Upload
phamlien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
"Om, Swastyastu"
Dengan menghaturkan angayubagia kehadapan lda Sang Hyang
Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kertha
Wara Nugraha-Nya buku "Profil Daerah Provinsi Bali
Tahun 2AL6" dapat disusun sesuai dengan rencana.
Buku Profil Daerah Bali ini menyajikan informasi dari berbagai
bidang kegiatan hasil pembangunan, dengan harapan dapat
dipergunakan sebagai bahan analisis terhadap indikatorkeberhasilan pembangunan yang telah dicapai, serta untukmengetahui perkembangan sektor-sektor pembangunan dan
perkiraan kebutuhan informasi dimasa yang akan datang,
dengan demikian informasi ini diharapkan dapat mendukung
peningkatan pelaksanaan pembangunan di Daerah Bali.
Meskipun penyusunan buku profil ini telah disiapkan dengan
sebaik-baiknya, namun pasti masih adanya yang kurang
sempurna, oleh karena itu saran dan masukan untukpenyempurnaan buku ini sangat karni harapkan.
"Om, Santih, Santih, Santih, Om"
/1 ,!',,,:)a"- ,i. -
,!I .,,.
'.{ 1
\.,
:.: -: i'l'i.. ] ).\1.. i .t tr,i \{{
', )uliZAt7
1231 198302 1 055
ilt
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................... i KATA PENGANTAR .......................................... iii DAFTAR ISI .................................................... v
1.1. Pendahuluan ................................................................................. 3 1.2. Kualitas Ekonomi Bali ............................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Kondisi Umum ............................................................................. 15 2.2. Desa dan Banjar Pekraman .................................................... 18 2.3. Suku, Bahasa dan Kesenian .................................................... 21
PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA BAB II
3.1. Penduduk ....................................................................................... 25 3.2. Pendidikan..................................................................................... 32 3.3. Kesehatan ...................................................................................... 43 3.4. Indeks Pembangunan Manusia ............................................. 46
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA
BAB III
4.1. Distribusi dan Pertumbuhan Ekonomi .............................. 69 4.2. Perkembangan Inflasi dan IHK ............................................. 93 4.3. Perdagangan Luar Negeri........................................................ 99 4.4. Pariwisata ...................................................................................... 106
PEMBANGUNAN EKONOMI BAB IV
vi
5.1. Potensi Air .................................................................................... 113 5.2. Potensi Transportasi ................................................................. 114
BAB V PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
6.1. Kemiskinan .................................................................................... 119 6.2. Distribusi pendapatan .............................................................. 128 6.3. Ketenagakerjaan ......................................................................... 138
BAB VI PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH
7. Penutup........................................................................................... 147
P E N U T U P BAB VII
BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI
PENDAHULUAN KUALITAS EKONOMI BALI
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Dalam satu dekade terakhir pandangan akan
keberhasilan suatu pembangunan ekonomi semakin
diperluas. Dalam kaitan dengan persepsi keberhasilan
pembangunan hendaknya kita tidak terlalu terpaku hanya
pada sisi kuantitatifnya saja. Pembangunan juga harus
memperhatikan esensi yang ditawarkan dan diperlihatkan
oleh sisi kualitatif. Meskipun pada akhirnya kuantifikasi hasil-
hasil kualitatif tetap diperlukan supaya sisi kualitas ini dapat
dengan mudah dimengerti dan dibandingkan.
Kita sudah melewati progres yang terangkum dalam
Millenium Development Goals (MDGs) dan mulai
menyongsong platform tujuan baru yang dikenal dengan
Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan
pembangunan berkelanjutan ini lebih kompleks dan tentunya
lebih menantang. Sebagai contoh kita dihadapkan pada
tujuan untuk mengakhiri kemiskinan atau yang dikenal
dengan zero poverty sementara di sisi lain kita tahu bahwa
progres pengentasan kemiskinan memang sedang
mengalami pelambatan dalam beberapa tahun terakhir. Oleh
karenanya fokus perhatian kita tidak cukup lagi hanya
dengan kerangka pembangunan ekonomi tetapi sudah mulai
4 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
mengadopsi apa yang ditawarkan oleh konsep pembangunan
berkelanjutan.
Untuk menjawab tantangan ini kita tentunya
memerlukan sinergi dimana pengelolaan segala jenis sumber
daya sehingga tidak hanya berfokus pada penggunaan tetapi
juga pada proses pemeliharaan yang berkesinambungan.
Dalam pembangunan berkelanjutan manusia ditempatkan
sebagai subjek dan objek dalam pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat,
namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat
tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas
penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung
lingkungan yang semakin terbatas. Penduduk berkualitas
memungkinkan kita mengolah dan mengelola potensi
sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal,
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Konsep trilogi pembangunan yang berkelanjutan ini
dengan jelas memetakan karakteristik hubungan yang
terbentuk melalui interaksi dampak yang dihasilkan.
Pembangunan berkelanjutan disini diartikan sebagai
kesatuan nilai pembangunan yang adil, layak dan memiliki
ketahanan yang kokoh. Nilai-nilai ini akan hadir ketika
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan dilakukan
secara bersama-sama dalam proporsi yang berimbang
sehingga menuju pada suatu keseimbangan. Tentu saja hal
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 5
ini merupakan konteks positif yang tidak saling mendahului
satu sama lain (overlap).
Hanya saja dengan mengusung pembangunan
berkelanjutan ini kita secara langsung harus mengarahkan
fokus kepada ke tiga konteks pembangunan secara simultan.
Ketiga elemen itu menyangkut pada pembangunan sosial,
ekonomi dan lingkungan. Intisari yang dihasilkan akan
membawa keseluruhan pembangunan mampu memberi sisi
positif dalam arti yang adil, layak serta memiliki ketahanan
yang kokoh.
Menurut Edi Suharso dalam Wikipedia Pembangunan
Sosial diartikan sebagai pendekatan pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara
paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang
terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Secara
kontekstual pembangunan sosial lebih diarahkan pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha
dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan
pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubungan ekonomi regional, dan melalui pergeseran struktur
kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan
tersier. Pembangunan ekonomi mutlak diperlukan oleh suatu
negara dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan
6 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
kesejahteraan masyarakat, dengan cara mengembangkan
semua bidang kegiatan yang ada di suatu negara.
Pembangunan lingkungan diartikan sebagai upaya
untuk mempertahankan kualitas dan daya dukung
lingkungan secara terus menerus. Sebagai media tempat
berlangsungnya berbagai interaksi manusia dengan manusia
dan manusia dengan alam di sekitarnya, lingkungan secara
keseluruhan adalah wadah yang harus dipertahankan
eksistensinya demi keberlangsungan apa yang terjadi di
dalamnya.
Grafik 1.1
Diagram Venn Pembangunan Berkelanjutan
Tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
pembangunan hanya akan menghasilkan paradigma yang
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 7
berkeadilan namun tidak layak huni. Disisi lain kehilangan
unsur pembangunan sosial hanya akan mengantarkan kita
pada kondisi yang layak akan tetapi tanpa komposisi yang
berkeadilan. Dan sebagai keharusan lain, adalah tentunya
dengan melakukan pembangunan ekonomi. Apabila tidak
memperhitungkan sisi ekonomi ini, niscaya hanya akan
terjadi kemunduran dalam kesejahteraan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Bali di sisi lain dapat dikatakan cukup beruntung
karena ekonominya tidak bergantung pada industri berat
(heavy industries) seperti yang terjadi di Pulau Jawa atau
yang berbasis kegiatan ekstraktif seperti yang terjadi di
wilayah Kalimantan maupun Papua. Tantangan terbesar Bali
adalah daya tampungnya yang relatif lebih rendah mengingat
luas wilayahnya yang tidak terlalu luas. Industri pariwisata
seperti halnya kegiatan ekonomi berbasis jasa lainnya
memiliki kemampuan multiplikasi skala ekonomi yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi yang digerakkan
sektor lainnya.
Tantangan sustainabilitas Bali ke depan tidak hanya
mempertahankan momentum sebagai salah satu tujuan
wisata utama dunia akan tetapi menjaga dampak
perkembangan pariwisata baik yang menyangkut
meningkatnya populasi penduduk, degradasi kualitas
lingkungan serta perubahan kultur masyarakat untuk tetap
pada batas normalnya.
8 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
1.2. Kualitas Ekonomi Bali
Melihat berhasil atupun tidaknya suatu proses
pembangunan diperlukan sebuah ukuran empiris yang
mampu menangkap semua aktivitas-aktivitas dalam proses
pembangunan. Aktivitas-aktivitas pembangunan berkaitan
dengan proses-proses produksi yang dihasilkan oleh semua
sumber daya yang terdapat di dalamnya.
Meskipun berjalan dalam pola yang relatif sama akan
tetapi dari sisi angka pertumbuhan, ekonomi Bali menyusuri
jalur antar tahun dengan kecepatan yang relatif lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional tanpa migas.
Angka ini tentu dipengaruhi oleh semakin berkembangnya
sektor-sektor industri di Pulau Jawa yang lebih banyak
berbasiskan pada industri. Penurunan kontribusi migas juga
bisa dilihat dari cukup tingginya pergeseran pertumbuhan
antara PDB yang disertai migas dengan yang non migas.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 9
Grafik 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Bali dan Nasional Tahun 2012 – 2016
4
5
6
7
8
2012 2013 2014 2015 2016
Bali Nasional
Ekonomi Bali di tahun 2016 tumbuh sebesar 6,24
persen. Pertumbuhan ekonomi Bali ini tercatat lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang
hanya sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan ekonomi di tahun
ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 6,03 persen. Meskipun
demikian pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 ini tetap
lebih lambat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan
selama lima tahun terakhir.
Membaiknya pertumbuhan ekonomi ternyata juga
diikuti dengan menurunnya persentase penduduk miskin.
Persentase penduduk miskin di tahun 2016 tercatat
mencapai 4,25 persen atau menurun dibandingkan dengan
tahun 2015 yang mencapai 4,74 persen. Penurunan ini
10 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
tentunya merupakan progres positif dalam upaya serius
pemerintah Bali dalam mengentaskan kemiskinan.
Di sisi lain penurunan pada persentase penduduk
miskin juga diimbangi dengan membaiknya pemerataan atau
distribusi ekonomi Bali. Angka ketimpangan yang diwakili
oleh rasio Gini mengalami penurunan sejak tahun 2014.
Rasio Gini di tahun 2016 tercatat mencapai 0,37 atau
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 0,38.
Di lihat dari transaksi internasionalnya, ekonomi Bali
juga menunjukkan progress yang positif di tahun ini. Ekspor
meningkat dari 498 juta USD menjadi 505 juta USD.
Peningkatan kecil ini tentunya merupakan indikator yang
sangat positif di tengah belum kondusifnya ekonomi dunia.
Di saat yang sama, impor juga mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan nilai impor
di tahun 2016 mencapai 150 juta USD atau lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 132
juta USD. Impor-impor Bali juga masih didominasi oleh
barang modal dan juga bahan oleh beberapa komoditas
bahan bakar. Penurunan pada surplus transaksi berjalan
ekonomi Bali terutama terjadi pada wilayah ekonomi Asia
dan Eropa. Sementara itu tingginya permintaan ikan dan
udang di wilayah Amerika membuat surplus perdagangan di
wilayah ini masih tetap berjalan lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 11
Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali
juga tercatat mengalami kenaikan yang cukup pesat di tahun
2016. Kunjungan wisman ke Bali mencapai hampir 5 juta
kunjungan atau meningkat 23,14 persen dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kunjungan ini juga
tercatat sebagai yang tertinggi sejak tahun 2009. Kenaikan
kunjungan yang sangat tinggi ini dimotori oleh meningkat
pesatnya jumlah kunjungan dari negara Tiongkok.
BAB II PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA
KONDISI UMUM DESA DAN BANJAR PEKRAMAN SUKU, BAHASA DAN KESENIAN
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 15
BAB II
PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA
2.1. Kondisi Umum
Pengalaman pembangunan masa lalu dapat dijadikan
pelajaran yang berharga, karena pembangunan yang terlalu
memprioritaskan pada pembangunan bidang ekonomi
khususnya fisik dan material dapat memberikan dampak
yang kurang menguntungkan. Dampak yang jelas terjadi
adalah semakin menipisnya nilai-nilai kemanusiaan
(dehumanisasi) dalam proses pembangunan bangsa dan
negara.
Bentuk pembangunan seperti ini tidak
menguntungkan bagi upaya pembangunan struktur sosial
dan budaya bahkan cenderung membuat semakin rapuh dan
rentannya fundamen berbagai sistem dan pranata, baik
pranata ekonomi, politik, pemerintahan, hukum, sosial dan
pertahanan keamanan. Hal ini akan berakibat semakin
lambatnya proses pemulihan ekonomi bahkan dapat meluas
menjadi krisis moral, sosial dan krisis multidimensi yang
berkepanjangan.
Pada bagian lain diperlihatkan, bahwa arus
modernisasi dan globalisasi yang begitu deras dapat
memperlemah ikatan kebangsaan sehingga diperlukan usaha
untuk menata kembali berbagai pranata sosial
kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu,
16 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
pembenahan struktur dan pranata sosial budaya merupakan
keharusan untuk merespon tantangan dimasa depan
sekaligus untuk mengejar ketertinggalan. Dengan demikian,
diperlukan transformasi sosial dan budaya sehingga mampu
merespon berbagai tantangan dengan tetap mengedepankan
kepribadian bangsa dan negara.
Provinsi Bali dikenal diseluruh dunia sebagai “The
Island of Gods” yang memiliki modal budaya yang kaya
sebagai sumber daya pembangunan. Kebudayaan tersebut
didasari nilai-nilai keagamaan sehingga mencerminkan
kearifan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian
yang bersifat unik.
Budaya Bali yang seperti sekarang merupakan kriya
cipta para leluhur yang telah berpandangan jauh ke depan.
Unsur keseimbangan yang tidak mengabaikan kekhasan
interaksi tentunya harus dipertahankan untuk menjaga
keutuhan Bali. Para leluhur suci itu, seperti yang kita kenal
salah satunya dengan Mpu Kuturan telah berhasil menata
kehidupan masyarakat Bali dalam interaksi antar manusia,
antara manusia dengan lingkungan serta sisi spiritualitas
manusia itu sendiri.
Pada masa itu hanya sedikit paradigma kebudayaan
Bali yang diarahkan pada pembangunan ekonomi. Hal ini
karena situasi masyarakat yang relatif masih statis dalam
persepsi kemajuan ekonominya. Hanya saja yang patut kita
pertahankan dan banggakan adalah bahwa apa yang telah
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 17
dibuat para leluhur ini untuk kita telah berhasil menjadikan
jati diri dan perilaku hidup orang Bali yang tidak dapat hilang
dalam waktu ratusan tahun.
Sementara itu ikatan adat yang ada sekarang di Bali
masih dianggap sebagai penghambat dari interaksi sosial
masyarakat di luar komunitas adat mereka. Perkembangan
ekonomi yang mendorong arus migrasi ke luar wilayah akan
menyulitkan masyarakat untuk membagi waktu dalam
bekerja maupun berinteraksi dengan komunal mereka.
Sehingga tidak jarang masyarakat harus memberikan
kompensasi berupa materi untuk membayar ketidakhadiran
mereka dalam suatu kegiatan yang menyangkut adat istiadat.
Di lain pihak buah karya budaya para leluhur orang
Bali di masa lampau merupakan salah satu modal terpenting
untuk Bali dan masyarakatnya di masa kini dan mendatang.
Hasil budaya ini merupakan salah satu faktor utama
pendukung eksistensi Bali sebagai salah satu tujuan wisata
utama dunia. Apabila mengandalkan hanya keindahan alam
eksistensi Bali mungkin tidak akan sekuat saat ini. Dengan
dukungan keanekaragaman budayalah yang terintegrasi
dengan kehidupan keseharian masyarakatnya, Bali menjadi
tujuan wisata yang unik yang relatif jarang ditemui di belahan
dunia lainnya.
Di masa depan, pariwisata Bali hendaknya tidak hanya
berorientasi pada kedatangan wisatawan namun juga
interaksi. Membuat para wisatawan untuk mengenal, tertarik
18 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
dan mencintai alam dan budaya Bali tentunya merupakan
tantangan tersendiri yang nantinya apabila dapat diwujudkan
akan mampu menyokong dan mempertahankan
kesinambungan posisi Bali sebagai salah satu ikon pariwisata
dunia.
2.2. Desa dan Banjar Pekraman
Provinsi Bali memiliki keunikan dibanding daerah lain
di Indonesia. Dalam tata pemerintahan di Bali terkenal
dengan pemerintahan dinas dan adat. Pemerintahan dinas
merupakan organisasi pemerintahan yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Sedangkan pemerintahan adat
merupakan salah satu bentuk pemerintahan Bali yang khusus
dan sesuai dengan Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003
tentang Perubahan Atas Perda No. 3 Tahun 2001 tentang
Desa Pekraman.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 19
Grafik 2.1
Jumlah Desa dan Banjar Pakraman Bali Tahun 2016
Kabupaten dengan jumlah desa dan banjar pakraman
terbesar adalah Tabanan yang mencapai 348 desa pakraman
dan 701 banjar pakraman. Sementara itu wilayah dengan
jumlah desa pakraman terkecil adalah Denpasar dengan 35
Desa Pakraman. Meskipun Denpasar memiliki jumlah desa
pakraman terkecil akan tetapi jumlah banjar pakraman
terkecil berada di Kabupaten Bangli yang tercatat 244 banjar
pakraman.
Pada tahun 2016, secara administrasi, Provinsi Bali
terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kota, 57 kecamatan, 716
desa/kelurahan, 1.488 Desa Pekraman, dan 3.625 Banjar
Pekraman. Jumlah ini tidak mengalami perubahan jika
dibandingkan tahun 2013. Hanya saja jumlah desa pakraman
yang sudah memiliki awig-awig tidak mengalami perubahan
20 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
sejak Tahun 2011. Sebagai catatan keputusan perubahan
pada desa pakraman ini didasarkan pada keputusan MUDP
Bali tanggal 25 Maret 2013 mengenai penambahan 8
(delapan) Desa Pakraman. Penambahan ini meliputi 6 desa di
Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, 1 desa di
Kecamatan Pupuan dan 1 desa di Kecamatan Baturiti Kab.
Tabanan. Secara keseluruhan dari jumlah ini tercatat semua
desa pakraman telah memiliki awig-awig untuk dasar
pemerintahannya.
Grafik 2.2
Jumlah Subak Sawah dan Subak Abian di Bali, Tahun 2016
Jumlah subak di bali tahun 2016 meliputi 2.729 subak
atau berkurang dibandingkan dengan tahun 2015 yang
mencapai 2.733. Jumlah subak ini terdiri dari 1.599 subak
sawah dan 1.130 subak abian. Jumlah terbesar subak sawah
terdapat di Kabupaten Gianyar dengan 524 subak, sementara
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 21
subak abian terbesar terdapat di Bangli dengan 275 subak.
Sebagai tambahan informasi jumlah pendanaan untuk subak
di tahun 2016 mencapai 8,35 milyar Rupiah. Komposisi dari
penggunaan anggaran ini adalah 7,75 milyar Rupiah untuk
subak sawah dan 600 juta Rupiah diberikan kepada subak
abian.
