12
Perkembangan Kabuki Menjadi Choukabuki Sebagai Kolaborasi Budaya Dengan Pengaruh Modernisasi Muhammad Yogi Permana, Budi Rukhyana, Yelni Rahmawati. Abstrak Dalam penelitian ini penulis akan membahas perkembangan kabuki menjadi choukabuki sebagai kolaborasi budaya dengan pengaruh modernisasi. Kabuki merupukan salah satu seni teater tradisional Jepang yang menggabungkan beberapa seni tari, seni peran, dan seni musik. Sedangkan, Choukabuki merupakan pertunjukan teater yang tercipta dari hasil kolaborasi antara budaya tradisional Jepang yaitu kabuki yang menyuguhkan kolaborasi antara aktor kabuki dengan salah satu diva vocaloid yaitu Hatsune Miku dan dipertunjukan secara hologram 4D. Objek penelitian ini adalah mengenai perkembangan kabuki dari zaman edo sampai munculnya choukabuki di zaman modern saat ini. Pembahasannya lebih terfokus terhadap choukabuki yang muncul dan dipertunjukan di festival Nico-Nico Choukaigi. Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid. Pendahuluan Kabuki merupukan salah satu seni teater tradisional Jepang. Kabuki mulai muncul dan berkembang di Jepang pada zaman Edo era Tokugawa sekitar abad ke-17. Pada zaman Meiji, muncul adanya pembaharuan seni teater kabuki dengan menyatakan perubahan di dalam kontruksi teater. Sebagai hasil dari pembaharuan tersebut adalah adanya rencana baru untuk arsitektur teater yang direncanakan. Namun di era modern saat ini, kebudayaan tradisional harus bersaing dengan beberapa kebudayaan Jepang yang muncul dan berkembang, kebudayaan tersebut lebih dikenal sebagai budaya populer Jepang. Maka dari itu, karena budaya populer sangat mempengaruhi eksistensi dari kebudayaan tradisional kabuki, munculah budaya choukabuki. Choukabuki merupakan kolaborasi antara budaya tradisional yaitu seni teater kabuki dengan salah satu diva vocaloid, Hatsune Miku yang merupakan budaya populer.

Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

Perkembangan Kabuki Menjadi Choukabuki Sebagai Kolaborasi Budaya

Dengan Pengaruh Modernisasi

Muhammad Yogi Permana, Budi Rukhyana, Yelni Rahmawati.

Abstrak

Dalam penelitian ini penulis akan membahas perkembangan kabuki menjadi

choukabuki sebagai kolaborasi budaya dengan pengaruh modernisasi. Kabuki

merupukan salah satu seni teater tradisional Jepang yang menggabungkan beberapa

seni tari, seni peran, dan seni musik. Sedangkan, Choukabuki merupakan

pertunjukan teater yang tercipta dari hasil kolaborasi antara budaya tradisional

Jepang yaitu kabuki yang menyuguhkan kolaborasi antara aktor kabuki dengan

salah satu diva vocaloid yaitu Hatsune Miku dan dipertunjukan secara hologram 4D.

Objek penelitian ini adalah mengenai perkembangan kabuki dari zaman edo sampai

munculnya choukabuki di zaman modern saat ini. Pembahasannya lebih terfokus

terhadap choukabuki yang muncul dan dipertunjukan di festival Nico-Nico

Choukaigi.

Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid.

Pendahuluan

Kabuki merupukan salah satu seni

teater tradisional Jepang. Kabuki

mulai muncul dan berkembang di

Jepang pada zaman Edo era

Tokugawa sekitar abad ke-17. Pada

zaman Meiji, muncul adanya

pembaharuan seni teater kabuki

dengan menyatakan perubahan di

dalam kontruksi teater. Sebagai hasil

dari pembaharuan tersebut adalah

adanya rencana baru untuk arsitektur

teater yang direncanakan. Namun di

era modern saat ini, kebudayaan

tradisional harus bersaing dengan

beberapa kebudayaan Jepang yang

muncul dan berkembang, kebudayaan

tersebut lebih dikenal sebagai budaya

populer Jepang. Maka dari itu, karena

budaya populer sangat mempengaruhi

eksistensi dari kebudayaan tradisional

kabuki, munculah budaya choukabuki.

