19
UTS EKONOMI MIKRO ISLAM KEBIJAKAN EKONOMI AL-FARUQ (UMAR BIN KHATTAB) NADIA RAHMATUL UMMAH 41102105 MPS 2011 C

Kebijakan ekonomi umar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kebijakan ekonomi umar

UTS EKONOMI MIKRO ISLAM

KEBIJAKAN EKONOMI AL-FARUQ

(UMAR BIN KHATTAB)

NADIA RAHMATUL UMMAH41102105

MPS 2011 C

Page 2: Kebijakan ekonomi umar

PENDAHULUAN

Sungguh Islam itu adalah rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang dan rahmat bagi seluruh

mahluk Allah di muka bumi ini, Islam mengajarkan berbagai hal agar hidup kita sebagai

manusia di dunia berkah selamat di dunia dan akhirat dengan pedoman hidup yang telah

dititipkan oleh Nabi Muhammad pada haji wada hari terakhir Nabi, yaitu Al-Quran dan

Hadits.

Islam juga merupakan agama yang komprehensip, mengatur semua aspek kehidupan

manusia yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Salah satu bidang yang diatur dalam Islam

adalah bidang ekonomi . Dengan karunia dan kasih sayang Allah kepada kita, Dia mengutus

seorang Nabi dan juga khalifah-khalifah di muka bumi ini untuk mengatur tata ruang

kehidupan bersosial, berpolitik dan melakukan aktifitas ekonomi.

Dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 49 dijelaskan bahwa kita harus mentaati Allah

dan Rasul-Nya dan para pemimpin diantara kita, kemudian jika kita berlainan pendapat

tentang sesuatu maka berpegang teguhlah kita kepada Al-Quran dan As-Sunnah.

Dari ayat itu jelas bahwa adanya pemimpin bagi kita, yang seharusnya bisa

memimpin kita kepada jalan yang lebih baik, kepada kesejahteraan hidup, kepada keadilan

dalam hal apa pun.

Maka di muka bumi ada salah seorang khalifah yang bisa menjadi panutan para

pemimpin lain dan juga bagi kita semua. Bagaimana ia memimpin sebuah negara, bagaimana

cara ia mengatasi permasalahan umat dan juga krisis yang melanda negerinya. Dialah Umar

bin Khattab yang dijuluki Al-Faruq.

Dia memberikan contoh dan keteladanan seorang pemikir ekonomi, seorang khalifah

yang tugasnya adalah melayani umatnya.

Page 3: Kebijakan ekonomi umar

MENGENAL SOSOK TAMPAN AL-FARUQ

“Ya Allah, jadikanlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang

ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab”

Salah satu dari doa Rasulullah saat Islam masih dalam tahap awal masa penyebaran

dan belum sekuat sekarang. Bukti Allah menyayangi Nabi dan orang-orang yang mengikuti

Nabi-Nya dengan mengabulkan doa Rasulullah, Umar bin Khattab masuk Islam setelah

membaca kalam Allah surat Taha di rumah adiknya yang telah dahulu masuk Islam.

Sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.

Umar bin Khattab dilahirkan 30 tahun sebelum masa kenabian. Ia hidup selama 65

tahun yang 30 tahun dihabiskan dalam kejahiliyahan dengan menyembah berhala, yang

didalamnya dia tidak dikenal kecuali pernah menjadi wakil utusan bagi kaum Quraisy. Sebab,

jika terjadi perang di antara kaum Quraisy dan suku lain, maka mereka mengutus umar

sebagai utusan. Dan sebagaian lagi dihabiskan untuk menegakkan dan mengembangkan

agama Islam serta hanya menyembah kepada Allah SWT sampai akhir hayatnya.

Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah. Perawakannya tinggi

besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat

dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.

KEPEMIMPINAN & KETELADANAN UMAR BIN KHATTAB

Ada beberapa alasan mengapa seseorang dijadikan seorang pemimpin oleh

masyarakatnya. Pertama, pemimpin diikuti karena posisi formalnya sehingga masyarakat

takut untuk menentang setiap kebijakannya. Kedua, pemimpin diikuti karena hubungan yang

dekat dengan masyarakat sehingga masyarakat mengikutinya tanpa pertimbangan yang

rasional. Ketiga, pemimpin diikuti karena prestasi yang diraihnya, sehingga masyarakat

bangga atas prestasi yang dicapainya. Keempat, pemimpin diikuti karena membangun

kepercayaan diri masyarakat. Kelima, pemimpin diikuti karena menjadi contoh dari cita-cita

dan harapan hidup masyarakat.

