22
MAKALAH EKOLOGI HEWAN “ MAKAN DAN HUBUNGAN MAKAN ” Oleh: KELOMPOK 8 Minarni A22108009 Herdianti A22108052 Munawar A22108055 Apriyanto A22108007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

KEBIASAAN MAKAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIASAAN MAKAN

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

“ MAKAN DAN HUBUNGAN MAKAN ”

Oleh:KELOMPOK 8

Minarni A22108009

Herdianti A22108052

Munawar A22108055

Apriyanto A22108007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS TADULAKO

2011

Page 2: KEBIASAAN MAKAN

KEBIASAAN MAKAN

1. Konsep Makanan dan Hubungan Makan.

Kebutuhan nutrisi sangat penting bagi tercapainya kelangsungan hidup dan

perkembangbiakan atau reproduksi. Seleksi alam diharapkan mampu menyaring

tingkah laku yang dapat mempertinggi ketangkasan dalam mendapatkan makanan.

Tingkah laku dalam mencari makan atau berburu (foraging) tidak hanya

menyangkut proses makan akan tetapi juga menyangkut beberapa mekanisme dari

hewan untuk dapat mengenali, mencari dan menangkap mangsanya.

Mekanisme (feeding) adalah suatu proses dimana organisme khususnya

hewan membutuhkan makanan yang bertujuan untuk memperoleh bahan atau

materi dan pengumpulan atau perolehan energi. Dengan makanan yang

diperolehnya suatu hewan akan memperoleh energi untuk efektivitas hidupnya.

Sedangkan pencarian makan (foraging) adalah suatu usaha organisme dalam

memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya. Mencari makan memiliki

keuntungan dan kesulitan. Keuntungannya adalah mengumpulkan materi dan

energi, yang dapat digunakan dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi.

Kerugian atau kesulitan hewan dalam mencari makan yang seringkali di alami

dalam mencari makan harus mengetahui akan potensi dirinya untuk predator dan

banyak menghabiskan waktu untuk mencari makan serta tidak tersedia untuk

kegiatan lainnya, termasuk reproduksi. Seleksi alam harus mendukung perilaku

mencari makan yang memaksimalkan perbedaan antara keuntungan dan kesulitan

mereka dalam mencari makan.

Aktivitas makan ialah perilaku yang terjadi dari seekor hewan sasaran untuk

menggapai, mengolah, mengekstrasi (menghasilkan), memegang-megang,

mengunyah dan menelan makanan pada suatu sumber makanan (misalnya :

pohon, tanaman, serangga). Lamanya aktivitas makan ini sangat berkaitan dengan

tersedianya makan pada suatu sumber. Kadang-kadang seekor hewan melewatkan

waktunya berjam-jam pada suatu tempat (pohon), tetapi aktivitas makannya

berlangsung singkat. Galdikas (1984)

1

Page 3: KEBIASAAN MAKAN

2. Hewan sebagai Organisme Heterotrof

Manusia dan hewan merupakan organisme yang tidak berklorofil; tidak

dapat membuat sendiri makanannya. Untuk memperoleh zat makanan mereka

makan tumbuhan dan hewan lain. Jadi, secara langsung maupun tidak langsung

semua makhluk hidup tergantung pada tumbuhan hijau.

Organisme yang mendapat makanan dari makhluk hidup lain disebut

organisme heterotrof dan didalam sistem bertindak sebagai konsumen.

Berdasarkan jenis makanannya, hewan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

Herbivora Adalah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan. Herbivoran berasal dari

kata herba, artinya tumbuhan dan vorare artinya maka. Contoh : kambing, sapi,

kijang dan ulat pemakan daun. Kornivora Adalah hewan pemakan daging.

Kornivora berasal dari kata coro artinya daging dan vorare artinya makan.

Contoh : harimau, kucing hutan, anjing dan burung elang. Omnivora Adalah

hewan pemakan segala makanan baik tumbuhan maupun daging. Contoh : babi

dan ayam. Manusia termasuk omnivora karena selain makan sayuran juga makan

daging.

