42

KATA PENGANTAR - kkp.go.idkkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/BPSPL Makassar...i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan ridhoNya

Embed Size (px)

Citation preview

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan ridhoNya

sehingga Reviuw Rencana Strategis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

(BPSPL) Makassar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Tahun 2015 - 2019

dapat diselesaikan.

Sebagai institusi yang memiliki tugas dan fungsi mengelola sumber daya kelautan,

pesisir dan pulau-pulau kecil dengan wilayah kerja seluruh Pulau Sulawesi, BPSPL

Makassar diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan sumber daya laut pesisir yang

berkelanjutan dan mensejahterahkan masyarakat.

Rencana Strategis ini menjadi acuan BPSPL Makassar selama kurun waktu tahun

2015 – 2019 dan diharapkan pengelolaan Ruang Laut di Pulau Sulawesi bisa

menunjukkan kinerja yang baik dan mencapai sasaran dan terpenuhinya kontribusi

pengelolaan terhadap pencapaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah

ditentukan. Pencapaian sasaran tersebut diupayakan melalui pelaksanaan

program/kegiatan utama pengelolaan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil oleh

BPSPL Makassar sebagaimana yang diuraikan dalam Renstra ini.

Rencana Strategis BPSPL Makassar yang di reviuw umumnya masih mengadopsi

Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. Penyusunan Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut berpedoman pada Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tetang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019. Rencana Stategis Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut menjabarkan lebih detail tentang kebijakan dan

program Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut berdasarkan Rencana Strategis

Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada jajaran pelaksana lingkup Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dddan Laut Makassar yang telah mencurahkan segala

upayanya sehingga rencana strategis ini dapat tersusun secara komprehensif.

Semoga Rencana Strategis ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan

dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya bagi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut dalam mewujudkan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil tertata, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan bagi masyarakat keluatan

dan perikanan.

Maros, Agustus 2016

Kepala Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

Makassar

Ir. R. Andry Indryasworo Sukmoputro, MM

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Kondisi Umum ................................................................................................. 2

C. Capaian Pembangunan Ruang Laut ............................................................... 3

D. Tantangan ke Depan ....................................................................................... 6

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS .......................................... 10

A. Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan .................................................... 10

B. Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan .................................................... 10

C. Visi Misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut ............................... 11

D. Tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut ...................................... 12

E. Fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut..................................... 12

F. Tujuan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut .................................... 13

G. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut .................. 13

BAB III. VISI MISI, TUJUAN, TUGAS DAN FUNGSI, SASARAN STRATEGI

BPSPL MAKASSAR .................................................................................................. 15

A. Visi dan Misi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Makassar .. 15 B. Tujuan BPSPL Makassar ................................................................................ 17

C. Tugas dan Fungsi BPSPL Makassar .............................................................. 18

D. Motto BPSPL Makassar ................................................................................. 18

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGIS, KERANGKA REGULASI DAN

KERANGKA KELEMBAGAAN ................................................................................ 20

A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ........................................................... 20

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan ........ 21

C. Strategi Pengelolaan Ruang Laut ................................................................... 27

D. Kerangka Regulasi ........................................................................................... 31

E. Kerangka Kelembagaan .................................................................................. 32

BAB V. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................... 34

A. Target Kinerja .................................................................................................. 34

B. Kerangka Pendanaan ...................................................................................... 36

BAB VI. PENUTUP .................................................................................................. 37

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakholder) ............................................. 34

2. Perspektif Internal (Internal Process) .............................................................. 34

3. Perspektif Masyarakat (Costumer) ................................................................... 35

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) .............. 35

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-

2019 telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 2 Tahun 2015. RPJMN tahun 2015-2019 merupakan tahap ke III

dari Rencana pembangunan jangka panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007.

Kerangka pencapaian tujuan RPJMN 2015-2019 terlah dirumuskan dalam 9

Agenda Prioritas Pembangunan nasional (Nawa Cita) meliputi :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokrati dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa

Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Selain itu Presiden telah menyatakan bahwa “LAUT ADALAH MASA

DEPAN PERADABAN BANGSA” sehingga laut sebagai sumber kehidupan

manusia.Bab

Dalam menjabarkan PRJMN dan arahan Presiden RI, khususnya dalam

pembangunan di bidang kelautan dan perikanan telah ditetapkan Rencana

Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019 melalui

Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/PERMEN-

2

KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun

2015-2019 tanggal 28 Agustus 2015.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Tahun 2015-

2019 sebagai arahan dalam pengambilan keputusan dalam menyediakan alokasi

sumberdaya di lingkup Direktorat Jenderal PRL dalam pencapaian tujuan

Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019.

Dengan demikian visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadi

basis dalam perwujudan program pengelolaan ruang laut dalam 5 (lima) tahun

kedepan.

B. Kondisi Umum

Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai keunggulan secara

geopolitik dan geografis. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang sangat

strategis yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Samudara Pasifik dan Samudra Hindia. Selain itu, Indonesia sangat kaya akan

potensi sumberdaya kelautan dan perikanan karena dari 7,7 juta km2 luas

wilayahnya, 5,8 juta km² merupakan perairan laut (terdiri dari luas laut teritorial

0,3 juta km2, luas perairan kepulauan 2,95 juta km², dan luas ZEE Indonesia 2,55

juta km2), dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia (+ 99.093 km). Indonesia

juga sangat kaya akan sumberdaya wilayah pesisir karena memiliki 17.504 Pulau

(13.466 pulau diantaranya telah terda ar di PBB).

Keberadaannya yang strategis menjadikan Indonesia salah satu perlintasan

alur pelayaran internasional dan perdagangan lintas samudera dan benua.

Lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) ini diatur melalui Konvensi

Hukum Laut 1982 yakni ALKI I (Laut Cina Selatan-Selat Karimata-Laut DKI-

Selat Sunda), ALKI II (Laut Sulawesi-Selat Makassar-Lautan Flores-Selat

Lombok), dan ALKI III (Samudera Pasifik-Selat Maluku, Laut Seram-Laut

Banda). Keberadaan ga alur tersebut telah membuka peluang pengembangan

ekonomi kawasan Asia Pasifik dan ASEAN hingga lebih maju dan produktif bagi

Indonesia.

Kekayaan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan hayati Indonesia

meliputi potensi perikanan tangkap sekitar 6,5 juta ton/tahun pada tahun 2012,

potensi perikanan budidaya payau seluas 2,96 juta hektar, dan potensi budidaya

laut seluas 12,55 juta hektar. Ditunjang dengan ekosistem terumbu karang seluas

25.000 km2 yang tersebar di 985 k (namun, terumbu karang yang masih dalam

3

kondisi sangat baik hanya sekitar 5,48% dan kondisi baik 25,48%). Sumberdaya

perikanan di Indonesia juga sangat bervariasi, karena sekitar 37 % dari spesies

ikan di dunia berada di Indonesia. Yang terdiri dari sekitar 8.500 spesies ikan,

555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang. Beberapa jenis

diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya tuna, cakalang,

tongkol, udang, cumi-cumi, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kerang,

dan rumput laut.

Untuk potensi sumberdaya kelautan dan perikanan non hayati , Indonesia

juga sangat kaya. Setidaknya 10 sektor jasa-jasa kelautan dapat membangkitkan

ekonomi maritim Indonesia, yakni Energi, Perhubungan Laut, Bioteknologi

Kelautan, Industri Kelautan, Bangunan Kelautan, Pariwisata Bahari, Energi dan

SDM, Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil, dan Hutan Bakau. Diperkirakan potensi

nilai ekonomi 10 sektor kelautan (termasuk perikanan) ini dapat mencapai lebih

dari USD 1,2 triliun per tahunnya.

Dengan potensi hayati dan non hayati yang sedemikian kaya, adalah

tantangan yang teramat besar bagi Direktorat Jenderal PRL untuk mampu

memanfaatkannya secara optimal demi kesejahteraan masyarakat, namun tetap

menjaga kelestariannya secara berkelanjutan.

