Upload
nguyenlien
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
PURWAKARTA DALAM MENGATASI MASALAH
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(Studi Tentang: Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Rahmat Hidayatulloh
1110112000046
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017
v
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan tinjauan terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Purwakarta yaitu Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(RUTILAHU) yang diiplementasikan sebagai upaya untuk mengatasi masalah
perumahan dan permukiman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan
sejauh mana program kebijakan yang diiplementasikan sudah mencapai
tujuan, mendeskripsikan apa usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan
program kebijakan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
menggamabrkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pencapaian
program kebijakan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Penelitian dilakukan di Kabupaten Purwakarta, tepatnya ditiga
Kecamatan yaitu Pondoksalam, Darangdan dan Plered.
Peneliti menggunakan teori kebijakan publik untuk menganalisis
implementasi kebijakan dan melakukan evaluasi terhadap kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini dilakukan melalui
studi lapangan dalam bentuk wawancara dan penyebaran kuesioner. Peneliti
menemukan bahwa implementasi Program RUTILAHU sudah cukup efektif,
efisien dan mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat. Hal ini
dibuktikan melalui tiga kriteria evaluasi yaitu Efektivitas, Efisiensi, dan
Responsivitas. Efektivitas meliputi dua indikator yaitu ketepatan sasaran dan
pencapaian tujuan kebijakan. Program RUTILAHU belum tepat sasaran
namun tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin
sudah tercapai. Efisiensi meliputi empat indikator yaitu komunikasi,
sumberdaya, disposisi, dan struktur birikrasi. Komunikasi pada Program
RUTILAHU belum terjalin dengan baik, namun kecukupan sumber daya
mencapai 76.19%, disposisi atau kesesuaian harapan KSM 77.78% dan
adanya pedoman pelaksanaan sebagai struktur birokrasi. Responsivitas
meliputi tiga indikator yaitu keberhasilan fisik, ekonomi, dan sosial.
Keberhasilan fisik Program RUTILAHU mencapai rata-rata 72.86%, ekonomi
mencapai rata-rata 68.57%, dan sosial mencapai rata-rata keberhasilan
67.48%.
Kata kunci: Kebijakan, Pemerintah, Permukiman, Program RUTILAHU, dan
Evaluasi.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur telah menyelesaikan
memenuhi salah satu persyaratan dalam menperoleh gelar sarjana Program Starata
Satu (S1) Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Dalam proses pembuatan skripsi penulis mengucupkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Purwakarta Dalam Mengatasi Masalah Perumahan Dan Permukiman, Studi
Tentang: Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni”. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iding R Hasan, M.Si selaku ketua Jurusan dan Suryani M.Si selaku
sekertaris Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Drs. Ismadi Ananda, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh
kesabaran, ketulusan dan tak henti-hentinya memberikan motivasi,
dukungan, bantuan, dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Ucok Ujang Wardi, SH. Selaku Ketua DPRD 2009-2014 yang telah
membantu penulis melaksanakan penelitian dalam mengumpulkan data.
7. Kepala DCKTR Entis Sutisna, BE. dan Kabid Perumahan dan
Permukiman Agung Wahyudi yang telah membantu penulis melaksanakan
penelitian dalam mengumpulkan data.
8. Faisal Qamra yang telah memberikan doa dan dukungan penuh kepada
penulis dalam melaksanakan penelitian dan mengumpulkan data.
9. Teristimewa untuk kedua orangtua, Ibunda Dra. Indayati dan Ayahanda
TB. Mustofa, serta seluruh saudara Singgih Adi Saputra, Abdul Fakar, Rt.
Putri Puspita Sari dan Syech Maulana Syafe’i yang selalu penulis
banggakan, tak henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan,
melimpahkan kasih sayang kepada penulis.
10. Ahem Supriadi dan endi yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian dan mengumpulkan data dari Masyarakat.
viii
11. Ria Rista Gustina S.Pd yang telah ikhlas dan sabar memberikan doa dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat penulis, Syamsu Rijal, Jamaluddin, Tuti Khoiriah, Ahmad
Mahmuddin, M. Husni Mubarak, Ahmad Ziaul Fitrahuddin, Khairurijal,
Pardamean Hasibuan, dan Adis Puji Astuti yang selalu membantu dan
memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
13. Teman-teman Ilmu Politik angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terima kasih atas kebersamaannya semoga persahabatan ini tetap
abadi selamanya.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan membalas kebaikan mereka
yang telah membantu menyusun skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh
dari kata sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khusunya dan para pembaca umunya.
Jakarta, 18 April 2017
Rahmat Hidayatulloh
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8
E. Metode Penelitian ............................................................................ 9
1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 9
2. Ruang Lingkup Wilayah ............................................................. 10
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 11
1. Data Sekunder ............................................................................ 11
2. Data Primer ................................................................................. 12
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 14
1. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 14
2. Teknik Analisis Data .................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 18
x
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Kebiijakan Publik ............................................................................ 18
B. Tahap-Tahap Kebijakan .................................................................. 21
C. Analisis Kebijakan Publik .............................................................. 24
1. Analisis Implementasi .............................................................. 26
2. Analisis Evaluasi ...................................................................... 37
BAB III PROFIL KABUPATEN PURWAKARTA DAN RUMAH TIDAK
LAYAK HUNI
A. Gambaran Umum Kabupaten Purwakarta ...................................... 44
1. Sejarah Kabupaten Purwakarta .................................................. 44
2. Letak Geografis .......................................................................... 45
3. Demografi .................................................................................. 46
4. Visi, Misi dan Prioritas Pembangunan Daerah ........................... 50
B. Perumahan dan Permukiman ............................................................ 53
1. Pengertian Perumahan dan Permukiman .................................... 53
2. Rumah Sehat ............................................................................... 56
3. Rumah Tidak Layak Huni ........................................................... 56
C. Rumah Tidak Layak Huni Kabupaten Purwakarta .......................... 58
1. Sebaran Rumah Tidak Layak Huni ............................................. 58
2. Bentuk Rumah............................................................................. 61
D. Program RUTILAHU ....................................................................... 62
1. Tujuan dan Sasaran ................................................................... 64
2. Panitia Pelaksana Program ........................................................ 64
3. Mekanisme Pelaksanaan Program ............................................. 65
xi
BAB IV EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM RUTILAHU DI
KABUPATEN PURWAKARTA
A. Efektifitas Program .......................................................................... 71
1. Ketepatan Sasaran ....................................................................... 71
2. Pencapaian Tujuan ..................................................................... 74
B. Efisiensi Program .............................................................................. 75
1. Komunikasi ................................................................................ 75
2. Sumber Daya .............................................................................. 76
3. Disposisi ..................................................................................... 78
4. Struktur Birokrasi ....................................................................... 79
C. Reponsivitas Masyarakat ................................................................. 80
1. Kecamatan Pondoksalam ........................................................... 81
2. Kecamatan Darangdan ............................................................... 88
3. Kecamatan Plered ...................................................................... 94
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ...................................................................................... 100
B. Rekomendasi ..................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... xvi
LAMPIRAN ..................................................................................................................xxi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Responden Wawancara ............................................................... 13
Tabel 2.1 Tiga Pendekatan Analisis Kebijakan ........................................... 25
Tabel 2.2 Tiga Pendekatan Evaluasi ............................................................ 40
Tabel 3.1 Statistik Penduduk Kab. Purwakarta............................................. 47
Tabel 3.2 APS Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ........................ 47
Tabel 3.3 Jumlah murid, Guru dan Sekolah di Kabupaten Purwakarta........ 48
Tabel 3.4 Statistik Kesehatan Kabupaten Purwakarta.................................. 49
Tabel 3.5 Rumah Tidak Layak Huni Kab. Purwakarta ................................ 62
Tabel 4.1 Penerima Bantuan Program RUTILAHU Tahun 2014 ................ 72
Tabel 4.2 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Pondoksalam ................ 82
Tabel 4.3 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Pondoksalam ................. 83
Tabel 4.4 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Darangdan .................... 88
Tabel 4.5 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Darangdan ..................... 89
Tabel 4.6 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Plered ........................... 95
Tabel 4.7 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Plered ............................ 95
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 PDRB Kabupaten Purwakarta..................................................... 50
Grafik 4.1 Sumber Daya Pelaksanaan Program RUTILAHU ..................... 79
Grafik 4.2 Disposisi Panitia Pelaksana ........................................................ 80
Grafik 4.3 Keberhasilan Fisik Kecamatan Pondoksalam............................. 85
Grafik 4.4 Kondisi Ekonomi Kecamatan Pondoksalam............................... 86
Grafik 4.5 Kondisi Sosial Kecamatan Pondoksalam.................................... 87
Grafik 4.6 Keberhasilan Fisik Kecamatan Darangdan................................. 91
Grafik 4.7 Kondisi Ekonomi Kecamatan Darangdan................................... 92
Grafik 4.8 Kondisi Sosial Kecamatan Darangdan........................................ 93
Grafik 4.9 Keberhasilan Fisik Kecamatan Plered......................................... 97
Grafik 4.10 Kondisi Ekonomi Kecamatan Plered........................................... 98
Grafik 4.11 Kondisi Sosial Kecamatan Plered................................................ 99
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahapan Kebijakan ...................................................................... 23
Gambar 1.1 Kerangka Analisis ....................................................................... 43
Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kab. Purwakarta ................................... 46
Gambar 4.1 Kegiatan RUTILAHU .................................................................. 79
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hasil Wawancara ............................................................................... xxi
Hasil Penyebaran Kuesioner Persepsi Masyarakat .......................................... xxix
Hasil Penyebaran Kuesioner Persepsi KSM ................................................... xxxix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H UUD 1945, tempat tinggal
merupakan salah satu hak dasar rakyat, oleh karena itu setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan tempat tinggal dan lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia dapat meningkatkan harkat,
martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, pembentukan watak, karakter dan
keperibadian bangsa.1
Selanjutnya ditegaskan dalam UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 40 tentang
Hak Asasi Manusia, bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta
memiliki berkehidupan yang layak. Namun meningkatnya populasi penduduk
di Indonesia tentunya berpengaruh terhadap perumahan dan permukiman.
Maka pengadaan perumahan dan peningkatan kualitas perumahan perlu
dilakukan untuk menangani masalah yang timbul akibat dari ketidak mampuan
masyarakat berpenghasilan rendah.2
Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025,
pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya akan
ditingkatkan, sehingga kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukungnya terpenuhi bagi seluruh masyarakat yang didukung
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 H.
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 40.
2
oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang market friendly,
efisien, dan akuntabel serta terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh (Cities
Without Slum) sesuai dengan Millennium Development Goals (MDGs).3
Rumah tidak layak huni merupakan masalah perumahan dan permukiman
yang harus diatasi oleh Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Purwakarta
untuk memenuhi hak atas perumahan dan permukiman yang sejalan dengan
arah kebijakan dan strategi Kementrian Perumahan Rakyat dalam Rencana
Strategis Pembangunan Perumahan 2010-2014 adalah sebagai berikut:4
1. Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang
kondusif, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat Pusat dan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Perumahan dan Permukiman.
2. Peningkatan pemenuhan kebutuhan Rumah Layak Huni (RLH) yang
didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) serta kepastian
bermukim bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah.
3. Pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman bagi
Masyarakat Berpenghasilan Menengah (MBM).
4. Peningkatan pendayagunaan sumberdaya pembangunan perumahan dan
permukiman serta pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian
dan pengembangan teknologi maupun sumber daya dan kearifan lokal.
3 Peraturan Mentri Perumahan Rakyat Nomor 02/PERMEN/M/2010 Tentang Rencana
Strategis Kementrian Perumahan Rakyat Tahun 2010-2014, 5. 4 Peraturan Mentri Perumahan Rakyat Nomor 02/PERMEN/M/2010 Tentang Rencana
Strategis Kementrian Perumahan Rakyat Tahun 2010-2014, 15.
3
5. Peningkatan sinergi pusat-daerah dan pemberdayaan pemangku
kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
Kebijakan nasional yang tertuang dalam Rencana Strategis Pembangunan
Perumahan 2010-2014 merupakan arah kebijakan Pemerintah Daerah dalam
mengatasi masalahan perumahan dan permukiman. Demi mendukung
kebijakan nasional dalam meningkatkan ketersediaan rumah layak huni
Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah menyelesaikan masalah rumah tidak
layak huni melalui Program Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni
(RUTILAHU) yang direalisasikan pada tahun 2014 sebagai upaya untuk
meningkatkan ketersediaan rumah yang layak bagi masyarakat miskin.
Sesuai dengan janji politik Bupati Kabupaten Purwakarta H. Dedi
Mulyadi, S.H. yang tertuang pada sembilan tangga cinta menuju Purwakarta
Istimewa. Pemerintah Kabupaten Purwakarta menetapkan kebijakan pemberian
bantuan stimulan disalurkan kepada masyarakat miskin untuk dapat memenuhi
kebutuhan rumah dengan standar minimal layak huni dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin.5 Pada tahun 2014 Melalui
anggaran APBD Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah menyalurkan bantuan
kepada 400 penerima bantuan yang tersebar di 67 desa dan 10 Kecamatan.
Bantuan Program RUTILAHU berupa dana sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh
Juta Rupiah) yang dialokasikan ke setiap unitnya, realisasinya bersifat stimulan
5 Bappeda Kabupaten Purwakarta, Pra Musrenbang BKPP Wilayah II Provinsi Jawa Barat, 6-9.
4
dan akan terus dilakukan sampai mencapai target perbaikan sekitar 1150 unit
rumah.6
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Purwakarta beranggapan
bahwa realisasi pembangunan perumahan oleh masyarakat pada umumnya
masih dirasakan belum memenuhi kualitas layak huni, cenderung tidak tertata
dengan baik dan kurang didukung prasarana dan sarana yang memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat, salah satu penyebabnya adalah tingkat
pendidikan, pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih kurang akan
persyaratan teknis atau standar minimal rumah yang sehat dan tata cara
pengadministrasian laporan.7
Agar implementasi Program RUTILAHU dapat berjalan tepat sasaran,
tepat waktu dan tepat penggunaan, maka diadakan penunjang Program
RUTILAHU yang berfungsi sebagai bagian dari implementasi rehabilitasi
rumah tidak layak huni, adapun penunjang Program RUTILAHU yang di
bentuk antaralain adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) selaku panitia
pelaksana program bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni dan Konsultan
Pendamping Masyarakat (KPM) sebagai pendamping masyarakat penerima
bantuan, baik secara teknik, administrasi serta kegiatan fisik rehabilitasi rumah
tidak layak huni oleh panitia pelaksana Program RUTILAHU.8
6 Data Usulan Program RUTILAHU (Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri 2014).
7 Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah tidak layak huni (RUTILAHU)
(Purwakarta: 2014), 5. 8 Laporan Antara Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(RUTILAHU), (Purwakarta: 2014), 5.
5
Kebijakan publik dipandang sebagai suatu pola kegiatan yang beraturan,
evaluasi kebijakan dalam perspektif alur siklus kebijakan publik menempati
posisi terakhir setelah implementasi kebijakan.9 Maka dengan
diimplementasikannya Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta, sudah
sewajarnya jika kebijakan yang telah dilaksanakan kemudian dievaluasi untuk
mengetahui keberhasilan program dan memberikan rekomendasi. Secara
spesifik Dunn menegaskan bahwa evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat yangdihasilkan oleh suatu
kebijakan.10
Dilihat dari latar belakang yang ada maka dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya populasi penduduk berpengaruh terhadap ketersediaan
perumahan dan permukiman yang layak huni, masalah tersebut timbul akibat
ketidak mampuan masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah Daerah
Kabupaten Purwakarta menetapkan kebijakan dalam bentuk Program
RUTILAHU sebagai produk kebijakan publik untuk menjawab masalah dari
ketersediaan rumah yang layak huni dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat berpenghasilan rendah.
Program kebijakan ini merupakan keputusan politis dan telah di
implementasikan pada tahun 2014 dan untuk mengetahui keberhasilan program
kebijakan yang telah diimplementasikan maka evaluasi kebijakan perlu
dilakukan agar dapat memberikan informasi dan rekomendasi pengembangan
9 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 271.
10William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 608.
6
program ini. Berdasarkan pernyataan masalah tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan evaluasi terhadap implementasi “Kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Purwakarta Dalam Mengatasi Masalah Perumahan dan
Permukiman, Studi Tentang: Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak
Huni”.
B. Rumusan Masalah
Implementasi Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta harus
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dapat mencapai tujuan dari
program tersebut. Penelitian ini akan meneliti implemensai Program
RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2014, melalui indikator
berdasarkan kriteria efektivitas (Effectiveness), efisiensi (Effciency), dan
responsivitas (Responsiveness). Maka rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah program kebijakan yang diiplementasikan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Purwakarta sudah mencapai tujuan?
2. Apa usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan program kebijakan
sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pencapaian program kebijakan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7
Tujuan evaluasi lebih pada pengukuran dampak sebuah program terhadap
masyarakat, pengukuran menekankan pada penggunaan kriteria untuk menilai
seberapa baik program tersebut dilakukan, kemudian evaluasi memeberikan
rekomendasi untuk pengembangan program tersebut.11
Adapun tujuan yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan sejauh mana program kebijakan yang diiplementasikan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta sudah mencapai tujuan.
2. Mendeskripsikan apa usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan
program kebijakan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pencapaian
program kebijakan.
2. Manfaat Penelitian
2.1 Manfaat Akademis
a. Mengembangkan ilmu politik khususnya dibidang kebijakan publik.
b. Dapat memperkaya konsep atau teori evaluasi kebijakan, khususnya
yang terkait dengan masalah perumahan dan permukiman.
2.2 Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi penulis skripsi serupa di waktu yang akan
datang.
11
Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 275.
8
b. Hasil penelitian ini secara diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah.
D. Tinjauan Pustaka
Adapun tinjauan pustaka yang berkaitan dengan masalah perumahan dan
permukiman dalam penelitian ini adalah:
Pertama, skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Surakarta” ditulis oleh Ruli
Khusnu Rizka dari program studi perencanaan wilayah dan kota jurusan
arsitektur fakultas teknik universitas sebelas maret surakarta pada tahun 2010.
Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dan statistik deskriptif
untuk mengetahui keberhasilan program perbaikan rumah tidak layak huni
melalui indikator dan tolak ukur berdasarkan kriteria efektivitas, efisiensi,
kecukupan, responsivitas, Sedangkan yang membedakan selain wilayahnya,
penelitian ini hanya menggunakan tiga kriteria yaitu efektivitas, efisiensi, dan
responsivitas.
Kedua, skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program
Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)”, ditulis oleh Jhon
Sumiharjo Hutabarat dari jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Pada Tahun 2008. Metode
yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif
9
untuk mengkaji program kebijakan yang ditetapkan dalam menjawab masalah
keterbatasan perumahan bagi masyarakat khususnya PNS agar dapat memiliki
rumah tinggal sendiri. Sedangkan yang membedakan dengan penelitian ini
adalah Program RUTILAHU di Kabupaten purwakarta fokus terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk meninjau Program
RUTILAHU yang dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta. Dalam
menghasilkan informasi mengenai program yang telah diimplementasikan
dapat dilakukan menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan
informasi yang valid tentang hasil yang telah dicapai oleh program tersebut.12
Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi semu (Pseudo
Evaluation). Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang
manfaat atau nilai merupakan suatu yang dapat terbukti sendiri (Self evident)
atau tidak kontroversial.13
Penggunaan metode ini didasari pada pertimbangan
bahwa di Kabupaten Purwakarta dan Indonesia saat ini belum memiliki acuan
formal terkait indikator keberhasilan Program RUTILAHU.