Namun ada hal yang harus dibangun dari sebuah relasi antara pemimpin dan

masyarakat, yaitu trust atau kepercayaan. Inilah yang semakin kini semakin tergerus, pola

kepemimpinan dewasa ini semakin formalistik. Akibatnya, antara seorang pemimpin dan

masyarakat yang dipimpinnya terdapat jarak.

Page 4: Kebijakan ekonomi umar

Hadirnya pemimpin adalah sebuah sunnatullah karena manusia memang diciptakan

sebagai khalifah di muka bumi ini, dari mulai kepemimpinan diri sendiri, keluarga,

masyarakat kecil sampai sebuah negara. Dari sejarah berbagai kepemimpinan kita dapat

menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang berkarakter dan mempunyai integritas akan

dikenang dan dijadikan teladan sehingga nantinya akan mengantarkan sebuah negara pada

sebuah masa keemasan, dan ada tiga ciri pemimpin yang berkarakter1:

1. Pemimpin dengan keunggulan

Yaitu pemimpin yang dalam aktivitasnya selalu berusaha menghasilkan hal-hal yang

produktif dan berkualitas untuk menjadi unggul. Pemimpin seperti ini memiliki sense

of purpose, memiliki visi dan tujuan yang jelas.

Semangat pemimpin dalam sebuah perbaikan ini diwujudkan dengan adanya upaya

yang terus-menerus memaksimalkan potensi, kemampuan dan keterampilan, serta

selalu mencoba menjadi yang terbaik. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah yang

mengatakan bahwa “beruntunglah bagi orang yang kondisi sekarang lebih baik dari

hari kemarin dan hari esoknya lebih baik dari hari ini”, dan ini merupakan continous

improvement.

2. Memimpin dengan Profesional

Seorang profesional adalah orang menyadari betul arah hidupnya. Pemimpin seperti

ini biasanya menyenangi pekerjaannya sehingga jika ada tugas yang datang secara

tiba-tiba maka ia akan siap siaga untuk mengerjakan tugas itu. Seorang profesional itu

maun bekerja keras serta memiliki berbagai macam gagasan dan ide untuk mencapai

tujuannya.

Dunia berkembang dan tantangan-tantangan yang dihadapi semakin kompleks, jika

tidak dibarengi dengan profesionalitas maka bersiaplah untuk tersisih dari persaingan.

3. Memimpin dengan Kepedulian

Pemimpin seperti ini senantiasa berpikir jauh ke depan dan mempersiapkan

transformasi kepemimpinannya dengan sebaik mungkin. Bukan hanya dirinya saja

yang dia pikirkan, melainkan peduli dengan orang lain, terutama kepada masa depan

orang yang dipimpin. Pemimpin yang peduli adalah mereka yang telah menunjukkan

kepedulian yang tinggi terhadap sesama, jauh sebelum mereka menjadi pemimpin.

1 Menurut Kemal Azis Stamboel dalam bukunya yang berjudul Leading with Urgency and Effective Decisions, terbitan Grasindo, Jakarta 2011. Halaman 36.

Page 5: Kebijakan ekonomi umar

Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap rakyatnya,

ia memanggul sendiri sekarung gandum ketika mendapati seorang ibu memasak batu

untuk menghentikan tangisan anaknya yang lapar. Jika ada perasaan empati seperti

ini, tentu rakyat akan sangat cinta kepada pemimpin.

Visi besar akan masa depan bangsa, keteladanan, konsisten antara perkataan dan

perbuatan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah kepemimpinan, dan itulah yang

sangat diharapkan bagi rakyat, dan ini dibuktikan lagi oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Umar dikenal sebagai seorang yang kaku dan keras juga baik hati, ia tidak akan rela

melihat orang di sekelilingnya menderita kelaparan dan sengsara karena kemiskinan.

Page 6: Kebijakan ekonomi umar

KEBIJAKAN EKONOMI UMAR BIN KHATTAB

Umar bin Khattab dikenal sebagai salah satu tokoh ekonomi Islam. Dalam sejarah

pada masa Umar inilah sebagai masa gemilang  peradaban Islam dalam perkembangan politik

maupun ekonomi.

