Upload
mutiara-sundasari
View
102
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
presus
Citation preview
LAPORAN KASUS
KATARAK SENILIS MATUR – HIPERTENSI OKULI
Diajukan kepada pembimbing :
Dr. Achmad C. Siregar, Sp. M.
Disusun oleh :
Mutiara Sundasari 1420221122
Annizada Intan P. 1420221103
SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUP PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KATARAK SENILIS MATUR – HIPERTENSI OKULI
Diajukan sebagai syarat memenuhi Ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit Mata RSUP Persahabatan
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal :
Juni 2015
Disusun oleh :
Mutiara Sundasari 1420221122
Annizada Intan P. 1420221103
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
Dr. Achmad C. Siregar, Sp.M.
2 | L a p o r a n K a s u s
KATA PENGANTAR
Puja serta puji syukur terhadap kehadiran Allah SWT, karena atas izinnya
lah kami dapat menyelesaikan makalh laporan kasus yang berjudul Katarak
Senilis Matur – Hipertensi Okuli ini sesuai pada waktunya. Laporan ini kami buat
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik
Pendidikan Profesi Dokter SMF Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan. Kami ucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Pradnya Pramita, Sp.M sebagai ketua koordinator mahasisiwa
kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan
2. Dr. Achmad C. Siregar, Sp.M. yang telah membimbing kami,
memberikan banyak motivasi, arahan, serta saran baik dalam
pembelajaran
3. Teman-teman seperjuangan di Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan periode 25 Mei – 27 Juni 2015
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Demikian laporan ini kami buat, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
kami khususnya dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu
kedokteran pada umumnya.
Jakarta, Juni 2015
Tim penyusun
3 | L a p o r a n K a s u s
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................
I.I Identitas Pasien....................................................................................
I.2 Anamnesa............................................................................................
I.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................
I.4 Pemeriksaan Fisik Khusus..................................................................
I.5 Resume................................................................................................
I.6 Diagnosis Banding..............................................................................
I.7 Diagnosis Kerja...................................................................................
I.8 Usulan Pemeriksaan............................................................................
I.9 Usulan Terapi.....................................................................................
I.10 Prognosis.............................................................................................
I.11 Edukasi................................................................................................
BAB II ANALISA KASUS............................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
III. 1 Anatomi Bulbus Oculi........................................................................
III.2 Anatomi Lensa dan Histologi.............................................................
III.3 Fisiologi Lensa....................................................................................
III.4 KATARAK.............................................................................................
III.5 Katarak Senilis....................................................................................
III. 6 HIPERTENSI OKULI..........................................................................
BAB IV KESIMPULAN................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
1
2
3
4
5
5
5
6
6
9
10
10
10
11
11
11
12
16
16
18
19
20
22
30
36
37
4 | L a p o r a n K a s u s
BAB I
LAPORAN KASUS
I.I Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 77 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Bekasi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No.RM : 553403
I.2 Anamnesa
Keluhan utama : Pandangan kabur pada mata sebelah kanan.
Keluhan tambahan : Penglihatan silau pada kedua mata.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. S mulai merasakan pandangan kabur seperti melihat kabut pada mata
sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu. Semula keluhan dapat diabaikan, namun
semakin lama pandangan semakin kabur. Saat masuk poliklinik pada tanggal 11
Juni 2015 pasien datang dengan keluhan pandangan sangat kabur pada mata
sebelah kirinya. Pasien mangaku tidak mampu membaca dengan jarak dekat dan
tidak mampu membaca tulisan berjalan.
Selain itu Tn.S mengeluhkan penglihatan silau semenjak 3 bulan lalu juga.
Tidak disertai rasa sakit atau pusing di daerah sekitar mata. Mata merah (-), rasa
mengganjal (-), mata berair (-), mengeluarkan kotoran/belekan (-), terasa gatal (-),
mual(-), muntah (-), deman (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien pernah mengalami hal serupa (pandangan kabur) pada mata sebelah
kirinya saat 2 tahun lalu dan telah dilakukan operasi ekstraksi katarak.
- Riwayat alergi disangkal.
5 | L a p o r a n K a s u s
- Riwayat trauma disangkal.
- Sebelumnya menggunakan kaca mata baca.
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
- Terdapat riwayat diabetes melitus sejak 20 tahun lalu.
Riwayat Penggunan Obat :
- Pasien sedang mengkonsumsi ADO ( Anti-Diabetik Oral ) diantaranya
Metformin dan Glukodeks
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit/ keluhan serupa.
- Terdapat riwayat DM dikeluarganya.
- Riwayat hipertensi di keluarga disangkal.
- Ayah meninggal karena DM.