C. Capaian Pembangunan Ruang Laut Tahun 2010-2014

Dalam upaya mengembangkan rencana strategis ke depan, harus lebih

dahulu dinilai secara terukur pencapaian Direktorat Jenderal PRL selama periode

sebelumnya. Dengan demikian, rencana strategis 2015-2019 yang akan disusun

dapat selaras dengan fondasi yang terbangun selama 2010-2014, program-

programnya dapat berkelanjutan, dan dak mengakibatkan kekosongan program di

daerah walaupun program baru dimunculkan sesuai arahan program

Pemerintahan yang baru, yaitu Nawacita.

Dalam arahan Struktur Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun

2015-2020, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

(Direktorat Jenderal KP3K) mengganti namanya menjadi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut (Direktorat Jenderal PRL) untuk menyelaraskan diri

dengan visi dan misi KKP yang baru. Pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-

pulau kecil oleh Direktorat Jenderal KP3K selama tahun 2010-2014 didasarkan

kepada indikator kinerja utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Ke-6 (enam)

4

indikator kinerja utama yang menjadi target program pengelolaan sumberdaya

laut, pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain:

1. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

perencanaan pengelolaan;

2. Jumlah kawasan pesisir yang terfasillitasi ketahanannya terhadap ancaman

kerusakan;

3. Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya;

4. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan;

5. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola;

6. Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri serta jumlah usaha mikro di

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pengelolaan sumber daya

pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil dan berada dibawah koordinasi serta

bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL),

Kementerian Kelautan dan Perikanan, berlokasi di wilayah Indonesia Timur

tepatnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan

kelautan dan perikanan, khususnya pembangunan wilayah pesisir dan laut di

daerah, maka Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makasar

memandang perlu untuk mereview rangkaian rencana, kebijakan, program dan

kegiatan yang sudah disusun dan bersifat strategis sehingga dapat selaras dengan

fondasi yang terbangun selama 2010-2014.

Potensi sumberdaya pesisir dan laut serta posisi wilayah Sulawesi yang

menjadi wilayah kerja BPSPL Makassar sangat strategis dan memiliki perairan

yang luas dan unik dipandang dari berbagai segi, menjadikan Sulawesi sebagai

kawasan yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor khususnya

kelautan dan perikanan termasuk sangat logis diandalkan jika ekonomi kelautan

dan perikanan termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil didalamnya dijadikan

sebagai tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional. Untuk mendukung hal

tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah

menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan strategi

pendekatan kepada tiga pilar utama pembangunan nasional yaitu pro-poor

(pengentasan kemiskinan), pro-job (penciptaan lapangan pekerjaan), dan pro-

growth (pertumbuhan), yang menekankan pada pendayagunaan sumberdaya

5

kelautan dan perikanan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi

(kemakmuran), pemerataan kesejahteraan (keadilan sosial), dan terpeliharanya

daya dukung ekosistem perairan dan stok sumberdaya hayati yang terdapat

didalamnya secara seimbang.

Kemampuan untuk membangun ekonomi kelautan dan memelihara daya

dukung ekosistem pesisir dan laut dapat dicapai melalui perubahan paradigma

dan upaya yang legitimate dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang

lebih diorientasikan pada aspek keterpaduan (integrated) dan keberlanjutan

(sustainable), dengan tetap mengutamakan dan memperhatikan kerentanan

ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, sifat keterbatasan sumberdaya

kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil diiringi akan peningkatan kebutuhan

komunitas masyarakat.

Selain berorientasi pada aspek keterpaduan dan keberlanjutan, perubahan

paradigma pembangunan nasional dari pembangunan ekonomi berbasis daratan

(land-based economic development) menjadi pembangunan ekonomi berbasis

pesisir dan laut (ocean and coastal-based economic development). Pembangunan

kelautan dijadikan platform pembangunan ekonomi termasuk pengelolaan

sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dijadikan lebih efisien jika alokasi

pengelolaan sumberdaya ini dilakukan dengan cara mengembangkan langkah-

langkah demokratisasi sistem pembangunan, sehingga pemerintah baik pusat dan

daerah memiliki kewenangan dan porsi yang sesuai dalam mengelola sumberdaya

kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.

Oleh karena itu pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil oleh

BPSPL Makassar selama tahun 2010-2014 didasari isu dan permasalahan yang

telah menjadi target program pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-

pulau kecil di wilayah Sulawesi. Indikator kinerja utama dari Unit eselon I

kemudian disesuaikan dengan isu dan permasalah yang ada di wilayah kerja

BPSPL Makassar antara lain:

1. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

perencanaan pengelolaan;

2. Jumlah kawasan pesisir yang terfasillitasi ketahanannya terhadap ancaman

kerusakan;

3. Jumlah Jenis Ikan yang dilindungi dan tidak dilindungi dikelola secara

berkelanjutan;

6

4. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola;

D. Tantangan ke Depan

Perencanaan Strategis pada dasarnya adalah sebuah alat manajemen

yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi

kondisi pada masa depan, dengan demikian Rencana Strategis Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut merupakan sebuah petunjuk yang dapat

digunakan oleh organisasi dalam lingkup Direktorat Jenderal PRL untuk

mengelola kondisi saat ini menuju capaian 5 tahun ke depan.

Pada saat ini, Direktorat Jenderal PRL memiliki berbagai tantangan yang

perlu dijawab melalui program-program kerjanya. Tantangan ini sebagian

merupakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan dari rentang kerja

sebelumnya, namun ada juga yang muncul sebagai akibat dari amanat Undang-

undang No 1 Tahun 2014 yang baru hingga tantangan yang diturunkan melalui

Nawacita Presiden Republik Indonesia. Berbagai tantangan tersebut antara

lain:

1. Tingginya ngkat kemiskinan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil hidup. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia

berjumlah 16,42 juta jiwa, dengan angka indeks kemiskinan 0,28, yang

artinya sedikitnya 14,58 juta atau sekitar 90 persen dari 16,2 juta

nelayan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil hidup di bawah garis

kemiskinan (Tahun 2014).

2. Adanya konflik kepentingan pemanfaatan ruang laut sehingga perlu

mendesain penataan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang

mendukung kinerja pembangunan kelautan dan perikanan, meliputi

perencanaan ruang laut nasional, perencanaan zonasi wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil serta perencanaan zonasi kawasan laut (kawasan

strategi nasional, kawasan strategi nasional tertentu dan kawasan antar

wilayah)

3. Pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang selama ini

belum optimal bahkan belum tergarap perlu diwadahi dalam jasa

kelautan yang meliputi BMKT, wisata bahari, penataan pipa dan kabel

bawah laut serta bangunan laut

7

4. Seringnya terjadi bencana di wilayah pesisir dan laut menunjukkan

kondisi ekosistem di wilayah pesisir dan laut sangat rentan. Upaya

rehabilitasi kerusakan wilayah pesisir, reklamasi dan pengembangan

kawasan pesisir, mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim

merupakan mandat yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

PRL yang diamanatkan oleh UU No. 27, UU No. 1, UU No. 32.

5. Pengendalian dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang laut berupa izin

lokasi dan izin pengelolaan dan izin pemanfaatan pulau-pulau kecil UU

No. 27, UU No. 1, UU No. 32.

