85
i KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI KABUPATEN TANGGAMUS (PERSPEKTIF KRIMINOLOGI) Tesis Oleh GUSTI ANGGI MERDEKA PUTRI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

i

KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI KABUPATEN

TANGGAMUS (PERSPEKTIF KRIMINOLOGI)

Tesis

Oleh

GUSTI ANGGI MERDEKA PUTRI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

ABSTRAK

KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI

KABUPATEN TANGGAMUS (PERSPEKTIF KRIMINOLOGI)

Oleh :

GUSTI ANGGI MERDEKA PUTRI

Kejahatan begal di Kabupaten Tanggamus adalah suatu bentuk pencurian atau

perampasan secara paksa dengan menggunakan senjata dan ancaman kekerasan di

jalanan, hal yang menarik perhatian adalah kejahatan begal ini telah melibatkan

anak sebagai pelakunya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai

faktor penyebab anak menjadi pelaku kejahatan begal dan upaya pihak Polres

Tanggamus dalam penanggulangan kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di

Kabupaten Tanggamus.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis

normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder dan data primer. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab anak menjadi pelaku begal di

Kabupaten Tanggamus yaitu faktor internal berupa aspek kepribadian, sikap dan

intelejensi yang rendah, gangguan mental diakibatkan konsumsi alcohol. Faktor

eksternal yaitu kemiskinan, keluarga, pengaruh pergaulan, video game yang

bersifat kekerasan dan faktor wilayah berpotensi begal. Polres Tanggamus

melakukan upaya penal (represif) yaitu menemukan kembali barang pembegalan,

mengadakan pemeriksaan dan menghimpun bukti untuk dapat melakukan

penangkapan dan penahanan untuk melakukan proses penyidikan yang akan

menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut, dan

Punishment sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hukum pidana

dengan berorentasi pada pembinaan dan perbaikan anak. Kemudian upaya non

penal (preventif) yaitu : memadukan berbagai unsur yang berkaitan dengan

mekanisme peradilan pidana serta partisipasi masyarakat seperti siskamling,

memberikan penyuluhan, himbauan berhati-hati mengendari sepeda motor,

Sweeping, strong point, dan menggandeng media massa agar menyampaikan

pentingnya menaati hukum yang berlaku.

Polres Tanggamus disarankan untuk lebih cekatan dalam menangani kasus begal

yang dilakukan oleh anak sehingga wilayah yang berpotensi kejahatan begal dapat

diamankan untuk mempersempit melakukan begal. Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus juga stakeholder yang ada diharapkan

bekerjasama dalam menangani, memperhatikan, dan memenuhi hak-hak anak,

menciptakan kota (daerah) layak anak, kegiatan-kegiatan positif agar anak tidak

melakukan kejahatan.

Kata kunci : Pelaku Begal Anak, Kabupaten Tanggamus, Kriminologi.

Page 3: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

ABSTRACT

ROBBERY CRIMES (BEGAL) COMMITTED BY CHILDREN IN

TANGGAMUS DISTRICT (PERSPECTIVE OF LEGAL CRIMINOLOGY)

By :

GUSTI ANGGI MERDEKA PUTRI

Robbery (begal) crime in Tanggamus district is a form of theft or forced seizure

by using weapons and threats of violence on the streets, the interesting thing

lately this crime has involved the child as the perpetrator. The problem in this

study is about the factors that cause children to become perpetrators of crime in

Tanggamus District and the efforts of Tanggamus District Police in handling

crime committed by children in Tanggamus District.

The method used in this study was conducted with a normative and empirical

juridical approach. The data used in this study are secondary data and primary

data. Data analysis used in this study is qualitative.

he results of the study showed that the cause of the child being a troublemaker in

Tanggamus Regency was an internal factor in the form of personality aspects, low

attitudes and intelligence, mental disorders caused by alcohol consumption.

External factors are poverty, family, social influences, violent video games and

potential regional factors. Tanggamus District Police conducted a punitive action

(repressive), which was rediscovering the defective property, conducting an

examination and collecting evidence to be able to carry out arrests and detention

to conduct an investigation process that would determine whether the child would

be released or processed further, and Punishment in accordance with the

legislation in criminal law with an orientation on the development and

improvement of children. Then non-penal (preventive) efforts are: integrating

various elements related to criminal justice mechanisms as well as community

participation such as siskamling, providing counseling, careful calls for driving

motorbikes, sweeping, strong points, and holding the mass media to convey the

importance of obeying the laws applies.

To Tanggamus District Police, is advised to be more agile in handling begal cases

committed by children so that areas with potential crime crimes could be secured

to narrow the child's movement to do begal. To the Provincial Government, the

Regional Government of Tanggamus Regency and the existing stakeholders are

expected to cooperate in handling, paying attention to, and fulfilling children's

rights, creating child-friendly cities (regions), positive activities so that children

do not commit crimes.

Keywords : Perpetrators of Child Begal, Tanggamus District, Criminology.

Page 4: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

i

KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI KABUPATEN

TANGGAMUS (PERSPEKTIF KRIMINOLOGI)

Oleh

GUSTI ANGGI MERDEKA PUTRI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER HUKUM

Pada

Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif
Page 6: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif
Page 7: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif
Page 8: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada tanggal 17 Agustus

1992, anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Sukardi dan Ibu Netty

Herawaty, S. Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK

Pewa Natar pada tahun 1998. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Merak Batin, Natar

pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Natar yang

diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 10

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Hukum Program

Studi Ilmu Hukum Universitas Lampung dan pada Tahun 2014 penulis meraih gelas

Sarjana Hukum. Pada Tahun 2015 penulis melanjutkan jenjang pendidikan pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Page 9: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

ii

MOTO

Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil harus lebih besar dari ketakutanmu akan

kegagalan.

(Bill Cosby)

Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan caranya. Namun

jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan.

(Jim Rohn)

Page 10: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

iii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, dan dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati kupersembahkan Tesis ini kepada:

Ayah dan Ibu

sebagai orang tua penulis tercinta yang telah membesarkan dan mendidik dengan

segenap kasih sayang, kesabaran, dan pengorbanan serta senantiasa mendo’akan untuk

keberhasilan ku.

Adikku tersayang dan seluruh keluarga besar yang selalu

mendo’akanku serta memberi bantuan dalam segala hal dalam menggapai cita-cita

Sahabat-sahabat penulis

yang tidak bisa untuk disebutkan satu-persatu

yang telah banyak membantu, menemani dan memberikan dukungan

kepada penulis selama ini.

Almamaterku

Universitas Lampung

Page 11: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

iv

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, sebab hanya dengan izin-Nya semata maka penulis dapat menyelesaikan

Tesis yang berjudul: “Kejahatan Begal yang Dilakukan oleh Anak di Kabupaten

Tanggamus (Perspektif Kriminologi)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan sampai terselesaikannya Tesis ini,

mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin,M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H., selaku Plt. Dekan Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H., selaku Pembimbing I, atas bimbingan,

masukan dan saran dalam penyusunan sampai selesainya Tesis.

5. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, atas bimbingan, masukan

dan saran dalam penyusunan sampai selesainya Tesis.

Page 12: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

v

6. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Penguji Utama, atas masukan dan

saran yang diberikan dalam proses perbaikan Tesis.

7. Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H., selaku Penguji, atas masukan dan saran

yang diberikan dalam proses perbaikan Tesis.

8. Ibu Dr. Amnawaty, S.H., M.H., selaku Penguji, atas masukan dan saran yang

diberikan dalam proses perbaikan Tesis.

9. Para narasumber yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam

pelaksanaan penelitian.

10. Seluruh dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Lampung telah memberikan ilmu kepada penulis dan seluruh staf dan karyawan

yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan Tesis ini.

11. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan dalam

penyusunan Tesis ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan

kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga

Tesis ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandar Lampung, 18 Oktober 2018

Penulis,

Gusti Anggi Merdeka Putri

Page 13: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Perumusan dan Ruang Lingkup ............................................................... 10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 11

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 12

E. Metode Penelitian ...................................................................................... 22

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 27

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kejahatan ................................................................................ 28

B. Pengertian Begal ....................................................................................... 32

C. Aspek Hukum Terhadap Kejahatan Begal oleh Anak .............................. 34

D. Pengertian Anak dan Anak yang Berkonflik dengan Hukum .................. 38

1. Pengertian Anak .................................................................................... 38

2. Anak yang Berkonflik dengan Hukum .................................................. 43

E. Kriminologi .............................................................................................. 46

1. Pengertian Kriminologi ......................................................................... 46

2. Pendekatan Kriminologi ........................................................................ 50

F. Tinjauan Tentang Penyebab Kejahatan .................................................... 51

G. Upaya Penanggulangan Kejahatan ........................................................... 59

III. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kejahatan Begal di Kabupaten Tanggamus ................ 65

1. Kejahatan Begal di Kabupaten Tanggamus........................................... 65

2. Kejahatan Begal yang dilakukan oleh Anak di

Kabupaten Tanggamus .......................................................................... 70

Page 14: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

B. Faktor Penyebab Anak sebagai Pelaku Kejahatan Begal di

Kabupaten Tanggamus ............................................................................. 75

1. Faktor Internal .................................................................................... 78

2. Faktor Eksternal .................................................................................. 84

C. Upaya Pihak Kepolisian Polres Tanggamus dalam Penanggulangan

Kejahatan Begal yang dilakukan oleh Anak di Kabupaten Tanggamus. . 96

IV. PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 110

B. Saran. ........................................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah perkembangan manusia telah ditandai oleh berbagai usaha manusia untuk

mempertahankan hidupnya, melalui proses sosialisasi yang dibangun dengan

interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku yang positif

tetapi juga dapat menimbulkan hal yang negatif sehingga tidak menutup

kemungkinan secara langsung maupun tidak langsung akan banyak

mempengaruhi gaya hidup di masyarakat. Perilaku manusia yang mengalami

perubahan dimana dipandang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat tersebut

merupakan perubahan yang berasal dari luar dan ada yang berasal dari dalam

masyarakat itu sendiri. Pemikiran bahwa manusia merupakan serigala bagi

manusia lain ( homo homuni lupus ) selalu mementingkan diri sendiri dan tidak

mementingkan keperluan orang lain.1

Kejahatan merupakan problematika yang membayangi umat manusia. Timbulnya

kejahatan salah satunya disebabkan karena kebutuhan akan benda-benda materil

terbatas, sementara cara untuk memperoleh benda itu juga terbatas. Sudah

menjadi kondrat alamiah, apabila kebutuhan satu telah dipenuhi maka kebutuhan

selanjutnya akan segera timbul, begitu seterusnya tanpa henti. Dengan demikian

1Deni Achmad dan Firganefi, Pengantar Kriminologi & Viktiminologi, Justice Publisher, Bandar

Lampung, 2016, hlm.2.

Page 16: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

2

manusia berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai cara tidak terkecuali

dengan cara-cara melanggar hukum. Berkaitan dengan kejahatan, maka kekerasan

merupakan pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri. Sebagai salah satu

perbuatan manusia yang menyimpang dari norma pergaulan hidup manusia,

kejahatan merupakan masalah sosial, yaitu masalah-masalah di tengah masyarakat

sebab pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat juga.2

Kejahatan terhadap barang dan harta benda yang semula hanya dikenal dalam

bentuk pencurian atau penipuan, sekarang marak dengan kejahatan perampokan

dan pembegalan khususnya terhadap pengendara sepeda motor, dan begal

merupakan bentuk kejahatan jalanan ( street crime ) yang menjadi perhatian serius

masyarakat serta aparat penegak hukum. Beberapa waktu belakangan ini kata

begal atau perampasan dijalan menjadi sangat populer di masyarakat. Bukan

hanya menjadi perbincangan dikalangan masyarakat, namun kata begal juga

sering ditemui di media sosial. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang begitu

pesat, menggoda pelaku untuk melakukan aksinya dan bahkan terkadang berujung

maut.3

Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945, mengatur setiap tingkah laku warga negaranya agar tidak terlepas

dari segala peraturan-peraturan yang bersumber dari hukum. Ini berarti agar

hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati, dan ditaati oleh siapapun tanpa

ada pengecualian.4 Istilah begal itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2 Alam A.S, Pengantar Kriminologi, Pusat Refleksi, Jakarta, 2010, hlm. 17.

3Muladi, dan Diah Sulistyani, Kompleksitas Perkembangan Tindak Pidana dan Kebijakan

Kriminal, PT. Alumni, Bandung, 2016, hlm. 24. 4R. Abdoel Djamali, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, PT.Raja Grapindo Persada, Bandung,

2005, hlm.26.

Page 17: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

3

kata “begal” merupakan kata kerja, sinonim kata begal adalah kata penyamun,

membegal berarti merampas di jalan atau menyamun. Pembegalan berarti proses,

cara, perbuatan membegal, perampasan dijalan atau penyamun. Berdasarkan

konsep penegakan hukum harus mementingkan asas legalitas yang tercantum

dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana , “ nullum delictum

nulla poena siena praevia lege poenali ” yang menjelaskan bahwa tidak ada suatu

perbuatan dapat dipidana kecuali ada undang-undang yang mengaturnya.5

Begal merupakan istilah yang digunakan masyarakat tradisional yang kemudian

berkembang menjadi istilah terhadap pelaku kejahatan yang mencegat korban di

jalan dan melakukan perampasan harta sikorban. Sehingga istilah begal lebih

cenderung dikenal dengan tindak pidana perampasan kendaraan bermotor,

sedangkan dalam terminologi hukum tidak ada istilah begal melainkan

perampasan kendaraan bermotor dengan kekerasan di jalan raya. Berkaitan

dengan kejahatan begal, pada dasarnya tidak terlihat dengan jelas dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana pengertian atau tindak pidana yang langsung

menunjuk pada kata begal, adaapun dalam koridor hukum positif aksi begal

biasanya dikaitkan dengan Pasal 365 KUHP yang dikategorikan sebagai kejahatan

pencurian dengan kekerasan. Pasal 365 KUHP sebagai berikut :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang

didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan

diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang di

curi.

