Upload
ledan
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Agronomi Umum
Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Tarhadap Pertumbuhan dan Produksi Bayam (Amaranthus Sp) dan Kangkung Darat (Ipomoea reptans)
Kelompok VII
Fauzan Hidayatullah Semendaya J3G111002
Ni Putu Atika Yani J3G111010
Ujang Samsudin J3G111052
Aprimen J3G111075
Mangidoasi Pandiangan J3G111070
Alfiani Rokhima Putri J3G211089
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pengaruh Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bayam
(Amaranthus Sp) dan Kangkung Darat (Ipomoea reptans). Laporan ini dibuat
sebagai salah satu tugas akhir dalam praktikum pengaruh jenis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan produksi bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat
(Ipomoea reptans).
Berdasarkan pengalaman praktikum, penulis melihat besarnya pengaruh
jenis pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan bayam
(Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans). Akan tetapi, kebanyakan
orang yang berbudidaya tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan tanaman kangkung
darat (Ipomoea reptans) tidak terlalu memahami pengaruh jenis pupuk kandang
ayam dan pupuk kandang sapi, sehingga sayuran yang dihasilkan kurang
maksimal. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. DR.Ir. Eny Widayati,M.Si
2. Sardju,S.P.
3. Ade Astri Mulia Sari,S.P.
4. Hidayati F. S.P
5. Edy Wiraguna,S.P
6. R.Sakti Alamsyah S.P.
7. Aidil Azhar S.p.
8. Ratih Kemala Dewi S.P.
9. Desty Undari S.P.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan
laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar dalam penyusunan
laporan menjadi lebih baik.
Bogor, 9 November 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................2
BAB III METODOLOGI.........................................................................................................4
3.1 Alat...........................................................................................................................4
3.2 Bahan.......................................................................................................................4
3.3 Metode.....................................................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................9
4.1 Hasil..........................................................................................................................9
4.2 Pembahasan...........................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................19
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
5.2 Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
iii
DAFTAR TABELTabel 1 Data Pengamatan Tanaman Bayam dan Kangkung ……………………….…10
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Tanaman Bayam Pada Pupuk Kandang Ayam........................................14
Grafik 2 Tanaman Bayam Pada Pupuk Kandang Sapi..........................................15
Grafik 3 Tanaman Kangkung Pada Pupuk Kandang Ayam..................................16
Grafik 4 Tanaman Kangkung Pada Pupuk Kandang Sapi.....................................17
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada 2 MST......................................20
Gambar 2 Tanaman Bayam dan Kangkung pada 3MST.......................................20
Gambar 3 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada 4 MST......................................21
Gambar 4 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada Saat Panen................................21
Gambar 5 Saat Panen Kangkung...........................................................................22
Gambar 6 Hasil Panen Bayam...............................................................................22
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang menetap yang dapat hidup
lebih dari setahun. Tanaman yang diduga berasal dari kawasan asia dan afrika ini
meliputi dua jenis yang biasa dibudidayakan petani yakni kangkung darat dan
kangkung air. Kangkung darat memiliki ciri yaitu berdaun panjang dengan ujung
runcing dan berwarna hijau keputih-putihan kangkung ini mudah dibedakan
dengan kangkung air dari warna bunganya yang putih bersih. Kangkung darat
umumnya dijual dalam bentuk cabutan tanaman bersama akarnya. Maka itu,
dipasaran kangkung darat diistilahkan dengan kangkung cabut. Tanaman
kangkung darat termasuk tanaman dikotil dan berakar tunggang. Akarnya
menyebar kesegala arah dan dapat menembus tanah sampai kedalaman 50 cm
lebi. Batang tanaman berbentuk bulat panjang beruas mirip batang bambu. Daun
kangkung berwarna hijau tu dibagian atasnya. Tangkai daunnya panjang dan
melekat pada setiap ruas batang. (Haryoto, 2009:10)
Tanaman bayam yang biasa ditanaman sebagai sayuran dibedakan menjadi
dua yaitu bayam cabut dan bayam tahun. Bayam cabut yang juga sering disebut
bayam sepul adalah bayam yang diusahakan sebagai bayam cabutan. Bayam cabut
dibedakan menjadi dua. Bayam cabut yang memiliki batang berwarna merah-
kemerahan (bayam merah) dan bayam cabut yang memiliki batang berwarna
hajau keputh-putihan(bayam putih). (Rukmana, 2005:52)
1.2 Tujuan
Budidaya tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea
reptans) dilakukan untuk percobaan pegaruh jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan produksi bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea
reptans), yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ayam dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans).
