86
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI KELURAHAN KAMPUNG BARUH KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I) Dalam Ilmu Pemerintahan Oleh SAULATIYAH 105170611 Pembimbing: Yudi Armansyah, S. Th.I. M. Hum Irsadunas Noveri, S.H., M. H PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1442 H/2021 M

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

KELURAHAN KAMPUNG BARUH KECAMATAN TABIR

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I)

Dalam Ilmu Pemerintahan

Oleh

SAULATIYAH

105170611

Pembimbing:

Yudi Armansyah, S. Th.I. M. Hum

Irsadunas Noveri, S.H., M. H

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1442 H/2021 M

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

i

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

ii

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

iii

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

iv

MOTTO

Artinya: “Dan Jangalah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah

diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan

penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangatlah dekat dengan orang-

orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S Al-A’raf: 56).

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

v

PERSEMBAHAN

“Bismillahirahmanirrahim. Puja dan puji syukur Hamba ucapkan kehadirat Allah

SWT karena berkat atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, maka penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan pada tepat waktunya.

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

Bapak (Syamsudin) dan ibu (Rabima) kedua orang tua tersayang dan tercinta.

Terimakasih untuk semua bentuk perhatian. cinta dan kasih sayang yang selalu

kalian berikan kepada penulis sejak lahir hingga sekarang sampai dengan

seterusnya, terimakasih atas doa yang tiada hentinya, kesabaran, dukungan, serta

nasehat yang selalu diberikan untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan

semoga anakmu bisa menjadi kebahagian dan kebanggaan bapak dan ibu baik di

dunia maupun di akhirat.

Amin Ya Robbal Alamiin.

Ungkapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada:

Kakakku Arpansyah dan Afdol serta adikku tercinta Zahara. Terima kasih atas

semua do’a dan motivasi serta dukungan yang tiada hentinya di berikan kepada

penulis.

Terimakasih juga untuk teman-teman semua mulai dari teman sd sampai dengan

di bangku perkulihan kelas IP C 2017, terutama (Derimaz Melati, Fatma W Sayla,

Novi Ardanisa, Bibik Sity) karena kalian selalu memotivasi penulis.

Dan yang terakhir skripsi ini penulis persembahkan kepada orang yang selalu

menanyakan penulis kapan wisuda.

Terimakasih orang-orang terkasih dan tersayang mudah-mudahan kita semua

selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

vi

ABSTRAK

Saulatiyah, Nim 105170611: Kebijakan Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo

Di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pelestarian

Situs Cagar Budaya Bangunan Rumah Tuo, serta untuk melihat efektivitas dari

kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo, dimana Rumah Tuo ini

memiliki pengetahuan sejarah yang baik untuk Ilmu Pengetahuan dan untuk

mengetahui kendala apa yang sering dialami pemerintah dalam pelestarian Rumah

Tuo. Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan

deskriptif kualitataif. Teknik dalam pengumpulan data menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian

menunjukkan bahwa Pemerintah telah melakukan pelestarian sejak ditetapkan

Rumah Tuo sebagai Situs Cagar Budaya melalui Keputusan Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Nomor: KM. 11/PW.007/MKP/2004 tentang penetapan Rumah

Tradisional Rantau Panjang yang biasa di sebut Rumah Tuo yang berlokasi di

Provinsi Jambi sebagai Situs Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992. Sedangkan efektivitas pemerintah sudah

terlihat karena sudah banyak sarana dan prasarana yang disediakan, perbaikan yang

dilakukan terhadap rumah tuo, serta kunjungan yang dilakukan. Kendala yang

sering dialami dalam pelestarian Rumah Tuo ialah Dana, Jarak, serta masyarakat

sekitar banyak yang kurang mendukung dalam pelestarian Rumah Tuo.

Kata Kunci: Kebijakan, Pemerintah, Pelestarian, Rumah Tuo.

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat

Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan berkah serta hidayahnya, penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan

gelar sarjana Strata Satu (SI) di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Dengan Judul skripsi “Kebijakan Pemerintah Dalam

Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

didalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan didalamnya masih

terdapat banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis telah berupaya

semaksimal mugkin agar memberikan yang terbaik. Penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan dan bantuan maka dari itu penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari MA. Ph. D Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti Una, SH., MH. Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Agus Salim, M.A, M.I. R, Ph. D, wakil Dekan I, Bidang Akademik

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saiffuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H wakil dekan II, Bidang Administrasi

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Ishaq, S.H. Hum wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, M. Si Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

viii

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………………………………i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..iii

MOTTO.………………………………………………………………………… iv

PERSEMBAHAN ………………………………………………………………..v

ABSTRAK .………………………………………………………………………vi

KATA PENGANTAR .…………………………………………………………vii

DAFTAR ISI ……..…………………………………………………………..….ix

DAFTAR TABEL .………………………………………………………...…....xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ….…………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah ..…………….……………………………………..5

C. Batasan Masalah ..…………………………………………………….5

D. Tujuan Penelitian ..……………………………………………………6

E. Kegunaan Penelitian ...…...…………………………………………...6

F. Kerangka Teori ..……………………………………………………...7

G. Tinjauan Pustaka ...…..………………………………………………13

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

x

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian….…………………………………………….16

B. Lokasi Penelitian …….………………………………………………17

C. Jenis dan Sumber Data………….……………………………………17

D. Teknik Pengumpulan Data….……………………………………….20

E. Teknik Analisi Data .…….…………………………………………..23

F. Sistematika Penulisan….……………………………………….……24

G. Jadwal Penelitian….…………………………………………………26

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH TUO

A. Sejarah Kelurahan Kampung Baruh …………………………………27

B. Letak Geografis ..…………………………………………………….35

C. Sarana dan Prasarana di Rumah Tuo..………………………………..36

D. Keadaan Penduduk….……………………………………………….39

E. Propil Kelurahan Kampung Baruh..………………………………….46

1. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baruh………..……..46

2. Visi dan Misi Kelurahan Kampung Baruh….…………………47

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pengelolaan Kebijakan Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,

Provinsi Jambi …….………………………………………………...48

B. Efektivitas Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi…………………………………….…………………………..55

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

xi

C. Kendala yang dialami dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi………………………………......…………………………….58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .…………………………………………………………60

B. Saran…….…………………………………………………………...61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I : Jadwal Penelitian ………………………………………………26

Tabel II : Jumlah Penduduk Kelurahan Kampung Baruh…………………39

Tabel III : Struktur Kelurahan Kampung Baruh ………………………..…46

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Bentuk dalam dari Rumah Tuo. ..………….....………………...26

Gambar II : Gapura dan Jalan Setapak….………………….………….….…38

Gambar III : Pakaian sehari-hari masyarakat di Rumah Tuo……………....…44

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan dan pelestarian pengelolaan pariwisata yang ada di Indonesia

sangat baik. Untuk mengembangkan dunia pariwisata di Indonesia ini di dukung

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang

menyebutkan bahwa keberadaan suatu objek wisata di suatu daerah akan

memberikan keuntungan jika bisa dikelola dengan baik, dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat dan

memperluaskan kesempatan kerja yang mengingat semakin banyaknya

pengangguran pada saat ini, serta meningkatkan rasa cinta lingkungan dalam

melestarikan alam dan budaya setempat.1

Provinsi Jambi secara umum memiliki potensi pariwisata yang potensial

namun belum dikelola secara optimal, salah satu objek wisata potensial di Provinsi

Jambi ialah keberadaan peninggalan-peninggalan sejarah penduduk setempat yang

berpotensi untuk di kembangkan menjadi desa wisata budaya sehingga menambah

khasanah wisata di Provinsi Jambi.

Kabupaten Merangin saat ini merupakan salah satu daerah Kawasan

Pengembangan Pariwisata (KPW) Jambi Tengah, terdapat sumber dan Potensi

objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata budaya dan wisata

perdesaan yaitu perkampungan tradisional kawasan Rumah Tuo yang unik dan

1 Muhammad Luthfi, “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosial Ekonomi di Bandar

Lampung”, Jurnal Riset Akuntasi dan Manajemen, Vol.2 No. 1, (Juni, 2012), hlm. 18.

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

2

memiliki potensi daya tarik wisata yang sangat bernilai tinggi. Lingkungan

perkampungan tersebut masih mencerminkan secara utuh kemurnian lingkungan

fisik dan budaya tradisional. Kawasan Rumah Tuo ini terdapat di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.2

Perkampungan Rumah Tuo adalah sebuah lokasi perkampungan yang masih

mempertahankan bangunan-bangunan tua/lama yang dibangun ratusan tahun yang

lalu. Disebut Kampung Tuo karena dikampung tersebut masih ada bangunan rumah

tua yang masih bertahan hingga saat ini. Rumah Tuo tersebut merupakan salah satu

Situs Cagar Budaya yang berada di Merangin dan mulai ditetapkan sebagai Situs

Cagar Budaya pada tahun 2004.3

Rumah Tuo merupakan warisan nenek moyang yang menjadi daya tarik

tersendiri di Kabupaten Merangin. Rumah Tuo ini berusia lebih kurang ratusan

tahun. Rumah Tuo memiliki keindahan bangunan yang masih terjaga, Rumah Tuo

yang berbentuk panggung dan menjadi tempat tinggal bagi suku batin.4

Meskipun modernisasi desain Rumah Tuo semakin berkembang, uniknya

bentuk asli dari Rumah Tuo tetap dipertahankan hingga kini. Kontruksinya pun

sangat unik, terbuat dari kayu dan dalam pembangunannya sama sekali tak

menggunakan paku. Masyarakat setempat di sekitar Rumah Tuo sangat menjunjung

tinggi adat istiadat, dan tradisi yang semakin menarik banyak perhatian dari

2 Ade Ramadiansyah, Harne Julianti Tou, Tomi Eriawan, “Identifikasi Pengembangan

Kawasan Rumah Tuo Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin”, Jurnal

Tugas Akhir Mahasiswa jurusan PWK, Vol. 1 No. 3, (2014), hlm. 3. 3 Rumah Tuo Rantau Panjang Jambi “Informasi Situs Budaya Indonesia” di akses melalui

Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-rumah-tuo, tanggal 27 April 2020. 4 “Sejarah Rumah Tuo” Diakses Melaui Alamat, Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-

rumah-tuo,Tanggal 25 Februari 2020.

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

3

wisatawan.5 Penduduk setempat juga sangat ramah, dan sangat terbuka kepada

wisatawan yang ingin melihat keindahan serta warisan budaya di Rantau Panjang.

Sehingga bagi wisatawan yang ingin berkunjung bisa melihat Pesona Rumah yang

dapat dilihat berjajar sebanyak 60 buah yang berdiri tegak hingga kini.

Rumah Tuo dahulunya beratap ijuk, namun karena semakin sulitnya mencari

ijuk kini atap di ganti dengan seng. Ruang Rumah Tuo yang pertama adalah ruang

pertemuan dengan lantai yang dibagi menjadi tiga bagian. Antara satu dengan yang

lainnya dipisahkan dengan sekat kayu berukuran 10 cm. lantai yang agak tinggi

disebut Balai melintang diperuntukkan untuk Ninik Mamak dan Ulama. Sedangkan

lantai tengah untuk keluarga, serta lantai lorong yang kedua diperuntukan bagi para

pekerja, ruangan kedua digunakan untuk kamar dan ruangan ke tiga merupakan

dapur untuk memasak.