Jika diperhatikan aktifitas mayoritas penduduk Arab dapat diklasifikasikan pada tiga hal:

1. Perdagangan, Mayoritas aktifitas perdagangan bangsa Arab adalah di perkotaan, dan

mereka memiliki pasar musiman untuk berdagang berbagai jenis barang kebutuhan.

Pasar musiman ini didatangi oleh orang yang ingin berdagang dan melakukan jual-

beli. Perdagangan merupakan aktifitas ekonomi utama bagi mereka. Itu disebabkan

karena Makkah merupakan bumi tandus, tidak ada air dan tanaman. Sedangkan

penduduknya memiliki kehormatan dalam pandangan orang Arab, sehingga mereka

tidak memperlakukan kafilah mereka dengan buruk. Disamping itu letak geografinya

yang menghubungkan antara daerah-daerah penting dalam perekonomian, yaitu Syam

(Yordania, Palestina, dan Libia), Yaman, dan Habasyah (Ethopia)

2. Pertanian; Terdapat aktifitas pertanian disebagian daerah yang subur di jazirah Arab,

seperti Yaman, Thaif, daerah utara dan sebagian lahan pertanian di Hijaz dan

pertengahan jazirah. Diantara daerah pertanian yang penting adalah daerah Madinah

dan sekitarnya. Kurma dan gandum merupaka dua hasil pertanian terpenting di

Madinah. Akan tetapi sarana prasarana yang digunakan masih sederhana dan

konvensional.

3. Industri; Kegiatan industri merupakan kegiatan ekonomi paling lemah di negeri Arab

dan paling sedikit perannya. Mayoritas kegiatan industri adalah sebagai profesi

sederhana yang pada umumnya dilakukan oleh oleh para budak dan orang-orang

Yahudi. Diantara profesi ini yang sangat menonjol adalah tukang besi, tukang kayu,

pertenunan dan pembuatan senjata.

Pemerintahan Umar bin Khattab dikenal dengan pemerintahan yang bersih ditopang

dengan karakteristik pribadi yang tegas dan berwibawa sehingga terbentuk kondisi

kenegaraan yang damai, kesejahteraan rakyat semakin baik daripada masa sebelumnya. Hal

ini dapat dibuktikan dengan kondisi perekonomian dan pendapatan masyarakat Arab pada

masa itu dapat digolongkan pada taraf perekonomian yang merata. Kekayaan dan

kemakmuran tersebut mereka dapatkan dari harta rampasan perang (ghonimah), pajak tanah

(kharaj), pajak perdagangan/bea cukai (usyur), zakat, pajak tanggungan (jizyah).

Page 7: Kebijakan ekonomi umar

Sebelum ia menjadi khalifah pun Umar bin Khattab sudah menampakkan keadilannya,

ketidaksukaannya pada kecurangan dalam perdagangan dan ketidaksukaanya pada pemerasan

hak-hak kaum fakir miskin.

Ada beberapa kebijakan Umar bin Khattab ketika menjabat sebagai khalifah yang harus

digaris bawahi bagi kita seorang pejuang ekonomi islam, diantaranya:

1. Baitul Mal

Dalam pemerintahan, kontribusi yang terbesar adalah membentuk perangkat administrasi

yang baik untuk menjalankan roda pemerintahan yang besar. Pada masa jabatannya, Umar

mendirikan institusi administratif yang hampir tidak mungkin dilakukan pada abad ketujuh

sesudah masehi. Baitul Maal secara tidak langsung bertugas sebagai pelaksana kebijakan

fiskal Negara Islam dan Khalifah adalah yang berkuasa penuh atas dana tersebut, tetapi ia

tidak diperbolehkan menggunakannya untuk pengeluaran pribadi. Dan beliau tidak

mengambil keuntungan materi atas posisinya yang biasa dilakukan oleh pemerintah zaman

sekarang. Islam telah meletakkan sistem khusus untuk membiayai misi perluasan Islam, yaitu

menyerahkan diri dan harta demi panggilan jihad fisabilillah.Ketika harta rampasan perang

dihalalkan bagi para pejuang, maka dengan demikian modal untuk misi perluasan bukan

hanya dari Baitul Maal. Peran Baitul Maal bukan saja untuk pembiayaan peperangan, tetapi

yang terpenting adalah pengabdian diri dan harta. Properti Baitul Maal dianggap sebagai

“harta kaum muslim”, sedangkan Khalifah dan amil-amilnya hanyalah pemegang

kepercayaan. Jadi, merupakan tanggung jawab negara untuk menyediakan tunjangan yang

berkesinambungan untuk janda, anak yatim, anak terlantar, membiayai penguburan orang

miskin, membayar utang orang-orang bangkrut.

