Upload
ngothu
View
354
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Kegiatan Penyusunan Kajian Desa Wisata di DIY merupakan langkah penting yang
diperlukan untuk menyusun Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata
sebagai paduan pengembangan sebuah kampung/desa untuk menjadi desa
wisata. Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh upaya pembangunan dan
penataan desa wisata di DIY yang dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait
dapat dilaksanakan secara lebih terarah, dalam kerangka keterpaduan
pemanfaatan potensi desa sebagai destinasi pariwisata, tanggap terhadap
dinamika pasar, serta dikelola secara berkelanjutan.
Laporan ini merupakan “Laporan Akhir” yang disusun sebagai laporan ketiga
dari tiga tahap pelaporan pekerjaan “Kajian Desa Wisata di DIY”. Laporan akhir
ini di dalamnya memuat uraian mengenai pendahuluan, pendekatan, batasan
kajian desa wisata serta profil desa amatan yang menjadi dasar penyusunan
Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata sebagai paduan pengembangan
sebuah kampung/desa untuk menjadi desa wisata, analisis, instrumen
standarisasi/ guidelines pengembangan desa wisata serta strategi dan program
pengembangan desa wisata. Sekaligus studi kasus penerapan program pada desa
wisata Pentingsari.
Atas terselesaikannya laporan ini, Tim Penyusun menyampaikan terima kasih
kepada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta serta semua pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISILaporan Akhir
Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
1.
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1 – 1
1.2. Tujuan dan Sasaran 1 – 10
1.3. Lingkup Keluaran 1 – 12
1.4. Alur Pikir 1 – 13
2.
iii
BAB 2BATASAN KAJIAN DESA WISATA
2.1. Pengertian Wisata Pedesaan dan Desa Wisata 2 – 1
2.2. Tipologi Desa Wisata di Indonesia 2 – 5
2.3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Desa Wisata 2 – 8
2.4. Model Pengembangan Desa Wisata 2 – 11
2.5. Prinsip dasar Pengembangan Desa Wisata 2 – 13
2.6. Komponen Kajian Pengembangan Desa Wisata 2 – 14
2.6.1. Daya Tarik 2 – 14
2.6.2. Aksesibilitas 2 – 19
2.6.3. Fasilitas 2 – 20
2.6.4. Pemberdayaan Masyarakat 2 – 21
2.6.5. Pemasaran dan Promosi 2 – 27
2.6.6. Kelembagaan dan SDM 2 – 31
3.
BAB 3PROFIL DESA WISATA AMATAN
3.1. Batasan Lingkup Amatan 3 – 1
3.1.1. Justifikasi Batasan Amatan 3 – 1
3.1.2. Pemilihan Desa Wisata Amatan 3 – 1
3.2. Profil Desa Wisata Amatan 3 – 3
3.2.1. Desa Wisata berbasis Keunikan Sumber Daya BudayaLokal
3 – 6
3.2.1.1. Desa Wisata Kebon Agung 3 – 7
3.2.1.2. Desa Wisata Tanjung 3 – 13
3.2.1.3. Kampung Wisata Ketandan 3 – 15
3.2.2. Desa Wisata berbasis Keunikan Sumber Daya Alam 3 – 19
iv
3.2.2.1. Desa Wisata Nglanggeran 3 – 19
3.2.2.2. Desa Wisata Ketingan 3 - 23
3.2.2.3. Desa Wisata Nglinggo 3 – 27
3.2.3. Desa Wisata berbasis Perpaduan Keunikan SumberDaya Budaya dan Alam
3 – 31
3.2.3.1. Desa Wisata Srowolan 3 – 31
3.2.3.2. Desa Wisata Kembangarum 3 – 37
3.2.3.3. Desa Wisata Pentingsari 3 – 42
3.2.4. Desa Wisata berbasis Keunikan Aktifitas EkonomiKreatif
3 – 48
3.2.4.1. Desa Wisata Bobung 3 – 48
3.2.4.2. Desa Wisata Kasongan 3 – 52
3.2.4.3. Kampung Wisata Prawirotaman 3 – 56
3.3. Isu-isu Strategis yang Berkaitan dengan PengembanganDesa Wisata
3 – 60
4.
BAB 4PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA WISATA
4.1. Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan (SustainableTourism Development) 4 – 1
4.2. Pendekatan Ekowisata 4 – 1
4.3. Pendekatan Pariwisata berbasis PemberdayaanMasyarakat (Community Based Tourism) 4 – 3
4.4. Pendekatan Budaya 4 – 4
4.5. Pendekatan Good Tourism Governance 4 – 6
4.6. Pendekatan Kesesuaian antara Permintaan danPenawaran (Demand and Supply) 4 – 7
4.7. Pendekatan Pengembangan Wilayah 4 – 10
v
5.
BAB 5ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA
6.
BAB 6INSTRUMEN STANDARISASI/ GUIDELINESPENGEMBANGAN DESA WISATA
6.1. Instrrumen Dasar Pengembangan Desa Wisata 6 – 1
6.1.1. Instrumen Dasar Desa Wisata 6 – 1
6.1.2. Komponen Dasar Desa Wisata 6 – 6
6.1.3. Persyaratan Dasar Pembentukan Desa Wisata 6 – 7
6.2. Instrumen Standarisasi/ Guidelines Pengembangan DesaWisata
6 – 9
6.2.1. Embrio/ Potensial 6 – 9
6.2.2. Berkembang 6 – 10
6.2.3. Maju 6 – 11
7.
BAB 7PROGRAM IMPLEMENTASI BERDASAR TINGKATPERKEMBANGAN
7.1. Strategi Pengembangan 7 – 1
7.2. Program Pengembangan 7 - 4
8.
BAB 8MONITORING DAN EVALUASI
8.1. Tujuan dan Sasaran 8 – 1
8.2. Instrumen Evaluasi 8 - 3
vi
9.
BAB 9STUDI KASUS – DESA WISATA PENTINGSARI
9.1. Justifikasi Pemilihan 9 – 1
9.2. Profil Singkat Desa Wisata Pentingsari
9.3. Program Pengembangan
10.
BAB 10KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
10.1. Kesimpulan 10 – 1
10.2. Rekomendasi 10 – 3
vii
DAFTAR GAMBARGambar 1.1. Contoh Desa Wisata Candirejo di kawasan
Borobudur, Jawa Tengah 1 – 7
Gambar 2.1. Tipologi Desa Wisata 2 – 5
Gambar 2.2. Skema Upaya Peningkatan PemberdayaanMasyarakat 2 – 23
Gambar 2.3. Aspek Keterlibatan Masyarakat dalam KonsepPemberdayaan 2 – 26
Gambar 2.4. Skema Proses Pembentukan Branding 2 – 30
Gambar 3.1. Peta Administratif Daerah Istimewa Yogyakarta 3 – 3
Gambar 3.2. Peta Sebaran Desa Wisata di DIY 3 – 5
Gambar 3.3. Peta Sebaran Desa Wisata Amatan 3 – 6
Gambar 4.1. Skema Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan 4 - 2
Gambar 4.2. Pemangku Kepentingan dalam PengembanganPariwisata 4 – 5
Gambar 4.3. Diagram Good Tourism Governance Model 4 – 10
Gambar 4.4. Diagram Kesesuaian Permintaan dan Penawaran 4 – 11
Gambar 4.5. Konsep Pengembangan Wilayah Berdasar padaPenataan Ruang 4 – 13
viii
DAFTAR TABELTabel 2.1. Pengelompokkan SDM pariwisata 3 - 34
Tabel 3.1. Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak Lurus keIbukota Provinsi menurut Kabupaten/Kota diDaerah Istimewa Yogyakarta
4 – 4
11.
Laporan Akhir 1 - 0
BAB 1PENDAHULUAN
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 1 - 1
1.1. LATAR BELAKANG
1.1.1. KONDISI UMUM KEPARIWISATAAN INDONESIA
Industri pariwisata merupakan industri yang dikembangkan dandiandalkan sebagai salah satu sektor pendorong pertumbuhanekonomi, karena sektor pariwisata berpengaruh signifikan terhadapperekonomian masyarakat. Industri Pariwisata merupakan kegiatanyang tidak mengenal batas ruang dan wilayah (borderless).Pengaruh globalisasi akibat perkembangan teknologi informasi yangdiikuti dengan kemudahan akses membuat pergerakan manusiamenjadi lebih cepat, lebih bervariasi, lebih nyaman, lebihekonomis, lebih mudah. Berwisata merupakan salah satukebutuhan manusia. Rekreasi, relaksasi, mencari pengalaman,kekaguman, nostalgia, keindahan dan beberapa alasan lain,membuat orang untuk melakukan perjalanan ke berbagai destinasiuntuk menikmati berbagai produk pariwisata dan fasilitas yangtersedia.
Beberapa negara bahkan mengandalkan industri pariwisata sebagaipandapatan utamanya (sektor yang diandalkan untuk perkembanganekonomi). Agar mampu bersaing dengan Destinasi lain, merekamengemas potensi obyek dan tujuan wisatanya secara sistematis,terprogram, terencana, konsisten, integrated dan holistik. Berbagaikemudahan, fasilitas, pelayanan prima, kemudahan iklim danregulasi dijadikan sebagai alat promosi. Komitmen yang tinggidengan perencanaan yang berkelanjutan (sustainable) sertapenjagaan (pelestarian) yang benar menjadi ciri beberapa destinasiyang mampu bertahan. Mereka sadar akan konsekuensi yang akanditerimanya, apabila tidak menjaga potensi dan produk wisatanyasecara komprehensif. Industri Pariwisata memiliki konsumen (pasar)yang tak dapat diatur atau dipaksa agar pergi kesuatu destinasitertentu. Kebebasan wisatawan untuk berkunjung ke destinasitertentu bersifat absolut.
Suatu Destinasi harus mengubah sikap dari eksklusif kedaerahan(spasial) ke sikap yang saling bekerja sama, menjalin kemitraan danmengembangkan jejaring (networking) dengan program-program
Laporan Akhir 1 - 2
yang integrated dan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).Namun, sesuai hukum pasar, suatu destinasi harus mengerti benarkaidah dan permasalahan pasar. Kepercayaan, adalah kata kuncibila akan bergerak dibidang jasa. Berbagai bidang jasa salingberhubungan erat dalam Industri Pariwisata seperti perbankan,money changer, jasa tranportasi, pertanian dan perkebunan (agrowisata), dan masih banyak lagi. Persaingan, perjanjian,penghindaran klaim, proteksi, inteljen bisnis dilakukan oleh parapelaku dan pengelola pariwisata. Dia harus mengenal siapakonsumennya, kompetitornya dan potensinya sehingga destinasitersebut dapat mengerti posisi dan kemampuannya dalammempengaruhi pasar. Analisa komprehensif terhadap keinginankonsumen diperlukan untuk mengetahui varian dan kualitas produkyang diinginkan atau laku Dijual. Kualitas dan bauran(keanekaragaman) produk yang dihasilkan, merupakan cerminkemampuan produsen. Kemampuan produsen merupakan outputdari proses pembinaan dan pembelajaran. Pemberdayaanmasyarakat dengan model atur diri sendiri dibarengi dengankualitas dan bauran produksi signifikan serta ketergantunganpenghidupan pada kelestrian destinasi, merupakan salah satu carauntuk meningkatkan ekonomi rakyat, utamanya disekitar destinasi.Kualitas, validitas, ketersediaan dan menejemen data merupakanhal terpenting dalam upaya untuk mengerti terhadap kemampuandiri sendiri dan kemampuan pesaing. Output Perencanaan (solusi)yang tepat hanya akan diperoleh apabila masukan (data) tentangpermasalahan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat.
Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untukmeningkatkan pendapatan, terutama meningkatkan pendapatanpemerintah, khususnya pendapatan devisa, sehinggaperkembangannya lebih bersifat ekonomi-sentris dan berorientasipada pertumbuhan. Karena jumlah pendapatan devisa ditentukanoleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjunganwisatawan ke negara destinasi, maka tolok ukur keberhasilanpengembangan pariwisata sering dinilai dengan pencapaian target :
a. Jumlah kunjungan wisatawan
Laporan Akhir 1 - 3
b. Pengeluaran wisatawan (expenditures)c. Lama tinggal wisatawan (lengh of stay)
(Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional tahun2005 – 2009)
WTO (World Tourism Organization) memprediksi bahwapertumbuhan Industri Pariwisata Dunia (travel Industry) adalah 4,2%pertahun dalam jangka waktu 10 tahun (2000 s/d 2010). Tingkatpertumbuhan terbesar akan dimiliki oleh beberapa negaradikawasan Asia. Optimisme yang sama disampaikan oleh WorldTravel & Tourism Council (WWTC) yang menyatakan bahwa :”Disadari atau tidak, Kepariwisataan dunia akan menjelma menjadi‘Mega Industri’ dan diperkirakan akan menjadi salah satu penggerakutama perekonomian di abad 21”. WWTC juga memprediksikanIndustri pariwisata akan menggerakkan antara 850 juta hingga 1miliar wisatawan mancanegara di seluruh dunia pada tahun 2005.Bahkan, melihat tren perkembangan pariwisata tahun 2020,perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang, 438 jutaorang akan berkunjung ke kawasan Asia-pasifik dan 100 juta keCina.
Pada tahun 2002, pengeluaran wisatawan internasional di seluruhdunia mencapai US$ 474 miliar, dimana US$ 94,7 miliar diantaranyaditerima oleh negara-negara di kawasan Asia-Pasifik (WTO,2003).Dengan perolehan US$ 4,496 miliar pada tahun 2002, penerimaandevisa Indonesia baru mewakili 0,95% dari pengeluaran wisatawandunia. Indonesia diperkirakan akan dikunjungi oleh 10 juta orangwisatawan pada tahun 2009 dengan perolehan devisa (diperkirakan)sebesar US$ 10 miliar.
1.1.2. SADAR WISATA DAN PERAN PENTINGNYA DALAM PENGEMBANGANDESTINASI PARIWISATA
Dalam pengembangan kepariwisataan, Destinasi Pariwisatamerupakan unsur vital sekaligus penggerak utama bagi wisatawandalam memutuskan perjalanan dan kunjungan ke suatu daerah atau
Laporan Akhir 1 - 4
negara. Destinasi Pariwisata yang dibentuk oleh serangkaiankomponen produk, wilayah dan citra atau karakter atraksi menjadifokus penting dalam pengembangan kepariwisataan, khususnyadalam mengembangkan keunggulan banding dan keunggulan saingdalam berkompetisi untuk menarik pasar wisatawan regionalmaupun internasional.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan destinasi pariwisata masihmengalami sejumlah kendala dan hambatan, baik dari manajemenproduk wisata yang dikembangkan didalamnya, maupun koordinasidan dukungan sektoral yang masih terbatas serta koordinasi lintaswilayah/ daerah yang belum bisa berjalan efektif karena ego/semangat kedaerahan.
Di lain pihak, perkembangan pariwisata dan tren pasar duniasemakin menuntut pengembangan dan pengelolaan destinasipariwisata yang mampu memberikan daya tarik yang atraktif,manajemen atraksi yang kreatif dan non konvensional, pengalamanwisata dan pelayanan yang berkualitas serta berbagai kemudahandari segi akses informasi, aksesibilitas inter-regional maupunkemudahan dan kenyamanan berwisata lainnya.
Dari dinamika perkembangan kepariwisataan nasional sangatterlihat bagaimana implikasi sektor kepariwisataan terhadappembangunan ekonomi. Pariwisata sangat dipengaruhi oleh situasidan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisataakan berkembang karena didukung oleh kesejahteraan pendudukdan fasilitas daerah tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknyajuga dapat terjadi yaitu pariwisata dapat mendorong perekonomianregional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan menimbulkandemand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsangpertumbuhan produksi.
Pengembangan destinasi pariwisata memiliki keterkaitan lintassektor yang mampu membuka peluang investasi sangat luas. Sektorpariwisata bukanlah sektor yang berdiri sendiri, tetapi merupakanindustri multi sektor. Karena itu maka dampak ekonomi yangditimbulkan pariwisata juga berdimensi multi sektor. Dampakekonomi tersebut dapat berupa pertumbuhan industri/usaha yang
Laporan Akhir 1 - 5
terkait dengan pariwisata atau industri/usaha yang berkarakteristikpariwisata, peningkatan pendapatan penduduk, kesempatan kerjadan investasi.
Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsungdengan berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsioleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupunwisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan sektorpariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhansektor-sektor lain termasuk pertanian. Dampak ekonomis pariwisatayang lintas sektor ini bahkan juga melintas multi sektor dalambentuk pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.Sistem keterkaitan produk dan jasa layanan dalam kegiatankepariwisataan akan melibatkan unsur-unsur jaringan maskapaipenerbangan, tranportasi, jaringan hotel, biro-biro perjalanan,industri jasa boga dan berbagai jasa terkait lainnya dari seluruhdunia.
1.1.3. TUMBUHNYA TREN WISATA MINAT KHUSUS DAN PENGARUHNYATERHADAP KUNJUNGAN DESA WISATA
Pariwisata sebagai salah satu sektor dalam pembangunan Indonesia,merupakan sektor yang sangat dinamis didalam menagkap berbagaikecenderungan perkembangan global. Hal ini terlihat dariterjadinya pergeseran orientasi motivasi kunjungan wisatawan darimass tourism kepada suatu bentuk kunjungan individual/kelompokkecil yang berminat pada kehidupan keseharian. Disamping itu,pariwisata adalah suatu sektor yang dinamis dan sangat tanggapterhadap berbagai kecenderungan dan perkembangan nilaikehidupan baru (Machin, 1986) dan (Hughes-Freeland, 1990). Desawisata merupakan salah satu jawaban dari perkembangankecenderungan pasar, dimana orientasi pilihan wisatawan padahotel besar dan modern telah bergeser pada pilihan-pilihan tipeakomodasi atau juga produk yang berskala kecil, tetapi unik.Melalui desa wisata, diharapkan terjadi permerataan yang sesuaidengan konsep pembangunan pariwisata yang berkesinambungan.
Laporan Akhir 1 - 6
Bercermin kepada pola konsumsi wisatawaan terutamamancanegara maka dewasa ini banyak bermunculan wisatawanminat khusus yang orientasinya tidak lagi terbelenggu olehkeindahan alam semata tetapi lebih kepada suatu interaksi baikterhadap budaya, masyarakat maupun alam setempat. Effektifitasdan wujud dari interaksi yang maksimal dapat direalisasikan melaluikeunikan suatu kawasan. Terutama jika dikawasan tersebut ditemuihal– hal yang tidak lazim dan berbeda dari kesehariam wisatawantersebut. Keunikan tersebut dapat tertuang dalam suatu bentukkebiasaan, aktivitas sehari-hari, ritual serta pola hidup yangharmonis dengan alam. Berlandaskan semangat untuk meningkatkantaraf kehidupan masyarakat serta menyikapi keinginan wisatawanuntuk mencari sesuatu hal yang baru, eksotisme, maka konsep desawisata merupakan salah satu sarana untuk menyatukan keduaelemen tersebut.
Adanya trend atau kecenderungan yang signifikan pada dua dekadeterakhir ini, yaitu segmen pasar wisata minat khusus memberikanpengaruh kepada perkembangan desa wisata. Wisatawan denganberbagai motivasi melakukan perjalanan wisata ke desa wisatauntuk bisa menikmati kehidupan masyarakat, berinteraksi secaraaktif dalam berbagai aktivitas di lokasi desa wisata dan juga belajarkebudayaan lokal setempat. Atraksi yang ada pada desa wisataakan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pola kunjunganwisatawan di desa wisata. Beberapa desa wisata seperti Candirejodi kawasan Borobudur dan desa wisata Karangbanjar di Purbalinggamenawarkan suasana dan aktivitas pedesaan yang dikemas dalambentuk paket wisata. Menurut Daldjoeni (1998), setiap desa akanmemiliki geographical setting dan human effort yang berbeda-bedasatu dengan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi strategimasyarakat sebagai host community dalam memanfaatkan potensiyang ada untuk dikemas sebagai atraksi yang menarik bagiwisatawan. Wisatawan memiliki preferensi tertentu dengan atraksiyang disajikan sehingga atraksi harus dikembangkan dan dikelolasesuai dengan potensi desa sehingga mampu memenuhi apa yangdiharapkan oleh wisatawan.
Laporan Akhir 1 - 7
Gambar 1.1.
Contoh Desa Wisata Candirejo di kawasan Borobudur, Jawa Tengah
1.1.4. WISATA PEDESAAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEGIATANWISATA ALTERNATIF YANG PROSPEKTIF
Bentuk-bentuk kegiatan wisata alternatif perlu menjadi perhatianpenting dalam pengembangan daya tarik wisata di Indonesia,khususnya terkait dengan keragaman budaya dan keunikan alam.Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka pengembangan wisatapedesaan (village tourism) atau desa wisata (tourism village)sebagai aset pariwisata menjadi alternatif yang dipandang sangatstrategis untuk menjawab sejumlah agenda dalam pembangunankepariwisataan.
Melalui pengembangan wisata pedesaan atau desa wisata, makasuatu destinasi pariwisata akan memiliki keragaman ataudiversifikasi produk yang akan membuka peluang kunjungan ulangbagi wisatawan yang pernah berkunjung ke daerah atau destinasitersebut. Pengembangan wisata pedesaan atau desa wisata juga
Laporan Akhir 1 - 8
dianggap mampu meminimalkan potensi urbanisasi masyarakat daripedesaan ke perkotaan dikarenakan mampu menciptakan aktifitasekonomi di wilayah pedesaan yang berbasis pada kegiatanpariwisata (ekonomi pariwisata). Daya produktif potensi lokaltermasuk didalamnya adalah potensi-potensi wilayah pedesaan akandapat didorong untuk tumbuh dan berkembang denganmemanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh desa, sehingga akandapat menjadi instrumen yang efektif dalam mendorongpengembangan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakatpedesaan. Lebih lanjut, akan dapat didorong berbagai upaya untukmelestarikan dan memberdayakan potensi keunikan berupa budayalokal dan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang ada dimasyarakat yang cenderung mengalami ancaman kepunahan akibatarus globalisasi yang sangat gencar dan telah memasuki wilayahpedesaan.
Sejalan dengan mengemukanya agenda pembangunan pariwisataberkelanjutan (sustainable tourism development) sebagai responatas kepedulian yang semakin tinggi akan lingkungan, serta nilaimanfaat pariwisata bagi masyarakat, maka dalam kontekspengembangan kepariwisataan muncul konsep wisata alternatif(alternative tourism) sebagai bentuk penyeimbang atas dominannyaperkembangan wisata massal (mass tourism) dalam ranahpengembangan produk kepariwisataan.
Salah satu bentuk wisata alternatif yang menyentuh langsungkepada masyarakat dan secara signifikan dapat mengurangikecenderungan fenomena urbanisasi masyarakat dari desa ke kotaadalah pengembangan wisata pedesaan (village tourism)yangberbasis pada pemanfaatan potensi desa dengan segala entitasmasyarakat, alam, dan budaya yang ada di dalamnya sebagaikekuatan daya tarik wisata.
Lebih darisatu dekade terakhir, pengembangan wisata pedesaandan desa wisata berjalan begitu pesat dan menyebar di hampirseluruh wilayah provinsi di Indonesia, terlebih dengan adanyadorongan program PNPM Mandiri Pariwisata, banyak desa wisatabaru bermunculan diberbagai daerah yang mencoba untuk
Laporan Akhir 1 - 9
menangkap peluang perkembangan kepariwisataan serta minatpasar untuk mencari destinasi wisata alternatif diluar destinasi-destinasi populer yang sudah banyak dikenal dalam konteks wisatamassal (mass tourism) dan wisata konvensional.
1.1.5. NILAI STRATEGIS KEGIATAN PENYUSUNAN KAJIANPENGEMBANGAN DESA WISATA
Desa wisata dalam konteks produk wisata umumnya memilikipenduduk yang masih memegang teguh tradisi dan budaya yangrelatif masih asli, begitu pula halnya dengan alam dan lingkunganyang masih terjaga kelestariannya. Selain keunikan dan kekhasanyang dimilikinya, kawasan desa wisata harus memiliki berbagaifasilitas pendukung untuk menunjang kegiatan kepariwisataan yangberlangsung didalamnya, yang akan memudahkan para pengunjungatau wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata.
Desa wisata adalah suatu wilayah dengan luasan tertentu danmemiliki potensi keunikan daya tarik wisata yang khas dengankomunitas masyarakatnya yang mampu menciptakan perpaduanberbagai daya tarik wisata dan fasilitas pendukungnya untukmenarik kunjungan wisatawan termasuk tumbuhnya fasilitasakomodasi yang disediakan oleh masyarakat setempat.Pengembangan desa wisata harus direncanakan secara tepat agardampak yang timbul dapat dikontrol.
Adanya perkembangan desa wisata yang begitu pesat perludidukung dengan kajian pengembangan desa wisata yangselanjutnya dapat digunakan bagi segenap pemangku kepentingandalam pengembangan desa wisata yang dapat memberikan manfaatbagi masyarakat setempat melalui pembangunan pariwisataberkelanjutan (sustainable tourism development) yang berbasispemberdayaan masyarakat lokal (community based tourism).
Kajian yang ada diharapkan dapat mendorong terciptanyapengembangan dan pengelolaan desa wisata yang lebih terarah,terencana, dan berkelanjutan. Lebih lanjut, dapat didukung oleh
Laporan Akhir 1 - 10
semua pihak, serta memberi manfaat yang signifikan bagi seluruhmasyarakat desa melalui tumbuh dan berkembangnya ekonomipariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan sebuah desa wisata memerlukan kajian sehinggadampak dari pengembangan kegiatan kepariwisataan di kawasanpedesaan dapat dikontrol, diantaranya melalui pengembangan skalaterbatas (small scale development), dengan memperhatikan faktordaya dukung (carrying capacity) dan keberlangsungan(sustainability) serta dapat memberikan manfaat ekonomi baiksecara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat desa.Oleh karenanya, pengembangan suatu desa wisata perlu menitik-beratkan pada pentingnya pemberdayaan masyarakat melaluiCommunity Based Tourism.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIYadalah:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyakat lokal dalam pariwisata,khususnya dalam konsep desa wisata berbasis alam dan ekonomikreatif
2. Membangun sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utamapembangunan perekonomian Yogyakarta yang berkelanjutan
3. Memetakan potensi dan permasalahan desa wisata Yogyakartasebagai media edukasi, pariwisata dan peningkatan sosialekonomi masyarakat pedesaan.
Laporan Akhir 1 - 11
1.2.2. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIYadalah:
1. Tersusunnya dokumen pemetaan potensi desa wisataYogyakarta sebagai media edukasi, pariwisata dan peningkatansosial ekonomi masyarakat pedesaan
2. Tersusunnya dokumen klasifikasi desa wisata yang sesuaidengan tipologi desa-desa wisata sehingga programpengembangan desa wisata DIY dapat tepat sasaran dan sesuaidengan kondisi desa wisata tersebut
3. Meningkatnya pemberdayaan masyakat lokal dalam pariwisata
1.3. LINGKUP KELUARAN
Kajian Pengembangan Desa Wisata DIY akan menghasilkan:
A. Batasan/ cakupan desa wisata amatan
B. Profil dan kondisi desa wisata amatan, yang mencakup didalamnya:
a. Profil dan kondisi daya tarik wisata
b. Profil dan kondisi aksesibilitas/ transportasi
c. Profil dan kondisi fasilitas pariwisata
d. Profil dan kondisi pemberdayaan masyarakat
e. Profil dan kondisi pemasaran dan promosi
f. Profil dan kondisi Kelembagaan dan SDM
C. Analisis desa wisata amatan yang mencakup analisis lingkunganinternal maupun eksternal
a. Analisis lingkungan internal yang mencakup analisis kondisikomponen: daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas,pemberdayaan masyarakat, pemasaran dan promosi, sertakelembagaan dan SDM
Laporan Akhir 1 - 12
b. Analisis lingkungan eksternal, mencakup analisis dinamikaeksternal baik dalam konteks paradigma, regulasi ataukesepakatan global/ internasional, tren dan aspek-aspeklain yang berkaitan langsung dan tak langsung terhadapkonteks pengembangan desa wisata
D. Isu-isu strategis sebagai dasar perencanaan dan pengembangandesa wisata di DIY
E. Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata sebagai paduanpengembangan sebuah kampung/desa untuk menjadi desawisata, yang mencakup di dalamnya:
a. Instrumen daya tarik wisata
b. Instrumen aksesibilitas/ transportasi
c. Instrumen fasilitas pariwisata
d. Instrumen pemberdayaan masyarakat
e. Instrumen pemasaran dan promosi
f. Instrumen Kelembagaan dan SDM
Laporan Akhir 1 - 13
1.4. ALUR PIKIR
Usulan Teknis - 0
BAB 2BATASAN KAJIAN
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 2 - 1
2.1. PENGERTIAN WISATA PEDESAAN DAN DESA WISATA
2.1.1. WISATA PEDESAAN
Wisata Pedesaan atau village tourism telah dikenal secara luas
sebagai salah satu bentu produk wisata yang dikembangkan di
kawasan atau area pedesaan (country side) di berbagai tempat di
dunia, sebagai bentuk kegiatan wisata yang membawa wisatawan
pada pengalaman untuk melihat dan mengapresiasi keunikan
kehidupan dan tradisi masyarakat di pedesaan dengan segala
potensinya
2.1.2. DESA WISATA
A. Pengertian
Desa Wisata memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
1) Suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku.
2) Suatu wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya
tarik yang khas (baik berupa daya tarik/ keunikan fisik
lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya
kemasyarakatan), yang dikelola dan dikemas secara alami
dan menarik dengan pengembangan fasilitas pendukung
wisata dalam suatu tata lingkungan yang harmonis dan
pengelolaan yang baik dan terencana Sehingga daya tarik
pedesaan tersebut mampu menggerakkan kunjungan
wisatawan ke desa tersebut, serta menumbuhkan aktifitas
ekonomi pariwisata yang meningkatkan kesejahteraan dan
pemberdayaan masyarakat setempat.
3) Definisi Desa Wisata lainnya adalah: Village Tourism, where
small groups of tourist stay in or near traditional, often
Laporan Akhir 2 - 2
remote villages and learn about village life and the local
environment. Terjemahan bebas : Wisata pedesaan dimana
sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat
dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang
terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan
lingkungan setempat.
Desa Wisata dalam konteks wisata pedesaan tersebut dapat
disebut sebagai asset kepariwisataan yang berbasis pada
potensi pedesaan dengan segala keunikan dan daya tariknya
yang dapat diberdayakan dan dikembangkan sebagai produk
wisata untuk menarik kunjungan wisatawan ke lokasi desa
tersebut.
B. Kriteria Desa Wisata
Suatu Desa dapat dikembangkan sebagai DESA WISATA apabila
memiliki kriteria-kriteria dan faktor-faktor pendukung sebagai
berikut :
Memiliki potensi produk/ daya tarik yang unik dan
khas yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik
kunjungan wisatawan (sumber daya wisata alam,
budaya). Potensi obyek dan daya tarik wisata
merupakan modal dasar bagi pengembangan suatu
kawasan pedesaan menjadi Desa Wisata. Potensi-
potensi tersebut dapat berupa :
potensi fisik lingkungan alam (persawahan,
perbukitan, bentang alam, tata lingkungan
perkampungan yang unik dan khas, arsitektur
bangunan yang unik dan khas, dsbnya).
potensi kehidupan sosial budaya masyarakat (pola
kehidupan keseharian masyarakat yang unik dan
Potensi produk/obyek dan dayatarik wisata yangunik dan khas
Laporan Akhir 2 - 3
khas, adat istiadat dan tradisi budaya, seni
kerajinan dan kesenian tradisional, dsbnya).
Tingkat penerimaan dan komitmen masyarakat
terhadap kegiatan kepariwisataan; yaitu adanya sikap
keterbukaan dan penerimaan masyarakat setempat
terhadap kegiatan pariwisata sebagai bentuk kegiatan
yang akan menciptakan interaksi antara masyarakat
lokal (sebagai tuan rumah/ host) dengan wisatawan
(sebagai tamu/ guest) untuk dapat saling berinteraksi,
menghargai dan memberikan manfaat yang saling
menguntungkan, khususnya bagi masyarakat local
adalah bagi penghargaan dan pelestarian budaya
setempat dan manfaat ekonomi kesejahteraan
masyarakat lokal. Sedangkan bagi wisatawan adalah
pengkayaan wawasan melalui pengenalan budaya
local. Untuk itu perlu adanya semangat dan motivasi
yang kuat dari masyarakat dalam menjaga karakter
yang khas dari lingkungan fisik alam pedesaan dan
kehidupan budaya yang hidup dan tumbuh dalam
masyarakat setempat. Hal tersebut juga merupakan
faktor yang sangat mendasar, karena komitmen atau
motivasi tersebut sesungguhnya yang akan menjamin
kelangsungan daya traik dan kelestarian sumber daya
wisata yang dimiliki desa tersebut. Karena apabila hal
tersebut tidak terjaga maka modal dasar yang menjadi
daya tarik dan magnet wisatawan untuk berkunjung ke
desa tersebut akan hilang, dan kegiatan pariwisata
tidak dapat berlangsung kembali. Oleh karena itu
kelembagaan yang mendukung pengembangan dan
pengelolaan desa wisata menjadi faktor pendukung
keberhasilan pengembangan desa wisata.
