Upload
iga-pt-ratih-pradnyandari
View
34
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA
PASIEN OSTEOARTRITIS
Identitas Pasien
Nama : Ni Nengah Sukiani
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Galuh, Br. Dauh Pangkung Desa Pekutatan
Identitas Suami Pasien
Nama : I Nengah Suwana
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
I. KEGIATAN DALAM GEDUNG
1. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Puskesmas Pekutatan untuk berobat. Pasien memiliki
masalah gangguan sendi (reumatik). Masalah gangguan sendi telah dirasakan 2 tahun
belakangan ini. Ia sering merasa nyeri didaerah lutut dan tangannya. Keluhan nyeri pada
1
tangan tersebut biasanya pada pergelangan tangan kanan. Awalnya penderita merasakan
kaku yang kemudian timbul rasa nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa ringan sehingga
tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-harinya. Nyeri dirasakan hampir setiap hari sejak
2 tahun belakangan ini dan semakin berat hingga mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Nyeri tersebut bertambah berat bila penderita melakukan aktivitas yang berat seperti
berjalan mencuci piring terutama pakaian, mengangkat beban yang berat. Namun nyeri
tersebut sedikit membaik setelah penderita beristirahat sebentar atau memaksakan untuk
menggerakkan sendinya dengan melakukan aktivitas rumah tangga yang biasanya
dilakukan meskipun nyerinya masih dirasakan. Penderita juga mengaku kesulitan
menggerakkan pergelangan tangan maupun lututnya bila nyeri tersebut datang dan hal
tersebut sudah dirasakan sekitar 2 bulan yang lalu. Kesulitan menggerakkan sendi tangan
tersebut terutama dirasakan pada pagi hari sekitar 30 menit. Selain itu pasien juga
mengeluhkan punggungnya nyeri sejak 1 tahun yang lalu, terutama punggung daerah
kanan. Memberat saat dipakai berjalan maupun duduk terlalu lama (>30 menit). Perawakan
pasien agak sedikit gemuk yang merupakan salah satu faktor resiko penyakit ini. Pasien
mengaku tidak pernah mengalami trauma pada pergelangan tangan, lutut maupun
punggungnya.
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaannya menyapu,
mengepel, memasak, dan mencuci. Keluhan juga dikatakan bertambah berat sejak mesin
cuci dirumah pasien rusak sehingga memaksa pasien mau tidak mau mencuci baju
menggunakan tenaga manusia, dengan kata lain mencuci dengan tangannya yang memang
sedang sakit.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami masalah
kesehatan yang berarti. Penyakit yang sering diderita yaitu panas, batuk, dan pilek. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena perubahan cuaca. Penyakit kencing manis, hipertensi,
jantung , dan penyakit sistemik yang lainnya disangkal oleh keluarga pasien dan pasien.
Riwayat Pengobatan
Sejak keluhan ini muncul, penderita sudah beberapa kali berobat. Awalnya
penderita berobat ke bidan yang letaknya tidak jauh dari rumah penderita. Selain itu
penderita juga beberapa kali berobat ke puskesmas, rumah sakit, maupun praktek dokter
2
pribadi. Setelah diberi obat, keluhan dirasakan berkurang namun beberapa hari setelah obat
habis, keluhan muncul kembali.
Saat sendi pergelangan tangannya yang bengkak tersebut, penderita memeriksakan
dirinya ke puskesmas dan keluhan tersebut mau menghilang dengan obat yang diberikan.
Penderita juga pernah mengobati sakitnya dengan menggunakan obat tradisional seperti
mengoleskan boreh disekitar tangan dan lutut agar terasa lebih hangat. Pasien belum
sempat memeriksakan kadar asam urat dan pemeriksaan laboratorium sebelumnya.
Riwayat Sosial dan Keluarga
Pasien merupakan anak yatim piatu dan tidak mempunyai saudara kandung. Karena
sudah menikah, kini pasien tinggal bersama suami, dan kedua putrinya. Hubungan pasien
dengan suami dan kedua putrinya sangatlah baik. Tidak ada anggota keluarga pasien baik
itu suami, kedua putri, maupun alm. kedua orang tua pasien yang mempunyai keluhan
yang sama seperti pasien.
