111
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA (Relevansinya dengan Mashlahah) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: RISKI ADE PUTRA UTAMA 11140440000010 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2018 M

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

  • Upload
    buique

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM

MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA

(Relevansinya dengan Mashlahah)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

RISKI ADE PUTRA UTAMA

11140440000010

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2018 M

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

iv

ABSTRAK

Riski Ade Putra Utama. NIM 11140440000010. KEBIJAKAN PEMERINTAH

PROVINSI DKI JAKARTA DALAM MEMBANGUN KETAHANAN

KELUARGA (Relevansinya dengan Mashlahah). Program Studi Hukum Keluarga,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,

1440H/2018M. ix + 73 halaman + 28 halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kebijakan pemerintah

provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga, mengetahui persfektif

perundang-undangan terhadap kebijakan tersebut dan mengetahui implementasi

kebijakan pemerintah DKI Jakarta tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini

menggunakan metode deduktif dengan pendekatan normatif empiris. Data

diperoleh melalui buku atau literatur kepustakaan dan wawancara. Wawancara

dilakukan dengan beberapa pihak pemerintahan terkait kebijakan yang menjadi

objek penelitian mengenai latar belakang dan sejauh mana implementasi kebijakan

tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kebijakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga

diantaranya Peraturan Gubernur Nomor 186 Tahun 2012 dan Peraturan Gubernur

Nomor 185 Tahun 2017. Kedua kebijakan tersebut telah sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga. Implementasi dari kebijakan tersebut cukup baik namun

belum sepenuhnya tercapai karena ada berbagai faktor penghambat.

Kata kunci: Kebijakan Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Ketahanan

Keluarga, Calon Pengantin

Pembimbing : Ali Mansur, M.A

Daftar pustaka : 1985 s.d 2017

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt, yang

telah memberikan. Atas segala nikmatNya, nikmat kesehatan, kekuatan,

kesempatan dan waktu kepada penulis dalam menyelesaikan setiap tahapan dalam

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad Saw yang telah membimbing umatnya untuk menempuh kepada

agama yang diridhai oleh Allah Swt. dan kepada jalan yang benar, guna meraih

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada program studi Hukum Keluarga Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima bantuan dari berbagai

pihak, sehingga dapat terselesaikan atas izin Allah Swt. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. H. Abdul Halim, MA. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta

Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Indra Rahmatullah, SHI, MH

yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

3. Ali Mansur, MA, Dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah sabar dan

terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

vi

4. Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA. Dosen penasehat akademik penulis, yang telah

sabar mendampingi hingga akhir perkuliahan dan telah membantu penulis

dalam menyusun proposal penelitian skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan sivitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama masa perkuliahan, yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa

mengurangi rasa hormat dan cinta penulis.

6. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Staf Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Imam Heykal, MH, Biro Hukum Sekretariat Daerah DKI Jakarta dan M.

Husnul Fauji, MT, Biro Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah DKI Jakarta

serta drg. Chandrawati, MARS, Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas

Kesehatan DKI Jakarta yang telah bersedia diwawancarai penulis dalam

rangka penelitian sehingga dapat mempermudah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada kakek H. M. Ya’kub Marzuki, nenek Hj. Maisuroh dan

mamah Yuliyani serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan

pendidikan terbaik selama 6 tahun di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok

hingga menyelesaikan studi strata satu di UIN Jakarta walaupun tanpa

kehadiran ayahanda Umar Fahmi, yang meninggal sejak 3 bulan pasca

kelahiran penulis.

9. Terima kasih kepada keluarga besar Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok

terkhusus seluruh guru-guru yang telah memberikan pendidikan terbaik

selama 6 tahun penulis mencari ilmu dan keberkahan.

10. Teman-teman seperjuangan penulis selama di Pondok Pesantren Al-

Hamidiyah Depok M. Fahmi Fahrurrodzi, M. Mufid Hibatullah, M. Luthfie

Aziz, Thias Anugrah Bintang P, Faris Hilmawan, M. Haikal Munzami, Rizky

Ramadhana dan kawan-kawan (markas betmen) yang telah memberikan

semangat dalam menjalani perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

vii

11. Teman-teman seperjuangan penulis Dhiya Adlianto, M. Arief Perdana, M.

Alfi Ridho, M. Fajar A, Fabian HS dan kawan-kawan (kontrakan pocong)

yang telah memberikan dorongan semangat dalam menjalani masa

perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

12. Teman-Teman Hukum Keluarga A 2014 (Ahmad Syarkowi, Fajri Ilhami, M.

Kurnia Putra, Alkautsar Anhar D, Zaki Hidayatullah, Putri Permata R,

Luthfah Alifia, Sayyidah Luthfiyah, dkk) dan Hukum Keluarga 2014 (M.

Ilham R, Rifqi Akbari, M. Lutfi, Taufik Hidayat, Ahmad Khoerul Muna, dkk)

13. Sahabat/i Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Syariah

dan Hukum (Komfaksyahum) Cabang Ciputat (Ketum Fahmi Dzakky dan

Ketum Arif Fadhillah beserta anggota dan kadernya) dan Keluarga PMII SAS

yang telah memberikan ruang dan waktu kepada penulis untuk berproses.

14. Teman-teman KKN LENSA 045 (Ahmad Fairuz, Heru, Danang, Fajar, Ilham,

M. Yusup, Siti Sarah, Fitri, Zenna dan kawan-kawan) yang telah bekerjasama

menyelesaikan tugas selama KKN Agustus 2017 di Desa Paku Alam,

Kabupaten Tangerang.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca, khususnya

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 20 September 2018

Penulis

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6

D. Review Studi Terdahulu .................................................... 6

E. Metode Penelitian.............................................................. 7

1. Jenis Penelitian ............................................................ 8

2. Pendekatan Penelitian ................................................. 8

3. Data Penelitian ............................................................ 8

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................... 9

5. Metode Analisa Data ................................................... 10

6. Teknik Penulisan ......................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEBIJAKAN

PEMERINTAH DAN KETAHANAN KELUARGA .......... 12

A. Teori Kebijakan Pemerintah ............................................... 12

1. Kebijakan Publik ........................................................ 12

2. Otonomi dan Pemerintah Daerah ............................... 15

3. Kedudukan Kebijakan Menurut Perundang-Undangan 18

B. Konsep Ketahanan Keluarga ............................................... 19

1. Ketahanan dan Pembangunan Nasional ..................... 19

2. Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Perundang-

Undangan ................................................................... 22

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

ix

3. Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam .............. 27

C. Mashlahah sebagai Dalil Hukum ...................................... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA .......... 32

A. Geografi dan Iklim ............................................................ 32

B. Sejarah dan Perkembangannya ......................................... 34

C. Pemerintahan ..................................................................... 36

1. Pemilihan Kepala Daerah 2017 .................................... 37

2. DPRD Provinsi DKI JAKARTA, 2014-2019 .............. 38

D. Kondisi Masyarakat .......................................................... 39

E. Visi dan Misi DKI Jakarta................................................. 43

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI

JAKARTA ............................................................................... 45

A. Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam Membangun

Ketahanan Keluarga .......................................................... 45

1. Peraturan Gubernur Nomor 186 Tahun 2012 Tentang

Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga .... 45

2. Peraturan Gubernur Nomor 185 Tahun 2017 Tentang

Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon

Pengantin ...................................................................... 48

B. Persfektif Perundang-Undangan terhadap Kebijakan ....... 55

C. Implementasi Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam

Membangun Ketahanan Keluarga ..................................... 59

D. Analisis Terhadap Kebijakan ............................................ 64

E. Relevansi Mashlahah dengan Ketahanan Keluarga .......... 66

BAB V PENUTUP ............................................................................... 68

A. Kesimpulan ....................................................................... 68

B. Saran .................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan publik dapat diartikan menjadi dua kelompok: pertama,

bahwa semua tindakan pemerintah adalah kebijakan publik. Kedua, bahwa

kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan

maksud tertentu dan memiliki akibat yang dapat diramalkan1. Termasuk di

dalamnya kebijakan pemerintah daerah sebagai kebijakan publik. Berdasarkan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015, Pemerintahan

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara berdasarkan Pasal 1

angka 4 Undang-Undang tersebut yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah

Gubernur, Bupati, atau Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

Memperhatikan definisi pemerintah daerah seperti yang telah

dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah

kepala daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom, bisa gubernur untuk provinsi dan bupati atau walikota untuk

kabupaten atau kota.

Melalui UU No. 23 Tahun 2014 juga disebutkan dalam Pasal 10 ayat 1,

pemerintahan pusat hanya memiliki kewenangan dalam 6 hal, antara lain

politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, serta

agama. Dengan demikian pemerintah pusat hanya memiliki kewenangan 6

bidang urusan pemerintahan. Sedangkan kewenangan selain 6 bidang yang

1 Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2012) h. 2.

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

2

telah disebutkan tersebut menjadi kewenangan daerah: Provinsi dan

kabupaten/kota2. Otonomi daerah ini membuka peluang yang lebih luas kepada

daerah Provinsi dan Kabupaten/kota dalam melaksanakan pemerintahannya

secara mandiri. Diperkuat kembali dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2007, Jakarta menjadi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia

tentunya membuat DKI Jakarta menjadi sebuah contoh dalam pelaksanaan

otonomi daerah. Sebagai pemerintah daerah otonom, pemerintah DKI Jakarta

tetap harus mementingkan kepentingan pemerintah pusat diantaranya dalam

hal ketahanan nasional dan pembangunan nasional.

Istilah “ketahanan nasional” berarti: kekuatan, kemampuan, daya

tahan, dan keuletan, yang menjadi tujuan suatu bangsa untuk menghadapi

tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang dating dari luar ataupun

dalam, yang secara langsung atau tidak langsung membahayakan

kelangsungan hidup bangsa dan negara.3 Sedangkan Hakekat pembangunan

nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur

yang secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, di dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berkedaulatan

rakyat dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan

dinamis serta lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat tertib dan

damai4.

Pembangunan keluarga menjadi salah satu isu pembangunan nasional

dengan penekanan pada pentingnya penguatan ketahanan keluarga. Hal

tersebut dinyatakan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), DR. KH.

Ma’ruf Amin bahwa keadaan keluarga yang kuat, sejahtera dan maju serta

memiliki dasar keagamaan yang kokoh agar mampu menghadapi segala

2 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Jakarta:

PT. Grasindo, 2005) h. 80. 3 Daoed Joesoef, Studi Strategi: Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional

(Jakarta: PT. Kompas, 2014) h. 19. 4Thahir Abdullah, Pembinaan Ketahanan Nasional yang Bertumpu kepada

ketahanan pribadi (Jakarta: Lembaga Pertahanan Nasional, 1991) h. 6.

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

3

godaan dan serangan dari luar yang berpotensi merusak ketahanan keluarga5.

Berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ketahanan keluarga6:

ظ غل يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة

ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون شداد ل يعصون للا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan” (QS. At-Tahrim 66: 6)

Dengan memahami ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Islam pun

memiliki penekanan terhadap ketahanan keluarga dalam menjaga diri pribadi

dan keluarga dari perbuatan yang mengakibatkan seseorang masuk ke dalam

neraka. Keluargalah yang membentuk karakter, akhlak dan kepribadian

individu yang ditampilkan dalam sikap atau perilaku keagamaan baik dalam

wujud keshalehan spiritual maupun keshalehan sosial.

Dalam pendapat lain, menurut Frankenberger dalam buku Pedoman

Ketahanan Keluarga 2016, ketahanan keluarga (family strength atau family

resilience) merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap

pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar

antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan,

perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial7.

Secara yuridis, Undang- Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

menyebutkan bahwa “Ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk

mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugas-

tugas, dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya”.

5 Ma’ruf Amin dalam Pendahuluan Buku Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif

Islam.

6 Azizah, “Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam” dalam Amany Lubis, eds.,

Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016, h. 18. 7 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016 (Jakarta: KPPPA, 2016) h. 6.

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

4

Upaya peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting untuk dilaksanakan

dalam rangka mengurangi atau mengatasi berbagai masalah yang menghambat

pembangunan nasional.

Dalam beberapa media cetak, online dan lainnya membahas ketahanan

keluarga. Pertama, Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf

Kalla menyatakan, ketahanan keluarga sangat penting bagi ketahanan bangsa

dan negara, jika ketahanan keluarga kuat maka ketahanan bangsa dan negara

akan kuat begitupula sebaliknya8. Kedua, Menteri PPPA, Yohana Yembise,

menyampaikan bahwa peningkatan ketahanan keluarga agar terciptanya

keluarga yang sejahtera dan tantangan era globalisasi9. Demikian masih banyak

lagi berita tentang pentingnya ketahanan keluarga di masa kini dan masa yang

akan datang.

Berbagai kebijakan pemerintah yang muncul dalam membangun

ketahanan keluarga tentunya menjadi semangat baru bagi upaya ketahanan

keluarga Maka dari itu setelah mempertimbangkan latar belakang tersebut

penulis merasa perlu adanya penelitian yang lebih mendalam terhadap

kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga.

Dalam skripsi ini penulis membahas kebijakan Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga. Tentu hal seperti ini perlu

dianalisis lebih lanjut terkait bagaimana kebijakan-kebijakan tersebut dan

pandangan perundang-undangan terhadap kebijakan serta tentunya

implementasi kebijakan tersebut. Maka penulis tertarik ingin membahasnya

menjadi skripsi dengan judul “Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Dalam Membangun Ketahanan Keluarga”

8Wapres: Penting Ketahanan Keluarga untuk Ketahanan Bangsa, koran

kompas.com,https://nasional.kompas.com/read/2009/06/13/00014890/Wapres.Nilai.Penti

ng. Ketahanan.Keluarga 9 Menteri Yohana: Pentingnya Peningkatan Ketahanan Keluarga Menuju Keluarga

Sejahtera, koran tribunnews.com, http://www.tribunnews.com/regional/2017/07/14/

menteri-yohana-pentingnya-peningkatan-ketahanan-keluarga-menuju-keluarga-sejahtera

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

5

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan

muncul dalam latar belakang diatas, akan penulis paparkan beberapa

diantaranya, yaitu:

a. Apa saja kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun

ketahanan keluarga?

b. Bagaimana latar belakang diterbitkan kebijakan Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga?

c. Apa tujuan diterbitkannya kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dalam membangun ketahanan keluarga?

d. Bagaimana kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga perfektif Perundang-Undangan?

e. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dalam membangun ketahanan keluarga?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan luasnya masalah di atas dan mempermudah

pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah skripsi

ini sebagai berikut:

a. Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ialah kebijakan yang

berkaitan dalam membangun ketahanan keluarga.

b. Kebijakan tersebut dapat berbentuk Peraturan Daerah (Perda) Provinsi,

Peraturan Gubernur (Pergub) dan peraturan lainnya yang di bawahnya.

c. Peraturan perundang-undangan ialah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011.

d. Implementasi dinilai melalui instansi terkait kebijakan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam skripsi ini adalah bagaimana kebijakan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga, Selanjutnya penulis rinci

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

6

a. Bagaimana kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga?

b. Bagaimana kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga persfektif perundang-undangan?

c. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dalam membangun ketahanan keluarga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga.

b. Untuk mengetahui persfektif perundang-undangan terhadap kebijakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga.

c. Untuk mengetahui implementasi kebijakan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini

sebagai berikut:

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan khazanah keilmuan untuk

kepentingan akademik;

b. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk

mengembangkan teori dari peraturan perundangan-undangan;

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat umum;

d. Dapat juga dijadikan bahan acuan pada penelitian selanjutnya berkenaan

dalam masalah yang terkait.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian sebuah hal yang kontemporer dan menarik

untuk dikaji tentunya akan menemukan karya ilmiah yang berkaitan dengan

penelitian ini, antara lain:

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

7

1. Tesis yang berjudul, “Dampak Kebijakan Konversi Minyak Tanah ke LPG

Terhadap Ketahanan Keluarga (Studi Kasus di Kota Administrasi Jakarta

Timur)” oleh Agung Karyanto, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas

Indonesia tahun 2009 Jurusan Kajian Stratejik Ketahanan Nasional. Dalam

tesisnya, terdapat perbedaan pembahasan olehnya yang membahas tentang

dampak kebijakan konversi minyak tanah ke LPG terhadap ketahanan

keluarga.

2. Tesis yang berjudul, “Peranan Program Siaran Televisi dalam Pembinaan

Ketahanan Keluarga Masyarakat Pedesaan di Banten” oleh Andi Fachrudin

M, mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 2002 Jurusan

Pengkajian Ketahanan Nasional. Dalam tesisnya, terdapat perbedaan

pembahasan olehnya yang membahas tentang peranan program siaran

televisi menjadi objeknya.

Peneliti rasa belum banyak mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

khususnya program studi Hukum Keluarga yang melakukan penelitian ini. Dari

kedua review studi terdahulu, keduanya memiliki pembahasan dan objek yang

berbeda dengan penelitian ini. Objek penelitian peneliti ialah kebijakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga.

Dalam karya ini, penulis mencoba memaparkan topik yang terkini sebagai

jawaban atas permasalahan/isu hukum baru di tengah masyarakat DKI Jakarta

khususnya dan umumnya untuk Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.10 Oleh

karena itu, diperlukan metode yang tepat dalam melakukan suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 2015) Cet.

III, h. 3.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

8

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah penelitian hukum kualitatif yaitu dinyatakan dengan pernyataan dan

tentu tidak dinyatakan dengan angka. Penelitian kualitatif merupakan

strategi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep,

karakteristik, gejala, simbol maupun deskripsi tentang suatu fenomena.11

2. Pendekatan Penelitian

Penulis dalam hal ini akan menggunakan pendekatan hukum

normatif-empiris (terapan). Menurut penelitian hukum normatif-empiris

mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif

(perundang- undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa

hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang

telah ditentukan12. Penggunaan pendekatan secara normatif empiris ini pada

dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif

dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian

hukum normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif

dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu dalam suatu

masyarakat13.

3. Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Data Primer adalah sumber data yang didapat langsung dari sumber asli.

Dengan demikian, data primer merupakan data yang diperoleh dari

lokasi penelitian yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan.

Peneliti akan mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari

hasil penelitian, dengan cara mengumpulkan secara langsung

keterangan pihak-pihak yang terkait.

11 A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan (Jakarta: Kencana, 2014) h. 329. 12 Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Peneletian Hukum (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2004) h. 53. 13 Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Peneletian Hukum. h. 54.

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

9

b. Data sekunder adalah data yang mencakup peraturan perundang-

undangan dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian

yang berwujud laporan, dan sebagainya. Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber

aslinya yang berupa peraturan perundang-undang yang memiliki

otoritas tinggi yang bersifat mengikat yang berkaitan dengan

penelitian.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu merupakan bahan hukum

yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer yang

diperoleh dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku - buku, laporan - laporan hasil penelitian,

perundangundangan dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan

dengan permasalahan yang ada14. Bahan Hukum Sekunder yang

digunakan oleh penulis pada penelitian ini diperoleh dari studi

kepustakaan yang terdiri dari studi kepustakaan yang terdiri dari

buku-buku yang berhubungan dengan kebijakan publik, perundang-

undangan, otonomi daerah dan ketahanan keluarga.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang bersumber

dari kamus hukum, indeks majalah hukum, jurnal penelitian hukum

dan bahan-bahan diluar bidang hukum, seperti majalah, surat kabar,

serta bahan-bahan hasil pencarian melalui internet yang berkaitan

dengan masalah yang ingin diteliti.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini

ditempuh prosedur sebagai berikut:

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2016) Cet. VI, h.

