Upload
bela-riski-dinanti
View
33
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
spss
Citation preview
5/27/2018 kel 1.docx
1/48
STEP 1
TERMINOLOGI
1.NebulizerNebulizer adalah alat untuk membantu kelancaran pernafasan bagi pasien. Karena
gangguan pernafasan, bila dibiarkan, bisa menurunkan kondisi pasien yang
bersangkutan..
Nebulizer itu gunanya untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan,
seperti batuk, pilek, atau asma, yang juga berfungsi untuk membantu
menngluarkan dahak. Dia lebih bagus dibanding obat oral karena tidak
mengendap dalam darah, karena bentuknya uap, jadi efek samping obat sangat
kecil. Nebu ini tidak cuma buat asma, buat batuk pilek juga ampuh
penggunaannya sama dengan obat oral 3 x sehari, campuran uapnya biasanya juga
obat-obat yang memang untuk memperlancar jalan nafas kalau anak yang asma,
bisa pakai ventolin yang ampul, bisolvon solution & NaCl dosisnya tergantung
berat badan & umur si anak sebaiknya konsul ke dokter biar dosisnya tepat.
5/27/2018 kel 1.docx
2/48
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah diagnosis banding pada skenario di atas, bagaimana penegakandiagnosis? Apakah diagnosisnya?
2. Apakah Etiologi dan Faktor resiko penyakit tersebut?3. Apa sajakah klasifikasi Penyakit Asma4. Bagaimana Patofisiologi dan Patogenesis penyakit yang ada di skenario?5. BagaimanapPenatalaksanaan Penyakit yang ada di skenario?6. Bagaimana pencegahan Penyakit yang di skenario7. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit tersebut?
5/27/2018 kel 1.docx
3/48
STEP 3
1. Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kroniksaluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas , rasa berat di dada terutama pada
malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan
atau tanpa pengobatan.
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak tenggantung aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat oahkan dapat menimbulkan kematian
Diagnosis Banding
1.Bronkitis Kronik
2. Emfisema Paru
3. Gagal Jantung Kiri Akut
4. Emboli Paru
5. LainLain
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan Penunjang
2. Etiologi dan faktor resikoEtiologi :
Hipersensitivitas
5/27/2018 kel 1.docx
4/48
Faktor Resiko:
Asap Rokok
Perokok pasif
Perokok aktif
Tungau Debu Rumah
Jenis Kelamin
Binatang Peliharaan
Jenis Makanan
Perabot Rumah Tangga
Perubahan Cuaca
Riwayat Penyakit Keluarga (Genetik)
Stress
Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat
3. Klasifikasi
5/27/2018 kel 1.docx
5/48
STEP 4
PENJABARAN
1. Diagnosis banding1. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum
3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk
disertai sputum biasanya didapatkan pada penderita > 35 tahun dan
perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi hari, lama-lama disertai
mengi dan menurunnya kegiatan jasmani. Pada stadium lanjut dapat
ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pulmonal.
2. Emfisema paruSesak merupakan gejala utamanya dan jarang disertai mengi dan batuk.
Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma pada emfisema tidak
pernah ada masa remisi, penderita selalu sesak pada kegiatan jasmani.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan dada kembung, peranjakan napas
terbatas, hipersonor, pekak hati menurun dan suara sangat lemah.
Pemeriksaan foto dada menunjukkan hiperinflasi.
3. Gagal jantung kiri akutDulu disebut asma kardial, dan bila timbul pada malam hari disebut
paroxysmal nocturnal dyspnoe. Penderita biasanya terbangun pada malam
hari karena sesak dan apabila pasien duduk sesaknya berkurang atau
menghilang. Selain ortopnea, pada pemeriksaan fisis ditemukan
kardiomegali dan edema paru.
4. Emboli paru
Yang dapat menimbulkan emboli paru adalah imobilisasi, gagal jantung,
tromboflebitis. Disamping gejala sesak napas, penderita batuk-batuk, yang
dapat disertai darah, nyeri pleura keringat dingin, kejang dan pingsan.
5/27/2018 kel 1.docx
6/48
Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya ortopnea, takikardi, gagal
jantung kanan, pleural friction, gallop, sianosis dan hipertensi.
Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukan perubahan aksis jantung ke
kanan.
5. Lain-lain penyakit yang jarang, seperti stenosis trakea, karsinoma
bronkus, poliarteritis nodusa.
