Kebijakan Pembangunan Industri.protected

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekonomi

Citation preview

  • Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBNSETJEN DPR RI| 1

    QUICK RESULTS

    KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL

    (Hasil RDP Badan Anggaran dengan Kadin dan Muhamad S. Hidayat tanggal 2 September, 2015)

    A. Gambaran Pertumbuhan Industri Nasional

    Pertumbuhan industri nasional masih jauh dari harapan. Melemahnya daya beli

    masyarakat akibat semakin menguatnya

    dollar berdampak pada lesunya

    perekonomian dalam negeri. Investasi

    domestik masih mendominasi dari

    investasi modal asing, demikian pula impor

    masih dominan dari ekspor. Namun impor

    yang tinggi tidak selalu bermakna negatif

    karena hal ini bisa menunjukkan aktivitas

    industri yang sedang bergeliat sehingga

    membutuhkan banyak bahan baku serta

    barang modal dari luar negeri. Adapun

    cabang industri yang menjadi andalan

    tahun 2015 adalah sektor berbasis agro

    dan pertambangan. Peningkatan

    pertumbuhan industri perlu fokus pada

    tiga hal yaitu, pengembangan

    perwilayahan industri, pertumbuhan

    populasi industri serta peningkatan daya saing dan produktivitas terutama peningkatan nilai ekspor dan nilai

    tambah per tenaga kerja. Sektor industri sendiri memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja sebesar 13,3%

    pada tahun 2014. Peringkat daya saing untuk Indonesia meningkat dari posisi 38 pada tahun 2013-2014 menjadi

    peringkat 34 di tahun 2014-2015. Peningkatan daya saing industri dapat dilakukan melalui beberapa langkah

    antara lain penguatan struktur industri dan peningkatan dukungan iklim industri.

    Pengembangan Kemampuan Sektor Industri

    - Pengembangan kemampuan industri dalam jangka panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun 2008)

    - Percepatan pengembangan sektor industri hilir (agro, migas dan mineral), industri berbasis SDM dan pasar domestik, industri kecil dan menengah

    Memanfaatkan Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base Load

    - Peningkatan Enforcment, pengaturan pelabuhan, peraturan teknis menghilangkan impor tidak standar, meningkatkan compliance produk ke ASEAN, kemampuan market & industrial intelegence, membangun early warning system, kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN, dan membangun produk spesifik Indonesia.

    Penguatan Struktur Industri

    Meningkatkan Daya Saing (Short Term, Medium Term, dan Long Term)

    Short Term: menurunkan biaya modal, biaya energy, dan biaya manpower serta biaya logistic, letersediaan bahan baku.

    Medium Term: Jaminan pasokan bahan baku, pengawasan impor, optimalisasi P3DN, menghilangkan gangguan keamanan.

    Long Term: peningkatan faktor pendukung industri, membangun kemampuan SDM industri, membangun R&D industri.

    Peningkatan Dukungan

    Iklim Industri

    -

    20,000.0

    40,000.0

    60,000.0

    80,000.0

    100,000.0

    120,000.0

    140,000.0

    160,000.0

    (30,000.0)

    (20,000.0)

    (10,000.0)

    -

    10,000.0

    20,000.0

    30,000.0

    40,000.0

    50,000.0

    60,000.0

    70,000.0

    2011 2012 2013 2014 2015 Tw 2

    investment domestic (Rp Bill) invesment foreign (USD Mil)

    balance (USD Juta) expor (USD Juta)

    impor (USD Juta)

    Grafik 1. Gambaran Pertumbuhan Industri Nasional

    Sumber: Paparan Muhamad S. Hidayat dalam RDP Banggar tanggal 2 September 2015, data diolah.

  • Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBNSETJEN DPR RI| 2

    B. Arah Pembangunan Industri Nasional

    Berdasarkan UU No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyatakan bahwa pembangunan industri yang maju

    diwujudkan melalu penguatan struktur industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing dengan

    mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien. Sektor Industri diharapakan mampu mengelola

    sumber daya yang ada secara optimal dan efisien sehingga mampu meningkatkan nilai jual sumber daya. Pada

    kuartal I 2015, sektor industri mampu tumbuh

    sebesar 5,21 persen.

    Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri

    Nasional (PP No. 14 Tahun 2014 tentang Rencana

    Induk Pembangunan Industri Nasional), sasaran

    Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai

    berikut: 1) meningkatnya pertumbuhan industri

    yang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan 2

    (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi

    industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB)

    mencapai 30% (tiga puluh persen); 2)

    meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar

    negeri dengan mengurangi ketergantungan

    terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan

    barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri; 3) tercapainya percepatan penyebaran

    dan pemerataan industri ke seluruh wilayah

    Indonesia; 4) meningkatnya kontribusi industri

    kecil terhadap pertumbuhan industri nasional; 5)

    meningkatnya pengembangan inovasi dan

    penguasaan teknologi; 6) meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri; dan 7)

    menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang berbasis sumber daya

    alam.