6. Pengembangan wawasan dan budaya bahari melalui revitalisasi

masyarakat hukum adat dan kearifan lokal di bidang kelautan. Selama

ini masyarakat hukum adat dan masyarakat lokal belum diberi peran

yang proporsional dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil. Sebagaimana mandat pada UU 27/2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil jo UU 1/2014 tentang Perubahan

atas UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil, masyarakat lokal dan masyarakat hukum adat memiliki

kewenangan dalam pemanfaatan ruang dan sumberdaya perairan pesisir

dan perairan pulau-pulau kecil;

7. Lemahnya Tata kelola laut. Tata kelola kelautan selama ini selama ini

belum mendapat perha an secara bersama sehingga perlu untuk

menyusun pengelolaan wilayah laut melalui Rencana Tata Ruang Laut

Nasional, perencanaan zonasi di Kawasan Strategis Nasional/Kawasan

Strategis Nasional Tertentu (KSN/KSNT), penyusunan rencana zonasi

dan masterplan pulau-pulau kecil terluar serta validasi dalam rangka

pembakuan nama pulau-pulau kecil, penyelesaian tata batas dengan

negara tetangga melalui percepatan pembahasan dan penguatan

diplomasi;

8. Pemanfaatan ekonomi sumberdaya kelautan yang belum optimal

sehingga hal ini menjadi terlupakan bagi sebagian besar orang meskipun

potensinya yang sangat besar. Sebagai salah satu sektor unggulan baru di

Indonesia, ekonomi kelautan akan menjadi tumpuan harapan

pembangunan ekonomi Indonesia ke depannya mengingat potensi

produksi yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas atau produk

8

kelautan yang terus meningkat melalui sektor perekonomi kelautan

(produksi garam, biofarmakologi laut, bioteknologi laut, pemanfaatan air

laut selain energi, pemasangan pipa dan kabel bawah laut, dan/atau dan

pengangkatan kapal tenggelam) dan jasa kelautan (wisata bahari);

9. Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang belum efektif. Efektifitas

pengelolaan suatu kawasan konservasi perairan menjadi sedemikian

penting mengingat selain dapat memberikan manfaat bagi kelestarian

kawasan perairan, juga bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat

sekitar. Sesuai dengan komitmen Pemerintah RI bahwa sampai tahun

2020 menargetkan 20 juta hektar untuk kawasan konservasi laut.

Berdasarkan Conven on on Biological Diversity (CBD) merekomendasikan

luas kawasan konservasi laut sebesar 10 % dari luas wilayah laut yang

dimiliki oleh suatu negara. Kawasan konservasi mempunyai peranan

penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya ikan di WPP NRI

sehingga penetapan kawasan NRI serta menunjang program pariwisata

bahari nasional. Penetapan kawasan konservasi di pulau-pulau terluar

juga mempunyai peran penting dalam memperkuat kedaulatan NRI.

10. Rendahnya tingkat aksesibilitas dan ketersediaan sarana prasarana

dasar di pulau-pulau kecil terutama pulau-pulau kecil terluar. Hal ini

mengakibatkan optimalisasi pendayagunaan pengelolaan pulau-pulau

kecil terluar belum berjalan dengan baik, sehingga perlu peningkatan

baik dari aspek kesejahteraan, keamanan dan kedaulatan serta

keberlanjutan ekosistem, untuk peningkatan ekonomi masyarakat di

pulau-pulau kecil menuju kemandirian dengan tetap mempertimbangkan

aspek pelestarian ekosistem.

11. Konservasi jenis ikan yang dilindungi dan terancam punah dalam rangka

mempertahankan keberlanjutan keanekaragaman hayati. Upaya

pelestarian dan pemulihan populasi masih mengalami hambatan, hal ini

disebabkan karena masih terbatasnya informasi ilmiah dan teknologi

pembenihan ikan terancam punah masih belum banyak dikuasai.

Otoritas Pengelolaan konservasi sumber daya ikan termasuk pelaksanaan

CITES saat ini dalam proses pengalihan dari Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan.

9

12. Lemahnya Tata kelola laut. Tata kelola kelautan selama ini selama ini

belum mendapat perhatian secara bersama sehingga perlu untuk

menyusun pengelolaan wilayah laut melalui Rencana Tata Ruang Laut

Nasional, perencanaan zonasi di Kawasan Strategis Nasional/Kawasan

Strategis Nasional Tertentu (KSN/KSNT), penyusunan rencana zonasi

dan masterplan pulau-pulau kecil terluar serta validasi dalam rangka

pembakuan nama pulau-pulau kecil, penyelesaian tata batas dengan

negara tetangga melalui percepatan pembahasan dan penguatan

diplomasi;

13. Rendahnya tingkat keberhasilan usaha ekonomi masyarakat pesisir dan

pulau-pulau kecil yang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: pertama,

keterbatasan akses masyarakat dalam pendanaan, informasi dan pasar.

kedua, relatif masih rendahnya kapasitas SDM dan kelembagaan usaha

masyarakat. ketiga, masih rendahnya produk fitas usaha masyarakat.

Tantangan lain yang dihadapi BPSPL Makassar dalam melaksanakan

Tugas dan Fungsinya selain akibat dari amanat Undang-Undang No. 1 Tahun

2014 yang sudah disebutkan di atas adalah :

1. Pemberlakukan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No. 23 Tahun 2014 telah menyebabkan beberapa ketidakpastian

hukum dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya di bidang

kelautan dan perikanan, sehubungan dengan bagaimana pembagian

kewenangan fungsi dalam hukum antara pemerintah pusat, propinsi dan

kabupaten/kota. Salah satu fitur yang berani dari undang-undang baru itu

adalah mengambil alih kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam

mengelola urusan kelautan dan perikanan yang kemudian wewenang itu

ditransfer ke pemerintah pusat dan propinsi.

2. Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil dimana kondisi letak yang

menyebar dan terpencil (remote), terbatasnya sarana, prasarana dan

sumberdaya manusia. Di samping itu di dalam pemanfaatannya perlu

memperhatikan daya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan

terhadap perubahan lingkungan.

10

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

Kementerian Kelautan dan Perikanan bertanggung jawab untuk membantu

Presiden dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai bagian dari Kabinet Kerja berkontribusi

dan berkomitmen untuk mewujudkan salah satu misi pembangunan nasional yaitu

Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Maritim yang Mandiri, Maju, Kuat dan

Berbasis Kepentingan Nasional.

A. Visi Kementerian Kelautan Dan Perikanan

Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ditetapkan selaras dengan

visi pembangunan nasional serta bertujuan untuk mendukung terwujudnya

Indonesia sebagai poros maritim dunia, yaitu:

“Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang

mandiri, maju, kuat dan berbasis kepen ngan nasional"

Mandiri dimaksudkan ke depan Indonesia dapat mengandalkan kemampuan

dan kekuatan sendiri dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan,

sehingga sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. Maju dimaksudkan dapat

mengelola sumber daya kelautan dan perikanan dengan kekuatan SDM kompeten

dan iptek yang inovatif dan bernilai tambah, untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat yang tinggi dan merata. Kuat diartikan memiliki kemampuan dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari pengelolaan potensi sumberdaya

kelautan dan perikanan dan menumbuhkan wawasan dan budaya bahari. Berbasis

kepentingan nasional dimaksudkan adalah mengoptimalkan pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan

masyarakat.

B. Misi Kementerian Kelautan Dan Perikanan

Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh

peraturan perundang undangan kepada KKP dan penjabaran dari misi

pembangunan nasional, maka terdapat 3 pilar yang menjadi misi KKP yakni:

1) Kedaulatan (Sovereignty), yakni mewujudkan pembangunan kelautan dan

perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan

11

mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2) Keberlanjutan (Sustainability), yakni mewujudkan pengelolaan sumberdaya

kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

3) Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan masyarakat kelautan dan

perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian dalam

kebudayaan.

Kedaulatan diartikan sebagai kemandirian dalam mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan memperkuat

kemampuan nasional untuk melakukan penegakan hukum di laut demi

mewujudkan kedaulatan secara ekonomi. Keberlanjutan dimaksudkan untuk

mengelola dan melindungi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan prinsip

ramah lingkungan sehingga tetap dapat menjaga kelestarian sumberdaya.

Kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan

adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam kaitan ini, KKP

senantiasa memberikan perhatian penuh terhadap seluruh stakeholders kelautan

dan perikanan, yakni nelayan, pembudidaya ikan, pengolah/pemasar hasil

perikanan, petambak garam, dan masyarakat kelautan dan perikanan lainnya.

Ketiga hal di atas dilakukan secara bertanggungjawab berlandaskan gotong

royong, sehingga saling memperkuat, memberi manfaat dan menghasilkan nilai

tambah ekonomi, sosial dan budaya bagi kepen ngan bersama.

