Upload
praktikumhasillaut
View
15
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum surimi dilaksanakan di lab. rekayasa pangan pada hari senin 26 Oktober 2015 didampingi oleh asisten dosen Yusdika Bayu.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan produk antara surimi dari daging ikan bawal. Praktikum surimi diawali dengan mencuci bersih ikan bawal, kemudian ikan difillet, sehingga diperoleh daging ikan tanpa tulang sirip dan kepala sebanyak 100 gram. Kemudian digiling sambil diberi es, dan dicuci kembali dan disaring. Setelah disaring dan diperas daging ikan giling ditambah dengan sukrosa, garam dan polifosfat dengan konsentrasi yang berbeda- beda tiap kelompok. Kemudian daging disimpan di freezer selama 1 malam. Dan keesokan harinya diamati hardness, WHC, tektur dan aroma dari hasil akhir surimi.
Citation preview
Acara I
SURIMI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh:
Nama : Lia Limiarti
NIM : 13.70.0127
Kelompok E1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
1
1. MATERI DAN METODE
1.1. MATERI
1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, kain saring, penggiling daging,
freezer, milimeter blok, timbangan analitik, plastik, dan texture analyzer.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bawal, garam, gula pasir, polifosfat,
es batu.
1.2. METODE
Ikan bawal dicuci bersih dengan air
mengalir
Daging ikan difilllet dengan cara dibuang bagian
kepala, sirip, ekor, sisik, isi perut, dan kulitnya.
Bagian daging putihnya diambil sebanyak 100 gram.
Daging ikan digiling hingga halus, selama penggilingan dapat
ditambahkan es batu untuk menjaga suhu rendah.
2
Daging ikan dicuci dengan air es sebanyak 3 kali lalu disaring dengan
menggunakan kain saring.
Daging ikan ditambahkan dengan sukrosa sebanyak 2,5% (kelompok 1, 2);
5% (kelompok 3, 4, 5), garam sebanyak 2,5% (kelompok 1, 2, 3, 4, 5), dan
polifosfat sebanyak 0,1% (kelompok 1); 0,3% (kelompok 2, 3); 0,5%
(kelompok 4, 5).
Plastik diikat dan ditaruh di dalam loyang untuk
kemudian dibekukan dalam freezer selama 1 malam.
Setelah dithawing, surimi diuji kualitas sensorisnya
yang meliputi kekenyalan dan aroma.
3
Surimi diukur tingkat kekerasannya dengan
menggunakan texture analyzer.
Surimi dipress dengan
menggunakan presser.
Surimi diukur WHCnya dengan menggunakan milimeter blok untuk kemudian dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
4
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan surimi berdasarkan uji hardness, WHC dan uji sensori dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Surimi
Kel. Perlakuan Hardness
(gf)
WHC
(mg H2O)
Sensori
Kekenyalan Aroma
1 Sukrosa 2,5% + garam 2,5%
+ polifosfat 0,1% 106,73 268087,13 ++ + +
2 Sukrosa 2,5% + garam 2,5%
+ polifosfat 0,3% 110,22 332457,81 ++ + + +
3 Sukrosa 5% + garam 2,5% +
polifosfat 0,3% 152,62 290357,43 ++ + + +
4 Sukrosa 5% + garam 2,5% +
polifosfat 0,5% 91,879 277594,52 ++ + + +
5 Sukrosa 5% + garam 2,5% +
polifosfat 0,5% 123,41 327271,52 + + ++ +
Keterangan :
Kekenyalan Aroma
+ : tidak kenyal + : tidak amis
+ + : kenyal + + : amis
+ + + : sangat kenyal + + + : sangat amis
Dari tabel 1. dapat dilihat hasil uji hardness, WHC dan uji sensori surimi, pada kelompok E1
dengan penambahan sukrosa dan garam 2,5%; serta polifosfat sebesar 0,1% didapatkan hasil
hardness sebesar 106,73 gf dengan Water holding capacity surimi sebesar 268087,13 mg.
