170
KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TANPA IJIN EDAR (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP) SKRIPSI MARFITA KUNTO RAHAYU E1A008022 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

  • Upload
    vukhanh

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM

TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL

TANPA IJIN EDAR

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP)

SKRIPSI

MARFITA KUNTO RAHAYU

E1A008022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

ii

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM

TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL

TANPA IJIN EDAR

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

MARFITA KUNTO RAHAYU

E1A008022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 3: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

iii

SKRIPSI

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM

TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL

TANPA IJIN EDAR

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP)

Oleh:

MARFITA KUNTO RAHAYU

E1A008022

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada tanggal Februari 2013

Para Penguji/Pembimbing

Penguji I/ Penguji II/ Penguji III

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hibnu Nugroho, S.H.,M.H. Pranoto, S.H.,M.H. Handri Wirastuti .S., S.H.,M.H.

NIP. 19640724 199002 1 001 NIP. 19540305 198901 1 001 NIP. 19581019 198702 2 001

Mengetahui

Dekan,

Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum.

NIP. 19640923 198901 1 001

Page 4: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE

DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL

TANPA IJIN EDAR

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenaranya.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Purwokerto, Januari 2013

Marfita Kunto Rahayu

E1A008022

Page 5: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

v

ABSTRAK

Seorang tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan pendahuluan maupunpemeriksaan dalam sidang pengadilan mempunyai hak untuk membela diri, dengandiberi kesempatan untuk mengajukan seorang saksi A De Charge yang dianggapdapat meringankan atau membela dirinya sebagai upaya untuk melemahkan dakwaanJaksa Penuntut Umum, sehingga keterangan saksi A De Charge dapat dipergunakansebagai bahan pertimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan putusan sehinggamenjunjung tinggi kebenaran sejati. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarikuntuk meneliti dan menuangkan hasilnya dalam skripsi yang berjudul : KEKUATANALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM TINDAKPIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TANPA IJIN EDAR (TinjauanYuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yangpertama, mengapa saksi A De Charge dihadirkan dalam persidangan dalam PutusanNomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP ? Kedua, bagaimanakan kekuatan pembuktianketerangan saksi A De Charge dalam tindak pidana peredaran obat tradisional tanpaijin edar pada Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP ?

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui alasan mengahadirkan saksi A DeCharge dalam persidangan dan juga untuk mengetahui kekuatan pembuktianketerangan saksi A De Charge di persidangan dalam tindak pidana peredaran obattradisional tanpa ijin edar pada Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Saksi A De Chargedihadirkan dalam persidangan adalah untuk memberikan keterangan yangmenguntungkan bagi tersangka atau terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal 65KUHAP, maka terdakwa atau penasihat hukum terdakwa berhak mengahadirkansaksi A De Charge, untuk mengungkapkan fakta yang bersifat membalik ataumelemahkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum atau setidaknya meringankan terdakwa,untuk menegakan keadilan tersangka atau terdakwa berhak untuk membuktikanbahwa dirinya tidak bersalah , antara lain dengan menghadirkan saksi A De Chargedalam persidangan. Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi A De Charge dalamTindak Pidana Peredaran Obat Tradisional Tanpa Ijin Edar merupakan alat bukti yangsah dan hakim bebas untuk menerima atau menyingkirkan isi keterangan saksi A DeCharge yang diberikan dipersidangan untuk dasar pertimbangan hukum bagi hakimdalam menjatuhkan putusan pidana penjara 4 (empat) bulan, 3 (tiga) hari terhadapterdakwa.

Kata kunci : Pembuktian, Saki A De Charge, Peredaran Obat Tradisional Tanpa Ijin

Page 6: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

vi

ABSTRACT

A suspect or defendant in a preliminary interrogation or court interrogationhas the right to defend him, by having the given opportunity to get a witness A DeCharge which is considered to relieve or defend himself in an attempt to weaken theprosecution accusations that the witness A De Charge can be used as a considerationfor the judges in taking decisions that uphold the truth. Based on the description, theauthor is interested in making the research and making thesis entitled: THE POWEROF A DE CHARGE WITNESS AS THE EVIDENCE ON THE CRIMINAL COURTOF TRADITIONAL MEDICINE ILLEGAL DISTRIBUTION ( Judicial ReviewDecision Number: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP)

Based on the explanation above, problems can be formulated into; first, A DeCharge why are the witnesses presented at the court in decision No.113/Pid.Sus/2010/PN.CLP? Second, how does the strength of evidence A De Chargewitnesses in criminal charge of traditional medicine illegal distribution on thedecision No: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP?

The purpose of this research is to determine why A De Charge witnesspresents the cour, and also to determine the strength of A De Charge witness as theevidence on the criminal court of traditional medicine illegal distribution on thedecision No: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

Based on the research it can be concluded that the presence of witness A DeCharge at the court is to give the suspect or the accused beneficial information asprovided for in Article 65 of the Code of Criminal Procedure, the defendant or thedefendant’s lawyer may have a witness A De Charge, to reveal reverse facts or toweaken accusations or at least to relieve the defendant, to uphold the suspect’s rightor defendant has the right to prove his innocence, including witnessesgy A De Chargein the court. The power of A De Charge witness as the evidence on the criminal courtof traditional medicine illegal distribution is a valid evidence and the judge is free toaccept or ignore the given contents of A De Charge witness testimony in the court asthe legal basis for the judge’s decision to impose an imprisonment 4 (four) month,three (3) days of the defendant.

Key Word: Evidence, A De Charge Witness, Illegal Distribution of TraditionalMedicine

Page 7: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE

DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TANPA IJIN

EDAR (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN. CLP)”.

Berbagai kesulitan dan hambatan Penulis hadapi dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini juga tidak lepas dari

bimbingan, dorongan, bantuan materiil dan moril serta pengarahan dari berbagai

pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, Penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Angkasa, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman yang telah memberikan izin terhadap penelitian ini.

2. Dr. Hibnu Nugroho, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi I yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, kritik, arahan, dan saran yang sangat

membangun serta banyak menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

khususnya dalam lingkup Hukum Acara Pidana bagi penulis, sehingga penulis

mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan skripsi sampai

selesai.

3. Pranoto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan

bimbingan, petunjuk, kritik, arahan, dan saran yang sangat membangun dalam

penyusunan skripsi ini.

Page 8: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

viii

4. Handri Wirastuti Sawitri, S.H.,M.H. selaku Dosen Penguji Skripsi yang turut

menilai dan memberi masukan pada skripsi penulis.

5. Dr. Hj. Sulistyandari, S.H.,M.Hum. selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah

memberikan banyak ilmu kepada penulis selama mengikuti kuliah di Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

7. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang

telah banyak membantu dalam proses menuju kelulusan.

8. Kedua orang tua tercinta, Sugiyanto dan Kuntarsih, yang selalu mendoakan,

memberi nasihat dan motivasi selama penulis mengerjakan skripsi.

Penulis dalam penulisan skripsi ini telah berusaha dengan sebaik-baiknya,

namun mengingat keterbatasan yang ada pada diri penulis, maka penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, Januari 2013

Penulis

Page 9: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahakan Skripsi ini Kepada :

Terima kasih yang terutama kepada Allah Swt yang telah memberikan segala rahmatdan hidayahnya kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dantiada halangan apapun.

Kedua Orang Tua Tercinta

Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberikunasihat, motivasi dan senantiasa menyemangati ku selama menyelesaikanskripsi. Dan pastinya doa yang tiada henti hingga aku menyandang gelar

Sarjana Hukum. Kasih dan perhatianmu tidak terkira. Timakasih Bapak Ibu,Love you.

Keluarga Kunto Tercinta

Mas Polisi Haryono, S.H., Mba Polwan Irma Kunto Liana, S.H., Dek BerlianaKunto Febrianti, Ponakanku yang cantik-cantik n unyu-unyu Khansa PutriMaharani dan Zabrina Putri Mahardiaz terimakasih buat semua motivasi,semangat, doa dan dorongannya buat itong sampe itong bisa jadi Sarjan

Hukum. Itong sayang kalian semua.

Sahabat-Sahabat Tercinta

Untuk Dewinta Indra Purnamasari, S.H., Riska Andriana,S.H., CitrafaniLeksani, Sandro Agustin,S.H., Amy Rizky n semua teman_teman FH UNSOED,

Special untuk Lik Jisonk dan keluarga Kos Anggrek Tersayang terima kasihkarena telah membantu, setia menemani, sealalu membuatku semangat,

memberiku masukan. Ada kalian membuat skripsiku menajdi lebih berwarna.Miss You All .

Motifatorku Tersayang

Mamas Pol Dwi Bayu Kurniawan, S.H., terima kasih mamas karna selalumemberikan semangat, motivasi, nasihat, doa, selalu setia mendengarkan segala

keluh kesah ku pada saat mengerjakan skripsi, setia menemani hariku darisemester satu hingga aku lulus yang selalu ada buat aku, Love You mamas,

terimakasih banyak….

Page 10: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................ vi

PRAKATA .............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana .............................................. 7

B. Asas-asas Hukum Acara Pidana ................................................................... 13

C. Pembuktian

1. Pengertian dan Tujuan Pembuktian ....................................................... 25

Page 11: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

xi

2. Sistem Pembuktian ................................................................................. 31

3. Alat Bukti Menurut KUHAP ................................................................. 38

D. Keterangan Saksi

1. Pengertian Saksi ..................................................................................... 47

2. Macam-macam Saksi ............................................................................. 52

E. Saksi A De Charge

1. Alasan dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi A De Charge ........................ 53

2. Kekuatan Pembuktian Saksi A De Charge ............................................. 62

F. Obat Tradisional

1. Pengertian Obat Tradisional ................................................................... 66

2. Tindak Pidana Obat Tradisional ............................................................ 67

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ...................................................................................... 71

B. Spesifikasi Penelitian ................................................................................... 71

C. Sumber Data ................................................................................................. 71

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum .......................................................... 72

E. Metode Penyajian Bahan Hukum ................................................................. 72

F. Metode Analisis Bahan Hukum ................................................................... 73

G. Spesifikasi Penelitian Terdahulu .................................................................. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 78

B. Pembahasan .................................................................................................123

Page 12: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

xii

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .....................................................................................................153

B. Saran ............................................................................................................154

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum acara pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana maka

dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana

badan-badan pemerintah yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan

harus bertindak guna mencapai tujuan negara menegakan hukum pidana. Menurut

Darwan Prints1 hukum acara pidana adalah:

“Hukum yang mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan ataumenyelenggarakan Hukum Pidana Materiil, sehingga memperoleh keputusanHakim dan cara bagaimana isi keputusan itu harus dilaksanakan.”

Tujuan Hukum acara pidana untuk mendapatkan kebenaran yang selengkap-

lengakapnya. Hal ini diterangkan oleh Andi Hamzah2, yaitu:

“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkanatau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yangselengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkanketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untukmencari siapakah pelaku yang dapat di dakwakan melakukan suatupelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan daripengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidanatelah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”

Hakim pada prinsipnya dalam menjatuhkan putusan selalu mendasarkan pada

alat-alat bukti yang sah, oleh karena itu dalam usaha membuktikan apakah tindak

1 Darwan prints, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Jakarta : Djambatan, 1989, hal 2.2 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hal. 1-8.

Page 14: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

2

pidana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum itu terbukti atau tidak. Hakim harus

berhati-hati dalam menilai dan mempertimbangkan masalah pembuktian, karena

dengan pembuktian ini ditentukan nasib seorang terdakwa.

Alat bukti yang sah dalam Pasal 184 KUHAP ialah: keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Keterangan saksi sangatlah

lazim digunakan dalam penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh

seorang saksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah memang telah terjadi suatu

perbuatan pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

Keberadaan saksi untuk memberikan keterangan dalam penyelesaian perkara

pidana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 angka 26 mengatakan

mengatakan bahwa:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentinganpenyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang iadengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan

saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu bersandar pada pemeriksaan

keterangan saksi. Sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang

lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.3

3 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan SidangPengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Jakarta : Sinar Grafika, 2007, hal. 286.

Page 15: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

3

Keterangan saksi memiliki posisi penting dalam pembuktian perkara pidana

sebagaimana terlihat dalam penempatannya pada Pasal 184 KUHAP, yang

menyatakan bahwa keterangan saksi adalah alat bukti utama. Keterangan saksi dalam

kedudukannya sebagai alat bukti dimaksudkan untuk membuat terang suatu perkara

yang sedang diperiksa diharapkan dapat menimbulkan keyakinan pada hakim, bahwa

suatu tindak pidana itu benar-benar telah terjadi dan terdakwa telah bersalah

melakukan tindak pidana tersebut.

Seorang tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan pendahuluan maupun

pemeriksaan dalam sidang pengadilan mempunyai hak untuk membela diri, dengan di

beri kesempatan untuk mengajukan seorang saksi yang dianggap dapat meringankan

atau membela dirinya dalam pemeriksaan tersebut, sehingga dapat mempengaruhi

keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal

65 KUHAP, yaitu:

“ Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksidan atau seorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikanketerangan yang menguntungkan bagi dirinya.”

Saksi A De Charge, adalah saksi yang dipilih atau diajukan oleh Terdakwa

atau Penasihat hukum, yang sifatnya meringankan terdakwa. Bentuk perlindungan

hak asasi, tersangka atau terdakwa adalah melakukan pembelaan terhadap dirinya

yang salah satu caranya dengan mengajukan saksi yang sekiranya dapat

memperingan pidana yang diberikan kepadanya atau Saksi A De Charge. Hal ini

sesuai dengan ketentuan Pasal 116 ayat (4) KUHAP, yaitu:

Page 16: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

4

“Dalam hal tersangka menyatakan bahwa dia akan mengajukan saksi yangmenguntungkan bagi dirinya, penyidik wajib memanggil dan memeriksa saksitersebut”.

Menarik untuk diteliti adalah Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP yaitu bahwa terdakwa (SS) bertempat di Jl. Kapten

Sukandar Desa Karangjati Rt.01 Rw.04, Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

mendirikan usaha obat tradisional/ jamu yang bernama PJ GUNA SEHAT, dimana

terdakwa memproduksi dan mengedarkan jamu merek JAMU GEMUK (menambah

berat badan) yang belum memiliki ijin perijinan dan telah menggunakan Nomor ijin

edar jamu GEMUK GS yang dinyatakan tidak berlaku dan sudah direcal (ditarik dari

peredaran) dan jamu PEGELLINU (menyembuhkan pegal linu) yang belum memiliki

ijin perijinan dan telah menggunakan Nomor ijin edar jamu ENCOK yang dinyatakan

tidak berlaku dan sudah direcal (ditarik dari peredaran). Dalam proses pemeriksaan

sidang pengadilan Penasihat Hukum Terdakwa mengajukan dua saksi A De Charge

yaitu Amir Fatah, SH dan Sudiarto, SH yang memberikan keterangan dibawah

sumpah menurut agamanya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menuangkan

hasilnya dalam skripsi berjudul:

KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE DALAM

TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TANPA IJIN EDAR

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP)

Page 17: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Mengapa saksi A De Charge dihadirkan dalam persidangan dalam Putusan

Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP ?

2. Bagaimanakan kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge dalam

tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar pada Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui alasan mengahadirkan saksi A De Charge dalam

persidangan dalam Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

2. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge di

persidangan dalam tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar

pada Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan karya tulisan ini

adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian ini berguna untuk memberikan

pengetahuan dan wawasan mengenai tindak pidana peredaran obat tradisional

tanpa ijin edar serta untuk mengetahui proses pembuktian keterangan saksi A

De Charge sebagai alat bukti.

Page 18: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

6

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis hasil penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi pembaca, masyarakat secara umum mengenai proses

pembuktian keterangan saksi A De Charge.

Page 19: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana maupun Hukum Pidana, keduanya tidak dapat

dipisahkan dan sangat erat kaitannya satu dengan yang lainnya. Hukum Acara Pidana

dapat dikatakan sebagai hukum formilnya hukum pidana, artinya bahwa Hukum

Acara Pidana ini merupakan hukum yang mengatur bagaimana Negara melalui

alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana. Hukum

Acara Pidana biasa disebut juga hukum pidana formal yang mengatur bagaimana

Negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan

pidana.4

Pengaturan mengenai Hukum Acara Pidana diatur dalam Undang-Undang No

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Hukum acara pidana ruang lingkupnya lebih sempit, yaitu hanya mulai mencari

kebenaran, penyelidikan, penyidikan, dan berakhir pada pelaksanaan pidana

(eksekusi) oleh jaksa, maka dengan terciptanya KUHAP untuk pertama kalinya di

Indonesia diadakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi seluruh

proses pidana dari awal (mencari kebenaran) sampai pada tahap kasai di Mahkamah

4 Muhamad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek,Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004, hal.1.

Page 20: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

8

Agung, bahkan sampai meliputi peninjauan kembali. Dalam ruang lingkupnya yang

luas, baik hukum pidana sustansif (materiil) maupun hukum acara pidana (hukum

pidana formal) disebut hukum pidana. Hukum acara pidana berfungsi untuk

menjalankan hukum acara substansif (materiil), sehingga disebut hukum pidana

formal atau hukum acara pidana.

KUHAP tidak menerangkan lebih lanjut mengenai pengertian Hukum Acara

Pidana, akan tetapi lebih menekankan pada bagian-bagiannya seperti penyidikan,

penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan,

penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan yang lainnya.

Pengertian hukum acara pidana lebih banyak didefinisikan oleh para ahli

hukum seperti definisi yang diberikan oleh de Bosch Kemper, bahwa Hukum Acara

Pidana adalah keseluruhan asas- asas dan peraturan undang-undang mengenai mana

Negara menjalankan hak-haknya karena terjadi pelanggaran undang-undang pidana.

Pendapat lain dari Simons5 juga mengemukakan bahwa ia melukiskan hukum acara

pidana sebagai berikut :

“Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal untuk membedakandengan hukum pidana material. Hukum pidana material atau hukum pidana ituberisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan tentang syarat-syarat dapatnyadipidana sesuatu perbuatan, petunjuk tentang orang yang dapat dipidana, danaturan tentang pemidanaan: mengatur kepada siapa dan bagaimana pidana itudapat dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formal mengatur bagaimana negaramelalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkanpidana, jadi berisi acara pidana.”

5 Mohammad Taufik Makaro dan Suharsil, Op Cit, hal 1.

Page 21: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

9

Definisi yang diberikan oleh C.S.T Kansil 6 yaitu sebagai berikut:

“Hukum acara pidana adalah rangakian peraturan hukum yang menentukanbagaimana cara-cara mengajukan ke depan pengadilan, perkara-perkarakepidanaan dan bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman oleh hakim, jikaada orang yang disangka melanggar aturan hukum pidana yang telahditetapkan sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi dapat juga disebutrangakaian kaedah-kaedah hukum tentang cara memelihara danmempertahankan hukum pidana materil.”

Selanjutnya Andi Hamzah7 menyebutkan dalam bukunya, ruang lingkup

hukum pidana yang luas, baik hukum pidana substantif (materiil) maupun hukum

acara pidana (hukum pidana formal) disebut hukum pidana. Menerangkan Hukum

acara pidana sebagai beriku:

“Hukum Acara Pidana berfungsi untuk menjalankan hukum acara pidanasubstantif (materiil), sehingga disebut hukum pidana formal atau hukum acarapidana. Hukum pidana formal (hukum acara pidana) mengatur tentangbagaimana Negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untukmemidana dan menjatuhkan pidana. KUHAP tidak memberikan definisitentang hukum acara pidana, tetapi bagian-bagiannya seperti penyidikan,penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan pengadilan, upaya hukum,penyitaan, penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan lain-lain. Sepertiyang telah diuraikan dalam Pasal 1 KUHAP.”

Rumusan pengertian Hukum Acara Pidana sebagaimana dikemukakan oleh

para sarjana tersebut di atas, pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh

ketentuan hukum acara pidana adalah mencari dan mendapatkan kebenaran dari suatu

perkara pidana.

6 C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. .1989, hal.330.

7 Andi Hamzah, Op. Cit. hal. 4.

Page 22: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

10

Secara singkat dapat diartikan bahwa norma hukum acara pidana menjadi

saluran tertentu untuk menyelesaikan kepentingan apabila terjadi perbuatan melawan

hukum yang diatur dalam hukum pidana. Pada dasarnya norma hukum acara pidana

mengatur, atau memerintahkan, atau melarang untuk bertindak, dalam

mennyelenggarakan upaya manakala ada sangkaan/terjadi perbuatan pidana agar

dapat dilakukan penyelidikan, penyidikan, tuntutan hukum, pemeriksaan perkara,

putusan hakim dan pelaksanaan keputusan oleh petugas yang berwenang dengan

keharusan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia serta Negara.8

Tujuan Hukum Acara Pidana

Suatu peraturan hukum pastinya dibuat dengan memiliki suatu tujuan yang

nantinya hendak untuk dicapai. Peraturan hukum apabila dibuat tanpa suatu tujuan

maka tidak akan memiliki nilai guna atau manfaat, begitupun sebaliknya jika sebuah

peraturan hukum itu dibuat berdasarkan suatu tujuan maka akan memiliki suatu nilai

guna yang nantinya akan berguna dalam pelaksanaannya. Semakin baik tujuan yang

akan dicapai maka semakin bernilai dan semakin diataatinya peraturan itu oleh

masyarakat dalam hal untuk mencari sebuah keadilan.

Tujuan hukum acara pidana mencari dan mendapatkan kebenaran telah

ditegaskan dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri

Kehakiman sebagai berikut :

8 Bambang, Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana, Jogjakarta: Amarta Buku, 1988, hal.2

Page 23: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

11

“Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan memperolehkebenaran materill ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatuperkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secarajujur dan tepat, dengn tujuan untuk mencari siapakah pelaku dari yang dapatdidakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum dan selanjutnya memintapemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbuktibahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itudapat dipersalahkan.”9

Menurut Mr.J.M. Van Bemmelen10 dalam bukunya Leerboek van her

Nederlandse Straf Frocesrecht, menyimpulkan bahwa tiga fungsi pokok acara pidana

adalah :

a. Mencari dan menemukan kebenaran;b. Pengambilan putusan oleh hakim;c. Pelaksaan daripada putusan.

Dari ketiga fungsi tersebut yang paling penting adalah mencari kebenarankarena merupakan tumpuan kedua fungsi berikutnya, kemudian setelahmenemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan bahan buktiitulah, hakim akan sampai pada putusan ( yang seharusnya adil dan tepat )yang kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Bagaimanapun tujuan hukum acarapidana adalah mencari kebenaran merupakan tujuan antara, dan tujuan akhirsebenarnya adalah mencapai suatu ketertiban, ketentraman, kedamaian,keadilan, dan kesejahteraan dalam masyarakat.

Pendapat yang diberikan oleh Bambang Poernomo 11 ditambahkannya tugas

yang keempat, yaitu mengadakan tindakan penuntutan secara benar, sehingga

menjadi:

1) Mencari dan menemukan kebenaran hukum;2) Memberikan suatu putusan hakim;3) Melaksanakan (eksekusi) putusan hakim;4) Mengadakan tindakan penuntutan secara benar.

9Andi Hamzah, Op,Cit, hal. 4.10 Ibid, hal. 8.11 Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009, hal. 26-27

Page 24: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

12

Pendapat dari Nikolas Simanjuntak 12 ditambahkannya tugas yang kelima

yakni memperjuangkan untuk melaksanakan perlindungan yang adil dan berkepastian

bagi korban dan atau saksi atau pelapor terjadinya perbuatan pidana itu, sehingga

menjadi:

1) Mencari dan menemukan kebenaran hukum;2) Memberikan suatu putusan hakim;3) Melaksanakan (eksekusi) putusan hakim;4) Mengadakan tindakan penuntutan secara benar;5) Memperjuangkan untuk melaksanakan perlindungan yang adil dan

berkepastian bagi korban dan atau saksi/pelapor terjadinya perbuatanpidana itu.

Setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan bahan

bukti itulah, hakim akan sampai kepada putusan (yang seharusnya adil dan tepat)

yang kemudian dilaksanakan oleh Jaksa13. Sesuai dengan pendapatnya Andi

Hamzah 14. Yaitu :

“Bahwa dari ketiga fungsi tersebut yang paling penting adalah mencarikebenaran karena merupakan tumpuan dari kedua fungsi berikutnya,kemudian setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat buktidan bahan bukti itulah, hakim akan sampai kepada putusan (yang seharusnyaadil dan tepat) yang kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Bagaimanapun tujuanhukum acara pidana adalah mencari kebenaran merupakan tujuan antara, dantujuan akhir sebenarnya adalah mencapai suatu ketertiban, ketentraman,kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan dalam masyarakat.”

Tujuan hukum acara pidana pada hakekatnya mencari kebenaran materiil

(materiele waarheid, substantial truth) dan perlindungan hak asasi manusia

protection of human rights). Para penegak hukum mulai dari Polisi, Jaksa sampai

12 Ibid, hal. 2713 Ibid, hal. 914 Andi Hamzah, Op.cit. hal.9

Page 25: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

13

pada Hakim dalam menyelidik, menuntut dan mengadili perkara senantiasa harus

berdasarkan kebenaran, harus berdasarkan hal yang benar-benar terjadi. Maka

diperlukan petugas-petugas yang handal, jujur dan berdisiplin tinggi dan tidak cepat

tergoda oleh janji-janji yang menggiurkan.15

Mengenai landasan atau garis-garis tujuan yang hendak dicapai KUHAP, pada

dasarnya dapat ditelaah pada huruf c Konsiderans, yang dirumuskan:

“Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acarapidana adalah agar masyarakat mengkhayati hak dan kewajibannya dan untukmeningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai denganfungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan danperlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastianhukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-UndangDasar 1945.”

B. Asas – Asas Hukum Acara Pidana

Menurut Andi Hamzah16

Dalam hukum acara pidana modern, dikenal beberapa asas yang sangatberkaitan dengan hak-hak asasi manusia bahkan ada yang sama denganketentuan Universal Declaration of Human Right PBB dan EuropeanConvention. Asas-asas tersebut seluruhnya dapat ditemukan dalam Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan Undang-UndangNo.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Asas-asas tersebut adalah:

a. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringanb. Asas praduga tak bersalah atau presumption of innonccencec. Asas opurtunitasd. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umume. Asas semua orang diperlakukan sama di depan hakim

15 Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Bandung: MandarMaju, 2001, hal. 24.

16Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia I, jakarta : Ghalia Indonesia, 1986, hal. 13.

Page 26: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

14

f. Tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukumg. Asas akusator dan inkuisitorh. Asas penerapan hakim yang langsung dan lisan

a. Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

Asas ini telah dirumuskan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Kekuasaan

Kehakiman Nomor 48 Tahun 2009 :

“Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segalahambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,cepat, dan biaya ringan.”

Beberapa ketentuan dalam KUHAP dapat dilihat sebagai penjabaran asas peradilan

cepat, salah satunya Pasal 50 KUHAP :

“Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik danselanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum. Tersangka berhakperkaranya dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum. Terdakwa berhaksegera diadili oleh pengadilan.”

Ada beberapa ketentuan KUHAP sebagai penjabaran asas peradilan yang

cepat, tepat , dan biaya ringan, antara lain tersangka atau terdakwa mempunyai hak

atas suatu hal, sesuai dengan pendapatnya M. Yahya Harahap 17 yaitu :

1) Segera mendapat pemeriksaan dari penyidik;2) Segera diajukan kepada penuntut umum oleh penyidik;3) Segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum;4) Berhak segera diadili oleh pengadilan.

Asas sederhana dan biaya ringan dijabarkan dalam KUHAP:

1. Penggabungan pemeriksaan perkara pidana dengan tuntutan ganti rugi yang

bersifat perdata oleh seorang korban yang mengalami kerugian sebagai akibat

17 M. Yahya, Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan danPenuntutan), Jakarta: Sinar Garfika, 2000, hal.53

Page 27: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

15

langsung dari tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa (Pasal 98 KUHAP).

2. Banding tidak dapat diminta dalam putusan “acara cepat”.

3. Pembatasan penahanan dengan memberi sanksi dapat dituntut ganti rugi dalam

sidang praperadilan, tidak kurang artinya sebagai pelaksanaan dari prinsip

mempercepat dan menyederhanakan proses penahanan.

4. Peletakan asas diferensiasi fungsional, memberi makna penyederhanaan

penanganan fungsi dan wewenang penyidik, agar tidak terjadi penyidikan bolak-

balik, tumpang tindih atau overlapping dan saling bertentangan.18

Menurut Bambang Poernomo 19:

“Proses perkara pidana yang dilaksanakan dengan cepat diartikanmenghindarkan segala rintangan yang bersifat prosedural agar tercapaiefisiensi kerja dalam waktu yang singkat. Proses yang sederhana diartikanpenyelenggaraan administrasi peradilan secara terpadu agar pemberkasanperkara dari masing-masing instansi yang berwenang berjalan dalam satukesatuan yang tidak memberikan peluang saluran dalam bekerja yang berbelit-belit. Biaya yang murah diartikan menghindarkan sistem administrasi perkaradan mekanisme bekerjanya para petugas yang mengakibatkan beban biayabagi yang berkepentingan tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan.”

b. Asas praduga tak bersalah atau presumption of innonccence

Asas praduga tak bersalah atau presumption of innocent yang terdapat dalam

penjelasan umum butir 3 huruf c dan dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor

48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dicantumkannya praduga tak

bersalah dalam KUHAP, dapat disimpulkan pembuat undang-undang telah

18 Ibid, hal. 54.19 Bambang, Poernomo, Op. Cit, hal.66

Page 28: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

16

menetapkannya sebagai asas hukum yang melandasi KUHAP dan penegakan hukum

(law enforcement).

