66
Kebijakan dan Instrumen Ekonomi Islam Terhadap Pengeluaran Keuangan Negara 1. Nur Azifah/ NPM. 1306345415 2. Istiyanti / NPM. 1306433494 3. Afif Suhaibi / NPM. 1306345314

Kebijakan dan Instrumen Ekonomi Islam Terhadap Pengeluaran Keuangan Negara

  • Upload
    z1f4

  • View
    40

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presentqsi Kebijakan dan Instrumen Ekonomi Islam Terhadap Pengeluaran Keuangan Negara - Mata Kuliah Kebijakan Publik Islam

Citation preview

PowerPoint Presentation

Kebijakan dan Instrumen Ekonomi Islam Terhadap Pengeluaran Keuangan Negara 1. Nur Azifah/ NPM. 13063454152. Istiyanti / NPM. 13064334943. Afif Suhaibi / NPM. 1306345314Agenda

Pokok Bahasan

ZAKAT DALAM PERSPEKTIF PENGELUARAN NEGARADalam catatan sejarah Islam, tidak dikenal istilah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang saat ini menjadi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pengeluaran keuangan negara. Dalam Islam, lembaga yang berada pada struktur khilafah untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran negara disebut baitulmal.Baitulmal dipraktikkan sejak masa Rasulullah hingga para khalifah sesudahnya seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan khalifah khalifah lainnya. Pos pengeluaran APBN dan pos pengeluaran baitulmal berbeda. Dimana APBN memprioritaskan belanja pegawai (gaji, tunjangan, honorarium, vakasi, dll) sementara baitulmal memprioritaskan penyaluran zakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar delapan asnaf

KEUNTUNGAN MENYALURKAN ZAKAT MELALUI LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

KEWAJIBAN PENGELUARAN NEGARA BAGI DELAPAN ASNAFDalam sistem ekonomi Islam, semua pemasukan negara yang bersumber dari zakat sesungguhnya masuk kategori harta milik individu (milkiyah fardiyah), yaitu individu yang termasuk delapan asnaf, bukan milik negara (milkiyah daulah). Negara bertanggung jawab atas pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat bukan tanggung jawab individu atau lembaga sosial seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim.

DALIL KEWAJIBAN PENGELUARAN NEGARA BAGI DELAPAN ASNAFAmbillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. At-Taubah: 103)

[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

PENERIMA ZAKATsesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang (gharimin), untuk jalan Allah (fi sabilillah), dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)

DELAPAN ASNAF ZAKAT

FAKIR & MISKIN

PENGURUS ZAKAT (AMILIN)Pengurus zakat (Amil) adalah orang-orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan zakat dari para wajib zakat (muzaki) dan mendistribusikan harta zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mutahiquz zakah). Mereka berhak mendapat zakat walaupun mereka kaya, sebagai imbalan atas tugas mereka mengumpulkan dan membagikan zakat.

Syarat Amilin: Muslim, mukallaf, jujur, memahami hukum-hukum zakat, memiliki kemampuan melaksanakan tugas, orang yang merdeka bukan budak

PENGURUS ZAKAT (AMILIN)Tidak halal sedekah bagi orang kaya kecuali dalam lima hal. Pertama, orang berperang di jalan Allah. Kedua, karena jadi amil zakat. Ketiga, orang berutang. Keempat, orang yang membeli harta sedekah dengan hartanya. Kelima, orang yang tetangganya seorang miskin, lalu ia sedekah kepada orang miskin itu maka dihadiahkannya kembali kepada orang kaya itu pula. (HR.Abu Daud).