Apabila diuji dengan faktor sensoris yang meliputi aroma dan kekenyalan, aroma yang
dihasilkan dari surimi kelompok E1 adalah amis dengan tekstur kenyal. Pada kelompok E2,
dengan penambahan sukrosa dan garam 2,5%; serta polifosfat sebesar 0,3% didapatkan hasil
hardness surimi dari E2 adalah sebesar 110,22 gf dengan water holding capacity sebesar
332457,81 mg. Apabila diuji dengan faktor sensoris yang meliputi aroma dan kekenyalan,
aroma yang dihasilkan dari surimi kelompok E2 adalah sangat amis dengan tekstur kenyal.
Pada kelompok E3, dengan penambahan sukrosa 5% dan garam 2,5%; serta polifosfat sebesar
0,3% didapatkan hasil hardness surimi dari E3 adalah sebesar 152,62 gf dengan water
holding capacity sebesar 290357,43 mg. Apabila diuji dengan faktor sensoris yang meliputi
aroma dan kekenyalan, aroma yang dihasilkan dari surimi kelompok E3 adalah amis dengan
tekstur sangat kenyal. Pada kelompok E4, dengan penambahan sukrosa 5% dan garam 2,5%;
serta polifosfat sebesar 0,5% didapatkan hasil hardness surimi dari E4 adalah sebesar 91,879
5
gf dengan water holding capacity sebesar 277594,52 mg. Apabila diuji dengan faktor
sensoris yang meliputi aroma dan kekenyalan, aroma yang dihasilkan dari surimi kelompok
E4 adalah amis dengan tekstur sangat kenyal. Pada kelompok E5, dengan penambahan
sukrosa 5% dan garam 2,5%; serta polifosfat sebesar 0,5% didapatkan hasil hardness surimi
dari E5 adalah sebesar 123,41 gf dengan water holding capacity sebesar 327271,52 mg.
Apabila diuji dengan faktor sensoris yang meliputi aroma dan kekenyalan, aroma yang
dihasilkan dari surimi kelompok E5 adalah sangat amis dengan tekstur kenyal. Berdasarkan
keseluruhan data apabila dibandingkan, nilai hardness terbesar dan terkecil dihasilkan dari
surimi kelompok E3 dan E4. Sedangkan nilai WHC yang paling besar adalah E2 dan yang
kecil adalah E1. Untuk aroma amis pada surimi kelompok E1, E3 dan E4 sedangkan E2 dan
E5 beraroma sangat amis. Untuk kekenyalan tekstur surimi, kelompok E1, E2 dan E5 adalah
kenyal sedangkan E3 dan E4 sangat kenyal.
6
3. PEMBAHASAN
Surimi merupakan produk olahan ikan setengah jadi atau intermediate product yang dapat
diolah lebih lanjut, dan diperoleh dari produk makanan laut seperti kaki kepiting imitasi,
kerang, udang dan lainnya (Lee, 1984). Surimi memiliki nilai tinggi terutama pada
pengembangan produk olahan ikan. Hal ini dikarenakan oleh surimi yang dapat diproses dan
diolah kembali menjadi berbagai macam produk dan menjadi bahan campuran olahan dalam
pembuatan bakso, sosis, abon dan produk lainnya. Berdasarkan surimi yang biasa diproduksi,
terdapat 2 jenis surimi yaitu mu-en surimi dan ka-en surimi. Faktor yang membedakan 2 jenis
surimi ini adalah ada atau tidaknya penambahan garam pada proses pembuatannya. Mu-en
surimi merupakan produk surimi yang dibuat tanpa menggunakan penambahan garam,
sedangkan ka-en surimi dibuat dengan menggunakan garam pada konsentrasi tertentu
(Agustiani et al., 2006).
