Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI
PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id
Judul Penelitian
KEBUTUHAN TABUNGAN DAN SUMBER
PEMBIAYAAN EKONOMI INDONESIA
O
l
e
h
AMRIZAL
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta, Juni 2001
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan
pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)
Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan
saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang
dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun
sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih
disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum
melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu
berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-
mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta
badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun
1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,
Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang
penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai
penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun
topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya
melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini
belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT
TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang
barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT
TRISAKTI Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI
H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan
penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang
telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.
Jakarta, Juni 2001
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. KERANGKA TEORI PEMBENTUKAN MODEL
2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi
2.2. Modifikasi Fungsi Tabungan Dalam Negeri Dengan Fungsi
Pertumbuhan ekonomi Jangka Panjang
3. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS
4.1. Hasil Estimasi Persamaan Tabungan Dalam Negeri
Dan Pertumbuhan Ekonomi
4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Dalam Negeri Jangka Panjang:
Tabungan Masyarakat Dan Pajak
4.3. Kebutuhan Tabungan Dalam Negeri Untuk Mencapai
Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
5. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran-saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
4
1. PENDAHULUAN
Kalau dilihat keadaan nyata perkembangan pembangunan Indonesia sampai saat
ini, memang banyak kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Namun kita jangan hanya
terpukau dengan kemajuan yang telah dirasakan tersebut, karena masih ada kesulitan dan
masalah yang timbul, khususnya dalam berbagai bidang ekonomi secara menyeluruh.
Kesulitan yang masih saja mewarnai ekonomi Indonesia, ialah karena seringkali
tidak tercapainya Sasaran pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Keadaan yang paling
pahit selama era pemerintahan orde baru, setidak-tidaknya cukup terasa setelah terjadinya
dilema resesi ekonomi dunia yang pada akhirnya telah mempengaruhi pula terjadinya
resesi ekonomi di Indonesia dari tahun 1982 hingga berakhir setelah dilakukan
kebijaksanaan devaluasi rupiah pada tahun 1986 yang lalu.
Masalah yang timbul dari akibat resesi ekonomi tersebut, ialah terjadinya defisit
sektor perdagangan luar negeri dan melebarnya kesenjangan tabungan-investasi antara
lain disebabkan karena menurunnya penerimaan migas dan juga perkembangan kurs mata
uang luar negeri yang kurang berimbang, yang pada akhirnya mempersulit penerimaan
devisa, sehingga terjadi keterbatasan dana untuk investasi. Rendahnya investasi berarti
terbatasnya kemampuan membiayai proyek-proyek pembangunan, oleh karena turunya
sumber pembentukan modal yang berasal dari tabungan dalam negeri untuk mencapai
sejumlah investasi yang diperlukan bagi upaya mempertahankan kesinambungan
pembangunan.
Pencapaian jumlah investasi yang cukup pada waktu itu, ternyata telah membuat
semakin tingginya ketergantungan pada dana luar negeri, dan paling tidak dalam hal ini
bahwa kesenjangan pemerintah dalam APBN telah meningkat sangat drastis atau yang
menandai semakin bertumpunya pada sumber bantuan luar negeri dengan terjadinya
penumpukan hutang luar negeri yang besar guna mempertahankan kesinambungan
pembangunan tersebut.
Suatu tantangan yang sudah pasti akan dipikul tentang hutang luar negeri ialah
karena merupakan kewajiban yang harus dibayar berupa cicilan pada saat jatuh tempo
beserta tingkat bungan yang dibebankan terhadap pinjaman tersebut. Setiap dilakukan
pembayaran hutang luar negeri, maka beban neraca pembayaran semakin bertambah dan
semakin kecilnya dana pembangunan dalam APBN. Kiranya perlu pula diketahui, bahwa
sebagian besar dari hutang luar negeri RI secara keseluruhanya berupa hutang baru yang
dibuat pada zaman ordebaru, dan selebihnya hutang yang dibuat di zaman ordelama
(Trees Nio: 1988, h. IV).
Sampai pada batas-batas tertentu, Indonesia memang masih dapat menggunakan
pinjaman luar negeri untuk menutupi sebagian dari keterbatasan dana pemangunan, tetapi
dalam keadaan dimana Debt Service Ratio ( DSR ) Indonesia sudah tinggi, maka salah
satu jalan untuk melanjutkan pembangunan ini adalah meningkatkan sumber pembiayaan
dalam negeri melalui perpajakan dan tabungan masyarakat pada Bank-bank ( Ali
Wardana: 1987, h. IV ).
5
Upaya untuk meningkatkan sumber pembiayaan dalam negeri berarti
meningkatkan sumber pembentukan modal yang berasal dari dalam negeri seperti
tabungan pemerintah dan tabungan swasta domestik ( termasuk BUMN ), untuk masing-
msingnya dilakukan melalui peningkatan berbagai jenis penerimaan pajak dan dengan
mengerahkan potensi tabungan rumah tangga beserta tabungan perusahaan.
Semua potensi tabungan dalam negeri tersebut, harus semakin ditingkatkan dan
dilanjutkan, karena setiap proses pembangunan yang semakin cepat, masih saja
membutuhkan investasi-investasi baru yang lebih banyak dan meliputi investasi dibidang
prasarana maupun sarana yang harus semakin diperluas dan disamping diperlukan juga
dana investasi yang bertujuan untuk memelihara investasi-investasi yang sudah dilakukan
pada masa-masa lalu.