Rumah Tuo juga memiliki lumbung padi seperti Rumah Tradisional Melayu

pada umumnya yang terletak terpisah dari Rumah Utama. Tak hanya unik, Rumah

Tuo juga memiliki kontruksi kokoh serta dirancang tahan terhadap guncangan

gempa bumi. Rumah Tuo terletak di ujung kampung dan konon menjadi rumah

paling tua dari deretan rumah panggung lainnya. Masyarakat setempat biasa

menyebutnya dengan sebutan Rumah tuo. Rumah ini di bangun saat pertama kali

pindah dari Kerajaan Koto, yang diperkirakan sekitar 700 tahun lalu.6

Rumah Tuo selain menjadi tempat tinggal juga merupakan museum dengan

koleksi benda-benda tradisional bersejarah yang patut untuk di lestarikan. Dinding

5 Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Rumah Tuo Jambi, (Medan: Eksplora Arsitktur

Sumatera, 2016). Hlm.1. 6 “Sejarah Rumah Tuo” Diakses Melaui Alamat, Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-

rumah-tuo,Tanggal 25 Februari 2020.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

4

rumah dihiasi dengan ukir-ukiran indah, serta ditemukan pula ukiran pada tiang

penyangga rumah. Selain itu masih banyak lagi yang bisa dilihat wisatawan seperti

hiasan kepala kerbau, tempat sirih, keramik-keramik kuno, dan juga ambung yang

sering digunakan untuk membawa hasil pertanian masyarakat setempat.

Rumah Tuo merupakan Rumah Panggung yang berada dikelurahan Kampung

Baruh, Rumah Tuo ini sering di kunjungi para wisatawan yang ingin menambah

wawasan baik itu tentang benda-benda sejarah maupun tentang Rumah Tuo itu

sendiri. Rumah tuo paling ramai di kunjungi masyarakat pada hari ketujuh hari raya

lebaran idul fitri karena pada saat hari raya ketujuh tidak hanya Rumah Tuo dan

benda bersejarah yang dapat dilihat namun para wisatawan, serta bisa melihat adat

istiadat masyarakat disekitar Rumah Tuo.

Keadaan Rumah Tuo ini sudah cukup baik namun masih memerlukan

perhatian dalam pelestariannya seperti memperbaiki fasilitas yang telah rusak

dan masyarakat sekitar banyak yang kurang mendukung.7

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan bapak Iskandar selaku juru

bicara dan penghuni rumah tuo bahwa beliau mengatakan keadaan rumah tuo saat

ini cukup baik. Namun masyarakat sekitar banyak yang kurang mendukung karena

adanya kecemburuan sosial saat rumah tuo diberikan segala fasilitas.

Penelitian ini penting karena di sisi sejarah Rumah Tuo ini memiliki sejarah

yang bagus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah

Rumah Tuo ini, serta untuk melihat bagaimana kebijakan pemerintah dalam

pelestarian Rumah Tuo supaya Rumah Tuo ini tetap terjaga dan menjadi Situs

7 Wawancara bersama bapak Iskandar, pengelola Rumah Tuo Rantau Panjang, pada tanggal

15 Desember 2020.

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

5

Wisata Cagar Budaya sampai seterusnya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Kebijakan Pemerintah Dalam

Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, untuk mempermudah pemahaman dalam

pembahasan permasalahan yang akan di teliti, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?

2. Bagaimana efektivitas kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi?

3. Apa yang kendala yang dialami dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?

B. Batasan Masalah

Berdasarkan judul yang diangkat, maka pembahasan yang menjadi tumpuan

utama dari karya ilmiah ini agar tidak menjadi kesalahan pahaman dalam

pembahasan, baik terhadap penulis maupun pembaca, maka dalam penulisan ini

hanya memfokuskan kepada permasalahan kebijakan pemerintah dalam pelestarian

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

6

Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,

Provinsi Jambi dari Tahun 2017-2018.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi.

2. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan dari pemerintah dalam pelestatian

Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten

Merangin, Provinsi Jambi.

3. Untuk Mengetahui kendala yang dialami dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambahkan wawasan dan

pemahaman mengenai pelestarian yang ada di Rumah Tuo di Kelurahan Kampung

Baruh dan mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam Pelestarian

Rumah Tuo yang bertujuan untuk kesejahteraan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung

Baruh itu sendiri.

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

7

2. Kegunaan Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum maupun

bagi mahasiswa sebab dengan adanya penelitian ini maka dapat menambah

wawasan terkait pelestarian Rumah Tuo di Kampung Baruh oleh masyarakat

Rantau Panjang terutama masyarakat Kampung Baruh.

3. Kegunaan Secara Akademis

Untuk kalangan akademis atau peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan

tambahan referensi dan dasar untuk melakukan penelitian yang sejenis pada masa

yang akan datang, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan penulis dalam

rangka mengembangkan keilmuan yang telah didapat selama dibangku

perkuliahan, dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (SI) dalam bidang Ilmu Pemerintahan pada program Studi Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

a. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori-teori yang digunakan

dalam menjawab pertanyaan penelitian. Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat

dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

1. Kebijakan Publik

Kebijakan adalah proses pembuatan peraturan oleh pemerintah atau

pemegang kekuasaan yang berdampak kepada masyarakat luas. Sedangkan jika di

artikan terpisah atau secara etimologi, kebijakan berasal dari Bahasa Yunani dari

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

8

kata ‘polis’ yang berarti negara dan kota. Sedangkan Bahasa latin berasal dari kata

‘politia’ berarti negara, dan bahasa Inggris ‘policie’ untuk menunjukkan masalah

yang berhubungan dengan masalah publik dan administrasi pemerintahan.

Sedangkan publik adalah pemerintahan, masyarakat, dan umum.8

James E. Anderson menyatakan pendapatnya bahwa kebijakan publik sebagai

kebijakan yang ditetapkan oleh Badan-Badan dan Aparat Pemerintahan. Walaupun

disadari kebijakan publik bisa dipengaruhi oleh para aktor dan faktor luar

pemerintahan. Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat

dibuat oleh pejabat pemerintahan tertentu.9

Nurcholis memberikan pernyataan bahwa kebijakan sebagai suatu keputusan

organisasi yang dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu, yang berisikan

ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman berperilaku dalam hal sebagai

berikut:

a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, harus dilakukan baik yang kelompok

sasaran maupun organisasi pelaksana kebijakan.

b. Penerapan dan pelaksanaan suatu kebijakan harus ditetapkan baik dalam

hubungan sesama organisasi pelaksana maupun sesama kelompok sasaran

yang dimaksudkan.10

Carl Friedich., dikutip Winarno, memberikan pendapat bahwa kebijakan

adalah arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah

dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan atau

8 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Salemba Humanika, 2012), hlm. 5-6. 9 E-Jounal “Aktor dan Faktor Luar Pemerintahan Menurut James E. Anderson 10Nurcholis, Kebijakan Sebagai Keputusan Suatu Organisasi, 2007. Hlm. 326.

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

9

kesepakatan-kesepakatan dalam rangka mencapai suatu tujuan untuk

merealisasikan sasaran atau maksud tertentu.11

Thomas R. Dye., dikutip Winarno, memberikan pernyataan bahwa kebijakan

adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan maupun untuk tidak

dilakukan.12

Kebijakan pada umumnya digunakan untuk memilih dan menunjukkan

pilihan terpenting untuk mempererat kehidupan, baik dalam kehidupan organisasi

kepemerintahan maupun privat. Kebijakan publik merupakan istilah yang

digunakan dalam konteks ini mengacu pada keputusan dan tindakan dari

pemerintah dan visi yang menentukan keputusan suatu tindakan. Kebijakan

memandu suatu keputusan dan tindakan terhadap keputusan dan tindakan untuk

mencapai suatu hasil yang diinginkan.

b. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan suatu pedoman dalam menyusun penelitian

yang dapat digunakan penulis untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Pemerintah

Pemerintah berarti badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus

suatu negara.13 Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk

membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang di wilayah tertentu. Ada

11 Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik (Yogyakarta: Media Premindo, 2007).

hlm. 16 12 Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik, hlm. 17 13 Inu Kencana Syafiie, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), hlm. 3.

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

10

beberapa defenisi mengenai sistem pemerintahan. Pemerintah juga bisa diartikan

sebagai penguasa dan negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara.

Pemerintah merupakan ‘kemudi’ dalam bahasa Latin asalnya ‘Gubernaculum’

kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka.14

Pemerintah merupakan suatu orang yang yang mempunyai kewenang dalam

membuat kebijakan terhadap apa yang harus dilakukan dalam suatu daerah yang

bertujuan untuk supaya terciptanya masyarakat dan lingkungan yang makmur.

2. Pelestarian

Pelestarian adalah menjadikan tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti

keadaan semula, dan mempertahankan kelangsungannya. Cagar budaya adalah

warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar

Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya

di darat maupun di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan

melalui proses penetapan. (UU No. 11 tahun 2010, pasal 1 ayat 1).15

Klarifikasi Cagar Budaya

a. Cagar Budaya Benda

Benda cagar budaya adalah benda alam dari hasil buatan manusia, baik yang

bersifat bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, bagian-

bagian, ataupun sisa-sisa yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan

sejarah perkembangan manusia.

14 Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.

Grasindo, 2005), hlm. 100. 15 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1, Tentang Cagar Budaya.

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

11

b. Cagar Budaya Bangunan

Bangunan cagar budaya merupakan susunan binaan yang terbuat dari benda

alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang yang

berdinding ataupun tidak berdinding dan beratap.

c. Cagar Budaya Struktur

Struktur cagar budaya merupakan suatu susunan binaan yang terbuat dari

benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan

yang menyatu dengan alam, sarana dan prasarana untuk menampung kebutuhan

manusia.

d. Cagar Budaya Situs

Situs cagar budaya merupakan suatu lokasi dimana ditempat tersebut berada

baik di darat maupun di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar

budaya, dan struktur cagar budaya, sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti

kejadian pada masa lalu.

e. Cagar Budaya Kawasan

Kawasan cagar budaya merupakan satuan ruang geografis yang memiliki dua

atau lebih situs cagar budaya yang terletaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri

tata ruang yang khas dari cagar budaya tersebut.

f. Cagar Budaya di Darat dan di Air

Cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan yang berupa

cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya,

dan kawasan cagar budaya baik yang di darat maupun yang di air yang perlu

Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

12

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.

Jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bisa berupa perbaikan, kerusakan-

kerusakan yang harus diperbaiki bisa diakibatkan oleh proses alami, seperti

kerapuhan, lapuk, kusam, atau proses pemakaian, seperti goresan, dan pecah.

Pemeliharaan adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan

cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkannya (UU Cagar Budaya Pasal 1 angka 22) dengan lingkup pelestarian

sebagai berikut:

1). Perlindungan didalamnya berupa: penetapan, surat keterangan kepemilikan,

penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, dan zonasi.

2). Pemanfaatan didalamnya berupa: pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan.

3). Pemeliharaan didalamnya meliputi upaya untuk menjaga dan merawat agar

kondisi fisik cagar budaya tetap terjaga kelestariannya.

Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh termasuk Situs Cagar Budaya

dilingdungi oleh Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.16

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

13

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (peneliti-

penelitian lain) yang berkaitan dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang

diteliti. Dibawah ini adalah tiga penelitian yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian ini, yaitu:

17Oktarina Melly Aminah Harun, Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan,

Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2019. Dengan skripsi yang berjudul

Pelestarian Rumah Tradisional Berbahan Baku Kayu oleh Masyarakat Besemah di

Desa pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa masyarakat mempertahankan keberadaan ghumah baghi-

nya yang berbahan dasar kayu karena berbagai faktor, yaitu: kebudayaan, warisan,

bahan baku, kondisi ekonomi masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan kebijakan

pemerintah. Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa kayu yang digunakan dalam

pembuatan Rumah Tradisional yaitu kayu mersawa (Anisoptera Marginata Kort),

Surian (Toona Sureni Merr), Dan kayu rasamala (Altingia Excelsa Noronha).

Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan bantuan kepada pemilik

rumah tradisional dalam upaya mempertahankan keberadaan Ghumah Baghi dan

kebudayaan yang ada. Perbedaan penelitian antara penulis dan Oktarina yakni,

Penelitian Oktarina Melly Aminah Harun dilakukan di Desa pelang Kenidai,

Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam. Sedangkan Penelitian penulis

dilakukan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin.

17 Oktarina Melly Aminah Harun, “Pelestarian Rumah Tradisional Berbahan Baku Kayu

oleh Masyarakat Besemah di Desa pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam”,

Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, 2019.

Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

14

18Dhani Kurniawan Saputra, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan

Sosiologi, Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2017 dengan skripsi

berjudul Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat Lampung terhadap Rumah

Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat

Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ideal rumah adat

lampung adalah rumah panggung dengan bentuk limas cina yang terbuat dari kayu

asli yang terbagi menjadi beberapa ruang, antara lain teras, kolong bawah,

pengadapan, tengah lapang, ruang keluarga, dan kamar, tangga terbuat dari papan

kayu dengan jumlah dua tangga yang masing-masing memiliki 7 buah anak tangga.

Penelitian Dhani Kurniawan Saputra Memfokuskan Penelitian tentang Arsitektur

Bangunan Rumah Adat, sedangkan Penelitian penulis lebih memfokuskan tentang

Kebijakan Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh

Kabupaten Merangin.

19Hardiatha Arma, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Seni Rupa,

Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011. Dengan judul skripsi tentang Rumah

Adat Pitu Ruang Gayo Takengon Aceh Tengan Provinsi Aceh. Hasil penelitian

hardiatha menunjukkan bahwa Rumah Adat Pitu Ruang yaitu, dari nilai sejarahnya,

karena rumah adat adalah lambang adat di tanah Gayo, serta setiap motif tersebut

adalah lambang adat. Adapun motif-motif yang terdapat pada rumah adat yaitu:

18 Dhani Kurniawan Saputra, “Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat Lampung

terhadap Rumah Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat

Bandar Lampung”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2017. 19 Hardiatha Arma, “Rumah Adat Pitu Ruang Gayo Takengon Aceh Tengan Provinsi Aceh.

Hasil penelitian hardiatha menunjukkan bahwa Rumah Adat Pitu Ruang yaitu, dari nilai

sejarahnya, karena rumah adat adalah lambang adat di tanah Gayo, serta setiap motif tersebut

adalah lambang adat” Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

15

emun beriring, emun mutumpuk, emun berkune, emun berangkat, emun mupesir,

puter tali, pucuk rebung, cucok penggong, sarak opat, lelayang, nege, iken, kurik.

Secara umum motif tersebut adalah lambang adat, serta keinginan, harapan-

harapan, cita-cita serta status kedudukan di tanah Gayo. Perbedaan penelitian

Hadiatha Arma dan penulis dimana lokasi tempat penelitian yang berbeda

Hardiatha Arma melakukan penelitian di Rumah Adat Pitu Ruang Gayo sedangkan

penulis melakukan penelitian di Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh

Kabupaten Merangin.

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

16

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif atau lapangan yaitu penelitian

yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau

jasa berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik

kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu

pengembangan konsep teori.20Atau suatu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan dan mendeskripsikan peristiwa maupun fenomena yang terjadi di

lapangan dengan menyajikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-

fakta atau fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainya.21

Penggunaan metode ini di dasarkan atas pemikiran bahwa permasalahan yang

menjadi lapangan penelitian merupakan persoalan sistem sosial, dimana peristiwa

yang ada didalamnya bersifat totalitas. Oleh karenanya, untuk sempurnanya kajian

maka penelitian harus dilakukan secara holistik.22

Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan penelitian yang

berorientasi pada gejala-gejala yang alamiah, bersifat naturalistik, dimana hasil

yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan

20 Djaman Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 22 21 Djaman Satori, Metodologi Peneitian Kualitatif, hlm. 23 22 Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,2000), hlm.4

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

17

keterangan yang berbentu uraian dalam mengungkapkan permasalahan. Penelitian

ini memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lebih banyak sehingga peneliti

nantinya dapat menemukan dan menyimpulkan jawaban atas rumusan masalah

dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

mengumpulkan data yang spesifik dari informan dan menafsirkan makna analisis

data dari suatu objek yang diteliti yaitu kebijakan pemerintah dalam pelestarian

rumah tuo di kelurahan kampung baruh, kabupaten merangin.

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi. Pengambilan lokasi ini dengan mempertimbangkan bahwa sumber data

dilokasi tersebut telah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan mengkaji lebih

lanjut mengenai Kebijakan Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

C. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu Data Primer

dan Data Sekunder. Dibawah ini dirincikan satu persatu apa saja yang termasuk

kedalam data primer dan data sekunder dan untuk menunjang penelitian ini

terlaksana.

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

18

1). Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan

dicatat pertama kali oleh peneliti yang bersangkutan.23 Data primer ialah data yang

diambil langsung dari sumbernya tanpa adanya perantara.24 Data primer disini

merupakan data yang penulis ambil atau penulis peroleh dari responden penelitian

dan peristiwa temuan di lapangan.

Data primer ialah data yang diperoleh untuk dikumpulkan langsung

dilapangan oleh peneliti yang bersangkutan untuk pertama kalinya. Data primer ini

juga disebut sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-informasi yang di peroleh

secara langsung yang peneliti lakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data

primer ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan

pemerintah dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan

Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Data primer ini peneliti peroleh dari

wawancara dengan masyarakat, pegawai Kelurahan Kampung Baruh, pegawai

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (dispapora) Kabupaten Merangin, dan

pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.

2). Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua, data ini

biasanya berwujudkan data-data dokumentasi, dan data laporan yang diperoleh

23 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syari’ah Press, 2012), hlm. 23. 24 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syari’ah Press, 2014), hlm.

178.

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

19

dengan membaca dan tersedia. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara

tidak langsung atau melalui perantara.

Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung

sehingga bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan

seterusnya atau melalui perantaraan yang mendukung penelitian ini berhubungan

dengan Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Seperti dokumen yang berhubungan dengan

penelitian, dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian, serta buku,

jurnal, atau tulisan lain yang dikeluarkan oleh industri lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data itu diperoleh.

Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data itu disebut responden, yaitu, orang-orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun

lisan.25

Jadi sumber data yang diambil oleh peneliti sesuai dengan fokus penelitian

adalah manusia dan materi. Adapun sumber data yang meliputi manusia berupa

wawancara dengan Kementerian Pendidikan dan Balai Pelestarian Cagar Budaya

Jambi, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin, Kelurahan

Kampung Baruh, dan Masyarakat. Sedangkan sumber data berupa materi meliputi

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 174.

Page 34: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

20

dokumen Undang-Undang tentang Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung

Baruh, dan Buku-Buku lain yang berhubungan dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah data yang digunakan untuk mengumpulkan

data dan fakta penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama

dalam kegiatan suatu penelitian, karena tujuan dari suatu penelitian adalah untuk

memperoleh data. Adapun teknik data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi ataupun pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

berlangsung. Dalam pengertian psikologi, Observasi atau yang disebut pula dengan

pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobsevasi dapat dilakukan melalui

penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap, apa yang dikatakan

ini semua adalah pengamatan langsung.26 Akan tetapi, observasi disini diartikan

lebih sempit yaitu pengamatan dengan panca indera penglihatan yang berarti tidak

mengajukan pertanyaan/kuisioner. Maka peneliti mengamati secara langsung

dilapangan. Objek penelitian ini menggunakan observasi partisipasi, dimana

peneliti melakukan interaksi secara langsung dalam situasi sosial dengan subjek

26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, hlm. 199-200.

Page 35: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

21

penelitian, teknik ini digunakan untuk mengamati dan memahami peristiwa yang

terjadi di lapangan.

2) Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.27 Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban atas pertanyaan tersebut.28

Wawancara merupakan cara mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan tanyan jawab secara lisan secara sepihak yang berhadapan

muka. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam

penelitian metode kualitatif. Melaksanakan wawancara berarti melakukan interaksi

berkomunikasi ataupun percakapan antara si pewawancara dan narasumber dengan

tujuan menghimpun informasi dari informan yang memiliki pemahaman dan

pengetahuan sesuai dengan yang dibutuhkan.29

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang benar dari situasi

dan kondisinya melalui beberapa orang sebagai sumber informasi yang akurat.

melalui wawancara, maka penulis melakukan dialog langsung dengan para

informan, yaitu memberikan beberapa pertanyaan yang diperlukan. Kemudian

27 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 113. 28 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011).

Hlm. 186. 29 Djmaan Satori & Aan K. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Alfabe, 2009),

hlm. 65.

Page 36: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

22

mencatat hasil wawancara guna untuk memperoleh suatu gambaran permasalahan

yang diteliti.

Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada

dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang

diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa saja yang tersembunyi

jauh didalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan

bisa mencakup hal-hal yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan

juga masa mendatang.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam secara struktuk sehingga peneliti dapat mendengar langsung serta

mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh informan. Metode ini digunakan

untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang

bersangkutan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu atau terdahulu.

Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang30. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi

atau kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan di analisis. Metode

dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data peninggalan tertulis seperti

arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang

30 Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Semarang: Alfabeta. 2007), hlm. 65.

Page 37: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

23

berhubungan dengan penelitian.31 Penggunaan metode dokumentasi ini sangat

berguna untuk mendapatkan data catatan gambaran yang ada kaitannya dengan

penelitian ini.

Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa dokumentasi-

dokumentasi baik surat-surat maupun foto-foto lapangan dengan kegiatan

pengumpulan informasi atau data.

E. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif deskriptif. Analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat untuk memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya. Setelah data terkumpul

maka dilakukan suatu analisis data kualitatif dengan menggunakan analisis sebagai

berikut:

1. Penyusunan Data

Penyusunan data ialah untuk mempermudahkan peneliti dalam menilai

apakah data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang

didapatkan berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi

penyusunan.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data yang

didasarkan pada kategori yang diteliti. Penggolongan ini disesuaikan dengan sub-

31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, hlm 103.

Page 38: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

24

sub permasalahan yang sebelumnya dibuat berdasarkan analisa yang terkandung

dalam penelitian itu sendiri.