Pada praktikum pembuatan surimi, bahan yang digunakan adalah ikan bawal. Ikan bawal
merupakan ikan air tawar (Colossoma macropomum) yang memiliki rasa daging yang gurih
dan enak, walaupun sekarang menjadi alternatif baru. Ikan bawal banyak dibudidayakan
karena memiliki kelebihan seperti mengandung gizi yang cukup tinggi, mudah dibudidayakan
dan harganya terjangkau (Anggraini, 2002).Otot ikan yang memiliki kandungan tinggi
pigmen dan non-struktural lipid yang dapat menyebabkan bau amis. Jenis ikan seperti ini
cocok untuk diolah menjadi surimi yang menekankan kekuatan gel, dimana kekuatan gel
berkorelasi positif dengan tingginya kandungan protein, terutama protein myofibril (aktin dan
miosin) dan rendahnya kandungan lemak (Lagler et al., 1977). Faktor yang menentukan
kualitas surimi adalah kesegaran ikan (Benjakul et al., 2002). Dengan demikian, penanganan
ikan segar sangat penting, dan ikan segar disimpan dalam es apabila akan digunakan untuk
produksi surimi. Untuk mencegah kerusakan dan denaturasi protein myofibrial, penanganan
pasca panen haruslah tepat. Seperti mengkondisikan suhu penyimpanan beku untuk
mengawetkan ikan selama periode waktu yang diperlukan untuk perjalanan antara tempat
penangkapan menuju pabrik pembuatan surimi.
Setiap tahap pembuatan memiliki peran yang penting karena akan mempengaruhi kualitas
akhir surimi. Untuk membuat surimi harus melewati beberapa tahapan secara kontinyu
seperti pencucian yang berulang (leaching), penggilingan, pengepresan, penambahan
senyawa cryoprotectan dan polifosfat sebagai bahan tambahan (food additive) serta
7
dilanjutkan dengan proses pembekuan (Mallett, 1993) atau tanpa pembekuan, yang
diharapkan mempunyai kemampuan fungsional dalam membentuk gel dan mengikat air
(Okada, 1992).
Pembuatan surimi diawali dengan tahap pencucian, dengan mencuci ikan bawal dengan air
yang mengalir atau bersuhu rendah. Prosedur pencucian sangat penting untuk kualitas surimi
karena dapat mengurangi beberapa komponen yang larut dalam air (pigmen heme) serta
meningkatkan kualitas tekstur (Tenuta dan Yesus, 2003). Komponen yang tidak diinginkan
seperti darah, lemak, dan protein pigmen sarkoplasma dapat dikeluarkan melalui tahap
pencucian (Piyadhammaviboon dan Yongsawatdigul, 2010) serta meningkatkan
pembentukan gel surimi selama proses memasak (Han et al., 2009). Selain itu menurut Lanier
& Lee (1992), tidak hanya menghilangkan lemak dan bahan yang tidak diinginkan, seperti
darah, pigmen dan zat yg berbau akan tetapi, dapat meningkatkan konsentrasi protein
miofibrillar sehingga, kemampuan pembentuk gel dapat ditingkatkan. Pendapat yang sama
diungkapkan oleh Okada (1985) bahwa langkah yang dilakukan adalah mencuci dan
menghilangkan protein larut air, lemak dan bahan yang tidak diinginkan seperti darah,
pigmen, dan zat yg berbau, enzim, dan trimetilamina oksida (TMAO). Hal ini meningkatkan
konsentrasi myofibrillar protein (actomyosin), yang meningkatkan kemampuan pembentuk
gel dan elastisitas.
Setelah itu, ikan difillet dengan cara membuang bagian kepala, sirip, ekor, sisik, isi perut dan
kulitnya, untuk diambil bagian daging putihnya sebanyak 100 gram untuk membuat surimi.