Tingkatpenerimaan dankomitmen yangkuat darimasyarakatsetempat
Laporan Akhir 2 - 4
Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) lokal yang cukup dan memadai untuk
mendukung pengelolaan desa wisata. Hal tersebut
sangat penting dan mendasar karena pengembangan
desa wisata dimaksudkan untuk memberdayakan
potensi SDM setempat sehingga mampu meningkatkan
kapasitas dan produktifitasnya secara ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan
melalui bidang-bidang yang dimilikinya. Dengan
demikian dampak positif pengembangan pariwisata di
desa tersebut akan dapat dirasakan langsung
masyarakat setempat, dan bukannya pihak lain.
Potensi dasar yang dimiliki oleh suatu desa untuk
menjadi desa wisata selanjutnya perlu didukung
dengan faktor peluang akses terhadap akses pasar.
Faktor ini memegang peran kunci, karena suatu desa
yang telah memiliki kesiapan untuk dikembangkan
sebagai desa wisata tidak ada artinya manakala tidak
memiliki akses untuk berinteraksi dengan pasar/
wisatawan. Oleh karena itu kesiapan desa wisata harus
diimbangi dengan kemampuan untuk membangun
jejaring pasar dengan para pelaku industri pariwisata,
dengan berbagai bentuk kerjasama dan pengembangan
media promosi sehingga potensi desa tersebut muncul
dalam peta produk dan pemaketan wisata di daerah,
regional, nasional maupun inernasional. Sedemikian
sehingga dapat dijaring peluang kunjungan wisatawan
ke desa tersebut.
Potensi SDM lokalyang mendukung
Peluang aksesterhadap pasarwisatawan
Laporan Akhir 2 - 5
Memiliki alokasi ruang/ area untuk pengembangan
fasilitas pendukung wisata pedesaan, seperti :
akomodasi/ homestay, area pelayanan umum, area
kesenian dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat
penting dan mendasar karena aktifitas wisata
pedesaan akan dapat berjalan baik dan menarik
apabila didukung dengan ketersediaan fasilitas
penunjang yang memungkinkan wisatawan dapat
tinggal, berinteraksi langsung dengan masyarakat
lokal, dan belajar mengenai kebudayaan setempat,
kearifan lokal dan lain sebagainya.
2.2. TIPOLOGI DESA WISATA DI INDONESIA
Tipologi desa wisata didasarkan atas karakteristik sumber daya dan
keunikan yang dimilikinya dapat dikelompokkan dalam 4 (empat)
kategori, yaitu:
Gambar 2.1.
Tipologi Desa Wisata
Ketersediaan area/ruang untukpengembanganfasilitaspendukung wisatapedesaan.
Laporan Akhir 2 - 6
Gambaran tipologi desa wisata tersebut, selanjutnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Desa wisata berbasis keunikan sumber daya budaya lokal
(adat tradisi kehidupan masyarakat,artefak budaya, dsb)
sebagai daya tarik wisata utama
Yaitu wilayah pedesaan dengan keunikan berbagai unsur adat
tradisi dan kekhasan kehidupan keseharian masyarakat yang
melekat sebagai bentuk budaya masyarakat pedesaan, baik
terkait dengan aktifitas mata pencaharian, religi maupun
bentuk aktifitas lainnya.
2) Desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam sebagai
daya tarik utama (pegunungan, agro/ perkebunan dan
pertanian, pesisir – pantai, dsbnya)
Yaitu wilayah pedesaan dengan keunikan lokasi yang berada di
daerah pegunungan, lembah, pantai, sungai, danau dan
berbagai bentuk bentang alam yang unik lainnya, sehingga
desa tersebut memiliki potensi keindahan view dan lansekap
untuk menarik kunjungan wisatawan.
3) Desa wisata berbasis perpaduan keunikan sumber daya
budaya dan alam sebagai daya tarik utama
Yaitu wilayah pedesaan yang memiliki keunikan daya tarik
yang merupakan perpaduan yang kuat antara keunikan sumber
daya wisata budaya (adat tradisi dan pola kehidupan
masyarakat) dan sumber daya wisata alam (keindahan bentang
alam/ lansekap).
4) Desa wisata berbasis keunikan aktifitas ekonomi kreatif
(industri kerajinan, dsb) sebagai daya tarik wisata utama.
Laporan Akhir 2 - 7
Yaitu wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya tarik
sebagai tujuan wisata melalui keunikan aktifitas ekonomi
kreatif yang tumbuh dan berkembang dari kegiatan industri
rumah tangga masyarakat local, baik berupa kerajinan,
maupun aktifitas kesenian yang khas.
Kriteria Desa Wisata yang bisa menjadi acuan lain dalam
menentukan tipologi desa wisata yaitu :
1) Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan
hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling
menarik dan atraktif di desa.
2) Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata
terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari
ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.
3) Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah,
jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria
ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu
desa.
4) Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek
penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada
komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama
yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.
5) Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan
transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan
sebagainya.
Masing-masing kriteria di atas digunakan untuk melihat
karakteristik utama suatu desa untuk kemudian menetukan apakah
suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe
one day trip atau tipe tinggal inap.
Laporan Akhir 2 - 8
2.3. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN DESA WISATA
Pengembangan desa wisata sebagai suatu aset kepariwisataan dan
aset ekonomi untuk menumbuhkan ekonomi pariwisata di daerah,
khususnya di wilayah pedesaan, disamping perlu didukung dengan
pemenuhan atas sejumlah kriteria dasar diatas, juga harus
dikembangkan dengan menjaga dan memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya
masyarakat desa setempat. Pengembangan suatu desa
menjadi desa wisata harus memperhatikan sebagai aspek yang
berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya dan mata
pencaharian desa tersebut. Suatu desa dalam
pengembangannya atraksi wisata harus disesuaikan dengan
adat, budaya ataupun tata cara yang berlaku di desa tersebut.
Wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut harus mengikuti
tata cara dan adat istiadat yang berlaku di desa tersebut.
b. Pembangunan fisik ditujukan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan desa. Pengembangan pariwisata di suatu desa
pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa
tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di
desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga
menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pengembangan fisik
seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK,
penyedeiaan sarana dan prasarana ait bersih dan sanitasi lebih
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati
oleh wisatawan.
c. Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian.
Arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang
digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas
Laporan Akhir 2 - 9
desa tersebut sehingga dapat mencerminkan kelokalan dan
keaslian wilayah setempat. Bahan-bahan/material yang
digunakan untuk bangunan rumah, interior, peralatan
makan/minum dan fasilitas lainnya hendaknya memberikan
nuansa yang alami dan menggambarkan unsur kelokalan dan
keaslian. Bahan-bahan seperti kayu, gerabah, bambu dan sirap
serta material alami lainnya hendaknya mendominasi suasana,
sehingga menyatu dengan lingkungan alami sekitarnya.
Penggunaan bahan-bahan tersebut selain meningkatkan daya
tarik desa yang bersangkutan juga sesuai dengan konsep dasar
lingkungan.
d. Memberdayakan Masyarakat Desa Wisata.
Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah
keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang
ada di desa tersebut. Pengembangan wisata sebagai
pengejawantahan dari konsep pariwisata inti rakyat
mengandung arti bahwa masyarakat desa memperoleh
manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata.
Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam
bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di luar aktivitas mereka
sehari-hari. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat
tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-
rumah penduduk (homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi
wisatawan, pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal
seperti andong/dokar, kuda, pertunjukan kesenian, dan lain
sebagainya.
Laporan Akhir 2 - 10
e. Memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung serta
Berwawasan Lingkungan.
Pembangunan suatu desa menjadi desa wisata harus
memperhatikan kapasitas desa tersebut, baik kapasitas fisik
maupun kesiapan masyarakat. Prinsip-prinsip pariwisata yang
berkelanjutan (sustainable tourism) harus mendasari
pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui
daya dukung akan menimbulkan dampak yang besar tidak
hanya pada lingkukngan alam tetapi juga pada kehidupan
sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi
daya tarik desa tersebut.
Pendekatan lain dalam memandang prinsip-prinsip pengembangan
desa wisata adalah:
a. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil
beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa.
b. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan
dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama
atau individu yang memiliki.
c. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat”
budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat”
atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa
sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi
kedua atraksi tersebut.
Pengembangan desa wisata harus direncanakan secara hati-hati
agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasar dari penelitian
dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia,
dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja
dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata.
Laporan Akhir 2 - 11
2.4. MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA
Model pengembangan desa wisata adalah:
1) Interaksi tidak langsung
Model pengembangan didekati dengan cara bahwa desa
mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan
wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi semisal: penulisan
buku-buku tentang desa yang berkembang, kehidupan desa,
arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan
kartu pos dan sebagainya.
2) Interaksi setengah langsung
Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan,
kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama
penduduk dan kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat
akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah bahwa wisatawan
hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan penduduk.
3) Interaksi Langsung
Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam
akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang
terjadi dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu
daya dukung dan potensi masyarakat setempat. Alternatif lain
dari model ini adalah penggabungan dari model pertama dan
kedua.
Berikut ini adalah beberapa langkah penerapan aktivitas
konservasi dalam pengembangan Desa Wisata, antara lain:
1. Mengonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya
dan arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah
tinggal menjadi sebuah museum desa untuk menghasilkan
biaya untuk perawatan dari rumah tersebut. Contoh
pendekatan dari tipe pengembangan model ini adalah Desa
Laporan Akhir 2 - 12
Wisata di Koanara, Flores. Desa wisata yang terletak di
daerah wisata Gunung Kelimutu ini mempunyai aset wisata
budaya berupa rumah-rumah tinggal yang memiliki arsitektur
yang khas. Dalam rangka mengkonservasi dan
mempertahankan rumah-rumah tersebut, penduduk desa
menempuh cara memuseumkan rumah tinggal penduduk yang
masih ditinggali. Untuk mewadahi kegiatan wisata di daerah
tersebut dibangun juga sarana wisata untuk wisatawan yang
akan mendaki Gunung Kelimutu dengan fasilitas berstandar
resor minimum dan kegiatan budaya lain.
2. Mengonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru
untuk menampung perkembangan penduduk desa tersebut
dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area
pariwisata dengan fasilitas-fasilitas wisata. Contoh
pendekatan pengembangan desa wisata jenis ini adalah Desa
Wisata Sade, di Lombok.
3. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah
desa tersebut yang dioperasikan oleh penduduk desa tersebut
sebagai industri skala kecil. Contoh dari bentuk
pengembangan ini adalah Desa wisata Wolotopo di Flores.
Aset wisata di daerah ini sangat beragam antara lain :
kerajinan tenun ikat, tarian adat, rumah-rumah tradisional
dan pemandangan ke arah laut. Wisata di daerah ini
dikembangkan dengan membangun sebuah perkampungan
skala kecil di dalam lingkungan Desa Wolotopo yang
menghadap ke laut dengan atraksi-atraksi budaya yang unik.
Fasilitas-fasilitas wisata ini dikelola sendiri oleh penduduk
desa setempat. Fasilitas wisata berupa akomodasi bagi
wisatawan, restaurant, kolam renang, peragaan tenun ikat,
plaza, kebun dan dermaga perahu boat.
Laporan Akhir 2 - 13
2.5. PRINSIP PENGEMBANGAN DESA WISATA
Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk
wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan
bagipembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki
prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan
sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan
masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan
terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4)
melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan
produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya
seperti antara lain:
1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat
lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan
menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu
loncatan untuk berkembangnya desa wisata.
2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian
dankegiatan ekonomi tradisional lainnya.
3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses
pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang
memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat
memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan
pariwisata.
4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat
setempat.
Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan
dalam “prelemenary, planning” yaitu (1) meskipun berada di
wilayah pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus
menjadi daya tarik wisata dan (2) potensi desa wisata tergantung
juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk bertindak
Laporan Akhir 2 - 14
kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata
yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata,
oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung,
desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting,
antara lain:
1. Keunikan, keaslian, sifat khas
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya
yangsecara hakiki menarik minat pengunjung
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana
dasar, maupun sarana lainnya.
Perencanaan pariwisata di desa wisata bukanlah tugas yang mudah
terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan alam dan
budaya yang peka.
2.6. KOMPONEN PENGEMBANGAN DESA WISATA
2.6.1. DAYA TARIK
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
Jenis-Jenis Daya Tarik Wisata terdiri dari 3 (tiga) kategori:
1) Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.Daya tarik
wisata alam selanjutnya dapat dijabarkan, meliputi:
Laporan Akhir 2 - 15
a) Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di wilayah
perairan laut, yang berupa antara lain :
bentang pesisir pantai;
contoh : pantai Kuta, pantai
Pangandaran, pantai
Gerupuk, dan sebagainya.
bentang laut (baik perairan
di sekitar pesisir pantai
maupun lepas pantai yang
menjangkau jarak tertentu
yang memiliki potensi
bahari);contoh : perairan
laut Kepulauan Seribu,
perairan laut kepulauan
Wakatobi, dan sebagainya
kolam air dan dasar
laut;contoh : taman laut
Bunaken, taman laut
Wakataboi, taman laut dan
gugusan pulau-pulau kecil
Raja Ampat, atol pulau
Kakaban, dan sebagainya.
b) Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di wilayah
daratan, yang berupa antara lain:
pegunungan dan hutan
alam/ taman nasional/
taman wisata alam/ taman
hutan raya (Contoh : TN
Laporan Akhir 2 - 16
gunung Rinjani, TN Komodo,
TN Bromo – Tengger –
Semeru, dsbnya).
perairan sungai dan danau
(contoh : danau Toba,
danau Maninjau, danau
Sentani, sungai Musi, sungai
Mahakam, situ Patengan).
perkebunan; contoh : agro
wisata Gunung Mas,dsbnya.
pertanian; contoh : area
persawahan Jatiluwih,
dsbya.
bentang alam khusus(gua,
karst, padang pasir, dan
sejenisnya); contoh : Karst
Gunung Kidul, Karst Maros.
2) Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa
hasil olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai makhluk
budaya. Daya tarik wisata budaya selanjutnya dapat
dijabarkan, meliputi:
a) Daya tarik wisata budaya yang bersifat berujud (tangible);
yang berupa antara lain :
cagar budaya; yang
meliputi: bangunan atau
komplek percandian,
keraton, situs purbakala/
artefak historis (a.l: tugu/
Laporan Akhir 2 - 17
monumen), museum, kota
tua, dan sejenisnya. Contoh
: Candi Borobudur, Keraton
Kasunanan Surakarta,
Komplek Trowulan,
Monumen Tugu Pahlawan,
Museum Nasional, Kuta Tua
Jakarta – Sunda Kelapa,
dsbnya.
perkampungan tradisional
dengan adat dan tradisi
budaya masyarakat yang
khas; (misalnya: kampung
Naga, perkampungan suku
Badui, desa Sade, desa
Penglipuran)
museum, galeri seni, rumah
budaya, dll.
b) Daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak berujud
(intangible), yang berupa antara lain:
Kehidupan adat dan tradisi
masyarakat dan aktifitas
budaya masyarakat yang
khas di suatu area/ tempat;
(misalnya: Sekaten, Karapan
sapi, Pasola, pemakaman
Toraja, Ngaben, pasar
terapung, Kuin, dan
sejenisnya).
Laporan Akhir 2 - 18
Kesenian; contoh : kesenian
angklung, kesenian sasando,
kesenian reog, dsb.
3) Daya tarik wisata hasil buatan manusia adalah daya tarik
wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial (artificially
created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar
ranah wisata alam dan wisata budaya. Daya tarik wisata
hasil buatan manusia/ khusus, selanjutnya dapat
dijabarkan meliputi antara lain:
fasilitas rekreasi dan
hiburan/taman bertema;
yaitu fasilitas yang
berhubungan dengan
motivasi untuk rekreasi,
hiburan/ entertainment
maupun penyaluran hobby;
contoh: taman bertema
(theme park)/ taman
hiburan (kawasan Trans
Studio, TI Jaya Ancol,
Taman Mini Indonesia
Indah).
fasilitas peristirahatan
terpadu (integrated resort);
yaitu kawasan
peristirahatan dengan
komponen pendukungnya
yang membentuk kawasan
terpadu; misalnya :kawasan
Nusa Dua resort, kawasan
Laporan Akhir 2 - 19
Tanjung Lesung, dan
sebagainya.
fasilitas rekreasi dan olah
raga, misalnya: kawasan
rekreasi dan olahraga
(kawasan Senayan),
kawasan padang golf, area
sirkuit olah raga.
2.6.2. AKSESIBILITAS
Semua jenis sarana prasarana, transportasi yang mendukung
pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi
pariwisata, contohnya adalah: Jalan Raya, jalan Tol, jembatan,
transportasi darat, laut, udara, penyeberangan, dan sebagainya.
2) Jasa / Pelaku Pariwisata
Unsur pelaksana/ jasa terkait yang berfungsi sebagai operator
pelayanan kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan
wisata, contohnya adalah: tour operator, pemandu wisata,
pengelola usaha transportasi, dan sebagainya.
Laporan Akhir 2 - 20
3) Durasi Waktu & Aktifitas
Rentang waktu yang diperlukan dan aktifitas yang dilakukan
wisatawan dalam melakukan kunjungan perjalanan wisata untuk
menyusun program kegiatan.
2.6.3. FASILITAS UMUM DAN FASILITAS WISATA
Semua jenis sarana yang secara khusus
ditujukan untuk mendukung penciptaan
kemudahan, kenyamanan, keselamatan
wisatawan dalam melakukan kunjungan
ke destinasi pariwisata.
Contoh Fasilitas Wisata adalah:
akomodasi (tempat mengiap, hotel,
homestay), restoran, artshop,
workshop, dan sebagainya
Contoh Fasilitas Umum adalah:
telekomunikasi, warnet, kantor pos,
Laporan Akhir 2 - 21
bank/money changer, rest area, dan
sebagainya.
2.6.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan aspek penting dalam
pengembangan desa wisata. Hal ini dikarenakan pengembangan
desa wisata banyak memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh
masyarakat. Masyarakat memiliki peran penting untuk menunjang
keberhasilan pengembangan desa wisata sehingga masyarakat yang
tidak berdaya (powerless) perlu diberdayakan untuk menciptakan
kemandirian dan peningkatan kesejahteraan ekonomi (powerfull).
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata yang
dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata diterapkan dalam
bidang atraksi, akomodasi, penyiapan SDM yaitu a)
pertemuan/serasehan, b) pendampingan, c) bantuan modal, d)
pembangunan sarana dan prasarana, e) pembentukan organisasi
desa wisata, f) kerja bakti, g) pemasaran. Kegiatan pemberdayaan
tersebut diharapkan akan memberikan dampak sosial-budaya,
ekonomi kepada masyarakat Desa Wisata.
Pemberdayaan masyarakat sering dijadikan alternatif pertama yang
dipilih dalam pendekatan pembangunan yang melibatkan partisipasi
masyarakat. Dalam pembangunan kepariwisataan, pemberdayaan
masyarakat juga dinilai sebagai salah satu model pendekatan yang
sangat efektif dalam menstimulasi partisipasi aktif dari segenap
pemangku kepentingan, khususnya adalah masyarakat setempat.
Laporan Akhir 2 - 22
Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan digaris
bawahi oleh Murphy (1988), yang memandang bahwa
pengembangan kegiatan pariwisata merupakan “kegiatan yang
berbasis komunitas”, yaitu bahwa sumber daya dan keunikan
komunitas lokal baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi
dan budaya) yang melekat pada komunitas tersebut merupakan
unsur penggerak utama kegiatan pariwisata itu sendiri; di lain pihak
komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan
suatu objek wisata tidak dapat dipungkiri sebenarnya telah menjadi
bagian dari sistem ekologi yang saling kait mengkait.
Pada dasarnya, pendekatan yang melibatkan partisipasi masyarakat
ini dilakukan sebagai pelengkap sistem perencanaan terpusat yang
dilakukan oleh pemerintah. sistem perencanaan yang terpusat yang
dilakukan oleh pemerintah memiliki baik kekuatan maupun
kelemahan. Dengan adanya sistem perencanaan yang terpusat, akan
lebih efisien apabila dilihat dari sudut pandang sistem penyuluhan
yang seragam, yang terkadang juga memberikan hasil yang baik.
Namun, dengan sistem tersebut, tidak dapat mengembangkan
masyarakat untuk mempunyai tanggung jawab dalam
mengembangkan ide-ide baru yang lebih sesuai dengan kondisi
setempat. Di samping itu pula, sistem top-down yang memposisikan
masyarakat selalu mendapat “suapan” dari pemerintah dapat
mengakibatkan ketergantungan, karena semua komponennya telah
disediakan, sehingga tidak mendidik masyarakat untuk mandiri
dalam memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Adanya
kecenderungan kegiatan yang tidak berkelanjutan setelah proyek
berakhir yang dilakukan dengan sistem perencanaan terpusat juga
merupakan salah satu kelemahan yang pada akhirnya juga akan
berdampak kepada masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan
yang saat ini dinilai sangat strategis dalam meningkatkan
Laporan Akhir 2 - 23
kesejahteraan masyarakat. Hasil yang lebih berkelanjutan akan
dicapai jika masyarakat diberikan kepercayaan agar dapat
menentukan proses pembangunan yang dibutuhkan oleh mereka
sendiri. Masyarakat dapat menganalisa masalah dan peluang yang
ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang mereka
miliki. Masyarakat sendiri yang membuat keputusan dan rencana,
mengimplementasikan serta mengevaluasi keefektifan kegiatan
yang dilakukan. Peran dari pemerintah dan lembaga lain sebatas
mendukung dan memfasilitasi.
Gambar 2.2.
Skema Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat terjadi pada saat masyarakat mampu:
Mengidentifikasi masalah/ penyebab kemiskinan dan alternatif
penyelesaiannya.
Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia di wilayahnya.
18
Kebutuhan pokok.Pendidikan.Kesehatan.Transportasi.Prasaran Fisik.Dll.
KONSUMSI
PENDAPATAN
Harmonisasiprogram yangoutputnya dapatmemberikankesempatanberusaha danmenciptakanpenghasilan bagimasyarakat miskin.
Harmonisasiprogram yangoutputnya dapatmeringankankonsumsimasyarakatmiskin.
•Unit simpan pinjam.•Kelompok usahabersama•Pekerjaan sektorinformal.•Pekerjaan konstruksi.
DEMOGRAFI
Menekan lajupertumbuhan
penduduk miskin.
•KB.•Kesejahte-raan RTM.
Laporan Akhir 2 - 24
Memutuskan tindakan yang harus dilaksanakan (peningkatan
kemampuan masyarakat berorganisasi dalam skala kelompok dan
menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan desa/ kelurahan).
Prinsip-prinsip dalam upaya memberdayakan masyarakat,
diantaranya:
1. Enabling: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang
2. Empowering: memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat
3. Protecting: mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah
Tujuan dari adanya pemberdayaan masyarakat dalam
pengembangan desa wisata adalah memfasilitasi masyarakat agar
mampu menganalisis perikehidupan dan masalah-masalahnya, serta
mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan
keterbatasan yang mereka miliki. Di samping itu pula, dengan
adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu menstimulasi
untuk mengembangkan usahanya sendiri dengan segala kemampuan
dan sumber daya yang dimiliki dan mengembangkan sistem untuk
mengakses sumberdaya yang diperlukan.
Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat yang seharusnya dianut di
antaranya:
1. Mengutamakan masyarakat, khususnya kaum miskin dan
kelompok terpinggirkan;
2. Menciptakan hubungan kerjasama antara masyarakat dan
lembaga-lembaga pengembangan;
3. Memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya lokal
secara keberlanjutan;
Laporan Akhir 2 - 25
4. Mengurangi ketergantungan;
5. Membagi kekuasaan dan tanggung jawab;
6. Meningkatkan tingkat keberlanjutan.
Manfaat yang diharapkan dari adanya pemberdayaan masyarakat
antara lain:
1. Peningkatan kesejahteraan jangka waktu panjang yang
berkelanjutan;
2. Peningkatan penghasilan dan perbaikan penghidupan kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah;
3. Peningkatan penggunaan sumberdaya daerah yang tersedia
secara efektif dan efisien;
4. Program pengembangan dan pemberian pelayanan yang lebih
efektif, efisien, dan terfokus;
5. Proses pengembangan yang lebih demokratis.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata, selanjutnya ditegaskan bahwa aspek
keterlibatan masyarakat dapat diimplementasikan dalam tiga area,
yaitu tahap perencanaan (planning stage), implementasi atau
pelaksanaan (implementation stage), serta dalam hal mendapatkan
manfaat atau keuntungan (share benefits) baik secara ekonomi
maupun sosial budaya.
Laporan Akhir 2 - 26
Gambar 2.3.
Aspek Keterlibatan Masyarakat dalam Konsep Pemberdayaan
1. Pada tahap perencanaan, keterlibatan masyarakat lokal
terutama berkaitan dengan identifikasi masalah atau persoalan,
identifikasi potensi pengembangan, pengembangan alternatif
rencana dan fasilitas, dan sebagainya
2. Pada tahap implementasi, bentuk keterlibatan masyarakat
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program pengembangan, pengelolaan objek atau usaha terkait
dengan kegiatan, dan sebagainya
Sementara aspek nilai manfaat, maka bentuk pertisipasi
masyarakat terwujud dalam peran dan posisi masyarakat dalam
memperoleh nilai manfaat secara ekonomi maupun sosial budaya,
yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat lokal.
Laporan Akhir 2 - 27
2.6.5. PEMASARAN DAN PROMOSI
Secara umum tujuan dari pembangunan pemasaran Desa Wisata
adalah menyiapkan data dan informasi wisatawan nusantara dan
mancanegara yang akan digunakan secara optimal bagi pengambil
kebijakan dalam pemasaran pariwisata dalam negeri (pasar
wisatawan nusantara) dan pariwisata luar negeri (pasar wisatawan
mancanegara).
Ruang lingkup pembangunan pemasaran meliputi pembekalan
berbagai aspek, sebagai berikut:
1. Pasar Desa Wisata
Pasar Desa Wisata mencakup batasan segmentasi wisatawan
yang satu sama lainnya memiliki perbedaan, baik dalam hal
negara asal, usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan,
keinginan, sikap, daya beli dan cara-cara pembeliannya.
Berbagai variabel tersebut yang dapat digunakan untuk
mensegmenkan suatu pasar. Variabel utama yang dapat
dilakukan untuk melakukan segmentasi adalah:
a. Segmentasi geografis
Segmentasi ini membagi pasar ke dalam unit-unit geografis,
misalkan daerah/negara asal wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Desa Wisata. Unit-unit geografis disini dapat
berupa negara, provinsi, kota, kabupaten, dan kecamatan.
b. Segmentasi demografis
Segmentasi ini membagi pasar ke dalam kelompok-
kelompok berdasar pada variabel demografis seperti, umur,
jenis kelamin, jumlah keluarga, pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, agama dan kebangsaan. Segmentasi ini paling
banyak digunakan oleh para pemasar, karena kebutuhan
Laporan Akhir 2 - 28
dan keinginan konsumen paling sering dipengaruhi oleh
variabel-variabel demografis ini.
c. Segmentasi psikografis
Segmentasi ini membagi pasar ke dalam kelompok-
kelompok berdasar pada orientasi nilai dan perilaku
wisatawan yang merepresentasikan kelas sosial, gaya hidup,
dan karakteristik pribadi/ individu. Seseorang yang berada
pada kelompok demografis yang sama bisa memiliki profil
psikografis yang berbeda.
d. Segmentasi berdasar perilaku (behavior segmentation)
Segmentasi ini membagi pasar kedalam kelompok-kelompok
berdasar pengetahuan mereka, sikap, penggunaan atau
tanggapan terhadap suatu produk.
Setelah segmen pasar diidentifikasi, selanjutnya dipilih segmen
yang paling menarik dan menguntungkan untuk dijadikan
sasaran pasar (target market), yaitu pasar utama dan pasar
potensial. Pengertian dari kedua kategori pasar ini adalah:
a. Pasar utama merupakan pasar yang memiliki kontribusi
signifikan (10 besar) sebagai penyumbang kunjungan
terbesar secara nasional dan telah berlangsung dalam kurun
waktu setidaknya 5 – 10 tahun terakhir.
b. Pasar potensial adalah negara-negara sumber pasar yang
karena faktor-faktor tertentu (kemampuan pembelanjaan,
kecenderungan kunjungan yang tumbuh signfikan, dan
aspek-aspek lain yang mengindikasikan nilai penting pasar
tersebut, seperti lama tinggal /LOS dan revenue).
Laporan Akhir 2 - 29
2. Pencitraan Desa Wisata dan Media Komunikasi Pemasaran
a. Slogan (Branding)
Brand merupakan identitas yang dimiliki suatu destinasi
wisata dalam hal ini adalah Desa Wisata, dan juga
merupakan cerminan citra destinasi wisata (brand image).
Setiap destinasi wisata mempunyai citra atau image
tertentu yaitu mental maps seseorang terhadap satu
destinasi wisata yang mengandung keyakinan, kesan dan
persepsi (I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, 2005).
Pencitraan merupakan bagian dari Positioning, yaitu
kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak pasar
melalui desain terpadu antara produk, komunikasi
pemasaran, kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang
tepat dan konsisten dengan citra atau image yang ingin
dibangun serta ekspresi yang tampak dari sebuah produk.
Positioning bertujuan membantu wisatawan untuk
mengetahui perbedaan yang sebenarnya antara suatu
destinasi dengan destinasi pesaing.
Untuk membangun citra atau image maka perlu diketahui
bagaimana persepsi wisatawan. Persepsi adalah bagaimana
wisatawan melihat atau berpendapat mengenai suatu
destinasi wisata. Persepsi tersebut terbentuk sejalan
dengan pengalaman wisatawan terhadap suatu destinasi
wisata selama berkunjung. Untuk menunjukkan perbedaan
dengan destinasi pesaing, perlu dilakukan branding.
Branding adalah proses komunikasi dari sebuah
brand/produk.
Laporan Akhir 2 - 30
Gambar 2.4.
Skema Proses Pembentukan Branding
Sumber: Tourist Destination Image, Risk De Keyser, 1993
b. Media Komunikasi Pemasaran
Berbagai program termasuk slogan tidak akan mampu
menjamin keberhasilan tanpa adanya strategi komunikasi
yang tepat. Salah satu cara menentukan strategi komunikasi
yang baik adalah dengan memiliki media komunikasi
pemasaran yang relevan, dan prosesnya disebut dengan
promosi.
Promosi (promotion) itu sendiri, adalah suatu cara
menginformasikan atau memberitahukan kepada calon
wisatawan tentang produk yang ditawarkan dengan
memberitahukan tempat-tempat dimana orang dapat
melihat atau melakukan kunjungan ke suatu destinasi
wisata secara tepat. Cara berpromosi akan berbeda-beda,
tergantung dimana akan berpromosi, target promosi, dan
media promosi yang digunakan.
Laporan Akhir 2 - 31
2.6.6. KELEMBAGAAN DAN SDM
A. Aspek Kelembagaan
Berdasarkan UU No 10/2009, ruang lingkup organisasi
kepariwisataan meliputi: Organisasi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, dan Masyarakat
a. Organisasi Pemerintah
Merupakan unsur pelaksana Pemerintah, dipimpin oleh Menteri
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
dan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang
kepariwisataan. Urusan Pemerintahan bidang Pariwisata
merupakan urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.
b. Organisasi Pemerintah Daerah
Merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah. Pembagian
urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, urusan
pemerintahan bidang pariwisata merupakan urusan pilihan.
c. Organisasi Swasta
Merupakan orang atau sekelompok orang (pengusaha) yang
menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
d. Organisasi Masyarakat
Merupakan masyarakat yang mengorganisir dan bertempat
tinggal di dalam wilayah destinasi pariwisata dan diprioritaskan
untuk mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan kegiatan
pariwisata di tempat tersebut.
Laporan Akhir 2 - 32
e. Regulasi dan Mekanisme Operasional di Bidang
Kepariwisataan
Pemberlakuan Otonomi Daerah yang dimulai sejak 1 Januari
2001 dengan UU Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 dan UU No.
25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
memberikan sinyal bahwa Pemerintah Daerah diberi
kewenangan untuk mengatur daerahnya baik dalam hal
pendanaan kegiatan pemerintah maupun pelayanan kepada
masyarakat. Perubahan yang penting dari hubungan pemerintah
pusat dan daerah dalam desentralisasi adalah kewenangan dan
tanggung jawab pembangunan daerah yang semakin luas.
Pemerintah Daerah, terutama tingkat kabupaten, bukan lagi
berperan sebagai “operator” pembangunan, namun juga
inisiator, motivator, planner, controller, supervisor, dan fund
raising.
