sebagai anggota.
Nama-nama ketua sidang, sekretaris sidang, dan para penguji ditulis
secara lengkap. Sedangkan gelar akademik dan jabatan akademik ditulis dengan
singkatan. Nomor induk pegawai dicantumkan di bawah namanya masing-
masing.
2. Lembar Pernyataan bahwa Skripsi yang Ditulis adalah Hasil Karya Sendiri
Bukan Jiplakan atau Saduran dari Karya Orang Lain.
Lembar pernyataan ini berisi bahwa bahwa skripsi yang ditulis merupakan
hasil karya sendiri, bukan jiplakan atau saduran dari karya orang lain. Lembar
pernyataan ini diberi materei 6000 dan ditanda tangan oleh penulis. Lembar
pernyataan ini perlu dibuatkan untuk meyakinkan para pembaca atau orang lain
sekaligus sebagai wujud pertanggungjawaban penulis skripsi bahwa karyanya
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
15
Contoh abstrak:
ABSTRAK
Opi Siti Sopiah. Darul Islam Fillah di Garut Tahun 1994-2012
Darul Islam Fillah Garut sejak tahun 1994 di bawah kepemimpinan Sensen
Komara mengkalim menghidupkan kembali cita-cita Kartosowiryo dalam
memwujudkan Negara Islam Indonesia. Pada awalnya gerakan DI Fillah bersifat
tertutup. Pada tahun 2008 setelah Sensen dan dua menterinya mengibarkan
bendera NII di halaman rumah Sensen, keberadaannnya mulai diketahui oleh
masyarakat Garut.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut: pertama, bagaimana latar belakang munculnya DI Fillah di Garut?
Kedua, bagaimana perkembangan gerakan DI Fillah di Garut tahun 1994-2012?
Ketiga, bagaimana dampak yang ditimbulkan DI Fillah di Garut tahun 1994-2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya DI
Fillah, perkembangan DI Fillah, dan dampak yang ditimbulkan DI Fillah di
Garut pada tahun 1994-2012.
Adapun metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian sejarah, yaitu model penelitian yang mempelajari peristiwa atau
kejadian di masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan. Metode
penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi.
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa: pertma, munculnya DI Fillah
tidak terlepas darui latar belakang adanya gerakan DI pada masa Kartosuwiryo.
Secara turun temurun kepemimpinan berganti hingga DI Fillah berada di bawah
Sensen Komara. Namun pada perkembangannnya menemukan suatu titik yang
bebrbeda, dan bahkan menyimpang dari DI masa kepemimpinan Kartosuwiryo.
Kedua, perkembangan DI Fillah di bawah pimpinan Sensen Komara
berdasarkan ajaran Sensen yang mengganti dua kalimah syahat dan mengubah
arah kiblat shalat serta tidak mewajibkan shalat lima waktu, kemudian
menimbulkan konflik horizontal maupun vertical. Pada tahun 2006 kelompok DI
Fillah sempat dibubarkan oleh Pemda Garut, namun pada tahun 2007 kegiatan
DI Fillah muncul kembali ke permukaaan dengan masalah yang sama. Pada
tahun 2009 gerakan dan ajaran Sensen muncul kembali dan berujung pada
peristiwa mubahalah dengan ulama Kabupaten Garut. Pada tahun 2012
permasalahan munccul kembali dengan adanya konflik saudara yang dipicu
karena adanya gerakan dan ajaran DI Fillah pimpinan Sensen Komara. Ketiga,
karena adanya gerakan dan ajaran DI Fillah di garut yang meresahkan
masyarakat , secara serentak masyarakat Garut menilai bahwa ajaran Sensen
adalah ajaran yang sesat dan menyesatkan. Hal ini juga membuat masyarakat
marah sampai sampai di beberapa wilayah di garut berujung pada pengeroyokan
terhadap jamaah DI Fillah. Hal ini telah menimbulkan konflik di tatanan keluarga,
tatanan kelompok bahkan tatanan pemerintah.
16
Contoh lembar halaman judul:
DISINTEGRASI KERAJAAN ISLAM MATARAM DI JAWA
PADA ABAD KE-18
Oleh:
ABDUL KARIM
Nomor Pokok 1211501003
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014 M./1434 H.
17
Contoh lembar halaman persetujuan:
DISINTEGRASI KERAJAAN ISLAM MATARAM DI JAWA
PADA ABAD KE-18
Oleh:
ABDUL KARIM
Nomor Pokok 1211501003
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ajid Thohir, M. Ag Dr. H. Sulasman, M . Hum.
NIP 196804141994021001 NIP 196806111996031002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Dekan
Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,
Dr. Ading Kusdiana, M. Ag Prof. Dr. H. Agus Salim Mansyur, M. Pd.
NIP 197307301999031001 NIP 19650728199220005
18
5. Halaman Pengesahan
Lembar pengesahan berisi pernyataaan bahwa skripsi itu telah
dipertanggungjawabkan dalam sidang ujian munaqasyah. Lembar pengesahan di
dalamnya terdiri dari kata: PENGESAHAN, pernyataan pengesahan yang di
dalamnya meliputi judul skripsi dan tanggal sidang, dan nama-nama pimpinan
sidang dan para penguji munaqasyah. Dalam pernyataaan pengesahan
disebutkan pula kedudukan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar akademik, nama jurusan dan fakultas tempat belajar penulis skripsi. Tanggal
sidang dilengkapi dengan nama bulan dan tahun sidang ujian munaqashah. Skripsi
yang telah dipertanggungjawabkan ditandatangani oleh ketua sidang, sekretaris
sidang, dan para penguji sebagai anggota.
Nama-nama ketua sidang, sekretaris sidang, dan para penguji ditulis
secara lengkap. Sedangkan gelar akademik dan jabatan akademik ditulis dengan
singkatan. Nomor induk pegawai dicantumkan di bawah namanya masing-
masing.
6. Riwayat Hidup
Riwayat hidup dalam skripsi biasanya berisi informasi tentang tempat dan
waktu penulis skripsi dilahirkan. Selain itu dalam riwayat hidup memuat nama
orang tua, riwayat pendidikan dari semenjak sekolah dasar sampai selesainya
penulis menyelesaikan pendidikannnya di perguruan tinggi tempat menuliskan
skripsinya. Bila memiliki pengalaman dalam berorganisasi kemahasiswaan,
kepemudaan, dan kemasyarakatan, penulis skripsi bisa memasukannnya. Begitu
juga dengan pengalaman kerja singkat, bila penulis skripsi sudah bekerja.
7. Kata Pengantar
Dalam skripsi, kata pengantar biasanya berisi pertama ucapan rasa
syukur kepada Allah Swt atas selesainya penulisan skripsi. Kedua ucapan terima
kasih yang ditujukan kepada orang-orang yang secara langsung berhubungan
19
dengan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi, yang terdiri dari para
pembimbing dan orang-orang atau lembaga yang dipandang berjasa besar dalam
proses penelitian dan penulisan skripsi, seperti pemberi beasiswa atau para
penyandang dana untuk penyelesaian skripsi. Ketiga , ucapan terima kasih dapat
ditujukan kepada keluarga dan teman yang telah memberikan bantuan dan
kemudahan dalam pelaksanaaan penelitian dan penulisan skripsi orang tua, suami
atau istri bagi yang sudah menikah, teman satu angkatan yang telah membantu
dalam kegiatan penyelesaian skripsi. Keempat, kata pengantar berisi ungkapan
penerimaaan masukan yang konstruktif untuk perbaikan skripsi.
8. Daftar Isi
Daftar isi merupakan refleksi dari susunan keseluruhan dari isi skripsi
mulai dari bagian muka, bagian utama, bagian akhir.Daftar isi dapar dikatakan
sebagai kerangka komprehensif tentang isi skripsi, sekaligus menginformasikan
keberadaan bagian-bagian isi skripsi tersebut dengan menunjukkan nomor
halaman-masing-masing. Daftar isi ditulis dengan hurup capital diletakkan di
tengah-tengah halaman, dua spasi di bawah garis naskah sebelah atas. Kata:
Halaman, ditulis di sisi kanan, dua spasi di bawah DAFTAR ISI. Di bawah kata
: Halaman, ditulis nomor halaman untuk semua bagian dalam skripsi, mulai dari
bagian muka, utama dan akhir sesuai dengan tanda dan urutan nomor masing-
masing (angka Romawi kecil dan angka Arab).
Judul bab dalam DAFTAR ISI ditulis dengan hurup kapital. Pada masing-
masing judul bab ditulis urutannnya, yang diawali dengan angka Romawi besar
sebagaimana dapat dilihat dalam contoh, seperti BAB I, BAB II, dan seterusnya;
atau diawali dengan angka Arab secara berurutan. Judul sub bab ditulis dengan
hurup kapital pada hurup pertama masing-masing kata, kecuali pada kata
sambung dan kata depan. Di depan masing-masing subbab itu diberi tanda, berupa
hurup latin besar atau dua digit angka Arab yang diselingi tanda titik, mengikuti
tanda yang digunakan di depan judul bab. Penggunaaan tanda tersebut untuk
membedakan antara subbab yang satu dengan subbab yang lainnnya. Apabila
20
digunakan hurup Latin, maka ditulis mulai pada ketukan keenam. Apabila
digunakan angka Arab, maka ditulis mulai pada ketukan ketiga.
Tulisan KATA PENGANTAR, DAFTAR TABEL, DAFTAR PETA,
DAFTAR GAMBAR, DAFTAR PUSTAKA, dan LAMPIRAN-LAMPIRAN
yang dicantumkan dalam DAFTAR ISI, ditulis pada ketukan pertama garis
naskah, sejajar dengan tanda pada awal tulisan judul bab.
9. Daftar Tabel
Dalam sebuah skripsi tidak menutup kemungkinan adanya tabel. Oleh
karena itu diperlukan pencantuman DAFTAR TABEL yang ditempatkan dalam
DAFTAR ISI. Di dalam DAFTAR TABEL dicantumkan nonor table, teks isi
tabel, dan nomor halaman tabel, sesuai dengan yang tercantum dalam naskah.
Penomoran tabel pada dafatr itu, disesuaikan dengan penomoran di dalam
naskah, yang biasanya mempergunakan angka Arab.
10. Daftar Peta
Daftar Peta juga dalam penelitian dan penulisan skripsi sejarah acapkali
muncul. Pencnmtuman Daftar PETA ditempatkan dalam DAFTAR ISI yang
tercantum dalam naskah. Di dalam DAFTAR PETA dicantumkan nomor peta,
teks isi peta, dan nomor halaman peta, sesuai dengan yang tercantum dalam
naskah. Penomoran DAFTAR PETA, disesuaikan dengan penomoran di dalam
naskah, yang biasanya mempergunakan angka Arab.
11. Daftar Lampiran
Pencantuman Daftar lampiran dalam penulisan skripsi sejarah perlu
dilakukan. Di dalam daftar lampiran tercantum nomor lampiran, teks isi
lampiran, dan nomor halaman lampiran. Penomoran DAFTAR PETA,
disesuaikan dengan penomoran di dalam naskah, yang biasanya mempergunakan
angka Arab.
21
Contoh Halaman Pengesahan:
PENGESAHAN
Skripsi berjudul: Disintegrasi Kerajaaan Islam Mataram pada Abad Ke-
18, telah dipertanggungjawabkan dalam Sidang Ujian Munaqasyah Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
Bandung, pada tanggal 20 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) pada Jurusan
Sejarah dan Peradaban Islam
Bandung, 20 April 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Setia Gumilar, M. Si Samsudin, S. Ag., M. Ag.
NIP 197110281998011001 NIP 197001102000031003
Anggota:
Penguji I, Penguji II,
Drs. Asep A. Hidayat, M. Ag. Agus Permana, S. Ag., M. Ag.
NIP 196605271996031002 NIP 1969073112001121001
22
Contoh Lembar Pernyataan:
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Abdul Karim
Nomor Pokok Mahasiswa : 1211501003
Jurusan : Sejarah dan Peradaban Islam
Judul Skripsi: : Disintegrasi Kerajaaan Islam Mataram
pada Abad ke-18,
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat di dalamnya otentik
sebagai karya orisinil hasil penelitian saya, bukan merupakan duplikasi
atau flagiasi dari hasil karya orang lain.
Bandung, 20 April 2014
Penulis,
Materei 6000
Abdul Karim
23
Contoh Riwayat Hidup:
RIWAYAT HIDUP
Abdul Karim dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 April 1985. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Abdul Majid dan
Ibu Siti Aminah.
Pendidikan penulis di mulai dari Sekolah Dasar Negeri Warungketan yang
diselesaikan pada tahun 1993. Pendidikan SLTP ditempuh di MTS Negeri
Cicaheum dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1999 Penulis lulus dari
Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandung, dan selanjutnya melanjutkan
pendidikannnya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
Bandung, dengan mengambil jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi intrainstituter
sebagai Ketua Umum HMJ-SPI periode 2001-2002. Selain itu aktif sebagai
pengurus organisasi masyarakat Barisan Dai Muda Kota Bandung sebagai wakil
Ketua.