Choukabuki merupakan kolaborasi

antara budaya tradisional yaitu seni

teater kabuki dengan salah satu diva

vocaloid, Hatsune Miku yang

merupakan budaya populer.

Page 2: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

13

Landasan Teori

Kebudayaan merupakan suatu hal

dalam adat istiadat yang menjadi

kebiasaan turun temurun yang erat

hubungannya dengan masyarakat di

setiap negara. Dengan adanya

keanekaragaman kebudayaan di

setiap negara inilah menjadikan

manusia tertarik untuk memahami

dan bahkan mengagumi kebudayaan

tersebut sehingga dapat dikatakan

bahwa kebudayaan adalah suatu hal

yang harus dipelajari untuk bisa

berhubungan sosial dengan negara

yang berbeda kebudayaan dengan

menyesuaikan perbedaan-perbedaan

yang ada. Hal ini yang bisa

memberikan nilai positif ketertarikan

negara lain untuk mengetahui lebih

jauh akan negara yang dimaksud.

Menurut Koentjaraningrat (2000: 9)

kebudayaan dengan kata dasar

budaya berasal dari bahasa

sansakerta ”buddhayah” yaitu bentuk

jamak dari buddhi yang berarti “budi”

atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat

mendefinisikan budaya sebagai “daya

budi” yang berupa cipta, karsa dan

rasa, sedangkan kebudayaan adalah

hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.

1. Dinamika Perubahan

Kebudayaan

Tidak ada kebudayaan yang

bersifat statis. Kebudayaan bersifat

dinamis, artinya dapat berubah sesuai

dengan perkembangan zaman. Setiap

individu, dan setiap generasi

melakukan penyesuaian-penyesuaian

dengan semua desain kehidupan

sesuai dengan kepribadian mereka

dan sesuai dengan tuntutan zamannya.

Terkadang diperlukan banyak

penyesuaian, dan banyak tradisi

lampau yang ditinggalkan, karena

tidak sesuai dengan tuntutan zaman

baru. Generasi baru tidak hanya

mewarisi suatu edisi kebudayaan baru,

melainkan suatu versi kebudayaan

yang direvisi.

2. Kolaborasi Budaya

Kolaborasi merupakan salah

satu bentuk interaksi sosial. Menurut

Abdulsyani, Kolaborasi adalah suatu

bentuk proses sosial, dimana di

dalamnya terdapat aktivitas tertentu

yang ditujukan untuk mencapai

tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami

aktivitas masing-masing. Kolaborasi

budaya adalah bagian dari strategi

organisasi untuk menciptakan

lingkungan dari dua atau lebih

organisasi, agar dapat saling bekerja

Page 3: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

14

sama dengan tujuan untuk

memaksimalkan kinerja keseluruhan.

3. Seni Teater

Teater berasal dari bahasa

Yunani: theatron. Kata tersebut

memiliki arti tempat pertunjukan. Di

dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) mengartikan teater

sebagai gedung atau ruangan tempat

pertunjukan film, sandiwara, dan

sebagainya. Teater adalah sebagai

suatu kegiatan manusia yang secara

sadar menggunakan tubuhnya sebagai

alat atau media utama untuk

menyatakan rasa dan karsanya dan

mewujudkannya dalam suatu karya

seni (Padmodarmaya, 1988:21). Seni

teater merupakan gabungan seni

musik, seni peran, seni suara, seni tari,

seni sastra, bahkan juga multimedia.

4. Modernisasi

Modernisasi berasal dari kata

modern yang berarti terbaru, mutakhir,

atau sikap dan cara berpikir yang

sesuai dengan tuntutan zaman.

