44
1 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance di suatu institusi, tidak terkecuali di Bank Indonesia. Harus kita sadari bahwa stakeholder menuntut Bank Indonesia agar lebih transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan tugas, khususnya di bidang pengedaran uang. Melalui laporan tahunan pengedaran uang ini, Bank Indonesia ingin menunjukkan kepada publik mengenai komitmen dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Governance. Dalam kaitannya dengan pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada upaya pencapaian misi-nya, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal yang berkualitas dalam arti layak edar, jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan tepat waktu serta menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu di masyarakat. Selama kurun waktu 2006, seiring dengan pesatnya perkembangan sistem pembayaran global dan meningkatnya tuntutan stakeholder akan layanan yang lebih baik di bidang pengedaran uang, berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastuktur telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dari segi regulasi dan kebijakan, teknologi maupun kompetensi sumber daya manusianya. Terlepas dari berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur pengedaran uang yang telah ada akan terus dilakukan, masih terdapat beberapa isu yang berkaitan dengan pengedaran uang. Isu-isu tersebut antara lain perbaikan manajemen mutu layanan kas kepada perbankan, kasus pemalsuan uang, manajemen kas dalam sistem perbankan dan keterbatasan jangkauan peredaran uang di daerah terpencil dan perbatasan. Bank Indonesia telah mengambil berbagai langkah terobosan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang pengedaran uang. Berkaitan dengan layanan kas kepada perbankan, Bank Indonesia telah mencanangkan strategi layanan kas prima, Bank Indonesia berupaya menerapkan Sistem Manajemen Mutu sesuai dengan standar internasional, dan akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2006 layanan kas di Kantor Pusat Bank Indonesia memperoleh ISO 9001:2000. Pada kasus pemalsuan uang, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya preventif dan represif. Salah satunya adalah merintis pembentukan unit khusus penanggulangan uang palsu yang diharapkan mampu berperan sebagai pusat database dan informasi temuan uang palsu di Indonesia.

KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

  • Upload
    dangnhi

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

1111

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR

Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan pelaksanaan

prinsip-prinsip Good Governance di suatu institusi, tidak terkecuali di Bank Indonesia. Harus kita sadari

bahwa stakeholder menuntut Bank Indonesia agar lebih transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan

tugas, khususnya di bidang pengedaran uang. Melalui laporan tahunan pengedaran uang ini, Bank

Indonesia ingin menunjukkan kepada publik mengenai komitmen dalam menerapkan prinsip-prinsip

Good Governance.

Dalam kaitannya dengan pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada upaya

pencapaian misi-nya, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal yang berkualitas dalam

arti layak edar, jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan tepat waktu serta

menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu di masyarakat.

Selama kurun waktu 2006, seiring dengan pesatnya perkembangan sistem pembayaran global dan

meningkatnya tuntutan stakeholder akan layanan yang lebih baik di bidang pengedaran uang, berbagai

perbaikan dan penyempurnaan infrastuktur telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dari segi regulasi

dan kebijakan, teknologi maupun kompetensi sumber daya manusianya.

Terlepas dari berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur pengedaran uang yang telah ada

akan terus dilakukan, masih terdapat beberapa isu yang berkaitan dengan pengedaran uang. Isu-isu

tersebut antara lain perbaikan manajemen mutu layanan kas kepada perbankan, kasus pemalsuan uang,

manajemen kas dalam sistem perbankan dan keterbatasan jangkauan peredaran uang di daerah

terpencil dan perbatasan. Bank Indonesia telah mengambil berbagai langkah terobosan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang pengedaran uang.

Berkaitan dengan layanan kas kepada perbankan, Bank Indonesia telah mencanangkan strategi layanan kas prima, Bank Indonesia berupaya menerapkan Sistem Manajemen Mutu sesuai dengan standar

internasional, dan akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2006 layanan kas di Kantor Pusat Bank Indonesia

memperoleh ISO 9001:2000.

Pada kasus pemalsuan uang, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya preventif dan represif.

Salah satunya adalah merintis pembentukan unit khusus penanggulangan uang palsu yang diharapkan

mampu berperan sebagai pusat database dan informasi temuan uang palsu di Indonesia.

Page 2: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

2222

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Dalam rangka mendorong perbankan dalam mengembangkan manajemen kas yang efektif, maka Bank

Indonesia menerapkan kebijakan setoran bayaran. Uji coba setoran bayaran antara lain berupa

keharusan untuk menyetorkan uang dalam kondisi tidak layak edar untuk seluruh pecahan,

diberlakukan pada bulan Mei di Kantor Pusat (KP) dan pada bulan Desember di seluruh Kantor Bank

Indonesia (KBI).

Berkaitan dengan keterbatasan jangkauan peredaran uang, Bank Indonesia mengimplementasikan

kerjasama dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) khususnya untuk melayani penukaran uang layak edar

di wilayah terpencil dan perbatasan. Kerjasama ini didasari bahwa Posindo merupakan lembaga yang

memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia, memiliki sumber daya yang memadai dan

khazanah yang cukup.

Akhirnya kami berharap bahwa Laporan Tahunan Pengedaran Uang 2006 ini dapat menjadi sumber

data dan informasi serta sarana edukasi yang strategis bagi stakeholder khususnya dalam memberikan

gambaran menyeluruh mengenai pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengedaran uang. Laporan ini juga dapat dijadikan sebagai sumber dalam menganalisis perkembangan kegiatan

perekonomian dan pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan pengedaran uang.

Semoga memberi bermanfaat.

Jakarta, 2007 Direktorat Pengedaran Uang

Direktur

Page 3: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

3333

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR ............................................................................................................................................... 1 DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ 3 DAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABEL...................................................................................................................................................... 5 DAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIK ................................................................................................................................................... 6 BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG................................................................................. 7

1.1 Pelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah............................................ 7 Pengadaan Uang dan Bahan Uang ............................................................................................................. 8 Distribusi Uang........................................................................................................................................... 8 Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Masyarakat.................................................................... 9 Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan..................................................................................... 9 Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat...................................................................................... 9 Strategi Clean Money Policy ..................................................................................................................... 11 Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah .................................................................................................. 12

1.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang Rupiah ................... 13 Peningkatan Waktu Layanan Kas .............................................................................................................. 13 Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000 ........................................................... 14 Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan............................................................................... 14

1.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Penanggulangan Peredaran Uang Palsu..................................................... 16 Mempersiapkan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang Palsu ................................................ 17 Sosialisasi dan Publikasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ........................................................................... 17 Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang Palsu..................................................................... 18

1.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pengembangan Operasional Pengedaran Uang.......................................... 18 Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata Uang .......................................................................................... 18 Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Uang ...... 19

Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi Uang dan Bahan Uang (SA-UBU) ......................... 19 Penyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) ....................... 19 Pengembangan Sistem Informasi Database Uang Palsu ....................................................................... 20 Pengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang Kartal ...................................................................... 20

Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan Uang ................................................................ 20 Melakukan Kajian dan Penelitian.............................................................................................................. 21

Page 4: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

4444

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Kajian Sinkronisasi Database Nomor Seri Uang Rupiah ...................................................................... 21 Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas ................................................................................ 21 Kajian Strategi Implementasi Cash Centre............................................................................................ 21 Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah ............................................................................................ 22 Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil................................................................................................. 23 Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar (ULE) ........................................................................ 24

Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia......................................................................................... 24 BAB II BAB II BAB II BAB II PENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANG . 26

Survei Ketersediaan Uang Rupiah ............................................................................................................. 26 Survei Kepuasan Layanan Kas................................................................................................................... 26 Survei terhadap Pengenalan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah ..................................................................... 27

BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITBAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT .................................................................... 29 Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri ...................................................................................... 29 Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri .......................................................................................... 30

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ---- 2007 2007 2007 2007 .... 33 Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun 2007 ............................................................................. 33 Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) .......................................................................................................................... 33 Pembentukan Titipan Kas Besar di KBI...................................................................................................... 33 Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Mengenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah....................... 33

Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Bank .......................................................................... 34 Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Indonesia ................................................................ 34 Kajian tentang efektifitas pelaksanaan Pilot Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang dengan PT.

Posindo ............................................................................................................................................... 34

BOKS BOKS BOKS BOKS ---- BOK BOK BOK BOKSSSS

1. Pemenuhan Uang Rupiah Layak Edar di Wilayah Perbatasan dan Terpencil ............................................ 25

LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN----LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN ....................................................................................................................................... 35

Page 5: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

5555

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABELDAFTAR TABEL

Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo ............................................................................................... 10 Tabel 2 Aspek-aspek Penilaian Survei Layanan Kas di KPBI .................................................................................. 27 Tabel 3 Persentase Perkembangan Temuan Uang Palsu Tahun 2006 .................................................................... 44

Page 6: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

6666

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIKDAFTAR GRAFIK Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar) ............................................................................................. 8 Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal) ........................................................................................... 8 Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI........................................................................................ 12 Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI .......................................................................................................................... 14 Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP ......................................................................................................... 16 Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI...................................................................................................... 16 Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP ...................................................................................................... 16 Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI................................................................................................... 16 Grafik 9 Indeks Hasi Survei : Ketersediaan Uang 2005-2006................................................................................. 26 Grafik 10 Indeks Hasil Survei : Kemampuan Mengenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah........................................ 28 Grafik 11 Perkembangan UYD Tahun 2005-2006 ................................................................................................. 37 Grafik 12 Perkembangan Rasio Uang Kartal terhadap Uang Giral ......................................................................... 37 Grafik 13 Pangsa Uang Kertas yang Diedarkan Berdasarkan Nominal................................................................... 38 Grafik 14 Pangsa Uang Logam yang Diedarkan Berdasarkan Nominal.................................................................. 38 Grafik 15 Pangsa pecahan UYD Berdasarkan Nominal ......................................................................................... 38 Grafik 16 Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar/Keping................................................................................ 38 Grafik 17 Perkembangan Outflow dan Inflow 2002 – 2006 .................................................................................. 39 Grafik 18 Perkembangan Outflow dan Inflow Bulanan.......................................................................................... 39 Grafik 19 Perkembangan Jumlah Outflow dan Inflow............................................................................................ 39 Grafik 20 Perkembangan Jumlah Outflow KP dan KBI........................................................................................... 40 Grafik 21 Perkembangan Jumlah Inflow KP dan KBI.............................................................................................. 40 Grafik 22 Pangsa Inflow Berdasarkan Wilayah Kerja ............................................................................................. 40 Grafik 23 Pangsa outfllow Berdasarkan Wilayah Kerja .......................................................................................... 40 Grafik 24 Pangsa Setoran Bank Berdasarkan Pecahan ........................................................................................... 41 Grafik 25 Pangsa Bayaran Bank Berdasarkan Pecahan .......................................................................................... 41 Grafik 26 Pangsa Penukaran Masuk Berdasarkan Pecahan .................................................................................... 41 Grafik 27 Pangsa Penukaran Keluar Berdasarkan Pecahan .................................................................................... 42 Grafik 28 Perkembangan Persediaan Kas BI .......................................................................................................... 42 Grafik 29 Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal............................................................................... 42 Grafik 30 Perkembangan Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping ............................................................ 43 Grafik 31 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasakan Wilayah............................................................................... 43 Grafik 32 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal ............................................................................. 43 Grafik 33 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Jumlah Lembar/Keping ....................................................... 44

Page 7: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

7777

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BAB IBAB IBAB IBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANBAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANGGGG

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Republik Indonesia No.3 tahun 2004, salah satu

tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Dalam

melaksanakan tugas tersebut di bidang pengedaran

uang, BI memiliki kewenangan untuk mengeluarkan,

mengedarkan, mencabut dan menarik, serta

memusnahkan uang rupiah.

Dalam rangka melaksanakan kewenangan tunggal di

bidang pembayaran tunai, BI telah menetapkan misi

yang merupakan arah dari setiap kebijakan

pengedaran uang, yaitu memenuhi kebutuhan uang

Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang

cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan

dalam kondisi yang layak edar. Misi tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

1. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan agar

dapat mempermudah kelancaran transaksi

pembayaran tunai, dapat diterima, dan dipercaya oleh masyarakat. Berkaitan dengan

hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa

karakteristik yaitu mudah digunakan dan

nyaman (user friendly), tahan lama (durable),

mudah dikenali (easily recognized) dan sulit

dipalsukan (secure against counterfeiting).

2. BI mengupayakan tersedianya jumlah uang

rupiah di masyarakat secara cukup, dengan

memperhatikan kesesuaian jenis pecahannya.

Untuk itu diperlukan perencanaan yang

komprehensif terutama dalam melakukan

perencanaan pengadaan uang dan distribusinya.

3. Mengupayakan tersedianya kelembagaan

pendukung untuk mewujudkan terciptanya

kelancaran arus uang kartal yang layak edar,

baik secara regional maupun nasional.

Guna mencapai misi di bidang pengedaran uang

tersebut, pada tahun 2006 BI telah merumuskan dan

melaksanakan berbagai kebijakan yang terfokus paa:

1. Pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai

wilayah di Indonesia.

2. Optimalisasi layanan kas dan pengelolaan uang

rupiah BI.

3. Penanggulangan peredaran uang palsu.

4. Pengembangan operasional pengedaran uang.

1.11.11.11.1 Pelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang RupiahMemenuhi Kebutuhan Uang Rupiah

Beberapa pelaksanaan kebijakan BI untuk menjamin

pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai

wilayah di Indonesia dalam jumlah yang cukup dan

layak edar, antara lain:

1. Menyusun rencana pengadaan uang dan bahan

uang serta melaksanakan pengadaan uang dan

bahan uang.

2. Melaksanakan distribusi uang yang efektif untuk

menjamin tersedianya uang yang cukup, lancar,

dan tepat waktu di seluruh wilayah Kantor Bank

Indonesia (KBI).

3. Memenuhi kebutuhan uang rupiah melalui

perbankan dan kerjasama dengan pihak ketiga.

4. Melaksanakan clean money policy melalui

pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE).

5. Melakukan penarikan dan pencabutan uang

rupiah.

Berlandaskan berbagai kebijakan yang ditempuh

tersebut, BI mampu memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat yang cenderung meningkat

selama tahun 2006, dengan tetap mampu

memelihara kecukupan persediaan kas pada tingkat

yang aman.

Page 8: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

8888

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di

masyarakat selama tahun 2006, BI merencanakan

pengadaan uang kertas sebesar 5,6 miliar lembar

atau naik 5,7% dari pengadaan tahun sebelumnya

yang mencapai sebesar 5,3 miliar lembar.

Sedangkan secara nominal, nilainya meningkat

sebesar 16,7%. Adapun uang logam (UL) tidak

dilakukan pengadaan karena persediaan UL yang

ada di BI dinilai masih mencukupi untuk kebutuhan

UL masyarakat. Realisasi pengadaan uang kertas

tahun 2006 yang merupakan uang hasil cetak

sempurna (HCS) tercapai sebesar 99,6% dari rencana pengadaan.

Berdasarkan komposisinya, pengadaan uang rupiah

selama tahun 2006 didominasi oleh pecahan

Rp1.000 dan Rp50.000 yang mencapai masing-

masing sebesar 38,1% dan 20,9% dari total lembar

pengadaan uang kertas rupiah. Sedangkan secara

nominal, pangsa pecahan terbesar adalah pecahan

Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar

47,3% dan 34,2% dari total nominal pengadaan

uang kertas selama tahun 2006. Komposisi

pengadaan uang pecahan tersebut didasarkan pada

proyeksi rencana distribusi uang dengan

memperhitungkan faktor-faktor seperti struktur

perekonomian daerah dan nasional, volume

transaksi masing-masing pecahan antara perbankan

dengan BI serta mempertimbangkan tingkat

kelusuhan uang dan persediaan kas BI.

Selain melakukan pengadaan uang, pada tahun 2006

Bank Indonesia juga melaksanakan pengadaan

bahan uang kertas dengan memperhitungkan

persediaan bahan uang minimum yang aman.

Sedangkan untuk bahan uang logam, pada tahun

2006 Bank Indonesia tidak melakukan pengadaan,

karena persediaan bahan uang yang ada masih mencukupi. Dalam rangka pengadaan bahan uang

tersebut, BI sudah memperhatikan penerapan unsur

pengaman uang yang handal untuk mengantisipasi

upaya pemalsuan uang.

7 . 5 %

7 . 0 %

2 0 .9 %

18 .0 %

9 .0 %

10 .1%

12 .6 %

9 .4 %

11.8 %

15.2 %

3 8 .1%

4 0 .3 %

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000

Rp5.000 Rp1.000

Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar)

3 4 . 2 %

3 4 . 9 %

4 7.5%

4 4 .7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000

Rp5.000 Rp1.000

Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal)

DistribusDistribusDistribusDistribusi Uang i Uang i Uang i Uang Dalam rangka melaksanakan kegiatan distribusi uang

ke berbagai wilayah di Indonesia, selama tahun

2006 BI menempuh strategi pengiriman uang ke

satuan kerja kas/KBI sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan serta menerima pengiriman uang

dari KBI yang mengalami net inflow dan atau kelebihan posisi kas serta menyalurkan kepada

satuan kerja/KBI yang membutuhkan (retur). Untuk

melaksanakan strategi distribusi uang tersebut, BI

menyusun rencana distribusi uang yang akan

dilaksanakan selama satu tahun berjalan. Rencana

pengiriman uang selama tahun 2006 sebesar

Rp125,1 triliun dan rencana retur sebesar Rp15,4

triliun. Adapun realisasi yang dicapai untuk

pengiriman uang adalah Rp129,9 triliun atau

Page 9: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

9999

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

mencapai 103,8% dari rencana, dan realisasi retur

uang sebesar Rp13,8 triliun atau tercapai sebesar

89,4% dari rencana.