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kotoran
ini mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kandang
mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat banyak
mengandung fosfor, sementara nitrogen dan kalium banyak diperoleh dari urine
ternak. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang diantaranya kalium,
magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan
nitrogen dalam urine ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan nitrogen
dalam kotoran ternak. Sementara itu, kandungan kalium dalam urine lebih besar
lima kali lipatnya. Dilihat dari komposisinya kandungan hara dalam kotoran ayam
tiga kali lebih besar dari pada kandungan hara dalam kotoran mamalia. Selain itu,
kotoran ayam memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi dan lebih mudah
terdekomposisi dari pada kotoran ternak lainya. Pupuk kandang dari kotoran sapi
ini memiliki rasio C/N tinggi karena mengandung serat seperti selulosa. Karena
itu pengaplikasian kotoran sapi segar secara langsung jarang dilakukan, karena
penggunaan nitrogen oleh mikroba dalam dekomposisi kotoran akan bersaing
dengan tanaman. Hal ini menyebabkan tanaman akan kekurangan unsur nitrogen.
Penggunaan pupuk organik, terutama di lahan-lahan pertanian, dapat
memberikan banyak keuntungan, diantaranya :
a. Memperbaiki sifat kimia tanah.
b. Memperbaiki sifat fisika tanah .
c. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
d. Meningkatkan efektifitas mikroorganisme tanah.
e. Sumber makanan bagi tanaman.
f. Ramah lingkungan.
g. Pupuk organik lebih murah.
h. Meningkatkan kualitas produksi.
Selain memiliki keunggulam, pupuk organik pun memiliki keunggulan,
diantaranya :
a. Biaya pengangkutan lebih mahal
viii
b. Kecepatan penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih lama dibanding
penyerapan unsur hara dari pupuk anorganik
c. Memiliki kandungan hara yang beragam dan sulit diketahui secara pasti
jumlah haranya, harus melalui proses analisis.
d. Kandungan unsur haranya berbeda-beda, tergantung pada jenis ternak,
jenis makanan ternak, dan umur.
e. Pupuk organik segar, penyebaran patogenya, penyebab penyakit lebih
besar dari pada pupuk organik yang mengalami proses fermentasi.
( Pranata, 2010:67)
Dalam budidaya tanaman bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat
(Ipomoea reptans) menggunakan pupuk untuk pemenuhan unsur hara bagi
tanaman. Nilai pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan
organik tetapi besarnya pasokan nitrogen yang terkandung didalam pupuk.
Nitrogen yang dilepaskan oleh aktifitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan
oleh tanaman dalam bentuk nitrat.
Pupuk kandang mempumyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan
kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah
merupakan bentuk praktek pertanian organik. Penggunaan pupuk kandang yang
dipadukan dengan pupuk kimia, kapur pertanian, dan tanaman legum serta
didukung pengolah tanah yang baik pengendalian gulma dan praktek pertanian
lain. (Sutanto, 2002:43)
ix
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat
Budidaya tanaman bayam ( Amaranthus Sp) dan tanaman kangkung darat (
Ipomoea reptans) untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang yang berasal
dari kotoran ayam dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans), menggunakan
alat dalam berbudidayanya seperti cangkul, kored, tugal, meteran, ajir, ember,
timbangan, dan gembor.
3.2 Bahan
Budidaya tanaman bayam ( Amaranthus Sp) dan tanaman kangkung darat (
Ipomoea reptans) untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk kandang yang berasal
dari kotoran ayam dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
bayam (Amaranthus Sp) dan kangkung darat (Ipomoea reptans), menggunakan
bahan dalam berbudidayanya seperti Benih Bayam (Amaranthus Sp), benih
kangkung ( Ipomoea reptans), pupuk kandang dari kotoran ayam, pupuk kandang
dari kotoran sapi, kantong plastik dan tali raffia.
3.3 Metode
Budidaya tanaman bayam dan kangkung merupakan budidaya tanaman
yang menggunakan tahapan-tahapan budidaya seperti pengolahan lahan,
pembuatan bedengan, perapihan bedengan, pemupukan dengan pupuk kandang,
penanaman, perawatan dan pengendalian hama penyakit , panen dan pasca panen.