Dalam menyelesaikan program sarjan , penulis melakukan penelitian dan
menulis skripsi dengan judul: Disintegrasi Kerajaaan Islam Mataram pada Abad
Ke-18 di bawah bimbingan Bapak Dr. Ajid Thohir, M. Ag. Dan Bapak Dr.
Sulasman, M. Hum.
24
Contoh Kata Pengantar:
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Alllah Swt.,
karena atas izin dan pertolongan-Nya akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini.
Karya terakhir dalam bentuk Skripsi ini tidaklah berarti apa tanpa adanya
sentuhan dan keterlibatan orang-orang yang penulis anggap memiliki peran yang
besar di dalamnya. Oleh karena sudah sepantasnya dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ajid Thohir, M. Ag dan Bapak Dr.
H. Sulasman, M. Hum. yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing Penulis. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada
Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Dekan Fakuktas Adab dan
Humaniora yang telah banyak memberi kemudahan kepada Penulis.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua
penulis, Bapak H. Abdul Majid dan Ibu Siti Aminah yang tiada hentinya
banyak mendoakan Penulis agar senantiasa diberikan kelancaran di dalam
menyelesaikan perkuliahan. Begitu juga kepada teman-teman angkatan 2009,
Muhammad Yusuf, Ade Saepudin, Siti Fatimah dkk. yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah terakhir
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis menerimanya dengan
lapang dada segala masukan yang bersifat konstruktif.
Demikian, mudah-mudahan skripsi ini bisa memberikan manfaat.
Bandung, 17 April 2014
Penulis,
25
Contoh Daftar Isi:
Contoh 1:
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………… iii KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………. vi
DAFTAR PETA………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………. 1
B. Perumusan Masalah………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………. 10
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………. 13
E. Langkah-langkah Penelitian………………………………. 15
BAB II XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX 17
A. ……………………………………………………………. 17
B. ……………………………………………………………. 25
C. ……………………………………………………………. 35
BAB III XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX 40
A. ……………………………………………………………. 40
B. ……………………………………………………………. 45
C. ……………………………………………………………. 54
D. ……………………………………………………………. 60
E. …………………………………………………………….. 70
F. …………………………………………………………….. 95
G. …………………………………………………………….. 120
BAB IV SIMPULAN………………………………………………….. 125
DAFTAR SUMBER………………………………………………………... 130
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………. 140
26
Contoh 2:
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………… iii KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………. vi
DAFTAR PETA………………………………………………………… vii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. viii
1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
1.2.. Perumusan Masalah…………………………………………... 9
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………. …. 10
1.4. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 13
1.5. Langkah-langkah Penelitian…………………………………… 15
2. XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX 17
1.1. ………………………………………………………………… 17
1.2. ……………………………………………………………. ….. 30
1.3. …………………………………………………………………. 35
3. XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX XXXX 40
3.1. …………………………………………………………………. 40
3.2. ……………………………………………………………. …… 45
3.3. .……………………………………………………………. …... 54
3.4 ……………………………………………………………. ……. 60
3.5. …………………………………………………………….. ……. 70
3.5 …………………………………………………………………... 95
3.6.……………………………………………………………………. 120
4. SIMPULAN………………………………………………………... 125
DAFTAR SUMBER………………………………………………………... 130
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………. 140
27
Contoh Daftar Tabel:
DAFTAR TABEL
Hlm.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Ibukota Afdeeling di Wilayah Priangan
(1895-1905) ......................................................................... . .... 20
Tabel 2.3 Jumlah Orang Priangan yang Melaksanakan Ibadah Haji ........ 25
Tabel 2.4 Jumlah Orang Priangan yang Menunaikan Ibadah Haji
(1876-1886) ............................................................................... 30
Contoh Daftar Peta:
DAFTAR PETA
Hlm.
Peta 2.1 Wilayah Priangan pada 1925 ...................................................... 22
Peta 3.2 Mata Rantai Masuk dan Menyebarnya Islam dan Pesantren
ke Wilayah Priangan .................................................................. 30
Peta 4.3 Penyebaran Pesantren di Priangan Sekitar 1817 ....................... 35
Peta 4.4 Wilayah Priangan Bagian Barat 1857 ....................................... 36
28
Peta 4.5 Wilayah Priangan Bagian Tengah 1857 .................................... 38
Peta 4.6 Wilayah Priangan Bagian Timur 1857 ...................................... 50
Peta 4.7 Wilayah Administrasi Pemerintahan Hindia-Belanda 1930 59
Peta 4.8 Penyebaran Pesantren di Wilayah Priangan sebagai Bagian dari
Propinsi West Java 1937............................................................ 65
Peta 4.9 Penyebaran Pesantren di Wilayah Priangan sebagai Bagian dari
Propinsi West Java 1937............................................................... 89
Peta 4.10 Batas-batas Administratif Kabupaten dan Karesidenan
Tempat Penyebaran Pesantren di Propinsi Jawa Barat pada
1937 ................................................................................ ............... 99
Contoh Daftar lampiran:
DAFTAR LAMPIRAN FOTO-FOTO
Hlm.
Foto 1 Masjid Pesantren Al-Falah Biru Garut.......................................... 82
Foto 2 Pesantren Al-Falah Biru Garut..................................................... 82
Foto 3 Pesantren Keresek......................................................................... 83
Foto 4 Pesantren Keresek......................................................................... 83
29
Foto 5 Pesantren Cipari............................................................................ 164
Foto 6 Pesantren Cipari.............................................................................. 184
B. Suplemen Inti / Bagian Isi / Hasil Penelitian
Pada dasarnya bagian-bagian utama dari skripsi terdiri dari
pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Adapun sistematikanya adalah Bab I
Pendahuluan, Bab II Pembahasan, Bab III Pembahasan, Bab IV Simpulan.
Pendahuluan sendiri memuat di dalamnya rencana penelitian.
Bab pendahuluan terdiri dari subbab latar belakang masalah, perumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan langkah-langkah
penelitian. Latar belakang masalah membahas tentang garis besar dari apa yang
akan diteliti, mengapa hal itu diteliti, bagaimana menyelidikinya, dan untuk apa
diteliti.Secara garis besar latar belakang masalah berisi fenomena yang terjadi
pada kehidupan, baik hasil pengamatan sehari-hari maupun hasil studi eksplorasi
di lapangan atau pada objek/lokasi penelitian yang direncanakan. Adapun dengan
perumusan masalah, masalah-masalah yang muncul pada latar belakang masalah
penelitian, diidentifikasi dan dirumuskan menjadi pertanyaaan yang lebih spesifik.
Perumusan masalah dapat diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat
pertanyaaan yang mempunyai implikasi terhadap perumusan tujuan penelitian.
Kemudian dengan tujuan penelitian, mengungkapkan tentang maksud dan
target-target yang ingin dihasilkan. Jelasnya tujuan penelitian bertujuan memiliki
hubungan fungsional dengan rumusan masalah, seperti bertujuan untuk
mengetahui, menjelaskan, dan menguraikan.
Selanjutnya dalam langkah-langkah penelitian, dikemukakan metode yang
dipergunakan dalam penelitian. Khusus untuk penelitian sejarah metode yang
dipergunakan adalah metode sejarah yang cara kerjanya dilakukan melalui
empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Di dalam
mengemukakan langkah-langkah penelitian, uraikan bagaimana prosedur atau
cara kerja yang dilakukannya.
30
Sebagai contoh, dalam tahapan heuristik, tugas seorang peneliti sejarah
mencari atau menemukan jejak-jejak masa lampau atau juga sumber sejarah. Di
antara sumber sejarah yang harus dicari dan ditemukan, yang pertama adalah
sumber benda, seperti gedung, benteng, mata uang, candi, perkakas kerja,
kuburan, perkakas rumah tangga, potret, senjata, patung, perhiasan, dan hasil
budaya. Yang kedua, adalah sumber tertulis, seperti prasasti, piagam, dokumen,
babad, naskah, surat kabar, laporan, notula rapat, daftar pegawai, dan
sebagainya. Ketiga adalah sumber lisan (Gotschalk, 1975: 35-36; Kuntowijoyo,
1995; 94-96).
Untuk sumber benda yang bersifat arkeologis dan numismatik, pada
umumnya dapat ditemukan dan dicari di museum. Untuk sumber tertulis, dapat
ditemukan di arsip-arsip, perpustakaan dan koleksi pribadi. Sedangkan untuk
sumber lisan dapat diperoleh dengan melalui wawancara (Gottschalk, 1975:
46)..
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan dalam tahapan heuristik,
setelah mencari dan menemukan sumber yang perlu dilakukan adalah membagi
sumber yang ditemukan ke dalam sumber primer dan sumber sekunder. Untuk
sumber primer, dapat ditentukan mana di antara sumber itu yang masuk kategori
sumber primer kuat dan sumber primer kurang kuat (Garaghan, 1946: 7; Herlina,
2008, 10-11).
Langkah kedua yang harus dilakukan setelah selesai melalui langkah
langkah heuristik adalah melakukan kritik terhadap sumber, yaitu artinya
memeriksa keabsahan sumber atau verifikasi melalui serangkaian pengujian
sumber (Kuntowijoyo, 1995: 98-99).
Ada dua hal yang harus dilakukan seorang peneliti sejarah di dalam
melakukan kritik. Pertama, adalah dengan melakukan kritik ekstern dan langkah
kedua adalah dengan melakukan kritik intern. Untuk melakukan kritik ekstern,
langkah yang harus dilakukan adalah meneliti keotentikan sumber, atau keaslian
sumber. Adapun cara yang ditempuh untuk menentukan sudah sampai sejauh
mana sebuah sumber itu otentik atau asli, menurut E. Kosim (1984; 39-40) dan
Nina Herlina ( 2008: 25-30) dapat diajukan tiga pertanyaaan:
31
a. Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki? Pertanyaan ini
memiliki keterkaitan dengan, apakah sumber itu palsu atau tidak. Di sini
yang perlu diteliti oleh peneliti sejarah adalah tanggal sumber itu ditulis atau
dikeluarkan, bahan materi sumber /dokumen, identifikasi terhadap tulisan
tangan, tanda tangan, materai, jenis hurup ataupun watermerk (cap air,
yaitu cap atau tanda yang biasanya terdapat dalam kertas yang menunjukkan
asal produk).
b. Apakah sumber itu asli atau turunan?
c. Apakah sumber itu utuh atau telah berubah-ubah?
Setelah selesai melakukan kritik ekstern, langkah selanjutnya adalah
melakukan kritik intern. Kritik intern bertugas menjawab pertanyaan: Apakah
sumber yang peroleh merupakan sumber yang dipercaya/ kredibel atau tidak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mengutip apa yang dikemukakan E. Kosim
(1984: 40-42) dan Nina Herlina (2008: 30-36) langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
a. Melakukan penilaian intrinsik terhadap sumber melalui :
1) Melakukan penilaian terhadap sifat sumber.
2) Menyoroti pengarang sumber, yang meliputi: Pertama, apakah ia
mampu untuk memberikan kesaksian? Apakah ia mampu
menyampaikan kebenaran? Kesemua dari kedua pertanyaaan ini sangat
bergantung kepada: 1) Kehadiran saksi di temapo dan pada waktu
terjadinya peristiwa itu. 2). Keahlian saksi. 3) Kedekatan saksi dengan
peristiwa. Kemudian kedua, apakah ia mau memberikan kesaksian
yang benar? Apakah ia mau menyampaikan kebenaran?
b. Komparasi sumber / membanding-bandingkan sumber
Komparasi ditempuh dengan cara mempanelkan kesaksian dari saksi-
saksi.
c. Korborasi/ saling pendukungan antarsumber
Sebuah sumber yang tergolong primer, setelah dikritik ekstern,
bisa jadi melahirkan sumber yang asli atau tidak palsu. Akan tetapi,
sumber yang asli belum tentu mengandung informasi yang benar atau
32
dapat dipercaya. Barulah setelah dikritik secara intern, bisa lahir sebuah
sumber yang dapat dipercaya. Namun demikian, sumber yang telah
dikritik ini belum dapat dianggap sebagai fakta sejarah. Untuk dapat
menjadi fakta ejarah diperlukan koroborasi/ saling pendukungan suatu
data dari suatu sumber sejarah dengan sumber lain, di mana tidak ada
hubungan kepentingan di antara sumber-sumber tersebut, atau sumber-
sumber itu bersifat merdeka.
Langkah ketiga yang harus dilakukan peneliti sejarah setelah selesai
melakukan langkah kritik adalah melakukan interpretasi terhadap sumber yang
telah lolos dalam tahapan kritik sehingga menjadi sebuah fakta sejarah.
Interpretasi dalam sebuah penelitian sejarah dapat dilakukan dengan
merangkaian fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang harmonis dan masuk akal.
Sesuatu fakta yang dibiarkan berdiri sendiri, atau sejumlah fakta yang disusun
berurutan secara kronologis belumlah merupakan suatu kisah sejarah
(Kuntowijouo, 1995: 100-101).