2. Kepemilikan Tanah

Sepanjang pemerintahan Umar banyak daerah yang ditaklukkan melalui perjanjian damai.

Penaklukan  ini banyak menimbulkan masalah baru. Utamanya adalah berhubungan dengan

kebijakan negara tentang kepemilikan tanah yang ditaklukkan. Dari sinilah muncul

permasalahan bagaimana pembagiannya, diantara sahabat ada yang menuntut agar kekayaan

tersebut didistribusikan kepada para pejuang, sementara yang lain menolak. Setelah

mengalami perdebatan yang panjang, Umar memutuskan bahwa tanah masih bisa ditempati

oleh penduduknya dengan memberlakukan tanah tersebut sebagai fa’i2, dan prinsip yang

2 Segala harta kekayaan kaum kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin tanpa peperangan. (buku pintar ekonomi syariah)

Page 8: Kebijakan ekonomi umar

sama diadopsi untuk kasus-kasus yang akan datang. Umar menetapkan peraturan yang

berhubungan dengan tanah sebagai berikut:

1. Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi milik orang muslim dan

kepemilikan ini tidak dapat diganggu gugat, sedangkan bagian yang berada dibawah

perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikan tersebut

dapat dialihkan.

2. Kharaj dibebankan kepada semua tanah yang berada dibawah kategori pertama,

meskipun pemilik tanah tersebut memluk agama Islam. Dengan demikian, tanah

seperi itu tidsak dapat dikonversi menjadi tanah usyur.

3. Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka membayar kharaj dan

jizyah

4. Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim

kembali (seperti Basra)s bila ditanami oleh orang muslim diperlakukan sebagai tanah

usyur

5. Di Sawad (Irak), kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rofz (satu ukuran

lokal) gandum dan barley (jenis gandum) dengan anggapan tanah tersebut dapat

dilalui air . Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah (rempah atau cengkeh)

dan perkebunan

6. Di Mesir menurut sebuah perjanjian amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga tiga

Irdab gandum, dua qist untuk minyak, cuka, dan maddu. Rancangan ini sudah

disetujui oleh Khalifah

Perjanjian Damaskus (Syiria) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah dengan

kaum Muslim. Beban perkepala sebesar satu dinar dan beban jarib (unit berat) yang

diproduksi per jarib (ukuran) tanah.3

3. Zakat

Ketika jabatan diserahkan kepada Umar, kewajiban untuk membayar zakat telah kembali

normal setelah dinetralkan oleh Abu Bakar ra dengan memerangi mereka yang membangka.

Setelah itu, Umar lebih berkonsentrasi dengan persoalan penerapannya yang dipercayakan

kepadanya. Dalam sebuah riwayat, Umar juga meringankan zakat tanaman, karena tidak

semua yang dipanen dapat mengembalikan modal usaha petani. Dengan demikian tidak

3 Majid, M. Nazori, Pemikiran Ekonomi Islam, halaman 191

Page 9: Kebijakan ekonomi umar

semua buah yang dihasilkan bumi harus dikenakan zakat karena dikhawatirkan berkurang

untuk kebutuhan pokok. Dengan demikian Umar telah meletakkan dasar-dasar keadilan untuk

penarikan zakat. Beliau telah memberikan petunjuk – dengan melihat situasi dan kondisi –

agar benar-benar memperhatikan ketika pengambilan zakat.

4. Usyur

‘Usyur adalah pajak yang dikenakan atas barang-barang dagangan yang masuk ke negara

Islam, atau datang dari negara Islam itu sendiri. Peraturan usyr ini telah ada sejak zaman

sebelum Islam, yaitu seperti yangditerapkan oleh orang-orang Yunani.