Riwayat merokok, minum kopi, maupun alkohol disangkal oleh pasien dan
keluarganya. Namun, riwayat mengkonsumsi makan jeroan, durian, sate kambing, berbagai
macam kacang-kacangan sangat sering karena merupakan makanan favorit pasien sejak
muda.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Minggu tanggal 2 Desember 2012. Saat itu
pemeriksa datang ke rumah pasien untuk melihat perkembangan keadaan pasien terhadap
pengobatan yang selama ini sudah dilakukan serta melihat keseharian pasien di rumah.
Secara umum kondisi pasien baik. Hasil pemeriksaan fisik pasien secara lebih rinci adalah
sebagai berikut:
a. Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Temp. Axila : 36,7 0C
TB : 155 cm
3
BB : 70 kg
b. Tanda Umum
Kepala : Normocephali
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor
THT : Dalam batas normal, kesan tenang
Thorax : Cor : S1S2 Tunggal, Regular, Murmur (–)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Distensi (-), nyeri tekan (-), ascites (-), turgor N, BU (+) N
Ekstremitas : Oedem -/-, hangat +/+ -/- +/+
c. Status pemeriksaan khusus sendi :
Sendi Inspeksi Palpasi Pergerakan Auskultasi Sekitar Sendi
Wrist Dextra
Pembesaran sendi diameter 3 cm
Tidak ada hiperemi
Sedikit Bengkak
Nyeri tekan derajat 1
Teraba hangat
Aktif:Fleksi 60° Ekstensi 0°
Pasif:Fleksi 65○
Ekstensi 0°
Krepitasi tidak ada
Tidak ada kelainan
3. Diagnosis
Osteoarthritis Sekunder
4. Pengobatan
Pengobatan yang kini didapatkan oleh pasien adalah berupa: Meloxicam dua kali
sehari, Tramadol diminum tiga kali sehari, dan Diazepam satu kali sehari pada saat malam
hari menjelang waktu tidur, dan dosis pemberian dapat lebih sering bila timbul gejala
berulang serta obat tambahan berupa Antasida syrup 3xCI dan tablet vitamin B1 1x1.
Perkembangan hasil pengobatan akan dipantau secara berkala dan dosis obat akan
disesuaikan dengan perkembangan penyembuhan pasien.
4
II. KUNJUNGAN RUMAH
1. Gambaran Status Kesehatan
Saat ini pasien sudah merasa lebih baik setelah mendapat pengobatan secara teratur.
Keluhan yang kini dirasakan pasien adalah pasien sempat merasa kesulitan tidur jika nyeri
sendinya kumat. Pasien tidur hanya maksimal 5 jam sehari dan tanpa didahului rasa
ngantuk, namun akhir-akhir ini dikatakan pasien dapat tidur dengan cukup baik setelah
minum obat.
2. Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi
Saat ini pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk biaya hidup sehari-hari,
pasien mendapatkan dari suaminya. Suami pasien bekerja di sebuah perusahaan pertamina,
mempunyai sebuah warung, dan mempunyai kolam lele dirumahnya. Hasilnya dikatakan
keluarga pasien cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Pasien mampu bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat sekitar khususnya
tetangga-tetangganya.
3. Kondisi Rumah
Rumah pasien berada di pinggir jalan utama. Dalam pekarangan rumah pasien
terdapat beberapa bangunan, dimana terdapat sebuah bangunan utama yang dipakai
sebagai tempat tinggal, bangunan tua yang sekarang dipakai sebagai rumah untuk
peliharaan burung walet, warung, rumah, kolam, dan halaman. Dapur dan kamar mandi
pasien berada di dalam bangunan rumah utama. Pasien tinggal bersama suami dan kedua
putrinya. Rumah pasien terlihat cukup bersih dan rapi.
Lantai bangunan utama pasien terbuat dari keramik baik di bagian beranda maupun
di bagian dalam rumah. Tembok rumah pasien dari batako dan sudah di cat warna putih
sehingga tampak bersih. Atap rumah sudah permanen dengan menggunakan genteng.