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman merumuskan:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut atau dihadapkan didepan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusanpengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatanhukum tetap”.

Penjelasan umum butir 3 huruf c merumuskan:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkandi muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanyaputusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatanhukum tetap”.

Asas praduga tak bersalah ditinjau dari segi teknis yuridis ataupun dari segi

teknis penyidikan dinamakan “prinsip akusator”. M. Yahya Harahap20 menjelaskan

“Bahwa prinsip akusator menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalamsetiap tingkat pemeriksaan:- Adalah subjek: bukan menjadi objek pemeriksaan, karena itu tersangka

atau terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukanmanusia yang mempunyai harkat martabat harga diri,

- Yang menjadi objek pemeriksaan dalam prinsip akusator adalah“kesalahan” (tindak pidana), yang dilakukan tersangka/terdakwa. Kearahitulah pemeriksaan ditujukan.”

Asas ini merupakan prinsip yang penting dalam hukum acara pidana. Prinsip

ini merupakan konsekwensi dari pengakuan terhadap asas legalitas. Prinsip ini

mengandung kepercayaan terhadap seseorang dalam negara hukum dan merupakan

pencelaan atau penolakan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang dalam suatu

20 M. Yahya, Harahap,Op.Cit, hal. 40.

Page 29: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

17

negara yang menganut paham bahwa setiap orang itu dipandang salah sehingga

terbukti bahwa ia tidak bersalah. 21

Asas praduga tak bersalah yang dianut KUHAP, memberi pedoman kepada

aparat penegak hukum untuk mempergunakan prinsip akusatur dalam setiap tingkat

pemeriksaan. Aparat hukum menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan yang

“inkusitur” atau inquisitorial system yang menempatkan tersangka atau terdakwa

dalam pemeriksaan sebagai objek yang dapat diperlakukan dengan sewenang-

wenang.

Jaminan terhadap asas praduga tak bersalah dan prinsip pemeriksaan akusatur

dalam penegakan hukum, terlihat dalam KUHAP adanya seperangkat hak-hak

kemanusiaan terhadap tersangka atau terdakwa yang wajib dihormati dan dilindungi

pihak aparat penegak hukum. Maka secara teoritis pemberian hak ini telah

menempatkan kedudukan tersangka atau terdakwa berada dalam posisi yang sama

derajat dengan pejabat aparat penegak hukum.

c. Asas opurtunitas

Hukum acara pidana dikenal suatu badan yang khusus diberi wewenang untuk

melakukan penuntutan pidana ke pengadilan yang disebut penuntut umum. Penuntut

umum disebut dengan Jaksa seperti yang terdapat dalam Pasal 1 butir 6 huruf a dan b

KUHAP.

21 Ramelan, Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi. Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, 2006,hal.9.

Page 30: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

18

Pasal 1 butir 6 huruf a merumuskan:

“Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untukbertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilanyang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Pasal 1 butir 6 huruf b merumuskan:

“Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang iniuntuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim”.

Pasal 35 c Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia denga tegas menyatakan asas oportunitas itu dianut di Indonesia. Pasal itu

berbunyi:

Jaksa Agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan kepentingan umum.

Andi Hamzah 22 berpendapat sebagai berikut :

“Menurut asas oportunitas penuntut umum tidak wajib menuntut seseorangyang melakukan delik jika menurut pertimbangannya akan merugikankepentingan umum. Jadi demi kepentingan umum, seseorang yang melakukandelik tidak dituntut.”

Asas oportunitas berarti sekalipun seorang tersangka telah terang cukup

bersalah menurut pemeriksaan penyidikan, dan kemungkinan besar akan dapat

dijatuhi hukuman, namun hasil pemeriksaan tersebut tidak dilimpahkan ke sidang

pengadilan oleh penuntut umum.23

d. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum

Pemeriksaan pengadilan pidana harus dilakukan dengan terbuka untuk umum,

kecuali apabila ada peraturan yang menentukan lain berdasarkan alasan khusus

22Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia,2001, hal 242.

23 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit, hal. 3.

Page 31: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

19

karena sifat perkara atau keadaan orang yang diperiksa. Sifat persidangan yang

terbuka untuk umum disesuaikan dengan keadaan tempat ruang sidang, sehingga kala

ada pembatasan orang yang menghadiri sidang itu dalam ruang tetapi tidak

mengurangi hadirnya orang di luar ruangan dengan bantuan pengeras suara. Dasar

pemikiran dalam persidangan terbuka yang dapat dihadiri oleh umum itu alah untuk

perlindungan hak asasi manusia yang harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan

martabat manusia, dan disamping itu untuk pengawasan oleh masyarakat sebagai

social control selama berlangsungnya persidangan.24

Asas ini diatur dalam Pasal 153 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP, yang

merumuskan:

Ayat (3):

“Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang danmenyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaanatau terdakwanya anak-anak.”

Ayat (4):

“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3) mengakibatkanbatalnya putusan demi hukum.”

Sebenarnya hakim dapat menetapkan, apakah suatu sidang dinyatakan

seluruhnya atau sebagian tertutup untuk umum yang artinya persidangan dilakukan di

belakang pintu tertutup. Pertimbangan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada hakim

yang melakukan hal itu berdasarkan jabatannya atau atas permintaan penuntut umum

dan terdakwa. Saksi pun dapat mengajukan permohonan agar sidang tertutup untuk

24 Bambang Poernomo,Op.Cit.hal. 78

Page 32: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

20

umum dengan alasan demi nama baik keluarga. Walau sidang dinyatakan tertutup

untuk umum, namun keputusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk

umum.25 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 13 dan KUHAP Pasal 195 tegas menyatakan :

”Semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabiladiucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.”

M. Yahya Harahap 26 mengatakan bahwa :

“Pada pemeriksaan sidang anak-anak, cara pemeriksaan sidangnyamemerlukan kekhususan. Timbul suatu kecenderungan yang agaknya bisadijadikan dasar filosofis yang mengajarkan anak-anak yang melakukan tindakpidana, bukanlah benar-benar, tetapi melainkan bersifat “kenakalan” semata-mata.”

Atas dasar hal tersebut, KUHAP menetapkan pemeriksaan perkara yang

terdakwanya anak-anak dilakukan dengan pintu yang tertutup. Sebab jika dilakukan

terbuka untuk umum, akan membawa akibat psikologis yang lebih para kepada si

anak.

e. Asas Semua Orang Diperlakukan Sama Di depan Hukum

Asas yang umum dianut di negara-negara yang berdasarkan hukum ini tegas

tercantum dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Pasal 4 ayat (1) dan

penjelasan umum butir 3 huruf a KUHAP. Asas ini lazim disebut sebagai asas

isonomia atau equality before the law. Penjelasan umum butir 3 huruf a KUHAP

merumuskan:

25 Andi Hamzah. Op,Cit.hal.2226 M Yahya Harahap, Op.Cit., hal.57.

Page 33: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

21

“Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum tidak mengadakanperbedaan perlakuan”.

Sedangkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman merumuskan :

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakanorang.”

Melihat kedua pasal di atas, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan

pemeriksaan dalam pengadilan itu sangat tidak dianjurkan adanya pembeda-bedaan

antara terdakwa, saksi, jaksa, polisi, pejabat sekelas bupati, gubernur, bahkan

sekalipun itu presiden. Semuanya dianggap sama di depan hakim, semuanya melalui

proses yang sama dalam pemeriksaan dan mereka sama-sama memiliki kewajiban

dan hak yang sama pula pada pemeriksaan pengadilan.

Romli Atmasasmita 27 dalam bukunya mengatakan bahwa :

“Asas persamaan di muka hakim tidak secara eksplisit tertuang dalamKUHAP, akan tetapi asas ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dariKUHAP. Ditempatkannya asas ini sebagai satu kesatuan menunjukan bahwabetapa pentingnya asas ini dalam tata kehidupan Hukum Acara Pidana diIndonesia.”

f. Asas Tersangka atau Terdakwa Berhak Mendapatkan Bantuan Hukum

Asas ini berkaitan dengan hak dari seseorang yang tersangkut dalam suatu

perkara pidana untuk dapat mengadakan persiapan bagi pembelaannya maupun untuk

mendapatkan nasehat/penyuluhan tentang jalan yang dapat ditempuhnya dalam

menegakkan hak-haknya sebagai tersangka atau terdakwa.

27 Romli Atmasasmita, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana : Bina Cipta, 1983.hal.30.

Page 34: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

22

Mengenai pemberian bantuan hukum ini diatur di dalam Pasal 69 KUHAP

sampai dengan Pasal 74 KUHAP, dimana tersangka atau terdakwa mendapat

kebebasan yang sangat luas, antara lain menurut M. Yahya Harahap28:

a. Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka/terdakwa ditangkapatau ditahan.

b. Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan.c. Penasehat hukum dapat menghubungi tersangka/terdakwa pada semua

tingkar pemeriksaan dan pada setiap waktu.d. Penyidik dan penuntut umum tidak mendengarkan pembicaraan antara

penasehat hukum dan tersangka kecuali pada perkara/kejahatan terhadapkeamanan negara.

e. Tersangka atau penasehat hukum berhak mendapat turunan berita gunakepentingan pembelaan.

f. Penasehat hukum berhak mengirim dan menerima surat daritersangka/terdakwa.

Hal ini telah menjadi ketentuan universal di negara-negara demokrasi dan

beradab yang terdapat dalam The International Covenant on Civil and Political

Rights article 14 sub 3d kepada tersangka atau terdakwa diberikan jaminan:

“Diadili dengan kehadiran terdakwa, membela diri sendiri secara pribadi ataudengan bantuan penasihat hukum menurut pilihannya sendiri, diberi tahutentang hak-haknya ini jika ia tidak mempunyai penasihat hukum untuk dia,jika untuk kepentingan peradilan perlu untuk itu, dan jika ia tidak mampumembayar penasihat hukum, ia dibebaskan dari pembayaran”.

g. Asas Akusatur dan Inkuisitur

Asas akusatoir adalah asas atau prinsip akusatoir yang menempatkan

kedudukan tersangka atau terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan,

M. Yahya Harahap29 berpendapat bahwa:

28 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.2129 Ibid, hal. 24

Page 35: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

23

1. Adalah subjek: bukan menjadi objek pemeriksaan, karena itu tersangkaatau terdakwa harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukanmanusia yang mempunyai harkat martabat harga diri,

2. Yang menjadi objek pemeriksaan dalam prinsip akusator adalah“kesalahan” (tindak pidana), yang dilakukan tersangka/terdakwa. Kearahitulah pemeriksaan ditujukan.

Kebebasan memberi dan mendapatkan penasihat hukum menunjukkan bahwa

dengan KUHAP telah dianut asas akusator itu. Ini berarti perbedaan antara

pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan sidang pengadilan pada asasnya telah

dihilangkan.

Menurut Andi Hamzah30:

“Sebagaimana yang telah diketahui, asas akusator itu berarti tersangkadipandang sebagai objek pemeriksaan.”

Definisi asas inkisitor yaitu asas yang menempatkan tersangka atau terdakwa

sebagai objek dalam setiap pemeriksaan. Asas ini masih dianut oleh HIR untuk

pemeriksaan pendahuluan. Asas inkisator ini saat ini sudah ditinggalkan oleh aparat

penegak hukum karena tidak adanya perlindungan hak-hak bagi tersangka atau

terdakwa. Karena dalam asas inkisitor pengakuan tersangka atau terdakwa merupakan

alat bukti yang sangat penting sehingga seringkali tersangka atau terdakwa

diperlakukan sewenang-wenang tanpa mempedulikan hak-hak asasi kemanusiaan.

Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum acara pidana.

Asas inkisitor, Andi Hamzah31 berpendapat:

30 Andi Hamzah, Op.Cit, hal.2431 Andi Hamzah, Loc.Cit

Page 36: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

24

“Asas inkisitor sesuai dengan pandangan bahwa pengakuan tersangkamerupakan alat bukti terpenting. Dalam pemeriksaan selalu pemeriksaberusaha mendapatkan pengakuan dari tersangka. Kadang-kadang untukmencapai maksud tersebut pemeriksa melakukan tindakan kekerasan ataupenganiayaan. Sesuai dengan hak-hak asasi manusia yang sudah menjadiketentuan universal, maka asas inkisitor telah ditinggalkan oleh banyak negaraberadab. Selaras dengan itu, berubah pula sistem pembuktian yang alat-alatbukti berupa pengakuan diganti dengan keterangan terdakwa, begitu pulapenambahan alat bukti berupa keterangan ahli.”

h. Pemeriksaan Hakim Yang Langung dan Lisan

Menurut Andi Hamzah32, bahwa mengenai asas pemeriksaan di sidang

pengadilan dilaksanakan oleh hakim secara langsung sebagai berikut:

“Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung,artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi. Berbeda dengan hukumacara Perdata dimana tergugat dapat diwakili oleh kuasanya. Pemeriksaanjuga dilakukan secara lisan artinya bukan tertulis antara hakim dan terdakwa”.

Asas ini diatur dalam Pasal-Pasal 153 KUHAP, 155 KUHAP dan seterusnya.

Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP :

”Hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan yangdilakukan secara lisan dalam bahasa indonesia yang dimengerti terdakwa dansaksi.”

Ketentuan Pasal 155 ayat (1) KUHAP :

”Pada permulaan sidang hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwatentang nama lengkap, tempat lahir,umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaanya serta mengingatkanterdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnyadi sidang”

32 Ibid, hal. 25.

Page 37: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

25

Pengecualian yang dipandang dari asas langsung ialah kemungkinan putusan

dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa, yaitu putusan verstek atau in absentia. Tetapi,

ini hanya merupakan pengecualian, yaitu dalam acara pemeriksaan perkara

pelanggaran lalu lintas jalan (Pasal 213 KUHAP) yang berbunyi: “Terdakwa dapat

menunjuk seseorang dengan surat untuk mewakili di sidang”.33

M. Yahya Harahap34 berpendapat:

“Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP menegaskan ketua sidang dalammemimpin sidang pengadilan, dilakukan secara langsung dan lisan. Tidakboleh pemeriksaan dengan perantaraan tulisan baik terhadap terdakwamaupun saksi-saksi. Kecuali bagi mereka yang bisu atau tuli, pertanyaan danjawaban dapat dilakukan secara tertulis. Prinsip pemeriksaan dalampersidangan dilakukan secara langsung berhadap-hadapan dalam ruangsidang. Semua pertanyaan diajukan dengan lisan dan jawaban atauketeranganpun disampaikan dengan lisan, tiada lain untuk memenuhi tujuanagar persidangan benar-benar menemukan kebenaran yang hakiki. Sebab daripemeriksaan secara langsung dan lisan, tidak hanya keterangan terdakwa atausaksi saja yang dapat didengar dan diteliti, tetapi sikap dan cara merekamemberikan keterangan dapat menentukan isi dan nilai keterangan.”

C. Pembuktian

1. Pengertian dan Tujuan Pembuktian

Untuk membuktikan bersalah atau tidaknya seorang terdakwa haruslah

melalui pemeriksaan di sidang pengadilan. Dalam hal pembuktian ini hakim perlu

memperhatikan kepentingan masyarakat, yaitu bahwa seseorang yang telah

melanggar ketentuan pidana (KUHP) atau undang-undang pidana lainnya harus

mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Sedangkan kepentingan

33 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit., hal.25.34 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal.113.

Page 38: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

26

terdakwa yaitu bahwa terdakwa harus diperlakukan secara adil sehingga hukuman

yang ia terima seimbang dengan kesalahannya.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009, tentang Kekuasaan

Kehakiman, dengan tegas menyatakan bahwa:

a. Tiada seorang juapun dapat dihadapkan di depan pengadilan, selaindaripada yang ditentukan baginya oleh undang-undang.

b. Tiada seorang juapun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilankarena alat-alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapatkeyakinan bahwa seseorang dianggap bertanggung jawab, telah bersalahatas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya.

Berdasarkan pasal ini bertujuan untuk menjamin terlaksananya hak asasi manusia.

Setiap orang yang ditangkap, ditahan, atau dihadapkan di depan sidang pengadilan

wajib dianggap tidak bersalah, selama belum ada kekuatan hukum yang tetap. Asas

ini disebut asas praduga tak bersalah yang mewajibkan semua pihak untuk tidak

mendahului putusan pengadilan untuk menyatakan kesalahan seseorang.

Sedangkan ketentuan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dinyatakan bahwa :

“Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, jugamemuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutanatau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.”

Berdasarkan Pasal 50 ayat (1) tersebut, maka dalam membuat suatu keputusan, hakim

harus mempunyai alasan dan dasar putusan serta juga harus memuat pasal peraturan

perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum yang dijadikan dasar

untuk mengadili. Untuk mengambil suatu alasan dan dasar suatu putusan, hakim

Page 39: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

27

terlebih dahulu harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan

dengan terdakwa.

Pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan perkara dalam sidang

pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan

pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan

yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang

mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan

hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan. Pengertian dari pembuktian

sebenarnya tidak dapat ditemukan dalam satu pasal pun yang memberikan

pengaturannya dalam KUHAP maupun di dalam ketentuan hukum lainnya. M.Yahya

Harahap35 menjelaskan arti pembuktian ditinjau dari segi hukum acara pidana antara

lain:

a. Ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari danmempertahankan kebenaran. Baik hakim, penuntut umum, penasehathukum, atau terdakwa harus terikat pada ketentuan tata cara dan penilaianalat-alat bukti yang ditentukan undang-undang. Jika majelis hakim hendakmeletakan kebenaran yang ditemukan dalam putusan yang akandijatuhkan, kebenaran itu harus diuji dengan alat bukti, dengan cara dandengan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yangditemukan.

b. sehubungan dengan penilaian di atas, majelis hakim dalam mencari danmeletakkan kebenaran, harus berdasarkan alat-alat bukti yang telahditentukan undang-undang secara limitatif sebagimana disebutkan dalamPasal 184 KUHAP.

Arti pembuktian ditinjau dari segi hukum acara pidana merupakan ketentuan yang

membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan mempertahankan kebenaran.

35 M. Yahya harahap.Op,Cit, hal 274.

Page 40: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

28

Hakim, jaksa, dan terdakwa ataupun penasehat hukum semua terikat dalam ketentuan

mengenai tata cara dan penilaian alat bukti yang telah ditentukan. Karena sesuai

dengan aturan kalau semua tata cara dalam beracara di acara pidana diatur seluruhnya

dalam KUHAP, dan tidak boleh menyimpanginya.

Mencari suatu pembuktian dalam pemecahan permasalahan dapat menyangkut

berbagai hal yang menjadi alat ukur dalam menyelenggarakan pembuktian. Adapun

alat bukti tersebut menurut Rusli 36 antara lain adalah :

1. Bewijsgronden;Yaitu dasar-dasar atau prinsip-prinsip pembuktian yang tersimpul dalampertimbangan keputusan pengadilan.

2. Bewijsmiddelen;Yaitu alat-alat pembuktian yang dapat dipergunakan hakim untukmemperoleh gambaran tentang terjadinya perbuatan pidana yang sudahlampau.

3. Bewijsvoering;Yaitu penguraian cara bagaimana menyampaikan alat-alat bukti kepadahakim disidang pengadilan.

4. Bewijskracht ;Yaitu kekuatan pembuktian dari masing-masing alat bukti dalamrangkaian penilaian terbuktinya suatu dakwaan.

5. Bewijslast.Yaitu beban pembuktian yang diwajibkan oleh undang-undang untukmembuktikan tentang dakwaan dimuka sidang pengadilan.

Perihal tentang pembuktian, para sarjana memberikan definisi yang berbeda-

beda, berikut adalah definisi-definisi dari para sarjana:

a. M. Yahya Harahap

“Pembuktian adalah ketentuan yang berisi penggarisan dan pedomankesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan

36 Rusli, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007.hal.186

Page 41: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

29

ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang yangboleh dipergunakan hakim untuk membuktikan kesalahan yangdidakwakan.”37

b. Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril

”Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan penting dalamproses pemeriksaan sidang pengadilan. Dengan pembuktian inilah ditentukannasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yangditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yangdidakwakan kepada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari hukuman.Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat buktiyang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa harus dinyatakanbersalah. Kepadanya akan dijatuhkan hukuman. Oleh karena itu, para hakimharus hati-hati, cermat, dan matang menilai dan mempertimbangkan masalahpembuktian.”38

b. Subekti

“Membuktikan adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil ataupundalil-dalil yang dikemukakan oleh para pihak dalam suatu persengketaan.”39

Tujuan Pembuktian

Tujuan dari pembuktian adalah untuk mencari kebenaran yang ada dalam

suatu perkara yang diharapkan dapat mendekati kebenaran yang sebenar-benarnya

atau disebut juga dengan kebenaran materiil. Kebenaran yang diharapkan dalam

pembuktian ini bukan hanya untuk mencari kesalahan terdakwa saja, akan tetapi

dengan adanya pembuktian ini sekiranya dapat mencegah agar seseorang yang tidak

bersalah dijatuhi pidana. Seperti halnya yang dikemukakan oleh M.Yahya Harahap,

yaitu:

37 M. Yahya harahap.Op,Cit.hal.27338 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op,Cit. hal. 102-103.39 Subekti. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita. 2007.hal. 1

Page 42: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

30

“Tujuan pembuktian adalah mencari dan menetapkan kebenaran-kebenaranyang ada dalam perkara itu, bukanlah semata-mata mencari kesalahanseseorang. Walaupun dalam prakteknya kepastian absolut tidak akan dapattercapai, akan tetapi dengan penelitian dan kupasan sengan mempergunakanbukti-bukti yang ada, akan tercapai suatu kebenaran yang patut dipercaya.Sistem pembuktian harus diadakan guna mencegah jangan sampai terjadiorang yang tidak bersalah dapat dipidana.” 40

Tujuan pembuktian menurut Alfitra41, adalah:

“Tujuan dan guna pembuktian bagi para pihak yang terlibat dalam prosespemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut :1.Bagi penuntut umum, pembuktian adalah merupakan usaha untukmeyakinkan hakim, yakni berdasarkan alat bukti yang ada agar menyatakanseorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan.

2. Bagi terdakwa atau penasihat hukum, pembuktian adalah merupakan usahasebaliknya untuk meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang adaagar menyatakan seorang terdakwa dibebaskan atau dilepaskan dari tuntutanhukum atau meringankan pidananya. Untuk itu, terdakwa atau penasihathukum jika mungkin harus mengajukan alat-alat bukti yang menguntungkanatau meringankan ihaknya. Biasanya, bukti tersebut disebut bukti kebalikan.

3.Bagi hakim, atas dasar pembuktian tersebut, yakni dengan adanya alat-alatbukti yang ada dalam persidangan, baik yang berasal dari penuntut umummaupun penasihat hukum / terdakwa dibuat atas dasar untuk membuatkeputusan.Dalam hal pembuktian dalam hukum acara pidana hakimbersifataktif, dimana hakim berkewajiban untuk mendapatkan bukti yang cukup kuatuntuk membuktikan bersalah / tidaknya terdakwa.”

Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang mengatur

tentang pembuktian, yakni segala proses, dengan menggunakan alat-alat bukti yang

sah, dan dilakukan tindakan-tindakan dengan prosedur khusus guna mengetahui

40 M.Yahya Harahap.Op.Cit, Hal.25641 Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia,

Jakarta : Raih Aksa Sukses, 2011, hal. 25.

Page 43: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

31

fakta-fakta yuridis di persidangan, system yang dianut dalam pembuktian, syarat-

syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk

menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian.42

2. Sistem Pembuktian

a. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara Positif

(Positief Wettelijk Bewijstheorie)

Pembuktian yang didasarkan melulu kepada alat-alat pembuktian yang disebut

undang-undang, disebut sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-undang

secara positif (positief wettelijk bewijstheorie). Dikatakan secara positif karena hanya

didasarkan pada undang-undang melulu. Artinya, jika telah terbukti suatu perbuatan

sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang, maka keyakinan

hakim tidak diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formal

(formele bewijstheorie). Teori pembuktian ini sekarang tidak mendapat penganut lagi.

Teori ini terlalu banyak mengandalkan kekuatan pembuktian yang disebut oleh

undang-undang.43

a. Yahya Harahap

“Sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif lebih sesuaidibandingkan dengan sistem pembuktian menurut keyakinan. Sistem pembuktianmenurut undang-undang secara positif lebih dekat kepada prinsip penghukumanberdasar hukum, artinya penjatuhan hukuman terhadap seseorang semata-matatidak diletakan di bawah kewenangan hakim, tetapi di atas kewenangan undang-undang yang berlandaskan asas seorang terdakwa baru dapat dihukum dan

42 Alfitra, Op,Cit,Hal 2143 Andi Hamzah, Op.Cit., hal. 251.

Page 44: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

32

dipidana jika apa yang didakwakan kepadanya benar-benar terbukti berdasar caradan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.” 44

b. Simon

“Sistem atau teori pembuktian berdasar Undang-Undang secara Positif iniberusaha untuk menyingkirkan semua pertimbangan subyektif hakim danmengikat hakim secara ketat menurut peraturan-peraturan pembuktian yangketat”. 45

c. Teguh Samudera

“Ajaran ini mendalilkan bahwa hakim dalam memutuskan kesalahan terdakwahanya berdasarkan alat-alat pembuktian belaka. Jadi ajaran ini berpendapat bahwaapabila ada bukti (setidak-tidaknya bukti minimum), maka hakim harusmenyatakan bahwa terdakwa terbukti bersalah. Tegasnya dapat dikatakan bahwaapabila ada bukti (meskipun sedikit) harus dihukum, tetapi apabila tidak ada buktiharus dibebaskan, karena menurut ajaran ini unsur adanya keyakinan hakim tidakdiperlukan”. 46

b. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu

(Convictim in Time)

Sistem pembuktian menurut keyakinan hakim melulu berhadap-hadapan

secara berlawanan dengan teori pembuktian menurut undang-undang secara positif.

Andi Hamzah47 berpendapat bahwa :

“Alat bukti berupa pengakuan terdakwa sendiri tidak selalu membuktikankebenaran. Oleh karena itu, diperlukan bagaimanapun juga keyakinan hakimsendiri. Berakar pada pemikiran itulah, maka sistem yang didasarkan padakeyakinan hakim melulu yang didasarkan pada keyakinan hati nuraninya

44 Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 278.45 Andi Hamzah, Perbandingan KUHP,HIR,dan komentar, Jakarta: Ghalia, Indonesia.

2008,hal.260.46Teguh Samudera, 1992, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, Bandung: Penerbit

Alumni. Hal.2947 Andi Hamzah, Op.Cit., hal. 252.

Page 45: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

33

sendiri ditetapkan bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan yangdidakwakan.”

Sistem pembuktian convictim in time menentukan salah tidaknya seorang

terdakwa, semata-mata ditentukan oleh penilaian keyakinan hakim. Keyakinan

hakimlah yang menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Keyakinan boleh

diambil dan disimpulkan hakim dari alat-alat bukti yang diperiksanya dalam sidang

pengadilan. Hasil pemeriksaan alat-alat bukti dapat juga diabaikan oleh hakim dan

langsung menarik keyakinan dari keterangan atau pengakuan terdakwa.

Sistem ini mempunyai kelemahan yang besar. Sebagai manusia biasa,

keyakinan hakim yang telah dibentuknya bisa salah, berhubung tidak ada kriteria

dalam alat-alat bukti tertentu yang harus dipergunakan dan syarat serta cara-cara

hakim dalam membentuk keyakinannya itu. Sistem ini juga terbuka peluang yang

besar untuk terjadi praktik penegakkan hukum yang sewenang-wenang dengan

bertumpu pada alasan hakim telah yakin. Menurut Wirjono Prodjodikoro48 yang

dikutip oleh Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril :

“Sistem ini pernah berlaku di Indonesia pada zaman Hindia Belanda, yaitupada Pengadilan District dan Pengadilan Kabupaten. Pengadilan Districtadalah pengadilan sipil dan kriminal tingkat pertama untuk orang-orangbangsa Indonesia yang berada pada tiap-tiap district di Jawa dan Maduraberdasarkan Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid deJustitie in Nederlandsch Indie (Pasal 77-80 RO). Pengadilan Kabupaten yangdisebut juga dengan Regentschapsgerecht (Pasal 81-85 RO) adalahpengadilan tingkat bandingnya.”

48 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit., hal. 104.

Page 46: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

34

c. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim atas Alasan yang

Logis (Laconviction Raisonner atau Convictim-Raisonee)

Sistem pembuktian conviction rasionne adalah sistem pembuktian yang tetap

menggunakan keyakinan hakim tetapi keyakinan hakim yang didasarkan pada alasan-

alasan (reasioning) yang rasional. Berbeda dengan sistem conviction intime, dalam

sistem ini hakim tidak lagi memiliki kebebasan untuk menentukan keyakinannya,

keyakinan itu harus diikuti dengan alasan-alasan yang mendasari keyakinannya itu

dan alasan-alasan itupun harus “reasonable” yakni berdasarkan alasan yang dapat

diterima oleh akal pikiran.

Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena hakim

bebas untuk menyebut alasan-alasan keyakinannya (vrije bewijstheorie). Sistem atau

teori pembuktian jalan tengah atau yang berdasar keyakinan hakim sampai batas

tertentu ini terpecah kedua jurusan. Yang pertama tersebut diatas, yaitu pembuktian

berdasar keyakinan hakim atas alasan yang logis (conviction raisonee) dan yang

kedua ialah teori pembuktian berdasar undang-undang secara negative (negatief

wettelijk bewijstheorie). 49

Menurut M. Yahya Harahap50:

“keyakinan hakim dalam sistem La Conviction Raisonnee harus dilandasireasoning atau alasan-alasan, dan reasoning itu harus “reasonable”, yakniberdasar alasan yang dapat diterima.”

