Upload
vutuyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dokumen Strategi
Penaggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Bantul Tahun
2012-2015 ini dapat terselesaikan.
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini
disusun setelah melalui kajian mengenai master plan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bantul. Sekaligus sebagai upaya mempertegas
komitmen pemerintah daerah, masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Organisasi Massa, Swasta, Perguruan Tinggi, Lembaga
Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak yang peduli untuk
memecahkan masalah kemiskinan; Membangun konsensus bersama
untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan hak-hak dasar
(right based approach) serta pendekatan partisipatif dan kemitraan dalam
perumusan kebijakan dan strategi; Menegaskan komitmen dalam
mendukung pencapaian tujuan MDGs; Menyelaraskan berbagai upaya
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah pusat,
pemerintah daerah, LSM, Ormas, masyarakat, swasta, Lembaga
Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak lain yang peduli.
Selain itu juga untuk mengakomodir permasalahan kemiskinan
sebagai masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya
sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan
hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak-hak dasar
yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam
dokumen SPKD didasarkan atas pendekatan berbasis hak. Dalam proses
penyusunan SPKD ini, kami menyadarai sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, baik dari sisi teknis penulisan maupun substansi
materi Dokumen SPKD. Oleh karena itu kami mengharap masukan-
ii
masukan yang konstruktif sehingga dokumen ini menjadi sempurna, dan
dapat dipakai sebagi pedoman bagi semua pihak dalam rangka
menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Bantul.
Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
SPKD ini, bersama ini kami mengucapkan terima kasih.
Bantul, Desember 2012
Bappeda Kabupaten Bantul
Kepala
DRS. TRISAKTIYANA, Msi
NIP. 196602191993031005
1
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Acuan dasar penanggulangan kemiskinan secara filosofi terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “Negara Indonesia melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum
serta mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sementara dalam batang tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 juga ditegaskan bahwa “Negara berkewajiban untuk mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat serta memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, serta setiap orang berhak
atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat”. Dengan demikian jelas bahwa Negara, yang mengandung arti
luas seluruh pelaku dan bukan hanya Pemerintah Daerah, termasuk Kabupaten Bantul
mendapatkan mandat untuk turut serta menanggulangi masalah kemiskinan.
Namun demikian, fakta empirik menunjukkan bahwa upaya penanggulangan
kemiskinan masih sering dipandang sebagai domain urusan pemerintah saja. Uniknya,
perspektif tersebut tidak hanya datang dari masyarakat saja, namun juga datang dari
kalangan aparat pemerintahan sendiri. Konsekuensinya, keterlibatan masyarakat selama
ini dalam upaya penanggulangan angka kemiskinan masih kecil.
Data tentang jumlah keluarga dan jiwa miskin di Kabupaten Bantul pada kurun
waktu enam tahun terakhir ini menunjukkan penurunan yang signifikan. Hasil pendataan
BKKPPKB Kabupaten Bantul yang telah ditunjuk oleh Tim Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten (TKPK) Bantul sebagai SKPD yang menangani data Kemiskinan Kabupaten
Bantul, menunjukkan bahwa jumlah KK miskin di Kabupaten Bantul pada tahun 2006
berjumlah 250.078 jiwa (31,46%), yang turun menjadi 221.757 jiwa (27,39%) pada 2007.
Sedangkan pada tahun 2008 turun menjadi 186.418 jiwa (22,58%). Penurunan kembali
2
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
terjadi pada tahun 2009 yang menunjukkan jumlah jiwa miskin sebanyak ; 149.159 jiwa
(17,86%). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah jiwa miskin turun lagi tinggal 129.614 jiwa
(15,38%). Pada tahun 2011 jumlah jiwa miskin sebanyak 127.479 (15,1%) jiwa. Jika dilihat
dari persentase jumlah keseluruhan Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Bantul dan jumlah
KK Miskin, maka angkanya seperti terlihat pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1.
Perbandingan Jumlah KK Total dan KK Miskin Kab. Bantul 2005-2011
TAHUN JML KK KK MISKIN %
2005 225.360 37.862 16.80
2006 232.212 81.398 35.05
2007 240.427 67.589 28.11
2008 248.753 57.589 23.13
2009 254.149 47.015 18.50
2010 256.463 41.480 16.17
2011 258.294 40.321 15.61
Sumber: Data TKPK Kab. Bantul, 2012
Menurunnya baik dalam hal jumlah maupun persentase penduduk miskin ini tak
lepas dari strategi penanggulangan kemiskinan daerah yang dilakukan selama ini. Namun
perlu disadari bahwa dinamika sosial politik yang berlangsung cepat, seiring dengan efek
globalisasi yang luas telah menuntut Pemerintah Daerah untuk memperbaharui dan
menyesuaikan strategi penanggulangan kemiskinan yang ditempuh dengan
perkembangan aktual baik secara eksternal maupun internal yang terjadi. Di samping itu,
belum tersedianya basis data yang terunifikasi sebagai bahan rujukan bersama juga
menjadi kendala yang harus segera diatasi. Sementara itu, metode pendataan yang
digunakan oleh masing-masing instansi selama ini tidak sama dan belum ada koordinasi
antar pelaku sehingga sering terjadi tumpang-tindih program dan sasaran serta kegiatan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perrlu disusun sebuah Master Plan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) untuk lima tahun mendatang di
Kabupaten Bantul. Studi penyusunan master plan SPKD akan dapat reliable jika dilakukan
melalui mekanisme evaluasi dan penyusunan ulang yang cermat, mendalam dan
3
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
partisipatif. Harapannya adalah bahwa master plan strategi yang diformulasikan akan
menjadi acuan bagi strategi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Swasta, LSM dan komponen masyarakat lainnya.
Adapun hasil penyusunan master plan strategi penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Bantul ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mengutamakan kepentingan rakyat dan berorientasi utama pada rakyat miskin.
b) Menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, keadilan dan martabat.
c) Menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat untuk menuju keswadayaan dan
kemandirian.
d) Aspirasi masyarakat miskin disalurkan untuk ditransformasikan dalam kebijakan
sosial, ekonomi dan politik yang dilandasi semangat kemitraan dan kesetaraan.
e) Menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, desentralisasi dan good
governance.
f) Penanggulangan kemiskinan sebagai arus utama pembangunan berkelanjutan.
g) Transformasi masyarakat menuju masyarakat Kabupaten Bantul yang sejahtera,
adil dan makmur.
h) Pengembangan hubungan antara Masyarakat dan Pemerintah melalui interaksi
untuk menumbuhkan hubungan interdependensi antar pelaku pembangunan.
Dengan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
penyusunan master plan SPKD ini, diharapkan adanya ketepatan dalam menangkap
esensi persoalan, perumusan target dan sasaran, serta dayaguna dan hasil guna strategi
yang optimal.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan master plan SPKD ini adalah untuk memetakan faktor-faktor
penyebab kemiskinan, menganalisis faktor-faktor penyebabnya, langkah-langkah
penanggulangan kemiskinan yang sudah dan akan dilaksanakan serta mensinergiskan
upaya-upaya tersebut dengan pihak-pihak yang terlibat.
Adapun tujuannya adalah :
(1). Mempertegas komitmen pemerintah daerah, masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Organisasi Massa, Swasta, Perguruan Tinggi, Lembaga
4
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak yang peduli untuk memecahkan
masalah kemiskinan;
(2). Membangun konsensus bersama untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui
pendekatan hak-hak dasar (right based approach) serta pendekatan partisipatif dan
kemitraan dalam perumusan kebijakan dan strategi;
(3). Menegaskan komitmen dalam mendukung pencapaian tujuan MDGs;
(4). Menyelaraskan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, Ormas, masyarakat, swasta, Lembaga
Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak lain yang peduli.
1.3. Metodologi
Metodologi dalam penyusunan master plan SPKD Kabupaten Bantul ini mencakup
dua pokok bahasan, yaitu kerangka pikir yang terkait dengan upaya penanggulangan
kemiskinan; serta proses penyusunannya. Kedua pokok bahasan tersebut dimaksudkan
untuk menunjukkan keruntutan alur pikir dalam pembahasan dokumen ini.
1.3.1. Kerangka Berfikir
Menurut beberapa pakar kemiskinan, minimal ada tiga konsep kemiskinan yang
sering digunakan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan subyektif.
Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret
dan lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat
yaitu sandang, pangan dan papan.
Sementara, konsep kemiskinan relatif dirumuskan dengan memperhatikan dimensi
tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah bahwa kemiskinan di suatu daerah berbeda
dengan kemiskinan di daerah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda
dengan kemiskinan pada waktu yang lain. Tolok ukur yang digunakan didasarkan pada
pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan
hidup. Sedangkan konsep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan
kelompok miskin itu sendiri. Oleh karena itu, sangat mungkin terjadi bahwa kelompok yang
menurut ukuran individu tertentu berada di bawah garis kemiskinan, namun bisa jadi
mereka tidak menganggap dirinya miskin, dan demikian pula sebaliknya. Sementara
5
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
kelompok yang dalam penilaian kita tergolong hidup layak, boleh jadi tidak menganggap
dirinya sendiri semacam itu, demikian pula sebaliknya.
Untuk mendekati masalah kemiskinan ini terdapat dua perspektif utama, yaitu
perspektif kultural dan perspektif struktural/ situasional. Perspektif kultural mendekati
masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis, yaitu individual, keluarga dan masyarakat.
Pada tingkat individual, kemiskinan ditandai dengan sifat-sifat seperti: parochial, apatism,
fatalism atau pasrah pada nasib, boros, dependent dan inferior (rendah diri). Sementara
pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan fakta jumlah keluarga yang besar.
Sedang pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak
terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-insttitusi masyarakat yang efektif. Kaum
miskin sering kali memperoleh perlakuan sebagai obyek yang perlu digarap daripada
sebagai subyek yang perlu diberi peluang untuk berkembang.
Sementara itu perspektif situasional melihat masalah kemiskinan sebagai dampak
dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan produk-produk teknologi
modern. Penetrasi kapital antara lain terwujud dalam program-progam pembangunan yang
terlalu mengutamakan pertumbuhan ekonomi semata dan kurang memperhatikan
pemerataan. Program pembangunan semacam ini hanya menguntungkan kelompok
masyarakat yang kaya karena dua hal, yaitu:
(a) Terkait dengan akumulasi modal, kelompok masyarakat kaya mendapat
kesempatan lebih banyak untuk mendapat aset-aset tambahan sehingga dapat
lebih cepat berkembang.
(b) Terkait dengan fungsi lembaga khususnya lembaga ekonomi yang memang
sangat dibutuhkan dalam menghadapi kemajuan jaman, ternyata juga hanya
kelompok kaya yang dapat menikmatinya.
1.3.1.1. Konsep Kemiskinan
Konsep kemiskinan yang digunakan dalam dokumen SPKD ini adalah konsep
kemiskinan absolut, yaitu dengan memakai ukuran yang biasa digunakan oleh Badan
Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana (BKKPPKB,
PP dan KB) selaku SKPD yang diberi wewenang untuk melakukan pendataan keluarga
miskin. Pertimbangannya adalah bahwa konsep tersebut bisa berlaku menyeluruh di
6
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
semua wilayah Kabupaten Bantul. Hal ini berbeda dengan konsep kemiskinan subyektif
yang hanya berlaku pada masing-masing wilayah tertentu. Namun demikian, data yang
dikumpulkan BKKPPKB Kabupaten Bantul yang menggunakan konsep kemiskinan
subyektif tersebut tetap akan digunakan sebagai benchmarking. Adapun pertimbangannya
adalah bahwa data dari BKKPPKB tersedia secara lengkap, menyeluruh dan senantiasa
diperbaharui setiap tahun.
Uraian mengenai konsep kemiskinan diawali dengan memaparkan ide dasar atau
klasifikasi awal yang digunakan, disusul penjelasan tentang indikator yang digunakan
berikut argumentasinya, kemudian menunjukkan metode penggolongan keluarga miskin.
Sudah sejak lama BKKPPKB rutin melakukan pendataan untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan (bahasa halus dari ”tingkat kemiskinan”) keluarga di Kabupaten Bantul.
Dari hasil pendataan tersebut kemudian dibuat 5 kategori, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera,
Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga
Sejahtera III Plus.
Terdapat 23 indikator yang digunakan dalam pendataan tersebut. Semakin banyak
indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin tinggi tingkat kesejahteraan
keluarga tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah
keluarga, semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Ke-23 indikator
tersebut sebenarnya bersumber dari 5 (lima) variabel, yaitu: kerohanian, pangan, sandang,
papan dan lingkungan sosial.
Masing-masing variabel tersebut diberi nilai ordinal bertingkat atau berjenjang
menggunakan skala lima tingkat. Jumlah indikator tiap-tiap variabel pada tingkat yang
berbeda tidak selalu sama. Kombinasi dari semua itu menghasilkan lima kategori keluarga
mulai dari pra-sejahtera hingga keluarga sejahtera III plus.
Terkait dengan variabel dan indikator-indikator tersebut terdapat beberapa hal
yang perlu dicatat. Pertama, selama ini terdapat penilaian oleh sebagian kalangan bahwa
indikator yang digunakan BKKPPKB tidak tepat karena mengukur kemiskinan hanya dari
lantai rumah sebuah keluarga. Dalam kaitan ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
lantai rumah bukan merupakan satu-satunya indikator yang digunakan. Letak kekeliruan
utamanya adalah pada tindakan intervensinya, bukan pada indikatornya. Maksudnya,
lantai rumah yang masih berupa tanah memang merupakan salah satu indikasi kemiskinan
7
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
keluarga. Tetapi upaya menanggulangi kemiskinan dengan cara menghilangkan
indikator jelas merupakan langkah yang tidak tepat apabila soal kemiskinannya sendiri
tidak ditangani. Contoh: proyek pemberian semen untuk membangun lantai (lantainisasi)
berasumsi bahwa jika indikatornya dihilangkan maka keluarga tersebut tidak lagi disebut
miskin.
Kedua, dalam perkembangan belakangan ini pendataan keluarga miskin sering
mendapat intervensi dari berbagai kepentingan lain sehingga data yang didapat tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu ada pemeriksaan
silang (crosscheck) dan kehati-hatian dalam menggunakan data.
Ketika fokus pendataan bergeser dari mengukur kesejahteraan menjadi mengukur
kemiskinan, metode yang ditempuh ialah dengan mengambil data jumlah keluarga pra-
sejahtera ditambah keluarga sejahtera I. Dari jumlah tersebut kemudian diteliti ulang
dengan memisahkan faktor ekonomi (pangan,sandang, papan) dari faktor non-ekonomi
(rohani dan lingkungan sosial). Keluarga yang masuk kategori pra-sejahtera karena alasan
ekonomi, digolongkan sebagai keluarga miskin sekali.
Sementara itu, keluarga yang masuk kategori sejahtera I karena alasan ekonomi
digolongkan sebagai keluarga miskin. Kriteria keluarga miskin yang sekarang dipakai
adalah hasil penggabungan keluarga miskin sekali (pra-sejahtera karena alasan ekonomi)
dan keluarga miskin (keluarga sejahtera I karena alasan ekonomi). Dalam kaitan ini perlu
dicatat bahwa, jika dirunut asal-muasal penetapannya, data dari BKKPPKB merupakan
”angka-angka taksiran tinggi”. Hal itu karena tidak semua keluarga yang selama ini
digolongkan Pra Keluarga Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan sendirinya tergolong
miskin.
1.3.1.2. Pemilihan Data
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa data kemiskinan tersedia dalam
berbagai versi, dengan dasar penghitungan berbeda dan jumlah akhir yang beragam.
Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, menggunakan individu sebagai dasar
penghitungan. Hal ini kurang-lebih sama dengan cara penghitungan Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB).
8
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Dalam SPKD ini data kemiskinan yang digunakan adalah data BKKPPKB atau
data TKPK yang merupakan data resmi yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Jadi dalam hal ini digunakan konsep kemiskinan absolut, didampingi konsep
kemiskinan relatif. Keduanya menggunakan unit analisis yang sama, yaitu keluarga.
Adapun pertimbangannya adalah:
a) Sesuai dengan nilai-nilai sosial pada masyarakat kabupaten Bantul, kemiskinan
atau kekayaan seseorang selalu dikaitkan dengan keluarga.
b) Program-program pembangunan masyarakat selama ini juga banyak yang
menggunakan keluarga sebagai satuan hitungan.
c) Data BKKPPKB merupakan data yang rinci, yang mencakup nama orang per
orang (by name) berikut lokasi tempat tinggalnya (by address). Selain itu, data
BKKPPKB tersedia merata di semua desa dengan pola yang konsisten.
Konsistensi pola dan ketersediaan data secara merata merupakan hal yang
penting untuk dapat digunakan sebagai acuan.
Terdapat 23 indikator yang digunakan dalam pendataan tersebut. Semakin banyak
indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah keluarga, semakin tinggi tingkat kesejahteraan
keluarga tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit indikator yang dapat dipenuhi oleh sebuah
keluarga, semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Ke-23 indikator
tersebut sebenarnya bersumber dari 5 (lima) variabel, yaitu: kerohanian, pangan, sandang,
papan dan lingkungan sosial. Masing-masing dari kelima variabel tersebut diberi nilai
bertingkat atau berjenjang dalam lima tingkat. Jumlah indikator tiap-tiap variabel pada
tingkat yang berbeda tidak selalu sama. Kombinasi dari semua itu menghasilkan lima
kategori keluarga mulai dari pra-sejahtera hingga keluarga sejahtera III plus. Gambaran
lebih rinci mengenai variabel dan indikator kesejahteraan keluarga dapat diperiksa pada
lampiran 1.Terkait dengan variabel dan indikator-indikator tersebut terdapat beberapa hal
yang perlu dicatat. Pertama, selama ini terdapat penilaian oleh sebagian kalangan bahwa
indikator yang digunakan Bidang KB tidak tepat karena mengukur kemiskinan hanya dari
lantai rumah sebuah keluarga. Dalam kaitan ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
lantai rumah bukan merupakan satu-satunya indikator yang digunakan. Letak kekeliruan
utamanya adalah pada tindakan intervensinya, bukan pada indikatornya. Maksudnya,
lantai rumah yang masih berupa tanah memang merupakan salah satu indikasi kemiskinan
9
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
keluarga. Tetapi upaya menanggulangi kemiskinan dengan cara menghilangkan
indikator jelas merupakan langkah yang tidak tepat apabila soal kemiskinannya sendiri
tidak ditangani. Contoh, proyek pemberian semen untuk membangun lantai (lantainisasi)
berasumsi bahwa jika indikatornya dihilangkan maka keluarga tersebut tidak lagi disebut
miskin. Kedua, dalam perkembangan belakangan ini pendataan keluarga miskin sering
mendapat intervensi dari berbagai kepentingan lain sehingga data yang didapat tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu ada pemeriksaan
silang (crosscheck) dan kehati-hatian dalam menggunakan data. Ketika fokus pendataan
bergeser dari mengukur kesejahteraan menjadi mengukur kemiskinan, metode yang
ditempuh ialah dengan mengambil data jumlah keluarga pra-sejahtera ditambah keluarga
sejahtera I. Dari jumlah tersebut kemudian diteliti ulang dengan memisahkan faktor
ekonomi (pangan,sandang, papan) dari faktor non-ekonomi (rohani & lingkungan sosial).
Keluarga yang masuk kategori pra-sejahtera karena alasan ekonomi, digolongkan sebagai
keluarga miskin sekali. Sedang keluarga yang masuk kategori sejahtera I karena alasan
ekonomi digolongkan sebagai keluarga miskin. Kriteria keluarga miskinyang sekarang
dipakai adalah hasil penggabungan keluarga miskin sekali (pra-sejahtera karena alasan
ekonomi) dan keluarga miskin (keluarga sejahtera I karena alasan ekonomi). Dalam kaitan
ini perlu dicatat bahwa, jika dirunut asal-muasal.
1.3.2. Proses Penyusunan
Proses penyusunan SPKD ini tidak semata-mata hanya mementingkan
output yaitu berupa sebuah dokumen, melainkan juga sangat mempertimbangkan
prosespartisipatif, yaitu melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di
Kabupaten Bantul. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kepedulian dan rasa tanggung jawab
bersama untuk melaksanakan kesepakatan dalam dokumen ini. Proses penyusunan
master plan SPKD ini dimulai dengan rangkaian FGD yang menitikberatkan pada
penyamaan persepsi terhadap kemiskinan dan menciptakan wahana untuk saling
mengenal antar pelaku.
Dalam diskusi kelompok terarah (FGD) dimaksudkan untuk merefleksi kemiskinan
dan memahami aspirasi masyarakat miskin. Simultan dengan kegiatan tersebut mulai
10
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dapat diidentifikasi sosok-sosok yang diharapkan dapat bertindak sebagai motor
penggerak program penanggulangan kemiskinan selanjutnya.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kegiatan yang selama ini
ditekuni oleh para pelaku agar dapat diakomodasikan dalam dokumen strategi
penanggulangan kemiskinan sehingga tercipta program dan kegiatan yang sinergis.
Kebijakan dan Program yang tersusun dalam SPKD merupakan kompilasi hasil diskusi
tematik yang dilakukan oleh masing-masing kelompok kerja secara partisipatif. Meta-Plan
disepakati sebagai proses partisipatif untuk menggali permasalahan mendasar, kebutuhan
dan potensi yag dimiliki oleh masyarakat setempat.
Meta-Plan merupakan metoda yang berciri:
1.3.2.1. Menekankan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan.
1.3.2.2. Menekankan pendekatan program yang berorientasi pada dampak.
1.3.2.3. Memperhatikan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam menyetujui sebuah
rencana.
1.3.2.4. Menekankan identitas anonim dan teknik visualisasi dalam sebuah diskusi
secara berkelompok.
1.4. Ruang Lingkup
Data kemiskinan yang disajikan dalam SPKD adalah data dari BPS dan BKKPPKB
atau TKPK Kabupaten Bantul yang diolah sesuai kebutuhan. Mengenai aktualitasnya,
semua data yang digunakan di sini adalah data terakhir yang tersedia yakni pada tahun
2006 – 2011.
