Upload
praktikum-tpsusu
View
10
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keju merupakan produk berbasis keju yang dibuat dengan cara, mengkoagulasi kasein dengan bantuan enzim rennet atau dengan bantuan mikroorganisme asam laktat sehingga terbentuk curd.
Citation preview
KEJU
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:Nama : Florencia Kinthan K.P.
NIM : 13.70.0129Kelompok A4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2016
1
1. TOPIK DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Pengolahan Susu kali ini topik yang akan dibahas serta
produk yang akan dihasilkan adalah “Keju”. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 19 Mei 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan Unika Soegijapranata.
Praktikum dimulai dari pukul 15.00 WIB. Asisten dosen yang bertugas adalah Rr.
Panulu dan Graytta Intania. Jenis susu yang digunakan dalam praktikum pembuatan
keju kali ini adalah susu segar, susu full cream, dam susu skim. Keju yang dibuat pada
praktikum kali ini ada 2 jenis, yaitu Ricotta Cheese dan Queso Blanco Fresco. Tujuan
dari praktikum ini yaitu, mengetahui prinsip pembuatan soft cheese yang berdasarkan
koagulasi dengan menggunakan kombinasi asam dan juga panas, serta mengetahui
pengaruh variasi jenis susu terhadap kualitas soft cheese yang dihasilkan.
2
1. HASIL PENGAMATAN
Karakteristik keju Ricotta dan Queso blanco yang dibuat pada praktikum ini dapat
disajikan pada Tabel 1. dan Tabel 2.
Tabel 1. Pengamatan Karakteristik Keju Ricotta
Ke Bahan Gambar p Tekstur
Warna
Aroma Rasa
A1 Susu sapi segar 6, ++ + ++ ++++
A2 Susu full cream cair
6, + + ++ ++++
A3 Susu skim cair 5 ++ ++ +++ ++++
A4Susu skim :
susu full cream (1:1)
6, ++ ++ ++ +++
A5Susu skim :
susu full cream (1:2)
5 + + + +++
Keterangan :Tekstur Warna+ : Cair + : Putih++ : Kurang Lembut ++ : Putih Kekuningan+++ : Lembut +++ : Kuning++++ : Keras ++++ : Sangat Kuning
Aroma Rasa+ : Tidak Beraroma + : Tidak Asin++ : Aroma Susu ++ : Kurang Asin
3
4
+++ :Aroma Keju +++ : Asin++++ :Sangat Beraroma Keju ++++ : Sangat AsinDari Tabel 1 tiap-tiap kelompok menghasilkan Ricota Cheese yang berbeda-beda. Pada
kelompok A1 dengan bahan susu sapi segar menghasilkan Ricota Cheese dengan pH
sebesar 6, tekstur yang kurang lembut, warna yang putih, aroma susu, serta rasa yang
sangat asin. Pada kelompok A2 dengan bahan susu full cream cair menghasilkan Ricota
Cheese dengan pH sebesar 6, tekstur yang cair, warna yang putih, aroma susu, serta rasa
yang sangat asin. Pada kelompok A3 dengan bahan susu skim cair menghasilkan Ricota
Cheese dengan pH sebesar 5,5, tekstur yang kurang lembut, warna yang putih
kekuningan, aroma keju, serta rasa yang sangat asin. Pada kelompok A4 dengan bahan
kombinasi susu skim dan susu full cream (1:1) menghasilkan Ricota Cheese dengan pH
sebesar 6, tekstur yang kurang lembut, warna yang putih kekuningan, aroma susu, serta
rasa yang asin. Sedangkan pada kelompok A5 dengan bahan kombinasi susu skim dan
susu full cream (1:2) menghasilkan Ricota Cheese dengan pH sebesar 5,5, tekstur yang
cair, warna yang putih, tidak beraroma, serta rasa yang asin.