49 Andi Hamzah, Op.Cit. hal.25350 Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 277.

Page 47: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

35

Sistem atau teori pembuktian ini menuntut hakim untuk yakin terhadap

kesalahan salah satu pihak dimana dalam keyakinannya tersebut hakim mendasarkan

pada alasan-alasan yang dianggapnya logis. Hakim dalam hal ini tidak hanya terikat

dengan alat bukti yang terdapat dalam undang-undang, akan tetapi hakim dalam

membuktikan kesalahan terdakwa dapat menggunakan alat-alat bukti lain diluar

undang-undang, hal ini digunakan sebagai alasan yang memperkuat keyakinan hakim.

d. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara Negatif (Negatief

Wettelijk)

Pembuktian menurut undang-undang secara negatif (Negatief Wettelijk Bewijs

Theorie) adalah pembuktian yang selain menggunakan alat-alat bukti yang

dicantumkan di dalam undang-undang juga menggunakan keyakinan hakim. Sekalian

menggunakan keyakinan hakim, namun keyakinan hakim terbatas pada alat bukti

yang tercantum dalam undang-undang. Dengan menggunakan alat bukti yang

tercantum dalam undang-undang dan keyakinan hakim maka teori pembuktian ini

sering juga disebut pembuktian ganda (doubelen grondslag).

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif merupakan

keseimbangan antara kedua sistem yang saling bertolak belakang secara ekstrim.

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif “ menggabungkan”

kedalam dirinya secara terpadu sistem pembuktian menurut keyakinan dengan sistem

pembuktian menurut undang-undang secara positif. Hasil penggabungan kedua

sistem tersebut adalah “sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif”.

Page 48: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

36

Rumusannya: salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim

yang didasarkan kepada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-

undang.

Wirjono Prodjodikoro51, memberikan pendapat mengenai Sistem Negatief

Wettelijk yang dirumuskan sebagai berikut:

“Sistem negatief wettelijk sebaiknya dipertahankan bagi Indonesia, olehkarena pertama memang sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentangkesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukum pidana, agarsupaya janganlah hakim terpaksa menghukum orang, sedang hakim tidakberkeyakinan atas kesalahan terdakwa. Kedua berfaedah sekali apabila adaaturan yang sedikit banyak mengikat hakim dalam menyusun keyakinannya,agar supaya ada patokan-patokan tertentu yang harus dituruti oleh hakimdalam melakukan peradilan. Dengan adanya patokan-patokan tersebut hakimdalam putusannya terpaksa mengutarakan alasan-alasan yang dapat ditinjausecara teratur. Hal ini akan memudahkan adanya kesatuan dalam peradilandan kepastian hukum dalam masyarakat.”

Menurut Simons52:”Sistem atau teori pembuktian yang berdasar undang-undang secara negatif(negatief wettelijk) ini, pemidanaan didasarkan kepada pembuktian yangberganda, yaitu pada peraturan perundang-undang dan pada keyakinan hakim,dan menurut undang-undang, dasar keyakinan hakim itu bersumber padaperaturan undang-undang.”

Jadi, didalam sistem negatif ada dua hal yang merupakan syarat untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, sesuai dengan pendapatnya Alfitra 53 yakni :

a. Wettelijk : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh undang-undang;

b. Negatief : adanya keyakinan dari hakim, yakni berdasarkan bukti-buktitersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa.

51 Wirjono Prodjodikoro, Op,Cit.hal 94.52 Andi Hamzah, Op.Cit., hal. 256.53 Alfitra, Op.Cit. hal. 29

Page 49: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

37

Sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP adalah sistem atau teori pembuktian

berdasarkan Undang-Undang secara Negatif ( Negatief wettelijke stelsel .

Disebut wettelijke atau menurut undang-undang karena untuk pembuktian,

undang-undanglah yang menentukan tentang jenis dan banyaknya alat bukti yang

harus ada, kemudian disebut negatief karena adanya jenis-jenis dan banyaknya alat-

alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang itu belum dapat membuat hakim

harus menjatuhkan pidana bagi seorang terdakwa, apabila jenis-jenis dan banyaknya

alat-alat bukti itu belum dapat menimbulkan keyakinan pada dirinya bahwa suatu

tindak pidana itu benar-benar telah terjadi dan bahwa terdakwa telah bersalah

melakukan tindak pidana tersebut.”54

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan pembuktian didasarkan pada dua

hal, yaitu alat-alat bukti dan keyakinan yang merupakan kesatuan tidak dipisahkan,

dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Hal tersebut juga terdapat dalam Pasal 183 KUHAP,

yaitu :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinanbahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yangbersalah melakukannya.”

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pembuktian harus didasarkan kepada undang-

undang (KUHAP), yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam Pasal 184 KUHAP,

54 Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu PengetahuanHukum Pidana dan Yurisprudensi,Edisi I cetakan I, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal.408-409.

Page 50: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

38

disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat-alat bukti tersebut. Apabila

salah satu unsur diantara dua unsur itu tidak ada, maka tidak cukup mendukung

keterbuktian kesalahan terdakwa. Hakim baru diwajibkan menghukum orang, apabila

hakim berkeyakinan bahwa peristiwa pidana yang bersangkutan adalah terbukti.

3. Alat Bukti Menurut KUHAP

Pasal 184 ayat (1) KUHAP telah menentukan secara “limitatif” alat bukti

yang sah menurut undang-undang. Pembuktian dengan alat bukti di luar jenis alat

bukti yang disebut pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP, tidak mempunyai nilai serta

tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat. Alat bukti yang sah menurut

undang-undang dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP merumuskan:

a. Keterangan saksi;b. Keterangan ahli;c. Surat;d. Petunjuk;e. Keterangan terdakwa.

a. Keterangan Saksi

Pengertian keterangan saksi terdapat dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yang

merumuskan:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupaketerangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ialihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannyaitu”.

Menurut Hibnu Nugroho 55 menerangkan bahwa:

55Hibnu Nugroho, Bunga Rampai Penegakan Hukum di Indonesia, Semarang : BadanPenerbit Undip, 2010, hal. 34.

Page 51: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

39

“Saksi adalah orang yang memberikan keterangan guna kepentinganpenyidikan,penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang iadengan sendiri,ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”

Tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan

saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu bersandar pada pemeriksaan

keterangan saksi. Sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang

lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.56

Keterangan saksi agar menjadi kuat maka harus dihadirkan saksi lebih dari

seorang dan minimal ada dua alat bukti karena keterangan dari seorang saksi saja

tanpa ada alat bukti yang lain tidak cukup membuktikan bahwa terdakwa benar-benar

bersalah terhadap dakwaan yang didakwakan kepadanya (unus testis nullus testis).

Dalam hal terdakwa memberikan keterangan yang mengakui kesalahan yangdidakwakan kepadanya, keterangan seorang saksi sudah cukup untukmembuktikan kesalahan terdakwa, karena disamping keterangan saksi tunggalitu, telah terpenuhi ketentuan minimum pembuktian dan the degree ofevidence yakni keterangan saksi ditambah dengan alat bukti keteranganterdakwa. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa persyaratan yang dikehendakiPasal 185 ayat (2) adalah :1. Untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus

didukung oleh dua orang saksi;2. Atau kalau saksi yang ada hanya terdiri dari seorang saja maka kesaksian

tunggal itu harus dicukupi atau ditambah dengan salah satu alat bukti yanglain.57

Keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam pemeriksaan

perkara pidana. Dalam pasal 185 ayat (6) untuk menilai kebenaran keterangan saksi

hakim harus memperhatikan:

56 Yahya Harahap, Op,Cit, hal. 286.57 Ibid, hal.288.

Page 52: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

40

1. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lainnya;2. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain;3. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan

yang tertentu;4. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya

dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

b. Keterangan Ahli

Keterangan seorang ahli disebut sebagai alat bukti pada urutan kedua

Pasal183 KUHAP. Ini berbeda dengan HIR dahulu tidak mencantumkan keterangan

ahli. Ini berbeda dengan HIR dahulu tidak mencantumkan keterangan ahli sebagai

alat bukti. Definisi keterangan ahli menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP yaitu :

“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yangmemiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terangsuatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.”

Menurut M.Yahya Harahap58, Berdasarkan Pasal 1 angka 28 KUHAP, dapat

diambil suatu pengertian:

1. Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seorang ahli yangmemiliki keahlian khusus tentang masalah yang diperlukan penjelasannyadalam suatu perkara pidana yang sedang diperiksa.

2. Maksud keterangan khusus dari ahli, agar perkara pidana yang sedangdiperiksa menjadi terang demi untuk penyelesaian pemeriksaan perkarayang bersangkutan.

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan,

hal ini pun ditegaskan dalam Pasal 186 KUHAP. Penjelasan pasal ini merumuskan:

“Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan olehpenyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporandan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan ataupekerjaan.”

58 M. Yahya Harahap, Op.Cit. hal 277.

Page 53: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

41

“Hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntutumum, maka pada pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikanketerangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebutdiberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim.”

M. Yahya Harahap 59, memberi penjelasan Mengenai kekuatan pembuktian

keterangan ahli adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas (Vrijbewijskracht) artinyahakim bebas menilainya dan tidak terikat kepadanya, tidak ada keharusanbagi hakim untuk harus menerima kebenaran keterangan ahli.

2. Keterangan ahli yang berdiri sendiri tanpa didukung alat bukti lain tidakcukup dan tidak memadai untuk membuktikan kesalahan terdakwa.

c. Surat

Andi Hamzah60 menjelaskan mengenai surat:

“Surat sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 187 KUHAP yang menurutketentuan ini surat yang dinilai dengan alat bukti yang sah di persidanganmenurut undang-undang yaitu surat yang dibuat atas sumpah jabatan dan atausurat yang dikuatkan dengan sumpah. Alat bukti surat menurut definisi Asser-Anema yaitu segala sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapatdimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran.”

Alat bukti surat ini diatur dalam satu pasal yaitu pada Pasal 187 KUHAP.

Yang berbunyi sebagai berikut :

Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP, dibuatatas sumpah jabatan atau dikaitkan dengan sumpah adalah :

1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabatumum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuatketerangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat ataudialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentangketerangannya itu;

59 Ibid, hal 413.60 Andi Hamzah, Op.cit, hal. 276.

Page 54: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

42

2. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atassurat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana yang menjadi tanggung jawabnya dan diperuntukan bagipembuktian suatu hal atau sesuatu keadaan;

3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkankeahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang dimintasecara resmi daripadanya;

4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi darialat pembuktian yang lain.

Menurut ketentuan Pasal 187 KUHAP, surat yang dapat dinilai sebagai alat

bukti yang sah menurut undang-undang ialah:

1. Surat yang dibuat diatas sumpah jabatan,

2. Surat yang dikuatkan dengan sumpah.

Nilai kekuatan pembuktian surat menurut M. Yahya Harahap jika dinilai

dari segi teoritis serta dihubungkan dengan prinsip pembuktian dalam KUHAP dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Ditinjau dari segi formal

Alat bukti yang disebut pada Pasal 187 huruf a,b dan c adalah alat bukti yang

sempurna sebab bentuk surat-surat ini dibuat secara resmi menurut formalitas

yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Alat bukti surat resmi

mempunyai nilai pembuktian formal yang sempurna dengan sendirinya

bentuk dan isi surat tersebut :

a. Sudah benar, kecuali dapat dilumpuhkan dengan alat bukti yang lain;

b. Semua pihak tak dapat lagi menilai kesempurnaan bentuk dan

pembuatannya;

Page 55: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

43

c. Juga tak dapat lagi menilai kebenaran keterangan yang dituangkan pejabat

yang berwenang didalamnya sepanjang isi keterangan tersebut tidak dapat

dilumpuhkan dengan alat bukti yang lain;

d. Dengan demikian ditinjau dari segi formal, isi keterangan yang tertuang di

dalamnya, hanya dapat dilumpuhkan dengan alat bukti lain, baik berupa

alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli atau keterangan terdakwa.

2. Ditinjau dari segi materiil

Alat bukti surat tidak mempunyai kekuatan mengikat sama dengan alat bukti

saksi, dan ahli yang sama-sama mempunyai nilai pembuktian yang bersifat

bebas yang penilaiannya digantungkan dari pertimbangan hakim.

Ketidakterikatannya hakim atas alat bukti surat tersebut didasarkan pada

beberapa asas, antara lain :

a. Asas proses pemeriksaan perkara pidana adalah untuk mencari kebenaran

materiil atau kebenaran sejati (materiel waarheid), bukan mencari

kebenaran formal. Nilai kebenaran dan kesempurnaan formal dapat

disingkrkan demi untuk mencapai dan mewujudkan kebenaran materiil

atau kebenaran sejati yang digariskan oleh penjelasan Pasal 183 KUHAP

yang memikul kewajiban bagi hakim untuk menjamin tegaknya

kebenaran, keadilan, kepastian hukum bagi seseorang.

b. Asas keyakinan hakim sesuai yang terdapat dalam Pasal 183 KUHAP

yang menganut ajaran sistem pembuktian menurut undang-undang secara

negatif. Dimana hakim dalam memutus harus berdasarkan sekurang-

Page 56: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

44

kurangnya dua alat bukti yang sah, dan dengan alat bukti tersebut hakim

memperoleh keyakinan bahwa terdakwa itu bersalah atau tidak. Hakim

diberi kebebasan untuk menentukan putusan yang diambilnya dengan

tetap memperhatikan tanggung jawab dengan moral yang tinggi atas

landasan tanggung jawab demi mewujudkan kebenaran sejati.

d. Petunjuk

Petunjuk adalah suatu kejadian-kejadian atau keadaan hal lain, yang

keadaannya dan persamaannya satu sama lain maupun dengan peristiwa itu sendiri,

nyata menunjukkan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana.

Petunjuk terdapat dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi:

1. Petujuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karenapersesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengantindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindakpidana dan siapa pelakunya;

2. Petunjuk sebagaimana dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari:a. Keteragan saksi;b. Suratc. Keterangan terdakwa.

3. Penilaian atas suatu kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiapkeadaaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, serta iamengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaanberdasarkan hati nuraninya.

Menurut Yahya Harahap61:

“Memberikan pengertian dengan menambah beberapa kata, petunjuk ialahsuatu “isyarat” yang dapat “ditarik dari suatu perbuatan, kejadian ataukeadaan” dimana isyarat tadi mempunyai “persesuaian” antara yang satudengan yang lain maupun isyarat tadi mempunyai persesuaian dengan tindakpidana itu sendiri, dan dari isyarat yang bersesuaian tersebut ”melahirkan”

61 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit., hal. 129.

Page 57: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

45

atau “mewujudkan” suatu petunjuk “membentuk kenyataan” terjadinya suatutindak pidana dan terdakwalah pelakunya.”

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 188 KUHAP, orang dapat mengetahui

bahwa pembuktian yang didasarkan pada petunjuk-petunjuk di dalam berbagai alat

bukti itu, tidak mungkin akan dapat diperoleh oleh hakim tanpa mempergunakan

suatu redenering atau suatu pemikiran tentang adanya suatu persesuaian antara

kenyataaan yang satu dengan yang lain, atau antara suatu kenyataan dengan tindak

pidananya itu sendiri.

Menurut Djoko Prakoso62, syarat-syarat untuk dapat menjadikan petunjuk

sebagai alat bukti haruslah :

1. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi;2. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain dengan

kejahatan yang terjadi;3. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa maupun

saksi dipersidangan.

M.Yahya Harahap63, memberikan penjelasan mengenai nilai kekuatan alat

bukti petunjuk yang diuraikan sebagai berikut:

“Nilai kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk yaitu sebagaimana alatpembuktian yang lain mempunyai kekuatan pembuktian yang bebas, hakimtidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk, olehkarena itu hakim bebas menilainya dan mempergunakannya sebagai upayapembuktian”.

e. Keterangan Terdakwa

62 Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana,Yogyakarta: Liberty, 1988, hal 96

63 M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hal 296.

Page 58: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

46

Pengaturan tentang keterangan terdakwa terdapat dalam Pasal 189-193

KUHAP, dalam Pasal 189 ayat (1) mengartikan mengenai keterangan terdakwa :

“Keterangan terdakwa ialah apa yang didakwakan di sidang tentang perbuatanyang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.”

M.Yahya Harahap64 berpendapat mengenai alat bukti keterangan terdakwa

yaitu:

“Ditinjau dari segi Yuridis keterangan terdakwa lebih bersifat manusiawi danbertendensi memberi kesempatan yang seluas dan sebebas-bebasnya kepadaterdakwa mengutarakan segala sesuatu tentang apa saja yang dilakukan ataudiketahui maupun yang dialami dalam peristiwa pidana yang sedangdiperiksa. Hal ini sesuai sengan sistem pemeriksaan yang diatur KUHAPsecara akkusatur sejalan dengan pengakuan KUHAP terhadap hak asasiterdakwa sebagai orang yang harus diperlakukan sebagai manusia”.

Bentuk keterangan terdakwa yang dapat diklasifikasikan sebagai keterangan

terdakwa yang diberikan di luar sidang adalah:

1. Keterangan yang diberikan dalam pemeriksaan penyidikan.2. dan keterangan itu dicatat dalam Berita Acara Penyidikan.3. Serta Berita Acara penyidikan itu ditandatangani oleh pejabat penyidik

dan terdakwa.65

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut

undang-undang, diperlukan beberapa asas antara lain:

1. Keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan.

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan itu

harus dinyatakan di sidang pengadilan, baik pernyataan berupa penjelasan “yang

64M.Yahya Harahap,Op.Cit, Hal.298.65 Yahya , harahap, Op. Cit. hal. 303.

Page 59: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

47

diutarakan sendiri” oleh terdakwa maupun pernyataan yang berupa “penjelasan”

atau “jawaban” terdakwa atas pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh ketua

sidang, hakim anggota, penuntut umum atau penasihat hukum.

2. Perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu merupakan

pernyataan atau penjelasan.

a. Tentang perbuatan yang “dilakukan terdakwa”.

b. Tentang apa yang diketahui sendiri oleh terdakwa.

c. Apa yang dialami sendiri oleh terdakwa.

d. Keterangan terdakwa hanya merupakan alat bukti terhadap dirinya sendiri.66

D. Keterangan Saksi

1. Pengertian Saksi

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang dimaksud

dengan saksi yaitu :

“Orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikanpenuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Peranan saksi dalam perkara pidana adalah untuk membantu mencari

kebenaran. Sampai kini keterangan saksi oleh undang-undang dipandang sebagai alat

bukti yang penting, meskipun dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dalam

66 Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 320.

Page 60: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

48

pembuktian secara ilmiah dengan cara mempergunakan bukti-bukti berupa benda

mati atau yang lazimnya disebut saksi diam yang lebih dapat dipercaya kebenarannya

dari pada keterangan seorang saksi.67

Menjadi saksi merupakan kewajiban, hal ini dijelaskan dalam Pasal 159 ayat

(2) KUHAP menentukan bahwa saksi memberikan keterangan di persidangan

merupakan suatu kewajiban hukum, artinya apabila saksi telah dipanggil secara patut

dan sah untuk dihadirkan sebagai saksi tidak bersedia hadir tanpa alasan yang sah,

maka terhadapnya dapat diperintahkan atau upaya paksa untuk hadir di persidangan

dengan suatu penetapan hakim. Oleh karenanya pada Pasal 224 KUHP dan Pasal 522

KUHP ditegaskan bila seseorang tidak memenuhi kewajiban tersebut, kepadanya

dapat dikenakan sanksi pidana berupa hukuman penjara dan/atau denda.

Pemanggilan saksi harus dilakukan penyidik dengan hati-hati dan teliti,

jangan sampai saksi yang dipanggil, ternyata tidak dapat memberikan keterangan apa

pun, sangat diharapkan agar kata-kata “yang dianggap perlu” dalam ketentuan ini,

jangan dipergunakan sedemikian rupa untuk memanggil setiap orang tanpa didahului

penelitian dan pertimbangan yang matang sesuai dengan urgensi pemeriksaan,

dihubungkan dengan keluasan pengetahuan yang dimiliki saksi mengenai peristiwa

pidana yang bersangkutan.68

Penyidik berwenang memanggil kepada saksi-saksi yang dianggap perlu

untuk diperiksa dan pemanggilan itu harus dilakukan:

67 Suryono Sutarto, Op,Cit. hal. 6.68 M. Yahya Harahap, Op,Cit,hal. 33.

Page 61: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

49

a. Dengan surat panggilan yang sah yang ditandatangani oleh penyidik yang

berwenang dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas.

b. Pemanggilan memperhatikan tenggang waktu yang wajar dan layak.

1. Antara tanggal hari diterimanya surat panggilan, dengan hari tanggal orang

yang dipanggil diharuskan memenuhi panggilan, harus ada tenggang waktu

yang layak (Pasal 112 ayat (1) KUHAP).

2. Atau surat panggilan harus disampaikan “selambat-lambatnya” tiga (3) hari

sebelum tanggal hadir yang ditentukan dalam surat panggilan.69

Orang yang dipanggil untuk didengar keterangannya sebagai saksi wajib

datang dan apabila ia tidak datang, penyidik memanggil satu kali lagi dengan perintah

kepada petugas atau penyelidik untuk dibawa kepadanya (Pasal 112 ayat (2)

KUHAP). Apabila seorang saksi tidak dapat datang dengan alasan yang patut dan

wajar, penyidik datang ke tempat kediamannya.

Umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi

tercantum dalam Pasal 168 KUHAP yaitu:

1) Keluarga sedarah atau semenda adalam garis lurus ke atas atau ke bawahsampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagaiterdakwa;

2) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudaraibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karenaperkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;

3) Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.70

69 M. Yahya Harahap, Loc.Cit.70 Andi Hamzah, Op,Cit, hal. 33

Page 62: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

50

Pasal 168 KUHAP menentukan bahwa mereka tidak dapat didengar dan dapat

mengundurkan diri sebagai saksi, namun apabila mereka menghendakinya dan

penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya, maka mereka dapat

memberikan keterangan di bawah sumpah dan andaikata penuntut umum serta

terdakwa tidak setuju para saksi tersebut tetap dapat memberikan keterangan tanpa

sumpah, seperti yang disebutkan pada pasal 169 ayat (2) KUHAP.71

Darwan Prints,72 mengemukakan beberapa syarat yang harus dimiliki saksi

agar kesaksiannya tersebut dipakai sebagai alat bukti, diantaranya yaitu :

a. Syarat formalBahwa keterangan saksi dapat dianggap sah, apabila keterangan itudiberikan dibawah sumpah;

b. Syarat materiilBahwa keterangan seorang saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alatpambuktian, akan tetapi keterangan seorang saksi adalah cukup untuk alatpembuktian untuk suatu kejahatan yang dituduhkan.

Saksi biasanya diberi kesempatan oleh hakim untuk menceritakan tentang apa

yang dialaminya, dilihatnya atau didengarnya secara bebas, selanjutnya hakim ketua

dapat menanyakan hal-hal yang lebih spesifik, baik dengan berpedoman pada hasil

pemeriksaan penyidik yang tercatat dalam berita acara penyidikan maupun

pertanyaan baru.73

Seseorang yang menjadi saksi juga harus mempunyai rasa tanggung jawab

atas segala hal yang telah ia ungkapkan dimuka persidangan, oleh karena itu, didalam

71 M. Yahya, Harahap, Op. Cit. hal. 815.72 Darwan Prints, Op,Cit, hal 108.73 Aloysius Wisnubroto, Praktek Peradilan Pidana, Bekasi: PT.Galaxy Puspa Mega. 2002

hal. 17.

Page 63: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

51

Pasal 224 KUHP mengaturnya, yaitu :

Barang siapa dipanggil sebagai saksi atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya diancam :

1. Dalam perkara pidana, pidana penjara paling lama sembilan bulan.

2. Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

Setiap saksi dituntut untuk memberikan keterangan yang sebenarnya dan tiada

lain dari pada yang sebenarnya sesuai dengan lafal sumpah atau janji yang

diucapkannya. Saksi tidak perlu dan tidak dituntut untuk menerangkan sesuatu yang

berupa cerita orang lain kepadanya maupun berupa perkiraan, pendapat atau dugaaan.

Demikian juga terhadap hal-hal yang bersifat persangkaan, tidak perlu dikemukakan

di sidang pengadilan.74

Apabila seorang saksi tanpa alasan yang sah menolak untuk mengucapkan

sumpah dalam memberikan keterangannya maka sebagaimana ditentukan dalam

ketentuan Pasal 161 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa :

“Bahwa dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untukbersumpah atau berjanji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (3) dan(4), maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan suratpenetapan hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera di tempat rumahtahanan Negara paling lama empat belas hari.

Saksi yang boleh memberikan keterangan tanpa sumpah dalam Pasal 171

KUHAP merumuskan:

a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernahkawin;

74 M. Yahya Harahap, Op,Cit.hal. 698.

Page 64: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

52

b. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannyabaik kembali.

2. Macam-Macam Saksi

a. Saksi A Charge (Memberatkan terdakwa)

Merupakan saksi yang dipilih atau diajukan oleh penuntut umum yang sifat

kesaksiannya memberatkan terdakwa.75 Saksi ini pemanggilannya dilakukan oleh

penuntut umum. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 160 butir c, dalam hal saksi

yang memberatkan terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara

umum, selama berlangsungnya sidang atau belum dijatuhkannya putusan, hakim

ketua sidang wajib menedengar keterangan saksi tersebut.

b. Saksi A De Charge ( yang menguntungkan terdakwa )

Saksi ini adalah kebalikan dari saksi A Charge. Saksi yang diajukan oleh

terdakwa di dalam persidangan ataupun tahap pemeriksaan untuk memberikan

keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.76 Saksi A De Charge yang

tercantum dalam surat pelimpahan perkara pemanggilannya dilakukan oleh

penuntut umum, akan tetapi dimintakan oleh terdakwa atau penasehat humunya

dan pemanggilannya juga dilakukan oleh terdakwa atau penasehat hukumnya

sendiri.

c. Saksi Mahkota

75 Darwan prints, Op,Cit, hal 111.76 Benyamin Asri, Hak-Hak Tersangka dan Terdakwa dalam Penyidikan, Penuntutan dan

Peradilan, Bandung: Tarsito, 1989, hal.41.

Page 65: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

53

Merupakan keterangan yang diberikan seorang saksi yang juga merupakan

terdakwa mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa lain. Saksi

mahkota ini ada apabila dalam suatu peristiwa tindak pidana tersebut terdapat dua

atau lebih terdakwa.

d. Saksi Korban

Korban dari suatu tindak pidana yang kemudian menjadi saksi di depan

persidangan sehubungan dengan perkara dimana dirinya menjadi korban dari

tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa.

e. Saksi Testimonium de auditu

Saksi ini merupakan saksi yang keterangannya bukan ia lihat, ia dengar ataupun ia

alami sendiri melainkan pengetahuannya tersebut didasarkan dari orang lain.

Saksi ini bukanlah alat bukti yang sah, akan tetapi keterangannya perlu didengar

oleh hakim untuk memperkuat keyakinannya.77

f. Saksi Berantai

Beberapa saksi dengan keterangan masing-masing mengenai suatu kejadian atau

keadaan dalam sebuah peristiwa pidana, dimana masing-masing keterangan itu

berdiri sendiri, namun keberadaannya menunjang satu sama lain.

E. Saksi A De Charge

1. Alasan dan Tata-Tata Cara Pemeriksaan Saksi A De Charge

77 Andi Hamzah, Op,Cit, hal. 264.

Page 66: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

54

Dalam pemeriksaan perkara, terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan

bahwa dirinya tidak bersalah. Untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dapat

menggunakan saksi yang meringankan atau ahli. Dalam praktek pemeriksaan perkara

pidana, hal yang paling mendasar dikedepankan adalah mengenai hak-hak tersangka

atau terdakwa baik dari tingkat penyidikan sampai dengan tingkat peradilan. Salah

satu dari beberapa hak terdakwa yang diatur dalam KUHAP hak terdakwa untuk

menghadirkan saksi A De Charge. Dalam proses pemeriksaan di persidangan,

penyidik dapat meminta keterangan dari saksi yang memberatkan terdakwa dan

terdakwa pun berhak meminta agar dihadirkan saksi yang meringankan atau A De

Charge.

Pasal 116 ayat (3) dan (4) KUHAP menerangkan, dalam pemeriksaan

tersangka atau terdakwa dinyatakan apakah menghendaki saksi yang meringankan

atau saksi yang dapat menguntungkan baginya atau yang disebut saksi A De Charge.

Hal ini dilakukan dengan alasan karena tersangka berhak melakukan pembelaan

terhadap dakwaan yang dituduhkan kepadanya dengan mengajukan seorang saksi,

dan karena pada umumnya para saksi itu memberatkan tersangka. Bila terdakwa

menghendaki adanya saksi yang meringankan atau A De Charge, maka penyidik

wajib memeriksanya dicatat dalam berita acara, dengan memanggil dan memeriksa

saksi tersebut.

Page 67: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

55

Pengertian dari saksi A De Charge adalah saksi yang diajukan oleh terdakwa

di dalam persidangan ataupun tahap pemeriksaan untuk memberikan keterangan yang

menguntungkan bagi dirinya.78

Saksi A De Charge dalam KUHAP diatur dalam Pasal 65 KUHAP yang

berbunyi:

“Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksidan atau seorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikanketerangan yang menguntungkan bagi dirinya.”