Kedudukan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dalam tata
kebijakan pemerintah daerah diharapkan akan diserap dan diarus-utamakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah), yang dijabarkan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), dan dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana
Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), serta dijalankan melalui
Rencana Kerja pada tiap-tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renja–SKPD).
11
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
1.5. Sistematika
Dokumen master plan SPKD ini disusun dalam tujuh bab yang terdiri:
a) Bab pertama mengetengahkan pendahuluan yang berisi penjelasan tentang latar
belakang pemikiran beserta tujuan disusunnya master plan SPKD, metodologi yang
digunakan, posisi SPKD serta jangkauan dokumen ini.
b) Bab dua menyajikan gambaran geografi dan kependudukan Kabupaten Bantul secara
umum. Sajian ini dimaksudkan untuk meletakkan masalah kemiskinan dalam konteks
kependudukan secara luas.
c) Bab tiga berisi data tentang kemiskinan penduduk disertai informasi tentang hal-hal
yang berkaitan dengannya, termasuk analisis tentang penyebab kemiskinan.
d) Bab empat membahas kajian ulang terhadap kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan yang pernah ada di Kabupaten Bantul. Kajian ini meliputi
apakah program tersebut berdampak perluasan kesempatan, peningkatan partisipasi,
perlindungan sosial dan apa pembelajaran yang diperoleh. Disajikan pula analisis
lingkungan eksternal serta analisis lingkungan internal pada upaya penanggulangan
kemiskinan di Bantul.
e) Bab lima mengetengahkan master plan strategi dan pendekatan yang hendak
digunakan dalam menanggulangi kemiskinan. Master plan ini disusun berdasar hasil
kaji ulang kebijakan dan program sebagaimana disajikan pada bab sebelumnya.
Disajikan pula perumusan kebijakan dan program yang diperlukan untuk
penanggulangan kemiskinan. Kebijakan dan program tersebut berasal dari masing-
masing pelaku ,yang di koordinasikan dan dirumuskan bersama.
f) Selanjutnya bab enam berisi kegiatan pemantauan dan penilaian. Pemantauan
dilakukan oleh semua pelaku menggunakan metode dan sarana yang dimiliki oleh
masing-masing untuk kemudian dibahas melalui FGD. Sedangkan penilaian
mencakup output, outcome dan impact.
g) Terakhir bab tujuh, yaitu penutup, berisi penekanan tentang pentingnya suatu sinergi
program dan kepatuhan untuk mengacu pada kesepakatan yang sudah menjadi
komitmen bersama.
12
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
BAB II
KONDISI GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN
2.1. Kondisi Geografi
Secara makro, bentang alam Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang
terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian Timur dan
Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif
membujur dari Utara ke Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara
07º44'04"-08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34"-110º31'08" Bujur Timur, berbatasan
dengan Kabupaten Gunungkidul di sebelah Timur, dengan Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman di sebelah Utara, dengan Kabupaten Kulon Progo di sebelah Barat,
dan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km2, terdiri dari 17 kecamatan yang
dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Kecamatan Dlingo adalah kecamatan yang
mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan
yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72 pedukuhan.
Berdasarkan kondisi lahan terdapat luas lahan 506,85 km persegi yang terbagi
dalam beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang terdiri dari pekarangan, sawah, tegal,
dan kebun campur (Tabel 2.1). Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan
sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Bantul Di dalam Tabel 2.1 ditampilkan
bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kebun campur sebesar 32,75% dan
sawah sebesar 31,43%, sedangkan yang terkecil adalah tambak sebesar 0,06%. Terlihat
bahwa pemanfaatan kebun campur terbesar ada di Kecamatan Pajangan yaitu seluas
2.295 Ha. Adapun persawahan terluas terdapat di Kecamatan Sewon dengan luas 1.408,8
Ha. Sementara itu, pemanfaatan tambak hanya berada di wilayah Kecamatan Srandakan
seluas 30 Ha.
13
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 2.1 Penggunaan Lahan di Kabupaten Bantul Tahun 2011 (dalam Hektar)
No. Kecamatan Pemukiman Sawah Tegalan Kebun
Campuran Lain-lain Jumlah
1 Bambang- lipuro
175,0872 1.164,6059 0 819,0000 123,3069 2.282
2 Bangun-tapan
436,3544 1.319,8266 7,6798 655,0129 210,1263 2.629
3 Bantul 171,8507 1.213,3333 2,0000 688,9209 122,8951 2.199
4 Dlingo 121,5498 261,0000 1.705,4152 1.460,0000 888,0350 5.634
5 Imogiri 238,9301 922,9806 2.128,0000 1.186,0000 1.095,0893 5.781
6 Jetis 406,7099 1.347,5334 105,0000 513,0000 187,7565 2.560
7 Kasihan 555,0182 851,1396 107,1530 1.567,6105 157,0787 3.238
8 Kretek 38,6401 954,4266 209,4549 470,0000 575,4784 2.550
9 Pajangan 112,5677 280,6690 430,5526 2.295,0000 200,2107 3.319
10 Pandak 89,9423 984,9897 44,0000 1.063,0000 247,0680 2.429
11 Piyungan 334,7995 1.325,9508 551,1588 717,0000 383,0909 3.312
12 Pleret 234,4968 716,9097 634,9112 356,0000 185,6823 2.128
13 Pundong 82,5997 875,6236 456,0000 733,5000 228,2767 2.376
14 Sanden 51,6440 836,0806 123,0000 896,0000 301,2754 2.327
15 Sedayu 273,4635 980,6635 72,2000 1.840,4888 244,1842 3.411
16 Sewon 473,2285 1.408,7648 2,0000 645,4206 146,5861 2.676
17 Srandakan 75,3196 484,4608 53,0000 693,8840 398,3360 1.834
Jumlah 3.872,2020 15.928,9581 6.631,5255 16.599,8377 5.694,4767 50.685
Persentase 7,64 31,43 13,08 32,75 11,24 100,00
Sumber: Kantor BPN, 2012
2.2. Kependudukan
Kepadatan penduduk dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain
kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, kepadatan penduduk daerah
terbangun, kepadatan penduduk kelompok umur, dan sebagainya. Kepadatan penduduk
geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi.
Kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat
kepadatan penduduk di suatu daerah (Tabel 2.2).
14
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Geografis per Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan/Km2
1 Srandakan 18,32 28.668 1.565
2 Sanden 23,16 29.744 1.284
3 Kretek 26,77 29.323 1.095
4 Pundong 23,68 31.779 1.342
5 Bambanglipuro 22,70 37.480 1.651
6 Pandak 24,30 47.908 1.972
7 Bantul 21,95 59.754 2.722
8 Jetis 24,47 52.313 2.138
9 Imogiri 54,49 56.536 1.038
10 Dlingo 55,87 35.667 638
11 Pleret 22,97 43.731 1.904
12 Piyungan 32,54 49.427 1.519
13 Banguntapan 28,48 122.510 4.302
14 Sewon 27,16 105.701 3.892
15 Kasihan 32,38 112.708 3.481
16 Pajangan 33,25 33.216 999
17 Sedayu 34,36 44.798 1.304
Jumlah 506,85 921.263 1.818
Sumber: BPS, 2012
Berdasarkan Tabel 2.2 terlihat bahwa penyebaran penduduk tidak merata. Daerah
yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di wilayah Kabupaten
Bantul yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yang meliputi kecamatan Banguntapan
(4.302 jiwa/km2), Sewon (3.892 jiwa/km2), dan Kasihan (3.481 jiwa/km2), sedangkan
kepadatan penduduk geografis terendah terletak di Kecamatan Dlingo (638 jiwa/km2).
15
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Peta 2.1 Kepadatan Penduduk Geografis
Sumber: Bappeda Kab. Bantul, 2012 (data diolah)
Persebaran penduduk menurut umur sangat diperlukan untuk mengambil kebijakan
yang berkaitan dengan banyak sektor seperti tenaga kerja, pendidikan, dan lain-lain.
Dengan mengetahui sebaran penduduk kelompok umur dominan di suatu wilayah maka
dapat dilakukan kebijakan yang lebih tepat dan efisien untuk pengembangan wilayah
tersebut (lihat Tabel 2.4).
Sementara itu, berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Bantul
sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga kepadatan
penduduk agraris per wilayah perlu diketahui agar tercapai akurasi kebijakan. Secara rinci
kepadatan penduduk agraris dapat dilihat pada Tabel 2.3.
2011
2011
16
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 2.3 Kepadatan Penduduk Agraris per Kecamatan
Di Kabupaten Bantul Tahun 2011
No. Kecamatan Luas Areal
Pertanian (ha) Jumlah
Penduduk (Jiwa) Kepadatan/ha
1 Srandakan 419 28.668 50
2 Sanden 986 29.744 26
3 Kretek 892 29.323 12
4 Pundong 864 31.779 24
5 Bambanglipuro 1.164 37.480 24
6 Pandak 927 47.908 28
7 Bantul 1.132 59.754 58
8 Jetis 1.177 52.313 39
9 Imogiri 1.109 56.536 18
10 Dlingo 512 35.667 9
11 Pleret 860 43.731 26
12 Piyungan 1.385 49.427 23
13 Banguntapan 1.409 122.510 100
14 Sewon 1.305 105.701 83
15 Kasihan 673 112.708 150
16 Pajangan 262 33.216 23
17 Sedayu 960 44.798 16
Jumlah (Rata-rata) 16.036 921.263 31
Sumber: BPS, 2012
Kepadatan penduduk agraris adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah
penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Berdasarkan
data kepadatan penduduk agraris yang ada diketahui bahwa setiap tahun terjadi
penyusutan lahan pertanian yang berdampak pada berkurangnya jumlah produksi
pertanian. Dengan melihat kecenderungan bahwa setiap tahun terjadi pengurangan lahan
pertanian, maka perlu ada upaya-upaya kongkrit agar pemenuhan kebutuhan dari produk
pertanian tetap terjaga serta adanya langkah-langkah pengamanan lahan pertanian untuk
menekan laju penyusutannya. Penyusutan lahan banyak terjadi di daerah aglomerasi
17
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
perkotaan seperti di Sewon, Banguntapan, dan Kasihan. Hal ini banyak disebabkan oleh
migrasi dari kota Yogyakarta.
Kepadatan penduduk kelompok umur adalah jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk
kelompok umur menunjukkan proporsi umur berdasarkan kelompok umur terbesar pada
umur 40 tahun ke atas (37,16%), kedua pada kelompok umur 25-39 tahun (24,13%),
sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 20-24 tahun (7,96%).
Berdasarkan tabel tersebut dalam perencanaan pembangunan khususnya di bidang
kesehatan pada kelompok umur 40 tahun ke atas harus mendapatkan prioritas dan
perhatian lebih. Pada usia 25-39 tahun yang proporsinya juga cukup besar dan merupakan
kelompok umur produktif maka kebijakan ekonomi menjadi lebih dominan.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
di Kabupaten Bantul Tahun 2011
Kecamatan Kelompok Umur
Jumlah 0-9 10-14 15-19 20-24 25-39 40+
1 Srandakan 4.160 2.066 2.177 1.834 6.237 12.194 28.668
2 Sanden 4.184 2.248 2.288 1.638 6.170 13.216 29.744
3 Kretek 3.928 2.133 2.188 1.699 6.084 13.291 29.323
4 Pundong 4.546 2.355 2.418 2.039 6.880 13.541 31.779
5 Bambanglipuro 5.598 2.675 2.699 2.268 8.212 16.028 37.480
6 Pandak 7.016 3.562 3.628 3.190 10.824 19.688 47.908
7 Bantul 9.034 4.299 4.532 4.372 13.872 23.645 59.754
8 Jetis 8.155 3.749 3.917 3.619 12.506 20.367 52.313
9 Imogiri 8.613 4.034 4.163 3.908 13.395 22.423 56.536
10 Dlingo 5.257 2.920 2.782 2.294 7.898 14.516 35.667
11 Pleret 7.621 3.452 3.626 3.308 11.279 14.445 43.731
12 Piyungan 8.153 4.324 4.155 3.459 11.960 17.376 49.427
13 Banguntapan 20.062 8.844 9.626 12.724 32.430 38.824 122.510
14 Sewon 16.341 7.768 8.510 10.009 27.150 35.923 105.701
15 Kasihan 17.573 8.318 9.108 11.476 28.809 37.424 112.708
16 Pajangan 5.268 2.511 2.511 2.447 8.105 12.244 33.216
18
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Kecamatan Kelompok Umur
Jumlah 0-9 10-14 15-19 20-24 25-39 40+
17 Sedayu 7.151 3.400 3.400 3.078 10.554 17.254 44.798
Jumlah 142.660 68.749 71.728 73.362 222.365 342.399 921.263
Persentase 15,48 7,46 7,78 7,96 24,13 37,16 100,00
Sumber: BPS, 2012
Guna melakukan kebijakan yang berperspektif gender maka sangat diperlukan
pengetahuan mengenai persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin. Kebijakan pada
persebaran penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sudah seharusnya
berbeda dengan persebaran yang didominasi salah satunya. Dengan demikian kebijakan
yang diambil lebih efektif. Secara rinci data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
ada pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bantul
per Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Srandakan 14.214 14.454 28.668
2 Sanden 14.616 15.128 29.744
3 Kretek 14.131 15.192 29.323
4 Pundong 15.543 16.236 31.779
5 Bambanglipuro 18.524 18.956 37.480
6 Pandak 23.926 23.982 47.908
7 Bantul 29.681 30.073 59.754
8 Jetis 25.887 26.426 52.313
9 Imogiri 28.008 28.528 56.536
10 Dlingo 17.609 18.058 35.667
11 Pleret 21.926 21.805 43.731
12 Piyungan 24.604 24.823 49.427
13 Banguntapan 62.127 60.383 122.510
14 Sewon 53.486 52.215 105.701
15 Kasihan 56.487 56.221 112.708
16 Pajangan 16.493 16.723 33.216
17 Sedayu 22.197 22.601 44.798
Jumlah 459.459 461.804 921.263
Persentase 49,87 50,13 100
Sumber: BPS, 2012
19
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
2.3. Indikator Kesejahteraan Rakyat
Gambaran tentang kesejahteraan rakyat dapat dipahami dari dua arah yang
berkebalikan, yaitu satu sisi gambaran kesejahteraan menunjukkan tingkat kemajuan
kehidupan rakyat, dan di sisi lain dapat dilihat tingkat ketertinggalan dari mereka yang
tersisa, yaitu yang belum sejahtera, yang secara sederhana bisa disebut dalam kondisi
miskin.
Makna kesejahteraan mengandung dua sisi, yaitu lahiriah dan spiritual, demikian
pula dengan makna kemiskinan. Dengan pemahaman seperti di atas dapat dikatakan
bahwa indicator kesejahteraan rakyat dapat menjadi petunjuk awal untuk mengetahui
kemajuan upaya penanggulangan kemiskinan. Caranya adalah dengan membandingkan
kondisi kesejahteraan rakyat antara tahun lalu dengan tahun ini, dan antara tahun ini
dengan tahun mendatang, dan seterusnya. Beberapa contoh indikator misalnya: apakah
angka kesakitan naik atau turun; apakah persentase penduduk yang berpendidikan
tertinggi SLTP berkurang; apakah jumlah penganggur berkurang; apakah kondisi
permukiman penduduk semakin baik; serta apakah fasilitas umum semakin banyak dan
merata. Dengan demikian komponen-komponen yang perlu diperhatikan
meliputi:kependudukan secara umum, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, serta
perumahan dan lingkungan. Komponen kependudukan secara umum telahdikupas relatif
mendetail pada bagian sebelumnya, Pada bagian berikut akan dibahas empat komponen
lainnya.
2.3. 1. Kesehatan
Kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan aset yang amat penting bagi
masa depan bangsa. Salah satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat
adalah dengan mencermati angka kesakitan. Data Inkesra Kabupaten Bantul tahun 2011
menunjukkan angka kesakitan yang relatif tinggi yang antara lain disebabkan oleh pilek
dan batuk. Keluhan sakit lainnya yang relatif besar adalah panas dan sakit kepala yang
berulang-ulang. Indikator tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering
dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat musiman. Umumnya penyakit-penyakit
tersebut disebabkan oleh perubah an cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Sementara itu, fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Bantul meliputi 94
Puskesmas, 1.223 Posyandu, 12 Rumah Sakit Umum dengan komposisi 3 milik
20
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Pemerintah dan 9 milik swasta, 28 RS Bersalin swasta serta 72 Poliklinik swasta. Adapun
data selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab Bantul Tahun 2011
No. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Umum Jumlah
1 Rumah Sakit Umum 9
2 Rumah Sakit Bersalin 0
3 Rumah Sakit Khusus (KIA, Bedah, Paru) 3
4 Balai Pengobatan 78
5 Rumah Bersalin 32
6 Apotek 100
7 Industri Peracik Batra 13
8 Laboratorium 4
9 Optik 4
10 Puskesmas Rawat Inap 16
11 Puskesmas Non Rawat Inap 11
12 Puskesmas Pembantu 67
13 Puskesmas Keliling 27
Sumber : Dinas Kesehatan (2011)
Adapun peta penyebaran fasilitas kesehatan Puskesmas dan Rumah Sakit di
Kabupaten Bantul Tahun 2011 dapat dlihat pada gambar berikut:
Peta 2.2. Sebaran Sarana Kesehatan di 17 kecamatan
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bantul 2011
21
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Data Susenas tahun 2012 dilaporkan bahwa Umur Harapan Hidup Waktu Lahir di
Kabupaten Bantul untuk Laki-laki adalah 71 tahun dan Wanita adalah 72 tahun.
2.3. 2. Pendidikan
Salah satu cara mengukur kualitas sumber daya manusia adalah dengan
mengamati jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berumur10 tahun ke
atas. Semakin besar proporsi penduduk yang dapat menamatkan pendidikan menengah
dan tinggi secara teoritis semakin baik kualitas sumberdaya manusianya.
Data dari BPS Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 2011
sebagian besar penduduk Kabupaten Bantul (66,13%) menamatkan pendidikan
tertingginya setingkat SMP. Selanjutnya sebanyak 24,06% menamatkan SMA dan SMK,
dan selebihnya 9,80% penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dengan berbagai
strata, mulai dari Diploma I hingga S-3. Adapun data lengkapnya dapat diperiksa pada
tabel berikut:
Tabel 2.7 Komposisi Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kab Bantul Tahun 2010
No. Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Persentase
1. Tidak punya 25,09
2. SD/MI 23,59
3. SMP/MTs 17,45
4. SMU/MA 16,15
5. SMK 7,91
6. D1/D2 0,94
7. D3/Akademi 2,92
8. D4/S1 5,70
9. S2/S3 0,24
Sumber: BPS, 2011
22
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
2.3.3. Ketenagakerjaan
Di Kabupaten Bantul terdapat 637.983 penduduk usia kerja pada tahun 2011. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 430.428 orang merupakan angkatan kerja, yaitu mereka yang
siap masuk atau telah berkecimpung dalam kerja yang ditandai dengan aktivitas mencari
pekerjaan. Dengan kata lain, terdapat 207.555 penduduk yang termasuk usia kerja namun
bukan merupakan angkatan kerja, karena masih sekolah, karena mengurus rumah tangga,
atau karena hal-hal lainnya.
Tabel 2.8. Penduduk Usia 15 Tahun keatas Dirinci Menurut Angkatan Kerja dan Bukan
Angkatan Kerja Serta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011
No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah
1
ANGKATAN KERJA
a.Bekerja 209.003 191.286 400.289
b.Penganggur 14.048 16.091 30.139
Jumlah Penduduk Angkatan Kerja (I) 223.051 207.337 430.428
2
BUKAN ANGKATAN KERJA
a.Sekolah 66.523 66.707 133.230
b.Mengurus Rumah Tangga 3.899 41.251 45.150
c.Lainnya 15.924 13.251 29.175
Jumlah Penduduk Bukan Angkatan Kerja (II) 86.346 121.209 207.555
Jumlah Penduduk Usia Kerja (I)+(II) 309.397 328.586 637.983
3 TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) 579.970 590.425 637.983
4 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 14.408 16.091 30.139
Sumber : Disnakertrans, 2011
Dari jumlah 400.289 penduduk yang bekerja, apabila dirinci menurut jenis pekerjaan
utamanya dapat diketahui bahwa sebagian terbesar (46,95%) bekerja dalam bidang
pertanian. Rincian mengenai hal tersebut dapat diperiksa pada tabel berikut:
23
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 2.9 Komposisi Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha
di Kab Bantul Tahun 2011
No Bidang Jumlah Persentase
1 Pertanian 179.040 46,95
2 Industri Pengolahan 35.979 9,43
3 Perdagangan, Restoran & Hotel 52.400 13,74
4 Keuangan, Asuransi Usaha, Persewaan 16.761 4,39
5 Bangunan 50.446 13,23
6 Jasa Kemasyarakatan 41.215 10,81
7 Lainnya (Pertambangan, Listrik & Air Minum) 5.526 1,45
JUMLAH 381.367 100
Sumber: BPS, 2011
Dari tabel komposisi tersebut, dapat dilihat bahwa komposisi dominan penduduk
Kabupaten Bantul yang bergerak di sector pertanian menunjukkan angka yang cukup
besar (46,95%). Sebagian besar petani Kabupaten Bantul merupakan petani gurem,
dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 Ha dan sebagian lagi mereka adalah buruh tani,
sehingga jelas lah apabila kepemilikan lahan termasuk tidak memenuhi skala ekonomi
yang layak, dengan sendirinya mereka masih rentan terhadap ancaman kondisi
kemiskinan (sumber data: Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, 2011).
2.3.4. Perumahan dan Lingkungan
Data dari BPS Kabupaten Bantul menyatakan bahwa dilihat dari luas
bangunan,pada tahun 2011 sebagian (22,80%) rumah penduduk luasnya kurang dari 20
m2. Sementara dilihat dari aspek lainnya, hampir semua rumah (91,96%) berdinding
tembok, hanya 4,40% rumah berdinding bambu dan 3,38% berdinding kayu.
Terkait dengan ketersediaan air bersih, sebagian besar (59,64%) rumah tangga di
Kabupaten Bantul memanfaatkan sumur terlindung sebagai sumber air minum.