196.

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

10

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, menelaah dan

mengutip data dari berbagai peraturan perundang-undangan yang

berlaku, buku-buku tentang kebijakan pemerintah, pemerintah provinsi

DKI Jakarta, ketahanan keluarga, makalah, internet, maupun sumber

ilmiah lainnya yang mempunyai hubungan dengan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini.

b. Wawancara (Interview)

Studi ini dilakukan dengan cara datang langsung ke Biro Hukum

dan Biro Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta

serta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dengan tujuan untuk

memperoleh data primer yang akurat, lengkap, dan valid dengan

melakukan wawancara (Interview). Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara langsung yang terpimpin, terarah, dan mendalam sesuai

dengan pokok permasalahan yang diteliti guna memperoleh hasil

berupa data dan informasi yang lengkap terkait dengan kebijakan

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan

terbuka menggunakan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan dan

akan dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

5. Metode Analisa Data

Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi

kepustakaan, aturan perundang-undangan, dan artikel yang terkait dengan

penelitian ini penulis uraikan dan gabungkan sedemikian rupa, sehingga

disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan disertai wawancara dengan sumber

terkait dalam memenuhi topik bahasan. Bahwa pengolahan bahan hukum

dilakukan secara deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

11

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi.15

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini merujuk pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Bagian ini adalah upaya untuk mempermudah pembahasan dan

penulisan skripsi, oleh karena itu penulis menyusun suatu sistematika

penulisan seperti yang dijelaskan dibawah ini.

Pada Bab I membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Pada Bab II akan membahas tentang tinjauan umum tentang konsep

kebijakan pemerintah, konsep ketahanan keluarga dan review kajian terdahulu.

Pada Bab III akan memuat tentang Gambaran Umum tentang daerah

penelitian yaitu Provinsi DKI Jakarta.

Pada Bab IV akan membahas tentang kebijakan Pemerintah DKI

Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga, persfektif perundang-

undangan terhadap kebijakan, dan implementasi kebijakan menurut pihak

terkait kemudian penulis memberikan interpretasi/analisis terhadap hasil

penelitian.

Pada Bab V merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan hasil

penelitian dan rekomendasi penulis mengenai masalah yang dibahas dalam

penulisan skripsi ini.

15 Johnny Ibrahim, Teori Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006) Cet. II, h. 393.

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN

KETAHANAN KELUARGA

A. Teori Kebijakan Pemerintah

1. Kebijakan Publik

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari

Bahasa Inggris. Kata policy diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau

pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu

pemerintahan, partai politik, dan lain-lain. Kebijakan juga diartikan sebagai

pernyataan-pernyataan mengenai kontrak penjaminan atau pernyataan tertulis1.

Pengertian ini memiliki arti kebijakan adalah mengenai suatu rencana,

pernyataan tujuan, kontrak penjaminan dan pernyataan tertulis baik yang

dikeluarkan oleh pemerintah, partai politik, dan lain-lain.

Menurut Eystine dalam Abdul Wahab, merumuskan dengan pendek

bahwa kebijakan publik ialah “the relationship of governmental unit to its

environment” (antar hubungan yang berlangsung di antara unit/satuan

pemerintahan dengan lingkungannya). Demikian pula didefinisi yang pernah

disodorkan oleh Wilson yang merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:

“the actions, objectives, and pronouncements of governments on pasticular

matters, the steps they take (or fail to take) to implement them and the

explanations they give for what happens (or does not happen)” (tindakan-

tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai

masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau

gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang

diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi ))2.

1 Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) h. 1. 2 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 13.

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

13

Dalam definisi lain Thomas R. Dye dalam Abdul Wahab, menyatakan

bahwa kebiajakan publik ialah “whatever goverments choose to do or not to do”

(pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah)3.

Dari perbincangan tentang definisi kebijakan publik di atas, kini disadari

bahwa semua pembuatan kebijakan publik (public policymaking) itu akan selalu

melibatkan pemerintah, dengan cara tertentu. Itulah sebabnya dalam buku kecil

ini “kebijakan”, dalam bidang apapun dan untuk merealisasikan tujuan apapun,

akan diberi makna sebagai “kebijakan publik” jika sebagian atau seluruhnya

digagas, dikembangkan, dirumuskan, atau dibuat oleh instansi-instansi, serta

melibatkan (langsung atau tak lansung) pejabat-pejabat pemerintah4. Dalam

definisi lain, Rahardjo Adisasmita berpendapat bahwa kebijakan publik adalah

kebijakan atau cara bagaimana yang dilakukan pemerintah untuk mencapai

tujuan dan sasaran pembangunan publik/masyarakat, yaitu peningkatan

kesejahteraan masyarakat5.

Kebijakan publik itu pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas yang

khas (a unique activity), dalam artian ia mempunyai ciri-ciri tertentu yang

agaknya tidak dimiliki oleh kebijakan jenis lain. Ciri-ciri khusus yang melekat

pada kebijakan-kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu

lazimnya dipikirkan, didesain, dirumuskan dan diputuskan oleh mereka yang

oleh David Easton disebut sebagai orang-orang yang memiliki otoritas (public

authotiries) dalam sistem politik. Konsep kebijakan publik yang secara rinci

dijelaskan sebagai berikut6:

Pertama, kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang sengaja

dilakukan dan mengarah pada tujuan tertentu, daripada sekadar sebagai bentuk

perilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak (at random), asal-asalan,

dan serba kebetulan. Kedua, kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-

3 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 14. 4 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 16. 5 Rahardjo Adisasmita, Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015)

h. 1. 6 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 24.

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

14

tindakan yang saling berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang

saling berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh

pejabat-pejabat pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan yang berdiri

sendiri. Ketiga, kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah

dalam bidang-bidang tertentu. Keempat, kebijakan publik mungkin berbentuk

positif, mungkin pula negatif.

Hakikat kebijakan publik sebagai jenis tindakan yang mengarah pada

tujuan tersebut, akan dapat dipahami dengan lebih baik lagi, apabila kebijakan

itu kita perinci lebih lanjut ke dalam beberapa kategori antara lain adalah Policy

demands (tuntutan kebijakan), Policy decisions (keputusan kebijakan), Policy

statements (pernyataan kebijakan), Policy outputs (keluaran kebijakan), dan

Policy outcomes (hasil akhir kebijakan)7.

Terdapat tahap-tahap yang harus dilewati agar suatu kebijakan dapat

disusun dan dilaksanakan dengan baik. Kebijakan yang dimunculkan sebagai

sebuah keputusan terlebih dahulu melewati beberapa tahap penting. Tahap-tahap

penting tersebut sangat diperlukan sebagai upaya melahirkan kebijakan yang

baik dan dapat diterima sebagai sebuah keputusan. Tahap-tahap dalam kebijakan

tersebut yaitu8 penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan.

Analisis mengandung tujuan dan relasi yang berbeda dengan proses

kebijakan. Dalam bukunya Wayne Parsons mengutip pendapat Gordon secara

definitif menetapkan variasi dalam analasis kebijakan terbagi menjadi tiga,

analisis kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan, dan analisis untuk

kebijakan9.

7 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 24.

8 Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, (Jakarta: TP, 2009) h.

20. 9 Wayne Parsons. Edward Elgar Publishing, Ltd. Penerjemah Tri Wibowo Budi

Santoso. Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana,

2006, h. 56-57.

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

15

2. Otonomi dan Pemerintah Daerah

Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi

pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai efisiensi dan efektivitas dalam

pelayanan kepada masyarakat10. Dengan demikian, dampak pemberian

otonomi ini tidak hanya terjadi pada organisasi/administratif pemerintahan

daerah, tetapi berlaku pula pada masyarakat (publik) dan badan atau lembaga

swasta dalam berbagai bidang. Demikian pula dengan otonomi ini terbuka

kesempatan bagi pemerintah daerah secara langsung membangun kemitraan

dengan publik dan pihak swasta daerah yang bersangkutan11.

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat seusia dengan peraturan perundang-

undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentuberwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ada 3 asas dalam otonomi daerah, antara lain, asas desentralisasi adalah

asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari

pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang lebih tinggi kepada

pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah

tangga daerah itu. Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala

instansi vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah.

Asas tugas pembantuan adalah asas yang menyatakan tugas turut serta dalam

pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah

10 HAW Wijaya, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2005) h. 17. 11 HAW Wijaya, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, h. 18.

Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

16

dengan kewajiban mempertanggung jawabkannya kepada yang memberi

tugas12.

Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi

kewenangan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan

pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan

(mutlak) meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter

dan fiskal nasional dan agama13.

Tujuan otonomi daerah dapat diperinci, antara lain sebagai berikut.

Pertama, tesebarnya demokraktisasi ke tingkat lokal (spread of democracy).

Konsekuensi dari otonomi daerah adalah distribusi hierarki kekuasaan dari

pusat ke daerah. Kedua, akibat dari tujuan yang pertama adalah masyarakat

dapat melaksanakan proses pembelajaran politik dan latihan kepemimpinan

politik. Ketiga, otonomi daerah mendorong terciptanya stabilitas politik.

Keempat, cepat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat daerah dan

akuntabilitas pemerintah dihadapan masyarakat. Kelima, fungsi pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik lebih efektif dan efisien14.

Pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan dari sistem

dekonsentrasi ke sistem desentralisasi15. Dalam bingkai otonomi,

penyelenggaraan pemerintah daerah adalah subsitem dari pemerintah nasional.

Demikian juga penyelenggaraan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

adalah subsistem dari penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan.

Diantara mereka ada hubungan fungsional yang terbungkus sebuah sistem

(negara kesatuan). Tidak ada otonomi tanpa batas dan tanpa pengawasan

12 C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pemerintah Daerah di Indonesia:

Hukum Administrasi Daerah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h. 3-4. 13 HAW Wijaya, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, h. 161. 14 Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati: pokok-pokok pikiran untuk perbaikan

implementasi otonomi daerah (Jakarta: Al-I’tishom, 2007) h. 9-10. 15 HAW Wijaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2002) h. 76.

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

17

pemerintah. Namun demikian, pengawasan bukan untuk mengekang, tapi

untuk meningkatkan16.

Selain distribusi kewenangan dari pusat ke daerah, salah satu

konsekuensi penting dari implementasi otonomi daerah adalah tersedianya

sumber-sumber keuangan yang memadai, termasuk di dalamnya adanya dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah. Penyelengaraan urusan pemerintah

yang menjadi kewenangan daerah didanai oleh Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Sementara itu, penyelenggaraan urusan pemerintah

yang menjadi kewenangan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat di daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN)17. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup

kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan

kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya. Hal ini

termasuk kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh daerah

kabupaten dan daerah kota18.

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 15 dan No. 16 tahun

2006, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2006, jenis produk

hukum daerah terdiri atas sebagai berikut Peraturan Daerah, Peraturan Kepala

Daerah, Peraturan Bersama Kepala Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan

Instruksi Kepala Daerah.

Semua produk hukum daerah tersebut dapat dibagi dua, yaitu produk

hukum bersifat pengaturan dan penetapan. Produk hukum yang bersifat

pengaturan adalah Peraturan Daerah atau sebutan lain, Peraturan Kepala

Daerah dan Peraturan Bersama Kepala Daerah. Sedangkan produk hukum yang

bersifat penetapan adalah Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala

Daerah19.

16 HAW Wijaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, h. 11. 17 Jazuli Juwaini, Otonomi Sepenuh Hati, h. 13. 18 HRT Sti Soemantri M, Otonomi Daerah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)

h. 26. 19 Oyo Sunaryo Mukhlas. Ilmu Perundang-Undangan (Bandung: Pustaka Setia,

2012) h. 253.

Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

18

3. Kedudukan Kebijakan Menurut Perundang-Undangan

Dalam bukunya Maria Farida menyatakan, setelah selesainya

Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945 dan ditetapkannya Ketetapan

MPR No. I/MPR/2003 tentang peninjauan Tehadap Materi dan Status Hukum

Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis

Pemusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 Sampai Dengan

Tahun 2002, maka Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan Rancangan

Undang-Undang tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan.

Setelah melalui proses pembahasan, rancangan undang-undang

tersebut kemudian disahkan dan diundangkan menjadi Undang-Undang No. 10

Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan20. Adapun

undang-undang tersebut sudah digantikan dengan Undang-Undang No. 12

tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Diatur

dalam Pasal 7 tentang jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri

atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota”

Selanjutnya dalam Pasal 8 Ayat (1) berbunyi: “Jenis Peraturan

Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,

Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank

Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk

20 Maria Farida, Ilmu Perundang-Undangan 1. (Yogyakarta: Kanisius, 2007) h. 97.

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

19

dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang

setingkat.”

Dalam penjelasan undang-undang tersebut Peraturan Daerah dan

Peraturan Gubernur termasuk dalam hierarki perundang-undangan. Maka

kedua peraturan tersebut memiliki kedudukan hukum dalam perundang-

undangan yang berlaku. Pada saat ini Peraturan Daerah mempunyai kedudukan

yang sangat strategis karena diberikan landasan konstitusional yang jelas

sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 194521.

Dalam sistem norma hukum Negara Republik Indonesia, menggunakan

asas peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih

tinggi22. Artinya kedudukan peraturan daerah lebih tinggi daripada kedudukan

peraturan gubernur, maka peraturan gubernur tidak boleh bertolak belakang.

Begitu pula peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan di atasnya, seperti undang-undang.

B. Konsep Ketahanan Keluarga

1. Ketahanan dan Pembangunan Nasional

Membahas tentang konsep ketahanan keluarga maka harus dimulai dari

konsep paling umum yakni ketahanan nasional. Menurut S. Pamudji, sebagai

konsepsi ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa, berisi

keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,

ancaman, hambatan dan gangguan baik yang dating dari dalam maupun dari

luar, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,

21 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Panduan

Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah (Jakarta: Kemenkumham RI, 2010) h.

7. 22 Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang (Jakarta:

Sinar Grafika, 2013) h. 30.

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

20

identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar

tujuan perjuangan nasionalnya23. Ketahanan nasional pada hakikatnya

merupakan suatu konsepsi dalam pengaturan dan penyelenggaraan

kesejahteraan dan kemakmuran serta pertahanan dan keamanan dalam

kehidupan nasional. Dengan demikian jelaslah bahwa ketahanan nasioanl harus

diwujudkan dengan mempergunakan baik pendekatan kesejahteraaan

(prosperity approach) maupun pendekatan keamanan (security approach)24.

Menurut Sutami, kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang harus dimiliki

bangsa dan negara Indonesia agar dapat menghadapi tantangan pembangunan

yang akan dating baik di lingkungan nasional, regional maupun internasional

dinamakan ketahanan nasional25.

Sejalan dengan itu Lemhanas dalam bukunya menyatakan, dalam

pembangunan nasional, khususnya pada GBHN, ketahanan nasional telah

ditetapkan sebagai pola dasar pembangunan nasional dalam memelihara

kelangsungan hidup bangsa dan negara guna menghadapi ancaman, gangguan,

hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam negeri26.

Menurut S. Pramudji juga menyatakan bahwa ketahanan nasional dapat

juga dipandang sebagai suatu kondisi dan suatu strategi. Ketahanan nasional

sebagai kondisi akan nampak apabila diajukan pertanyaan “bagaimana

ketahanan nasional kita dewasa ini?” jelaslah bahwa yang ditanyakan bukan

konsepsi, melainkan kondisi bangsa dan negara Indonesia. Ketahanan nasional

sebagai strategi berpokok pangkal pada masalah kelangsungan hidup (survival)

dari sesuatu bangsa27.

23 S. Pramudji, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional (Jakarta: Bina

Aksara, 1985) h. 63. 24 S. Pramudji, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, h. 64. 25 Sutami, Pokok-Pokok Pemikiran dalam Pembangunan Nasional (Jakarta: T.P,

1978) h. 9. 26 Lembaga Pertahanan Nasional, Disiplin Nasional Mendukung Pembangunan

Nasional (Jakarta: Lemhanas, 1989) h. 8-9. 27 S. Pramudji, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, h. 65.

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

21

Mantan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro dalam kata

pengantar buku Bambang Pranowo menyatakan bangsa Indonesia masih

menghadapi ancaman ketahanan nasional, ancaman itu dapat dikategorikan

dalam beberapa hal, yaitu28 ancaman terhadap ketahanan nasional karena

bahaya alam seperti pemanasan global, banjir, tsunami dan lain sebagainya,

ancaman terhadap ketahanan nasional karena penyakit seperti virus HIV/AIDS,

flu burung, dan penyakit epidemik lainnya, ancaman terhadap ketahanan

nasional karena kemiskinan dan pengangguran, ancaman terhadap ketahanan

nasional karena narkotika dan zak adiktif lainnya, ancaman terhadap ketahanan

nasional karena faktor sosial politik dan ancaman terhadap ketahanan nasional

karena faktor militer

Sedangkan hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia,

serta bangsa Indonesia Bersama-sama bangsa lain di dunia mengupayakan

lingkungan pergaulan dunia yang bersahabat, tertib dan damai29. Hanya dengan

pembangunan nasional yang berhasilah akan dapat menghasilkan ketahanan

nasional yang dinamis. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

pembangunan nasional adalah sumber daya manusia.

Sasaran ini dicapai melalui kebijaksanaan dan strategi pembangunan

sumberdaya manusia. Oleh karenanya dalam Repelita V berbagai program,

antara lain: kesehatan, pendidikan, gizi kesehatan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, hukum, agama dan kebudayaan nasional30. Dengan demikian maka

hubungan antara ketahanan nasional dengan pembangunan nasional bagaikan

dua sisi mata uang yang saling menunjang dan tak dapat dipisahkan, dan harus

dibangun dan dikembangkan secara bersama-sama, seimbang dan serasi31.

28 Bambang Pranowo, Multidimensi Ketahanan Nasional (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2010) h. XII. 29 Bambang Pranowo, Multidimensi Ketahanan Nasional, h. 6. 30 Thahir Abdullah, Pembinaan Ketahanan Nasional yang Bertumpu kepada

Ketahanan Pribadi (Jakarta: Lembaga Pertahanan Nasional, 1991) h. 63. 31 Sutami, Pokok-Pokok Pemikiran dalam Pembangunan Nasional, h. 8.

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

22

2. Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Perundang-Undangan

Ketahanan keluarga adalah bagian dari ketahanan nasional. Ketahanan

nasional menjadi kuat bila ketahanan keluarga yang mendukungnya terjaga

dengan baik. Ketahanan keluarga dapat diwujudkan melalui fungsi keluarga

yaitu agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi

dan pelestarian lingkungan.

Definisi ketahanan keluarga menurut KBBI, arti kata ketahanan adalah

perihal tahan (kuat), kekuatan (hati, fisik), daya tahan, sedangkan arti kata

keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya, seisi rumah. Jadi menurut

KBBI, ketahanan keluarga adalah daya tahan sebuah keluarga yang terdiri dari

ibu, bapak dan anak-anaknya.

