Upload
duongcong
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014
ini berhasil disusun dan dipublikasikan. Penyusunan laporan ini merupakan amanat
dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang
menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN
merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan
di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Laporan Tahunan ini, berisi tentang gambaran penyelenggaraan dan hasil
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama Tahun 2014, yaitu Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Dengan semakin berkembangnya organisasi BNN, berdampak pula pada
peningkatan kinerja organisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan dibidang
P4GN terutama di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk.
Sedangkan BNN di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk pemerintah daerah
seolah berlomba mengajukan pembentukan organisasi BNN diwilayah kerjanya, oleh
karena maraknya masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang
menyebar hingga kepedesaan. Pembentukan BNNK/Kota diharapkan juga
meningkatkan fungsinya dibidang pemberantasan, karena kewenangan penyelidikan
dan penyidikan di BNK/Kota selama ini belum ada.
Semoga laporan tahunan ini, menjadi bagian sarana komunikasi dan informasi
terkait dengan penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba di Indonesia, dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2015
Kepala Badan Narkotika Nasional
TTD
Anang Iskandar
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i RINGKASAN SINGKAT LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014 …… ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………… 1
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………. 1
B. DASAR HUKUM …………………………………………………………………….. 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………………. 2
D. LINGKUP LAPORAN ………………………………………………………………. 2
E. SISTEMATIKA PENULISAN ……………………………………………………… 3
F. STRUKTUR ORGANISASI ……………………………………………………….. 3 BAB II PENYELENGGARA PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014 …….. 4
A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014 ………………………. 4
B. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN TAHUN 2014 ……………………………
4
1. Sekretariat Utama BNN ………………………………………………….. 4 2. Inspektorat Utama BNN …………………………………………………. 23 3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN ………………………. 25 4. Balai Diklat BNN ……………………………………………………………… 40 5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN ……………………………… 41
C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) TAHUN 2014 ………………………………………………………………
44
1. Deputi Bidang Pencegahan BNN …………………………………….. 45
2. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN ……………… 53
3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN ……………………………………… 55
4. Deputi Bidang Pemberantasan BNN ……………………………….. 62
5. Deputi Bidang Hukum dan Kerja sama BNN ……………………. 71 D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH
BNNP DAN BNNK/KOTA ………………………………………………………..
75 1. Bidang Pencegahan ………………………………………………………… 76 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ………………………………… 78 3. Bidang Pemberantasan …………………………………………........... 79
E. ANGGARAN ………………………………………………………………………….. 80
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 vii
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………............................ 82 LAMPIRAN RINCIAN KEGIATAN BNNP DAN BNNK/KOTA TAHUN ANGGARAN 2014
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 ii
RINGKASAN SINGKAT
LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014
Penyusunan Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014 ini
merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan
tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Laporan tahunan ini,
menjelaskan terkait dengan pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Memasuki usia yang ke 5 tahun sejak ditetapkan dengan UU Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, BNN telah melaksanakan berbagai aktivitas mulai dari Pusat,
Provinsi dan 100 Kabupaten/Kota. Adapun kegiatan yang dilaksanakan BNN melalui 5
(lima) pilar terdiri dari Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat,
Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan serta Bidang Hukum dan Kerjasama.
Pilar pertama yaitu Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilaksanakan
melalui kegiatan advokasi dan diseminasi informasi secara menyeluruh dan
terintegrasi kepada target sasaran pencegahan yaitu lingkungan pendidikan,
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat serta lingkungan pekerja.
Upaya advokasi dan diseminasi informasi merupakan penjabaran dari
pelaksanaan Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009, dan didukung dengan adanya
Kebijakan Nasional dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) yang dituangkan kedalam Instruksi
Presiden Nomor 12 tahun 2011.
Ditingkat Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,kebijakan P4GN didukung
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi
Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.
Pilar kedua yaitu Pemberdayaan Masyarakat, penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba, tak dapat lepas dari partisipasi masyarakat dalam
membantu BNN untuk menekan jumlah penyalahguna Narkoba yang terus
meningkat. Berbagai upaya dan kebijakan pro rakyat terus di tumbuh kembangkan
melalui pendekatan kelembagaan/organisasi dan pendekatan personal.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 iii
Optimalisasi kegiatan dilakukan melalui penciptaan lingkungan bebas Narkoba
dengan membentuk satuan tugas diberbagai tingkatan seperti lingkungan kerja,
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan pemberdayaan masyarakat
melalui berbagai kegiatan seperti lomba sekolah, lomba kampus, lomba lingkungan
kerja bebas Narkoba, dengan diikuti kegiatan test urin.
Pilar ketiga yaitu Bidang Rehabilitasi, tahun 2014 merupakan tahun bersejarah
bagi BNN khususnya di bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26
Januari, bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Ketua DPR RI,
Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN mengukuhkan
pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan
jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara”.
Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan Bersama Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial,
Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
Lembaga Rehabilitasi.
Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja sama secara
optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka menurunkan jumlah
pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba melalui program pengobatan,
perawatan, dan pemulihan pecandu Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba
sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan
pemberantasan peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam
penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika sebagai
tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
Strategi pengurangan (demand)/permintaan Narkoba dilakukan dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi. BNN terus
berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan
pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh
Indonesia, salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).
Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu
Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi,
termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat
50 IPWL yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17
provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak
366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1 (satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3
(tiga) Balai Rehabilitasi yang terletak di Baddoka-Makassar, Nongsa-Batam, dan
Tanah Merah-Samarinda.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 iv
Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan pasca
rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan program pasca
rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan rasa kepercayaan diri
melalui berbagai program pasca rehabilitasi.
Pilar ke empat yaitu Bidang Pemberantasan BNN. sepanjang tahun 2014
Bidang Pemberantasan BNN telah berhasil mengungkap berbagai kasus tindak
pidana Narkoba dengan berbagai barang bukti yang berhasil disita termasuk aset
para bandar Narkoba. Adapun kasus tindak kejahatan Narkoba yang diungkap BNN
dan BNNP pada tahun 2014, adalah sebagai berikut :
a. Jumlah kasus yang diungkap BNN adalah sebanyak 103 Laporan Kasus
Narkotika (LKN), dan sebanyak 72 LKN sudah dinyatakan P21.
b. Jumlah tersangka yang diamankan BNN adalah sebanyak 196 orang, dengan
perbandingan 158 laki-laki dan 38 perempuan, 174 orang merupakan warga
negara Indonesia (WNI) dan 24 orang lainnya merupakan warga negara asing
(WNA).
c. Selain mengungkap tindak kejahatan Narkoba, BNN juga mengungkap tindak
pidana pencucian uang (TPPU) terkait bisnis Narkoba. Pada tahun 2014 ini, BNN
mengungkap 11 kasus TPPU dan mengamankan 12 orang tersangka, dengan
nilai aset yang setelah dikonversikan kedalam nilai rupiah berjumlah Rp
77.584.753.378,-. Aset yang disita meliputi rumah, tanah, mobil, motor,
perhiasan, dan apartemen. Selain itu, masih ada aset senilai Rp
32.276.000.000,- yang hingga saat ini masih dalam proses.
d. Sampai dengan tahun 2014, sebanyak 135 WNI di luar negeri terancam hukum-
an mati karena terlibat tindak pidana Narkoba. Jumlah WNI yang ditahan di luar
negeri sebanyak 380 orang, 107 diantaranya diamankan pada periode 2014.
e. Sampai dengan tahun 2014, pelaku tindak pidana Narkoba yang memperoleh
vonis hukuman mati di Indonesia berjumlah 64 orang, dengan perincian 27 WNI
dan 37 WNA.
f. Terkait peredaran New Psychoactive Substances (NPS), Balai Laboratorium Uji
Narkoba BNN telah menemukan 35 NPS yang saat ini beredar luas di Indonesia.
Dari 35 NPS tersebut, 18 diantaranya telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014.
g. Untuk mengatasi peredaran gelap Narkoba di tempat hiburan malam, BNN
melalui BNN Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Kepolisian dan TNI kerap
melakukan razia tempat hiburan malam. Di tahun 2014, telah dilakukan razia
sebanyak 20 kali di 19 lokasi di Jakarta. Dari razia tersebut, sebanyak 1.163
orang melakukan tes urine dan 334 orang diantaranya positif mengonsumsi
Narkoba. Dari pengunjung yang positif tersebut, sebanyak 157 orang
melakukan konseling adiksi 1 kali dalam sebulan, dan 3 orang WNA (Sudan,
Malaysia, Belanda) terancam di deportasi dari Indonesia.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 v
h. Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2014
diantaranya:
1) Jaringan Sindikat Tiongkok dengan barang bukti Shabu seberat 6.566,9
gram Shabu.
2) Jaringan sindikat Ganja dengan barang bukti 8,088 ton Ganja.
3) Jaringan Sindikat Iran dengan Barang Bukti 40,1 kg Shabu dan Shabu
campur seberat 35 kg.
4) Jaringan Sindikat West African.
5) Jaringan sindikat Penyelundupan Narkotika dari Malaysia via Laut.
Pilar kelima yaitu Bidang Hukum dan Kerjasama BNN, telah melaksanakan
penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan berbagai instansi pemerintah,
swasta dan komponen masyarakat. Selama tahun 2014, BNN telah menandatangani
MoU dengan 4 kementerian yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Di tahun ini BNN juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan
beberapa instansi swasta diantaranya adalah PT Jasa Marga (Persero Tbk), dan
beberapa perusahaan telekomunikasi (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT
Telekomunikasi Selular, Tbk, PT Indosat, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Bakrie Telecom,
Tbk, PT Hutchison 3 Indonesia, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT Pasifik
Satelit Nusantara).
Komponen masyarakat juga turut dilibatkan dalam upaya P4GN melalui nota
kesepahaman yang ditandatangani oleh beberapa kelompok masyarakat seperti
Persatuan Wartawan Indonesia, Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia, Sentra
Komunikasi, Universitas Merdeka Malang.
Selain kerjasama dalam negeri, BNN juga ikut aktif mengikuti berbagai
pertemuan Tingkat Menteri ASEAN bidang Narkoba ke-3 (3rd ASEAN Ministerial
Meeting on Drug Matters/3rd AMMDM) semua kegiatan tersebut dalam upaya
memerangi peredaran gelap Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global. Kejahatan
Narkoba dilakukan secara terorganisir, tanpa batas (global), dan sudah multi
etnis (melibatkan berbagai suku bangsa). Deklarasi politik PBB menganjurkan
penanganan permasalahan Narkoba harus dilaksanakan secara seimbang
antara demand reduction dan supply reduction dengan mengedepankan prinsip
“common and share responsibility”. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma
penanganan penyalahgunaan Narkoba dengan memberikan hukuman alternatif
selain pidana penjara yaitu rehabilitasi bagi penyalah guna atau pecandu
Narkoba.
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point penanggulangan
Narkoba di tanah air telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, melalui Bidang
Pencegahan dengan Advokasi dan Diseminasi Informasi, Pemberdayaan
Masyarakat dalam upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberdayaan Alternatif guna menciptakan lingkungan bebas Narkoba. Bidang
Rehabilitasi melalui penguatan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat,
penguatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan kegiatan rehabilitasi
serta pasca rehabilitasi, bidang pemberantasan dengan melakukan pemutusan
jaringan Narkoba baik tingkat nasional maupun Internasional serta
meningkatkan kerjasama regional dan Internasional untuk mencegah masuknya
Narkoba ke Indonesia.
Ditingkat kewilayahan, Badan Narkotika Nasional telah menunjukkan
peningkatan peran pelaksanaan P4GN yang diemban oleh 33 BNNP sedangkan
untuk Kabupaten/Kota pelaksanaan P4GN masih terbatas dengan
pembentukan BNNK/Kota yang hingga berakhirnya tahun 2014, BNNK/Kota
baru terbentuk di 100 Kab./Kota. Para Bupati/Walikota sebenarnya sudah
menginginkan pembentukan BNNK/Kota diwilayah kerjanya, karena Narkoba
sudah menyebar hingga pedesaan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 2
Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada
stakeholder dan masyarakat lainnya terkait dengan berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan BNN, sepanjang tahun 2014.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;
3. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan
dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011-2015;
4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;
5. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 04 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud.
Maksud penyusunan laporan tahunan 2014 ini, adalah sebagai
wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
BNN, memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu laporan ini
disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good
governance and clean government).
2. Tujuan.
Sedangkan tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini, guna
memberikan informasi/gambaran tentang realisasi kegiatan dan anggaran
BNN selama tahun anggaran 2014.
D. LINGKUP LAPORAN
Laporan ini menggambarkan mengenai pelaksanaan dan pencapaian
kegiatan melalui 2 Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN, dan Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yang
ditetapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 3
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam laporan ini termuat beberapa Bab yang berisi mengenai penjelasan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Badan Narkotika Nasional, yaitu :
1. BAB I Pendahaluan berisi Latar Belakang, Tugas Pokok dan fungsi, Lingkup
Laporan, dan Sistematika Penulisan
2. BAB II Penyelenggaraan Program dan Kegiatan P4GN Tahun 2014
3. BAB III Penutup
F. STRUKTUR ORGANISASI
SETTAMA ITTAMA
KEPALA
DEPUTI BIDANG
PENCEGAHAN
DEPUTI BIDANG
DAYAMAS
DEPUTI BIDANG
BERANTAS
DEPUTI BIDANG
REHABILITASI
DEPUTI BIDANG
HUKUM & KERMA
PUS LITDATIN
BNNP
BNNK/KOTA
BALAI DIKLAT
PUSLITDATIN
BALAI LAB BALAI REHAB
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 4
BAB II
PENYELENGGARAAN PROGRAM DAN
KEGIATAN BNN TAHUN 2014
A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014
Arah kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014,
menetapkan bahwa BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) mengemban tugas pada 2 (dua) jenis Program yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Program Teknis. Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dilaksanakan oleh Sekretariat Utama
BNN, Inspekstorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai
Pendidikan dan Pelatihan BNN, serta Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN.
Sedangkan Program Teknis yaitu Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba menjadi tugas
operasional yang dilaksanakan oleh kedeputian yaitu: Deputi Bidang
Pencegahan, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi,
Deputi Pemberantasan dan Deputi Hukum dan Kerjasama serta unsur
Pelaksana teknis lainnya yaitu Organisasi BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
B. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
BNN, merupakan program generik/penunjang, guna mendukung pelaksanaan
kegiatan dukungan yang dilaksanakan oleh: Sekretariat Utama BNN,
Inspektorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai
Pendidikan dan Pelatihan BNN dan Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN,
dengan gambaran kegiatan sebagai berikut:
1. Sekretariat Utama BNN.
Sekretariat Utama BNN, melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan BNN. Dalam melaksanakan tugas dimaksud,
Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 5
a. pengoordinasian kegiatan di lingkungan BNN;
b. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam pe-
nyusunan perencanaan program dan anggaran di lingkungan BNN;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip,
dan dokumentasi di lingkungan BNN;
d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana serta
hubungan masyarakat;
e. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;
f. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional
di bidang P4GN; dan
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BNN.
Sekretariat Utama BNN, membawahi 4 Biro yaitu Biro Perencanaan,
Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Umum dan Biro Keuangan.
Masing-masing Biro mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. Adapun
gambaran pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh masing-masing Biro
yang ada di jajaran Sekretariat Utama BNN dalam tahun anggaran 2014
adalah sebagai berikut:
a. Biro Perencanaan.
Biro Perencanaan mengkoordinasikan pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang
P4GN, mengkoordinasikan pelaksanaan Kebijakan dan Strategi BNN,
mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan program dan
anggaran BNN serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
dan kegiatan BNN. Adapun uraian kegiatan yang diuraian dalam
laporan ini merupakan gambaran inti pelaksanaan tugas dan fungsi
sebagai berikut:
1) Seminar sehari tindak lanjut Focus Group Discussion (FGD)
dengan Tema: Re-Orientasi Kebijakan Pemerintah Dalam
Penanganan Masalah Narkotika di Indonesia.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengeksplorasi
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi,
integrasi, simplifikasi antar lembaga dengan mengutamakan
prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan
permasalahan narkotika secara nasional. Sedangkan tujuannya
untuk memperoleh rekomendasi pemecahan permasalahan ke
depan menuju terwujudnya kebersamaan dalam penanganan
permasalahan narkotika secara nasional dalam bingkai
mempersiapkan landasan yang kokoh bagi pembangunan
manusia yang berkualitas mampu memiliki daya saing di
tingkat nasional.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 6
Seminar tersebut antara lain menyimpulkan bahwa masalah Narkotika lebih berbahaya dari masalah korupsi, karena masalah korupsi identik dengan masalah pengelolaan keuangan negara, sedangkan dampak narkotika, selain merugikan keuangan negara (untuk kegiatan penegakan hukum, rehabilitasi dan berbagai aspek lainnya) juga berdampak pada pelemahan sumber daya manusia utamanya para generasi muda penerus bangsa. BNN akan mengupayakan gebrakan dengan mengembangkan ke setiap Kementerian/ Lembaga lingkungan bebas Narkoba sebagaimana amanat Inpres Nomor 12 Tahun 2011.
2) Rapat Koordinasi Arah Kebijakan Nasional Penanganan
Permasalahan Narkotika di Indonesia.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menggali berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi, integrasi,
simplifikasi antar lembaga pemerintah dengan mengutamakan
prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan
permasalahan Narkoba secara nasional. Sedangkan tujuannya
adalah untuk memperoleh rekomendasi pemecahan
permasalahan ke depan menuju terwujudnya kebersamaan
dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional
bagi pecandu, korban penyalahguna dalam mempersiapkan
landasan yang kokoh bagi pembangunan manusia yang
berkualitas mampu memiliki daya saing di tingkat
internasional. Inti Rekomendasi Rakor tersebut yaitu:
a) Dalam menangani perkara kejahatan Narkoba harus
dilakukan pemilahan secara jeli antara pengedar/bandar
Narkoba dengan pengguna Narkoba. Kepada mereka
diberlakukan hukuman yang berbeda, apabila terbukti
sebagai pengguna Narkoba murni maka direhabilitasi
namun jika terbukti sebagai pengedar/bandar, maka
harus dihukum seberat-beratnya.
b) Penerapan pasal tunggal 127 tanpa menyertakan pasal
pokok disejumlah wilayah dapat dilaksanakan, namun
belum bisa diterapkan pada beberapa wilayah, karena
masing-masing aparat penegak hukum memiliki
perbedaan pemahaman dalam penanganan perkara
Narkoba terutama terkait penyalahguna Narkoba. Oleh
karena itu, harus ada persamaan persepsi dalam
konstruksi hukum maupun tataran teknis terkait
implementasi pasal 127 (pengguna Narkoba yang
tertangkap tangan maupun yang sedang mengkonsumsi/
sedang membeli Narkoba).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 7
c) Tim Asesmen Terpadu (TAT) harus dipilih dari orang-
orang yang memiliki kompetensi dan teruji integritasnya.
Perlu pelatihan bagi tim asesmen supaya dapat bertugas
dengan baik dan menghindari kesalahan hasil asesmen
atau praktik-praktik rekayasa kasus.
d) Perlu adanya langkah-langkah terobosan hukum dalam
penanganan penyalah guna Narkoba.
e) Sosialisasi terkait penanganan hukum penyalah guna
Narkoba harus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
unsur-unsur peradilan mulai dari kalangan Penyidik,
Penuntut, hingga Hakim dan Lapas.
3) Musyawarah Perencanaan dan Pengembangan BNN, BNNP
dan BNNK/Kota.
Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan (Musren)
Tahunan BNN 2014, dilaksanakan dalam rangka merumuskan,
mengkoordinasikan, serta mensinkronisasikan kegiatan
seluruh unit kerja BNN terkait dengan desain pelaksanaan
program dan kegiatan P4GN, juga merupakan tahap awal
dalam siklus tahunan perencanaan bidang penganggaran
dilingkungan BNN. Musren tahun 2014 dilaksanakan dengan
melibatkan seluruh unit kerja dilingkungan BNN, mengambil
tema “SINKRONISASI PELAKSANAAN PROGRAM P4GN PUSAT
DAN PERWAKILAN BNN DIDAERAH”, Pelaksanaan musren
berhasil merumuskan tujuan, sasaran, strategis, arah kebijakan
dan strategi BNN serta perumusan rancangan awal rencana
kerja BNN tahun 2015.
4) Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting.
Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting memiliki
maksud dan tujuan dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja
BNN tahun 2015 sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi daftar program, kegiatan prioritas,
beserta ukuran kinerja BNN yang akan didanai sesuai
dengan pagu indikatif, serta daftar kebutuhan yang
diusulkan mendapat pendanaan.
b) Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman antara
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan,
dan Badan Narkotika Nasional terkait dengan pencapaian
sasaran-sasaran prioritas pembangunan yang akan
dituangkan dalam RKP, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan
kebijakan belanja tahun 2015.
c) Menjaga konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen
perencanaan dengan dokumen penganggaran yaitu
antara RPJM, RKP, Renja K/L dan RKA-KL.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 8
d) Mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan
yang perlu dilakukan terhadap Rancangan Awal RKP,
yaitu kepastian mengenai Prioritas Pembangunan
Nasional, Pendanaan Pembangunan Nasional, dan
Program Tematik.
5) Penyusunan RKA/KL
Pelaksanaan penyusunan RKA/KL BNN dilaksanakan di
Jakarta, dengan mengundang seluruh satuan kerja BNN dari
Satker BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota serta 2
Satker Balai Rehabilitasi yang ada di Badokka Makassar dan
Tanah Merah di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga yang selanjutnya disingkat RKA-KL merupakan
dokumen rencana anggaran tahunan Kementerian
Negara/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran
Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Pagu Alokasi
Anggaran yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI,
Rencana Kerja (Renja) BNN 2014, RKP hasil kesepakatan
Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan
Rancangan APBN, standar biaya, dan kebijakan pemerintah
lainnya. Sebanyak 146 satker BNN yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia berhasil menyusun RKA-K/L dan berhasil
diteliti serta direviu guna mencapai kualitas perencanaan
penganggaran yang semakin membaik.
6) Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan dan Anggaran.
Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang sangat
penting dilakukan guna mengetahui sejauhmana realisasi
kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dan juga
bagaimana pelaksanaan kegiatan dapat mewujudkan visi misi
organsisasi. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi
(monev) menjadi data pendukung dalam proses pengambilan
keputusan untuk pengembangan program dan kegiatan
dimasa mendatang.
Oleh karena itu pelaksanaan evaluasi merupakan proses
yang sangat perlu dilakukan dan perlu kesinambungan
pelaksanaannya. Dilingkungan BNN pelaksanaan evaluasi
kegiatan dan anggaran sudah terlaksana, dengan
menghasilkan produk laporan mingguan, bulanan, triwulan
dan semester. Disamping itu, BNN telah memiliki aplikasi
Monitoring dan Evaluasi kegiatan dan anggaran, melalui
aplikasi tersebut, dapat termonitor kinerja satker baik harian,
mingguan dan bulanan. Manfaatnya dapat mendorong Satker
untuk meningkatkan kinerja berikut penyerapan anggarannya.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 9
Berkat dukungan aplikasi tersebut data pelaporan BNN
ke K/L dapat terjaga kesinambungannya. Hasil Evaluasi dan
pelaporan BNN yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Pengawasan
dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) semester I tahun 2014
telah menghasilkan BNN sebagai Kementerian/Lembaga yang
memperoleh “Terbaik II” dari seluruh K/L, dalam hal
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh Satker BNNP dan sebagian BNNK/Kota,
Biro Perencanaan Settama BNN, telah melakukan Monitoring
dan Evaluasi program P4GN di 16 Provinsi. Pelaksanaan
evaluasi terhadap kinerja Satker dikewilayahan sebagai sarana
masukan dalam proses pengambilan keputusan bagi pimpinan.