Selanjutnya modernisasi diartikan

sebagai proses pergeseran sikap dan

mentalitas sebagai warga masyarakat

untuk bisa hidup sesuai dengan

tuntutan masa kini.

Kata modernisasi dengan kata

modern berasal dari bahasa Latin

modernus yang dibentuk dari kata

modo dan ernus. Modo berarti cara

dan ernus menunjuk pada adanya

periode waktu masa kini. Sedangkan

dalam bahasa Jepang, modernisasi

disebut dengan 近代化 (kindaika).

近代 (kindai) dalam bahasa Jepang

bermakna saat ini atau sekarang.

Sedangkan 化 (ka) bermakna

perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa

modernisasi merupakan suatu proses

transformasi dari suatu arah

perubahan ke arah yang lebih maju

atau meningkat dalam berbagai aspek

dalam kehidupan masyarakat. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa

modernisasi adalah proses perubahan

dari cara-cara tradisional ke cara-cara

baru yang lebih maju, dimana

dimaksudkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

5. Seni Teater Kabuki

Kabuki (歌舞伎) merupakan

salah satu dari empat teater yang ada

di Jepang, yaitu Noh, Kyougen, dan

Ningyo Joruri. Pada masa

pemerintahan Tokugawa di zaman

Edo (1603-1867) kabuki lahir. Kabuki

adalah salah satu seni teater

tradisional Jepang yang memiliki

Page 4: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

15

unsur seni peran, seni tari, dan seni

music dalam pertunjukannya.

Unsur pementasan yang

terdapat di dalam teater kabuki terdiri

dari 8 unsur. Unsur tersebut adalah

cerita, pemain, musik pengiring,

penggunaan dialog, tari, panggung,

penonton, dan sutradara.

Page 5: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

16

Analisis

1. Kabuki di Zaman Edo

Sejarah kabuki dimulai tahun

1603-1867 pada zaman Edo dengan

pertunjukan drama tari yang

dibawakan oleh seorang perempuan

bernama Okuni (奥に) di kuil Kitano

Temmangu, Kyoto. Izumo no Okuni

(出雲の奥に) adalah pendiri dari seni

teater kabuki. Kemungkinan besar

Okuni adalah seorang miko asal kuil

Izumo Taisha, tapi mungkin juga

seorang kawaramono. Miko ( 巫女)

adalah seorang gadis yang tinggal di

kuil, sementara kawaramono (瓦も

の) adalah sebutan untuk menghina

orang yang berkasta rendah yang

tinggal di tepi sungai.

Seiring perkembangannya

muncul sebuah pertunjukan kabuki

yang digelar oleh sekelompok

perempuan penghibur yang disebut

dengan Onna-kabuki (女歌舞伎) atau

kabuki perempuan. Kemudian

muncul pula kabuki yang dibawakan

oleh remaja laki-laki yang disebut

dengan Wakashu kabuki (和歌集歌

舞伎) (Jepang Dewasa ini, 1989:147).

Namun karena Onna kabuki dan

Wakashu kabuki ini terjerat kasus

prostitusi terselubung di dalam

pertunjukannya, sehingga

pemerintahan di era Tokugawa pun

melarang Onna kabuki dan Wakashu

kabuki ini untuk dipertunjukan dan

menggantikannya dengan Yarou

kabuki (野郎歌舞伎 ) atau kabuki

laki-laki yang dianggota seluruhnya

diperankan oleh laki-laki dewasa,

Yarou kabuki diciptakan sebagai

reaksi atas dilarangnya Onna kabuki

dan Wakashu kabuki.

Dalam perkembangannya,

kabuki digolongkan menjadi kabuki

odori (kabuki tarian) dan kabuki geki

(kabuki sandiwara). Kabuki odori

dipertunjukkan dari masa kabuki

masih dibawakan oleh Okuni. Selain

itu, kabuki odori juga bisa berarti

pertunjukan yang lebih banyak tarian

dan lagu dibandingkan dengan porsi

drama yang ditampilkan. Sedangkan,

kabuki geki merupakan pertunjukan

sandiwara yang ditujukan untuk

penduduk kota pada zaman Edo dan

berintikan sandiwara dan tari.