Perabotan tertata cukup rapi dan bersih serta terawat dengan sangat baik. Dapur pasien
terbuat dari tembok batako yang sudah dicat, beralasakan keramik.
Lantai bangunan tua pasien terbuat dari semen, namun atap sudah permanen
menggunakan genteng dan temboknya sudah dicat. Keluarga pasien sudah menggunakan
bahan bakar gas (LPG) untuk memasak, namun disana terdapat juga kompor minyak tanah
kecil yang sesekali dipakai memasak jika bahan bakar gasnya habis dan belum sempat
membeli.
5
Pekarangan rumah pasien terlihat cukup asri. Di pekarangan rumah pasien terdapat
sebuah halaman dan kolam ikan kecil yang cukup asri dan indah. Di sana terdapat
beberapa tanaman hias yang ditata dengan rapi dan indah.
Pasien tidur mempunyai kamar sendiri bersama suaminya, sedangkan kedua
putrinya tidur terpisah dengan pasien dan memiliki kamar pribadi masing-masing.
Ventilasi rumah pasien cukup baik dengan jendela dan lubang pertukaran angin yang
memadai. Sumber air yang digunakan berasal dari air perpipaan yang merupakan swadaya
masyarakat.
4. Alur Kunjungan
Kunjungan pertama
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 16.00
WITA. Adapun tujuan saya pada kunjungan pertama adalah untuk meninjau kondisi
pasien, apakah masih terdapat gejala rematik, dan apa saja keluhan pasien saat ini.
Saya juga meninjau riwayat penyakit dahulu dari pasien, penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh pasien dari lahir hingga sekarang, riwayat penyakit keluarga,
apakah ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien
atau tidak, serta riwayat sosial ekonomi pasien serta riwayat pengobatan pasien.
Kunjungan kedua
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 29 Desember 2012 pukul 15.00
WITA. Adapun pada kunjungan kedua ini saya melihat perkembangan keluhan
pasien, dimana pasien sudah tidak mengalami kesulitan dalam tidur serta mampu
mengerjakan pekerjaan sehari-hari dan pekerjaan rumah tangga lainnya dengan lebih
baik. Selain itu, saya juga melihat lebih dalam dari riwayat psikodinamika
(perjalanan hidup pasien dari lahir sampai sekarang), aspek keluarga dan aspek
lingkungan (baik dari dukungan keluarga, lingkungan rumah, halaman rumah, dan
lain-lain), serta permasalahan yang dihadapi oleh pasien, serta kendala-kendala yang
dihadapi oleh pasien dalam menjalani proses pengobatan.
5. Denah Rumah
6
U S
Keterangan :
1. Kolam ikan lele
2. Tanaman/Bunga
3. Beranda rumah/Ruang tamu
4. Kamar pasien bersama suami
5. Kamar kedua putrinya
6. Ruang Keluarga
7. Kamar mandi
8. Dapur
9. Gudang
10. Garasi
11. Bangunan tua/Rumah burung walet
12. Halaman
13. Warung
6. Silsilah Keluarga Pasien
7
3
11
10
1 13
9
5
8
7
4
6
12
2
Keterangan
: perempuan
: laki-laki
: sudah meninggal
: pasien
1. Ayah dari suami pasien (mertua
laki-laki pasien)
2. Ibu dari suami pasien (mertua
perempuan pasien)
3. Ayah pasien
4. Ibu pasien
5. Saudara laki-laki dari suami
pasien
6. Saudara laki-laki dari suami
pasien
7. Saudara perempuan dari suami
pasien
8. Saudara laki-laki dari suami
pasien
9. Saudara perempuan dari suami
pasien
10. Suami pasien
11. Pasien
12. Anak perempuan pasien
13. Anak perempuan pasien
7. Faktor Risiko
a. Sosial Ekonomi
8
86 9
11 2 2 4 4
11
13
7
1212
33
10
14
75
Tingkat sosial ekonomi pasien dikatakan dirasakan cukup, pendapatan suami
sebagai karyawan swasta dan hasil dari warung cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
b. Faktor Genetik
Dari kedua orang tua pasien yang sudah almarhum, saudara kandung, dan
saudara lainnya, dikatakan tidak menderita sakit seperti yang dialami oleh pasien.