Penegakan diagnosis
1. AnamnesisAnamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga
berguna untuk menyususn srategi pengobatan pada penderita asma. Pada
anamnesis akan kita jumpai adanya keluhan, batuk, sesak, mengi dan atau
rasa berat di dada yang timbul secara tiba-tiba dan hilang secara spontan atau
dengan pengobatan. Tetapi adakalanya juga penderita hanya mengeluhkan
batuk-batuk saja yang umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu
kegiatan jasmani ataupun hanya pada musim-musim tertentu saja. Disamping
itu, mungkin adanya riwayat alrgi baik pada penderita maupun pada
keluarganya, seperti rhinitis alergi, dermatitik atopic dapat membantu
menegakakan diagnosis.
Yang perlu juga diketahui adalah faktor-faktor pencetus serangan, dengan
mengetahui factor pencetus kemudian menghindarinya, diharapkan gejala
asma dapat dicegah. Faktor-faktor pencetus pada asma, terdiri dari:
Allergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari,
bulu binatang, kapas, debu kopi atau the, maupun yang berupa makanan
seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dan sebagainya.
5/27/2018 kel 1.docx
7/48
Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial ,
parainfluensa dan sebagainya.
Kegiatan jasmani/ olahraga, seperti lari.
Ketegangan atau tekanan jiwa.
Obat-obatan, seperti penyekat beta, salisilat, kodein, AINS dan sebagainya.
Polusi udara atau bau yang merangsang, seperti asap rokok, semprot
nyamuk, parfum dan sebagainya.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka seseorang dicurigai menderita asma
apabila:
Sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah menderita influenza
Batuk-batuk setelah olahraga, terutama pada anak-anak atau rasa berat atau
tercekik pada dada sehabis olahraga (yang terbukti tidak ada kelainan
jantung)
Sesak atau batuk-batuk pada waktu ruang berdebu atau berasap
Batuk-batuk setelah mencium bau tertentu
Batuk-batuk atau sesak yang sering timbul pada malam hari dan tidak
berkurang sesudah duduk.
Dengan kata lain, bila seseorang mengeluh sesak, batuk atau mengi yang
tidak bisa diterangkan penyebabnya, kita perlu mencurigai itu suatu asma.
Atau yeng membedakan asma dengan penyakit paru lain yaitu pada asma
serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat. Artinya, serangan asma ada
yang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi, membiarkan
penderita asma dalam srangan tanpa obat selain tidak etis, juga bisa
membahayakan nyawa penderita.
5/27/2018 kel 1.docx
8/48
2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik, selain berguna untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding, juga berguna untuk mengetahui penyakit-
penyakit yang mungkin menyertai asma. Pemeriksaan fisik meliputi seluruh
badan, mulai dari kepala sampai ke kaki.
Kelainan fisik pada penderita asma tergantung pada obstruksi saluran napas
(beratnya serangan) dan saat pemeriksaan. Pada saat serangan, tekanan darah
bisa naik, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, mengi
(wheezing) sering dapat terdengar tanpa statoskop, ekpirasi memanjang (lebih
dari 4 detik atau 3 kali lebih panjang dari inspirasi) disertai ronki kering dan
mengi. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada, dimana pada perkusi akan terdengan hipersonor.
Pernapasan cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu
pernapasan, sehingga tanpak retraksi suprasternal, supraklavicula dan sel iga
dan pernapasan cuping hidung.
Dalam praktek, jarang dijumpai kesulitan dalam menegakkan diagnosis asma,
tetapi batuk, sesak ataupun mengi (wheezing) tidak hanya dijumpai pada
penderita asma, untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk
menegakkan diagnosis.
3. Pemeriksaan Penunjang1.Pemeriksaan laboratoriumPada pemeriksaan darah tepi, terutama jumlah eosinofil total sering
meningkat pada pasien asma, dan hal ini dapat membantu untuk
membedakan asma dengan bronchitis kronik. Jumlah eosinofil menurun
dengan pemberian kortikosteroid, sehingga dipakai juga untuk patokan
cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan pada pasien asma.
Pada pemeriksaan sputum, dimana sputum eosinofil sangat karakteristik
untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronchitis kronik.
5/27/2018 kel 1.docx
9/48
Selain untuk melihat adanya eosinofil, Kristal Charcot-Leyden, dan
Spiral Curschmann, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya
miselium Aspergillus fumigates.
Pemeriksaan analisis gas darah, hanya dilakukan pada asma yang berat.
Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2 < 35
mmHg) kemudian pada fase yang lebih berat PaCO2 justru mendekati
normal sampai normokapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat
terjadinya hiperkapnia (PaCO2 > 45 mmHg), hipoksemia dan asidosis
respiratorik.
2. Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis dada ditujukan untuk menyingkirkan penyakit lain
yang memberikan gejala serupa, seperti ggal jantung kiri, atau menemukan
penyakit lain yang menyertai asma seperti tuberculosis, atau mendeteksi
adanya komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum,
atelektasis dan lain-lain.
3. Uji KulitTujuan tes ini adalah untuk mengetahui adanya antibody IgE yang spesifik
pada kulit, yang secara tidak langsung menggambarkan adanya antibody
yang serupa pada saluran napas penderita asma. Tes ini hanya
menyokong anamnesis, karena allergen yang menunjukkan tes kulit positif
tidak selalu merupakan pencetus serangan asma, demikian pula sebaliknya.
4. Pemeriksaan SpirometriSpirometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur faal ventilasi
paru. Pemeriksaan ini sangat penting baik dalam diagnostic dan penilaian
beratnya asma maupun dalam pengololaan dan penilaian keberhasilan
pengobatan, sama dengan tensimeter dalam diagnostic dan pengelolaan
5/27/2018 kel 1.docx
10/48
hipertensi atau glukometer pada diabetes mellitus.
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma
adalah dengan melihat respons pengobatan dengan bronkodilator.
Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma
dapat dinilai dengan meningkatnya FEV1 dan atau FVC sebanyak 20%
atau lebih sesudah pemberian bronkodilator. Tetapi tidak adanya
peningkatan sebesar 20% tidak berarti bukan asma. Hal ini dapat dijumpai
pada penderita yang sudah normal atau mendekati normal. Respons
mungkin juga tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas yang berat
oleh karena dosis tunggal aerosol tidak cukup memberikan efek seperti
yang diharapkan mungkin perlu pemberian obat kombinasi (agonis beta 2,
teofilin dan kortikosteroid).
Penilaian beratnya obstruksi dapat dilihat pada rendahnya FEV1 dan
FEV1/FVC atau perbandingan FEV1 yang diukur dengan FEV1 yang
prediktif seperti terlihat dalam table berikut:
Apabila tes spirometri dengan bronkodilator hasilnya diragukan dapat
dilakukan tes pemantauan faal paru untuk jangka waktu 1-3 minggu
dengan Miniright Peak Flowmeter, dimana APE diukur 3 kali sehari
ditambah ekstra pada saat munculnya sesak. Apabila selisih APE yang
tertinggi dengan yang terendah 20% atau lebih merupakan petanda asma.
5. Tes Provokasi Brokial
Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya
hiperaktivitas bronkus dilakukan tes provokasi bronkus. Tes ini tidak
5/27/2018 kel 1.docx
11/48
dilakukan apabila tes spirometri menunjukkan resersibilitas 20% atau
lebih.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk tes provokasi bronchial seperti
tes provokasi histamine, metakolin, allergen, kegiatan jasmani,
hiperventilasi dengan udara dingin bahkan inhalasi dengan aqua destila.
Penurunan FEV1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan
pertanda adanya hiperaktivitas bronkus.
2. EtiologiAsma Bronkiale adalah penyakit paru kronis yang paling umum, yang
mempengaruhi sebanyak 15-17% dari beberapa populasi. Tingkat prevalensi
tertinggi dilaporkan di Australia dan Selandia Baru di Amerika Serikat,
prevalensi adalah 3-5%. Asma lebih sering terjadi pada anak-anak dan terjadi
lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan. Penyakit ini yang masih
menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia,
diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringansampai berat, bahkan dapat mematikan. Lebih dari seratus juta penduduk di
seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak-anak
(Damgraad, 2000).
Data yang berhubungan dengan kematian akibat asma tidak lengkap dan
tetapi cenderung tingkat mortalitas meningkat pada baru-baru ini. meskipun
ketersediaan yang lebih besar dari pengobatan farmakologis efektif. Beberapa
mempengaruhi asma, termasuk efek samping obat-obatan dan meningkatnya
eksposur polutan industri (Damgraad, 2000).
Atopi, atau produksi antibodi IgE dalam menanggapi paparan alergen, adalah
umum pada penderita asma dan memainkan peran dalam evolusi penyakit.
Asma telah konvensional dibagi menjadi asma ekstrinsik dan intrinsik
tergantung pada ada atau tidaknya atopi. Ada beberapa perbedaan
5/27/2018 kel 1.docx
12/48
karakteristik antara kedua kelompok seperti pada asma intrinsik, usia
kemudian di awal, kurangnya sensitisasi alergi jelas dengan menguji dan
kecenderungan arah keparahan penyakit yang lebih besar. Namun, dua jenis
saham fitur patologis dari saluran napas, hyperresponsiveness peradangan dan
penyumbatan sehingga perbedaan tersebut belum terbukti bermanfaat secara
klinis (Damgraad, 2000).