5 Anthon F. Susanto, Teori-Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2010,hlm.47

Page 18: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

4

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta

api atau trem yang sedang berjalan;

2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat

atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan

palsu;

4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat;

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara

paling lama lima belas tahun;

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan

luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1

dan 3.

Begal merupakan bentuk kejahatan yang sangat meresahkan dan semakin marak

terjadi di mana pun dan dilakukan oleh siapa pun baik dalam skala luas atau

sempit, kejahatan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang mempunyai

tingkat kriminalitas tinggi, melainkan telah terjadi di wilayah Kabupaten

Tanggamus. Pelaku mengikuti korbannya yang melintas di lokasi kejadian dan

menodongkan senjata tajam serta merampas sepeda motor korban bahkan pelaku

dalam melaksankan aksinya tidak segan untuk menewaskan korbannya. Korban

aksi begal di Tanggamus pun bermacam-macam mulai dari pria, wanita,

karyawan, PNS, tukang ojek, hingga pelajar. Kejahatan begal sebagai kejahatan

konvensional telah menjadi sebuah fenomena kejahatan yang sampai saat ini

masih meresahkan termasuk di wilayah Kabupaten Tanggamus. Berdasarkan data

rekapitulasi kasus yang berhasil dihimpun Polres Tanggamus pada Tahun 2014

Page 19: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

5

sampai dengan Tahun 2017, kasus kejahatan begal berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan oleh penulis ini dikategorikan masuk kedalam data jenis tindak

pidana curas. Dimana jumlah tindak pidana begal yang berhasil didata dapat

terlihat dari angka-angka crime rate dan crime total yang tercatat dalam table di

bawah ini:

Tabel 1.Tindak Pidana yang Terjadi di Kabupaten Tanggamus

Sumber data : Polres Tanggamus tahun 2017

Ket: JTP : Jumlah Tindak Pidana

PTP : Penyelesaian Tindak Pidana

Table 1 terlihat bahwa jumlah tindak pidana begal (curas) dari tahun ke tahun

berfariatif dan mengalami kenaikan jumlah kasus, dimana pada Tahun 2014

jumlah tindak pidana begal yang dilaporkan ke Polres Tanggamus sebanyak 59

kasus, Tahun 2015 sebanyak 35 kasus dan mengalami peningkatan pada dua tahun

terakhir yaitu pada Tahun 2016 sebanyak 74 kasus dan yang terakhir Tahun 2017

sebanyak 90 kasus, pada Tahun 2017 ini lah jumlah tindak pidana begal terbesar

sepanjang empat tahun terakhir. Dari 90 kasus begal Tahun 2017 yang dilaporkan

No Jenis Tindak Pidana 2014 2015 2016 2017

JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP

1 Curat 87 47 76 34 83 26 95 53

2 Curas 59 21 35 18 74 22 90 33

3 Curanmor 40 12 39 16 48 22 41 12

4 Penganiayaan berat 4 3 4 1 5 5 12 11

5 Pembunuhan 2 2 2 2 5 5 2 2

6 Penculikan 0 0 0 0 0 0 3 3

7 Perkosaan 8 7 8 8 9 8 26 25

8 Perjudian 25 25 28 28 19 19 18 18

9 Pemerasan 3 3 3 2 9 8 4 4

10 Pembakaran/kebakaran 15 15 12 12 7 7 3 3

11 Lain-lain 250 234 143 127 220 198 216 190

JUMLAH 493 368 350 248 479 320 510 351

Page 20: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

6

tersebut hanya 33 kasus saja yang berhasil diselesaikan oleh pihak Polres

Tanggamus. Kejahatan Curas (pencurian yang disertai kekerasan atau ancaman

kekerasan) atau yang disebut dengan istilah begal khusus di daerah Kabupaten

Tanggamus merupakan kejahatan yang cukup tinggi kualitas dan kuantitasnya

dimana menempati urutan kedua kejahatan yang paling banyak terjadi

dibandingkan dengan kejahatan konvensional yang lainnya, dapat dilihat juga

bahwa peningkatan kuantitas cenderung meningkat setiap tahunnya.

Hal yang menarik perhatian adalah kejahatan begal di Tanggamus ini telah

melibatkan anak sebagai pelakunya, ini menjadi contoh bahwa aksi kekerasan

sudah menjalar ke generasi muda. Perubahan usia pelaku begal yang sebelumnya

banyak dilakukan oleh orang dewasa, belakangan menjadi banyak dilakukan

pelaku berusia muda dan berstatus sebagai pelajar ini menunjukkan adanya

pergeseran tren dan perubahan perilaku anak usia pelajar. Jumlah anak di bawah

umur yang terlibat dalam kasus kriminalitas menunjukkan peningkatan. Tidak

hanya dari sisi jumlah, secara kualitas kasus kriminalitas yang melibatkan anak di

bawah umur mengalami peningkatan. Jika dahulu anak di bawah umur hanya

terlibat kasus perkelahian antarteman atau tindak pencurian ringan, kini banyak

kasus pembegalan yang melibatkan anak. Aksi mereka dilakukan dalam kelompok

dan secara beramai-ramai mengepung calon korban yang sedang berkendara,

mereka tidak segan untuk melukai, bahkan menghilangkan nyawa korban.

Gaya hidup anak yang semakin beragam akibat pengaruh globalisasi dan

modernisasi juga turut mempengaruhi banyak terjadinya kejahatan begal yang

dilakukan oleh anak saat ini, ataupun disintegrasi moral dimana norma agama,

kesusilaan, adat istiadat, maupun norma lain yang ada dan hidup dalam

Page 21: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

7

masyarakat tidak lagi diperhatikan dan ditaati oleh para anak-anak, ini tentunya

harus mendapatkan perhatian serius karena pada akhirnya akan semakin

meresahkan masyarakat, rasa aman untuk beraktifitas bebas di luar rumah.

Sehubungan dengan kejahatan yang dilakukan oleh anak khususnya kejahatan

begal di Kabupaten Tanggamus, terdapat kasus yang menjadi daya tarik penulis

untuk dikaji dalam perspektif kriminologi yang mana merupakan salah satu ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Kasus-kasus begal yang

dilakukan anak usia pelajar di Kabupaten Tanggamus yaitu :

Kasus 1 :

Laporan perkara LP/B-87/IV/2017/Polda Lpg/Res Tgms/Sek Sobo Tanggal 24

April 2017 dengan korban Rani (20), tim khusus anti bandit (Tekab) 308 Polres

Tanggamus berhasil menangkap dua orang tersangka yaitu : Setiawan yang

berusia 24 Tahun dan AP yang berusia 15 Tahun disepanjang Jalan Lintas

Barat (Jalinbar) Kecamatan Wonosobo dan Bandarnegeri Semuong Kabupaten

Tanggamus pada Jumat (5/5). Tersangka dijerat Pasal 365 KUHP tentang

pencurian dengan kekerasan dengan ancaman maksimal 9 tahun penjara, dan

terhadap AP yang berusia 15 Tahun , Pelaku Anak Berkonflik dengan Hukum

(ABH) dikenakan Pasal 365 ayat (2) ke-1, ke-2 dan ke-3 KUHP dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Anak, mengingat pelaku masih berstatus anak dengan umur 15 tahun.6

Kasus 2 :

Kasus begal motor yang dilakukan anak-anak remaja di Jalan Raya Kecamatan

Wonosobo, dicokok satuan Reserse Kriminal (SatReskrim) Polres Tanggamus.

Kasus dengan LP/B-174/IX/2016/LPG/RES TGMS/SEK AGUNG Tanggal 22

September 2016 dalam aksi tersebut korbannya ialah Bambang SY. Pelaku

curas adalah Riki Kurniawan berusia 17 Tahun, Yudi berusia17 Tahun, dan

6Rakyat Lampung, Edisi koran harian, Sudah Beraksi 9 Lokasi Begal „Cilik Ditembak, Senin

Tanggal 08 Mei 2017, hlm 1 dan 11.

Page 22: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

8

Tomi Arnando berusia 19 Tahun. Yudi dan Riki dikenakan Pasal 365 ayat (2)

ke-1, ke-2 dan ke-3 KUHP dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak sehingga mendapatkan hukuman

penjara selama 7 Tahun 1 Bulan. 7

Kasus-kasus di atas membuktikan bahwa saat ini kebanyakan anak bukan lagi

sebagai korban tindak kejahatan, melainkan pelaku dari tindak kejahatan itu

sendiri. Terlihat bahwa dengan semakin berkembangnya kejahatan begal yang

dilakukan anak secara berkelompok, teknik tertentu seperti menggunakan kunci

leter „T‟ berikut anak mata kuncinya, pelaku anak juga bahkan tidak takut

menggunakan senjata tajam berupa pisau untuk mengancam korban saat

menjalankan aksinya. Karena hal tersebut maka anak yang melakukan tindak

kejahatan tersebut perlu mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah maupun

masyarakat mulai dari upaya pencegahan sampai upaya penanggulangannya.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai hak dan kewajiban

untuk turut serta dalam pembangunan bangsa dimasa depan. Oleh sebab itu,

kualitas mereka harus diproses dan dibentuk melalui perlakuan terhadap mereka

sejak dini. Terkadang seorang anak melakukan perbuatan yang melanggar hukum

terlepas dari anak tersebut sadar atau dalam keadaan tidak sadar dalam

melakukannya sehingga dapat merugikan orang lain, terlebih lagi dapat

merugikan dirinya sendiri. Namun tidak jarang anak-anak tersebut yang merasa

yakin bahwa tindakannya tidak akan diproses secara hukum. Tingkah laku yang

demikian karena dalam masa pertumbuhan sikap dan mental anak belum stabil,

7Data dari LP Kelas II B Kota Agung, Tanggal 27 November 2017

Page 23: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

9

perkembangan gaya berfikir dan bertindak instan dan juga tidak terlepas dari

lingkungan pergaulannya.

Masalah kejahatan begal yang pelakunya adalah anak di Kabupaten Tanggamus

ini sangatlah bertentangan dengan norma-norma hukum, kesusilaan, adat istiadat

dan agama pada bangsa Indonesia. Sejauh ini masih banyak hal yang

dipertanyakan apakah yang menjadi faktor penyebab semakin maraknya kejahatan

pelaku begal yang dilakukan oleh anak. Apakah adanya hubungan antara suku

bangsa dengan kejahatan, ataukah kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat, dan

pengaruh kejiwaan yang mengakibatkan seseorang melakukan tindak pidana.

Proses penegakan hukum pidana (criminal law enforcement process) saling

berkaitan dengan kriminologi, sebab dapat memberikan masukan kepada hukum

pidana berdasarkan ilmu kriminologi itu akan dapat membantu kepada penegakan

hukum pidana yang sedang diproses di pengadilan.8 Hukum Pidana merupakan

sarana penting dalam penanggulangan kejahatan atau sebagai sarana dalam

memberantas kejahatan yang meresahkan dan merugikan masyarakat pada

umumnya dan korban pada khususnya. Penanggulangan kejahatan tersebut dapat

dilakukan secara preventif (pencegahan) dan represif (penindakan). Namum upaya

preventif tidak efektif dilaksanakan jika kita tidak mengetahui apa sebenarnya

yang menjadi faktor kejahatan tersebut terjadi dan apa alasan dari seseorang

melakukan kejahatan.9

Mengacu dari hal-hal tersebut, perlu dilakukan tinjauan terhadap kejahatan pelaku

begal yang dilakukan oleh anak, agar kemudian dapat ditentukan solusi efektif

8 Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminologi, Genta Publishing,

Yogyakarta, 2014, hlm. 6. 9 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.13

Page 24: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

10

untuk menanggulangi atau meminimalisir pelaku begal yang dilakukan oleh anak

agar lebih terciptanya rasa aman dalam setiap hubungan ditengah-tengah

masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Tanggamus. Pendekatan kriminologi

merupakan suatu entitas penting dan strategis dalam mencari akar penyebab

terjadinya kejahatan dan memberikan penanggulangan yang tepat. Berdasarkan

uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan

tersebut dengan judul “Kejahatan Begal yang Dilakukan oleh Anak di Kabupaten

Tanggamus (Perspektif Kriminologi)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis bahas di dalam tesis ini adalah sebagai

berikut :

a. Mengapa anak menjadi pelaku kejahatan begal di Kabupaten Tanggamus?

b. Bagaimanakah upaya pihak Kepolisian Resor Tanggamus dalam

menanggulangi kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di Kabupaten

Tanggamus?

2. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah kajian kriminologi dan kajian bidang

hukum pidana, dengan objek kajian penelitian mengenai faktor penyebab

terjadinya kejahatan begal yang dilakukan oleh anak, dan upaya pihak Polres

Tanggamus dalam penanggulangan terhadap kejahatan begal yang dilakukan oleh

anak. Penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Kabupaten Tanggamus yaitu

Polres Tanggamus, Lapas Kelas II B Kotaagung, dan waktu penelitian

dilaksanakan pada Tahun 2017 sampai dengan bulan Mei 2018.

Page 25: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

11

C. Tujuan dan Kegunanaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengkaji dan memahami penyebab anak menjadi pelaku kejahatan

begal di Kabupaten Tanggamus.

b. Untuk mengkaji dan memahami upaya pihak kepolisian Resor Tanggamus

dalam penanggulangan terhadap kejahatan begal yang dilakukan oleh anak

di Kabupaten Tanggamus.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan hukum pidana tentang kejahatan begal

yang dilakukan anak dalam pendekatan kriminologi.

b. Kegunaan Praktis

Manfaat penelitian ini digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan

wawasan yang dapat digunakan dalam keperluan akademik bagi penulis

dan pihak-pihak yang membutuhkan mengenai paya pihak kepolisian

Resor Tanggamus dalam penanggulangan terhadap kejahatan begal yang

dilakukan oleh anak di Kabupaten Tanggamus.