8. Perjalanan Alamiah Penyakit
Dilihat dari gejala-gejala dan tanda-tanda yang didapat dari anamnesis
dengan pasien, Setiawati, didiagnosis dengan Osteoarthritis Sekunder Regio Wrist
Dextra OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan-lahan ditandai nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerakan yang
berkembang secara progresif.
Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini. Berdasarkan etiologinya
OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer
disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada
hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, trauma (akut
atau kronik akibat pekerjaan atau olahraga), inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama, faktor
mekanik, penyakit deposit kalsium, penyakit tulang dan sendi lainnya, difus,
neuropatik endemik. Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit OA,
diantaranya : faktor risiko umum yang penting yaitu kegemukan, faktor genetik dan
jenis kelamin dengan wanita lebih sering, serta beberapa faktor risiko lain seperti
usia lebih dari 40 tahun, suku bangsa, genetik, cedera sendi, pekerjaan, olahraga,
kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain. Pada penderita ini,
berdasarkan anamnesis riwayat sosialnya, penderita melakukan aktivitas/pekerjaan
yang menyebabkan penggunaan berlebihan (overuse evercise) dari sendi
pergelangan tangan pasien. Aktivitas/pekerjaan tersebut dijalankan semasa
mudanya, yakni sewaktu pasien membantu orangtua nya yang mengharuskannya
melakukan aktivitas berat. Pasien juga mengatakan bahwa tidak ada di keluarganya
9
yang mengalami keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien. Penggunaan yang
berlebihan dari sendi pergelangan tangan pasien ini merupakan faktor-faktor risiko
terjadinya OA. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya OA pada pasien ini
termasuk OA sekunder.
Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit reumatik,
yaitu artritis gout, OA, keganasan, reumatik septik dan lain sebagainya. Pada pasien
ini nyeri terlokalisir pada pergelangan tangan kanan tanpa adanya nyeri pada sendi
yang lain, nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti mencuci) dan
berkurang apabila beristirahat. Tidak ada demam. Tidak ada podagra. Nyeri tidak
menetap sepanjang hari. Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA.
Pasien juga mengeluh mengalami kaku sendi. Kaku sendi dirasakan
penderita pada pagi hari. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan
yang berada di sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi, sinovia,
atau bursa). Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat. Setelah
digerak-gerakkan, cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi
sehingga pasien merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya
kembali. Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada
AR minimal satu jam. Pada pasien ini, kaku sendi dirasakan pada pagi hari selama
kira-kira 15-20 menit dan menghilang dengan sendirinya bila pasien menggerakkan
pergelangan tangannya dengan beraktivitas seperti biasa.
Selain itu, kaku juga dirasakan penderita saat beranjak dari tidur dan ingin
ke kamar mandi. Rasa kaku menghilang jika penderita melemaskan dan
menggerakkan pergelangan tangannya. Hal ini sesuai untuk mendukung keluhan
pada penderita OA.
Prinsip penatalaksanaan OA bertujuan untuk menghilangkan keluhan,
mengoptimalkan fungsi sendi, mengurangi ketergantungan dan meningkatkan
kualitas hidup, menghambat progresivitas penyakit dan mencegah komplikasi. Pilar
terapi: non farmakologis (edukasi, terapi fisik, diet, penurunan berat badan),
farmakologis (analgetik, kortikosteroid lokal, sistemik, kondroprotektif dan
biologik), dan pembedahan.
Kunci menuju manajemen yang efektif dari OA berpegangan kepada
diagnosis yang akurat dan tepat. Pengelolaan penderita OA baik secara
10
farmakologik atau non farmakologik dapat dilakukan dengan tepat dan aman bila
terdapat pemahaman yang baik mengenai OA.