5
Tabel 2. Pengamatan Karakteristik Keju Queso blanco
KeBahan
Gambar p Tekstur
Warna
Aroma
Rasa
A1 Susu sapi segar5
++ + ++++++
+
A2 Susu full cream cair5
+++ ++ ++++++
+
A3 Susu skim cair5
++++ +++ ++++++
+
A4Susu skim : susu
full cream (1:1)4
++++ ++ ++++
+
A5Susu skim : susu
full cream (1:2)5
+ + + +++
Keterangan :Tekstur Warna+ : Cair + : Putih++ : KurangLembut ++ : PutihKekuningan+++ : Lembut +++ : Kuning++++ : Keras ++++ : Sangat Kuning
Aroma Rasa+ : Tidak Beraroma + : Tidak Asin++ : Aroma Susu ++ : Kurang Asin+++ :Aroma Keju +++ : Asin++++ :Sangat Beraroma Keju ++++ : Sangat Asin
6
Dari Tabel 2 tiap-tiap kelompok menghasilkan Queso Blanco cheese yang berbeda-
beda. Pada kelompok A1 dengan bahan susu sapi segar menghasilkan Queso Blanco
cheese dengan pH sebesar 5, tekstur yang kurang lembut, warna yang putih, aroma keju,
serta rasa yang sangat asin. Pada kelompok A2 dengan bahan susu full cream cair
menghasilkan Queso Blanco cheese dengan pH sebesar 5, tekstur yang lembut, warna
yang putih kekuningan, aroma keju, serta rasa yang sangat asin. Pada kelompok A3
dengan bahan susu skim cair menghasilkan Queso Blanco cheese dengan pH sebesar 5,
tekstur yang keras, warna yang kuning, aroma keju, serta rasa yang sangat asin. Pada
kelompok A4 dengan bahan kombinasi susu skim dan susu full cream (1:1)
menghasilkan Queso Blanco cheese dengan pH sebesar 4,5, tekstur yang keras, warna
yang putih kekuningan, tidak beraroma, serta rasa yang sangat asin. Sedangkan pada
kelompok A5 dengan bahan kombinasi susu skim dan susu full cream (1:2)
menghasilkan Queso Blanco cheese dengan pH sebesar 5, tekstur yang cair, warna yang
putih, tidak beraroma, dan rasa yang asin.
2. PEMBAHASAN
Keju merupakan produk berbasis keju yang dibuat dengan cara, mengkoagulasi kasein
dengan bantuan enzim rennet atau dengan bantuan mikroorganisme asam laktat
sehingga terbentuk curd (Ramkant, 2006 dalam Dhuol, 2013). Adapun jenis keju
berdasarkan kadar air yang dimilikinya, yaitu:
Soft cheese atau keju lunak yang memiliki kadar air berkisar 50-80%.
Semi soft cheese atau keju semi lunak yang memiliki kadar air 40 hingga 50%.
Hard cheese atau keju keras yang memiliki kadar air berkisar kurang dari 39%.
(Potter & Hotchiss, 1995).
2.1. Prinsip Kerja
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, keju dapat dibuat dengan cara mengkoagulasi
kasein dengan bantuan enzim rennet atau dengan bantuan mikroorganisme asam laktat
sehingga terbentuk curd dan bakteri asam laktat akan menghasilkan asam (Ramkant,
2006 dalam Dhuol, 2013). Maka dari itu, penggunaan asam ini tidak bergantung pada
aktivitas enzim pembuat keju, tapi bisa dari kombinasi menggunakan panas (Johnson,
2001). Keju dibuat dengan menggumpalkan protein susu menggunakan senyawa asam
dan dikombinasikan dengan panas. Oleh karena itu, metode inilah yang digunakan
untuk pembuatan produk keju ricotta cheese dan queso blanco cheese.