Ada dua kategori interpretasi dalam penelitian sejarah, yaitu interpretasi
yang berupa analisis dan interpretasi yang berupa sintesis. Interpretasi analisis
adalah interpretasi yang berupa uraian dari fakta-fakta sejarah, sedangkan
interpretasi sintesis adalah interpretasi yang berupa penyatuan dari fakta-fakta
sejarah. Menurut Garaghan (1946: 230-250) ada lima jenis interpretasi, dalam
kategori analisis dan sintesis, yaitu interpretasi verbal, teknis, logis, psikologis,
dan faktual.
Setelah langkah interpretasi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan
oleh peneliti sejarah adalah melakukan langkah/tahapan historiografi. Langkah
historiografi artinya langkah menuliskan hasil penelitiannnya. Langkah
historiograpi sangat penting ditempuh oleh peneliti sejarah dalam langkah-
langkah penelitian sejarah, karena sebuah peneltian sejarah tidak akan berarti
apa-apa tanpa dituliskan. Sebuah penelitian tidak akan diketahui hasilnya oleh
masyarakat, atau memberikan informasi kepada masyarakat tanpa ada laporan
hasil penelitiannnya. Menurut Nina Herlina Lubis (2008: 55) ketika seorang
33
sejarawan mulai menuliskan laporan penelitiannnya, maka itulah akhir
aktivitasnya dalam langkah-langkah penelitian sejarah.
Pembagian bab, subbab, dan bagian lainnnya, baik pada pendahuluan
maupun pada bab-bab berikutnya, diawali dengan tanda tertentu. Terdapat dua
macam cara pemberian tanda pada bagian-bagian tersebut. Pertama, adalah
sistem Alphanumeric, yaitu angka Romawi, angka Arab, hurup Latin besar, dan
hurup Latin kecil. Kedua, adalah sistem desimal (persepuluhan), yaitu
menggunakan angka Arab.
Contoh kedua sistem ini adalah:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Subbab
1. Sub-subbab
atau
BAB II
PEMBAHASAN
A. Subbab
1. Sub-bab
a. ……………. 1) ……………
a) …………
(1) ……….. (a) ………..
atau
BAB III
PEMBAHASAN
Idem
atau
BAB IV
SIMPULAN
34
Contoh kedua:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Subbab
1.1.1 Sub Subbab
1.1.1.1 ……………………. 1.2.1 Subbab
1.2.1.1 …………….. BAB II
2.1 Subbab
2.1.1 Sub Subab
2.1.1.1 ……………. 2.2 Subbab
BAB III
3.1 Subbab
3.1.1 Sub Subab
3.1.1.1 ……………. 3.2 Subbab
Penulisan pendahuluan ditempatkan pada halaman pertama, mekipun
nomor halaman yang dimulai dengan angka Arab tidak dicantumkan. Kata
pendahuluan pada halaman, diletakkan di tengah-tengah bagian atas, dua spasi
di bawah garis naskah. Penulisan Urutan nomor pendahuluan dapat dimulai
dengan kata BAB I . Begitu juga penulisan bab-bab selanjutnya diletakan
35
sebagaimana PENDAHULUAN, yaitu pada halaman baru. Jarak antara bab
dengan subbab adalah tiga spasi, sementara jarak antara naskah terakhir subbab
dengan subbab berikutnya dua setengah spasi.
Contoh:
BAB I
PENDAHULUAN
3 Spasi
A. Latar Belakang Masalah
-------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------
2 setengah spasi
B. Perumusan Masalah
C. dst.
D. dst.
2. Bab II dan Bab III Pembahasan
Selanjutnya, format penulisan bab berikutnya, seperti untuk bab II, bab III
dan lain sebagainya sama seperti format penulisan pada bab I. Untuk bab II dan
bab III di dalamnya memuat uraian pembahasan. Pembagian bab tersebut
memiliki konsistensi dengan pertanyaaan penelitian yang terdapat dalam
perumusan masalah dan tujuan penelitian seperti yang dimaksud dalam BAB I
PENDAHULUAN.
3. Bab IV Simpulan
Untuk BAB IV SIMPULAN, bab ini berisi uraian secara singkat, jelas dan
padat tentang hasil penelitian. Dengan simpulan dapat diperoleh informasi baru
36
tentang pendapat baru, koreksi terhadap pendapat lama, ataupun penegasan
terhadap pendapat lama.
C. Suplemen Akhir/Bagian Akhir
Dalam penelitian sejarah, atau dalam laporan penelitian sejarah bagian
akhir terdiri dari dafatr sumber dan lampiran-lampiran. Istilah dafar pustaka tidak
dipergunakan kerena dalam penelitian sejarah tidak terfokus kepada sumber
tertulis saja, melainkan dipergunakan sumber lisan dan sumber benda.
1. Daftar Sumber
Terdapat beberapa cara/model penyusunan daftar sumber dalam penulisan
skripsi. Namun demikian untuk penulisan daftar sumber bagi penulisan skripsi
di jurusan sejarah dan peradaban Islam dipergunakan cara/model penulisan
yang sudah baku dengan model/cara nama penulis disusun menurut abjad.
Nama penulis diketik pada ketukan garis naskah, dan diakhiri dengan tanda
titik. Selanjutnya ditulis tahun penerbitan, yang juga diakhiri dengan tanda
titik, dilanjutkan dengan judul tulisan, yang diakhiri dengan tanda titik.
Kemudian ditulis tempat penerbitan yang diakhiri dengan tanda titik dua (:),
dan nama penerbit. Jika lebih dari satu baris, pada baris kedua dan selanjutnya
ditulis setelah ketukan keempat.
Cara penulisan nama penulis Indonesia diawali dengan nama yang lebih
dikenal, seperti Sartono Kartodirdjo, Taufik Abdullah, Azyumardi Azra, Deliar
Noer; tidak dimulai dari nama belakangnya. Sedangkan bagi penulis yang
memakai nama marga seperti Siregar dan Nasution, nama marga itu ditulis di
depan kemudian diikuti nama dirinya. Sebagai contoh, Arifin Siregar dan
Andi Hakin Nasution ditulis: Siregar, Arifin dan Nasution, Andi Hakim.
Penulisan ini juga berlaku bagi penulis yang yang menggunakan nama family
seperti Sondakh, Messakh, dan Marasabesi. Bagi penulis asing didahului
nama belakang kemudian nama depan.
Jika penulis lebih dari satu , maka ditulis nama keduanya yang
dihubungkan dengan kata: dan. Begitu juga penulis lebih dari dua orang,
37
maka ditulis nama pertama dan diikuti dengan kata: dkk. atau et al. Jika
nama penulis tidak diketahui dengan jelas, maka ditulis anonimus.
Judul tulisan yang berbentuk buku, pada tiap kata ditulis miring. Jika
bahan bacaan itu berupa artikel dalam sebuah buku kumpulan tulisan atau
majalah, maka judul artikel ditulis di antara dua tanda petik pembuka dan
penutup. Bilamana terdapat dua atau lebih bahan bacaaan yang ditulis oleh
seorang penulis dan diterbitkan dalam tahun yang sama, maka masing-masing
ditulis secara berurutan dan di belakang angka tahun ditambah dengan hurup
latin kecil.
Daftar sumber diurut ke bawah sesuai abjad nama penulis tanpa nomor urut.
Tidak ada ketentuan pengurutan bahan pustaka, tetapi untuk karya tulis sejarah,
umumnya didahulukan bahan pustaka arsip dan manuskrip. Spasi tiap baris adalah
1 dan antar sumber diberi spasi 2. Baris pertama dimulai tepat di batas tepi kiri
dan baris berikutnya indent (menjorok) 0,63 cm atau o,25” dari tepi kiri. Antar
bagian identifikasi sumber dapat digunakan titik. Format berikut menggunakan
tanda koma..
a. Arsip dan Manuskrip
Judul atau jenis arsip/manuskrip ditulis miring (koma) waktu arsip dibuat
(koma) kota tempat terbit arsip atau ditemukannya arsip (titik dua) penerbit arsip
atau tempat ditemukannya arsip (koma) tanggal arsip diterbitkan atau disusun
(titik). Jika ada tuliskan isi berita dari arsip yang ditemukan.
b. Buku
Nama penulis (titik) tahun terbit (titik) judul ditulis miring (titik) jilid terbitan
ke ... (titik) kota penerbit (titik dua) nama penerbit (titik).
c. Majalah dan Koran
Tulisan pada koran dan majalah berupa berita bukan opini tidak akan men-
cantumkan nama penulis maka formatnya sebagai berikut: nama koran atau
majalah ditulis miring (koma) edisi dan tahun terbit (koma) judul tulisan dalam
tanda kutip (titik).
38
d. Karya Tulis (artikel koran, majalah atau jurnal; makalah; skripsi; tesis;
disertasi; hasil penelitian)
Nama penulis (koma) tahun terbit (koma) judul tulisan dalam tanda kutip
(koma) bentuk tulisan (makalah, skripsi, dan lain-lain) atau nama koran, majalah,
jurnal ditulis miring (koma) edisi atau nomor atau tanggal (koma) nomor halaman
(titik).
e. Sumber Lisan
Nama informan atau responden diikuti tanda kurung buka usia atau
perkiraan usia, kemudian tanda kurung tutup (titik) status informan atau
responden dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti (titik) kata wawancara
diberi tanda miring (koma) waktu wawancara dan tempat wawancara (titik).
f. Sumber benda (rekaman video, foto, lukisan, lithografi)
Judul (jika ada, jika tidak diberi judul oleh Peneliti) ditulis miring (koma)
tanggal penayangan atau tanggal diambil gambar untuk video atau tanggal
diambil gambar untuk foto (koma) keterangan yang diperlukan (misalnya master
atau copy video, foto repro, dokumen milik ...) (koma) Nama pembuat gambar
atau instansi penerbit atau sumber tercetak untuk foto dan lukisan (koma) (titik)
kota tempat foto diterbitkan (titik dua) keterangan foto (titik).
g. Internet
Nama penulis (jika ada) (titik) judul tulisan dalam tanda kutip nama situs
(titik) tanggal penulis mengakses lengkap jam dengan harinya (titik).
h. Peta
Nama pembuat/instansi (titik) tahun pembuatan (titik) judul peta ditulis
miring (titik) kota tempat peta diperoleh (titik dua) nama penerbit (titik).
Berikut ini contoh penulisan daftar sumber:
39
DAFTAR SUMBER
A. Sumber Tertulis
1. Arsip/Dokumen
Algemeen Overzicht van de Staatkundige Gesteldheid van Nederlandsch-Indie
over 1839-1848. Jakarta: Arsip Nasional RI.
Besluit van Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie 5 Maret 1860 No. 10 f.
Jakarta: Arsip Nasional R.I. tentang pendidikan kolonial harus
memperhatikan usaha pemberantasan takhayul serta dapat memperlunak
atau membendung pengaruh Islam dan fanatismenya.
-------. 7 Agustus 1864 No. 18. Jakarta: Arsip Nasional R.I. tentang Kota
Bandung menjadi ibu kota Keresidenan Priangan
Kolonial Verslag, 1871: 62. Jakarta: Arsip Nasional R.I. tentang peninjauan
kembali peraturan-peraturan mengenai pemerintahan daerah dan hal-hal
lain yang berkaitan erat dengan masalah administrasi pemerintahan.
Mailrapport 642 a/1885. Jakarta: Arsip Nasional R.I. tentang perlunya
Pemerintah Hindia-Belanda untuk senantiasa waspada terhadap gerakan
pan-Islamis dan tarekat yang bisa dipergunakan sebagai basis kekuatan
untuk memberontak.
Missives Gouvernements Secretaris 234 Mei 1886, No. 91/C. Jakarta: Arsip
Nasional R.I. tentang adanya beberapa bupati dan penghulu yang diduga
telah menjadi pengikut Tarekat Naqsbandiyah
Regeeringsalmanak voor Nederlandcsh-Indie, 2: 1864. Jakarta: Arsip Nasional
R.I.
-------. 1871. Jakarta: Arsip Nasional R.I.
Staatkundig Overzicht van Nederlandsch Indie 1837: 51. Jakarta: Arsip Nasional
R.I.
40
Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1867 No. 114, Batavia, 1868. Jakarta: Arsip
Nasional R.I. tentang kebijakan pemerintah Hindia-Belanda di antara
dua titik, yaitu netral dan ketertiban keamanan.
-------. 1871 No. 45. Jakarta: Arsip Nasional R.I. tentang substansi dari
Preanger reorganisasi sebagai peraturan baru pemerintah kolonial yang
diterapkan di wilayah Priangan.
Verbal Diet Boek Heet Nahratoe’ddhargam (De Gebriedende Leeuwenstem)
Dienende tot Wering van de Aanvallen door Verach’telijk Menschen
Gericht Tegen de S.I. door Sjeich Ahmad bin A’ssanoesi bin Abdoerrahim.