Riwayat kebiasaan : Makan teratur, jarang melakukan olahraga. Tidak
mengkonsumsi rokok, alkohol dan obat/ramuan jamu .
I.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
I.4 Pemeriksaan Fisik Khusus
Status Oftalmologis
6 | L a p o r a n K a s u s
OS
Lensa keruh merata
OD
Pemeriksaan Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra (OS)
Visus
Koreksi
Cyl
Axis
Add
1/60
(-)
(-)
(-)
3,00
6/10
S + 3,00
(-)
(-)
3,00
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Gerakan bola mata
Bebas ke segala arah
tanpa hambatan
Bebas ke segala arah
tanpa hambatan
Supracilia
- Madarosis
- Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpebra Superior
- Edema
- Hiperemi
- Ektropion
- Entropion
- Massa
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpebra Inferior
- Edema
- Hiperemi
- Ektropion
- Entropion
- Massa
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva palpebra
superior
- Sekret
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
7 | L a p o r a n K a s u s
- Hiperemi
- Folikel
- Papil
- Sikatriks
- Massa
- Lain-lain
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
- Sekret
- Hiperemi
- Folikel
- Papil
- Sikatriks
- Massa
- Lain-lain
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva bulbi
- Kemosis
- Injeksi Konjungtiva
- Injeksi Silier
- Perdarahan
Subkonjungtiva
- Pterigium
- Pingueula
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kornea
- Sikatriks
- Infiltrat
- Ulkus
- Keratik presifitat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bilik mata depan
- Kedalaman
- Hifema
- Hipopion
Dalam
Tidak ada
Tidak ada
Dalam
Tidak ada
Tidak ada
8 | L a p o r a n K a s u s
Iris - Pupil
- Bentuk
- Letak
- Warna
- Refleks cahaya
langsung
- Reflek cahaya tidak
langsung
- RAPD
Bulat dan reguler, Ø
3mm
Ditengah
Coklat Kehitaman
(+)
(+)
(-)
Bulat dan reguler, Ø
3mm
Ditengah
Coklat kehitaman
(+)
(+)
(-)
Lensa
- Subluksasi
- Dislokasi
- Shadow test
Keruh
Tidak ada
Tidak ada
(-)
Jernih, Mirror refleks
(+) (IOL)
Tidak ada
Tidak ada
(-)
Vitreous humor Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tonometri
- Tensi Okuli
- Tonometri Schiotz
Hipertensi Okuli
6/7,5 = 21,9 mmHg
Hipertensi Okuli
6/7,5 = 21,9 mmHg
I.5 Resume
Pasien laki-laki usia 77 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan
pandangan kabur pada mata sebelah kananya sejak 3 bulan yang lalu. Semakin
lama pasien merasakan keluhan yang semakin berat. Serta mengeluhkan
pandangan silau pada kedua matanya. Mata merah (-), rasa mengganjal (-), mata
berair (-), mengeluarkan kotoran/belekan (-), terasa gatal (-), mual(-), muntah (-),
deman (-). Riwayat trauma, hipertensi, dan alergi disangkal. Terdapat riwayat
Diabetes Melitus sejak 20 tahun lalu dan mengkonsumsi obat ADO ( Anti-
Diabetik Oral ) diantaranya Metformin dan Glukodeks. Terdapat riwayat DM
pada keluarganya dan ayah pasien meninggal karena DM. Keluarga pasien tidak
ada yang mengalami keluhan pandangan kabur serupa dengan keluhan Tn.S.
9 | L a p o r a n K a s u s
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Oftalmologis :
OD OS
1/60 Visus 6/10
Normal Palpebra Normal
Tenang Konjungtiva Tenang
Tenang Sklera Tenang
Normal Kornea Normal
Dalam BMD Dalam
Bulat, reguler, Ø 3mm
shadow test (-)
Iris Bulat, reguler, Ø 3mm
Refleks Pupil (+) Pupil Refleks Pupil (+)
Keruh Lensa Jernih
21,9 mmHg TIO 21,9 mmHg
I.6 Diagnosis Banding
- Retinopati Diabetikum
- Glaukoma
I.7 Diagnosis Kerja
- OS Pseudoafakia
- OD Katarak Senilis Matur
- Hipertensi Okuli
I.8 Usulan Pemeriksaan
- Funduskopi - USG
- Lab. Darah Lengkap - Bometri
- GDS, GD 2 jam PP
10 | L a p o r a n K a s u s
I.9 Usulan Terapi
- OD Ekstraksi Lensa
- Adrenergik antagonis : Timolol OD OS
I.10 Prognosis
OD OS
Quo ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
I.11 Edukasi
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata yang kabur disebabkan
katarak pada lensa mata sebelah kananya dan terdapat peningkatan tekanan
intraokuler pada matanya,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada
mata sedangkan pada peningkatan tekanan intraokular diberikan obat
Timolol untuk menurunkan pruduksi cairan mata di bilik mata depannya,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak,
jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan
reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.
