Upload
susi-fauziah
View
564
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
It explains about definition of culture as a sign.
Citation preview
Kebudayaan sebagai Tanda (Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar)
Buatlah penerapan analisis semiotik berdasarkan gambar garuda pancasila.
Garuda pancasila adalah mitos karena mengandung sekumpulan pesan. Oleh
karena itu, gambar ini akan dianalisis dengan menggunakan teori mitos Roland
Barthes yang berdasarkan teori signifikasi Ferdinand De Saussure.
Gambar Garuda merupakan lambang negara Indonesia. Gambar ini akan
dianalisis dari segi denotatif dan konotatif. Pertama, gambar akan dianalisis secara
denotatif. Dari situs www.wikipedia.com, didapatkan informasi sebagai berikut.
Burung Garuda melambangkan kekuatan. Perisai di tengah melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia. Simbol- simbol di dalam perisai masing- masing
melambangkan sila- sila dalam Pancasila, yaitu: Bintang melambangkan sila kesatu.
Rantai melambangkan sila kedua. Pohon beringin melambangkan sila ketiga. Kepala
banteng melambangkan sila keempat. Terakhir, padi dan kapas melambangkan sila
kelima.
Selanjutnya, gambar ini akan dianalisis secara konotatif berdasarkan kesan
yang ditangkap oleh penulis sebagai seorang pembaca mitos. Burung garuda
memang melambangkan kekuatan karena garuda adalah burung besar kuat yang
dapat terbang tinggi dan mengalahkan lawan- lawannya. Di sisi lain, garuda
menakutkan karena garuda suka memangsa hewan yang lemah dan lebih kecil
misalnya ayam, tikus dan lain- lain. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, burung
garuda tidak hanya melambangkan kekuatan negara Indonesia tetapi juga
melambangkan pemerintahan yang otoriter. Sebagai seorang warga negara Indonesia,
saya merasa terintimidasi dengan gambar garuda yang kuat karena gambar garuda
tersebut menyampaikan pesan bahwa semua warga negara (yang dapat disamakan
dengan makhluk kecil dan lemah) harus tunduk pada Pancasila jika ingin selamat.
Jika dihubungkan dengan konteks sejarah masa lalu, arti konotasinya akan
terlihat lebih jelas. Pemerintahan pada masa Orde Lama dan Orde Baru yang
dilambangkan oleh garuda adalah pemerintahan militer yang otoriter. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika pada saat pemerintahan Orde Lama, terjadi
1
pemberontakan seperti G30S PKI dan juga gerakan mahsiswa yang dilakukan oleh
mahasiswa terhadap Soekarno pada tahun 1966. Akan tetapi, dengan kekuatannya,
pemerintahan otoriter yang disimbolkan oleh burung garuda yang kuat mampu
memberantas pemberontakan dan gerakan mahasiswa tersebut. Kemudian, Orde
Lama digantikan oleh Orde Baru. Pada masa Orde Baru, pemimpin pemerintahan
juga masih bersifat otoriter sehingga pemberontakan dan demonstrasi terhadap
pemerintahan Orde Baru terjadi kembali. Akan tetapi, kali ini, gerakan mahasiswa
berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Baru dan menggantinya dengan Orde
Reformasi.
Walaupun begitu, sampai sekarang burung Garuda tetap digunakan sebagai
lambang negara Indonesia karena bagaimanapun pemerintah perlu menunjukkan
supremasi kekuasaan yang ia miliki kepada para warga negaranya.
Selain itu, secara denotatif, perisai di tengah melambangkan pertahanan
bangsa Indonesia. Akan tetapi, sebenarnya perisai itu dapat juga melambangkan alat
yang digunakan untuk mempertahankan status quo atau kekuasaan pemerintah.
Seperti halnya para polisi yang menggunakan perisai atau tameng tidak hanya untuk
melindungi dirinya sendiri tetapi juga menggunakannya untuk memukul para
demonstran.
Simbol- simbol di dalam perisai masing- masing melambangkan sila- sila
dalam Pancasila, yaitu: bintang melambangkan sila kesatu, rantai melambangkan sila
kedua, pohon beringin melambangkan sila ketiga, kepala banteng melambangkan sila
keempat. Terakhir, padi dan kapas melambangkan sila kelima.
Sila pertama ketuhanan yang maha esa dilambangkan oleh satu buah bintang.