12
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,(Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 612. 13
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 613.
10
Proses diawali dengan mengidentifikasi indikator berdasarkan kriteria
yang akan dievaluasi. Identifikasi indikator dilakukan dengan menggunakan
metode studi literatur, yang meliputi teori-teori dan dokumen-dokumen terkait
Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya, dengan
menggunakan indikator setiap kriteria dapat menghasilkan informasi yang
valid. Berdasarkan hasil tersebut, akan didapat hasil evaluasi pelaksanaan
Program RUTILAHU yang dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta, sehingga
dapat memberikan informasi serta rekomendasi bagi pengembangan program
ini.
2. Ruang Lingkup Wilayah
Pada tahun 2014 Program RUTILAHU yang telah terimplementasi di
Kabupaten Purwakarta meliputi 10 Kecamatan dan 67 Desa, maka ruang
lingkup penelitian evaluasi ini adalah Kabupaten Purwakarta. Karena
keterbatasan waktu, dana dan tenaga untuk melakukan penelitian secara
mendalam maka sampel ditentukan menggunakan teknik Purposive
Sampling.14
Menggunakan teknik Purposive Sampling maka ditetapkan tiga
Kecamatan yang melaksanakan Program RUTILAHU, yaitu Kecamatan
Plered, Kecamatan Darangdan, dan Kecamatan Pondoksalam. Sesuai dengan
namanya maka sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu. Kecamatan
14
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D (Bandung: Alfabeta Cet. 16 Februari 2013), 300.
11
Plered memiliki penerima bantuan yang sedikit namun merata disetiap
Desanya yaitu 4 unit rumah, Kecamatan Darangdan merupakan Kecamatan
percontohan yang progres pembangunannya diperhatikan sebagai contoh oleh
Kecamatan lain, dan Kecamatan Pondoksalam merupakan base camp dari
KPM selaku tim pendamping pelaksanaan Program RUTILAHU. Tiga
Kecamatan ini diharapkan dapat mewakili seluruh Program RUTILAHU yang
dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data secara umum terbagi dua yaitu pengumpulan
data sekunder dan data primer. Teknik Pengumpulan data sekunder merupakan
teknik mengumpulkan data dari dokumen-dokumen terkait dengan Program
RUTILAHU, yang meliputi:
a. Laporan Pendahuluan, Antara dan Akhir PT. Citra Cipta Mandiri selaku
Penunjang Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta pada Tahun
2014.
b. Proposal Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2014
c. Informasi terkait pelaksanaan Program RUTILAHU (Data Usulan, Foto,
Denah Lokasi, Berita Acara, Surat Edaran, SP2D, Surat Pernyataan
Pertanggungjawaban dan sebagainya).
12
2. Data Primer
Teknik Pengumpulan Data Primer, dilakukan dengan teknik wawancara,
dan penyebaran kuesioner yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara
Pengumpulan data primer dengan wawancara dilakukan untuk mendapat
informasi yang terkait dengan Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta.
Penentuan responden wawancara dilakukan dengan teknik Purposive
Sampling. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya.15
Responden dipilih berdasarkan hasil analisis isi Pedoman Pelaksanaan
Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Purwakarta
Tahun 2014. Instansi dan kelompok yang terkait dengan Program RUTILAHU
di Kabupaten Purwakarta dijadikan sebagai responden. Dalam hal ini
responden disajikan dalam Tabel 1.1 Responden Wawancara.
15
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D (Bandung: Alfabeta Cet. 16 Februari 2013), 124.
13
Tabel 1.1 Responden Wawancara
Nara Sumber Personil Jumlah Keterangan
DPRD Ucok Ujang Wardi 1 Orang Ketua DPRD.
DCKTR
Entis Sutisna, BE
Agung Wahyudin, ST
2 Orang
Kepala Dinas.
Kabid Perumahan dan
Permukiman, PPK.
TPM Faisal Qamra 1 Orang Kuasa Direksi PT.
Citra Cipta Mandiri.
Jumlah 4 Orang
Sumber: Hasil Analisis Proposal Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Purwakarta 2014).
b. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengumpulkan data dari
penerima bantuan Program RUTILAHU. Untuk mempermudah melakukan
pengukuran maka format kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup yang
kemudian menghasilkan model jawaban rangking dengan tipe data ordinal.16
Teknik pengambilan sempel untuk penyebaran kuesioner menggunakan
sampling jenuh atau dengan istilah lain dikenal sebagai sensus, teknik sampling
jenuh menggunakan seluruh populasi sebagai sampel untuk menghilangkan
kesalahan dalam penentuan sampel. Keuntungan dari teknik ini peneliti dapat
memperoleh tingkat ketepatan yang tinggi.17
Jumlah sampel adalah penerima bantuan program rehabilitasi rumah
tidak layak huni yang tersebar di 3 Kecamatan. Kecamatan Plered meliputi 8
16
Jonathan Sarwono, Strategi Melakukan Riset Kualitatif, Kuantitatif dan Gabungan
(Yogyakarta: Andi Offset 2013), 127. 17
Jonathan Sarwono, Strategi Melakukan Riset Kualitatif, Kuantitatif dan Gabungan
(Yogyakarta: Andi Offset 2013) hal. 105.
14
Desa dengan jumlah responden sebanyak 32 KK, Kecamatan Darangdan
meliputi 7 Desa dengan jumlah responden sebanyak 49 KK, dan Kecamatan
Pondoksalam meliputi 6 desa dengan jumlah responden sebanyak 40 KK.
Sehingga jumlah sampel yang diambil berjumlah 121 sampel.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut E.S Quade beberapa analisis kebijakan bersifat informal
meliputi tidak lebih dari proses berfikir yang keras dan cermat, sementara
memerlukan pengumpulan data dan perhitungan yang teliti dengan
menggunakan proses matematis yang canggih.18
Pengolahan data dalam
penelian ini dilakukan secara manual untuk menganalisis data berupa hasil
wawancara dan data hasil observasi lapangan. Sementara hasil data kuesioner
dalam penelitian ini akan bersifat normatif maka pengolahan data dilakukan
menggunakan komputer untuk menghasilkan penilaian persentase.
2. Teknik Analisis Data
Analisis kebijakan publik bersifat deskriptif, diambil dari disiplin-
disiplin tradisional yang mengamati tentang sebab dan akibat dari kebijakan
publik. Namun analisis kebijakan publik juga bersifat normatif, tujuannya
adalah menciptakan dan melakukan kritik terhadap klaim pengetahuan tentang
18
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,(Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 96.
15
penilaian kebijakan publik.19
Terdapat dua teknik yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini yaitu Deskriptif Kualitatif dan Statistik
Deskriptif. Kedua teknik analisis tersebut digunakan pada data yang berbeda
yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Bogdan dan Biklen karakteristik penelitian kualitatif bersifat
deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada rangka.20
Analisis data kualitatif adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan Sintesa, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.21
Teknik analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis data berupa hasil wawancara.
b. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan informasi mengenai
data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Statistik
19
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,(Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 3. 20
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D (Bandung: Alfabeta Cet. 16 Februari 2013), 22. 21
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D (Bandung: Alfabeta Cet. 16 Februari 2013), 335.
16
deskriptif hanya dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar
lebih bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan-perhitungan
sederhana yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan karakteristik data.22
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya. Dalam statistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan
persentase.23
Teknik deskriptif statistik digunakan untuk menganalisis
kuesioner. Melalui kuesioner tersebut akan diketahui keberhasilan program
dengan melihat bagaimana respon masyarakat akan program tersebut.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
22
Burhan Nurdiantoro, Statistik Terapan untuk Penelitian Sosial Teori dan Praktik dengan
IBM SPSS statistik21(Yogyakarta: Gajah Mada University Press Cet. 6 2015 ), 7. 23
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D (Bandung: Alfabeta Cet. 16 Februari 2013), 207-208.
17
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
Berisi teori-teori tentang kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.
BAB III KABUPATEN PURWAKARTA DAN PROGRAM RUTILAHU
Berisi gambaran umum Kabupaten Purwakarta, pengertian perumahan dan
permukuman, rumah tidak layak huni Kabupaten Purwakarta dan Program
RUTILAHU.
BAB IV EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM RUTILAHU DI
KABUPATEN PURWAKARTA
Berisi penjelasan tentang efektivitas Program RUTILAHU, efisiensi
Program RUTILAHU, dan responsivitas Program RUTILAHU.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian serta rekomendasi.
18
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
Kerangka teoritis merupakan penjelasan mendalam mengenai teori-teori
dan konsep yang akan digunakan dalam penelitian sebagai kerangka orientasi
dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data. Dalam penelitian ini
akan menggunakan teori dan konsep mengenai kebijakan publik untuk
memperoleh informasi dalam mengevaluasi implementasi Program
RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta.
A. Kebijakan Publik
Studi ini mendeskripsikan isi kebijakan publik terkait penilaian
mengenai dampak lingkungan terhadap isi kebijakan publik, analisis mengenai
akibat pengaturan kelembagaan dan proses-proses politik terhadap kebijakan
publik, penelitian mengenai dampak kebijakan publik terhadap sistem politik,
dan evaluasi dampak kebijakan publik pada masyarakat, baik berupa dampak
yang diharapkan maupun dampak yang tidak diharapkan.1
Kebijakan publik memiliki banyak definisi dalam literatur-literatur ilmu
politik. Masing masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-
beda. Perbedaan ini timbul karena para ahli mempunyai latar belakang yang
1 Prof. Dr. H. Solichin Abdul Wahab, M.A. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan
Model-Model Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 35.
19
berbeda-beda. Adapun beberapa definisi menurut para ahli adalah sebagai
berikut:2
1. Charles O. Jones: Istilah Kebijakan (policy term) digunakan sehari-hari
untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda.
2. Robert Eyestone: Kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan
suatu unit Pemerintah dengan lingkungannya.
3. Thomas R. Dye: Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh
Pemerintah untuk melakukan dan tidak melakukan.
4. Richard Rose: Kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang sedikit
banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka
yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.
5. Carl Friedrich: Kebijakan publik merupakan suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau Pemerintah dalam suatu
lingkungan yang memberikan dampak berupa hambatan ataupun peluang
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk digunakan dan mengatasi dalam
rangka mencapai tujuan dan merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu.
6. James Anderson: Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai
maksud yang ditetapkan oleh aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi
suatu masalah atau suatu persoalan.
2 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus
(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 19-21.
20
Amir Santoso mengomparasikan berbagai definisi yang diungkapkan
oleh para ahli dan menyimpulkan bahwa pandangan mengenai kebijakan
publik dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu:3
1. Pendapat para ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-
tindakan Pemerintah. Para ahli dalam kategori ini cenderung menganggap
bahwa semua tindakan Pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik.
2. Pendapat para ahli yang memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaan
kebijakan. Para ahli dalam kategori ini terbagi kembali kedalam dua kubu
yaitu:
a. Para ahli yang beranggapan bahwa keputusan-keputusan Pemerintah
memiliki tujuan tertentu. Melihat kebijakan publik dalam tiga tahap
yakni proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan.
b. Para ahli yang beranggapan bahwa kebijakan publik memiliki akibat
yang bisa diramalkan. Diwakili oleh Presman dan Wildavsky yang
mendevinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang
mengandung kondisi awal dan akibat yang dapat diramalkan.
Teori dan proses kebijakan publik memiliki definisi yang tidak hanya
menekankan pada hal-hal yang diusulkan Pemerintah tetapi juga mencakup
arah kebijakan Pemerintah. Menurut James Anderson adalah sah bagi seorang
ilmuwan politik memberikan saran-saran kepada Pemerintah ataupun
3 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus
(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 22.
21
pemegang otoritas pembuat kebijakan agar kebijakan yang dihasilkan mampu
memecahkan persoalan dengan baik.4
B. Tahap-Tahap Kebijakan
Proses dalam analisis kebijakan merupakan serangkaian aktivitas
intelektual dan pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut
dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai
serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu.
Adapun tahap-tahap kebijakan yaitu penyusunan agenda kebijakan, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.5
1. Penyusunan Agenda Kebijakan
Penyusunan agenda kebijakan adalah tahap awal pembentukan kebijakan.
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah-masalah publik
sebagai agenda kebijakan dan ditetapkan sebagai fokus pembahasan.6
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Setiap masalah akan diindentifikasi untuk kemudian dicari
4 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 24.
5 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 22. 6 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 36.
22
pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan.7
3. Adopsi Kebijakan
Adopsi kebijakan adalah persetujuan salah satu alternatif kebijakan yang
telah ditetapkan melalui dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus di antara
direktur lembaga atau keputusan peradilan.8
4. Implementasi Kebijakan
Menurut Pressman dan Wildavsky Implementasi merukan proses
interaksi antara penentuan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan.
Implementasi dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan yang
telah dipilih berdasarkan tindakan-tindakan rasional untuk mencapai tujuan.9
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi agenda jika tidak
diimplementasikan. Pada tahap ini program kebijakan yang diambil sebagai
alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen Pemerintah.10
7 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 36. 8 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 37. 9 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 237.
10 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 37.
23
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan menempati posisi terakhir dalam siklus kebijakan
publik maka sudah sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan
diimplementasikan lalu dievalasi. Pada tahap ini kebijakan yang telah
diimplementasikan akan dinilai atau dievaluasi, untuk mengetahui sejauh mana
kebejikan mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya
dibuat untuk menghasilkan dampak yang dininginkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran
atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apak kebijakan publik
telah menghasilkan dampak yang diinginkan.11
Gambar 2.1 Tahapan Kebijakan
Sumber: William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press Cet. 5 2003), 25.
11 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 37.
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Perumusan Masalah
Penilaian
Pemantauan
Rekomendasi
Peramalan
24
C. Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan publik adalah kajian multi disiplin terhadap kebijakan
publik yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengontekstualisasikan
model dan riset dari disiplin tersebut yang mengandung orientasi problem dan
kebijakan. Menurut Wildavsky analisis kebijakan publik adalah subbidang
terapan yang isinya tidak dapat ditentukan berdasarkan disiplin yang terbatas,
tetapi dengan segala sesuatu yang sesuai dengan situasi dari masa dan hakikat
persoalan. Parsons menyatakan ada dua kategori analisis dalam studi kebijakan
publik, yaitu sebagai berikut: 12
a. Analisis proses kebijakan, adalah analisis untuk mendefinisikan proses
kebijakan, dimulai dari mendefinisikan masalah sampai pada implementasi
dan mengevaluasinya.
b. Analisis dalam dan untuk proses kebijakan, yakni kajian menggunakan
teknik analisis, riset, dan Advokasi dalam mendefinisikan masalah sampai
mengimplementasikannya.
Kategori pertama menganalisis untuk tujuan deskripsi dan eksplanasi
yang berfokus pada proses kebijakan, sedangkan pada kategori kedua analisis
dilakukan untuk tujuan penilaian secara analitis terhadap proses kebijakan.
Selain itu, pendekatan empiris, valuatif, dan normatif ditekankan untuk
12 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 272.
25
menjelaskan berbagai macam informasi mengenai sebab dan akibat yang
dihasilkan oleh suatu kebijakan memalui pertanyaan utama.
Tabel 2.1 Tiga Pendekatan Analisis Kebijakan
PENDEKATAN PERTANYAAN UTAMA TIPE INFORMASI
Empiris Adakah dan akankah ada?
(fakta)
Deskriptif dan
prediktif
Valuatif Apa manfaatnya? (nilai) Valautif
Normatif Apakah yang harus diperbuat?
(aksi) Preskiptif
Sumber: William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press Cet. 5 2003), 98.
Analisis kebijakan merupakan aktivitas intelektual yang bertujuan untuk
secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang proses
kebijakan. Proses analisis kebijakan mempunyai lima tahapan prosedur.
Prosedur tersebut meliputi aktivitas pembuatan kebijakan yaitu penyususnan
agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Aktivitas-aktivitas tersebut berjalan
berurutan sesuai prosedur dan bersifat kompleks, tidak linear, dan pada
dasarnya bersifat politis.13
Pembuatan kebijakan pada umumnya adalah fokus dari analisis
kebijakan, namun berdasarkan rumusan yang ditawarkan Parsons analisis
13 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 44.
26
implementasi dan analisis evaluasi merupakan bagian dari analisis kebijakan
publik dengan proses dan kedalaman analisisnya yang berbeda.14
1. Analisis Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Implementasi dipandang sebagai pelaksanaan undang-
undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja
bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dan berupaya meraih tujuan-
tujuan program kebijakan, maka program kebijakan harus diimplementasikan
agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.15
Menurut Van Meter
dan Van Horn implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu, pejabat, kelompok, Pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan.16
Menurut Ripley dan Franklin implementasi adalah sesuatu yang terjadi
setelah undang-undang ditetapkan dan memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Istilah
implementasi merupakan suatu kegiatan yang mengikuti pernyataan dan
maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil hasil yang diinginkan oleh
14 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 273.
15 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus
(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 147. 16
Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 232.
27
para pejabat Pemerintah. Impelemntasi kebijakan mencakup berbagai macam
kegiatan, antaralain yaitu:17
1) Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang yang
bertanggung jawab untuk menjalankan program harus mendapatkan
sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.
Adapun sumber-sumber tersebut meliputi personel, peralatan, lahan
tanah, bahan-bahan mentah, dan di atas semuanya adalah uang.
2) Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi
arahan-arahan konkret, regulasi, serta rencana-rencana dan desain
program.
3) Badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk
mengatasi beban kerja.
4) Badan-badan pelaksana memberikan keuntungan atau pembatasan
kepada para pelanggan atau kelompok-kelompok target. Mereka juga
memberikan pelayanan, pembayaran, batasan-batasan tentang kegiatan,
atau apapun lainnya yang dapat dipandang sebagai wujud dari keluaran
yang nyata pada suatu program.
Menurut Grindle secara umum tugas implementasi adalah membentuk
suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan dapat direalisasikan sebagai
17 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus
(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 148.