Kelainan mendasar pada asma meningkat reaktivitas saluran udara terhadap
rangsangan. Ada banyak agen provokatif dikenal untuk asma. Ini dapat
dikategorikan sebagai (1) fisiologis atau mediator farmakologis dari respon
saluran napas asthematic, (2) alergen yang dapat menyebabkan inflamasi
saluran nafas dan reaktivitas pada individu peka dan (3) agen fisikokimia
eksogen atau rangsangan yang menghasilkan respon asthmaties saja
(misalnya, olahraga, adenosin), sementara yang lain menghasilkan khas
diperbesar tanggapan dalam asthmaties yang dapat digunakan untuk
membedakan mereka dari normals di bawah kondisi pengujian yang
dikendalikan (misalnya, histamin, methacholine). Asthmaties biasanya
memiliki tanggapan awal dan akhir terhadap rangsangan provokatif. Dalam
resposen asma awal, awal penyempitan saluran napas dalam 10-15 menit
setelah pajanan dan peningkatan sebesar 60 menit. Hal ini terkadang bisa
diikuti oleh tanggapan asthematic terlambat, yang muncul 4-8 jam setelah
terjadinya stimulus awal. Meskipun mekanisme memproduksi dua tanggapan
yang berbeda, mereka adalah bagian dari suatu radang saluran napas proces
umum (Damgraad, 2000).
Genetik cenderung mempengaruhi terjadinya asma. Faktor terkuatpredisposisi diidentifikasi untuk pengembangan asma adalah atopi. Paparan
pasien sensitif terhadap inhalasi alergen meningkatkan peradangan saluran
napas, hiperresponsivitas saluran napas, dan gejala. Pasien mungkin
mengalami gejala-gejala segera (respon asma langsung) atau 4-6 jam setelah
eksposur mereka (akhir respon asma). aeroallergens umum meliputi tungau
debu rumah (sering ditemukan pada bantal, kasur, furnitur kain, karpet, dan
tirai), kecoa, kucing, dan serbuk sari musiman. Mengurangi terpaparnya
5/27/2018 kel 1.docx
13/48
secara substansial mengurangi temuan patologi dan gejala klinis. precipitants
nonspesifik asma termasuk olahraga. Infeksi saluran pernafasan, rhinitis,
sinusitis, postnasal drip, aspirasi, gastro esophageal reflux, perubahan cuaca,
dan stres. Paparan terhadap tembakau gejala asma lingkungan asap meningkat
dan kebutuhan obat-obatan dan mengurangi fungsi paru-paru. Peningkatan
tingkat partikel udara terhirup, ozon, SO, dan NO2 gejala asma endapan dan
kunjungan darurat meningkatkan departemen dan rawat inap. Dipilih individu
mungkin mengalami gejala asma setelah terpapar aspirin, dan non obat anti-
inflamasi steroid, atau pewarna tartrazine. obat tertentu lainnya juga dapat
menimbulkan gejala asma. Kerja asma dipicu oleh berbagai agen di tempat
kerja dan dapat terjadi minggu tahun setelah paparan awal dan
sensitisasi. Perempuan mungkin mengalami kucing asma kasar pada saat
predicable selama siklus menstruasi. Latihan bronkokonstriksi diinduksi
biasanya dimulai dalam waktu 3 menit setelah akhir pocks latihan dalam 10-
15 menit dan kemudian menyelesaikan dengan 60 menit. Fenomena ini
dianggap sebagai konsekuensi dari upaya napas untuk menghangatkan dan
melembabkan peningkatan volume udara kadaluarsa selama latihan "asma
jantung" adalah bronkospasme endapan oleh gagal jantung kongestif
kompensasi. Temuan Klinis Gejala dan tanda-tanda sangat bervariasi dari
pasien ke pasien serta individu dari waktu ke waktu. Umum temuan klinis
pada pasien asma yang stabil tercantum di bawah ini; temuan terlihat selama
eksaserbasi asma (Damgraad, 2000).
Faktor-Faktor Resiko
Secara umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor
risiko yang berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan
faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan
asma yang disebut trigger faktor atau faktor pencetus). Adapun faktor risiko
pencetus asma bronchial menurut Global Initiative for Asthma (GINA) 2006,
yaitu:
5/27/2018 kel 1.docx
14/48
1. Asap Rokok
Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang
menghasilkan campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya.
Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam tembakau,
diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrit oksida, nikotin, dan akrolein.
2. Perokok pasif
Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit
saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan
serangan asma. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa risiko munculnya
asma meningkat pada anak yang terpapar sebagai perokok pasif.