Pasal 65 KUHAP menjelaskan bahwa tersangka atau terdakwa sejak diperiksa

oleh penyidik mempunyai hak untuk mengajukan saksi-saksi guna memberikan

keterangan yang menguntungkan dirinya.

“Berkaitan adanya hak untuk mengajukan saksi atau ahli yang oleh undang-undang telah diberikan oleh tersangka atau terdakwa sebagaimana dimaksuddalam Pasal 65 KUHAP, sehingga para pemeriksa disemua tingkatpemeriksaan wajib menanyakan kepada tersangka atau terdakwa, yaitu apakahia akan mengajukan saksi-saksi atau saksi ahli yang dapat memberikanketerangan yang sifatnya menguntungkan bagi terdakwa.”79

Saksi A De Charge yang diajukan oleh terdakwa atau penasehat hukumnya,

dimaksudkan untuk melemahkan dakwaan yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

kepada terdakwa. Tujuan lain adalah untuk menemukan dan mewujudkan kebenaran

sejati, ketua sidang tidak hanya terpaut pada bahan dan keterangan yang telah

78 Benyamin Asri, Loc.Cit79 P.A.F. lamintang dan Theo lamintang, Op,Cit, hal.66.

Page 68: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

56

tertuang dalam berita acara penyidikan saja, tetapi juga berhak meminta keterangan

ahli. Leden Marpaung80 berpendapat bahwa :

“Untuk mencapai tujuan mencari kebenaran materiil, telah selayaknyabahwa hakim tidak terbatas pada bahan yang telah ada dalam berkasperkara yang diperoleh sebagai hasil penyidikan. Dengan demikian adalahtepat jika hakim diberi kewenangan untuk minta bahan baru.”

Tujuan diajukannya saksi yang meringankan atau saksi A De Charge oleh

penasehat hukum atau terdakwa, yaitu untuk melemahkan dakwaan Jaksa Penuntut

Umum yang didakwaan kepada terdakwa. Diajukannya saksi A De Charge terdakwa

berharap dapat dijatuhi hukuman yang seringan-ringannya atau bahkan diputus bebas.

Tata-Tata Cara Pemeriksaan Saksi A De Charge

Keterangan sakai A De Charge yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat

hukumnya, sebelum dijadikan putusan, hakim ketua sidang wajib mendengar

keterangan saksi tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 160 ayat (1) butir c

KUHAP, yaitu:

“Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang memberatkanterdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkata dan atau yangdiminta oleh terdakwa atau penasehat hukum atau penuntut umum selamaberlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusan, hakim ketuasidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut.”

Tata cara pemeriksaan saksi A De Charge sama dengan pemeriksaan saksi A

Charge, dengan titik berat pada pernyataan-pernyataan yang mengarah pada

80 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan dan PengadilanNegeri Upaya Hukum dan Eksekusi), Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal. 115.

Page 69: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

57

pengungkapan fakta yang bersifat membalik atau melemahkan dakwaan penuntut

umum atau setidaknya bersifat meringankan.81

Tata cara pemeriksaan saksi Menurut Mohammad taufik Makarao dan

Suharsil 82, yaitu;

1. Saksi dipanggil seorang demi seorang

Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan

yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang. Pemeriksaan saksi secara

satu persatu bertujuan agar keterangan yang mereka berikan tetap bersifat bebas,

jangan sampai terjadi keterangan seorang saksi didengar oleh saksi yang lain, yang

berakibat mempengaruhi saksi yang berangkutan.

2. Memeriksa identitas saksi

Maksud pemeriksaan identitas serta hubungan saksi dengan terdakwa, untuk

memberikan penjelasan kepada persidangan tentang kedudukan saksi dalam perkara

yang sedang diperiksa, hal ini dijadikan titik tolak bagi ketua sidang untuk

menentukan sikap perlu tidaknya saksi didengar keterangannya maupun untuk

menentukan kualitas keterangan yang diberikan saksi dalam persidangan.

3. Saksi wajib mengucapkan sumpah

Sumpah diberikan sebelum memberi keterangan. Sebelum memberi

keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya

masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak

81 Wisnubroto, Op,Cit, hal 21.82 Mohammad taufik Makarao dan Suharsil, Op,Cit, hal. 108-120

Page 70: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

58

lain daripada yang sebenarnya (Pasal 160 ayat (3) KUHAP). Sumpah diberikan

sesudah memberi keterangan. Jika pengadilan menganggap perlu, seorang saksi atau

ahli wajib bersumpah atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu selesai memberikan

keterangan (Pasal 160 ayat (4)KUHAP).

4. Sumpah dapat diucapakan di luar sidang

Alasan penyumpahan diluar sidang menurut M. Yahya Harahap 83 adalah,

“Kekhidmatan sumpah, artinya saksi atau ahli yang mengucapkan sumpahatau janji tadi akan lebih sadar isi sumpah yang diucapkannya bilapelaksanaannya dilakukan di luar sidang, juga supaya saksi lebih jujur dalammemberikan keterangan.”

5. Penolakan sumpah dapat dikenakan sandera

Saksi dapat menolak untuk disumpah jika ada alasan yang sah. Tentang alasan

yang sah ini adalah diserahkan sepenuhnya kepada hakim.

6. Ketarangan saksi di sidang berada berbeda dengan berita acara

Menurut ketentuan Pasal 163 KUHAP, keterangan saksi di sidang berbeda

dengan keterangannya yang terdapat dalam berita acara, hakim ketua sidang

mengingatkan saksi tentang hal itu serta minta keterangan mengenai pembedaan yang

ada dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan sidang.

7. Terdakwa dapat membantah atau membenarkan keterangan saksi

Pemberian hak membantah atau membenarkan keterangan saksi, sesuai

dengan asas keseimbangan dalam menegakkan hukum. Pasal 164 ayat (1) KUHAP

mengatakan:

83 M. Yahya Harahap, Op,Cit, hal.176

Page 71: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

59

“Setiap kali seorang saksi selesai memberikan keterangan, hakim ketua sidangmenanyakan kepada terdakwa bagaimana pendapatnya tentang keterangantersebut.”

8. Kesempatan mengajukan pertanyaan kepada saksi dan terdakwa

Saksi tidak boleh menolak setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya,

sepanjang pertanyaan itu tidak bertentangan dengan undang-undang atau sepanjang

pertanyaan itu relevan dengan perkara yang diperiksa. Pasal 164 ayat (2) dan (3)

KUHAP mengatakan:

“(2) Penuntut umum atau penasehat hukum dengan perantara hakim ketuasidang diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi danterdakwa.(3) Hakim ketua sidang dapat menolak pertanyaan yang diajukan olehpenuntut umum atau penasehat hukum kepada saksi atau terdakwa denganmamberikan alasannya.”

9. Larangan mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat

Pertanyaan yang bersifat menjerat tidak boleh diajukan baik kepada terdakwa

maupun kepada saksi. Sesuai dengan penjelasan Pasal 166 KUHAP, jika dalam salah

satu pernyataan disebutkan suatu tindak pidana yang tidak diketahui telah dilakukan

oleh terdakwa atau tidak dinyatakan oleh saksi, tetapi dianggap seolah-olah diakui

atau dinyatakan, maka pertanyaan yang demikian itu dianggap sebagai pertanyaan

yang bersifat menjerat.

10. Saksi yang telah memberikan keterangan tetap hadir di sidang

Berdasarkan ketentuan Pasal 167 KUHAP, setiap saksi yang telah selesai

memberikan keterangan, tetap hadir dalam ruang sidang. Bahkan izin meninggalkan

ruang sidang, kecuali ketua sidang memberi izin. Bahkan izin meninggalkan ruang

Page 72: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

60

sidang harus dibatalkan oleh ketua sidang, apabila penuntut umum atau terdakwa

maupun penasihat hukum mengajukan keberatan.

11. Yang tidak dapat didengar sebagai saksi

Pasal 168 KUHAP menerangkan:

“Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengarketerangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawahsampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagaiterdakwa;

b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudaraibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karenaperkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;

c. suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

12. Mereka yang dapat minta dibebaskan menjadi saksi

Berdasarkan ketentuan Pasal 170 KUHAP terdapat sekelompok orang yang

dapat meminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi.

Hal pembebasan diri menjadi saksi sifatnya tidak mutlak. Sesuai dengan ketentuan

Pasal 170 KUHAP, yaitu mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau

jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban

untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada

mereka. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan

tersebut.

13. Mereka yang boleh memberi keterangan tanpa sumpah

Yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan tanpa sumpah ialah:

Page 73: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

61

a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah

kawin;

b. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang

ingatannya baik kembali.

14. Pemeriksaan saksi dapat didengar tanpa hadirnya terdakwa

Pasal 173 KUHAP memberi kemungkinan bagi hakim ketua sidang untuk

memberikan dan mendengar keterangan saksi tanpa hadirnya terdakwa, dengan jalan

mengeluarkan terdakwa dari ruang sidang. Setelah terdakwa keluar persidangan

dilanjutkan memeriksa dan mendengar keterangan saksi. Tata cara pemeriksaan saksi

seperti ini, didasarkan pada alasan pertimbangan, hakim berpendapat dan menilai

saksi merasa tertekan memberikan keterangan jika terdakwa hadir dalam

pemeriksaan.

15. Keterangan saksi palsu

Pasal 174 KUHAP menentukan:

(1) apabila keterangan saksi di sidang disangka palsu, hakim ketua sidangmemperingatkan dengan sungguh-sungguh kepadanya supaya memberikanketerangan yang sebenarnya dan mengemukakan ancaman pidana yang dapatdikenakan kepadanya apabila ia tetap tetap memberikan keterangan palsu.(2) Apabila saksi tetap pada keterangannya itu, hakim ketua sidang karenajabatannya atau atas permintaan penuntut umum atau terdakwa dapat memberiperintah supaya saksi itu ditahan untuk selanjutnya dituntut perkara dengandakwaan sumpah palsu.(3) Dalam hal yang demikian, oleh panitera segera dibuat berita acara

pemeriksaan sidang yang memuat keterangan saksi dengan menyebut alasanpersangkaan, bahwa keterangan saksi itu adalah palsu dan berita acaratersebut ditandatangani oleh hakim ketua sidang serta diselesaikan menurutketentuan undang-undang ini.(4) Jika perlu, hakim ketua sidang menangguhkan sidang dalam perkarasemula sampai pemeriksaan perkara pidana terhadap saksi selesai.

Page 74: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

62

16. Pemeriksaan saksi dan terdakwa dapat dilakukan dengan juru bahasa dan

penerjemah

Pasal 177 KUHAP menentukan:

(1) jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasa Indonesia, hakim ketua sidangmenunjuk seorang juru bahasa yang bersumpah atau berjanji akanmenerjemahkan dengan benar semua yang harus diterjemahkan.(2) Dalam hal seorang tidak boleh menjadi saksi dalam suatu perkara, ia tidakboleh pula menjadi juru bahasa dalam perkara ini.

2. Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi A De Charge

Darwan Prints,84 mengemukakan beberapa syarat yang harus dimiliki saksi

agar kesaksiannya tersebut dipakai sebagai alat bukti, diantaranya yaitu :

a. Syarat formalBahwa keterangan saksi dapat dianggap sah, apabila keterangan itudiberikan dibawah sumpah;

b. Syarat materiilBahwa keterangan seorang saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alatpambuktian, akan tetapi keterangan seorang saksi adalah cukup untuk alatpembuktian untuk suatu kejahatan yang dituduhkan.

Syarat yang harus dipenuhi agar keterangan saksi dapat dikatakan sah adalah :

1. Syarat formil :

Seorang saksi harus mengucapkan sumpah dan janji baik sebelum maupun

setelah memberikan keterangan (Pasal 160 ayat (3) dan (4) KUHAP).

2. Syarat materiil

a) Melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana (Pasal 1

butir 26 atau 27 KUHAP).

84 Darwan Prints, Op,Cit ,hal. 108.

Page 75: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

63

b) Seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu (Pasal 1

butir 27 KUHAP).

c) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan kesalahan

terdakwa/ asas ini terkenal dengan sebutan unus testis nullus testis (Pasal 185

ayat (2) KUHAP.

Syarat agar seorang saksi dapat diajukan sebagai saksi A De Charge adalah

sama dengan syarat saksi yang diajukan oleh penuntut umum. Menurut M. Yahya

Harahap85 agar keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang

memiliki nilai kekuatan pembuktian, harus terpenuhi aturan ketentuan sebagai

berikut:

1. Harus mengucapkan sumapah atau janji.

Kewajiban untuk mengucapkan sumpah atau janji diatur dalam Pasal 160 ayat

(3) KUHAP yaitu:

“Sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah ataujanji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikanketerangan yang sebenarnya dan tidak lain dari pada yang sebenarnya.”

Pengucapan sumpah itu merupakan syarat mutlak, dapat dibaca dalam Pasal

161 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP. Pengucapan sumpah dilakukan di dalam

persidangan. Berdasarkan ketentuan Pasal 161 ayat (2) KUHAP menunjukan bahwa

pengucapan sumpah merupakan syarat mutlak dimana keterangan saksi atau ahli yang

tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang

85 M. Yahya Harahap, Op,Cit.hal 286

Page 76: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

64

sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat digunakan untuk memperkuat

keyakinan hakim.86

2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti.

Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti.

keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan apa

yang dijelaskan Pasal 1 angka 27 KUHAP:

a. Yang saksi dengar sendiri,b. Saksi lihat sendiri,c. Saksi alami sendiri,d. Serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan

Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus

yang dinyatakan di sidang pengadilan, hal ini sesuai dengan penegasan Pasal 185 ayat

(1). Keterangan saksi yang berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya, dilihatnya

sendiri atau dialaminya mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai

alat bukti apabila keterangan itu saksi nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan

yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court) bukan merupakan alat

bukti.

4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup

Berdasarkan prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam pasal 183

KUHAP yaitu:

86 Andi Hamzah, Op,Cit, hal.263.

Page 77: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

65

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinanbahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yangbersalah melakukannya.”

Keterangan saksi dapat dianggap cukup membuktikan kesalahan seorang

terdakwa jika dipenuhi paling sedikit atau sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti.

keterangan seorang saksi saja, baru bernilai sebagai suatu alat bukti apabila ditambah

dan dicukupi dengan alat bukti lain, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat

(2) KUHAP yaitu:

“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwaterdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.”

5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri

Ketentuan ini diatur secara tegas dalam Pasal 185 ayat (4) KUHAP yaitu:

“Keterangan beberapa saksi yang bendiri sendiri-sendiri tentang suatukejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah,apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lainsedemikian rupa dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaantertentu.”

Ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP menyebutkan :

“Adapun dalam menilai kebenaran seorang saksi, hakim harus dengansungguh-sungguh memperhatikan :1. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;2. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;3. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberikan

keterangan yang tertentu;4. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya

dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya”.

Kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge adalah sama dengan

kekuatan pembuktian keterangan saksi yang diajukan oleh penuntut umum. Menurut

Page 78: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

66

M.Yahya Harahap87, nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi sebagai alat bukti

adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kekuatan pembuktian Bebas;Alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah, tidak mempunyaikekuatan pembuktian yang sempurna dan juga tidak memiliki kekuatanpembuktian yang menentukan. Atau dengan singkat dapat dikatakan alatbukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah adalah bersifat bebas dan“tidak sempurna” dan “tidak menentukan” atau “tidak mengikat”.

2. Nilai kekuatan pembuktiannya tergantung pada hakim.Alat bukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang bebas yang tidakmempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidakmenentukan, sama sekali tidak mengikat hakim. Hakim bebas untukmenilai kesempurnaan dan kebenarannya. Tergantung pada penilaianhakim untuk menganggapnya sempurna atau tidak. Tidak ada keharusanbagi hakim untuk menerima kebenaran setiap keterangan saksi. Hakimbebas menilai kekuatan atau kebenaran yang melekat pada keterangan itu,dan “dapat menerima” atau “menyingkirkannya”

F. Obat Tradisional

1. Pengertian Obat Tradisional

Pengertian obat tradisional sendiri menurut ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang

Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan, berbunyi sebagai berikut :

“Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebutyang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapatditerapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”

Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat tradisional

yaitu:

87 M.Yahya Harahap.Op.Cit.hal 294-295.

Page 79: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

67

“Obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkanresep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.”88

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012

tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, merumuskan pengertian obat tradisional

yaitu:

“Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebutyang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapatditerapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”

Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor

007 Tahun 2012 Pasal 1 tentang Registrasi Obat Tradisional menyebutkan bahwa :

“Obat tradisional adalah Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahantumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), ataucampuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakanuntuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.”

Tindak Pidana Obat Tradisional

Obat tradisional semakin berkembang pesat seiring dengan bertambahnya

teknologi yang modern. Dengan demikian, maka persaingan usaha obat tradisional

semakin ketat sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Banyak

masyarakat yang dengan sengaja mengedarkan obat-obatan tanpa mendapatkan ijin

dari Kepala BPOM. Karena obat-obatan yang tanpa dilengkapi ijin dari Kepala

BPOM mudah didapat dan harganya jauh lebih ekonomis dibanding obat-obatan legal

88 Obat Tradisional, file:///J:/Obat 0tradisional Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopediabebas.htm, Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012, pukul 14.34 WIB.

Page 80: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

68

yang telah mendapat ijin edar dari Kepala BPOM. Keuntungan yang diperoleh oleh

penjual juga tidak sedikit. Perihal tersebut mengakibatkan adanya tindak pidana

pelanggaran Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia, menurut perkembangan hukum

internasional hak asasi manusia, pemenuhan kebutuhan hak atas kesehatan yang

menjadi tanggung jawab pemerintah dalam setiap negara.89 Maka dari itu Pemerintah

setiap negara berkewajiban memberikan hak kesehatan kepada rakyatnya seperti yang

dijelaskan pada Pasal 14-20 Undang-Undang jo 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Hal ini dikarenakan kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan

manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Salah

satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya obat sebagai bagian

dari pelayanan kesehatan masyarakat. Hal itu disebabkan karena obat digunakan

untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan atau memelihara kesehatan.

Peredaran obat tradisional tanpa ijin edar terdapat dalam ketentuan Pasal 197

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan Pasal 197

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan hanya dapat dikenakan

kepada seseorang dalam kerangka “peredaran” baik dalam perdagangan maupun

bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan

kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

89 Ipang Gonjanez, Farmasi, www.yayasanhak.minihub.org/direito/txt/2003/22/10direito.html, Diakses pata tanggal 20 Okrober 2012, Pukul 22.23 WIB.

Page 81: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

69

Obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik

berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika, hewan atau tumbuhan yang dilindungi,

dan bahan kimia obat di dalam obat tradisional. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006/Menkes/Per/V/2012 (Permenkes

006/2012) tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.

Memproduksi obat tradisional setiap Industri Obat Tradisional / Industri Kecil

Obat Tradisional wajib melaksanakan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik,

yang dituangkan dalam Kepmenkes RI No. 659/Menkes/SK/X/1991 tentang Cara

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan

untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang

berlaku.

Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

memiliki kecenderungan mengkriminalisasi orang, baik produsen, distributor,

konsumen dan masyarakat. BAB XX Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan merupakan ketentuan khusus atau lex specilais derogat lex

generalis. Sanksi hukumannya adalah lima belas tahun penjara atau denda 1,5 miliar.

Ketentuan pidana dalam Palsa 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan merupakan delik kejahatan karena kesehatan merupakan salah satu indikator

tingkat kesejahteraan manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional

suatu bangsa.

Page 82: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

70

Berdasarkan ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XX Pasal 197 Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikelompokkan dari segi

perbuatannya yaitu mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak

memiliki ijin edar.

\

Page 83: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

71

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif

dengan pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan kasus

(Case Approach). Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) digunakan

karena yang akan diteliti adalah aturan hukum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Pendekatan kasus (Case

Approach) digunakan karena yang akan diteliti adalah kasus yang telah diputus oleh

hakim Pengadilan Negeri Cilacap.90

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah penelitian preskriptif, yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau merumuskan masalah

sesuai dengan keadaan atau fakta yang ada, sifat preskriptif keilmuan hukum ini

merupakan sesuatu yang substansial, mempelajari tujuan hukum, nilai- nilai keadilan,

validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma hukum.91

C. Sumber Data

Data Sekunder, yang

Bersumber dari bahan hukum, meliputi:

90 Joni Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu mediaPublishing, 2011, hal. 295.

91 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta, 2007,hal. 22.

Page 84: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

72

1. Bahan hukum sekunder

Bahan-bahan yang bersumber dari keputusan-keputusan, literatur-literatur,

artikel, makalah seminar, dan hasil penelitian yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang diteliti guna mendukung penelitian.

2. Bahan hukum primer

Bahan-bahan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan serta

dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

data sekunder yaitu data sekunder diperoleh dengan menginventarisasi peraturan

perundang-undangan, mempelajari keputusan, buku literatur, artikel, makalah,

seminar, maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

E. Metode Penyajian Bahan Hukum

Deskriptif analitif diuraikan atau disajikan secara sistematis. Untuk bahan

hukum sekunder akan disajikan sesuai dengan kebutuhan analisis namun tidak

menghilangkan maksud yang terkandung dalam bahan hukum tersebut. Penyajian

bahan ini dapat ditempatkan pada seluruh bab maupun sub bab pada karya tulis ini

sesuai dengan relevansinya pada hal yang bersangkutan.

Page 85: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

73

F. Metode Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah diperoleh dan diinventarisir akan dianalisis secara

kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai bahan

hukum yang telah dikumpulkan dan disusun secara sistematis yang akhirnya akan

ditarik kesimpulan pada karya tulis ini.

G. Spesifikasi Penelitian terdahulu

Berikut ini beberapa skripsi yang dibuat mahasiwa Fakultas Hukum

Universitas Jendral Soedirman bagian Hukum Acara Pidana:

1. Judul skripsi : Saksi A De Charge (Kekuatan Pembuktian Saksi A De

Charge Dalam Putusan Pengadilan Negeri Banjarnegara No:

79/Pid.B/1999/PN.Bjr)

Nama : Sudarmaji

NIM : E1E000099

Perumusan Masalah :

a. Bagaimanakah penilaian kekuatan pembuktian terhadap saksi A De Charge

dalam putusan Pengadilan Negeri Banjarnegara Nomor:

79/Pid.B/1999/PN.Bjr ?

b. Apakah dalam setiap persidangan diperlukan saksi A De Charge?

Kesimpulan :

a. Pertimbangan hukum hakim dalam menilai kekuatan pembuktian saksi A De

Charge adalah:

Page 86: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

74

Terdakwa dapat membuktikan ketidaksalahannya sebagaimana disebutkan

dalam dakwaan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Keterangan saksi

A De Charge sebagai saksi yang meringankan bagi terdakwa tersebut tidak

berdiri sendiri tetapi dikuatkan dengan alat bukti yang lain, sehingga syarat

minimum pembuktian sesuai Pasal 183 KUHAP.

b. Terhadap suatu keterangan saksi A De Charge karena dapat dijadikan sebagai

alat pembuktian menurut KUHAP, dan hal ini sangat menguntungkan bagi

terdakwa untuk dapat dipertimbangkan oleh hakim, maka dalam prinsipnya

dalam setiap persidangan mengenai diperlukan atau tidaknya saksi A De

Charge hal ini sangat tergantung kebutuhan.

Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis karena setiap perkara pidana di

pengadilan dalam proses pembuktiannya, alat-alat bukti yang diajukan maupun alat

bukti yang sah untuk dijadikan dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan

tidak selalu sama. Tindak pidana yang menjadi fokus skripsi ini adalah tindak pidana

korupsi yang diatur dalam Pasal 423 KUHP Jo Pasal 1 ayat (1) Sub e Jo Pasal 28 Jo

Pasal 34 Sub c Jo Undang-Undang No.3 Tahun 71 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi Jo Pasal 65 KUHAP. Sedangkan tindak pidana yang menjadi fokus

skripsi penulis adalah tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar yang

berada di luar KUHP yaitu tindak pidana khusus, yang diatur dalam Undang-Undang

RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Permasalahan yang dianalisi dalam skripsi

ini adalah kekuatan pembuktian terhadap saksi A De Charge dan kehadiran saksi A

Page 87: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

75

De Charge pada putusan Pengadilan Nomor: 79/Pid.B/1999/PN.Bjr sedangkan

permasalahan yang dianalisis dalam skripsi penulis adalah alasan mengapa saksi A De

Charge dihadirkan dalam persidangan dan kekuatan keteranga pembuktian saksi A

De Charge pada Putusan Pengadilan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP

2. Judul skripsi : Kedudukan Saksi A De Charge Pada Kasus Korupsi

(Studi Terhadap Putusan No. 113/Pid.B/2008PN.Pwt.)

Nama : Giandra Muhsy

NIM : E1A005007

Perumusan Masalah :

a. Bagaimana kedudukan saksi A De Charge pada kasus korupsi dalam Putusan

No. 113/Pid.B/2008PN.Pwt menurut pembuktian dalam KUHAP?

b. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menilai keterangan saksi A De

Charge dalam pembuktian pada Putusan No. 113/Pid.B/2008PN.Pwt?

Kesimpulan:

a. Kedudukan saksi A De Charge pada kasus korupsi dalam Putusan No.

113/Pid.B/2008PN.Pwt menurut pembuktian dalam KUHAP adalah sama

dengan kedudukan saksi pada umumnya, yaitu saksi yang diajukan oleh

penuntut umum. Sehingga keterangan dari saksi A De Charge adalah

keterangan saksi yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah dan

sebagai pertimbangan hukum hakim dan sebagai hal yang dapat

Page 88: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

76

mempengaruhi keyakinan hakim dalam memutus perkara tindak pidana dalam

Putusan No. 113/Pid.B/2008PN.Pwt.

b. Pertimbangan hukum hakim dalam menilai keterangan saksi A De Charge

dalam pembuktian pada Putusan No. 113/Pid.B/2008PN.Pwt, adalah “bebas”

hakim dapat menilainya sebagai pertimbangan hukum hakim untuk

menyatakan dakwaan primair oleh penuntut umum tidak terbukti, sehingga

terdakwa dibebaskan dari dakwaan primair, dan terbukti dalam dakwaan

subsidair yaitu melakukan tindak pidana korupsi. Hakim bebas menilai

kekuatan atau kebenaran yang melekat pada keterangan para saksi A De

Charge itu, dan hakim dapat “menerima” atau “menyingkirkan” keterangan

tersebut, karena hal tersebut maka nilai pembuktian keterangan saksi A De

Charge adalah “bebas”, yaitu tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian

yang sempurna dan mengikat.

Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis karena setiap perkara pidana di

pengadilan dalam proses pembuktiannya, alat-alat bukti yang diajukan maupun alat

bukti yang sah untuk dijadikan dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan

tidak selalu sama. Tindak pidana yang menjadi fokus skripsi ini adalah tindak pidana

korupsi sedangkan tindak pidana yang menjadi fokus skripsi penulis adalah tindak

pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar yang diatur dalam Undang-Undang

RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Permasalahan yang dianalisi dalam skripsi

ini adalah kedudukan saksi A De Charge pada kasus korupsi dan pertimbangan

Page 89: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

77

hukum hakim dalam menilai keterangan saksi A De Charge dalam Putusan No.

113/Pid.B/2008PN.Pwt Bjr sedangkan permasalahan yang dianalisis dalam skripsi

penulis adalah alasan mengapa saksi A De Charge dihadirkan dalam persidangan dan

kekuatan keteranga pembuktian saksi A De Charge pada Putusan Pengadilan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

Page 90: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Duduk Perkara

Pada Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor : 113/Pid.S/2010/PN.CLP

telah mendirikan usaha obat tradisional/jamu yang bernama PJ GUNA SEHAT oleh

terdakwa dengan identitas sebagai berikut : Nama Lengkap: SS, tempat lahir: Cilacap,

tanggal lahir/umur: Cilacap/43tahun, jenis kelamin: Laki-laki, kebangsaan: Indonesia,

tempat tinggal: Jl.Kapten Sukandar Desa Karangiati Rt.0l, Rw.04 Kecamatan

Sampang, Kabupaten Cilacap, agama: Islam, pekerjaan: Swasta.

Awalnya terdakwa (SS), mendirikan usaha obat tradisional/jamu yang

bernama PJ GUNA SEHAT di Jl.Kapten Sukandar Desa Karangiati Rt.0l, Rw.04

Kecamatan sampang, Kabupaten Cilacap, selanjutnya Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Tengah telah menerbitkan ijin Usaha Kecil Obat Tradisional (IKOD) terhadap PJ

GUNA SEHAT No.71/IZ-IKOT/IX/I999 tanggal 30 Desember 1999 dimana

terdakwa dalam menjalankan usahanya telah memproduksi obat tradisional/jamu

yaitu jamu GEMUK SEHAT GS yang telah memiliki ijin Dirjen POM. Nomor:

0515/Reg/B/99 tanggal 11 Oktober 1999 Nomor ijin eder POM. TR/103215671.

Depkes RI No.TR 993 200 731 produksi PJ GUNA SEHAT dan jamu ENCOK ijin

Dirjen POM Nomor : 0514/Reg/B/99 tanggal 11 Oktober 1999 Nomor ijin edar POM

TR.103215661, Depkes RI No.TR 993 200 721 produksi PJ GUNA SEHAT.