Salah satu faktor penghambat lingkungan investasi di Indonesia
adalah kebijakan Pemerintah Daerah yang tidak jelas akibat
dari tumpangtindih peraturan pusat dan daerah maupun antar
daerah menjadi satu hal yang sering dikeluhkan oleh investor
dan calon investor yang mau menanamkan modalnya di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa era otonomi daerah
ternyata tidak diikuti oleh reformasi regulasi terutama di
tingkat daerah otonomi, serta masih ada beberapa fakta yang
menunjukkan masih adanya inefisiensi dalam hal regulasi,
terutama berkaitan dengan iklim usaha yang mendukung
investasi di Indonesia.
Mengingat pentingnya aspek regulasi, maka tidak dapat
dihindarkan lagi bahwa diperlukan suatu tata-pengaturan
regulasi yang baik (good regulation governance), sehingga
sektor publik, swasta, dan masyarakat dapat memperoleh
Laporan Akhir 2 - 33
kondisi yang selaras. Tiga elemen good regulation governance
yang dirancang untuk memaksimumkan efisiensi dan efektivitas
regulasi didasarkan pada pendekatan terpadu yang saling
sinergi, yaitu: (1) adopsi kebijakan regulasi pada tingkat politis,
(2) alat kontrol kualitas regulasi, dan (3) kapasitas manajemen
regulasi yang berkelanjutan melalui kelembagaan. Sehingga
diharapkan dapat menghasilkan regulasi yang berdampak positif
terhadap semua stakeholders. Diharapkan tidak ada lagi
regulasi yang tumpang tindih (overlapping), meningkatnya
persepsi positif dunia usaha terhadap regulasi pemerintah dan
terciptanya iklim investasi yang mendukung dalam
kelembagaan, serta berkembangnya kegiatan ekonomi daerah
dan nasional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka regulasi dan mekanisme
operasional adalah pengaturan perilaku dan cara kerja untuk
memaksimumkan efektivitas dan efisiensi pembangunan
kepariwisataan (didasarkan pada pendekatan terpadu lintas
sektoral dan antar level pemerintahan).
B. Aspek SDM
Pemahaman Aspek SDM Pariwisata
Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Nasional maka kebutuhan SDM Pariwisata menurut
penggolongan berdasarkan institusinya adalah:
a. Institusi Pemerintah Pusat
b. Institusi Pemerintah Daerah
c. Institusi Swasta
Laporan Akhir 2 - 34
Tabel 2.1.
Pengelompokkan SDM pariwisata
NO SDM PARIWISATATINGKATAN
KOMPETENSIKETERANGAN
1 SDM Pemerintah
dan Non Pemerintah
a. Akademisi/
Peneliti/ Ilmuwan
b. Teknokrat
Perguruan Tinggi
Negeri, PNS,
Lembaga Peneliti
Swasta dan LSM
2 SDM Usaha
Pariwisata/Industri
a. Professional
b. Tenaga teknis
Usaha Pariwisata:
pengelola, top
hingga low
management dan
craft level.
Kompetensi yang dibutuhkan SDM Pariwisata dalam berbagai
tingkatan (Koster; 2005) adalah:
a. Akademisi/ peneliti/ilmuwan: SDM yang memiliki
kompetensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
kepariwisataan.
b. Teknokrat: SDM yang memiliki kompetensi untuk
mengembangkan rancang bangun, kebijakan, diversifikasi
produk wisata dan pemasaran pariwisata.
c. Professional: SDM yang memiliki keahlian untuk mengelola
dan mengembangkan usaha pariwisata.
d. Tenaga teknis: SDM yang memiliki kompetensi berupa
ketrampilan untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat
teknis dalam pariwisata.
Laporan Pendahuluan 4 - 0
BAB 3PROFIL DESA
WISATA AMATAN
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 3 - 1
3.1. BATASAN LINGKUP AMATAN
3.1.1. JUSTIFIKASI BATASAN AMATAN
Dalam pekerjaan Kajian Desa Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
diperlukan batasan amatan dalam pemilihan desa wisata di setiap
kabupaten/ kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan menjadi
kawasan pengamatan di dalam kajian ini. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kawasan amatan dari
kajian desa wisata ini antara lain:
a. Memiliki daya tarik yang unik dan khas yang mampu
dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan
b. Memiliki pasar wisatawan yang cukup signifikan
c. Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya manusia (SDM)
lokal
d. Memiliki alokasi ruang/ area untuk pengembangan fasilitas
pendukung
e. Masuk di dalam paket-paket wisata kepariwisataan Yogyakarta
f. Menjadi daerah penerima PNPM Pariwisata
g. Mendapatkan penghargaan dalam bidang pariwisata sebagai
desa wisata
h. Telah siap sebagai destinasi pariwisata dalam menerima
wisatawan nusantara maupun mancanegara
3.1.2. PEMILIHAN DESA WISATA AMATAN
Ruang lingkup amatan dalam studi Kajian Desa Wisata di DIY
meliputi Desa-desa wisata yang terdapat di Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul
dan Kota Yogyakarta. Desa wisata terpilih adalah desa yang
Laporan Akhir 3 - 2
mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menentukan pola
Kajian Desa Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari Beberapa hal yang menjadi pertimbangan di atas, dapat
diambil beberapa desa wisata yang menjadi amatan, antara lain:
a. Desa wisata berbasis keunikan sumber daya budaya lokal:
1) Desa wisata Kebon Agung
2) Desa wisata Tanjung
3) Kampung wisata Ketandan
b. Desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam:
1) Desa wisata Nglanggeran
2) Desa wisata Ketingan
3) Desa Wisata Ndlinggo
c. Desa wisata berbasis perpaduan keunikan sumber daya budaya
dan alam:
1) Desa wisata Srowolan
2) Desa wisata Kembangarum
3) Desa wisata Pentingsari
d. Desa wisata berbasis keunikan aktifitas ekonomi kreatif:
1) Desa wisata Bobung
2) Desa wisata Kasongan
3) Kampung wisata Prawirotaman
Laporan Akhir 3 - 3
3.2. PROFIL DESA WISATA AMATAN
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 33 provinsi di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara geografis, Daerah Istimewa
Yogyakarta terletak di tengah Pulau Jawa bagian selatan. Bentuk
wilayahnya menyerupai bangun segitiga dengan puncak Gunung Merapi di
bagian utara dengan ketinggian 2.911 meter di atas permukaan air laut,
sedangkan pada bagian kaki, dua buah dataran membentang ke arah
selatan membentuk dataran pantai yang memanjang di tepian Samudera
Indonesia.
Gambar 3.1.
Peta Administratif Daerah Istimewa Yogyakarta
Laporan Akhir 3 - 4
Secara astronomis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7.33° -
8.12° Lintang Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :
a. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
d. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
e. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
Dengan luas wilayah 3.185,80 km² atau 0,17 dari luas wilayah Indonesia,
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan secara administatif meliputi 4 kabupaten dan 1
kota, yaitu :
a. Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 Km² (1,02)
b. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 Km² (15,91)
c. Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 Km² (18,40)
d. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 Km² (46,62)
e. Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 Km² (18,04)
Tabel 3.1.
Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak Lurus ke Ibukota Provinsi menurut
Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah(km²)
LuasPersentasi (%) Ketinggian Jarak
Lurus
Kulonprogo Wates 586,27 18,40 50 22
Bantul Bantul 506,85 15,91 45 12
Gunungkidul Wonosari 1.485,36 46,63 185 30
Sleman Sleman 574,82 18,04 145 9
Yogyakarta Yogyakarta 32,50 1,02 75 2
DIY Yogyakarta 3.185,80 100,00
Laporan Akhir 3 - 5
Gambar 3.2.PetaSebaranDesaWisata diDIY
Laporan Akhir 3 - 6
Gambar 3.3.PetaSebaranDesa WisataAmatan
Laporan Akhir 3 - 7
3.2.1. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA BUDAYA LOKAL
3.2.1.1. Desa Wisata Kebon Agung
Desa Wisata Kebon Agung terletak di wilayah Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta. Dengan letak geografis sebagai
berikut :
2 Km sebelah selatan Raja-Raja Mataram, 15 Km sebelah selatan ibukota DIY, 15 Km utara dari Pantai Parang Tritis, 1 Km selatan Kantor Kecamatan Imogiri.
Desa Wisata Kebon Agung terbagi menjadi 5 pedukuhan : Kanten,
Mandingan, Kalangan, Tlogo. Jumlah RT 23. Jumlah Penduduk 3376
jiwa, dengan jumlah 1368 Kepala Keluarga (KK). Luas wilayah 187,
11Ha : Lahan pertanian 117,670 ha, dan 70,435 ha sisanya: lahan
perumahan, dll.
A. Daya Tarik
Beberapa daya tarik yang ada di desa wisata Kebonagung, antara
lain:
a. Wisata Tani
Desa Wisata Kebon agung memiliki daya tarik sebagai desa wisata
tani, dimana kegiatan wisatawan mengamat dan ikut merasakan
cara membajak sawah, menanam padi, menyemprot, memanen,
menumbuk padi dengan lesung, serta menanak nasi secara
tradisional. Selain itu, wisatawan juga dapat merasakan meng-
angon atau mengembala bebek dan cara berternak sapi.
Laporan Akhir 3 - 8
b. Wisata Air
Wisata ini merupakan salah satu paket wisata yang dapat dinikmati
wisatawan. Keberadaan Bendungan Tegal yang membendung aliran
Kali Opak menjadi daya tarik utama dari wisata ini. Di tempat ini
para wisatawan dapat menikmati pemandangan sambil berwisata
air dengan menggunakan perahu naga. Selain itu, wisatawan juga
dapat menyaksikan para penggemar olahraga dayung melakukan
latihan serta lomba perahu aga yang sering digelar ditempat ini.
c. Wisata Budaya
1) Kenduri, yaitu suatu kegiatan yang biasa dilakukan
masyarakat setempat untuk merayakan atau memperingati
momen-momen tertentu seperti perayaan selamatan
menempati rumah baru, upacara tujuh bulanan bagi ibu
hamil, serta doa atau tahlilan kematian.
2) Wiwit atau labuh, yaitu upacara pemberian sesajen berupa
hasil pertanian sebagai ungkapan rasa syukur atas segala
karunia yang diberikan Tuhan Yang Mahakuasa kepada
seluruh warga sekaligus sebagai pengharapan agar mereka
mendapat keselamatan dan kedamaian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, termasuk permohonan kesuburan atas
tanaman mereka.
3) Wisata kesenian daerah, wisatawan yang berkunjung ke
Desa Kebon Agung selain menikmati berbagai pertunjukkan
Laporan Akhir 3 - 9
seni juga dapat belajar cara menabuh gamelan serta
tembang-tembang yang sering dilantunkan oleh masyarakat
setempat misalnya :seni karawitan/gamelan, macapat,
solawatan/ shalawatan, jathilan/kuda kepang dan gejok
lesung.
d. Wisata Kerajinan Tangan
Salah satu paket wisata yang ditawarkan Desa Kebon Agung ini
adalah belajar membuat kerajinan dari desa ini antara lain : tatah
sungging, natik tulis, batik keramik, batik topeng kayu dan wisata
kuliner.
Laporan Akhir 3 - 10
e. Wisata Museum
Selain berbagai sajian paket wisata tersebut diatas, wisatawan juga
dapat mengunjungi sebuah Museum Tani Jawa yang berlokasi di
Dusun Candran. Di dalam museum ini dipajang berbagai jenis alat
pertanian tradisional Jawa misalnya : ani-ani, jodang, luku, ganco,
tlenyem, garu, singkal,kejen, dan gosrok. Selain itu museum ini
juga dipamerkan berbagai alat dapur tradisional seperti tungku,
keren, anglo, kendil, telenan potong, sothil, serta pipisan ( batu
untuk membuat jamu).
Museum yang dikepalai oleh Kristya Bintara ini juga kerap
menyelenggarakn berbagai festival, seperti Festival Ngliwet dan
Festival Memedi Sawah.
B. Aksesibilitas
Desa Wisata Kebon Agung terletak sekitar 17 kilometer arah selatan
Kota Yogyakarta atau sekitar 3 kilometer dari ibu kots Kecamatan
Imogiri. Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
roda empat maupun roda dua dari arah Kota Yogyakarta dengan
waktu tempuh sekitar 25 menit.
Laporan Akhir 3 - 11
C. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di Desa Wisat Kebon Agung cukup lengkap.
Homestay yang tersedia di desa ini ada sekitar 130 buah yang
berada di 60 rumah penduduk. Setiap rumah dapat ditempati
sekitar 6 orang dengan biaya sekitar Rp.100.000,00/hari untuk satu
orang. Biaya ini termasuk biaya makan tiga kali, yaitu makan pagi,
makan siang, dan makan mlam. Fasilitas lainnya yaitu berupa toilet
2 buah, pusat informasi 1 buah, pusat jajanan yang menjual
beragam jenis makanan khas Jawa seperti bakpia, kue apem, dan
gula merah. Selian itu, ditempat ini juga tersedia tempat parkir
uang luas dengan kapasitas sekitar 50 buah mobil, 200 buah motor,
dan 4 buah untuk bus.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Pada tahun 2010 Desa Wisata Kebon Agung dilaksanakan
Pencanangan Desa Wisata Kebon Agung sebagai percontohan desa
wisata nasional, untuk mendorong program PNPM Mandiri
pariwisata agar lebih fokus dalam memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat.Program pemberdayaan masyarakat mandiri pariwisata
akan mendapat dana Rp 60 juta untuk menghidupkan kembali
kelompok tari, gejog lesung, kentongan, jathilan, laras madya
(rebana untuk lansia), serta membeli seragam dan alat-alat yang
diperlukan untuk proses pengembangan.
Laporan Akhir 3 - 12
E. Pemasaran dan Promosi
Strategi pemasaran yang selama ini sudah dilakukan oleh Desa
Wisata Kebon Agung adalah pemasaran melalui brosur atau leaflet,
selebihnya pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut oleh
wisatawan yang pernah berkunjung ke Desa Wisata Kebon Agung,
di dunia mayapun Kebon Agung dipromosikan oleh wisatawan yang
pernah berkunjung bukan dari pengelola Desa Wisata Kebon Agung
sendiri, karena pengelola tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan di bidang IT. Dalam hal pelayanan, Desa Wisata Kebon
Agung sudah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik, namun
ada beberapa pengelola yang terkadang masih terlalu pasif dan
canggung dalam melayani tamu, cara berpakaian dan tingkah
lakunya pun terkadang masih kurang dari standar pelayanan yang
baik.
F. Kelembagaan dan SDM
Kualitas SDM pengelola Desa Wisata Kebonagung tergolong rendah
dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang minim,
pekerjaan, serta usia yang sudah tidak muda lagi, kemampuan dan
pengetahuan dalam bidang IT pun juga sangat rendah. Kualitas SDM
sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran dan pelayanan suatu
desa wisata. Kualitas SDM pengelola Desa Wisata Kebon Agung
tergolong rendah sehingga strategi pemasaran dan pelayanannya
pun sulit berkembang, karena minimnya pengetahuan yang mereka
miliki, sehingga tidak adanya inovasi yang coba dibuat dalam
strategi pemasaran dan pelayanan Desa Wisata Kebonagung sendiri.
Laporan Akhir 3 - 13
3.2.1.2. Desa Wisata Tanjung
Desa wisata Tanjung berada di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.
11, tepatnya di Donoharjo, Ngaglik, Sleman atau 5 km dari
Monumen Yogya Kembali kearah Utara atau 30 menit dari kota
Yogyakarta. Desa wisata Tanjung berpenduduk sekitar 1.600 jiwa
yang berprofesi sebagai petani dan terbagi dalam 3 pedukuhan
yakni Tanjung, Panasan dan Bantarjo dengan 6 RW dan 11 RT. Desa
ini diresmikan menjadi desa wisata sejak 1 juli 2001.
A. Daya Tarik
Desa wisata tanjung terletak 2 Km dari kota Yogyakarta. Meliputi
tiga pedukuhan, yaitu Tanjung, Panasan, dan Bantarjo yang dibagi
dalam 6 RW dan 11 Rt dengan mayoritas penduduk sebagai petani.
Wisata pendidikan yang ditawarkan meliputi pertanian, masih
menggunakan peralatan tradisional, seperti kegiatan membajak,
membersihkan tanah, menanam, memanen, beternak bebek dan
sebagainya. Home stay yang ditawarkan berupa rumah joglo yang
telah berusia ± 200 tahun.
Rumah Joglo atau yang lebih dikenal dengan nama Joglo Tanjung
merupakan joglo tertua dan masih memiliki bentuk aslinya
meskipun telah beberapa kali di renovasi. Bahkan beberapa
diantaranya masih asli, seperti : sentong, gandok kiwo-tengen, dan
gebyok yang merupakan bangunan 9 X 10 meter dengan rangka dari
kayu nangka. Relief gaya kuno menghiasi pada tiang dan dinding
bagian dalam Joglo Tanjung ini.
Laporan Akhir 3 - 14
B. Aksesibilitas
Desa Tanjung Wisata terletak 5 Km sebelah utara Monumen Jogja
Kembali ( Monjali) yang terletak di desa Tanjung Donoharjo Ngaglik
Sleman. Setelah melewati tikungan desa Rejodani, terus menuju
barat, akan terlihat gapura. Masuk sekitar 3 menit, maka disana
terdapat rumah Joglo di Desa Tanjung Wisata. Untuk memasuki
kawasan ini relatif mudah karena jalan sudah bagus dan bisa
dilewati kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
C. Fasilitas
Home stay yang ditawarkan berupa rumah joglo yang telah berusia
± 200 tahun. Untuk berkunjung ke desa ini, pengunjung dikenakan
biaya Rp. 40.000,-/hari sudah termasuk makan 3 kali sehari. Untuk
biaya pelatihan seperti membatik dan kesenian tradisional,
pengunjung dikenakan biaya tambahan masing - masing Rp.
20.000,-/orang/2 jam untuk belajar membatik dan Rp. 5.000,-
/orang/2 jam untuk belajar kesenian tari tradisional.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah sebagai stakeholder memberikan dukungan penuh untuk
meningkatkan nilai pariwisata di Desa Tanjung ini. Masyarakat
berperan aktif dalam menyediaan sarana dan prasarana di Desa
Wisata Tanjung ini. Baik dari penyediaan homestay, kuliner sampai
atraksi kerajinan dan kesenian merupakan hasil karya masyarakat
setempat.
Laporan Akhir 3 - 15
E. Pemasaran dan Promosi
Untuk menarik wisatawan berkunjung ke Desa Wisata Tanjung
selain dengan promosi melalui media cetak dan mendia elektronik
masyarakat juga berperan aktif mengikuti perlombaan kesenian dan
mengadakan festival pentas kesenian guna meningkatkan daya tarik
kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
F. Kelembagaan dan SDM
Kegiatan peningkatan sumber daya manusia di Desa Tanjung ini
sering dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan desa
wisata. Melalui kerja sama dengan pihak swasta , pemerintah dan
masyarakat desa Tanjung saling berperan aktif dalam
pengembangan IPTEK dengan sistem tata kerja dan manajemen
yang efektif sehingga dihasilkan sistem yang komprehensif tetapi
efisien.
3.2.1.3. Kampung Wisata Ketandan
Kampung Ketandan merupakan saksi sejarah akulturasi antara
budaya Tionghoa, Keraton dan warga Kota Yogyakarta. Terletak di
pusat Kota, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Jalan Suryatmajan,
Laporan Akhir 3 - 16
Jalan Suryotomo dan Jalan Los Pasar Beringharjo. Sejak 200 tahun
yang lalu daerah ini menjadi tempat masyarakat Tionghoa tinggal
dan mencari nafkah, sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan kota
Jogja. Kampung Ketandan lahir pada akhir abad 19, sebagai pusat
permukiman orang Cina pada jaman Belanda. Pemerintah Belanda
kemudian menerapkan aturan pembatasan pergerakan
(passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal Tionghoa
(wijkertelsel). Tetapi dengan izin Sri Sultan Hamengku Buwono II,
warga Tionghoa tersebut tetap dapat menetap di tanah yang
terletak di utara Pasar Beringharjo ini, dengan maksud turut
memperkuat aktivitas perdagangan dan perekonomian masyarakat.
Masyarakat Tionghoa sangat berperan dalam penguatan kegiatan
perekonomian Jogja semenjak 200 tahun yang lalu. Mereka bisa
membaur dengan pedagang pasar, pedagang Malioboro dan warga
Jogja pada umumnya. Sampai sekarang daerah ini masih menjadi
salah satu pusat keramaian yang selalu dikunjungi para penggiat
ekonomi.
Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian menetapkan Kampung
Ketandan sebagai daerah cagar budaya kawasan Pecinan yang akan
dikembangkan terus menerus. Bangunan Tionghoa yang masih ada
sudah rapuh, maka Pemkot selalu mendorong agar renovasinya
mempertahankan arsitekstur khas Tionghoa. Bahkan bangunan baru
yang akan atau telah dibangun diusulkan kembali berasitektur
Tionghoa.
A. Daya Tarik
Kampung ketandan merupakan saksi sejarah akulturasi antara
budaya Tionghoa, keraton dan masyarakat Yogyakarta. Dikawasan
ini banyak masyarakat Tionghoa tinggal dan membangun kehidupan,
sehingga akhirnya masyarakat umum mengakui Ketandan sebagai
kawasan pecinan kota Jogja. Akulturasi budaya tersebut juga
Laporan Akhir 3 - 17
tercermin pada arsitektur bangunan akulturasi budaya Cina dengan
kebudayaan Jawa.
B. Aksesibilitas
Akses menuju kawasan Kampung Pecinan Ketandan sangatlah
mudah karena sarana dan prasarana yang ada sangat memadai dan
terjangkau. Jika menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan bisa
masuk ke Jalan Ketandan ke arah Timur dari Jalan Malioboro. Jika
menggunakan angkutan umum, wisatawan akan diantar hingga pintu
masuk Jalan Ketandan.
C. Fasilitas
Di Kampung Pecinan Ketandan ini terdapat ornamen-ornamen kuno
pada bangunan yang bertingkat. Ciri khas bangunan cina pun bisa
dilihat seperti aksesoris yang terpasang di hampir setiap pintu
rumah. Selain itu di kawasan Ketandan ini juga banyak terdapat
toko-toko emas yang merupakan usaha utama para warga Tionghoa
yang sudah ada sejak lama. Di Kampung Ketandan ini, juga terdapat
Laporan Akhir 3 - 18
becak yang siap mengantar para wisatawan jalan-jalan melihat
suasana kampung Ketandan dan Malioboro.
D. Pemasaran dan Promosi
Lokasi yang strategis memiliki keunggulan tersendiri dalam hal
promosi. Kampung Ketandan ini sudah terlihat menonjol dikawasan
sekitarnya. Selain brosur, leaflet, media cetak dan elektronik
bahkan dari wesite juga sudah tersedia sehingga memudahkan
wisatawan untuk mendapatkan informasi. Selain itu sejak tahun
2006 strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kampung Ketandan ini
melalui event menyambut Tahun Baru imlek dengan diadakannya
Pekan Budaya Tionghoa. Dan kawasan Kampung Ketandan ini dihiasi
dengan ornamen-ornamen dan gapura berarsitektur Tionghoa.
E. Kelembagaan dan SDM
Jejaring dan kerjasama yang sudah ada akan diperkuat. Jejaring
tersebut adalah antara kampung wisata dengan pemerintah, biro
perjalanan wisata, serta industri pariwisata lain. Jejaring dengan
hotel terdekat atau yang berada di lokasi kampung wisata akan
diperkuat, dan jika memungkinkan bisa dikembangkan skema CSR
antara hotel dengan kampung wisata.
Laporan Akhir 3 - 19
3.2.2. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA ALAM
3.2.2.1. Desa Wisata Nglanggeran
Gunung Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Patuk,
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 25 Km dari Kota
Yogyakarta. Gunung purba Nglanggeran pernah aktif puluhan juta
tahun yang lalu. Gunung nglanggeran mempunyai 2 puncak yakni
puncak barat dan puncak timur serta kaldera ditengahnya. Gunung
Nglanggeran ini merupakan deretan gunung batu yang besar dengan
bentuk dan nama yang unik, seperti Gunung 5 jari, Gunung kelir
dan gunung wayang. Disebut gunung wayang karena susunan
bebabtuanh yang mirip tokoh pewayangan dan menurut
kepercayaan masyarakat sekitar Gunung ini djaga oleh Kiai Ongko
Wijoyo dan punokawan yakni Kiai Semar, Kiai Gareng, Kiai Petruk
dan Kiai Bagong, denikian pula dengan sebutan Gunung Kelir karena
menyerupai kelir dan dipercaya sebagai tempat tinggal Kiai Ongko
Wijoyo dan Punokawan, selain itu masih ada sumber air yang ada di
puncak gunung Nglanggeran dan tidak pernah mengalami
kekeringan yakni sumber air comberan.
UNESCO menyatakan Gunung Nglanggeran/Gunung Api Purba layak
dijadikan Geopark (Taman Bumi) saat kunjungannya didampingi
Laporan Akhir 3 - 20
pemerintah kabupaten Gunungkidul bersama pihak akademisi pada
tanggal 8 Oktober tahun 2010.
A. Daya Tarik
Terdapat dua daya tarik wisata di Desa Nglanggeran, yakni gunung
api purba dan embung besar. Gunung api purba merupakan gunung
batu dari karst atau kapur. Jutaan tahun lalu, gunung itu pernah
aktif. Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian
sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan
pegunungan mencapai 48 hektar.
Embung adalah bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian
sekitar 500 meter dari permukaan laut. Embung dengan luas sekitar
5.000 meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk
mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di
sekeliling embung. Pada musim kemarau, para petani bisa
memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah. Pengunjung dapat
naik ke embung dengan tangga. Sampai di sisi embung, kita bisa
melihat matahari terbenam yang indah. Kita juga bisa melihat
gunung api purba di seberang embung.
Laporan Akhir 3 - 21
B. Aksesibilitas
Lokasinya hanya berjarak 22 kilometer (km) dari Wonosari, ibu kota
Kabupaten Gunung Kidul, atau 25 km dari Yogyakarta. Lokasi Desa
Wisata Nglanggeran dapat dicapai melalui jalan raya yang sudah
cukup baik. Trayek transportasi lokal seperti bus maupun angkot
banyek menuju Desa Wisata Nglanggeran, sehingga memudahkan
pengunjung untuk menuju Desa Wisata Nglanggeran.
C. Fasilitas
Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengembangkan kawasan
wisata ini dengan membuat penginapan dan menyiapkan rumah
penduduk untuk tempat live in. Program live in banyak diikuti
pelajar dan wisatawan mancanegara.
Lewat program itu, wisatawan bisa berinteraksi dengan penduduk
dan belajar budaya Desa Nglanggeran, seperti membatik topeng,
membuat kerajinan dari janur (daun kelapa yang masih muda),
belajar tari tradisional Jathilan dan Reog, ikut kenduri, menangkap
dan melepas ikan di sungai, menanam padi di sawah, dan belajar
memasak kuliner ala Desa Nglanggeran.
Laporan Akhir 3 - 22
Pengunjung dapat menikmati fasilitas berbagai kegiatan luar ruang,
seperti rock climbing dengan 28 jalur, trekking, dan pengenalan
budaya daerah Nglanggeran
D. Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat setempat juga turut andil dalam kegiatan pariwisata di
Desa Wisata Nglanggeran, Penberdayaan masyarakat berupa antara
lain; penggunaan rumah warga sebagai Home Stay dalam program
live in, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata
nglanggeran baik secara kelembagaan untuk menjadi pengelola
kawasan wisata maupun secara individual seperti menjadi guide
bagi pengunjung maupun penyediaan kios – kios penjaja makanan
maupun souvenir.
E. Pemasaran dan Promosi
Pemasaran Desa Wisata Nglanggeran dilakukan melalui media massa
baik secara cetak maupun elektronik, banyaknya media massa yang
melakukan peliputan terhadap kawasan wisata ini membuat sudah
dikenal secara nasional dan internasional.
F. Kelembagaan dan SDM
Tahun 1999, Desa Wisata Nglanggeran dikelola Karang Taruna Bukit
Putra Mandiri, namun karena keterbatasan dana dan sumber daya
manusia mengakibatkan kawasan ini kekurangan fasilitas penunjang
untuk kegiatan berwisata.
Mengingat banyaknya potensi budaya dan ekowisata di situs gunung
api tersebut, tahun 2008 Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran
mengambil alih pengelolaannya. Badan pengelola ini kemudian
menambahkan beberapa fasilitas pendukung guna menunjang
kegiatan wisata di Desa Wisata Nglanggeran
Laporan Akhir 3 - 23
3.2.2.2. Desa Wisata Ketingan
Salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman adalah Desa
Wisata Ketingan atau sering juga disebut dengan desa wisata
burung kuntul (bangau). Desa ini menjadi begitu istimewa karena
keberadaan koloni burung kuntul dan burung blekok yangberjumlah
ribuan. Setiap pagi, burung-burung tersebut akan terbang
berpencar meninggalkan desa menuju ke persawahan yang banyak
airnya untuk mencari makan. Saat menjelang senja, burung-burung
ini akan kembali ke Dusun Ketingan. Mereka akan bertengger dan
bersarang di pepohonan yang memang masih banyak terdapat di
Desa Ketingan.
Keberadaan burung kuntul dan bleok di Dusun Ketingan ini
sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, yakni sekitar tahun
1997. Kala itu, koloni burung kuntul mulai berduyun-duyun datang
ke wilayah Ketingan setelah persemian gapura desa oleh Sultan
Hamengku Buwono X.
Pada tahun 2005 digagaslah usaha untuk menjaga keberadaan
burung kuntul tersebut. Akhirnya diputuskan bahwa Dusun Ketingan
menjadi sebuah desa wisata yang menawarkan keindahan serta
keasrian desa, serta tak ketinggalan koloni burung kuntul. Oleh
karena itu, Desa Wisata Ketingan dikenal sebagai Desa Wisata Fauna
Burung Kuntul. Selain pengamatan burung kuntul, Dusun Ketingan
Laporan Akhir 3 - 24
juga menawarkan paket wisata pembuatan jamu, bertani,
menyaksikan upacara daur hidup, serta kesenian gejog lesung.
A. Daya Tarik
Di Dusun Ketingan terdapat banyak gardu yang dapat digunakan
sebagai tempat pengamatan burung (bird watching). Saat paling
tepat untuk mengamati pola perilaku burung-burung tersebut
adalah di pagi hari atau di sore hari. Saat pagi, burung-burung akan
terbang secara berkelompok meninggalkan desa, sedangkan saat
sore, koloni burung kuntul akan pulang kembali ke sarangnya. Pagi
dan sore juga merupakan saat yang pas untuk berburu foto burung
kuntul.
Burung kuntul yang ada di Dusun Ketingan juga memiliki perilaku
yang unik. Setiap malam purnama dan Jumat Kliwon (penanggalan
Jawa), mereka memiliki kebiasaan berkumpul. Ribuan burung
kuntul akan terbang dan mengepak-kepakkan sayapnya yang putih
bersih di atas desa mulai sore hari hingga malam. Terntu saja
kebiasaan berkumpul ini menjadi pemandangan tersendiri dan
momen yang sangat bagus bagi para fotografer.
Selain menyaksikan koloni burung kuntul beserta habitatnya,
wisatawan yang berkunjung ke tempat ini juga dapat belajar
Laporan Akhir 3 - 25
bertani, membuat jamu, gejog lesung, serta menyaksikan upacara
daur hidup. Wisatawan yang memilih paket liburan dengan belajar
bertani, wisatawan dapat mencoba menggarap tegal (ladang),
menanam padi, membajak sawah, atau memanen padi yang sudah
menguning.
Ritual khusus Merti Bumi yang digelar setahun sekali. Ritual ini
digelar sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil bumi yang
melimpah. Dalam kegiatan ini warga Ketingan akan mengenakan
pakaian tradisional, kemudian berjalan mengelilingi desa sambil
membawa gunungan hasil bumi.
Laporan Akhir 3 - 26
B. Aksesibilitas
Desa Wisata Ketingan terletak di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Jarak dari pusat kota Yogyakarta
ke Desa Wisata Ketingan hanya 10 km, sedangkan dari Jalan
Magelang hanya berjarak 3 km. Wisatawan yang membawa
kendaraan pribadi dapat menempuh rute Yogyakarta-Jalan
Magelang–Mlati–Desa Wisata Ketingan. Terdapat petunjuk arah
menuju Desa Wisata Ketingan. Jalan menuju Desa Ketingan cukup
mudah dan mendatar
Pengelola Desa Wisata Ketingan menyediakan fasilitas penjemputan
bagi wisatawan yang akan mengunjungi Desa Ketingan. Akses lain
dapat ditempuh melalui kendaran umum berupa angkot khusus
untuk menuju Desa Wisata Ketingan yang tersedia di Terminal
Jombor.