Jumlah distribusi uang rupiah di seluruh wilayah di

Indonesia yang dicerminkan melalui selisih dari

pengiriman dan retur uang selama tahun 2006

mencapai sebesar Rp116,1 triliun atau tercapai

105,9% dari rencana sebesar Rp109,7 triliun.

Pencapaian realisasi tersebut lebih dari 100%,

sejalan dengan meningkatnya rata-rata laju

pertumbuhan uang kartal yang diedarkan (UYD)

selama tahun 2006 sebesar 14,6% atau lebih tinggi

dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 13,2%. Berdasarkan pecahannya,

sebagian besar besar realisasi distribusi uang adalah

pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 yang mencapai

masing-masing 45,2% dan 36,2%.

Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di tahun

2007, BI mulai melakukan berbagai persiapan

penyusunan rencana distribusi uang sejak triwulan

II-2006. Berbagai langkah yang dilakukan masih

sejalan dengan tahapan tahun sebelumnya, yaitu

melakukan perhitungan proyeksi dengan

menggunakan metode Error Corection Model (ECM),

serta pembahasan dengan seluruh satuan kerja kas.

Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan MasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat Pemenuhan uang rupiah untuk perbankan dan

masyarakat dilakukan secara langsung, maupun

melalui kerjasama baik dengan perbankan dan pihak

ketiga. Pemenuhan uang rupiah kepada perbankan

meliputi pelaksanaan penarikan uang layak edar dan

penyetoran dari bank terutama uang yang tidak layak

edar. Selain itu, BI juga melaksanakan kegiatan kas

titipan di 11 KBI untuk memenuhi kebutuhan uang

kartal perbankan di wilayah tertentu. Adapun

pemenuhan uang kartal kepada masyarakat meliputi penukaran melalui loket di seluruh satuan kerja kas

BI dan kas keliling, serta melalui pihak ketiga yang

bekerjasama dengan perusahaan penukaran uang

pecahan kecil (PPUPK) dan PT. Pos Indonesia (PT.

Posindo).

Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada PerbankanPelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan

Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah, perbankan

melaksanakan penarikan uang kartal secara langsung

dari BI di seluruh wilayah. Volume penarikan uang

oleh perbankan mendominasi aliran uang keluar dari

BI (outflow), yaitu mencapai sekitar 96,7% dari total

outflow. Sebagian besar penarikan uang perbankan

dilakukan oleh kelompok bank pemerintah yang

mencapai sebesar 41,5% dari total penarikan uang

oleh perbankan, selanjutnya adalah kelompok Bank Pembangunan Daerah dan Bank Umum Swasta

Nasional yang mencapai sebesar 32,2% dan 23,8%.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah

khususnya bagi perbankan di wilayah-wilayah

tertentu yang sulit dijangkau oleh BI, dilaksanakan

layanan kas titipan di perbankan. Jumlah kas titipan

BI di perbankan pada tahun 2006 terdapat di 12 KBI

yang meliputi KBI Jambi, Banjarmasin, Palu, Sibolga,

Surabaya, Medan, Manado, Jayapura, Palangkaraya,

Palembang, Kupang, dan Makassar. Volume

pengaliran uang melalui kas titipan di perbankan

sebesar 1,5% dari total outflow. Frekuensi

pengiriman uang dari BI untuk dititipkan di bank

tersebut setiap bulan bervariasi, dengan rata-rata 2

sampai 3 kali. Dari 12 KBI yang memiliki kas titipan,

volume kas titipan terbesar tercatat di wilayah KBI

Medan dan KBI Palembang masing-masing

mencapai 46,7% dan 24,8% dari total volume

layanan kas titipan.

Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada MasyarakatPelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah bagi

masyarakat, BI melaksanakan layanan penukaran

uang secara langsung melalui loket di seluruh kantor

BI dan melalui kas keliling. Selain melakukan penukaran kepada masyarakat secara langsung, BI

juga melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu

Page 10: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

10101010

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

dengan perusahaan penukaran pecahan uang kecil

(PPUPK) yang melayani penukaran uang pecahan

kecil dan dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) untuk

melayani kebutuhan uang layak edar di wilayah

perbatasan dan terpencil. Layanan penukaran uang

kepada masyarakat meliputi penukaran uang yang

masih layak edar (ULE) dengan uang yang masih

layak edar dalam pecahan yang sama atau pecahan

lainnya, atau penukaran UTLE dengan uang layak

edar dalam pecahan yang sama atau pecahan lainny.

Volume layanan penukaran tersebut selama tahun

2006 mencapai sekitar 1,8% dari total outflow.

Layanan penukaran uang layak edar melalui PT. Posindo dimaksudkan untuk meningkatkan dan

memperluas wilayah layanan BI untuk memenuhi

kebutuhan uang rupiah ke masyarakat, khususnya di

daerah perbatasan dan terpencil. Pada pelaksanaan

kerjasama tersebut, PT. Posindo berperan dalam

penukaran uang ke masyarakat dengan

menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan

atau dimiliki. Adapun BI berperan memberikan

pelatihan dan konsultasi kepada PT.Posindo

khususnya terkait dengan teknik atau cara mengenali

ciri-ciri keaslian uang rupiah dan penetapan

besarnya penggantian atas uang rusak. Melalui

kerjasama tersebut diharapkan masyarakat yang

berada di wilayah terpencil dan perbatasan yang

seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh

uang yang layak edar untuk keperluan transaksi akan

berkurang secara bertahap, karena masyarakat dapat

secara langsung menukarkan uang tidak layak edar

kepada PT. Posindo terdekat.

Pemilihan PT. Posindo dalam kegiatan penukaran

uang tersebut, karena merupakan salah satu institusi

yang layak dan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan fungsi pengedaran uang karena

didukung oleh jaringan kantor yang tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia, memiliki sumber

daya manusia dan armada yang memadai, memiliki

khazanah yang memadai, serta biaya investasi yang

dibutuhkan relatif tidak terlalu besar. Pada tahun

2006 telah direalisasikan kerjasama BI dengan

PT.Posindo yang meliputi 9 wilayah propinsi.

Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo PT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDO

No.No.No.No. WilayahWilayahWilayahWilayah KPRKKPRKKPRKKPRK KPCKPCKPCKPC

Singkawang

Singkawang, Bengkayang, Tujuhbelas, Sungaiduri, Samalantan, Ledo, Sanggauledo, Seluas, Sambas, Selakau, Pemangkat, Jawai, Tebas, Sekura, dan Paloh. 1. Pontianak

Sanggau

Sanggau, Balai Karangan, Balai Sebut, Batang Tarang, Kedukul, Kembayan, Melinau, Pusat Damai, Sekadau, Sosok, Tayan, Sedayak, Beduai, dan Bonti

2. Kupang Atambua Atapupu, Besikama, Betun, Boas, dan Weluli.

3. Samarinda Tarakan

Tanjung Selor, Long Bawang, Nunukan, Sungai Nyamuk, Malinau, Sebuku, dan Mansalong

Tenggarong

Kotabangun, Barong Tongkok, Melak, dan Long Iram.

4. Palu Palu

Tentena, Beteleme, Kolonedale, Bungku, dan Tomata.

5. Ambon Ambon Leksula, Bula, Pasahari,Geser, Wahai, dan Mako.

Tual

Dobo, Elat, Larat, Saumlaki, Tepa, Serwaru, dan Wonreli.

6. Papua Jayapura

Arso, Waris, Wamena, Abepura, Sentani, Sarni, Genyem.

Merauke

Tanah Merah, Agats, Kurik, Kimaam, Mindiptama, Bade, Kepi, dan Asiki.

Page 11: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

11111111

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

PT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDOPT. POSINDO No.No.No.No. WilayahWilayahWilayahWilayah

KPRKKPRKKPRKKPRK KPCKPCKPCKPC

7. Kendari Kendari

Lambuya, Rate-Rate, Mowewe, Anaiwoi, Kesipute, Tinanggea, Palangga, Punggaluku

Palangkaraya

Tamiang layang, Ampah, Bunto, Muarateweh, Puruk Cahu 8. Palangkaraya

Sampit Samuda, Kuala Pumbuang, Pembuang Hulu

9. Ternate Ternate Payahe, Weda, Sidangoli, Jailolo, Kao, Tobelo

KPRK : Kantor Pos Pemeriksa KPC : Kantor Pos Cabang

Selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan uang

khususnya pecahan kecil (Rp10.000 ke bawah) bagi

masyarakat, BI tetap melaksanakan program

kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Perusahaan

Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang

dilakukan sejak tahun 2001. Strategi kerjasama

tersebut selama tahun 2006 meliputi:

1. Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap

pelaksanaan layanan penukaran Uang Pecahan

Kecil (UPK) kepada masyarakat, antara lain

dengan menyusun Pedoman Pengawasan

PPUPK dalam melaksanakan fungsi tersebut.

Pedoman tersebut telah disosialisasikan kepada

12 (dua belas) KBI penyelenggara PPUPK.

2. Peningkatan peran layanan PPUPK pada periode

peningkatan kebutuhan uang rupiah yaitu

menjelang liburan hari raya keagamaan. Pada

periode tersebut, BI menerapkan peningkatan

modal penukaran bagi setiap PPUPK sekitar 50%

atau 100%, dengan frekwensi penukaran

sebanyak 2 kali seminggu. Konsentrasi layanan PPUPK terutama di stasiun kereta api, terminal

bus, pasar, dan pelabuhan.

Sebagaimana tahun sebelumnya, BI melaksanakan

survei terhadap kegiatan layanan penukaran uang

pecahan kecil. Berdasarkan survei tersebut, indeks

kepuasan masyarakat atas ketersediaan uang

pecahan kecil pada tahun 2006 mencapai 4,74

(skala 1-6), atau lebih rendah dari tahun lalu yang

mencapai 4,99. Meskipun mengalami penurunan

nilai indeks, namun kegiatan layanan penukaran

uang pecahan kecil tersebut masih dinilai cukup

membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

uang pecahan kecil.

Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Dalam melaksanakan strategi clean money policy, BI

melaksanakan kegiatan pemusnahan uang terhadap

uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dan mengganti dengan uang baru. Proses pemusnahan

tersebut dilakukan melalui suatu prosedur dan

pengawasan pelaksanaan pemusnahan uang yang

ketat serta menetapkan tingkat kelusuhan uang yang

dapat dimusnahkan.

Pemusnahan uang kertas oleh Bank Indonesia

menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan

mesin racik uang kertas (MRUK), sedangkan

pemusnahan uang logam dilakukan melalui

peleburan yang berada di bawah pengawasan penuh

BI. Pada saat ini jumlah mesin sortasi yang dapat

digunakan sekaligus untuk meracik uang memiliki

kapasitas 4.073.000 lembar uang kertas per jam atau

terdapat kenaikan kapasitas sebesar 7,1% dari tahun

sebelumnya yang mencapai 3.803.000 lembar uang

kertas. Adapun mesin racik yang dimiliki BI

berkapasitas memusnahkan 6.314.462 lembar uang

kertas per jam.

Pelaksanaan pemusnahan uang di BI dilakukan oleh

suatu tim yang terdiri dari pengawas serta pelaksana

pemusnahan dalam suatu ruangan yang khusus dan

steril dari kegiatan kas lainnya. Sebelum dilakukan

pemusnahan oleh MRUK, dilakukan uji petik

terhadap uang yang akan dimusnahkan yang diakhiri dengan pemeriksaan hasil racikan uang. Uji petik

tersebut perlu dilakukan, meskipun sebelumnya

Page 12: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

12121212

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

telah melalui proses sortasi dan perhitungan yang

dilakukan minimal sebanyak 2 kali baik melalui

mesin hitung manual maupun dengan menggunakan

mesin khusus sortasi. Adapun penggunaan MSUK,

dilakukan secara langsung yang digunakan untuk

keperluan sortasi dan meracik uang kertas. Seluruh

hasil pelaksanaan pemusnahan uang tersebut

dituangkan dalam suatu Berita Acara Pemusnahan

dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Racikan. Selain

melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat

pada pelaksanaan pemusnahan uang, BI juga

menetapkan strategi kelayakan uang rupiah yang

tidak layak edar (UTLE). Penetapan UTLE tersebut melalui setting mesin sortasi berupa penentuan soil

level (tingkat kelusuhan) dan secara manual melalui

standarisasi visual uang layak edar.

Jumlah uang yang dimusnahkan selama tahun 2006

sebanyak 4,8 miliar lembar uang kertas, dan 243,5

juta uang logam. Adapun rasio pemusnahan uang

rupiah terhadap aliran uang yang masuk ke BI

(inflow) secara triwulanan cenderung meningkat.

Kisaran rasio pemusnahan tersebut antara 16,9%

sampai dengan 37,0%. Rasio pemusnahan uang di

KP meningkat secara signifikan pada triwulan-2 dan

triwulan-3 yang mencapai masing-masing sebesar

57,9% dan 94,5%. Peningkatan rasio pemusnahan

uang rupiah terhadap inflow tersebut terutama

berkaitan dengan penerapan kebijakan kepada

perbankan untuk menyetorkan uang ke BI dalam

kondisi yang tidak layak edar pada bulan Mei 2006

atau pada pertengahan triwulan-2. Namun demikian,

pada triwulan-4 terjadi penurunan rasio pemusnahan

di KP terutama disebabkan kebijakan diskresi berupa

kelonggaran penyetoran uang layak edar selama 5

hari kerja di bulan November 2006 untuk

mengakomodasi kelebihan uang di perbankan paska

hari raya lebaran. Penerapan kebijakan penyetoran UTLE di KBI pada bulan Desember 2006, berdampak

pula terhadap peningkatan rasio pemusnahan uang

terhadap inflow secara signifikan.

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

Tw-12005

Tw-22005

Tw-32005

Tw-42005

Tw-12006

Tw-22006

Tw-32006

Tw-42006

KP KKBI Nasional

Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI

Budaya dan perilaku masyarakat terhadap cara

memperlakukan uang di Indonesia selama ini cukup

mempengaruhi kondisi uang rupiah yang beredar di

masyarakat. Untuk itu, pada tahun 2006 secara

intensif menyampaikan sosialisasi melalui berbagai

penyuluhan dan iklan layanan masyarakat mengenai

”Cara Mempelakukan Uang dengan Baik dan

Benar”. Tujuan dari penyampaian materi Cara

Memperlakukan Uang tersebut adalah menghimbau

dan mengajak masyarakat agar dapat berperanserta

dalam memperlakukan uang dengan baik dan benar

sehingga fisik uang tidak cepat lusuh dan rusak.

Dengan kondisi fisik uang yang masih baik maka

masyarakat akan lebih mudah mengenali ciri-ciri

keasliannya.

Penarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang RupiahPenarikan dan Pencabutan Uang Rupiah Guna memenuhi kebutuhan uang yang layak edar di

masyarakat, BI secara berkala melakukan penarikan

dan pencabutan uang yang dinilai telah memiliki

masa edar yang cukup lama. Penarikan dan

pencabutan uang Rupiah juga merupakan salah satu

upaya untuk memutus mata rantai pemalsuan uang

terhadap pecahan tertentu yang dinilai cukup

banyak beredar. Pada tahun 2006, BI melakukan penarikan terhadap 4 pecahan uang kertas yang

terdiri dari pecahan Rp100, Rp500, Rp1.000, dan

Rp5.000 masing-masing tahun emisi 1992, serta

uang logam pecahan Rp5 tahun emisi 1979, Rp50

dan Rp100 masing-masing tahun emisi 1991.

Page 13: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

13131313

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

1.21.21.21.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang RupiahPengelolaan Uang Rupiah

Setiap satuan kerja kas di KP dan KBI melakukan

layanan kas kepada perbankan, dan pihak lain

seperti pemerintah dan masyarakat. BI senantiasa

melaksanakan layanan kas dengan cepat, akurat,

serta aman sesuai dengan fasilitas yang tersedia di

KP dan masing-masing KBI. Upaya yang dilakukan

dalam mengotimalkan layanan kas khususnya di KP

adalah dengan mempercepat waktu layanan

berdasarkan target maksimum tertentu, serta

mencapai sertifikasi ISO di bidang layanan kas.

Melalui strategi tersebut diharapkan dapat

memperlancar aliran uang rupiah dari dan ke BI baik

kepada/dari perbankan maupun pihak lain sehingga

kebutuhan uang rupiah bagi masyarakat dapat

terpenuhi dengan cepat.