Page 26: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

12

D. Kerangka Pemikiran

1. Alur Pikir

Kejahatan begal oleh Anak Di

Kabupaten Tanggamus

Faktor Penyebab

Upaya non penal

Pembahasan

Upaya pihak Kepolisian Resor

Tanggamus dalam menanggulangi

kejahatan begal yang dilakukan

oleh anak

Pendekatan Kriminologi

Faktor intern

Faktor eksternal

Upaya penal

Bersifat Represif

Bersifat Preventif

Page 27: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

13

2. Kerangka Teoretis

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi social yang dianggap relevan oleh

peneliti.10

Kriminologi yang ditemukan oleh P. Tonipard seorang ahli antropologi

Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau

penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan11

, kriminologi yang

menunjuk pada studi ilmiah tentang sifat, tingkat, penyebab, dan pengendalian

perilaku kriminal baik yang terdapat dalam diri individu maupun dalam kehidupan

sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Dengan demikian, cakupan studi kriminologi

tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tetapi juga meliputi bentuk,

penyebab, konsekuensi dari kejahatan, serta reaksi sosial terhadapnya, termasuk

reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah di

berbagai bidang. Sehingga berdasarkan cakupan studinya yang luas dan beragam,

menyebabkan kriminologi menjadi sebuah kajianinterdisipliner terhadap

kejahatan.12

Kriminologi tidak hanya deskripsi tentang peristiwa dan bentuk kejahatan tetapi

juga menjangkau mengenai penyebab atau akar kejahatan itu sendiri baik yang

berasal dari diri individu maupun yang bersumber dari kondisi sosial, budaya,

politik, dan ekonomi termasuk di dalamnya kebijakan pemerintah. Kriminologi

juga mengkaji upaya pengendalian kejahatan serta mengkaji reaksi terhadap

10

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Cetakan ke-16, PT. Grafindo Persada,

Jakarta, 2016, hlm. 36. 11

Topo Santoso dan Eva Achajani Ulfa, Kriminologi, Cetakan Ke-3, PT. Grafindo Persada,

Jakarta, 2003, hlm. 9. 12

Soegiono, Kriminologi, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 23.

Page 28: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

14

kejahatan baik formal maupun informal, baik reaksi pemerintah maupun reaksi

masyarakat secara keseluruhan.13

a. Teori Penyebab Terjadinya Kejahatan

Suatu fenomena baik maupun buruk yang dapat menimbulkan kriminalitas (faktor

kriminogen) diperhatikan dalam meninjau dan menganalisa terjadinya suatu

kejahatan. Membahas mengenai kejahatan termasuk sebab-sebabnya tentu tidak

akan terlepas dari ilmu kriminologi.14

Menurut kriminologi faktor-faktor

penyebab terjadinya kejahatan bermacam-macam seperti faktor biologi (biologi

kriminal), faktor psikologis dan psikiatris (psikologi kriminal) dan faktor-faktor

sosial kultural (sosiologi kriminal), untuk mencari sebab-sebab seseorang

melakukan kejahatan maka ada beberapa teori yang dapat digunakan, yaitu :

1. Teori yang mencari sebab kejahatan dari aspek fisik (Biologi Kriminal)

Usaha mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis dipelopori oleh ahli-

ahli frenologi, seperti Gall dan Spuzheim yang mencoba mencari hubungan antara

bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku manusia. Ajaran ini berdasarkan

pendapat aristoteles yang menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal.

Cesare Lombroso, seorang dokter ahli Kedokteran Kehakiman merupakan tokoh

penting dari teori ini, mengemukakan ajarannya sebagai berikut :

a. Born criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme.

b. Insane criminal, yaitu orang menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa

perubahan dalam otak mereka yang mengganggu kemampuan mereka untuk

membedakan antara benar dan salah. Contonya adalah kelompok idiot,

embisil, atau paranoid.

13

Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta, 2012, hlm. 2. 14

Muhammad Mustafa, Metodelogi Penelitian Kriminologi, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2007, hlm.9.

Page 29: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

15

c. Occasional criminal, atau criminaloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan

pengalaman yang terus-menerus sehingga mempengaruhi pribadinya.

Contonya penjahat kambuhan (habitual criminal).

d. Criminal of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya

karena marah, cinta, atau karena kehormatan. 15

2. Teori yang mencari sebab kejahatan dari faktor psikologis dan psikiatris

(psikologi kriminal)

Psikologi kriminal mencari sebab-sebab dari faktor psikis termasuk agak baru,

seperti halnya para positivis pada umumnya, usaha untuk mencari ciri-ciri psikis

kepada para penjahat di dasarkan anggapan bahwa penjahat merupakan orang-

orang yang mempunyai ciri-ciri psikis yang berbeda dengan orang-orang yang

bukan penjahat, dari ciri-ciri psikis tersebut terletak pada intelegensinya yang

rendah. Psikologi kriminal adalah mempelajari ciri-ciri psikis dari para pelaku

kejahatan yang sehat, artinya sehat dalam pengertian psikologis. Mengingat

konsep tentang jiwa yang sehat sulit dirumuskan, dan kalaupun ada maka

perumusannya sangat luas dan masih belum adanya perundang-undangan yang

mewajibkan para hakim untuk melakukan pemeriksaan psikologis/psikiatris

sehingga masih sepenuhnya diserahkan kepada psikolog.16

3. Teori-teori kejahatan dari faktor Sosio-Kultural (Sosiologi Kriminal)

Obyek utama sosiologi kriminal adalah mempelajari hubungan antara masyarakat

dengan anggotanya antara kelompok baik karena hubungan tempat atau etnis

dengan anggotanya antara kelompok dengan kelompok sepanjang hubungan itu

15

Abintoro Prakoso, Krimininologi & Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013, hlm.

28 16

I.S. Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hllm. 49

Page 30: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

16

dapat menimbulkan kejahatan. Menurut Sacipto Raharjo teori-teori kejahatan dari

aspek sosiologis terdiri dari :

a. Teori-teori yang berorientasi pada kelas sosial, yaitu teori-teori yang mencari

sebab kejahatan dari ciri-ciri kelas sosial serta konflik diantara kelas-kelas yang

ada.

b. Teori-teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial yaitu teori-teori yang

membahas sebab-sebab kejahatan dari aspek lain seperti lingkungan,

kependudukan, kemiskinan dan sebagainya.17

Terjadinya suatu kejahatan sangatlah berhubungan dengan kemiskinan,

pendidikan, pengangguran dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya utamanya

pada negara berkembang, dimana pelanggaran norma di latar belakangi oleh hal-

hal tersebut.18

Pernyataan bahwa faktor-faktor ekonomi banyak mempengaruhi

terjadinya sesuatu kejahatan didukung oleh penelitian Clinard di Urganda

menyebutkan bahwa kejahatan terhadap harta benda akan terlihat naik dengan

sangat pada negara-negara berkembang, kenaikan ini akan mengikuti

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, hal ini disebabkan adanya "Increasing

demand for prestige articles for conficous consumfion ".19

Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejahatan selain faktor ekonomi adalah

faktor pendidikan yang dapat juga bermakna ketidaktahuan dari orang yang

melakukan kejahatan terhadap akibat-akibat perbuatannya, hal ini diungkapkan

oleh Goddard dengan teorinya (The mental tester theory) berpendapat bahwa

kelemahan otak (yang diturunkan oleh orang tua menurut hukum-hukum

17

Sacipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Adhitya Bhakti, Jakarta, 2000. hlm.47. 18

Ninik Widyanti dan Yulius Weskita, Kejahatan dalam Masyarakat dan Pencegahannya,

Jakarta, 1987, hlm.62 19

Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro, Paradoks dalam Kriminologi, Rajawali, Jakarta, 1982,

hlm.94.

Page 31: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

17

kebakaran dari mental) menyebabkan orang-orang yang bersangkutan tidak

mampu menilai akibat tingkah lakunya dan tidak bisa menghargai undang-undang

sebagaimana mestinya.20

Faktor lain yang lebih dominan adalah faktor lingkungan, Bonger dalam "in

leiding tot the criminologie " berusaha menjelaskan betapa pentingnya faktor

lingkungan sebagai penyebab kejahatan. Sehingga dengan demikian hal tersebut

di atas, bahwa faktor ekonomi, faktor pendidikan dan faktor lingkungan

merupakan faktor-faktor yang lebih dominan khususnya kondisi kehidupan

manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.21

Sejumlah teori yang terdapat pada ilmu kriminologi di atas dapat dikelompokkan

ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan yang

dikemukakan oleh Momon Kartasaputra, yaitu :22

1. Faktor-faktor internal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

b. Sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya

mental dan anomi (kebingungan).

c. Sifat umum dari individu, seperti : umur, gender, kedudukan individu di

dalam masyarakat, pendidikan individu, masalah reaksi atau hiburan

individu.

2. Faktor eksternal meliputi :

a. Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun

keadaan ekonominya rendah;

b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama;

c. Faktor bacaan/ Faktor Media informasi dan komunikasi;

d. Faktor film, dipengaruhi oleh tontonan atau film yang disaksikan;

20

Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita, Op.Cit, hlm.54. 21

R. Soesilo, Kriminologi (Pengetahuan tentang sebab-sebab Kejahatan), Politea, Bogor, 1985,

hlm. 28. 22

Momon Kartasaputra, Azas-asas Kriminologi, Remaja Karya, Bandung, 2008, hlm.17.

Page 32: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

18

e. Faktor lingkungan/pergaulan, dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal,

lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya;

f. Faktor keluarga, dipengaruhi oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian

dari orang tua.

b. Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan

Masyarakat saat ini masih dihadapkan pada kejahatan yang merupakan masalah

sosial dan pada hakikatnya merupakan produk dari masyarakat itu sendiri.

Kejahatan dalam arti luas merupakan pelanggaran dari norma-norma yang di

kenal masyarakat, seperti norma-norma agama, norma moral hukum.23

Tingginya

tingkat kejahatan secara langsung atau tidak langsung mendorong perkembangan

dari pemberian reaksi terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan pada hakikatnya

berkaitan dengan maksud dan tujuan dari usaha penanggulangan kejahatan

tersebut.24

Barda Nawawi Arief menyatakan, bahwa upaya atau kebijakan untuk melakukan

pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan criminal .25

Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu

kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan

sosial dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat. Konsepsi

kebijakan penanggulangan kejahatan yang integral mengandung konsekuensi

bahwa segala usaha yang rasional untuk menanggulangi kejahatan harus

merupakan satu kesatuan yang terpadu. Ini berarti kebijakan untuk mengendalikan

atau menanggulangi kejahatan (politik criminal) sudah barang tentu tidak hanya

23

Romli atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Tarsito, Bandung, 2006, hlm. 32. 24

Soejono, D, Doktrin-doktrin krimonologi, Alumni, Bandung, 1973, hlm.42. 25

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.1.

Page 33: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

19

dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), tetapi juga menggunakan

sarana non-penal.

Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan

menggunakan sarana “penal” (hukum pidana), maka “kebijakan hukum pidana”

(Penal Policy) khususnya pada tahap kebijakan yudkikatif/aplikatif (penegakan

hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya

tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa “social-welfare” dan “Social defense”.26

Upaya penanggulangan kejahatan lewat sarana penal lebih menitik beratkan pada

sifat represif, tindakan represif mempunyai pengertian merupakan tindakan yang

dilakukan apabila kejahatan telah terjadi atau tindakan-tindakan seperti mengadili,

menjatuhi hukuman terhadap seseorang yang melakukan kejahatan. Cara represif

adalah dengan jalan memberikan tindakan sistem penal yaitu tahapan

penangkapan yang dilanjutkan dengan pemberian hukuman. Abdulsyani dalam

sistem penal ini menggunakan istilah punishment (penghukuman). Penghukuman

merupakan tindakan untuk memberikan penderitaan terhadap pelaku kejahatan

yang sebanding atau mungkin lebih berat dari akibat yang ditimbulkan oleh

perbuatan kejahatan tersebut. Dalam hukum pemidanaan Indonesia sistem penal

ini dikenal dengan sistem pemasyarajatan. Maksudnya adalah sistem

pemasyarakatan terhadap pelaku kejahatan, agar ia benar-benar dapat kembali

kepada masyarakat dan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik pula.27

Sistem non-penal adalah pemberian pengarahan, ceramah-ceramah yang sifatnya

positif (sifatnya preventif). Sarana non-penal lebih menitikberatkan pada sifat

26

Shafrudin, Politik Hukum Pidana, Universitas Lampung, Bandar lampung, 1998, hlm.75 27

Ibid, hlm.21

Page 34: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

20

preventif , yaitu tindakan yang dilakukan apabila kejahatan belum terjadi atau

tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk pencegahan agar tidak terjadi

suatu kejahatan. Tujuan utama sarana non-penal tersebut adalah memperbaiki

kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempunyai

pengaruh preventif terhadap kejahatan. Dengan demikian dilihat dari sudut politik

criminal, keseluruhan kegiatan preventif yang non-penal itu sebenarnya

mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang posisi kunci yang harus

diefektifkan dan intensifkan. 28

3. Konseptual

Kerangaka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti.29

Berdasarkan defenisi

tersebut, maka batasan pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

a. Kejahatan adalah Rechdeliten, artinya perbuatan yang betentangan dengan

keadilan. Intinya kejahatan merupakan suatu hal yang ditentang oleh

masyarakat, baik diatur dalam undang-undang maupun tidak diatur dalam

undang-undang. Jadi perbuatan itu benar-benar dirasakan masyarakat

sebagai hal yang bertentangan dengan keadilan.30

b. Begal merupakan kata kerja yang sinonimnya menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah penyamun. Begal ialah tindak pidana perampasan

28 Barda Nawawi Arif, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana

Penjara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2000, hlm.33 29

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.132 30

Tri Andrisman, Delik Tertentu Dalam KUHP, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011,

hlm.8.

Page 35: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

21

kendaraan bermotor di jalan raya yang didahului, disertai atau diikuti

dengan kekerasan untuk melukai korbannya.31

c. Anak ditinjau dari aspek yuridis diartikan sebagai orang yang belum

dewasa (minderjarig/person under age), orang yang di bawah

umur/keadaan di bawah umur (minderjarigheid/inferiority) atau kerap juga

disebut sebagai anak yang di bawah pengawasan wali (minderjarige

ondervoordij).

- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya

disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,

tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan

tindak pidana.

d. Perspektif adalah suatu cara pandang terhadap suatu masalah yang terjadi,

atau sudut pandang tertentu yang digunakan dalam melihat suatu

fenomena.32

e. Kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan

(baik yang dilakukan oleh individu, kelompok atau masyarakat) dan sebab

musabab timbulnya kejahatan serta upaya-upaya penanggulangannya

sehingga orang tidak berbuat kejahatan lagi. 33

f. Kabupaten Tanggamus adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung.

Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Agung Pusat, Kabupaten Tanggamus

31

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 37. 32

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm.20. 33

Ediwarman, Op.Cit, hlm.6.

Page 36: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

22

di resmikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1997 tanggal 21

Maret 1997.34

E. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.35

Karya

ilmiah seharusnya mempunyai unsur-unsur ilmiah yang terkandung didalamnya,

unsur-unsur ini merupakan syarat metode ilmiah yang harus dimiliki, antara lain:

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan pendekatan:

a) Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan dalam arti menelaah kaidah-

kaidah atau norma-norma dan aturan-aturan yang berhubungan dengan

masalah yang akan dibahas atau dilakukan hanya pada peraturan-peraturan

yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. 36 Pendekatan tersebut

dilakukan dengan mengumpulkan berbagai peraturan-peraturan, teori-teori

yang berkenaan dengan permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini.

b) Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan secara

langsung terhadap objek penelitian dengan cara mendapatkan data langsung

dari narasumber melalui observasi dan wawancara, khususnya yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas dalam mencari dan menemukan

fakta tersebut.

34

www.tanggamus.go.id diakses pada hari kamis 20 Juli 2017 Pukul 10.00 WIB 35

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, hlm.30. 36

Mukti Fajar dkk, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2009, hlm.23.

Page 37: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

23

c) Pendekatan Secara Normatif Kriminologi yaitu pendekatan kriminologi

sebagai idiographic-discipline dan nomothetic-discipline. Dikatakan sebagai

“ideographic discipline”, karena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab-

akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang bersifat individual.

Sedangkan yang dimaksud dengan “nomotethic-discipline” adalah bertujuan

untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah,

yang diakui keseragaman dan kecenderungan-kecenderungannya.37

2. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer,

yaitu sebagai berikut:

a. Data Sekunder

Data skunder diperoleh dengan cara membaca, mengutip, mencatat serta

menelaah bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum

tersier.

1). Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

d. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

37

Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm.23.

Page 38: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

24

e. Undang-Undang Nomor Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak.

2). Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer berupa tulisan-tulisan yang terkait hasil

penelitian dan berbagai keputusan dibidang hukum, dalam penelitian ini

bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku, jurnal, makalah,

artikel serta karya tulis ilmiah lainnya yang berkaitan dengan kajian

kriminologi terhadap kasus begal yang dilakukan oleh anak.

3). Bahan hukum tersier, bahan hukum yang fungsinya melengkapi dari

bahan hukum primer dan skunder agar dapat menjadi lebih jelas, seperti

kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia serta kamus hukum lainya, media

masa dan sebagainya serta hasil-hasil penelitian dan petujuk-petunjuk

yang berkaitan dengan pelaku begal yang dilakukan oleh anak.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui studi dengan

mengadakan wawancara dan pertanyaan kepada pihak yang terkait. Penelitian

ini memerlukan narasumber sebagai sumber informasi untuk mengelola dan

mengumpulkan data serta menganalisis data sesuai permasalahan yang

dibahas. Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang

diinginkan dan dapat memberikan tanggapan terhadap informasi yang

diberikan.38

38

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 25.

Page 39: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

25

Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah :

a. Anak Pelaku Begal (di LP Kelas IIB Kotaagung ) : 2 orang

b. Kasat Reskrim pada Polres Tanggamus : 1 orang

c. Staff BHPT (Bantuan Hukum Penyuluhan Tahanan di

LP Kelas II B Kotaagung) : 1 orang

d. Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang +

Jumlah = 5 orang

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penyusunan penulisan ini sesuai dengan jenis dan sumber data sebagaimana

ditentukan diatas mempergunakan dua macam prosedur, dalam rangka

mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian

kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literature

serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

terkait dengan permasalahan.

b. Studi lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara

(interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan

berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian.

Page 40: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

26

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah diperoleh, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan

antara lain:

a) Pemeriksaan data

Yaitu memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang

telah diterima serta relevansinya dalam penelitian. Dalam penelitian ini data-

data berupa peraturan perundang-undangan dan literatur atau buku yang

relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b) Klasifikasi data

Yaitu suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun dalam bentuk logis

dan ringkas, kemudian disempurnakan lagi menurut ciri-ciri data dan

kebutuhan penelitian yang diklasifikasikan sesuai jenisnya.

c) Sitematisasi data

Yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai jenis data dan

pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif dan teknik deskripsi yaitu,

dengan mendeskripsikan data dan fakta yang dihasikan atau dengan kata lain yaitu

dengan menguraikan data dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci,

sistematis dan analisis, sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan

dari penelitian dilapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi dan pengetahuan

umum.Setelah data dianalisis maka kesimpulan terakhir dilakukan dengan metode

induktif yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian

dilanjutkan dengan pengambilan yang bersifat khusus.

Page 41: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

27

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisannya tesis ini disajikan dalam beberapa bab yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya yaitu sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang penulisan,

perumusan masalah dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka

teoritis dan konseptual, metode penelitian serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman ke dalam pengertian-pengertian umum

serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang nantinya

akan digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku

dengan kenyataannya yang berlaku dalam praktek.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi penyajian dan pembahasan data yang telah didapat

dari penelitian, terdiri dari deskripsi dan analisis mengenai upaya dalam

menanggulangi kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di Kabupaten

Tanggamus, dan penyebab terjadinya kasus pelaku begal yang dilakukan oleh

anak di Kabupaten Tanggamus.

IV. PENUTUP

Bab ini merupakan penutup dari penulisan tesis yang berisikan secara singkat

hasil pembahasan dari penelitian dan beberapa saran dari peneliti sehubungan

dengan masalah yang dibahas, memuat lampiran-lampiran, serta saran-saran yang

berhubungan dengan penulisan dan permasalahan yang dibahas bagi aparat

penegak hukum yang terkait.

Page 42: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

28

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kejahatan

Kejahatan atau tindak criminal merupakan salah satu bentuk dari “perilaku

menyimpang” yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat.

Kejahatan adalah pokok penyelidikan dalam kriminologi, artinya kejahatan yang

dilakukan dan orang-orang yang melakukannya. Pengklasifikasian terhadap

perbuatan manusia yang dianggap sebagai kejahatan didasarkan atas sifat dari

perbuatan yang merugikan masyarakat, Paul Moekdikdo merumuskan sebagai

berikut :

“Kejahatan adalah pelanggaran hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan

sebagai perbuatan yang sangat merugikan, menjengkelkan dan tidak boleh

dibiarkan atau harus ditolak.”

Pandangan positivisme di Indonesia kejahatan dipandang sebagai; pelaku yang

telah diputus oleh pengadilan; perilaku yang perlu deskriminalisasi; populasi

pelaku yang ditahan; perbuatan yang melanggar norma; perbuatan yang

mendapatkan reaksi sosial.39

Kejahatan adalah delik hukum (Rechts delicten)

yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam Undang-

Undang sebagai peristiwa pidana, tetapi dirasakan sebagai perbuatan yang

39

Yesmil Anwar Adang, Krimonologi, PT Refika Aditama, Bandung, 2013, hlm. 178

Page 43: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

29

bertentangan dengan tata hukum. Setiap orang yang melakukan kejahatan akan

diberi sanksi pidana yang telah diatur dalan Buku Kedua Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (Selanjutnya di singkat KUHPidana), yang dinyatakan didalamnya

sebagai kejahatan. Pengertian kejahatan menurut tata bahasa adalah perbuatan

atau tindakan yang jahat seperti lazim orang mengetahui atau mendengar

perbuatan yang jahat adalah pembunuhan, pencurian, penipuan, penculikan, dan

lain-lain yang dilakukuan oleh manusia, sedangkan di dalam KUHP tidak

disebutkan secara jelas tetapi kejahatan itu diatur dalam Pasal 104 KUHP sampai

dengan Pasal 488 KUHP.

Menurut A. S. Alam ada dua sudut pandang untuk mendefinisikan kejahatan,

yaitu: 40

1) Sudut pandang hukum, kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah

laku yang melanggar hukum pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan

sepanjang perbuatan itu tidak dilarang diperundang-undangan pidana

perbuatan itu tetap sebagai perbuatan yang bukan kejahatan.

2) Sudut pandang masyarakat, kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap

perbuatan yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam

masyarakat.

Kejahatan diukur berdasarkan pengujian yang diakibatkan terhadap masyarakat,

berbicara tentang rumusan dan definisi kejahatan, ada beberapa pendapat dari para

ahli kriminologi dan hukum pidana diantaranya sebagai berikut : 41

40

Alam A.S, Op. Cit .hlm. 16-17 41

IS. Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm.5

Page 44: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

30

1. Sue Titus Reid, kejahatan adalah suatu tindakan sengaja (omissi), dalam

pengertian ini seseorang tidak hanya dapat dihukum karena pikirannya,

melainkan harus ada suatu tindakan atau kealpaan dan bertindak. Dalam hal

ini, kegagalan dalam bertindak dapat dikatakan sebagai kejahatan, jika

terdapat suatu kewajiban hukum untuk bertindak dalam kasus tertentu.

Disamping itu pula harus ada niat jahat (criminal inten/means rea).

2. Sutherland menganggap kejahatan adalah perilaku yang dilarang oleh Negara

karena merugikan, terhadapnya Negara beraksi dengan hukuman sebagai

upaya untuk mencegah dan memberantasnya.

3. W.A.Bonger menjelaskan kejahatan merupakan perbuatan anti social yang

secara sadar mendapatkan reaksi dari Negara berupa pemberian derita dan

kemudian, sebagai reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum (legal definition)

mengenai kejahatan.

Selanjutnya Bonger membagi kejahatan berdasar motif pelakunya sebagai berikut:

1) Kejahatan ekonomi (economic crime), misalnya penyelendupan

2) Kejahatan Seksual (sexual crime), misalnya perbuatan zinah

3) Kejahatan politik (political crime), misalnya pemberontakan PKI

4) Kejahatan lain-lain (miscelianeauos crime), misalnya penganiayaan.42

Definisi kejahatan menurut R.Soesilo membedakan pengertian kejahatan menjadi

dua sudut pandang yakni sudut pandang secara yuridis sudut pandang sosiologis.

Dilihat dari sudut pandang yuridis, menurut R.Soesilo,pengertian kejahatan adalah

suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Dilihat

dari sudut pandang sosiologis, pengertian kejahatan adalah perbuatan atau tingkah

42

M.Ali Zaidan, Kebijakan Kriminal. Sinar Grafika, Jakarta, 2016, .hlm. 11.

Page 45: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

31

laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu

berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.

Sedangkan menurut A. S. Alam membagi kejahatan berdasarkan berat atau ringan

ancaman pidananya:

1) Kejahatan, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam buku ke-II (dua)

KUHP. Seperti pembunuhan, pencurian,dan lain-lain. Golongan inilah dalam

bahasa Inggris disebut felony. Ancaman pidana pada golongan ini kadang-

kadang pidana mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara sementara.

2) Pelanggaran, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam buku ke-III (tiga)

KUHP, seperti saksi di depan persidangan memakai jimat pada waktu ia harus

member keterangan dengan bersumpah, dihukum dengan kurungan selama-

lamanya 10 hari atau denda. Pelanggaran di dalam bahasa Inggris disebut

misdemeanor. Ancaman hukumannya biasanya hukuman denda saja. 43

Jadi, dengan menghubungkan pengertian delik dengan maksud asas legalitas,

maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu perbuatan manusia

dikategorikan sebagai suatu delik apabila memenuhi unsur sebagai berikut:

1. Harus ada perbuatan manusia;

2. Perbuatan manusia itu harus sesuai dengan rumusan masalah pasal yang

mengaturnya serta tidak di kecualikan oleh undang-undang;

3. Harus ada kesengajaan atau kesalahan;

4. Dapat dipertanggung jawabkan;

5. Harus ada ancaman pidananya dalam undang-undang.44

43

Ibid, hlm. 23. 44

Topo Santoso dan Eva Achajani Ulfa, Op.Cit, hlm. 18.

Page 46: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

32

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami kejahatan adalah perbuatan

yang melanggar dan bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah dan

tegasnya, perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah

hukum dan tidak memenuhi atau melawan perintah yang telah ditetapkan dalam

kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat.

B. Pengertian Begal

Kata begal merupakan kata kerja, sinonim kata begal adalah kata penyamun,

istilah begal merupakan kata dasar (digunakan dalam Bahasa Jawa Kuno) secara

harfiah kata jadian ambegal dan binegal berarti menyamun. Sementara kata

“pembegalan” menunjuk pada tempat yang baik untuk menyamun. Kata

membegal berarti merampas di jalan, adapun pembegalan berkenaan dengan

proses, cara, atau perbuatan membegal. Pembegalan dilakukan oleh seorang atau

beberapa orang terhadap seorang atau beberapa orang yang sedang melintas di

jalan dengan merampas harta benda miliknya disertai dengan tindak kekerasan,

bahkan tak jarang memakan korban jiwa. Jika melihat Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) sebagai lex ganarale kita tidak akan menemukan definisi

tentang tindak pidana pembegalan.45

Tidak ada definisi begal dalam perspektif hukum, melainkan tumbuh dalam kultur

masyarakat yang menamakan kejahatan begal sebagai kejahatan yang dilakukan

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan mengambil barang secara paksa di

jalan. Berdasarkan hal tersebut kejahatan begal merupakan kejahatan yang

45

http://suara.com/news/2015/03/12/063000/asal-usul-istilah-begal di akses tanggal 31 Juli 2017

Page 47: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

33

dilakukan dengan cara merampas barang yang dimiliki orang lain dengan jalanan

sebagai lokasi kejahatannya.