Rekapitulasi masukan masyarakat terkait kinerja BNN selama
tahun 2014, setelah dirumuskan dengan metode Liker
dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249
Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas
pelaksanaan RKA-KL, tergambar kinerja BNN memperoleh
kategori nilai “Baik”
b. Biro Kepegawaian dan Organisasi BNN.
Biro Kepegawaian dan Organisasi Settama BNN mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepegawaian dan penyiapan pembinaan dan
penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, dengan gambaran
pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai berikut :
1) Pengembangan dan Kesejahteraan Pegawai BNN
Kegiatan tersebut di atas bertujuan untuk membentuk
jabatan fungsional dalam rangka pengembangan
profesionalisme pegawai. Pelaksanaan kegiatan
pengembangan dan kesejahteraan pegawai BNN, Biro
Kepegawaian telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a) Penyusunan dokumen jabatan fungsional penyuluh,
b) Penyusunan dokumen jabatan fungsional konselor,
c) Penyusunan dokumen jabatan penyidik,
d) Penyusunan dokumen penataan penguatan dan
tatalaksana P4GN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 10
Dalam penetapan kinerja target dokumen yang disusun
sebanyak 4 dokumen, akan tetapi dalam pelaksanaannya
dapat menyusun 5 dokumen. Meningkatnya target yang
dicapai disebabkan kebijakan pimpinan dalam efiensi anggaran
dengan hasil output capaian yang lebih maksimal. Dokumen
rencana pengembangan dan kesejahteraan pegawai yang
disusun dalam rangka pengembangan organisasi BNN menuju
organisasi yang profesional.
Dokumen rencana pengembangan dan kesejahteraan
pegawai yang disusun sudah diimplementasi di satker BNN,
BNNP dan BNN Kab/Kota.
2) Pegawai yang direkrut dan mengikuti pengembangan
kompetensi bidang tugas
Adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk
pemenuhan kebutuhan pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota
dan meningkatkan kompetensi pegawai BNN agar profesional
dalam melaksanakan tugas. Pendidikan dan Pengembangan
pegawai diperuntukan bagi pegawai BNN.
Target kegiatan berupa jumlah pegawai yang direkrut
dan mengikuti pengembangan kompetensi bidang tugas
dengan uraian sebagai berikut:
a) Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur dengan
rincian sebagai berikut:
(1) Pendidikan dan pengembangan Pegawai
(a) Lanjutan Rintisan Gelar Dalam Negeri
Lanjutan rintisan gelar dalam negeri diikuti
oleh 27 pegawai BNN bekerja sama dengan
Universitas Indonesia dalam program
pascasarjana (S-2) P4GN.
(b) Program Spesialis Kedokteran Jiwa.
Pegawai BNN yang mengikuti program ini
hanya 1 orang. Tempat pelaksanaan
perkuliahan dan praktek di Kampus FH –
Universitas Indonesia Salemba, RS Cipto
Mangunkusumo dan RSPAD Gatot Subroto.
(c) Program Sarjana (S1) Bidang Kepegawaian.
Pegawai BNN yang mengikuti program sarjana
(S-1) bidang Kepegawaian berjumlah 2 orang.
Tempat perkuliahan program tersebut di BKN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 11
(2) Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set
Pada tahun 2014 Biro Kepegawaian dan Organisasi
Settama BNN mengadakan kegiatan Diklat
Perubahan Mind Set dan Culture Set bagi pegawai
BNN. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama
dua hari dibagi dalam 2 gelombang, gelombang I
dilaksanakan tanggal 25 – 26 Agustus 2014
sedangkan gelombang II tanggal 1 – 2 September
2014.
Jumlah pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut
berjumlah 400 orang. Adapun narasumber pada
kegiatan tersebut dari Kemenpan & Reformasi
Birokrasi, Kepala BNN dan para pejabat eselon I
BNN. Pentingnya Diklat Perubahan Mind Set dan
Culture Set adalah agar tercipta perubahan pola
pikir dan budaya kerja pegawai BNN menjadi
budaya yang mengembangkan sikap dan perilaku
kerja yang berorientasi pada hasil yang diperoleh
dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(3) Bimbingan Teknis Pengisian SKP dan Pengisian
Simpeg
Pentingnya kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi
Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) adalah
mensosialisasi tata cara pembuatan SKP dan Sistem
Informasi Pegawai (SIMPEG).
Pelaksanaan kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi
Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) BNN
diselenggarakan di Jakarta yang diikuti oleh 50
pegawai terdiri dari perwakilan satker BNN.
Narasumber pada acara dimaksud adalah pejabat
eselon II BKN, Sestama dan Karo Kepegawaian &
Organisasi Settama BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 12
(4) Penerimaan Pegawai Negeri Sipil
Pada tahun 2014, BNN melaksanakan rekrutmen
pegawai, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota. Jumlah
pegawai yang akan direkrut pada tahun 2014
semula ditargetkan sebanyak 1,000 orang. Namun
target tersebut tidak tercapai karena adanya
perubahan kuota dari Kementerian PAN & RB,
menjadi 393 orang, namun dalam pelaksanannya
yang memenuhi syarat kelulusan hanya 370 orang.
Jumlah pegawai yang direkrut tidak mencapai
target disebabkan :
(a) Ketidak siapan pelamar mengikuti proses
seleksi terutama pada saat mengikuti ujian
kompetensi dasar yang menggunakan
Computer Asisted Test (CAT)
(b) Terdapat pelamar yang telah memenuhi
syarat dan dinyatakan lulus seleksi
mengajukan pengunduran diri.
(5) Assesment Penyidik
Pentingnya Assesment Penyidik adalah untuk men-
dapatkan pegawai yang mempunyai kompetensi
sebagai penyidik BNN yang kredibel. Assesment
penyidik telah dilaksanakan dengan jumlah peserta
sebanyak 60 orang. Dalam kegiatan tersebut BNN
bekerjasama dengan lembaga psikologi.
(6) Assesment Pegawai
Pentingnya kegiatan Assesment Pegawai (Lelang
Jabatan secara Terbuka untuk Eseslon I dan II)
adalah untuk mengisi jabatan yang lowong yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme
sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu
serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan
jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan. Pada
tahun 2014 jumlah peserta yang mengikuti lelang
jabatan secara terbuka berjumlah 16 orang.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 13
b) Bulan layanan dukungan manajemen dan operasional
unit kerja
Pentingnya Layanan Dukungan Manajemen dan
Operasional Unit Kerja adalah untuk meningkatkan
pelayanan operasional Biro Kepegawaian dan Organisasi
kepada seluruh pegawai BNN dan di daerah.
Manfaatnya agar pegawai mendapatkan hak-
haknya baik secara administratif maupun kualitatif
melalui pengelolaan layanan yang diberikan.
Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional
Unit Kerja meliputi kegiatan Layanan Operasional
Perkantoran dan Layanan Kualitas SDM.
Kegiatan Layanan Operasional Perkantoran
meliputi Layanan Operasional Biro Kepegawaian dan
Organisasi dan Rakor BNN dan Polri dalam pelaksanaan
P4GN.
Kegiatan Layanan Kualitas SDM meliputi pelayanan
kesehatan pegawai (Poliklinik), pelayanan pembinaan
jasmani dan rohani/mental pegawai, layanan operasional
mutasi pegawai, supervisi dan evaluasi kepegawaian,
organisasi dan RB dan pelantikan/pengambilan sumpah
pejabat eselon I, II, III dan IV.
c. Biro Keuangan.
Biro Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan
urusan keuangan, dengan gambaran tugas yang dilaksanakan
sebagai berikut:
1) Pelaporan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
2) Penyusunan Laporan Keuangan BNN mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat, serta Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/
Lembaga.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 14
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan
Keuangan BNN T.A 2013 Badan Narkotika Nasional
memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Laporan
Keuangan BNN merupakan laporan konsolidasi dari seluruh
jenjang di bawah BNN yang meliputi 146 Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B), 33 Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran/Barang – Wilayah (UAPPA/B-
W), 1 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/ Barang –
Eselon I (UAPPA/B-E1), dan 1 Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran (UAPA/B.
Laporan keuangan ini merupakan laporan yang
mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BNN
yang dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Kementerian Negara/ Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK-BMN). SAK dirancang untuk menghasilkan
Laporan Keuangan Satker/Kementerian Negara/ Lembaga,
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. SIMAK-BMN adalah sistem
yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan
dokumen lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan
barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.
Penyajian Laporan Keuangan BNN telah mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sasaran yang direncanakan mengenai opini keuangan
yang menjadi target kinerja Settama BNN pada tahun 2014,
direalisasikan dengan berbagai aktivitas lainnya seperti:
• Penyelesaian laporan keuangan yang sesuai Sistem
Akuntansi Pemerintah (SAP)
Sebagai upaya meningkatkan laporan keuangan
yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP) seluruh
satuan kerja BNN telah menunjukkan peran serta dan
keseriusan dalam mewujudkan organisasi BNN yang
tertib dalam pengelolaan administrasi keuangan negara.
Guna mewujudkan hal tersebut BNN telah melakukan
berbagai aktivitas dalam pengembangan dan
peningkatan pengetahuan terkait dengan pengelolaan
keuangan negara.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 15
Pembentukan Satker baru mendorong harus
diadakan pembinaan pengelolaan keuangan di
lingkungan BNN, guna meningkatkan pemahaman
seluruh satker yang baru terbentuk tentang pengelolaan
keuangan secara mandiri. Dalam rangka pembinaan
terhadap Satker-satker yang baru dibentuk, BNN
mengedepankan penyusunan laporan keuangan secara
tertib dan tepat waktu sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalam pelaporan keuangan ke pusat
dalam hal ini Kementerian Keuangan.
Pembinaan yang dilakukan diantaranya Monitoring
dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan di BNNP dan
BNNK/Kota. Kegiatan ini dilaksanakan di BNNP dan
mengikutsertakan BNNK/Kota yang berada di
wilayahnya. Peserta dari kegiatan ini yaitu PPK,
Bendahara Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit
Akuntansi di masing – masing satker.
Manfaat dari kegiatan ini yaitu satker–satker
tersebut dapat melakukan penyerapan anggaran dan
membuat pertanggung jawaban keuangan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, kegiatan
pembinaan lain yang diberikan yaitu kegiatan Pembinaan
Pengelolaan Anggaran dan Rakernas tingkat Pusat,
BNNP, dan BNNK/Kota.
Kegiatan ini melibatkan para KPA, PPK, Bendahara
Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit Akuntansi.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pengelola keuangan
di masing-masing satker dapat mengelola anggaran
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Untuk pembinaan ditingkat pusat diadakan
kegiatan Rapat Konsolidasi untuk para Bendahara.
Kegiatan ini dilaksanakan pada awal tahun dan
menjelang akhir tahun yang diikuti oleh Bendahara
Pengeluaran dan Staf Pengelola.
Dari kegiatan–kegiatan yang dilakukan telah
mencapai hasil yang optimal dengan terlaksananya
laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi
Pemerintah (SAP). Hal ini berdampak pada tercapainya
sasaran strategis yaitu terlaksananya sistem dan
prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai
Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 16
3) Kegiatan lainnya yang dilakukan yaitu penyusunan laporan
keuangan bulanan, triwulan dan semester sebagaimana yang
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Adapun laporan
keuangan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
a) Laporan Triwulan
Kegiatan penyusunan Laporan Keuangan Triwulan
di lingkungan BNN melibatkan petugas SAKPA, SIMAK
dan persedian dari satker-satker di BNN Pusat. Kegiatan
ini dimaksudkan guna tercapai penyusunan laporan
keuangan Triwulan yang baik, benar, akurat, akuntabel
dan tepat waktu sehingga BNN dapat menyajikan laporan
keuangan yang sesuai dengan metode yang
dipersyaratkan dan pengiriman laporan tepat waktu, hal
ini dimaksudkan guna mendukung capaian dan
mempertahankan opini Badan Pemeriksa Keuangan
terkait dengan pengelolaaan keuangan di Kementerian/
Lembaga yaitu Opini pengelolaan keuangan tertinggi
yaitu Wajar Tanpa Pengecualian.
b) Laporan Semester.
Penyusunan dan pengiriman laporan Keuangan
BNN Semester I terlaksana dengan baik yang melibatkan
petugas SAKPA, SIMAK dan persedian dari satker-satker
di BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota.
Pengiriman laporan sesuai dengan target waktu yang
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Badan Narkotika
Nasional menyerahkan Laporan Keuangan Semester I TA.
2014 dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
c) Laporan Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited.
Pelaksanaan kegiatan penyusunan Laporan
Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited juga
dilakukan dengan melibatkan Satker Pusat dan Daerah,
laporan dibuat dan dikirim sesuai dengan tenggang
waktu sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan.
Selama tahun anggaran 2014, BNN secara rutin
membuat dan mengirimkan laporan terkait dengan
realisasi keuangan kepada instansi terkait.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 17
Dalam rangka pengelolaan keuangan yang
akuntabel dan transparan, BNN membuat laporan
realisasi anggaran, neraca, catatan atas Laporan
Keuangan, dimana Informasi Laporan Keuangan yang
disajikan disusun sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku sebagai perwujudan pertang-
gungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau
barang.
Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui
DPR, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu
oleh BPK. Pelaporan yang dilakukan dengan
mempedomani peraturan yang ada dalam pelaksanaan
sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan
keuangan sesuai SAP.
d. Biro Umum.
Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pemberian
dukungan ketatausahaan, kerumahtanggaan, dokumentasi, logistik,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara, serta hubungan
masyarakat, dengan uraian sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dan media
massa dalam mengakses informasi di lingkungan BNN
Peran media massa dalam penyebarluasan informasi
sangat berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat,
oleh karena itu BNN sebagai lembaga yang sangat
berkepentingan terhadap peran serta masyarakat dalam
pengembangan program dan kegiatan di bidang P4GN, sangat
berkepentingan akan keberadaan media. Melalui berbagai
media elektronik dan media cetak dan media online seperti
Web Side BNN, dan Call Center BNN. Menyadari arti
pentingnya peran media dalam rangka peningkatan partisipasi
masyarakat, BNN membangun system yang canggih dalam
menyajikan informasi kepada masyarakat termasuk juga
sebagai sarana untuk melaporkan terjadinya tindakan
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 18
Respon dari masyarakat yang diterima oleh BNN pada
tahun 2014 melalui website www.bnn.go.id dan media sudah
menunjukkan peningkatan yang lebih berarti dibandingkan
tahun sebelumnya. Hitungan pastinya tidak dapat
diperlihatkan secara statistik dikarenakan belum adanya
metode penghitungan (survey secara global) terkait jumlah
respon masyarakat terhadap penayangan berita terkait
institusi BNN. Ketidaktersediaan Hit Counter pada website
BNN juga menjadi salah satu kendala dalam proses
pengumpulan data respon masyarakat dan media massa
dalam mengakses informasi BNN. Selain itu, layanan Suara
Masyarakat juga dapat menjadi jembatan komunikasi terkait
adanya informasi tindak pidana Narkoba terjadi dilingkungan
masyarakat.
Sepanjang tahun 2014, jumlah suara masyarakat yang
masuk ke BNN sebanyak ± 9.547 pertanyaan. Ini dapat menjadi
indikator peran serta masyarakat terhadap fasilitas Suara
Masyarakat yang diselenggarakan oleh BNN. Beragam jenis
pertanyaan dari masyarakat masuk melalui layanan Suara
Masyarakat, namun secara garis besar mengarah kepada jenis
pertanyaan sebagai berikut :
a) Pertanyaan terkait organisasi BNN sebanyak 529
pertanyaan.
b) Pertanyaan terkait rehabilitasi BNN sebanyak 158
pertanyaan.
c) Pertanyaan terkait rekrutmen pegawai BNN sebanyak
8.188 pertanyaan.
d) Informasi terkait tindak pidana narkotika yang terjadi
dilingkungan masyarakat sebanyak 125 pertanyaan.
e) Informasi Layanan Suara Masyarakat.
Setiap pertanyaan yang masuk ke Layanan Suara
Masyarakat, secara langsung sudah diberikan jawaban, akan
tetapi tidak ada indikator yang dapat mengetahui tingkat
kepuasan masyarakat atas layanan yang telah diberikan.
Sehingga dibutuhkan sebuah penelitian mengenai tingkat
kepuasan peran serta masyarakat terkait informasi yang
diberikan. Dalam melaksanakan layanan informasi BNN juga
menyediakan fasilitas Drugs Education Drugs Information
(DEDI) yang memfokuskan target sasaran kepada kalangan
remaja dan anak-anak.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 19
Melalui fasilitas DEDI, masyarakat, dalam hal ini remaja
dan anak-anak, dapat mengakses berbagai informasi bahaya
Narkoba melalui fasilitas games interaktif yang tersedia
didalam sub web DEDI. Sepanjang tahun 2014, sub web DEDI
telah memiliki 1.045 member dengan total visitor sebanyak
217.966 pengunjung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat
memberikan respon positif terhadap layanan informasi DEDI
yang diberikan oleh BNN. Selain itu diadakan fasilitas lainnya
seperti dibawah ini :
a) Media komunikasi lainnya
Indikator peran serta masyarakat dalam mengakses
informasi terkait bahaya penyalahgunaan Narkoba di
lingkungan BNN juga dapat dilihat dari fasilitas Media
Sosial yang dikelola oleh BNN. Sejauh ini, jumlah member
BNN dalam situs jejaring Facebook mencapai angka 5.258
member. Sedangkan dalam situs jejaring Twitter BNN
telah memiliki 11.178 follower sebagai member yang
dapat mengakses informasi melalui @INFOBNN.
BNN juga turut memaksimalkan fasilitas informasi
dengan membuat paket berita dan mengunduhnya di
Humas News BNN (youtube.com) setiap hari. Respon
masyarakat terhadap paket berita yang disajikan oleh
BNN dapat dilihat dari jumlah viewer Humas News BNN
sebanyak 46.443 pengunjung pada tahun 2014 lalu.
b) Pameran Informasi Narkoba
Guna menjangkau masyarakat secara lebih dekat,
BNN secara rutin melaksanakan pameran informasi
Narkoba. Dalam kegiatan pameran ini, masyarakat dapat
memperoleh berbagai informasi tentang bahaya
penyalahgunaan Narkoba yang dikemas dalam berbagai
produk informasi seperti: stiker, poster, brosur, bros, dan
lain-lain, yang dapat diperoleh secara gratis di stand
pameran BNN. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat
berinteraksi dan berkomunikasi langsung kepada pen-
jaga stand. Selama diselenggarakannya pameran,
petugas menyajikan tayangan informasi layanan
masyarakat di stand BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 20
Sepanjang tahun 2014, BNN telah
menyelenggarakan 8 kegiatan pameran dengan total
pengunjung ± 2.750 orang. Ini membuktikan bahwa
masyarakat memberikan respon terhadap informasi
terkait kelembagaan BNN melalui kegiatan pameran yang
diselenggarakan oleh BNN.
c) Layanan Perpustakaan BNN
Perpustakaan BNN dibangun dengan tujuan sebagai
sarana penyedia informasi bahaya penyalahgunaan
Narkoba bagi internal BNN serta masyarakat umum.
Pentingnya peranan perpustakaan terlihat dari
banyaknya jumlah pengunjung dengan tujuan mengakses
informasi terkait narkotika melalui koleksi buku milik
perpustakaan BNN.
Sarana tersebut akan memiliki kinerja yang baik
apabila didukung dengan administrasi yang memadai
sehingga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan
yang telah dicanangkan.
Dengan adanya perpustakaan yang memiliki koleksi
buku khusus tentang Narkoba diharapkan layanan
masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan
seputar Narkoba dapat terpenuhi. Namun demikian,
koleksi buku perpustakaan yang ada saat ini masih
kurang memadai.
Berdasarkan tuntutan kebutuhan akan informasi
yang terus berkembang perlu dipersiapkan akses
informasi kepada masyarakat yang sifatnya ilmiah baik
untuk kepentingan edukasi, informasi, penelitian
maupun kebutuhan lainnya. Oleh sebab itu,
Perpustakaan BNN perlu melakukan penambahan buku-
buku yang berkaitan dengan bidang kesehatan, teknologi
infomasi, SDM, dan sebagainya.
Selama diselenggarakannya pelayanan perpus-
takaan BNN, kendala utamanya terbatasnya sarana
prasarana perpustakaan. Namun demikikan, BNN terus
berupaya meningkatkan layanan perpustakaan guna
memenuhi kebutuhan pengunjung termasuk pemenuhan
fasilitas penyediaan layanan informasi bagi masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 21
c) Peran Serta Media Massa.
BNN secara berkala melakukan penyebarluasan
informasi dengan memaksimalkan peran media massa
sebagai perpanjangan tangan dalam menyampaikan
berbagai upaya dan kebijakan yang ditetapkan kepada
khalayak umum. Berbagai kegiatan dilakukan BNN guna
menjangkau respon media massa dalam mengakses
informasi di lingkungan BNN.
Sepanjang tahun 2014, BNN telah
menyelenggarakan 60 kali peliputan media/konferensi
pers dengan mengundang para wartawan dari berbagai
media cetak, elektronik dan online. Melalui kegiatan
konferensi pers, diharapkan pengelola media dapat
respon dalam mengakses informasi di lingkungan BNN.
Untuk memaksimalkan strategi di bidang P4GN,
BNN telah melaksanakan berbagai kegiatan pendukung
lainnya, seperti :
• Layanan Masyarakat
Sebagai wadah komunikasi dengan
masyarakat, BNN membuka layanan Suara
Masyarakat yang dapat diakses melalui website
BNN (www.bnn.go.id). Pada tahun ini, telah masuk
sebanyak 8.088 suara masyarakat yang meliputi
pertanyaan seputar penerimaan CPNS, laporan
masyarakat, konsultasi dan lain sebagainya.
Selain layanan melalui website, BNN juga
membuka layanan Call Center dan SMS Center,
yang pada tahun ini telah menerima 5.915 telepon/
SMS dari masyarakat dengan pertanyaan terbanyak
seputar informasi umum. Melalui layanan Call
Center dan SMS Center ini, BNN juga
menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya
peredaran gelap Narkoba di suatu tempat.
Tercatat sebanyak 19 informasi yang didapat
dengan perincian sebagai berikut : 2 sumir; 1 dalam
proses penyelidikan; 13 tidak ditemukan jaringan; 2
informasi benar dan diserahkan ke Polres; dan 1
ditindaklanjuti untuk direhabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 22
BNN juga memiliki Website Indonesia
Bergegas, www.indonesiabergegas.com, yang telah
dikunjungi oleh ± 295.393 pembaca dan website
dedihumas.bnn.go.id dengan total pengunjung ±
234.707. Selain itu BNN juga aktif di jejaring sosial
seperti twitter (@INFOBNN dan @DEDIHUMAS)
dengan total follower 402.149, Facebook (Humas
BNN, Preman, dan Dedi Humas) dengan total
friends 974.237 dan youtube dengan jumlah viewer
45.000.
2) Opini Laporan Barang Milik Negara (LBMN) BNN.
Pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Semester I Tahun
2014 dilaksanakan dengan melibatkan seluruh Satker BNN
dengan jumlah peserta sebanyak 336 orang, peserta berasal
dari 9 Satker Pusat, 2 Satker Balai Rehabilitasi, 33 Satker BNNP
dan 100 Satker BNNK/Kota.
Kegiatan SIMAK BNN dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kewajiban instansi pemerintah untuk membuat
laporan keuangan yang meliputi Laporan Barang Milik Negara.
Laporan Barang Milik Negara merupakan item-item yang harus
dikelola, digunakan dan difungsikan sesuai dengan
peruntukannya. Kegiatan tersebut terangkum dalam bentuk
aplikasi SIMAK BMN, dimana data tersebut adalah Pelaporan
terhadap jumlah barang yang disesuaikan dengan nilai barang
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Pada saat audit atau pemeriksaan keuangan negara oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pengelolaan Barang Milik
Negara sangat mempengaruhi penilaian/opini terhadap suatu
instansi/kementerian/lembaga. Pada tahun 2011, 2012 dan
2013 opini BPK atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BNN
adalah Wajar Tanpa Pengecualian dan pada tahun 2014
diharapkan BNN memperoleh penilaian/opini yang sama.
Tahun 2013 BNN mendapat penghargaan BMN Award
dari Dirjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, sebagai juara III kategori Kepatuhan Pelaporan
Barang Milik Negara T.A. 2012. Penghargaan ini diperuntukan
kepada kementerian/lembaga dengan jumlah Satuan Kerja
(satker) lebih dari 100 Satker.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 23
Tahun 2014 BNN mendapat penghargaan dari
Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai juara I
Kategori Utilisasi Barang Milik Negara (BMN) dalam acara
Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian
atau Lembaga (K/L).
2. Inspektorat Utama BNN.
Inspektorat Utama BNN setiap tahun melakukan kegiatan
pengawasan terkait tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan
perundang-undangan. Indikator kinerja terlaksananya pengawasan dan
pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan, sementara sasaran
strategis “Meningkatnya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas
kinerja dan keuangan”. Kegiatan yang dilakukan bidang Pengawasan
berdasarkan program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya BNN
antara lain:
a. Tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-
undangan dengan target 90 % dan terealisasi sebesar 66,67 % dan
Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran dengan target 80%.
Analisis capaian dihitung berdasarkan persentase tingkat
kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan
diukur dengan menghitung jumlah seluruh pegawai BNN selama
tahun 2014, dari jumlah pegawai BNN sebanyak 1.716 pegawai,
mulai dari tingkat Pusat (BNN), BNNP dan BNNK/Kota.
Yang tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut:
1) Yang mendapat teguran/sanksi baik secara lisan/tertulis
berupa pelanggaran disiplin pegawai sebanyak : 238 pegawai.
2) Yang mematuhi peraturan sebanyak : 1.478 pegawai.
b. Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran dengan target 80%.
Analisis capaian dihitung berdasarkan jumlah pejabat dan
pegawai BNN yang terlibat langsung di dalam pengelolaan APBN
yaitu penyusunan rencana program dan anggaran sebanyak 379
orang terdiri dari : 119 orang Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 141
orang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan 119 orang Bendahara
Pengeluaran (BP). Dari 379 orang pejabat pengelola APBN. Yang
tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut :
1) Pejabat dan pegawai yang mendapat teguran/sanksi
berdasarkan hasil audit BPK, sebanyak 27 pejabat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 24
2) Pejabat yang tidak mendapat teguran/sanksi sebanyak 352
pejabat.
Persentase tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam
pelaksanaan rencana, program dan anggaran tahun 2014 mencapai
sasaran sebesar 92,87%. Dengan jumlah sasaran obyek
pemeriksaan sebanyak 119 Satker terdiri dari :
1) Badan Narkotika Nasional : 11 Satker.
2) Badan Narkotika Nasional Provinsi : 33 Satker.
3) Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota : 75 Satker.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
pengawasan untuk mencapai sasaran program dan kegiatan,
Inspektorat Utama BNN mendapat dukungan anggaran yang
bersumber dari DIPA APBN Satuan Kerja Inspektorat Utama BNN.
Capaian Output kegiatan pada Inspektorat Utama BNN Tahun
Anggaran 2014 adalah sebagai berikut :
NO. KOMPONEN KEGIATAN TARGET/ VOLUME
KEGIATAN REALISASI % KET
1. Audit Satker Pusat 1 Laporan 2 Laporan 200,00 +100%
2. Audit Satker BNNP dan BNNK 153 Lap 159 Laporan 103,00 +3,00%
3. Supervisi audit Satker dan Kegiatan BNNP dan
BNNK/Kota
39 Lap 40 Laporan 102,00 +2,00%
4. Pemantauan dan Pemutakhiran Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan
1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
5. Pendampingan Pengawasan Eksternal 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
6. Reviu Laporan Keuangan BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
7. Reviu Laporan Keuangan BNN Semester I TA. 2014 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
8. Evaluasi LAKIP Satker BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
9. Monev Inpres No. 5 Tahun 2004 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
10. Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun 2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
11. LAKIP Ittama BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
12. Penyusunan Program/Rencana Kerja TA.2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
13. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan Tahunan
Aparat Intern Pemerintah (APIP) Tahun 2013
1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
14. Laporan Akhir Tahun Ittama BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
15. Penyusunan Renstra Ittama TA.2015-2019 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
16. Penyusunan RKA-KL Ittama 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
17. Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai BNN 12 Laporan 12 Laporan 100,00 0
18. Pengawasan Tujuan Tertentu/Khusus 47 Laporan 14 Laporan 25,00 -75,00%
19. Verifikasi Dalam Rangka Serah Terima Jabatan
Eselon I, dan III
14 Laporan 14 Laporan 100,00 0
20. Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Satker-
satker BNN
1 Laporan 1 Laporan 100,00 0
21. Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional
Unit Kerja
12 Bln
Layanan
12 Bln
Layanan
100,00 0
22. Pengadaan Perangkat Pengolah Data 13 Unit 13 Unit 100,00 0
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 25
3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN.
Dalam upaya mendukung keberhasilan pelaksanaan program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) selama tahun 2014 Puslitdatin BNN melaksanakan
berbagai kegiatan, yaitu diantaranya :
a. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014.
Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama
antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI). Survei ini
dilaksanakan di 17 Provinsi dengan metode kuantitatif dan kualitatif
dengan jumlah responden sebanyak 2.414 responden.
Pelaksanaan survei tersebut dari tanggal 15 Januari – 15
Desember 2014, dengan tujuan sebagai berikut :
1) Tujuan umum.
• Diketahuinya estimasi angka penyalahgunaan Narkoba
dan besaran kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2014.
2) Tujuan khusus.
a) Diperolehnya gambaran pola pakai, pola edar, dan
tempat peredaran Narkoba dikalangan penyalahguna.
b) Diperolehnya informasi mengenai jumlah barang bukti
Narkoba mencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari
pihak Kepolisian.
c) Dianalisisnya kebijakan program pencegahan dan
penanggulangan Narkoba di Indonesia.
d) Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat
penyalahgunaan Narkoba.
e) Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaan Narkoba
menurut jenis penyalahgunaan Narkoba.
f) Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik real cost
maupun opportunity cost yang harus dipikul oleh
penyalahguna, keluarga dan masyarakat akibat
penyalahgunaan Narkoba.
Hasil Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba
di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama
antara BNN dengan Puslitkes UI antara lain:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 26
1) Diperkirakan angka prevalensi tahun 2014 berkisar antara
2,1% sampai 2,25%.
2) Proyeksi angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba setahun
terakhir di Indonesia, 2014 – 2020 (dalam persen (%)) sebagai
berikut :
No. Skenario Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1. Naik 2,25 2,33 2,39 2,45 2,49 2,53 2,56
2. Stabil 2,18 2,20 2,21 2,23 2,24 2,26 2,27
3. Turun 2,10 2,04 2,00 2,96 1,94 1,93 1,93
3) Jumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8
juta sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam
setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59
tahun.
4) Prevalensi penyalah guna Narkoba tahun 2003, 2004, 2009,
2011 dan 2014.
PREVALENSI TAHUN
2003 2004 2009 2011 2014 Penyalahguna Narkoba 1,5% 1,75% 1,99% 2,2% 2,18%
5) Perkiraan Jumlah Penyalah guna Per Provinsi.
a) Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki
jumlah penyalah guna yang terbanyak dibandingkan
provinsi-provinsi di luar Jawa, kecuali Sumatera Utara.
Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih
besar dibandingkan kota-kota di luar Jawa. Namun,
apabila distandarisasi dengan angka prevalensi, tidak
demikian. Angka prevalensi dihitung dengan membagi
jumlah penyalah guna (absolut) dengan angka jumlah
penduduk per tiap provinsi. Provinsi DKI Jakarta (4,73%)
memiliki angka prevalensi yang paling tinggi
dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh Kaltim (3,07%)
dan Kepri (2,94%).
b) Secara angka absolut provinsi yang terendah adalah
Papua Barat, sedangkan angka prevalensi terendah
adalah Papua (1,23%). Hal ini yang patut dicermati di
Provinsi Papua penyalah guna dan angka prevalensinya
semakin meningkat tajam sebab tingkat peredaran
Narkoba jenis ganja yang masuk dari perbatasan Papua
Nugini semakin marak. Apalagi harganya jauh lebih
murah dibandingkan jenis shabu.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 27
6) Peringkat Penyalah guna Narkoba Tahun 2014
No. Provinsi Jumlah
Penyalah guna
Preva-lensi (%)
Rang-king
Populasi (10-59)
1. DKI Jakarta 364.174 4,74 1 7.688.600
2. Kaltim 59.195 3,07 2 1.930.936
3. Sumut 300.134 3,06 3 9.808.600
4. Kepri 41.767 2,94 4 1.421.800
5. DI Yogya 62.028 2,37 5 2.621.600
6. Jabar 792.206 2,34 6 33.905.400
7. Maluku 27.150 2,32 7 1.169.800
8. Bali 66.785 2,22 8 3.008.900
9. Sulut 38.307 2,19 9 1.745.500
10. Sulteng 43.591 2,11 10 2.065.100
11. Sulbar 18.887 2,09 11 903.800
12. NAD 73.201 2,08 12 3.525.900
13. Sulsel 125.643 2,08 13 6.052.100
14. Banten 177.110 2,02 14 8.770.800
15. Jatim 568.304 2,01 15 28.271.400
16. Kalbar 69.164 2,01 16 3.446.100
17. Kalsel 57.929 2,01 17 2.888.300
18. Riau 90.453 1,99 18 4.552.500
19. Kalteng 35.811 1,95 19 1.835.300
20. Jambi 47.064 1,89 20 2.491.900
21. Bengkulu 25.784 1,88 21 1.370.000
22. Jateng 452.743 1,88 22 24.131.300
23. Babel 18.574 1,85 23 1.002.500
24. Malut 14.988 1,85 24 810.100
25. Sumbar 65.208 1,80 25 3.622.500
26. Sumsel 98.329 1,69 26 5.828.800
27. Gorontalo 13.885 1,68 27 824.800
28. Sultra 27.328 1,59 28 1.720.000
29. Irjabar 9.952 1,57 29 634.300
30. Kaltara 16.165 1,54 30 1.051.364
31. Lampung 89.046 1,52 31 5.853.100
32. NTB 51.519 1,50 32 3.423.300
33. NTT 51.298 1,49 33 3.440.900
34. Papua 28.980 1,23 34 2.358.200
INDONESIA 4.022.702 2,18 184.175.500
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 28
b. Survei Cepat (Rapid Survei) Pemahaman Masyarakat tentang
Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta.
Kegiatan survei cepat ini bekerjasama antara Badan Narkotika
Nasional dengan FISIP Universitas Nasional (Unas) dengan jumlah
responden sebanyak 200 responden dan teknik pengambilan sample
dengan menggunakan cluster multistage. Pelaksanaan survei cepat
selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Maret – Juni 2014 dengan
lokasi di DKI Jakarta.
Tujuan dari suvei cepat ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui efek sosialisasi BNN pada tingkat
pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku masyakarat dalam
upaya P4GN.
2) Untuk mengetahui efektifitas berbagai bentuk kegiatan
sosialisasi BNN dan penyebaran informasi melalui media
massa dan media luar ruang dalam upaya P4GN.
3) Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap rehabilitasi dan
hukuman bagi pengedar Narkoba.
Sedangkan manfaat dari survei cepat diharapkan dapat
memberi masukan yang bermanfaat bagi pemerintah khususnya
instansi penegak hukum yang berwenang menjalankan P4GN.
Kesimpulan dari survei cepat (rapid survei) pemahaman
masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah
sebagai berikut :
1) Responden, baik pelajar/mahasiswa maupun pekerja,
umumnya memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang
institusi BNN dan juga kegiatan pencegahan dan
pemberantasan Narkoba, meskipun istilah P4GN dan
pemahaman tentang UU Narkotika masih sangat rendah.
2) Persepsi tentang kegiatan sosialisasi bahaya Narkoba juga
cukup baik. Responden berpendapat bahwa kegiatan BNN
cukup detil, jelas, kreatif, dan interaktif. Selain dari kegiatan
BNN secara langsung, responden juga mendapatkan informasi
bahaya Narkoba dari berbagai media, baik media massa
maupun media luar ruang.
3) Hal itu memunculkan sikap yang positif responden dengan
kesediaan mereka untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan
dan pemberantasan Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 29
4) Pengetahuan, persepsi, dan sikap yang positif tersebut pada
akhirnya tercemin pada perilaku responden yang minim dalam
konsumsi minuman alkohol maupun penyalahgunaan
Narkoba. Meskipun untuk konsumsi rokok masih cukup tinggi.
Perilaku positif responden juga tercermin pada keterlibatan
mereka dalam mengkampanyekan bahaya Narkoba kepada
lingkungan sekitar.
5) Pemanfaatan media massa terutama media televisi dan
internet dalam mengkampanyekan bahaya Narkoba sangat
efektif. Selain itu penggunaan media luar ruang terutama
billboard juga sangat efektif, terutama bagi kalangan pekerja.
Penggunaan ketiga media tersebut hendaknya terus
ditingkatkan. Kegiatan penyuluhan bahaya Narkoba di sekolah
dan lingkungan pekerja juga harus terus ditingkatkan,
terutama untuk menjaring kesediaan menjadi kader satgas
anti Narkoba.
6) Upaya BNN untuk menekan penyalahguna Narkoba agar
direhabilitasi daripada dipenjara mendapat sambutan positif
dari responden. Hukuman penjara dan bahkan hukuman mati
memang selayaknya ditujukan kepada para pengedar dan
gembong Narkoba.
c. Riset Operasional tentang Pengetahuan dan Pemahaman
Masyarakat tentang IPWL di Provinsi Jawa Barat
Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara Badan
Narkotika Nasional dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia dilakukan di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan 3 (tiga)
bulan dari Oktober – Desember 2014.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Umum.
Meningkatkan jumlah penyalahguna dan keluarga
penyalahguna melapor diri ke IPWL guna memperoleh
perawatan dan rehabilitasi medis dan sosial.
2) Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi masalah terkait dengan masih
sedikitnya jumlah penyalahguna dan keluarga
penyalahguna yang melapor diri ke IPWL.
b) Mengetahui pelaksanaan IPWL di tempat yang ditunjuk
Kemenkes dan Kemensos dan BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 30
c) Mengembangkan alternatif solusi untuk meningkatkan
jumlah penyalah guna dan keluarga penyalah guna
melapor diri ke IPWL.
Manfaat riset operasional ini adalah berguna bagi para
pemangku kepentingan untuk memperkuat program/kebijakan yang
sudah ada, khususnya untuk pengembangan program penanganan
penyalahguna Narkoba melalui IPWL. Secara tidak langsung hasil
penelitian bermanfaat bagi sasaran program utamanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan, menekan resiko kerugian ekonomi
dan sosial akibat penggunaan Narkoba.
Sedangkan kesimpulan dari riset operasional ini adalah :
1) Rendahnya jumlah penyalah guna dan keluarga penyalah guna
Narkoba yang melapor diri ke IPWL berkaitan dengan masalah
internal (predisposing) yang ada dalam diri penyalah guna dan
keluarganya, masalah programatik, yaitu pelaksanaan layanan
(enabling) serta masalah penegakan hukum (reinforcing)
terkait dengan penanganan kasus Narkoba.
2) Pemahaman masyakat terhadap IPWL masih kurang. Dari
aspek internal terkait dengan keengganan lapor diri ke layanan
IPWL karena adanya rumor bahwa kecanduan Narkoba tidak
bisa disembuhkan, rehabilitasi Narkoba tidak dapat
menyembuhkan kecanduan, minimnya pengetahuan terhadap
IPWL, kurangnya motivasi untuk terlepas dari ketergantungan
Narkoba.
3) Variasi masalah di Instansi Penerima Wajib Lapor.
Masalah di tingkat layanan teridentifikasi ada beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian sehingga program ini belum
mampu dilaksanakan dengan maksimal, yaitu menyangkut
sosialisasi dan koordinasi, masalah SDM dan fasilitasnya,
pembiayaan dan pemantauan dan evaluasi layanan. Sosialisasi
dan koordinasi di tingkat pemangku kepentingan sudah sering
dilakukan namun informasi tentang IPWl belum sampai ke
kelompok sasaran.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 31
4) Pelaksanaan peraturan bersama untuk mendukung
penanganan kasus Narkoba.
Para penyalah guna memperoleh perlakuan yang berbeda dari
aparat penegak hukum, umumnya berakhir dengan proses
pidana. Persyaratan untuk memutuskan penyalah guna
Narkoba ke panti rehabilitasi dibutuhkan lebih banyak
persyaratan seperti: asesmen/rekomendasi dari saksi ahli
tentang urgensinya untuk direhabilitasi, serta keterbatasan
akses ke fasilitas rehabilitasi.
Pihak penyidik dan penuntut perkara penyalah guna Narkoba
kesulitan menerapkan pasal 27 Undang-Undang Nomor 35
tahun 2009 bagi kasus yang terbukti membawa “barang bukti”
selain Metadhon, Subutek dan Suboxon. Bila kasus demikian
ditemukan di lapangan maka penyidik dan jaksa akan
menggunakan pasal 112 KUHP. Ada kekhawatiran bahwa
kebijakan ini akan digunakan sebagai celah bagi para bandar
Narkoba untuk menyiasati supaya lolos dari hukuman.
Sebaliknya kebijakan ini dikawatirkan juga menjadi celah bagi
anggota polisi nakal untuk melarikan setiap perkara pidana
Narkoba langsung diarahkan ke rehabilitasi tanpa disidik sesuai
prosedur karena ada imbalan.
Adapun alternatif solusi dari riset operasional adalah :
1) Menyampaikan pesan secara komprehenshif melalui
peer (kelompok sebaya) atau LSM.
Menepis anggapan bahwa kecanduan Narkoba tidak bisa
disembuhkan melalui berbagai media terutama Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) atau peer (kelompok sebaya)
yang mempunyai akses langsung terhadap penyalahguna
Narkoba.
Informasi penting perlu disampaikan bahwa dengan
mengikuti program rehabilitasi tidak hanya mengatasi
masalah Narkoba tetapi memperoleh manfaat lain
seperti pengurangan atau meminimalisir dampak
penggunaan Narkoba seperti Overdosis, kesehatan,
kriminal/hukum, dan masalah sosial lain dan
produktivitas.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 32
2) Menyiapkan Buku Pedoman bagi Petugas Lapangan
terkait.
Memetakan kebutuhan untuk meningkatkan mutu
layanan bagi staf yang bertugas di Fasilitas IPWL
selanjutnya memberikan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan sesuai kebutuhannya.
Meningkatkan jumlah dan kapasitas tim asesmen yang
siap siaga untuk menangani kasus Narkoba di pengadilan.
Perlu menyiapkan buku pedoman/petunjuk teknis bagi
tim penyidik, jaksa dan hakim serta tim asesmen
penanganan Narkoba.
d. Riset Operasional tentang Partisipasi Masyarakat dalam P4GN di
Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara BNN dengan
Puslitkes UI dilakukan di kota Surabaya – Jatim, dengan mengambil
dua lokasi studi (sentinel site) secara purposive dilaksanakan 3 (tiga)
bulan dari Oktober – Desember 2014.
Adapun kategori lokasi yang dipilih adalah daerah intervensi
program P4GN yang mempunyai tingkat partisipasi masyarakat aktif
dan pasif (studi kasus). Lokasi studi terpilih adalah :
1) Kampung Sawahan (Kompas), Kel. Sawahan, Kec. Sawahan,
yaitu daerah intervensi program P4GN dengan tingkat
partisiasi masyarakat aktif dalam program P4GN.
2) Kampung Kremil (Naga Bonar), Kel. Dupak, Kec. Kembangan,
yaitu daerah intervensi program P4GN dengan tingkat
partisiasi masyarakat pasif dalam program P4GN.
3) Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta
Selatan.
Teknik pengumpulan data dalam riset operasional
pemberdayaan masyarakat ini yaitu melalui wawancara mendalam,
diskusi kelompok terarah (Fokus group discussion), observasi dan
telaah data sekunder.
Tujuan dari riset operasional ini adalah sebagai berikut :
1) Tujuan umum
Memperoleh gambaran terkait partisipasi masyarakat
(populasi umum) dalam program P4GN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 33
2) Tujuan khusus
a) Memperoleh jenis/listing program P4GN yang sudah
dilaksanakan oleh BNN, BNNP dan BNN Kab./Kota,
terutama di lokasi studi.
b) Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi sehingga
menyebabkan partisipasi masyarakat dalam program
P4GN masih rendah (belum maksimal).
c) Memperoleh gambaran terkait strategi yang bisa
dikembangkan untuk memaksimalkan partisipasi/ peran
serta masyarakat dalam program P4GN.
Kesimpulan dari survei cepat (rapid survei) pemahaman
masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah
sebagai berikut :
1) Jenis kegiatan P4GN yang paling banyak dilakukan di
masyarakat adalah jenis kegiatan primer, yaitu berupa
sosialisasi, penyuluhan, seminar, dan sebagainya. Jenis
kegiatan sekunder dan tertier lebih banyak hanya di daerah
yang menjadi intervensi program. Tingkat keberlanjutan
program P4GN lebih terjamin keberlangsungannya pada
kelompok pelajar/mahasiswa, dan terlihat semakin meningkat
kuantitas dan kualitasnya. Berbeda halnya yang terjadi di
kelompok pekerja ataupun di masyarakat umum yang
cenderung terhambat keberlanjutannya.
2) Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dan terhambatnya
keberlanjutan kegiatan P4GN disebabkan oleh banyak faktor,
baik di tingkat masyarakat maupun pemangku kebijakan.
Secara garis besar identifikasi hambatan yang ada adalah
terkait dengan mispersepsi terhadap pemahaman masalah
Narkoba, kurangnya sarana prasarana penunjang, konsep
pengembangan kegiatan yang kurang tepat, dan belum ter-
sedianya instrument sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
3) Mispersepsi terkait permasalahan Narkoba masih banyak
berkembang di masyarakat, misalnya stigma Narkoba adalah
masalah kriminal, stigma terhadap pecandu dan mantan
pecandu, masalah Narkoba adalah urusan BNN dan polisi,
proteksi diri dari Narkoba cukup pada keluarga, masalah
Narkoba sebagai aib bagi keluarga, sekolah/perusahaan, dan
sebagainya.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 34
4) Pola pelaksanaan kegiatan P4GN yang ada di masyarakat
selama ini pada umumnya juga masih bersifat situasional pada
momen tertentu saja dan tidak berkesinambungan. Salah satu
faktor penghambat yang ditemukan adalah karena
keterbatasan pendanaan dan tidak adanya dukungan dari
pemerintah setempat.