‘Usyur belum sempat dikenal pada masa Rasulullah dan Abu Bakar. Permulaan

diterapkannya ‘usyur di negara Islam adalah di masa Umar bin Khattab, yang berlandaskan

demi penegakan keadilan. ‘Usyur telah diambil dari para pedagang kaum muslimin jika

mereka mendatangi daerah lawan. Maka dalam rangka penerapan perlakuan yang seimbang

terhadap mereka, Umar bin Khattab memutuskan untuk memperlakukan pedagang non

muslim dengan perlakukan yang sama jika mereka masuk ke negara Islam.

Distribusi pembayaran negara pada masa Umar, dapat diurai sebagai berikut :

o Pendapatan Zakat dan Usyr, umumnya didistribusikan dalam tingkat lokal jika

kelebihan penerimaan sudah disimpan di Baitul Maal pusat dan sudah

dibagikan ke delapan kelompok yang disebutkan secara jelas dalam al-Quran.

o Pendapatan Shadaqah, dibagikan pada orang yang sangat membutuhkan dan

fakir miskin atau untuk membiayai kegiatan mereka dalam mencari

kesejahteraan tanpa diskriminasi.

o Pendapatan yang diperoleh dari kharaj, fai, usr, dan sewa tetap tahunan tanah

digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan (allowances),

serta menutupi pengeluaran operasional administrasi, kebutuhan militer dan

seterusnya.

o Pendapatan yang didapat dari semua sumber dikeluarkan untuk para pekerja,

pemeliharaan anak-anak terlantar dan dana sosial lainnya.

5. Mata Uang

Pada masa Nabi dan sepanjang masa Khulafa ar-Rosyidin mata uang asing dengan

berbagai bobot sudah dikenal di Arabia, seperti dinar, sebuah koin emas dan dirham sebuah

Page 10: Kebijakan ekonomi umar

koin perak. Bobot dinar adalah sama dengan satu mistqal atau sama dengan dua puluh qirat

atau seratus grain barley. Bobot dirham tidak seragam. Untuk menghindari kebingungan ,

Umar menetapkan bahwa dirham perak seberat 14 qirat dan satu mistqol adalah tujuh per

sepuluh.

Ada beberapa catatan dalam hal penerbitan mata uang pada masa Khalifah Umar yang

penjelasannya sebagaimana berikut:

1. Penerbitan uang pada masa Umar hanya terbatas pada dirham, sementara dinar tidak

dicetak melainkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan

2. Percetakan dirham tidak dengan ukiran ala Arab murni, namun dicetak dengan ala

Ajam dengan penambahan ungkapan-ungkpan Arab. Dan penting bahwa uang

tersebut sesuai dengan tolak ukur syari’ah (enam daniq) dan dicetak dengan murni,

selamat dari kecurangan  yang diderita oleh dirham pada masa pemerintahan Persia.

3. Beberapa sumber tidak menyebutkan bahwa Umar mengumumkan dirham yang

dicetaknya tersebut sebagai mata uang resmi dan meniadakan muamalah dengan

dirham yang lain.4

Penerbitan merupakan masalah yang dilindungi oleh kaedah-kaedah umu syari’at

Islam. Sebab penerbitan uang dan penentuan jumlahnya merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan kemaslahatan umat, sedangkan bermain-main dalam penerbitan

uang akan berdampak pada terjadinya kemudhorotan umat. misalnya hilangnya

kepercayaan terhadap terhadap mata uang, terjadinya pemalsuan, pembengkakan nilai

uang (inflasi).

6. Jizyah

Sumber pajak lain pada masa Umar adalah jizyah yang dipungut dari non muslim

yang hidup di bawah pemerintahan Islam tapi tidak mau masuk Islam. Pajak yang dikenakan

pada mereka merupakan pengganti dari imbalan atas fasilitas ekonomi, sosial dan layanan

kesejahteraan yang mereka terima dari pemerintahan Islam juga sebagai jaminan dan

keamanan hidup dan harta mereka. Pajak ini mirip dengan zakat fitrah yang dipungut dari

muslim setiap tahun.

Perjanjian dengan umat non muslim – ahlu dzimmah – tersebut dapat memberikan

jaminan keamanan baik untuk diri mereka, harta dan agama. Selain merupakan kewajiban

4 Makalah seminar kelas hukum bisnis dan syariah

Page 11: Kebijakan ekonomi umar

dari Allah SWT, jizyah juga merupakan dasar-dasar penegak hukum agar para kafir dzimmi

itu dapat menikmati perlindungan dari negara Islam, seperti pembangunan, pelayanan dan

fasilitas yang ada, maka mereka harus ikut berpartisipasi dalam mengelola harta kekayaan

umum.