Louise E. Porter mengatakan pembegalan itu bisa ditujukan untuk mendapatkan

barang komersil (biasanya lebih terencana dan dalam jumlah besar) serta bisa pula

untuk barang personal. Begal pada dasarnya sama dengan perampokan/

pencurian/ perampasan hak secara paksa. Begal hanya istilah khusus untuk

membedakan karena begal fokus pada pencurian kendaraan bermotor oleh

sekelompok orang dengan kemungkinan melukai sampai menghilangkan nyawa

korbannya.46

Berdasarkan penjelasan tersebut maka begal dikategorikan dalam kejahatan

pencurian, menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah

mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan

sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti “pencurian” adalah proses, cara, perbuatan.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengelompokkan kejahatan pencurian ke

dalam klasifikasi kejahatan terhadap harta kekayaan orang lain, yang dirumuskan

sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,

dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum.47 Dalam KUHP ada 5 (lima)

jenis tindak pidana pencurian, yaitu : pencurian biasa (Pasal 362 KUHP);

Pencurian dengan pemberat (Pasal 363 KUHP); pencurian ringan (Pasal 364

KUHP); pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP); pencurian lingkungan

keluarga (Pasal 367 KUHP).

46

Ibid 47

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, 2008,

hlm. 10.

Page 48: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

34

Sebenarnya tidak terlihat dengan jelas dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana pengertian atau tindak pidana yang langsung menunjuk pada kata begal,

sehingga begal dikaitkan dengan Pasal 365 KUHP yang dikategorikan sebagai

kejahatan pencurian dengan kekerasan. Kejahatan begal biasanya dilakukan

dengan cara membuntuti korban dan mencegat korban di jalan dan merampas

harta benda korban di jalan, apabila korban melakukan perlawan maka pelaku

kejahatan begal tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan sehingga

membuat korban terluka bahkan mengalami kematian. Berbeda dengan

menjambret dilakukan dengan merampas di jalan tanpa mencegat korban, sering

kita lihat pelaku penjambretan melakukan perampasan saat korban berada di jalan

tanpa menghentikan kendaraan atau pun menghentikan kendaraan korban.

Persamaan kejahatan begal, perampokan, dan penjambretan sama-sama

melakukan kejahatan pencurian dan perampasan harta benda, yang membedakan

adalah cara, tempat dan cara melakukan kejahatan pencuriannya.

C. Aspek Hukum Terhadap Kejahatan Begal oleh Anak

Begal merupakan salah satu tindak kejahatan yang termasuk dalam “Tindak

Pidana Penurian” Bab XXII khususnya diatur dalam Pasal 365 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang

didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan

diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang di

curi.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

Page 49: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

35

Ke- 1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam

kereta api atau trem yang sedang berjalan;

Ke- 2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

Ke-3. jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau

memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau

pakaian jabatan palsu;

Ke-4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat;

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara

paling lama lima belas tahun;

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan

luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1

dan 3.

Secara khusus Pasal 365 KUHP memberikan batasan pendekatan atas “begal” dari

pencurian karena pada pembegalan sebelum mengambil harta orang lain, begal

memberikan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud

mempermudah atau mempersiapkan pencurian itu. Yang dikatakan kekerasan

adalah setiap perbuatan yang mempergunakan tenaga, badan atau fisik yang tidk

ringan. Kekerasan itu merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang

mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada orang lain. Salah satu

unsure penting yang harus adalah berupa paksaan atau ketidak relaan atau tidak

adanya persetujuan pihak lain yang dilukai. Rumusan Pasal 89 KUHP

menyebutkan bahwa : membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi

disamakan dengan menggunakan kekerasan. Sehingga yang dimaksud kejahatan

dengan kekerasan adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum yang membawa

akibat-akibat cedera atau menyebabkan matinya orang lain.

Page 50: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

36

Bertolak dari ketentuan yang tertuang dalam Pasal 365 KUHP unsur-unsur yang

terdapat dalam Pasal 365 yaitu :

Unsur Obyektif :

Pencurian dengan didahului, disertai, diikuti, atau kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap seseorang.

Unsur Subyektif :

Dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu atau jika

tertangkap tangan member kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam

kejahatan ini.

Kejahatan begal yang diatur dalam Pasal 365 KUHP juga merupakan

gequificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan

suatu pencurian dengan unsure yang memberatkan. Artinya Pasal 365 KUHP

yaitu suatu perbuatan yang berdiri sendiri, yakni pencurian yang dilakukan dengan

keadaan yang memberatkan karna dalam pelaksanaannya telah digunakan

kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban. Jelas tampak disini bahwa

pencurian itu mempunyai hubungan pasti dan segera dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan, yang mana harus ditujukan kepada seseorang, jadi bukan

kepada barang atau binatang. Seseorang yang dimaksud disini bukan hanya si

pemilik dari barang yang akan dicuri tersebut, melainkan siapa saja yang berada

pada waktu dan tempat tersebut yang dipandang atau diduga sebagai penghalang

bagi maksud si pelaku tersebut. Yang dimaksud dengan kekerasan atau tindakan

kekerasan pada dasarnya adalah melakukan suatu tindakan badaniah yang cukup

berat sehingga menjadikan orang yang dikerasi itu kesakitan atau tidak berdaya,

Page 51: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

37

terwujud dalam bentuk memukul dengan sengaja, memukul dengan senjata,

menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya.

Berdasarkan unsur dalam Pasal 365 KUHP di atas, maka kejahatan begal masuk

kategori kejahatan dalam Pasal 365 KUP dengan ancaman hukuman yang normal

adalah 9 (Sembilan) tahun sampai hukuman mati atau seumur hidup apabila hal

tersebut dilakukan oleh seseorang. Ancaman pidana ditujukan terhadap subjek

yang dipandang memenuhi kualitas tertentu sebagaimana ditetapkan dalam

undang-undang, pemenuhan kualitas tertentu oleh subjek delik harus dilihat dalam

kerangka perbuatan yang menjadi unsure pembentuk tindak pidana.48

Oleh karena

itu ancaman pidana menggambarkan sifat melawan hukum dari suatu perbuatan

yang merupakan kejahatan, pidana juga merupakan kelanjutan dari pernyataan

hukum atas kesalahan pembuat kejahatan. Dari sisi pertanggungjawaban pidana,

penjatuhan pidana mempertimbangkan kesalahan pembuat, sehingga orientasi

penjatuhan pidana tidak hanya ditujukan kepada standar umum dalam kejahatan

tetapi juga memperhatikan keadaan tertentu pembuat.49

Akan tetapi, untuk kejahatan yang dilakuakn oleh anak berlaku ketentuan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

yaitu diversi sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 7 :

(1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di

pengadilan negeri wajib diupayakan diversi.

(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak

pidana yang dilakukan:

48

Chairul Huda, “Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” Menuju Kepada “Tiada Pertanggungjawaban

Pidana Tanpa Kesalahan” : Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidan., Kencana Prenadamedia, Jakarta, 2006, hlm. 38. 49

Andi Zaenal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Grafika, Jakarta, 1995, hlm.235.

Page 52: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

38

a. diancam dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun; dan

b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

Pengecualian dicantumkan dalam penjelasan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa, untuk tindak pidana

serius misalnya pembunuhan, pemerkosaan, pengedar narkoba dan terorisme yang

diancam pidana di atas 7 (tujuh) tahun tidak dapat dilakukan diversi. Oleh karena

itu, anak pelaku begal yang menyebabkan korbannya terbunuh tidak dapat

memperoleh keringan hukuman.

D. Pengertian Anak dan Anak yang Berkonflik dengan Hukum

1. Pengertian Anak

Pengertian anak merupakan masalah actual dan sering menimbulkan

kesimpangsiuran pendapat diantara para ahli hukum. Beberapa pendapat ahli

tentang definisi anak, yakni :

a. W.J.S Poerwodarminto, menyebutkan bahwa anak adalah manusia yang masih

kecil.50

b. Kartini Kartono, memberikan pengertian bahwa anak adalah keadaan manusia

normal yang masih muda usia dan sedang menentukan identitasnya serta

sangat labil jiwanya, sehingga sangat mudah terpengaruh lingkungan.51

c. Romli Atmasasmita, menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang masih di

bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin.52

50

W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hlm.

735. 51

Kartini Kartono, Gangguan-Gangguan Psikis, Sinar Baru, Bandung, 1981, hlm. 187. 52

Romli Atmasasmita, Op.Cit, hlm.25.

Page 53: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

39

d. Zakaria Ahmad Al Barry, yang dimaksud dewasa adalah cukup umur untuk

berketurunan dan muncul tanda laki-laki dewasa pada putra, muncul tanda-

tanda wanita dewasa pada putrid. Inilah dewasa yang wajar, yang biasanya

belum ada sebelum anak putra berumur 12 (dua belas) tahun dan putrid

bermumur 9 (Sembilan) tahun. Kalau anak mengatakan bahwa dia dewasa,

keterangannya dapat diterima karena dia sendiri yang mengalami, kalau sudah

melewati usia tersebut di atas tetapi belum Nampak tanda-tanda yang

menunjukkan bahwa ia telah dewasa, harus ditunggu sampai ia berumur 15

(lima belas) tahun.53

Anak ditinjau dari aspek yuridis diartikan sebagai orang yang belum dewasa

(minderjarig/person under age), orang yang di bawah umur/keadaan di bawah

umur (minderjarigheid/inferiority) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige ondervoordij). Ini berarti bahwa hukum

positif Idonesia (ius consitutum/ ius operatum) tidak mengatur adanya unifikasi

hokum yang baku dan berlaku universal untuk menentukan criteria batasan umur

bagi seorang anak.54

Undang-Undang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Pengadilan Anak dan

Undang-Undang Hak Asasi Manusia batasan usia anak dikaitkan dengan status

perkawinan. Arif Goestia dalam buku Wagiati Soetedjo mengatakan bahwa hal

tersebut merugikan anak, karena anak yang misalnya berumur 17 (tujuh belas)

tahun dan sudah kawin, akan berubah status secara hukum dan akibatnya ia

53

Zakaria Ahmad Al Barry, Hukum Anak dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hlm. 114. 54

Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak di Indonesia, Teori, Praktik dan Permasalahannya, Mandar

Maju, Bandung, 2005, hlm. 3-4.

Page 54: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

40

kehilangan haknya untuk dilindungi sebagai anak.55

Sedangkan dalam Undang-

Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan anak tidak dibatasi oleh

status perkawinan seseorang. Pengertian menurut undang-undang yang berlaku di

Indonesia tidak ada keseragaman, begitupula definisi terkait terpidana anak, ada

banyak sebutan dan versi yang berbeda antara peraturan perundang-undangan

yang satu dengan yang lainnya.

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP meberi batasan mengenai anak, yaitu apabila belum

berusia 16 (enam belas) tahun, oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya terdakwa

dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya dengan

tidak dikenakan suatu hukuman, atau memerintahkannya supaya

diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.

Ketentuan Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 KUHP sudah dinyatakan tidak

berlaku oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997.

b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)

tahun dan belum pernah kawin.

c) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8

(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan

belum pernah kawin.

55

Wagiati Soetedjo, Hukum Pidana Anak, PT. Radika Aditama, Bandung, 2000, hlm.141-142.

Page 55: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

41

d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak, terdapat pada Pasal 1 (satu) Ayat 2 (dua) sampai Ayat 5 (lima)

yaitu:

(1) Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik

dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak

yang menjadi saksi tindak pidana.

(2) Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak

adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak

pidana.

(3) Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut

Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)

tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian

ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

(4) Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut

Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)

tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau

dialaminya sendiri.

e) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

Anak adalah seseorang atau anak yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Page 56: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

42

Menurut Nasir Djamil sudah seharusnya peraturan perundang-undangan yang ada,

memiliki satu (mono) definisi sehingga tidak akan menimbulkan tumpang tindih

peraturan perundang-undangan yang ada pada tataran praktis yang akan menjadi

kendala penyelenggaraan pemerintah. Untuk itu, undang-undang tentang

perlindungan anak memang seyogyanya menjadi rujukan dalam menentukan

kebijakan kebijakan yang berhubungan dalam pemenuhan hak anak.56

Berdasarkan pengertian anak seperti yang dijelaskan di atas, ditinjau dari segi

usia, kronologis menurut aturan hukum dapat berbeda-beda tergantung tempat dan

untuk hal-hal apa saja, dan tentu sangat mempengaruhi batasan-batasan yang

digunakan untuk menentukan usia anak. Menurut uraian di atas maka dapat

penulis simpulkan bahwa, anak adalah mereka yang masih muda usianya yang

memiliki kelabilan jiwa dan sedang menentukan identitasnya sehingga berakibat

mudah terpengaruh lingkugan sekitarnya.

Diantara sekian banyak pengertian anak yang telah dikemukakan, maka dalam

tulisan ini pengertian anak yang digunakan adalah pengertian anak menurut

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

yaitu anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18

(delapan belas) tahun. Pengertian anak ini menjadi sangat penting terutama

berkaitan dengan upaya perumusan batasan upaya pertanggungjawaban pidana

(criminal responsibility) terhadap seseorang anak yang melakukan tindak

criminal, dalam tingkat usia berapakah seseorang anak yang berprilaku criminal

dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

56

Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 10.

Page 57: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

43

2. Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Pada masa perkembangan fisik, mental maupun intelektual setiap anak, mereka

sedang berusaha mengenal dan mempelajari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat

serta meyakininya sebagai bagian dari dirinya. Sebagian kecil anak tidak

memahami secara utuh aturan hidup di dalam masyarakat baik disebabkan oleh

kurangnya perhatian orang tua, kurang kasih sayang, kurang kehangatan jiwa,

kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat yang membawa dampak pada

terbentuknya sikap dan perilaku menyimpang anak di masyarakat. Sebagian

perilaku menyimpang anak-anak tersebut bersentuhan dengan ketentuan hukum.