Praktikum kali ini dilakukan proses pembuatan 2 jenis keju yang berbeda yaitu ricotta
cheese dan queso blanco cheese. Kedua jenis keju ini memiliki kandungan air yang
cukup tinggi sehingga tergolong sebagai soft cheese. Pada dasarnya, ricotta chesese
merupakan jenis keju yang terbuat dari whole milk (Arinda, 2013). Ricotta cheese dapat
dibuat dari susu utuh, whey, susu sapi, atau campurannya. Karakteristik yang terbentuk
dari ricotta cheese yaitu tekstur yang lembut, creamy, serta aroma yang enak. pH ricotta
cheese berkisar 5 karena jenis keju ini memiliki kandungan air yang cukup banyak
(Pizzillio, 2005 dalam Kamel, 2013).
Selain itu, ricotta cheese memiliki flavor yang ringan sehingga sering digunakan untuk
meningkatkan flavor pada salad (Kosikowski, 1982 dalam El-Sheikh, 2010). Sedangkan
queso blanco cheese adalah jenis keju yang dibuat dengan metode pengasaman
7
8
langsung (tanpa proses pematangan). Karakteristik yang terbentuk dari keju jenis ini
yaitu tekstur lumak serta berwarna putih (Suhartati & Sumarmono, 2012). Teknik direct
acidification pada pembuatan keju akan menghasilkan keju yang lebih lunak dibanding
dengan pembuatan keju menggunakan teknik starter acidification. Selain itu, metode
direct acidification akan menghasilkan keju yang memiliki kadar air yang lebih tinggi
dibanding dengan metode pembuatan keju lainnya (Arinda, 2013).
2.2. Pembuatan Ricotta Cheese
Langkah pertama yang dilakukan yaitu, susu sebanyak 750 ml dipanaskan pada suhu
720C selama 15 detik. Tujuan dari proses pemanasan adalah untuk membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi (Brule & Lenoir, 1987). Bahan
pada masing-masing kelompok berbeda-beda yaitu, susu sapi segar, susu full cream
cair, susu skim cair, kombinasi antara susu skim serta full cream dengan perbandingan
1:1 atau 1:2. Kemudian, cuka ditambahkan sebanyak 7,5 ml lalu diaduk perlahan selama
1 menit. Fungsi dari cuka adalah dalam pemisahan kasein dimana susu akan terpisah
dari kaseinnya, sehingga terjadi pembentukan lapisan yang akan muncul di permukaan
susu (Brule & Lenoir, 1987).
Proses selanjutnya adalah penambahan garam sebanyak 15 gram serta curd akan
terbentuk. Penambahan garam berfungsi untuk menurunkan tingkat keasaman,
menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat mengkontaminasi, dan mengdehidrasi
keju dari whey yang tersisa (Irvine & Hill, 1985). Selain itu, penambahan garam akan
meningkatkan cita rasa serta tekstur dari keju (Rahman, 1992). Selanjutnya adonan keju
ditutup dan dibiarkan selama 2 jam sampai curd terbentuk. Proses ini biasa disebut
sebagai proses pemeraman. Proses pemeraman ini berfungsi untuk menghasilkan keju
dengan kualitas yang baik (Koswara, 2009). Setelah curd terbentuk, kemudian
dilakukan penyaringan dan pemerasan sampai whey terpisah. Kemudian, dilakukan
pengujian fisik serta sensori dari ricotta Cheese yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pada kelompok A1
(bahan susu sapi segar) menghasilkan ricotta cheese dengan pH sebesar 6, tekstur yang
kurang lembut, warna yang putih, aroma susu, serta rasa yang sangat asin. Pada
9
kelompok A2 (bahan susu full cream cair) menghasilkan ricotta cheese dengan pH
sebesar 6, tekstur yang cair, warna yang putih, aroma susu, serta rasa yang sangat asin.