C. Fasilitas
Sebagai Desa Wisata yang terus berbenah diri guna menyambut
kedatangan wisatawan, beberapa fasilitas dan akomodasi guna
memudahkan wisatawan mulai dilengkapi. Fasilitas yang ada di
Dusun Ketingan antara lain, pemandu lokal, menara pengamatan
burung, tempat menginap ala pedesaan yang mampu menampung
sekitar 30 orang, serta kendaraan antar jemput wisatawan bila
diperlukan.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Masayarakat Dusun Ketingan terlibat langusng dalam pengelolaan
Kawasan Desa Wisata Ketingan, keterlibatan masyarakat berupa
kelembagaan pengelola desa wisata, pelestarian alam sebagai
tujuan utama wisata di desa ketingan, penyediaan rumah warga
sebagai home stay bagi wisatawan yang akan menginap, sebagai
pemandu wisata maupun pengelola kegiatan kesenian yang ada di
Dusun Ketingan, penyediaan kios maupun warung – warung kuliner,
Laporan Akhir 3 - 27
serta berbagai macam kegiatan lain yang menunjang kegiatan
wisata di Dusun Ketingan.
E. Pemasaran dan Promosi
Pemasaran Desa Wisata Ketingan dilakukan melalui media massa
cetak maupun elektronik, selain pengelolaan pemasaran secara
swakelola oleh pengelola desa wisata, pemasaran desa wisata juga
mendapat bantuan oleh pihak pemerintah melalui website
pemereintah Kabupaten Sleman maupun Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
F. Kelembagaan dan SDM
Kelembagaan dilakukan secara swadaya masyarakat dengan adanya
bantuan baik secara financial maupun pelatihan pelatihan oleh
pemerintah.
3.2.2.3. Desa Wisata Nglinggo
Desa Wisata Nglinggo adalah sebuah dusun di Desa Pagerharjo,
Kecamatan Samigaluh di Pegunungan Menoreh. Dusun ini
mempunyai daya tarik alam pegunungan, wisata trekking, air
terjun, nuansa pedesaan, perkebunan teh dan kopi.
Laporan Akhir 3 - 28
Masyarakat Nglinggo masih menjaga tradisi kehidupan Jawa dan
kesenian tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Para pengunjung
bisa tinggal bersama keluarga di rumah pedesaan termasuk terlibat
dalam aktivitas penderesan gula aren, memetik teh, kopi dan
memerah susu kambing Peranakan Etawa.
A. Daya Tarik
Desa Wisata Nglinggo memiliki keistimewaan yang disebut puncak
Nglinggo. Dari puncak ini, pengunjung dapat merasakan udara yang
sejukdan kesegaran dari hawa perbukitan dan gunung yang
berkabut. Pengunjung juga dapat menikmati keindahan hamparan
perkebunan the dan hutan pinus serta air terjun di kaki hutan
pinus.
Selain itu, Desa Wisata Nglinggo juga memiliki keistimewaan lain
yang terletak pada wilayah desa yang dikelilingi oleh beberapa
gunung, yaitu: Gunung Widosari, Bentarm, Tritisan dan Kukusan.
Keunggulan wilayah ini menjadi nilai tersendiri bagi pengunjung
yang juga merencanakan untuk mengadakan paket wisata ke
beberapa gunung yang mengelilingi Desa Wisata Nglinggo.
Laporan Akhir 3 - 29
Pesona wisata yang bisa menjadi paket kunjungan di Dusun Nglinggo
antara lain: Wisata trekking pedesaan (nuansa pedesaan &
panorama Menoreh/sunrise, air terjun Watu Jonggol, Watu Bentar,
Perkebunan teh), Wisata pertanian (proses pemetikan teh & kopi,
pembuatan minyak atsiri, peternakan kambing PE), Wisata budaya
penderesan gula aren, rumah pedesaan (joglo, kampung, dan
limasan)
B. Aksesibilitas
Akses Menuju Lokasi Desa Wisata Nglinggo cukup mudah, baik
menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Untuk menggunakan kendaraan umum, dari terminal Giwangan,
Yogyakarta, pengunjung dapat menggunakan bus umum jurusan
Kulon Progo dan turun di Terminal Wates, Dari Terminal Wates
terdapat kendaraan umum yang menuju arah Dusun Nglinggo dan
turun di jalan desa dan dilanjutkan dengan Ojek menuju Dusun
Nglinggo.
C. Fasilitas
Desa Wisata Nglinggo menyediakan berbagai akomodasi dan fasilitas
pendukung, antara lain:
a. Home stay sebanyak 5 buah berkapasitas 30 orang
b. Satu Buah tempat pertemuan berkapasitas 100 orang
Laporan Akhir 3 - 30
c. Pusat Informasi yang akan melayani wisatawan pengunjung Desa
Wisata Nglinggo setiap hari.
d. Kios – kios sebagai pusat jajanan yang menawaran makanan dan
minuman khas Kulon Progo
e. Area parkir.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Dengan bantuan secara financial maupun bimbingan dari
Pemerintah Kbupaten kulon Progo, Masyarakat Desa Wisata
Nglinggo mampu melakukan kegiatan pelestarian dan pengelolaan
desa untuk tujuan pariwisata
Peran serta masyarakat desa dalam pengelolaan dapat berupa
dalam kelembagaan pengelolaan desa wisata maupun dalam sector
informal seperti sebagai penjual di kios kios yang ada di desa
wisata.
Kegiatan dalam perkebunan the seperti pemetikan pucuk daun the
juga menjadi sebuah daya tarik wisata tersendiri di Kawasan Desa
Wisata Nglinggo
E. Kelembagaan dan SDM
Desa Wisata Nglinggo hingga saat ini dikelola secara sinergis antara
Pemerintah Kabupaten Kulon (Pemkab) Kulon Progo dan masyarakat
desa secara swadaya. Keduanya saling bekerja sama untuk menjaga
keasrian dan kelestarian wilayah desa dengan berbagai program
pembangunan berbasis masyarakat, dengan model pengelolaan ini,
masyarakat diajak untuk ikut memiliki desa dengan harapan,
mereka akan menjaga keasrian dan kealamian lingkungan Desa
Nglinggo dan sekitarnya secara mandiri.
Laporan Akhir 3 - 31
3.2.3. DESA WISATA BERBASIS PERPADUAN KEUNIKAN SUMBER DAYA
BUDAYA DAN ALAM
3.2.3.1. Desa Wisata Srowolan
Desa Wisata Pasar Perjuangan Srowolan merupakan gabungan dari
Pedukuhan Srowolan Gatep, Pedukuhan Karanggeneng dan
Pedukuhan Gandok Kadilobo, Desa Purwobinangun Kecamatan
Pakem,Kabupaten Sleman.
A. Daya Tarik
a. Wisata Budaya
Masyarakat ingin mengenalkan wisata dengan nilai sejarah yaitu
pasar Srowolan sebagai icon kepariwisataan karena pasar ini selain
merupakan pasar kuno juga jadi saksi bisu perjuangan masyarakat
melawan tentara Belanda pada tahun 1948.
Selain dari Pasar dan Gudang Garam terdapat juga rumah kuno
berukuran 10 x 12 m berbentuk Sinom yang merupakan bekas
kecamatan Pakem Lama yang berada di sebelah timur pasar. Rumah
kuno ini dahulu merupakan pusat Kecamatan.
Laporan Akhir 3 - 32
Selain Bangunan bersejarah, di lokasi ini juga terdapat rumah yang
dahulu ditinggali oleh Sayuti Melik, penulis naskah Proklamasi
Kemerdekaan yang berada di dusun Kadisobo untuk mengenang
kembali sejarah perjuangan bangsa pada waktu itu untuk
memperoleh kemerdekaan.
Kesenian yang ada di Desa wisata Perjuangan Pasar Srowolan antara
lain seni tari, seni suara dan seni. Kesenian tersebut dapat menjadi
alternatif bagi pengunjung apabila ingin menikmati kesenian yang
terdapat di Desa Wisat srowolan. Tradisi Pertanian juga masih
dilakukan di Desa wisata ini. Beberapa kegiatan tradisi pertanian
yang masih dilaksanakan diantaranya angler, tedun dan wiwit.
Selain itu terdapat juga upacara adat/keagamaan yang masih ada
yaitu ruwatan atau membuang sukerto, nyadran/ngirim leluhur,
bersih desa/wujud syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah
serta midang atau melaksanakan nadar atas cita-citanya yang
berhasil.
Kerajinan yang ditonjoljkan dari desa wisata ini antara lain tunggak
bambu berupa kentongan dan bebek-bebekan sedang industri kecil
berupa pembuatan tempe dan slondok.
b. Wisata Alam
Bagi anda yang mempunyai hobi memancing, terdapat kolam
pemancingan seluas 2 hektar yang keberadaannya menyebar di
Dusun Srowolan Karanggeneng dan Kadilobo dengan fasilitas warung
Laporan Akhir 3 - 33
makan spesial air tawar. Terdapat juga embung yang dapat
dimanfaatkan sebagai wisata tirta.
Srowolan juga mempunyai hamparan sawah dan kebun salak yang
dapat menjadi daya tarik tersendiri, selain dapat melakukan
kegiatan persawahan juga dapat melakukan wisata petik salak.
B. Aksesibilitas
Jarak tempuh dari pusat Pemerintahan Kecamatan Pakem
sepanjang 4 Km ditempuh selama 10 menit.8 km menuju kota
Kabupaten Sleman dengan jarak tempuh 15 menit. 20 km menuju
kota propinsi dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit dengan
kendaraan bermotor.
Laporan Akhir 3 - 34
C. Fasilitas
Desa wisata Srowolan adalah desa yang dikelilingi sawah-sawah dan
sungai yang mengalir asri. Hawa sejukpun selalu terasa ketika
memasuki desa wisata srowolan. Untuk resmi dijadikan sebagai
desa wisata oleh dinas pariwisata tentu mempunyai sarana dan
keunikan tersendiri. Sarana Desa Wisata Srowolan adalah:
a. Banyu Sumilir
1) Family Gathering
Family Gathering merupakan program untuk tamu di pondok makan
Banyu Sumilir. Di tempat ini, wisatawan dapat mengadakan
kegiatan, baik perorangan maupun kelompok dari institusi atau
lembaga, dalam skala kecil (kurang dari 20 orang), sedang (antara
20-100 orang), maupun besar (lebih dari 100 orang).
Sedangkan untuk materi kegiatan yang akan diselenggarakan
menyesuaikan keinginan tamu. Dalam program Family Gathering
ditawarkan berbagai fasilitas antara lain:
Area dan fasilitas bermain (kolam air, kolam lumpur, kebun
salak,
pemancingan, sarana outbound)
Area makan keluarga dan kuliner tradisional keluarga
Pertunjukan kesenian tadisional
Rumah tinggal sementara (homestay)
Laporan Akhir 3 - 35
2) Adventure Education Based Outdoor Activity
Program ini dibuat khusus bagi para pelajar mulai dari tingkat SD,
SMP, dan SMA yang menginginkan sebuah kegiatan wisata alam
selama sehari semalam dengan berbagai kegiatan outward bound
basic level. Program ini dikemas sebagai sarana untuk
meningkatkan komunikasi, toleransi, kerjasama (kekompakan)
antarteman dalam satu kelompok. Untuk biaya fasilitas program ini
tiap orang dikenai biaya Rp150.000. Biaya ini mencakup fasilitator,
makan, minum, dan snack. Dalam program Adventure Education
Based Outdoor Activity ditawarkan:
Tim fasilitator outward bound,
Camping ground,
Wisata alam,
Sarana outward bound, dan
Wisata kuliner tradisional
Sarana akomodasi bagi pengunjung yang ingin menginap berupa
penginapan/home stay siap huni sejumlah 50 buah dengan jumlah
kamar 159 kamar dan dapat menampung 318 orang wisatawan.
Yang tersebar di Dusun Srowolan, Karanggeneng dan Kadilobo.
Paket wisata yang disediakan dapat dinikmati pengunjung dengan
biaya yang relative murah yaitu untuk Menginap bersama penduduk
hanya dikenakan biaya Rp. 45.000,-/orang (3 x makan). Untuk
Menyaksikan hiburan cokekan hanya perlu mengeluarkan biaya Rp.
150.000,-. Sementara untuk belajar karawitan cukup membayar Rp.
10.000,-. Pengunjung juga dapat belajar Belajar membajak,
bertanam padi dengan biaya Rp. 10.000,-/orang.
Transportasi dan akses menuju Desa wisata Srowolan sangat mudah
karena dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda
Laporan Akhir 3 - 36
empat. Hal tersebut dikarenakan jalan menuju lokasi telah diaspal
meskipun transportasi umum tidak tersedia di lokasi ini.
b. Panggung Kesenian
Panggung kesenian ini difungsikan untuk menyelenggarakan even-
even kesenian lokal serta acara-acara khusus lainnya
D. Pemasaran dan Promosi
Promosi adalah kegiatan pemasaran produk yang ingin kita
tawarkan kepada public dengan tujuan agar lebih dikenal
masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis.
Promosi harus dilakukan secara rutin, tidak bisa hanya sekali
promosi tetapi harus berulang-ulang. Promosi yang paling baik
adalah promosi melalui media, bisa televisi, radio, surat kabar dan
internet. Promosi yang dilakukan oleh karang taruna pengurus desa
wisata adalah melalui kegiatan sosial seperti sepeda santai, dan
melalui surat kabar. Tetapi didalam pengembangan desa wisata
berbasis intenasional tidak cukup dengan surat kabar.
Cara yang paling efisien adalah merancangkan sebuah website
pribadi yang berisikan tentang semua hal mengenai desa wisata
Srowolan. Memang saat ini Srowolan sudah bisa diexpose melalui
media internet, tetapi website itu bukan milik mereka. Saat ini
website biasapun sulit menembus internasional, website yang
disajikan harus mempunyai 2 bahasa, yaitu bahasa nasional dengan
Laporan Akhir 3 - 37
bahasa internasional. Masalah promosi ini juga merupakan salah
satu penghambat desa wisata Srowolan untuk mendatangkan tourist
dengan skala besar ke dusun tersebut.
E. Kelembagaan dan SDM
Di desa wisata Srowolan memiliki karang taruna yang terorganisir.
Banyak aktifitas yang dikerjakan di Srowolan antara lain aktif dalam
sinoman, merti dusun,
pengembangan desa. Tetapi struktur organisasi di Desa Wisata
berbeda dengan organisasi dimasyarakat biasa. Di desa wisata ada
sie keamanan, promosi,perlengkapan dan lain-lain yang tidak
dimiliki dalam struktur organisasi kemasyarakatan biasa. Aktifitas
karang taruna di desa wisata yaitu mulai dari mempersiapkan
sarana dan prasarana, menjadi guide
(pemandu wisata) wisatawan yang berkunjung, promosi desa
wisata, dan juga bekerjasama dalam pembangunan desa wisata.
Guide adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh pengurus maupun
anggota.
3.2.3.2. Desa Wisata Kembangarum
Desa wisata Kembangarum merupakan desa wisata yang diresmikan
pada pertengahan tahun 2005. Desa ini menawarkan edukasi dan
Laporan Akhir 3 - 38
alam sebagai sajian wisata bagi pengunjung. Program-program yang
dirancang dan dibangun di desa wisata ini mengedepankan edukasi
atau pendidikan bagi anak-anak khususnya.
A. Daya Tarik
Sebuah desa wisata yang terletak 20 km dari pusat kota Yogyakarta.
Desa ini mempunyai pemandangan alam yang menakjubkan. Sawah
yang hijau terbentang, perkebunan salak yang tertata rapi, sungai
yang jernih dan jalan yang diperindah dengan tembok terbuat dari
batu membuat desa ini layak mendapat predikat sebagai salah satu
desa wisata terindah di Yogyakarta.
Desa wisata yang berawal karena adanya sanggar lukis di Kembang
Arum kemudian berkembang menjadi desa wisata pendidikan,
wisata pertanian, perkebunan, wisata air, perikanan, pemukiman,
seni budaya, kuliner, dan outbound. Yang tidak kalah menariknya
adalah wisata perfilman. Sudah banyak film/feature yang dibuat di
Desa Wisata Kembang Arum ini seperti Si Bolang, Wisata Kuliner,
Jelang Siang. Sekitar 27 film yang sudah dibuat dan ditayangkan
oleh RCTI, TPI, Indosiar, TVRI Jogja, dll. Selain itu ada wisata yang
hanya ada satu di Indonesia yaitu wisata baksos yaitu dengan
menggunakan motor trail dan mobil offroad. Tiap motor trail ada
mekanik yang dibekali dengan makanan. Jadi di tengah-tengah
perjalanan menuju lereng merapi, peserta baksos akan memberi
makanan pada orang yang membutuhkan yang ditemui di jalan.
Laporan Akhir 3 - 39
Paket –paket wisata Desa Wisata Kembangarum antara lain:
a. Paket creative camp, yaitu belajar memainkan gamelan
tradisional, melukis dengan media kertas dan kanvas, belajar
membatik, membuat layang-layang, bermain angklung, dan
membuat kerajinan janur.
b. Paket wisata outbound dan olahraga tradisional, yaitu balap
dinglik, balap egrang, balap bakiak, bambu salak glundong,
tarik tambang lumpur, bambu keseimbangan, bambu pancuran,
tampah bola, gebuk bantal di atas air, mencari ikan, sepak bola
lumpur, bola basket lumpur, kenthos keseimbangan, bola volly
geber, dan flying fox.
c. Paket wisata petulangan, yaitu tracking menyusuri desa wisata
dan perkebunan salak, tracking menyusuri sungai, serta motor
trail, dan off road ke lerang Gunung Merapi.
d. Paket wisata pertunjukan dan hiburan, yaitu wayang kulit
pentilan, wayang kulit semalam suntuk, jathilan dan tarian
rampak buto, karawitan atau cokekan, jathilan kelinthing
(jathilan anak-anak), organ tunggal, campur sari, musik akustik,
dan musik band (jazz, blues, reggae).
e. Paket wisata pertanian, yaitu membajak sawah dengan kerbau,
nutu (menumbuk) padi, dan menanam padi.
f. Paket wisata perkebunan, yaitu menanam salak, singkong, dan
jagung.
g. Paket wisata peternakan, yaitu memberi makan kambing.
h. Paket wisata permukiman tradisional, yaitu Griya Sekar Arum,
Joglo Sempor Sungai, Penginapan Gubug Pereng, Gubug Pereng
bawah, Griya Arum Sari, dan Rumah Joglo.
i. Wisata pengambil foto untuk prewedding dan film.
j. Paketiwisata aneka kuliner tradisional, jajanan pasar, dan
minuman tradisional.
k. Paket pijat di pinggir sungai.
Laporan Akhir 3 - 40
B. Aksesibilitas
Desa Wisata Kembangarum terletak di Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Untuk menuju desa wisata
Kembangarum, wisatawan bisa menggunakan angkutan umum yang
tersedia di terminal jombor, dengan jurusan jombor tempel,dan
dilanjutkan dengan jalur D4. Jika membutuhkan privasi dan
kenyamanan bersama keluarga atau teman terdekat, bisa dengan
menggunakan jasa sewa mobildari Jogja Empat Roda.
C. Fasilitas
Berbagai fasilitas yang bisa dinikmati di desa wisata kembangarum
seperti sanggar lukis, disini wisatawan akan diajari bagaimana
melukis dengan cara yang benar diatas kanvas menggunakan cat
minyak, dengan ditemani suasana yang nyaman dan gemericik ari
sungai yang ada disekitar sanggar lukis bersama kicauan burung
akan membuat suasana hati semakin nyaman saat melukis. Anak-
anak juga bisa belajar banyak dan membaca diperpustakaan yang
ada didesa kembangarum ini. Tak kalah dengan wahan pendidikan
sanggar lukis dan perpustakaan wisata, disini wisatawan bisa
menemukan fasilitas pijat, rasa lelah dan beban akan hilang
seketika, saat dipijat wisatawan juga ditemani dengan keindahan
alam dan sungai yang jernih, karena fasilitas pijat ini dilakukan
dipinggiran sungai yang ada didesa kembangarum. berbagai fasilitas
lain yang bisa wisatawan nikmati disini seperti, mobil untuk jeljah
alam, arena permainan, dan rumah makan tradisonal dengan
masakan khasnya nasi takir.
Didesa wisata kembangarum ini wisatawan juga bisa menikmati
fasilitas kolam pemancingan dan kolam renang alami, anda bisa
berenang dan memancing bersama keluarga, dengan kegiatan
seperti itu tentunya kehangantan keluarga akan di dapatkan.
Wisatawan juga bisa bertempat tinggal sementara disini, disediakan
Laporan Akhir 3 - 41
rumah khusus dengan bangunan unik, dengan suasana udara yang
sejuk dan nyaman. Jadikan desa wisata kembangarum sebagi
tempat singgah sementara untuk keluarga, kehangatan,
kebersamaan dan pendidikan.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan-kegiatan dalam desa wisata ini banyak melibatkan peran
masyarakat Kembang Arum sendiri. Misalnya seperti pijat massal,
warga menjadi pemijat dan akan diberi tip dan fee. Wisata
kulinernya yang khas melibatkan ibu-ibu PKK, wisata seni dan
budayanya melibatkan bapak-bapak dan pemuda menjadi pemandu
outbound. Orang yang umurnya sudah sangat tua pun tidak
ketinggalan, mereka juga mempunyai kontribusi dalam wisata budi
pekerti. Contohnya nenek-nenek mengunyah sirih atau menumbuk
padi akan menggugah keingintahuan anak-anak yang datang
berkunjung ke desa ini. Pemasaran dan Promosi
E. Pemasaran dan Promosi
Sistem pemasaran desa wisata ini masih dikelola oleh Sanggar
Pratista. Awalnya adalah dengan sistem gethok tular yaitu informasi
dari mulut ke mulut. Dengan memanfaatkan koneksi sanggar yang
mengajar di 79 sekolah ini, Pratista melakukan sosialisasi kepada
murid dan orang tua murid. Hal ini lalu berkembang sehingga
muncul makelar wisata yang menghubungkan antara wisatawan
dengan pengelola Kembang Arum. Untuk mendukung ini, Pratista
Laporan Akhir 3 - 42
juga mencetak brosur kemudian disebarkan pada para tamu atau
koneksi.
F. Kelembagaan dan SDM
lima orang tim kreatif yang terdiri dari Pak Marsaid, Pak Ngatiman,
Pak Muji, Pak Yuli dan Bu Jarwati. Tim ini menangani acara-acara
yang diinginkan oleh tamu. Tamu yang ingin beriwisata di desa ini
awalnya akan melakukan survey lalu reservasi ke kantor yang ada di
Sanggar Pratista. Dengan reservasi, pengelola Kembang Arum bisa
menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh tamu secara maksimal
dan hampir semua keinginan tamu diakomodasi oleh pengelola.
Kemudian Pak Hery akan menyampaikan ini kepada tim kreatif yang
sudah terbentuk. Tim kreatif akan membuat anggaran untuk
akomodasi dan lain-lainnya untuk disampaikan kepada ketua RT dan
ibu-ibu PKK. Ketua RT membagi tugas warga untuk menjadi
pemandu di acara outbound dan sebagai guide wisata sedangkan
ibu-ibu PKK menyediakan masakan untuk wisata kulinernya. Sistem
pembagian keuntungan antara Sanggar Pratista dengan warga sudah
dimusyawarahkan di awal pendirian desa wisata. Jika ada tamu
yang datang, uang yang didapat dari tamu tersebut akan digunakan
untuk mengisi kas wisata yaitu sebesar 5000 rupiah per tamu. Kas
lain yang juga diisi adalah kas kumpulan bapak-bapak, kas PKK
serta infaq masjid. Warga yang terlibat membantu kegiatan
outbound juga akan mendapat fee sesuai dengan jam kerjanya.
3.2.3.3. Desa Wisata Pentingsari
Dusun Pentingsari berbentuk seperti semenanjung dimana sebelah
barat terdapat lembah yang sangat curam yaitu kali Kuning dan
sebelah selatan terdapat lebah yang berupak Goa Ledok / Ponteng
dan Gondoran sebelah timur terdapat lembah yang curam yaitu Kali
Pawon dan sebelah utara merupakan dataran yang dapat
Laporan Akhir 3 - 43
berhubungan langsung dengan tanah di sekeliling kelurahan
Umbulharjo sampai ke pelataran gunung Merapi. Dusun Pentingsari
terdiri dari dua dusun yaitu Bonorejo dan Pentingsari. Pentingsari
ditetapkan sebagai desa wisata pada tanggal 15 Mei 2008.
A. Daya Tarik
a. Pancuran Suci Sendangsari
Pancuran ini dipercaya oleh masyarakat dusun Pentingsari dan
sekitarnya sebagai tempat bertemunya Dewi Nawang Wulan dan
Joko Tarup bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat
awet muda dengan minum atau cuci muka dengan air ini, lokasi
obyek ini sangat dekat dengan nuansa mistis dan nuansa keindahan
lembah sungai kuning.
b. Luweng
Luweng merupakan salah satu bukti betapa luasnya perjuangan
Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda di
Yogyakarta , luweng pada saat itu digunakan sebagai alat masak
warga dusun Pentingsari dalam menyediakan konsumsi bagi tentara
Pangeran Diponegoro, disamping sebagai tempat persembunyian
bila dalam posisi terdesak.
Laporan Akhir 3 - 44
c. Rumah Joglo
Rumah ini merupakan rumah adat di DIY dan Jawa Tengah. Rumah
Joglo berada di poros Desa Wisata Pentingsari, disamping
menampilkan karakteristik keindahan dan budaya di rumah Joglo
ini dapat digunakan sebagai tempat pertemuan, diklat, pentas seni
dan budaya
d. Wisata Alam
Kondisi lingkungan di Dewi Peri masih sangat alami hembusan udara
yang sejuk, rindangnya berbagai jenis tanaman, riuhnya suara
ocehan burung di alam bebas, ramahnya penduduk desa bisa
dijumpai di sepanjang jalan dusun Pentingsari, sementara di sisi
yang lain hamparan sawah, berbagai jenis tamanan sayur-sayuran
yang sudah dikelola dengan system yang baik oleh penduduk
memberi warna keindahan tersendiri Desa Wisata Pentingsari.
e. Batu Dakon
Batu dakon yang ada di Dewi berbeda dengan batu dakon pada
umunya yang biasa digunanakan untuk bermain anak-anak
,disamping memiliki nilai mistis batu dakon ini konon masih ada
kaitanya dengan obyek Luweng, batu ini dipercaya sebagai tempat
mengatur setrategi perang dan meramal nasip pada waktu
perjuangan mengusir penjajah Belanda.
f. Batu Persembahan
Batu Persembahan dipercaya digunakan sebagai tempat
persembahan kepada ular besar yang singgah di Ponteng yang
dipercaya sebagai anak dari Baru Klinting yang singgah di Gunung
Merapi, bentuk persembahan dipercaya seekor kera yang datang
dari Gunung Merapi tiap bulan Suro ( bulan jawa)
Laporan Akhir 3 - 45
g. Ponteng
Tempat pertemuan sungai Kuning dan Sungai Pawon ( tempuran ) di
Ujung Selatan Dusun Pentingsari di percaya ada sebuah goa sebagai
tempat singgahnya ular besar anak dari baruklinting.
h. Jalur Traking
Kondisi alam di Desa Wisata Pentingsari yang diapait oleh Dua
Sungai (Sungai Pawon dan Sungai Kuning ) sangat cocok untuk
traking remaja, anak-anak,dewasa dan orang tua dengan melewati
jalur susur sungai, melewati hamparan sawah, naik turun tebing
dengan terowongan yang sangat unik dan indah, melewati ditengah
rindangnya berbagai jenis tanaman kehutanan.
B. Aksesibilitas
Untuk saat ini, belum ada transportasi umum yang dapt mencapai
kawasan Desa Pentingsari. Oleh karena itu, disarankan bagi para
wisatawan yang berkunjung untuk menggunakan kendaraan sewaan
jika ingin menyambangi desa wisata ini. Di Yogyakarta, mobil
sewaan bisa didapat dengan kisaran harga Rp.250.000 hingga
Rp.400.000, tergantung jenis mobil yang ingin disewa. Namun, bagi
pengunjung yang datang dari luar Yogyakarta, pengurus Desa Wisata
Pentingsari akan menyediakan sarana penjemputan di Bandara Adi
Sutjipto.
C. Fasilitas
Di Desa Pentingsari, wisatawan yang datang akan difasilitasi oleh
penginapan berupa rumah-rumah penduduk setempat. Dengan
menginap di rumah penduduk, para wisatawan dapat merasakan
kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan. Selain itu, Desa
Pentingsari juga menyediakan beberapa fasilitas, baik tempat
maupun jasa, yang diharapkan mampu menambah kenyamanan para
wisatawan.
Laporan Akhir 3 - 46
D. Pemberdayaan Masyarakat
Keberhasilan Pentingsari sebagai desa wisata terbaik tidak lepas
dari peran masyarakat penting sari itu sendiri. Saat pentingsari
diresmikan sebagai desa wisata, masyarakat dengan kesadaran diri
sendiri mengelola dan mengembangkan desa ini sehingga menjadi
sekarang. Keadaan ekonomi masyarakat penting sari pun ikut
terangkat sejalan dengan perkembangan desa mereka. Masyarakat
penting sari benar-benar mengelola desa nya dengan sangat baik.
Selain masyarakatnya yang sangat ramah ramah, banyaknya pilihan
wisata, serta keikutsertaan ibu ibu karang taruna dalam pelayanan
para wisatawan. Kini masyarakat Pentingsari menggantungkan
hidup dari keberadaan desa wisata.
Masyarakat penting sari hidup dari desa ini, semua masyarakat
diikutsertakan kedalam pengelolaan desa. Seperti homestay,
konsumsi untuk wisatawan, paket paket wisata di pentingsari,
semua terlibat. Tidak ada yang merasakan sendiri, karna ini dari
desa dan untuk desa.
Pemberdayaan masyarakat sekitar Pemberdayaan masyarakat
sekitar dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi
aktif sebagai pelaku wisata baik homestay, sebagai tempat
kunjungan dan pelatihan, penyediaan makanan dan kuliner maupun
sebagai pemandu kegiatan wisata.
Laporan Akhir 3 - 47
E. Pemasaran dan Promosi
Di desa wisata Pentingsari masih menggunakan pemasaran
konvensional untuk memasarkan daya tarik yang dimiliki oleh desa
wisata Pentingsari.
Bagi pihak desa wisata permasalahan yang timbul yaitu dalam hal
pemasaran produknya ke masyarakat luas yang kurang cepat dan
kurang mudah. Sulitnya pelanggan yang berada diluar daerah dalam
melakukan pemesanan, sulitnya pelanggan dalam melihat atraksi
dan keunikan desa wisata menjadi bagian dari permasalahan bagi
desa wisata Pentingsari, sehingga dibutuhkan media yang efektif
dan efisien yang bisa menyebarkan informasi secara cepat dan
mudah, maka dibuatlah sistem pemasaran dan pemesanan berbasis
internet. Sedangkan untuk menjaring kunjungan tamu selain
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, juga dengan media cetak
(koran) dan elektronik (televisi), biro perjalanan dan sekolah-
sekolah unggulan baik di Yogyakarta maupun di Kota besar seperti
Jakarta dan Surabaya. Kerjasama juga dilakukan dengan kelompok
masyarakat sekitar seperti kelompok ternak sapi perah, kelompok
petani jamur, kelompok tani kopi Merapi dan sebagainya yang
berada di sekitar lereng Merapi.
F. Kelembagaan dan SDM
Kelembagaan dan SDM di Desa Wisata Pentingsari dikelola oleh
masyarakat, perangkat desa, karang taruna dibantu pihak
pemerintah daerah dan pihak swasta yang memberikan hibah untuk
pengembangan Desa Wisata Pentingsari.
Laporan Akhir 3 - 48
3.2.4. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN AKTIFITAS EKONOMI KREATIF
3.2.4.1. Desa Wisata Bobung
Desa Wisata Bobung terletak di desa Putat, kecamatan Patuk,
Kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Letaknya sekitar 10 km menuju arah barat Kota Wonosari atau
sekitar 30 km menuju arah timur Kota Yogyakarta. Daerah ini
dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu di Yogyakarta.
Sejarah dari kerajinan batik kayu ini dipercaya oleh masyarakat
sekitar dimulai oleh Sunan Kalijaga. Awalnya Kerajinan batik kayu
di Bobung berawal dari kebutuhan topeng kayu untuk lakon-lakon
dalam seni tari Topeng Panji yang berkembang di dusun ini sejak
sekitar 1960. Tarian Panji itu berkembang yang membuat
kebutuhan akan topeng juga bertambah. Tari Panji konon
diciptakan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah. Tarian ini juga
masih dipentaskan untuk menghibur pengunjung yang datang.
Bentuk topeng sangat khas karena mirip dengan penggambaran
tokoh wayang purwa yang matanya tertarik ke atas dengan hidung
lancip, motif batik yang mendasari pewarnaan topeng menambah
nilai keindahan topeng. Dari tahun ke tahun akhirnya daerah ini
berkembang sebagai sentra kerajinan batik kayu. Bukan hanya
topeng yang diproduksi,tetapi berbagai bentuk kerajinan lain.
Hingga pada akhirnya, saat ini warga yang semua menjadi petani
Laporan Akhir 3 - 49
sejak pertengahan 1980-an masyarakat mulai bergeser menjadi
perajin. Kerajinan batik kayu dari Bobung sudah menembus dunia.