3. Pengelolaan Data

Pengelolaan Data merupakan kegiatan setelah semua data dan fakta yang

dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data yang didasarkan pada

kategori yang diteliti, Penggolongan ini disesuaikan dengan sub-sub permasalahan

yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang terkandung dalam masalah

itu sendiri.

3. Penyimpulan Data

Penyimpulan Data merupakan kegiatan ini dilakukan dengan cara

menghubungkan data atau fakta yang satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik

kesimpulan dan jenis kegunaannya. Langkah ini dilakukan dalam analisis data

kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I: pendahuluan, bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Kerangka Teori, dan Tinjauan Pustaka.

Bab II: Metode Penelitian, bab ini memuat paparan mengenai metodologi

penelitian dimana bab ini membahasan tentang Tempat dan Waktu Penelitian,

Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Unit Analisis, Instrumen

Pengumpulan Data, Teknis Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.

Page 39: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

25

Bab III: Gambaran Umum Lokasi Penelitian, bab ini memuat penjelasan

tentang mengenai Gambaran Umum Lokasi Penelitian yang terdiri dari: Historis

Rumah Tuo, letak geografis Rumah Tuo, Sarana dan prasarana Rumah Tuo, Struktur

Organisasi Kelurahan Kampung Baruh, Sosial Ekonomi Masyarakat di Rumah Tuo

Kelurahan Kampung Baruh.

Bab IV: Pembahasan dan Hasil Penelitian, bab ini memuat penjelasan

tentang Hasil Penelitian yang terdiri dari bagaimana Pengelolaan Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi. Efektivitas kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi dan Kendala yang sering dialami Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo

di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi

Jambi.

Bab V: Penutup, bab ini memuat tentang penutupan yang terdiri dari

kesimpulan hasil Penulisan Skripsi, Saran dan Penutup.

Page 40: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

26

G. Jadwal Penelitian

N

o

Kegiatan

Tahun 2020/2021

Februari Maret September November Desember Februari Maret

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1 Pengajuan Judul x

2 Pembuatan

Proposal

x

3 Perbaikan

proposal dan

Seminar

x

4 Surat Izin Reset x

5 Pengumpulan

Data

x

6 Pengolahan

Data dan

Analisis Data

x

7 Pembuatan

Laporan

x

8 Bimbingan dan

Perbaikan

x

9 Agenda dan

Ujian Skripsi

x

10 Perbaikan dan

Penjilidan

x

Catatan: Jadwal Berubah Sesuai Waktu

Page 41: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

27

BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH TUO KAMPUNG BARUH

A. Sejarah Rumah Tuo

Kelurahan Kampung Baruh merupakan Kelurahan yang terletak di

Kecamatan Tabir yang berbatasan dengan Kelurahan Dusun Baru, Kelurahan

Mampun, Kelurahan Pasar Rantau Panjang, Kelurahan Sido Rukun dan Kelurahan

Sido Rejo.

Penduduk Rantau Panjang termasuk dalam rumpun Suku Batin, yakni Marga

Batin V yang dikisahkan berasal dari kelompok 60 Tumbi (keluarga) yang pindah

dari Dusun Koto Rayo. Kata “Batin” merupakan penyebutan bagi salah satu suku

yang ada di daerah jambi yang berasal dari sekitar Gunung Kerinci. Kebudayaan

mereka berlatar Melayu-Jambi dan Minangkabau.

Enam puluh tumbi terus berlayar menelusuri sungai tabir hingga sampai di

ujung tanjung Muara Semayo dan kemudian menyebar ke 5 tempat membentuk 5

kampung atau dusun. Hal tersebut merupakan asal usul dari istilah “Marga Batin

V” yang berarti kumpulan 5 dusun yang berasal dari 1 dusun yang sama, yakni:32

1. Tanjung Muara Semayo (Dusun Lamo) dipimpin oleh Poyang Depati yang

membawa 19 tumbi. Kata semayo berarti perjanjian. Disinilah pertama kali 60

tumbi mengadakan perjanjian setelah meninggalkan Koto Rayo. Di kemudian

hari Tanjung Muara semayo ini dikenal dengan nama Rantau Panjang.

32 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 42: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

28

2. Dusun Seling dipimpin oleh Rio Seling yang membawa 14 tumbi. Dusun ini

terletak di antara Tanjung Muara Semayo dengan Dusun Kapuk. Oleh karena

itu disebut dengan Dusun Seling.

3. Dusun Kapuk dipimpin oleh Rio Pembarap yang membawa 9 tumbi. Dusun

Kapuk terletak di tengah-tengah dari kelima dusun Marga Batin V sehingga

dijadikan sebagai tempat pertemuan untuk bermusyawarah tentang masalah

Marga.

4. Dusun Pulau Aro dipimpin oleh Rio Pulau Aro yang mambawa 13 tumbi.

Nama dusun ini diambil dari alam lingkungannya yang berupa pulau-pulau

yang banyak ditumbuhi pohon aro.

5. Dusun Muara Jernih dipimpin oleh Rio Pemuncak yang membawa 5 tumbi.

6. Dusun ini terletak di dekat Sungai Jernih sehingga disebut Dusun Muara Jernih.

Dalam perkembangannya marga Batin V mengalami 3 fase Pertumbuhan,

yakni sebagai berikut:33

1. Fase Awal

Pada fase awal merupakan fase yang di mulai dari terbentuknya Marga Batin

V sampai masuknya kolonialisme di daerah tersebut. Dalam fase ini pemerintah

Marga Batin V terdiri atas 5 dusun yang masing-masing dikepalai oleh seorang

kepala dusun.

Kepala dusun tersebut bertanggungjawab kepada warga Marga Batin V

sebagai pemerintahan tertinggi. Pada masa fase awal hukum adat adalah hukum

33 Dukumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 43: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

29

yang tertinggi sehingga semua warga yang ada harus tunduk kepada aturan adat

yang ada.

2. Masa penjajahan

Masa penjajahan struktur pemerintahan yang ada tidak berubah, tetapi hukum

yang digunakan tidak hanya hukum adat, melainkan juga hukum penjajahan yang

ada. Pemerintahan Hindia Belanda masuk ke daerah Marga Batin V pada tahun

1901 dan mulai ikut campur dalam urusan pemerintahan Marga Batin V pada tahun

1906.

Pemilihan para muka adat yang sebelumnya dilakukan secara bermusyawarah

oleh para kepala dusun, kepala kampung, ninik mamak, dan cerdik pandai berubah

menjadi ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang melakukan penjajahan.

Dan hal tersebut juga terjadi ketika Jepang masuk pada tahun 1943 aturan tersebut

tetap berlaku, namun bila ada yang tidak cocok, maka akan disesuaikan dengan

kepentingannya.

3. Fase Kemerdekaan

Masa kemerdekaan pemerintah Marga Batin V menggunakan hukum adat

yang dikepalai oleh seorang yang bernama pasirah dengan gelar Rio Depati. Selain

itu, Dusun Margoyoso yang semula berdiri sendiri dan mempunyai pemerintah

sendiri yang dikepalai oleh Asiten Demang Membawahi desa-desa lain yang ada

disekitarnya menjadi bergabung dengan Marga Batin V dengan status yang sama.

Wawancara dengan Bapak Iskandar yang menepati rumah tuo yang

memberikan penjelasan sebagai berikut:

Page 44: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

30

“Pada saat keturunannya yang ke 5 bernama Timah Itam pada saat itulah

Islam mulai berkembang di rantau panjang, yang sekarang ditepati oleh

keturunan ke 14 yakni jarnis”.34

Islam mulai masuk ke daerah Rumah Tuo Kampung Baruh pada saat Timah

itam yang menepati rumah tuo, dan yang sekarang rumah tuo sudah sampai kepada

keturunan ke 14 yang bernama jarnis.

Rumah Tuo Rantau Panjang yang terletak di Kelurahan Kampung Baruh

merupakan rumah yang memiliki usia mencapai ratusan tahun yang merupakan

warisan nenek moyang yang juga menjadi daya tarik tersendiri di Kabupaten

Merangin, Karena bentuk asli dari Rumah Tuo tetap dipertahankan hingga kini.

Rumah Tuo adalah rumah panggung yang memiliki nilai tinggi yang dibangun

dengan tujuan sebagai identitas masyarakat bathin, yang merupakan salah satu

peninggalan kebudayaan dari Melayu Kuno. Di dalam rumah tergambar tentang

hubungan manusia dalam sebuah keluarga inti, keluarga besar dan masyarakat.

Rumah tuo terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk,

dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, lebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.

Kasau bentuk adalah atap yang berada di ujung atas sebelah atas, kasau bentuk

berada di depan dan di belakang rumah berbentuk miring yang memiliki fungsi

untuk mencegah air masuk bila datang hujan. Dinding rumah tuo terbuat dari papan.

Adapun struktur dan bentuk rumah tuo yakni:35

1). Pintu

34 Wawancara dengan bapak Iskandar tanggal 15 desember 2020 35 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 45: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

31

Pintu memiliki fungsi yang penting dalam sebuah rumah, pintu yang terdapat

dirumah tuo antara lain:

a. Pintu Tegak: yakni pintu yang berada di sebelah kiri bangunan yang berfungsi

sebagai pintu masuk, pintu tegak sengaja dibuat rendah sehingga setiap orang

yang masuk kerumah harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada

si empu rumah.

Wawancara dengan Ibu Tarida Diami, S. Hum selaku Pengkaji Pelestarian

Cagar Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Pintu utama rumah tuo dibuat lebih rendah karena orang dulu masuknya

meranggak bukan berdiri karena rumah tuo yang berbentuk seperti perahu

yang tidak memiliki pelamban tangganya langsung antara pintu dan tanah

bawah”.36

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Tarida Diami bahwa filosofi yang

sebernarnya pintu tegak dibikin rendah bukan karena untuk bentuk dari kesopanan

namun karena bentuk rumah yang dulunya seperti perahu dan tidak memiliki

pelamban depan, namun masyarakat setempat tetap teguh pada filosofi dimana

pintu rumah tuo di buat lebih rendah supaya yang masuk bisa menunduk yang

sebagai wujud dari kesopanan.

b. Pintu masinding: yakni pintu yang berfungsi sebagai jendela, terletak di ruang

tamu, pintu ini digunakan untuk melihat ke bawah sebagai ventilasi utama pada

waktu berlangsung upacara adat, dan untuk mempermudah orang yang ada

dibawah supaya mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum.

36 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami selaku Pengakaji Pelestarian Cagar Budaya, pada

tanggal 30 November 2020

Page 46: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

32

c. Pintu balik malintang: yakni pintu jendela yang terdapat pada tiang balik

melintang, pintu ini hanya digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama,

ninik mamak, dan cerdik pandai.

Gambar 1. bentuk didalam rumah tuo seperti tiang benda-benda

bersejarah, lantai.

Dari gambar diatas terlihat bagaimana bentuk yang ada didalam rumah tuo

serta benda-benda sejarah yang ada.