Peraturan yang dikeluarkan oleh

Keshogunan Edo mewajibkan

kelompok kabuki untuk habis-habisan

meniru kyōgen yaitu dengan

Page 6: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

17

seluruhnya mempertunjukan sebuah

pertunjukan sandiwara. Hal tersebut

dilakukan dengan alasannya kabuki

yang menampilkan tari sebagai

atraksi utama merupakan prostitusi

yang terselubung dan pemerintah

harus menjaga moral rakyat.

2. Kabuki di Zaman Modern

Kepopuleran kabuki tetap

tidak tergoyahkan sejak zaman Meiji,

tapi sering menerima kritik. Di

antaranya kalangan intelektual

menganggap isi cerita kabuki tidak

sesuai untuk dipertunjukkan di negara

orang beradab. Masyarakat luas juga

menuntut pembaruan di dalam kabuki,

sehingga mau tidak mau dunia

pertunjukan kabuki harus diubah

sesuai tuntutan zaman.

Akibat kritik yang diterima,

dunia pertunjukan kabuki sejak

zaman Meiji berusaha mengadakan

gerakan pembaruan dalam berbagai

aspek teater kabuki. Gerakan

pembaruan yang disebut Engeki

Kairyou Undou juga melibatkan

pemerintah Meiji yang memang

bermaksud mengontrol pertunjukan

kabuki.

Salah satu hasil gerakan

pembaruan kabuki adalah dibukanya

gedung Kabuki-za sebagai tempat

pementasan kabuki dan mengalami

beberapa renovasi dalam

pembangunannya di tahun 2013 pun

gedung Kabuki-za kembali direnovasi.

Selain itu, seiring dengan

perkembangan zaman, panggung

kabuki pun mengalami berbagai

macam perubahan dan

penyempurnaan. Di era modern saat

ini perubahan dari segi panggung

lebih berkesan klasik namun elegant

dan terdapat unsur modernnya.

Pementasan kabuki pada

zaman sekarang sudah sangat berbeda

dengan pementasan kabuki pada

zaman Edo. Kelompok kabuki

berusaha memodernisasi pertunjukan

sekaligus memelihara tradisi

pementasan. Kabuki sekarang sudah

dianggap sebagai seni pertunjukan

tradisional yang sesuai dengan

kemajuan zaman.

3. Upaya Pemerintah

Peranan pemerintah sangat

penting bagi perkembangan seni

teater kabuki yang ingin menjadikan

kabuki menjadi seni teater yang

entertaintment. Selain itu National

Institute of Arts Council Jepang

melakukan bantuan kegiatan untuk

memastikan di bidang promosi, atau

menyebarluaskan berbagai budaya

Page 7: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

18

yang dimiliki oleh negara Jepang.

Dibidang infrastruktur pemerintah

terus mengembangkan teater-teater

kabuki contohnya dengan pembukaan

dan pembaharuan gedung teater baru.

Selain itu, Di zaman sekarang kabuki

menjadi seni teater yang

entertainment dan berkesan modern

di mata masyarakat.

Dengan masuknya ke dalam

dunia entertainment menjadikan seni

teater kabuki sudah mulai meluas ke

dalam dunia pertelevisian di Jepang.

Bahkan setiap bulan akan diadakan

pementasan langsung seni teater

kabuki yang ditayangkan di jaringan

televisi NHK (Nippon Housou

Kyoukai). Dari hal tersebut dapat

diharapkan seni teater kabuki akan

menjadi seni teater yang

entertainment yang dapat bertahan

sampai ke masa yang akan datang

atau masa depan (Yasuji

Toita,1989:223).