Bintang yang berada jauh di angkasa melambangkan spiritualitas atau ketuhanan
sedangkan jumlahnya yang satu mewakili kata- kata yang maha esa. Akan tetapi, ada
hal yang patut dipertanyakan, karena seperti yang kita ketahui di alam semesta ini,
bintang berjumlah jutaan bahkan mungkin milyaran tetapi kenapa hanya satu bintang
yang dipilih? Secara konotasi, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada begitu
banyak bintang, tetapi hanya satu bintang yang dipilih oleh burung garuda. Oleh
karena itu, seperti yang kita ketahui, di Indonesia, agama lain yang jelas- jelas
2
memiliki konsep Trinitas maupun konsep polytheist mau tidak mau harus mengikuti
pilihan pemerintah (mengikuti konsep ketuhanan yang maha esa), terutama pada saat
pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru yang tidak mengakui agama polytheist
seperti Kong Hu Cu.
Kemanusiaan yang adil dan beradab disimbolkan oleh rantai. Secara konotasi,
rantai menyimbolkan pengekangan kebebasan karena para warga negara dikekang
oleh peraturan- peraturan negara. Padahal, untuk mencapai kemanusiaan yang adil
dan beradab, seharusnya pemerintah memberikan hak warga negara sebagai manusia
seutuhnya agar mereka dapat berkembang, maju dan membangun negara.
Sila ketiga persatuan Indonesia disimbolkan oleh pohon beringin. Secara
konotatif, penggunaan pohon beringin memberikan kesan kedamaian dan keteduhan.
Oleh karena itu, tersirat sebuah pesan bahwa warga negara akan mengalami keadaan
yang aman dan tenteram hanya bila mereka semua mengikuti peraturan negara (yang
berarti pula menjaga persatuan Indonesia).
Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Dari segi makna konotasi,
gambar kepala banteng memberikan kesan keras kepala. Bahkan, seperti yang kita
ketahui, banteng adalah binatang yang keras kepala dan sebagian besar orang juga
mengetahui bahwa ada mitos tentang banteng, yaitu banteng akan mengikuti dan
menanduk siapapun yang memakai warna merah. Oleh karena itu, banteng bukanlah
makhluk yang bijaksana. Sebaliknya, banteng adalah binatang yang keras kepala dan
sangat tidak bijaksana.
Pesan yang disampaikan melalui simbol ini adalah keputusan yang diambil
harus sesuai dengan keinginan pemerintah. Jadi, musyawarah yang dilakukan
hanyalah kedok untuk melegalkan keputusan yang telah dibuat pemerintah.
Contohnya terlihat sangat jelas sekali pada masa pemerintahan Orde Baru di mana
MPR dan DPR hanyalah boneka pemerintah dan perpanjangan tangan pemerintah
untuk melegalisasikan semua keputusan pemerintah.
3
Padi dan kapas melambangkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Secara konotasi, padi melambangkan makanan utama orang Indonesia
sedangkan kapas melambangkan alat kesehatan. Jadi, lambang tersebut menyiratkan
bahwa keadilan sosial yang diberikan kepada warga negara Indonesia hanya berupa
makanan dan alat kesehatan. Akan tetapi, hak kemanusiaan lain yang lebih hakiki,
seperti misalnya hak kebebasan berekspresi maupun hak berbicara masih belum
dapat dijamin penuh oleh pemerintah.
Sebagai kesimpulan, semua simbol yang dijelaskan dalam makalah ini
menunjukkan bahwa garuda adalah mitos yang digunakan pemerintah untuk
menunjukkan supremasi kekuasaannya atas semua warga negara Indonesia. Akan
tetapi, penulis menyadari bahwa interpretasi mitos bersifat subjektif. Selain itu,
seperti yang di percayai oleh para pascamodernis dan pascastrukturalis khususnya
Nietzchean, penulis menyadari bahwa kebenaran mutlak itu tidak ada. Oleh karena
itu, mitos garuda ini dapat diinterpretasikan oleh para pembacanya secara beragam
dan menghasilkan interpretasi yang berbeda- beda.
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com 16 Desember 2009
Husen, Ida Sundari dan Rahayu Hidayat. (ed.). 2001. Meretas Ranah Bahasa,
Semiotika dan Budaya. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Nietzsche, Zarathustra, Yogyakarta: Quills book, 2008, 97.
W, Noth. 1995. Handbook of Semiotics. Indianapolis: Indiana University Press.
Zaimar, Okke. K. S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
4