Ketiga hewan heterotrof tersebut tergantung pada tumbuhan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kelompok hewan yang secara langsung hidup

bergantung pada tumbuhan adalah hewan herbivora. Kornivora dan omnivora

tidak langsung bergantung pada tumbuhan.

3. Makanan Hewan

Pada umumnya hewan dapat kita bagi menjadi beberapa jenis / macam

berdasarkan makanan yang dimakan sehari-hari, yaitu :

1. Herbivora

Herbivora adalah jenis hewan yang memakan makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan seperti daun, kayu, biji, buah, bunga, dan lain sebagainya.

Contoh Binatang herbivor adalah kambing, unta, kerbau, kelinci, burung dara, dan

lain-lain.

2

Page 4: KEBIASAAN MAKAN

2. Karnivora

Karnivora adalah jenis binatang yang memakan makanan yang berasal dari

tubuh hewan lainnya seperti daging, darah, dan sebagainya. Hewan ini disebut

juga sebagai hewan predator. Contoh hewan carnifora adalah singa, macan,

harimau, cheetah, piranha, burung bangkai, burung pemakan serangga, ikan

arwana, dan lain sebagainya.

3. Omnivora

Omnivora adalah jenis hewan yang memakan makanan keduanya baik

tumbuhan maupun hewan. Binatang ini makan silih berganti antara keduanya.

Contoh binatang omnivor adalah yakni tikus, ikan mas, ikan mujair, ayam, dan

lain-lain.

4. Klasifikasi Sumber Daya Makanan Hewan

Miller (1982) menulis bahwa sumber daya adalah semua saja yang

diperlukan oleh makhluk atau kelompok makhluk, jadi sumber daya adalah

sesuatu yang berguna.

Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan

lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan

lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik.

Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk

sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai

makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia.

Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan

melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.

Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa,

rantai parasit, dan rantai saprofit.

1. Rantai Pemangsa

Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai

produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai

konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora

3

Page 5: KEBIASAAN MAKAN

sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun

herbivora sebagai konsumen ke-3.

2. Rantai Parasit

Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup

sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.

3. Rantai Saprofit

Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya

jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan

satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.

4. Rantai Makanan dan Tingkat Trofik

Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan

dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen

lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.

Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan

digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh

organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.

Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula

lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara.

Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama.

Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota

tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora

termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di

tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat.

5. Piramida Ekologi

Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida

ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa,

dan piramida energi.

a. Piramida jumlah

Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam

piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling

melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya

4

Page 6: KEBIASAAN MAKAN

makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal,

jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian

pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1.

Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2.

Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.

b. Piramida biomassa

Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam

memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik

dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi

hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka

rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah

organisme di tiap tingkat diperkirakan.

Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh

organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.

Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit

sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan

pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang

terjadi pada ekosistem.

c. Piramida energy

Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita

butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat

berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi

mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam

ekosistem.

Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang

tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik

terjadi karena hal-hal berikut.

1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan

dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.

2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan

sebagai sampah.

5

Page 7: KEBIASAAN MAKAN

3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari

tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai

sumber energi.

5. Strategi Mencari Makan

Feeding strategies

Herbivora terbatas dalam kemampuan makan mereka, baik oleh waktu atau

sumber makanan. Hewan yang memiliki waktu terbatas, berarti mereka memiliki

waktu terbatas untuk mengkonsumsi makanan yang mereka butuhkan,

menggunakan strategi merumput dan mencari rumput atau makanan, sementara

binatang-binatang yang terbatas sumber makanan, yang berarti bahwa mereka

dibatasi pada jenis makanan yang mereka makan , menggunakan strategi makan

selektif. Pemakan rumput cenderung bersifat herbivora yang sangat besar yang

perlu mengkonsumsi banyak makanan untuk mempertahankan metabolisme

mereka, atau herbivora yang memiliki jumlah yang sangat singkat waktu untuk

makan sebanyak mungkin sebelum melakukan proses reproduksi, seperti banyak

dilakukan oleh serangga. Beberapa teori mencoba untuk menjelaskan dan

menghitung hubungan antara hewan dan makanan mereka, seperti hukum Kleiber,

persamaan Holling’s disk dan Teorema Nilai Marjinal.