Definisi ketahanan keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga, yaitu pada Pasal 1 angka 11. Pada ayat tersebut dituliskan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan

dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup

mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis

dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

Menurut Frankenberger dalam buku Pedoman Ketahanan Keluarga

2016, ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) merupakan

kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumber

daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar antara lain: pangan, air bersih,

pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk

berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial32. Pandangan lain

mendefinisikan ketahanan keluarga sebagai suatu kondisi dinamik keluarga

yang memiliki keuletan, ketangguhan, dan kemampuan fisik, materil, dan

mental untuk hidup secara mandiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 1994). Ketahanan keluarga juga mengandung maksud

32 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016 (Jakarta: KPPPA, 2016) h. 6.

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

23

sebagai kemampuan keluarga untuk mengembangkan dirinya untuk hidup

secara harmonis, sejahtera dan bahagia lahir dan batin.

Konsep ketahanan keluarga memiliki makna yang berbeda dengan

konsep kesejahteraan keluarga, namun keduanya saling berkaitan erat.

Keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi berpotensi lebih besar

untuk dapat memiliki ketahanan keluarga yang lebih tangguh33. Kedua konsep

tersebut dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dalam Undang-Undang

Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga.

Menurut Euis Sunarti dalam desertasinya, ketahanan keluarga

merupakan kemampuan keluarga dalam mengelola masalah yang dihadapinya,

berdasarkan sumberdaya yang dimiliki, untuk memenuhi kebutuhan

anggotanya. Diukur dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi

komponen input (sumberdaya fisik dan non fisik), proses (manajemen

keluarga, salah keluarga, mekanisme penanggulangan) dan output

(terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikososial). Jadi keluarga mempunyai

tingkat ketahanan keluarga yang tinggi apabila memenuhi beberapa aspek

yaitu: (1) ketahanan fisik yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang,

perumahan, pendidikan dan kesehatan; (2) ketahanan sosial yaitu berorientasi

pada nilai agama, komunikasi yang efektif, dan komitmen keluarga tinggi; (3)

ketahanan psikologis meliputi kemampuan penanggulangan masalah nonfisik,

pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif, dan kepedulian suami

terhadap istri34.

Dalam perumusan ukuran ketahanan keluarga oleh Euis Sunarti dkk ada

dua hal yaitu, antara lain35:

33 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, h. 8. 34 Euis Sunarti, “Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus

Pengaruhnya terhadap Kualitas Kehamilan” (Bogor: disertasi Institut Pertanian Bogor,

2001) h. 53. 35 Euis Sunarti dkk, Perumusan Ukuran Ketahanan Keluarga (Bogor: Intitut

Pertanian Bogor, 2003) h. 11.

Page 34: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

24

a. Ukuran ketahanan keluarga yang dikembangkan melalui pendekatan

sistem (input-proses-output) dengan 10 indikator fisik dan non fisik

(sumberdaya fisik, sumberdaya non fisik, masalah keluarga fisik, masalah

keluarga non fisik, kesejahteraan fisik, kesejahteraan sosial fisik,

kesejahteraan sosial non fisik, serta kesejahteraan psikologi) cukup

reliabel dan valid dengan dihasilakn tiga ketahanan laten: ketahanan fisik,

ketahanan psikologis, dan ketahanan sosial.

b. Kajian terhadap indikator dari ketahanan fisik, ketahanan sosial dan

ketahanan psikologis, serta syarat tercapainya indikator ketahanan

keluarga tersebut menunjukkan bahwa inti dari peningkatan ketahanan

keluarga adalah pembangunan Pendidikan, pembangunan ekonomi dan

pembangunanan keluarga sejahtera melalui optimalisasi fungsi keluarga,

terutama fungsi ekonomi, fungsi sosialisasi dan Pendidikan, fungsi cinta

kasih, dan fungsi reproduksi.

Peraturan Menteri PPPA Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan

Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa konsep ketahanan dan

kesejahteraan keluarga mencakup: (1) Landasan Legalitas dan Keutuhan

Keluarga, (2) Ketahanan Fisik, (3) Ketahanan Ekonomi, (4) Ketahanan Sosial

Psikologi, dan (5) Ketahanan Sosial Budaya. Oleh karena itu, pengukuran

tingkat ketahanan keluarga akan mencakup kelima hal tersebut di atas, yang

selanjutnya disebut sebagai dimensi pengukur ketahanan keluarga. KPPPA

telah merumuskan 24 (dua puluh empat) ciri-ciri yang merepresentasikan

tingkat ketahanan keluarga dalam buku Pedoman Ketahanan Keluarga 2016,

sebagai berikut:

a. Dimensi 1: Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga.

Dimensi landasan legalitas dan keutuhan keluarga dijabarkan

melalui 3 (tiga) variabel dan 7 (tujuh) indikator yaitu:

1) Variabel landasan legalitas diukur berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu:

legalitas perkawinan, dan legalitas kelahiran.

Page 35: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

25

2) Variabel keutuhan keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

keberadaan pasangan suami-istri yang tinggal bersama dalam satu

rumah.

3) Variabel kemitraan gender diukur berdasarkan 4 (empat) indikator, yaitu:

kebersamaan dalam keluarga; kemitraan suami-istri; keterbukaan

pengelolaan keuangan; dan pengambilan keputusan keluarga.

b. Dimensi 2: Ketahanan Fisik.

Dimensi ketahanan fisik dijabarkan melalui 3 (tiga) variabel dan 4

(empat) indikator yaitu:

1) Variabel kecukupan pangan dan gizi diukur berdasarkan 2 (dua)

indikator, yaitu: kecukupan pangan, dan kecukupan gizi.

2) Variabel kesehatan keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

keterbebasan dari penyakit kronis dan disabilitas.

3) Variabel ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur diukur berdasarkan

1 (satu) indikator yaitu: ketersediaan lokasi tetap untuk tidur.

c. Dimensi 3: Ketahanan Ekonomi.

Dimensi ketahanan ekonomi dijabarkan melalui 4 (empat) variabel

dan 7 (tujuh) indikator, yaitu:

1) Variabel tempat tinggal keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator

yaitu: kepemilikan rumah.

2) Variabel pendapatan keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu:

pendapatan perkapita keluarga, dan kecukupan pendapatan keluarga.

3) Variabel pembiayaan pendidikan anak diukur berdasarkan 2 (dua)

indicator yaitu: kemampuan pembiayaan pendidikan anak, dan

keberlangsungan pendidikan anak.

4) Variabel jaminan keuangan keluarga diukur berdasarkan 2 (dua)

indicator yaitu: tabungan keluarga, dan jaminan kesehatan keluarga.

d. Dimensi 4: Ketahanan Sosial Psikologis.

Dimensi ketahanan sosial psikologis dijabarkan melalui 2 (dua)

variabel dan 3 (tiga) indikator yaitu:

Page 36: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

26

1) Variabel keharmonisan keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indikator

yaitu: sikap anti kekerasan terhadap perempuan, dan perilaku anti

kekerasan terhadap anak.

2) Variabel kepatuhan terhadap hukum diukur berdasarkan 1 (satu)

indikator yaitu: penghormatan terhadap hukum.

e. Dimensi 5: Ketahanan Sosial Budaya.

Dimensi ketahanan sosial budaya dijabarkan melalui 3 (tiga)

variabel dan 3 (tiga) indikator yaitu:

1) Variabel kepedulian sosial diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

penghormatan terhadap lansia.

2) Variabel keeratan sosial diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

partisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan

3) Variabel ketaatan beragama diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

partisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan.

Penjelasan terkait dimensi, variabel, dan indikator ketahanan keluarga

yang digunakan dijabarkan secara ringkas dalam gambar berikut ini.

Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga

Page 37: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

27

3. Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam

Berbicara ketahanan keluarga tidak bisa dilepaskan dari persoalan

individu-individu manusia dalam mempertahankan eksistesinya. Keluarga

adalah kesatuan individu dalam masyarakat. Keluarga yang baik dan hidup di

lingkungan yang baik akan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia itu

sendiri. Keluarga merupakan institusi terkecil dari masyarakat atau bangsa,

keluarga sekaligus menjadi pusat pendidikan paling pendting dalam

pembangunan manusia seutuhnya. Keluargalah yang membentuk karakter,

akhlak dan kepribadian individu yang ditampilkan dalam sikap atau perilaku

keagamaan baik dalam wujud keshalehan spiritual maupun keshalehan sosial36.

Adapun fungsi keluarga dalam perspektif Islam37:

a. Fungsi Psikologis

Maksud dari fungsi ini adalah bagaimana kita memberlakukan

semua anggota keluarga secara wajar, apa adanya dan

mereka mendapatkan kenyamanan serta dukungan untuk berkembang

secara psikologis.

b. Fungsi Sosiologis

Maksudnya adalah bagaimana keluarga harus difungsikan untuk

tempat semua anggota keluarga mendapatkan lingkungan yang terbaik dan

sekaligus menjadi jembatan interaksi positif di antara mereka.

c. Fungsi Fisiologis

Fungsi ini memerankan bagaimana agar semua anggota keluarga

mendapatkan tepat berteduh yang baik dan nyaman.

d. Fungsi Tarbiyah dan Da’wah

Maksudnya adalah keluarga merupakan obyek pertama yang harus

menerima nilai-nilai da’wah untuk kemudian dijadikan sebagai model

keluarga ideal bagi masyarakatnya dan memberikan kontrinusi da’wah

secara aktif dan maksimal.

36 Ma’ruf Amin dalam Pendahuluan Buku Ketahanan Keluarga dalam Persfektif

Islam. 37 http://almanar.co.id/keluarga/membangun-ketahanan-keluarga.html

Page 38: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

28

Agama telah memberikan tuntunan untuk kemaslahatan hidup manusia.

Dalam Islam tuntunan tersebut berada pada ruang lingkup yang luas yang

disebut syariat38. Syariat juga mengandung pengertian seperangkat peraturan-

peraturan Allah, yang mencakup ahkam al-amaliyah, ahkam al-I’tiqadiyah dan

ahkam al-khuluqiyah, yang diturunkan kepada Rasul-Nya untuk hamba yang

mukallaf (baligh dan berakal), agar mengimani dan mempraktekkannya.

Dengan demikian syariat dalam pengertian luas mencakup aqidah, hukum dan

akhlak39. Berikut ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ketahanan

keluarga:

غلظ يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة

ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون شداد ل يعصون للا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan” (QS. At-Tahrim 66: 6)

ية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا للا وليقولوا قول وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذر

سديدا

Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya

mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka

khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (QS.

An-Nisa’, 4: 9)

Dari kedua ayat Al-Qur’an tersebut memberikan penekanan pada

menjaga ketahanan keluarga dengan membangun keluarga yang kuat, sejahtera

dan maju serta memiliki dasar keagamaan yang kokoh agar mampu

menghadapi segala godaan dan serangan dari luar yang berpotensi merusak

ketahanan keluarga. Dari ayat pertama, menekankan agar keluarga selalu

38 Azizah, “Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam” dalam Amany Lubis,

eds., Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016,

h. 1. 39 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 5.

Page 39: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

29

terpelihara dan terhindar dari siksaan di neraka kelak sedangkan dalam ayat

kedua dijelaskan bahwa ketahanan keluarga dalam bentuk kesejahteraan

keluarga dibutukan agar menjadikan keturunannya dalm keadaannya yang

kuat.

Islam sangat mementingkan keutuhan keluarga. Di dalam ajarannya

jelaslah bahwa seorang ayah adalah pemimpin di dalam keluarga, yang selain

wajib mencari nafkah, juga diperintahkan untuk berlaku sebaik-baiknya

terhadap keluarganya. Artinya para ayah diperintahkan Allah SWT untuk

peduli terhadap anak dan istrinya. Sebagaimana Rasulullah saw. Bersabda40:

لي له، وأان خيركم ألهر خيركمر خيركمر ألهر

Artinya: sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dengan keluarganya

dan aku adalah orang yang paling baik dengan keluargaku (HR. At-Tirmidzi

(no. 3895) dan Ibnu Hibban (no.1447).

Berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an dan hadist tersebut, secara umum

Islam mengatur bagaimana menata diri dan keluarga agar bisa menjadi

keluarga yang kuat, sejahtera dan maju dalam urusan dunia dan akhirat. Maka

dari itu, pentingnya membangun ketahanan keluarga pun dibutuhkan untuk

mewujudkan tujuan dibentuknya keluarga.

C. Mashlahah sebagai Dalil Hukum

Kata al-mashlahah adalah kata bahasa arab, dari akar al-shalah yang

berarti kebaikan dan manfaat (guna). Kata al-mashlahah adalah bentuk mufrad

(tunggal). Sedangkan bentuk jamaknya al-mashalih. Sedangkan lawan dari

kata al-mashlahah adalah kata al-mafsadah yaitu sesuatu yang banyak

keburukannya41.

Menurut ‘Izz ad-Din bin ‘Abdul-Salam sebagaimana dikutip oleh

Abdul Manan42 menjelaskan mashlahah dan mafsadah sering dimaksudkan

40 Amany Lubis, “Ketahanan Keluarga Dalam Legislasi Nasional dan Konvensi

Internasional” dalam Amany Lubis, eds., Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam.

Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016, h. 229.

41 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 10.

42 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,

2013) h. 261.

Page 40: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

30

dengan baik dan buruk, manfaat dan mudharat, bagus dan jelek, bermanfaat

dan bagus sebab semua mashlahah itu baik, sedangkan mafsadah itu semuanya

buruk, membahayakan dan tidak baik untuk manusia. Dalam Al-Qur’an kata

al-hasanat (kebaikan) sering digunakan untuk pengertian al-mashalih

(kebaikan) dan kata al-sayyi’at (keburukan) dipergunakan untuk pengertianal-

mafasid (kerusakan-kerusakan).

Menurut Sa’id Ramadan al-Buti sebagaimana dikutip oleh Azizah43

menjelaskan pengertian al-mashlahah sebagaimana diistilahkan ulama hukum

Islam dapat didefinisikan menjadi manfaat yang dimaksudkan al-Syar’i untuk

kepentingan hamba-hambaNya, baik berupa pemeliharaan terhadap agama,

jiwa, akal, keturunan maupun harta benda mereka sedangkan urutan tertentu

yang terdapat di dalam kategori pemeliharaan tersebut. Hal tersebut sejala

dengan Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Asmawi44 dijelaskan bawah al-

mashlahah adalah kemanfaatan yang dikehendaki oleh Allah untuk hamba-

hambaNya, baik berupa pemeliharaan agama mereka, pemeliharaan jiwa/diri

mereka, pemeliharaan kehormatan diri serta keturunan mereka, pemeliharaan

akal budi mereka, maupun berupa harta kekayaan mereka.

Imam al-Syatibi menjelaskan, seluruh ulama sepakat menyimpulkan

bahwa Allah SWT menetapkan berbagai ketentuan syari’at dengan tujuan

memelihara lima unsur pokok manusia (al-dururiyyat al-khams). Kelima unsur

itu ialah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara

keturunan dan memelihara harta mereka. Kelima unsur pokok tersebut disebut

juga dengan tujuan syara’ (al-mawasid al-syar’i)45.

Upaya muwujudkan pemeliharaan kelima unsur pokok tersebur,

ulamam membaginya kepada tiga kategori dan tingkat kekuatan, yaitu:

mashlahah daruriyyah (kemaslahatan primer), mashlahah hajiyyah

(kemaslahatan sekunder) dan mashlahah tahsiniyyah (kemaslahatan tersier)46.

43 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 11.

44 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2011) h. 128.

45 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 11.

46 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 12.

Page 41: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

31

Al-mashlahah al-daruriyyah ialah kemaslahatan memelihara kelima

unsur pokok yang keberadaannya bersifat mutlak dan tidak bisa diabaikan.

Tercapainya pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut akan melahirkan

keseimbangan dalam kehidupan keagamaan dan keduniaan. Jika kemaslahatan

ini tidak ada, maka akan timbul kekacauan dalam hidup kegamaan dan

keduniaan manusia47.

Tingkatan al-mashlahah yang kedua adalah al-mashlahah al-hajiyyah

(kemaslahatan sekunder) yaitu sesuatu yang diperlukan seseorang untuk

memudahkannya menjalani hidup dan menghilangkan kesuliatn dalam rangka

memelihara lima unsur pokok di atas. Dengan kata lain, jika tingkat

kemaslahatan sekunder ini tidak tercapai, manusia akan mengalami kesulitan

memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta mereka. Contoh al-

mashlahah al-hajiyyah ialah adanya ketentuan rukhsah (keringanan) dalam

ibadat, seperti rukhsah salat dan puasa bagi orang yang sedang sakit atau

sedang bepergian (musafir)48.

Tingkatan ketiga ialah al-mashlahah al-tahsiniyyah (kemaslahatan

tersier) yaitu memelihara kelima unsur pokok dengan cara meraih dan

menetapkan hal-hal yang pantas dan layak dari kebiasaan-kebiasaan hidup

yang baik, serta menghindarkan sesuatu yang dipandang sebaliknya oleh akal

yang sehat. Apabila kemaslahatan tersier tidak tercapai, manusia tidak sampai

mengalami kesulitan dalam memelihara kelima unsur pokoknya, tetapi mereka

dipandang menyalahi aturan-aturan kepatutan dan tidak mencapai taraf “hidup

bermartabat”. Contoh mashlahah tahsiniyyah di dalam ibadah ialah adanya

syariat menghilangkan najis, bersuci, menutup aurat, mendekatkan diri kepada

Allah (taqarrub) dengan bersedekah dan melaksanakan perbuatan-perbuatan

sunnat lainnya49.

47 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 12.

48 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 14.

49 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 15.

Page 42: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

32

BAB III

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

A. Geografi dan Iklim

DKI Jakarta terdiri dari lima wilayah Secara administrasi, Provinsi

DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan 1 kabupaten

administrasi yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur,

Jakarta Utara dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Wilayah administrasi di

bawahnya terbagi menjadi 44 kecamatan dan 267 kelurahan dengan jumlah

penduduk pada tahun 2017 sebesar 10,37 juta jiwa. Pada gambar ditampilkan

Peta DKI Jakarta.

Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak pada posisi

6°12’ LS dan 106°48’ BT serta terbentang pada hamparan tanah seluas

662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km2. Dengan luas wilayah

kurang dari 0,04% dari total luas wilayah daratan Indonesia namun dihuni

oleh 4% dari total penduduk Indonesia. DKI Jakarta juga memiliki 218 pulau

yang terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu, namun hanya sekitar

setengahnya saja yang berpenghuni1. Secara geografis batas-batas Jakarta

antara lain:

1. Sebelah Utara : Laut Jawa

2. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat (Bekasi)

3. Sebelah Selatan : Provinsi Jawa Barat (Depok)

4. Sebelah Barat : Provinsi Banten (Tangerang)

Di bagian utara terbentang pantai sepanjang ± 35 km tempat bermuaranya

13 sungai dan 2 kanal. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata +7 meter diatas permukaan laut. Data dari Dinas

Pekerjaan Umum Pemprov DKI Jakarta menyatakan bahwa 73% kelurahan di

1 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017 (Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 3.

Page 43: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

33

DKI Jakarta dilalui aliran sungai. Hal ini mengakibatkan tingginya potensi

terjadinya bencana banjir khususnya pada musim penghujan2.

Peta Provinsi DKI Jakarta

Secara jumlah wilayah administrasi DKI Jakarta memiliki 267

kelurahan dan 44 kecamatan. Pembagian wilayah administratif dapat dilihat

pada tabel.