5) Pengembangan konsep intervensi kegiatan P4GN di suatu
wilayah masih bersifat proyek (conduct by project), dan bukan
karena program (conduct by program) sehingga tidak terjamin
keberlanjutannya. Konsep intervensi pada umumnya hanya
fokus pada kelompok sasaran (populasi kunci) tanpa
melibatkan masyarakat luas sehingga dalam implementasinya
kurang mendapat dukungan dan terkadang terjadi benturan
dengan kelompok masyarakat lainnya.
6) Demikian juga dengan belum maksimalnya peran pemangku
kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
kegiatan P4GN karena merasa belum mempunyai pedoman
yang tertuang dalam rencana aksi sebagai acuan implementasi
program.
Sedangkan rekomendasi dari survei cepat (rapid survei)
pemahaman masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta
adalah sebagai berikut :
1) Dalam upaya pengembangan peran serta masyarakat dalam
kegiatan P4GN seharusnya digulirkan sebuah ide kegiatan oleh
pemerintah untuk memberikan respon kepada masyarakat
supaya berkreasi dalam mengembangkan konsep kegiatan
P4GN. Berbagai kegiatan yang sudah pernah dilakukan seperti
lomba kampung bebas Narkoba terbukti memberikan
rangsangan kepada masyarakat untuk aktif beperan. Kegiatan-
kegiatan semacam inilah yang seharusnya terus dikembangkan
intensitas dan frekuensinya.
2) Sistem koordinasi dan pola kerja LSM yang berbasis
masyarakat (community based unit) bisa diadopsi dalam
pelaksanaan kegiatan kedepannya. Demikian juga keberadaan
LSM sebagai mitra kerja masyarakat dan pemangku kebijakan
masih perlu dipertahankan, bahkan jika memungkinkan bisa
lebih ditingkatkan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 35
3) Konsep kegiatan P4GN yang dikembangkan harus bisa
diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan yang ada sehingga keberlangsungan
programnya bisa lebih terjamin. Dalam hal ini pelibatan
masyarakat sangat diperlukan terutama peran toga/tomas
sebagai panutan.
4) Peningkatan koordinasi antara masyarakat dengan pemangku
kebijakan sangat perlu ditingkatkan melalui peran serta
Bimmas, Babinsa, BPD, dan toga/tomas. Konsep kegiatan dan
alur pendanaan yang tertuang dalam strategi dan rencana aksi
daerah harus dipahami oleh semua masyarakat maupun
pemangku kebijakan sehingga tidak ada lagi mispersepsi
khususnya pada pemerintah daerah setempat. Selain itu peran
pemerintah sangat diperlukan oleh masyarakat dalam
penggalian dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan.
5) Untuk menjamin terlaksananya implementasi program oleh
kementerian/lembaga, SKPD, dan instansi terkait lainnya maka
BNN dan BNNP/K sebagai leading sektor harus lebih
melakukan pengawasan terhadap bentuk kegiatan P4GN yang
diintegrasikan ke masing-masing instansi. Instrument kegiatan
yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program P4GN
harus tertuang dalam rencana aksi sehingga bisa dijadikan
acuan oleh kementerian/lembaga ataupun departemen, dinas,
dan instansi terkait lain di bawah masing-masing kementerian/
lembaga bersangkutan.
e. Riset Operasional tentang Persepsi dan Pengalaman Narkoba
terhadap Hukuman Penjara dan Hukuman Rehabilitasi di Provinsi
Banten
Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara Badan
Narkotika Nasional dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia dilakukan di provinsi Banten. Pelaksanaan riset
operasional selama 3 (tiga) bulan yaitu dari Oktober – Desember
2014.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Umum.
Menilai persepsi para informan terkait Narkoba terhadap
hukuman penjara dan rehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 36
2) Tujuan Khusus.
a) Menilai persepsi dan pengalaman penyalahguna Narkoba
tentang hukuman penjara dan rehabilitasi.
b) Menilai persepsi dan pengalaman keluarga penyalah
guna Narkoba tentang hukuman penjara dan rehabilitasi
c) Menilai persepsi masyarakat tentang hukuman penjara
dan rehabilitasi.
d) Menilai persepsi dan pengalaman pengelola panti rehab
tentang hukuman penjara dan rehabilitasi.
e) Menilai persepsi penegak hukum hukuman penjara dan
rehabilitasi.
Metode pengumpulan data dan partisipan/sasaran survei
adalah :
Metode Sasaran/informan Jumlah
Indepth interview
1. Pecandu yang sudah pulih yang pernah dipenjara & direhabilitasi 6 orang
2. Pecandu yang masih dalam ketergantungan 14 orang
3. Penyidik polisi 10 orang
4. Hakim 2 orang
5. Jaksa 4 orang
6. BNN/BNNP/BNNK 2 orang
7. Pengelola panti rehabilitsi medis/sosial 2 orang
8. Keluarga dan tokoh masyarakat 3 orang
Telaah dokumen
Regulasi, program rehabilitasi, sarana penjara dan panti rehabilitasi
Kesimpulan dari riset operasional ini adalah :
1) Hampir semua aktor lebih memilih penyalahguna agar
direhabilitasi.
2) Hukuman penjara tidak membuat jera penyalahguna karena
masih tingginya peredaran Narkoba di dalam rutan dan lapas.
Bahkan penjara menjadi tempat pembelajaran karena
disanalah tempat berkumpul para bandar/pengedar.
3) Kepolisian sebagai aktor utama untuk memberikan dakwaan
pecandu untuk direhab (pasal 127), karena masih terbentur
kasus kepemilikan (pasal 111,112,114).
4) Masih tingginya perbedaan persepsi di kalangan penegak
hukum tentang putusan rehabilitasi, karena UU No 35 tahun
2009 tidak konsisten dalam penggunaan istilah pecandu,
penyalahguna dan korban penyalahguna dan belum adanya
TAT.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 37
5) Adanya peluang bagi para oknum penegak hukum untuk
memasukkan pasal rehabilitasi kepada bandar dan pengedar.
Adapun saran/temuan dari riset operasional adalah :
1) Belum semua kabupaten/kota ada tim asesmen. Di Jakarta
hanya Jaktim dan Jaksel, di Banten hanya Tangsel.
2) Perbedaan persepsi mengenai definisi pecandu, penyalahguna,
dan dasar hukum yang digunakan.
3) Ada peluang bagi oknum untuk memanfaatkan agar bandar/
pengedar bisa direhabilitasi.
4) Persepsi sebagian besar dari informan mendukung agar
pecandu direhabilitasi. Di sisi lain, masih terbatasnya jumlah
panti rehab yang ada.
5) Efektivitas program rehabilitasi dianggap kurang oleh
penyalahguna.
6) Dominasi pemidanaan berupa penjara bagi pengguna
narkotika tercermin dari pasal 111 dan 112 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009.
Sedangkan rekomendasi dari riset operasional adalah :
1) Perlu membentuk tim asesmen di tingkat provinsi,
kabupaten/kota.
2) Perlu dibuat juknis dan juklak untuk pelaksanaan rehab,
terutama di kepolisian, kehakiman dan pengadilan.
3) Sosialisasi asesmen perlu lebih digalakkan agar masyarakat
lebih peduli.
4) Perlu penyamaan persepsi di kalangan penegak hukum
terutama mengenai pecandu, penyalahguna & dasar
hukumnya.
5) TAT harus betul-betul profesional dalam melakukan proses
asesmen yang akurat, misalnya dibuktikan melalui uji Narkoba
melalui test rambut.
6) BNN membuat kriteria panti rehab yang bisa menjadi pusat
rujukan rehabilitasi.
7) Memperbanyak jumlah panti rehab yang melibatkan pihak-
pihak masyarakat, tetapi dengan pengawasan yang ketat oleh
BNNP/BNNK.
8) Melakukan kajian metode yang dianggap efektif dan
manusiawi untuk rehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 38
9) Lebih jauh, perlu difikirkan untuk melakukan standarisasi
terhadap panti rehabilitasi.
10) Perlu dibuat kejelasan perumusan pecandu dan pengedar agar
tidak memenjarakan pecandu.
f. Rapat Koordinasi Analisa dan Evaluasi Call Center dan SMS Center
BNN Tahun 2014.
Kegiatan rakor analisa dan evaluasi ini dilaksanakan karena
banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi secara aktif dengan
memberikan informasi tentang penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di lingkungannya. Oleh karena itu BNN melalui
Puslitdatin BNN merespon dengan dilakukannya kegiatan analisa
dan evalusi Call Center dan SMS Center BNN.
Kegiatan rakor analisa dan evaluasi dilaksanakan sebagai
berikut :
1) Rapat pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28
Januari 2014 bertempat di gedung BNN Lantai 4 Jl. MT.
Haryono No. 11 Cawang – Jakarta Timur.
2) Rapat kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Februari
2014 bertempat di gedung BNN Lantai 1 Jl. MT. Haryono No.
11 Cawang – Jakarta Timur.
3) Rapat kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 April
2014 bertempat di gedung BNN Lantai 7 Jl. MT. Haryono No.
11 Cawang – Jakarta Timur.
Tujuan dari kegiatan analisa dan evaluasi Call Center dan SMS
Center BNN adalah dalam rangka mengetahui sampai sejauhmana
tindak lanjut dari informasi yang didapat dari Call Center dan SMS
Center BNN tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
di lingkungannya sehingga partisipasi masyarakat dalam
memberikan informasi kepada BNN semakin meningkat.
Manfaat dari kegiatan analisa dan evaluasi Call Center dan
SMS Center BNN :
1) Dapat mengetahui banyaknya laporan yang masuk dari
masyarakat baik melalui Call Center dan SMS Center.
2) Dapat mengetahui sebaran jenis informasi atau laporan yang
bersumber dari masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan
analisa bagi pimpinan BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 39
3) Dapat mengevaluasi seberapa jauh tingkat kualitas informasi
yang masuk dari masyarakat khususnya yang terkait informasi
peredaran gelap Narkoba.
4) Dapat mengevaluasi sampai sejauhmana petugas yang terkait
dengan pertanyaan masyarakat merespon atau
menindaklanjuti laporan tersebut.
5) Dapat mengetahui hambatan dan kendala-kendala para
petugas dalam merespon dan menindaklanjuti laporan
masyarakat khususnya yang terkait dengan peredaran gelap
Narkoba di lingkungannya.
Adapun data layanan masyarakat melalui Call Center dengan
Nomor Call Center 021-80880011 dan SMS Center Nomor
081221675675 tahun 2014 adalah sebanyak 6.093 informasi. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini mengalami
peningkatan sebesar 13,8%, yaitu dari 5.099 informasi pada tahun
2013 menjadi 5.915 informasi pada tahun 2014.
Rincian data layanan masyarakat melalui Call Center dan SMS
Center BNN selama tahun 2014 sebanyak 5.915 informasi adalah
sebagai berikut:
1) Rehabilitasi : 365 Informasi
2) Berantas : 1.098 Informasi
3) Cegah : 92 Informasi
4) Humas : 8 Informasi
5) Datin : 5 Informasi
6) Informasi umum : 4.391 Informasi
7) Dumas Ittama : 1 Informasi
Data layanan Call Center dan SMS Center BNN 5 (lima) tahun
terakhir (tahun 2010 – 2014) adalah sebagai berikut :
NO. INFORMASI YANG MASUK TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
1. Rehabilitasi 253 359 183 305 365
2. Cegah 55 68 55 81 92
3. Humas 11 21 3 15 8
4. Informasi umum 795 793 2.615 2.948 4.391
5. Datin 12 29 11 12 5
6. Berantas 179 729 607 1.737 1.098
7. Dumas Ittama 2 1
JUMLAH 1.305 1.999 3.474 5.099 5.915
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 40
4. Balai Diklat BNN.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil BNN dalam
pelaksanaan P4GN, Balai Diklat BNN Tahun Anggaran 2014, menyusun
rencana kegiatan dan anggaran semula ditetapkan sebanyak 23 (dua
puluh tiga) kegiatan Diklat, namun realisasinya mencapai 25 (dua puluh
lima). Tambahan realisasi dimaksud merupakan optimalisasi kegiatan dan
anggaran yang ada pada Balai Diklat BNN. Adapun jenis kegiatan Diklat
yang dilaksanakan tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan II (5 Angkatan) dengan
jumlah peserta sebanyak 177 orang.
b. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan III (5 Angkatan) dengan
jumlah peserta sebanyak 188 orang.
c. Diklat Pembinaan Teknis Penyuluh P4GN dengan jumlah peserta
sebanyak 60 siswa.
d. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Terampil dengan
jumlah peserta sebanyak 12 (dua belas).
e. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa dengan jumlah peserta sebanyak
20 (dua puluh) siswa.
f. Diklat PIM IV dengan jumlah peserta sebanyak 30 (tiga puluh) siswa.
g. Diklat PIM III dengan jumlah peserta sebanyak 5 (lima) siswa.
h. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Pratama dengan jumlah
peserta sebanyak 10 (sepuluh) siswa.
i. Diklat Calon Widyaiswara dengan jumlah peserta sebanyak 16
(enam belas) siswa.
j. Diklat Teknis Pengelolaan keuangan bagi BP&BPP BNN dengan
jumlah peserta sebanyak 33 (tiga puluh tiga) siswa.
k. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Madya dengan jumlah
peserta sebanyak 1 (satu) siswa.
l. Diklat P4GN, Perubahan Mindset dan Cultureset Bagi Para Ka
BNNP&BNNK dengan jumlah peserta sebanyak 133 (seratus tiga
puluh tiga) siswa.
m. Diklat Bimbingan Teknis Fungsi Perencanaan dengan jumlah peserta
sebanyak 33 (tiga puluh tiga) siswa.
n. Diklat bimbingan Pelayanan Informasi Public di Lingkungan BNN dan
BNNP dengan jumlah peserta sebanyak 50 (lima puluh) siswa.
o. Diklat Bahasa Inggris / Public Speaking dengan jumlah peserta
sebanyak 20 (dua puluh) siswa.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 41
Seluruh rangkaian kegiatan yang ditetapkan dalam rencana kerja
Balai Diklat BNN tahun 2014, merupakan target maksimal yang
dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan segala
sumberdaya yang ada. Target semula adalah untuk 633 orang, namun
karena ada optimalisasi target output sebanyak 811 (delapan ratus
sebelas) siswa.
Meskipun saat ini Balai Diklat BNN belum terakreditasi, minimnya
Widyaiswara, minimnya sarana dan prasarana (Mess Staf, tempat ibadah,
ruang audotorium, ruang perpustakaan, asrama Diklat PIM dll) serta
terbatasnya SDM Balai Diklat BNN, namun Balai Diklat BNN tetap
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik dalam hal
pelayanan prima. Untuk kedepannya Balai Diklat BNN sangat
mengharapkan dukungan dari penentu kebijakan agar Balai Diklat BNN
dapat segera diakreditasi, mendapatkan penambahan SDM, dan
tersedianya sarana serta prasarana untuk persyaratan agar Balai Diklat
BNN dapat dikareditasi oleh Instansi Pembina yang dalam hal ini Lembaga
Administrasi Negara (LAN).
5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN.
Laboratorium Uji Narkoba BNN pada Desember 2014, telah
menerima sample sebanyak 19.975 sampel untuk dilakukan test uji
Narkoba terdiri dari narkotika sebanyak 18.795 sampel, psikotropika
sebanyak 84 sampel, prekursor 9 sampel, hasil negatif (tidak termasuk
dalam golongan narkotika, psikotropika dan prekursor) sebanyak 1.082
sampel.
Kegiatan prioritas yang dilaporkan merupakan kegiatan Balai
Laboratorium Uji Narkoba yang memberikan dampak terhadap kualitas
pelayanan pengujian sampel Narkoba berupa :
a. Pelayanan Pengujian Sampel.
Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN dalam kegiatan
pelayanan pengujian sampel hingga bulan November 2014 telah
menguji 19.975 sampel yang terdiri dari Narkotika sebanyak 18.795
sampel, Psikotropika sebanyak 84 sampel (tidak termasuk dalam
golongan narkotika, psikotropika dan prekursor sebanyak 1.082
sampel.
b. Surveilen Akreditasi ISO 17025:2008.
Surveilen ISO 17025:2008 merupakan syarat dalam
mempertahankan akreditasi yang telah diperoleh dari KAN (Komite
Akreditasi Nasional) sebagai Laboratorium pengujian yang
terstandarisasi. Surveilen menetapkan bahwa Balai Laboratorium
Narkoba BNN berhasil mempertahankan akreditasi ISO 17025:2008
yang telah diperoleh sejak tahun 2012.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 42
c. Identifikasi New Psycoactive Substance (NPS).
Dampak peningkatan kemampuan dan pembangunan
instrument laboratorium ditunjukkan melalui kemampuan dalam
menganalisis NPS yang terkandung dalam sampel yang diuji. Selama
tahun 2014 Balai Laboratorium telah mengidentifikasi 19 NPS
sehingga jumlah total NPS yang beredar teridentifikasi sebanyak 35
jenis. Daftar NPS yang teridentifikasi telah beredar di Indonesia
terlampir.
Berdasarkan instansi asal sampel, jumlah sampel yang
diidentifikasi mengandung NPS sebanyak 95 sampel dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel Instansi yang Mengirimkan Sampel NPS
NO. INSTANSI JUMLAH SAMPEL
1. BNN 20
2. BNNP Sumsel 2
3. BNNP Kep Riau 2
4. BNNP Aceh 3
5. Polda Kep Bangka Belitung 1
6. Polresta Pontianak 1
7. Pores Kota Balerang 2
8. Dit Tindak Pidana Narkoba 14
9. Polres Jakarta Selatan 9
10. Polres Jakarta Pusat 7
11. Polres Jakarta Barat 1
12. Polres Jakarta Timur 4
13. Polres Jakarta Utara 3
14. Polda Metro Jaya 6
15. Polsek Kemayoran 4
16. Polresta Bandar Lampung 4
17. Polres Lampung Timur 1
18. Polres Lampung Selatan 2
19. Polres Bangka 1
20. Polres Kota Pekanbaru 2
21. Polda Jawa Barat 1
22. Polsek Teluk Betung Selatan 2
23. Polda Lampung 3
24. Polsek Tanah Abang 1
JUMLAH 95
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 43
d. Layanan Dukungan Pemusnahan Barang Bukti
Layanan dukungan pemus-
nahan barang bukti
dilaksanakan dalam rangka
melaksanakan pengujian
terhadap barang bukti yang
akan dimusnahkan. Selama
tahun 2014 sebanyak 66 (enam
puluh enam) kegiatan
pemusnahan barang bukti dengan rincian sebagai berikut:
Tabel Kegiatan Pemusnahan Barang Bukti
NO. INSTANSI JUMLAH
KEGIATAN
1. Deputi Bidang Pemberantasan BNN 28
2. Direktorat Tindak Pidana Narkoba 33
3. BNNP Banten 2 4. Polres Serang 1
5. Polres Metro Jakarta Pusat 1
6. BNNK Tangerang Selatan 1
JUMLAH 66
e. Dukungan Pengujian Kegiatan PembedayaanMasyarakat
Kegiatan dukungan
ini merupakan kegiatan
pengujian dalam rangka
kegiatan deputi bidang
pemberdayaan
masyarakat, baik dalam
lingkungan pendidikan
maupun lingkungan kerja.
Adapun sampel yang diuji
adalah berbentuk rambut
atau urin.
Selama tahun 2014, jumlah sampel urin yang diuji sebanyak
6.865 sampel sedangkan sampel rambut sebanyak 2.840 sampel.
Output, target, capaian serta penganggaran dijabarkan pada tabel
berikut:
Foto Kegiatan Pengujian Urin di Kementerian PAN-& RB
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 44
Tabel Output, dan Capaian
NO. OUTPUT TARGET CAPAIAN
1. Laporan Pemeriksaan Uji Narkoba 10.057 Lap Pemeriksaan
19.975 Lap Pemeriksaan
2. Bulan Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional Unit Kerja
12 Bulan 12 Bulan
3. Alat/Instrumen Laboratorium Uji Narkoba 1 Unit 1 unit
4. Pemeliharaan Alat/Instrumen Laboratorium Uji Narkoba 18 unit 18 unit
5. Laporan Hasil Penelitian Drug Profiling dan Pengembangan Uji Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya
2 Laporan 2 Laporan
f. Capaian Kinerja Tahun 2010-2014
Capaian kinerja Balai Laboratorium Narkoba BNN selama lima
tahun berdasarkan kegiatan prioritas dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel Capaian Kinerja Tahun 2010-2014
NO. KEGIATAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
1. Laporan Pengujian Sampel Narkotika, Psikotropika
12.677 13.910 15.449 17.940 19.975 sampel
2. Akreditasi ISO 17025:2008 Belum terakre-
ditasi
Pengajuan Akreditasi
Terakre-ditasi
Terakre-ditasi
Terakre-ditasi
3. Identifikasi NPS - - 1 NPS 15 S 14 NPS
4. Layanan Pengujian Pemus-nahan Barang Bukti
- - - 61 66
5. Kegiatan Pengujian Dukungan Pemberdayaan Masyarakat
- - 14.991 Sampel
5.449 Sampel
9.705 Sampel
C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOBA (P4GN)
Program P4GN merupakan program teknis yang dilaksanakan oleh
Kedeputian BNN yang terdiri dari Deputi Bidang Pencegahan BNN, Deputi Bidang
Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Deputi Bidang
Pemberantasan BNN, Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN dan juga oleh
Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan program tersebut
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia “IMUN” dari
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Adapun gambaran
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja terkait program teknis
dimaksud adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 45
1. Deputi Bidang Pencegahan BNN
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilaksanakan melalui
kegiatan advokasi dan diseminasi informasi secara menyeluruh dan
terintegrasi kepada target sasaran pencegahan yaitu lingkungan
pendidikan, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan
pekerja serta lingkungan sektor kesehatan. Upaya advokasi dan
diseminasi informasi merupakan penjabaran dari pelaksanaan Undang –
Undang 35 tahun 2009, dan didukung dengan adanya Kebijakan Nasional
dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) yang dituangkan kedalam
Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2011. Peraturan tersebut
dimaksudkan untuk mendorong partisipasi aktif seluruh komponen
masyarakat bangsa dan negara berperan aktif dalam melaksanakan P4GN
di lingkungannya masing-masing. Sedangkan maksud hakiki dari adanya
Inpres 12 Tahun 2011 adalah untuk mendorong penyelenggara negara
dan masyarakat melakukan upaya P4GN secara aktif dan mandiri.
Tujuan pelaksanaan advokasi dan diseminasi informasi pencegahan
penyalahgunaan Narkoba adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran masyarakat rentan/resiko tinggi terhadap
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Berikut ini merupakan kegiatan Bidang Pencegahan yang dilakukan
pada Tahun Anggaran 2014 :
a. Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba
Kegiatan Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba dimaksudkan
untuk memberikan informasi, melatih dan membangun kesadaran
serta kepedulian terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di lingkungan Instansi Pemerintah maupun Swasta.