Grafik 2.3
Jumlah Bantuan Subak Sawah dan Subak Abian di Provinsi
Bali, Tahun 2016
2.3. Suku, Bahasa dan Kesenian
Beragamnya suku, bahasa dan kesenian tentunya
merupakan aset daerah dalam meningkatkan kerukunan dan
keragaman kebudayaan. Bertitik tolak dengan hal tersebut,
pemerintah diharapkan dapat menjadikan aset daerah
22 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
tersebut sebagai alat perekat kesatuan dan persatuan bangsa
serta menjadi aset dalam peningkatan kepariwisataan.
Sampai dengan tahun 2010 hingga tahun 2016 masih
tercatat sebanyak 4 suku/etnis yang tinggal di Provinsi Bali
dengan dua bahasa keseharian, yaitu bahasa lokal dan
bahasa nasional. Pada tahun yang sama tercatat pula
sebanyak 276 situs bersejarah yang masih ada dan
terpilihara dengan baik.
Disamping itu, jumlah grup kesenian yang ada
sebanyak 11.851 grup dengan jumlah gedung kesenian
sebanyak 9 gedung kesenian yang sebagian besar tersebar di
Kabupaten Badung.. Sementara itu untuk tahun 2016 di Bali
terdapat 33 musem yang digunakan menyimpan berbagai
macam jenis koleksi seni maupun purbakala.
Grafik 2.4
Jumlah Grup Kesenian di Bali, Tahun 2016
BAB III PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA
PENDUDUK PENDIDIKAN KESEHATAN INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 25
BAB III
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA
3.1 Penduduk
Berdasarkan data hasil proyeksi Sensus Penduduk
Tahun 2010 (SP2010) diperkirakan penduduk Bali akan
mengalami peningkatan dalam jumlah yang cukup tinggi
dalam beberapa warsa ke depan. Hasil SP2010 mencatat
penduduk Bali di tahun 2010 mencapai 3,91 juta jiwa.
Grafik 3.1
Jumlah Penduduk Bali Tahun 2011 – 2016 (000 Jiwa)
Sementara itu hasil proyeksi tahun 2016 mencatat
jumlah penduduk Bali di tahun ini mencapai 4,2 juta jiwa. Hal
ini berarti bahwa jumlah penduduk Bali di tahun 2016 telah
meningkat 1,14 persen dibandingkan dengan tahun 2015
yang mencapai 4,15 juta jiwa. Rata-rata pertumbuhan
penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2015 tercatat
mencapai 1,23 persen.
26 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Badung
tercatat merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun
terakhir. Menimang pada distribusi pertumbuhan antar
kabupaten maka bisa diasumsikan bahwa penduduk Bali yang
berada pada pusat Kota Denpasar dan Badung mendapatkan
penambahan penduduk akibat migrasi yang diterimanya dari
wilayah lain di Bali maupun di luar Bali. Kondisi inilah yang
menyebabkan pertumbuhan penduduk di Badung dan
Denpasar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten
lain di Bali. Di sisi lain meskipun memiliki tingkat
pertumbuhan yang leih rendah akan tetapi mengingat jumlah
penduduk yang lebih tinggi, penambahan penduduk di
Denpasar tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan
Kabupaten Badung.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 27
Grafik 3.2
Pertumbuhan Penduduk Bali Tahun 2010 – 2016 (000 Jiwa)
Persebaran penduduk antar wilayah di Provinsi Bali
dapat dikatakan belum merata. 21,86 persen penduduk Bali
bermukim di Kota Denpasar yang luasnya hanya sekitar 2
persen luas Bali. Di sisi lain jumlah penduduk Buleleng yang
luas wilayahnya sekitar seperempat luas Bali (24,96 persen)
hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
Kabupaten Badung. Sementara itu Klungkung tercatat
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terendah
menurut hasil proyeksi tahun 2016. Tidak hanya itu
persentase penduduk yang berada di wilayah Nusa Penida
jauh lebih rendah dibandingkan wilayah yang ada di Provinsi
Bali. Meskipun luas wilayah Nusa Penida mencapai dua per
tiga wilayah Kabupaten Klungkung.
28 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 3.3
Persentase dan Jumlah Penduduk Bali Tahun 2016 (000 Jiwa)
Perbedaan pada persentase jumlah penduduk juga
berdampak pada perbedaan kepadatan penduduk mengingat
konsentrasi penduduk Bali terutama berada pada wilayah
yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lainnya.
Kepadatan Kota Denpasar lebih dari 7000 jiwa/km sementara
kepadatan di Kabupaten Jembrana tercatat 324 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk Bali di Tahun 2016 tercatat 745,14
jiwa/km2.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 29
Grafik 3.4
Kepadatan Penduduk Bali Tahun 2016 Menurut
Kabupaten/Kota (Persen)
Menurut hasil proyeksi tercatat empat kabupaten di
Bali yang memiliki sex ratio atau perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dibandingkan dengan perempuan yang
lebih rendah dari 100 yaitu Jembrana, Tabanan, Klungkung
dan Buleleng.
Meskipun demikian karena sex ratio Kota Denpasar
dan Badung masing-masing berada di atas 100 yaitu 104,40
dan 104,08, sex ratio Provinsi Bali tercatat berada di atas 100
di tahun 2016. Sex Ratio Provinsi Bali tercatat 101,43 di
tahun ini. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah tren
sex ratio yang terus mengalami kenaikan dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Sex ratio terus mengalami
peningkatan dalam lima tahun terakhir. Sex ratio meningkat
dari 101,35 di tahun 2012 hingga 101,42 di tahun 2016.
30 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Kenaikan pada sex ratio ini terjadi karena
pertumbuhan penduduk laki-laki jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Secara rata-rata penduduk
laki-laki meningkat 1,18 persen setiap tahunnya sementara
penduduk perempuan mengalami pertumbuhan rata-rata
sekitar 1,16 persen.
Grafik 3.5
Sex Ratio Penduduk Bali Tahun 2016 Menurut
Kabupaten/Kota (Persen)
Pertumbuhan penduduk laki-laki yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk perempuan salah satunya
juga diakibatkan oleh migrasi masuk penduduk usia kerja
produktif yang dalam konteks ini terutama penduduk dengan
jenis kelamin laki-laki. Tingginya migrasi penduduk laki-laki
juga terlihat dari wilayah-wilayah kabupaten yang relatif
cukup jauh dari pusat ekonomi (Denpasar dan Badung) yang
proporsinya relatif lebih rendah.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 31
Di sisi lain komposisi kelompok umur yang paling
cepat mengalami pertumbuhan selama kurun tiga tahun ini
adalah kelompok umur menengah atau sekitar 45 - 49 tahun.
Untuk kelompok umur ini pertumbuhan tiga tahunan
berkisar pada nilai rata-rata sekitar 1,6 persen. Pertumbuhan
ini memperlihatkan bahwa Bali masih akan memiliki bonus
demografi yang relatif stabil dalam beberapa tahun ke
depan. Selain itu rasio ketergantungan dalam beberapa
tahun terakhir juga menunjukkan penurunan.
Di sisi lain tingginya kelompok produktif pada
penduduk laki-laki juga mengakibatkan rasio ketergantungan
penduduk laki-laki lebih rendah dibandingkan rasio
ketergantungan pada penduduk perempuan. Jumlah usia pra
produktif penduduk perempuan lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki sementara itu jumlah penduduk pasca
produktif perempuan lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan jumlah penduduk laki-laki.
Persentase Penduduk Bali Berdasarkan Usia
Produktivitas Tahun 2016 Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
pada Grafik berikut ini :
32 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 3.6
Persentase Penduduk Bali Berdasarkan Usia Produktivitas
Tahun 2016 Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
3.2 Pendidikan
Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah atau yang umum disingkat
dengan Angka Partisipasi (AP) berasal dari kata inggris
“participation” yang artinya kurang lebih ikut serta, ikut
membantu. Tambahan kata ‘angka’ menunjukkan bahwa
istilah yang dimaksud digunakan untuk mengukur. Istilah
Angka Partisipasi sudah dikenal sejak 18 tahunan yang
lampau. Meskipun begitu, tidak banyak yang mengetahui
definisi atau batasannya secara cermat. Akibatnya, cara
pengukurannya menjadi kacau.
Angka Partisipasi dirumuskan sebagai angka
perbandingan atau rasio. Pembilangnya adalah jumlah murid
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 33
sedangkan penyebutnya adalah jumlah anak. Tetapi karena
pengukurannya harus dikaitkan dengan umur, bahkan sering
juga dikaitkan dengan jenis sekolah, pengertiannya menjadi
rumit, apalagi pengukurannya.
Ada tiga indikator yang biasa/umum digunakan dalam
membahas Angka Partisipasi Sekolah, yaitu Angka Partisipasi
Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). Pembahasan ketiga indikator
tersebut umumnya dilakukan untuk mengetahui keadaan
dan perkembangan partisipasi sekolah pada empat jenjang
pendidikan yaitu jenjang pendidikan Prasekolah, SD, SLTP
dan SLTA.
Angka Partisipasi Sekolah – Anak Usia Pra Sekolah
Kajian tentang pendidikan anak usia dini (4-6 tahun)
akhir-akhir ini semakin dirasa penting. Menurut pakar
pendidikan mengatakan bahwa anak-anak sebelum
memasuki bangku sekolah dasar (SD) ada baiknya terlebih
dahulu anak-anak tersebut di berikan sejenis kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan pembelajaran bersosialisasi
dengan lingkungan luar keluarga/rumah tangga.
Proses pembelajaran tersebut antara lain dengan
memasukkan anak ke lembaga-lembaga pendidikan anak usia
dini seperti Taman Kanak-Kanak (TK). Tujuan dari
pembelajaran ini adalah memberikan stimulus/rangsangan
bagi anak-anak usia dini sebelum mereka memasuki
34 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
pendidikan formal dan diyakini akan membuat sianak mampu
beradaptasi dan makin cerdas karena dalam kegiatan pra
sekolah tersebut, anak dirangsang untuk mengembangkan
saraf-saraf motorik mereka. Kegiatan pra sekolah meliputi
pendidikan pra-sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudhatul Athfal (RA), Busthanul Athfal (BA), Kelompok
Bermain, dan Tempat Penitipan Anak yang mempunyai
program pengembangan anak.
Pendidikan pra-sekolah merupakan suatu program
pendidikan yang sangat penting untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan syaraf-syaraf motorik pada
anak yang dapat dikembangkan pada usia dini (4-6 tahun).
Bila syaraf motorik ini telah dirangsang dengan berbagai jenis
permainan maka dia akan tumbuh dan berkembang menjadi
jutaan sel motorik yang akan menjadi cikal bakal dari
kecerdasan anak di masa yang akan datang sehingga dengan
demikian pada saat anak memasuki pendidikan usia dini,
yang harus dilatih adalah bagaimana cara bermain yang
benar, bernyanyi dan berkreasi sesuai dengan kekuatan pisik
si anak. Jadi ketika anak memasuki dunia pendidikan usia dini
(setingkat taman kanak-kanak, play group, kelompok
bermain, tempat penitipan anak/TPA) maka anak bukanlah
harus belajar membaca, menulis apalagi berhitung (Hilary
Clinton -1998).
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 35
Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan
perbandingan antara penduduk usia sekolah yang masih
bersekolah dengan penduduk usia sekolah. APS biasanya
diterapkan untuk kelompok umur sekolah menurut jenjang
pendidikan SD (7-12 tahun), SLTP (13-15 tahun) dan SMU (16-
18 tahun).
Secara umum Angka partisipasi Sekolah (APS) SD lebih
tinggi dari SLTP dan SLTA. Hal ini sangatlah wajar, mengingat
Program wajib belajar hanya sampai batas 9 tahun saja,
sehingga APS SLTA jauh lebih rendah dari APS level
dibawahnya. Namun yang menggembirakan adalah pada
semua jenjang pendidikan angka APS mengalami
peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun belakangan.
Mengkaji lebih mendalam tentang APS, berikut
disajikan angka partisipasi sekolah (APS) dibedakan menurut
tingkat atau jenjang pendidikan, dalam hal ini APS menurut
kelompok usia sekolah yaitu 7-12 tahun (tingkat SD), 13-15
tahun (tingkat SLTP), 16-18 tahun (tingkat SMU/SMK) dan
19-24 tahun.
Dilihat dari APS pada tahun 2016, tercatat penurunan
tertinggi pada kelompok usia 19-24 tahun. APS yang berada
pada kisaran 25,36 persen menunjukkan bahwa persentase
penduduk yang tetap mengenyam pendidikan selepas SMA
hanya sepertiga dari total penduduk di usia tersebut. Secara
36 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
umum APS laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan untuk semua kelompok umur.
Grafik 3.7
APS Penduduk Bali Berdasarkan Kelompok Umur,
2016
DIlihat dari wilayahnya, tercatat APS terendah untuk
kelompok usia 19-24 tahun tercatat di Kabupaten
Karangasem. Persentase penduduk yang bersekolah untuk
kabupaten Karangasem hanya berada pada kisaran 10,61
persen. Begitu juga dengan APS untuk kelompok usia 16-18
tahun yang hanya mencapai 66,74 persen. Sementara di sisi
lain untuk wilayah Denpasar dan Badung, APS di kedua
wilayah ini tercatat di atas 30 persen yang dapat diartikan
bahwa hampir sepertiga penduduk di kedua wilayah ini tetap
bersekolah pada kelompok usia 19-24 tahun.
Angka Partisipasi Kasar (APK)
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 37
Sedikit berbeda dengan APS, APK merujuk pada rasio
perbandingan jumlah penduduk yang bersekolah di suatu
jenjang pendidikan tertentu yang tanpa memperhatikan
batasan umurnya dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang sesuai dengan kelompok umur pada jenjang/tingkat
pendidikannya. Misalnya kita akan menghitung APK untuk
SD, maka kita akan membandingkan jumlah penduduk yang
bersekolah di SD dibandingkan dengan penduduk pada
kelompok umur 7 – 12 tahun. Perbedaan pengukuran ini
dengan APS tentu saja akan memberi hasil yang berbeda.
Secara langsung perbedaan yang timbul akan memberi
Grafikan pada relevansi usia sekolah di luar kelompok umur
yang ditentukan.
Grafik 3.8
APK Bali Tahun 2012 (SD – Perguruan Tinggi)
38 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik diatas memperlihatkan bahwa APK untuk SD
melebihi angka 100 untuk jenis kelamin laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa beberapa anak mungkin telah memulai
pendidikannya di usia 6 tahun atau bahkan masih
mengenyam pendidikan dasar di usia di atas 12 tahun.
Persentase yang cukup tinggi pada SMA menunjukkan
bahwa banyak siswa yang bersekolah tidak pada kelompok
umurnya. Kondisi tanpa interval ini (yang hanya
mengandalkan pada sekelompok orang yang bersekolah)
pada dasarnya memang memberikan kemungkinan yang
lebih besar. Sementara itu perbedaan yang cukup tinggi pada
APS dan APK perguruan tinggi menunjukkan secara garis
besar cukup banyak penduduk tidak melanjutkan pendidikan
ke jenjang ini secara langsung. Kemungkinan adanya kegiatan
bekerja sementara, maupun mempersiapkan kuliah adalah
beberapa faktor yang menyebabkannya.
Sementara dilihat dari kabupaten/kota yang ada di
Bali, APK Karangasem masih merupakan yang terkecil
dibandingkan dengan wilayah lain di Bali. APK Karangasem
masih berada di bawah 10 persen. Setelah Karangasem,
Bangli dan Jembrana tercatat memiliki APK yang juga
merupakan yang terendah. Hanya saja melihat jaraknya ke
pusat ekonomi dan pendidikan yang berada di Denpasar yang
jauh lebih dekat dibandingkan dengan Jembrana
memperlihatkan bahwa minat untuk mengenyam pendidikan
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 39
di atas SMA untuk wilayah Bangli dapat dikatakan cukup
rendah.
Grafik 3.9
APK Bali Tahun 2016 Menurut Kabupaten/Kota
(SD – Perguruan Tinggi)
Angka Partisipasi Murni (APM)
APM dikenal juga sebagai Net Enrollment Ratio
(NER). Istilah APM merujuk pada perbandingan jumlah
penduduk pada kelompok umur tertentu yang bersekolah di
jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan jumlah
penduduk di kelompok umur tersebut. Andaikan kita akan
menghitung APM pada SD, maka kita akan membandingkan
antara jumlah penduduk di kelompok umur 7 – 12 yang
bersekolah SD dengan keseluruhan penduduk yang berusia 7
– 12 tahun. Secara spesifik APM dapat diGrafikkan sebagai
40 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
irisan dari APS dan APK dengan pembagi adalah penduduk
pada suatu kelompok umur.
APM Provinsi Bali tahun 2012 secara umum bisa
dikatakan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini
dilihat dari peningkatan APM yang secara umum lebih tinggi
dari sebelumnya. Hanya saja yang menjadi pusat perhatian
adalah kelompok usia 19 hingga 24 tahun. Dari data secara
umum dapat dilihat persentase partisipasi (enrollment)
masih sangat rendah. Tingkat partisipasi yang tercapai hanya
kurang dari 20 persen penduduk pada kelompok umur
tersebut, meskipun melihat dari APK-nya masih ada
kecendrungan untuk tetap melanjutkan kuliah pada umur-
umur tertentu.
Sangat menarik sekali membandingkan fenomena-
fenomena yang tercirikan dari angka partisipasi ini. Secara
menyeluruh ketiga indikator ini merefleksikan bahwa
probabilitas untuk menjalani spesialisasi dalam pekerjaan
masih bisa dikatakan kecil pada kelompok-kelompok umur
usia muda. Hanya saja kendala-kendala yang berujung pada
permasalahan perekonomian maupun hambatan-hambatan
spasial adalah sesuatu yang mungkin sangat sulit untuk
diwujudkan.
Sama seperti halnya APK, APM di usia di atas 19 tahun
masih dapat dikatakan relatif rendah atau hanya sekitar
sepertiga penduduk pada kelompok usia tersebut. Perbedaan
yang cukup jauh antara APM dan APK Bali di tahun 2016 ini
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 41
menunjukkan bahwa masih tingginya penduduk yang
bersekolah tidak pada jenjang usia semestinya.
Grafik 3.10
APM (SD – Perguruan Tinggi) Menurut Jenis Kelamin, 2016
Angka Melek Huruf diartikan sebagai persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan
menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
hidupnya sehari-hari dibandingkan dengan seluruh penduduk
di wilayah itu. Karena merupakan persentase terhadap
keseluruhan terhadap keseluruhan penduduk dalam
penghitungannya angka melek huruf tidak akan pernah
melebihi nilai 100.
Saat ini permasalahan yang muncul adalah
memberantas masalah buta huruf yang terjadi pada
golongan usia tua. Pertimbangan-pertimbangan subyektif
seperti halnya tidak ada relevansinya dengan pekerjaan, rasa
malas, kesulitan adaptasi dalam belajar adalah salah satu
42 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
hambatan dalam program pengentasan untuk kelompok ini.
Di sisi lain tentu saja prioritas bagi mereka adalah golongan
usia muda yang dirasa lebih memerlukan.
Angka melek huruf itu sendiri pada dasarnya
digunakan untuk menunjukkan kemampuan penduduk di
suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
media serta untuk menunjukkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka
melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan
potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi
terhadap pembangunan daerah.