C. Visi Misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Visi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut sebagai salah satu unit

Eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara hirarki

mengacu kepada visi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selaras dengan

visi pembangunan nasional yaitu:

“Pengelolaan Ruang Laut Yang Berdaulat Dan Mensejahterakan

Secara Berkelanjutan"

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan

dalam untuk mewujudkan visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas, fungsi dan

wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang undangan kepada

PRL. Misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut adalah:

12

1) Mewujudkan perencanaan ruang laut pesisir, dan pulau-pulau kecil yang

terpadu;

2) Mendayagunakan, melindungi dan melestarikan sumberdaya laut, pesisir,

dan pulau-pulau kecil serta pengelolaan keanekaragaman hayati ;

3) Meningkatkan tata kelola dan pengendalian ruang laut, pesisir, dan pulau-

pulau kecil;

4) Mengendalikan pemanfaatan ruang laut secara berdaulat untuk

kesejahteraan masyarakat.

D. Tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan

ruang laut, pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan

pesisir dan pulau-pulau kecil.

E. Fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

1) Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional,

zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir

dan pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional,

zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir

dan pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyusunan

rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir

dan pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyusunan rencana

zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan

kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir

13

terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulaupulau kecil

serta jasa kelautan;

5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut

nasional, zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir

dan pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang laut;

7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

F. Tujuan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah ditetapkan dalam

rangka mencapai sasaran program pengelolaan ruang laut. Tujuan pengelolaan

ruang laut adalah:

1) Meningkatkan tata kelola ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;

2) Meningkatkan dayaguna wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

3) Menata dan memanfaatkan jasa-jasa kelautan;

4) Meningkatkan pengelolaan sumberdaya hayati , non hayati dan buatan;

5) Melestarikan kawasan konservasi dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragaman hayati laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

G. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Sasaran strategis pengelolaan ruang laut 2015-2019 sebagai penjabaran Visi

Misi pembangunan nasional dan KKP ditetapkan melalui tahapan-tahapan

berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan arah kebijakan yang ditetapkan dan

dibagi dalam empat perspektif (Gambar 8).

Sasaran strategis PRL Tahun 2015 - 2019 dijabarkan sebagi berikut:

1) Stakeholders Prespective

Menjabarkan misi “Kesejahteraan”, Sasaran Strategis (SS-1) adalah

"Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil”,

dengan Indikator Kinerja:

Nilai Tukar Petambak Garam

14

a. Jumlah Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang menerima

bantuan

b. Rata-rata pendapatan petambak garam/bulan/musim

c. Jumlah masyarakat adat, tradisional dan lokal yang direvitalisasi

d. Jumlah LKM pesisir yang terfasilitasi permodalannya di kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil

e. Jumlah kelembagaan usaha yang terpantau dan terevaluasi/yang

mendapatkan bantuan fasilitasi

f. Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil

g. Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan

h. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan

2) Customer Perspective

Menjabarkan misi “Kedaulatan”, Sasaran Strategis (SS-2) adalah

“Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP”, dengan Indikator

Kinerja :

Jumlah pulau-pulau kecil yang mandiri.

Menjabarkan misi “Keberlanjutan”, Sasaran Strategis (SS-3) adalah

“Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab

dan berkelanjutan”, dengan Indikator Kinerja:

a. Jumlah Kawasan Konservasi perairan, pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

yang meningkat efektivitas pengelolaannya

b. Luas kawasan konservasi

c. Jumlah kawasan pesisir rusak yang pulih kembali

d. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) yang difasilitasi

pengembangan ekonominya

e. Nilai investasi di pulau-pulau kecil

f. Perairan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki

dokumen Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN)

g. Jumlah jasa kelautan yang dikelola untuk pengembangan ekonomi

15

Sasaran Strategis (SS-4) adalah “Meningkatnya manfaat sosial ekonomi

di kawasan pesisir” dengan Indikator Kinerja :

Jumlah kawasan Pesisir yang direvitalisasi/restorasi untuk pusat

pengembangan ekonomi

3) Internal Process Perspetive

Sasaran strategis pada perspektif ini adalah merupakan proses yang

harus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, yakni:

Sasaran Strategis (SS-5) yang akan dicapai adalah “Tersedianya

Kebijakan Pembangunan KP yang Efektif”, dengan Indikator Kinerja:

Indeks efektivitas kebijakan pemerintah

Sasaran Strategis (SS-6) adalah “Terselenggaranya Tata Kelola

Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang Adil, Berdaya

Saing dan Berkelanjutan”, dengan Indikator Kinerja:

a. Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki

rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan

ditetapkan menjadi peraturan perundangan

b. Jumlah penambahan luas kawasan konservasi

c. Jumlah Pulau-Pulau Kecil yang terfasilitasi investasi dan

pengembangan ekonominya

d. Jumlah pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya

e. Jumlah kawasan pesisir yang meningkat ketangguhannya.

16

BAB III. VISI MISI, TUJUAN, TUGAS DAN FUNGSI, SASARAN

STRATEGI BPSPL MAKASSAR

Tantangan dan tuntutan didalam pembangunan pesisir, laut dan pulau-

pulau kecil adalah “Harmonisasi antara kebutuhan ekonomi dengan kelestarian

lingkungan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil”, Kekayaan sumber daya kelautan

dan perikanan tidak saja dimanfaatkan untuk masyarakat saat ini, tetapi juga

untuk generasi masa depan, sehingga pemanfaatan sumberdaya alam atau

ekosistem dilakukan secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan

sumberdaya dan lingkungan, yang pada akhirnya diharapkan terwujudnya

keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian.

A. Visi dan Misi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Makassar

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Makassar yang

memiliki tugas pokok dan fungsi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan Laut

di wilayah Sulawesi menterjemahkannya ke dalam sebuah fokus dan arah

yang jelas serta yang akan dicapai di Tahun 2019. Fokus tersebut dituangkan

ke dalam suatu bentuk visi dan misi yang jelas dan telah disepakati di Tahun

2015 adalah “Sumberdaya pesisir, laut dan Pulau-Pulau Kecil di Sulawesi

yang berdaya dukung tinggi dan berkelanjutan”, kemudian direviuw dan

disesuaikan menjadi :

“Terdepan dalam mewujudkan pengelolaan ruang laut wilayah

Sulawesi yang bertanggung jawab untuk kepentingan nasional"

Visi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar

mendukung visi Kementerian Kelautan dan Perikanan ditetapkan selaras

dengan visi pembangunan nasional serta bertujuan untuk mendukung

terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Misi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar

mendukung Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mengacu pada

tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan

perundang undangan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan dan

penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka terdapat 3 (tiga) pilar

yang menjadi misi Kementerian Kelautan dan Perikanan :

17

1) Kedaulatan (Sovereignty),

a. Meningkatkan pemahaman dan peran pemerintah daerah terhadap

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

b. Meningkatkan keterpaduan dan harmonisasi antar pemangku

kepentingan sosial ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

c. Mewujudkan kesesuaian pembangunan wilayah pesisir dengan

wilayah sekitarnya.

2) Keberlanjutan (Sustainability),

a. Menjamin terlaksananya proses perencanaan, pemanfaatan,

pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau

kecil secara terpadu, berkelanjutan, dan berkeadilan

b. Menjamin pelestarian dan keberlangsungan sumberdaya hayati laut,

pesisir dan pulau-pulau kecil, serta keseimbangan ekosistemnya.

3) Kesejahteraan (Prosperity),

a. Melakukan pendampingan bantuan teknis yang inovatif dan bernilai

ekonomis

b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia aparatur.

B. Tujuan BPSPL Makassar

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar dalam mencapai sasaran program

pengelolaan ruang laut adalah :

1) Meningkatkan tata kelola ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;

2) Meningkatkan dayaguna wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

3) Menata dan memanfaatkan jasa-jasa kelautan;

4) Meningkatkan pengelolaan sumberdaya hayati, non hayati dan

buatan;

5) Melestarikan kawasan konservasi dan meningkatkan kualitas nilai

dan keanekaragaman hayati laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

18

C. Tugas dan Fungsi BPSPL Makassar

BPSPL Makassar dibentuk melalui Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan RI Nomor Per.22/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut.