Pada kelompok A3 (bahan susu skim cair) menghasilkan ricotta cheese dengan pH
sebesar 5,5, tekstur yang kurang lembut, warna yang putih kekuningan, aroma keju,
serta rasa yang sangat asin. Pada kelompok A4 (bahan kombinasi susu skim dan susu
full cream (1:1)) menghasilkan ricotta cheese dengan pH sebesar 6, tekstur yang kurang
lembut, warna yang putih kekuningan, aroma susu, serta rasa yang asin. Sedangkan
pada kelompok A5 (bahan kombinasi susu skim dan susu full cream (1:2))
menghasilkan ricotta cheese dengan pH sebesar 5,5, tekstur yang cair, warna yang
putih, tidak beraroma, serta rasa yang asin.
Rata-rata pada setiap kelompok menghasilkan pH yang berada diantara 5,5 - 6. Hasil
tersebut sudah sesuai dengan teori, bahwa pH pada ricotta cheese berada pada kisaran 5
(Arinda, 2013). Dari segi tekstur, hasil yang diperoleh pada masing-masing kelompok
berbeda, karena bahan yang digunakan pada masing-masing kelompok berbeda.
Semakin tinggi kadar lemak susu yang digunakan, maka akan menghasilkan keju
dengan tekstur yang semakin lembut (Novidia, 2003). Dari teori itu, seharusnya keju
dengan bahan susu full cream menghasilkan tekstur yang lembut dibanding dengan
yang lain. Sedangkan keju yang terbuat dari susu skim akan cenderung memiliki tekstur
yang lebih keras.
Dari segi warna, hampir semua kelompok menghasilkan keju yang berwarna putih
sampai putih kekuningan. Warna keju berkisar pada range putih, putih kekuningan, atau
hingga coklat, tergantung dari lamanya proses pemasakan serta lemak yang ada pada
susu. Semakin lama proses pemeraman keju, maka kandungan susu yang ada di dalam
keju akan semakin banyak sehingga keju berwarna kuning keemasan (Bennion &
Hugghes, 1975). Dari teori yang diperoleh, pada praktikum keju kali ini proses
pemeraman yang dilakukan sangat singkat sehingga warna keju yang terbentuk
cenderung berwarna putih sampai putih kekuningan. Selain itu, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi warna keju yaitu, jenis pakan pada ternak, jumlah lemak, serta
bahan padat.
10
Dari segi aroma yang dihasilkan, hampir setiap kelompok menghasilkan aroma susu.
Hasil ini sudah sesuai karena teori yang ada menyebutkan bahwa, bahwa keju yang
masih alami (tanpa penambahan flavor) memiliki aroma seperti bahan bakunya, yaitu
bau susu (Irvine & Hill, 1985). Selain itu, aroma yang dihasilkan sangat ditentukan dari
lamanya proses pemeraman, dimana semakin lama diperam maka aroma yang muncul
akan semakin kuat karena adanya aktivitas bakteri dalam keju yang mengubah laktosa
menjadi senyawa organik lainnya (Potter, 1987). Sedangkan dari segi rasa, hampir pada
semua kelompok menghasilkan keju yang sangat asin. Rasa asin dari keju berasal
penambahan yang ditambahkan (Rahman et al., 1992).
2.3. Pembuatan Queso Blanco Cheese
Langkah pertama yang dilakukan adalah sebanyak 10 ml cuka diencerkan menggunakan
5 ml air minum. Cuka berfungsi dalam pemisahan kasein dimana susu akan terpisah dari
kaseinnya sehingga mengakibatkan pembentukan lapisan yang akan muncul di
permukaan susu (Brule & Lenoir, 1987). Lalu dilakukan proses pasteurisasi terhadap
susu pada suhu 80oC selama 2 menit. Tujuan dari proses pemanasa ini untuk membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi (Brule & Lenoir, 1987). Lalu,
sebanyak 15 gram ditambahkan serta dilakukan pengadukan secara perlahan. Selama
proses pembentukan keju, penambahan garam berfungsi untuk menurunkan tingkat
keasaman, menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat mengkontaminasi, dan
mengdehidrasi keju dari whey yang tersisa (Irvine & Hill, 1985).