Sebelum melakukan pengolahan lahan, sebaiknya memilih lahan yang subur
karena tanaman bayam dan kangkung darat adalah tanaman sayuran yang
membutuhkan tanah yang memiliki tekstur tanah yang gembur. Adpun syarat
tumbuh tanaman bayam yaitu :
x
1. Tipe tanah : Lempung sampai lempung berpasir, gembur, subur,
dan mengandung bahan organik.
2. pH tanah optimum : 6,0 – 6,5
3. ketinggian tempat : 100 – 1.000 m dpl
4. Persyaratan lain : Lokasi terbuka dan mendapatkan sinar matahari
secara langsung dan drainase air lancar.
Syarat tumbuh tanaman kangkung darat yaitu :
1. Tipe tanah : Lempung sampai lempung berpasir,
gembur dan mengandung bahan organik.
2. pH tanah optimum : 5,5 – 6,5
3. Ketinggian tempat : 50 – 500 m dpl
4. Persyaratan lain : Lokasi terbuka dan memperoleh sinar
matahari langsung, masih bisa ditanam di tanah rawa yang drainasenya
tidak lancar.
Pengolahan lahan merupakan kegiatan menggemburkan tanah dan
menghaluskan bongkahan tanah. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan alat
berat seperti tractor, hand tractor maupun dengan cangkul. Dalam praktikum ini,
pengolahan lahan budidaya tanaman bayam dan kangkung darat seluas 20 m2
dilakukan menggunakan alat cangkul dengan kedalaman pencangkulan ± 30 cm.
Tanah dicangkul untuk membalik dan memecah agregat tanah yaitu bagian tanah
yang ada didalam diletakan diluar. Pembalikan ini dilakukan agar tanah terkena
sinar matahari sehingga hama seperti ulat tanah mati karena terkena sinar matahari
langsung. Tidak hanya, itu pembalikan tanah juga dapat menghilangkan residu
didalam tanah dan memusnahkan penyakit yang ada ditanah. Membuat bedengan
dengan panjang 20 m2, lebar 1 m2, tinggi bedengan 30 cm, dan lebar pari 30 cm.
Pembuatan bedengan ini dilakukan dengan cara mencangkul tanah yang
ada di sebelah kanan dan kiri calon bedengan kemudian tanah diangkat dan
diletakkan diatas bedengan, dilakukan agar parit terbentuk dengan kedalaman
yang sesuai yaitu 30 cm dan agar bedengan terbentuk rapi dengan ketinggian 30
xi
cm. Tidak hanya itu, pembutan bedengan dan pembuatan parit dilakukan agar
drainase air lancar sehingga tanaman tidak tergenang air. Tanah yang masih
berupa bongkahan yang ada dibedengan dicacah agar tanah menjadi lebih halus
dan gembur. Bedengan dibagi dua bagian yaitu bagian timur 10 m2 dan bagian
barat 10 m2.
Bendengan yang sudah siap dan sudah rapi diberi pupuk kandang dari
kotoran ayam dan pupuk kandang dai kotoran sapi yitu : 10 m2 bedengan timur
dan 10 m2 bedengan barat. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara
menyebar rata pupuk kebedengan dan mencampur pupuk dengan tanah yang ada
dibedengan dengan cangkul. Pemberian pupuk dilakukan dengan tujuan untuk
menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Lahan yang sudah diberi pupuk siap untuk ditanami. Penanaman dilakukan
dengan cara ditugal dengan jarak antar baris 15 cm, dalam barisan 5 cm dengan 2
butir benih disetiap lubangnya, kemudian benih ditutup kembali dengan tanah
yang ada disekitar bedengan. Dan utuk tanaman bayam, benih dicampur pasir
dengan perbandingan 1:10 kemudian disebar sebanyak 20 g/10 m2. Menanam
benih bayam dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran ayam dan
pupuk kandang dari kotoran sapi. Benih kangkung darat juga seperti itu,
ditanaman dibedengan yang dipupuk kandang dari kotoran ayam dan pupuk
kandang dari kotoran sapi. Jadi diperoleh : 5 m2 tanaman kangkung darat
dibedengan timur bagian timur yang diberi pupuk kandang dari kotoran sapi, 5 m2
bayam dibedengan timur bagian barat yang diberi pupuk kandang dari kotoran
ayam, 5 m2 tanaman kangkung darat dibedengan barat bagian timur yang diberi
pupuk kandang dari kotoran sapi, 5 m2 tanaman bayam dibedengan barat bagian
barat yang diberi pupuk kandang dari kotoran ayam.