BPSPL Makassar memiliki tugas melaksanakan pengelolaan meliputi

antara lain perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya pesisir,

laut, dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan berdasarkan peraturan

perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas BPSPL

makassar menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan rencana, program, dan evaluasi di bidang perlindungan,

pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-

pulau kecil, serta ekosistemnya;

2) Pelaksanaan perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya

pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil, serta ekosistemnya;

3) Pelaksanaan mitigasi bencana, rehabilitasi, dan penanganan

pencemaran sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil, serta

ekosistemnya;

4) Pelaksanaan konservasi habitat, jenis, dan genetika ikan;

5) Pelaksanaan pengawasan lalu lintas perdagangan jenis ikan yang

dilindungi;

6) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil;

7) Fasilitasi penataan ruang pesisir dan laut;

8) Pelaksanaan bimbingan pengelolaan wilayah pesisir terpadu serta

pendayagunaan pulau-pulau kecil;

9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

D. Motto BPSPL Makassar

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makasar

memiliki motto yang mencerminkan semangat BPSPL Makassar dalam

melaksanakan Tupoksinya yaitu :

Mantap Ki’ (Melayani, Amanah, Nyaman, Transparan, Akuntabel, Profesional,

Kreatif, Inovatif )

19

Kata Mantap Ki’ digunakan sebagai semboyan, pedoman atau prinsip

yang menjadi ciri khas BPSPL Makassar sebagai suatu organisasi

pemerintahan dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Mantap dan Ki’ adalah dua kata yang digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan tupoksi sehari-hari. Kata Mantap berarti hebat, kuat dan

stabil, sedangkan kata akhiran Ki’ yang dalam bahasa Bugis dan Makassar

bisa berarti nyata, penegasan atau ajakan ke orang (kita,kamu) namun lebih

kepada keinginan mengajak seluruh komponen BPSPL Makassar dan mitra

untuk berkolaborasi menjadi lebih maju dan semakin baik.

Singkatan Motto Mantap Ki’ kemudian dijabarkan lagi lebih rinci yang

memiliki makna yaitu :

1) Melayani seluruh stakeholder secara Prima (excellent service);

2) Amanah terhadap tanggung jawab yang diemban;

3) Nyaman dalam bekerja dan melayani;

4) Transparan atas segala kegiatan pelayanan dan informasi;

5) Akuntabel dalam pertanggungjawaban sesuai aturan yang berlaku;

6) Profesional dan berintegritas dalam melaksanakan setiap pekerjaan

sesuai standar kompetensi;

7) Kreatif dalam bekerja dan memberikan solusi;

8) Inovatif dalam berkarya dan mengembangkan gagasan baru yang

bermanfaat.

20

BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGIS,

KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasioanl

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah

menetapkan 7 (tujuh) arah kebijakan umum yakni (1) Meningkatkan

Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan, (2) Meningkatkan

Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan, (3)

Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan,

(4) Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan

perubahan iklim, (5) Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh, (6)

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang

Berkeadilan, dan (7) Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah.

Kerangka pencapaian tujuan RPJMN 2015-2019 dirumuskan lebih lanjut

dalam 9 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita) yang berkaitan

dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

3. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

4. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

5. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

Strategi pembangunan nasional yang terkait dengan tugas KKP adalah:

1. Agenda/Nawa Cita ke-1 :

Sub Agenda : Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim

a. Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan

perikanan secara terpadu

b. Menyempurnakan sistem penataan ruang nasional dengan memasukkan

wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang

nasional/regional

21

c. Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Aksi Pembangunan

Kelautan dan Maritim untuk penguasaan dan pengelolaan sumberdaya

kelautan dan maritim untuk kesejahteraan rakyat

d. Meningkatkan sarana prasarana, cakupan pengawasan, dan peningkatan

kelembagaan pengawasan sumber daya kelautan

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan

sumber daya kelautan.

2. Agenda/Nawa Cita ke-6 :

Sub Agenda : Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Melalui

Peningkatan Hasil Perikanan

Pengelolaan perikanan berkelanjutan.

3. Agenda/Nawa Cita ke-7 :

Sub Agenda : Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan

a. Pemanfaatan sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.

b. Penyediaan data dan informasi sumberdaya kelautan yang terintegrasi

(one map policy) dalam rangka mendukung pengelolaan sumberdaya

pesisir dan laut.

c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya

hayati laut.

d. Pengembangan SDM dan IPTEK kelautan yang berkualitas dan

meningkatnya wawasan dan budaya bahari.

e. Peningkatan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir.

B. Arah Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2015-2019

ditetapkan dengan memperhatikan 3 dimensi pembangunan nasional, yakni SDM,

sektor unggulan, dan kewilayahan. Sektor kelautan dan perikanan telah

dijadikan sektor unggulan nasional, yang penjabarannya dilaksanakan KKP

dengan pendekatan fungsi/bisnis proses mulai dari hulu sampai hilir, peran KKP

yang dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan, serta tugas KKP

dalam pelaksanaan Agenda Pembangunan Nasional/Nawacita.

22

Arah kebijakan KKP disusun menjabarkan 3 pilar dalam misi pembangunan

kelautan dan perikanan yang berkaitan dengan Pengelolaan Ruang Laut sebagai

berikut :

1. Kebijakan Pokok

a. Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan

perikanan yang bertanggung jawab, berdaya saing, dan berkelanjutan,

dilaksanakan dengan strategi dan langkah operasional sebagai berikut :

1) Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang Laut dan Pesisir

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Perencanaan

ruang laut nasional dan kawasan strategis, (b) Pengaturan

pemanfaatan ruang laut dan pesisir, (c) Pengaturan jasa kelautan

(wisata bahari, BMKT, dll)

2) Mengelola Pemanfaatan Perairan Umum Daratan (PUD)

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Penataan ruang

di PUD, (b) Penebaran benih ikan endemik di PUD

3) Meningkatkan Sistem Logistik Hasil Perikanan

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah Penyediaan sarana

prasarana angkutan garam.

4) Meningkatkan Mutu, Diversifikasi Dan Akses Pasar Produk Kelautan

Dan Perikanan

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah peningkatan

produksi dan kuallitas garam rakyat menjadi garam industri.

5) Merehabilitasi Ekosistem dan Perlindungan Lingkungan Laut

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Rehabilitasi

wilayah pesisir (pembangunan green belt) dan lingkungan laut, (b)

Pengaturan kawasan konservasi perairan, (c) Perlindungan,

pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati

6) Membangun Kemandirian Pulau-Pulau Kecil

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Pembangunan

KP terintegrasi di pulau-pulau kecil terluar, (b) Promosi dan investasi

pemanfaatan pulau-pulau kecil.

23

b. Meningkatkan pemberdayaan, daya saing, dan kemandirian dalam

menjaga keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, dilaksanakan

dengan strategi dan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memberi Perlindungan kepada Nelayan, Pembudidaya Ikan dan

Petambak Garam, Langkah operasional yang akan dilakukan adalah

(a) Asuransi nelayan, (b) Fasilitasi bantuan paceklik/bencana alam,

(c) Penguatan sosial budaya masyarakat adat.

2) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan,

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Penyiapan

kelompok masyarakat terhadap akses permodalan usaha, (b)

Perluasan akses masyarakat terhadap iptek dan informasi, (c)

Penguatan kelembagaan dan permodalan perempuan dalam usaha

kelautan dan perikanan.

3) Meningkatkan Usaha dan Investasi Kelautan dan Perikanan,

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah (a) Pembinaan

usaha masyarakat, (b) Peningkatan investasi bidang KP.

4) Meningkatkan Kompetensi Masyarakat KP Melalui Pendidikan,

Pelatihan dan Penyuluhan, Langkah operasional yang akan

dilakukan adalah (a) Peningkatan kompetensi peserta pelatihan

(aparatur dan non aparatur), (b) Pengembangan sistem penyuluhan

(standarisasi, sertifikasi, kelembagaan, dan ketenagaan).