Anak-anak inilah yang disebut anak yang berkonflik dengan hukum.57

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

mengklasifikasikan pengertian anak yang berkonflik dengan hukum adalah orang

yang dalam perkara telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

mencapai usia 18 (delapan belas) dan belum menikah :

a) Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana;

b) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar

sendiri terjadinya suatu tindak pidana.58

Anak yang berkonflik dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak yang

terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena :

a) Disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersala melanggar hokum; atau

Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orang/kelompok orang/lembaga/Negara terhadapnya; atau

57

Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, Citra Adiyta Bakti, Bandung, 2003, hlm. 4. 58

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di

Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm.39.

Page 58: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

44

b) Telah melihat, mendengar, merasakan, atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum. 59

Berdasarkan ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi: Pelaku atau tersangka tindak pidana; Korban tindak pidana; Saksi

suatu tindak pidana.60

Anak sebagai pelaku atau anak yang berkonflik dengan

hukum adalah anak yang disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah

melanggar hukum, dan memerlukan perlindungan. Anak yang berkonflik dengan

hukum adalah anak yang melakukan kenakalan, yang kemudian akan disebut

sebagai kenakalan anak, yaitu kejahatan pada umumnya dan prilaku anak yang

berkonflik dengan hukum atau anak yang melakukan kejahatan pada khususnya.

Kata konflik digunakan untuk menunjukkan adanya suatu peristiwa yang tidak

selaras atau terdapat pertentangan dalam suatu peristiwa, sehingga dapat

dikatakan sebagai permasalahan. Oleh karena itu pengertian anak yang berkonflik

dengan hukum dapat juga diartikan dengan anak yang mempunyai permasalahan

karena suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau bisa juga

dikatakan bahwa anak yang berkonflik dengan hokum adalah anak nakal.61

Kenakalan anak (juvenile delinquency) bukan kenakalan yang dimaksud dalam

Pasal 489 KUHP. Juvenile artinya young, anak-anak, anak muda, ciri karakteristik

pada masa muda sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency

artinya doing wrong, terabaikan/mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya

menjadi jahat, a-sosial, criminal, pelanggaran aturan, pembuat rebut, pengacau,

59

Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2015,

hlm. 13 60

M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif

Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.54. 61

M.Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta, 2012, hlm.46.

Page 59: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

45

penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dan lain-lain.62

Menurut Kartini

Kartono, juvenile delinquency adalah perilaku jahat atau kejahatan/kenakalan

anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (patologi) secara social pada anak-

anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian social, sehingga

merika itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.

Kenakalan anak dapat dilihat dalam bentuk sebagai berikut:

1) Kenakalan anak sebagai status offences, yaitu segala prilaku anak yang

dianggap menyimpang, tetapi apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak

dianggap sebagai tindak pidana, misalnya membolos sekolah, melawan orang

tua, lari dari rumah.

2) Kenakalan anak sebagai tindak pidana, yaitu segala prilaku anak yang

dianggap melanggar aturan hukum dan apabila dilakukan oleh orang dewasa

juga merupakan tindak pidana, tetapi pada anak dianggap belum betanggung

jawab penuh atas perbuatannya. Misalnya mencuri, merampas.

Soedjono Dirdjosisworo mengatakan bahwa kenakalan anak mencakup 3 (tiga)

pengertian yaitu:

1) Perbuatan yang dilakukan orang dewasa merupakan tindak pidana (kejahatan),

akan tetapi bila dilakukan oleh anak-anak belum dewasa dinamakan

delinquency seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan.

2) Perbuatan anak yang menyeleweng dari norma kelompok yang menimbulkan

keonaran seperti kebut-kebutan, perkelahian kelompok, dan sebagainya.

3) Anak-anak yang hidupnya membutuhkan bantuan dan perlindungan, seperti

anak-anak terlantar, yatim piatu, dan sebagainya, yang jika dibiarkan

berkeliaran dapat berkembang menjadi orang-orang jahat.

62

Wagiati Soetedjo, Op.Cit, hlm.39.

Page 60: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

46

E. Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penjahat dan

kejahatan, serta mempelajari cara-cara penjahat melakukan kejahatan, kemudian

berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

terjadinya kejahatan dan berupaya pula untuk mencari dan menemukan cara untuk

dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya kejahatan. Nama kriminologi

ditemukan oleh P. Topinard seorang ahli antropologi Perancis. Secara harfiah

berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang

berarti ilmu pengetahuan, apabila dilihat dari istilah tersebut, maka kriminologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan atau penjahat.63

Perkembangan kriminologi setelah mendapatkan nama dari P. Topinard,

kemudian Cesaria Becca (1738-1794) mempopulerkan istilah kriminologi sebagai

reformasi terhadap hukum pidana dan bentuk hukuman. Herman Mannheim

dalam bukunya, Comparative criminology (1965), membedakan kriminologi

dalam arti sempit yang tujuan utamanya adalah kriminologi difokuskan pada

memperlajari kejahatan, dan kriminologi dalam arti luas, difokuskan pada

kriminologi mempelajari penelogi dan metode-metode yang berkaitan dengan

masalah kejahatan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan prevensi

kejahatan dengan tindakan yang bersifat non-punit. Beberapa sarjana memberikan

definisi berbeda tentang kriminologi sebagai berikut:

1) Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang

bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

63

Topo Santoso dan Eva Achajani Ulfa, Op.Cit, hlm.9.

Page 61: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

47

2) Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan

yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial.

3) Paul Mudikdo Mulyadi, merumuskan kriminologi adalah ilmu pengetahuan

yang ditunjang oleh berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah

manusia.

4) Wood berpendirian bahwa kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuanyang

diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman, yang bertalian dengan perbuatan

jahat dan penjahat, termasuk didalamnya reaksi dari masyarakat terhadap

perbuatan jahat dari penjahat.

5) Frij merumuskan kriminologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari

kejahatan, bentuk, sebab dan akibatnya.64

Berbicara tentang ruang lingkup kriminologi berarti berbicara mengenai objek

studi dalam kriminologi. Bonger membagi kriminologi menjadi dua bagian, yaitu:

(1) Kriminologi murni, yang terdiri dari:

a) Antropologi kriminal, yaitu pengetahuan tentang manusia yang jahat

(somatis) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat

dan tanda-tanda tubuhnya.

b) Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai

suatu gejala masyarakat dan sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan

dalam masyarakat.

c) Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat

dari sudut jiwanya.

d) Psikopatologi dan Neuropatologi kriminal, yaitu ilmu tentang penjahat

yang sakit jiwa atau urat syaraf.

e) Penologi, yaitu ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

64

A.Gumilang, Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan, Angkasa,

Bandung, 1993, hlm.2-3

Page 62: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

48

2) Kriminologi terapan, yang terdiri dari:

a) Higiene kriminal, yaitu usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

kejahatan.

b) Politik kriminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana kejahatan

telah terjadi.

c) Kriminalistik, yaitu ilmu tentang pelaksanaan penydikan teknik kejahatan

dan pengusutan kejahatan.

Shuterland mengatakan bahwa kriminologi itu sendiri mencakup proses-proses

pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.

Kriminologi olehnya dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

1) Etiologi kriminal, yaitu usaha secara ilmiah untuk mencari sebab-sebab

kejahatan.

2) Penologi, yaitu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah lahirnya

hukuman, perkembangannya serta arti dan faedahnya.

3) Sosiologi hukum (pidana), yaitu analisis ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang

mempengaruhi perkembangan hukum pidana.

Selanjutnya paradigma kriminologi menurut Huwitz bahwa dalam memandang

kriminologi membagi menjadi 2 (dua) pokok besar yakni criminal biology dan

criminal sociology. Inti dari Huwitz ini mendasarkan bahwa kriminologi dilihat

dari sudut pandang kejahatan dalam suatu gejala sosial dan manusia.

Pandangan dari sudut criminal biology mengenai penyelidikan tentang

kepribadian penjahat dalam interaksinya dengan kejahatan. Perhatian terutama

tertuju kepada adanya dan pentingnya faktor-faktor sebagai berikut: Hereditary

(keturunan); Constitutional (untuk pembentukan pribadi); Psychic abnormalities

(kelainan jiwa); Crimino-psychological characteristic (ciri-ciri jiwa kriminal).

Page 63: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

49

Selanjutnya criminal sociology berkisar mengenai ilmu pengetahuan tentang

kriminalitas sebagai suatu gejala sosial, penyelidikan terutama dipusatkan pada

hubungan timbal balik antara kriminalitas dengan bangunan masyarakat, system

politik, ekonomi serta faktor-faktor lain dalam penggolongan manusia.

Kriminologi dapat dibagi ke dalam:

1) Anthropologi-Kriminologi yaitu ilmu pengetahuan yang mencari sebab-

sebab dari kejahatan dalam dirinya si penjahat pada keadaan badan

penjahat (ajaran Lombroso).

2) Sosiologi-Kriminil yaitu ilmu pengetahuan yang mencari sebab-sebab dari

kejahatan di dalam masyarakat, misalnya: keadaan ekonomi, harga yang

tinggi dari barang-barang keperluan sehari-hari, upah yang sangat rendah,

tempat tinggal yang buruk dan kotor dan lain-lain.

3) Politik-kriminil ialah ilmu pengetahuan yang mencari cara-cara untuk

memberantas kejahatan.

4) Statistik-kriminil ialah ilmu pengetahuan yang dengan angka-angka

mencatat tentang kejadian-kejadian dan macam-macam kejahatan.

Terdapat tiga mashab yang melatar belakangi timbulnya kejahatan. Pertama,

mashab anthropologis yang mengartikan sebab-sebab timbulnya kejahatan adalah

karena bersumber pada bentuk-bentuk jasmaniah, watak dan/atau rohaniah

seseorang. Dengan kata lain seseorang telah ditakdirkan lahir sebagai seorang

penjahat. Kedua ialah sosiologis, yang mengartikan faktor-faktor dari

lingkunganlah yang mempengaruhi seseorang melakukan tindak pidana. Faktor

ekonomilah yang menjadi dasar dan merusak moril seseorang sehingga ia menjadi

seorang penjahat. Mashab ketiga ialah mashab biososiologis, menurut ajaran ini,

Page 64: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

50

timbulnya berbagai bentuk kejahatan di pengaruhi oleh sederetan faktor-faktor

dimana watak dan lingkungan seseorang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut

antara lain: sifat, bakat, watak, intelek, pendidikan dan pengajaran, suku bangsa,

sex, umur, kebangsaan, agama, ideologi, pekerjaan, keadaan ekonomi dan

keluarga.

2. Pendekatan Kriminologi

Mempelajari kejahtan adalah mempelajari tingkah laku manusia, maka

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriftif, kausalitas, dan

normative. Pertama pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara

melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta

tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti : bentuk tingkah laku criminal;

bagaimana kejahatan dilakukan; frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang

berbeda; ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dan

sebaginya, perkembangan karir seorang pelaku kejahatan. Istilah lain dari

pendekatan deskriptif menurut Herman Mannheim adalah fenomenologi atau

simptomatologi kejahatan.

Pendekatan yang kedua yang digunakan adalah pendekata kausalitas atau

pendekatan sebab-akibat, berasal dari pokok kata “causa” yang berarti “sebab”/

Dalam kriminologi, hubungan sebab akibat dicari setelah hubungan sebab akibat

dalam hukum pidana terbukti, artinya apabila hubungan sebab akibat dalam

hukum pidana terbukti, maka hubungan sebab akibat dalam kriminologi dapat

dicari, yakni denngan mencari jawaban atas pertanyaan mengapa seseorang

melakukan kejahatan, pendekatan ini juga disebut sebagai etiologi criminal.

Page 65: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

51

Pendekatan Normatif Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline, yaitu

karena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab akibat dan kemungkinan-

kemungkinan dalam kasus yang sifatnya individual. Sedangkan yang dikataan

dengan nomothetic-discipline adalah sesuatu yang bertujuan untuk menemukan

dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah yang diakui

keseragamannya.

F. Tinjauan Tentang Penyebab Kejahatan

Menurut Bonger kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan

seluas-luasnya.65

Menurut kriminologi untuk mencari sebab-sebab seseorang

melakukan kejahatan maka ada beberapa teori yang dapat digunakan, yaitu :

1. Teori yang mencari sebab kejahatan dari aspek fisik (Biologi Kriminal)

Teori born criminal (lahir sebagai penjahat) yang dikemukakan oleh Cesare

Lombroso (1835-1909) lahir dari ide yang diilhami oleh teori Darwin tentang

evolusi manusia. Di sini Lombroso membantah tentang sifat free will yang

dimiliki manusia. Doktrin atavisme menurutnya membuktikan adanya sifat

hewani yang diturunkan oleh nenek moyang manusia. Gen ini dapat muncul

sewaktu-waktu dari turunannya yang memunculkan sifat jahat pada manusia

modern. Ajaran inti dari penjelasan awal Lombroso tentang kejahatan adalah

bahwa penjahat mewakili suatu tipe keanehan atau keganjilan fisik, yang berbeda

dengan non-kriminal. Lombroso mengklaim bahwa para penjahat mewakili suatu

bentuk kemerosotan yang termanifestasikan dalam karakter fisik yang

65

Abintoro Prakoso, Op.Cit, hlm. 28 .

Page 66: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

52

merefleksikan suatu bentuk awal dari evolusi. Berdasarkan penelitiannya ini,

Lombroso tokoh penting dari teori ini, mengemukakan ajarannya sebagai berikut : 66

a. Born criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme.

b. Insane criminal, yaitu orang menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa

perubahan dalam otak mereka yang mengganggu kemampuan mereka untuk

membedakan antara benar dan salah. Contonya adalah kelompok idiot,

embisil, atau paranoid.

c. Occasional criminal, atau criminaloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan

pengalaman yang terus-menerus sehingga mempengaruhi pribadinya.

Contonya penjahat kambuhan (habitual criminal).

d. Criminal of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya

karena marah, cinta, atau karena kehormatan.