Kemudian fillet daging ikan bawal digiling menggunakan blender hingga halus dan ditambah
sedikit es batu kecil- kecil. Tujuan dari penambahan es batu adalah untuk mempertahankan
suhu daging agar tetap segar, denaturasi protein tidak terjadi selama dilakukan pembekuan
dan timbulnya bakteri dapat dicegah (Matsumoto, 1992). Kemudian pada bubur ikan bawal
ditambahkan sukrosa sebanyak 2,5% dari berat sampel 100 gr untuk kelompok E1 dan E2
serta sebanyak 5% dari berat sampel 100 gr untuk kelompok E3, E4 dan E5 serta
ditambahkan juga garam sebanyak 2,5% dari berat sampel 100 gr untuk semua kelompok dan
polifosfat sebanyak 0,1% dari berat sampel 100 gr untuk kelompok E1, 0,3% untuk kelompok
E2 dan E3 serta 0,5% untuk kelompok E4 dan E5. Penambahan sukrosa dan polifosfat sesuai
dengan bahasan dalam jurnal bahwa, krioprotektan adalah sukrosa dan sorbitol (1: 1) dengan
0,3% polifosfat yang ditambahkan sebagai sinergis (Yoon dan Lee, 1990; MacDonald dan
Lanier, 1991). Namun demikian, krioprotektan juga dapat memberikan rasa manis dan nilai
8
kalori yang tinggi untuk surimi (Carvajal et al., 1999). Selanjutnya bubur ikan yang telah
diberi perlakuan sesuai dengan ketentuan masing-masing kelompok, difreezer selama satu
malam. Setelah itu diukur hardness, WHC, dan sensoris yang meliputi aroma dan tekstur.
Untuk mengetahui kandungan air bebas dalam surimi dilakukan perhitungan WHC (Water
Holding Capacity) dengan rumus :
mg H2O = Luas area basah = LA – LB
LA/LB = 1/3a (h0 + 4h1 + 2h2 + ..... + hn)
Penambahan sukrosa bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki daya ikat air (WHC)
dan membentuk tekstur yang lembut dan kompak pada pasta produk olahan surimi.
Sedangkan garam berfungsi sebagai penghambat selektif mikroorganisme pencemar
(pengawet) dengan kemampuan mempengaruhi aktifitas air (aw) dari bahan. Tingginya
kandungan gula (8-10%) yang ditambahkan dapat digunakan untuk mencegah denaturasi
protein selama penyimpanan beku (Parvathy U. & Sajan George.2011). Selain itu,
penambahan garam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kondisi anaerob (Buckle et al.,
1987). Sedangkan penambahan senyawa cryoprotectan yang berfungsi untuk melindungi
produk surimi dari dehidrasi atau kehilangan air pada struktur protein, sehingga dapat
mencegah denaturasi protein (Mallett, 1993). Selain itu menurut Lanier (1992), senyawa
polyphosphat berfungsi meningkatkan water holding capacity, pH dan membantu fungsi
senyawa cryoprotectan. Penambahan senyawa cryoprotectan dan polyphosphat diharapkan
dapat mencegah kerusakan protein dan meningkatkan daya ikat air pada produk surimi
sehingga dapat memberikan sifat fisikokimiawi yang baik terutama dapat membentuk tekstur
surimi yang kompak. Selain polifosfat, masih terdapat senyawa lain yang dapat ditambahkan
dalam pembuatan surimi yang dapat meningkatkan kualitas akhir surimi. Menurut
(Gonçalves dan Passos, 2003;. Ismail dkk, 2010), dengan penambahan asam fosfat, kalsium
karbonat, natrium bikarbonat atau natrium klorida dapat meningkatkan kenampakan surimi
dan meningkatkan daya WHC surimi.
Berdasarkan hasil pengamatan uji hardness, nilai hardness yang terbesar dan terkecil oleh
kelompok E3 dan E4. Untuk nilai hardness yang terbesar dihasilkan oleh kelompok E3
dengan perlakuan penambahan sukrosa sebanyak 5% dan polyphosphate sebanyak 0,3%,
tidak sesuai dengan teori. Karena masih terdapat perlakuan penambahan sukrosa dan
polyphosphate yang lebih sedikit, yang akan meningkatkan kemampuan WHC surimi dan
memperbesar nilai hardness. Sedangkan nilai hardness terkecil yang didapatkan oleh
9
kelompok E4 sebesar 91,879 gf dengan perlakuan penambahan sukrosa sebanyak 5% dan
polyphosphate sebanyak 0,5% sudah sesuai dengan teori. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Lanier (1992) bahwa, kadar polifosfat akan memperngaruhi daya ikat air produk atau
meningkatkan WHC. Kemampuan polifosfat untuk mencegahan penurunan daya ikat air
surimi disebabkan oleh sifat polyelectronic yang mampu berikatan dengan muatan positif
protein serta menyebabkan peningkatan kekuatan ionik dari sistem protein (Lanier, 1992).