1919. Leiden: Koninklijk Institute voor Taal-, Land-en Volkenkunde
(KITLV).
2. Buku
Ahmad Sanusi. 1912. Al Mathlab al-Asna fi Asma al-Husna. Gunung Puyuh-
Sukabumi: Tanpa Penerbit.
---------. 1934. Al-Isyarat fi al-Farq bain al- Sadaqat wa al-Diyafat. Tanah
Tinggi-Batavia Centrum: Tanpa Penerbit.
Anonimus. t.th. Profil Pesantren Cintawana Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya: Pesantren Cintawana.
Aliefya M Santrie. 1992. “Martabat (Alam) Tujuh; Suatu Naskah Mistik Islam
dari Desa Karang Pamijahan” dalam Ahmad Rifa’I Hasan (ed.), Warisan Intelektual Islam Indonesia; Telaaah atas Karya-karya Klasik. Bandung: Mizan bekerjsama dengan Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF). Hlm. 105-127.
Asep Ahmad Hidayat. 2011. “Gerakan Tarekat Tijaniyah di Jawa Barat
(Rekonstruksi Ajaran Tasawuf dan Perkembangan Tarekat Syeikh Ahmad al-Tijani di Garut 1935-1949)”. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
A. Sobana Hardjasaputra. 1985. Bupati-bupati Priangan; Kedudukan dan
Peranannya pada Abad ke-19. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Benda, Harry J. 1958. The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under
the Japanese Occupation 1942-1945. The Hague & Bandung: W. Van Hoeve.
Boomgaard, P. and Gooszen, A.J. 1991. “Population Trendsd 1795-1942”,
Changing Economy in Indonesia, Vol. 11. Jurnal. Amsterdam: Royal Tropical Institiute KIT.
41
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2003. Ensiklopedi Islam, 2003. Jilid I, IV,
dan V. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. Edi S. Ekadjati. 1984. “Sejarah Sunda” dalam Edi S. Ekadjati (ed.) Masyarakat
Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka. Hlm. 75-115. -------- et al. 1985. Sejarah Kota Bandung. 1945-1949. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Eva Rufaidah . 2003. Perkembangan Kehidupan Keagamaaan Masyarakat
Muslim Perkotaan Bandung 1906-1930-an. Tesis. Yogyakakarta: Program Pascasajana Universitas Gadjah Mada.
Fruin-Mees, W. 1928. Dagh-Register Gehouden Int Casteel Batavia Bant
Passerende Daer Ter Plaetse Als Over Geheel Nederlandts India 1682.
Batavia: G. Kolff & Co.
De Graaf, H.J. 1949. Geschiedenis van Indonesie. Bandung: N.V. Uitgeverij
W. Van Hoeve- s”Gravenhage.
--------. & Th. G. Th. Pigeaud. 1985. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa; Peralihan
dari Majapahit ke Mataram. Terj. Pustaka Utama Grafiti dan KITLV.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Hageman, H.J. 1869. “Geschiedenis der Soendalanden” , TBG. XVII. Hurgronje, C.Snouck. 1886. Mekkanische Sprichworter und Redensarten.
Leyden: Haag Martinus Nijhoff --------. 1888. Mekka. Leyden: Haag Martinus Nijhoff. Juhaya S. Pradja. 1990. “ TQN Pondok Pesantren Suryalaya dan Perkemba
ngannnya pada masa Abah Anom” dalam Harun Nasution (ed.), Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyah: Sejarah, Asal-usul dan Perkembangannnya; Kenangan-kenangan Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya ke- 85 (1905-1990). Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyah (IAILM). Hlm. 113-196.
-------- dan Zainal Abidin Anwar. 1990. “Pengaruh TQN Pondok Pesantren
Suryalaya di dalam dan di luar Negeri” dalam Harun Nasution (ed.), Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyah: Sejarah, Asal-usul dan Perkembangannnya; Kenangan-kenangan Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya ke- 85 (1905-1990). Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyah (IAILM). Hlm. 197-222.
Kusnaka Adimiharja. 1984. “Pertanian: Mata Pencaharian Hidup Masyarakat
Sunda” dalam Edi S. Ekadjati (ed.). Masyarakat Sunda dan Kebudayaaannnya. Jakarta: Girimukti Pasaka. Hlm. 163-204.
42
Mumuh Muhsin Zakaria. 2010. Priangan Abad ke-19 dalam Arus Dinamika
Sosial-Ekonomi. Ringkasan Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana
Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Oman Abdurahman. 2010. Sejarah Pesantren Al-Falah Biru dan Perjuangan
Melawan Penjajah Belanda dan Jepang. Garut: Yayasan Pendidikan Islam Al-Falah Biru dan Yayasan Pendidikan Islam Daruthalibin.
Panitia Penyelenggara Daurah Tasalam. t.th. Daurah Tasalam Taaruf Santri
Darussalam. Ciamis : Pesantren Darussalam. -------- dan Anwar, Zainal Abidin. 1990. “Pengaruh TQN Pondok Pesantren
Suryalaya di dalam dan di luar Negeri” dalam Harun Nasution (ed.), Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyah: Sejarah, Asal-usul dan Perkembangannnya; Kenangan-kenangan Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya ke- 85 (1905-1990). Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyah (IAILM). Hlm. 197-222.
Raffles, Thomas Stanford. 2008. The History of Java. Terj. Eko
Prasetiyaningrum, Nuryati Agustin, dan Ida Qoryati Mahbubah.
Yogyakarta: Narasi.
Ronkel, Ph. S. van. 1942. “Aanteekeningen over Islam en Folklore in West-en
Midden Java; Uit Het Reisjournal van Dr. Cnouck Hurgronye” dalam Bijdragen tot de Taalland-en Volkenkunde van Nederlanndsch-Indie. Deel 101. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhof. Hlm. 310-339.
Saleh Danasasmita et al. 1986. Geografi Budaya dalam Wilayah Pembangunan
Daerah Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaaan Daerah.
----------- et al. 1987. Sewaka Darma, Sanghiyang Siksakandang Karesian,
Amanat Galunggung. Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Proyek
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaaan Sunda (Sundanologi) Direktorat
Jenderal Kebudayaaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan.
Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad
ke-19. Jakarta: Bulan Bintang. --------. 1986. Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern. Terj. Karel A. Steenbrink dan Abdurahman. Cetakan Kedua. Jakarta: LP3ES.
Stibbe, D.G. 1919. “Preanger Regenschappen” dalam Encyclopaedie van
Nederlandcsh Indie. Derde Deel. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff. Hlm. 503-508.
43
---------. 1921. “Soendaneezen, Oerang Soenda,” Encyclopepaedie van Nederlansch-Indie. Tweede druk Vierde Deel. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoof/Leiden: E.J. Brill. Hlm. 23-26.
Svensson, Thommy. 1992. “State Bureaucracy and Capitalkism in Rural West
Java; Local Gentry versus Peasant Entrepreneurs in Priangan in the 19 th
and 20 th Century”, Nias Report, No. 1. Copenhagen: Nordic Institiute of
Asian Studies. Hlm. 1-65. Vlekke, Bernhard H. M. 1959. Nusantara a History of Indonesia. The Hague: W.
van Hoeve. van Vollenhoven, Cornelius. 1918. Het Adatrecht van Nederlandsch-Indie.
Eerste deel: Leiden: E.J. Brill. Vredenbergt, Jacob. “Ibadah Haji; Beberapa Ciri dan Fungsinya di Indonesia”
dalam Dick Douwes dan Nico Kaptein (ed.), Indonesia dan Haji. Terj. Soedarso Soekarno dan Theresia Slamet. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS). Hlm. 1-64.
Wiltox, Marcel. 1997. “Mempertaruhkan Jiwa dan Harta Jemaah Haji dari Hindia
Belanda pada Abad ke-19” dalam Dick Douwes dan Nico Kaptein (ed.), Indonesia dan Haji. Terj. Soedarso Soekarno dan Theresia Slamet. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Isdlamic Studies (INIS). Hlm. 65-77.
.
3. Majalah dan Koran
Anonim. “K.H. Ahmad Sanusi (1888-1950),” Intisabi, No. 01/April 2009
M/Rabiul Tsani 1430 H., hlm. 34. Bandung.
Bataviasche Caurant, Woensdag, 28 Sten Februari A0 1827 No. 9. Tanpa
halaman. Batavja.
“Besluit van Zijne Excellentie de Kommissaris General, den 9 den April 1827
No. 26: in Naam Des Koenungs; De Kommissaris Generaal over
Nederlansche Indie”, dalam Bataviasche Caurant, Zaturdag, den 14 den
April 1827. No. 19. Tanpa halaman. Batavja.
“Een Koninklijk Gebaar” dalam Preanger Bode Cultuur en Handelsbl, Vrijdag, 8
Juli 1912. Ao 2191 No. 183. Tanpa halaman. Preanger.
“Pengadjaran Raiat Sesoeatoe Tanah Jang Mempoenyai Kebangsaan” dalam
Bintang Priangan, Saptoe, 24 Januari 1931/5 Ramadan 1349. No. 1.
Tahoen Ka I. Tanpa halaman. Garoet.
“Soal Economie Raiat Indonesier” dalam Bintang Priangan, Saptoe, 24 Januari
1931/5 Ramadan 1349. No. 1. Tahoen Ka I. Hlm. 1. Garoet.
44
4. Artikel dalam Internet
Dudung Abdurahman. “Sufisme di Priangan; Doktrin, Ritual, dan Sosial-
Keagamaaan” dalam http:/www. Tajdid-caiod.or.id/. Diakses tanggal 11
Desember 2011.
Anonim.“Pesantren Sindangsari Al-Jawami” dalam http//www
aljawami.wordpress.com. Diakses tanggal 30 April 2010.
--------. “Sekilas Pondok Buntet Pesantren” dalam http://group.yahoo.com.
Diakses tanggal 11 Junil 2010, pukul 15.30 WIB..
A. Tajul Arifin. “Selayang Pandang Pesantren Al-Falah Biru” dalam http://biru-
garut.blogspot.com. Diakses tanggal 30 Juni 2010, pukul 16.45 WIB.
Munib Rowandi Amsal Hadi. ”Kyai Abbas Pemimpin Perang 10 November
1945; Sebuah Fakta Sejarah Versi Santri” dalam http:
www.kaskus.us/showthrend.jhp. Diakses tanggal 11 Juni 2010, pukul
15.20 WIB.
Asep Ahmad Hidayat. “Cakrabuana, Syarif Hidayatullah dan Kian Santang :
Tiga Tokoh Penyebar Agama Islam di Tanah Pasundan” dalam
http://sundaislam.wordpress.com/2008/04/04/cakrabuana-syarif-
hidayatullah-dan-kian-santang. Diakses tanggal 7 Nopember 2011 pukul
08.00 WIB.
5. Peta
Van Diessen, J.R. dan Voskuil, R.P.G.A. t.t. Stedenatlas Nederlands-
Indie. Tanpa Kota Penerbit: Asia Major.
Van Haren & Kolf. t.t. Peta van de Residentie Preanger
Regenschappen 1857 . Tanpa Kota Penerbit: Baron Mellvill van
Carnbee
Anonimus. 1938. Atlas Van Tropisch Nederland, Uitgegeven Door Het
Koninklijk Nederlanch Aardrijkskundig Genootschap in
45
Samenwerking Met Den Tofografishen Dient in Nederlandsch-Indie.
Batavia: The Royal Duch Geoghrafical Society KNAG
B. Sumber Lisan
Muhammad Abdullah ( ± 66 tahun). Pimpinan Pesantren Darul Ulum.
Wawancara, tanggal 30 Januari 2010 di Ciamis.
C. Sumber Benda
1. Foto
Foto-foto Pondok Pesantren dan Para Kiyai. Data Arsip Foto. Bandung:
Koleksi Pribadi.
2. Audiovisual
IM TV. 2010. Dari Pesantren ke Pesantren: Pesantren Babakan
Ciwaringin. Informan K.H. K.H. Marzuki Ahal dan K.H. Makhtum Hanan, tanggal 17 Juni 2010 Pukul 16.30 s.d. 17.00 WIB
2. Lampiran-lampiran
Lampiran merupakan tempat untuk menyajikan keterangan. Dalam
penelitian sejarah lampiran di dalamnya dapat memuat foto, foto copy
arsip/dokumen tertentu, transkrip wawancara, surat keterangan, dan akta
pendirian lembaga. Jika lampiran itu cukup banyak, dapat dibuat DAFTAR
LAMPIRAN.
46
46
BAB III
TATA CARA PENULISAN SKRIPSI
A. Bahan dan Ukuran
Bahan dan ukuran mencakup: naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada
sampul, dan ukuran naskah.
1. Naskah
Naskah dibuat di atas ketas HVS 80 gr, berwarna putih dan dicetak pada satu
sisi kertas (tidak bolak-balik) juga tidak diset mirror (set halaman berhadapan
seperti buku).
2. Sampul
Laporan dijilid dengan sampul jenis soft cover, yaitu karton yang dilapisi
plastik tipis. Tulisan pada sampul persis sama dengan tulisan pada halaman muka
laporan.