24
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Selanjutnya sebesar 15,45% menggunakan sumur pompa, 9,97% menggunakan ledeng,
dan 9,90% menggunakan sumur tak terlindung.
Sarana untuk tempat buang air besar, sebagian besar (66,27%) rumah tanggadi
Kabupaten Bantul menggunakan WC dengan tempat pembuangan berupa tangki. Sebesar
8,52% rumahtangga membuat tempat buang air besar dengan menggali lubang di tanah,
sementara 4,27% memanfaatkan kolam/sawah. Sisanya sebesar 20,69% rumah tangga
masih memanfaatkan sungai sebagai tempat buang air besar.
25
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
BAB III
KONDISI DAN PENYEBAB KEMISKINAN
3.1. Data Keluarga Miskin
Telah diketahui bersama bahwa pendataan penduduk di Indonesia pada umumnya
bersumber pada pendataan yang dilaksanakan BPS yang secara resmi diakui secara
nasional dan pendataan yang dilaksanakan daerah (Kabupaten/Kota). Daerah
melaksanakan pendataan karena ada beberapa alasan, misalnya; data BPS dilaksanakan
melalui survey yang tidak secara rutin dilakukan tiap tahun, metode dan criteria yang
berlaku umum di Indonesia, sementara daerah mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda sehingga menyusun criteria yang mendekati realitas di lapangan. Demikian pula
halnya dengan pendataan keluarga miskin, basis data yang diambil oleh BPS adalah
Rumah Tangga, sedangkan daerah, dalam hal ini Kabupaten Bantul basis data adalah
Kepala Keluarga. Tentu saja hal ini menimbulkan perbedaan angka yang pada akhirnya
menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penyusunan studi ini
yang dipakai sebagai pijakan data adalah data daerah yang disusun oleh SKPD pengampu
pendataan keluarga yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Bantul yaitu data dari
Badan Kesejahteraan, Keluarga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Bantul (BKKPPKB Bantul). Dari tabel berikut ini dapat dilihat data jumlah
keluarga miskin dari BKKPPKB Bantul secara series.
Tabel 3.1 Jumlah Keluarga Miskin Di Kabupaten Bantul
Tahun 2009, 2010 dan 2011
No. Kecamatan Jumlah KK Miskin 2009
Jumlah KK Miskin 2010
Jumlah KK miskin 2011
1 Srandakan 1,600 1,305 1,312
2 Sanden 1,337 1,238 1,296
3 Kretek 1,790 1,482 1,479
26
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
No. Kecamatan Jumlah KK Miskin 2009
Jumlah KK Miskin 2010
Jumlah KK miskin 2011
4 Pundong 3,224
2,199 1,972
5 Bambanglipuro 2,158 1,611 1,551
6 Pandak 1,752 2,791 2,646
7 Bantul 3,408 2,019 1,949
8 Jetis 2,595 2,929 2,951
9 Imogiri 2,982 3,302 3,117
10 Dlingo 3,132 2,560 2,477
11 Pleret 1,886 1,817 1,817
12 Piyungan 2,604 2,217 2,257
13 Banguntapan 4,427 3,814 3,802
14 Sewon 4,548 3,980 3,771
15 Kasihan 2,366 3,948 3,842
16 Pajangan 2,270 1,672 1,537
17 Sedayu 4,963 2,596 2,545
Jumlah 47,042 41,480 40,321
Sumber: BKK PP & KB, 2011
Apabila dilihat dari jumlah dominan Kepala Keluarga Miskin, maka dapat ditelusuri
“4 Besar Dominan KK Miskin” yaitu kecamatan Kasihan, Banguntapan, Sewon dan Imogiri.
Hal ini karena jumlah penduduk di 4 wilayah kecamatan tersebut memang tergolong padat
(lihat Bab II, tabel 2.2). Walaupun 3 kecamatan dominan tersebut adalah wilayah urban
yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta, dan tidak dapat menggambarkan
tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan, namun pendekatan jumlah terbesar
keluarga miskin inilah yang dipakai oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
kebijakan penanggulangan kemiskinan, sehingga intervensi kebijakannya adalah dengan
intervensi program pengurangan jumlah KK miskin untuk masing-masing wilayah
Kabupaten/Kota dengan mengambil 4 kecamatan terbesar jumlah KK miskinnya.
Selengkapnya untuk Kabupaten Bantul dapat dilihat dari gambar berikut:
27
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Peta 3.1.Empat Kecamatan dengan KK Miskin Dominan
KASIHAN1. Pariwisata dan
Kerajinan: Kasongan, Gendeng, Jipangan, Lemah Dadi (Kajigelem) dan Gunung Sempu
2. Kawasan Cagar Budaya3. Kawasan RTH4. Rumah Layak Huni
SEWON1. Desa wisata: Gabusan -
Manding – Tembi2. Kawasan Cagar Budaya3. Pertanian lahan basah dan
perikanan budidaya4. Tenaga kerja5. Ruang Terbuka Hijau6. Rumah Layak Huni
BANGUNTAPAN1. Cagar Budaya Kotagede2. Wisata MICE: JEC dll.3. IKM: Pangan, logam dan
perak4. Pertanian lahan basah5. Tenaga kerja
IMOGIRI1. Hutan Lindung2. KSP Sapi Potong3. Kawasan Cagar
Budaya4. IKM: Batik, kulit,
sandang, pangan, keris
5. Tenaga kerja
Potensi & Permasalahan Kabupaten Bantul
1. Infrastruktur2. Rumah Layak Huni3. IKM4. Pendidikan, Sosial,
Kesehatan, Tenaga Kerja
1. Administrasi pemerintahan
2. Sosial keagamaan
Titik-titik kantong kemiskinan di Kabupaten Bantul yang menjadi
sasaran pembangunan lintas sektorProv. DIY
Sumber: Bappeda DIY, 2011
3.2. Kondisi Kemiskinan
Di atas telah dipaparkan jumlah dan sebaran keluarga miskin di Kabupaten Bantul.
Pada bagian ini akan diuraikan gambaran kondisi keluarga miskin tersebut. Gambaran ini
belum mencakup seluruh desa di Bantul, melainkan baru dari 2 desa di 2 kecamatan yang
menjadi sampel dari penelitian ini, yang mewakili wilayah dimana tingkat kemiskinannya
menurun dari tahun ke tahun (desa Sumbermulyo) dan wilayah yang tingkat
kemiskinannya naik dalam jumlah dan persentasenya (desa Poncosari, Srandakan). Hal ini
untuk melihat peran tokoh masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan, dimana di desa
Sumbermulyo penanganan penduduk miskin sudah menjadi visi dan misi Kepala Desa
dengan membentuk TKPK tingkat desa serta menjadi program dengan kegiatan berupa
verifikasi secara terbuka terhadap data KK Miskin oleh Pemerintah Desa dengan
mengundang tokoh masyarakat untuk ikut terjun langsung dalam verifikasinya. Sedangkan
28
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
desa sampel lainnya yaitu desa Poncosari, merupakan sampel desa yang belum
membentuk TKPK tingkat desa serta belum melaksanakan uji petik atau verifikasi data KK
Miskin.
Dalam penyusunan studi ini, gambaran kondisi kemiskinan berisi dua aspek, yaitu
ciri-ciri atau indikator kemiskinan dan penyebab kemiskinan. Ciri-ciri atau indikasi
kemiskinan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri melainkan harus dilihat secara kumulatif.
3.2.1. Indikator Kemiskinan
Kabupaten Bantul mempunyai indikator kemiskinan tersendiri yang berbeda
dengan Indikator kemiskinan nasional yang dipakai BPS. Indikator kemiskinan Kabupaten
Bantul telah pernah dievaluasi melalui studi yang dilaksanakan pada tahun 2010. Namun
demikian, hasil evaluasi tersebut belum dapat dipakai untuk mengganti indikator yang
sudah tidak relevan lagi sesuai dengan perkembangan jaman. Menurut hasil wawancara,
perubahan indikator akan memerlukan waktu dan tenaga karena perlu sosialisasi kepada
petugas pendata di lapangan, mempengaruhi perubahan penilaian, yang akhirnya juga
mempengaruhi jumlah KK Miskin secara keseluruhan. Berikut adalah indikator kemiskinan
Kabupaten Bantul.
Tabel 3.2 Indikator Kemiskinan Kabupaten Bantul
Kecamatan Pangan Sandang Papan Penghasilan Kesehatan Pendidikan Kekayaan Air bersih Listrik
Kretek √ √ √ √ √
sanden √ √ √ √ √ √
Srandakan √ √ √ √ √ √
Pandak √ √ √
Bambanglipuro √ √ √
Pundong √ √ √ √
Imogiri √ √ √ √
Dlingo √ √ √ √
Jetis √ √ √ √
Bantul √ √ √ √ √
Pajangan √ √ √
Sedayu √ √ √
Kasihan √ √
Sewon √ √ √
Piyungan √ √ √ √
Pleret √ √ √
Banguntapan √ √ √
Kondisi Eksisting Kemiskinan di Kab. Bantul(berdasarkan indikator kemiskinan versi Pemkab Bantul)
Sumber: Studi Evaluasi Indikator Kemiskinan (Bappeda, 2010)
29
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Berdasarkan hasil studi Evaluasi Indikator Kemiskinan (2010) tersebut, yang
paling mempengaruhi jatuhnya keluarga ke dalam katagori kemiskinan adalah karena
penghasilan, jumlah kekayaan (aset), papan (tempat tinggal), sandang, kesehatan dan air
bersih. Dari sini bisa dilihat bahwa aspek yang dinilai secara dominan adalah aspek
ekonomi. Sedangkan aspek pendidikan, kesehatan (sosial) merupakan aspek yang
mengikuti dari kurang tersedianya aspek penghasilan dan kekayaan (ekonomi).
Dari Indikator kemiskinan tersebut dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu dimensi
ekonomi, sosial, dan fisik. Melalui metode FGD, masing-masing dimensi terdiri atas dapat
dibreakdown dalam beberapa aspek. Dari tiap-tiap aspek tersebut diperoleh indikator
kemiskinan, seperti terlihat pada data tabel 3.2. berikut ini
T a b e l 3 . 3 D a f t a r I n d i k a t o r K e m i s k i n a n
No. Dimensi Aspek Indikator
1 Ekonomi Pekerjaan 1. Penganggur
2. Buruh Serabutan
3. Buruh gendong
4. Tukang becak
5. Kernet
6. Tukang cuci
7. Tukang sampah
8. Pembantu Rumahtangga
9. Pelayan toko
10. Pemulung
11. Petani penggarap
12. Petani gurem
13. Pedagang kecil-kecilan
14. Pedagang asongan
15. Pensiunan Gol I
16. Pegawai honorer
Penghasilan 1. < Rp. 500.000/bln
2. Tanggungan > 4 orang
Pendidikan 1. Pendidikan tertinggi KK SLTP
2. Tak ada anggota KK yang tamat SLTA
Kompetensi 1. Kurang
2. Tak memiliki ketrampilan kerja
3. Tak memiliki jiwa kewirausahaan
Modal 1. Tidak memiliki modal
2. Modal sangat kecil
30
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
No. Dimensi Aspek Indikator
Akses 1. Tak bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan
2. Tidak mampu berurusan dengan birokrasi
3. Tidak ada tempat untuk ”mengadu”/ berbagi
2 Sosial Kesehatan 1. Jompo
2. Sakit menahun
3. Tidak bisa dan tak mampu memanfaatkan layanan kesehatan modern
4. Pola makan tidak menentu
5. Kurang gizi
6. Tempat tinggal tidak higienis
7. Lingkungan tidak higienis
Sikap hidup 1. Mudah putus asa dalam menghadapi masalah
2. Mudah menyerah
3. Tidak ulet
4. Boros
5. Suka jaga gengsi
6. Rendah diri/minder
Lingkungan 1. Tradisi nyumbang
2. Banyak penjudi
3 Fisik Rumah 1. Kontrak/Ngindung
2. Milik sendiri, tidak higienis
3. Milik sendiri terbuat dari gedhek sederhana
4. Milik sendiri: kualitas buruk
Pakaian 1. Beli baru sekali setahun
2. Beli bekas
3. Tidak punya ganti untuk berbeda-beda kepentingan
Sumber : Hasil FGD di Sumbermulyo Bambanglipuro dan Poncosari, Srandakan
(2012)
3.2.2. Penyebab Kemiskinan
Analisis penyebab kemiskinan dalam dokumen SPKD ini menggunakan
pendekatan kombinasi kultural dan struktural. Untuk pendekatan kultural digunakan tingkat
analisis masyarakat, yakni dengan mengkaji integrasi penduduk miskin dengan lembaga
31
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
lokal masyarakat. Sedang untuk pendekatan struktural dilihat dari proporsionalitas atau
keberpihakan terhadap penduduk miskin terkait kebijakan dan program pembangunan
yang dijalankan selama ini.
Seperti terlihat pada tabel 3.1 maka, kenaikan jumlah KK Miskin terdapat pada 3
kecamatan, yaitu: Kecamatan Srandakan dari jumlah 10305 KK (2010) menjadi 1312 KK
(2011) atau bertambah 7 KK. Sedangkan di kecamatan Jetis dari 2929 KK (2010), menjadi
2951 KK (2011) atau naik sejumlah 22KK sedangkan di Kecamatan Piyungan dari 2217
KK (2010) menjadi 2257 KK (2011) atau naik sejumlah 40 KK. Hal ini menurut hasil FGD,
disebabkan tiga faktor penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu faktor individu yang
bersangkutan, faktor kebijakan pemerintah, dan faktor alamiah, yang perinciannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4. Faktor Penyebab Timbulnya Kemiskinan
No. Faktor Indikator
1 Faktor Individu 1. Malas
2. Kurang Pergaulan
3. Tidak memiliki pengalaman
4. Minder
5. Tidak mempunyai modal
6. Ketrampilannya rendah
7. Boros
2 Faktor Kebijakan Pemerintah 1. Pendapatan rendah
2. Tidak ada lapangan kerja
3. Harga sembako tinggi
4. Pendidikan mahal
5. Sarana dasar kurang
6. Biaya jasa mahal
3 Faktor Alamiah 1. Bencana Keluarga
2. Jompo
3. Bencana Alam
Sumber : Hasil FGD, 2012
Dari ketiga faktor tersebut terungkap bahwa faktor individu menjadi penyebab utama
seseorang miskin. Kebanyakan dari KK miskin ini, mempunyai ketrampilan rendah, tidak
mempunyai modal yang cukup untuk memulai usaha serta adanya sikap boros dan malas
32
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
yang berkaitan dengan budaya. Sedangkan factor kebijakan pemerintah yang cukup
mempengaruhi adalah sedikitnya lapangan kerja, pendapatan atau upah yang rendah
serta tidak terjangkaunya biaya pendidikan (terutama pendidikan lanjutan). Sedangkan
factor yang kurang mempengaruhi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir adalah factor
alamiah (bencana keluarga, jompo dan bencana alam). Di luar faktor-faktor tersebut,
terungkap dari hasil FGD bahwa masyarakat sekarang cenderung untuk permisif disebut
miskin karena mengharapkan adanya bantuan dan fasilitas dari pemerintah, terutama
apabila mereka sakit.
Apabila dikomparasikan dengan hasil pendataan TKPK Kabupaten Bantul melalui
BKKPP dan KB Kabupaten Bantul tahun 2011, maka diperoleh potret pendataan KK
miskin sebagai berikut:
- Jumlah KK total : 258.294
- Jumlah KK Miskin : 40.321 (15,7 % )
- Jumlah jiwa total : 848.608 Orang
Sedangkan kondisi Keluarga miskin di atas usia 16 tahun (produktif) sebagai
berikut:
1. Yang punya Potensi = 18,4 %
a. Pertanian ( 5.897 ) = 4,6 %
b. Peternakan ( 2.790 ) = 2,2 %
c. Kelautan ( 509 ) = 0,4 %
d. Kerajinan ( 4.140 ) = 3,2 %
e. Katering ( 647 ) = 0,5 %
f. Lainnya ( 9.642 ) = 7,5 %
2. Yang tidak punya potensi ( 28.788) = 22,5 %
3. Yang tidak bisa diberdayakan ( 5.084 ) = 4,0 %
Dari data tersebut di atas, memang berat bagi SKPD di Pemerintah Kabupaten
Bantul untuk mengentaskan kemiskinan, karena sebagian besar KK miskin dalam usia
potensial (16 tahun ke atas) sebanyak 22,5% tidak mempunyai potensi untuk
dikembangkan, sehingga perlu kerja keras dari semua pihak, tidak hanya pemerintah
namun juga stakeholders lainnya (masyarakat, Perguruan Tinggi, LSM dan dunia usaha).
33
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Harus dipertanyakan pula apakah persentase 22,5% tersebut termasuk di dalamnya
karena mengalami kecacatan atau hanya sekedar belum mempunyai ketrampilan yang
memadai atau masih duduk di bangku sekolah sehingga meskipun tergolong angkatan
kerja tapi yang bersangkutan belum bekerja karena masih bersekolah.
34
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
BAB IV
KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Salah satu faktor penentu keberhasilan penanganan kemiskinan dan juga masalah
sosial lainnya seperti pengangguran adalah dengan mengkaji treatment atau kebijakan
dan program yang selama ini dijalankan. Dengan menganalogikan orang miskin sebagai si
sakit, maka kita harus memberikan obat dan dosis yang tepat guna menyembuhkannya,
atau paling tidak meringankan sakitnya. Demikian juga dalam hal penanggulangan
kemiskinan. Dewasa ini Pemerintah Pusat telah menggelontorkan dana trilyunan rupiah
guna mengurangi kemiskinan di berbagai belahan wilayah dan menjadikannya sebagai
prioritas pembangunan. Hal ini diikuti pula oleh Daerah-daerah, tak terkecuali Kabupaten
Bantul. Dengan memetakan dan mengkaji ulang kebijakan yang dilaksanakan, maka
diharapkan akan diperoleh program-program apa yang masih layak diteruskan, dievaluasi
serta program baru sebagai terobosan atau terapi bagi si miskin.
4.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat mengenai Penanggulangan
Kemiskinan, maka kebijakan penanggulangan kemiskinan meliputi:
a. Bantuan dan perlindungan sosial yang bertujuan untuk melakukan
pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas
hidup masyarakat miskin;
b. Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok
masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada
prinsip pemberdayaan masyarakat;
c. Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan
kecil yang bertujuan memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha/koperasi berskala mikro.
35
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan 4 prinsip utama penanggulangan
kemiskinan yaitu:
a. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial, yaitu dengan Bantuan Sosial
Berbasis Keluarga (Raskin), Bantuan Kesehatan bagi Keluarga Miskin
(Jamkesmas) serta Bantuan Pendidikan bagi Masyarakat Miskin (Program
Keluarga Harapan)
b. Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar dalam Pendidikan, kesehatan dan
pelayanan dasar sanitasi dan air bersih
c. Memberdayakan Kelompok Masyarakat Miskin yaitu dengan
menyempurnakan pelaksanaan PNPM Mandiri
d. Pembangunan yang inklusif yaitu dengan membangun yang dapat diakses
semua lapisan, golongan masyarakat terutama masyarakat miskin dengan
membantu UMKM (KUR dan Bantuan kepada Usaha Mikro), Industri
Manufaktur Padat Pekerja, Konektivitas Ekonomi (Infrastruktur), menciptakan
Iklim Usaha (Pasar Kerja yang Luwes dan Infrastruktur), Pembangunan
Perdesaan serta Pembangunan Pertanian.
4.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Dalam dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten
Bantul Tahun 2007-2011, dinyatakan bahwa di dalam penanggulangan kemiskinan
diterapkan strategi dan pendekatan yang akan dilakukan, kemudian dirancang dan dikaji
kebijakan serta program yang tepat dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Adapun
strategi yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan Sosial; ditujukan bagi kelompok Rentan seperti perempuan,
Kepala Keluarga lanjut usia, fakir miskin, jompo, anak terlantar & penyandang
cacat. Perlindungan ini terkait masalah kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan melalui upaya pemberdayaan dalam kegiatan ekonomi, seperti
pemberian modal tanpa agunan, serta membantu mengakses jaringan
ekonomi antara pengusaha atau pelaku usaha ekonomi.
36
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
2. Perluasan kesempatan, mengurangi beban biaya masyarakat miskin serta
meningkatkan penghasilannya. Adapun strategi yang dilakukan adalah
dengan menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, dapat
memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar
dan peningkatan taraf hidup mereka secara berkelanjutan, di samping
memberikan stimulasi dan regulasi yang berpihak pada masyarakat miskin
agar beban ekonomi mereka dapat berkurang.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia sesuai prinsip education for all, fasilitas
pendidikan formal/informal, beasiswa, keterjangkauan pelayanan, manajemen
pelayanan pendidikan dan lain-lain. Adapun strategi yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat
miskin adalah melalui upaya-upaya pendidikan formal maupun informal.
4. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat dengan cara perkuatan lembaga
sosial politik, ekonomi, budaya, partisipasi masyarakat miskin, laki-laki-
perempuan dalam pengambilan keputusan. Adapun strategi yang dilakukan
untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya
masyarakat dan untuk memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam
pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasarnya.
5. Penataan kemitraan global yaitu terjalinnya hubungan & kerjasama yang
baik dengan lembaga internasional guna mendukung pelaksanaan keempat
strategi di atas.
4.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Apabila ditinjau dari aspek sumber pembiayaannya, Program dan Kegiatan
Penanggulangan Kemiskinan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu program-program inisiatif
daerah dan program-program yang diluncurkan Pemerintah Pusat. Sementara itu, dalam
konteks di Kab Bantul, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan didasarkan juga
pada penggolongan klaster yang terdiri atas 3 klaster yaitu:
37
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
1. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah
Tangga
2. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas
3. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan
Kecil
4.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga
Dalam skema program Penanggulangan kemiskinan berdasarkan klaster, program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis rumah tangga merupakan skema klaster 1,
dimana program ini ditujukan kepada golongan masyarakat rentan; seperti Kepala
Keluarga yang lanjut usia, perempuan serta keluarga yang sangat miskin ataupun sulit
untuk diberdayakan. Dalam skema ini terdapat Program Raskin (Beras Untuk Keluarga
Miskin) dan Program Keluarga Harapan (PKH), Jamkesmas, Beasiswa bagi si Miskin dan
BLT bila dalam masa krisis.