2. Kebijakan Lintas Bidang

Pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2015-2019 juga terkait

dengan Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang, yakni (a)

Pengarusutamaan Gender (PUG); (b) Pembangunan Kewilayahan; (c)

Adaptasi Perubahan Iklim (API); dan (d) Tata kelola Pemerintahan yang

Baik.

a. Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan Gender di bidang Kelautan dan Perikanan akan

dilaksanakan dengan strategi meningkatkan peran, akses, kontrol dan

manfaat gender dalam pembangunan KP. Langkah-langkah operasional

yang dilakukan antara lain melalui (a) Penerapan Perencanaan dan

24

Penganggaran Responsif Gender (PPRG), (b) Penguatan kelembagaan

PUG di KKP, (c) Penyiapan roadmap PUG, (d) penyusunan data

terpilah, (e) Pengembangan statistik gender, (f) Pengembangan model

pelaksanaan PUG terintegrasi antar unit eseleon I di KKP dan antar

pusat-daerah.

b. Pembangunan Kewilayahan

Pembangunan kewilayahan akan dilaksanakan dengan strategi

mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah.

Langkah-langkah operasional yang dilakukan antara lain melalui (a)

Mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI,

yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua,

dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali

dan Sumatera, (b) Penyiapan Rencana tata ruang wilayah dengan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), (c) Sinergi kegiatan di

kawasan/sentra perikanan terpadu/Minapolitan/ sentra bisnis perikanan

rakyat berbasis pulau-pulau kecil, (d) Peningkatan investasi

pemerintah, BUMN/BUMD, dan swasta pada kawasan/sentra perikanan

terpadu/Minapolitan/sentra bisnis perikanan rakyat berbasis pulau-

pulau kecil, (e) Deregulasi (debo lenecking) terhadap beberapa peraturan

yang menghambat pelaksanaan investasi, (f) Sinergi pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota, (g) Sinergi kegiatan lintas sektor.

c. Adaptasi Perubahan Iklim

Adaptasi perubahan iklim akan dilaksanakan dengan strategi :

1) Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, Langkah-langkah

operasional yang dilakukan antara lain melalui : (a) Rehabilitasi

kawasan pesisir, (b) Pelaksanaan kegiatan budidaya, penangkapan

dan pengolahan-pemasaran yang ramah lingkungan, (c) Pengelolaan

kesehatan ikan, (d) Peningkatan kapasitas laboratorium Hama dan

Penyakit Ikan (HPI), (d) Pengembangan komoditas ikan spesifik lokal

unggulan dan spesies ikan tahan terhadap perubahan lingkungan.

2) Peningkatan Ketahanan Masyarakat KP terhadap Perubahan Iklim,

Langkah-langkah operasional yang dilakukan antara lain: (a) Sistem

informasi Nelayan Pintar, (b) Pengembangan sistem rantai dingin

25

dari kapal (penangkapan dan penanganan hasil tangkap ikan) hingga

TPI dan unit pengolahan, (c) Pengembangan kurikulum dan modul

pendidikan dan pelatihan sistem adaptasi dan mitigasi bencana serta

penanggulangan pencemaran laut, (d) Pengembangan sarana dan

prasarana mitigasi bencana dan perubahan iklim di kawasan pesisir

d. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Untuk melaksanakan arah kebijakan diatas, strategi dan langkah yang

akan ditempuh adalah:

1) Membangun budaya kerja yang profesional, langkah yang akan

ditempuh adalah: (a) Peningkatan kualitas dan disiplin aparatur; (b)

Pengembangan manajemen pengetahuan; (c) Penyediaan data

statistik dan informasi yang handal; (d) Pembangunan sistem

perencanaan yang berorientasi pada hasil dan monitoring evaluasi

pengelolaan kinerja yang terstruktur; (e) Penyiapan peraturan

perundangan yang harmonis; (f) Pengelolaan anggaran yang efisien

dan akuntabel; (g) Pelayanan terpadu satu pintu yang berorientasi

pada pelayanan prima; (h) Peningkatan PNBP fungsional; (i)

Kerjasama Internasional dan antar lembaga

2) Meningkatkan kualitas pengawasan internal, langkah yang akan

ditempuh meliputi : (a) Penerapan Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP); (b) Penerapan sistem pengawasan internal yang

profesional dan sinergis; (c) Peningkatan efektivitas implementasi

pencegahan dan kebijakan anti korupsi menuju Wilayah Bebas dari

Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)

3. Program Pembangunan

Arah kebijakan, strategi dan langkah operasional tersebut di atas, akan

dilaksanakan melalui 10 program pembangunan kelautan dan perikanan,

yakni :

1) Program Pengelolaan Ruang Laut

2) Program Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

3) Program Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Budidaya

26

4) Program Penguatan Daya Saing dan Sistem Logistik Hasil Kelautan dan

Perikanan

5) Program Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan

6) Program Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

7) Program Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan

Masyarakat Kelautan dan Perikanan

8) Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan

9) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP

10) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya KKP

4. Quick Wins dan Program Lanjutan Lainnya

Pelaksanaan agenda pembangunan nasional dalam Nawacita dituangkan

dalam Quick Wins dan Program Lanjutan Lainnya, yang ditugaskan kepada

setiap K/L. Quick wins merupakan langkah inisiatif yang mudah dan cepat

dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan

yang sedang dijalankan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan

partisipasi masyarakat.

Quick wins yang akan dilakukan antara lain adalah:

a) Membangun Gerakan Nelayan Hebat

b) Membangun Gerakan Kemandirian Pembudidaya Ikan

c) Gerakan Cinta Laut dan Rehabilitasi Kawasan PANTURA Jawa

d) Gerakan Ekonomi Kuliner Rakyat Kreatif dari Hasil Laut

e) Pembangunan Techno Park berbasis Perikanan Rakyat

f) Mendukung operasi keamanan laut di perairan perbatasan

g) Realokasi subsidi solar menjadi LPG ke nelayan, berkoordinasi

dengan Kementerian ESDM

Disamping quickwins, terdapat program lanjutan lainnya yang menjadi

tugas KKP antara lain:

27

C. Strategi Pengelolaan Ruang Laut

Untuk pelaksanaan arah kebijakan tersebut di atas, Strategi diadopsi

langsung dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut yang merupakan Unit

Kerja Eselon I Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Makassar,

beberapa strategi yang akan ditempuh adalah:

1. Penataan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil

Dalam rangka pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil yang berkelanjutan diperlukan penataan ruang yang komprehensif dan

terpadu. Komprehensif memperhatikan aspek fisik, lingkungan, sosial,

ekonomi dan budaya. Keterpaduan tersebut meliputi antar sektor, antar

wilayah dan antar disiplin ilmu. Dengan adanya penataan ruang yang baik

akan memberikan kepastian hukum dan peluang investasi di wilayah laut,

pesisir dan pulau-pulau kecil.

Sehubungan dengan hal tersebut akan dilakukan upaya-upaya

perencanaan yang meliputi penyusunan rencana tata ruang laut nasional,

rencana zonasi kawasan laut, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan

perencanaan lainnya.

2. Rehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil

Pesisir dan pulau-pulau kecil mengalami peningkatan kerusakan setiap

tahun baik akibat alam maupun aktivitas manusia. Hal tersebut merupakan

konsekuensi dari padatnya aktivitas manusia yang menyebabkan penurunan

daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan berdampak terhadap

kehidupan masyarakat. Kondisi itu diperparah oleh rendahnya kesadaran

masyarakat terhadap lingkungannya dan ancaman alam berupa bencana dan

perubahan iklim, seperti di sepanjang pesisir Utara Jawa. Untuk

mengatasinya, akan dilakukan upaya rehabilitasi lingkungan pesisir,

pengendalian pencemaran, mitigasi bencana dan adaptasi dampak perubahan

iklim.

3. Perlindungan keanekaragaman hayati

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia.