3. Warna Sampul
Warna sampul kuning. Pada skripsi ini, untuk mengantarai bagian awal, bab
dari bagian utama, dan bagian akhir disisipkan kertas tipis 60 gr. berwarna
kuning sebagai penanda batas.
4. Ukuran Naskah
Ukuran naskah adalah 21 cm x 29,7 cm (kertas ukuran A4).
B. Format Pengetikan
Tata cara pengetikan meliputi jenis huruf, bilangan dan satuan, jarak baris,
batas tepi, ruangan naskah, alinea, permulaan kalimat, judul, sub bab, dan anak
sub bab, perincian, tata letak simetris, catatan bawah, dan daftar sumber.
1. Jenis Huruf
Naskah ditulis dengan huruf Latin. Untuk naskah utama: jenis huruf (font)
Times New Roman ukuran (size) 12, font style regular atau jenis huruf (font)
47
Bookman Old Style ukuran (size) 11 font style regular. Untuk catatan bawah: jenis
huruf (font) Times New Roman ukuran (size) 10, font style regular. Penggunaan
huruf cetak miring tidak diperkenankan kecuali untuk menuliskan istilah dari
bahasa Asing atau bukan bahasa Indonesia baku dan istilah khusus. Lambang,
huruf Yunani, huruf Arab, atau tanda-tanda lain yang dapat diketik, harus tetap
diketik rapi atau ditulis dengan tinta hitam.
2. Alat Pengetikan
Alat yang digunakan untuk pengettikan adalah computer, bukan mesin
tik manual
3. Bilangan dan Satuan
Bilangan diketik dengan angka kecuali pada permulaan kalimat. Bilangan
desimal ditandai dengan koma bukan titik. Satuan dinyatakan dengan singkatan
resminya tanpa titik di belakang. Misalnya: cm; m; kg; dan sebagainya. Untuk
mempersingkat tubuh tabel, diperkenankan mengubah font dan size baik untuk
huruf maupun angka dengan tetap memperhatikan estetika dan kejelasan tulisan
bagi pembaca.
4. Jarak Baris
Untuk naskah utama, jarak antara dua baris dibuat 2 spasi kecuali pada
penulisan kalimat berhuruf Arab, spasi menjadi 1. Kutipan langsung, judul tabel
dan gambar yang lebih dari 1 baris, daftar sumber, dan catatan bawah diketik
dengan jarak 1 spasi
5. Batas Tepi
Batas-batas tepi pengetikan ditinjau dari tepi kertas adalah sebagai berikut:
tepi atas 4 cm; tepi bawah 3 cm; tepi kanan 3 cm; tepi kiri 4 cm; header 3 cm; dan
footer 2 cm.
6. Ruangan Naskah
Semua bagian dalam ruangan naskah harus diisi penuh, mulai dari batas tepi
kiri hingga tepi kanan, demikian pula dari margin atas sampai margin bawah.
Tidak ada ruangan kosong yang terbuang. Pengecualian diberikan jika akan
memulai alinea baru, tabel, gambar, sub judul baru, atau hal-hal khusus.
48
7. Alinea
Alinea baru diketik pada titik 0,63 cm atau 0,25“ (pada program MS Word,
lihat menu: paragraph, indent and spacing, indentation special first line). Setiap
alinea ditulis rata kiri dan kanan (justified) dengan pemenggalan kata di akhir
baris jika diperlukan.
8. Permulaan Kalimat
Bilangan atau lambang dan gambar yang memulai suatu kalimat harus dieja.
Misalnya: Sepuluh tahun yang lalu ...
9. Judul, Sub Bab, dan Anak Sub Bab
Judul harus ditulis dengan huruf besar semua (kapital) dan diatur simetris,
dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa diakhiri tanda titik.
Sub bab ditulis mulai batas tepi kiri. Semua kata dimulai dengan huruf besar
kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri tanda titik. Kalimat
pertama sesudah sub judul dimulai dengan alinea baru.
Anak sub bab diketik di tepi kiri tepat di bawah huruf pertama sub bab. Huruf
besar digunakan hanya untuk huruf pertama saja dan tidak diakhiri dengan tanda
titik. Kalimat pertama sesudah anak sub bab dimulai dengan alinea baru.
10. Perincian
Jika pada uraian ada perincian yang harus disusun ke bawah, gunakan nomor
urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat rincian. Penggunaan tanda
penghubung (-,_) atau tanda lain (,,,,,,,,,, dan lain sebagainya)
tidak diperkenankan.
11. Tata Letak Simetris
Gambar, tabel, judul ditulis simetris terhadap batas tepi kiri dan kanan.
C. Penomoran
Tata cara penomoran meliputi penomoran halaman, tabel, dan gambar.
1. Halaman
Bagian awal laporan, mulai dari halaman muka laporan sampai daftar
lampiran diberi nomor halaman Romawi kecil (i, ii, iii, iv,v, dan seterusnya).
Bagian utama diberi nomor halaman dengan angka Arab (1, 2, 3, dan seterusnya).
49
Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali jika ada judul, maka
nomor halaman ditempatkan di kanan bawah. Nomor halaman diketik dengan
jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas atau tepi bawah.
2. Tabel dan Gambar
Tabel dan gambar diberi nomor urut dengan angka Arab serta terpisah antara
tabel dan gambar.
D. Kutipan, Rujukan, Catatan Langsung (In Note), dan Catatan Kaki
(Footnote)
1. Kutipan
Jika seseorang mengutip suatu sumber, sudah seharusnya
mencantumkan sumber kutipannnya. Perilaku ini dapat dikatakan sebagai etika
ilmiah. Adanya keharusan mencantumkan nama sumber tersebut berfungsi,
pertama, untuk memenuhi etika kesarjanaaan. Kedua, untuk menyatakaan
penghargaaan atas hasil karya orang lain yang dapat dipandang sebagai hak
kekayaaan intelektualnya. Oleh karena itu, di sini seorang penulis dituntut secara
jujur untuk mengemukakan bahwa ide dan pendapat yang dikemukakannya
berasal atau “dipinjam” dari orang lain atau sumber lain (Kosim, 1984: 122).
Untuk penulisan karya tulis ilmiah, termasuk dalam hal ini untuk
keperluan penulisan skripsi, dalam penulisan rujukan/sumber kutipan terdapat
dua model penulisan yaitu dengan mempergunakan penulisan rujukan/sumber
kutipan dalam bentuk catatan langsung (in note) ataupun catatan tidak langsung
(footnote). Di sini penulis diberikan kebebasan untuk memilih salah satu, yang
penting konsisten mempergunakannnya. Tidak diperkenan mempergunakan
kedua model itu sekali secara sekaligus, kecuali diperbolehkan ketika
mempergunakan penulisan rujukan/sumber kutipan dalam bentuk catatan
langsung, ada footnote tetapi hanya berfungsi untuk memberikan penjelasan
tentang sesuatu yang perlu dijelaskan.
Kutipan terdiri dari dua bentuk, yaitu kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung. Cara penulisan keduannnya dibedakan. Kutipan langsung
digunakan apabila sangat diperlukan. Dalam penulisan skripsi, sebaiknya
50
dituntut digunakan kutipan tidak langsung. Konsekuensinya seorang penulis
dituntut kecermatannya untuk memamhami isi kutipan yang sebenarnya dari
bahan yang dikutip. Sebaliknya dalam kutipan langsung seorang penulis perlu
memiliki ketelitian yang sangat tinggi untuk melihat susunan kalimat, ejaaan,
dan tanda-tanda baca yang digunakan.
Contoh kutipan langsung dan tidak langsung:
Teks yang dikutip:
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam
bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang
dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran. Dari
sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh Nusantara melalui karya-karya ulama
dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana. Demikian pula halnya dengan
Giri di Jawa Timur. Karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera
berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu seringkali
mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya
idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini menjadi pendorong terjadinya
interaksi budaya yang makin erat.
Sumber : Badri Yatim, Sejarah dan Peardaban Islam, Jakarta, Rajawali
Pers bekerjasama dengan Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan (LSIK), 1997, hlm 225.
Contoh Kutipan Langsung Pendek:
Hubungan antarkerajaaan-kerajaaan Islam lebih banyak terletak dalam
bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang
dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran. Dari
sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh Nusantara melalui karya ulama dan
murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana.
51
Contoh Kutipan Langsung Panjang:
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam
bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang
dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran. Dari
sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh Nusantara melalui karya-karya ulama
dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana. Demikian pula halnya dengan
Giri di Jawa Timur. Karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera
berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu seringkali
mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya
idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini menjadi pendorong terjadinya
interaksi budaya yang makin erat.
Contoh Kutipan Tidak Langsung Panjang:
Pada abad ke-13 telah banyak terjadi hubungan antarkerajaan Islam di
Nusantara. Secara komprehensif hubungan antarkerajaan Islam lebih banyak
terjadi dalam aspek agama dan budaya. Kerajaaan Samudera Pasai dan
kemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi Kerajaaan Aceh yang
dikenal dengan Serambi Mekah telah menjadi pusat kegiatan pendidikan dan
pengajaran. Dari wilayah ini ajaran Islam telah menyebar ke seluruh wilayah
Nusantara melalui peran ulama dan karya-karyanya, serta murid-muridnya yang
datang menuntut ilmu ke daerah tersebut. Dari daerah Aceh Islam masuk ke
pedalaman Sumatera dan Semenanjung Malaya. Kemudian masuk ke Pulau Jawa
dan Kalimantan sampai Pilipina Selatan. Selanjutnya masuk dan menyebar ke
Sulawesi. Demikian pula halnya dengan Giri di Jawa Timur. Pada peride ini
banyak karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera berkembang di
kerajaan-kerajaan Islam seperti di Kerajaaan Banten, Cirebon, Demak dan
Makasar. Yang menarik bahwa dari kesemuanya ini bahwa tema dan isi karya-
karya sastera dan keagamaan yang ditemukan di kerajaaan tersebut seringkali
mirip antara satu dengan yang lain. Tampaknya di sini ada tendensi bahwa
52
Kerajaan-kerajaaan Islam di Nusantara telah merintis terwujudnya idiom kultural
yang sama, yaitu Islam. Hal ini tentu saja telah memberikan implikasi positif bagi
pendorong terjadinya interaksi budaya Islam yang makin erat di kawasan Asia
Tenggara.
2. Rujukan
Untuk penulisan karya tulis ilmiah, termasuk dalam hal ini untuk
keperluan penulisan skripsi, dalam penulisan rujukan/sumber kutipan terdapat
dua model penulisan yaitu dengan mempergunakan penulisan rujukan/sumber
kutipan dalam bentuk catatan langsung/Hardvard approach system/ in note
ataupun catatan tidak langsung (foot note). Di sini penulis diberikan kebebasan
untuk memilih salah satu, yang penting konsisten mempergunakannnya. Tidak
diperkenan mempergunakan kedua model itu sekali secara sekaligus, kecuali
diperbolehkan ketika mempegunakan penulisan rujukan/sumber kutipan dalam
bentuk catatan langsung / Hardvard Approach System/ In Note, ada Foot Note
tetapi hanya berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu yang perlu
dijelaskan saja.
a. Penulisan Sumber/Rujukan Kutipan Langsung:
1). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Pendek dalam
Bentuk Catatan Langsung/Hardvard Approach System/In Note :
Badri Yatim (1997: 225) menyatakan ’’hubungan antarkerajaaan-
kerajaaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaaan.
Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah
menjadi pusat pendidikan dan pengajaran.’’
Keterangan: 1. Pencantuman kutipan langsung harus sama dengan
aslinya, baik mengenai susunan katanya, ejannnya
maupun tanda bacanya.
53
2. Pencantuman kutipan langsung pendek, yaitu kutipan
yang kurang dari lima baris, dimasukan ke dalam teks
dan ditulis sebagai teks berspasi dua atau sama dengan
redaksi sebelumnya, tetapi diberi tanda petik pada awal
dan akhir.
2). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Panjang
dalam Bentuk Catatan Langsung/Hardvard Approach System/In Note :
Badri Yatim (1997: 225) menyatakan:
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak
dalam bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan
kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat
pendidikan dan pengajaran. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke
seluruh Nusantara melalui karya-karya ulama dan murid-muridnya
yang menuntut ilmu ke sana. Demikian pula halnya dengan Giri di
Jawa Timur. Karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera
berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu
seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah
merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini
menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.