A. Daya Tarik
Desa Bobung merupakan desa wisata yang mempunyai daya tarik
utama sebagai sentra kerajinan batik kayu. Beberapa produk
kerajinan seperti topeng dan patung kayu bermotif batik
merupakan hasil karya yang unik dan menarik. Kerajinan batik kayu
lainnya adalah berbagai model binatang seperti jerapah, kuda, dan
lainnya. Desa Wisata Bobung, hampir semua penduduknya ber-mata
pencaharian sebagai pengrajin topeng, patung kayu serta kerajinan
batik kayu lainnya.
Wisatawan yang berkunjung ke sana selain memnikmati aneka
kerajinan kayu juga menikmati udara segar lereng bukit pedesaan
dengan pola kehidupan yang khas. Atraksi lain yang juga dapat
dinikmati adalah tari topeng, cara bercocok tanam serta menikmati
kehidupan dengan alam pedesaan, karena sudah tersedia beberapa
home stay.
Penduduk Desa Wisata Bobung juga menyelenggarakan acara
rasulan yang diadakan setiap tahunya. Awalnya, rasulan merupakan
tradisi petani. Namun, ritual di dusun yang mayoritas warganya
Laporan Akhir 3 - 50
bekerja di sektor kerajinan topeng dan batik kayu itu kini bukan
hanya menjadi milik petani. Seiring perjalanan waktu rasulan
menjadi syukuran sekitar 250 warga yang bekerja di sektor
kerajinan topeng dan batik kayu
Terdapat 10 gunungan hasil bumi yang dibentuk secara rapi.
Pembuatnya adalah tiap RT di Bobung. Roeg, jatilan dan tarian
topeng mengiringi arak-arakan yang menjadi bagian tradisi rasulan
atau bersih desa di Dusun Bobung.
B. Aksesibilitas
Desa Wisata Bobung terletak di Desa Putat Kecamatan Patuk 10 Km
arah Barat Kota Wonosari atau 30 Km arah Timur Kota Yogyakarta.
Akses menuju lokasi Desa Wisata bobung ini sangatlah mudah.
Karena lokasi berdekatan dengan jalan utama Jogja-Wonosari,
maka kondisi jalan telah halus di aspal serta sering dilewati
kendaraan umum. Wisatawan dapat memanfaatkan kendaraan
umum tersebut maupun menggunakan kendaraan pribadi baik roda
dua maupun roda empat.
Laporan Akhir 3 - 51
C. Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki oleh Desa Wisata Bobung ini juga relatif
lengkap. Fasilitas yang ada diantaranya adalah tempat parkir yang
luas dan kamar mandi umum. Wisatawan juga dapat menyaksikan
langsung proses pembuatan topeng - topeng kayu di bengkel kerja
para pengerajin. Lokasi tersebut juga dilengkapi dengan t ruang
gallery / ruang pameran dimana kita bisa melihat produk -produk
hasil kerajinan tangan para pengerajin. Tersedia juga home visit
yang diperuntukan bagi wisatawan yg ingin belajar membuat topeng
kayu.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Desa Wisata Bobung berprofesi sebagai
pengrajin batik kayu, keunikan kegiatan masyarakat ini yang
menjadikan Bobung sebagai sebuah desa wisata yang layak untuk
dikembangkan.
Masyarakat juga menjadikan rumahnya sebagai Home stay bagi
wisatawan yang ingin berwisata dan menginap di Desa Wisata
Bobung.
E. Kelembagaan dan SDM
Pengelolaan Desa Wisata Bobung dilakukan secara swadaya
masyarakat dengan mendapatkan bantuan baik secara financial
maupun bimbingan dan pelatihan pelatihan dari Pemerintah
Kabupaten Gunung Kidul.
Laporan Akhir 3 - 52
3.2.4.2. Desa Wisata Kasongan
Desa Wisata Kasongan merupakan pusat kerajinan gerabah yang
berbahan dasar tanah liat atau lempung. Jenis tanah ini memang
mendominasi kontur tanah Desa Kasongan. Jenis Kerajinan gerabah
yang diproduksi oleh desa kasongan sangat variatif. Pada jaman
dulu warga Desa Kasongan cenderung hanya membuat perkakas
untuk kebutuhan rumah tangga saja, seperti kendi, kendilm
gentong, anglo dan sejenisnya. Namun semakin meningkatnhya nilai
ekonomis dan estetis dari gerabah, warga Desa Kasongan juga
memproduksi gerabah sebagai kerajinan.
Asal usul daerah Kasongan menjadi sentra industry gerabah berawal
pada masa penjajahan Belanda. Pada masa itu, di salah satu daerah
di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang
mengejutkan warga setempat, seekor kuda milik reserse Belanda
ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal
tersebut membuat warga ketakutan. Karena takut akan hukuman,
warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui
kepemilikan atas tanah tersebut. Hal ini diikuti ileh warga lainya.
Tanah yang telah dilepas ini pin kemudian diakui oleh penduduk
desa lain. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk
mengisi hari , mereka memanfaatkan apa saja yang ada disekitar.
Salah satunya, mereka memanfaatkan tanah yang ada untuk
Laporan Akhir 3 - 53
mebuat gerabah perkakas untuk keperluan dapur ataupun mainan
untuk anak – anak. Berawal dari kegiatan seperti itulah kebiasaan
membuat gerabah dimulai.
A. Daya Tarik
Di kawasan Kasongan, akan terlihat galeri – galeri keramik di
sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir,
bentuk dan fungsi yang beraneka ragam, mulai dari asbak rokok
kecil atau pot dan vas bunga yang berukuran besar.
Salah satu produk gerabah yang cukup terkenal adalah sepasang
patung pengantun dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini
dikenal dengan nama loro blonyo. Patung ini diadopsi dari sepasang
patung pengantin milik Keraton Yogyakarta, Wisatawan
mancanegara yang menyukai model patung loro blonyo memesan
khusus berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, peragawati
dan lain sebagainya.
Saat ini pengunjung dapat menjumpai berbagai macam produk
kerajinan selain gerabah. Pendatang yang membuka galeri di
Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya berbagai jenis usaha
kerajinan. Produk yang dijual masih termasuk kerajinan lokal
seperti kerajinan batok kelapa, kerjainan tumbuhan yang
dikeringkan atau kerajinan kerang. Usaha kerajinan Kasongan
berkembang mengikuti arus peluang yang ada. Namun demikian,
kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata pencaharian
warga setempat
Laporan Akhir 3 - 54
B. Aksesibilitas
Desa Kasongan terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping
di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk menuju Desa Wisata Kasongan, wisatawan dapat
menggunakan moda angkutan umum darat yang tersedia. Dari arah
Kota Yogyakarta, Desa Kasongan dapat dicapai sekitar 8 km ke arah
barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit
berkendara. Sarana transportasi yang disediakan menuju Desa
Kasongan ini antara lain bus antar kota dalam propinsi jurusan
Yogyakarta – Bantul dan Taksi.
C. Fasilitas
Di Desa Wisata Kasongan, wisatawan dapat tinggal di home stay di
beberapa lokasi yang telah disediakan, berbelanja di toko-toko
kerajinan yang berderet di sepanjang jalan – jalan lingkungan, dan
melihat langsung proses pembuatan berbagai produk kerajinan dan
seni gerabah di bengkel –bengkel kerja.
Di kawasan sentra kerajinan gerabah Kasongan juga terdapat ATM
dari berbagai bank yang tersebar di berbagai titik.
Bagi para wisatawan yang ingin secara khusus mempelajari
pembuatan kerajinan gerabah disediakan beberapa kursus singkta
yang diselenggarakan oleh rumah – rumah atau galeri gerabah.
Laporan Akhir 3 - 55
D. Pemberdayaan Masyarakat
Sebagian penduduk kasongan membuka galeri – galeri kerajinan di
penggir jalan utama kawasan Desa Wisata Kasongan, sedangkan
sebagian penduduk lainya berprofesi sebagai pengrajin kerajinan
gerabah yang akan di jual ke dalam galeri galeri yang ada di sana.
Beberapa profesi penunjang kegiatan wisata di Desa Wisata
Kasongan antara lain sebagai tukang parkir, penjaja makanan di
kios – kios makanan yang ada di sana dan berbagai macam profesi
lain.
E. Pemasaran dan Promosi
Pemasaran Kasongan sebagai desa wisata dilakukan dalam berbagai
cara baik secara media cetak maupun media elektronik. Pemasaran
Desa Wisata Kasongan juga tak lepas dari pemasaran produk
kerajinan dari Kaosngan yang sudah go internastional dari galeri –
galeri kerajinan yang ada.
Pada jaman dahulu pemasaran produk – produk kerajinan hanya
dilakukan melalui pemasaran langusng dibawa menggunakan sepeda
oleh pengrajin itu sendir ke rumah – rumah penduduk di sekitar
Yogyakarta. Namun saat ini kerajinan dari Kasongan telah dikenal
dunia Internasional, beberapa produk kerajinan dikirim ke berbagai
kota yang banyak dikunjungi wisatawan asing seperti Bali, sebagian
produk lain langsung dikirim ke Negara pemesan produk kerajinan.
F. Kelembagaan dan SDM
Kelembagaan dan SDM di Desa Wisata Kasongan dikelola swadaya
oleh masyarakat, perangkat desa, karang taruna dengan dibantu
oleh pemerintah Kabupaten Bantul serta pihak swasta dan
stakeholder terkait dengan pengembangan sentra industri gerabah
Kasongan.
Laporan Akhir 3 - 56
3.2.4.3. Kampung Wisata Prawirotaman
Prawirotaman adalah sebuah kampung yang sudah dikenal sejak
abad ke-19, saat seorang bangsawan Keraton Yogyakarta bernama
Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari keraton. Sejak
awal, kamopung ini mempunyai peran yang sangat besar bagi
Yogyakarta, pada masa pra-kemerdekaan, kampung ini menjadi
pusat konsentrasi lascar pejuang, hingga kemudian pasca
kemerdekaan, kampung ini dikenal sebagai pusat industry batik cap
yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Sementara sejak tahun
70-an seiring dengan meredupnya industry batik cap, para
pengusaha batik cap beralih ke dalam jasa penginapan dan
Prawirotaman pun mulai dikenal sebagai kampung turis. Meski
banyak kepemilikan tempat usaha telah berpindah tangan,
kebanyakan penginapan masih dikelola oleh keturunan
Prawirotomo, yang terdiri dari tiga keluarga besar Werdoyoprawiro,
Suroprawiro dan Mangunprawiro.
Memasuki kawasan Prawirotaman, pengunjung akan disambut
dengan nuansa kampung di tengah kota. Mulai dari lalu lalang
kendaraan hingga sapaan warga yang umumnya menguasai bahasa
Inggris. Sederetan penginapan dengan keunikan rancang bangunnya,
mulai Jawa klasik hingga hotel modern ada di kawasan ini.
Laporan Akhir 3 - 57
A. Daya Tarik
Prawirotaman adalah sebuah kawasan yang bias menjadi alternatif
untuk mencari penginapan ketika berlibur di Kota Yogyakartam
kawasan Prawirotaman tidak hanya menyediakan penginapan unik
dan terjangkau, tetapi juga banyak terdapat artshop, café, toko
buku hingga pasar tradisional
Kampung Prawirotaman mendapat julukan Kampung Turis atau
Kampung Bodypacker karena setiap saat banyak dikunjungi para
wisatawan asing yang menginap di hotel – hotel di kawasan ini.
Di kawasan Prawirotaman, beberapa artshop juga berjejer
menjajakan pernak – pernik seni yang unik, mulai dari patung
tradisional, cap batik yang memiliki nilai seni tinggi hingga furnitur
klasik yang berharga jutaan rupiah.
Selain dapat menyaksikan hiruk pikuk warga yang tengah
berbelanja, dan juga menyaksikan wisatawan asing, pengunjung
Prawirotaman juga dapat mencicipi penganan khas Yogyakarta yang
banyak di jual terutama di dalam Pasar Prawirotaman.
Laporan Akhir 3 - 58
B. Aksesibilitas
Kampung Prawirotaman terletak sekitar lima kilometer dari pusat
Kota Yogyakarta. Bagi pengunjung yang ingin dating ke Kampung
Prawirotamanm selain dapat menggunakan kendaraan pribadi,
pengunjung juga dapat menggunakan bus umum jurusan Yogya-
Parangtritis ataupun bus kota jalur 12. Jika menggunakan
kendaraan pribadi, dari kawasan Pojok Beteng Wetan, Anda bias
menuju kea rah selatan yakni ke Jalan Parangtritis, hingga
menemukan sebuah pasar di timur jalan. di kawasan tersebut
Kampung Prawirotaman berada.
C. Fasilitas
Selain penginapan yang banyak terdapat di Prawirotaman, kawasan
ini juga terdapat beberapa fasilitas wisata lain seperti agen tour
and travel, warnet dan wartel, money changer, hingga bookshop.
Café dan restoran tersedia di sepanjang Jalan Prawirotaman dan
sekitarnya. Berbagai macam makanan seperti masakan khas Jawa,
Eropa maupun perpaduan dari keduanya.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Peran serta masyarakat lokal, sebagai pemilik usaha penginapan
dan perhotelan maupun fasilitas penunjang wisata lain seperti
travef agent, bookshop dan jasa wisata lain.
Dilain pihak keberadaan Kampung Wisata Prawirotaman juga
memberikan peluang usaha lain antara lain sebagi penarik becak,
pemandu wisata maupun karyawan hotel dan penginapan yang ada
di kawasan Prawirotaman.
Laporan Akhir 3 - 59
E. Pemasaran dan Promosi
Pemasaran dan promosi Kampung Wisata Prawirotaman termasuk
cukup baik dikarenakan banyaknya hotel dan penginapan serta
travel agent yang berskala nasional maupun internasional
Pemasaran yang dilakukan baik melalui media cetak maupun
elektronik telah dilakukan membuat Kawasan Kampung Wisata
Prawirotaman telah dikenal secara internasional.
F. Kelembagaan dan SDM
Kerjasama antara pihak-pihak terkait membentuk sebuah jejaring
sosial antara warga lokal, stakeholder, dukungan pemerintah serta
agen lainnya seperti tukang becak, sopir taksi dan travel agent yang
memiliki tugas masing-masing untuk ikut serta membangun dan
mempromosikan baik melalui media cetak dan elektronik bahkan
media yang masih tradisional pun seperti mulut ke mulut sebagai
modal dan kemampuan individu sendiri, yang menjadi dasar modal
sosial untuk membangun tujuan yang diinginkan bersama.
Laporan Akhir 3 - 60
3.3. ISU-ISU STRATEGIS TERKAIT PENGEMBANGAN DESA
WISATA
Dalam upaya pengembangan desa wisata, berikut ini merupakan
beberapa isu yang teridentifikasi dari berbagai sumber terutama
terkait dengan tata kelola Desa Wisata. Isu-isu ini masih bersifat
secara umum.
A. Penetrasi Modal Luar
Desa wisata yang sudah berkembang mudah terkena “penetrasi
modal luar”, sehingga formatnya berubah dari kegiatan dan modal
berskala kecil ke “kegiatan kecil dengan modal berskala menengah-
besar”. Pada awalnya masyarakat lokal akan mengembangkan
fasilitas dasar di desa, sekaligus menyediakan fasilitas atraksi
maupun akomodasi. Namun dalam perkembangan selanjutnya,
penyediaan fasilitas-fasilitas tersebut diambil-alih aleh pemodal
besar, misalnya dengan mendirikan akomodasi eksklusif, yang pada
gilirannya mempersempit kesempatan masyarakat lokal untuk
mengembangkan usaha. Pola “penetrasi modal luar” juga dapat
terjadi dalam bentuk jaringan permodalan, di mana pemilik modal
berinvestasi di berbagai jenis usaha pariwisata di desa, sementara
masyarakat berperan sebagai mitranya.
B. Stagnasi Pengembangan Daya Tarik
Desa wisata berpotensi terjebak oleh stagnasi. Setelah sekian lama
dikunjungi wisatawan, aktivitas pariwisata semakin menurun. Hal
ini muncul akibat terbatasnya inovasi pengembangan atraksi. Sejak
dipasarkan sebagai destinasi, desa wisata tetap menawarkan atraksi
yang “itu-itu saja”, kurang terorganisir (atraksi ditata bagus ketika
wisatawan menjelang datang), kinerjanya jarang dievaluasi. Kasus
di Tunisia dilaporkan oleh Ludwig (1990) dengan menyebutkan
Laporan Akhir 3 - 61
monotoni atraksi sebagai ancaman serius bagi aktraktivitas desa-
desa wisata negeri tersebut. Pengelola desa wisata terlalu cepat
puas ketika rombongan wisatawan berkunjung dalam jumlah besar
dalam jangka pendek, kemudian tidak tahu ingin berbuat apa ketika
masa kunjungan berlalu. Hal ini diperburuk oleh program
pemasaran yang tidak tepat membidik sasaran. Tidak jarang juga
pengelola desa wisata cenderung menunggu pasar daripada proaktif
menyisir segmen pasar potensial.
C. Daya Saing Desa Wisata yang Lemah
Dalam suatu kawasan destinasi, desa wisata cenderung berkembang
secara kuantitatif, tetapi lemah dalam daya saing. Terinspirasi oleh
kesuksesan yang dicapai oleh satu desa wisata, maka desa-desa lain
seakan berlomba untuk menjadi destinasi wisata baru. Penataan
fisik dilakukan dengan cara mobilisasi warga desa. Sepintas hal ini
tampak sebagai suatu bukti penyiapan diri menyongsong geliat
pariwisata yang menjanjikan keuntungan besar atau sikap respansif
desa terhadap induksi perubahan-perubahan sosial; ekonomi dan
budaya di desa. Namun dalam banyak kasus sebenarnya upaya itu
lebih dipicu kegairahan memperoleh simbol status baru yang lebih
bergengsi; yakni desa wisata. Tentu patut dibanggakan kalau
semakin banyak desa wisata yang layak untuk dijual dan dikunjungi.
Sebaliknya akan sangat kontraproduktif, apabila penamaan desa
wisata hanya mengisi kekosongan angka-angka statistik. Faktanya,
tidak sedikit dari desa-desa wisata baru ini mengimitasi atraksi dan
produk-produk wisata yang ditawarkan oleh desa wisata
sebelumnya. Akibatnya, bukan daya saingnya yang dibangun, tetapi
aura persaingan antar-desa wisata yang semakin tajam dan condong
tidak sehat.
Laporan Akhir 3 - 62
D. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata di Desa
Wisata
Desa wisata sebaiknya dikelola oleh sumberdaya manusia yang
memiliki karakter entrepreneur. Pariwisata apa pun bentuknya
adalah entitas bisnis yang menuntut kejelian pengelolanya
menciptakan dan menangkap peluang keuntungan. Pengelola yang
memiliki semangat wirausaha dan kemampuan menjalankan praktek
bisnis merupakan salah satu faktor penentu sukses desa wisata. Di
pedesaan Australia, Ollenburg (2006) menemukan kisah-kisah
keberhasilan desa wisata berbasis pertanian sangat terkait dengan
spirit wirausaha yang kuat di kalangan penggiat pariwisata.
Kalangan petani melihat pariwisata bukan sebagai pelarian aktivitas
ekonomi, tetapi menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan
pertanian keluarga. Barangkali hal ini berbeda dengan kondisi di
desa-desa kita yang menempatkan pariwisata sebagai aktivitas
pendamping dan belum sepenuhnya terintegrasi dengan aktivitas
pertanian. Pada umumnya sumberdaya manusia yang mumpuni
relatif sulit ditemukan di desa karena lebih tertarik dengan daya
pikat-atau terbawa arus migrasi ke-perkotaan.
E. Dampak Lingkungan Perkembangan Pariwisata
Desa wisata cenderung mudah terkena dampak lingkungan
perkembangan pariwisata itu sendiri. Meskipun kesadaran
lingkungan pada masyarakat setempat cukup baik, misalnya
mengkonservasi lahan dan hutan di sekitar desa, namun hal itu
dilakukan karena nilai tambahnya tidak sepadan dengan keuntungan
dari pemanfaatannya. Kesadaran ini dapat berubah cepat, ketika
lahan tersebut memberikan keuntungan ekonomi lebih tinggi,
misalnya melalui pembangunan amenitas dan fasilitas pariwisata
lainnya. Di samping itu, pemanfaatan bahan baku lokal semakin
Laporan Akhir 3 - 63
terbatas, sedangkan penggunaan bahan baku asing sering
diutamakan di dalam pembangunan infrastruktur pariwisata, baik
karena alasan kepraktisan, maupun karena tututan citra modern.
F. Ketidakseimbangan Distribusi dan Redistribusi Sumberdaya
Pariwisata.
Distribusi dan redistribusi sumberdaya pariwisata yang tidak
seimbang antar-warga masyarakat. Barangkali struktur sosial
masyarakat desa lebih sederhana daripada masyarakat kota, namun
relasi kekuasaan, budaya dan ekonomi mereka cukup rumit.
Okupasi mereka tak lagi seragam, tetapi beragam, meskipun
komposisinya tidak proporsional. Misalnya, sebagian besar
bergantung pada pertanian, tetapi ada sebagian kecil lainnya sudah
bekerja di sektor off-farm dan non-farm. Jelas bahwa lingkungan
dan pengalaman kerja mereka berbeda dengan rekannya di sektor
pertanian. Keterkaitan okupasional dan ekonomi seperti itu juga
dipraktekkan dalam pengelolaan desa wisata. Sebagaimana
digambarkan oleh Page dan Getz (1997), pariwisata pedesaan lebih
banyak dimotori oleh sekelompok orang yang memiliki sumberdaya
ekonomi (lahan, modal, bergerak, status pekerjaan yang baik) dan
modal sosial (jaringan sosial, pengaruh, otoritas, pendidikan, status
dan kedudukan sosial) di atas rata-rata warga desa. Hal ini
berakibat pada ketimpangan distribusi sumberdaya pariwisata antar
anggota masyarakat yang tidak jarang berujung pada disharmoni
aatau bahkan konflik. Oleh sebab itu, penduduk miskin yang
kebetulan memiliki modal sosial dari ekonomi yang terbatas akan
sangat sulit menjadi pelaku utama atau pihak yang diberdayakan
melalui pariwisata. Redistribusi sumberdaya pariwisata, atau
jelasnya arus uang dan jasa yang masuk ke desa melalui kunjungan
Laporan Akhir 3 - 64
wisatawan, berpeluang untuk tidak menjangkau segmen penduduk
miskin.
Peran golongan perbankan tergolong masih kecil, kecuali jika unit
usaha yang dikelola sudah mapan. Berbeda dengan tipe usaha lain
seperti perdagangan, hasil usaha pariwisata tidak dapat dipetik
dalam jangka pendek karena harus melalui rangkaian promosi yang
khusus. Hal ini dipersulit lagi oleh fluktuasi pasar yang cukup tinggi.
Selain membutuhkan waktu panjang, keberhasilan promosi usaha
akomodasi di pedesaan tidak semata ditentukan oleh jenis dan
mutu akomodasi itu sendiri, seperti bangunan fisik dan layanan bagi
tamu, tetapi juga oleh realitas daya tarik destinasi secara
keseluruhan. Semua ini sangat menentukan kemapanan usaha
pariwisata.
Laporan Pendahuluan 2 - 0
BAB 4PENDEKATAN
PENGEMBANGAN DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 4 - 1
4.1. PENDEKATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE
TOURISM DEVELOPMENT)
Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah sebuah konsep
turunan dari konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan
World Commission on Environment and Development, berjudul Our
Common Future (atau lebih dikenal dengan the Brundtland Report) yang
diserahkan ke lembaga PBB pada tahun 1987 (Mowforth dan Munt 1998).
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan selanjutnya diwariskan
kepada generasi mendatang. Singkat kata, dengan pembangunan
berkelanjutan generasi sekarang dan generasi yang akan datang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati alam beserta
isinya.
Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan
sistem pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan
atau keberadaan sumber daya alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi
hingga generasi yang akan datang. Intinya, pariwisata berkelanjutan adalah
pariwisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada
perekonomian lokal tanpa merusak lingkungan.
Salah satu mekanisme dari pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang
merupakan perpaduan antara konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan
yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan
yang perlu dilindungi untuk pelestarian dan peningkatan kondisi social
ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Sementara itu, menurut United Nations Environment Programme on
Tourism, sustainable tourism merupakan pengembangan pariwisata yang
mempertemukan antara kebutuhan wisatawan pada saat ini dengan tetap
mempertimbangkan, melindungi dan mempertinggi potensi asset untuk
masa yang akan datang. Hal ini juga berarti mempertimbangkan potensi
masa yang akan datang dalam segala sektor, termasuk di dalamnya adalah
faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang akan dipenuhi, yang didukung oleh
Laporan Akhir 4 - 2
sistem integrasi kebudayaan, proses ekologi yang esensial, keragaman
biologi, dan life support.
Mekanisme pembangunan secara keseluruhan yang berlangsung pada suaut
wilayah tertentu akan selalu memiliki pengaruh terhadap semua aspek
pembangunan pada suatu wilayah, berupa efek langsung (direct effect),
efek tak langsung (indirect effect), maupun efek ikutan (induced effect).
Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan dan program –
program implementasi yang direkomendasikan akan bertumpu pada
tatanan:
1. Layak secara ekonomi (economically visible)
2. Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable)
3. Diterima secara sosial (socially acceptable)
4. Dapat diterapkan secara teknologis (tecnologically appropriate)
Gambar 4.1.
Skema Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Laporan Akhir 4 - 3
4.2. PENDEKATAN EKOWISATA
Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan
oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sbb:
"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling
to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the
specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its
wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations
(both past and present) found in the areas."
"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat
alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari)
dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati
pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk
manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun
masa kini."
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi, bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga
menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat
dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem
di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestaraian alam
dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari pada eco
– traveler.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatwan ecotour adalah daerah
alami. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan
konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung
sistem kehidupan
2. Melindungi keanekaragaman hayati
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Laporan Akhir 4 - 4
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan
pariwista pada umumnya, ada dua aspek yang perlu dipikirkan, pertama
aspek destinasi, kemudia kedua adalah aspek market. Untuk
pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven.
Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan
perilakuk obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk
menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam
dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya
keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih
terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan
keberlanjutan pembangunan. Sebag ekowisata tidak melakukan eksploitasi
alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pengetahuan fisik dan psikologi wisatawan.
Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek
inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.
4.3. PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (COMMUNITY BASED TOURISM)
Community-based tourism merupakan suatu pendekatan yang menyeluruh
dari pariwisata yang menyatukan dampak aspek lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi dari pariwisata.
Pada bulan Juli 2000, Bank Dunia mulai memikirkan bagaimana caranya
menanggulangi masalah kemiskinan melalui sektor pariwisata yang
kemudian dikenal dengan “ community-based tourism ” (CBT). Selanjutnya
diidentifikasi adanya tiga kegiatan pariwisata yang dapat mendukung
konsep CBT yakni adventure travel, cultural travel dan ecotourism.
CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan keputusan,
dan dalam perolehan bagian pendapatan terbesar secara langsung dari
kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan demikian CBT akan dapat
menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan membawa
Laporan Akhir 4 - 5
dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat
yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan
rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan
kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya CBT adalah konsep ekonomi
kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat dan
hasilnyapun langsung dinikmati oleh mereka.
Gambar 4.2.
Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata
Pentingnya peran masyarakat atau komunitas lokal juga digarisbawahi oleh
Wearing (2001) yang menegaskan bahwa sukses atau keberhasilan jangka
panjang industri pariwisata sangat tergantung pada tingkat penerimaan
dan dukungan dari komunitas lokal. Karena itu, untuk memastikan bahwa
pengembangan pariwisata di suatu tempat dapat dikelola dengan baik dan
berkelanjutan, maka hal mendasar yang harus diwujudkan untuk
mendukung tujuan tersebut adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan
yang luas dari komunitas lokal dalam proses pengembangan dan
memaksimalkan nilai manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata.
Ilustrasi yang dikemukakan oleh Wearing tersebut menegaskan bahwa
Laporan Akhir 4 - 6
masyarakat lokal memiliki kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah
satu pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengembangan
pariwisata, selain pemerintah dan swasta.
Pendekatan perencanaan pariwista pada masyarakat ini melalui proses
dialog antara wisatawan sebagai guest dan masyarakat sebagai host, yaitu
pengembangan pariwisata memandang masyarakat lokal sebagai sumber
daya yang berkembang dinamis untuk berperan sebagai subyek dan bukan
sekedar obyek. Dalam kaitan ini pengembangan pariwisata pada dasarnya
adalah pengembangan masyarakat dan wilyah yang selanjutnya didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas
budaya dan tradisi lokal;
b. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal;
c. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan
menengah dengan daya serap tanaga kerja besar dan berorientasi pada
teknologi kooperatif;
d. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
4.4. PENDEKATAN BUDAYA
Pariwisata budaya adalah kegiatan kepariwisataan yang memanfaatkan dan
mengembangkan secara selektif, terencana dan terprogram, berbagau
asset budaya masyarakat, baik berupa tata nilai, adat – istiadat, mapun
produk budaya fisik sebagai daya tarik wisata. Termasuk dalam pengertian
tata nilai budaya adalah segala nilai – nilai/norma – norma kehidupan
masyarakat yang masih ada dan digunakan sebagai pegangan hidup maupun
yang telah ditinggalkan. Termasuk dalam pengertian adat – istiadat adalah
segala bentuk perilaku dan tingkah laku kehidupan masyarakat sehari – hari
yang dilakukan berdasar tata nilai yang dianut dan yang berlaku.
Laporan Akhir 4 - 7
Dr. Heddy Shri Ahimsa – Putra (2000) menjelaskan bahawa pengembangan
wisata budaya pada dasarnya tidak hanya mencakup obyke wisata ataupun
paket wisata itu sendiri, tetapi juga unsur – unsur lain yang terkait di
dalamnya, yang juga tidak dapat diabaikan, jika pengembangan tersebut
diinginkan keberhasilannya. Paling tidak ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam pengembangan wisata budaya; (1) pengembangan
obyek wisata itu sendiri; (2) pengembangan paket wisata budaya; (3)
pengembangan pelayanan wisata budaya ; (4) pengembangan promosi
wisata budaya tersebut. Tiga hal ini terkait satu sama lain. Kegagalan yang
satu akan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada keseluruhan.
Pendekatan budaya dalam perencanaan pariwisata Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta melalui:
a. Mengidentifikasi wisata budaya yang potensial dikembangkan
berdasarkan kajian budaya dalam bentuk obyek wisata maupun atraksi
wisata budaya.
b. Pengamatan langsung pada sosial budaya masyarakat tradisional
terutama dalam bentuk obyek dan atraksi budaya yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta
c. Melakukan wawancara dennga para budayawan – budayawan yang ada
di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama budayawan dari Yogyakarta
4.5. PENDEKATAN GOOD TOURISM GOVERNANCE
Istilah “governance” sudah dikenal dalam literature adminstrasi dan ilmu
politik hamper 120 tahun, wacana tentang governance dalam pengertian
yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai bentuk
dari tata pemerintahan, penyelenggaraan pemerintah atau pengelolaan
pemerintah, tata pamong. Setelah berbagai lembaga pembiayaan
menetapkan good governance sebagai persyaratan utama untuk setiap
program bantuan meraka. Oleh para teoritisi dan praktisi adminisitrasi
Negara Indonesia ; istilah “good governance” telah diterjemahkan ke
berbagai istilah, misalnya ; penyelengaraan pemerintahan yang amanah
Laporan Akhir 4 - 8
(Bintarao Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang baik (UNDP), dan ada
juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih
(clean government).
Ada tiga pokok pendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan
good governance, yakni: pemerintah (the state), civil society (masyarakat
adab, masyarakat madani, masyarakat sipil) dan pasar atau dunia usaha.
Penyelengaraan pemerintahaan yang baik dan bertanggung jawab baru
tercapai bila dalam penerapan otoritas politik,ekonomi dan administrasi
ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan
sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu biasannya baru dapat
berkembang subur bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi,
serta tata aturan yang jelas dan pasti, good governance yang sehat juga
akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang beribawa dan
memiliki visi yang jelas.
Seperti pernah dikemukakan oleh Mahathir dan Ishihara (1995) yang
mengatakan bahwa; Pengalaman telah menunjukan bahwa dalam rangka
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), ternyata
sangat memerlukan terciptanya kondisi ideal dari ketiga petaruh
(stakeholders) sebagai berikut:
a. Partisipatif ; Dalam arti semua anggota/ warga masyarakat mampu
memberikan suaranya dalam pengambilan keputusan, langsung ataupun
melalui lembaga perantara yang diakui mewakili kepentingannya.
Partisipasi yang luas dibangun atas kebebasan berorganisasi dan
menyampaikan pendapatnya secara konstruktif.
b. Penegakan dan kepatuhan pada peraturan perundangan; Dalam arti
hukum harus ditegakkan atas dasar keadilan tanpa memandang
golongan dan perbedaan yang ada.
c. Transparansi; Dalam arti adanya aliran informasi yang bebas, serta
adanya kelembagaan dan informasi yang langsung dapat diakses oleh
berbagai pihak yang berkepentingan. Disamping itu, informasi juga
harus cukup tersedia untuk dimengerti dan dipantau oleh semua fihak
yang berkepentingan.