Grafik 3.11
AMH Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
Meskipun tidak lagi menjadi acuan dalam
menentukan capaian pendidikan di suatu daerah akan tetapi
indikator AMH tetap menarik untuk diamati. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya AMH Bali mengalami kenaikan
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 43
sebesar 0,05 poin. Sama halnya dengan angka partisipasi
pendidikan, AMH Karangasem merupakan yang terendah
pada tahun 2016.
Di tahun ini bahkan sekitar seperlima penduduk
perempuan Karangasem berusia 15 tahun ke atas yang tidak
bisa baca tulis. Perbedaan literasi dengan Kota Denpasar pun
cukup jauh. DI tahun 2016 hampir semua penduduk
Denpasar telah memiliki kemampuan untuk baca tulis.
3.3 Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk
mencapai sasaran terebut upaya yang ditempuh adalah lebih
mendekatkan dan memperluas pelayanan kesehatan sampai
kepelosok-pelosok desa. Ini berarti prasarana/sarana
kesehatan harus diperbanyak dan diiringi dengan makin
banyaknya tenaga medis/paramedis. Dengan upaya tersebut
diharapkan tujuan pokok pembangunan kesehatan yang
utama dapat tercapai yaitu; tersedianya sarana dan
pelayanan kesehatan yang sejauh mungkin dapat memenuhi
kebutuhan rakyat, pengurangan jumlah penderita penyakit
dan menekan timbulnya wabah sampai serendah mungkin,
peningkatan perbaikan gizi, menyediakan sarana sanitasi,
dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat,
menuju pembentukan keluarga harapan bangsa.
44 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Disadari sepenuhnya, bahwa kesehatan merupakan
faktor penting dalam siklus hidup manusia. Kesehatan
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
secara agregat merupakan modal pembangunan. Karena
pertimbangan itulah maka kesehatan menjadi salah satu
program penting dalam pembangunan nasional.
Beberapa langkah pembangunan nasional di bidang
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh dan
terpadu. Usaha-usaha ini harus dilakukan pada semua
wilayah dan semua tingkatan masyarakat secara
berkesinambungan.
Beberapa indikator yang dirasa penting untuk menilik
kesehatan sejak dini antara lain adalah adanya vaksinasi
teratur pada balita-balita dari segala strata eknomi.
Meskipun ditargetkan semua balita mendapatkan imunisasi
yang ditentukan akan tetapi menurut data tahun 2012 tidak
semua balita mendapatkan layanan kesehatan gratis ini.
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
tingkat kesehatan masyarakat di suatu wilayah antara lain
adalah penolong kelahiran oleh tenaga medis. Pada tahun
2016 sudah semua kelahiran di Bali ditolong oleh tenaga
medis. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya penolong kelahiran medis sudah sangat optimal.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 45
Selain penolong kelahiran indikator yang digunakan
untuk melihat kondisi kesehatan di suatu wilayah adalah
angka pesakitan atau morbiditas. Angka morbiditas adalah
persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik
maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan, atau hal lain yang
menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Pada
umumnya keluhan kesehatan utama yang banyak dialami
oleh penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare,
asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit
kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun
pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan
tidak kambuh penyakitnya. Indikator ini dapat dimanfaatkan
untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat secara umum
yang dilihat dari adanya keluhan yang mengindikasikan
terkena suatu penyakit tertentu.
Pengetahuan mengenai derajat kesehatan suatu
masyarakat dapat menjadi pertimbangan dalam
pembangunan bidang kesehatan, yang bertujuan agar semua
lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut,
diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
lebih baik. Semakin banyak penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan
dari masyarakat bersangkutan.
46 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Di tahun 2016, angka morbiditas Kabupaten Badung
tercatat merupakan yang terendah dibandingkan dengan
wilayah lain di Bali. Angka morbiditas Badung tercatat hanya
sekitar 11,88 persen. Di sisi lain Kabupaten Buleleng tercatat
merupakan wilayah dengan angka morbiditas tertinggi yang
mencapai 28,03 persen.
Grafik 3.12
Angka Morbiditas Menurut Kabupaten/Kota, 2016
3.4 Indeks Pembangunan Manusia
Sebagai salah satu indikator pokok untuk menentukan
tingkat keberhasilan pembangunan, IPM seringkali digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat ditinjau
dari tiga sudut pandang kelayakan hidup yaitu pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Dalam wawasan yang diusungnya
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 47
ketiga komponen ini diberikan bobot yang setara akan tetapi
berbeda dalam konfigurasinya sendiri.
Konsep IPM ini telah lama diperkenalkan oleh
Amartya Sen dan Mahbub al Haq, dua ekonom dari Asia
Selatan. Dalam perjalanannya hanya Sen yang kemudian
menjadi nobelis ekonomi untuk karya-karyanya di bidang
pemerataan pembangunan.
Terlebih dari indeks awal yang diterbitkan oleh UNDP,
Badan Pusat Statistik melakukan pematokan ulang (refiksasi)
untuk standardisasi IPM agar sekiranya bisa digunakan untuk
mewakili kondisi di Indonesia. Kalibrasi ulang ini juga
diperlukan untuk menjaga keterbandingan wilayah-wilayah di
Indonesia.
Pada Human Development Report (HDR) tahun 1990
UNDP memperkenalkan tiga indikator pembentuk indeks
pembangunan manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat,
pengetahuan, dan standar hidup layak. Dari ketiga dimensi
tersebut, diturunkan empat indikator yang digunakan dalam
penghitungan IPM, yaitu angka harapan hidup saat lahir
(AHH), angka melek huruf (AMH) dan Produk Domestik Bruto
(PDB) per kapita. Nilai dari ketiga indikator itu kemudian
digabungkan atau diagregasi dengan menggunakan rata-rata
hitung atau aritmetis.
Penyempurnaan pertama untuk metode ini dilakukan
pada tahun 1991. Pada revisi yang pertama ini, komponen
pendidikan tidak hanya menggunakan AMH melainkan
48 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
kombinasi antara AMH dengan rata-rata lama sekolah (RLS).
Metode agregasi tidak mengalami perubahan pada revisi ini.
Pada penyempurnaan kedua di tahun 1995,
komponen RLS dihilangkan dari penghitungan. Komponen ini
kemudian digantikan oleh Angka Partisipasi Kasar (APK) yang
dihitung dari setiap jenjang pendidikan. Sementara itu pada
revisi ketiga di tahun 2010 tidak hanya mengubah metode
agregasi dengan metode geometrik, akan tetapi menandai
kembalinya RLS sebagai indikator acuan penghitungan. Pada
tahun ini komponen AMH dihilangkan dan digantikan dengan
Harapan Lama Sekolah (HLS) karena indikator ini dianggap
sudah stagnan dan kurang mencerminkan keragaman.
Grafik 3.13
Target dan Realisasi IPM Bali Menurut RPJMD
Secara umum, IPM Provinsi Bali terus mengalami
peningkatan selama periode 2010 hingga 2016. IPM Provinsi
Bali meningkat dari 70,10 pada tahun 2010 menjadi 73,65
pada tahun 2016. Selama periode tersebut, IPM Provinsi Bali
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 49
rata-rata tumbuh sebesar 0,83 persen per tahun. Pada tahun
2015 – 2016 pertumbuhan IPM mencapai 0,52 persen atau
melambat dibandingkan dengan pertumbuhan IPM
sebelumnya yang tumbuh 1,09 persen.
Pertumbuhan IPM pada periode tahun 2010 hingga
tahun 2016 tidak mengubah status capaian IPM Bali. Status
IPM Bali masih digolongkan “tinggi” untuk tahun 2016.
Capaian ini juga tidak mengalami perubahan sejak tahun
2010. Selain itu capaian IPM Bali masih lebih rendah
dibandingkan dengan target minimum RPJMD. Di tahun 2016
target minimum RPJMD Bali untuk IPM mencapai 75,35.
Meskipun demikian dibandingkan dengan tahun 2014,
perbedaan antara target minimum RPJMD dan IPM yang
dirilis mengalami penurunan.
Di antara capaian IPM kabupaten/kota di Bali hanya
Kota Denpasar yang statusnya digolongkan “sangat tinggi”
dengan capaian IPM di tahun 2016 mencapai 82,58. Capaian
IPM Kota Denpasar mengalami peningkatan dari “tinggi”
menjadi “sangat tinggi” di tahun 2012. Badung merupakan
daerah dengan IPM t kedua tertinggi setelah Kota Denpasar .
IPM Badung di tahun 2016 tercatat mencapai 79,8. Dengan
mempertahankan pertumbuhannya saat ini, sangat
memungkinkan bagi Kabupaten Badung untuk meningkatkan
status capaian IPM nya di tahun yang akan datang. Peluang
perubahan status juga dialami oleh Klungkung yang di tahun
2016 IPM nya mencapai 69,31.
50 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Perubahan status capaian di tahun 2016 dialami oleh
Kabupaten Jembrana dari status “sedang” menjadi tinggi.
IPM Jembrana meningkat dari 69,66 di tahun 2015 menjadi
70,38 di tahun 2016. Hal yang sama juga terjadi dengan
Kabupaten Buleleng di tahun 2015. IPM Buleleng meningkat
dari 69,19 di tahun 2014 menjadi 70,03 di tahun 2015.
Tabel 3. 1
Indikator Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali, 2010-2016
Bali
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
IPM 70,1 70,87 71,62 72,09 72,48 73,27 73,65
Peningkatan
0,77 0,75 0,47 0,39 0,79 0,38
Pertumbuhan
1,10 1,06 0,66 0,54 1,09 0,52
Status IPM Tinggi
Pola pertumbuhan IPM dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi memiliki pola pertumbuhan yang
sejalan dari tahun 2010 hingga 2014. Akan tetapi pola ini
mengalami perubahan arah ketika memasuki tahun 2015.
IPM di tahun 2015 mengalami percepatan pada
pertumbuhan sementara pertumbuhan ekonomi melambat.
Pertumbuhan IPM di tahun selanjutnya mengalami
pelambatan sementara ekonomi justru mengalami
pertumbuhan.
Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan apa
yang dihasilkan oleh suatu proses ekonomi memiliki korelasi
yang rendah terhadap dampak yang dihasilkan sehubungan
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 51
dengan kenaikan kualitas hidup masyarakat. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kapabilitas
memiliki orientasi yang berbeda dalam proses
pencapaiannya.
Kondisi ini bisa sangat jelas terjadi dalam pergerakan
IPM dan ekonomi secara umum. Setelah mengalami
pelambatan, ekonomi cenderung akan meningkatkan
kinerjanya untuk menghindari ambang kontraksi bahkan
krisis. Pertumbuhan ekonomi lebih mengarah pada proses
bisnis (bussiness cycle) sementara pembangunan manusia
seringkali akan mengalami pelambatan ketika sudah
melewati level tertentu. Hal ini juga tidak terlepas dari basis
dan metode penghitungan yang dilakukan untuk melihat
progres pembangunan manusia. Seiring dengan tidak
berubahnya batas bawah dan atas penghitungan, maka
secara langsung kenaikan IPM cenderung akan melambat
ketika capaian saat ini semakin mendekati target atau batas
atas dari yang ditetapkan.
Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali tahun 2011 – 2016
selama 5 (lima) tahun pada Grafik berikut ini :
52 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 3.14
IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Bali, 2011 - 2016
Dengan mempertimbangkan pada pertumbuhan rata-
rata selama enam tahun terakhir, diperkirakan pada tahun
2017 ada dua kabupaten yang akan mengalami perubahan
pada status IPMnya. Pertama adalah Badung yang
berpeluang besar meningkatkan status IPM dari “Tinggi”
menjadi “sangat tinggi” dan Klungkung yang kemungkinan
akan mengalami perubahan status dari sedang menjadi
tinggi. Di lain pihak IPM Bali sendiri diperkirakan tidak
mengalami perubahan status dalam beberapa tahun ke
depan.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 53
Tabel 3.2
Perkembangan IPM Bali Menurut Kabupaten/Kota, Tahun
2014 – 2016
Kabupaten/Kota
IPM Pertumbuhan
Status IPM
Tahun 2016
2014 2015 2016 2010 - 2015
2014- 2015
2015- 2016
Jembrana 68,67 69,66 70,38 0,87 1,44 1,03 Tinggi
Tabanan 72,68 73,54 74,19 0,80 1,18 0,88 Tinggi
Badung 77,98 78,86 79,8 0,78 1,13 1,19 Tinggi
Gianyar 74,29 75,03 75,7 0,98 1,00 0,89 Tinggi
Klungkung 68,3 68,98 69,31 0,88 1,00 0,48 Sedang
Bangli 65,75 66,24 67,03 0,87 0,75 1,19 Sedang
Karangasem 64,01 64,68 65,23 1,32 1,05 0,85 Sedang
Buleleng 69,19 70,03 70,65 0,89 1,21 0,89 Tinggi
Kota Denpasar 81,65 82,24 82,58 0,76 0,72 0,41 Sangat Tinggi
Provinsi Bali 72,48 73,27 73,65 0,89 1,09 0,52 Tinggi
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hanya IPM
Bangli dan Badung yang pertumbuhan IPM di tahun 2016
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara kabupaten lain semuanya mengalami
pelambatan. Di sisi lain Badung adalah satu-satunya
kabupaten dengan IPM tinggi yang masih bisa
mempertahankan kecepatan tumbuhnya.
54 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 3.15
Pergerakan Status Capaian IPM Bali, 2011 - 2016
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan
memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan
hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh
karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari
peningkatan setiap komponennya. Selain itu patokan nilai
dasar juga tidak mengalami kenaikan setiap tahunnya. Oleh
karenanya apabila tidak terjadi perubahan destruktif yang
signifikan seperti halnya bencana alam, atau peperangan,
capaian IPM relatif tidak akan mengalami penurunan.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 55
Tabel 3.3
Pertumbuhan IPM dan Komponennya Bali, 2014 – 2016
Komponen Satuan 2014 2015 2016
Angka harapan hidup saat lahir
(AHH) Tahun 71,20 71,35 71.41
Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 12,64 12,97 13,04
Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 8,11 8,26 8,36
Pengeluaran per kapita disesuaikan Rp Juta 12,83 13,08 13,28
IPM
72.48 73.27 73,65
Angka Harapan Hidup (AHH) saat lahir yang
merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat
terus meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2016 AHH
Provinsi Bali tercatat mencapai 71,41 tahun atau meningkat
0,06 tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan pada AHH di tahun 2016 tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan kenaikan tahun sebelumnya yang
mencapai 0,15 tahun.
Tabel 3.4
Pertumbuhan Angka Harapan Hidup Bali, 2010 – 2016
Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jembrana 70.75 70.92 71.09 71.26 71.39 71.43 71.57
Tabanan 72.02 72.18 72.35 72.52 72.64 72.74 72.89
Badung 73.77 73.91 74.05 74.19 74.3 74.31 74.42
Gianyar 72.31 72.43 72.57 72.71 72.78 72.84 72.95
56 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Klungkung 69.26 69.45 69.66 69.84 69.91 70.11 70.28
Bangli 68.8 68.98 69.18 69.36 69.44 69.54 69.69
Karangasem 68.56 68.76 68.96 69.12 69.18 69.48 69.66
Buleleng 70.06 70.23 70.41 70.58 70.71 70.81 70.97
Kota Denpasar 73.24 73.34 73.44 73.56 73.71 73.91 74.04
BALI 70.61 70.78 70.94 71.11 71.2 71.35 71.41
Kabupaten Badung tercatat memiliki AHH tertinggi
dibandingkan wilayah lain di Provinsi Bali. AHH Badung di
tahun 2016 tercatat mencapai 74,42 tahun atau meningkat
0,11 tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
AHH tertinggi setelah Kabupaten Badung adalah Kota
Denpasar yang di tahun 2016 ini AHH-nya mencapai 74,04
tahun. Sementara itu wilayah dengan AHH terendah adalah
Karangasem yang capaiannya di tahun 2016 tercatat 69,66
persen atau lebih rendah 0,03 tahun dibandingkan dengan
Bangli yang mencapai 69,69 tahun.
Di sisi lain, meskipun memiliki AHH yang terendah,
pertumbuhan AHH Karangasem merupakan yang tertinggi di
tahun 2016. Pertumbuhan AHH Karangasem juga lebih tinggi
dibandingka dengan Kabupaten Bangli yang secara level
tidaklah jauh berbeda. Apabila kecepatan pertumbuhan ini
tetap berada pada level yang sama bukan tidak mungkin
pada tahun depan AHH Karangasem lebih tinggi
dibandingkan dengan Bangli.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 57
Grafik 3.16
Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota dan Pertumbuhannya
Tahun 2016
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua
indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata
Lama Sekolah (RLS). Kedua indikator ini terus meningkat dari
tahun ke tahun. Secara teori apabila melihat kondisi terkini
maka rata-rata lama sekolah akan lebih mencerminkan
kondisi atau kualitas pendidikan penduduk di suatu wilayah.
Akan tetapi apabila melihat dalam waktu yang panjang, RLS
akan memperlihatkan Pada tahun 2016 Harapan Lama
Sekolah di Provinsi Bali tercatat mencapai 13,04 tahun atau
meningkat sebesar 0,07 tahun dibandingkan dengan tahun
2015 yang mencapai 12,97 tahun. Kenaikan HLS di tahun ini
juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 0,33 tahun.
58 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Di sisi lain, komponen Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Provinsi Bali di tahun 2016 tercatat mencapai 8,36 tahun.
Komponen ini meningkat 0,10 tahun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 8,26 tahun.
Kenaikan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang mencapai 0,15 tahun. Capaian 8,36
tahun dari RLS menunjukkan bahwa secara rata-rata
penduduk Bali dengan usia 25 tahun ke atas mengenyam
pendidikan setara dengan kelas dua SMP.
Grafik 3.17
Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
Provinsi Bali Tahun 2010 – 2016 (Tahun)
Dilihat dari kabupaten/kota di Bali, Kota Denpasar
tercatat merupakan daerah dengan HLS tertinggi di tahun
2016. Capaian HLS Kota Denpasar tercatat 13,76 tahun atau
meningkat 0,01 tahun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Capaian HLS Denpasar di tahun 2016 hanya
berada sedikit di atas Badung yang mencapai 13,66 tahun
dan Gianyar dengan capaian 13,36 tahun. Di sisi lain, Bangli
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 59
tercatat sebagai kabupaten dengan capaian HLS terendah
yang hanya mencapai 11,82 tahun. Meskipun demikian,
kenaikan HLS Bangli merupakan yang paling tinggi
dibandingkan wilayah lain yang mencapai 0,46 tahun.
Kenaikan HLS Bangli juga tercatat di atas kenaikan Jembrana
yang mencapai 0,39 tahun. Secara umum kenaikan HLS pada
periode 2015 – 2016 lebih rendah dibandingkan dengan
sebelumnya kecuali Bangli yang tercatat lebih tinggi.