Melatih relawan menjadi kader anti Narkoba dengan sasaran
Instansi Pemerintah maupun Swasta dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di tempat kerja, guna memperkuat
komitmen bersama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
Narkoba di lingkungannya.
b. Simposium Kader Anti Narkoba di Sekolah Swasta
1) Kegiatan Simposium sehari kader anti Narkoba bagi pelajar
dimaksudkan untuk memberikan informasi, dan membangun
kesadaran serta kepedulian pelajar terhadap bahaya
penyalahgunaan Narkoba guna menciptakan sekolah bersih
Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 46
2) Menciptakan kader-kader pelajar dalam membentuk pola
hidup, sikap, dan mewujudkan perilaku individu dan, serta
meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa dalam upaya
sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam
memanfaatkan IPWL.
3) Memperkuat komitmen dan kepedulian para pelajar dalam
melakukan kegiatan sosialisasi penyelamatan penyalahguna
Narkoba dalam memanfaatkan IPWL baik secara mandiri
maupun kegiatan para pelajar di lingkungan sekolah dalam
rangka menciptakan Sekolah Bersih Narkoba.
c. Rapat Implementasi Inpres 12 Tahun 2011
1) Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mensinergikan program
dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
2) Menghimpun data kegiatan instansi terkait dalam rangka
pencegahan penyalahgunaan Narkoba khususnya di
lingkungan kerja.
3) Memberikan informasi mengenai program-program kerja
Deputi Bidang Pencegahan.
d. Pengembangan Jejaring Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja
1) Kegiatan Pengembangan Jejaring Anti Narkoba di Lingkungan
Kerja ini dimaksudkan untuk membangun relasi (hubungan
kerja) dengan memberikan dukungan masukan, insight, infor-
masi dan sumber daya guna meningkatkan kualitas kemitraan
dalam konteks sasaran pemangku kepentingan (stake holder),
untuk menyamakan persepsi dalam upaya P4GN
2) Menyebarluaskan informasi mengenai bahaya penyalah-
gunaan Narkoba bagi para pekerja baik di lingkungan instansi
pemerintah pusat/daerah maupun instansi swasta, serta
membangun kesadaran dan komitmen bersama dalam upaya
sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam
memanfaatkan IPWL.
3) Memperkuat komitmen dan kepedulian instansi terkait dalam
melakukan kegiatan sosialisasi penyelamatan penyalahguna
Narkoba dalam memanfaatkan IPWL baik secara mandiri di
lingkungannya dalam rangka menciptakan Lingkungan Bebas
Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 47
e. Pencegahan melalui Diseminasi Informasi
Kegiatan Diseminasi Informasi dimaksudkan sebagai sarana
komunikasi, informasi dan edukasi dalam upaya pencegahan
terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Diseminasi Informasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba
dilakukan secara massiv dan berkelanjutan dengan menggunakan
berbagai media massa, baik elektronik dan non elektronik yang
meliputi Media Televisi, Media Radio, Media online, Media Cetak,
Pergelaran Kesenian Tradisional, Focus Group Disscussion (FGD), dan
Media Luar Ruang (Billboard).
1) Media Televisi
Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba melalui Media Televisi diselenggarakan bekerjasama
dengan LPP TVRI dalam program Talkshow Live Interaktif P4GN
dan Diskusi Publik P4GN.
Talkshow Live Interaktif P4GN dan Diskusi Publik P4GN
dimaksudkan dalam rangka penyebarluasan informasi tentang
upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) kepada masyarakat luas
sebagai komitmen pemerintah bersama seluruh komponen
masyarakat dalam mengatasi persoalan Narkoba di Indonesia
sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di
Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Per-
edaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011-2015.
2) Talkshow Live Interaktif
Talkshow Live Interaktif mengangkat tema “ Mencegah
dan Menyelamatkan Pengguna Narkoba” di TVRI menyajikan
informasi yang factual dan akurat tentang berbagai upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalah-gunaan dan
peredaran gelap Narkoba (P4GN), ditayangkan sebanyak 37
Episode dengan menghadirkan narasumber dari BNN dan
stakeholder terkait (Kemenkes, Kemensos, Kemen-kumham,
dll) setiap hari Senin pada jam 20.00 – 20.30 WIB.
Program Talkshow Live Interaktif P4GN ini dipandu oleh
Host Anya Dwinov telah mendapat respon positif dari
berbagai elemen masyarakat di seluruh Indonesia, terbukti
dengan banyaknya pemirsa TVRI yang turut berpartisipasi
dalam memberikan pertanyaan, saran dan masukan secara
langsung kepada narasumber, terkait kebijakan program
P4GN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 48
3) Diskusi Publik P4GN
a) Diskusi Publik P4GN diselenggarakan dalam rangka
mewujudkan komitmen pemerintah bersama seluruh
komponen masyarakat dalam mengatasi persoalan
Narkoba di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015. Sasaran dari kegiatan
diskusi publik ini adalah Penegak Hukum (BNN,
Kepolisian, MA, Kejaksaan, Kemenkumham, dll) Media
(media elektronik dan non elektronik) dan Keluarga
(Kowani, Tim PKK, Dharma Wanita, Bhayangkari, dll).
b) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan penegak hukum
dengan tema “Peran Penegak Hukum dalam Penanganan
Korban Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro
TV Jakarta.
c) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan media dengan
tema “Peran Media dalam Penanganan Korban
Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro TV
Jakarta.
d) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan keluarga dengan
tema “Peran Keluarga dalam Penanganan Korban
Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro TV
Jakarta.
4) Media Radio
Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba melalui Media Radio diselenggarakan kerjasama
dengan LPP RRI dalam program Dialog Live Interaktif P4GN di
RRI Pro 4, sebanyak 52 kali.
Dialog Live Interaktif P4GN diselenggarakan dalam
rangka penyebarluasan informasi tentang upaya Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) kepada masyarakat luas serta mewujudkan
komitmen pemerintah bersama seluruh komponen masyara-
kat dalam mengatasi persoalan Narkoba di Indonesia sesuai
dengan amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ten-
tang Narkotika dan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011.
Dialog Live Interaktif P4GN berdurasi 60 menit dengan
menghadirkan narasumber yang kompeten dari berbagai
Kementerian dan Lembaga maupun dari anggota LSM yang
memberikan informasi yang faktual dan akurat tentang
perkembangan penanganan permasalahan Narkoba dan
bagaimana upaya-upaya dalam mengatasinya melalui program
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi dan
pemberantasan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 49
Dengan adanya Dialog Live Interaktif P4GN ini Badan
Narkotika Nasional dengan mudah, cepat dan menyeluruh
dapat menyebarluasakan informasi baik tentang upaya-upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba maupun kebijakan
Badan Narkotika Nasional kepada seluruh elemen masyarakat
khususnya para pendengar radio RRI di seluruh Indonesia.
5) Media Online
Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di Media Online diselenggarakan melalui pengelolaan
website Indonesia Bergegas (www.indonesiabergegas) dan pe-
muatan konten pencegahan penyalahgunaan di media online
(www.detik.com www.kompas.com, www.okezone.com,
www.fimela.com).
Diseminasi informasi P4GN melalui media online
merupakan strategi penyebarluasan informasi tentang
pencegahan penyalah-gunaan Narkoba yang dikhususkan pada
masyarakat yang memiliki akses terhadap media online
sebagai sarana dalam memperoleh informasi. Pemanfaatan
media online sebagai sarana penyebaran informasi ini mutlak
dilakukan, karena kalangan pelajar, mahasiswa dan pekerja
umumnya telah menggunakan media online dalam
aktivitasnya sehari-hari. Diharapkan dengan kehadiran
Informasi P4GN di Media online dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam upaya P4GN demi terwujudnya Indonesia
Bebas dari Penyalahgunaan Narkoba.
Salah satu media online yang sangat memiliki pengaruh
adalah media pengelolaan Website Indonesia Bergegas, oleh
karena itu pemuatan informasi yang baik, benar dan
berkualitas perlu dibuat. Sarana yang digunakan dalam hal ini
adalah website. Website yang dikelola dan akan dikembangkan
adalah website Indonesia Bergegas dengan alamat:
www.indonesiabergegas.com.
Pengelolaan website Indonesia bergegas ini tidak hanya
pada proses upload berita maupun informasi melalui panel
(kamar editing) melainkan juga sampai pada tahap peme-
liharaan, keamanan dan pengembangan website itu sendiri.
Perkembangan dunia internet, teknologi komunikasi
terutama gadget memberikan pengaruh yang sangat besar
terutama dalam cara orang megakses informasi. Masyarakat
saat ini sudah sangat bervariasi ketika mengakses sebuah
website, melalui smartphone, Personal Computer maupun
gadget lainnya.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 50
Akseptabilitas sebuah website menjadi penting karena
dengan hadirnya beragam gadget dan cara orang mengakses
website tersebut menuntun sebuah website yang mampu
diterima oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu,
pengembangan website menjadi sebuah kebutuhan yang tidak
terelakkan.
6) Sosialisasi P4GN melalui Tatap Muka
Melihat kondisi penyalahgunaan Narkoba yang semakin
mengkhawatirkan, maka perlu melakukan upaya-upaya untuk
memberikan pengetahuan tentang pemahaman mengenai
Narkoba. Oleh karena itu BNN memandang perlu melakukan
diseminasi informasi melalui diskusi kelompok terarah atau
lebih dikenal dengan istilah Focus Group Discussion (FGD)
untuk membahas pelaksanaan P4GN sebagai upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Pada tahun 2014 ini, kegiatan FGD dilakukan sebanyak
360 kali yang menjangkau dengan jumlah peserta sebanyak
6.381 orang, yang terdiri dari dari kalangan pelajar sebanyak
1.909 orang (946 laki-laki dan 963 perempuan), kalangan
mahasiswa sebanyak 356 orang (162 laki-laki dan 194
perempuan), kalangan pekerja/masyarakat sebanyak 4.116
orang (1.553 laki-laki dan 2.563 perempuan), kalangan
mahasiswa sebanyak 356 orang (162 laki-laki dan 194
perempuan), kalangan pekerja/masyarakat sebanyak 4.116
orang (1.553 laki-laki dan 2.563 perempuan).
7) Pergelaran Seni Budaya dan Forum Komunikasi Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba
Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), dapat
berhasil bila didukung oleh semua elemen bangsa. Termasuk
didalamnya adalah individu, kelompok atau organisasi
masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap ancaman
bahaya Narkoba di Indonesia. Sinergi antar elemen bangsa,
pemerintah pusat dan daerah, organisasi, kelom-pok
masyarakat, stake holder terkait dalam rangka P4GN juga
merupakan wujud aksi bersama dalam mewujudkan Indonesia
sehat tanpa Narkoba. Oleh karena itu dilaksanakan kegiatan
Pergelaran Seni Budaya dan Forum Komunikasi Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Kerjasama BNN dengan Solidaritas
Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA),
Kementerian Kesehatan, BNP2TKI, KJRI Hongkong serta dalam
rangka Implementasi Inpres 12 Tahun 2011.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 51
Fakta empiris yang saat ini terjadi di tengah masyarakat
adalah para penyalah guna masih terkendala stigma yang
menyebabkan mereka tidak ingin keluar dari
persembunyiannya untuk direhabilitasi. Melalui pergelaran
seni ini tujuannya adalah menggugah masyarakat dengan
tontonan yang memberikan tuntunan untuk menghilangkan
stigma sehingga para penyalah guna Narkoba tidak takut lagi
untuk melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL) sehingga mereka bisa mendapatkan layanan
rehabilitasi.
Jumlah audiance dalam Pergelaran Seni Budaya pada
tahun 2014 adalah sebanyak 4.942 orang yang terdiri dari dari
kalangan pelajar sebanyak 2.088 orang yang terdiri dari (954
laki-laki dan 1.134 perempuan), kalangan mahasiswa sebanyak
727 orang (253 laki-laki dan 474 perempuan), kalangan
pekerja/masyarakat sebanyak 2.127 orang (630 laki-laki dan
1.497 perempuan).
8) Pilot Project Adaptasi Standar Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba di 3 Provinsi dengan 3 Target kelompok sasaran
Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba merupakan
sebuah upaya yang memerlukan waktu dalam mendapatkan
hasil akhirnya, maka dari itu, pada tahun 2012, UNODC (United
Nations on Drugs and Crime) mengeluarkan publikasi berjudul
International Standards on Drug Use Prevention. Sejak Oktober
2012 sampai sekarang, UNODC terus melakukan sosialisasi
standar tersebut ke beberapa negara anggota UNODC. Kajian
UNODC menunjukan bahwa metode pencegahan
penyalahgunaan Narkoba yang terbatas pada pencetakan
berbagai macam leaflet, booklet, buku, poster (yang
menyeramkan) dengan materi, konten yang tidak tepat, serta
untuk mengingatkan dan menyadarkan masyarakat tentang
bahaya penyalahgunaan Narkoba ternyata kurang berdampak
positif, bahkan tidak mengubah perilaku seseorang.
Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang
diadaptasi dari The UNODC’s International Standards on Drug
Use Prevention, Indonesia telah melaksanakan intervensi
kepada kelompok sasaran Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
untuk meningkatkan keterampilan kepala sekolah, komite
sekolah, guru, siswa dan juga pekerja dan pimpinan keluarga
dalam memahami dan melaksanakan pola hidup sehat di
lingkungan sekolah dan menciptakan faktor protektif dalam
proses pencegahan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 52
Dengan program ini diharapkan tiga target kelompok
sasaran dapat menyusun dan melaksanakan program khusus
tentang pencegahan penyalahgunaan Narkoba di masing-
masing lingkungan dengan tetap berpedoman pada kearifan
masyarakat Indonesia. Melalui program ini diharapkan angka
penyalah guna Narkoba di Indonesia dapat secara signifikan
ditekan.
Strategi pencegahan berbasis ilmu pengetahuan
(Scientific-Based) menjustifikasi bahwa “bekerjasama” dengan
keluarga, sekolah, dan masyarakat (komunitas) untuk
mengembangkan berbagai program pencegahan, yang
menekankan pada aspek edukasi, dapat memastikan anak-
anak dan pemuda, khususnya di daerah tertinggal dan miskin
dapat tumbuh, tetap sehat dan aman dari pengaruh
penyalahgunaan Narkoba hingga mereka beranjak menjadi
remaja dan dewasa.
Pada tahap I (Januari – Maret 2014) telah dilaksanakan
supervisi kegiatan di 8 (delapan) Provinsi yaitu DKI Jakarta,
Riau, Sumut, Kepri, Kaltim, Jabar, Sulut dan DI Yogyakarta
pada bulan Februari dan Maret 2014. Kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk melakukan need assessment dan survey
awal kegiatan Pilot Project Standar Pencegahan yang telah
dilakukan oleh masing-masing Provinsi terhadap 5 target
sasaran (yaitu keluarga, sekolah, tempat kerja, kelompok
masyarakat dan Sektor Kesehatan), untuk dilaporkan kepada
UNODC.
Terkait dengan Instruksi Presiden Nomor 4/2014 perihal
langkah-langkah penghematan dan pemotongan belanja
Kementerian/lembaga dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2014, maka
dari 8 Provinsi akan di fokuskan pada 3 Provinsi saja, yaitu
Provinsi DI Yogyakarta dengan sasaran lingkungan sekolah,
Provinsi Riau dengan sasaran keluarga dan Provinsi Kepulauan
Riau dengan sasaran tempat kerja. Untuk 5 Provinsi lainnya,
diharapkan tetap dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan
target masing-masing yang telah ditetapkan, dan hal ini akan
ditindaklanjuti untuk dilaporkan kepada UNODC (United
Nation Office on Drugs Crime), Wina sesuai dengan Rencana
Aksi Indonesia terkait implementasi Standar Pencegahan
Internasional.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 53
Pada tahap II (Mei – Juli 2014) dilaksanakan penyiapan
bahan / modul yang akan digunakan dalam kegiatan
implementasi pilot project ini, selain itu dilaksanakan pula
pertemuan dengan Kementerian dan Lembaga terkait di
masing-masing provinsi yang menjadi tujuan pelaksanaan Pilot
Project, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan sasaran
lingkungan sekolah, Provinsi Riau dengan sasaran keluarga dan
Provinsi Kepulauan Riau dengan sasaran tempat kerja.
Pada tahap III (Oktober – Desember 2014) dilaksanakan
Training of Trainer (TOT) untuk para leader di 3 provinsi dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan intervensi pada masing-
masing target kelompok, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan
sasaran lingkungan sekolah, Provinsi Riau dengan sasaran
keluarga dan Provinsi Kepulauan Riau dengan sasaran tempat
kerja.
2. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN
Penanggulangan penyalahgunaan Narkoba, tak dapat lepas dari
partisipasi masyarakat dalam membantu BNN untuk menekan jumlah
penyalahguna Narkoba yang terus meningkat. Berbagai upaya dan
kebijakan pro rakyat terus dikembangkan melalui pelaksanaan program
dan kegiatan sebagai berikut :
a. Test Urine
Sebagai bentuk optimalisasi penanggulangan Narkoba, BNN
kerap menyelenggarakan test urine dan test rambut baik di
lingkungan pemerintah, pendidikan, instansi swasta maupun
masyarakat. Sepanjang tahun 2014, BNN telah menyelenggarakan
test urine di instansi/institusi baik pemerintah, swasta, lingkungan
pendidikan maupun masyarakat seluruh Indonesia dan diikuti oleh
67.386 peserta. Hasilnya, sebanyak 1.704 (2,53%) dari seluruh
peserta yang mengikuti kegiatan positif terindikasi mengkonsumsi
Narkoba.
Pelaksanaan test urine tersebut adalah kegiatan preventif dan
merupakan permintaan dari pihak instansi/institusi sebagai bentuk
partisipasi mereka dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba di
lingkungannya masing-masing. Pelaksanaan test urine juga
dilaksanakan oleh seluruh Satker BNNP dan BNNK/Kota yang sudah
terbentuk.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 54
b. Pemberdayaan LSM dan Masyarakat
BNN terus berupaya memberikan motivasi bagi masyarakat
agar timbul rasa kepedulian terhadap bahaya penyalahgunaan
Narkoba. Salah satunya adalah dengan melibatkan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat umum. Deputi
Pemberdayaan Masyarakat BNN telah melaksanakan 156 kali Forum
Pemberdayaan Masyarakat dan LSM dan diikuti oleh 4.680 peserta
yang berasal dari kalangan masyarakat dan LSM yang aktif
berpartisipasi bersama BNN dalam melakukan pencegahan
penyalahgunaan Narkoba.
BNN Pusat telah melakukan pemberdayaan kepada 46.221
orang di lingkungan pelajar, pekerja, dan masyarakat untuk
mewujudkan lingkungan yang bebas dari penyalahgunaan Narkoba.
c. Kampus Anti Narkoba
Generasi muda berada pada fase yang amat rentan terhadap
pengaruh buruk pergaulan, khususnya Narkoba. BNN bekerjasama
dengan Kementerian Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan
Menengah melakukan sosialisasi bahaya Narkoba di lingkungan
sekolah dan kampus melalui berbagai kegiatan. Salah satunya
adalah menggelar lomba kampus bersih Narkoba yang diikuti oleh
berberapa kampus terutama yang ada di Jakarta, diantaranya adalah
Universitas Budi Luhur, Institut Perbanas, Universitas Bhayangkara,
Universitas Prof. Dr. Hamka, dan lain-lain. BNN juga menggelar
kegiatan Duta Kampus Anti Narkoba yang diikuti oleh 88 orang
peserta dan berasal dari 32 kampus di Indonesia. BNN juga kerap
melakukan penyisiran dengan menggunakan anjing pelacak, di
beberapa kampus untuk menemukan ada tidaknya Narkoba di
lingkungan kampus tersebut.
d. Pemberdayaan Alternatif
BNN melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat,
khususnya pada kelompok masyarakat yang rawan penyalahgunaan
Narkoba melalui pemberdayaan alternatif. BNN memberi motivasi
kepada masyarakat untuk tetap produktif tanpa harus terlibat dalam
tindak pidana Narkoba. Adapun kegiatannya sebagai berikut :
1) Pembinaan terhadap 75 fasilitator yang terdiri dari Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pemuda yang ada
dilingkungan Komplek Permata, Kampung Bonang, Kampung
Bali, Peninggaran Bendi dan Kebun Singkong.
2) Pembinaan dan Pembentukan Satgas Anti Narkoba terhadap
100 orang warga binaan yang ada di Kampung Kebon
Singkong, Klender dan Kampung Peninggaran Bendi, Jakarta.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 55
3) Pembekalan terhadap 260 Mantan Petani Ganja di Provinsi
Aceh melalui Budidaya Coklat dan Nilam. Kegiatan ini
diselenggarakan beberapa lokasi alih fungsi lahan ganja seperti
Kecamatan Kutamala, Kecamatan Montasik dan Kecamatan
Indrapuri, Aceh Besar.
4) Pembekalan Wirausaha kepada 130 orang warga binaan yang
berasal dari Kampung Permata, Kampung Bonang, Kampung
Bali, Kebon Singkong dan Peninggaran Bendi.
5) Peningkatan life skill melalui beberapa pelatihan keterampilan
seperti merangkai bunga, teknik sablon, disain grafis,
keterampilan kuliner dan sebagainya. Kegiatan ini diikuti oleh
871 warga binaan yang berada dilingkungan kampung Bonang,
Kampung Bali, Peninggaraan Bendi, serta Kampung Permata.
Tidak hanya itu, BNN juga menyelenggarakan kegiatan positif
lainnya seperti olah raga bersama, pidato anti Narkoba, cipta
lagu anti Narkoba dan poster anti Narkoba.
e. Focus Group Discussion (FGD)
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN menggelar
kegiatan FGD sebagai wadah komunikasi antara masyarakat dan
pemerintah. Kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan BNN sebagai
media sosialisasi segala bentuk kebijakan terkait permasalahan
Narkoba di Indonesia. Sepanjang tahun 2014, Deputi Pemberdayaan
Masyarakat BNN telah menggelar 43 FGD yang diselenggarakan di
lingkungan pendidikan/perguruan tinggi, lingkungan masyarakat dan
lingkungan pemerintahan dengan total peserta sebanyak 1.300
peserta.
3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN
Tahun 2014 merupakan tahun bersejarah bagi BNN khususnya di
bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26 Januari,
bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Ketua DPR RI,
Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN
mengukuhkan pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan
Pengguna Narkoba dengan jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik
Direhabilitasi Daripada Dipenjara”.
Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan
Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang Penanganan Pecandu
Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga
Rehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 56
Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja
sama secara optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka
menurunkan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba
melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan pecandu
Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba sebagai tersangka,
terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan pemberantasan
peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam
penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika
sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Hingga 15 Desember 2014, tercatat sebanyak 988 residen yang
sedang menjalankan program rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido –
Bogor, Balai Rehabilitasi Baddoka – Makassar, Balai Rehabilitasi Tana
Merah – Samarinda, dan Loka Rehabilitasi – Batam. Kebanyakan dari
mereka berada di rentang usia 26 – 30 tahun dengan pendidikan terakhir
SLTA dan tidak bekerja. Sedangkan jenis Narkoba yang banyak
disalahgunakan adalah ATS dan Methamphetamine. BNN juga telah
menjangkau 686 penyalah guna Narkoba yang tersebar di seluruh
Indonesia agar dapat melakukan rehabilitasi baik medis maupun sosial di
lembaga rehabilitasi yang berada di setiap wilayah.
Strategi pengurangan (demand) atau permintaan Narkoba dilakukan
dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan
rehabilitasi, maka BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga
rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi
sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh Indonesia.
Salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Pasca
diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu
Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33
provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri.
Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada di bawah naungan Kementerian
Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah
IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1
(satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi
yang terletak di Baddoka – Makassar, Nongsa – Batam, dan Tanah Merah-
Samarinda.
Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan
pasca rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan
program pasca rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi
dan rasa kepercayaan diri melalui berbagai program pasca rehabilitasi.
Saat ini BNN memiliki 9 (sembilan) rumah dampingan dengan dua
kategori berbeda, yaitu Rumah Dampingan Berbasis Vokasional dan
Rumah Dampingan Berbasis Konversi Alam, yang telah memfasilitasi 572
orang mantan penyalah guna agar dapat kembali berdaya guna di tengah-
tengah lingkungan masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 57
BNN juga memberikan dukungan/fasilitasi kepada lembaga rehabili-
tasi instansi pemerintah dan lembaga rehablitasi komponen masyarakat.
Dukungan/fasilitasi telah diberikan kepada 233 lembaga rehabilitasi
instansi pemerintah yang dilakukan melalui capacity building, asistensi
pelaksanaan program Therapeutic Community (TC) oleh konselor adiksi di
8 lokasi, serta dukungan layanan program rehabilitasi di RS Suyoto dan 2
Sekolah Polisi Negara (SPN) yaitu SPN Jambi dan SPN Palembang.
Dukungan juga telah diberikan kepada 80 lembaga rehabilitasi
komponen masyarakat yang berperan aktif dalam proses pemulihan
penyalah guna Narkoba yang terdiri dari 15 lembaga berbasis Therapeutic
Community (TC), 59 lembaga berbasis Non Therapeutic Community (Non
TC), dan 6 klinik & Rumah Sakit swasta. Dukungan yang diberikan terdiri
atas berbagai bentuk, antara lain dukungan layanan rehabilitasi rawat
inap selama 3 bulan yang dirujuk dari IPWL BNN, peningkatan kapasitas
petugas rehabilitasi dalam berbagai bentuk pelatihan, serta bimbingan
teknis operasional program dan kelembagaan. Melalui dukungan yang
diberikan, diharapkan agar lembaga tersebut dapat meningkatkan
kualitas kelembagaan dan layanannya sesuai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) sehingga dapat memberikan layanan yang optimal kepada pecandu
Narkoba di Indonesia.
Selain itu, dukungan juga diberikan kepada Pos Kesehatan Kampung
Permata yang telah dibentuk dengan prakarsa BNN, fasilitator wilayah
dan klinik setempat pada tahun 2013 yang lalu. Melalui dukungan berupa
dana operasional klinik serta peningkatan kompetensi petugas,
diharapkan Pos Kesehatan Kampung Permata dapat menjangkau dan
merehabilitasi pecandu Narkotika di wilayahnya. Diharapkan warga
sekitar pos kesehatan dapat mengakses layanan kesehatan umum yang
tersedia, sehingga dapat memudahkan pemberian informasi mengenai
pencegahan penyalahgunaan Narkotika maupun rehabilitasinya. Untuk
meningkatkan kemampuan petugas rehabilitasi, BNN juga telah
memberikan bimbingan teknis kepada 210 orang petugas rehabilitasi dari
45 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah.
Sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Peraturan
Bersama 7 kementerian/lembaga (Mahkamah Agung, Kemenkumham,
Kejaksaan, Polri, Kemenkes, Kemensos, dan BNN), telah dibentuk Tim
Asesmen Terpadu (TAT) dengan pilot project di 16 kota. Sejak di-
launching pada tanggal 26 Agustus 2014 lalu, hingga kini jumlah pecandu
dan korban penyalahgunaan Narkoba yang telah menjalani asesmen oleh
TAT sebanyak 163 orang. Dari jumlah tersebut, 94 orang tengah
menjalani program rehabilitasi, 40 orang ditempatkan di lapas/rutan, dan
25 orang masih dalam proses di tingkat penyidik/jaksa.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 58
Untuk meningkatkan kompetensi para personel yang mengawaki
TAT, khususnya terkait dengan aspek asesmen medis, salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan melatih para staf BNNP/BNNKab/Kota yang
akan menjadi petugas asesor. Pelatihan asesor ini diselenggarakan di 9
provinsi dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI.
Dalam rangka mendukung pencanangan tahun 2014 sebagai Tahun
Penyelamatan Pecandu Narkoba, salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan memberikan pembekalan tentang aspek rehabilitasi Narkoba
kepada para kader yang telah dibentuk oleh BNN. Para kader ini akan
menjadi perpanjangan tangan BNN khususnya bidang rehabilitasi untuk
menyampaikan informasi yang benar dan seragam mengenai segala aspek
rehabilitasi pecandu narkotika ke masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya serta dapat menjadi motivator dan penggerak masyarakat
untuk mau melakukan Wajib Lapor di IPWL terdekat maupun mengakses
layanan rehabilitasi Narkoba di lembaga rehabilitasi terdekat. Di akhir
pengajaran, peserta diberikan alat peraga penyuluhan berupa lembar
balik sebagai alat bantu untuk mensosialisasikan rehabilitasi kepada
masyarakat.
Sebagai wadah diskusi bagi penggiat dan pemerhati masalah
Narkoba di lintas sektoral, BNN menggagas Focus Group Discussion (FGD)
dengan tema seputar rehabilitasi bagi penyalah guna Narkoba yang telah
dilaksanakan sebanyak 21 kali dengan jumlah peserta sebanyak 685
orang.
a. Layanan Wajib Lapor di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
Badan Narkotika Nasional.
BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi
yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga
dapat menjangkau penyalah guna Narkoba di seluruh Indonesia.
Salah satunya melalui IPWL. Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun
2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes
sampai saat ini telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33
provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes
Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada dibawah naungan
Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan
demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL.
Program wajib lapor dilaksanakan dalam rangka melayani
pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang
melaporkan dirinya untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan. Layanan wajib lapor di Klinik IPWL BNN terdiri dari
layanan wajib lapor bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan
narkotika yang melaporkan diri atas kemauan sendiri/sukarela
(voluntary) dan bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan
narkotika yang terkait oknum.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 59
Pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang
melaporkan diri tersebut akan menjalani tes urin dan asesmen yang
dilaksanakan oleh Tim Asesmen BNN yang terdiri dari dokter,
psikolog, perawat, sarjana psikologi dan sarjana kesehatan lainnya.
Asesmen dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap
penggunaan narkotika meliputi aspek fisik, psikologis, dan sosial
sehingga diketahui derajat ketergantungan dan besaran masalah
yang ada. Hasil asesmen tersebut merupakan dasar untuk
menentukan diagnosa serta intervensi atau rencana terapi yang
sesuai untuk individu yang bersangkutan. Rencana terapi dapat
berupa rehabilitasi rawat inap atau rawat jalan. Rehabilitasi rawat
inap dilaksanakan ke lembaga rehabilitasi instansi pemerintah atau
komponen masayarakat sesuai dengan rujukan, sedangkan
rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan di Klinik IPWL BNN.
Sementara itu hasil asesmen pecandu dan/atau korban
penyalahgunaan narkotika yang terkait hukum akan digunakan
sebagai bahan rekomendasi/pertimbangan hakim di pengadilan.
Sampai saat ini jumlah penyalahguna dan/atau pecandu
Narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN sebanyak 468
orang yang terdiri dari 355 orang yang melaporkan diri secara
sukarela dan 113 orang yang terkait dengan hukum.
Grafik Jumlah Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang Mengikuti Program Wajib Lapor di BNN
b. Tim Asesmen Terpadu (TAT).
Pembentukan Tim Asesmen Terpadu (TAT) merupakan tindak
lanjut dari Peraturan Bersama Tahun 2014 Tentang Penanganan
Penyalah Guna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam
Lembaga Rehabilitasi, dimana pelaksanaannya dilakukan di 16 lokasi
(13 Provinsi) yaitu:
0
100
200
300
400
Sukarela Terkait Hukum
355
113
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 60
NO. PILOT PROJECT WILAYAH KETERANGAN PENANGGUNG
JAWAB IPWL REHABILITASI
1. Kota Batam Kepri RSUD Embung Fatimah
Loka Rehab Batam BNNP Kepri
2. Kota Jaksel DKI Jakarta
Poli BNN Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido
BNNK Jaksel
3. Kota Jaktim RS Duren Sawit BNNK Jaktim
4. Kab Bogor Jabar Babes Rehab BNN Lido
BNN Kab Bogor
5. Kota Tangsel Banten PKM Ciputat
RS Ketergantungan Obat
BNNK Tangsel
6. Kota Semarang Jateng PKM Poncol Semarang
PSPP Mandiri BNNP Jateng
7. Kota Surabaya Jatim RSJ Menur Surabaya RSJ Menur Surabaya BNNP Jatim
8. Kota Makassar Sulsel
RS Wahidin Balai Rehabilitasi BNN Baddoka
BNNP Sulsel
9. Kota Maros RSUD Salewangan Maros
10. Kota Samarinda
Kaltim
RS Atma Husada Samarinda Balai Rehabilitasi
BNN Samarinda
BNNP Kaltim
11. Kota Balikpapan RS Bhayangkara Tk.IV Balikpapan
12. Kota Padang Sumbar RS Bhayangkara
RSJ HB Saanin Padang
BNNP Sumbar
13. Kota Sleman DI Yogya PSPP Sleman PSPP Sleman BNNK Sleman
14. Kota Pontianak Kalbar RSJ Sungai Bangkong RS Wisma Sirih BNNP Kalbar
15. Kota Banjar Baru Kalsel RSJ Sambang Lihum RSJ Sambang Lihum BNNP Kalsel
16. Kota Mataram NTB RSJ Mataram RSJ Mataram BNNK Mataram
TAT terdiri dari Tim Dokter dan Tim Hukum melibatkan
profesional dari lembaga-lembaga terkait dengan tugas dan fungsi
melakukan asesmen/penilaian terhadap tingkat kecanduan
tersangka penyalah guna narkotika terkait hukum dan analisis
terhadap tersangka dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika.
Hasil pemeriksaan tim dokter dituangkan dalam bentuk hasil
asesmen tim dokter untuk kepentingan peradilan dan
ditandatangani oleh tim dokter yang melakukan asesmen sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil asesmen tim
dokter menjadi bahan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berisi
tingkat ketergantungan penyalahgunaan narkotika, tempat dan
lama waktu rehabilitasi yang diperlukan bagi penyalah guna sesuai
rencana terapi.
Adapun hasil analisis Tim Hukum dituangkan dalam bentuk
hasil asesmen sesuai dengan format instrumen asesmen hukum
untuk kepentingan peradilan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan ditandatangani oleh tim hukum yang
melakukan asesmen. Hasil asesmen tim hukum ini menjadi bahan
rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berupa status tersangka
dan/atau terdakwa dan kelanjutan proses hukumnya.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 61
Hasil asesmen dari tim dokter dan hukum dibahas melalui
pembahasan kasus (case conference) ditandatangani oleh Ketua Tim
Asesmen Terpadu dan akan dilampirkan dalam BAP berupa hasil
rekomendasi untuk kemudian diserahkan ke kejaksaan melalui
penyidik, selanjutnya dibawa ke persidangan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pelaksanaan putusan oleh hakim.
Jumlah penyalah guna yang telah diasesmen oleh TAT di 16
Lokasi (13 Provinsi) sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai
berikut :
• 163 orang dimana 94 orang diantaranya sudah ditempatkan di
lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, dan 29 orang masih
dalam proses di penyidik dan kejaksaan.
c. Dukungan, Penguatan/Fasilitasi Lembaga Rehabilitasi Instansi
Pemerintah
BNN telah melaksanakan beberapa program sebagai wujud
kesungguhan dan komitmen negara dalam memberikan yang
terbaik bagi korban penyalah guna Narkoba seperti yang tertuang
dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Terkait pelaksanaan wajib lapor bagi penyalah guna Narkoba
dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 25 tahun 2011 yang bermaksud mendekriminalisasi
penyalah guna, dan mempermudah akses layanan terapi bagi
mereka.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan
dukungan, penguatan/fasilitasi lembaga rehabilitasi yang dikelola
oleh instansi pemerintah, seperti Puskesmas, RS/RSJ, Lapas/Rutan,
Bapas dan Panti Rehabilitasi Kemensos. Dukungan diberikan dengan
berbagai bentuk fasilitas, diantaranya peningkatan kemampuan
SDM di lembaga rehabilitasi Instansi Pemerintah yang akan
memberikan pelayanan terhadap korban penyalah guna Narkoba.
Adapun lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang telah
mendapatkan penguatan pada tahun 2014 adalah sebanyak 233
lembaga.
d. Pelaksanaan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
Pelayanan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN
dilaksanakan secara terpadu meliputi rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial. Pelayanan rehabilitasi korban penyalah guna
Narkoba pada tahun 2014, capaian jumlah residen 98,15 % atau
sebanyak 638 orang residen dari jumlah target, yaitu sebanyak 650
orang residen. Residen yang masuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN
telah mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan residen atau
hasil dari petugas rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan
rehabiltasi sosial.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 62
Penelitian di bidang rehabilitasi yang telah dilaksanakan
mencapai 100% yaitu 2 (dua) kegiatan penelitian rehabilitasi yang
meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yaitu Studi Biaya
Pelayanan Perawatan Residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum
biaya pelayanan perawatan residen yang menjalani rehabilitasi
sampai selesai program di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
Penelitian ini dilaksanakan bekerjasama dengan Puslitkes UI.
Penelitian kedua di bidang Rehabilitasi Sosial yaitu Profil Pecandu
dan Makna Therapeutic Community bagi Konselor Addict yang
bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Penelitian ini dimaksudkan mendeskripsikan profil kepribadian
pecandu dan menemukan makna TC. Adapun pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagai berikut :
1) Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis di Balai Besar Rehabilitasi BNN
menggunakan metode Symptomatis (pengobatan berdasarkan
tanda dan gejala yang ada) dimana terapi diberikan oleh
tenaga profesional dan terlatih seperti psikiater, dokter umum,
dokter gigi, perawat, bidan, pranata laboratorium, apoteker,
ahli gizi, fisioterapis, dan psikolog yang bekerja secara tim
untuk memberikan rencana dan terapi sesuai kebutuhan
residen.
2) Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN meng-
gunakan metode Theraupeutic Community (TC), dimana
residen melakukan kegiatan rutin (Daily Activity) yang berbasis
kelompok.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan keluarga mengenai bagaimana
peran serta keluar-ga dalam membantu proses pemulihan
residen dari penyalahgunaan Narkoba dan mencegah relapse.
Family Support Group (FSG) juga sebagai sarana agar keluarga
dapat saling memberikan support kepada keluarga lain yang
baru menghadapi masalah seputar adiksi dan membutuhkan
solusi. FSG dilaksanakan untuk semua keluarga residen yang
berada pada fase Primary dan Re-Entry.
4. Deputi Bidang Pemberantasan BNN
Bidang Pemberantasan BNN sepanjang tahun 2014 telah berhasil
mengungkap berbagai kasus tindak pidana Narkoba dengan berbagai
barang bukti yang berhasil disita termasuk aset para bandar Narkoba.
Adapun rekapitulasi kasus tindak kejahatan Narkoba yang diungkap BNN
dan BNNP pada tahun 2014, adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 63
a. Kasus yang diungkap
SATKER JARINGAN SINDIKAT
TER-SANGKA
WARGA NEGARA KET
WNI WNA BNN & BNNP 397 583 552 24 Warga Negara Asing:
WN Nigeria : 4 WN Cina : 6 WN Pakistan : 1 WN Thailand : 1 WN Malaysia : 1 WN Inggris : 1 WN Iran : 4 WN Kenya : 2 WN Kanada : 1 WN Hongkong : 2 WN Liberia : 1
b. Rekapitulasi Jumlah Tersangka Per Kewarganegaraan dan Per Jenis
Kelamin
NO. JENIS KASUS JUMLAH KASUS
WNI WNA TOTAL
LK PR LK PR Shabu 70 102 26 15 4 147 Ganja 8 16 1 0 0 17 Heroin 8 9 4 2 0 15 Ekstasi 5 4 3 1 0 8 TPPU 11 8 4 0 0 12
JUMLAH 102 139 35 19 3 196
c. Barang Bukti
NO. JENIS JUMLAH KET
1 Shabu 447.513.336 gram 2 Heroin 7.894,68 gram 3 Extasi 6.000 gram 4 Happy Five 2 butir Bahan berbahaya 5 Double LL 80.000 butir 6 Daun ganja 8.156.529,59 gram ganja 7 Ganja/Hasis 37.277 butir 8 Pohon Ganja 60 batang pohon ganja 9 Biji Ganja 102 gram biji ganja
10 Ciran Prekursor 19.253 mililiter 11 Ephedrine bubuk 1,9 Gram
d. Barang Bukti yang Dimusnahkan
NO. JENIS JUMLAH KET
1. Shabu 388.851,34 gram BNN telah melaksanakan 26 kali pemusnahan barang bukti tahun 2014
2. Heroin 7.784,5 gram
3. Extasi 14.716 butir 4. ganja 8.148.227,3 gram
5. Prekursor Cairan V.150 mililiter
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 64
Selain itu Jumlah Kasus yang terungkap dan tersangka tersebut
dengan perincian sebagai berikut :
a. Jumlah kasus yang diungkap BNN adalah sebanyak 103 Laporan
Kasus Narkotika (LKN), dan sebanyak 72 LKN sudah dinyatakan P21.
b. Jumlah tersangka yang diamankan BNN adalah sebanyak 196 orang,
dengan perbandingan 158 laki-laki dan 38 perempuan, 174 orang
merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan 24 orang lainnya
merupakan warga negara asing (WNA).
c. Selain mengungkap tindak kejahatan Narkoba, BNN juga
mengungkap tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait bisnis
Narkoba. Pada tahun 2014 ini, BNN mengungkap 11 kasus TPPU dan
mengamankan 12 orang tersangka, dengan nilai aset yang setelah
dikonversikan kedalam nilai rupiah berjumlah Rp 77.584.753.378,-.
Aset yang disita meliputi rumah, tanah, mobil, motor, perhiasan,
dan apartemen. Selain itu, masih ada aset senilai Rp
32.276.000.000,- yang hingga saat ini masih dalam proses.
d. Sampai dengan tahun 2014, sebanyak 135 WNI di luar negeri
terancam hukuman mati karena terlibat tindak pidana Narkoba.
Jumlah WNI yang ditahan di luar negeri sebanyak 380 orang, 107
diantaranya diamankan pada periode 2014.
e. Sampai dengan tahun 2014, pelaku tindak pidana Narkoba yang
memperoleh vonis hukuman mati di Indonesia berjumlah 64 orang,
dengan perincian 27 WNI dan 37 WNA.
f. Terkait peredaran New Psychoactive Substances (NPS), Balai
Laboratorium Uji Narkoba BNN telah menemukan 35 NPS yang saat
ini beredar luas di Indonesia. Dari 35 NPS tersebut, 18 diantaranya
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2014
g. Untuk mengatasi peredaran gelap Narkoba di tempat hiburan
malam, BNN melalui BNN Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan
Kepolisian dan TNI kerap melakukan razia tempat hiburan malam. Di
tahun 2014, telah dilakukan razia sebanyak 20 kali di 19 lokasi di
Jakarta. Dari razia tersebut, sebanyak 1.163 orang melakukan tes
urine dan 334 orang diantaranya positif mengonsumsi Narkoba. Dari
pengunjung yang positif tersebut, sebanyak 157 orang melakukan
konseling adiksi 1 kali dalam sebulan, dan 3 orang WNA (Sudan,
Malaysia, Belanda) terancam di deportasi dari Indonesia.
h. Jumlah terpidana mati s.d. Tahun 2014 sebanyak 64 orang terdiri
dari:
1) WNI : 27 orang
2) WNA : 37 orang, dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 65
Negara Jumlah Negara Jumlah Nigeria Senegal Inggris Malaysia Zimbabwe Belanda Malawi Brazil India
6 orang 1 orang 2 orang 6 orang 2 orang 2 orang 1 orang 2 orang 1 orang
Pakistan Cina Perancis Filipina Vietnam Afrika Selatan Australia Iran
1 orang 4 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 3 orang 1 orang
Sumber : Kejaksaan Agung RI, 2014
3) Terpidana vonis hukuman mati yang sudah dieksekusi mati : 7
Orang
a) Saelaw Prasert (1 Oktober 2004)
b) Namsong Sirilak (1 Oktober 2004)
c) Ayodya Prasad Chaubey (1 Oktober 2004)
d) Hansen Anthony Nwaliosa (27 Juni 2008)
e) Samuel Iwuchekwu Okoy (27 Juni 2008)
f) Adam Wilson als Adam als Abu (15 Maret 2013)
g) Muhammad Abdul Hafez (17Nov 2013)
4) Perincian terpidana mati : 64 Orang
a) Belum Menentukan Sikap : 25 Orang
b) PK Ditolak : 6 Orang
c) Proses Grasi : 8 Orang
d) Grasi ke II : 2 Orang
e) Proses PK : 18 Orang
f) Masih Menunggu Putusan Banding dari PT : 5 Orang
i. Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2014
diantaranya:
1) Jaringan Sindikat Tiongkok.
a) Pengungkapan Shabu Terbesar Sepanjang 2014
Kasus barang bukti Shabu terbesar dalam tahun ini
dibongkar BNN pada tanggal 22 November 2014. BNN
mengamankan tiga tersangka WN Tiongkok yang
menyelundupkan Shabu seberat 151,5 Kg dari Tiongkok
melalui jalur laut. Shabu tersebut disembunyikan di sela-
sela manisan buah dan mainan.
b) Sindikat Tiongkok Edarkan 8,9 Kg Shabu
Jaringan sindikat Narkoba Hongkong digagalkan
BNN, dua orang anggota sindikat ditangkap, masing-
masing bernama Lee dan Chan usai melakukan transaksi
dengan pria WNI bernama Ramadan pada tanggal 2 Mei
2014. Petugas BNN menyita 8.926,1 gram Shabu. Lee
terhitung telah 11 kali mengedarkan Shabu dengan
jumlah besar dalam sebulan terakhir ini di Jakarta.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 66
c) Shabu 6 Kg dari Tiongkok digagalkan
BNN mengungkap upaya peredaran Narkoba yang
dilakukan oleh dua tersangka WN Indonesia, yaitu Alex
(39) sebagai kurir dan Endang Kosasih alias Nico (39)
selaku perekrut kurir. Total barang bukti yang disita dari
jaringan ini adalah 6.566,9 gram Shabu dari Tiongkok.
2) Jaringan sindikat Ganja.
a) BNN Ungkap 8,088 Ton Ganja.
Pengungkapan kasus 8 ton ganja menjadi kasus
yang sangat menonjol di tahun ini. Ada dua catatan
penting dari kasus ini, pertama, kasus ganja ini
merupakan yang terbesar dari aspek jumlah barang
bukti, yaitu 8,088 ton dan kedua, petugas BNN telah
melakukan penyelidikan yang mendalam dan dilanjutkan
dengan teknik modern controlled delivery sehingga satu
sindikat ganja kelas kakap ini bisa dibongkar seluruhnya.
Dari jaringan ini, BNN mengamankan pengemudi truk M.