Laporan Akhir 4 - 9
d. Daya tanggap (responsiveness); dalam arti adanya kemampuan
kelembagaan dari pemerintah untuk memproses dan melayani keluhan
dan pendapat semua anggota masyarakat.
e. Orientasi pada konsesus; Di sini kepemerintahan yang baik dituntut
harus dapat menjembatani perbedaan kepentingan antar warga
masyarakat untuk mencapai konsesus yang luas dan mampu
mengakomodasi kepentingan kelompok serta mencari kemungkinan
dalam penentuan kibijakan dan prosedur yang dapat diterima.
f. Bersikap adil; Dalam arti harus diupayakan bahwa semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan untuk meperbaiki dan memelihara
kesejahteraannya.
g. Efektivitas dan efisiensi; Disini berarti setiap kinerja kelembagaan yang
ada dan prosesnya mampu membuahkan hasil yang memadahi untuk
memenuhi kebutuhan dengan pemanfaatan sumberdaya secara
bijaksana (best use).
h. Akuntabilitas dan pertanggungjawaban; Harus selalu diupayakan bahwa
pengambilan keputusan pada institusi pemerintah, sektor swasta dan
organisasi kemasyarakatan bisa dipertanggungjawabkan kepada publik
dan segenap stakeholders. Kadar dan takaran akuntabilitas ini memang
berbeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain serta
tergantung juga pada apakah kebijakan itu diambil untuk keperluan
internal atau eksternal.
i. Visi strategik: disini berarti bahwa pemimpin dan publik harus sama
sama memiliki perspektif yang luas dan jauh kedepan tentang
pemerintahan yang baik, pengembangan manusia dan kebersamaan
serta mempunyai kepekaan atas apa yang diperlukan untuk
pembangunan dan perkembangan bersama.
Secara diagramatis, visi penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dengan
bersendikan kepada proses kolaborasi sinergis antara para stakeholders
dalam penyelenggaraan pengembangan kebudayaan dan pariwisata ini
dapat digambarkan dalam model bagan alir (flow chart) berikut ini:
Laporan Akhir 4 - 10
Gambar 4.3.
Diagram Good Tourism Governance Model
4.6. PENDEKATAN KESESUAIAN ANTARA PERMINTAAN DAN
PENAWARAN (DEMAND AND SUPPLY)
Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah mencari titik
temu antara permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dengan
mengacu pada sisi permintaan dan penawaran yang ada, maka akan
diketahui tingkat perkembangan yang telah dicapai.
Pendekatan Demand and Supply dilakukan melalui pasar wisatawan
(domestik dan mancanegara) yang akan menuntut barang/obyek yang baik,
yang disertai dengan pelayanan yang baik. Disamping obyek wisata yang
menarik, obyek tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memuaskan wisatawan. Wisatawan akan menuntut pelayanan transportasi
yang baik, akomodasi yang baik, hiburan yang segar, makanan – minuman
yang menarik sesuai selera, dan pelayanan lain – lainnya. Jika supply
(obyek wisata) sudah ditingkatkan dan dikemas dengan baik sesuai dengan
Laporan Akhir 4 - 11
tuntutan permintaan pasar (wisatawan), maka dapat diperkirakan bahwa
arus wisatwan akan meningkat di masa depan.
Aspek-aspek yang akan dikaji dalam tinjauan terhadap komponen
penawaran (supply), akan mencakup:
1. Kualitas dan kuantitas (jenis dan jumlah) atraksi wisata yang telah
berkembang dan dikunjungi/ dimanfaatkan wisatawan
2. Kualitas dan kuantitas ameniti (akomodasi, restoran, informasi dan
fasilitas yang lain) menurut wisatawan
3. Kualitas dan kuantitas akses terhadap atraksi wisata (sistem
transportasi) menurut wisatawan
4. Sistem promosi dan pemasaran yang telah dilakukan, direncanakan dan
efektifitasnya terhadap tingkat kunjungan dan motivasi wisatawan
5. Jumlah, jenis, dan asal wisatawan (jumlah kunjungan), Length of Stay,
pola/ besaran pengeluaran.
Gambar 4.4.
Diagram kesesuaian permintaan dan penawaran
Laporan Akhir 4 - 12
4.7. PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Tiga konsep utama pengembangan wilayah yang mengacu pada penataan
ruang yaitu pusat pertumbuhan (growth pole), integrasi fungsional
(functional integration) dan pendekatan desentralisasi (decentralization
approach) merupakan teori yang relevan untuk diterapkan dalam program
pengembangan pariwisata. Sebagai sebuah komoditi, pariwista
dimaksudkan menjadi penggerak kegiatan perekonomian wilayah dalam
pengertian yang luas, sehingga perlu disediakan secara lengkap fasilitas –
fasilitas pelayanan regional untuk memfasilitasinya.
a. Pusat pertumbuhan
Konsep pusat pertumbuhan adalah mengembangkan wilayah sebagai pusat
pertumbuhan berdasarkan potensi yang dimilikinya (area strategis,
ekonomi, produk, image dan sebagainya) serta mengintegrasikan pusat
tersebut dalam pengembangan sistem infrastruktur pendukung yang
efisien.
b. Integrasi fungsional
Konsep integrasi fungsional adalh merupakan alternatif pendekatan yang
mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan secara sengaja di berbagai
pusat pertumbuhan karena adanya fungsi – fungsi yang komplementer.
c. Desentralisasi
Konsep desentralisasi adalah mencegah terjadinya aliran yang keluar
(outflow) dari sumber daya manusia (braindrain). Melalui konsep ini
diharapkan pengelola wilayah (dengan daerah yang lebih kecil) memiliki
kewenangan lebih dalam memutuskan jenis strategi dan kebijakan untuk
daerahnya.
Laporan Akhir 4 - 13
Gambar 4.5.
Konsep Pengembangan Wilayah Berdasar pada Penataan Ruang
Laporan Akhir 5 - 0
BAB 5ANALISIS PENGEMBANGAN
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 5 - 1
Kajian pengembangan desa wisata menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi pengembangan desa wisata di DIY, diantaranyaadalah:
A. Keunggulan dan keunikan per aspek kajian
B. Kelemahan per aspek kajian
C. Peluang dan dukungan ke depan pengembangan aspek kajian
Dengan meliputi beberapa aspek kajian sebagai berikut:
A. Daya Tarik
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
D. Pemberdayaan Masyarakat
E. Pemasaran dan Promosi
F. Kelembagaan dan SDM
Berikut adalah matrik analisis desa wisata amatan:
Laporan Akhir 5 - 2
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
DES
A W
ISA
TABE
RBA
SIS
KEU
NIK
AN
SU
MBE
R D
AYA
BU
DA
YA L
OKA
L
KEBO
NA
GU
NG
Potensi utama berupakehidupan masyarakatpedesaan seperti bercocoktanam, permainantradisional, pembuatanmasakan kuliner khas DesaKebon Agung, acarakenduri, dsb.
Festival keseniantradisional gejog lesung
Pengunjung diajak untuktinggal dan mengikutikegiatan keseharian parapenduduk Desa WisataKebun Agung di dalamrumah rumah pendudukyang dijadikan sebagaihomestay bagi parawisatawan yang inginmenginap.
Kegiatan wisata alamberupa hiking menyusurikawasan Desa KebonAgung, Flyingfox, sertaKegiatan wisata berperahunaga menyusuri SungaiOpak yang terletak disebelah desa
Kegiatan pendukungberupa kegiatan kerajinandan kesenian dari desa-desa lain disekitar yangdidatangkan ke DesaKebon Agung sepertikegiatan membatik,pembuatan kerajinangerabah tradisional,kesenian karawitan dsb.
Terdapat bangunanMuseum Tani JawaIndonesia
Akses menuju Desa WisataKebun Agung mudahdicapai dengan kendaraanumum, lokasi desa yangtidak jauh dengan MakamImogiri, Pasar Imogiri sertaTerminal Imogiri,memudahkan wisatawanuntuk mengunjungi DesaWisata Kebun Agung.
Dengan kondisi jalan rayahotmix yang terawatdengan baik, wisatawandapat berkunjung, dariarah Terminal GiwanganYogyakarta, wisatawandapat berkunjung dengankedaraan pribadi maupunkendaraan umum, cukupmenyusuri Jalan ImogiriTimur ke arah MakamRaja-Raja Mataram diImogiri, Desa Wisata KebonAgung hanya terletakkurang lebih satukilometer dari MakamImogiri.
Rumah warga Kebon Agungsebagai homestay yangmampu menampungsebanyak 60 orangwisatawan
Pendopo yang disediakankhusus untuk ruangpertemuan di Desa WisataKebon Agung.
Beberapa bangunan Joglotradisional untuk kegiatanseperti acara kenduri,kegiatan membatik, dankegiatan karawitan.
Bangunan Rumah sebagaikantor sekretariat DesaWisata Kebon Agung.
Puskesmas, sebagaipendukung kegiatan wisatadi Desa Kebon Agung.
Pengelolaan Desa WisataKebon Agung di lakukanoleh warga Desa KebonAgung sendiri sepenuhnya,dengan bantuan pelatihandan pendampingan dariPemerintah Kabupaten
Peningkatan kesadaran danperan serta masyarakatdalam menunjang kegiatanwisata di Desa WisataKebon Agung.
Karang Taruna Desa KebonAgung yang dilibatkandalam sebagai pemandudalam kegiatan-kegiatankepariwisataan di DesaKebon Agung.
Penduduk Desa KebonAgung menyediakanRumahnya, sebagaihomestay bagi parawisatawan untuk tinggalbersama penduduk
Penyediaan warung-warung yang menjajakanmakanan tradisional
Melalui cetak berupaleaflet dan brosur-brosurtentang Desa Wisata KebonAgung.
Penggunaan Media promosionline melalui mediajejaring sosial
Pendampingan daripemerintah daerah,melalui pameran –pameran yang diikutipemda di berbagai kota
Kerja sama denganbeberapa travel agentyang telah menjadirekanan pihak pengelolaDesa Wisata Kebon Agung.
Kerja sama dengan pihak –pihak sekolah untukmengenalkan kehidupanmasyarakat pedesaan.
Kerja sama promosidengan desa wisata lain
Awal terbentuknya DesaWisata Kebon Agung, padatahun 1998, melaluiprakarsa penduduk desadan Kepala Desa kala itu,membentuk sebuah usahauntuk mengenalkan danmendidik masyarakat yangsudah mulai melupakankehidupan pedesaan yangmasih tradisional.
Oleh beberapa pemrakarsaDesa Wisata kemudiandibentuk badanpengelolaan Desa WisataKebon Agung, yang dianggotai warga Desa KebonAgung sendiri.
Peningkatan SDM bagi parapengelola Desa Wisataberupa pendampingan danpelatihan daripemerinatah antara lainmelalui PNPM danPokdarwis.
Pengelola Desa WisataKebon Agung melakukankerjasama dengan desa-desa lain di sekitarnyauntuk menunjang kegiatanwisata di Desa WisataKebon Agung, antara lainberupa, mendatangkantenaga pelatihan untukkegiatan membatik,maupun kerajinan gerabahdari desa lain, kegiatanpromosi bersama dengandesa lain.
Laporan Akhir 5 - 3
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
TAN
JUN
G
Memiliki adat jogloTanjung, yaitu rumahberarsitektur Jawa yangutuh dengan usia 200tahun, yang seringdigunakan untuk studiarsitektur Jawa.
pola kehidupanmasyarakatnya yang masihtradisional.
Pada hari tertentu danmalam bulan purnamamasyarakat melakukanaktivitas tradisionalseperti: dolanan anak,menari Angguk danPekbung oleh remajaputri, Jathilan oleh remajaputra, dan Cokekan olehorang yg sudah tua.
Pengunjung dapat belajarmembatik dan tari klasikdi desa ini
Akses sangat mudah,terletak di sebelah utarakota Yogyakarta. Berjarak5km dari Monumen jogjaKembali.
Akses jalan raya baik Kendaraan umum untuk
mencapai lokasi relatifterbatas
Terdapat rumah Joglo yangmasih terjaga keaslianya,yang dapat digunakanuntuk makan siang dansebagai tempat studiarsitektur rumah adatJawa (Joglo).
Tersedia rumah-rumahpenduduk yang dapatditinggali (sekitar 40rumah disewakan, daritotal 320 rumah yang adadi desa ini)
Masyarakatmempertahankan polakehidupan tradisional
Masyarakat menyediakansarana akomodasi dirumah-rumah merekadengan imbalan tertentu,sesuai peraturan yangtelah ditetapkan olehpengelola.
Melalui travel Agent Melalui berapa Hotel di
Yogyakarta Media promosi online
melalui media jejaringsosial
Juli 2001 awalterbentuknya desa wisataTanjung.
Terdiri dari 3 Pedukuhan:Banteran, Bakalan, danBantarjo.
Biaya akomodasi dankonsumsi terjangkau,dengan pembagian 50%untuk pemilik rumah,sekitar 40% utk makan,dan 10% untuk kas desa.
Pengelolaan wisata di DesaTanjung sudah terbentuktermasuk denganperaturan mengenaipembagian dari kunjunganwisata.
KETA
ND
AN
Merupakan saksi sejarahakulturasi masyarakatTionghoa dengan keratonserta masyarakatYogyakarta.
Kampung PecinanKetandan, peninggalanyang diunggulkan adalahciri khas perkampunganTionghoa seperti bangunanberarsitektur Cina. Namunsebagian besar adalahbangunan yang telahdirenovasi dan menjaditoko yang sebagian besaradalah toko mas.
Akses sangat mudah,terletak di pusat kotaYogyakarta.
Moda transportasi mudah,dapat ditempuh dengankendaraan umum sepertitrans Jogja, bus kota,taksi. Untuk berkelilingdapat digunakan becak.
Terdapat berbagaibangunan berasitekturCina, namun sebagiantelah mengalamiperubahan karenadigunakan sebagai tempatusaha berupa toko(sebagian berupa tokomas/perhiasan).
Fasilitas disekitar memadaidan lengkap, karenaterletak di pusat KotaYogyakarta di dekat Jl.Malioboro dan Ps.Beringharjo.
Keterlibatan masyarakattinggi, terutama saatperayaan Imlek dimanaseluruh komunitasmasyarakat Ketandan turutserta memeriahkan eventtahunan yangdiselenggarakan diKampung Ketandan ini.
Sebagian besar wargaKampung Ketandanmerupakan wargaTionghoa dengan tingkatekonomi menengah keatas(sebagian besarpedagang), sehinggawarganya secara ekonomirelatif kuat.
Kampung ini terletak diwilayah yang sangatstrategis, yaitu di iconYogyakarta (JL.Malioboro), sehinggasangat diuntungkan darisegi pemasaran
Kampung ini bekerjasamadengan Pemerintah KotaYogyakarta dan komunitasmasyarakat Tionghoa diYogyakarta.
Event tahunan yangdiselenggarakan adalahPekan KebudayaanTionghoa
Kampung Ketandan munculpada pada akhir abad 19dan awal abad 20, sebagaiakibat kebijakan Belanda(wijkertersel), yaitupembatasan wilayahtinggal bagi wargaTionghoa.
Pengunjung tidak ditarikbiaya untuk berkunjung
Sebagian bangunan tuatidak dihuni, namundiupayakan dirawat dandirenovasi oleh PemerintahDIY.
Laporan Akhir 5 - 4
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
DES
A W
ISA
TABE
RBA
SIS
KEU
NIK
AN
SU
MBE
R D
AYA
ALA
M
NG
LAN
GG
ERA
N
Ada 2 (dua) daya tarikutama dari Desa WisataNglanggeran, yaitu PuncakGunung Api Purba danEmbung Nglanggeran.
Selain dua wisata alamtersebut, Desa WisataNgalnggeran juga memilikikekayaan potensi wisatabudaya, agrowisata.
Tema wisata homestay danlive-in juga diusung olehDesa Wisata Nglanggeran
Wisata budaya jugadisajikan di Desa WisataNglanggeran untukkegiatan live-in,menyambut tamu,memberikan pelatihankepada para tamu, sampaidengan perform para tamuyang mengikuti pelatihankegiatan budaya di DesaWisata Nglanggeran.
Jalan menuju Desa WisataNglanggeran cukup bagus,dengan kondisi jalan yanglebar, dan mudah dilalui.
Lokasi parkir di kedua dayatarik wisata cukupmemadai.
Penanda (signing) sudahcukup jelas danmencukupi.Penempatannya jugasesuai dengan kebutuhan.
Moda transportasi yangdapat digunakan ke lokasidesa wisata ini adalahmaksimal menggunakanmicro bus (bus sedang,kapasitas 25 seat)
Akomodasi disediakanpihak desa wisatamenggunakan beberaparumah penduduk yangtelah dipersiapkan untukhomestay.
Pusat cenderamata dantempat makan/restoranbelum dibangun secaralayak di wilayah DesaWisata Nglanggeran, hanyabeberapa kios telahtersedia untuk membelijajanan khas Nglanggeran,dan beberapa pernak-pernik khas Nglanggeranyang dikelola olehmasyarakat sekitar.
Masyarakat sangatmendukung dengan adanyaDesa Wisata Nglanggeran.
Masyarakat sangatberperan dan terlibatlangsung dalam semuakegiatan desa wisata(pemandu, tim SAR,petugas kebersihan,petugas parkir, tuan rumahuntuk kegiatan live-in,pelaku seni dan budaya,pembuat makanan khas)
Masyarakat juga menjadipengurus desa wisata,yang melibatkan kaummuda Desa Nglanggeran.
Desa Wisata Nglanggeransudah sangat terkenal,baik di dunia pariwisatapada umumnya, maupundunia maya di bidangpariwisata.
Diawali dengan promosikepada pihak-pihaksekolah, akademisi(penelitian), instansisampai dengan menjalinkerjasama dengan touroperator dan tour agentyang ada di Prov. DIYogyakarta.
Pembentukan Desa WisataNglanggeran pada tahun1999, diawali denganide/gagasan dari pemuda-pemuda Desa Nglanggeranuntuk membuka GunungApi Purba menjadi lokasiwisata minat khusus(camping, hiking,adventure). Dengan danaswadaya masyarakat,mulai membuat lapanganparkir yang layak.Peningkatan promosi danpembangunan jaringanyang kuat, serta beberapakali meraih penghargaansebagai desa wisataterbaik tingkat nasional,menjadikan Desa WisataNglanggeran semakinterkenal.
Sebagian besar SDM yangbekerja untuk mengeloladesa wisata ini adalahkaum muda DesaNglanggeran.
KETI
NG
AN
Daya tarik utama desawisata Ketingan adalahWisata Fauna BurungKuntul dan Blekok (Alam-Agro)
Daya dukung konservasidaya tarik menjadi sangatpenting bagi keberadaandesa Ketingan ini,dikarenakan daya tarikutama dari desa wisata iniadalah Fauna BurungKuntul, maka keberadaandaya dukung sangatdiperlukan.
Daya dukung konservasiyang ada di Desa Ketinganadalah pohon melinjo,sawo, mahoni, johar,nangka, flamboyan danbambu yang tersebarhampir diseluruh penjurudesa, diantara rumah-rumah penduduk.
Akses menuju DesaKetingan sangat mudah,baik itu menggunakanfasilitas transportasiumum, maupuntransportasi pribadi,karena disamping jalanmenuju Desa WisataKetingan bagus, jugaadanya penanda (sign)yang mudah untukdijadikan panduan.
Apabila menggunakanfasilitas transportasiumum, dapat ditempuhdengan colt micro umum,dilanjutkan dengan jasaojek.
Pengelola desa wisata jugamenyediakan transportasijemputan pada lokasi yangtelah ditentukan.
Beberapa fasilitas danakomodasi telah dibenahiguna memudahkanwisatawan untukmenikmati Desa WisataKetingan ini. Fasilitas yangada di Dusun Ketingan iniantara lain: pemadu lokal,menara pengamat burung,homestay pedesaan yangdapat menampung kuranglebih 250 orang (48rumah), dan kendaraanantar jemput wisatawan.
Program andalan yangditawarkan oleh DesaWisata Ketingan adalahprogram pengamatanburung (bird watching),kegiatan pertanian, senipertunjukan (upacara daurhidup, rumawahan, gejoglesung yang umurnyasudah ratusan tahun),serta membuat makanandan minuman khas (jamu-jamuan tradisional).
Masyarakat dilibatkanhampir disetiap jeniskegiatan yang ditawarkanoleh Desa Wisata Ketinganini, mulai dari pemanduwisata, pelatih dalampembuatan makanan-minuman tradisional khasDesa Ketingan, sampaidengan pelaku kegiatanpertanian dan senipertunjukan.
Selain berbekal tenaga danketerampilan, sebagianmasyarakat juga sudahmempersiapkan rumahnyauntuk menjadi homestaybagi wisatawan, denganmelakukan pembenahanpada beberapa bentukbagian rumah, sehinggadapat diterima sebagaistandard wisatawan.
Seiring berkembangnyateknologi yang semakinmemudahkan manusiauntuk berinteraksi denganyang lainnya melaluijejaring sosial, maka DesaKetingan jugamenggunakan mediatersebut sebagai salah satumedia promosi.
Kemitraan dengan pihaklain seperti tour operator,desa wisata yang lain telahdilakukan sejak awalpembentukan desa wisataini.
Desa Wisata Ketinganterbentuk karenabanyaknya koloni(kelompok) burung kuntuldan blekok yang datangdan singgah di DesaKetingan mulai tahun2005, setelah peresmianGapura Desa Ketingan olehSri Sultan HB X.
Desa Wisata Ketingandikelola oleh wargamasyarakat Desa Ketingan.
Laporan Akhir 5 - 5
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
NG
LIN
GG
O
Potensi utama desaNglinggo adalahagrowisata, berupaperkebunan teh, kopi,tanaman buah, karet.
Potensi yang lainnyaberupa wisata yangmengandung sisi edukasi,seperti peternakankambing etawa, mulai darimemberi makan, memerassusu, sampai denganmengolah susu menjadiminuman siap saji;pembuatan gula aren.
Dari segi seni dan budaya,Desa Wisata Nglinggomemiliki upacara adatmerti desa denganmenampilkan keseniandaerah sambil berkelilingke seluruh wilayah desa,dalam rangka upacaranyadran. Jathilan, TarianLengger Tapeng, yangmerupakan sajian khastarian tradisonal DesaNglinggo
Wisata tema alam dantema minat khususmenjadi daya tarik lainnyadari desa wisata Nglinggo,disamping lokasi yangberada pada puncakperbukitan Menoreh,pemandangan alam (CurugWatu Jonggol, PuncakPerkebunan Teh) yang adadi Desa Wisata Nglinggomenjadi daya tariktersendiri. Beberaparumah penduduk telahdisiapkan untuk menjaditempat homestay bagiwisatawan yang inginmenginap dan melakukanlive-in bersamamasyarakat desa nglinggo.
Akses untuk menuju DesaWisata Nglinggo masihsangat kurang memadai,mengingat jalan masuk keDesa Wisata Nglinggomerupakan jalan yangmasuk dalam kelas jalanlokal, sempit, banyaktikungan tajam, tanjakandan turunan yang ekstrim.
Sudah disediakan angkutanjemputan berupa mobilberjenis van, apabilamemerlukan transit darijalan utama (Kalibawang,Kulonprogo-Kalikotak,Purworejo).
Perlu disediakan lokasitransit untuk kendaraanmassal ukuran besar yangtidak dapat langsungmenjangkau Desa WisataNglinggo, baik berupa areaparkir maupun tempatperistirahatan sementara(rest area).
Penanda (signing) masihsangat kurang. Terumatadi bagian jalan masuk padajalur utama.
Moda transportasi umum,microbus, hanya bisasampai pintu masuk dijalur utama Kalibawang-Kalikotak, sedangkanuntuk jalur masuk menujulokasi jalan kaki, ataumenggunakan mobiljemputan yang telahdisiapkan oleh pihak desawisata.
Akomodasi tersedia untuksekitar 200 orang yangakan ditempatkan dirumah-rumah warga yangtelah disiapkan untukhomestay dengan fasilitasyang memadai.
Belum ada pusatcinderamata, pusat oleh-oleh yang ada di kawasanDesa Wisata Nglinggo.
TIC masih bergabungdengan penguruspemerintahan desa, belumberdiri sendiri sebagaisuatu organisasikepariwisataan yangkhusus menangani bidangdesa wisata.
Desa Wisata Nglinggomerupakan desa wisatayang mengedepankankesejahteraan masyarakat,sehingga peran sertamasyarakat dalammemajukan Desa WisataNglinggo sangat tinggi.Kesadaran wisata bagimasyarakat Nglinggo untukmenjadi tuan rumah yangbaik bagi wisatawanmenjadikan Desa WisataNglinggo menjadi semakinmaju dan berkembangbaik.
Masyarakat secaralangsung dapat menerimamanfaat yang baik denganadanya Desa WisataNglinggo, sehingga keinginikut sertaan masyarakatdalam semua kegiataandesa wisata sangat tinggi.
Media promosi Desa WisataNglinggo masih sebataspromosi yang sederhanadan terkesan tradisional,yaitu hanya mengandalkanpromosi dari parawisatawan dan pelakuwisata yang pernah hadirdan menikmati suguhanDesa Wisata Nglinggo.
Selain promosi yangsederhana, Desa WisataNglinggo telah merambahke dunia maya, melaluisitus resmi dinaspariwisata KabupatenKulonprogo, web/blog dariwisatawan yang pernah keDesa Wisata Nglinggo.
Desa Wisata Nglinggoterbentuk atas desakanwisatawan yangmenemukan keindahan,keaslian Desa Nglinggo.Kepala Dusun Nglinggo,saat itu mencobamendesain sendiri bentukdesa wisata besertaorganisasi karang taruna,dengan referensi daridinas, studi banding, danberbagai sumber yang lain.
Sistem pengelolaansepenuhnya masih menjaditanggung jawab kepalaDusun Nglinggo, sedangkanuntuk teknis pelaksanaandiberikan kepadaorganisasi Karang TarunaNglinggo. Kedepan,administrasi dankeorganisasian Desa WisataNglinggo ini akan diberikansepenuhnya masalahpengelolaannya kepadaKarang Taruna Nglinggo.
Desa Wisata Nglinggo telahmembangun kerjasamayang cukup rapi dan salingmenguntungkan dengandaya tarik wisata maupundesa wisata yang lain diKabupaten Kulonprogo.
Laporan Akhir 5 - 6
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
DES
AW
ISA
TABE
RBA
SIS
PERP
AD
UA
N K
EUN
IKA
N S
UM
BER
DA
YA B
UD
AYA
DA
N A
LAM
SRO
WO
LAN
Daya tarik utama adalahwisata sejarah dengankeberadaan:a. Pasar Pejuangan
Srowolan, pasar kunoyang menjadi saksi bisuperjuangan masyarakatmelawan tentaraBelanda pada saat claske II tahun 1948. Pasarini tempat bagi penjualuntuk menawarkankuliner tradisional,seperti: opor bebek,sayur lompong dansalak pondoh. Sekaligussebagai tempat bagieven-even temporer(senam, merti bumi,wayang orang)
b. Gudang Garam,bangunan kuno yangdahulu sebagai tempatpenyimpanan garampada waktu jamanBelanda, bangunan iniberada di sebelah UtaraPasar Srowolan.
c. Rumah Kuno, berukuran10 x 12 m berbentukSinom, bekasKecamatan PakemLama, berada disebelahTimur Pasar Srowolan.
d. Rumah Tinggal SayutiMelik, pengetik naskahProklamasiKemerdekaan, beradadi dusun Kadilobo.
e. Sekolah Kasultanan,tempat pendidikanpada jaman dahulu,berada di Barat PasarSrowolan.
Daya tarik wisatapendukung:a. Kesenian yang ada di
Pasar Srowolan, antaralain: seni tari, senisuara, membatik, kudalumping dan karawitan.
b. Tradisi Pertanian,kegiatan pertanianseperti angler, tedundan wiwit.
c. Tradisi Daur Hidup,seperti selapanan,mitoni, mantenan danruwatan.
d. Upacara Adat, seperti
Akses jalan, diantaranya:jalan tanah sepanjang1100 m, jalan conblocksepanjang 600 m, jalanaspal sepanjang 3550 m,namun belum di lalui olehangkutan umum.
Srowolan belumterjangkau layanan mobilangkutan umum.
aksesibilitas masihterbatas dalampengelolaan infrastruktur,seperti: kondisi jalan danrambu-rambu penanda.
Sebagian besar jalan sudahberaspal, hanya sebagiankecil jalan setapak yangmasih tanah. Kondisi jalancukup baik untuk dilaluioleh kendaraan rodaempat, dengan kondisiaspal yang halus, namun dibeberapa titik terdapatlubang pada aspal. Lebarjalan dapat dilalui olehdua kendaraan rodaempat, namun untuk busukuran besar masihkesulitan untuk mengaksesjalan di desa wisataSrowolan.
Ada beberapa jalan masukuntuk menuju desa wisataSrowolan, antara lain:jalan Palagan TentaraPelajar Utara dan Selatan,jalan Turi – Pakem danjalan Magelang. Diantarabeberapa jalan masuktersebut, kondisi jalanPalagan Tentara PelajarSelatan merupakan jalanyang paling sering dilewatioleh wisatawan, selainkondisi jalannya yangcukup baik, namun jugamempunyai jarak yangcukup dekat dari jalanutama (Jalan PalaganTentara Pelajar) menujudesa wisata Srowolan.
Mempunyai potensi modatransportasi lokal, yaitusepeda dan gerobak sapisebagai moda sekaligusdaya tarik
Sarana akomodasi berupapenginapan atau homestay siap huni sejumlah159 kamar dan dapatmenampung 318wisatawan, yang tersebardi Dusun Srowolan,Kadilobo danKaranggeneng
Belum ada pusatcinderamata, pusat oleh-oleh yang ada di kawasanDesa Wisata Srowolan.
Lingkungan desa wisataSrowolan masih sangatalami dengan atmosferpedesaan yang sangatkental, sehingga padawaktu malam hari kondisilingkungan desa masihminim penerangan, sepertilampu jalan ataupunlampu di pemukiman.
Desa wisata Srowolanmempunyai beberaparumah makan yang layakuntuk menampungwisatawan, antara lain:Rumah makan danpemancingan“MinaRaharja”; Rumah makan,pemancingan danoutbound “Banyu Sumilir”;Rumah makan “Shaba”
Sarana utilitas di desawisata Srowolan, yaitumeliputi: air bersih sertajaringan sanitasi dandrainase. Di desa wisataSrowolan, persediaan airbersih cukup melimpah halini disebabkan oleh adanyasumur yang dapatmenyediakan air bersihuntuk satu RT, air darisumur ini disalurkandengan adanya pompa air.Pompa air tersebutdiperoleh dari dana yangdikumpulkan secaraswadaya oleh penduduksetempat.
Pemberdayaan masyarakatdi Desa Wisata Srowolancukup mendapat apresiasiyang baik dari masyarakatlokal, hal ini terbuktidengan adanya organisasipengurus desa wisataSrowolan
Pengelolaan desa wisatajuga sebagian besardilakukan oleh masyarakatlokal itu sendiri, denganbeberapa bantuan daritenaga profesional,misalnya dalam kegiatanoutbound sebagaiinstruktur atau pemanduwisata
Rumah-rumah pendudukjuga banyak yangdifungsikan menjadihomestay, sehinggamasyarakat dapatmerasakan langsungmanfaat dari pariwisata
Hal ini masih perluditingkatkan terutamakualitas homestay dankualitas masyarakatsebagai tuan rumah
Sudah terdapat biroperjalanan yang secarakhusus menawarkan desawisata sebagai suatu paketwisata, seperti TouristaTour yang menawarkandesa-desa wisata di DIYtermasuk desa wisataSrowolan, seperti yangdapat dilihat dari situsinternethttp://www.bhutours.com/desawisata
informasi tentang desawisata Srowolan belumdapat menjangkau daerahyang luas, hal inikemungkinan disebabkanadanya media promosiyang kurang.
Brosur wisata merupakansumber informasi yangpaling banyak diakseswisatawan sebagai salahsatu media promosi,sedangkan brosur wisatatidak bisa diperoleh setiapsaat karena hanya bisadiperoleh wisatawan saatberkunjung ke suatudestinasi wisata dimanaakses dan jumlahnyaterbatas.
Organisasi yang secarakhusus mengelola desawisata Srowolan sudahterbentuk, organisasi initerdiri dari tokoh-tokohmasyarakat, ibu-ibu PKKdan Karang Taruna daridusun Srowolan, dusunKadilobo dan dusunKaranggeneng. Organisasitersebut belum secarakhusus mengadakanpertemuan, pertemuandiadakan saat akanmengadakan kegiatan ataukomunikasi untukmembicarakan masalahdalam lingkup desa wisataSrowolan.
Dalam pengembangannyasebagai desa wisata,Srowolan telahbekerjasama denganberbagai pihak dalam halpeningkatan kualitassumber daya masyarakatdan pemasaran desawisata Srowolan.Kerjasama yang pernahdilakukan misalnya denganDinas PariwisataKabupaten Sleman,universitas-universitas danpecinta alam untukmengadakan pelatihan danKuliah Kerja Nyata.Kerjasama dengan biroperjalanan wisata daninstansi-instansi dalammemasarkan desa wisataSrowolan.