2) Tiang

Tiang adalah suatu kontruksi struktural yang bisa menahan atau menopang

beban berat dari sebuah bangunan, tiang merupakan hal penting dalam membangun

sebuah rumah. Tiang rumah di rumah tuo memiliki fungsi sama seperti tiang rumah

pada umumnya yakni sebagai penyokong bangunan yang mempunyai tinggi sekitar

2 meter dari permukaan tanah. Secara umum jumlah ukuran tiang pada masing-

masing rumah berbeda-beda sesuai dengan ukuran atau dimensi bangunan. Jumlah

tiang yang ada pada rumah tuo yakni berjumlah 24 tiang 12 tiang utama dan 12

tiang tambahan.

Tiang disusun dalam 4 baris yang tiap barisnya terdiri dari 4-6 tiang, tiang

utama yang berbentuk persegi delapan hingga persegi enam belas hingga bentuknya

Page 47: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

33

terlihat membulat dan ukurannya lebih besar dati tiang tambahan, serta terletak

dibagian tengah bangunan, tiang utama terbuat dari kayu kulin, sedangkan tiang

tambahan terbuat dari kayu pentalin. Tiang utama tingginya mencapai puncak

bangunan, yakni lebih dari 6 meter, sedangkan tiang tambahan tingginya hanya

sebagas dinding yang mempunyai tinggi sekitar 5 meter.

3) Dinding

Dinding merupakan suatu struktur yang membatasi suatu bangunan dan

sekaligus penyokong struktur lainnya, yang membatasi antar ruang dalam bangunan

yang menjadi ruangan-ruangan. seperti kamar, dapur, dan lain-lain. Dinding

bangunan rumah tuo terbuat dari papan kayu yang disusun secara horizontal,

kecuali dinding depan yang disusun secara vertical. Dinding tersebut bentuknya

miring yang membuka atau melebar ke atas seperti dinding perahu dengan ukuran

yang lebih pendek dari atapnya, yakni sekitar 1,5 meter.

4) Tangga

Tangga merupakan kontruksi bangunan yang digunakan untuk

menghubungkan antara jarak dari bawah ke atas. tangga di rumuh tuo adalah

penghubung antara halaman dengan pelamban depan, yang terletak di sebelah kiri.

Tangga ini terbuat dari kayu yang berjumlah 7 buah anak tanga.

5) Lantai

Lantai merupakan permukaan dari sebuah ruangan. Rumah tuo menggunakan

lantai yang terbuat dari kayu, lantai dirumah tuo memiliki perbedaan ketinggian

karena memiliki fungsi yang berbeda-beda yakni:

Page 48: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

34

a. Lantai yang tinggi tersebut di peruntukan untuk ninik mamak, tuo tenganai,

alim ulama, pada saat ada acara adat maupun saat bermusyawarah.

b. Lantai tengah di peruntukkan untuk ruang keluarga

c. Lantai depan untuk tempat tamu yang menugungjungi rumah

Bagian-bagian lantai tersebut dibatasi dengan kayu yang sering disebut

dengan bendul yang membatasi antara tamu dan penghuni yang datang.

6) Atap

Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya

Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“rumah tuo dulunya beratap ijuk karena ijuk sudah langka rumah tuo atapnya

diganti sama seng”.37

Atap merupakan suatu penutup bagian atas bangunan yang melindungi bagian

dalam bangunan dari hujan maupun panasnya matahari. Bentuk dari atap suatu

bangunan bermacam-macam. Jenis atap yang ada di rumah tuo merupakan bentuk

atap seperti bubung jerambah, karena kerbatasannya kesediaan ijuk sekarang maka

atap yang digunakan di rumah tuo di ganti menjadi atap seng. Pada sisi kiri dan

kanan atap terdapat seperti tanduk yang dapat menahan angina supaya atapnya tidak

mudah lepas.

37 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020.

Page 49: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

35

B. Letak Geografis Rumah Tuo

Perkampungan Tradisional Rantau Panjang berada pada daerah daratan

rendah di dekat Sungai Tabir yang merupakan sungai utama di Kabupaten

Merangin. Kampung Baruh beriklim tropis dengan tipe A. Musim hujan berkisar

antara bulan September sampai Juni tahun berikutnya. Sementara musim kemarau

berkisar antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan April, sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah

hujan rata-rata berkisar antara 2.200 mm sampai 3.200 mm per tahun. Suhu udara

secara umum berkisar 18 hingga 32 celcius sehingga kelembaban relatif tinggi.38

Situs perkampungan Tradisional dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, sedang

dan besar yang mengalir di berbagai penjuru, yakni Sungai Ukam, Sungai

Sungsang, Sungai Lemuai, Sungai Semanyo, dan Sungai Bedah yang bermuara ke

Sungai Tabir sebagai sungai utama. Sebagai daerah yang dilalui oleh beberapa

sungai, kawasan Rantau Panjang Kelurahan Kampung Baruh memiliki potensi air

permukaan yang cukup melimpah.

Hal tersebut tercermin dari kondisi sungai-sungainya yang hampir sepanjang

tahun dapat dikatakan tidak mengalami kekeringan sehingga potensi air permukaan

sangat besar. Akibatnya, beberapa wilayah sering dijumpai terjadi banjir dan

genangan.

Lokasi rumah tuo terletak di ujung dusun yang tidak jauh dari sungai ujung

tanjung muaro semanyo dimana di depan rumah tuo ini terdapat pentas seni, sebelah

kiri dan kanan rumah tuo berbatasan dengan rumah masyarakat, sedangkan

38 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 50: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

36

dibelakang rumah tuo berbatasan dengan sungai ujung tanjung muaro semanyo.

Letaknya sangat strategis karena terletak diantara jalan lintas antar kabupaten

Merangin dan Kabupaten Bungo. Jarak rumah tuo ke ibu Kota Kabupaten, yakni

mencapai 30 KM, sedangkan Jarak ke Ibukota Provinsi Jambi mencapai 280 KM.

C. Sarana dan Prasarana di Rumah Tuo

Sarana pariwisata merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung yang

datang berkunjung ke suatu kawasan objek wisata. Sarana adalah segala sesuatu

yang dapat dipakai dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana

merupakan segala sesuatu yang menjadi penunjang secara langsung maupun secara

tidak langsung segala jenis sarana yang ada.

Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang mendukung dan sangat di

perlukan dalam peningkatan atau pengembangan untuk kemajuan suatu objek

wisata. Di rumah tuo ini sendiri sudah ada sarana dan prasarana yang telah

disediakan oleh pemerintah baik itu untuk keperluan masyakarat sekitar maupun

untuk keperluan para pengunjung rumah tuo.

Wawancara dengan ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya

Jambi yang menyatakan bahwa:

“Dari pemerintah daerah sendiri perannya sudah mulai ada seperti mereka

membangun fasilitas kamar mandi, toilet, sumur-sumur, jalan setapak, masjid

dll. peran pemerintah juga memberikan kompensasi kepada pihak rumah”.39

39 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020.

Page 51: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

37

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Tarida Diami dan Obsevasi peneliti ke

lokasi bahwa pemerintah daerah telah melakukan upaya pelestarian dengan

melengkapi sarana dan prasaran yang akan menunjang objek wisata tersebut

menjadi lebih baik dimana pemerintah daerah sendiri telah menyediakan berbagai

macam fasilitas seperti sumur. kamar mandi, toilet, jalan setapak, masjid dan lain-

lain.

Adanya sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh pemerintah akan

dapat membantu masyarakat dan membuat pengunjung lebih nyaman untuk

berkunjung ke rumah tuo fasilitas sarana dan prasarana tersebut antara lain:

a. Sarana beribadah

Sarana ibadah merupakan tempat yang digunakan untuk beribadah,

dilingkungan sekeliling rumah tuo yang mayoritasnya memeluk agama islam maka

sarana yang disediakan adalah masjid dan mushola yang akan memfasilitas

masyarakat maupun para pengunjung yang datang ke rumah tuo untuk beribadah.

b. Sarana transportasi

Jalan merupakan alat transportasi yang termasuk bangunan pelengkap untuk

berlalu lintas, yang berada di permukaan tanah. Sarana transportasi di kelurahan

kampung baruh yakni adanya jalan setapak yang menghubungkan antara rumah tuo

dan gapura yang terletak di jalan utama, yang diamana jalan setapak tersebut hanya

bisa lalui sepeda motor, jalan kaki, dan untuk mobil hanya bisa sampai gapura.

c. Sarana pentas seni

Pentas seni merupakan tempat untuk menampilkan suatu kegiatan

berhubungan dengan seni sarana pentas seni rumah tuo ini sendiri telah disediakan

Page 52: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

38

oleh pemerintah untuk kebutuhan masyarakat yang digunakan dalam acara adat,

baik itu acara adat kesenian maupun acara keagamaan.

d. Warung

Warung merupakan usaha kecil milik keluarga yang berbentuk toko kecil

yang sederhana yang menjadi bagian penting dalam kehidupan keseharian

masyarakat. Masyarakat di sekitar rumah tuo membuka Usaha Kecil Masyarakat

(UKM) seperti usaha toko manisan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan

untuk mempermudah pengunjung membeli segala sesuatu kebutuhan selama

berkunjung.

e. Prasarana

Seperti objek wisata pada umumnya, Situs Cagar Budaya rumah tuo ini

sendiri juga telah disediakan oleh pemerintah prasarana yang biasanya dibutuhkan

oleh pengunjung seperti, aliran listrik yang digunakan untuk penerangan pada

malam hari, telah adanya gapura, sumber air bersih, karena telah adanya sumur

yang ada di sekitaran rumah tuo, telah adanya drainase untuk membuat aliran air

pembuang menjadi lancar dan terarah, dan telah adanya jaringan telekomunikasi

yang memudahkan masyarakat maupun pengunjung untuk berkomunikasi lewat

online.

Gambar 2. Garupa dan jalan setapak menuju Rumah Tuo

Page 53: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

39

D. Keadaan penduduk

Kelurahan Kampung Baruh yang penduduknya berjumlah 870 kk, jumlah

laki-laki 2.137 sedangkan jumlah perempuan 2.207 yang jumlah keseluruhannya

4.345. serta terdiri dari 13 Rt.

Tabel 1. Laporan Kependudukan Kelurahan Kampung Baruh Rantau

Panjang.

40Laporan Tahunan : 2020

No. PERINCIAN JUMLAH

1. Jumlah penduduk secara keseluruhan 4.345

2. Jumlah kepala keluarga 870

3. Jumlah penduduk perempuan 2.207

4. Jumlah penduduk laki-laki 2.137

1. Sistem mata pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kampung Baruh pada umumnya

adalah bertani di sawah dan bercocok tanam diladang yang biasa disebut dengan

umo untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berkaitan dengan

kebutuhan pangan. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya

masyarakat di Kelurahan Kampung Baruh berkebun karet dan sawit, serta

mendulang emas di sungai-sungai yang ada di sekitar perkampungan.

40 Dokumen Kelurahan Kampung Baruh

Page 54: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

40

2. Sistem Sosial

Sistem sosial menggambarkan bagaimana hubungan manusia yang saling

berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dimana hubungan tersebut

saling mempengaruhi dalam kesatuan sosial. Dikelurahan Kampung Baruh sistem

kekerabatan orang batin menganut matrilineal atau berdasarkan garis keturunan ibu

sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang batin lebih dekat dengan kerabat dari

pihak ibu. Akan tetapi, laki-laki tetap berperan sebagai kepala keluarga yang

bertanggung jawab dalam kehidupan rumah tangganya.