Hukum Kleiber menjelaskan hubungan antara ukuran hewan dan strategi

pemberian makan yang digunakannya. Pada intinya, ia mengatakan bahwa

binatang yang lebih besar perlu makan lebih banyak (per satuan berat) dari pada

hewan kecil. hukum Kleiber menyatakan bahwa tingkat metabolisme (Q0) dari

binatang adalah massa dari hewan (M) dikali 3/4th power:

Q0 = M3 / 4

Oleh karena itu, massa dari hewan meningkat lebih cepat daripada tingkat

metabolismenya. Ada banyak jenis strategi yang digunakan oleh herbivora.

Banyak herbivora tidak jatuh ke dalam salah satu strategi makan tertentu, tetapi

sebaliknya menggunakan beberapa strategi dan makan berbagai bagian tanaman.

Teori Optimal mencari makan adalah sebuah model untuk memprediksi

perilaku binatang sambil mencari makanan atau niche lainnya, seperti tempat

6

Page 8: KEBIASAAN MAKAN

berlindung atau air. Model ini menilai kedua gerakan individu, seperti perilaku

binatang sambil mencari makanan, dan distribusi dalam suatu habitat, seperti

dinamika populasi dan pada tingkat masyarakat. Sebagai contoh, model akan

digunakan untuk melihat perilaku browsing rusa sambil mencari makanan, dan

juga bahwa rusa lokasi tertentu dan gerakan dalam hutan habitat dan interaksi

dengan rusa yang lain ketika berada di habitat itu.

Model ini bisa menjadi kontroversial, di mana kritikus mengatakan bahwa teori

ini melingkar dan diuji. Para pengecam mengatakan bahwa teori menggunakan

contoh-contoh yang sesuai dengan teori, tetapi bahwa para peneliti tidak

menggunakan teori jika tidak sesuai dengan kenyataan. Kritikus lain menunjukkan

bahwa hewan tidak memiliki kemampuan untuk menilai dan memaksimalkan

potensi keuntungan, maka teori mencari makan optimal tidak relevan dan

diturunkan untuk menjelaskan tren yang tidak ada di alam.

Persamaan model Holling disk di mana efisiensi predator mengkonsumsi mangsa.

Model memperkirakan bahwa dengan meningkatnya jumlah mangsa, predator

juga meningkatkan waktu penanganan menghabiskan mangsa dan akan tetapi

efisiensi dari pemangsa menurun. Pada tahun 1959 S. Holling mengusulkan

sebuah persamaan untuk model tingkat pengembalian yang optimal diet: Rate (R)

= Energi diperoleh dalam mencari makan (Ef) / (waktu mencari (Ts) + waktu

penanganan (Th))

R = Ef / (Ts + Th)

Dimana s = biaya per satuan waktu pencarian f = laju perjumpaan dengan

item, h = penanganan waktu, e = energi yang diperoleh per pertemuan

Akibatnya, hal ini akan menunjukkan bahwa hewan herbivora di sebuah hutan

lebat akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk penanganan (makan) tumbuh-

tumbuhan karena ada begitu banyak tumbuh-tumbuhan di sekitar daripada

herbivora dalam hutan tipis, yang dapat dengan mudah menelusuri vegetasi hutan.