Selain itu, dalam rangka mengoptimalkan

pengelolaan uang kartal di BI yang mengarah pada

layanan kas dari perbankan dari retail menjadi

wholesale, BI menerapkan kebijakan uji coba

setoran bayaran kepada perbankan berupa

keharusan penyetoran UTLE ke BI. Melalui kebijkan

tersebut diharapkan dapat memacu perbankan untuk

mengoptimalkan pengelolaan uang kartalnya serta

memperlancar penyediaan kebutuhan uang bagi masyarakat.

Penilaian terhadap upaya optimalisasi layanan kas BI

pada tahun 2006 menunjukkan kondisi yang

memuaskan. Hal tersebut tercermin dari hasil survei

layanan kas yang mencapai angka 5,10 (skala 1-6) di

semester I yang meningkat menjadi 5,13 (skala 1-6)

di semester II atau sedikit lebih tinggi dari angka

indeks tahun sebelumnya yang mencapai angka

5,12.

Peningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan KasPeningkatan Waktu Layanan Kas BI menetapkan target waktu layanan kas rata-rata

sebagai salah satu indikator kinerja layanan kas BI

kepada stakeholders, yaitu 27 menit untuk layanan

kas kepada perbankan, baik untuk layanan

penarikan maupun pembayaran uang rupiah.

Realisasi rata-rata waktu layanan kas KPBI kepada

perbankan selama tahun 2006 masih lebih cepat dari

target selama 27 menit tersebut.

Rata-rata waktu layanan pembayaran uang rupiah ke

perbankan selama tahun 2006 adalah sebesar 19

menit 55 detik, sedangkan rata-rata waktu layanan

penyetoran uang rupiah dari perbankan ke BI selama

tahun 2006 sebesar 16 menit 22 detik. Pencapaian

rata-rata layanan pembayaran dan penyetoran uang

tersebut lebih baik dari rata-rata waktu layanan yang dicapai tahun sebelumnya, masing-masing 22 menit

dan 26 menit 30 detik.

Secara triwulanan, target rata-rata waktu layanan kas

berupa pembayaran kepada perbankan masing-

masing dengan rata-rata waktu layanan pada

triwulan I mencapai 21 menit 48 detik, triwulan II

mencapai 16 menit 55 detik, triwulan III mencapai

18 menit 45 detik dan triwulan IV mencapai 22

menit. Adapun rata-rata waktu layanan penyetoran

uang rupiah dari perbankan selama triwulan I

sampai triwulan IV 2006, masing-masing sebesar 18

menit, 16 menit 04 detik, 14 menit 22 detik, dan 15

menit 35 detik.

Rata-rata waktu layanan pembayaran kas pada

triwulan III dan IV mengalami kenaikan

dibandingkan dengan triwulan II, disebabkan

peningkatan volume penarikan oleh perbankan

terkait dengan periode masa liburan anak sekolah

dan liburan hari raya keagamaan yang terjadi di

triwulan III dan IV. Meskipun demikian, waktu

layanan kas tersebut masih di bawah target yang

ditetapkan selama 27 menit. Adapun waktu layanan

penyetoran uang rupiah di KPBI yang relatif

meningkat di triwulan IV-2006 juga disebabkan peningkatan volume uang masuk dari perbankan

paska berlangsungnya hari raya lebaran.

Page 14: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

14141414

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

0:00:00

0:05:46

0:11:31

0:17:17

0:23:02

0:28:48

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Bayaran Setoran Target

Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI

Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000ISO 9001:2000ISO 9001:2000ISO 9001:2000 BI telah mencanangkan strategi layanan kas prima

sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pengguna

sejak tahun 2004. Untuk mewujudkannya, BI

berupaya untuk menerapkan Sistem Manajemen

Mutu yang sesuai dengan satuan kerja kas

berdasarkan prinsip-prinsip dasar (persyaratan)

standar ISO 9001:2000 serta perlunya peningkatan

(improvement) terhadap layanan kas dan sistem

manajemen mutu satuan kerja kas.

Rangkaian kegiatan untuk mencapai layanan kas

sesuai dengan standar internasional tersebut diawali

dengan penyusunan kajian mengenai penerapan

standar ISO 9001:2000 yang telah dilaksanakan

pada tahun 2005 serta pendampingan oleh

konsultan yang kompeten. Berdasarkan kajian dan

rekomendasi yang dilaksanakan di tahun 2005,

menyatakan bahwa BI telah siap melaksanakan implementasi Sistem Manajemen Mutu sebagai

langkah lanjutan untuk memperoleh sertifikat ISO

9001:2000. Proses selanjutnya adalah melaksanakan

Audit Mutu Internal (AMI) terhadap pelaksanaan

layanan kas kepada perbankan, yang akan menjadi

dasar penunjukkan Badan Sertifikasi, yaitu PT. Lloyd

Register Indonesia. Finalisasi audit yang dilakukan

oleh Badan Sertifikasi pada bulan Juni 2006

mendapatkan hasil yang positif atau tidak ada

temuan yang bersifat major.

Berdasarkan berbagai langkah dan strategi

peningkatan layanan kas BI tersebut, pada tanggal 23

Agustus 2006 BI secara resmi memperoleh sertifikat

ISO 9001:2000 dari United Kingdom Accreditation

Service (UKAS) yang berkedudukan di London-

Inggris. Dengan tercapainya sertifikasi ISO

9001:2000 bagi layanan kas di KPBI tersebut, bukan

berarti strategi optimalisasi layanan kas BI telah

selesai. Langkah selanjutnya yang dinilai lebih berat

adalah menjaga dan mengupayakan pelaksanaan

layanan kas yang sesuai dengan standar mutu yang

telah ditetapkan.

Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan Perbankan Perbankan Perbankan Salah satu kebijakan BI kedepan adalah melayani

kebutuhan uang dalam jumlah besar (wholesale),

serta mendorong perbankan untuk mengembangkan

manajemen kas yang lebih efektif. Untuk tujuan

tersebut, sebagai langkah awal BI telah menerapkan

uji coba setoran dan bayaran kepada perbankan

sejak 2005 berupa penyetoran bank-bank ke BI

hanya diperkenankan uang dalam kondisi tidak

layak edar (UTLE) dan penarikan layak edar (ULE)

dari BI hanya dapat dilakukan setelah jumlah dan

pecahan tertentu ULE di perbankan sudah tidak

tersedia. Dengan diberlakukannya uji coa tersebut,

akan memberikan manfaat terhadap efisiensi

pengelolaan uang di BI sehingga diharapkan

pelayanan bagi perbankan menjadi lebih cepat

sehingga selanjutnya dapat memperlancar layanan

kas dari perbankan ke masyarakat. Selain itu,

penerapan uji coba tersebut juga akan memacu

perbankan untuk mengelola manajemen uang

kartalnya secara lebih baik.

Penerapan uji coba setoran dan bayaran perbankan

dibagi dalam 4 tahap, yaitu tahap I untuk penyetoran

UTLE pecahan Rp10.000 ke bawah yang diberlakukan pada triwulan IV-2005 kepada bank-

bank wilayah kerja Kantor Pusat BI. Penerapan uji

coba tahap II diberlakukan untuk penyetoran UTLE

Page 15: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

15151515

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

pecahan Rp10.000 ke bawah di wilayah KBI yang

dilaksanakan sejak triwulan II-2006. Adapun uji

coba tahap III dan IV diberlakukan berupa

penyetoran UTLE dari bank ke BI untuk seluruh

pecahan, masing-masing diberlakukan di KP pada

triwulan II-2006 dan di seluruh wilayah KBI pada

triwulan IV-2006. Untuk mendukung dan

optimalisasi pelaksanaan uji coba setoran dan

bayaran tersebut, berbagai kegiatan yang telah

dilakukan BI sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi kepada perbankan di

berbagai wilayah di Indonesia mengenai

pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran 2. Menyusun pedoman uji coba setoran dan

bayaran yang dijadikan dasar dalam

pelaksanaan kegiatan uji coba tersebut, antara

lain yang mencakup asumsi-asumsi efektivitas

dan efisiensi dari layanan kas BI dengan

mengutamakan keamanan dan kenyamanan

perbankan. Adapun ruang lingkup pedoman

tersebut antara lain meliputi prinsip umum,

pelaksanaan uji coba, monitoring pelaksanaan

uji coba, dan sanksi.

3. Membentuk fokus grup yang beranggotakan

perbankan dan BI sebagai fasilitator guna

mengkomunikasikan materi pedoman dan

kendala pelaksanaan uji coba dimaksud. Hasil

dan peran yang diharapkan dari pembentukan

fokus grup tersebut antara lain:

a. Memperoleh masukan dari bank-bank agar

penerapan pengaturan kegiatan penyetoran

dan pengambilan uang di BI dapat berjalan

efektif.

b. Menjadi partner BI dalam melakukan

sosialisasi, sehingga bank-bank dapat

memperoleh pemahaman yang baik dan

seragam terhadap penerapan kebijakan tersebut.

4. Memfasilitasi untuk dilakukannya transaksi uang

kartal antar bank melalui penyusunan Bye Laws

Transaksi Uang Kartal Antar Bank, perubahan

mekanisme pengambilan uang di BI, penyediaan

media komunikasi dan informasi dalam bentuk

mailing list, serta pembentukan help desk uji

coba setoran dan bayaran bank.

5. Melaksanakan kegiatan evening & morning call

guna memantau hambatan dan kendala yang

ditemui pada pelaksanaan uji coba setoran dan

bayaran secara periodik.

6. Meningkatkan aspek pengawasan seperti

melakukan pemeriksaan berkala, serta

pengawasan dan pembinaan kepada bank secara

individual.

7. Pembukaan Transaction Reference Number (TRN) pada aplikasi BI-RTGS sebagai salah satu

sarana pengawasan dan monitoring transaksi

uang kartal antar bank.

8. Menetapkan standarisasi UTLE secara visual

seluruh pecahan dari Rp1.000 sampai dengan

Rp100.000 untuk masing-masing tingkat

kelusuhan.

Selama pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran

perbankan tersebut, tercatat satu kali BI menempuh

kebijakan diskresi untuk memperkenankan bank-

bank melakukan penyetoran ULE. Kebijakan diskresi

tersebut diberlakukan selama 5 (lima) hari kerja,

dengan pertimbangan terjadi kelebihan uang rupiah

di perbankan paska liburan hari raya keagamaan

(lebaran).

Berdasarkan pemantauan terhadap pelaksanaan uji

coba sertoran bayaran tersebut, jumlah aliran uang

yang masuk ke BI menunjukkan penurunan yang

cukup signifikan. Jumlah inflow uang kartal ke BI di

wilayah KP sejak diberlakukannya uji coba setoran

dan bayaran bank pada bulan Mei menunjukkan

penurunan. Apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, periode Mei sampai dengan Desember

2006 juga menunjukkan jumlah yang lebih rendah dari periode yang sama tahun 2005. Inflow di

wilayah KKBI juga menunjukkan penurunan yang

signifikan sejak diberlakukan uji coba setoran dan

Page 16: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

16161616

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

bayaran untuk seluruh pecahan pada bulan

Desember 2006.

Sebagaimana inflow, jumlah outflow selama periode

setelah diberlakukannya uji coba setoran dan

bayaran bank untuk seluruh pecahan di KP dan

wilayah KKBI juga menunjukkan penurunan di

bandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi BI, kondisi tersebut berdampak terhadap

efisiensi pengelolaan uang rupiah, sedangkan bagi

perbankan menunjukkan adanya upaya optimalisasi

manajemen kas dan pengelolaan uang kartal.

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

J AN FEB M AR A P R M EI J U NI J ULI AGT S EP T OK T NOV D ES

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

J AN FE B M AR AP R M E I JUNI JULI AGT SE P T OKT NOV DE S

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI

-

4.0

8.0

12.0

16.0

J A N FEB M A R AP R M EI J U N I J U LI AGT S EP T OKT N OV D ES

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP

-

10.0

20.0

30.0

40.0

JAN FE B M AR AP R M E I JUNI JULI AGT SE P T OKT NOV DE S

Triliun Rp2005 2006

Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI

1.31.31.31.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Penanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang PalsuPenanggulangan Peredaran Uang Palsu

Rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang

diedarkan pada tahun 2006 menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya,

namun masih berada pada nilai yang cukup rendah.

Rata-rata rasio uang palsu terhadap UYD per bulan

pada tahun 2005 sebesar 0,0000009 atau terdapat 9 lembar temuan uang palsu pada setiap 10 juta

lembar uang kertas yang diedarkan, sedangkan pada

2006 rata-rata rasio temuan uang palsu terhadap

UYD per bulan menjadi 0,0000014 atau terdapat 14

lembar pada setiap 10 juta lembar uang kertas yang

diedarkan.

BI menempuh strategi penanggulangan meluasnya

pemalsuan uang Rupiah melalui upaya preventif dan

represif. Upaya preventif yang dilakukan selama

tahun 2006 meliputi peningkatan pengenalan dan

Page 17: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

17171717

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian

uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi dan

publikasi, serta merintis pembentukan unit khusus

penanggulangan uang palsu. Adapun secara represif

dilakukan melalui kerjasama dengan pihak penegak

hukum khususnya dalam menangani kasus kejahatan

pemalsuan uang.

MempersiapMempersiapMempersiapMempersiapkan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang PalsuPenanggulangan Uang Palsu Dalam rangka memenuhi konvensi Perserikatan

Bangsa Bangsa dan guna mengantisipasi amanat

Rancangan Undang-undang (RUU) Mata Uang serta

memenuhi standar internasional di bidang penanggulangan uang palsu, BI telah merintis

pembentukan unit khusus penanggulangan uang

palsu (Bank Indonesia Counterfeit Analisys Center/BI

CAC) sejak tahun 2005. Pembentukan BI CAC

tersebut memiliki fungsi antara lain sebagai pusat

database uang palsu, mengadministrasikan dan

menyimpan contoh uang palsu, serta sebagai pusat

kajian dan studi tentang uang palsu.

Pada tahun 2006 BI telah mengimplementasikan

sistem informasi database uang palsu, antara lain

mencakup informasi mengenai data kasus dan lokasi

temuan uang palsu, jenis pemalsuan uang, serta

sindikat/pelaku pemalsu uang. Untuk lebih

mendukung pencapaian pembentukan BI CAC tidak

hanya didukung oleh database dan informasi saja,

namun diperlukan berbagai faktor lain yang

mencakup sumber daya manusia, prosedur serta

sistem analisis uang palsu.

Dalam rangka pengembangan BI CAC, pada tahun

2006 BI menjalin kerjasama dengan bank sentral

Jerman (The Deutsche Bundesbank). Sebagaimana

negara lainnya yang tergabung dalam Europe Union,

Bundesbank memiliki pusat analisis uang palsu yang

dikenal dengan nama The National Analysis Centre Deutsche Bundesbank (NAC-DB). Pemilihan

Bundesbank dalam rangka kerjasama untuk

pembentukan BI CAC karena Bundesbank dinilai

memiliki sumber daya manusia yang mampu dan

berpengalaman dalam menangani penanggulangan

uang palsu, serta memiliki sistem dan prosedur

penanganan yang komprehensif, sistem informasi

dan pelaporan, serta dukungan peralatan yang

canggih dalam pendeteksian uang palsu.

Cakupan kerjasama BI dengan Bundesbank meliputi

pemberian bantuan teknis dari aspek teknologi

informasi, hukum, dan analisis uang. Sebagai

langkah awal kerjasama BI dengan Bundesbank,

telah dilakukan workshop mengenai ’how to

eliminate counterfeit currency’, dengan peserta dari BI, Bareskrim POLRI, Pusat Laboratorium dan

Forensik POLRI, Botasupal, dan Perusahaan Umum

Pencetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).

Berdasarkan hasil workshop tersebut dapat diperoleh

informasi mengenai :

1. Organisasi dan penyebaran pusat analisis uang

palsu di negara-negara Eropa.

2. Aspek hukum yang mendasari kasus-kasus

temuan uang palsu

3. Prosedur penatausahaan uang palsu

4. Sistem informasi database uang palsu

5. Peralatan untuk meneliti uang palsu

6. Peran dan tugas Bundesbank dalam kerjasama

dengan pihak terkait seperti European Central

Bank (ECB), Europol, European Commision, dan

National Police dalam menangani

penanggulangan uang palsu.

Sosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi CiriSosialisasi dan Publikasi Ciri----ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang RupiahRupiahRupiahRupiah Kegiatan sosialisasi dan publikasi ciri-ciri keaslian

uang rupiah bertujuan agar masyarakat dapat dengan

mudah mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah

sehingga apabila menemukan uang yang diragukan

keasliannya dapat segera melaporkan kepada Bank

Page 18: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

18181818

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Indonesia atau kantor Kepolisian terdekat. Materi

yang disampaikan pada sosialisasi yang dilakukan

pada tahun 2006, meliputi pengenalan terhadap ciri-

ciri keaslian yang bersifat kasat mata maupun kasat

raba. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai ciri-

ciri keaslian uang rupiah secara garis besar ditempuh

melalui dua cara, yaitu:

1. Sosialisasi secara langsung melalui tatap muka

dan penyuluhan kepada berbagai lapisan

masyarakat. Kegiatan sosialisasi selama tahun

2006 sebanyak 233 kali atau meningkat sebesar

32,4% dari dibandingkan tahun 2005 yang

mencapai sebanyak 176 kali kegiatan. Demikian pula dengan jumlah peserta terjadi peningkatan

sebesar 46,6% dari sekitar 42.000 peserta di

tahun 2005 menjadi sekitar 61.585 orang

peserta. Peserta sosialisasi berasal dari berbagai

kalangan masyarakat, seperti perbankan,

pedagang pasar tradisional, murid-murid

sekolah, mahasiswa, serta aparat penegak

hukum. Selain itu, upaya penyuluhan ciri-ciri

keaslian uang rupiah dilakukan melalui kegiatan

pameran di berbagai daerah, antara lain Pekan

Raya Jakarta (PRJ), Manado Expo, dan Sriwijaya

Expo.

2. Sosialisasi secara tidak langsung, melalui

penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di

berbagai media elektronik dan media cetak,

melalui istilah ”3D”. Selain itu, BI juga

menyediakan sarana informasi yang lebih

lengkap dan jelas pada menu sistem

pembayaran pada situs bi.go.id, yang diresmikan

pada 28 Desember 2006. Materi pada situs

tersebut meliputi edukasi tentang data dan

keaslian uang rupiah, serta data dan penyebaran

uang palsu di Indonesia.

Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang PalsuUang PalsuUang PalsuUang Palsu Penanggulangan uang palsu secara represif

dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan

pihak-pihak terkait dalam hal koordinasi

penangkapan dan pemrosesan ke pengadilan

terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pemalsuan

uang Rupiah. Pada tahun 2006, kerjasama dan

koordinasi BI dengan pihak Mabes Polri diperluas

cakupannya tidak hanya meliputi wilayah Jakarta,

namun meliputi wilayah Kepolisian Daerah terutama

untuk melengkapi database kasus uang palsu.

Selain itu, upaya penanggulangan uang palsu perlu

juga ditempuh dengan menegakkan hukum melalui

pengenaan sanksi hukum yang maksimal terhadap

pelaku tindak pidana pemalsuan uang. Terkait

dengan hal ini, Bank Indonesia secara intensif memberikan sosialisasi kepada aparat penegak

hukum guna meningkatkan pemahaman kejahatan

uang palsu dan bahayanya bagi masyakarat.

1.41.41.41.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Uang Uang Uang Uang

BI senantiasa melakukan pengembangan operasional

pengedaran uang guna mencapai sistem pembayaran

yang aman, efisien, dan handal. Fokus

pengembangan operasional di bidang pengedaran

uang yang dilaksanakan selama tahun 2006 meliputi

peran serta BI secara aktif dalam penyusunan RUU

Mata Uang, pengembangan peralatan/laboratorium

dan sistem informasi di bidang pengedaran uang, serta peningkatan kajian dan penelitian.

Peran BI dalam Peran BI dalam Peran BI dalam Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata Uang Penyusunan RUU Mata Uang merupakan amanat

konstitusi pasal 23B Undang-undang Dasar Tahun

1945, sehingga BI bersama dengan berbagai pihak

terkait secara intensif dan berkesinambungan. Untuk

pelaksanaannya, telah dibentuk tim kerjasama

pembahasan RUU tentang Mata Uang didasarkan

pada Surat Keputusan bersama (SKB) Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan

Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober

2005.

Page 19: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

19191919

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Pada tahun 2006, penyusunan RUU Mata Uang

dimasukkan dalam program legislasi nasional

(prolegnas) yang merupakan salah satu RUU yang

diprioritaskan pembahasannya di DPR RI serta

ditetapkan sebagai inisiatif DPR RI. Terhadap

penyusunana RUU tersebut, BI berupaya untuk

berperan aktif sesuai dengan kebutuhan dan

memberikan beberapa masukan terutama terkait

dengan perlakuan terhadap pemalsu uang Rupiah.

Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran UangUangUangUang Pengembangan dan penyempurnaan berbagai sistem aplikasi pengedaran uang senantiasa

mempertimbangkan faktor integrasi ke dalam

enterprise data warehouse (EDW) system yang telah

dimiliki yaitu EDW Sistem Informasi Pengedaran

Uang. Beberapa pengembangan sistem aplikasi di

bidang pengedaran uang yang dilaksanakan selama

tahun 2006 meliputi pengembangan sistem

administrasi dan informasi uang dan bahan uang

(SA-UBU), rewrite dan pengembangan Bank

Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas,

pengembangan awal sistem informasi transaksi uang

kartal.

Pengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan InformPengembangan Sistem Administrasi dan Informasi asi asi asi

Uang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SAUang dan Bahan Uang (SA----UBU)UBU)UBU)UBU)

Pengembangan SA-UBU yang telah dirintis sejak

tahun 2005, dilakukan dengan memanfaatkan sistem

teknologi informasi yang bertujuan untuk dapat

menyajikan informasi/data mengenai uang dan

bahan uang yang akurat dan reliable. Selain itu

mencakup otomasi laporan-laporan yang masih

bersifat manual yang terkait dengan kegiatan

pengadaan uang seperti perencanaan uang dan

bahan uang, pengadaan uang dan bahan uang,

pengelolaan bahan uang, penerimaan uang dan pengelolaan hasil uang salah cetak, serta monitoring

pelaksanaan kegiatan pengadaan uang secara

keseluruhan.

Prototipe SA-UBU disusun secara multi years yang

dimaksudkan agar SA-UBU dapat disusun secara

cermat dan komprehensif meliputi seluruh kegiatan

pengadaan uang dan bahan uang yang saling

berkaitan. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan

implementasi SA-UBU Tahap I, dan pada tahun

2007 juga akan dilakukan pengembangan SA-UBU

sebagai sarana pemantauan penggunaan nomor seri

uang. Sistem ini dikembangkan dalam bentuk

Database Nomor Seri Uang (DNSU) yang bertujuan

untuk melakukan administasi dan pemantauan

realisasi penggunaan nomor seri uang rupiah. DNSU

ini diharapkan dapat memudahkan tugas Bank Indonesia dalam mencocokkan rencana nomor seri

yang akan digunakan (blocking) nomor seri, dengan

realisasi nomor seri uang yang digunakan pada hasil

cetak uang. Selain itu, DNSU diharapkan juga dapat

menciptakan sinkronisasi antara administrasi

pemantauan nomor seri uang di Bank Indonesia dan

di Perusahaan Percetakan Uang.

Penyempurnaan SisPenyempurnaan SisPenyempurnaan SisPenyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia

Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK)

Penyempurnaan BISAK yang mulai dikembangkan

pada tahun 2006 merupakan re-write terhadap

sistem aplikasi yang telah ada sebelumnya yaitu

sistem palikasi Otomasi Administrasi Perkasan

(OAP). Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek perkembangan teknologi

dengan tujuan untuk sentralisasi sistem dan

mempermudah proses integrasi dengan sistem

aplikasi dan informasi lainnya. Penyempurnaan OAP

menjadi BISAK meliputi penambahan menu data

kegiatan kas yang sebelumnya tidak tersedia,

penambahan menu koreksi untuk setiap kegiatan

dan proses dual entry pada kegiatan pengiriman

uang.

Proses pengembangan BISAK dilakukan selama tahun 2006, sedangkan implementasinya akan

dilakukan secara bertahap di tahun 2007 yaitu

Kantor Pusat pada triwulan I yang dilanjutkan

Page 20: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

20202020

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

dengan 20 KBI pada triwulan-triwulan selanjutnya.

Adapun langkah-langkah dalam rangka

pengembangan BISAK yang telah dilakukan selama

tahun 2006 meliputi penyusunan mapping setiap

kegiatan kas di seluruh satuan kerja kas, desain

flowchart kegiatan kas, penyusunan dan

pembahasan materi term of reference (TOR) dan user

requirement, pengembangan sistem aplikasi serta

pengadaan sarana/teknologi pendukung.

Pengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem InformasiPengembangan Sistem Informasi Database Uang Database Uang Database Uang Database Uang

PalsuPalsuPalsuPalsu

Terbentuknya peran BI sebagai pusat data

pencegahan uang palsu (counterfeit analisys centre) merupakan salah satu sasaran jangka menengah

panjang Bank Indonesia guna menanggulangi

meluasnya peredaran uang palsu. Guna menunjang

peran BI tersebut, diperlukan adanya system

informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan

komprehensif mengenai uang palsu di Indonesia.

Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2006, BI

telah mengimplementasikan sistem informasi

database uang palsu.

Pada tahap awal, sistem informasi tersebut

diimplementasikan secara terbatas untuk internal di

Kantor Pusat BI meliputi data uang palsu, wilayah

pemalsuan uang, info kasus pemalsuan uang, serta

laporan kasus uang palsu dan kegiatan dalam rangka

menanggulangi uang palsu. jenis pemalsuan, nama

sindikat/pelaku pemalsu uang rupiah, serta

wilayah/lokasi pemalsuan. Berbagai data dan

informasi tersebut bersumber dari internal yaitu

satuan kerja kas BI dan ekternal yaitu dari kepolisian

dan laporan masyarakat/perbankan. Pengembangan

sistem informasi database uang palsu masih akan

dilakukan pada tahun 2007 antara lain dapat diakses

oleh pihak internal di satuan kerja kas di KP dan KBI,

serta kepolisian dan pihak lainnya yang terkait dalam Botasupal. Adapun penyempurnaan informasi

meliputi penyebaran lokasi pemalsuan hingga

wilayah Kabupaten/Kota serta penambahan laporan

yang lebih lengkap mencakup bahan uang dan

teknik cetak yang digunakan dalam pemalsuan uang

melalui integrasi dengan tim laboratorium uang dan

bahan uang di BI.

PePePePengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang

Kartal Kartal Kartal Kartal

Pengembangan sistem informasi transaksi uang kartal

dimaksudkan untuk dapat mengakomodasi

kebutuhan BI dan perbankan mengenai posisi long

dan short pecahan uang rupiah serta laporan yang

terkait dengan rencana penarikan/penyetoran uang

dari/ke BI. Pengembangan sistem informasi transaksi

uang kartal semakin dibutuhkan terutama sejak diimplementasikannya ujicoba setoran dan bayaran

kepada perbankan.

Pada saat ini, data dan informasi mengenai posisi

long dan short uang rupiah di perbankan

menggunakan sarana mailing list pada server

eksternal. Namun demikian terdapat beberapa

kendala antara lain masih adanya proses dan

prosedur entry ulang manual yang dilakukan oleh

Bank Indonesia, serta belum adanya quality of

service dari data yang bersifat rahasia. Beberapa

kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2006 dalam

pengembangan system informasi tersebut meliputi

mapping kebutuhan serta penyusunan alur bisnis

dan user requirement yang akan menjadi dasar

pengembangan sistem informasi tersebut.

Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan UangBahan UangBahan UangBahan Uang Dalam rangka meningkatkan kualitas uang dan

bahan uang serta analisis terhadap uang Rupiah

palsu, BI memiliki laboratorium uang dan bahan

uang. Selain melakukan penelitian terhadap uang

dan bahan uang, pada waktu-waktu tertentu

laboratorium tersebut juga melakukan analisis dan

penelitian terhadap surat berharga dari satuan kerja lain di BI.

Page 21: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

21212121

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Kegiatan laboratorium uang dan bahan uang BI

selama tahun 2006 meliputi:

1. Pengujian bahan uang kertas sebagai proses

quality control bahan uang kertas untuk

menunjang kelancaran proses pencetakan kertas

uang.

2. Pengujian uang palsu untuk memastikan

keaslian uang serta berguna sebagai evaluasi

terhadap unsur pengaman yang dipalsukan.

3. Pengujian uang hasil cetak sempurna (HCS)

terhadap hasil cetak dari perusahaan pencetak

uang untuk mengetahui kesesuaian antara hasil

cetak dengan spesifikasi uang yang telah ditetapkan.

4. Pengujian uang rusak hasil temuan masyarakat

atau bank-bank untuk menilai jumlah nominal

penggantian.

5. Menunjang proses rencana penerbitan uang

baru, meliputi:

a. Pengembangan uji kelusuhan (soil test),

sebagai simulasi perlakuan uang di

masyarakat untuk menentukan usia edar

uang.

b. Pengujian tanda air pada uang (water mark).

c. Pengujian contoh bahan uang kertas jenis

durable paper.

Melakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan PenelitianMelakukan Kajian dan Penelitian Guna memberikan masukan dalam penyempurnaan

dan pengembangan kebijakan, serta mendukung

penyempurnaan pelaksanaan operasional dan

ketentuan, serta efisiensi di bidang pengedaran uang,

BI senantiasa melakukan berbagai kajian dan

penelitian. Selama tahun 2006, terdapat beberapa

kajian yang telah dilaksanakan sebagai berikut:

Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi DatabaseDatabaseDatabaseDatabase Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang

Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah

Kajian sinkronisasi database nomor seri uang rupiah bertujuan untuk mengetahui tahapan/prosedur dan

pemilihan sistem teknologi yang diharapkan dapat

memenuhi fungsi administrasi dan pemantauan

nomor seri uang yang efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil kajian itu BI telah melakukan

beberapa langkah penyempurnaan, terkait dengan

rencana nomor seri uang yang akan digunakan

(blocking nomor seri), serta pembahasan bersama

dengan perusahaan pencetakan uang untuk

pengembangan database nomor seri uang.

Terkait dengan berbagai langkah penyempurnaan

yang telah dilakukan dalam rangka sinkronisasi

nomor seri uang, serta mempertimbangkan posisi

dan teknik cetak nomor seri pada uang,

direkomendasikan perlunya pengembangan sistem

aplikasi dalam proses administrasi dan pemantauan nomor seri uang dengan memanfaatkan teknologi

terkini.

Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan KasKajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas

Kajian ini bertujuan untuk menyusun indikator

kinerja mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan mesin

racik uang kertas (MRUK) serta mekanisme baku

pengukurannya dengan mengacu best practises

internasional. Beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dari kajian tersebut, antara lain:

a. Identifikasi pengembangan sistem aplikasi yang

tepat untuk mendukung

pengukuran/pemantauan kinerja MSUK dan

MRUK secara cepat, handal dan akurat.

b. Memaksimalkan kinerja mesin dan

meminimalkan pengolahan uang secara manual.

c. Memberikan masukan terhadap analisis bersifat

jangka panjang dalam penerapan teknologi pada

kegiatan pengelolaan uang di Bank Indonesia.

Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Cash CentreCash CentreCash CentreCash Centre

Salah satu strategi pengelolaan uang rupiah yang

dilakukan oleh Bank Indonesia di masa mendatang

adalah melayani kebutuhan uang kepada bank

dalam jumlah besar (wholesale) dan mendorong

perbankan untuk mengimplementasikan manajemen kas yang lebih efisien dan efektif; termasuk

Page 22: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

22222222

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

peningkatan peran aktif perbankan untuk mengelola

uang yang masih layak edar.

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam proses

penyusunan kajian tersebut meliputi:

a. Melakukan sosialisasi mengenai konsep cash

centre (CC) Indonesia kepada instansi/lembaga

yang dinilai sebagai embrio pengelola CC.

b. Pembahasan dengan perbankan di wilayah

Kantor Pusat BI mengenai penjajakan

pelaksanaan kas titipan di bank.

c. Pembahasan konsep dan aspek teknis praktek-

praktek CC di negara lain pada saat seminar

tahunan asosiasi para pelaku bisnis dan institusi yang berkaitan dengan pengedaran uang.

d. Melaksanakan penjajakan teknis bersama salah

satu bank sentral di Asia Tenggara yaitu Bank

Negara Malaysia terkait dengan proses

pembentukan cash centre di Malaysia,

kelembagaan dan sistem pengawasan CC,

prosedur dan teknik pencatatan, serta sistem

informasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut dan sesuai dengan hasil

perbandingan dan pendalaman terhadap model

penerapan CC di beberapa negara, telah disusun

suatu kajian strategi implementasi CC dengan hasil

kajian dan rekomendasi sebagai berikut:

a. Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara

yang telah menerapkan CC, proses implementasi

CC dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni secara

revolusi dan secara evolusi. Proses revolusi

dilakukan melalui pendekatan langsung

membentuk CC tanpa melakukan tahapan

persiapan yang dapat mengakomodasikan

penyesuaian-penyesuaian bagi pihak terkait.