2 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 3.

Page 44: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

34

No. Wilayah Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan

1. Kepulauan Seribu 2 6

2. Jakarta Selatan 10 65

3. Jakarta Timur 10 65

4. Jakarta Pusat 8 44

5. Jakarta Barat 8 56

6. Jakarta Utara 6 31

DKI Jakarta 44 267

Suhu udara yang cukup menyengat terjadi pada sepanjang bulan Juli

dan Agustus tahun 2017. Demikian halnya dengan curah hujan yang hanya

turun sesekali dengan lokasi area yang tidak merata. Intensitas hujan di DKI

Jakarta pada periode bulan Juli-Agustus 2017 menunjukkan penurunan yang

signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu rata-rata hanya 70

mm. Tetapi perbedaan rata-rata suhu tidak sebesar tahun 20153.

Menurut data BMKG, sepanjang tahun 2016, rata-rata suhu udara DKI

Jakarta adalah sebesar 280C. Suhu yang relatif sedang untuk daerah tropis.

Arah angin di DKI Jakarta rata-rata bertiup dari Utara. Sementara rata-rata

kecepatan angin sepanjang tahun 2016 berkisar antara 1,4 sampai dengan 3

m/s. Temperatur Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 tertinggi di bulan Mei

dan September (35,2OC) dan terendah di bulan Juni (23,4 OC), dengan

kelembaban 59 sampai 93 persen. Curah hujan tertinggi di bulan Februari

(451,75 mm2) dan terendah di bulan Desember (41,7 mm2)4.

B. Sejarah dan Perkembangannya

Nama-nama yang pernah diberi untuk kota Jakarta antara lain Sunda

Kelapa (397–1527), Jayakarta (1527–1619), Batavia (1619–1942), Djakarta

3 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 3.

4 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017

(Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 4.

Page 45: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

35

(1942-1945), Jakarta (1945-sekarang), Ibukota DKI Jakarta (1998-sekarang),

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1998-sekarang)5.

1. Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan

Sunda yang bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung.

Ibukota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran

atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda

Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda

Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda

selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda

Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang

terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut

dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti

"ibu kota") dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan

kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga

pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan

merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura (bahasa

Sansekerta yang berarti "Kota Sunda").

2. Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke

Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan

Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa

sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan

memisahkan diri

dari Kerajaan Sunda. Namun sebelum pendirian benteng tersebut

terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan

tersebut. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota

Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan pendudukan Pelabuhan

5 Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Laman Resmi Wikipedia Indonesia,

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

Page 46: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

36

Sunda Kelapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama

kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan".

3. Batavia (1619–1942)

Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah

singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17

diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan

Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki

Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian

mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda,

Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting.

4. Djakarta (Jakaruta Tokubetsu Shi) (1942–1945)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti

nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang

Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki

Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

5. Jakarta (1945-sekarang)

Sejak kemerdekaan sampai sebelum tahun 1959, Djakarta

merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota

Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota

ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh

gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo,

seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan

langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah

dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan

gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.

C. Pemerintahan

Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, memiliki status

istimewa dan diberikan otonomi khusus berdasarkan UU Nomor 29 Tahun

2007. Dengan menyandang status khusus, seluruh kebijakan mengenai

pemerintahan maupun anggaran ditentukan pada tingkat provinsi karena

Page 47: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

37

lembaga legislatif hanya ada pada tingkat provinsi6. Dalam salah satu pasal

lainnya mengatur Pemprov DKI dipimpin gubernur dan wakil gubernur yang

dipilih secara langsung melalui pemilihan kepala daerah, untuk masa berlaku

5 tahun.

1. Pemilihan Kepala Daerah 2017

Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017 diselenggarakan dua putaran

yaitu pada Rabu, 15 Februari 2017 dan Rabu, 19 April 2017. Pilgub

tersebut diikuti oleh tiga calon pasangan gubernur dan wakil gubernur.

Kandidat pertama adalah Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni,

kandidat kedua adalah Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat,

dan kandidat yang ketiga adalah Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga

Salahuddin Uno. Pada putaran pertama perolehan suara nomor urut satu

mendapat suara 937.955 (17.05 %), nomor ururt dua mendapatkan suara

2.364.577 (42.99 %) dan nomor urut tiga mendapatkan suara 2.197.333

(39.95 %)7.

Berdasarkan Undang-undang no 29 Tahun 2007 tentang

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia pasal 11 Ayat (1): “Pasangan calon Gubernur dan

Wakil Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50 % (lima puluh

persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih.” Ayat

(2): “Dalam hal tidak ada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur

yang memperoleh suara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), diadakan

pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur putaran kedua yang diikuti oleh

pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada

putaran pertama”. Sehingga KPU Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan

putusan yang menetapkan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 dilaksanakan dua putaran.

6 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017, h. 28.

7 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Politik DKI Jakarta 2017

(Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 11.

Page 48: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

38

Pada putaran kedua Pilgub, warga DKI Jakarta yang terdaftar

dalam DPT adalah sebanyak 7,3 juta jiwa yang telah memenuhi syarat

sebagai pemilih. Dari 7,3 juta jiwa yang terdaftar dalam DPT, 77 %

menggunakan hak pilihnya dalam pilgub, sedangkan sisanya tidak

menggunakan hak pilih mereka yaitu sebanyak 1,6 juta jiwa. Pilgub pada

putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017 ini,

dimenangkan oleh pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga

Salahuddin Uno, dengan perolehan suara sebanyak 57,96 persen.

Berdasarkan rekapitulasi tersebut, KPU Provinsi DKI Jakarta

menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 95/Kpts/KPU-Prov-010/2017

tentang Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Tahun 2017 Putaran Kedua tanggal 5 Mei 2017, ditetapkan

pasangan Calon nomor urut 3 (tiga) Anies Rasyid Baswedan, Ph.D –

Sandiaga Salahauddin Uno, MBA sebagai pasangan calon Gubernur dan

Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Terpilih periode 2017 – 20228.

2. DPRD Provinsi DKI JAKARTA, 2014-2019

Pemilu legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014

menghasilkan tiga partai yang memperoleh suara terbanyak untuk anggota

legislatif. Tiga partai tersebut adalah Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai

Persatuan Pembangunan (PPP).

Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta telah menetapkan perolehan

suara sah partai politik tersebut, serta menetapkan kursi untuk DPRD DKI

Jakarta berdasarkan perolehan suara. Berdasarkan penetapan tersebut,

jumlah suara sah tercatat sebanyak 4.537.227 suara. Jumlah kursi yang

diperebutkan adalah 106 kursi di DPRD DKI Jakarta yang berhasil diisi 10

partai politik. Secara rinci: PDIP (28 kursi), Partai Gerindra (15 kursi),

PPP (10 kursi), PKS (11) kursi, Partai Golkar (9 kursi), Partai Demokrat

8 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Politik DKI Jakarta 2017,

h. 14.

Page 49: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

39

(10 kursi), Partai Hanura (10 kursi), PKB (6 kursi), Partai Nasdem (5

kursi), dan PAN (2 kursi)9.

D. Kondisi Masyarakat

Dari sisi kependudukan, berdasarkan hasil Susenas, Penduduk DKI

Jakarta Tahun 2017 mencapai 10.350.023 jiwa. Bila dibandingkan dengan

tahun 2016, meningkat sebesar 0,95 persen atau sebesar 97.386 jiwa. Jumlah

penduduk terbesar terdapat di Kota administrasi Jakarta Timur sebanyak

2.886.804 jiwa (27,88 %), sedangkan penduduk terkecil terdapat di

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebanyak 23.826 jiwa (0,23%)10.

Setiap tahunnya jumlah penduduk DKI Jakarta menunjukkan tren

yang terus meningkat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk DKI Jakarta

mencapai 8,4 juta jiwa, tahun 2010 bertambah menjadi 9,6 juta jiwa dan pada

tahun 2017 mencapai 10,35 juta jiwa. Selama periode 2010-2017 laju

pertumbuhan penduduk mulai melandai dengan capaian 1,05 persen pada

tahun 2017, sehingga jumlah penduduk pada tahun 2017 mencapai 10,35 juta

jiwa atauselama tujuh tahun terakhir terjadi kenaikan penduduk sebesar 0,73

juta jiwa.

Dengan luas wilayah 662,33 km2 dan jumlah penduduk yang terus

meningkat dari tahun ke tahun, berakibat pada meningkatnya kepadatan

penduduk di DKI Jakarta. Pada Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI

Jakarta 2017 tahun 2000, kepadatan penduduk DKI Jakarta mencapai 12.603

jiwa/km2, meningkat menjadi 14.506 jiwa/km2 pada tahun 2010 dan pada

tahun 2017 menjadi 15.629 jiwa/km211.

Dari sisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan bahwa

pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta telah membuahkan hasil.

Pada tahun 2016, IPM Provinsi DKI Jakarta telah mencapai level 79,60 atau

meningkat sebesar 0,77% dibandingkan tahun 2015. Peningkatan ini di atas

9 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Politik DKI Jakarta 2017,

h. 21.

10 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Provinsi DKI Jakarta (Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 17.

11 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Provinsi DKI Jakarta, h. 18.

Page 50: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

40

rata–rata pertumbuhan IPM DKI Jakarta periode 2010 – 2016 yang mencapai

0,70% per tahun. Pada tahun 2016, pencapaian pembangunan manusia di

tingkat Kab/Kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar

antara 69,52 (Kepulauan Seribu) hingga 83,94 (Jakarta Selatan)12.

Dalam sisi ketenagakerjaan, profil ketenagakerjaan di Jakarta pada

tahun 2017, jumlah angkatan kerja mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan tahun 2016 yaitu sebesar 2,85 persen (Sakernas, Februari 2016-

2017). Jumlah angkatan kerja pada tahun 2017 sebesar 5,5 juta jiwa, dimana

94,64 persen nya bekerja.13

Nilai upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta tidak pernah

mengalami penurunan dan terus menunjukkan tren meningkat. UMP DKI

Jakarta tahun 2010 hanya sebesar Rp 1,12 juta kemudian meningkat tiga kali

lipat menjadi Rp 3,36 juta pada tahun 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) terus mengalami penurunan. TPT di DKI Jakarta tahun 2017 sebesar

5,36 persen, menurun dari tahun 2016. Dapat diartikan bahwa diantara 1000

orang penduduk DKI Jakarta terdapat sekitar 54 orang yang menganggur.14

Dalam indikator kesehatan, hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010

yaitu angka kematian bayi berada pada kisaran 18 dari 1000 kelahiran. Pada

tahun 2015, angka kematian bayi laki-laki sebesar 22,40 lebih tinggi dari

kematian bayi perempuan sebesar 13,70. Angka harapan hidup (AHH)

Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 mencapai 72,49 tahun. Artinya setiap bayi

yang lahir akan mempunyai peluang hidup hingga umur 72-73 tahun15.

Indikator lain untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah

persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan. Selama tahun

2013-2015 penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menunjukkan tren

12 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 7.

13 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 8.

14 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 9.

15 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 10.

Page 51: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

41

meningkat, namun pada tahun 2016 penduduk yang mengalami keluhan

kesehatan turun menjadi 30,45 persen. Penduduk DKI Jakarta yang

mempunyai keluhan kesehatan sekitar 2.799.444 jiwa (27,05 %). Dari jumlah

tersebut, sekitar 1.385.523 jiwa (49,49%) diantaranya adalah laki-laki dan

1.413.922 juta jiwa adalah penduduk perempuan (50,50 %). Persentase

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan tertinggi berada di Jakarta

Utara, yaitu sebesar 29,60 persen. Sementara keluhan paling sedikit ada di

Jakarta Timur, sebesar 23,91 persen16.

Pemprov DKI Jakarta terus mengembangkan pelayanan kesehatan

prima bagi warganya antara lain menyediakan fasilitas kesehatan selevel

rumah sakit yaitu rumah sakit tipe D di 18 kecamatan dan puskesmas di setiap

kelurahan. Dari segi biaya, warga juga dapat menikmati pelayanan secara

gratis menggunakan Kartu Jakarta Sehat (KJS mulai diterapkan di DKI

Jakarta pada November 2012, pemegang KJS bisa berobat di seluruh

Puskesmas dan 88 Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Pemprov DKI Jakarta).

Perkembangan fasilitas kesehatan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun

2015 tidak mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan

tahun 2014. Fasilitas rumah sakit tahun 2015 sebanyak 159 unit. Pada 2015,

jumlah dokter umum sebanyak 2.645 orang sedangkan dokter spesialis

sebanyak 5.726 orang. Jumlah peserta KB baru di DKI Jakarta pada tahun

2016 sebanyak 518.547 orang.17

Dalam bidang pendidikan, pada tahun 2015, jumlah Taman Kanak-

kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Mengah Kejuruan (SMK)

tidak mengalami perubahan yang berarti dibandingkan tahun 2014.

Terjadi penurunan pada jumlah murid SMU dan SMK, sedangkan

jumlah murid TK, SD, dan SMP mengalami peningkatan. Rasio murid-

sekolah tiap tingkatan pada tahun 2015 adalah 43 (TK), 278 (SD), 349

16 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Provinsi DKI Jakarta, h. 24.

17 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017, h. 98.

Page 52: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

42

(SMP), 288 (SMU) dan 252 (SMK). Sedangkan rasio murid guru masing-

masing 8 (TK), 20 (SD), 16 (SMP), 10 (SMU), dan 10 (SMK).

Jumlah Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah

Aliyah di DKI Jakarta pada tahun 2015 berturut-turut adalah 469, 244 dan 91

unit dengan jumlah murid sebanyak 191 512 orang. Perguruan tinggi negeri

(PTN) tahun 2015/2016 di DKI Jakarta sebanyak 5 PTN dan terdapat 329

perguruan tinggi swasta. Mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi

sebanyak 272.441 dengan jumlah tenaga pengajar 26.903 orang18.

Rata-rata lama sekolah di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 meningkat

menjadi 10,88 yang artinya penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata

telah menempuh pendidikan selama 11 tahun. Indikator pendidikan lainnya

yaitu harapan lama sekolah yang mencapai angka 12,7. Hal ini

mengindikasikan bahwa anak usia 7 tahun memiliki peluang bersekolah

hingga D-1. Rapor tersebut merupakan pencapaian yang memuaskan19.

Pada tahun 2017, jumlah murid yang bersekolah pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah di DKI Jakarta (TK sampai dengan SLTA)

mencapai 1,5 juta siswa. Lebih dari setengahnya adalah murid SD yang

mencapai 779 ribu siswa. Diantara 1,5 juta siswa tersebut, sebagian besar

bersekolah pada sekolah negeri yaitu sebanyak 57,6 persen. Sementara

sisanya yaitu 42,4 persen mengenyam pendidikan pada sekolah swasta.

Indikator yang dapat menggambarkan ketersediaan dan kelayakan

sarana pendidikan antara lain rasio murid-guru. Menurut data dari Dinas

Pendidikan Pemprov DKI Jakarta pada Tahun 2017, tercatat rasio murid-guru

secara total adalah sebesar 1:14 yang artinya setiap satu guru di Jakarta

mengajar sekitar 14 orang siswa. Angka ini sekaligus mengindikasikan bahwa

ketersediaan atau kecukupan jumlah tenaga pendidik di DKI Jakarta cukup

baik. Rasio murid-guru paling banyak ada pada jenjang pendidikan Sekolah

Luar Biasa yaitu 1:4. Sementara, yang paling kecil rasionya adalah pada

18 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017, h. 98.

19 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 12.

Page 53: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

43

jenjang SD yaitu sebesar 1:19. Bila dibedakan menurut status pengelolaan

sekolah, maka sekolah swasta memiliki rasio yang lebih baik yaitu 1 guru

mendampingi 11 orang siswa20.

Dalam permasalahan kemiskinan terjadi peningkatan angka Garis

Kemiskinan berdampak pada naiknya persentase penduduk miskin di DKI

Jakarta. Tercatat GK DKI Jakarta pada Maret 2017 sebesar Rp. 536 ribu per

kapita per bulan, lebih tinggi dibandingkan GK pada Maret 2016 sebesar Rp.

510 ribu per kapita per bulan. Peningkatan GK sebesar Rp. 26 ribu ini

menambah jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebanyak 5,39 ribu

orang21.

GK makanan menyumbang sebesar 64,7 persen dimana komoditi

beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, dan telur ayam ras menyumbang

peranan terbesar. Sedangkan GK non-makanan menyumbang sebesar 35,3

persen dari total GK DKI Jakarta yang didominasi oleh komoditi perumahan.

Indeks kedalaman kemiskinan sebesar 0,488 meningkat 0,031 poin

dibandingkan Maret 2016. Sedangkan indeks keparahan meningkat sebesar

0,014 poin yaitu sebesar 0,097 pada Maret 2017. Penanggulangan kemiskinan

seharusnya juga harus dapat mengurangi kedua masalah tersebut.

E. Visi dan Misi DKI Jakarta

Visi Pemerintah DKI Jakarta seperti dilansir dalam laman resminya

adalah “Jakarta kota maju, lestari, dan berbudaya yang warganya terlibat

dalam mewujudkan keberadaban, keadilan dan kesejahteraan semua”.

Pemahaman lebih lanjut terhadap visi tersebut, dijabarkan dalam misi-misi

sebagai berikut22:

1. Menjadikan Jakarta kota yang aman, sehat, cerdas, berbudaya, dengan

memperkuat nilai-nilai keluarga dan memberikan ruang kreativitas

20 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 13.

21 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017, h. 15.

22 Visi dan Misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Laman Resmi Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, https://jakarta.go.id/pemimpin-daerah

Page 54: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

44

melalui kepemimpinan yang melibatkan, menggerakkan dan

memanusiakan.

2. Menjadikan Jakarta kota yang memajukan kesejahteraan umum melalui

terciptanya lapangan kerja, kestabilan dan keterjangkauan kebutuhan

pokok, meningkatnya keadilan sosial, percepatan pembangunan

infrastruktur, kemudahan investasi dan berbisnis, serta perbaikan

pengelolaan tata ruang.

3. Menjadikan Jakarta tempat wahana aparatur negara yang berkarya,

mengabdi, melayani, serta menyelesaikan berbagai permasalahan kota dan

warga, secara efektif, meritokratis dan beritegritas.

4. Menjadikan jakarta kota yang lestari, dengan pembangunan dan tata

kehidupan yang memperkuat daya dukung lingkungan dan sosial.

5. Menjadikan Jakarta ibukota yang dinamis sebagai simpul kemajuan

Indonesia yang bercirikan keadilan, kebangsaan dan kebhinekaan.