11 | L a p o r a n K a s u s
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki usia 77 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan
pandangan kabur pada mata sebelah kananya sejak 3 bulan yang lalu.
Semakin lama pasien merasakan keluhan yang semakin berat. Serta mengeluhkan
pandangan silau pada kedua matanya. Mata merah (-), rasa mengganjal (-),
mata berair (-), mengeluarkan kotoran/belekan (-), terasa gatal (-), mual(-),
muntah (-), deman (-). Riwayat trauma, hipertensi, dan alergi disangkal. Terdapat
riwayat Diabetes Melitus sejak 20 tahun lalu dan mengkonsumsi obat ADO
( Anti-Diabetik Oral ) diantaranya Metformin dan Glukodeks. Terdapat
riwayat DM pada keluarganya dan ayah pasien meninggal karena DM.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan pandangan kabur serupa
dengan keluhan Tn.S.
1. Menganalis keluhan utama dan keluhan tambahan untuk dikelompokan dalam
5 klasifikasi kelainan mata
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OS kurang dari 6/6 yaitu 1/60
dan didapatkan kekeruhan pada lensa mata sebelah kanan. Hal ini berarti pasien
mengalami penurunan visus dimana sesuai dengan kepustakaan bahwa pada
pasien katarak visusnya akan menurun. Tn.S hanya dapat menghitung jari
pemeriksa pada jarak 1 meter yang orang normal mampu menghitung jari
pemeriksa pada jarak 60 meter. Dan keluhan pandangan kabur dirasakan semakin
berat. Pada orang normal tidak diemukan kekeruhan pada lensa mata sehingga
sinar dapat masuk tanpa ada yang dipantulkan. Tidak ditemukan mata merah
sehingga kelainan pada pasien terletak pada kelompok mata tenang visus turun
perlahan. Selain itu, penyakit katarak merupak suatu penyakit yang berhubungan
erat dengan peningkatan usia (degeneratif), dimana pada pasien ini usianya sudah
mencapai 77 tahun.
12 | L a p o r a n K a s u s
Pada mata kiri pasien visus dinilai 6/10 dimana pasien hanya dapat
membaca sampai dengan barisan kedua yang pada orang normal dapat dilihat
pada 10 meter sedangkan pada pasien melihat dengan jarak 6 meter. Penurunan
visus ini dapat dikoreksi dengan lensa sferis. Pada lensa mata kiri pasien dinilai
jernih dan terdapat mirror refleks sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menggunakan lensa tanam. Selain mengeluhkan pandangan kabur, pasien
mengeluhkan pandangan silau pada kedua matanya. Keluhan ini juga dapat
disebabkan karena penyakit katarak yang diderita atau kelainan mata tenang visus
turun perlahan lainnya seperti glaukoma atau retinopati. Kedua hal ini sangat
mungkin karena pasien memiliki penyakit diabetes melitus sebagai faktor resiko
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk memeriksa keadaan
saraf mata, namun saat ini pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan karena tertutup
oleh lensa yang keruh. Selain itu juga pasien mengkonsumsi obat anti-diabetik
oral jangka panjang dan terdapat riwayat DM dikeluarganya.
2. Menentukan jenis katarak
Untuk menentukan jenis katarak pada pasien ini harus dilakukan
pemeriksaan pada lensa dengan menggunakan pen light yang sinarnya diarahkan
150 dari arah temporal untuk melihat bayangan iris pada lensa / shadow test.
Berikut merupakan perbedaan jenis-jenis katarak :
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Normal
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
13 | L a p o r a n K a s u s
Pada Tn.S didapatkan pemeriksaan lensa yang keruh seluruhnya pada mata
kanan dan shadow test yang negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
didiagnosis katarak senilis matur.
3. Peningkatan TIO
Setelah diukur dengan Tonometri Schiotz dengan hasil OD 6/7,5 dan OS
6/7,5 lalu dikonversikan dan didapatkan hasil OD 21,9 mmHg dan OS 21,9
mmHg (n= 10 – 21 mmHg). Terdapat peningkatan tekanan intraokular/ hipertensi
okuli, hal inilah yang menjadi kemungkinan timbulnya keluhan silau pada mata
pasien selain karena katarak. Hal ini bisa terjadi karena pasien memeliki faktor
resiko salah satunya DM. Namun untuk tidak menutup kemungkinan ada kelainan
pada saraf/retina pasien sehingga diperlukan pemeriksan funduskopi lebih lanjut
untuk menyingkiran DD retinopati diabetikum.