2. Teori yang mencari sebab kejahatan dari faktor psikologis dan psikiatris

(psikologi kriminal)

Psikologi kriminal mencari sebab-sebab dari faktor psikis termasuk agak baru,

seperti halnya para positivis pada umumnya, usaha untuk mencari ciri-ciri psikis

kepada para penjahat di dasarkan anggapan bahwa penjahat merupakan orang-

orang yang mempunyai ciri-ciri psikis yang berbeda dengan orang-orang yang

bukan penjahat, dari ciri-ciri psikis tersebut terletak pada intelegensinya yang

rendah. Psikologi kriminal adalah mempelajari ciri-ciri psikis dari para pelaku

kejahatan yang sehat, artinya sehat dalam pengertian psikologis.67

66 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa Op.Cit, hlm.40 67

I.S. Susanto, Op.Cit, hllm. 49

Page 67: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

53

a) Teori Psikoanalisis ( Sigmund Freud)

Teori ini menghubungkan dilequent dan perilaku kriminal dengan suatu

conscience yang baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan

bersalah atau ia begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan si

individu dan bagi kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

b) Moral Development Theory

Lawrence Kohlberg seorang psikolog menemukan bahwa pemikiran moral

tumbuh dalam tiga tahap yakni, preconvensional stage, conventional level, dan

postconventional. Sedangkan John Bowlhy mempelajari kebutuhan akan

kehangatan dan afeksi sejak lahir dan konsekuensi bila tidak mendapatkan itu,

dia mengajukan theory of attachment.

c) Social Learning Theory

Teori pembelajaran ini berpendirian bahwa perilaku dilenquent ini dipelajari

melalui proses psikologis yang sama sebagai mana semua perilaku non

dilenquent. Tokoh yang mendukung teori ini diantaranya adalah :

(1). Albert Bandura

Ia berpendapat bahwa individu-individu yang mempelajari kekerasan dan

agresi melalui behavioural modeling. Misalnya anak belajar bertingkah

laku melalui peniruan tingkah laku orang lain.

(2) Gerard Peterson

Ia menguji bagaimana agresi dipelajari melalui pengalaman langsung. Ia

melihat bahwa anak-anak yang bermain secara pasif sering menjadi korban

anak-anak lainnya, tetapi kadang-kadang mereka berhasil mengatasi

Page 68: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

54

serangan itu dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu anak-anak

ini belajar membela diri dan akhirnya mereka mulai perkelahian.

(3) Ernesnt Burgess dan Ronald Akers

Dimana mereka menggabungkan learning theory dari Bandura yang

berdasarkan psikologi dengan theory differential association dari Erwin

Sutherland yang berdasarkan sosiologi dan kemudian menghasilkan teori

differential association rein forcemt.

3. Teori-teori kejahatan dari faktor Sosio-Kultural (Sosiologi Kriminal)

Berbeda dengan teori sebelumnya, teori-teori sosiologis mencari alasan-alasan

perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Manheim

membedakan teori-teori sosiologi kriminal ke dalam :

A). Teori-teori yang berorientasi pada kelas sosial, yaitu teori-teori yang mencari

sebab kejahatan dari ciri-ciri kelas sosial, perbedaan kelas sosial secara konflik

diantara kelas-kelas sosial yang ada.68

Termasuk dalam teori ini adalah teori

anomie dan teori-teori sub budaya delinkuen. Yang termasuk dalam teori yang

berorientasi pada kelas sosial adalah :

1). Teori Anomie (ketiadaan norma)

Teori Anomie dan Penyimpangan Budaya, memusatkan perhatian pada

kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan

aktivitas kriminal. Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku

kriminal saling berhubungan. Pada teori Anomie beranggapan bahwa seluruh

anggota masyarakat mengikuti seperangkat nilai-nilai budaya, yaitu nilai-nilai

budaya kelas menengah, yakni adanya anggapan bahwa nilai budaya

68

Ibid, hlm.80.

Page 69: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

55

terpenting adalah keberhasilan dalam ekonomi. Karena orang-orang kelas

bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah (legitimate means) untuk

mencapai tujuan tersebut, seperti gaji tinggi, bidang usaha yang maju, dan

lain-lain, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan sarana-sarana

yang tidak sah (illegitimate means).69

2). Teori Sub Budaya Delikuen

Teori ini mencoba mencari sebab-sebab kenakalan remaja dari perbedaan

kelas diantara anak-anak yang diperolehnya dari keluarganya. A.K Cohen dari

tokoh ini membedakan tiga bentuk sub kultur delinkuen yaitu :

a. Criminal Sub Culture, yaitu suatu bentuk gang yang terutama melakukan

pencurian, pemerasan dan bentuk kejahatan lain dengan tujuan

memperoleh uang.

b. Conflict sub culture, yaitu suatu bentuk gang yang mencari status dengan

menggunakan kekerasan.

c. Retreatist sub culture, yaitu suatu bentuk gang dengan ciri-ciri penarikan

diri dari tujuan dan peranan yang konvesional dan karenanya mencari

pelarian dengan menggunakan narkotika.70

Ketiga pola sub culture delinkuen tersebut tidak hanya menunjukkan adanya

perbedaan dalam gaya hidup diantara anggotanya akan tetapi juga karena adanya

masalah-masalah yang berbeda bagi kepentingan kontrol sosial dan

pencegahannya. Mereka timbul dari proses-proses yang berbeda dari struktur

sosial, seperti perbedaan dalam kepercayaan (beliefs), nilai-nilai dan aturan-aturan

69

Soedjono Dirdjosisworo, Sinopsis Kriminologi Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1994,

hlm.132-133. 70

Ibid

Page 70: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

56

tingkah laku bagi anggota-anggotanya. Akan tetapi ketiganya adalah serupa

dalam hal norma-norma tandingan yang menyebabkan tingkah anggotanya

melarikan dari norma yang berlaku pada masyarakat yang lebih luas. Dalam

teorinya tersebut Cloward dan Ohlin menyatakan bahwa timbulnya kenakalan

remaja lebih ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kelas yang dapat menimbulkan

hambatan-hambatan bagi anggotanya, misalnya kesempatan untuk memperoleh

pendidikan sehingga mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi anggotanya

untuk mencapai aspirasinya.

B). Teori-teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial yaitu teori-teori yang

membahas sebab-sebab kejahatan tidak dari kelas sosial tetapi dari aspek

yang lain seperti lingkungan, kependudukan, kemiskinan, dan sebagainya.

Termasuk dalam teori ini adalah teori-teori ekologis, teori konflik

kebudayaan, teori faktor ekonomi, dan differential association. Yang

termasuk teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial adalah :

1). Teori ekologis

Teori-teori yang mencoba dan mencari sebab-sebab kejahatan dari aspek-

aspek tertentu baik dari lingkungan manusia maupun sosial seperti :

Kepadatan penduduk; Mobilitas penduduk; Hubungan desa dan kota

khususnya urbanisasi; Daerah kejahatan dan perumahan kumuh (slum).

2). Teori Konflik Kebudayaan

Teori ini diajukan oleh T. Sellin. Menurut T. Sellin semua konflik kebudayaan

(culture conflict) adalah konflik dalam nilai sosial, kepentingan norma-norma.

Tingkat konflik tersebut dapat berbeda-beda, konflik antara norma-norma dari

aturan kultural yang berbeda dapat terjadi antara lain : Bertemunya dua

Page 71: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

57

budaya besar; Budaya besar menguasai budaya kecil; Apabila anggota dari

suatu budaya pindah ke budaya lain.

3). Teori Ekonomi

Pandangan bahwa kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi

seluruh struktur sosial dan kultural dan karenanya menentukan semua urusan

dalam struktur tersebut, merupakan pandangan yang sejak dulu hingga kini

masih diterima. Faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang besar dalam

timbulnya kejahatan. Latar belakang masalah ekonomi ini merupakan salah

satu faktor penyebab timbulnya suatu kejahatan yakni kejahatan-kejahatan

yang menyangkut harta benda, kekayaan, dan perniagaan atau hal-hal yang

sejenisnya. Kejahatan-kejahatan ini terjadi karena adanya tekanan ekonomi

dimana rakyatnya berada dalam kemiskinan, yang serba kekurangan di bidang

pangan, apalagi sandang dan perumahan. Salah satu contohnya yaitu

pencurian yang terjadi dimana-mana.

4) Differential association

Prof. E.H Sutherland mencetuskan teori yang disebut Differential association

theory sebagai teori penyebab kejahatan. Makna dari teori ini adalah

merupakan pendekatan individu mengenai seseorang dalam kehidupan

masyarakatnya, karena pengalaman-pengalamannya tumbuh menjadi penjahat.

Dan bahwa ada individu atau kelompok individu yang secara yakin dan sadar

melakukan perbuatannya yang melanggar hukum. Hal ini disebabkan karena

Page 72: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

58

adanya dorongan posesif mengungguli dorongan kreatif yang untuk itu dia

melakukan pelanggaran hukum dalam memenuhi posesifnya.71

Sejumlah teori yang terdapat pada ilmu kriminologi di atas dapat dikelompokkan

ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan yang

dikemukakan oleh Momon Kartasaputra, yaitu :72

1). Faktor-faktor internal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya

mental dan anomi (kebingungan).

b. Sifat umum dari individu, seperti : umur, gender, kedudukan individu di

dalam masyarakat, pendidikan individu, masalah reaksi atau hiburan

individu.

2). Faktor eksternal meliputi :

a. Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun

keadaan ekonominya rendah;

b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama;

c. Faktor bacaan/ Faktor Media informasi dan komunikasi;

d. Faktor film, dipengaruhi oleh tontonan atau film yang disaksikan;

e. Faktor lingkungan/pergaulan, dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal,

lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya;

f. Faktor keluarga, dipengaruhi oleh kurangnya kasih saying dan perhatian

dari orang tua.

71

Ibid, hlm. 41-42 . 72

Momon Kartasaputra, Loc.Cit, hlm.17.

Page 73: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

59

G. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik

pemerintah, lembaga sosial masyarakat, maupun masyarakat pada umumnya.

Berbagai program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari cara

yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi permasalahan tertentu.

Barda Nawawi Arief menyatakan, bahwa upaya atau kebijakan untuk melakukan

pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan criminal .73

Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu

kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan

sosial dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat.

Upaya penanggulangan kejahatan ini dilakukan tidak semata-mata secara penal

saja, tetapi juga dilakukan dengan upaya-upaya non penal agar lebih efektif dan

efisien, dimana kedua upaya tersebut saling melengkapi dan saling mengisi satu

sama lain. Dalam kerangka penanggulangan kejahatan ini tidak terlepas dari

pemikiran bahwa hakekat dan tujuan penanggulangan kejahatan dalam rangka

melindungi masyarakat dari kejahatan (social defence policy), yang pada akhirnya

guna mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare policy).

Dari sisi frekuensi, upaya penal bersifat temporal kondisional yang bekerja ketika

suatu pelanggaran/kejahatan terjadi, sedangkan upaya non penal bersifat rutin atau

continue yaitu tetap bekerja, baik pada saat tidak ada pelanggaran/kejahatan

maupun setelah ada pelanggaran/kejahatan. Jika menbandingkan pola kerja

73

Barda Nawawi Arief, Loc.Cit, hlm.1.

Page 74: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

60

keduanya tersebut, maka upaya penal merupakan ultimum remidium yang

sebenarnya hanya mem-back-up upaya non penal saja.74

Upaya penal lebih bersifat refresif yang bekerja setelah kejahatan terjadi dengan

fokus utama pada pelakunya, sedangkan upaya non penal bersifat preventif yang

bekerja sebelum kejahatan terjadi yaitu melakukan langkah-langkah antisipasi

berupa tindakan pencegahan, yang diarahkan pada upaya menangani faktor-faktor

kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Beberapa ahli hukum pidana berpendapat

upaya non penal mempunyai peranan kunci yang strategis dari keseluruhan upaya

politik kriminal atau politik hukum pidana dalam upaya pencegahan terjadinya

suatu kejahatan.75

Usaha penanggulangan kejahatan dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Pencegahan Penanggulangan Kejahatan (PPK) harus menunjang tujuan

(goal), social welfare dan social defence. Di mana aspek social welfare dan

social defence yang sangat penting adalah aspek kesejahteraan perlindungan

masyarakat yang bersifat immaterial, terutama nilai kepercayaan, kebenaran,

kejujuran/keadilan.

b. Pencegahan penanggulangan kejahatan dilakukan dengan pendekatan

integral, ada keseimbangan sarana penal dan non penal.

c. Pencegahan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal atau penal law

enforcement policy yang fungsionalisasi/operasionalisasinya melalui

74

Aminal Umam, Ketidakadilan Dalam Penanganan Kejahatan Narkoba, Masalah Hukum Varia

Peradilan, Edisi No.303, Ikahi, Jakarta, 2011, hlm.30 75

Barda Nawawi Arief, Loc.Cit.

Page 75: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

61

beberapa tahap: formulasi (kebijakan legislatif), aplikasi (kebijakan

yudikatif), dan eksekusi (kebijakan eksekutif/administratif).76

Upaya non penal dengan menjadikan masyarakat sebagai lingkungan sosial dan

lingkungan hidup yang sehat dari faktor-faktor kriminogen, merupakan potensi

yang dapat dicoba untuk menangkal kejahatan, begal yang dilakukan oleh anak,

sehingga perlu dikembangkan seluruh potensi dan dukungan dari masyarakat

untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kejahatan tersebut.

Selanjutnya juga Barda Nawawi Arief mengemukakan bahwa usaha non penal

didalam penanggulangan kejahatan lebih bersifat tindakan pencegahan untuk

terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor

kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain

berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung

atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan.

Dengan demikian dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global,

maka upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategis dari

keseluruhan upaya politik kriminal. 77

Pencegahan kejahatan dapat dibagi kedalam tiga pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan sosial

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial biasa disebut sebagai Sosial

Crime Prevention, segala kegiatannya bertujuan untuk menumpas akar

penyebab kejahatan dan kesempatan individu untuk melakukan pelanggaran.