    C. Kebijakan Pembangunan Industri

    Pembangunan Industri Nasional memerlukan tiga modal dasar, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia

    dan teknologi, inovasi serta kreativitas. Ketiga modal dasar tersebut harus ada, sehingga pembangunan industri

    nasional dapat terlaksana. Selain ketiga modal dasar tersebut diperlukan suatu persyaratan yang harus dipenuhi,

    yaitu: infrastruktur yang baik, kebijakan dan regulasi yang membangun iklim investasi, serta pembiayaan yang

    memadahi. Tanpa terpenuhi ketiga syarat tersebut, pembangunan industri nasional tidak akan berjalan dengan

    baik.

    Pembangunan sektor hulu menjadi sangat

    penting untuk dilakukan, karena kesulitan yang

    dialami pengusaha untuk memperoleh bahan

    baku dari luar negeri. Pada umumnya, negara

    yang memproduksi bahan baku, enggan

    mengekspor dalam bentuk bahan baku. Hal ini

    dikarenakan nilai ekonomis yang dihasilkan dari

    kegiatan mengekspor bahan baku jauh lebih

    rendah daripada saat mereka mengekspor bahan

    jadi. Pengusaha dalam negeri sering harus

    mengemis kepada eksportir bahan baku.

    Untuk meningkatkan nilai investasi ke Indonesia, Pemerintah perlu memberikan insentif pajak seperti tax holiday kepada pelaku usaha. (M. S Hidayat, 20151). Hasil survey yang dilakukan oleh

    1 Pendapat tersebut disampaikan M. S Hidayat pada RPDU antara Banggar dengan KADIN dan Mantan Kemenperin yang diadakan tanggal 8 September 2015.

    Tabel 1. Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)

    Sumber: PP No. 14 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

    Permasalahan utama yang dihadapi oleh industri nasional adalah ketergantungan industri nasional

    terhadap impor bahan baku. Sehingga saat terjadi

    perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,

    maka hal ini akan memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap industri nasional. Untuk mengatasi hal

    tersebut, pemerintah diharapkan melakukan

    pembangunan industri di sektor hulu. Dengan adanya

    pembangunan di sektor hulu, diharapkan industri dalam

    negeri tidak mengalami ketergantungan terhadap impor

    bahan baku. (Kadin, 2015)

    [Cite your source here.]

  • Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBNSETJEN DPR RI| 3

    UNIDO tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pengusaha untuk melakukan investasi. Insentif pajak menempati urutan ke-11 dari 12 indikator yang menjadi pertimbangan pengusaha untuk melakukan investasi. Faktor utama yang menjadi pertimbangan pengusaha untuk melakukan investasi adalah terjaganya stabilitas ekonomi & politik, serta biaya bahan baku2.

    Untuk mencapai kondisi pembangunan industri yang maju seperti diamanatkan dalam UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, perlu diberlakukan kebijakan yang berdampak jangka panjang, namun untuk menghadapi kondisi yang berjalan sekarang diperlukan langkah segera dapat dilaksanakan meskipun hanya berdampak jangka pendek. Rekomendasi dari KADIN dan Muhamad S. Hidayat terkait kebijakan tersebut antara lain:

    Dari beberapa kebijakan yang direkomendasikan, terdapat kebijakan yang juga merupakan kebijakan dalam program pemerintah (RKP 2016), namun melihat urgensinya, kebijakan tersebut sebaiknya dilakukan sekarang demi peningkatan daya saing industri.

    2 UNIDO, Africa Investor Survey, 2010

    Kebijakan dalam RKP 2016

    Meningkatkan efisiensi teknis melalui pembaharuan/revitalisasi permesinan industri; peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja; optimalisasi keekonomian lingkup industri (economic of scope) melalui pembinaan klaster industri.

    Meningkatkan penguasaan teknologi dengan: merevitalisasi secara bertahap infrastruktur mutu (measurement, standardization, testing, and quality); meningkatkan kapasitas layanan perekayasaan dan teknologi.

    Meningkatkan penguasaan dan pelaksanaan pengembangan produk baru (new product development) oleh industri domestik.

    Meningkatkan kualitas dan juga kuantitas sumber daya manusia industri. Fasilitasi perjanjian dan kerjasama internasional yang dapat meningkatkan daya saing produk industri nasional.