Tidak hanya itu, untuk

membantu memperluas kabuki untuk

membuat seni yang entertainment di

hadapan masyarakat Jepang dan

masyarakat asing. Pada tahun 1988

pergelaran kabuki diadakan di enam

negara di luar Jepang yaitu Australia,

Kanada, Mesir, Meksiko, Republik

Korea, dan Amerika Serikat (Jepang

Dewasa ini, 1989:147). Dan pada

tahun 2016 pertunjukan kabuki

diadakan di Las Vegas, Amerika

Serikat. Maka dari itu, hal tersebut

memperluas pertunjukan seni teater

kabuki ke mancanegara dan

menjadikan seni tradisional Jepang

telah mendapatkan apresiasi oleh

masyarakat di luar Jepang.

4. Choukabuki

Seiring dengan berjalannya

waktu selain kebudayaan tradisional,

muncul beberapa kebudayaan modern

Jepang yang juga berkembang dengan

cepat di kalangan masyarakat Jepang,

salah satunya adalah budaya populer.

Budaya populer ini sangat cepat

berkembang dan mudah diterima oleh

masyarakat Jepang umumnya di

kalangan generasi muda atau remaja

di Jepang.

Keberadaan budaya

tradisional di era modern saat ini

memang kalah saing dengan pop

culture khususnya di kalangan

generasi muda di Jepang. Oleh karena

itu, di era modern saat ini, mereka

sadar akan terjadinya fenomena

dimana kebudayaan tradisonal akan

Page 8: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

19

mengalami suatu pergeseran. Maka

dari itu para budayawan khsusunya

dalam bidang seni teater tradisioanl

Jepang kabuki ini mencoba membuat

inovasi dimana diciptakannya

kolaborasi budaya antara budaya

tradisonal yaitu kabuki dengan

budaya populer saat ini yang banyak

digandrungi oleh generasi muda di

Jepang yaitu salah satu diva vocaloid,

Hatsune Miku.

Dari kolaborasi antara budaya

tradisional dengan budaya populer

tersebut, terbentuklah choukabuki.

Choukabuki merupakan pertunjukan

teater yang tercipta dari hasil

kolaborasi antara budaya tradisional

Jepang yaitu kabuki yang

menyuguhkan kolaborasi antara

Shido Nakamura seorang artis kabuki

kawakan Jepang, dengan salah satu

diva vocaloid yaitu Hatsune Miku

yang merupakan budaya populer yang

saat ini paling terkenal di kalangan

generasi muda di Jepang.

Choukabuki dihadirkan pada

tahun 2016 sebagai bukti otentik dari

kolaborasi antara salah satu budaya

tradisional dengan budaya populer.

Jika pada zaman dahulu penikmat

kabuki adalah masyarakat luas,

namun seiring dengan perkembangan

zaman, kabuki mulai ditinggalkan

oleh generasi muda karena dianggap

sebagai hiburan yang kuno.

Maka dari itu, tujuan dari

diciptakannya choukabuki di zaman

modern saat ini adalah untuk menarik

kembali perhatian generasi muda.

Selain itu, choukabuki diciptakan

demi mempertahankan eksistensi dari

budaya kabuki agar dapat terus diakui

keberadaannya oleh masyarakat luas.

Jika dalam pertunjukan

kabuki di zaman modern saat ini tidak

berubah dengan pertunjukan kabuki

di zama dahulu, namun lain halnya

dengan choukabuki. Contohnya

dalam pertunjukannya, choukabuki

menggunakan panggung yang persis

dipakai pada saat konser-konser

vocaloid. Panggung yang lebih luas,

dipasangnya sound system dalam

jumlah yang banyak yang

dipasangkan di sekitaran panggung

dan kursi penonton, pencahayaan

yang digarap menggunakan alat yang

disebut spot light, yaitu semacam

kotak besar berlensa yang berisi

lampu ratusan watt, serta penataan

musik pengiring yang dimainkan di

balik panggung agar tidak terlihat

penonton.