ORANG KAYA BOLEH MENERIMA ZAKAT DENGAN SYARAT:

MUALLAFMualaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah pada islam atau menghalangi niat jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan akan adanya manfaatnya mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. Mualaf merupakan orang-orang yang dipandang oleh negara layak untuk menerima zakat untuk menguatkan iman mereka.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah memberikan zakat kepada Abu Sufyan, Uyainah bin Hishni, Aqra bin Habis, Abbas bin Murdas, dan sebagainya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Beritahukanlah kepada mereka (Ahli kitab yang telah masuk Islam) bahwa Allah mewajibkan mereka membayar zakat. Zakat itu diambil dari orang-orang kaya mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir mereka. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Muallaf saat ini mengalami perluasan makna sehingga seseorang yang belum masuk Islam tapi terdapat tanda-tanda dan dipercaya nantinya akan memeluk agama Islam maka diperbolehkan diberi zakat untuk menguatkan iman mereka untuk masuk Islam dan menjadi muallaf.

ORANG YANG BELUM MERDEKA (BUDAK)Zakat difungsikan untuk membebaskan budak. Budak yang tidak memiliki harta dan ingin memerdekakan dirinya, berhak mendapat kan zakat sebagai uang tebusan. Dalam konteks yang lebih luas, budak zaman sekarang seperti tenaga kerja yang dianiaya dan diperlakukan tidak manusiawi, contohnya Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang saat ini bekerja di beberapa negara dan mengalami penganiayaan dan perlakuan tidak adil.

ORANG YANG BERHUTANG (GHARIMIN)Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahatan dirinya sendiri, Seperti orang yang mengalami bencana seperti banjir, hartanya terbakar dan orang yang berutang untuk menafkahi keluarganya. Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahatan masyarakat; Seperti orang yang berutang untuk meramaikan masjid, membebaskan tawanan, menghormati tamu hendaknya diberi bagian zakat walaupun ia kaya; jika ia hanya memiliki benda tidak bergerak dan tidak memiliki uang.Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali bagi tiga golongan, yaitu: orang yang sangat fakir, orang yang mempunyai utang yang sangat banyak, dan orang yang membutuhkan darah (untuk membayar diyat).

ORANG YANG BERJUANG DI JALAN ALLAH(FI SABILILLAH)Fi Sabilillah adalah segala amal perbuatan dalam rangka di jalan Allah (jihad). Pada zaman Rasulullah, Fi Sabilillah adalah para sukarelawan perang yang ikut berjihad bersama beliau yang tidak mempunyai gaji tetap sehingga mereka diberi bagian dari zakat. Fi Sabillah saat ini mengalami pergeseran makna, jadi makna fi sabilillah dapat diartikan juga jihad untuk di jalan Allah tanpa melalui perang fisik namun perang pemikiran atau yang biasa disebut ghawzul fikr.

Pengertian jihad:pertama, jihad dalam Islam tidak hanya terbatas pada peperangan dan pertempuran dengan senjata saja; sebab nabi SAW, ketika ia ditanya:jihad apakah yang paling utama itu? ia menjawab: menyatakan kalimah yang haq pada penguasa yang zhalim. Kedua, kita mengqiyaskan jihad yang berarti perang dengan segala sesuatu yang tujuannya untuk menegakkan Islam baik berbentuk ucapan maupun perbuatan, karena yang dijadikan alasan itu sama yaitu membela agama Islam.

ORANG YANG MELAKUKAN PERJALANAN MENUJU ALLAH (IBNU SABIL)Ibnu sabil adalah musafir yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya, yang tidak mempunyai harta yang dapat mengantarkannya untuk sampai ke negerinya. Kepadanya diberikan zakat dengan jumlah yang dapat mengantarkan ia sampai ke negerinya, baik jumlah yang dibutuhkan itu banyak maupun sedikit. Musafir tersebut terlepas dari apakah ia kaya atau miskin, apabila mendapat musibah dalam bekalnya atau hartanya sama sekali tidak ada, atau terkena suatu musibah atas hartanya, atau ia sama sekali tidak memiliki apa-apa, maka keadaan demikian hanya bersifat pasti.Musafir karena mencari rizki, ilmu, ibadah dan berperang di jalan Allah.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Zakat tidak halal diberikan kepada orang kaya kecuali (orang yang berjihad) di jalan Allah atau ibnu sabil.