Besarnya kebutuhan investasi itu akan tergantung pada banyak faktor lain:
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai, besarnya perbandingan antara
modal yang dibutuhkan terhadap hasil yaitu COR atau ICOR, tingkat pemanfaatan
kapasitas dari proyek-proyek investasi, struktur perekonomian dan lain sebagainya
(Rustam Didong: 1987, h. 51).
Untuk dapat menghimpun sejumlah kebutuhan investasi guna pembiayaan
pembangunan tersebut, terutama sekali dengan tujuan mempercepat pertumbuhan
ekonomi, dimana mengharuskan mobilisasi tabungan dalam negeri dan dana luar negeri,
yang dalam hal pelaksanaanya dilakukan melalui upaya pembangunan yang semakin
bertumpu pada kemampuan sendiri, karena dana yang bersumber dari dalam negeri tidak
langsung terpengaruh oleh kemantapan maupun gejolak liar yang tidak menentu dari
negara-negara luar.
2. KERANGKA TEORI PEMBENTUKAN MODEL
Model keseimbangan perekonomian terbuka secara formal, adalah sebagai berikut:
D = C + I + G + X ( 1 )
Y = C + S + T + M ( 2 )
D = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )
bila dikelompokan dalam bagian-bagian tertentu, maka dapat didefinisikan sebagai
(I + G ) - (S + T ) = (M - X) ( 4 )
dimana terdapatnya jurang dalam negeri "internal-gap" oleh karena terjadinya kelebihan
permintaan oleh kaum investor dan pemerintah. Untuk mengimbangi permintaan
tersebut, diperlukan Impor lebih besar daripada Ekspor.
6
Hubungan antara output dengan pendapatan disposibel ( disposible income ),
dimana sebagian dari pendapatan harus mengeluarkan pajak T dan sektor swasta
menerima transfer netto R sebagai tambahan pada pendapatan nasional yang pada
gilirannya dialokasikan pada konsumsi dan tabungan, yaitu
Yd = Yt + R - T ( 5 )
= C + S ( 6 )
dan dalam kaitanya dengan indentitas produksi nasional ( national product identity ),
didapatkan atau terkait sebagai
C + S + ( T – R ) = Yt = C + I + G + Nx ( 7 )
atau dapat didefinisikan dalam bentuk lain dan ditulis sebagai
S - I = ( G + R – T ) + Nx ( 8 )
dimana S – I = domectic private sector, (G + R – T) = budget deficit dan Nx = net
ekspor.
Apabila dilakukan subsitusi persamaa (8) dengan persamaan (4), maka berlaku
persamaan (6) yang bila disubsitusikan pula dengan persamaan (7) pada saat titik
keseimbangan (equilibrium point ), terdapat suatu hipotesa tanpa pemerintah ( R = T = G
= 0 ) hingga didapatkan
It - St = ( Mt – Xt ) = Ft ( 9 )
dimana It = total investasi, St = total tabungan, Mt - Xt = minus perdagangan luar
negeri yang dapat diidentikan sebesar Ft = dana luar negeri berupa pemasukan modal
asing ( capital foreign inflow ).
2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi
Penurunan pajak dapat meningkatkan tabungan masyarakat dan mempunyai efek
terhadap berkurangnya tabungan pemerintah oleh karena penerimaan pemerintah
berkurang. Setiap rupiah penerimaan pemerintah dari pajak, akan memperbesar defisit
anggaran belanja. Apabila tambahan defisit ini tidak dapat diimbangi oleh kenaikan
tabungan masyarakat, maka total tabungan maupun total investasi dapat turun.
Penurunan pajak dapat menaikan pembentukan modal, yang apabila penurunan
pajak tersebut dapat meningkatkan pendapatan nasional yang cukup besar, sehingga
dapat menutup pajak itu. Untuk menyederhanakannya, maka identitas keseimbangan
tabungan dan investasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut (Nopirin: 1987, h.156):
7
St = Sh + Sg = It ( 10 )
dimana: Sh = -C + ( 1 – c ) ( YFE - Tt )
Sg = Tt -G
Tt = t YFE
Sh = tabungan masyarakat, Sg = tabungan pemerintah dan Tt = penerimaan pajak.
Persamaan (10) adlah dalam keadaan full employment dan dapat ditulis dalam bentuk
St = -C + ( 1 – c ) ( YFE - tYFE ) + tYFE -G ( 11 )
dalam efek jangka pendek ini, bahwa pajak mempunyai hubungan positif dengan
tabungan domestik bruto atau tabungan dalam negeri. Dalam jangka panjang yang lebih
populer disebut dengan efek penawaran ( supply side effect ), dimana C = G = 0 dan
pendapatan dalam keadaan full-employment diasumsi sama dengan produk domestik
bruto.
2.2. Modifikasi Fungsi Tabungan Dalam Negeri Dengan Fungsi
Pertumbuhan ekonomi Jangka Panjang
Menurut definisi, tabungan dalam negeri ( St ) selain dari selisih pendapatan
nasional (Yt) dengan konsumsi (Ct), dan dari sudut lain juga sama dengan tabungan
dalam negeri tahun lalu (St-1) ditambah perubahan tabungan dalam negeri St , yang
dapat ditulis sebagai
St = St-1 + St ( 12 )
untuk menentukan besarnya delta St, misalkan jumlah tabungan dalam negeri yang
diinginkan pada tahun t adalah St*. Anggap bahwa hubungan antara St* dengan St
memenuhi persyaratan
St = h ( St* - St-1 = 1 ) ( 13 )
Dengan asumsi bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok
kapital K keseluruhan dengan PDB, maka dapat disusun kedalam model sederhana
Harrod Dommar sebagai berikut 2):
St = s Yt ( 14 )
It = Kt ( 15 )
Kt/Yt = k ( 16 )
atau: Kt/Yt = k ( 17 )
setelah diolah menurut sementinya, maka model sederhana pertumbuhan ekonomi
Harrod-Dommar dapat ditulis sebagai
8
Yt/Yt = s/k ( 18 )
dimana bahwa tingakat pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh nisbah
tabungan nasional s dan nisbah kapital/output nasional k.