Page 55: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

45

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

A. Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam Membangun Ketahanan

Keluarga

Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Sedangkan yang menjadi wewenang mutlak pemerintah pusat

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

nasional dan agama1. Adapun kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga merupakan di luar kebijakan yang menjadi

wewenang mutlak pemerintah pusat. Kebijakan tersebut dapat berupa

peraturan daerah dan peraturan gubernur atau yang setingkat sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan. Berikut kebijakan pemerintah provinsi DKI

Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga antara lain sebagai berikut:

1. Peraturan Gubernur Nomor 186 Tahun 2012 Tentang Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

Peraturan gubernur ini merupakan peraturan awal Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga sebagaimana diamanatkan

dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Maka dapat

diketahui bahwa maksud dari peraturan gubernur ini adalah untuk memberikan

pedoman operasional bagi pelaksana dalam pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga untuk menjamin kelangsungan kesertaan ber-KB

dengan mengoptimalkan penyelenggaraan kelompok kegiatan BKB, BKR,

1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Page 56: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

46

BKL dan UPPKS sebagai upaya pengendalian kependudukan dari segi kualitas

dan kuantitas2. Dalam pasal 4 dijelaskan tujuannya sebagai berikut:

a. Membantu kelancaran pelaksanaan pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga melalui kelompok BKB, BKR, BKL dan UPPKS;

b. Meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi

pasangan usia subur anggota kelompok kegiatan; dan

c. Menetapkan prosedur pelaksanaan kegiatan pembinaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

Adapun sasaran pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yaitu

anggota kelompok BKB, BKR dan BKL yaitu:

a. Anggota kelompok BKB yaitu keluarga yang mempunyai anak berusia 0

(nol) sampai dengan 5 (lima) tahun;

b. Anggota kelompok BKR yaitu keluarga yang m~mpunyai remaja usia 10

(sepuluh) sampai dengan 24 (dua puluh empat) tahun dan/atau remaja itu

sendiri;

c. Anggota kelompok BKL yaitu keluarga yang mempunyai anggota

keluarga berusia lanjut dan/atau lansia itu sendiri; dan

Adapun teknis pelaksanaannya, dijelaskan dalam pasal 6 ayat (1) yang

berbunyi “Pembinaan ketahanan keluarga dilaksanakan melalui kelompok

kegiatan BKB, BKR dan BKL”. Dijelaskan lebih detail dalam pasal

selanjutnya:

a. Kegiatan kelompok BKB diselenggarakan dengan pemberian penyuluhan

oleh Kader BKB kepada anggota, materi penyuluhan yang disampaikan

meliputi wawasan Kependudukan dan Keluarga Berencana serta

pembinaan tumbuh kembang anak; dan dilaksanakan minimal sekali

dalam sebulan.

b. Kegiatan kelompok BKR diselenggarakan dengan pemberian penyuluhan

oleh Kader BKR kepada anggota; materi penyuluhan yang disampaikan

meliputi wawasan Kependudukan dan Keluarga Berencana serta

2 Peraturan Gubernur No. 186 Tahun 2012

Page 57: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

47

pembinaan tumbuh kembang remaja; dan dilaksanakan minimal sekali

dalam sebulan.

c. Kegiatan kelompok BKL diselenggarakan dengan pemberian penyuluhan

oleh Kader BKL kepada anggota; materi penyuluhan yang disampaikan

meliputi wawasan Kependudukan dan Keluarga Berencana, pembinaan

fisik dan mental bagi lansia serta pembinaan kesehatan reproduksi lansia;

dan dilaksanakan minimal sekali dalam sebulan;

Dalam pasal 9 dijelaskan kelompok kegiatan BKB, BKR dan BKL

dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki surat keputusan dari pemerintah setempat tentang pembentukan

kelompok beserta pengurus;

b. Memiliki pengurus dan/atau pengelola yang bertanggung jawab dalam

operasional kegiatan;

c. Memiliki ruangan untuk kegiatan pertemuan dan penyuluhan;

d. Memiliki kader-kader penyuluh;

e. Memiliki program kerja dan pengembangan kegiatan yang meliputi

program jangka pendek untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan program

jangka panjang minimal 3 (tiga) tahun berikutnya; dan

f. Memenuhi persyaratan administratif dan sarana.

Sebagai bentuk keterpaduan antara BKB, BKR dan BKL dengan

Lembaga yang sudah ada terlebih dahulu maka diatur sebagai berikut3:

a. Pelaksanaan kegiatan BKB dapat dipadukan dengan kegiatan Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) dan Posyandu.

b. Pelaksanaan kegiatan BKR dapat dipadukan dengan kegiatan Majelis

Taklim dan Karang Taruna.

c. Pelaksanaan kegiatan BKL dapat dipadukan dengan kegiatan Posyandu

Lansia.

Selain itu optimalisasi kegiatan BKB, BKR dan BKL dapat dimitrakan

dengan Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas

3 Peraturan Gubernur No. 186 Tahun 2012

Page 58: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

48

Sosial, Dinas Olahraga dan Pemuda, Perguruan Tinggi, Tim Penggerak PKK,

LSOM, CSR dan/atau sektor lain yang terkait.

Mengenai pembiayaan, biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan

kegiatan pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui BKB, BKR,

BKL dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) BPMPKB. Begitupula pengendalian

terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh Kepala

BPMPKB. Hasil pelaksanaan pengendalian dilaporkan kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah. Evaluasi kinerja kelompok kegiatan ketahanan

keluarga dilakukan oleh PPLKB di tingkat Kecamatan. Laporan

penyelenggaraan kelompok kegiatan ketahanan keluarga dilakukan oleh

pengelola kelompok dan disampaikan kepada BPMPKB melalui PPLKB

Kecamatan.

2. Peraturan Gubernur Nomor 185 Tahun 2017 Tentang Konseling dan

Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin

Peraturan gubernur ini merupakan peraturan terbaru Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan juga

sebagai peraturan lanjutan dari Peraturan Gubernur No.186 Tahun 2012.

Menurut Biro Hukum Sekretariat Daerah DKI Jakarta bahwa naskah

akademik menjadi pengantar produk hukum daerah yang sifatnya harus

memerlukan persetujuan DPRD yaitu peraturan daerah sedangkan peraturan

gubernur yang menjadi kewenangan eksekutif daerah. Peraturan Gubernur

yang menjadi peraturan teknis tidak membutuhkan naskah akademik dan tidak

memiliki naskah akademik4.

Peraturan gubernur ini tidak didasari dengan naskah akademik namun

dalam Petunjuk Teknis No. 185 Tahun 2017 dijelaskan latar belakang

dibentuknya peraturan gubernur ini antara lain adalah dalam lingkup pelayanan

4 Imam Heykal, Staff Bagian Peraturan Perundang-undangan Bidang Pemerintahan

dan Kesejahteraan Rakyat Biro Hukum, Interview Pribadi, Jakarta, 16 Juli 2018.

Page 59: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

49

kesehatan reproduksi, masalah kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan dan

nifas menjadi masalah utama pada kesehatan reproduksi perempuan.

Data SDKI 2012 menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), dengan AKI sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup. AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, dan angka

kelahiran pada perempuan usia 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR)

sebesar 48 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun.

Hasil kajian lanjut Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 6,9%

kematian ibu terjadi pada perempuan usia kurang dari 20 tahun dan 92%

meninggal saat hamil atau melahirkan anak pertama pada rentang usia yang

sama (Kajian Lanjut Hasil SP 2010). Data rutin Direktorat Bina Kesehatan Ibu

mencatat sejumlah 4823 kematian ibu di tahun 2015, dengan penyebab

kematian yaitu perdarahan (30%), hipertensi pada kehamilan (25,5%), infeksi

(5,6%), gangguan sistem peredaran darah (6,6%), gangguan metabolik (1,1%),

dan penyebab lainnya (27,4%).

Masalah gizi juga menjadi masalah utama yang mempengaruhi

kesehatan ibu dan bayi, diantaranya adalah anemia dan Kurang Energi Kronis

(KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS). Perbandingan antara data Riskesdas

2007 dan 2013 menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi anemia pada

kelompok WUS dari 19,7% pada tahun 2007 menjadi 22,7% pada ahun 2013.

Tingginya kenaikan prevalensi anemia tersebut menunjukkan bahwa anemia

dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius jika tidak

ditanggulangi segera. Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi risiko KEK

pada WUS 15-49 tahun sebesar 20,8%, dengan prevalensi pada ibu hamil

sebesar 24,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok usia remaja (15-

19 tahun) sebesar 38,5% dan pada kelompok usia 20-24 tahun sebesar 30,1%5.

Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara penulis dengan Dinas

Kesehatan DKI Jakarta, diantara latar belakang terbentuknya peraturan

gubernur ini adalah salah satu bagian dari continuum of care dalam

5 Lihat Petunjuk Teknis Pemberian Konseling Dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi

Calon Pengantin Dalam Rangka Pembinaan Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga.

Page 60: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

50

mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) generasi emas, dimulai

sejak masa subur bagi yang memasuki masa pra nikah. Memang harapan kami

dalam bentuk skrining awal, kemudian ada konseling, kemudian terakhir

apabila perlu dirujuk maka akan dirujuk tetapi juga dalam pelayanan ini bisa

dilihat dalam pengembangannya bisa bermacam-macam pasti ada perbaikan-

perbaikan. Pada saat membuat peraturan tersebut kita duduk bersama banyak

pihak di luar keilmuan kami. Perjalanan menjadi peraturan gubernur hampir 2

tahun karena pengkajiannya yang panjang yang melibatkan banyak orang dan

pihak berbeda-beda6. Prosesnya baru selesai setelah perubahan 3 gubernur,

karena saat itu prosesnya ternyata memiliki banyak kendala baik dari internal

maupun eksternal termasuk dari kalangan agama kemudian dari pihak SKPD

lain termasuk pencatatan kependudukan7.

Maksud dari peraturan gubernur ini adalah untuk memberikan pedoman

operasional bagi sektor terkait dalam pelaksanaan Pemberian Konseling dan

Pemeriksaan Kesehatan bagi Calon Pengantin Dalam Rangka Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Sedangkan dalam Pasal 3 dijelaskan tujuan penyusunannya, antara

lain:

a. Memberikan acuan kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan Pemberian

Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin Dalam

Rangka Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta secara terintegrasi yang dilakukan melalui

perencanaan, pelaksanaan pemantauan dan pembinaan serta evaluasi atas

kebijakan/ program/kegiatan pada sektor terkait, termasuk

penganggararmya.

b. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya kesehatan reproduksi

terutama program kesehatan calon pengantin diseluruh sektor terkait.

6 Chandrawati, Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI

Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018. 7 Desi Prijanthy, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta,

Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018.

Page 61: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

51

c. Menetapkan prosedur pelaksanaan program pemberian Konseling dan

Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin dalam Rangka Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta.

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemandirian lembaga yang

menangani upaya kesehatan pelaksanaan Pemberian Konseling dan

Pemeriksaan Kesehatan bagi Calon Pengantin Dalam Rangka Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta.

Pemerintah DKI Jakarta sebagai penanggung jawab memiliki tanggung

jawab memfasilitasi ketersediaan pelayanan informasi dan pelaksanaan

pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau masyarakat. Selain itu

Pemerintah DKI Jakarta, pemangku kepentingan, Lembaga Swadaya

Masyarakat, Swasta dan orang tua turut bertanggung jawab dalam melakukan

edukasi dan informasi mengenai pelaksanaan peraturan gubernur ini8.

Dalam hal kebijakan Pemerintah DKI Jakarta merumuskan kebijakan,

strategi dan pedoman pelaksanaan dapat melibatkan unsur masyarakat dan

LSM serta sektor terkait lainnya. Pemerintah DKI Jakarta berwenang

menyelenggarakan kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif, monitoring dan evaluasi serta pengendalian kegiatan dalam

pelaksanaannya. Selain itu, berwenang menyelenggarakan komunikasi,

informasi, edukasi dan advokasi serta sosialisasi tentang pelaksanakannya.

Pemerintah DKI Jakarta, pemangku kepentingan dan masyarakat yang

terlibat, menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya.

Setiap anggota masyarakat yang akan menikah di wilayah Provinsi DKI Jakarta

termasuk di dalamnya masyarakat miskin yang ada dalam data BDT

termutakhir mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh

Pemberian Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin yang

8 Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017

Page 62: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

52

berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan prinsip

keadilan dan kesetaraan gender.

Dalam Pasal 9 terkait strategi pemeriksaan dijelaskan sebagai berikut9:

a. Setiap calon pengantin yang akan melangsungkan perkawinan, yang

pencatatannya di Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil, dapat

memeriksakan kesehatannya secara sukarela di fasilitas layanan kesehatan

yang ditunjuk baik di Puskesmas, Laboratorium ataupun Rumah Sakit baik

milik pemerintah maupun swasta.

b. Puskesmas membentuk tim untuk pemeriksaan kesehatan calon pengantin

yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, analis gizi, pengelola program HIV,

IMS, Hepatitis dan lain-lain yang dianggap perlu.

c. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Tim setelah calon pengantin

menunjukkan Kartu Tanda Penduduk atau surat pengantar permohonan

pemeriksaan kesehatan dari Kelurahan yang dilengkapi data calon

pengantin dan surat validasi yang ditanda tangani oleh Lurah bagi penerima

rnanfaat kategori miskin berdasarkan data BDT termutakhir.

d. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan

sebelum tanggal perkawinan ataupun pencatatan pernikahan.

e. Dalam menyampaikan hasil pemeriksaan kesehatan calon pengantin tetap

dikedepankan hak kerahasiaan pasien.

f. Apabila calon pengantin yang berdasarkan hasil pemeriksaan dokter

sebagaimana dimaksud pada poin (d) dinyatakan tidak sehat atau

memerlukan penata laksanaan lanjutan dari segi medis kesehatan- diberikan

surat rujukan untuk melanjutkan proses pengobatan dan dianjurkan berobat

sampai sehat.

g. Hasil pemeriksaan di verifikasi oleh Ketua Tim pemeriksa untuk

selanjutnya diterbitkan surat keterangan pemeriksaan kesehatan calon

pengantin.

9 Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017

Page 63: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

53

h. Untuk pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara mandiri di fasilitas

kesehatan swasta maka hasil pemeriksaan wajib diserahkan kepada Ketua

Tim pemeriksaan untuk diverifikasi dan dilakukan konseling pemeriksaan

kesehatan pra nikah.

i. Biaya pengobatan sebagaimana dimaksud pada poin (f) diserahkan kepada

program kesehatan masing-masing.

j. Surat keterangan telah melakukan pemeriksaan kesehatan bagi calon

pengantin sebagaimana dimaksud pada poin (c) dan surat keterangan-

rujukan sebagaimana dimaksud pada poin (f) ditetapkan dengan Keputusan

Kepala Dinas Kesehatan.

k. Petunjuk Teknis Pemberian Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi

Calon Pengantin tercantum dalam Lampiran Peraturan Gubernur ini.

Peran serta SKPD/UKPD terkait dalam peraturan Gubernur ini

dijelaskan dalam Bab V secara detail dan terperinci, adapun pihak-pihak terkait

antara lain, Biro Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah DKI Jakarta, Dinas

Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, DPAPP, Lurah, UP PTSP Kelurahan dan

Puskesmas dan Fasilitas Layanan Kesehatan Pertama. Ada 6 pihak terkait yang

tercantum dalam peraturan gubernur ini dengan masing-masing tugas dan fungsi

masing-masing.

Dalam hal pembiayaan, biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan

program bersumber dari BLUD, UKPD dan yang rnasuk dalam kategori

masyarakat miskin/BDT berdasarkan data yang selalu diperbaharui,

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta

sumber lain yang sah dan tidak mengikat yang dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan10.

Diatur dalam peraturan gubernur ini bahwa pembinaan dan pengawasan

pelaksanaannya kepada masyarakat dan jajaran yang ada di wilayah kerjanya

dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD masing-masing serta

dilakukan secara terpadu melalui lintas program dan lintas sektor dengan

10 Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017

Page 64: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

54

melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan peran dan

kompetensi masing-masing sektor. Pengawasan dan monitoring terhadap

pelaksanaan pelaksanaannya dikoordinasikan melalui Biro Kesos selaku

koordinator bidang kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Terkait evaluasi penyelenggaraan pelaksanaannya dilakukan oleh

masing-masing sektor penyelenggara Program dengan dikoordinasikan oleh

Biro Kesos. Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan proses pelaksanaan

dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan untuk rnengetahui

perkembangan dan hambatan dalam pelaksanaan kebijakan dilakukan setiap

akhir tahun. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan masukan bagi

penyusunan kebijakan dan program serta kegiatan untuk tahun berikutnya.

Terkait laporan penyelenggaraan program dan hasil evaluasi

pelaksanaan kebijakan dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada Gubernur

melalui Biro Kesos. Pelaporan tersebut dilakukan secara berkala dan/atau

apabila sewaktu-waktu diperlukan11.

Setelah dijabarkan mengenai kedua peraturan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kedua peraturan tersebut memiliki perbedaan-perbedaan

diantaranya, sebagai berikut:

1. Kedua peraturan berbeda tahun dan masa kepala daerah diundangkannya.

Pergub No. 186 diundangkan pada tahun 2012, ketika dipimpin oleh

Gubernur Fauzi Bowo sedangkan Pergub No. 185 diundangkan pada tahun

2017, ketika dipimpin oleh Gubernur Anies Rasyid Baswedan.

2. Kedua peraturan memiliki muatan yang berbeda. Pergub No. 186 tahun

2012 mengatur tentang Pembinaan Ketahanan Keluarga dan menjadi

landasan awal bagi kebijakan ketahanan keluarga di DKI Jakarta,

sedangkan Pergub No. 185 tahun 2017 tentang pemberian konseling dan

pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin yang menjadi kebijakan

terkini dalam hal membangun ketahanan keluarga.

11 Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017

Page 65: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

55

3. Kedua peraturan memiliki fokus dan sasaran yang berbeda. Pergub No.

186 Tahun 2012 terfokus pada bidang kesehatan (tumbuh kembang) dan

kesejahteraan (ekonomi) dan sasarannya pada 3 kalangan (balita, remaja,

lansia) sedangkan Pergub No. 185 Tahun 2017 hanya fokus pada

kesehatan yang disasarkan pada calon pengantin (dalam masa subur/masa

keemasan dalam menciptakan keturunan/generasi emas).

4. Kedua peraturan memiliki instansi pelaksana yang berbeda. Pergub No.

186 tahun 2012 dilaksanakan di posyandu, karang taruna, dan posyandu

lansia sedangkan Pergub No. 185 Tahun 2017 dilaksanakan di Puskesmas

Kecamatan dengan Dinas Kesehatan sebagai pelaksananya.

B. Persfektif Perundang-Undangan terhadap Kebijakan

Berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta

yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penulisan skripsi ini akan membahas

bagaimana persfektif perundang-undangan di atasnya yaitu Undang-Undang

Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi

DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga yang berbentuk peraturan

gubernur. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa peraturan gubernur

memiliki kedudukan dalam hierarki perundang-undangan, kedudukan peraturan

gubernur berada di bawah Undang-Undang. Artinya, peraturan gubernur tidak

boleh bertentangan dengan peraturan di atasnya, salah satunya ialah Undang-

Undang.

Dalam Pasal 5 dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, setiap penduduk

mempunyai hak, diantaranya12:

1. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang

sah

12 Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009

Page 66: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

56

2. Mendapatkan perlindungan, untuk mempertahankan keutuhan, ketahanan,

dan kesejahteraan keluarga

3. Menetapkan keluarga ideal secara bertanggung jawab mengenai jumlah

anak, jarak kelahiran, dan umur melahirkan

4. Membesarkan, memelihara, merawat, mendidik, mengarahkan dan

membimbing kehidupan anaknya termasuk kehidupan berkeluarga sampai

dengan dewasa

Diatur dalam Undang-Undang tersebut mengenai wewenang

pemerintah daerah menetapkan kebijakan dan program jangka menengah dan

jangka panjang yang berkaitan dengan perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing dan

harus mengacu pada kebijakan nasional. Dalam Pasal 13 dijelaskan Pemerintah

provinsi bertanggung jawab dalam13:

1. Menetapkan kebijakan daerah

2. Memfasilitasi terlaksananya pedoman meliputi norma, standar, prosedur,

dan kriteria

3. Memberikan pembinaan, bimbingan dan supervisi

4. Sosialisasi, advokasi, dan koordinasi

pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

sesuai dengan kebutuhan, aspirasi, dan kemampuan masyarakat setempat.