Oleh karena itu, menurut persamaan Holling disk, herbivora yang berada di hutan

jarang akan lebih efisien daripada herbivora makan di hutan lebat

Teorema Nilai marjinal menggambarkan keseimbangan antara makan semua

makanan di sebuah patch untuk segera mendapatkan energi, atau pindah ke patch

7

Page 9: KEBIASAAN MAKAN

baru dan meninggalkan tanaman di patch pertama supaya tumbuh agar dapat

digunakan di masa depan. Teori memprediksi bahwa tidak ada faktor-faktor

komplikasi, seekor binatang harus meninggalkan patch sumber daya ketika tingkat

hasil (jumlah makanan) menurun di bawah tingkat rata-rata hal ini merupakan

keuntungan untuk seluruh wilayah. Menurut teori ini, lokus harus bergerak

menuju ke patch baru ketika mereka sedang membutuhkan lebih banyak energi

untuk mendapatkan makanan daripada rata-rata patch. Dalam teori ini, dua

parameter berikutnya muncul, yang Memberikan Up Kepadatan (GUD) dan

Memberi Up Time (GUT). The Giving Up Kepadatan (GUD) quantifies jumlah

makanan yang tetap di sebuah patch ketika bergerak ke forager patch baru. The

Giving Up Time (GUT) digunakan ketika sebuah hewan terus menilai kualitas

patch.

Karnivora mempunyai 2 cara khusus dalam berburu, yaitu :

- Strategi duduk dan menunggu

Predator atau pemangsa duduk dan menunggu di suatu tempat sampai

mangsa datang dan selanjutnya menerkam mangsanya.

- Strategi berburu dan menyebar luas.

Predator secara aktif mencari mangsanya dengan jelas terlihat bahwa

strategi ke-2 pasti memerlukan pengeluaran energi yang lebih besar dari pada

strategi yang pertama. Keberhasilan pada strategi duduk dan menunggu biasanya

tergantung pada beberapa kondisi tertentu yaitu tingginya kepadatan mangsa,

tingginya perpindahan mangsa dan atau rendahnya kebutuhan energy predator

atau pemangsa. Sedangkan keberhasilan strategi berburu dengan menyebar luas

juga dipengaruhi oleh kepadatan dan pergerakan mangsa dan energy yang

dibutuhkan oleh predator, namun distribusi dari mangsa dan kemampuan mencari

dianggap yang terpenting.

Walaupun kedua strategi ini bukan hanya semata-mata salah satu bentuk

dari cara berburu, teknik berburu secara nyata dikerjakan oleh banyak organism

yang saling bertentangan. Pembagian antara strategi duduk dan menunggu dengan

8

Page 10: KEBIASAAN MAKAN

strategi berburu dengan menyebar luas mempunyai nilai kepentingan. Sebagai

contoh diantara ular, kuda, dan cobra dianggap berburu dengan menyebar luas

ketika dibandingkan dengan boa, phyton, dan ular berbisa yang merupakan

pencari makan dengan duduk dan menunggu. Hampir sama, diantara burung

elang, burung cooper dan lainnya biasanya berburu dengan menyerang secara

tiba-tiba dengan menggunakan strategi duduk dan menuggu, mengingat burung

elang merupakan pemburu yang menyebar luas.

Contoh hewan yang memiliki strategi menuggu mangsa adalah laba-laba.

Banyak laba-laba menghabiskan energy dan waktu membangun jaring-jaring

mereka dari pada bergerak mencari mangsa. Untuk memperoleh mangsa, seekor

laba-laba sejenis Dinopsis sp membuat benang perangkap. Pada benang-benang

perangkap tersebut terdapat butiran-butiran lengket untuk menangkap ngengat

jantan. Ngengat jantan dapat terperangkap karena pada butiran-butiran tersebut

mengandung sejenis hormone fenomon yang dimiliki oleh ngengat betina. Dengan

menggerak-gerakkan benang tersebut ngengat jantan akan tertarik dan mendekati

benang tersebut karena mengira ada ngengat betina. Ketika ngengat jantan

tertangkap pada butiran yang lengket maka laba-laba Dinopsis sp akan

memangsanya.

Pertimbangan yang hampir sama tersebut dapat dijadikan pembanding

antara herbivore dan karnivora. Karena kepadatan makanan berupa tumbuhan

selalu tersedia dalam jumlah yang besar melampaui kepadatan dari makanan

berupa hewan. Bagi herbivore kebutuhan energy yang digunakan untuk

memangsa atau mencari makan relative lebih sedikit dari pada energy yang

dibutuhkan oleh karnivora. Hal ini dikarenakan mangsa dari herbivora tidak

mempunyai mobilitas karena merupakan tanaman, sedangkan pada karnivora

mangsanya bersifat mobilitas sehingga dibutuhkan energy yang lebih banyak

untuk mendapatkan mangsanya. Dalam mencerna makanan, herbivore

membutuhkan lebih banyak waktu. Hal ini terjadi karena makanan herbivore

(ruminansia) berupa rumput-rumput yang mengandung selulosa karena selulosa

sulit untuk diccerna dan membutuhkan proses pencernaan mekanik dua kali.