28
dampak dari suatu kegiatan Pemerintah. Sarana-sarana tertentu dirancang dan
dijalankan dengan harapan dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Dengan demikian tujuan, sasaran, dan sarana harus diterjemahkan ke dalam
program-program tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang dinyatakan dalam kebijakan. Dengan demikian, berbagai program bisa
dikembangkan untuk merespon tujuan-tujuan kebijakan yang sama. Program-
program tindakan itu dapat dipilah ke dalam proyek-proyek yang spesifik
untuk dikelola dan mendatangkan suatu perubahan dalam lingkungan kebijakan
yang dapat diartikan sebagai dampak dari satu program.18
Implementasi kebijakan tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang
direncanakan maka beberapa pendekatan implementasi ditetapkan oleh para
ahli untuk mengasumsikan setiap kegagalan kebijakan dalam mencapai
dampak yang diinginkan, harus dicari faktor-faktor dari kegagalan proses
implementasi untuk membangun mata rantai hubungan sebab akibat agar
kebijakan dapat berdampak sesuai dengan yang diharapkan. Para ahli membagi
tujuh pendekatan terhadap implementasi kebijakan adalah sebagai berikut:19
1) Pendakatan Pressman dan Wildavsky
Implementasi dapat berhasil bergantung pada keterkaitan antara
organisasi dan departemen pada tingkat lokal yang terlibat dalam
implementasi. Oleh karena itu, kerjasama, koordinasi, dan kontrol
18 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus
(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 149. 19
Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 238-257.
29
pemegang peranan sangat penting. Jika tindakan bergantung pada kaitan
dari mata rantai implementasi, tingkat kerjasama antar departemen yang
dibutuhkan dalam mata rantai tersebut harus mendekati 100%. Apabila ada
hubungan kerja sama dalam rangkaian mata rantai tersebut yang defisit,
akan menyebabkan kegagalan implementasi. Pendakatan ini melihat
bahwa persoalan implementasi dan tingkat keberhasilannya bisa dianalisis
secara matematis.
2) Pendekatan Van Meterdan Van Horn
Efektivitas implementasi akan sangat bervariasi tergantung pada tipe
dan isu kebijakan, maka sangatlah penting untuk membedakan tipe
kebijakan. Tipe kebijakan akan memerlukan karakteristik proses, struktur,
dan hubungan antar faktor yang berbeda pula dalam implementasinya.
Tipe kebijakan diklasifikasikan berdasarkan dua karakteristik pokok, yaitu:
a) Besarnya perubahan yang dituju oleh kebijakan tersebut karena
semakin besar perubahan yang diharapkan akan berdampak pula pada
perubahan organisasional pelaksananya.
b) Besarnya penerimaan atas tujuan kebijakan dari para terimplementasi.
Berdasarkan karakteristik tersebut, kemudian kebijakan dikategorikan
ke dalam empat tipe yang masing masing dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan implementasi, yaitu:
30
a) Isi kebijakan dengan tujuan perubahan kecil dengan konsensus kecil
diantara para pelaksananya.
b) Isi kebijakan dengan tujuan perubahan besar dengan konsensus besar
di antara para pelaksananya.
c) Isi kebijakan dengan tujuan perubahan besar dengan konsensus kecil.
d) Isi kebijakan dengan tujuan perubahan besar dengan konsensus besar.
Penerimaan atau konsensus atas tujuan kebijakan dianggap penting
karena para pelaksana implementasi yang akan menentukan keberhasilan
kebijakan mencapai tujuannya. Oleh karena itu, penekanan akan
pentingnya partisipasi pelaksana implementasi dalam proses pembuatan
kebijakan. Adapun manfaat partipasi dalam proses pembuatan kebijakan,
yaitu:
a) Partisipasi akan mengangkat semangat para staf pelaksana
implementasi yang sangat dibutuhkan dalam proses implementasi.
b) Partisipasi akan meningkatkan komitmen yang dibutuhkan untuk
menghasilkan perubahan.
c) Partisipasi akan memperjelas inti dari tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai oleh para pelaksana implementasi.
d) Partisipasi akan mengurangi resistensi para pelaksana implementasi.
Pendekatan yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn
menekankan pentingnya partisipasi pelaksana implementasi dalam
penyusunan tujuan kebijakan, agar para pelaksana implementasi
31
memahami serta menyetujui tujuan dan standar yang telah ditetapkan,
bukan turut menentukan tujuan dan standar tersebut. Selanjutnya, Van
Meter dan Van Horn menyatakan bahwa ada enam variabel yang harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi,
yaitu:
a) Tujuan kebijakan dan standar yang jelas.
b) Sumber daya.
c) Kualitas hubungan interorganisasional.
d) Karakteristik lembaga dan organisasi pelaksana.
e) Lingkungan politik, sosial, dan ekonomi.
f) Disposisi dan tanggapan atau sikap para pelaksana.
3) Pendekatan Eguene Bardach
Menurut Eguene Bardach implementasi adalah suatu permainan tawar-
menawar, persuasi, dan manuver dalam kondisi ketidakpastian yang
dilakukan oleh orang dan kelompok hanya untuk memaksimalkan
kekuasaan dan pengaruh mereka. Proses implementasi berpotensi
memunculkan konflik kepentingan dan kekuasaan di antara para aktor
pelaksanannya.
Permainan dan konflik yang demikian tentu bisa berakibat tidak sehat
bagi implementasi sebuah kebijakan karena dapat mengakibatkan
terpecahnya sumberdaya, kaburnya tujuan, kesulitan administrasi, dan
32
terkurasnya energi. Untuk meminimalisasi dampak buruk permainan dan
konflik yang pada akhirnya merugikan kepentingan masyarakat yang
seharusnya menjadi tujuan utama dari sebuah kebijakan, pembuat
kebijakan harus memberikan perhatian ekstra pada dua hal, yaitu:
a) Penulisan skenario implementasi meliputi tujuan dan sasaran yang
jelas, komunikasi, pelaksanaannya, koordinasi antar pelaksana, dan
sumber daya yang cukup. Dengan penulisan skenario implementasi,
kesulitan yang muncul dalam proses implementasi akan lebih mudah
diantisipasi.
b) Fixing the game. Artinya, politisi yang memiliki kepentingan dengan
tercapainya tujuan sebagaimana tertuang dalam kebijakan harus
mengikuti keseluruhan jalannya implementasi dan segera
memperbaiki penyimpangan yang terjadi di antara para pelaksana
implementasi jika perlu dengan tawar menawar, persuasi, dan
manuver.
4) Pendekatan Cristopher Hood
Hood menyarankan lima syarat agar implementasi bisa berlangsung
sempurna, yaitu:
a) Implementasi yang ideal adalah produk dari organisasi yang padu
dengan garis komando yang jelas.
b) Norma-norma ditegakkan dan tujuan ditentukan dengan jelas.
33
c) Orang-orangnya dapat dipastikan akan melaksanakan hal-hal yang
diminta.
d) Harus ada komunikasi yang sempurna dari dalam dan antar organisasi.
e) Tidak ada tekanan waktu.
5) Pendekatan Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
Hogwood dan Gunn menyarankan proposisi untuk mencapai
implementasi yang sempurna bagi para pembuat kebijakan, yaitu:
a) Situasi di luar badan organisasi pelaksana tidak menimbulkan
kendala-kendala besar bagi proses implementasi.
b) Tersedia cukup waktu dan sumber daya untuk melaksanakan program.
c) Tidak ada kendala dalam penyediaan keseluruhan sumber daya yang
dibutuhkan dalam setiap tahapan implementasi.
d) Kebijakan yang akan diimplementasikan berdasarkan pada teori sebab
akibat yang valid.
e) Hubungan sebab akibat tersebut hendaknya bersifat langsung dan
sesedikit mungkin ada hubungan antara atau intervening variable.
f) Diimplementasikan oleh lembaga tunggal yang tidak tergantung pada
lembaga-lembaga lainnya, namun jika melibatkan lembaga lain
hendaknya hubungan ketergantungan antarlembaga sangat minim.
g) Adanya Pemahaman yang menyeluruh dan kesepakatan atas tujuan
yang hendak dicapai dan kondisi ini harus ada dalam seluruh proses
implementasi.
34
h) Dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati, mungkin untuk
menspesifikasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh tiap-tiap
pihak yang terlibat, dalam urutan langkah-langkah pelaksanaan secara
lengkap, detail, dan sempurna.
i) Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna antara berbagai
elemen yang terlibat dalam program.
j) Bahwa yang berwenang dapat menuntut dan menerima kepatuhan
yang sempurna.
6) Pendekatan George Charles Edwards III
Menurut Edwards implementasi adalah tahapan dalam proses
kebijakan, yang berada diantara tahapan penyusunan kebijaksanaan dan
hasil atau konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan (output,
outcome). Aktivitas implementasi terdiri dari perencanaan, pendanaan,
pengorganisasian, pengangkatan dan pemecatan karyawan, negoisasi, dan
lain-lain. Edwards mengemukakan empat faktor kritis yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi, yaitu:
a) Komunikasi memiliki peran dan fungsi yang cukup penting untuk
menentukan keberhasilan kebijakan publik dalam implementasinya.
b) Sumber daya yang diperlukan dalam implementasi kebijakan meliputi
staf, informasi, kewenangan, dan fasilitas.
c) Disposisi sebagai sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap
kebijakan atau program yang harus dilaksanakan karena setiap
35
kebijakan membutuhkan pelaksana yang memiliki hasrat kuat dan
komitmen yang tinggi agar mampu mencapai tujuan kebijakan yang
diharapkan.
d) Struktur Birokrasi merupakan mekanisme kerja yang dibentuk untuk
mengelola implementasi kebijakan dan perlu adanya Standart
Operating Procedure (SOP) yang mengatur alur pekerjaan diantara
para pelaksana, terlebih jika pelaksanaan program melibatkan lebih
dari satu institusi.
7) Pendekatan Marilee S. Grindle
Menurut grendel tingkat keberhasilan implementasi kebijakan
bergantung pada dua komponen, yaitu:
a) Isi Kebijakan
Isi kebijakan atau program akan berpengaruh pada tingkat
keberhasilan implementasi. Kebijakan kontroversial, kebijakan yang
dipandang tidak populis, dan kebijakan menghendaki perubahan
besar, akan mendapatkan perlawanan baik dari kelompok sasaran
maupun dari pelaksana implementasinya yang merasa sulit
melaksanakan kebijakan tersebut. Isi kebijakan yang dapat
mempengaruhi implementasi, yaitu:
i. Kepentingan yang dipengaruhi oleh adanya program.
ii. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.
36
iii. Jangkauan perubahan yang diinginkan.
iv. Kedudukan pengambil keputusan.
v. Pelaksanaan program.
vi. Sumber daya yang disediakan.
b) Konteks Implementasi
Konteks implementasi akan berpengaruh pada tingkat
keberhasilannya dan hasil implementasi tetap bergantung pada
peleksana implementasinya. Karakter dari pelaksana akan
mempengaruhi tindakan pelaksana dalam mengimplementasikan
kebijakan karena pelaksanaan adalah individu yang dapat mungkin
bebas dari kepercayaan, aspirasi, dan kepentingan pribadi yang ingin
dicapai. Namun terdapat suatu kemungkinan dari pelaksana untuk
membelokkan suatu yang sudah ditentukan demi kepentingan
pribadinya sehingga dapat menjauhkan tujuan dari kebijakan
sebelumnya. Adapun konteks yang berpengaruh pada keberhasilan
implementasi, yaitu:
i. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat.
ii. Karakteristik lembaga dan penguasa.
Pendekatan-pendekatan yang ditawarkan oleh para ahli menjelaskan
pentingnya komunikasi dalam sebuah implementasi. Dimana komunikasi yang
baik akan membantu implementasi memberikan dampak yang sesuai dengan
37
harapan yang diinginkan. Dalam penelitian ini pendekatan yang ditawarkan
oleh George Charles Edwards III menjadi pilihan untuk memperoleh informasi
terkait usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
pelaksanaan Program RUTILAHU di Kabupaten Purwakarta.
2. Analisis Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang relevan
tentang ketidaksesuaian antara kinerja-kinerja kebijakan yang diharapkan
dengan yang benar-benar dihasilkan. Jadi ini membantu pengambilan
kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan
kebijakan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa
jauh masalah telah terselesaikan, tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan
kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan.20
Evaluasi dilaksanakakan sebagai upaya mewujudkan postur organisasi
pemerintah yang tepat ukuran dan tepat fungsi. Selanjutnya, diharapkan
organisasi yang disusun sebagai hasil dari feedback dilaksanakannya evaluasi
dapat mendorong terwujudnya kinerja organisasi pemerintah yang lebih
optimal sesuai kondisi dan karakteristik masing-masing.21
20 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 29. 21
Drs. Ismadi Ananda, M.si. Pokok-Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan (Tangerang: PT.
Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013), 45.
38
Evaluasi berfungsi untuk memenuhi akuntabilitas publik karena sebuah
kebijakan evaluasi harus mampu menghasilkan esensi akuntabilitas tersebut,
antara lain sebagai berikut:22
1) Memberikan eksplanasi yang logis atas realitas pelaksanaan sebuah program
kebijakan.
2) Mengukur kepatuhan artinya mampu melihat kesesuaian antara pelaksanaan
dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
3) Melakukan auditing untuk menganilisis proses output kebijakan sampai
pada pencapain sasaran.
4) Akunting untuk melihat dan mengukur dampak sosial ekonomi dari
kebijakan.
Evaluasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai dampak yang
dihasilkan oleh sebuah kebijakan atau program yang telah detetapkan. Dari
evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan sehingga
secara normatif akan diperoleh rekomendasi bahwa kebijakan dapat
dilanjutkan, perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau harus dihentikan.23
Evaluasi dalam analisi kebijakan publik memiliki tiga pendekatan yaitu:24
1) Evaluasi Semu
22 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 276.
23 Dr. Sahya Anggara, M.Si. Kebijakan Publik, (Bandung: CV. Pustaka Setia 2014), 271.
24 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 613-619.
39
Evaluasi semu adalah pendekatan menggunakan metode deskriptif untuk
mrnghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil
kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari
hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara
keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semua adalah bahwa ukuran tentang
manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri atau tidak
kontroversial.
2) Evaluasi Formal
Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid, cepat dan dapat dipercaya
mengenai hasil-hasil kebijakan, tetapi evaluasi dilakukan atas dasar tujuan
program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat
kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal
adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal adalah merupakan
ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.
3) Evaluasi Keputusan Teoritis
Evaluasi keputusan teoretis adalah pendekatan yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam pelaku kebijakan. evaluasi keputusan teoretis berusaha untuk
memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan
40
baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Tujuan dan target dari para pembuat
kebijakan dan merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang
mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan
dilibatkan untuk merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan
diukur.
Tabel 2.2 Tiga Pendekatan Evaluasi
PENDEKATAN TUJUAN ASUMSI BENTUK UTAMA
Evaluasi semu
Menggunakan metode
deskriptif untuk
menghasilkan
informasi yang valid
tentang hasil
kebijakan.
Ukuran manfaat
atau nilai terbukti
dengan sendirinya
atau tidak
kontroversial.
1. Eksperimen sosial.
2. Akutansi sistem
sosial.
3. Pemeriksaan social.
4. Sintesis riset dan
praktik.
Evaluasi formal
Menggunakan metode
deskriptif untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan valid
mengenai hasil
kebijakan secara
formal diumumkan
sebagai tujuan
program kebijakan.
Tujuan dan sasaran
dari pengambil
kebijakan dan
administrator yang
secara resmi
diumumkan
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau nilai.
1. Evaluasi
perkembangan.
2. Evaluasi
eksperimental.
3. Evaluasi
retrospektif.
4. Evaluasi hasil
retrospektif.
Evaluasi
keputusan teoritis
Menggunakan metode
deskriptif untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan falid
mengenai hasil
kebijakan yang secara
eksplisit diinginkan
oleh berbagai pelaku
kebijakan.
Tujuan dan sasaran
dari berbagai pelaku
yang diumumkan
secara formal
ataupun diam diam
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau nilai.
1. Penilaian tentang
dapat tidaknya
dievaluasi.
2. Analisis utilitas
multiatribut.
Sumber: William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press Cet. 5 2003), 612.
41
Menurut Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke
dalam dua tugas yang berbeda adalah sebagai berikut:25
1) Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu
kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya, tugas ini merujuk
pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai
tujuan atau dampak yang diinginkan.
2) Menilai keberhasilan atau kegagalan berdasarkan standar kriteria yang
telah ditentukan. Tugas kedua dalam evaluasi kebijakan publik adalah
menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih dampak
yang diinginkan.
Dalam menghasilkan informasi untuk menentukan konsekuensi-
konsekuensi yang timbul dan menilai keberhasilan kinerja kebijakan, analisis
menggunakan tipe kriteria yang berbeda-beda untuk mengevaluasi hasil
kebijakan.26
Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah:27
1) Efektifitas: Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan.
25 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus(Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service Cet. 2 2014), 229. 26
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 611. 27
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 429-437.
42
2) Efisiensi: Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
3) Responsivitas: Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu.
Tipe-tipe kriteria ini digunakan untuk menyarankan pemecahan masalah
dari kinerja kebijakan. Secara eksplisit kriteria dimaksudkan sebagai nilai-nilai
yang melandasi rekomendasi untuk pengembangan program kebijakan.28
28 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press Cet. 5 2003), 429
44
BAB III
KABUPATEN PURWAKARTA DAN PROGRAM RUTILAHU
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PURWAKARTA
1. Sejarah Kabupaten Purwakarta
Kabupaten Purwakarta pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten
Karawang sejak era VOC pada 1630. Pada abad ke-18 Kabupaten Purwakarta
dijadikan lumbung beras dan teh sebagai basis logistik Kerajaan Mataram saat
penyerangan VOC ke Batavia. Kekayaan buminya juga digunakan untuk
menopang kekuatan dagang Hindia Belanda.
Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 20 Juli
1831 Purwakarta dijadikan pusat ibu kota Kabupaten Karawang dan sebagai
pusat pemerintahan. Kabupaten Purwakarta terbentuk Berdasarkan UU No 4
tahun 1968 Tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan Mengubah Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 Tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Barat.1
1 Website Resmi Kabupaten Purwakarta “Sejarah Purwakarta” diakses pada 29 Nov 2016 dari
http://www.purwakartakab.go.id/articles/sejarah-purwakarta
45
2. Letak Geografis
Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat
dengan luas wilayah seluas 971,72 Km2 atau 2,81% dari luas wilayah Provinsi
Jawa Barat. Kabupaten Purwakarta terletak di antara 107030’ – 107
040’ Bujur
Timur dan 6025’ – 6
045’ lintang Selatan. Kabupaten Purwakarta memilik tiga
zona atau klasifikasi daerah yaitu daerah pegunungan, bergelombang atau
berbukit serta dataran rendah. Daerah pegunungan sebanyak 22 desa (11,46%),
daerah bergelombang/berbukit sebanyak 69 (35,94%) dan dataran rendah lebih
dari setengahnya yaitu sebanyak 101 desa (52,60%).
Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Purwakarta berbatasan dengan
Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten
Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten
Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya.
Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalulintas
yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta Bandung dan
Purwakarta-Cirebon.2
2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta “Purwakarta Dalam Angka 2015”, 3.
46
Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kab. Purwakarta
3. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Secara administratif, Wilayah kepemerintahan di Kabapaten Purwakarta
meliputi 17 kecamatan yang terdiri dari 183 desa, 9 kelurahan, 1.129 Rukun
Warga (RW) dan 3.508 Rukun Tetangga (RT). Berikut statistik Penduduk
Kabupaten Purwakarta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2013 sampai dengan 2014 disajikan dalam Tabel 3.1 Statistik Penduduk
Kabupaten Purwakarta.3
Tabel 3.1 Statistik Penduduk Kab. Purwakarta.