Page 91: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

79

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor : 0474/Reg/B1/2010

tanggal 14 Juni 2010 produksi jumu GEMUK SEHAT GS milik terdakwa dinyatakan

tidak berlaku dan sudah direcal (ditarik dari peredaran) karena mengandung kafein

dan berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor : 0473/Reg/B1/2010

tanggal 14 Juni 2010 perijinan produksi jamu ENCOK milik terdakwa telah

dinyatakan tidak berlaku dan sudah direcal (ditarik dari peredaran) karena

mengandung paracetamol.

Kenyataannya terdakwa justru telah memproduksi dan mengedarkan obat

tradisional/jamu yaitu jamu merk JAMU GEMUK (menambah berat badan) No.l

SERBUK GUNA SEHAT yang belum memiliki ijin perijinan dan telah

menggunakan Nomor ijn edar jamu GEMUK SEHAT GS dengan ijin Dirjen POM

Nomor : 0515/Reg/B/99 tanggal 11 Oktober 1999 Nomor ijin edar POM TR.

103215671 Depkes RI No.TR 993 200 731 produksi PJ GUNA SEHAT yang telah

dinyatakan tidak berlaku serta tidak menyantumkan tanggal kadaluwarsa.

Terdakwa juga telah memproduksi dan mengedarkan obat tradisional/jamu

yaitu jamu merk JAMU PEGALLINU (menyembuhkan pegal linu) No.2 SERBUK

GUNA SEHAT yang belum memiliki perijinan dan telah menggunakan Nomor ijin

edar jamu ENCOK ijin Dirjen POM Nomor : 0514/Reg/8199 tanggal 11 oktober

1999 Nomor ijin edar POM TR.103215661, Depkes RI No. TR 993 200 72I produksi

PJ GUNA SEHAT yang telah dinyatakan tidak berlaku serta tidak mencantumkan

tanggal kedaluwarsa.

Page 92: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

80

Terdakwa telah memproduksi jamu-jamu tersebut dengan memperkerjakan

karyawan yang melakukan proses pembuatan hingga pengemasan selanjutnya

terdakwa memasarkan produksi jamu terdakwa tersebut sesuai pesanan meggunakan

jasa pengiriman ALS untuk dikirimkan sesuai alamat pemesanan antara lain di

wilayah Palem, Batam, Lampung, Medan dan Tangerang diantaranya dengan saksi

PARLAN dengan cara pembayaran Biyet giro dengan tranfer rekening BCA atas

nama terdakwa.

Berdasarkan adanya laporan dan informasi dari masyarakat terkait adanya

dugaan peredaran obat tradisional/jamu yang tidak memiliki ijin edar maka

selanjutnya petugas kepolisian telah melakukan penyelidikan kemudian pada tanggal

8 oktober 2010 sekirat pukul 12.00 WIB tim penyelidik dari MABES POLRI telah

melakukan penggeledahan ditempat milik terdakwa yaitu di Jl. Kapten Sukardan

Desa Karangjati Rt.0l Rw.04 Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, dimana

petugas telah menemukan barang berupa 2 (dua) unit mesin molen/pengaduk jamu,

200 (dua ratus) karung/bahan serbuk jamu 1 (satu) unit truk Mitsubishi warna kuning

No.Pol. B-9305-OM berisi 100 (seratus) karton jamu setiap karton berisi 160 pak dan

isi 25 sachet, 550 (lima ratus lima puluh) roll alumunium roll jamu PT GUNA

SEHAT (SS), 45 (empat puluh lima) karton jamu setiap karton 160 paks isi 25 sachet,

l (satu) paks Hologram, 30 (tiga puluh) karton pembungkus jamu, 4 (empat) unit

mesin packing pengemas merk SMS, 6 (enam) tong plastik besar No.l serbuk GUNA

SEHAT, 6 (enam) rol aluminium Foll jamu GEMUK dan 2 (dua) rol plastik polos

Page 93: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

81

pembungkus kotak, dimana keseluruhan barang-barang tersebut telah dilakukan

penyitaan sebagai barang bukti.

Perbuatan terdakwa yang memproduksi jamu/obat tradisional tidak memenuhi

syarat dan standar sebagai obat tradisional dengan tidak memiliki ijin edar secara sah

yang ditentukan oleh ketetentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak

dapat dipertanggung jawabkan atas jaminan keamanan mutu, khasiat, manfaatnya

terhadap masyarakat sehingga perbuatan yang dilakukan terdakwa merupakan

perbuatan yang melanggar ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang

Kesehatan.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun

secara Alternatif, yaitu :

KESATU : Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 197 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan;

ATAU

KEDUA : Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam

Pidana dalam Pasal 62 Ayat (l) jo Pasal 8 Ayat (1) huruf a Undang-

Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

Page 94: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

82

3. Pembuktian

Hakim dalam perkara ini memeriksa beberapa alat bukti dan barang bukti

dalam persidangan, yaitu :

a. Alat Bukti Keterangan Saksi

1) Saksi S bin AN, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kerja di perusahaan Jamu Gemuk Sehat milik terdakwa (SS) sudah 6

bulan yang lalu.

- Saksi bertugas sebagai jaga mesin dan packing.. Saksi mendapat gaji

sehari Rp.20.000,-(dua puluh ridu rupiah), makan minum ditanggung

disana. Jamu yang diproduksi ada 2 (dua) jenis jamu yang diproduksi

jamu Gemuk yang menggemukkan badan No.1 Serbuk Guna Sehat

Depkes RI No.TR 993200731 dan Jamu Pegel Linu No.2 Serbuk Guna

Sehat Depkes RI No. TR 993200721. Antara jamu Gemuk dan Pegal Linu

bungkusannya sama warnanya kuning ada gambarnya terdakwa (SS), pake

peci, sejak saksi bekerja disitu bungkusannya sama belum pernah ganti.

Saksi tidak pernah baca tulisan jamu, komposisinya bagaimana terdiri dari

saja dan menurut saksi tidak ada ganjanya, campurannya tradisional,

khasiat kegunaannya ada, sedangkan No. Register saksi tidak tahu.

- Tugas saksi adalah packing yaitu pengepakan, setelah tepung jamu datang

dari tempat penyimpanan, tepung jamu dimasukan dalam corong

penampung mesin sachet untuk selanjutnya dikemas dalam pak kecil isi

Page 95: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

83

25 sachet dan berikutnya dikemas dalam kantong isi 160 paks, dan selain

itu tidak ada tugas lain. Saksi tidak tahu siapa yang mencarnpur jamu

karena serbuk jamunya jaraknya kira-kira 50 meter dari pengepakan,

orang luar yang lihat seolah-olah rumah, tidak ada tulisan pabrik Jamu,

dan di pabrik itu sama kegiatannya jadi satu lokasi, dan disitu ada

gudangnya. Apotekernya juga ada tidak mesti tiap hari datang, dan juga

tidak ada ruangan untuk percobaan.

- Saksi tahu terdakwa dibawa ke Mabes, 3 bulan yang lalu, Mabes datang

kira-kira l0 orang, waktu itu hari Jum'at jam 7.30 WIB saksi disuruh

kumpul ada 20 orang pegawai lalu ditanyai katerangan dan alamat

kemudian setelah itu terdakwa(SS) dibawa ke Mabes, kemudian produksi

Jamu libur terhenti sampai sekarang, dan semua karyawannya kehilangan

pekerjaan.

- Saksi tidak tahu Jamu peredarannya bagimana, dan sebelumnya belum

pernah ada masalah baru kali ini. Menurut saksi yang menjadi masalah

adalah perijinan ada ijinnya.

- Menurut saksi masalah perijinan ada ijinnya.

2) Saksi W bin S, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kerja di perusahaan Jamu Gemuk Sehat milik terdakwa (SS) sudah 6

bulan yang lalu.

Page 96: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

84

- Saksi bertugas sebagai jaga mesin dan packing. Saksi mendapat gaji sehari

Rp.20.000,-(dua puluh ridu rupiah), makan minum ditanggung disana.

Jamu yang diproduksi ada 2 (dua) jenis jamu yang diproduksi jamu

Gemuk yang menggemukkan badan No.1 Serbuk Guna Sehat Depkes RI

No.TR 993200731 dan Jamu Pegel Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes

RI No. TR 993200721. Antara jamu Gemuk dan Pegal Linu

bungkusannya sama warnanya kuning ada gambarnya terdakwa (SS), pake

peci, sejak saksi bekerja disitu bungkusannya sama belum pernah ganti.

Saksi tidak pernah baca tulisan jamu, komposisinya bagaimana terdiri dari

saja dan menurut saksi tidak ada ganjanya, campurannya tradisional,

khasiat kegunaannya ada, sedangkan No. Register saksi tidak tahu.

- Tugas saksi adalah packing yaitu pengepakan, setelah tepung jamu datang

dari tempat penyimpanan, tepung jamu dimasukan dalam corong

penampung mesin sachet untuk selanjutnya dikemas dalam pak kecil isi

25 sachet dan berikutnya dikemas dalam kantong isi 160 paks, dan selain

itu tidak ada tugas lain. Saksi tidak tahu siapa yang mencarnpur jamu

karena serbuk jamunya jaraknya kira-kira 50 meter dari pengepakan,

orang luar yang lihat seolah-olah rumah, tidak ada tulisan pabrik Jamu,

dan di pabrik itu sama kegiatannya jadi satu lokasi, dan disitu ada

gudangnya. Apotekernya juga ada tidak mesti tiap hari datang, dan juga

tidak ada ruangan untuk percobaan.

Page 97: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

85

- Saksi tahu terdakwa dibawa ke Mabes, 3 bulan yang lalu, Mabes datang

kira-kira l0 orang, waktu itu hari Jum'at jam 7.30 WIB saksi disuruh

kumpul ada 20 orang pegawai lalu ditanyai katerangan dan alamat

kemudian setelah itu terdakwa (SS) dibawa ke Mabes, kemudian produksi

Jamu libur terhenti sampai sekarang, dan semua karyawannya kehilangan

pekerjaan.

- Saksi tidak tahu Jamu peredarannya bagimana, dan sebelumnya belum

pernah ada masalah baru kali ini. Menurut saksi yang menjadi masalah

adalah perijinan ada ijinnya.

- Menurut saksi masalah perijinan ada ijinnya.

3) Saksi S, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kerja di perusahaan Jamu Gemuk Sehat milik terdakwa (SS) sudah 6

bulan yang lalu.

- Saksi bertugas sebagai jaga mesin dan packing. Saksi mendapat gaji sehari

Rp.20.000,-(dua puluh ridu rupiah), makan minum ditanggung disana.

Jamu yang diproduksi ada 2 (dua) jenis jamu yang diproduksi jamu

Gemuk yang menggemukkan badan No.1 Serbuk Guna Sehat Depkes RI

No.TR 993200731 dan Jamu Pegel Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes

RI No. TR 993200721. Antara jamu Gemuk dan Pegal Linu

bungkusannya sama warnanya kuning ada gambarnya terdakwa (SS), pake

peci, sejak saksi bekerja disitu bungkusannya sama belum pernah ganti.

Page 98: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

86

Saksi tidak pernah baca tulisan jamu, komposisinya bagaimana terdiri dari

saja dan menurut saksi tidak ada ganjanya, campurannya tradisional,

khasiat kegunaannya ada, sedangkan No. Register saksi tidak tahu.

- Tugas saksi adalah packing yaitu pengepakan, setelah tepung jamu datang

dari tempat penyimpanan, tepung jamu dimasukan dalam corong

penampung mesin sachet untuk selanjutnya dikemas dalam pak kecil isi

25 sachet dan berikutnya dikemas dalam kantong isi 160 paks, dan selain

itu tidak ada tugas lain. Saksi tidak tahu siapa yang mencarnpur jamu

karena serbuk jamunya jaraknya kira-kira 50 meter dari pengepakan,

orang luar yang lihat seolah-olah rumah, tidak ada tulisan pabrik Jamu,

dan di pabrik itu sama kegiatannya jadi satu lokasi, dan disitu ada

gudangnya. Apotekernya juga ada tidak mesti tiap hari datang, dan juga

tidak ada ruangan untuk percobaan.

- Saksi tahu terdakwa dibawa ke Mabes, 3 bulan yang lalu, Mabes datang

kira-kira l0 orang, waktu itu hari Jum'at jam 7.30 WIB saksi disuruh

kumpul ada 20 orang pegawai lalu ditanyai katerangan dan alamat

kemudian setelah itu terdakwa (SS) dibawa ke Mabes, kemudian produksi

Jamu libur terhenti sampai sekarang, dan semua karyawannya kehilangan

pekerjaan.

- Saksi tidak tahu Jamu peredarannya bagimana, dan sebelumnya belum

pernah ada masalah baru kali ini. Menurut saksi yang menjadi masalah

adalah perijinan ada ijinnya.

Page 99: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

87

- Menurut saksi masalah perijinan ada ijinnya.

4) Saksi M, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kerja di perusahaan Jamu Gemuk Sehat milik terdakwa (SS) sudah 6

bulan yang lalu.

- Saksi bertugas sebagai jaga mesin dan packing. Saksi mendapat gaji sehari

Rp.20.000,-(dua puluh ridu rupiah), makan minum ditanggung disana.

Jamu yang diproduksi ada 2 (dua) jenis jamu yang diproduksi jamu

Gemuk yang menggemukkan badan No.1 Serbuk Guna Sehat Depkes RI

No.TR 993200731 dan Jamu Pegel Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes

RI No. TR 993200721. Antara jamu Gemuk dan Pegal Linu

bungkusannya sama warnanya kuning ada gambarnya terdakwa (SS), pake

peci, sejak saksi bekerja disitu bungkusannya sama belum pernah ganti.

Saksi tidak pernah baca tulisan jamu, komposisinya bagaimana terdiri dari

saja dan menurut saksi tidak ada ganjanya, campurannya tradisional,

khasiat kegunaannya ada, sedangkan No. Register saksi tidak tahu.

- Tugas saksi adalah packing yaitu pengepakan, setelah tepung jamu datang

dari tempat penyimpanan, tepung jamu dimasukan dalam corong

penampung mesin sachet untuk selanjutnya dikemas dalam pak kecil isi

25 sachet dan berikutnya dikemas dalam kantong isi 160 paks, dan selain

itu tidak ada tugas lain. Saksi tidak tahu siapa yang mencarnpur jamu

karena serbuk jamunya jaraknya kira-kira 50 meter dari pengepakan,

Page 100: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

88

orang luar yang lihat seolah-olah rumah, tidak ada tulisan pabrik Jamu,

dan di pabrik itu sama kegiatannya jadi satu lokasi, dan disitu ada

gudangnya. Apotekernya juga ada tidak mesti tiap hari datang, dan juga

tidak ada ruangan untuk percobaan.

- Saksi tahu terdakwa dibawa ke Mabes, 3 bulan yang lalu, Mabes datang

kira-kira l0 orang, waktu itu hari Jum'at jam 7.30 WIB saksi disuruh

kumpul ada 20 orang pegawai lalu ditanyai katerangan dan alamat

kemudian setelah itu terdakwa (SS) dibawa ke Mabes, kemudian produksi

Jamu libur terhenti sampai sekarang, dan semua karyawannya kehilangan

pekerjaan.

- Saksi tidak tahu Jamu peredarannya bagimana, dan sebelumnya belum

pernah ada masalah baru kali ini. Menurut saksi yang menjadi masalah

adalah perijinan ada ijinnya.

- Menurut saksi masalah perijinan ada ijinnya.

5) Saksi WS, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kerja di perusahaan Jamu Gemuk Sehat milik pak Suryo (terdakwa)

sudah 6 bulan yang lalu.

- Saksi bertugas sebagai jaga mesin dan packing. Saksi mendapat gaji sehari

Rp.20.000,-(dua puluh ridu rupiah), makan minum ditanggung disana.

Jamu yang diproduksi ada 2 (dua) jenis jamu yang diproduksi jamu

Gemuk yang menggemukkan badan No.1 Serbuk Guna Sehat Depkes RI

Page 101: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

89

No.TR 993200731 dan Jamu Pegel Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes

RI No. TR 993200721. Antara jamu Gemuk dan Pegal Linu

bungkusannya sama warnanya kuning ada terdakwa (SS), pake peci, sejak

saksi bekerja disitu bungkusannya sama belum pernah ganti. Saksi tidak

pernah baca tulisan jamu, komposisinya bagaimana terdiri dari saja dan

menurut saksi tidak ada ganjanya, campurannya tradisional, khasiat

kegunaannya ada, sedangkan No. Register saksi tidak tahu.

- Tugas saksi adalah packing yaitu pengepakan, setelah tepung jamu datang

dari tempat penyimpanan, tepung jamu dimasukan dalam corong

penampung mesin sachet untuk selanjutnya dikemas dalam pak kecil isi

25 sachet dan berikutnya dikemas dalam kantong isi 160 paks, dan selain

itu tidak ada tugas lain. Saksi tidak tahu siapa yang mencarnpur jamu

karena serbuk jamunya jaraknya kira-kira 50 meter dari pengepakan,

orang luar yang lihat seolah-olah rumah, tidak ada tulisan pabrik Jamu,

dan di pabrik itu sama kegiatannya jadi satu lokasi, dan disitu ada

gudangnya. Apotekernya juga ada tidak mesti tiap hari datang, dan juga

tidak ada ruangan untuk percobaan.

- Saksi tahu terdakwa dibawa ke Mabes, 3 bulan yang lalu, Mabes datang

kira-kira l0 orang, waktu itu hari Jum'at jam 7.30 WIB saksi disuruh

kumpul ada 20 orang pegawai lalu ditanyai katerangan dan alamat

kemudian setelah itu terdakwa (SS) dibawa ke Mabes, kemudian produksi

Page 102: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

90

Jamu libur terhenti sampai sekarang, dan semua karyawannya kehilangan

pekerjaan.

- Saksi tidak tahu Jamu peredarannya bagimana, dan sebelumnya belum

pernah ada masalah baru kali ini. Menurut saksi yang menjadi masalah

adalah perijinan ada ijinnya.

- Menurut saksi masalah perijinan ada ijinnya.

6) Saksi MI, S.Fam.Apt, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi dulu kuliah di UNS jurusan Farmasi. Saksi bekerja diperusahaan

Jamu milik terdakwa sudah 9 bulan. Saksi kerja di perusahaan milik

terdakwa (SS) sejak bulan Pebruari 2010, saksi disana sebagai Apoteker,

tidak ada ruangan khusus, maupun peralatan khusus untuk menunjang

sebagai ahli apoteker. Tugas saksi sebagai Apoteker bertanggung jawab

teknis, tugas pokoknya mendaftarkan ijin edar produk Jamu Guna Sehat,

mengawasi produksi. Memantau sempel pertinggal dari produk Jamu

Guna sehat, memberikan laporan produksi jamu tiap semester atau tiap

tahun ke BBPOM Semarang. Tanggung jawab saksi meningkatkan hasil

produksi jamu, yang diproduksi adalah Jamu Gemuk Sehat dengan

No.TR.103215671 dan Jamu Encok dengan No. TR. 103215661. Menurut

saksi bahan campuran jamunya, temu lawak, dan daun kayu putih, tidak

ada parasetamol, antalgin, ataupun paramex, semuanya bahan tumbuhan.

Page 103: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

91

- Perusahaan terdakwa (SS) diregister, dan ada ijin edarnya dulu dari

Departemen Kesehatan, biasanya saksi datang kesana tapi akhir-akhir ini

dari Badan Pom yang sering datang ke perusahaan jamu terdakwa.

- Kemasan yang lama dengan ijin edar dari Departemen Kesehatan masih

dipakai.

- Regulasi Badan POM, masih bernaung di Departemen Kesehatan setelah

dipisah antara Badan POM dan departemen Kesehatan harus mendaftar

lagi dan saksi tidak tahu registernya masih bisa pakai yang lama atau

tidak.

- Menurut saksi jamu yang laku yang No.2 Jamu Pegel Linu, peredarannya

kemana, saksi tidak tahu.

7) Saksi IN, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi adalah tetangga terdakwa. Saksi kerja di Pabrik jamu sejak tahun

2005, berdirinya Jamu terdakwa (SS) tahun 1998. Saksi merupakan orang

kepercayaan terdakwa untuk mengurusi keluar masuk jamu, menerima

order, menerima uang transfer ke rekening lewat telpon, membayar gaji

karyawan. Yang menerima transfer terdakwa sendiri, dan yang mengurusi

karyawan ada sendiri. Saksi Menerima pesanan dari Meden, Tangerang,

Banten.

- Yang meramu jamu terdakwa, tergantung pesanan, tepung temulawak

sudah dipesan dari Solo, jamu dikirim ke Medan lewat Lintas Sumatra.

Page 104: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

92

- Saat terdakwa meramu jamu saksi tidak mendampingi, saksi datang 2 atau

l hari, sehingga kalau terjadi apa-apa yang bertanggung jawab si pemilik.

- Pencampuran dan proses produksi ada mesin penggilingnya. Jamu bisa

bertahan 2 (dua) tahun, dan Kode register masih ditangani Departemen

Kesehatan.

- Jamu yang diproduksi ialah Jamu Gemuk Sehat No.TR.103215671 dalam

kemasan ditulis hanya Jamu Gemuk dengan No.TR. 993200731. Jamu

Encok No.TR.103215661 dalam kemasan tertulis Jamu Pegel Linu

No.TR.993200732.

- Mabes datang 2 bulan yang lalu, saat Mabes datang semua saksi lagi pada

kerja, lalu terdakwa dibawa ke Mabes. Setelah kejadian itu perusahaan

tidak berproduksi lagi.

- Yang disita Jamu, ramuan jamu, mesin packing, truk untuk untuk ngirim

jamu.

8) Saksi Dra.WIW, Apt, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi bekerja di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah sejak tahuu 2001

sebagai Seksi Farmasi Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan,

Bidang Bindang Sumber Daya Kesehatan.

- Tugas pokok saksi adalah sesuai peraturan Gubernur Jawa Tengah No.63

Tahun 2008 tentang penjabaran Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, bahwa seksi farmamin dan Perbekes

Page 105: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

93

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teksis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang farmasi, makanan, minuman

dan perbekalan kesehatan, meliputi penyediaan dan pengelolaan buffer

stock obat propinsi, sertifikasi sarana produksi dan distibusi alat kesehatan

rumah tangga kelas II dan pemberian rekomendasi izin industri komoditi

kesehatan, pedagang besar farmasi dan pedagang besar alat kesehatan.

- Yang dimaksud IKOT adalah Industri Kecil Obat Tradisional adalah

industri yang asetnya dibawah Rp.600.000,- (enam ratus ribu rupiah),

tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Pengertian tersebut berdasarkan

Permenkes RI. No. 246/Menkes/Per/V/l990 tanggal 28 Mei 1990 tentang

Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan pandaftaran obat Tradisional.

Persyaratan penerbitan IKOT antara lain yaitu : 1. Mengurus Persetujuan

Prinsip IKOT terlebih dahulu kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

Jawa Tengah; 2. Mengurus izin usaha IKOT kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Dalam memberikan ijin IKOT ada

penilaian atau diadakannya peninjauan kepada pihak yang memohon ijin

IKOT yang disebut sebagai pemeriksaan setempat IKOT yang dilakukan

oleh Tim Pemeriksa dan Dinkes Prov. Jateng terkait dengan izin usaha

yang akan dikeluarkan.

- Lama berlakunya ijin IKOT, berlaku selama-lamanya tahun, sedangkan

ijin usaha IKOT berlaku seterusnya selama IKOT yang bersangkutan

Page 106: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

94

berproduksi dan tidak melakukan tindakan pelanggaran seperti dalam

ketentuan Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990.

- Saksi tidak tahu terdakwa menggunakan obat-obatan campuran yang

dipakai apa saja dan juga ijin edarnya bagaimana karena itu kewenangan

Badan POM.

- Perusahaan PJ Guna Sehat milik terdakwa berdasarkan data yang ada di

Dinkes Prov. Jateng terhadap PJ Guna Sehat, telah diterbitkan IKOT

dengan No.7I/IZ-IKOT/IX/l999 tanggal 30 Desember 1999.

- Keterkaitan antara IKOT dengan obat tadisional/jamu yang diproduksi PJ

Guna Sehat milik terdakwa adalah IKOT PJ. Guna Sehat, hanya

memproduksi obat tradisional/jamu yang tercantum dalam izin usaha

IKOT dan obat tradisional tersebut harus sudah memiliki izin edar dari

Menteri Kesehatan RI.

- Saksi tahu IKOT terdakwa belum dicabut.

9) Saksi PO, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi bekerja di Agen Bus PT.ALS yang beralamat di Tugu Utara No.2

Sampang Cilacap dan bergerak di bidang jasa angkutan. Saksi kenal

dengan terdakwa 4 bulan yang lalu du rumah makan Sari Rasa.

- Benar terdakwa pernah mengirim jamu lewat agen Bus ALs, dipak pakai

dus, lalu dikirim lewat becak dan saksi menerima pembayaran lewat

tukang becaknya, untuk dikirim ke Medan.

Page 107: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

95

- Terdakwa sering paket jamu ke Medan, kadang setiap setengah bulan

sekali rutin mengirim, saksi tidak pernah tanya apakah jamu itu ada

ijinnya atau tidak, dan saksi belum pernah dikasih minum jamu oleh

terdakwa.

- Saksi tahu jamu Guna Sehat dari Iwan tahun 2010 pertama kali kirim

paket.

- Setelah paket sampai di Medan setahu saksi di pul di garasi.

10) Saksi P bin S, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi kenal dengan terdakwa sejak tahrun 1995 karena ada hubungan

bisnis jamu dengan terdakwa.

- Saksi beli jamu dari terdakwa dan memasarkan produksi PJ.Guna Sehat

nama Jamunya Jamu Gemuk No.l dan Jamu Pegal Linu No.2. Saksi tidak

pernah memperhatikan dan membaca sampai mendatail, dan apakah ada

kadaluwarsanya apa tidak. Saksi beli jamu pada terdakwa tidak pernah

mengendap, langsung habis dalam jangka satu bulan, karena saksi adalah

agen. Jamu tersebut saksi pasarkan keliling pakai sepeda motor ke

kampung-kampung di Tangerang. Saksi kalau pesan sampai 150 karton

setiap karton berisi 160 pak dan setiap pak berisi 25 sachet, dan harga I

pak Rp.13.000,- saksi jual Rp.14.000,- dan uang pembelian saksi tansfer

langsung ke terdakwa. Sekarang berhenti sementara karena terdakwa lagi

ada masalah dibawa ke Mabes, dan saksi usaha lain.

Page 108: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

96

- Saksi sudah tidak punya Jamunya, sudah habis semua dan sekarang

banyak yang pesan. Selama berjualan jamu tidak pernah ada pembeli yang

komplain, dan kalau jamu habis saksi minta dikirim.

- Barang bukti truk milik saksi, tetapi disewa oleh terdakwa untuk

dioperasikan mengirim jamu dan sudah I tahun truk dioperasikan dan

BPKB diperlihatkan milik saksi. Sampai sekarang masih disewa oleh

terdakwa, dan saksi sangat membutuhkan, untuk angkutan mencari

nafkah.

11) Saksi SA, S.H, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi bertugas di unit I Direktorat V Tipidter Bareskrim Polri. Tugas salah

satunya adalah menegakan hukum dibidang kesehatan dan perlindungaan

konsurnen, dan menangkap terdakwa berdasarkan surat tugasnya dari

Kabareskrim. Saksi menangkap terdakwa pada hari Jum'at tanggal 8

Oktober 2010 jarn 11.00 WIB, saksi bersama tim jumlahnya I orang

menangkap pemilik pengusaha jamu Guna Sehat, yang beralamat di

Jl.kapten Sukardan, Desa Karangiati Rt.01 Rw.04, Kecarnatan Sampang,

Cilacap. Waktu itu terdakwa tidak ada ditempat dan dapat kabar kalau

terdakwa ada di Pekalongan, lalu kami ke Pekalongan dan menemukan

terdakwa di hotel sedang tidur lalu kami tangkap.

- Saksi tidak melakukan penangkapan pada karyawannya dan saksi bertemu

dengan karyawannya sekitar 26 orang sedang memproduksi jamu milik

Page 109: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

97

perusahaan Jamu Guna Sehat lalu saksi mengelompokkan mereka sesuai

dengan tugas mereka masing-masing, pengepakan, packing, pencampuran,

operator mesin lalu mereka semua dibawa ke Polsek sampan untuk

dimintai keterangan saja.

- Disana tidak ada tulisan Pabrik Jamu Guna Sehat, ada 3 lokasi dibangunan

yang berbeda dan berkisar 50 meter jaraknya. Disana saksi temukan

sedang melakukan produksi.

- Benar saksi menyita barang-barang bukti berupa: 2(dua) mesin

molen/pengaduk jamu; 200 (dua ratus) karung bahan/serbuk jamu; l (satu)

unit truk Mitsubishi warna kuning plat Nomor B-9305-OM berisi 100

(seratus) korton, 1 karton isi 160 paks, 1 pak isi 25 shacet; 550 (lima ratus

lima puluh) rol allumunium foil jamu PJ Guna Sehat (SS); 45 (empat

puluh lima) karton jamu, 1 karton isi 160 paks dan 1 pak isi 25 shacet; 1

(satu) paks Hologram; 30 (tiga puluh) karton pembungkus jamu; 4 (empat)

unit mesin packing pengemas makmur perkasa; 2 (dua) unit mesin

packing pengemas merk SMS; 6 (enam) tong plastik besar warna merah

berisi bahan jamu; 5 (ima) karton isi jamu Gemuk (menambah berat

badan) Nomor 1 serbuk Guna sehat; 6 (enam) rol alumuniurn foil jamu

Gemuk; 2 (dua) rol plastik pembungkus kotak, dan disana tidak ada obat-

obatannya.

- Barang bukti truk berisi jamu sudah dipecking di dus penuh diatas truk,

saksi tidak tahu mau dikirim kemana.