Dengan melakukan subsitusi persamaan (13) kedalam persamaan (12), yaitu
menganggap bahwa bahwa St*/Yt = a , maka didapatkan fungsi tabungan dalam negeri
jangka panjangsebagaimana halnya persamaan (18) didapatkan dengan menjadikan
model sederhana pertumbuhan ekonomi.
Modifikasi dari kedua persamaan fungsi tabungan dalam negeri dengan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yaitu melalui suatu model persamaan
pertumbauhan ekonomi tertentu dan terkait dengan persamaan (10) didapatkan sebagai
"struktur ekonomi jangka panjang" ( sepertihalnya fungsi tabungan masyarakat trade-off
dengan fungsi penerimaan pajak ) dan sekaligus membedakan antara keinginan dengan
kenyataan (kemampuan) menabung dalam mencapai pertumbuhan ekonomi jangka
panjang, sebagai berikut:
St = (1 – h ) St-1 + ha Yt ( 19 )
Yt/Yt = s/k + 1/k ( Ft/Yt ) ( 20 )
Yt/Yt = {[ s (1 – t )]d}/ha + {( h – 1 ) (1 – d )}/ha (St-1/Yt) ( 21 )
dimana:
St = tabungan dalam negeri tahun t, dalam milyar rupiah.
St-1 = tabungan dalam negeri tahun t-1, dalam milyar rupiah
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik
bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
Ft/Yt = proporsi dana luar negeri tahun t dengan produk domestik
bruto tahun dalam persentase.
St-1/Yt = Proporsi tabungan dalam negeri tahun t-1 dengan
produk domestik bruto tahun t, dalam persentase.
0 < ha < 1 MPC + MPS = 1 APC + APS = 1
ha = faktor penyesuaian antara keinginan dengan kenyataan
tabungan dalam negeri.
h = perbandingan/rasio antara tabunngan dalam negeri
yang diinginkan dengan pendapatan.
9
a = (angka)/rasio antara tabungan dalam negeri yang
diinginkan dengan perubahan pendapatan.
1/k = produktivitas
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
g = economy's growth ( s/k ).
d = depretiation
ingat: It = Kt - Kt-1 (1 - d)
identik dengan It = St - St-1 (1- d )
( prinsip akselerasi menurut J.M Clark,
..... lihat Nopirin, 1987: 141 ).
t = rate of taxes ( dihitung sebagai proportional taxes
dari gross domestic product ).
Fungsi jangka Panjang dan Multiplier
Tt = tYt
Yd = (1 – t )Yt
Sh = s ( 1 – t )Yt
Ct = c ( 1 – t )Yt
St = [1 – t ( 1 – t )]Yt
bahwa: Tt = penerimaan pajak
Yd = pendapatan disposibel
Sh = tabungan masyarakat
Ct = kondumsi
St = tabungan dalam negeri
Yt = pendapatan nasional (PDB)
1 - t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s ( 1 – t ) = bagian dari tabungan dalam negeri yang tersisa setelah
dipotong pajak.
c ( 1 – t ) = bagian dari konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak.
1 – c ( 1 – t ) = bagian dari pendapatan setelah konsumsi dan dipotong
pajak, ...... atau perbandingan atau rasio antara kenyataan
tabungan dalam negeri dengan pendapatan nasional.
1/[1 – c ( 1 – t )] = multiplier.
10
Kondisi mencapai steady -State Growth
St/Yt = hag / (h + g) .......( keinginan )
St/Yt = h1ag/( h1 + g ) .......( kenyataan )
bahwa: h1 = 1 – c ( 1 – t )
3. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Banyak definisi mengenai tabungan, dan definisi tersebut tentu didasarkan pula
pada kondisi sektoral ekonomi yang dikaji. Dalam ekonomi dua sektor, sebagaimanan
yang terdapat dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai
bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini
dikenal sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan
pendapatan.
Seiring dengan definisi mengenai tabungan diatas, bahwa tabungan selain
daripada bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi, dan menurut definisi lainya, bahwa
perubahan tabungan sama dengan tabungan tahun t dikurangi tabungan tahun
sebelumnya.
Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap
sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan
analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)
Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian
secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan
moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam
Didong: 1987, Log-cit, h.52 ).
Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak
bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an ( lihat G.M. Meiers: 1976) dalam
bukunya yang berjudul "Leading Issues in Economic Development" dan ( lihat Lewis A:
1984 ) dalam bukunya "The State of Development Theory", tidak begitu ingin untuk
mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan tersebut.
Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka
memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah
melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".
Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai
tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung
"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Lihat Thirwall,
AP: 1972 ).
11
Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin
dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori
maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli
ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi
perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu
dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal
produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
saling mendukung.
4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS
4.1. Hasil Estimasi Persamaan Tabungan Dalam Negeri
Dan Pertumbuhan Ekonomi
Setiap ikhtiar untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
selalu diperlukan sejumlah investasi yang cukup besar dari berbagai kegiatan ekonomi
produktif, karena investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai proses saling terkait
serta salaing berpengaruh antara satu dengan lainya dalam proses produksi secara
nasional, dan investasi tersebut adalah berasal dari tabungan 1).