Tabel 3.5
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Bali Menurut
Kabupaten/kota, Tahun 2011-2016
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)
Kenaikan
2014 2015 2016 Rata-rata
2011 -2015 2014-2015
2015-2016
Jembrana 11,48 11,88 12,27 0,21 0,4 0,39
Tabanan 12,04 12,47 12,87 0,23 0,43 0,4
Badung 13 13,45 13,66 0,23 0,45 0,21
Gianyar 13,06 13,35 13,36 0,25 0,29 0,01
Klungkung 12,57 12,85 12,86 0,26 0,28 0,01
Bangli 11,15 11,36 11,82 0,17 0,21 0,46
Karangasem 11,81 12,11 12,33 0,28 0,3 0,22
Buleleng 12,01 12,37 12,61 0,19 0,36 0,24
Kota Denpasar 13,46 13,75 13,76 0,27 0,29 0,01
Provinsi Bali 12,64 12,97 13,04 0,25 0,33 0,07
DIlihat pada tahun 2016, kenaikan HLS tertinggi
tercatat di Kabupaten Bangli yang mencapai 0,46 tahun
sementara di sisi lain kabupaten/kota dengan kenaikan
terendah adalah Gianyar, Denpasar dan Klungkung. Dengan
60 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
mengasumsikan level kenaikan masih tidak jauh berbeda
dengan tahun ini, sangat terbuka kembungkinan HLS
kabupaten Badung akan mampu menyamai Kota Denpasar.
Hal yang sama juga dapat terjadi pada Karangasem dan
Jembrana yang posisi AHHnya tidak terpaut jauh namun
memiliki perbedaan kenaikan yang cukup signifikan.
Grafik 3.18
Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Kenaikannya
Tahun 2010 – 2016 (Tahun)
Komponen dimensi pendidikan lain yaitu rata-rata
lama sekolah (RLS) juga menunjukkan kenaikan di tahun 2016
untuk semua kabupaten/kota. Kota Denpasar tercatat yang
paling tinggi di tahun 2016, dengan RLS 11,14 tahun. Setelah
Denpasar, kabupaten Badung dan Gianyar tercatat sebagai
yang tertinggi dengan capaian RLS masing-masing adalah 9,9
tahun dan 8,86 tahun. Sementara itu Karangasem tercatat
sebagai kabupaten dengan RLS terendah yang tercatat 5,48
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 61
tahun. Dengan capaian ini hanya Denpasar dan Badung yang
tercatat memiliki RLS setara dengan pendidikan di atas SMP.
Dilihat dari kenaikannya, hanya empat kabupaten/kota yang
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu Denpasar, Badung, Gianyar dan Karangasem. Kenaikan
RLS tertinggi tercatat di Badung yang mencapai 0,46 tahun.
Tabel 3.6
Rata-rata Lama Sekolah/Mean Years of Schooling (MYS) Bali
Menurut Kabupaten/kota, 2011-2016
Kabupaten/Kota
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
Kenaikan
2014 2015 2016 Rata-rata
2011 -2015 2014-2015
2015-2016
Jembrana 7,3 7,54 7,59 0,098 0,24 0,05
Tabanan 7,91 8,07 8,1 0,094 0,16 0,03
Badung 9,29 9,44 9,9 0,128 0,15 0,46
Gianyar 8,28 8,49 8,86 0,198 0,21 0,37
Klungkung 6,9 6,98 7,06 0,076 0,08 0,08
Bangli 6,38 6,41 6,44 0,096 0,03 0,03
Karangasem 5,39 5,42 5,48 0,174 0,03 0,06
Buleleng 6,66 6,77 6,85 0,108 0,11 0,08
Kota Denpasar 10,96 11,02 11,14 0,116 0,06 0,12
Provinsi Bali 8,11 8,26 8,36 0,104 0,15 0,1
Kenaikan RLS Kabupaten Badung tercatat sebagai
yang paling tinggi di tahun 2016. Kenaikan ini tentunya tidak
hanya memperkecil jarak RLS Badung dibandingkan dengan
Denpasar namun di sisi lain juga mengakibatkan gap RLS di
Sarbagita dibandingkan dengan wilayah lain di Bali. Ini
disebabkan oleh kenaikan di Karangasem dan Bangli yang
62 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
relatif kecil dibandingkan dengan capaian RLS mereka di
tahun 2016. Apabila kenaikan ini masih berada pada level
yang sama di tahun depan, maka dapat dilihat bahwa
perbedaan RLS terutama antara kabupaten yang maju
dibandingkan dengan kabupaten yang berkembang akan
semakin jauh.
Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup
manusia adalah standard hidup layak yang direpresentasikan
oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012) yang
disesuaikan. Pada tahun 2016, pengeluaran per kapita
penduduk Provinsi Bali mencapai Rp 13,28 juta per tahun
atau meningkat 201 ribu dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Provinsi Bali
Tahun 2010 - 2016 (Rp 000) pada Grafik berikut ini :
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 63
Grafik 3.19
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Provinsi Bali
Tahun 2010 - 2016 (Rp 000)
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya kenaikan
yang terjadi di tahun 2016 ini tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015
pengeluaran per kapita mengalami kenaikan 247 ribu Rupiah.
Kabupaten/kota yang tercatat memiliki pengeluaran per
kapita tertinggi adalah Kota Denpasar yang mencapai 19,08
juta Rupiah. Angka ini jauh melampaui wilayah lain yang ada
di Bali.
Pengeluaran per kapita Badung yang berada setelah
Denpasar tercatat sebesar 16,57 juta Rupiah. Kabupaten
yang tercatat dengan pengeluaran per kapita terendah
adalah Karangasem yang mencapai 9,69 juta Rupiah.
64 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Denpasar sebagai kabupaten/kota dengan
pengeluaran per kapita tertinggi juga tercatat sebagai daerah
yang memiliki kenaikan pengeluaran yang tertinggi di tahun
2016. Kenaikan kota Denpasar tercatat mencapai 235 ribu
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu,
secara umum semua kabupaten/kota tercatat mengalami
kenaikan pengeluaran per kapita yang lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Grafik 3.20
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Provinsi Bali
Tahun 2010 - 2016 (Rp 000)
Kenaikan pengeluaran per kapita tertinggi tercatat di
Kota Denpasar. Kenaikan pengeluaran per kapita Kota
Denpasar mencapai 235 ribu Rupiah untuk tahun 2016.
Setelah Denpasar, Kabupaten Buleleng tercatat mengalami
kenaikan pengeluaran per kapita tertinggi kedua yang
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 65
mencapai 227 ribu Rupiah. Sementara itu, selain tercatat
sebagai wilayah dengan pengeluaran per kapita terendah,
Karangasem juga tercatat mengalami kenaikan yang paling
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Pengeluaran per
kapita Karangasem meningkat sekitar 134 ribu Rupiah.
Tabel 3.7
Pengeluaran Per Kapita yang disesuaikan Menurut
Kabupaten/kota, Tahun 2014-2016
Kabupaten/Kota
Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan (Ribu Rp)
Kenaikan
2014 2015 2016 2014-2015 2015-2016
Jembrana 10 944 11 168 11 343 224,0 175,0
Tabanan 13 492 13 665 13 800 173,0 135,0
Badung 16 080 16 409 16 567 329,0 158,0
Gianyar 13 382 13 578 13 766 196,0 188,0
Klungkung 10 501 10 711 10 852 210,0 141,0
Bangli 10 469 10 649 10 819 180,0 170,0
Karangasem 9 402 9 556 9 690 154,0 134,0
Buleleng 12 249 12 587 12 814 338,0 227,0
Kota Denpasar 18 605 18 849 19 084 244,0 235,0
Provinsi Bali 12 831 13 078 13 279 247,0 201,0
Posisi IPM Bali secara nasional menempati peringkat
kelima di tahun 2016. IPM Bali tercatat lebih rendah dari IPM
DKI Jakarta, DIY, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Di
regional JABALNUSRA tercatat empat provinsi masih berada
pada kategori “sedang”. Di sisi lain kesenjangan IPM di
66 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
regional Bali Nusra masih cukup terasa. Capaian IPM NTT
misalnya hanya berada pada kisaran 63,13 sementara IPM
NTB berada pada 65,81 pada tahun 2016. Kesenjangan akan
lebih terlihat jika membandingkan antara wilayah bagian
barat dengan bagian timur Indonesia. Dengan
mempertimbangkan kecepatan yang ada saat ini, sangat
mungkin disparitas tidak akan mengalami perubahan yang
cukup berarti dalam lima tahun mendatang. Selain itu
dengan pola pelambatan kecepatan yang terjadi di wilayah
bagian timur bukan tidak mungkin status capaian “sedang”
masih akan tetap disandang hingga lebih dari lima tahun ke
depan.
Grafik 3.21
IPM Beberapa Provinsi di Wilayah Jabalnusra, 2016
BAB IV PEMBANGUNAN EKONOMI
DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PERKEMBANGAN INFLASI DAN IHK
PERDAGANGAN LUAR NEGERI PARIWISATA
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 69
BAB IV
PEMBANGUNAN EKONOMI
4.1 Distribusi dan Pertumbuhan Ekonomi
Struktur ekonomi Bali tahun 2016 ditopang atau
didominasi oleh lapangan usaha sekunder dengan share
sebesar 68,62 persen; diikuti oleh lapangan usaha primer
15,81 persen dan lapangan usaha sekunder sebesar 15,57
persen.
Jika dilihat berdasarkan series lima tahun terakhir,
maka lapangan usaha tersier menjadi lapangan usaha
dominan yang sharenya semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Di tahun 2012, lapangan usaha tersier tercatat
memberikan share sebesar 65,97 persen kemudian
meningkat di tahun 2016 menjadi sebesar 68,62 persen.
Berbanding terbalik dengan lapangan usaha tersier,
lapangan usaha primer yang berbasis pertanian mengalami
penurunan selama lima tahun terakhir. Hal yang senada
terjadi juga untuk lapangan usaha sekunder yang sharenya
mengalami penurunan selama lima tahun terakhir.
70 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 4.1.
Kontribusi Lapangan Usaha Primer, Sekunder dan Tersier
dalam PDRB Bali Tahun 2012 - 2016
Jika dijabarkan secara lebih rinci per lapangan usaha
maka selama periode tahun 2012 – 2016 struktur
Perekonomian Bali tidak banyak mengalami perubahan.
Kontribusi lapangan usaha terbesar tetap disumbangkan oleh
lapangan usaha akomodasi dan makan minum seperti yang
terlihat pada Grafik 4.1.
Peningkatan kontribusi lapangan usaha akomodasi
dan penyediaan makan minum di Provinsi Bali sejalan dengan
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang
datang ke Bali. Secara nominal, jumlah kunjungan wisman
pada tahun 2012 adalah sebanyak 2,95 juta orang dan pada
tahun 2016 telah menjadi sebanyak 4,93 juta orang. Dalam
rentang waktu tersebut terjadi pertumbuhan jumlah
kunjungan 67,09 persen.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 71
Grafik 4.2.
Kontribusi PDRB Lapangan Usaha Pertanian dan Lapangan
Usaha Penyediaan Akomodasi Makan Minum Terhadap PDRB
Bali Tahun 2012 – 2016 (Persen)
Berbanding terbalik dengan akomodasi, lapangan
usaha pertanian justru memiliki kecendrungan yang semakin
menurun selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2016,
kontribusi dari lapangan usaha pertanian tercatat sebesar
14,74 persen setelah lima tahun sebelumnya yakni di tahun
2012 tercatat sebesar 15,70 persen. Jika dilihat per sub
kategori, penurunan kontribusi ini disumbangkan oleh
seluruh sub lapangan usaha di dalamnya kecuali sub
lapangan usaha perkebunan semusim dan sub lapangan
usaha tanaman hortikultura tahunan dan lainnya.
72 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Hal ini tentunya sejalan dengan semakin banyaknya
pembukaan lahan untuk perumahan sehingga semakin
menggusur keberadaan tanah untuk pertanian.
Selain dua lapangan usaha tersebut, lapangan usaha
transportasi, konstruksi dan perdagangan besar eceran juga
memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Bali di
tahun 2016. Sumbangan lapangan usaha tersebut tercatat
sebesar 9,48 persen.
Grafik 4.3.
Distribusi PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Tahun
2016 (Persen)
Selama periode tahun 2012-2016, kontribusi lapangan
usaha transportasi cenderung terus mengalami peningkatan.
Jika dilihat lebih jauh, peningkatan ini tidak terlepas dari
22
,82
14,74
9,48
8,81
8,30
6,36
5,1
5
5,11
4,92
4,13
4,0
3
2,1
3
1,52
1,07
1,0
5
0,2
1
0,1
8
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 73
sumbangan sub lapangan usaha angkutan udara. Pada tahun
2012, kontribusi angkutan udara pada PDRB Bali mencapai
4,23 persen dan pada tahun 2016 telah menjadi 5,61 persen.
Peningkatan tersebut tidak terlepas dari perkembangan jasa
pariwisata dan kunjungan wisatawan baik mancanegara
maupun wisatawan domestik ke Bali. Hal ini terlihat dari
adanya peningkatan jumlah penumpang dan barang yang
berangkat dari Bandara Ngurah Rai. Pada tahun 2016, jumlah
penumpang angkutan udara internasional yang berangkat
dari Bandara Ngurah Rai mencapai 5,03 juta orang,
sementara penumpang angkutan udara domestik mencapai
4,96 juta orang.
Untuk jumlah bagasi dan barang, beratnya meningkat
25,21 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya untuk
bagasi dan barang internasional. Sejalan dengan
internasional, jumlah bagasi dan barang domestik pun
mengalami peningkatan 26,98 persen. Total jumlah bagasi
dan barang internasional yang berangkat dari Bandara
Ngurah Rai adalah seberat 87.304 ton sedangkan untuk
domestik seberat 55.519 ton.
74 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Tabel 4.1
Kontribusi Lapangan Usaha pada PDRB Bali
Tahun 2012 -2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
15.70 15.22 14.65 14.82 14.74
B Pertambangan dan Penggalian 1.31 1.31 1.25 1.10 1.07
C Industri Pengolahan 6.53 6.44 6.38 6.52 6.36
D Pengadaan Listrik dan Gas 0.15 0.13 0.15 0.18 0.21
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.21 0.20 0.18 0.18 0.18
F Konstruksi 10.14 9.86 9.02 8.94 8.81
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.51 8.31 8.27 8.31 8.30
H Transportasi dan Pergudangan 7.94 8.42 9.08 9.28 9.48
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
20.32 21.53 23.10 22.89 22.82
J Informasi dan Komunikasi 5.88 5.44 5.14 5.16 5.15
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.12 4.30 4.19 4.11 4.13
L Real Estat 4.52 4.44 4.36 4.18 4.03
M,N Jasa Perusahaan 1.02 1.00 0.98 1.02 1.05
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
5.73 5.09 5.01 4.93 4.92
P Jasa Pendidikan 4.51 4.82 4.77 4.85 5.11
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1.92 1.99 1.98 2.05 2.13
R,S,T,U Jasa lainnya 1.50 1.50 1.48 1.49 1.52
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
Perubahan nilai PDRB terutama atas dasar harga
konstan (riil) yang juga dikenal sebagai laju pertumbuhan
ekonomi dinilai sebagai salah satu indikator kemajuan
pembangunan di suatu daerah disamping nilai absolut PDRB
yang menunjukkan besarnya produksi barang dan jasa di
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 75
suatu daerah atau wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi ini
bahkan dirasa lebih penting oleh banyak kalangan karena
lebih dikenal dan lebih sering digunakan dalam pengambilan
suatu keputusan atau kebijakan.
Suatu daerah atau wilayah dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan PDRB riil
(PDRB atas dasar harga konstan) di daerah atau wilayah
tersebut. Teori ekonomi klasik juga mengisyaratkan bahwa
indikator pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang
paling penting untuk menilai tingkat keberhasilan
pembangunan di suatu daerah atau wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang dalam hal ini ditunjukkan
oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas
dasar harga konstan secara tidak langsung menggambarkan
tingkat perubahan produksi yang terjadi di suatu daerah atau
wilayah.
Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Bali
mencapai 6,24 persen. Angka ini relatif lebih tinggi dari angka
nasional yang hanya tumbuh 5,02 persen. Angka ini
meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat
tumbuh 6,03 persen. Namun jika dibandingkan dengan
kondisi lima tahun sebelumnya, angka tersebut mengalami
perlambatan. Ekonomi Bali pada lima tahun sebelumnya
tercatat tumbuh sebesar 6,96 persen.
Jika ditinjau berdasarkan series lima tahun terakhir,
maka pertumbuhan ekonomi Bali selalu berada di atas
76 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
pertumbuhan nasional. Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi
Bali selalu berada di atas enam persen.
Grafik 4.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali dan Perbandingannya
dengan Nasional, 2012 – 2016 (Persen)
Lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan
tertinggi selama tahun 2016 adalah jasa kesehatan yang
tercatat tumbuh sebesar 9,00 persen. Pertumbuhan tertinggi
kedua yaitu lapangan usaha jasa pendidikan dengan laju
pertumbuhan sebesar 8,91 persen. Kemudian disusul oleh
informasi dan komunikasi yang tercatat tumbuh 8,59 persen.
Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 4.5.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 77
Grafik 4.5
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Provinsi Bali Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2016 (Persen)
Jika dilihat secara rata-rata, maka rata-rata
pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 2012-2016 adalah
jasa kesehatan dan kegiatan sosial yaitu sebesar 9,79 persen.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua
diduduki oleh jasa keuangan yang tercatat sebesar 8,94
persen dan diikuti oleh jasa pendidikan sebesar 8,52 persen.
Penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai kontribusi
utama dalam ekonomi Bali memiliki rata-rata pertumbuhan
sebesar 7,07 persen sedangkan lapangan usaha pertanian
menempati peringkat terakhir dengan rata-rata
pertumbuhan yang hanya sebesar 3,41 persen.
78 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 4.6
Rata – Rata Laju Pertumbuhan Riil PDRB Provinsi Bali
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012─2016 (Persen)
Selama periode tahun 2012 – 2016, ada 7 (tujuh)
kategori yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan di
bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Bali yang
mencapai 6,53 persen. Lapangan usaha tersebut adalah
Pertanian (3,41%); Penggalian (3,98%); Air (4,90%);
Transportasi (6,21%); Real Estate (6,41%); Jasa perusahaan
(6,51%); dan Administrasi Pemerintahan (5,09 persen).
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 79
Tabel 4.2
Kontribusi Lapangan Usaha pada PDRB Bali
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016** Rata-rata
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4.37 2.20 4.66 2.72 3.10 3.41
B Pertambangan dan Penggalian
15.32 7.70 (0.60) (6.83) 4.28 3.98
C Industri Pengolahan 5.23 8.59 8.88 7.13 3.26 6.62
D Pengadaan Listrik dan Gas
11.39 7.64 8.97 1.59 8.31 7.58
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
3.35 5.39 7.40 1.99 6.34 4.90
F Konstruksi 19.36 5.95 1.80 5.01 7.26 7.87
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
5.93 9.09 7.17 7.94 6.61 7.35
H Transportasi dan Pergudangan
6.25 6.72 5.84 4.54 7.72 6.21
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7.81 7.90 6.82 6.11 6.69 7.07
J Informasi dan Komunikasi
8.06 5.78 7.21 9.94 8.59 7.92
K Jasa Keuangan dan Asuransi
8.90 12.73 8.34 6.66 8.06 8.94
L Real Estat 6.35 6.98 8.89 5.20 4.63 6.41
M,N Jasa Perusahaan 2.24 9.00 7.49 6.99 6.85 6.51
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.97 0.02 10.75 8.27 5.44 5.09
P Jasa Pendidikan 0.68 13.48 10.58 8.94 8.91 8.52
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
5.98 12.80 12.43 8.76 9.00 9.79
R,S,T,U Jasa lainnya 4.85 4.22 7.63 7.99 8.52 6.64
Produk Domestik Regional Bruto 6.96 6.69 6.73 6.03 6.24 6.53
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat
peranan suatu kategori terhadap total perekonomian Bali
adalah Sumber Pertumbuhan (Source of Growth). Dengan
menghitung sumber pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
80 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
1,3
1
0,6
8
0,59
0,5
7
0,5
6
0,4
7
0,4
5
0,3
4
0,3
3
0,22
0,22
0,2
0
0,1
3
0,0
7
0,0
5
0,0
2
0,0
1
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
Ako
mo
dasi
dan
…
Kons
truk
si
Perd
agan
gan
Besa
r…
Info
rma
si d
an
…
Tra
nsp
ort
asi
Jasa
Pen
did
ikan
Pert
ania
n
Jasa
Ke
ua
ng
an
&…
Ad
m P
em
eri
nta
han
Ind
ustr
i Pen
gola
han
Rea
l Est
ate
Jasa
Kes
ehat
an
Jasa
lain
nya
Jasa
Per
usah
aan
Pen
ggal
ian
List
rik d
an G
as Air
peranan suatu kategori terhadap pertumbuhan yang dicapai
suatu wilayah.