Usulan pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
lengkap, GDS dan GD 2 jam PP untuk memastikan kondisi pasien agar tidak
terjadi komplikasi intra operasi. Karena penatalaksaan untuk penyakit kataraka
adalah dengan pembedahan. Pemeriksaan USG dan Biometri untuk mengetahui
kondisi vitreous dan kekuatan lensa yang akan dipasang. Sedangkan setelah
pembedahan dapat dinilai visus ulang untuk penggunaan kacamata dan
pemeriksaan funduskopi untuk menilai keadaan retina.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada mata kanan yang mengalami katarak
matur adalah dengan pembedahan atau ekstraksi lensa.Ekstraksi lensa dapat
dilakukan dengan berbagai metode antara lain ECCE + IOL, ICCE + IOL, SICS +
IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Pemilihan teknik operasi dipilih oleh pasien
dan menjadi keputusan pasien dengan melakukan edukasi dan penjelasan terlebih
dahulu dengan teknik dan cara yang akan dilakukan. Selain itu hipertensi okuli
pada pasien diobati dengan memberikan medikamentosa adrenergik antagonis
yaitu timolod diteteskan 2 kali setiap hari masing-masing 1 tetes untuk mata kiri
dan kanan saat pagi dan sore hari. Timolol mampu menurunkan hipertensi okuli
dengan cara kerjanya mengurangi produksi aqueos humor dan dilakukan kontrol 1
minggu kemudian untuk menilai apa terdapat penurunan tekanan atau tidak.
14 | L a p o r a n K a s u s
Prognosis :
OD OS
Quo ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
15 | L a p o r a n K a s u s
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1 Anatomi Bulbus Oculi
Mata merupakan salah satu alat indera yang terdiri dari susunan yang
kompleks. Mata terletak dalam suatu rongga orbita berbentuk limas dalam
kerangka wajah. Di dalam orbita terdiri dari bulbus oculi, nervus opticus, musculi
bulbi, fascia, saraf, pembuluh, lemak dan glandula lacrimalis serta saccus
lacrimalis. 1
Bulbus oculi orang dewasa normal hampir bulat dengan diameter
anteroposterior sekitar 24.2 mm. Terdiri dari 3 lapis yaitu sklera, koroid beserta
corpus siliare dan retina. 2
1. Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Pita kolagen dan jaringan elastin
membentang di sepanjang foramen sklera posterior membentuk lamina
cribosa, diantarana dilalui oleh berkas akson nervus optikus. 2
2. Limbus
Jaringan yang membatasi antara kornea dan konjungtiva. Didekatnya
terdapat sel punca yang mempunyai karakteristik dimana sel tersebut dapat
beregenerasi.4
3. Konjungtiva
Lapisan transparan dan tipis yang menutupi sklera dan mempunyai
pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva. Konjungtiva yang menutupi
kelopak mata bagian dalam atas dan bawah disebut konjungtiva palpebra,
menutupi sklera disebut konjungtiva bulbi dan perlihan diantaranya
disebut konjungtiva forniks.4
4. Kornea
16 | L a p o r a n K a s u s
Adalah selaput bening mata yang tembus cahaya mempunyai beberapa
lapisan. Lapisan pertama terdiri 5-6 lapisan epitel, lapisan kedua adalah
membran Bowman, lapisan ketiga adalah stroma, lapisan keempat adalah
membran Descement dan dibawah itu terdapat lapisan endotel.3
5. Iris
Bagian mata yang berwarna berdasarkan jumlah pigmen. Berfungsi untuk
menyaring cahaya dengan cara melebarkan dan mengecilkan pupil.
Permukaan anterior iris berkripta sedangkan permukaan posterior iris
dilapisi oleh sel epitel. 4
6. Pupil
Bagian dari tepi iris dengan pembukaan secara sirkular untuk
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk. 4
7. Bilik mata depan
Ruangan yang berada diantara posterior kornea dan anterior iris. 4
8. Lensa
Adalah suatu struktur bikonveks, avaskular dan tak berwarna. Terlihat
hampir transparan. Lensa tergantung pada zonula zinii yang
menghubungkannya dengan corpus siliaris. Lensa mampu menebal dan
menipis untuk berakomodasi. 2
Gambar 1. Lapisan Bola Mata5
17 | L a p o r a n K a s u s
Gambar 2. Anatomi Bola Mata1
III.2 Anatomi Lensa dan Histologi
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin
terletak di antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm
dengan ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat
zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel
lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan,
dimana permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian
posterior. Kedua permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media
refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan
hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa
akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.1,2,3
Struktur lensa dapat diurai menjadi :1,2,3,6
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa
18 | L a p o r a n K a s u s
paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan
paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior.
Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa
dan regenerasi serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif
untuk membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa
yang matur adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk
korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang
baru dibentuk ke tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya
lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium
menempel pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum
suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.
III.3 Fisiologi Lensa
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-
sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan
luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.2,6
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi
akubat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris
berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih
19 | L a p o r a n K a s u s
cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya
akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan,
kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya
kekakuan pada nukelus. 2,6
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
Gambar 3. Akomodasi lensa6
III.4 KATARAK
III.4.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan 2
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya 3
III.4.2. Jenis-jenis katarak
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu –
satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur 2,3
2. Katarak anak- anak
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir
20 | L a p o r a n K a s u s
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Mungkin
terdapat faktor genetik, infeksi atau sindrom 2,3
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab - sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata
didapat, diabetes dan obat 2,3
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi
putih setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aquos dan kadang - kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa 2,3
III.4.3. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa 2,3,4
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air
dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai
terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh 2,4
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat.
Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
seperti diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari,
efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun
21 | L a p o r a n K a s u s
di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti
betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin,
medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi
tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata 2
III.5 Katarak Senilis
III.5.1 Definisi Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas
40 tahun. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan
lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga mengganggu fungsi
penglihatan.7
III.5.2 Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-
80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000
kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh
dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.7
III.5.3 Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan keras,
tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga
menimbulkan gejala seperti katarak.7
22 | L a p o r a n K a s u s
III.5.4 Patofisiologi
A. Proses penuaan
Katarak terkait usia paling sering ditemukan, patogenesis yang
multifaktorial ini belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa,
terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta menunrunnya kemampuan
akomodasi. Sebagai lapisan baru, serat kortikal berbentuk konsentris,
akibatnya nukleus dari lensa mengalami penekanan. Kristalisasi adalah
perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein
menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara
tiba-tiba mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang
menyebar dan penurunan pandangan. Pada jenis posterior subcapsular
katarak kekeruhan terletak di sisi belakang lensa. Biasanya katarak ini
menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang serta
pandangan baca yang menurun. Kondisi ini banyak ditemukan pada pasien
diabetes, pasca radiasi dan trauma.2,8,9
B. Obat yang menginduksi perubahan lensa2,3,8
- Kortikosteroid
Penggunaan kortikosterois jangka panjang menginduksi terjadinya
posterior subcapsular katarak.
- Phenotiazine
Merupakan golongan mayor dari psikotropik medikasi, dapat terjadi
deposit pigmen pada anterior epitelium lensa pada konfigurasi axial.
Deposit tersebut dapat terjadi tergantung dari dosis dan lama pemberian.
- Miotics
Antikolinesterase dapat menginduksi katarak. Biasanya, tahap awal
terbentuknya vakuola kecil dalan dan posterior menuju anterior dari kapsul
lensa dan epithelium.
C. Trauma
Trauma tumpul, peradangan tanpa perforasi dapat menyebabkan
lensa menjadi keruh pada tahap akut atau sequel. Katarak akibat kontusio
dapat melibatkan sebagian atau seluruh dari bagian lensa. Manifestasi awal
dari kontusio katarak adalah stellate atau rosette-shaped opacification.
23 | L a p o r a n K a s u s
Pada trauma perforasi biasanya progesivitas sangat cepat. Trauma elektrik
juga dapat menginduksi katarak.2,8,9
D. Kondisi metabolik
Diabetes melitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, relatif
index dan kemampuan akomodasilensa. Jika glukosa darah meningkat,
komposisi glukosa di humor aqueous juga meningkat yang akan berdifusi
masuk ke dalam lensa. Glukosa akan di konversi oleh enzim aldose
reduktase menjadi sorbitol yang akan menetap didalam lensa dan tidak
dimetabolisme lagi. 2,8,9
E. Efek dari nutrisi
Defisiensi nutrisi dinilai mampu menyebabkan katarak sehingga
konsumsi multivitamin, vitamin A, vitamin C, niacin, thiamin, riboflavin,
betacarotene dan konsumsi tingggi protein dapat melindungi terjadinya
katarak. 2,8,9
Gambar 4. Penglihatan pada mata normal dan mata katarak8
24 | L a p o r a n K a s u s
III. 5.5 Klasifikasi
Tabel 2. Klasifikasi Katarak2,8
1. Katarak insipien
Mulai terjadi kekeruhan baik di tepi korteks atau nukleus lensa. Pada
umumnya kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior, vakuol mulai terlihat di dalam korteks.2,3
2. Katarak imatur
Sebagian korteks dan nucleus mengalami kekeruhan. Keadaan lensa
mencembung, maka iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi
dangkal dan sudut bilik mata depan sempit. Pada keadaan ini dapat
menyebabkan glaucoma sekunder akibat adanya hambatan di pupil.