Apabila disesuaikan dengan teori, seharusnya nilai hardness terbesar diperoleh kelompok E1,
karena persentase sukrosa dan polyphosphate yang ditambahkan lebih sedikit. Dengan
demikian, semakin banyak polifosfat dan sukrosa yang ditambahkan akan mengakibatkan
nilai hardness kecil, sedangkan nilai water holding capasity surimi menjadi meningkat.
Sedangkan hasil pengamatan uji WHC menghasilkan nilai terbesar 332457,81 mg oleh
kelompok E2. Hal ini tidak sesuai karena presentase sukrosa dan polifosfat yang ditambahkan
sebanyak 2,5% dan 0,1% termasuk sedikit bila dibandingkan dengan kelompok E3-E5.
Sedangkan hasil terkecil 268087, 13 mg yang diperoleh E1 sudah sesuai dengan teori.
Apabila sukrosa dan pilifosfat yang ditambahkan sedikit maka, dapat mengakibatkan
kemapuan water holding capacity menurun. Hal ini didukung oleh (Young, 1992) yang
mengungkapkan bahwa semakin tinggi sukrosa dan polifosfat yang ditambahkan akan
semakin sedikit pula air yang dikeluarkan atau WHC meningkat.
Sedangkan hasil pengamatan dari uji sensori surimi yang meliputi aroma dan kekenyalan
akan menghasilkan aroma amis pada surimi kelompok E1, E3 dan E4 sedangkan E2 dan E5
beraroma sangat amis dan untuk kekenyalan tekstur surimi, kelompok E1, E2 dan E5 adalah
kenyal sedangkan E3 dan E4 sangat kenyal. Hasil yang didapatkan sudah sesuai karena
surimi yang diberi penambahan polifosfat dan sukrosa yang tinggi akan meningkatkan WHC
sehingga mempengaruhi nilai hardness atau kekerasanpun akan menurun dan tekstur surimi
menjadi semakin kenyal. Hal ini dikarenakan oleh penambahan polifosfat yang juga
berfungsi dalam meningkatkan keempukan (Ockerman, 1983). Tekstur elastis dan kenyal
yang dimiliki surimi, biasanya disebabkan oleh kandungan konsentrasi protein miofibril yang
sangat tinggi (Tanaka, 2001). Maka dengan adanya proses pembentukan gel reaksi antara
protein dengan air akan meningkatkan tekstur. Kemampuan fungsional surimi dalam
membentuk gel dan mengikat air akan mempengaruhi kualitas dari produk akhir berbasis
surimi (Zamri& Etty, 2012). Dalam hal ini, protein miofibrillar ikan menjadi faktor penting
yang berpengaruh terhadap pembentukan gel, water holding capacity serta pembentukan
emulsi (N.Huda et al,. 2011).
10
4. KESIMPULAN
Surimi merupakan produk olahan ikan setengah jadi yang dapat diolah lebih lanjut
Surimi adalah bagian dari daging ikan yang mana bagian kepala, tulang, sirip, dan ekor
ikan dihilangkan lalu dicuci dengan air dan dicampur dengan senyawa krioprotektan.
Ikan yang digunakan untuk pembuatan surimi sebaiknya segar, memiliki daging
berwarna putih, tidak berbau lumpur, tidak terlalu amis, memiliki kadar lemak rendah,
serta memiliki kemampuan pembentukan gel yang baik.
Setiap tahap pembuatan memiliki peran yang penting karena mempengaruhi kualitas
surimi
Prosedur pencucian sangat penting untuk kualitas surimi.
Ciri-ciri surimi dengan mutu yang baik adalah memiliki warna putih, flavor yang baik,
dan elastisitasnya tinggi.
penambahan senyawa cryoprotectan yang berfungsi untuk denaturasi protein menjadi
faktor penting.
Penambahan senyawa cryoprotectan dan polyphosphat diharapkan dapat mencegah
kerusakan protein dan meningkatkan daya ikat air pada produk surimi
Semakin tinggi presentase sukrosa dan polifosfat yang ditambahkan mengakibatkan
hardness kecil yang berbanding terbalik dengan water holding capasity.