Page 110: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

98

- Jenis jamu yang diprodulsi oleh perusahaan Jamu Guna Sehat milik

terdakwa yaitu Jamu Gemuk No.l, Serbuk Guna Sehat Depkes RI No.TR

99320073l dan jamu Pegal Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes RI TR

993200721. Jamu tersebut tidak memiliki ijin TR karena yang ditunjukan

pada saksi waktu itu adalah TR yang sudah dicabut dan nama yang ada

pada TR juga tidak sesuai tulisan yang ada pada kemasan, ditambah pada

setiap kemasan tidak dicantumkan tanggal kedaluwarsanya.

- Saksi tahu kalau TR tidak sesuai dari Badan POM, setelah 2 minggu

kemudian saksi ke TKP. Dan dua-duanya tidak sesuai TR nya karena

waktu itu kita cocokan TR nya.

- Sebelum penggeledahan beli dipasar dulu lalu disample. Waktu

penggeledahan ada surat pencabutan yang lama, memproduksi lagi No. 1

yang dipakai untuk produk lama, yang lama dicabut karena mengandung

kefein tapi ijin yang lama dipakai untuk sekarang.

- Selanjutnya penasihat hukum menunjukan surat keterangan dan

menjelaskan (ini TR Guna Sehat bulan Juni 2010) sebelum penangkapan,

dan ini TR setelah penangkapan bulan Oktober 2010.

- Saksi tidak tahu apakah PJ Guna sehat ada ijin produksinya atau tidak dan

saksi juga tidak tahu kalau terdakwa dapat surat dari Badan POM kalau

dapat menggunakan yang lama. Saksi cuma dengar-dengar saja kalau

jamu encok yang dulu menggunakan kafein.

Page 111: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

99

- Terdakwa menyalahgunakan TR yang sudah dicabut tetapi digunakan lagi

disitu TR yang lama (barang bukti jamu diperlihatkan). Atas keterangan

terdakwa TR yang lama masih dipakai atau belum dicabut, setelah yang

baru turun terdakwa dikasih keterangan tertulis kalau yang lama masih

bisa dipakai.

b. Alat Bukti Keterangan Ahli

1) Aman Sinaga, S.H, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi sebagai Ahli Sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2005, saksi

memangku jabatan struktural pada Direktorat perlindungan Konsumen,

namun sejak tahun 2006 sampai tahun 2009 sebagai praktisi perlindungan

konsumen ditunjuk sebagai konsultasi/asisten berdasarkan surat

penunjukan No.82/PDN-4/TUSP/3/2010 tgl 1 Maret 2010, mempunyai

tugas antara lain: 1. kasus pengaduan konsumen pelanggaran terhadap

Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2.

Rancangan Peraturan Perundang-undangan dibidang perlindungan

konsumen; 3. Pemahaman Substansi UUPK dan kaitannya dengan

Perundang-undangan lainnya; 4. Kerjasama pemerintah dan lembaga Non

Pemerintah dalarn menyelenggarakan perlindungan konsume; 5.

Memberikan keterangan ahli atas kasus tindak pidana di bidang

perlindungan konsumen yang sedang ditangani oleh pihak Kepolisian,

Kejaksaan atau Pengadilan atas pelanggaran Undang-Undang Perlindugan

Konsumen.

Page 112: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

100

- Keahlian saksi dibidang Perlindungan Konsumen adalah karena turut

menyusun Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan

Konsumen berikut Peraturan Pelaksanaannya dan juga menjadi pembicara

(nara sumber) baik di pusat maupun di daerah mengenai sosialisasi

Perlindungan Konsumen dan mengisi acara perlindungan konsumen.

- Menurut ahli pelanggaran Jamu Guna Sehat milik terdakwa tanpa

pencantuman kadaluwarsa diatur dalam peraturan Undang-Undang RI

No.8 tahun 1999. Barang barang bukti diperlihatkan betul ini tidak ada

kadaluwarsanya kapan. Menurut saksi kadaluwarsa wajib ditancumkan

kalau tidak ancaman hukumannya 2 tahun atau denda 2 Milyard.

- Menurut saksi dalam kaitan dengan perkara ini pernah di sosialisasikan

atau belum itu bukan wewenang saksi.

- Menurut saksi ada pelanggaran dengan tahun pencantuman yaitu

melanggaran Pasal 8 ayat (1) huruf g Undang-Undang No.8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yaitu TR lama, dimana yang lama direcal

tapi digunakan untuk jamu yang baru, yang diatur dalam pasal 8 ayat (1)

huruf g Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen adalah encok tapi yang muncul pegal linu.

- Menurut saksi selaku IKOT tidak dibatasi produksi besar atau home

industri dan itu tugas Badan POM.

2) Imelda Ester Riana, P.ST.MKM, di bawah sumpah menerangkan sebagai

berikut :

Page 113: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

101

- Saksi sebagai Ahli tugasnya sebagai Kepala seksi Pengawasan Penandaan

dan Promosi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan tahun 2008 sampai

sekarang. Jabatan saksi adalah Kepala Seksi Pengawasan dan Penandaan

Promosi Obat Tradisional dan Suplemen makanan, saksi bertanggung

jawab untuk menyiapkan bahan perumusan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, evaluasi dan pelaporan, serta melakukan pengawasan promosi

(iklan brosur, dll) serta penandaan dan melakukan inspeksi sarana

produksi dan distribusi Obat Tradisional dan Suplemen makanan.

- Pengalaman saksi menjadi ahli pada perkara pidana memproduksi dan

atau mengedarkan obat tradisional tanpa ijin edar dan atau mengandung

bahan obat kimia.

- Saksi tahu perkara ini mengenai Jamu Guna Sehat, dan saksi tidak begitu

hapal ada berapa produk. Saksi mengetahui Jamu Guna Sehat

memproduksi yaitu Jamu Gemuk No.1 yang digunakan No. lama yang

memang sudah daftar ulang dan memang komposisinya No.l dulu Gemuk

Sehat (GS) yang disetujui oleh Badan Pom dan kemasanya harus sama.

Tidak seperti Barang bukti komposisinya berbeda (barang bukti

dilihatkan). Yang disetujui kemasan lama, panax gingseng di Gemuk

Sehat tidak ada, dilifer yang disetujui 5% disini l5%, komposisinya tidak

sama, dan gambarnya tidak sama. Khasiatnya dulu badan sehat dan

Page 114: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

102

nyenyak tidur dan sekarang yang baru membantu memperbaiki nafsu

makan. Untuk aturan minum sama. Kemasannya Kuning TR yang lama

yang dulu masih dipakai boleh menghabiskan sampai bulan Maret 2011

mengajukan permohonan ijin analisinya harus sama persis dengan yang

dulu.

- Hakim lalu memperlihatkan barang bukti yang pertama yaitu Jamu

Gemuk (menambah berat badan) No.l Serbuk Guna Sehat DEPKES RI

No.TR.993200731 diproduksi oleh PJ.Guna Sehat terdakwa SS Cilacap

Indonesia. Kedua Jamu Pegal Linu (menyembuhkan pegalinu) No.2

Serbuk Guna Sehat DEPKES RI No.TR.993200721 Diproduksi oleh

PJ.Guna terdakwa SS Cilacap. Berdasarkan Keputusan Dirjen POM

No.0515/reg/B/99 tanggal 11 Oktober 1999, DEPKES RI NO. TR

99320073I merupakan ijin edar untuk obat tradisional Gemuk Sehat GS

dengan nama usaha industri PJ Serbuk Guna Sehat bukan Jamu Gemuk

(penambah berat badan). No.1 Serbuk Guna Sehat diproduksi oleh

PJ.Guna Sehat terdakwa SS dimana Jamu Gemuk (menambah berat

badan) No.l Serbuk Guna Sehat Diproduksi oleh PJ.Guna Sehat terdakwa

SS sudah direcal (ditarik dari peredaran) karena mengandung kafein.

- Kandungan ada masalah di registrasi didata base waktu pendaftaran.

Waktu mendaftar dulu tahun 2002 mengandung kafein tidak bolah untuk

obat apapun. Untuk Jamu Gemuk Sehat ijin tahun 2002 yang mengandung

kafein kalau ada yang daftar dengan No register tersebut tidak akan

Page 115: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

103

dikasih ijin. Saksi tidak ikut mengawasi perijinan karena hal tersebut

merupakan tugas Badan Pom.

- Badan Pom pernah mengadakan pembinaan dengan dikumpulkan dan

menerangkan, kalau ada yang mengandung kafein tidak akan diberikan

nomor kecuali dia daftar yang baru. Kalau mendaftar lagi dengan produk

yang sama tidak akan dikasih lagi.

- Tidak dibenarkan terjadinya perbedaan nama obat tradisional, tentunya

nama obat tradisional yang tercantum dalam izin edar harus sama dengan

nama obat tradisional yang diproduksi oleh suatu usaha industri obat

tradisional. Bilamana obat tadisional berbeda dengan yang tercantum di

surat izin edar maka dapat dianggap produk tersebut tidak terdaftar.

- Untuk jamu encok ditemukan awalnya pegal linu yang daftarnya adalah

jamu encok, jadi pegal linu hanya ijin edar keluarnya 11 oktober 2009

mengandung parasetamol diterimakan tanggal 23 Desember 2009

sehingga pegal linu yang ditarik karena tidak terdaftar (fikti)..

- Pada tahun 2002 yang direcal yaitu produk Jamu encok dan Jamu Gemuk

Sehat. Jamu Gemuk dan Gemuk Sehat tidak sama Gemuk Sehat didaftar

tahun 1999. Yang direcal tahun 2002 TR untuk Jamu Gemuk Sehat:

993200731, dan untuk jamu Encok: 993200721. Jamu Gemuk Sehat dan

Encok yang direcal karena tidak ada label.

- Saksi selalu mengadakan cek karena saksi punya Balai Pom di Semarang

untuk melakukan pembinaan. Yang dilakukan pertama oleh produsen

Page 116: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

104

adalah pendataan gambarnya, jika beda maka harus dipersamakan,

kemudian penamaan kalau nama tanpa ijin edar maka akan direcall. Pada

saat mendaftar produsen yang berkonsultasi akan dikasih tahu gambar dan

label harus sama. Setiap produk yang terdaftar mengandung obat, jika ijin

akan dibatalkan maka langsung direcall (pembatalan). Ijin gambar atau

lebelnya itu boleh didalam dan diluar dan cukup satu, kalau luar dan

dalam beda harus ada diganti, luar dan dalam harus sama komposisinya.

- Penemuan Penyidik Badan Pom Pendataan lebel harus sama, sehingga

harus memperketat lagi pengawasannya, dan pemeriksaannya juga harus

rutin.

Bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa memberikan tanggapan

sebagai berikut:

- Harusnya Badan POM turun dulu dan mengadakan pengecekan.

- Badab POM harusnya mengecek kerumah, karena terdakwa bolak balik ke

Badan POM tidak ada masalah. Belum ada yang memberi tahu untuk

pencetakan harus sama persis karena prosuk di Cilacap masih sama seperti

itu.

- Kesalahan jangan disalahkan ke terdakwa semua. Pemerintah itu bapak,

terdakwa ibarat anak.

Page 117: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

105

c. Alat Bukti Keterangan Saksi A De Charge

1) Amir Fatah, S.H, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi sebagai Ketua Koperasi Anekasari, berdiri tanggal 12 April 1987,

berbadan hukum tahun 1999, kumpulan pengrajin-pengrajin jamu, jadi

ketua koperasi sejak tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan sekarang.

Jumlah yang menjadi anggota koperasi semua 256. Untuk menjadi

anggota Koperasi syarat-syaratnya yaitu menyerahkan foto-copy KTP,

memiliki usaha dibidang jamu dan tata tertib jamu. Anggota Koperasi

harus punya ijin produksi mendaftar dulu baru punya ijin produksi, harus

ada IKOT ijin uhasa. Selalu diadakan kumpulan seluruh anggota koperasi,

dilakukan secara berkala 3 bulan sekali, sebagai pembicaranya dari Badan

POM Deperindakkop.

- Ijin edar harus ada kesamaan dan pernah dimasalahkan pada tanggal 12

April 2010. Waktu itu TR maih dibawah Dinas Kesehatan tapi terdakwa

mengikuti TR yang dikeluarkan oleh badan POM, karena sebelumnya di

Dinas Kesehatan juga sudah dilakukan pendaftaran oleh terdakwa.

- Saksi tidak paham kapan berdirinya Jamu Guna Sehat milik terdakwa, dan

juga kapan produksinya saksi tidak tahu. Saksi hanya tahu tiap perusahaan

Jam punya apoteker dari 256 mako kecil dan menengah dibedakan,

dibikin kelompok-kelompok 1 apoteker, sedangkan untuk terdakwa IKOT

dan Badan POM sudah punya Apoteker sendiri.

Page 118: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

106

- Laporan dari Din Kes komposisi jamu Guna Sehat, belum pernah recall

semenjak saya pimpin tahun 2008 sampai dengan sekarang. Ada sampling

hasil sampling ditembuskan ke Koperasi untuk mengetahui kebenaran

Jamu ini sama dengan jamu palsu yang tidak didaftarkan di Badan Pom.

Menurut saksi belum pernah ada Jamu Guna Sehat menggunakan obat-

obatan tertentu. Saksi tahu tentang Jamu Guna Sehat yang waktu itu

didatangi Mabes satu tim hasilnya tidak ada kordinasi yang

dipermasalahkan antara TR Din Kes dan TR Badan POM. Etikat yang

lama yang baru belum habis bisa digunakan sarnpai habis boleh

menggunakan perpanjangan.

2) Sudiarto, S.H, di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

- Saksi berkerja sebagai Humas Internal kedalam dan keluar, ada yang mau

kerja sama berbagai pihak persoalan pembukuan terkait pemodalan dan

lain-lain.

- Pihak Koperasi bisa membantu ijin produksi. Yang terjadi dengan

terdakwa, dulu kewenangan di Din Kes sekarang di Badan Pom. Setelah

diperiksa oleh penyidik Jamu mengandung narkoba. Saksi mendengar dari

Koperasi Dinas Kesehatan, boleh mengajukan terkait mengajukan

permohonan. Dan terdakwa dulu sudah ngurus ljinnya sampai pertengahan

tahun 2011 ke Badan Pom Jakarta.

Page 119: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

107

- Jamu di Cilacap anggotanya semua 256 masih berjalan, ada yang aktif dan

yang masih berjalan, yang aktif ada 100 lainnya tidak aktif.

- Semenjak kejadian ini Din Kes dan sebelum Mabes turun, Badan Pom

tidak Pernah datang untuk sosialisasi dan memang belum pernah ada

sosialisasi dari Badan POM.

- Kesalahan terdakwa masalah itikad.

- Terdakwa sebagai anggota koperasi sangat baik, jiwa sosialnya tinggi dan

terdakwa sangat masih bisa dibina. Terdakwa bikin Jamu sangat

bermanfaat bagi masyarakat, dengan hasil produksi jamunya terdakwa

bisa membangun Masjid, jalan, Mushola dan saksi setuju sekali. Terdakwa

punya anak 4, istri 1, istri yang dulu meninggal.

- Saksi sebagai kordinator wilayah Cilacap mengkordinir jamu Guna Sehat

ada data-datanya lengkap. Guna Sehat datanya Gemuk dan Pegal Linu,

dan ijin edar Encok dan Gemuk Sehat di Koperasi namanya Pegal Linu

dan Gemuk untuk sinonim saja. Saksi merasa belum pernah rnendaftarkan

pegal linu sinonim saja.

d. Alat Bukti Keterangan Terdakwa

Di persidangan telah pula didengar keterangan terdakwa yang pada pokoknya

sebagai berikut :

Page 120: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

108

- Empat bulan yang lalu ada Mabes Polri datang kerumah terdakwa lalu

membawa produk-produk Jamu terdakwa dan waktu itu terdakwa sedang

tidak ada ditempat.

- Terdakwa mempunyai perusahaan Jamu namanya jamu Guna Sehat, dan

berdirinya sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang. Perusahan Jamu

terdakwa momproduksi 2 macam jamu yaitu Gemuk Sehat No.l dan Pegal

Linu No.2. Jamu tersebut bahan-bahannya dari temulawak. Perusahaan

tersebut punya ijin produksi, sejak tahun 2007 dan masih berjalan sampai

sekarang, aturan baru dan perpanjangan sudah terdakwa lakukan. Terdakwa

memperkerjakan Apoteker. Jamu-jamu tersebut rutin disampling setiap 2

bulan sekali, hasilnya tidak ada campurannya. Jamu-jamu tersebut diedarkan

ke Tangerang, Banten, Batam, Medan.

- Sebelumnya jamu-jamu belum penah ada masalah dan baru sekali ini, katanya

TR yang lama sudah diperbaharui. Selama mendirikan jamu mengajukan TR

satu kali untuk selamanya. Pada kemasan yang ini (barang bukti) dilihatkan

sama dengan TR yang lama, tapi TR sama dengan yang dulu karena kata

Badan POM bisa ada perubahan gambar dan bisa divariasi, TR yang

mengeluarkan adalah Dinas kesehatan. Tanggal 31 Maret 2011 baru ada

pemberitahuan bahwa TR lama berbeda dengan yang baru.

- Yang merakit jamu terdakwa sendiri, terdakwa yang beli tepung temulawak,

tepung kunyit, tepung sambilata, dan tepung-tepung itu bisa dibedakan dari

Page 121: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

109

bau dan rasa. Terdakwa belinya karungan dan diaduk pakai mesin pengaduk

jamu, dan sering didampingi oleh Apoteker dengan saling tukar pendapat.

- Selama terdakwa memproduksi jamu belum pernah ada komplain, tapi kalau

komplain bagus pernah ada. Waktu itu ada seorang dokter dari Lampung yang

memesan Jamu terdakwa 25 pak dibawa ke Lampug katanya cocok. Dan dari

Tangerang juga pernah datang satu keluarga memesan jamu terdakwa katanya

cocok. Terdakwa masih akan memproduksi jamu lagi setelah ini untuk

kedepannya.

- Terdakwa menggunakan gambar pada lebel jamu sejak tahun l985 boleh

dirobah-robah ditambahi foto. Badan Pom pernah datang pada tahun 1995

untuk ngecek lagi. Perubahan TR dari Badan POM disertai logo-logo.

Terdakwa datang ke Jakarta 6 bulan pakai lebel, tadinya di print. Yang

terakhir waktu jadi masalah adalah TR yang baru belum keluar, TR yarrg

lama masih bisa digunakan.

- Jamu encok dan pegal linu komposisinya sama, karena encok dan pegal linu

sama saja. Prodak-prodak yang terdakwa edarkan tidak mencantumkan kode

dan kadaluwarsanya karena terdakwa tidak tahu jadi sebuah kesalahan, karena

jamu terdakwa tidak lebih dari 2 bulan sudah habis.

- Pegal linu permohonan TR Pegal Linu semplenya kesana dulu tidak

mengandung kafein lalu di Acc, Pegal Linu dan encok yang disetujui. Dan

menurut pemahaman terdakwa antara pegal linu dan encok sama dan selama

Page 122: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

110

ini tidak ada respon dari masyarakat jadi terdakwa tetap pakai itu. Jadi

menurut terdakwa TR keluaran Encok dan Pegel Linu adalah sama. Dan

terdakwa tidak pernah mengeluarkan encok.

- Sebelum 2 produk tersebut, dulu pertama kali terdakwa mengajukan 7 produk

yaitu: No.1 Jamu Gemuk; No.2 Jamu Pegal Linu; No.3 Jamu pelangsing;

No.4 kencing Manis; No.5 Jamu Kuat Lelaki; No.6 Jamu Sehat perempuan;

N0.7 Jamu Sari rapat. Dan sekarang tinggal 2 yaitu Jamu Gemuk Sehat dan

Pegal Linu produk yang lain kurang Iaku.

- Kalau ada perubahan-perubahan sedikit variasi gambar untuk ketentuan secara

formal tidak boleh merubah gambar komposisi dan harus mencantumkan

kadaluwarsanya dan terdakwa menyadari kesalahannya. Benar kedua produk

ini sudah minta ijin untuk memperpanjang sampai tangga 30 April 2011

(Surat ijin diperlihatkan). Untuk produk encok dan pegal linu sudah didaftar

ulang, dan benar pegal linu yang terdakwa edarkan. Selain 2 produk terdakwa

tidak mengedarkan yang lainnya. Pegal linu juga sudah diperpanjang.

- Terdakwa mau bekerja sama dengan Badan POM karena sebelumnya tidak

ada yang memberitahu pengarahan-pengarahan dan terdakwa siap dibina.

- Sejak peristiwa 4 bulan yang lalu belum berproduksi lagi dan karyawannya

masih pada nganggur tetapi terdakwa masih mengaji karyawannya,

karyawannya ada 25 orang. Keluarga terdakwa yaitu istri l, anak 4 yang besar

umur 15 tahun yang paling kecil satu setengah tahun. Terdakwa belum pernah

Page 123: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

111

dihukum, terdakwa juga menerangkan barang bukti yang diajukan didepan

persidangan adalah benar.

e. Barang Bukti

a. 2 (dua) mesin molen/pengaduk jamu.

b. 4 (empat) unit mesin packing merk makmur Perkasa.

c. 2 (dua) Unit Mesin packing pengemas merk SMS.

d. 200 (dua ratus) karung bahan/serbuk jamu.

e. 100 (seratus) karton jamu @ karton isi 160 pak @ pak isi 25 sachet.

f. 550 rol aluminium foil jamu P.J.Guna Sehat (SS).

g. 45 (empat puluh lima) karton jamu @ karton isi 160 pak @ pak isi 25 sachet.

h. I (satu) pak hologram.

i. 30 (tiga puluh) karton pembungkus jamu.

j. 6 (enam) tong plastik besar wama merah berisi bahan jamu.

k. 5 (ima) karton isi jamu gemuk (menambah berat badan No.l) serbuk GUNA

SEHAT.

l. 6 (enarn) rol aluminium foil jamu gemuk.

m. 2 (dua) rol plastik polos pembungkus kotak jamu.

n. 1 (satu) unit Truk Mitsubishi warna kuning Plat B-9305-OM beserta kunci.

4. Tuntutan Penuntut Umum

Page 124: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

112

Setelah mendengar keterangan para saksi, keterangan ahli, ketrangan saksi A

De Charge, keterangan terdakwa serta memperhatikan barang bukti yang diajukan

dipersidangan, maka Jaksa Penuntut Umum mengajukan tuntutan sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa (SS), telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Dengan sengaja memproduksi dan atau

mengedarkan sediaan farmasi berupa obat tradisional yang tidak

memenuhi standar atau persyaratan” sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 197 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan sesuai dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa (SS) berupa;

2.1 Pidana penjara selama 8 (delapan) bulan, penjara dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

2.2 Denda sebesar Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) subsidair 6

(enam) bulan kurungan.

3. Menyatakan barang bukti berupa:

a. 2 (dua) mesin molen/pengaduk jamu.

b. 4 (empat) unit mesin packing merk makmur perkasa.

c. 2 (dua) unit mesin packing pengemas merk SMS.

Masing-masing dirampas untuk Negara.

d. 200 (dua ratus) karung bahan/serbuk jamu.

e. 100 (seratus) karton jamu @ karton isi 160 pak @ pak isi 25 sachet.

f. 550 rol atuminium foil jamu P.J.Guna Sehat (SS).

Page 125: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

113

g. 45 (empat puluh lima) karton jamu @ karton isi 160 pak @ pak isi 25

sachet.

h. I (satu) pak hologram.

i. 30 (tigapuluh) karton pembungkus jamu.

j. 6 (enam) tong plastik besar warna merah berisi bahan jamu.

k. 5 (ima) karton isi jamu gemuk (menambatr berat badanNo.l) serbuk

GUNA SEHAT.

l. 6 (enam) rol aluminium foil jamu gemuk.

m. 2 (dua) rol plastik polos pembungkus kotak jamu.

Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan;

n. 1 (satu) unit Truk Mitsubishi warna kuning Plat B-9305-OM beserta

kunci.

Dikembalikan pada yang berhak yaitu salcsi Parlan Bin Santurji.

4. Menyatakan pula agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.500,- (Dua ribu lima ratus rupiah).

6. Putusan Pengadilan Negeri

a. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi, keterangan ahli,

keterangan saksi A De Charge, keterangan terdakwa dihubungkan dengan barang

bukti yang diajukan dipersidangan maka ditemukan

fakta-fakta hukum sebagai berikut :

Page 126: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

114

1. Bahwa benar, terdakwa (SS), mendirikan usaha obat tradisional/jamu yang

bernama PJ GUNA SEHAT di Jl.Kapten Sukardan Desa Karangjati Rt.0l

Rw.04 Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap. Selanjutnya Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah telah menerbitkan Ijin Usaha Kecil Obat

Tradisional (IKOD) terhadap PJ GUNA SEHAT No.71/IZ-IKOT/IX/1999

tanggal 30 Desember 1999 dimana terdakwa dalam menjalankan usahanya

telah memproduksi obat tradisional/jamu yaitu jamu GEMUK SEHAT GS

yang telah memiliki ijin Dirjen POM. Nomor: 0515/Reg/B/99 tanggal 11

Oktober 1999 Nomor ijin eder POM. TR/103215671. Depkes Rl No.TR 993

200 731 produksi PJ GUNA SEHAT dan jamu ENCOK ijin Dirjen POM

Nomor: 0514/Reg/99 tanggal11 Oktober 1999 Nomor ijin edar POM

TR.103215661, Depkes RI No.TR 993 200 721 produksi PJ GUNA SEHAT.

2. Bahwa benar, berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor

0474/Reg/B1/2010 tanggal 14 Juni 2010 produksi jamu GEMUK SEHAT GS

milik terdakwa, dinyatakan tidak berlaku dan sudah direcall (ditarik dari

peredaran) karena mengandung kafein dan berdasarkan Keputusan Kepala

Badan POM RI Nomor : 0473/Reg/B1/2010 tanggal 14 Juni 2010 perijinan

produksi jamu ENCOK milik terdakwa telah dinyatakan tidak berlaku dan

sudah direcall (ditarik dari poredaran) karena mengandung Paracetamol.

3. Bahwa benar, terdakwa justru memproduksi dan mengedarkan obat

tradisiona/jamu yaitu jamu merk JAMU GEMUK ( menambah berat badan)

No.l SERBUK GUNA SEHAT yang belum memiliki ijin perijinan dan telah

Page 127: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

115

menggunakan Nomor ijin edar jamu GEMUK SEHAT GS dengan ijin Dirjen

POM Nomor : 0515/Reg/B/1999 tanggal 11 Oktobet 7999 Nomor Ijin edar

POM TR.103215671 Depkes RI No.TR 993 200731 produksi PJ serbuk guna

sehat yang telah dinyatakan tidak berlaku serta tidak mencantumkan tanggal

kadaluwarsa.

4. Bahwa benar, terdakwa juga telah memproduksi dan mengedarkan obat

tadisional/jamu yaitu jamu merk JAMU PEGALLINU (menyembuhkan pegal

linu) No.2 SERBUK GUNA SEHAT yang belum memiliki perijinan dan telah

menggunakan Nomor ijin edar jamu ENCOK ijin Dirjen POM Nomor

:0514/Reg/B/99 tanggal 11 Oktober 1999 Nomor Ijin edar POM

TR.103215661, Depkes RI No. TR 993 200 721 produksi PT GUNA SEHAT

yang telah dinyatakan tidak berlaku serta tidak mencantumkan tanggal

kedaluwarsa.

5. Bahwa benar, tugas Badan POM yaitu menguji yang akan diedarkan. Pas

meregistrasi barang yang mau didaftar diuji di laboratorium, setelah diuji

dilaporkan, diajukan lalu diproses.

6. Bahwa benar, tidak dibenarkan terjadinya perbedaan nama obat tadisional

antara nama obat tradisional yang tercantum dalam ijin edar tradisional yang

diproduksi PJ Guna Sehat, tentunya nama obat tradisional yang tercantum

dalam izin edar harus sama dengan nama obat tadisional yang diproduksi oleh

suatu usaha industri obat tradisional. Bilamana obat tradisional berbeda

Page 128: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

116

dengan yang tercantum di surat izin edar maka dapat dianggap produk

tersebut tidak terdaftar.

7. Bahwa benar, untuk temuan encok ditemukan awalnya pegal linu daftarnya

encok jadi pegal linu hanya ijin edar keluarnya 11 Oktober 2009 mengandung

parasetamol diterimakan tanggal 23 Desember 2009, Pegal linu yang ditarik

karena tidak terdaftar (fiktif).

8. Bahwa benar, Jamu Gemuk No.l Serbuk Guna Sehat Depkes RI No.TR

99320073l dan jamu Pegal Linu No.2 Serbuk Guna Sehat Depkes RI TR

993200721. Dan jamu tersebut tidak memiliki ijin TR dan yang diperlihatkan

pada saat penyidikan adalah TR yang sudah dicabut dan nama yang ada pada

TR juga tidak sesuai tulisan yang ada pada kemasan, ditambah pada setiap

kemasan tidak dicantumkan tanggal kedaluwarsanya.

9. Bahwa benar, pada saat dilakukan penggeledahan oleh pihak yang berwenang

terdapat surat pencabutan yang lama, kemudian memproduksi lagi No 1 yang

dipakai untuk produk lama, yang lama dicabut karena mengandung kafein tapi

tetap dipakai. Ijin yang lama dipakai untuk sekarang.