    Pembangunan kawasan industri, revitalisasi sarana prasarana infrastruktur mutu di seluruh Indonesia, serta pembinaan IKM.

    Pemberian fasilitasi dan insentif bagi industri maritim, industri komponen/setengah jadi, industri padat tenaga kerja.

    Harmonisasi kebijakan fiskal terhadap impor bahan baku, komponen, barang setengah jadi yang sesuai dengan rantai pertambahan nilai berikutnya di dalam negeri.

    Harmonisasi harga sumber daya alam yang menjadi bahan baku industri nasional dan harga energi sehingga paling tidak sepadan dengan harga di negara yang menjadi pesaing utama industri nasional.

    Strategi pembangunan perwilayahan industri difokuskan untuk membangun kawasan industri di luar Pulau Jawa dengan berbagai skema pendanaan antara swasta dan Pemerintah. Pelaksanaan dilakukan secara bersamaan sesuai dengan tingkat kesiapan masing-masing kawasan industri. Pemerintah berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur utama (jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung kualitas kehidupan (Quality Working Life) bagi pekerja.

    Rekomendasi Kebijakan Hasil Diskusi

    Menerapkan ketenangan, konsistensi dan kesatuan sikap dalam pengambilan sikap dalam pengambilan kebijaksanaan dan langkah ekonomi pemerintah demi mengembalikan kepercayaan pasar dalam jangka pendek.

    Mencegah semakin melemahnya nilai tukar rupiah yang berdampak negatif terutama bagi industri yang memiliki kandungan impor tinggi, yang biaya produksinya akan meningkat, karena turunnya nilai rupiah.

    Mencegah terjadinya PHK, terutama bagi industri padat karya; mencegah kecenderungan industri untuk mengurangi jam kerja dan mengurangi produksinya; dan membuka pasar ekspor tujuan baru di luar negeri; seperti industri otomotif, industri elektronika, dll.

    Mengurangi beban biaya produksi dengan menurunkan tariff dasar listrik untuk industri, menurunkan biaya logistik, menurunkan bunga bank, menurunkan beban pajak dan memberikan stimulus fiskal, dan merubah metode transportasi untuk menurunkan biaya dengan optimalisasi penggunaan kereta api.

    Mengatasi kenaikan upah yang tidak terkontrol dengan segera mengesahkan RPP ketenagakerjaan menjadi PP agar menambah kepastian usaha bagi industri.

    Memangkas regulasi yang menghambat investasi di sektor industri (sekitar 127 izin di bidang industri)

    Mengurangi kandungan impor dan meningkatkan kandungan lokal (TKDN) dalam pengembangan industri yang mempunyai ketergantungan tinggi pada kandungan impor.

    Membangun dan memberdayakan industri yang memiliki kemampuan ekspor tetapi lemah dalam permodalan dengan memberikan dukungan pemerintah dan perbankan yang berupa subsidi bunga serta memberikan stimulus fiskal.

    Mengurangi impor baik barang konsumsi dan bahan mentah dan bahan penolong untuk industri dan menggantikannya dengan meningkatkan bahan/produk dalam negeri dengan melalui pengembangan industri substitusi.

    Meningkatkan daya beli masyarakat agar dapat menyerap produksi manufaktur dengan mempercepat pembangunan infrastruktur dan mengurangi beban pajak para konsumen.

    Mengefisienkan penggunaan anggaran belanja negara untuk mendukung pembangunan industri strategis dengan menghindarkan pemborosan.

    Pemenuhan energi bagi industri sebagai salah satu prasyarat peningkatan daya saing dengan melakukan terobosan dalam pemenuhan energi.

    Rasionalisasi harga energi bagi industri sebagai langkah peningkatan daya saing industri.

    Optimalisasi insentif bagi industri berupa tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk untuk penanaman modal, dan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP).

  • Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBNSETJEN DPR RI| 4

    Sementara itu untuk mendukung pembangunan industri jangka menengah dan panjang untuk memperdalam struktur industrialisasi di Indonesia diperlukan kebijakan seperti percepatan pembangunan industri hulu, pembangunan industri substitusi dan pembangunan industri bernilai tambah tinggi; serta penyebaran kesejahteraan melalui pemerataan pembangunan industri, diantaranya dengan langkah mendukung penyebaran industri ke luar Pulau Jawa, pembangunan pembangkit energi di luar Jawa sebagai langkah meningkatkan kesejahteraan di daerah. koordinasi yang baik antar kementerian dan lembaga juga diperlukan untuk menghadirkan kawasan industri yang didukung dengan infrastruktur yang memadai. Kerjasama swasta dengan pemerintah, dalam hal ini BUMN juga diperlukan dalam pengadaan infrastruktur bagi industri. (HH, RC, MN)