3 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta “Statistik daerah Kabupaten Purwakarta
2015”, 6.
Sumber: http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/profil_kota/kab.purwakarta
47
Uraian Penduduk
2013 2014
Jumlah Penduduk 898.001 910.007
Jumlah Penduduk Laki-laki 457.578 463.506
Jumlah Penduduk Perempuan 440.423 446.501
Sex Ratio (L/P) (%) 103,89 103,81
Laju Pertumbuhan Penduduk 1,42 1,33
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 924 936
Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta 2015
b. Pendidikan
Berikut Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7 sampai 18 tahun
menurut jenis kelamin pada tahun 2009-2013 disajikan dalam Tabel 3.2 APS
Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin.
Tabel 3.2 APS Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Usia Sekolah Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah
7-12 2013 0,27 99,16 0,57
2014 0,23 99,63 0,14
13-15 2013 1,24 86,41 12,35
2014 0,00 92,06 7,94
16-18 2013 0,00 64,36 35,64
2014 0,78 71,31 27,91
19-24 2013 0,54 5,60 93,86
2014 0,84 10,32 88,84
Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta
48
Adapun jumlah murid, guru dan sekolah di Kabupaten Purwakarta
disajikan pada Tabel 3.3 Jumlah murid, Guru dan Sekolah di Kabupaten
Purwakarta.4
Tabel 3.3 Jumlah murid, Guru dan Sekolah di Kabupaten Purwakarta
Uraian Murid Guru Sekolah
SD 102.288 5.235 444
Negeri 98.449 5.022 429
Swasta 3.839 213 15
SLTP 34.556 1.474 102
Negeri 32.739 1.379 87
Swasta 1.817 95 15
SMU 10.368 553 21
Negeri 9.096 476 14
Swasta 1.272 77 7
SMK 15.644 706 39
Negeri 6.940 291 6
Swasta 8.704 415 33
Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta
c. Kesehatan
Fasilitas rujukan berobat jalan masyarakat Kabupaten Purwakarta hasil
Susenas 2014 yang terbanyak adalah memanfaatkan praktek dokter atau klinik
yaitu mencapai 46,38 persen. Berikut statistik kesehatan Kabupaten Purwakarta
4 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta “Statistik daerah Kabupaten Purwakarta 2015”,
12.
49
tahun 2013 sampai dengan 2014 disajikan dalam Tabel 3.4 Statistik Kesehatan
Kabupaten Purwakarta.5
Tabel 3.4 Statistik Kesehatan Kabupaten Purwakarta
Uraian 2013 2014
Tempat Pelayanan Pengobatan (%)
Rumah Sakit Pemerintah 7,92 4,79
Rumah Sakit Swasta 3,87 6,35
Praktek Dokter 27,13 46,38
Puskesmas 29,80 21,28
Petugas Kesehatan 37,00 27,61
Pengobatan Tradisional 2,07 1,64
Dukun Bersalin 0,69 1,00
Lainnya 1,23 1,78
Penolong Kelahiran (%)
Dokter 12,35 13,08
Bidan 52,67 55,73
Tenaga Medis Lain 0,05 0
Dukun 34,98 29,90
Keluarga 0 1,3
Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta
d. Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran
kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki. PDRB dapat dilihat berdasarkan nilai yang timbul
akibat aktivitas ekonomi suatu daerah. Berikut PDRB Kabupaten Purwakarta
5 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta “Statistik daerah Kabupaten Purwakarta 2015”,
13.
50
tahun 2010 sampai 2014 disajikan dalam Grafik 3.1 PDRB Kabupaten
Purwakarta.6
Grafik 3.1 PDRB Kabupaten Purwakarta
Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta
4. Visi, Misi dan Prioritas Pembangunan Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 15 tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2013-
2018 visi daerah adalah: “PURWAKARTA BERKARAKTER” untuk
mewujudkan visi maka serangkaian tujuan terukur dan terstruktur dibuat dalam
bentuk misi. Adapun misi Kabupaten Purwakarta yaitu:7
1. Mengembangkan Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal yang Bernilai
Religiusitas, Berorientasi Pada Keunggulan Pendidikan, Kesehatan,
6 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta “Purwakarta Dalam Angka 2015”, 274.
7 Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2013-2018, V-1.
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
50,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
adhb
adhk
28,016,617
31,209,015 29,893,014
35,592,401
31,934,339
40,613,648
34,186,402
45,461,042
36,081,980
51
Kesejahteraan Sosial dan Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan Bagi
Seluruh Masyarakat
2. Pengembangan Struktur Wilayah dan Tata Ruang yang Berorientasi Pada
Keutuhan Lingkungan Baik Hulu Maupun Hilir serta Unsur Tanah, Air,
Udara dan Matahari
5. Mengembangan Struktur Pemerintahan yang Berorientasi Kepuasan
Pelayanan Publik, Berbasis Perdesaan yang Berorientasi Kemakmuran
Rakyat
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Selain misi, Kabupaten Purwakarta
memiliki prioritas pembangunan daerah yang terbentuk dalam Sembilan
Tangga Cinta Purwakarta Istimewa, yaitu:8
1. Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah melalui
bantuan pembangunan rumah tidak layak huni, pemberian bantuan modal
peternakan atau modal usaha.
2. Perlindungan jaminan kesehatan hari tua dan kematian bagi seluruh
masyarakat, peningkatan kualitas puskesmas rawat inap dan pembentukan
bank gizi di setiap puskesmas.
3. Pengembangan sistem penyelenggaraan pendidikan yang berbasis kearifan
lokal yang bernilai religiositas melalui pengenalan baca tulis al-quran
8 Bappeda Kabupaten Purwakarta, Pra Musrenbang BKPP Wilayah II Provinsi Jawa Barat, 6-
9.
52
sejak dini, integrasi pendidikan dasar sembilan tahun, penguatan nilai
tujuh hari istimewa, pendidikan gratis bagi masyarakat berpenghasilan
rendah sampai tingkat slta, beasiswa bagi siswa atau mahasiswa
berprestasi istimewa, optimalisasi bantuan Kelembagaan Sosial dan
keagamaan sebagai basis ketahanan kultur/tradisi serta peningkatan
kualitas hidup para pendidik tradisi (guru ngaji, muadzin, imam jum`at,
khatib dan lain-lain).
4. Pengembangan sistem pertanian organik di 17 kecamatan yang terintegrasi
dengan sistem kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan
ketahanan energi serta penguatan pusat pengobatan tradisional dan
lumbung obat tradisional di Kecamatan Pasawahan, Pondoksalam,
Wanayasa, Kiarapedes dan Darangdan.
5. Penyempurnaan bangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, jaringan
listrik, drainase perkotaan serta pengembangan sistem dan jaringan air
bersih siap minum bagi masyarakat.
6. Pengembangan layanan administrasi pemerintahan yang berbasis
perdesaan melalui penguatan sistem E-Governement sampai tingkat RT,
penguatan peran desa sebagai basis otonom negara melalui program
investasi desa serta peningkatan kualitas hidup kepala desa atau perangkat
desa, Bamusdes, LPM, Karang Taruna, Tim Penggerak PKK, Linmas,
Kader Posyandu, Kadus, RW dan RT.
7. Pengembangan program investasi melalui penguatan dan pembukaan
kawasan industri baru meliputi Kecamatan Bungursari, Campaka, Cibatu,
53
Babakancikao, Jatiluhur, Sukatani, Plered, Tegalwaru. Serta
pengembangan kawasan kota hijau (Green City) di Kecamatan
Pondoksalam, Sukatani, Darangdan, Bojong dan Wanayasa.
8. Pengembangan Purwakarta Sebagai Kabupaten Pariwisata Melalui
Penataan Ruang Publik, Penataan Bangunan Perkantoran, Penataan
Kawasan Gor Purnawarman, Penataan Mesjid Agung Purwakarta,
Pengembangan Pusat Kuliner Berbasis Tradisi, Penataan Pusat Kerajinan
Keramik Plered, Penataan Kawasan Perdagangan Ciri Khas Purwakarta
Kecamatan Sukatani dan Bungursari, Pengembangan Jatiluhur, Sukasari,
Tegalwaru, Sukatani Sebagai Daerah Pariwisata Berbasis Hutan dan Air,
Penataan Situ Bungursari, Penyempurnaan Kawasan Situ Buleud, Situ
Wanayasa, Situ Cikumpay, Situ Cigangsa Serta Penataan Kawasan Wisata
Hutan Cirende, Wanawali dan Cibukamanah.
9. Penguatan ekonomi masyarakat melalui pembangunan Pasar Tradisional
Leuwipanjang, Maniis, Sukatani, Bojong, Wanayasa, Pasawahan,
Darangdan, Cibatu dan Campaka. Serta penyempurnaan pusat
perbelanjaan Pasar Jum`at.
B. Perumahan dan Pemukiman
1. Pengertian Perumahan dan Permukiman
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan
54
makhluk hidup lainnya. Rumah memberikan rasa aman, kenyamanan dan
ketentraman bagi manusia. Rumah juga merupakan tempat awal yang strategis
dalam pengembangan sebuah kehidupan.9
Sedangkan permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap
dengan prasarana lingkungan, prasarana umum dan fasilitas social yang
mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai
lingkungan kehidupan. Permukiman tersebut juga memberi ruang gerak
sumberdaya, dan pelayanan bagi peningkatan mutu kehidupan serta kecerdasan
warga penghuni, yang berfungsi sebagai ajang kegiatan kehidupan social,
budaya dan ekonomi.10
Bedasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan atau
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset
bagi pemiliknya. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman. lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan seharusnya memiliki fasilitas serta mempunyai penunjang
sebagai upaya pemenuhan rumah yang layak huni baik di perkotaan maupun
9 Siswono Yudohusodo, Rumah Untuk Seluruh Rakyat, (Jakarta: INKOPPOL, Unit Percetakan
Bharakerta, 1991), 432. 10
C. Djemabut, Blaang, Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan Dasar (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1986), 8.
55
perdesaan. Adapun fasilitas dan penunjang yang harus dipenuhi antara lain
adalah:11
a. Prasarana sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak,
sehat, aman, dan nyaman. Seperti memperbaiki saluran sanitasi, drainase
dan tempat pembuangan sampah.
b. Sarana sebagai fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi. Seperti sekolah sebagai saran pendidikan atau
lapangan sebagai sarana ruang terbuka hijau dan taman bermain.
c. Utilitas umum sebagai kelengkapan penunjang untuk pelayanan
lingkungan hunian. Seperti alat transportasi umum, jaringan listrik, air
bersih, lampu jalan dan sebagainya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 4Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Permukiman Pasal 29 menegaskan bahwa setiap warga mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
pebangunan perumahan dan permukiman.12
Penyelenggaran perumahan dan
permukiman dapat dilaksanakan dengan aggaran yang lebih kecil melalui usaha
bersama oleh masyarakat secara swadaya dengan bimbingan Pemerintah
11
Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman No. 1
Tahun 2011, 1-6. 12
Herman Hermit, Ir. MT. Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman (UU
No. 4 Tahun 1992) (Bandung: CV. Mandaar Maju, 2009), 6.
56
Daerah serta dapat melibatkan kelompok profesi dan kelompok minat dalam
masyarakat di bidang perumahan dan permukiman.13
2. Rumah Sehat
Rumah yang sehat menunjukan kelayakan rumah sebagai hunian. Rumah
sehat dimaksudkan untuk melindungi dari dampak kualitas lingkungan dan rumah
tinggal yang tidak sehat. Ciri-ciri rumah yang sehat antara lain adalah sebagai
berikut:14
a. Konstruksi bangunan, memiliki pondasi dan konstruksi yang kuat dan
aman untuk dihuni, bahan bangunan tahan lama, mudah dipelihara,
jaringan listrik dan bersipat tahan api.
b. Kesehatan, mampu menunjang kondisi kesehatan bagi penghuninya.
c. Kenyamanan, para penghuni nyaman bertempat tinggal dan mudah
melaksanakan kegiatannya.
d. Keterjangkauan biaya, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana rumah sesuai dengan kemampuan finansial pemilik rumah.
e. Segi keserasian lingkungan, yaitu untuk memberikan keindahan dan
keasrian lingkungan rumah.
13
Herman Hermit, Ir. MT. Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman (UU
No. 4 Tahun 1992) (Bandung: CV. Mandaar Maju, 2009), 19. 14
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 66.
57
3. Rumah Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni adalah hunian yang tidak memenuhi syarat secara teknis
maupun non-teknis. Rumah tidak layak huni ini dapat dikaitkan sebagai
pengejawantahan dari kemiskinan. Adapun acuan normatif rumah tidak layak huni
berdasarkan kondisi fisik bangunan adalah sebagai berikut:15
a. Kategori kerusakan ringan (±25%).
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan ringan apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
1) Retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran.
2) Serpihan plesteran berjatuhan.
3) Mencakup luas yang terbatas.
4) Kira-kira 25% elemen utama mengalami kerusakan.
5) Retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
6) Kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb.
7) Kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.
8) Layak fungsi/huni.
b. Kerusakan struktur tingkat berat (±50%).
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat berat apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut:
15
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 22-23.
58
1) Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh.
2) Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat.
3) Kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan.
4) Tidak layak fungsi atau huni.
c. Kerusakan total (> 65%).
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total/roboh apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut:
1) Bangunan roboh seluruhnya (> 65%).
2) Sebagian komponen rusak berat.
3) Tidak layak fungsi atau huni.
C. RUMAH TIDAK LAYAK HUNI KABUPATEN PURWAKARTA
1. Sebaran Rumah Tidak Layak Huni
Terbatasnya akses perumahan dan permukiman yang sehat dan layak bagi
masyarakat berpenghasilan rendah menjadi masalah yang harus diselesaikan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarata. Berdasarkan Peraturan
Bupati Nomor 050.13/KEP.781-BAPPEDA/2013 tentang penetapan data
rumah tidak layak huni yang tervalidasi berdasarkan administrasi
kependudukan Kabupaten Purwakarta rumah tidak layak huni yang tersebar di
Kabupaten Purwakarta adalah 23.173 KK yang tersebar di 17 Kecamatan.
59
Berdasarkan keluaran kuantitatif KPM, Program rutilahu dialokasikan
kepada satu KK dari satu RW yang tersebar di setiap desa dari 17 kecamatan.
Ketentuan tersebut dapat berubah sesuai ketetapan yang ditentukan oleh
pemegang kebijakan dan dilaksanakan oleh KSM.16
Pada tahun 2014
berdasarkan data usulan PT. Citra Cipta Mandiri berikut rincian sebaran rumah
tidak layak huni Kabupaten Purwakarta disajikan dalam Tabel 3.5 Rumah
Tidak Layak Huni Kabupaten Purwakarta di bawah ini.
Tabel 3.5 Rumah Tidak Layak Huni Kab. Purwakarta
No Kecamatan Desa Unit No Kecamatan Desa Unit
1 Kiarapedes Pusakamulya 7 10 Campaka Campaka 3
Margaluyu 6 Campakasari 3
Kiarapedes 5 Benteng 4
Ciracas 4 Cirende 4
Garokgek 6 Cikumpay 4
Mekarjaya 6 Cijaya 4
Taringgul landeuh 6 Kertamukti 4
Gardu 7 Cimahi 5
Cibeber 10 Cisaat 5
Sumbersari 4 Cijunti 5
2 Bungursari Ciwangi 9 11 Plered Rawasari 3
Cibening 9 Cibogo girang 8
Bungursari 6 Pamoyanan 5
Dangdeur 4 Palinggihan 4
Wanakerta 4 Linggarsari 6
Cinangka 4 Cibogo hilir 12
Cikopo 7 Sindangsari 4
Cibungur 5 Plered 4
Cibodas 6 Citekokaler 4
Karangmukti 4 Babakansari 4
3 Babakancikao Cicadas 5 Sempur 4
Babakancikao 10 Anjun 4
Cilangkap 5 Gandamekar 4
Mulyamekar 7 Gandasoli 4
Maracang 7 Citeko 4
Kadumekar 4 Liunggunung 4
Hegarmanah 6 12 Tegalwaru Pasanggrahan 6
Cigelam 7 Tegalwaru 5
Ciwareng 7 Citalang 6
4 Cibatu Karyamekar 3 Warungjeruk 12
Cilandak 5 Galumpit 6
16
Laporan Antara Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 8.
60
Wanawali 3 Sukamulya 5
Cipancur 4 Sukahaji 4
Cibukamanah 4 Karoya 8
Cirangkong 4 Batutumpang 6
Cikadu 4 Cadasmekar 5
Ciparungsari 3 Cadassari 5
Cibatu 4 Tegalsari 5
Cipinang 4 Cisarua 9
No Kecamatan Desa Unit No Kecamatan Desa Unit
5 Pasawahan Pasawahan anyar 4 13 Purwakarta Nagrikidul 10
Pasawahan 11 Purwamekar 9
Sawahkulon 7 Nagrikaler 12
Ciherang 6 Tegal munjul 7
Cidahu 4 Munjuljaya 13
Pasawahan kidul 6 Sindangkasih 16
Kertajaya 8 Cipaisan 6
Lebak anyar 7 Ciseureuh 9
Selaawi 10 Citalang 5
Margasari 6 Nagri tengah 11
Warungkadu 4 14 Jatiluhur Cibinong 4
Cihuni 6 Cilegong 5
6 Sukatani Cianting utara 3 Bunder 9
Sukamaju 4 Mekargalih 9
Panyindangan 8 Jatimekar 5
Cilalawi 5 Jatiluhur 5
Malangnengah 4 Cikao bandung 6
Sukajaya 6 Parakanlima 8
Cipicung 4 Cisalada 6
Tajursindang 6 Kembangkuning 8
Pasirmunjul 6 15 Wanayasa Taringgul tengah 4
Cibodas 4 Wanayasa 7
Cianting 8 Nangerang 4
Sukatani 10 Sumurungul 4
Cijantung 4 Sakambang 3
Sindanglaya 6 Nagrog 4
7 Pondoksalam Parakansalam 7 Taringgultonggoh 4
Salam mulya 8 Cibuntu 3
Tanjungsari 10 Babakan 6
Gurudug 7 Sukadami 4
Sukamaju 8 Simpang 4
Salem 6 Ciawi 5
Salam jaya 6 Raharja 3
Situ 4 Wanasari 4
Bungurjaya 4 Legokhuni 3
Galudra 5 16 Darangdan Linggamukti 6
Pondokbungur 6 Cilingga 6
Sukajadi 8 Nagrak 8
8 Bojong Sindangpanon 7 Sawit 7
Sindangsari 7 Depok 8
Pasanggrahan 5 Darangdan 9
Cipeundeuy 6 Sadarkarya 7
Cibingbin 6 Nangewer 10
Cileunca 4 Linggasari 6
Pawenang 4 Sirnamanah 3
Bojong timur 8 Neglasari 8
Bojong barat 6 Legoksari 4
Kertasari 5 Mekarsari 9
Cikeris 5 Pasirangin 8
Pangkalan 4 Gunung hejo 6
61
Sukamanah 4 17 Maniis Gunungkarung 11
Cihanjawar 4 Cijati 5
9 Sukasari Ciririp 9 Ciramahilir 7
Parungbanteng 7 Sukamukti 6
Kutamanah 6 Pasirjambu 8
Kertamanah 7 Tegaldatar 8
Sukasari 6 Sinargalih 6
Citamiang 7
No Kecamatan Desa Unit No Kecamatan Desa Unit
Total 561 589
Grand total 1150
Sumber: Data Usulan Program RUTILAHU (Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri 2014).