Sedangkan implementasi CC melalui proses

evolusi dilakukan berdasarkan serangkaian

persiapan dan tahapan guna mencapai efektifitas keberhasilan implementasinya. Dalam hal ini,

diperlukan manajemen kas perbankan yang

lebih efisien dan efektif terutama menyangkut

potensi idle fund akibat kesalahan mengelola

likuiditas uang kartal (mismatch liquidity).

b. Beberapa faktor pokok yang perlu diperhatikan

dalam rangka implementasi CC di Indonesia,

terkait dengan persiapan dan kesiapan Bank

Indonesia, serta lembaga/instansi yang saat ini

dinilai telah menjadi embrio CC. Persiapan

tersebut meliputi sumber daya manusia, investasi

dan infrastruktur yang mencakup peralatan,

gedung dan sistem informasi. Faktor lainnya

yang perlu diperhatikan adalah perencanaan

strategi implementasi yang efektif dan efisien,

serta implikasi yang timbul terkait dengan pembentukan CC.

c. Implementasi atas strategi dan kebijakan di atas

dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:

- Implementasi jangka pendek untuk

menciptakan mekanisme penyempurnaan kegiatan pengelolan uang yang mengarah

kepada fungsi CC, dengan periode waktu

sampai dengan berakhirnya uji coba

ketentuan setoran dan bayaran bank.

- Implementasi strategi lanjutan, yakni dilakukannya landscaping perbankan dan

mapping terhadap jumlah embrio CC yang

sudah berdiri agar layanan kepada bank

dapat efektif dan efisien, pada suatu regional

tertentu.

- BI memfasilitasi pengaturan secara formal kelembagaan CC di Indonesia.

Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah

Survei kebutuhan pecahan uang rupiah dilaksanakan

oleh BI bekerjasama dengan konsultan pihak ketiga

pada tahun 2006. Perlunya dilakukan survey tersebut

antara lain karena kecenderungan penggunaan uang

kartal dalam kegiatan transaksi ekonomi masyarakat

dalam 10 tahun terakhir masih cukup tinggi yang

tercermin dari jumlah UYD yang semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Di sisi lain, dengan semakin

beragamnya jenis dan pecahan serta ukuran uang

Page 23: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

23232323

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

yang beredar di masyarakat lebih memungkinkan

untuk menggunakan sesuai dengan yang dibutuhkan

dan diminati. Secara nominal, Bank Indonesia

mampu memenuhi peningkatan kebutuhan uang

kartal, namun disadari bahwa jenis pecahan dan

bahan uang yang sesuai dengan kebutuhan dan

minat masyarakat serta tanggapan mengenai desain

dan kemudahan mengenali uang rupiah belum

diketahui sepenuhnya.

Tujuan dilakukannya survei kebutuhan pecahan

uang rupiah adalah untuk memperoleh informasi

dari masyarakat baik secara keseluruhan (nasional)

maupun parsial (wilayah), mengenai:

- Indikasi komposisi pecahan yang diperlukan

masyarakat.

- Indikasi jenis bahan uang untuk pecahan kecil yang diminati masyarakat.

- Pendapat masyarakat mengenai uang kertas dan uang logam (lama dan baru) yang dikeluarkan

Bank Indonesia ditinjau dari ukuran, jenis bahan

(kertas, polymer, logam), desain, warna, security feature.

- Kemudahan masyarakat dalam mengenali security feature yang bersifat kasat mata.

- Pendapat masyarakat mengenai kondisi uang Rupiah yang beredar.

Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, daerah

yang menjadi wilayah survei meliputi Jakarta,

Medan, Batam, Solo, Malang, Denpasar, Samarinda,

Makassar, dan Jayapura. Adapun responden survei

adalah masyarakat, berbagai institusi/perusahaan,

perbankan, serta satuan kerja kas di BI.

Survei dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

November 2006, dan pada akhir tahun 2006 telah

diselesaikan draft awal laporan hasil survei

berdasarkan jenis responden, meliputi:

a. Secara umum kebutuhan uang untuk masyarakat

dan institusi relatif sama yaitu pecahan Rp1.000 sampai dengan Rp20.000, sedangkan perbankan

lebih membutuhkan pecahan besar yaitu Rp

50.000 – Rp100.000.

b. Tingkat pemenuhan uang pecahan besar relatif

lebih baik, sedangkan pecahan Rp1.000 dan

Rp5.000 masih perlu diperbaiki. Hal ini antara

lain disebabkan tingkat kebutuhan pecahan

Rp1.000 dan Rp5.000 yang tinggi,

penggunaannya yang tinggi di masyarakat serta

memiliki peranan ganda untuk keperluan

pembayaran dan pengembalian.

c. Mayoritas responden menyarankan pencabutan

uang pecahan Rp50 dan Rp25. Selanjutnya

untuk pengeluaran pecahan baru, masyarakat menyetujui pengeluaran pecahan Rp2.000

sementara untuk Rp200.000, relatif berimbang

yang menyatakan setuju dan tidak setuju

dikeluarkannya pecahan tersebut.

d. Secara umum, responden lebih menyukai desain

uang emisi baru dibandingkan emisi lama dan

menyarankan untuk pengeluaran uang ke

depannya dengan karakteristik yang mirip

dengan uang edisi baru. Secara umum, pecahan

uang yang paling banyak diterima dalam kondisi

lusuh dan rusak adalah pecahan Rp5.000,

Rp1.000 dan Rp500. Responden mengusulkan

pecahan 100.000 s.d 1.000 menggunakan bahan

kertas, sementara 500 s.d 25 menggunakan

logam.

e. Ciri-ciri keaslian uang rupiah yang mudah

dikenali dan diingat menurut responden adalah

tanda air, benang pengaman, angka nominal,

dan gambar pahlawan. Sedangkan yang paling

tidak dikenal terutama untuk responden

masyrakat dan institusi adalah OVI, irisafe, dan

mikroteks.

Penelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan KecilPenelitian Bahan Uang Pecahan Kecil

Penelitian mengenai bahan uang pecahan kecil merupakan lanjutan dari penelitian yang telah

dilakukan pada tahun sebelumnya. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh spesifikasi

Page 24: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

24242424

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

bahan uang pecahan kecil. Berbagai kegiatan yang

dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi:

a. Menyusun draft metode pengujian ketahanan

uang terhadap kelusuhan serta draft spesifikasi

kertas uang durable dan penyempurnaan

spesifikasi uang yang beredar saat ini.

b. Pembahasan secara intensif antara Bank

Indonesia dengan Balai Besar Pulp dan Kertas

(BBPK) serta Balai Besar Tekstil mengenai materi

penyusunan draft. Selain itu juga dilakukan

pembahasan dengan salah satu bank sentral di

Asia mengenai metode pengujian ketahanan

uang terhadap kelusuhan serta spesifikasi kertas uang durable dan penyempurnaan spesifikasi

yang yang beredar saat ini.

c. Menyusun katalog hasil serangkaian percobaan

laboratorium dalam rangka penyusunan metode

pengujian ketahanan terhadap kelusuhan untuk

pendokumentasian proses dan hasil percobaan.

Berdasarkan berbagai rangkaian kegiatan tersebut,

telah dapat disusun hasil penelitian mengenai

spesifikasi kertas uang durable dan telah

diimplementasikan dalam pelaksanaan pengadaan

bahan uang pecahan kecil.

Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar

(ULE)(ULE)(ULE)(ULE)

Sehubungan dengan telah ditetapkannya uji coba

setoran dan bayaran bank sejak bulan Oktober 2005,

diperlukan adanya keseragaman kriteria ULE. Kajian

terhadap standar ULE telah diselesaikan pada tahun

2005, dan berdasarkan hasil kajian tersebut

direkomendasikan mengenai standar ULE

berdasarkan defect level dan soil level.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, pada tahun 2006

dilakukan kajian mengenai penetapan standar ULE

melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Menyusun sampel uang untuk pecahan uang kertas Rp1.000 sampai dengan Rp100.000 untuk

masing-masing soil level (dari level 1 sampai

dengan level 10).

2. Menyusun standar ULE untuk seluruh pecahan

dan menyampaikannya kepada seluruh satuan

kerja kas di Bank Indonesia. Sampel standar ULE

tersebut akan digunakan sebagai panduan dalam

melakukan pemilahan ULE maupun UTLE di BI.

Kegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank IndonesiaKegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia Dalam rangka memperkenalkan dan

memasyarakatkan koleksi benda-benda bersejarah

khususnya di bidang pengedaran uang berupa mata

uang, sarana pembuatan uang dan alat-alat

pembayaran lain yang pernah beredar di Indonesia, Bank Indonesia telah mengadakan pameran uang

yang merupakan koleksi Museum Artha Suaka di

Banjarmasin pada tanggal 15 Juni hingga 19 Juni

2006. Tema dari pameran tersebut adalah Peranan

Mata Uang sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Berbagai

koleksi mata uang yang dipamerkan meliputi uang

logam dan uang kertas sejak zaman peradaban

kerajaan-kerajaan kuno seperti kerajaan di Aceh,

Majapahit, Jenggala, Madura, dan Banten serta

peredaran uang zaman kolonialisme Belanda dan

Jepang, zaman kemerdekaan hingga peredaran uang

terkini.

Pelaksanaan pameran merupakan kegiatan rutin

yang dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2003.

Pameran dilakukan secara bergantian di beberapa

kota di wilayah Indonesia. Pameran ini bertujuan

untuk lebih memperkenalkan kepada masyarakat

berbagai ragam uang yang pernah digunakan oleh

bangsa Indonesia. Selain menerima kunjungan

secara rutin dari berbagai kalangan, Museum Artha

Suaka juga mengikuti pameran Java Auction ke-2

pada bulan Agustus 2006 di Jakarta.

Page 25: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

25252525

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BOKS BOKS BOKS BOKS 1111 PEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCILPEMENUHAN UANG RUPIAH LAYAK EDAR DI WILAYAH PERBATASAN DAN TERPENCIL

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, kebutuhan dan perputaran uang kartal umumnya cenderung meningkat. Disamping itu, faktor pertumbuhan penduduk dan budaya memegang fisik uang yang masih kental di kalangan masyarakat dalam bertransaksi merupakan faktor lain yang mempengaruhi kenaikan uang yang beredar dan kelusuhan uang.

Jangkauan pelayanan uang kepada masyarakat relatif terbatas, beberapa wilayah tertentu seperti di daerah terpencil dan perbatasan belum dapat dilayani secara optimal karena keterbatasan transportasi dan infrastruktur distribusi uang yang dimiliki BI. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang layak edar di wilayah tersebut, serta sekaligus meningkatkan eksistensi uang rupiah sebagai simbol kedaulatan negara di daerah perbatasan, di tahun 2006 BI melakukan kerjasama dengan PT. Pos Indonesia (PT. Posindo) untuk melayani penukaran uang rupiah yang layak edar.

Kerjasama BI dengan PT. Posindo tersebut didasari pada suatu penilaian bahwa PT. Posindo merupakan salah satu institusi yang layak dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan misi tersebut karena memiliki jaringan kantor yang tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia, memiliki sumber daya manusia dan armada yang memadai, khazanah yang cukup, dan biaya investasi yang dibutuhkan relatif tidak terlalu besar.

KerjasamaBI dengan PT. Posindo diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman pada hari kamis, 24 November 2005 di Bandung. Ruang lingkup kerjasama meliputi pelayanan penukaran uang rupiah kepada masyarakat di wilayah terpencil dan perbatasan oleh PT. Posindo, sedangkan BI berperan untuk memberikan pelatihan dan konsultasi khususnya terkait dengan teknik dan cara mengenali ciri-ciri keasllian uang rupiah, serta penetapan besarnya penggantian uang rusak.

Pemenuhan uang rupiah melalui PT. Posindo merupakan pilot project yang pelaksanaannya melibatkan Kantor Bank Indonesia. Sebelum dilaksanakan implementasi layanan penukaran uang oleh PT. Posindo, BI melakukan survei di beberapa lokasi guna mengetahui kondisi geografis, kesiapan

kantor pos setempat, serta kondisi uang rupiah yang beredar di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil survei dan kajian, ditetapkan 9 wilayah propinsi yang dinilai layak untuk menjalankan misi penukaran uang melalui PT. Posindo.

Pelaksanaan kegiatan penukaran uang di wilayah terpencil dan perbatasan pada 9 propinsi dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan dari masing-masing Kantor Bank Indonesia dan PT. Posindo. Implementasi kerjasama ditandai dengan penandatanganan perjanjian masing-masing:

Tanggal 12 Juni 2006 bertempat di KBI Pontianak, antara KBI Pontianak dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.

• Tanggal 27 Juli 2006 bertempat di KBI Kupang, antara KBI Kupang dengan Kanwil Pos VIII Bali – Nusa Tenggara.

• Tanggal 11 September 2006 bertempat di KBI Samarinda, antara KBI Samarinda dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.

• Tanggal 15 September 2006 bertempat di KBI Ambon, antara KBI Ambon dan KBI Jayapura dengan kanwil Pos XI Jayapuran dan KBI Palu dengan Kanwil Pos X Makassar.

• Tanggal 1 Desember 2006 bertempat di KBI Ternate, antara KBI Ternate dengan Kanwil Pos XI Jayapura, KBI Kendari dengan Kanwil Pos X Makassar, dan KBI Palangkaraya dengan Kanwil Pos IX Kalimantan.

Guna menjamin pelaksanaan memenuhi kebutuhan uang kartal sesuai dengan yang diperjanjikan, BI senantiasa melakukan pemantauan dan pengawasan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada Kantor Pusat PT. Posindo.

Page 26: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

26262626

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BAB IBAB IBAB IBAB IIIII PENINGKATAN KINERJA BI DI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PENGEDARAN UANG

BBBBAB II PENINAB II PENINAB II PENINAB II PENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGGGG

Sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang

untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank

Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang

rupiah. Untuk mengetahui penilaian masyarakat

terhadap kinerja BI khususnya di bidang pengedaran

uang, selama tahun 2006 telah dilakukan berbagai

survei kepada stakeholders eksternal. Berbagai survei

penilaian kinerja BI yang dilaksanakan pada tahun

2006 meliputi survei ketersediaan uang Rupiah,

survei layanan kas BI, dan survei terhadap

pengenalan ciri-ciri keaslian uang Rupiah.

Hasil survei tersebut selain untuk menilai kinerja BI,

juga digunakan sebagai masukan bagi BI untuk

melaksanakan evalusi kebijakan dan strategi

pengedaran uang untuk dilakukan perbaikan dan

penyempurnaan.

Survei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang RupiahSurvei Ketersediaan Uang Rupiah Survei tersebut dilakukan untuk menilai kinerja BI

dalam mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah dalam jumlah yang cukup dan pecahan

yang sesuai serta dalam kondisi yang layak edar.

Responden yang dipilih dalam survei tersebut

meliputi masyarakat dari berbagai kalangan yaitu

eksekutif, legislatif, yudikatif, media massa,

pakar/pengamat dan akademisi, perbankan, dunia

usaha dan profesi, serta masyarakat umum.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun

2006, tingkat kepuasan stakeholders eksternal

terhadap ketersediaan uang Rupiah, baik secara

kuantitas dan kualitas, meskipun menunjukkan

sedikit penurunan dari hasil survei tahun

sebelumnya namun masih menyatakan cukup puas.

Angka indeks hasil survei tahun 2006 mencapai

sebesar 4,74 sedangkan tahun 2005 sebesar 4,99.

Dari sisi ketersediaan uang, secara umum

stakeholders menilai puas, hanya untuk ketersediaan

uang logam (Rp50 – Rp500), relatif masih harus

ditingkatkan ketersediaannya. Terkait dengan

kualitas uang rupiah, 22% responden menyatakan

sering menerima uang lusuh, sedangkan masing-

masing 39% responden menyatakan kadang-kadang

dan jarang menerima uang lusuh.

Berdasarkan kelompok responden stakeholder

eksternal, tingkat kepuasan tertinggi diberikan oleh

eksekutif, legislatif, dan perbankan. Adapun nilai

terendah diperoleh dari kelompok yudikatif yang

mencapai angka indeks 4,63. Angka indeks tersebut

menunjukkan angka yang lebih rendah dari angka

indeks terendah tahun sebelumnya yang mencapai

4,77.

4.68 4.27 4.31 4.35 4.21 4.30 4.41 4.31

5.90 5.07 5.00 5.00 4.95 4.94 4.86 4.77

2004

2005

Pakar/pengamat &akademisiYudikatif

M edia massa

M asyarakat umum

Legislatif

Eksekutif

Perbankan

Asosiasi duniausaha dan profesi

Grafik 9 Indeks Hasi Survei : Ketersediaan Uang 2005-2006

Survei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan KasSurvei Kepuasan Layanan Kas Guna memenuhi kebutuhan uang Rupiah, BI

menyelenggarakan layanan kas di setiap satuan kerja

kas berupa penerimaan setoran dan bayaran bank-

bank dan bendaharawan proyek pemerintah yang

memiliki rekening di BI, serta layanan penukaran

uang kepada masyarakat dan perbankan. Selain itu

BI memberikan layanan kas di luar kantor berupa kas

Page 27: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

27272727

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

keliling, kas titipan dan kerjasama penukaran dengan

pihak ketiga.

Survei kepuasan layanan kas di KPBI dilaksanakan

pada dua tahap yaitu Semester I dan Semester II,

dengan responden yang menilai terdiri dari

perbankan dan masyarakat. Berdasarkan aspek-

aspek yang dinilai dari survei tersebut, tingkat

kepuasan keseluruhan terhadap layanan kas di KP BI

pada tahun 2006 cukup baik, tercermin dari angka

indeks kepuasan yang mencapai angka indeks di atas

5 (dari skala 1-6). Pada semester I-2006, angka

indeks penilaian responden terhadap layanan kas BI

semakin membaik, tercermin dari pencapaian angka indeks pada semester I-2005 yang mencapai 5,03,

meningkat menjadi 5,11 di semester II.