PENYALURAN ZAKAT UNTUK DELAPAN ASHNAFAshnafBatas Penyaluran ZakatFakirZakat diberikan hingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dan terbebas dari kefakirannya.MiskinZakat boleh diberikan sampai pada batas tertentu sehingga dia dapat terbebas dari kemiskinannya dan dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokoknya.AmilDiserahkan pada pandangan kemaslahatan dan ijtihad seorang pemimpin namun tidak melebihi dari upah yang pantas dan tidak melebih 1/8 zakat.MualafDiserahkan pada pandangan kemaslahatan dan ijtihad seorang pemimpin.BudakSejumlah untuk membebaskan dari perbudakan dan membeli diri mereka sendiri dari harta zakat.GhariminKepada mereka diberikan sebesar beban utang yang dipikul, tanpa tambahan.Fi SabilillahBoleh memberikan seluruh harta zakat atau sebagiannya, untuk kepentingan jihad, sesuai dengan pendapat dan pertimbangan khalifah terhadap para mustahik zakat lainnya.Ibnu SabilZakat diberikan sebesar jumlah yang dapat mengantarkannya sampai ke negerinya serta biaya selama perjalanan, baik jumlah yang dibutuhkan itu banyak maupun sedikit.

ORANG YANG TIDAK BOLEH MENERIMA ZAKAT

Orang kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau mempunyai harta yang mencapai satu nishab. Orang yang kuat yang mampu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya dan jika penghasilannya tidak mencukupi, baru boleh mengambil zakat. Orang kafir di bawah perlindungan negara Islam kecuali jika diharapkan untuk masuk Islam. Bapak ibu atau kakek nenek hingga ke atas atau anak-anak hingga ke bawah atau isteri dari orang yang mengeluarkan zakat, karena nafkah mereka di bawah tanggung jawabnya. Namun diperbolehkan menyalurkan zakat kepada selain mereka seperti saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dan bibi dengan syarat mereka dalam keadaan membutuhkan.

SISTEM PENGELUARAN NEGARA TERKAIT DENGAN ZAKAT PADA MASA RASULULLAH SAW & KHULAFAURRASYIDIN

PENGELOLAAN FISKAL & DISTRIBUSI ZAKAT ZAMAN RASULULLAH SAWAwal pembangunan di Madinah, pendapatan negara masih terlampau kecil.Sampai tahun ke 4 H, kekayaan pertama berasal dari Bani Nadzir. Semua kekayaannya milik orang muslim beserta 7 kebun yang merupakan wakaf pertama.Pada tahun ke 7 H, penguasaan atas tanah KhaibarSampai dengan tahun ke 9 H, zakat mulai diwajibkan.Zakat hanya boleh didistribusikan kepada 8 asnaf (QS At Taubah : 60)Pendistribusian zakat dilakukan langsung seluruhnya kepada muslimin yang berhak dan tidak ada yang disisakan dalam Baitul Mal.

PENGELUARAN NEGARA ZAMAN RASULULLAH SAWPengeluaran PrimerPengeluaran Skunder1.Biaya pertahanan, seperti: persenjataan, unta, kuda, & persediaan1.Bantuan untuk orang yang belajar agama di Madinah2.Penyaluran zakat & ushr kepada yang berhak menurut ketentuan Al quran2.Hiburan untuk para delegasi keagamaan3.Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat negara lainnya3.Hibuan untuk para utusan suku dan negara serta biaya perjalanannya.4.Pembayaran upah para sukarelawan4.Pengeluaran untuk duta negara5.Pembayaran utang negara5.Pembayaran untuk pembebasan kaum muslimin yang menjadi budak6.Bantuan untuk musafir (dari daerah Fadak)6.Pembayaran denda atas yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan Muslim7.Pembayaran utang orang yang meninggal dalam keadaan miskin8.Pembayaran tunjangan untuk orang miskin9.Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah SAW10.Pengeluaran rumah tangga Rasulullah SAW (80 kurma stsu 80 butir gandum setiap istri)11.Persediaan Darurat (sebagian dari pendapatan perang Khaibar)