Jamil (32) dan dua orang rekannya bernama Muhallil (25)
dan Syafrizal (20) Jl. Kandis KM. 53 Telaga Samsam
Kandis, Provinsi Riau, Jumat (24/10). Pada hari yang
sama, BNN mengamankan sang pengendali yaitu Bang
Pin di rumahnya di bilangan M. Toha Bandung. BNN juga
mengamankan Budiman alias Ade (45) di rumahnya di
daerah Mampang. Ade merupakan penjaga gudang,
sekaligus pengatur distribusi ganja sesuai pesanan.
b) Remaja Putus Sekolah diperalat Sindikat Edarkan Ganja
BNN mengungkap kasus peredaran gelap Narkoba
jenis ganja seberat 46,7 kg dari sebuah jaringan yang
melibatkan remaja putus sekolah. Yaitu ditangkapnya
dua orang remaja laki-laki dengan inisial D (16) dan R
(17). Keduanya diamankan dikontrakan Pabrik Roti, KH.
Mas Mansyur, Kp. Mede, Kel. Bekasi Jaya, Kec. Bekasi
Timur, pada tanggal 26 Nov 2014, sekitar pukul 12.00
WIB. Dari keduanya, petugas menyita 55 paket ganja
dengan berat total 46.723,2 gr yang didapat dari seorang
laki-laki berinisial FAZ yang dikenalnya selama dua bulan
belakangan karena satu ‘tongkrongan’. Dalam
kesehariannya, dua remaja putus sekolah ini bertugas
menjaga, mencatat dan mengantarkan pesanan ganja
kepada para pembeli.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 67
3) Jaringan Sindikat Iran
a) Pengungkapan Kasus 40,1 Kg Shabu dari Sindikat Iran
BNN berhasil membekuk dua anggota sindikat
Narkoba internasional asal Iran, di Cagar Alam, Tikungan
I Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Rabu, 26 Februari 2014.
Dari kedua tersangka bernama Mostafa Moradalivand
(32) dan Seiyed Hashem (35), petugas menyita 40,1 Kg
Shabu kualitas satu yang diduga kuat diselundupkan
melalui jalur laut.
b) Kasus pengiriman Shabu campur seberat 35 Kg
Shabu tersebut dikirim dalam dua tahap, pertama
dikirim dari Iran dan tiba di Jakarta tanggal 13 Juni 2014.
Sedangkan pengiriman kedua diterima pada tanggal 21
Juni 2014. Dalam kasus ini, BNN mengamankan Mostafa,
Majid, dan Shahab. Shabu tersebut dikirim dari Iran
dalam bentuk Shabu yang bercampur dengan serbuk
lengket lainnya. Rencananya Shabu ini akan diolah lagi
oleh Shahab.
4) Jaringan Sindikat West African
a) WN Nigeria Kendalikan Mantan Istri Edarkan Shabu.
Kelvin, seorang pria Nigeria mengendalikan mantan
istrinya bernama Farida untuk mengantarkan Shabu
kepada kurir-kurir lainnya. Dari tangan Farida, BNN
menyita 801 gram. Sedangkan dari kurir lainnya bernama
Saut dan istrinya, BNN menyita 100,7 gram. Sedangkan
dari kurir lainnya yaitu Lia, Shabu seberat 303,7 gram
disita, dan dari tangan Nurman disita seberat 497,3
gram. Seluruh tersangka dibekuk pada 6 April 2014.
b) Buruh Botol dikendalikan Sindikat Nigeria
BNN mengamankan Yeni alias Selfi (31) bersama
suaminya Miftah (25) dirumahnya didaerah Kampung
Pisang, Karang Sari Neglasari, Tangerang, Kamis 9
Oktober 2014. Setelah dilakukan pemeriksaan di
rumahnya, BNN menyita Narkoba jenis Shabu seberat
5.915 gram. Menurut pengakuan Yeni, aksi yang ia
lakukan atas perintah dari seorang pria Nigeria.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 68
5) Jaringan sindikat Penyelundupan Narkotika dari Malaysia via
Laut
a) Sindikat Malaysia-Aceh Diungkap BNN, 5 Kg Shabu disita
Sindikat Narkoba yang biasa menyelundupkan
Narkoba dari Malaysia ke Aceh diringkus petugas BNN,
pada 9 Februari 2014. Dari tangan tersangka, petugas
menyita 5.074,1 gram shabu. Penyelundupan ini diotaki
seorang WNI yang sudah berulang kali memasok
Narkoba dari Malaysia ke Aceh via jalur laut. Untuk
membongkar kasus ini, BNN bekerja sama dengan Kantor
Bea dan Cukai Medan.
b) Koordinator kurir Asahan ditangkap
Berdasarkan penyelidikan intelijen, BNN berhasil
mengamankan Bambang Hariyanto di Desa Danau
Sijabut, Asahan Sumatera Utara pada 7 Maret 2014.
Bambang diduga kuat sebagai koordinator kurir yang
menyuruh anak buahnya, Guntur, untuk mengambil
Shabu di tengah laut dan menyerahkannya kepada Dayat
cs. Dari Dayat, Shabu seberat 4.553 gram disita.
c) Jaringan Narkoba Tanjung Balai rutin menyelundupkan
Shabu dari Malaysia via laut.
Jaringan sindikat Narkoba di Tanjung Balai ini dalam
satu bulan, setidaknya mereka bisa mengambil Shabu
dan membawanya ke Tanjung Balai hingga Medan
sebanyak empat kali. Kini, jaringan ini tidak bisa lagi
beroperasi karena diamankan BNN, Selasa (22/10). Lima
anggota sindikat ditangkap, dan barang bukti shabu
seberat 6 Kg berhasil disita.
d) Pasangan Suami Istri Bandar Narkoba diciduk BNN
Pada Senin, 22 September 2014, BNN berhasil
mengamankan tiga orang tersangka yang diduga kuat
terlibat dalam jaringan Narkoba. Ketiganya ditangkap
usai sang kurir bernama Ilham (21) menyerahkan tas
berisi Narkoba jenis Shabu kepada H. Dawang (45)
beserta istri, Hj. Maemunah (43) di rumahnya, yang
terletak di daerah Tiroang, Pinrang, Sulsel. Setelah
dilakukan pemeriksaan, Shabu seberat 6.850 gram yang
dibawa dari Malaysia ini berhasil disita. Shabu tersebut
sudah dipecah dalam bentuk paket, masing-masing 50
gram sebanyak 137 bungkus.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 69
6) Jaringan sindikat Peredaran Narkoba dikendalikan oleh Napi
a) Napi Nigeria Kendalikan Kurir Wanita
Dua wanita Indonesia ditangkap oleh BNN karena
terlibat dalam jaringan Narkoba. Pertama adalah Jul,
seorang wiraswastawan yang beralih profesi menjadi
kurir Narkoba sejak Februari hingga April 2014. Dari
tangannya, petugas BNN menyita heroin seberat 4.067,1
gram dan Shabu seberat 2.386,9 gram. Sedangkan
wanita lainnya adalah Al, seorang ibu rumah tangga
diamankan BNN karena memiliki Shabu seberat 1.214,7
gram. Kedua kurir wanita ini dikendalikan oleh napi Lapas
Karawang bernama Henry Albert. Henry Albert (WN
Nigeria), diamankan tim BNN dari Lapas Karawang, Kamis
(22/5). Henry diduga kuat sebagai pengendali kurir yang
kebanyakan wanita. Hingga saat ini, ada sekitar tiga kurir
wanita lagi yang masuk dalam DPO yang terkait jaringan
Henry. Henry menghuni Lapas Karawang sejak 1,5 tahun
lalu. Ia menjalani hukuman penjara 13 tahun untuk kasus
Narkotika.
b) Pasangan Napi Pontianak Kompak Kendalikan Bisnis
Narkoba
Dalam beberapa kasus terakhir yang diungkap BNN,
pengendalian peredaran Narkoba dilakukan dari balik
jeruji besi. BNN memutus jaringan sindikat Narkoba di
Pontianak yang dikendalikan oleh Jacky dan Memey,
pasangan kekasih yang juga Napi di Lapas Klas II A
Pontianak. Jaringan Narkoba yang dikendalikan oleh dua
Napi di Pontianak ini cukup besar. Setiap dua pekan,
anggota jaringan ini bisa mengambil Shabu sedikitnya 5
Kg dari Malaysia lalu menyerahkan kepada anggota
sindikat lainnya di Pontianak. Modus yang digunakan
oleh sindikat Pontianak ini cukup sederhana. Sang
pengendali menyuruh seorang sopir bus untuk
membawa Shabu dari Kuching, Malaysia, lalu
membawanya ke Pontianak untuk diserahkan kepada
kurir yang siap menanti.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 70
7) Pengungkapan Kasus Pencucian Uang.
a) Kakak Adik Terlibat Pencucian Uang
Bandar Narkoba, Safriadi alias Edy ditangkap BNN
karena dugaan tindakan pencucian uang dari hasil
kejahatan Narkoba. Safriadi diduga memutarkan
sebagian keuntungan hasil penjualan Narkoba untuk
mendukung bisnis yang dijalankan oleh kakaknya
bernama Murdani. Safriadi diamankan petugas BNN
pada 25 Maret 2014 di Perumahan Singgasana Pradana,
Jl. Galuh Pakuwon Timur No.12, Bandung, Jawa Barat,
sedangkan Murdani, kakak dari Safriadi diamankan di
Perumahan Puspita Serpong, Tangerang pada hari yang
sama.
Total yang disita dari Safriadi senilai Rp 700 juta
yang terdiri dari tabungan, kendaraan bermotor dan
rumah. Sementara itu, dari tangan Murdani, petugas
menyita aset senilai ± Rp 15 Miliar yang terdiri dari : 1
unit rumah di Puspita Loka, BSD, Tangerang; 1 unit
rumah Anggrek Loka BSD; 2 unit apartemen di Permata
Eksekutif; 1 unit Apartemen Gateway; 1 unit toko di
Permata Hijau; 1 Unit Mobil Harrier; 1 Unit Mobil Toyota
Yaris; 1 Unit Mobil Nissan Xtrail; serta beberapa buku
tabungan dan deposito.
b) Aset Fantastis Napi Bandar Narkoba disita
BNN mengamankan Pony Tjandra (47) seorang Napi
yang diduga kuat sebagai bandar Narkoba sekaligus
terlibat dalam kejahatan pencucian uang, pada 25
September 2014, di Perumahan Pantai Mutiara Blok R
No. 21, Pluit, Jakarta Utara. BNN juga mengamankan
istrinya bernama Santi (47) di perumahan Griya Agung,
Cempaka Baru, Kemayoran. Dari tangan Pony, BNN
menyita barang bukti berupa 1 unit rumah di Perumahan
Pantai Mutiara Blok R No. 21, Pluit, Jakarta Utara dan 1
unit rumah di Cempaka Baru, Kemayoran, 1 unit mobil
Jaguar, 1 unit mobil Honda Odysey, 2 unit jet ski, 3 unit
motor gede Harley Davidson.
Sementara itu dari tangan Santi, BNN menyita 29
item perhiasan yang terdiri dari kalung, liontin, cincin,
gelang, satu sertifikat tanah di Cilacap, 4 sertifikat tanah
di Jepara, 1 sertifikat tanah di Subang, dan 1 sertifikat
tanah di Pandeglang. Di Jepara, Santi mengelola bisnis
butik dan memiliki sebuah lumbung padi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 71
Pony merupakan seorang Napi dengan vonis 20
penjara karena kasus kepemilikan ekstasi sebanyak 57
ribu butir. Ia telah menghuni LP di Nusakambangan sejak
tahun 2006 dan sejak dua bulan terakhir ini ia mendekam
di LP Cipinang. Dari pengakuan tersangka, Pony dapat
memberikan uang rutin setiap bulannya sebesar Rp 100
juta untuk keperluan keluarganya. Penangkapan Pony
merupakan hasil pengembangan kasus dari
tertangkapnya sejumlah bandar Narkoba diantaranya
Edy alias Safriady (jaringan Aceh) serta dua orang bandar
lainnya yang bernama Irsan alias Amir dan Ridwan alias
Johan Erick. Seluruh pembayaran dari para bandar
ditujukan ke belasan rekening milik Pony yang
diperkirakan mencapai angka 600 miliar.
8) Pengungkapan Cland Lab Narkoba
Dalam tahun ini, BNN mengungkap kasus pabrik gelap
Narkoba rumahan di Tangerang, Banten. Petugas BNN berhasil
mengamankan 19.253 Ml cairan yang diduga Narkotika dan
1.872,8 gram Shabu Kristal, alat lab dan zat kimia dari tangan
sepasang suami istri WN Indonesia keturunan Tionghoa
bernama Liong Kok Foe als David dan istrinya Tan Ay Hoa als Ay.
Keduanya diduga melakukan praktek illegal memproduksi
Shabu di laboratorium Narkoba (Clandestine Lab) di kawasan
Perum Binong Permai Blok H 20, Kec. Curug, Tangerang. David
dan Ay diamankan petugas pada hari Rabu 11 Juni 2014 lalu.
Diketahui David merupakan mantan narapidana Narkoba.
Selama di dalam penjara, David belajar trik membuat Shabu
dengan rekan sesama narapidana. Seharusnya, David keluar
dari LP pada Desember 2016, namun diberi keringanan bebas
bersyarat pada 12 Agustus 2013 lalu. Saat menghirup udara
bebas, David sempat menjalankan profesi sebagai petugas
pelayanan di gereja. Namun sejak Mei 2014, David mulai
mempraktikan trik membuat shabu yang pernah ia pelajari di
LP.
5. Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN
a. Penandatanganan Nota Kesepahaman
BNN telah melaksanakan penandatanganan Nota
Kesepahaman (MoU) dengan berbagai instansi pemerintah, swasta
dan komponen masyarakat. Selama tahun 2014, BNN telah
menandatangani MoU dengan 4 kementerian yakni Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi
serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 72
Di tahun ini BNN juga telah menandatangani nota kesepakatan
dengan beberapa instansi swasta diantaranya adalah PT Jasa Marga
(Persero Tbk), dan beberapa perusahaan telekomunikasi (PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Telekomunikasi Selular, Tbk, PT
Indosat, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Bakrie Telecom, Tbk, PT
Hutchison 3 Indonesia, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT
Pasifik Satelit Nusantara).
Komponen masyarakat juga turut dilibatkan dalam upaya
P4GN melalui nota kesepahaman yang ditandatangani oleh
beberapa kelompok masyarakat seperti Persatuan Wartawan
Indonesia, Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia, Sentra Komunikasi,
Universitas Merdeka Malang.
b. Kerja Sama Luar Negeri
Selain menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah,
swasta, dan komponen masyarakat, BNN juga turut aktif dalam
berbagai acara pertemuan lintas instansi terkait P4GN, yaitu :
1) 19th Asia-Pacific Operational Drug Enforcement Conference
(ADEC 19th), di Tokyo, Jepang.
2) Japan Coast Guard, di Kuala Lumpur, Malaysia.
3) The Colombo Plan Drug Advisory Programme (CPDAP)
International Training Course on Precursor Chemical Control
for Asian Narcotics and Law Enforcement, di Bangkok,
Thailand.
4) Sidang Komisi Narkoba ke-57 (CND), di Wina, Austria.
5) IDEC Far East Regional Working Group (IDEC FERWG), di
Manila, Filipina.
6) ILEA “Narcotic Unit Commanders Course”, di Bangkok,
Thailand.
7) The 11th Meeting of ASEAN Inter-Parliamentary Assembly
(AIPA) Fact-Finding Committee (AIFOCOM) to Combat the Drug
Menace, di Laos.
8) 31st Annual International Drug Enforcement Conference IDEC
XXXI, di Roma, Italia.
9) The 34th ASEAN Senior Officials on Drug Matters (ASOD), di
Filipina.
10) Opening ceremony of the ASEAN narcotics cooperation center
(ASEAN-NARCO) and meeting of ASOD leaders on drug control
cooperation, di Bangkok, Thailand.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 73
11) The 2nd General Meeting of Asia Pacific Information &
Coordination Center for Combating Drug Crimes (APICC) dan
The 24th Anti Drug Liasion Officials Meeting for International
Cooperation(ADLOMICO).
12) 38th Meeting of Head of National Drug Law Enforcement
Agencies, HONLEA Asia and the Pacific, di Bangkok, Thailand.
13) The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drugs Mattters
(AMMDM), di Jakarta.
c. The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM)
Pada tanggal 2-4 Desember 2014 bertempat di Jakarta, BNN
telah menjadi tuan rumah dari rangkaian kegiatan Pertemuan
Tingkat Menteri ASEAN bidang Narkoba ke-3 (3rd ASEAN Ministerial
Meeting on Drug Matters/3rd AMMDM). Pertemuan dipimpin oleh
kepala BNN, Anang Iskandar, dan dihadiri oleh Menteri dan Pejabat
Tinggi terkait penanganan masalah Narkoba dari seluruh Negara
anggota ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Hukum dan Kerja
Sama, Aidil Chandra Salim, yang didampingi unsur BNN,
Kementerian Luar Negeri (Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN
dan Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata),
Kementerian Keuangan (Ditjen Bea danCukai), dan Polri.
Rangkaian Pertemuan diawali dengan Pertemuan Persiapan
Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting – Preparation for
AMMDM / SOM-Prep) pada tanggal 2 Desember 2014. Bertindak
selaku pimpinan pertemuan adalah Anggota Tim Ahli BNN, Bali
Moniaga dengan pimpinan Delegasi Republik Indonesia adalah
Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN, Aidil Chandra Salim.
Pada tanggal 3 Desember 2014 3rd AMMDM dibuka secara
resmi oleh Wakil Presiden H. Moh. Jusuf Kalla. Dalam sambutan
pembukaannya menyampaikan antara lain bahwa Indonesia terus
berkomitmen untuk bekerjasama dengan negara-negara ASEAN
lainnya dalam memerangi penyalahgunaan Narkoba. Wakil Presiden
juga kembali menekankan bahwa Indonesia akan tetap bertindak
tegas dalam kasus Narkoba mengingat bahaya dan resiko yang
mengancam rakyat Indonesia.
Dalam pembahasan pertemuan level menteri tersebut, muncul
enam rekomendasi ASEAN Leader, sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 74
1) Perlunya kerja keras dan tindakan efektif terkoordinasi dalam
menghadapi ancaman Narkoba;
2) Menugaskan ASOD untuk melanjutkan upaya untuk mencapai
Masyarakat ASEAN 2015 yang sehat dan aman;
3) Pentingnya penerapan paradigma baru untuk mengelola
dampak resiko Narkoba, melalui strategi dan pendekatan baru;
4) Pentingnya penyiapan sarana rehabilitasi untuk melibatkan
masyarakat dalam penanganan pengguna Narkoba ke
masyarakat;
5) Menyadari resiko bahwa integrasi regional dapat semakin
meningkat kan aktivitas sindikat Narkoba di kawasan sehingga
memerlukan peningkatan kerjasama yang lebih terkoordinasi
baik pada tataran nasional, bilateral, maupun regional.
6) Pentingnya masing-masing instansi untuk memperoleh
dukungan anggaran yang sesuai pada tataran nasional guna
memutus permintaan dan pasokan Narkoba.
Kepala BNN menggaris bawahi tiga hal penting dari hasil
pertemuan antara lain:
1) Pentingnya keseimbangan antara menekan demand
(permintaan) dan supply (pasokan) secara ideal. Artinya,
penanganan demand harus serius yaitu melalui pelaksanaan
rehabilitasi.
2) Berdasarkan survey UNODC, kerugian yang ditimbulkan dari
narkotika di ASEAN mencapai angka 108 trilyun, dan itu harus
jadi perhatian seluruh negara ASEAN.
3) Dalam era keterbukaan ASEAN 2015, negara ASEAN akan
saling terintegrasi sehingga bisa mendongkrak kemajuan
ekonomi masing-masing pihak, tapi pada sisi lainnya, bisa
menjadi celah bagi sindikat narkotika untuk lebih mudah
memanfaatkan kondisi seperti itu untuk bisnis mereka.
d. Sosialisasi Peraturan Bersama Mahkumjakpol.
Perubahan paradigma terkait penanganan pecandu yang
bermuara pada rehabilitasi medis dan sosial masih menjadi sorotan
utama BNN dalam upaya penanggulangan permasalahan Narkoba di
Indonesia. Hal tersebut diimplemetasikan dengan
diselenggarakannya penandatanganan Peraturan Bersama oleh
Mahkamah Agung, Menkumham, Menkes, Mensos, Kejaksaan,
Kapolri dan BNN, di Istana Presiden pada tanggal 11 Maret 2014.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 75
Untuk itu BNN memberikan sosialisasi terkait hal tersebut
dengan menggelar Sosialisasi Peraturan Bersama Mahkumjakpol.
Kegiatan ini diselenggarakan di 4 kota (Jakarta, Pontianak,
Yogyakarta dan Jambi) dan dihadiri oleh peserta yang berasal dari
perwakilan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Bareskrim, Polda,
Polres, Polsek, Kejari, Kejati, Kemenkumham, Kemenkes, Lembaga
Pemasyarakatan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD, RSKO, RSJ
dan IPWL seluruh Indonesia.
e. Focus Group Discussion (FGD)
Deputi Hukum dan Kerjasama juga menggelar berbagai forum
diskusi sebagai wadah sosialisasi terkait perubahan paradigma baru
berupa rehabilitasi sebagai proses hukum bagi pecandu Narkoba.
Sepanjang tahun 2014, Deputi Hukum dan Kerja Sama telah
menggelar 10 kegiatan FGD dan dihadiri oleh peserta yang berasal
dari instansi terkait dengan program rehabilitasi.
D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH
BNNP DAN BNNK/KOTA
Tahun 2014 seluruh BNNP yang sudah terbentuk di 33 Provinsi, telah
melaksanakan kegiatan terkait dengan Pencegahan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba, demikian juga halnya Satker BNNK/Kota di 100
Kabupaten/Kota, sudah melaksanakan kegiatan sebagaimana program kerja
dan anggaran yang telah ditetapkan. Satuan Kerja BNN Provinsi dan BNN
Kabupaten/Kota merupakan miniatur BNN Pusat di daerah dengan
melaksanakan satu program yaitu Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Penyelenggaraan P4GN ditingkat kewilayahan sudah menunjukkan
perkembangan yang positif. Hal tersebut didukung dengan adanya Inpres
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015, yang
ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21
Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Inpres
dan Permendagri tersebut telah mendorong pemerintah daerah dan komponen
masyarakat melaksanaan program P4GN, hal ini ditandai dengan semakin
banyaknya pemerintah daerah yang mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
P4GN (laporan kegiatan BNNP/BNNK terlampir).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 76
Demikian juga pihak komponen masyarakat termasuk perusahaan swasta
di kewilayahan sudah melaksanakan program P4GN bersama dengan
BNNP/BNNK setempat. Pada umumnya pemerintah daerah telah
mengalokasikan anggaran dalam APBD, selain itu ada juga pemerintah daerah
yang mengalokasikan anggaran P4GN dalam bentuk Hibah yang diberikan ke
BNNP/BNNK setempat. Berdasarkan laporan dari BNNP/BNNK pemerintah
daerah dan pihak swasta sudah melaksanakan kerjasama dalam pelaksanaan
program P4GN.
Seperti halnya kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang di BNN
Pusat, BNNP juga sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dibidang P4GN
yaitu melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, dan
Pemberantasan, sedangkan BNNK/Kota fungsi pemberantasan belum sampai
tahap pemberkasan, kewenangannya baru pada tahap pemetaan jaringan
Narkoba yang ada diwilayah tersebut, untuk selanjutnya hasil pemetaan
dimaksud sebagai dasar bagi BNN melaksanakan penyelidikan dan penyidikan.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Satker BNN di Provinsi dan
Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pencegahan.
Penyampaian pesan P4GN dengan Wahana desiminasi informasi,
merupakan sarana penyampaian pesan P4GN kepada khalayak ramai.