Pengelola desa wisataSrowolan telahbekerjasama dengan pihaklain, misalnya DispardaSleman, universitas-universitas, tour operator,pecinta alam dan instansi-instansi dalampengembangan SDM danusaha untuk menarik sertamempromosikan desawisata Srowolan.
Pelatihan dan peningkatanSDM masyarakat desawisata Srowolan belumdapat memberi manfaatsecara langsung kepadamasyarakat karena belumadanya ketertarikan dankeseriusan untukmengikuti pelatihan
Laporan Akhir 5 - 7
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
KEM
BAN
GA
RUM
Daya tarik utama: wisatapendidikan (sanggar lukis,perpustakaan, membatik)yang dikemas secara alam
Daya tarik pendukung:Agrowisata salak,Permainan tradisionalseperti enggrang, engklek,dakon, gobak sodor, danlainnya dapat dimainkan dilokasi tersebut.Terdapat juga Sungai didesa ini juga dijadikansebagai sarana permainan(outbound), areapemancingan, kuliner khas(nasi takir), pijat dengannuansa alami dantradisional,
Akses dari kota Jogjacukup mudah untukdijangkau oleh kendaraanpribadi dan angkutanumum (Terminal Giwangan(bus Jogja-Tempel) – turundi Pasar Sleman – naikjalur D4)
Jalan di kawasan desaKembangarum ditatasedemikian rupa denganPagar batu yang ditata,tampak menyatu denganalam, natural dansederhana. Berbagaitanaman hias ditanam disepanjang gang.Perpaduan ini jelasmembedakan desaKembangarum dari desabiasa.
Terdapat rumah yangdibangun khusus untukpara tamu danpenginapan. Rumah inidibangun dari bambu,berlantai tanah, dandihiasi dengan wayang danlukisan-lukisan
Masjid Homestay Arena pemainan Sanggar lukis Perpustakaan wisata Mobil untuk jelajah alam Rumah makan
Melibatkan masyarakatlangsung sebagai pengeloladesa wisata
Masyarakat terjun langsungsebagai pelaku wisata(pembimbing, instruktur,pemandu wisata)
Website Brosur Kerjasama dengan pihak
lain melalui sanggarPratista
Penyelenggaraan even(pijat massal, lomba dll)
Acara di televisi nasional(Si Bolang, Wisata Kuliner,Jelang Siang dll)
Kawasan merupakan tanahkas daerah dan sanggarPratista yang di kelola olehPengelola desa wisataKembangarum
Kegiatan-kegiatan dalamdesa wisata ini banyakmelibatkan peranmasyarakat Kembang Arumsendiri. Denganmelibatkan warga secaralangsung (pengelola,pendamping dll)
Pelatihan sebagaiinstruktur lukis, pemandu,pemijat dll
Desa mendapatkankeuntungan langsung dariretribusi pengunjung
Laporan Akhir 5 - 8
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
PEN
TIN
GSA
RI
Daya Tarik Utama:Watu Gendong, WatuPayung, Watu Gajah, WatuPersembahan, WatuDakon, Makam Pentingsari(lokasi pejuang tahun1948-1949), Sendang Sari,Luweng Sunan Kalijaga(sejak tahun 1477).
Daya Tarik Pendukung:Camping, Outbound,Kesenian (kuda lumping,angguk, Sholawatan,karawitan, cokekan, tarianjawa, tradisimanten/pernikahan,tradisi kenduri, gamelan,membatik, kreasi janur).
Akses masuk ke lokasi DesaWisata Pentingsari cukupmemadai dan terbilangcukup memadai.
Penanda (signage) yangdipasang cukup jelas.
Micro bus dapat digunakansampai ke area parkir yangtelah disiapkan oleh desawisata.
Akomodasi tersedia dalambentuk homestay yangmenjadi satu denganpermukiman warga yangberjumlah 70 rumah, yangdidalamnya termasukmenyediakan makananharian. Selain ituakomodasi juga didukunghomestay yang masihdalam tahappengembangan sebanyak52 rumah.
Masyarakat sangat antusiasdan berperan aktif dalammengelola danmengembangkan desawisata Pentingsari, hal initerlihat dari kesiapanmasyarakat menyediakanfasilitas-fasilitas dankegiatan pendukungkepariwisataan bagiwisatawan.
Masyarakat desa wisataPentingsari juga berperanaktif dalam setiapkegiatan yang seringkalidiadakan dalammenyambut wisatawanyang datang, baik dalambentuk pentas kesenian(tari penyambutan,gamelan, karawitan, dll),dan kegiatankepariwisataan yanglainnya.
Desa wisata Pentingsaritelah bekerjasama secaraaktif dengan PemerintahPusat melaluiKemenparekraf danpemerintah KotaYogyakarta dalam kegiatanpromosinya. Selain itudesa wisata Pentingsaritelah menjadi desa wisataunggulan yang menjadipercontohan bagi desawisata-desa wisata yanglain.
Desa Wisata Pentingsarisudah sangat terkenal,baik di dunia pariwisatapada umumnya, maupundunia maya di bidangpariwisata.
Desa wisata Pentingsarijuga menjalin kerjasamadengan tour operator dantravel agent yang ada diProvinsi DI Yogyakarta.
Desa wisata Pentingsariditetapkan menjadi desawisata pada tanggal 15April 2008 berdasarkansurat Dinas PariwisataKabupaten Sleman nomor556/336, denganmengangkat tema alambudaya dan pertanian yangberwawasan lingkungan.Berangkat dari kehidupansederhana masyarakatdesa yang inginmengembangkan desaPentingsari sebagai desawisata agar dapatmemberikan tambahannilai ekonomi, social danbudaya bagi warganya.
Dengan dukunganKementerian Pariwisatadan Ekonomi Kreatifmelalui PNPM MandiriPariwisata yang diterimasejak tahun 2009, makadesa wisata Pentingsarimenjadi salah satu desawisata yang palingdiminati wisatawan dariberbagai kalangan.
Sebagian besar SDM didesa wisata ini terlibataktif dalam mengeloladesa wisata Pentingsari.
Dalam memenuhikebutuhan daya tarikpendukungnya, desawisata Pentingsaribekerjasama dengan desawisata-desa wisatalainnya, seperti dalammemenuhi pertunjukankesenian, ataupertunjukan budayalainnya yang dipesansecara khusus olehwisatawan yang akandatang berkunjung.
Laporan Akhir 5 - 9
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
DES
A W
ISA
TABE
RBA
SIS
KEU
NIK
AN
AKT
IFIT
AS
EKO
NO
MI K
REAT
IF
BOBU
NG
Daya tarik utama desawisata Bobung adalahkerajinan topeng (batikkayu)
Pendukung daya tarikutamanya adalah belajarmembuat topeng,membatik kayu, danpagelaran kesenian budayaDesa Bobung.
Akses masuk ke lokasi DesaWisata Bobung sangatmemadai dan terbilangcukup bagus.
Penanda yang dipasangjuga sangat jelas.
Micro bus dapat digunakansampai ke area parkir yangtelah disiapkan oleh desawisata.
Akomodasi hanya tersediadi beberapa rumah, hanyauntuk 50an tamumenginap, karenasebagaian besar wisatawanke desa wisata ini rata-rata hanya membutuhkanwaktu setengah hari untukmengikuti kegiatanpelatihan membatik kayu.
Pusat cenderamata ada dihampir setiap rumah dipinggir jalan Desa Bobung,yaitu berupa showroomkerajinan topeng, dan ukirkayu.
Sebagian besar masyarakatDesa Bobung berprofesisebagai pengrajin topengkayu (batik kayu), denganpenetapan Desa Bobungmenjadi desa wisata, makaprofesi masyarakat Bobungmenjadi bertambah, yaitusebagai pelaku wisata(pemandu wisata,pengelola desa wisata)
Masyarakat sangat antusiasdengan adanya desa wisataBobung, hal ini terlihatdengan kesiapanmasyarakat untukmembuat area parkir bagiwisatawan.
Desa Wisata Bobung lebihterkenal sebagai desapengrajin topeng kayudaripada desa wisata padaumunya. Sehingga promosidan kemitraan yangdilakukan sebatas dalamhal pengembangan usahapenjualan hasil kerajinantopeng kayu.
Namun, dalam beberapatahun terakhir, kegiatankepariwisataan di DesaWisata Bobung mulaiterasa dampaknya,masyarakat disampingmenjadi pengrajin, jugadapat menjadi pemanduwisata yang bagus,kesenian tradisi diaktifkankembali, bahkan diajarkankepada masyarakat yangmasih berusia sekolah.
Banyaknya permintaanuntuk ikut mempelajaricara pembuatan topeng,maka tahun 2006dibentuklah desa wisatayang disyahkan olehpemerintah daerahKabupaten Gunung Kidul.
Selain untuk pertunjukanmenerima tamu di desawisatanya sendiri,kesenian Desa WisataBobung sering digunakanuntuk membantupertunjukan di desa wisatayang lain (seperti,Nglanggeran).
Mendapatkan bantuanbibit, pupuk untuktanaman kayu yangdigunakan sebagai bahandasar pembuatankerajinan. Bibit dan pupukdi bagikan kepada seluruhmasyarakat, denganharapan, hasilnyadisamping untukmencukupi kebutuhandasar barang kerajinanseluruh Bobung, jugadapat meningkatkanpenghasilan masyarakatsekitar.
Laporan Akhir 5 - 10
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
KASO
NG
AN
Daya tarik utama berupawisata belanja kerajinangerabah dan kerajinan laindari desa disekitarkasongan
Kegiatan pelatihanpembuatan gerabah khaskasongan
Kegiatan live in dibeberapa homestay yangdisediakan di Kasongan
Akses menuju Desa WisataKsongan dari arah KotaYogyakarta melalui JalanRaya Bantul. Dengankualitas jalan raya antarkota.
Pengunjung dapatmenggunakan kendaraanpribadi maupun kendaraanumum jurusan JogjaBantul.
Terdapat Gerbang DesaWisata Kasongan yang unikdan sangat mudah dikenaliuntuk memasuki kawasaKasongan.
Terdapat banyakshowroom di sepanjangjalan desa yang digunakanuntuk memasarkankerajinan gerabahkasongan
Beberapa rumah wargayang digunakan sebagaihomestay
bangunan koperasi danUPT Setya Bawana yangdisediakan olehpemerintah sebagaitempat pelatihanpembuatan gerabah
Edotel kasongan, kerjasama antara pemerintahdesa dengan SMK N 1Sewon
Area parkir yang cukupluas yang dapatmenampung bus pariwisatamaupun kendaraan umumlain
98% Penduduk DusunKasongan bermatapencaharian sebagaipengrajin gerabahtradisional
Pengelolaan desa wisatabelum terstruktur
Wisatawan sebagian besardatang untuk berbelanjagerabah, maupunkerajinan lain ditampungoleh showroom secarapersonal
Pengunjung yang inginmelakukan kegiatanpelatihan pembuatankerajinan gerabah dipanduoleh pengelola UPT SetyaBawana.
Kegiatan wisata lain yangada di Desa WisataKasongan dilakukan olehindividu.
Pemasaran yang palingbanyak berasal darikegiatan perdagangankerajinan gerabahKasongan, termasuk eksporbarang kerajinan hingga keluar negeri.
Melalui media massaelektronik dari televisimaupun online
Pemasaran melaluikunjungan wisata daritravel agent
Kegiatan pembuatankerajinan gerabahkasongan telah dilakukansejak jaman kolonialBelanda, dilakukan secaraturun temurun.
Tidak ada sistempengelolaan secara khususuntuk kegiatan DesaWisata
Kerajinan yang di pasarkandi Desa Wisata Kasonganterdapat berbagai macam,khusus untuk kerajinan
gerabah berasal dari DusunKasongan, sedangkankerajinan lain berasal daridesa – desa lain yang adadisekitarnya.
Pemerintah DesaBangunjiwo membentuksebuah jejaring KAJIGELEM(Kasongan, Jipangan,Gendheng dan LemahDadi) sebuah jejaringantar dusun penghasilkerajinan didalam DesaBangunjiwo.
Laporan Akhir 5 - 11
DESA WISATA AMATANINSTRUMEN KAJIAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMBERDAYAANMASYARAKAT PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
PRA
WIR
OTA
MA
N
Prawirotaman sebagaisebuah kampung pusatindustri batik cap yangdikelola oleh keturunanseorang bangsawan kratonyang bernamaPrawirotomo.
Prawirotaman dikenalsebagai kampung turis.
Penginapan murah untukturis dengan rate 50rbsampai 300rb
Hingga sekarang sebagianbesar penginapan masihdikelola oleh lehketurunan Prawirotomo,terdiri dari tiga keluargabesar yaituWerdoyoprawiro,Suroprawiro, danMangunprawiro.
Akses sangat terjangkau,terletak di bagian selatankota Yogyakarta.
Moda transportasi mudah,dapat ditempuh dengankendaraan umum sepertitrans Jogja, bus kota,taksi, becak, andong, .Untuk berkeliling dapatdigunakan becak.
Terdapat berbagai macampenginapan mulai dariguest house, hotel melati,hotel bintang hinggaboutique hotel
Terdapat berbagai macamrestaurant dengan nuansatradisional, nasionalinternasional, pastry cafe,bakery, warung dansebagainya
Terdapat fasilitas bank,atm, mini market 24 jam,apotek 24 jam, tour agent,tour operator, souvenirshop
Masyarakat sebagaipengelola utama kawasanprawirotaman, sekaligusperencana kawasantersebut. Pengelolaankebersiha dan keamananmerupakan tanggungjawab dari seluruhmasyarakat prawirotaman.
Sebagian besar hotel danfasilitas pariwisata lainnyadimiliki dan atau dikelolaoleh masyarakatprawirotaman.
Masyarakat secaralangsung dapat menerimamanfaat yang baik denganadanya Kampung WisataPrawirotaman, bahkanmanfaat tersebutmenyebar hinggakampung-kampung yangada disekitarnya.
Melalui travel Agent Media promosi online
melalui media jejaringsosial facebook, twitter,path, instagram
Group Backpacker Brosur pariwisata milik
pemerintah agoda.com id.hotel.com www.yogyes.com www.tripadvisor.com
Prawirotaman sebagaisebuah kampung dikenalsejak abad ke-19, saatseorang bangsawan kratonbernama Prawirotomomenerima hadiah sepetaktanah dari kraton.
Sejak awal, kampung inimemang mempunyai peranyang tak kecil bagiYogyakarta. Masa prakemerdekaan, kampung inimenjadi konsentrasi laskarpejuang.
Pasca kemerdekaan,tepatnya tahun 60-an,kampung ini dikenalsebagai pusat industribatik cap yang dikelolaoleh keturunanPrawirotomo.
Sementara sejak tahun 70-an, seiring meredupnyaindustri batik cap, paraketurunan Prawirotomobanting setir ke jasapenginapan danPrawirotaman pun mulaidikenal sebagai kampungturis.
KESI
MPU
LAN
Keanekaragaman dayatarik wisata (alam,budaya dan khusus)baik masih embrionaldan sudah berkembang
Keunikan daya tarikwisata unggulan danadanya daya tarikwisata pendukungsebagai pelengkapkonsep something tosee, something to dodan something to buy
Akses menuju desawisata yang terjangkaudengan kendaraanpribadi maupun umum
Kondisi akses di dalamdesa wisata yang baikdan mempunyairambu-rambu yangcukup jelas
Mempunyai modatransportasi yang khasdi dalam kawasan desawisata
Penanda kawasan(landmark) yangmudah dikenalisebagai suatu dayatarik wisata.
Mempunyai fasilitaspariwisata yang cukuplengkap (penginapan/homestay, rumahmakan, tokocinderamata)
Kualitas fasilitaspariwisata yang baikyang mencukupikebutuhan wisatawan
Mempunyai/ dekatdengan fasilitas umumlainnya
Pelibatan masyarakatlokal/ asli yang tinggipada kegiatankepariwisataan di desawisata tersebut(sebagai pengambilkeputusan, pegelola,pelaku wisata)
Usaha pariwisata dikawasan desa wisata(homestay, tokocinderamata, rumahmakan) yang langsungdikelola olehmasyarakat lokal
Promosi melalui mediawebsite, brosur, daneven rutin
Ikut serta dalamwebsite pemerintahdaerah
Kerjasama denganpihak lain dalammemasarkan desawisatanya (tour agent,hotel dll)
Adanya paguyuban/organisasi pengurusandesa wisata yangdikelola langsung olehmasyarakat lokal
Terdapat pelatihandari pemerintahmaupun dari organisasidesa wisata langsunguntuk pengembanganketrampilan paramasyarakat desawisata dalam halpengelolaan desawisata
Laporan Akhir 6 - 0
BAB 6INSTRUMEN STANDARISASI/
GUIDELINES PENGEMBANGANDESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 6 - 1
6.1. INSTRUMEN DASAR PENGEMBANGAN DESA WISATA
6.1.1. INSTRUMEN DASAR DESA WISATA
Suatu desa dapat dikembangkan menjadi Desa Wisata apabilamemiliki kriteria dasar sebagai berikut:
A. Potensi Daya Tarik Wisata yang Unik dan Khas
Memiliki potensi produk/ daya tarik yang unik dan khas yangmampu dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan(sumber daya wisata alam, budaya). Potensi obyek dan dayatarik wisata merupakan modal dasar bagi pengembangan suatukawasan pedesaan menjadi Desa Wisata. Potensi-potensitersebut dapat berupa:
1) Potensi fisik (persawahan, perbukitan, bentang alam,lingkungan perkampungan yang unik dan khas, arsitekturbangunan yang unik dan khas, dan sebagainya).
2) Potensi kehidupan sosial budaya masyarakat (polakehidupan keseharian masyarakat yang unik dan khas, adatistiadat dan tradisi budaya, dan sebagainya).
3) Potensi industri kreatif dari hasil karya masyarakat(kerajinan tangan, gerabah, dan sebagainya)
Laporan Akhir 6 - 2
B. Dukungan aksesbilitas yang baik, baik menuju dan di dalamkawasan
Memiliki daya dukung berupa aksesibilitas yang mudahdijangkau oleh wisatawan, baik dengan kendaraan pribadimaupun kendaraan umum. Dan didukung dengan rambu-rambupenanda yang memudahkan wisatawan dalam menuju kawasandesa wisata tersebut. Serta mempunyai dukungan akses yangbaik di dalam kawasan desa wisata (akses jalan yang aman dannyaman, rambu-rambu penanda, moda transportasi lokal yangunik dan menarik yang dapat menjadi daya tarik tersendiridalam menikmati wisata di kawasan tersebut.)
C. Peluang dan Dukungan Ketersediaan Fasilitas dan SaranaPrasarana Dasar
Memiliki peluang dan dukungan ketersediaan untukpengembangan fasilitas dan sarana prasarana pedesaan,seperti: akomodasi (homestay), area pelayanan umum, areakesenian dan lain sebagainya. Aktifitas wisata pedesaan akan
Laporan Akhir 6 - 3
dapat berjalan baik dan menarik apabila didukung denganketersediaan fasilitas penunjang yang memungkinkan wisatawandapat tinggal, berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal,dan belajar mengenai kebudayaan setempat, kearifan lokal danlain sebagainya.
D. Komunitas Masyarakat, Sikap Menerima dan Komitmen yangKuat dari Masyarakat Setempat
Memiliki komunitas masyarakat yang tinggal di wilayahtersebut, serta memiliki sikap menerima dan komitmen yangkuat terhadap kegiatan kepariwisataan sebagai bentuk kegiatanyang akan menciptakan interaksi antara masyarakat lokal(sebagai tuan rumah/ host) dengan wisatawan (sebagai tamu/guest) untuk dapat saling berinteraksi, menghargai danmemberikan manfaat yang saling menguntungkan, khususnyabagi masyarakat lokal adalah penghargaan dan pelestarianbudaya setempat dan adanya manfaat ekonomi bagikesejahteraan masyarakat lokal, melalui pemberdayaanmasyarakat di bidang pariwisata. Sedangkan bagi wisatawanadalah pengkayaan wawasan melalui pengenalan budaya lokal.
Laporan Akhir 6 - 4
Untuk itu perlu adanya semangat dan motivasi yang kuat darimasyarakat dalam menjaga karakter yang khas dari lingkunganfisik alam pedesaan dan kehidupan budaya yang hidup dantumbuh dalam masyarakat setempat.
E. Potensi SDM Lokal yang Mendukung
Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya manusia (SDM)lokal yang cukup dan memadai untuk mendukung pengelolaandan pengembangan desa wisata. Pengembangan desa wisatadimaksudkan untuk memberdayakan potensi SDM setempatsehingga mampu meningkatkan kapasitas dan produktifitasnyasecara ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatpedesaan melalui bidang-bidang yang dimilikinya. Dengandemikian dampak positif pengembangan pariwisata di desatersebut akan dapat dirasakan langsung masyarakat setempat.
Laporan Akhir 6 - 5
F. Potensi dan Kemampuan dalam Menciptakan PasarWisatawan
Memiliki potensi dan kemampuan dalam menciptakan pasarwisatawan sebagai salah satu unsur pendukung kesinambunganpengembangan desa wisata. Kesiapan desa wisata harusdiimbangi dengan kemampuan untuk membangun jejaring pasardengan para pelaku industri pariwisata, dengan berbagai bentukkerjasama dan pengembangan media promosi sehingga potensidesa tersebut muncul dalam peta produk dan pemaketan wisatadi daerah, regional, nasional maupun internasional. Sehinggadapat dijaring peluang kunjungan wisatawan ke desa tersebut,termasuk promosi dan pemasaran juga dilakukan oleh pengelolaDesa Wisata langsung kontak kepada Pasar.
Laporan Akhir 6 - 6
6.1.2. KOMPONEN DASAR DESA WISATA
Terdapat beberapa komponen pembentuk desa wisata, antara lain:
1) Batasan geografis ataupun administratif yang jelas.
2) Potensi daya tarik wisata baik alam, budaya maupun karyakreatif sebagai unsur penarik kunjungan wisatawan.
3) Masyarakat yang antusias dan mendukung pengembangan desawisata.
4) Fasilitas pariwisata sebagai unsur pendukung wisatawan dalammelakukan aktifitas wisata di desa tersebut (akomodasi/homestay, warung makan yang dikelola oleh masyarakat, pusatinformasi wisata dan lainnya).
5) Sarana prasarana yang berupa jaringan jalan, moda angkutanwisata yang mendukung kemudahan wisatawan dalam mencapaidesa tersebut.
6) Organisasi pengelolaan desa wisata yang berfungsi sebagai unitpengelola kegiatan wisata di desa tersebut (merencanakan,melaksanakan, mengelola, mengevaluasi/ monitoring kegiatan-kegiatan pengembangan).
7) Sumber daya manusia yang menjadi motor penggerakpengelolaan kegiatan wisata di desa tersebut.
Laporan Akhir 6 - 7
6.1.3. PERSYARATAN DASAR PEMBENTUKAN DESA WISATA
A. Maksud
Dengan maksud agar pembentukan dan pengelolaan desa wisatayang tidak sedikit melibatkan anggota masyarakat pendukungnyadapat berjalan sebagaimana mestinya, terarah/ terpandu ataskreatifitas dan solidaritas serta keterlibatan social yang tumbuhatau ditumbuhkan maka, diperlukan semacam surat keputusanpengukuhan dari pemerintah (Gubernur/ Bupati) atas keberadaandesa wisata.
Selanjutnya surat keputusan pengukuhan dari pemerintah inidiarahkan untuk:
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnyapengelolaan desa wisata. Pariwisata pedesaan adalahpariwisata dengan daya tarik berupa kehidupan desa yangmemiliki ciri – ciri khusus dalam masyarakatnya.
2) Membangun generasi muda berkenaan dengan pentingnya dayabaca dan daya paham generasi dimaksud terhadap pelestarian,pengelolaan, pun pemeliharaan desa wisata yang melingkupibudaya dan alam desa itu.
3) Menumbuh – kembangkan sikap apresiasi masyarakat terhadappotensi daya tarik alam dan budaya.
4) Dapat berupaya “mendiskripsikan” dan “mendistribusikan”berbagai hal terkait dengan produk wisata berbasis potensiwisata pedesaan tanpa mengabaikan aspek lingkungan.
5) Dapat berupaya untuk senantiasa peduli terhadap masa depandesa untuk pengelolaan/ pengembangan wisata. Dengandemikian masyarakat lebih tergerak hatinya untuk bertanggungjawab melestarikan dengan menjual desa tanpa kehilangandesanya.
6) Menghimpun berbagai masukan untuk menyusun danmengembangkan kebijakan pembangunan yang berkaitandengan upaya pelestarian dan pengembangan desa wisata yangsejalan dengan pendekatan pembangunan berwawasanlingkungan dan berkelanjutan.
Laporan Akhir 6 - 8
B. Persyaratan
Bagi masyarakat yang ingin membentuk, mengelola desanyamenjadi desa wisata harus memiliki surat keputusan Pengukuhandari pemerintah (Gubernur/ Bupati) dengan persyaratan yang harusdipenuhi, antara lain; sebagai berikut:
1) Desanya memiliki daya tarik yang aseli, otentik, dan unikberciri khas pedesaan/ perkampungan.
2) Memiliki sumber daya manusia dan lembaga yang mumpuniuntuk mengelola desanya.
3) Memperoleh daya dukung yang sungguh – sungguh darimasyarakat yang dapat terpresentasikan melaui pengamalansapta pesona pariwista (aman, tertib, bersih, sejuk, indah,ramah – tamah, dan kenangan).
4) Memiliki sarana/ prasarana penunjang yang memadai. Misal:sekretariat, akses, MCK, homestay, kesenian, tempat pentas,penunjang atraksi, papan nama/ petunjuk, sarana teknologiinformasi.
5) Memiliki aktifitas sebagai upaya tindakan pengelolaan yang“kredibel” dan laku “jual”. Mampu melakukan atau membuatpelatihan, pengemasan produk wisata, kegiatan usaha, Datakunjungan, marketing dan promosi, “net – working”.
6) Mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Keputusan dimaksud, siap dan sanggup dilakukan penilaian oleh pihak yang“berwenang” dengan apa adanya.(Dinas Pariwisata DIY, 2012 dalam Purwanggono, 2013)
Laporan Akhir 6 - 9
6.2. INSTRUMEN STANDARISASI/ GUIDELINES PENGEMBANGANDESA WISATA
Untuk mengembangkan sebuah desa wisata, penting untukmengetahui terlebih dahulu sejauh mana potensi danperkembangan yang sudah terjadi di sebuah desa wisata sehinggadapat disusun strategi dan program yang sesuai dengan tingkatperkembangannya.
Berdasarkan Tourism Life Cycle dan Product Life Cycle makatingkat perkembangan suatu desa wisata sebagai sebuah produkwisata dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tahapan yaitu embrio/potensial, berkembang, dan maju. Sementara, indikator untukmasing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
6.2.1. EMBRIO/ POTENSIAL
Tahapan Embrio/ Potensial. Pada tingkatan ini, sebuah desadicirikan sebagai berikut:
No. INSTRUMEN INDIKATOR
1. Daya Tarik a. Masih berupa potensi yang dapatdikembangkan untuk menjadi dayatarik wisata
b. Pemanfaatan potensi masih sebatasdigunakan oleh masyarakat lokaldan sekitar
2. Aksesibilitas a. Pengembangan aksesibilitas wisatamasih terbatas
b. Akses ke kawasan masih berupatransportasi umum belumtransportasi wisata
3. Fasilitas a. Pengembangan fasilitas wisatamasih terbatas
4. PemberdayaanMasyarakat
a. Kesadaran masyarakat terhadappotensi wisata belum tumbuh/masih rendah.
b. Masyarakat sebatas melakukanaktifitas sehari-hari untuk mencarinafkah (bertani, beternak dan
Laporan Akhir 6 - 10
No. INSTRUMEN INDIKATORsebagainya)
5. Pemasaran danpromosi
a. Belum ada/ masih sedikit sekaliwisatawan yang berkunjung
b. Belum adanya media promositentang desa wisata tersebut
6. Kelembagaan danSDM
a. Belum memiliki organisasikepengurusan desa wisata
b. Masih secara spontan dalammenerima kunjungan wisatawan
c. Belum adanya pengembangankualitas dalam bidangkepariwisataan
6.2.2. BERKEMBANG
Berkembang. Pada tingkatan ini, sebuah desa dicirikan sebagaiberikut:
No. INSTRUMEN INDIKATOR
1. Daya Tarik a. Potensi daya tarik sudah mulaidikelola
b. Munculnya aktifitas perdagangandisekitar daya tarik wisata
c. Munculnya daya tarik wisata dariaktifitas dan budaya lokal darimasyarakat
2. Aksesibilitas a. Terdapat rambu-rambu penandakeberadaan desa wisata
b. Terdapat angkutan umum menujukawasan tersebut
c. Mempunyai akses untuk kendaraanpribadi
3. Fasilitas a. Sudah terdapat pengembangansarana prasarana dan fasilitaspariwisata
b. Pengunaan fasilitas umum desa danfasilitas pribadi masyarakat sebagaifasilitas wisata secara spontan
4. Pemberdayaan a. Sudah mulai tercipta lapangan
Laporan Akhir 6 - 11
No. INSTRUMEN INDIKATORMasyarakat pekerjaan dan aktifitas ekonomi
bagi masyarakat setempatb. Kesadaran masyarakat terhadap
potensi wisata sudah mulai tumbuh.
5. Pemasaran danpromosi
a. Sudah mulai dikenal dan dikunjungiwisatawan
b. Sudah mempunyai media promosi(website, brosur)
6. Kelembagaan danSDM
a. Mempunyai organisasi kepengurusandesa wisata
b. Masih memerlukan pendampingandari pihak terkait (pemerintah,swasta)
6.2.3. MAJU
Maju. Pada tingkatan ini, sebuah desa dicirikan sebagai berikut:
No. INSTRUMEN INDIKATOR
1. Daya Tarik a. Daya tarik wisata sudah berkembangdan menjadi tujuan wisata rutinpara wisatawan
b. Terdapat aktifitas perdagangan disekitar daya tarik wisata, sekaligussebagai daya tarik tersendiri
c. Daya tarik wisata dari aktifitas danbudaya masyarakat sudahberkembang
2. Aksesibilitas a. Memiliki rambu-rambu penandayang jelas untuk menuju kawasantersebut
b. Mempunyai akses untuk kendaraanpribadi dan kendaraan umum besar
c. Mempunyai moda transportasi didalam kawasan yang sekaligus dapatmenjadi daya tarik
3. Fasilitas a. Sarana prasarana dan fasilitaspariwisata sudah memadai
b. Berkembangnya fasilitas wisata yangmemanfaatkan potensi dari
Laporan Akhir 6 - 12
No. INSTRUMEN INDIKATORmasyarakat (homestay, persawahan,kebun dsb)
4. PemberdayaanMasyarakat
a. Masyarakat sudah sepenuhnya sadarakan potensi wisata termasukpengembangannya.
b. Masyarakat terlibat langsung dalampengelolaan daya tarik wisata
5. Pemasaran danpromosi
a. Sudah menjadi destinasi wisata yangdikenal dan banyak dikunjungi olehwisatawan
b. Mampu melakukan promosi danpemasaran secara swadaya sertamengembangkan jaringan kerjasamadengan pihak luar.
6. Kelembagaan danSDM
a. Masyarakat sudah mandiri danmampu mengelola usaha pariwisatasecara swadaya (SDM, produk,organisasi, dsb).
b. Dapat menjadi model percontohanbagi pengembangan desa-desawisata lainnya.
Laporan Akhir 7 - 0
BAB 7PROGRAM PENGEMBANGAN
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 7 - 1
7.1. STRATEGI PENGEMBANGAN
Dalam rangka mengantisipasi berbagai dinamika yang terkaitdengan pengelolaan desa wisata, dan mempertimbangkan kondisiobjektif sebagian besar desa-desa wisata saat ini dan dengan tujuanuntuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang tersedia desawisata agar dapat dilakukan dan dikendalikan oleh masyarakatlokal. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain.
A. Skala Usaha Kecil
Idealnya usaha tersebut berskala kecil agar mampu menjadijembatan bagi masyarakat untuk mengasah ketrampilan bisnis(Nasikun, 1997; WTO, 2003). Salah satu bentuk konkretnya adalahjasa akomodasi, seperti homestay atau jenis usaha lain yangberskala kecil. Seperti umum diketahui, bahwa usaha-usaha kecilnonpertanian sudah cukup lama berkembang di pedesaan danmemberikan kontribusi penting bagi diversifikasi dan peningkatanpendapatan rumahtangga (Sawit, et.al, 1993; Effendi, et.al, 1996;Abdullah, et.al, 1995). Meskipun usaha-usaha demikian umumnyaberskala mikro, namun pengelolanya memiliki ketrampilan khusus,keuletan, kerja keras yang produktif di dalam menjalankanusahanya. Hal ini dapat lebih mudah ditransformasikan ke sektorjasa, seperti usaha pariwisata.