Semakin tinggi presentase sukrosa dan polifosfat yang ditambahkan maka WHC
meningkat.
Penambahan polifosfat yang juga berfungsi dalam meningkatkan keempukan surimi.
Proses pembentukan gel reaksi antara protein dengan air akan meningkatkan tekstur
menjadi kenyal.
Semarang, 2 November 2015
Praktikan, Asisten Dosen:
Kelompok E1
Lia Limiarti Yusdika Bayu S.
13.70.0127
11
5. DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, T. W., Akhmad S.F, dan Ulfah, A. (2006). Modul Diversifikasi Produk Perikanan
Universitas Diponegoro Press. Semarang.
Amiza, M.A. and K. Nur Ain. (2012). Effect of Washing Cycle and Salt Addition on the
Properties of Gel from Silver Catfish (Pangasius Sp.) Surimi. UMT 11th International
Annual Symposium on Sustainability Science and Management.
Buckle K.A., Edward R.A., Fleet G.H., Wootton N. (1987). Ilmu Pangan. Edisi Kedua.
Penerjemah: Purnomo H, Adiono. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., and Passino, D.R.M. (1977). Ichtiology. 2nd edition.
John Willey and Sons Inc., New York. 506 pp.
Lanier, T.C. dan C.M. Lee. (1992). Surimi Technology, Marcell Decker, Inc., New York.
Lee, C.M. (1984). Surimi processing technology. Food Tech. 38 (11): 69-80.
Mallet, C.P. (1993). Frozen Food Technology, Birds Eye Wall’s Ltd. Surrey.
Matsumoto J.J., Noguchi S.F. (1992). Cryostabilization of Protein in Surimi. Di dalam:
SurimiTechnology. Lanier TC, Lee CM, editors. New York : Marcel Dekker.
N, Huda et al,. .Cryoprotective Effect of Different Levels of Polidextrose in Threadfin Bream
Surimi During Frozen Storage. Journal Fisheries an Aquatic Science. 2011.
Nopianti, R., et al,. .Effect of different types of low sweetness sugar on physicochemical
properties of threadfin bream surimi (Nemipterus spp.) during frozen storage.
International Food Research Journal 19 (3): 1011-1021 (2012).
Okada, M. (1985). Ingredients on gel texture. In “Engineered seafood including surimi” pp.
507-513, Martin, R.E., and Collette, R.L. (eds), Noyes Data Corp., Park Ridge, N.J.
Okada, M. (1992). History of surimi technology in Japan. Di dalam Lanier TC, Lee CM
(eds). Surimi Technology. Marcel Dekker Inc., New York. p 3-21.
Piotrowicz, I. B. B. et al,. Chemical, technological and nutritional quality of sausage
processed with surimi. International Food Research Journal 22(5): 2103-2110 (2015).
Santana, P., et al,. .Technology for production of surimi powder and potential of applications.
International Food Research Journal 19(4): 1313-1323 (2012).
Tanaka, M. (2001). Surimi and Surimi Products. Department of Food Science and
Technology. Jepang.
U, Parvathy et al,. . Influence of cryoprotectant levels on storage stability of surimi from
Nemipterus japonicus and quality of surimi-based products. J Food Sci Technol (May
2014).
12
Young L.L., C.M. Papa, C.E. Lyon and R.L. Wilson. (1992). Moisture Retention and
Textural Properties of Group Chicken Meat as Afected by Sodium Tripolyphosphate,
Ionic Strength and pH. J Food Sci 57(1), p. 1291-1294.
Zamri, Amir Izzwan and S.I. Etty. (2012). Development and Physicochemical Analysis of
Fish Ball from Starry Triggerfish (Abalistes stellatus) Surimi. UMT 11th International
Annual Symposium on Sustainability Science and Management. Terengganu,
Malaysia.
Zayas, J.F. (1997). Functionality of Proteins in Food. Springer-Verlag, Berlin. 358 pp.
13
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Kelompok E1
Kelompok E2
14
Kelompok E3
Kelompok E4
Kelompok E5
15
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal