29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. (1) Kekeruhan ini dapat mengganggu cahaya yang lewat melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (2) Berdasarkan studi cross sectional prevalensi katarak pada usia 65 tahum adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. (2) Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. (3) Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses

Katarak Senilis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

katarak ni

Citation preview

Page 1: Katarak Senilis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin

(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa

yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau

akibat kedua-duanya. (1) Kekeruhan ini dapat mengganggu cahaya yang lewat melewati lensa

sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak

adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit

sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (2) Berdasarkan studi cross sectional

prevalensi katarak pada usia 65 tahum adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70%

pada usia lebih dari 75 tahun. (2)

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab

kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya

terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. (3)

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh

berbagai hal, biasanya akibat proses degeneratif. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika

Serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat

sampai 50% pada mereka yang berusia 65 - 75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada

usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang

ditemukan 2. Katarak sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Menurut WHO di

negara berkembang 1-3% penduduk mengalami kebutaaan dan 50% penyebabnya adalah

katarak. Sedangakan untuk negara maju sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah katarak.

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%

orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia

antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75

tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita

dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita

Page 2: Katarak Senilis

2

adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani

operasi katarak. (1) (4)

Page 3: Katarak Senilis

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan

sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh

zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor

aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang semipermeabel

(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan elektrolit masuk.

Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari

korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga

lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas. (1) (5)

Lensa

Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias, biasanya sekitar 1,4 pada sentral

dan 1,36 pada perifer. Hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang

mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15 - 20

dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata - rata4. Sisanya

sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea. (2) (6)

Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara seluruh

tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa dibanding area

tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun

tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa 2. Lensa terus

bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar 6,4 mm pada

bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg. Pada lensa dewasa

berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg.

Page 4: Katarak Senilis

4

Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan

lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang

semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini

mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang

menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-

faktor yang berperan. (2) (6)

Lensa terdiri dari beberapa bagian yaitu: (2) (6)

1. Kapsula

Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang transparan

terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula

terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif. Lapis

terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan dalam melekatnya

serat-serat zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior

preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki

ketipisan sekitar 2-4 m. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan

terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.

2. Serat Zonular

Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari epitelium

non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini

memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat

zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak

sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula.

3. Epitel Lensa

Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa, lapisan ini merupakan

lapisan tunggal dari sel-sel epitelial. Sel-sel ini secara metabolik aktif dan melakukan

semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel

ini juga menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel-sel

epitelial aktif melakukan mitosis dengan aktifitas terbesar pada sintesis DNA

pramitosis yang terjadi pada cincin di sekitar anterior lensa yang disebut zona

germinativum. Sel-sel yang baru terbentuk ini bermigrasi menuju ekuator di mana sel-

sel ini melakukan diferensiasi menjadi serat-serat. Dengan sel-sel epitelial bermigrasi

menuju bow region dari lensa, maka proses differensiasi menjadi serat lensa dimulai.

Mungkin bagian dari perubahan morfologis yang paling dramatis terjadi ketika sel-sel

epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. Perubahan ini terkait dengan

Page 5: Katarak Senilis

5

peningkatan massa protein selular pada membran untuk setiap individu sel-sel serat.

Pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel,

mitokondria, dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan,

karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini.

Bagaimanapun, karena serat-serat sel lensa yang baru ini kehilangan fungsi

metaboliknya yang sebelumnya dilakukan oleh organel-organel ini, kini serat lensa

terganting dari energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis.

4. Korteks dan Nukleus

Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, sel-sel ini

akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan lapisan tertua

menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah nukleus fetal dan

embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian

tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan

membentuk korteks dari lensa.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan

cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat zonula dan

memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini daya

refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara untuk

cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula berkurang,

artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja

sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada

retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya usia. (2)

(6)

Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly

geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman

penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, sentolop, atau kaca

pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi. (1) (2) (5) (6)

2.2 Katarak

2.2.1 Definisi

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup

Page 6: Katarak Senilis

6

air terjun 5. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman

visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. (1) (2)

2.2.2 Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: (1)

1. Katarak kongenital, katarak sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir

dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu - ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri,

diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan

histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan

penyakit – penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris

heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.

2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan

penyakit lainnya seperti :

1. Katarak metabolik

a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)

b) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c) Katarak defisiensi gizi

d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e) Penyakit Wilson

f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.

2. Otot distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

3. Katarak traumatik

4. katarak komplikata

a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis ).

b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal ), seperti Wagner dan

retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

c) Katarak anoksik

d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol,

antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan besi).