Adapun pembayarannya dilakukan setelah tiba masa panen, agar sesuai dengan situasi

dan kondisi ahlu dzimmah. Mereka dapat membayar setelah sumber untuk membayar jizyah

telah tersedia, yaitu hasil bumi yang telah dipanen. Dengan demikian, hal itu memberikan

kemudahan dan keringanan kepada mereka.5

7. Alokasi dan Pendapatan Negara

Khalifah Umar mengklasifikasikan pendapatan negara menjadi empat bagian, yaitu:

o Pendapatan zakat dan usyur. Pendapatan ini didistribusikan di tingkat lokal

dan jika terdapat surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di baitul mal pusat

dan dibagikan kepada delan ashnaf seperti yang telah ditentukan oleh al-

Quran.

o Pendapatan khums dan sedekah pendapatan ini didistribusikan kepada para

fakir miskin atau untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan

apakah ia seorang muslim atau bukan. Dalam sebuah riwayat, diperjalanan

menuju Damaskus Khalifah  Umar bertemu dengan seorang Nasrani yang

menderita penyakit kaki gajah. Melihat hal tersebut, khalifah umar segera

memerintahkan pegawainya agar memberikan dana kepada oirang tersebut

yang diambilkan dari hasil pendapatan sedekah dan makanan yang diambilkan

dari persediaan untuk para petugas.

o Pendapatan kharaj, fa’i, jizyah, ‘usyur dan sewa tanah. Pendapatan ini

digunakan untuk membayar dana pensiunan dan dana bantuan serta menutupi

biaya opraasional administrasi, kebutuhan militer dan sebagainya.

o Pendapatan lail-lain. pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja,

pemeliharaa anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.6

5 Makalah tentang kebijakan ekonomi khalifah Umar bin Khattab, ditulis oleh Naili Rahmawati M. Ag, staf pengajar fakultas syariah IAIN Mataram6 Karim, Adiwarman Azhar, Sejarah pemikiran Ekonomi Islam. Halaman 74

Page 12: Kebijakan ekonomi umar

PENUTUP

Seorang pemimpin patutlah memiliki sikap peduli kepada rakyatnya seperti yang

dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khattab.

Sebagai khalifah kedua, Umar bin Khattab sukses dalam mengatur pemerintahan dan

ekonomi negara. Mungkin tidak salah jika dikatakan bahwa Umar bin Khattab telah

menunjukkan kepada dunia bahwa penerapan syari’at yang suci ini sama sekali tidak

menghalangi daya kreatif dan inovasi sang pemimpin tertinggi sebuah negara dalam

mewujudkan negara yang damai dan makmur.  Syari’at disamping memberikan batasan ,

patron dan rambu-rambu agar setiap kebijakan tidak menjadi sumber laknat, juga

memberikan dorongan  dan motivasi yang sangat kuat kepada pemimpin untuk bekerja keras

mewujudkan apa yang paling mashlahat bagi rakyatnya.

Umar sebagai pemimpin khalifah berhasil  responif terhadap permasalahan-permasalahan

dan kasus-kasus yang terdapat dalam masyarakat Islam terkhusus pada masalah

perekonomian dengan mencetuskan beberapa kebijakan ekonomi yang tidak memihak

dengan prinsip keadilan yang telah diatur dalam al-Quran, as-Sunnah dan ijma’ sahabat.

Kebijakan-kebijakan yang diambil pada masa Umar secara garis besar dihimpun dalam

delapan bentuk, yaitu:

1. Pembentukan baitul mal

2. Kepemilikan tanah

3. Zakat

4. Usyur

5. Mata uang

6. Sodaqah orang non muslim

7. Klasifikasi dan alokasi pendapatan negara

Semua kebijakan yang diputuskan mengenahi ketujuh bentuk di atas, terbukti menjadi

landasan awal bagi kemajuan periode Umar diberbagai sektor ekonomi dengan ketegasan dan

pengawasannya terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.7

7 Makalah Seminar Kelas Hukum dan Bisnis Syariah