4.3.1.1. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan adalah program yang memberikan bantuan kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalannya, RTSM diwajibkan memenuhi
persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu
pendidikan dan kesehatan. PKH di Indonesia dirancang untuk membantu penduduk miskin
kluster pertama yaitu Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran, yaitu berupa
bantuan tunai bersyarat.
Program ini diharapkan berkesinambungan setidaknya sampai tahun 2015 dan
mampu berkontribusi untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals atau MDGs). Setidaknya ada 5 komponen MDGs yang
didukung melalui PKH, yaitu pengurangan penduduk miskin ekstrim dan kelaparan,
pencapaian pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan
balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan.
Lokasi PKH Kabupaten Bantul pada Tahun 2008 ada 5 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Dlingo, Imogiri, Kasihan, Sanden, dan Sewon. Sedangkan pada Tahun 2009,
lokasi PKH ditambah 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan
38
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Pandak. Kemudian mulai tahun 2010 lokasi PKH ditambah lagi sebanyak 10 kecamatan,
sehingga 17 kecamatan di Kabupaten Bantul telah mendapatkan program PKH.
Berikut adalah gambaran pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten
Bantul
1) Pertemuan Awal dan Validasi
Pertemuan awal dan validasi dilakukan oleh pendamping dan Dinas Instansi
terkait yang bertujuan untuk mensosialisasikan PKH kepada RTSM calon
peserta PKH.
2) Pertemuan Kelompok
Pertemuan kelompok dibentuk oleh pendamping pada saat pertemuan awal
yang beranggotakan maksimal 25 RTSM dan dilaksanakan rutin setiap bulan
oleh kelompok PKH tersebut dan dipandu oleh pendamping PKH.
3) Pemutakhiran Data
Pemutakhiran data dilakukan oleh pendamping setiap ada perubahan data
dari RTSM.
4) Verifikasi Kesehatan dan Pendidikan
Verifikasi Kesehatan dan Pendidikan dicetak 3 bulan sekali oleh kantor pos
Jakarta kemudian dikirim ke kantor pos kabupaten untuk didistribusikan dan
diambil oleh pendamping dari penyedia layanan kesehatan (puskesmas dan
posyandu) dan pendidikan (Sekolah)
5) Pembayaran Atau Pencairan Bantuan PKH
Pembayaran atau pencairan bantuan PKH dilaksanakan di kantor pos
kecamatan yang proses pencairannya dimonitoring oleh pendamping PKH
Dinas Instansi terkait.
6) Rapat Koordinasi
Rapat Koordinasi PKH meliputi Rakor tingkat Kecamatan, Rakor tingkat
Kabupaten untuk menciptakan kesamaan pemahaman dan kesepakatan
tentang tanggung jawab masing-masing instansi serta menciptakan
koordinasi komitmen dari instansi terkait. Serta Rakor rutin pendamping dan
operator setiap seminggu sekali.
39
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Berikut ini data realisasi pembayaran bantuan tunai bersyarat PKH dimulai sejak
2008-2011 dengan peserta tahun 2010 sebanyak 1628 RTSM dan pada tahun 2011
sebanyak 1969 RTSM.
Tabel 4.1. Realisasi Bantuan Tunai PKH
Tahun Jumlah Pembayaran
2008 Rp. 1.053.399.000,- (5 kecamatan)
2009 Rp. 2.167.931.000,- (7 kecamatan)
2010 Rp. 2.036.400.000,- (7 kecamatan)
2011 Rp. 4.140.950.000,- (17 kecamatan)
Jumlah Rp. 9.398.680.000,-
Sumber : Dinas Sosial Kab Bantul, 2011
4.3.1.2. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) PKH
Implementasi Program KUBE (Kelompok Usaha Bersama) PKH di Kabupaten
Bantul berupa pembentukan 39 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10
RTSM peserta PKH, dengan besaran bantuan kelompok sebesar Rp. 30 juta rupiah. Pada
tahun 2011 ini APBD menganggarkan KUBE Pengembangan sebesar Rp. Rp. 10 juta.
4.3.1.3. Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin)
Program Raskin berupa pemberian subsidi beras untuk keluarga miskin secara
rutin. Adapun alokasi sasaran program untuk tahun 2010 dan 2011 mencapai 46.658
rumah tangga sasaran (RTS). Adapun tujuan dari Program raskin adalah untuk
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Sedangkan sasaran program adalah
berkurangnya beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran, melalui pendistribusian beras
bersubsidi sebanyak 15 kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp. 1.600,- per kilo netto.
Dari hasil monitoring tim teknis penanggulangan kemiskinan kabupaten, program ini
sudah cukup baik. Sudah ada bantuan sewa alat angkut dari APBD Kabupaten, kualitas
beras sudah sesuai standart. Permasalahan yang terkadang muncul adalah adanya orang
yang tidak mendapat jatah raskin tetapi ingin mendapatkan Raskin sehingga terkadang
diperlukan kearifan lokal untuk memecahkan masalah tersebut. Sumber dana program ini
40
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dari APBN dan APBD. Alokasi dana tahun 2010 sebesar 32,9 milyar sedang tahun 2011
alokasinya sama dengan tahun 2010. Adapun dukungan APBD tahun 2011, yang
dipergunakan untuk bantuan alat angkut dari titik distribusi ke penerima manfaat, rakor
serta monev sebesar Rp. 323.035.000,-. SKPD pengelola program adalah Dinas Sosial.
4.3.1.4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Program ini berupa jaminan kesehatan bagi orang miskin. Alokasi Jamkesmas
tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah sama yaitu untuk sebanyak 222.987 orang. Sumber
dana program ini dari alokasi APBN sebesar Rp. 2.865.944,000,- pada tahun 2009 serta
Rp. 1.474.786.000,- pada tahun 2010 dalam wujud klaim. Program ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat miskin yang akan berobat ke Puskesmas. Namun ada permasalahan
yang sering dijumpai berupa keterlambatan juklak juknis penggunaan Jamkesmas.
Biasanya juklak-juknis turun baru turun pada tengah tahun, sementara Puskemas harus
sudah melayani sejak awal tahun. Adapun SKPD pengelolanya adalah Dinas Kesehatan.
Selain Program Jamkesmas, di wilayah Provinsi DIY juga terdapat Program
Jamkesos, yang berupa jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin kabupaten/ kota
yang belum tercover jamkesmas. Adapun alokasi pada tahun 2009 dan 2010 mencapai
92.000 orang plus kader Posyandu. Sumber dana program ini berasal dari APBD Propinsi
sebesar Rp. 1.044.216.000,- pada tahun 2009.
4.3.1.5. Bantuan Subsidi Pelayanan Kesehatan (Bayankes)
Bentuk program ini berupa bantuan biaya pengobatan rawat inap di rumah sakit.
Sasaran dari program ini adalah warga miskin Kabupaten Bantul yang belum
mendapatkan dana Jamkesmas maupun Jamkesos. Program ini sangat bermanfaat bagi
warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat
jaminan kesehatan. Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari APBD Kabupaten
Bantul, yang pada tahun 2009 dan 2010 sama masing-masing dialokasikan sebesar Rp. 3
milyar, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 3.650.000.000,-. SKPD
pengelola program adalah Dinas Sosial Kab Bantul.
41
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.3.1.6. Program Bantuan Pendidikan
Guna meningkatkan akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan, Pemerintah
Kabupaten Bantul menginisiasi Program Bantuan Pendidikan yang bersasaran
masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan. Pada
tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Sosial menyediakan dana APBD
sebesar Rp. 4,5 Milyard. Program Bantuan Pendidikan ini dapat diakses masyarakat
miskin dengan mengajukan proposal kebutuhan dan peruntukan dana, dengan
melampirkan salinan kartu kepesertaan jamkesmas atau surat keterangan miskin dari
dukuh, lurah dan camat setempat. Selanjutnya proposal dikirim kepada Bupati c.q Kepala
Dinas Sosial Kabupaten Bantul, dan akan diseleksi berdasarkan tingkat urgensi atau
mendesak atau tidaknya kebutuhan pemohon. Data sampai dengan Oktober 2011,
proposal yang sudah masuk sebanyak 6.815 buah, sedangkan yang sudah
direalialisasikan sebanyak 3.000-an proposal.
4.3.1.7. Program Beasiswa Miskin dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Secara khusus
program BOS bertujuan untuk:
1) Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari
beban biaya operasional sekolah, baik disekolah negeri maupun sekolah
swasta.
2) Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya
operasional sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional
(RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI).
3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Adapun sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP termasuk
sekolah menengah terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun swasta. Besar biaya satuan BOS
yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS, dihitung berdasarkan jumlah siswa
42
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dengan ketentuan untuk SD/SDLB masing-masing siswa sebesar Rp. 397.000,- selama
satu tahun. Untuk siswa SMP/SMPT masing-masing menerima Rp. 570.000,- selama satu
tahun. Tahun 2011 dana BOS Kabupaten Bantul untuk SD sebesar Rp. 28.703.100.000,-
untuk 72.300 anak, dana BOS SMP Rp.26.378.610.000,- untuk 46.173 anak
Program BOS untuk SD/SDLB dan SMP/SMPT ini di tangani oleh Dinas Pendidikan
Dasar. Sedangkan BOS untuk MI dan MTs di tangani oleh Kantor Departemen Agama.
Sumber dana dari APBN.
Disamping BOS, masih ada BOP (Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) atau
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dengan penjelasan sbb:
4.3.1.8. Program Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) atau Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)
Maksud dan tujuan diberikannya BOP adalah untuk memenuhi kekurangan BOS
yang dialokasikan oleh Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BOP ini diberikan kepada satuan pendidikan SD/SDLB/MI dan SMP/SMPT/ MTs di
Kabupaten Bantul. Program BOP digunakan untuk membiayai kegiatan operasional belajar
mengajar di sekolah, belanja pegawai, dan belanja barang dan jasa. Tetapi BOP/BOSDA
tidak diperbolehkan untuk membiayai pengeluaran untuk belanja modal.
Adapun sasaran BOP tingkat SD/SDLB/MI tahun 2011 adalah sebanyak 74.018
siswa dengan besaran bantuan Rp. 28.800 ,-/siswa/tahun. Sehingga dana yang
dialokasikan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 2.131.718.400,-. Sedangkan tingkat
SMP/SMPT/ MTs tahun 2011 sebanyak 29.474 siswa dengan besaran bantuan Rp.
35.500,- persiswa/tahun. Sehingga dana yang dialokasikan untuk tahun 2011 sebesar Rp.
Rp.987.379.000,-. SKPD yang menangani program ini adalah Dinas Pendidikan Dasar.
Selain Bantuan Operasional, Kabupaten Bantul juga memberikan beasiswa bagi siswa
miskin dan siswa berprestasi, antara lain :
1) Beasiswa Miskin
Program Bea siswa miskin dimaksudkan untuk meringankan bea sekolah
tingkat SD dan SMP bagi anak dari keluaga miskin. Syarat untuk
memperoleh bea siswa miskin ini adalah: anak dari keluarga miskin, belum
43
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
memperoleh bea siswa dari program lain dan surat pengajuan dari sekolah.
Pada tahun 2011 sasaran program ini untuk anak SD sebanyak 5.350 anak
sedangkan untuk anak SMP sebanyak 1.232 anak. Sumber dana berasal
dari APBD Propinsi DIY sebesar Rp. 1.926.000.000,- untuk SD dan Rp.
677.600.000,- untuk SMP. SKPD yang menangani program ini adalah Dinas
Pendidikan Dasar.
2) Beasiswa Bakat dan Prestasi
Program ini dimaksudkan untuk meringankan biaya pendidikan anak se
tingkat SLTP yang mempunyai bakat dan prestasi tertentu. Syarat untuk
memperoleh bea siswa bakat dan prestasi ini adalah: anak dari siswa
mempunyai bakat dan prestasi yang menonjol dibidang akademik maupun
non akademik, belum memperoleh bea siswa dari program lain dan surat
pengajuan dari sekolah. Penerima manfaat program ini pada tahun 2011
sebanyak 167 anak diberikan @ Rp.720.000,-. Alokasi dana untuk tahun
2011 sebanyak Rp. 120.240.000,-. Sumberdana dari APBD Kabupaten.
SKPD yang menangani program ini adalah Dinas Pendidikan Dasar.
3) Beasiswa Retrievel
Program ini dimaksudkan untuk meringankan biaya pendidikan tingkat SD
dan SLTP . Syarat untuk memperoleh bea siswa retrievel ini adalah: anak
sudah berhenti tidak sekolah lagi karena masalah biaya kemudian ditarik ke
sekolah lagi dengan biaya dari bea siswa retrievel. Penerima manfaat
program ini pada tahun 2009 untuk anak SD sebanyak 120 anak dan SMP
35 anak. Sumberdana dari APBD Propinsi. SKPD yang menangani program
ini adalah Dinas Pendidikan Dasar. Tahun 2011 sudah tidak ada lagi
beasiswa ini,
4) Beasiswa SMP Terbuka
Program ini diperuntukkan untuk anak miskin di SMP terbuka. Sasaran
untuk tahun 2011 sebanyak 203 @ Rp 550.000,- per anak. Total alokasi
dana sebanyak Rp. 111.650.000 ,-. Sumber dana dari APBD Propinsi.
SKPD yang menangani program ini adalah Dinas Pendidikan Dasar.
44
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.3.2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas
PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang
berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM
Mandiri adalah :
a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah
serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Di Kabupaten Bantul terdapat 6 jenis program PNPM Mandiri, yaitu PNPM
Mandiri Inti (2 macam) PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Perdesaan dan
PNPM Penunjang/Sektoral yaitu PNPM Pariwisata, PNPM Pertanian, PNPM Kelautan
& Perikanan, PNPM Mandiri PAKET (Pengurangan Kemiskinan Terpadu) dan reward
PNPM P2KP yang berupa PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas). Berikut adalah data persebaran PNPM Inti di Kabupaten Bantul (lihat
tabel).
45
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 4.2. Persebaran PNPM Inti
No. Kecamatan Jumlah
Desa Jumlah
Pedukuhan Luas (km2) Keterangan
1 Srandakan 2 43 18,32 PNPM Perkotaan
2 Sanden 4 62 23,16 PNPM Perkotaan
3 Pandak 4 49 24,30 PNPM Perkotaan
4 Bambanglipuro 3 45 22,70 PNPM Perkotaan
5 Bantul 5 50 21,95 PNPM Perkotaan
6 Pundong 3 49 23,68 PNPM Perkotaan
7 Pleret 5 47 22,97 PNPM Perkotaan
8 Banguntapan 8 57 24,48 PNPM Perkotaan
9 Kasihan 4 53 32,38 PNPM Perkotaan
10 Sedayu 4 54 34,36 PNPM Perkotaan
11 Sewon 4 63 27,16 PNPM Perkotaan
12 Jetis 4 64 24,47 PNPM Perkotaan
Jumlah (1-12) 50 636 303,93
13 Imogiri 8 72 54,49 PNPM Pedesaan
14 Piyungan 3 60 32,54 PNPM Pedesaan
15 Dlingo 6 58 55,87 PNPM Pedesaan
16 Kretek 5 52 26,77 PNPM Pedesaan
17 Pajangan 3 55 33,25 PNPM Pedesaan
Jumlah Total 75 933 506,85
Sumber : Data Base Profil Daerah Kab. Bantul Tahun 2011
4.3.2.1. PNPM Mandiri Perdesaan
Program PNPM Mandiri Pedesaan dilaksanakan di lima kecamatan yaitu:
Kecamatan Imogiri, Kretek, Dlingo, Pajangan dan Piyungan. Adapun bentuk kegiatan yang
dilaksanakan antara lain kegiatan simpan pinjam perempuan, kegiatan sosial dan
pembangunan lingkungan.
Adapun sumber pendanaan merupakan hasil sharing antara dana APBN dan APBD
Kabupaten Bantul. Sedangkan SKPD yang menangani program ini adalah Kantor PMD
Kabupaten Bantul. Total dana yang dikucurkan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 9.900.000.
000,- sedang tahun 2010 sebesar Rp. 5.250.000.000,-. Tahun 2011 sebesar Rp.
2.766.615.000,- (APBN Murni) dengan rincian sebagai berikut:
1) Peningkatan Kemandirian masyarakat Pedesaan (PNPM Mandiri
Pedesaan) sebesar Rp. 287.615.000,-
46
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
2) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ke Kecamatan Rp. 2.479.000.000,-
Sejak dimulainya PNPM dengan nama PPK Rehab Pasca Bencana hingga 2011,
total dana PNPM Mandiri Perdesaan yang telah diluncurkan sebanyak Rp.
77.650.000.000,-. Pendanaan ini mencakup program kegiatan di bidang infrastruktur,
sosial dan ekonomi (simpan pinjam). Adapun data selengkapnya terkait rekam jejak PNPM
Mandiri Perdesaan dapat dilihat pada table 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Lokasi & Alokasi Dana BLM Kegiatan TA.2006-2011
Tahun Nama Program Jml Kec
Dana APBN (Rp)
Dana APBD (Rp)
Jumlah (Rp)
2006 PPK Rehab Paska Bencana
17 40.750.000.000 0 40.750.000.000
2007 PNPM PPK 17 14.000.000.000 0 14.000.000.000
2008 PNPM Mandiri Perdesaan
5 4.400.000.000 1.100.000.000 5.500.000.000
2009 PNPM Mandiri Perdesaan
5 7.920.000.000 1.980.000.000 9.900.000.000
2010 PNPM Mandiri Perdesaan
5 4.200.000.000 1.050.000.000 5.250.000.000
2011 PNPM Mandiri Perdesaan
5 1.800.000.000 450.000.000 2.250.000.000
TOTAL 72.070.000.000 4.580.000.000 77.650.000.000
Sumber: Laporan bulan Oktober 2011 PNPM Mandiri Perdesaan, 2011
4.3.2.2. PNPM Mandiri Perkotaan
Program ini dilaksanakan di 12 kecamatan. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan
diantaranya adalah simpan pinjam, kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan. Adapun
sumber dana merupakan sharing antara dana APBN dan APBD Kabupaten. Pada awalnya
daerah disyaratkan untuk sharing DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) 20% dari
BLM. Namun karena keterbatasan kemampuan keuangan daerah, maka baik PNPM
Mandiri Perdesaan maupun Perkotaan, sharing daerah hanya berkisar 10-5%. Sedangkan
pada tahun 2011 mengingat Kabupaten Bantul tergolong dalam daerah yang Index
Finansial Kemampuan Daerah (IFKD) nya rendah, maka secara resmi Bantul hanya
47
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
diwajibkan mengalokasikan sharing pendanaan 5% saja. Adapun SKPD yang menangani
program ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul.
Tabel 4.4. Lokasi & Alokasi Dana BLM Kegiatan TA.2006-2011
Tahun Nama Program Jml Kec
Dana APBN (Rp)
Dana APBD (Rp)
Jumlah (Rp)
2006 PPK Rehab Paska
Bencana
17 40.750.000.000 0 40.750.000.000
2007 PNPM PPK 17 14.000.000.000 0 14.000.000.000
2008 PNPM Mandiri
Perdesaan
5 4.400.000.000 1.100.000.000 5.500.000.000
2009 PNPM Mandiri
Perdesaan
5 7.920.000.000 1.980.000.000 9.900.000.000
2010 PNPM Mandiri
Perdesaan
5 4.200.000.000 1.050.000.000 5.250.000.000
2011 PNPM Mandiri
Perdesaan
5 1.800.000.000 450.000.000 2.250.000.000
TOTAL 72.070.000.000 4.580.000.000 77.650.000.000
Sumber: Laporan bulan Oktober 2011 PNPM Mandiri Perdesaan, 2011
Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, pendanaan disusun melalui skema sharing antara
anggaran Pusat dan Daerah. Gabungan pendanaan disebut BLM (Bantuan Langsung
Masyarakat) yang kemudian disalurkan kepada agent pengentasan kemiskinan di level
masyarakat yaitu BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). BLM sebagai stimulan bagi
masyarakat untuk mengaktualisasikan apa yang sudah masyarakat rencanakan dan
sepakati dalam perencanaan partisipatif, sehingga masyarakat belajar melalui praktek
membangun yang dikelola sendiri. Dari sinilah diharapkan tujuan pemberdayaan tercapai.
kategori BLM th. 2011 di kabupaten Bantul terbagi menjadi 2 kategori lokasi yaitu lokasi
lama dan lokasi lanjutan 2011, yang mana di tahun 2011 ini telah mencairkan dana BLM
48
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
untuk tahap 2 lokasi lanjutan dan Tahap 1 untuk lokasi lama dengan total cair ke BKM (41
BKM) sebesar Rp. 4,905,000,000,- berikut tabel pencairan BLM & DDUB Tahun 2011.
Tabel 4.5. Pencairan BLM & DDUB Tahun 2011 Kab. Bantul
Keterangan APBN DDUB Total
Tahap 1 3,825,000,000 3,825,000,000
Tahap 2 1,080,000,000 1,110,000,000 1,080,000,000
4,905,000,000 1,110,000,000 4,905,000,000
Selanjutnya, kegiatan BKM ini tersusun dalam siklus-siklus, dimana pentahapan
siklus ini dibantu oleh Konsultan Perkotaan yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat. Mulai
dari pencairan dana BLM sampai dengan pelaksanaan kegiatannya seperti; Penyusunan
PJM Pronangkis, Rembug Warga Tahunan, Review Keuangan, Pemilu BKM, Channeling
(kemitraan) BKM dengan pihak lain serta Sinergisme PJM dengan Musrenbang, dikawal
oleh Konsultan.