3. Perokok aktif
Merokok dapat menaikkan risiko berkembangnya asma karena pekerjaan
pada pekerja yang terpapar dengan beberapa sensitisasi di tempat bekerja.
Namun hanya sedikit bukti-bukti bahwa merokok aktif merupakan faktor
risiko berkembangnya asma secara umum.
4. Tungau Debu Rumah
Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau
debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang sehingga
merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas Tipe I. Tungau debu rumah
ukurannya 0,1 - 0,3 m dan lebar 0,2 m, terdapat di tempat-tempat atau
benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang berasaldari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak
dibersihkan, juga dari tumpukan koran-koran, buku-buku, pakaian lama.
5. Jenis Kelamin
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma
bervariasi, tergantung usia dan mungkin disebabkan oleh perbedaan
5/27/2018 kel 1.docx
15/48
karakter biologi. Penyakit asma 2 kali lebih sering terjadi pada anak laki-
laki usia 2-5 tahun dibandingkan perempuan sedangkan pada usia 14 tahun
risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering dan kunjungan ke rumah
sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia tersebut,
tetapi pada usia 20 tahun kekerapan asma pada laki-laki merupakan
kebalikan dari insiden ini.
Peningkatan risiko pada anak laki-laki mungkin disebabkan semakin
sempitnya saluran pernapasan, peningkatan pita suara, dan mungkin terjadi
peningkatan IgE pada laki-laki yang cenderung membatasi respon
bernapas. Predisposisi asma pada laki-laki lebih tinggi dari pada anak
perempuan, akan tatapi prevalensi asma pada anak perempuan lebih tinggi
dari pada laki-laki. Aspirin lebih sering menyebabkan asma pada
perempuan.
6. Binatang Peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung
dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah
alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan
ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4
mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma,
terutama dari burung dan hewan menyusui.
7. Jenis Makanan
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut,
kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durianberperan menjadi penyebab asma. Makanan produk industri dengan
pewarna buatan (misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin
(monosodum glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Penderita asma
berisiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang
dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan
reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telur. Alergi
makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma
5/27/2018 kel 1.docx
16/48
meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetus
bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan asma.
Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan
perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif
terhadap makanan tertentu akan mudah menderita asma kemudian, anak-
anak yang menderita enteropathy atau colitis karena alergi makanan
tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan lebih kuat
hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding asma.
8. Perabot Rumah Tangga
Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar biologis
(virus, bakteri, jamur), formadehyde, volatile organic coumpounds (VOC),
combustion products (CO, NO2, SO2) yang biasanya berasal dari asap
rokok dan asap dapur. Sumber polutan VOC berasal dari semprotan
serangga, cat, pembersih, kosmetik, Hairspray, deodorant, pewangi
ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai
propelan dan pengencer (solvent) seperti thinner. Sumber formaldehid
dalam ruangan adalah bahan bangunan, insulasi, furnitur, karpet. Paparan
polutan formaldehid dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada mata dan
saluran pernapasan bagian atas. Partikel debu, khususnya respilable dust
disamping menyebabkan ketidaknyamanan juga dapat menyebabkan reaksi
peradangan paru.
9. Perubahan Cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginyakelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat
membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan
meningkatnya konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut
dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan
tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan
pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban
5/27/2018 kel 1.docx
17/48
tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin
menyebabkan sesak di saluran pernafasan.
10. Riwayat Penyakit Keluarga (Genetik)
Risiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah tiga
kali lipat lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan
salah satu atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma
yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko
menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua
orang tua asmatik. Asma tidak selalu ada pada kembar monozigot, labilitas
bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak pada
kembar dizigot. Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma
dibanding dengan bapak. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali
menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma,
terlebih lagi bila anak alergi terhadap tungau debu rumah.
11. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
12. Olah raga atau aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Klasifikasi
5/27/2018 kel 1.docx
18/48
Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik daribentuk alergik dan non-alergik.
5/27/2018 kel 1.docx
19/48
5/27/2018 kel 1.docx
20/48
4. PatogenesisSerangan asma terjadi karena adanya gangguan pada aliran udara akibat
penyempitan pada saluran napas atau bronkiolus. Penyempitan tersebut
sebagai akibat adanya arteriosklerosis atau penebalan dinding bronkiolus,
disertai dengan peningkatan ekskresi mukus atau lumen kental yang mengisi
bronkiolus, akibatnya udara yang masuk akan tertahan di paru-paru sehingga
pada saat ekspirasi udara dari paru-paru sulit dikeluarkan, sehingga otot polos
5/27/2018 kel 1.docx
21/48
akan berkontraksi dan terjadi peningkatan tekanan saat bernapas. Karena
tekanan pada saluran napas tinggi khususnya pada saat ekspirasi, maka
dinding bronkiolus tertarik kedalam (mengerut) sehingga diameter bronkiolus
semakin kecil atau sempit, dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
(Cunningham, 2003).