Berdasarkan Tabel 3.5 Rumah Tidak Layak Huni Kabupaten Purwakarta
pada tahun 2014 terdapat 1150 usulan rumah tidak layak huni yang tersebar di
17 kecamatan sebagai target pelaksanaan Program RUTILAHU di Kabupaten
Purwakarta.
2. Bentuk Rumah
Berdasarkan hasil Survey Teknis PT. Citra Cipta Mandiri, bentuk rumah
tidak layak huni di Kabupaten Purwakarta terdiri dari tiga tipe, yaitu:17
a. Rumah Panggung
Rumah Panggung adalah Rumah dengan ketinggian sekitar 50 cm dari atas
tanah. Tiang Rumah umumnya terbuat dari kayu yang sebagian sudah usang,
diletakan diatas batu yang disebut umpak. Dinding Terbuat dari Anyaman
Bambu yang sudah lapuk, sedangkan lantai memakai papan yang juga sebagian
sudah lapuk. Bagian penutup atap memakai genteng dan asbes dengan kondisi
buruk yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran saat turun hujan. Jumlah
persentase rumah tidak layak huni rumah panggung mencapai 45%.
17
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 37-38.
62
b. Rumah Setengah Tembok
Rumah setengah tembok adalah rumah bengan dinding setinggi 1m
dibagian bawah berupa tembok sedangkan keatasnya berupa anyaman bambu
yang sudah lapuk. Lantai rata-rata masih tegel yang sudah usang dan lantai
dapur masih berupa tanah. Bagian penutup atap memakai genteng dan asbes
dengan kondisi buruk yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran saat
turun hujan. Jumlah persentase rumah tidak layak huni rumah setengah tembok
mencapai 35%.
c. Bentuk Permanen
Rumah Permanen adalah rumah dengan dinding berupa tembok yang
sudah pecah pada bagian-bagian tertentu, Acian sebagian sudah rontok. Lantai
rata-rata masih tegel yang sudah usang dan lantai dapur masih berupa tanah.
Bagian penutup atap memakai genteng dan asbes dengan kondisi buruk yang
dapat menyebabkan terjadinya kebocoran saat turun hujan. Jumlah persentase
rumah tidak layak huni rumah setengah tembok mencapai 20%.
D. PROGRAM RUTILAHU
Program RUTILAHU merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta untuk menyelesaikan masalah
perumahan dan permukiman dengan cara meningkatkan ketersediaan rumah
yang layak bagi masyarakat miskin. Menurut Ucok Ujang Wardi selaku ketua
63
DPRD Kabupaten Purwakarta selain masalah perumahan dan permukiman
dasar penetapan kebijakan adalah untuk penanggulangan kemiskinan sesuai
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.18
Pada proses adopsi kebijakan pertama-tama dilakukan pendataan meliputi
tahap kompilasi, verifikasi, dan validasi data masyarakat Kabupaten
Purwakarta terkait rumah tidak layak huni, kemudian pada tanggal 31
desember 2013 ditetapkan kebijakan formal dalam bentuk Peraturan Bupati
Nomor 050.13/KEP.781-BAPPEDA/2013 tentang penetapan data rumah tidak
layak huni yang tervalidasi berdasarkan administrasi kependudukan Kabupaten
Purwakarta. Selanjutnya kompilasi data nama dan alamat rumah tidak layak
huni diserahkan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang agar dapat ditindak lanjuti dalam tahapan
perencanaan kedepan oleh OPD yang bersangkutan sampai akhinya
diimplementasikan.19
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor: 4 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor
18 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan Dan belanja Daerah Kabupaten
Purwakarta Tahun Anggaran 2014, Program RUTILAHU diimplementasikan
18
Wawancara Langsung Ketua DPRD di Pendopo Kabupaten Purwakarta pada tanggal 24
Januari 2017. 19
Wawancara Langsung Ketua DPRD di Pendodpo Kabupaten Purwakarta 24 Januari 2017.
64
melaui anggaran dari belanja hibah sebagai upaya untuk mengatasi masalah
perumahan dan permukiman di Kabupaten Purwakarta.20
1. Tujuan dan Sasaran
Pemberian bantuan Program RUTILAHU diberikan kepada masyarakat
miskin yang menempati atau mempunyai rumah tidak layak huni. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat miskin. Adapun
sasaran kegiatan pemberian bantuan adalah:21
1) Masyarakat miskin yang menempati rumah tidak layak huni hasil pendataan
Bapermas Kab. Purwakarta.
2) Rumah tidak layak huni yang belum terdaftar dalam hasil pendataan yang
ditetapkan oleh Kepala Kelurahan setempat setelah mendapat pertimbangan
dari panitia pelaksana Program RUTILAHU tingkat Kelurahan atau Desa.
2. Panitia Pelaksana Program
Rehabilitasi rumah tidak layak ini merupakan program pembangunan
Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Konsultansi
dengan Nomor: 602/2.E.01/PPK/SPPK-PERKIM/V/2014, antara Kepala
Bidang Perumahan dan Permukiman yaitu Agung Wahyudi, ST, selaku Pejabat
Pembuat Komitmen kegiatan penunjang Program RUTILAHU paket pekerjaan
belanja jasa konsultan, yang bertindak untuk dan atas nama Dinas Cipta Karya
20
Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD), Perjanjian Pemberian Bantuan
Belanja Hibah (Purwakarta: 2014) 21
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 36.
65
Dan Tata Ruang Kabupaten Purwakarta, dengan Faisal Qamra selaku Kuasa
Direktur, yang bertindak untuk dan atas nama PT. Citra Cipta Mandiri.22
Pembangunan perumahan tidak layak huni oleh masyarakat pada
umumnya masih belum memenuhi kualitas layak huni, penyebabnya adalah
tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat
dan tata cara pengadministrasian laporan, agar pelaksanaan RUTILAHU dapat
berjalan tepat sasaran, tepat waktu dan tepat penggunaan, Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang Kabupaten Purwakarta bekerjasama dengan Konsultan
Pendamping Masyarakat (KPM) yang berfungsi sebagai pendamping Panitia
Tingkat Desa yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam proses
pengadministrasian dan pelaksanaan fisik rehabilitasi rumah tidak layak huni
Kabupaten Purwakarta.
3. Mekanisme Pelaksanaan Program RUTILAHU
a. Pengajuan Permohonan Bantuan
Pengajuan permohonan bantuan Program RUTILAHU bagi masyarakat
miskin yang telah mendapatkan rekomendasi berdasarkan hasil seleksi
lapangan yang dilaksanakan oleh pihak desa yaitu kelompok swadaya
masyarakat dengan bantuan konsultan pendamping masyarakat selaku tim
22
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dokumen Kontrak Penunjang RUTILAHU,
(Purwakarta: 2014)
66
verifikasi. Adapun persyaratan pengajuan permohonan bantuan rehabilitasi
rumah tidak layak huni di Kabupaten Purwakarta adalah sebagai berikut:23
1) Calon penerima bantuan diutamakan rumahnya yang berkelompok atau
saling berdekatan.
2) Persyaratan yang harus dipenuhi calon penerima bantuan, adalah:
a) Penduduk di wilayah setempat yang dibuktikan dengan fotocopy KK
dan KTP Kabupaten Purwakarta.
b) Menyerahkan foto copy Bukti Kepemilikan Tanah yang telah disahkan
oleh Kepala Kelurahan setempat dan atau menyerahkan Surat Ijin
pembangunan atau pemugaran rumah bila tanah yang ditempati bukan
milik sendiri.
3) Permohonan bantuan diajukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
dalam bentuk proposal. Adapun persyaratan yang harus dilampirkan dalam
proposal adalah sebagai berikut:24
a) Surat Permohonan Pencairan Dana.
b) Surat Keputusan Kepala Desa tentang Penetapan Ketua Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM).
c) Rincian dan rekapitulasi rencana anggaran biaya.
23
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
(Purwakarta: Konsultan Pendamping Masyarakat 2014), 36. 24
Proposal, Program Rehabilitasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Purwakarta: 2014).
67
d) Gambar tampak depan, belakang, dan samping rumah calon penerima
bantuan.
e) KTP dan KK panitia dan calon penerima bantuan.
Propsal permohonan bantuan dana diserahkan kepada Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang (DCKTR) dan Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah
(DPKAD) dengan melampirkan surat pernyataan pertanggungjawaban
penerima belanja hibah dan menyepakati perjanjian pemberian bantuan belanja
hibah kepada kelompok atau anggota masyarakat antara Pemerintah Kabupaten
Purwakarta dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa penerima
bantuan.25
b. Pencairan Dana Bantuan
Biaya Program RUTILAHU diimplementasikan dalam bentuk belanja
hibah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun
anggaran 2014. Belanja hibah yang diserahkan kepada Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Program RUTILAHU tertuang dalam peraturan daerah
Kabupaten Purwakarta nomor: 4 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan
daerah Kabupaten Purwakarta nomor: 18 tahun 2013 tentan g Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purwakarta tahun anggaran 2014.26
25
Wawancara Langsung Kuasa Direksi PT. Citra Cipta Mandiri di Kab. Lebak 15 Desember
2016. 26
Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD), Perjanjian Pemberian Bantuan
Belanja Hibah (Purwakarta: 2014)
68
Pembayaran belanja hibah kepada kelompok swadaya masyarakat (KSM)
melalui rekening bank sesuai dengan Surat Perintah Membayar (SPM) yang
diterima oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah yaitu Ir. Nurhidayat, MM.
selaku pejabat yang ditunjuk untuk menerbitkan dan menandatangani Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D).27
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) diterbitkan dan diserahkan mulai
tanggal 6 oktober sampai dengan 31 desember 2014 kepada kelompok swadaya
masyarakat (KSM) dari setiap desa yang menerima bantuan. Setiap desa
memiliki jumlah rumah tidak layak huni yang variatif, terdapat 67 desa
penerima bantuan dengan total pengeluaran belanja hibah untuk Program
RUTILAHU Kabupaten Purwakarta senilai Rp. 4.000.000.000,- (Empat Milyar
Rupiah).28
c. Pelaksanaan Pembangunan
Dana hibah yang dibayarkan Pemerintah Kabupaten Purwakarta kepada
penerima bantuan Program RUTILAHU diswakelola oleh panitia tingkat desa
yaitu kelompok swadaya masyarakat (KSM), dana bantuan dialokasikan
kesetiap unitnya dalam bentuk material bangunan. Implementasi pembangunan
rehabilitasi rumah tidak layak huni dilaksanakan oleh pekerja bangunan dan
masyarakat setempat secara swadaya.
27
Pemerintah Kabupaten Purwakarta Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada KSM
Program RUTILAHU. 28
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Pengeluaran Belanja Hibah untuk KSM Program
RUTILAHU.
69
Pembangunan dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan rencana
anggaran biaya (RAB) yang dilampirkan dalam proposal permohonan bantuan.
Agar pelaksanaan pembangunan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni
tepat penggunaan dan tepat waktu, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
berkoordinasi dengan Konsultan Pendamping Masyarakat (KPM) dalam
melakukan pembelian bahan material dan pengadministrasian dilapangan.29
d. Penyerahan Surat Pertanggungjawaban
Propsal permohonan bantuan dana yang diserahkan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) kepada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah
(DPKAD) melampirkan surat pernyataan pertanggungjawaban atas
penggunaan belanja hibah. Dalam surat pernyataan pertanggungjawaban
penerima belanja hibah, Kelompok Swadaya Mayarakat (KSM) menyatakan
kesiapannya mempertanggungjawabkan penggunaan dana sesuai proposal yang
diajukan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban paling lambat satu
bulan setelah pencairan. Adapun persyaratan yang harus dilampirkan dalam
laporan pertanggungjawaban adealah sebagai berikut:30
1) Pernyataan Pengesahan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ditandatangani
oleh Ketua dan Bendahara Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
2) Berita Acara Hasil Pemeriksa Pekerjaan ditandatangani oleh Tim Verifikasi
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
29
Wawancara Langsung Kuasa Direksi PT. Citra Cipta Mandiri di Kab. Lebak 15 Desember
2016. 30
Lampiran SPJ, Program Rehabilitasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri 2014)
70
3) Surat PertanggungJawaban
4) Laporan Kemajuan Fisik
5) Buku Penerimaan dan Pengeluaran
6) Daftar Hadir dan Upah kerja
7) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
8) Copy buku rekening.
9) Foto progres 0% sampai 100%
10) Bukti Pengeluaran meliputi nota material bahan banguanan, Kwitansi upah
kerja, dan surat jalan untuk transportasi.
71
BAB IV
EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM RUTILAHU DI
KABUPATEN PURWAKARTA
Evaluasi Program RUTILAHU dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai dampak yang dihasilkan sehingga memperoleh rekomendasi bahwa
kebijakan dapat dilanjutkan, perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau harus
dihentikan. Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan Program RUTILAHU
melalui studi indikator berdasarkan tiga kriteria yaitu efektivitas, efisiensi, dan
responsivitas.
A. Efektifitas Program Rutilahu
Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil dan
akibat yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Kriteria efektivitas dalam penelitian ini digunankan untuk mengetahui
ketepatan sasaran dan pencapaian tujuan dari Program RUTILAHU. Pemberian
bantuan Program RUTILAHU diberikan kepada masyarakat miskin yang
menempati atau mempunyai rumah tidak layak huni.
1. Ketepatan Sasaran
Berdasarkan Tabel 3.5 Rumah Tidak Layak Huni Kabupaten Purwakarta
yang dijelaskan pada bab sebelumnya (BAB III) terdapat 1150 calon penerima
bantuan dengan rumah tidak layak huni yang tersebar di 17 Kecamatan di
72
Kabupaten Purwakarta. Pada tahun 2014 Melalui anggaran APBD Pemerintah
Kabupaten Purwakarta telah menyalurkan bantuan kepada 400 penerima
bantuan berupa dana sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) yang
dialokasikan ke setiap unitnya, maka anggaran yang dikeluarkan Pemerintah
Kabupaten Purwakarta pada tahun 2014 untuk pelaksanaan Program
RUTILAHU adalah Rp. 4.000.000.000,- (Empat Milyar Rupiah).1 Rincian
jumlah penerima bantuan disajikan dalam Tabel 4.1 Penerima Bantuan Progam
Rutiahu Tahun 2014.
Tabel 4.1 Penerima Bantuan Progam RUTILAHU Tahun 2014
No Kecamatan Desa Unit No Kecamatan Desa Unit
1
Kiarapedes
Margaluyu 6 34
Tegalwaru
Pasanggrahan 6
2 Kiarapedes 5 35 Tegalwaru 5
3 Ciracas 4 36 Citalang 6
4 Garokgek 6 37 Warungjeruk 12
5 Taringgul landeuh 6 38 Galumpit 7
6 Gardu 7 39 Sukamulya 5
7 Cibeber 10 40 Sukahaji 4
8
Pondoksalam
Parakansalam 7 41 Karoya 8
9 Salam mulya 8 42 Tegalsari 5
10 Tanjungsari 10 43 Cisarua 9
11 Bungurjaya 4 44
Campaka
3
12 Galudra 5 45 Campakasari 3
13 Pondok bungur 6 46 Benteng 4
14
Jatiluhur
Cibinong 4 47 Cikumpay 4
15 Bunder 9 48 Kertamukti 4
16 Mekargalih 9 49 Cisaat 5
17 Parakanlima 8 50 Cijunti 5
18 Cisalada 6 51
Darangdan
Linggamukti 6
19 Kembangkuning 8 52 Cilingga 6
20 Sukasari Ciririp 9 53 Nagrak 8
1 Data Usulan Program RUTILAHU (Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri 2014).
73
No Kecamatan Desa Unit No Kecamatan Desa Unit
21
Parungbanteng 7 54
Sawit 7
22 Kutamanah 6 55 Mekarsari 9
23 Kertamanah 7 56 Pasirangin 8
24
Bojong
Sindangpanon 7 57 Gununghejo 5
25 Sindangsari 7 58
Plered
Citekokaler 4
26 Pasanggrahan 5 59 Babakansari 4
27 Cipeundeuy 5 60 Sempur 4
28
Cibingbin 6 61
Anjun 4
29 Cileunca 4 62 Gandamekar 4
30 Pawenang 4 63 Gandasoli 4
31 Pangkalan 4 64 Citeko 4
32 Sukamanah 4 65 Liunggunung 4
33 Cihanjawar 4 66 Babakancikao
Babakancikao 10
67 Ciwareng 7
Total 207 193
Grand total 400
Sumber: Data Usulan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Bandung: PT.
Citra Cipta Mandiri 2014).
Jumlah calon penerima bantuan adalah 1150 berdasarkan data usulan yang
disusun melalui proses verifikasi di setiap desa, sedangkan pada tahun 2014
Program RUTILAHU direalisasikan kepada 400 rumah penerima bantuan.
Untuk menangani masalah perumahan dan permukiman pemerintah daerah
Kabupaten Purwakarta masih memiliki 750 atau 65,2% rumah tidak layak huni
yang belum direhabilitasi. Menurut Entis Sutisna, BE Program RUTILAHU
yang diimplementasikan pada tahun 2014 masih belum sesuai harapan,
seharusnya perogram RUTILAHU 2014 diimplementasikan sebanyak 1150
namun karena keterbatasan anggaran maka hanya diimplementasikan kepada
400 unit rumah penerima bantuan saja.2
2 Wawancara Langsung Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di Kantor DCKTR pada
tanggal 8 November 2016.
74
Sasaran ditetapkannya Program RUTILAHU oleh pemerintah daerah
Kabupaten Purwakarta adalah masyarakat miskin yang menempati rumah tidak
layak huni berdasarkan hasil pendataan Bapermas Kabupaten Purwakarta,
Program RUTILAHU juga dapat diajukan oleh Kepala Kelurahan setempat
setelah mendapat pertimbangan dari panitia pelaksana Program RUTILAHU.
Program RUTILAHU yang diimplementasikan pada tahun 2014 masih belum
tepat, seharusnya Program RUTILAHU 2014 diimplementasikan sebanyak
1150 namun karena keterbatasan anggaran maka hanya diimplementasikan
kepada 400 unit rumah penerima bantuan saja.
2. Pencapain Tujuan
Program RUTILAHU bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat miskin. Ketersediaan rumah layak huni melalui Program
RUTILAHU yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan meninggkatkan
kualitas hidup masyarakat miskin.
Pengadaan rumah layak huni bagi masyarakat miskin merupakan upaya
untuk memenuhi kebutuhan papan dari kebutuhan pokok yang diperlukan oleh
masyarakat secara umum. Terpenuhinya ketersediaan rumah yang layak
merupakan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat miskin.