Dari 50 Desa di Kabupaten Bantul, sampai dengan Bulan Juli 2011 ini sebagian
besar BKM (35 BKM) telah berpengalaman melakukan channeling dan kemitraan dengan
pihak lain, baik Pemerintah, Swasta, Badan Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Perbankan
maupun kelompok peduli lain. Adapun dinas-dinas yang melakukan kemitraan dalam
program PAKET ini antara lain Bagian Administrasi Pembangunan Setda, BKK, Kantor
PMD, Dinas Peternakan, Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Perindagkop dan Dinas
Pertanian. Sementara pihak lain yang telah melakukan channeling dengan BKM
diantaranya UNDP, IOM, LSM PALUMA, YGM, Perguruan Tinggi (STTNAS, IKIP PGRI,
STIE API), Sedangkan Badan usaha yang pernah melakukan kemitraan antara lain SGM
(pabrik susu), Bank Mandiri, BLK, PT Arindo, PT Peksi dan lain-lain.
4.3.2.3. PNPM Mandiri Kelautan Perikanan
Program ini berupa bantuan langsung kepada kelompok untuk pembudidayaan
perikanan dan kelautan. Bantuan ini diberikan kepada 11 kelompok di wilayah Kecamatan
Srandakan. Adapun sumber dana dari APBN. Untuk tahun 2009 BLM yang dikucurkan Rp.
49
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
514.046.000,- dengan dukungan dana untuk operasional sebesar Rp. 412.254.000,-
sehingga jumlah total Rp. 926.300.000,-. Pada tahun 2010 dana yang dikucurkan sebesar
Rp. 475.890.000 ,- dengan jumlah anggaran operasional sebesar Rp. 274.110.000,-
sehingga total anggarannya Rp. 750.000.000,-. Tahun 2011 Program ini terpetakan
menjadi 2, yaitu untuk Kelompok Perikanan Tangkap @Rp 100.000.000,- untuk 8
Kelompok dan Perikanan Budidaya. Sementara SKPD yang menangani program ini adalah
Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bantul.
4.3.2.4. PNPM Mandiri Bidang Pertanian (PUAP)
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program
terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar
wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. PUAP merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang
dikordinasikan oleh kantor Menko KESRA.
Adapun Tujuan dari PUAP adalah untuk:
1) Menumbuhkembangkan usaha agribisnis untuk mengurangi kemiskinan dan
pengangguran di perdesaan.
2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis perdesaan utamanya
pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani.
3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis
4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sementara itu, sasaran dari PUAP adalah:
1) Desa miskin/tertinggal yang mempunyai potensi pertanian.
2) Gapoktan/ Poktan yang dimiliki dan dikelola petani.
3) Rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap)
skala kecil dan buruh tani.
50
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4) Pelaku usaha agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian,
mingguan maupun musiman.
Pada awalnya PUAP berada di SKPD Dinas Pertanian dan Kehutanan, kemudian
mulai tahun 2010 di bawah SKPD Badan Ketahanan Pangan. Selengkapnya data
perkembangan jumlah PUAP adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Perkembangan Alokasi Anggaran PUAP
No. Tahun Volume/Desa Jml Anggaran (Rp)
1. 2008 25 2.500.000.000,-
2. 2009 23 2.300.000.000,-
3. 2010 17 1.700.000.000,-
4. 2011 10 1.000.000.000,-
Jumlah 7.500.000.000,-
Sumber: BKP3 Kab. Bantul, 2011
4.3.2.4. PNPM Mandiri Pariwisata
Pariwisata merupakan alat yang efektif dalam rangka program pemberdayaan dan
penanggulangan kemiskinan. Sasaran dari program ini adalah kelompok warga di
kelurahan/desa yang mempunyai PNPM Mandiri inti. Desa/kelurahan penerima manfaat
program ini adalah:
1) Desa yang memiliki potensi pariwisata dan sudah dikunjungi wisatawan
2) Terdapat masyarakat miskin yang tinggal di desa tersebut
3) Sudah memiliki aktivitas kepariwisataan
4) Diprioritaskan desa yang sudah memiliki RPJM desa
5) Diprioritaskan desa yang sudah melaksanakan PNPM inti.
Pada tahun 2009 Kabupaten Bantul mendapatkan alokasi PNPM Pariwisata untuk
10 desa yaitu desa Kebonagung, Karangtengah, Imogiri, Wukirsari, Seloharjo,
Panjangrejo, Parangtritis, Tirtosari, Guwosari, dan Sedangsari. Alokasi dana tahun 2009
dari APBN sebesar Rp. 531.177.000,-. Tahun 2010 dana yang disalurkan sebesar @ Rp60
juta per desa untuk 11 desa wisata dan di tahun 2011 sebesar @ Rp. 65-100 juta untuk 6
51
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
desa. Adapun SKPD yang menangani adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bantul.
4.3.2.5. PNPM Mandiri PAKET
Program PNPM Mandiri PAKET (Penanggulangan Kemiskinan Terpadu) adalah
program percepatan pengentasan kemiskinan, yang mulai diluncurkan pada tahun 2007.
Adapun realisasi anggaran dari tahun 2008 sampai 2011 mencapai Rp. 7.500.000.000,-.
Adapun rinciannya adalah pada tahun 2008 dana yang diluncurkan Rp. 2.500.000.000,-,
tahun 2009 Rp. 3.000.000.000,-, tahun 2010 sebesar Rp. 1.000.000.000,- (seharusnya Rp
2.000.000.000,-) Lokasi program sama dengan lokasi PNPM mandiri Perkotaan. Lokasi
kecamatan yang menjadi sasaran yaitu kecamatan: Bambanglipuro, Pandak, Bantul,
Piyungan, Pleret, Sewon, Imogiri, Sanden, Srandakan, Sedayu, Banguntapan, Kasihan.
Sumber dana dari sharing dana APBN dan APBD Kabupaten serta swadaya masyarakat.
SKPD yang menangani BKK PP dan KB.
4.3.2.6. PNPM Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
(PLPBK)
Kegiatan PLPBK merupakan intervensi lanjut dari P2KP terutama untuk lokasi-lokasi
yang masih mempunyai persoalan lingkungan permukiman yang sangat kompleks serta
merupakan stimulan bagi keberhasilan masyarakat di desa-desa sasaran program P2KP
yang mampu membangun lembaga masyarakat (BKM) di wilayahnya mencapai kualifikasi
BKM berdaya.
Tahun 2010, Kabupaten Bantul mendapat PNPM Neighbourhood
Development/PLPBK di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan dan Desa Pleret
kecamatan Pleret masing-masing desa mendapat alokasi dana sebesar Rp 1 (satu) milyar
yang pencairannya dilaksanakan dalam 3 tahap. Penggunaan dana tersebut untuk
rencana penataan lingkungan permukiman (RPLP), pengelolaan permukiman,
kelembagaan pembangunan serta pembangunan fisik kawasan prioritas.
Tahun 2011, dari 51 desa lokasi P2KP yang lolos seleksi PLPBK sebanyak 11 desa,
yaitu; desa Potorono, Banguntapan; Desa Bangunjiwo, Kasihan; Desa Wijirejo, Pandak;
52
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Desa Srigading Sanden; Desa Argomulyo Sedayu dan Desa Trimurti, Srandakan, desa
Wonokromo, Pleret, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, desa Panjangrejo, Pundong,
desa Pendowoharjo, Sewon, dan desa Sabdodadi, Bantul. Hasil seleksi Tim Penilai
Kabupaten ini kemudian masih diverifikasi oleh Tim Penilai Provinsi yang kemudian
diusulkan ke Pusat.
4.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Program ini terurai dengan skema pemberian modal usaha bagi Industri Kecil
Menegah (IKM), UMKM dan Koperasi. Saat ini Dinas Perindustrian & Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Bantul mempunyai beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan.
Program-program tersebut antara lain :
a. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah(IKM)
Program ini merupakan kegiatan pemberdayaan Gakin yang bertempat tinggal
di sekitar perusahaan rokok. Gakin yang mempunyai usaha, diberikan bantuan
berupa modal dan peralatan. Total dana hibah yang disalurkan Rp.
190.000.000,-.
b. Program Kemitraan Bina Lingkungan
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul
bekerjasama dengan beberapa BUMN memberikan bantuan modal dengan
bunga kompetitif bagi UMKM. Disperindagkop hanya berfungsi memberikan
rekomendasi bagi calon kreditur. Proses pengajuan kredit, realisasi maupun
penagihan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BUMN yang menyalurkan
yaitu Bank Mandiri, BRI, Perum Peruri, PT. ASEI. Berikut ini adalah tabel
pencairan Program Kemitraan Bina Lingkungan yang merupakan rekomendasi
Dinas Perindagkop Kabupaten Bantul.
53
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 4.7. Pencairan Program Kemitraan Bina Lingkungan
No.
Nama BUMN
2008 2009 2010 2011
Jml. UKM
Rp. (Jt)
Jml. UKM
Rp (Jt)
Jml. UKM
Rp (Jt)
Jml. UKM
Rp (Jt)
1 PT. Asei 16 495 16 495 13 315
2 Perum Peruri 5 80 2 65 5 150 6 1465
3 Bank Mandiri 37 517 72 1002 139 232.5 168 2101
Sumber : Disperindagkop, 2011
c. Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
Kabupaten Bantul melalui Disperindagkop memperoleh dana hibah dari Kementrian
Koperasi dan UKM sebesar 1 Milyar. Bagi koperasi yang akan menggunakan dana
tersebut harus membuat proposal yang ditujukan kepada Disperindagkop Kabupaten
Bantul, kemudian proposal akan di verifikasi untuk menetukan kelayakannya.
4.3.4. Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah
4.3.4.1. Bantuan Sosial Kemasyarakatan
Sasaran program ini adalah KK miskin. Sumber dana APBD kabupaten Bantul tahun
2009 sebesar Rp. 4,8 Milyar. Masyarakat miskin yang membutuhkan dana ini mengajukan
proposal bantuan kepada Bupati lewat Dinas Sosial. Pada tahun 2010 meningkat menjadi
Rp. 4.000.000.000,- sedangkan 2011 mengalami penurunan menjadi Rp. 3.150.000.000,-.
Anggaran ini bertujuan untuk penguatan modal usaha bagi keluarga miskin.
4.3.4.2. Bantuan Pengembangan Usaha bagi Keluarga Miskin Melalui
Stimulan Modal Usaha
Program ini berupa pemberian bantuan untuk pengembangan usaha bagi Gakin
melalui stimulan modal untuk usaha produktif. Untuk tahun 2009 sasaran program ini
adalah 1.500 Gakin, masing-masing Gakin diberikan bantuan bergulir Rp. 1.000.000,-
.Program ini merupakan pengembangan program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
54
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Miskin (PEKM) yang sudah diluncurkan pada tahun 2006 dan telah dinilai sukses. Sumber
dana APBD Kabupaten sebesar Rp.1.500.000.000 ,- pada tahun 2009.
Sampai dengan 2011 perkembangan PEKM dapat diuraikan sebagai berikut:
Modal awal : Rp. 23.500.000.000,-
Tambahan dari revolving : Rp. 22.831.000.000,- +
Dana Keluar : Rp. 46.331.000.000,-
Angsuran Masuk : Rp. 41.432.415.263,-
Keluar revolving : Rp. 22.831.000.000,-
Keluar reward : Rp. 17.523.007.000,-
Keluar utk kandang : Rp. 836.250.000,-
Utk Bansos/peningkt SDM/adm : Rp. 181.607.500,- _
Dana angsuran sisa : Rp. 60.550.730,-
Dana PEKM beredar : Rp. 4.898. 584.737,- +
Total Dana PEKM : Rp. 4.959.135.500,-
(Dana yang masih beredar & total saldo dana di Tabungan)
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini antara lain :
1) Jenis usaha masih terbatas usaha rumah tangga
2) Belum ada administrasi kelompok yang bisa optimal
3) Usaha kelompok masih bersifat perorangan
4) Pemasaran masih terbatas lingkup wilayah
5) Kurangnya pembinaan secara rutin
Perkembangan PEKM di Kabupaten Bantul sampai dengan tahun 2011:
1) Sudah ada beberapa pengguna PEKM yang telah beralih ke sumber
modal yang lain (KESGA, KUPK dan KOPAKU) yanbg berjumlah 155
kelompok
2) Kelompok PEKM telah berpartisipasi di Bantul Expo.
55
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
3) Anggota kelompok PEKM yang usahanya baik, diikutkan pelatihan
sertifikasi penyuluhan industri rumah tangga (SP IRT)
4) Pada prinsipnya anggaran sangat bermanfaat untuk usaha kelompok,
meskipun ada beberapa tunggakan angsuran.
4.3.4.3. Bantuan Modal bagi Pedagang Pasar Tradisional
Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengentaskan kemiskinan
adalah dengan memberi bantuan pemberdayaan pedagang pasar. Seperti diketahui, di
Kabupaten Bantul terdapat sebanyak 29 Pasar Kabupaten dan 21 Pasar Desa. Kedua
jenis pasar ini tergolong Pasar Tradisional, yang memiliki karakteristik fisik dan sosial yang
sama dalam hal bangunan dan cara transaksinya yang masih tradisional.
Seiring laju perkembangan jaman, eksistensi pasar tradisional mulai terancam dan
tergerus dengan hadirnya pasar modern. Guna melindunginya, Pemerintah Kabupaten
Bantul menerbitkan Perda tentang Perlindungan Pasar Tradisional dan Pembatasan Pasar
Modern.
Di samping itu, Pemkab Bantul juga menerbitkan Peraturan Bupati Bantul Nomor 08
Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Pedagang Pasar di
Kabupaten Bantul. Di dalam Perbup tersebut mengatur tentang ketugasan Kantor
Pengelolaan Pasar berkaitan dengan penyaluran kredit lunak bagi pedagang pasar serta
mekanismenya. Pada tahap awal peluncuran kredit tersebut pada Juni 2008, maksimal
pengajuan pinjaman dibatasi Rp 1 juta.. Tahap awal diujicobakan di Pasar-pasar yang
relatif besar luasan dan banyak jumlah pedagangnya yaitu Pasar Bantul, Imogiri dan Pasar
Piyungan. Kemudian pada bulan November 2008 ditambah pasar Niten. Selanjutnya pada
tahun 2010 dikucurkan di 3 pasar lagi yaitu Pasar Barongan, Semampir dan Sungapan.
Sampai dengan bulan September 2011 telah dikucurkan dana pinjaman untuk 8 pasar
yaitu; Pasar Piyungan, Bantul, Imogiri, Niten, Semampir, Sungapan, Panasan dan
Barongan. Besarnya kredit yang dikucurkan sebesar Rp. 1.194.272.000,- (per 30
September 2011).
56
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.3.4.4. Bantuan Cacat Korban Gempa
Bantuan ini diberikan kepada penyandang cacat korban gempa usia produktif
dengan kriteria antara umur 20 tahun s/d 50 tahun. Diharapkan bantuan ini bertujuan untuk
memberdayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha
kecil untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga serta dapat memenuhi kebutuhan
dirinya dan keluarga pada umumnya sehingga tidak menggantungkan diri kepada orang
lain.
Sasaran untuk tahun 2009 sebanyak 422 orang sedang tahun 2010 sebanyak 75
orang. Sumber dana dari APBD Kabupaten. Alokasi tahun 2009 sebesar Rp.
295.400.000,- sedang tahun 2010 sebesar Rp. 50.000.000,-. Pada tahun 2011 anggaran
sebesar Rp. 20.000.000,-. SKPD pengelola program adalah Dinas Sosial.
4.3.4.5. Bantuan Modal Bagi Lansia Potensial
Bantuan ini diberikan kepada kelompok lanjut usia yang masih potensial di tiga
kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, Sewon. Sasaran 60 orang. Sumber dana dari APBD
Kabupaten. Alokasi tahun 2010 sebesar 50 juta rupiah. Pada tahun 2011 anggaran
menurun drastis sebesar Rp. 5.juta. SKPD pengelola program adalah Dinas Sosial.
4.3.4.6. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE Penumbuhan)
Program ini berupa bantuan kelompok usaha bersama (KUBE) untuk fakir miskin
terutama untuk pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE
Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Sumber dana dari APBN dan dari
APBD Provinsi. Alokasi untuk tahun 2009 dan 2010 sama, masing-masing 1,8 milyar.
Sedangkan tahun 2011 diserahkan untuk 90 kelompok @ Rp. 17,5 juta. SKPD pengelola
program adalah Dinas Sosial.
4.3.4.7. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE BLPS)
Program ini berupa bantuan penguatan modal pada KUBE. Sasaran untuk tahun
2009 sebanyak 40 kelompok sedang tahun 2010 sebanyak 30 kelompok. Diharapkan
dengan program ini masyarakat miskin bisa berdaya dengan usaha mandiri. Sumber dana
57
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dari APBN. Alokasi dana 2009 sebanyak 120 juta rupiah sedang tahun 2010 sebanyak 900
juta rupiah. Pada tahun 2011 diserahkan kepada 30 kelompok @ Rp 30 juta. SKPD
pengelola program adalah Dinas Sosial.
4.3.4.8. Bantuan Permodalan Bagi Gakin
Program ini berupa pemberian bantuan modal usaha bagi keluarga miskin. Sasaran
program ini pada tahun 2010 sebanyak 2.385 keluarga miskin yang tersebar di 17
kecamatan. Alokasi dana yang dikucurkan sebanyak 358 juta. SKPD pengelola program
adalah Dinas Sosial.
4.3.4.9. Fasilitasi Anak Yatim
Program ini berupa pemberian uang saku kepada anak yatim se Kabupaten Bantul
dan pengajian serta makan bersama. Sasaran sebanyak 1.700 anak yatim. Alokasi dana
tahun 2009 sebesar Rp. 116.250.000,- sedang 2010 sebesar Rp. 125.000.000,- untuk
bantuan alat tulis ditambah Rp. 90.000.000,- untuk acara penyantunan tersebut sebanyak
17 kali. Pada tahun 2011 bantuan meningkat menjadi Rp. 259.264.000,- untuk santunan
alat tulis dan fasilitasi acara penyantunan selama 17 kali dalam satu tahun. Sumber dana
dari APBD Kabupaten. SKPD pengelola program adalah Dinas Sosial.
4.3.4.10. Bantuan Operasional Posyandu
Bentuk program berupa pemberian bantuan operasional untuk Posyandu balita se
Kabupaten Bantul. Sasaran tahun 2009 sebanyak 1.099 posyandu Balita sedang tahun
2010 sebanyak 1.123 Posyandu Balita. Tujuan dari program ini adalah untuk
meningkatkan status gizi Balita. Sumber dana APBD Kabupaten sebesar Rp.
2.307.900.000,- tahun 2009. Sedang tahun 2010 sebesar Rp. 1.153.950.000,-. SKPD
pengelolan Dinas Kesehatan.
4.3.4.11. Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS)
SKPD pengampu Program ini adalah Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Program ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2003. Sasaran program adalah anak-anak TK
58
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
se Kabupaten Bantul, dengan persyaratan TK mengajukan proposal kepada Bupati Bantul.
Penetapan sasaran (TK dan siswa) ditetapkan dengan SK Bupati. Tujuan program ini
adalah untuk memperbaiki gizi dan ketahanan fisik anak, menambah semangat belajar
serta mengurangi absensi siswa. Pada tahun 2011 anggaran sebesar Rp. 2.331.636.000,-.
4.3.4.12. Pinjaman Bergulir Usaha Ekonomi Produktif/KUPK (Kredit Usaha
untuk Peningkatan Kesejahteraan)
Program ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan
mempercepat penurunan angka kemiskinan. Ternyata cukup diminati oleh masyarakat
terbukti dengan banyaknya proposal yang masuk. Total dana yang sudah dikucurkan
tahun 2009 sebesar Rp. 689.000.000,- sedang tahun 2010 Rp. 517.000.000,-. Hingga
tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 655.178.725,- dengan dana pendukung sebesar Rp.
13.872.000,-. Sumber dana APBD kabupaten. Bantuan usaha ini digulirkan sejak tahun
2003. Pernah berhenti beberapa lama, kemudian dari tahun 2009 hingga 2011 ini berjalan
lagi. Bantuan ini diberikan kepada individu dengan kriteria berpenghasilan rendah
(dibawah Rp 1 juta), yang mempunyai usaha kecil yang bersedia disurvey oleh Tim dari
Kabupaten. Bantuan ini diberikan secara berkelompok (10 Orang) @ Rp 1.000.000,-
/Orang dengan suku bunga 10% pertahun. Jumlah KUPK penerima manfaat saat ini
(2011) sebanyak 317 kelompok dengan jumlah anggota 3807 Orang anggota. Besarnya
penyerapan dana tahun 2010 sebesar Rp. 3. 160.500.000,-. Pada tahun 2011 ini
meningkat menjadi Rp. 3.759.500.000,-. Untuk pengangsuran dan administrasinya Bagian
Kerjasama dan Pengembangan Potensi Daerah selaku pengampu program bekerjasama
dengan Bank Bantul. Apabila yang bersangkutan sudah tertib mengangsur, tetapi masih
memerlukan modal untuk mengembangkan usahanya maka akan disarankan untuk
mengikuti tahap lanjutan yaitu dengan meminjam dana dari program PEKM
(Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin) yang diampu oleh Badan Kesejahteraan
Keluarga, Keluarga Berencana & Pembedayaan Perempuan.
59
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.3.4.13. Kegiatan Fasilitasi Permodalan bagi UMKM di Pedesaan
Bentuk program berupa bantuan bergulir Usaha Ekonomi Produktif bagi kelompok
Dasa Wisma. Setiap Dasa Wisma memperoleh bantuan @ satu juta. Total dana yang
sudah dikucurkan tahun 2009 sebesar Rp. 75.000.000,- sedang tahun 2010 Rp.
24.000.000,-. Sumber dana APBD kabupaten. Pengelola program Bagian KPPD Set Kab.
Bantul.
4.3.4.14. Program Pemberdayaan Masyarakat Bantuan Keuangan Pemerintah
Propinsi kepada Desa
Bentuk program berupa bantuan keuangan untuk masyarakat desa. Masyarakat
harus membentuk kelompok untuk membuat usaha bersama. Pada tahun 2009 program
diterima oleh 740 kelompok di 17 Kecamatan 75 desa se Kabupaten Bantul. Alokasi dana
tahun 2009 dan 2010 masing–masing sebesar 3,75 milyar. Sumber dana dari APBD
Propinsi DIY. Pengelola program Bagian Pemdes Kab. Bantul.