Grafik 4.7
Sumber Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan
Usaha, Tahun 2016 (Persen)
Pada Grafik 3.9 dapat dilihat peranan seluruh
kategori terhadap pertumbuhan PDRB Bali. Pada tahun 2016,
penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sumber
pertumbuhan utama yakni sebesar 1,31 persen. Sumber
pertumbuhan tertinggi kedua adalah dari lapangan usaha
konstruksi yaitu sebesar 0,68 persen, selanjutnya
perdagangan besar dan eceran sebesar 0,59 persen dan
lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 0,57
persen.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 81
Tabel 4.3
Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan PDRB
Bali Tahun 2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 0.71 0.35 0.71 0.41 0.45
B Pertambangan dan Penggalian 0.19 0.10 (0.01) (0.09) 0.05
C Industri Pebngolahan 0.35 0.56 0.59 0.48 0.22
D Pengadaan Listrik dan Gas 0.02 0.02 0.02 0.00 0.02
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.01 0.01 0.02 0.00 0.01
F Konstruksi 1.72 0.59 0.18 0.47 0.68
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.51 0.78 0.63 0.70 0.59
H Transportasi dan Pergudangan 0.47 0.50 0.44 0.34 0.56
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.50 1.53 1.33 1.19 1.31
J Informasi dan Komunikasi 0.52 0.37 0.46 0.64 0.57
K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.35 0.50 0.35 0.28 0.34
L Real Estat 0.30 0.33 0.42 0.25 0.22
M,N Jasa Perusahaan 0.02 0.09 0.08 0.08 0.07
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.06 0.00 0.62 0.50 0.33
P Jasa Pendidikan 0.03 0.63 0.53 0.46 0.47
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.12 0.25 0.26 0.19 0.20
R,S,T,U Jasa lainnya 0.08 0.07 0.12 0.12 0.13
Produk Domestik Regional Bruto 6.96 6.69 6.73 6.03 6.24
* Angka sementara ** Angka sementara
Dalam kurun waktu tahun 2012-2016, lapangan usaha
penyediaan akomodasi dan makan minum secara rata-rata
memberikan sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan
usaha tersebut merupakan lapangan usaha yang paling
dominan. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, lapangan
82 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
usaha ini rata rata memberikan sumbangan sebesar 1,31
persen terhadap perekonomian Bali.
PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang
dihitung dengan cara membagi data PDRB terhadap jumlah
penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk
memberikan Grafikan tentang seberapa besar nilai tambah
yang diciptakan atau diterima tiap-tiap penduduk, sehingga
secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat
kesejahteraan penduduk di daerah atau wilayah
bersangkutan.
Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat
dikatakan suatu daerah atau wilayah makin sejahtera atau
makmur. Kendati demikian, mesti diingat bahwa PDRB per
kapita merupakan angka agregat (rata-rata) sehingga masih
sangat kasar jika dijadikan cerminan bagi tingkat
kesejahteraan penduduk. Angka ini mengasumsikan semua
penduduk memiliki akses yang sama terhadap pendapatan
namun kurang tepat jika mencerminkan kesejahteraan.
Dengan kata lain, nilai PDRB per kapita ini belum mampu
menggambarkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan
yang diterima penduduk di suatu daerah atau wilayah
bersangkutan. Namun apapun itu, data ini tetap sangat
berguna setidaknya untuk melihat perbandingan antar
daerah atau wilayah atau pun antar tahun.
PDRB Perkapita Bali atas dasar harga berlaku di tahun
2016 tercatat sebesar Rp. 46,52 juta. Angka ini menunjukkan
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 83
bahwa secara rata-rata setiap penduduk di Bali menerima
pendapatan sebesar Rp. 46,52 juta selama tahun 2016.
Jumlah ini meningkat sebanyak Rp. 3,86 juta atau 9,05
persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selama
tahun 2012 – 2016, rata-rata pendapatan perkapita
penduduk Bali mencapai Rp. 37,97 juta.
Grafik 4.8
PDRB Per Kapita Provinsi Bali, 2012 – 2016 (juta rupiah)
Jika dilihat berdasarkan harga konstan, maka PDRB
per kapita Bali yang terbentuk di Tahun 2016 adalah sebesar
Rp. 32,66 juta. Nilai ini meningkat jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebesar Rp. 31,09 juta.
84 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Tabel 4.4
Indikator PDRB Bali Tahun 2012 - 2016
No Indikator Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 PDRB Harga Berlaku (Milyar Rp)
117.987,40
134.407,53 156.382,08 177.173,02 195.376,31
2 PDRB Harga Konstan (Milyar Rp)
106.951,46
114.103,58 121.779,13 129.137,91 137.192,52
3 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 Org)
4.007,20 4.056,30 4.104,90 4.152,80 4.200,10
4 PDRB Per Kapita Harga Berlaku Juta Rp)
29,44 33,14 38,10 42,66 46,52
5 PDRB Per Kapita Harga Konstan (Juta Rp)
26,69 28,13 29,67 31.,10 32,66
Secara kasar, PDRB Perkapita dapat pula digunakan
sebagai acuan untuk menilai apakah hasil pembangunan
yang dilakukan selama ini secara umum telah dapat
meningkatkan “kue perekonomian” secara makro atau tidak.
Dengan kata lain, dapat dilihat bagaimana penciptaan nilai
tambah yang terjadi akibat proses pembangunan bila
dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk di Bali.
Dilihat dari sisi penggunaan, Perubahan struktur
ekonomi Bali akibat proses pembangunan ekonomi yang
terjadi pada periode 2012 s.d 2016, tidak terlepas dari dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan
perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir.
Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 85
perubahan teknologi dan struktur perdagangan global
sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
Data menunjukkan bahwa setiap komponen
pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai
dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan
jasa yang tersedia di wilayah domestik Bali digunakan untuk
memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga,
LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk
investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori).
Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen
pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
Selama lima tahun terakhir, kondisi perekonomian
Bali menunjukkan perkembangan yang stabil. Hal ini terlihat
dari nilai PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan
ekonomi yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan
ekonomi tersebut diGrafikkan melalui Nilai PDRB ADHB dan
ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB.
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran Provinsi Bali, 2012-2016 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran
2012 2013 2014 2015* 2016**
1. Konsumsi
Rumah Tangga 65 812,89 69 651,68 76 468,02 86 219,50 94 358,93
2. Konsumsi LNPRT
1 273,08 1 716,52 1 968,47 2 197,12 2 465,26
3. Konsumsi Pemerintah
14 643,13 16 611,93 15 985,79 17 750,68 17 725,51
4. PMTB 42 347,51 44 931,66 48 647,55 55 333,04 63 280,66
86 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Komponen Pengeluaran
2012 2013 2014 2015* 2016**
5. Perubahan Inventori
2 077,96 1 909,27 1 533,64 358,06 465,07
6. Ekspor Luar Negeri
36 587,18 43 810,44 55 101,73 63 633,15 78 539,09
7. Impor Luar Negeri
6 624,72 9 897,10 13 890,93 13 612,37 17 949,08
8. Net Ekspor Antar Daerah
-38 129,63 -34 326,88 -29 418,54 -34 722,84 -43 509,13
PDRB 117 987,40 134 407,53 156 395,73 177 156,34 195 376,31
Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Nilai PDRB Bali atas dasar harga (adh) Berlaku selama
periode tahun 2012-2016 menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh
adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Pada
tahun 2016, besaran PDRB Bali adh Berlaku mencapai 195
triliyun rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan 65,59
persen dibandingkan tahun 2012 yang hanya mencapai 118
triliyun rupiah.
Tabel 4.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran Provinsi Bali, 2012-2016 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran
2012 2013 2014 2015* 2016**
1. Konsumsi
Rumah Tangga 59 300,52 60 757,24 63 893,04 68 660,37 73 256,86
2. Konsumsi LNPRT 1 170,07 1 482,02 1 500,33 1 547,87 1 680,65
3. Konsumsi Pemerintah
12 457,20 13 285,28 12 138,66 12 934,62 12 356,97
4. PMTB 36 322,55 38 111,98 38 800,14 41 397,44 45 030,74
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 87
Komponen Pengeluaran
2012 2013 2014 2015* 2016**
5. Perubahan
Inventori 1 468,01 905,47 792,13 176,19 224,56
6. Ekspor Luar Negeri
33 174,01 37 069,63 43 139,80 45 736,99 52 507,98
7. Impor Luar Negeri
6 025,58 8 053,88 10 276,55 9 157,24 11 216,81
8. Net Ekspor Antar Daerah
-30 915,31 -29 454,16 -28 199,97 -32 165,64 -36 648,43
PDRB 106 951,46 114 103,58 121 787,57 129 130,59 137 192,52
Keterangan: *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Untuk melihat perubahan PDRB secara kuantitas atau
melihat perubahan volumenya, maka PDRB juga dinilai atas
dasar harga konstan tahun 2010 atau atas dasar harga
berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010.
Melalui pendekatan ini maka, faktor pengaruh perubahan
harga dapat dihilangkan, sehingga diperoleh Grafikan tentang
perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja.
PDRB komponen pengeluaran atas dasar harga Konstan
atau PDRB riil menggambarkan perubahan atau
pertumbuhan ekonomi secara nyata, utamanya berkaitan
dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Seperti halnya
PDRB secara nominal, PDRB secara riil di Bali juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, selama periode tahun 2012
hingga tahun 2016.
88 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 4.9 Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010
Menurut Pengeluaran Provinsi Bali, 2012 – 2016 (Triliun Rupiah)
Keterangan: *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara ***) ADH (Angka Dasar Harga)
Sejalan dengan perkembangan PDRB ADH Berlaku
selama lima tahun terakhir, PDRB menurut pengeluaran ADH
Konstan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun
perbedaan antara nilai PDRB harga berlaku dengan PDRB
harga konstan cenderung semakin besar dari tahun ke tahun.
Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan tingkat harga dari
tahun ke tahun yang semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam
mengukur pertumbuhan rill, digunakan PDRB harga konstan
(karena pengaruh faktor harga sudah dihilangkan).
PDRB menurut pengeluaran, terdiri dari beberapa
komponen pengeluaran. Komponen-kompenen tersebut
antara lain: konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi
akhir lembaga non profit (PK-LNPRT), konsumsi akhir
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 89
pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto (PMTB),
ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor. Semua
komponen tersebut, memiliki kontribusi untuk membentuk
total PDRB pengeluaran.
Tabel 4.7 Distribusi PDRB ADHB
Menurut Pengeluaran Provinsi Bali, 2012 - 2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**
1. Konsumsi Rumah Tangga
55,78 51,82 48,89 48,67 48,30
2. Konsumsi LNPRT 1,08 1,28 1,26 1,24 1,26
3. Konsumsi Pemerintah 12,41 12,36 10,22 10,02 9,07
4. PMTB 35,89 33,43 31,11 31,23 32,39
5. Perubahan Inventori 1,76 1,42 0,98 0,20 0,24
6. Ekspor 31,01 32,60 35,23 35,92 40,20
7. Impor 5,61 7,36 8,88 7,68 9,19
8. Net Ekspor Antar Daerah
-32,32 -25,54 -18,81 -19,60 -22,27
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Pada tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa komponen
konsumsi rumah tangga merupakan komponen dengan
penyumbang PDRB terbesar (hampir setengah dari total
PDRB). Hal ini menandakan bahwa sebagian besar produk
(barang dan jasa) di Provinsi Bali masih digunakan untuk
memenuhi konsumsi akhir rumah tangga. Kontribusi
komponen konsumsi rumah tangga selama lima tahun
terakhir berkisar antara 48,30 persen hingga 55,78 persen.
90 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Sementara itu, komponen ekspor juga memiliki
kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB menurut
pengeluran Provinsi Bali. Kontribusi Ekspor berada pada
kisaran diatas 30 persen selama lima tahun terakhir. Hal ini
berarti, lebih dari 30 persen produk dari Bali mampu
menembus pasar internasional, dan menunjukkan bahwa
produk dari Provinsi Bali dapat diterima dengan cukup baik
oleh pasar internasional.
Disisi lain, Provinsi Bali juga melakukan impor guna
memenuhi permintaan domestik. Pada tahun 2012, lebih dari
5 persen permintaan domestik dipenuhi dari impor. Pada
tahun-tahun berikutnya kontribusi impor mengalami fluktusi
yang terbilang rendah. Namun jika dilihat perkembangannya
selama periode tahun 2012 hingga tahun 2016,
ketergantungan terhadap impor semakin meningkat, dari
sebesar 5,61 persen pada tahun 2012 menjadi sebesar 9,19
persen pada tahun 2016. Perbandingan dengan ekspor juga
menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir nilai ekspor
selalu lebih tinggi dari nilai impor, atau dengan kata lain,
neraca perdagangan luar negeri Bali selalu menunjukkan
posisi “surplus”.
Selain komponen-komponen tersebut, komponen
pengeluaran untuk kapital (PMTB), juga memiliki kontribusi
yang cukup besar, sebanding dengan komponen ekspor yang
mencapai 30 persen lebih. Sementara itu, komponen
konsumsi pemerintah memiliki kontribusi yang berkisar
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 91
antara 9 hingga 12 persen, dan memiliki kecenderungan
menurun selama lima tahun terakhir. Melihat kondisi ini,
menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap
produk domestik tidaklah terlalu besar.
Tabel 4.8 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010
Menurut Pengeluaran Provinsi Bali, 2012 - 2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015* 2016**
1. Konsumsi Rumah Tangga 4,98 2,46 5,16 7,46 6,69
2. Konsumsi LNPRT 8,09 26,66 1,24 3,17 8,58
3. Konsumsi Pemerintah 6,25 6,65 -8,63 6,56 -4,47
4. PMTB 9,11 4,93 1,81 6,69 8,78
5. Perubahan Inventori 44,27 -38,32 -12,52 -77,76 27,45
6. Ekspor 4,11 11,74 16,38 6,02 14,80
7. Impor -48,52 33,66 27,60 -10,89 22,49
8. Net Ekspor Antar Daerah 30,08 -4,73 -4,26 14,06 13,94
Total PDRB 6,96 6,69 6,73 6,03 6,24
Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Dilihat dari pertumbuhan riilnya, atau lebih dikenal
dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), kinerja
pembangunan di bidang ekonomi Provinsi Bali menunjukkan
hal yang positif. Selama periode tahun 2012-2016,
pertumbuhan ekonomi Bali berada pada kisaran 6 persen,
dengan sedikit fluktuasi pada rentang waktu tersebut.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012,
dimana pertumbuhan ekonomi hampir menyentuh level 7
92 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
persen, yaitu sebesar 6,96 persen, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2015,
dengan pertumbuhan sebesar 6,03 persen.
Tabel 4.9 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran
Provinsi Bali, 2012-2016
Komponen Pengeluaran
2012 2013 2014 2015* 2016**
1. Konsumsi Rumah Tangga 110,98 114,64 119,68 125,57 128,81
2. Konsumsi LNPRT 108,80 115,82 131,20 141,94 146,68
3. Konsumsi Pemerintah 117,55 125,04 131,69 137,23 143,45
4. PMTB 116,59 117,89 125,38 133,66 140,53
5. Perubahan
Inventori 141,55 210,86 193,61 203,23 207,10
6. Ekspor 110,29 118,18 127,73 139,13 149,58
7. Impor 109,94 122,89 135,17 148,65 160,02
8. Net Ekspor Antar Daerah 123,34 116,54 104,32 107,95 118,72
Total PDRB 110,32 117,79 128,42 137,19 142,41
Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang
diGrafikkan melalui indeks implisit1 PDRB, menunjukkan
peningkatan selama kurun waktu dari tahun 2012 hingga
2016.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 93
4.2 Perkembangan Inflasi dan IHK
Indikator ekonomi yang tidak kalah penting dalam
menjaga stabilitas moneter adalah inflasi. Dalam ilmu
ekonomi, inflasi sering didefinisikan sebagai kenaikan harga
barang dan jasa secara umum. Jadi besarnya inflasi, hanya
menggambarkan besarnya perubahan harga. Bisa saja harga
sebenarnya masih tergolong rendah akan tetapi jika
meningkat dari periode sebelumnya dikatakan inflasi, atau
sebaliknya harga yang relatif tinggi dan hanya mengalami
sedikit penurunan disebut sebagai deflasi. Tingkat harga
dalam definisi inflasi, secara konseptual adalah tingkat harga
rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam
perekonomian. Dalam prakteknya, tingkat harga tersebut
diukur dengan indeks harga, dalam hal ini indeks harga
konsumen (IHK).
Dilihat dari penyebabnya, inflasi bisa terjadi karena
dorongan permintaan (demand pull inflation) maupun
dorongan kenaikan biaya produksi (cost push inflation).
Inflasi akibat dorongan permintaan terjadi, ketika permintaan
akan barang dan jasa sangat tinggi, sehingga menyebabkan
harga barang dan jasa tersebut mengalami peningkatan.
Sementara inflasi akibat dorongan biaya produksi terjadi
ketika biaya produksi (input) mengalami peningkatan
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan juga ikut meningkat.
94 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Jika dilihat dari asalnya, inflasi dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan
inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga barang
menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang
impor.
Berdasarkan besarnya angka inflasi, inflasi dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu inflasi ringan (di bawah
10% per tahun); inflasi sedang (antara 10-30% per tahun);
inflasi berat (antara 30-100% per tahun) dan hiperinflasi (di
atas 100% per tahun). Inflasi yang rendah akan dapat
menggairahkan kehidupan perbankan karena mampu
menurunkan suku bunga, merangsang sektor riil untuk
berproduksi dan akan berdampak baik pada penanaman
modal (investasi). Inflasi ideal untuk ukuran Indonesia saat
ini, (seperti banyak disampaikan kalangan pengamat dan
digunakan dalam asumsi APBN), berkisar antara 4 sampai 6
persen. Nilai inflasi ini dirasa cukup ideal untuk pertumbuhan
ekonomi, menjaga stabilitas moneter, stabilitas daya beli
masyarakat serta peningkatan laju investasi.
Untuk menjaga angka inflasi tetap ideal bukanlah
pekerjaan yang mudah. Terutama adanya faktor pemicu baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Misalnya, karena
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 95
cepatnya perputaran uang, mengakibatkan adanya ‘uang
panas’ di tangan untuk segera dibelanjakan. Ini terjadi akibat
adanya anggapan atau keyakinan barang-barang tertentu
akan mengalami kenaikan.