Dalam Pasal 16 dijelaskan bahwa pembiayaan perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga di daerah dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Alokasi anggaran

disediakan secara proporsional sesuai dengan kebutuhan dalam perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga.

Dalam Pasal 38 dijelaskan bahwa pengembangan kualitas penduduk

untuk mewujudkan kondisi perbandingan yang serasi, selaras, dan seimbang

antara perkembangan kependudukan dengan lingkungan hidup dilakukan

melalui pengembangan kualitas penduduk. Pengembangan kualitas penduduk

13 Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009

Page 67: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

57

dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,

mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang

tinggi. Pengembangan kualitas sebagaimana dimaksud dilakukan melalui

peningkatan kesehatan, pendidikan, nilai agama, perekonomian dan nilai sosial

budaya.

Mengenai pembangunan keluarga yang diatur dalam Pasal 47

dijelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan

pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan

keluarga untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga

secara optimal. Selanjutnya dalam Pasal 48 dijabarkan kebijakan pembangunan

keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

dilaksanakan dengan cara, diantaranya14:

1. Peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan,

penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan

perkembangan anak;

2. Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi,

pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga;

3. Peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi

keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan

dalam kehidupan keluarga;

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, kebijakan

pemerintah DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga dalam

peraturan gubernur no. 186 tahun 2012 dan peraturan gubernur no. 185 tahun

2017 telah sesuai dan tidak bertentangan dengan norma yang terdapat dalam

Undang-Undang. Dalam dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebagai wujud pemenuhan hak bagi setiap penduduk DKI Jakarta yaitu

mendapatkan perlindungan untuk mempertahankan keutuhan, ketahanan,

dan kesejahteraan keluarga.

14 Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009

Page 68: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

58

2. Sebagai wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam

menetapkan kebijakan dan program yang berkaitan dengan perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga.

3. Pembiayaan kebijakan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

4. Sebagai wujud pengembangan kualitas penduduk melalui peningkatan

kesehatan, pendidikan dan perokonomian.

5. Sebagai wujud pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan

keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dengan

cara peningkatan kualitas anak (BKB), kualitas remaja (BKR) dan kualitas

hidup lansia (BKL) dalam peraturan gubernur no. 186 tahun 2012 sedangkan

dalam peraturan gubernur no. 185 tahun 2017 peningkatan kualitas anak dan

kualitas remaja dengan pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi

calon pengantin.

Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.

DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah

memiliki keterkaitan dengan kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga dalam peraturan gubernur no. 185 tahun 2017

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kedua kebijakan tersebut ialah kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh

Kementerian Agama maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

2. Keterkaitan kedua peraturan dengan sasaran calon pengantin dalam masa

pra nikah, namun berbeda muatannya. Peraturan Dirjen Bimas Islam No.

DJ.II/542 Tahun 2013 menekankan pada pemberian bekal pengetahuan,

peningkatan pemahaman dan ketrampilan tentang kehidupan rumah

tangga dan keluarga sedangkan peraturan gubernur no. 185 tahun 2017

menekankan pada aspek kesehatan dari calon pengantin dan keluarganya

di masa yang akan datang.

3. Perbedaan pelaksana dari kedua peraturan tersebut, dalam Peraturan

Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 Tahun 2013 dijelaskan bahwa

penyelenggara kursus pra nikah adalah Badan Penasihatan, Pembinaan,

Page 69: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

59

dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan

Islam lainnya sebagai penyelenggara kursus pra nikah yang telah

mendapat Akreditasi dari Kementerian Agama sedangkan dalam peraturan

gubernur no. 185 tahun 2017 dijelaskan bahwa pemeriksakan

kesehatannya secara sukarela di fasilitas layanan kesehatan yang ditunjuk

baik di Puskesmas, Laboratorium ataupun Rumah Sakit baik milik

pemerintah maupun swasta.

4. Persamaan dari kedua peraturan tersebut, dalam Peraturan Dirjen Bimas

Islam No. DJ.II/542 Tahun 2013 dijelaskan bahwa remaja usia nikah yang

telah mengikuti Kursus Pra Nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti

kelulusan dikeluarkan oleh BP4 atau organisasi keagamaan Islam

penyelenggara kursus dan menjadi syarat kelengkapan pencatatan

perkawinan dan dalam peraturan gubernur no. 185 tahun 2017 dijelaskan

bahwa Puskesmas/ Fasilitas Layanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

mengeluarkan sertifikat/surat keterangan pemeriksaan kesehatan bagi

calon pengantin untuk dibawa oleh calon pengantin dalam rangka

mendapatkan formulir N1, N2 dan N4 di UP PTSP Kelurahan.

C. Implementasi Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam Membangun

Ketahanan Keluarga

Kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun

ketahanan keluarga berupa dua peraturan gubernur yaitu Peraturan Gubenur

No. 186 tahun 2012 dan Peraturan Gubernur No. 185 tahun 2017. Dalam

penulisan skripsi ini akan membahas bagaimana implementasi dari kebijakan-

kebijakan yang telah diuraikan sebelumnya.

Dalam menilai implementasi kebijakan maka digunakan teori

efektivitas hukum untuk menentukan faktor pendukung dan faktor

penghambat. Teori efektivitas hukum merupakan teori yang mengkaji,

menganalisis kegagalan dan faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan

dan penerapan hukum. sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto.

Page 70: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

60

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau

tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu15:

1. Faktor hukumnya Sendiri (undang-undang).

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

disandarkan pada manusia di dalam pergaulan hidup.

Peraturan Gubernur No. 186 tahun 2012 secara efektif mulai

diberlakukan pada tanggal 9 Oktober 2012, Peraturan Gubernur Nomor 186

Tahun 2012 Tentang Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga,

menjadi kebijakan awal Pemerintah DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga. Dengan peraturan gubernur ini melaksanakan pembinaan ketahanan

keluarga melalui kelompok BKB, BKR, BKL untuk meningkatkan kesertaan,

pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi pasangan usia subur anggota

kelompok kegiatan serta menetapkan prosedur pelaksanaan kegiatan

pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Jika dilihat dari muatan Peraturan Gubernur No. 186 Tahun 2012 yang

menegaskan bahwa pembinaan ketahanan keluarga dilaksanakan melalui

kelompok kegiatan BKB, BKR dan BKL, maka dalam hal ini Pemerintah DKI

Jakarta mempunyai perhatian yang cukup besar untuk membangun ketahanan

keluarga. Namun pada tahapan implementasinya Peraturan Gubernur No. 186

Tahun 2012 belum sepenuhnya terlaksana.

Hasil pelaksanaan pengendalian Peraturan Gubernur ini dilaporkan kepada

Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Melalui Biro Kesejahteraan Sosial

Sekretariat Daerah DKI Jakarta dijelaskan bahwa respon keberadaan Peraturan

15 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 8.

Page 71: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

61

gubernur DKI Nomor 186 tahun 2012 sesuai survey tahun 2014 telah mencapai

65,83 % namun dapat disimpulkan bahwa peraturan telah cukup diketahui oleh

pelaksana kegiatan16.

Dalam pelaksanaannya upaya pembinaan ketahanan dan kesejahteraan

keluarga oleh SKPD terkait di provinsi DKI Jakarta telah sesuai dengan

amanah Peraturan gubernur Nomor 186 tahun 2012, meskipun masih memiliki

berbagai hambatan diantaranya masih terdapat wilayah administrasi dengan

UKPD pelaksana yang belum sepenuhnya memenuhi kriteria dasar dalam hal

pembentukan kelompok kegiatan, persyaratan kelompok, serta persyaratan

administrasi dan sarana17. Selain itu, menurut Biro Hukum Sekretariat Daerah

DKI Jakarta kendala ada pada tahap sosialisasi tidak adanya alokasi dana untuk

sosialisasi maka dari itu sosialisasi langsung melalui petugas di tingkat bawah

yang berhubungan langsung di masyarakat seperti di kelurahan atau fasilitas

kesehatan. Sosialisasi tersebut berjalan secara langsung berjalan terus

menerus18.

Dalam menanggapi berbagai hambatan tersebut, diperlukan solusi-

solusi untuk mengoptimalkan peraturan ini diantaranya adalah diperlukan

penguatan supervisi oleh seluruh pihak dan sektor terkait melalui satu sistem

kerja yang konsisten. Supervisi tersistem di tingkat kota/kabupaten

administrasi dan tingkat provinsi harus dibangun guna meningkatkan upaya

monitoring dan evaluasi agar penyelenggaraan kegiatan secara kondusif dan

dapat diciptakan dan perbaikan dalam siklus manajemen dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Serta diperlukan peran masyarakat DKI Jakarta

untuk membangun ketahanan keluarga yaitu ikut berpartisipasi dalam 3B yaitu

BKB, BKR, dan BKL. Namun dikarenakan minimnya informasi dan

16 M. Husnul Fauji, Staff Bagian Pemberdayaan Masyarakat Biro Kesejahteraan

Sosial, Interview Pribadi, Jakarta, 19 Juli 2018. 17 M. Husnul Fauji, Staff Bagian Pemberdayaan Masyarakat Biro Kesejahteraan

Sosial, Interview Pribadi, Jakarta, 19 Juli 2018. 18 Imam Heykal, Staff Bagian Peraturan Perundang-undangan Bidang

Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Biro Hukum, Interview Pribadi, Jakarta, 16 Juli

2018.

Page 72: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

62

pemahaman masih kurangnya peminat kegiatan19. Respon masyarakat juga

amat diperlukan dalam pelaksanaan sebuah peraturan di tengah kesibukan kota

metropolitan seperti Jakarta.

Selanjutnya Peraturan Gubernur Nomor 185 tahun 2017 tentang

Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin secara efektif

mulai diberlakukan pada tanggal 30 November 2017, menjadi kebijakan terkini

Pemerintah DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga. Dengan

dibuatnya peraturan gubernur ini meningkatkan keterpaduan pelaksanaan

upaya kesehatan reproduksi terutama program kesehatan calon pengantin

diseluruh sektor terkait dan menetapkan prosedur pelaksanaan program

pemberian Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin dalam

Rangka Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

Jika dilihat dari muatan Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017 yang

menegaskan bahwa setiap calon pengantin yang akan melangsungkan

perkawinan, yang pencatatannya di Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan

Sipil, dapat memeriksakan kesehatannya secara sukarela di fasilitas layanan

kesehatan yang ditunjuk baik di Puskesmas, Laboratorium ataupun Rumah

Sakit baik milik pemerintah maupun swasta, maka dalam hal ini Pemerintah

DKI Jakarta mempunyai perhatian yang cukup besar untuk membangun

ketahanan keluarga.

Hasil Evaluasi Pelaksanaan kebijakan, program dilakukan oleh Dinas

Kesehatan kepada Gubernur melalui Biro Kesos. Melalui Biro Kesos

dijelaskan bahwa untuk peraturan gubernur 185 tahun 2017 biro kesos belum

melakukan monitoring dan evaluasi20. Hal ini pengaruh dari peraturan yang baru

diundangkan pada akhir tahun 2017. Tetapi dalam wawancara dengan Dinas

Kesehatan sebagai Dinas terkait dijelaskan bahwa selama waktu 6 bulan sudah

tercatat ada sekitar 3000 pasang calon pengantin yang sudah memeriksakan

19 M. Husnul Fauji, Staff Bagian Pemberdayaan Masyarakat Biro Kesejahteraan

Sosial, Interview Pribadi, Jakarta, 19 Juli 2018. 20 M. Husnul Fauji, Staff Bagian Pemberdayaan Masyarakat Biro Kesejahteraan

Sosial, Interview Pribadi, Jakarta, 19 Juli 2018.

Page 73: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

63

dirinya di puskesmas/FTKP dan hanya ada sekitar 1% dari jumlah calon

pengantin21.

Pelaksanaan Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017 sudah dilakukan

sesuai tugas pokok Puskesmas dan Fasilitas Layanan Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) yang ditunjuk dalam Pelaksanaan teknis di lapangan namun

di lapangan ditemukan berbagai hambatan diantaranya sejauh ini ada beberapa

kendala dalam berjalannya peraturan ini adalah laboratorium, kalau lebih kuat

lagi agar memudahkan masyarakat. Selain itu, bagaimana ditemukan calon

penganten di usia senja, di pernikahan ke 2 ke 3 dan seterusnya yg mana bukan

lagi sebagai usia muda22. Adapula kendala pada waktu yang dimiliki calon

pengantin yang bekerja untuk izin kerja mengurus persiapan nikah yang sulit

dan sedikit. Ada sebagian terkendala sarana dan pra sarana puskesmas kecil

yang belum bisa menyediakan ruangan khusus dan tenaga medis yang

terbatas23. Selain itu, menurut Biro Hukum Sekretariat Daerah DKI Jakarta

kendala ada pada tahap sosialisasi tidak adanya alokasi dana untuk sosialisasi

maka dari itu sosialisasi langsung melalui petugas-petugas di tingkat yang

berhubungan langsung di masyarakat seperti di kelurahan atau fasilitas

kesehatan. Sosialisasi tersebut berjalan secara langsung berjalan terus

menerus24.

Dalam menanggapi berbagai hambatan tersebut, diperlukan solusi-

solusi untuk mengoptimalkan peran peraturan ini diantaranya adalah dengan

memperkuat peran dan fungsi laboratorium kesehatan daerah agar melatih di

tingkat puskesmas kecamatan untuk penemuan tingkat dini talasemia serta

diperlukan pemeriksaan kejiwaan dalam pemeriksaan calon pengantin. Selain

itu juga kedepannya Dinas Kesehatan meminta dukungan dengan MUI dan

21 Desi Prijanthy, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta,

Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018. 22 Chandrawati, Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI

Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018. 23 Desi Prijanthy, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta,

Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018. 24 Imam Heykal, Staff Bagian Peraturan Perundang-undangan Bidang

Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Biro Hukum, Interview Pribadi, Jakarta, 16 Juli

2018.

Page 74: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

64

wali gereja. Agar kursus calon pengantin masing-masing bisa berdampingan

dengan peraturan gubernur ini. Tentunya masih banyak membutuhkan

dukungan dan pembelajaran dalam peraturan gubernur ini25. Hal ini sejalan

dengan yang disampaikan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dijelaskan

bahwa kedepannya mereka berkeinginan peraturan gubernur ini menjadi

peraturan daerah, agar tidak lagi harus memaksa masyarakat dan berbagai

pihak karena dengan bentuk perda itu berlaku umum26.

Dalam observasi yang dilakukan di 2 (dua) Puskesmas Kecamatan yaitu

Puskesmas Kecamatan Makasar dan Puskesmas Kecamatan Condet.

Ditemukan beberapa hal dalam pelaksanaan kebijakan peraturan gubernur

nomor 185 tahun 2017. Di puskesmas kecamatan Makasar pemeriksaan

dilakukan dengan pemeriksaan darah dan konseling, pemeriksaan tersebut

untuk masyarakat DKI tidak dikenakan biaya jika warga di luar DKI dikenakan

biaya 120 ribu rupiah, hasil pemeriksaan darah dapat diambil satu hari setelah

pemeriksaan dan sertifikat layak kawin. Uniknya, pemeriksaan ini diwajibkan

pula bagi warga DKI yang ingin menikah di luar wilayah DKI sebagai syarat

surat pengantar dari Kelurahan. Sedangkan di Puskesmas Kecamatan Condet

dilakukan konseling dan pemeriksaan darah bagi calon pengantin, biayanya

pun gratis bagi warga DKI dan dikenakan biaya bagi warga di luar DKI sebesar

168 ribu rupiah untuk pria dan 178 ribu rupiah untuk wanita. Uniknya, di

puskesmas Condet hasil pemeriksaan darah bisa ditunggu hingga sore hari

sehingga tidak menghabiskan waktu kembali untuk mengambil hasil dan

sertifikat layak kawin. Pemeriksaan hanya dilakukan di hari Selasa dan Kamis.

Sejauh ini pelaksanaan berjalan sesuai dengan pergub no 185 tahun 2017.

D. Analisis Terhadap Kebijakan

Definisi ketahanan keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

25 Chandrawati, Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI

Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018. 26 Desi Prijanthy, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta,

Interview Pribadi, Jakarta, 23 Juli 2018.

Page 75: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

65

Keluarga bahwa ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai kondisi

keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung

kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan

keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan

kebahagiaan lahir dan batin. Dalam konteks terkini, ketahanan keluarga

sangatlah penting untuk terus dijaga keberlangsungannya. Sebagai lingkungan

terkecil dalam kehidupan, keluarga memiliki peran penting dalam

pembangunan keluarga yang diamanatkan oleh undang-undang.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merespon amanat undang-undang

dengan membuat beberapa kebijakan dalam membangun ketahanan keluarga

diantaranya Peraturan Gubernur No. 186 Tahun 2012 dan Peraturan Gubernur

No. 185 Tahun 2017. Sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia tentunya

kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi cerminan dan acuan bagi

daerah lainnya dalam pelaksanaan otonomi daerah di bidang ketahanan

keluarga. Karena sampai saat penelitian ini ditulis belum ada undang-undang

maupun rancangan undang-undang tentang ketahanan keluarga.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 kebijakan

tersebut sudah sesuai dengan undang-undang sebagai landasan peraturan

tersebut. Namun dalam pengembangan kualitas penduduk yang harusnya

dilakukan melalui peningkatan kesehatan, pendidikan, nilai agama,

perekonomian dan nilai sosial budaya. Sejauh ini menurut penulis, kebijakan

tersebut baru mengatur pada peningkatan kesehatan dan perekonomian dan

belum mengatur aspek lain pada pendidikan, nilai agama maupun nilai sosial

budaya.

Mengacu pada Peraturan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak dalam Peraturan Menteri PPPA Nomor 6 Tahun 2013

tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa konsep

ketahanan dan kesejahteraan keluarga mencakup: (1) Landasan Legalitas dan

Keutuhan Keluarga, (2) Ketahanan Fisik, (3) Ketahanan Ekonomi, (4)

Page 76: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

66

Ketahanan Sosial Psikologi, dan (5) Ketahanan Sosial Budaya yang kemudian

dirumuskan menjadi 24 (dua puluh empat) ciri-ciri yang merepresentasikan

tingkat ketahanan keluarga dalam buku Pedoman Ketahanan Keluarga 2016.

Menurut penulis, kebijakan tersebut baru mencakup pada konsep ketahanan

fisik dan ketahanan ekonomi, sedangkan belum mencakup secara menyeluruh

tiga konsep lainnya. Artinya, masih perlu kebijakan yang lebih komprehensif

dan menyeluruh dalam mencakup semua konsep karena konsep lainnya pun

memiliki kedudukan yang sama pentingnya dalam tercapainya ketahanan

keluarga.