Shadow test positif.2,3,4
3. Katarak matur
Seluruh korteks mengalami kekeruhan. Bila katarak imatur tidak dioperasi,
maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan terjadi
kalsifikasi lensa sehingga massa lensa menjadi lebih padat. Shadow test
negatif 3
Gambar 5. Katarak Matur10
25 | L a p o r a n K a s u s
Morfologi Maturitas Onset
Kapsular Insipien Kongenital
Subkapsular Intumesen Infantile
Kortikal Immatur Juvenile
Supranuklear Matur Presenile
Nuklear Hipermatur Senile
Polar Morgagni
4. Katarak hipermatur
Korteks dan nukleus sangat keruh atau mencair (katarak Morgagni).
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair 3
Gambar 6. A. Katarak Nuklear, B. Katarak Brunescens, C. Katarak Rubra10
III. 5.6 Gejala
Tajam penglihatan kabur secara perlahan seperti silau, melihat kabut atau
asap, lebih dirasakan pada siang hari dibandingkan malam hari. Bila kekeruhan
sudah menyeluruh, maka pasien mengalami kebutaan 3,7,8
Katarak tipe sclerosis nuclear dapat menyebabkan myopia lentikuler
karena terjadi peningkatan kekuatan refraksi dari nucleus yang lebih padat. 2,3
Katarak tipe subskapsular posterior dapat mengalami penurunan tajam
penglihatan yang lebih cepat, silau, pandangan kabur. Katarak tipe ini biasanya
berhubungan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes militus, kortikosteroid.2,3
III. 5.7 Diagnosa
a. Pemeriksaan tajam penglihatan untuk penglihatan jarak jauh dan jarak
dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa di kamar dengan
cahaya yang terang 2,3
b. Pemeriksaan slit lamp 2,3
c. Pemeriksaan oftalmoskop indirect dan direct 2,3
III. 5.8 Pembedahan
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, berikut merupakan tehnik
anastesi yang digunakan :10
26 | L a p o r a n K a s u s
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau
retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit
Parkinson, dan reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan
jarum 25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO,
hilangnya refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan
stimulus rasa sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan
bisa menyebabkan cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
o Perforasi bola mata
o Injeksi nervus opticus
o Infeksi
Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul
tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi
diinjeksikan diantar ekuator bola mata.
Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%,
lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa
larutan lidokain 1%, biasanya selama hidrodiseksi.
Penatalaksanaan katarak adalah ekstraksi lensa, dengan metode 3,4,10 :
1. Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan
nukleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul
posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan
lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana
27 | L a p o r a n K a s u s
teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan
sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh.
Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL)
dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu
dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada
penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.3,4,10
a. Keuntungan :7,10
- Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
- Karena kapsul posterior utuh maka :
- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan
vitreus dengan iris dan kornea
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul
antara aqueous dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian : 7,10
Dapat timbul katarak sekunder.