Selanjutnya, diamkan selama 10 menit. Queso Blanco Cheese termasuk ke dalam white
soft cheese yang dalam pembuatannya tidak membutuhkan pemeraman. Akibatnya, keju
yang dihasilkan akan lebih lunak dibandingkan dengan ricotta cheese (Suhartati &
Sumarmono, 2012). Selanjutnya, dilakukan penyaringan dan pemerasan pada curd
hingga whey terpisah. Kemudian, dilakukan pengujian fisik dan sensori dari queso
blanco cheese yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pada kelompok A1
(bahan susu sapi segar) menghasilkan queso blanco cheese dengan pH sebesar 5, tekstur
yang kurang lembut, warna yang putih, aroma keju, serta rasa yang sangat asin. Pada
kelompok A2 (bahan susu full cream cair) menghasilkan queso blanco cheese dengan
11
pH sebesar 5, tekstur yang lembut, warna yang putih kekuningan, aroma keju, serta rasa
yang sangat asin. Pada kelompok A3 (bahan susu skim cair) menghasilkan queso blanco
cheese dengan pH sebesar 5, tekstur yang keras, warna yang kuning, aroma keju, serta
rasa yang sangat asin. Pada kelompok A4 (bahan kombinasi susu skim dan susu full
cream (1:1)) menghasilkan queso blanco cheese dengan pH sebesar 4,5, tekstur yang
keras, warna yang putih kekuningan, tidak beraroma, serta rasa yang sangat asin.
Sedangkan pada kelompok A5 (bahan kombinasi susu skim dan susu full cream (1:2))
menghasilkan queso blanco cheese dengan pH sebesar 5, tekstur yang cair, warna yang
putih, tidak beraroma, serta rasa yang asin.
Dari segi tekstur yang diperoleh, keju yang terbuat dari susu full cream memiliki tekstur
yang lembut sedangkan keju yang terbuat dari susu skim memiliki tekstur keras.
Semakin tinggi kadar lemak susu yang digunakan pada pembuatan keju, maka keju
yang dihasilkan akan semakin lembut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapat sudah sesuai dengan teori yang ada (Novidia, 2003). Dari segi warna yang
diperoleh, warna keju yang terbentuk berkisar antara warna putih sampai kuning.
Adanya perbedaan hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pakan pada
ternak, jumlah lemak, serta bahan padat. Selain itu, warna keju berada pada range putih,
putih kekuningan, atau sampai coklat. Hal ini tergantung dari lamanya proses
pemasakan serta lemak yang ada pada susu (Bennion & Hugghes, 1975). Dari segi
aroma yang diperoleh, rata-rata keju yang dihasilkan beraroma keju. Proses pemeraman
sangat menentukan aroma, dimana semakin lama diperam maka aroma yang terbentuk
akan semakin kuat karena adanya aktivitas bakteri dalam keju yang mengubah laktosa
menjadi senyawa organik lainnya (Potter, 1987).
Dari segi rasa yang diperoleh, hampir semua kelompok menghasilkan rasa keju yang
sangat asin. Penyebab dari rasa asin yang berlebihan ini, karena selama proses
pembuatan keju garam serta cuka yang ditambahkan hingga 3 kali lipat agar
terbentuknya curd. Akibatnya, keju yang dihasilkan berasa sangat asin. Dari hasil serta
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan jenis susu yang berbeda akan
berpengaruh terhadap karakteristik keju yang dihasilkan. Keju yang terbuat dari bahan
12
baku susu full cream seharusnya memiliki tekstur yang lembut serta menghasilkan
aroma yang sedap. Sedangkan keju yang terbuat dari susu skim seharusnya memiliki
tekstur yang paling keras karena susu skim mengandung sangat sedikit lemak.
3. KESIMPULAN
Keju merupakan produk berbasis keju yang dibuat dengan cara, mengkoagulasi
kasein dengan bantuan enzim rennet atau dengan bantuan mikroorganisme asam
laktat sehingga terbentuk curd.
Jenis-jenis keju adalah Soft cheese, Semi soft cheese, dan Hard cheese.