PENGELUARAN NEGARA MASA KHALIFA ABU BAKAR AS SIDDIQKhalifa Abu Bakar As Siddiq meneruskan sistem pendistribusian harta untuk rakyat sebagaimana pada masa Rasulullah SAW.Ia memperhatikan akurasi penghitungan Zakat. Hasil penghitungan zakat dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Mal dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum muslimin.Dalam pendistribusian zakat ini, khalifa Abu Bakar tidak membedakan yang terdahulu ataupun yang terkemudian masuk Islam. Semuanya berhak mendapat zakat sepanjang memnuhi kriteria 8 ashnaf.

PENGELUARAN NEGARA MASA KHALIFA UMAR BIN KHATTABKhalifa kedua, Umar bin Khattab dipandang paling banyak melakukan inovasi dalam bidang perekonomianDi masa ini banyak pembangunan infrastruktur, sebagai contoh : saluran irigasi, waduk-waduk, pasar-pasar di daerah pedalaman di Ubulla, Yaman, Damaskus, Mekah dan BahrainCabang Baitul Maal di ibu kota provinsiDiwan = kantor pembayar tunjangan angkatan perang dan tunjangan lainnya

PEMBERIAN TUNJANGAN MASA KHALIFA UMAR BIN KHATTABNilai PemberianJumlah yang ditetapkan untuk diberikan5.000 dirhamUntuk orang yang ikut perang Badar dan kaun Muhajirin yang pertama4.000 dirhamUntuk orang yang ikut perang Badar dan kaum Anshor4.000 dirhamUntuk pejuang yang berjihad dari Badar s.d perjanjian Hudaibiyah3.000 dirhamUntuk pasukan yang berjihad dari perjanjian Hudaibiyah s.d peristiwa orang-orang murtad2.000 dirhamUntuk pejuang yang berjihad dalam barisan Islam500 dirhamUntuk pasukan Mutsanna300 dirhamUntuk pasukan tsalits250 dirhamUntuk pasukan Ar Rabi200 dirhamUntuk penduduk Hajar dan Ubad100 dirhamUntuk anak-anak yang ikut berbagai pertempuran500 dirhamUntuk para istri pasukan perang Badar400 dirhamUntuk para istri pasukan perang Badar s.d perjanjian Hudaibiyah300 dirhamUntuk para istri pasukan mulai perjanjian hudaibiyah s.d perang riddah200 dirhamUntuk para istri pasukan perang Qodisiah dan Yarmuk

Distribusi Zakat Zaman Khalifa Umar bin KhattabIjtihad Khalifa Umar bin Khattab terkait distribusi zakat, adalah menghapuskan pembarian zakat kepada muallaf, karena sifat muallaf tidak melekat selamanya pada diri seseorang, sehingga apabila sudah memahami Islam dengan baik maka zakat akan dialokasikan kepada yang lebih membutuhkannya.Tidak seluruh zakat yang diterima langsung di distribusikan kepada muslimin, Khalifa Umar memperkenalkan sistem devisa negara dengan menggunakanya pada saat keadaan darurat.

Ringkasan Pendapatan dan Alokasinya Masa Khalifa Umar bin Khattab

PENGELOLAAN FISKAL ZAMAN KHALIFA USMAN BIN AFFANKebijakan alokasi anggaran pada masa Usman bin Affan mengikuti Umar bin Khattab dalam hal pembangunan infrastrukturDalam hal pengelolaan zakat, Khalifah Usman bin Affan mendelegasikan kewenangan menaksir harta yang dizakati kepada para pemiliknya masing-masing (self assessment)Sistem self assessment diterapkan, dalam rangka mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa oknum pengumpul zakat.