76

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Universitas Diponegoro. Semarang, 2001, hlm.77-78 77

Ibid. hlm.79

Page 76: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

62

b. Pendekatan Situasional

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional biasanya disebut sebagai

Situasional Crime Prevention, perhatian utamanya adalah mengurangi

kesempatan seseorang atau kelompok untuk melakukan pelanggaran.

c. Pendekatan Kemasyarakatan

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan disebut sebagai

Community Based Prevention, segala langkahnya ditujukan untuk

memperbaiki kapasitas masyarakat untuk mengurangi kejahatan dengan jalan

meningkatkan kapasitas mereka untuk menggunakan kontrol sosial formal.

Masalah pencegahan kejahatan dapat dilakukan dengan 2 teori pencegahan

kejahatan yaitu dengan cara tindakan Preventif dan tindakan Represif. Menurut

E.H. Sutherland dan Cressey yang mengemukakan bahwa dalam crime prevention

dalam pelaksanaannya ada dua buah metode yang dipakai untuk mengurangi

frekuensi dari kejahatan,78

yaitu :

e. Metode untuk mengurangi pengulangan dari kejahatan

Yakni suatu cara yang ditujukan kepada pengurangan jumlah residivis

(pengulangan kejahatan) dengan suatu pembinaan yang dilakukan secara

konseptual.

b. Metode untuk mencegah kejahatan pertama kali (the first crime) Yakni satu

cara yang ditujukan untk mencegah terjadinya kejahatan yang pertama kali

(the first crime) yang akan dilakukan oleh seseorang dan metode ini juga

dikenal sebagai metode preventif (prevention).

78

Romli Atmasasmita , Op.Cit, hlm. 66

Page 77: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

63

1. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan apabila kejahatan belum

terjadi atau tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk pencegahan agar tidak

terjadi suatu kejahatan. Terhadap penanggulangan preventif Soedjono

Dirdjosisworo mengemukakan bahwa :

Upaya membina dan mendidik untuk masyarakat kembali, hakikatnya bermaksud

untuk mencegah (preventif). Secara lebih umum upaya penanggulangan

kriminalitas dilakukan dengan apa yang dinamakan metode moralistic dan metode

abolisionistik. Moralistik dilakukan dengan cara membina mental spiritual yang

bias dilakukan oleh para ulama, para pendidik dan lain-lain. Sedangkan cara

abolisionistik adalah cara penanggulangan bersifat konsepsional yang harus

direncanakan dengan dasar penelitian kriminologi, dan menggali sebab-

musababnya dari berbagai faktor yang berhubungan.79

Tindakan preventif juga disebut sistem non Penal. Sistem Non Penal adalah

pemberian pengarahan, ceramah-ceramah yang sifatnya positif (sifatnya

preventif). Cara preventif dapat dilakukan dengan dua obyek sistem pencegahan

atau penanggulangan yaitu :

a. Sistem Abiolisionistik

Yang dimaksud dengan sistem ini adalah penanggulangan kejahatan dengan

menghilangkan faktor-faktor yang menjadi sebab musabab kejahatan. Cara ini

sangat berhubungan dengan perkembangan studi tentang sebab-sebab kejahatan,

yang memerlukan pengembangan teori dan penelitian-penelitian lapangan.

b. Sistem Moralistik

Yang dimaksud dengan sistem ini adalah penanggulangan kejahatan melalui

penerangan atau penyebarluasan dikalangan masyarakat sarana-sarana untuk

memperteguh moral dan mental seseorang agar dapat terhindar dari nafsu ingin

berbuat jahat.

79

Soedjono D, Op.Cit, hlm.19-20

Page 78: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

64

2. Tindakan Represif

Tindakan represif mempunyai pengertian merupakan tindakan yang dilakukan

apabila kejahatan telah terjadi atau tindakan-tindakan seperti mengadili, menjatuhi

hukuman terhadap seseorang yang melakukan kejahatan. Cara repressif adalah

dengan jalan memberikan tindakan : Sistem Penal. Yang dimaksud dengan sistem

penal adalah tahapan penangkapan yang dilanjutkan dengan pemberian hukuman.

Abdulsyani dalam sistem penal ini beliau menggunakan istilah Punishment

(penghukuman). Yang dimaksudkan dengan penghukuman ini adalah sebagai

suatu rangkaian pembalasan atas perbuatan si pelanggar hukum.80

Penghukuman

merupakan tindakan untuk memberikan penderitaan terhadap pelaku kejahatan

yang sebanding atau mungkin lebih berat dari akibat yang ditimbulkan oleh

perbuatan kejahatan tersebut, apakah ia berupa hukuman pemenjaraan ataupun

hukuman yang bersifat penderaan.

W.A.Bonger menyebutkan hal tersebut sebagai politik kriminal karena disini yang

memberikan atau yang menjatuhkan hukuman pada seseorang adalah lembaga

pemerintahan. Dalam hukum pemidanaan Indonesia sistem penal ini dikenal

dengan sistem pemasyarakatan. Dalam hal ini Sahardjo dikutip oleh Soedjono

Dirdjosisworo, mengatakan bahwa : dengan singkat tujuan pidana penjara adalah

pemasyarakatan yang mengandung makna bahwa tidak hanya masyarakat yang

diayomi terhadap diulanginya perbuatan jahat oleh narapidana, tetapi juga orang-

orang yang menurut Sahardjo telah tersesat diayomi oleh pohon beringin dan

diberikan bekal hidup sehingga akan berfaedah didalam masyarakat Indonesia.81

80

Abdulsyani, Sosiologi Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makassar,1987, hlm. 137. 81

Soedjono D, Op.Cit, hlm. 31

Page 79: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

110

IV. PENUTUP

A. Simpulan

1. Anak menjadi pelaku begal di Kabupaten Tanggamus didominasi oleh latar

belakang kemiskinan, secara kriminologi terdapat dua faktor penyabab yaitu

faktor internal yang berasal dari aspek kepribadian anak yaitu sikap dan

intelejensi (kecerdasan) anak yang rendah, psikologis anak berupa gangguan

mental yang diakibatkan oleh konsumsi alcohol berakibat anak sulit

mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan sehingga tidak dapat

membedakan mana yang baik dan buruk. Sedangkan faktor eksternal berasal

dari keluarga berlatar belakang kemiskinan, mengalami permasalahan keluarga

seperti kurangnya perhatian dari kedua orang tua serta broken home, faktor

pengaruh pergaulan yang salah, faktor media berupa pengaruh tontonan dan

video game yang bersifat kekerasan dan faktor wilayah berpotensi begal

dimana masyarakat lalai dalam menciptakan atau menjaga sistem keamanan

lingkungan.

2. Upaya penanggulangan kejahatan begal yang dilakuakan oleh anak di

Kabupaten Tanggamus oleh pihak Kepolisian Resor Tanggamus dengan

diimplementasikannya upaya penal (refresif) bekerja setelah kejahatan terjadi

dengan fokus utama pada pelakunya dan non penal (preventif) yang bekerja

Page 80: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

111

sebelum kejahatan terjadi yaitu melakukan langkah-langkah antisipasi berupa

tindakan pencegahan. Sarana penal (refresif) terhadap anak sebagai pelaku

begal dilakukan dengan berusaha menemukan kembali barang hasil

pembegalan, mengadakan pemeriksaan dan menghimpun bukti untuk dapat

melakukan penangkapan dan penahanan untuk melakukan proses penyidikan

yang juga akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih

lanjut, dan memberikan penghukuman sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dalam hukum pidana dengan berorentasi pada pembinaan dan

perbaikan anak pelaku begal bertujuan agar anak dapat kembali kemasyarakat

minimal tidak akan mengulangi kejahatan yang telah dilakukan. Selanjutnya

sarana non penal (preventif) yang dilakukan adalah dengan cara memadukan

berbagai unsur yang berkaitan dengan mekanisme peradilan pidana serta

partisipasi masyarakat seperti mengaktifkan dan memperketat pos siskamling.

Kepolisian berkunjung ke sekolah untuk memberikan penyuluhan, himbauan

berhati-hati mengendari sepeda motor, melakukan sweeping, strong point dan

menggandeng media massa menyampaikan pentingnya menaati hukum yang

berlaku dan informasi kejahatan yang sedang marak terjadi.

B. Saran

Berdasarkan hasil uraian pembahasan dan kesimpulan, saran dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kepada Polres Tanggamus yang berperan sebagai mitra masyarakat

diharapkan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas sehingga lebih

cekatan dalam menangani dan penyelesaian setiap kasus kejahatan begal

terutama yang dilakukan oleh anak, sehingga wilayah-wilayah yang

Page 81: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

112

berpotensi kejahatan begal dapat diamankan untuk mempersempit gerak

anak untuk melakukan begal.

2. Kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus

juga stakeholder yang ada dan unsure terkait lainnya diharapkan

bekerjasama dalam menangani, memperhatikan, dan memenuhi hak-hak

anak, menciptakan kota (daerah) layak anak, ramah bagi tumbuh kembang

anak, menciptakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi positif dan berbudi

luhur agar anak-anak mengetahui akan pentingnya untuk tidak melakukan

kejahatan.

Page 82: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku:

Abdulsyani. 1987. Sosiologi Kriminologi. Pustaka Refleksi. Makassar.

Abidin, Farid Andi Zaenal, 1995. Hukum Pidana I. Grafika. Jakarta.

Achmad, Deni, dan Firganefi. 2016. Pengantar Kriminologi & Viktiminologi.

Justice Publisher. Bandar Lampung.

Adang, Yesmil Anwar. 2013. Krimonologi. PT Refika Aditama. Bandung.

Alam, A.S. 2010. Pengantar Kriminologi. Pusat Refleksi. Jakarta.

Ali, Zaidan M. 2016. Kebijakan Kriminal. Sinar Grafika. Jakarta.

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP, Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Atmasasmita, Romli. 2006. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Tarsito.

Bandung.

Arief, Barda Nawawi. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Kencana.

Jakarta.

-------------. 2000. Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan

Pidana Penjara. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

-------------. 2001. Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Barry, Zakaria Ahmad Al. 1993. Hukum Anak dalam Islam. Bulan Bintang.

Jakarta.

Dirdjosisworo, Soejono. 1994. Sinopsis Kriminologi Indonesia. Mandar Maju,

Bandung.

Page 83: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

Djamali, R. Abdoel. 2005. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. PT.Raja Grapindo

Persada, Bandung.

Djamil, Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Sinar Grafika. Jakarta.

Ediwarman. 2014. Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminologi.

Genta Publishing. Yogyakarta.

Fajar, Mukti dkk. 2009. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Gultom, Maidin. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem

Peradilan Anak di Indonesia. Refika Aditama. Bandung.

Gumilang, A. 1993. Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik dan Taktik

Penyidikan, Angkasa. Bandung.

Huda, Chairul. 2006. “Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” Menuju Kepada “Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan” : Tinjauan Kritis Terhadap

Teori Pemisahan Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidan. Kencana

Prenadamedia. Jakarta.

Joni, M dan Zulchaina Z. Tanamas. 1995. Aspek Hukum Perlindungan Anak

dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Kartono, Kartini. 1981. Gangguan-Gangguan Psikis. Sinar Baru. Bandung.

Kartasaputra, Momon. 2008. Azas-asas Kriminologi. Remaja Karya. Bandung.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers. Jakarta.

Muladi, Diah Sulistyani. 2016. Kompleksitas Perkembangan Tindak Pidana dan

Kebijakan Kriminal. PT. Alumni. Bandung.

Mulyadi, Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia, Teori, Praktik dan

Permasalahannya. Mandar Maju. Bandung.

Mustafa, Muhammad. 2007. Metodelogi Penelitian Kriminologi. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.

Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Poerwodarminto, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Prinst, Darwin. 2003. Hukum Anak Indonesia. Citra Adiyta Bakti. Bandung.

Page 84: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

Prakoso, Abintoro. 2013. Krimininologi & Hukum Pidana. Laksbang Grafika.

Yogyakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika

Aditama. Jakarta.

Rahardi, H.Pudi Hukum. 2007. Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi

POLRI). Laksbang Mediatama. Surabaya.

Raharjo, Sacipto. 2000. Ilmu Hukum. Citra Adhitya Bhakti. Jakarta.

Sadjijono. 2010. Memahami Hukum Kepolisian. LaksBang Persindo.Yogyakarta.

Santoso, Topo, dan Eva Achajani Ulfa. 2003. Kriminologi, Cetakan Ke-3. PT.

Grafindo Persada. Jakarta.

Sahetapy, dan Mardjono Reksodiputro. 1982. Paradoks dalam Kriminologi.

Rajawali. Jakarta.

Saraswati, Rika. 2015. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. PT. Citra Aditya

Bakti. Jakarta.

Shafrudin. 1998. Politik Hukum Pidana, Universitas Lampung. Bandar lampung.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.

Jakarta.

Soetedjo, Wagiati. 2000. Hukum Pidana Anak. PT. Radika Aditama. Bandung.

Soegiono. 2009. Kriminologi. Alumni. Bandung.

Soesilo,R. 1985. Kriminologi (Pengetahuan tentang sebab-sebab Kejahatan).

Politea. Bogor.

Sunggono, Bambang. 2016. Metodelogi Penelitian Hukum. Cetakan ke-16. PT.

Grafindo Persada. Jakarta.

Susanto, Anthon F. 2010. Teori-Teori Hukum. Refika Aditama. Bandung.

Susanto, I.S. 2011. Kriminologi. Genta Publishing. Yogyakarta.

Umam, Aminal. 2011. Ketidakadilan Dalam Penanganan Kejahatan Narkoba,

Masalah Hukum Varia Peradilan, Edisi No.303, Ikahi. Jakarta.

Utami, Indah Sri. 2012. Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi. Thafa Media.

Yogyakarta.

Page 85: KEJAHATAN BEGAL YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI …digilib.unila.ac.id/54522/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i kejahatan begal yang dilakukan oleh anak di kabupaten tanggamus (perspektif

Wadong, M.Hassan. 2012. Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Grasindo

Jakarta.

Weda, Made Darma. 1996. Kriminologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Widiyanti, Ninik, Yulius Waskita. 1987. Kejahatan dalam Masyarakat dan

Pencegahannya. Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

Internet:

http;/www.tanggamus.go.id

http;//TribunLampung.go.id

http://suara.com/news/2015/03/12/063000/asal-usul-istilah-begal

Koran :

Rakyat Lampung Edisi koran harian,