Berdasarkan data progres pembangunan fisik Laporan Akhir Penunjang
Program RUTILAHU 2014, seluruh panitia sudah melampirkan gambar
75
progres pembangunan fisik rumah tidak layak huni 0% sampai 100%. Gambar
progres tersebut membuktikan bahwa Program RUTILAHU telah memenuhi
kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, maka tujuan Program
RUTILAHU meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dengan
menyediakan rumah layak huni sudah tercapai.3
B. Efisiensi Program Rutilahu
Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Usaha yang diperlukan untuk
mencapai tujuan Program RUTILAHU dianalisis menggunakan pendekatan
yang dikemukakan oleh George Charles Edwards III yang dijelaskan pada pada
bab sebelumnya (BAB II). Edwards mengemukakan empat faktor kritis yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi, yaitu komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
1. Komunikasi
Komunikasi memiliki peran dan fungsi penting dalam implementasi
kebijakan. Komunikasi yang baik sesuai dengan peran masing-masing akan
membantu panitia pelaksana memberikan dampak sesuai dengan yang
harapankan. Menurut Faisal Qamra selaku Kuasa Direksi PT. Citra Cipta
Mandiri (PT. CCM) dalam pelaksanaan Program RUTILAHU komunikasi
3 Wawancara Langsung Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang pada tanggal 7 November 2016.
76
sudah terjalin dengan baik antara seluruh instansi dan kelompok kerja sesuai
perannya masing-masing.4
Panitia pelaksana dari setiap instansi memiliki peran yang saling
terkoordinasi antara satu dengan lainnya. Peran panitia selaku instrumen dari
instansi memiliki peran sesuai dengan pedoman pelaksanaan Program
RUTILAHU. Namun menurut Entis Sutisna, BE, KSM selaku panitia
pelaksana lapangan dalam pengerjaannya masih kurang berkoordinasi dengan
masyarakat selaku penerima bantuan dan menimbulkan kekecewaan.5
2. Sumber Daya
Sumber daya sangat diperlukan untuk memfasilitasi berlangsungnya
pelaksanaan program kebijakan. Pelaksanaan Program RUTILAHU merupakan
kegiatan yang diselenggarakan oleh DCKTR dengan difasilitasi oleh dua
sumber daya yaitu KPM dan KSM. Keberadaan dua kelompok kerja yang
ditetapkan sebagai sumberdaya yang memfasilitasi Program RUTILAHU
dirasa masih belum cukup oleh DCKTR.
Menurut Agung Wahyudi, ST selaku Kepala Bidang Perumahan dan
Permukiman, KPM selaku konsultan pendamping ditunjuk langsung oleh
DCKTR sedangkan pelaksana yaitu KSM dibentuk oleh Desa sebagai
perwakilan Desa, seharusnya ada pihak yang dapat menengahi antara KPM
4 Wawancara Langsung Kuasa Direksi PT. Citra Cipta Mandiri di Kab. Lebak pada tanggal 15
Desember 2016. 5 Wawancara Langsung Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di Kantor DCKTR pada
tanggal 8 November 2016.
77
dengan KSM seperti Kader Desa, Pengawas, atau Bamusdes sebagai sarana
meditasi antara KPM dan KSM terhadap aspirasi masyarakat atau sebagai
kontroling.6
KSM selaku panitia pelaksana kegiatan bantuan Program RUTILAHU
seharusnya memiliki sumberdaya yang cukup. Berikut kecukupan sumber daya
meliputi fasilitas yang diperlukan oleh KSM dalam pelaksanaan Program
RUTILAHU disajikan dalam Grafik 4.1 Sumber Daya Pelaksanaan Program
RUTILAHU.
Grafik 4.1 Sumber Daya Pelaksanaan Program RUTILAHU
Sumber: Hasil Kuesioner KSM.
Berdasarkan Grafik 4.1 Sumber Daya Pelaksanaan Program RUTILAHU,
material banguan dipandang sebagai sumber daya yang paling mencukupi oleh
KSM dalam memfasilitasi berlangsungnya program dengan persentase
mencapai 90.48%, sedangkan transportasi menjadi sumber daya yang belum
6 Wawancara Langsung Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman di Kantor DCKTR pada
tanggal 7 November 2016.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
ATK Transportasi Staf Administrasi Material Bangunan
Tercukupi Belum Tercukupi
19.05%
47.62% 52.38%
85..71%
14.29%
90.48%
9.52%
80.95%
78
tercukupi dengan jumlah persentase sebaesar 47.62%. Rata-rata kecukupan
sumberdaya pelaksanaan Program RUTILAHU mencapai 76.19%.
3. Disposisi
Disposisi merupakan komitmen dari pelaksana terhadap kebijakan atau
program yang dilaksanakan karena setiap kebijakan membutuhkan pelaksana
yang memiliki hasrat kuat dan komitmen yang tinggi agar mampu mencapai
tujuan kebijakan yang diharapkan. Berikut faktor-faktor yang menunjukan
bahwa panitia melaksanakan Program RUTILAHU dengan hasrat kuat dan
komitmen yang tinggi disajikan pada Tabel 4.2 Disposisi Panitia Pelaksana.
Grafik 4.2 Disposisi Panitia Pelaksana
Sumber: Hasil Kuesioner KSM
Berdasarkan Grafik 4.2 Disposisi Panitia Pelaksana, disiplin merupakan
faktor yang paling menunjukan bahwa panitia pelaksana sudah melaksanakan
Program RUTILAHU dengan hasrat kuat dan komitmen yang tinggi adalah
0
20
40
60
80
100
120
Kesesuaian Harapan Disiplin Kemudahan Birokrasi
Iya Tidak
57.14%
42.86%
95.24%
4.16%
80.95%
19.05%
79
disiplin dengan jumlah persentase mencapai 95.24%. Rata-rata disposisi
seluruh KSM adalah 77.78%.
4. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi merupakan mekanisme kerja yang dibentuk untuk
mengelola implementasi kebijakan dan perlu adanya Standart Operating
Procedure (SOP) yang mengatur alur pekerjaan diantara para pelaksana,
terlebih jika pelaksanaan program melibatkan lebih dari satu institusi. Dalam
Program RUTILAHU mekanisme kerja KSM diatur dalam pedoman
pelaksanaan Program RUTILAHU yang sejalan dengan peraturan Peraturan
Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia (KEMENPERA), sedangkan
KPM memiliki dokumen kontrak dengan DCKTR yang mengatur mekanisme
kerjanya.7
Gambar 4.1 Kegiatan RUTILAHU
DCKTR
Pemegang Kegiatan
Perencanaan
KSM
Panitia
Pelaksana
Bimbingan dan
Monitoring
Pelaksanaan
Pembangunan
KPM
Penunjang
Kegiatan
Pertanggungjawaban
Sumber: Hasil wawancara Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman DCKTR.
7 Wawancara Langsung Kuasa Direksi PT. Citra Cipta Mandiri di Kab. Lebak pada tanggal
15 Desember 2016.
80
Berdasarkan Gambar 4.1 Kegiatan RUTILAHU, DCKTR adalah
pemegang kegiatan dalam siklus birokrasi pelaksanaan Program RUTILAHU,
karena jumlah penerima bantuan yang banyak dan keterbatasan sumber daya
manusia (SDM) dalam perencanaan, monitoring dan pertangungjawaban
DCKTR dibantu oleh KPM selaku penunjang Program RUTILAHU.8
Implementasi Program RUTILAHU bergantung pada KSM selaku panitia
pelaksana pembangunan fisik dan pengadministrasiannya, KSM harus mampu
memenuhi tugas sebagai mana ditetapkan dalam pedoman pelaksanaan. KPM
selaku penunjang Program RUTILAHU berperan sebagai pendamping KSM
untuk mempermudah terselenggaranya pembangunan dan memudahkan dalam
urusan birokrasi terkait pengadministrasian atau pelaporan pelaksanaan kepada
instansi pemerintah.
C. Responsivitas Masyarakat
Responsivitas masyarakat diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh
suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas digunakan untuk
mengetahui tanggapan masyarakat terhadap keberhasilan fisik, ekonomi dan
sosial.
8 Wawancara Langsung Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman di Kantor DCKTR pada
tanggal 7 November 2016.
81
Berdasarkan ruang lingkup yang sudah dijelaskan pada BAB I dalam
skripsi ini peneliti membatasi penelitian di tiga Kecamatan yang melaksanakan
Program RUTILAHU yaitu Kecamatan Plered, Kecamatan Darangdan, dan
Kecamatan Pondoksalam. Tiga Kecamatan diharapkan dapat mewakili seluruh
Program RUTILAHU yang dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta.
1. Kecamatan Pondoksalam
Kecamatan Pondoksalam memiliki luas wilayah seluas 37 KM2 yang
terdiri dari 11 Desa dengan jumlah penduduk mencapai 29.944 pada tahun
2014. Secara geografis Kecamatan Pondoksalam berbatasan dengan
Kecamatan Wanayasa disebelah timur. Kecamatan Pasawahan, dan Kecamatan
Sukatani diebelah barat. Kecamatan Pasawahan dan Kecamatan Cibatu
disebelah utara. Kecamatan Bojong disebelah selatan.9
a. Penerima Bantuan Kecamatan Pondoksalam
Program rehabilitasi rumah tidak layak huni diajukan untuk penerima
bantuan yaitu masyarakat miskin yang telah mendapatkan rekomendasi
berdasarkan hasil seleksi lapangan kelompok swadaya masyarakat dengan
bantuan konsultan pendamping masyarakat selaku tim verifikasi. Jumlah
pernerima bantuan Program RUTILAHU di Kecamatan Pondoksalam adalah
40 penerima bantuan berdasarkan survey dan pendataan tim verifikasi lapangan
9 Katalog BPS, Kecamatan Pondoksalam Dalam Angka (Purwakarta 2014), 1-6.
82
yang tersebar dienam desa yaitu parakansalam, salamulya, tanjungsari,
bungurjaya, gaudra, dan pondokbungur.
b. Dana Bantuan Kecamatan Pondoksalam
Pencairan dana bantuan dilaksanakan oleh KSM selaku panitia pelaksana
program di masing-masing desa. Adapun jumlah dana yang diterima oleh KSM
disajikan dalam Tabel 4.2 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan
Pondoksalam.
Tabel 4.2 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Pondoksalam.
No Desa Unit Dana Bantuan
1 Parakansalam 7 Rp. 70.000.000,-
2 Salamulya 8 Rp. 80.000.000,-
3 Tanjungsari 10 Rp. 100.000.000,-
4 Bungurjaya 4 Rp. 40.000.000,-
5 Galudra 5 Rp. 50.000.000,-
6 Pondokbungur 6 Rp. 60.000.000,-
Jumlah Dana Bantuan Rp. 400.000.000,- Sumber: Nota Dinas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.2 total jumlah dana bantuan yang dicairkan oleh
KSM dari setiap desa di Kecamatan podoksalam adalah Rp. 400.000.000,-
(Empat Ratus Juta Rupiah). Dana terbesar dicairkan oleh KSM desa tanjungsari
senilai Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah), sedangkan yang terendah
adalah KSM desa bungurjaya senilai Rp. 40.000.000,- (Empat Puluh Juta
Rupiah).
c. Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Pondoksalam
83
Pelaksanaan pembangunan program rehabilitasi rumah tidak layak huni
dikelola oleh KSM, dana bantuan dialokasikan kesetiap unitnya dalam bentuk
material bangunan. Agar sesuai dengan gambar dan rencana anggaran
pembangunan dilaksanakan oleh pekerja bangunan dan masyarakat setempat
secara swadaya. Berikut adalah gambaran umum keberhasilan fisik
pelaksanaan pembangunan sebelum dan setelah dibangun disajikan dalam
Tabel 4.3 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Pondoksalam.
Tabel 4.3 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Pondoksalam
No Desa Penerima Bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
1 Parakansalam Otang/Kamah Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
2 Salim Rusak Ringan 50% Bata 100% Bata
3 Sarip Rusak Berat 50% Bata 100% Bata
4 Yana Suryanto Rusak Ringan 50% Bata 100% Bata
5 Nasih Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
6 Sahar Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Bata
7 Sap'in Rusak Ringan 100% Bata 100% Bata
8 Salamulya Atin Rusak Berat 100% Bata 100% Bata
9 Kartim Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
10 Uju Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Gubuk
11 Emeng/Edi Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Bata
12 Karmah Rusak Ringan 100% Bata 100% Bata
13 Yahya/Juasem Rusak Ringan 100% Gubuk 50% Bata
14 Isoh Rusak Berat 100% Bata 100% Bata
15 Euis Rusak Ringan 100% Gubuk 50% Bata
16 Tanjungsari Said/Oyeh Rusak Berat 100% Bata 100% Bata
17 Entin Satini Rusak Berat 50% Bata 50% Bata
18 Saminah Rusak Berat 50% Bata 50% Bata
19 Rasti Rusak Berat 100% Gubuk 100% GRC
20 Okim Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
21 Nurdin Rusak Ringan 50% Bata 50% Bata
22 Misar Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
23 Yokmi Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Bata
24 Endang Rusak Berat 100% Gubuk 50% Bata
84
25 Medi/Yatmah Rusak Berat 50% Bata 100% Bata
26 Bungurjaya Doneng Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Bata
27 Ma'mun Nawawi Rusak Ringan 100% Gubuk 50% Bata
28 Asep Pudin Rusak Ringan 100% Gubuk 100% Bata
29 Ade Wahito Rusak Berat 100% Gubuk 100% Bata
No Desa Penerima Bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
30 Galudra Arifin Rusak Ringan 100% Gubuk 50% Bata
31 Suhami Rusak Ringan 100% Gubuk 50% Bata
32 Otang Rusak Berat 100% Gubuk 50% Bata
33 Samnih Rusak Berat 100% Gubuk 100% Gubuk
34 Neng Komalasari Rusak Berat 100% Gubuk 50% Bata
35 Pondokbungur Hermawan Rusak Berat 100% Bata 100% Bata
36 Onoh Rusak Berat 100% Gubuk 100% Gubuk
37 Mista Rusak Berat 100% Gubuk 100% Gubuk
38 Gandi Rusak Berat 100% Gubuk 100% Gubuk
39 Julaeha Rusak Ringan 100% Bata 100% Bata
40 Nunung Rusak Berat 50% Bata 50% Bata
Sumber: Gambar Progres Pembangunan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.3 kondisi sebelum pelaksanaan pembangunan 23 unit
rumah mengalami kerusakan struktur tingkat berat dan 17 unit mengalami
rusak ringan. Total unit dengan perbaikan 100% bata menjadi 100% bata
sebanyak 7 unit, 100% gubuk menjadi 100% gubuk sebanyak 5 unit, 50% bata
menjadi 50% bata sebanyak 4 unit, 100% gubuk menjadi 50% bata sebanyak 8
unit, 50% bata menjadi 100% bata sebanyak 4 unit, 100% gubuk menjadi 100%
bata sebanyak 11 unit, dan 100% gubuk menjadi 100% GRC sebanyak 1 unit.
d. Persepsi Masyarakat Kecamatan Pondoksalam
Masyarakat sebagai sasaran program kebijakan secara langsung sudah
merasakan dampak dari pelaksanaan Program RUTILAHU. Persepsi
masyarakat terkait keberhasilan fisik, kondisi ekonomi dan sosial diperlukan
85
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sarana Sanitasi Sarana Ventilasi KetahananPondasi
KetahananLantai
KetahananDinding
Ketahanan Atap
Baik Belum Baik
untuk mengevaluasi dan mengetahui responsivitas masyarakat terhadap
Program RUTILAHU.
1) Keberhasilan Fisik
Persepsi masyarakat tentang keberhasilan fisik Program RUTILAHU di
Kecamatan Pondoksalam disajikan dalam Grafik 4.3 Keberhasilan Fisik
Kecamatan Pondoksalam.
Grafik 4.3 Keberhasilan Fisik Kecamatan Pondoksalam
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Pondoksalam
Berdasarkan Grafik 4.3 keberhasilan fisik yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Pondoksalam adalah rumah sudah memiliki sarana
sanitasi dan ketahanan dinding yang kokoh dengan jumlah persentase
mencapai 87.50%. Sedangkan yang paling rendah dirasakan masyarakat
adalah ketahanan atap dengan jumlah persentase sebesar 65.00%.
87.50%
77.50% 77.50%
70.00%
87.50%
65.00%
12.50%
22.50% 22.50% 30.00%
12.50%
35.00%
86
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Peningkatan Ekonomi Manfaat Terhadap Kualitas Hidup
Iya Tidak
Keberhasilan fisik pembangunan rumah tidak layak huni di Kecamatan
Pondoksalam mencapai 77.50%.
2) Kondisi Ekonomi
Persepsi masyarakat tentang kondisi ekonomi setelah pelaksanaan
Program RUTILAHU di Kecamatan Pondoksalam disajikan dalam Grafik 4.4
Kondisi Ekonomi Kecamatan Pondoksalam.
Grafik 4.4 Kondisi Ekonomi Kecamatan Pondoksalam
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Pondoksalam
Berdasarkan Grafik 4.4 kondisi ekonomi yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Pondoksalam adalah manfaat rumah terhadap
meningkatnya kualitas hidup dengan jumlah persentase yaitu 80.00%.
Sedangkan peningkatan ekonomi masih kurang dirasakan oleh masyarakat.
50.00% 50.00%
80.00%
20.00%
87
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Partisipasi Masyarakat KSM Menggerakan masa Lingkungan Nyaman
Iya Tidak
Rata-rata kondisi ekonomi penerima bantuan di Kecamatan Pondoksalam
setelah diimplementasikannya Program RUTILAHU adalah 65.00%.
3) Kondisi Sosial
Persepsi masyarakat tentang kondisi sosial setelah pelaksanaan Program
RUTILAHU di Kecamatan Pondoksalam Grafik 4.5 Kondisi Sosial
Kecamatan Pondoksalam.
Grafik 4.5 Kondisi Sosial Kecamatan Pondoksalam
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Pondoksalam
Berdasarkan Garfik 4.5 kondisi sosial yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Pondoksalam adalah masyarakat berpatisipasi
melaksanakan pembangunan perumahan secara swadaya dengan jumlah
77.50%
22.50%
57.50%
42.50%
62.50%
37.50%
88
persentase mencapai 77.50%. Sedangkan yang paling rendah dirasakan
masyarakat adalah KSM masih belum optimal menggerakan masyarakat
dalam pelaksanaan Program RUTILAHU dengan jumlah persentase sebesar
57.50%. Rata-rata kondisi sosial setelah pelaksanaan Program RUTILAHU
adalah 65.83%.
2. Kecamatan Darangdan
Kecamatan Darangdan memiliki luas wilayah seluas 67.81 Km2 yang
terdiri dari 15 Desa dengan jumlah penduduk mencapai 66.949 jiwa pada tahun
2014. Secara geografis Kecamatan Darangdan berbatasan dengan Kecamatan
Sukatani disebelah utara, Kecamatan Bojong disebelah timur, Kabupaten
Bandung disebelah selatan, dan Kecamatan Plered disebelah barat.10
a. Penerima Bantuan Kecamatan Darangdan
Pernerima bantuan Program RUTILAHU di Kecamatan Darangdan adalah
49 penerima bantuan berdasarkan survey dan pendataan tim verifikasi lapangan
yang tersebar ditujuh Desa yaitu Linggamukti, Cilingga, Nagrak, Sawit,
Mekarsari, Pasirangin, dan Gununghejo.
b. Dana Bantuan Kecamatan Darangdan
Berikut jumlah dana yang diterima oleh KSM dari setap Desa disajikan
dalam Tabel 4.4 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Darangdan.