Hal tersebut dapat dilihat juga dari sistem pembagian harta warisan, dimana

pembagian rumah diwariskan kepada anak perempuannya setelah anak perempuan

mereka menikah. Sementara itu, untuk anak laki-laki mereka menerima warisan

tanah atau kebun.41

Kondisi sosial budaya masyarakat Kelurahan Kampung Baruh termasuk ke

dalam rumpun Suku Batin yang merupakan Keturunan dari Proto Melayu,

kebudayaan orang suku batin berasal dari perpaduan unsur-unsur Kebudayaan

Minangkabau dan Budaya Melayu Jambi. Bahasa dari Suku Batin termasuk dalam

Rumpun Melayu Jambi.

a. Alat Musik Tradisional

Alat musik tradisional yang sering digunakan masyarakat untuk mengiringi

tarian dan lagu-lagu tradisional adalah kerinok, yaitu ansambel music tradisional

khas Jambi bagian barat yang terdiri dari kelinong, gendang, gong, piul, dan

gampuih.

41 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 55: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

41

b. Makanan Tradisional

Makananan tradisional merupakan makanan yang menjadi ciri khas disuatu

daerah yang dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakatnya, di Kelurahan

Kampung Baruh Rantau Panjang makanan yang sangat popular yang menjadi

makanan khas adalah gulai belut. Gulai belut ialah makanan khas Suku Batin

Merangin yang memiliki cita rasa yang sangat gurih dari santan kelapa, pedasnya

yang berasal dari cabe rawit yang banyak, sayurnya menggunakan sayuran pakis

serta rempah-rempah yang menambah kegurihan gulai belut. Gulai belut memiliki

kandungan protein tinggi yang terkandung di dalam belut.

Dalam pengelolahan gulai belut, masyarakat setempat memiliki teknik

tersendiri dalam membuat belut menjadi tidak amis, yaitu dengan cara menarik dan

membuang serat putih yang berjumlah dua helai yang ada diantara tulang punggung

belut.

3. Sistem Keagamaan

Penduduk di Kelurahan Kampung Baruh mayoritasnya memeluk agama

Islam. Jadi untuk memenuhi kebutuhan beribadah, diarea Kelurahan Kampung

Baruh terdapat 9 mushola dan 1 masjid.

4. Adat istiadat masyarakat Kampung Baruh

Adat istiadat adalah aturan atau tata kelakuan ataupun kebiasaan yang

dilakukan yang dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat disuatu daerah yang

Page 56: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

42

dilakukan secara turun temurun, yang berfungsi untuk mengatur masyarakat di

suatu daerah.

Adat istiadat yang masih dipertahankan oleh masyarakat di Kelurahan

Kampung Baruh saat ini masih cukup signifikan dan yang membuat daya tarik bagi

pengunjung bagi orang luar yang datang Kekampung Baruh Selain dari Rumah Tuo

antara lain:42

1) Silek Panyudon

Silek panyudon merupakan salah satu seni bela diri pencak silat yang bersifat

memberi hiburan kepada masyarakat dan diperkirakan sudah ada sejak dua sampai

tiga ratus tahun yang lalu. Pertunjukkan adat istiadat silat tersebut dilakukan mulai

hari kedua sampai hari ketujuh pada Hari Raya Idhul Fitri yang dimulai pada pukul

14.30 WIB. Sampai dengan pukul 17.00 WIB di halaman rumah masyarakat. Pada

hari ketujuh merupakan hari puncak yang kegiatannya dihadiri oleh pemerintah

setempat, tokoh adat dan masyarakat Kecamatan Tabir yang dilakukan di halaman

rumah adat yang di sebut Rumah Tuo.

Pertunjukkan adat silat dilakukan dengan menampilkan pasangan-pasangan

pesilat dengan posisi pesilat sebagai lawan dari pasangannya. Pertunjukkan ini

dilakukan tidak sampai menyakiti lawan, tetapi hanya sebatas untuk

mempertontonkan jurus bela diri dan seni gerak yang bernilai tinggi. Setiap

pasangan tampil diiringi bunyi sepasang gendang dan satu buah gong dengan irama

bunyi yang dapat menaikkan adrenalin kedua pesilat. Pasangan pesilat yang tampil

mulai dari kalangan anak-anak atau pemuda dari kelas pemula sampai dengan guru-

42 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 57: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

43

guru silat senior yang ada di Kelurahan Kampung Baruh. Setiap pasangan pesilat

tersebut diberikan waktu 5 sampai 7 menit sehingga dengan renggang waktu aka

nada sekitar 20-25 kali pertunjukkan dalam setahun.

Bagi seseorang yang ingin ikut serta dalam pertunjukkan, harus belajar

tentang jurus-jurus silat yang diinginkan. Proses dari belajar tersebut dilakukan

pada malam hari pada bulan puasa (Bulan Ramadhan) pada sejumlah perguruan

silat yang ada di Kelurahan Kampung Baruh.

2) Bantaian Adat

Memasuki bulan Ramadhan bagi warga Rantau Panjang bukan hanya sekedar

melaksanakan ibadah berpuasa, tetapi juga memiliki makna penting untuk

meningkatkan rasa kebersamaan, silahturahmi, dan solidaritas sosial yang

dilakukan dengan melaksanakan tradisi bantain adat. Bantain adat merupakan

tradisi pemotongan hewan kerbau dalam jumlah banyak yang bahkan mencapai

ratusan selama beberapa hari menjelang bulan Ramadhan.

Bantai adat selalu ditunggu oleh masyarakat, bahkan para perantau banyak

yang pulang kampung hanya untuk mengikuti tradisi bantai adat karena dianggap

sangat penting untuk demi menjalin rasa kebersamaan, silahturahmi, dan solidaritas

bagi setiap lapisan mayarakat desa.

3) Ritual Menjelang Panen Raya

Ritual menjelang panen raya merupakan kegiatan yang berupa upacara

keagamaan yang bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah yang

diperoleh serta ucapan doa agar diberikan keselamatan. Masyarakat di Kelurahan

Kampung Baruh biasa melakukan syukuran (manua) baik sebelum panen maupun

Page 58: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

44

sesudah panen raya. Dilakukan dengan berdoa dan bertahlil untuk keselamatan

maupun keberkahan untuk hasil yang diperoleh ataupun yang akan diperoleh

sebelum panen.

4) Pakaian Tradisional

Pakaian adat merupakan simbol sandang pada suatu daerah yang memiliki

identitas dan ciri khas suatu daerah yang akan membedakannya dengan daerah lain.

Sama halnya dengan daerah lain masyarakat di Kelurahan Kampung baruh juga

memiliki ciri khas dan adat tersendiri dalam berpakaian, masyarakat di sekitaran

rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh memiliki ciri-ciri yang unik yang

membedakan dengan masyarakat di desa-desa lainnya, khususnya untuk wanita.

Masyakarat disana sehari-hari menggunakan pakaian tradisional berupa baju

kurung, kain sarung, dan tengkuluk pergi kumo.

Gambar 2. Pakaian sehari-hari masyarakat Kampung Baruh yakni baju kurung,

kain sarung.43

Gambar 2 menunjukkan bahwa masyarakat sangat menjunjung tinggi adat

istiadatnya tetap dilestarikan sampai sekarang, pakaian baju kurung merupakan

43 Observasi di kelurahan Kampung Baruh

Page 59: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

45

paikaian sehari-hari masyarakat sekitar yang dipakai mulai dari anak-anak sampai

orang tua, dan menjadi pakaian utama saat acara penikahan.

5) Budaya Nyehang Umah

Adat nyehang umah adalah proses penyembuhan penyakit dengan

mengumpulkan ninik mamak untuk menyerang atau memukul rumah dengan kulit

kelapa telah dikupas kelapanya yang sedang mengalami kemalangan dengan

diiringi lantunan syair yang mengandung arti tertentu yang mempunyai tujuan

untuk menyembuhkan bagi setiap orang yang mengalami musibah atau

kemalangan, contohnya, seperti seseorang yang mengalami luka yang parah atau

penyakit yang sudah lama di derita yang tak kunjung sembuh.

Page 60: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

46

E. Profil Kelurahan Kampung Baruh

1. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baruh

44BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN KAMPUNG BARUH

RANTAU PANJANG KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN

44 Dokumen Kelurahan Kampung Baruh

LURAH

Hj. NURASIAH, S. Sos

JABATAN

FUNGSIONAL

SEKRETARIS

M. SAMAN, S. PD

KASI

PEMERINTAHAH

DAN TRANTIB

KASI PPKMD DAN K KASI PELUM &

SOSIAL

A RAHMAN, A. Ma.

PD

UMAR DANI HIKMAH NANI, S.

Sos

DEKY ISKANDAR,

S.Sos

CAMELLIA, S. Sos

HOIRIAH, S. IP HARONI, S. Pd

WULANDARI

Page 61: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

47

2. Visi dan Kelurahan Kampung Baruh

Visi

“TERWUJUDNYA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PARTISIPASI

MUNUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA”

Misi

1. Mewujudkan peningkatan pelayanan publik yang efektif dan efesian

2. Mewujudkan sumber daya manusia yang berpengetahuan yang baik

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan pembangunan

wilayah.

Page 62: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

48

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pengelolaan Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh

Pengelolaan adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu dalam mencapai

tujuan tertentu. Sedangkan pelestarian merupakan suatu usaha untuk

mempertahankan, melindungi dan menjaga supaya tidak hilang dan tetap terjaga

sampai seterusnya.

Kebijakan pengelolaan pelestarian rumah tuo yakni berdasarkan berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,

dimana Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan yang berupa

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya. dengan cara melindungi,

mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan sebagai berikut:45

a. Perlindungan didalamnya berupa: penetapan rumah tuo sebagai Situs Cagar

Budaya yang menimbang karena rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh

memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, rumah

tuo berstatus kepemilikan masyarakat yang dihuni secara turun temurun,

pengamanan dan pemeliharaannya dilindungi oleh Undang-Undang No. 11

tahun 2010 Tentang Cagar Budaya yakni dilarang bagi setiap orang yang ingin

Merusak, Mencuri, Memindahkan dan Memisahkan Cagar Budaya.

b. Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan suatu potensi nilai,

informasi dan promosi dari Cagar Budaya. Pengembangan rumah tuo untuk

45 Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Page 63: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

49

informasi dan promosi sudah di lakukan dengan berbagai cara yakni dengan

media online melalui website, Instagram, Radio dan media cetak.

c. Pemanfaatan didalamnya berupa: pendidikan, ilmu pengetahuan mengenai

sejarah rumah tuo maupun sejarah dari awal adanya Batin V, kebudayaan

didalamnya dapat dilihat dari kebudayaan dari keseharian masyarakat dalam

berkehidupan yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat, sopan santun dan

cara berinterkasi antar sesamanya.

d. Pemeliharaan merupakan upaya untuk menjaga dan merawat kondisi Cagar

Budaya agar tetap bagus, pemeliharaan di rumah tuo yakni pemeliharaan

terhadap sarana dan prasarana, pemeliharaan struktur maupun kontruksi dari

rumah tuo itu sendiri.

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 11/PW.