DISTRIBUSI ZAKAT ZAMAN KHALIFA USMAN BIN AFFANJumlah zakat pada era Khalifa Usman bin Affan mencapai puncaknya. Pernah suatu ketika kaum muslimin penerima zakat telah seluruhnya terdistribusi, namun masih tersisa 1.000 dirham zakat di Baitul mal, sehingga zakat tersebut digunakan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur masjid nabawi

ALOKASI/DISTRIBUSI FISKAL ZAMAN KHALIFA ALI BIN ABI THALIBPendistribusian harta Baitul Maal diterapkan dengan prinsip pemerataan, tanpa memandang status sosial atau kedudukan dalam Islam.Seluruh pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Maaal harus didistribusikan kepada kaum muslimin tanpa ada sedikit pun dana tersisa.Distribusi dilakukan sekali dalam sepekan yakni pada hari Kamis.Distribusi zakat pada era khalifa Ali bin Abi Thalib mengikuti zaman Rasulullah dan Abu Bakar. Beliau meninggalkan sistem devisa negara yang diterapkan oleh Umar bin Khattab

Sistim dan kebijakan pengeluaran zakat (zakat expenditure) kontemporer dunia islam

Pengeluran Zakat Di Indonesia

Pengeluran Zakat Di IndonesiaSecara hukum Indonesia pengeluran zakat di Indonesia belum secara formal di atur oleh Undang- undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.11 Bab dengan 47 Pasal lebih banyak mengatur tentang Amil ( BAZ/ LAZ )Distribusi Zakat diserahkan kepada BAZ/LAZ ( dengan kata kunci distribusi sesuai dengan syariah )

Analisis Perbedaan antara UU no. 38 tahun 1999 dengan UU no. 23 tahun 2011

UU No. 38 tahun 1999 Pasal 6 ayat 2 huruf (c) : dijelaskan bahwa di daerah dapat dibentuk Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten (BAZDA) UU No. 23 tahun 2011 Pasal 15 ayat 3 : dijelaskan bahwa BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. Ini berarti tidak lagi digunakan istilah BAZDA tetapi BAZNAS Kabupaten/kota. Berarti terjadi perbedaan penamaan, dari BAZDA ke BAZNAS Analisis Perbedaan : Upaya Sentralisasi Administrasi Lembaga BAZ/LAZ Pengumpulan Zakat

UU No. 38 tahun 1999 Pasal 6 ayat 1 : dijelaskan bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk pemerintah. Untuk daerah propinsi dibentuk oleh gubernur atas usul kepala kantor depag propinsi. Sedangkan daerah kabupaten/kota oleh bupati/walikota atas usul kepala kantor depag kabupaten/kota UU No. 23 tahun 2011 Pasal 15 ayat 2 : dijelaskan bahwa BAZNAS Propinsi dibentuk oleh menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS Pasal 15 ayat 3 : dijelaskan bahwa BAZNAS Kabupaten/kota dibentuk oleh menteri atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS Pasal 15 ayat 4 : diatur apabila tidak ada usulan dari gubernur atau bupati/walikota tentang pembentukan BAZNAS Propinsi/Kabupaten/Kota, maka menteri dapat membentuk BAZNAS Propinsi/Kabupaten/KotaAnalis Perbedaan : Sentralisasi Otoritas Pembentuk

UU No. 38 tahun 1999 Pasal 6 ayat 2 huruf (d) : pembentukan BAZ sampai tingkat kecamatan, yang dibentuk oleh camat atas usul kepala KUA Kecamatan UU No. 23 tahun 2011 Pasal 16 ayat 1 : Tidak lagi menyebutkan BAZ kecamatan tetapi diganti dengan UPZ, sebagaimana keterangan sebagai berikut : Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS Propinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan RI di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya. Analis Perbedaan : Status BAZ Kecamatan Menjadi UPZ

UU No. 38 tahun 1999 Pasal 7 : dinyatakan tentang eksistensi Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai salah satu organisasi pengelolaan zakat selain BAZ yang diatur dalam ayat 1 sebagai berikut : Lembaga Amil Zakat dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah UU No. 23 tahun 2011 Pasal 18 : Pengaturan LAZ lebih kompleks hingga mengatur prosedur perijinan dan persyaratan. Pada ayat 1 dinyatakan : Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. Sedangkan persyaratan diatur dalam ayat 2 : izin sebagaimana dimaksud ada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit : Satu, terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial; Dua, berbentuk lembaga berbadan hukum; Tiga, mendapat rekomendasi dari BAZNAS; Empat, memiliki pengawas syariat; Lima, memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya; Enam, bersifat nirlaba, Tujuh, memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan Delapan, bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Analis Perbedaan : Pengaturan Pembentukan BAZ/LAZ