Negara -negara sedang berkembang untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang
tinggi menghadapi keterbatasan sumber dana yang tersedia dalam negeri. Penyebab dari
keterbatasan tersebut adalah karena tingkat pendapatan dan tingkat tabungan dalam
negeri ( rate of gross domestic saving ) yang rendah. Akibatnya, dana yang bisa dihimpun
untuk investasi ( gross domestic investment ) jauh lebih rendah dari yang diperlukan
untuk mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi ( rate of economy's growth ) yang bisa
meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagaimana yang telah dicatat sejarah, negara-negara yang tidak mempunyai
tingkat tabungan dalam negeri yang cukup untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan
ekonomi tertentu, pada umumnya selalu menutup kesenjangan pembiayaan ( kesenjangan
tabungan-investasi ) tersebut dengan mencari sumber-sumber dana dari luar negeri,
sehingga dalam sistem ekonomi terbuka akibat adanya ekspor dan impor telah mengalir
arus modal asing ( capital foreign inflow ) berupa dana luar negeri guna menggerakan
proses perekonomian yang lebih mengesankan.
Studi ini membahas analisa bersifat konferehensif yang menghubungkan fungsi
tabungan dalam negeri jangka panjang dengan model agregat Harrod-Dommar, hingga
modifikasi dari keduanya diharapkan dapat menentukan rasio tabungan dalam negeri
terhadap pendapatan untuk mencapai kondisi steady-state growth maupun menentukan
berapa besarnya tingkat tabungan dlam negeri memberikan infak terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Selain daripada itu juga ditujukan untuk menjawab berapa besarnya kebutuhan
tingkat tabungan dalam negeri yang trade-off dengan tingkat pajak pada tingkat
pertumbuhan ekonomi tertentu ( karena dapat diketahui fungsi tabungan dalam negeri:
12
tabungan masyarakat dan pajak jangka panjang ) sebagai sinyalemen analisis yang
melihat kemampuan ekonomi tentang akumulasi tabungan dalam negeri berupa tabungan
masyarakat dan tabungan pemerintah.
Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh
mana kemampuan menabung berupa tabungan dalam negeri mampu menciptakan laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi
penyebab timbulnya tabungan didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes
menyatakan bahwa tabungan adalah bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak
habis dikonsumsi pada periode bersangkutan, dan dibidang lainya bahwa tabungan tahun
t adalah sama dengan tabungan tahun t-1 ditambah perubahan pendapatan.
Persoalan yang tengah dihadapi adalah besarnya perubahan tabungan. Untuk
menaksir jumlah tabungan pada tahun t tersebut perlu dilakukan analisis empiris yang
mempunyai pendekatan; bahwa tabungan tahun t jangka panjang yang dipengaruhi oleh
tabungan tahun t-1 dan perubahan pendapatan. Relefansi hubungan teori tabungan
Keynes dengan teori agregat Harrod-Dommar sebagaimana yang diungkapkan Hendra
Esmara, bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara mantap apabila dapat
diciptakan investasi melalui perkiraan Incremental Capital Output Ratio ( ICOR ), dan
konsep ini kelihatanya mempengaruhi kondisi-kondisi tinggal landas ( take-off ) Walt
Whiman Rostow ( Hendra Esmara: 1985, h. 14 ).
Melalui konsep demikian, kiranya sudah tidak mengherankan pula bahwa
kesenjangan yang terjadi antara pemupukan tabungan dan investasi bagi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang akan dapat diperkirakan secara tegas dalam aspek yang menilai
antara keinginan dan kemampuan dalam menelusuri pembangunan. Analisa empiris
tentang penaksiran-penaksiran tersebut didapatkan melalui beberapa hasil estimasi yang
serba terkait antara satu dengan lainya, sebagai berikut:
St = 0.703 St-1 + 0,806 Yt
(0.228) (0.990)
(3.086) (0.814)
R2 = 0.400 ,df = 15; t0.005 = 2.947
F = 4.990 t0.100 = 1.341
Yt/Yt = 0.052 + 0.248 Ft/Yt
(0.300) (0.015)
(0.053) (16.352)
r 2 = 0.041 ,df = 16; t0.005 = 2.921
t0.100 = 1.337
13
Yt/Yt = 0.054 + 0.081 St-1/Yt
(0.012) (0.087)
(4.423) (0.926)
r2 = 0.051 ,df = 16; t0.005 = 2.921
t0.100 = 1.337
dimana:
1 - h = 0.703 ha = 0.806
s/k = 0.052 1/k = 0.248
{[s ( 1 – t ) ]d}/ha = 0.054 {( h – 1 ) ( 1 – d )}/ha = 0.081
h = 0.297 a = 2.714
k = 4.032 s = 0.210
d = 1.115 t = 0.103
(1 – t ) = 0.897 ,bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s (1 – t ) = 0.188 ,bagian tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak
c (1 – t ) = 0.709 ,bagian konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak
1 – c (1 – t ) = 0.291 ,rasio antara kenyataan tabungan dengan pendapatan
1/[ 1 – c ( 1 – t ) ] = 3.436 ,Multiplier
Hasil estimasi persamaan tabungan dalam negeri ( St ) memprlihatkan kedua
variabel peubah ( independent variabel ) tabungan dalam negeritahun sebelumnya ( St-1 )
dan perubahan pendapatan ( Yt ) tidak menunjukan hubungan yang bergitu kuat secara
statistik ( R2 = 0.400 ), namun demikian kedua koefisien regresi masing-masing koefisien
(1 – h ) maupun koefisien ( ha ) telah memberikan arah yang sama-sama positif atau
sesuai menurut teori yang berlaku.