Namun demikian tekanan pemanfaatan dan kerusakan ekosistem telah

menyebabkan beberapa spesies diantaranya rentan mengalami ancaman

kepunahan. Ciri-ciri spesies yang rentan mengalami ancaman kepunahan

28

diantaranya : langka, endemik, fekunditas rendah dan populasi yang

mengalami penurunan secara drastis. Upaya konservasi terhadap

keanekaragaman hayati dilakukan pada tiga level yaitu konservasi ekosistem,

jenis dan genetik. Sampai dengan saat ini upaya konservasi yang dilakukan

masih terbatas pada konservasi ekosistem dan konservasi jenis.

Dalam rangka konservasi keanekaragaman hayati pada level jenis, saat

ini sedang dipersiapkan dokumen rencana strategi dan rencana aksi lima

tahunan. Strategi dan rencana aksi tersebut mengacu pada tiga upaya pokok

konservasi jenis yaitu upaya perlindungan, upaya pelestarian dan upaya

pemanfaatan berkelanjutan serta kegiatan lainnya yang terkait. Bentuk

upaya pemanfaatan yang dilakukan tetap mengacu pada regulasi tentang

status perlindungan spesies dimaksud. Upaya-upaya pokok yang terkait

dengan hal tersebut diantaranya adalah penetapan penetapan status

perlindungan, rehabilitasi, habitat, pemulihan polulasi, pembinaan dan

koordinasi pengawasan, penegakan hukum, pengembangan model

pemanfaatan serta pengembangan kerjasama dan kemitraan konservasi

keanekaragaman hayati.

4. Efek fitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

Pengelolaan kawasan konservasi dilakukan untuk menjaga

keseimbangan antara perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan

sumberdaya hayati perairan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk mendukung

perikanan berkelanjutan dan pengembangan wisata bahari. Hal tersebut

dicapai melalui upaya penambahan luas kawasan hingga mencapai 20 juta

Hektar pada tahun 2019 dan peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan

konservasi melalui penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi, penataan

batas, penguatan pengelolaan kawasan dan kelembagaan, mendorong

kerjasama dan kemitraan serta membangun mekanisme pendanaan

berkelanjutan.

5. Ketangguhan terhadap bencana dan dampak perubahan iklim

Kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang paling

rentan terhadap bencana dan dampak perubahan iklim. Dalam rangka

meningkatkan ketangguhan terhadap bencana dan dampak perubahan iklim

29

dilakukan pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim melalui

peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat kelautan dan perikanan,

pengelolaan dan pendayagunaan lingkungan dan ekosistem, penerapan

tindakan struktur dan non struktur, serta pengintegrasian upaya mitigasi

bencana dan adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan dan

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

6. Perekonomian Masyarakat di Pulau-Pulau Kecil

Pendayagunaan pulau-pulau kecil dalam upaya mengembangkan

ekonomi di pulau-pulau kecil diprioritaskan pada pulau-pulau kecil di

perbatasan dan pulau-pulau kecil yang memiliki potensi ekonomi untuk

dikembangkan secara mandiri dan berkelanjutan sesuai dengan kondisi dan

karakteristiknya. Indonesia memiliki 92 pulau-pulau kecil terluar (PPKT)

yang berbatasan langsung dengan 11 negara, dimana 31 pulau berpenduduk

dengan kondisi aksesibilitas yang sulit, sarana prasarana yang terbatas,

ancaman kerusakan lingkungan dan bencana serta perekonomian masyarakat

secara umum di bawah garis kemiskinan.

Dalam upaya memas kan pulau-pulau kecil masih terjaga dan

terpelihara dengan baik akan dilakukan penyediaan sarana dan prasarana

dasar dan usaha ekonomi, perbaikan lingkungan dan pencegahan bencana

serta investasi yang berkelanjutan seper wisata bahari, pertanian organik,

perikanan dan kelautan serta peternakan.

7. Ekowisata Maritim

Kegiatan ekowisata maritim atau wisata bahari, sudah berjalan

dengan baik di beberapa kawasan pesisir, kawasan konservasi serta

pulaupulau kecil di Indonesia. Namun, potensi ekowisata maritim yang masih

sangat besar belum tergarap dan dikembangkan secara optimal sebagai

bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu, strategi pengembangan kawasan ekowisata maritim

akan melibatkan Pemerintah Daerah, lembaga swadaya masyarakat, pihak

dunia usaha/investor serta masyarakat pesisir dan pulaupulau kecil dengan

kapasitas pengelolaan yang memadai dan sebagai pengungkit untuk

pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan.

30

8. Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan

Potensi sumberdaya alam yang terdapat di laut dan tanah dibawahnya,

merupakan tumpuan bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Potensi tersebut

saat belum dikelola secara optimal dan mengalami ancaman kerusakan yang

cukup mengkhawatirkan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya

pembangunan kelautan dan pengelolaan kelautan melalui penetapan dan

kebijakan pembangunan kelautan terpadu, pemanfaatan dan pengusahaan

kelautan, pengembangan energi terbarukan, industri bioteknologi dan jasa

maritim, menetapkan kebijakan penanggulangan dampak pencemaran laut,

pengelolaan ruang laut dan perlindungan lingkungan laut, serta melakukan

perjanjian kerjasama dengan lembaga Internasional di kawasan dasar laut

dan laut lepas.

9. Revitalisasi Budaya Maritim

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai budaya maritim

yang telah teruji mampu menjadi penopang kehidupan masyarakat secara

berkelanjutan dan perekat kehidupan berbangsa. Kondisi saat ini sebagian

masyarakat telah melupakan budaya tersebut sehingga pengelolaan tidak lagi

berorientasi pada laut sehingga mengalami degradasi lingkungan.

Untuk itu diperlukan upaya-upaya melalui peningkatan pendidikan

dan penyadaran masyarakat tentang Kelautan, Identifikasi dan inventarisasi

nilai budaya dan sistem sosial, melestarikan nilai budaya, wawasan bahari

serta revitalisasi hukum adat dan kearifan lokal, pengembangan teknologi

berbasis pada kearifan lokal.

10. Mendorong penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB

Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang jumlahnya mencapai

17.504 pulau dan lebih dari 95% pulau-pulau kecil. Pada tahun 2012 telah

didaftarkan sebanyak 13.466 pulau di PPB untuk memastikan bahwa suluruh

dunia sudah mengakui keberadaan pulau-pulau tersebut. Sisanya perlu

dilakukan penyelesaian pencatatan atau deposit pulau-pulau ke PPB.

Sehubungan dengan hal tersebut, akan dilakukan upaya identifikasi

dan pemutakhiran data pembakuan nama pulau-pulau kecil untuk menjaga

eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk didepositkan

ke PBB.

31

11. Kerjasama regional dan internasional;

Kerjasama regional dan internasional terus digagas dan digalang dalam

rangka pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

Upaya yang sedang dilakukan antara lain melalui Prakarsa Segitiga untuk

Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan atau Coral Triangle

Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) untuk

melestarikan sumber daya laut dan pesisir di enam Negara di kawasan Asia

Tenggara dan Pasifik dan MoU Box dengan Australia.

D. Kerangka Regulasi

Dalam rangka melaksanakan arah kebijakan dan strategi pembangunan

tahun 2015-2019, diperlukan kerangka regulasi yang merupakan perencanaan

pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur

perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan

bernegara.

Dalam Rancangan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut Tahun 2015-2019, kerangka regulasi akan disiapkan mengacu pada

program legislasi nasional meliputi :

1. Rancangan Undang-Undang (RUU)

a) Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (WP3K)

b) Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.