Peristiwa ini bisa terjadi pada komoditi makanan,
otomotif dan properti, yang biasanya sebagai penyumbang
angka cukup signifikan terhadap kenaikan inflasi. Faktor lain,
adanya permintaan terhadap barang yang melebihi kapasitas
produksi, namun tidak disertai investasi tambahan. Akibatnya
terjadi kenaikan harga pada barang/jasa tersebut. Disamping
itu, faktor – faktor tak terduga lain seperti kenaikan harga
BBM yang cukup tinggi, ataupun anomali iklim dapat juga
menjadi pemicu tingginya angka inflasi.
Laju inflasi dihitung berdasarkan Indeks Harga
Konsumen (IHK). IHK itu sendiri merupakan indeks yang
diperoleh dengan menghimpun perubahan harga berbagai
jenis barang dan jasa yang tercakup dalam paket komoditas
yang menggambarkan pola konsumsi masyarakat di suatu
wilayah dengan menggunakan diagram timbangan nilai
konsumsi pada tahun dasar yang dipantau.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 perhitungan inflasi
menggunakan dua tahun dasar yaitu tahun dasar hasil SBH
2007 untuk inflasi tahun 2011-2013 serta tahun dasar 2012
untuk inflasi tahun 2014 – 2015. Sejak tahun 2013
pengukuran inflasi pun diperluas menjadi dua kota yakni Kota
96 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Denpasar dan Singaraja. Oleh karena itu untuk melihat
perkembangan harga pada 5 tahun terakhir akan diwakili
dengan inflasi Kota Denpasar dan Singaraja.
Inflasi di tahun 2016 menunjukkan kenaikan baik itu
di Kota Denpasar maupun Singaraja dibandingkan dengan
tahun 2016. Inflasi di Kota Singaraja tercatat 4,57 persen
atau meningkat 1,6 poin dibandingkan dengan tahun 2015.
Sementara itu inflasi Kota Denpasar di tahun 2016 meningkat
0,24 poin dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai
2,70 persen. Selain itu dengan cukup tingginya inflasi kota
Singaraja dibandingkan Denpasar menunjukkan bahwa inflasi
di Bali relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional.
Grafik 4.10
Inflasi Singaraja, Denpasar dan Nasional Tahun 2000 - 2016
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 97
Dilihat dari pola pergerakan bulanan, pola pergerakan
inflasi nasional, Kota Denpasar dan Singaraja menunjukkan
kesejalanan. Inflasi yang tinggi terjadi pada bulan Juli dan
Desember. Sementara itu, kecenderungan penurunan
harga/deflasi terjadi pada bulan Oktober. Siklus tahunan
yang mempengaruhi tingginya nilai inflasi bulan Juli
umumnya karena tahun ajaran baru sekolah dan memasuki
bulan puasa.
Dilihat dari interval per bulannya, inflasi di Kota
SIngaraja lebih cenderung terjadi pada periode awal tahun
sementara secara nasional dan di Kota Denpasar cenderung
terjadi pada periode menjelang bulan Ramadhan. Di sisi lain
fluktuasi inflasi di Kota Singaraja juga lebih tinggi
dibandingkan dengan Kota Denpasar. Hal ini ditandai dengan
tingkat inflasi yang lebih tinggi maupun deflasi yang lebih
dalam.
98 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 4.11
Inflasi Bulanan Singaraja, Denpasar dan Nasional
Tahun 2000 - 2016
Dilihat dari kelompok komoditas konsumsi,
pendorong pergerakan harga pada tahun 2015 antara
nasional dan dua kota di bali sedikit berbeda. Pada level
nasional, inflasi yang tinggi terjadi pada kelompok makanan
jadi. Sementara di Kota Singaraja, inflasi tertinggi pada
kelompok Bahan Makanan dan Sandang. Di Kota Denpasar
inflasi tertinggi justru pada kelompok bahan makanan jadi. Di
sisi lain, apabila sebelumnya konsumsi transportasi dan
Komunikasi adalah pendorong inflasi maka di tahun 2016
kelompok ini justru menjadi penahan inflasi.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 99
Tabel 4.10
Laju Inflasi Singaraja dan Denpasar Menurut Kelompok
Pengeluaran Tahun 2014-2016
Kelompok / Group
Denpasar Singaraja
2014 2015 2016 2014 2015 2016
1. Laju Inflasi Inflation Rate
8.03 2.70 2.94 10.32 2.97 4.57
2. Inflasi Menurut Kelompok Inflation Rate by Group
2.1. Bahan Makanan / Food 11.23 3.31 4.51 8.09 4.74 9.98
2.2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Prepared Food, Beverages, Cigarette, and Tobacco
6.29 3.55 7.70 15.00 4.22 4.08
2.2. Perumahan / Housing 7.2 5.09 0.39 9.97 3.33 1.83
2.4. Sandang / Clothing 3.6 3.61 5.41 6.25 7.73 8.47
2.5. Kesehatan / Health 9.99 5.26 3.68 1.45 2.61 4.65
2.6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Education, Recreation, and Sports
4.34 4.23 3.10 9.37 3.29 6.24
2.7. Transpor dan Komunikasi Transportation and Communication
9.78 3.35 -0.03 13.36 -5.23 -3.48
4.3 Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai
kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara dengan
negara-negara lain, yang ada kaitannya dengan jual beli
barang atau jasa sehingga bisa membawa kemakmuran bagi
suatu negara. Di beberapa negara, perdagangan
100 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP.
Secara umum perdagangan internasional dapat
dibedakan menjadi dua yaitu ekspor dan impor. Ekspor
adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara ke negara lainnya. Sementara impor adalah arus
kebalikan dari ekspor, yaitu barang dan jasa dari luar suatu
negara.
Neraca perdagangan merupakan catatan yang berisi
nilai barang-barang yang diekspor maupun diimpor oleh
suatu negara. Kegiatan ekspor suatu negara menimbulkan
hak yang berupa penerimaan pembayaran atau piutang,
sedangkan impor barang dari luar negeri menimbulkan
kewajiban membayar ke luar negeri atau utang luar negeri.
Neraca perdagangan dibuat agar suatu negara dapat
mengetahui perkembangan perdagangan internasional yang
dilakukan. Keadaan neraca perdagangan suatu negara ada
tiga kemungkinan yaitu surplus, defisit, atau seimbang.
Neraca perdagangan disebut surplus jika nilai ekspor lebih
besar daripada nilai impor. Sebaliknya, neraca perdagangan
disebut defisit jika nilai ekspor lebih kecil daripada nilai
impor. Neraca perdagangan disebut seimbang jika nilai
ekspor yang sama dengan nilai impor.
Neraca perdagangan diperlukan untuk mengetahui
arus keluar masuk barang dan jasa ke suatu wilayah. Seiring
dengan era globalisasi, ketika integrasi antar wilayah semakin
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 101
intens, neraca perdagangan (ekspor dan impor) memegang
peranan yang semakin kuat dalam menentukan laju
perekonomian suatu daerah.
Sampai saat ini BPS masih menggunakan konsep F.o.B
(free on board) untuk menilai besarnya ekspor barang dari
satu wilayah. Konsep ini menegaskan bahwa besarnya
ekspor dihitung di pelabuhan muat. Harga barang dihitung
sampai di atas kapal negara pengekspor meliputi harga
barang, pajak ekspor, biaya pengangkutan sampai ke batas
negara, biaya asuransi, komisi, biaya pembuatan dokumen,
biaya kontainer, biaya pengepakan dan biaya pemuatan
barang ke kapal/pesawat udara atau alat transportasi
lainnya. Keseluruhan ekspor barang dari Provinsi Bali
merupakan komoditi ekspor non migas. Karena seperti
diketahui bahwa Provinsi Bali tidak memiliki sumber minyak
dan gas bumi.
Sementara untuk Secara umum impor barang adalah
proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses
perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam
negeri..
Untuk impor, konsep perhitungan yang digunakan
BPS adalah c.i.f (cost insurance and freight), yakni
penyerahan barang impor di pelabuhan tujuan.
Pengertiannya, harga barang sampai di pelabuhan negara
102 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
pengimpor, meliputi biaya pengangkutan dari batas negara
pengekspor ke batas negara pengimpor, biaya bongkar
barang dan biaya asuransi pengirim.
Kumulatif ekspor barang asal Provinsi Bali pada
periode Januari–Desember 2016 mencapai US$ 505.119.761,
atau mengalami kenaikan 1,29 persen dibandingkan dengan
keadaan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang
mencapai US$ 498.681.698. Menurut pangsa pasar ekspor
barang asal Provinsi Bali pada tahun 2016, sebagian besar
dikirim ke negara Amerika Serikat, Australia, Jepang,
Singapura, dan Tiongkok dengan proporsi masing–masing
25,52 persen, 9,19 persen, 7,98 persen, 7,14 persen, dan
5,99 persen.
Tabel 4.11
Ekspor Bali Menurut Negara Tujuan di Tahun 2016
No. Negara Tujuan
Jan - Des 2015 Jan - Des 2016 *) Perubahan (%) Nilai (US$) % Nilai (US$) %
1 Amerika Serikat
112 314 599 22,52 128 904 498 25,52 14,77
2 Australia 41 021 804 8,23 46 430 228 9,19 13,18
3 Jepang 39 132 337 7,85 40 321 622 7,98 3,04
4 Singapura 41 267 186 8,28 36 048 698 7,14 -12,65
5 Tiongkok 11 313 384 2,27 30 260 033 5,99 167,47
6 Hongkong 27 025 911 5,42 23 024 672 4,56 -14,81
7 Perancis 17 870 437 3,58 15 076 774 2,98 -15,63
8 Jerman 13 869 021 2,78 14 580 729 2,89 5,13
9 Belanda 14 571 242 2,92 14 500 336 2,87 -0,49
10 Spanyol 12 848 103 2,58 12 166 583 2,41 -5,30
11 Lainnya 167 447 673 33,58 143 805 588 28,47 -14,12
Total 498 681 698 100,00 505 119 761 100,00 1,29
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 103
Sekitar 24 persen ekspor Bali adalah komoditas ikan
dan Udang. Proporsi ini relatif tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelompok
komoditas lain yang relatif memberikan kontribusi besar
terhadap ekspor Bali di tahun 2016 adalah Perhiasan dan
Pakaian Jadi bukan rajutan yang masing-masing
kontribusinya mencapai 13,27 persen dan 11,61 persen.
Proporsi sepuluh besar komoditas ekspor Bali juga relatif
tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Di sisi lain komoditas ekspor juga dapat
dikatakan masih cukup homogen. Hal ini bisa dilihat dari
persentase komoditas ekspor di luar kelompok sepuluh besar
yang hanya sekitar 20 persen.
Tabel 4.12
Ekspor Bali Menurut Komoditas Utama di Tahun 2016
Kelompok Komoditas Commodity Group
Volume Volume
(kg)
Nilai Value (US$)
Pangsa Export
Segment (%)
1. Ikan dan Udang / Fish and Shrimp 30 602 821
121 460 675
24.05
2. Perhiasan/Permata / Jewellery/Gem 728 367 67 019 099 13.27
3. Pakaian Jadi Bukan Rajutan Apparel Not Knitted
2 940 456 58 662 160 11.61
4. Kayu, Barang dari Kayu Wood and Products of Wood
16 447 801
47 627 498 9.43
5. Perabot, Penerangan Rumah Furniture, Home Lighting
14 380 774
41 543 050 8.23
6. Barang-barang Rajutan / Knitted Goods 734 247 17 281 536 3.42
7. Daging dan Ikan Olahan Meat and Fish Preparation
4 941 097 15 065 489 2.98
104 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
8. Barang-barang dari Kulit / Leather Goods
523 711 11 464 937 2.27
9. Benda-benda dari Batu, Gips, dan Semen Goods from Stone, Gypsum, and Cement
12 395 904
9 892 404 1.96
10. Kapas / Cotton
537 926 8 241 728 1.63
11. Komoditas Lainnya / Other Commodities
723 202 775
106 807 276
21.15
Jumlah / Total : 807 435
879 505 065
852 100.00
Secara kumulatif, impor barang Provinsi Bali periode
Januari–Desember 2016 mencapai US$ 149.950.311. Angka
ini mengalami peningkatan dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya dimana impor mencapai US$ 131.934.753.
Atau jika dipersentasekan, terjadi kenaikan sekitar 13,65
persen. Menurut pangsa pasar, impor barang Provinsi Bali
(Januari–Desember 2016) sebagian besar berasal dari
Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, Amerika Serikat, dan
Panama dengan persentase masing–masing sebesar 19,07
persen, 13,80 persen, 11,14 persen, 9,43 persen, dan 7,95
persen.
Tabel 4.13
Impor Bali Menurut Negara Asal di Tahun 2016
Negara Asal Country of
Origin
Volume Volume (kg)
Nilai Value (US$)
Pangsa Import
Segment (%)
1. Tiongkok / China 3 125 588 28 622 431 19.00
2. Korea Selatan / South Korea
1 044 291 20 690 585 13.73
3. Singapura / Singapore 28 711 404 16 687 008 11.08
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 105
4. Amerika Serikat / USA 325 013 14 227 117 9.44
5. Panama / Panama 686 000 11 927 554 7.92
6. Thailand / Thailand 10 113 574 10 093 335 6.70
7. Australia / Australia 743 475 9 082 934 6.03
8. Malaysia / Malaysia 16 010 969 7 477 793 4.96
9. Hongkong / Hongkong 297 288 4 700 005 3.12
10. Jerman / Germany 28 518 4 568 795 3.03
11. Lainnya / Others 7 232 117 22 592 202 14.99
Jumlah / Total :
68 318 237 150 669 759 100.00
Sementara itu dilihat dari komoditas yang diimpor,
sebagian besar impor Bali adalah komoditas barang modal
terutama kapal laut dan bangunan terapung yang
persentasenya mencapai 20,13 persen. Selain itu impor
berupa mesin dan perlengkapan mekanik memberikan
kontribusi hingga 16,09 persen. Persentase impor di luar
sepuluh besar komoditas ini hanya berada pada kisaran
sekitar 17 persen.
Tabel 4.14
Impor Bali Menurut Komoditas Impor di Tahun 2016
Kelompok Komoditas Commodity Group
Volume Volume
(kg)
Nilai Value (US$)
Pangsa Import
Segment (%)
1. Kapal Laut dan Bangunan Terapung
Ships and Floating Buildings 1 572 326 30 323 254 20.13
106 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Kelompok Komoditas Commodity Group
Volume Volume
(kg)
Nilai Value (US$)
Pangsa Import
Segment (%)
2. Mesin dan Perlengkapan Mekanik Machinery and Mechanical Appliances
1 109 878 24 246 372 16.09
3. Bahan Bakar Mineral / Mineral Fuel 44 328 422
16 999 072 11.28
4. Mesin dan Peralatan Listrik Machinery and Electrical Equipment
869 639 16 193 338 10.75
5. Perhiasan/Permata / Jewellery/Gem 90 059 10 698 649 7.10
6. Perangkat Optik / Optical Devices 516 282 9 408 861 6.24
7. Gandum-ganduman / Grains 14 816 790
6 088 125 4.04
8. Berbagai Barang Logam Dasar Various Base Metal Goods
376 720 4 796 769 3.18
9. Plastik dan Barang dari Plastik Plastics and Products of plastic
368 464 3 043 462 2.02
10. Lonceng, Arloji dan Bagiannya Bells, Watches and Parts
91 837 2 994 617 1.99
11. Komoditas Lainnya / Other Commodities
4 177 820 25 877 240 17.17
Jumlah / Total : 68 318
237 150 669
759 100.00
4.4 Pariwisata
Pariwisata merupakan penggerak utama ekonomi Bali
sejak awal milenium ini. Pariwisata tidak hanya mampu
meningkatkan skala ekonomi Bali namun juga mendifraksi
sumber pertumbuhan Bali menjadi lebih heterogen
dibandingkan dengan ketika ekonomi masih digerakkan oleh
sektor pertanian.
Pariwisata adalah kekuatan ekonomi yang punya
potensi besar di masa yang akan datang. Betapa tidak sektor
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 107
ini akan memiliki jangkauan lebih luas terutama didukung
oleh semakin cepatnya mobilisasi manusia, serta semakin
beragam dan semakin murahnya biaya transportasi.
Dalam skala di wilayah Bali hal ini terbukti dengan
semakin tingginya kunjungan wisman ke Bali dari tahun ke
tahun. Jumlah wisman yang berkunjung ke Bali tahun 2016
mencapai 4,93 juta kunjungan atau yang tertinggi sejak Bali
pertama kali membuka pintu masuk kunjungannya. Tidak
hanya itu pertumbuhan di tahun ini yang mencapai 23,14
persen tercatat merupakan yang tertinggi setelah
pertumbuhan di tahun 2004 dan 2008. Akan tetapi dengan
memperhitungkan jumlah kunjungan, kenaikan hampir satu
juta kunjungan dibandingkan dengan tahun 2015 tentu
merupakan pencapaian sendiri di tengah ketatnya
persaingan pariwisata dunia.
Grafik 4.12
Jumlah Kunjungan Wisman ke Bali dan Pertumbuhannya
108 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Peran Bali dalam pariwisata nasional juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari
semakin tingginya proporsi kunjungan ke Bali dibandingkan
dengan kunjungan total ke Indonesia. Persentase kunjungan
ke Bali mencapai 42,78 persen. Persentase ini merupakan
yang tertinggi sejak pariwisata Bali mulai dibuka untuk
Internasional. Faktor ini juga yang menjadi salah satu
pendorong tetap bertahannya investasi terkait pariwisata ke
pulau dewata.
Tabel 4.15
Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Kebangsaan,
Januari – Desember 2016
No. Kebangsaan
Wisman Januari-Desember 2016 Wisman Jan-Des 2015 (*)
Perubahan Wisman
Desember 2016 Thd 2015 (%)
Bandara (*)
Pelabuhan Laut (*)
Total (*) %
1 Australia 1.113.927 29.23 1.143.157 23,20 966.869 18,23
2 Tiongkok 989.854 917 990.771 20,11 688.469 43,91
3 Jepang 234.201 808 235.009 4,77 228.185 2,99
4 Inggris 212.308 9.213 221.521 4,50 167.628 32,15
5 India 184.334 3.017 187.351 3,80 119.304 57,04
6 Malaysia 179.593 128 179.721 3,65 190.381 -5,60
7 Amerika Serikat
163.684 6.773 170.457 3,46 133.763 27,43
8 Perancis 165.057 234 165.291 3,35 131.451 25,74
9 Jerman 152.92 1.005 153.925 3,12 120.347 27,90
10 Korea Selatan
151.356 84 151.44 3,07 152.866 -0,93
11 Lainnya 1.305.400 23.894 1.329.294 26,97 1.102.572 20,56
Jumlah 4.852.634 75.303 4.927.937 100,00 4.001.835 23,14
Keterangan :
*) Kunjungan
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 109
Secara kumulatif, pada periode Januari- Desember
2016 ini wisman yang datang langsung ke Bali telah mencapai
4.927.937 kunjungan. Jumlah kunjungan ini meningkat 23,14
persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Australia
tetap memainkan peran terpenting sebagai kontributor
terbesar dengan proporsi kunjungan mencapai 23,20 persen.