Page 9: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

20

Dari segi pertunjukan pun

berbeda, dalam segi pertunjukan

kabuki di era modern tetap sama

seperti halnya pertunjukan kabuki di

zaman dahulu yang semua

pemerannya adalah manusia. Namun

beda halnya dengan pertunjukan

choukabuki, dalam pertunjukannya

para aktor yang terkait dalam

pertunjukan choukabuki ini mereka

disandingkan dengan Hatsune Miku

yang merupakan salah satu diva

vocaloid, yang dalam pertunjukannya

pun ditunjukan atau disuguhkan

secara hologram 4D.

Dalam hal musik pengiring pun di

pertunjukan kabuki pada zaman

modern saat ini sama dengan zaman

dahulu. Di mana para pemain

musiknya berada di atoza (di bagian

belakang panggung). Namun beda

halnya dengan choukabuki, semua

musik pengiring yang sudah dijadikan

kumpulan instrumen-instrumen yang

sudah direkam dalam bentuk mp4 dan

segala halnya seperti editing efect

dalam pertunjukan sudah diatur oleh

operator yang berada di balik

panggung. Tidak hanya itu, dalam

pertunjukan choukabuki ini pun di

akhir atau di puncak acaranya mereka

mempersembahkan salah satu single

lagu vocaloid, Hatsune Miku.

Selain itu pertunjukan

choukabuki ini juga dilengkapi oleh

berbagai macam teknologi canggih,

dengan dipasangnya kamera dalam

jumlah besar di berbagai tempat di

dalam arena pertunjukan, dan dengan

algoritma pemprosesan gambar

khusus, di mana para pemeran di atas

panggung dapat dimunculkan di

tempat lain secara real time. Untuk

memastikan suara yang muncul dapat

didengar bahkan oleh pengunjung

yang lokasi tempat duduknya jauh

dari speaker, dibuat sebuah sistem di

mana 240 buah speaker dideretkan

mengelilingi kursi para pengunjung,

sepanjang 36 meter.

Di dalam pertunjukan

choukabuki digunakannya Microsoft

HoloLens dan sistem pengiriman

konten DAHLES (Dwango Advanced

HoloLive Education System),

membuat komentar-komentar yang

muncul pada live streaming

pertunjukan ini yang ditayangkan di

situs Nico-Nico Video, dapat muncul

secara real-time bersama dengan

hologram di dalam pertunjukan.

Tidak hanya itu, jika pada

pertunjukan kabuki di era modern saat

Page 10: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

21

ini kita harus datang secara langsung

untuk menonton kabuki di gedung

teater, maka beda halnya dengan

chokabuki yang bisa ditonton secara

live streaming yang ditayangkan di

situs Nico-Nico Douga.

5. Perhatian Generasi Muda di

Jepang Terhadap Choukabuki

Kelompok remaja di Jepang

saat ini suka menggunakan atau

mengkonsumsi hal-hal yang

membedakan diri meraka dengan

kelompok lainnya. Selain itu, gaya

hidup mereka memperkuat

pandangan bahwa menggunakan atau

mengkonsumsi hal-hal yang bersifat

modern itu merupakan usaha untuk

memperoleh status atau pandangan

sosial. Salah satunya pandangan

mereka terhadap budaya populer.

Oleh karena itu, budaya

populer juga menjadi sebuah

tantangan bagi Jepang untuk tetap

menjaga dan melestarikan berbagai

nilai-nilai maupun kebudayaan

tradisionalnya yang sudah dimiliki

sebelumnya. Namun dengan

dimunculkannya choukabuki ini,

eksistensi kabuki kembali dilirik oleh

berbagai kalangan, dengan chokabuki

berhasil mempertahankan eksistensi

kabuki yang sudah memudar dan

membangkitkannya dengan cara

berkolaborasi dengan Hatsune Miku.

Agar bisa terus mempertahankan

eksistensinya, maka suatu eksistensi

harus membuka diri terhadap

eksistensi-eksistensi lainnya. Dalam

hal ini eksistensi kabuki membuka

diri terhadap eksistensi dari vocaloid

yang saat ini sedang digandrungi oleh

generasi muda Jepang.