2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

a) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Izin lokasi dan Izin

Pengelolaan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

b) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Pembangunan

Kelautan

c) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perencanaan Ruang Laut

Nasional Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perencanaan

Ruang laut

d) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Izin Lokasi di Laut yang

berada di wilayah perairan dan wilayah perairan yuridiksi

32

e) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kriteria, persyaratan dan

mekanisme pendirian, dan/atau penempatan bangunan di laut

f) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Industri Maritim dan Jasa

Martim

g) Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Izin Lokasi di Laut yang

berada di wilayah perairan dan wilayah yuridiksi dan tata cara

pengenaan sanksi adminstrtif

3. Rancangan Peraturan Presiden (R. Perpres) dan Rancangan Keputusan

Presiden (R. Keppres)

a) Rancangan Peraturan Presiden tentang Koordinasi Pengelolaan

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

b) Rancangan Peraturan Presiden tentang Komite Nasional Coral

Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries, and Food Securities

Indonesia (CTI-CFF)

c) Rancangan Peraturan Presiden tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau

Kecil dan Pemanfaatan Perairan di Sekitarnya Dalam Rangka

Penanaman Modal Asing

d) Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Zonasi Laut, Selat

dan Teluk

e) Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengalihan Saham dan

Luasan Lahan dalam Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil

E. Kerangka Kelembagaan

Kerangka kelembagaan merupakan perangkat Kementerian/Lembaga

(struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara)

yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program

dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional.

Penguatan kapasitas kelembagaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang

Laut dilakukan dengan memperha kan beberapa hal yakni:

1. Perubahan paradigma pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan

dari production oriented ke people oriented.

2. Mandat yang diberikan, meliputi mandat konstitusional, mandat teknis,

mandat pembangunan, dan mandat organisasi.

33

3. Kebijakan pembangunan, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah,

peraturan perundangan terkait yang berlaku.

4. Prinsip-prinsip pengorganisasian yang right sizing, unified function,

efektif, efisien dan transparan, sesuai dengan bisnis proses pembangunan

kelautan dan perikanan.

5. Tata laksana dan sumber daya aparatur.

34

BAB V. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja

1. Indikator Kinerja sasaran Strategis

Sasaran Strategis yang telah ditetapkan PRL merupakan kondisi yang

akan dicapai nyata yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh

adanya hasil (outcome/impact) dari satu atau beberapa program. Indikator

Kinerja sasaran Strategis BPSPL Makassar masih mengacu juga pada

Sasaran Strategi Ditjen Pengelolaan Ruang Laut 2015-2019 yang terdiri dari

4 (empat ) kelompok perpestif Balanced Scorecard) (BSC), yakni :

1. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakholder);

2. Perspektif Masyarakat (Costumer);

3. Perspektif Internal (Internal Process); dan

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth).

Tabel 1. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakholder)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET TAHUNAN

NO. URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

IKU 1

Pertumbuhan PDB Perikanan (%)

7 8 8.5 9 10

Tabel 2. Perspektif Masyarakat (Costumer)

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET TAHUNAN

NO. URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019

COSTUMER PERSPECTIVE

Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan

IKU 2

Jumlah Pulau-pulau Kecil Terluar (PPKT) yang difasilitasi pegembangan ekonominya (pulau)

3 2 2 2 2

35

Tabel 3. Perspektif Internal (Internal Process)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET TAHUNAN

NO. URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

IKU 3

Jumlah kawasan strategis nasional/tertentu yang memiliki dokumen rencana zonasi dan/atau masterplan (kawasan)

1 1 1 1 1

IKU

4

Jumlah Dokumen RZWP3K yang telah di evaluasi substansi dan diakselarasi legalitasnya (Dokumen/PERDA)

1 1 1 1 1

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

IKU 5

Jumlah jenis ikan yang dilakukan perlindungan pelestarian dan/atau pemanfaatannya (jenis)

2 3 3 4 4

Tabel 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET TAHUNAN

NO. URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

Terwujudnya ASN BPSPL Makassar yang kompeten, profesional dan berkepribadian

IKU 6

Indeks kompetensi dan integritas BPSPL Makassar

75 77 80 82 85

Tersedianya manajemen pengetahuan BPSPL Makassar yang handal dan mudah diakses

IKU 7

Persentase unit kinerja BPSPL Makassar yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang tersandar

50 50 65 70 70

Terwujudnya birokrasi BPSPL Makassar yang efektif dan berorientasi pada layanan prima

IKU 8

Nilai Kinerja Reformasi BPSPL Makassar (%)

BB A A A AA

Terkelolanya anggaran Pembangunan BPSPL Makassar secara efisien dan akuntabel

IKU 9

Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSPL Makassar (%)

100 100 100 100 100

2. Indikator Kinerja Program

Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur yang mengindikasikan

keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu program. Indikator

Kinerja Program telah ditetapkan secara spesifik untuk mengukur

pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran program (outcome). Indikator

kinerja program tersebut juga merupakan Kerangka Akuntabilitas Organisasi

36

dalam mengukur pencapaian kinerja program. Dalam kaitan ini, BPSPL

Makassar, Ditjen PRL telah menetapkan Indikator Kinerja Program dalam

Struktur Manajemen Kinerja yang merupakan sasaran kinerja program yang

secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon

III.

3. Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan merupakan ukuran alat ukur yang

mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari suatu

kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan telah ditetapkan secara spesifik untuk

mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan (output).

Indikator Kinerja Kegiatan dalam Struktur Manajemen Kinerja di BPSPL

makassar merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara akuntabilitas

berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon IV.

B. Kerangka Pendanaan

Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan program

pembangunan kelautan dan perikanan, serta mencapai target sasaran utama

sebagaimana disebutkan dalam Bab terdahulu, dibutuhkan dukungan kerangka

pendanaan yang memadai. Pendanaan pembangunan akan bersumber dari

pemerintah (APBN dan APBD), swasta, perbankan dan non perbankan, dan

masyarakat. Pendanaan APBN hanya bersifat stimulus dan difokuskan pada

beberapa kegiatan pokok yang menjadi kewenangan pusat. Secara terinci

kerangka pendanaan menurut program dan kegiatan sebagaimana Lampiran I.

37

BAB VI. PENUTUP

Reviuw Rencana Strategis Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

(BPSPL) Makassar tahun 2015-2019 merupakan dokumen untuk menjabarkan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut yang didalamnya

merupakan penjabaran Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan

tahun 2015-2019 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019,

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri PPN/Kepala

Bappenas Nomor 5 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan

Renstra K/L Tahun 2015-2019.

Reviuw ini digunakan sebagai acuan perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian kinerja yang telah ditetapkan, dan akan dievaluasi secara berkala

sesuai ketentuan yang berlaku.

Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Reviuw

Rencana Strategis BPSPL Makassar tahun 2015-2019, maka akan akan dilakukan

penyempurnaan sebagaimana mestinya.

38

Lampairan I.

KERANGKA PENDANAAN BPSPL MAKASSAR

TAHUN 2015-2019

Program/Kegiatan

Sasaran Indikator Target dan Alokasi (Rp Miliar) Total

Alokasi

Program Pengelolaan Ruang Laut 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp Miliar)

12.223 14.740 10.650 10.736 12.000 60.349

Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

Pertumbuhan PDB Perikanan ( %) 7 8 8.5 9 10

Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan

Jumlah Pulau-Pulau kecil terluar (PPKT) yang difasilitasi pengembangan ekonominya (pulau)

3 2 2 2 2

Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Jumlah Kawasan Strategis Nasional/ Tertentu yang memiliki dokumen rencana zonasi dan/atau masterplan (kawasan)

1 1 1 1 1

Jumlah dokumen RZWP3K yang telah dievaluasi substansi dan diakselarasi legalitasnya (dokumen/PERDA)

1 1 1 1 1

Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

Jumlah jenis ikan dilakukan perlindungan, pelestarian dan/atau pemanfaatannya (jenis)

2 3 3 4 4

Terwujudnya ASN BPSPL makassar yang kompeten, profesional dan berkepribadian

Indeks kompetensi dan integritas BPSPL Makassar

75 77 80 82 85

Tersedianya manajemen pengetahuan BPSPL Makassar yang handal dan mudah diakses

Persentaase unit kerja BPSPL Makassar yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

50 50 65 70 70

Terwujudnya biokrasi BPSPL Makassar yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

Nilai Kinerja Reformasi Biroksrasi BPSPL Makassar BB A A A AA

Terkelolanya anggaran pembangunan BPSPL Makassar secara efisien dan akuntabel

Nilai Kinerja anggaran BPSPL Makassar (%) 80 85 85 90 90

Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BPSPL Makassar (%)

100 100 100 100 100