Koefisien regresi tabungan dalam negeri tahun sebelumya adalah significant pada
derajat kepercayaan ( confidence lavel ) 99 % dan koefisien regresi perubahan
pendapatan tidak significant pada derajat kepercayaan 80 %. Dengan demikian, berarti
tabungan dalam negeri tahun sebelumnya dan perubahan pendapatan merupakan
variabel-variabel peubah dari tabungan dalam negeri: antara lain, bahwa tabungan dalam
negeri tahun sebelumnya lebih menentukan kenaikan tabungan dalam negeri.
Dengan memperbandingkan fungsi tabungan dlalam negeri Indonesia terhadap
beberapa negara lainya, maka hal yang menarik dari penemuan studi ini adalah bahwa
hasil perkiraan nilai h untuk Indonesia lebih besar. Angka ini menyatakan bahwa lebih
cepatnya proses penyesuaian antara tabungan dalam negeri yang diharapkan dengan
tabungan dalam negeri yang terjadi dibandingkan negara-negara lain. Begitu juga nilai
koefisien ( ha ) yang lebih besar ( terkecuali dibanding Costa Rica ), menyatakan bahwa
rasio tabungan dalam negeri yang diinginkan Indonesia adalah lebih besar pula. Rasio
tabungan dalam negeri yang diinginkan lebih rendah adalah oleh negara Israel.
Sementara itu, hasil estimasi antara tingkat modal asing ( Ft/Yt ) dengan
pertumbuhan ekonomi ( Yt/Yt ) pada dasarnya juga tidak memenuhi harapan yang
14
sebenarnya, yaitu karena koefisien korelasi ( correlation coefficien ) yang rendah ( r2 =
0.041 ) secara statistik. Meskipun demikian, dilihat dari kenyataan yang telah terjadi
bahwa keberadaan modal Asing di Indonesia tetap memberikan infak positif yang tidak
begitu besar menaikan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terbukti karena parameter
(konstanta dan koefisien regresi ) hasil estimasi adalah bernilai positif. Lagipula, bahwa
koefisien regressi tingkat modal asing adalah significant pada derajat kepercayaan 99%
dan cukup realita menjawab bahwa tingkat modal asing adalah variabel peubah dari
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, agaknya kemungkinan kecilnya
pengaruh modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama sekali
dirasakan semenjak tahun 1980 yang lalu oleh Indonesia membayar cicilan utang pokok
dan bunga pinjaman kepada pihak luar negeri dengan jumlah yang cukup besar.
Akibatnya baik pengeluaran pemerintah maupun anggaran negara dalam APBN telah
mengalami penciutan untuk beberapa tahun belakangan ini.
Adapun kemungkinan rendahnya investasi asing (PMA), agaknya bermula karena
rendahnya daya beli masyarakat dalam negeri, serta ketika maupun setelah terjadi resesi
ekonomi di Indonesia, dimana begitu banyaknya peraturan-peraturaan (regulatory forces)
secara tidak disadari telah membatasi daya tarik alokasi investasi asing di Indonesia.
Dalam pada itu, rendahnya skill pada alokasi dominan PMA seperti sektor pertambangan
dan minyak, sekaligus iktu mempertajam distorsi ekonomi.
Hasil estimasi antara tingkat tabungan dalam negeri tahun sebelumnya (St-1/Yt)
dengan pertumbuhan ekonomi ( Yt/Yt) nampaknya hampir tidak mengalami perubahan
yang menyolok. Koefisien korelasi ( r2 = 0,051) adalah sedikit lebih tinggi diatas
koefisien tingkat modal asing sebagai variabel peubah yang sama dari pertumbuhan
ekonomi. Koefisien regressi hasil pengujian ini relatif rendah dan tidak significant pada
derajat kepercayaan 80%.
Kendati demikian, bila dikaitkan dengan kedua hasil estimasi lainnya, kiranya
cukup logika menyatakan bahwa faktor-faktor dalam negeri selalu lebih menentukan
daripada faktor-faktor luar negeri dalam hal membiayai pembangunan maupun mencapai
pertumbuhan ekonomi.
4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Dalam Negeri Jangka Panjang:
Tabungan Masyarakat Dan Pajak
Melalui struktur fungsi hasil estimasi tabungan dalam negeri, maka tingkat
tabungan dalam negeri (rate of gross domestic saving) berupa rasio antara tabungan
dalam negeri yang diinginkan terhadap pendapatan adalah sebesar 29,7% rata-rata per
tahun. Sedangkan melalui interprestasi parameter (konstanta dan koefisien regressi)
ketiga hasil estimasi yang ada, dimana rasio antara kenyataan tabungan dalam negeri
terhadap pendapatan adalah sebesar 29,1% rata-rata per tahun. Hasil analisis ini
memberikan indikasi bahwa antara keinginan dengan kenyataan yang terjadi untuk
15
memanfaatkan tabungan dalam negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan
maupun pertumbuhan ekonomi boleh dikatakan tidak mengalami deviasi yang menyolok.