Menurut tahap implementasi Peraturan Gubernur No. 186 Tahun 2012

dan Peraturan Gubernur No. 185 Tahun 2017 dianggap sudah terlaksana

dengan baik namun diperlukan lagi perhatian dari pemerintah DKI Jakarta

maupun masyarakat. Pemerintah DKI Jakarta masih perlu memperbaiki sarana

dan pra sarana secara berkala dan terus menerus agar kendala-kendala yang

ditemui dapat terselesaikan, terlebih dalam tahap sosialisasi pemerintah DKI

Jakarta tentang penyebarluasan kebijakan tersebut yang dianggap kurang

efektif dan kurang maksimal dengan berbagai alasan.

E. Relevansi Mashlahah dengan Ketahanan Keluarga

Dalam keluarga terdapat tanggungjawab yang harus dipikul suami istri

dalam perkawinan. Suami dan istri mempunyai kewajiban menjaga keutuhan

rumah tangga dengan cara masing-masing menjalankan peran, tugas dan fungsi

ketahanan keluarga untuk mencapai kemaslahatan hidup. Fungsi agama,

pendidikan, ekonomi, sosial budaya, cinta kasih, reproduksi dan lingkungan

jika dijalankan dengan baik maka kemaslahatan akan terwujud27.

Untuk mewujudkan kemaslahatan dalam keluarga, maka setiap

individu dalam keluarga menjalankan hak dan kewajibannya maisng-masing.

27 Azizah, “Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam” dalam Amany Lubis, eds.,

Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016, h. 16.

Page 77: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

67

Jika dalam keluarga saling memelihara dan menjalankan hak dan kewajiban

masing-masing secara baik dan benar, insya Allah kemaslahatan akan tercapai.

Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dan

istri. Kewajiban suami adalah hak bagi istri, demikian juga sebaliknya. Anak-

anak harus pula mendapatkan hak-haknya secara benar, di samping

melaksanakan kewajibannya terhadap orang tua. Jika masing-maisng individu

dari anggota keluarga mengetahui tanggung jawabnya, maka merek asangat

diyakini memiliki kemampuan menangkis hal-hal yang buruk yang menimpa

mereka28.

Ketika terjadi pengingkaran terhadap hak-hak dan kewajiban masing-

maisng individu dalam keluarga maka ketahanan keluarga akan goyah. Tidak

terjalin lagi keharmonisan, ketangguhan, keuletan dalam mempertahankan

keutuhan keluarga. Dalam hukum Islam pengingkaran terhadap hak-hak dan

kewajiban berakibat pada beban dosa dan harus dipertanggungjawabkan di

akhirat kelak29.

Menurut Penulis terbentuknya kebijakan tersebut dalam pandangan

hukum Islam sebagai mashlahah. Kebijakan tersebut sebagai langkah untuk

mewujudkan kemaslahatan manusia sekarang dan masa depan yakni

membangun ketahanan keluarga. Sebagaimana tujuan hukum Islam: pertama,

hifdz al-din (memelihara agama), kedua, hifdz al-nafs (memelihara jiwa),

ketiga, hifdz Al-Aql (memelihara akal), keempat, hifdz al-Nasb (memelihara

keturunan) dan kelima, hifdz al-maal (memelihara harta). Kebijakan tersebut

masuk dalam kategori memelihara jiwa dengan menjaga kesehatan,

memelihara keturunan dengan melaksanakan perkawinan dan memelihara

harta dengan upaya pengembangan ekonomi keluarga.

28 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 17. 29 Azizah, “Ketahanan Keluarga dalam Persfektif Islam”, h. 17.

Page 78: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang Kebijakan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta dalam Membangun Ketahanan Keluarga, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga terbatas dalam bentuk peraturan gubernur, belum ada peraturan

dalam bentuk peraturan daerah. Diantaranya Peraturan Gubernur Nomor

186 Tahun 2012 Tentang Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan

Keluarga yang menjadi kebijakan awal dalam membangun ketahanan

keluarga dan Peraturan Gubernur Nomor 185 Tahun 2017 Tentang

Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin menjadi

kebijakan terkini dalam membangun ketahanan keluarga, umurnya

kurang dari satu tahun sejak diundangkan hingga penelitian ini

dilakukan.

2. Menurut Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga terhadap kebijakan

Pemerintah DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga dalam

Peraturan Gubernur No. 186 tahun 2012 dan Peraturan Gubernur No. 185

tahun 2017 telah sesuai/tidak bertentangan dengan yang diatur dalam

Undang-Undang antara lain pertama, sebagai wujud pemenuhan hak

penduduk, kedua, sebagai wewenang dan tanggung jawab pemerintah

daerah, ketiga, sebagai wujud pengembangan kualitas penduduk,

keempat, sebagai wujud pembangunan keluarga.

3. Implementasi dari kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga ialah sudah terlaksana cukup baik

namun belum sepenuhnya tercapai. Tercatat respon keberadaan Peraturan

Gubernur DKI Nomor 186 tahun 2012 sesuai survey tahun 2014 telah

Page 79: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

69

mencapai 65,83% dan Peraturan Gubernur DKI Nomor 185 tahun 2017

selama waktu 6 bulan sudah tercatat ada sekitar 3000 pasang calon

pengantin yang sudah memeriksakan dirinya di puskesmas/FTKP.

Berbagai hambatan ditemukan yang menjadi faktor-faktor penghambat

terlaksananya peraturan gubenur ini dan terus diperbaiki dikemudian

hari.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dikemukakan di

atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kedepannya dapat membuat

kebijakan dalam membangun ketahanan keluarga dalam bentuk peraturan

daerah sebagai landasan hukum yang lebih kuat daripada peraturan

gubernur sebagai peraturan teknis, agar dapat membawa perubahan yang

lebih baik dan menyeluruh bagi masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya.

2. Hendaknya setiap peraturan tentang ketahanan keluarga kedepannya

dapat melihat berbagai konsep dan berbagai aspek yang belum tercakup

dalam peraturan sebelumnya, agar peraturan bisa menyeluruh dan

mencakup kebutuhan-kebutuhan di masyarakat.

3. Kepala Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini Gubernur dan

Wakil Gubernur bekerjasama dengan Pimpinan DPRD Provinsi DKI

Jakarta harus lebih baik lagi dalam membuat peraturan-peraturan demi

memecahkan masalah-masalah yang riil dan kompleks di masyarakat

seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan sosial budaya.

Page 80: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

70

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Abdullah, Thahir. Pembinaan Ketahanan Nasional yang Bertumpu kepada

ketahanan pribadi. Jakarta: Markas Besar Angkatan Bersenjata, 1991.

Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam: Permasalahannya dan

Fleksibilitasnya. Jakarta: Sinar Grafika. 2007.

Adisasmita, Rahardjo. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015.

Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2011.

Azizah, “Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam” dalam Amany Lubis, eds.,

Ketahanan Keluarga Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Pustaka

Cendikiamuda, 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Statistik Daerah Provinsi DKI

Jakarta 2017. Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Dalam Angka 2017. Jakarta:

BPS Prov. DKI Jakarta, 2017.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Statistik Kesejahteraan Rakyat

Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017.

Danim. Sudarwan. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: TP, 2009.

Farida, Maria. Ilmu Perundang-Undangan 1. Yogyakarta: Kanisius. 2007.

Ibrahim, Johnny. Teori Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia

Publishing, 2006. Cet. II

Joesoef, Daoed. Studi Strategi: Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional.

Jakarta: PT. Kompas. 2014.

Juwaini, Jazuli. Otonomi Sepenuh Hati: pokok-pokok pikiran untuk perbaikan

implementasi otonomi daerah. Jakarta: Al-I’tishom, 2007.

Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil. Pemerintah Daerah di Indonesia: Hukum

Administrasi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Panduan

Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Jakarta:

Kemenkumham RI, 2010.

Page 81: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

71

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pembangunan

Ketahanan Keluarga. Jakarta: CV. Lintas Khatulistiwa, 2016.

Lubis, Amany. “Ketahanan Keluarga Dalam Legislasi Nasional dan Konvensi

Internasional” dalam Amany Lubis, eds., Ketahanan Keluarga Dalam

Persfektif Islam. Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2016. Cet. VI

Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,

2013.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Peneletian Hukum. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2004.

Mukhlas, Oyo Sunaryo. Ilmu Perundang-Undangan. Bandung: Pustaka Setia,

2012.

Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta:

PT. Grasindo, 2005.

Parsons, Wayne. Edward Elgar Publishing. Ltd. Penerjemah Tri Wibowo Budi

Santoso. Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis Kebijakan.

Jakarta: Kencana, 2006.

Pramudji, S. Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional. Jakarta: Bina

Aksara. 1985.

Pranowo, Bambang. Multidimensi Ketahanan Nasional. Jakarta: Pustaka Alvabet,

2010.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2015. Cet.

III

Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Soemantri, HRT Sti. Otonomi Daerah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Subarsono. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Sunarti, Euis, dkk. Perumusan Ukuran Ketahanan Keluarga. Bogor: Intitut

Pertanian Bogor, 2003.

Sutami. Pokok-Pokok Pemikiran dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: T.P,

1978.

Page 82: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

72

Syamsuddin, Aziz. Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang. Jakarta:

Sinar Grafika, 2013.

Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

2012.

Wibawa, Samodra. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2012.

Wijaya, HAW. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2005.

Wijaya, HAW. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2002.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif. Kualitatif dan Penelitian

Gabungan Jakarta: Kencana, 2014.

2. Disertasi

Sunarti, Euis. “Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus

Pengaruhnya terhadap Kualitas Kehamilan” Disertasi S3 Institut Pertanian

Bogor, 2001.

3. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan

kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah

Peraturan Menteri PPPA Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Pembangunan

Keluarga

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 186 Tahun 2012 Tentang Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 185 Tahun 2017 Tentang Konseling dan

Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin

4. Internet

http://almanar.co.id/keluarga/membangun-ketahanan-keluarga.html

Page 83: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

73

Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Laman Resmi Wikipedia Indonesia.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta Visi dan

Misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Laman Resmi Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta. https://jakarta.go.id/pemimpin-daerah

Wapres: Penting Ketahanan Keluarga untuk Ketahanan Bangsa. koran

kompas.com.

https://nasional.kompas.com/read/2009/06/13/00014890/Wapres.Nilai.Pen

ting. Ketahanan.Keluarga

Menteri Yohana: Pentingnya Peningkatan Ketahanan Keluarga Menuju Keluarga

Sejahtera. koran tribunnews.com.

http://www.tribunnews.com/regional/2017/07/14/ menteri-yohana-

pentingnya-peningkatan-ketahanan-keluarga-menuju-keluarga-sejahtera

5. Wawancara dan Data

Interview Pribadi dengan Imam Heykal, SH, MH. Staff Bagian Peraturan

Perundang-undangan Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

Biro Hukum. Jakarta. 16 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan drg. Chandrawati, MARS. Kepala Bagian Kesehatan

Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta. 23 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Desi Prijanthy, Apt. M.Sc. Kepala Seksi Kesehatan

Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta. 23 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan M. Husnul Fauji, MT. Staff Bagian Pemberdayaan

Masyarakat Biro Kesejahteraan Sosial Jakarta. 19 Juli 2018.

Page 84: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 85: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 86: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 87: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 88: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 89: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 90: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 91: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 92: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 93: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Daftar Pertanyaan Wawancara

Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta

1. Mengenai topik penelitian tentang ketahanan keluarga, sejauh ini apa saja kebijakan

pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga?

2. Berkenaan dengan kedua pergub tersebut, bagaimana latar belakang yang mendasari

terbentuknya peraturan tersebut? Jika berkenan, bisakah peneliti meminta naskah

akademik keduanya?

3. Terkait pergub no. 185 tahun 2017 cenderung peraturan yang baru disahkan, lalu apakah

ada masa sosialisasi peraturan gubernur tersebut? Jika ada, berapa lama masa sosialisasi

tersebut? Bagaimana langkah sosialisasi peraturan gubernur kepada masyarakat luas?

4. Sejauh ini, peneliti baru menemukan peraturan mengenai ketahanan keluarga hanya

dalam bentuk peraturan gubernur dan belum menemukan dalam bentuk peraturan daerah

(perda). Mengapa sampai saat ini tidak ada dalam perda? Adakah rencana pemerintah

provinsi DKI Jakarta untuk mengajukan perda tentang ketahanan keluarga?

5. Terkait kedua pergub tersebut, bagaimana kaitannya dengan UU No. 52 tahun 2009

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga?

6. Menurut bapak/ibu, peraturan yang bagaimanakah yang diperlukan kedepan oleh

pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga?

7. Terakhir, adakah pesan/saran dalam penelitian ini?

Biro Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta

1. Bagaimana kondisi ketahanan keluarga di provinsi DKI Jakarta?

2. Bagaimana peran pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga? Bagaimana pula peran masyarakat DKI Jakarta?

3. Apa saja kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga?

4. Bagaimana respon mengenai kedua pergub tersebut? Apakah sudah menjadi kebijakan

yang tepat dalam membangun ketahanan keluarga?

5. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini?

6. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana evaluasi

kedua kebijakan tersebut?

7. Peraturan apa yang diperlukan kedepan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam

membangun ketahanan keluarga?

8. Terakhir, adakah pesan/saran terhadap penelitian ini?

Page 94: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta

1. Terkait pergub no. 185 tahun 2017, Bagaimana menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta

latar belakang terbentuknya pergub tersebut?

2. Bagaimana tanggapan Dinas Kesehatan DKI Jakarta terhadap pergub tersebut?

3. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini? Walaupun

masih tergolong peraturan yang baru disahkan.

4. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana evaluasi

terkait peraturan tersebut?

5. Menurut Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta peraturan yang bagaimanakah yang

diperlukan kedepan dalam membangun ketahanan keluarga?

Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DKI Jakarta

1. Bagaimana kondisi ketahanan keluarga di Provinsi DKI Jakarta menurut Dinas kesehatan

provinsi DKI Jakarta?

2. Adakah kebijakan Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga? Bagaimana peran Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam kebijakan tersebut?

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap peraturan baru ini? Apakah masyarakat antusias

dalam mengikuti tahapan demi tahapan dalam peraturan ini?

4. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini? Walaupun

masih tergolong peraturan yang baru disahkan.

5. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana evaluasi

terkait peraturan tersebut? Seperti kendala-kendala yang ada.

6. Menurut Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta peraturan yang bagaimanakah yang

diperlukan kedepan dalam membangun ketahanan keluarga?

7. Lalu sejauh ini sudah bisa dipastikan di setiap puskesmas kecamatan sudah bisa

melayani?

Page 95: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 96: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Daftar Wawancara

Nama : Imam Heykal, SH, MH

Jabatan : Bagian Peraturan Perundang-undangan Bidang Pemerintahan dan

Kesejahteraan Rakyat

Wawancara dilakukan di Biro Hukum lt. 9 pada 16 Juli 2018 pukul 10.40

1. Mengenai topik penelitian tentang ketahanan keluarga, sejauh ini apa saja

kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga?

Jawaban: selain 2 pergub no. 16/2012 dan 185/2017, kalau pergub itu bersifat teknis

banyak selain 2 peraturan ini dan harus dicari terkait hubungan secara spesifik. Kalau

peraturan secara umum, perda, kita masih menyusun untuk memayungi seluruh bidang

ketahanan keluarga itu belum ada, langsung ada pergub teknis. Masih mengikuti

pemerintah pusat kalau masalah ini bisa dari kementerian pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak maupun dari kementerian sosial. Masing kementerian sering

mengeluarkan peraturan Menteri, untuk melaksanakan peraturan Menteri itu di tingkat

daerah kita buat pergub.

Dari berbagai kebijakan yang ada, peneliti terfokus pada 2 peraturan gubernur yaitu

pergub no. 186 tahun 2012 tentang pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dan

pergub no. 185 tahun 2017 tentang konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon

pengantin.

2. Berkenaan dengan kedua pergub tersebut, bagaimana latar belakang yang

mendasari terbentuknya peraturan tersebut? Jika berkenan, bisakah peneliti

meminta naskah akademik keduanya?

Jawaban : baik, mulai yang pergub 186/2012 saya belum ikut menangani karena tahun

2012, sepengetahuan saya dari forum diskusi rapat, sebagai upaya pemerintah DKI

khusus untuk membuat peraturan yang mengatur pembinaan ketahanan dan

kesejahteraaan keluarga secara umum memang tidak ideal dibuat dalam pergub teknis

harusnya dalam bentuk peraturan daerah dahulu karena luas itu, nanti bagian-bagian nya

kita breakdown menjadi pergub.

Kemudian pergub 185/2017 fokusnya pada masalah konseling dan pemeriksaan

kesehatan karena sebelumnya belum ada peraturan yang mewajibkan bagi calon

pengantin. Kita untuk mengontrol memastikan pintu awal dari institusi pernikahan kita

buat peraturan ini agar sebelum mendapatkan surat pengantar dari kelurahan harus

Page 97: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

disertai bukti sudah menjalani konseling dan pemeriksaan kesehatan di fasilitas

kesehatan milik pemprov DKI.

Kalau untuk naskah akademik itu pengantar produk hukum daerah yang sifatnya harus

memerlukan persetujuan DPRD yaitu peraturan daerah kalau peraturan gubernur itu

sudah menjadi kewenangan eksekutif daerah, dalam hal ini gubernur karena peraturan

teknis tidak membutuhkan naskah akademik dan tidak memiliki naskah akademik.

3. Terkait pergub no. 185 tahun 2017 cenderung peraturan yang baru disahkan, lalu

apakah ada masa sosialisasi peraturan gubernur tersebut? Jika ada, berapa lama

masa sosialisasi tersebut? Bagaimana langkah sosialisasi peraturan gubernur

kepada masyarakat luas?

Jawaban : jadi kita kan pakai fiksi hukum, bahwa peraturan yang sudah berlaku semua

warga siap tahu, kebetulan di DKI dari zaman gubernur sebelumnya sedang menghemat

anggaran mengenai masalah sosialisasi karena dahulu anggaran sosialisasi banyak

diselewengkan. Sosialisasi khusus kita buat cara itu tidak ada, karena kita pergub setahun

ada sekitar 300an kalau kita sosialisasikan tentu memakan biaya. Kita sosialisasikan

caranya itu dengan petugas-petugas di tingkat yang berhubungan langsung di masyarakat

seperti di kelurahan atau fasilitas kesehatan. Kita beritahu kalau mau mengurus ini, ini

ada pergubnya ini harus melakukan konseling dan pemeriksaan kesehatan. Sejauh ini

sudah berjalan belum ada keluhan dari masyarakat yang mendasar dan berdampak besar.

Sosialisasi berjalan secara langsung berjalan terus menerus.

4. Sejauh ini, peneliti baru menemukan peraturan mengenai ketahanan keluarga

hanya dalam bentuk peraturan gubernur dan belum menemukan dalam bentuk

peraturan daerah (perda). Mengapa sampai saat ini tidak ada dalam perda?

Adakah rencana pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk mengajukan perda

tentang ketahanan keluarga?

Jawaban : memang idealnya di daerah itu produk hukum yang paling ideal itu adalah

dibentuk dengan perda karena legitimasinya kuat, satu, sudah dikaji secara mendalam,

dua, dibahas Bersama dengan rakyat dalam hal ini direpresentasikan oleh DPRD, namun

ada beberapa kendala dalam beberapa urusan daerah ini adalah karena kita mengikuti

juga program-program pemerintah pusat kadang suka berubah-berubah kalau tidak diatur

dalam undnag-undang hanya di peraturan Menteri itu sering berubah-ubah entah itu

menterinya ganti atau periode kpresidenan ganti.

