10
Nama Peserta : Nama Wahana: Topik : KEJANG DEMAM SEDERHANA Tanggal (kasus): Nama Pasien : No. RM Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: Tempat Presentasi : Obyektif Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Anak usia 3 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan kejang sejak sekitar 10 menit SMRS. Kejang terjadi 1 kali dalam 24 jam dan diawali demam 1 hari yang lalu. Kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas dan terjadi selama sekitar 15 menit. Setelah kejang pasien menangis. Kejadian ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK normal.

KDS[2]

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus

Citation preview

Nama Peserta :

Nama Wahana:

Topik : KEJANG DEMAM SEDERHANA

Tanggal (kasus):

Nama Pasien : No. RM

Tanggal Presentasi: Nama Pendamping:

Tempat Presentasi :

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja DewasaLansia Bumil

Deskripsi: Anak usia 3 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan kejang sejak sekitar 10 menit SMRS. Kejang terjadi 1 kali dalam 24 jam dan diawali demam 1 hari yang lalu. Kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas dan terjadi selama sekitar 15 menit. Setelah kejang pasien menangis. Kejadian ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK normal.

Tujuan: menatalaksanakan pasien dengan dehidrasi

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien:Nama: Nomor Registrasi:

Nama klinik: Telp:Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Kejang demam Kejang 1 kali dalam 24 jam, seluruh tubuh, setelah kejang pasien menangis Diawali demam 1 hari sebelumnya Tidak ada muntah maupun diare selama sakit sekarang ini

2.Riwayat Pengobatan: -

3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Keluhan ini merupakan kejang yang pertama dialami pasien

4. Riwayat keluarga: Pasien adalah anak kedua. Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien

5. Riwayat pekerjaan: -

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN): -

7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): Menurut ibu pasien, riwayat imunisasi lengkap

8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA)Suhu: 38,3 C

Laboratorium Hb : 11,2 gr/dL

Leukosit : 10.200 U/L

Trombosit : 181.000 /m

Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)

1. Pusponegoro H.D, Widodo D.P, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Edisi II. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Badan Penerbit IDAI: 2006; Jakarta

2. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Tatalaksana Kejang. Hal 16. Edisi I. WHO Indonesia: 2009; Jakarta

Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosa Kejang Demam

2. Penatalaksanaan saat Kejang Demam

3. Penatalaksanaan lanjutan Kejang Demam

4. Pencegahan Kejang Demam

SUBJEKTIFAnak usia 3 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan kejang sejak sekitar 10 menit SMRS. Kejang terjadi 1 kali dalam 24 jam dan diawali demam 1 hari yang lalu. Kejang seluruh tubuh,mata mendelik ke atas dan terjadi selama sekitar 15 menit. Setelah kejang pasien menangis. Kejadian ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien. Mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK normal.

OBJEKTIFKeadaan umum: BaikKesadaran

: Composmentis

Denyut nadi

: 120 kali/menitkualitas nadi: kuat angkat, teratur

Frekuensi nafas: 20 kali/menit kualitas nafas: adekuat, reguler

Suhu

: 38,3 (CBerat badan

: 13 kgPemeriksaan sistematis

Kepala: NormocephalMata: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), air mata (+), cekung (-)

Hidung: Pernapasan cuping hidung (-), discharge (-)

Telinga: Discharge (-)

Mulut: Mukosa kering (-) Abdomen

Inspeksi: Datar

Palpasi: Supel, distensi (-), nyeri tekan (-), turgor baik Perkusi: Timpani

Auskultasi: BU (+) normal Hepar: Tidak teraba membesar

Lien: Tidak teraba membesar Extremitas: Akral hangat, akrosianosis (-), capillary refill < 2ASSESMENTKejang Demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam dan bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Pada kasus ini dari anamnesa terhadap ibunya didapatkan pasien mengalami kejang demam. Kejang yang terjadi diawali oleh demam sejak 1 hari sebelumnya. Tidak ada riwayat muntah ataupun diare sejak sakit yang sekarang ini. Dari segi usia pasien masih masuk dalam kriteria kejang demam yaitu 3 tahun. Kejang demam dibagi menjadi 2, kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure). Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Sedangkan kejang demam kompleks terjadi lebih lama yaitu lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Pada kasus ini, pasien mengalami Kejang Demam Sederhana karena kejang demam ini terjadi sebanyak 1 kali dalam 24 jam, selama 15 menit, saat kejang mata mendelik ke atas dan melibatkan seluruh tubuh serta setelah kejang pasien menangis yang menandakan tidak ada defisit neurologis.

PLANNING1. Penegakan diagnosis kejang demam

Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penegakan diagnosis kejang demam juga dapat melalui pemeriksaan penunjang dengan tujuan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari kejang yang dialami pasien. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari darah perifer, elektrolit dan gula darah. Selain itu juga dapat dilakukan pungsi lumbal untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas, namun bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

2. Penatalaksanaan saat kejang Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali , bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus di rawat di ruang rawat intensif.3. Penatalaksanaan lanjutan kejang demamBila kejang telah teratasi pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor risikonya. Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut: kejang lama (>15 menit), adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, kejang fokal, kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam 4 kali atau lebih per tahun. Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dalam jangka pendek. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis. Pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.4. Edukasi

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis baik, memberitahukan cara penanganan kejang, memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali, pemberian obat untuk mencegah rekurensi. Jika anak mengalami demam tinggi kompres dengan air biasa (suhu ruangan) dan berikan parasetamol secara rektal 10-15 mg/kgBB, jangan berikan pengobatan secara oral sampai kejang bisa ditanggulangi (bahaya aspirasi).