Berdasarkan aspek-aspek penilaian tersebut, angka

indeks tertinggi pada semester II dicapai oleh aspek

penilaian terhadap keamanan proses perkasan dan

pengaturan proses antrian, sedangkan aspek layanan

yang perlu menjadi perhatian antara lain terkait

dengan keakuratan proses penghitungan jumlah

setoran uang dan kesesuaian jumlah pecahan uang

yang diminta bank.

Tabel 2 Aspek-aspek Penilaian Survei Layanan Kas di KPBI Indeks Indeks Indeks Indeks

KepuasanKepuasanKepuasanKepuasan AspekAspekAspekAspek----aspek yang dinilaiaspek yang dinilaiaspek yang dinilaiaspek yang dinilai Sm. ISm. ISm. ISm. I Sm. IISm. IISm. IISm. II

Keakuratan proses penghitungan jumlah uang (selisih lebih atau kurang)

4,80 5,02

Spesifikasi jenis pecahan yang diberikan pada saat penarikan

4,95 5,17

Kecepatan waktu proses layanan 5,19 5,14 Keramahan petugas 5,38 5,21 Pengaturan proses antrian 5,20 5,22 Keamanan selama proses perkasan 5,39 5,24 Ketentuan/regulasi mengenai perkasan yang harus dipenuhi

4,91 5,01

Kepuasan Keseluruhan Terhadap Layanan Perkasan di KP BI

5,03 5,11

Survei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan CiriSurvei terhadap Pengenalan Ciri----ciri Keaslian ciri Keaslian ciri Keaslian ciri Keaslian Uang RupiahUang RupiahUang RupiahUang Rupiah Dalam rangka meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah,

sejak tahun 2004 Bank Indonesia telah melakukan

sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat (ILM) di

berbagai media massa dengan istilah ”3D” (Dilihat,

Diraba, Diterawang). Selain itu BI juga melakukan

berbagai kegiatan sosialisasi dan penyuluhan

mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah di berbagai

daerah di Indonesia. Guna mengetahui tingkat

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian

uang Rupiah, BI melakukan survei yang sudah

dilakukan sejak tahun 2005 terhadap responden dari

kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif, media massa,

pakar/pengamat dan akademisi, perbankan, asosiasi

dunia usaha dan profesi, serta masyarakat umum.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada

responden, secara umum (97%) stakeholders

eksternal menyatakan mampu mengenali ciri-ciri

keaslian uang rupiah, dengan angka indeks

mencapai 4,79 (skala 1-6). Dari hasil survei tersebut

juga diketahui bahwa, 99% responden menyatakan

pernah mendengar/melihat atau membaca ILM

tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah yang

menggunakan cara ”3D”.

Kelompok responden yang memiliki pemahaman

yang cukup tinggi terhadap ciri-ciri keaslian uang

rupiah adalah kelompok masyarakat umum, legislatif

dan perbankan, sedangkan pemahaman terendah

dinyatakan oleh kelompok media massa dan asosiasi

dunia usaha/profesi. Kondisi tersebut memberikan

tantangan bagi Bank Indonesia untuk lebih

menggalakkan upaya sosialisasi dan publikasi

pengenalan uang rupiah.

Page 28: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

28282828

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

4.66 4.93 4.84 4.9 4.9 4.95 4.75 4.88

4.8 4.82 4.74 4.69 4.77 4.81 4.73 4.82

2005

2006

Eksekutif

Legislatif

Yudikatif

M edia M assa

Pakar/Pengamat &AkdemisiPerbankan

Asosiasi duniausaha & pro fesiM asyarakat umum

Grafik 10 Indeks Hasil Survei : Kemampuan Mengenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah

Page 29: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

29292929

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT

BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III

BAB III BAB III BAB III BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAITHUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas dan

kebijakan di bidang pengedaran uang, BI senantiasa

menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga di

dalam dan di luar negeri, serta dengan berbagai

bank sentral di dunia. Kerjasama tersebut sejalan

dengan fungsi dan pelaksanaan tugas BI di bidang

pengedaran uang meliputi upaya pemenuhan uang

layak edar, distribusi uang, penanggulangan uang

palsu, serta penyempurnaan pelaksanaan

operasional kas.

Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri Dalam rangka memenuhi kebutuhan uang rupiah

dalam jumlah yang cukup dan layak edar khususnya di wilayah terpencil dan perbatasan, Bank Indonesia

telah menandatangani kerjasama dengan PT. Pos

Indonesia (PT. Posindo). Kerjasama tersebut

merupakan perwujudan dari misi Bank Indonesia di

bidang pengedaran uang, sekaligus meningkatkan

eksistensi uang rupiah sebagai simbol kedaulatan

negara di daerah perbatasan. Melalui kerjasama

tersebut diharapkan masyarakat yang berada di

wilayah terpencil dan atau perbatasan yang

seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh

uang yang layak edar untuk keperluan transaksi akan

berkurang secara bertahap. Pada tahun 2006 telah

diimplementasikan kerjasama penukaran uang

melalui PT.Posindo yang meliputi wilayah terpencil

dan perbatasan di 9 KBI.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam

rangka pengadaan uang tahun 2006, BI melakukan

kerjasama dengan Perusahaan Umum Pencetakan

Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) untuk

melakukan pencetakan uang rupiah. Pelaksanaan

pengadaan dilakukan secara penunjukan langsung

untuk seluruh pesanan cetak uang rupiah tahun

2006.

Selain kegiatan pencetakan uang, BI juga melakukan

kerjasama dengan Perum Peruri dalam hal

pembuatan desain uang baru serta pemilihan tanda

pengaman pada uang Rupiah. Disamping kegiatan

yang terkait dengan pencetakan dan pembuatan

desain uang, BI juga melibatkan Perum Peruri dalam

melakukan pengujian mutu bahan uang. Pengujian

dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan uang

yang dibeli dari pemasok apakah telah sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, apabila ditemukan bahan uang yang tidak

sesuai dengan spesifikasi dapat segera dimintakan

penggantian dari pemasok bahan uang. Dalam hal penetapan spesifikasi kertas uang, BI juga selalu

melibatkan Perum Peruri untuk memberikan

masukan yang terkait dengan proses pencetakan di

Perum Peruri. Dengan adanya kerjasama dengan

Perum Peruri, diharapkan kendala-kendala yang

dihadapi dalam proses pencetakan uang maupun

pengadaan bahan uang dapat diminimalisir.

Guna memperlancar dan mengamankan kegiatan

pendistribusian uang ke berbagai wilayah di

Indonesia telah dilakukan kerjasama dengan pihak

ketiga baik untuk moda transportasinya maupun

tenaga pengawalannya antara lain dengan PT. Kereta

Api Indonesia (PT. KAI) dan PT. Pelayaran Nasional

Indonesia (PT. PELNI).

Salah satu alat transportasi yang digunakan dalam

rangka pengiriman uang adalah kereta api. Sarana

transportasi tersebut digunakan untuk melayani

kebutuhan kas Kantor Bank Indonesia khususnya di

wilayah Pulau Jawa. Ruang lingkup kerjasama

tersebut adalah penyediaan jasa transportasi kereta

api untuk pengiriman barang berharga milik BI

dengan cakupan antara lain penyediaan gerbong

khusus, sarana dan prasarana bongkar muat di

Page 30: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

30303030

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

stasiun, penyediaan tiket untuk tim pengawalan, dan

posisi pengawasan gerbong.

Kapal laut juga merupakan salah satu alat

transportasi lain yang digunakan untuk pengiriman

uang terutama untuk melayani kebutuhan kas Kantor

Bank Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa.

Bentuk kerja sama yang selama ini terbina antara

kedua belah pihak adalah bentuk kerja sama yang

mengikat yang dituangkan dalam suatu Perjanjian

Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Transportasi Pengiriman

Barang yang disusun setiap tahun. Dalam Perjanjian

tersebut, PT. PELNI memiliki kewajiban untuk

menyediakan sarana angkutan laut berupa kapal penumpang, sarana angkutan darat berupa truk peti

kemas beserta peti kemasnya atau ruang

simpan/angkut untuk uang yang akan dikirimkan ke

Kantor Bank Indonesia dengan tarif yang telah

disepakati. Selain itu, untuk memperlancar dan

menjamin tersedianya sarana angkutan laut, BI juga

menjalin kerjasama dengan pihak ketiga (perusahaan

ekspedisi muatan kapal laut/EMKL) yang

menyediakan alat transportasi laut alternatif apabila

tidak tersedia jadwal keberangkatan kapal milik

PT.PELNI.

Pengamanan merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan dalam setiap pengiriman uang ke

berbagai daerah di Indonesia. Dalam rangka

pengamanan tersebut, BI melaksanakan kerjasama

dengan Kepolisian Republik Indonesia khsusnya

dengan Kesatuan BRIMOB.

Peningkatan upaya penanggulangan uang palsu

senantiasa dilakukan melalui kerjasama dengan

anggota yang tergabung dalam Badan Koordinasi

Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal). Lembaga

tersebut berfungsi untuk menyelenggarakan

koordinasi tingkat pimpinan, merumuskan

kebijakan-kebijakan pelaksanaan di dalam pengumpulan data dan pelaksanaan penindakan

terhadap kasus uang palsu. Botasupal berada di

bawah Badan Intelejen Negara dan dipimpin oleh

Kepala Staf Harian, beranggotakan Kepolisian,

Kejaksaan Agung, Departemen Kehakiman, Bank

Indonesia, Perum Peruri, Ditjen Bea dan Cukai,

Ditjen Imigrasi dan Departemen Penerangan.

Adapun tugas dan wewenang instansi dilaksanakan

sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing

instansi yang telah ditetapkan dengan

peraturan/perundang-undangan yang berlaku. Secara

represif, BI bersama-sama Botasupal dan POLRI

berupaya mengungkap dan menyelidiki kasus tindak

pidana uang palsu. Selain itu, upaya preventif

dilakukan melalui pemberian informasi dan pengetahuan tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah

secara berkelanjutan, di antaranya adalah :

- Melakukan pendidikan dan pelatihan

penanggulangan uang palsu dalam rangka

membentuk jaringan dan kerjasama yang lebih harmonis dalam penanggulangan uang palsu

yaitu antara Bank Indonesia dan Polri di wilayah

kerja masing-masing.

- Memberikan pengetahuan ciri-ciri keaslian uang

Rupiah kepada peserta pendidikan, kepada reserse dan intel Polri seluruh Indonesia,

maupun aparat hukum lain yang merupakan

anggota Botasupal.

- Memberikan dukungan dalam kasus tindak

pidana uang palsu kepada Kepolisian dan Kejaksaan sampai ke Sidang Pengadilan sebagai

Saksi Ahli.

- Berdasarkan data laporan penemuan uang palsu

dari perbankan, memberikan informasi kepada

Botasupal dan Polri terhadap orang yang melakukan penyetoran uang palsu dalam jumlah

besar.

Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar NegeriKerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri BI menjadi salah satu anggota The South East Asia

Central Banks (SEACEN) dan secara rutin berperan

serta dalam berbagai pertemuan, penelitian, dan

pelatihan mengenai operasional dan perkembangan

Page 31: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

31313131

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

pembayaran tunai. Dalam rangka kerjasama

tersebut, pada tahun 2006 BI berperan serta dalam

kegiatan Conference & Meeting of Directors yang

berlangsung di Thailand.

Selanjutnya dalam rangka pemberantasan dan

penanggulangan uang palsu atau uang yang

dimanipulasikan, Bank Indonesia juga telah menjalin

kerjasama internasional sebagai anggota

International Criminal Police Organization (ICPO)

yang telah dikenal dengan nama Interpol. Organisasi

ini mempunyai sebuah biro yang bekerja dalam

masalah penanggulangan uang palsu dan yang

berhubungan dengan semua informasi tentang uang yang sah beredar dan uang palsu serta

dokumen/surat berharga lainnya.

Sehubungan dengan upaya untuk menanggulangi

penyebaran pemalsuan uang Rupiah, pada tahun

2006 BI menjalin kerjasama dengan Bundesbank

dalam rangka bantuan teknis pembentukan Bank

Indonesia Counterfeit Analysis Centre (BI-CAC).

Cakupan kerjasama BI dengan Bundesbank meliputi

pemberian bantuan teknis dari aspek teknologi

informasi, hukum, dan analisis uang. Untuk

memudahkan koordinasi dan kesibambungan

kerjasama, BI dan Bundesbank telah membentuk tim

yang bertanggungjawab terhadap program

pemberian bantuan teknis tersebut. Sebagai langkah

awal kerjasama BI dengan Bundesbank, pada bulan

November 2006 telah dilakukan seminar mengenai

penanggulangan uang palsu, yang akan dilanjutkan

dengan training workshop pada awal tahun 2007.

Terkait dengan pengembangan dan penyempurnaan

operasional kas, pada tahun 2006 BI bekerjasama

dengan bank sentral di Asia Tenggara, yaitu Bank

Negara Malaysia dan Bank of Thailand. Kerjasama BI

dengan Bank Negara Malaysia yang dilaksanakan

pada tahun 2006 dimaksudkan untuk melakukan sharing informasi terkait dengan strategi

implementasi cash centre di Indonesia yang

mengacu pada best practice internasional.

Kerjasama BI dengan BNM tersebut didasarkan pada

pertimbangan BNM telah mengaplikasikan cash

centre secara bertahap dan merupakan salah satu

bank sentral yang akan menjadi acuan dalam

penyusunan kajian mengenai cash centre di

Indonesia.

Cakupan kerjasama BI dengan BNM tersebut

meliputi 7 aspek pengembangan cash centre yaitu

(1) model, mekanisme, dan pengaturan, (2) tahapan

dan strategi implementasi, (3) pengaturan mengenai

keanggotaan, (4) sistem akuntansi dan administrasi,

(5) pengawasan, (6) sistem Informasi, dan (7) manajemen resiko pembentukan cash centre.

Adapun kerjasama BI dengan Bank of Thailand

terkait dengan melakukan sharing informasi

mengenai pencetakan dan pengujian kertas uang

durable. Pengujian kertas durable oleh BI baru

dilakukan pertama kali di tahun 2006, sehingga BI

belum memiliki persyaratan standar ketahanan kertas

uang durable tersebut serta belum memiliki

peralatan laboratorium yang memadai. Mengingat

adanya keterbatasan peralatan dan pengalaman

tersebut, maka BI melaksanakan kerjasama dengan

Bank of Thailand yang telah memiliki pengalaman di

bidang tersebut selama sekitar 8 tahun. Adapun

informasi yang diperoleh dari kerjasama tersebut,

selain dapat melakukan pengujian untuk memastikan

ketahanan kualitas cetak di atas kertas durable, BI

juga berkesempatan untuk mempelajari sistem

pengendalian mutu bahan uang dan uang, proses

cetak, serta proses pengeluaran baru yang dilakukan

oleh BOT.

Di bidang pengembangan peralatan kas, Bank

Indonesia secara aktif berperan dalam keanggotaan

BPS International Users Group (BPS IUG) yang setiap

tahunnya mengadakan technical advisory group meeting dan IUG meeting. BPS IUG merupakan

organisasi internasional yang terdiri dari bank sentral

Page 32: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

32323232

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

dan perusahaan pencetakan uang yang

menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK)

tertentu. BPS IUG diprakarsai oleh Federal Reserve

Bank (Amerika Serikat) sebagai pengguna mesin BPS

terbanyak di dunia. Berdasarkan berbagai pertemuan

tersebut, BI secara rutin memperoleh informasi dan

pengalaman bank sentral lain terkait dengan

perkembangan teknologi peralatan mesin dan

pengelolaan uang. Pada bulan April 2006, BI

mengikuti Technical Advisory Group (TAG) Meeting

yang membahas mengenai konsep dan peningkatan

desain serta pengembangan mesin pengolah uang,

permasalahan dan alternatif penyelesaian terhadap operasional mesin pengolah uang tersebut. Pada

pembahasan tersebut juga diperoleh informasi

mengenai kebijakan standar uang layak edar yang

dilakukan oleh European Central Bank (ECB),

pengujian yang dilakukan oleh bank sentral lain

terhadap mesin pengolah uang tidak layak edar,

serta permasalahan teknik terkait dengan

pengoperasian mesin pengolah uang. Selanjutnya

pada bulan Juni 2006, BI juga mengikuti BPS IUG

Meeting Juni yang membahas mengenai pengelolaan

uang yang dilaksanakan oleh 3 bank sentral.

Page 33: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

33333333

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV

ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN

UANG-2007

BABBABBABBAB IVIVIVIV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ---- 2007 2007 2007 2007

Kebijakan dan strategi BI di bidang pengedaran uang

tahun 2007 masih akan diarahkan pada upaya untuk

memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat baik

dari secara nominal maupun pecahan, optimalisasi

layanan kas dan pengelolaan uang rupiah BI,

penanggulangan peredaran uang palsu, dan

pengembangan operasionalnya.