4.3.4.15. Pendampingan Program Layanan bagi Keluarga Miskin
Bentuk program adalah membantu dan menfasilitasi kegiatan bagi
keluarga miskin. Sasaran program adalah Keluarga miskin. Alokasi dana tahun 2011
sebesar 81,5 juta berasal dari dana APBD Kabupaten. SKPD pengelola BKK PPKB
Kabupaten Bantul.
4.3.4.16. Program Promosi Hasil Usaha Gakin
Bentuk program adalah membantu dan menfasilitasi promosi hasil usaha yang
dilakukan keluarga miskin. Sasaran program adalah Keluarga miskin yang sudah
mempunyai usaha. Alokasi dana tahun 2011 sebesar 10 juta berasal dari dana APBD
Kabupaten. SKPD pengelola BKK PPKB Kabupaten Bantul.
4.3.4.17. Subsidi PBB untuk Keluarga Miskin
Bentuk kegiatan berupa pemberian keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan
bangunan (PBB). bagi KK miskin di seluruh Kabupaten Bantul. Program ini diharapkan
60
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dapat meringankan beban KK miskin dalam pembayaran pajak PBB. Total dana yang
dikucurkan untuk program ini pada tahun 2009 Rp. 998.082.485,- sedang tahun 2010
sebesar Rp. 562.423.848,-. Sumber dana dari APBD Kabupaten. Pada tahun 2011
anggaran meningkat menjadi Rp. 1,3 Milyar. SKPD pengelola program ini adalah Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD).
4.3.4.18. Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja (PKPTK)
Bentuk program berupa peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
Dengan program ini diharapkan calon pencari kerja mempunyai ketrampilan yang cukup
untuk memasuki dunia kerja atau membuka lapangan usaha sendiri. Selain itu program ini
juga untuk peningkatan fungsi dan revitalisasi Balai Latihan Kerja menjadi lembaga
pelatihan berbasis masyarakat. Diharapkan dengan program ini dapat mengurangi
pengangguran di Kabupaten Bantul. Sumber dana dari APBN. SKPD pengelola program
ini adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bantul.
4.3.4.19. Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
Program ini berupa padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan
penyuluhan kerja berbasis kompetensi. Sasaran dari program ini adalah para penganggur
dan setengah penganggur. Diharapkan dengan program ini dapat mengurangi
pengangguran di Kabupaten Bantul. Sumber dana dari APBN, APBD Propinsi dan dari
APBD Kabupaten. SKPD pengelola program ini adalah Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kab. Bantul.
4.3.4.20. Transmigrasi Umum
Program ini berupa pengerahan dan penempatan transmigrasi, pemberdayaan
transmigrasi masyarakat miskin, pemberdayaan masyarakat miskin, pembinaaan kepada
calon transmigran, pendidikan dan pelatihan kepada calon transmigran, monitoring ke
lokasi transmigran. Sasaran dari program ini adalah pencari kerja terutama keluarga
miskin. Sumber dana dari APBD kabupaten. Alokasi untuk tahun 2009 sebesar Rp.
359.911.300,- sedang tahun 2010 sebesar Rp. 524.747.100,-. SKPD pengelola program ini
61
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bantul. Pada tahun 2011 Program
Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja (PKPTK), Perluasan dan
Pengembangan Kesempatan Kerja dan Transmigrasi Umum anggaran total Rp.
2.023.641.000,-
4.3.4.21. Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Sasaran dari kegiatan ini adalah keluarga miskin dan calon transmigran se
Kabupaten Bantul. Sumber dana dari APBD kabupaten. Alokasi untuk tahun 2009 sebesar
Rp. 198.875.000,- sedang tahun 2010 sebesar Rp. 107.900.000,-. SKPD pengelola
program ini adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bantul.
4.3.4.22. Pengembangan Sumberdaya Perikanan
Program ini berupa penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan.
Sasaran program 11 kelompok di Kecamatan Srandakan. Dengan program ini diharapkan
dapat menjadi sarana alih profesi dari penambang pasir ke budidaya perikanan disekitar
sungai Progo. Sumber dana dari APBN. SKPD pengelola program ini adalah Dinas
Kelautan Perikanan dan Peternakan. Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi DIY
mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 1.474.600.000,- ditambah dengan anggaran
pendampingan dari APBD Kabupaten Bantul sebesar Rp. 60.000.000,- untuk kegiatan
pemberdayaan keluarga miskin melalui wirausaha budi daya ikan lele. Sasarannya adalah
KK Miskin di 4 desa yaitu Gilangharjo, Pandak (42 KK), Seloharjo, Pundong (100 KK),
Gadingsari, Sanden (56 KK) dan Guwosari, Pajangan (30 KK). Jenis bantuan berupa uang
senilai Rp. 1.474.600.000,- untuk 228 KK di 4 desa tersebut untuk pembelian terpal, benih
ikan, pakan, perlengkapan budi daya dan pompa air, serta ada pemdampingan teknis
budidaya.
4.3.4.23. Dana Revolving Penguatan Modal (DPM) Perikanan Budidaya
Program ini berupa penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok
perikanan budidaya. Sasaran penerima program ini untuk tahun 2010 sebanyak 20
kelompok. Total dana yang dialokasikan tahun 2010 sebesar Rp. 528.000.000,-. Sumber
62
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
dana dari APBN. SKPD pengelola program ini adalah Dinas Kelautan Perikanan dan
Peternakan.
4.3.4.24. Program Peningkatan Kesejahteraan Peternak
Program ini berupa penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten
Bantul. Sasaran penerima program ini untuk tahun 2009 sebanyak 16 kelompok peternak.
Total dana yang dialokasikan tahun 2009 sebesar Rp. 900 juta rupiah. Untuk 2010 dan
2011 jumlah dananya Rp. 1 Milyar yang digunakan untuk usaha budi daya ternak kambing
dan ternak ayam buras. Mekanismenya adalah dana ditransfer kepada kelompok penerima
dan dikelola langsung oleh KK Miskin untuk dijadikan sebagai modal usaha. Sumber dana
APBD Provinsi dan Kabupaten Bantul. SKPD pengelola program adalah Dinas Pertanian
dan Kehutanan.
4.3.4.25. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program ini berupa penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok
petani. Sasaran penerima program ini untuk tahun 2010 sebanyak 11 kelompok petani.
Total dana yang dialokasikan tahun 2010 sebesar Rp. 481.000.000 berasal dari APBD
Propinsi DIY. SKPD pengelola program adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan.
4.3.4.26. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Bentuk program berupa pemberdayaan keluarga miskin disekitar pabrik rokok.
Sasaran penerima manfaat tahun 2009 sebesar 76 keluarga miskin sedang tahun 2010
sebanyak 84 keluarga miskin. Total dana yang dialokasikan tahun 2009 sebesar Rp.
150.000.000,- sedang tahun 2010 sebanyak Rp. 202.050.500,-. Sumber dana dari APBD
Kabupaten. SKPD pengelola program adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Bantul.
4.3.4.27. Program Desa Mandiri Pangan
Bentuk program berupa penguatan modal usaha kelompok. Program ini ada sejak
tahun 2006, dengan rincian sebagai berikut:
63
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
a) 2006 : Desa Muntuk dan Jatimulyo (Dlingo)
b) 2007 : Desa Selopamioro dan Wukirsari (Imogiri)
c) 2008 : Desa Seloharjo (Pundong)
d) 2009 : Desa Srihardono (Pundong)
e) 2010 : Desa replikasi ada 3 (Karangtengah, Sriharjo dan Girirejo)
f) 2011 : Desa replikasi 3 (Dlingo, Temuwuh dan Mangunan)
Total jumlah Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bantul ada 13 desa. Sumber dana
merupakan dana APBN. SKPD pengelola program adalah Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluh Pertanian.
Kaji ulang terhadap kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang telah
ada dimaksudkan untuk mengambil pelajaran demi perbaikan penyusunan SPKD ini.
Lebih dari itu diharapkan bahwa pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di masa
mendatang tidak mengulang kesalahan yang sama. Dalam SPKD ini dikaji empat
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Kajian pertama dilakukan terhadap
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai Pemerintah Pusat.
Kedua, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang merupakan sharing
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. Ketiga, kajian terhadap
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantul. Terakhir, kajian terhadap kegiatan penanggulangan kemiskinan yang
secara nyata dilakukan masyarakat maupun kalangan swasta.
Metode pengkajiannya adalah dengan cara menelaah berbagai dokumen apakah di
dalam kebijakan dan program-program tersebut terdapat pilar penanggulangan
kemiskinan. Pilar-pilar tersebut adalah: perluasan kesempatan, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, serta perlindungan sosial.
Semua kajian terhadap kebijakan dan program pemerintah pusat digunakan dokumen ini
sebagai dasar melakukan analisis lingkungan eksternal (ALE). Sedangkan kebijakan dan
program yang ada pada pemerintah daerah, swasta dan masyarakat digunakan sebagai
dasar melakukan analisis lingkungan internal (ALI).
64
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.4. Kebijakan dan Program Pemerintah Pusat
Beberapa kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang diprakarsai
Pemerintah Pusat yang dilaksanakan di kabupaten Bantul, masing-masing memiliki
sasaran dan metode yang beragam. Oleh karena itu ketika dikaji menggunakan empat
pilar sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa belum semua program mangandung
keempat pilar sekaligus,. Gambaran lengkapnya disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8. Matriks Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan
Atas Prakarsa Pemerintah Pusat
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
1 Program Keluarga Harapan
Ya Ya Ya
2 Program Jamkesmas Ya
3 Program Beasiswa Miskin dan Ban-tuan Operasional Sekolah (BOS)
Ya Ya Ya
4 PNPM Mandiri Kelautan Perikanan
Ya Ya Ya
5 PNPM Mandiri Bidang Pertanian (PUAP)
Ya Ya Ya
6 PNPM Mandiri Pariwisata
Ya Ya Ya
7 PNPM Penataan Lingkungan Pemu-kiman Berbasis Komunitas (PLPBK)
Ya Ya Ya
8 Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
Ya
9 Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE BLPS)
Ya Ya
10 Pemberian Makan-an Tambahan Anak Sekolah (PMTAS)
Ya Ya Ya
65
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
11 Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja (PKPTK)
Ya Ya
12 Pengembangan Sumberdaya Perikanan
Ya Ya Ya
13 Dana Revolving Penguatan Modal (DPM) Perikanan Budidaya
Ya Ya
14 Program Desa Mandiri Pangan
Ya Ya Ya
Sumber: data diolah, 2012
Secara umum dapat dikatakan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang
diprakarsai Pemerintah Pusat pada masa lalu memperlihatkan ciri-ciri:
(a) Kebijakan terpusat dan seragam;
(b) Lebih bersifat karitatif (Charity)
(c) Memposisikan masyarakat sebagai obyek, yaitu tidak melibatkan mereka
dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan;
(d) Memandang masalah kemiskinan hanya dari segi ekonomi;
(e) Menganggap bahwa permasalahan dan penanggulangan kemiskinan bersifat
sama (one-fit-for-all );
(f) Kurang memperhatikan keragaman budaya;
(g) Pendekatannya top down;
(h) Terdapat tumpang-tindih (overlapping) kelompok sasaran antara program
yang satu dan program lainnya; dan
(i) Kebijakannya bersifat sektoral.
Harus diakui bahwa kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di bidang
ekonomi telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Dalam upaya mengembangkan
usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi telah dilakukan agenda penyelesaian
66
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
hutang UKM. Di samping itu, kapasitas perbankan dalam penyaluran kredit kepada UKM
dan fasilitasi pembiayaan dari pemerintah dalam bentuk dana bergulir dan penjaminan
kredit bagi UKM juga meningkat. Sementara itu, perkembangan akses UKM terhadap
sumberdaya produktif nonfinansial ditandai dengan adanya peningkatan keberadaan
penyedia jasa layanan pengembangan usaha (business development services-BDS), dan
berkembangnya klaster/sentra UKM di berbagai daerah.
Meskipun demikian, secara umum pencapaian hasil keseluruhan belum maksimal.
Kebijakan perlindungan sosial khususnya bantuan sosial belum bersifat menyeluruh dan
berkelanjutan. Karena kurang koordinasi, kurang transparan,diskriminatif serta kurang
didukung akuntabilitas yang memadai maka kebijakan tersebut belum sepenuhnya dapat
menjawab kebutuhan sosial masyarakat.
Pelaksanaan bantuan sosial justru menimbulkan ketergantungan masyarakat
kepada bantuan tersebut. Kebijakan tersebut justru melumpuhkan inisiatif lokal. Masalah
lain terkait dengan kebijakan tersebut adalah: kurang tepat sasaran, tidak tepat waktu,
tidak tepat jumlah, serta tidak memberdayakan masyarakat.
4.5. Program Penanggulangan Kemiskinan Sharing Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Kabupaten Bantul
Serangkaian kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang merupakan
hasil sharing antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemkab Bantul yang
dilaksanakan di kabupaten Bantul memiliki sasaran dan metode yang beragam. Hasil
kajian dengan menggunakan aspek empat pilar sebagaimana disebut di atas terlihat
menunjukkan bahwa belum semua program mangandung keempat pilar sekaligus,.
Gambaran lengkapnya disajikan dalam tabel 4.9
67
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Tabel 4.9. Matriks Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan
Sharing Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pemerintah Kab Bantul
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
1 Raskin Ya Ya
2 PNPM Mandiri Perdesaan
Ya Ya Ya
3 PNPM Mandiri Perkotaan
Ya Ya Ya
4 PNPM Mandiri PAKET
Ya Ya Ya
5 Program Pember-dayaan Fakir Miskin (KUBE Penumbuhan)
Ya Ya Ya
6 Program Pemberdayaan Masyarakat Bantuan Keuangan Pemerintah Propinsi kepada Desa
Ya Ya
7 Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
Ya Ya Ya
8 Transmigrasi Umum Ya Ya Ya
9 Program Peningkatan Kesejahteraan Peternak
Ya Ya Ya
10 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Ya Ya Ya
Sumber: data diolah, 2012
4.6. Program Penanggulangan Kemiskinan Prakarsa Pemda
Pemerintah Kabupaten Bantul telah melaksanakan berbagai program yang pada
akhirnya mengarah pada penanggulangan kemiskinan sekalipun tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai program penanggulangan kemiskinan. Karena pelaksanan program-
68
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
program tersebut adalah dinas atau kantor yang berbeda-beda sedang nama dan tujuan
programnya tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai program penanggulangan
kemiskinan, akibatnya arah program tidak padu dan hasilnya belum optimal.
Tabel 4.10. Matriks Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan
Atas Prakarsa Pemerintah Kabupaten Bantul
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
1 KUBE PKH Ya Ya Ya Ya
2 Program Bayankes Ya Ya
3 Program Bantuan Pendidikan
Ya Ya Ya
4 Program Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) atau Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)
Ya Ya Ya
5 Bantuan Sosial Kemasyarakatan
Ya Ya
6 Bantuan Pengem-bangan Usaha bagi Keluarga Miskin Melalui Stimulan Modal Usaha
Ya Ya Ya
7 Bantuan Modal bagi Pedagang Pasar Tradisional
Ya Ya
Ya
8 Bantuan Cacat Korban Gempa
Ya Ya
9 Bantuan Modal Bagi Lansia Potensial
Ya Ya
10 Bantuan Permodalan Bagi Gakin
Ya Ya Ya Ya
11 Fasilitasi Anak Yatim Ya Ya
12 Bantuan Operasional Posyandu
Ya Ya
13 Pinjaman Bergulir Usaha Ekonomi Produktif/KUPK
Ya Ya Ya
69
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
14 Kegiatan Fasilitasi Permodalan bagi UMKM di Pedesaan
Ya Ya Ya
15 Pendampingan Program Layanan bagi Keluarga Miskin
Ya Ya
16 Program Promosi Hasil Usaha Gakin
Ya Ya
17 Subsidi PBB untuk Keluarga Miskin
Ya Ya
18 Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Ya Ya
19 Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Ya Ya Y a
Sumber: data diolah, 2012
Dari semua program yang dikaji pada tabel 4.10. ternyata hanya ada satu program
yang mengandung sekaligus empat pilar penanggulangan kemiskinan seperti diuraikan di
depan Yaitu program KUBE dari Pemerintah Pusat. Oleh karena itu pada masa
mendatang yang diperlukan adalah upaya memadukan dan mensikronkan berbagai
program tersebut sehingga arahnya lebih fokus dan hasilnya lebih optimal.
Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Bantul perlu menggali program dan
kegiatan baru yang sifatnya menyentuh akar permasalahan di tiap-tiap wilayah, karena
bagaimanapun juga penyebab kemiskinan serta intervensi program seharusnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan penyebab yang berbeda-beda pula di tiap kecamatan.
Hal ini tentu merepotkan, namun demikian sangat urgen dilakukan mengingat sudah terlalu
banyak gelontoran dana untuk penanggulangan kemiskinan namun apabila ditanyakan
seberapa efektif program tersebut mengurangi kemiskinan, tidak ada yang dapat
menyebutkan secara pasti persentase penurunannya karena maninggal, bermigrasi atau
karena memang adanya intervensi atau mungkin sikap mental yang berubah, dari semula
senang dikatakan miskin, menjadi malu dikategorikan miskin.
70
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.7. Inisiatif Masyarakat dan Swasta
Inisiatif masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di daerah masing-masing
sebenarnya telah lama ada. Namun demikian kegiatan penanggulangan kemiskinan
tersebut tidak merata dan tidak sama intensitas serta kualitasnya. Karena masing-masing
berskala lokal/mikro maka belum terdapat kesatu-paduan arah dan sasaran. Inisiatif dan
peran kalangan swasta untuk membantu penanggulangan kemiskinan juga telah lama ada.
Yang paling jelas adalah dalam penyediaan lapangan kerja yang dengan sendirinya
memberi pendapatan kepada para pekerja yang direkrutnya. Di samping itu ada pula
program dana hibah, sumbangan-sumbangan, dan santunan sosial. Masing-masing
program baik dari masyarakat maupun dari kalangan swasta dalam kaitan dengan empat
pilar penanggulangan kemiskinan terlihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Beberapa Program Penanggulangan Kemiskinan Atas Prakarsa Masyarakat/Swasta
No. Program Perluasan Kesempatan
Kerja
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kapasitas
SDM
Perlindungan sosial
1 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Ya Ya Ya
2 Program Kemitraan Bina Lingkungan BUMN
Ya Ya Ya
3 Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
Ya Ya Ya
Sumber: data diolah, 2012
Pemerintah Kabupaten Bantul perlu merangkul swasta untuk turut serta dalam
penanggulangan kemiskinan, karena selama ini potensi swasta belum tergali dengan baik.
Adanya skema Corporate Social Responsibility (CSR) belum terdata dan diatur dengan
baik, misalnya dengan adanya regulasi yang jelas yang mengatur kewajiban dunia usaha
di Kabupaten Bantul.
71
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
Adapun kelemahan utama dari kegiatan penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan oleh masyarakat maupun kalangan swasta secara umum antara lain:
1) Belum terdapat sinergi
2) Belum sepenuhnya dikelola oleh penduduk setempat dan menjadi milik mereka.
3) Belum terdapat kesatuan arah dan tahapan.
4) Tidak berkelanjutan.
5) Kurang mendapat sambutan dari pemerintah daerah karena sifatnya berupa
luncuran program.
4.8. Analisis Lingkungan Internal (ALI)
1) Kekuatan
a) Kebijakan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
semakin mantap.
b) Dukungan politik menuju kepemerintahan yang baik telah berjalan
c) Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan merata. Budaya gotong
royong tinggi.
d) Pertumbuhan ekonomi daerah cukup tinggi.
e) Stabilitas keamanan daerah terkendali.
f) Masyarakat dapat mengikuti perkembangan teknologi.
g) Masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasi.
h) Terdapat kesempatan kerja secara merata.
i) Adanya alokasi pendanaan untuk program penanggulangan kemiskinan.
j) Potensi konstribusi peran serta LSM, Perguruan Tinggi dan Swasta di Bantul
cukup besar.
k) Kualitas SDM Kabupaten Bantul memiliki daya saing kuat.
l) Lokasi Kabupaten Bantul strategis, alam subur dan sumber daya alam
tersedia.
72
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
2) Kelemahan
a) Masih terdapat ego sektoral dalam pelaksanaan pembangunan.
b) Masih kurangnya peraturan daerah untuk mendukung program
penanggulangan kemiskinan.
c) Kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan masih perlu ditingkatkan.
d) Distribusi pendapatan belum cukup merata meskipun angka Koefisien Gini
tergolong baik.
e) Perkembangan teknologi tidak belum dimanfaatkan bagi keluarga miskin.
f) Keluarga miskin kesulitan mengakses perkembangan informasi
g) Keluarga miskin tidak mampu menangkap peluang kerja
h) Program penanggulangan kemiskinan tidak dipantau dan dinilai secara
konsisten dan masih berdiri sendiri di bawah SKPD yang berbeda-beda.
i) Kerjasama antar pelaku di Bantul belum direalisasikan dengan optimal.
j) Daya saing tenaga kerja bagi keluarga miskin untuk mengisi peluang kerja
masih belum optimal
k) Potensi sumberdaya alam tidak berpihak pada perluasan kesempatan bagi
keluarga miskin.
4.9. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)
1) Peluang
a) Pemerintah Kabupaten Bantul secara konsisten memperkuat dan
memperbaiki kebijakan penanggulangan kemiskinan.
b) Gerakan kesetiakawanan sosial daerah telah tumbuh (GERBU) perlu
diperkuat, sementara alokasi dana untuk pemenuhan kebuuhan dasar
ditingkatkan.
c) Pemerintah daerah telah mendorong pengembangan wilayah strategis dan
cepat tumbuh.
d) Keamanan daerah mantap dan terkendali.
e) Pemerintah daerah mendorong perkembangan teknologi dan inovasi.
