19
Patofisiologi Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron disebabkan oleh : 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. 2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel

Kejang dan kejang demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Masalah demam

Citation preview

PENGERTIAN

Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron disebabkan oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius.

PENGERTIANKejang adalah gangguan sistem SSP lokal atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.

Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu rectal diatas 38C atau suhu tubuh diatas 39C yang disebabakan oleh proses Ekstra Kranium (diluar rongga tengkorak).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980),

Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.ETIOLOGI1. Gangguan vaskulera. Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler.

b.Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural.

c. Trombosis

d. Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K

e. Sindroma hiperviskositas

2. Gangguan metabolismea. Hipokalsemia

b.Hipomagnesemia

c. Hipoglkemia

d. Amino Asiduria

e. Hipo dan hipernatremia

f. Hiperbilirubinemia

g.Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.

3. Infeksi a. Meningitis

b.Enchepalitis

c. Toksoplasma kongenital

d. Penyakit cytomegali inclusion

4. Toksika. Obat konvulsion

b.Tetanus

c. Echepalopati timbal

d. Sigelosis Salmenalis

5. Kelainan kongenitala. Paransefali

b.Hidrasefali

6. Lain- laina. Narcotik withdraw

b.Neoplasma

Faktor faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain : 1. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak

2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak. 3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.

6. Gabungan semua faktor tersebut diatas. KLASIFIKASISecara umum dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Konvulsi akut ( Non rekuren)Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 3 tahun pertama insidennya terus menerus mencapai usia 6 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang. 2. Konvulsi kronik ( Rekuren ) Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi : a. Epilepsi IdiopatikGamabaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang idiopatik. b. Epilepsi OrganikDapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental. c. Epilepsi Tonik- Klonik Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik klonik. Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih dappat terjadi 1 2 hari. d. Epilepsi ( Absenses )Petit Mal Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot otot badan dan anggota tubuh. e. Epilepsi PsikomotorikBerupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain. f. Kejang Partial Vokal ( Epilepsi Jackson )Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan, lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.

g. Kejang Mioklonik InfantilTerjasdi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu :

Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab organik lainnya.

Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia kronologisnya.

h. Kejang Mioklonik dan Akinetik Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak. i. Kejang NokturalMimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.

j. Kejang Induksi Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah sifat ini. GAMBARAN KLINISTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kabanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menurut FKUI RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.3. Kejang bersifat umum.

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5. Pemeriksaaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.PROGNOSISRisiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor : 1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga 2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas maka :1. Dikemidian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 % saja.2. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersifat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.PENATALAKSANAAN1. Memberantas kejang secepat mungkin.Bila penderita datang dalam keadaan stsatus konfusifus, obat pilihan utama adalah Diazepam yang diberikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80-90 % dengan efek terapeutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu :

a. BB kurang dari 10 kg : 0,5 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam semprit 2,5 mg. b. BB 10 20 kg : 0,5 mg /kg BB dengan minimal dalam semprit 7,5 mg.c. BB diatas 20 kg : 0,5 mg /kg BB.Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.2. Pengobatan penunjangSebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang.a. Semua pakaian ketat dibuka.

b. Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung.

c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intubasi atau trakeostomi.

d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolik dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4 mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis, Prometazon 4-6 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dan glukokortikoid.

3. Pengobatan rumatan.Dibagi 2 bagian :

a. Profilaksis Intermiten

Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik.

b. Profilaksis jangka panjang.

Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis yang terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari.

4. Mencari dan mengobati penyebab.

Pasien yang datang dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti :a. Pungsi lumbal.

b. Darah lengkap.

c. Gula darah.

d. Elektrolit (Kalium,Magnesium, Natrium)

e. Faal hati

f. Foto tengkorak.

g. EEG

h. Enchepalografi

PENGKAJIANHal-hal yang perlu dikaji pada anak yang mengalami kejang :

1. Riwayat kesehatan bayi atau anak.

Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis, neoplasma, immunosupresi, infeksi telinga dalam ataum infeksi ekstra kranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tumor otak yang merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga sangat perlu dilakukan anamnese.

2. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama terjadi pada anak golongan umur 6 bulan 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia anak dan organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.