Tanaman bayam dan tanaman kangkung darat mulai tumbuh normal 2
MST, begitupun pada 2 MST tersebut gulma dan hama penyakit mulai menyerang
tanaman sehingga pada saat inilah mulai dilakukn perawatan tanaman dengan
pengendalian gulma, dan hama penyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara menual atau pun dengan alat seperti kored. Gulma yang tumbuh
didekat tanaman dapat dicabut langsung dengan tangan, karena apabila
xii
menggunakan koret tanaman bisa rusak yang disebabkan oleh jarak tanam yang
berdekatan dan akar tanaman pun bisa rusak akibat terkena kored. Hama yang
menyerang dapat dikendalikan dengan memungut langsung dan membunuhnya.
Dalam praktikum ini tidak ada penyakit yang berbahaya menyerang tanaman.
Pada minggu ketiga dilakukan pengamatan tanaman bayam dan tanaman
kangkung yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan tanaman dilakukan
dengan pengamatan 10 tanaman contoh. Memilih tanaman contoh tidak boleh
memilih tanaman yang berada paling luar tetapi memilih tanaman yang berada
ditenga-tengah populasi, dipilih secara acak dan tersebar.Tanaman bayam
memiliki perkecambahan epigeal yaitu dicirikan dengan kotiledonnya ikut
terangkat keatas permukaan tanah. Tanaman kangkung darat memiliki tipe
perkecambahan hipogeal yaitu dicirikan dengan kotiledonnya tidak ikut terangkat
keatas permukaan tanah. Karena bayam tipe perkecambahannya epigeal sehingga
pengukuran tinggi tanamannya dari pangkal tanaman sampai titik tumbuh,
sedangkan untuk tanaman kangkung darat yang memiliki tipe perkecambahan
hipogeal pengukuran tinggi tanamannya dari pangkal tanaman sampai ujung daun
tertinggi.
Tanaman bayam dan kangkung darat dapat dipanen pada minggu ke-6
atau pada umur 35 hari setelah tanama. Tanaman bayam dipanen dengan cara
dicabut yang kemudian akar tanaman dicuci agar bersih dari tanah yang ikut
terbawa akar pada saat pemanenan. Pemanenan tanaman bayam yang ditanaman
dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran sapi dengan yang ditanam
dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran ayam dipisahkan dan
ditimbang berapa bobot masing-masing bayam dengan perlakuan yang berbeda
tersebut dan berpa bobot tanaman yang layak jual maupun yang tidak layak jual.
Untuk 10 contoh tanaman bayam, sebelum pemanenen dilakukn pengamatan
tinggi tanaman dan jumlah daun. Setelah itu tanaman dipanen dan ditimbang
berapa bobot setiap tanaman lalu dirata-ratakan, berapa jumlah daun setiap
tanaman dan dirata-ratakan. Begitu pun dengan tanaman kangkung darat, dipanen
dengan cara dicabut yang kemudian akar tanaman dicuci agar bersih dari tanah
yang ikut terbawa akar pada saat pemanenan. Pemanenan tanaman kangkung darat
xiii
yang ditanaman dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran sapi dengan
yang ditanam dibedengan yang diberi pupuk kandang dari kotoran ayam
dipisahkan dan ditimbang berapa bobot masing-masing kangkung dengan
perlakuan yang berbeda tersebut dan berapa bobot tanaman yang layak jual
maupun tidak layak jual. Untuk 10 contoh tanaman kangkung darat, sebelum
pemanenen dilakukn pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun. Setelah itu
tanaman dipanen dan ditimbang berapa bobot setiap tanaman lalu dirata-ratakan,
berapa jumlah daun setiap tanaman dan dirata-ratakan.