Dari rasio antara kenyataan tabungan dalam negeri terhadap pendapatan yang
terjadi diatas, dimana tingkat pajak (rate of taxes) berupa pajak pendapatan yang dihitung
sebagai proporsional taxes dari pendapatan adalah sebesar 10,3% rata-rata per tahun, dan
berarti bahagian dari tabungan dalam negeri yang tersisa setelah dipotong pajak atau
berupa rasio antara tabungan masyarakat terhadap pendapatan adalah sebesar 18,8% rata-
rata per tahun. Baik tabungan masyarakat maupun pajak pendapatan, kedua-duanya
merupakan sumber tabungan dalam negeri dan menentukan besar kecilnya tabungan
dalam negeri serta pendapatan nasional.
Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana
yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau
tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal
di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to
determine the optimum relationship among government savings, business savings and
personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan : "There is no simple or
general answer to this question".
Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat
dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat
alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Hal yang jelas, baik
pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak tetap menjadi turun,
masing-masing menjadi sebesar 89,7% dan 70,9% rata-rata per tahun. Peningkatan
tabungan dalam negeri selaku sumber pembiayaan pembangunan melalui pemupukan
tabungan masyarakat dan pemungutan pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan
ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta pasar modal dan
kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan ability to pay.
Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa
potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan
pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan
pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan
tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi
tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat
memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi
dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha. Dengan
demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan tabungan pemerintah,
ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan
berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta.
16
Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,
bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.
4.3. Kebutuhan Tabungan Dalam Negeri Untuk Mencapai
Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
Membuat perkiraan secara kuntitatif maupun kualitatif banyak kegunaannya,
antara lain : Memperkirakan persyaratan-persyaratan potensi pembangunan yang harus
dipenuhi untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu dalam jangka
panjang dan mengukur batas-batas kemampuan optimal prestasi ekonomi yang telah
dilalui hanya dengan pemanfaatan tabungan dalam negeri sebagai pembiayaan
pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi.
Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,0% Indonesia
membutuhkan tabungan dalam negeri 9,6% dari pendapatan nasional (PDB). Pencapaian
laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0% akan dibutuhkan tabungan dalam negeri sebesar
11,6% dari pendapatan nasional. Lebih lanjut, jika target pertumbuhan ekonomi harus
ditingkatkan, maka kebutuhan tabungan dalam negeri juga akan meningkat. Demikianlah,
terlihat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,0% rata-rata per tahun,
maka dibutuhkan tabungan dalam negeri sebesar 15,4% dari pendapatan nasional.
Melalui suatu perbandingan, dimana pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
sama terdapat perbedaan kebutuhan tabungan dalam negeri yang berbeda-beda. Seperti
halnya Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 4,0% hanya
membutuhkan tabungan dalam negeri 9,6% dari pendapatan nasional, akan tetapi negara
Taiwan membutuhkan tabungan dalam negerinya sebesar 11,6% dari pendapatan nasional
negara bersangkutan.
Nampaknya Indonesia memerlukan tabungan dalam negeri lebih kecil dari pada
Taiwan. Agaknya, perbedaan kebutuhan ini dapat dijelaskan bahwa Taiwan boleh
dikatakan lebih baik ekonomi yang dimilikinya dan termasuk sebagai negara kelompok
NICs dengan sektor industrinya sangat memperbesar tabungan dalam negeri dan
pendapatannya selama ini. Atau apa yang dimiliki Indonesia tidak dimiliki oleh Taiwan
17
dalam hal memacu pertumbuhan ekonomi, seperti keadaan alam yang berarti bagi
Indonesia, tidak dimiliki Taiwan.
Dengan pemanfaatan tabungan dalam negeri saja atau tanpa modal asing sebagai
sumber pembiayaan pembangunan produktif, maka laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah sebesar 5,2% rata-rata per tahun. Pencapaian laju pertumbuhan ekonomi sebesar
ini, dimana Indonesia telah "memperuntukan" tabungan dalam negeri sebesar 12,0% dari
pendapatan nasional.
Kalau prestasi pembangunan yang telah berjalan hingga sekarang dikaitkan
dengan konsep tahap-tahap pembangunan W.W. Rostow yang antara lain untuk mencapai
tahap tinggal landas (take-off) hanya memerlukan investasi produktif dari 5% sampai ke
tingkat sedikit diatas 10% (yaitu 12%) dari pendapatan nasional, tentunya dapat
dikatakan bahwa Indonesia sudah tinggal landas oleh karena telah terpenuhinya konsep
Rostow. Sementara kenyataannya, sampai sekarang bahwa tinggal landas belum dicapai
oleh Indonesia.
Banyak pra-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tahap tinggal landas.
Diantara pra-syarat tersebut, maka bila sekiranya suatu negara berkembang telah mempu
melaksanakan pembangunannya tanpa memperoleh pinjaman "lunak", baik dalam
pengertian Pearson maupun Rostow, maka negara tersebut dapat dianggap berhasil
mencapai tahap tinggal landas. Hal yang sama, juga dikemukakan dalam GBHN 1983 :
Pengerahan dari dana-dana investasi ......harus ditingkatkan dengan cepat sehingga
peranan bantuan luar negeri yang merupakan pelengkap ......semakin berkurang dan pada
akhirnya mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan ( Hendra Esmara: Ibid, h. 61 ).
Baik Rostow maupun GBHN 1983 memberikan tekanan kepada
kemampuan"untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri" atau menurut istilah
Rostow "the take-off into substained growth". Nampaknya tahap tinggal landas bagi
Indonesia baru akan terjadi bilaman telah terciptanya landasan yang kuat dan
berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila, dan bantuan luar negeri yang selama ini telah diberikan oleh IGGI kepada
Indonesia sudah tidak diperlukan lagi. Berdasarkan keadaan ini, kiranya Indonesia baru
akan sampai pada tahap mencapai tinggal landas setelah rampung program satu tahap
pembangunan jangka panjang pertama, atau istilah sekarang setelah terlalui kebangkitan
nasional pertama negara Indonesia.
5. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil estimasi fungsi tabungan dalam negeri jangka panjang memperlihatkan
bahwa rasio antara tabungan dalam negeri yang diinginkan terhadap pendapatan adalah
sebesar 29,7% rata-rata per tahun. Melalui interpretasi parametger ketiga hasil estimasi
yang ada, dimana terdapatnya rasio antara kenyataan tabungan dalam negeri terhadap
18
pendapatan adalah sebesar 29,1% rata-rata per tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa tidak terdapatnya deviasi yang menyolok antara keinginan dengan kenyataan yang
terjadi untuk memanfaatkan tabungan dalam negeri selaku sumber pembiayaan
pembangunan.
Dari rasio antara kenyataan tabungan dalam negeri terhadap pendapatan tersebut,
dimana tingkat pajak berupa pajak pendapatan yang dihitung sebagai proporsional taxes
dari pendapatan adalah sebesar 10,3% rata-rata per tahun, dan berarti bahwa bahagian
tabungan dalam negeri yang tersisa setelah dipotong pajak (atau berupa rasio antara
tabungan masyarakat terhadap pendapatan) adalah sebesar 18,8% rata-rata per tahun.
Dalam jangka panjang, nampaknya tidak terdapat alternatif lain untuk
meningkatkan tabungan dalam negeri selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila
dilakukan penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan dalam negeri
melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi
masing-masing dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui
pengembangan pasar uang serta pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal
yang progressif berdasarkan the ability to pay.
Bagaimanapun juga, peningkatan pajak akan selalu membuat trade-off terhadap
kemungkinan kenaikan tabungan dalam negeri, yaitu karena dapat merugikan atau
mengurangi tabungan masyarakat. Namun demikian, analisis ini juga menunjukkan
bahwa potensi tabungan masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi
tabungan pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat
selaku sumber pembiayaan pembangunan.
Dengan hanya memanfaatkan sumber pembiayaan pembangunan produktif seperti
tabungan dalam negeri, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 5,2% rata-
rata per tahun. Pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar ini, dimana Indonesia telah
"memperuntukan" tabungan dalam negeri sebesar 12,0% dari pendapatan nasional.
Dikaitkan dengan konsep tahap-tahap pembangunan Rostow yang menyatakan bahwa
untuk mencapai tak-off hanya memerlukan investasi produktif sebesar 5-10% (yaitu
12%) dari pendapatan nasional suatu negara, maka Indonesia walaupun telah memenuhi
konsep Rostow tersebut, namun belum dapat dikatakan mencapai take-off.
Hal ini disamping disebabkan masih banyaknya pra-syarat yang harus dipenuhi,
lagi pula hingga sekarang pada kenyataannya Indonesia masih membutuhkan bantuan
luar negeri guna menutupi kesenjangan anggaran negara. Namun demikian, bila
sekiranya pelaksanaan pembangunan nantinya sudah mampu tanpa memperoleh
"pinjaman lunak", dan telah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri atau
menurut istilah Rostow "the take-off into self substained growth" baru Indonesia dapat
dianggap berhasil mencapai take-off.
19
5.2. Saran-saran
Dengan mempertahankan amanat GBHN, yaitu bahwa bantuan luar negeri hanya
berperan sebagai pelengkap dan bersifat sementara, maka upaya mobilisasi dana dari
dalam negeri berupa tabungan dalam negeri merupakan pilihan yang tidak dapat ditawar
lagi. Mobilisasi tabungan dalam negeri setidak-tidaknya mempunyai dua manfaat : (1)
Dapat membiayai usaha-usaha pembangunan dengan dana sendiri. (2) Mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri. Untuk itu, diperlukan upaya intensifikasi tabungan
dalam negeri melalui: Penggalakkan pemungutan pajak yang bersifat progressif
berdasarkan ability to pay. Tak dapat dipungkiri, tindakan ini tidak populer dalam jangka
pendek, namun perlu dilakukan kalau benar-benar ingin membebaskan diri dari
ketergantungan terhadap modal asing. Dan perlunya pendewasaan fungsi perbankan
maupun lembaga keuangan bukan bank agar mampu menciptakan iklim yang kondusif
bagi perkembangan investasi.
Upaya penarikan investasi asing, agaknya merupakan pilihan terbaik kedua
setelah peningkatan tabungan dalam negeri. Praktek-praktek negatif investasi asing
seperti transfer pricing, dummy-shareholder dan repatrisi keuntungan bukannya tidak
mungkin terjadi. Namun, yang jelas masih menguntungkan memilih investasi asing
dibandingkan memilih bantuan luar negeri. Pemikiran untuk mengubah debt into equity
nampaknya patut diperhitungkan ditengah situasi langka devisa dan beratnya membayar
cicilan utang luar negeri.