Berdasarkan Gambar 2 diatas asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot
polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umumadalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
http://4.bp.blogspot.com/_TbPDE8RU3hE/TQgwAv0bmAI/AAAAAAAAAms/olvl8OiS3JY/s1600/bronkiolus+normal+dan+penderita+asma.jpg5/27/2018 kel 1.docx
22/48
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang
telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih
berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik
dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Hal ini bisa menyebabkan barrel chest (Damgraad, 2000).
Patofisiologi
Individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi,
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan napas, bronkospasme, pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan
mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls
saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alargi
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
5/27/2018 kel 1.docx
23/48
Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu
dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul
dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha
penuh mengerahkan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada saat
ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi,
tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit,
mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan
berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi
hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang
merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar.
Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam, diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan
5/27/2018 kel 1.docx
24/48
5. Tatalaksana Asma
TATALAKSANA
A. PENDIDIKAN / EDUKASI KEPADA PENDERITA DAN
KELUARGA
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan
yang komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapidari seorang dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta
kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada
penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter
Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua
pihak.
5/27/2018 kel 1.docx
25/48
Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan
keluarganya adalah :
1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna. Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat
oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi.
Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkandengan pengobatan jangka panjang secara teratur.
2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat
serangan, seperti :
Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing,kucing, kuda dan spora jamur.
Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatantertentu.
Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan. Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa
yang lembab.
Infeksi saluran pernafasan. Pemakaian narkoba atau napza serta merokok. Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan. Stres fisik atau kelelahan.
3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan,
membantu perbaikan dan mengurangi serangan :
Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan(bersifat individual).
Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es. Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
5/27/2018 kel 1.docx
26/48
Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebabserangan.
Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingindan lembab.
Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan
batuk dan pilek
Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obatsimptomatis maupun obat profilaksis.
Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori danbanyak minum air hangat guna membantu pengenceran dahak.
Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa,bertempat di lingkungan dengan temperatur hangat.
4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat obatanyang diberikan oleh dokter :
Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus. Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak. Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu
adanya infeksi saluran nafas.
5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil
pengobatan.
6. Mengetahui kapan self treatment atau pengobatan mandiri harus diakhiri
dan segera mencari pertolongan dokter.
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan
yang salah tentang asma, seperti :
5/27/2018 kel 1.docx
27/48
Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres,padahal keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama
Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera
berhenti minum obat bila sesak nafas berkurang atau hilang.
B.PENGOBATAN
1.PENGOBATAN SIMPTOMATIK
Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :
a. Mengatasi serangan asma dengan segera.
b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.
c. Mencegah serangan berikutnya.
Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :
a. Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)
Adrenalin (Epinefrin) injeksi.Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan.Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc.
Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.
EfedrinObat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg.
Aktif dan efektif diberikan peroral.
5/27/2018 kel 1.docx
28/48
SalbutamolObat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.
Bersama Terbutalin (tidak tersedia di Puskesmas) Salbutamol merupakan
bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping
minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB
b. Bronkodilator golongan teofilin Teofilin
Obat ini tidak tersedia di Puskesmas.
Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV.
AminofilinObat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240
mg/ampul.
Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang
6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan.
Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB
c. KortikosteroidObat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam
keadaan:
Pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
Keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status
asmatikus)
Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan
dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off.
Obat pilihan :
Hidrocortison
Dosis : 4 X 4-5 mg/kg BB
5/27/2018 kel 1.docx
29/48
Dexamethason
d. EkspektoranAdanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran
pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus
diencerkan dan dikeluarkan.
Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin,
sedian yang ada di Puskesmas adalah :
Obat Batuk Hitam (OBH)
Obat Batuk Putih (OBP)
Glicseril guaiakolat (GG)
e. AntibiotikHanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif untuk saluran pernafasan dan ada di Puskesmas
adalah :
http://3.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SH_vNkuH6UI/AAAAAAAAAI8/4T5aEafyl8g/s1600-h/New+Picture.bmp5/27/2018 kel 1.docx
30/48
2. PENGOBATAN PROFILAKSISPengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling
rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yangmenyebabkan bronkospasme.
Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang,
dengan cara kerja obat sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.
b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan
meringankan beratnya serangan.
Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :
a. Steroid dalam bentuk aerosol.
b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast.
Sangat disayangkan hingga saat ini obat-obatan tersebut belum tersedia di
Puskesmas, sehingga untuk memenuhi terapi tersebut dokter Puskesmas harus
memberikan resep luar (ke Apotik), di mana hal ini akan menjadi problem
5/27/2018 kel 1.docx
31/48
tersendiri bagi penderita dari keluarga miskin.
3. TATALAKSANA KASUS DI PUSKESMAS :
Dengan segala keterbatasan yang ada dokter Puskesmas harus bisa memberikan
pertolongan kepada penderita serangan asma. Penegakkan diagnosa yang tepat
dengan tindakan yang benar, cepat dan akurat akan sangat menolong penderita.
a. TATALAKSANA ASMA AKUT INTERMITEN
1. Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau
2. Salbutamol : 3 X
3. Bila ada batuk berikan ekspectoran
4. Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika
b. TATALAKSANA ASMA BERAT DAN STATUS ASMATIKUS
1. Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian, atau
Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan.
Catatan : pemberian Adrenalin pada orang tua harus hati-hati, dan tidak boleh
diberikan pada penderita hipertensi dan pnyakit jantung.
2. Dexametason 5 mg IV.
3. Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.
4. Bila tidak ada respon dianggap sebagai Status Asmatikus :
Pasang infus Glukosa 5% atau NaCl 0,9% : 2-3 lt/24 jam.
Rujuk segera ke Rumah Sakit.
5/27/2018 kel 1.docx
32/48
6. Pencegahan1.
Pencegahan Primer , bertujuan menghambat sesitisasi imunologi olehmakanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE).
Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan
penyebab alergi. Hal ini dapat dilakukan sejak saat kehamilan. Hindari
atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini
oleh ibu. Masalahnya resiko dan manifetsasi alergi pada janin masih belum
iddeteksi dengan jelas. Namun beberapa ahli melaporkan petunjuk alergi
pada janin adalah gerakan atau tendangan janin yang keras, disertai rasa
sakit ujung hati pada ibu disertai gerakan denyutan keras
(hiccups/cegukan) terutama malam hari. Dalam keadaan resiko tinggi
asma maka sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini
mungkin. Dalam keadaan seperti ini Committes on Nutrition American
Academy of pediatric (AAP) menganjurkan eliminasi diet jenis kacang-
kacangan. Kontak dengan paparan asap rokok baik secara aktif dan pasif
harus dihindarkan. Maternal asma (asma saa kehamulan) dan asap rokok
adalah faktor resiko terjadinya sesak bayi saat lahir atau Transient
Tachypnea of the Newborn. Kasus bayi dengan keadaan sesak saat baru
lahir ini tampaknya terjadi pengkatan yang tinggi dalam waktu terakhir
ini. Penderita dengan gangguan tersebut mempunyai resiko asma sangat
tinggi sebelum usia prasekolah.
2. Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mensupresi (menekan) timbulnyapenyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi
sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan
sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum
darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah
usia 0 hingga 3 tahun. Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan
penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dapat masuk ke bayi
melalui ASI. Terutama kacang-kacangan, dan dipertimbangkan menunda
telur, susu sapi dan ikan. Meskipun masih terdapat beberapa penelitian
5/27/2018 kel 1.docx
33/48
yang bertolak belakang tentang hal ini. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi . Pemberian makanan padat
dini dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Bayi yang mendapat
makanan pada usia 6 bulan mempunyai angka kejadian dermatitis alergi
yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat
makanan tambahan pada usia 3 bulan. Pemberian probiotik pada usia 6
bulan dapat mengurangi resiko alergi pada anak. Bila ASI tidak
memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik
formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan
3. Pencegahan tersier, bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelahtimbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi
dan menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetapi belum
menunjukkan gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang
optimal adalah usia 6 bulan hingga 4 tahun. Bila dicurigai alergi terhadap
susu sapi bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya
harus tetap diwaspadai karena 30 - 50% bayi masih mengalami alergi
terhadap soya. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian
karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari
pencetus binatang diantaranya bulu binatang piaraan kucing, kecoak,
tungau pada kasur kapuk. Meskpun pendapat ini masih kontroversial
karena ada penelitian yang justru mengungkapkan dengan paparan
binatang kucing sejak dini maka perjalan reaksi alergi atau asma dapat
diminimalkan. Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam
di atas 1 tahun, telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atasusia 3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui
komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan
tersebut. Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.