Pasca panen tanaman bayam dan kangkung darat yaitu tanaman bayam
dan kangkung darat dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya menggunakan air,
kemudian mengikat batang tanman yang mau dipasarkan
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman bayam dan
kangkung darat yang diberi pupuk kandang dari kotoran ayam dan kotoran sapi :
Pengamatan pada saat panen :
Hari/tanggal : Rabu 12 Oktober 2011
Perlakuan : Pengaruh jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan produksi bayam dan kangkung darat.
xv
DATA PENGAMATAN TANAMAN BAYAM DAN TANAMAN KANGKUNG DENGAN JENIS PUPUK YANG BERBEDA
Jenis Tanaman
Pupuk Kandang Dari Kotoran Sapi Ayam Pupuk Kandang Dari Kotoran Sapi
1 6,2 cm 9 Helai 1 gr 526 gr 1,1 gr 9,3 cm 8 helai 1,2 gr 625 gr 1,2 gr
12,8 cm 20 helai 4,2 gr 870 gr 190 gr 10,1 cm 11 helai 2 gr 26 gr 40 gr
2 7,5 cm 8 helai 2,6 gr 0 1,2 kg 8.8 cm 9 helai 3,5 gr 0 1,05 kg
11,1 cm 12 helai 7,7 gr 2,73 kg 0 10,1 cm 11 helai 8 gr 2,45 kg 0
3 23,75 cm 8 helai 10,4 gr 3,1 kg 1 kg 4,35 cm 6 helai <2 gr 0 200 gr
22,5 cm 26 helai 7,5 gr 1,2 kg o 16,1 cm 19 helai 5,9 gr 1,2 kg 0
4 4,8 cm 4 helai 38,7 gr 19,3 gr 18 rgr 3,3 cm 4 helai 40,7 gr 20,3 gr 19 gr
Kelompok Panjang
TajukJumlah Daun
Bobot Tanaman
Layak jual
Tidak Layak Jual
Panjang Tajuk
Jumlah Daun
Bobot Tanaman
Layak Jual
Tidak Layak Jual
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
10
6,6 cm 14 helai 38,7 gr 45,2 gr44 gr 9,2 cm 13 helai 92,5 gr 46,2 gr 44gr
5 50 cm 11 helai 14 gr 3,5 kg 1kg 15 cm 12 helai 10,5 gr 0 2,5 kg
29 cm 26 helai 13 gr 4 kg o 42 cm 49 helai 16 gr 5 kg 0
6 10,67 cm 6 helai 10,3 gr 0 1,2 kg 8,65 cm 6 helai 8,8 gr 0 1,3 kg
14,65 cm 10 helai 23,2 gr 0 0,81 kg 12,8 cm 8 helai 18,2 gr 0 1 kg
7 21,7 cm 9 helai 7,4 gr 3 kg 0,5 kg 4 cm 7 helai <1 gr o 0,5 kg
14,2 cm 23 helai 1,5 gr 1,5 kg 0 14,7 cm 24 helai 2 gr 2 kg 0
8 42,6 cm 8 helai 14,8 gr 8 kg 1,5 kg 9,7 cm 7 helai 1,6 gr 0 0,5 kg
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
11
21,2 cm 10 helai 9,2 gr 3 kg 0 18,1 cm 11 helai 7,0 gr 2,5 kg 0
9 19,4 cm 7 helai 1,7 gr 1,2 kg 0,6 kg 10,5 cm 6 helai 87 gr 1,2 kg 0,5 kg
15,21 cm 13 helai 2,3 gr 4.3 kg 0 15,83 cm 15 helai 2 kg 1.2 kg 0,5 kg
10 33,7 cm 16 helai 152 gr 7,7 kg 229 gr 16,3 cm 8 helai 142 gr 3,3 kg 460 gr
20,85 cm 26 helai 175 gr 4,7 kg 0 19,55 cm 21 helai 165 gr 16,6 kg 0
11 14,54 xm 8 helai 14,5 gr 1,5 kg 2,5 kg 6,54 cm 2 helai 9 gr 1 kg 1,5 kg
11,38 cm 17 helai 9,5 gr 1 kg 2,5 kg 20,32 cm 27 helai 10,5 gr 2,5 kg 3 kg
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
12
17,5 cm 11 helai 8,5 gr 2,4 kg 1,8 kg 15,5 cm 9 helai 6,3 gr 2,7 kg 1 kg
13 11,04 cm 8 helai 4,1 gr 1,2 kg 0 19,91 cm 8 helai 6,1 gr 2,4 kg 82 gr
16,97 cm 15 helai 11,4 gr 1,3 kg 0 221,65 cm23 helai 18,2 gr 2,5 kg 0
14 27,43 cm 8 helai 7 gr 6 kg 200 gr 18,23 cm 8 helai 3,7 gr 4 kg 700 gr
16,75 cm 29 helai 13,4 gr 2,2 kg 0 16,84 cm 26 helai 12 gr 1,5 kg 0
15 34,8 cm 10 helai 2,7 gr 3 kg 0,67 kg 25,7 cm 8 helai 1,9 gr 3 kg 0,4 gr
21,3 cm 26 helai 2,1 gr 2,2 kg 0 22,2 cm 33 helai 2,8 gr 2 kg 0
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
Tanaman Bayam (Amaranthus Sp)
Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans)
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150
10
20
30
40
50