Untuk mendukung arah kebijakan tersebut,

pelaksanaan dan rencana pengembangan system

pembayaran tunai 2006 sebagai berikut:

Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun 2007200720072007 Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal, Bank Indonesia tetap

melakukan kebijakan pengadaan uang berdasarkan

hasil perhitungan rencana distribusi uang selama 1

(satu) tahun kedepan.

Pada tahun 2007, jumlah kebutuhan uang rupiah di

masyarakat diperkirakan masih akan meningkat.

Proyeksi rencana distribusi uang tahun 2007 juga

memperhitungkan tingkat kelusuhan uang yang

dimusnahkan serta mempertimbangkan terjadinya

optimalisasi persediaan uang rupiah yang mengalami

kecenderungan inflow serta semakin efektifnya

pengelolaan uang layak oleh perbankan. Terkait

dengan berbagai pertimbangan tersebut, rencana

distribusi uang yang layak edar ke seluruh wilayah

Indonesia di tahun 2007 tersebut diperkirakan

mencapai 80,4% dari realisasi distribusi uang tahun

2006.

Adapun mengenai jumlah rencana pengadaan uang,

pada tahun 2007 Bank Indonesia merencanakan

melakukan pengadaan uang dengan jumlah 6,6

miliar lembar uang kertas dan 640,24 juta keping

uang logam atau secara nominal meningkat sebesar

11,4% dibandingkan nilai nominal pesanan cetak

tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan adanya

perubahan kebijakan BI dalam menentukan jumlah

persediaan uang yang cukup aman sesuai dengan

best practices.

Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Counterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BICounterfeit Analysis Center (BI----CAC)CAC)CAC)CAC) Untuk menunjang terbentuknya peran BI sebagai

pusat data pencegahan uang palsu (counterfeit

analysis center), pada tahun 2007 ini akan

dikembangkan sistem data base uang palsu yang

terintegrasi antara data base temuan uang palsu yang bersumber dari perbankan dan masyarakat dengan

data base temuan uang palsu yang bersumber dari

Kepolisian. Selanjutnya pengembangan data base

uang palsu ini akan menghasilkan informasi yang

berguna bagi upaya penanggulangan peredaran uang

palsu terkait dengan perkembangan temuan uang

palsu, pemetaan wilayah penyebaran dan jaringan,

serta analisis dan kualitas pemalsuan.

Pembentukan Titipan KasPembentukan Titipan KasPembentukan Titipan KasPembentukan Titipan Kas Besar di KBI Besar di KBI Besar di KBI Besar di KBI Terkait dengan kebijakan pemenuhan uang kartal

dalam jumlah yang cukup sesuai dengan best

practices bank sentral di dunia, dan guna memenuhi

Manajemen Penanggulangan Bencana Bank

Indonesia (MPBBI) di bidang pengedaran uang, akan

dibentuk titipan kas besar di beberapa KBI. Selain

itu, pembentukan kas besar titipan tersebut

dimaksudkan untuk untuk penyebaran wilayah

penyediaan uang rupiah, serta efisiensi pengiriman

uang.

Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Mengenai CiriMengenai CiriMengenai CiriMengenai Ciri----ciri Keasliaciri Keasliaciri Keasliaciri Keaslian Uang Rupiahn Uang Rupiahn Uang Rupiahn Uang Rupiah Pada tahun 2007, Bank Indonesia tetap melakukan

upaya-upaya penanggulangan uang palsu melalui

Page 34: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

34343434

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah sebagaimana

yang telah dilaksanakan pada tahun 2006. Sosialisasi

akan dilaksanakan secara tatap muka langsung

maupun melalui penayangan ILM atau publikasi

melalui artikel (advertorial) di media massa. Selain

itu pengetahuan mengenai keaslian uang rupiah juga

diupayakan masuk sebagai bagian kurikulum

pendidikan di Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah

serta penggunaan media berjalan (seperti mobil)

untuk penunjang kegiatan publikasi.

Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Penelitian dan Kajian Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran

Bank Bank Bank Bank Sehubungan dengan penerapan uji coba setoran dan

bayaran bank telah berlangsung sejak tahun 2005,

akan dilakukan kajian mengenai dampak penerapan

kebijakan tersebut ditinjau dari aspek sumber daya

manusia dan peralatan kas. Untuk mencapai tujuan

dari penelitian, kajian akan meliputi evaluasi

terhadap pola aliran penyetoran dan pembayaran

paska penerapan kebijakan tersebut. Berdasarkan

kajian tersebut diharapkan dapat memberikan materi

usulan dalam penyusunan ketentuan setoran dan

bayaran serta tindak lanjut perbaikan/

penyempurnaannya.

Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre

Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia

Guna mencapai penerapan cash centre di Indonesia,

perlu didukung dengan berbagai persiapan. Terkait

dengan hal tersebut, pada tahun 2007 direncanakan

untuk dilakukan penelitian pembentukan model cash

centre di Indonesia termasuk perangkat yang

dibutuhkan.

Tujuan dilakukannya kajian ini antara lain:

- Menganalisis persiapan yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan tahapan implementasi

pembentukan dan CC.

- Menganalisis perangkat pendukung yang dibutuhkan dalam pembentukan CC, meliputi

dasar hukum pendirian lembaga, pengaturan

dan ketentuan CC; pola layanan termasuk

pembentukan model skema layanan dan

operasional serta pengaturan mekanisme kerja

CC; hubungan kerja dengan perbankan serta

pengawasan dan pemeriksaan CC; dan tatacara

pencatatan maupun penyelesaian transaksi

melalui CC.

KajiKajiKajiKajian tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot an tentang efektifitas pelaksanaan Pilot

Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang

dengan PT. Posindodengan PT. Posindodengan PT. Posindodengan PT. Posindo

Kajian mengenai efektivitas pelaksanaan kerjasama

layanan penukaran uang dengan PT. Posindo akan diarahkan kepada efektifitas mekanisme kerjasama

layanan penukaran uang dengan PT Pos Indonesia

serta manfaatnya terhadap masyarakat khususnya di

daerah perbatasan dan terpencil. Adapun tujuan

penelitian antara lain mengukur efektifitas dan

mekanisme kerjasama dengan PT.Posindo, serta

mengetahui manfaat dan kepuasan masyarakat

terhadap layanan penukaran dan ketersediaan uang

rupiah di wilayah terpencil dan perbatasan.

Page 35: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

35353535

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN

Page 36: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

36363636

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

LAMPLAMPLAMPLAMPIRAN 1IRAN 1IRAN 1IRAN 1

PERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG

PALSU

PERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSUPERKEMBANGAN INDIKATOR ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN TEMUAN UANG PALSU

Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi Upaya Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang kartkebutuhan uang kartkebutuhan uang kartkebutuhan uang kartal di masyarakat dalam al di masyarakat dalam al di masyarakat dalam al di masyarakat dalam jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran jumlah yang cukup untuk mendukung kelancaran transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 transaksi perekonomian selama tahun 2006 dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari dilaksanakan secara efektif. Hal ini tercermin dari kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kemampuan BI untuk memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kartal masyarakat yang menunjukkan kecenderungan menkecenderungan menkecenderungan menkecenderungan meningkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan ingkat di tahun 2006, dengan tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat tetap menjaga kecukupan uang kas pada tingkat yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu yang aman. Selain itu, rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama terhadap uang kertas yang diedarkan selama tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup tahun 2006 masih dalam rasio yang cukup rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara rendah, sehingga tidak berdampak secara signifikan signifikan signifikan signifikan terhadap perekonomian. terhadap perekonomian. terhadap perekonomian. terhadap perekonomian.

Kegiatan perekonomian Indonesia sepanjang tahun

2006 tumbuh sebesar 5,5%, serta kenaikan harga-

harga umum sebesar 6,6% yang dibarengi dengan

dorongan kebijakan fiskal berdampak terhadap

meningkatnya kebutuhan uang kartal (UYD) di

masyarakat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

rata-rata UYD selama tahun 2006 sebesar 14,6% atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang

mencapai 13,2%. Sejalan dengan peningkatan

perekonomian Indonesia di tahun 2006 tersebut,

kebutuhan uang kartal di berbagai wilayah naik

sebesar 11,9%, atau lebih tinggi dari peningkatan

tahun sebelumnya yang mencapai 7,5%. Masih

cukup tingginya kebutuhan masyarakat terhadap

uang kartal berpengaruh terhadap realisasi distribusi

uang kartal yang mencapai sebesar 105,9% dari

rencana. Adapun proporsinya selama tahun 2006

masing-masing sebesar 75,4% di wilayah Indonesia

Barat, sebesar 15,7% di wilayah Indonesia Tengah,

dan 8,9% di wilayah Indonesia Timur.

Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan Perkembangan Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) (UYD) (UYD) (UYD) Sejalan dengan perkembangan perekonomian,

lonjakan kenaikan kebutuhan uang kartal selama

tahun 2006 masih dipengaruhi oleh faktor-faktor

musiman seperti hari raya keagamaan dan tahun

baru, serta liburan anak sekolah. Selain itu, faktor

kebijakan fiskal seperti percepatan realisasi

anggaran, masih berlangsungnya bantuan langsung

tunai (BLT), dan kenaikan gaji PNS, serta kenaikan

harga-harga secara umum di 2006 yang mencapai

6,6% (yoy) memicu kenaikan uang kartal yang

diedarkan (UYD) secara keseluruhan.

Jumlah UYD rata-rata harian selama tahun 2006

sebesar Rp144,5 triliun, sedangkan rata-rata di tahun

sebelumnya sebesar Rp126,1 triliun atau terjadi

kenaikan sebesar 14,6%. Berdasarkan pola

pergerakannya, UYD selama tahun 2006 tidak

berubah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

yaitu terjadi penurunan di triwulan-1 yang diikuti

dengan trend meningkat pada awal triwulan-2 serta kenaikan yang signifikan pada periode hari raya

keagamaan dan tahun baru (grafik 12). UYD tertinggi

pada tahun 2006 dicapai pada tanggal 28 Desember

yang berdekatan dengan periode liburan panjang

hari raya keagamaan (natal) dan tahun baru serta

liburan anak sekolah, sedangkan UYD tertinggi pada

tahun-tahun sebelumnya dicapai pada periode

menjelang hari raya idul fitri. Kondisi tersebut antara

lain terkait dengan kebijakan Bank Indonesia untuk

tetap melayani transaksi kas pada periode libur idul

fitri, sehingga berdampak terhadap penyesuaian

perbankan dalam memelihara kecukupan uang

kartalnya.

Sebagaimana tahun sebelumnya, sebagian besar

UYD selama tahun 2006 berada di masyarakat yang

Page 37: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

37373737

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

mencapai kisaran berkisar antara 81,5% pada

minggu IV bulan Oktober 2006 sampai 88,2% yang

terjadi di akhir minggu I Juni 2006. Adapun kisaran

UYD yang berada di bank sebesar 11,8% sampai

18,5% dengan rata-rata selama tahun 2006 sebesar

13,9%.

Rasio uang kartal di masyarakat terhadap uang giral

rata-rata selama tahun 2006 sebesar 65,4% atau

terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang

mencapai rata-rata 70,7% (Grafik 13). Hal tersebut

menunjukkan bahwa peran uang kartal dalam

transaksi ekonomi pada tahun 2006 mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

100

120

140

160

180

1-Jan

31-Jan

1-M ar

31-M ar

30-Apr

30-M ay

29-Jun

29-Jul

28-Aug

27-Sep

27-Oct

26-Nov

26-Dec

Bulan

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 11 Perkembangan UYD Tahun 2005-2006

0.0%

15.0%

30.0%

45.0%

60.0%

75.0%

90.0%

Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2005 2006

Grafik 12 Perkembangan Rasio Uang Kartal terhadap Uang Giral

Secara nominal, sebagian besar uang kertas (UK)

yang diedarkan adalah pecahan Rp100.000 dan

Rp50.000 masing-masing sebesar 44,9% dan 41,8%.

Selama 3 tahun terakhir menunjukkan pangsa uang

kertas (UK) yang diedarkan untuk pecahan

Rp100.000 semakin meningkat. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan uang kertas

pecahan besar semakin dibutuhkan dalam kegiatan

transaksi ekonomi. Sedangkan pangsa uang logam

(UL) yang diedarkan, masih didominasi oleh

pecahan Rp500 dan Rp100 masing-masing sebesar

52,6% dan 27,7% dari total UL yang diedarkan.

Komposisi UL di masyarakat tersebut cenderung

tidak mengalami perubahan, kecuali untuk pecahan

Rp200 yang mulai memperlihatkan kenaikan serta pangsa UL Rp100 yang cenderung menurun. Hal ini

mengindikasikan fungsi substitusi pengeluaran uang

pecahan Rp200 mulai efektif (grafik 14 dan 15).

Berdasarkan keseluruhan uang kartal (UK dan UL)

yang diedarkan, jumlah nominal pecahan uang yang

paling banyak beredar adalah pecahan besar yaitu

Rp20.000 ke atas yang mencapai 90,6% dari total

UYD, sedangkan pecahan kecil Rp10.000 ke bawah

hanya mencapai 9,4%. Pangsa pecahan Rp10.000

ke bawah tersebut menunjukkan kecenderungan

yang semakin menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2004 dan 2005.

Meskipun secara nominal, pecahan yang banyak

beredar di masyarakat adalah pecahan besar, namun

berdasarkan jumlah lembar/keping uang,

menunjukkan pecahan Rp10.000 ke bawah masih

mendominasi yaitu mencapai 60,9% dari total

jumlah/lembar uang yang diedarkan.

Page 38: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

38383838

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

44.9%

38.6%

26.4%

41.8%

45.7%

55.6%

5.3 %

7.1%

8 .1%

8 .0 %

8 .6 %

9 .9 %

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

2004

100,000 50,000 20,000 < 10.000

Grafik 13 Pangsa Uang Kertas yang Diedarkan Berdasarkan Nominal

6.0%

6.1%

6.6%

52.6%

52.5%

51.2%

5.5%

4.8%

2.7%

27.7%

28.3%

30.7%

8.1%

8.3%

8.7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

2004

1,000 500 200 100 < 100

Grafik 14 Pangsa Uang Logam yang Diedarkan Berdasarkan Nominal

44.2%

37.9%

25.9%

41.1%

44.9%

54.5%

5.3%

7.0%

8.0%

9.4%

10.3%

11.7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

2004

100,000 50,000 20,000 < 10.000

Grafik 15 Pangsa pecahan UYD Berdasarkan Nominal

11.8%

12.0%

11.5%

60.9%

62.5%

63.3%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006

2005

2004

>=10.000 5,000 1,000 500 <= 200

Grafik 16 Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar/Keping

Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Perkembangan Aliran Masuk dan Keluar Uang Kartal Melalui BIKartal Melalui BIKartal Melalui BIKartal Melalui BI Penerapan kebijakan uji coba setoran dan bayaran

kepada perbankan berupa penyetoran uang ke BI

oleh perbankan dalam kondisi yang tidak layak edar

untuk seluruh pecahan, secara jangka pendek

berdampak terhadap penurunan volume aliran uang kartal melalui BI. Kondisi tersebut berdampak

terhadap efisiensi pengelolaan uang di BI serta

mengindikasikan membaiknya manajemen

pengelolaan uang oleh perbankan.

Perkembangan aliran uang keluar dari BI

menunjukkan kecenderungan meningkat, namun

terjadi perlambatan pada 2006, sedangkan aliran

uang masuk ke BI yang cenderung meningkat selama

4 tahun terakhir, menunjukkan sedikit penurunan di

tahun 2006. Jumlah outflow pada tahun 2006

sebesar Rp338,1 triliun atau naik 2,4% dari tahun

sebelumnya yang mencapai sebesar Rp330,8 triliun.

Pertumbuhan outflow selama tahun 2006 tersebut

lebih rendah dari laju pertumbuhan outflow tahun

sebelumnya yang mencapai 14,7%. Jumlah inflow di

2006 menunjukkan penurunan sebesar 3,0% dari

sebesar Rp314,6 triliun menjadi Rp305,1 triliun

(Grafik 18). Perlambatan kenaikan ouflow dan

penurunan inflow di 2006 tersebut terutama

dipengaruhi penerapan kebijakan setoran dan

Page 39: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

39393939

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

bayaran yang diberlakukan untuk seluruh pecahan

mulai Mei 2006 di KP dan Desember 2007 di KBI.

Secara nasional, pola outflow dan inflow uang kartal

melalui BI selama tahun 2006 masih menunjukkan

pola yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu

terjadi peningkatan outflow secara signifikan pada

periode menjelang hari raya keagamaan dan tahun

baru, yang dilanjutkan dengan peningkatan inflow

setelah periode tersebut. Jumlah outflow tertinggi di

tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober atau

bersamaan dengan periode libur hari raya

keagamaan (lebaran) yang mencapai sebesar Rp41,6

triliun, sedangkan jumlah outflow terendah dicapai pada bulan November 2006 yaitu sebesar Rp19,3

triliun. Adapun jumlah inflow selama tahun 2006

berkisar antara Rp9,7 triliun pada Desember dan

tertinggi di bulan November sebesar Rp33,0 triliun

(grafik 19).