Page 7: Katarak Senilis

7

e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit ( sindermatik),

tulang ( disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans

kongenita pungtata), dan kromosom.

f) Katarak radiasi

3. Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun

Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu: (2) (5) (6)

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks

anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai

terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi

jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien.

2. Katarak intumesen, kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa

akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi

3. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan

hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak

dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan

terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada

katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat

bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

5. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul

lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat

bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus

sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut disertai

dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang

terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak

morgagni.

Page 8: Katarak Senilis

8

Gambaran bentuk dari katarak senilis

Page 9: Katarak Senilis

9

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas: (1)

a. Katarak Inti atau Nuklear

Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya

terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat

dekat melepas kaca matanya.

2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata)

penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat.

3. Menyetir malam silau dan sukar.

4. Sukar membedakan warna biru dan ungu.

b. Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Diawali dengan kekeruhan putih

mulai dari tepi lensa dan berjalan ke tengah sehingga mengganggu penglihatan.Banyak

terjadi pada penderita diabetes mellitus.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.

c. Katarak Subkapsular

Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada

lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis pigmentosa dan pemakaian

kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya

dapat terlihat pada kedua mata.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Mengganggu saat membaca.

2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.

3. Mengganggu penglihatan.

2.2.3 Patofisiologi Katarak

a. Konsep penuaan

Proses normal terjadinya katarak pada usia tua disebut katarak senil, biasanya sering

ditemukan pada usia > 40 tahun yang mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Lensa

mempunyai bagian yaitu pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa terletak antara

nukleus dengan kapsul lensa. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis

Page 10: Katarak Senilis

10

lensa. Semakin seseorang menjadi tua maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi

lebih padat. Lensa akan berubah menjadi lebih keras sehingga untuk memfokuskan benda

dekat menjadi berkurang. Semakin bertambahnya usia kejernihan lensa semakin berkurang

dan akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. (1) (7)

b. Teori radikal bebas

Katarak yang disebabkan karena faktor usia memang masih ramai diperbincangkan.

Tetapi radikal bebas lebih mudah terbentuk dan jumlahnya banyak pada usia tua. Peningkatan

radikal bebas akan menimbulkan kerusakan pada setiap jaringan tubuh, apalagi karena

pengaruh lingkungan atau dari kurangnya aktifitas antioksidan alami dalam tubuh. Semakin

lama semakin jelas bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor penting dengan

kejadian katarak. Serat-serat protein halus yang membentuk lensa internal bersifat bening.

Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini akan menghilang dan serat-serat yang

seharusnya berfungsi meneruskan cahaya, membuat cahaya menjadi terpancar bahkan

terpantul. Kerusakan lensa akibat radikal memang tidak langsung tetapi sangat kuat terutama

adanya perbedaan kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dan mereka yang tetap

memiliki lensa bening. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu

Biomedis, Universitas Tampere, Finlandia dan diterbitkan oleh British Medical Journal

mendapatkan hasil dari analisis darah untuk mengetahui kadar vitamin E dan beta karoten.

Betakaroten merupakan pigmen yang berwarna jingga (orange) yang terdapat di dalam wortel

dan sayuran yang di dalam hati diubah menjadi vitamin A. Hasilnya menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara kadar vitamin E dan betakaroten dengan kemungkinan mengalami

katarak. Pada kelompok katarak di peroleh kadar vitamin antioksidan yang rendah.

Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas mengakibatkan sel-sel

jaringan protein menjadi rusak dan banyak terjadi pada lensa mata sehingga mengakibatkan

katarak. (2) (6) (4)

2.2.4 Gejala Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran secara

progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung

pada jenis dari katarak ketika pasien datang. (8) (9)

a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan

katarak senilis.

Page 11: Katarak Senilis

11

b. Silau, keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras

terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika

mendekat ke lampu pada malam hari.

c. Perubahan miopik, progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa

yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien

presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan

kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan

miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

d. Diplopia monocular

Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan

lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering

memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang

tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak3,8.

e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

f. Ukuran kaca mata sering berubah

2.2.5 Diagnosis Katarak

Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak

tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur)

dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling

dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca

pembesar, atau slit lamp. (1)

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan

lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah

matang dan pupil mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak

adalah pemeriksaan sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin,

tonometer selain daripada pemeriksaanprabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya

infeksi pada kelopak mata, konjungtiva,karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis

pasca bedah dan fisik umum. (2)

2.2.6 Penatalaksanaan Katarak

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak

tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti

Page 12: Katarak Senilis

12

kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.

Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi

sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada

hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan

kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E. (2) (1) (10)

(7)

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari

bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno

hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang

digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada

integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi

(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara

umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu

ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. (7)

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh

lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui

insisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan

lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan

merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau

kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis , dan perdarahan. (2) (8)

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa

dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah

glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya

telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan

sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. (2) (8)

Page 13: Katarak Senilis

13

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.

Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran

ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan

menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang

dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan

cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada katarak

kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak

senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan

lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang

dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu. (2) (8)

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik

pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan

murah. (2) (8)

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa

penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata afakia

yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di

dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat. (2)

(8)

2.2.7 Perawatan Pasca Bedah Katarak

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih

pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak

dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar

satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama

beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari

pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung

seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya

pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intra okuler sambil menantikan kacamata

permanen ( biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). (1) (2)

Page 14: Katarak Senilis

14

Selain itu juga akan diberikan obat untuk : (2)

- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka

diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam

setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu

diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak

sempurna.

- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi

reaksi radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain : (2)

- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Melakukan pekerjaan yang tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain : (2)

- Jangan menggosok mata

- Jangan membungkuk terlalu dalam

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

|

2.2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dapat berupa: (1) (11)

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi

suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka

serta retinal light toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif

- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang

keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan

epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah

sentral yang bersih paling sering)

- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

Page 15: Katarak Senilis

15

- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat

yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,

astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.

- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

3. Komplikasi lambat pasca operatif

- Ablasio retina

- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang

terperangkap dalam kantong kapsuler

- Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa

intraokuler, jarang terjadi

2.2.9 Pencegahan dan Prognosis

Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan

mata sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak,

termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami. (2)

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal

pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan

yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan

banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,

kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin

E, selenium, dan tembaga tinggi. (2)

Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan

antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu

penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima

tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multi vitamin atau suplemen lain yang

mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60%

lebih kecil (2)

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.

Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan

jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau

fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart. (2)

Page 16: Katarak Senilis

16

BAB III

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PENDERITANama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 65 Tahun

Alamat : Krueng Raya

Agama : Islam

No CM :1005934

Tanggal Pemeriksaan : 05 Juli 2014

B. ANAMNESA

1. Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan kedua mata buram

2. Keluhan Tambahan : -

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Mata dengan keluhan penglihatan kabur. Pasien

mengeluhkan pandangan dirasakan seperti berkabut sejak kurang lebih 6 bulan lalu.

Pasien tidak mengeluhkan silau dan pandangan ganda. Pasien tidak merasakan nyeri

pada mata dan tidak pernah terkena benturan pada mata sebelumnya. Sakit kepala,

mual, muntah tidak dirasakan pasien

4. Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal

6. Status Oftalmologis :

VOD : 5/30, PH (-) VOS : 5/20 PH (-)

Pergerakan bola mata : Normal/Normal

Page 17: Katarak Senilis

17

No Komponen Edema Hiperemis Edema Hiperemis

1 Palpebra Superior - - - -

2 Palpebra Inferior - - - -

3 Konj. Tars Superior - - - -

4 Konj. Tars Inferior - - - -

5 Konj. Bulbi - - - -

6 Kornea Jernih Jernih

7 Kedalaman COA Cukup Cukup

8 Kripta Iris Jelas Jelas

9 Pupil RC (+) RC (+)

10 Lensa Keruh Keruh

7. Diagnosis : Katarak Senilis ODS

8. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Refraksi

Slit lamp

10. Terapi : Eyevit 1x1

Cendo Vitrolenta 4x1 ODS

Cendo Lyters 4x1 ODS

Page 18: Katarak Senilis

18

BAB IV

Kesimpulan

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

cairan) lensa, denaturasi protein lensa akibat kedua-duanya. Kekeruhan dapat mengenai

kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu

yang lama. Katarak umumnya mengenai pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.

Penatalaksanaan katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan

mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang

keruh.

Page 19: Katarak Senilis

19

Daftar Pustakax

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011. hal 72-75

2.Vaughan DG. Oftalmologi Umum Jakarta: Widya Medika; 2007. Hal 401-4063.Katarak. Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. [Online].; 2011.

Available from: http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2.4.Cataract in Adult Eye. American Academy of Ophthalmology. 2006.5.Murril A.C SLDVDMBLIDPBDCRea. Optometric clinical practice guideline. American

Academy of Ophthalmology. 2004.p 75-776.Zorab ARSHDLCACMRTSea. Lens and Cataract. American Academy of

Ophthalmology. 2006.p 21-327.Kohnen T. Cataract and Refractive Surgery. Springer. 2005.8.Titcomb LC. Understanding Cataract Extraction. .9.Vajpayee R. Cataract. 2008 Juni.

10.Long GK. Ophthalmology New York: Theme Stuttgart; 2000.11.Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata Jakarta: Abadi Tegal; 1993.x