73
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
f) Pemerintah daerah berperan aktif dalam kesepakatan kerjasama baik antara
pemerintah dengan pemerintah, swasta serta dengan Perguruan Tinggi.
g) Adanya regulasi yang mendorong iklim investasi daerah yang kondusif
h) Alokasi pendanaan dari pusat untuk penanggulangan kemiskinan yang tetap
tinggi serta adanya komitmen/sharing Kabupaten terhadap program-program
penanggulangan kemiskinan.
i) Terjalinnya sinergisme ulama-umaro serta tokoh agama lainnya menjadi
peluang kerjasama penanggulangan kemiskinan.
j) Adanya kerjasama dengan pihak swasta, secara tidak langsung dalam
penanggulangan kemiskinan dan pelestarian lingkungan yang terbuka luas.
2) Ancaman
a) Kebijakan pemerintah pusat yang sewaktu-waktu menaikkan harga BBM.
b) Adanya sikap kurang peduli pada sebagian masayarakat, ancaman
hedonisme serta kesetiakawanan sosial yang mulai luntur;
c) Terjadinya bencana alam
d) Konflik horizontal yang mungkin terjadi;
e) Teknologi modern dikuasai pihak asing dan masyarakat hanya sebagai
penonton
f) Informasi dikuasai oleh swasta, hanya untuk tujuan komersial dan tidak dapat
diakses keluarga miskin
g) Banyak perusahaan terancam tutup dan melakukan PHK karena ancaman
krisis global;
h) Terjadi penyimpangan penyaluran dana bagi keluarga miskin
i) Bantuan bersifat sedekah, tidak berkelanjutan dan tidak mendidik
j) Tenaga kerja terlatih dan terdidik dari pihak luar yang mengancam eksistensi
tenaga kerja dalam negeri.
74
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Tahun 2012-2015
4.10. Faktor Penentu Keberhasilan
Faktor-faktor penentu keberhasilan dalam dokumen ini adalah pilihan strategis yang
diharapkan mendukung tercapainya visi dan misi penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Bantul, yaitu:
1) Adanya kesepakatan untuk penentuan data sasaran secara akurat dan mutakhir
(validasi data KK Miskin).
2) Anggaran yang disediakan untuk program penanggulangan kemiskinan
diperbesar.
3) Kebijakan pusat dan daerah tidak tumpang tindih
4) Program penanggulangan kemiskinan antar sector dan antar pelaku dapat
terpadu.
5) Prosedur investasi jelas, sederhana dan tidak berbelit sehingga minat investasi
usaha meningkat
6) Terdapat kepastian hukum
7) Keamanan kondusif dan terjamin
8) Modal sosial dalam masyarakat dapat ditingkatkan.
9) Organisasi masyarakat warga di tingkat lokal dapat memperjuangkan hak bagi
keluarga miskin.
10) Program Penanggulangan kemiskinan dapat tepat sasaran dan dipantau secara
konsisten
11) Bekerjanya TKPK secara optimal baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan, desa
maupun dusun.
12) Tercapainya target MDGs, target Pembangunan Nasional, utamanya yang
tercantum dalam dokumen Master Plan Percepatan dan Perluasan
Penanggulangan Kemiskinan (MP3KI) serta prioritas pembangunan Kabupaten
Bantul yaitu pengentasan kemiskinan dan desa tertinggal.
13) Peningkatan peran tokoh agama dan masyarakat untuk memperkecil faktor moral
hazard yang disebabkan oleh program yang bersifat charity.
75
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
BAB V
MASTER PLAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
5.1. Strategi Umum
Secara umum strategi yang bisa ditempuh Pemerintah Kabupaten Bantul dalam
menunaikan kewajiban untuk melakukan optimalisasi anggaran daerah guna pemenuhan
hak dasar masyarakat miskin, adalah sebagai berikut:
Strategi yang ditempuh untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah:
1. Perlindungan sosial, dengan strategi yang dilakukan untuk memberi jaminan
rasa aman bagi kelompok rentan (perempuan kepala keluarga, fakir miskin,
orang jompo, anak terlantar, berpenghasilan rendah maupun penyandang cacat)
dan masyarakat miskin baru, baik laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh
bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi dan konflik sosial;
2. Penciptaan peluang berusaha dengan strategi melalui perluasan kerja dan
penempatan tenaga kerja untuk mengurangi beban biaya masyarakat miskin
serta meningkatkan penghasilan, menciptakan kondisi lingkungan ekonomi,
politik, dan sosial yang memungkinkan penduduk miskin memperoleh
kesempatan yang seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dan peningkatan
taraf hidupnya secara berkelanjutan, sambil memberikan stimulasi dan regulasi
yang berpihak kepada msyarakat miskin agar beban biaya ekonomi maupun
sosial yang dihadapi oleh mereka dapat berkurang, serta memberikan layanan
yang optimal terhadap upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat
miskin;
3. Peningkatan sumber daya manusia, strategi yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat
miskin, baik laki-laki maupun perempuan agar dapat memanfaatkan
76
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
perkembangan lingkungan, melalui upaya-upaya pendidikan formal maupun non
formal;
4. pemberdayaan kelembagaan masyarakat, strategi yang dilakukan untuk
memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat, dan
memperluas partisipasi masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan
dalam pengambilan keputusan, kebijakan publik yang menjamin penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar;dan
5. Penataan kemitraan global, strategi yang dilakukan untuk menata ulang
hubungan dan kerjasama dengan lembaga internasional guna mendukung
pelaksanaan ke empat strategi diatas. Hal ini dapat dimulai dengan kemitraan
bersama lembaga local, regional dan nasional, seperti swasta dunia usaha, PT
dan LSM.
5.2 Strategi Khusus:
1) Revitalisasi dan replikasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK) sebagai forum lintas pelaku dalam perumusan kebijakan,
pemantauan dan evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan dari mulai
tingkat dusun, desa dan kecamatan.
2) Penguatan pendidikan mental Keluarga Miskin dengan meminimalisir
penyebab kemiskinan karena faktor individu (malas, tidak punya ketrampilan,
boros, minder, dan ketergantungan)
3) Memperkuat jejaring dengan berbagai pihak (termasuk peningkatan peran
ulama dan tokoh agama/Ormas) untuk percepatan penaggulangan
kemiskinan
4) Supervisi, monitoring dan evaluasi kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) secara intensif dalam pelaksanaan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan.
5) Mendorong dan mendukung pengembangan pelembagaan partisipasi publik
melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Dalam struktur
TKPK ada Pokja Pengaduan Masyarakat, diharapkan dengan adanya Pokja
77
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
ini mendorong transparansi dan akuntabilitas program-program
penanggulangan kemiskinan.
6) Melindungi masyarakat dengan menyediakan pelayanan hak dasar yang
memadai seperti; kecukupan pangan, pelayanan pendidikan, kesehatan,
ketersediaan lapangan usaha, fasilitasi penyediaan papan/perumahan yang
layak, air bersih dan sanitasi dan jaminan perlindungan social yang
berperspektif gender (dalam rangka pemenuhan Millenium Development
Goals (MDGs).
7) Memperbaiki manajemen pengelolaan keuangan pemerintah untuk
menghasilkan anggaran yang pro poor, berimbang dan efisien serta
mendorong pelayanan publik yang prima.
8) Meningkatkan kesetiakawanan sosial dengan menggali potensi dana
masyarakat seperti GERBU, zakat dan lain-lain untuk penanggulangan
kemiskinan.
5.3. Strategi Program
Kedua strategi umum dan khusus tersebut berlaku untuk pelaksanaan
pengentasan kemiskinan. Strategi tersebut masih bersifat makro. Oleh karena itu juga
diperlukan strategi mikro yang diharapkan menjadi strategi program dan berdampak pada
percepatan penanggulangan kemiskinan. Strategi tersebut adalah;
1) Validasi data Kepala Keluarga (KK) miskin dan penguatan sistem monitoring dan
evaluasi (Monev) penanggulangan kemiskinan
2) Program pengurangan Beban Hidup KK miskin
3) Pemberdayaan KK miskin
4) Sosialisasi peraturan tentang penanggulangan kemiskinan
Pada umumnya keempat strategi program ini telah berjalan dengan baik, hanya
saja pada program pengurangan beban hidup KK Miskin serta Pemberdayaan KK Miskin
telah overlap antara program Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Hal
ini bisa jadi menyebabkan sasaran ganda, sementara warga yang benar-benar
membutuhkan tidak tersasar. Pendampingan pasca program juga seringkali kurang
sehingga masyarakat berjalan sendiri tanpa bimbingan. Program yang semula bertujuan
78
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
untuk memberdayakan malah meninabobokan atau memanjakan masyarakat miskin itu
sendiri. Dengan sendirinya terjadi pemborosan anggaran sementara tujuan program tidak
tercapai.
Dalam hal validasi data KK Miskin harus ada kesepakatan bersama tentang
unifikasi data miskin. Harus dipastikan komitmen Pemerintah Pusat untuk memberlakukan
data BPS sebagai basis data atau masih fleksibel dengan mengadopsi data daerah. Bila
Pemerintah Pusat serius dengan unifikasi data, maka pendataan dan konsekuensinya
(anggaran) harus disupport untuk tiap-tiap tahunnya. Karena siapa pun menyadari, bahwa
pendataan memakan biaya tidak kalah besar dari program-program penanggulangan
kemiskinan itu sendiri. Selain itu, system monitoring dan evaluasi, sampai dengan saat ini
belum terbakukan, belum mempunyai juklak dan juknis yang bisa dipedomani serta
pelaksanaan evaluasi dijalankan sekedar melihat keterkaitan antara serapan anggaran
dan pelaksanaan di lapangannya saja, belum sampai menyentuh pada outcome, benefit
maupun impact. Apabila sudah ada tool monitoring dan evaluasi yang berupa SIM
Program Penanggulangan Kemiskinan yang berfungsi seperti rapor, tentu saja akan dapat
terlihat apabila seseorang “mentas” atau lulus dari kemiskinan karena intervensi program
apa, bagaimana pelaksanaannya, lama waktu tempuh program serta bagaimana
mekanisme pemantauannya.
Tak kalah pentingnya dalam strategi program yang keempat adalah sosialisasi
peraturan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Peraturan seperti Perbup
Nomor 68 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bantul, yang
hendaknya menjadi pedoman dalam perencanaan, implementasi serta monitoring dan
evaluasi program. Demikian pula pentahapan program yang dimulai dengan validasi data
KK Miskin, siapa aktor yang berperan, hak dan kewajiban serta reward dan punishmentnya
harus tersosialisasikan dengan baik. Sehingga maksud dan tujuan pengaturan tentang
penanggulangan kemiskinan dapat diketahui bersama. Dengan adanya sosialisasi
peraturan-peraturan maka akan tercapai kesepahaman sehingga overlap, kurang sinergis
dan kurang kompaknya SKPD, masyarakat, dunia usaha dan Perguruan Tinggi, dapat
tereliminir.
79
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
5.4. Pemetaan Lembaga Terkait Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kab
Bantul
Hasil pemetaan terhadap fungsi lembaga menunjukkan adanya lima lembaga utama
yang berperan utama dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan di Kabupaten
Bantul, yaitu: media massa, LSM, Perguruan Tinggi, Eksekutif dan Legislatif. Adapun
peran masing-masing lembaga dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5.1. Lembaga dan Peran dalam Penanggulangan Kemiskinan di Bantul
No. Lembaga Peran Yang Dilakukan
1 Pers / Media Massa Menjadi wahana komunikasi
Melakukan promosi pemberdayaan
Menyediakan informasi yang relevan
Menumbuhkan solidaritas masyarakat
2 Lembaga Swadaya Masyarakat/Ormas
Melakukan advokasi
Melakukan pendampingan
Melakukan edukasi
3 Perguruan Tinggi
Menyediakan kajian dan lternative solusi
Melakukan pendampingan
Memberi edukasi dan pelatihan
Melakukan pemantauan Ormas
Mengorganisir dan memperkuat organisasi
Menghimpun anggota
Menampung dan memelihara
4 Pemerintah Daerah (Eksekutif)
Menciptakan iklim yang kondusif dan bertindak sebagai Regulator
Menciptakan good governance
Melakukan pembinaan dan berfungsi sebagai dinamisator
Menyediakan layanan umum dan menyusun anggaran
5 DPRD (Legislatif)
Menyusun dan mengesahkan aturan
Bersama eksekutif menyusun anggaran
Melakukan pengawasan
Mendorong eksekutif untuk percepatan pelaksanaan program pro poor
Mengusulkan program
Menyetujui dan mengesahkan peraturan yang pro poor
5. Dunia Usaha Menciptakan peluang kerja
Melaksanakan kemitraan
80
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
No. Lembaga Peran Yang Dilakukan
Memberdayakan masyarakat
Menjadi partner pemerintah dalam pengentasan kemiskinan
Sumber: hasil analisis, 2012
Berdasarkan fungsi masing-masing pelaku tersebut dapat dipetakan perannya
terkait dengan 4 pilar kegiatan penanggulangan kemiskinan sebagai berikut:
Tabel 5.2. Lembaga dan Peran dalam Penanggulangan Kemiskinan di Bantul
No. Lembaga Perluasan
Kesempatan Kerja
Pemberdayaan Masyarakat
Peningkatan Kapasitas
SDM
Perlindungan Sosial
1 Pers/Media Tidak Ya Tidak Ya
2 LSM/Ormas Tidak Ya Tidak Ya
3 PT Ya Ya Ya Tidak
4 Pemerintah Daerah Ya Ya Ya Ya
5 DPRD Tidak Ya Tidak Ya
6. Dunia Usaha Ya Ya Ya Tidak
Sumber: hasil analisis, 2012
Dalam matriks tersebut terlihat bahwa pilar kegiatan penanggulangan kemiskinan
akan bersinergi (saling melengkapi dan menguatkan) antar pelaku. .Setiap baris
menunjukkan kebijakan dan program sebuah unsur dalam kegiatan penanggulangan
kemiskinan. Terkait dengan hal di atas perlu dicatat bahwa tidak semua pelaku bisa
mengisi semua pilar dengan kegiatan yang secara langsung membawa dampak
penanggulangan kemiskinan. Misalnya, perguruan tinggi akan sulit mengisi pilar
perlindungan sosial, sehingga dalam kegiatan ini perannya lebih pada monitoring dan
evaluasi. Sebaliknya organisasi kemasyarakatan justru sangat potensial mengisi pilar
tersebut. Demikian pula dengan pelaku-pelaku yang lain untuk pilar-pilar yang lain.
Sekalipun demikian, dengan sinergi semua pelaku maka semua pilar akan dapat diisi.
81
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
5.5. Master Plan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Bantul
(2013-2015)
Desain master plan strategi penanggulangan kemiskinan di kabupaten Bantul
untuk 3 tahun ke depan dapat dilihat pada matriks berikut:
82
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
MASTER-PLAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN I
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 1 Program Bantuan dan Jaminan Sosial
mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pada pelayanan dasar antara lain melalui makanan, kesehat
PKH mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
39 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
39 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
39 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
39 Kelompok
Dinas Sosial
Bantuan Subsidi Pelayanan Kesehatan (Jamkes)
warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Semua warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Semua warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Dinas Kesehatan
83
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
an, dan pendidikan.
Program Bantuan Pendidikan
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3000 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3000 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3000 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan
Dinas Pendidikan Dasar
Program BOP/BOSDA
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
Siswa SD/SDLB/MI
Dinas Pendidikan Dasar
Beasiswa Bakat dan Prestasi
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang mempunyai
167 anak
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang
167 anak
Dikdas, Dikmenof
84
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
bakat dan prestasi tertentu
mempunyai bakat dan prestasi tertentu
a. Bantuan Sosial Kemasyarakatan
penguatan modal usaha bagi keluarga miskin
11 persen dari KK Miskin
penguatan modal usaha bagi keluarga miskin
11 persen dari KK Miskin
Dinas Sosial
Bantuan cacat korban gempa
memberdayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
428 orang cacat korban gempa
memberdayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
428 orang cacat korban gempa
Dinas Sosial
Bantuan Modal Bagi
kelompok lanjut usia
60 orang
kelompok lanjut usia
60 orang Dinas Sosial
85
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Lansia Potensial
yang masih potensial
yang masih potensial
Bantuan Pengembangan Usaha bagi Keluarga Miskin Melalui Stimulan Modal Usaha
pengembangan usaha bagi Gakin
4 % dari Gakin
pengembangan usaha bagi Gakin
4 % dari Gakin
pengembangan usaha bagi Gakin
4 % dari Gakin
Dinas Sosial
Bantuan Modal bagi Pedagang Pasar Tradisional
Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar kab
Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar kab
Kantor Pengelolaan Pasar
Bantuan Beras bagi si Miskin (Raskin)
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Terpenuhinya kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Dinas Sosial
Fasilitasi Anak Yatim
pemberian uang saku kepada anak yatim
1.700 anak yatim
pemberian uang saku kepada
1.700 anak yatim
Dinas Sosial
86
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
anak yatim
Bantuan Operasional Posyandu
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
Dinas Kesehatan
Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS)
memperbaiki gizi dan ketahanan fisik anak Sekolah
Anak-anak TK sekabupaten Bantul
memperbaiki gizi dan ketahanan fisik anak Sekolah
Anak-anak TK sekabupaten Bantul
Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kegiatan Fasilitasi Permodalan bagi UMKM di Pedesaan
bantuan bergulir Usaha Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Seluruh dasawisma di Bantul
bantuan bergulir Usaha Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Seluruh dasawisma di Bantul
Bagian KPPD Set Kab. Bantul
Program Pemberdayaan Masyarakat Bantuan
bantuan keuangan untuk kelompok usaha
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha
740 kelompok
Bagian Pemdes Kab. Bantul.
87
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Keuangan Pemerintah Propinsi kepada Desa
masyarakat desa
masyarakat desa
masyarakat desa
Pendampingan Program Layanan bagi Keluarga Miskin
menfasilitasi kegiatan bagi keluarga miskin
11 % dari Gakin
menfasilitasi kegiatan bagi keluarga miskin
11 % dari Gakin
BKK PPKB
Program Promosi Hasil Usaha Gakin
menfasilitasi promosi hasil usaha yang dilakukan keluarga miskin
Keluarga miskin yang sudah mempunyai usaha
menfasilitasi promosi hasil usaha yang dilakukan keluarga miskin
Keluarga miskin yang sudah mempunyai usaha
BKK PPKB
Subsidi PBB untuk Keluarga Miskin
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
88
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13%
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
bangunan (PBB). bagi KK miskin
bangunan (PBB). bagi KK miskin
Daerah (DPKAD).
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 2
Program Pemberd
meningkatkan
Program Pemberday
pendampingan
90 Kelomp
pendampingan
90 Kelom
pendampingan
90 Kelompok
Dinas Sosial
89
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
ayaan Masyarakat
kapasitas, kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan.
aan Fakir Miskin (KUBE Penumbuhan)
pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
ok pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
pok pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE BLPS)
penguatan modal pada KUBE
30 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
30 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
30 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
30 Kelompok
Dinas sosial
Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi
960 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi
960 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi
960 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi
960 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
90
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
(PKPTK)
pencari kerja.
pencari kerja.
pencari kerja.
pencari kerja.
Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
960 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
960 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
960 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Transmigrasi Umum
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengembangan Wilayah Strategis
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigr
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigr
100 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigra
91
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
dan Cepat Tumbuh
an an si
Pengembangan Sumberdaya Perikanan
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan.
11 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
11 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
11 kelompok
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dana Revolving Penguatan Modal (DPM) Perikanan Budidaya
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
20 Kelompok
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
20 Kelompok
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
20 Kelompok
Dinas Kelautan dan Perikanan
Program Peningkatan Kesejahteraan Peternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
16 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul
16 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
16 kelompok ternak
Dinas Pertanian dan Peternakan
Pengemba
92
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
ngan Industri Kecil dan Menengah
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola Pilar Perlindungan Sosial
Perluasan kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
93
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM
membantu usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas usahanya agar kehidupan masyarakat miskin semakin stabil dan pendapatannya meningkat.
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah(IKM)
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
11 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
11 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Disperindagkop
Program Kemitraan Bina Lingkungan
UKM yang difasilitasi PKBL
174 UKM
UKM yang difasilitasi PKBL
174 UKM Disperindagkop, Bank Mandiri, BRI, Perum
94
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun I
Target Penurunan Kemiskinan 13 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Peruri, PT. ASEI
Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
174 UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
174 UKM Disperindagkop
. Pinjaman Bergulir Usaha Ekonomi Produktif/KUPK (Kredit Usaha untuk Peningkatan Kesejahteraan)
meningkatkan ekonomi masyarakat
317 kelompok
meningkatkan ekonomi masyarakat
317 kelompok
Bagian Kerjasama dan Pengembangan Potensi Daerah Bank Bantul
95
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
MASTER-PLAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN II
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 1 Program Bantuan dan Jaminan Sosial
mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin dalam pemenuhan
PKH mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
44 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
44 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
44 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
44 Kelompok
Dinas Sosial
Bantuan Subsidi Pelayanan Kesehatan
warga miskin yang harus menjalani
Semua warga miskin yang
warga miskin yang harus
Semua warga miskin yang harus
Dinas Kesehatan
96
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pada pelayanan dasar antara lain melalui makanan, kesehatan, dan pendidikan.