3. Psikososial atau faktor perkembangan.

Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping, pengalaman dengan penyakit sebelumnya.

4. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.5. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam6. Lama berlangsungnya kejang.

7. Frekuensi terjadinya kejang dalam 1 tahun.8. Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.Pengkajian Neurologik 1. Tanda Tanda Vital

Suhu, tekanan darah, denyut jantung, TD, Denyut nadi. 2. Hasil pemeriksaan kepala

a. Fontal : menonjol, rata, dan cekung.

b. Lingkar kepala ( di bawah umur 2 tahun )c. Bentuk umum.

3. Reksi pupil

a. Ukuran

b. Reaksi terhadap cahaya

c. Kesamaan respons

4. Tingkat kesadaran

a. Kewaspadaan (respon terhadap panggilan dan perintah )

b. Iritabilitas

c. Letargi dan rasa mengantuk

d. Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Afek

Alam perasaan, labilitas.

6. Aktivitas kejang

Jenis dan lamanya.

7. Fungsi sensoris

a. Reaksi terhadap nyeri

b. Reaksi terhadap suhu

8. Refleks

a. Refleks tendo superfisial dan dalam

b. Adanya refleks patologik ( misalnya : Babinski )

9. Kemampuan intelektual

a. Kemampuan menulis dan menggambar

b. Kemampuan membaca

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak. 2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot pernapasan, aspirasi. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah. 4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap anak. B. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Resiko tinggi terjadi njury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak. Intervensi : a. Pre Konvulsif

Mengidentifikasi faktor resiko pre konvulsif untuk penyakit kejangSingkirkan benda benda yang ada di sekitar anak yang dapat melukainya. Monitor cardiopulmonal secara terus menerus

Kaji kadar gula darah

Sediakan dan dekatkan peralatan suction

Sediakan O2 sesuai dengan indikasi

b.Konvulsif

Baringkan anak ditempat yang rata. Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang terlibat dan frekuensi kejang. Atur pemberian pengobatan ( contoh Diazepam )

Pertahankan jalan nafas ( Airway )

Pastikan klien dalam keadaan aman.c. Post Konvulsi

Monitor TTV dan kesadaran klien

Pertahankan jalan nafas efektif.

Setelah anak bangun dan sadar berikan minum hangat, cairan untuk rehidrasi. Sediakan oral hygiene.

Apabila kejang terlalu lama atau terjadi kejang berulang, segera bawa anak ke RS untuk menghindari gejala sisa.

2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot pernapasan, aspirasi.Intervensi : a. Baringkan pasien dengan sikap extensi / miringkan kepala klien untuk mencegah aspirasi.b.Berikan O2 ( 1- 2 liter / menit ) bila berat, berikan hingga 4 liter. c. Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah supaya lidah tidak tergigit.d. Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan ( misalnya ikat pinggang, gurita dan lain sebagainya ).e. Observasi TTV secara kontinue setiap jam.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah. Intervensi :

a. Anjurkan orang tua mengenal kelainan alami kejang.

b.Diskusikan pengobatan, dosis, frekuensi, tujuan, efek samping, dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kesalahan dosis.

c. Diskusikan rencana perawatan di rumah, serta perawatan selama kejang

d. Ajarkan kepada orang tua bagaimana cara mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama yang aman dan legal.

4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap anak. Intervensi : a. Jelaskan perilaku anak selama / setelah kejang kepada anak dan orang tua. Jangan sampai anak mengalami rasa malu akan perilakunya.

b.Informasikan kepada keluarga akan pentingnya memperlakukan anakanak mereka seperti anak anak yang lain.

c. Bantu orang tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak yang tepat.

d. Siapkan anak untuk menentukan atau melakukan kegiatan perkembangan anak yang tepat.

e. Dampingi anak / orang tua untuk mempergunakan sumber sumber koping yang tepat.

EVALUASI1. Anak terbebas dari cedera fisik.

2. Aktivitas kejang dapat dicegah atau dikendalikan. 3. Kerusakan sistem saraf otak tidak terjadi 4. Penurunan kesadaran tidak terjadi.

5. Anak memiliki harga diri dan citra diri yang meningkatkan kesejahteraan.Daftar pustakaMansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.