9

Page 11: KEBIASAAN MAKAN

Bagi karnivora yang makanannya berupa hewan terdiri dari protein, lemak,

karbohidrat yang lebih mudah dicerna dengan segera. Karnivora dapat mencoba

memperhitugkan kehilangan dalam mencari makanan atau mangsa karena

permintaan. Pembagian dan konvensi makanan pada jaringan hewan itu sendiri

(proses asimilasi).

Kepadatan mangsa secara kuat dapat mempengaruhi waktu dan persediaan

energy hewan. Gibb (1956) peneliti Anthus spinoletta mencari makan pada daerah

intertidal sepanjang pantai inggris pada musim dingin pada dua musim dingin

secara berurutan. Musim dingin pertama lebih ringan dan dalam penelitian burung

menghabiskan 6.5 jam untuk mencari makan, 1.75 jam untuk istirahat dan 45

menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya (jumlah penyinaran matahari

per hari sedikit lebih tinggi dari 9 jam). Musim dingin berikutnya lebih keras

dibanding musim dingin pertama dan makanan sangat langka. Burung

menghabiskan 8,25 jam untuk mencari makan, 39 menit untuk istirahat dan hanya

7 menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Rupanya kombinasi dari

rendahnya kepadatan makanan dan dingin yang ekstrem (homoitermik

memerlukan energi lebih pada iklim yang dingin) menuntut lebih dari 90% waktu

burung untuk menggunakannya untuk mencari makan dan tidak ada waktu untuk

aktivitas lain. Contoh ini menunjukkan bahwa makanan lebih dipertahankan pada

saat jumlah lebih sedikit yang ditunjukkan dari pengurangan waktu yang

digunakan untuk mempertahankan daerah kekuasaan. Secara jelas, kepadatan atau

ketersediaan makanan pada tahun kedua mendekati batas minimal yang

mengharuskan Anthus spinoletta untuk bertahan.

Ada beberapa tipe mengenai teori pengambilan makanan secara optimal

yang relevan untuk dalam situasi pengambilan makanan yang berbeda, yaitu:

Model diet optimal dimana mendeskripsikan tingkah laku dalam

pengambilan makanan dalam menghadapi perbedaan tipe mangsa dan ketika

memilih untuk menyerang. Teori seleksi patch dimana mendeskripsikan tingkah

laku dalam pengambilan makanan dalam menyerang mangsa pada area yang

sempiyt dengan waktu perpindahan yang signifikan. Teori pengambilan makanan

tempat terpusat dimana mendeskripisikan tingkah laku dalam pengambilan

10

Page 12: KEBIASAAN MAKAN

makanan tersebut harus menguntungkan untuk sebuah keterangan tempat dalam

pindah perintah untuk mengkonsumsi makanan tersebut atau kemungkinan untuk

menimbun atau memakannya untuk sebuah pasangannya.

6. Kebiasaan Makan

Dilihat dari cara makannya, hewan dapat dibagi menjadi:

- Berburu secara aktif.

Pada umumnya anggota karnivora mendapatkan mangsanya dengan jebakan

atau mengalahkan mangsanyan atau keduanya. Predator harus dapat berbuat licik

dengan memperdaya dan mengakali mangsanya untuk dapat bertahan hidup.

Karena itu umumnya hewan predator (carnivora) lebih cerdik dibandingkan

dengan hewan herbivora.

Contohnya: serigala selalu dapat menangkap mangasanya (kelinci, musang

ataupun tikus). Walau demikian singa dan harimau kemungkinan berhasil

menangkap mangsanya hanya 5-10%, tetapi sejenis anjing dari afrika dapat

menangkap mangsanya sampai 85%.