Dalam UU No. 38 tahun 1999 posisi pemerintah dan masyarakat sejajar dalam pengelolaan zakat, sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 posisi pemerintah dan BAZNAS lebih tinggi Dalam UU No. 38 tahun 1999 masyarakat diberi kebebasan mengelola zakat, sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 hanya masyarakat yang mendapatkan izin saja yang dibolehkan Dalam UU No. 38 tahun 1999 Lembaga Amil Zakat dibentuk oleh masyarakat, sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 Lembaga Amil Zakat dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan Islam Dalam UU No. 38 tahun 1999 tidak diatur adanya sanksi dan ketentuan pidana, sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2011 terdapat sanksi administratif (pasal 36) bagi pelanggaran atas pasal 19, 23 ayat (1), pasal 28 ayat (2) dan (3), serta pasal 29 ayat (3), dan ketentuan pidana (pasal 39) Analis Perbedaan : Secara Umum

NoPasalIsiKeputusan MK1Pasal 5Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara.BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui MenteriMenolak2Pasal 6

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.MenolakHasil Yudicial Review Komisi Yudisial RI

NoPasalIsiKeputusan MK3Pasal 7

Tugas dan Fungsi BAZNASKerjasama dengan BAZ/LAZPelaproan secara berkala kepada Presiden dan DPR Minimal Sebulan SekaliMenolak4Pasal 17

Perijinan Pembentukan LAZ seijin Menteri/ yang di limpahi kewenanganPersyaratan mendirikan LAZMengabulkan sebagian, yaitu persyaratan dalam pasal 18, bersifat alternatif atau tidak wajib.5Pasal 18

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan,pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkalaMenolakHasil Yudicial Review Komisi Yudisial RI

NoPasalIsiKeputusan MK6Pasal 19

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telahdiaudit kepada BAZNAS secara berkalaMenolak7Pasal 38Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.Frasa setiap orang dalam Pasal 38 dan Pasal 41 UU Pengelolaan Zakat bertentangan dengan sepanjang tidak dimaknai dengan mengecualikan perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau pengurus/takmir masjid/musholla di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ, dan telah memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.8Pasal 41Pelanggaran Pasal 38 lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda 50.000.000,00Hasil Yudicial Review Komisi Yudisial RI

Distribusi Zakat yang sesuai Syariah Seperti apa ??No.Nama FuqohaPendapat1Imam Syafii Zakat Wajib di Distribusikan ke semua ashnaf ( 8 Golongan )2Ibrahim NakhiJika zakatnya banyak, dan layak di bagi bagi ke smeua ashnaf, hendaknya dibagi kepada semua golongan, Namun jika sediit, bisa dibagi ke salah satu Ashnaf saja.3MalikPemberian Zakat Berdasarkan tingkat kebutuhan4Hanafiah dan Sofyan TsauriDistribusi Zakat bisa di distribusikan kepada golongan mana sajaSumber : Sayid Sabiq Fiqih Sunah Hal. 137

Azas Azas Pengelolaan Zakat( UU No.23/2011 Pasal 2 )Pengelolaan zakat berasaskan:a. Syariat Islam;b. Amanah;c. Kemanfaatan;d. Keadilan;e. Kepastian hukum;f. Terintegrasi; dang. Akuntabilitas.

Studi Kasus Penyaluran Zakat : Program Baznas ProgramZakat Community Development (ZCD)adalah proses jangka panjang dengan mengintegrasikan program-program untuk mengatasi masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi dan masalah sosial, dengan menggunakan dana Zakat Infak Shodaqoh, diharapkan ada perubahan yang sangat signifikan dengan adanya program ZCD, dengan partisipasi komunitas/masyarakat, dengan segala fasilitas dan teknologi yang diinovasikan pada suatu program.