Keterangan: 1. Pencantuman sumber kutipan langsung panjang, yaitu
kutipan yang panjng lima baris atu lebih, diketik
dengan berspasi satu dengan mengosongkan empat
pukulan tik dari garis margin kiri dan tidak diberi
tanda petik
3) Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Panjang dari
sumber yang berbahasa asing dalam Bentuk Catatan Langsung/Hardvard
Approach System/In Note :
Dalam Algemeen overzicht van de staatkundige Gesteldheid van
Nederlandsch-Indie over 1839-1848 dikemukakan:
De regenten in de Preanger Regentshappen zijn niet ion het genot
van vaste bezoldiging, zoals overall elders op Java het geval is, doch
ontvangen alos inkomst, behalve de voordeelen welke zij, evenals de
geestelijkheid krachtens oud gebruik van het padie gewas trekken, eene
54
percentswijze belooning van het koffie product, terwijl zij bovendien het
regt hebben om eene geringe belasting te heffen van de voortbrebgselen
op eenige marktplaatsen, onder hun resort ter verkoop aantgebragt
wordende.
De gepensioneerde Regent van Bandong was op die wijze in het
genot geraakt van een inkomen, het welk sommige jaren de som van + f
200.000 bedroeg en meestal een cijfer bereikte, hetwelk op verrena in
gene billijke verhouding stond tot de imkonsten, welke elders aan de
regenten warden toegekend
[Bupati-bupati di wilayah Priangan tidak menerima gaji tetap, seperti
halnya bupati-bupati di Jawa pada umumnya, penghasilan mereka berasal
dari memungut sebagian dari penghasilan padi, dari hadiah persentase
penghasilan kopi dan dari memungut pajak terhadap terhadap beberapa
barang yang diperjualbelikan di beberapa pasar di wilayahnya.
Bupati Bandung misalnya, mempunyai penghasilan tidak kurang dari f
200.000 dalam setahun, bahkan sering lebih. Penghasilan ini ternyata jauh
lebih banyak jumlahnya daripada penghasilan bupati-bupati lainnnya,
sehingga dapat menjadi dasar dari perlunya perubahan-perubahan sistem
penghasilan bupati untuk diberi penghasilan tetap dan cukup, serta
langsung dibayar dari kas negeri yang diberikan di wilayahnya] (Algemeen
overzicht van de staatkundige Gesteldheid van Nederlandsch-Indie over
1839-1848: 13) .
4). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Tidak Langsung Panjang
dalam bentuk Catatan Langsung/Hardvard Approach System/In Note :
Badri Yatim menyatakan (1997: 225) bahwa pada abad ke-13 telah banyak
terjadi hubungan antarkerajaan Islam di Nusantara. Secara komprehensif
hubungan antarkerajaan Islam lebih banyak terjadi dalam aspek agama dan
budaya. Kerajaaan Samudera Pasai dan kemudian dalam perkembangan
selanjutnya menjadi Kerajaaan Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah telah
menjadi pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dari wilayah ini ajaran Islam
telah menyebar ke seluruh wilayah Nusantara melalui peran ulama dan karya-
karyanya, serta murid-muridnya yang datang menuntut ilmu ke daerah tersebut.
Dari daerah Aceh Islam masuk ke pedalaman Sumatera dan Semenajung Malaya.
Kemudian masuk ke Pulau Jawa dan Kalimantan sampai Pilipina Selatan.
Selanjutnya masuk dan menyebar ke Sulawesi. Demikian pula halnya dengan Giri
55
di Jawa Timur. Pada peride ini banyak karya-karya sastera dan keagamaaan
dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam seperti di Kerajaaan
Banten, Cirebon, Demak dan Makasar. Yang menarik bahwa dari kesemuanya ini
bahwa tema dan isi karya-karya sastera dan keagamaan yang ditemukan di
kerajaaan tersebut seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Tampaknya di
sini ada tendensi bahwa Kerajaan-kerajaaan Islam di Nusantara telah merintis
terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini tentu saja telah
memberikan implikasi positif bagi pendorong terjadinya interaksi budaya Islam
yang makin erat di kawasan Asia Tenggara.
atau:
… pada abad ke-13 telah banyak terjadi hubungan antarkerajaan Islam di
Nusantara. Secara komprehensif hubungan antarkerajaan Islam lebih banyak
terjadi dalam aspek agama dan budaya. Kerajaaan Samudera Pasai dan
kemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi Kerajaaan Aceh yang
dikenal dengan Serambi Mekah telah menjadi pusat kegiatan pendidikan dan
pengajaran. Dari wilayah ini ajaran Islam telah menyebar ke seluruh wilayah
Nusantara melalui peran ulama dan karya-karyanya, serta murid-muridnya yang
datang menuntut ilmu ke daerah tersebut. Dari daerah Aceh Islam masuk ke
pedalaman Sumatera dan Semenajung Malaya. Kemudian masuk ke Pulau Jawa
dan Kalimantan sampai Pilipina Selatan. Selanjutnya masuk dan menyebar ke
Sulawesi. Demikian pula halnya dengan Giri di Jawa Timur. Pada peride ini
banyak karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera berkembang di
kerajaan-kerajaan Islam seperti di Kerajaaan Banten, Cirebon, Demak dan
Makasar. Yang menarik bahwa dari kesemuanya ini bahwa tema dan isi karya-
karya sastera dan keagamaan yang ditemukan di kerajaaan tersebut seringkali
mirip antara satu dengan yang lain. Tampaknya di sini ada tendensi bahwa
kerajaan-kerajaaan Islam di Nusantara telah merintis terwujudnya idiom kultural
yang sama, yaitu Islam. Hal ini tentu saja telah memberikan implikasi positif bagi
56
pendorong terjadinya interaksi budaya Islam yang makin erat di kawasan Asia
Tenggara (Yatim, 1997: 225).
Contoh berikutnya:
Ilmu Sejarah tidak bisa berdiri sendiri, tetapi bersifat interdependensi. Sebagai
gambaran, dalam hal pengujian dokumen diperlukan bantuan dari disiplin ilmu-
ilmu lain (Romein, 1951; Gotschalk, 1975).
Penjelasan: a) Apabila nama pengarang dinyatakan dalam teks, maka
cara menulisnya ialah nama pengarang yang diikuti
dengan tahun penerbitan dan nomor halaman yang
dikutip yang kedua-duanya diletakan dalam kurung.
Antara tahun terbit dan nomor halaman ditempatkan
tanda titik dua.
b) Jika nama pengarang tidak dinyatakan dalam teks,
maka nama akhir pengarang dan tahun terbit, dengan
tanda koma di antaranya, harus dicantumkan di antara
tanda kurung.
c) Bila sumber rujukan lebih dari satu dengan masalah
yang sama hendaknya dituliskan berturut-turut dalam
satu kurung dan dipisahkan dengan menggunakan titik
koma.
57
5). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Tidak Langsung Panjang
Hasil Wawancara dalam Bentuk Catatan Langsung/Hardvard Approach
System/In Note :
Sulaeman mengemukakan Pesantren Pagelaran didirikan pada 1920.
Pesantren ini didirikan oleh Kiyai Muhyidin. Di awal-awal pendiriannnya,
pesantren Pagelaran semula atas permintaaan Bupati Sumedang berada di
daerah Cimalaka Sumedang, namun dalam perjalanannnya seiring dengan
perkembangan yang ada, kemudian dengan banyaknya di antara santri-santrinya
yang notabene selain berasal dari Sumedang juga banyak yang berasal dari
daerah Subang dan Purwakarta maka berkembanglah cabang-cabangnya di
sekitar daerah tersebut hingga terdapat Pesantren Pagelaran 1 sampai 8.
Pesantren Pagelaran 1 terdapat di Cimeuhmal-Tanjungsiang, Pesantren Pagelaran
2 di Sumedang, Pagelaran 3 di Cisalak Subang, Pagelaran 4 di Purwakarta,
Pagelaran 5 di Parung Subang, Pagelaran 6 di Ciseuti Subang, Pagelaran 7 di
Cileat, Pagelaran 8 di Purwadadi Purwakarta. Adapun Pesantren Pagelaran yang
terdapat di Cisalak Subang yang saat ini dinamakan Pagelaran 3, pesantren ini
didirikan pada 1962 seiring dengan kepindahan K. H. Muhyidin ke daerah
Subang tersebut ( Sulaeman, wawancara, tanggal 13 Maret 2010).
b. Pencantuman Sumber /Rujukan Kutipan dalam Bentuk Catatan
Kaki/Footnote
Urutan penulisan rujukan pada catatan bawah adalah sebagai berikut:
Nama penulis (koma) judul (koma) (tanda kurung buka) kota terbit (titik dua)
penerbit (koma) tahun terbit (tanda kurung tutup) (koma) halaman yang dirujuk
(titik). Judul ditulis miring jika berbentuk buku, arsip, dan manuskrip; ditulis di
antara tanda kutip jika berupa judul artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi, hasil
penelitian, hasil wawancara. Tambahkan keterangan jenis bahan pustaka jika
bukan buku setelah judul. Spasi tiap baris catatan bawah adalah 1, untuk
menampilkan perbedaan yang tegas dengan nomor catatan bawah berikutnya,
diberi spasi 2. Sedapat mungkin peneliti menuliskan catatan bawah tanpa pindah
58
halaman. Misalnya: kalimat di halaman 9 diberi kode catatan bawah no.7, maka
catatan bawah yang dimaksud tertera di halaman 9 juga, serta tidak pindah
halaman. Kode untuk catatan bawah adalah angka bukan tanda atau simbol lain.
1). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Pendek dalam
Bentuk Footnote /Catatan Kaki:
Badri Yatim menyatakan ’’hubungan antarkerajaaan-kerajaaan Islam
lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan
kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan
dan pengajaran. ’’ ¹
3 spasi
¹. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers Bekerjasama dengan
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1997), hlm. 225.
2). Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Panjang Bentuk
dalam Bentuk Footnote/ Catatan Kaki:
Badri Yatim menyatakan:
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak
dalam bidang budaya dan keagamaaan. Samudera Pasai dan
kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat
pendidikan dan pengajaran. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke
seluruh Nusantara melalui karya-karya ulama dan murid-muridnya
yang menuntut ilmu ke sana. Demikian pula halnya dengan Giri di
Jawa Timur. Karya-karya sastera dan keagamaaan dengan segera
berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu
seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah
59
merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini
menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat¹
3 spasi
¹ Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers Bekerjasama
dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1997), hlm. 225.
Penjelasan:
1 Bila terdapat kutipan yang dikutip dari sumber yang sama,
misalnya dari tulisan Badri Yatim, kemudian dikutip kembali
tanpa terselingi kutipan dari penulis yang lain, dalam catatan
kaki ditulis Ibid.
3. Bila terdapat kutipan dari tulisan penulis lain kemudian ditulis
lagi setelah penulis Badri Yatim maka dalam catatan kaki di
tulis Op cit., hlm. …
4. Bila tulisan Badri Yatim dikutip kembali setelah terselingi
oleh beberapa tulisan orang lain, maka dalam catatan kaki
tulisan Badri Yatim ditulis Loc cit. hlm. …
3) Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Langsung Panjang dari
sumber yang berbahasa asing dalam Bentuk Footnote /Catatan Kaki:
Dalam Algemeen overzicht van de staatkundige Gesteldheid van
Nederlandsch-Indie over 1839-1848 dikemukakan:
De regenten in de Preanger Regentshappen zijn niet ion het genot
van vaste bezoldiging, zoals overall elders op Java het geval is, doch
ontvangen alos inkomst, behalve de voordeelen welke zij, evenals de
geestelijkheid krachtens oud gebruik van het padie gewas trekken, eene
percentswijze belooning van het koffie product, terwijl zij bovendien het
60
regt hebben om eene geringe belasting te heffen van de voortbrebgselen
op eenige marktplaatsen, onder hun resort ter verkoop aantgebragt
wordende.
De gepensioneerde Regent van Bandong was op die wijze in het
genot geraakt van een inkomen, het welk sommige jaren de som van + f
200.000 bedroeg en meestal een cijfer bereikte, hetwelk op verrena in
gene billijke verhouding stond tot de imkonsten, welke elders aan de
regenten warden toegekend
[Bupati-bupati di wilayah Priangan tidak menerima gaji tetap, seperti
halnya bupati-bupati di Jawa pada umumnya, penghasilan mereka berasal
dari memungut sebagian dari penghasilan padi, dari hadiah persentase
penghasilan kopi dan dari memungut pajak terhadap terhadap beberapa
barang yang diperjualbelikan di beberapa pasar di wilayahnya.
Bupati Bandung misalnya, mempunyai penghasilan tidak kurang dari f
200.000 dalam setahun, bahkan sering lebih. Penghasilan ini ternyata jauh
lebih banyak jumlahnya daripada penghasilan bupati-bupati lainnnya,
sehingga dapat menjadi dasar dari perlunya perubahan-perubahan sistem
penghasilan bupati untuk diberi penghasilan tetap dan cukup, serta
langsung dibayar dari kas negeri yang diberikan di wilayahnya]¹
3 spasi
¹ Algemeen overzicht van de staatkundige Gesteldheid van Nederlandsch-
Indie over 1839-1848: 13
4) Contoh Pencantuman Sumber/Rujukan Kutipan Tidak Langsung Panjang
dalam Bentuk Footnote/Catatan Kaki
Badri Yatim menyatakan bahwa pada abad ke-13 telah banyak terjadi
hubungan antarkerajaan Islam di Nusantara. Secara komprehensif hubungan
antarkerajaan Islam lebih banyak terjadi dalam aspek agama dan budaya.