Dilihat dari perjalanan penyakitnya dan perkembangannya sekarang,
Osteoarthritis pada Setiawati termasuk Osteoarthritis Sekunder. Hal ini dapat
dilihat dari gejala pasien yang sudah mulai membaik dan sudah mampu beraktivitas
namun belum bisa beraktivitas dengan baik seperti sedia kala. Namun pasien harus
tetap kontrol dan minum obat dengan teratur agar tidak kambuh. Jadi meskipun
gejalanya sudah membaik, tapi tetap memerlukan obat agar penyakitnya tidak
kambuh. Prognosis dari Setiawati adalah baik, asalkan tetap rajin kontrol dan
minum obat dengan teratur.
9. Pemecahan masalah
Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang saya ambil adalah sesuai dengan
prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut :
Personal
Komprehensif
Berkesinambungan
Koordinatif dan kolaboratif
Mengutamakan pencegahan (P. Primer, P. Sekunder, P. Tersier)
Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
Penanganan masalah kesehatan seharusnya bersifat holistik yang artinya suatu
kejadian sakit pada seorang individu maupun sekelompok masyarakat di lingkungan
tertentu, tidak hanya dipandang dari aspek biologisnya. Tetapi aspek lain yang saling
berkaitan sebaiknya mendapat perhatian. Menurut Blum hal ini sangat erat kaitanya
dengan faktor perilaku individu atau kelompok masyarakat sehingga konsep paradigma
hidup sehat dari Blum dapat dipakai sebagai salah satu pedoman dalam memahami
masalah kesehatan yang kompleks di masyarakat. Sesuai dengan teori Blum hidup sehat
dipengaruhi oleh beberapa.
1. Faktor Genetik
Berdasarkan riwayat kesehatan keluarga pasien dapat diketahui bahwa tidak satupun
dari anggota keluarga pasien menderita penyakit yang sama dengan pasien.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan
11
Pasien tinggal di Banjar Arca, Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan. Dimana desa ini
merupakan wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, dan di desa Pulukan terdapat Balai
Kesehatan/Puskesmas Pembantu yang terletak di dekat kantor kepala desa. Jarak pustu
dengan rumah pasien sekitar satu kilometer, dan juga terdapat bidan praktek swasta di
dekat rumahnya yang berjarak hanya kira-kira 150 meter. Ini berarti di tempat tinggal
pasien telah tersedia pusat pelayanan kesehatan yang cukup memadai.
3. Faktor Perilaku
Perilaku mengenai kesehatan sudah cukup baik yang terlihat bila ada salah satu
anggota keluarga yang sakit biasanya diajak berobat ke puskesmas atau bidan, dan juga
diberikan obat-obat tradisional seperti boreh. Namun masih terjadi mispersepsi
mengenai persepsi sehat sakit, karena keluarga binaan ini menganggap dirinya sakit
bila sudah tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan bila keluhan yang dialami
ringan dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, mereka belum merasakan
dirinya sakit.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini termasuk lingkungan sosial dan fisik. Dilihat dari segi fisik,
hiegene rumah beserta lingkungan sekitarnya cukup terawat dan bersih. Dari segi
ekonomi, keluarga binaan ini termasuk keluarga yang berkecukupan. Dan dari segi
lingkungan sosial, dapat dilihat keluarga ini termasuk keluarga yang harmonis.
Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi pada keluarga binaan dilakukan
dalam bentuk pemberian penyuluhan yang sifatnya komunikatif, pemberian informasi dan
edukasi (KIE). KIE terutama menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyakit yang
telah atau sedang diderita anggota keluarga binaan, misalnya mengenai penyebab penyakit
yang diderita, cara pencegahan serta penanggulangannya. KIE yang diberikan meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada seluruh anggota keluarga mengenai penyakit
rematik, termasuk cara-cara pencegahan (promosi kesehatan) dan deteksi dini
adanya penyakit rematik (early diagnosis). Dimana perlu juga dipahami bahwa
mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri, kaku dan keterbatasan
gerak serta fungsi. Selain itu juga kami memberi pemahaman bahwa hal tersebut
perlu dipahami dan disadari sebagai bagian dari realitas kehidupannya. Kami juga
menyarankan agar rasa nyeri dapat berkurang, maka pasien sedianya mengurangi
12
aktivitas/pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi dan lebih
banyak beristirahat.