Keju dapat dibuat dengan cara mengkoagulasi kasein dengan bantuan enzim rennet
atau dengan bantuan mikroorganisme asam laktat.
Ricotta chesese merupakan jenis keju yang terbuat dari whole milk.
Queso blanco cheese adalah jenis keju yang dibuat dengan metode pengasaman
langsung (tanpa proses pematangan).
Tujuan dari pemanasan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kontaminasi.
Cuka berfungsi memisahkan kasein dimana susu akan terpisah dari kaseinnya
sehingga terjadi pembentukan lapisan yang akan muncul di permukaan susu
Garam berfungsi untuk menurunkan tingkat keasaman, menghambat pertumbuhan
bakteri yang dapat mengkontaminasi, dan mengdehidrasi keju dari whey yang
tersisa.
Semakin tinggi kadar lemak susu yang digunakan, maka keju yang dihasilkan akan
semakin lembut.
Warna keju berada pada range putih, putih kekuningan, atau sampai coklat
tergantung dari lamanya proses pemasakan serta lemak yang ada pada susu.
Lamanya proses pemeraman keju membuat kandungan susu yang ada di dalam keju
akan semakin banyak, sehingga keju berwarna kuning keemasan.
Lamanya pemeraman, membuat aroma yang muncul akan semakin kuat karena
adanya aktivitas bakteri dalam keju yang mengubah laktosa menjadi senyawa
organik lainnya.
Semarang, 27 Mei 2016
Praktikan, Asisten Dosen,- Rr. Panulu
Florencia Kinthan K.P.13.70.0129
13
4. DAFTAR PUSTAKA
Arinda,A., Juni, S., Maridati, S. (2013). Pengaruh Bahan Pengasam dan Kondisi Susu Sapi Terhadap Hasil/ Rendemen, Keasaman, Kadar Air, dan Ketegaran (Firmness) Keju Tipe Mozarella. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (2):455-462.
Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods Sixth edition. Macmillan Publishing Co., Inc. USA.
Brulé, G. and Lénoir, J.(1987). La coagulation du lait. In : Le fromage, A. Eck (Eds.). p. 1-21. Paris: Lavoisier.
Dhuol, K., Hamid, O. (2013). Physicochemical and sensory characteristics of white soft cheese made from different levels of Cassava powder (Manihot esculenta). International Journal of Curent Research and Academic Review.
El-Sheikh., Farrag, A. Ahmed, Z. (2010). Ricotta Cheese from Whey Protein Concentrate. Journal of American Science
Irvine, D.M. & A.R. Hill. (1985). Cheese Technology. Pergamon. Oxford.
Johnson, M. E. (2001). Cheese Products. Di dalam Marth, E. H. & J. L. Steele (Eds.) Applied Dairy Microbiology 2nd Ed. Marcel Dekker, Inc. New York.
Kamel, B., Boubaker, K., Attia, H. (2013). Implementation of ricotta cheese production process in Tunisia. International Food Research Journal 20(5): 2343-2348 (2013)
Koswara, S.(2009).Teknologi Pengolahan Susu. eBookPangan.com. diakses pada tanggal 25 Mei 2016.
Novidia, E. (2003). Keju, Produk Olahan Susu yang Kaya Nutrisi. Harian Pikiran Rakyat Minggu. Jakarta.
Potter, N.N dan J.H. Hotchiss.(1995). Food Science. Chapman & Hall, New York-USA.Rahman, A, et al. (1992). Teknologi Pengolahan Susu. IPB. Bogor.
Suhartati, F.M dan Sumarmono, J. 2012. Yield dan Komposisi Keju Lunak (Soft Cheese) dari Susu Sapi yang Dibuat dengan Teknik Direct Acidification menggunakan Ekstrak Buah Lokal. Jurnal Aplikasi Teknologu Pangan Vol. 1 No. 3, 2012.
14
5. LAMPIRAN
5.1. Laporan Sementara
5.2. Abstrak
15