Simpulan

Kabuki adalah seni teater

tradisional Jepang yang dibuat dan

dinikmati oleh rakyat pada zaman

Edo. Pada zaman edo, kesenian

kabuki dinikmati oleh kaum chounin

sampai kaum bushi. Dalam

perkembangannya, kabuki

digolongkan menjadi kabuki odori

(kabuki tarian) dan kabuki geki

(kabuki sandiwara). Di zaman modern,

seni teater kabuki menjadi seni teater

yang entertainment dan kabuki

sekarang sudah dianggap sebagai seni

pertunjukan tradisional yang sesuai

dengan kemajuan zaman. Bahkan

setiap minggu dan bulan diadakan

pementasan langsung seni teater

kabuki yang ditayangkan di jaringan

televisi NHK (Nippon Housou

Kyoukai).

Page 11: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

22

Di zaman modern saat ini

muncul beberapa kebudayaan Jepang

yang juga berkembang dengan cepat

di kalangan masyarakat Jepang,

kebudayaan tersebut disebut juga

dengan budaya populer. Maka dari itu,

kabuki berkolaborasi dengan vocaloid

yang saat ini sedang digandrungi oleh

generasi muda Jepang. Dari

kolaborasi antara kedua budaya itu,

pada tahun 2016 muncullah

choukabuki. Choukabuki merupakan

pertunjukan teater yang tercipta dari

hasil kolaborasi antara budaya

tradisional Jepang yaitu kabuki yang

menyuguhkan kolaborasi antara aktor

kabuki dengan salah satu diva

vocaloid yaitu Hatsune Miku yang

dipertunjukan secara hologram 4D.

Dengan dilahirkan

choukabuki ini berhasil mengangkat

eksistensi dari budaya tradisional

yaitu kabuki yang memang di era

modern saat ini eksistensinya tidak di

era modern. Sejak awal pun tujuan

dari diciptakannya choukabuki di era

modern saat ini adalah untuk menarik

kembali perhatian generasi muda.

Selain itu, choukabuki diusut demi

mempertahankan eksistensi dari

kabuki agar dapat terus diakui

keberadaannya oleh masyarakat luas

khususnya kalangan anak muda di

Jepang di era modern.

Daftar Pustaka

-----2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Akasaka, Moto. 1989. Jepang Dewasa Ini. Jepang : International Society for

Educational Information, Inc.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan :

Ideologi, Epistermologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Japan Foundation. 2005. Image Jepang ( Jepang di Mata Orang Indonesia ).

Jakarta : The Japan Foundation.

Maran, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nakamura, Hajime. 1991. Nihonjin No Shii Houhou ( Cara Berpikir Orang

Jepang ). Tokyo : Nakada Akira.

Nogami, Kei. 2003. Mikka de Wakaru Kabuki, Tokyo: Daiyamondo Gurafikkusha.

Page 12: Kata kunci: choukabuki, kabuki, vocaloid

23

Schrool, J.W. 1982. Modernisasi : Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-

negara Sedang Berkembang. Jakarta : Gramedia.

Schrum. 2004. The Psychology of entertainment: concepts & application.

Washington: Microsoft Press.

Tobing, Ekayani. 2006. Keluarga Tradisional Jepang dalam Perspektif Sejarah

dan Perubahan Sosial. Depok : Iluni Kwj.

Wijaya, Putu. 2008. Teater. Jakarta : Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Zainal, Abidin. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Daftar Pustaka

http://www.kabuki-bito.jp

https://www.shochiku.co.jp

http://chokabuki.jp/#ticket

https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/tv/kabukikool/index.html

http://chokabuki.jp/vr/

http://www.fukuoka-now.com/en/kabuki-fukuokas-hakataza-theater/

http://chokaigi.jp/2018/booth/cho_kabuki.html/