Upload
nininghr
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
katarak
Citation preview
Etiologi katarak
Penyebab terjadinya katarak bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut
(katarak senilis), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa
pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena
traumatik, terapi kortikosteroid metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik,
seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi
alkohol meningkatkan resiko katarak (Mansjoer, 2000).
Faktor risiko
Katarak umumnya terjadi karena faktor usia, meskipun etio patogenesis belum
jelas, namun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis
adalah (Wijana, 2003) :
1. Herediter.
Cukup berperan dalam indsidensi, onset dan kematangan katarak senilis pada
keluarga yang berbeda.
2. Sinar ultraviolet.
Bila lebih banyak terekspos dengan sinar ultraviolet dari matahari maka akan
berpengaruh pada onset dan kematangan katarak.
3. Nutrisi.
Defisiensi nutrisi seperti protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E,
vitamin C) dan elemen penting lainnya mengakibatkan katarak senilis lebih cepat
timbul dan lebih cepat matur.
4. Dehidrasi.
Terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan perubahan ion tubuh juga akan
mempengaruhi katarak.
5. Perokok
Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen – 3 hydroxykynurinine dan
kromofor, yang menyebabkan warna kekuningan pada lensa. Cyanates pada rokok
menyebabkan denaturasi protein.
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya katarak presenile atau katarak yang
timbul sebelum usia 50 tahun adalah :
1. Herediter.
Seperti yang telah disebutkan diatas, keturunan dapat mempengaruhi perubahan
kataraktous yang terjadi pada usia muda.
2. Diabetes mellitus.
Katarak terkait usia dapat terjadi lebih cepat pada penderita diabetes. Katarak
nuklear lebih sering dan cenderung progresif.
3. Miotonik distrofi.
Berhubungan dengan tipe subkapsular posterior dari katarak presenilis.
4. Dermatitis atopik.
Terjadi katarak presenilis pada 10% kasus.
Penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut (Duke, 2007):
1. Sebab-sebab biologik :
a. Karena usia.
Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa pun mangalami proses
tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.
b. Pengaruh genetik.
Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang
timbul pada lensa.
2. Sebab-sebab imunologik:
Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap
salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi
sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan
terbentuknya antibodi tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan
katarak.
3. Sebab-sebab fungsional:
Akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek yang buruk terhadap
serabutserabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada
lensa. Ini dapat terlihat pada keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan
apathyroidisme.
4. Gangguan bersifat lokal terhadap lensa:
a. Gangguan nutrisi pada lensa
b. Gangguan permeabilitas kapsul lensa
c. Efek radiasi dari cahaya matahari
d. Gangguan metabolisme umum:
5. Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat menyebabkan katarak misalnya
pada penyakit diabetes mellitus atau hyperparathiroidisme.
Pemeriksaan Fisik
1. Visus, lapangan pandang, dan pupil
2. Kerusakan ekstraokular - fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik.
3. Tekanan intraokular - glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.
4. Bilik anterior - Hipema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.
5. Lensa - Subluksasi, dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior), katarak
(luas dan tipe)
6. Vitreus - ada atau tidaknya perdarahan, Presence or absence of hemorrhage,
perlepasan vitreus posterior
7. Fundus - Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub
retina,kondisi saraf optik.
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya (James, 2005).
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak adalah
(Fowler, et al; 2002):
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Illuminasi oblik
3. Test bayangan iris
4. Pemeriksaan dengan menggunakan ophthalmoskop langsung
5. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar
katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur
atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium
perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi
maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp (Vaughan, 2000).
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya
kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak
biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slitlamp), funduskopi pada
kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang
diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena
dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum
(Vaughan, 2000).
Patogenesis
1. Konsep Penuaan
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul
lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan
kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang
tua nucleus ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa
mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat
berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya,
keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak.
2. Teori Radikal Bebas
Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan,
tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu
faktor penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu
sendiri
bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada
keseragaman penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran
letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini
menghilang dan serat-serat bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi
menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan
penglihatan yang parah (Youngson, 2005).
Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak
yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak
(Kumalaningsih, 2006).
Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan
oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi sangat kuat dan
terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh
penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa bening.
3. Sinar Ultraviolet
Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal
bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar
di dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet
menghasilkan radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang
transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai
riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya
katarak.
4. Merokok
Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein
lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid.
Radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Hal ini menunjukkan
bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding dengan yang bukan
perokok.
Gambaran Histopatologi
(Mission for vision, 2007)
Histopatologi katarak dibagi menjadi dua fase, yaitu fase awal dan fase
lanjutan. Pada fase awal, temuan patologisnya ialah adanya beberapa vakuola-
vakuola dan globula. Serat lensa terlihat terpisah dengan jelas, celah air pada sutura,
dan korteks tampak keruh serta membengkak. Memasuki fase lanjutan, tampak
kapsul semakin tipis atau menebal, dan mudah ruptur. Epitel subkapsular
berproliferasi, dan korteks mengalami nekrosis, terjadi vakuolisasi, pemecahan dari
serat lensa menghasilkan globula yang bulat atau globula Morgagni (Smeltzer, 2002).
Terapi lama
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin,
agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E (Lang, 2005).
Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).
Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Medica
Aesculpalus,FKUI.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Duke, Elder S. 2007. Disease of the Outer Eye. System of Ophthalmology.
London : Henry Kimpton.
Fowler JH, Philip Dopp, Asif Salyani. Ophthalmology (online). New York.
MCCQE ;2002 http:// www.book2down.com/search- Ophthalmology+Notes
(diakses 31 Maret 2016).
Kumalaningsih, Sri. 2006. Antioksidan Alami-Penangkal Radikal Bebas, Sumber,
Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Surabaya: Trubus Agrisarana.
Lang, Gerhard K. 2005. Opthalmology, A short Textbook. New York : Penerbit
Thieme Stuttgart.
Mission for vision. 2007. Cortical cataract
http://www.missionforvisionusa.org/2007/07/cortical-cataract.html (diakses pada
31 Maret 2016)
Smeltzer . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo. Jakarta : EGC.
Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. 2000. Oftalmologi umum Edisi 14. Jakarta : Widya
medika.
Wijana, Nana. 2003. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-6. Jakarta.
Youngson, Robert. 2005. Antioksidan Manfaat Vitamin C dan E Bagi Kesehatan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.