Pencegahan dengan pemberian obat-obatan anti alergi (zaditen atau
antihistamin lainnya) dan pemberian nutrisi Calsium dan mineral lainnya
sudah terbukti tidak efektif untuk pencegahan asma dan mulai
5/27/2018 kel 1.docx
34/48
ditinggalkan. Pemberian imunoterapi untuk pencegahan asma masih
kontroversi dan perlu penelitian lebih jauh.
7. KomplikasiKomplikasi terjadi akibat :
1. Keterlambatan penanganan.
2. Penanganan yang tidak adekuat.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Akut :
- Dehidrasi
- Gagal nafas
- Infeksi saluran nafas
2. Kronis :
- Kor-pulmonale
- PPO kronis
- Pneumotorak.
PROGNOSIS
- Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat pronosa adalah baik.
- Asma karena faktor imunologi (faktor ekstrinsik) yang muncul semasa kecil
prognosanya lebih baik dari pada yang muncul sesudah dewasa.
- Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai.
5/27/2018 kel 1.docx
35/48
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimanakah penatalaksanaan Asma dan pemantauan/kontrolnya?
2. Jelaskan mengenai Asma pada anak!3. Bagaimanakah penggunaan nebulizer?4. Bagaimanakah rehabilitasi medik pada Asma?5. Bagaimanakah diet pada penyakit paru
STEP 6
Mencari jawaban Learning Objective
5/27/2018 kel 1.docx
36/48
STEP 7
1. Penatalaksanaan AsmaPenatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di
rumah dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan.
Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk
gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk
selanjutnya diberikan pengobatan
yang tepat dan cepat.
Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis kerja cepat
yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak
memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat
diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral.
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya)
kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu
singkat 3- 5 hari.
Pada serangan sedang diberikan 2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid
oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi,
aminofilin IV (bolus atau 14 drip). Pada anak belum diberikan ipratropium
bromida inhalasi maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan
oksigen dan pemberian cairan IV
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, 2agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila 2 agonis kerja cepat tidak
tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan.
Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU.
Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi
menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI)
dengan alat bantu (spacer).
5/27/2018 kel 1.docx
37/48
5/27/2018 kel 1.docx
38/48
5/27/2018 kel 1.docx
39/48
Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma
dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikandengan klasifikasi beratnya asma.
5/27/2018 kel 1.docx
40/48
Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi:
1) Edukasi;
2) Obat asma (pengontrol dan pelega)
3) Menjaga kebugaran.
Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup :
Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan
Mengenali gejala serangan asma secara dini
Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
Mengenali dan menghindari faktor pencetus
Kontrol teratur
Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasienadalah pelangi asma sedangkan pada anak digunakan lembaran harian.
Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan
pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid
inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum
diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga
bulan kondisi telah terkontrol.
Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :
Inhalasi kortikosteroid
2 agonis kerja panjang
antileukotrien
teofilin lepas lambat
5/27/2018 kel 1.docx
41/48
5/27/2018 kel 1.docx
42/48
Kontrol Asma
KONTROL TERATUR
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
1. Tindak lanjut (follow-up) teratur
2. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut
bila diperlukan
Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanyabila terjadi serangan akut, tetapi kontrol teratur terjadual, interval
berkisar 1- 6 bulan bergantung kepada keadaan asma. Hal tersebut
untuk meyakinkan bahwa asma tetap terkontrol dengan mengupayakan
penurunan terapi seminimal mungkin.
Rujuk kasus ke ahli paru layak dilakukan pada keadaan :
Tidak respons dengan pengobatan
Pada serangan akut yang mengancam jiwa
Tanda dan gejala tidak jelas(atipik), atau masalah dalam
diagnosis banding, atau komplikasi atau penyakit penyerta
(komorbid); seperti sinusitis, polip hidung, aspergilosis
(ABPA), rinitis berat, disfungsi pita suara, refluks
gastroesofagus dan PPOK
Dibutuhkan pemeriksaan/ uji lainnya di luar pemeriksaan
standar, seperti uji kulit (uji alergi), pemeriksaan faal paru
lengkap, uji provokasi bronkus, uji latih (kardiopulmonary
exercise test), bronkoskopi dan sebagainya.
5/27/2018 kel 1.docx
43/48
PENILAIAN KONTROL ASMA
Kisaran skornya adalah :
Tidak terkontrol : 19
Terkontrol baik : 20 - 24
Terkontrol sempurna : 25
5/27/2018 kel 1.docx
44/48
5/27/2018 kel 1.docx
45/48
2. Asma pada anak
Klasifikasi Drajat Asma pada Anak
5/27/2018 kel 1.docx
46/48
5/27/2018 kel 1.docx
47/48
Penatalaksanaan asma pada anak
5/27/2018 kel 1.docx
48/48