0.0

75.0

150.0

225.0

300.0

2002 2003 2004 2005 2006

Triliun Rp

Outflow Inflow

Grafik 17 Perkembangan Outflow dan Inflow 2002 – 2006

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

Jan Feb M ar Ap r Mei Jun J ul Ag t Sep Okt No v DesBulan

Triliun

Out-2005 Out-2006

In-2005 In-2006

Grafik 18 Perkembangan Outflow dan Inflow Bulanan

Jumlah uang kartal yang diserap oleh masyarakat

selama tahun 2006 meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya, tercermin dari kenaikan jumlah net

outflow dari sebesar Rp15,5 triliun menjadi Rp33,0

triliun atau naik 112,6%. Pertumbuhan net outflow

tersebut lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan

tahun sebelumnya yang mencapai 21,8%.

Secara triwulanan, jumlah net outflow pada

triwulan-3 dan triwulan-4 menunjukkan

kecenderungan meningkat dan sejalan dengan pola

tahun 2004. Pola kenaikan net flow tersebut berbeda

dengan tahun 2005, yaitu kenaikan net flow yang

lebih tinggi di triwulan-3 dibandingkan dengan triwulan-4. Perubahan pola net outflow yang terjadi

pada tahun 2005 tersebut terkait dengan adanya

peningkatan pengeluaran pemerintah yang dimulai

sejak di triwulan III serta ekspektasi masyarakat

untuk berjaga-jaga mengantisipasi kenaikan harga

BBM yang cukup signifikan pada awal triwulan-4

2006.

(25.0)

(10.0)

5.0

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

Triwulan

Tri liun Rp

2006 20052004

Grafik 19 Perkembangan Jumlah Outflow dan Inflow

Berdasarkan regionalnya, jumlah inflow dan outflow

di wilayah KPBI sejak triwulan-2 2006 sampai

triwulan-4 2006 menunjukkan jumlah yang lebih

rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Demikian juga dengan jumlah outflow dan inflow di

wilayah KKBI menunjukkan jumlah yang lebih rendah dari tahun sebelumnya sejak triwulan-4 2006

Page 40: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

40404040

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

(Grafik 20 dan 21). Hal tersebut berkaitan dengan

penerapan penyetoran UTLE oleh perbankan pada

bulan Mei untuk perbankan di wilayah KPBI dan

Desember 2006 untuk wilayah KBI. Melalui

penerapan kebijakan tersebut, terjadi kemungkinan

suatu bank mengalami posisi kelebihan atau

kekurangan uang kartal untuk pecahan tertentu,

sehingga terjadi transaksi uang kartal antar bank.

Berdasarkan kondisi tersebut, perbankan akan

berupaya untuk mengelola uang kartalnya untuk

menghindari dana idle yang dapat merugikan.

-

20.0

40.0

60.0

80.0

1 2 3 4Triwulan

Triliun Rp

KP-2006KP-2005KBI-2006KBI-2005

Grafik 20 Perkembangan Jumlah Outflow KP dan KBI

-

20.0

40.0

60.0

80.0

1 2 3 4Triwulan

Triliun Rp

KP-2006KP-2005KBI-2006KBI-2005

Grafik 21 Perkembangan Jumlah Inflow KP dan KBI

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, jumlah

aliran uang kartal dari wilayah di luar Jakarta dan

luar Jawa yang masuk ke wilayah Jawa masih terjadi

ditahun 2006. Selama tahun 2006, terjadi net

outflow di KP dan KKBI di wilayah luar Jawa, masing-masing sebesar Rp34,0 triliun dan Rp24,4

triliun. Sedangkan 3 KKBI di wilayah Jawa yaitu KKBI

Bandung, KKBI Semarang, dan KKBI Surabaya

mengalami net inflow sebesar Rp25,4 triliun.

Pangsa inflow dan outflow di wilayah KP selama

tahun 2006 menunjukkan penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Hampir seluruh wilayah KKBI

mengalami kenaikan pangsa inflow, kecuali KKBI

Semarang, dan KKBI. Demikian pula dengan pangsa

outflow menunjukkan hampir seluruh KKBI

mengalami kenaikan dibandingkan tahun

sebelumnya, kecuali KKBI Banjarmasin. Pangsa

inflow tertinggi selama tahun 2006 terjadi di wilayah

KKBI Bandung dan KP yang mencapai masing-

masing 20,7% dan 16,4% dari total inflow, sedangkan outflow selama tahun 2006 berada di

wilayah Kantor Pusat dan KKBI Surabaya yaitu

sebesar 24,8% dan 17,4% dari total outflow.

23.5%

16.4%

6.9%

9.5%

6.5%

6.8%

18.2%

20.7%

13.6%

12.2%

18.1%

19.2%

5.8%

5.5%

7.3%

9.7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2005

2006

KP M EDAN PADANG BANDUNGSEM ARANG SURABAYA BANJARM ASIN M AKASSAR

Grafik 22 Pangsa Inflow Berdasarkan Wilayah Kerja

32.3%

24.8%

6.1%

9.4%

8.0%

8.3%

12.2%

13.4%

9.6%

8.7%

16.9%

17.4%

7.2%

7.3%

7.8%

10.6%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2005

2006

KP M EDAN PADANG BANDUNGSEM ARANG SURABAYA BANJARM ASIN M AKASSAR

Grafik 23 Pangsa outfllow Berdasarkan Wilayah Kerja

Page 41: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

41414141

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Sebagian besar transaksi inflow uang kartal ke BI

berupa setoran bank mencapai 97,9% dari total

inflow, sedangkan sisanya berupa penyetoran non

bank dan penukaran dari masyarakat. Berdasarkan

pecahannya, sebagian besar setoran bank adalah

pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 yang mencapai

masing-masing 53,9% dan 37,3% dari total setoran

bank. Dibandingkan tahun lalu, pangsa setoran

pecahan Rp50.000 tersebut mengalami penurunan

yaitu dari sebesar 61,3%, sebaliknya pangsa

pecahan Rp100.000 menunjukkan kenaikan dari

28,0%.

Sebagaimana transaksi inflow, sebagian besar aliran uang kartal yang keluar dari BI selama tahun 2006

adalah penarikan oleh bank yang mencapai 97,9%

dari total outflow. Sebagaimana penyetoran uang,

pangsa penarikan uang kartal oleh perbankan selama

tahun 2006 sebagian besar adalah pecahan

Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar

51,5% dan 42,0%. Selain itu, persentase penarikan

uang pecahan Rp100.000 menunjukkan kenaikan,

sedangkan pecahan Rp50.000 ke bawah mengalami

penurunan.

Pangsa penyetoran dan penarikan uang kartal yang

mengarah pada pecahan yang semakin besar oleh

perbankan tersebut, antara lain digunakan untuk

keperluan pengisian mesin kasir otomatis (ATM),

serta efisiensi dalam proses penarikan maupun

penyetoran uang nasabah jika menggunakan uang

pecahan besar.

Berbeda dengan pola penarikan dan penyetoran oleh

perbankan, pangsa penukaran uang pecahan besar

ke pecahan kecil mendominasi transaksi penukaran

melalui BI. Pangsa penukaran masuk pecahan

Rp50.000 dan Rp100.000 mencapai 46,3% dan

45,2%, untuk ditukarkan dengan uang pecahan kecil

(Rp10.000 ke bawah) yang mencapai sebesar 80,7%.

25.7%

28.0%

37.3%

61.6%

61.3%

53.9%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100,000 50,000 20,000 < = 10,000

Grafik 24 Pangsa Setoran Bank Berdasarkan Pecahan

24.5%

33.3%

42.0%

64.7%

56.6%

51.5%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100,000 50,000 20,000 <= 10,000

Grafik 25 Pangsa Bayaran Bank Berdasarkan Pecahan

35.3%

39.5%

45.2%

53.2%

50.6%

46.3%

4.5%4.4%

3.3%7.0%

5.4%5.2%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100,000 50,000 20,000 < = 10,000

Grafik 26 Pangsa Penukaran Masuk Berdasarkan Pecahan

Page 42: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

42424242

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

7.2%

15.8%

7.0%

8.5%

7.7%

6.7%

8.1%

78.1%

68.4%

80.7%

6.2%

5.7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100,000 50,000 20,000 < = 10,000

Grafik 27 Pangsa Penukaran Keluar Berdasarkan Pecahan

Posisi KasPosisi KasPosisi KasPosisi Kas Posisi kas Bank Indonesia selama tahun 2006 masih

berada pada kisaran minimal selama 2-3 bulan rata-

rata outflow, dengan komposisi terbesar adalah uang

kertas pecahan besar yaitu Rp20.000 ke atas. Rata-

rata posisi uang kartal di BI selama tahun 2006

sebesar Rp71,9 triliun atau meningkat sebesar 37,5%

dari tahun 2005 yang mencapai sebesar Rp52,3

triliun. Rasio rata-rata posisi kas terhadap rata-rata

outflow selama tahun 2006 tercatat sebesar 2,6

bulan outflow atau berada pada kisaran kecukupan

kas minimum selama 2-3 bulan rata-rata outflow.

Jumlah posisi kas Bank Indonesia Jumlah posisi kas

terendah selama tahun 2006 sebesar Rp42,8 triliun

yang terjadi di 2 Januari 2006, sedangkan posisi kas

tertinggi sebesar Rp88,7 triliun pada 29 Agustus

2006.

Guna mengupayakan kebutuhan uang kartal di

masyarakat, BI berupaya untuk menyediakan

komposisi uang kartal yang sesuai. Pada posisi akhir

Desember 2006, pecahan uang kertas Rp50.000 dan

Rp100.000 masing-masing sebesar 51,3% dan

29,1% total posisi kas BI. Sesuai dengan peningkatan

pangsa pecahan Rp100.000 pada inflow dan outflow

uang kartal, pangsa pecahan Rp100.000 juga mengalami peningkatan. Berdasarkan lembar/keping

uang, pangsa terbanyak adalah pecahan Rp50.000

dan Rp1.000 sebesar 22,1% dan 17,9%. Dengan

komposisi tersebut, masing-masing pecahan uang

kertas tersebut mampu memenuhi 2,2 sampai 5,5

bulan rata-rata outflow, sedangkan uang logam

masing-masing pecahan selama 4,6 sampai 22,9

bulan rata-rata outflow.

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

1-Jan 31-Jan 1-Mar 31-Mar 30-Apr 30-May 29-Jun 29-Jul 28-Aug 27-Sep 27-Oct 26-Nov 26-Dec

Bulan

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 28 Perkembangan Persediaan Kas BI

32.3%

23.5%

29.1%

43.9%

56.3%

51.3%

15.0%

8.5%

10.5%

8.8%

11.7%

9.1%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100.000 50.000 20.000 <=10.000

Grafik 29 Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal

Pemusnahan UangPemusnahan UangPemusnahan UangPemusnahan Uang Dalam rangka menjaga kualitas uang kartal yang

diedarkan dalam kondisi yang layak, BI melakukan

pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) berupa

uang lusuh, uang rusak, uang cacat, dan uang yang

telah dicabut dan ditarik dari peredaran. Sejalan

dengan penurunan jumlah inflow uang kartal selama tahun 2006, jumlah pemusnahan uang juga

menunjukkan penurunan. Secara total, jumlah

pemusnahan uang selama 2006 menurun sebesar

10,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Page 43: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

43434343

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Perkembangan pemusnahan uang selama 2006

menunjukkan kecenderungan meningkat pada bulan

Mei dan Agustus, serta mencapai puncaknya pada

bulan November. Kenaikan yang signifikan di bulan

November tersebut terutama dipengaruhi oleh

kenaikan inflow paska hari raya lebaran.

Pengawasan terhadap pemusnahan uang dilakukan

secara konsisten melalui sarana penetapan soil level

pada mesin sortasi dan standarisasi visual UTLE di

seluruh satuan kerja kas BI.

Secara regional, pemusnahan uang tertinggi selama

tahun 2006 adalah di Kantor Pusat BI dan KKBI

Bandung masing-masing sebesar 31,0% dan 17,8%. Selama 3 tahun terakhir, pangsa pemusnahan uang

di wilayah KP menunjukkan peningkatan, sedangkan

di wilayah KKBI Bandung menunjukkan peran yang

semakin mengecil. Kondisi tersebut selain

mengindikasikan tingginya UTLE yang disetorkan ke

BI, juga sejalan dengan tingginya aliran uang kartal

yang masuk ke BI di wilayah tersebut.

-

0.2

0.4

0.6

Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Miliar Lbr/Kpg

2004 2005 2006

Grafik 30 Perkembangan Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping

19.6%

26.2%

31.0%

8.9%

6.6%

7.5%

7.3%

6.4%

6.2%

23.0%

20.5%

17.8%

14.3%

12.2%

11.1%

17.1%

17.8%

16.8%

4.0%

3.9%

3.6%

5.7%

6.3%

6.1%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

KANTOR PUSAT KKBI M EDAN KKBI PADANG KKBI BANDUNGKKBI SEM ARANG KKBI SURABAYA KKBI BANJARM ASIN KKBI M AKASSAR

Grafik 31 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasakan Wilayah

Sebagian besar pemusnahan UTLE oleh BI adalah

uang kertas yang mencapai 99,9% dari total

pemusnahan. Secara nominal, jumlah pemusnahan

uang yang paling banyak adalah pecahan Rp50.000

yang mencapai sebesar 59,0% dari total

pemusnahan. Berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnya, pangsa pemusnahan uang pecahan

Rp100.000 menunjukkan kenaikan sehingga

mencapai jumlah pemusnahan terbesar kedua

menggantikan pecahan Rp20.000. Berdasarkan

lembar/keping pemusnahan uang, jumlah terbesar

uang yang dimusnahkan masih sejalan dengan tahun

sebelumnya yaitu pecahan kecil Rp10.000 ke

bawah dan Rp50.000, yang mencapai masing-

masing sebesar 68,3% dan 19,6% dari total

lembar/keping uang yang dimusnahkan.

11.6%

12.6%

11.2%

15.4%

12.7%

12.8%

12.0%

17.0%

6.5% 66.5%

62.7%

59.0%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100.000 50.000 20.000 <= 10.000

Grafik 32 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal

Page 44: KATA PENGANTARKATA PENGANTAR · LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 KATA PENGANTARKATA PENGANTAR Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan

44444444

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

10.2%

9.8%

9.3%

71.0%

71.7%

68.3%

0.9%

2.8%

1.6%

19.6%

16.9%

18.0%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2004

2005

2006

100.000 50.000 20.000 < = 10.000

Grafik 33 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Jumlah Lembar/Keping

Perkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang PalsuPerkembangan Temuan Uang Palsu Rata-rata rasio temuan uang palsu per bulan

terhadap uang kertas yang diedarkan pada tahun

2006 lebih tinggi dari rata-rata rasio tahun

sebelumnya, namun masih dalam jumlah yang

cukup rendah sehingga tidak berdampak secara

signifikan terhadap perekonomian. Pada tahun 2006,

rasio rata-rata per bulan adalah sebesar 0,0000014

atau terdapat 14 temuan uang palsu pada setiap 10

juta lembar uang kertas yang diedarkan, sedangkan

tahun sebelumnya sebesar 0,000009 atau sebanyak

9 lembar temuan uang palsu pada setiap 10 juta

lembar uang kertas yang diedarkan.

Sebagian besar temuan uang palsu bersumber dari

kasus pemalsuan uang oleh Kepolisian RI yang

mencapai 56,9% dari total temuan uang palsu,

sedangkan temuan perbankan/BI mencapai 43,1%.

Adapun, berdasarkan wilayahn temuan uang palsu,

sebagian besar bersumber dari wilayah di Pulau Jawa, yaitu di wilayah Kantor Pusat sebesar 46,3%,

KKBI Surabaya sebesar 24,8%, dan KKBI Semarang

sebesar 20,4%.

Tabel 3 Persentase Perkembangan Temuan Uang Palsu Tahun 2006

KP/KKBIKP/KKBIKP/KKBIKP/KKBI TwTwTwTw----1111 TwTwTwTw----2222 TwTwTwTw----3333 TwTwTwTw----4444 TotalTotalTotalTotal Kantor Pusat 16.0% 49.3% 75.6% 21.3% 46.3%

Medan 0 . 1 % 0 . 3 % 0 . 7 % 0 . 4 % 0 . 4 %

Padang 0 . 5 % 1 . 0 % 0 . 3 % 0 . 2 % 0 . 4 %

Bandung 4 . 0 % 3 . 9 % 2 . 3 % 13.8% 5 . 7 %

Semarang 46.9% 15.3% 7 . 1 % 22.5% 20.4%

Surabaya 28.6% 29.7% 13.0% 39.0% 24.8%

Banjarmasin 3 . 3 % 0 . 2 % 0 . 1 % 0 . 4 % 0 . 9 %

Makassar 0 . 7 % 0 . 4 % 1 . 1 % 2 . 4 % 1 . 2 %

Jumlah 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%