Tabel 4.4 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Darangdan.
10 Katalog BPS, Kecamatan Darangdan Dalam Angka (Purwakarta 2014), 1-6.
89
No Desa Unit Dana Bantuan
1 Linggamukti 6 Rp. 60.000.000,-
2 Cilingga 6 Rp. 60.000.000,-
3 Nagrak 8 Rp. 80.000.000,-
4 Sawit 7 Rp. 70.000.000,-
5 Mekarsari 9 Rp. 90.000.000,-
6 Pasirangin 8 Rp. 80.000.000,-
7 Gununghejo 5 Rp. 50.000.000,-
Jumlah Dana Bantuan Rp. 490.000.000,- Sumber: Nota Dinas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.4 total jumlah dana bantuan yang dicairkan oleh
KSM dari setiap desa di Kecamatan Darangdan adalah Rp. 490.000.000,-
(Empat Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah). Dana terbesar dicairkan oleh KSM
desa mekarsari senilai Rp. 90.000.000,- (Sembilan Puluh Juta Rupiah),
sedangkan yang terendah adalah KSM desa gununghejo senilai Rp.
40.000.000,- (Empat Puluh Juta Rupiah).
c. Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Darangdan
Berikut adalah gambaran umum keberhasilan fisik pelaksanaan
pembangunan sebelum dan setelah dibangun disajikan dalam Tabel 4.5
Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Darangdan.
Tabel 4.5 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Darangdan
No Desa Penerima bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
1 Linggamukti Ayuti Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
2 Ade ruhji Rusak Ringan 50% bata 50% bata
3 Tatan Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
4 Mamad Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
5 Nana Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
6 Carmin Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
7 Cilingga Tatang Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
90
8 Tiung Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
9 Kanta/hati Rusak Ringan 50% bata 50% bata
10 Sarijah Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
11 Kucup Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
12 Kanda Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
13 Nagrak Waeti Rusak Ringan 100% bata 100% bata
14 Ita ijar Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
15 Uma Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
16 Latip Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
17 Iday Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
18 Sarinah Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
No Desa Penerima bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
19 Rasti Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
20 Dasmita Rusak Berat 50% bata 50% bata
21 Sawit Naed Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
22 Ocin yana Rusak Berat 100% gubuk 50% bata
23 Iting Rusak Ringan 50% bata 50% bata
24 Yadi cahyadi Rusak Berat 100% gubuk 50% bata
25 Udin Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
26 Uhing Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
27 Isah Rusak Berat 50% bata 50% bata
28 Mekarsari Iti Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
29 Jua Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
30 Karmet Rusak Berat 100% bata 100% bata
31 Musdia Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
32 Nengsih Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
33 Rosni Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
34 Sahromi Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
35 Tata Rusak Ringan 100% bata 100% bata
36 Uning Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
37 Pasirangin Onang Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
38 Wati Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
39 Agus Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
40 Abidin Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
41 Amah Rusak Ringan Gbk-50%bata 50% bata
42 Ida Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
43 Icah Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
44 Uju Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
45 Gununghejo Cucu Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
46 Lilis Rusak Ringan 100% gubuk 100% bata
47 M. Abdulrohman Rusak Ringan 100% bata 100% bata
48 Idim Rusak Berat 100% bata 100% bata
49 Uuy Rusak Ringan 100% bata 100% bata
91
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
SaranaSanitasi
SaranaVentilasi
KetahananPondasi
KetahananLantai
KetahananDinding
Ketahanan Atap
Baik Belum Baik
Sumber: Nota Dinas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.5 kondisi sebelum pelaksanaan pembangunan di
Kecamatan Darangdan 19 unit rumah mengalami kerusakan struktur tingkat
berat dan 30 unit mengalami rusak ringan. Total unit dengan perbaikan 100%
bata menjadi 100% bata sebanyak 6 unit, 100% gubuk menjadi 100% gubuk
sebanyak 26 unit, 50% bata menjadi 50% bata sebanyak 5 unit, 100% gubuk
menjadi 50% bata sebanyak 9 unit, dan 100% gubuk menjadi 100% bata
sebanyak 3 unit.
d. Persepsi Masyarakat Kecamatan Darangdan
Berikut persepsi masyarakat terkait keberhasilan fisik, kondisi ekonomi
dan sosial yang diperlukan untuk mengevaluasi dan mengetahui responsivitas
masyarakat terhadap Program RUTILAHU.
1) Keberhasilan Fisik
Persepsi masyarakat tentang keberhasilan fisik Program RUTILAHU di
Kecamatan Darangdan disajikan dalam Grafik 4.6 Keberhasilan Fisik
Kecamatan Darangdan.
Grafik 4.6 Keberhasilan Fisik Kecamatan Darangdan
65.31%
34.69%
73.47%
26.53%
75.51%
24.49%
69.39%
30.61%
77.55%
22.45%
57.14%
42.86%
92
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Peningkatan Ekonomi Manfaat Terhadap Kualitas Hidup
Iya Tidak
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Darangdan
Berdasarkan Grafik 4.6 keberhasilan fisik yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Darangdan adalah sudah memiliki ketahanan
dinding yang kokoh dengan jumlah persentase mencapai 77.55%. Sedangkan
ketahanan atap masih kurang dirasakan oleh masyarakat jumlah persentasenya
sebesar 57.14%. Keberhasilan fisik pembangunan rumah tidak layak huni di
Kecamatan Darangdan mencapai 69.73%.
2) Kondisi Ekonomi
Persepsi masyarakat tentang kondisi ekonomi setelah pelaksaan Program
RUTILAHU di Kecamatan Darangdan disajikan dalam Grafik 4.7 Kondisi
Ekonomi Kecamatan Darangdan.
Grafik 4.7 Kondisi Ekonomi Kecamatan Darangdan
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Darangdan
57.14%
42.86%
83.67%
16.33%
93
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Partisipasi Masyarakat KSM Menggerakan masa Lingkungan Nyaman
Iya Tidak
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kondisi ekonomi yang paling
dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Darangdan adalah manfaat
pembangunan rumah terhadap meningkatnya kualitas hidup dengan jumlah
persentase mencapai 83.67%. Sedangkan peningkatan ekonomi masih kurang
dirasakan oleh masyarakat. Nilai rata-rata kondisi ekonomi di Kecamatan
Darangdan adalah 70.41%.
3) Kondisi Sosial
Persepsi masyarakat tentang kondisi sosial setelah pelaksanaan Program
RUTILAHU di Kecamatan Darangdan Grafik 4.8 Kondisi Sosial Kecamatan
Darangdan.
Grafik 4.8 Kondisi Sosial Kecamatan Darangdan
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Darangdan
Berdasarkan Grafik 4.8 kondisi sosial yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Darangdan adalah partisipasi masyarakat dalam
81.63%
18.37%
77.55%
22.45%
69.39%
30.61%
94
pengadaan rumah layak huni secara swadaya dengan jumlah persentase
mencapai 81.63%. Sedangkan yang paling rendah dirasakan masyarakat
adalah terciptanya lengkungan yang aman dan nyaman bagi masyarakat
jumlah persentase sebesar 69.39%. Rata-rata kondisi sosial setelah
pelaksanaan Program RUTILAHU adalah 76.19%.
3. Kecamatan Plered
Kecamatan Plered meiliki luas wiilayah seluas 30.47 km2 yang terdiri dari
16 Desa dengan jumlah penduduk mencapai 81.268 jiwa pada tahun 2014.
Secara geografis Kecamatan Plered Berbatasan dengan Kecamatan Darangdan
disebelah timur, Kecamatan Sukatani disebelah utara, Kecamatan Darangdan
dan Maniis disebelah selatan, Kecamatan Tegalwaru disebelah barat.11
a. Penerima Bantuan Kecamatan Plered
Pernerima bantuan Program RUTILAHU di Kecamatan Darangdan adalah
32 penerima bantuan berdasarkan survey dan pendataan tim verifikasi lapangan
yang tersebar didelapan Desa yaitu Citekokaler, Babakansari, Sempur, Anjun,
Gandamekar, Gandasoli, Citeko, Liunggunung.
b. Dana Bantuan Kecamatan Plered
Berikut jumlah dana yang diterima oleh KSM dari setap Desa disajikan
dalam Tabel 4.6 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Plered.
11 Katalog BPS, Kecamatan Plered Dalam Angka (Purwakarta 2014), 1-6.
95
Tabel 4.6 Dana Bantuan RUTILAHU Kecamatan Plered
No Desa Unit Dana Bantuan
1 Citekokaler 4 Rp. 40.000.000,-
2 Babakansari 4 Rp. 40.000.000,-
3 Sempur 4 Rp. 40.000.000,-
4 Anjun 4 Rp. 40.000.000,-
5 Gandamekar 4 Rp. 40.000.000,-
6 Gandasoli 4 Rp. 40.000.000,-
7 Citeko 4 Rp. 40.000.000,-
8 Liunggunung 4 Rp. 40.000.000,-
Jumlah Dana Bantuan Rp. 320.000.000,- Sumber: Nota Dinas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.6 total jumlah dana bantuan yang dicairkan oleh
KSM dari setiap desa di Kecamatan Plered adalah Rp. 320.000.000,- (Tiga
Ratus Dua Puluh Juta Rupiah). seluruh KSM di Kecamatan Plered mencairkan
dana senilai Rp. 40.000.000,- (Empat Puluh Juta Rupiah).
c. Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Plered
Berikut adalah gambaran umum keberhasilan fisik pelaksanaan
pembangunan sebelum dan setelah dibangun disajikan dalam Tabel 4.7
Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Plered.
Tabel 4.7 Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Plered
No Desa Penerima bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
1 Citekokaler Anang Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
2 Kartam Rusak Ringan 100% gubuk 100% grc
96
3 Sutrisno Rusak Ringan 100% gubuk 100% grc
4 Yani Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
5 Babakansari Ade carta Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
6 Taryo Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
7 Soma Rusak Berat 100% bata 100% bata
8 Olim Rusak Berat 100% bata 100% bata
No Desa Penerima bantuan Kondisi Sebelum Sesudah
9 Sempur Juaenah Rusak Ringan 100% gubuk 100% bata
10 Nursyaidah Rusak Berat 100% gubuk 100% grc
11 Engkos Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
12 Salim Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
13 Anjun Ujang lili Rusak Berat 100% bata 100% bata
14 Omah Rusak Ringan 100% gubuk 100% bata
15 Ujang bakri Rusak Berat 100% gubuk 100% gubuk
16 Neneng darsih Rusak Ringan 100% bata 100% bata
17 Gandamekar Siti rodiah/iti Rusak Berat 100% gubuk 50% bata
18 Yadi supriadi/engkom Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
19 Epoy Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
20 Darman Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
21 Gandasoli Rukman Rusak Ringan 100% bata 100% bata
22 Kahpi Rusak Ringan 50% bata 100% bata
23 Bubung Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
24 Kosih Rusak Ringan 100% gubuk 100% gubuk
25 Citeko Siti aisyah Rusak Ringan 100% bata 100% bata
26 Saripah Rusak Ringan 50% bata 50% bata
27 Ujang suryana Rusak Ringan 100% bata 100% bata
28 Tetti Rusak Ringan 100% gubuk 50% bata
29 Liunggunung Ihat solihat Rusak Ringan 100% bata 100% bata
30 Nurjanah Rusak Berat 100% gubuk 100% bata
31 Cicih Rusak Ringan 100% bata 100% bata
32 Karsih Rusak Ringan 100% bata 100% bata
Sumber: Nota Dinas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(Purwakarta 2014).
Berdasarkan Tabel 4.7 kondisi sebelum pelaksanaan pembangunan 15 unit
rumah mengalami kerusakan struktur tingkat berat dan 17 unit mengalami
rusak ringan. Total unit dengan perbaikan 100% bata menjadi 100% bata
sebanyak 9 unit, 100% gubuk menjadi 100% gubuk sebanyak 7 unit, 50% bata
menjadi 50% bata sebanyak 1 unit, 100% gubuk menjadi 50% bata sebanyak 2
97
0
10
20
30
40
50
60
70
80
SaranaSanitasi
SaranaVentilasi
KetahananPondasi
KetahananLantai
KetahananDinding
Ketahanan Atap
Baik Belum Baik
unit, 50% bata menjadi 100% bata sebanyak 2 unit, 100% gubuk menjadi 100%
bata sebanyak 8 unit, dan 100% gubuk menjadi 100% GRC sebanyak 3 unit.
d. Persepsi Masyarakat Kecamatan Plered
Berikut persepsi masyarakat terkait keberhasilan fisik, kondisi ekonomi
dan sosial yang diperlukan untuk mengevaluasi dan mengetahui responsivitas
masyarakat terhadap Program RUTILAHU.
1) Keberhasilan Fisik
Persepsi masyarakat tentang keberhasilan fisik Program RUTILAHU di
Kecamatan Plered disajikan dalam Grafik 4.9 Keberhasilan Fisik Kecamatan
Plered.
Grafik 4.9 Keberhasilan Fisik Kecamatan Plered
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Plered
68.75% 65.63%
75.00% 71.88% 71.88%
75.00%
31.25% 34.37%
25.00% 28.12% 28.12%
25.00%
98
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Peningkatan Ekonomi Manfaat Terhadap Kualitas Hidup
Iya Tidak
Berdasarkan Grafik 4.9 keberhasilan fisik yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Plered adalah ketahanan pondasi dan atap dengan
jumlah persentase mencapai 75.00%. Sedangkan sarana ventilasi dan
pencahayaan yang baik masih kurang dirasakan masyarakat adalah sarana
sanitasi yang benar dengan jumlah persentase sebesar 65.63%. Rata-rata
keberhasilan fisik di Kecamatan Plered adalah 71.35%.
2) Kondisi Ekonomi
Persepsi masyarakat tentang kondisi ekonomi setelah pelaksanaan
Program RUTILAHU di Kecamatan Plered disajikan dalam Grafik 4.10
Kondisi Ekonomi Kecamatan Plered.
Grafik 4.10 Kondisi Ekonomi Kecamatan Plered
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Plered
Berdasarkan Grafik 4.10 kondisi ekonomi yang paling dirasakan oleh
masyarakat di Kecamatan Plered adalah manfaat pembangunan rumah
56.25%
43.75%
84.38%
15.62%
99
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Partisipasi Masyarakat KSM Menggerakan masa Lingkungan Nyaman
Iya Tidak
terhadap meningkatnya kualitas hidup dengan jumlah persentase mencapai
84.38%. Sedangkan peningkatan ekonomi masih kurang dirasakan oleh
masyarakat. Nilai rata-rata kondisi ekonomi di Kecamatan Plered adalah
70.31%.
3) Kondisi Sosial
Persepsi masyarakat tentang kondisi sosial setelah pelaksanaan Program
RUTILAHU di Kecamatan Plered disajikan dalam Grafik 4.11 Kondisi Sosial
Kecamatan Plered.
Grafik 4.11 Kondisi Sosial Kecamatan Plered
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner Penerima Bantuan Kecamatan Plered
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner disajikan dalam kondisi sosial
yang paling dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Plered adalah KSM
menggerakan masyarakat dalam pengadaan perumahan secara swadaya,
62.50%
37.50%
68.75%
31.25%
59.38%
40.62%
100
indikator sosial ini mencapai jumlah persentase sebesar 68.75%. Sedangkan
dampak bagi lingkungan masih kurang dirasakan oleh masyarakat di
Kecamatan Plered. Rata-rata kondisi sosial setelah pelaksanaan Program
RUTILAHU adalah 63.54%.
101
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Terbatasnya akses perumahan dan permukiman yang sehat dan layak bagi
masyarakat berpenghasilan rendah menjadi masalah yang harus diselesaikan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Sejalan dengan prioritas
pembangunan daerah yang terbentuk dalam Sembilan Tangga Cinta menuju
Purwakarta Istimewa, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta menetapkan
kebijakan dalam bentuk Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
(RUTILAHU) sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kebijakan publik dipandang sebagai suatu pola kegiatan yang beraturan,
evaluasi kebijakan dalam perspektif alur siklus kebijakan publik menempati
posisi terakhir setelah implementasi kebijakan. Maka sudah sewajarnya jika
Program atau kebijakan yang telah dilaksanakan kemudian dievaluasi.
Evaluasi implementasi Program RUTILAHU sebagai kebijakan
pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta dalam penelitian ini menggunakan
tiga kriteria untuk menjawab pertanyaan dari perumusan masalah pada
penelitian ini yaitu efektivitas digunakan untuk mengetahui ketepatan sasaran
dan pencapaian tujuan program, efisiensi menggunakan empat pendekatan
George Charles Edwards III untuk mengetahui usaha yang diperlukan dalam
mencapai keberhasilan implementasi, dan responsivitas mayarakat digunakan
102
untuk mengetahui dampak implementasi program bagi masyarakat.
Berdasarkan tiga kriteria evaluasi tersebut peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Efektivitas Program RUTILAHU
Efektivitas meliputi dua indikator yaitu ketepatan sasaran dan pencapaian
tujuan kebijakan.
a. Program RUTILAHU pada penelitian ini dinyatakan belum tepat
sasaran karena pada tahun 2014 seharusnya Program RUTILAHU
diimplementasikan sebanyak 1150 namun karena keterbatasan
anggaran maka hanya diimplementasikan kepada 400 unit rumah
penerima bantuan saja.
b. Tujuan Program RUTILAHU untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat miskin sudah tercapai terbukti dengan dilampirkannya
gambar progres membuktikan bahwa Program RUTILAHU telah
berhasil memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat
miskin.
2. Efisiensi Program RUTILAHU
Efisiensi meliputi empat indikator yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan implementasi yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan
struktur birokrasi.
103
a. Komunikasi pada Program RUTILAHU berdasarkan hasil wawancara
pada penelitian ini belum sepenuhnya terjalin dengan baik. Seluruh
instansi dan kelompok kerja sudah bekerja dan berkomukasi sesuai perannya
masing-masing, namun KSM selaku panitia pelaksana kerja masih kurang
berkoordinasi dengan masyarakat.
b. Sumberdaya pada Program RUTILAHU berdasarkan hasil wawancara
dan penyebaran kuesioner pada penelitian masih belum tercukupi.
DCKTR masih membutuhkan penengah antara KSM dengan KPM
sebagai sarana mediasi, kecukupan sumber daya KSM masih belum
sepenuhnya tercukupi dengan rata-rata hanya mencapai 76.19%.
c. Disposisi panitia pelaksana juga tidak cukup tinggi rata-rata kesesuaian
harapan KSM hanya 77.78%. Keseuaian harapan panitia pelaksana
kerja masih sangat rendah hanya mencapai rata-rata 57.14% saja.
d. Struktur birokrasi sudah sesuai ketentuan berlaku. KSM diatur dalam
pedoman pelaksanaan sesuai peraturan KEMENPERA, sedangkan
KPM memiliki dokumen kontrak dengan DCKTR yang mengatur
mekanisme kerjanya. Dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan
pelanggaran yang dilakukan panitia atau ketidakpatuhan panitia
terhadap SOP.
3. Responsivitas Masyarakat
Responsivitas meliputi tiga indikator yaitu keberhasilan fisik, ekonomi, dan
sosial.
104
a. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa keberhasilan fisik
merupakan yang paling dirasakan oleh masyarakat dengan jumlah
persentase mencapai 72.86%. Pada indikator keberhasilan fisik peneliti
menggunakan enam variabel untuk mengetahui ketahanan kontruksi
rumah. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa ketahanan atap
menjadi yang paling rendah dirasakan oleh masyarakat dengan jumlah
persentase hanya 65.71%.
b. Keberhasilan ekonomi mencapai rata-rata 68.57%. Pada keberhasilan
ekonomi peneliti menggunakan dua variabel untuk mengetahui kondisi
ekonomi masyarakat setelah diimplementasikannya Program
RUTILAHU. Berdasarkan kedua variabel tersebut peneliti menemukan
bahwa Program Rutiahu masih sangat rendah pengaruhnya tehadap
peningkatan ekonomi masyarakat karena jumlah persentase yang
sanagat rendah dengan rata-rata hanya 54.46%.
c. Keberhasilan sosial mencapai rata-rata keberhasilan 67.48%. Pada
keberhasilan sosial peneliti menggunakan tiga variabel untuk
mengetahui kondisi sosial masyarakat setelah diimplementasikannya
Program RUTILAHU. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa
Program Rutiahu masih belum cukup berpengaruh tehadap lingkungan
rumah yang seharusnya aman dan nyaman bagi masyarakat karena
jumlah persentase yang rendah dengan rata-rata 63.76%.
105
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil Evaluasi implementasi dalam penelitian ini, Program
RUTILAHU yang diimplementasikan pada tahun 2014 masih belum
sepenuhnya berhasil. Untuk meningkatkan keberhasilan Progran RUTILAHU
maka diperlukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu dilaksanakan evaluasi dan verifikasi lapangan secara periodik,
agar sasaran dapat diperhitungkan dengan matang sesuai anggaran
yang ada dan sepenuhnya tepat sasaran karena pada pelaksanaan tahun
2014 Program RUTILAHU hanya diimplementasikan kepada 400 dari
yang seharusnya 1150.
2. Perlu adanya peningkatan pengawasan dalam pelaksanaan Program
RUTILAHU agar komunikasi dapat terjalin dengan baik karena pada
pelaksanaan Program RUTILAHU tahun 2014 KSM selaku panitia
masih kurang berkoordinasi dengan masyarakat.
3. Perlu ada penambahan anggaran dan perangkat Desa yang berperan
sebagai sarana mediasi antara KPM dengan KSM agar sumber daya
dapat sepenuhnya terpenuhi karena kecukupan sumber daya KSM
masih belum sepenuhnya tercukupi dengan rata-rata hanya mencapai
76.19%, kemudian DCKTR juga membutuhkan penengah antara KSM
dengan KPM sebagai sarana mediasi.
4. Perlu adanya sosialisasi yang lebih terperinci tentang Program
RUTILAHU terhadap KSM agar dapat meningkatkan kesesuain
106
harapan panitia yang berpengaruh terhadap hasrat dan komitmen yang
kuat karena keseuaian harapan panitia pelaksana kerja sangat rendah
hanya mencapai rata-rata 57.14%.
5. Perlu adanya peningkatan dalam pembimbimngan terhadap KSM
terkait kontruksi bangunan yang layak agar dapat meningkatkan
keberhasilan fisik karena pada penelitian ini peneliti menemukan
bahwa ketahanan atap menjadi yang paling rendah dirasakan oleh
masyarakat dengan jumlah persentase hanya 65.71%.
6. Perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat terkait peningkatan
ekonomi agar masyarakat miskin dapat lebih memperhatikan kondisi
ekonomi dan tidak lagi memikirkan kondisi rumah yang tidak layak
huni karena peneliti menemukan bahwa Program Rutiahu masih sangat
rendah pengaruhnya tehadap peningkatan ekonomi masyarakat karena
jumlah persentase yang sanagat rendah dengan rata-rata hanya 54.46%.
7. Perlu adanya sosialisasi terhadapa masyarakat terkait sarana dan
prasarana lingkungan agar masyarakat sendiri dapat menciptakan
lingkungan yang aman nyaman dan baik bagi kehidupan sosial karena
pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa Program Rutiahu masih
belum cukup berpengaruh tehadap lingkungan rumah yang seharusnya
aman dan nyaman bagi masyarakat karena jumlah persentase yang
rendah dengan rata-rata 63.76%.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ananda, Ismadi. Pokok-Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan. Tangerang: PT.
Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013.
Anggara, Sahya. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014.
Blaang, C. Djemabut. Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan Dasar,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986.
Dunn, William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2003.
Hermit, Herman. Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman
(UU No. 4 Tahun 1992). Bandung: CV. Mandaar Maju, 2009.
Nurdiantoro, Burhan. Statistik Terapan untuk Penelitian Sosial Teori dan Praktik
dengan IBM SPSS statistik21. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2015.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sarwono, Jonathan. Strategi Melakukan Riset Kualitatif, Kuantitatif dan
Gabungan. Yogyakarta: Andi Offset, 2013
xvii
Winarno, Budi. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta:
Center of Academic Publishing Service, 2014.
Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan
Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Yudohusodo, Siswono. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Jakarta: INKOPPOL, Unit
Percetakan Bharakerta, 1991
Dokumen:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.
Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman No. 1 Tahun 2011.
Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat No. 02 /Permen/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Perumahan Rakyat Tahun 2010-2014.
Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor: 4 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 18 Tahun
xviii
2013 Tentang Anggaran Pendapan Dan belanja Daerah Kabupaten
Purwakarta Tahun Anggaran 2014.
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2013-2018.
Data Usulan Program RUTILAHU, Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri 2014.
Laporan Akhir Penunjang Program Rehabilitasi Rumah tidak layak huni
(RUTILAHU), Purwakarta: 2014
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Dokumen Kontrak Penunjang RUTILAHU,
Purwakarta 2014.
Proposal, Program Rehabilitasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
Purwakarta 2014.
Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD), Perjanjian Pemberian
Bantuan Belanja Hibah, Purwakarta 2014.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada
KSM Program Rutilahu.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Pengeluaran Belanja Hibah untuk KSM
Program Rutilahu.
Lampiran SPJ, Program Rehabilitasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak
Huni Bandung: PT. Citra Cipta Mandiri, 2014.
xix
Internet:
Bappeda Kabupaten Purwakarta, Pra Musrenbang BKPP Wilayah II Provinsi
Jawa Barat. Diunduh pada 22 Feb 2016 http://bappeda.jabarprov.go.id/ass
ets/images/upload/Dokumen/pramusrenbang2015/purwakarta/pramusrenb
ang2015purwakarta-kabupaten_purwakarta.ppt
Website Resmi Kabupaten Purwakarta “Sejarah Purwakarta” diakses pada 29 Nov
2016 dari http://www.purwakartakab.go.id/articles/sejarah-purwakarta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta Dalam Angka 2015.
Diakses pada 29 Nov 2016 https://purwakartakab.bps.go.id/index.php/
publikasi/index?Publikasi_page=8
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Statistik daerah Kabupaten
Purwakarta 2015. Diakses pada 29 Nov 2016 https://purwakartakab.bps.
go.id/index.php/publikasi/index?Publikasi%5BtahunJudul%5D=2015&Pu
blikasi%5BkataKunci%5D=kabupaten+purwakarta&yt0=Tampilkan&Pub
likasi_page=2
Katalog BPS, Kecamatan Pondoksalam Dalam Angka 2015. Diakses pada 29 Nov
2016 https://purwakartakab.bps.go.id/index.php/publikasi/index?Publik
asi%5BtahunJudul%5D=2015&Publikasi%5BkataKunci%5D=dalam+ang
ka&yt0=Tampilkan
xx
Katalog BPS, Kecamatan Darangdan Dalam Angka 2015. Diakses pada 29 Nov
2016 https://purwakartakab.bps.go.id/index.php/publikasi/index?Publik
asi%5BahunJudul%5D=2015&Publikasi%5BkataKunci%5D=dalam+angk
a&yt0=Tampilkan&Publikasi_page=2
Katalog BPS, Kecamatan Plered Dalam Angka 2015. Diakses pada 29 Nov 2016
https://purwakartakab.bps.go.id/index.php/publikasi/index?Publikasi%5Bt
ahunJudul%5D=2015&Publikasi%5BkataKunci%5D=dalam+angka&yt0=
Tampilkan&Publikasi_page=2
xxi
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Bapak Ucok Ujang Wardi (Ketua DPRD Kabupaten
Purwakarta)
1. Program Rutilahu sebagai agenda kebijakan yang tertuang dalam 9
langkah menuju Purwakarta Istimewa yang kemudian ditindak lanjuti
melalui proses formulasi agar dapat diadopsi dan diimplementasikan
kepada masyarakat. Selain Agenda Kebijakan, Apa landasan pengambilan
kebijakan Program Rutilahu?
Dasar pengambilan kebijakan pada saat itu adalah untuk menanggulangi
masalah kemiskinan di Kabupaten Purwakarta sesuai dengan sesuai dengan
Perpres Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
2. Langkah apa saja yang diambil sampai RUTILAHU dapat diadopsi
sebagai kebijakan?
Langkah pertama adalah pendataan yg meliputi tahap kompilasi, verifikasi dan
validasi data masyarakat miskin di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2013.
langkah kedua, kemudian di buatkan legal formal dalam bentuk Perbup Nomor
050.13/kep.781-bappeda/2013 pada tanggal 31 desember 2013 tentang
penetapan data rumah tidak layak huni yang tervalidasi berdasarkan administrasi
kependudukan di Kabupaten Purwakarta. Rumah tidak layak huni sejumlah
23.173 KK dari 17 kecamatan. Langkah ketiga, data by name by address
xxii
tersebut diserahkan kepada OPD terkait seperti Dinas Cipta Karya dan Tata
ruang untuk ditindak lanjuti dalam tahapan perencanaan kedepan oleh OPD
yang bersangkutan.
3. Tujuan program rutilahu adalah meningkatkan kualitas hidup dan drajat
kesehatan masyarakat miskin. Adakah Tolok ukur tertentu terkait
peningkatan kualitas hidup dan drajat kesehatan?
Peningkatan kualitas secara agregat dapat dilihat dari penurunan angka
kemiskinan di Kabupaten Purwakarta dari tahun ke tahun semenjak Program
RUTILAHU diluncurkan. Keberhasilan fisik pengadaan rumah tidak layak huni
adalah tolok ukur peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan bagi
masyarakat miskin. Karena dengan tersedianya rumah layak huni dimaksudkan
untuk mengatasi masalah perumahan dan permukiman agar masyarakat
mendapatkan kenyamanan bertempat tinggal, ketahanan rumah yang lebih baik,
dan menciptakan lingkungan yang sehat.
4. Apakah Program RUTILAHU 2014 sudah sesuai harapan?
Jika melihat data yang ada, dapat dikatakan masih jauh dari harapan. Akan
tetapi Pemerintah Kabupaten Purwakarta dari tahun ke tahun berupaya
menuntaskan program ini melalui dana bantuan di KESRA yang teknis
pelaksanaannya oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Bankeu Desa serta
Rereongan Sabatang Rokok ditengah keterbatasan alokasi anggaran APBD
Kabupaten Purwakarta yang ada. Bantuan dana perbaikan dari Pemerintah
xxiii
Pusat sebesar 7,5 juta per-rumah tidak mencukupi, untuk itu perlu sisanya di
tambal oleh APBD yang disalurkan melalui alokasi bantuan keuangan Desa.
Wawancara dengan Bapak Entis Sutisna, BE (Kepala Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang)
1. Bagaimana proses formulasi kebijakan?
Formulasi Program RUTILAHU, pertama-tama mengevaluasi jumlah rumah
tidak layak huni di Kabupaten Purwakarta melalui proses verifikasi dan
investigasi di lapangan, setelah diketahui jumlahnya dan keluhannya, maka
ditetapkanlah kebijakan dalam bentuk bantuan hibah langsung kepada
masyarakat.
2. Jumlah penerima bantuan adalah 400 unit dari yang seharusnya 1150 unit.
Tanggapan anda tentang ketepatan sasaran pelaksanaan rutilahu 2014
apakah sudah sesuai harapan?
Masih belum sesuai harapan, sebetulnya waktu itu harapan Bupati Program
RUTILAHU diimplementasikan kepada 1150, namun karena kondisi keuangan
yang tidak memadai, maka hanya diimplementasikan hanya kepada 400 unit
penerima bantuan. Rutilahu saat ini diambil alih oleh Bidang Kesra di Sekda
karena pada tahun 2014 dalam pengerjaannya KSM kurang berkoordinasi
dengan rumah yang ada dan menimbulkan kekecewaan.
xxiv
Wawancara dengan Bapak Agung Wahyudi, TS (Kepala Bidang
Perumahan dan Permukiman Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang)
1. Bagaimana proses formulasi kebijakan?
Visi-misi Kabupaten didistribusikan kepada visi-misi Dinas, visi-misi Dinas
akhirnya distribusikan kembali ke dalam visi-misi masing masing bidang, salah
satunya bidang perumahan dan pemukiman Tupoksinya yaitu membangun suatu
permukiman yang sehat. Kategori sehat terdapat pada indeks kesehatan, dimana
infrastruktur (kontruksi bangunan) dan sanitasi merupakan salah satu bobot
terbesar dalam menentukan indeks kesehatan tersebut. Disitulah bidang perkim
menjalankan Tupoksinya.
2. Peran DCKTR dalam program RUTILAHU?
Tugas DCKTR dalam Program Rutilahu adalah sebagai kuasa pengguna
anggaran dalam kegiatan Rutilahu tersebut. Dengan tugas mulai dari membantu
di perncanaan sampai dengan verifikasi akhir pelaksanaan.
3. Bagaimana siklus birokrasi atau kepanitiaan dalam program RUTILAHU?
DCKTR sebagai kuasa pengguna anggaran selaku pemegang kegiatan. Rutilahu
pertama dalam perncanaan kebutuhan, DCKTR dibantu ketika merencakan,
membimbing sampai pertanggungjawaban, karena jumlah penerima yang
banyak dan keterbatasan SDM maka dibantulah oleh konsultan (KPM), KPM
xxv
membantu DCKTR dalam perencanaan awal kebutuhan untuk material Rutilahu
yang diperlukan, dalam pembangunan juga memberikan bimbingan sampai pada
pertanggungjawaban (SPJ). Setelah semuanya selesai kembali lagi ke DCKTR,
KPM bertangungjawab terhadap DCKTR.
4. Apakah dengan adanya KPM dan KSM sebagai sumberdaya untuk
memfasilitasi terlaksananya Program RUTILAHU, Apakah sudah cukup?
Atau perlukah ada penambahan sumber daya?
Sebenarnya KPM ditunjuk oleh DCKTR, pelaksana adalah KSM yang ditunjuk
oleh Desa sebagai perwakilan desa. Idealnya harus ada pihak yang menengahi
antara mereka, seperti Kader Desa atau pengawas sebagai sarana mediasi dan
kontroling antara KSM dan KPM biasanya aparat Bamusdes.
5. Apakah rutilahu 2014 sudah mencapai tujuan?
Pada dasarnya rumah yang tidak layak dirubah menjadi layak huni, menurut
saya sudah meningkatkan kualitas hidup dan drajat kesehatan (tujuan Program)
hanya kepada sebagian penerima (400 unit penerima bantuan 2014), sementara
sebenarnya kebutuhan ada 21.000 unit.
xxvi
Wawancara dengan Bapak Faisal Qamra (Kuasa Direksi PT. Citra Cipta
Mandiri sebagai Konsultan Pendamping Program Rehabilitasi Rumah Tidak
Layak Huni)
1. Apasaja peran atau tugas KPM?
KPM pada dasarnya ditunjuk sebagai penunjang Rutilahu oleh DCKTR untuk
membantu terlaksanya Program Rutilahu, KPM selaku konsultan pendamping
melakanakan tugas pendampingan agar masyarakat atau KSM dimudahkan
dalam pengadministrasian dan pelaksanaan fisik Program Rutilahu
2. Bagaimana proses pendampingan yang dilakukan oleh KPM?
KPM mendampingi KSM dalam perencanaan yaitu membuat propsal
permohonan bantuan dana dan ikut serta menyerahkan kepada Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang (DCKTR) dan Dinas Pengelola Keuangan dan Asset
Daerah (DPKAD), KSM juga harus melampirkan surat pernyataan
pertanggungjawaban penerima belanja hibah. KPM selaku pendamping
mengarahkan KSM untuk menyepakati perjanjian pemberian bantuan belanja
hibah kepada kelompok atau anggota masyarakat antara Pemerintah Kabupaten
Purwakarta dengan KSM dari Desa penerima bantuan.
3. Apakah komunikasi antara DCKTR, DPKAD, KPM, dan KSM terjalin
dengan baik? Apakah ada kendala?
xxvii
Selain sebagai konsultan pendamping KPM juga bertindak sebagai penghubung
antara masyarakat terutam KSM dengan pemerintah Kabupaten Purwakarta
yaitu DCKTR dan DPKAD, karena KPM bertujuan untuk mempermudah
pengadministrasian dan birokrasi. Pelaksanaan Program Rutilahu 2014 sudah
berjalan sesuai dengan ketentuan berlaku, hal tersebut membuktikan bahwa
komunikasi sudah terjalin dengan baik.
4. Apakah KPM memiliki kekurangan sumberdaya dalam pelaksanaan
program? Perlukah adanya penambahan?
Sudah terpenuhi, karena sumber daya KPM sudah tertera sebelum
ditandatanganinya Dokumen Kontrak antara KPM dengan DCKTR, kebutuhan
ATK, Transportasi dan SDM sudah direncanakan dan tentunya berdasarkan
perhitungan yang matang.
5. Apakah perumusan Program Rutilahu sesuai harapan?
Sudah sesuai harapan karena perumusan Program Rutilahu oleh pemerintah
bertujuan untuk mengatasi masalah perumahan dan permukiman bagi
masyarakat miskin berupa pemberian bantuan langsung secara hibah oleh
Pemerintah Kabupaten Purwakarta.
6. Apakah ada pedoman yang mengatur terlaksananya Rutilahu?
Dalam Program Rutilahu mekanisme kerja KSM diatur dalam pedoman
pelaksanaan Program Rutilahu berdasarkan Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Republik Indonesia tentang pelaksanaan bantuan stimulan perumahan
xxviii
swadaya, sedangkan KPM sendiri memiliki dokumen kontrak dengan DCKTR
yang mengatur mekanisme kerja.
7. Apakah rutilahu 2014 sudah mencapai tujuan?
Pembangunan perumahan dan permukiman sudah tercapai. Secara fisik
pembangunan rumah sudah kami awasi dengan baik. Dengan rumah yang layak
huni masyarakat bisa hidup lebih nyaman dan lebih terjamin kesehatannya.