(Jamkes) rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Program Bantuan Pendidikan
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3300 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidik
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3300 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
3300 masyarakat miskin yang mengalami kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan
Dinas Pendidikan Dasar
97
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
an pendidikan
Program BOP/BOSDA
akses Pelayanan Dasar di bidang pendidikan
Siswa SD/SDLB/MI
Dinas Pendidikan Dasar
Beasiswa Bakat dan Prestasi
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang mempunyai bakat dan prestasi tertentu
185 anak
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang mempunyai bakat dan prestasi tertentu
185 anak
Dikdas, Dikmenof
b. Bantuan Sosial Kemasyarakatan
penguatan modal usaha bagi keluarga miskin
10 persen dari KK Miskin
penguatan modal usaha bagi keluarga miskin
10 persen dari KK Miskin
Dinas Sosial
Bantuan memberday 428 memberd 428 orang Dinas
98
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
cacat korban gempa
akan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
orang cacat korban gempa
ayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
cacat korban gempa
Sosial
Bantuan Modal Bagi Lansia Potensial
kelompok lanjut usia yang masih potensial
66 orang
kelompok lanjut usia yang masih potensial
66 orang Dinas Sosial
Bantuan Beras bagi si Miskin (Raskin)
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Terpenuhinya kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Dinas Sosial
Bantuan Modal bagi Pedagang Pasar Tradisional
Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar
Pedagang pasar di 40 pasar
40 pasar Kantor Pengelolaan Pasar
99
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Bantuan Permodalan Bagi Gakin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
BKKPPKB
Fasilitasi Anak Yatim
pemberian uang saku kepada anak yatim
1.700 anak yatim
pemberian uang saku kepada anak yatim
1.700 anak yatim
Dinas Sosial
Bantuan Operasional Posyandu
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
Dinas Kesehatan
Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS)
memperbaiki gizi dan ketahanan fisik anak Sekolah
Anak-anak TK sekabupaten Bantul
memperbaiki gizi dan ketahanan fisik anak Sekolah
Anak-anak TK sekabupaten Bantul
Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kegiatan Fasilitasi Permodala
bantuan bergulir Usaha
Seluruh dasawisma di
bantuan bergulir Usaha
Seluruh dasawisma di Bantul
Bagian KPPD Set Kab. Bantul
100
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
n bagi UMKM di Pedesaan
Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Bantul Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Program Pemberdayaan Masyarakat Bantuan Keuangan Pemerintah Propinsi kepada Desa
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
Bagian Pemdes Kab. Bantul.
Pendampingan Program Layanan bagi Keluarga Miskin
menfasilitasi kegiatan bagi keluarga miskin
10 % dari Gakin
menfasilitasi kegiatan bagi keluarga miskin
10 % dari Gakin
BKK PPKB
Program Promosi Hasil
menfasilitasi promosi hasil usaha
Keluarga miskin yang
menfasilitasi promosi
Keluarga miskin yang sudah
BKK PPKB
101
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Usaha Gakin
yang dilakukan keluarga miskin
sudah mempunyai usaha
hasil usaha yang dilakukan keluarga miskin
mempunyai usaha
Subsidi PBB untuk Keluarga Miskin
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). bagi KK miskin
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). bagi KK miskin
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD).
102
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 2
Program Pemberdayaan Masyarakat
meningkatkan kapasitas, kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan.
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE Penumbuhan)
pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
100 Kelompok
pendampingan pelak-sanaan, monitoring, evaluasi dan pela-poran KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
100 Kelompok
pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS).
100 Kelompok
Dinas Sosial
Program Pemberdayaan Fakir
penguatan modal pada KUBE
40 Kelompok
penguatan modal pada
40 Kelompok
penguatan modal pada
40 Kelompok
penguatan modal pada
40 Kelompok
Dinas sosial
103
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Miskin (KUBE BLPS)
KUBE KUBE KUBE
Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja (PKPTK)
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
1120 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
1120 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
1120 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Transmigra pengerahan 100 pengerah 100 pengerah 100 orang Dinas
104
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
si Umum
dan penempatan transmigrasi
orang an dan penempatan transmigrai
orang an dan penempatan transmigrasi
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengembangan Sumberdaya Perikanan
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan.
12 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
12 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
12 kelompok
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dana Revolving Penguatan Modal (DPM) Perikanan Budidaya
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
22 Kelompok
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
22 Kelompok
penguatan modal bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
22 Kelompok
Dinas Kelautan dan Perikanan
105
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Program Peningkatan Kesejahteraan Peternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
18 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
18 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
18 kelompok ternak
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan
106
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM
membantu usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas usahanya agar kehidupan masyarakat miskin semakin stabil dan pendapatannya meningk
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah(IKM)
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
10 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
10 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Disperindagkop
107
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
at.
Program Kemitraan Bina Lingkungan
UKM yang difasilitasi PKBL
185 UKM
UKM yang difasilitasi PKBL
185 UKM Disperindagkop, Bank Mandiri, BRI, Perum Peruri, PT. ASEI
Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
185 UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
185 UKM Disperindagkop
. Pinjaman Bergulir Usaha Ekonomi Produktif/KUPK (Kredit Usaha untuk Peningkatan
meningkatkan ekonomi masyarakat
350 kelompok
meningkatkan ekonomi masyarakat
350 kelompok
Bagian Kerjasama dan Pengembangan Potensi Daerah Bank Bantul
108
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun II
Target Penurunan Kemiskinan 11 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Kesejahteraan)
MASTER-PLAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TAHUN III
Klaster Program dan Tujuan Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
109
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Pengelola
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 1
Program Bantuan dan Jaminan Sosial
mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin dalam pemenu-han kebu-tuhan dasar melalui peningkatan akses pada pelayanan dasar antara lain melalui makanan, kesehatan, dan pendidikan.
PKH mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
48 Kelompok
Mengu-rangi beban pengelu-aran Rumah Tangga Sasaran
48 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
48 Kelompok
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran
48 Kelompok
Dinas Sosial
Bantuan Subsidi Pelayanan Kesehatan (Jamkes)
warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Semua warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Semua warga miskin yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit dan belum mendapat jaminan kesehatan
Dinas Kesehatan
Program BOP/BOSDA
akses Pelayanan Dasar di bidang
Siswa SD/SDLB/MI
Dinas Pendidikan Dasar
110
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
pendidikan
Beasiswa Bakat dan Prestasi
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang mempunyai bakat dan prestasi tertentu
185 anak
meringankan biaya pendidikan anak se tingkat SLTP yang mempunyai bakat dan prestasi tertentu
185 anak
Dikdas, Dikmenof
Bantuan cacat korban gempa
memberdayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
428 orang cacat korban gempa
memberdayakan penderita cacat korban gempa agar dapat mandiri dan mempunyai usaha kecil
428 orang cacat korban gempa
Dinas Sosial
111
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Bantuan Modal Bagi Lansia Potensial
kelompok lanjut usia yang masih potensial
66 orang
kelompok lanjut usia yang masih potensial
66 orang Dinas Sosial
Bantuan Beras bagi si Miskin (Raskin)
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Terpenuhinya kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Pemenuhan kebutuhan dasar
RTS sesuai data BPS
Dinas Sosial
Bantuan Permodalan Bagi Gakin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
4 % keluarga miskin
Dinas Sosial
Fasilitasi Anak Yatim
pemberian uang saku kepada anak yatim
1.700 anak yatim
pemberian uang saku kepada anak yatim
1.700 anak yatim
Dinas Sosial
Bantuan Operasional Posyandu
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
meningkatkan status gizi Balita
1.123 posyandu Balita
Dinas Kesehatan
Pemberian Makanan
memperbaiki gizi dan
Anak-anak TK
memperbaiki gizi
Anak-anak TK
Kantor Pemberday
112
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Tambahan Anak Sekolah (PMTAS)
ketahanan fisik anak Sekolah
sekabupaten Bantul
dan ketahanan fisik anak Sekolah
sekabupaten Bantul
aan Masyarakat Desa
Kegiatan Fasilitasi Permodalan bagi UMKM di Pedesaan
bantuan bergulir Usaha Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Seluruh dasawisma di Bantul
bantuan bergulir Usaha Ekonomi Produktif bagi kelompok Dasa Wisma.
Seluruh dasawisma di Bantul
Bagian KPPD Set Kab. Bantul
Program Pemberdayaan Masyarakat Bantuan Keuangan Pemerintah Propinsi kepada Desa
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
bantuan keuangan untuk kelompok usaha masyarakat desa
740 kelompok
Bagian Pemdes Kab. Bantul.
Program Promosi
menfasilitasi promosi
Keluarga miskin
menfasilitasi
Keluarga miskin yang
BKK PPKB
113
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Hasil Usaha Gakin
hasil usaha yang dilakukan keluarga miskin
yang sudah mempunyai usaha
promosi hasil usaha yang dilakukan keluarga miskin
sudah mempunyai usaha
Subsidi PBB untuk Keluarga Miskin
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). bagi KK miskin
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
keringanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). bagi KK miskin
Semua Gakin sebagai Pembayar Pajak
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD).
114
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 2 Program Pemberdayaan Masyarakat
meningkatkan kapasitas, kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE Penumbuhan)
pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung Pemberday
110 Kelompok
pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung
110 Kelompok
pendampingan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan KUBE Bantuan Langsung
110 Kelompok
Dinas Sosial
115
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
pembangunan.
aan Sosial (BLPS).
Pemberdayaan Sosial (BLPS).
Pemberdayaan Sosial (BLPS).
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (KUBE BLPS)
penguatan modal pada KUBE
45 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
45 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
45 Kelompok
penguatan modal pada KUBE
45 Kelompok
Dinas sosial
Peningkatan Ketrampilan Produktivitas Tenaga Kerja (PKPTK)
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang
peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja.
1120 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat guna dan
1120 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat
1120 orang
padat karya produktif, pembinaan LPK, teknologi tepat
1120 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
116
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
penyuluhan kerja berbasis kompetensi
guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
guna dan penyuluhan kerja berbasis kompetensi
Transmigrasi Umum
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang
pengerahan dan penempatan transmigrasi
100 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang
keluarga miskin dan calon transmigran
100 orang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengembangan Sumberdaya Perikanan
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan.
14 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
14 kelompok
penguatan modal kepada kelompok budidaya perikanan
14 kelompok
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dana Revolving
penguatan modal
25 Kelomp
penguatan modal
25 Kelom
penguatan modal
25 Kelompok
Dinas Kelautan
117
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Penguatan Modal (DPM) Perikanan Budidaya
bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
ok bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
pok bergulir yang diberikan kepada kelompok perikanan budidaya
dan Perikanan
Program Peningkatan Kesejahteraan Peternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
20 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
20 kelompok ternak
penguatan modal kepada kelompok peternak se Kabupaten Bantul.
20 kelompok ternak
Dinas Pertanian dan Peternakan
118
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Klaster 3
Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM
membantu usaha mi-kro dan kecil untuk meningkatkan kapasit-as dan memperluas usahanya agar kehi-dupan ma-syarakat
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah(IKM)
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
9.5 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Usaha yang dimiliki oleh Gakin di sekitar perusahaan rokok
9.5 % dari Gakin yang diberi bantuan Modal dan peralatan
Disperindagkop
119
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
miskin semakin stabil dan pendapa-tannya meningkat.
Program Kemitraan Bina Lingkungan
UKM yang difasilitasi PKBL
200 UKM
UKM yang difasilitasi PKBL
200 UKM Disperindag-kop, Bank Mandiri, BRI, Perum Peruri, PT. ASEI
Program Hibah Kementrian Koperasi dan UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
200 UKM
UKM yang difasilitasi Kementerian Kperasi dan UKM
200 UKM Disperindag-kop
. Pinjaman Ber-gulir Usaha Ekonomi
meningkatkan ekonomi masyarakat
385 kelompok
meningkatkan ekonomi masyarak
385 kelompok
Bagian Kerjasama dan Pengemba
120
Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012
Klaster Program dan Tujuan
Tahun III
Target Penurunan Kemiskinan 9 %
Pengelola
Pilar Perlindungan Sosial Perluasan
kesempatan
Peningkatan Sumber Daya
Manusia
Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Klaster Program Tujuan Cakupan Program
Indikator Target Indikator Target Indikator Target Indikator Target
Pro-duktif/KUPK (Kredit Usaha untuk Pening-katan Kesejaht-eraan)
at ngan Potensi Daerah Bank Bantul
121
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
BAB VI
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
Sistem pemantauan dan penilaian (monitoring and evaluation system) dalam
program penanggulangan kemiskinan tidak lain merupakan kesepakatan bersama untuk
saling terbuka dan bersedia menerima masukan dari segenap pemangku kepentingan
(stakeholders). Hal ini harus dilakukan karena tiga alasan:
(a) Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan hanya oleh
pemerintah saja, melainkan harus melibatkan semua pemangku kepentingan.
(b) Karena melibatkan banyak pihak maka harus partisipatif. Untuk benar-benar
partisipatif diperlukan transparansi.
(c) Kendati semua pihak telah mengambil peran dalam penanggulangan
kemiskinan, mereka seharusnya tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan
harus dalam satu koordinasi.
Koordinasi dapat dicapai apabila ada mekanisme pemantauan dan keterbukaan di
antara semua pelaku.
6.1. Pemantauan
Untuk mencapai maksud di atas, pemantauan kegiatan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bantul dilakukan dengan metode sebagai berikut.
6.1.1. Pelaku
Pelaku pengawasan adalah semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
penanggulangan kemiskinan. Dengan kata lain, semua pelaku kegiatan penanggulangan
kemiskinan adalah pemantau bagi dirinya sendiri dan bagi pelaku lain. Dengan demikian
maka prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas,dan partisipatif akan dapat diwujudkan.
Dalam struktur TKPK ada Pokja Pengaduan Masyarakat, dimana fungsi dari Pokja ini
dimaksudkan untuk pengawasan seluruh program-program yang berlokus di Kabupaten
Bantul serta penyampaian aspirasi masyarakat terhadap pelaksanaan program tersebut.
122
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
Hendaknya dalam Pokja ini dipilih personil yang secara ketugasan juga berkaitan dengan
secara langsung dengan fungsi pengawasan tersebut.
6.1.2. Obyek
Obyek yang dipantau adalah semua kegiatan penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Bantul. Dari segi tahapan, pemantauan dilakukan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pelaporan. Dari sisi unsur pelaku, pemantauan dilakukan terhadap
kegiatan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sedang dari segi kewilayahan,
pemantauan dilakukan mulai dari tingkat dusun hingga tingkat kabupaten.
6.1.3. Sarana
Sarana pemantuan kegiatan penanggulangan kemiskinan adalah sarana yang
dimiliki dan dioperasikan oleh masing-masing pelaku. Maksudnya, selaras dengan
semangat kerelawanan dan partisipatori maka masing-masing pelaku pemantuan
diharapkan menggunakan alat-alat mereka sendiri
6.1.4. Metode
Metode pemantuan, yaitu cara memantau kegiatan penanggulangan
kemiskinan,ditentukan oleh masing-masing pemantau sesuai dengan mekanisme kerja
lembaga pemantau tersebut. Misalnya kalangan jurnalis menggunakan metode atau
kaidah jurnalistik, kalangan perguruan tinggi menggunakan metode penelitian, pihak
pemerintah menggunakan mekanisme pelaporan, dan seterusnya.
6.1.5. Pelaporan
Hasil pemantuan secara formal dilaporan pada pertemuan rutin pengurus TKPKD.
Sebagai Ketua TKPKD, Wakil Kepala Daerah/Bupati berhak untuk mengadakan
pemantauan rutin maupun incidental berkaitan dengan pelaksanaan program. Secara
formal harus ada pembakuan pelaporan yang dilaporkan tiap-tiap bulan, triwulanan atau
semester sesuai kesepakatan bersama. Sedang secara informal dapat disampaikan
langsung kepada masing-masing pelaku atau disampaikan dalam kelompok diskusi (Focus
Group Discussion/FGD).
123
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
6.2. Penilaian
Penilaian ditujukan untuk mengetahui apakah program penanggulangan kemiskinan
mencapai sasaran yang diharapkan. Penilaian dapat dilakukan sejak perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga hasilnya. Sekalipun demikian,secara umum dapat
dikatakan bahwa penilaian terutama menekankan pada aspek hasil. Oleh karena itu
kegiatan penilaian baru dapat dilakukan jika program penanggulangan kemiskinan sudah
berjalan dalam kurun waktu tertentu. Kata “hasil” mencakup setidaknya tiga pengertian,
yaitu keluaran (output ), hasil (outcome ), dan dampak (impact ).
Terkait dengan SPKD ini yang dimaksud keluaran mencakup rumusan kebijakan
dan program yang dimaksudkan untuk menanggulangi kemiskinan atau mengarus-
utamakan kemiskinan. Rumusan kebijakan dan program tersebut berasal dari pemerintah,
swasta, maupun masyarakat. Tolok ukurnya adalah: perluasan kesempatan,
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas dan SDM, serta perlindungan sosial.
Dengan kata lain setiap rumusan kebijakan dan program dinilai kesesuaiannya dengan
salah satu dari empat tolok ukur tersebut.
Yang dimaksud dengan hasil (outcome) dalam SPKD ini adalah membaiknya
kondisi sebagai akibat langsung dari kebijakan dan program yang dikeluarkan. Oleh
karena itu yang dinilai adalah: apakah terdapat perluasan kesempatan,apakah masyarakat
semakin berdaya, apakah terdapat peningkatan kapasitas dan SDM, dan apakah terdapat
perlindungan sosial.
Adapun yang dimaksud dengan dampak (impact ) dalam SPKD ini adalah dampak
positif, yaitu perbaikan keadaan, setelah terwujud hasil seperti tersebut di atas. Dengan
demikian yang dinilai adalah: apakah terjadi pengurangan jumlah keluarga miskin dan
apakah terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu tolok ukur yang bisa
digunakan dalam hal ini adalah indeks pembangunan manusia (Human Development
Index/HDI). Secara ringkas metode penilaian seperti diuraikan di atas dapat dilihat
padamatrik di bawah ini.
124
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-2015
Tabel 6.1. Matriks Metode Penilaian Kegiatan Pronangkis
Tolok Ukur Keluaran (Output) Hasil (Outcomes)
Dampak (Impact)
Perluasan Kesempatan Kerja
Terumuskannya kebi-jakan dan program perluasan kesempatan kerja pada setiap pelaku Pronangkis
Kesempatan kerja semakin luas
1. Jumlah keluarga miskin berku-rang.
2. Indeks Pem-bangunan Manusia meningkat
Pemberdayaan Masyarakat
Terumuskannya kebi-jakan dan program pemberdayaan masya-rakat pada setiap pelaku Pronangkis
Masyarakat semakin berdaya
Peningkatan kapasitas SDM
Terumuskannya kebi-jakan dan program peningkatan kapasitas SDM pada seatiap pelaku Pronangkis
Kapasitas SDM meningkat
Perlindungan Sosial
Terumuskannya kebi-jakan dan program perlindungan sosial pada setiap pelaku Pronangkis
Masyarakat terlindungi
S u m b e r : d a t a h a s i l F G D , 2 0 1 2
125
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-15
BAB VII
PENUTUP
Pemerintah Pusat telah mencanangkan penanggulangan kemiskinan merupakan
prioritas utama seperti tertuang dalam Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan serta Permendagri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi, Kabupaten/ Kota.
Selain itu Pemerintah Pusat juga telah meluncurkan Master Plan Percepatan dan
Perluasan Program Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) meliputi pertama,
program penanggulangan kemiskinan eksisting yang pada Klaster I berupa bantuan dan
jaminan sosial, Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat.
Program kedua adalah transformasi perlindungan sosial dan bantuan sosial. Ketiga,
pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan
kawasan berbasis potensi lokal. Oleh karena itu Pemerintah Daerah, khususnya
Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menindaklanjuti program
tersebut dengan menyusun Master Plan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD). Secara singkat SPKD memuat:
(1) Uraian tentang strategi penanggulangan kemiskinan jangka panjang yang
bersifat holistik dan terintegrasi di semua sektor,
(2) Upaya sinkronisasi kebijakan-kebijakan daerah dalam penanggulangan
kemiskinan baik secara makro-mikro dan strategis,
(3) Proses penyaringan stategi terpilih berdasarkan kemampuan dan kompetensi
daerah dalam tindak penanggulangan kemiskinan oleh Tim Koordinasi
Penangggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Bantul,
(4) Proses penyusunan SPKD melalui FGD yang dilakukan beberapa tahap
bersama stakeholder melalui prinsip partisipatif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
126
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-15
.Langkah kebijakan yang digunakan untuk Penanggulangan Kemiskinan Daerah
berasaskan pada:
(1) Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
miskin,
(2) Memberdayakan masyarakat miskin agar mampu dan mau mengakses
informasi, perekonomian, sosial dan politik, serta dapat menyampaikan
aspirasi dan kebutuhannya,
(3) Meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat miskin agar bekerja
dan berusaha produktif, dan
(4) Memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
Untuk mensinergikan ragam kebijakan, program atau aturan terhadap 4 asas
tersebut, maka dibutuhkan mainstreaming penanggulangan kemiskinan secara konstruktif
dan berkelanjutan.
Strategi penanggulangan kemiskinan yang menyeluruh sangat penting maknanya
bagi kabupaten Bantul. Strategi tersebut akan menjadi arahan bagi seluruh pelaku
pembangunan di kabupaten Bantul baik masyarakat luas, swasta dan pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara sistematik dan
konsisten dalam jangka panjang. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
merupakan sebuah kebutuhan sesuai dengan kondisi spesifik daerah Bantul dan semua
pelaku diharapkan menyepakati dan mematuhi. Sinergitas program dan kegiatan dalam
penanggulangan kemiskinan terus dijalin dan ditingkatkan melalui koordinasi intensif.
Koordinasi antar stakeholders dalam penanggulangan kemiskinan juga perlu dijalin dan
ditingkatkan melalui forum komunikasi dan jaringan kerja yang bertemu secara rutin.
Permasalahan kemiskinan merupakan persoalan holistik yang harus menjadi
tanggung jawab semua pihak. Upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk
mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemu kenali potensi yang dimiliki
baik individu,keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Material, sumberdaya dan
ketrampilan selalu diarahkan sebagai modal dasar untuk kesejahteraan hidup. Oleh karena
itu didorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu
kemiskinan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran bahwa tidak akan ada individu,
kelompok yang dapat keluar dari belenggu kemiskinan selain atas usaha individu, keluarga
127
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2012-15
dan lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu perlu peranserta seluruh unsur masyarakat,
termasuk di dalamnya tokoh agama dan tokoh masyarakat dan Ormas untuk meminimalisir
faktor internal dari individu yang bersangkutan yang menjadi penyebab kemiskinan antara
lain yaitu bersikap permisif terhadap label miskin.
Diharapkan SPKD ini dapat menjadi acuan awal sebuah sistem penanggulangan
kemiskinan jangka menengah hingga jangka panjang yang efektif dan efisien bagi seluruh
pelaku pembangunan di Kabupaten Bantul. Semua stakeholders baik perangkat daerah,
sektor bisnis, LSM/Ormas, organisasi profesi, perguruan tinggi, media massa, orsospol,
dan komponen lainnya perlu bersama-sama bertekad untuk menanggulangi kemiskinan
dalam sebuah sistem yang terpadu dan konsisten dalam jangka panjang.