Sarana dimaksud yaitu terdiri dari berbagai media elektronik (televisi dan
radio), media online (internet), Non elektronik (media cetak), dan sarana
komunikasi tradisional lainnya yang ada di masyarakat yang biasanya
dilakukan melalui berbagai pagelaran seni budaya. Keberhasilan
penyampaian pesan P4GN melalui desiminasi informasi, sejak digulirkan
sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian terkait pengaruh
media dimaksud dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap pelaksanaann P4GN.
Namun demikian dari berbagai pendapat masyarakat, sangat
mengharapkan peningkatan peran media massa dalam penyampaian
pesan terkait dengan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Oleh
karena sifat media yang langsung ke masyarakat, pesan yang disampaikan
sangat dipengaruhi oleh sumber berita (narasumber) sarana komunikasi
yang digunakan dan kemampuan audiens untuk menangkap pesan yang
diterimanya. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh BNN mulai dari
tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota selalu memberdayakan
keberadaan wahana desiminasi informasi, ini artinya bahwa pesan P4GN
kepada masyarakat sudah tersebar luas, seiring dengan terbenduk di 33
provinsi dan 100 kabupaten/kota.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 77
Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
P4GN, juga dilakukan penguatan melalui pelaksanaan advokasi
pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Advokasi pencegahan yang
dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan penyampaian pesan melalui
berbagai wahana desiminasi informasi. Proses komunikasi melalui
wahana desiminasi informasi agak sulit mengetahui respons masyarakat/
khalayak oleh karena sifatnya satu arah, sedangkan pelaksanaan advokasi,
sifatnya lebih komunikatif karena umumnya bersifat dialogis.
Kekurangan pelaksanaan advokasi ini sifatnya terbatas pada waktu
dan lokasi yang sama, namun pada saat itu juga dapat diketahui respon
dari penerima pesan. Karena masing-masing sarana komunikasi tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka sarana desiminasi informasi
dan advokasi menjadi pilihan yang dilakukan BNN secara simultan dalam
upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam
upaya pelaksanaan P4GN.
Sasaran advokasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang
dilakukan selain kepada individu juga dilakukan melalui pendekatan
kelembagaan. Pendekatan individu dilakukan melalui pelaksanaan
kegiatan yang mengundang orang per orang kedalam satu kegiatan
tertentu seperti pelaksanaan advokasi pembentukan kader, dengan
berbagai target sasaran seperti: Siswa, Mahasiswa, Pekerja baik pegawai
swasta maupun pegawai di instansi pemerintah serta advokasi
pencegahan melalui pendekatan kelembagaan. Hasil nyata pedekatan
advokasi yang dilakukan adalah semakin banyaknya kader anti Narkoba
yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dan juga semakin
tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan P4GN.
Untuk mengetahui peran pencegahan yang dilakukan selama ini
kepada masyarakat, pada tahun 2014 yang lalu, BNN telah melaksanakan
monitoring dan evaluasi program P4GN di 16 Provinsi, dengan sasaran
adalah masyarakat yang pernah menerima program P4GN yang
dilaksanakan oleh BNN, BNNP dan BNNK/Kota. Hasil kompulir data dari
penerima program (siswa, mahasiswa, pegawai pemerintah, pegawai
swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda) sangat
mendukung keberadaan lembaga BNN dalam memerangi
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 78
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ditanah
air, diduga sebagai akibat kurang berdayanya masyarakat untuk
memberikan perlawanan terhadap kejahatan Narkoba. Oleh sebab itulah
perlu dilakukan penguatan kepada masyarakat. Peran penguatan dalam
upaya pemberdayaan masyarakat saat ini juga dilaksanakan oleh Satuan
kerja BNN yang ada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat di kewilayahan juga mengemban tugas dan
fungsi rehabilitasi. Adapun gambaran kegiatan Satker BNN di kewilayahan
adalah sebagai berikut:
a. Penguatan kelembagaan (instansi pemerintah dan swasta)
b. Peningkatan lingkungan bebas Narkoba di lokasi perkotaan maupun
pedesaan.
c. Pemberdayaan untuk masyarakat yang menjadi korban
penyalahgunaan Narkoba, agar melapor diri secara sukarela di
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) BNN.
d. Pemberian layanan Terapi dan Rehabilitasi bagi korban
penyalahguna Narkoba.
Upaya menciptakan lingkungan/lembaga bersih Narkoba, dilakukan
melalui tahapan pemberian peningkatan kemampuan menangkal
Narkoba dilanjutkan dengan pelaksanaan test urin kepada peserta yang
mengikuti kegiatan pemberdayaan dimaksud. Hasil pelaksanaan tes urin
ini merupakan petunjuk awal suatu lingkungan dikatakan bebas Narkoba.
Berdasarkan hasil laporan dari kewilayahan, kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini, belum bisa berjalan
secara optimal oleh karena keterbatasan anggaran yang ada di Satker
BNNP dan BNNK/Kota, terutama dalam hal penyediaan alat tes urin.
Informasi kurangnya pelaksanaan test urin ini juga diperoleh dari
masyarakat penerima program dari BNN, saat pelaksanaan kegiatan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN yang dilakukan
Tahun 2014.
Pemberdayaan masyarakat baik yang dipedesaan maupun di
perkotaan dilakukan dengan memberikan peningkatan ketrampilan
masyarakat pada berbagai aspek kehidupan seperti ketrampilan teknik
memperbaiki handphone, tehnik perbengkelan untuk pria, sedangkan
untuk wanita dilakukan dengan kemampuan rias (salon), ketrampilan
dibidang jasa boga. Peningkatan ketrampilan ini sifatnya masih terbatas,
oleh karena BNN dihadapkan pada berbagai keterbatasan sumber daya
manusia dan sumber daya keuangan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 79
3. Bidang Pemberantasan.
Guna mengoptimalkan pemberantasan Narkoba yang disinyalir
melalui berbagai pelabuhan resmi maupun melalui jalur tidak resmi (jalur
tikus), Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota juga telah
melaksanakan peran pemberantasan, yang dilakukan melalui pemutusan
dan pengungkapan jaringan serta pemetaan kasus Narkoba,dengan
gambaran kegiatan sebagai berikut:
a. Pemetaan jaringan Narkoba dan pengungkapan kasus Narkoba yang
ada dikewilayahan.
b. Penanganan kasus Narkoba hingga ke tingkat penuntutan (P21).
Berdasarkan data laporan yang diperoleh dari Satker BNNP, seluruh
BNNP sudah melakukan proses penyelidikan dan penyidikan kasus
Narkoba dan sudah mengajukan para tersangka ke persidangan, ini
artinya fungsi pemberantasan yang ada di kewilayahan sudah melak-
sanakan tugas dan fungsi dibidang pemberantasan dengan menetapkan
target minimal/terbatas, penanganan kasus dalam rencana kerja dan
anggaran Satker. Hal tersebut sebagai akibat masih terbatasnya sumber-
daya manusia dan juga sarana prasarana yang ada di BNNP. Sedangkan
BNNK/Kota sampai saat ini belum punya kewenangan melakukan
penanganan kasus, hasil pemetaan yang dilakukan oleh BNNK/ Kota se-
lanjutnya diserahkan ke BNNP atau BNN Pusat guna proses tindak lanjut.
Belum optimalnya BNNK/Kota dalam pemberantasan Narkoba,
disebabkan kewenangan penyelidikan dan penyidikan belum diperoleh
dari instansi terkait yaitu Kemenpan & RB, hal tersebut juga didukung
masih terbatasnya sarana prasarana dan juga sumber daya manusia yang
melaksanakan tugas pemberantasan. Namun demikian dibeberapa satuan
kerja di Kabupaten/Kota sudah melaksanakan penanganan kasus Narkoba
dengan melaksanakan kerja sama dengan Polisi setempat atau
melaksanakan pemberantasan dengan kerjasama dengan BNNP atau
Deputi Pemberantasan BNN.
Gambaran umum Target dan Realisasi Kegiatan BNNP/BNNK/KOTA Tahun 2014
NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI %
1. Berkas Perkara Kasus Kejahatan Narkoba yang diselesaikan (P.21)
138 170 123,19%
2. Berkas Perkara Penyidikan Aset Tersangka Jaringan Sindikat Narkoba yang diselesaikan (P21)
38 11 28,95%
3. Dokumen akuntabilitas kinerja unit kerja 1.395 1.296 92,90%
4. Gedung/Bangunan 1.600 1.600 100,00%
5. Instansi pemerintah di daerah yang diadvokasi bidang P4GN
1.178 1.149 97,54%
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 80
NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI %
6. Instansi swasta yang diadvokasi bidang P4GN 675 688 101,93%
7. Kader anti Narkoba yang terbentuk 32.980 30.245 91,71%
8. Kendaraan Bermotor 16 11 68,75%
9. Bulan layanan dukungan menejemen dan operasional unit kerja
1.606 1.435 89,35%
10. Laporan Kasus Narkoba Hasil Pemetaan 418 821 196,41%
11. Layanan Perkantoran 1.729 1.564 90,46%
12. Wahana desiminasi informasi P4GN 1.031 896 86,91%
13. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang dijangkau layanan terapi dan rehabilitasi
2.046 1.744 85,24%
14. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang melapor di IPWL BNN di daerah
443 411 92,78%
15. Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang menerima Layanan Rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi BNN
776 799 102,96%
16. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 1.715 1.514 88,28%
17. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 451 373 82,71%
18. Lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah perkotaan yang diberdayakan alternatif
43 38 88,37%
19. Lingkungan kerja yang diberdayakan bidang P4GN
768 763 99,35%
20. Lembaga pendidikan yang diberdayakan bidang P4GN
1.105 1.101 99,64%
Berdasarkan uraian di atas tergambar beberapa target output/
kegiatan yang telah direncanakan untuk dilaksanakan oleh Satker BNN, di
daerah ada yang tidak mencapai target. Penyebab tidak tercapaianya
target kinerja tersebut, dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah
terkait dengan pemotongan anggaran sebagaimana diatur melalui
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014. E. ANGGARAN
Tahun 2014 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.
735,051,825,000,- (tujuh ratus tiga puluh lima milyar lima puluh satu juta
delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
JENIS BELANJA PAGU (Rp) REALISASI
(Rp) SISA (Rp) %
51 Belanja Pegawai 223.994.354.000 217.255.647.413 6.738.706.587 96,99%
52 Belanja Barang 474.431.180.000 448.930.976.088 25.500.203.912 94,63%
53 Belanja Modal - Transaksi Kas 36.626.291.000 35.060.132.429 1.566.158.571 95,72%
Total 735.051.825.000 702.935.390.255 32.116.434.745 95,63%
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 81
Dari segi penyerapan anggaran, BNN telah berupaya melaksanakan
kegiatan sesuai dengan target kinerja anggaran yang tersedia, tidak terserapnya
seluruh anggaran BNN disebabkan adanya sisa anggaran dari belanja pegawai,
belanja barang dan belanja modal. Penghematan anggaran dilakukan melalui
efisesi penggunaan langganan daya dan jasa. pelelangan barang/jasa serta
pengeluaran kegiatan operasional dilakukan se-efisien mungkin. Adanya
kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran berdampak pada
pencapaian target tidak bisa optimal. sesuai dengan target dalam rencana kerja
yang ditetapkan sebelumnya. Adapun gambaran realisasi anggaran BNN Tahun
2014 tergambar dalam grafik berikut ini.
Realisasi 702.935.390.255
(95,63%) Sisa 32.116.434.745
(4,37%)
Realisasi Sisa
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 82
BAB III
PENUTUP
Semangat kebersamaan dan pantang menyerah untuk selalu memberikan
pengabdian yang terbaik kepada masyarakat, merupakan sikap profesional yang
ditumbuh kembangkan pimpinan BNN kepada seluruh personil BNN dalam
melaksanakan tugas P4GN. Hal ini perlu dilakukan mengingat tugas dan
tanggungjawab BNN dalam melakukan perlawanan terhadap kejahatan Narkoba
sangat memerlukan semangat juang tinggi dengan penuh dedikasi.
Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada Satker BNN
selama tahun 2014, secara rutin dievaluasi melalui rapat mingguan BNN, begitu juga
realisasi kegiatan dan anggaran dapat termonitor dan dievaluasi melalui
pemanfaatan sistim aplikasi monitoring evaluasi Kementerian Keuangan dan aplikasi
Monitoring dan Evaluasi Kinerja dan Anggaran BNN (Monevgar BNN). Hasil evaluasi
tersebut berdampak pada peningkatan kinerja BNN secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil evaluasi dari Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan
Anggaran (TEPPA) pada semester I Tahun 2014. TEPPA menganugerahkan BNN
sebagai Kementerian/Lembaga yang memperoleh “Terbaik II” dari seluruh K/L, dalam
hal pelaporan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran. Prestasi tersebut
sesuatu yang spektakuler bila dibandingkan pada pelaporan tahun sebelumnya, yang
dilakukan oleh TEPPA, dimana BNN pada saat itu mendapat penilaian terendah
kedua dari seluruh K/L.
Prestasi kegiatan SIMAK BNN Tahun 2014, oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia telah menganugrahkan perhargaan ke BNN sebagai juara I
Kategori Utilisasi Barang Milik Negara (BMN) dalam acara Refleksi dan Apresiasi
Pengelolaan BMN pada Kementerian atau Lembaga (K/L). Sedangkan penilaian atas
akuntabilitas kinerja BNN tahun 2014, dalam laporan ini belum dapat diinformasikan
karena belum mendapat nilai dari instansi yang kompeten untuk itu. Demikian juga
masalah penilaian laporan keuangan dari BPK, belum dapat diinformasikan karena
laporan keuangan BNN masih dalam tahap pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan RI.
Terkait dengan hasil pelaksanan kegiatan, BNN melaksanakan Monitoring dan
Evaluasi (Monev) ke 16 provinsi. Tujuan pelaksanaan Monev adalah untuk
mengetahui sejauhmana manfaat pelaksanaan kegiatan dan program P4GN yang
telah dilaksanakan BNN selama tahun 2014.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 83
Sasaran kegiatan adalah masyarakat yang pernah menerima program, yang
terdiri dari: Siswa, Mahasiswa, Guru, Dosen, Pegawai Pemerintah termasuk TNI/Polri,
Pegawai Swasta, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, LSM, mereka
diminta pendapat melalui pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya,
untuk mengisinya sesuai dengan kenyataan yang ada.
Hasil rekapitulasi data masukan dari masyarakat kemudian dirumuskan sesuai
dengan metode penelitan dan juga dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan
RKA-KL, hasil evaluasinya bahwa kinerja BNN Tahun 2014 masuk kategori nilai
“Baik”.
Dengan demikian Laporan Tahunan BNN ini, merupakan salah satu bentuk
pertanggung jawaban Badan Narkotika Nasional kepada masyarakat atas
pelaksanaan Program dan kegiatan dibidang P4GN guna mewujudkan masyarakat
Indonesia, menjadi masyarakat yang imun terhadap penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba menuju Indonesia Emas Tahun 2045.
Selain itu, laporan tahunan ini juga menjadi media evaluasi terhadap berbagai
upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dan juga terkait
dengan langkah-langkah operasional P4GN yang telah dilaksanakan selama ini.
Pelajar Mhs IP Swasta Pok Mas Pelajar Mhs IP Swasta Pelajar Mhs IP SwastaPok
MasPelajar Mhs IP Swasta MO ME MC MLR MA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 DKI Jkt 35 40 40 173 110 55 67 162
BNNK Jaksel 35 120 40 40 150 100 150
BNNK Jaktim 173 0 110 55 0 67 162
2 Banten 21,330 1,790 1,968 3,991 340 0 0 0 0 0 0 0 116 0 0 0 0 0 2,000 0 2 50 0 0
BNNK Tangsel
3 Jabar 8545 345 75 125 100
BNN Kab. Ciamis 967 124 200 400
BNN Kab. Garut 3003 584 375 144 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BNN Kab. Kuningan 5,500 155 64 - 865 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNNK Depok 850 100 600
BNN Kab. Karawang
BNNK Cimahi 500
BNNK Bandung 3,700 150 60 30 150 100
BNN Kab. Cirebon 2,700 30
BNN Kab. Cianjur 1191 1000 5 2 3
BNN Kab. Bogor 3,225 135 500 5 5 10 3
4 Jateng 700 1,545 500 - 1,434 - - - - - - 90 - - - - - - - - 1 - - -
BNNK Kendal 320 80 200 136 64 6 75 75 60 10 30 30 20 550 2 5
BNNK Batang 1,620 - 315 - 980 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNNK Purbalingga 1,778 0 300 212 325
BNNK Cilacap 1,258 615
BNNK Temanggung 2,260 12 200 70 5,005 - - - - - - - - - - - - - 1,800 2 8 3 0
5 Jatim 27,230 11,400 460 90 6,330 40 - 76 40 - - - - - - - - - - - 1 34 - -
BNN Kab. Tulungagung 8,692 330 555 755 795 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNN Kota Malang 25,602 4,869 3,099 1,700 7,813 50 90 152 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BNN Kota Batu 5,795 100 3 2 3,210 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNNK Nganjuk 9,910 - 2,760 650 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNN Kab. Sidoarjo 29,342 300 30 - 13,400 - 15 - 15 - - 50 50 50 - - - - - 2 132 57 - -
BNN Kota Surabaya 1,590 200 862 552 1,690 - - - - 70 - 6 44 - - - - - 200 - 1 - 55 -
BNN Kota Kediri 24143 2017 553 1113 2898 0 0 0 179 0 0 0 0 2 2 2 5 1400 336 3 46 29 0
BNN Kab. Malang 12,951 1,545 3,059 1,387 13,375 - - - - - - - - - - - - - - - 2 2 - -
BNN Kab. Gresik 6,054 2,105 25 4,062 13
Ssosialisasi Inpres No. 12 FGD Pembentukan Kader
LAMPIRAN RINCIAN KEGIATAN BNNP DAN BNNK/KOTA TAHUN ANGGARAN 2014
Pembentukan Jejaring Pagelaran
Seni
Budaya
MediaNO BNNP BNNK
PENCEGAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
BNN Kab. Trenggalek 5,950 - 950 632 - - - - - 52 - - - - - - - - - 7 - - - -
BNN Kab. Lumajang 8,267 240 90 275 209 54 2 1,000
BNNK Blitar 514 154 1
BNN Kab. Kediri 3,804 320 2,804
6 D.I Yogya 2 4 130 380 1 60 30 120
BNNK Yogyakarta 3 30 275 825 6 12
BNNK Sleman 3 90 50 80 2 60 100 6 2 8
7 Aceh 1,916 417 566 16 310 3 1
BNN Kota Langsa 900 150 3,000 29
BNNK Lhokseumawe 850 1
BNNK Bireun 440
BNN Kab. Aceh Selatan
BNNK Pidie Jaya 4,050 200 640 322 1500 48 1
BNNK Gayo Lues 130
8 Sumut 375 300 530 360 500 75 105 90 90 250 2 4
BNNK Deli Serdang 3295 800 650 300 1060 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 101 0 0
BNNK Langkat 4812 150 130 270 150 82
BNNK Pematangsiantar 9,312 327 247 342
BNNK Asahan 895 500 40 - 90 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNNK Mandailing Natal 4,390 284 - - 1,715 - - - - - - - - - - - - - 300 - - - - -
BNNK Tapanuli Selatan 2611 1718 150 146 320
BNNK Serdang Bedagai - - - - 150 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNNK Karo 750 375 125 150 10 35 5
BNNK Tanjungbalai 47 2 4 4 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0
BNNK Binjai 860 150 2,470
9 Sumbar 810 525 50 510 50 200
BNNK Payakumbuh 550 150 200 950
10 Sumsel 1220 1748 3278 660 11059 40
BNNK Pagar Alam 842 232 101 1089
BNN Kota Lubuk Linggau 1150 2420 245 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 200 0 0 0 0
BNN Kota Prabumulih 3898 480
BNNK Empat Lawang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Jambi 100 100 170 160 500 500
BNN Kota Jambi 50 80 4
BNN Kab. Batanghari 2758 104 640
12 Riau 2,350 742 690 10 1,556 2
BNNK Kuansing 715 660 28 80
BNNK Pekanbaru 100 65 30 1,130 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
13 Bengkulu
14 Lampung 4,145 2,425 1,120 4
BNNK Lampung Selatan 6,781 75 271 - 181
15 Babel
BNNK Pangkalpinang 1,750 138 50 120 175
BNN Kab. Belitung 50 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Kepri 3173 707 100 208 485
BNNK Tanjungpinang 840 1220 60
BNN Kab. Karimun 557 15 79 20 20 116
BNNK Batam 11,813 59 264
17 Bali 900 1,006 1,144 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
BNN Kota Denpasar 1,378 - 210 1,095 - - - - - - - - - - - - - - - - 4 - -
BNN Kab. Gianyar
BNNK Badung 600 40 40
18 Gorontalo
BNN Kota Gorontalo 300 250 76 40 40
BNN Kab. Bone Bolango
19 NTB 5,175 1,200 950 606 675
BNNK Mataram 4,090 290 300 30 100 340 3,000 480
BNNK Sumbawa Barat 2,225 300 190
20 NTT
BNN Kota Kupang 1,073 156 91
BNN Kab. Rote Ndao
21 Kalbar - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 28 - -
BNN Kab. Pontianak - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 28 - -
BNN Kota Pontianak 905 ORG 500 ORG 300 ORG 80 ORG 1400 ORG - - - - - - - - - - - - - - -6
KALI
20
KALI
10
BUAH-
BNNK Sanggau 1100 30 635
BNNK Bengkayang 300 0 112 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BNNK Singkawang 752 258 365
22 Kalsel
BNN Kota Banjarmasin
BNN Kota Banjarbaru
BNN Kab. Balangan
23 Kalteng 553 4,808 582 157 1,681 167
BNNK Palangkaraya
24 Kaltim
BNNK Samarinda 2872 456 153 164 743 - - - - - - - - -
BNN Kota Balikpapan
BNNK Tarakan 1,606 50 80 0 600 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
25 Sulbar 1100 50 0 1060 0 0 0
26 Sulsel 12,445 1,986 1,005 1,517 14,453 105 175 70 70 4 1
BNN Kota Palopo
BNNK Tana Toraja 1,430 100 2,000 5,450 2,000
27 Sulteng
BNNK Palu 1000 300 90
BNNK Morowali 140 239 2,000
BNNK Donggala 130 - - - - - - 240 40 75 - 75 - - - - 500 - - 7 - -
BNN Kab. Poso 774 1100 2,750
BNNK Tojo Una-Una 415 120 200 2
28 Sultra
BNN Kota Kendari 1709 org 16 org 834 org 100 org 731 org
BNN Kota Kolaka
29 Sulut 1,899 322 620 9,680
BN Kota Menado
BNNK Bitung 300 600 3,000
30 Maluku
BNN Kota Tual
31 Malut 350 600 200 130
BNNK Tidor Kepulauan 35 60 40 40 50 50 150
BNN Kab. Halut
32 Papua BNNP Papua 2037 1105 150 1255 1 28
BNNK Jayapura 500 50 50 12
33 Papbar 6 3 2 1 3 2
BNN CEGAH 1,920 300
BNNCEGAH, DAMAS, REHAB,
BRANTAS
352,982 56,026 37,750 24,102 133,409 271 261 1,037 646 1,861 332 2,963 963 337 686 59 286 353 18,932 3,575 788 618 1,174 85
75
JUMLAH