10. Bahwa benar, pihak yang berwenang telah menyita barang-barang bukti

berupa: 2(dua) mesin molen/pengaduk jamu; 200 (dua ratus) karung

bahan/serbuk jamu; l (satu) unit truk Mitsubishi warna kuning plat Nomor B-

9305-OM, berisi 100 (seratus) korton, I karton isi 160 paks, 1 pak isi 25

shacet; 550 (lima ratus lima puluh) rol allumunium foil jamu PJ Guna Sehat

Suryo Sudarmo; 45 (empat puluh lima) karton jamu; I karton isi 160 paks dan

Page 129: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

117

1 pak isi 25 shacet; l (satu) paks Hologram; 30 (tiga puluh) karton

pembungkus jamu; 4 (empat) unit mesin packing pengemas makmur perkasa;

2 (dua) unit mesin packing pengemas merk SMS; 6 (enam) tong plastik besar

warna merah berisi bahan jumu; 5 (lima) karton isi jamu Gemuk (menambah

berat badan) Nomor 1 serbuk Guna Sehat; 6 (enam) rol alumunium foil jamu

Gemuk; 2 (dua) rol plastik pembungkus kotak.

Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan disusun dalam bentuk Alternatif,

maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan yang dianggap terbukti yaitu

dakwaan kesatu Penuntut Umum terlebih dahulu.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan

apakah perbuatan Terdakwa mengandung ursur-unsur sebagaimana yang dimaksud

dalam dakwaan kesatu yaitu melanggar Pasal 197 Undang-Undang RI No.36 Tahun

2009 tentang Kesehatan, dengan unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Setiap Orang;

2. Dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat

kesehatan yang tidak memiliki izin edar;

Ad. 1. Unsur Setiap Orang

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur "setiap orang” adalah

manusia sebagai subyek hukum natural yang mampu bertanggung jawab dan dapat

dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukannya;

Menimbang bahwa terdakwa (SS) telah dihadapkan oleh Penuntut Umum

sebagai terdakwa dalam perkara ini, lengkap dengan identitasnya sebagaimana

Page 130: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

118

tercantum dalam dakwaan dan uraian di atas serta dibenarkan oleh saksi-saksi dan

tidak pula disangkal oleh terdakwa, sehingga tidak dikawatirkan akan terjadi error in

persona;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengamatan Majelis Hakim dipersidangan,

terdakwa dinilai sehat jasmani maupun rohani dan tidak pula ditemukan hal-hal yang

dapat menghapuskan sifat pertanggungjawaban atas diri para terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas unsur

"setiap orang" telah terpenuhi menurut hukum dan keyakinan.

Ad. 2. Unsur Dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi

dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar

Menimbang, bahwa unsur ini bersifat elemen alternatif, artinya cukup salah

satu elemen yang terkandung dalam unsur ini telah terbukti terhadap perbuatan yang

telah dilakukan, maka sudah cukup untuk dinyatakan unsur ini telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan sediaan farmasi bendasarkan

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah

obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan ahli IMELDA ESTER RIANA

P.ST.MKM. yang menerangkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI

Nomor :0474/Reg/B1/2010 tanggal 14 Juni 2010 produksi jamu GEMUK SEHAT

GS milik terdakwa, dinyatakan tidak berlaku dan sudah di recall (ditarik dari

peredaran) karena mengandung kafein dan berdasarkan Keputusan Kepala Badan

POM RI Nomor :0473/Reg/B1/20l0 tanggal 14 Juni 2010 perijinan produksi jamu

Page 131: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

119

ENCOK milik terdakwa telah dinyatakan tidak berlaku dan sudah direcal (ditarik dari

peredaran) karena mengandung Paracetamol.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang saling

bersesuaian, dihubungkan dengan keterangan terdakwa serta barang bukti yang

diajukan dipersidangan serta fakta-fakta hukum di atas, telah terungkap bahwa

terdakwa juga memproduksi dan mengedarkan obat tradisional/jamu yaitu jamu rnerk

JAMU GEMUK ( menambah berat badan) No.l SERBUK GUNA SEHAT yang

belum memiliki ijin perijinan dan telah menggunakan Nomor ijn edar jamu GEMUK

SEHAT GS dengan ijin Dirjen POM Nomor : 0515/Reg/B/99 tanggal 11 Oktober

1999 Nomor Ijin edar POM TR.l032l567l Depkes RI No.TR 99320073l produksi PJ

serbuk guna sehat yang telah dinyatakan tidak berlaku serta tidak mencantumkan

tanggal kadaluwarsa.

Menimbang, bahwa terungkap pula dipersidangan terdakwa juga telah

memproduksi dan mengedarkan obat tradisional/jamu yaitu jamu merk JAMU

PEGALLINU (menyembuhkan pegal linu) No.2 SERBUK GUNA SEHAT yang

belum memiliki perijinan dan telah menggunakan Nomor ijin edar jamu ENCOK ijin

Dirjen POM Nomor : 0514/Reg/B/1999 tanggal 11 Oktober 1999 Nomor Ijin edar

POM TR.103215661, Depkes RI No. TR 993200721 produksi PT GUNA SEHAT

yang telah dinyatakan tidak berlaku serta tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

Majelis Hakim berpendapat jika terdakwa telah melakukan perbuatan dengan sengaja

mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar, dengan demikian unsur

Page 132: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

120

dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat

kesehatan yang tidak memiliki izin edar telah terpenuhi menurut hukum dan

keyakinan;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas majelis

Hakim berkeyakinan bahwa seluruh unsur dalam Dakwaan Kesatu Penuntut Umum

tersebut telah terpenuhi seluruhnya terhadap perbuatan yang dilakulan terdakwa, oleh

karena iu dakwaan lainnya tidak perlu dipertimbangkan lagi.

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur Pasal 197 Undang-Undang No.

36 tahun 2009 tentang Kesehatan sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kesatu

telah terpenuhi seluruhnya terhadap perbuatan Terdakwa maka Majelis Hakim

berkeyakinan bahwa Terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum tersebut;

Menimbang, bahwa oleh karena dipersidangan tidak ditemukan adanya alasan

pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapuskan atas perbuatan tindak

pidana yang dilakukan oleh terdakwa sebagaimana yang ditentukan dalam Kitab

Undang Undang Hukum Pidana, maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana dan harus pula

dipidana sesuai dengan kesalahannya;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dilakukan penahanan selama

pemeriksaan persidangan, maka cukup alasan untuk mengurangkan pidana yang

dijatuhkan dari masa tahanan yang telah dijalani;

Page 133: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

121

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan

dijatuhi pidana maka kepadanya harus dibebankan membayar biaya perkara yang

besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada diri

terdakwa terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan

hal-hal yang meringakan pada diri Terdakwa sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa tersebut meresahkan masyarakat.

Hal-hal yang meringankan:

- Terdakwa bersikap sopan di persidangan.

- Terdakwa mengaku terus terang atas perbuatannya dan merasa menyesal.

- Terdakwa memiliki tanggungan keluarga

- Terdakwa belum pernah dihukum.

b. Amar Putusan Pengadilan Negeri

a. Menyatakan terdakwa (SS), yang identitasnya seperti tersebut diatas, telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi berupa obat tradisional tanpa

ijin edar ".

b. Menjatuhkan pidana kepada terdawa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama: 4 (empat) bulan, 3 (tiga) hari, dan denda sebesar Rp.25.000.000,-(Dua

Page 134: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

122

puluh lima juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar

maka diganti dengan pidana kurungan selama : 4 (empat) bulan.

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Memerintahkan terdakwa dibebaskan dari tahanan.

e. Memerintahkan barang bukti berupa :

1) 2 (dua) mesin molen/pengaduk jamu,

2) 4 (empat) unit mesin packing merk Makmur Perkasa,

3) 2 (dua) Unit Mesin packing pengemas merk SMS.

Masing-masing dirampas untuk Negara.

4) 200 (dua ratus) karung bahan/serbuk jamu,

5) 100 (seratus) karton jamu @ karton isi 160 pak isi 25 sachet, 550 rol

aluminium foil jamu P.J.Guna Sehat (SS),

6) 45 karton jamu @ karton isi 160 pak @ pak isi 25 sachet,

7) I (satu) pak hologram,

8) 30 (tiga puluh) pembungkus jamu,

9) 6 (enam) tong plastik besar warna merah berisi bahan jamu,

10) 5 (ima) karton isi jamu gemuk (menambah berat badan No.l) serbuk

GUNA SEHAT,

11) 6 (enam) rol aluminium foil jamu gemuk.

12) 2 (dua) rol plastik polos pembungkus kotak jamu.

Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan.

Page 135: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

123

13) 1 (satu) unit Truk Mitsubishi warna kuning plat B-9305-OM beserta

kunci.

Dikembalikan pada yang berhak yaitu saksi parlan Bin. Santurji.

f. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.500,- (Dua ribu lima ratus rupiah).

B. Pembahasan

1. Mengapa Saksi A De Charge Dihadirkan dalam Persidangan dalam Putusan

Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.

Alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam

perkara pidana. Suatu perkara pidana biasanya tidak ada yang lepas dari alat bukti

keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu didasarkan

kepada pemeriksaan keterangan saksi. Sekurang-kurangnya disamping pembuktian

dengan alat bukti yang lain, masih tetap selalu diperlukan pembuktian dengan alat

bukti keterangan saksi.

Keterangan saksi merupakan alat bukti dipersidangan dan berguna dalam

mengungkap duduk perkara suatu peristiwa pidana yang nantinya akan dijadikan

salah satu dasar pertimbangan hakim untuk menentukan terbukti atau tidaknya

perbuatan terdakwa serta kesalahan terdakwa.

Alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang memegang kunci

pokok dalam pembuktian dipersidangan, Pasal 1 angkat 26 KUHAP telah

memberikan batasan pengertian saksi, yaitu:

Page 136: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

124

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentinganpenyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang iadengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Sedangkan Pasal 1 angka 27 KUHAP menjelaskan secara tegas keterangan saksi

adalah:

“Salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksimengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan iaalami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.”

Macam-macam saksi dalam proses persidangan menurut Wisnubroto92,

dibagi atas:

1. Dilihat dari posisi saksi dalam peristiwa tindak pidana dikenal sebutan “saksikorban” atau saksi yang mengalami peristiwa tindak pidana, “saksi melihat”dan “saksi mendengar”.

2. Dilihat dari pihak yang mengajukan dikenal sebutan saksi A Charge atau saksiyang memberatkan dan saksi A De Charge atau saksi yang meringankan.

Dalam pemeriksaan perkara, terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan

bahwa dirinya tidak bersalah. Untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dapat

menggunakan saksi yang meringankan atau ahli. Dalam praktek pemeriksaan perkara

pidana, hal yang paling mendasar dikedepankan adalah mengenai hak-hak tersangka

atau terdakwa baik dari tingkat penyidikan sampai dengan tingkat peradilan. Salah

satu dari beberapa hak terdakwa yang diatur dalam KUHAP hak terdakwa untuk

menghadirkan saksi A De Charge. Dalam proses pemeriksaan di persidangan,

penyidik dapat meminta keterangan dari saksi yang memberatkan terdakwa dan

terdakwa pun berhak meminta agar dihadirkan saksi yang meringankan atau A De

Charge.

92 Wisnubroto, A.L.Op,Cit,hal.8

Page 137: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

125

Pasal 116 ayat (3) dan (4) KUHAP menerangkan, dalam pemeriksaan

tersangka atau terdakwa dinyatakan apakah menghendaki saksi yang meringankan

atau saksi yang dapat menguntungkan baginya atau yang disebut saksi A De Charge.

Hal ini dilakukan dengan alasan karena tersangka berhak melakukan pembelaan

terhadap dakwaan yang dituduhkan kepadanya dengan mengajukan seorang saksi,

dan karena pada umumnya para saksi itu memberatkan tersangka. Bila terdakwa

menghendaki adanya saksi yang meringankan atau A De Charge, maka penyidik

wajib memeriksanya dicatat dalam berita acara, dengan memanggil dan memeriksa

saksi tersebut.

Saksi A De Charge adalah saksi yang diajukan oleh tersangka atau terdakwa

di dalam persidangan ataupun pada tahap pemeriksaan untuk memberikan keterangan

yang menguntungkan bagi dirinya. Dasar hukum saksi A De Charge diatur dalam

Pasal 65 KUHAP, yaitu:

“Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksidan atau seorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikanketerangan yang menguntungkan bagi dirinya.”

Jadi yang dimaksud saksi A De Charge atau saksi yang menguntungkan terdakwa

adalah saksi yang dipilih atau diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya, yang

sifatnya meringankan terdakwa dan dapat mempengaruhi keyakinan hakim dalam

menjatuhkan putusan.

Lamintang P.A.F dan Theo Lamintang 93, menerangkan:

93 Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang, Op,Cit, hal.65

Page 138: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

126

“Berdasarkan Pasal 65 KUHAP, tersangka atau terdakwa mempunyai hakuntuk mengusahakan dan mengajukan saksi yang dapat memberikanketerangan yang menguntungkan bagi dirinya. Saksi yang diajukan olehtersangka atau terdakwa, yang diharapkan memberikan keterangan yangmenguntungkan bagi terdakwa didalam bahasa Prancis disebut saksi A DeCharge, sebagai lawan dari saksi A Charge, yakni saksi yang diajukan olehpenuntut umum, yang keterangannya memberatkan terdakwa.”

Pasal 65 KUHAP menjelaskan bahwa tersangka atau terdakwa sejak diperiksa

oleh penyidik, mempunyai hak untuk mengajukan saksi-saksi guna memberikan

keterangan yang menguntungkan dirinya, Lamintang P.A.F dan Theo Lamintang 94

menerangkan:

“Berkaitan dengan hak untuk mengajukan saksi saksi atau ahli yang olehundang-undang telah diberikan oleh tersangka atau terdakwa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 65 KUHAP, sehingga para pemeriksa disemua tingkatpemeriksaan wajib menanyakan kepada tersangka atau terdakwa, yaitu apakahia mengajukan saksi-saksi atau saksi ahli yang dapat memberikan keteranganyang sifatnya menguntungkan bagi terdakwa.”

Keterangan dari saksi A De Charge yang diajukan oleh terdakwa atau

penasehat hukumnya, sebelum dijatuhkannya putusan, hakim ketua sidang wajib

mendengar keterangan saksi tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 160 ayat

(1) butir c KUHAP, yang berbunyi:

“Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang memberatkanterdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yangdiminta oleh terdakwa atau penasihat hukum atau penuntut umum selamaberlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusan, hakim ketuasidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut.”

Berdasarkan rumusan Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP tersebut, dapat

disimpulkan bahwa permintaan pengajuan saksi selama berlangsungnya sidang atau

94 Ibid, hal. 66

Page 139: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

127

sebelum dijatuhkannya putusan, harus ditujukan kepada hakim ketua sidang,

sehingga hakim ketua sidanglah yang berwenang memutus apakah permintaan dari

terdakwa, penasihat hukum atau dari penuntut umum itu dapat dikabulkan atau tidak.

Hakim dapat memenuhi atau menolak permintaan pengajuan saksi A De Charge.

Pengajuan saksi dalam persidangan menurut Hari Sangsaka95, dilakukan

oleh:

1. Penuntut umum dengan tujuan untuk membuktikan dakwaannya.2. Terdakwa atau penasihat hukum, jika ada saksi yang bersifat meringankan,

untuk kepentingan atau membebaskan terdakwa.

Tata cara pemanggilan saksi A De Charge menurut Lamintang P.A.F dan

Theo Lamintang96, yaitu:

“Terdakwa harus menyampaikan nama-nama dari para saksi itu disidangpengadilan secara lisan atau dengan surat tercatat kepada penuntut umum,yang kemudian penuntut umum akan memanggil saksi-saksi itu dengan carayang biasa dilakukan.”

Tata cara pemanggilan terhadap saksi-saksi A De Charge dalam Putusan

Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP sama dengan pemanggilan saksi yang diajukan

oleh penuntut umum, yaitu:

a. Menurut Pasal 146 ayat (2) KUHAP

“Penuntut umum menyampaikan surat panggilan kepada saksi yang memuattanggal, hari serta jam sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil yang harussudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya tiga hari sebelumsidang dimulai.”

95 Hari Saksaka Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Surabaya : Mandar Maju, 2003,hal.11

96 Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang, Op,Cit, hal. 355

Page 140: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

128

b. Menurut Pasal 227 KUHAP

(1) Semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak yang berwenangdalam semua tingkat pemeriksaan terdakwa, saksi atau ahli disampaikanselambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir yang ditentukan, ditemapat tinggal mereka atau di tempat kediaman mereka terakhir.

(2) Petugas yang melaksanakan panggilan tersebut harus bertemu sendiri danberbicara langsung dengan orang yang dipanggil dan membuat catatanbahwa panggilan telah diterima oleh yang bersangkutan denganmembubuhkan tanggal serta tanda tangan, baik oleh petugas maupunorang yang dipanggil dan apabila yang dipanggil tidak mendatanganimaka petugas harus mencatat alasannya.

(3) Dalam hal orang yang dipanggil tidak terdapat di salah satu tempatsebagaimana dimaksud dalam ayat (1), surat panggilan disampaikanmelalui kepala desa atau pejabat dan jika di luar negeri melalui perwakilanRepublik Indonesia di tempat dimana orang yang dipanggil bisa berdiamdan apabila masih belum juga berhasil disampaikan, maka surat panggilanditempelkan di tempat pengumuman kantor pejabat yang mengeluarkanpanggilan tersebut.

Menjadi seorang saksi adalah salah satu kewajiban setiap orang. Orang yang

menjadi saksi setelah dipanggil ke suatu sidang pengadilan untuk memberikan

keterangan, tetapi menolak kewajiban itu, maka dapat dikenakan pidana berdasarkan

ketentuan Pasal 224 KUHP dan Pasal 522 KUHP yang mengancam dengan pidana

terhadap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi sebagai saksi atau ahli,

sedangkan ia telah dipanggil secara sah menurut undang-undang.

Tata cara pemeriksaan saksi A De Charge sama dengan pemeriksaan saksi

yang diajukan oleh penuntut umum, dengan titik berat pada pertanyaan-pertanyaan

yang mengarah pada pengungkapan fakta yang bersifat membalik atau melemahkan

dakwaan penuntut umum atau setidaknya bersifat meringankan terdakwa.

Page 141: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

129

Hakim dan penuntut umum atau terdakwa atau penasihat hukum dengan

perantara hakim ketua sidang, dapat saling menghadapkan saksi untuk menguji

kebenaran masing-masing, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 165 ayat (4)

KUHAP. Guna menguji kebenaran keterangan yang diberikan oleh saksi sehingga

akan didapatkan kebenaran yang diharapkan, undang-undang memberikan hak

kepada terdakwa atau penasihat hukumnya untuk saling menghadapkan saksi.

Syarat agar seorang saksi dapat diajukan sebagai saksi A De Charge adalah

sama dengan syarat saksi yang diajukan oleh penuntut umum. Syarat seorang dapat

diajukan sebagai saksi, ialah setiap orang yang mendengar, melihat dan mengalami

sendiri suatu peristiwa pidana.

Saksi-saksi yang menguntungkan atau saksi A De Charge itu adalah saksi-

saksi yang menurut pertimbangan terdakwa atau penasihat hukumnya ada

keterkaitannya atau relevan dengan perkara pidana yang disangkakan kepada

terdakwa. Permintaan mendatangkan saksi yang menguntungkan menurut M. Yahya

harahap 97:

“Haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang wajar, bukan dengan maksuduntuk memperlambat jalannya pemeriksaan, atau dilakukan dengan itikadburuk untuk mempermai-mainkan pemeriksaan.”

Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP penasihat hukum terdakwa

mengajukan saksi A De Charge sebanyak 2 orang yaitu Amir Fatah, S.H, dan

97 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal.183.

Page 142: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

130

Sudiarto,S.H. Amir Fatah, S. H yaitu ketua koperasi Anekasari kumpulan pengrajin-

pengrajin jamu, menjelaskan bahwa ijin edar jamu harus ada kesamaannya antara ijin

edar lama dan ijin edar yang baru, dulu kewenangan mengeluarkan ijin edar ada pada

Dinas Kesehatan sedangkan sekarang ada pada kewenangan Badan POM,

sebelumnya oleh terdakwa sudah dilakukan permohonan ke Dinas Kesehatan. Selama

koperasi Anekasari saksi pimpin laporan dari Dinas Kesehatan Jamu Guna Sehat

milik terdakwa belum pernah direcal dan tidak menggunakan obat-obatan tertentu.

Sudiarto, S.H merupakan Humas Internal ke dalam dan ke luar dalam persoalan

pembukuan terkait permodalan dan lain-lain, menjelaskan bahwa dulu kewenangan

mengeluarkan ijin edar ada pada Dinas Kesehatan sedangkan sekarang ada pada

kewenangan Badan POM, dan terdakwa dulu sudah mengurus ijin edar obat

tradisional/jamu produksinya ke Badan POM Jakarta, sebelumnya dari Badan POM

belum pernah diadakan sosialisai permasalahan tentang ijin kesalahan yang terdapat

pada terdakwa hanya masalah itikad saja. Dari 2 saksi tersebut pada dasarnya

diajukan karena dianggap oleh penasihat hukum terdakwa mempunyai relevansi

dengan kasus yang terkait dengan didakwakannya terdakwa (SS). Diajukannya saksi

A De Charge tersebut, dimaksudkan untuk melemahkan dakwaan yang didakwakan

Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa.

Saksi yang meringankan yang dimintai oleh terdakwa atau penasihat hukum

selama berlangsungnya sidang atau dijatuhkannya putusan hakim, dalam hal ini

hakim wajib mendengar keterangan saksi tersebut, didasarkan pada Pasal 160 ayat (1)

Page 143: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

131

huruf c KUHAP. Pemeriksaan saksi yang meringankan tersebut dapat memberikan

keterangan yang relevan dengan perkara yang diproses oleh penegak hukum seperti

dalam Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP ini. Keterangan saksi-saksi A De

Charge yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa dalam persidangan adalah

keterangan yang saksi dengar dan lihat sendiri serta menyebut alasan dari

pengetahuannya itu. Dari hasil pemeriksaan saksi A De Charge yang kemudian

dihubungkan dengan keterangan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan saksi yang

diajukan oleh penuntut umum atau saksi A Charge, maka dapat diporoleh beberapa

fakta yang terungkap mengenai perkara yang menyangkut terdakwa (SS), yaitu

bahwa ijin edar PJ Guna Sehat milik terdakwa ada kesamaan antara TR yang

dikeluarkan oleh Badan POM, dulu kewenangan pengeluaran ijin edar ada di Dinkes

sekarang di Badan POM, tapi sebelumnya ke Dinkes sudah dilakukan permohonan

oleh terdakwa dan terdakwa dulu juga sudah mengurus ijin edar obat tradisional/jamu

produksinya ke Badan POM Jakarta. Hal tersebut juga berkaitan dengan keterangan

saksi yang diajukan oleh penuntut umum atau saksi A Charge, bahwa menurut para

saksi masalah perijinan ada ijinnya. Keterangan para saksi A De Charge dalam

Putusan Pengadilan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP telah memenuhi ketentuan

Pasal 1 angka 27 KUHAP tentang keterangan saksi sebagai alat bukti dalam perkara

pidana, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterangan saksi A De Charge dalam

Putusan Pengadilan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP adalah salah satu alat bukti

yang meringankan terdakwa.

Page 144: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

132

Saksi A De Charge yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa dalam

Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP bertujuan untuk melemahkan dakwaan

Jaksa Penuntut Umum yang didakwakan kepada terdakwa. Terdakwa berharap

dengan diajukannya saksi A De Charge terdakwa dapat dijatuhi hukuman yang

seringan-ringannya atau bahkan diputus bebas.

2. Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi A De Charge dalam Tindak Pidana

Peredaran Obat Tradisional Tanpa Ijin Edar pada Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP

Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu

yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana. Moeljatno 98 menggunakan istilah perbuatan pidana

yang didefinisikan sebagai berikut:

“Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertaiancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yangmelanggar larangan tersebut.”

Akhir-akhir ini obat tradisional/jamu semakin berkembang pesat seiring

dengan bertambahnya teknologi yang modern. Dengan demikian, maka persaingan

usaha obat tradisional/jamu semakin ketat sehingga menimbulkan persaingan usaha

yang tidak sehat. Banyak masyarakat yang dengan sengaja mengedarkan obat-obatan

tanpa mendapatkan ijin dari Kepala Badan POM. Peredaran obat tradisional/jamu

tanpa dilengkapi ijin dari Kepala Badan POM mudah didapat dan harganya jauh lebih

98 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hal.54

Page 145: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

133

ekonomis dibanding obat-obatan legal yang telah mendapat ijin edar dari Kepala

Badan POM. Pengertian Obat Tradisional Secara terminologi, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, yaitu:

“Obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkanresep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.”99

Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP telah

terjadi tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar dengan terdakwa (SS)

yang telah memproduksi jamu Gemuk dan Pegal Linu yang tidak memiliki ijin edar.

Yang mana tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin edar ini diancam

dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Penasihat Hukum Terdakwa dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP menghadirkan 2 orang saksi A De Charge yaitu Amir

Fatah, S.H, dan Sudiarto,S.H, yang mana terdakwa mempunyai hak untuk

menghadirikan saksi yang menguntungkan dalam persidangan, hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 65 KUHAP yang menjadi dasar dihadirkannya saksi A De Charge.

Membuktikan ada tidaknya tindak pidana dapat diketahui dengan cara

pembuktian di sidang pengadilan tentunya setelah proses pemeriksaan dikepolisian.

Pembuktian merupakan hal yang sangat penting dalam mengungkapkan suatu tindak

pidana. Menurut Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril 100:

99 Obat Tradisional, file:///J:/Obat 0tradisional Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopediabebas.htm, Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012, pukul 14.34 WIB.

100 Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, OP,Cit. hal. 102-103.

Page 146: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

134

“Proses pemeriksaan sidang pengadilan. Dengan pembuktian inilah ditentukannasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yangditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yangdidakwakan kepada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari hukuman.Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat buktiyang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa harus dinyatakanbersalah. Kepadanya akan dijatuhkan hukuman. Oleh karena itu, para hakimharus hati-hati, cermat, dan matang menilai dan mempertimbangkan masalahpembuktian.”

Sedangkan Leden Marpaung 101 menyatakan bahwa :

“Seseorang hanya dapat dikatakan “melanggar hukum” oleh Pengadilan dandalam hal melanggar hukum pidana oleh Pengadilan Negeri/PengadilanTinggi/Mahkamah Agung. Sebelumnya seseorang diadili oleh Pengadilan,orang tersebut berhak dianggap tidak bersalah, hal ini dikenal dengan asas“praduga tak bersalah” (presumption of innocence). Untuk menyatakanseseorang “melanggar hukum”, Pengadilan harus dapat menentukan“kebenaran” akan hal tersebut. Untuk menentukan “kebenaran” diperlukanbukti-bukti, yaitu sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Dariuraian tersebut, “bukti” dimaksud untuk menentukan “kebenaran.”

Seorang hakim dalam melakukan pembuktian harus benar-benar memiliki

kecermatan dan kehati-hatian karena keputusan yang akan diambilnya berhubungan

dengan nasib seorang yang didakwa melakukan tindak pidana. Jangan sampai ia

mengambil keputusan yang keliru karena akan menyebabkan penderitaan bagi orang

yang tidak bersalah. Menurut R.Soesilo102, hakim dalam memeriksa suatu perkara

pidana didalam pengadilan senantiasa berusaha membuktikan:

a. Apakah betul suatu peristiwa itu telah terjadi;b. Apakah betul peristiwa tersebut merupakan suatu tindak pidana;c. Apakah sebabnya peristiwa-peristiwa itu terjadi;d. Siapakah orang yang telah bersalah berbuat peristiwa itu.

101 Leden Marpaung, Op,Cit. hal. 22-23.102 R. Soesilo, Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana Menurut

KUHAP Bagi Penegak Hukum), bogor, Politeia, 1982. hal. 109.

Page 147: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

135

Upaya Hakim untuk membuktikan kebenaran yang selengkap-lengkapnya

tentang suatu perkara pidana dipandu oleh KUHAP, diantaranya tersebut dalam Pasal

183 KUHAP sebagai berikut:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinanbahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yangbersalah melakukannya.”

Majelis hakim yang hendak meletakkan kebenaran yang ditemukan dalam

putusan yang akan dijatuhkan, harus menguji kebenaran itu dengan alat bukti, dengan

cara, dan dengan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang

ditemukan. Hakim dalam mencari dan meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan

dalam putusan, harus berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan undang-

undang secara limitatif sebagaimana yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP,

yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Cara mempergunakan dan menilai kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap

alat bukti dilakukan dalam batas-batas yang dibenarkan undang-undang, agar dapat

mewujudkan kebenaran sejati. Kebenaran yang diwujudkan dalam putusan harus

berdasar pada hasil perolehan dan penjabaran yang tidak keluar dari garis yang

dibenarkan sistem pembuktian, dan tidak diwarnai oleh perasaan dan pendapat

subjektif hakim. Alat bukti yang dihadirkan di persidangan harus saling bersesuaian

satu sama lain, tidak boleh saling berdiri sendiri.

Page 148: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

136

Alat-alat bukti sangat diperlukan dalam persidangan, oleh karena itu hakim

tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah dan hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi, dan bahwa terdakwalah yang terbukti melakukan

perbuatan yang didakwakan tersebut. Dengan demikian alat bukti itu adalah sangat

penting di dalam usaha penemuan kebenaran atau dalam usaha menemukan siapakah

yang melakukan perbuatan tersebut.