Kerajaaan Samudera Pasai dan kemudian dalam perkembangan selanjutnya
menjadi Kerajaaan Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah telah menjadi
pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dari wilayah ini ajaran Islam telah
menyebar ke seluruh wilayah Nusantara melalui peran ulama dan karya-
karyanya, serta murid-muridnya yang datang menuntut ilmu ke daerah tersebut.
Dari daerah Aceh Islam masuk ke pedalaman Sumatera dan Semenajung Malaya.
61
Kemudian masuk ke Pulau Jawa dan Kalimantan sampai Pilipina Selatan.
Selanjutnya masuk dan menyebar ke Sulawesi. Demikian pula halnya dengan Giri
di Jawa Timur. Pada peride ini banyak karya-karya sastera dan keagamaaan
dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam seperti di Kerajaaan
Banten, Cirebon, Demak dan Makasar. Yang menarik bahwa dari kesemuanya ini
bahwa tema dan isi karya-karya sastera dan keagamaan yang ditemukan di
kerajaaan tersebut seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Tampaknya di
sini ada tendensi bahwa Kerajaan-kerajaaan Islam di Nusantara telah merintis
terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini tentu saja telah
memberikan implikasi positif bagi pendorong terjadinya interaksi budaya Islam
yang makin erat di kawasan Asia Tenggara. ¹
3 spasi
¹ Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers Bekerjasama dengan
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1997), hlm. 225.
5). Contoh Pencantuman Kutipan Tidak Langsung Panjang Hasil Wawancara
dalam bentuk Footnote/Catatan Kaki:
Sulaeman mengemukakan Pesantren Pagelaran didirikan pada 1920.
Pesantren ini didirikan oleh Kiyai Muhyidin. Di awal-awal pendiriannnya,
pesantren Pagelaran semula atas permintaaan Bupati Sumedang berada di
daerah Cimalaka Sumedang, namun dalam perjalanannnya seiring dengan
perkembangan yang ada, kemudian dengan banyaknya di antara santri-santrinya
yang notabene selain berasal dari Sumedang juga banyak yang berasal dari
daerah Subang dan Purwakarta maka berkembanglah cabang-cabangnya di
sekitar daerah tersebut hingga terdapat Pesantren Pagelaran 1 sampai 8.
62
Pesantren Pagelaran 1 terdapat di Cimeuhmal-Tanjungsiang, Pesantren Pagelaran
2 di Sumedang, Pagelaran 3 di Cisalak Subang, Pagelaran 4 di Purwakarta,
Pagelaran 5 di Parung Subang, Pagelaran 6 di Ciseuti Subang, Pagelaran 7 di
Cileat, Pagelaran 8 di Purwadadi Purwakarta. Adapun Pesantren Pagelaran yang
terdapat di Cisalak Subang yang saat ini dinamakan Pagelaran 3, pesantren ini
didirikan pada 1962 seiring dengan kepindahan K. H. Muhyidin ke daerah
Subang tersebut ( Komar, wawancara, tanggal 13 Maret 2010) ¹ .
3 spasi
¹
Aziz Sulaeman, Wawancara, tanggal 22 April 2012 di Bandung.
Penjelasan khusus tentang kutipan Langsung:
1. Jika dalam kutipan langsung dipandang ada yang perlu
dihilangkan beberapa bagian dari kalimat atau kata, maka pada
bagian itu diberi titik tiga buah
2. Jika dalam kutipan itu ditiadakan satu kalimat atau lebih,
maka diketik titik-titik panjang satu baris.
3. Jika perlu disisipkan sesuatu di dalam suatu kutipan,
pergunakan tanda kurung siku atau [ ]
4. Jika di dalam kutipan terdapat tanda petik maka tanda petik itu
diubah menjadi tanda petik tunggal atau ‘’ ‘’ menjadi
‘ ’
63
E. Bahasa
1. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku (terdapat subjek,
predikat, dan objek), tidak bahasa yang lainnya. Kalimat disusun sebagaimana
gramatika dalam bahasa Indonesia yang baku.
2. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat sebagaimana kalimat formal ilmiah pada umumnya.
3. Peristilahan
Tidak diperkenankan menggunakan istilah dalam bahasa Asing jika masih
ada kata dalam bahasa Indonesia yang dapat menggantikannya, atau kata serapan
bahasa Asing yang sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia. Misalnya:
“management” menjadi “manajemen”, “setting” menjadi “seting”, “point of view”
menjadi ”sudut pandang”, atau “perspektif”. Jika terpaksa menggunakan istilah
dari bahasa lain di luar bahasa Indonesia, maka istilah tersebut dicetak miring.
Demikian pula istilah khusus yang maknanya sangat spesifik, istilah yang benar-
benar digunakan pada suatu tempat dan waktu tertentu, maka secara metodologis
tak dapat digantikan. Misalnya: “ajengan” tidak dapat diganti dengan kata yang
maknanya sama seperti “ustadz” atau “kyai”; “tajug” atau “meunasah” tak dapat
diganti dengan “masjid”; “puseur” tidak serta merta sama makna dengan “pusat”.
4. Ejaan
Ejaan yang digunakan sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Peneliti diharuskan mencari sendiri referensi yang dijadikan pedoman penulisan
sesuai EYD agar tidak melakukan kesalahan penulisan. Rujukan utama untuk soal
ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
5. Kesalahan yang Sering Terjadi
Peneliti kerap melakukan kesalahan penulisan, antara lain sebagai berikut:
64
a. Kata depan “di” ditulis sama dengan “di” sebagai awalan atau prefiks.
Misalnya: “di Tasikmalaya” dengan “dikerjakan”. “di” yang pertama
adalah kata depan, harus ditulis terpisah, sedangkan “di” yang kedua
adalah awalan dan harus ditulis serangkai. Demikian juga dengan awalan
atau prefiks “ke” dan kata depan “ke”.
b. Pemenggalan frasa pada penulisan judul karena alasan estetika, ingin
simetris tapi tak cukup di ruangan naskah. Contoh judul: Perkotaan Jawa
pada Masa Depresi: Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Cina
Perkotaan di Cirebon, 1925—1940. Pemenggalan yang salah adalah
perkotaan dan Jawa; masa dan depresi; kehidupan dan sosial; sosial
dengan dan ekonomi; masyarakat dan Cina; Cina dan perkotaan.
Pemenggalan tersebut salah karena yang dipenggal adalah frasa.
c. Pemenggalan pada baris-baris tulisan boleh dilakukan jika karena lay out
justified terasa terlalu banyak ruang yang kosong. Pemenggalan kata atau
bentukan kata harus memperhatikan suku kata.
d. Kata penghubung seperti sehingga, sedangkan, padahal, tidak boleh
dipakai di awal kalimat. Semua bentuk kata penghubung dan kata depan
jika tertera sebagai judul harus ditulis dengan huruf awal huruf kecil,
kecuali jika semua huruf ditulis kapital seperti judul RP, laporan, skripsi,
dan lain-lain.
e. Kesalahan gramatika, misalnya: menempatkan “dan” pada awal kalimat.
seperti menempatkan “wa” dalam naskah berbahasa Arab. Jika tidak
diperlukan benar, tidak menggunakan akhiran ”nya” dalam makna
“kepunyaan” seperti umum digunakan dalam bahasa Sunda.
f. Kata “dimana” dan “dari” tidak diperlakukan seperti kata “where” dan
“of” dalam bahasa Inggris.
g. Kata “pun” sama dengan “juga” ditulis terpisah dari kata sebelumnya
kecuali pada bentuk kata baku seperti “meskipun”, “walaupun”, “adapun”
dan lain-lain yang serupa; tetapi untuk frasa berikut: “di Jakarta pun”,
“meski nasionalisasi dilangsungkan pun” kata “pun” harus ditulis
terpisah.
65
h. Tanda baca harus digunakan dengan tepat. Peneliti harus mencari referensi
untuk ini.
6. Bahasa Asing dan Daerah
Dalam skripsi yang menggunakan rujukan bahasa asing dan daerah, akan
ditemukan istilah-istilah yang belum bisa diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Penulisan istilah asing atau daerah yang belum ditemukan
terjemahannnya dalam bahasa Indonesia ditulis dengan hurup miring.
F. Transliterasi Hurup Arab dan Latin
Transliterasi atau penyalinan hurup Arab ke dalam hurup latin, mencakup
penyalinan hurup ke hurup dan penyalinan hurup di dalam kata dan kalimat.
Berikut ini adalah pedoman transliterasi atau penyalinan hurup Arab ke dalam
hurup Latin terbaru untuk Skripsi yang diperoleh dari buku Pedoman
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung:
t
ا - ط
z
ب b ظ
‘
ت t ع
g
ث ŝ غ
f
ج j ف
q
ح h ق
k
خ ĥ ك
l
د d ل
m
ذ ż م
n
ر r ن
66
w
ز z ٯ
,
s س
y
ش š ێ
t
ص ş ۃ
đ ض
G. Tabel, Gambar dan Peta
1. Tabel
Tabel bisa berupa kutipan atau disusun oleh Peneliti. Nomor tabel diikuti
dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel. Tabel tidak boleh dipenggal atau
pindah halaman, kecuali jika sangat panjang dan tidak mungkin ditempatkan
dalam satu ha-laman penuh. Jika terpaksa pindah halaman, pada halaman lanjutan
dicantumkan nomor lanjutan tabel dan kata lanjutan tanpa judul kolom. Jika tabel
memerlukan kolom yang banyak, diperkenankan membuat tabel dalam bentuk
memanjang kertas (landscape). Garis-garis kolom dibuat tegas dan diberi
judul/nama kolom. Garis atas dan bawah tabel dibuat tegas sehingga terlihat
perbedaan antara tabel dan uraian. Tabel yang sangat panjang sehingga harus
dibuat di kertas khusus dan kemudian dilipat menyesuaikan ukuran naskah,
ditempatkan di bagian lampiran. Jika terdapat perhitungan dalam tabel,
disarankan menggunakan program MS Excel atau sejenisnya untuk memudahkan,
kemudian dipindah (replace) ke naskah.
Penulisan judul tabel diawali dengan nomor tabel (ke) ..., dan dengan
spasi 1 dilanjutkan dengan judul tabel. Judul Tabel ditulis dengan huruf besar
pada awal kata kecuali kata penghubung dan kata depan. Spasi Row adalah 1.
Contoh: Tabel 1 Jumlah Penduduk Ibukota Afdeeling di Wilayah Priangan (1895-
1905) Perhatikan: “T” pada kata “Tabel 1” ditulis dengan huruf awal kapital.
Tepat di bagian bawah tabel dicantumkan sumber dari mana peneliti memperoleh
data untuk menyusun tabel tersebut.
67
Tabel 1
Jumlah Penduduk Ibukota Afdeeling di Wilayah Priangan
(1895-1905)
No
Nama Kota
Jumlah Penduduk/Tahun
Pertambahan
(%) 1895 1900 1905
1 Bandung 26.484 28.963 47.391 7,89
2 Cianjur 14.164 15.312 16.051 1,33
3 Sukabumi 11.250 12.112 15.081 3,41
4 Sumedang 5.086 8.013 8.193 6,11
5 Tasikmalaya 6.324 9.196 10.152 6,05
6 Garut 12.575 10.617 14.733 1,72
7 Cicalengka 1.862 - - -
8 Manonjaya 4.687 - - -
9 Mangunreja 2.539 - - -
Jumlah 75.883 84.213 111.601 4,71
Sumber: Regeeringsalmanak van Nederlansch Indie 1897,1902,1919; Stibbe,
1921: 285.
atau dengan alternatif lain:
68
Tabel 1
Jumlah Penduduk Ibukota Afdeeling di Wilayah Priangan
(1895-1905)
No
Nama Kota
Jumlah Penduduk/Tahun
Pertambahan
(%) 1895 1900 1905
1 Bandung 26.484 28.963 47.391 7,89
2 Cianjur 14.164 15.312 16.051 1,33
3 Sukabumi 11.250 12.112 15.081 3,41
4 Sumedang 5.086 8.013 8.193 6,11
5 Tasikmalaya 6.324 9.196 10.152 6,05
6 Garut 12.575 10.617 14.733 1,72
7 Cicalengka 1.862 - - -
8 Manonjaya 4.687 - - -
9 Mangunreja 2.539 - - -
Jumlah 75.883 84.213 111.601 4,71
Sumber: Regeeringsalmanak van Nederlansch Indie 1897,1902,1919; Stibbe,
“Soendaneezen, Oerang Soenda,” Encyclopepaedie van Nederlansch-Indie. Tweede druk Vierde Deel. (Leiden: E.J. Brill, 1981), hlm. 285
2. Gambar
Pengertian gambar yang dimaksud di sini adalah bagan, grafik, peta, foto,
ilustrasi gambar, dan lambang. Gambar dan judul gambar diusahakan diletakan
simetris pada naskah. Ukuran gambar dibuat sewajarnya dan proporsional serta
tidak dipenggal atau pindah halaman. Keterangan gambar sedapat mungkin
dituliskan di bagian-bagian yang kosong dari gambar atau di paragraf yang
mengikuti gambar. Gambar yang sangat besar sehingga harus dibuat dalam kertas
ukuran besar dan dilipat, tempatkan pada bagian lampiran. Gambar yang dibuat
69
sendiri oleh Peneliti dibuat dengan tinta hitam atau warna lain jika diperlukan dan
warna tidak bersifat larut dalam air. Tepat di bagian bawah gambar dicantumkan
sumber dari mana peneliti memperoleh gambar tersebut atau sumber-sumber yang
digunakan oleh peneliti untuk membuat sendiri gambar. Gambar diberi nomor
urut dengan format pengetikan seperti table
3. Peta
Penulisan judul Peta diawali dengan nomor peta (ke) ..., dan dengan
spasi 1 dilanjutkan dengan judul tabel. Judul Peta ditulis dengan huruf besar pada
awal kata kecuali kata penghubung dan kata depan. Spasi Row adalah 1. Contoh:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Ibukota Afdeeling di Wilayah Priangan (1895-1905)
Perhatikan: “T” pada kata “Tabel 1” ditulis dengan huruf awal kapital. Tepat di
bagian bawah tabel dicantumkan sumber dari mana Peneliti memperoleh data
untuk menyusun tabel tersebut.