Sejenis tikus di gurun pasir di AS, predatornya adalah burung hantu dan ular

tanah. Burung hantu mempunyai pendengaran dan penglihatan yang peka,

sedangakn ular tanah mendeteksi mangsanya denagn kepekaan organ

jacobsonnya. Tetapi tikus gurun tersebut mempunyai pendengaran yang sangat

peka, sehingga dpat mendengar kepakan sayap burung hantu ataupun gesekan ular

tanah. Sehingga sebagian besar predator gagal mendapatkan mangasanya.

- Berburu secara pasif

Hewan yang memburu mangsanya secara pasif antara lain katak. Katak akan

menunggu mangasanya yaitu serangga yang lewat baru kemudian ditangkap.

Bedanya antara katak dengan serigala kalau serigalamelihat kelinci respon yang

dilihat mata terus dibawa ke otak untuk terus diproses bagaimana caranya

menangkap mangsanya. Tetapi pada katak, respon yang ada hanya diproses di

retina mata tidak dibawa ke otak.

11

Page 13: KEBIASAAN MAKAN

- Makan dengan ribut

Ikan hiu waktu memakan mangsanya, karena darah mangsanya bercampur

dengan air maka akan mengundang hiu yang lain untuk datang dan ikut meerbut

mangsa. Sehingga suasananya menjadi ribut. Sedangkan pada musang karena

mangsanya tidak langsung mati maka akan membuat gaduh dan ayam masih ribut

terus itu dilarikan musang.

Parasitisme

Pada predator, hewan membunuh baru kemudian memakan mangsanya.

Tetapi ada juga yang membunuh sambil memakan atau membunuh secara tidak

langsung yaitu organisme tersebut hidup di alam atau pada organisme lain serta

mendapatkan makanan darinya.

7. Grafik Pola Makan

Kepadatan mangsa secara kuat dapat mempengaruhi waktu dan persediaan

energy hewan. Gibb (1956) peneliti Anthus spinoletta mencari makan pada daerah

intertidal sepanjang pantai inggris pada musim dingin pada dua musim dingin

secara berurutan. Musim dingin pertama lebih ringan dan dalam penelitian burung

menghabiskan 6.5 jam untuk mencari makan, 1.75 jam untuk istirahat dan 45

menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya (jumlah penyinaran matahari

per hari sedikit lebih tinggi dari 9 jam). Musim dingin berikutnya lebih keras

dibanding musim dingin pertama dan makanan sangat langka. Burung

menghabiskan 8,25 jam untuk mencari makan, 39 menit untuk istirahat dan hanya

7 menit untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Rupanya kombinasi dari

rendahnya kepadatan makanan dan dingin yang ekstrem (homoitermik

memerlukan energi lebih pada iklim yang dingin) menuntut lebih dari 90% waktu

burung untuk menggunakannya untuk mencari makan dan tidak ada waktu untuk

aktivitas lain. Contoh ini menunjukkan bahwa makanan lebih dipertahankan pada

saat jumlah lebih sedikit yang ditunjukkan dari pengurangan waktu yang

digunakan untuk mempertahankan daerah kekuasaan. Secara jelas, kepadatan atau

12

Page 14: KEBIASAAN MAKAN

ketersediaan makanan pada tahun kedua mendekati batas minimal yang

mengharuskan Anthus spinoletta untuk bertahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://cillperqueen.wordpress.com/2010/06/25/foraging-and-feeding-

eficiency-ketangkasan-mencari-makan-dan-berburu/

http://www.taufikelmasyk.co.cc/2010/10/ekosistem-organisme-autotrof-

dan.html

http://organisasi.org/

penggolongan_kelompok_hewan_berdasarkan_jenis_makanan_binatang_herbivor

a_karnivora_dan_omnivora_ilmu_sains_biologi

http://cillperqueen.wordpress.com/2010/06/25/foraging-and-feeding-

eficiency-ketangkasan-mencari-makan-dan-berburu/

13