007/MKP/2004 tentang penetapan Rumah Tradisional Rantau Panjang atau yang

biasa disebut rumah tuo yang berlokasi di wilayah Provinsi Jambi sebagai Situs

Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 1992.46

Kebijakan tersebut dilandasi karena adanya letak geografis suatu bangunan

rumah tuo yang terletak di kelurahan Kampung Baruh Rantau Panjang, Kecamatan

Tabir, Kabupaten Merangin. Bangunan tersebut tertua dan diberi nama Rumah Tuo.

Pemerintah dalam hal ini Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi telah menerapkan

Kebijakan Keputusan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tentang penetapan

46 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Page 64: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

50

rumah tuo sebagai situs cagar budaya yang dilindungi yang bertujuan untuk

menjadikan rumah tuo sebagai kawasan budaya.

Wawancara peneliti dengan ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar

Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sendiri telah melaksanakan penetapan

tapi penetapan SK menterinya bukan penetapan nasional karna dulu

penetapannya dilaksanakan langsung oleh menteri penetapan pertama

dilakukan pada tahun 2000an yang ditetapkannya adalah Rumah Tuo Rantau

Panjang”.47

Berdasarkan penjelasan dari ibu Tarida Diami dapat dipahami bahwa

kebijakan pemerintah terhadap rumah tuo telah dilakukan dengan adanya penetapan

rumah tuo sebagai cagar budaya untuk melestarikan dan melindungi supaya rumah

tuo tersebut tetap terjaga keasliannya.

Wawancara peneliti dengan ibu Tarida Daimi Pengkaji Pelestarian Cagar

Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Pada tahun 2017 kami juga sudah melakukan kegiatan konservasi kegiatan

dimana kayu disana banyak dimakan rayap jadi di tritmen supaya tidak

dimakan rayap, terus ada kegiatan pengecatan pemerintah daerah sendiri juga

sudah melakukan pengecatan disana. Pada tahun 2018 kami melakukan

delinasi untuk perkampungan Tradisional karena disana terdapat 2 kampung

yakni Kampung Baruh dan Dusun baru itu hanya dibedakan jalan disana

terdapat 108 rumah yang masih terhitung Tradisional walaupun tidak benar-

benar utuh tetapi masih bisa dilihat beberapa bagian-bagiannya yang

dikatakan trasidisional karena masih mengikuti tradisi-tradisi yang lama

seperti dari segi kontruksi tiangnya masih kuno, masinding karna kalo rumah

masih ada masindingnya masih dianggap kuno. Jadi yang Balai Pelestarian

Cagar Budaya Jambi juga yang sudah dilakukan penetapan pemeliharaan,

melakukan kajian zonasi.”48

47 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020. 48wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020.

Page 65: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

51

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi pada tahun 2017 telah melakukan

pelestarian dimana mereka melakukan pelestarian pada bangunan rumah tuo yakni

dengan mentreatment kayu supaya tidak dimakan rayap, serta melakukan

pengecatan terhadap dinding rumah, dan melakukan delinasi karna rumah

tradisional tersebut setelah dilakukan observasi terhitung 108 rumah yang masih

kuno yang terdapat di dua dusun atau dua kampung yakni terletak di Kelurahan

Kampung Baruh dan Kelurahan Dusun Baru. Yang masih memiliki bentuk ataupun

bagian yang masih mengikuti tradisi masyarakat terdahulu.

Berdasarkan wawancara berikut peneliti juga turun langsung ke lokasi Situs

Bangunan Cagar Budaya dan melihat secara langsung struktur maupun bentuk dari

rumah tuo tersebut, dimana suatu kebudayaan yang adat istiadatnya pun masih

sangat melekat yang berada disuatu tempat yakni Kelurahan Kampung Baruh yang

Penduduknya berjumlah 4.345 jiwa mayoritas penduduknya beragama Islam,

dengan demikian kebudayaan di sekitaran perkampungan rumah tuo sangat

menjunjung tinggi adat istiadat yang juga berbaur dengan Islami.

Wawancara dengan bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Merangin yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Kami akan melestarikan rumah tuo supaya sampai generasi-generasi

seterusnya bisa paham mengenai Cagar Budaya yang ada dan supaya para

wisatawan mau berkunjung ke rumah tuo yang banyak ilmu pengetahuan

mengenai sejarah.”49

49 Wawancara dengan Bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Merangin, pada tanggal 7 Desember 2020.

Page 66: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

52

Pelestarian merupakan suatu hal yang dilakukan untuk mempertahankan,

memelihara, dan mengembangkan agar sesuatu yang mempunyai nilai sejarah yang

tinggi supaya tidak hilang keasliannya, walaupun perkembangan zaman dan

teknologi yang semakin maju. Pemerintah daerah sudah berupaya dalam menjaga

keaslian rumah tuo supaya generasi seterusnya dan para pengujung tetap bisa

mengetahui sejarah dari rumah tuo itu sendiri dan melihat bentuk dari rumah tuo

yang tidak berubah walaupun perkembangan zaman yang semakin maju.

Wawancara dengan bapak Endang Fertana Kasi Analisis Pasar dan Usaha

Jasa Pariwisata yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Untuk pemasaran dari rumah tuo sendiri kami telah melakukan dan

memberikan informasi mengenai rumah tuo melalui berbagai cara yakni

melalui sosialisasi, media daring melalui Website, Instagram, Radio, dan

Pameran-pameran. Tujuannya supaya rumah tuo lebih dikenal oleh

masyarakat karena potensi objek wisatanya sudah berumuran ratusan tahun,

dan agar para pengunjung banyak yang datang ke merangin khususnya rumah

tuo yang akan berdampak membuat ekonomi masyarakat sekitar rumah tuo

bisa bergerak”.50

Promosi adalah suatu upaya untuk memberitahu atau menawarkan sesuatu

yang menarik sehingga bisa menarik khalayak banyak tertarik dan mempunyai rasa

ingin tahu tentang apa yang di promosikan.

Dalam mengembangkan potensi yang ada di rumah tuo pemerintah telah

melakukan promosi untuk memperkenalkan rumah tuo kepada masyarakat di

daerah maupun di luar daerah melalui berbagai media baik itu media cetak, media

online, maupun melakukan sosialisasi secara langsung ke masyarakat yang ada di

50 Wawancara dengan bapak Endang Fertana kasi analisis pasar dan usaha jasa pariwisata,

pada tanggal 7 Desember 2020.

Page 67: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

53

merangin khususnya, agar pengunjung banyak datang sehingga memberikan

dampak terhadap perekonomian masyakarat di Kelurahan Kampung Baruh.

Potensi merupakan segala sesuatu yang bisa dijadikan sumber untuk

menghasilkan sesuatu yang diperoleh melalui usaha yang dilakukan dengan

maksimal sehingga menghasilkan dan mengungtungkan, potensi dari rumah tuo

yakni:

a. Bentuk dan struktur rumah tuo

Rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh dikenal dengan “Kajang Lako”

karena bentuknya mirip perahu dengan bubungnya yang melengkung ke atas seperti

perahu dan dinding rumah yang berbentuk miring seperti badan perahu. Bentuk

tersebut merupakan suatu perkembangan dari bentuk perahu yang digunakan

sebagai alat transportasi masyarakat pada zaman dahulu.

Wawancara dengan Bapak Iskandar orang yang menepati rumah tuo yang

memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Pada umumnya para wisata yang datang berkunjung ke rumah tuo tertarik

dengan struktur bangunan, sebab bangunan rumah tuo belum ado

menggunakan paku, hanya menggunakan pasak.”51

Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, serta nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan Budaya dan hasil dari

buatan manusia yang menjadi sarana maupun tujuan kunjungan para wisatawan

yang ingin berkunjung untuk melihat suatu objek wisata.

51 Wawancara dengan Bapak Iskandar yang menepati Rumah Tuo, pada tanggal 15 Desember

2020.

Page 68: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

54

Pengunjung yang datang ke rumah tuo biasanya tertarik untuk melihat

keunikan struktur dari rumah tuo karena struktur rumah tuo yang berbentuk seperti

perahu, serta dalam pembangunannya tidak menggunakan paku hanya

menggunakan pasak dan dindingnya yang cenderung miring.

1. Riwayat Pelestarian

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi selaku UPT kebudayaan yang

bertanggungjawab terhadap perlindungan cagar budaya rumah tuo telah melakukan

berbagai kegiatan pelestarian terhadap kawasan rumah tuo, sejak ditetapkannya

rumah tuo sebagai Situs Cagar Budaya pada tahun 2004 oleh Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Nomor: KM.11/PW.007/MKP/2004.52

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi telah menetapkan perlindungan

terhadap rumah tuo sebagai Bangunan Situs Cagar Budaya yang merupakan

susunan binaan yang terbuat dari benda alam ataupun benda buatan manusia untuk

memenuhi kebutuhan ruang yang berdinding ataupun tidak berdinding dan beratap

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

dimana disana tertulis dilarang untuk merusak mencuri memindahkan dan

memisahkan Cagar Budaya dan bagi setiap orang yang melanggar larangan ini akan

dipidana berdasarkan Undang-Undang tentang Cagar Budaya tersebut. Situs Cagar

Budaya rumah tuo Kampung Baruh telah memiliki seorang juru pelihara yang

merupakan pemilik rumah tuo itu sendiri.53

52 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi. 53 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.

Page 69: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

55

B. Efektivitas Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh

1. Pengertian Efektivitas

Secara umum efektivitas merupakan suatu kondisi yang dimana untuk

menunjukkan seberapa jauh suatu target yang sudah di raih oleh manajemen seperti

kualitas, kuantitas, dan waktu. Yang mana target tersebut telah ditetapkan terlebih

dahulu. Secara singkatnya efektivitas adalah upaya tertentu atau suatu tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang atau suatu perusahan.

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa target kualitas,

dan waktu telah tercapai secara jauh, dimana makin besar presentase target yang

dicapai maka akan makin tinggi pula efektivitasnya.

Aspek-aspek efektivitas pada suatu program pada umumnya ialah aspek

peraturan dan ketentuan yakni efektivitas pada suatu aktivitas dapat dianggap

tercapai dengan melihat berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam

menjaga kelangsungan aktivitas tersebut.

2. Efektivitas pemerintah dalam pelestarian rumah tuo

Pelestarian adalah tugas dari seorang pemerintah yang fundamental (pokok).

Selain itu masyarakat terutama orang yang tinggal di rumah tuo itu sendiri sangat

mempunyai kewajiban untuk melestarikan rumah tuo. Mengingat pemerintah

sebagai tugas pokok yang harus menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam

pelestarian.

Wawancara dengan Bapak M, Saman Sekretaris Kelurahan Kampung Baruh

yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

Page 70: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

56

“Kami melakukan kegiatan gontong royong dan penanaman bunga di sekitar

rumah tuo yang dilakukan dalam jangka 3 bulan sekali. juga ikut serta

mendamping para pengungjung yang datang dari luar daerah yang

mengunjungi rumah tuo serta menyediakan makanan khas rantau panjang

yang dimasak secara langsung di rumah tuo. dan juga udah memberikan dana

kepada masyarakat untuk kegiatan masyakarat seperti kegiatan mengayam

lapik dan lain-lain.”54

Pemerintah telah melakukan kegiatan gontong-royong rutin dalam menjaga

kelestarian rumah tuo dengan mengikutsertakan masyarakat setempat, pemerintah

setempat juga selalu mendampingi ketika ada orang dari luar yang ingin

mengunjungi rumah tuo serta menyiapkan makanan khas Rantau Panjang bagi

pengunjung yang ingin mencicipinya. Serta pemerintah Kelurahan juga

memberikan kegiatan kepada masyarakat khususnya wanita di sekitaran rumah tuo

untuk mengayam lapik sebagai usaha yang juga dapat menambah penghasilan bagi

masyarakat.