Studi Kasus Penyaluran Zakat : Program Baznas ProgramRumah Sehat Baznas : Jakarta, Yogyakarta , Makassar.Rumah Cerdas Anak Bangsa : Bimbel Gratis, Satu Keluarga Satu Sarjana, Mobil/ Motor Pintar dan DinnarRumah Makmur BaznasRumah Dakwah BaznasKonter Layanan MustahikTanggap Bencana AlamSumber : Website Baznas http://pusat.baznas.go.id/

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : Gambaran UmumBila dibanding dengan Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam memiliki kemajuan dalam instrumen kebijakan pengeluaran zakat, Bahkan di Singapura , Zakat sudah menjadi pengurang pajak ( Indonesia masih sebagai pengurang Penghasil Kena Pajak / PKP). Di singapura, sistem pajak dan zakat sudah terintegrasi secara terpadu.

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : MalaysiaZakat dikelola oleh Majelis Agama Islam Persekutuan ( MAIP), merupakan Institusi Pengeluaran Zakat Malaysia. Berperan sebagai pusat pengumpul zakat dari 14 negara bagian ( Sentralisasi Zakat ). Biaya Operasional dan gaji pegawai di biayai negara, dan masih diperbolehkan mengambil 1/8 bagian amil.Sumber : http://www.maiwp.gov.my/i/

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : MalaysiaProgram Unggulan untuk Keluarga Miskin: Pemberian uang saku 300 RM ( Kurs 3,700 = Rp.1,100,000 )Pendidikan dan kesehatan gratis ( Termasuk buku, tas, alat tulis ) Bantuan Permodalan Keberhasilan terlihat dari penurunan jumlah keluarga yang masuk kategiri miskin dari 7000 KK pada 1998 menjadi 4000 KK di 2003 .

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : Brunei Darus Salam Dikelola oleh Dewan Agama Islam Brunei Penyaluran hanya 6 Ashnaf ( Tanpa riqob dan Jihad Fi Sabilillah )Pemungutan Zakat Fitrah dan Zakat HartaDari Tahun 2001 hingga 2005

TahunJumlah ZakatJumlah ZakatZakat FitrahZakat Harta2001$691,871.06$5,784,174.97$6,476,046.032002$703,546.05$10,271,228.17$10,974,774.222003$1,492,110.70$11,374,674.51$12,866,785.212004$756,399.78$13,477,755.02$14,243,154.802005$780,789.97$18,956,006.76$19,736,796.73

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : Brunei Darus SalamKumpulan Uang Zakat. Yaitu kumpulan uang atau harta yang diperoleh dari hasil dua jenis pungutan yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Harta.Kumpulan Uang Pentadbiran Am. Yaitu kumpulan uang atau harta yang diperoleh dari sumber- sumber berikut:Bayaran Denda Mahkamah-Mahkamah KadiBayaran Sewa RumahUang Faedah (Interest) Bank yang diserahkanBayaran Sijil Nikah, Cerai dan RujukHarta WakafHarta yang tidak habis diwarisiHarta luqatah

Pengeluaran Zakat Di Luar Negeri : Brunei Darus SalamASNAF ZAKAT20012002200320042005FAKIR/MISKIN$4,606,937.34$4,568,731.50$5,539,689.41$10,625,274.44$4,938,007.27AMIL$351,835.82$346,834.69$172,117.71$345,874.12$336,431.80MUALLAF$1,705,869.87$1,576,644.12$1,654,043.68$2.061,497.70$1,651,572.61GHARIMIN$122,200.02$1,211,797.47$3,180,526.67$1,572,072.46$1,552,205.87IBNU SABIL$350.00$1,380.00$863.00-$800.00JUMLAH$6,787,193.05$7,705,387.78$10,547239.47$14,604,718.72$8,479,017.55Penyaluran 2009 terhadap 4.084 keluarga miskin, termasuk 190 orang dikategorikan sebagai algharimin, atau orang yang berhutang ( dan memiliki Mobil )

Sistem Pengeluaran Negara Indonesia

Klasifikasi Belanja NegaraAkunNamaBelanja Pemerintah Pusat51Belanja PegawaiKompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah.52Belanja BarangPengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat di luar kriteria belanja bantuan sosial serta belanja perjalanan.