Peta 1
Wilayah Priangan 1925
Sumber: Svensson, 1980: 8.
70
atau dengan alternatif lain:
Peta 1
Wilayah Priangan 1925
Sumber: Svensson, Peasant and Politics Early Twentieth. (Century West Java:
University of Gothenburg, 1980), hlm. 8.
H. Gelar dan Jabatan Akademik
Penulisan nama dan gelar akademik dosen pembimbing atau pejabat struktural
di lingkungan kampus harus memperhatikan ejaan dan format penulisan yang
benar. Konfirmasikan langsung kepada dosen atau pejabat termaksud, dan jangan
mengkonfirmasikan ke bagian administrasi Fakultas Adab dan Humaniora.
Penulisan nama penulis, pengarang, editor, penyalin naskah, penyalin transkrip,
pengambil foto, penggambar peta, ditulis secara lengkap. Demikian pula jika
terdapat lebih dari satu nama, tidak ditulis dengan “dkk”. atau “et.al”.
71
Jika nama penulis dalam sumber yang digunakan terdiri dari dua kata dan
ditulis dengan tanda penghubung, maka keduanya dianggap satu kesatuan, ditulis
tidak dipisahkan. Misalnya, Sjarif-Amin ditulis Sjarif-Amin. Setiap singkatan
nama diikuti tanda titik. Nama yang diikuti singkatan, dianggap bahwa singkatan
itu menjadi satu dengan kata yang ada di depannya. Contoh: Peter J.M. Naas
ditulis Naas, Peter J.M. singkatan J.M dianggap satu dengan Peter.
Derajat kesarjanaan tidak dicantumkan. Ejaan nama penulis harus ditulis
persis seperti tertera pada sumber yang dirujuk, jangan mengubah atau
membakukan dengan alasan apapun.
1. Nama Penulis yang Dirujuk
Nama penulis pada catatan bawah ditulis lengkap, demikian pula jika lebih
dari satu penulis. Derajat kesarjanaan tidak dicantumkan. Nama penulis Asing
juga tidak dituliskan last name-nya lebih dulu.
2. Nama Penulis dalam Daftar Sumber
jika nama penulis terdiri dari dua kata atau lebih, maka penulis Indonesia
ditulis sebagaimana susunan namanya, sedangkan penulis Asing dituliskan lebih
dulu nama akhirnya (last name) diikuti tanda koma, nama depan, tengah dan
seterusnya baik disingkat atau tidak. Contoh: A.P.E. Korver ditulis: Korver,
A.P.E; Harry J. Benda ditulis: Benda, Harry J.; Cindy Adams ditulis: Adams,
Cindy.; Edi S. Ekadjati ditulis Edi S. Ekadjati.
I. Penulisan Ayat Al-Quran
Penulisan ayat al-Quran, juga teks hadits, ditulis di dalam naskah, sesuai
dengan konteks penulisan. Pengutipan ayat dilakukan seuai dengan teks aslinya,
termasuk tanda-tanda baca yang dipergunakan. Ayat al-Quran ditulis lengkap
dengan sakalnya sesuai dengan teks yang ditulis di dalam kitab Quran.
72
72
BAB IV
KETENTUAN PROSEDUR KERJA DALAM PENULISAN SKRIPSI
A. Prosedur Pengajuan Judul Skripsi
1. Tema
Tema skripsi bersifat bebas, sepanjang masih dalam kerangka sejarah dan
Peradaban Islam. Dengan ketentuan para mahasiswa yang sudah mengambil tema
pengajuan judul skripsi sesuai dengan minat masing-masing.
2. Prosedur Pengajuan
a) Setiap mahasiswa yang akan menulis skripsi terlebih dahulu mengajukan
usulan rencana penelitian
b) Mahasiswa mengambil formulir usulan rencana penelitian skripsi ke
jurusan.
c) Mahasiswa menghadap pembimbing akademik (PA) untuk konsultasi
mengenai judul yang akan diajukan dan memohon persetujuannya.
Konsultasi dilengkapi dengan rencana penelitian, yang meliputi latar
belakang masalah, pokok permasalah, tujuan penelitian dan langkah-
langkah penelitian
d) Mahasiswa menyerahkan formulir pengajuan judul dan rencana penelitian
yang telah disetujui pembimbing akademik (PA) ke jurusan.
3. Seleksi Judul Skripsi
a) Judul skripsi yang diajukan mahasiswa diseleksi oleh jurusan
b) Jurusan menentukan pengajuan ini bisa dilanjutkan atau tidak
berdasarkan terhadap keberadaan judul itu sudah ada yang membahas
atau tidak
c) Judul yang sudah diseleksi dan dinyatakan bisa dilanjutkan , berhak
untuk mengikuti seminar proposal penelitian.
73
d) Judul skripsi yang ditolak akan dikembalikan kepada mahasiswa yang
bersangkutan dengan tembusan ke pembimbing Akademik (PA)
B. Pelaksanaan Seminar Proposal
1. Pendaptaran Seminar Proposal
a) Mahasiswa yang judul skripsinya diterima segera membuat proposal
penelitian untuk diseminarkan.
b) Proposal yang sudah disetujui oleh dosen pembimbing akademik dapat
diajukan ke jurusan untuk diseminarkan.
c) Pendaptaran seminar proposal dilaksanakan melalui staf fakultas.
2. Syarat Pendaftaran Seminar
Syarat adaministrasi yang harus dipenuhi untuk pendaptaran proposal
adalah:
a) Telah menyelesaikan mata kuliah sebanyak 75% dari seluruh SKS
yang dibebankan.
b) Indek Prestasi minimal 2,00
c) Menyerahkan tanda bukti keikutsertaan dalam seminar proposal
(minimal 3 kali sebagai [peserta)
d) Menyerahlan proposal yang telah disetujui oleh pe,bi,mbing
sebanhyak 3 eksemplar.
3. Pelaksanaan Seminar
a) Seminar proposal dilaksanakan oleh dua orang dosen yang ditentukan
secara rotasi oleh jurusan
b) Dua orang dosen tersebut memberikan pengujian dan masukan berkenan
dengan judul yang diajukan mahasiswa
c) Pengujuan dan masukan ini akan menentukan apakah proposal tersebut
layak dilanjutkan atau tidak.
74
d) Mahasiswa yang dinyatakan lulus, judulnya dapat di SK-kan dan mendapat
dua orang pembimbing untuk selanjutnya melakukan penelitian dan
penulisan.
e) Penentuan waktu seminar proposal ditetapkan oleh fakultas.
C. Bimbingan Skripsi
1. Satu Mahasiswa dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing.
2. Pembimbing bertugas mengarahkan teknik penulisan, metodologi dan
materi skripsi.
3. Proses bimbingan skripsi dilakasanakan dalam waktu 2 smester, jika
belum selesai sesuai waktu yang ditentukan mahasiswa berhak
mengajukan perpanjangan waktu bimbingan ke jurusan.
4. Perpanjangan waktu bimbingan skripsi diberikan maksiaml 1 smester.
D. Munaqasah dan Ujian Skripsi
1. Pendaptaran
Skripsi yang diajukan ke siding munaqasah harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a) Disetujui oleh pembimbing dan ketua jurusan dengan bukti tanda tangan di
lembar persetujuan.
b) Skripsi diserahkan kepada panitia ujian sebanyak 2 eksemplar.
c) Menyelesaikan persyaratan administratif yang telah ditentukan
d) Pelaksanaan ujian skripsi dilaksanakan setiap bulan genap pada minggu
terakhir.
2. Syarat Administrasi
a) Mengisi Formulir yang diselenggarakan oleh panitia ujian
b) Menyerahkan transrkip nilai
c) Tanda lunas SPP dari universitas
75
d) Menyerahkasn pas photo ukuran 3X4 sebanyak 3 buah
e) Telah Tahfid Qur’an
f) Telah lulus ujian komprehensif
g) Menyerahkan SK bimbingan skripsi
h) Membuat surat pernyataan bermaterai bahwa skripsi yang didaptarkan
untuk munaqasah adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan atau saduran
dari karya orang lain.
3. Pelaksanaan Ujian
a) Pelaksanaan ujian skripsi ditentukan oleh paniatia ujian.
b) Sidang ujian skripsi dimpimpin oleh ketua dengan dibantu sekretaris.
c) Tim penguji terdiri dari penguji I dan II
d) Draf skripsi diberikan kepada para penguji lima hari sebelum
pelaksanaan ujian oleh panitia.
4 . Penilaian
a) Aspek-aspek yang dinilai terdiri dari metodologi, teknik penulisan, isi
atau materi skripsi, serta penguasaan dalam ujian
b) Penilaian diberikan dalam bentuk angka dengan skor maksimum
sebagai berikut:
1) Dari Pembimbing:
(a) Proses Penyusunan Skripsi : 5- 10
(b) Penguasaan yang mencakup: materi, metodologi, akurasi
rujukan, dan bahasa : 15 - 40
(c) Orisinalitas dan Relevansi : 5-10
(d) Penetapan nilai akhir dari dua pembimbing dengan skor 60
2) Dari penguji:
(a) Presentasi dalam ujian yang mencakup penguasaan materi,
metodologi dan argumentasi : 10 - 35
76
(b) Penetapan nilai akhir didasarkan hasil kumulatif dari dua
penguji, maksimal 40.
(c) Total penilaian dari penguji dan pembimbing: 100
c) Mahasiswa yang tidak lulus ujian skripsi dapat mengajukan ujian
munaqasyah ulang.
E. Perbaikan Skripsi
1. Perbaikan skripsi setelah munaqasah menjadi tanggung jawab penguji I dan II
sekaligus sebagai konsultan.
2. Mahasiswa berkonsultasi kepada kedua penguji di atas dalam perbaikan
sripsinya dan meminta tanda tangan persetujuan atas perbaikan skripsi
tersebut.
3. Lembar pengesahan skripsi ditanda tangani oleh panitia sidang, pembimbing,
penguji, ketua jurusan dan dekan setelah skripsi dijilid.
77
DAFTAR SUMBER
Anonimous. 1987. Panduan Penyusunan Skripsi untuk Mahasiswa IAIN
Bandung. Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati Bandung
--------------. 2010. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi; The Strengh of Fait The Broadness of Knowledge The Piety of
Manner The Superiority of Deeds. Bandung Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati.
Cik Hasan Bisri. 1997. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam. Bandung: Ulul Albab Press.
Eva Rufaidah. 2007. Panduan Skripsi. Bandung: Fakultas Adab.
Garraghan, Gilbert J. 1947. A Guide to Historical Method. New York: Fordham
University Press.
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Lubis, Nina Herlina. 2008. Metode Sejarah. Bandung: Satya Historica
Koentjaraningrat. 1973. “Metode Penggunaaan Dokumen” dalam Koentjaraningrat (Ed.),
Metode Penelitian Masyarakat. Djakarta: LIPI. Hlm. 51-81.
-------------. 1973. “Metode-metode Wawancara” dalam Koentjaraningrat (Ed.), Metode
Penelitian Masyarakat. Djakarta: LIPI. Hlm. 151-184.
Kosim, E. 1984. Metode Sejarah; Asas dan Proses. Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Jogyakarta: Tiara.
------------------. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
Mc Cullagh, C. Behan. 2010. Logic of History; Perspektif Postmodernisme.
Yogyakarta: Lilin Persada Press.
Renier, G.J. 1997. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Terj. Muin Umar, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
78
Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Helius Syamsudin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Usman, Hasan. 1986. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Proyek Pembinaaan Prasarana
dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN Direktorat Jenderal Pembinaaan
Kelembagaaan Agama Islam Depag RI