Dibandingkan dengan pinjaman jangka menengah maupun jangka panjang
(termasuk kredit bank-bank komersial dan kredit ekspor dari perwakilannya), investasi
asing langsung, setidak-tidaknya mempunyai tiga keunggulan: (1) Pembiayaan melalui
pemilikan (equity financing) hanya akan dibayar apabila investasi tersebut menghasilkan
keuntungan, sementara utang luar negeri harus dibayar kembali tanpa memperdulikan
situasi ekonomi, dan khususnya, keadaan neraca pembayaran dari negara penerima
bantuan. (2) Pembayaran kepada investor asing dapat diatur oleh negara tuan rumah,
sementara pembayaran kembali utang luar negeri berada diluar kekuasaan negara debitur
karena dipengaruhi oleh tingkat bunga di pasar internasional. (3) Investasi asing dapat
memperkecil antara struktur kedewasaan dari penghasilan yang berasal dari investasi
dengan pembayaran kembali modal yang diperlukan untuk membiayai. Dengan
demikian, menghindari ketidaksesuaian yang diciptakan akibat negara sedang
berkembang menarik pinjaman jangka pendek guna membiayai investasi jangka panjang.
Kendati diatas kertas investasi asing memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan bantuan luar negeri, namun pengambil keputusan di tingkat nasional wajib
mengeliminasi dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi dan sebaliknya
memanfaatkan investasi asing demi kepentingan nasional.
20
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian
Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).
Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development
Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei
1973).
Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan
Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).
Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan
Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27
Juli 1985).
--------------------------"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1987).
Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving
in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).
Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1981).
Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).
Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan
(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).
Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).
Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM, 1987).
Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September 1972).
Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap
Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).
Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on
Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing
Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).
Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill
International Book Company, 1980).
Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.
3, No.1 (January 1975).
Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group
Limited, 1977).
Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29
Agustus 1987).
Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in
Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February
1972).
Wirzon., "Perkiraan Kebutuhan Tabungan Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia",
JEM Vol.1, No.1 (Juni 1988).
Lampiran 1: IKHTISAR PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1986
P DB P DB a tas das ar harga ko ns tan Indeks J umlah Angkatan J umlah P ro duk Tabungan Dana Dana Laju Laju Laju Tingkat
Tahun Harga Implisit P enduduk Kerja P ekerja Kurs Do lla r Do mes tikDo mes tik Luar Swas ta P ert. P ert. Inflas i inflas i
Berlaku (1973=100) (1983=100) (1973=100) IPDB (J uta) (J uta) (J uta) (Rp/Do lla r) Bruto Bruto Negeri Luar Eko no mi Eko no mi
(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Negeri No minal Riil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
= [(2)/ (5)]x100 =(16 )-(14 )
1969 2718.0 4820.5 4820.5 56.4 115 38.3 34.6 385 4820.5 615 236.3 43.6 0 0 0 0
1970 3238.0 5182.0 5182.0 62.5 118 39.8 36.1 381 5182 793.5 253.6 62.7 0.191 0.075 0.108 0.116
1971 3672.2 5544.7 5544.7 66.2 120 41.3 37.6 418 5544.7 938.4 277.7 98.5 0.134 0.070 0.060 0.064
1972 4564.0 6067.2 6067.2 75.2 123 42.6 39.4 414 6067.2 1182.8 423.8 235 0.243 0.094 0.136 0.149
1973 6753.4 6753.4 6753.4 100.0 126 44 41.2 418 6753.4 1233.3 417.2 208.2 0.480 0.113 0.329 0.367
1974 10708.0 7269.0 7269.0 147.3 129 45.4 43.2 423.22 7269 1125.9 281 109.8 0.586 0.076 0.473 0.509
1975 12642.5 7630.8 7630.8 165.7 132 46.9 45.2 420.88 7630.8 1096.1 72.4 -379.3 0.181 0.050 0.125 0.131
1976 15466.7 8156.3 8156.3 189.6 135 48.4 47.3 421 8156.3 1106.1 414.9 52.6 0.223 0.069 0.145 0.155
1977 19033.0 8882.0 8882.0 214.3 138 49.4 48.3 421 8882 1438 260.3 -14.1 0.231 0.089 0.130 0.142
1978 22746.0 9566.5 9566.5 237.8 142 50.4 49.4 633.88 9566.5 1458.8 486.3 88.8 0.195 0.077 0.110 0.118
1979 32025.4 10164.9 10164.9 315.1 144 51.4 50.5 632.12 10164.9 954.1 223.5 -122.6 0.408 0.063 0.325 0.345
1980 45445.7 11169.2 11169.2 406.9 148 52.4 51.6 633.7 11169.2 811.9 245.2 -98.1 0.419 0.099 0.291 0.320
1981 54027.0 12054.6 12054.6 448.2 151 54.5 53.6 643.05 12054.6 64.1 302.9 21.2 0.189 0.079 0.102 0.110
1982 59632.6 12325.4 12325.4 483.8 155 56.7 55.7 691.94 12325.4 -419 823.2 234.4 0.104 0.022 0.080 0.081
1983 71214.7 12842.2 73697.6 12842.2 554.5 158 59 57.8 995.12 12842.2 -417.8 1184.7 327.4 0.194 0.042 0.146 0.152
1984 87054.8 78144.4 13617.1 639.3 161 61.4 59.4 1075.87 13617.1 3580.9 609.5 127.4 0.222 0.060 0.153 0.162
1985 94491.5 79910.8 13924.9 678.6 164 63.8 62.5 1130.7 13924.9 3373.9 301.1 11.3 0.085 0.023 0.061 0.063
1986 96489.3 82474.5 14371.6 671.4 167 70.2 68.3 1655.4 14371.6 3552.1 1076.3 318.3 0.021 0.032 -0.011 -0.011
Sumber: Diperkirakan dari Nota Keuangan Dan APBN Tahun 1986/87; BPS, Pendapatan Nasional Indonesia 1983-1986
( Tabel-Tabel Pokok ); dan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia pada berbagai tahun penerbitan.
------+++++------
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
2
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
3
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
4
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
5
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
6
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
7
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
8
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
9
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------