60TANAMAN BAYAM PADA PUPUK KANDANG AYAM
Panjang Tajuk (cm) Jumlah Daun (helai) Bobot Tanaman (kg) Layak jual (kg) Tidak Layak Jual (kg)
KELOMPOK
JUMLAH
Grafik 1 Tanaman Bayam Pada Pupuk Kandang Ayam
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150
5
10
15
20
25
30
TANAMAN BAYAM PADA PUPUK KANDANG SAPI
Panjang Tajuk (cm) Jumlah Daun (helai) Bobot Tanaman (kg) Layak Jual (kg) Tidak Layak Jual (kg)
KELOMPOK
JUMLAH
Grafik 2 Tanaman Bayam Pada Pupuk Kandang Sapi
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150
5
10
15
20
25
30
35
TANAMAN KANGKUNG PADA PUPUK KANDANG AYAM
Panjang Tajuk (cm) Jumlah Daun (helai) Bobot Tanaman (kg) Layak Jual (kg) Tidak Layak Jual (kg)
Grafik 3 Tanaman Kangkung Pada Pupuk Kandang Ayam
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150
50
100
150
200
250
TANAMAN KANGKUNG PADA PUPUK KANDANG SAPI
Panjang Tajuk (cm) Jumlah Daun (helai) Bobot Tanaman (kg) Layak Jual (kg) Tidak Layak Jual (kg)
KELOMPOK
JUMLAH
Grafik 4 Tanaman Kangkung Pada Pupuk Kandang Sapi
17
4.2 Pembahasan
Hara dalam pupuk kandang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh
ternak lebih dari 70% nitrogen yang dimakan oleh hewan dapat dilihat oleh
kotoranya, demikian juga kalium sebesar 80 %. Diantara kotoran ternak, kotoran
ayam mempunyai kandungan hara tertinggi ,terendah sapi, sedangkan kotoran
babi berada diantaranya. (Sutanto, 2002:43 - 44)
Praktikum budidaya bayam (Amaranthus Sp) dan tanaman kangkung darat
(Ipomoea reptans) untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ayam dan yang berasal dari kotoran sapi mendapatkan hasil bahwa, pupuk
kandang dari kotoran ayam menghasilkan tanaman yang lebih bagus dengan bobot
yang lebih berat terutama hasil ini dapat dirasakan pada tanaman bayam
(Amaranthus Sp).
18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengaruh jenis pupuk kandang didapatkan hasil bahwa
lebih baik menggunakan pupuk kandang ayam karena hasil panen tanaman
sayuran yang menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam dapat mencapai
produksi yang maksimum dan sehingga bentuk, ukuran, dan bobot hasil panen
mampu brsaing dipasaran masyarakat.
5.2 Saran
Bagi para petani atau siapapun yang akan berbudidaya tanaman bayam dan
tanaman kangkung sebaiknya memilih pupuk yang tepat untuk menambah unsur
hara tanaman dan sebaiknya kurangi penggunaan bahan kimia karena dapat
merusak ekosistem dan mahluk hidup di dalamnya. Gunakan pupuk kandang dari
kotoran ayam karena pupuk tersebut kandungan haranya sangat tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran sapi.
19
20
Gambar 1 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada 2 MST
Gambar 2 Tanaman Bayam dan Kangkung pada 3MST
21
Gambar 3 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada 4 MST
Gambar 4 Tanaman Bayam dan Kangkung Pada Saat Panen
Gambar 5 Saat Panen Kangkung
Gambar 6 Hasil Panen Bayam
22
DAFTAR PUSTAKA
Haryoto. 2009. Bertanama Kangkung Raksasa Di perkarangan rumah.
Yogyakarta : Kanisius
Rukmana, rahmat. 2005. Bertanaman Sayuran Di Pekarangan. Yogyakarta :
Kanisius
Sutanto,rahman. 2002. Penerapan pertanian Organik,Pemasyarakatan dan
Pengembangan. Yogyakarta : Kanisius
Pranata, ayub S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik.
Jakarta : Agromedia Pustaka
23