2. Menganjurkan ibu Setiawati untuk melakukan usaha-usaha sendiri di rumah tanpa
obat seperti :
- Menghangatkan persendian yang sakit dengan kompres hangat. Caranya
adalah dengan menuangkan air hangat dalam mangkuk dan handuk kecil.
Celupkan handuk ke dalam air dan tekan-tekankan pada persendian yang
terganggu tersebut Ulangi cara ini berkali-kali sampai bagian yang sakit
berkurang rasa nyerinya.
- Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memasukkan air panas ke
dalam botol. Kompreskan botol hangat ini pada persendian yang sakit, sampai
terasa nyaman.
- Sinar matahari pun dapat dipakai untuk memanaskan persendian punggung
yang sakit. Untuk cara ini, dibutuhkan alas tidur yang menyerap panas,
misalnya terpal. Menjemur alas ini di bawah sinar matahari sampai beberapa
lama, kemudian berbaringlah di atas terpal hangat ini dengan nyaman.
3. Menganjurkan ibu Setiawati untuk memanfaatkan tanaman sekitar sebagai
pengobatan alternatif, seperti :
- Singkong : pengobatan ini dipakai sebagai pemakaian luar yaitu sebanyak 5
lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan kapur sirih secukupnya,
dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan
dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. Pada pemakaian dalam, 100 gram
batang singkong, 1 batang sereh, dan 15 gram jahe direbus dengan 1.000 cc
air hingga tersisa 400 cc. Lalu, disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc.
Lakukan dua kali sehari.
- Ekstrak jahe :Terdapat dua jenis ekstrak jahe, Zingeber officinalis Roscoe
dan Alpinia galanga L. Ekstraksinya diberi nama "EV.Ext.77" dan
dipopulerkan dengan nama Zinaxin, atau di Indonesia dikenal dengan nama
Zinaxin Rapid. Dosis yang disarankan ialah dua kali sehari selama 2 - 4
minggu. Sementara untuk pencegahan cukup satu kapsul sehari.
4. Menganjurkan agar menjaga berat badan agar tetap ideal, dimana satu langkah
bijaksana untuk mengurangi nyeri pada sendi lutut, punggung dan pergelangan
tangan. Karena setiap kelebihan berat badan akan membebani sendi lutut,
13
punggung, serta panggul, dan menambah rasa nyeri karena rematik. Selain itu
bobot tubuh berlebih memperbesar risiko terjadinya asam urat.
5. Menjaga pola makan dengan cara mengkonsumsi makanan sehat, rendah lemak
serta kaya nutrisi. Mengkonsumsi suplemen yang mengandung omega 3 dapat
menjadi pilihan sebab dalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk
memelihara persendian agar tetap lentur. Dan juga melakukan olahraga secara
teratur akan tetapi tidak memaksakan seperti jalan kaki bermanfaat untuk penderita
rematik. Ini karena jalan kaki membakar kalori, memperkuat otot dan membangun
tulang yang kuat tanpa mengganggu persendian yang sakit.
Pengobatan farmakologisnya untuk penyakit rematik sampai saat ini belum ditemukan
obat yang spesifik. Jadi obat yang diberikan hanya bersifat simptomatis yakni bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan.
Obat-obat yang digunakan anti inflamasi non steroid yang bekerja sebagai analgetik
14
FOTO DOKUMENTASI KUNJUNGAN PASIEN
Gambar 1. Tampak dokter sedang berdiskusi dengan anak pasien
2
15
Gambar 2. Tampak pasien sedang menunjukkan lokasi dan keluhan kepada dokter saat wawancara berlangsung
16
Gambar 3. Tampak dokter sedang menyamakan persepsi lokasi yang dikeluhkan pasien saat wawancara berlangsung
Gambar 4. Halaman rumah pasien
17
Gambar 5. Kolam ikan lele dan berbagai tanaman bonsai pasien
Gambar 6. Bersama pasien dan keluarganya sekaligus berpamitan
18