28 | L a p o r a n K a s u s
Gambar 7. Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) 10
2. Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi. Teknik
ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK
dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik
ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik
EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/
mudah diputus.2,3,4,10
a. Keuntungan : 7,10
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian : 7,10
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
Gambar 8. Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) 10
29 | L a p o r a n K a s u s
3. Fakoemulsifikasi10
Pembedahan dengan menggunakan menggunakan vibrator
ultrasonic untuk menghancurkan nucleus yang kemudian di aspirasi
melalui insisi 2,5-3 mm, dan kemudian dimasukkan lensa intraocular yang
dapat dilipat
Gambar 8. Fakoemulsifikasi10
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Melakukan insisi pada sklera dengan ukuran insisi 5-8 mm, teknik
ini diselesaikan tanpa jahitan, penutupan luka pada insisinya terjadi dengan
sendirinya (self-healing). Teknik ini dapat dilakukan di stadium katarak
imatur, matur dan hipermatur. 7,10
III. 6.1 HIPERTENSI OKULI
III. 6.2 Anatomi dan Fisiologi Sudut Filtrasi
30 | L a p o r a n K a s u s
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik
mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan
membran Bowman. Akhir dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior. 1,2,3
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari : 1,2,3
1. Trabekula korneoskleral
2. Trabekula uveal
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Gambar 9. Anatomi Sudut Filtrasi10
Humor aqueous (HA) adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 uL, dan kecepatan
pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 uL/menit. Tekanan
osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa
dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.1
Sekresi HA 80% oleh epitel siliaris non pigmentasi melalui proses metabolik aktif
yang bergantung pada banyaknya sistem enzimatik (enzim karbonik anhidrase)
dan 20% oleh proses pasif dari ultrafiltrasi dan difusi.1,2,6
31 | L a p o r a n K a s u s
Gambar 10. Aliran Aqueous Humor6
III. 6.3 Definisi Hipertensi Okular
Hipertensi okuli adalah suatu keadaan dimana tampak kriteria seperti 10:
1. Tekanan intra okuli lebih besar dari 21 mmHg pada satu atau kedua mata
seperti yang diukur dengan tonometer applansi pada 2 atau lebih
kunjungan pemeriksaan
2. Tidak ada efek glaucomatous pada pemeriksaan lapang pandangan
3. Penampakan normal pada optik diskus dan lapisan serabut saraf
4. Sudut-sudut terbuka pada gonioscopy, tanpa ada riwayat sudut tertutup
5. Tidak adanya penyakit mata lain yang dapat menyebabkan tekanan
III. 6.4 Epidemiologi 12
1. Sekitar 4%-10% populasi usia diatas 40 tahun
2. Sering pada wanita
III. 6.5 Tiga Faktor Yang Menentukan Tekanan Intraokuli
1. Rata-rata produksi aquos humor oleh badan siliar 11
2. Resistensi dari outflow cairan aquos melintasi system trabecular
meshwork canalis schlemm 11
3. Level dari tekanan vena-vena episclera 11
III. 6.6 Faktor resiko 12
1. Denyut jantung
2. Respirasi
3. Latihan/olahraga
4. Intake cairan
32 | L a p o r a n K a s u s
5. Pengobatan sistemik
6. Obat-obat topical
7. Usia
8. Faktor genetik
III. 6.7 Patofisiologi
Penyebab TIO yang meninggi adalah menurunnya fasilitas outflow cairan
aqueous melalui trabecular 10:
1. Obstruksi trabecular meshwork oleh benda-benda asing
2. Hilangnya sel-sel endotel dari trabecular
3. Mengecilnya densitas dan ukuran pori-pori trabekula pada dinding bagian
dalam endothelium canalis schlemm
4. Hilangnya giant vacuoles pada dinding bagian dalam endhotelium canalis
schlemm
5. Gangguan dari mekanisme feedback neurologis
III.6.8 Tonometri
TIO bervariasi dari jam ke jam pada setiap invidu, ritme sircadian dari
TIO biasanya menyebabkan sebagian besar kenaikan terjadi di pagi hari. Lakukan
pengukuran minmanl 2 kali agara didapatkan hasil yang akurat. Pengukuran
tonometri yang paling mudah adalah dengan pengukuran tonometri Schiotz.10
Gambar 11. A. Tonometri Schiotz, B. Prinsip alat tonometri Schiotz10
33 | L a p o r a n K a s u s
III. 6.9 Penatalaksanaan
1. Penuntun penatalaksanaan menurut resiko terjadinya kerusakan :
a. Faktor-faktor resiko tinggi 10,12
- Defek kerusakan lapisan serabut saraf retina
- TIO > 30 Mmhg
- Perubahan parapapillary
Obati pasien dan kontrol 1 bulan kemudian untuk melihat apakah
pengobatan efektif atau tidak ada efek yang merugikan. Jika tujuan
pengobatan terpenuhi, lakukan follow up setiap 3-4 bulan.
b. Faktor-faktor resiko sedang 10,12
- TIO 22-23 mmhg
- Riwayat keluarga dengan sudut terbuka primer
- Myopia tinggi
- Ratio vertical cup-disc >0,7
Follow up pemeriksaan secara lengkap dalam waktu 2-3 minggu
untuk cek ulang tekanan. Jika TIO masih tetap diatas 3 mmhg
diatas batas, teruskan follow up pemeriksaan terus sampai 3-4
minggu dengan pemeriksaan lapang pandang dan evaluasi saraf
optik setidaknya setahun sekali
c. Faktor-faktor resiko rendah 10,12
- TIO 22-23 mmhg, lakukan follow up dalam 2-3 bulan kemudian
2. Medikamentosa10,11,12
a. Carbonic anhydrase inhibitors (CAIs)
- Menurunkan sekresi aquos humor : memperlambat pembentukan
ion-ion bikarbonat, kemudian mengurangi transport sodium dan
cairan sehingga menghambat carbonic anhydrase (CA) di prosesus
ciliaris
- Contoh : Asetazolamide, metazolamide
b. Kombinasi beta blocker dan carbonic anhydrase inhibitors
- Mengurangi produksi aquos humor
- Contoh : timolol
34 | L a p o r a n K a s u s
c. Adrenergics agonist
- Menurunkan produksi aquos humor : alpha 2-adrenergic agonis
d. Prostaglandin analog
- Meningkatkan outflow uveoscleral
- Contoh : latanoprost
3. Tindakan Operasi
Jika kontrol tidak dapat dicapai dengan 1-2 kali pengobatan
pertimbangkan diagnose hipertensi okuli dengan kemungkinan glaucoma
sudut terbuka primer tahap awal.