Wawancara dengan masyarakat Kampung Baruh Rantau Panjang yang

memberikan penjelas sebagai berikut:

“Kami sangat tatulung nian dengan adonyo pemerintah datang mengunjungi

dan memberikan fasilitas sangat terbantu untuk kebutuhan terutama sumur

dan jalan setapak.”55

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat mereka mengatakan bahwa

sangat terbantu dengan adanya fasilitas baik itu sarana maupun prasarana yang ada

disekitar rumah tuo mengingat air sungai yang sekarang sudah keruh dan masjid

utama yang lumayan jauh dari rumah tuo, dengan adanya fasilitas masjid

54 Wawancara dengan Bapak M, Saman Sekretaris Kelurahan Kampung Baruh, pada tanggal

11 Desember 2020. 55 Wawancara dengan Masyarakat Kampung Baruh, pada tanggal 15 Desembar 2020.

Page 71: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

57

masyarakat jadi lebih mudah dan lebih dekat dalam untuk beribadah serta jalan

setapak yang memudahkan untuk akses pergi keluar masuk daerah.

Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya

Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Dari pemerintah Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sendiri juga sudah

melakuka pelestarian termasuk penetapan juru bicara, kajian zonasi untuk

pengakatan rumah tuo kedepannya dalam pengembangannya karena rumah

tuo sangat bagus yang memiliki destinasi kebiasaan masyarakat yang juga

sangat unik.”56

Pengembangan merupakan usaha yang digunakan untuk meningkatkan suatu

kemampuan menjadi lebih luas. Perencanaan pemerintah untuk kedepannya

terhadap pelestarian rumah tuo yakni ingin menjadikan rumah tuo sebagai Situs

Bangunan Cagar Budaya tingkat nasional dengan mengembangkan potensi-potensi

yang di rumah tuo di kelurahan Kampung Baruh. Karena rumah tuo ini memiliki

keunikan tersendiri dari bentuk struktur rumah maupun adat budaya sekitar yang

akan bisa membuat daya tarik sendiri bagi pengunjung.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sudah melakukan pelestarian yang

termasuk mereka telah menetapkan juru bicara untuk keperluan pengunjung yang

ingin tau mengenai rumah tuo baik itu bentuk dan strukturnya, benda-benda yang

ada didalamnya dan sejarah dari rumah tuo itu sendiri yang bisa langsung

ditanyakan dengan bapak Iskandar selaku Juru Bicara yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Selain itu pemerintah Cagar Budaya Jambi telah melakukan kajian

zonasi untuk melihat dan menggali lagi potensi-potensi yang ada di daerah rumah

56 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020.

Page 72: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

58

tuo Kelurahan Kampung Baruh untuk pengangkatan rumah tuo untuk kedepannya

supaya menjadi Situs Cagar Budaya Nasional.

C. Kendala dalam Pelestarian Rumah Tuo

Kendala merupakan halangan atau rintangan yang menghalangi sesuatu yang

telah direncanakan dalam mencapai tujuan.

Wawancara dengan Bapak Sukoso kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Merangin yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Kemarin kami sebernarnya sudah mau membangun dan memperbaiki pentas

seni yang lebih bagus tapi pemerintah daerah masih terkendala oleh keadaan

tanah, karena tanah di sekitar rumah tuo masih dikuasai oleh masyarakat”.57

Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya

Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Hambatan ya kalau untuk hambatan sendiri yang sering dialami pemerintah

dalam pengembangan dan pelestarian rumah tuo seperti jarak dan dana”.58

Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam suatu

kegiatan yang dilakukan disuatu daerah untuk kemajuan daerah itu sendiri. Melalui

wawancara dengan Bapak Sukoso dan Ibu Tarida Diami dapat disimpulkan bahwa

di Kelurahan Kampung Baruh Kurangnya kesadaran mayarakat untuk ikut serta

dalam pelestarian rumah tuo, yang membuat pelestarian rumah tuo menjadi lama

bergerak ataupun maju, karna masyarakat sekitar ada yang pro dan ada yang kontra

dalam mendukung pelestarian rumah tuo ini. Sehingga pemerintah daerah susah

57 Wawancara dengan Bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Merangin, pada tanggal 7 Desember 2020. 58 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada

tanggal 30 November 2020.

Page 73: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

59

untuk mengembangkan, melestarikan dan membangun segala sarana dan prasarana

untuk memenuhi kebutuhan karena masih terkendala dengan tanah yang dimana

rumah tuo dikelilingi oleh rumah yang tanahnya masih milik pribadi masyarakat.

Selain kurangnya pastisipasi masyarakat dalam pelestarian hambatan yang

juga sering dialami oleh pemerintah yakni kekurangan dana dan jarak lokasi yang

jauh sehingga pemerintah susah untuk pokus dalam pelestarian Cagar Budaya

Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh.

Page 74: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, ada

beberapa hal dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

dimana pengelolaannya meliputi perlindungan terhadap rumah tuo,

penetapan rumah tuo sebagai cagar budaya, permeliharaan terhadap sarana

dan prasarana yang telah disediakan, pemeliharaan terhadap kondisi struktur

rumah tuo dan pemanfaatan terhadap ilmu pengetahuan yang ada.

2. Efektivitas dari kebijakan pemerintah terhadap pelestarian rumah tuo sudah

berjalan dengan baik, karena pemerintah telah melaksanakan pelestarian

terhadap rumah tuo mulai dari memperbaiki apa yang telah rusak dari rumah

tuo dan melakukan kegiatan rutin gontong royong bersama masyarakat 3

bulan sekali.

3. Kendala yang sering dialami dalam pelestarian rumah tuo di Kampung Baruh

Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi yakni kurangnya

partisipasi masyarakat dalam pelestarian rumah tuo, serta dana dan jarak yang

jauh dari jangkauan pemerintah membuat pelestarian tidak berjalan dengan

efektif.

Page 75: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

61

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas yang telah dibuat, maka peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk pelestariannya sebaiknya ada kebijakan khusus dari pemerintah daerah

karena supaya pelestariannya memang berjalan lancar serta sesuai dengan

sasaran yang dibutuhkan di, rumah tuo mengingat rumah tuo ini sendiri sudah

ditetapkan sebagai Wisata Situs Cagar Budaya yang telah di kenal banyak

orang sehingga untuk kedepannya pelestariannya jauh lebih baik dari

sebelumnya dan berjalan efektif pemerintah harus pokuskan pelestarian

terhadap rumah tuo.

2. Semoga untuk kedepannya efektivitas pemerintah terus berjalan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan.

3. Pihak pemerintah dan masyarakat setempat harus lebih erat lagi dalam bekerja

sama untuk pelestarian rumah tuo supaya pelestarian cepat berjalan sesuai

dengan yang diinginkan.

Page 76: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Rumah Tuo Jambi, Medan: Eksplora

Arsitktur Sumatera, 2016.

Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Premindo,

2007.

Djaman Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011.

Djmaan Satori & Aan K. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabe,

2009.

Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, Jakarta:

PT. Grasindo, 2005.

Inu Kencana Syafiie, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung: PT Refika

Aditama, 2003.

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2011.

Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya,2000.

Nurcholis, Kebijakan Sebagai Keputusan Suatu Organisasi, 2007.

S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syari’ah Press, 2014.

Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif”, Semarang: Alfabeta. 2007.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2010.

Page 77: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syari’ah Press, 2012.

WEBSITE

Ade Ramadiansyah, Harne Julianti Tou, Tomi Eriawan, “Identifikasi

Pengembangan Kawasan Rumah Tuo Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan

Tabir Kabupaten Merangin”, Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa jurusan PWK,

Vol. 1 No. 3, 2014

E-Jounal “Aktor dan Faktor Luar Pemerintahan Menurut James E. Anderson

(1997:3)

Muhammad Luthfi, “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosial Ekonomi di

Bandar Lampung”, Jurnal Riset Akuntasi dan Manajemen, Vol.2 No. 1, Juni,

2012.

Rumah Tuo Rantau Panjang Jambi “Informasi Situs Budaya Indonesia” di akses

melalui Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-rumah-tuo.

UNDANG-UNDANG

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pelestariaan dan Pengembangan

Budaya Melayu Jambi.

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1, Tentang Cagar Budaya.

Page 78: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Lampiran I

Daftar Pertanyaan

A. Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Kantor Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin, Kantor Lurah Kampung Baruh

1. Bagaimana pengelolaan pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung

Baruh Kabupaten Merangin?

2. Bagaimana peran Pemerintah dalam pengelolaan Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

3. Bagaimana efektivitas Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

4. Apa strategi Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan

Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

5. Apa hambatan yang sering terjadi dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

6. Bagaimana pengembangan kedepannya dalam pelestarian Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

B. Tokoh Masyarakat

1. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam melestarikan Rumah Tuo di

Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?

2. Apa yang di rasakan dengan adanya pemerintah yang bertanggung jawab

dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten

Merangin?

Page 79: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Lampiran II

NO. Nama Informan Jabatan

1. Tarida Diami, S. Hum Pengkaji Pelestarian

Cagar Budaya Jambi

2. Sukoso,, S. STP Kepala Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Merangin

3. Endang Fertana, S. Sos., Msi Kasi Analisis Pasar dan

Usaha Jasa Pariwisata

4. M. Saman, S. Pd Sekretaris Kelurahan

Kampung Baruh

5. Iskandar Masyarakat

6. Sopiah Masyarakat

7. Rogayah Masyarakat

Page 80: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Lampiran III

Lokasi penelitan di Rumah Tuo kelurahan kampung baruh

Page 81: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Bentuk struktur dalam dari Situs Cagar Budaya Rumah Tuo

Page 82: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Wawancara di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.

Page 83: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Wawancara di kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin

Wawancara di kantor Kelurahan Kampung Baruh

Page 84: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

Wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kampung Baruh

Page 85: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

CURICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Saulatiyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Dusun Baru, 22 Agustus 1999

NIM : 105170611

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Golongan Darah : A

Alamat : Jalan Pasa Senin, Rt. 03 Rw. 0, Kelurahan Dusun

Baru, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin

No. Hp : 085368724755

Email : [email protected]

Nama Ayah : Syamsudin

Nama Ibu : Rabima

Page 86: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI

B. Riwayat Pendidikan

No. Nama Sekolah Tahun

1. Sekolah Dasar Negeri 36/VI Rantau

Panjang III Kabupaten Merangin

2006 – 2011

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Rantau

Panjang Kabupaten Merangin

2012 – 2014

3 Madrasah Aliyah Negeri Tabir 2015 - 2017

3. SI UIN STS JAMBI 2017 -2021

NO. Nama Organisasi Tahun

1. Pramuka 2015 - 2017

2. HMI 2017 - 2018

3. Himastaji 2017 - 2018