Page 98: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Kita sudah berusaha dalam 2 tahun inilah, Cuma karena loadnya banyak. Bidang

ketahanan keluarga belum menjadi prioritas pembahasan di dewan, kadang waktunya

sudah habis. Kalau beberapa kali dengan dinas, mereka mendorong kita punya desain.

Kita harus koordinasikan dengan kementerian dalam negeri, kementerian sosial dan

kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Saat ini belum tapi kita

segerakan karena pak gubernur ingin mendorong adanya program perbaikan ketahanan

keluarga.

5. Terkait kedua pergub tersebut, bagaimana kaitannya dengan UU No. 52 tahun

2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga?

Jawaban : kalau secara teknis kita kurang paham, tapi kalau secara peraturan kami

berusaha memenuhi amanat undang-undang. Kalau fungsi biro hukum disini menjaga

agar produk hukum yang diusulkan oleh perangkat daerah agar sesuai/ harmonis dengan

undang-undang.

6. Menurut bapak/ibu, peraturan yang bagaimanakah yang diperlukan kedepan oleh

pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan keluarga?

Jawaban : harus ada peraturan daerah yang mengatur secara umum tapi menyeluruh

semua aspek masuk ke dalam perda. Paling ideal memang membentuk perda, jadi dari

dewan menyetujui dari pemerintah daerah mau tidak mau karena sudah amanat perda itu

harus menjalankan tidak dalam pergub 186 atau 185 dan dengan sanksi-sanksi yang lebih

tinggi yang misalnya mengancam ketahanan keluarga itu bias lebih enak dimasukkan

kedalam perda.

7. Terakhir, adakah pesan/saran dalam penelitian ini?

Jawaban : saran saya coba dilihat lagi tidak hanya di level daerah tapi dilihat peraturan

Menteri teknis terkait.

Page 99: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 100: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Daftar Wawancara

Nama : M. Husnul Fauji, MT

Jabatan : Bagian Pemberdayaan Masyarakat Biro Kesejahteraan Sosial

Wawancara dilakukan di Biro Kesos lt. 13 pada 19 Juli 2018 pukul 10.00

1. Bagaimana kondisi ketahanan keluarga di provinsi DKI Jakarta?

Jawaban : pembinaan ketahanan keluarga dilaksanakan melalui kelompok Bina Keluarga

Balita (BKB), Bina Kleuarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL). Mengingat

besarnya masalah yang disebabkan oleh perilaku beresiko akibat kesalahan sejak

penanganan tumbuh kembang balita dan remaja, maka dapat digarisbawahi bahwa

kelompok kegiatan BKB dan BKR merupakan dua hal yang memiliki urgensi tinggi.

Oleh karena itu bukan hanya dampak jangka pendek melainkan juga dampak jangka

panjang yang dapat ditimbulkan dari masalah terkait keduanya, maka upaya

penanggulangan yang tepat merupakan investasi yang besar bagi pembangunan manusia

yang berkualitas. Untuk itu, diperlukan penguatan kemitraan antar seluruh sektor, baik

negeri, swasta, maupun swadaya masyarakat. Dengan kuatnya kemitraan yang dibangun,

diharapkan pembaharuan dan atau pengembangan strategis terutama dalam pelaksanaan

kelompok kegiatan BKB dan BKR dilakukan.

2. Bagaimana peran pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun ketahanan

keluarga? Bagaimana pula peran masyarakat DKI Jakarta?

Jawaban : pelaksanaan upaya pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga oleh

SKPD terkait di provinsi DKI Jakarta telah sesuai dengan amanah Pergub Nomor 186

tahun 2012, meskipun masih terdapat wilayah administrasi dengan UKPD pelaksana

yang belum sepenuhnya memenuhi kriteria dasar dalam hal pembentukan kelompok

kegiatan, persyaratan kelompok, serta persyaratan administrasi dan sarana. Oleh karena

itu, diperlukan penguatan supervisi oleh seluruh pihak dan sektor terkait melalui satu

sistem kerja yang konsisten. Supervisi tersistem di tingkat kota/kabupaten administrasi

dan tingkat provinsi harus dibangun guna meningkatkan upaya monitoring dan evaluasi

agar penyelenggaraan kegiatan secara kondusif dan dapat diciptakan dan perbaikan

dalam siklus manajemen dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Peran masyarakat DKI Jakarta untuk membangun ketahanan keluarga yaitu ikut

berpartisipasi dalam 3B yaitu BKB, BKR, dan BKL. Namun dikarenakan minimnya

informasi dan pemahaman masih kurangnya peminat kegiataa

Page 101: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

3. Apa saja kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam membangun

ketahanan keluarga?

Jawaban :

1. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 186 Tahun 2012 Tentang Pembinaan

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 167 Tahun 2014 Tentang Kebijakan

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Melalui Pembinaan Keluarga Berencana

3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 191 tahun 2015 tentang

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif

4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 185 tahun 2017 tentang Konseling

dan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin.

Dari berbagai kebijakan yang ada, peneliti terfokus pada 2 peraturan gubernur yaitu

pergub no. 186 tahun 2012 tentang pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dan

pergub no. 185 tahun 2017 tentang konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon

pengantin.

4. Bagaimana respon mengenai kedua pergub tersebut? Apakah sudah menjadi

kebijakan yang tepat dalam membangun ketahanan keluarga?

Jawaban : a. respon keberadaan Pergub DKI Nomor 186 tahun 2012 sesuai survey tahun

2014 telah mencapai 65,83 % maka dapat disimpulkan bahwa peraturan telah cukup

diketahui oleh pelaksana kegiatan.

b. pada dasarnya kebijakan ketahanan keluarga melalui BKB, BKR, dan BKL dirasa

sangat tepat karena mencakup semua aspek yaitu:

1) Tumbuh kembang anak

2) Wawasan kependudukan dan KB

3) delapan fungsi keluarga

4) penundaan usia perkawinan

5) kesejahteraan keluarga

6) 7 aspek perkembangan balita

7) Kesehatan Reproduksi remaja

8) Olahraga

9) karang taruna

10) generasi perencanaan

11) komunikasi aktif remaja

12) penimbangan lansia

Page 102: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

13) posyandu lansia

14) majelis taklim lansia

5. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini?

Jawaban : bias lihat hasil kegiatan, pergub nomor 186 tahun 2012 sesuai point 1, 2 dan 3

6. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana

evaluasi kedua kebijakan tersebut?

Jawaban : bisa lihat hasil kegiatan, namun untuk pergub 185 tahun 2017 biro kessos

belum melakukan monitoring dan evaluasi

7. Peraturan apa yang diperlukan kedepan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta

dalam membangun ketahanan keluarga?

Jawaban : kebijakan yang dibuat oleh biro kessos untuk mengakomodasi kegiatan yang

akan dilaksanakan oleh Dinas terkait, oleh karena itu peraturan yang diperlukan adalah

untuk mengikat dan menjaga kegiatan tersebut agar berlangsung sesuai ketentuan serta

kebutuhan

8. Terakhir, adakah pesan/saran terhadap penelitian ini?

Jawaban : peneliti agar lebih akurat dalam mencari data yang dibutuhkan sehingga data

tersebut sebagai bahan rekomendasi ke Pemprov DKI Jakarta

Page 103: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Page 104: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Daftar Wawancara

Nama : drg. Chandrawati, MARS

Jabatan : Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat

Wawancara dilakukan di Dinas Kesehatan Jakarta lt. 7 pada 23 Juli 2018 pukul 10.00

1. Terkait pergub no. 185 tahun 2017, Bagaimana menurut Dinas Kesehatan DKI

Jakarta latar belakang terbentuknya pergub tersebut?

Jawaban : Pergub caten ini adalah salah satu bagian dari continuum of care dalam

mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) generasi emas, mungkin saja nanti

subur yang sedang memasuki masa pra nikah. Memang harapan kami dalam bentuk

skrining awal, kemudian ada konseling, kemudian baru terakhir apabila perlu dirujuk

maka dirujuk tapi juga dalam pelayanan ini kami melihat bahwa dalam

pengembangannya bisa bermacam-macam pasti ada perbaikan-perbaikan. Pada saat

membuat peraturan tersebut kita duduk Bersama banyak pihak diluar keilmuan kami.

Perjalanan menjadi pergub hampir 2 tahun karena pengkajiannya luar biasa banyak orang

dan pihak berbeda-beda. Hingga konsep hasil dengan barcode karena hal itu hanya boleh

diketahui oleh yang bersangkutan.

2. Bagaimana tanggapan Dinas Kesehatan DKI Jakarta terhadap pergub tersebut?

Jawaban: pergub ini sangat membantu, salah satunya menemukan penyakit Tuberkulosis

(TB), stunting. Kalau seandainya kita bisa menemukan penyakit menular. Sangat

bermanfaat bagi pasien. Penemuan dini sangat meningkat sejak dilakukan peraturan

gubernur ini.

3. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini?

Walaupun masih tergolong peraturan yang baru disahkan.

Jawaban : pada tahap kami melatih di tingkat puskemas kecamatan dulu walaupun di

DKI ada puskesmas kelurahan, karena ketenagaan ada di puskemas kecamatan karena

tingkat kelengkapan laboratorium ada disana kemudian tim program utama koordinator

ada di mereka. Koordinasi pertama ada di kelurahan tapi untuk pembinaan KUA ada di

kantor camat makanya posisi pemeriksaan lebih sinergi kecamatan dengan kecamatan.

Di kelurahan sebagai pihak yang memberikan info pada tahap awal mendaftar sebagai

calon pengantin bawah disarankan untuk pemeriksaan, nanti dari sana kita keluarkan

sertifikat yang berbarcode karena kita menjaga rahasia hasil pemeriksaan, kepada

pasangannya pun harus dengan izin yang bersangkutan. Dari pemeriksaan dini kita bisa

periksa rhesus, talasemia dan lain-lain penyakit genetik yang paling dasar. Namun untuk

Page 105: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

talasemia harus dirujuk ke laboratorium kesehatan daerah agar menghindari biaya yang

tinggi di rumah sakit tersier. Saya sedang memperkuat lagi ke labkesda agar melatih di

puskesmas kecamatan untuk penemuan tingkat dini talasemia. Seluruh pemeriksaan

gratis kecuali talasemia masih dalam penghitungan karena begitu tinggi biayanya.

4. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana

evaluasi terkait peraturan tersebut?

Jawaban : sejauh ini ada beberapa kendala dalam berjalannya peraturan ini adalah

laboratorium, kalau lebih kuat lagi memudahkan masyarakat. Selain itu, bagaimana

ditemukan calon penganten diusia senja, di pernikahan ke 2 ke 3 dan seterusnya yg mana

bukan lagi sebagai usia muda.

5. Menurut Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta peraturan yang bagaimanakah

yang diperlukan kedepan dalam membangun ketahanan keluarga?

Jawaban : kedepannya pimpinan meminta dukungan dengan MUI dan wali gereja. Agar

kursus caten masing-masing bisa berdampingan dengan peraturan kita. Masih banyak

membutuhkan dukungan dan pembelajaran. Juga diperlukan pemeriksaan kejiwaan

dalam pemeriksaan caten.

Page 106: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Hasil Wawancara

Nama : Desi Prijanthy, Apt., M.Sc

Jabatan : Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesejahteraan Masyarakat

Wawancara dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta lt. 7 pada 23 Juli 2018

pukul 12.00

1. Bagaimana kondisi ketahanan keluarga di Provinsi DKI Jakarta menurut Dinas

kesehatan provinsi DKI Jakarta?

Jawaban : jadi kondisi kota metropolitan itu berbeda dengan kota yang tidak

metropolitan, metropolitan ini semua ada, semua bisa dilakukan semua bisa terjadi. Kita

dari sisi kesehatan memiliki data angka kematian ibu kita tinggi, data kematian anak kita

tinggi, data kekerasan pada anak dan perempuan tinggi, angka penyakit tinggi. Ini bukan

menurun tapi setiap tahun menaik padahal jaminan kesehatan kita jauh lebih baik

daripada sebelumnya tapi sampai seberapa lama pemerintah mampu membentengi

pembiayaan kesehatan yang terus naik karena ada slogan “lebih baik mencegah daripada

mengobati”, mengobati itu selain mahal akan ada banyak yang dirugikan. Maka dari itu

kita ambil langkah preventif dan promotif.

2. Adakah kebijakan Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta dalam membangun

ketahanan keluarga? Bagaimana peran Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam

kebijakan tersebut?

Jawaban : Pergub No. 185 tahun 2017 adalah satu peraturan terbaru yang digagas Dinas

Kesehatan DKI Jakarta. Prosesnya kita mulai dari pemeriksaan kesehatan sebelum

menikah meskipun pergub ini berjalannya umurnya 3 gubernur, setahun prosesnya.

Karena waktu itu berproses ini ternyata kendalanya banyak sekali baik dari internal,

kemudian kita mulai mengundang eksternal termasuk dari kalangan agama kemudian

dari pihak SKPD lain termasuk pencatatan kependudukan, kita kaji setiap habis rapat, ini

solusinya seperti apa sih, kalau mentok kita diskusi lagi ke pimpinan ada gak jalan

tengahnya. Kita cari jalan tengah kita undang lagi mereka.

Termasuk waktu mau di tandatangani pak Anies itu dari Kepala Deputi Gubernurnya, ini

harusnya pergub bukannya perda supaya semua orang mau mengikuti ini. Kalau pergub

orang bisa gak mau. Tapi kalau mau buat perda betapa susahnya, kalau mengacu kesana

tidak selesai-selesai setelah itu kita mengacu kesana.

Sebenarnya pergub ini banyak sekali yang menentang termasuk dari kalangan agama, tak

mungkin membatalkan pernikahan seperti kanwil agama karena tugas mrk

Page 107: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

mengawinkan. Ternyata adanya di PTSP dan kami libatkan disitu sebelum mereka

meminta surat pengantar.

Sebelum orang minta formulis N1 N2 N4 tolong suruh mereka kepuskesmas dlu untuk

memeriksa kesehatan. Banyak orang gamau, orang yang merasa ngabisin waktu aja

padahal cuma satu hari dibutuhkan untuk skrining ini mereka diberikan konseling dan

mereka diambil darah hasil pemeriksaannya hari itu atau 2-3 hari mereka sudah dapat

hasilnya, kalau mereka ternyata harus mendapat tindak lanjut. Jadi sebenernya dengan

skrining ini banyak sekali baiknya bagi kesehatan, meskipun nanti menderita penyakit

menular disampaikan tolong berobat dulu.

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap peraturan baru ini? Apakah masyarakat

antusias dalam mengikuti tahapan demi tahapan dalam peraturan ini?

Jawaban : jadi secara garis besar ini datayang sudah masuk sudah sekitar 3000 yang

diperiksa calon pengantin, yang menolak tidak sampai 1% sangat sedikit sekali, kadang

mereka merasa mereka harus keluar dari kantor itu yg mereka jadi kendala. Kami bilang

gak harus di puskesmas, mereka boleh periksa di swasta tapi hasilnya itu disampaikan ke

puskesmas, nanti puskesmas akan mengeluarkan sertifikat, Namanya sertifikat layak

kawin, sertifikat itu yg dibawa ke PTSP

4. Sejauh mana penerapan/implementasi kebijakan tersebut hingga saat ini?

Walaupun masih tergolong peraturan yang baru disahkan.

Jawaban : begitu pergub ini disahkan, sebelumnya ini bukan barang baru ini pemeriksaan

kesehatan caten sudah ada sejak 2009 sudah mulai ada, cuma yang berani menggratiskan

itu cuma kita. Implementasinya kalau dlu karena gak ada peraturannya, orang gak merasa

perlu pemeriksaan kesehatan, jadi kita hanya bilang ke KUA kalau ada yang mau

menikah kami diundang ya pak, itu juga cuma vaksin kami tidak dapat tindakan, orang

yang bermasalah tidak ada penyelesaian. Tapi dengan kami melakukan skrining banyak

yang bisa kami kerjakan disitu. Baru 3 bulan kami melakukan skrining itu kami sudah

dapat data lumayan banyak, ada yang sudah tertangkap HIV, Sipilis, kemudian penyakit-

penyakit yang kami takutkan sudah mulai tertangkap. Jadi sebenarnya pergub ini

membantu sekali kami memecahkan permasalahan.

5. Dalam tiap peraturan tentu memiliki evaluasi dalam pelaksanaannya, bagaimana

evaluasi terkait peraturan tersebut? Seperti kendala-kendala yang ada.

Jawaban : kendalanya mulai dari waktu, mereka harus spare waktu, kantor KUA 2 hari,

periksa kesehatan 1 hari, sementara izin dari kantor susah bahkan dipotong gaji.

Makanya ini harus berupa perda, karena kewajiban baik swasta maupun negeri harus

Page 108: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

mengijinkan untuk karyawannya yang akan menikah diberikan waktu 1-2 hari untuk

menyelesaikan urusa-urusanbegini, ada orang yang merasa gak ada gunanya saya tidak

mau diperiksa kesehatannya. Calon pengantin itu juga diperiksa kesehatan mentalnya.

Jadi bukan hanya fisik kami juga memasukkan skrining kejiwaan.

6. Menurut Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta peraturan yang bagaimanakah

yang diperlukan kedepan dalam membangun ketahanan keluarga?

Jawaban : kami sangat ingin jadi perda, jadi kami tidak capek-capek memaksa orang, krn

dengan perda itu berlaku umum, sekarang semua penduduk DKI yang kami bayarin tapi

kalo perda mungkin nanti yang menikah di DKI bukan cuma orang yang mau menikah.

Sebenernya sekarang banyak yang bukan penduduk DKI

Kami pasang di billboard pokoknya segala upaya kami sosialisasikan selain kami panggil

pak lurah, PTSPnya, kami juga bikin jingle kami pasang di kantor lurah camat RS dan

billboard pemerintah kami tidak bisa masuk tv radio kami tdk punya anggaran jd hanya

yg gratis.

7. Lalu sejauh ini sudah bisa dipastikan di setiap puskesmas kecamatan sudah bisa

melayani?

Jawaban: Sudah, kami punya laporannya setiap 6 bulan, sudah dikisaran angka 3 ribu

pasang calon. Semua sudah menjalankannya ya cuma yang jadi kendala mungkin ada

puskesmas yang besar ada puskesmas yang kecil, kami waktu itu menyarankan agar

dilakukan dalam satu ruangan terpisah tidak gabung dengan pasien. Tapi ada puskesmas

yang tempatnya tidak memungkinkan jadi mereka tetap harus keliling ruang

pemeriksaan, itulah yang masyarakat keluhkan kenapa mesti kaya gitu. Masalah ruangan,

tenaga medis, dll.

Page 109: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak M. Husnul Fauji, MT, Biro Kesos Setda DKI Jakarta

Wawancara dengan Bapak Imam Heykal, MH, Biro Hukum Setda DKI Jakarta

Page 110: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Wawancara dengan Ibu drg. Chandrawati, MARS, Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Wawancara dengan Ibu Desi Prijanthy, Apt., M.Sc, Bagian Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Page 111: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Contoh Sertifikat hasil dari pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi

calon pengantin