a. Screral Expansion Band Prosedure
Terapi untuk hipertensi okuli dan glaucoma sudut terbuka primer.
Prosedur ini dapat memperbesar ukuran dari pori-pori trabecular
meshwork. Prosedur operasinya dengan menjahitkan belt loops yang
terbuat dari polymethylmethacrylate ke sclera 3 mm posterior dari
limbus. Insisi parallel yang panjangnya 1,5 mm, dalamnya 300 micron,
berjarak 4 mm, dibuat dengan menggunakan pisau intan lamella yang
panjangnya 5 mm. bagian dari scleral expansion band dimasukkan ke
dalam scleral belt loops sehingga ujungnya menonjol keluar dari setiap
sisi belt loops. Proses ini diulang pada keempat kuadran oblique dari
mata13
III. 6.10 Prognosis dan Komplikasi
Sangat baik untuk hipertensi okuli. Dengan follow up yang baik, ditambah
dengan obat-obatan, kebanyakan pasien hipertensi okuli tidak berkembang
menjadi glaukoma sudut terbuka primer, dan penglihatan yang bagus. Dengan
control tekanan intra okuli yang jelek, berlanjut dengan timbulnya perubahan pada
saraf optik dan lapang pandang.11,12
35 | L a p o r a n K a s u s
BAB IV
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan. Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada
usia diatas 40 tahun. Pasien Tn.S usia 77 tahun mengalami katarak senilis matur
selain itu juga setelah diperiksa pengukuran tekanan bola mata terdapat tekanan
yang meningkat, sehingga didiagnosis sebagai hipertensi okuli. Hipertensi okuli
adalah suatu keadaan dimana tampak kriteria seperti salah satunya adalah tekanan
intra okuli lebih besar dari 21 mmHg pada satu atau kedua mata seperti yang
diukur dengan tonometer applansi pada 2 atau lebih kunjungan pemeriksaan.
Keadaan Tn.S yang mempunyai DM semenjak 20 tahun lalu merupakan
faktor resiko dan hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan pembedahan.
Pada penyakit katarak tidak ada pengobatan medikamentosa yang mampu
mengobatinya sehingga harus dilakukan pembedahan. Pembedahan katarak
terbagi dalam beberapa teknik antara lain EKKE, EKKI, Fakoemulsifikasi dan
SICS. Keadaan hipertensi okuli perlu dikontrol ketat dan diberikan
medikamentosa contohnya pada kasus ini diberikan timolol untuk mengurangi
produksi aqueous humor. Hal ini dilakukan untuk mencegah progresivitas lebih
lanjut terjadinya glaukoma dan sudah terjadi defek lapang pandang.
36 | L a p o r a n K a s u s
DAFTAR PUSTAKA
1. Keith LM, Anne MR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates. 2002. p
367 – 378
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17.
Jakarta :Widya Medika. 2000: 12 – 4
3. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI. 2010:300-1
4. Widya A, Johan AH, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSCM FKUI. 2011;107
5. Junqueira,et.all. Histologi Dasar, Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC.
2007
6. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.
7. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, diakses tanggal 12 Juni 2015
8. Said Alfin, K. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Version 1.
2010. p. 15-1
9. Zorab, A.R, Straus H, Dondrea L, et all. Lens and Cataract Pathotolgy.
Chapter 5. American Academy of Oftamology: San Fransisco. p.69-45
10. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
11. American Academy Of Ophtalmology. Introduction to Glaukoma :
Terminology, epidemiology, and heredity. Dalam : glaucoma. Section 10.
Basic and clinical science course
12. Bell Jerald A. Ocular Hypertension. Diakses dari (http
//www.emedicine.com/oph/topic578.htm, diakses tanggal 12 Juni 2015
13. Schachar, R. Screlar Expansion Procedure In Ocular Hypertension and
Primary Open Angle Glaucoma. Di akses :
http//www.emedicine.com/oph/topic730.htm, diakses tanggal 12 Juni 2015
37 | L a p o r a n K a s u s