Alat bukti pertama yang sah menurut KUHAP adalah keterangan saksi, pada

umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam

perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak ada suatu perkara pidana yang luput dari

pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana,

selalu disadarkan kepada pemeriksaan keterangan saksi. Sekurang-kurangnya

disamping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih tetap selalu diperlukan

pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.103

Menjadi saksi dalam suatu perkara pidana merupakan kewajiban hukum bagi

setiap orang. Tapi KUHAP memberikan beberapa pengecualian, ada beberapa orang

yang dibebaskan dari kewajiban tersebut. Orang-orang yang dikecualikan oleh

KUHAP untuk menjadi saksi adalah sebagai berikut:

i. Karena hubungan keluarga atau saudara atau perkawinan (Pasal 168 KUHAP);

103 M. Yahya, Harahap. Op. Cit. hal. 286

Page 149: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

137

ii. Karena memegang pekerjaan, harkat martabat atau jabatan yang diwajibkan

menyimpan rahasia (Pasal 170 KUHAP);

iii. Karena umur belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin atau mereka

yang sakit jiwa meskipun kadang-kadang baik kembali (Pasal 171 KUHAP).

Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, Penasihat Hukum Terdakwa

telah mengajukan alat bukti keterangan saksi A De Charge berjumlah 2 orang yaitu

Amir Fatah, S.H, dan Sudiarto,S.H. Saksi-saksi yang diajukan oleh penasihat hukum

terdakwa dalam perkara tersebut telah memberi keterangan mengenai apa yang ia

lihat, ia dengar dan ia alami sendiri tentang suatu kejadian pidana. Agar keterangan

saksi dapat bernilai sebagai alat bukti, maka suatu keterangan saksi harus memenuhi

syarat yang ditentukan dalam undang-undang.

Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian keterangan saksi, agar

keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, perlu

diperhatikan beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi.

Artinya, agar keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang

memiliki nilai kekuatan pembuktian, menurut M. Yahaya Harahap104 harus

dipenuhi aturan ketentuan sebagai berikut:

a. harus mengucapkan sumpah atau janji;b. keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti;c. keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;d. keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup;

104 Ibid. hal. 286- 289

Page 150: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

138

e. keterangan beberapa saksi berdiri sendiri.

a. Harus mengucapkan sumpah atau janji

Undang-undang menentukan agar keterangan saksi dianggap sah dan

mempunyai kekuatan pembuktian maka seorang saksi harus mengucapkan sumpah

atau janji, sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 160 ayat (3) KUHAP yang

menyatakan bahwa :

“Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janjimenurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikanketerangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 160 ayat (3) KUHAP maka dapat diambil suatu

kesimpulan dalam pemeriksaan disidang pengadilan, saksi yang hendak memberikan

keterangan dimuka persidangan haruslah mengucapkan sumpah terlebih dahulu

sebelum memberikan keterangannya tersebut. Pengucapan sumpah ini merupakan

syarat mutlak yang harus dilakukan oleh saksi sebelum memberikan keterangannya.

Hal ini ditegaskan dengan kalimat “sebelum memberi keterangan, saksi wajib

mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing”. Dari

kutipan kalimat yang terdapat dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP tersebut maka

jelaslah dapat dikatakan bahwa KUHAP menuntut agar mewajibkan seorang saksi

mengucapkan sumpah atau janji sebelum memberikan keterangan. Adapun sumpah

atau janji tersebut dilakukan menurut agamanya masing-masing dan lafal sumpah

atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya

dan tiada lain dari pada sebenarnya.

Page 151: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

139

Menurut Andi Hamzah 105 :

“Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau tidak mengucapkanjanji, tidak dapat digunakan sebagai alat bukti, tetapi hanyalah merupakanketerangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.”

Namun dalam hal lain jika dianggap perlu pengadilan dapat meminta seorang

saksi atau ahli untuk mengucapkan sumpah atau janji setelah saksi atau ahli tersebut

selesai memberikan keterangan, hal ini dirumuskan dalam Pasal 160 ayat (4) KUHAP

yang berbunyi:

“Jika dianggap perlu seorang saksi atau ahli wajib bersumpah atau berjanjisesudah saksi atau ahli itu selesai memberikan keterangan.”

Berdasarkan pemeriksaan dipersidangan, maka saksi A De Charge yang

terdapat dalam Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, yang diajukan oleh

penasihat hukum terdakwa yaitu saksi Amir Fatah, S.H, dan Sudiarto,S.H, semuanya

telah diambil sumpahnya sebelum memberikan keterangan di depan persidangan oleh

hakim yang memeriksa sehingga telah memenuhi syarat dan ketentuan Pasal 160 ayat

(3) KUHAP, dengan demikian saksi A De Charge yang diajukan oleh penasihat

hukum terdakwa telah sah untuk diajukan sebagai alat bukti.

b. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti

Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti.

Keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan apa

yang dijelakan Pasal 1 angka 27 KUHAP, yaitu:

1. Yang saksi liat sendiri,

105 Andi Hamzah, Op,Cit, hal. 240

Page 152: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

140

2. Saksi dengar sendiri,3. Dan saksi alami sendiri,4. Serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

Keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP yang diberikan dalam persidangan adalah keterangan yang

saksi dengar, saksi lihat dan saksi alami sendiri serta menyebut alasan dari

pengetahuannya itu, yaitu mengenai fakta yang dilakukan terdakwa. Berdasarkan hal

tersebut maka keterangan yang saksi A De Charge berikan adalah sesuai dengan

ketentuan Pasal 1 angka 27 KUHAP, sehingga keterangan saksi A De Charge dalam

Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP adalah keterangan yang mempunyai nilai

sebagai alat bukti yang sah yang dapat digunakan oleh hakim sebagai dasar

pertimbangan untuk menentukan keyakinan tetang bersalah atau tidaknya terdakwa.

c. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;

Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus

dinyatakan di sidang pengadilan, hal ini sesuai dengan penegasan Pasal 185 ayat (1)

KUHAP, yaitu:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidangpengadilan.”

Keterangan saksi yang berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri,

dilihatnya sendiri atau dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru

dapat bernilai sebagai alat bukti apabila keterangan itu saksi nyatakan di sidang

pengadilan. Keterangan saksi yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the

Page 153: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

141

court) bukan alat bukti, tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan

terdakwa.

M. Yahya Harahap106, menyatakan:

“Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan, bukan alat bukti tidakdapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa, sekalipunmisalnya hakim, penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum adamendengar keterangan seorang yang berhubungan dengan peristiwa pidanayang sedang diperiksa, dan keterangan itu mereka dengar di halaman kantorpengadilan atau keterangan itu disampaikan oleh seseorang kepada hakim dirumah tempat tinggalnya. Keterangan yang demikian tidak dapat dinilaisebagai alat bukti karena keterangan itu tidak dinyatakan di sidangpengadilan.”

Keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, semuanya diberikan di sidang pengadilan dengan

mengucapkan sumpah terlebih dulu untuk memberikan keterangan yang sebenarnya

dan tidak lain dari pada yang sebenarnya. Berdasarkan hal tersebut maka ketentuan

Pasal 185 ayat (1) KUHAP, bahwa keterangan saksi harus diberikan di sidang

pengadilan telah terpenuhi, sehingga keterangan saksi A De Charge dalam Putusan

Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP merupakan alat bukti sah yang dapat digunakan

sebagai dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusannya.

d. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup

Pasal 183 KUHAP merumuskan:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabiladengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinanbahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalahmelakukannya.”

106 M. Yahya, Harahap. Op. Cit .hal. 810

Page 154: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

142

Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup untuk membuktikan kesalahan

seorang terdakwa, harus dipenuhi paling sedikit atau sekurang-kurangnya dengan dua

alat bukti. Jadi, betitik tolak dari ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP, keterangan

seorang saksi saja belum dianggap cukup sebagai alat bukti untuk membuktikan

kesalahan terdakwa, atau “unus testis nullus testis”.

M. Yahya harahap 107 menyatakan:

“Jika alat bukti yang dikemukakan penuntut umum hanya terdiri dari seorangsaksi saja tanpa ditambah dengan keterangan saksi yang lain atau alat buktiyang lain, atau kesaksian tunggal, yang seperti ini tidak dapat dinilai sebagaialat bukti yang cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa sehubungandengan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.”

Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP terdapat beberapa alat bukti yang

diajukan di persidangan, diantaranya alat bukti 11 keterangan saksi yang diajukan

oleh penuntut umum atau saksi A Charge, 2 keterangan ahli, 2 keterangan saksi yang

diajukan oleh penasihat hukum terdakwa atau saksi A De Charge, dan juga

keterangan terdakwa. Dengan demikian telah terpenuhi ketentuan minimum

pembuktian dan “the degree of evidence”, yakni keterangan saksi ditambah dengan

keterangan ahli, keterangan saksi yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa dan

alat bukti keterangan terdakwa.

e. Keterangan beberapa saksi berdiri sendiri.

Keterangan beberapa saksi yang berdiri diatur dalam Pasal 185 ayat (4), yang

menegaskan:

107 Ibid, hal. 288

Page 155: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

143

i. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri tentang suatu kejadian atau

keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah, dengan syarat,

ii. Apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain

sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau

keadaan tertentu.108

M. Yahya Harahap109 menyatakan:

“keterangan beberapa orang saksi baru dapat dinilai sebagai alat bukti sertamempunyai kekuatan pembuktian, apabila keterangan para saksi tersebutsaling hubungan serta saling menguatkan tentang kebenaran suatu keadaanatau kejadian tertentu. Keterangan beberapa orang saksi yang berdiri sendiri-sendiri antara keterangan saksi yang satu dengan yang lain, tidak mempunyainilai sebagai alat bukti.”

Keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, yang terdiri dari 2 orang yaitu saksi Amir Fatah, S.H, dan

Sudiarto,S.H, semuanya saling berhubungan yaitu bahwa ijin edar PJ Guna Sehat

milik terdakwa ada kesamaan antara TR yang dikeluarkan oleh Badan POM, dulu

kewenangan pengeluaran ijin edar ada di Dinkes sekarang di Badan POM, tapi

sebelumnya ke Dinkes sudah dilakukan permohonan oleh terdakwa dan terdakwa

dulu juga sudah mengurus ijin edar obat tradisional/jamu produksinya ke Badan POM

Jakarta. Hal tersebut juga berkaitan dengan keterangan saksi yang diajukan oleh

penuntut umum atau saksi A Charge, bahwa menurut para saksi masalah perijinan

ada ijinnya. Berdasarkan hal tersebut antara saksi A Charge dan saksi A De Charge

108 M. Yahya, Harahap. Op. Cit .hal .290109 M. Yahya, Harahap. Loc.Cit.

Page 156: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

144

memiliki hubungan serta saling menguatkan tentang kebenaran suatu keadaan atau

kejadian tertentu. Sehingga keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, telah memenuhi ketentuan Pasal 185 ayat (4) KUHAP

sehingga dapat dikatakan sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan.

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa keterangan seorang saksi saja tidak

cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa karena dikenal adanya asas unus testis

nullus testis dimana kesaksian yang berdiri sendiri oleh seorang saksi saja bukan

merupakan alat bukti.

Pasal 185 ayat (2) KUHAP merumuskan :

“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwaterdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP, menurut Syaiful Bakhri

110 dapat diambil suatu pengertian:

1. Untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus didukungoleh dua orang saksi;

2. Atau kalau saksi yang ada hanya terdiri dari seorang saja maka kesaksiantunggal itu harus mencukupi atau ditambah dengan salah satu alat bukti yanglain.

Saksi A De Charge yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa berjumlah

2 orang yang semuanya memberikan keterangan atas apa yang ia lihat, ia dengar dan

ia alami sendiri dan kesemuanya memberikan keterangan dibawah sumpah dan antara

keterangan yang satu dengan yang lain terdapat persesuaian dan tidak berdiri sendiri.

110 Dr. Syaiful Bakhri.S.H.,MH. Beban Pembuktian dalam Beberapa Praktik, file:///E://beban-pembuktian-dalam-beberapa-praktik.html, diakses tgl 12 november 2012, pukul 17.37 WIB.

Page 157: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

145

Maka dapat dikatakan bahwa saksi A De Charge tersebut tidak melanggar Pasal 185

ayat (2) KUHAP.

Darwan Prints111, mengemukakan beberapa syarat yang harus dimiliki saksi

agar kesaksiannya tersebut dipakai sebagai alat bukti, diantaranya yaitu :

a. Syarat formalBahwa keterangan saksi dapat dianggap sah, apabila keterangan itudiberikan dibawah sumpah;

b. Syarat materiilBahwa keterangan seorang saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alatpambuktian, akan tetapi keterangan seorang saksi adalah cukup untuk alatpembuktian untuk suatu kejahatan yang dituduhkan.

Syarat yang harus dipenuhi agar keterangan saksi dapat dikatakan sah adalah :

2. Syarat formil :

Seorang saksi harus mengucapkan sumpah dan janji baik sebelum maupun

setelah memberikan keterangan (Pasal 160 ayat (3) dan (4) KUHAP).

3. Syarat materil

a. Melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana (Pasal 1

butir 26 atau 27 KUHAP).

b. Seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu (Pasal 1

butir 27 KUHAP).

c. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan kesalahan

terdakwa/ asas ini terkenal dengan sebutan unus testis nullus testis (Pasal 185

ayat (2) KUHAP.

111 Prints Darwan, Op,Cit, hal 108.

Page 158: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

146

Walaupun sudah memenuhi syarat materiil dan formil, hakim tidak

mempunyai ikatan untuk memakai keterangan saksi, hakim bebas memakai alat bukti

yang ia yakini. Saksi biasanya diberi kesempatan oleh hakim untuk menceritakan

tentang apa yang dialaminya, dilihatnya atau didengarnya secara bebas, selanjutnya

hakim ketua dapat menanyakan hal-hal yang lebih spesifik, baik dengan berpedoman

pada hasil pemeriksaan penyidik yang tercatat dalam berita acara penyidikan maupun

pertanyaan baru.112

Menilai keterangan beberapa saksi sebagai alat bukti yang sah, harus terdapat

saling berhubungan antara keterangan-keterangan tersebut, sehingga dapat

membentuk keterangan yang membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan

tertentu. Namun dalam menilai dan mengkonstruksi kebenaran keterangan para saksi,

Pasal 185 ayat (6) KUHAP menuntut kewaspadaan hakim, untuk sungguh-sungguh

memperhatikan:

1. Persesuaian antara keterangan saksi;

Saling persesuaian harus jelas tampak penjabarannya dalam pertimbangan

hakim yang harus diuraikan secara terperinci dan sistematis.

2. Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain;

Apabila yang diajukan penuntut umum dalam persidangan terdiri dari saksi

dengan alat bukti lain baik berupa ahli, surat atau petunjuk hakim dalam

sidang ataupun pertimbangannya harus meneliti dengan sungguh-sungguh

112 Wisnubroto, Op,Cit hal.17.

Page 159: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

147

saling bersesuaian atau bertentangan antara keterangan saksi itu dengan alat

bukti lain.

3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu;

Hakim harus mencari alasan saksi tanpa mengetahui alasan saksi yang pasti

maka akan memberikan gambaran yang kabur bagi hakim tentang gambaran

yang diberikan oleh saksi.

4. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya

dapat mempengaruhi tidaknya keterangan itu dipercaya.

Barangkali yang terpenting diperhatikan hakim dalam menilai cara hidup dan

kesusilaan saksi adalah yang menyangkut nilai-nilai kepribadian dan akhlak

saksi yang bersangkutan. Termasuk didalamnya kejujuran, keimanan,

ketakwaan, maupun yang berkenaan dengan sifat-sifat buruk yang sering

diperlihatkan saksi seperti culas, dengki, pembohong, suka memfitnah dan

lain sebagainya.

Kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge adalah sama dengan

kekuatan pembuktian keterangan saksi yang diajukan oleh penuntut umum. Menurut

M. Yahya Harahap113 kekuatan pembuktian keterangan saksi sebagai alat bukti

yang sah adalah:

1. Mempunyai kekuatan pembuktian bebas,Pada alat bukti kesaksian “tidak melekat sifat pembuktian yang sempurna”(volledig bewijskracht), dan juga tidak melekat didalamnya sifat kekuatanpembuktian yang mengikat dan menentukan (beslissende bewijskracht).

113 M.Yahya Harahap, Op,Cit.hal.274

Page 160: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

148

Tegasnya, alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah mempunyainilai kekuatan pembuktian “bebas”. Oleh karena itu, alat bukti kesaksiansebagai alat bukti yang sah, tidak mempunyai kekuatan pembuktian yangsempurna dan juga tidak memiliki kekuatan pembuktian yangmenentukan.

2. Nilai kekuatan pembuktiannya tergantung pada penilaian hakim,Alat bukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang bebas yang tidakmempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidakmenentukan, sama sekali tidak mengikat hakim. Hakim bebas untukmenilai kesempurnaan dan kebenarannya.

Sistem pembuktian dalam tindak pidana peredaran obat tradisional tanpa ijin

edar menggunakan teori pembuktian undang-undang secara negatif (negatief

wettelijk), hakim di dalam mengambil keputusan tentang salah atau tidaknya seorang

terdakwa terikat oleh alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang dan keyakinan

hakim sendiri. Jadi, didalam sistem negatif ada dua hal yang merupakan syarat untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, sesuai dengan pendapatnya Alfitra114 yakni :

Wettelijk : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh undang-undang.Negatief : adanya keyakinan dari hakim, yakni berdasarkan bukti-buktitersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa.

Apabila salah satu unsur diantara dua unsur itu tidak ada, maka tidak cukup

mendukung keterbuktian kesalahan terdakwa. Hakim baru diwajibkan menghukum

orang, apabila hakim berkeyakinan bahwa peristiwa pidana yang bersangkutan adalah

terbukti.

Menurut hasil pemeriksaan di persidangan maka terungkap keterangan antara

saksi Amir Fatah, S.H, dan Sudiarto,S.H, antara saksi satu dengan yang lain saling

114 Alfitra,OP,Cit.hal 29.

Page 161: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

149

bersesuaian dan saling menguatkan, sehingga dapat dijadikan dasar oleh hakim untuk

menjatuhkan putusan.

Pasal 183 KUHAP merumuskan:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali dengansekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwasuatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalahmelakukannya.”

Ketentuan pasal 183 KUHAP mengandung tiga asas yaitu:

1. Asas proses pemeriksaan perkara pidana adalah untuk mencari kebenaran

materiil atau kebenaran sejati sebagaimana ditentukan dalam Pasal 183

KUHAP.

2. Asas keyakinan hakim

Berdasarkan Pasal 183 KUHAP menganut sistem pembuktian menurut

undang-undang secara negative bahwa hakim baru boleh menjatuhkan pidana

kepada seorang terdakwa apabila telah terbukti dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah dan atas keterbuktiannya itu hakim yakin bahwa

terdakwalah yang bersalah.

3. Asas pembuktian minimum

Bertitik tolak pada batas minimum pembuktian, bagaimanapun sempurnanya

suatu alat bukti, kesempurnaan itu tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi harus

Page 162: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

150

didukung oleh minimal alat bukti yang lain guna memenuhi batas minimum

pembuktian yang ditentukan Pasal 183 KUHAP.115

Berdasarkan ketentuan diatas mengandung maksud bahwa hakim bebas untuk

menilai kekuatan alat bukti keterangan saksi, artinya dalam hal ini hakim tidak terikat

dengan alat bukti keterangan saksi A De Charge yang diajukan oleh penasihat hukum

terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP. Hal lain yang dapat

disimpulkan dari ketentuan tersebut adalah bahwa alat bukti keterangan saksi

mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang bebas artinya hakim tidak terikat dengan

alat bukti keterangan saksi akan tetapi didasarkan pada asas keyakinan hakim dan

asas batas minimum pembuktian serta asas kebenaran sejati.

Keterangan saksi A De Charge adalah sebagai alat bukti yang sifatnya

meringankan terdakwa dan dapat mempengaruhi keyakinan hakim dalam

menjatuhkan putusan. Keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP terdiri dari 2 saksi yang diajukan oleh penasihat hukum

terdakwa guna menguntungkan atau meringankan terdakwa.

Berdasarkan uraian diatas dan fakta-fakta hukum yang ditemukan dalam

persidangan, diketahuai bahwa saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP yaitu Amir Fatah, S.H, dan Sudiarto,S.H, masing-masing

telah memenuhi syarat mutlak sebagai saksi yakni saksi A De Charge telah

memberikan keterangan yang ia lihat, ia dengar, dan alami sendiri, dalam persidangan

115 M.Yahya Harahap,Op,Cit ,hal. 289

Page 163: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

151

Amir Fatah, S.H, menjelaskan bahwa ijin edar jamu harus ada kesamaannya antara

ijin edar lama dan ijin edar yang baru, dulu kewenangan mengeluarkan ijin edar ada

pada Dinas Kesehatan sedangkan sekarang ada pada kewenangan Badan POM,

sebelumnya oleh terdakwa sudah dilakukan permohonan ke Dinas Kesehatan. Selama

koperasi Anekasari saksi pimpin laporan dari Dinas Kesehatan Jamu Guna Sehat

milik terdakwa berlum pernah direcal dan tidak menggunakan obat-obatan tertentu.

dan Sudiarto,S.H, menjelaskan bahwa dulu kewenangan mengeluarkan ijin edar ada

pada Dinas Kesehatan sedangkan sekarang ada pada kewenangan Badan POM, dan

terdakwa dulu sudah mengurus ijin edar obat tradisional/jamu produksinya ke Badan

POM Jakarta, sebelumnya dari Badan POM belum pernah diadakan Sosialisai

peramsalahan tentang ijin keselahan yang terdapat pada terdakwa hanya masalah

itikad saja. Kemudia masing-masing saksi juga telah diambil sumpahnya sebelum

memberikan keterangan sehingga memenuhi kualifikasi sebagai alat bukti.

Selanjutnya keterangan saksi A De Charge tersebut apabila dihubungkan antara

keterangan satu dan yang lain terdapat saling persesuaiaan dan saling menguatkan

sehingga memberikan keyakinan kepada hakim. Sehingga keterangan saksi A De

Charge dalam Putusan Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP adalah alat bukti sah yang

memiliki nilai kekuatan pembuktian.

Kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge adalah sama dengan

kekuatan pembuktian keterangan saksi yang diajukan oleh penuntut umum, sehingga

kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge dalam Putusan Nomor:

Page 164: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

152

113/Pid.Sus/2010/PN.CLP sebagai alat bukti sah adalah bebas, artinya hakim bebas

untuk menerima atau menyingkirkan isi keterangan saksi yang diberikan

dipersidangan, nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi A De Charge tergantung

pada penilaian hakim. Hakim dalam menerima keterangan saksi A De Charge yang

kemudian dipergunakan sebagai bahan pertimbangan hukum bagi hakim dalam

menjatuhkan putusan pidana yakni pidana penjara selama 4 (empat) bulan, 3 (tiga)

hari terhadap terdakwa (SS).

Page 165: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

153

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Cilacap Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Mengapa Saksi A De Charge dihadirkan dalam persidangan dalam Putusan

Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP adalah:

a. Untuk memberikan keterangan yang menguntungkan bagi tersangka atau

terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal 65 KUHAP, maka terdakwa atau

penasihat hukum terdakwa berhak mengahadirkan saksi A De Charge dalam

persidangan.

b. Untuk mengungkapkan fakta yang bersifat membalik atau melemahkan

dakwaan Jaksa Penuntut Umum atau setidaknya meringankan terdakwa.

c. Untuk menegakan keadilan tersangka atau terdakwa berhak untuk

membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah , antara lain dengan menghadirkan

saksi A De Charge dalam persidangan.

2. Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi A De Charge dalam Tindak Pidana

Peredaran Obat Tradisional Tanpa Ijin Edar merupakan alat bukti yang sah dan

hakim bebas untuk menerima atau menyingkirkan isi keterangan saksi A De

Charge yang diberikan dipersidangan untuk dasar pertimbangan hukum bagi

Page 166: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

154

hakim dalam menjatuhkan putusan pidana penjara 4 (empat) bulan, 3 (tiga) hari

terhadap terdakwa.

B. Saran

1. Hendaknya pembentuk undang-undang perlu membuat ketentuan yang mengatur

lebih jelas mengenai saksi yang meringankan atau A De Charge, sehingga dalam

pelaksanaanya tidak terjadi permasalahan mengenai diajukannya saksi yang

meringankan atau saksi A De Charge oleh terdakwa ataupun penasihat hukum

terdakwa sebagai upaya melemahkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

2. Hendaknya hakim perlu mempertimbangkan dengan hati nuraninya tentang

keterangan yang diberikan oleh saksi A de Charge baik di tingkat penyidikan

maupun pada tingkat persidangan, sehingga peranan keterangan saksi A de

Charge dapat benar-benar berfungsi untuk menguatkan keyakinan hakim agar

putusan yang dihasilkan tetap menjunjung tinggi kebenaran sejati.

Page 167: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

155

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur :

Alfitra, 2011, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata Dan Korupsi DiIndonesia, Jakarta : Raih Aksa Sukses.

Asri, Benyamin, 1989, Hak-Hak Tersangka dan Terdakwa dalam Penyidikan,Penuntutan dan Peradilan, Bandung: Tarsito.

Atmasasmita, Romli. 1983, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana. Jakarta : BinaCipta.

Chazawi, Adami . 2008. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung:Alumni.

Hamzah, Andi . 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: SinarGrafika.

_______, 1986. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Harahap, Yahya, 2008, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP(Penyidikan dan Penuntutan), Sinar Grafika: Jakarta.

_______, 2007, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), SinarGrafika: Jakarta.

_______, 2009, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), SinarGrafika: Jakarta.

_______, 1993, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid II,Jakarta: Pustaka Kartini: Jakarta.

Ibrahim, Johnny, 2008, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, BayuMedia, Malang.

Kansil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang. 2010. Pembahasan KUHAP (Menurut IlmuPengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi). Jakarta: Sinar Grafika.

Page 168: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

156

Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril. 2010. Hukum Acara Pidana dalam Teoridan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Marpaung, Leden. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan &Penyidikan) Bagian Pertama Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika.

Marzuki, Peter Mahmud. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.

Nugroho, Hibnu. 2010, Bunga Rampai Penegakan Hukum di Indonesia, Semarang :Badan Penerbit Undip.

Poernomo Bambang. 1986. Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di luar KodifikasiHukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara.

Prakoso, Djoko. 1988, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam ProsesPidana, Yogyakarta: Liberty.

Prinst, Darwan. 1989, Hukum Acara Pidana dalam Praktik. Jakarta: Djambatan.

Ramelan, 2006, Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi. Jakarta: Sumber IlmuJaya.

RM, Suharto. 2002, Hukum Pidana Materiil ; Unsur-Unsur Objektif SebagaiDakwaan, Jakarta; Sinar Grafika.

Saksaka, Hari. 2003, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Surabaya : MandarMaju,

Salam , Moch Faisal. 2001. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,Bandung: Mandar Maju.

Samudra, Teguh, 1992, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, Bandung :Penerbit alumni.

Simanjuntak ,Nikolas. 2009. Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum. Bogor:Ghalia Indonesia.

Soesilo, R, 1982. Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidanamenurut KUHAP bagi Penegak Hukum), Politeria: Bogor.

Page 169: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

157

Subekti. 2007. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita.

Wisnubroto, A.L. 2002. Praktek Peradilan Pidana: Proses Persidangan PerkaraPidana. Jakarta: Galaxi Puspa.

B. Peraturan Perundang-undangan:Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana, LN No. 9 Tahun 195, TLN No. 81.

________, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-UndangHukum Pidana.

________, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, LN No. 144Tahun 2009, TLN No. 5063.

________, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi danKorban, LN No. 64 Tahun 2006, TLN No. 4635.

________, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,LN No. 157 Tahun 2009, TLN No. 5076.

________, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang PengamananSediaan Farmasi dan Alat kesehatan, LN No. 139 Tahun 1998, TLN No.3781.

________, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri danusaha Obat Tradisional.

________, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 007 Tahun 2012 tentang RegistrasiObat Tradisional.

________, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 659 Tahun 1991 RI No. tentangCara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

Page 170: KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI A …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/MARFITA KUNTO R...Bapak Sugiyanto dan Ibu Kuntarsih yang aku sayangi yang selalu memberiku nasihat, motivasi

158

C. Sumber Lain:

Ariez Zein, Pembuktian Dalam Hukum Pidana, file:///F:/materi%20pembuktian-dalam-hukum-pidana.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012, pukul 21.56

Artikel nonpersonal, 2011, Teori Hukum Kebijakan Publik file:///J:/penegakan-hukum-terhadap-peredaran-obat.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 1012,pukul 114.29

Dr. Syaiful Bakhri.S.H.,MH. Beban Pembuktian dalam Beberapa Praktik, file:///E://beban-pembuktian-dalam-beberapa-praktik.html, diakses tgl 12 november2012, pukul 17.37 WIB.

Yusti Nurul Agustin, 2011, FGD MK “Kedudukan Saksi a de charge danPerlindungan HAM dalam Peradilan Pidana” file:///F:/saksi a de charge(yahya harahap).htm. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012, pukul 11.49WIB.

Obat Tradisional, file:///J:/Obat 0tradisional Wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas.htm, Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012, pukul 14.34WIB.

Ipang Gonjanez, 2003Farmasi, www.yayasanhak.minihub.org/direito/txt/2003/22/10-direito.html, Diakses pata tanggal 20 Okrober 2012, Pukul 22.23 WIB.

Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor: 113/Pid.Sus/2010/PN.CLP.