Meskipun bukan yang tertinggi akan tetapi jumlah
kunjungan wisman dari India kembali tercatat memiliki
pertumbuhan kumulatif terbesar dibandingkan dengan tahun
2015. Kunjungan kumulatif dari India naik 57,04 persen
dibandingkan dengan tahun lalu. Angka ini mampu
menempatkan India masih bertahan di posisi lima teratas
negara asal wisman terbesar. Diantara sepuluh besar negara
asal wisman, hanya Malaysia dan Korea Selatan yang
tercatat mengalami pertumbuhan negatif.
Selain itu hanya 1,5 persen kedatangan yang
menggunakan jalur pelabuhan. Di masa depan sangat
penting melakukan pengembangan kunjungan terutama dari
sisi pelabuhan laut. Hanya saja kendala-kendala seperti
halnya kedalaman laut dan pengembangan akses merupakan
salah satu kendala yang mungkin harus diselesaikan sebelum
pembangunan ini bisa dimulai.
BAB V PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
POTENSI AIR POTENSI TRANSPORTASI
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 113
BAB V
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
5.1. Potensi Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital
mengingat propinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil
dimana potensi airnya sangat terbatas. Beberapa wilayah
yang paling merasakan keterbatasan sumber air adalah
wilayah-wilayah yang keberadaannya terpisah dari pulau
utama seperti halnya Nusa Penida. Wilayah yang meliputi
lebih dari dua per tiga Kabupaten Klungkung ini tidak
memiliki sumber air tanah, waduk dan juga sungai. Secara
umum sebagian besar penduduk di wilayah Nusa Penida
masih mengandalkan penampungan air hujan untuk
memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Potensi kesediaan air di Provinsi Bali meliputi air
sungai, potensi danau/waduk dan potensi air tanah. Potensi
Air di Provinsi Bali meliputi air permukaan (sungai,
danau/waduk), dan potensi air tanah. Provinsi Bali memiliki
369 buah sungai dengan panjang 3.070,49 km. Total
tampungan air waduk sebanyak 5 buah di Provinsi Bali
mencapai 16,081 juta m3 yang digunakan untuk irigasi dan
keperluan konsumsi penduduk. Untuk air tanah, Provinsi Bali
memiliki potensi yang mencapai 2,75 juta m3dengan jumlah
mata air mencapai 1.135 buah mata air.
114 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Selain itu sumber air di Bali juga meliputi
danau alam yang di Bali terdapat 4 buah volume masing-
masing danau (dalam juta m3 ) adalah : Batur (815,58),
Beratan (49,22), Tamblingan (27,05) sertaBuyan (116,25).
Daerah aliran sungai (DAS) di Bali membentang seluas 4.172
km2. Bali juga memiliki 7 embung dengan volume terbesar
terletak di Gerokgak dengan volume 2,5 juta m3 dan Seraya
0.10 juta m3.
Bali juga memiliki 89 sumur bor yang dimanfaatkan
untuk P3A sebanyak 66 buah, PDAM 22 buah serta proyek 1
buah. Selain itu sekitar 53,64 persen luas sawah yang ada di
Bali telah dialiri pengairan semi teknis, 19,50 persen adalah
pengairan teknis dan 26,86 persen adalah irigasi sederhana
non PU. Jaringan irigasi ini didukung oleh 881 bendung
dimana 330 bendung merupakan bendung PU dan 551
lainnya merupakan bendung non PU.
5.2. Potensi Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting
dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama
dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan
pengem-bangan wilayah. Dengan adanya sarana dan
prasarana transportasi yang baik, maka kawasan yang
mempunyai potensi ekonomi rendah akan lebih mudah
mengakses informasi dan hasil produksi dari kawasan yang
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 115
memiliki potensi ekonomi tinggi sehingga diharapkan adanya
pemerataan pembangunan.
Transportasi yang efisien di sisi lain sangat berperan
dalam meminimalisir marjin biaya perdagangan dari pusat
ekonomi ke wilayah di sekitarnya. Dalam jangka panjang
efisiensi dalam transportasi juga adalah kunci dari semakin
baiknya transfer pembangunan terutama pembangunan
infrastruktur antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Penting juga diketahui bahwa dalam lingkup kebijakan publik,
permasalahan transportasi tidak hanya menyangkut pada
arus barang tetapi berkaitan juga dengan moda transportasi
sebagai bagian dari layanan publik. Moda transportasi umum
masih sangat minim di Propinsi Bali. Kompensasi dari hal ini
tentunya semakin tingginya kepemilikan kendaraan
bermotor yang semakin tinggi antar waktunya. Memang
program-program transportasi masal seperti Transsarbagita
mulai melayani lebih banyak penumpang akan tetapi ke
depan layanan transportasi publik haruslah tetap menjadi
perhatian di tengah semakin tingginya populasi penduduk
Bali.
Oleh karena itu Untuk mendukung pergerakan arus
barang dan mobilisasi orang, maka mutlak diperlukan sarana
jalan yang layak. Tercatat di Provinsi Bali tahun 2016 panjang
jalan keseluruhan yang tersedia mencapai 1.372.73 Km.
Komposisi jalan tersebut dengan rincian jalan nasional
sepanjang 629,39 km; jalan provinsi 743.34 km. Untuk akses
116 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
kelautan, maka Provinsi Bali memiliki 4 pelabuhan yaitu
pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan
Padangbai dan Pelabuhan Celukan Bawang.
Di samping ketersediaan dari sisi transportasi darat
dan laut, Bali juga memiliki Bandar Udara Internasional
Ngurah Rai sebagai salah satu potensi transportasi
terbesarnya. Peningkatan daya tampung bandar udara ini
yang dimulai sejak awal 2013 telah mampu meningkatkan
kapasitasnya dari hanya sekitar 7 juta penumpang setiap
tahunnya menjadi sekitar 25 juta penumpang. Tercatat untuk
tahun 2016 penumpang yang berangkat dari Bali mencapai
9,9 juta penumpang sementara yang datang mencpai 9,91
juta penumpang.
BAB VI PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH
KEMISKINAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KETENAGAKERJAAN
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 119
BAB VI
PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH
6.1. Kemiskinan
Masalah kemiskinan muncul karena ketidakmampuan
orang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian maupun perumahan. Namun kini permasalahan
kemiskinan lebih kompleks lagi. Kemiskinan makna tambahan
menyangkut pada kebutuhan social dan bermasyarakat serta
pada masalah informasi bahkan standar hidup yang
memadai. Permasalahan kemiskinan yang dulunya dinilai
hanya bersifat searah (sebab-akibat) kini dipandang sebagai
permasalahan yang bersifat resiprokal (saling
mempengaruhi) sehingga dalam ungkapan yang lebih spesifik
kemiskinan adalah salah satu excess dari beragam exceess
lain yang muncul akibat siklus perekonomian dan kemajuan
social.
Sebagai permasalahan yang multi-dimensional, solusi
untuk masalah kemiskinan haruslah juga bersifat multi-
dimensional, dan pemerintah haruslah menjadi pilar utama
bangunan social-ekonomi yang mampu memayungi
masyarakat dari bahaya kemiskinan. Artinya solusi yang
dilakukan pemerintah harus mampu meng-counter setiap
excess yang ditimbulkan oleh kemiskinan disamping secara
paralel mengurangi angka kemiskinan itu sendiri.
120 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Di lain pihak, akibat dari kemiskinan sebagai
permasalahan yang bersifat resiprokal seringkali kemiskinan
dikaitkan dengan permasalahan lain yang saling
mempengaruhi dengan kemiskinan itu sendiri. Tingkat
pengangguran terbuka yang tinggi, kualitas sumber daya
manusia yang rendah secara bersamaan menjadi sebab dan
akibat daripada kemiskinan itu.
Berbeda hal jika kita berbicara masalah kemiskinan
secara ekonomi, secara lebih substantif Sen (2001) pernah
mengatakan bahwa pada dasarnya kemiskinan itu
disebabkan oleh “Capability Deprivation”, atau yang lebih
dikenal dengan kekurangan kebebasan dan rasa aman.
Kebebasan menyangkut pendidikan dan rasa aman
menyangkut kesehatan. Konsep Sen ini sangat dekat dengan
konsep pembangunan manusia dimana ekonomi, pendidikan
dan kesehatan adalah tiga pilar utama kebahagiaan seorang
individu.
Sejalan dengan Sen versi definitif lain kemiskinan
menurut Bank Dunia itu sendiri berarti dapat diartikan
sebagai tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan
kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti
tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak,
kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.
Apabila kita berbicara mengenai ukuran kemiskinan
maka kita akan dihadapkan pada klasifikasi yang diberikan
oleh Nurske (1953), yang mencakup ukuran :
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 121
1. Kemiskinan Absolut : Seseorang termasuk
golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan
dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan
dasar hidupnya.
2. Kemiskinan Relatif : Seseorang termasuk golongan
miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh
lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan Kultural : Seseorang termasuk
golongan miskin kultural apabila sikap orang atau
sekelompok masyarakat tersebut tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya atau dengan kata lain seseorang
tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu
pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.
Pendekatan pengukuran kemiskinan dari sisi ekonomi
selanjutnya telah mengenalkan kita pada apa yang disebut
Garis Kemiskinan (GK). Garis Kemiskinan telah dijadikan
ukuran untuk menentukan apakah seseorang itu
dikategorikan miskin atau tidak. Dalam definisi lain Garis
Kemiskinan diartikan sebagai tingkat minimum pendapatan
yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar
122 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
hidup yang mencukupi di suatu wilayah untuk satu individu
(per kapita).
Pendekatan mengenai Garis Kemiskinan telah
diperkenalkan sejak penghitungan kemiskinan dengan
metode Head-Count Index, hingga kini dengan Indeks FGT.
Namun yang perlu diketahui adalah pada dasarnya
kemiskinan tidak hanya harus diketahui besarannya
melainkan juga karakteritik. Sufisiensi pengetahuan akan
karakteristik kemiskinan tentunya dapat dijadikan kajian
mengenai kebijakan apa saja yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup orang miskin.
Secara umum kemiskinan dibedakan menjadi dua
berdasarkan klasifikasi desa/kota (Municipality). Yang
menjadikan pembeda tentunya garis kemiskinan antara kota
dan desa yang berbeda. Perbedaan ini tentunya didasari
asumsi bahwa tingkat kecukupan untuk hidup layak yang
berbeda antara kota dan desa. Perbedaan ini juga
mengkibatkan perbedaan dari Garis Kemiskinan antar Kota
dan Desa.
Di negara berkembang dengan populasi yang tinggi
seperti Indonesia masalah kemiskinan adalah masalah pokok
yang mesti diberantas. Sebagai suatu ukuran yang bisa dilihat
baik secara absolut maupun relatif kemiskinan di negara
berkembang relatif sangat sulit untuk dientaskan. Di samping
itu masih rendahnya tingkat dan kualitas ekonomi
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 123
masyarakat secara umum membuat kondisi relatif kategori
miskin di Indonesia masih sangat rendah.
Dalam perjalanannya kemiskinan muncul sebagai
permasalahan yang bersifat multi dimensi. Dalam wacana ini
bisa diartikan bahwa solusi untuk kemiskinan bukanlah
merupakan solusi tunggal melainkan sebuah prosedur yang
kompak yang dibutuhkan dalam upaya sebuah upaya yang
berkelanjutan. C.K. prahalad pernah menulis bahwa kaum
miskin atau marginal adalah potensi yang besar. Seperti yang
dikutip oleh Supratikno bahwa pengentasan kemiskinan
identik dengan apa yang disebut sebagai kapasitas mengelola
transaksi.
Mengambil contoh-contoh konkret pengentasan
kemiskinan Prahalad menarik beberapa contoh peran serta
pengelolaan pemerintah. Program Shakti Amma di India serta
program Grameen Bank yang merupakan usulan Nobelis
Muhammad Yunus adalah salah satu contoh keterlibatan tata
kelola pemerintah. Dalam program-program ini ada
komitmen politik serta landasan hukum yang kuat dalam
program pengentasan kemiskinan.
124 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 6.1
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali tahun 2011 - 2016
Jumlah penduduk miskin di Bali relatif terus
mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar penduduk miskin masih mendiami wilayah
perkotaan, meskipun jumlah ini tidak terlalu berbeda jauh
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di wilayah
pedesaan.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 125
Grafik 6.2
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Bali, Tahun 2011-2016
Di sisi lain semakin menurunnya persentase
penduduk yang menempati daerah pedesaan dibandingkan
perkotaan mengakibatkan gap persentase penduduk miskin
di wilayah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan
semakin jauh. Meskipun persentase penduduk miskin di
tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan dengan
2015, gap persentase ini semakin terbuka lebar di tahun
2016.
Kondisi ini tentunya tidak terlalu positif dalam jangka
panjang mengingat kondisi akan mendorong munculnya
stigma bahwa pedesaan adalah kantong-kantong kemiskinan
tidak kentara yang nantinya dapat berujung pada makin
banyaknya orang berpindah dari desa menuju kota untuk
mencari sumber penghidupan baru.
126 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 6.3
Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Bali, Tahun 2011-2016
Penurunan persentase penduduk miskin ternyata
diikuti juga oleh menurunnya indeks kedalaman kemiskinan
di Provinsi Bali. Hanya saja sejak tahun 2015 indeks
kedalaman di wilayah perkotaan justru lebih rendah
dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk miskin di wilayah perkotaan
rata-rata memiliki tingkat konsumsi yang lebih mendekati
garis kemiskinan dibandingkan dengan yang bermukim di
pedesaan. Selain itu dibandingkan dengan tahun sebelumnya
peluang penduduk miskin di wilayah perkotaan untuk
terlepas dari kemiskinan juga lebih besar dibandingkan
dengan pedesaan. Hal ini ditandai dengan semakin
menurunnya indeks kedalaman kemiskinan di wilayah
perkotaan.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 127
Grafik 6.4
Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Bali, Tahun 2011-2016
Secara umum tingkat keparahan juga menunjukkan
pergerakan yang relatif menyerupai pergerakan indeks
kedalaman kemiskinan. Lebih lambatnya penurunan
persentase penduduk miskin di pedesaan dibandingkan
dengan perkotaan yang ditandai dengan tren penurunan
yang lebih lambat di wilayah pedesaan kemungkinan karena
penciptaan sumber-sumber ekonomi yang tidak seragam di
wilayah pedesaan.
Sementara itu, penciptaan sumber-sumber lapangan
kerja yang lebih merata di perkotaan mengakibatkan indeks
keparahan kemiskinan di perkotaan mengalami penurunan
yang lebih cepat dibandingkan dengan pedesaan.
128 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
6.2. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan penduduk dihitung untuk
mengetahui apakah pada dasarnya kemajuan perekonomian
sudah dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Tidakkah
kemajuan pembangunan itu dalam wujudnya sebagai
peningkatan pendapatan hanya dinikmati oleh sebagian kecil
orang saja. Bali sebagai daerah tujuan wisatawan tentunya
tidak sedikit mengandalkan investasi luar untuk
pembangunan pariwisatanya. Dan investasi yang diberikan
secara dominan bertujuan untuk membangun infrastruktur
penunjang dari kegiatan pariwisata itu sendiri.
Tidak heran karena tingginya investasi dari luar negeri
banyak pihak yang meragukan apakah pada dasarnya
investasi yang diberikan dikaitkan dengan output yang
dihasilkan oleh investasi itu sebanding dengan apa yang
masyarakat Bali dapatkan dari sektor pariwisata. Apakah
investasi itu mampu mensejahterakan sebagian besar
penduduk, tidakkah justru menambah lebar jurang
kesenjangan pendapatan itu sendiri.
Hal yang umum dilakukan untuk mengukur tingkat
ketimpangan pendapatan masyarakat (kemiskinan relatif)
suatu daerah adalah dengan pendekatan kriteria Bank Dunia
dan Koefisien Gini (Gini Ratio). Adapun kriteria Bank Dunia
yang umum dihitung adalah tingkat ketimpangan penduduk
yang terpusat pada 40 persen penduduk berpendapatan
rendah.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 129
Kriteria ketimpangan pendapatan adalah sebagai
berikut:
Ketimpangan Tinggi (high inequality), bila 40 persen
penduduk dalam kelompok berpendapatan terendah ini
menerima kurang dari 12 persen jumlah pendapatan
penduduk. Dapat dikatakan “pemerataan
rendah/kurang”.
Ketimpangan Sedang (moderate inequality), bila 40
persen penduduk dalam kelompok berpendapatan
terendah ini menerima 12-17 persen dari jumlah
pendapatan penduduk. Dapat dikatakan “pemerataan
sedang”.
Ketimpangan Rendah (low inequality), bila 40 persen
penduduk dalam kelompok berpendapatan terendah ini
menerima lebih dari 17 persen jumlah pendapatan
penduduk. Dapat dikatakan “pemerataan tinggi/baik”.
Distribusi pendapatan penduduk adalah suatu hal
yang harus diperhatikan dalam melihat kinerja perekonomian
daerah. Pertumbuhan yang tinggi hendaklah diikuti oleh
pemerataan “kue ekonomi” agar tujuan mensejahterakan
penduduk dapat tercapai. Salah satu ukuran (indikator) yang
dapat mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
masyarakat (kemiskinan relatif) adalah distribusi pendapatan
dan gini rasio.
Menurut rasio Gini ketimpangan dalam pendapatan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
130 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
1. Ketimpangan rendah jika rasio Gini berkisar dari
0,1 hingga 0,2
2. Ketimpangan sedang jika rasio Gini berkisar
diatas 0,2 hingga 0,5.
3. Ketimpangan tinggi jika rasio Gini berada diatas
0,5.
Sepanjang tahun 2007 -2016 terjadi perubahan level
pada tingkat ketimpangan di Bali dan Nasional. Dalam kurun
waktu enam tahun ini tingkat ketimpangan Bali meningkat
hingga mendekati bahkan melebihi tingkat ketimpangan
secara nasional.Kondisi ini menunjukkan bahwa ketimpangan
yang ada di Bali lebih tinggi dibandingkan sebagian besar
wilayah lain yang ada di Indonesia.
Di saat yang bersamaan indikator ini juga
menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di Bali dampaknya terhadap ekonomi secara
keseluruhan jauh lebih kecil dibandingkan dengan sebagian
besar provinsi yang ada di Indonesia. Di tahun 2016 koefisien
Gini mencapai angka 0,37. Angka ini sedikit menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai
0,38.
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 131
Grafik 6.5
Koefisien Gini Bali dan Nasional (2007 - 2016)
0.3
0.4
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bali Nasional
Ketimpangan Bali juga lebih rendah dibandingkan
dengan ketimpangan secara nasional sejak tahun 2014. Di
tahun 2016 ketimpangan nasional tercatat mencapai angka
0,39 atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 0,40. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perubahan indeks gini relatif tidak
berpengaruh terhadap kondisi sosial. Akan tetapi apabila
transisi perubahan Gini berlangsung sangat cepat dampak
yang dihasilkan terhadap kondisi sosial di masyarakat akan
jauh lebih besar.
132 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 6.6
Koefisien Gini Kabupaten/Kota 2015 dan 2016
Sejak tahun 2013 kabupaten dengan tingkat
ketimpangan tertinggi tidak lagi berada di Kota Denpasar.
Ketimpangan wilayah ini jauh menurun dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Rasio ketimpangan Denpasar turun dari 0,42
di tahun 2012 menjadi 0,33 di tahun 2016. Selain Denpasar
Kabupaten lain yang menunjukkan penurunan adalah
Gianyar yang turun dari 0,33 menjadi 0,30 dalam kurun
waktu yang sama. Di tahun 2016 ketimpangan tertinggi
berada di Kabupaten Jembrana dan Klungkung yang koefisien
gini-nya tercatat mencapai 0,36.
Koefisien Gini Provinsi Bali yang lebih tinggi
dibandingkan koefisien Gini tertinggi kabupaten/kota di Bali
menunjukkan tingginya tingkat ketimpangan antar daerah di
Bali. Tingkat ketimpangan antar daerah cenderung lebih
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 133
tinggi dibandingkan dengan tingkat ketimpangan penduduk
dalam suatu wilayah.
Di lain pihak meningkatnya ketimpangan di Jembrana
dan Klungkung juga cenderung akibat faktor eksterKeduanya
adalah penerima eksternalitas positif terbesar dari semakin
jenuhnya perekonomian di pusat Bali. Tabanan berkembang
karena menerima keuntungan dari ekses penuhnya populasi
Badung dan Denpasar sementara Buleleng menunjukkan
pertumbuhan yang menjanjikan seiring dengan
meningkatnya migrasi dan permintaan domestik seiring
dengan peran pentingnya sebagai salah satu pusat studi di
Bali. Tingkat harga dan biaya dari faktor produksi yang lebih
rendah dibandingkan dengan Denpasar dan Badung telah
membuat kedua daerah ini menjadi salah satu tujuan utama
investasi di Pulau Bali.
Di kabupaten-kabupaten ini laju ketimpangan
berlangsung lebih cepat. Daerah dengan output-output yang
besar semakin tidak terbendung dalam hal ketimpangan
karena tidak adanya pengelolaan pada distribusi ekonomi
mereka ke daerah di sekitarnya. Padahal jika diperhatikan
secara lanjut ketimpangan ekonomi pada akhirnya akan
merugikan daerah-daerah ini akibat dampak non
ekonomisnya seperti halnya berlebihnya populasi, dan
masalah sosial lain yang merupakan ujung dari daya tarik
berlebih mereka sendiri. Sementara di sisi lain pertumbuhan
134 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
mereka cenderung akan terjadi karena meningkatnya
konsumsi pada penduduk.
Perkembangan ekonomi Bali sebagian besar
dirasakan oleh kelompok pendapatan menengah. Kelompok
ini secara nyata telah berkontribusi pada menurunnya
persentase kue ekonomi ke kelompok tertinggi. Kelompok ini
juga membantu mengurangi kesenjangan ekonomi terutama
akibat sangat kuatnya tarikan kelompok atas.
Di Bali dalam beberapa tahun terakhir, distribusi
ekonomi juga cukup berpihak pada kelompok terbawah.
Kelompok ini berkontribusi terhadap penyerapan hasil
ekonomi sebesar 18 persen atau jauh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 yang hanya mampu menyerap
ekonomi sekitar 16 persen.
Grafik 6.7
Distribusi Pendapatan Kabupaten/Kota di Bali
Tahun 2012 - 2016
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 135
Di Kabupaten Jembrana dan Klungkung, meskipun
sebaran pendapatan masih berimbang antara satu kelompok
pendapatan dengan kelompok lainnya,akan tetapi bila
dibandingkan dengan wilayah lain kedua kabupaten ini
tergolong memiliki distribusi pendapatan yang paling
timpang. Hal ini terjadi karena paling rendahnya distribusi
ekonomi ke kelompok terbawah karena kuatnya tarikan pada
kelompok teratas.
Grafik 6.8
Distribusi Pendapatan Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2016
Sementara itu perubahan pada level konsumsi tidak
terlalu berpengaruh terhadap perubahan pada level
ketimpangan. Hal ini ditunjukkan oleh korelasi yang rendah
pada kedua indikator. Peningkatan pada level konsumsi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan rasio
gini. Tentunya hal ini sedikit banyak mengindikasikan bahwa
perubahan pada ketimpangan lebih banyak terjadi pada
136 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
kelompok yang tidak terlalu berpengaruh pada nilai tengah
yang dalam konteks ini adalah kelompok dengan
pengeluaran tertinggi.
Grafik 6.9
Distribusi Konsumsi Makanan Kabupaten/Kota di Bali Tahun
2015 dan 2016 Beserta Konsumsi Per Kapitanya
Sementara itu dilihat dari komposisi konsumsi yang
terdiri dari kelompok makanan dan non makanan, maka
secara dominan rata-rata konsumsi penduduk Bali lebih
banyak pada konsumsi non makanan. Persentase makanan
dalam konsumsi penduduk Bali secara rata-rata mencapai
42,38 persen. Persentase ini meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 40 persen.
Secara umum hanya dua kabupaten yang mengalami
penurunan pada proporsi konsumsi makanan di tahun 2016
yaitu Jembrana dan Karangasem. Berbeda dengan
Karangasem yang dominasi konsumsinya tetap untuk
kelompok makanan, proporsi konsumsi makanan di
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 137
Jembrana mengalami penurunan drastis dari diatas 50
persen di tahun 2015 menjadi hanya sekitar 47 persen di
tahun 2016.
Di sisi lain ada hal yang cukup menarik diamati terkait
dengan konsumsi masyarakat Bali. Pada wilayah dengan
tingkat pengeluaran tertinggi, rasio konsumsi makanan justru
semakin rendah. Sebagai contoh wilayah Denpasar dan
Badung yang konsumsi per kapitanya di atas 1 juta Rupiah
komposisi konsumsi makanan di bawah 40 persen. Kondisi ini
cukup berbeda dengan Karangasem. Dengan konsumsi per
kapita kurang dari setengah Denpasar, proporsi konsumsi
makanan mencapai lebih dari 50 persen.
Grafik 6.10
Konsumsi Makanan dan Non Makanan pada Golongan
Pengeluaran Tahun 2015 dan 2016
Proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan tidak
jauh berbeda untuk kelompok pengeluaran di bawah 500
ribu. Hanya saja proporsi ini akan berbeda jika merujuk pada
138 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
kelompok pengeluaran di atas 500 ribu Rupiah. Sementara
itu apabila proporsi pengeluaran untuk makanan di tiga
kelompok pertama mengalami penurunan, proporsi makanan
untuk kelompok pengeluaran tertinggi ini justru mengalami
kenaikan.
6.3. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah salah satu faktor yang memiliki
peran strategis dalam sebuah pembangunan. Begitu juga
dengan perannya dalam perekonomian terutama itu kegiatan
produksi. Hanya saja dalam prosesnya, optimalisasi
produktivitas tenaga kerja berbeda dibandingkan dengan
optimalisasi faktor produksi atau sumber daya modal lainnya.
Apabila peningkatan produktivitas sumber daya modal
ditempuh melalui riset dan teknologi maka proses
peningkatan pada sumber daya manusia harus melewati
jalan panjang yaitu berupa peningkatan pada aspek-aspek
kehidupan mereka yang ditempuh dengan perbaikan kualitas
hidup terutama dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan terutama
dengan meningkatkan insentif dan memberikan
jaminan/tanggungan, permasalahan ketenagakerjaan masih
terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Permasalahan ini
tidak bersifat lokal atau hanya terjadi di Bali melainkan
memiliki skala nasional. Beberapa diantaranya adalah :
outsourcing, pengupahan, kesehatan dan keselamatan kerja,
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 139
pemutusan hubungan kerja, serta masalah tenaga kerja
asing.
Permasalahan outsourcing masih belum sepenuhnya
terselesaikan. Hal ini terjadi karena meskipun aspek legalitas
serta tata laksana outsourcing sudah diatur, implementasi
pengelolaan yang baru belum sepenuhnya dilaksanakan.
Masalah pengupahan adalah masalah yang sangat
rumit dalam ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena menurut
beberapa kalangan upah adalah insentif utama dengan peran
yang jauh lebih penting dibandingkan dengan insentif lainnya
untuk tenaga kerja di negara berkembang. Oleh karena itu
sangat sulit mencari keseimbangan antara tingkat upah yang
layak bagi buruh maupun pengusaha. Di sisi lain sistem
pengupahan di Indonesia masih menggunakan upah untuk
status lajang sehingga akan menjadi sangat kurang ketika
upah yang diberikan digunakan untuk menghidupi sebuah
keluarga atau rumah tangga. Di Indonesia penentuan upah
minimum didasarkan pada hasil Survei Kebutuhan Hidup
Layak (KHL).
Sementara itu konsep upah minimum seringkali
berbeda dalam implementasinya. Dengan kata lain upah
minimum hanya mampu diterapkan pada pekerja dengan
status pekerja formal namun sangat sulit diterapkan dalam
pekerja informal. Tingginya jumlah pencari kerja
dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia membuat
sebagian besar pekerja mau menerima upah di bawah tingkat
140 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
upah minimum yang ditetapkan. Selain itu minimnya jumlah
lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah
pencari kerja seringkali juga berdampak pada standar upah
yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
UMP Kabupaten/kota tertinggi di Bali tercatat di
Kabupaten Badung yang mencapai 2,12 juta Rupiah/bulan. Di
sisi lain UMP terendah tercatat di Kabupaten Bangli yang
tercatat 1,81 juta Rupiah/bulan. Sementara itu UMP Bali
tercatat mencapai 1,96 juta Rupiah/bulan. Persentase
kenaikan UMP antara tahun 2015 dan 2016 cukup bervariasi
antar wilayahnya, meskipun sebagian besar berada pada
kisaran 11,5 persen. Hanya Jembrana yang meningkat hingga
14,50 persen, sementara UMP Bali mengalami kenaikan
sekitar 8,3 persen.
Grafik 6.11
UMP Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali Tahun 2015 dan 2016
beserta perubahannya
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 141
Selain pada penentuan upah minimum, perhatian
tenaga kerja yang utama antara lain berkisar pada
ppenurunan tingkat pengangguran dan peningkatan
partisipasi angkatan kerja dalam perekonomian.
Dalam teori ekonomi murni pengangguran pada
dasarnya bersifat sukarela (voluntary unemployment) artinya
pengangguran terjadi karena tenaga kerja tidak mau bekerja
pada sembarang tingkat upah tertentu, jika seseorang mau
bekerja apa saja pada tingkat upah berapa saja maka
tentunya pengangguran tidak akan terjadi.
Teori ekonomi juga meyakini bahwa pada dasarnya
daerah memiliki tingkat pengangguran tinggi karena
sedikitnya kesempatan kerja dan rendahnya penyerapan
angkatan kerja. Sangat diperlukan apa yang disebut sebagai
pengembangan spesialisasi sebagai upaya untuk
meningkatkan partisipasi angkatan kerja. Spesialisasai akan
meningkatkan keahlian dan keahlian akan mampu melakukan
injeksi pada produktivitas. Peningkatan produktivitas akan
mampu meningkatkan tingkat upah.
Dalam beberapa tahun terakhir trend pengangguran
telah mengalami penurunan. Wilayah dengan sumber
ekonomi berbasis agraris dan jasa relatif memiliki tingkat
pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan yang
berbasis industri maupun ekstraktif. Hal ini diperlihatkan oleh
cukup rendahnya pengangguran Bali dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lain seperti halnya Kalimantan Timur
142 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
maupun beberapa daerah di Jawa. Meskipun demikian perlu
diketahui juga bahwa penurunan tingkat pengangguran di
Bali juga mengalami pelambatan dalam lima tahun terakhir.
Grafik 6.12
Tingkat Penganguran Terbuka Bali, Nasional dan Beberapa
Provinsi Tahun 1996-2016
Selain tingkat pengangguran terbuka, perhatian pada
ketenagakerjaan juga dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK). TPAK Bali pada bulan Agustus
cenderung mengalami pergerakan yang tidak konvergen
dibandingkan dengan bulan Februari. Beberapa hal ini dapat
terjadi jika melihat keterlibatan angkatan kerja pada sektor
primer seperti pertanian yang memiliki penyerapan tenaga
kerja sangat tinggi di bulan Februari. TPAK juga mampu
memberikan gambaran mengenai tingkat pengangguran.
TPAK yang tinggi memberikan indikasi pengangguran yang
lebih rendah. TPAK dalam beberapa tahun terakhir
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 143
cenderung mengalami kenaikan. TPAK di tahun 2016
meningkat menjadi 77,24 persen dari 75,5 persen di tahun
sebelumnya.
Grafik 6.13
TPAK Bali Bulan Agustus dan Februari Tahun 2012 - 2016
Dilihat dari usianya, sebagian besar tenaga kerja di
Bali berada pada kelompok usia di atas 30 tahun. Meskipun
demikian persentase angkatan kerja yang bekerja untuk
kelompok usia sekolah (15-24 tahun) juga relatif masih
sangat tinggi. Persentase di kelompok usia ini mencapai
angka sekitar 14 persen. Selain itu persentase untuk
kelompok usia di atas 60 tahun juga cukup tinggi yaitu sekitar
11 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rasio ketergantungan
murni Bali (memperhitungkan penduduk yang bekerja di
semua kelompok umur) akan lebih rendah dibandingkan
dengan rasio ketergantungan secara keseluruhan.
144 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
Grafik 6.14
Proporsi Angkatan Kerja Menurut Kelompok Usia Tahun 2016
Dari 2,42 juta angkatan kerja yang bekerja pada tahun
2016, lebih dari setengahnya bekerja di sektor jasa terutama
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Di sisi lain angkatan
kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai 20,95
persen sedangkan di Industri pengolahan berada pada
kisaran sekitar 15 persen.
Grafik 6.15
Proporsi Angkatan Kerja Menurut Sektor Tahun 2016
BAB VII PENUTUP
PENUTUP
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 147
BAB VII
PENUTUP
Konsep pembangunan yang berkelanjutan pada
dasarnya sudah diejawantahkan melalui program
pembangunan Bali Mandara yang sudah bergulir dalam
beberapa tahun terakhir. Program ini dimulai dari
pembangunan ekonomi sebagai motor utama kesejahteraan
namun tanpa meninggalkan aspek-aspek penting lain seperti
halnya pendidikan dan kesehatan. Program Bali Mandara
juga didasari oleh keseriusan untuk tetap mempertahankan
jati diri dan akar budaya orang Bali. Melalui program-
program yang digulirkan dan disertai dengan aksi nyata,
pembangunan ini dalam jangka panjang memiliki arti penting
yaitu mempersiapkan masyarakat Bali sebagai bagian dari
masyarakat dunia yang semakin terbuka seiring dengan
kemajuan yang dimotori oleh sektor pariwisata.
Dalam beberapa tahun terakhir Bali adalah
primadona wisatawan mancanegara dari berbagai belahan
dunia. Semakin meningkatnya kunjungan wisman ke Bali
akan berdampak pada semakin tingginya modal yang akan
diinvestasikan di pulau dewata ini. Pariwisata sebagai salah
satu sektor unggulan telah bertransformasi sebagai pemain
utama dalam menentukan kemajuan perekonomian Bali. Di
sisi lain pariwisata juga telah bertanggung jawab
mengembangkan sektor lainnya. Meskipun demikian peran
148 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
pariwisata yang sangat besar tidak dapat diikuti oleh sektor
lainnya.
Menurut Bank Dunia, produksi di Indonesia lebih
banyak didukung oleh meningkatnya produktivitas
dibandingkan dengan peningkatan pada kapasitas modal
fisik. Hal ini mungkin tidak berpengaruh signifikan pada
sektor primer akan tetapi tidak demikian halnya dengan
sektor sekunder maupun tersier. Pariwisata sebagai sektor
tersier mutlak mendapatkan dukungan fisik dan juga
produktivitas dalam waktu yang bersamaan. Tanpa kedua
faktor ini pariwisata tentu tidak dapat berkembang sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil yaitu Bali relasi
kontekstual yang bisa kita lihat adalah perekonomian Bali
sepenuhnya tergantung dari sistem yang mirip dengan pasar.
Perekonomian Bali masih digerakkan oleh sektor pariwisata
yang sepenuhnya ditentukan oleh permintaan dari luar.
Sebagai pendukung dari dalam, tentunya kita bertanggung
jawab agar Bali tetap dapat bersaing dengan kompetitor
dalam pasar yang sama yaitu pasar pariwisata internasional.
Akan tetapi menyerahkan sepenuhnya Bali terhadap
peningkatan keinginan pasar adalah ketidakmungkinan. Pada
bagian ini kita dapat mengutip apa yang pernah diungkapkan
oleh ekonom Milton Friedman bahwa “Sekali pasar
dipaksakan untuk pemerataan pendapatan maka ia akan
kehilangan kemampuan terbaik dalam menjalankan fungsi-
PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016 149
fungsinya”. Pendapat ini dapat mengandung arti apabila
dilihat dari relevansinya bahwa pemerintah harus sebaik
mungkin menjalankan perannya dalam mengelola Bali secara
keseluruhan tanpa kehilangan perannya secara parsial.
Seandainya masih ada yang termarjinalkan maka kita harus
memberikan kompensasi yang layak untuk mereka.
Pariwisata yang menjadikan Bali sebagai pasar tempat
bertemunya para wisatawan dengan para investor di bidang
ini. Dengan berbagai insentif yang diberikannya para pelaku
ini dengan cepat dapat menggerakkan sektor yang semula
tidak terkenal ini. Investor juga telah menguasai Bali dengan
tujuan yang meskipun tidak sepenuhnya dari keuntungan
bisnis perhotelan tetapi dari nilai aset yang terus mengalami
peningkatan.
Merespon keinginan pasar dengan cepat dapat
mengubah sumber daya alam menjadi kapital untuk para
investor. Meskipun terkesan menguntungkan tetapi dalam
jangka panjang justru kita kehilangan potensi dan daya
dukung lingkungan itu sendiri. Oleh karenanya kita harus
sungguh menjaga keutuhan alam yang kita miliki. Hanya saja
wawasan ke depan seperti ini masih jarang dimiliki oleh
sebagian orang Bali.
Di sisi lain pariwisata juga menjadikan Bali sebagai
tujuan utama dari migran yang berasal dari wilayah sekitar.
Arus migrasi yang tinggi ini dengan sendirinya akan
menjadikan Bali semakin padat. Wilayah yang semakin padat
150 PROFIL DAERAH BALI TAHUN 2016
tentu berdampak tidak baik bagi kelangsungan pariwisata
dalam jangka panjang. Tidak hanya sampai di situ arus
investasi terutama investasi fisik yang besar dalam beberapa
tahun ke depan memiliki kemungkinan untuk meredupkan
citra Bali sebagai salah satu tujuan wisata budaya.
Kita harus bersyukur dalam perjalanannya Bali
memiliki pemimpin-pemimpin yang memiliki visi, misi dan
keinginan untuk menjaga dan memajukan Bali tanpa
merubah bulat lonjong wajahnya. Program-program
pemerintah yang ada saat ini telah berniat untuk memajukan
segala lini kehidupan masyarakat di Bali. Gerbangsadu,
Simantri dan Bedah Rumah hanyalah sedikit dari banyak
platform pembangunan berbasis kerakyatan dan pemerataan
yang dilakukan oleh pemerintah Bali saat ini.
Sebagai penutup marilah kita bersama-sama memiliki
niat baik untuk menjaga Bali yang kita cintai ini. Semoga
keinginan kita menghasilkan resonansi yang sama ke semua
orang sehingga tujuan untuk memuliakan Bali menjadi nyata.