Klasifikasi Belanja NegaraAkunNamaBelanja Pemerintah Pusat

53Belanja ModalPengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.54Belanja Beban UtangPembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan ketentuan dan persyaratan dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk untuk biaya terkait dengan pengelolaan utang.55Belanja SubsidiAlokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi diberikan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Klasifikasi Belanja NegaraAkunNamaBelanja Pemerintah Pusat

56Belanja HibahMerupakan belanja pemerintah pusat dalam bentuk transfer uang/barang kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional, BUMN/D, dan pemerintah daerah yang bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, dan tidak perlu dibayar kembali serta tidak terus menerus dan dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa.57Belanja Bantuan SosialTransfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.58Belanja Lain LainPengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya

Klasifikasi Belanja NegaraAkunNamaBelanja Pemerintah Pusat

61Transfer Dana Bagi HasillPengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah atas penerimaan negara yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada pemerintah pusat berdasarkan besaran alokasi yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku..Transfer Dana Alokasi KhususPengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah untuk pendanaan kegiatan-kegiatan daerah yang bersifat prioritas nasional..Transfer Dana Alokasi UmumPengeluaran negara yang dialokasikan kepada daerah untuk pendanaan kebutuhan operasional rutin pemerintahan daerahTransfer Dana PenyesuaianPengeluaran anggaran yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan prioritas kebijakan pemerintah pusat.Transfer Otonomi KhususPengeluaran anggaran yang dialokasikan kepada daerah yang ditetapkan sebagai daerah otonomi yang dikhususkan berdasarkan Undang-Undang.

Program Pembangunan Infrasturktur Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Program Peningkatan Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Rakyat

Program Ketahanan Pangan

Program Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Rakyat

Program Subsidi

Daftar Pustaka

Aflah , Noor. 2009. Arsitek Zakat Indonesia. Jakarta : Penerbit Universitas IndonesiaAli, Mohamad Daud. 2012. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta : Penerbit Universitas IndonesiaHafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern.J akarta: Gema InsaniHuda, Nurul, dkk. 2012. Keuangan Publik Islam: Pendekatan Teoritis dan Sejarah. Jakarta: Kencana.Huda, Nurul dan Muti, Ahmad. 2011. Keuangan Publik Islam: Pendekatan Al-Kharaj (Imam Abu Yusuf). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.Sabiq.Sayyid.2012. Fiqhus Sunnah, diterjemahkan oleh Moh. Abidun dkk, Fikih Sunnah, Jilid 2. Jakarta : Pena Pundi AksaraQardawi, Yusuf.1973.Fiqhuz Zakat, diterjemahkan oleh Salman Harun, Didin Hafidhudin dan Hasanuddin. Jakarta : Pustaka Litera Antar NusaVisi Presiden Saat Kampanye

Musrenbang

RPJM

RenstraRakor - RakorPeta Strategi KinerjaRKPIKU Menteri

RenjaTarget Program Kerja Utama(UKP4)

RKT

PKIKU Eselon IIKU Eselon IISOTKPPK (BKN)

Trilateral MeetingsKesepakatan Internal

Rencana Aksi

Pagu Indikatif

BANGGAR

DIPAPOK

SKPPerilaku KerjaKegiatanKegiatan60%40%SPP (P2K Ke Bag Keu) Evaluasi Capaian Output Triwulan (Bappenas)SPM (Bag Keu Ke KPPN)

LAKIPSP2D (KPPN Ke BO)Rekap Serapan

LK(BPK)(PAN RB)