B. Padat Karya
Usaha pariwisata di desa sebaiknya tidak padat modal (capitalintensive), tetapi berbasis padat karya (labour intensive). Besaranmodal ini lebih sesuai dengan kondisi umum yang dihadapi olehpengelola usaha pariwisata tentang kesulitan memperoleh modal.Sebaliknya, membiarkan modal besar sebagai kekuatanpengembangan akan mengakibatkan tersingkirnya penduduk lokaldari arena kompetisi.
Laporan Akhir 7 - 2
C. Penyerapan Tenaga Kerja Lokal
Dalam pengelolaan usaha pariwisata sebaiknya menggunakantenaga kerja setempat, agar dapat menghindari marjinalisasipenduduk lokal dalam pengembangan pariwisata pedesaan. Namundemikian, syarat pemanfaatan tenaga kerja lokal ini cukupdilematis ketika berhadapan dengan realitas mutu atau kompetensiyang masih rendah. Di sisi lain keterbatasan jumlah tenaga kerjatrampil ini mengakibatkan okupasi-okupasi strategis di sektorpariwisata dikuasai oleh kaum pendatang (Vorlaufer, 1979;Damanik, 2001; Karim, 2008). Oleh sebab itu harus dicari solusicerdas berupa pemberian pelatihan yang berorientasi padakompetensi teknis bagi tenaga kerja lokal.
D. Bahan Baku Lokal
Pengelolaan desa wisata sedapat mungkin menggunakan bahan bakulokal. Penggunaan bahan baku lokal memiliki manfaat ganda, yaknimemberikan efek atau nilai ekonomi sumberdaya lokal danmenguatkan citra lokal dalam desa wisata. Banyak contoh positifmaupun negatif pengembangan desa wisata yang terkait denganbahan baku lokal ini dengan segala konsekuensi yang menyertainya.Di sebuah desa wisata di Sumba Barat Daya, terdapat bangunanakomodasi yang 90 persen berbahan baku lokal, mulai dari lantai,dinding, tiang, atap, pintu sampai perlengkapan tidur. Bambu,batang kelapa, pasir, dan ilalang yang tersedia melimpah menjadilebih bernilai dari sebelumnya dan masyarakat setempat menikmatikeuntungan dari pemanfaatan bahan baku tersebut. Berbedadengan itu di Nias, masyarakat terlanjur menyukai bahan bakuasing, seperti seng, asbes, beton dan kaca sebagai bahan bangunanakomodasi yang jelas bukan produk lokal, melainkan bahan yangdidatangkan dari daratan Sumatera dengan biaya tinggi, Bisadipastikan bahwa potensi rembesan keluar (leakages) dari hasilpariwisata setempat cukup besar, sementara peningkatan nilaiekonomi komoditas lokal menjadi macet.
Laporan Akhir 7 - 3
E. Menekan Eksploitasi Sumberdaya lokal dan PencemaranLingkungan
Pengelolaan desa wisata sebaiknya mampu menekan potensipencemaran lingkungan dan eksploitasi sumberdaya lokal. Salahsatu kekuatan desa wisata adalah alam yang relatif asri dan lestari.Penggerusan kelestarian alam atas alasan apa pun pasti akanmenjadi bumerang yang mematikan bagi desa wisata. Oleh sebabitu keseimbangan pemanfaatan kawasan menjadi syarat penting.Daerah pedesaan yang menawarkan pertanian sebagai basis atraksiwisata harus dikendalikan untuk tetap menjaga keseimbangan luasarea pertanian dengan zona pengembangan infrastrukturpariwisata. Pemanfaatan sumberdaya lokal, misalnya air, yangdigunakan baik untuk keperluan pertanian maupun pariwisata perludikendalikan agar tidak mematikan salah satu atau kedua aktivitastersebut. Pedesaan yang mengembangkan pariwisata pantai danbahari harus mampu menciptakan langkah pelestarian lingkungan,misalnya dengan membangun instalasi limbah cair dan padat,perluasan zona sempadan pantai yang steril dari bangunan buatan,ekspansi tanaman penyangga abrasi dan sebagainya.
F. Membuka Lapangan Kerja
Desa wisata seharusnya mampu membuka peluang kerja danberusaha bagi banyak kelompok masyarakat. Pariwisata pedesaanharus diarahkan untuk memberagamkan kesempatan kerja dankeberagaman pekerjaan tersebut harus pula ditujukan bagimasyarakat banyak, khususnya kalangan perempuan. Asumsi yangmengatakan pariwisata mampu menciptakan kesempatan kerjaharus dibuktikan dengan tingkat presisi yang tinggi, tidak hahyadalam hal kuantitas dan kualitas, tetapi juga dalam hal efektivitasmenjangkau kelompok masyarakat yang sering luput dari sasaranperubahan.
Laporan Akhir 7 - 4
7.2. PROGRAM PENGEMBANGAN
Dalam pengembangan desa wisata dibutuhkan strategi atau langkah yang tepat sesuai dengan tingkatperkembangan desa tersebut agar dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan. Denganmemperhatikan aspek-aspek daya tarik, aksesibilitas, fasilitas, pemberdayaan masyarakat, pemasaran danpromosi serta kelembagaan dan SDM, maka bisa disusun implikasi program yang disesuaikan dengan tingkatperkembangan desa wisata (embrio/ potensial-berkembang-maju), yang diuraikan dalam tahap perencanaan-implikasi, seperti yang tertera dalam matriks berikut:
NO ASPEK EMBRIO BERKEMBANG MAJU
1. Daya Tarik Wisata 1. Mengidentifikasi danmenginventarisir potensi dankarakteristik desa dari semuaaspek
2. Mensosialisasikan potensi kepadaseluruh masyarakat
3. Menyusun rencana kerjapengembangan desa wisata
1. Implementasi rencanapengembangan potensi dankarakteristik desa menjadi dayatarik wisata utama danpendukung
2. Menyusun paket wisataberdasarkan potensi dankarakter desa
1. Melakukan Inovasi terhadapproduk yang ada
2. Memperkaya produk yang adadengan produk baru yang sesuaidengan perkembangankebutuhan pasar
2. Aksesibilitas 1. Mengidentifikasi permasalahanaksesibilitas desa wisata terkait
2. Mengidentifikasi potensiaksesibilitas yang dapat menjadidaya tarik
1. Mengembangkan aksesibilitasmenuju dan di dalam kawasandesa wisata
2. Membuat rencanapengembangan daya tarikberbasis aksesibilitas/transportasi
1. Mengemas potensi aksesibilitasmenjadi sebuah daya tarikwisata
2. Mengembangkan daya tarikpendukung untuk memperkayadaya tarik berbasis aksesibilitas/transportasi
Laporan Akhir 7 - 5
NO ASPEK EMBRIO BERKEMBANG MAJU
3. Fasilitas 1. Merintis pengembangan fasilitasdan sarana prasarana
1. Pengembangan fasilitas dansarana prasarana pendukungwisata
1. Melengkapi fasilitas pendukungyang sudah ada sesuai dengankebutuhan wisata
4. PemberdayaanMasyarakat
1. Mengidentifikasi potensimasyarakat lokal dalam kegiatanpariwisata
2. Membangun/ membentuksumber daya manusia lokalmenjadi kelompok masyarakatyang mau bekerja/berpartisipasi dalampembangunan desanya
1. Memberikan pelatihan kepadakelompok masyarakat denganberbagai macam keterampilansesuai dengan karakter danpotensi produk yang dimilikidesa
1. Menjadikan kelompokmasyarakat yang mandiri danmampu membangun tim kerjayang kuat
2. Membangun kerjasama antarakelompok masyarakat denganpihak lainnya
5. Pemasaran danPromosi
1. Menyusun informasi mengenaipotensi dan karakter sertaproduk yang akan dipasarkan(profil desa)
2. Mengidentifikasi semua potensilokal sebagai modal bersama(SDM, Kelompok Masyarakat,Aset Desa, Sarana danPrasarana)
1. Menyusun paket wisata danmelakukan promosi danpemasaran (fam trip, roadshow,penyebaran bahan promosi)
2. Membangun sistem promosi danpemasaran melalui (brosur,leaflet, proposal, website statis,papan/ peta petunjuk daninformasi di tempat yangstrategis)
3. Mengembangkan potensi lokalmenjadi modal dalam bentukdaya tarik, produk wisata danfasilitas pendukung
1. Memperluas pemasaran paketwisata
2. Mempresentasikan informasimengenai potensi dankeunggulan/ karakteristikproduk
3. Membangun kerjasama danjaringan dengan berbagai pihak(ASITA, PHRI, BPW, dll)
4. Membuka peluang investasi baikdi lingkup internal maupuneksternal desa dengan prinsipsaling menguntungkan (win winsolution).
Laporan Akhir 7 - 6
NO ASPEK EMBRIO BERKEMBANG MAJU
6. Kelembagaan danSDM
1. Merintis pengembangankelembagaan lokal untukpengelolaan potensi wisata
2. Mensosialisasikan manajemendan kelembagaan desa wisatakepada masyarakat
1. Memberikan pelatihan tentangkelembagaan dan manajemenyang lebih modern, misalnyakoperasi
2. Membentuk Forum KomunikasiDesa Wisata di daerah
1. Memperkuat kelembagaan danmanajemen dengan kelengkapanlainnya yang diperlukan untukpelayanan
2. Mengembangkan Jaringankerjasama Desa Wisata ditingkat regional/ nasional
3. Meningkatkan kompetensidengan melakukan pelatihansecara rutin dengan yang materiyang lebih tinggi
Laporan Kemajuan 7 - 0
BAB 8MONITORING DAN EVALUASI
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 8 - 1
Dalam pengembangan desa wisata diperlukan monitoring danevaluasi atas pelaksanaan program dikaitkan dengan tujuan dansasaran yang ingin dicapai dari implementasi program tersebut.Khususnya bagi masyarakat maupun bagi wilayah sasaran.Monitoring dan evaluasi tersebut sangat penting untukmenemukenali tingkat keberhasilan dan sekaligus kekurangan danhambatan yang terjadi, sehingga dapat diperoleh solusi danrekomendasi untuk pengembangan program desa wisata di masamendatang
8.1. TUJUAN DAN SASARAN
Dalam rangka mengantisipasi berbagai dinamika yang terkaitdengan pengelolaan desa wisata, dan mempertimbangkan kondisiobjektif sebagian besar desa-desa wisata saat ini dan dengan tujuanuntuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang tersedia desawisata agar dapat dilakukan dan dikendalikan oleh masyarakatlokal. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain.
8.1.1. TUJUAN MONITORING DAN EVALUASI
A. Mengetahui kesesuaian rencana program kerja yang dibuatberdasarkan kebutuhan dan karakter dari desa wisata.
B. Mengetahui proses pelaksanaan pengelolaan danpengembangan desa wisata sesuai dengan rencana yang telahdibuat.
C. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian targetyang telah ditentukan.
8.1.2. SASARAN MONITORING DAN EVALUASI
Terciptanya kesesuaian rencana program kerja serta prosespelaksanaan dan pengembangan desa wisata sehingga tercapaitingkat keberhasilan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Laporan Akhir 8 - 2
8.2. INSTRUMEN EVALUASI
Instrumen evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan untukmengevaluasi program pengembangan suatu desa wisata. Dalampenyusunan instrumen evaluasi desa wisata, dapat dilakukandengan cara mengidentifikasikan karakteristik desa wisata yangditeliti dan menjabarkan indikator dari setiap desa wisata yangdiuraikan dalam matriks sebagai berikut:
NO KARAKTERISTIK INDIKATOR
1. DAYA TARIK 1. Peningkatan inovasi / penciptaan danpengelolaan produk wisata berbasispotensi sumber daya lokal di desawisata
2. Peningkatan modifikasi / daur ulangproduk wisata sesuai dengan kebutuhanpasar
3. Peningkatan kunjungan wisatawan didesa wisata
4. Peningkatan lama tinggal wisatawan didesa wisata
5. Peningkatan pertumbuhan (jumlah dankualitas) usaha pariwisata yang dikelolamasyarakat setempat di desa wisata
6. Peningkatan kualitas lingkungan desawisata (termasuk sarana prasaranalingkungan untuk mendukung kegiatankepariwisataan)
7. Peningkatan konservasi sumber daya(alam dan budaya) di desa wisata
2. AKSESIBILITAS 1. Peningkatan kemudahan akses menujukawasan desa wisata
2. Peningkatan kemudahan akses si dalamkawasan desa wisata
3. Peningkatan moda transportasi lokalmenjadi daya tarik wisata
3. FASILITAS 1. Peningkatan kualitas fasilitas pariwisata(misalnya: homestay)
2. Peningkatan jumlah fasilitas pariwisata3. Peningkatan pembangunan fasilitas
pariwisata dalam mendukungpengembangan sebagai desa wisata (kiossouvenir, parkir dll)
4. PEMBERDAYAAN 1. Peningkatan kompetensi dan
Laporan Akhir 8 - 3
MASYARAKAT keterampilan masyarakat si desa wisatadalam bidang kepariwisataan
2. Peningkatan kapasitas dan peranmasyarakat/ SDM setempat dalaminisiasi dan pelaksaaan program desawisata
3. Peningkatan swadaya masyarakat didesa wisata
4. Peningkatan penciptaan lapangan kerjadi desa wisata
5. Peningkatan penyerapan tenaga kerjalokal di desa wisata
6. Peningkatan pendapatan masyarakatdari kegiatan kepariwisataan di desawisata
5. PEMASARAN DANPROMOSI
1. Peningkatan kunjungan wisatawan didesa wisata
2. Peningkatan lama tinggal wisatawan didesa wisata
3. Peningkatan pangsa pasar / marketshare
4. Peningkatan minat / permintaan pasarterhadap desa wisata
6. INVESTASI 1. Peningkatan modal dalam bentuk dayatarik, produk wisata dan fasilitaspendukung di desa wisata
2. Peningkatan investasi baik di lingkupinternal maupun eksternal desa wisatadengan prinsip saling menguntungkan(win win solution)
7. KELEMBAGAAN DANSDM
1. Peningkatan jaringan kerjasama desawisata di tingkat regional/ nasional
2. Peningkatan kinerja dan kemampuanlembaga masyarakat setempat dalammemfasilitasi dan mengelola programdesa wisata
3. Peningkatan kompetensi danketerampilan masyarakat si desa wisatadalam bidang kepariwisataan
4. Peningkatan kapasitas dan peranmasyarakat/ SDM setempat dalaminisiasi dan pelaksaaan program desawisata
Laporan Akhir 9 - 0
BAB 9STUDI KASUS: DESA WISATA
PENTINGSARI
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 9 - 1
9.1. JUSTIFIKASI PEMILIHAN
Dalam studi kasus penerapan kajian pengembangan desa wisata diDIY ini dipilih desa wisata Pentingsari sebagai studi kasus sertapercontohan penerapannya, hal ini dilandasi beberapa justifikasi,antara lain:
1. Memiliki daya tarik wisata yang unik, yaitu perpaduan alampegunungan dan daya tarik sejarah serta budaya sekaligusdaya tarik khusus, seperti camping ground dan kolampemancingan
2. Sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai
3. Memiliki pasar wisatawan yang cukup signifikan
4. Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya manusia (SDM)lokal dengan pengelolaan langsung dari masyarakat lokal
5. Mendapatkan penghargaan dalam bidang pariwisata sebagaidesa wisata
6. Telah siap sebagai kawasan pariwisata dalam menerimawisatawan nusantara maupun mancanegara
Laporan Akhir 9 - 2
9.2. PROGRAM PENGEMBANGAN
Program pengembangan Desa Wisata Pentingsari sebagai salah satu desa percontohan, dapat di bagi menjadi 6(enam) instrumen, antara lain: daya tarik, aksesibilitas, fasilitas, pemberdayaan masyarakat, pemasaran danpromosi serta kelembagaan dan SDM. Jabaran program dapat dilihat pada matrik berikut:
9.2.1. DAYA TARIK WISATA
INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1.1. Indentifikasi dan inventarisasi ulang seluruh daya Tarik danpotensi keunikan yang tersedia di Desa Wisata Pentingsari
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.2. Beautification daya Tarik wisata di desa wisata Pentingsari(penanaman vegetasi, jalur pedestrian dll)
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 300.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.3. Peningkatan kebersihan di sekitar daya Tarik wisata desawisata pentingsari antara lain Watu Gendong, Watu Payung,Watu Gajah, Watu Persembahan, Watu Dakon, MakamPentingsari (lokasi pejuang tahun 1948-1949), Sendang Sari,Luweng Sunan Kalijaga (sejak tahun 1477), Camping,Outbound, Kesenian (kuda lumping, angguk, Sholawatan,karawitan, cokekan, tarian jawa, tradisi manten/pernikahan,tradisi kenduri, gamelan, membatik, kreasi janur).
Masyarakat Dinas Pariwisata
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 3
INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1.4. Studi penetapan tata aturan Tentang Tata Bangunan DanLingkungan di dalam kawasan Desa Wisata Pentingsari sesuaidengan tata aturan tentang desa wisata
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.5. Penguatan modal bagi masyarakat terkait pengembanganpariwisata di Desa Wisata Pentingsari
Dinas Pariwisata BKPM Kemendag Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.6. Penanaman pohon dan penangkaran burung liar sebagai upayakonservasi dan pengelolaan berkelanjutan sumber dayakepariwisataan dan lingkungan di Desa Wisata Pentingsari
Dinas Pariwisata Kehutanan Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.7. Pembangunan dan renovasi sarana prasarana dasar sepertikamar mandi, pos kesehatan, pusat informasi dan pengelolauntuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di sekitarlokasi daya tarik wisata
PU Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 4
9.2.2. AKSESIBILITAS
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1. Pembuatan sign and posting (penanda)
1.1. Penanda di dalam kawasan Desa Wisata, yang menunjukkanlokasi daya tarik/ lokasi aktivitas, termasuk di dalamnyapeta lokasi (you’re here map)
Dinas pariwisata Rp. 10.000.000,-tiap tahapan kegiatan
1.2. Penanda di jalur utama menuju Desa Wisata, mulai dari jalanpenghubung antar provinsi, sampai jalan masuk ke DesaWisata
Dinas pariwisata Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan JalanRaya
Rp. 50.000.000,-tiap tahapan kegiatan
1.3. Baliho/ penanda di jalan masuk Desa Wisata Dinas pariwisata Rp. 10.000.000,-tiap tahapan kegiatan
2. Perbaikan jalan masuk menuju Desa Wisata
2.1. Pelebaran jalan masuk menuju Desa Wisata:2.1.1. Pembebasan Lahan2.1.2. Pembuatan Drainase kanan-kiri jalan2.1.3. Pembuatan Talud
PU Rp. 1.000.000.000,-tiap tahapan kegiatan
2.2. Pengerasan jalan masuk menuju Desa Wisata:2.2.1. Pengerasan batu kali2.2.2. Pengerasan aspal
PU Rp. 500.000.000,-tiap tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 5
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
2.2.3. Pengecoran bahu jalan
3. Pembuatan fasilitas aksesibilitas
3.1. Pembuatan terminal/transit zone di jalan masuk Desa Wisata Dinas PariwisataPU/Perhubungan
Rp. 500.000.000,-tiap tahapan kegiatan
3.2. Pembuatan souvenir shop/toserba Dinas PariwisataBKPMDisperindakop
Rp. 150.000.000,-tiap tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 6
9.2.3. FASILITAS
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1. 1.1. Peningkatan fasilitas homestay yang sudah ada sebanyak 70unit
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 1.400.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.2. Pengembangan fasilitas homestay yang sedang dikembangkansebanyak 52 unit
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 2.600.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.3. Pengembangan fasilitas Tourism Information Center (TIC) Dinas Pariwisata Rp. 150.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.4. Pengembangan fasilitas kios souvenir pada area parkirwisatawan/meeting point.
Dinas Pariwisata Rp. 300.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 7
9.2.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
3. Menjadikan kelompok masyarakat yang mandiri dan mampumembangun tim kerja yang kuat; melalui berbagai kegiatan antaralain:
1.1. Penyuluhan / Sosialisasi Kelompok Sadar Wisata/pengeloladesa wisata kepada Masyarakat tentang Sapta Pesona secaraberkala dengan tujuan untuk mendorong dan memotivasimasyarakat agar menjadi TUAN RUMAH yang baik dalammendukung kegiatan kepariwisataan di daerahnya.
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.2. Penyuluhan / Sosialisasi Kelompok Sadar Wisata/pengeloladesa wisata kepada Masyarakat tentang peningkatan kualitaslingkungan dan daya tarik wisata setempat
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Dinas terkaitLingkungan Hidup
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.3. Bimbingan teknis peningkatan kualitas (ketrampilan) dankuantitas usaha dan jasa wisata masyarakat lokal dalamrangka pelibatan aktif masyarakat dalam bidangkepariwisataan di desanya
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Dekranasda
Rp. 100.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.4. Bimbingan teknis penguatan kemampuan pengelola desawisata dalam mengelola bidang usaha pariwisata dan usaha
Dinas terkaitpemberdayaan
Rp. 50.000.000,- tiap
Laporan Akhir 9 - 8
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
terkait lainnya. masyarakat bidangpariwisatav
tahapan kegiatan
4. Membangun kerjasama antara kelompok masyarakat dengan pihaklainnya; melalui berbagai kegiatan antara lain:
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
2.1. Pelatihan pembuatan proposal kerjasama dengan bidangusaha pariwisata dan usaha terkait lainnya
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
2.2. Pelatihan peningkatan ketrampilan kelompok usahapariwisata dan usaha terkait lainnya di luar desa wisata yangmendukung kegiatan wisata di desa wisata sebagai dampakmultiganda pariwisata; (contohnya yaitu penyediaan buahdan sayuran, bahan baku cinderamata, grup kesenian, danusaha jasa lainnya)
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Rp. 100.000.000,- tiaptahapan kegiatan
2.3. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengeloladesa wisata tingkat Kabupaten
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
2.4. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengeloladesa wisata tingkat Provinsi
Dinas terkaitpemberdayaan
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 9
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
masyarakat bidangpariwisata
2.5. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengeloladesa wisata tingkat Nasional
Dinas terkaitpemberdayaanmasyarakat bidangpariwisata
Rp. 75.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 10
9.2.5. PEMASARAN DAN PROMOSI
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1. 1.1. Pembuatan Website yang informatif tentang desa wisataPentingsari, sekaligus perawatan dan pengelolaan website
Pengelola DesaWisata
Dinas Kominfo Dinas Pariwisata
Rp. 100.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.2. Pelatihan admin website yang bertugas untuk updateinformasi tentang desa wisata dan merespon dengan segerapertanyaan dan permintaan informasi.
Pengelola DesaWisata
Dinas Kominfo Dinas Pariwisata
Rp. 25.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.3. Intensifikasi pemasaran melalui media sosial (Facebook,twitter, instagram, path) selain website yang up-to-datesebagai alat pemasaran wajib.
Pengelola DesaWisata
Dinas Kominfo
Rp. 25.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.4. Identifikasi ulang daya tarik di masing-masing Desa Wisatadan explorasi daya tarik potensial yang akan dikembangkanagar pasar terhindar dari kejenuhan.
Pengelola DesaWisata
ASITA
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.5. Pembentukan forum desa agar tercipta hubungan usahayang baik dan berkelanjutan serta menghindari perangharga diantara desa wisata yang pada akhirnya akanmerugikan Desa Wisata itu sendiri. Sekaligus penetapanharga yang jelas dan atraktif, baik bagi para wisatawan
Pengelola DesaWisata
ASITA
Rp. 50.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 11
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
maupun bagi para travel agent.
1.6. Pembentukan jejaring aktif dengan menjalin hubunganlembaga pendidikan terkait dengan Pariwisata, untukmenjalin kerjasama secara bekelanjutan, dapat berupakegiatan pengiriman pelajar/mahasiswa dalam rangkapraktek atau penelitian yang bermutu, membuka aksespasar baru, dan menjadi mitra dalam pengembangan DesaWisata.
Pengelola DesaWisata
Institusi Pendidikantinggi (terutamaterkait pariwisata)
Rp. 25.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.7. Pembentukan jejaring aktif menjajaki pasar lembaga dankorporasi, baik lembaga pendidikan maupun lembagalainya, terutama untuk pangsa pasar live-in desa Wisatayang memungkinkan untuk diselenggarakan kegiatansemacam ini.
Pengelola DesaWisata
Institusi Pendidikan(TK – Perguruantinggi)
Dinas Pendidikan
Rp. 25.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.8. Pemantapan daya tarik utama desa wisata Pentingsari. Pengelola DesaWisata
Dinas Pariwisata
Rp. 25.000.000,- tiaptahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 12
9.2.6. KELEMBAGAAN DAN SDM
NO INDIKASI PROGRAMTAHAPAN
INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAANI II III
1. 1.1. Pembentukan forum pengelola desa wisata tingkat kabupatendan provinsi
Dinas Pariwisata Masyarakat
Rp. 100.000.000,- tiaptahapan kegiatan
1.2. Penyelenggaraan forum pengelola desa wisata tingkatkabupaten dan provinsi tiap 6 (enam) bulan
Dinas Pariwisata Forum desa wisata Masyarakat
Rp. 50.000.000,- tiap 6(enam) bulan
1.3. Pelatihan peningkatan kompetensi secara rutin dengan yangmateri yang lebih tinggi
Dinas Pariwisata Forum desa wisata Masyarakat
Rp. 150.000.000,- tiapkegiatan
1.4. Program magang (trainning program) Dinas Pariwisata Forum desa wisata Masyarakat Swasta
Rp. 150.000.000,- tiapkegiatan
1.5. Program pendidikan dengan bekerjasama dengan PTN/PTSyang mempunyai Jurusan Pariwisata untuk peningkatan mutukualitas SDM pada desa wisata terkait (D2/D3/D4/S1/S2)
Dinas Pariwisata Forum desa wisata Masyarakat Swasta
Rp. 10.000.000,- tiapSDM
Laporan Kemajuan 7 - 0
BAB 10KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 10 - 1
10.1. KESIMPULAN
Secara umum pengembangan desa wisata di DIY dapat digambarkansebagai berikut :
A. DAYA TARIK WISATA
Belum mengemuka secara informatif , komunikatif danmenarik serta “menjual”. Masih diperlukan upaya untukmendiskripsikan dan mendistribusikan potensi yangdimiliki agar dapat dikenal secara meluas.
Otensitas, originalitas, dan karakteristik desa belumbegitu nampak. Namun masyarakat desa telah berusahauntuk menampakkannya.
Potensi pedesaan yang dimiliki perlu dipilih dandiklasifikasikan untuk menemukan “icon” yang ingindiandalkan.
Secara umum potensi berada pada posisi sudah siapuntuk dikembangkan.
Diperlukan upaya tekun mengolah diri agar potensitersebut dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapatmemberi manfaat ekonomi, sosial, budaya danlingkungan.
B. AKSESIBILITAS DAN FASILITAS
Secara umum masih diperlukan adanya papan namapetunjuk arah menuju ke lokasi, disamping akses (berbagai kemudahan ).
Keberadaan prasarana penunjang sangatlah pentingkarena dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mentalwisatawan. Untuk itu hal-hal yang yang perlu mendapatperhatian adalah :
- Ketersediaan
- Kualitas fisik dan non fisik
Laporan Akhir 10 - 2
- Setting tata ruang
- Dukungan terhadap kegiatan wisata
- Kontribusi terhadap kebutuhan wisatawan.
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Secara umum nampak semangat warga untukmewujudkan adanya desa wisata, namun masih perludipandu agar totalitas peran masyarakat dapat kompakdan “guyub”
Masih diperlukan upaya untuk mewujudkan pengamalan“sapta pesona pariwisata:, karena selama inipengamalannya belum sepenuhnya menjadi kebutuhan,walau “pokdarwis” telah berusaha ke arah itu.
“Pokdarwis” merupakan suatu lembaga yang harusmendapatkan “dukungan masyarakat” untuk mewujudkanpengelolaan pariwisata yang baik, berkelanjutan denganpengalaman sapta pesona pariwisata. Kelompok inimerupakan “agen” yang memediasi supaya pengelolaanpariwisata berjalan harmonis antara pemerolehan materi(ekonomi), sosial, budaya, dan lingkungan . Sedangkan“Desa Wisata” adalah lembaga pengelola yang juga harusmendapat “dukungan masyarakat” untuk “menjual”produk-produk wisata.
D. PEMASARAN DAN PROMOSI
Pemasaran masih cukup tradisional, belummemanfaatkan media sosial yang mudah diakses olehcalon wisatawan
Keterbatasan pemaketan wisata yang menitik beratkanpada potensi daya tarik di desa wisata tersebut, sehinggabelum siap dalam menerima wisatawan
Laporan Akhir 10 - 3
Kemitraan dengan travel-travel agent yang masihterbatas, sehingga diperlukan jejaring kemitraan yangluas dalam memasarkan desa wisata.
E. KELEMBAGAAN dan SDM
Layak segera dipikirkan dan diwujudkan adanyapengelolaan yang lebih professional dengan SDM yangkompeten di bidang pengelolaan wisata pedesaan.
Lembaga yang ada masih bekerja secara sosial belumprofessional (pada umumnya).
Lembaga yang professional dan SDM yang kompeten akansangat memberi peluang pengelolaan desa wisatabergerak “ maju “ tanpa mengabaikan aspek lingkungandalam arti yang luas. Untuk itu diperlukan program-program pelatihan dan atau bimbingan teknis yangterstruktur dan terarah.
F. PENERAPAN INSTRUMEN STANDARISASI PENGEMBANGANDESA WISATA
Dalam instrumen strandarisasi pengembangan desa wisatapada desa wisata di DIY dapat diterapkan dalam contohsebagai berikut:
Tahapan Embrio/ Potensial : Desa Wisata Bangunrejo
Tahapan Berkembang : Desa Wisata Nglinggo
Tahapan Maju : Desa Wisata Pentingsari
10.2. REKOMENDASI
Peningkatan kualitas desa wisata sangatlah diperlukan dengan caramengoptimalkan potensinya dengan pengelolaan yang baik, benardan tepat. Berikut rekomendasi yang dapat dilakukan dalampengembangan desa wisata di DIY, antara lain:
Laporan Akhir 10 - 4
A. MANAJEMEN DAYA TARIK
Dapat merupakan tindakan pengelolaan yang membutuhkankemampuan untuk :
Penyelenggaraan atraksi
Penyajian keunikan dan keragaman obyek
Pengadaan akses & fasilitas
Kreasi aktifitas
Mengantisipasi aspek aspek teknis yang diperlukan,misalnya ;
- Tata tertib pengunjung
- Pemeliharaan obyek
- Aspek keamanan dan kenyamanan
- SDM
B. MANAJEMEN INFORMASI
Adalah tindakan layanan informasi, Misalnya :
Layanan informasi berkenaan dengan obyek
Layanan informasi berkenaan dengan atraksi
Layanan informasi berkenaan dengan amenitas
Layanan informasi dapat disajikan dalam bentuk :
Media cetak /elektronik
Guide line (peta petunjuk)
Product knowledge yang tersaji
Pusat layanan informasi
C. MANAJEMEN AKSES & FASILITAS
Adalah tindakan layanan berkenaan dengan berbagaikemudahan dan sejumlah fasilitas pendukung yang diperlukan.
Laporan Akhir 10 - 5
Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi kondisifisik dan mental wisatawan. Berbagai hal mengenaimanajemen akses & amenitas ini sangat tergantung pada :
Ketersediaan
Kualitas fisik & Non Fisik
Setting tata ruang
Dukungan terhadap kegiatan wisata
Kontribusi terhadap kebutuhan wisatawan
D. MANAJEMEN LINGKUNGAN
Merupakan tindakan pengelolaan lingkungan demikeberlangsungan pariwisata itu sendiri. Hal demikianberhubungan dengan :
Keselamatan/ keamanan
Kebersihan lingkungan
Kualitas fisik lingkungan
Kualitas sanitasi
E. MANAJEMEN KELEMBAGAAN
Membangun jejaring pokdarwis dan desa wisata
Konsep pengembangan desa wisata yang sejalan seiringdengan “Jogja – Incorporated”
Desa wisata dapat berkerjasama dengan ASITA, PHRI,HPI, lembaga pendidikan, industri kerajinan dll dalambentuk forum kemitraan
F. PENYUSUNAN PAKET WISATA
a. Identifikasi potensi dan jalur terpadu
1) Identifikasi potensi
Laporan Akhir 10 - 6
Sudah maju
Sudah berkembang
Baru mulai berkembang
2) Identifikasi jalur terpadu
Poros dan jeruji
b. Analisis pasar dan preferensi wisatawan
1) Wisnus
2) Wisman
3) Produk tersaji
c. Pemekatan Produk (paket wisata)
1) Paket wisata berbasis alokasi waktu
2) Paket wisata berbasis tema
3) Paket wisata berbasis “event”
4) Paket wisata berbasis bauran
d. Pengelolaan dan pengembangan
1) Pengelola
2) Produk yang ditawarkan
3) Contact person/address
4) Promosi/ pemasaran (channel/outlet pemasaran)
G. PRODUK HUKUM
Perlunya mengagas produk hukum desa wisata, denganpenyelenggaraan loka karya. Hal ini diperlukan untukmenjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalampengembangan desa wisata, khususnya di DIY